Pem-diaognostik Sistem Endokrin

32
MAKALAH KEPERAWATAN PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK SISTEM ENDOKRIN Disusun Oleh : Kelompok 2 (S1-2A) 1. Adelitta Ratu F.V (121.0001) 2. Angga Wahyu I (121.0011) 3. Chieffiana Laila (121.0021) 4. Desy Evarani (121.0023) 5. Lailatul Hidayah (121.0055) 6. Mustika Larasati (121.0067) 7. Sofyan Riyandi (121.0099)

description

pemeriksaan diagnostik sistem endokrin

Transcript of Pem-diaognostik Sistem Endokrin

MAKALAH KEPERAWATANPEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

SISTEM ENDOKRIN

Disusun Oleh :

Kelompok 2 (S1-2A)

1. Adelitta Ratu F.V

(121.0001)

2. Angga Wahyu I

(121.0011)

3. Chieffiana Laila

(121.0021)

4. Desy Evarani

(121.0023)

5. Lailatul Hidayah

(121.0055)

6. Mustika Larasati

(121.0067)

7. Sofyan Riyandi

(121.0099)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN SURABAYA

TAHUN AJARAN 2013-2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Sistem Endokrin I dengan judul Pemeriksaan Diagnostik Sistem Endrokrin I. Makalah ini ditulis untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan perkembangan ilmu keperawatan pada cabang ilmu keperawatan medikal bedah yang sesuai dengan perkembangan kurikulum terbaru, khususnya mata kuliah Sistem Endokrin I.

Semoga makalah ini memebrikan informasi bagi pembaca dan bermanfaat untuk mengembangkan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua dan para pembaca dapat memahami dan mendapat pengetahuan yang lebih baik, sehingga dapat diaplikasikan untuk mengembangkan kompetensi dalam keperawatan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami selalu bersedia dengan terbuka menerima berbagai saran dan kritik demi perbaikan di masa mendatang.

Surabaya, 21 Maret 2014

Penyusun,Tim PenulisDAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

BAB I: Pendahuluan

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Tujuan 2

1.4 Manfaat 2

BAB II : Tinjauan Pustaka

2.1 Sistem Endokrin 32.2 Fungsi Sistem Endokrin 32.3 Karakteristik Sistem Endokrin 42.4 Pengendalian Hormon Secara Umum 4

2.5 Klasifikasi Hormon 5

2.6 Patofisiologi Hormon Secara Umum6

BAB III: Pembahasan

3.1 Pengertian Pemeriksaan Diagnostik 83.2 Fungsi Pemeriksaan Diagnostik Sistem Endokrin8

3.3 Macam-Macam Pemeriksaan Diagnostik Sistem Endokrin8

BAB IV: Penutup

4.1 Kesimpulan 174.3 Saran 17Daftar Pustaka 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangSistem endokrin merupakan system kelenjar yang memproduksi substans untuk digunanakan dalam tubuh. Kelenjar endokrin mengeluarkan substansi yang tetap beredar dan bekerja didalam tubuh.

Hormon merupakan senyawa kimia khusus yang diproduksi oleh kelenjar endokrin tertentu dan berfungsi sebagai penghantar atau transmitter kimiawi yang dilepas dari sel-sel khusus ke dalam aliran darah, selanjutnya dibawa ke sel-sel target. Salah satu contoh dari hormone yaitu Asetilkolin yang dilepaskan oleh bagian ujung-ujung syaraf parasimpatis dan syaraf rangka. Sekretin yang dilepaskan oleh dinding duedenum dan diangkut dalam darah menuju penkreas untuk menimbulkan sekresi pankreas dan kolesistokinin yang dilepaskan diusus halus, diangkut kekandung empedu sehingga timbul kontraksi kandung empedu dan pankreas sehingga timbul sekresi enzim.Pengkajian diagnostik sistem endokrin merupakan hal penting dalam perawatan klien di rumah sakit dan tidak dapat dipisahkan dari rangkaian pengobatan dan perawatan. Validitas dari hasil pemeriksaan diagnostik sangat ditentukan oleh bahan pemeriksaan, persiapan klien, alat dan bahan yang di gunakan serta pemeriksaannya sendiri. Dua hal pertama menjadi tugas dan tanggung jawab perawat. Oleh karena itu pemahaman perawat terhadap berbagai pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien sangatlah menentukan keberhasilannya. Begitu halnya pada klien yang diduga atau yang menderita gangguan sistem endokrin, pemahaman perawat yang lebih baik tentang berbagai prosedur diagnostik yang lazim sangatlah diharapkan.

1.2 Rumusan MasalahDari penjelasan diatas maka penulis dapat menyimpulkan beberapa masalah yang dapat dibahas dalam makalah ini, yakni:

1.2.1 Apa pengertian dari pemeriksaan diagnostik?1.2.2 Apa fungsi dari pemeriksaan diagnostik?1.2.3 1.2.3 Apa saja macam-macam pemeriksaan diagnostik sistem endokrin?1.3 Tujuan1.3.1 Agar memahami pengertian pemeriksaan diagnostik1.3.2 Agar memahami fungsi pemeriksaan diagnostik1.3.3 Agar memahami macam-macam pemeriksaan diagnostik sistem endokrin1.4 Manfaat

1.4.1 Mengetahui pengertian pemeriksaan diagnostik1.4.2 Mengetahui fungsi pemeriksaan diagnostik1.4.3 Mengetahui macam-macam pemeriksaan diagnostik sistem endokrinBAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Endokrin Kelenjar endokrin merupakan sekelompok susunan sel yang mempunyai susunan mikroskopis sangat sederhana. Kelompok ini terdiri dari deretan sel-sel, lempengan atau gumpalan sel disokong oleh jaringan ikat halus yang banyak mengandung pembuluh kapiler.

Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu. Misalnya, medulla adrenal dan kelenjar hipofise posterior yang mempunyai asal dari saraf (neural). Jika keduanya dihancurkan atau diangkat, maka fungsi dari kedua kelenjar ini sebagian diambil alih oleh sistem saraf.

Kelenjar endokrin tidak memiliki saluran, hasil sekresi dihantarkan tidak melaui saluran, tapi dari selsel endokrin langsung masuk ke pmbuluh darah. Selanjutnya hormon tersebut dibawa ke sel-sel target (responsive cells) tempat terjadinya efek hormon. Sedangkan ekresi kelenjar eksokrin keluar dari tubuh kita melalui saluran khusus, seperti uretra dan saluran kelenjar ludah.

Tubuh kita memiliki beberapa kelenjar endokrin. Diantara kelenjar-kelenjar tersebut, ada yang berfungsi sebagai organ endokrin murni artinya hormon tersebut hanya menghasilkan hormon misalnya kelenjar pineal, kelenjar hipofisis / pituitary, kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid, kelenjar adrenal suprarenalis, dan kelenjar timus. 2.2 Fungsi Sistem Endokrin Sistem endokrin mempunyai lima fungsi umum :2.2.1 Membedakan sistem saraf dan sistem reproduktif pada janin yang sedang berkembang

2.2.2 Menstimulasi urutan perkembangan

2.2.3 Mengkoordinasi sistem reproduktif

2.2.4 Memelihara lingkungan internal optimal2.2.5 Melakukan respons korektif dan adaptif ketika terjadi situasi darurat.2.3 Karakteristik Sistem Endokrin Meskipun setiap hormon adalah unik dan mempunyai fungsi dan struktur tersendiri, namun semua hormon mempunyai karakteristik berikut.

Hormon disekresi dalam salah satu dari tiga pola berikut:

1. Sekresi diurnal adalah pola yang naik dan turun dalam periode 24 jam. Kortisol adalah contoh hormon diurnal. Kadar kortisol meningkat pada pagi hari dan menurun pada malam hari.

2. Pola sekresi hormonal pulsatif dan siklik naik turun sepanjang waktu tertentu, seperti bulanan. Estrogen adalah non siklik dengan puncak dan lembahnya menyebabkan siklus menstruasi.

3. Tipe sekresi hormonal yang ketiga adalah variabel dan tergantung pada kadar subtrat lainnya. Hormon paratiroid disekresi dalam berespons terhadap kadar kalsium serum.

Hormon bekerja dalam sistem umpan balik, yang memungkinkan tubuh untuk dipertahankan dalam situasi lingkungan optimal. Hormon mengontrol laju aktivitas selular. Hormon tidak mengawali perubahan biokimia, hormon hanya mempengaruhi sel-sel yang mengandung reseptor yang sesuai, yang melakukan fungsi spesifik.Hormon mempunyai fungsi dependen dan interdependen. Pelepasan hormon dari satu kelenjar sering merangsang pelepasan hormon dari kelenjar lainnya. Hormon secara konstan di reactivated oleh hepar atau mekanisme lain dan diekskresi oleh ginjal.2.4 Pengendalian Hormon Secara Umum Jika kelenjar endokrin mengalami kelainan fungsi, maka kadar hormon di dalam darah bisa menjadi tinggi atau rendah, sehingga mengganggu fungsi tubuh.Untuk mengendalikan fungsi endokrin, maka pelepasan setiap hormon harus diatur dalam batas-batas yang tepat.

Tubuh perlu merasakan dari waktu ke waktu apakah diperlukan lebih banyak atau lebih sedikit hormon. Hipotalamus dan kelenjar hipofisa melepaskan hormonnya jika mereka merasakan bahwa kadar hormon lainnya yang mereka kontrol terlalu tinggi atau terlalu rendah. Hormon hipofisa lalu masuk ke dalam aliran darah untuk merangsang aktivitas di kelenjar target. Jika kadar hormon kelenjar target dalam darahmencukupi, maka hipotalamus dan kelenjar hipofisa mengetahui bahwa tidak diperlukan perangsangan lagi dan mereka berhenti melepaskan hormon.

Sistem umpan balik ini mengatur semua kelenjar yang berada dibawah kendali hipofisa. Hormon tertentu yang beradadibawah kendali hipofisa memiliki fungsi yang memiliki jadwal tertentu. Misalnya, suatu siklus menstruasi wanita melibatkan peningkatan sekresi LH dan FSH oleh kelenjar hipofisa setiap bulannya. Hormon estrogen dan progesteron pada indung telur juga kadarnya mengalami turun-naik setiap bulannya.

Mekanisme pasti dari pengendalian oleh hipotalamus dan hipofisa terhadap bioritmik ini masih belum dapat dimengerti. Tetapi jelas terlihat bahwa organ memberikan respon terhadap semacam jam biologis.2.5 Klasifikasi Hormon 2.5.1 Hormon perkembanganHormon yang memegang peranan di dalam perkembangan dan pertumbuhan. Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar gonad.

2.5.2 Hormon metabolisme

Proses homeostasis glukosa dalam tubuh diatur oleh bermacam-macam hormon, contoh glukokortikoid, glukagon, dan katekolamin.

2.5.3 Hormon tropik

Dihasilkan oleh struktur khusus dalam pengaturan fungsi endokrin yakni kelenjar hipofise sebagai hormon perangsang pertumbuhan folikel (FSH) pada ovarium dan proses spermatogenesis (LH).

2.5.4 Hormon pengatur metabolisme air dan mineralKalsitonin dihasilkan oleh kelenjar tiroid untuk mengatur metabolisme kalsium dan fosfor.2.6 Patofisiologi Hormon Secara Umum

Hormon berperan mengatur dan mengontrol fungsi organ. Pelepasannya bergantung pada perangsangan atau penghambatan melalui faktor yang spesifik. Hormon dapat bekerja di dalam sel yang menghasilkan hormone itu sendiri (autokrin), mempengaruhi sel sekirtar (parakrin), atau mencapai sel target di organ lain melalui darah (endokrin).

Di sel target, hormon berikatan dengan reseptor dan memperlihatkan pengaruhnya melalui berbagai mekanisme transduksi sinyal selular.Hal ini biasanya melalui penurunan faktor perangsangan dan pengaruhnya menyebabkan berkurangnya pelepasan hormon tertentu, berarti terdapat siklus pengaturan dengan umpan balik negatif. Pada beberapa kasus, terdapat umpan balik positif (jangka yang terbatas), berarti hormon menyebabkan peningkatan aktifitas perangsangan sehingga meningkatkan pelepasannya. Istilah pengontrolan digunakan bila pelepasan hormon dipengaruhi secara bebas dari efek hormonalnya. Beberapa rangsangan pengontrolan dan pengaturan yangbebas dapat bekerja pada kelenjar penghasil hormon.

Berkurangnya pengaruh hormone dapat disebabkan oleh gangguan sintesis dan penyimpanan hormon. Penyebab lain adalah gangguan transport di dalam sel yang mensintesis atau gangguan pelepasan. Defisiensi hormon dapat juga terjadi jika kelenjar hormon tidak cukup dirangsang untuk memenuhi kebutuhan tubuh, atau jika sel penghasil hormon tidak cukup sensitive dalam bereaksi terhadap rangsangan, atau jika sel panghasil hormon jumlahnya tidak cukup (hipoplasia, aplasia).

Berbagai penyebab yang mungkin adalah penginaktifan hormon yang terlalu cepat atau kecepatan pemecahannya meningkat. Pada hormon yang berikatan dengan protein plasma, lama kerja hormon bergantung pada perbandingan hormon yang berikatan. Dalam bentuk terikat, hormon tidak dapat menunjukkan efeknya, pada sisi lain, hormon akan keluar dengan dipecah atau dieksresi melalui ginjal.

Beberapa hormon mula-mula harus diubah menjadi bentuk efektif di tempat kerjanya. Namun, jika pengubahan ini tidak mungkindilakukan, misalnya defek enzim, hormon tidak akan berpengaruh. Kerja hormon dapat juga tidak terjadi karena target organ tidak berespons(misal, akibat kerusakan pada reseptor hormone atau kegagalan transmisi intra sel) atau ketidakmampuan fungsional dari sel atau organ target .

Penyebab meningkatnya pengaruh hormone meliputi, yang pertama peningkatan pelepasan hormon. Hal ini dapat disebabkan oleh pengaruh rangsangan tunggal yang berlebihan. Peningkatan sensitivitas, atau terlau banyak jumlah sel penghasil hormon (hyperplasia, adenoma). Kelebihan hormon dapat juga disebabkan oleh pembentukan hormon pada sel tumor yang tidak berdiferensiasi diluar kelenjar hormonnya (pembentukan hormon ektopoik).

Peningkatan kerja hormon juga diduga terjadi jika hormone dipecah atau diinaktifkan terlalu lambat, missal pada gangguan inaktivasi organ (ginjal atau hati). Pemecahan dapat diperlambat dengan meningkatnya hormon ke protein plasma, tetapi bagian yang terikat dengan protein.BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostic adalah suatu pemeriksaan yang mutlak dilakukan untuk menegakkan suatu diagnosa penyakit klien atau pasien.3.2 Tujuan Pemeriksaan Diagnostik

3.2.1 Untuk menegakkan diagnosis penyakit atau menyingkirkan penyakit (sensitif : kemungkinan negative semu kecil, spesifik : kemungkinan positif semu kecil)3.2.2 Untuk keperluan screening (mencari subjek yang asimptomatik)

3.2.3 Untuk pengobatan pasien dalam memantau perjalanan penyakit, mengindentifikasi komplikasi, mengetahui kadar terapi suatu obat, menetapkan prognosis dan mengkonfirmasi suatu hasil pemeriksaan yang tak diduga

3.2.4 Untuk studi epidemiologis

3.3 Pemeriksaan Diagnostik Sistem Endokrin

3.3.1 Pemeriksaan Diagnostik Sistem Endokrin Pada Kelenjar Hipofise

3.3.1.1 Foto Tengkorak (Kranium)Dilakukan untuk melihat kondisi sella tursika. Dapat terjadi tumor atau juga atropi. Tidak dibutuhkan persiapan fisik secara khusus, namun pendidikan kesehatan tentang tujuan dan prosedur sangatlah penting.

3.3.1.2 Foto Tulang (Osteo)Dilakukan untuk melihat tulang. Pada klien dengan gigantisme akan dijumpai ukuran tulang yang bertambah besar dari ukuran maupun panjangnya. Pada akromegali akan dijumpai tulang-tulang perifer yang bertambah ukurannya kesamping. Persiapan fisik secara khusus tidak ada, pendidikan kesehatan diperlukan.

3.3.1.3 CT Scan OtakDilakukan untuk melihat kemungkinan adanya tumor pada hipofisis atau hipotalamus melalui komputerisasi. Tidak ada persiapan fisik secara khusus, namun diperlukan penjelasan agar klien dapat diam tidak bergerak selama prosedur.

3.3.2 Pemeriksaan Darah dan Urin3.3.2.1 Kadar Growth Hormon

Nilai normal 10 g/ml baik pada anak dan orang dewasa. Pada bayi dibulan-bulan pertama kelahiran nilai ini meningkt kadarnya. Specimen adalah darah vena lebih kurang 5 cc. Persiapan khusus secara fisik tidak ada.

3.3.2.2 Kadar Tiroid Stimulating Hormon

Nilai normal 6-10 g/ml. Dilakukan untuk menentukan apakah gangguan tiroid bersifat primer atau sekunder. Dibutuhkan darah kurang lebih 5 cc. Tanpa persiapan khusus.

3.3.2.3 Kadar Adrenokartiko Tropik Hormon

Pengukuran dilakukan dengan test supresi deksametason. Spesimen yang diperlukan adalah darah vena lebih kurang 5 cc dan urin 24 jam.

PersiapanTidak ada pembatasan makanan dan minuman. Bila klien menggunakan obat-obatan seperti kortisol atau antagonisnya dihentikan lebih dahulu 24 jam sebelumnya. Bila obat-obatan harus diberikan, lampiran jenis obat dan dosisnya pada lembaran pengiriman specimen. Cegah stres fisik dan psikologis.

Pelaksanaan

Klien diberi dexametason 4 x 0,5 ml/hari selama-lamanya dua hari. Besok paginya darah vena diambil sekitar 5 cc. Urine ditampung selama 24 jam. Kirim spesimen (darah dan urin) ke laboratorium

Hasil Normal Bila :ACTH menurun kadarnya dalam darah. Kortisol darah kurang dari 5 ml/dl. 17-Hydroxi-Cortiko-Steroid (17-OHCS) dalam urine 24 jam kurang dari 2,5 mg.Cara sederhana dapat juga dilakukan dengan pemberian dexametason 1 mg/oral tengah malam, baru darah vena diambil lebih kurang 5 cc pada pagi hari dan urine ditampung selama 5 jam. Specimen dikirim ke laboratorium. Nilai normal bila kadar kortisol darah kurang atau sama dengan 3 mg/dl dan eksresi 17 OHCS dalam urine 24 jam kurang dari 2,5 mg.

3.3.3 Pemeriksaan Diagnostik Pada Kelenjar Tiroid

3.3.3. 1 Up take Radioaktif (RAI)Tujuan pemeriksaan darah untuk mengukur kemampuan kelenjar tiroid dalam menangkap iodide.

Persiapan Klien puasa 6-8 jam. Jelaskan tujuan dan prosedur. Pelaksanaan Klien diberikan Radioaktif Iodium (I ) per oral sebanyak 50 microcuri. Dengan alat pengukur yang ditaruh diatas kelenjar tiroid diukur radioaktif yang tertahan. Juga dapat diukur clearence I( melalui ginjal dengan mengumpulkan urine selama 24 jam dan diukur kadar radioaktif Iodiumnya. Banyaknya I yang ditahan oleh kelenjar tiroid dihitung dalam persentase sebagai berikut:

Normal : 10-35 %Kurang dari: 10 % disebut menurun, dapat terjadi pada hipotiriodisme.Lebih dari : 35 % disebut meninggi dapat terjadi pada tirotoxikosis atau pada defisisensi Iodium yang suddah lama dan pada pengobatan lama hipertiroidisme.

3.3.3.2 T3 dan T4 Serum Persiapan fisik secara khusus tidak ada. Spesimen yang dibutuhkan adalah darah vena sebanyak 5-10 cc.

Nilai normal pada oang dewasa :

Iodium bebas : 0,1-0,6 mg/dl

T3 : 0,2-0,3 mg/dl

T4 : 6-12 mg/dl

Nilai normal pada bayi/anak :

T3 : 180-240 mg/dl

3.3.3.3 Up take ResinBertujuan untuk mengukur jumlah hormon tiroid (T3) atau tiroid binding globulin (TBG) tak jenuh. Bila TBG naik berarti hormon tiroid bebas meningkat. Peningkatan TBG terjadi pada hipertiroidisme dan menurun pada hipotiroidisme. Dibutuhkan spesimen darah vena sebanyak 5 cc.

Persiapan

Klien puasa selama 6-8 jam.

Nilai normal :

Dewasa : 25-35 % uptake oleh resin

Anak : pada umumnya tidak ada.3.3.3.4 Protein Bound Iodine (PBI)Bertujuan mengukur Iodium yang terikat dengan protein plasma. Nilai normal 4-8 mg% dalam 100 ml darah. Spesimen yang dibutuhkan darah vena sebanyak 5-10 cc. Klien dipuasakan sebelum pemeriksaan 6-8 jam.

3.3.3.5 Laju Metabolisme Basal (BMR)Bertujuan untuk mengukur secara tidak langsung jumlah oksigen yang dibutuhkan tubuh dibawah kondisi basal selama beberapa waktu.

Persiapan

Klien puasa selama 12 jam Hindari kondisi yang menimbulkan kecemasan dan stres. Klien harus tidur paling tidak 8 jam. Tidak mengkonsumsi obat-obat analgesik dan sedatif. Jelaskan pada klien tujuan pemeriksaan dan prosedurnya. Tidak oleh bangun dari tempat tidur sampai pemeriksaan dilakukan. Pelaksanaan

Segerah setelah bangun, dilakukan pengukuran tekanan darah dan nadi.Dihitung dengan rumus;

BMR (0,75 x pulse) + (0,74 x Tek nadi) 72

Nilai normal BMR : 10 s/d 15 %Pertimbangkan faktor umur, jenis kelamin dan ukuran tubuh dengan kebutuhan oksigen jaringan. Pada klien yang sangat cemas, dapat diberikan fenobarbital yang pengukurannya disebut Sommolent Metabolisme Rate. Nilai normalnya 8-13% lebih rendah dari BMR.

3.3.3.6 Scanning TyroidDapat digunakan beberapa teknik antara lain :

Radio lodine Scanning. Digunakan untuk menentukan apakah nodul tiroid tunggal atau majemuk dan apakah panas atau dingin (berfungsi atau tidak berfungsi). Nodul panas menyebabkan hipersekresi jarang bersifat ganas. Sedangkan nodul dingin (20%) adalah ganas.

Up Take lodine. Digunakan untuk menentukan pengambilan iodium dari plasma. Nilai normal 10 s/d 30% dalam 24 jam.

3.3.4 Pemeriksaan Diagnostik Pada Kelenjar Paratiroid

3.3.4.1 Percobaan SulkowitchDilakukan untuk memeriksa perubahan jumlah kalsium dalam urine, sehingga dapat diketahui aktivitas kelenjar paratiroid. Percobaan dilakukan dengan menggunakan Reagens Sulkowitch. Bila pada percobaan tidak terdapat endapan maka kadar kalsium, plasma diperkirakan antara 5 mg/dl. Endapan sedikit (Fine white cloud) menunjukan kadar kalsium darah normal (6 ml/dl). Bila endapan banyak, kadar kalsium tinggi.

Persiapan

Urine 24 jam ditampung. Makanan rendah kalsium 2 hari berturut-turut.

Pelaksanaan

Masukkan urine 3 ml kedalam tabung (2 tabung). Kedalam tabung pertama dimasukkan reagens sulkowitch 3 ml, tabung kedua hanya sebagai kontrol. Pembacaan hasil secara kwantitatif :

Negatif (-) : Tidak terjadi kekeruhan.Positif (+) : Terjadi kekeruhan yang halus.Positif (++) : Kekeruhan sedang.

Positif (+++) : Kekeruhan banyak timbul dalam waktu kurang dari 20 detik.Positif (++++) : Kekeruhan hebat, terjadi seketika.3.3.4.2 Percobaan Ellwort-HowardPercobaan didasarkan pada diuresis pospor yang dipengaruhi oleh parathormon.

Cara pemeriksaan

Klien disuntik dengan parathormon melalui intravena kemudian urine ditampung dan diukur kadar pospornya. Pada hipoparatiroid, diuresis pospor bisa mencapai 5-6 x nilai normal. Pada hiperparatiroid , diuresis pospornya tidak banayak berubah.

3.3.4.3 Percobaan Kalsium IntravenaPercobaan ini didasarkan pada anggapan bahwa bertambahnya kadar serum kalsium akan menekan pembentukan parathormon. Normal bila pospor serum meningkat dan pospor diuresis berkurag. Pada hiperparatiroid, pospor serum dan pospor diuresis tidak banyak berubah. Pada hipoparatiroid, pospor serum hampir tidak mengalami perubahan tetapi pospor diuresis meningkat.

3.3.4.4 Pemeriksaan Radiologi

Persiapan khusus tidak ada. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya kalsifikasi tulang, penipisin dan osteoporosis. Pada hipotiroid, dapat dijumpai kalsifikasi bilateral pada dasar tengkorak. Densitas tulang bisa noral atau meningkat. Pada hiper tiroid, tulang menipis, terbentuk kista dalam tulang serta tuberculae pada tulang.

3.3.4.5 Pemeriksaan Elektrocardiogram (EKG)Persiapan khusus tidak ada. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi kelainan gambaran EKG akibat perubahan kadar kalsium serum terhadap otot jantung . Pada hiperparatiroid, akan dijumpai gelombang Q-T yang memanjang, sedangkan hiperparatiroid interval Q-T mungkin normal.

3.3.4.6 Pemeriksaan Elektromiogram (EMG)Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi perubahan kontraksi otot akibat perubahan kadar kalsium serum. Persiapan khusus tidak ada.

3.3.5 Pemeriksaan Diagnostik Pada Kelenjar Pankreas

Pemeriksaan GlukosaJenis pemeriksaannya adalah gula darah puasa. Bertujuan untuk menilai kadar gula darah setelah puasa selama 8-10 jam.

Nilai normal :

Dewasa : 70-110 md/dl

Bayi : 50-80 mg/d

Anak-anak : 60-100 mg/dl

Persiapan

Klien dipuasakan sebelum pemeriksaan dilakukan. Jelaskan tujuan prosedur pemeriksaan.

Pelaksaaan Spesimen adalah darah vena lebih kurang 5 s/d 10 cc. Gunakan anti koagulasi bila pemeriksan tidak dapat dilakukan segera. Bila klien mendapat pengobatan insulin atau oral hipoglikemik untuk sementara tidak diberikan. Setelah pengambilan darah, klien diberi makan dan minum serta obat-obatan sesuai program.Gula darah 2 jam setelah dimakan. Sering disingkat dengan gula darah 2 jam PP(post prandial). Bertujuan untuk menilai kadar gula darah 2 jam setelah makan. Dapat dilakukan secara bersamaan dengan pemeriksaan gula darah puasa artinya setelah pengambilan gula darah puasa, kemudian klien disuruh makan menghabiskan porsi yang biasa lalu setelah 2 jam kemudian dilakukan pengukuran kadar gula darahnya. Atau bisa juga dilakukan secara terpisah tergantung pada kondisi klien.

Prinsip persiapan dan pelaksanaan sama saja namun perlu didingat waktu yang tepat untuk pengambilan spesimen karena hal ini dpat memepengaruhi hasil pemeriksaan bagi klien yang mendapat obat-obatan sementara dihentikan sampai pengambilan spesimen dilakukan.

3.3.6 Pemeriksaan Diagnostik Pada Kelenjar Adrenal

3.3.6.1 Pemeriksaaan Hemokonsentrasi darahNilai normal :

Dewasa wanita : 37-47 %

Dewasa pria : 45 -54 %

Anak-anak : 31-43 %

Bayi : 30-40 %

Neonatal : 44-62 %

Tidak ada persiapan secara khusus. Spesimen darah dapat diperoleh dari perifer seperti ujung dari atau melalui fungsi intravena. Bubuhi antikoagulan kedalam darah untuk mencegah pembekuan.

3.3.6.2 Pemeriksaan Elektrolit serum (Na,K,Cl)

Nilai normal

Natrium : 310-335 mg (13,6-14 meq/liter)

Kalium : 14-20 mg% (3,5-5,0 meq/liter)

Chlorida : 350-375 mg% (100-106 meq/liter)

Pada hipofungsi adrenal akan terjadi hipernatremi dan hipokalemi, dan sebaliknya terjadi pada hiperfungsi adrenal yaitu hiponatremia dan hiperkalemia. Tidak diperlukan persiapan fisik secara khusus.

3.3.6.3 Percobaan Vanil Mandelic Acid (VMA)Bertujuan untuk mengukur katekolamin dalam urine. Dibutuhkan urine dalam 24 jam. Nilai normal 1-5 mg. Tidak ada persiapan khusus.

3.3.7.4 Stimulasi TestDimaksudkan untuk mengevaluasi dan mendeteksi hipofungsi adrenal. Dapat dilakukan terhadap kortisol dengan pemberian ACTH. Stimulasi terhadap aldosteron dengan pemberian sodium.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pemeriksaan diagnostic adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga dan komunikan terhadap suatu masalah kesehatan dan proses kehidupan actual maupun potensial. Hasil dari pemeriksaan diagnostik dan laboratorium sangat penting dalam membantu diagnosa, memantau perjalanan penyakit serta menentukan prognosa, karena itu perlu diketahui faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium.

4.2 SaranPada sistem endokrin ditemukan berbagai macam gangguan dan kelainan, baik karena bawaan maupun karena faktor luar, seperti virus atau kesalahan mengkonsumsi makanan. Dan untuk mengurangi risiko kesalahan dalam mendiagnosa penyakit klien maka kita sebagai tenaga kesehatan khusunya perawat harus teliti dan tepat dalam pemeriksaan diagnostik.DAFTAR PUSTAKA

Guyton, arthur. C. 1996. Buku ajar fisiologi kedokteran. Cet. 4, ed. 7. Jakarta : EGC.

Hartanto, huriawati, 2005. Kamus saku mosby kedokteran, keperawatan, kesehatan. Jakarta : EGC

Rumahorbo, hotma. 2005. Askep klien dengan gangguan sistem endokrin. Jakarta : EGC

Syaifuddin. 2006. Anatomi fisiologi untuk mahasiswa perawat. Jakarta : EGC