PEMANFAATAN KULIT BUAH KAKAO FERMENTASI SEBAGAI ...
Transcript of PEMANFAATAN KULIT BUAH KAKAO FERMENTASI SEBAGAI ...
PEMANFAATAN KULIT BUAH KAKAO FERMENTASI SEBAGAI
PAKAN ALTERNATIF TERNAK DI DAERAHSENTRA KAKAO PADANG PARIAMAN1)
Nuraini) dan Maria Endo Mahata2)
ABSTRACT
The aims of this activities were increasing of poultry productivity through repairing of their rearing system and utilization of plantation/agriculture waste such as cacao fruit skin and tofu
waste which was fermented by Neurospora crassa in their ration. Fermentation product with high β carotene contain could be as an alternative feed for corn and concentrate substituting in
poultry ration. The method in this activities were counseling of poultry rearing system with
appropriate with the five principles theorithical in rearing system (Panca Usaha Ternak), demonstrations and training about the agriculture waste fermentation by Neurospora crassa,the counseling of the ration formulation by using fermentation product, the trial and demonstration of fermentation product feed in poultry ration, the poultrymen counseling and discussion about
poultry and their rearing system in field. In conclusion, the poultrymen at Pakandangan
countryside were enthusiastic received this activities, because at the time the corn and prize and its availability were high and limited at marked. Where as in fact at their countryside cacao
fruit skin is available and potentially for poultry feed after mixing with tofu waste and fermented byNeurospora crassa. The poultrymen suggested this activities are conducted continuously for
increasing their skill and knowledge in poultry rearing system.
Key word: cacao fruit skin , tofu waste, fermentation, Neurospora crassa
_____________________________________________________________________
(1) Dibiayai oleh Dana DPPM Dikti Depdiknas Program Ipteks, 2009
(2) Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Andalas Padang
PENDAHULUAN
Nagari Pakandangan terletak di Kecamatan Enam Lingkung Kabupaten Padang
Pariaman. Di daerah ini terdapat penduduk sekitar 4000 orang dengan mata pencaharian
70% sebagai petani, 25% sebagai pedagang dan 5% sebagai pegawai. Pada umumnya tingkat
pendidikan masyarakat di desa ini kebanyakan berpendidikan SD dan SMP, hanya beberapa
yang berpendidikan SMA dan Perguruan tinggi. Perekonomian masyarakat pada umumnya
bertumpu kepada usaha perkebunan, pertanian dan peternakan. Potensi yang ada didesa ini
adalah luasnya tanah untuk perkebunan, disamping juga terdapat tanah sawah untuk bertanam
2
padi. Adapun komoditi perkebunan yang terdapat didaerah Kabupaten Padang Pariaman ini
adalah kakao, kelapa, kelapa sawit, karet dan kopi.
Tanaman kakao/coklat (Theobroma cacao) merupakan salah satu tanaman komoditi
ekspor di daerah Sumatera Barat terutama di daerah Pasaman dan Pariaman. Luas tanaman
kakao di Pariaman pada tahun 2006 adalah 5.002 Ha, dengan produksi kakao 2.500 ton. Di
daerah ini juga terdapat satu buah pabrik pengolahan buah kakao. Pada pengolahan kakao ini
dihasilkan tepung/bubuk kakao dan juga terdapat limbah berupa kulit buah kakao.
Berdasarkan survei lapangan kulit buah kakao dibuang begitu saja, tanpa ada yang
memanfaatkan. Padahal ditinjau dari potensinya kulit buah kakao dapat dijadikan sebagai pakan
alternatif ternak baik ruminansia maupun unggas. Ketersediaan kulit buah kakao cukup banyak
karena sekitar 75% dari satu buah kakao utuh adalah berupa kulit buah, sedangkan biji kakao
sebanyak 23% dan plasenta 2% (Wawo, 2008). Ditinjau dari segi kandungan zat-zat makanan
kulit buah kakao dapat dijadikan sebagai pakan ternak karena mengandung protein kasar
11,71%, serat kasar 20,79%, lemak 11,80% dan BETN 34,90% (Nuraini, 2007).
Penggunaan kulit buah kakao sebagai pakan ternak telah banyak dilakukan peneliti seperti
Martini (2002) kulit buah kakao dapat diberikan pada broiler sampai level 10% karena
terbatasnya penggunaan kulit buah kakao sebagai pakan ternak unggas disebabkan tingginya
kandungan serat kasar karena unggas tidak mampu menghasilkan enzim selulase yang dapat
mendegradasi selulosa menjadi glukosa. Selanjutnya dijelaskan bahwa faktor pembatas
pemberian kulit buah kakao sebagai pakan ternak adalah terdapatnya anti nutrisi theobromin
pada kulit buah kakao. Theobromin merupakan alkaloid tidak berbahaya yang dapat dirusak
dengan pemanasan atau pengeringan, tetapi pemberian pakan yang mengandung theobromin
secara terus menerus dapat menurunkan pertumbuhan (Tarka et al., 1998). Oleh karena itu
untuk memaksimalkan penggunaan kulit buah kakao baik bagi ternak maka perlu ditingkatkan
kualitasnya salah satunya dengan jalan fermentasi.
Teknologi fermentasi menggunakan kapang Neurospora crassa yang berwarna orange
cukup sederhana, mudah untuk diterapkan di lapangan dan dapat disosialisasikan ke masyarakat
terutama peternak. Bahan makanan yang telah mengalami fermentasi mempunyai kandungan
dan kualitas gizi yang lebih baik dari bahan asalnya karena mikroba bersifat katabolik atau
memecah komponen- komponen komplek menjadi zat –zat yang lebih sederhana sehingga lebih
mudah dicerna disamping itu mikroba dapat pula menghasilkan asam amino dan beberapa
vitamin seperti riboflavin, vitamin B12, provitamin A, dapat menghasilkan flavour yang lebih
disukai dan dapat mengurangi racun/anti nutrisi yang terdapat pada bahan (Carlile dan
Watkinson, 1995).
Inokulum Neurospora crassa yang berwarna orange kemerahan merupakan kapang
karotenogenik (penghasil β karoten) tertinggi yang telah diisolasi dari tongkol jagung (Nuraini
3
dan Marlida , 2005). Inokulum Neurospora crassa dapat memproduksi pakan kaya β karoten
(270.60 µg/g) dan dapat meningkatkan protein dari 4.56 % menjadi 21.20 % pada substrat
campuran 60 % ampas sagu dengan 40% ampas tahu (Nuraini, 2006). Senyawa β karoten
adalah senyawa karotenoid yang berfungsi sebagai provitamin A, sebagai pemberi warna kuning
pada kuning telur dan dapat menurunkan kolesterol telur (Kohlmeier dan Hastings, 1995, Nurdin,
1994 dan Nuraini, 2006).
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan ternyata pakan fermentasi dengan Neurospora
crassa yang kaya β karoten dapat digunakan sebanyak 20- 30% dalam ransum ayam dan 40%
dalam ransum itik yang dapat mengurangi penggunaan jagung 30-40% dan mengurangi
konsentrat 20-25% serta dapat menurunkan kolesterol telur ayam dan itik sampai 30-40%
(Nuraini,2006 dan 2008).
Didaerah Pakandangan terdapat sebuah koperasi yang beranggotakan 25 orang petani
ternak sapi dan ayam dengan nama ”Stater “. Setiap anggota kelompok tani rata rata
memelihara sekitar 3-5 ekor sapi dan 500 – 1000 ekor ayam. Sistim pemeliharaan sapi dan
ayam umumnya bersifat semi intensif. Pada siang hari sapi dan ayam dilepas dipekarangan dan
malam hari dikandangkan. Biasanya petani ternak membiarkan sapi dan ayam mencari makan
sendiri disekitar lokasi rumah mereka, sapi hanya makan rumput dan ayam hanya diberikan
dedak padi, sehingga tampak di lapangan pertumbuhan dan produktivitas sapi dan ayam
rendah. Hal ini disebabkan mahalnya harga bahan pakan seperti jagung dan konsentrat.
Sebelum terjadi krisis ekonomi, para peternak di daerah ini memberikan jagung dan
konsentrat untuk ternak ayam mereka, tapi karena mahalnya harga jagung dan konsentrat maka
timbul masalah yaitu peternak lebih banyak memberikan campuran dedak padi
dibandingkan jagung dan konsentrat dan kadang kadang hanya dedak padi saja yang
diberikan kepada ternak. Akibatnya makanan yang dikonsumsi oleh ternak tidak memenuhi
standar gizi yang dibutuhkan oleh ternak tersebut sehingga produktifitas ternak rendah karena
tampak dari hasil pengamatan di lapangan, pertambahan bobot badan atau pertumbuhan
ternak tidak sesuai dengan umur pemeliharaannya, akibatnya usaha peternakan kurang
menguntungkan.
Untuk mengatasi masalah tersebut maka perlu dilakukan suatu strategi yaitu memanfaatkan
secara efektif dan efisien bahan- bahan makanan yang berasal dari limbah pertanian yang
terbuang begitu saja dan banyak tersedia di desa Pakandangan Kabupaten Padang Pariaman
seperti kulit buah kakao. Dalam hal ini integrasi usaha peternakan dengan pertanian memberikan
harapan karena kulit buah kakao yang telah difermentasi dengan Neurospora crassa
memainkan peranan penting sebagai pakan ayam yang dapat mengurangi penggunaan jagung
dan konsentrat.
4
Berdasarkan uraian diatas maka dalam rangka membantu petani ternak ayam dalam
menghadapi problem pakan ternak maka perlu ditindak lanjuti dengan memanfaatkan hasil
limbah pertanian/industri yang berkualitas rendah melalui teknologi fermentasi tepat guna dan
sederhana dapat berubah menjadi bahan pakan alternatif yang bergizi tinggi. Melalui kegiatan
pengabdian kepada masyarakat di daerah ini dilakukan dengan tujuan:
1. Meningkatkan pengetahuan dan memperkenalkan kepada para peternak tentang bahan
pakan alternatif berkualitas yaitu kulit buah kakao fermentasi yang dapat digunakan sebagai
pakan alternatif bagi ternak unggas.
2. Meningkatkan pengetahuan para peternak dan mengadaptasikan teknologi fermentasi
sederhana dan mudah dilakukan untuk meningkatkan kualitas limbah perkebunan seperti
kulit buah kakao sehingga pemanfaatannya sebagai pakan ternak dapat maksimal.
3. Meningkatkan performa dan kualitas ternak yang dipelihara dengan memberikan formula
ransum yang sesuai dengan kebutuhan zat-zat makanan ternak dengan pemberian kulit
buah kakao fermentasi. Kulit buah kakao berasal dari limbah perkebunan kakao yang
banyak tersedia di sekitar lokasi peternakan .
4. Menurunkan biaya pengeluaran untuk pembelian ransum dengan memanfaatkan limbah
yaitu kulit buah kakao dan kemudian ditingkatkan kualitasnya melalui fermentasi dengan
Neurospora crassa sehingga produk kulit buah kakao fermentasi dapat dijadikan sebagai
pakan alternatif bagi ternak unggas.
MATERI DAN METODE
Kerangka Pemecahan Masalah
Masalah yang dihadapi oleh petani ternak di nagari Pakandangan dapat dipecahkan
dengan memberikan penyuluhan, demonstrasi pelatihan, diskusi dan bimbingan langsung ke
lapangan.
Realisasi Pemecahan Masalah
Untuk pemecahan masalah yang dihadapi oleh petani ternak di daerah Pakandangan
Kecamatan Enam Lingkung Kabupaten Padang Padang dilakukan dengan cara :
1. Memberikan penyuluhan dan pengarahan tentang teknik pemeliharaan unggas
terutama dari segi pakan dan keadaan gizi yang diberikan.
2. Memberikan penyuluhan tentang keuntungan dari pemanfaatan bahan - bahan yang
merupakan limbah/hasil ikutan pertanian dan industri seperti kulit buah kakao, dedak
dan ampas tahu yang mudah tersedia di daerah tersebut.
3. Memberikan percontohan atau demonstrasi tentang bagaimana teknik melakukan
fermentasi dengan kapang Neurospora crassa untuk meningkatkan kandungan gizi dari
kulit buah kakao.
5
4. Memberikan penyuluhan tentang cara menyusun ransum yang tepat dan sesuai dengan
kebutuhan gizi ternak dengan memanfaatkan pakan kakao fermentasi yang berasal
dari bahan pakan lokal yang mudah didapat di lokasi.
5. Memberikan binaan atau bimbingan langsung ke lapangan dan mengevaluasi hasil – hasil
yang diperoleh selama pembinaan dan pelaksanaan kegiatan.
Khalayak Sasaran
Khalayak sasaran dari kegiatan ini adalah 20-25 orang peserta pelatihan yang terdiri dari
para peternak unggas kelompok Stater maupun para peternak lain yang berminat, pemuda
putus sekolah dan pemuka masyarakat di desa ini. Sasaran kegiatan ini diharapkan para peserta
dapat menyebarluaskan hasil kegiatan ini pada masyarakat didaerah dan kecamatan lain di
Kabupaten Padang Pariaman ini.
Metode Yang Digunakan
Metode kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang telah dilakukan adalah :
1. Penyuluhan atau Ceramah
Memberikan penyuluhan tentang:
a) Teknik pemeliharaan ungas terutama dari segi pakan dan keadaan gizi yang diberikan.
b) Keuntungan dari pemanfaatan bahan pakan yang merupakan limbah hasil
pertanian/perkebunan seperti kulit buah kakao, ampas tahu dan dedak yang tersedia di
desa tersebut yang dapat mengurangi ketergantungan terhadap pakan konvensional
seperti jagung dan konsentrat.
c) Teknik pengolahan/ pembuatan kulit buah kakao fermentasi. Untuk lebih jelasnya maka
para peserta akan diberikan brosur yang berisi materi kegiatan dengan bahasa dan
keterangan yang mudah dimengerti.
d) Teknik menyusun ransum yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan gizi ayam
dengan menggunakan produk kulit buah kakao fermentasi.
2. Demonstrasi/Peragaan
Demonstrasi atau peragaan tentang:
a) Teknik pembuatan kulit buah kakao fermentasi dengan menggunakan inokulum kapang
Neurospora crassa (Lampiran 1). Pembuatan produk fermentasi ini dilakukan
berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan (Nuraini, 2007).
b) Teknik penyusunan ransum ayam dengan menggunakan produk fermentasi tersebut.
3. Diskusi/Tanya jawab
Diskusi/tanya jawab akan diberikan setelah kegiatan penyuluhan dan peragaan diberikan
dengan tujuan untuk memantapkan pemahaman materi yang diberikan .
6
4. Kegiatan Percontohan
Memberikan binaan atau bimbingan langsung ke lapangan pada kegiatan percontohan dan
mengevaluasi hasil – hasil yang diperoleh selama pembinaan dan pelaksanaan kegiatan ini.
Kegiatan percontohan tentang pemanfaatan produk kulit buah kakao fermentasi dalam
ransum dilakukan dengan melakukan uji biologis ke ayam percobaan. Batasan penggunaan
pakan alternatif produk kulit buah kakao fermentasi ini dilakukan di lapangan terhadap
ternak ayam berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan.
. 5 Evaluasi
Evaluasi terhadap kegiatan ini dilakukan 3 tahap :
• Tahap I, evaluasi tahap I dilakukan dengan cara pengisian angket yang berisi pertanyaan
dan jawabannya sudah disediakan. Kegiatan ini dilaksanakan sebelum kegiatan dimulai
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan peserta tentang bahan pakan
alternatif, teknik fermentasi dan penyusunan ransum, serta kebutuhan zat makanan ayam
• Tahap II, evaluasi tahap II dilakukan setelah kegiatan penyuluhan dan demonstrasi
dilaksanakan, dengan tujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana minat peserta
terhadap materi penyuluhan dan peragaan yang dilakukan.
• Tahap III, evaluasi tahap III dilakukan setelah kegiatan pengabdiann berakhir. Kegiatan ini
bertujuan untuk mengetahui kemampuan peserta melaksanakan sendiri bagaimana cara
meningkatkan kualitas kulit buah kakao melalui fermentasi dan memberikannya pada ternak
ayam serta bagaimana pengaruhnya terhadap performa ayam yang dipelihara.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan pengabdian ini dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan para petani ternak di
desa Pakandangan Kecamatan Enam Lingkung Kabupaten Padang Pariaman dalam memelihara
ternak unggas terutama ayam.
Pada waktu survei ke lapangan sebelum pelaksanaan kegiatan ini, para petani ternak di
nagari ini sedang menghadapi kesulitan dalam pengadaan makanan terutama jagung dan
konsentrat yang harganya mahal. Para peternak ayam sebelumnya memberikan campuran
pakan dengan perbandingan yaitu 2 konsentrat, 3 jagung dan 5 dedak halus, tetapi pada saat
sekarang ini karena mahalnya harga jagung dan konsentrat maka peternak lebih banyak
memberikan campuran dedak padi dibandingkan jagung dan konsentrat dan sering hanya
dedak padi saja yang diberikan kepada ternak. Akibatnya pertumbuhan dan produksi ternak
tidak sesuai dengan umur pemeliharaannya dan produksi telur menurun karena makanan yang
dikonsumsi oleh ternak tidak memenuhi standar gizi yang dibutuhkan oleh ternak tersebut
7
sehingga produktifitas ternak rendah, akibatnya biaya produksi tetap lebih tinggi dari hasil yang
diperoleh atau dengan kata lain usaha yang dilakukan kurang menguntungkan.
Pemanfaataan secara efektif dan efisien bahan- bahan makanan yang berasal dari limbah
pertanian yang terbuang begitu saja dan banyak tersedia di lokasi seperti kulit buah coklat,
ampas tahu dan dedak merupakan salah satu strategi dalam menjawab dan mengatasi
permasalahan pakan ternak pengganti jagung dan konsentrat. Berdasarkan hasil wawancara,
tampak bahwa para peternak tidak mengetahui bahwa campuran kulit buah kakao sebagai
sumber energi dan ampas tahu sebagai sumber protein dapat dijadikan sebagai substrat untuk
pertumbuhan Neurospora crassa sehingga dihasilkan pakan fermentasi kaya β karoten. Produksi
kulit buah kakao, ampas tahu dan dedak di daerah ini cukup banyak untuk dijadikan sebagai
pakan ternak, karena di lokasi ini banyak terdapat tanaman kakao dan 2 tempat penggilingan
padi dan 3 tempat pembuatan tahu.
Teknologi fermentasi yang diberikan cukup sederhana, mudah untuk diterapkan
dilapangan dan dapat disosialisasikan ke masyarakat terutama peternak. Fermentasi dapat
meningkatkan kandungan dan kualitas gizi bahan, menghasilkan aroma dan rasa/flavour yang
disukai sehingga palatabilitas meningkat dan dapat meningkatkan daya cerna (Winarno,
1980). Campuran kulit buah kakao dan ampas tahu yang telah difermentasi dengan Neurospora
crassa dapat memproduksi pakan kaya β karoten (235.08 µg/g) dan dapat meningkatkan
protein dari 11.71 % menjadi 20.78 % pada substrat campuran 60 % kulit buah kakao dengan
40% ampas tahu (Nuraini, 2008). Senyawa β karoten adalah senyawa karotenoid yang berfungsi
sebagai provitamin A, sebagai pemberi warna kuning pada kuning telur dan dapat menurunkan
kolesterol telur. Penggunaan produk pakan kaya β karoten sebanyak 20 % dalam ransum
broiler dan 30-40% dalam ransum itik dan ayam petelur, dapat mengurangi sebanyak 30 - 40%
penggunaan jagung dan 30-35 % konsentrat tanpa menurunkan pertambahan bobot badan
broiler dan produksi serta bobot telur bahkan dapat menurunkan 30-40% kolesterol telur dan
meningkatkan 30 -35% warna kuning telur (Nuraini, 2006 dan Nuraini 2008).
Pada waktu kegiatan pengabdian masyarakat di daerah Pakandangan ini dilakukan maka
program kegiatan yang telah diberikan adalah penyuluhan tentang cara pemeliharaan ternak
unggas yang sesuai dengan Panca Usaha Ternak, pemanfaatan limbah – limbah hasil pertanian
yang banyak tersedia di sekitar daerah ini untuk dijadikan sebagai pakan ternak, peningkatan
kualitas limbah secara biologi melalui fermentasi, penyusunan ransum ternak unggas dengan
menggunakan limbah – limbah hasil pertanian fermentasi tersebut dan pemberiannya pada
ternak. Disamping itu juga dilakukan demonstrasi/peragaan cara melakukan fermentasi limbah
hasil pertanian dengan menggunakan inokulum Neurospora crassa.
Hasil pengamatan dilapangan, menunjukkan bahwa kegiatan pengabdian ini disenangi oleh
peserta karena para peternak selain mendapatkan materi cara pemeliharaan ternak unggas yang
8
sesuai dengan Panca Usaha Ternak ( managemen pemeliharaan, makanan, kandang, penyakit),
peningkatan kualitas limbah secara biologi yaitu fermentasi; teknik memformulasi ransum dengan
menggunakan bahan pakan lokal, mereka juga ingin mengetahui cara peningkatan kualitas
limbah dengan cara lainnya yaitu secara fisik dan secara kimia seperti amoniasi jerami padi dan
pembuatan silase.
Setelah kegiatan penyuluhan dan demonstrasi serta evaluasi dilakukan ternyata beberapa
peternak sudah bisa melakukan fermentasi sendiri dan telah mencoba memberikannya pada
ternak unggas yang dipelihara. Hasil evaluasi dilapangan setelah kegiatan penyuluhan dan
demonstrasi dilakukan ternyata beberapa peternak sudah bisa melakukan fermentasi sendiri
dan telah mencoba memberikannya pada ternak unggas yang dipelihara. Para peserta
menyadari bahwa dengan pembuatan produk fermentasi akan didapatkan dua keuntungan yaitu
produk fermentasi kaya β karoten dapat digunakan sebagai makanan ternak yang mengurangi
penggunaan sebagian jagung dan konsentrat sehingga biaya berkurang dan kedua dengan
memberikan produk fermentasi pada ternak akan menghasilkan telur rendah kolesterol.
Dari pengamatan di lapangan selama 4 minggu perlakuan dapat dilihat bahwa pengaruh
pemberian kulit buah kakao fermentasi dalam ransum ayam buras grower dan ayam petelur
tercantum pada Tabel 1.
Tabel 1. Performa Ayam yang Diberi Ransum mengandung Produk Kakao Fermentasi
selama 4 minggu pengamatan
Ayam Buras Grower (umur 3 bulan)
Ayam Petelur (umur 7 bulan)
Kontrol Perlakuan Kontrol Perlakuan
Konsumsi Ransum
(g/ekor/hari)
67 65 115 120
Pertambahan Bobot Badan (g/ekor/hari)
20 20 - -
Produksi Telur (%) - - 70 72
Pemberian produk kakao fermentasi dalam ransum ayam buras grower sampai 20 %, dengan
pengurangan penggunaan jagung sebanyak 20% dan pengurangan konsentrat 10% ternyata
masih memberikan performa yang sama terhadap ayam buras dan demikian pula dengan
pemberian 30% kakao fermentasi dalam ransum pengurangan 30% jagung dan 20 %
konsentrat tidak menurunkan produksi telur ayam.
KESIMPULAN
Kesimpulan
9
Dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang merupakan penerapan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang telah dilaksanakan di nagari Pakandangan Kecamatan Enam
Lingkung Kabupaten Padang Pariaman dapat ditarik kesimpulan yaitu :
1. Desa Pakandangan merupakan daerah yang potensial untuk dikembangkan sebagai usaha
peternakan unggas baik ayam maupun itik karena di daerah ini cukup banyak terdapat
limbah – limbah hasil pertanian seperti dedak, ampas tahu dan dedak yang dapat dijadikan
sebagai makanan ternak .
2. Berdasarkan hasil survei pendahuluan ternyata para peternak di desa ini sedang mengalami
kesulitan dalam pengadaan jagung dan konsentrat sebagai makanan ternak, karena berharga
mahal, akibatnya produktifitas ternak menjadi menurun. Sementara dilain pihak potensi
limbah hasil perkebunan seperti kulit buah kakao yang dapat dijadikan sebagai makanan
ternak cukup banyak tapi peternak belum mengatahui cara meningkatkan kualitasnya.
3. Pembuatan produk kakao fermentasi dengan Neurospora crassa untuk diberikan sebagai
makanan ternak ayam dapat memberikan dua keuntungan yaitu pertama dengan
pembuatan produk fermentasi yang berasal dari limbah hasil pertanian dapat mengurangi
penggunaan jagung dan konsentrat yang diberikan pada ternak, kedua kualitas telur
meningkat karena dengan pemberian produk fermentasi kaya β karoten dalam ransum
unggas petelur akan menghasilkan telur yang rendah kolesterol tanpa menurunkan produksi
telur. Pemberian kulit buah kakao fermentasi dalam ransum ayam buras periode grower
sampai 20 % dengan pengurangan 20% jagung dan 15 % konsentrat tidak menurunkan
performa ayam. Demikian pula dengan pemberian 30% kakao fermentasi dalam ransum
pengurangan 30% jagung dan 20 % konsentrat tidak menurunkan produksi telur ayam.
4. Oleh karena itu para petani ternak sangat gembira sekali menerima kegiatan yang telah
diberikan .
Saran
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat perlu dilakukan secara berkesinambungan
sehingga apa yang telah didapatkan sebelumnya tidak terputus begitu saja apalagi kalau
masyarakatnya sangat antusias mengikuti kegiatan dan senang menerima sesuatu pengetahuan
yang baru yang menuju kepada kemajuan apalagi kegiatan yang dapat mengatasi masalah yang
sedang dihadapi masyarakat.
10
DAFTAR PUSTAKA
Carlile , M.J and S.C. Watkinson. 1995. The Fungi . Academic Press Inc. London .
Martini. 2002. Pemanfaatan kulit buah coklat sebagai pakan alternatif dalam ransum broiler. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Andalas, Padang
Nuraini dan Y.Marlida. 2005. Isolasi kapang karotenogenik untuk memproduksi pakan kaya β karoten. Laporan Penelitian Semi Que Fakultas Peternakan Unand Padang. Nuraini. 2006. Isolasi kapang karotenogenik untuk memproduksi pakan kaya β karoten
dan aplikasinya terhadap ayam ras pedaging dan petelur. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Andalas Padang.
Nuraini, Sabrina dan S.A. Latif. 2008. Performa ayam dan kualitas telur dengan
penggunaan ransum yang mengandung onggok fermentasi dengan Neurospora crassa Jurnal Media Peternakan 31 (3),Des 2008 :195-202. ISSN 0126-0472. Terakreditasi SK Dikti No: 43/DIKTI/Kep/ 2008
Nuraini, Sabrina and S.A.Latif. 2009. Improving the Quality of Tapioca by Product
Through Fermentation by Neurospora crassa to Produce B Carotene Rich Feed. Journal Pakistan of Nutrition 8(4): 252-256
Nurdin, H. 1994. Penarikan β karoten dari limbah minyak kelapa sawit dan
efeknya terhadap penurunan kolesterol. Laporan Penelitian Hibah Bersaing Universitas Andalas.
Tarka, S.M., B.L. Zoumas and G.A. Trout. 1998. Examination of effect cocoa shell
with theobromin in lamb. Nutrition Report International.
Wawo, B. 2008. Mengolah limbah kulit kakao menjadi bahan pakan ternak. Http://disnaksulsel.info/index.php?option=com-docman&task=doc-details &gid=3. Diakses tanggal 6 Februari 2008. Pukul 14.45-17.00 WIB.
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimakasih disampaikan kepada Dikjen Dikti Depdiknas bagian
Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat yang telah sudi menyediakan dana untuk
pelaksanaan program Ipteks ini. Terimakasih juga disampaikan pada Kepala Lembaga
Pengabdian Kepada Masyarakat Unand dan Dekan Fakultas Peternakan Unand atas izin
dan bantuan yang telah diberikan serta kepada semua pihak yang telah membantu
kelancaran pelaksanaan kegiatan ini.
11
Lampiran 1.
Kulit Buah Kakao(KBK) (60 %)
Ampas Tahu / AT(40 %)
Pencampuran
Pengukusan ( 1000C, 15 ')
Pendinginan (suhu kamar)
Inokulasi dgn Neurospora crassa (9 % dari jumlah substrat)
Inkubasi 5-7 hari (ketebalan 2 cm)
Produk KBKATF