Pelindung : Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian...

55
i Pelindung : Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat Pengarah : Nandang Sunandar Editor: Oswald Marbun Redaktur Pelaksana: Ketua : Nadimin Sekretaris : Djoko Sediono Layout/Desain Cover: Bambang Unggul PS Alamat Redaksi BPTP Jawa Barat, Jl. Kayuambon No. 80 Lembang, Bandung, 40391 Telepon : (022) 2786238, 2787163 Faximile : (022) 2789846 E-mail : [email protected] Website : http//jabar.litbang.deptan.go.id Keterangan Cover Depan: Beberapa Inovasi Teknologi

Transcript of Pelindung : Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian...

ii

Pelindung : Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat Pengarah : Nandang Sunandar

Editor: Oswald Marbun

Redaktur Pelaksana: Ketua : Nadimin Sekretaris : Djoko Sediono

Layout/Desain Cover: Bambang Unggul PS

Alamat Redaksi BPTP Jawa Barat, Jl. Kayuambon No. 80 Lembang, Bandung, 40391 Telepon : (022) 2786238, 2787163 Faximile : (022) 2789846 E-mail : [email protected] Website : http//jabar.litbang.deptan.go.id

Keterangan Cover Depan: Beberapa Inovasi Teknologi

iiii

SSaallaamm DDiisseemmiinnoorraa,,

Edisi sebelumnya pecinta Buletin Diseminora informasi tentang SL-PTT, PSDS, FEATI dan IP padi 400 yang menjadi andalan

Kementerian Pertanian, kali ini Diseminora akan mengajak para pembaca untuk sejenak mengetahui beberapa program

Kemtan antara lain: Pemupukan Hara Spesifik Lokasi Padi Sawah (PHSL), Spektrum Diseminasi Multi Channel, Efisiensi

Penggunaan Air, dan Tahapan Proses Adopsi Inovasi Teknologi Pertanian Pada PTT Padi.

Selain itu Edisi ke 7 ini juga mengangkat tema “Model Kawasan Rumah Pangan Lestari di Jawa Barat 2011”

Redaksi berharap Buletin Diseminora Edisi ke 7 ini dapat menambah wawasan tentang informasi teknologi untuk dapat

diwujudkan di lapangan.

SSeellaammaatt MMeemmbbaaccaa..

ii

FFookkuuss 1. Model Kawasan Rumah Pangan Lestari di Jawa Barat 2011 .................. 1 2. Penerapan Metode Partisipatif Dalam Pendampingan (Suatu

Tinjauan Pengembangan Masyarakat) ............................................ 3

PPrrooffiill 1. Profil Penyuluh Pertanian Teladan dari Kabupaten Subang .................... 8

PPeerrlluu AAnnddaa TTaahhuu 1. 3 Cara Mengakses Pemupukan Hara Spesifik Lokasi Padi Sawah (PHSL)

Melalui Jaringan ............................................................................... 12 3. Spektrum Diseminasi Multi Channel .................................................. 14 4. Strategi Pola Dan Jadwal Tanam Pertanian Berdasarkan Informasi Iklim ................................................................................ 19 5. Pencarian Artikel Jurnal Science Direct ................................................. 26 6. Psikologi Sosial Dalam Penyuluhan Pertanian ....................................... 31 7. Aplikasi Perangkap Berferomon Dalam Menanggulangi Hama Penggerek Batang Padi kuning (PBPK) di Kabupaten Subang .................. 36

SSeeppuuttaarr KKiittaa 1. Evaluasi Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT Padi TA. 2011 Dihadiri

Bupatei Majalengka ......................................................................... 39 2. Gerakan Tanam Padi Legowo-2 di Kabupaten Majelengka ..................... 41

KKlliinniikk KKoonnssuullttaassii 1. Klinik Agribisnis Sebagai Lembaga Penyedia Informasi Teknologi

Pertanian ........................................................................................ 43

PPeelluuaanngg UUssaahhaa 1. Sistem Tanam Legowo 2:1 Dengan Menggunakan Metode Caplak dan

Kenca ............................................................................................. 48

IInntteerrmmeezzoo 1. .............................................................. 52

11

MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI JAWA BARAT 2011

Susi Mindarti BPTP Jawa Barat  

Model Kawasan Rumah Pangan

Lestari (M-KRPL) Jawa Barat dilaksanakan di tiga kabupaten yaitu Karawang, Cianjur, dan Kuningan. Kegiatan M-KRPL bertujuan untuk; (1) memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat melalui optimalisasi pemanfaatan pekarangan secara lestari, (2) meningkatkan kemampuan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan lahan pekarangan untuk budidaya tanaman pangan, buah, sayuran dan tanaman obat keluarga (toga), pemeliharaan ternak dan ikan, pengolahan hasil serta pengolahan limbah rumah tangga menjadi kompos, (3) mengembangkan sumber benih/bibit untuk menjaga keberlanjutan pemanfatan pekarangan dan melakukan pelestarian tanaman pangan lokal untuk masa depan, (4) mengembangkan kegiatan ekonomi produktif keluarga sehingga mampu meningkat kesejahteraan keluarga dan menciptakan lingkungan hijau yang bersih dan sehat secara mandiri. Di Kabupaten Karawang lokasi kegiatan M-KRPL di Desa Mulyasari, Kecamatan Ciampel, kegiatan ini diawali dengan sosialisasi pada akhir bulan September 2011. Respon masyarakat terhadap kegiatan M-KRPL tersebut sangat tinggi, hal ini masyarakat juga langsung ikut berpartisipasi

22

dalam menanam tanaman sayuran, tanaman obat, dan tanaman buah-buahan di lahan pekarangan. Pada awal kegiatan jumlah KK yang mengikuti program tersebut sebanyak 65 KK, dengan pembagian strata lahan yaitu: 26 KK lahan sempit, 26 KK lahan sedang, dan 3 KK lahan luas. Pada bulan Desember jumlah yang mengikuti program sudah bertambah, sehingga menjadi 150 KK. Pada saat sekarang ibu-ibu sudah panen seperti tanaman salada, kangkung, kacang panjang, caisin, mentimun, sebagian hasil untuk konsumsi sendiri maupun di jual. Hasil penjualan sebagian di berikan ke kelompok untuk dijadikan modal, pada akhirnya untuk pembibitan sayuran, sehingga fungsi kebun bibit desa dapat berfungsi dengan baik. Tanaman sayuran yang sangat disukai adalah salada bokor, kangkung, caisin, dan kacang panjang. Pada tanggal 2 Desember 2011, ibu Ani Yudhoyono meluncurkan Gerakan Perempuan Tanam dan Pelihara Pohon (GPTP), penanaman 1000 pohon di Desa Mulyasari, Kecamatan Ciampel merupakan salah satu peranan perempuan dalam memperbaiki lingkungan di Indonesia dan secara tidak langsung menyelamatkan bumi dari efek rumah kaca. Disamping menanam pohon, ibu Ani Yudhoyono, ibu Herawati Budiono, beserta ibu-ibu SIKIB juga memanen tanaman sayuran di Kebun Bibit Desa Mulyasari, seperti terong, cabe merah, bayam merah, mentimun, dan mengakhiri kunjungan dengan penanaman batang kelor di KBD Mulyasari. Sebagian besar ibu-ibu sudah dapat membudidayakan tanaman sayuran dengan baik, hal tersebut dapat terlihat setelah dipanen kemudian di Tanami kembali dengan sayuran yang bibitnya berasal dari Kebun Bibit Desa (KBD) Mulyasari. Hasil wawancara dengan peserta KRPL 100 % menyatakan mengikuti program karena dapat mengurangi pengeluaran untuk membeli sayuran dan dapat menanmhab penghasilan, 89 % dapat menambah gizi keluarga, 78 % suka melihat pekarangan yang hijau, 67 % termanfaatkannnya pekarangan rumah, dan 56 % tidak enak sama tetangga yang menerapkan KRPL. Pengurangan belanja harian dengan adanya KRPL di desa Mulyasari antara dibawah Rp. 10.000,- sampai Rp. 30.000,- per hari. Sayuran yang sudah dipanen sebagian besar (80%) dikonsumsi sendiri dan 20 % dijual. Penjualan sayuran masih mudah karena baru sedikit sehingga dapat diterima di warung-warung makan di dekat Situ Cipule, dengan harga jual untuk salada bokor Rp. 10.000,- per kg, bayam dan kangkung per ikat Rp. 4000,- , dan sosin Rp. 10.000,- per kg. Permasalahan yang dihadapi oleh peserta KRPL yaitu: kesulitan mendapatkan bibit kembali, kesulitan menjual hasil panennya, adanya serangan hama, dan tidak tahu cara merawat tanaman. (Susi Mindarti)

33

Penerapan Metode Partisipatif dalam Pendampingan

(Suatu Tinjauan Pengembangan Masyarakat)

Nia Rachmawati dan Darmawan BPTP Jawa Barat

Dalam konteks pengembangan masyarakat, pendampingan haruslah berdasarkan pada pemahaman terhadap masyarakat atau komunitas di suatu wilayah tertentu. Seorang pendamping harus mengenali dengan baik situasi dan kondisi suatu masyarakat. Termasuk di dalamnya adalah memahami mekanisme hingga stakeholders sampai kepada konsep pengembangan masyarakat. Dalam hal ini asumsinya adalah stakeholders memiliki konsep/pemahaman yang sama mengenai pengembangan masyarakat. Dengan kata lain, pendamping membangun pemahaman bersama stakeholders mengenai pengembangan masyarakat.

Dengan pemahaman bersama mengenai pengembangan komunitas atau pengembangan masyarakat, maka lingkup profesionalisme pendampingan dapat dilakukan. Pilihan pendekatan pendampingan yang dapat dilakukan, meliputi: (1) pendekatan menolong diri sendiri (self-help), (2) pendampingan teknik (technical assistance) dan (3) pendekatan konflik. Pendekatan pertama adalah menolong diri sendiri. Masyarakat menjadi partisipan yang berarti dalam proses pembangunan dan melakukan kontrol dalam kegiatan pengembangan komunitas/masyarakat. Pendamping menjadi fasilitator, sedangkan anggota komunitas memegang tanggung jawab utama dalam: (a) memutuskan apa yang menjadi kebutuhannya, (b) bagaimana memenuhi kebutuhan itu, dan (c) mengerjakannya sendiri. Pendekatan ke dua adalah pendampingan teknik, yang mendasarkan pada perkiraan kebutuhan oleh para perencana yang dapat mengantarkan dan mengevaluasi proses pengembangan masyarakat. Perencana seolah-olah ditugasi oleh masyarakat setempat untuk mengembangkan sikap rasionalitasnya. Pendekatan ke tiga adalah pendekatan konflik. Pendekatan ini menekankan pada usaha-usaha untuk menyadarkan masyarakat bahwa apa yang baik dilakukan oleh orang lain adalah baiik juga untuk dilakukannya. Oleh karena itu anggota komunitas akan berusaha untuk berbuat yang sama dengan referensi groupnya. Dalam konteks pengembangan komunitas, maka pendampingan dilakukan dengan teknik propaganda sedemikian rupa sehingga anggota komunitas menyadari apa yang menjadi ketertinggalannya dengan komunitas lain. Dalam realita

44

pengembangan masyarakat/komunitas selalu digunakan pendekatan gabungan antara pendekatan pertama dan pendekatan ke dua.

Adanya kemampuan diri sendiri dan berfungsinya pendampingan akan mengefektifkan pendekatan ke tiga, yakni pendekatan konflik dalam pengertian memacu persaingan yang sehat pada setiap organisasi yang ada di masyarakat. Salah satu bentuk persaingan itu misalnya untuk petani, berwujud bantuan dana pendampingan sebesar jumlah dana yang telah dimiliki kelompok atau membantu membiayai penuh setengah dari luas lahan yang digarapnya, yang diharapkan berdampak pada penggunaan dana sendiri (swadana) bagi lahan sisa. Dengan kata lain, bantuan dalam bentuk sarana berorganisasi atau sarana produksi atau sumbangan dalam bentuk natura lainnya yang menunjang kinerja kelompok, khususnya bagi kelompok yang telah menunjukkan kemajuan awal.

Strategi konflik yang lain yang dapat dipakai adalah menjelaskan standar-standar yang harus dicapai oleh anggota untuk mencapai kebutuhan normatif dan mengajak anggota untuk secara bersama-sama mencari jalan keluar untuk mencapai standar normatif itu. Berdasarkan uraian sbelumnya, maka memfasilitasi merupakan bagian dari suatu proses pendampingan. Istilah memfasilitasi mencakup mengantarkan petani ke dalam pola perilaku pertanian modern serta memberikan pelayanan teknis maupun material yang secara ekologis melaksanakan prinsip-prinsip sustainability. Tindakan memfasilitasi yang diberikan merupakan hasil dari proses pendampingan yang berlangsung dalam jangka waktu yang relatif lama dan kontinyu. Atas dasar kegiatan pendampingan dalam kurun waktu tertentu itu, maka pendamping dapat memilah-milah mana yang menjadi prioritas untuk difasilitasi, pilihan atau alternatif pendekatan dan pilihan teknik pengembangan komoditas.

Kebutuhan yang paling mendasar dalam pendampingaan adalah meletakkan konteks pendampingan. Oleh karena itu, pengembangan masyarakat dalam beberapa aspek bukanlah hal baru bagi stakeholders, maka intensitas pendampingan akan berbeda untuk setiap jenis kegiatan dalam upaya pengembangan komunitas/masyarakat. Peranan pendamping yang tak kalah pentingnya adalah memfasilitasi berbagai stakeholders, baik yang dapat dikategorikan ke dalam public sector, private sector maupun collective action sector. Misalnya, sampai sejauhmana dan bagaimana peranan pendamping dalam “menjembatani” berbagai stakeholders yang seharusnya mampu menciptakan “keseimbangan dinamis” antara community based development dan local government policies dalam rangka mendukung upaya pengembangan masyarakat. Terdapat banyak pilihan untuk menentukan kebutuhan pendampingan yang bersifat partisipatif. Lima

55

diantaranya, yaitu: (1) Environmental Scanning (ES), (2) Logical Framework Approach (LFA), (3) Participatory Impact Monitoring (PIM), (4) Focus Group Discussion (FGD) dan (5) Zielobjectiev Orientierte Project Planning (ZOP). Kelima tools tersebut dapat dipilih sebagai alat untuk menetapkan kebutuhan pendampingan yang bersifat partisipatif, karena: (1) mengandung unsur perencanaan, implementasi dan evaluasi, (2) masing-masing dapat dipandang sebagai alat yang berdiri sendiri dengan kekuatan dan kelemahannya dan (3) merupakan tools yang bersifat partisipatif (participatory).

Sasaran utama dari sistem pendampingan ini adalah bagaimana membuka wawasan kelompok tani yang semula dengan sistem usaha tani produksi menjadi usaha tani agribisnis yang berorientasi keuntungan. Pendamping harus melakukan pembinaan dan peningkatan kemampuan serta keterampilan petani dalam mengakses sarana produksi, teknologi, pasca panen, pasar dan permodalan sehingga petani mampu mandiri mengembangkan usaha agribisnisnya. Permasalahan yang selalu muncul dalam program pendampingan ini adalah berapa lama program ini dijalankan dan apa sifat pendampingan tersebut sehingga kenyataan di lapangan sering timbul adanya ketergantungan dari petani karena tidak tuntasnya program pendampingan ini.

Pendekatan pengembangan masyarakat merupakan pendekatan yang umumnya digunakan dalam pemberdayaan masyarakat. Artinya sebagai suatu pendekatan, pengembangan masyarakat valid sebagai dasar pemberdayaan masyarakat. Hal ini terutama disebabkan oleh berbagai kenyataan, yaitu: (1) pemberdayaan masyarakat merupakan bagian yang tak terpisahkan dari setiap upaya pengembangan masyarakat, (2) pengembangan masyarakat dibangun pada teori-teori pembangunan yang telah teruji dan senantiasa akan diuji dalam masyarakat, (3) pengembangan masyarakat menekankan perubahan yang menyeluruh (holistic change approach), (4) pengembangan masyarakat dilakukan dalam skala kelompok masyarakat yang bersifat massal dan diletakkan di dalam tatanan kelembagaan setempat dengan memperhatikan keberagaman unsur-unsur penopang sistem masyarakat, (5) pengembangan masyarakat tidak melahirkan ketergantungan masyarakat terhadap agen pembangunan maupun proyek pembangunan.

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa pendampingan merupakan bagian integral dari proses membangun dan mengembangkan masyarakat, oleh karena itu seorang pendamping tidak sekedar dituntut untuk menguasai teknik tertentu untuk memfasilitasi tetapi juga harus mampu membangun kemampuan stakeholders untuk mengenali konteks

66

program secara keseluruhan. Aksi-aksi bersama stakeholders harus didasari oleh pemahaman yang sama tentang visi ke depan dari suatu program dan dengan demikian semua pihak yang terlibat dapat membangun struktur hubungan yang diperlukan dalam rangka mencapai hasil yang dikehendaki. Peranan pendampingan harus dapat menciptakan keseimbangan yang dinamis dan secara sederhana dapat disajikan pada bagan berikut ini:

Bagan 1. Peranan Pendampingan dalam Menciptakan Keseimbangan Dinamis antara Community Based Development dan Local Government Policies untuk Pengembangan Masyarakat (komunitas)

Community Based Local Government

   Tingkat Kecamatan

Tingkat Kelompok

Tingkat Komunitas/Masyar

Tingkat Kabupaten

Tingkat Provinsi

Tingkat Kecamatan

“Keseimbangan Dinamis”

Peranan Pendamping

Pendamping teknologi bekerjasama dengan petani untuk keberhasilan program 

Pendampingan teknologi dalam bentuk Demfarm (padi sawah)

77

Pendekatan pendampingan dapat disesuaikan dengan kebutuhan yang ada di lapangan sehingga dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya secara lebih efektif. Oleh karena itu semua stakeholders harus dilibatkan sehingga program diharapkan dapat terus berjalan karena adanya kebutuhan bukan semata-mata hanya karena adanya pendampingan.

Keberhasilan pendampingan perlu dukungan semua pihak (petani dan instansi terkait)

Petani dilibatkan secara langsung pada setiap kegiatan

88

PROFIL PENYULUH PERTANIAN TELADAN DARI KABUPATEN SUBANG.

Sri Murtiani, BPTP Jawa Barat

Namanya singkat saja: Akub, STP, pria kelahiran Subang pada tanggal 4 Maret 1954 ini merupakan salah satu penyuluh teladan yang dimiliki Provinsi Jawa Barat. Piagam penghargaan sebagai penyuluh teladan diperolehnya pada Tahun 2009 dari Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan.

Akub, STP memulai kariernya sebagai penyuluh sejak Maret 1975 setelah menamatkan pendidikan SPMA

(Sekolah Pertanian Menengah Atas) Geger Kalong Tahun 1973, kemudian diangkat menjadi CPNS (Calon Pegawai Negeri Sipil) pada Maret Tahun 1977 dan menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil) pada Februari 1979. Kegiatan sebagai penyuluh dilaluinya pada Tahun 1975 sampai Tahun 1980 di Cirebon, kemudian pada pada Tahun 1980 pindah ke Kecamatan Pusakanagara sampai Tahun 2005 dan sejak Tahun 2005 sampai sekarang, bertugas sebagai penyuluh pertanian di UPT-BPPKP Kecamatan Tanjungsiang, dengan kepala UPT Ayi Suhaya, STP, Kabupaten Subang. Untuk meningkatkan pengetahuan yang dimilikinya pada Tahun 2008, pendidikan strata 1 telah diselesaikannya di Al Gifari, Bandung pada jurusan Teknologi Industri Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian.

Sebagai kita ketahui tugas penyuluh, adalah sebagai ujung tombak dalam pembangunan pertanian di daerah, hal tersebut melekat erat pada jiwa seorang Pak Akub. Berbagai tugas telah dilaksanakannya dengan baik, hal tersebut dibuktikan dengan berbagai penghargaan yang diperolehnya,

99

seperti: Piagam Penghargaan dari Pemerintah Kabupaten Subang pada Tahun 1987 sebagai pelaksana Program Supra Insus Opsus Jalur Pantura, dari BPTP Jawa Barat sebagai Penyuluh Pertanian dan pembina pada kegiatan Prima Tani (Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian) Kabupaten Subang pada Tahun 2007 dan Tahun 2010 pada saat berakhirnya kegiatan Prima Tani, dari KPPP (Kantor Penyuluhan dan Pelatihan Pertanian) Kabupaten Subang pada Tahun 2008 sebagai Penyuluh Pertanian Terbaik I dan Tahun 2009 dari Pemda Kabupaten Subang sebagai Penyuluh Pertanian Teladan. Selain itu piagam penghargaan juga diperoleh dari STPP (Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian) Bogor, sebagai pembimbing tugas akhir mahasiswa STPP Bogor pada Tahun 2008 dan sebagai peserta terbaik I pada saat Pendidikan dan Pelatihan Alih Kelompok Jabatan Fungsional Penyuluh Pertanian, juga piagam penghargaan dari Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat sebagai juara kedua PNS Pendamping berprestasi Program Pemberdayaan Petani melalui Teknologi dan Informasi (FEATI) tingkat Jawa Barat Tahun 2010.

Berbagai tugas yang dilaksanakan tidak terlepas dari berbagai program yang diembannya di Kabupaten Subang, seperti program Supra Insus pada tahun 1987 di daerah Pusakaratu, pembina P4K (Program Peningkatan Pendapatan Petani Kecil) di 17 kelompok, dari 3 Desa (Sindanglaya, Cikawung dan Cimehmal) di Kecamatan Tanjungsiang, Prima Tani pada Tahun 2007 sampai Tahun 2009 yang di laksanakan di Desa Sindanglaya, Kecamatan Tanjungsiang dan merupakan satu-satunya lokasi Prima Tani untuk Kabupaten Subang. Pendamping FEATI pada Tahun 2007 sampai Tahun 2011 di FMA (Farmer Managed Extention Activity) Tani Jaya, Desa Sindanglaya dan berkat idenya, FMA Tani Jaya yang diketuai oleh Edeng Hidayat dengan penyuluh swadaya (PS) Euis dan Sarmun ini, merupakan satu-satunya FMA yang proposalnya mengajukan tentang agribisnis ubi kayu, mulai dari budidaya sampai pengolahan hasil. Untuk pengolahan hasil lebih dispesifikan pada pembuatan olahan ubi kayu yang disebut gitrek. Berkat motivasinya ke pengurus dan anggota FMA Tani Jaya, terutama ke sub kelompok KWT (Kelompok wanita tani) yang berusaha gitrek tersebut, saat ini usaha tersebut telah berkembang ke 6 KWT se Desa Sindanglaya dan pemasarannya juga berkembang tidak saja di Desa

1100

Sindanglaya tapi telah berkembang ke Kota Subang, Ciater, bahkan sampai Purwakarta dan Sumedang. Sebagai pembina di Desa Sindanglaya, perannya cukup banyak diantaranya mengantarkan FMA Tani Jaya sebagai juara I Tingkat Kabupaten Subang pada Tahun 2010 dan juara II tingkat Provinsi Jawa Barat, juga sebagai juara I tingkat Kabupaten Subang pada Tahun 2011 dan peringkat ke III tingkat Provinsi Jawa Barat. Sehingga Ketua FMA Tani Jaya (Edeng Hidayat) pada Tahun 2011 diundang ke Jakarta (Tingkat Nasional) untuk mewakili Kabupaten Subang memperoleh penghargaan, sebagai FMA yang berhasil. Juga sebagai penyuluh pendamping program PUAP pada Tahun 2008 sampai sekarang, yang pada Tahun 2008 PUAP Desa Sindanglaya menjadi juara II tingkat Kabupaten Subang. Pembina program P2KP (Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan) pada Tahun 2010 – 2011, yaitu suatu upaya dari Pemerintah Pusat yang diturunkan ke tingkat Provinsi Jawa Barat sampai ke Desa, untuk mempercepat penganekaragaman konsumsi pangan dari sumberdaya lokal, sehingga memperkuat ketahanan pangan di daerah. Kegiatan yang dilaksanakan adalah pemanfaatan pekarangan dengan menanam sayuran, tanaman obat, pemeliharaan ternak (domba, kambing dan ayam), juga ikan. Program LM3 Model ( Lembaga Mandiri Mengakar di Masyarakat) di Pesantren Al Barokah, Kecamatan Tanjungsiang yang mengolah bioetanol dari ubi kayu pada Tahun 2008 sampai sekarang. Program terbaru yang dibinanya adalah pendamping Program Sarjana Membangun Desa (SMD) di Desa Sindanglaya pada Tahun 2011, yaitu berupa bantuan sapi sebanyak 30 ekor dan telah berkembang menjadi 43 ekor, juga sebagai pelaksana kegiatan Kaji Terap PTT Padi dari Badan Penyuluhan/BP4KKP Kabupaten Subang, yang sedang dilaksanakan di Kampung Nanggela, Desa Sindanglaya pada MH 2011-2012. Kegiatan ini merupakan salah satu dari 5 desa pelaksana Kaji Terap yang diadakan oleh BP4KKP Kabupaten Subang.

Keberhasilannya sebagai penyuluh teladan, tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga dirasakan oleh petani atau kelompok yang dibinanya, seperi FMA FEATI, petani maju Desa Sindanglayapun (Yaya Tapsir) menjadi petani teladan Tingkat Nasional pada Tahun 2008 dan memperoleh APPO (Alat Pengolah Pupuk Organik) beserta rumah komposnya dari Dinas

1111

Pertanian Kabupaten Subang pada Tahun 2011. Sarmun, sebagai PS FEATI, menjadi juara II Tingkat Provinsi Jawa Barat pada Tahun 2011.

Dalam membina petani dan kelompok, banyak suka dan dukanya, dan tentunya tidak langsung berhasil, tetapi diperlukan kesabaran, keuletan dan seni tersendiri yang tidak ada kamusnya, karena masing-masing petani mempunyai karakter yang berbeda. Sehingga bila petani dan kelompok yang dibinanya berhasil, merupakan kebanggaan tersendiri walaupun untuk itu harus berkorban baik waktu, biaya dan tenaga. Tantangan yang dihadapi dalam pembinaan adalah merubah petani yang berpandangan tradisional menjadi petani modern, sehingga Pak Akub selalu berusaha menambah pengetahuan yang dimilikinya, antara lain dengan berkonsultasi ke BPTP Jawa Barat tentang hasil kajian PTT, ternak sampai pengolahan hasil dan ke Perguruan Tinggi, juga instansi lain.

1122  

 

 

3 cara Mengakses Pemupukan Hara Spesifik Lokasi Padi Sawah (PHSL)

Melalui Jaringan Djoko Sediono, BPTP Jabar

PHSL merupakan perangkat panduan berbasis komputer yang ditujukan untuk membantu petani padi meningkatkan hasil panen dan pendapatan mereka dengan menerapkan pemupukan dalam jumlah dan waktu yang tepat. PHSL memuat pertanyaan sederhana tentang kondisi sawah petani yang dapat mereka jawab dengan mudah, baik dengan bantuan penyuluh maupun tidak. Berdasarkan jawaban

petani atas pertanyaan tersebut, anjuran pemupukan setempat dapat mereka peroleh dalam bentuk SMS atau tercetak.

Berlaku untuk padi sawah irigasi dan tadah hujan Informasi tersedia dalam Bahasa Jawa, Sunda, Bali dan Bugis. 1. Dengan koneksi internet,

melalui: http://webapps.irri.org/nm/id

2. Aplikasi Android melalui Smartphone

Cara ini cocok untuk penyuluh yang me-wawancarai petani padi

1133

 

 

 

tanpa akses ke internet. Setelah wawancara, informasi dari petani tersimpan dalam Smartphone. Setelah ada akses ke internet, anjuran pemupukan dapat langsung dikirim melalui SMS ke hape petani.

 

3. Aplikasi Hape (melalui SMS)

Cocok untuk digunakan oleh petani tanpa akses ke internet. Kontak nomor 081298828091/081298828092/081298828093/081298828094 dan ikuti petunjuk yang terdengar di hape. Silahkan kunjungi situs. http://webapps.irri.org/nm/indomobile 

 

 

Anjuran pemupukan dapat segera diterima dalam bentuk SMS 

Sumber Informasi:

Dengan Badan Litbang Pertanian 

1144

Spektrum Diseminasi Multi Channel Darojat Prawiranegara dan Ani Suryani

Tidak dapat dipungkiri Badan Litbang Pertanian telah cukup berhasil dalam pengadaan inovasi pertanian. Namun demikian, evaluasi eksternal maupun internal menunjukkan bahwa kecepatan dan tingkat pemanfaatan inovasi yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian cenderung melambat, bahkan menurun. Sebelum mengalami perkembangan seperti sekarang petani biasanya mengandalkan hanya dari satu atau beberapa sumber informasi teknologi. Peran penyuluh pertanian menjadi sentral. Kini seiring dengan perkembangan teknologi, penyebaran informasi teknologi tidak lagi tergantung pada hanya satu atau dua chanel. Hasil penelitian Hendayana (2009) terungkap bahwa petani menerima informasi teknologi tidak hanya melalui birokrasi institusi pemerintahan seperti dinas teknis terkait, akan tetapi juga dari sumber lain seperti LSM, swasta, dan bahkan dari sumber dunia maya (internet). Hal tersebut belakangan sering diistilahkan sebagai Spektrum Diseminasi Multi Channel (SDMC).

Ruang Lingkup Pendekatan SDMC Ruang lingkup kegiatan percepatan adopsi inovasi teknologi melalui

pendekatan SDMC meliputi: (1) karakerisasi jaringan transfer teknologi melalui pendekatan Participatory Communication Apprasial (PCA); (2) rancangan model transfer inovasi melalui pendekatan SDMC spesifik lokasi; dan (3) penumbuhan model percepatan inovasi teknologi melalui klinik agribisnis.

Pengertian Spektrum Diseminasi Multi Channel (SDMC) Secara umum spektrum mempunyai makna sama dengan jangkauan.

Istilah tersebut biasa dijumpai dalam kaitan dengan siaran radio dan atau televisi. Dalam hal ini spectrum identik dengan jangkauan dari frekuensi radio elektromagnetik yang digunakan untuk mentransmisikan suara, data dan program televisi. Secara umum pengertian spektrum dalam kontek Multi Channel Dissemination (MCD) dapat mengandung pengetian yang sama yaitu jangkauan. Dalam istilah lain spectrum menunjukkan “border target” atau ruang lingkup sasaran diseminasi. Jika materinya terkait inovasi teknologi pertanian, sasarannya petani pelaku usahatani, pelaku usaha dan pengguna lain yang terkait.

1155

Tujuan dan Fungsi Spektrum Diseminasi Multi Channel (SDMC) Diseminasi multi channel atau Multi Channel Dissemination (MCD)

sudah lama dikenal dalam bidang jaringan informasi terkait dengan komputer. Tujuannya antara lain untuk meningkatkan akses data. MCD dalam jaringan komputer digambarkan sebagai struktur penyaluran informasi ke berbagai sasaran yang didalamnya terdapat empat tingkat atau level. Pertama ada yang disebut database level, kemudian ada signalling level, network level dan user level.

Fungsi dari masing-masing level tentu berbeda. Pada database level, berisi supply data yang akan didiseminasikan. Pada level ini data di kelola dengan baik oleh petugas yang disebut Dissemination Operators (DO)s. DOs ini memelihara data dalam bentuk hanya bisa dibaca (read only). Pada tahapan sinyal (signaling level), diperlukan satu atau lebih pengawas diseminasi atau Dissemination Control (DC), tugasnya mengawasi penyimpanan data dalam saluran diseminasi nir kabel (wireless) yang siap di salurkan ke pengguna. Pada Network level, ada perangkat yang disebut MSSs atau Mobile Support Station. Tugasnya menyediakan pelayanan dan memenuhi kebutuhan untuk mendukung informasi melalui jalur nirkabel atau telpon pengguna data. Terakhir, di level pengguna atau user level, pengguna bisa membaca data yang didiseminasikan dari peralatan tadi.

Saluran Media Komunikasi Pemahaman MCD tersebut dapat juga dipraktekan dalam bidang

penyebaran informasi teknologi pertanian untuk mendukung percepatan akses informasi teknologi (infotek). Syaratnya tentu diperlukan data base tentang berbagai inovasi teknologi pertanian yang dikelola sedemikian rupa sehingga mudah untuk diakses oleh pengguna. Praktek penyalurannya bisa dilakukan melalui berbagai Channel/saluran (multi channel).

Saluran komunikasi adalah jalan yang dilalui pesan komunikator untuk sampai ke komunikannya. Terdapat dua jalan agar pesan komunikator sampai ke komunikannya, yaitu tanpa media (nonmediated communication yang berlangsung face to face, tatap muka) dan dengan media. Media dimaksud adalah media komunikasi. Media merupakan bentuk jamak dari medium, yang diartikan sebagai alat perantara yang sengaja dipilih komunikator untuk menghantarkan pesannya agar sampai ke komunikan. Jadi, unsur utama media komunikasi adalah pemilihan dan penggunaan alat perantara yang dilakukan komunikator dengan sengaja (Dani, 2007).

1166

Sales Promotion Juru kampanye

Pertemuan tatap muka Forum Diskusi panel Rapat Ceramah Seminar Simposium

Saluran Komunikasi

Dengan Media

Langsung Tatap muka

Media Massa

Nonmedia Massa

Periodik

Nonperiodik/ Eventual

Elektronik

Cetak

Radio TV Film

Surat Kabar Majalah

Manusia

Benda Spanduk Leaflet Foster

Manusia

Benda

Kurir/ Massanger

Elektroni

Non Elektronik

Telepon Fax

Surat

Aktivitas komunikasi

Gambar 1. Saluran dan Media Komunikasi (sumber: Dani Vardiansyah, 2007)

1177

Berdasarkan Gambar 1, pemilihan media yang akan digunakan dalam

penyebaran inovasi harus dilihat dari target komunikannya. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud spektrum diseminasi multi channel (SDMC) adalah kegiatan menyebarluaskan inovasi teknologi dan rekayasa kelembagaan dalam ruang lingkup jangkauan sasaran/penggunanya melalui berbagai metoda dan media komunikasi.

Rancangan Model Percepatan Penyebarluasan Inovasi Teknologi melalui Pendekatan SDMC Spesifik Lokasi

Petani menggunakan sumber dan media yang berbeda untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dalam mengelola usahataninya. Gagasan tersebut yang melandasi pendekatan konsep spektrum diseminasi multi channel (SDMC) yang dirumuskan sebagai: peningkatan kesesuaian antar inovasi teknologi, media/ metode/saluran yang digunakan dan lingkungan spesifik lokasi. Diwujudkan melalui sinergi dari berbagai pelaku, jaringan komunikasi, jejaring kerja, dan lembaga yang akan menciptakan proses kesinambungan dalam transfer teknologi dan difusi. Dengan demikian, untuk mengelola usaha taninya dengan baik, petani memerlukan berbagai sumber informasi, antara lain (Van den Ban dan Hawkins, 1999): pemerintah; hasil penelitian dari berbagai disiplin ilmu; pengalaman petani lain; dan informasi terkini mengenai prospek pasar yang berkaitan dengan sarana produksi dan produk pertanian.

Pendekatan SDMC dilaksanakan melalui beberapa tahapan komunikasi (multi-step flow communication) dan ditujukan guna mempercepat proses peningkatan akses petani terhadap informasi pertanian melalui berbagai fasilitator. Fasilitator dapat bersumber dari lembaga swadaya masyarakat, petugas penyuluh pertanian di kabupaten maupun kecamatan, operator pusat informasi pertanian di tingkat kabupaten, petugas pelayanan informasi pertanian, kontak tani andalan dapat bertindak sebagai pengguna antara untuk menjembatani petani dalam akses informasi pertanian.

1188

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sumber Informasi Pusat:

• Pertemuan tatap muka

• Forum • Diskusi panel • Rapat • Ceramah • Seminar • Simposium

Sumber Informasi Kecamatan: • KCD • Penyuluh • LSM • Sales

Promotion

Sumber Informasi Kabupaten: • Dinas • BP4K • LSM • Sales

PETANI

• Pelatihan • Diskusi panel • Rapat • Ceramah • Buku, Juknis

teknologi

• Media cetak(brosur, leaflet, foster, spanduk, surat kabar dan majalah).

• Media elektronik (radio, TV, Film)

• Media percontohan dan praktek lapang teknologi (Demplot, Dem area, Dem-farm, temu lapang)

• Media sosial kemasyarakatan (pertemuan rutin pengajian, media sosial gotong-royong masyarakat)

• Klinik Agribisnis

• Tatap Muka (Direct communication)

• Mediasi (inderect communication)

• Pembicaraan di balai desa, disawah, diwarung, dirumah, lokasi demontrasi, karyawisata.

• Menunjukkan rekomendasi yang menguntungkan

• Praktek yang dapat diadopsi

• Kunjungan rumah dan lapangan

• Partisipasi dalam demontrasi

• Penggunaan tanda peringatan

• Hubungan perseorangan

• Pemberian penghargaan

• Menunjukkan keberhasilan petani lain

Sumber Informasi Media Metode

Akses Informasi melalui pusat informasi di Pusat

Akses Informasi melalui pusat informasi di Kabupaten: Pengelolaan, perakitan kembali, penyederhanaan, sesuai karakterisasi pengguna

Akses Informasi melalui petugas lapangan: Diseminasi melalui berbagai kombinasi media dan metoda spesifik lokasi sesuai hasil PCA serta dukungan kelembagaan lokal

• Tatap Muka (Direct communication)

• Mediasi (inderect communication)

1199

Gambar 2. Model Transfer Inovasi Teknologi Melalui SDMC

Kerjasama antara dinas pertanian terkait dengan peneliti/pengkaji di tingkat regional maupun nasional sangat dibutuhkan untuk dapat terselenggaranya klinik pertanian. Dengan operasionalnya sistem jaringan di tingkat kecamatan ini, proses kerjasama tersebut diharapkan dapat berjalan dengan cepat dan mudah melalui berbagai media komunikasi aktif yang tersedia di daerah dan dapat dimanfaatkan untuk memfasilitasi percepatan akses informasi. Media komunikasi tersebut di antaranya adalah siaran radio, telepon, faximile, selebaran, maupun kelembagaan usahatani seperti kelompok tani dan koperasi desa, serta media komunikasi interpersonal melalui petugas penyuluh pertanian formal dari dinas pertanian maupun penyuluh informal dari swasta (misalnya dari LSM atau dari distributor sarana produksi pertanian). Dalam kasus tertentu, pakar untuk komoditas dengan bidang permasalahan tertentu dapat didatangkan untuk memberikan bantuan teknis yang dibutuhkan. Karena target pengembangan akses informasi pertanian berbasis teknologi informasi hanya sampai di tingkat kabupaten, maka dukungan fisik maupun manajemen dari pemda setempat untuk keberlanjutan kegiatan pembangunan dan operasionalisasi jaringan informasi pertanian hingga sampai di tingkat pengguna akhir sangat dibutuhkan.

STRATEGI POLA DAN JADWAL TANAM PERTANIAN

BERDASARKAN INFORMASI IKLIM Darmawan dan Atang M. Safei – BPTP Jawa Barat

Hasil penelitian di Ciparay, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, menunjukkan bahwa petani yang tidak memanfaatkan informasi iklim memiliki pendapatan lebih rendah dibanding yang memanfaatkan. Jadi kegagalan dan keberhasilan panen padi tak bisa lepas dari perubahan

kondisi iklim. Penyebab utama rendahnya pemanfaatan

informasi prakiraan iklim adalah belum ada sistem penyebarluasan informasi iklim yang efektif bagi petani. Petani yang tidak memanfaatkan informasi selalu menanam padi

dua kali setahun, di musim hujan dan kemarau. Sementara petani yang memanfaatkan informasi,

tidak menanam padi selama kemarau, apabila pada

2200

bulan April mereka menerima informasi bahwa fenomena El Nino akan terjadi. Mereka ganti menanam jagung, kedelai, atau memberakan tanahnya. Ini menunjukkan perlunya program pemberdayaan petani untuk memanfaatkan informasi dalam mengelola resiko perubahan iklim

Tantangan bagi para penyuluh adalah bagaimana menyampaikan informasi prakiraan iklim yang mudah dimengerti sehingga petani bisa memanfaatkannya, yaitu :

1) Memahami bentuk permasalahan dan bagaimana iklim akan

mempengaruhi tanaman. 2) Menyusun strategi pola, jadwal tanam serta langkah operasional lainnya. 3) Menyesuaikan pola pertanian dengan pola iklim daerah setempat.

1.1. Mengenal Permasalahan Iklim

Bentuk permasalahan iklim yang umum terjadi di suatu daerah di antaranya ialah :

a) Hujan Tipuan atau ’False Rain’ ; terjadi satu atau dua hari pada bulan awal musim hujan dan kemudian tidak hujan selama beberapa hari sehingga dapat mengagalkan kembali tanaman yang sudah ditanam. Sebagian besar petani di wilayah ini sering menanam dua atau tiga kali karena mereka sudah terlanjur tanam karena adanya hujan tipuan padahal sebenarnya musim hujan belum benar-benar masuk.

b) Hujan ekstrim tinggi pada puncak musim hujan; Terjadinya hujan ekstrim (tinggi hujan jauh di atas normal) pada musim hujan dapat menimbulkan banjir dan gagal tanaman.

c) Jeda Musim atau Season Break ; Pada musim hujan terjadi hari tidak hujan selama beberapa hari sehingga dapat menurunkan hasil tanaman. Masalah ini terjadi di wilayah Indonesia bagian Timur, tetapi akhir-akhir ini sering muncul di wilayah Jawa.

d) Musim Hujan Berakhir Lebih Awal; Pada saat fenomena El Nino berlangsung, daerah musim hujan dapat berakhir lebih cepat dari biasanya, sehingga tanaman kedua terkena kekeringan. Bentuk masalah iklim seperti ini sering melanda daerah pusat pertanaman padi di Sumatera Selatan dan Lampung, Jawa/Bali dan Sulawesi Selatan.

Setelah mengenal masalah iklim, selanjutnya memahami bagaimana bentuk dampak yang ditimbulkan oleh kejadian-kejadian di atas.

2211

Untuk memahami dampaknya, maka perlu diketahui bentuk pola tanam dan bagaimana kejadian-kejadian iklim di atas mempengaruhi tanaman. Sebagai ilustrasi, gambaran umum tentang bentuk kejadian anomali iklim dan waktu terjadinya serta dampaknya terhadap sistem pola tanam dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 1. Pengaruh Anomali Iklim pada Sistem Pola Tanam

Secara umum Gambar 1. menunjukkan bahwa pada pola tanam padi sawah dan masalah iklim yang muncul ialah terjadinya hujan tipuan yang dapat memicu petani untuk segera menyiapkan persemaian dan kemudian karena hujan tidak lagi terjadi dalam waktu yang lama (long dry spell), maka semai menjadi lewat umur sehingga tidak bisa ditanam lagi.

1.2. Mengenal KLASIFIKASI IKLIM Iklim di Indonesia didasarkan pada landasan pikir Julius Mohr yang

membedakan Bulan Basah dan Bulan Kering. Klasifikasi iklim tersebut adalah Klasifikasi Mohr (1922), Klasifikasi Smith-Fergusson(1951) dan Klasifikasi Oldeman (1975) :

2222

1) Sistem Klasifikasi Mohr; didasarkan pada hubungan antara penguapan dan besarnya curah hujan, dari hubungan ini didapatkan tiga jenis pembagian bulan dalam kurun waktu satu tahun dimana keadaan yang disebut bulan basah apabila curah hujan >100 mm per bulan, bulan lembab bila curah hujan bulan berkisar antara 100 – 60 mm dan bulan kering bila curah hujan < 60 mm per bulan.

2) Sistem Klasifikasi Schmidt-Ferguson; Pengklasifikasian iklim menurut Schmidt-Ferguson ini didasarkan pada nisbah bulan basah dan bulan kering, seperti kriteria bulan basah dan bulan kering klsifikasi iklim Mohr. Pencarian rata-rata bulan kering atau bulan basah (X) dalam pengklasifikasian iklim Schmidt-Ferguson dilakukan dengan membandingkan jumlah/frekuensi bulan kering atau bulan basah selama tahun pengamatan dengan banyaknya tahun pengamatan (n). Schmidt-Fergoson membagi tipe-tipe iklim dan jenis vegetasi yang tumbuh di tipe iklim.

3) Sistem Klasifikasi Oldeman; Klasifikasi iklim ini didasarkan kepada jumlah kebutuhan air oleh tanaman, terutama pada tanaman semusim yang kebanyakan berakar pendek, Oldeman, et al (1980) mengklasifikasikan iklim sebagai berikut :

a) Curah hujan lebih besar dari 220 mm/bulan dikatakan bulan basah, biasanya dimanfaatkan petani untuk tanaman padi, sedangkan Curah hujan 150 mm/bulan dimanfaatkan untuk tanaman palawija.

b) Curah hujan lebih kecil dari 100 mm/bulan dikatakan bulan kering, dimanfaatkan untuk tanaman jagung komposit, kacang tanah dan kedelai.

2. Mengenal Data dan Pengolahannya

Pengolahan data curah hujan yang dianjurkan adalah data terbaru dengan lama pengamatan 30 tahun karena dengan kurun waktu tersebut peristiwa-peristiwa iklim sudah terekam di dalamnya baik surplus atau defisit air. Namun demikian kendala utama adalah susahnya mencari data tersebut, perlu menjadi pertimbangan yang penting sehingga kita gunakan data 10 atau bahkan 5 tahun saja. Penggunaan data 10 tahun atau 5 tahun tentu berimplikasi terhadap keakuratan hasil pengolahan sehingga asumsi kesalahan dan penarikan kesimpulan sangat penting. Data dapat dikelompokkan menjadi Mingguan (per 7 hari), Dasarian (per 10 hari), Bulanan atau sesuai keperluan.

2233

Sebagai contoh, di sini akan diolah data selama 11 tahun (1999-2008) yang dikelompokkan dalam format bulanan. Setiap series data/kolom dihitung rata-rata yang digunakan untuk mencari nilai Normal. Batas Bawah Normal ditetapkan 85% x Rata-ratanya dan batas Atas Normal ditetapkan 115% x Rata-ratanya.

2.1. Perumusan 1). Pola Tanam ; dasarnya menghitung adalah mencari Peluang Curah

Hujan (mm) sesuai keperluannya. Perhitungan yang paling sederhana adalah dengan metode urut data namun demikian dengan metode ini peluang perhitungan tidak lebih dari 90%.

Langkahnya, sebagai berikut:

a. Data pada masing-masing bulan diurutkan dari nilai terkecil sampai terbesar.

b. Peluang dihitung dengan rumus :

m= No urut data n = Jumlah data P = Peluang CH %

Besarnya curah hujan (mm) dengan peluang p % dihitung dengan rumus:

m= No urut data n = Jumlah data P = Peluang CH (%)

2). Menghitung Pola Tanam perhitungan dilakukan, maka data diurutkan terlebih dulu sehingga hasil akhir. a). Misalnya untuk menghitung peluang curah hujan > 150 mm pada

bulan Januari dapat dilakukan sbb: Pada Bulan Januari setelah diurutkan, maka curah hujan < 150 mm terdapat pada m = 5 dihitung.

2244

Sehingga peluang curah hujan >150 mm adalah (100-41,67) = 58,33%

b). Ada kalanya kita ingin menghitung peluang 70% setiap bulannya (Jan s.d. Des). Peluang 70% kita asumsikan bahwa ada kegagalan atau kesalahan dari curah hujan yang biasanya turun pada bulan-bulan bersangkutan sebesar 30% atau juga dapat diartikan terdapat 30% atau 3,5 bulan dari 12 bulan (setahun) yang kemungkinan mengalami kegagalan tanam. Maka perhitungan sederhananya sebagai berikut :

=8 

Artinya peluang turunnya curah hujan 70% adalah data urut ke (11-8) = 3.

3. Pola Tanam

Pola tanam dapat disusun sesuai kebutuhan petani. Pemilihan jenis tanaman dan varietas umumnya disesuaikan dengan kebutuhan pasar. Diketahuinya ketersediaan air di suatu daerah dengan adanya neraca air, maka penentuan pola tanam dalam satu tahun dapat diatur sehingga lahan dapat dimanfaatkan secara maksimal.

Penentuan pola tanam sangat dipengaruhi ketersediaan air, maka waktu defisit air penentuan pola tanam akan berbeda jika air dapat ditambahkan ataupun tidak dapat diberikan penambahan air. Asumsi periode tumbuh tanaman padi 105 – 120 Hari dengan kebutuhan air sebanyak 400 – 500 mm, dan komoditas palawija (Jagung 95-105, Kedelai 70-85 hari, Kacang tanah 90-100 hari, Kacang hijau 60-70 hari dengan kebutuhan air + 250 mm). Contoh model pola tanam, sebagai berikut :

a). Padi - Padi - Padi Jika dalam satu tahun akan ditanam padi sebanyak tiga kali maka

varietas padi yang digunakan adalah varietas genjah agar umurnya lebih pendek sehingga saat surplus air dapat dimanfaatkan penanaman hingga panen. Awal bulan Nopember merupakan awal musim hujan namun pada dekade pertama masih terjadi defisit air, maka penanaman padi ke satu dapat mulai. Jika persiapan hingga panen memerlukan waktu empat bulan, maka saat penanaman padi kedua yaitu pada bulan Maret masih terdapat air namun bulan April hingga Juni terjadi defisit air. Maka varietas padi yang

2255

ditanam mengunakan padi lahan kering. Penanaman padi ketiga pada bulan Juli jika tetap dapat diusahakan pengairan maka padi yang ditanam menggunakan varietas lahan kering.

b). Padi - Padi - Palawija Penanaman dengan pola tanam padi-padi-palawija dapat dimulai

dengan penanaman padi pertama saat awal musim yaitu awal Nopember. Persiapan dimulai bulan Oktober sehingga pada awal musim penanaman telah siap. Pada bulan Februari penanaman padi kedua dapat dilaksanakan sehingga pada waktu defisit air yaitu pada bulan Juni hingga Oktober dapat digunakan untuk penanaman palawija dan pengolahan tanah.

c). Padi - Padi - Bera

Untuk memperbaiki keadaan tanah, maka disamping dilakukan penanaman dapat juga dilakukan pemberoan. Jika padi ditanam dua kali, seperti : pola tanam padi-padi-palawija maka waktu penanaman palawija dapat digunakan untuk pemberoan dan pengolahan tanah. Waktu penanaman padi dapat disamakan dengan pola tersebut.

d). Padi - Palawija - Bera Pola tanam ini sesuai dengan rekomendasi Oldeman, penanaman padi

dapat dilakukan saat terjadi surplus air yaitu pada bulan Nopember hingga Maret. Dengan waktu lima bulan ini maka pertumbuhan padi dapat dioptimalkan. Penanaman palawija ini dapat disesuaikan dengan jenis palawija dengan kebutuhannya terhadap air. Jika palawija yang ditanam tidak terlalu tahan kekeringan, maka penanamannya dapat dilakukan bulan Maret disesuaikan saat surplus air sehingga waktu untuk penanaman padi lebih dimajukan dan sisanya untuk palawija.

e). Padi - Padi Jika penanaman padi akan dilaksanakan dua kali dalam satu tahun

tanpa kegiatan lagi, maka penanaman padi pertama dilakukan saat surplus air yaitu bulan Nopember hingga Maret. Penanaman padi kedua dapat digunakan padi lahan kering yang ditanam setelah padi kedua. Varietas padi dapat menggunakan varietas berumur panjang karena dalam satu tahun hanya dilakukan dua kali tanam.

4. Pemanfaatan Data Curah Hujan

− Pola tanam yang baik tentu tidak terlepas dari penggunaan data hujan seberapun sederhananya.

2266

− Data yang baik memberikan kontribusi yang optimal pada perencanaan waktu tanam dan menentukan prakiraan yang akurat dalam lingkup area tertentu.Secara sederhana data curah hujan dapat digunakan untuk membuat gambaran distribusi curah hujan bahkan prakiraan sederhana curah hujan bulan depan.

− Penyedian jasa informasi iklim yaitu BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika) memberikan dua jenis informasi prakiraan iklim utama, yaitu : informasi awal musim & sifat musim.

− Informasi prakiraan untuk awal Musim Hujan (MH) dan sifat MH biasanya diberikan sekitar bulan Juni atau Juli sedangkan informasi prakiraan untuk awal Musim Kemarau dan sifat hujan MH pada bulan Januari/Februari. Selain itu, setiap bulannya BMKG juga memberikan evaluasi prakiraan sifat hujan dan hasil prakiraan bulan berikutnya.

− Kementerian Pertanian mengembangkan sistem “kelembagaan informasi iklim” yang dilakukan oleh Balai Klimat Badan Litbang Pertanian sebagai dasar kebijakan dan program mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

PENCARIAN ARTIKEL JURNAL SCIENCE DIRECT

Saefudin BPTP Jawa Barat

Jenis Jurnal Online

Pada dasarnya jurnal online yang ditawarkan kepada berbagai pihak saat ini, yaitu jurnal online yang untuk mengaksesnya menggunakan username dan password. Dengan akses melalui username dan password pengguna bisa mengakses jurnal online dari mana saja. Contoh dari jurnal online yang demikian adalah Science Direct. Contoh dari jurnal online yang bisa diakses dari mana saja, tetapi harus menggunakan username dan password adalah ProQuest, dan lain-lain. Username dan password itu bisa berganti setiap bulan, untuk memperoleh Username dan password bisa menghubungi Pustakawan.

Sebenarnya ada satu jenis jurnal online lagi yang dilanggan oleh Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian Bogor. Pedoman ini akan membahas jurnal online yang dilanggan dalam bentuk database bernama Science Direct.

2277

A. Pedoman Umum Perlu diingat bahwa jurnal online ini biasanya berbentuk database

dengan jumlah judul jurnal yang banyak sekali, sehingga sudah pasti jumlah artikelnya jauh lebih banyak. Oleh karena itu dalam melakukan penelusuran pada jurnal online harus diingat beberapa hal, seperti:

a. Pada awal pencarian gunakan kata atau istilah yang spesifik. Jangan masukkan kata atau istilah pencarian yang sangat umum, karena akan memberikan hasil pencarian yang sangat banyak untuk diperiksa satu demi satu. Barulah bila kata yang spesifik tidak memberikan hasil pencarian yang diinginkan, masukkan kata atau istilah yang merupakan sinonim dari kata yang digunakan sebelumnya. Bila beberapa sinonim sudah digunakan tetapi hasil pencarian belum memenuhi kebutuhan, maka gunakan kata yang lebih umum secara bertahap. Dengan demikian, untuk menelusur jurnal online ini diperlukan thesaurus, agar diperoleh berbagai kata atau istilah sinonim, kata yang berkaitan, kata yang bermakna lebih luas, atau lebih sempit yang dapat sangat membantu dalam menelusur jurnal online.

b. Selain menggunakan strategi kata atau istilah untuk mempersempit pencarian, pelajari juga apakah pada jurnal online tersebut tersedia sarana untuk mengarahkan pencarian fokus ke masalah yang dicari. Hal tersebut penting mengingat database berisi informasi yang terlalu banyak, sehingga untuk mempercepat penemuan terhadap informasi yang dicari, Anda perlu mencari berbagai cara untuk dapat mencapai hasil yang diinginkan.

B. Pencarian Informasi Seperti telah disebutkan di atas, Science Direct adalah salah satu

contoh jurnal online yang menggunakan IP address tertentu untuk bisa mengakses informasi yang dimiliki Science Direct. Provider ini memiliki banyak sekali kelompok jurnal dari berbagai bidang ilmu yang disebut sebagai database. Jadi, ketika sebuah perpustakaan akan melanggan jurnal-jurnal yang ada pada Science Direct, perpustakaan itu harus memilih database yang mana yang akan dilanggan. Setiap database itu sudah ditentukan judul-judul jurnal yang dicakup. Alamat Science Direct adalah: http://www.sciencedirect.com

a. Pencarian untuk Topik Khusus Dalam pencarian artikel dengan topik khusus disarankan mengklik

tombol "Search" yang berada di bagian atas halaman web Science Direct (Gambar 1). Setelah halaman web baru terbuka, mengingat judul-judul jurnal

2288

yang tercakup dalam Science Direct begitu banyak, maka pencarian artikel dibatasi pada judul-judul jurnal yang dilanggan Perpustakaan IPB menjadi pilihan yang lebih baik. Dengan demikian Anda akan mengurangi temuan yang tidak bisa diakses full text-nya. Untuk itu, pada kotak "Sources" Anda harus memilih "Subscribed sources" (Gambar 2). Kemudian ketikkan satu atau lebih kata yang ingin dicari pada kotak "Search" yang tersedia. Barulah klik tombol "Search" yang ada di bagian bawah halaman web.

Gambar 1. Halaman Web Science Direct dengan Tombol SEARCH

Gambar 2. Pembatasan Hasil Temuan pada Jurnal yang Dilanggan

Science Direct akan memunculkan daftar artikel yang sesuai dengan kata (-kata) yang telah Anda ketikkan di kotak "Search". Perlu diingat, artikel yang bisa diunduh full text-nya adalah artikel yang bertanda kotak hijau, sedangkan tanda kotak putih artinya jurnal tersebut tidak termasuk yang dilanggan oleh Perpustakaan.

2299

Bila hasil temuan terlalu banyak, lihatlah ke sebelah kiri halaman web pada kotak "Refine Results". Di situ terdaftar judul-judul jurnal yang dianggap mencakup hasil temuan untuk Anda. Periksa judul-judul jurnal tersebut, klik kotak yang ada di sebelah kiri judul jurnal yang Anda pastikan bahwa jurnal itu tidak terkait dengan topik yang Anda cari. Sebagai contoh, pada Gambar 3 Anda mencari artikel jurnal tentang “BOOK CIRCULATION”, tetapi pada daftar jurnal terdapat jurnal "Public Health". Jelas jurnal itu tidak terkait dengan masalah "book circulation", maka kliklah kotak di depan nama jurnal. Teruskan untuk mengklik jurnal-jurnal yang tidak terkait, setelah itu klik tombol "Exclude", maka hasil temuan akan dikurangi dengan artikel-artikel yang berasal dari jurnal-jurnal yang tidak relevan.

Untuk melihat full text artikel, ambil contoh dari Gambar 3 artikel hasil temuan nomor 2. Anda klik pada bagian bawah dari data bibliografi artikel di tulisan PDF (211 K), maka sistem akan memunculkan artikel itu di layar. (211 K) itu merupakan keterangan besarnya file untuk artikel itu. Bila artikel itu akan diambil, maka setelah selesai diunduh klik tanda disket yang ada di sebelah kiri layar. Simpan file pada folder tertentu, namai file dengan kata-kata spesifik terkait judul artikel, agar Anda mudah mengingat isi file. Penamaan file itu penting terutama bila Anda mempunyai banyak file hasil mengunduh artikel dari database. Dengan demikian artikel jurnal sudah tersimpan di komputer Anda. Untuk membuka file itu diperlukan perangkat lunak Adobe Reader. Caranya dengan menggunakan “Explorer”, klik pada nama file, file itu akan terbuka. Untuk mencetak artikel dapat dilakukan dengan prosedur yang biasa dilakukan untuk mencetak berbagai file.

Gambar 3. Pembatasan Hasil Temuan pada Jurnal yang Terkait

3300

b. Pencarian Berdasarkan Judul Jurnal

Anda bisa juga melakukan pencarian berdasarkan judul jurnal tertentu. Pada Gambar 1 di sebelah kiri Anda lihat "Browse by title", kliklah pada huruf dari huruf pertama judul jurnal yang Anda cari. Ingatlah bahwa hanya jurnal-jurnal yang bertanda kunci hijau yang bisa Anda lihat full text-nya. Pembatasan terhadap judul-judul jurnal yang bisa diakses full text-nya dapat dilakukan dengan mengatur isian pada kotak "Browse Journals/Books Alphabetically" yang ada di sebelah kiri halaman website (lihat Gambar 4). Klik pada kotak "Abstract only" dan kotak "All Books", kemudian klik pada "Apply". Dengan demikian sistem akan menampilkan judul-judul jurnal yang bisa diakses full text-nya. Di layar komputer Anda akan muncul daftar semua judul jurnal yang huruf pertamanya sama dengan huruf yang Anda klik tadi. Lakukan pencarian sampai Anda menemukan judul jurnal yang dicari, dan kliklah pada judul tersebut. Di layar akan muncul daftar isi dari terbitan terakhir jurnal itu. Bila Anda membutuhkan edisi jurnal yang lain, maka di sebelah kiri halaman web akan tersedia pilihan volume, nomor, dan tahun yang lain. Klik pada terbitan yang diinginkan, maka akan muncul lagi daftar isi edisi tersebut. Untuk melihat full text artikel tertentu, sama dengan kasus di atas, klik pada "PDF”.

Gambar 4. Halaman Tampilan Daftar Jurnal untuk Huruf J

Bila masih ada pertanyaan silahkan menghubungi Pustakawan/ perpustakaan/ : [email protected] atau [email protected]

3311

PSIKOLOGI SOSIAL DALAM PENYULUHAN PERTANIAN

Darojat Prawiranegara Selama ini para ahli sosial dan para pakar pertanian sering

mengamati tentang kehidupan dan hal-hal yang menyangkut kesejahteraan petani, khusunya petani kecil di perdesaan. Berbagai program diluncurkan baik dari pemerintah maupun swasta yang bermuatan inovasi teknologi, inovasi yang ditawarkan ditujukan untuk mengatasi segala masalah yang dialami petani agar mereka dapat meningkatkan produktivitas dan taraf hidup mereka. Tetapi inovasi tersebut tidak jarang hanya berlangsung selama program dilaksanakan, selanjutnya secara berangsur selepas program petani kembali beralih pada kebiasaan semula. Artinya inovasi yang disampaikan tidak berguna bagi masyarakat tani. Kondisi tersebut disebabkan salah satunya adalah ketidaksesuaian inovasi teknologi dengan kondisi petani. Untuk itu, sosialisasi inovasi teknologi yang optimal perlu juga memperhatikan kondisi petani. Hal ini sering menjadi kendala dalam penyuluhan karena petani tidak akan langsung menerima inovasi-inovasi tersebut melainkan harus melewati beberapa proses maupun tahapan yang membutuhkan waktu bergantung dari kondisi khalayak sasaran (petani).

Sebagai salah satu media transfer inovasi teknologi, penyuluh cenderung hanya dibekali dengan pengetahuan teknologi/inovasi baru yang harus disebarkan ke petani tanpa/kurangnya memahami masyarakat tani yang harus mereka layani, mereka bimbing dan berdayakan. Program-program pelatihan bagi para penyuluh dilapangan, sebagian besar fokus hanya pada pelatihan yang bermuatan teknis suatu teknologi baru, sedangkan program-program pelatihan yang membekali kemampuan penyuluh dalam memahami kondisi psikis sosial petani tidak/jarang dilakukan. Untuk itu perlunya mengetahui, memberikan bekal dan kemampuan memahami masyarakat/petani kepada para penyuluh menjadi sangatlah penting. Semakin seorang penyuluh menguasai bidang-bidang ilmu kemasyarakatan dan kepekaan terhadap kejadian-kejadian nyata dalam masyarakat tani, mereka akan lebih berhasil mengembangkan profesinya.

Psikologi merupakan hal mendasar yang memungkinkan kita dapat membaca situasi emosi seseorang (petani) pada kondisi tertentu. Dengan memahami psikologi petani, maka proses kegiatan penyuluhan akan berjalan lancar, pesan atau materi yang akan disampaikan dapat sampai kepada pengguna tepat sasaran dan berkelanjutan. Karena dengan

3322

memahami psikologi, maka seorang penyuluh akan memahami real need dan felt need dari petani. Petani akan lebih mudah memahami dan menerima materi/informasi pengetahuan karena proses penyuluhan sesuai dengan kebutuhan, keinginan dan kondisi mereka. Penyuluh lebih bisa membaca keadaan dan dapat mengambil keputusan yang tepat terhadap metoda dan penggunaan media sesuai kondisi petani. Penggunaan media dan metode yang tepat yang akan digunakan oleh seorang penyuluh sangatlah bergantung pada situasi dan kondisi khalayak sasaran. Dalam proses penyuluhan sendiri adalah adanya interaksi, didalam interaksi adanya komunikasi dan komunikasi dapat berjalan lancar jika masing-masing yang berkomunikasi memahami situasi dan karakter masing-masing (bagian psikologi). Berdasarkan hal tersebut, maka dalam tulisan ini kami akan mencoba mendeskripsikan kajian psikologi dalam penyuluhan pertanian.

KAJIAN PSIKOLOGI SOSIAL DALAM PENYULUHAN PERTANIAN

Sebelum mengemukakan pendekatan psikologi sosial dalam kegiatan penyuluhan, terlebih dahulu akan dikemukakan pengertian psikologi sosial. Manusia adalah mahluk sosial yang kehidupannya tidak lepas dari pengaruh orang lain atau masyarakat. Seseorang akan menjadi individu yang tumbuh dan berkembang ke arah yang baik atau tidak, ditentukan atau dibentuk oleh lingkungan sosialnya. Manusia bukan mahluk pasif atau semata-mata dikendalikan oleh dorongan instingtif dan mengikuti kehendak lingkungan, melainkan manusia bisa secara aktif merancang bahkan merubah lingkungannya. Atas dasar ini, ruang lingkup psikologi sosial meliputi interaksi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, intra kelompok dan antar kelompok. Dalam psikologi sosial, individu diletakkan dalam konteks sosial. Atau, tingkah laku individu bukan semata-mata ditentukan oleh individu, tetapi merupakan hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya. Secara rinci psikologi sosial dirumuskan sebagai “the scientific field that seeks to understand the nature and causes of individual behavior and thought in social situation (Baron Branscombe, & Byrne, 2008 dalam M, Enoch Markum 2009). Yang perlu digarisbawahi dari definisi tersebut adalah upaya memahami tingkah laku dan pikiran individu dalam situasi sosial.

Psikologi sosial sasaran studinya lebih bertitik tolak pada manusia sebagai individu yang membina hubungan-hubungan sosial di masyarakat, misalnya persepsi, motivasi dan sikap, dan berusaha memahami proses-proses yang mempengaruhi kelangsungan dan keseragaman jenis maupun bentuk hubungan sosial seperti kepemimpinan, kerjasama, dan konflik.

3333

Suatu kegiatan penyuluhan amat mungkin gagal karena adanya kekeliruan dalam membangun kesepahaman bersama mengenai tujuan yang ingin di capai. Kegagalan ini buah dari kekeliruan dalam proses penyesuaian diri antara seorang penyuluh dengan masyarakat baik secara kelompok maupun individu sebagai khalayak sasaran. Sebaik apapun suatu kegiatan tertera dalam program kegiatan dan direncanakan dengan hebat, namun ketika terjadi kegagalan dalam penyesuaian diri tersebut yang menghasilkan tidak simpatiknya sasaran bina terhadap pribadi seorang penyuluh maka nilai perencanaan kegiatan tersebut menjadi menurun. Bagaimana memahami perilaku orang lain, dan bagaimana melakukan penyesuaian diri yang baik merupakan kajian dari psikologi, untuk itu seorang penyuluh setidaknya harus memiliki konsep dasar pemahaman awal mengenai psikologi terutama kaitannya dengan pelaksanaan penyuluhan.

Dalam aktivitas penyuluhan sesungguhnya berlaku proses interaksi antara penyuluh dengan khalayak sasaran. Proses interaksi ini diisi salah satunya dengan peristiwa penyesuaian diri antara penyuluh dengan khalayak sasaran. Proses penyesuaian diri ini keberhasilannya tergantung pada kesiapan masing-masing pihak untuk dapat saling membuka diri dan menyatakan minatnya secara positif.

Kajian psikologi dalam kaitannya terhadap pengembangan penyuluhan, memiliki kaitan erat dengan pemahaman aspek-aspek perubahan perilaku petani. Hal ini sesuai dengan tujuan dan proses penyuluhan adalah guna merubah perilaku khalayak sasaran yaitu manusia sebagai individu maupun kelompok. Madzhab dalam perubahan perilaku adalah aliran Behaviorisme. Behaviorisme merupakan salah satu aliran psikologi yang meyakini bahwa untuk mengkaji tingkah laku individu harus dilakukan terhadap setiap aktivitas individu yang dapat diamati. Tingkah laku yang diramalkan oleh seorang penyuluh terhadap khalayak sasarannya terkait erat dengan bagaimana penyuluh mempersepsi khalayak sasarannya. Persepsi sosial merupakan suatu proses seseorang untuk mengetahui, menginterprestasikan dan mengevaluasi orang lain yang dipersepsi, tentang sifatsifatnya, kualitasnya dan keadaan yang lain yang ada dalam diri orang yang dipersepsi, sehingga terbentuk gambaran mengenai orang yang dipersepsi.

Berkaitan dengan persepsi objek yang dipersepsi dapat berada di luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat berada dalam diri orang yang mempersepsi. Menurut Ardi dalam Nugraha (2009), psikologi dalam penyuluhan berfokus pada tenaga penyuluh mempersepsi khalayak sasaran/lingkungan luar berfungsi untuk:

3344

a. Membantu dalam memahami kondisi psikologis khalayak sasaran sehingga penyuluh dapat merumuskan tujuan, materi dan metode penyuluhan yang sesuai dengan kebutuhan khalayak sasaran.

b. Membantu dalam memahami lingkungan fisik dan sosial khalayak sasaran di mana mereka berinteraksi, sehingga penyuluh dapat mempertimbangkannya untuk pencapaian tujuan penyuluhan.

c. Membantu memahami proses penyuluhan dan kendala yang mungkin timbul sehingga penyuluh dapat mengatasinya secara saintifik psikologis.

d. Membantu penyuluh untuk melakukan adjustment (penyesuaian diri) sehingga dapat berinteraksi dengan khalayak sasaran secara baik dalam kerangka keberhasilan penyuluhan.

e. Membantu dengan memanfaatkan prinsip-prinsip, konsep, dan teori psikologi untuk landasan berpikir dan bertindak bagi penyuluh dalam mengelola proses penyuluhan yang sesuai dengan kebutuhan khalayak sasaran.

Selain dalam mempersepsi khalayak sasaran, psikologi juga dapat membantu mempersepsi diri sendiri. Orang akan dapat melihat bagaimana keadaannya dirinya sendiri, orang akan dapat mengevaluasi tentang dirinya sendiri. Dalam mempersepsi dirinya sendiri (penyuluh), psikologi berfungsi untuk:

a. Membantu penyuluh dalam memahami sikap dan kepribadiannya sehingga dapat memahami proses penyuluhan dalam penyesuaian karakter penyuluh dengan karakter khalayak sasaran (penyesuaian diri).

b. Membantu penyuluh untuk memahami kondisi psikologisnya sendiri sehingga ia dapat memotivasi diri dalam rangka menangkap memberikan pesan penyuluhan secara optimal.

c. Membantu penyuluh dengan menggunakan prinsip, konsep dan teori psikologi untuk menghayati materi penyuluhan sehingga timbul motivasi untuk mengamalkannya.

Bagi seorang penyuluh, psikologi utamanya adalah memberi jalan bagaimana untuk menyampaikan materi dan menggunakan metode yang relevan dengan kondisi khalayak sasaran sebagai makhluk dengan dimensi fisik dan psikis serta memiliki kepribadian yang berbeda baik karena dorongan internal maupun eksternal. Dari tinjauan ilmu psikologi, setiap manusia (khalayak sasaran) dipandang sebagai pribadi yang khas atau unik. Maka kajian psikologi dalam pengembangan penyuluhan, seyogyanya memperhatikan keunikan yang dimiliki oleh setiap pribadi khalayak sasaran. Baik ditinjau dari segi tingkat kecerdasan, kemampuan, sikap, motivasi, perasaaan serta karakterisktik-karakteristik lainnya. Pendekatan seperti ini, menekankan pada upaya pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan

3355

nilai-nilai kemampuan dasar khalayak sasaran yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak, dalam artian khalayak sasaran diharapkan memiliki kemampuan pengetahuan dan keterampilan serta mempunyai kemauan untuk melakukan sesuatu secara terkontrol.

Pada prosesnya, penyuluhan merupakan suatu bentuk pengajaran/pendidikan terhadap khalayak sasaran. Kajian psikologi telah melahirkan berbagai teori yang mendasari sistem pengajaran dalam proses perubahan perilaku. Kita mengenal adanya sejumlah teori pengajaran yang bermazhab perubahan perilaku, seperti : teori classical conditioning, connectionism, operant conditioning, dan teori gestalt. Terlepas dari berbagai kontroversi yang menyertai kelemahan dari masing masing teori tersebut. Pada kenyataannya teori-teori tersebut telah memberikan sumbangan berarti dalam proses penyuluhan. kajian psikologi berhubungan erat dengan proses pembelajaran khalayak sasaran diantaranya: (1) dalam hal pencapaian kemampuan khalayak sasaran untuk melakukan sesuatu dalam berbagai konteks kebutuhan; (2) dalam hal proses penciptaan pengalaman belajar bagi khalayak sasaran; (3) dalam hal menciptakan ouput hasil belajar (learning outcomes) yang sesuai dengan tujuan, dan (4) dalam hal penentuan kualifikasi kemampuan dan keahlian (skill) khalayak sasaran dalam melakukan suatu tindakan.

PENUTUP Sebagai penutup dari tulisan ini, kegiatan penyuluhan sesungguhnya

merupakan pekerjaan yang berat jika kita sadari betapa untuk mengajak manusia yang multi dimensi ini menuju pada satu titik kesepahaman bersama, terhambat oleh kenyataan itu sendiri bahwa manusia yang menjadi objek atau sasaran penyuluhan ternyata terdiri dari beragam dimensi. Manusia terbangun dari unsur fisik dan psikis, lain dari itu secara psikis ini terhimpun pula dari beragam unsur batiniah lainnya seperti pikiran dan perasaan. Oleh karena itu, bagi seorang penyuluh perlu juga dipahami pemahaman mengenai pendekatan-pendekatan psikologi agar khalayak sasaran dapat mengikuti ajakan yang disarankan oleh seorang penyuluh. Sumber acuan utama: Firman Nugraha, 2009. Psikologi Penyuluhan Agama. Departemen Agama RI Badan

Litbang Dan Diklat Pusdiklat Tenaga Teknis Keagamaan Jakarta, 2009

3366

Aplikasi Perangkap Berferomon Dalam

Menanggulangi Hama Penggerek Batang Padi Kuning (PBPK) Di Kabupaten Subang

Bambang Sunandar dan Sri Murtiani BPTP Jawa Barat Kegiatan Demonstrasi aplikasi feromon dalam menanggulangi hama

penggerek batang padi kuning (PBPK) bertujuan untuk memperkenalkan kepada petani teknik pengendalian hama yang efektif, efisien dan ramah lingkungan, serta untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan petani, penyuluh pendamping dan penyuluh swadaya dalam penggunaan perangkap berferomon dalam menanggulangi hama penggerek batang padi kuning. Kegiatan ini merupakan salah satu bagian dari kegiatan demonstrasi dan uji coba FEATI yang dilaksanakan di Kabupaten Subang. Kegiatan demonstrasi ini dilakukan pada lahan seluas 1,4 ha yang berlokasi di UP-FMA Sumber Jaya, Desa Mekar Jaya, Kecamatan Compreng, Kabupaten Subang.

Perangkap berferomon adalah alat perangkap yang dibuat dari stoples plastik dan didalamnya diberi pemikat yang merupakan senyawa sintetik dari feromon seks serangga betina virgin. Senyawa feromon seks merupakan senyawa yang bersifat tidak toksik (beracun) dan digunakan dalam jumlah yang sangat sedikitl (mikrogram) sehingga tidak membahayakan hasil panen, serangga bukan sasaran, atau lingkungan. Feromon seks (sintetik) dapat digunakan untuk pemantauan tingkat populasi dan perangkap massal. Sebagai alat pemantau populasi maka perangkap berferomon akan memberikan informasi lebih dini dan tepat untuk melakukan tindakan pengendalian hama tersebut, baik dengan menggunakan insektisida atau kombinasi dengan teknik lainnya. Sebagai alat perangkap massal, maka pemakaian perangkap berferomon seks akan menurunkan tingkat populasi serangga jantan yang secara tidak langsung akan menekan jumlah serangga berkopulasi (kawin) sehingga akan menurunkan tingkat populasi serangga hama generasi berikutnya.

Perlakuan yang dilakukan pada kegiatan demontrasi aplikasi perangkap berferomon untuk menanggulangi hama PBPK adalah sebagai berikut :

3377

1. Dipasang perangkap berferomon sebanyak 20 buah pada lahan demplot dengan luasan 7000 m2 (petani pemilik Damiri).

2. Dipasang masing masing 10 buah perangkap berferomon pada lahan demplot seluas 3.500 m2 (petani pemilik Mamin H), dan 3.500 m2 (petani pemilik Wasga).

3. Masing-masing perangkap berferomon di beri nomor untuk memudahkan dalam pencatatan jumlah hama yang tertangkap, dan dilakukan pengamatan sebanyak 1 kali dalam satu minggu yang di lakukan bersama-sama oleh UP-FMA Sumber Jaya.

4. Kegiatan pengamatan perangkap berferomon ini akan dilakukan selama tiga bulan.

Tabel 1. Jumlah tangkapan hama penggerek Batang Padi kuning(PBPK) di lokasi demonstrasi

No. Demplot Pengamatan I II III IV V VI

1. Wasga 63 289 118 37 13 40 2. Damiri 310 194 - - - - 3. Mamin. H 113 37 53 20 - -

Grafik jumlah tangkapan hama penggerek batang PBPK di lokasi demplot kaji terap

a. Lokasi Demplot 1 Di lokasi demplot 1, terlihat trend serangan hama mencapai puncak pada minggu ke dua , hingga mencapai hampir 300 ekor hama PBPK yang tertangkap perangkap feromon. Selanjutnya serangan hama PBPK cenderung menurun dan menghilang dari lokasi.

b. Lokasi Demplot 2 Di lokasi demplot 2, terlihat trend serangan hama PBPK pada awal pengamatan cenderung tinggi. Selanjutnya serangan hama PBPK pada pengamatan

3388

berikutnya menurun dan pada akhirnya menghilang.

c. Lokasi Demplot 3 Pada demplot 3, terjadi flukuasi serangan hama PBPK, pada awal pengamatan tingkat serangan hama cenderung tinggi, kemudian menurun, dan terjadi peningkatan lagi pada pengamatan minggu ke tiga. Selanjutnya tingkat serangan hama cenderung menurun dan menghilang.

Gambar 1. Aplikasi Perangkap berferomon untuk menanggulangi hama

pengerek batang padi kuning (PBPK) Pemanfaatan perangkap berferomon di lokasi demplot untuk

pengendalian hama penggerek batang padi kuning, cukup efektif dengan memasang 40 perangkap pada lahan seluas 1,4 ha. Ini terbukti dari grafik tingkat serangan yang cenderung menurun, walaupun ada grafik yang menunjukan serangan yang berfluktuasi. Tetapi pada akhirnya sampai pada pengamatan ke VI (minggu ke 6), tidak terdapat tanda-tanda serangan, hal ini dapat dilihat dari toples perangkap berferomon yang kosong.

     

3399

Evaluasi Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT Padi TA 2011 Dihadiri Bupati Majalengka

Titiek Maryati BPTP Jawa Barat

Pada tanggal 17 November 2011, Kabupaten Majalengka melaksanakan Pertemuan antara Penyuluh dan Peneliti dalam rangka Evaluasi Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT Padi TA 2011 dan Strategi Pencapaian Target P2BN 2012. Pertemuan dihadiri oleh Bupati Majalengka (H. Sutrisno, SE, MSi) dan Kepala BP4K (Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan), Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan (Ir. H. Idi Tjahidi W, MSi), Kepala Bappeda (Ir. H. Rahmat Rukmana, MM), seluruh jajaran OPD dan seluruh penyuluh sekabupaten Majalengka termasuk penyuluh THL serta BPTP Jawa Barat. Pertemuan

4400

dimaksudkan untuk mengevaluasi kegiatan Pendampingan Sl-PTT TA 2011 agar dapat diketahui: 1) realisasi pelaksanaan Sl-PTT TA 2011 dan target untuk TA 2012; 2) strategi pelaksanaan dan pengembangan SL-PTT TA 2011 dan TA 2012; 3) evaluasi pelaksanaan Sl-PTT TA 2011 dan strategi pencapaian target P2BN 2012 di Jawa Barat. Kepala BP4K menyatakan bahwa pertemuan ini dalam rangka menindaklanjuti kesepakatan antara Gubernur dengan Bupati di seluruh Jawa Barat yang telah dilaksanakan di Bandung. Kabupaten Majalengka merupakan salah satu kabupaten yang diunggulkan di Jawa Barat sebagai penyangga beras dan tahun 2011 telah melaksanakan SL-PTT Padi. Lebih lanjut Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan menyatakan bahwa sasaran kuantitatif produksi padi tahun 2011 sebanyak 621.284 ton GKG atau 392.651 ton setara beras. Pada kegiatan Demfarm PTT Padi yang telah dilakukan oleh BPTP Jawa Barat dalam rangka pendampingan SL-PTT Padi di Desa Sukawera, Kecamatan Ligung hasil Demfarm adalah 7,64 t/ha dan rata-rata kabupaten 6,38 t/ha dengan penerapan PTT Padi.

Dalam arahannya Bapak Bupati menyatakan bahwa dengan teknologi dapat menjawab permasalahan keamanan pangan dan program jangan disikapi secara normative. Oleh karena itu kita semuanya harus bekerja keras agar pembangunan di Majalengka dapat berhasil dan kesejahteraan masyarakat tercapai.

Tindak lanjut dari kegiatan pertemuan adalah antaralain adanya: Pencanangan Gerakan Tanam Padi Musim Tanam 2011/2012 dengan maksud untuk memberikan dukungan terhadap Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN), dan Mewajibkan seluruh penyuluh menerapakan Legowo-2 di setiap WILBIN, dan akan menjadi poin penilaian penting bagi prestasi kerja/Angka Kredit.

4411

Gerakan Tanam Padi Legowo-2 di Kabupaten Majalengka Titiek M dan Setiawan BPTP Jawa Barat

Kabupaten Majalengka menggelar kegiatan Pencanangan Gerakan Tanam Padi Musim Tanam 2011/2012 tanggal 24 November 2011 melalui Sekolah Lapang Agribisnis PTT dan Tanam Perdana Padi Sistem Jajar Legowo-2. Kegiatan ini selain menjadi tempat sosialisasi rekomendasi teknologi pertanian yang diperkenalkan oleh BPTP Jawa Barat kepada petani dan pimpinan setempat serta penguatan kepada para penyuluh dan kontak tani di lapangan sebagai upaya untuk mengajak petani menerapkan PTT

Padi mendapat dukungan penuh dari jajaran pemerintah Kabupaten Majalengka, juga menjadi area gerakan massal bagi petani dan wanita tani dalam menerapkan Teknologi Sistem Tanam Padi Jajar Legowo Dua.

Gerakan tanam padi sistem jajar legowo dua di Kabupaten Majalengka ini didemontrasikan langsung oleh Wakil Bupati Majalengka (Dr. H. Karna Sobahi, M.MPd.), Kepala BPTP Jawa Barat (Dr. Ir. Nandang Sunandar, MP), Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian dan Kehutanan (BP4K) Kab. Majalengka (Drs. H. Abdul Gani,M.Si), Ibu Camat Panyingkiran, Penyuluh, dan selanjutnya dilanjutkan oleh Wanita-wanita Tani secara massal dari Kelompok Tani Sengkolan Desa Karya Mukti, Kecamatan Panyingkiran di atas lahan sawah seluas 5 ha. Dalam sambutannya Wakil Bupati Majalengka menyampaikan bahwa tahap awal

4422

gerakan ini dicanangkan dapat diterapkan di atas lahan sawah seluas 15 ha, termasuk lahan demfarm dan diharapkan dapat diperluas lagi pada tahap-tahap berikutnya. Saat peresmian kegiatan ini Wakil Bupati secara simbolis memukul kentongan yang didampingi oleh Kepala BPTP Jawa Barat, Kepala BP4K Kab. Majalengka dan Ketua DPRD, Setda Kab. Majalengka, Jajaran PPL dan disambut riuh oleh kentongan dari para Wanita Tani Kecamatan Panyingkitan dan tepuk tangan para hadirin.

Gerakan massal penanaman padi sistem jajar legowo-2 di Kabupaten Majalengka ini menjadi istimewa karena menjadi gerakan perdana yang ada di Provinsi Jawa Barat. Kepala BPTP Jawa Barat dalam sambutannya menyampaikan harapannya bahwa melalui gerakan ini dapat menopang kesediaan dan ketahanan pangan di Jawa Barat, khususnya dan dapat berkontribusi secara nyata terhadap percepatan ketahanan pangan nasional secara berkelanjutan pada umumnya.

4433

KLINIK AGRIBINIS SEBAGAI LEMBAGA PENYEDIA INFORMASI TEKNOLOGI PERTANIAN

Nia Rachmawati BPTP Jawa Barat Pembangunan pertanian merupakan faktor penunjang ekonomi

nasional. Program-program pembangunan yang dijalankan pada masa lalu bersifat linier dan cenderung bersifat top down serta tidak menyesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat setempat. Memasuki awal tahun 1993 paradigma pembangunan pertanian di Indonesia mengalami pergeseran dari pendekatan peningkatan produksi ke arah pendapatan dan kesejahteraan keluarga petani (agribisnis).

Program sektoral pertanian diarahkan untuk menghubungkan agribisnis yang mengakar kuat di pedesaaan serta mendukung pengembangan wilayah. Pembangunan sektor pertanian didasarkan atas keterpaduan dalam suatu sistem, berorientasi pasar, memanfaatkan sumberdaya secara optimal, dikelola secara profesional dengan didukung oleh sumberdaya yang berkualitas, teknologi tepat guna, berwawasan lingkungan dan kelembagaan yang kokoh. Dengan dikembangkannya sistem agribisnis secara sehat (ekonomi, sosial, kelembagaan, lingkungan), maka sumberdaya alam dan ekosistem pertanian setempat bisa dijadikan penggerak perekonomian masyarakat setempat, yaitu melalui dihasilkannya produk pertanian yang berdaya saing tinggi di pasaran lokal, domestik maupun global. Agribisnis berperan penting dalam pembangunan nasional karena sifat alam Indonesia sebagai negara agraris.

Kenyataan dewasa ini menunjukkan bahwa kecepatan adopsi dan tingkat pemanfaatan inovasi pertanian cenderung menurun. Selain itu, penggunaan inovasi tersebut adakalanya salah kaprah. Kelambatan adopsi dan kerancuan pengertian teknologi terjadi antara lain karena kurang mulusnya arus informasi dari sumber teknologi ke penerima.

Awalnya, Klinik Agribisnis adalah lembaga yang sengaja dibentuk pada Program Prima Tani dengan tujuan untuk mendukung proses percepatan adopsi inovasi di tingkat petani. Klinik Agribisnis merupakan lembaga pelayanan jasa konsultasi, diseminasi dan informasi. Klinik ini dikelola oleh suatu tim yang terdiri atas peneliti, penyuluh, kontak tani dan konsultan agribisnis. Klinik Agribisnis adalah lembaga yang muncul sebagai

4444

suatu upaya untuk memecahkan masalah yang dihadapi petani. Lembaga ini berperan sebagai pemasok inovasi teknologi pertanian dan lebih mendekatkan sumber-sumber teknologi pertanian kepada pengguna. Informasi yang tersedia di Klinik Agribisnis adalah informasi yang sesuai dengan kebutuhan petani karena berangkat dari permasalahan yang ada di lapangan.

Klinik Agribisnis secara operasionalnya menyediakan jasa pelayanan dalam rangka penyebarluasan inovasi teknologi pertanian. Jasa pelayanan tersebut, meliputi: penyediaan informasi teknologi pertanian, konsultasi dengan nara sumber atau ahli di bidang pertanian yang sengaja diundang untuk membahas permasalahan teknis yang dihadapi petani di lapangan serta diseminasi atau penyebarluasan informasi melalui pembinaan teknis, penyajian informasi melalui berbagai media cetak seperti leaflet, buku petunjuk/juknis ataupun poster.

Agar informasi teknologi pertanian yang tersedia pada Klinik Agribisnis dapat efektif, maka terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi, yaitu: (1) informasi harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menumbuhkan perhatian, (2) informasi harus dirumuskan sedemikian rupa sehingga mencakup pengertian yang sama dan lambang-lambang yang dimengerti, (3) informasi harus dapat menimbulkan kebutuhan pribadi dan menyarankan bagaimana kebutuhan itu dapat dipenuhi dan (4) informasi harus sesuai dengan situasi penerima.

 

Klinik Agribisnis sebagai lembaga pelayanan jasa konsultasi, diseminasi dan

informasi

Klinik Agribisnis menyediakan berbagai informasi teknologi pertanian dalam

bentuk media tercetak dan CD

4455

Terkait dengan informasi teknologi pertanian yang tersedia di Klinik

Agribisnis sebaiknya disesuaikan dengan hasil identifikasi permasalahan yang ada di lapangan dan kebutuhan petani mencakup keseluruhan kegiatan berusaha tani maupun proses agribisnis dari hulu (on-farm) sampai hilir (off-farm). Penetapan prioritas masalah dilakukan secara bersama-sama kemudian menentukan potensi dan peluang pengembangannya yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat.

Petani (penerima informasi) akan menerima sebuah informasi hanya jika terdapat kondisi secara simultan: (1) dapat benar-benar mengerti informasi yang tersedia, (2) pada saat mengambil keputusan petani sadar keputusannya itu sesuai dengan tujuannya, (3) pada saat petani mengambil keputusan petani sadar bahwa keputusannya itu bersangkutan dengan kepentingan pribadinya dan (4) mampu untuk menepatinya baik secara mental maupun secara fisik.

Petani masa depan seyogyanya adalah petani yang progresif dan komersil yang mampu memanfaatkan isyarat pasar dengan cermat untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumberdaya. Petani ini dicirikan oleh beberapa karakteristik, seperti: (1) kegiatan produksi menggunakan pendekatan pengembangan sistem usahatani (agribisnis), (2) memiliki sifat yang lebih rasional karena didukung oleh pendidikan yang lebih tinggi dan (3) pemilihan alternatif teknologi, sepenuhnya atas keputusan sendiri yang berdasarkan pengalaman, ketersediaan informasi.

 

Klinik Agribisnis sebagai tempat

4466

Selain itu juga ada fakta fundamental yang harus diingat dan diperhatikan oleh peneliti/penyuluh, yaitu: (1) bahwa penerima informasi terdiri dari orang orang yang hidup, bekerja dan bermain satu sama lainnya dalam jaringan lembaga sosial, (2) bahwa penerima informasi membaca, mendengarkan dan menonton hal-hal yang terkait dengan hubungan pribadi yang mendalam dan (3) bahwa tanggapan yang diinginkan harus menguntungkan bagi penerima informasi kalau tidak penerima informasi tidak akan memberikan tanggapan. Hal-hal tersebut dapat menjadi dasar atau pertimbangan dalam merencanakan maupun menyusun materi atau informasi untuk melengkapi keberadaan Klinik Agribisnis di tengah-tengah petani.

Berdasarkan wacana yang ada, agar Klinik Agribisnis dapat efektif dan keberadaannya diperlukan oleh petani, maka perlu dilihat banyak hal diantaranya: relevansi informasi yang ditransmisikan (disebarluaskan) artinya informasi yang tersedia pada Klinik Agribisnis sesuai dengan kebutuhan dan dapat membantu memecahkan masalah teknis yang dihadapi petani dalam menjalankan usahataninya. Selain itu tercapainya kepuasan petani yang dapat ditunjukkan dengan informasi yang diterima dapat menambah wawasan dalam memecahkan masalah teknis usahatani dan akhirnya diharapkan dapat meningkatkan pendapatannya dengan melaksanakan inovasi teknologi yang dianjurkan.

Keberadaan Klinik Agribisnis di tengah-tengah petani merupakan salah satu upaya untuk mempercepat sampainya informasi dari sumber informasi ke penerima dan adopsi inovasi teknologi di tingkat petani serta untuk mengatasi masalah kelambanan dalam penyampaian dan penerapan inovasi teknologi pertanian secara luas oleh petani (pelaku agribisnis). Tiga fungsi utama dari Klinik Agribisnis, yaitu: (1) membantu pelaku agribisnis dalam mengatasi masalah teknis dan manajemen usaha, (2) menyediakan informasi yang berkaitan dengan teknologi siap guna, pasar komoditas dan permodalan serta (3) sebagai media umpan balik bagi pengembangan teknologi pertanian yang sesuai dengan kebutuhan pengguna teknologi. Adapun arah kegiatan Klinik Agribisnis ditujukan, untuk: (1) permasalahan yang ada di lapangan, (2) memanfaatkan dan mengembangkan potensi dan peluang yang tersedia, (3) memperbaiki teknologi yang telah ada di petani dengan inovasi teknologi sesuai kebutuhan lapangan dan (4) meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam mengelola usahataninya.

Klinik Agribisnis merupakan tempat penyuluh, peneliti dan petugas dinas terkait dalam memberikan pelayanan terpadu kepada pelaku agribisnis. Klinik Agribisnis terkait secara langsung dan tak langsung dengan lembaga inovasi milik pemerintah yang menghasilkan teknologi dasar

4477

(universitas), teknologi terapan (Pusat Penelitian atau Balai Penelitian), teknologi matang yang bersifat spesifik lokasi dan pengguna (BPTP) dan produsen teknologi komersial (produsen benih varietas unggul, industri pupuk dan pestisida serta industri rancang bangun alat dan mesin pertanian).

Pelayanan informasi melalui klinik agribisnis dilakukan dengan tiga kegiatan utama, yaitu: (1) penyebaran informasi baik secara tertulis maupun lisan, (2) pemberian jasa konsultasi usahatani dan (3) pelayanan pemecahan masalah usahatani di lapangan. Materi dirancang dan disusun dengan rinci serta disesuaikan dengan kebutuhan petani disajikan dengan menggunakan multimedia dan multimetoda. Klinik Agribisnis sebaiknya dibangun secara swadaya agar masyarakat merasa memiliki.

Semoga keberadaan Klinik Agribisnis di tengah-tengah petani sesuai dengan yang diharapkan: dapat menyediakan informasi dan membantu petani untuk memecahkan masalah yang dihadapinya dalam menjalankan usahatani. Semoga.....................

4488

Sistem Tanam Legowo 2:1 dengan Metode Caplak Dan Kenca

M. Iskandar Ishaq dan Wage R. Rohaeni Berbagai usaha dalam meningkatkan produksi beras nasional telah

dilakukan. Percepatan peningkatan beras nasional dilakukan dengan berbagai program diantaranya melalui pendampingan teknologi SLPTT Padi sawah. Berbagai komponen teknologi disebarkan dan diterapkan kepada petani serta dilihat hasil serapan teknologi tersebut oleh petani.

Cara tanam legowo merupakan salah satu komponen teknologi pilihan PTT (pengelolaan tanaman terpadu). Sistem tanam ini diterapkan utnuk menjawab permasalahan penurunan areal tanam sawah. Dengan sistem tanam ini, populasi perluasan tanam menjadi lebih banyak dibandingkan sistem tanam tegel yang biasa digunakan oleh petani. Dengan asumsi populasi rumpun lebih banyak maka hasil panenpun menjadi bertambah.

Permasalahan dari aplikasi sistem tanam ini adalah kemauan dari tenaga tanam untuk menanam sistem legowo. Jumlah bibit yang harus ditanam lebih banyak sehingga membutuhkan tenaga dan waktu tanaman lebih banyak dibandingkan tegel. Petani tandur yang belum terbiasa akan merasa sulit untuk mengaplikasikan sistem tanam ini. Oleh sebab itu diperlukan kajian untuk mengetahui sistem tanam legowo yang seperti apa yang dapat mempermudah cara tanam legowo.

Terdapat 3 cara bertanam oleh petani tandur saat ini diantaranya cara tanam dengan menggunakan caplak, kenca, atau tanpa alat ukur. Untuk cara tanam tanpa alat ukur maka jarak tanam tidak teratur. Oleh sebab itu cara tanam ini tidak dianjurkan untuk digunakan pada sistem tanam legowo. Alat caplak dan kenca menjadi rekomendasi untuk dikaji yang bertujuan untuk melihat seberapa efektif penanaman dengan menggunakan 2 cara ini yang nantinya menjadi rekomendasi bagi petani apabila akan mengaplikasikan sistem tanam legowo. Kajian ini dilakukan pada saat pelaksanaan pendampingan teknologi mendukung SLPTT di Kab. Karawang - Jawa Barat.

4499

Pelaksanaan tanam lokasi Demfarm PTT dilakukan selama 2 hari yaitu pada hari minggu, tanggal 19 Juni 2011 sampai dengan Senin, tanggal 20 Juni 2011. Umur bibit yang dipergunakan berumur 20 hss, tanam 1-3 batang/lubang, sistem legowo 2:1 dengan jarak tanam diantara barisan tanaman 25 cm, jarak tanam di dalam barisan tanaman 12,5 cm dan jarak antara dua barisan tanaman (legowo) 50 cm (25x12,5x50 cm) dengan bantuan caplak legowo 2:1. Sekolah lapangan (pelatihan) penerapan sistem tanam legowo kepada jasa tanam dan petani dilakukan langsung pada lokasi Demfarm PTT Padi Sawah. Sekolah lapangan (pelatihan) sistem tanam legowo dihadiri oleh 50 orang terbagi ke dalam sebanyak 42 orang petani/jasa tanam berasal dari desa setempat (Jayakerta) dan 8 orang petani/jasa tanam berasal dari luar Desa Jayakerta. Dalam SL sistem tanam legowo dihadiri oleh Kepala Seksi Padi Distanhut Kab. Karawang berserta staf (3 orang), Sekertaris BP4K beserta penyuluh pertanian dari BP3K 3 orang).

Sebelum penanaman dilakukan pertemuan sosialisasi sistem tanam legowo, pembuatan caplak legowo sesuai jarak tanam yang dikehendaki (25cm x 50 cm) (Gambar 2), pembuatan tali “kenca” panjang 20 meter dan pada setiap jarak 12,5 cm diberi simpul sebagai tanda dan penerapan dua model sistem tanam legowo 2:1. Adapun model penanaman sistem tanam legowo 2:1 yang diperkenalkan dan diuji-cobakan, yaitu :

(1) Model A (Gambar 3) : • Lahan dicaplak menggunakan caplak legowo 2:1 yang telah dibuat

dengan arah pencaplakan dua arah, yakni pertama ke arah membujur dan kedua dilanjutkan dengan pencaplakan ke arah melintang. Masing-masing dilakukan oleh 1 orang tenaga pencaplak pria. Sehingga dibutuhkan 2 orang tenaga pencaplak.

• Tenaga tanam sebanyak 11 orang berdiri menghadap ke arah membujur pada lahan yang telah dicaplak. Tempat berdiri tenaga tanam adalah pada wilayah legowo-nya.

• Arah tanam adalah dari belakang maju menuju ke depan atau tanam maju (tanju) bukan tanam mundur (tandur).

(2) Model B (Gambar 3) : • Lahan dicaplak menggunakan caplak legowo 2:1 yang telah dibuat

dengan arah pencaplakan hanya satu arah saja, yakni hanya ke arah membujur dan tidak dilakukan pencaplakan ke arah melintang, tetapi setelah tenaga pencaplak selesai melakukan pencaplakan dilanjutkan dengan memegang dan mengatur tali “kenca” bersama dengan 1 orang lainnya. Sehingga untuk proses pencaplakan serta pemegang dan pengatur tali “kenca” dibutuhkan tenaga 2 orang.

5500

• Tenaga tanam sebanyak 11 orang berdiri menghadap ke arah melintang atau menyamping dari arah legowo pada lahan yang telah dicaplak. Tempat berdiri tenaga tanam adalah pada bagian lahan yang luas (legowo)-nya.

• Arah tanam menyamping dan tanam mundur (tandur).

Gambar 1. Pelatihan pembuatan caplak legowo 2:1

Gambar 1. Pelatihan pembuatan caplak legowo 2:1

Gambar 2. Pelatihan tanam dan kajian penerapan dengan dua model sistem tanam legowo 2:1 (model A dan B)

Berdasarkan hasil kajian terhadap penerapan dua model tanam sistem legowo 2:1 (Model-A dan Model-B) dengan jumlah tenaga kerja yang terlibat adalah sama banyak yaitu 13 orang (2 orang pria dan 11 orang wanita), maka diketahui bahwa penerapan tanam sistem legowo Model-A membutuhkan waktu tanam 1,61 jam per ha atau kelompok jasa tenaga tanam dalam 1 hari atau 8 jam kerja dapat menyelesaikan pekerjaan penanaman sistem tanam legowo 2:1 seluas 4,97 ha. Sedangkan penerapan Model-B membutuhkan waktu tanam 2,84 jam per ha atau kelompok jasa tenaga tanam dalam 1 hari (8 jam kerja) dapat menyelesaikan pekerjaan penanaman sistem tanam legowo 2:1 seluas 2,82 ha.

5511

Namun demikian, terdapat kelebihan dan kekurangan dari 2 model sistem tanam legowo tersebut. Model-A meskipun lebih cepat dibandingkan dengan Model-B tetapi terdapat beberapa kekurangan, diantaranya adalah hasil penanaman terlihat barisan tanaman kurang lurus dan seringkali dijumpai jarak tanam dalam barisan yang tidak sama atau sering dijumpai jarak tanaman dalam barisan bukan 12,5 cm, tapi 25 cm. Sedangkan kelebihan penerapan sistem tanam legowo 2:1 Model-B diantaranya barisan tanaman terlihat lurus dan tanaman dalam barisan terisi penuh oleh tanaman. Hal itu mengindikasikan bahwa Model-A dapat dikembangkan oleh petani dan jasa tenaga tanam setempat dengan syarat pengawasan terhadap tenaga tanam agar tidak ada tempat tanaman dalam barisan yang terlewat atau tidak ditanami. Sedangkan Model-B masih memiliki potensi dikembangkan dengan cara lebih banyak dilakukan pelatihan kepada jasa tenaga tanam agar penggunaan waktu tanam dapat lebih efisien (lebih cepat), sebab penerapan sistem tanam legowo 2:1 Model-B memiliki hasil pekerjaan yang lebih baik dibandingkan dengan Model-A.

5522

Djoko S