Pemahaman Mengenai Multikulturalisme

download Pemahaman Mengenai Multikulturalisme

of 7

Transcript of Pemahaman Mengenai Multikulturalisme

  • 7/21/2019 Pemahaman Mengenai Multikulturalisme

    1/7

    Pemahaman Mengenai Multikulturalisme

    Secara etimologis multikulturalisme berasal dari kata multi (banyak), kultur (budaya),

    dan isme (aliran). Di Dalam kata ini terkandung pengakuan akan martabat manusia dengan

    kebudayaannya masing-masing yang unik dan menarik. Multikulturalisme adalah sebuah

    ideologi dan sebuah alat untuk meningkatkan derajat manusia dan kemanusiaannya, maka

    konsep kebudayaan harus di lihat dalam perspektif fungsinya bagi kehidupan manusia.

    Kebudayaan sebagai pedoman bagi kehidupan manusia. adi, dapat disimpulkan bah!a

    Multikulturalisme adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan pandangan seseorang

    tentang ragam kehidupan di dunia, ataupun kebijakan kebudayaan yang menekankan tentang

    penerimaan terhadap adanya keragaman, dan berbagai macam budaya (multikultural) yang adadalam kehidupan masyarakat menyangkut nilai-nilai, sistem, budaya, kebiasaan, dan politik yang

    mereka anut. ika kita membahas tentang multikulturalisme, tentu kita juga tidak akan lupa

    tentang masyarakat multikulturalisme. Sekarang saya akan membahas tentang masyarakat

    multikulturalisme itu. Dalam masyarakat multikulturalisme, kekuatan sosial dan politik dari

    keanekaragaman tersebut masih berlandaskan pada kekuatan primordial kesukubangsaan yang

    lokal sehingga masyarakat multikultural lebih menekankan pada keanekaragaman suku bangsa,

    bukan pada keanekaragaman kebudayaan (multikulturalisme). Sebaiknya, ideology masyarakat

    multikultural yang menekankan pada paham primordialisme bergeser pada paham ideologi

    multikulturalisme yang menekankan pada keanekaragaman kebudayaan dengan kesetaraan

    derajat antara kebudayaan yang satu dengan yang lainnya. De!asa ini, multikulturalisme

    merupakan salah satu masalah global. "ontoh dari masalah multikulturalisme salah satunya

    adalah bubarnya #ni So$iet dan %ugosla$ia. Dengan melahirkan pemerintahan baru yang antara

    lain disebakan oleh paham multikulturalisme dari kelompok-kelompok masyarakat yang ingin

    diakui identitas budayanya. &ada dasarnya, paham multikulturalisme berakar pada pengakuan

    terhadap identitas manusia, identitas kelompok, dan identitas budaya yang beranekaragam yang

    tumbuh dalam sebuah masyarakat. 'egitu pula dengan masyarakat ndonesia.

    Kebinekatunggalikaan masyarakat ndonesia hendaknya ditekankan pada keanekaragaman

    kebudayaannya. 'ersamaan dengan itu perlu diupayakan untuk melemahkan atau

    mengesampingkan masalah keanekaragaman suku bangsa dan kesukubangsaannya. &enekanan

  • 7/21/2019 Pemahaman Mengenai Multikulturalisme

    2/7

    pada keanekaragaman kebudayaan hendaknya mencakup bukan hanya kebudayaan-kebudayaan

    suku bangsa, melainkan juga berbagai kebudayaan yang berlaku dalam kehidupan masyarakat

    setempat di ndonesia, baik yang bersifat tradisional maupun yang berasal dari luar. al itu

    hendaknya disertai dengan kebijaksanaan politik secara nasional yang akan meletakkan posisi-

    posisi kebudayaan seperti apapun coraknya untuk berada dalam kesetaraan derajat. 'ukan

    kelompok-kelompok suku bangsa dengan kebudayaannya yang secara tradisional mendominasi

    corak kehidupan masing-masing !ilayahnya. 'erbagai kebudayaan dari kelompok asal manapun

    sama-sama mempunyai hak untuk hidup dalam !ilayah mana pun di ndonesia, sesuai dengan

    ketemtuan hokum dan adat atau kon$ensi social yang berlaku.

    Menurut pengalaman saya pribadi, selama ini saya hanya mengalami praktek

    multikulturalimse di bidang positif. Sangat berterima kasih sekali karena selama ini saya tidakpernah mengalami praktek multikulturalisme yang bersifat negatif. "ontoh pengalaman saya

    pribadi adalah saat saya menajalankan kegiatan saya sebagai penganut agama 'uddha. *da juga

    pada saat peristi!a acara imlek. &ada saat itu, multikulturalisme sedang terjadi. Masyarakat yang

    berbeda adat dan agama ikut mengikuti acara imlek tersebut. +amun sebagian memang ada

    kadang terjadi beberapa konflik karena adanya multikulturalisme ini. Sekarang saya akan

    menjelaskan bagaimana multikulturalisme berjalan di dalam kehidupan masyarakat majemuk

    kita ini. Mari kita telusuri beberapa gagasan mengenai tata masyarakat di dalam konteks

    masyarakat majemuk. eori sosiologi klasik biasanya selalu berfokus pada konflik-konflik sosial

    yang muncul di dalam masyarakat yang kurang lebih homogen. &ada / 0urni$all membuat

    terobosan baru dengan mencoba memahami dinamika dan problematika masyarakat plural.

    1/2Kebetulan juga ia mencoba mempelajari dinamika masyarakat ndonesia pada saat itu. a

    menemukan fakta menarik. Di ndonesia banyak orang yang berasal dari beragam latar belakang

    suku dan agama hidup di dalam daerah yang sama. *kan tetapi interaksi sesungguhnya justru

    dilakukan di dalam pasar, dan bukan di tempat tinggal mereka. *rtinya !alaupun setiap orang

    hidup di dalam !ilayah yang memiliki nilai moral dan agama yang berbeda-beda, tetapi mereka

    bisa bertemu di pasar. &asar dianggap sebagai tempat yang tidak memiliki kontrol moral ataupun

    religius partikular. Di 3ropa kapitalisme berkembang sangatlah lambat, dan melibatkan interaksi

    yang luar biasa rumit dengan nilai-nilai moral di dalam budaya maupun agama. al ini tidaklah

    http://mail.google.com/mail/?ui=2&view=bsp&ver=ymdfwq781tpu#11a9e6eea530aa8c__ftn3http://mail.google.com/mail/?ui=2&view=bsp&ver=ymdfwq781tpu#11a9e6eea530aa8c__ftn3
  • 7/21/2019 Pemahaman Mengenai Multikulturalisme

    3/7

    terjadi di ndonesia. &erkembangan kapitalisme di ndonesia selalu melibatkan pasar, di mana

    relasi yang terjadi adalah relasi dominasi antara kelompok yang satu atas kelompok yang lain.142

    Suatu masyarakat disebut sebagai masyarakat majemuk, jika masyarakat tersebut

    memenuhi satu dari dua definisi berikut ini. &ertama, masyarakat majemuk adalah masyarakat

    yang terdiri dari komunitas etnik yang berbeda-beda. Komunitas etnik tersebut hidup terpisah-

    pisah, dan masing-masing memiliki moralitasnya sendiri. %ang kedua, masyarakat majemuk

    adalah masyarakat yang hidup di dalam satu komunitas yang sama, namun dipisahkan satu sama

    lain oleh pasar. &ada titik ini ada baiknya kita bertanya, apakah masyarakat majemuk semacam

    itu akan mendorong terciptanya semacam moralitas bersama untuk memampukan mereka hidup

    bersama secara harmonis, atau mereka justru akan menciptakan relasi dominatif antara kelompok

    yang kuat terhadap kelompok yang lemah, di mana justru relasi dominatif itu yang akan menjadipengikat kehidupan bersama5

    Salah satu sosiolog yang mencoba menganalisis hal ini adalah M.6 Smith.

    172 Menurutnya suatu masyarakat yang homogen selalu memiliki seperangkat aturan sistem

    sosial yang uniter. *rtinya masyarakat tersebut mempunyai seperangkat aturan yang mengatur

    kehidupan pri$at, religius, hukum, politik, ekonomi, pendidikan, dan sebagainya. *kan tetapi

    masyarakat majemuk tidaklah memiliki hal semacam itu. Masyarakat majemuk ditandai dengan

    beragamnya perangkat aturan nilai yang digunakan untuk menata kehidupan sosial manusia, dan

    masing-masing aturan nilai tersebut bersifat total hanya bagi orang-orang yang berada di dalam

    kultur ataupun agama tertentu. Di dalam masyarakat semacam ini tidak ada sabuk pengikat

    kehidupan bersama. 'ahkan menurut Smith, masyarakat majemuk justru diikat oleh adanya

    dominasi kelompok yang satu atas kelompok yang lain. adi elemen yang mengikat masyarakat

    majemuk untuk tetap eksis sebagai masyarakat justru adalah dominasi. Dalam konteks ini Smith

    mena!arkan suatu model untuk menjelaskan terjadinya diskriminasi rasial di dalam masyarakat

    majemuk.

    entu saja model ini bukanlah suatu model yang ideal bagi masyarakat multikultur.

    #ntuk mencoba merumuskan model ideal bagi suatu masyarakat multikultur, kita pertama-tama

    perlu untuk membedakan !ilayah pri$at dan !ilayah publik dari kehidupan sosial. 8e9

    mena!arkan tiga model dalam konteks ini. &ertama, kita dapat memikirkan sebuah masyarakat

    http://mail.google.com/mail/?ui=2&view=bsp&ver=ymdfwq781tpu#11a9e6eea530aa8c__ftn4http://mail.google.com/mail/?ui=2&view=bsp&ver=ymdfwq781tpu#11a9e6eea530aa8c__ftn5http://mail.google.com/mail/?ui=2&view=bsp&ver=ymdfwq781tpu#11a9e6eea530aa8c__ftn4http://mail.google.com/mail/?ui=2&view=bsp&ver=ymdfwq781tpu#11a9e6eea530aa8c__ftn5
  • 7/21/2019 Pemahaman Mengenai Multikulturalisme

    4/7

    yang memiliki ruang publik yang tunggal, namun justru mendorong terciptanya perbedaan di

    dalam ruang pri$at. Kedua, kita dapat membayangkan sebuah model masyarakat, di mana

    masyarakat sekaligus mendorong kesatuan di dalam ruang publik maupun di dalam ruang pri$at.

    Kesatuan tersebut tentunya didasarkan pada seperangkat nilai-nilai moral yang disepakati

    bersama. Ketiga, suatu masyarakat juga dapat mendorong perbedaan dan mengakui pluralitas

    nilai sekaligus di ruang publik, dan di dalam ruang pri$at. Masyarakat multikultur yang ideal,

    menurut 8e9, adalah masyarakat yang memenuhi model pertama, di mana setiap orang dan

    setiap kelompok diberi kebebasan untuk mengekspresikan nilai-nilai maupun cara hidup mereka,

    namun tetap mengacu terus pada ruang publik bersama sebagai satu kesatuan. Model kedua

    adalah model yang dipakai oleh praktek-praktek kolonialisme, seperti pada sistem *partheid di

    *frika Selatan.

    Saya tertarik untuk membahas lebih jauh pandangan 8e9 mengenai ruang pri$at dan

    ruang publik ini. Menurutnya refleksi tentang ruang publik dan ruang pri$at masihlah jarang

    ditemukan di dalam teori-teori sosiologi klasik. &arapemikir klasik cenderung untuk memandang

    masyarakat sebagai kumpulan institusi yang saling terhubung, dan kemudian membentuk satu

    sistem tunggal. &andangan semacam ini dengan mudah dapat ditemukan di dalam pemikrian

    alcott &arsons,1:2serta para pemikir Strukturalis &erancis, seperti *lthusser.1;2Mereka

    cenderung untuk berpendapat bah!a ruang publik dibentuk oleh semacam moralitas bersama,

    dan moralitas itu pula yang mengatur kehidupan ruang pri$at melalui institusi-institusi sosial,

    seperti institusi agama.

    nstitusi-institusi sosial yang ada sekarang sangatlah didasarkan pada paradigma fungsionalis

    semacam ini. Sistem ekonomi dan sistem hukum telah dilepaskan dari tata nilai tradisional, dan

    mengadopsi tata nilai yang sama sekali baru. entu saja nilai-nilai kultural dan nilai-nilai agama

    tradisional tidak otomatis sama sekali lenyap. *kan tetapi praktek-praktek yang didasarkan atas

    tata nilai tradisional tidak pernah boleh mencampuri kinerja sistem-sistem sosial yang ada, baik

    sistem politik, ekonomi, maupun hukum.

    eori-teori sosiologi klasik cenderung untuk memfokuskan analisisnya pada sistem nilai

    yang berlaku di dalam sebuah masyarakat. Sistem nilai itulah yang menjadi aturan moral yang

    menata kehidupan masyarakat tersebut. 0erdinand

  • 7/21/2019 Pemahaman Mengenai Multikulturalisme

    5/7

    masyarakat harus mendasarkan kerja sama dan interaksinya pada suatu dasar yang bersifat

    historis.1=2Durkheim juga pernah menulis tentang >solidaritas organik> yang didasarkan pada

    pembagian kerja. Solidaritas organik ini dibedakannya dari solidaritas mekanik pada masyarakat

    kecil yang didasarkan pada kekeluargaan.12Solidaritas organik ini juga dibedakan dari logika

    yang menjalankan suatu masyarakat egoistik, di mana nilai-nilai yang menata kehidupan

    bersama terletak pada beberapa indi$idual yang dominan saja. 'eragam pandangan ini semakin

    dilengkapi oleh ?eber, ketika ia menulis bah!a etika &rotestan dan "al$in mendorong

    terciptanya rasionalisasi di bidang agama. Dalam konteks ini, kehidupan bersama semakin

    didasarkan pada otoritas legal-rasional, dan bukan lagi pada otoritas religius-metafisis.1@2

    Dalam arti ini proses perubahan sosial, pembentukan sistem negara modern, dan pembentukan

    sistem ekonomi kapitalis didorong oleh rasionalitas moral dan hukum di dalam masyarakat.Dengan inilah, menurut &arsons, problematika mengenai bagaimana terbentuknya tatanan

    masyarakat untuk mencegah Aperang semua mela!an semuaB dapat diselesaikan. *kan tetapi

    proses rasionalisasi bidang-bidang kehidupan ini tampaknya tidak berjalan secara uni$ersal.

    Seperti yang pernah dirumuskan oleh 0urni$all, proses terbentuknya sistem negara modern dan

    sistem ekonomi kapitalis berdasarkan kehendak bersama tidaklah terjadi di ndonesia. Di

    ndonesia proses rasionalisasi identik dengan proses kolonialisasi dan dominasi dunia kehidupan

    bangsa ndonesia oleh kekuatan-kekuatan asing dari 3ropa. idak seperti dindonesia, proses

    pembentukan sistem di 3ropa berjalan paralel dengan proses perubahan kulturalnya, sehingga

    terjadi kesinambungan yang harmonis di antara keduanya.12nilah yang disebut 8e9 sebagai

    kultur public.

    budaya publik ini terlihat dengan jelas di dalam moralitas publik, hukum, dan agama

    yang didasarkan pada rasionalitas. Munculnya kultur publik ini juga menandakan berakhirnya

    kultur rakyat yang ter!ujud di dalam moralitas, hukum, dan agama rakyat. ukum, politik, dan

    moralitas yang didasarkan pada rasionalitas ini kemudian memiliki fungsi sosial yang baru. Di

    satu sisi, elemen-elemen publik ini mengikat orang-orang yang berbeda untuk bisa hidup di

    dalam satu komunitas tertentu. idak hanya mengikat, elemen-elemen publik ini juga

    memberikan orang-orang tersebut identitas sosial yang solid. Di sisi lain, elemen publik ini juga

    memberikan apa yang &arsons sebut sebagai >pemeliharaan pola dan pengaturan tegangan.

    &arsons juga lebih jauh berpendapat, bah!a kehidupan di dalam dunia yang rumit dan plural ini

    http://mail.google.com/mail/?ui=2&view=bsp&ver=ymdfwq781tpu#11a9e6eea530aa8c__ftn8http://mail.google.com/mail/?ui=2&view=bsp&ver=ymdfwq781tpu#11a9e6eea530aa8c__ftn8http://mail.google.com/mail/?ui=2&view=bsp&ver=ymdfwq781tpu#11a9e6eea530aa8c__ftn9http://mail.google.com/mail/?ui=2&view=bsp&ver=ymdfwq781tpu#11a9e6eea530aa8c__ftn9http://mail.google.com/mail/?ui=2&view=bsp&ver=ymdfwq781tpu#11a9e6eea530aa8c__ftn10http://mail.google.com/mail/?ui=2&view=bsp&ver=ymdfwq781tpu#11a9e6eea530aa8c__ftn11http://mail.google.com/mail/?ui=2&view=bsp&ver=ymdfwq781tpu#11a9e6eea530aa8c__ftn8http://mail.google.com/mail/?ui=2&view=bsp&ver=ymdfwq781tpu#11a9e6eea530aa8c__ftn9http://mail.google.com/mail/?ui=2&view=bsp&ver=ymdfwq781tpu#11a9e6eea530aa8c__ftn10http://mail.google.com/mail/?ui=2&view=bsp&ver=ymdfwq781tpu#11a9e6eea530aa8c__ftn11
  • 7/21/2019 Pemahaman Mengenai Multikulturalisme

    6/7

    hanya mungkin, jika orang memiliki semacam Aruang tenangB yang memungkinkan mereka untuk

    merasa nyaman. 8uang tenang inilah yang disebutnya sebagai ruang intim. entu saja,

    pengandaian-pengandaian yang ada di dalam masyarakat multikultur itu hanya mungkin, jika

    masyarakat telah mengalami perubahan menjadi masyarakat bermentalitas modern. Di dalam

    masyarakat yang masih sederhana, seluruh kehidupan masyarakat diatur oleh seperangkat aturan

    nilai tertentu. al yang sama kiranya berlaku di dalam masyarakat multikultur, !alaupun dengan

    pola yang berbeda. Seperangkat nilai yang didasarkan pada moralitas bersama haruslah

    diterapkan untuk mengatur kehidupan sosial masyarakat dalam skala yang masif. Sementara,

    perangkat nilai yang sama haruslah juga memungkinkan indi$idu-indi$idu yang ada di

    masyarakat tersebut untuk memperoleh kenyamanan dan stabilitas eksistensial. Masyarakat

    multikultural haruslah memiliki perangkat nilai semacam itu. Dengan kata lain adalah suatu

    keharusan, bah!a perangkat nilai yang didasarkan pada moralitas bersama yang dapat mengatur

    kehidupan masyarakat, baik di dalam ruang publik maupun di dalam ruang pri$at. anpa

    perangkat nilai semacam itu, kehidupan bermasyarakat di dalam masyarakat multikultural tidak

    akan mungkin dapat terjadi. Sekarang, saya akan membahas tentang tantangan bagi ter!ujudnya

    hidup harmoni dalam masyarakat multikultural. Menurut saya, tantangan itu adalah adanya suatu

    kelompok masyarakat yang tidak bisa menerima multikuturalisme itu da nada juga yang iri

    terhadap suatu daerah yang hidup dengan multikulturalisme secara harmonis. Mereka

    mengacaukannya dengan melakukan berbagai tindakan anarkis, rasisme, dan hal-hal lain yang

    berhubungan dengan hal itu. Kalau seandainya saja seluruh dunia melakukan hal itu, maka

    multikulturalisme tidak akan terjadi dimanapun. &adahal multikulturalisme sangat penting bagi

    kita masyarakat majemuk ini. Dengan adanya multikulturalisme, kita dapat mengenal lebih

    dalam tentang budaya multikulturalisme. Maka dari itu, agar tidak terjadi hal-hal yang

    menghilangkan multikuturalisme, maka kita harus tahu hal-hal apa saja yang harus kita lakukan

    agar kehidupan multikulturalisme tetap terjaga, khususnya bagi +egara kita ndonesia. 'eberapa

    cara yang bisa dilakukan adalah, menjadikan kearifan lokal sebagai kekuatan untuk menghadapi

    globalisasi, menjaga kedaulatan +K8 dengan menjaga suasana damai yang telah tercipta, dan

    berusaha me!ujudkannya apabila belum tercipta. Mengembangkan sikap nasionalisme le!at

    berbagai cara.

  • 7/21/2019 Pemahaman Mengenai Multikulturalisme

    7/7

    adi kesimpulannya, kita harus bisa menjaga budaya multikulturalisme +egara kita. idak

    boleh ada usaha dalam pembubaran kulturalisme di +egara kita, bahkan dunia. ika ada usaha

    untuk melunturkan nilai multikulturalisme itu, maka kita harus segera menghentikannya.