PEMANFAATAN JERAMI PADI UNTUK PRODUKSI KARBON …
Transcript of PEMANFAATAN JERAMI PADI UNTUK PRODUKSI KARBON …
PEMANFAATAN JERAMI PADI UNTUK PRODUKSI KARBON AKTIF DENGAN AKTIVASI KIMIA MENGGUNAKAN
KALIUM KARBONAT
Muhammad Ikhsan Asy’ari1 dan Mahmud Sudibandriyo2
1Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia 2Riset Grup Energi Berkelanjutan, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas
Indonesia, Depok 16424, Indonesia
Email: [email protected]
ABSTRAK Pada penelitian ini dilakukan produksi karbon aktif berbahan baku jerami padi dengan karbonisasi dan
dilanjutkan dengan aktivasi kimia menggunakan K2CO3. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh lama waktu dan suhu aktivasi pada tahap aktivasi kimia terhadap luas permukaan karbon aktif. Proses aktivasi dilakukan pada variasi suhu 700°C, 800°C, 900°C dan lama waktu aktivasi divariasikan selama 60 menit, 90 menit, dan 120 menit. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa peningkatan suhu dan lama waktu aktivasi menyebabkan luas permukaan terus mengalami peningkatan hingga suhu aktivasi 900oC dan lama waktu selama 90 menit. Luas permukaan karbon aktif tertinggi sebesar 1.003 m2/g diperoleh dengan aktivasi pada suhu 900oC dan lama waktu selama 90 menit.
ABSTRACT
Utilization of Rice Straw Waste to Produce Activated Carbon with Chemical Activation using Potassium Carbonate. Activated carbon from rice straw waste is produced in this research with carbonization and followed by chemical activation using potassium carbonate. This research aims to analyze the effect of duration and temperature in activation process. The activation process is held in 700°C, 800°C, 900°C of temperature and 60, 90 and 120 minutes of duration. It shows that surface area is increased by the increasing of activation temperature and duration except the activated carbon with 900°C of activation temperature and 120 minutes of activation duration. Highest surface area is 1,003 m2/g from activated carbon with 900°C of activation temperature and 90 minutes of activation duration
Keywords: Activated carbon , Adsorption, Rice straw and Potassium carbonate.
1. Pendahuluan
Karbon aktif adalah karbon yang diaktivasi pada suhu tinggi sehingga pori-porinya terbuka
dan dapat digunakan sebagai bahan penyerap atau adsorben. Karbon aktif memiliki daya serap
yang sangat besar yaitu sekitar 25% hingga 1000% dari berat karbon aktif tersebut (S. Meilita &
S.Tuti.2003). Karbon aktif dapat digunakan dalam berbagai proses industri sebagai molekul
penyaring, pemurnian cairan dan gas, pemurnian dan penjernihan air, proses pembuatan makanan,
katalis, penghilangan sulfur dan nitrogen, serta pemurnian emas.
Hingga saat ini telah dilakukan pengembangan pembuatan karbon aktif dengan menggunakan
Pemanfaatan Jerami..., Muhammad Ikhsan Asy'ari, FT UI, 2014
berbagai bahan dengan kandungan karbon yang tinggi, seperti tempurung kelapa, bagas tebu, batu
bara dan sebagainya. Salah satu material yang juga dapat digunakan adalah jerami padi. Jerami
padi memiliki kandungan unsur karbon sebanyak 40-43% massa (Makarim, et al. 2007). Jerami
padi yang banyak mengandung unsur karbon ini dapat menjadi salah satu alternatif sebagai bahan
baku untuk peningkatan produksi karbon aktif.
Ketersediaan jerami padi di Indonesia cukup melimpah karena Indonesia merupakan negara
agraris Menurut data BPS tahun 2013, luas sawah di Indonesia adalah 13,7 juta ha dengan
kapasitas produksi padi sebesar 70,87 juta ton sehingga potensi jerami padi yang dimiliki Indonesia
adalah sekitar 99,22 juta ton (Kim & Dale. 2003). Namun, jerami padi masih belum dapat
digunakan secara optimal bahkan menjadi limbah pertanian yang selama ini menjadi masalah
daerah persawahan. Saat ini sebagian jerami padi dijadikan sebagai pakan ternak dan sisanya
dibakar sehingga dapat merusak lingkungan dan keseimbangan hayati..
Cara yang dapat dilakukan untuk menghasilkan karbon yang berpori adalah dengan
dekomposisi termal material organik yang melalui tiga tahapan, yaitu dehidrasi, karbonisasi, dan
aktivasi. Pengembangan penelitian pembuatan karbon aktif telah banyak dilakukan untuk
mendapatkan luas permukaan yang optimal. Saat ini, pembuatan karbon aktif dari jerami padi telah
dilakukan dengan menggunakan aktivasi kimia, yaitu jerami padi dicampur dengan larutan KOH
lalu dipanaskan di dalam reaktor hingga suhu 800oC serta dialiri dengan gas nitrogen mampu
menghasilkan luas permukaan karbon aktif sebesar 900 m2/gram (Oh & Park 2001). Selain itu
jerami padi juga dicampurkan dengan H3PO4 lalu dipanaskan hingga suhu 500oC mampu
menghasilkan karbon aktif dengan luas permukaan 786 m2/gram (Fierro, et al. 2001).
Pada penelitian ini metode aktivasi yang dilakukan adalah aktivasi kimia karena aktivasi kimia
dapat menghasilkan luas permukaan karbon aktif per satuan massa yang lebih besar daripada
menggunakan aktivasi fisika (Stals, et al. 2013). Aktivasi kimia dilakukan dengan menggunakan
K2CO3 sebagai activating agent karena dari penelitian sebelumnya dengan bahan baku yang lain,
penggunaan activating agent K2CO3 dapat menghasilkan luar permukaan karbon aktif per satuan
massa yang lebih besar daripada activating agent lainnya seperti ZnCl2 atau H3PO4 (Chen, et al.
2012). Dengan penelitian menggunakan jerami padi yang memiliki kandungan karbon yang cukup
tinggi, yakni sekitar 40-43%, dan metode aktivasi kimia dengan K2CO3 diharapkan dapat
menghasilkan karbon aktif dengan luas permukaan yang tinggi.
Pemanfaatan Jerami..., Muhammad Ikhsan Asy'ari, FT UI, 2014
2. Tinjauan Teoritis
2.1 Karbon aktif
Karbon aktif adalah karbon amorf berwujud padat yang terbentuk dari proses karbonisasi dan
aktivasi sehingga memiliki pori atau rongga dan luas permukaan internal yang tinggi. Hal ini
meyebabkan karbon aktif memiliki daya serap yang besar terhadap gas, uap dan zat yang berada
dalam larutan. Karbon aktif mempunyai luas permukaan hingga lebih dari 3.000 m2/g (Robau-
Sanchez et al., 2005).
Karbon aktif dapat dibuat dari semua bahan yang mengandung karbon. Bahan-bahan
diantaranya berasal dari tumbuh-tumbuhan, binatang maupun bahan tambang seperti berbagai jenis
kayu, batubara, sekam padi, tulang binatang, tongkol jagung, tempurung kelapa, tempurung kelapa
sawit, ampas tebu, kulit biji kopi, dan lain-lain. (Manocha Satish, 2003). Karbon aktif ini diperoleh
melalui proses aktivasi terhadap arang karbon. Aktivasi karbon menyebabkan terjadinya
pengembangan struktur pori-pori yang bergantung pada metode aktivasi yang digunakan.
Karbon aktif digunakan pada berbagai bidang aplikasi. Kegunaan karbon aktif dapat berupa
pemurnian gas, katalisator, penyaring bau dan rasa pada industri obat dan makanan, penghilang
bau, warna dan resin pada industri pengolahan air, pelarut yang dapat digunakan kembali, dan
penyimpan energi (gas adsorptive storage) (Sembiring & Sinaga, 2003).
Ukuran pori-pori karbon aktif dapat diklasifikasikan dalam tiga jenis yaitu micropore,
mesopore dan macropore (Marsh and Reinoso. 2006). Struktur ukuran pori-pori karbok aktif dapat
dilihat pada Gambar 2.2 di bawah ini.
1. Micropores adalah pori-pori dengan ukuran diameter lebih kecil dari 2 nm. Area ini merupakan
area dimana adsorpsi dominan terjadi. Volume pori-pori ini berkisar antara 0,15 – 0,5 mL/g.
Selanjutnya Micropore diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu wider micropores dengan
ukuran diameter 0,7-2 nm dan narrow micropores dengan ukuran diameter lebih kecil dari 0,7
nm.
2. Mesopores adalah pori-pori dengan ukuran diameter 2 – 50 nm. Area ini merupakan area
adsorpsi dominan kedua setelah micropores. Mesopores sering juga disebut transitional pore
atau area transisi. Volume pori-pori ini berkisar antara 0,02 – 10 mL/g.
3. Macropores adalah pori-pori dengan ukuran diameter lebih besar dari 50 nm dan berfungsi
sebagai pintu masuk adsorbat menuju ke dalam micropores.
Pemanfaatan Jerami..., Muhammad Ikhsan Asy'ari, FT UI, 2014
Gambar 1. Ilustrasi Skema Struktur Pori Karbon Aktif (Manocha Satish, 2003)
2.2 Struktur Fisika dan Kimia Karbon Aktif
Struktur molekul karbon aktif tersusun atas atom-atom karbon yang membentuk kristalin kecil.
Atom-atom karbon tersebut terikat secara kovalen dan membentuk tatanan heksagonal. Setiap
karbon berikatan dengan tiga karbon yang lain dengan ikatan σ, pada orbital pz terdiri dari satu
elektron dari delokalisasi ikatan π. Perbedaan ikatan pada permukaan lapisan dihubungkan oleh
ikatan van der waals.
Daerah kristalin memiliki ketebalan 0,7-1,1 nm. Pada kristalin tersebut terdapat 3 atau 4
lapisan atom karbon dengan kurang lebih terisi 20-30 heksagon di tiap lapisannya. Rongga antara
kristal-kristal karbon diisi oleh karbon-karbon yang berikatan secara tiga dimensi dengan atom-
atom lainnya terutama oksigen. Susunan karbon yang tidak teratur ini diselingi oleh retakan-
retakan dan celah yang disebut pori dan kebanyakan berbentuk silindris.
Kemampuan karbon aktif mengadsorpsi ditentukan oleh struktur kimianya, yaitu atom C, H,
dan O yang terikat secara kimia membentuk gugus fungsional, misalnya karboksil, fenol, dan eter.
Gugus fungsi ini dapat berasal dari bahan baku karbon aktif. Selain itu, gugus fungsi pada karbon
aktif juga terbentuk selama proses aktivasi oleh karena adanya interaksi radikal bebas permukaan
karbon dengan oksigen atau nitrogen yang berasal dari atmosfer. Gugus fungsi ini membuat
permukaan karbon aktif reaktif secara kimiawi dan mempengaruhi sifat adsorpsinya (Pujiyanto,
2010). Struktur Kimia Permukaan Karbon Aktif dapat dilihat pada Gambar 2.
Pemanfaatan Jerami..., Muhammad Ikhsan Asy'ari, FT UI, 2014
Gambar 2 Struktur Kimia Permukaan Karbon Aktif (Mochida et al., 2006)
Karbon aktif yang telah melalui proses aktivasi akan memiliki afinitas yang sangat kuat dan
memiliki daya serap yang tinggi terhadap zat-zat kimia tertentu. Untuk membuat karbon aktif,
maka suatu gugus karbon harus melalui proses aktivasi terlebih dahulu. Proses aktivasi akan
mengakibatkan terjadinya perubahan fisik pada karbon dimana pada permukaan karbon aktif akan
terbentuk pori-pori dan luas permukaan yang baru. Pembentukan pori baru terjadi karena
pengikisan atom karbon yang terjadi pada proses pemanasan. 2.3 Proses pembuatan karbon aktif
Proses pembuatan karbon aktif terdiri atas tiga tahapan yaitu proses persiapan, karbonisasi dan
aktivasi. Proses tersebut bertujuan untuk menghasilkan pori-pori pada karbon aktif yang akan
dihasilkan sehingga diperoleh karbon aktif dengan luas permukaan yang tinggi.
1. Proses Persiapan
Proses persiapan terdiri atas proses pengecilan ukuran bahan baku dan pencampuran bahan
baku. Proses pengecilan ukuran bahan baku jerami padi bertujuan untuk menambah luas
permukaan jerami padi sehingga pencampuran antara jerami padi dan activating agent dapat
berlangsung dengan lebih efektif. Setelah proses pengecilan ukuran jerami padi dilakukan proses
pencampuran antara bahan baku karbon aktif dengan senyawa kimia yang akan menjadi activating
agent.
2. Proses Karbonisasi
Karbonisasi atau pengarangan adalah proses pemanasan bahan baku karbon aktif yang telah
melalui proses dehidrasi. Proses karbonisasi ini berlangsung pada suhu 400oC. Proses ini bertujuan
Pemanfaatan Jerami..., Muhammad Ikhsan Asy'ari, FT UI, 2014
untuk menguraikan bahan-bahan organik yang terkandung dalam bahan baku untuk membentuk
tar, asam asetat dan karbon. Penguraian unsur non karbon tersebut akan menyebabkan struktur
pori-pori bahan baku menjadi berubah dan mulai terbuka. Ketika proses karbonisasi berakhir, maka
material yang terbentuk adalah karbon dalam bentuk arang dengan dengan pori-pori yang sempit
(Cheremisinoff, 1993).
Selama karbonisasi banyak elemen non karbon, hidrogen dan oksigen diubah menjadi gas oleh
dekomposisi pirolisis dari bahan mula-mula, dan atom-atom karbon bebas mengelompok dalam
formasi kristalografis yang dikenal sebagai kristal grafit. Susunan kristal ini tidak beraturan,
sehingga celah-celah bebas tetap ada diantaranya. Selanjutnya, hasil dari penumpukan dan
dekomposisi non karbon ini mengotori atau paling sedikit memblokir karbon yang tidak
terorganisasi (amorph). Bahan karbon yang demikian kemudian dapat diaktivasi dengan
memanaskannya dalam aliran gas inert, atau dengan mengekstraksinya menggunakan pelarut yang
sesuai, atau dengan reaksi kimia (A. Martin-Guillon, et al., 1993).
Faktor-faktor yang mempengaruhi karbonisasi adalah kadar air, ketebalan bahan baku,
kekerasan bahan baku, udara sekeliling dapur pembakaran (furnace), waktu pemanasan dan suhu
pemanasan. Proses karbonisasi dilakukan pada suhu 400 oC agar unsur non karbon dapat terurai.
Namun suhu dari proses karbonisasi ini juga harus dibatasi karena suhu yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan terbentuknya sejumlah abu yang dapat menutupi pori-pori karbon aktif sehingga
akan mengurangi luas permukaan dari karbon aktif tersebut. Untuk meningkatkan daya serap
karbon aktif yang terbentuk perlu dilakukan tahapan selanjutnya, yaitu proses aktivasi.
3. Proses Aktivasi
Proses aktivasi merupakan proses penghilangan zat-zat hasil proses karbonisasi yang menutupi
pori-pori permukaan karbon aktif. Proses eleminasi zat-zat tersebut dilakukan dengan cara proses
oksidasi menggunakan oksidator lemah (CO2 dan uap air) agar atom karbon yang lain tidak turut
teroksidasi. Selain itu, proses aktivasi juga dapat dilakukan dengan menggunakan senyawa garam.
Unsur mineral akan masuk di antara plat-plat heksagonal dan membuka permukaan yang mula-
mula tertutup, sehingga jumlah permukaan karbon aktif bertambah besar (Diao et al., 2002). Proses
aktivasi dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: proses aktivasi fisika dan proses aktivasi kimia.
Pada aktivasi secara fisika, karbon dipanaskan pada suhu sekitar 800-1.000°C dan dialirkan
gas pengoksidasi, seperti uap air dan CO2. Proses oksidasi ini akan menghilangkan zat-zat pengotor
Pemanfaatan Jerami..., Muhammad Ikhsan Asy'ari, FT UI, 2014
dari proses karbonisasi dan memperbesar pori-pori karbon aktif. Namun, pada suhu aktivasi yang
terlalu tinggi beresiko terjadinya oksidasi lebih lanjut pada karbon sehingga merusak ikatan C-C
dalam bidang lempeng heksagonal karbon yang akan menurunkan luas permukaan internal (Diao
et al., 2002).
Pada aktivasi kimia, karbon dicampur dengan larutan kimia yang berperan sebagai activating
agent. Larutan kimia yang dipakai biasanya adalah garam dari logam alkali dan alkali tanah serta
zat asam maupun basa, seperti KOH, K2CO3, NaOH, ZnCl2, H3PO4, dan H2SO4. Activating agent
akan memasuki pori-pori permukaan karbon aktif yang telah terbentuk dari proses karbonisasi dan
selanjutnya mengikis permukaan bagian dalam karbon aktif. Hal ini menyebabkan zat-zat hasil
proses karbonisasi akan mudah terlepas sehingga meningkatkan luas permukaan karbon aktif.
Selanjutnya pada penelitian ini proses aktivasi yang diterapkan adalah aktivasi kimia.
Pemilihan ini didasarkan pada hasil penelitian-penelitian yang telah dilakukan dimana proses
aktivasi kimia cenderung menghasilkan luas permukaan karbon aktif yang lebih luas dibandingkan
dengan menggunakan proses aktivasi fisika (Stals, et all, 2013). Pada aktivasi secara kimia, karbon
dipanaskan pada suhu sekitar 500-900°C. Peningkatan suhu aktivasi kimia dapat menyebabkan
semakin banyak activating agent yang akan masuk di antara sela-sela lapisan heksagonal arang.
Selanjutnya, activating agent ini akan membuka permukaan arang yang tertutup untuk membentuk
sejumlah pori-pori.
Pada penelitian ini jenis activating agent yang digunakan adalah larutan K2CO3. Pemilihan
K2CO3 sebagai activating agent dikarenakan larutan K2CO3 memiliki potensi untuk menghasilkan
luas permukaan yang tinggi pada pembuatan karbon aktif. Pada proses aktivasi kimia ini, larutan
K2CO3 akan mengikis permukaan karbon aktif sehingga membentuk pori pada karbon aktif
tersebut. Pengikisan ini disebabkan oleh terjadinya reaksi antara larutan K2CO3 dengan ikatan –
CH- dan –CH2- yang terkandung dari bahan baku karbon aktif. Mekanisme reaksi antara larutan
K2CO3 dengan kandungan bahn baku karbon aktif tersebut adalah sebagai berikut (Chunlan Lu, et
al., 2010):
K2CO3 + -CH2- → K2O + 2CO + H2 (1) K2CO3+ 2-CH- → 2K + 3CO + H2 (2)
K2O + -CH2- → 2K + CO + H2 (3)
2K2O + 2-CH- → 4K + 2CO + H2 (4)
Pemanfaatan Jerami..., Muhammad Ikhsan Asy'ari, FT UI, 2014
3. Metode Penelitian
3.1. Alat dan bahan penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Alat yang Digunakan dalam Penelitian dan Kegunaannya
Alat Kegunaan Oven Alat untuk memanaskan bahan Penyaring Mesh no.100 dan 120 Alat untuk mengecilkan dan menyamakan ukuran
karbon aktif Reaktor Alat untuk proses aktivasi kimia dengan suhu tinggi Hot plate Alat untuk memanaskan bahan dan pengadukan
larutan Pengaduk (magnetic stirrer) Alat untuk mengaduk larutan Beaker Glass Wadah untuk membuat larutan Timbangan Labu Erlenmeyer
Alat untuk mengukur massa bahan Alat untuk membuat larutan dan proses titrasi
Cawan Petri Wadah untuk menimbang Ejektor Alat untuk proses pemisahan karbon aktif dan air
distilasi Spatula Alat untuk mengaduk larutan Kertas Saring Alat untuk memisahkan karbon aktif dan air distilasi Pipet Alat untuk memindahkan larutan Labu Ukur Alat untuk membuat dan menyimpan larutan
ini.
Sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2 di bawah
Tabel 2. Bahan yang Digunakan dalam Penelitian dan Kegunaannya
Bahan Fungsi Jerami Padi Sebagai bahan baku yang akan diproses untuk
menghasilkan karbon aktif Larutan K2CO3 Sebagai activating agent pada proses aktivasi kimia
untuk membentuk pori-pori pada permukaan arang. Air distilasi Sebagai bahan untuk membuat larutan dan untuk
proses pencucian karbon aktif yang telah diaktivasi HCl 5N Sebagai bahan untuk menghilangkan zat pengotor
yang mampu menutupi pori-pori pada permukaan karbon aktif sebelum proses pencucian
Pemanfaatan Jerami..., Muhammad Ikhsan Asy'ari, FT UI, 2014
Bahan Fungsi HCl 5% Sebagai bahan untuk menghilangkan zat pengotor
yang mampu menutupi pori-pori pada permukaan karbon aktif sebelum proses titrasi
Gas N2 Sebagai gas inert untuk menghilangkan kandungan oksigen di dalam reaktor
Padatan KI Sebagai bahan baku larutan penguji untuk pengukuran bilangan iod
Padatan I2 Sebagai bahan baku larutan penguji untuk pengukuran bilangan iod
Padatan Natrium Tio-Sulfat Padatan KIO3
Sebagai bahan baku larutan penguji untuk pengukuran bilangan iod Sebagai bahan baku larutan penguji untuk standarisasi larutan iodin
Kanji Sebagai bahan baku larutan indikator untuk proses titrasi pada pengukuran bilangan iod
3.2 Rangkuman kegiatan penelitian
Pada bab metode penelitian ini akan dibahas mengenai peralatan dan bahan yang akan
digunakan, variabel penelitian, diagram alir proses penelitian, dan prosedur penelitian. Tahapan-
tahapan yang dilakukan secara rinci dapat dilihat pada diagram alir penelitian keseluruhan (Gambar
3).
Pemanfaatan Jerami..., Muhammad Ikhsan Asy'ari, FT UI, 2014
Persiapan alat dan bahan baku
Pencampuran bahan baku dan
Activating Agent pada suhu 200oC
Karbonisasi pada Suhu 400oC
Gas inert N2 dengan laju alir =150 mL/menit
Aktivasi di dalam reaktor pada suhu 700oC, 800oC dan 900oC dan durasi
selama 60 menit, 90 menit dan 120 menit.
Pencucian dengan HCl 5N dan air distilasi
Pengeringan
Karakterisasi luas permukaan
3.3 Variabel Penelitian
Gambar 3. Rangkuman kegiatan penelitian
Berikut adalah variabel yang terkait pada penelitian ini :
• Variabel Bebas
1. Suhu aktivasi kimia
Pemanfaatan Jerami..., Muhammad Ikhsan Asy'ari, FT UI, 2014
2. Lama waktu aktivasi • Variabel Kontrol
1. Jenis activating agent
2. Rasio massa activating agent/massa jerami padi
3. Laju alir gas nitrogen • Variabel Terikat
Luas permukaan karbon aktif yang dihasilkan
4. Hasil Penelitian
4.1 Yield karbonisasi
Data yield arang yang diperoleh dari proses karbonisasi jerami padi dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Yield Arang jerami padi
Massa jerami
padi (gram)
Massa arang
(gram)
Massa arang dari
jerami padi (gram)
Yield
(%)
25 46,85 9,35 37,40
25 49,92 12,42 49,68
25 46,85 9,35 37,40
25 50,31 12,81 51,24
25 48,61 11,11 44,44
25 48,70 11,20 44,80
25 47,92 10,42 41,68
25 46,11 8,61 34,44
25 45,63 8,13 32,52
4.2 Yield aktivasi
Data yield karbon yang diperoleh dari proses aktivasi kimia dapat dilihat pada tabel 4.
Pemanfaatan Jerami..., Muhammad Ikhsan Asy'ari, FT UI, 2014
Tabel 4. Yield karbon aktif hasil aktivasi
Sampel Suhu aktivasi Lama waktu
aktivasi Yield perolehan karbon aktif
1
700 oC
60 menit 85,36%
2 90 menit 82,59%
3 120 menit 82,34%
4
800 oC
60 menit 81,36%
5 90 menit 79,82%
6 120 menit 78,52%
7
900 oC
60 menit 78,49%
8 90 menit 77,90%
9 120 menit 76,11% 4.3 Burn off
Burn off adalah persentase pengurangan massa bahan baku jerami padi selama proses aktivasi
dan pencucian hingga didapat produk karbon aktif. Nilai persentase burn off ini dapat dijadikan
sebagai pendekatan secara makro untuk mengkarakterisasi hasil pembuatan karbon aktif, dimana
nilai burn off yang tinggi menunjukkan bahwa volume pori akan bertambah. Perhitungan untuk
mendapatkan persentasi burn off dapat dilakukan dengan persamaan (6) dan hasil perhitungan burn
off pada penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 5.
! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! = ! ! 1−! ! 2 ! ! 100% (6)
! ! 1
Tabel 5. Persentase burn off
Sampel Suhu aktivasi
(oC)
Lama waktu
aktivasi
(menit)
Persentase Burn off
(%)
1
700
60 66,60
2 90 74,20
3 120 76,56
4 800 60 70,28
Pemanfaatan Jerami..., Muhammad Ikhsan Asy'ari, FT UI, 2014
5 90 75,36
6 120 78,64
7
900
60 77,28
8 90 80,32
9 120 85,08
4.4 Bilangan iod dan luas permukaan
Data bilangan iod dan luas permukaan sampel karbon aktif dapat dilihat pada Tabel 6 dan
Gambar 2.
Tabel 6. Bilangan iod dan luas permukaan karbon aktif
Suhu aktivasi (oC)
Lama waktu (menit)
Bilangan iod (mg/gr)
Luas permukaan
( m2/gr )
700 60 397 352 90 414 376 120 430 401
800
60 445 425 90 570 621 120 617 695
900
60 636 725 90 813 1.003 120 700 837
Gambar 4. Hubungan suhu aktivasi dan lama waktu aktivasi terhadap luas permukaan karbon aktif
Pemanfaatan Jerami..., Muhammad Ikhsan Asy'ari, FT UI, 2014
5. Pembahasan
5.1. Yield karbonisasi
Dari tabel 3 diketahui bahwa yield arang dari jerami padi berkisar pada persentase 32-51%.
Hasil ini cukup kecil dan menandakan bahwa pada proses karbonisasi, kandungan volatile matter
yang terdapat pada jerami padi telah berkurang sehingga meningkatkan presentase kandungan
karbon pada arang yang dihasilkan.
5.2. Yield aktivasi
Berdasarkan tabel 4 diketahui terjadi pengurangan massa arang yang diaktivasi secara
kimia. Pengurangan ini merepresentasikan hasil reaksi antara karbon dan activating agent. Semakin
kecil persentase yield karbon aktif yang diperoleh maka semakin banyak pula jumlah zat dari reaksi
yang dihasilkan.
Pada reaksi tersebut dihasilkan sejumlah gas CO dan H2 yang selanjutnya mengalir
meninggalkan reaktor sementara zat padatan hasil reaksi masih menempel pada arang aktif hasil
aktivasi kimia. Dari tabel 4, kenaikan suhu aktivasi menyebabkan penurunan yield arang aktif yang
dihasilkan. Berdasarkan azas Le Chatelier, kenaikan suhu menyebabkan reaksi bergeser ke arah
endoterm atau ke kanan sehingga semakin banyak produk yang dihasilkan dan semakin banyak
reaktan yang bereaksi. Hal ini menyebabkan semakin tinggi suhu aktivasi maka semakin banyak
pengurangan reaktan yang terjadi. Kenaikan lama waktu aktivasi juga menyebabkan penurunan
yield arang aktif yang dihasilkan. Hal ini disebabkan oleh semakin lama terjadinya proses aktivasi
kimia maka semakin lama reaksi kimia yang berlangsung dan semakin banyak pula reaktan yang
bereaksi sehingga terjadi penurunan hasil karbon aktif yang dihasilkan.
5.3. Burn off
Berdasarkan tabel 5, persentase burn off untuk sampel karbon aktif dari jerami padi berkisar
pada 66,60-85,08%. Nilai persentase ini merepresentasikan hasil penguapan zat volatile, hasil
penghilangan abu dan hasil reaksi antara karbon dengan activating agent K2CO3 selama proses
karbonisasi dan aktivasi. Analisis proximate pada bab sebelumnya menunjukkan presentase zat
volatile yang terkandung pada jerami padi adalah sebesar 65,47% sementara kandungan abu dan
fixed carbon pada jerami padi adalah sebesar 15,86% dan 18,67%. Karbon aktif berbahan baku
jerami padi yang lebih optimal adalah karbon aktif yang memiliki nilai persentase burn off lebih
besar dari 81,33% (jumlah dari persentase zat volatile dan abu pada jerami padi). Sampel 1 hingga
Pemanfaatan Jerami..., Muhammad Ikhsan Asy'ari, FT UI, 2014
sampel 8 memiliki nilai persentase burn off yang lebih kecil dari 81,33% sehingga dapat dikatakan
bahwa pada sampel 1 hingga sampel 8 masih mengandung zat volatile dan abu yang dapat
menutupi pori-pori permukaan karbon aktif. Sementara untuk sampel 9 dengan nilai persentase
burn off yang lebih besar dari 81,33% menunjukkan bahwa telah terjadi penngurangan zat volatile
dan abu yang cukup besar selama proses karbonisasi dan aktivasi. Namun, masih belum dapat
disimpulkan bahwa sampel 9 telah terbebas dari zat volatile dan abu sepenuhnya karena
pengurangan signifikan ini dapat juga dikontribusikan oleh berkurangnya fixed carbon yang
disebabkan oleh aktivasi dengan suhu tinggi dan lama waktu yang lama.
Tabel 5 menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu aktivasi maka semakin tinggi pula
persentase burn off. Hal ini menunjukkan semakin tinggi suhu aktivasi maka semakin banyak pula
pori-pori yang terbentuk pada permukaan karbon aktif yang disebabkan oleh penguapan zat volatile
dan meningkatnya intensitas pengikisan permukaan karbon aktif dari reaksi yang melibatkan
activating agent. Hal yang sama terjadi pula pada peningkatan lama waktu aktivasi. Peningkatan
lama waktu ini meningkatkan intensitas reaksi yang terjadi sehingga semakin banyak pula pori-
pori ayng dapat terbentuk. Oleh karena itu peningkatan persentase burn off dapat
merepresentasikan karbon aktif yang berpotensi memiliki luas permukaan yang tinggi.
5.4. Bilangan iod dan luas permukaan
Gambar 4 menunjukkan hubungan suhu aktivasi dan lama waktu aktivasi terhadap luas
permukaan karbon aktif. Dari grafik pada Gambar 4 terlihat bahwa untuk setiap variasi suhu
aktivasi dengan lama waktu waktu yang sama terjadi kenaikan bilangan iod yang cukup signifikan
yang berarti bahwa luas permukaan karbon aktif juga semakin besar seiring dengan meningkatnya
suhu aktivasi. Hal ini terjadi karena peningkatan suhu menyebabkan semakin banyak zat volatile
yang mengalami penguapan serta semakin banyak bagian arang dengan rantai –CH– dan –CH2–
yang bereaksi dengan activating agent K2CO3 karena kesetimbangan yang bergeser ke arah kanan
atau ke arah produk. Reaksi ini mengakibatkan pembentukan micropores pada karbon juga
meningkat sehingga luas permukaan karbon aktif yang direpresentasikan dengan bilangan iod akan
semakin besar.
Diketahui bahwa suhu lebur dari K2CO3 adalah pada suhu 891oC. Peningkatan suhu aktivasi
menyebabkan semakin banyak jumlah K2CO3 yang melebur dan meresap pada arang yang akan
diaktivasi sehingga semakin banyak jumlah K2CO3 yang akan masuk di antara sela-sela lapisan
heksagonal arang dan selanjutnya mengikis pori-pori pada permukaan arang yang diaktivasi. Hal
Pemanfaatan Jerami..., Muhammad Ikhsan Asy'ari, FT UI, 2014
ini menyebabkan sampel karbon aktif yang diaktivasi pada suhu 900oC memiliki luas permukaan
tertinggi dibandingkan dengan sampel karbon aktif yang diaktivasi pada suhu yang lebih rendah.
Dari gambar 2 juga dapat dilihat bahwa untuk setiap variasi lama waktu aktivasi sebesar 60
menit, 90 menit, dan 120 menit untuk suhu aktivasi yang sama (kecuali pada sampel karbon aktif
suhu aktivasi 900oC dan lama waktu aktivasi selama 120 menit), terjadi kenaikan bilangan iod
yang juga berarti terjadi peningkatan luas permukaan karbon aktif dengan meningkatnya lama
waktu aktivasi. Namun, kenaikan bilangan iod dengan adanya peningkatan dari lama waktu
aktivasi ini tidak sesignifikan kenaikan bilangan iod pada peningkatan suhu aktivasi.
Meningkatnya luas permukaan pada peningkatan lama waktu aktivasi terjadi karena lama waktu
aktivasi yang semakin lama mengakibatkan intensitas proses interaksi antara arang dengan
activating agent K2CO3 semakin meningkat sehingga semakin banyak bagian arang dengan rantai
–CH– dan –CH2– yang bereaksi dengan activating agent K2CO3. Reaksi ini mengakibatkan
pembentukan micropores maupun mesopores pada karbon juga meningkat sehingga luas
permukaan karbon aktif akan semakin besar.
Data luas permukaan karbon aktif dari tabel 6 menunjukkan bahwa sampel karbon aktif suhu
aktivasi 900oC dan lama waktu aktivasi selama 120 menit menghasilkan luas permukaan sebesar
700 m2/gr. Luas permukaan ini lebih rendah dibandingkan luas permukaan dari sampel karbon aktif
suhu aktivasi 900oC dan lama waktu aktivasi selama 90 menit. Hal ini dapat terjadi karena proses
reaksi antara arang dengan rantai –CH– dan –CH2– dengan activating agent K2CO3 berlangsung
terlalu lama pada suhu yang tinggi sehingga struktur pori-pori karbon dikhawatirkan akan rusak
ketika proses aktivasi berlangsung. Hal ini dikarenakan pada suhu aktivasi yang terlalu tinggi
beresiko terjadinya oksidasi lebih lanjut pada karbon sehingga merusak ikatan C-C dalam bidang
lempeng heksagonal karbon yang akan menurunkan luas permukaan internal (Diao et al., 2002).
Selain itu, aktivasi yang berlangsung terlalu lama pada suhu yang tinggi menyebabkan
meningkatnya pembentukan mesopores dari micropores-micropores yang telah terbentuk
sebelumnya. Pembentukan mesopores yang memiliki ukuran lebih besar ini akan mengurangi luas
permukaan dari pori-pori karbon aktif.
Selanjutnya, seluruh sampel karbon aktif yang telah diperoleh dari penelitian dikomparasikan
dengan Standar Industri Indonesia (SII) Departemen Perindustrian Republik Indonesia untuk
karbon aktif. Menurut SII, karbon aktif yang baik mempunyai persyaratan untuk daya serap
terhadap iodine minimal 750 mg/gram. Dari persyaratan ini, diketahui bahwa sampel karbon aktif
Pemanfaatan Jerami..., Muhammad Ikhsan Asy'ari, FT UI, 2014
hasil aktivasi pada suhu 900oC dan lama waktu 90 menit mampu menghasilkan karbon aktif yang
baik karena memiliki bilangan iod sebesar 813 mg/gr.
6. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian pembuatan karbon aktif dengan bahan baku jerami padi dengan aktivasi
kimia menggunakan K2CO3 sebagai activating agent, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Karbon aktif dari jerami padi mampu menghasilkan luas sebesar 1.003 m2/g. Hasil ini dicapai
dari proses aktivasi dengan waktu aktivasi pada suhu 900oC selama 90 menit.
2. Lama waktu aktivasi berpengaruh terhadap luas permukaan karbon aktif yang dihasilkan.
Semakin lama waktu aktivasi, luas permukaan karbon aktif. Untuk waktu aktivasi selama 60
menit, luas permukaan tertinggi ialah 725 m2/g dan untuk waktu aktivasi selama 90 menit,
permukaan tertinggi ialah 1.003 m2/g.
3. Suhu aktivasi berpengaruh terhadap luas permukaan karbon aktif yang dihasilkan. Semakin
tinggi suhu aktivasi, luas permukaan karbon aktif semakin besar. Untuk aktivasi pada suhu
700oC, luas permukaan tertinggi ialah 401 m2/g, untuk aktivasi pada suhu 800oC, luas
permukaan tertinggi ialah 695 m2/g dan untuk aktivasi pada suhu 900oC, luas permukaan
tertinggi ialah 1.003 m2/g 7. SARAN
Dari hasil penelitian pembuatan karbon aktif dengan bahan baku jerami padi dengan aktivasi
kimia menggunakan K2CO3 sebagai activating agent, maka terdapat saran-saran sebagai berikut
untuk penelitian selanjutnya:
1. Melakukan pembuatan karbon aktif dengan variasi suhu waktu aktivasi 1.000oC selama 60
menit dan 90 menit.
2. Melakukan pembuatan karbon aktif dengan variasi laju alir gas N2 hingga 1.000 ml/menit .
3. Melakukan uji analisis struktur permukaan dengan SEM agar perubahan struktur pori pada
bahan baku sebelum dan sesudah di aktivasi dapat diketahui. 8. DAFTAR PUSTAKA
A. Martin-Guillon, et al., 1993. “Carbon”. 31:1099.
ASTM D4607-94 Standard Test Method for Determination of Iodine Number of Activated Carbon
Pemanfaatan Jerami..., Muhammad Ikhsan Asy'ari, FT UI, 2014
Chen. et al., 2012. “Activated carbon powders from wool fibers”.
Cheremisinoff, P. N., Cheremisinoff, N. P. 1993. “Water Treatment and Waste Recovery”. New
Jersey: Prentice hall, Englewood Cliffs.
Diao YL, Walawender WP, Fan LT. 2002. “Activated Carbons Prepared from Phosphoric Acid
Activation of Grain Sorghum. Bioresource Technology”. 81: 45-52.
Fierro V., Muniz G., Basta A.H., El-Saied H., Celzard A., 2010. “Rice straw as precursor of
activated carbons: Activation with ortho-phosporic acid”. Egypt.
Kim and Dale. 2003. “Global potential bioethanol production from wasted crops and crop
residues”. Michigan.
Makarim. A. Karim Sumarno, Suyamto, 2007. “Jerami Padi Pengelolaan dan Pemanfaatan”. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian: Bogor.
Manocha Satish. 2003.“Porous Carbons”.
Marsh Harry and Rodriguez-Reinoso F. 2006. “Activated Carbon”. Elsevier Science & Technology
Books.
Oh and Park. 2001. “Preparation and Characteristics of Rice Straw Based Porous Carbons with
High Adsorption Capacity”. Seoul.
Pujiyanto. 2010. “Pembuatan Karbon Aktif Super dari Batubara dan Tempurung Kelapa”. Depok,
Departemen Teknik Kimia FTUI.
Robau-Sanchez A., A. Aguilar-Elguezabal, J. Aguilar-Pliego, Chemical activation of Quercus
agrifolia char using KOH: Evidence of cyanide presence, Microporous and mesoporous
materials 85 (2005) 331-339.
S. Meilita & S. Tuti. 2003. “Arang Aktif (Pengenalan dan Proses Pembuatannya)”. Sen, D. 2005.
Reference Book on Chemical Engineering vol.1. New Delhi: New Age International Publisher.
Sembiring, M. T. dan Sinaga, T. S. 2003. “Arang Aktif (Pengenalan dan Proses Pembuatannya).
Stals Mark, Vandewijngaarden Jens, Wrobel-Iwaniec Iwona, Gryglewicz Grazyna, Carleer Robert,
Schreurs Sonja, Yperman Jan, 2013. “Characterization of activated carbons derived”.
Diepenbeek.
Pemanfaatan Jerami..., Muhammad Ikhsan Asy'ari, FT UI, 2014