PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN...

192
PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN MEMBACA NYARING SISWA KELAS VIII SMPN 13 TANGERANG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2017/2018 Skripsi Diajukan kepada Fakutas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Oleh: Ulfah Fauziah NIM. 11140130000012 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019

Transcript of PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN...

Page 1: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

PEMANFAATAN CERITA FABEL

DALAM KETERAMPILAN MEMBACA NYARING

SISWA KELAS VIII SMPN 13 TANGERANG SELATAN

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

Skripsi

Diajukan kepada Fakutas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:

Ulfah Fauziah

NIM. 11140130000012

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019

Page 2: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan
Page 3: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan
Page 4: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

N a m a : Ulfah Fauziah

Tempat/Tgl.Lahir : Jakarta, 29 April 1996

NIM : 11140130000012

Jurusan / Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Judul Skripsi : “Pemanfaatan Cerita Fabel dalam Keterampilan

Membaca Nyaring Siswa Kelas VIII SMPN 13

Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2017/2018”

Dosen Pembimbing : Dr. Hindun, M.Pd.

dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya

sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.

Jakarta, 6 Februari 2019

Mahasiswa Ybs.

Materai 6000

Ulfah Fauziah

NIM. 11140130000012

KEMENTERIAN AGAMA

FORM (FR)

No. Dokumen : FITK-FR-AKD-089

UIN JAKARTA Tgl. Terbit : 1 Maret 2010

FITK No. Revisi: : 01

Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Hal : 1/1

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

Page 5: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

i

ABSTRAK

Ulfah Fauziah. NIM: 11140130000012. Skripsi. Pemanfaatan Cerita Fabel

dalam Keterampilan Membaca Nyaring Siswa Kelas VIII SMPN 13

Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2017/2018. Jurusan Pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pembimbing: Dr. Hindun, M.Pd.

Tahun 2018.

Penelitian ini membahas tentang pemanfaatan cerita fabel dalam

keterampilan membaca nyaring siswa kelas VIII SMPN 13 Tangerang Selatan,

semester genap tahun pelajaran 2017/2018. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui pemanfaatan cerita fabel dalam keterampilan membaca nyaring siswa

kelas VIII SMPN 13 Tangerang Selatan.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif.

Metode ini menghasilkan data yang berupa kata-kata. Subjek dari penelitian adalah

siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan membaca nyaring dengan

memanfaatkan cerita fabel. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik

wawancara, observasi, dan dokumentasi berupa rekaman suara siswa.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa keterampilan membaca fabel siswa

kelas VIII-4 termasuk ke dalam kategori baik. Hal ini dapat dibuktikan dengan

besarnya nilai siswa pada rentang nilai (80-100) yang mencapai 12 orang atau 44%,

sementara sisanya ialah tergolong baik dengan kisaran nilai (66-79) yang berjumlah

8 orang atau 30% dan kategori cukup dengan kisaran nilai (56-65) sebanyak 4

orang atau 15%.

Kata kunci : Keterampilan Membaca, Membaca Nyaring, Cerita Fabel, Membaca

Fabel

Page 6: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

ii

ABSTRACT

Ulfah Fauziah. NIM: 11140130000012. Skripsi. Utilization of Fable Stories in

Loud Reading Skills of 8th

Grade 13 Junior High School South Tangerang,

2017/2018 School Year. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Fakulras Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Preceptor: Dr. Hindun, M.Pd. 2018 Year.

This research discucess about Utilization of Fable Stories in Loud Reading

Skills of 8th

Grade 13 Junior High School South Tangerang, 2017/2018 School

Year. The purpose of this research was to determine utilization of fable stories in

louding skills.

The research method used is a qualitative descriptive method. This method

produces data in the form of words. The subject of this research is were students of

8-4th

and the object of this research is loud reading skills by utilizing fable stories .

The results of this study showed that fable reading skills belong to the good

category. This can be proven by the value of students in the range of values

(80-100) which reached by 12 people or 44%, while the rest were classified as good

with a range of values (66-79) which amounted to 8 people or 30% and categories

enough with a range of values (56-65) of 4 people or 15%. As for there are students

who are still lacking in the range of values (46-55) as much as 2 or 7% and very less

with a range of values ≤45 or 4%.

Keywords: Fable Reading Skill, Reading Aloud, Fable, Fable Reading

Page 7: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan

hidayah-Nya, peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan tepat

waktu. Shalawat serta salam senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad

SAW, karena telah membawa kehidupan dari zaman kebodohan hingga zaman

seperti sekarang ini.

Penulisan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi tugas akhir yang telah

disyaratkan dalam memperoleh gelar S-1 di Univeritas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Penulisan skripsi ini dapat selesai tidak luput dari motivasi

dan bantuan berbagai pihak. Atas kerjasama dan bantuan dari pihak-pihak terkait,

penulis mengucapkan terima kasih diantaranya kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Makyun Subuki, M.Hum., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Toto Edidarmo, M.A., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dr. Hindun, M.Pd., selaku dosen pembimbing dalam penulisan skripsi ini.

5. Dr. Elvi Susanti, M.Pd., dan Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd., selaku

dosen penguji satu dan penguji dua.

6. Seluruh Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Rohman, M.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 13 Tangerang Selatan yang telah

memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian.

8. Lintang Anggareni, S.Pd., selaku guru pamong pengajaran mata pelajaran

Bahasa Indonesia SMP Negeri 13 Tangerang Selatan.

9. Teristimewa untuk keluarga tercinta, kepada Ayahanda Supriyatna dan Ibu

Siti Komariyah yang selalu memberikan doa untuk kesuksesan putrinya,

Page 8: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

iv

kepada Adikku Mahmudah yang senantiasa memberikan dukungan dan

semangat.

10. Teruntuk Dede Kurniawan, yang selalu menemani, memberikan dukungan,

doa, semangat, dan setia dari awal hingga akhir penelitian ini.

11. Teruntuk sahabatku tercinta, Ade, Novi, Meta, Anisa, dan Afifah yang selalu

memberikan kebahagiaan pada masa perkuliahan.

12. Teman-teman seperbimbingan, Futuha Arifin, Mamay, dan Helza Rossa, dan

Hilwa yang selalu memberikan semangat untuk menyelesaikan penulisan

skripsi ini.

13. Teman-teman Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2014 yang

telah melewatkan kebersamaan dan memberikan dukungan kepada peneliti.

Semoga kita semua diberikan kelancaran dan kemudahan untuk mencapai

kesuksesan. Adapun peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dan

mendukung peneliti sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Peneliti berharap semoga Allah memberikan balasan yang terbaik kepada

berbagai pihak yang membantu baik balasan di dunia maupun di akhirat kelak.

Peneltii juga menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini.

Peneliti berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti, pembaca, atau

peminat lain pada umumnya.

Ciputat, Desember 2018

Ulfah Fauziah

Page 9: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

v

DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

ABSTRAK .............................................................................................................. i

ABSTRACT ........................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... v

DAFTAR TABEL .............................................................................................. vii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ ix

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah..................................................................................... 5

C. Pembatasan Masalah .................................................................................... 5

D. Perumusan Masalah ..................................................................................... 5

E. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5

F. Kegunaan Penelitian..................................................................................... 5

BAB II KAJIAN TEORETIS ............................................................................... 7

A. Membaca ..................................................................................................... 7

1. Pengertian Membaca ............................................................................... 7

2. Tujuan Membaca ..................................................................................... 9

3. Membaca sebagai Suatu Keterampilan ................................................. 12

4. Membaca Nyaring ................................................................................. 14

B. Dongeng ..................................................................................................... 17

1. Fabel ...................................................................................................... 17

C. Penelitian yang Relevan ............................................................................ 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 26

A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 26

B. Metode Penelitian ...................................................................................... 26

C. Sumber Data dan Fokus Penelitian ............................................................ 27

Page 10: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

vi

D. Subjek dan Objek Penelitian ..................................................................... 28

E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 28

1. Wawancara ............................................................................................ 28

2. Observasi ............................................................................................... 29

3. Dokumentasi .......................................................................................... 30

F. Teknik Analisis Data .................................................................................. 31

G. Instrumen Penelitian .................................................................................. 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 38

A. Profil Sekolah ............................................................................................ 38

B. Pembahasan ............................................................................................... 40

C. Hasil Penilaian Keterampilan Membaca Nyaring dengan Memanfan Ceita

Fabel ........................................................................................................ 134

BAB V PENUTUP ............................................................................................. 138

A. Simpulan .................................................................................................. 138

B. Saran ........................................................................................................ 138

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

RIWAYAT PENULIS

Page 11: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 3 Kualifikasi Nilai Menurut Anas Sudijono………………………………31

Tabel 3.1 Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Nyaring .. ……………32

Tabel 3.2 Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Fabel …………………34

Tabel 4.1.1 Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Nyaring Adelia M . …40

Tabel 4.2.1 Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Fabel Adelia M……41

Tabel 4.1.2 Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Nyaring Adinda M…43

Tabel 4.2.2 Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Fabel Adinda M……44

Tabel 4.1.3 Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Nyaring Angel………46

Tabel 4.2.3 Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Fabel Angel N.H…….47

Tabel 4.1.4 Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Nyaring Annisa ……51

Tabel 4.2.4 Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Fabel Annisa F………51

Tabel 4.1.5 Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Nyaring Attras A.R….54

Tabel 4.2.5 Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Fabel Attras A.R…….54

Tabel 4.1.6 Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Nyaring Desya W.C…57

Tabel 4.2.6 Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Fabel Desya W.C……58

Tabel 4.1.7 Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Nyaring Dinda A.N…61

Tabel 4.2.7 Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Fabel Dinda A.N…….62

Tabel 4.1.8 Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Nyaring Fathan H…66

Tabel 4.2.8 Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Fabel Fathan………66

Tabel 4.1.9 Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Nyaring Femas S……70

Tabel 4.2.9 Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Fabel Femas S ………71

Tabel 4.1.10 Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Nyaring Fina A…….75

Tabel 4.2.10 Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Fabel Fina A ………75

Tabel 4.1.11 Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Nyaring Hasel J.A…78

Tabel 4.2.11 Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Fabel Hasel J.A…….78

Tabel 4.1.12 Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Nyaring Hendrik…81

Tabel 4.2.12 Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Fabel Hendrik……82

Tabel 4.1.13 Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Nyaring Lisda A…84

Tabel 4.2.13 Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Fabel Lisda A……85

Page 12: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

viii

Tabel 4.1.14 Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Nyaring Mia N……87

Tabel 4.2.14 Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Fabel Mia N………88

Tabel 4.1.15 Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Nyaring M. Valo…90

Tabel 4.2.15 Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Fabel M. Valo F……91

Tabel 4.1.16 Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Nyaring Nazar N.H . 94

Tabel 4.2.16 Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Fabel Nazar N.H…94

Tabel 4.1.17 Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Nyaring Rafi A.F…100

Tabel 4.2.17 Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Fabel Rafi A.F……101

Tabel 4.1.18 Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Nyaring Ramadina104

Tabel 4.2.18 Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Fabel Ramadinah…104

Tabel 4.1.19 Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Nyaring Ripky D…107

Tabel 4.2.19 Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Fabel Ripky D……107

Tabel 4.1.20 Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Nyaring Ryandra 110

Tabel 4.2.20 Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Fabel Ryandra R…110

Tabel 4.1.21 Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Nyaring Satriyo T.P113

Tabel 4.2.21 Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Fabel Satriyo T.P…113

Tabel 4.1.22 Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Nyaring Sumardi…116

Tabel 4.2.22 Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Fabel Sumardi…….116

Tabel 4.1.23 Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Nyaring Syauqi A120

Tabel 4.2.23 Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Fabel Syauqi A…120

Tabel 4.1.24 Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Nyaring Tasya S…123

Tabel 4.2.24 Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Fabel Tasya S……124

Tabel 4.1.25 Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Nyaring Vira A…127

Tabel 4.2.25 Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Fabel Vira………127

Tabel 4.1.26 Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Nyaring Yulianah130

Tabel 4.2.26 Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Fabel Yulianah……129

Tabel 4.1.27 Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Nyaring Zainita S132

Tabel 4.2.27 Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Fabel Zainita . ……132

Tabel 4.3 Nilai Keterampilan Membaca Nyaring Siswa ………………………134

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Keterampilan Membaca Nyaring……………136

Page 13: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Uji Referensi

Lampiran 2 : Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 3 : Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 4 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

Lampiran 5 : Hasil Wawancara dengan Guru Bahasa Indonesia Kelas VII

Lampiran 6 : Data Survei Asal Daerah Siswa Kelas VIII-4

Lampiran 7 : Data Pengkodean Nama Siswa Kelas VIII-4

Lampiran 8 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Lampiran 9 : Cerita Fabel “Hati Kepodang Emas”

Page 14: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Membaca dapat diartikan sebagai kegiatan untuk menerima pesan

yang disampaikan oleh penulis. Penulis menyampaikan pesan kepada

pembaca melalui bahasa tulis. Hal ini menjadikan bahwa kegiatan tersebut

tidak hanya membaca saja, tetapi harus mengetahui makna dalam isi bacaan

yang disampaikan penulis. Pembaca jika dapat mengetahui makna dalam isi

bacaan, maka pesan yang disampaikan penulis akan sampai. Pembaca dapat

memperoleh informasi, wawasan, dan meningkatkan pengetahuan dalam

kegiatan membaca.

Kegiatan membaca diperoleh dari pendidikan di dalam sekolah.

Membaca merupakan sebuah keterampilan berbahasa yang harus dimiliki

oleh siswa. Keterampilan berbahasa selain keterampilan membaca yaitu

keterampilan menyimak, berbicara, dan menulis. Keempat keterampilan ini

memiliki hubungan yang saling berkaitan satu sama lain.

Keterampilan membaca yang dilakukan pertama kali yaitu siswa

akan diperkenalkan huruf-huruf, kata-kata, dan kalimat. Hal tersebut

dilakukan sebagai tahap awal dalam membaca sebagai dasar untuk

membaca pada tingkatan selanjutnya. Jika siswa sudah dapat membaca

dengan lancar maka akan dituntut membaca untuk mengetahui makna di

dalam bahan bacaan sehingga diperoleh pemahaman.

Pada tingkat SMP di kelas VII dalam pembelajaran bahasa

Indonesia keterampilan membaca terbagi menjadi dua yaitu membaca fiksi

dan nonfiksi. Keterampilan membaca fiksi yaitu membaca kumpulan

dongeng, fabel, cerpen, novel, dan drama. Membaca buku pelajaran, karya

ilmiah populer, dan biografi merupakan keterampilan membaca nonfiksi

yang harus dilakukan oleh siswa.

Page 15: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

2

Hasil wawancara yang dilakukan terhadap guru kelas VII di

SMPN 13 Tangerang Selatan menyatakan bahwa keterampilan membaca

peserta didik pada awal masuk di kelas VII beranekaragam. Hal ini

dikarenakan minat membaca yang rendah. Keanekaragaman yang dimiliki

yakni terdapat peserta didik yang dapat membaca dengan lancar dan kurang

lancar. Hal ini terlihat dari kegiatan belajar mengajar, guru seringkali

mempersilakan peserta didik untuk membaca teks di dalam kelas dengan

nyaring sehingga terlihat kondisi dan kompetensi siswa yang sudah lancar

dan kurang lancar dalam membaca.

Keterampilan membaca cepat, nyaring, dan pemahaman juga

sudah diterapkan sejak kelas VII. Hal ini berdasarkan hasil wawancara

yang dilakukan. Keterampilan membaca cepat yang diterapkan yaitu,

siswa diberikan waktu 5-10 menit untuk membaca materi sebelum

dijelaskan oleh guru. Guru juga menerapkan keterampilan membaca

nyaring dengan cara mempersilakan siswa untuk membaca bahan ajar

secara lantang. Tujuannya yaitu untuk menanamkan sikap percaya diri

terhadap keterampilan membaca. Selain itu, keterampilan membaca

pemahaman juga diterapkan dengan cara siswa diminta untuk menjelaskan

hasil bacaan dari buku pelajaran yang telah dibaca.

Studi Most Littered Nation In the World 2016 menyatakan

bahwa minat baca di Indonesia menduduki peringkat 60 dari 61 negara.

Hal tersebut diungkapkan oleh Subekti Makdriani, Pustakawan Utama

Perpus RI saat menjadi pembicara Safari Gerakan Nasional Gemar

Membaca di Provinsi dan Kabupaten/ Kota tahun 2017, di Pendopo

Kabupaten Kendal.1 Hasil peringkat tersebut menjadi bukti bahwa minat

membaca orang Indonesia masih sangat rendah dan terbukti. Peneliti juga

membuktikan hal tersebut dengan melakukan wawancara sehingga dapat

disimpulkan bahwa minat membaca siswa di sekolah juga masih rendah.

1

http://www.tribunnews.com/regional/2017/05/15/memprihatinkan-ternyata-minat-baca-i

ndonesia-duduki-peringkat-60-dari-61-negara (diunduh pada 25 April 2018 pukul 11:56 WIB)

Page 16: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

3

Hal ini berpengaruh terhadap keterampilan membaca yang dimiliki oleh

siswa.

Minat membaca di sekolah SMPN 13 Tangerang Selatan masih

sangat rendah sehingga mempengaruhi keterampilan membaca siswa di

sekolah tersebut, khususnya keterampilan membaca nyaring. Pada tingkat

SMP khususnya kelas VIII seharusnya siswa sudah mampu membaca

nyaring dengan sangat baik. Akan tetapi, kondisi siswa pada sekolah

tersebut terdapat banyak siswa yang belum mampu membaca nyaring

dengan baik. Hal tersebut menjadikan keterampilan membaca nyaring

menjadi fokus penelitian peneliti.

Keterampilan membaca nyaring menjadi permasalahan yang

harus ditanggulangi. Hal ini terlihat dari proses belajar mengajar di dalam

kelas, khususnya kelas VIII di SMPN 13 Tangerang Selatan. Peneliti

melihat siswa seringkali diminta untuk membaca nyaring tentang materi

pelajaran di kelas, namun saat membacakan teks tersebut siswa belum

lancar dalam membaca. siswa sering tidak memperhatikan tanda baca,

tersendat dalam membacakan teks, tidak percaya diri, dan membaca hanya

untuk dirinya sendiri.

Peneliti memanfaatkan cerita fabel dalam keterampilan membaca

nyaring. Peneliti menganggap cerita fabel adalah cerita yang sangat mudah

untuk dibacakan dalam membaca nyaring di dalam kelas. Hal ini

berdasarkan kondisi siswa kelas VIII SMPN 13 yang masih belum dapat

membaca nyaring dengan baik. Faktor lain yang menjadi pertimbangan

peneliti adalah KKM pada mata pelajaran Bahasa Indonesia yang masih

rendah yaitu 69. Ketidakmampuan siswa dalam membaca nyaring menjadi

permasalahan yang harus segera ditangani. Salah catu cara yang paling

utama dalam menanggulanginya yaitu menumbuhkan minat baca pada

siswa di dalam kelas. Setelah minat baca tersebut tumbuh, maka siswa

akan dapat membaca bahan bacaan apapun. Oleh karena itu, peran guru

sangat penting dalam keterampilan membaca.

Page 17: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

4

Guru dapat mengembangkan keterampilan membaca nyaring di

tingkat SMP pada kelas VIII dengan menggunakan cerita fabel.

Pengembangan keterampilan membaca nyaring tersebut dapat dilakukan

dengan cara guru memberikan contoh pembacaan fabel dengan tepat.

Selain itu, guru juga memotivasi siswa agar percaya diri di depan kelas

untuk membacakan cerita fabel. Cerita fabel sangat cocok dengan kondisi

siswa pada sekolah tersebut karena dianggap mudah dibandingkan cerita

fiksi lainnya. Cerita fabel juga dianggap menarik untuk dibacakan karena

tokoh di dalamnya adalah binatang. Cerita fabel juga memiliki nilai moral

yang dapat diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari.

Cerita-cerita fabel yang dipilih adalah cerita fabel yang berasal

dari nusantara. Hal itu dipertimbangkan oleh peneliti berdasarkan survei

yang dilakukan di kelas VIII-4 berasal dari berbagai daerah yang berbeda.

Peneliti memberikan survei terlebih dahulu untuk menentukan asal fabel

yang akan dibaca oleh siswa. Hasil dari survei tersebut yaitu banyak siswa

kelas VIII-4 yang berasal dari daerah Jawa.

Peneliti lebih memfokuskan cerita fabel yang dipilih berasal

daerah Jawa Tengah dengan judul “Hati Kepodang Emas”. Hal ini

berdasarkan survei yang telah didata sehingga mendapatkan hasil 10 siswa

berasal dari daerah Tangerang Selatan, 11 siswa berasal dari Jawa Barat, 1

siswa berasal dari Yogyakarta, 1 siswa berasal dari Sumatera Barat, dan 14

siswa berasal dari Jawa Tengah.

Keterampilan membaca nyaring dengan menggunakan cerita fabel

dari daerah Jawa Tengah menjadi fokus penelitian peneliti. Hal ini

dikarenakan keterampilan membaca khususnya membaca nyaring menjadi

permasalahan yang sulit oleh siswa. Oleh karena itu, peneliti melakukan

penelitian skripsi dengan judul “Pemanfaatan Cerita Fabel dalam

Keterampilan Membaca Nyaring Siswa Kelas VIII SMPN 13 Tangerang

Selatan Tahun Pelajaran 2017/2018.”

Page 18: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

5

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti dapat

mengidentifikasikan masalah sebagai berikut.

1. Siswa memiliki minat membaca yang rendah.

2. Siswa mengalami kesulitan dalam membaca teks.

3. Siswa tidak memiliki kemampuan dalam keterampilan membaca

nyaring

C. Pembatasan Masalah

Peneliti membatasi masalah pada penelitian ini tentang

pemanfaatan cerita fabel dalam keterampilan membaca nyaring siswa kelas

VIII SMPN 13 Tangerang Selatan tahun pelajaran 2017/2018. Adapun

cerita fabel yang dipilih berjudul “Hati Kepodang Emas” dari daerah Jawa

Tengah.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, peneliti merumuskan

masalah “Bagaimana Pemanfaatan Cerita Fabel dalam Keterampilan

Membaca Nyaring Siswa Kelas VIII SMPN 13 Tangerang Selatan Tahun

Pelajaran 2017/ 2018?”

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan

penelitiannya yaitu untuk mengetahui pemanfaatan cerita fabel dalam

keterampilan membaca nyaring siswa kelas VIII SMPN 13 Tangerang

Selatan Tahun Pelajaran 2017/2018.

F. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kegunaan baik

secara teoritis maupun praktis.

Page 19: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

6

1. Kegunaan Teoretis

a. Sebagai karya ilmiah. Hasil penelitian ini diharapkan akan mampu

memberikan masukan dalam perkembangan ilmu pengetahuan

tentang keterampilan membaca nyaring.

b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan pada penelitian

berikutnya.

2. Kegunaan Praktis

a. Untuk Siswa

Sebagai bahan masukan agar siswa memiliki keterampilan

membaca nyaring dengan baik menggunakan cerita fabel.

b. Untuk guru

Sebagai evaluasi diri bagi guru untuk mengembangkan

keterampilan membaca nyaring dengan memanfaatkan cerita fabel

di dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Keterampilan membaca

tidak hanya membaca nyaring saja, tetapi keterampilan membaca

lainnya.

c. Untuk mahasiswa

Sebagai pengetahuan tentang pemanfaatan cerita fabel dalam

keterampilan membaca nyaringyang dimiliki siswa tingkat SMP

kelas VIII. Selain itu, dapat dijadikan acuan evaluasi diri untuk

meningkatkan kemampuan mengajar terhadap keterampilan

membaca. Penelitian ini juga dapat memberikan manfaat kepada

mahasiswa lain sebagai referensi dalam melakukan penelitian

berikutnya.

Page 20: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

7

BAB II

KAJIAN TEORETIS

A. Membaca

1. Pengertian Membaca

Membaca memiliki pengertian yang beragam. Pengertian

membaca dalam arti sempit yaitu kegiatan memahami makna dalam

tulisan, sedangkan dalam arti luas membaca sebagai proses pengolahan

bacaan secara kritis kreatif yang dilakukan pembaca untuk

memperoleh pemahaman secara menyeluruh tentang isi bacaan.1

Adapun Soedarsono dalam bukunya memberikan pendapat bahwa

“Membaca adalah aktivitas yang kompleks dengan mengerahkan

sejumlah besar tindakan yang terpisah-pisah, meliputi: orang harus

menggunakan pengertian dan khayalan, mengamati, dan

mengingat-ingat.”2

Membaca adalah suatu kegiatan interaktif untuk memetik serta

memahami arti atau makna yang terkandung di dalam bahan tulis.

Membaca juga merupakan suatu proses yang dilakukan oleh pembaca

untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan penulis melalui

media kata-kata atau bahan tulis.3

Pendapat yang sama juga

dikemukakan oleh Dindin dalam bukunya “Membaca adalah suatu cara

untuk mendapatkan informasi dari sesuatu yang ditulis.”4

“Membaca adalah kegiatan yang sering kita lakukan, tapi

kadang-kadang kita tidak mengetahui apa sebenarnya membaca

itu. Membaca berasal dari kata dasar baca yang artinya

memahami arti tulisan. membaca merupakan suatu kesatuan

kegiatan terpadu yang mencangkup beberapa kegiatan terpadu

yang mencakup beberapa kegiatan, seperti pengenalan huruf

1 Nurhadi, Teknik Membaca, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2016), h.2-3.

2 Soedarso, Speed Reading Sistem Membaca Cepat dan Efektif, (Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama, 2006), h. 4. 3 Samsu Somadayo, Strategi dan Teknik Pembelajaran Membaca, (Yogyakarta: Graha

Ilmu, 2011), h. 4-5. 4 Dindin Ridwanuddin, Bahasa Indonesia, (Ciputat, UIN Press, 2015), h. 165.

Page 21: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

8

dan kata-kata, menghubungkannya dengan bunyi-bunyi serta

maknanya serta menarik kesimpulan mengenai maksud

bacaan.”6

Finochiaro dan Bonomo dalam Achmad HP. juga menyatakan

bahwa membaca ialah memetik serta memahami arti atau makna yang

terkandung di dalam bahan tertulis. Sedangkan Lado juga menyatakan

bahwa membaca adalah memahami pola-pola bahasa dari gambaran

tertulisnya.7

Kegiatan membaca merupakan aktivitas berbahasa yang

bersifat reseptif kedua setelah menyimak. Hubungan antara penutur

(penulis) dengan penerima (pembaca) bersifat tidak langsung, yaitu

melalui lambang tulisan.8 Jadi, kegiatan membaca memiliki hubungan

antara penulis dan pembaca yang diperantarai oleh lambang tulisan.

Pembaca membaca tulisan yang dibuat oleh penulis untuk

mendapatkan informasi. Pendapat lain dikemukakan oleh Burns dalam

Kundharu yang menyatakan bahwa

“Membaca dapat dilihat sebagai suatu proses, dan sebagai

suatu hasil. Membaca suatu proses merupakan semua kegiatan

dan teknik yang ditempuh oleh pembaca yang mengarah pada

tujuan melalui tahap-tahap tertentu. Anderson juga

menambahkan bahwa proses tersebut berupa penyandian

kembali dan penafsiran sandi. Kegiatannya dimulai dari

mengenali huruf, kata, ungkapan, frasa, kalimat dan wacana,

serta menghubungkannya dengan bunyi dan maknanya”.9

Adapun pendapat yang sama mengenai teori membaca juga

dikemukakan pakar lain yaitu Alek dan Achmad H.P. Mereka

menyatakan bahwa

6 Novi Resmini dan Dadan Juanda, Pendidikan Bahasa dan Sastra di Kelas Tinggi,

(Bandung: UPI Press, 2007), h. 73. 7 Finochiaro dan Bonomo dalam Achmad H.P. dan Alek, Bahasa Indonesia untuk

Perguruan Tinggi: Substansi Kajian dan Penerapannya, (Jakarta: Erlangga, 2016), h.42. 8 Burhan Nurgiyantoro, Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra, (Yogyakarta:

BPFE-Yogyakarta, 1995), h. 245. 9 Burns dalam Kundharu Saddhono dan St. Y. Slamet, Meningkatkan Keterampilan

Berbahasa Indonesia (Teori dan Aplikasi), (Bandung: CV Karya Putra Darwati, 2012), h. 67.

Page 22: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

9

“Membaca merupakan satu dari empat keterampilan

berbahasa. Dalam komunikasi tulisan, lambang-lambang

tulisan atau huruf menurut alfabet latin. Pembagian membaca

berdasarkan tingkatan dapat dibedakan menjadi dua yaitu

membaca permulaan dan pemahaman membaca (reading

comprehension). Membaca permulaan terdapat proses

pengubahan yang harus dibina dan dikuasai terutama

dilakukan pada masa kanak-kanak. Pada masa permulaan

sekolah, anak-anak diberikan pengenalan huruf sebagai

lambang bunyi bahasa. Pengenalan huruf tersebut dinamakan

proses pengubahan, setelah tahap pengubahan tersebut

dikuasai siswa secara mantap, barulah penekanan diberikan

pada pemahaman isi bacaan.”10

Peneliti menyimpulkan pengertian membaca berdasarkan

pendapat para ahli di atas. Membaca adalah proses untuk memahami

tulisan. Proses memahami tulisan yang ditulis oleh penulis agar

pembaca mendapatkan informasi dan pengetahuan yang diinginkan.

Oleh karena itu, pembaca harus mampu membaca huruf-huruf yang

dituangkan dalam bentuk tulisan agar mencapai tujuan dari membaca.

2. Tujuan Membaca

Anderson dalam Alek menyatakan tujuan membaca, antara lain;11

a. Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan

yang telah dilakukan oleh sang tokoh. Membaca seperti ini disebut

membaca untuk memperoleh perincian atau fakta-fakta (reading

for details or facts).

b. Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik

yang baik dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita,

apa-apa yang dipelajari atau yang dialami sang tokoh, dan

merangkumkan hal-hal yang dilakukan oleh sang tokoh untuk

mencapai tujuannya (reading for main ideas)

10

Alek dan Achmad H.P., Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2011), h.74. 11

Anderson dalam Alek dan Achmad H.P., Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi,

(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 75-76.

Page 23: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

10

c. Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi

pada setiap bagian cerita, apa yang terjadi mula-mula pertama,

kedua, dan ketiga untuk mengetahui urutan atau susunan

organisasi cerita (reading for sequence or organization)

d. Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para

tokoh merasakan seperti cara mereka itu, apa yang hendak

diperlihatkan oleh sang pengarang kepada para pembaca, dan

kualitas-kualitas para tokoh yang membuat mereka berhasil atau

gagal. Ini disebut membaca untuk menyimpulkan, membaca

inferensi (reading for inference).

e. Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak

biasa, tidak wajar mengenai seorang tokoh, apa yang lucu dalam

cerita, atau apakah cerita itu benar atau tidak benar. Ini disebut

membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk

mengklasifikasikan (reading to classify).

f. Membaca untuk menemukan apakah sang tokoh berhasil atau

hidup dengan ukuran-ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat

seperti yang diperbuat oleh sang tokoh, atau bekerja seperti cara

sang tokoh bekerja dalam cerita itu. Ini disebut membaca menilai,

membaca mengevaluasi (reading to evaluate).

g. Membaca untuk menemukan bagaimana caranya sang tokoh

berubah, bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita

kenal, bagaimana dua cerita mempunyai persamaan, dan

bagaimana sang tokoh menyerupai pembaca. Ini disebut membaca

untuk membandingkan atau mempertentangkan (reading to

compare or contrast).

Akhadiah dalam Novi Resmini juga menyatakan bahwa tujuan

membaca dapat dibedakan sebagai berikut.12

12

Akhadiah dalam Novi Resmini dan Dadan Juanda, Pendidikan Bahasa dan Sastra di

Kelas Tinggi, (Bandung: UPI Press, 2007), h. 76.

Page 24: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

11

a. Tujuan membaca adalah untuk memperoleh informasi. Informasi

yang dimaksud di sini mencakup informasi tentang fakta dan

kejadian sehari-hari sampai informasi tentang tteori serta

penemuan ilmiah yang canggih. Tujuan ini terkait dengan

keinginan pembaca untuk mengembangkan diri.

b. Meningkatkan citra diri. Pembaca seperti ini mungkin membaca

penulis kenamaan bukan karena berminat pada karya sastra

tersebut tetapi lebih pada tujuan meningkatkan gengsinya.

Kegiatan membaca bagi orang yang seperti ini sama sekali bukan

merupakan kebiasaan, hanya sesekali saja.

c. Melepaskan diri dari kenyataan. Pada saat seorang merasa jenuh,

sedih, atau putus asa, mereka berusaha untuk mencari hiburan.

Dengan demikian, membaca merupakan sublimasi atau penyaluran

yang positif. Apalagi jika yang dibacanya bacaan yang

bermanfaat.

d. Membaca untuk tujuan rekreatif. Seseorang membaca untuk tujuan

kesenangan atau hiburan. Tentu saja bacaan yang dipilih untuk

tujuan ini bacaan ringan yang disenanginya.

e. Mencari nilai-nilai keindahan atau pengalaman estetis. Tujuan inilah

yang paling tinggi. Biasanya buku-buku yang dipilih untuk tujuan

membaca seperti ini buku yang bernilai sastra.

Adapun peneliti menyimpulkan berdasarkan pendapat kedua

ahli tersebut bahwa tujuan membaca memiliki tujuan yang umum

yaitu untuk memperoleh informasi dan pengetahuan di dalam tulisan

yang telah dibaca. Pembaca dapat memperoleh pengalaman di dalam

tulisan yang dibaca seperti menemukan sesuatu yang sebelumnya

tidak diketahui sehingga pembaca dapat menyimpulkan sendiri tulisan

yang telah dibaca. Selain itu, pembaca juga dapat mendapatkan

hiburan dari tulisan yang dibaca seperti membaca karya sastra.

Pembaca dapat memiilih sendiri bacaan yang disenanginya, selain itu

Page 25: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

12

pembaca juga dapat mengambil nilai moral dari karya sastra yang

dibaca untuk diterapkan ke dalam kehidupan nyata.

3. Membaca sebagai Suatu Keterampilan

Tarigan menyatakan pendapatnya bahwa “Membaca

merupakan suatu keterampilan yang kompleks, rumit dan melibatkan

serangkaian keterampilan-keterampilan yang lebih kecil sehingga guru

bahasa harus menyadari serta memahami hal tersebut”.13

Wilga Rivers dalam Budinuryanta dkk. juga memberikan

berpendapat bahwa keterampilan membaca seharusnya melewati enam

langkah atau jenjang yang harus dilaksanakan secara berurutan. Enam

langkah tersebut sebagai berikut.14

Pertama, siswa berlatih membaca. Membaca pertama

dilakukan dengan membaca kalimat-kalimat tersebut dalam bentuk

tulisan. Membaca pertama dilakukan secara bersamaan, siswa-siswi

membaca setelah guru menirukannya.

Kedua, siswa membaca materi yang dilafalkan yang telah

disusun kembali dan dikombinasikan lagi. Kalimat-kalimat konversasi

dikombinasikan dengan kalimat-kalimat narasi. Hal penting dalam

jenjang ini adalah siswa mulai memahami makna berdasarkan

konteks. Siswa dilatih membaca dengan perhatian pada kelompok

kata, dan bahan-bahan yang dibaca tidak boleh dilakukann sendiri

oleh siswa.

Ketiga, siswa berlatih membaca berkelanjutan dengan

bimbingan guru. Siswa dipersiapkan dengan membaca sendiri. Siswa

diperkenalkan untuk gemar membaca untuk kesenangan dan hiburan

Tema membaca harus menyenangkan dan menarik perhatian.

13

Henry Guntur Tarigan, Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung:

Angkasa Bandung, 2008), h. 11. 14

Wilga Rivers dalam Budinuryanta Y, Kasuriyanta, dkk., Pengajaran Keterampilan

Berbahasa, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), h. 6.13-6.14.

Page 26: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

13

Keempat, siswa berlatih membaca intensif dan ekstensif.

Membaca intensif berhubungan dengan perkembangan kemampuan

berbahasa dan bahasa. Membaca intensif masih dilakukan dengan

bimbingan guru karena harus mengembangkan kosa kata dan

pengenalan struktur baru yang lebih sulit. Sedangkan, membaca

ekstensif untuk melatih siswa agar membaca langsung dan lancar

dalam bahasa ujaran guna kesenangan tanpa bantuan guru.

Kelima, siswa berlatih membaca kalimat. Jenjang ini untuk

memantapkan pelatihan atau menghentikan kegiatan membaca dengan

bantuan guru. Siswa diharuskan sudah dapat berlatih sendiri dalam

membaca. Siswa mulai mengalami pemerataan akan kemampuan

berbahasa dan bahasa yang telah diperolehnya selama ini.

Keenam, siswa mulai percaya akan diri sendiri dalam

kemampuan membaca. Siswa berani mengambil buku, majalah, atau

koran dalam bahan ajar dan mulai membaca untuk kepentingan dan

kesenangan diri sendiri. Siswa sudah berani membaca apa saja berkat

latihan membaca yang selama ini dilakukannya.15

Jadi, dapat disimpulkan berdasarkan pendapat dari Wigers

bahwa keterampilan membaca harus melewati enam tahap secara

berurutan. Siswa mulai membaca ketika guru mencontohkannya,

setelah itu siswa dapat memahami makna berdasarkan konteks. Tahap

selanjutnya yakni siswa ditanamkan sikap gemar membaca serta

terdapat penambahan kosa kata dan struktur baru. Siswa juga

selanjutnya dilatih untuk membaca intensif dan ekstensif. Setelah

melewati empat tahap tersebut, siswa dapat membaca tanpa bantuan

dari guru, dan yang terakhir siswa sudah merasa percaya diri dalam

membaca sehingga dapat memilah sendiri bahan bacaan yang akan

dibaca.

“Membaca pada tingkatan lebih tinggi, akan memberikan

pengalaman rohani maupun pengetahuan kepada pembaca.

15

Ibid., h. 6.14.

Page 27: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

14

Oleh sebab itu, metode pembelajaran membaca yang efektif

akan mempercepat siswa dalam belajar dan memberikan

motivasi siswa untuk gemar membaca.”16

Peneliti menyimpulkan bahwa seorang guru harus memiliki

metode agar siswanya termotivasi dalam meningkatkan keterampilan

membaca sehingga membaca menjadi kegiatan yang menyenangkan.

4. Membaca Nyaring

Klasifikasi membaca ditinjau dari terdengar tidaknya suara

pembaca pada waktu membaca dapat dibagi menjadi dua jenis, yakni

membaca nyaring atau membaca bersuara (oral reading or aloud

reading) serta dalam hati (silent reading). Peneliti hanya

memfokuskan kepada teori membaca nyaring.

Membaca nyaring merupakan proses mengomunikasikan isi

bacaan (dengan nyaring) kepada orang lain. Sebagaimana dijelaskan

dalam Dictionary of Reading dalam Kholid dkk. menyatakan bahwa

oral reading is the process of reading aloud to communicate to

another to anaudience.17

Pendapat yang sama dikemukakan oleh Dalman bahwa

“membaca nyaring adalah kegiatan membaca dengan mengeluarkan

suara atau kegiatan melafalkan lambang-lambang bunyi bahasa

dengan suara yang cukup keras.”18

Peneliti menyimpulkan dari pendapat para ahli, bahwa

membaca nyaring adalah kegiatan membaca dengan menyuarakan

tulisan yang dibaca sehingga pendengar memahami pesan atau

informasi yang disampaikan oleh pembaca.

16

Suwaryono Wiryodijoyo, Membaca: Strategi Pengantar dan Tekniknya, (Jakarta:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1989), h. 3. 17

Kholid Harras, Endah Tri Priyatni, dkk., Membaca I, (Jakarta: Universitas Terbuka,

2007), h. 2.3. 18

Dalman, Keterampilan Membaca, (Jakarta: PT RajaGrafindo, 2013), h. 63.

Page 28: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

15

Tujuan dari membaca nyaring yaitu untuk pengkomunikasian

dari hasil bacaan. Pembaca tidak hanya dituntut untuk membaca

dengan nyaring saja, tetapi juga mampu menyampaikan pesan-pesan

dan makna yang terkandung dalam isi bacaan kepada pendengar.

Kholid dkk. menyatakan bahwa “Tujuan akhir yang

diharapkan dalam membaca nyaring adalah kefasihan (fluency)

mampu mempergunakan ucapan yang tepat, membaca dengan

jelas dan tidak terbata-bata, membaca dengan tidak terus

menerus melihat pada bahan bacaan, membaca dengan

menggunakan intonasi dan lagu yang tepat dan jelas.”19

Hal-hal yang harus diperhatikan oleh seseorang dalam

membaca nyaring secara umum antara lain:20

a. Harus mengerti makna serta perasaan yang terkandung dalam bahan

bacaan.

b. Harus mempelajari keterampilan menafsirkan lambang-lambang

tertulis, seperti tanda pungtuasi serta tanda-tanda baca lainnya,

misalnya tanda titik, koma, tanya, seru, dan sejenisnya agar

dirinya dapat menyusun kata-kata dengan intonasi yang sesuai

dengan maksud si penulis serta ucapan-ucapan yang disampaikan

terasa hidup.

c. Harus memiliki kecepatan penglihatan mata yang tinggi serta

pandangan mata yang jauh, karena dia harus melihat pada bacaan

untuk memelihara kontak dengan para pendengar.

d. Harus dapat mengelompokkan kata-kata dengan baik dan tepat

agar jelas maknanya bagi para pendengar.

Seseorang dalam melakukan membaca nyaring diperlukan

latihan khusus untuk meningkatkan berbagai perfomansi pembacaan

yang kurang baik. Latihan ini harus dilakukan terus menerus untuk

menghasilkan performansi yang layak. Latihan terhadap aspek-aspek

19

Kholid Harras, dkk., op.cit., h, 2.4 20

Ibid., h. 2.4-2.5

Page 29: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

16

berikut secara terus menerus akan dapat meningkatkan keterampilan

membaca nyaring.21

a. Latihan vokal

Setiap pembaca dalam membaca nyaring harus

memperhatikan teknik vokal, atau pelafalan, atau pengucapan

yang tepat sehingga menentukan kualitas suara yang dihasilkan

dalam pembacaan teks. Jika pembaca membaca teks dengan vokal

dan pengucapan yang tepat, maka pendengar akan menyimak apa

yang dibacakan.

b. Variasi latihan vokal

Setiap pembaca harus melatih vokal untuk mengasah

kemampuan yang berkaitan dengan kejelasan artikulasi dengan

cara melakukan latihan vokal lepas, latihan dengan cara membaca

puisi, dan bernyanyi. Usahakan lakukan latihan ini di tempat yang

sejuk dan bebas dari keramaian.

c. Latihan mengatur intonasi

Setiap pembaca berusaha agar suara terdengar merdu, enak

didengar, dan mudah dipahami. Kemerduan ini terkait dengan

intonasi, yaitu keras lembutnya suara, tinggi rendahnya nada, dan

cepat lambatnya pembacaan.

d. Latihan pernafasan

Pembaca dalam membacakan teks seharusnya

mengeluarkan suara dari perut. Suara yang dikeluarkan dari perut

menimbulkan kesan wibawa dan mantap. Gema yang

ditimbulkkan oleh suara dari perut menambah pengaruh kuatnya

bacaan pendengar.

Kefasihan dalam membaca nyaring menuntut pembaca untuk

memiliki tingkat kepercayaan diri (self confident) yang baik. Jika

tingkat kepercayaan diri rapuh, maka akan merasa kesulitan, seperti

21

Ibid., h. 2.7-2.9.

Page 30: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

17

gugup dalam membaca.22

Jadi dapat disimpulkan bahwa membaca

nyaring memerlukan tingkat kepercayaan diri yang tinggi agar

pembaca merasa yakin dalam membaca nyaring sehingga pesan yang

disampaikan kepada pendengar sampai.

B. Dongeng

Suroso dalam buku Keterampilan Berbicara karangan Elvi Susanti

menyatakan bahwa

“Dongeng merupakan salah satu bentuk karya sastra yang isinya

cerita khalayan. Dongeng biasanya mengandung pesan moral yang

tinggi dan terungkap melalui karakter atau watak tokoh. Sebab

dongeng berisi cerita yang tidak benar-benar terjadi itu, kemudian

berkembang makna dongeng secara metaforis: berita atau sesuatu

yang lain yang dikatakan orang yang tidak memiliki kebenaran

faktual dianggap sebagai dongeng belaka, atau sebagai cerita

fiktif”23

Adapun berdasarkan teori di atas maka peneliti menyimpulkan

bahwa dongeng termasuk ke dalam jenis karya sastra yang berisi tentang

cerita khayalan dan tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Pembaca yang

membaca akan mendapatkan pesan moral di dalam ceritanya.

Jenis-jenis dongeng berdasarkan isi cerita terbagi menjadi tujuh

yaitu fabel, mite, legenda, sage, parable, dongeng jenaka, dan wira

carita.24

Peneliti hanya memfokuskan pada teori fabel dalam penelitian

ini.

1. Fabel

Jeanne, Ziba, dkk., dalam bukunya menyatakan pendapatnya

terkait fabel sebagai berikut “A quick generic definition of a fable

is conduct. But ever since Aesop, the fable has been understood more

22

Ibid., h. 2.5. 23

Suroso dalam Elvi Susanti, Keterampilan Berbicara, (Depok: PT RajaGrafindo

Persada, 2018), h. 89-90. 24

Ibid, h. 98-101.

Page 31: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

18

specifically as account of animal life, presumed to be fictional, which

serves as an example that teaches about the human social order.”25

Adapun artinya adalah definisi generik cepat dari sebuah dongeng

adalah perilaku, tetapi sejak Aesop, dongeng telah dipahami secara

lebih khusus sebagai kisah kehidupan binatang, yang dianggap bersifat

fiksi, yang berfungsi sebagai contoh yang mengajarkan tentang tatanan

sosial manusia.

Fabel yaitu dongeng tentang kehidupan binatang. Dongeng

tentang kehidupan binatang ini dimaksudkan agar menjadi teladan bagi

kehidupan manusia pada umumnya.26

Fabel adalah cerita yang

menampilkan hewan-hewan sebagai tokoh-tokoh yang dapat berpikir,

bereaksi dan berbicara sebagai manusia. Fabel mengandung unsur

mendidik karena diakhiri dengan sebuah kesimpulan yang mengandung

ajaran moral.27

Sebagaimana diungkapkan oleh Dick Hartoto dan B.

Rahmanto dalam Sihabudin, dkk. bahwa:

“Fabel adalah cerita singkat, sering dalam bentuk sajak, bersifat

didaktis bertepatan dengan contoh yang konkret. Binatang dan

tumbuh-tumbuhan ditampilkan sebagai makhluk yang dapat

berpikir, bereaksi, dan berbicara sebagai manusia, diakhiri

dengan sebuah kesimpulan yang mengandung ajaran moral.”28

Selain pendapat tersebut, ada pendapat lain yang sama dengan

itu. Pendapat yang peneliti maksud dikemukakan oleh Burhan

Nurgiyantoro. Burhan menyatakan bahwa:

“Cerita binatang (fables, fabel) adalah salah satu bentuk cerita

tradisional yang menampilkan binatang sebagai tokoh cerita.

Binatang-binatang tersebut dapat berpikir dan berinteraksi

layaknya komunitas manusia, juga dengan permasalahan

hidup layaknya manusia. Mereka dapat berpikir, berlogika,

berperasaan, berbicara, bersikap, bertingkah laku, dan lain-lain

25

Jeanne Dubino, Ziba Rashidian, dkk., Representing The Modern Animal in Culture,

(United States: Palgrave Macmillan, 2015), h.7. 26

Sihabudin, Zumrotul Mukaffa, dkk, Bahasa Indonesia 2 Edisi Pertama, (Surabaya:

Lapis PGMI, 2009), h. 2-14. 27

Zulfahnur Z.F., Teori Sastra, (Tangerang Selatan:Universitas Terbuka, 2016), h. 6.15. 28

Dick Hartoto dan B. Rahmanto dalam Sihabudin, Zumrotul Mukaffa, dkk, Bahasa

Indonesia 2 Edisi Pertama, (Surabaya: Lapis PGMI, 2009), h. 2-14.

Page 32: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

19

sebagaimana halnya manusia dengan bahasa manusia. Cerita

binatang seolah-olah tidak berbeda halnya dengan cerita yang

lain, dalam arti cerita dengan tokoh manusia, selain bahwa

cerita itu menampilkan tokoh binatang.”29

Pendapat lain dikemukakan oleh Joseph E. Scalla dalam

bukunya yaitu “A fable uses animal characters to represent people.

The animals behave like people in every respect.”30

Adapun pendapat

tersebut memiliki pengertian bahwa fabel menggunakan karakter dari

binatang untuk mewakili karakter manusia. Binatang-binatang

berperilaku seperti manusia dalam segala hal.

Fabel dapat disimpulkan berdasarkan pendapat-pendapat di

atas adalah cerita tentang kehidupan binatang. Cerita binatang di dalam

fabel dapat berpikir, bereaksi, dan berbicara seperti manusia. Cerita

fabel tidak hanya menghibur tetapi bersifat mendidik, banyak nilai

moral yang dapat dijadikan sebagai pelajaran.

Cerita binatang hadir sebagai personifikasi manusia, baik yang

menyangkut penokohan lengkap dengan karakternya maupun persoalan

hidup yang diungkapkannya. Artinya, manusia dan berbagai persoalan

manusia itu diungkapkan lewat binatang.31

Jadi, tokoh dalam binatang

memiliki karakter seperti manusia sehingga tujuan cerita ini adalah

memberikan pesan-pesan moral.

Fang dalam Burhan menyatakan bahwa ada cerita binatang

yang mirip cerita binatang-binatang di dunia. Misalnya, cerita kancil

berlomba lari dengan siput ditemukan di Jawa, Melayu, India, dan

Eropa. Perbedaannya adalah tokoh binatangnya. Perlombaan lari

tersebut di India diperankan oleh tokoh kura-kura dan burung garuda,

sedangkan di Eropa adalah kura-kura dan kelinci.32

29

Burhan Nurgiyantoro, Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak, (Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press, 2013), h. 190. 30

Joseph E. Scalia, Animal Farms, (United States of America: Research & Education

Association, 1995), h. 12. 31

Ibid., h. 191. 32

Fang dalam Burhan Nurgiyantoro, Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak,

(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2013), h. 191.

Page 33: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

20

Fabel dibedakan menjadi dua berdasarkan waktu

kemunculannya, yaitu fabel klasik dan fabel modern. Cerita binatang

klasik dimaksudkan sebagai cerita yang telah ada sejak zaman dahulu,

namun tidak diketahui persis kapan munculnya, yang diwariskan secara

turun menurun terutama lewat sarana lisan. Cerita binatang modern

dimaksudkan sebagai cerita yang muncul dalam waktu yang relatif

belum lama dan sengaja ditulis oleh pengarang tertentu sebagai

ekspresi sastra.33

Peneliti menyimpulkan bahwa cerita binatang klasik

sudah ada sejak zaman dahulu melalui tradisi lisan. Cerita binatang

modern hadir karena pemikiran kreatif penulis dalam karya sastra.

Cerita binatang klasik sudah ada sejak zaman Yunani klasik dan

India kuno, misalnya cerita “Jataka dan Pancatantra”. Cerita tersebut

juga ditemukan di Indonesia dan ditemukan di melayu, Jawa, Sunda,

Toraja, dan lain-lain. Tokoh binatang yang ditampilkan menjadi peran

utama, kecil, lemah, tetapi cerdas sehingga dapat menundukkan

binatang-binatang yang besar dan kuat.34

Fang dalam Burhan menyatakan bahwa ada berbagai cerita

binatang yang menampilkan tokoh kancil di berbagai daerah dan

kemudian mengelompokkannya ke dalam cerita versi Melayu dan Jawa

yang masing-masing terdiri atas sejumlah cerita, serta dari

daerah-daerah lain.35

Cerita kancil versi Melayu yang terkenal adalah

“Hikayat Pelanduk Jenaka”. Cerita tersebut mengisahkan bahwa kancil

memperoleh kekuatan setelah menggosokkan bandannya ke getah

pohon ara. Setelah kancil mendamaikan kambing dengan harimau, ia

menjadi termahsur dan hewan-hewan lain menjadi tunduk kepadanya.

Ada satu hewan yang tidak tunduk dengannya yaitu kera yang meminta

bantuan kepada gajah, singa, dan buaya. Ketiga hewan tersebut

dimatikan oleh kancil.

33

Burhan Nurgiyantoro, Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak, (Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press, 2013), h. 193-194. 34

Ibid., h. 194. 35

Ibid.

Page 34: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

21

Kisah kancil juga dikisahkan dalam versi Jawa. Kancil adalah

anak manusia, Dewi Sungkawa, anak seorang pandita yang meninggal

ketika melahirkan. Kancil muncul sebagai tokoh penting dan berjasa,

menjadi hakim. Kancil membebaskan kambing yang akan dimakan

harimau, melerai pertengkaran burung beluk dan burung daris.

Akhirnya, kancil pergi ke Mesir untuk melamar putri Mesir, tetapi

ditangkap dan dibunuh. Jadi, berdasarkan kedua cerita di atas dapat

disimpulkan bahwa cerita kancil adalah cerita yang memiliki banyak

versi dan gaya sesuai dengan kemampuan bercerita masing-masing.

Jumlah cerita fabel modern jauh lebih banyak daripada fabel

klasik karena setiap saat selalu saja bermunculan lewat media massa.

Misalnya, “Kedaulatan Rakyat” selalu menyajikan satu fabel modern

setiap terbit. Tokoh binatangnya juga bervariasi seperti ikan, burung,

binatang hutan, binatang modern, dan lain-lain.36

Peneliti mempunyai contoh cerita yang berbentuk fabel dan

ditulis secara modern. Cerita fabel berjudul “Ikan Tongkol dan Ayam”

karya Asti Damayanti. Fabel ini menceritakan tentang kisah bangsa

ikan tongkol dan bangsa ayam yang berteman baik. Bangsa ayam

mendatangi bangsa ikan tongkol untuk memberitahu akan ada pesta

saat bulan purnama. Ikan tongkol pun bersedia datang dengan syarat

bangsa ayam harus berkokok sebelum fajar menyingsing. Setelah itu,

pesta berlangsung hingga larut malam dan baru tertidur menjelang

pagi. Semua terlambat bangun dan ikan tongkol tidak dapat kembali ke

laut karena sudah mongering. Bangsa ayam meminta maaf kepada ikan

tongkol, tetapi tidak dimaafkan. Persahabatan ayam dan ikan tongkol

menjadi sebuah permusuhan.

36

Ibid., h. 196.

Page 35: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

22

C. Penelitian yang Relevan

1. Yesica Avila, “Kemampuan Menulis Teks Fabel dengan

Menggunakan Media Gambar Berseri Siswa kelas VIII MTS Kuranji

Padang”. Skripsi Tahun 2017 Program Studi Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan

(STKIP) Sumatera Barat Padang. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mendeskripsikan kemampuan menulis fabel dengan menggunakan

media gambar berseri siswa kelas VIII MTSN Kuranji Padang. hasil

penelitian, secara keseluruhan kemampuan menulis teks fabel dengan

menggunakan media gambar berseri siswa kelas VIII MTSN Kuranji

Padang tergolong baik (B) dengan rata-rata hitung 81,75 yang berada

pada rentangan 76-85%.37

Persamaan penelitian yang dilakukan oleh

Yesica Avilia dengan penelitian ini adalah sama-sama memakai cerita

fabel sebagai objek penelitian. Adapun perbedaan penelitian Yesica

Avila dengan skripsi ini adalah:

a. Penelitian Yesica Avila dilakukan pada tahun 2017, sedangkan

penelitian ini dilakukan tahun 2018.

b. Metode penelitian yang digunakan oleh Yesica Avila yaitu dengan

metode kuantitatif, sedangkan pada penelitian ini menggunakan

metode kualitatif.

c. Objek yang dikaji dalam penelitian Yesica Avila adalah kemampuan

menulis fabel, sedangkan pada penelitian ini adalah keterampilan

membaca nyaring dengan memanfaatkan cerita fabel.

2. Roisah Amilina, “Pembelajaran Membaca Teks Cerita Moral/Fabel

Siswa Kelas VIII SMP Negeri 10 Malang”. Skripsi Tahun 2015

Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang.

37

Yesica Avilia, Kemampuan Menulis Teks Fabel dengan Menggunakan Media Gambar

Berseri Siswa kelas VIII MTS Kuranji Padang, (Sumatera Barat: Sekolah Tinggi Keguruan dan

Ilmu Pendidikan (STKIP), 2017), jim.stkip-pgri-sumbar.ac.id/jurnal/download/2405, diunduh

pada tanggal 2 Desember 2018, pkl 13.15.

Page 36: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

23

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan

pembelajaran membaca teks cerita moral/fabel di kelas VIII SMP

Negeri 10 Malang. Deskripsi pelaksanaan pembelajaran tersebut

dijabarkan mulai dari penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP), pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran membaca teks cerita

moral atau fabel yang dilaksanakan oleh guru dan siswa kelas VIII B

SMP Negeri 10 Malang. Hasil penelitian ini adalah deskripsi tentang:

(1) komponen-komponen rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP);

pelaksanaan pembelajaran yang meliputi kegiatan pendahuluan,

kegiatan inti, dan kegiatan penutup; dan (3) penilaian pembelajaran

yang terdiri atas penilaian proses dan penilaian hasil.38

Persamaan

penelitian Roisah Amilina dengan penelitian ini adalah sama-sama

memanfaatkan cerita fabel dalam objek penelitian.Adapun perbedaan

penelitian Roisah Amilina dengan penelitian ini adalah:

a. Penelitian Roisah Amilina dilakukan tahun 2015, sedangkan

penelitian ini dilakukan tahun 2018.

b. Penelitian Roisah Amilina memfokuskan penelitiannya terhadap

pembelajaran membaca teks fabel, sedangkan penelitian ini

tentang keterampilan membaca nyaring dengan memanfaatkan

cerita fabel pada siswa kelas VIII.

c. Hasil penelitian Roisah Amilina lebih mendeskripsikan guru

Bahasa Indonesia, sedangkan hasil penelitian ini lebih difokuskan

kepada hasil keterampilan membaca nyaring dengan

memangaatkan cerita fabel di kelas VIII.

38

Roisah Amilina, Pembelajaran Membaca Teks Cerita Moral/Fabel Siswa Kelas VIII

SMP Negeri 10 Malang, (Malang: Universitas Negeri Malang, 2015), karya-ilmiah.um.ac.id ›

Halaman Awal › 2015 › Amilina, diunduh pada 2 Desember 2018, pkl. 13.20.

Page 37: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

24

3. Atikah Nurul Asdah, “Kemampuan Membaca Memahami Teks Cerita

Fabel (Moral) Siswa Kelas IX Smp Negeri 1 Makassar”. Skripsi

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan

Sastra, Universitas Negeri Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk:

(1) mendeskripsikan kemampuan memamahami struktur isi teks cerita

fabel (moral) siswa Kelas IX Tahun Ajaran 2017/2018 SMP Negeri 1

Makassar dan (2) mendeskripsikan kemampuan memahami ciri

bahasa teks cerita fable (moral) Siswa Kelas IX Tahun Ajaran

2017/2018 SMP Negeri 1 Makassar. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa sampel yang memperoleh nilai 76 ke atas berjumlah 12

(32,43%). Sebaliknya, siswa sampel yang memperoleh nilai di bawah

76 berjumlah 25 (67,57%) siswa. Dengan demikian, disimpulkan

bahwa siswa SMP Negeri 1 Makassar belum mampu memahami teks

cerita fabel (moral). Persamaan penelitian Atikah Nurul Asdah dengan

penelitian ini adalah sama-sama menjadikan cerita fabel sebagai objek

penelitian.39

Adapun perbedaan penelitian Atikah Nurul Asdah

dengan penelitian ini adalah:

a. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian Atikah Nurul

Asdah yaitu metode kuantitatif, sedangkan pada penelitian ini

yaitu metode kualitatif.

b. Penelitian Atikah Nurul Asdah memfokuskan keterampilan

membaca pemahaman, sedangkan pada penelitian ini yaitu

membaca nyaring.

c. Hasil penelitian Atikah Nurul Asdah menunjukkan bahwa sampel

yang memperoleh nilai 76 ke atas berjumlah 12 (32,43%).

Sebaliknya, siswa sampel yang memperoleh nilai di bawah 76

berjumlah 25 (67,57%) siswa. Dengan demikian, disimpulkan

bahwa siswa SMP Negeri 1 Makassar belum mampu memahami

teks cerita fabel (moral), sedangkan hasil dari penelitian ini yaitu

39 Atikah Nurul Asdah, Kemampuan Membaca Memahami Teks Cerita Fabel (Moral)

Siswa Kelas IX Smp Negeri 1 Makassar, (Makassar: Universitas Negeri Makassar, 2018),

http://eprints.unm.ac.id/8632/, diunduh pada 2 Desember 2018, pkl. 13.25

Page 38: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

25

keterampilan membaca nyaring siswa dengan memanfaatkan cerita

fabel termasuk ke dalam kualifikasi baik. Hal ini dibuktikan

dengan nilai siswa pada rentang nilai (80-100) yang mencapai 12

orang atau 44%, sementara sisanya ialah tergolong baik dengan

kisaran nilai (66-79) yang berjumlah 8 orang atau 30% dan kategori

cukup dengan kisaran nilai (56-65) sebanyak 4 orang atau 15%.

Adapun terdapat siswa yang masih kurang dengan rentang nilai

(46-55) sebanyak 2 atau 7% dan sangat kurang dengan rentang nilai

≤45 sebanyak 1 orang atau 4%.

Page 39: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

27

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 13 Tangerang Selatan

dengan siswa berjumlah 37 orang. Sekolah ini beralamatkan di Jalan

Beruang II Peladen Pondok Ranji, Ciputat Timur. Peneliti mengajukan

proposal skripsi pada 23 Maret 2018 dan selesai penulisan skripsi pada 9

Desember 2018. Peneliti mengambil data rekaman membaca nyaring

dengan memanfaatkan cerita fabel pada tanggal 2-11 Mei 2018.

B. Metode Penelitian

Skripsi yang berjudul “Pemanfaatan Cerita Fabel dalam

Keterampilan Membaca Nyaring Siswa Kelas VIII SMPN 13 Tangerang

Selatan Tahun Pelajaran 2017/2018” menggunakan metode penelitian

kualitatif deskriptif. Sebagaimana langkah-langkah dalam metode

kualitatif, maka peneliti memperkuat pilihan metode tersebut dengan

beberapa pendapat pakar metodologi.

Deddy Mulyana menyatakan bahwa “metodologi adalah proses,

prinsip, dan prosedur yang kita gunakan untuk mendekati problem dan

mencari jawaban. Metodologi juga dapat diartikan sebagai suatu

pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian.”1

Jadi, peneliti

menyimpulkan bahwa metodologi adalah sebuah langkah-langkah dalam

penelitian untuk mengkaji objek penelitian.

Bogdan dan Tylor dalam S. Margono memberikan pendapat

“penelitian kualitatif adalah proses penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan

1 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi

dan Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 145.

Page 40: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

28

perilaku yang dapat diamati.”2 Penelitian kualitatif bersifat deskriptif

karena data yang diperoleh berupa kata-kata, gambar, perilaku tidak

dituangkan dalam bentuk bilangan atau angka statistik.3

Adapun, pendapat di atas diperkuat oleh Strauss dan Corbin dalam

Syamsuddin yang menyatakan bahwa “Penelitian kualitatif juga bisa

dimaksudkan sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak

diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya.”4 Data

yang dihasilkan dari penelitian kualitatif memungkinkan untuk dianalisis

melalui suatu penghitungan. Peneliti menyimpulkan bahwa metode

kualitatif deskriptif adalah langkah-langkah dalam proses penelitian yang

menghasilkan data berupa kata-kata yang dideskripsikan dan bukan

berupa angka atau bilangan.

C. Sumber Data dan Fokus Penelitian

Sumber data pada penelitian skripsi ini adalah sumber primer yaitu

sumber yang diperoleh secara langsung dari sumbernya. Peneliti

memperoleh sumber data dari kumpulan cerita fabel nusantara karya Dini

Utami tahun 2017, yaitu fabel yang berjudul “Hati Kepodang Emas”.

Fokus penelitian pada skripsi ini adalah keterampilan membaca

nyaring dengan memanfaatkan cerita fabel siswa kelas VIII SMPN 13

Tangerang Selatan yang berjumlah 37 orang. Peneliti hanya

memfokuskan kepada 27 orang siswa dikarenakan 10 orang lainnya tidak

memiliki data rekaman. Keterampilan membaca yang dinilai yaitu,

keterampilan membaca nyaring dengan memanfaatkan cerita fabel.

2 Bogdan dan Tylor dalam S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta:

Rineka Cipta, 2010), h. 36. 3 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 39

4 Strauss dan Corbin dalam Syamsuddin A.R. dan Vismaia S. Damaianti, Metode

Penelitian Pendidikan Bahasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 73.

Page 41: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

29

D. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini yaitu siswa kelas VIII-4 di SMPN 13

Tangerang Selatan yang berjumlah 27 orang. Peneliti memilih kelas

VIII-4 sebagai subjek penelitian karena kelas tersebut memiliki

keanekaragaman siswa dalam aspek keterampilan membaca nyaring.

Objek dari penelitian ini adalah keterampilan membaca nyaring dengan

memanfaatkan cerita fabel berjudul “Hati Kepodang Emas”.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan

dengan menggunakan teknik kondisi yang alami, sumber data primer, dan

lebih banyak pada teknik observasi yang berperan serta, wawancara

mendalam, dan dokumentasi.5 Peneliti melakukan teknik pengumpulan

data dengan cara wawancara, observasi, dan dokumentasi.

1. Wawancara

Pada penelitian skripsi ini, peneliti melakukan wawancara

kepada guru Bahasa Indonesia kelas VII terkait dengan keterampilan

membaca nyaring peserta didik kelas VIII pada saat mereka berada di

kelas VII. Wawancara ini dilakukan sebelum mengambil data.

Wawancara ini juga berguna sebagai pedoman peneliti dalam

melakukan pengambilan data. Hasil dari wawancara ini yaitu

keterampilan membaca nyaring peserta didik pada waktu itu, yaitu

beranekaragam. Peserta didik ada yang sudah dapat membaca nyaring

dengan baik, ada yang masih kurang lancar. Sebagaimana wawancara

yang dilakukan peneliti, maka peneliti memperkuat dengan pendapat

pakar penelitian. Adapun jumlah pertanyaan yang dipakai dalam

wawancara kepada guru bahasa Indonesia tersebut yakni 8 butir.

Mardalis menyatakan bahwa wawancara adalah teknik

pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mendapatkan

5 M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshui, Metode Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta:

Ar-Ruzz Media, 2012), h. 164.

Page 42: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

30

keterangan-keterangan lisan melalui bercakap-cakap.6 Pendapat yang

sama juga dikemukakan oleh Emzir dalam bukunya bahwa

“Wawancara terdiri atas sejumlah pertanyaan yang dipersiapkan oleh

peneliti dan diajukan kepada seseorang mengenai topik penelitian

secara tatap muka, dan peneliti merekam jawaban-jawabannya

sendiri”.7 Wawancara dilakukan sebagai studi pendahuluan untuk

menemukan masalah yang harus diteliti. Burhan Bungin juga

menyatakan bahwa wawancara yang dilakukan dalam penelitian

adalah wawancara tak berstruktur.8

Jadi, peneliti menyimpulkan

bahwa wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan cara

bercakap-cakap dengan narasumber untuk memperoleh informasi

terkait dengan masalah yang diteliti. Peneliti tidak memerlukan

pedoman wawancara yang tersusun lengkap dan sistematis dalam

proses wawancara karena menggunakan teknik wawancara yang tak

berstruktur.

2. Observasi

Teknik pengumpulan data selanjutnya adalah observasi.

Observasi yang dilakukan oleh peneliti pada penelitian skripsi ini

adalah peneliti mengamati keterampilan membaca fabel yang

dilakukan di lingkungan sekolah sesuai dengan tempat yang memberi

kenyamanan peserta didik. Peneliti memberikan kesempatan kepada

peserta didik untuk membacakan fabel yang berjudul “Hati Kepodang

Emas”. Peneliti mengamati pembacaan fabel yang dibacakan oleh

peserta didik dengan intensitas penuh.

Sebagaimana observasi yang dilakukan, peneliti memperkuat

dengan teori dari Sari Wahyuni dalam bukunya “Observation is the

6 Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: PT Bumi Aksara,

2006), h. 64. 7 Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, (Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, 2011), h. 49-50. 8 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,

2007), h. 134.

Page 43: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

31

selection and recording behaviors of people in their environment.”9

Adapun artinya adalah observasi adalah pemilihan dan pencatatan

perilaku orang dalam linkungan.

Pendapat yang lain juga dikemukakan oleh seorang ahli

“Metode observasi (pengamatan) merupakan sebuah teknik

pengumpulan data yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan

mengamati hal-hal yang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku,

kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa, tujuan, dan perasaan.”10

Metode observasi melibatkan dua komponen, yaitu pelaku observasi

(disebut sebagai observer), dan objek yang diobservasi (disebut

sebagai observee).11

Jadi, dapat disimpulkan bahwa observasi adalah

kegiatan pengamatan yang dilakukan untuk mengumpulkan data

dalam penelitian.

3. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data yang terakhir adalah dokumentasi.

Peneliti melakukan pengambilan dokumentasi keterampilan membaca

fabel peserta didik dengan cara melakukan proses merekam suara.

Peneliti menggunakan perekam suara di telepon genggam saat

melakukan pengamatan. Hal ini berguna agar peneliti dapat

memutar ulang rekaman yang telah direkam saat melakukan proses

analisis data.

Sebagaimana hal yang dilakukan oleh peneliti. Peneliti

memperkuat dengan teori. “Dokumen adalah catatan peristiwa yang

sudah berlalu.”12

9 Sari Wahyuni, Qualitative Research Method, (Jakarta: Salemba Empat, 2012), h. 21.

10 M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif,

(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 165. 11

Sukandarrumidi dan Haryanto, Dasar-dasar Penulisan Proposal Penelitian,

(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2014), h. 35. 12

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta,

2011), h. 240.

Page 44: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

32

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian

ini adalah teknik analisis deskriptif kualitatif. Peneliti melakukan

langkah-langkah dalam menganalisis data.

1. Peneliti memutar ulang rekaman keterampilan membaca nyaring

siswa kelas VIII-4 dari telepon genggam.

2. Peneliti mendengarkan dan menyimak rekaman dengan penuh

perhatian.

3. Peneliti memberikan skor keterampilan membaca fabel tersebut

dengan berpedoman kepada instrumen penilaian keterampilan

membaca nyaring yang merujuk kepada teori Kholid Harras dan

keterampilan membaca fabel berdasarkan teori Burhan Nurgiyantoro.

4. Peneliti merekap data penilaian yang diperoleh peserta didik untuk

setiap aspek yang diteliti.

5. Peneliti menjumlahkan nilai untuk mendapatkan rata-ratanya.

6. Peneliti memberikan kualifikasi nilai menurut teori Anas Sudijono.13

Tabel 3

Tabel Kualifikasi Nilai Menurut Anas Sudijono (2011:35)

No. Kualifikasi Skor

1. Sangat Baik 80-100

2. Baik 66-79

3. Cukup Baik 56-65

4. Kurang 46-55

5. Sangat Kurang ≤ 45

13

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,

2011), h. 35.

Page 45: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

33

G. Instrumen Penelitian

Tabel 3.1

Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Nyaring14

No. Aspek Indikator

Skor

1 2 3 4

2. Lafal Sangat Baik: Setiap kata yang

diucapkan oleh peserta didik dalam

membaca fabel sangat jelas dan tepat.

Baik: Setiap kata yang diucapkan

oleh peserta didik dalam membaca

fabel jelas dan tepat.

Cukup Baik: Setiap kata yang

diucapkan oleh peserta didik dalam

membaca fabel cukup jelas dan tepat.

Kurang Baik: Setiap kata yang

diucapkan oleh peserta didik dalam

membaca fabel kurang jelas dan

tepat.

3. Kelancaran Sangat Baik: Peserta didik

membaca cerita fabel dengan sangat

lancar.

Baik: Peserta didik membaca cerita

fabel dengan lancar.

Cukup Baik: Peserta didik membaca

cerita fabel dengan cukup lancar.

Kurang Baik: Peserta didik

membaca cerita fabel dengan kurang

14

Kholid Harras, Endah Tri Priyatni, dkk., Membaca I, (Jakarta: Universitas Terbuka,

2007), h. 2.14.

Page 46: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

34

lancar.

4. Emosi Sangat Baik: Emosi yang

diekspresikan oleh peserta didik

sangat sesuai dengan isi fabel.

Baik: Emosi yang diekspresikan oleh

peserta didik sesuai dengan isi fabel.

Cukup Baik: Emosi yang

diekspresikan oleh peserta didik

cukup sesuai dengan isi fabel.

Kurang Baik: Emosi yang

diekspresikan oleh peserta didik

kurang sesuai dengan isi fabel.

5. Pernapasan Sangat Baik: Pernapasan sudah

diatur dengan sangat baik, tidak

terlihat terengah-engah.

Baik: Pernapasan sudah diatur

dengan baik, tidak terlihat

terengah-engah.

Cukup Baik: Pernapasan sudah

diatur dengan cukup baik, sedikit

terlihat terengah-engah.

Kurang Baik: Pernapasan tidak

diatur dengan baik, sangat terlihat

terengah-engah.

Jumlah Skor :

Nilai :

Error! Reference source not found.

*dikutip dari teori Kholid Harras

Kriteria Penilaian

1: Kurang

2: Cukup

Page 47: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

35

3: Baik

4: Sangat Baik

Tabel 3.2

Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Fabel15

No. Aspek yang dinilai Indikator Skor

1. Pemahaman isi cerita Sangat Baik: Peserta

didik dalam membaca

cerita fabel sangat

memahami isi ceritanya.

Baik: Peserta didik dalam

membaca cerita fabel

memahami isi ceritanya.

Cukup Baik: Peserta

didik dalam membaca

cerita fabel cukup

memahami isi ceritanya.

Kurang Baik: Peserta

didik dalam membaca

cerita fabel kurang

memahami isi ceritanya.

1 2 3 4

2. Keruntutan

pengungkapan isi cerita

Sangat Baik: Peserta

didik dalam membaca

cerita fabel sangat

memperhatikan keruntutan

pengungkapan isi cerita.

Baik: Peserta didik dalam

membaca cerita fabel

memperhatikan keruntutan

pengungkapan isi cerita.

15

Burhan Nurgiyantoro, Penilaian Otentik dalam Pembelajaran Bahasa, (Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press, 2015), h. 69.

Page 48: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

36

Cukup Baik: Peserta

didik dalam membaca

cerita fabel cukup

memperhatikan keruntutan

pengungkapan isi cerita.

Kurang Baik: Peserta

didik dalam membaca

cerita fabel kurang

memperhatikan keruntutan

pengungkapan isi cerita.

3. Kelancaran dan

kewajaran

pengungkapan

Sangat Baik: Peserta

didik dalam membaca

fabel sangat lancar dan

mengungkapkan setiap

kata dengan wajar.

Baik: Peserta didik dalam

membaca fabel lancar dan

mengungkapkan setiap

kata dengan wajar.

Cukup Baik: Peserta

didik dalam membaca

fabel cukup lancar dan

mengungkapkan setiap

kata dengan sedikit tidak

wajar.

Kurang Baik: Peserta

didik dalam membaca

fabel kurang lancar dan

mengungkapkan setiap

kata dengan tidak wajar.

Page 49: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

37

4. Ketepatan diksi Sangat Baik: Peserta

didik dalam membaca

fabel sangat

memperhatikan ketepatan

diksi.

Baik: Peserta didik dalam

membaca fabel

memperhatikan ketepatan

diksi.

Cukup Baik: Peserta

didik dalam membaca

fabel cukup

memperhatikan ketepatan

diksi.

Kurang Baik: Peserta

didik dalam membaca

fabel kurang

memperhatikan ketepatan

diksi.

5. Ketepatan struktur

kalimat

Sangat Baik: Peserta

didik dalam membaca

fabel sangat

memperhatikan ketepatan

stuktur kalimat.

Baik: Peserta didik dalam

membaca fabel

memperhatikan ketepatan

struktur kalimat.

Cukup Baik: Peserta

Page 50: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

38

didik dalam membaca

fabel cukup

memperhatikan ketepatan

struktur kalimat.

Kurang Baik: Peserta

didik dalam membaca

fabel kurang

memperhatikan ketepatan

struktur kalimat.

Jumlah Skor :

Nilai :

Error! Reference source not found.

*dikutip dari teori Burhan Nurgiyantoro

Kriteria Penilaian

1: Kurang

2: Cukup

3: Baik

4: Sangat Baik

Pada tabel 2 peneliti hanya menilai aspek nomor 1-3 karena

peneliti memiliki kesimpulan bahwa pada aspek 1-3 sangat sesuai dengan

kriteria keterampilan membaca fabel.

Berdasarkan data yang telah peneliti analisis, maka untuk

mengetahui keterampilan membaca fabel siswa kelas VIII SMPN 13

Tangerang Selatan, dihitung dengan rumus

Error! Reference source not found.

Page 51: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

39

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Sekolah

SMPN 13 Kota Tangerang Selatan merupakan sekolah yang

beralamatkan di jalan Beruang II Peladen Pondok Ranji, Ciputat Timur

Tangerang Selatan. Sekolah ini berada di antara kawasan komplek dan

perkampungan sekitar Bintaro dan Peladen. Sekolah menengah pertama

yang berada di daerah ini terbilang standar untuk kelompok penduduk

menengah atas, namun untuk kelompok perekonomian lebih rendah ini

terlalu tinggi. Oleh sebab itu, perkembangan penduduk cukup signifikan

di daerah Peladen, maka didirikanlah SMP Negeri 13 Kota Tangerang

Selatan.

SMP Negeri 13 ini dulu bernama SMP Negeri 5 Ciputat

Kabupaten Tangerang, bersamaan dengan pemekaran daerah tingkat II

yaitu pemekaran Kabupaten Tangerang menjadi Kota Tangerang Selatan

maka urutan sekolah pun berubah yang asalnya berdasarkan kecamatan

menjadi Kota Tangerang Selatan. SMP Negeri 5 Ciputat berganti nama

menjadi SMP Negeri 13 Kota Tangerang Selatan karena hal tersebut.

Sekolah ini berdiri pada tahun 1995, yang dipimpin oleh Dra. Ade

Halimatussa’diyah yang saat itu merangkap sebagai kepala sekolah SMP

Negeri 2 Ciputat. Para pelaksana harian atau guru-guru SMP Negeri 13

pada awal berdirinya sekolah adalah Bapak Drs. Hj. Nindin Komarudin

M.Pd. yang sekarang menjabat sebagai kepala SMPN 11, kemudian Drs.

Antasa yang menjabat pada tahun pelajaran 1995/1996 sampai dengan

tahun 2002/2003. Pada tahun 1995 sampai dengan 2002 guru-guru yang

mengajar di SMP Negeri 13 umumnya adalah guru honor dengan jumlah

yang terbatas. Kepemimpinan sekolah sebelum tahun 2002 pun belum

Page 52: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

39

tetap, mulai tahun 2002 sekolah dipimpin oleh Bapak Siduk

Kurnain, S.Pd. selama tahun pelajaran 2002/2003.

Pada tahun pelajaran 2003/2004 sampai dengan 2006/2007

dipimpin oleh Dra. Hj. Erly Wijayanti, setelah itu pada tahun pelajaran

2007/2008 sampai dengan 2008/2009 dipimpin oleh Bapak Maryono, S.E.

yang sekarang menjabat sebagai kepala SMP Negeri 3, dan pada tahun

2009 sampai sekarang SMP Negeri 13 dipimpin oleh Bapak Rohman,

M.Pd.

Pada awal pendiriannya, SMP Negeri 13 hanya memiliki 4 ruang

kelas dengan rincian 1 kelas untuk kelas 7, 1 kelas untuk kelas 8, dan 2

kelas untuk kelas 9, dengan jumlah siswa 30 orang per kelas. Kemudian

pada tahun 2003 sampai dengan 2005 SMP Negeri 13 mendapat RKB

(ruang kelas baru) sejumlah 2 ruang, dan kemudian tambahan 6 ruang lagi

masih di tahun yang sama, sehingga ruang kelas menjadi 12 kelas. Jumlah

siswa pun semakin meningkat hingga 400 orang dengan rincian

rombongan belajarnya yaitu kelas 7 terdiri dari 5 kelas, kelas 8 terdiri dari

4 kelas dan kelas 9 terdiri dari 3 kelas dengan jumlah siswa rata-rata 40

orang per kelas.

Pada tahun 2007-2009 sekolah mendapat RKB (ruang kelas baru)

sebanyak 6 ruang, siswa mulai bertambah, di mana setiap tingkatan kelas

(kelas 7, 8, dan 9) terdiri dari 8 rombongan belajar. Total rombongan

belajar saat 2009 sampai dengan 2017 berjumlah 24 rombel, sementara

ruang kelas yang ada hanya 18 menyebabkan sistem KBM (kegiatan

belajar mengajar) selalu 2 gelombang, dimana gelombang pagi digunakan

untuk belajar kelas 8 dan 9, kemudian gelombang siang untuk belajar

kelas 7.

Pada tahun 2017 sekolah mendapat RKB (ruang kelas baru)

sebanyak 4 ruang sehingga pada awal tahun 2017 sistem KBM

(kegiatan belajar mengajar) mulai terjadi satu gelombang dengan total

rombel berjumlah 24 rombel. Pada tahun 2018 jumlah rombel menjadi 25

rombel.

Page 53: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

40

Pada awalnya SMP Negeri 13 ini berstatus sebagai sekolah biasa,

kemudian pada tahun ajaran 2007/2008 berubah menjadi RSN (Rintisan

Sekolah Standar Nasional) dan kemudian pada tahun 2009 sampai

sekarang berubah menjadi SSN (Sekolah Standar Nasional). Status

sekolah ini dulunya berakreditasi Tipe “B” karena memiliki jumah

rombongan belajar diantara 16-25 rombongan belajar. Namun sekarang

sudah berakreditasi “A”.

Adapun yang menjadi cita-cita sekolah untuk kedepannya adalah

meningkatkan kualitas tenaga pendidik dengan berbagai macam pelatihan

atau pertemuan rutin, mencari mitra sekolah yang bersinergi, bukan hanya

merek yang membawa nama saja, dan menjadi sekolah yang memiliki

siswa yang berminat baca tinggi

B. Pembahasan

Jumlah siswa kelas VIII-4 adalah 37 orang. Peneliti hanya

mengambil data sebanyak 27 orang. Hal ini disebabkan karena 10 orang

lainnya tidak ada dokumen data rekamannya sehingga peneliti tidak dapat

memutar secara berulang-ulang untuk didengarkan dengan penuh

perhatian. Data penelitian yang ada selanjutnya akan didengarkan secara

berulang-ulang dan diteliti sesuai dengan tabel keterampilan membaca

nyaring dan keterampilan membaca fabel. Peneliti kemudian

mendeskripsikan tabel yang telah diteliti menggunakan kata-kata.

1. Analisis Data

a. Nama Siswa: Adelia Mardiyanti

Tabel 4.1.1

Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Nyaring

No. Aspek Skor

1 2 3 4

Page 54: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

41

1. Intonasi √

2. Lafal √

3. Kelancaran √

4. Emosi √

5. Pernapasan √

Jumlah Skor : 17

Nilai :

Error! Reference source not found. Error! Reference

source not found.

Tabel 4.2.1

Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Fabel

No. Aspek yang dinilai Skor

1 2 3 4

1. Pemahaman isi cerita √

2. Keruntutan pengungkapan isi cerita √

3. Kelancaran dan kewajaran

pengungkapan

Jumlah Skor :

Nilai :

Error! Reference source not found. Error! Reference

source not found.

NA= Error! Reference source not found.

Berdasarkan hasil penilaian keterampilan membaca nyaring

diperoleh nilai 85 dan penilaian keterampilan membaca fabel diperoleh

nilai 83. Nilai akhir dari kedua tabel tersebut yaitu 84 dan termasuk ke

dalam kualifikasi sangat baik. Nilai tersebut dapat diuraikan dengan aspek

penilaian yang digunakan sesuai dengan indikator.

Page 55: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

42

Penilaian pertama yang dinilai adalah keterampilan membaca

nyaring. Keterampilan membaca nyaring termasuk kualifikasi sangat baik.

Aspek pertama yang dinilai adalah intonasi. Pembacaan cerita fabel

memperhatikan tinggi rendahnya suara, keras lembutnya suara, cepat

lambatnya pembacaan sesuai dengan isi dan suasana yang digambarkan

dalam fabel. Berdasarkan hal tersebutlah keterampilan membaca nyaring

siswa sudah sesuai dengan intrumen penilaian sehingga peneliti

memberikan skor 3.

Aspek kedua yang dinilai yaitu lafal. Siswa dalam melakukan

pelafalan membaca nyaring sudah sangat baik. Pelafalan yang diucapkan

dalam membaca nyaring sangat jelas dari awal hingga akhir dan juga

sangat tepat sesuai dengan teks yang ada. Akan tetapi, pada menit ke

03.51 pada paragraf 11 terdapat kesalahan pelafalan yakni “ Raja lalu

mengumumkan bahwa ia menyambut semua jenis burung datang dan

tinggal dengan ramai di taman yang megah itu.” Kata ramai seharusnya

dilafalkan damai. Kesalahan pelafalan ini mengakibatkan makna dalam

teks berubah. Berdasarkan kriteria tersebut, maka peneliti memberikan

skor 4.

Aspek ketiga yang dinilai adalah kelancaran. Siswa dalam

membacakan cerita fabel “Hati Kepodang Emas” mendapatkan skor 4.

Hal ini dikarenakan pembacaan fabel sangat lancar dan tidak terbata-bata

dari awal hingga akhir. Oleh karena itu, termasuk ke dalam kualifikasi

sangat baik.

Aspek keempat yang dinilai adalah emosi. Siswa memperhatikan

emosi saat membaca fabel. Siswa juga mampu mengekspresikan emosi

dalam dirinya sesuai dengan isi dan suasana cerita fabel. Peneliti

memberikan skor 3, dan termasuk ke dalam kualifikasi baik.

Aspek kelima yang dinilai adalah pernapasan. Siswa mengatur

napas dengan baik sehingga tidak terlihat terengah-engah dan kelelahan

dalam membaca. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti memberikan

skor 3.

Page 56: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

43

Penilaian kedua yaitu berdasarkan keterampilan membaca fabel.

Penilaian ini berdasarkan aspek-aspek yang dinilai sesuai dengan

indikator yang ada. Aspek pertama yang dinilai yaitu pemahaman isi

cerita. Siswa dalam membaca fabel terlihat memahami isi cerita. Hal

tersebut termasuk ke dalam kualifikasi baik, sehingga peneliti

memberikan skor 3.

Aspek penilaian kedua yaitu keruntutan pengungkapan isi cerita.

Siswa mendapatkan skor 3 karena dalam membaca, mampu

memperhatikan keruntutan pengungkapan isi cerita. Paragraf di dalam

teks tidak ada yang terlewat dalam membaca. Oleh karena itu, termasuk

ke dalam kualifikasi baik.

Aspek ketiga yang dinilai adalah kelancaran dan kewajaran dalam

pengungkapan. Siswa dalam membaca fabel sangat lancar. Pengungkapan

yang dilafalkan dalam membaca juga sangat wajar, tidak ada kata-kata

yang dilafalkan secara berlebihan. Peneliti memberikan skor 4 dan

termasuk ke dalam kualifikasi sangat baik.

Kelebihan Adelia Mardiyanti dalam keterampilan membaca fabel

terletak pada lafal yang diucapkan dan kelancaran membaca. Akan tetapi,

dari segi pelafalan ada satu kata yang tidak diucapkan dengan tepat.

b. Nama Siswa: Adinda Mahardika

Tabel 4.1.2

Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Nyaring

No. Aspek Skor

1 2 3 4

1. Intonasi √

2. Lafal √

3. Kelancaran √

4. Emosi √

Page 57: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

44

5. Pernapasan √

Jumlah Skor : 17

Nilai :

3

25skorJumlah 85

5

425

5

2517

Error! Reference

source not found.Error! Reference source not found.

Tabel 4.2.2

Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Fabel

No. Aspek yang dinilai Skor

1 2 3 4

1. Pemahaman isi cerita √

2. Keruntutan pengungkapan isi cerita √

3. Kelancaran dan kewajaran

pengungkapan

Jumlah Skor : 8

Nilai :

3

25skorJumlah 66

3

200

3

258

NA= Error! Reference source not found.

765,752

151

2

6685

Berdasarkan tabel di atas, hasil keterampilan membaca fabel

diperoleh nilai 76 dan termasuk kualifikasi baik. Nilai tersebut dapat

diuraikan berdasarkan aspek penilaian pada kedua tabel. Nilai yang

didapat pada tabel 4.1.2 yaitu 85 dan pada tabel 4.2.2 yaitu 66.

Penilaian pertama yang dilakukan yakni berdasarkan aspek-aspek

penilaian keterampilan membaca nyaring pada tabel 4.1.2. Aspek pertama,

penilaian berdasarkan intonasi. Siswa sangat memperhatikan tinggi

rendahnya suara dan keras lembutnya suara. Kekurangannya hanya satu,

Page 58: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

45

membaca fabel sedikit terlalu cepat, tetapi secara keseluruhan sangat baik

karena sangat sesuai dengan suasana yang digambarkan dalam fabel.

Peneliti memberikan skor 4.

Aspek kedua yang dinilai adalah pelafalan. Peneliti memberikan

nilai 4 sesuai dengan indikator yang dicapai. Siswa sudah sangat baik

dalam melafalkan kata-kata saat membaca. Pelafalan yang diucapkan

sangat jelas, tetapi ada beberapa kata yang kurang tepat diucapkan.

Ketidaktepatan dalam pelafalan ini terjadi karena siswa sedikit

terburu-buru dalam membaca. Berikut ini beberapa kesalahan pelafalan

yang dilakukan oleh siswa dalam proses membaca.

“Setelah mengeluarkan titah resmi, seluruh pendujuk kerajaan

langsung sibuk menjalankan perintah Raja.” (menit ke 01:57,

paragraf 8). Kata pendujuk seharusnya dilafalkan menjadi

penduduk.

“Mari kita pergi, aku sangat penasaran semegah apakah teman

itu.” (menit ke 03:59, paragraf 15). Kata teman seharusnya

dilafalkan menjadi taman.

“Pergilah angsa liar, cepat … cepat! Pemburu itu sedang berjalan

mendekati danau.” kata burung Kepodang Emas Jantai.(menit

05:38, paragraf 24). Kata jantai seharusnya dilafalkan menjadi

jantan.

Aspek ketiga yang dinilai adalah kelancaran. Siswa sebenarnya

cukup lancar dalam membaca. Kekurangannya adalah terlalu terburu-buru

dalam membaca sehingga banyak kata-kata yang diucapkan tidak tepat

bahkan menjadi berubah maknanya karena tidak sesuai dengan teks.

Berdasarkan kriteria tersebut, peneliti memberikan skor 2.

Aspek keempat yang dinilai adalah emosi. Peneliti memberikan

skor 4 pada aspek ini. Siswa sangat mendalami emosi saat membaca

cerita. Hal ini terlihat dari perubahan emosi di setiap suasana dalam

peristiwa yang terjadi. Siswa sangat mampu menempatkan emosinya

sesuai dengan isi cerita.

Page 59: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

46

Aspek kelima yang dinilai adalah pernapasan. Siswa mengatur

pernapasan dengan baik meskipun sedikit cepat dalam membaca.

Pengaturan napas tersebut menyebabkan dalam membaca tidak terlihat

kehabisan napas dan kelelahan. Oleh karena itu, peneliti memberikan skor

3 dengan kualifikasi baik.

Penilaian kedua yang dilakukan berdasarkan tabel 4.2.2 yaitu

keterampilan membaca fabel berdasarkan aspek penilaian sesuai dengan

indikator yang ada. Aspek pertama, yaitu penilaian berdasarkan

pemahaman isi cerita. Siswa paham dengan isi cerita fabel yang dibaca.

Peneliti memberikan skor 3.

Aspek kedua yang dinilai adalah keruntutan pengungkapan isi

cerita. Siswa mendapatkan skor 3. Hal ini dikarenakan, dalam membaca

fabel tidak ada paragraf yang terlewat. Membaca fabel secara urut sesuai

dengan isi teks. Aspek ketiga adalah kelancaran dan kewajaran

pengungkapan. Siswa cukup lancar dalam membaca fabel meskipun,

banyak kata-kata yang tidak sesuai karena sedikit cepat dalam membaca.

Pengungkapan kata-kata dalam membaca cukup wajar, tidak ada kata-kata

yang diucapkan secara berlebihan. Oleh karena itu skor yang didapat 2.

Adinda Mahardika menunjukkan kelebihan dalam keterampilan

membaca fabel yakni sangat memperhatikan intonasi dan emosi. Akan

tetapi, kekurangannya terdapat pada kelancaran membaca yang sedikit

kurang lancar karena membaca sedikit cepat.

c. Angel Nur Hidayat

Tabel 4.1.3

Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Nyaring

No. Aspek Skor

1 2 3 4

1. Intonasi √

2. Lafal √

Page 60: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

47

3. Kelancaran √

4. Emosi √

5. Pernapasan √

Jumlah Skor : 17

Nilai:

3

25skorJumlah 85

5

425

5

2517

Error! Reference

source not found.Error! Reference source not found.

Tabel 4.2.3

Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Fabel

No. Aspek yang dinilai Skor

1 2 3 4

1. Pemahaman isi cerita √

2. Keruntutan pengungkapan isi cerita √

3. Kelancaran dan kewajaran

pengungkapan

Jumlah Skor : 10

Nilai :

3

25skorJumlah 83

3

250

3

2510

NA= Error! Reference source not found.

842

188

2

8385

Hasil penilaian keterampilan membaca fabel didapat dari tabel

4.1.3 dan 4.2.3. Siswa memperoleh nilai 84 dengan kualifikasi sangat

baik. Peneliti menilai berdasarkan aspek dari setiap tabel dan didasarkan

dengan indikator-indikator yang ada. Siswa mendapat nilai 85 pada tabel

4.1.3 dan nilai 83 pada tabel 4.2.3.

Page 61: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

48

Penilaian pertama adalah penilaian keterampilan membaca

nyaring. Penilaian ini memiliki lima aspek yang berpedoman kepada

indikator-indikator yang ada. Aspek pertama yang dinilai adalah intonasi.

Siswa memperoleh skor 4 dengan kualifikasi sangat baik. Adapun

indikator yang dicapai oleh siswa yakni siswa mampu memperhatikan

tinggi rendahnya suara dan keras lembutnya pembacaan. Selain itu, cepat

lambatnya pembacaan juga sangat diperhatikan sesuai dengan isi dan

suasana yang digambarkan di dalam cerita.

Aspek kedua yang dinilai adalah lafal. Peneliti memberikan skor 3

dengan kualifikasi baik. Indikator yang dicapai pada aspek ini yaitu siswa

mampu memperhatikan pelafalan saat membaca dengan menggunakan

artikulasi yang jelas. Selain itu, siswa juga memperhatikan ketepatan kata

yang dilafalkan, meskipun ada beberapa kata yang dilafalkan kurang

tepat. Berikut ini adalah kata-kata yang dilafalkan kurang tepat.

“Panduka, seperti apakah ciri-ciri burung emas yang kau maksud

itu?” (menit 00:58, paragraf 2). Kata panduka seharusnya

dilafalkan menjadi paduka.

“Panduka, engkau akan sulit menemukan jenis burung seperti itu

di seluruh penjuruh kerajaanmu.” (menit 01:48 dan 01:49,

paragraf 4). Kata panduka dan engkau seharusnya dilafalkan

menjadi paduka dan kau.

“Baiklah, aku akan mengutuskan banyak orang untuk

mencarinya, …” (menit 02:22, paragraf 7). Kata mengutuskan

seharusnya dilafalkan menjadi mengutus.

“Panduka, kepodang emas itu habitatnya di hutan yang banyak

pohonnya.” (menit 03:21, paragraf 9). Kata panduka seharusnya

dilafalkan menjadi paduka.

Dalam perjalanan waktu, tanah yang megah itu mulai ditanam

banyak pohon, bunga, dan beberapa jenis tanaman langka yang

cantik. (menit 04:31, paragraf 11). Kata tanah seharusnya

dilafalkan menjadi taman.

Selanjutnya, berita tentang danau itu sampai pada seekor angsa

liar yangbermukmin di gunung itu. (menit 04:53, paragraf 12).

Kata bermukmin seharusnya dilafalkan menjadi bermukim.

Page 62: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

49

Angsa liar itu menemukan sepasang burung kepondang emas dan

menyampaikan kabar yang didengarnya. (menit 05.00, paragraf

12). Kata kepondang seharusnya dilafalkan menjadi kepodang.

“Aku ingin mendengar pendapatanmu, wahai istriku?” (menit

05:58, paragraf 16). Kata pendapatanmu seharusnya dilafalkan

menjadi pendapatmu.

Pemburu itu memasang perlengkapan di antara bunga teratai dan

seroja di dalam danau beracun. (menit 06:35, paragraf 19). Kata

perlengkapan seharusnya dilafalkan menjadi perangkap.

Kedua burung kepodang emas berusaha melepaskan perangkap

yang menjerit tubuh sahabatnya. (menit 07:15 dan 07:17, paragraf

20). Kata melepaskan dan menjerit seharusnya dilafalkan menjadi

melepas dan menjerat.

“Sabarlah, aku sedang berusaha untuk melepaskan perangkap

ini,”. (menit 07:25, paragraf 22) Kata melepaskan seharusnya

dilafalkan menjadi melepas.

Burung Kepodang Emas jawab. “Saat hidup menjelang ajal dan

kematian mendekat, tiada gunanya melawan takdir…” (menit

08:58 dan 09:56, paragraf 29). Kata jawab dan gunanya

seharusnya dilafalkan menjadi jawab dan guna.

“Bila saya melukai kalian, saya pasti dihukum Tuhan.” (menit

10:17, paragraf 32). Kata kalian seharusnya dilafalkan menjadi

mereka.

Aspek ketiga yang dinilai adalah kelancaran. Indikator yang

dicapai adalah siswa mampu membaca fabel dengan lancar dan tidak

terbata-bata. Oleh karena itu, siswa mendapatkan skor 3 dengan

kualifikasi baik.

Aspek keempat yang dinilai adalah emosi. Peneliti memberikan

skor 4 dengan kualifikasi sangat baik. Adapun hal tersebut berdasarkan

indikator yang dicapai yaitu siswa sangat mampu mengekspresikan emosi

di dalam dirinya sesuai dengan isi fabel.

Aspek kelima yang dinilai adalah pernapasan. Siswa mampu

mengatur pernapasan saat membaca dengan baik, tidak terengah-engah

Page 63: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

50

dan terlihat lelah. Oleh karena itu siswa memperoleh skor 3 dengan

kualifikasi baik.

Penilaian kedua berdasarkan tabel 4.2.3 yaitu keterampilan

membaca fabel. Aspek pada tabel tersebut terdiri dari tiga aspek. Aspek

pertama yang dinilai adalah pemahaman isi cerita. Siswa sangat

memahami isi cerita dengan sangat baik sehingga mampu

mengekpresikan dirinya sesuai dengan teks yang dibaca. Oleh karena itu

siswa memperoleh skor 4 dengan kualifikasi sangat baik.

Aspek kedua yang dinilai adalah keruntutan pengungkapan isi

cerita. Peneliti memberikan skor 3 dengan kualifikasi baik. Siswa mampu

mengungkapkan isi cerita secara urut, meskipun ada beberapa kata yang

dilewatkan dalam proses membaca. Adapun kata-kata yang diberikan

huruf tebal di bawah ini merupakan kata-kata yang tidak dilafalkan saat

proses membaca.

“Paduka, seperti apakah ciri-ciri burung emas yang kau maksud

itu?” (paragraf 2)

“Itu seperti ciri-ciri kepodang emas,” (paragraf 4)

Angsa liar lalu menemui sepasang burung kepodang emas dan

menyampaikan kabar yang didengarnya. (paragraf 12)

… , jawab Kepodang Emas jantan. (paragraf 31)

Pemburu kemudian meletakkan kedua burung itu di dalam

sangkat, … (paragraf 39)

Aspek ketiga yang dinilai adalah kelancaran dan kewajaran

pengungkapan. Siswa memperoleh skor 3 dengan kualifikasi baik.

Adapun hal itu berpedoman kepada indikator yang dicapai yaitu siswa

mampu membaca fabel dengan lancar dan mengungkapkan setiap kata

dengan wajar dan berlebihan, meskipun ada beberapa kata yang

ditambahkan dalam pelafalan. Adapun kata-kata tambahan tersebut

diberikan huruf tebal sebagai berikut.

“Ini adalah kisah seekor kepodang emas ini yang memiliki hati

berkilau layaknya emas….” (paragraf 1)

“Setiap hari, banyak orang yang datang untuk menyebarkan

sedikit jagung…” (paragraf 11)

“... .” jawab si Kepodang Emas jantan. (paragraf 22)

Page 64: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

51

Kelebihan yang dimiliki oleh Angel Nur Hidayat dalam

keterampilan membaca fabel yakni sangat mampu memperhatikan

intonasi dalam membaca serta sangat baik dalam mengatur napas.

Kekurangannya terdapat pada ketidaktelitian dalam membaca sehingga

banyak kata-kata yang tidak sesuai untuk dilafalkan.

d. Nama Siswa : Annisa Fitriani

Tabel 4.1.4

Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Nyaring

No. Aspek Skor

1 2 3 4

1. Intonasi √

2. Lafal √

3. Kelancaran √

4. Emosi √

5. Pernapasan √

Jumlah Skor : 13

Nilai :

Error! Reference source not found. Error! Reference

source not found.Error! Reference source not found.Error!

Reference source not found.

Tabel 4.2.4

Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Fabel

No. Aspek yang dinilai Skor

1 2 3 4

1. Pemahaman isi cerita √

2. Keruntutan pengungkapan isi cerita √

3. Kelancaran dan kewajaran

pengungkapan

Jumlah Skor : 8

Page 65: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

52

Nilai :

NA= Error! Reference source not found.

Berdasarkan hasil penilaian keterampilan membaca tabel yang

mengacu kepada kedua tabel diperoleh nilai 66. Nilai tersebut termasuk

kualifikasi baik. Nilai tersebut dapat diuraikan berdasarkan kedua tabel di

atas. Nilai pada tabel 4.1.4 yaitu 65 dan tabel 4.2.4 yaitu 67.

Pada penilaian pertama dilihat dari tabel 4.1.4 yaitu penilaian

keterampilan membaca nyaring. Siswa mendapatkan nilai 65 dengan

kualifikasi cukup baik. Aspek pertama yang dinilai dari tabel tersebut yaitu

Intonasi. Pembacaan fabel yang dibacakan oleh Anisa cukup

memperhatikan intonasi. Siswa cukup memperhatikan tinggi rendahnya

suara dan keras lembutnya suara. Kekurangannya yaitu siswa masih

membaca biasa, belum membaca dengan memperhatikan suasana di dalam

cerita fabel. Siswa juga membaca terkesan sangat terburu-buru sehingga

kurang menghayati cerita yang dibacakan. Berdasarkan hal tersebut,

peneliti memberikan skor 2 dengan kualifikasi cukup baik.

Aspek kedua yang dinilai adalah pelafalan. Peneliti memberikan

skor 3 dengan kualifikasi baik. Pelafalan yang diucapkan siswa baik. Siswa

mengucapkan kata-kata dengan lafal yang jelas. Kekurangannya yaitu

dalam pengucapan kata ada beberapa kata yang diucapkan dengan

artikulasi tidak jelas karena siswa membaca dengan sangat terburu-buru,

sehingga ada kata yang kurang tepat diucapkan. Kata yang dilafalkan

kurang tepat yaitu pada paragraf ke 14 menit ke 00:28 “Apakah Raja akan

menjamin kebutuhan kita? tanya Kepodang Emas jant.” Kata jant

seharusnya dilafalkan menjadi jantan.

Aspek ketiga yang dinilai adalah kelancaran. Siswa lancar dalam

membaca, tetapi dalam membaca terlalu terburu-buru. Hal ini

mengakibatkan ada kata-kata yang kurang tepat dalam pengucapan. Siswa

juga cukup memperhatikan kata-kata yang kurang tepat tersebut. Siswa

Page 66: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

53

kemudian mengulang kembali saat membaca jika ada ketidaktepatan dalam

pengucapan. Oleh karena itu, peneliti memberikan skor 3 dengan

kualifikasi baik.

Aspek keempat yang dinilai adalah emosi. Siswa masih membaca

biasa dan sedikit memperhatikan keadaan dan suasana di dalam cerita. Hal

ini terlihat dalam membaca cerita di akhir-akhir siswa sudah sedikit

menggunakan emosi dalam membaca cerita fabel. Peneliti memberikan

skor 2 dengan kualifikasi cukup baik.

Penilaian pada aspek kelima yaitu pernapasan. Siswa baik dalam

mengatur pernapasan meskipun membaca terlalu terburu-buru. Siswa tidak

terlihat terengah-engah dan kehabisan napas dalam membaca. Peneliti

memberikan skor 3 dengan kualifikasi baik.

Penilaian kedua yaitu keterampilan membaca fabel berdasarkan

tabel 4.2.4 sesuai dengan indikator yang ada. Aspek pertama pada penilaian

ini yaitu pemahaman isi cerita. Siswa terlihat sedikit memahami isi cerita

sehingga siswa hanya membaca biasa tanpa tahu isi ceritanya secara utuh.

Berdasarkan hal tersebut peneliti memberikan skor 2 dengan kualifikasi

cukup baik.

Aspek kedua yang dinilai adalah keruntutan pengungkapan isi

cerita. Peneliti memberikan skor 3 dengan kualifikasi baik. Siswa

membaca fabel secara urut, tidak ada paragraf yang terlewat. Siswa juga

membaca fabel secara urut sehingga menghasilkan cerita yang utuh.

Aspek ketiga pada penilaian kedua ini adalah kelancaran dan

kewajaran pengungkapan. Siswa membaca fabel dengan lancar meskipun

terburu-buru dalam membaca. Pengungkapan kata-kata yang diucapkan

juga baik dan lancar tidak ada kata-kata yang diucapkan secara berlebihan.

Adapun dapat disimpulkan bahwa Annisa Fitriani secara

keseluruhan keterampilan membaca fabel sudah cukup baik. Akan tetapi,

kelemahannya yaitu masih membaca biasa sehingga sedikit kurang

memperhatikan intonasi dan emosi. Siswa juga membaca terlalu cepat.

Page 67: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

54

e. Nama Siswa : Attras Adzhabi Ramadhan

Tabel 4.1.5

Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Nyaring

No. Aspek Skor

1 2 3 4

1. Intonasi √

2. Lafal √

3. Kelancaran √

4. Emosi √

5. Pernapasan √

Jumlah Skor : 19

Nilai : Error! Reference source not found. Error! Reference source not

found.Error! Reference source not found.Error! Reference

source not found.

Tabel 4.2.5

Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Fabel

No. Aspek yang dinilai Skor

1 2 3 4

1. Pemahaman isi cerita √

2. Keruntutan pengungkapan isi cerita √

3. Kelancaran dan kewajaran

pengungkapan

Jumlah Skor : 11

Nilai :

NA= Error! Reference source not found.

Nilai keterampilan membaca fabel yang didapatkan oleh Attras

adalah 94. Nilai tersebut termasuk kualifikasi sangat baik. Nilai tersebut

Page 68: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

55

adalah nilai akhir yang telah diakumulasikan berdasarkan tabel 4.1.5 dan

4.2.5. Nilai yang didapatkan pada tabel 4.1.5 adalah 95 dan tabel 4.2.5

adalah 92. Nilai tersebut dapat diuraikan berdasarkan indikator pada

setiap tabel.

Penilaian pertama yang dinilai adalah keterampilan membaca

nyaring. Keterampilan membaca nyaring dinilai berdasarkan tabel 4.1.5.

Aspek pertama yang dinilai adalah intonasi. Intonasi yang diucapkan saat

membaca fabel sudah baik. Siswa memperhatikan tinggi rendahnya suara,

keras lembutnya suara, dan cepat lambatnya pembacaan. Hal ini membuat

siswa mampu membaca sesuai dengan isi dan suasana yang digambarkan.

Peneliti memberikan skor 3 dengan kualifikasi baik.

Aspek kedua yang dinilai adalah pelafalan. Siswa sangat

memperhatikan pelafalan yang diucapkan. Siswa juga sangat

memperhatikan artikulasi, sehingga kata-kata yang diucapkan terdengar

sangat jelas. Selain itu, ketepatan kata-kata yang diucapkan juga sangat

tepat, meskipun ada beberapa kata-kata yang diucapkan tidak tepat.

Peneliti memberikan skor 4 dan memiliki kualifikasi sangat baik. Berikut

ini kata-kata yang dilafalkan dengan tidak tepat.

“Salah satu pemburu yang sangat berpengalaman lalu datang

menghadap Raja.” (menit 01:57, paragraf 8). Kata satu

seharusnya dilafalkan seorang.

“Ketiganya lalu memustuskan untuk pergi ke kota.” (menit 01:57,

paragraf 19). Kata memustuskan seharusnya dilafalkan menjadi

memutuskan.

“Pemburu itu memangsa perangkap di antara bunga teratai dan

bseroja di dalam danau beracun.” (menit 04.20, paragraf 19).

Kata memangsa seharusnya dilafalakan menjadi memasang.

“Kedua burung kepodang emas berusaha lepas perangkap yang

menjerat tubuh sahabatnya.” (menit 04.37, paragraf 20). Kata

lepas seharusnya dilafalkan menjadi melepas.

“Eh, burung Kepodang Emas, tidaklah engkau tahu bahwa danau

ini beracun.” (menit 05:39, paragraf 28). Kata tidaklah

seharusnya dilafalkan menjadi tidakkah.

Page 69: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

56

“Dengan lembut, si pemburu memuci Kepodang Emas betina dari

lumpur danau beracun.” (menit 06:44, paragraf 33). Kata memuci

seharusnya dilafalkan mencuci.

Aspek ketiga yang dinilai adalah kelancaran. Peserta didik sangat

lancar dalam membaca fabel. Kelancaran tersebut dihasilkan berdasarkan

dengan kepercayaan diri dalam pembacaan. Siswa tidak tersendat-sendat

dalam membaca dari awal hingga akhir cerita. Oleh karena itu, peneliti

memberikan skor 4 dengan kualifikasi sangat baik.

Aspek keempat yang dinilai adalah emosi. Siswa sangat

memperhatikan emosi dalam membaca cerita fabel. Siswa mampu

mengekspresikan emosi sesuai dengan keadaan cerita. Selain itu, siswa

mampu mendalami tokoh di dalam cerita fabel. Peneliti memberikan skor

4 dengan kualifikasi sangat baik.

Aspek kelima yang dinilai adalah pernapasan. Skor yang

didapatkan adalah 4 dengan kualifikasi sangat baik. Siswa sangat mampu

mengatur napas dengan sangat baik. Selain itu, saat membaca tidak

terlihat terengah-engah dan lelah sehingga cerita yang dibacakan sangat

baik.

Penilaian kedua yaitu didasarkan pada tabel 4.2.5 tentang

penilaian keterampilan membaca fabel. Penilaian ini juga disesuaikan

dengan indikator-indikator yang ada. Aspek pertama yang dinilai adalah

pemahaman isi cerita. Siswa memahami cerita fabel dengan baik. Hal ini

terlihat dari bagaimana siswa membaca cerita fabel tersebut. Oleh karena

itu, peneliti memberikan skor 3 dengan kualifikasi baik.

Aspek kedua yang dinilai adalah keruntutan pengungkapan isi

cerita. Siswa mengungkapkan isi cerita ketiga membaca fabel yaitu

dengan sangat baik. Hal ini dikarenakan tidak ada paragraf yang terlewat

dalam membaca. Siswa sangat memperhatikan setiap paragraf dalam

bacaan. Peneliti memberikan skor 4 dengan kualifikasi sangat baik.

Page 70: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

57

Aspek ketiga yang dinilai adalah kelancaran dan kewajaran

pengungkapan. Skor yang didapat adalah 4 dengan kualifikasi sangat

baik. Siswa membaca fabel dengan sangat lancar sehingga tidak ada

kendala dalam membaca. Siswa juga mengungkapkan setiap kata dalam

membaca sangat wajar, tidak ada kata-kata yang dilebih-lebihkan. Semua

sesuai dengan teks fabel.

Attras memiliki keterampilan membaca fabel sangat baik secara

keseluruhan. Hal ini membuat cerita fabel yang dibacakan menjadi

menarik. Kekurangannya hanya satu yakni terdapat beberapa kata yang

dilafalkan kurang tepat dalam membaca.

f. Desya Wulan Cahya

Tabel 4.1.6

Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Nyaring

No. Aspek Skor

1 2 3 4

1. Intonasi √

2. Lafal √

3. Kelancaran √

4. Emosi √

5. Pernapasan √

Jumlah Skor : 11

Nilai :

Error! Reference source not found.Error! Reference source not

found.Error! Reference source not found.

Tabel 4.2.6

Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Fabel

Page 71: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

58

No. Aspek yang dinilai Skor

1 2 3 4

1. Pemahaman isi cerita √

2. Keruntutan pengungkapan isi cerita √

3. Kelancaran dan kewajaran

pengungkapan

Jumlah Skor : 6

Nilai :

Error! Reference source not found. Error! Reference

source not found.

NA= Error! Reference source not found.

Berdasarkan hasil penilaian keterampilan membaca fabel siswa di

atas diperoleh nilai 52. Nilai tersebut termasuk ke dalam kualifikasi

kurang baik. Siswa harus lebih berlatih lagi dalam membaca agar dapat

membaca dengan baik.

Penilaian pertama berdasarkan tabel 4.1.6 yaitu penilaian

keterampilan membaca nyaring. Aspek pertama yang dinilai adalah

intonasi. Siswa dalam membaca fabel cukup memperhatikan tinggi

rendahnya suara, keras lembutnya suara, dan cepat lambatnya pembacaan.

Akan tetapi, hal tersebut tidak tepat sehingga pembacaan kurang sesuai

dengan isi dan keadaan di dalam cerita. Oleh karena itu, skor yang didapat

2 dengan kualifikasi cukup.

Aspek kedua yang dinilai adalah lafal. Siswa mengucapkan setiap

kata dalam membaca fabel jelas, tetapi ada kata yang diucapkan kurang

tepat. Peneliti memberikan skor 3 dengan kualifikasi baik. Contoh kata

yang diucapkan kurang tepat sebagai berikut:

“ Ia menyarankan kepada raja untuk membuat tanaman di dekat

kota hingga burung emas itu bisa tertarik dan berniat mampir ke

sana.” (paragraf 8 di menit ke 02:51).Kata tanaman seharusnya

Page 72: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

59

diucapkan taman di dalam teks. Kata hingga seharusnya

diucapkan sehingga. Kedua kata tersebut tidak tepat diucapkan

karena memiliki makna kata yang berbeda.

“ Baiklah kalau begitu, aku akan membangun sebuah tanaman

yang megah, lengkap dengan danau yang besar di dalamnya.”

(paragraf 10, menit 03:30). Kata tanaman di atas juga tidak

tepat diucapkan karena tanaman memiliki makna tumbuhan. Kata

yang tepat diucapkan adalah taman.

“Raja lalu mengumumkan bahwa ia menyambut burung jenis

burung jenis untuk datang dan tinggal dengan damai di taman

yang megah itu.” (paragraf 11, menit 04:12). Pada kalimat di

atas ada 4 kata yang kurang tepat diucapkan karena terdapat

pengulangan kata dan diucapkan secara terbalik. Seharusnya:

“Raja lalu mengumumkan bahwa ia menyambut jenis burung

untuk datang dan tinggal dengan damai …”

“Mereka juga memberikan air manis untuk diminum.” (paragraf

40). Pada kalimat ini kata memberikan kurang tepat diucapkan

karena tidak sesuai dengan teks, seharusnya adalah kata diberikan.

“Sebelum kembali ke rumah, keduanya berjanji untuk berkunjung

ke istana untuk mengunjungi Ratu dan Raja.” (paragraf 45).

Kata-kata Ratu dan Raja tidak tepat diucapkan karena tertukar

posisinya. Seharusnya adalah Raja dan Ratu.

Aspek ketiga yang dinilai adalah kelancaran. Kelancaran dalam

membaca fabel cukup baik, sehingga mendapatkan skor 2. Siswa masih

sedikit kesulitan dalam membaca, sehingga harus mengulang kembali

setiap kata yang tersendat-sendat. Selain itu, membaca fabel terlalu cepat

sehingga menyebabkan membaca sedikit mengalami kesulitan. Contoh

kata-kata yang dibaca tersendat:

“Paduka, seperti apa …” (paragraf 2, menit ke 00:52), kemudian

diulang kembali untuk diperbaiki menjadi “Paduka, seperti

apakah …”

“… dengan burung hitam …”(paragraf 3, menit ke 00:11), diulang

kembali menjadi “… dengan burik hitam”.

“… orang datang mem…” (paragraf 11 menit ke 03:43),

diperbaiki pengucapannya menjadi “… orang datang

menyebarkan…”.

Page 73: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

60

Aspek keempat yaitu emosi. Siswa mengekspresikan emosi cukup

sesuai dengan isi fabel, akan tetapi siswa kurang menguasai cerita yang

dibacakan sehingga emosi yang diekspresikan hanya sedikit saja. Oleh

karena itu peneliti memberikan skor 2.

Aspek kelima yang dinilai adalah pernapasan. Peneliti memberikan

skor 2 dengan kualifikasi cukup. Siswa cukup baik mengatur

pernapasannya saat proses membaca fabel. Kekurangannya yaitu siswa

membaca terlalu cepat sehingga siswa terkadang terlihat kehabisan napas

dan kelelahan saat membaca.

Penilaian kedua berdasarkan aspek pada tabel 4.2.6. Aspek

pertama yaitu pemahaman isi cerita. Siswa cukup memahami cerita tetapi

hanya sedikit. Hal ini terlihat dari proses pembacaan fabel. Siswa masih

membaca fabel seperti membaca biasa. Peneliti memberikan skor 2

dengan kualifikasi cukup.

Aspek kedua yang dinilai adalah keruntutan pengungkapan isi

cerita. Peneliti memberikan skor 2 dengan kualifikasi cukup. Siswa cukup

memperhatikan keruntutan cerita dalam proses membaca fabel. Akan

tetapi, banyak kata-kata yang sengaja dilewatkan dalam membaca.

Berikut ini kata-kata yang terlewatkan saat membaca fabel”

“… tanya salah satu pengawal.” (paragraf 2)

“… kata Raja.” (paragraf 3)

“… kata si pengawal.” (paragraf 4)

“…tanya Raja penasaran.” (paragraf 5)

“… jawab pengawal.” (paragraf 6)

“.. aku juga akan…” (paragraf 7)

“… kata Angsa bersemangat.” (paragraf 13)

“… tanya Kepodang Emas jantan.” (paragraf 14)

“… jawab Angsa liar.” (paragraf 15)

“… kata kepodang emas betina.” (paragraf 17)

“… ujarAngsa liar…” (paragraf 18)

“… pekik si Angsa.” (paragraf 21)

“… kata Kepodang Emas betina. Mereka lalu…” (paragraf 22)

“… kata burung Kepodang Emas jantan.” (paragraf 24)

“… tanya angsa.” (paragraf 25)

“… jawab kepodang Emas jantan.” (paragraf 26, 31, 37)

Page 74: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

61

“… sambung Kepodang Emas betina.” (paragraf 38)

“… pinta Raja.” (paragraf 42)

Kata-kata yang terlewat dan tidak dibacakan dalam proses

membaca sangat banyak. Kebanyakan kata-kata tersebut memiliki peran

penting dalam teks fabel, sehingga dalam proses membaca fabel siswa

kurang mendalami ceritanya.

Aspek ketiga yang dinilai adalah kelancaran dan kewajaran

pengungkapan. Siswa cukup lancar dalam proses membaca fabel, tetapi

membaca fabel terlalu cepat sehingga ada kata-kata yang tersendat-sendat.

Selain itu, kata-kata yang diucapkan cukup wajar, tetapi ada beberapa kata

yang diganti sehingga maknanya tidak sesuai dengan teks.

Keterampilan membaca fabel yang dimiliki Desya kurang baik

secara keseluruhan. Siswa harus berlatih dan belajar lagi dalam membaca

terutama dalam aspek kelancaran, intonasi, dan emosi.

g. Dinda Ayu Nuraisyah

Tabel 4.1.7

Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Nyaring

No. Aspek Skor

1 2 3 4

1. Intonasi √

2. Lafal √

3. Kelancaran √

4. Emosi √

5. Pernapasan √

Jumlah Skor : 11

Nilai :

Error! Reference source not found. Error! Reference source

not found.Error! Reference source not found.Error! Reference

Page 75: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

62

source not found.

Tabel 4.2.7

Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Fabel

No. Aspek yang dinilai Skor

1 2 3 4

1. Pemahaman isi cerita √

2. Keruntutan pengungkapan isi cerita √

3. Kelancaran dan kewajaran

pengungkapan

Jumlah Skor : 8

Nilai :

Error! Reference source not found. Error! Reference

source not found.

NA= Error! Reference source not found.

Adapun penilaian keterampilan membaca fabel Dinda yaitu

mendapatkan nilai 61 dengan kualifikasi cukup baik. Penilaian tersebut

berdasarkan aspek yang dinilai pada tabel 4.1.7 dan tabel 4.27. Penilaian

tabel 4.1.7 mendapatkan nilai 55, dan tabel 4.2.7 adalah 61.

Penilaian pertama yaitu berdasarkan tabel 4.1.7 tentang

keterampilan membaca nyaring. Aspek pertama yang dinilai adalah

intonasi. Siswa mendapatkan skor 2 dengan kualifikasi cukup. Kriteria

penilaian ini berdasarkan indikator yang ada. Siswa dalam proses

membaca cukup memperhatikan intonasi. Tinggi rendahnya suara yang

dihasilkan masih belum diperhatikan dengan baik dalam penerapannya.

Selanjutnya, keras lembutnya suara juga belum diterapkan, karena siswa

masih membaca seperti membaca untuk dirinya sendiri. Indikator yang

Page 76: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

63

terakhir yaitu cepat lambatnya pembacaan cukup diperhatikan oleh siswa,

meskipun terkadang siswa masih membaca terburu-buru.

Aspek kedua yang dinilai adalah pelafalan. Peneliti memberikan

skor 3 dengan kualifikasi baik. Siswa memperhatikan pelafalan dengan

baik, artikulasi yang digunakan saat proses membaca jelas meskipun

membaca terkadang terlalu cepat. Selanjutnya, ketepatan dalam pelafalan

baik, meskipun ada beberapa kata yang kurang tepat dilafalkan. Berikut

ini adalah ketidaktepatan dalam pelafalan:

“Ini adalah kisah seorang kepodang emas yang memiliki hati

berkilau layaknya emas.” (menit 00:13, paragraf 1). Kata seorang

kurang tepat dilafalkan, seharunya adalah seekor.

“Paduka, seperti apakah ciri-ciri burung emas yang kau maksud

ini?” tanya salah satu pegawai. (menit 00:48, paragraf 2). Kara

pegawai seharusnya dilafalkan pengawal. Lalu, pada menit ke

00:49 terdapat ketidaktepatan pelafalan, kata ini, seharusnya

dilafalkan menjadi itu.

“Burung emas itu berukuran sedang, berwarna kuning seperti

emas, dan memiliki strip hitam melewati mata yang bertengskuk.”

(menit 00:57, paragraf 3). Frasa yang bertengskuk diafalkan

kurang tepat, seharusnya menjadi dan tengkuk.

“Itu seperti ciri-ciri kepodang emas.” kata si pegawai. (Menit

01:14, paragraf 4). Kata pegawai seharusnya dilafalkan menjadi

pengawal.

“Paduka, itu akan sulit menemukan jenis burung itu di seluruh

penjuru kerajaanmu.” kata pengawal. (menit 00:27, paragraf 4).

Kata itu seharusnya dilafalkan menjadi kau.

“Sebelum mengajaknya ke sini, sebaiknya kau terlebih dahulu

membuatnya sarang yang nyaman,” kata si pemburu. (menit

02:37, paragraf 9). Kata membuatnya seharusnya dilafalkan

menjadi membuatkannya.

“Baiklah kalau begitu, aku akan membangun sebuah taman yang

megah, tangkap, dengan danau yang besar di dalamnnya,” kata

Raja. (menit 02:44, paragraf 10). Kata tangkap seharusnya

dilafalkan menjadi lengkap.

Page 77: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

64

“Dalam pengalaman waktu, taman yang megah itu mulai

ditanami banyak pohon, bunga, dan beberapa jenis tanaman

langka yang cantik.” (menit 02:51, paragraf 11). Kata

pengalaman seharusnya dilafalkan menjadi perjalanan.

“Mereka berusaha menarik si mangsa dan terbang kea rah yang

sama.” (menit 05:29, paragraf 22). Kata mangsa seharusnya

dilafalkan menjadi angsa.

“Mengapa engkau tetap tinggal di sini padahal aku tidak

menangkapmu.” (menit 06:56, paragraf 30). Kata engkau,

seharusnya dilafalkan engkau.

“Sesungguhnya kedua burung ini sangat berani dan berani dan

berhati mulia.” (menit 07:15, paragraf 32). Kata sesungguhnya

seharusnya dilafalkan menjadi sungguh.

“Mereka juga melaksanakan tugas-tugasnya hanya karena

rutinitas tanpa kesungguhan dan niat baik di dalamnya pasti akan

merosot akhlaknya.” (menit 09:51, paragraf 43). Kata juga

seharusnya dilafalkan menjadi yang.

“Dan, ketiga gagal, mereka kembali akan merasa sangat

kehilangan.” (menit 10:09, paragraf 43). Kata kembali,

seharusnya dilafalkan menjadi akan.

Aspek ketiga dalam penilaian adalah kelancaran. Peneliti

memberikan skor 3 dengan kualifikasi baik. Siswa lancar dalam membaca

fabel, meskipun terkadang membaca terlalu cepat. Tidak ada kata yang

dibacakan tersendat-sendat dari awal sampai akhir paragraf.

Aspek keempat yang dinilai adalah emosi. Siswa cukup

memperhatikan emosi yang diekspresikan dalam fabel. Siswa

mengekspresikannya hanya beberapa bagian saja yang sesuai dengan

keadaan cerita dan tokoh di dalam fabel. Oleh karena itu, siswa

diberikan skor 2 dengan kualifikasi cukup.

Aspek kelima yang dinilai adalah pernapasan. Peneliti memberikan

skor 3 dengan kualifikasi baik. Siswa mampu mengatur pernapasan

dengan baik saat melakukan proses membaca. Selain itu, siswa tidak

Page 78: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

65

terlihat terengah-engah dan lelah, meskipun membaca terkadang terlalu

cepat.

Penilaian kedua berdasarkan tabel 4.2.7, keterampilan membaca

fabel. Penilaian ini juga berdasarkan indikator yang terdapat dalam tabel

tersebut. Aspek pertama yang dinilai adalah pemahaman isi cerita. Siswa

cukup memahami isi cerita dari fabel yang telah dibacakan. Siswa

mendapatkan skor 2 dengan kualifikasi cukup.

Aspek kedua yang dinilai adalah keruntutan pengungkapan cerita.

Siswa dalam proses membaca fabel runtut dalam pengungkapan cerita.

Hanya ada beberapa kata-kata yang terlewat dalam pengungkapan cerita.

Pada paragraf 11 kata mulai tidak diungkapkan dalam kalimat “Dalam

perjalanan waktu, taman yang megah itu mulai ditanami banyak pohon,

bunga, dan beberapa jenis tanaman langka yang cantik. Selanjutnya,

pada paragraf 20 pada kalimat “Kedua burung kepodang emas berusaha

melepas perangkap yang menjerat tubuh sahabatnya.”, kata yang

terlewat dalam proses membaca.

Aspek terakhir dalam penilaian kedua yaitu kelancaran dan

kewajaran pengungkapan. Siswa mendapat skor 3 dengan kualifikasi baik.

Adapun dalam proses membaca, siswa lancar dalam membaca dari

paragraf awal sampai paragraf akhir meskipun membaca terlalu cepat, dan

ada beberapa kata yang diucapkan berbeda. Selanjutnya, dalam

pengungkapan siswa mengungkapkan setiap kata yang diucapkan wajar,

tidak ada kata-kata yang dilebih-lebihkan.

Secara keseluruhan, Dinda memiliki keterampilan membaca fabel

cukup baik. Kekurangan yang dimiliki oleh siswa yakni dari segi intonasi

dan emosi, sehingga membaca masih seperti membaca biasa.

h. Fathan Hugo

Tabel 4.1.8

Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Nyaring

No. Aspek Skor

Page 79: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

66

1 2 3 4

1. Intonasi √

2. Lafal √

3. Kelancaran √

4. Emosi √

5. Pernapasan √

Jumlah Skor : 13

Nilai :

Error! Reference source not found. Error! Reference source

not found.Error! Reference source not found.Error! Reference

source not found.

Tabel 4.2.8

Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Fabel

No. Aspek yang dinilai Skor

1 2 3 4

1. Pemahaman isi cerita √

2. Keruntutan pengungkapan isi cerita √

3. Kelancaran dan kewajaran

pengungkapan

Jumlah Skor : 9

Nilai :

Error! Reference source not found. Error! Reference

source not found.

NA= Error! Reference source not found.

Adapun berdasarkan tabel 4.1.8 dan 4.2.8, siswa memperoleh nilai

70 dengan kualifikasi baik. Tabel 4.1.8 memperoleh nilai 65 dan tabel

Page 80: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

67

4.2.8 memperoleh nilai 75. Penilaian tersebut berdasarkan aspek-aspek

yang dinilai dalam setiap tabel dan berpedoman kepada

indikator-indikator yang ada.

Penilaian pertama yaitu pada tabel 4.1.8 tentang keterampilan

membaca nyaring. Aspek pertama yaitu intonasi, peneliti memberikan

skor 3 dengan kualifikasi baik. Adapun hal tersebut berdasarkan kriteria

yang sesuai dengan proses membaca pada siswa. Siswa membaca fabel

dengan baik. Siswa mampu membaca fabel dengan memperhatikan tinggi

rendahnya suara, keras lembutnya suara, cepat lambatnya membaca

berdasarkan isi dan suasana yang dibutuhkan di dalam cerita. Akan tetapi

kelemahannya adalah siswa membaca fabel terlalu cepat sehingga siswa

mengalami kondisi menurun dalam memperhatikan intonasi yang

digunakan dalam membaca.

Aspek kedua yang dinilai adalah lafal. Siswa mengucapkan kata

yang diucapkan dengan jelas dan tepat, namun ada beberapa kata yang

kurang tepat diucapkan. Hal ini diakibatkan oleh sedikit cepat dalam

membaca sehingga ada beberapa kata yang tidak jelas dan kurang tepat

diucapkan. Peneliti memberikan skor 3 dengan kualifikasi baik. Berikut

ini kata-kata yang kurang tepat dalam pelafalan:

“Paduka, seperti apakah ciri-ciri burung emas yang kau maksud

itu?” tanya salah satu pegawai (menit 00:51, paragraf 2). Kata

pegawai seharusnya dilafalkan menjadi pengawal. Siswa

memperbaiki kata yang kurang tepat itu saat membaca.

Tubuh bagian bawahnya keputih-putihan dengan burik hitam, iris

mata, serta bentuk paruh meruncing…(menit 01:05, paragraf 3) .

Kata mata seharusnya dilafalkan menjadi merah. Siswa

memperbaiki kata yang kurang tepat diucapkan tersebut.

“Para burung akan dilindungi dan ancaman dan bahaya.” kata

Angsa bersemangat (menit 03:36, paragraf 13). Kata dan

seharusnya dilafalkan menjadi dari.

Mula-mula angsa liar termangap terlebih dahulu (menit 04:44,

paragraf 20). Kata termangap seharusnya dilafalkan menjadi

teperangkap.

Page 81: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

68

“Cepetan sekali temanmu melarikan diri, padahal kalian yang

menyelamatkannya. (menit 05:24, paragraf 28). Kata cepetan

seharusnya dilafalkan menjadi cepat.

“Saat hidup menjelang ajal dan kematian mendekat, tiada

gunanya melawan takdir (menit 05:50, paragraf 29).” Kata

gunanya seharusnya dilafalkan menjadi guna.

Hatinya sedikit tergucah (menit 06:00. paragraf 30). Kata

tergucah seharusnya dilalfakan menjadi tergugah.

“Sesungguh kedua burung ini sangat berani dan berhati mulia.”

(menit 06:24, paragraf 32). Kata sesungguh seharusnya dilafalkan

menjadi sungguh.

“Namun, saya memasang perangkap atas insiatif saya sendiri.”

(menit 07:18, paragraf 36). Kata insiatif seharusnya dilafalkan

menjadi inisiatif.

Pemburu itu lalu menceritakan seluruh kebenarannya, mulai dari

mimpi sang Ratu, taman megah yang dibuat Raja, sehingga

keinginan mereka untuk melihat kecantikan burung emas yang

menjaubkan itu. (menit 07:25, paragraf 36). Kata sehingga dan

menjaubkan seharusnya dilafalkan menjadi hingga dan

menakjubkan.

“Jika kamu melunakkan hati Raja dan pada akhirnya …” Kata

kamu seharusnya dilafalkan menjadi kami.

Aspek ketiga yang dinilai adalah kelancaran. Siswa memperoleh

skor 3 dengan kualifikasi baik. Siswa mampu membaca fabel dengan

lancar meskipun membaca terkadang terlalu cepat dan sedikit tersendat

dalam membaca.

Aspek keempat yang dinilai adalah emosi. Siswa mampu

mengeskpresikan emosi dalam dirinya sesuai dengan isi di dalam fabel.

Siswa mengekspresikan emosinya tidak terlalu berlebihan, sesuai dengan

kebutuhan yang ada. Adapun, berdasarkan indikator tersebut peneliti

memberikan skor 3 dengan kualifikasi baik.

Page 82: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

69

Aspek kelima yang dinilai adalah pernapasan. Siswa memperoleh

skor 2 dengan kualifikasi cukup baik. Siswa cukup baik dalam mengatur

pernapasan dalam membaca, meskipun siswa terlihat kelelahan dan

kehabisan napas. Hal ini dikarenakan oleh sedikit terlalu cepat dalam

membaca.

Penilaian kedua berdasarkan tabel 4.2.8 tentang keterampilan

membaca fabel. Adapun penilaian ini terdapat tiga aspek yang dinilai.

Aspek pertama yang dinilai yaitu pemahaman isi cerita. Siswa

memperoleh skor 3 dengan kualifikasi baik. Adapun kriteria tersebut

berdasarkan indikator yang ada yakni siswa memahami cerita yang

dibacakan. Hal ini terlihat dari pengekspresian emosi dalam membaca.

Siswa mampu mengekspresikan dengan baik sesuai dengan isi ceria.

Aspek kedua yang dinilai adalah keruntutan pengungkapan isi

cerita. Siswa mampu memperhatikan keruntutan pengungkapan dalam

membaca fabel. Akan tetapi, ada beberapa kata yang terlewat saat

membaca fabel.

“Aku juga akan mengadakan sayembara untuk para pemburu,

agar mereka juga bisa ikut membantu mencarinya.” (paragraf 7).

Pada kalimat ini kata juga dan carinya terlewat dalam membaca.

“… sebaiknya kau terlebih membuatkannya sarang yang

nyaman.” (paragraf 9). Pada kalimat ini akhiran -kan pada kata

membuatkannya terlewat dalam membaca.

“….,” kata kepodang emas betina. (paragraf 17). Kata betina

terlwat dalam membaca.

“Namun, di tengah perjalanan, tiba-tiba mereka bertemu dengan

seorang pemburu.” (paragraf 19). Kata mereka tidak diungkapkan

saat membaca.

“…”, kata kepodang emas jantan. (Paragraf 24). Kata jantan

tidak diungkapkan dalam membaca.

… , ia langsung mengangkat Kepodang Emas betina dari atas

danau … . Kata betina tidak diungkapkan dalam membaca.

Page 83: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

70

Aspek ketiga yang dinilai adalah kelancaran dan kewajaran

pengungkapan. Siswa mendapat skor 3 dengan kualifikasi baik. Pada

aspek ini, siswa membaca dengan lancar dan wajar dalam pengungkapan.

Adapun, ada kelebihan kata dalam pengungkapan pada menit 03:26,

paragraf 13 “Kau tahu Raja yang baru yang saja membuat pengumuman

penting.”. Kata yang seharusnya tidak diucapkan karena tidak sesuai

dengan teks fabel dan juga membuat kalimat menjadi tidak efektif.

Keterampilan membaca fabel Fathan sudah baik secara

keseluruhan. Kelemahannya adalah dalam mengatur napas, masih terlihat

kelelahan dalam membaca. Selain itu, pelafalan kata juga masih harus

diperhatikan lagi saat membaca.

i. Femas Subakti

Tabel 4.1.9

Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Nyaring

No. Aspek Skor

1 2 3 4

1. Intonasi √

2. Lafal √

3. Kelancaran √

4. Emosi √

5. Pernapasan √

Jumlah Skor : 15

Nilai :

5

25skorJumlah 75

5

375

5

2515

Error! Reference

source not found.Error! Reference source not found.

Tabel 4.2.9

Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Fabel

Page 84: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

71

No. Aspek yang dinilai Skor

1 2 3 4

1. Pemahaman isi cerita √

2. Keruntutan pengungkapan isi cerita √

3. Kelancaran dan kewajaran

pengungkapan

Jumlah Skor : 9

Nilai :

Error! Reference source not found. Error! Reference source

not found.

NA= Error! Reference source not found.

752

150

2

7575

Siswa memperoleh nilai rata-rata 75 dengan kualifikasi baik dari

tabel 1.9 dan 2.9. Adapun nilai yang diperoleh dari tabel 4.1.9 adalah 75

dan tabel 4.2.9 adalah 75. Penilaian ini berdasarkan aspek-aspek dalam

tabel dan berpedoman kepada indikator-indikator setiap aspek.

Penilaian pertama pada tabel 4.1.9 adalah penilaian keterampilan

membaca nyaring yang terdiri dari 5 aspek penilaian. Aspek pertama,

yang dinilai adalah intonasi. Siswa memperoleh skor 3 dengan kualifikasi

baik. Adapun indikator-indikator yang dicapai adalah siswa mampu

membaca fabel dengan memperhatikan tinggi rendahnya suara, keras

lembutnya, dan cepat lambatnya suara sesuai dengan isi di dalam cerita.

Aspek kedua yang dinilai adalah lafal. Siswa dalam proses

membaca melafalkan setiap kata dengan artikulasi yang jelas. Akan tetapi,

ada beberapa kata yang dilafalkan dengan kurang tepat. Oleh karena itu,

peneliti memberikan skor 3 dengan kualifikasi baik. Berikut ini adalah

kata-kata yang dilafalkan dengan kurang tepat.

Pada zaman dahulu ada, ada seorang raja dan ratu yang

menguasai banyak tempat cuci di bumi.(menit 00:21, paragraf 1).

Kata cuci seharusnya dilafalkan menjadi suci.

Page 85: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

72

Ratu kemudian menyampaikan mimpinya kepada Raja dan berkata

bahwa ia sangat ingin melihat dan mendengar burung yang

dimikian indah. (menit 00:41,paragraf 1). Kata dimikian

seharusnya dilafalkan menjadi demikian.

“Padaku, seperti apakah ciri-ciri burung emas yang kau maksud

itu?” (menit 00:49, paragraf 2). Kata padaku serharusnya

dilafalkan menjadi padaku.

“Burung emas itu berukuran sedang, berwarna kuning seperti

emas,dengan memiliki strip hitam melewati mata dan tengkuk.”

(menit 01:12, paragraf 3). Kata dengan seharusnya dilafalkan

menjadi dan.

“Padaku, kau akan sulit menemukan jenis burung seperti itu di

seluruh penjuru kerajaanmu,” kata pengawal. (menit 01:43,

paragraf 4). Kata padaku seharusnya dilafalkan menjadi paduka.

“Kata orang, burung itu tinggal di sebelah utara, tepat di balik

buti yang tinggi itu.” (menit 02:03, paragraf 6). Kata buti

seharusnya dilafalkan menjadi bukit.

“Namun, bukti itu sangat sulit dijangkau, ..” (menit 02:06,

paragraf 6). Kata bukti seharusnya dilafalkan menjadi bukit.

Namun, setelah hampir tujuan balas berlalu, …” (menit 02:42

dan 02:43, paragraf 8). Kata tujuan dan balas seharusnya

dilafalkan menjadi tujuh dan belas.

“Ia menyerahkan kepada Raja untuk membuat taman di dekat

kota…” (menit 02:58, paragraf 8). Kata menyerahkan seharusnya

dilafalkan menjadi menyarankan.

“Padaku, kepodang emas itu habitatnya di hutan yang banyak

pohonnya.” (menit 03:08, paragraf 8). Kata padaku, seharusnya

dilafalkan menjadi paduka.

“Baiklah kalau begitu, aku akan membangun sebuah tanah yang

megah, langkah dengan danau yang besar di dalamnya.” (menit

03:32, paragraf 10). Kata langkah seharusnya dilafalkan menjadi

lengkap.

“Ya, ku dengar Raja telah memerintahkan para rimbaw untuk

memberi makan para burung.” (menit 05:21, paragraf 15). Kata

rimbaw seharusnya dilafalkan menjadi rimbawan.

Page 86: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

73

“Aku ingin mendengar pendapatanmu, wahai istriku?” (menit

05:44, paragraf 16). Kata pendapatanmu, seharusnya

dilafalkan menjadi pendapatmu.

“Suamiku, sebenarnya aku sudah besar hidup di gunung ini,”

(menit 05:54, paragraf 17). Kata besar seharusnya dilafalkan

menjadi bosan.

“Kita si pemburu tiba di tepi danau, …” (menit 08: 06, paragraf

28). Kata kita seharusnya dilafalkan menjadi ketika.

Lalu, pemburu itu berlalih menatap Kepodang Emas Jantan yang

terbang di sebelahnya. (menit 08:59, paragraf 30). Kata berlalih

seharusnya dilafalkan menjadi beralih.

“Bahwalah kami kepada Raja.” (menit 02:06 rekaman 2, paragraf

37). Kata bahwalah seharusnya dilafalkan menjadi bawalah.

Sangat Ratu, dengan tangannya sendiri memberi mereka madu

dan biji-bijian … (menit 04:02, paragraf 40). Kata sangat

seharusnya dilafalkan menjadi sang.

Mereka membicarakan masalah-masalah di dalam istana serta

berbagi tugas dan wewenang Raja dan Ratu. (menit 03:42,

paragraf 42). Kata berbagi seharusnya dilafalkan menjadi

berbagai.

“Mereka yang lepaskan tugas-tugasnya … “ (menit 04:02,

paragraf 43). Kata lepaskan seharusnya dilafalkan menjadi

melaksanakan.

“… , agar mereka dapat tumbuh bijaksana dan selalu mengikuti

jalan kebijakan,” (menit 04:30, paragraf 44). Kata kebijakan

seharusnya dilafalkan menjadi kebajikan.

Aspek ketiga yang dinilai adalah kelancaran. Siswa memperoleh

skor 3 dengan kualifikasi baik. Siswa membaca fabel dengan lancar dan

penuh kehati-hatian saat melafalkan setiap kata.

Aspek keempat yang dinilai adalah emosi. Pengekspresian emosi

dalam membaca fabel cukup baik, tetapi kebanyakan ekspresi yang

digambarkan adalah ekspresi datar. Siswa masih membaca biasa, masih

Page 87: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

74

sedikit menjiwai cerita yang sedang dibacakan. Oleh karena itu peneliti

memberikan skor 2 dengan kualifikasi cukup baik.

Aspek kelima yang dinilai adalah pernapasan. Adapun indikator

yang dicapai oleh siswa yaitu siswa mampu mengontrol penapasan

dengan sangat baik dalam membaca sehingga tidak terlihat kelelahan dan

kehabisan napas. Siswa memperoleh skor 4 dengan kualifikasi sangat

baik.

Penilaian kedua berdasarkan tabel 4.2.8 yang terdiri dari tiga

aspek. Aspek pertama yang dinilai adalah pemahaman isi cerita. Peneliti

memberikan skor 3 dengan kualifikasi baik. Siswa memahami isi cerita

fabel yang dibacakan.

Aspek kedua yang dinilai adalah keruntutan pengungkapan isi

cerita. Siswa mampu memperhatikan keruntutan pengungkapan isi cerita,

meskipun ada beberapa kata yang terlewat saat membaca. Peneliti

memberikan skor 3 dengan kualifikasi baik. Berikut ini kata-kata yang

terlewat dalam membaca.

Raja juga menjamin burung-burung itu akan dilindungi dari

segala macam ancaman dan bahaya. (paragraf 11). Kata

ancaman tidak dilafalkan saar membaca.

“Mereka yang melaksanakan tugas-tugasnya hanya karena

rutinitas, tanpa kesungguhan dan niat baik di dalamnya pasti

akan merosot akhlaknya.” (paragraf 43). Kalimat yang

ditebalkan tidak dilafalkan saat membaca.

Aspek ketiga yang dinilai adalah kelancaran dan kewajaran dalam

pengungkapan, Peseta didik memperoleh skor 3 dengan kualifikasi baik.

Adapun indikator yang dicapai oleh siswa pada aspek ini yaitu, siswa

mampu membaca fabel dengan lancar. Selain itu, dalam kewajaran

pengungkapan kata, siswa mengungkapkan kata dengan wajar meskipun

ada satu kata yang ditambahkan di dalam kalimat pada paragraf 11.

Raja juga menjamin burung-burung itu akan dilindungi dari s

segala macam-macam ancaman dan bahaya. (paragraf 11). Kata

macam ditambahkan ke dalam kalimat sehingga menjadi kata

berulang dan kurang tepat dilafalkan.

Page 88: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

75

Keterampilan membaca fabel yang dimiliki oleh Femas sudah

baik. Kelemahannya adalah dalam segi emosi, siswa masih kurang

mengekspresikan emosi dalam dirinya, sehingga saat membaca masih

datar. Namun, siswa mampu mengontrol pernapasan dengan sangat bailk,

sehingga tidak kehabisan napas saat membaca.

j. Fina Apriliani

Tabel 4.1.10

Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Nyaring

No. Aspek Skor

1 2 3 4

1. Intonasi √

2. Lafal √

3. Kelancaran √

4. Emosi √

5. Pernapasan √

Jumlah Skor : 19

Nilai :

5

25skorJumlah 95

5

475

5

2519

Error! Reference

source not found.Error! Reference source not found.

Tabel 4.2.10

Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Fabel

No. Aspek yang dinilai Skor

1 2 3 4

1. Pemahaman isi cerita √

2. Keruntutan pengungkapan isi cerita √

3. Kelancaran dan kewajaran

pengungkapan

Page 89: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

76

Jumlah Skor : 9

Nilai :

3

25skorJumlah 92

3

275

3

2511

NA= Error! Reference source not found.

942

187

2

9295

Pada tabel 4.1.10 dan 4.2.10 diperoleh nilai akhir dari hasil

rata-rata kedua tabel tersebut yaitu 94 dengan kualifikasi sangat baik.

Siswa mendapatkan nilai 95 dari tabel 4.1.10 dan nilai 94 dari tabel

4.2.10.

Adapun tabel 4.1.10 terdapat lima aspek yang dinilai sesuai

dengan indikator yang ada. Pada Aspek pertama, yang dinilai adalah

intonasi. Siswa memperoleh skor 4 dengan kualifikasi sangat baik.

Indikator yang dicapai pada aspek tersebut yakni siswa sangat

memperhatikan tinggi rendahnya suara dalam membaca. Selanjutnya,

keras lembutnya suara yang diucapkan dipraktikan dengan sangat baik

saat membaca cerita dan cepat lambatnya suara juga sangat diperhatikan

sehingga dalam membaca sesuai dengan isi dan suasana di dalam cerita.

Aspek kedua yang dinilai adalah lafal. Siswa dalam membaca

sangat berhati-hati ketika mengeluarkan kata-kata. Hal tersebut membuat

artikulasi yang diucapkan saat pelafalan sangat jelas dan kata-kata yang

dilafalkan sangat tepat sesuai dengan teks. Akan tetapi, ada dua kata yang

dilafalkan kurang tepat pada menit 01:36, paragraf 5, kata kata

seharusnya dilafalkan menjadi tanya pada kalimat “Lantas di mana

burung ini bisa ditemukan?” kata Raja penasaran. Selanjutnya pada

menit 04:32, paragraf 15 kata tanya seharusnya dilafalkan menjadi jawab

dalam kalimat jawab Kepodang Emas Jantan dan siswa langsung

membenarkan kata yang kurang tepat dilafalkan. Oleh karena itu peneliti

memberikan skor 4 dengan kualifikasi sangat baik.

Page 90: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

77

Aspek ketiga yang dinilai adalah Kelancaran. Siswa sangat lancar

dan tidak tersendat-sendat dalam membaca fabel. Hal ini membuat siswa

memperoleh skor 4 dengan kualifikasi sangat baik.

Aspek keempat yang dinilai adalah Emosi. Emosi yang

diekspresikan oleh siswa sangat sesuai dengan isi fabel. Siswa mampu

mengekspresikan dirinya dalam cerita yang dibacakan, sesuai dengan

keadaan di dalam cerita. Peneliti memberikan skor 4 dengan kualifikasi

sangat baik.

Aspek kelima yang dinilai adalah pernapasan. Siswa membaca

fabel dengan sangat hati-hati sehingga mampu mengatur pernapasan

dengan baik. Hal ini membuat siswa tidak terlihat kelelahan dan

kehabisan napas dalam membaca. Adapun skor yang diperoleh adalah 3

dengan kualifikasi baik.

Penilaian kedua berpedoman pada indikator-indikator dalam tabel

4.2.10 yang terdiri dari tiga aspek yang dinilai. Aspek pertama yang

dinilai adalah pemahaman isi cerita. Siswa memahami isi cerita dengan

baik. Oleh karena itu memperoleh skor 3 dengan kualifikasi baik.

Aspek kedua yang dinilai adalah keruntutan pengungkapan isi

cerita. Peneliti memberikan skor 4 dengan kualifikasi sangat baik. Hal ini

dikarenakan, siswa sangat hati-hati dalam membaca sehingga sangat

memperhatikan keruntutan pengungkapan isi cerita. Akan tetapi ada satu

kata yang tidak diungkapkan pada paragraf 15 kata para dalam kalimat

“… untuk memberi makan para burung.”

Aspek ketiga yang dinilai adalah kelancaran dan kewajaran

pengungkapan. Siswa membaca dengan sangat lancar, tidak ada kata-kata

yang diucapkan dengan secara berlebihan. Kata-kata dalam setiap kalimat

diucapkan sangat wajar. Siswa memperoleh skor 4 dengan kualifikasi

sangat baik.

Keterampilan membaca fabel Fina sudah sangat baik secara

keseluruhan. Kekurangannya hanyalah lebih sedikit teliti dalam membaca

setiap kata, agar kata-kata yang dilafalkan tepat.

Page 91: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

78

k. Hasel Juni Aflindo

Tabel 2.1.11

Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Nyaring

No. Aspek Skor

1 2 3 4

1. Intonasi √

2. Lafal √

3. Kelancaran √

4. Emosi √

5. Pernapasan √

Jumlah Skor : 11

Nilai :

5

25skorJumlah 55

5

275

5

2511

Error! Reference

source not found.Error! Reference source not found.

Tabel 4.2.11

Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Fabel

No. Aspek yang dinilai Skor

1 2 3 4

1. Pemahaman isi cerita √

2. Keruntutan pengungkapan isi cerita √

3. Kelancaran dan kewajaran

pengungkapan

Jumlah Skor : 7

Nilai :

583

175

3

257

Page 92: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

79

NA= Error! Reference source not found.

562

113

2

5855

Pada tabel 4.1.11 dan 4.2.11 diperoleh nilai rata-rata 56 dengan

kualifikasi cukup baik. Tabel 4.1.11 mendapat nilai 55 dan 4.2.11 adalah

58. Adapun hasil nilai tersebut berdasarkan aspek-aspek yang dinilai dan

berpedoman kepada indikator yang ada.

Penilaian pertama berdasarkan tabel 4.1.11, membaca nyaring.

Aspek pertama yang dinilai adalah intonasi. Peneliti memberikan skor 2

dengan kualifikasi cukup baik. Siswa cukup memperhatikan tinggi

rendahnya suara, namun tinggi rendahnya suara yang diucapkan kurang

tepat. Selanjutnya, keras lembutnya suara cukup diperhatikan meskipun

terkadang suara yang dikeluarkan saat membaca menjadi mengecil dan

tidak terdengar. Siswa juga cukup memperhatikan cepat lambatnya suara,

tetapi lebih kebanyakan lambat dalam membaca dan kurang sesuai dengan

isi dan suasana yang digambarkan di dalam cerita.

Aspek kedua yang dinilai adalah lafal. Siswa dalam melafalkan

setiap kata dalam membaca dengan artikulasi yang cukup jelas. Akan

tetapi, ada beberapa kata yang terdengar kurang jelas dalam membaca.

Selain itu, kata-kata yang dilafalkan cukup tepat, dan ada beberapa kata

yang diberi huruf tebal dibacakan kurang tepat sehingga tidak sesuai

dengan teks yang ada. Oleh sebab itu peneliti memberikan skor 2 dengan

kualifikasi cukup baik.

“Ini adalah kisah seekor kepadang emas yang memiliki hati

berkilau layaknya emas.” (menit 00:18, paragraf 1). Kata

kepadang seharusnya dilafalkan menjadi kepodang dan peserta

didik memperbaiki pelafalannya sehingga menjadi tepat.

“Apakah engkau menangkap kami untuk diri sendiri, atas untuk

kepentingan orang lain?” (menit 11:51, paragraf 35). Kata atas

seharusnya dilafalkan menjadi atau.

Page 93: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

80

“Namun, saya memasang perangkap atas insiatif saya sendiri.”

(menit 12:11. paragraf 36). Kata insiatif seharusnya dilafalkan

menjadi inisiatif.

“Pemburu kemudian melepaskan kedua burung itu di dalam

sangkar, ia segera membawa mereka ke istina.” (menit 13:27 dan

13:37, paragraf 39). Kata melepaskan dan istina seharusnya

dilafalkan menjadi meletakan dan istana. Pada kata istina peserta

didik memperbaiki pelafalannya sehingga tepat.

Aspek ketiga yang dinilai adalah kelancaran. Siswa membaca fabel

dengan cukup lancar, namun dalam membaca masih banyak kata-kata

yang terbata-bata, sehingga terlihat seperti berpikir dan masih mengeja

serta terkesan sedikit ada kendala dalam membaca. Oleh karena itu skor

yang didapat adalah 2 dengan kualifikasi cukup baik.

Aspek keempat yang dinilai adalah emosi. Emosi yang

diekspresikan oleh siswa cukup sesuai dengan isi cerita, tetapi banyak

ekspresi yang terlihat datar sehingga cerita yang dibacakan menajadi tidak

menarik. Peneliti memberikan skor 2 dengan kualifikasi cukup baik.

Aspek kelima dalam penilaian ini yaitu pernapasan. Skor yang

diperoleh 3 dengan kualifikasi baik. Siswa mampu mengatur napas

dengan baik saat membaca sehingga tidak terlihat kehabisan napas dan

kelelahan dalam membaca.

Penilaian kedua yang dinilai berdasarkan tabel 4.2.11 adalah

keterampilan membaca fabel. Aspek pertama yang dinilai adalah

pemahaman isi cerita. Siswa cukup baik dalam memahami isi cerita.

Siswa memperoleh skor 2 dengan kualifikasi cukup.

Aspek kedua yang dinilai adalah keruntutan pengungkapan isi

cerita. Peneliti memebrikan skor 3 dengan kualifikasi baik. Siswa mampu

mengungkapkan isi cerita secara runtut. Akan tetapi, ada beberapa kata

yang terlewat dalam membaca di bawah ini.

Kata untuk dalam paragraf 7 di dalam kalimat “Baiklah aku akan

mengutus banyak orang untuk mencarinya.”

Page 94: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

81

Namun, setelah hampir tujuh belas hari berlalu, … (paragraf 8).

Kata belas tidak dibaca saat membaca.

“Eh, burung Kepodang Emas, tidakkah engkau tahu bahwa danau

ini beracun?” (paragraf 28). Kata ini dilewatkan dalam membaca.

“Saya tidak akan pernah meninggalkannya walaupun saya mati

karenanya,” (paragraf 31).

“Kami akan berbicara kepadanya.” (paragraf 37). Pada paragraf

ini satu kalimat dilewatkan dalam membaca.

Aspek ketiga yang dinilai adalah kelancaran dan kewajaran

pengungkapan. Siswa memperoleh skor 2 dengan kualifikasi cukup. Hal

tersebut didasarkan berdasarkan indikator yang ada. Pencapaian yang

dicapai adalah siswa cukup lancar dalam membaca dan cukup wajar

dalam mengungkapkan kata.

Keterampilan membaca fabel Hasel secara keseluruhan cukup

baik, namun ada beberapa aspek yang harus diperhatikan terutama

intonasi, emosi, dan kelancaran. Kelancaran perlu diperhatikan lagi

karena membaca masih terbata-bata sehingga mempengaruhi intonasi dan

emosi saat membaca.

l. Hendrik Maulana

Tabel 4.1.12

Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Nyaring

No. Aspek Skor

1 2 3 4

1. Intonasi √

2. Lafal √

3. Kelancaran √

4. Emosi √

5. Pernapasan √

Jumlah Skor : 12

Page 95: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

82

Nilai :

5

25skorJumlah 60

5

300

5

2512

Error! Reference

source not found.Error! Reference source not found.

Tabel 4.2.12

Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Fabel

No. Aspek yang dinilai Skor

1 2 3 4

1. Pemahaman isi cerita √

2. Keruntutan pengungkapan isi cerita √

3. Kelancaran dan kewajaran

pengungkapan

Jumlah Skor : 8

Nilai :

3

25skorJumlah 66

3

200

3

258

NA= Error! Reference source not found.

632

126

2

6660

Siswa memperoleh nilai 60 dari tabel 4.1.12 dan 66 dari tabel

4.2.12. Berdasarkan kedua tabel tersebut, maka diperoleh rata-rata dengan

nilai 63 dan berkualifikasi cukup baik. Penilaian tersebut berdasarkan

kepada aspek yang dinilai dan berpedoman kepada indikator-indikator

dari setiap aspek.

Penilaian pertama yaitu keterampilan membaca nyaring pada

tabel 4.1.12. Penilaian ini terdiri dari lima aspek. Aspek yang pertama

adalah intonasi. Siswa memperoleh skor 2 dengan kualifikasi cukup.

Pembacaan cerita fabel yang dilakukan oleh siswa cukup memperrhatikan

tinggi rendahnya dan keras lembutnya suara, namun membaca masih

Page 96: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

83

kebanyakan datar. Selanjutnya, cepat lambatnya suara yang dikeluarkan

dalam membaca masih terkesan membaca terlalu terlalu cepat dan

terburu-buru. Namun, secara keseluruhan siswa membaca sudah cukup

sesuai dengan isi dan suasana yang digambarkan di dalam cerita.

Aspek kedua yang dinilai adalah lafal. Siswa membaca fabel

dengan terlalu terburu-buru sehingga menghasilkan artikulasi yang

terkadang tidak jelas dilafalkan, namun secara keseluruhan cukup jelas.

Selanjutnya, siswa cukup tepat dalam mengucapkan kata-kata yang sesuai

teks. Peneliti memberikan skor 2 dengan kualifikasi cukup. Pada menit

02:50, paragraf 12 kata menemukan seharusnya dilafalkan menjadi

menemui pada kalimat Angsa liar lalu menemukan sepasang burung

kepodang emas dan menyampaikan kabar yang didengarnya.

Aspek ketiga yang dinilai adalah kelancaran. Siswa memiliki

kelebihan dalam aspek ini yaitu kemampuan membaca dengan lancar

meskipun membaca terlalu cepat. Siswa memperoleh skor 3 dengan

kualifikasi baik.

Aspek keempat yang dinilai adalah emosi. Siswa cukup

mengekspresikan emosi sesuai dengan isi fabel. Kekurangannya adalah

ketika membaca terlalu cepat, maka emosi yang diekspresikan tidak

sampai saat membaca. Oleh sebab itu, peneliri memberikan skor 2 dengan

kualifikasi baik.

Aspek kelima yang dinilai adalah pernapasan. Skor yang didapat

adalah 3 dengan kualifikasi baik. Peserta didik mampu mengatur napas

dengan baik saat membaca, meskipun membaca teks dengan cepat.

Penilaian kedua adalah keterampilan membaca fabel berdasarkan

tabel 4.2.2. Aspek pertama yang dinilai adalah pemahaman isi cerita.

Siswa cukup memahami isi cerita yang dibaca. Oleh karena itu skor yang

diperoleh adalah 2 dengan kualifikasi cukup baik.

Aspek kedua yang dinilai adalah keruntutan pengungkapan isi

cerita. Peneliti memberikan skor 3 dengan kualifikasi baik. Aspek ini,

siswa mampu mengungkapkan isi cerita secara runtut, namun ada satu

Page 97: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

84

kata yang terlewat pada paragraf 43 dalam kalimat “Dan ketika gagal,

mereka pasti akan merasa sangat kehilangan.” Kata sangat merupakan

kata yang terlewat saat membaca.

Aspek ketiga yang dinilai adalah kelancaran dan kewajaran

pengungkapan. Siswa membaca teks dengan lancar. Kata-kata yang

diungkapkan wajar, tidak ada kata-kata yang diungkapkan secara

berlebihan. Oleh karena itu peneliti memberikan skor 3 dengan kualifikasi

baik.

Keterampilan membaca fabel Hendrik secara keseluruhan cukup

baik. Kekuranganya adalah membaca masih datar dan sedikit

mengekspresikan emosi dalam membaca. Hal ini membuat cerita yang

dibacakan menjadi sedikit kurang menarik.

m. Lisda Aviliani

Tabel 4.1.13

Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Nyaring

No. Aspek Skor

1 2 3 4

1. Intonasi √

2. Lafal √

3. Kelancaran √

4. Emosi √

5. Pernapasan √

Jumlah Skor : 19

Nilai :

5

25skorJumlah 95

5

475

5

2519

Error! Reference

source not found.Error! Reference source not found.

Tabel 4.2.13

Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Fabel

Page 98: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

85

No. Aspek yang dinilai Skor

1 2 3 4

1. Pemahaman isi cerita √

2. Keruntutan pengungkapan isi cerita √

3. Kelancaran dan kewajaran

pengungkapan

Jumlah Skor : 11

Nilai :

3

25skorJumlah 92

3

275

3

2511

NA= Error! Reference source not found.

942

187

2

9295

Nilai rata-rata yang diperoleh dari tabel 4.1.13 dan 4.2.13 adalah

94 dengan kualifikasi sangat baik. Tabel 4.1.13 diperoleh nilai 95 dan 94

dari tabel 4.2.13. Kedua penilaian dari tabel tersebut berpedoman kepada

indikator-indikator dalam setiap aspek.

Penilaian pada tabel 4.1.13 yakni penilaian keterampilan

membaca nyaring. Aspek pertama yang dinilai adalah intonasi. Skor yang

didapat 4 dengan kualifikasi sangat baik. Siswa sangat memperhatikan

tinggi rendahnya suara yang dikeluarkan sehingga pembacaan fabel lebih

menarik. Selain itu, keras lembut pembacaan yang dihasilkan juga sangat

disesuaikan dengan isi cerita di dalam fabel. Siswa juga sangat mampu

mengatur cepat lambat dalam membaca dan mengakibatkan membaca

tidak terlalu kecepatan atau terlalu lambat. Pembacaan fabel sangat

disesuaikan dengan suasan di dalam fabel.

Aspek kedua yang dinilai adalah lafal. Siswa mengeluarkan suara

dengan artikulasi yang jelas. Selanjutnya, kata-kata yang dikeluarkan juga

tepat sesuai dengan isi teks, meskipun ada beberapa kata yang dilafalkan

Page 99: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

86

dengan tidak tepat. Peneliti memberikan skor 3 dengan kualifikasi baik.

Adapun kata-kata yang dilafalkan dengan tidak tepat sebagai berikut.

“Kata orang, burung itu tinggak du sebelah utara, tepatnya di balik

bukit yang tinggi itu.” (menit 01:52, paragraf 6). Kata tepatnya

seharusnya dilafalkan menjadi tepat.

“Ya, ku dengar Raja telah memerintah para rimbauan untuk …”

(menit 04:27, paragraf 15). Kata memerintah seharusnya

dilafalkan menjadi memerintahkan.

“Pemburu itu memasang perangkap di antara bunga teratai dan

sejora di dalam danau beracun.” (menit 05:16, paragraf 19). Kata

sejora seharusnya dilafalkan menjadi seroja.

Aspek ketiga yang dinilai adalah kelancaran. Siswa sangat lancar

dalam membaca, tidak mengalami kesulitan saat mengungkapkan setiap

kata atau kalimat. Skor yang diperoleh adalah 4 dengan kualifikasi sangat

baik.

Aspek keempat yaitu emosi. Siswa memiliki kemampuan untuk

mengekspresikan emosi saat membaca. Pengekspresian emosi ini sangat

sesuai dengan isi fabel, sehingga fabel yang dibacakan sangat menarik.

Oleh karena itu peneliti memberikan skor 4 dengan kualifikasi sangat

baik.

Aspek kelima yaitu pernapasan. Siswa memeproleh skor 4 dengan

kualifikasi sangat baik. Kemampuan dalam mengatur napas juga sangat

baik sehingga ketika membaca fabel tidak terlihat kelelahan dan

terengah-engah.

Penilaian pada tabel 4.2.13 fokus kepada penilaian keterampilan

membaca fabel. Aspek pertama yang dinilai adalah pemahaman isi cerita.

Siswa mampu memahami cerita fabel dengan baik karena penampilan saat

membaca sangat baik sehingga membuat fabel yang dibaca lebih menarik.

Oleh karena itu skor yang didapat 3 dengan kualifikasi baik.

Aspek kedua yang dinilai adalah keruntutan pengungkapan isi

teks. Peneliti memberikan skor 4 dengan kualifikasi sangat baik. Siswa

Page 100: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

87

mampu mengungkapkan isi teks dengan sangat runtut, tidak ada kata-kata

yang terlewat dalam teks.

Aspek ketiga adalah kelancaran dan kewajaran dalam

pengungkapan. Kelancaraan dalam membaca fabel sangat baik sehingga

kata-kata yang diungkapkan saat membaca sangat wajar, tidak ada

kata-kata yang berlebihan, Oleh karena itu, skor yang diperoleh adalah 4

dengan kualifikasi sangat baik.

Keterampilan membaca Fabel yang dimiliki oleh Lisda secara

keseluruhan sudah sangat baik. Kekurangannya hanyalah ada beberapa

kata yang sedikit kurang tepat untuk dilafalkan.

n. Mia Nurpadilah

Tabel 4.1.14

Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Nyaring

No. Aspek Skor

1 2 3 4

1. Intonasi √

2. Lafal √

3. Kelancaran √

4. Emosi √

5. Pernapasan √

Jumlah Skor : 16

Nilai :

5

25skorJumlah 80

5

400

5

2516

Error! Reference

source not found.Error! Reference source not found.

Tabel 4.2.14

Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Fabel

No. Aspek yang dinilai Skor

Page 101: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

88

1 2 3 4

1. Pemahaman isi cerita √

2. Keruntutan pengungkapan isi cerita √

3. Kelancaran dan kewajaran

pengungkapan

Jumlah Skor : 10

Nilai :

3

25skorJumlah 83

3

250

3

2510

NA= Error! Reference source not found.

822

163

2

8380

Nilai rata-rata yang diperoleh berdasarkan kedua tabel di atas

adalah 82 dengan kualifikasi sangat baik. Tabel 4.1.14 memperoleh nilai

80 dan nilai 82 diperoleh dari tabel 4.2.14. Kedua tabel tersebut memiliki

aspek-aspek yang dinilai berdasarkan dengan indikator-indikator yang

ada.

Penilaian tabel 4.1.14 terdiri dari lima aspek. Aspek pertama yang

dinilai adalah intonasi. Siswa memperoleh skor 3 dengan kualifikasi baik.

Pada aspek ini siswa mampu memperhatikan tinggi rendahnya suara yang

dikeluarkan sehingga membaca fabel menjadi menarik. Selanjutnya, keras

lembutnya pembacaan diperhatikan dengan baik sesuai dengan isi teks

dan suasana dalam fabel. Cepat lambatnya pembacaan juga diperhatikan

dengan baik dalam membaca, namun siswa terkadang membaca terlalu

cepat.

Aspek kedua yang dinilai adalah lafal. Siswa mapu melafalkan

setiap kata dengan artikulasi yang jelas. Ketepatan kata-kata yang

dilafalkan juga tepat, hanya ada beberapa kata yang dilafalkan kurang

tepat. Peneliti memberikan skor 3 dengan kualifikasi baik. Berikut ini

kata-kata yang dilafalkan kurang tepat.

Page 102: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

89

Selanjutnya, berita tentang danau ini sampai pada seorang angsa

liar yang bermukim di gunung itu. (menit 03:40, paragraf 2). Kata

seorang seharusnya dilafalkan menjadi seekor.

“Ya, aku juga sudah lelah harus mencari makanan sendiri,”

(menit 04:50, paragraf 18). Kata makanan seharusnya dilafalkan

menjadi makan.

Pemburu itu memasang perangkap di antara bunga-bunga teratai

dan sejora di dalam danau beracun. (menit 05:09, paragraf 19).

Kata sejora seharusnya dilafalkan menjadi seroja.

Ia tahu bahwa sebelum tiba di kota, burung Kepodang Emas itu

akan hinggap dulu di air untuk melepas lelah dan mencari

makanan.(menit 05:24, paragraf 19). Kata makanan seharusnya

dilafalkan menjadi makan.

“Ku mohon lepaskan aku,” pekik si angsa. (menit 05:35,

paragraph 21). Kata lepaskan seharusnya dilafalkan menjadi

selamatkan.

“Sabarlah, aku sedang berusaha melepaskan perangkap ini.”

(menit 05:38, paragraf 22). Kata melepaskan seharusnya

dilafalkan menjadi melepas.

Ia juga memberikannya air minum yang jernih dan bersih, …

(menit 09:13, paragraf 33). Kata memberikannya seharusnya

dilafalkan menjadi memberi.

Aspek keempat yang dinilai adalah emosi. Siswa mampu

mengekspresikan emosi dengan baik, sesuai isi dan suasana dalam fabel.

Akan tetapi, ada beberapa bagian yang diekspresikan dengan datar. Oleh

karena itu, siswa memperoleh skor 3 dengan kualifikasi baik.

Aspek kelima yang dinilai adalah pernapasan. Pernapasan yang

dilakukan dalam membaca fabel sangat baik. Siswa sangat mampu

mengontrol pernapasan sehingga tidak terlihat kelelahan dan kehabisan

membaca. Peneliti memberikan skor 4 dengan kualifikasi sangat baik.

Penilaian kedua yaitu keterampilan membaca fabel yang

didasarkan pada tabel 4.2.14. Penilaian ini terdiri dari tiga aspek. Aspek

Page 103: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

90

pertama yaitu pemahaman isi cerita. Siswa mampu memahami cerita

dengan baik sehingga memperoleh skor 3 dengan kualifikasi baik.

Aspek kedua yang dinilai adalah keruntutan pengungkapan isi

cerita. Siswa sangat baik dalam mengungkapkan isi cerita karena

diungkapkan dengan sangat runtut, hanya ada dua kata yang terlewat.

Pada paragraf 36 kata sendiri dalam kalimat “Namun, saya memasang

perangkap atas inisiatif saya …,” tidak dibacakan. Selanjutnya, kata

mampu juga terlewat pada paragraf 38 dalam kalimat “Jika kami mampu

melunakkan hati Raja dan pada akhirnya ia membebaskan kami, …”.

Peneliti memberikan skor 4 dengan kualifikasi sangat baik.

Aspek ketiga yang dinilai adalah kelancaran dan kewajaran

pengungkapan. Siswa mampu membaca fabel dengan lancar.

Pengungkapan kata-kata juga dilafalkan secara wajar, tidak ada kata-kata

yang dilafalkan secara berlebihan. Oleh sebab itu, siswa memperoleh skor

3 dengan kualifikasi baik.

Keterampilan membaca fabel yang dimiliki oleh Mia secara

keseluruhan sudah baik. Kelebihannya adalah siswa mampu mengatur

penapasan dengan sangat baik dan kekurangannya hanya dari segi

pelafalan, masih ada sedikit kata yang dilafalkan kurang tepat.

o. Muhamad Valo Fata

Tabel 4.1.15

Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Nyaring

No. Aspek Skor

1 2 3 4

1. Intonasi √

2. Lafal √

3. Kelancaran √

4. Emosi √

Page 104: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

91

5. Pernapasan √

Jumlah Skor : 13

Nilai :

5

25skorJumlah 65

5

325

5

2513

Error! Reference

source not found.Error! Reference source not found.

Tabel 4.2.15

Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Fabel

No. Aspek yang dinilai Skor

1 2 3 4

1. Pemahaman isi cerita √

2. Keruntutan pengungkapan isi cerita √

3. Kelancaran dan kewajaran

pengungkapan

Jumlah Skor : 8

Nilai :

3

25skorJumlah 66

3

200

3

258

NA= Error! Reference source not found.

662

131

2

6665

Berdasarkan hasil penilaian keterampilan membaca nyaring

diperoleh nilai 65 dan penilaian keterampilan membaca fabel diperoleh

nilai 66. Nilai akhir dari keterampilan membaca fabel yaitu 66, nilai yang

termasuk ke dalam kualifikasi baik. Nilai tersebut dapat diuraikan dengan

aspek penilaian yang digunakan sesuai dengan indikator.

Penilaian pertama yang dinilai adalah keterampilan membaca

nyaring. Keterampilan membaca nyaring tersebut termasuk kualifikasi

cukup baik. Aspek pertama yang dinilai adalah intonasi. Pembacaan cerita

fabel cukup memperhatikan tinggi rendahnya suara, keras lembutnya

Page 105: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

92

suara, cepat lambatnya pembacaan cukup sesuai dengan isi dan suasana

yang digambarkan dalam fabel. Adapun kelemahan dari aspek intonasi ini

adalah siswa semakin lama membaca semakin tidak memperhatikan tinggi

rendahnya suara dan keras lembutnya suara. Selain itu, pembacaan fabel

dibacakan semakin cepat. Berdasarkan hal tersebutlah keterampilan

membaca nyaring siswa sudah sesuai dengan intrumen penilaian sehingga

peneliti memberikan skor 2.

Aspek kedua yang dinilai yaitu lafal. Siswa dalam melakukan

pelafalan membaca nyaring sudahbaik. Pelafalan yang dikeluarkan dalam

membaca nyaring jelas dari awal hingga akhir dan juga tepat sesuai

dengan teks yang ada. Akan tetapi, pada menit ke 03.24, paragraf 15

terdapat kesalahan pelafalan yakni “ Ya, ku dengar Raja telah

memerintahkan para rimbawan untuk memberi makanan para burung.”

Kata makanan seharusnya dilafalkan makan. Kesalahan pelafalan

selanjutnya pada paragraf 19 menit 04:35 yaitu Ia tahu bahwa sebelum

tiba di kota, burung Kepodang Emas itu akan hingga dulu di aer untuk

melepas lelah dan mencari makan. Kata aer merupakan bentuk kata tidak

baku dari air, sehingga kurang tepat jika dilafalkan.

Aspek ketiga yang dinilai adalah kelancaran. Siswa dalam

membacakan cerita fabel “Hati Kepodang Emas” mendapatkan skor 3.

Hal ini dikarenakan pembacaan fabel lancar dan tidak tersendat-sendat

dari awal hingga akhir. Oleh karena itu, termasuk ke dalam kriteria sangat

baik.

Aspek keempat yang dinilai adalah emosi. Siswa cukup

memperhatikan emosi saat membaca fabel. Emosi diekspresikan cukup

sesuai dengan isi fabel, meskipun ada beberapa bagian yang diekspresikan

dengan datar. Peneliti memberikan skor 2, dan termasuk ke dalam kriteria

cukup baik.

Aspek kelima yang dinilai adalah pernapasan. Siswa mengatur

napas dengan baik sehingga tidak terlihat terengah-engah dan kelelahan

Page 106: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

93

dalam membaca. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti memberikan

skor 3.

Penilaian kedua yaitu berdasarkan keterampilan membaca fabel.

Penilaian ini berdasarkan aspek-aspek yang dinilai sesuai dengan

indikator yang ada. Aspek pertama yang dinilai yaitu pemahaman isi

cerita. Siswa dalam membaca fabel terlihat cukup memahami isi cerita.

Hal tersebut termasuk ke dalam kualifikasi cukup baik, sehingga peneliti

memberikan skor 2.

Aspek penilaian kedua yaitu keruntutan pengungkapan isi cerita.

Siswa mendapatkan skor 3 karena dalam membaca cerita fabel

memperhatikan keruntutan pengungkapan isi cerita. Tidak ada paragraf

yang terlewat dalam pembacaan fabel. Oleh karena itu, termasuk ke dalam

kualifikasi baik.

Aspek ketiga yang dinilai adalah kelancaran dan kewajaran dalam

pengungkapan. Siswa dalam membaca fabel cukup lancar dan tidak

tersendat-sendat. Pengungkapan yang dilafalkan dalam membaca juga

sangat wajar, tidak ada kata-kata yang dilafalkan secara berlebihan.

Peneliti memberikan skor 2 dan termasuk ke dalam kualifikasi cukup

baik.

Keterampilan membaca fabel yang dimiliki oleh Valo cukup baik

secara keseluruhan. Akan tetapi, kekurangannya dari aspek intonasi dan

emosi, kurang menerapkan secara maksimal sehingga cerita yang

dibacakan menjadi sedikit tidak menarik.

p. Nazar Nur Hidayat

Tabel 4.1.16

Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Nyaring

No. Aspek Skor

Page 107: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

94

1 2 3 4

1. Intonasi √

2. Lafal √

3. Kelancaran √

4. Emosi √

5. Pernapasan √

Jumlah Skor : 7

Nilai :

5

25skorJumlah 35

5

175

5

257

Error! Reference

source not found.Error! Reference source not found.

Tabel 4.2.16

Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Fabel

No. Aspek yang dinilai Skor

1 2 3 4

1. Pemahaman isi cerita √

2. Keruntutan pengungkapan isi cerita √

3. Kelancaran dan kewajaran

pengungkapan

Jumlah Skor : 4

Nilai :

3

25skorJumlah 33

3

100

3

254

NA= Error! Reference source not found.

342

68

2

3335

Berdasarkan hasil penilaian keterampilan membaca nyaring

diperoleh nilai 35 dan penilaian keterampilan membaca fabel diperoleh

nilai 33. Nilai akhir dari keterampilan membaca fabel yaitu 34, nilai yang

termasuk ke dalam kualifikasi sangat kurang. Nilai tersebut dapat

Page 108: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

95

diuraikan dengan aspek penilaian yang digunakan sesuai dengan

indikator.

Penilaian pertama yang dinilai adalah keterampilan membaca

nyaring. Keterampilan membaca nyaring tersebut termasuk kualifikasi

kurang baik. Aspek pertama yang dinilai adalah intonasi. Pembacaan

cerita fabel kurang memperhatikan tinggi rendahnya suara dan keras

lembutnya suara. Siswa membaca dengan seadanya, tidak memperhatikan

tanda baca. Selanjutnya cepat lambatnya pembacaan juga kurang

diperhatikan sehingga kurang sesuai dengan isi dan suasana yang

digambarkan di dalam fabel. Berdasarkan hal tersebutlah keterampilan

membaca nyaring siswa kurang baik sehingga mendapat skor 1.

Aspek kedua yang dinilai yaitu lafal. Siswa dalam melakukan

pelafalan membaca nyaring sudah cukup baik. Peneliti memberikan skor

2. Pelafalan yang dikeluarkan dalam membaca nyaring cukup jelas,

namun artikulasi yang diucapkan terkadang kurang jelas. Selain itu,

banyak kata-kata yang diucapkan kurang tepat. Adapun kata-kata yang

diucapkan kurang tepat sebagai berikut.

Pada zaman dahulu ada seorang raja dan ratu yang mengasui

banyak tempat suci di bumi. (menit 00:32, paragraf 1). Kata

mengasui seharusnya dilafalkan menjadi menguasai.

... ia sangat ingin melihat dan mendengar burung yang dimiliki

indah. (menit 00:53, paragraf 1). Kata dimiliki seharusnya

dilafalkan demikian.

“Padaku, seperti apa ciri-ciri burung emas yang kau maksud

itu?” (menit 01:04, paragraf 2). Kata padaku dan apa seharusnya

dilafalkan menjadi paduka dan apakah.

“Burung emas itu berukuran sedang, berwarna kuning seperti

emas, dan memiliki strip hitam melayani mata dan tengkuk.”

(menit 01:21, paragraf 3). Kata melayani seharusnya dilafalkan

menjadi melewati.

“Tubuh bagian bawahnya keputih-putihan dengan burik hitam,

irisan merah, serta bentuk paruh meruncing dan sedikit

Page 109: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

96

melengkung ke bawah.” (menit 01:30, paragraf 3). Kata irisan

seharusnya dilafalkan menjadi iris.

Lalu beberapa pengawal yang lain ikut memberangkatkannya.

(menit 01:54, paragraf 4). Kata memberangkatkanya seharusnya

dilafalkan menjadi membenarkannya.

“Padaku, kau akan sulit menemukan kerajaan,” (menit 02:04 dan

02:08, paragraf 4). Kata padaku dan kerajaan seharusnya

dilafalkan menjadi paduka dan kerajaanmu.

“Kata orang, burung itu tinggal di sebuah utara, depan di balik

bukit yang tinggi itu.” (menit 02:20 dan 02:23, paragraf 6). Kata

sebuah dan depan seharusnya dilafalkan menjadi sebelah dan

tepat.

Namun, setelah hampir tugas bebas hari berlalu, … (menit 03:04

dan 03:06, paragraf 8). Kata tugas dan bebas seharusnya

dilafalkan menjadi tujuh dan belas.

Salah seseorang pemburu yang sangat berpengalaman lalu

datang… (menit 03:19, paragraf 8). Kata seseorang seharusnya

dilafalkan menjadi seorang.

“Pandaku, kepodang emas itu habitatnya di hutan…” (menit

03:39, paragraf 9). Kata pandaku seharusnya dilafalkan menjadi

paduka.

... angsa liar yang bermukilan di gunung itu. (menit 05:00,

paragraf 12). Kata bermukilan seharusnya dilafalkan menjadi

bermukim.

“Kau tau, Raja baru saja membuat pengemukan penting.” (menit

05:17, paragraf 13). Kata pengemukan seharusnya dilafalkan

menjadi pengumuman.

“Ia akan menyambut seluruh burung untuk datang dan tinggal

dengan damai di taman mengapa dekat kota.” (menit 05:53,

paragraf 13). Kata mengapa seharusnya dilafalkan menjadi

megah.

“Apa Raja akan menjamin kebutuhan kita?” (menit 05:31,

paragraf 14). Kata apa seharusnya dilafalkan menjadi apakah.

“Mari kita pergi, aku sangat penasaran sangat apakah teman

itu,” (menit 05:51 dan 05:52, paragraf 15). Kata sangat dan teman

seharusnya dilafalkan menjadi semegah dam taman.

Page 110: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

97

Kita lalu memutuskan untuk pergi ke kota. (menit 06:26, paragraf

19). Kata kita seharusnya dilafalkan menjadi ketiganya.

Kedua burung kepodang emas berusaha melepas perangkap yang

menjeratkan tubuh sahabatnya. (menit 06:59, paragraf 20). Kata

menjeratkan seharusnya dilafalkan menjadi menjerat.

Namun, tepat setelah ia angsa terbebas dari perangkap. (menit

07:36, paragraf 23). Kata ia seharusnya dilafalkan menjadi si.

Kepodang emas betina hilang keseimbangan dan jatuh di atas

danau berancun,(menit 07:48, paragraf 23) Kata berancun

seharusnya dilafalkan menjadi beracun.

“Bergiliran angsa liar, cepat … cepat…!” (menit 07:49,

paragraph 24). Kata bergiliran seharusnya dilafalkan menjadi

pergilah. Hatinya sedih tergugah. (menit 08:58, paragraf 30). Kata

sedih seharusnya dilafalkan menjadi sedikit.

“Saya tidak akan meninggalkannya walaupun saya mati karena,”

(menit 09:30, paragraf 31). Kata karena seharusnya dilafalkan

menjadi karenanya.

“Sesungguhnya kedua burung ini sangat berani dan berhati

mulai” (menit 09:35 dan 09:39 paragraf 32). Kata sesungguhnya

dan mulai seharusnya dilafalkan menjadi sungguh dan mulia.

“Bila saya melakui mereka, saya pasti akan dihukum Tuhan.”

(menit 09:41, paragraf 32). Kata melakui seharusnya dilafalkan

menjadi mulai.

“Ah, apa gunanya menghargai Raja?! Saya akan membahas

mereka.” (menit 09:47 dan 09:51, paragraf 32). Kata membahas

dan membahas seharusnya dilafalkan menjadi penghargaan dan

membebaskan.

“... maka saya akan membahas kalian.” (menit 10:00, paragraf

32). Kata membahas seharusnya dilafalkan menjadi

membebaskan.

Ia juga memberikan air minum yang jernih dan bersih, dan

dengan ajaib kepodang emas itu tampak sehat dan segera seperti

semua. (menit 10:17, paragraf 33). Kata memberikan dan segera

seharusnya dilafalkan menjadi memberinya dan segar.

Page 111: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

98

“Semoga kau dan keluarga hidup makmur,” (menit 10:37,

paragraf 34). Kata keluarga seharusnya dilafalkan menjadi

keluargamu.

“Atas peringatan Raja.” (menit 10:56, paragraf 36). Kata

peringatan seharusnya dilafalkan menjadi perintah.

“... mulai dari mimpi sang Ratu, taman mengapa yang dibuat

Raja…” (menit 11:10, paragraf 36). Kata mengapa seharusnya

dilafalkan menjadi megah.

“Kau akan diberi hidarah jika membawa kami ke kota.” (menit

11:45, paragraf 37). Kata hidarah seharusnya dilafalkan menjadi

hadiah.

“... akhirnya ia membesarkan kami, ,,,” (menit 12:00, paragraf

38). Kata membesarkan seharusnya dilafalkan menjadi

membebaskan.

Saat Raja dan Ratu melihat kedua burung yang berkicau itu,

mereka sangkar gembira. (menit 12:17 dan 12:20, paragraf 40).

Kata berkicau dan sangkar seharusnya dilafalkan menjadi

berkilau dan sangat.

Aspek ketiga yang dinilai adalah kelancaran. Siswa dalam

membacakan cerita fabel “Hati Kepodang Emas” mendapatkan skor 1.

Hal ini dikarenakan pembacaan fabel kurang lancar dan ersendat-sendat

dari awal hingga akhir. Oleh karena itu, termasuk ke dalam kriteria kurang

baik.

Aspek keempat yang dinilai adalah emosi. Siswa kurang

memperhatikan emosi saat membaca fabel. Pengekspresian emosi yang

dilakukan adalah datar, tidak ada ekspresi dalam membaca sehingga fabel

yang dibacakan menjadi tidak menarik. Peneliti memberikan skor 1, dan

termasuk ke dalam kriteria kurang baik.

Aspek kelima yang dinilai adalah pernapasan. Siswa mengatur

napas dengan cukup baik meskipun sedikit terlihat terengah-engah dan

kelelahan dalam membaca. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti

memberikan skor 2.

Page 112: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

99

Penilaian kedua yaitu berdasarkan keterampilan membaca fabel.

Penilaian ini berdasarkan aspek-aspek yang dinilai sesuai dengan

indikator yang ada. Aspek pertama yang dinilai yaitu pemahaman isi

cerita. Siswa dalam membaca fabel terlihat kurang memahami isi cerita.

Hal tersebut termasuk ke dalam kualifikasi kurang baik, sehingga

diberikan skor 1.

Aspek penilaian kedua yaitu keruntutan pengungkapan isi cerita.

Siswa mendapatkan skor 2 karena dalam membaca cerita fabel

memperhatikan keruntutan pengungkapan isi cerita. Adapun kelamahan

pada aspek ini adalah ada beberapa kata yang terlewat dibaca. Di bawah

ini kata-kata yang ditulis tebal termasuk kata-kata yang terlewat.

Ratu bermimpi tentang seekor burung emas yang bisa bicara.

(paragraf 1)

Raja selanjutnya meminta banyak bantuan untuk… (paragraf 1)

“Baiklah, aku akan mengutus banyak orang untuk mencarinya.

(paragraf 7)

… , tanya angsa. (paragraf 25)

… , jawab Kepodang Emas jantan. (paragraf 26)

Angsa liar itu segera berlari meninggalkannya. (paragraf 27)

“Saat hidup menjelang ajal dan kematian mendekat, tiada guna

melawan takdir. (paragraf 29)

Aspek ketiga yang dinilai adalah kelancaran dan kewajaran dalam

pengungkapan. Siswa dalam membaca fabel kurang lancar dan

terbata-bata. Pengungkapan yang dilafalkan dalam membaca cukup wajar,

namun ada kata-kata yang ditambahkan di dalam teks. Pada kalimat …

akan dilindungi dari segala macam-macam ancaman dan bahaya.

(paragraf 11). Kata macam mengalami penambahan kata sehingga

menjadi kata berulang. Selanjutnya, paragraf 28 terdapat penambahan

kata itu dalam kalimat ... , ia langsung mengangkat Kepodang Emas itu

betina dari atas danau. Penambahan kata terakhir pada paragraf 32 dalam

Page 113: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

100

kalimat “Sungguh kedua burung ini sangat berani dan berhati-hati

mulia.”

Keterampilan membaca fabel yang dimiliki oleh Nazar kurang

baik. Siswa harus terus berlatih terus dalam membaca, khususnya pada

aspek kelancaran. Siswa masih membaca teks dengan terbata-bata

sehingga aspek-aspek lain tidak dapat diterapkan dengan baik dalam

membaca. Pelafalan juga menjadi tugas siswa untuk berlatih karena masih

banyak kata-kata yang dilafalkan dengan kurang tepat.

q. Rafi Ahmad Fahreza

Tabel 4.1.17

Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Nyaring

No. Aspek Skor

1 2 3 4

1. Intonasi √

2. Lafal √

3. Kelancaran √

4. Emosi √

5. Pernapasan √

Jumlah Skor : 19

Nilai :

5

25skorJumlah 95

5

475

5

2519

Error! Reference

source not found.Error! Reference source not found.

Tabel 4.2.17

Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Fabel

No. Aspek yang dinilai Skor

Page 114: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

101

1 2 3 4

1. Pemahaman isi cerita √

2. Keruntutan pengungkapan isi cerita √

3. Kelancaran dan kewajaran

pengungkapan

Jumlah Skor : 11

Nilai :

3

25skorJumlah 91

3

275

3

2511

NA= Error! Reference source not found.

932

186

2

9195

Hasil penilaian keterampilan membaca fabel didapat dari tabel

4.1.17 dan 4.2.17. Siswa memperoleh nilai 93 dengan kualifikasi sangat

baik. Peneliti menilai berdasarkan aspek dari setiap tabel dan didasarkan

dengan indikator-indikator yang ada. Siswa mendapat nilai 95 pada tabel

4.1.17 dan nilai 91 pada tabel 4.2.17.

Penilaian pertama adalah penilaian keterampilan membaca

nyaring. Penilaian ini memiliki lima aspek yang berpedoman kepada

indikator-indikator yang ada. Aspek pertama yang dinilai adalah intonasi.

Siswa memperoleh skor 3 dengan kualifikasi baik. Adapun indikator yang

dicapai oleh siswa yakni siswa mampu menyesuasikan tinggi rendahnya

suara saat membaca dan keras lembutnya pembacaan. Selain itu, cepat

lambatnya pembacaan juga diperhatikan sesuai dengan isi dan suasana

yang digambarkan di dalam cerita sehingga cerita yang dibacakan

menjadi menarik untuk didengar.

Aspek kedua yang dinilai adalah lafal. Peneliti memberikan skor 4

dengan kualifikasi sangat baik. Indikator yang dicapai pada aspek ini

yaitu siswa mampu memperhatikan pelafalan saat membaca dengan

Page 115: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

102

menggunakan artikulasi yang jelas. Selain itu, siswa juga memperhatikan

ketepatan kata yang dilafalkan, meskipun ada beberapa kata yang

dilafalkan kurang tepat. Berikut ini adalah kata-kata yang dilafalkan

kurang tepat.

“Paduka, kau akan sulit menemukan jenis burung seperti itu di

seluruh penjuru kerajaan,” (menit 01:15, paragraf 4). Kata

kerajaan seharusnya dilafalkan menjadi kerajaanmu.

Dalam perjalanan waktu, taman yang megah itu mulai ditanami

banyak pohon, bunga, dan berbagai jenis tanaman langka yang

cantik. (menit 02:39, paragraf 11). Kata berbagai seharusnya

dilafalkan menjadi beberapa.

Angsa liar itu menemukan sepasang burung kepodang emas dan

menyampaikan kabar yang didengarnya. (menit 03:14, paragraph

12). Kata menemukan seharusnya dilafalkan menjadi menemui.

Mereka berbicara masalah-masalah di dalam istana, … (menit

08:52, paragraf 41). Kata berbicara seharusnya dilafalkan menjadi

membicarakan.

Aspek ketiga yang dinilai adalah kelancaran. Indikator yang

dicapai adalah siswa mampu membaca fabel dengan sangat lancar dan

tidak tersendat-sendat. Oleh karena itu, siswa mendapatkan skor 4 dengan

kualifikasi baik.

Aspek keempat yang dinilai adalah emosi. Peneliti memberikan

skor 4 dengan kualifikasi sangat baik. Adapun hal tersebut berdasarkan

indikator yang dicapai yaitu siswa sangat mampu mengekspresikan emosi

di dalam dirinya sesuai dengan isi fabel. Hal ini membuat fabel yang

dibacakan menjadi lebih hidup.

Aspek kelima yang dinilai adalah pernapasan. Siswa mampu

mengatur pernapasan saat membaca dengan sangat baik, tidak

terengah-engah dan terlihat lelah. Oleh karena itu siswa memperoleh skor

4 dengan kualifikasi sangat baik.

Penilaian kedua berdasarkan tabel 4.2.17 yaitu keterampilan

membaca fabel. Aspek pada tabel tersebut terdiri dari tiga aspek. Aspek

Page 116: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

103

pertama yang dinilai adalah pemahaman isi cerita. Siswa memahami isi

cerita dengan baik sehingga mampu mengekpresikan dirinya sesuai

dengan teks yang dibaca. Oleh karena itu siswa memperoleh skor 3

dengan kualifikasi baik.

Aspek kedua yang dinilai adalah keruntutan pengungkapan isi

cerita. Peneliti memberikan skor 4 dengan kualifikasi sangat baik. Siswa

mampu mengungkapkan isi cerita dengan sangat urut, dan tidak ada

kata-kata yang terlewat saat membaca.

Aspek ketiga yang dinilai adalah kelancaran dan kewajaran

pengungkapan. Siswa memperoleh skor 4 dengan kualifikasi sangat baik.

Adapun hal itu berpedoman kepada indikator yang dicapai yaitu siswa

mampu membaca fabel dengan sangat lancar dan mengungkapkan setiap

kata dengan wajar dan tidak berlebihan, meskipun ada satu kata yang

ditambahkan dalam pelafalan yakni dalam paragraf 11 terdapat

penambahan kata ancaman pada kalimat … akan dilindungi dari segala

ancaman-ancaman dan bahaya. Penambahan kata tersebut membuat kata

menjadi kata berulang.

Keterampilan membaca fabel yang dimiliki oleh Rafi secara

keseluruhan sudah sangat baik. Kekruangannya adalah dalam aspek

pelafalan. Siswa harus lebih teliti lagi dalam membaca teks, sehingga lafal

yang diucapkan menjadi tepat.

r. Ramadinah Erin Arifiani

Tabel 4.1.18

Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Nyaring

No. Aspek Skor

1 2 3 4

Page 117: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

104

1. Intonasi √

2. Lafal √

3. Kelancaran √

4. Emosi √

5. Pernapasan √

Jumlah Skor : 19

Nilai :

5

25skorJumlah 95

5

475

5

2519

Error! Reference

source not found.Error! Reference source not found.

Tabel 4.2.18

Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Fabel

No. Aspek yang dinilai Skor

1 2 3 4

1. Pemahaman isi cerita √

2. Keruntutan pengungkapan isi cerita √

3. Kelancaran dan kewajaran

pengungkapan

Jumlah Skor : 11

Nilai :

3

25skorJumlah 91

3

275

3

2511

NA= Error! Reference source not found.

932

186

2

9195

Berdasarkan hasil penilaian keterampilan membaca tabel yang

mengacu kepada kedua tabel diperoleh nilai 93. Nilai tersebut termasuk

kualifikasi sangat baik. Nilai tersebut dapat diuraikan berdasarkan kedua

tabel di atas. Nilai pada tabel 4.1.18 yaitu 95 dan tabel 4.2.18 yaitu 91.

Page 118: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

105

Pada penilaian pertama dilihat dari tabel 4.1.18 yaitu penilaian

keterampilan membaca nyaring. Siswa mendapatkan nilai 95 dengan

kualifikasi sangat baik. Aspek pertama yang dinilai dari tabel tersebut yaitu

Intonasi. Pembacaan fabel yang dibacakan oleh Ramadinah sangat

memperhatikan intonasi. Siswa sangat memperhatikan tinggi rendahnya

suara dan keras lembutnya suara. Hal ini membuat cerita yang dibacakan

menjadi lebih menarik. Siswa juga sangat memperhatikan suasana di dalam

cerita fabel sehingga cepat lambatnya pembacaan dikuasai dengan sangat

baik. Berdasarkan hal tersebut, peneliti memberikan skor 4 dengan

kualifikasi sangat baik.

Aspek kedua yang dinilai adalah pelafalan. Peneliti memberikan

skor 4 dengan kualifikasi sangat baik. Pelafalan yang diucapkan siswa baik.

Siswa mengucapkan kata-kata dengan lafal yang sangat jelas. Selain itu,

siswa melafalkan kata-kata dengan tepat, meskipun ada dua kata yang

kurang tepat dilafalkan. Pada menit 03:53 dan 04:01 paragraf 15 dalam

kalimat “Ya, ku dengar Raja lebih memerintahkan para rimbawan untuk

memberi makan para burung. Mari kita pergi, aku sangat penasaran

semegah apakah tanaman itu?”. Kata lebih dan tanaman seharusnya

dilafalkan menjadi telah dan tanam.

Aspek ketiga yang dinilai adalah kelancaran. Siswa sangat lancar

dalam membaca, setiap kata yang dilafalkan dinikmat saat proses membaca

Hal ini mengakibatkan ada kata-kata yang kurang tepat dalam pengucapan.

Oleh karena itu, peneliti memberikan skor 4 dengan kualifikasi sangat baik.

Aspek keempat yang dinilai adalah emosi. Siswa mengekspresikan

emosi dalam dirinya sangat baik. Hal ini membuat cerita yang dibacakan

dengan emosi yang diekspresikan sesuai dengan isi dan suasana dalam

teks. Peneliti memberikan skor 4 dengan kualifikasi sangat baik.

Penilaian pada aspek kelima yaitu pernapasan. Siswa baik dalam

mengatur pernapasan meskipun membaca terlalu terburu-buru. Siswa tidak

terlihat terengah-engah dan kehabisan napas dalam membaca. Peneliti

memberikan skor 3 dengan kualifikasi baik.

Page 119: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

106

Penilaian kedua yaitu keterampilan membaca fabel berdasarkan

tabel 4.2.18 sesuai dengan indikator yang ada. Aspek pertama pada

penilaian ini yaitu pemahaman isi cerita. Siswa memahami isi cerita

dengan baik sehingga mampu membaca dengan penuh ekspresi.

Berdasarkan hal tersebut peneliti memberikan skor 3 dengan kualifikasi

baik.

Aspek kedua yang dinilai adalah keruntutan pengungkapan isi

cerita. Peneliti memberikan skor 4 dengan kualifikasi sangat baik. Siswa

membaca fabel dengan sangat urut, meskipun ada dua kata yang terlewat,

Kata yang terlewat tersebut terdapat dalam paragraf 12 dalam kalimat

Angsa liar lalu menemui sepasang burung kepodang emas dan

menyampaikan kabar yang didengarnya. Selanjutnya kata betina terlewat

dalam paragraf 17 pada kalimat ..., ,” kata kepodang emas betina.

Aspek ketiga pada penilaian kedua ini adalah kelancaran dan

kewajaran pengungkapan. Siswa membaca fabel dengan sangat lancar.

Pengungkapan kata-kata yang diucapkan juga sangat baik tidak ada

kata-kata yang diucapkan secara berlebihan.

Keterampilan membaca fabel yang dimiliki oleh Ramadinah sangat

baik secara keseluruhan. Kekurangannya adalah siswa harus sedikit teliti

dalam membaca agar kata-kata yang dilafalkan tepat.

s. Ripky Diansyah

Tabel 4.1.19

Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Nyaring

No. Aspek Skor

Page 120: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

107

1 2 3 4

1. Intonasi √

2. Lafal √

3. Kelancaran √

4. Emosi √

5. Pernapasan √

Jumlah Skor : 13

Nilai :

5

25skorJumlah 65

5

325

5

2513

Error! Reference

source not found.Error! Reference source not found.

Tabel 4.2.19

Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Fabel

No. Aspek yang dinilai Skor

1 2 3 4

1. Pemahaman isi cerita √

2. Keruntutan pengungkapan isi cerita √

3. Kelancaran dan kewajaran

pengungkapan

Jumlah Skor : 8

Nilai :

3

25skorJumlah 66

3

200

3

258

NA= Error! Reference source not found.

662

131

2

6665

Nilai keterampilan membaca fabel yang didapatkan oleh Ripky

adalah 66. Nilai tersebut termasuk kualifikasi baik. Nilai tersebut adalah

nilai akhir yang telah diakumulasikan berdasarkan tabel 4.1.19 dan 4.2.19.

Page 121: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

108

Nilai yang didapatkan pada tabel 4.1.19 adalah 65 dan tabel 4.2.19 adalah

66. Nilai tersebut dapat diuraikan berdasarkan indikator pada setiap tabel.

Penilaian pertama yang dinilai adalah keterampilan membaca

nyaring. Keterampilan membaca nyaring dinilai berdasarkan tabel 4.1.19.

Aspek pertama yang dinilai adalah intonasi. Intonasi yang diucapkan saat

membaca fabel cukup baik. Siswa cukup memperhatikan tinggi rendahnya

suara, keras lembutnya suara, dan cepat lambatnya pembacaan.

Kekurangannya adalah ketika membaca masih terlalu cepat sehingga

membaca terkadang masih terdengar datar. Peneliti memberikan skor 2

dengan kualifikasi cukup baik.

Aspek kedua yang dinilai adalah pelafalan. Siswa memperhatikan

pelafalan yang diucapkan dengan baik. Siswa juga memperhatikan

artikulasi, sehingga kata-kata yang diucapkan terdengar jelas. Selain itu,

ketepatan kata-kata yang diucapkan juga cukup tepat, meskipun ada

beberapa kata-kata yang diucapkan tidak tepat. Peneliti memberikan skor

3 dan memiliki kualifikasi baik. Berikut ini kata-kata yang dilafalkan

dengan tidak tepat.

“Paduka, kepodang emas itu habitatnya di hutan yang banyak

pepohonannya.” (menit 02:30, paragraf 9). Kata pepohonan

seharusnya dilafalkan menjadi pohon.

Ia akan menyambut seluruh burung untuk datang dan tinggal

dengan damai di dengan kota. (menit 03:42, paragraf 13). Kata

dengan seharusnya dilafalkan menjadi dekat.

Aspek ketiga yang dinilai adalah kelancaran. Peserta didik

lancar dalam membaca fabel. Siswa sedikit terbata-bata dalam membaca

karena membaca sedikit cepat. Oleh karena itu, peneliti memberikan skor

3 dengan kualifikasi baik.

Aspek keempat yang dinilai adalah emosi. Siswa cukup

memperhatikan emosi dalam membaca cerita fabel. Siswa cukup

mengekspresikan emosi sesuai dengan keadaan cerita. Kekurangannya

adalah tidak konsisten dalam mengekspresikan emosi. Emosi hanya

Page 122: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

109

diekspresikan beberapa kali, lalu membaca dengan datar, dan kembali lagi

berekspresi. Peneliti memberikan skor 2 dengan kualifikasi cukup baik.

Aspek kelima yang dinilai adalah pernapasan. Skor yang

didapatkan adalah 3 dengan kualifikasi baik. Siswa sangat mampu

mengatur napas dengan baik. Selain itu, saat membaca tidak terlihat

terengah-engah dan lelah.

Penilaian kedua yaitu didasarkan pada tabel 4.2.19 tentang

penilaian keterampilan membaca fabel. Penilaian ini juga disesuaikan

dengan indikator-indikator yang ada. Aspek pertama yang dinilai adalah

pemahaman isi cerita. Siswa cukup memahami cerita fabel dengan baik.

Hal ini terlihat dari bagaimana siswa membaca cerita fabel tersebut. Oleh

karena itu, peneliti memberikan skor 2 dengan kualifikasi cukup baik.

Aspek kedua yang dinilai adalah keruntutan pengungkapan isi

cerita. Siswa mengungkapkan isi cerita ketika membaca fabel yaitu

dengan baik. Hal ini dikarenakan tidak ada paragraf yang terlewat dalam

membaca. Siswa memperhatikan setiap paragraf dalam bacaan. Peneliti

memberikan skor 3 dengan kualifikasi baik.

Aspek ketiga yang dinilai adalah kelancaran dan kewajaran

pengungkapan. Skor yang didapat adalah 3 dengan kualifikasi sangat

baik. Siswa membaca fabel dengan lancar, meskipun sedikit cepat dan

tersendat. Siswa juga mengungkapkan setiap kata dalam membaca

dengant wajar, tidak ada kata-kata yang dilebih-lebihkan. Semua sesuai

dengan teks fabel.

Keterampilan membaca fabel yang dimiliki oleh Ripky secara

keseluruhan cukup baik, hanya saja kekurangannya terletak pada aspek

intonasi dan emosi. Siswa sedikit kurang menerapkan intonasi dan juga

kurang mengekspresikan emosi dalam membaca cerita fabel.

t. Ryandra Ramadhani Akbar

Tabel 4.1.20

Page 123: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

110

Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Nyaring

No. Aspek Skor

1 2 3 4

1. Intonasi √

2. Lafal √

3. Kelancaran √

4. Emosi √

5. Pernapasan √

Jumlah Skor : 12

Nilai :

5

25skorJumlah 60

5

300

5

2512

Error! Reference

source not found.Error! Reference source not found.

Tabel 4.2.20

Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Fabel

No. Aspek yang dinilai Skor

1 2 3 4

1. Pemahaman isi cerita √

2. Keruntutan pengungkapan isi cerita √

3. Kelancaran dan kewajaran

pengungkapan

Jumlah Skor : 7

Nilai :

3

25skorJumlah 58

3

175

3

257

NA= Error! Reference source not found.

592

118

2

5360

Page 124: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

111

Berdasarkan hasil penilaian keterampilan membaca fabel siswa di

atas diperoleh nilai 59. Nilai tersebut termasuk ke dalam kualifikasi cukup

baik.

Penilaian pertama berdasarkan tabel 4.1.20 yaitu penilaian

keterampilan membaca nyaring. Aspek pertama yang dinilai adalah

intonasi. Siswa dalam membaca fabel cukup memperhatikan tinggi

rendahnya suara, keras lembutnya suara, dan cepat lambatnya pembacaan.

Akan tetapi, hal yang dilakukan sedikit kurang tepat sehingga

pembacaan kurang sesuai dengan isi dan keadaan di dalam cerita dan

datar. Oleh karena itu, skor yang didapat 2 dengan kualifikasi cukup.

Aspek kedua yang dinilai adalah lafal. Siswa mengucapkan setiap

kata dalam membaca fabel cukup jelas, tetapi ada kata yang diucapkan

kurang tepat. Peneliti memberikan skor 3 dengan kualifikasi baik.

Contoh kata yang diucapkan kurang tepat sebagai berikut:

“Paduka, seperti apa ciri-ciri burung emas yang kau maksud itu?”

(menit 00:56, paragraf 1). Kata apa seharusnya dilafalkan menjadi

apakah.

“Bila saya melakui mereka, saya pasti dihukum Tuhan,” Kata

melakui seharusnya diganti menjadi melukai.

“Dan ketiga gagal, mereka pasti akan terasa sangat kehilangan.”

(menit 09:37, paragraf 37). Kata terasa dilafalkan menjadi

merasakan.

Aspek ketiga yang dinilai adalah kelancaran. Siswa membaca fabel

cukup lancar. Kelemahannya adalah siswa sedikit terbata-bata dalam

membaca. Oleh karena itu, diperoleh nilai 2 dengan kualifikasi cukup.

Aspek keempat yaitu emosi. Siswa mengekspresikan emosi cukup

sesuai dengan isi fabel, akan tetapi siswa kurang menguasai cerita yang

dibacakan sehingga emosi yang diekspresikan hanya sedikit saja. Oleh

karena itu peneliti memberikan skor 2.

Aspek kelima yang dinilai adalah pernapasan. Peneliti memberikan

skor 3 dengan kualifikasi baik. Siswa mampu mengatur pernapasannya

Page 125: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

112

dengan baik saat proses membaca fabel, tidak terlihat terengah-engah dan

kelelahan.

Penilaian kedua berdasarkan aspek pada tabel 4.2.20. Aspek

pertama yaitu pemahaman isi cerita. Siswa cukup memahami cerita tetapi

hanya sedikit. Hal ini terlihat dari proses pembacaan fabel. Siswa masih

membaca fabel seperti membaca biasa. Peneliti memberikan skor 2

dengan kualifikasi cukup.

Aspek kedua yang dinilai adalah keruntutan pengungkapan isi

cerita. Peneliti memberIkan skor 3 dengan kualifikasi baik. Siswa mampu

memperhatikan keruntutan cerita dengan baik dalam membaca. Akan

tetapi, ada satu kata yang dilewatkan dalam membaca pada paragraf 37

dalam kalimat“Bawalah kami kepada Raja.” (paragraf 37).

Aspek ketiga Aspek ketiga yang dinilai adalah kelancaran dan

kewajaran pengungkapan. Siswa cukup lancar dalam proses membaca

fabel, tetapi membaca fabel masih sedikit tersendat-sendat. Selain itu,

kata-kata yang diucapkan cukup wajar, tetapi ada satu kata yang

ditambahkan pada teks dalam kalimat Angsa liar itu lalu menemui

sepasang burung kepodang emas dan menyampaikan kabar yang

didengarnya. (paragraf 12). Kata itu ditambahkan dalam kalimat.

Keterampilan membaca fabel yang dimiliki oleh Ryandra cukup

baik. Kelemahannya terdapat dalam aspek intonasi, kelancaran, dan

emosi. Siswa harus lebih berlatih lagi dalam membaca agar tidak

terbata-bata dalam membaca. Selain itu, penerapan intonasi dan emosi

dalam membaca harus lebih diperhatikan agar membaca fabel menjadi

menarik.

u. Satriyo Tito Pamungkas

Tabel 4.1.21

Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Nyaring

Page 126: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

113

No. Aspek Skor

1 2 3 4

1. Intonasi √

2. Lafal √

3. Kelancaran √

4. Emosi √

5. Pernapasan √

Jumlah Skor : 10

Nilai :

5

25skorJumlah 50

5

250

5

2510

Error! Reference

source not found.Error! Reference source not found.

Tabel 4.2.21

Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Fabel

No. Aspek yang dinilai Skor

1 2 3 4

1. Pemahaman isi cerita √

2. Keruntutan pengungkapan isi cerita √

3. Kelancaran dan kewajaran

pengungkapan

Jumlah Skor : 7

Nilai :

3

25skorJumlah 58

3

175

3

257

NA= Error! Reference source not found.

542

108

2

5850

Adapun penilaian keterampilan membaca fabel Satriyo yaitu

mendapatkan nilai 54 dengan kualifikasi kurang baik. Penilaian tersebut

Page 127: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

114

berdasarkan aspek yang dinilai pada tabel 4.1.21 dan tabel 4.2.21

Penilaian tabel 4.1.21 mendapatkan nilai 50, dan tabel 4.2.21 adalah 54.

Penilaian pertama yaitu berdasarkan tabel 4.1.21 tentang

keterampilan membaca nyaring. Aspek pertama yang dinilai adalah

intonasi. Siswa mendapatkan skor 2 dengan kualifikasi cukup. Kriteria

penilaian ini berdasarkan indikator yang ada. Siswa dalam proses

membaca cukup memperhatikan intonasi. Tinggi rendahnya suara yang

dihasilkan masih belum diperhatikan dengan baik dalam penerapannya.

Selanjutnya, keras lembutnya suara juga belum diterapkan, karena siswa

masih membaca seperti membaca untuk dirinya sendiri. Indikator yang

terakhir yaitu cepat lambatnya pembacaan cukup diperhatikan oleh siswa,

meskipun terkadang siswa masih membaca terburu-buru. Suara yang

dihasilkan oleh siswa pun, kadang-kadang kecil dan tidak terdengar.

Aspek kedua yang dinilai adalah pelafalan. Peneliti memberikan

skor 2 dengan kualifikasi cukup baik. Siswa memperhatikan pelafalan

dengan cukup baik,meskipun artikulasi yang dilafalkan saat proses

membaca kadang tidak terdengar jelas. Selanjutnya, ketepatan dalam

pelafalan cukup baik, meskipun ada beberapa kata yang kurang tepat

dilafalkan. Berikut ini adalah ketidaktepatan dalam pelafalan:

“Ini adalah kisah seorang kepodang emas yang memiliki hati

berkilau layaknya emas.” (menit 00:17, paragraf 1). Kata seorang

kurang tepat dilafalkan, seharunya adalah seekor.

“Tubuh bagian bawahnya keputihan dengan burik hitam, iris

merah, serta bentuk paruh meruncing…” (menit 01:12, paragraf

3). Kata keputihan seharusnya dilafalkan menjadi

keputih-putihan.

Kedua burung kepodang emas berusaha melepaskan perangkap

yang menjerat tubuh sahabatnya. (menit 05:15, paragraf 20). Kata

melepaskan seharusnya dilafalkan menjadi melepas.

“Sabarlah, aku sedang berusaha melepaskan perangkap ini,”

(menit 05:24, paragraf 21). Kata melepaskan seharusnya

dilafalkan menjadi melepas.

Page 128: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

115

Aspek ketiga dalam penilaian adalah kelancaran. Peneliti

memberikan skor 2 dengan kualifikasi cukup baik. Siswa cukup lancar

dalam membaca fabel, meskipun terkadang membaca terlalu cepat dan

tersedikit tersendat-sendat.

Aspek keempat yang dinilai adalah emosi. Siswa cukup

memperhatikan emosi yang diekspresikan dalam fabel. Siswa

mengekspresikannya hanya beberapa bagian saja yang sesuai dengan

keadaan cerita dan tokoh di dalam fabel. Oleh karena itu, siswa

diberikan skor 2 dengan kualifikasi cukup.

Aspek kelima yang dinilai adalah pernapasan. Peneliti memberikan

skor 2 dengan cukup baik. Siswa mampu mengatur pernapasan dengan

cukup baik saat melakukan proses membaca. Selain itu, siswa sedikit

terlihat terengah-engah dan lelah.

Penilaian kedua berdasarkan tabel 4.2.21, keterampilan membaca

fabel. Penilaian ini juga berdasarkan indikator yang terdapat dalam tabel

tersebut. Aspek pertama yang dinilai adalah pemahaman isi cerita. Siswa

cukup memahami isi cerita dari fabel yang telah dibacakan. Siswa

mendapatkan skor 2 dengan kualifikasi cukup.

Aspek kedua yang dinilai adalah keruntutan pengungkapan cerita.

Siswa dalam proses membaca fabel runtut dalam pengungkapan cerita.

Tidak ada kata-kata yang terlewat saat membaca. Siswa memperoleh skor

3 dengan kualifikasi baik.

Aspek terakhir dalam penilaian kedua yaitu kelancaran dan

kewajaran pengungkapan. Siswa mendapat skor 2 dengan kualifikasi

cukup baik. Adapun dalam proses membaca, siswa cukup lancar dalam

membaca dari paragraf awal sampai paragraf akhir meskipun sedikit

tersendat-sendat. Selanjutnya, dalam pengungkapan siswa

mengungkapkan setiap kata yang diucapkan wajar dan terdapat kata-kata

yang ditambahkan di dalam teks. Pada paragraf 11 dalam kalimat Raja

juga menjamin burung-burung itu akan dilindungi dari segala

macam-macam ancaman dan bahaya. Kata macam ditambahkan di

Page 129: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

116

dalam kalimat sehingga menjadi kata berulang. Selanjutnya pada

paragraf 13 kata burung di tambahkan dalam kalimat Ia akan menyambut

seluruh burung-burung untuk datang dan tinggal dengan damai.

Keterampilan membaca fabel yang dimiliki oleh Satriyo cukup

baik secara keseluruhan. Akan tetapi, keterampilan tersebut harus dilatih

lagi khususnya dalam aspek intonasi dan emosi.

v. Sumardi

Tabel 4.1.22

Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Nyaring

No. Aspek Skor

1 2 3 4

1. Intonasi √

2. Lafal √

3. Kelancaran √

4. Emosi √

5. Pernapasan √

Jumlah Skor : 14

Nilai :

5

25skorJumlah 70

5

350

5

2514

Error! Reference

source not found.Error! Reference source not found.

Tabel 4.2.22

Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Fabel

No. Aspek yang dinilai Skor

1 2 3 4

1. Pemahaman isi cerita √

2. Keruntutan pengungkapan isi cerita √

Page 130: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

117

3. Kelancaran dan kewajaran

pengungkapan

Jumlah Skor : 9

Nilai :

Error! Reference source not found. Error! Reference source

not found.

NA= Error! Reference source not found.

732

145

2

7570

Adapun berdasarkan tabel 4.1.22 dan 4.2.22, siswa memperoleh

nilai 73 dengan kualifikasi baik. Tabel 4.1.22 memperoleh nilai 70 dan

tabel 4.2.22 memperoleh nilai 75. Penilaian tersebut berdasarkan

aspek-aspek yang dinilai dalam setiap tabel dan berpedoman kepada

indikator-indikator yang ada.

Penilaian pertama yaitu pada tabel 4.1.22 tentang keterampilan

membaca nyaring. Aspek pertama yaitu intonasi, peneliti memberikan

skor 2 dengan kualifikasi cukup baik. Adapun hal tersebut berdasarkan

kriteria yang sesuai dengan proses membaca pada siswa. Siswa membaca

fabel dengan cukup baik. Siswa mampu membaca fabel dengan cukup

memperhatikan tinggi rendahnya suara, keras lembutnya suara, cepat

lambatnya membaca berdasarkan isi dan suasana yang dibutuhkan di

dalam cerita. Akan tetapi kelemahannya adalah siswa kurang konsisten

dalam berintonasi, terkadang membaca menjadi datar.

Aspek kedua yang dinilai adalah lafal. Siswa mengucapkan kata

yang diucapkan dengan jelas dan tepat, namun ada beberapa kata yang

kurang tepat diucapkan. Hal ini diakibatkan oleh sedikit cepat dalam

membaca. Peneliti memberikan skor 3 dengan kualifikasi baik. Berikut

ini kata-kata yang kurang tepat dalam pelafalan:

Pada zaman dahulu, ada seorang raja dan ratu yang mengusai

banyak tempat suci di bumi. (menit 00:44, paragraf 1). Kata

mengusai seharusnya dilafalkan menjadi menguasai.

Page 131: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

118

“Panduka, seperti apakah ciri-ciri burung emas yang kau maksud

itu?” (menit 01:12, paragraf 2). Kata panduka seharusnya

dilafalkan menjadi paduka.

“Burung emas itu berukuran sedang, berwarna kuning seperti

emas, dan memiliki strip hitam melewati mata dan tekuk. (menit

01:27, paragraf 3). Kata tekuk seharusnya dilafalkan menjadi

tengkuk.

Tubuh bagian bawahnya keputih-putihan dan burik hitam, iris

mata, serta bentuk paruh meruncing…(menit 01:32, paragraf 3) .

Kata dan seharusnya dilafalkan menjadi dengan.

“Kata orang, burung itu tinggal di sebelah utara tempat di balik

bukit yang tinggi itu.” (menit 02:22, paragraf 6). Kata tempat

seharusnya dilafalkan menjadi tepat.

Setelah mengeluarkan tintah resm, … (menit 02:48, paragraf 8).

Kata tintah seharusnya dilafalkan menjadi titah.

“Panduka, kepodang emas itu habitatnya di hutan … “ (menit

03:18, paragraf 9). Kata panduka seharusnya dilafalkan menjadi

paduka.

“Ya, ku dengar Raja telah memperintahkan para rimbawan untuk

memberi makan para burung.” Kata memperintahkan seharusnya

dilafalkan menjadi memerintahkan.

“... walaupun saya mati karena,” jawab Kepodang Emas jantan.

(menit 08:13, paragraf 31). Kata karenanya seharusnya dilafalkan

menjadi karenanya.

Aspek ketiga yang dinilai adalah kelancaran. Siswa memperoleh

skor 3 dengan kualifikasi baik. Siswa mampu membaca fabel dengan

lancar meskipun membaca terkadang sedikit tersendat dalam membaca.

Aspek keempat yang dinilai adalah Emosi. Siswa mampu

mengeskpresikan emosi dalam dirinya sesuai dengan isi di dalam fabel.

Siswa mengekspresikan emosinya tidak terlalu berlebihan, sesuai dengan

kebutuhan yang ada. Adapun, berdasarkan indikator tersebut peneliti

memberikan skor 3 dengan kualifikasi baik.

Page 132: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

119

Aspek kelima yang dinilai adalah pernapasan. Siswa memperoleh

skor 3 dengan kualifikasi baik. Siswa dalam mengatur pernapasan saat

membaca baik, meskipun siswa terlihat sedikit kelelahan.

Penilaian kedua berdasarkan tabel 4.2.23 tentang keterampilan

membaca fabel. Adapun penilaian ini terdapat tiga aspek yang dinilai.

Aspek pertama yang dinilai yaitu pemahaman isi cerita. Siswa

memperoleh skor 3 dengan kualifikasi baik. Adapun kriteria tersebut

berdasarkan indikator yang ada yakni siswa memahami cerita yang

dibacakan. Hal ini terlihat dari pengekspresian emosi dalam membaca.

Siswa mampu mengekspresikan dengan baik sesuai dengan isi ceria.

Aspek kedua yang dinilai adalah keruntutan pengungkapan isi

cerita. Siswa mampu memperhatikan keruntutan pengungkapan dalam

membaca fabel. Akan tetapi, ada beberapa kata yang terlewat saat

membaca fabel.

Mereka lalu berusaha menarik si angsa dan terbang ke arah yang

sama. (paragraf 22). Kata lalu terlewat dalam membaca.

“Apakah engkau menangkap kami untuk diri sendiri, atau untuk

kepentingan orang lain?” (paragraf 35). Kata diri terlewat dalam

membaca.

Mereka juga diberikan air manis untuk diminum (paragraf 40).

Kata juga terlewat dalam membaca.

Aspek ketiga yang dinilai adalah kelancaran dan kewajaran

pengungkapan. Siswa mendapat skor 3 dengan kualifikasi baik. Pada

aspek ini, siswa membaca dengan lancar dan wajar dalam pengungkapan.

Tidak ada kata yang diungkapkan secara berlebihan di dalam kalimat.

Keterampilan membaca yang dimiliki sumardi secara keseluruhan

sudah baik. Kelemahannya adalah pada aspek intonasi. Siswa sebenarnya

sudah mampu menerapkan intonasi, namun yang menjadi kendalah adalah

tidak konsisten.

w. Syauqi Ahmad

Page 133: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

120

Tabel 4.1.23

Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Nyaring

No. Aspek Skor

1 2 3 4

1. Intonasi √

2. Lafal √

3. Kelancaran √

4. Emosi √

5. Pernapasan √

Jumlah Skor : 15

Nilai :

5

25skorJumlah 75

5

375

5

2515

Error! Reference

source not found.Error! Reference source not found.

Tabel 4.2.23

Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Fabel

No. Aspek yang dinilai Skor

1 2 3 4

1. Pemahaman isi cerita √

2. Keruntutan pengungkapan isi cerita √

3. Kelancaran dan kewajaran

pengungkapan

Jumlah Skor : 9

Nilai :

Error! Reference source not found. Error! Reference source

not found.

NA= Error! Reference source not found.

Page 134: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

121

752

150

2

7575

Siswa memperoleh nilai rata-rata 75 dengan kualifikasi baik dari

tabel 4.1.23 dan 4.2.23. Adapun nilai yang diperoleh dari tabel 4.1.23

adalah 75 dan tabel 4.2.23 adalah 75. Penilaian ini berdasarkan

aspek-aspek dalam tabel dan berpedoman kepada indikator-indikator

setiap aspek.

Penilaian pertama pada tabel 4.1.23 adalah penilaian keterampilan

membaca nyaring yang terdiri dari 5 aspek penilaian. Aspek pertama,

yang dinilai adalah intonasi. Siswa memperoleh skor 3 dengan kualifikasi

baik. Adapun indikator-indikator yang dicapai adalah siswa mampu

membaca fabel dengan memperhatikan tinggi rendahnya suara, keras

lembutnya, dan cepat lambatnya suara sesuai dengan isi di dalam cerita.

Kelemahannya adalah siswa sedikit membaca terlalu tergesa-gesa

sehingga intonasi yang dilafalkan menjadi menurun.

Aspek kedua yang dinilai adalah lafal. Siswa dalam proses

membaca melafalkan setiap kata dengan artikulasi yang jelas. Akan tetapi,

ada beberapa kata yang dilafalkan dengan kurang tepat. Oleh karena itu,

peneliti memberikan skor 3 dengan kualifikasi baik. Berikut ini adalah

kata-kata yang dilafalkan dengan kurang tepat.

Ratu kemudian menyampaikan mimpinya kepada Raja yang

berkata bahwa ia … (menit 00:20, paragraf 1). Kata yang

seharusnya dilafalkan menjadi dan.

“Burung emas itu berukuran sedang berwarna kuning seperti

emas, dengan memiliki strip hitam melewati mata dan tenguk.”

(menit 01:12, paragraf 3). Kata tenguk seharusnya dilafalkan

menjadi tengkuk.

Ketiganya lalu memutuskan untuk pergi dari kota. (menit 01:55,

paragraf 19). Kata dari seharusnya dilafalkan menjadi ke.

Page 135: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

122

Pemburu itu memangsanya perangkap di antara bunga teratai

dan seroja … (menit 01:59, paragraf 19). Kata memangsanya

seharusnya dilafalkan menjadi memasang.

“Jika kami melunakkan hatinya Raja dan pada akhirnya ia ..”

(menit 05:56, paragraf 38). Kata hatinya dilafalkan menjadi hati.

Sepanjang malam Raja dan Ratu membica banyak hak dengan

keduanya. (menit 06:34, paragraf 41). Kata membica seharusnya

dilafalkan menjadi berbincang.

Aspek ketiga yang dinilai adalah kelancaran. Siswa memperoleh

skor 3 dengan kualifikasi baik. Siswa membaca fabel dengan lancar dan

meskipun sedikit tersendat.

Aspek keempat yang dinilai adalah emosi. Pengekspresian emosi

dalam membaca fabel sudah baik. Siswa mampu mengekspresikan dirinya

sesuai dengan isi dan suasana di dalam cerita, sehingga membaca menjadi

lebih menarik untuk didengar dan cerita menjadi hidup. Oleh karena itu

peneliri memberikan skor 3 dengan kualifikasi baik.

Aspek kelima yang dinilai adalah pernapasan. Adapun indikator

yang dicapai oleh siswa yaitu siswa mampu mengontrol penapasan

dengan baik dalam membaca sehingga tidak terlihat kelelahan dan

kehabisan napas. Siswa memperoleh skor 3 dengan kualifikasi baik.

Penilaian kedua berdasarkan tabel 4.2.23 yang terdiri dari tiga

aspek. Aspek pertama yang dinilai adalah pemahaman isi cerita. Peneliti

memberikan skor 3 dengan kualifikasi baik. Siswa memahami isi cerita

fabel yang dibacakan.

Aspek kedua yang dinilai adalah keruntutan pengungkapan isi

cerita. Siswa mampu memperhatikan keruntutan pengungkapan isi cerita,

meskipun ada beberapa kata yang terlewat saat membaca. Peneliti

memberikan skor 3 dengan kualifikasi baik. Terdapat satu kata yang

terlewat saat membaca dalam kalimat Ini adalah kisah seekor kepodang

emas yang memiliki hati berkilau layaknya emas. (paragraf 1). Kata ini

terlewat dalam membaca.

Page 136: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

123

Aspek ketiga yang dinilai adalah kelancaran dan kewajaran dalam

pengungkapan, Peseta didik memperoleh skor 3 dengan kualifikasi baik.

Adapun indikator yang dicapai oleh siswa pada aspek ini yaitu, siswa

mampu membaca fabel dengan lancar. Selain itu, dalam kewajaran

pengungkapan kata, siswa mengungkapkan kata dengan wajar meskipun

ada satu kata yang ditambahkan di dalam kalimat pada paragraf 36.

… taman yang megah yang dibuat raja. Kata yang ditambahkan di

dalam kalimat, sehingga kalimat menjadi tidak efektif dan

pemborosan kata.

Keterampilan membaca fabel yang dimiliki oleh Syauqi secara

keseluruhan sudah baik, khususnya dalam aspek emosi. Siswa mampu

mengekspresikan emosinya sesuai dengan cerita yang dibacakan. Adapun

kekurangannya terdapat pada ketidaktepatan dalam melafalkan kata.

Ketidaktepatan ini membuat makna di dalam teks berubah, sehingga

mempengaruhi isi teks.

x. Tasya Shavera

Tabel 4.1.24

Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Nyaring

No. Aspek Skor

1 2 3 4

1. Intonasi √

2. Lafal √

3. Kelancaran √

4. Emosi √

5. Pernapasan √

Jumlah Skor : 15

Nilai :

5

25skorJumlah 95

5

475

5

2519

Error! Reference

source not found.Error! Reference source not found.

Page 137: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

124

Tabel 4.2.24

Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Fabel

No. Aspek yang dinilai Skor

1 2 3 4

1. Pemahaman isi cerita √

2. Keruntutan pengungkapan isi cerita √

3. Kelancaran dan kewajaran

pengungkapan

Jumlah Skor : 9

Nilai :

3

25skorJumlah 92

3

275

3

2511

NA=

942

187

2

9295

Pada tabel 4.1.24 dan 4.2.24 diperoleh nilai akhir dari hasil

rata-rata kedua tabel tersebut yaitu 94 dengan kualifikasi sangat baik.

Siswa mendapatkan nilai 95 dari tabel 4.1.24 dan nilai 94 dari tabel

4.2.24.

Adapun tabel 4.1.24 terdapat lima aspek yang dinilai sesuai

dengan indikator yang ada. Pada Aspek pertama, yang dinilai adalah

intonasi. Siswa memperoleh skor 4 dengan kualifikasi sangat baik.

Indikator yang dicapai pada aspek tersebut yakni siswa sangat

memperhatikan tinggi rendahnya suara dalam membaca. Selanjutnya,

keras lembutnya suara yang dikeluarkan dipraktikan dengan sangat baik

Page 138: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

125

saat membaca cerita dan cepat lambatnya suara juga sangat diperhatikan

sehingga dalam membaca sesuai dengan isi dan suasana di dalam cerita.

Aspek kedua yang dinilai adalah lafal. Siswa dalam membaca

sangat berhati-hati ketika mengeluarkan kata-kata. Hal tersebut membuat

artikulasi yang diucapkan saat pelafalan sangat jelas dan kata-kata yang

dilafalkan sangat tepat sesuai dengan teks. Oleh karena itu peneliti

memberikan skor 4 dengan kualifikasi sangat baik. Akan tetapi, beberapa

kata yang dilafalkan kurang tepat. Di bawah ini adalah kata-kata yang

dilafalkan kurang tepat.

Pada zaman dahulu ada sebuah raja dan ratu yang … (menit

00:25, paragraf 1)

“Tubuh bagian bawahnya keputih-putihan dengan burung

hitam”(menit 01:09, paragraf 3). Kata burung seharusnya

dilafalkan menjadi burik.

“Kumohon, lepaskan aku,” (menit 05:30, paragraf 21). Kata

lepaskan seharusnya dilafalkan menjadi selamatkan.

“Saya hidup menjelang ajal dan kematian mendekat…” (menit

06:51, paragraf 29). Kata saya seharusnya dilafalkan menjadi

saat.

“Saya juga tidak tahu akan jauh terpental di danau ini.” (menit

07:01, paragraf 29). Kata jauh seharusnya dilafalkan menjadi

jatuh.

Hatinya sedih tergugah. (menit 07:08, paragraf 30). Kata sedih

seharusnya dilafalkan menjadi sedikit.

Sang Raja dan Ratu melihat kedua burung… (menit 09:36,

paragraf 40). Kata sang seharusnya dilafalkan menjadi saat.

Aspek ketiga yang dinilai adalah kelancaran. Siswa sangat lancar

dan tidak tersendat-sendat dalam membaca fabel. Hal ini membuat siswa

memperoleh skor 4 dengan kualifikasi sangat baik.

Aspek keempat yang dinilai adalah Emosi. Emosi yang

diekspresikan oleh siswa sangat sesuai dengan isi fabel. Siswa mampu

Page 139: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

126

mengekspresikan dirinya dalam cerita yang dibacakan, sesuai dengan

keadaan di dalam cerita. Peneliti memberikan skor 4 dengan kualifikasi

sangat baik.

Aspek kelima yang dinilai adalah pernapasan. Siswa membaca

fabel dengan sangat hati-hati sehingga mampu mengatur pernapasan

dengan baik. Hal ini membuat siswa tidak terlihat kelelahan dan

kehabisan napas dalam membaca. Adapun skor yang diperoleh adalah 3

dengan kualifikasi baik.

Penilaian kedua berpedoman pada indikator-indikator dalam tabel

4.2.24 yang terdiri dari tiga aspek yang dinilai. Aspek pertama yang

dinilai adalah pemahaman isi cerita. Siswa memahami isi cerita dengan

baik. Oleh karena itu memperoleh skor 3 dengan kualifikasi baik.

Aspek kedua yang dinilai adalah keruntutan pengungkapan isi

cerita. Peneliti memberikan skor 4 dengan kualifikasi sangat baik. Hal ini

dikarenakan, siswa sangat hati-hati dalam membaca sehingga sangat

memperhatikan keruntutan pengungkapan isi cerita.

Aspek ketiga yang dinilai adalah kelancaran dan kewajaran

pengungkapan. Siswa membaca dengan sangat lancar, tidak ada kata-kata

yang diucapkan dengan secara berlebihan. Kata-kata dalam setiap kalimat

diucapkan sangat wajar. Namun ada satu kata yang ditambahkan pada

kalimat Lalu Raja lalu mengumumkan bahwa ia menyambut sebuah

jenis… . Kata lalu ditambahkan ke dalam kalimat membuat kalimat

menjadi tidak efektif dan pemborosan kata. Siswa memperoleh skor 4

dengan kualifikasi sangat baik.

Keterampilan membaca fabel yang dimiliki oleh Tasya sudah

sangat baik. Kekurangannya hanya ada beberapa kata yang dilafalkan

dengan tidak tepat.

y. Vira Azzahra

Tabel 4.1.25

Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Nyaring

Page 140: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

127

No. Aspek Skor

1 2 3 4

1. Intonasi √

2. Lafal √

3. Kelancaran √

4. Emosi √

5. Pernapasan √

Jumlah Skor : 19

Nilai :

5

25skorJumlah 100

5

500

5

2520

Error! Reference

source not found.Error! Reference source not found.

Tabel 4.1.25

Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Fabel

No. Aspek yang dinilai Skor

1 2 3 4

1. Pemahaman isi cerita √

2. Keruntutan pengungkapan isi cerita √

3. Kelancaran dan kewajaran

pengungkapan

Jumlah Skor : 11

Nilai :

5

25skorJumlah 92

3

275

3

2511

NA= Error! Reference source not found.

962

192

2

92100

Nilai rata-rata yang diperoleh dari tabel 4.1.25 dan 2.25 adalah 96

dengan kualifikasi sangat baik. Tabel 4.1.25 diperoleh nilai 100 dan 94

Page 141: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

128

dari tabel 4.2.15. Kedua penilaian dari tabel tersebut berpedoman kepada

indikator-indikator dalam setiap aspek.

Penilaian pada tabel 4.1.25 yakni penilaian keterampilan

membaca nyaring. Aspek pertama yang dinilai adalah intonasi. Skor yang

didapat 4 dengan kualifikasi sangat baik. Siswa sangat memperhatikan

tinggi rendahnya suara yang diucapkan sehingga pembacaan fabel lebih

menarik. Selain itu, keras lembut pembacaan yang dihasilkan juga sangat

disesuaikan dengan isi cerita di dalam fabel. Siswa juga sangat mampu

mengatur cepat lambat dalam membaca dan mengakibatkan membaca

tidak terlalu kecepatan atau terlalu lambat. Pembacaan fabel sangat

disesuaikan dengan suasan di dalam fabel.

Aspek kedua yang dinilai adalah lafal. Siswa mengeluarkan suara

dengan artikulasi yang jelas. Selanjutnya, kata-kata yang dikeluarkan juga

tepat sesuai dengan isi teks, meskipun ada satu kata yang dilafalkan

dengan tidak tepat. Peneliti memberikan skor 4 dengan kualifikasi sangat

baik. Ketidaktepatan pelafalan dalam paragraf 41 menit 08:36 pada

kalimat Mereka berbicara masalah-masalah di dalam istana… .Kata

berbicara seharusnya dilafalkan menjadi berbincang.

Aspek ketiga yang dinilai adalah kelancaran. Siswa sangat lancar

dalam membaca, tidak mengalami kesulitan saat mengungkapkan setiap

kata atau kalimat. Skor yang diperoleh adalah 4 dengan kualifikasi sangat

baik.

Aspek keempat yaitu emosi. Siswa memiliki kemampuan untuk

mengekspresikan emosi saat membaca. Pengekspresian emosi ini sangat

sesuai dengan isi fabel, sehingga fabel yang dibacakan sangat menarik.

Oleh karena itu peneliti memberikan skor 4 dengan kualifikasi sangat

baik.

Aspek kelima yaitu pernapasan. Siswa memeproleh skor 4 dengan

kualifikasi sangat baik. Kemampuan dalam mengatur napas juga sangat

baik sehingga ketika membaca fabel tidak terlihat kelelahan dan

terengah-engah.

Page 142: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

129

Penilaian pada tabel 4.2.25 fokus kepada penilaian keterampilan

membaca fabel. Aspek pertama yang dinilai adalah pemahaman isi cerita.

Siswa mampu memahami cerita fabel dengan baik karena penampilan saat

membaca sangat baik sehingga membuat fabel yang dibaca lebih menarik.

Oleh karena itu skor yang didapat 3 dengan kualifikasi baik.

Aspek kedua yang dinilai adalah keruntutan pengungkapan isi

teks. Peneliti memberikan skor 4 dengan kualifikasi sangat baik. Siswa

mampu mengungkapkan isi teks dengan sangat runtut, tidak ada kata-kata

yang terlewat dalam teks.

Aspek ketiga adalah kelancaran dan kewajaran dalam

pengungkapan. Kelancaraan dalam membaca fabel sangat baik sehingga

kata-kata yang diungkapkan saat membaca sangat wajar, tidak ada

kata-kata yang berlebihan, Oleh karena itu, skor yang diperoleh adalah 4

dengan kualifikasi sangat baik.

z. Yulianah

Tabel 4.1.26

Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Nyaring

No. Aspek Skor

1 2 3 4

1. Intonasi √

2. Lafal √

3. Kelancaran √

4. Emosi √

5. Pernapasan √

Jumlah Skor : 20

Nilai :

5

25skorJumlah 100

5

500

5

2520

Error! Reference

source not found.Error! Reference source not found.

Page 143: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

130

Tabel 4.2.26

Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Fabel

No. Aspek yang dinilai Skor

1 2 3 4

1. Pemahaman isi cerita √

2. Keruntutan pengungkapan isi cerita √

3. Kelancaran dan kewajaran

pengungkapan

Jumlah Skor : 10

Nilai :

5

25skorJumlah 92

3

275

3

2511

NA= Error! Reference source not found.

962

192

2

92100

Nilai rata-rata yang diperoleh berdasarkan kedua tabel di atas 96

dengan kualifikasi baik. Tabel 4.1.26 memperoleh nilai 100 dan nilai 96

diperoleh dari tabel 4.2.26. Kedua tabel tersebut memiliki aspek-aspek

yang dinilai berdasarkan dengan indikator-indikator yang ada.

Penilaian tabel 4.1.26 terdiri dari lima aspek. Aspek pertama yang

dinilai adalah intonasi. Siswa memperoleh skor 4 dengan kualifikasi

sangat baik. Pada aspek ini siswa mampu memperhatikan tinggi

rendahnya suara yang dikeluarkan sehingga membaca fabel menjadi

menarik. Selanjutnya, keras lembutnya pembacaan diperhatikan dengan

sangat baik sesuai dengan isi teks dan suasana dalam fabel. Cepat

lambatnya pembacaan juga diperhatikan dengan sangat baik dalam

membaca. Siswa dapat mengkondisikan dalam menggunakan intonasi

ketika membaca.

Page 144: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

131

Aspek kedua yang dinilai adalah lafal. Siswa mapu melafalkan

setiap kata dengan artikulasi yang sangat jelas. Ketepatan kata-kata yang

dilafalkan juga sangat tepat, sesuai dengan teks fabel yang dibacakan.

Aspek keempat yang dinilai adalah emosi. Siswa mampu

mengekspresikan emosi dengan sangat baik, sesuai dengan isi dan suasana

dalam fabel. Siswa mampu membuat cerita yang dibacakan menjadi

sangat menarik. Oleh karena itu diperoleh skor 4 dengan kualifikasi

sangat baik.

Aspek kelima yang dinilai adalah pernapasan. Pernapasan yang

dilakukan dalam membaca fabel sangat baik. Siswa sangat mampu

mengontrol pernapasan sehingga tidak terlihat kelelahan dan kehabisan

membaca. Peneliti memberikan skor 4 dengan kualifikasi sangat baik.

Penilaian kedua yaitu keterampilan membaca fabel yang

didasarkan pada tabel 4.2.26. Penilaian ini terdiri dari tiga aspek. Aspek

pertama yaitu pemahaman isi cerita. Siswa mampu memahami cerita

dengan baik sehingga memperoleh skor 3 dengan kualifikasi baik.

Aspek kedua yang dinilai adalah keruntutan pengungkapan isi

cerita. Siswa sangat baik dalam mengungkapkan isi cerita karena

diungkapkan dengan sangat runtut, tidak ada yang terlewat dalam

membaca. Peneliti memberikan skor 4 dengan kualifikasi sangat baik.

Aspek ketiga yang dinilai adalah kelancaran dan kewajaran

pengungkapan. Siswa mampu membaca fabel dengan lancar.

Pengungkapan kata-kata juga dilafalkan dengan sangat wajar, tidak ada

kata-kata yang dilafalkan secara berlebihan. Oleh sebab itu, siswa

memperoleh skor 4 dengan kualifikasi sangat baik.

aa. Zainita Susi Apsari

Tabel 4.1.27

Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Nyaring

No. Aspek Skor

1 2 3 4

Page 145: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

132

1. Intonasi √

2. Lafal √

3. Kelancaran √

4. Emosi √

5. Pernapasan √

Jumlah Skor : 18

Nilai :

5

25skorJumlah 90

5

450

5

2518

Error! Reference

source not found.Error! Reference source not found.

Tabel 4.2.27

Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Fabel

No. Aspek yang dinilai Skor

1 2 3 4

1. Pemahaman isi cerita √

2. Keruntutan pengungkapan isi cerita √

3. Kelancaran dan kewajaran

pengungkapan

Jumlah Skor : 9

Nilai :

3

25skorJumlah 92

3

275

3

2511

NA= Error! Reference source not found.

912

182

2

9290

Pada tabel 4.1.27 dan 4.2.27 diperoleh nilai akhir dari hasil

rata-rata kedua tabel tersebut yaitu 91 dengan kualifikasi sangat baik.

Siswa mendapatkan nilai 90 dari tabel 4.1.27 dan nilai 92 dari tabel

4.2.27.

Page 146: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

133

Adapun tabel 4.1.27 terdapat lima aspek yang dinilai sesuai

dengan indikator yang ada. Pada Aspek pertama, yang dinilai adalah

intonasi. Siswa memperoleh skor 3 dengan kualifikasi baik. Indikator

yang dicapai pada aspek tersebut yakni siswa memperhatikan tinggi

rendahnya suara dalam membaca. Selanjutnya, keras lembutnya suara

yang diucapkan dipraktikan dengan baik saat membaca cerita dan cepat

lambatnya suara juga diperhatikan dengan baik sehingga dalam membaca

sesuai dengan isi dan suasana di dalam cerita.

Aspek kedua yang dinilai adalah lafal. Siswa dalam membaca

sangat berhati-hati ketika mengeluarkan kata-kata. Hal tersebut membuat

artikulasi yang diucapkan saat pelafalan sangat jelas dan kata-kata yang

dilafalkan sangat tepat sesuai dengan teks. Akan tetapi, ada satu kata yang

dilafalkan kurang tepat pada menit 01:39, paragraf 6 “Kata orang burung

itu tinggal di sebelah utara, tempat di balik bukit…” Kata tempat

seharusnya dilafalkan menjadi tepat. Oleh karena itu peneliti memberikan

skor 4 dengan kualifikasi sangat baik.

Aspek ketiga yang dinilai adalah kelancaran. Siswa sangat lancar

dan tidak tersendat-sendat dalam membaca fabel. Hal ini membuat siswa

memperoleh skor 4 dengan kualifikasi sangat baik.

Aspek keempat yang dinilai adalah Emosi. Emosi yang

diekspresikan oleh siswa sesuai dengan isi fabel. Siswa mampu

mengekspresikan dirinya dalam cerita yang dibacakan, sesuai dengan

keadaan di dalam cerita. Peneliti memberikan skor 3 dengan kualifikasi

baik.

Aspek kelima yang dinilai adalah pernapasan. Siswa membaca

fabel dengan sangat hati-hati sehingga mampu mengatur pernapasan

dengan sangat baik. Hal ini membuat siswa tidak terlihat kelelahan dan

kehabisan napas dalam membaca. Adapun skor yang diperoleh adalah 4

dengan kualifikasi sangat baik.

Penilaian kedua berpedoman pada indikator-indikator dalam tabel

2.27 yang terdiri dari tiga aspek yang dinilai. Aspek pertama yang dinilai

Page 147: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

134

adalah pemahaman isi cerita. Siswa memahami isi cerita dengan baik.

Oleh karena itu memperoleh skor 3 dengan kualifikasi baik.

Aspek kedua yang dinilai adalah keruntutan pengungkapan isi

cerita. Peneliti memberikan skor 4 dengan kualifikasi sangat baik. Hal ini

dikarenakan, siswa sangat memperhatikan keruntutan pengungkapan isi

cerita.

Aspek ketiga yang dinilai adalah kelancaran dan kewajaran

pengungkapan. Siswa membaca dengan sangat lancar, tidak ada kata-kata

yang diucapkan dengan secara berlebihan. Kata-kata dalam setiap kalimat

diucapkan sangat wajar. Siswa memperoleh skor 4 dengan kualifikasi

sangat baik.

C. Hasil Penilaian Keterampilan Membaca Nyaring dengan

Memanfaatkan Cerita Fabel

Tabel 4.3

Nilai Keterampilan Membaca Nyaring Siswa

No. Nama Tabel 1 Tabel 2 Nilai

Akhir Kualifikasi

1 AM 85 83 84 Sangat Baik

2 AMD 85 66 76 Baik

3 ANH 85 83 84 Sangat Baik

4 AF 65 67 66 Baik

5 AAR 95 92 94 Sangat Baik

6 DWC 55 50 52 Kurang

7 DAN 55 66 61 Cukup Baik

8 FH 65 75 70 Baik

9 FS 75 75 75 Baik

10 FA 95 92 94 Sangat Baik

11 HJA 55 58 56 Cukup Baik

Page 148: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

135

12 HM 60 66 63 Cukup Baik

13 LA 95 92 94 Sangat Baik

14 MN 80 83 82 Sangat Baik

15 MVF 65 66 66 Baik

16 NNH 35 33 34 Samgat Kurang

17 RAF 95 91 93 Sangat Baik

18 REA 95 91 93 Sangat Baik

19 RD 65 66 66 Baik

20 RRA 60 53 59 Cukup Baik

21 STP 50 58 54 Kurang

22 S 70 75 73 Baik

23 SA 75 75 75 Baik

24 TS 95 92 94 Sangat Baik

25 VA 100 92 96 Sangat Baik

26 Y 100 92 96 Sangat Baik

27 ZAA 90 92 91 Sangat Baik

Rata-rata 75 Baik

Data yang terdapat pada tabel di atas merupakan hasil penilaian

siswa dalam keterampilan membaca nyaring dengan memanfaatkan cerita

fabel. Berdasarkan hasil tabel di atas dapat dilihat nilai tertinggi yang

diperoleh oleh siswa adalah 96 dan nilai terendah yang diperoleh adalah

34. Nilai keterampilan membaca nyaring didapat dari penjumlahan kedua

instrumen penilaian yang disajikan dalam bentuk tabel. Nilai rata-rata

yang dicapai oleh siswa dalam keterampilan membaca nyaring

memperoleh rata-rata 75. Nilai ini jika dilihat berdasarkan kualifikasi,

maka masuk ke dalam kualifikasi baik. Hal ini membuktikan bahwa

secara umum siswa memilki keterampilan membaca nyaring dengan baik.

Page 149: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

136

Berikut ini akan dijabarkan tentang distribusi frekuensi keterampilan

membaca nyaring.

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di sekolah SMP Negeri

Tangerang Selatan yakni 69. Adapun terdapat 17 orang yang mencapai

nilai di atas KKM dan 10 orang yang tidak mencapai KKM. Nilai

terendah berdasarkan tabel di atas adalah 43 yang didapatkan oleh NNH,

dan nilai tertinggi dengan nilai 96 yang didapatkan oleh VA dan Y.

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi Keterampilan Membaca Nyaring

No Nilai

Frekuensi Presentase Nilai Frekuensi Presentase

Kualifikasi Skor

1 Sangat Baik 80-100 12 44%

≤69 10 37% 2 Baik 66-79 8 30%

3 Cukup Baik 56-65 4 15%

4 Kurang 46-55 2 7%

69 17 63% 5 Sangat

Kurang ≤45 1 4%

Jumlah 27 100%

Berdasarkan tabel frekuensi di atas dapat dilihat bahwa terdapat 12 siswa

yang termasuk ke dalam kualifikasi sangat baik dengan presentasi 44%, 8 siswa

termasuk ke dalam kualifikasi baik dengan presentase 30%. Kualifikasi cukup

baik terdapat 4 siswa dengan presentase 15%, kualifikasi kurang terdapat 2 siswa

dengan presentase 7% dan, 1 siswa termasuk ke dalam kualifikasi sangat kurang

dengan presentase 4%. Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu

69 diperoleh bahwa siswa yang mendapatkan nilai di bawah 69 sebanyak 10

orang dengan presentase 37% dan di atas 69 sebanyak 17 orang dengan

presentase 63%.

Page 150: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

137

Page 151: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

138

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya,

maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan membaca nyaring dengan

memanfaatkan cerita fabel siswa kelas VIII-4 SMP Negeri 13 Tangerang

Selatan termasuk kategori baik. Hal ini dapat dibuktikan dengan besarnya

nilai siswa pada rentang nilai (80-100) yang mencapai 12 orang atau 44%,

sementara sisanya ialah tergolong baik dengan kisaran nilai (66-79) yang

berjumlah 8 orang atau 30% dan kategori cukup dengan kisaran nilai (56-65)

sebanyak 4 orang atau 15%. Adapun terdapat siswa yang masih kurang dengan

rentang nilai (46-55) sebanyak 2 atau 7% dan sangat kurang dengan rentang

nilai ≤45 sebanyak 1 orang atau 4%.

B. Saran

Berdasarkan simpulan di atas, maka peneliti menyampaikan saran:

1. Sekolah harus lebih menyediakan buku-buku yang menarik untuk dibaca

oleh peserta didik di dalam perpustakaan. Hal ini menjadi daya tarik agar

dapat menumbuhkan minat membaca. Fasilitas di perpustakan juga harus

diperbaiki agar peserta didik nyaman dalam membaca atau melakukan

kegiatan di dalam perpustakaan.

2. Sekolah juga harus menambahkan koleksi buku-buku di dalam kelas saat

proses literasi setiap hari Rabu. Para guru yang berada di jam pertama di

hari Rabu harus lebih memotivasi peserta didik untuk ikut serta dalam

proses literasi di dalam kelas.

3. Guru-guru Bahasa Indonesia harus melakukan pembiasaan terhadap

siswa di dalam kelas setiap harinya. Hal ini dapat meningkatkan

keterampilan membaca peserta didik. Latihan terus menerus dapat

Page 152: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

139

4. membuat peserta didik lebih percaya diri dalam membaca, serta dapat

mengembangkan kemampuan berbahasa lainnya.

5. Peneliti selanjutnya harus menambahkan media dalam melakukan

penelitian agar dapat meningkatkan keterampilan membaca nyaring.

Page 153: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

DAFTAR PUSTAKA

Alek dan Achmad H.P. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group. 2011.

Amilina, Roisah. Pembelajaran Membaca Teks Cerita Moral/Fabel Siswa Kelas

VIII SMP Negeri 10 Malang. Malang: Universitas Negeri Malang. 2015.

A. R., Syamsuddin dan Vismaia S. Damaianti. Metode Penelitian Pendidikan

Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2006.

Asdah, Atikah Nurul. Kemampuan Membaca Memahami Teks Cerita

Fabel(Moral) Siswa Kelas IX Smp Negeri 1 Makassar. Makassar:

Universitas Negeri Makassar. 2018.

Avilia,Yesica. Kemampuan Menulis Teks Fabel dengan Menggunakan Media

Gambar Berseri Siswa kelas VIII MTS Kuranji Padang. Sumatera Barat:

Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP). 2017.

Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada. 2007.

Dalman. Keterampilan Membaca. Jakarta: PT Raja Grafindo. 2013.

Dubino, Jeanne. Ziba Rashidian, dkk. Representing The Modern Animal in

Culture. United States: Palgrave Macmillan. 2015.

Emzir. Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada. 2011.

Ghony, M. Djunaidi dan Fauzan Almanshui. Metodologi Penelitian Kualitatif.

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2012.

H. P., Ahmad dan Alek. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi: Substansi

Kajian dan Penerapannya. Jakarta: Erlangga. 2018.

Harras, Kholid, Endah Tri Priyatni, dkk. Membaca I. Jakarta: Universitas

Terbuka. 2007.

Mardalis. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: PT Bumi

Aksara. 2006.

Margono, S. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. 2010.

Page 154: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

Mulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu

Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

2006.

Nurhadi. Teknik Membaca. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2016.

Nurgiyantoro, Burhan. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra.

Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta. 1995.

----------------------------. Penilaian Otentik dalam Pembelajaran Bahasa.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 2015.

----------------------------. Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 2013.

Resmini, Novi dan Dadan Juanda. Pendidikan Bahasa dan Sastra di Kelas Tinggi.

Bandung: UPI Press. 2007.

Ridwanuddin, Dindin. Bahasa Indonesia. Ciputat: UIN Press. 2015.

Saddhono, Kundaru dan St. Y. Slamet. Meningkatkan Keterampilan Berbahasa

Indonesia (Teori dan Aplikasi). Bandung: CV Karya Putra Darwati. 2012.

Scalia, Joseph E. Animal Farms. United States of America: Research Education

Association. 1995.

Sihabudin, Zumrotul Mukaffa, dkk. Bahasa Indonesia 2. Surabaya: Lapis PGMI.

2009.

Soedarso. Speed Reading Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama. 2006.

Somadayo, Samsu. Strategi dan Teknik Pembelajaran Membaca. Yogyakarta:

Graha Ilmu. 2011.

Sudijono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada. 2011.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta. 2011.

Sukandarrumidi dan Haryanto. Dasar-dasar Penulisan Proposal Penelitian.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 2014.

Susanti, Elvi. Keterampilan Berbicara. (Depok: PT RajaGrafindo. 2018.

Page 155: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

Tarigan, Henry Guntur. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.

Bandung: Angkasa Bandung. 2008.

Wahyuni, Sri. Qualitative Research Method. Jakarta: Salemba Empat. 2012.

Wiryodijoyo, Suwaryono. Membaca: Strategi Pengantar dan Tekniknya. Jakarta:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1989.

Y, Budinuryanta, Kasuriyanta, dkk. Pengajaran Keterampilan Berbahasa.

Jakarta: Universitas Terbuka. 2008.

Z.F., Zulfahnur. Teori Sastra. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka. 2016.

Page 156: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 157: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan
Page 158: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan
Page 159: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan
Page 160: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan
Page 161: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan
Page 162: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan
Page 163: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan
Page 164: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan
Page 165: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan
Page 166: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan
Page 167: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

Lampiran 5

Hasil Wawancara dengan Guru Bahasa Indonesia Kelas VII

SMPN 13 Tangerang Selatan

1. Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh. Perkenalkan nama saya

Ulfah Fauziah, mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. Tujuan saya mewawancarai Ibu selaku guru

Bahasa Indonesia kelas VII adalah untuk mengetahui keterampilan

membaca yang dimiliki oleh siswa kelas VII di sekolah ini. Sebelumnya,

apakah Ibu bersedia untuk saya wawancarai?

Jawaban: Waalaikumsalam warrahmatullahi wabarakatuh. Iya, saya

bersedia.

2. Baik saya mulai saja untuk wawancaranya. Apakah Ibu tahun lalu

mengajar siswa kelas VII?

Jawaban: Iya, saya setiap tahunnya selalu mengajar kelas VII.

3. Oke baik, jika begitu siswa kelas VIII sekarang adalah siswa yang pernah

Ibu ajar. Bukan begitu? Bagaimana kemampuan keterampilan membaca

mereka pada saar mereka duduk di bangku kelas VII?

Jawaban: Iya, benar sekali. Keterampilan membaca siswa itu dipengaruhi

oleh minat membaca. Minat membaca siswa di sekolah ini sangat rendah,

meskipun setiap hari Rabu sudah diterapkan kegiatan literasi sebelum

memulai pelajaran. Saya melihat banyak siswa yang tidak membaca pada

kegiatan literasi tersebut. Kemampuan yang mereka miliki

beranekaragam. Ada yang memiliki kemampuan membaca yang baik dan

dapat dikatakan lancar dalam membaca, ada yang masih kurang lancar

dalam membaca.

Page 168: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

4. Bagaimana solusi Ibu untuk mengatasi siswa yang masih kurang lancar

dalam membaca?

Jawaban: Saya melakukan pembiasaan setiap materi yang dipelajari

menunjuk siswa untuk membaca secara nyaring di dalam kelas. Jika siswa

tersebut tidak lancar, saya akan menyuruh siswa tersebut untuk

mengulang kembali.

5. Oh seperti itu ya, bu. Adakah kendala dalam solusi tersebut?

Jawaban: Saat saya menerapkan pembiasaan seperti itu, tidak ada kendala

dalam menerapkannya, hanya saja hal tersebut memakan waktu dalam

kegiatan belajar mengajar.

6. Apakah Ibu pernah menerapkan keterampilan membaca cepat, membaca

nyaring, dan membaca penerapan? Bagaimana penerapan yang Ibu

lakukan?

Jawaban:

Saya jawab satu-satu terlebih dahulu. Saya pernah menerapkan

keterampilan membaca cepat, membaca nyaring, dan membaca

pemahaman dalam kegiatan belajar mengajar. Untuk keterampilan

membaca cepat selalu saya terapkan dalam pembelajaran. Sebagai contoh,

sebelum memulai pelajaran saya memberikan waktu kepada siswa untuk

membaca materi yang akan dipelajari selama 5-10 menit. Setelah itu saya

menanyakan hasil bacaan mereka. Selanjutnya, membaca nyaring juga

diterapkan di dalam kelas. Siswa selain membaca di dalam hati, juga

harus membaca nyaring di dalam kelas. Saya sering menyuruh siswa

untuk membaca sebuah teks dengan lantang. Tujuan saya yaitu untuk

menanamkan sikap percaya diri terhadap kemampuan membaca. Setelah

itu membaca pemahaman juga pernah saya terapkan di dalam kelas. Saya

menyuruh siswa untuk membaca materi pelajaran dan setelah itu saya

menanyakan pemahaman apa yang mereka dapatkan setelah membaca.

Page 169: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

7. Adakah kendala dalam penerapan keterampilan membaca tersebut?

Kendala yang dihadapi pada keterampilan membaca cepat yaitu, siswa

masih belum mampu membaca sesuai dengan ketentuan yang ada. Jadi,

saat disuruh membaca sealama 5-10 menit, ada beberapa siswa yang tidak

tuntas dalam membaca. sedangkan, kendala dalam membaca nyaring ada

siswa yang tidak percaya diri dalam membaca sehingga suara yang

dihasilkan sangat pelan, artikulasinya tidak jelas, membaca terkesan

terburu-buru, dan terkadang ada siswa yang tidak lancar dalam membaca.

Selanjutnya, untuk membaca pemahaman siswa seringkali tidak paham

dengan apa yang mereka baca.

8. Bagaimana solusi Ibu terhadap kendala-kendala yang dihadapi?

Jawaban:

Solusi yang saya lakukan untuk meningkatkan keterampilan membaca

siswa-siswi yaitu dengan cara pertama menumbuhkan minat membaca

mereka khususnya dalam pelajaran bahasa Indonesia, lalu yang kedua

melatih mereka dalam kegiatan membaca di dalam kelas sehingga mereka

memiliki kemampuan membaca yang baik.

9. Baik bu. Terimakasih telah bersedia diwawancari. Mohon maaf jika ada

kata-kata yang kurang berkenan.

Jawaban:

Sama-sama, semoga jawaban saya bisa membantu.

Page 170: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

LAMPIRAN 6

DATA SURVEI ASAL DAERAH KELAS VIII-4

SMPN 13 TANGERANG SELATAN

No. Nama Asal Daerah

1. Adelia Mardiyanti Tangerang

2. Adinda Mahardika Tegal, Jawa Tengah

3. Afriansyah Pekalongan, Jawa Tengah

4. Azethro Baja Pratama Tangerang

5. Angel Nur Hidayat Magelang, Jawa Tengah

6. Annisa Fitriani Pekalongan, Jawa Tengah

7. Attras Adzhabi Ramadhan Tangerang

8. Desya Wulan Cahya Tangerang

9. Dinda Ayu Nuraisyah Tegal, Jawa Tengah

10. Fajar Gunawan Klaten, Jawa Tengah

11. Fathan Hugo Abvarsya W. Cirebon, Jawa Barat

12. Femas Subakti Cirebon, Jawa Barat

13. Fina Apriliani Purwekerto, Jawa Tengah

14. Hasel Juni Aflindo Yogyakarta

15. Hendrik Maulana Karawang, Jawa Barat

16. Lisda Aviliani Padang, Sumatera Barat

17. Mia Nurpadilah Tasikmalaya. Jawa Barat

18. Muhamad Farhan Semarang, Jawa Tengah

19. Muhamad Valo Fata Cirebon, Jawa Barat

20. Muhammad Iqbal Maulana Tangerang

21. Muhammad Vidi Muzakki Brebes, Jawa Tengah

22. Nadilah Maha Rani Tangerang

23. Nazar Nur Hidayat Bandung. Jawa Barat

24. Rafi Ahmad Fahreza Magelang, Jawa Tengah

25. Rahmat Saipul Tangerang

Page 171: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

26. Ramadinah Erin Arifiani Bogor, Jawa Barat

27. Ripky Diansyah Cianjur, Jawa Barat

28. Ryandra Ramadhani Akbar Tasikmalaya, Jawa Barat

29. Sahrul Romadon Leuwiliyang, Jawa Barat

30. Satriyo Tito Pamungkas Semarang, Jawa Tengah

31. Sufvian Purwekerto. Jawa Tengah

32. Sumardi Tangerang

33. Syauqi Ahmad Cirebon, Jawa Barat

34. Tasya Safera Semarang, Jawa Tengah

35. Vira Azzahra Tangerang

36. Yulianah Tangerang

37. Zainita Susi Apsari Kudus, Jawa Tengah

Page 172: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

LAMPIRAN 7

TABEL PENGKODEAN NAMA SISWA KELAS VIII-4

SMP NEGERI 13 TANGERANG SELATAN

No. Nama Kode Nama

38. Adelia Mardiyanti AM

39. Adinda Mahardika AMD

40. Afriansyah A

41. Azethro Baja Pratama ABP

42. Angel Nur Hidayat ANH

43. Annisa Fitriani AF

44. Attras Adzhabi Ramadhan AAR

45. Desya Wulan Cahya DWC

46. Dinda Ayu Nuraisyah DAN

47. Fajar Gunawan FG

48. Fathan Hugo Abvarsya W. FHAW

49. Femas Subakti FS

50. Fina Apriliani FA

51. Hasel Juni Aflindo HJA

52. Hendrik Maulana HM

53. Lisda Aviliani LA

54. Mia Nurpadilah MN

55. Muhamad Farhan MF

56. Muhamad Valo Fata MVF

57. Muhammad Iqbal Maulana MIM

58. Muhammad Vidi Muzakki MVM

59. Nadilah Maha Rani NMR

60. Nazar Nur Hidayat NNH

61. Rafi Ahmad Fahreza RAF

62. Rahmat Saipul RS

Page 173: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

63. Ramadinah Erin Arifiani REA

64. Ripky Diansyah RD

65. Ryandra Ramadhani Akbar RRA

66. Sahrul Romadon SR

67. Satriyo Tito Pamungkas STP

68. Sufvian SV

69. Sumardi S

70. Syauqi Ahmad SA

71. Tasya Safera TS

72. Vira Azzahra VA

73. Yulianah Y

74. Zainita Susi Apsari ZSA

Page 174: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan : SMPN 13 Tangerang Selatan

Kelas/ Semester : VIII (Delapan) / Genap

Materi Pokok : Buku Fiksi dan Nonfiksi

Alokasi Waku : 2 x Pertemuan

A. Kompetensi Inti

KI-1 Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

KI-2 Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli

(toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara

efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan

keberadaannya

KI-3 Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan

rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait

fenomena dan kejadian tampak mata

KI-4 Mencoba, mengolah, dan menyaji, dalam ranah konkret (menggunakan,

mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak

(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai

dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut

pandang/teori

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

No. Kompetensi Dasar No. Indikator Pencapaian

Kompetensi

4.17 Menyajikan tanggapan

terhadap buku fiksi dan

nonfiksi yang dibaca secara

lisan/tertulis.

4.17.1

4.17.2

Membaca buku fiksi; cerita fabel

di depan kelas.

Menyajikan tanggapan terhadap

cerita fabel yang dibacakan.

Page 175: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

C. Tujuan Pembelajaran

Melalui kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan

scientifict, peserta didik dapat:

1. Membaca buku fiksi (cerita fabel) di depan kelas dengan baik.

2. Memberikan tanggapan terkait dengan buku fiksi yang dibacakan.

Fokus Penguatan Pendidikan Karakter: Cermat, teliti, peduli dan

percaya diri

D. Materi Pembelajaran

1. Membaca cerita fabel

E. Pendekatan, Model, dan Metode

Pendekatan : Saintifik (mengamati, menanya, mengumpulkan

informasi, mengasosiasi, mengkomunikasikan)

Model : Discovery Learning

Metode : Ceramah, diskusi, dan tanya jawab

F. Media dan Sumber Belajar

Media :

1. Laptop dan Infocus

2. Slide Presentation

Sumber Belajar :

1. Tim Edukatif. Mahir Berbahasa Indonesia untuk SMP/MTs Kelas

VIII. Jakarta: Erlangga, 2016

2. Kemendikbud. Buku Guru Bahasa Indonesia SMP/MTs Kelas VIII.

Jakarta: Kemendikbud, 2017

3. Kemendikbud. Buku Siswa Bahasa Indonesia SMP/MTs Kelas VIII.

Jakarta: Kemendikbud, 2017

4. Kumpulan cerita fabel

Page 176: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

G. Kegiatan Pembelajaran

No. Langkah-lan

gkah Kegiatan

Aktivitas 4C, PPK,

dan Literasi

Alokasi

Waktu

1. Kegiatan

Awal

10 Menit

1. Memberi salam

2. Menyapa dan

memotivasi

peserta didik

3. Mengondisikan

keadaan kelas

4. Berdoa dipimpin

oleh ketua kelas

5. Memeriksa

kehadiran peserta

didik

6. Guru menanyakan

tentang materi

dalam pertemuan

sebelumnya;

pengertian buku

fiksi dan jenisnya. 7. Menyampaikan

tujuan

pembelajaran

Communication

PPK

Menggali informasi

dari peserta didik

tentang materi

sebelumnya

2. Kegiatan Inti 60 Menit

Stimulation

(Stimulasi/

Pemberian

Rangsangan)

Problem

Statement

(Pernyataan/

Identifikasi

Masalah)

8. Guru meminta

peserta didik untuk

mengamati cerita

fabel yang

dibagikan.

9. Guru bertanya

tentang cerita fabel

yang telah diamati.

10. Perserta didik

menjawab

pertanyaan dari

guru

Literasi

Communication

(Komunikasi)

Terjadi komunikasi

dua arah antara

peserta dan guru

Pemantapan

Karakter

Peserta didik berani

menyampaikan

pendapat

Critical Thinking

Page 177: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

Data

Collection

(Pengumpulan

data)

Data

Processing

(Pengolahan

data)

Verification

(Pembuktian)

Generalization

(Menarik

Kesimpulan)

11. Guru memberikan

penegasan

terhadap jawaban

dari peserta didik

12. Guru meminta

peserta didik untuk

berdiskusi dengan

teman

sebangkunya

terkait tentang

membaca cerita

fabel.

13. Peserta didik

bersama teman

sebangkunya

melakukan diskusi

dan latihan

membaca fabel.

14. Peserta didik

melakukan

pembuktian

bersama teman

sekelompoknya

dengan berlatih

membaca fabel.

15. Guru memberikan

kesempatan

kepada beberapa

orang peserta didik

untuk membaca

cerita fabel di

depan kelas.

16. Guru memberikan

(Berpikir kritis)

Peserta didik

berpikir kritis

Critcal Thinking

(Berpikir Kritis)

Collaboration

(Kolaborasi)

Peserta didik

berdiskusi bersama

kelompoknya

Creativity dan

Pemantapan

Karakter

Peserta didik bekerja

sama untuk

mendapatkan

kesimpulan dari

hasil diskusi

Page 178: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

H. Penilaian

1. Teknik Penilaian

a. Penilaian sikap dilakukan dengan observasi/ pengamatan

b. Penilaian pengetahuan dilakukan dengan tes tertulis

c. Penilaian keterampilan dilakukan dengan teknik kinerja

2. Instrumen Penilaian

a. Penilaian Sikap

penguatan kepada

peserta didik.

17. Guru

mencontohkan

cara membaca

fabel.

18. Peserta didik

bertanya jika ada

yang belum

dipahami

19. Guru menjawab

setiap pertanyaan

peserta didik

3. Kegiatan

Penutup

10 Menit

20. Peserta didik

bersama guru

menyimpulkan

pembelajaran

21. Guru memberikan

tugas kepada

peserta didik untuk

berlatih membaca

cerita fabel “Hati

Kepodang Emas”

untuk dibacakan

secara individu..

22. Memberi salam

dan melafalkan

lafal hamdallah.

PPK

Page 179: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

Penilaian sikap yang dilakukan dalam proses pembelajaran dengan

melakukan proses pengamatan.

No. Nama

Siswa

Perilaku yang Diamati Selama Proses Pembelajaran

Aktif Jujur Disiplin Tanggung

Jawab

Peduli Rajin Kreatif

1.

2.

3.

Pedoman penilaian: skala penilaian dibuat dengan rentangan dari 1-5

(1) Sangat kurang; (2) Kurang; (3) Cukup; (4) Baik; (5) Sangat baik

b. Penilaian Keterampilan

Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Nyaring

No. Aspek Indikator

Skor

1 2 3 4

1. Intonasi Sangat Baik: Pembacaan cerita fabel

sangat memperhatikan tinggi

rendahnya suara, keras lembutnya

suara, dan cepat lambatnya

pembacaan sangat sesuai dengan isi

dan suasana yang digambarkan

dalam fabel.

Baik: Pembacaan cerita fabel

memperhatikan tinggi rendahnya

suara, keras lembutnya suara, dan

cepat lambatnya pembacaan sesuai

dengan isi dan suasana yang

digambarkan dalam fabel.

Cukup Baik: Pembacaan cerita fabel

cukup memperhatikan tinggi

rendahnya suara, keras lembutnya

suara, dan cepat lambatnya

pembacaan cukup sesuai dengan isi

dan suasana yang digambarkan

dalam fabel.

Kurang Baik: Pembacaan cerita

Page 180: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

fabel kurang memperhatikan tinggi

rendahnya suara, keras lembutnya

suara, dan cepat lambatnya

pembacaan kurang sesuai dengan isi

dan suasana yang digambarkan

dalam fabel.

2. Lafal Sangat Baik: Setiap kata yang

diucapkan oleh peserta didik dalam

membaca fabel sangat jelas dan tepat.

Baik: Setiap kata yang diucapkan

oleh peserta didik dalam membaca

fabel jelas dan tepat.

Cukup Baik: Setiap kata yang

diucapkan oleh peserta didik dalam

membaca fabel cukup jelas dan tepat.

Kurang Baik: Setiap kata yang

diucapkan oleh peserta didik dalam

membaca fabel kurang jelas dan

tepat.

3. Kelancaran Sangat Baik: Peserta didik

membaca cerita fabel dengan sangat

lancar.

Baik: Peserta didik membaca cerita

fabel dengan lancar.

Cukup Baik: Peserta didik membaca

cerita fabel dengan cukup lancar.

Kurang Baik: Peserta didik

membaca cerita fabel dengan kurang

lancar.

4. Emosi Sangat Baik: Emosi yang

diekspresikan oleh peserta didik

sangat sesuai dengan isi fabel.

Baik: Emosi yang diekspresikan oleh

peserta didik sesuai dengan isi fabel.

Cukup Baik: Emosi yang

diekspresikan oleh peserta didik

cukup sesuai dengan isi fabel.

Kurang Baik: Emosi yang

diekspresikan oleh peserta didik

kurang sesuai dengan isi fabel.

5. Pernafasan Sangat Baik: Pernafasan sudah

diatur dengan sangat baik, tidak

terlihat terengah-engah.

Baik: Pernafasan sudah diatur

dengan baik, tidak terlihat

terengah-engah.

Page 181: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

Kriteria Penilaian

1: Kurang

2: Cukup

3: Baik

4: Sangat Baik

Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Fabel

Cukup Baik: Pernafasan sudah

diatur dengan cukup baik, sedikit

terlihat terengah-engah.

Kurang Baik: Pernafasan tidak

diatur dengan baik, sangat terlihat

terengah-engah.

Jumlah Skor :

Nilai :

No. Aspek yang dinilai Indikator Skor

1. Pemahaman isi cerita Sangat Baik: Peserta

didik dalam membaca

cerita fabel sangat

memahami isi ceritanya.

Baik: Peserta didik dalam

membaca cerita fabel

memahami isi ceritanya.

Cukup Baik: Peserta

didik dalam membaca

cerita fabel cukup

memahami isi ceritanya.

Kurang Baik: Peserta

didik dalam membaca

cerita fabel kurang

memahami isi ceritanya.

1 2 3 4

2. Keruntutan

pengungkapan isi cerita

Sangat Baik: Peserta

didik dalam membaca

cerita fabel sangat

memperhatikan keruntutan

pengungkapan isi cerita.

Baik: Peserta didik dalam

membaca cerita fabel

memperhatikan keruntutan

pengungkapan isi cerita.

Page 182: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

Cukup Baik: Peserta

didik dalam membaca

cerita fabel cukup

memperhatikan keruntutan

pengungkapan isi cerita.

Kurang Baik: Peserta

didik dalam membaca

cerita fabel kurang

memperhatikan keruntutan

pengungkapan isi cerita.

3. Kelancaran dan

kewajaran

pengungkapan

Sangat Baik: Peserta

didik dalam membaca

fabel sangat lancar dan

mengungkapkan setiap

kata dengan wajar.

Baik: Peserta didik dalam

membaca fabel lancar dan

mengungkapkan setiap

kata dengan wajar.

Cukup Baik: Peserta

didik dalam membaca

fabel cukup lancar dan

mengungkapkan setiap

kata dengan sedikit tidak

wajar.

Kurang Baik: Peserta

didik dalam membaca

fabel kurang lancar dan

mengungkapkan setiap

kata dengan tidak wajar.

4. Ketepatan diksi Sangat Baik: Peserta

didik dalam membaca

fabel sangat

memperhatikan ketepatan

diksi.

Baik: Peserta didik dalam

membaca fabel

memperhatikan ketepatan

diksi.

Cukup Baik: Peserta

didik dalam membaca

fabel cukup

memperhatikan ketepatan

diksi.

Kurang Baik: Peserta

didik dalam membaca

Page 183: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

Mengetahui, Tangerang Selatan, 27 April 2018

Guru Bahasa Indonesia SMPN 13 Mahasiswa PPKT,

Lintang Anggraeni, S.Pd Ulfah Fauziah

NIP. 197207041998022002 NIM. 11140130000012

fabel kurang

memperhatikan ketepatan

diksi.

5. Ketepatan struktur

kalimat

Sangat Baik: Peserta

didik dalam membaca

fabel sangat

memperhatikan ketepatan

stuktur kalimat.

Baik: Peserta didik dalam

membaca fabel

memperhatikan ketepatan

struktur kalimat.

Cukup Baik: Peserta

didik dalam membaca

fabel cukup

memperhatikan ketepatan

struktur kalimat.

Kurang Baik: Peserta

didik dalam membaca

fabel kurang

memperhatikan ketepatan

struktur kalimat.

Jumlah Skor :

Nilai :

Nilai Akhir=

Page 184: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan
Page 185: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan
Page 186: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan
Page 187: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan
Page 188: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan
Page 189: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan
Page 190: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan
Page 191: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan
Page 192: PEMANFAATAN CERITA FABEL DALAM KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44796/2/ULFAH FAUZIAH-FITK.pdf · siswa kelas VIII-4 dan objeknya adalah keterampilan

RIWAYAT PENULIS

Ulfah Fauziah atau biasa dipanggil Ziah

lahir di Jakarta 29 April 1996 merupakan putri

sulung dari Bapak Supriyatna dan Ibu Siti

Komariyah. penulis bertempat tinggal di Jl.

Gang Prumpung Tengah V RT 05/06 No. 27 A,

Cipinang Besar Utara, Jatinegara, Jakarta Timur.

penulis mengawali pendidikan mulai TK

pada tahun 2001 s.d. 2002 di SD Daruul Arqom, kemudian melanjutkan

pendidikan di SD Negeri 09 petang pada tahun 2002 s.d. 2008, dan melanjutkan

bersekolah di SMP Negeri 52 Jakarta pada tahun 2008 s.d. 2011, setelah itu

melanjutkan kembali di SMA Negeri 100 Jakarta pada tahun 2011 s.d. 2014,

hingga mengikuti jalur SBMPTN untuk dapat berkuliah di Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Selama masa kuliah penulis pernah mengikuti organisasi intra kampus

yaitu Senat Mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan menjabat

sebagai anggota III yaitu Komisi Advokasi dan Aspirasi.

penulis yang senang sekali berfoto ini menyelesaikan S-1 dengan judul

skripsi “Keterampilan Membaca Fabel Siswa Kelas VIII SMPN 13 Tangerang

Selatan Tahun Pelajaran 2017/2018”.