Pemandangan Umum Fraksi Bangun Sultra atas Lima Raperda

11
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA PEMANDANGAN UMUM FRAKSI BANGUN SULTRA ATAS LIMA RANCANGAN PERATURAN DAERAH MASING- MASING TENTANG : 1. PAJAK DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA 2. PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOMOR 5 TAHUN 2003 TENTANG BANK PEMBANGUNAN DAERAH SULAWESI TENGGARA 3. PENCABUTAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG PERIZINAN MINYAK DAN GAS BUMI 4. PENCABUTAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN PEMBUBARAN KOPERASI 5. PINJAMAN PEMERINTAH PROVINSI DALAM RANGKA PEMBANGUNAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TIPE B Disampaikan pada Rapat Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara, Senin 7 Maret 2011

Transcript of Pemandangan Umum Fraksi Bangun Sultra atas Lima Raperda

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA

PEMANDANGAN UMUM FRAKSI BANGUN SULTRA

ATAS

LIMA RANCANGAN PERATURAN DAERAH MASING-

MASING TENTANG : 1. PAJAK DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA 2. PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH

PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOMOR 5 TAHUN 2003 TENTANG BANK PEMBANGUNAN DAERAH SULAWESI TENGGARA

3. PENCABUTAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG PERIZINAN MINYAK DAN GAS BUMI

4. PENCABUTAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN PEMBUBARAN KOPERASI

5. PINJAMAN PEMERINTAH PROVINSI DALAM RANGKA PEMBANGUNAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TIPE B

Disampaikan pada Rapat Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Provinsi Sulawesi Tenggara, Senin 7 Maret 2011

1

Bismillahir Rahmanir Rahiim....

Yth. Saudara Gubernur Provinsi Sulawesi Tenggara Yth. Pimpinan dan Para Anggota DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara Yth. Saudari Ketua Pengadilan Tinggi Sulawesi Tenggara Yth. Saudara-Saudara Pejabat Tinggi TNI dan POLRI Yth. Saudara Rektor Universitas Haluoleo

Yth. Saudara Saudari Para Pimpinan SKPD Pemerintah Daerah Provins Sulawesi Tenggara Insan Pers, Hadirin Undangan yang berbahagia Assalamu’Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Selamat Malam, Salam Sejahtera buat kita semua.

Patut kiranya kita bersyukur, berterima kasih kepada Allah SWT

yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga pada

hari ini kita sama dapat berkumpul dalam Rapat Paripurna DPRD

Sultra, guna melaksanakan tugas dan tanggung jawab kita bersama,

dalam rangka Pemandangan Umum Fraksi-Fraksi Dewan atas Lima

Rancangan Peraturan Daerah, masing-masing tentang Pajak Daerah

Provinsi Sulawesi Tenggara, Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah

Provinsi Sulawesi Tenggara Nomor 5 Tahun 2003 tentang Bank

Pembangunan Daerah Sulawesi Tenggara, Pencabutan Peraturan

Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara Nomor 13 Tahun 2001 tentang

Perizinan Minyak dan Gas Bumi, Pencabutan Peraturan Daerah

Provinsi Sulawesi Tenggara Nomor 6 Tahun 2002 tentang Pengesahan

Akta Pendirian Perubahan Anggaran Dasar dan Pembubaran

Koperasi, Pinjaman Pemerintah Provinsi Dalam Rangka Pembangunan

Rumah Sakit Tipe B.

Terima kasih kami haturkan kepada pimpinan rapat yang telah

memberikan kesempatan kepada Fraksi Bangun Sultra. Terima kasih

pula kami haturkan kepada Saudara Gubernur karena telah

mengajukan kelima rancangan peraturan daerah pada Rapat

Paripurna DPRD, Selasa 1 Maret 2011.

2

Rapat Dewan Yang Terhormat, Hadirin Yang Mulia

Fraksi Bangun Sultra menyambut baik atas pengajuan kelima

rancangan peraturan daerah, karena penyelenggaraan Pemerintahan

Daerah di Sulawesi Tenggara ini akan lebih baik kalau ditopang oleh

peraturan daerah, karena peraturan daerah dibentuk bukan saja

dalam rangka menjabarkan peraturan perundang-undangan yang

lebih tinggi, tetapi juga dalam rangka otonomi daerah dan tugas

pembantuan.

Terhadap kelima rancangan peraturan daerah dimaksud, Fraksi

Bangun Sultra dapat memberikan pandangan umumnya sebagai

berikut:

1. Rancangan Peraturan Daerah Tentang Pajak Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara

Sebagai konsekuensi atas terbitnya Undang-Undang Nomor

28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah, dimana

ada perluasan atas objek pajak daerah (provinsi) yang semula ada

4 jenis kini menjadi 5 jenis, termasuk pengalihan objek-objek pajak

ke daerah kabupaten/kota, maka sudah sepatutnya kita sebagai

penyelenggara pemerintahan daerah melakukan penyesuaian atas

perda pajak daerah yang selama ini berlaku.

Terhadap keseluruhan materi raperda tersebut, Fraksi

Bangun Sultra merasa perlu untuk mengajukan sejumlah

pertanyaan yang patut mendapatkan penjelasan sebagai berikut:

� Pengenaan pajak kendaraan motor yang berasal dari daerah

lain yang berdomisili dan/atau beroperasi secara terus

menerus lebih dari 90 hari di daerah ini sebagaimana

tertuang dalam Pasal 4 raperda ini, apa yang mendasari

dimuatnya ketentuan/rumusan ini? Sepengathuan kami,

pengenaan pajak kendaraan bermotor didasarkan pada

domisili kendaraan yang tercantum dalam STNK yang

3

diterbitkan pihak kepolisian selaku pelaksana pendaftaran

bermotor.

� Salah satu dari objek pajak baru yang diatur dalam UU No. 28

tahun 2009 adalah pajak rokok. Pertanyaan kami, bagaimana

mekanisme pemungutan pajak rokok dimaksud?

� Selanjutnya pemberian insentif kepada petugas pajak

sebagaimana yang diatur dalam Pasal 58 raperda, apakah

sudah sesuai dengan PP No. 69 tahun 2010 tentang Tata Cara

Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah? Pertanyaan ini kami ajukan,

oleh karena pada konsiderans mengingat (dasar hukum)

peraturan pemerintah dimaksud tidak dicantumkan.

2. Rancangan Peraturan Daerah tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara Nomor 5 Tahun 2003 tentang Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Tenggara dan

Mencermati muatan materi raperda ini, ketentuan-ketentuan

yang mengalami perubahan yang diatur dalam Perda Nomor 5

Tahun 2003 tentang Bank Pembangunan Daerah Provinsi Sulawesi

Tenggara adalah sebagai berikut:

- Ketentuan pasal 6 yang mengatur mengenai tugas BPD serta

bidang-bidang usaha BPD

- Ketentuan Pasal 7 yang mengatur modal dasar

- Ketentuan Pasal 31 yang mengatur mengenai pembagian labar

bersih.

Dengan demikian ketentuan-ketentuan yang diatur dalam

Perda Nomor 5 tahun 2003 dan Perda Nomor 10 Tahun 2004,

selain yang kami sebutkan diatas, dianggap masih tetap berlaku.

Mungkin pemerintah daerah lupa, jika pada masa sidang

kedua tahun 2007 yang lalu kita telah sama menyepakati lahirnya

Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2007 tentang Perubahan Badan

4

Hukum Bank pembangunan Daerah Sulawesi Tenggara dari

Perusahaan Daerah menjadi Perseroan Terbatas (PT), yang

muatannya terdiri dari XVIII (18) BAB dan 25 Pasal.

Diantara muatan Pasal yang diatur, dalam perda tersebut

diatas selain menyangkut perubahan status badan hukum BPD

dari perusahaan daerah menjadi perseroan terbatas, sebagaimana

tercantum dalam Pasal 2 dan Pasal 3 juga modal dasar BPD yang

ditetapkan sebesar Rp. 250 Milyar sebagaimana tercantum dalam

Pasal 9.

Kecuali itu yang paling mendasar pula yang ingin kami

sampaikan, bahwa ketentuan Pasal 24 ayat (2) secara tegas

mengamanatkan bahwa dengan berlakunya peraturan daerah

nomor 2 tahun 2007, maka peraturan daerah nomor 5 tahun 2003

tentang BPD Provinsi Sulawesi Tenggara sebagaimana telah diubah

dengan peraturan daerah nomor 10 tahun 2004 dinyatakan tidak

berlaku lagi.

Berangkat dari kehendak Pasal 24 ayat (2) Perda Nomor 2

tahun 2007 tersebut, Fraksi Bangun Sultra memandang

pemerintah daerah tidak sepatutnya mengajukan rancangan

peraturan daerah tentang perubahan kedua atas perda nomor 5

tahun 2003, oleh karena peraturan daerah yang akan di ubah

tidak berlaku lagi alias dikubur sejak 4 (empat) tahun lalu

bersamaan dengan disepakatinya Perda Nomor 2 Tahun 2007.

Selanjutnya, melalui pemandangan umum ini, izinkanlah

Fraksi Bangun Sultra mengajukan dua pertanyaan terkait

implementasi kebijakan pemerintah daerah atas Bank

Pembangunan Daerah Sulawesi Tenggara.

• Apa yang menjadi hambatan ataupun penyebab, sehingga

perubahan Badan Hukum BPD dari perusahaan daerah

menjadi perseroan terbatas sebagaimana diamanatkan dalam

Pasal 2 Perda Nomor 2 Tahun 2007, belum juga dapat

direalisasikan?

5

• Apakah modal dasar BPD Sultra sebesar Rp. 250 Milyar yang

tercantum dalam Pasal 9 Perda No. 2 Tahun 2007 sudah

terpenuhi?

3. Rancangan Peraturan Daerah tentang Pencabutan Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara Nomor 13 Tahun 2001 tentang Perizinan Minyak dan Gas Bumi, dan Rancangan Peraturan Daerah tentang Pencabutan Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara Nomor 6 Tahun 2002 tentang

Pengesahan Akta Pendirian Perubahan Anggaran Dasar dan Pembubaran Koperasi

Fraksi Bangun Sultra memberikan apresiasi atas pengajuan

kedua raperda ini, karena hal ini sudah sesuai dengan ketentuan

dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 2006

tentang Pembatalan Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara

Nomor 13 Tahun 2001 tentang Perizinan Pengusahaan Minyak dan

Gas Bumi dan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 tahun

2007 tentang Pembatalan Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi

Tenggara Nomor 6 Tahun 2002 tentang Pengesahan Akta

Pendirian, Perubahan Anggaran Dasar, dan Pembubaran Koperasi.

Bahwa kedua peraturan daerah dimaksud dianggap

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih

tinggi pada saat itu. Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2001

dianggap bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun

1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana

telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 dan

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas

Bumi, karena kegiatan usaha hilir (pengolahan, pengangkutan,

penyimpanan dan niaga) dapat dilaksanakan oleh Badan Usaha

setelah mendapat izin usaha dari Pemerintah dan dikenakan

penerimaan negara berupa pajak.

Sementara itu, pembatalan peraturan daerah nomor 6 tahun

2002 dengan alasan bertentangan dengan Undang-Undang Nomor

18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34

6

tahun 2000, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang

Perkoperasian, Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1994

tentang Persyaratan dan Tata Cara Pengesahan Akta Pendirian dan

Perubahan Anggaran Dasar Koperasi, Peraturan Pemerintah Nomor

25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan

Provinsi sebagai Daerah Otonom, serta Peraturan pemerintah

Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah, karena pendirian,

pengesahan, dan persetujuan koperasi merupakan kewenangan

pemerintah pusat.

Untuk itu, Fraksi Bangun Sultra berpendapat agar DPRD mau

tidak mau, suka tidak suka, terpaksa atau dipaksa harus

menyetujui pencabutan kedua rancangan peraturan daerah

dimaksud.

4. Rancangan Peraturan Daerah Tentang Pinjaman Pemerintah Provinsi Dalam Rangka Pembangunan Rumah Sakit Tipe B.

Terhadap rancangan peraturan daerah ini, Fraksi Bangun

Sultra merujuk pada PP No. 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman

Daerah, selain UU No. 10 tahun 2004 dan UU No. 32 Tahun 2004.

Untuk itu, ada beberapa hal yang menjadi substansi pertanyaan

antara lain sebagai berikut:

1. Terkait Persetujuan DPRD

Ada dua hal atas ini. Pertama, bentuk/wujud dari persetujuan

DPRD. Dijelaskan dalam ketentuan Pasal 12 PP No. 54/2005

bahwa dalam hal Pemerintah Daerah akan melakukan pinjaman

jangka menengah atau jangka panjang, Pemerintah Daerah wajib

memenuhi persyaratan antara lain mendapatkan persetujuan

DPRD.

Selanjutnya, ketentuan dalam Pasal 15 ayat (1) huruf a PP No.

54/2005 bahwa daerah mengajukan usulan pinjaman kepada

Menteri Keuangan dengan melampirkan dokumen sekurang-

kurangnya dengan persetujuan DPRD.

7

Untuk itu, Fraksi Bangun Sultra ingin bertanya bagaimana

pemerintah daerah menterjemahkan “mendapatkan persetujuan

DPRD” atau “Persetujuan DPRD” sebagaimana diatur dalam kedua

pasal peraturan pemerintah tersebut dengan membentuk

peraturan daerah?

Sedangkan atas hal ini, Fraksi Bangun Sultra berpendapat bahwa

persetujuan DPRD dimaksud dapat berupa Surat Persetujuan

DPRD. Demikian hal ini juga diatur untuk pinjaman daerah

kepada Pemerintah yang dananya bersumber dari luar negeri.

Terkecuali hal itu dipersyaratkan oleh pemberi pinjaman dalam hal

ini Pusat Investasi Pemerintah (PIP), tidak boleh bertentangan

dengan peraturan yang lebih tinggi. Bahwa PIP mengajukan syarat

pinjaman dengan pembentukan perda, maka hal ini tidak

dipersyaratkan dalam Peraturan Pemerintah No. 54 tahun 2005.

Untuk itu, Fraksi Bangun Sultra menganggap rancangan perda

tentang pinjaman ini kurang tepat adanya, karena raperda ini

tidak memenuhi unsur yuridis karena dasar pembentukan Perda

diatur dalam Pasal 136 ayat (2) dan ayat (3) UU No. 32/2004 yaitu

Perda dibentuk oleh pemerintah daerah dan DPRD dalam

rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas

pembantuan; serta Perda yang dimaksud merupakan

penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan

yang lebih tinggi dengan memperhatikan ciri khas masing-

masing daerah. Demikian hal ini dipertegas dalam Pasal 7 ayat

(1) dan Pasal 12 UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-Undangan,

Kedua, waktu pengajuan pinjaman. Dipersyaratkan dalam Pasal

15 PP No. 54/2005 bahwa dokumen yang diperlukan untuk

mengajukan pinjaman kepada Menteri Keuangan sekurang-

8

kurangnya dengan persetujuan DPRD. Selanjutnya, Menteri

Keuangan melakukan penilaian atas usulan pinjaman dimaksud.

Sementara itu, dalam Keterangan Pers PIP yang kami baca melalui

situs resminya, dikatakan bahwa perjanjian pinjaman telah

ditandatangani Saudara Gubernur dengan Kepala Pusat Investasi

Pemerintah pada tanggal 28 Januari 2011. Fraksi Bangun Sultra

memandang bahwa, ada ketidakpatuhan hukum atas ini, bahwa

persetujuan DPRD merupakan syarat wajib untuk mengajukan

pinjaman daerah, yang berarti usulan pinjaman baru bisa diproses

setelah ada dokumen persetujuan DPRD.

Untuk itu, izinkan kami untuk mengetahui bagaimana perjanjian

pinjaman itu bisa ditandatangani, sementara persetujuan DPRD

yang dipersyaratkan belum ada?

2. Terkait Penandatangan Perjanjian Pinjaman

Hal lainnya menyangkut penandatangan perjanjian pinjaman oleh

Gubernur dengan Kepala Pusat Investasi Pemerintah, juga

menunjukan inkonsistensi pemerintah terhadap peraturan

pemerintah yang dibuatnya sendiri. Bahwa ketentuan Pasal 15

ayat (4) PP No. 54 tahun 2005, menjelaskan bahawa Pinjaman

Daerah dari Pemerintah yang dananya berasal selain dari

pinjaman luar negeri dilakukan melalui perjanjian pinjaman

yang ditandatangani oleh Menteri Keuangan dan kepala

daerah.

Terhadap hal ini, bagaimana pemerintah daerah dapat

menjelaskan kepada kami, apakah Menteri Keuangan telah

memberikan kuasa kepada Kepala Pusat Investasi Pemerintah

untuk melakukan perjanjian pinjaman dengan Saudara Gubernur?

Menurut hemat kami, Pusat Investasi Pemerintah hanyalah yang

dibentuk oleh Menteri Keuangan.

9

3. Jaminan Pinjaman Dalam Penjelasan Gubernur atas raperda ini, dikatakan bahwa

jaminan pinjaman daerah adalah DAU dan/atau DBH. Sedangkan,

prinsip umum pinjaman daerah sebagaimana diatur dalam

ketentuan dalam Pasal 4 ayat (2) PP No. 54/2005 bahwa

Pendapatan Daerah dan/atau Barang Milik Daerah tidak boleh

dijadikan jaminan Pinjaman Daerah.

Untuk itu, mohon penjelasannya bagaimana larangan ini tidak

diindahkan?

Saudara Gubernur, Rapat Dewan, hadirin yang Berbahagia....

Besar harapan kami agar penyelenggaraan pemerintahan

daerah di Sulawesi Tenggara benar-benar mewujudkan

konsistensinya atas peraturan perundang-undangan, karena provinsi

idealnya adalah pembina dan supervisi atas penyelenggaraan

pemerintahan daerah di kabupaten/kota. Bagaimana melaksanakan

pembinaan dan pengawasannya jikalau, kita tidak bisa memberikan

teladan? Tentu kita berharap jangan sampai ada lagi peraturan

daerah yang dicabut di provinsi ini karena pembentukannya yang

tidak dipersyaratkan.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Selebihnya semoga

menjadi manfaat, dan yang kurang mohon dimaafkan semoga dapat

disempurnakan dalam rapat gabungan komisi. Kepada Gubernur,

Pimpinan Rapat, Rekan-rekan anggota dewan dan undangan hadirin

sekalian terima kasih atas perhatiannya.

10

Billahi Taufik Walhidayah

Wassalamu’Alaikum Wr. Wb.

Kendari, 7 Maret 2011

FRAKSI BANGUN SULTRA

DPRD PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Ketua, Sekretaris,

ABD. HASID PEDANSA IR. H. MUH. IRFANI THALIB

Juru Bicara,

ABDUL HASID PENDANSA