Pemaaf n Taubat
description
Transcript of Pemaaf n Taubat
MAKALAH AGAMA ISLAM
“TAUBAT DAN MA’AF”
DISUSUN OLEH: KELOMPOK B2
RIZMA FADILLA EKA PUTRI 09-108
AFRIDIAN FITRIANI 09-150
FITRIANI 09-119
PEGY SORAYA 09-128
SRI WAHYUNI 09-129
IVO SUMARDI 09-136
DIAN RAVINI 09-156
RAHMI FADILLA 09-177
VERA MASARI 09-126
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH TAHUN AJARAN 2010/2011
1) Taubat
Taubat adalah kewajiban seluruh kaum beriman, bukan kewajiban orang yang baru saja
berbuat dosa.
- Menurut bahasa: Kembali
- Menurut istilah: Kembali mendekat pada Allah setelah menjauh dari-Nya.
. Buah-Buah Taubat
- Taubat itu jalan menuju keberuntungan. Allah berfirman: “Dan bertaubatlah kamu sekalian
kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung” (QS. 24:31). Ibnul
Qoyyim berkata: “Janganlah mengharapkan keberuntungan kecuali orang-orang yang bertaubat”.
- Malaikat berdo’a untuk orang-orang yang bertaubat. Allah berfirman: “(Malaikat-
malaikat) yang memikul `Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji
Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang
beriman (seraya mengucapkan): ‘Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala
sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau
dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang bernyala-nyala’” (QS. 40:7).
- Mendapat kemudahan hidup dan rizki yang luas. Allah berfirman: “dan hendaklah kamu
meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu, mengerjakan yang
demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai
kepada waktu yang telah ditentukan” (QS. 11:3). Dan firman Allah: “Dan (dia berkata): ‘Hai
kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia
menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada
kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa’” (QS. 11:52). Dan Allah
berfirman: “maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu -
sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun - niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepada-mu
dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-
kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.’”
- Penghapus kesalahan dan pengampun dosa. Dalam hadis qudsi, Rasulullah bersabda:
“Wahai anak adam, sesungguhnya engkau telah berdo’a pada-Ku dan mengharap pada-Ku, Aku
telah ampunkan dosa-dosamu dan Aku tak menghiraukan. Wahai anak adam, andaikan dosa-
dosamu setinggi langit, kemudian engkau meminta ampunan pada-Ku, Aku akan
mengampunimu, dan Aku tidak menghiraukan. Wahai anak Adam, andaikan kamu datang pada-
Ku dengan kesalahan sebesar Bumi, kemudian engkau tidak pernah mensekutukan pada-Ku
dengan suatu apapun, Aku akan datang padamu dengan ampunan sebesar bumi pula.” Dan
Rasulullah bersabda: “Orang yang bertaubat dari kesalahan bagaikan orang yang tidak punya
dosa.” Dalam hadis yang lain: “Taubat itu menghapuskan dosa-dosa yang lalu.”
- Hati menjadi bersih dan bersinar. Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya seorang mu’min jika
melakukan perbuatan dosa, maka akan terjadi titik hitam di dalam kalbunya, jika dia bertaubat
dan minta ampun pada Allah, kembali cemerlang hatinya, jika dosanya bertambah, bertambah
pula titik hitam tersebut, hingga menutupi hatinya. Itulah “ar-ron” yang disebut oleh Alloh dalam
firman-Nya: ‘Sekali-kali tidak (demikian) sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu
menutupi hati mereka’” (HR. Tirmidzi).
- Dicintai Allah. Allah berfirman: “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan
menyukai orang-orang yang mensucikan diri.”
Ayat yang berhubungan dengan taubat
“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya
kamu beruntung”[QS An-Nur : 31]
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang
yang mensucikan diri.”[QS. Al- Baqarah :222]
"Katakanlah: "Hai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri,
janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-
dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
(QS. Az-Zumar: 53)
Dan dalam menyipati Dzat Allah SWT: "Yang mengampuni dosa dan menerima taubat."
(QS. Ghaafir: 3)
"Maka barangsiapa yang bertaubat (di antara pencuri-pencuri itu) sesudah melakukan
kejahatan itu, dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima taubatnya.
Sesungguhnya Allah Maha pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al Maaidah: 39)
"Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu
memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohon ampun untuk mereka, tentulah
mereka mendapati Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS. An-Nisa: 64)
Hadits yang berhubungan dengan taubat
"Jika kalian melakukan kesalahan-kesalahan (dosa) hingga kesalahan kalian itu sampai ke
langit, kemudian kalian bertaubat, niscaya Allah SWT akan memberikan taubat kepada
kalian." (Hadist diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Abi Hurairah)
Taubat diwajibkan kepada muslimin dan muslimat. Allah SWT berfirman dalam
(QS. Attahrim :8):
“Bertobatlah kalian kepada Allah SWT dengan taubat nasuha”
. Syarat-Syarat Taubat
Allah berfirman: “dan terhadap tiga orang yang ditangguhkan (penerimaan taubat) mereka,
hingga apabila bumi telah menjadi sempit bagi mereka, padahal bumi itu luas dan jiwa
merekapun telah sempit (pula terasa) oleh mereka, serta mereka telah mengetahui bahwa
tidak ada tempat lari dari (siksa) Allah, melainkan kepada-Nya saja. Kemudian Allah
menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya. Sesungguhnya Allah-lah Yang
Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. At-Taubah [9]: 118 )
1. Meninggalkan dosa tersebut. Ibnul-Qoyyim berkata: ”Taubat mustahil terjadi, sementara
dosa tetap dilakukan”.
2. Menyesal atas perbuatannya. Rasulullah bersabda: ”Menyesal adalah taubat”.
3. Berazzam untuk tidak mengulangi lagi. Ibnu Mas’ud berkata: ”Taubat yang benar
adalah: Taubat dari kesalahan yang tidak akan diulangi kembali, bagaikan mustahilnya air
susu kembali pada kantong susunya lagi.”
4. Mengembalikan kedzaliman kepada pemiliknya, atau meminta untuk diha-lalkan.
Imam Nawawi berkata: ”Diantara syarat taubat adalah mengembalikan kedzoliman kepada
pemiliknya, atau meminta untuk dihalakan”.
5. Ikhlash. Ibnu hajar berkata: “Taubat tidak sah kecuali dengan ikhlash”. Allah berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-
murninya” (QS. At Tahrim [66]: 8 ). Yang dimaksud taubat yang murni adalah taubat yang
ikhlash.
6. Taubat dilakukan pada masa diterima-nya taubat. Masa diterimanya taubat adalah:
- Sebelum saat sakarotul maut.
- Sebelum Matahari terbit dari barat.
Allah berfirman: “Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang
mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka,
(barulah) ia mengatakan: “Sesungguhnya saya bertaubat sekarang” (QS. An-Nisaa [4]: 18).
Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba, selama belum
dalam sakarotul-maut” (HR. Tirmidzi).
Dalam hadis yang lain Rasululloh bersabda: “Sesungguhnya Alloh membentangkan
tangan-Nya pada malam hari untuk menerima taubat orang-orang yang melakukan kesalahan
di siang hari. Dan Allah membentangkan Tangan-Nya pada siang hari untuk menerima taubat
orang-orang yang melakukan kesalahan pada malam hari” (HR. Muslim).
Dalam hadist yang lain Rasululloh bersabda: “Barang siapa yang bertaubat sebelum matahari
terbit dari barat, Allah akan menerima taubatnya” (HR. Muslim).
Akibat tidak bertaubat di dunia dan di akhirat
Akibat Di dunia
1. Hati tidak bersinar dan menjadi kotor
Alloh dalam firman-Nya: ‘Sekali-kali tidak (demikian) sebenarnya apa yang
selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka’” (HR. Tirmidzi).
2. Mendapat kesusahan dalam hidup dan rezki menjadi tidak lancar
3. Jalan menuju kesesatan
Akibat di akhirat
1. Tidak di cintai Allah SWT
2. Tidak di ampuni dosa oleh Allah
3. Malaikat tidak berdo’a
2) PEMAAF
Kata maaf berasal dari bahasa Al-Quran alafwu yang berarti "menghapus" karena
yang memaafkan menghapus bekas-bekas luka di hatinya. Bukanlah memaafkan
namanya, apabila masih ada tersisa bekas luka itu didalam hati, bila masih ada dendam
yang membara. Islam mengajak manusia untuk saling memaafkan. Dan memberikan
posisi tinggi bagi pemberi maaf. Karena sifat pemaaf merupakan bagian dari akhlak yang
sangat luhur, yang harus menyertai seorang Muslim yang bertakwa.
Ayat-Ayat yang berhubungan dengan pema’af
Allah swt berfirman: "...Maka barangsiapa yang memaafkan dan berbuat baik,
maka pahalanya atas tanggungan Allah." (Q.S.Asy-Syura : 40).
"...dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak
suka bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha
Penyayang." (QS. An Nur :22)
Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan
pedulikan orang-orang yang bodoh. (QS.Al-A’raf:199)
Hadits yang berhubungan dengan pema’af
Dari Uqbah bin Amir, dia berkata: "Rasulullah SAW bersabda, "wahai Uqbah,
bagaimana jika kuberitahukan kepadamu tentang akhlak penghuni dunia dan akhirat yang
paling utama? Hendaklah engkau menyambung hubungan persaudaraan dengan orang
yang memutuskan hubungan denganmu, hendaklah engkau memberi orang yang tidak
mau memberimu dan maafkanlah orang yang telah menzalimimu." (HR.Ahmad, Al-
Hakim dan Al-Baghawy).
Setiap manusia pernah melakukan kesalahan. Kesalahan, kekhilafan adalah fitrah
yang melekat pada diri manusia. Rasulullah saw bersabda: "Setiap manusia pernah
melakukan kesalahan, dan sebaik-baik pelaku kesalahan itu adalah orang yang segera
bertaubat kepada Allah SWT". Ini berarti bahwa namusia yang baik bukan orang yang
tidak pernah berbuat salah, sebab itu mustahil kecuali Rasulullah SAW yang ma’shum
(senantiasa dalam bimbingan Allah SWT). Tetapi, manusia yang baik adalah manusia
yang menyadari kesalahannya dan segera bertaubat kepada-Nya.
Dalam Islam, mampu memaafkan kesalahan orang lain merupakan salah satu ciri orang
yang bertaqwa (muttaqin). Allah SWT berfirman: "Dan bersegeralah kamu kepada
ampunan dari Tuhanmu, Allah menyediakan syurga yang luasnya seluas langit dan bumi
yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa. Yaitu orang-orang yang
menafkahkan hartanya baik diwaktu lapang atau sempit dan orang-orang yang menahan
amarahnya dan memaafkan kesalahan orang lain, Allah menyukai orang-orang yang
berbuat kebajikan." (QS. Al-Imran: 133-134).
Belajar Memaafkan Dari Rasulullah
Setelah pembebasan Makkah (Fardhu Makkah), dihadapan orang-orang yang selama ini
gigih memusuhinya, Rasulullah berkata : "Wahai orang-orang Quraisy. Menurut
pendapat kamu sekalian apa kira-kira yang akan aku perbuat terhadapmu sekarang?
Jawab mereka: "Yang baik-baik. Saudara kami yang pemurah. Sepupu kami yang
pemurah." Mendengar jawaban itu Nabi kemudian berkata: "Pergilah kamu semua,
sekarang kamu sudah bebas." Begitu luruh jiwa Nabi, karena dengan ucapan itu kepada
kaum Quraisy dan kepada seluruh penduduk Makkah, beliau telah memberikan amnesty
(ampunan) umum. Padahal saat itu nyata mereka tergantung hanya di ujung bibirnya dan
kepada wewenangnya atas ribuan bala tentara Muslim yang bersenjata lengkap yang ada
bersamanya. Mereka dapat mengikis habis penduduk Makkah dalam sekejap hanya
tinggal menurut perintah dari Nabi.
Dengan pengampunan dan pemberi maaf itu, jiwa Nabi telah melampaui
kebesaran yang dimilikinya, melampaui rasa dengki dan dendam di hati, menunjukkan
bahwa beliau bukanlah manusia yang mengenal permusuhan, atau yang akan
membangkitkan permusuhan di kalangan umat manusia. Beliau bukan seorang tiran, yang
mau menunjukkan sebagai orang yang berkuasa. Padahal Nabi mengenal betul, kejahatan
orang-orang yang diampuninya itu. Siapa-siapa di antara mereka yang berkomplot untuk
membunuhnya, yang telah menganiayanya dan menganiaya para pengikutnya. Mereka
melemparinya dengan kotoran bahkan dengan batu saat mengajak manusia ke jalan
Allah. Begitu pemaafnya Rasulullah sekalipun itu kepada orang yang selalu menebar
permusuhan, meneror dan mengancam keselamatannya. Rasulullah begitu pemaaf, Tuhan
juga Maha mengampuni kesalahan hamba-Nya. Mengapa kita manusia biasa susah sekali
memberikan kema’afan?.
Filosofis Maaf Dalam Islam
Ibnu Qudamah dalam Minhaju Qashidin menjelaskan bahwa makna memberi maaf di sini
ialah sebenarnya engkau mempunyai hak, tetapi engkau melepaskannya, tidak menuntut
qishash atasnya atau denda kepadanya. Quraish Shihab dalam Membumikan Al-Quran
menjelaskan: Kata maaf berasal dari bahasa Al-Quran alafwu yang berarti "menghapus"
karena yang memaafkan menghapus bekas-bekas luka di hatinya. Bukanlah memaafkan
namanya, apabila masih ada tersisa bekas luka itu didalam hati, bila masih ada dendam
yang membara. Boleh jadi, ketika itu apa yang dilakukan masih dalam tahaf "masih
menahan amarah". Usahakanlah untuk menghilangkan noda-noda itu, sebab dengan
begitu kita baru bisa dikatakan telah memaafkan orang lain.
Islam mengajak manusia untuk saling memaafkan. Dan memberikan posisi tinggi
bagi pemberi maaf. Karena sifat pemaaf merupakan bagian dari akhlak yang sangat luhur,
yang harus menyertai seorang Muslim yang bertakwa. Allah swt berfirman: "...Maka
barangsiapa yang memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas tanggungan Allah."
(Q.S.Asy-Syura : 40). Dari Uqbah bin Amir, dia berkata: "Rasulullah SAW bersabda,
"wahai Uqbah, bagaimana jika kuberitahukan kepadamu tentang akhlak penghuni dunia
dan akhirat yang paling utama? Hendaklah engkau menyambung hubungan persaudaraan
dengan orang yang memutuskan hubungan denganmu, hendaklah engkau memberi orang
yang tidak mau memberimu dan maafkanlah orang yang telah menzalimimu."
(HR.Ahmad, Al-Hakim dan Al-Baghawy).
Al-Quran memang menetapkan, bahwa seseorang yang diperlakukan secara zalim
diizinkan untuk membela diri tapi bukan didasarkan balas dendam. Pembelaan diri
dilakukan dengan penuh simpati seraya menunjukan perangai yang luhur, bersabar,
memaafkan dan toleran. Ketika Matsah yang dibiayai hidupnya oleh Abu Bakar
menyebarkan gosip yang menyangkut kehormatan putrinya Aisyah yang juga istri Nabi.
Abu Bakar bersumpah tidak akan membiayainya lagi. Tapi, Allah melarangnya sambil
menganjurkan untuk memberika maaf dan berlapang dada.(Q.S. an-Nur : 22). Dari ayat
ini ternyata ada tingkatan yang lebih tinggi dari alafwu (maaf), yaitu alshafhu. Kata ini
pada mulanya berarti kelapangan. Darinya dibentuk kata shafhat yang berarti lembaran
atau halaman, serta mushafahat yang berarti yang berarti berjabat tangan. Seorang yang
melakukan alshafhu seperti anjuran ayat diatas, dituntut untuk melapangkan dadanya
sehingga mampu menampung segala ketersinggungan serta dapat pula menutup lembaran
lama dan membuka lembaran baru.
Akibat jika manusia tidak mau memberi ma’af dan tidak mau meminta ma’af :
1. Tidak mendapat rahmat dari Allah SWT.
2. Termasuk orang-orang yang sombong