PEMANFAATAN KULIT BUAH KAKAO FERMENTASI SEBAGAI ...

13
PEMANFAATAN KULIT BUAH KAKAO FERMENTASI SEBAGAI PAKAN ALTERNATIF TERNAK DI DAERAHSENTRA KAKAO PADANG PARIAMAN 1) Nuraini ) dan Maria Endo Mahata 2) ABSTRACT The aims of this activities were increasing of poultry productivity through repairing of their rearing system and utilization of plantation/agriculture waste such as cacao fruit skin and tofu waste which was fermented by Neurospora crassa in their ration. Fermentation product with high β carotene contain could be as an alternative feed for corn and concentrate substituting in poultry ration. The method in this activities were counseling of poultry rearing system with appropriate with the five principles theorithical in rearing system (Panca Usaha Ternak), demonstrations and training about the agriculture waste fermentation by Neurospora crassa,the counseling of the ration formulation by using fermentation product, the trial and demonstration of fermentation product feed in poultry ration, the poultrymen counseling and discussion about poultry and their rearing system in field. In conclusion, the poultrymen at Pakandangan countryside were enthusiastic received this activities, because at the time the corn and prize and its availability were high and limited at marked. Where as in fact at their countryside cacao fruit skin is available and potentially for poultry feed after mixing with tofu waste and fermented byNeurospora crassa. The poultrymen suggested this activities are conducted continuously for increasing their skill and knowledge in poultry rearing system. Key word: cacao fruit skin , tofu waste, fermentation, Neurospora crassa _____________________________________________________________________ (1) Dibiayai oleh Dana DPPM Dikti Depdiknas Program Ipteks, 2009 (2) Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Andalas Padang PENDAHULUAN Nagari Pakandangan terletak di Kecamatan Enam Lingkung Kabupaten Padang Pariaman. Di daerah ini terdapat penduduk sekitar 4000 orang dengan mata pencaharian 70% sebagai petani, 25% sebagai pedagang dan 5% sebagai pegawai. Pada umumnya tingkat pendidikan masyarakat di desa ini kebanyakan berpendidikan SD dan SMP, hanya beberapa yang berpendidikan SMA dan Perguruan tinggi. Perekonomian masyarakat pada umumnya bertumpu kepada usaha perkebunan, pertanian dan peternakan. Potensi yang ada didesa ini adalah luasnya tanah untuk perkebunan, disamping juga terdapat tanah sawah untuk bertanam

Transcript of PEMANFAATAN KULIT BUAH KAKAO FERMENTASI SEBAGAI ...

PEMANFAATAN KULIT BUAH KAKAO FERMENTASI SEBAGAI

PAKAN ALTERNATIF TERNAK DI DAERAHSENTRA KAKAO PADANG PARIAMAN1)

Nuraini) dan Maria Endo Mahata2)

ABSTRACT

The aims of this activities were increasing of poultry productivity through repairing of their rearing system and utilization of plantation/agriculture waste such as cacao fruit skin and tofu

waste which was fermented by Neurospora crassa in their ration. Fermentation product with high β carotene contain could be as an alternative feed for corn and concentrate substituting in

poultry ration. The method in this activities were counseling of poultry rearing system with

appropriate with the five principles theorithical in rearing system (Panca Usaha Ternak), demonstrations and training about the agriculture waste fermentation by Neurospora crassa,the counseling of the ration formulation by using fermentation product, the trial and demonstration of fermentation product feed in poultry ration, the poultrymen counseling and discussion about

poultry and their rearing system in field. In conclusion, the poultrymen at Pakandangan

countryside were enthusiastic received this activities, because at the time the corn and prize and its availability were high and limited at marked. Where as in fact at their countryside cacao

fruit skin is available and potentially for poultry feed after mixing with tofu waste and fermented byNeurospora crassa. The poultrymen suggested this activities are conducted continuously for

increasing their skill and knowledge in poultry rearing system.

Key word: cacao fruit skin , tofu waste, fermentation, Neurospora crassa

_____________________________________________________________________

(1) Dibiayai oleh Dana DPPM Dikti Depdiknas Program Ipteks, 2009

(2) Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Andalas Padang

PENDAHULUAN

Nagari Pakandangan terletak di Kecamatan Enam Lingkung Kabupaten Padang

Pariaman. Di daerah ini terdapat penduduk sekitar 4000 orang dengan mata pencaharian

70% sebagai petani, 25% sebagai pedagang dan 5% sebagai pegawai. Pada umumnya tingkat

pendidikan masyarakat di desa ini kebanyakan berpendidikan SD dan SMP, hanya beberapa

yang berpendidikan SMA dan Perguruan tinggi. Perekonomian masyarakat pada umumnya

bertumpu kepada usaha perkebunan, pertanian dan peternakan. Potensi yang ada didesa ini

adalah luasnya tanah untuk perkebunan, disamping juga terdapat tanah sawah untuk bertanam

2

padi. Adapun komoditi perkebunan yang terdapat didaerah Kabupaten Padang Pariaman ini

adalah kakao, kelapa, kelapa sawit, karet dan kopi.

Tanaman kakao/coklat (Theobroma cacao) merupakan salah satu tanaman komoditi

ekspor di daerah Sumatera Barat terutama di daerah Pasaman dan Pariaman. Luas tanaman

kakao di Pariaman pada tahun 2006 adalah 5.002 Ha, dengan produksi kakao 2.500 ton. Di

daerah ini juga terdapat satu buah pabrik pengolahan buah kakao. Pada pengolahan kakao ini

dihasilkan tepung/bubuk kakao dan juga terdapat limbah berupa kulit buah kakao.

Berdasarkan survei lapangan kulit buah kakao dibuang begitu saja, tanpa ada yang

memanfaatkan. Padahal ditinjau dari potensinya kulit buah kakao dapat dijadikan sebagai pakan

alternatif ternak baik ruminansia maupun unggas. Ketersediaan kulit buah kakao cukup banyak

karena sekitar 75% dari satu buah kakao utuh adalah berupa kulit buah, sedangkan biji kakao

sebanyak 23% dan plasenta 2% (Wawo, 2008). Ditinjau dari segi kandungan zat-zat makanan

kulit buah kakao dapat dijadikan sebagai pakan ternak karena mengandung protein kasar

11,71%, serat kasar 20,79%, lemak 11,80% dan BETN 34,90% (Nuraini, 2007).

Penggunaan kulit buah kakao sebagai pakan ternak telah banyak dilakukan peneliti seperti

Martini (2002) kulit buah kakao dapat diberikan pada broiler sampai level 10% karena

terbatasnya penggunaan kulit buah kakao sebagai pakan ternak unggas disebabkan tingginya

kandungan serat kasar karena unggas tidak mampu menghasilkan enzim selulase yang dapat

mendegradasi selulosa menjadi glukosa. Selanjutnya dijelaskan bahwa faktor pembatas

pemberian kulit buah kakao sebagai pakan ternak adalah terdapatnya anti nutrisi theobromin

pada kulit buah kakao. Theobromin merupakan alkaloid tidak berbahaya yang dapat dirusak

dengan pemanasan atau pengeringan, tetapi pemberian pakan yang mengandung theobromin

secara terus menerus dapat menurunkan pertumbuhan (Tarka et al., 1998). Oleh karena itu

untuk memaksimalkan penggunaan kulit buah kakao baik bagi ternak maka perlu ditingkatkan

kualitasnya salah satunya dengan jalan fermentasi.

Teknologi fermentasi menggunakan kapang Neurospora crassa yang berwarna orange

cukup sederhana, mudah untuk diterapkan di lapangan dan dapat disosialisasikan ke masyarakat

terutama peternak. Bahan makanan yang telah mengalami fermentasi mempunyai kandungan

dan kualitas gizi yang lebih baik dari bahan asalnya karena mikroba bersifat katabolik atau

memecah komponen- komponen komplek menjadi zat –zat yang lebih sederhana sehingga lebih

mudah dicerna disamping itu mikroba dapat pula menghasilkan asam amino dan beberapa

vitamin seperti riboflavin, vitamin B12, provitamin A, dapat menghasilkan flavour yang lebih

disukai dan dapat mengurangi racun/anti nutrisi yang terdapat pada bahan (Carlile dan

Watkinson, 1995).

Inokulum Neurospora crassa yang berwarna orange kemerahan merupakan kapang

karotenogenik (penghasil β karoten) tertinggi yang telah diisolasi dari tongkol jagung (Nuraini

3

dan Marlida , 2005). Inokulum Neurospora crassa dapat memproduksi pakan kaya β karoten

(270.60 µg/g) dan dapat meningkatkan protein dari 4.56 % menjadi 21.20 % pada substrat

campuran 60 % ampas sagu dengan 40% ampas tahu (Nuraini, 2006). Senyawa β karoten

adalah senyawa karotenoid yang berfungsi sebagai provitamin A, sebagai pemberi warna kuning

pada kuning telur dan dapat menurunkan kolesterol telur (Kohlmeier dan Hastings, 1995, Nurdin,

1994 dan Nuraini, 2006).

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan ternyata pakan fermentasi dengan Neurospora

crassa yang kaya β karoten dapat digunakan sebanyak 20- 30% dalam ransum ayam dan 40%

dalam ransum itik yang dapat mengurangi penggunaan jagung 30-40% dan mengurangi

konsentrat 20-25% serta dapat menurunkan kolesterol telur ayam dan itik sampai 30-40%

(Nuraini,2006 dan 2008).

Didaerah Pakandangan terdapat sebuah koperasi yang beranggotakan 25 orang petani

ternak sapi dan ayam dengan nama ”Stater “. Setiap anggota kelompok tani rata rata

memelihara sekitar 3-5 ekor sapi dan 500 – 1000 ekor ayam. Sistim pemeliharaan sapi dan

ayam umumnya bersifat semi intensif. Pada siang hari sapi dan ayam dilepas dipekarangan dan

malam hari dikandangkan. Biasanya petani ternak membiarkan sapi dan ayam mencari makan

sendiri disekitar lokasi rumah mereka, sapi hanya makan rumput dan ayam hanya diberikan

dedak padi, sehingga tampak di lapangan pertumbuhan dan produktivitas sapi dan ayam

rendah. Hal ini disebabkan mahalnya harga bahan pakan seperti jagung dan konsentrat.

Sebelum terjadi krisis ekonomi, para peternak di daerah ini memberikan jagung dan

konsentrat untuk ternak ayam mereka, tapi karena mahalnya harga jagung dan konsentrat maka

timbul masalah yaitu peternak lebih banyak memberikan campuran dedak padi

dibandingkan jagung dan konsentrat dan kadang kadang hanya dedak padi saja yang

diberikan kepada ternak. Akibatnya makanan yang dikonsumsi oleh ternak tidak memenuhi

standar gizi yang dibutuhkan oleh ternak tersebut sehingga produktifitas ternak rendah karena

tampak dari hasil pengamatan di lapangan, pertambahan bobot badan atau pertumbuhan

ternak tidak sesuai dengan umur pemeliharaannya, akibatnya usaha peternakan kurang

menguntungkan.

Untuk mengatasi masalah tersebut maka perlu dilakukan suatu strategi yaitu memanfaatkan

secara efektif dan efisien bahan- bahan makanan yang berasal dari limbah pertanian yang

terbuang begitu saja dan banyak tersedia di desa Pakandangan Kabupaten Padang Pariaman

seperti kulit buah kakao. Dalam hal ini integrasi usaha peternakan dengan pertanian memberikan

harapan karena kulit buah kakao yang telah difermentasi dengan Neurospora crassa

memainkan peranan penting sebagai pakan ayam yang dapat mengurangi penggunaan jagung

dan konsentrat.

4

Berdasarkan uraian diatas maka dalam rangka membantu petani ternak ayam dalam

menghadapi problem pakan ternak maka perlu ditindak lanjuti dengan memanfaatkan hasil

limbah pertanian/industri yang berkualitas rendah melalui teknologi fermentasi tepat guna dan

sederhana dapat berubah menjadi bahan pakan alternatif yang bergizi tinggi. Melalui kegiatan

pengabdian kepada masyarakat di daerah ini dilakukan dengan tujuan:

1. Meningkatkan pengetahuan dan memperkenalkan kepada para peternak tentang bahan

pakan alternatif berkualitas yaitu kulit buah kakao fermentasi yang dapat digunakan sebagai

pakan alternatif bagi ternak unggas.

2. Meningkatkan pengetahuan para peternak dan mengadaptasikan teknologi fermentasi

sederhana dan mudah dilakukan untuk meningkatkan kualitas limbah perkebunan seperti

kulit buah kakao sehingga pemanfaatannya sebagai pakan ternak dapat maksimal.

3. Meningkatkan performa dan kualitas ternak yang dipelihara dengan memberikan formula

ransum yang sesuai dengan kebutuhan zat-zat makanan ternak dengan pemberian kulit

buah kakao fermentasi. Kulit buah kakao berasal dari limbah perkebunan kakao yang

banyak tersedia di sekitar lokasi peternakan .

4. Menurunkan biaya pengeluaran untuk pembelian ransum dengan memanfaatkan limbah

yaitu kulit buah kakao dan kemudian ditingkatkan kualitasnya melalui fermentasi dengan

Neurospora crassa sehingga produk kulit buah kakao fermentasi dapat dijadikan sebagai

pakan alternatif bagi ternak unggas.

MATERI DAN METODE

Kerangka Pemecahan Masalah

Masalah yang dihadapi oleh petani ternak di nagari Pakandangan dapat dipecahkan

dengan memberikan penyuluhan, demonstrasi pelatihan, diskusi dan bimbingan langsung ke

lapangan.

Realisasi Pemecahan Masalah

Untuk pemecahan masalah yang dihadapi oleh petani ternak di daerah Pakandangan

Kecamatan Enam Lingkung Kabupaten Padang Padang dilakukan dengan cara :

1. Memberikan penyuluhan dan pengarahan tentang teknik pemeliharaan unggas

terutama dari segi pakan dan keadaan gizi yang diberikan.

2. Memberikan penyuluhan tentang keuntungan dari pemanfaatan bahan - bahan yang

merupakan limbah/hasil ikutan pertanian dan industri seperti kulit buah kakao, dedak

dan ampas tahu yang mudah tersedia di daerah tersebut.

3. Memberikan percontohan atau demonstrasi tentang bagaimana teknik melakukan

fermentasi dengan kapang Neurospora crassa untuk meningkatkan kandungan gizi dari

kulit buah kakao.

5

4. Memberikan penyuluhan tentang cara menyusun ransum yang tepat dan sesuai dengan

kebutuhan gizi ternak dengan memanfaatkan pakan kakao fermentasi yang berasal

dari bahan pakan lokal yang mudah didapat di lokasi.

5. Memberikan binaan atau bimbingan langsung ke lapangan dan mengevaluasi hasil – hasil

yang diperoleh selama pembinaan dan pelaksanaan kegiatan.

Khalayak Sasaran

Khalayak sasaran dari kegiatan ini adalah 20-25 orang peserta pelatihan yang terdiri dari

para peternak unggas kelompok Stater maupun para peternak lain yang berminat, pemuda

putus sekolah dan pemuka masyarakat di desa ini. Sasaran kegiatan ini diharapkan para peserta

dapat menyebarluaskan hasil kegiatan ini pada masyarakat didaerah dan kecamatan lain di

Kabupaten Padang Pariaman ini.

Metode Yang Digunakan

Metode kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang telah dilakukan adalah :

1. Penyuluhan atau Ceramah

Memberikan penyuluhan tentang:

a) Teknik pemeliharaan ungas terutama dari segi pakan dan keadaan gizi yang diberikan.

b) Keuntungan dari pemanfaatan bahan pakan yang merupakan limbah hasil

pertanian/perkebunan seperti kulit buah kakao, ampas tahu dan dedak yang tersedia di

desa tersebut yang dapat mengurangi ketergantungan terhadap pakan konvensional

seperti jagung dan konsentrat.

c) Teknik pengolahan/ pembuatan kulit buah kakao fermentasi. Untuk lebih jelasnya maka

para peserta akan diberikan brosur yang berisi materi kegiatan dengan bahasa dan

keterangan yang mudah dimengerti.

d) Teknik menyusun ransum yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan gizi ayam

dengan menggunakan produk kulit buah kakao fermentasi.

2. Demonstrasi/Peragaan

Demonstrasi atau peragaan tentang:

a) Teknik pembuatan kulit buah kakao fermentasi dengan menggunakan inokulum kapang

Neurospora crassa (Lampiran 1). Pembuatan produk fermentasi ini dilakukan

berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan (Nuraini, 2007).

b) Teknik penyusunan ransum ayam dengan menggunakan produk fermentasi tersebut.

3. Diskusi/Tanya jawab

Diskusi/tanya jawab akan diberikan setelah kegiatan penyuluhan dan peragaan diberikan

dengan tujuan untuk memantapkan pemahaman materi yang diberikan .

6

4. Kegiatan Percontohan

Memberikan binaan atau bimbingan langsung ke lapangan pada kegiatan percontohan dan

mengevaluasi hasil – hasil yang diperoleh selama pembinaan dan pelaksanaan kegiatan ini.

Kegiatan percontohan tentang pemanfaatan produk kulit buah kakao fermentasi dalam

ransum dilakukan dengan melakukan uji biologis ke ayam percobaan. Batasan penggunaan

pakan alternatif produk kulit buah kakao fermentasi ini dilakukan di lapangan terhadap

ternak ayam berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan.

. 5 Evaluasi

Evaluasi terhadap kegiatan ini dilakukan 3 tahap :

• Tahap I, evaluasi tahap I dilakukan dengan cara pengisian angket yang berisi pertanyaan

dan jawabannya sudah disediakan. Kegiatan ini dilaksanakan sebelum kegiatan dimulai

dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan peserta tentang bahan pakan

alternatif, teknik fermentasi dan penyusunan ransum, serta kebutuhan zat makanan ayam

• Tahap II, evaluasi tahap II dilakukan setelah kegiatan penyuluhan dan demonstrasi

dilaksanakan, dengan tujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana minat peserta

terhadap materi penyuluhan dan peragaan yang dilakukan.

• Tahap III, evaluasi tahap III dilakukan setelah kegiatan pengabdiann berakhir. Kegiatan ini

bertujuan untuk mengetahui kemampuan peserta melaksanakan sendiri bagaimana cara

meningkatkan kualitas kulit buah kakao melalui fermentasi dan memberikannya pada ternak

ayam serta bagaimana pengaruhnya terhadap performa ayam yang dipelihara.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan pengabdian ini dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan para petani ternak di

desa Pakandangan Kecamatan Enam Lingkung Kabupaten Padang Pariaman dalam memelihara

ternak unggas terutama ayam.

Pada waktu survei ke lapangan sebelum pelaksanaan kegiatan ini, para petani ternak di

nagari ini sedang menghadapi kesulitan dalam pengadaan makanan terutama jagung dan

konsentrat yang harganya mahal. Para peternak ayam sebelumnya memberikan campuran

pakan dengan perbandingan yaitu 2 konsentrat, 3 jagung dan 5 dedak halus, tetapi pada saat

sekarang ini karena mahalnya harga jagung dan konsentrat maka peternak lebih banyak

memberikan campuran dedak padi dibandingkan jagung dan konsentrat dan sering hanya

dedak padi saja yang diberikan kepada ternak. Akibatnya pertumbuhan dan produksi ternak

tidak sesuai dengan umur pemeliharaannya dan produksi telur menurun karena makanan yang

dikonsumsi oleh ternak tidak memenuhi standar gizi yang dibutuhkan oleh ternak tersebut

7

sehingga produktifitas ternak rendah, akibatnya biaya produksi tetap lebih tinggi dari hasil yang

diperoleh atau dengan kata lain usaha yang dilakukan kurang menguntungkan.

Pemanfaataan secara efektif dan efisien bahan- bahan makanan yang berasal dari limbah

pertanian yang terbuang begitu saja dan banyak tersedia di lokasi seperti kulit buah coklat,

ampas tahu dan dedak merupakan salah satu strategi dalam menjawab dan mengatasi

permasalahan pakan ternak pengganti jagung dan konsentrat. Berdasarkan hasil wawancara,

tampak bahwa para peternak tidak mengetahui bahwa campuran kulit buah kakao sebagai

sumber energi dan ampas tahu sebagai sumber protein dapat dijadikan sebagai substrat untuk

pertumbuhan Neurospora crassa sehingga dihasilkan pakan fermentasi kaya β karoten. Produksi

kulit buah kakao, ampas tahu dan dedak di daerah ini cukup banyak untuk dijadikan sebagai

pakan ternak, karena di lokasi ini banyak terdapat tanaman kakao dan 2 tempat penggilingan

padi dan 3 tempat pembuatan tahu.

Teknologi fermentasi yang diberikan cukup sederhana, mudah untuk diterapkan

dilapangan dan dapat disosialisasikan ke masyarakat terutama peternak. Fermentasi dapat

meningkatkan kandungan dan kualitas gizi bahan, menghasilkan aroma dan rasa/flavour yang

disukai sehingga palatabilitas meningkat dan dapat meningkatkan daya cerna (Winarno,

1980). Campuran kulit buah kakao dan ampas tahu yang telah difermentasi dengan Neurospora

crassa dapat memproduksi pakan kaya β karoten (235.08 µg/g) dan dapat meningkatkan

protein dari 11.71 % menjadi 20.78 % pada substrat campuran 60 % kulit buah kakao dengan

40% ampas tahu (Nuraini, 2008). Senyawa β karoten adalah senyawa karotenoid yang berfungsi

sebagai provitamin A, sebagai pemberi warna kuning pada kuning telur dan dapat menurunkan

kolesterol telur. Penggunaan produk pakan kaya β karoten sebanyak 20 % dalam ransum

broiler dan 30-40% dalam ransum itik dan ayam petelur, dapat mengurangi sebanyak 30 - 40%

penggunaan jagung dan 30-35 % konsentrat tanpa menurunkan pertambahan bobot badan

broiler dan produksi serta bobot telur bahkan dapat menurunkan 30-40% kolesterol telur dan

meningkatkan 30 -35% warna kuning telur (Nuraini, 2006 dan Nuraini 2008).

Pada waktu kegiatan pengabdian masyarakat di daerah Pakandangan ini dilakukan maka

program kegiatan yang telah diberikan adalah penyuluhan tentang cara pemeliharaan ternak

unggas yang sesuai dengan Panca Usaha Ternak, pemanfaatan limbah – limbah hasil pertanian

yang banyak tersedia di sekitar daerah ini untuk dijadikan sebagai pakan ternak, peningkatan

kualitas limbah secara biologi melalui fermentasi, penyusunan ransum ternak unggas dengan

menggunakan limbah – limbah hasil pertanian fermentasi tersebut dan pemberiannya pada

ternak. Disamping itu juga dilakukan demonstrasi/peragaan cara melakukan fermentasi limbah

hasil pertanian dengan menggunakan inokulum Neurospora crassa.

Hasil pengamatan dilapangan, menunjukkan bahwa kegiatan pengabdian ini disenangi oleh

peserta karena para peternak selain mendapatkan materi cara pemeliharaan ternak unggas yang

8

sesuai dengan Panca Usaha Ternak ( managemen pemeliharaan, makanan, kandang, penyakit),

peningkatan kualitas limbah secara biologi yaitu fermentasi; teknik memformulasi ransum dengan

menggunakan bahan pakan lokal, mereka juga ingin mengetahui cara peningkatan kualitas

limbah dengan cara lainnya yaitu secara fisik dan secara kimia seperti amoniasi jerami padi dan

pembuatan silase.

Setelah kegiatan penyuluhan dan demonstrasi serta evaluasi dilakukan ternyata beberapa

peternak sudah bisa melakukan fermentasi sendiri dan telah mencoba memberikannya pada

ternak unggas yang dipelihara. Hasil evaluasi dilapangan setelah kegiatan penyuluhan dan

demonstrasi dilakukan ternyata beberapa peternak sudah bisa melakukan fermentasi sendiri

dan telah mencoba memberikannya pada ternak unggas yang dipelihara. Para peserta

menyadari bahwa dengan pembuatan produk fermentasi akan didapatkan dua keuntungan yaitu

produk fermentasi kaya β karoten dapat digunakan sebagai makanan ternak yang mengurangi

penggunaan sebagian jagung dan konsentrat sehingga biaya berkurang dan kedua dengan

memberikan produk fermentasi pada ternak akan menghasilkan telur rendah kolesterol.

Dari pengamatan di lapangan selama 4 minggu perlakuan dapat dilihat bahwa pengaruh

pemberian kulit buah kakao fermentasi dalam ransum ayam buras grower dan ayam petelur

tercantum pada Tabel 1.

Tabel 1. Performa Ayam yang Diberi Ransum mengandung Produk Kakao Fermentasi

selama 4 minggu pengamatan

Ayam Buras Grower (umur 3 bulan)

Ayam Petelur (umur 7 bulan)

Kontrol Perlakuan Kontrol Perlakuan

Konsumsi Ransum

(g/ekor/hari)

67 65 115 120

Pertambahan Bobot Badan (g/ekor/hari)

20 20 - -

Produksi Telur (%) - - 70 72

Pemberian produk kakao fermentasi dalam ransum ayam buras grower sampai 20 %, dengan

pengurangan penggunaan jagung sebanyak 20% dan pengurangan konsentrat 10% ternyata

masih memberikan performa yang sama terhadap ayam buras dan demikian pula dengan

pemberian 30% kakao fermentasi dalam ransum pengurangan 30% jagung dan 20 %

konsentrat tidak menurunkan produksi telur ayam.

KESIMPULAN

Kesimpulan

9

Dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang merupakan penerapan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang telah dilaksanakan di nagari Pakandangan Kecamatan Enam

Lingkung Kabupaten Padang Pariaman dapat ditarik kesimpulan yaitu :

1. Desa Pakandangan merupakan daerah yang potensial untuk dikembangkan sebagai usaha

peternakan unggas baik ayam maupun itik karena di daerah ini cukup banyak terdapat

limbah – limbah hasil pertanian seperti dedak, ampas tahu dan dedak yang dapat dijadikan

sebagai makanan ternak .

2. Berdasarkan hasil survei pendahuluan ternyata para peternak di desa ini sedang mengalami

kesulitan dalam pengadaan jagung dan konsentrat sebagai makanan ternak, karena berharga

mahal, akibatnya produktifitas ternak menjadi menurun. Sementara dilain pihak potensi

limbah hasil perkebunan seperti kulit buah kakao yang dapat dijadikan sebagai makanan

ternak cukup banyak tapi peternak belum mengatahui cara meningkatkan kualitasnya.

3. Pembuatan produk kakao fermentasi dengan Neurospora crassa untuk diberikan sebagai

makanan ternak ayam dapat memberikan dua keuntungan yaitu pertama dengan

pembuatan produk fermentasi yang berasal dari limbah hasil pertanian dapat mengurangi

penggunaan jagung dan konsentrat yang diberikan pada ternak, kedua kualitas telur

meningkat karena dengan pemberian produk fermentasi kaya β karoten dalam ransum

unggas petelur akan menghasilkan telur yang rendah kolesterol tanpa menurunkan produksi

telur. Pemberian kulit buah kakao fermentasi dalam ransum ayam buras periode grower

sampai 20 % dengan pengurangan 20% jagung dan 15 % konsentrat tidak menurunkan

performa ayam. Demikian pula dengan pemberian 30% kakao fermentasi dalam ransum

pengurangan 30% jagung dan 20 % konsentrat tidak menurunkan produksi telur ayam.

4. Oleh karena itu para petani ternak sangat gembira sekali menerima kegiatan yang telah

diberikan .

Saran

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat perlu dilakukan secara berkesinambungan

sehingga apa yang telah didapatkan sebelumnya tidak terputus begitu saja apalagi kalau

masyarakatnya sangat antusias mengikuti kegiatan dan senang menerima sesuatu pengetahuan

yang baru yang menuju kepada kemajuan apalagi kegiatan yang dapat mengatasi masalah yang

sedang dihadapi masyarakat.

10

DAFTAR PUSTAKA

Carlile , M.J and S.C. Watkinson. 1995. The Fungi . Academic Press Inc. London .

Martini. 2002. Pemanfaatan kulit buah coklat sebagai pakan alternatif dalam ransum broiler. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Andalas, Padang

Nuraini dan Y.Marlida. 2005. Isolasi kapang karotenogenik untuk memproduksi pakan kaya β karoten. Laporan Penelitian Semi Que Fakultas Peternakan Unand Padang. Nuraini. 2006. Isolasi kapang karotenogenik untuk memproduksi pakan kaya β karoten

dan aplikasinya terhadap ayam ras pedaging dan petelur. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Andalas Padang.

Nuraini, Sabrina dan S.A. Latif. 2008. Performa ayam dan kualitas telur dengan

penggunaan ransum yang mengandung onggok fermentasi dengan Neurospora crassa Jurnal Media Peternakan 31 (3),Des 2008 :195-202. ISSN 0126-0472. Terakreditasi SK Dikti No: 43/DIKTI/Kep/ 2008

Nuraini, Sabrina and S.A.Latif. 2009. Improving the Quality of Tapioca by Product

Through Fermentation by Neurospora crassa to Produce B Carotene Rich Feed. Journal Pakistan of Nutrition 8(4): 252-256

Nurdin, H. 1994. Penarikan β karoten dari limbah minyak kelapa sawit dan

efeknya terhadap penurunan kolesterol. Laporan Penelitian Hibah Bersaing Universitas Andalas.

Tarka, S.M., B.L. Zoumas and G.A. Trout. 1998. Examination of effect cocoa shell

with theobromin in lamb. Nutrition Report International.

Wawo, B. 2008. Mengolah limbah kulit kakao menjadi bahan pakan ternak. Http://disnaksulsel.info/index.php?option=com-docman&task=doc-details &gid=3. Diakses tanggal 6 Februari 2008. Pukul 14.45-17.00 WIB.

UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terimakasih disampaikan kepada Dikjen Dikti Depdiknas bagian

Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat yang telah sudi menyediakan dana untuk

pelaksanaan program Ipteks ini. Terimakasih juga disampaikan pada Kepala Lembaga

Pengabdian Kepada Masyarakat Unand dan Dekan Fakultas Peternakan Unand atas izin

dan bantuan yang telah diberikan serta kepada semua pihak yang telah membantu

kelancaran pelaksanaan kegiatan ini.

11

Lampiran 1.

Kulit Buah Kakao(KBK) (60 %)

Ampas Tahu / AT(40 %)

Pencampuran

Pengukusan ( 1000C, 15 ')

Pendinginan (suhu kamar)

Inokulasi dgn Neurospora crassa (9 % dari jumlah substrat)

Inkubasi 5-7 hari (ketebalan 2 cm)

Produk KBKATF

12

Gambar 1. Prosedur Pembuatan Produk Kakao Fermentasi

13

Gambar 2. Produk kakao fermentasi