PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id...

122
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011 (STUDI KASUS RUMAH SAUDAGAR BATIK DAN GERAI BATIK) SKRIPSI Oleh: Nurul Deni Kistiyah K5407036 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Transcript of PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id...

Page 1: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN

TAHUN 2011

(STUDI KASUS RUMAH SAUDAGAR BATIK DAN GERAI BATIK)

SKRIPSI

Oleh:

Nurul Deni Kistiyah

K5407036

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 2: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN

TAHUN 2011

(STUDI KASUS RUMAH SAUDAGAR BATIK DAN GERAI BATIK)

Oleh:

Nurul Deni Kistiyah

K5407036

SKRIPSI

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar

Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Geografi

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 3: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 4: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

Page 5: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRAK

Nurul Deni Kistiyah, PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG

BATIK LAWEYAN TAHUN 2011 (STUDI KASUS RUMAH SAUDAGAR

BATIK DAN GERAI BATIK). Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan. Universitas Seb elas Maret. Surakarta, Januari 2012.

Tujuan penelitian ini adalah : (1) Mengetahui persebaran spasial rumah

saudagar batik dan gerai batik di Kampung Batik Laweyan Tahun 2011, di

Kampung Batik Laweyan Tahun 2011. (2) Mengetahui pelestarian urban heritage

di Kampung Batik Laweyan Tahun 2011.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan

spasial. Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus tunggal. Populasi penelitian

adalah seluruh saudagar batik dan gerai batik di Kampung Batik Laweyan. Teknik

pengumpulan data dengan menggunakan observasi langsung yaitu pengamatan

langsung ke Kampung Batik Laweyan, studi pustaka dan wawancara. Teknik

analisis yang digunakan adalah teknik analisis peta, analisis tabel dan analisis

tetangga terdekat.

Hasil penelitian ini adalah : (1) Persebaran spasial rumah saudagar batik dan

gerai batik tahun 2011. Sebaran spasial rumah saudagar batik hampir diseluruh

Kelurahan Laweyan kecuali Kampung Kramat dan Kwanggan. Distribusi rumah

saudagar batik banyak terdapat di Kampung Setono dengan jumlah sebanyak 7

saudagar batik (30,4%) dan paling sedikit terdapat di Kampumg Sayangan Kulon

karena hanya terdapat 1 saudagar batik atau 4,3% dari 23 jumlah saudagar batik

yang ada di Kampung Batik Laweyan. Pola persebaran saudagar batik di Kampung

Batik Laweyan adalah mendekati acak dengan nilai T= 0.6. Sebaran spasial gerai

batik banyak terdapat di sepanjang Jalan Sidoluhur Laweyan. Gerai batik

kebanyakan merupakan bangunan baru yang bersifat semi permanen dan berupa

etalase kaca. Pola persebaran gerai batik di Kampung Batik Laweyan adalah

mendekati cluster dengan nilai T= 0.58. (2) Terdapat 11 urban heritage pada rumah

saudagar batik atau 47.8% dari 23 saudagar batik, pada gerai batik terdapat 9 yang

termasuk urban heritage atau 14.3% dari 56 gerai batik di Kampung batik

Laweyan. Pola persebaran urban heritage di Kampung Batik Laweyan adalah

mendekati acak dengan nilai T= 0.59. Tindakan pelestarian yang dilakukan oleh

pemilik rumah adalah melindung berupa merawat, mengganti bagian rumah yang

rusak, menambah ruang atau bangunan baru untuk dijadikan gerai batik tanpa

merubah bentuk asli bangunan, mengembangkan berupa menjadikan rumah sebagai

gerai batik dan tetap menjaga keaslian bangunan yang telah diwariskan.

Memanfaatkan sebagai showroom batik, galeri batik, museum batik, cafe, proses

pembuatan batik dan pelatihan membatik.

Kata Kunci: urban heritage, saudagar batik, gerai batik

Page 6: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRAK

Nurul Deni Kistiyah, PRESERVATION URBAN HERITAGE IN KAMPUNG

BATIK LAWEYAN AT 2011 (CASE STUDY BATIK MERCHANTS HOUSE

AND BATIK SHOWROOM). Script, Surakarta: Teacher Training and Education

Faculty of Surakarta Sebelas Maret University, January 2012

The Purpose of the research are: (1) to find out spatial distribution of batik

merchants house and batik showroom in Kampung Batik Laweyan. (2) to find out

preservation urban heritage in Kampung Batik Laweyan at 2011

This research used descriptive qualitative method with spatial approach This

research is single case study. The population of the research are all of batik merchants

house dan batik showroom in Kampung Batik Laweyan. The technique of collection

data are the direct observation is observation to Kampung Batik Laweyan, book

study and interview. The technique of data analysis are map analysis and

descriptive analysis

The result of the research are: (1) batik merchants house and batik

showroom spasial distribution at 2011. The spatial distribution batik merchants

house and batik showroom in almost all of the except Kramat and Kwanggan

Village. Distribution batik merchants house mostly located in Setono Village with 7

batik merchants (33.3%), and the least in Sayangan Kulon Village with 1 batik

merchant (4,7%) from 21 batik merchants in Kampung Batik Laweyan. The

distribution pattern of merchants house in Kampung batik Laweyan is approach

random with the value of T=0,6. .The spasial distribution of batik showroom mostly

according to Sidoluhur street. The batik showrooms are mostly new buildings that

are semi-permanent and is a storefront glass to show batik offered. The distribution

pattern of batik showrooms in in Kampung batik Laweyan is approach random with

the value of T=0,59. (2) There are 20 urban heritages in Kampung Batik Laweyan

consist of batik merchants house or batik showroom. There are 9 buildings still

protected, and the other was change. The action of preservation do at batik

merchants house or batik showroom where consist of urban heritage . The action of

preservation do by the owner of haouse are treat, replace the damaged part of the

house, adding a new room or building to be used as batik showroom without

changing the original shape of the building

Key word: urban heritage, batik merchants house, batik showroom

Page 7: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

MOTTO

Jalani hidup dengan optimal dan terus melangkah maju

(penulis)

Saya berjalan lambat, tetapi saya tidak pernah berjalan mundur walaupun hanya satu langkah.

(NN)

Page 8: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Sebuah karya kecil ini kupersembahkan untuk:

Ibu dan bapakku, terimakasih atas jerih payah dan pengorbanan yang telah diberikan, kalian

adalah motivasi terbesarku untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

Mas Rochmad Indrawanto dan keluarga, terimakasih atas semua dukungan yang telah

diberikan

Adik-adikku tersayang Latief, Dhani, Arifin dan Barid

Teman-teman geografi angkatan 2007

Almamater

Page 9: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat, taufik dan hidayahNya sehingga penulisan skripsi dapat diselesaikan.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan dalam

mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Dalam penulisan ditemukan hambatan namun demikian dengan bantuan

dari berbagai pihak hambatan tersebut dapat diatasi, untuk itu dengan segala

kerendahan hati penulis megucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah

memberikan ijin penelitian untuk menyusun skripsi ini.

2. Bapak Drs. Syaiful Bachri, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sebelas Maret.

3. Bapak Dr. Moh. Gamal Rindarjono, M.Si selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas

Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.

4. Bapak Dr. Moh. Gamal Rindarjono, M.Si selaku Pembimbing I yang telah

memberikan banyak bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan.

5. Ibu Dra. Inna Prihartini, MS selaku Pembimbing II yang dengan sabar

memberikan banyak bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan.

6. Bapak Drs. Partoso Hadi, M.Si selaku Pembimbing Akademik yang telah

memberikan bimbingan selama ini.

7. Bapak / Ibu dosen Program Studi Pendidikan Geografi yang telah memberikan

bekal ilmu pengetahuan, sehingga mampu menyelesaikan perkuliahan dan

penyususnan skripsi ini.

8. Sahabatku Okta Efrien, terimakasih atas waktu, dukungan dan bantuan yang

telah diberikan dalam penyusunan skripsi sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan.

Page 10: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

9. Sahabat- sahabat Geografi angkatan 2007 yang selalu memberikan semangat

dan persahabatan yang tak terlupakan.

10. Bapak Ir. Alpha Fabela Priyatmono dan Forum Pengembangan Kampung Batik

Laweyan terimakasih atas waktu dan bantuannya memperoleh data penelitian.

11. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu yang telah banyak

membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

Saran dan kritik sangat diharapkan demi perbaikan dan penyempurnaan

skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang

berkepentingan.

Surakarta, Agustus 2012

Penulis,

Nurul Deni Kistiyah

K5407036

Page 11: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................... iv

HALAMAN ABSTRAK ............................................................................................. v

HALAMAN MOTTO ................................................................................................. vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................. viii

KATA PENGANTAR ................................................................................................. ix

DAFTAR ISI ................................................................................................................ xi

DAFTAR TABEL ........................................................................................................ xiv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... xvi

DAFTAR PETA ........................................................................................................... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................ xix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1

B. Identifikasi Masalah ...................................................................................... 6

C. Pembatasan Masalah ...................................................................................... 6

D. Perumusan Masalah ....................................................................................... 7

E. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 7

F. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 7

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka ........................................................................................... 9

1. Kaidah Kota (Urban). ................................................................................ 9

2. Kaidah Warisan Budaya (Heritage) .......................................................... 11

3. Kaidah Warisan Budaya Kota (Urban Heritage) ..................................... 14

4. Kaidah Pelestarian Warisan Budaya.......................................................... 16

5. Kaidah Analisis Spasial ............................................................................ 18

B. Penelitian Yang Relevan ............................................................................... 21

C. Kerangka Berpikir ......................................................................................... 30

Page 12: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

D. Batasan Operasional ...................................................................................... 32

BAB III METODE PENELITIAN

A.Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................... 34

B. Metode Penelitian .......................................................................................... 35

C. Sumber Data .................................................................................................. 37

D. Populasi ......................................................................................................... 38

E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................. 38

F. Validitas Data ................................................................................................. 40

G. Teknik Analisis Data......................................................................................41

C. BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ........................................................................... 44

1. Letak, Luas dan Batas ................................................................................ 44

2. Kampung Batik Laweyan .......................................................................... 45

3.KeadaanPenduduk........................................................................................50

B. Hasil dan Pembahasan ................................................................................... 52

1. Sebaran Rumah Saudagar Batik dan Gerai Batik ...................................... 57

a. Sebaran Rumah Saudagar Batik ............................................................ 57

b. Pola Sebaran Rumah Saudagar Batik....................................................60

c. Sebaran Gerai Batik.............................................................................. 65

d. Pola Sebaran Gerai Batik.......................................................................65

2. Pelestarian urban heritage di Kampung Batik Laweyan......................... 72

a. Penentuan urban heritage....................................................................72

b. Pola Persebaran urban heritage............................................................76

c. Pelestarian urban heritage................................................................... 79

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan ......................................................................................................... 103

B. Implikasi .............................................................................................................. 106

C. Saran .................................................................................................................... 106

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 107

LAMPIRAN

Page 13: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Penelitian Yang Relevan.................................................................................... 25

Tabel 2 Waktu Perencanaan Penelitian………………………………………………... 34

Tabel 3 Data dan jenis Data serta Sumber Data……………………………………….. 38

Tabel 4 Klasifikasi Tingkat Kepadatan Penduduk.......................................................... 50

Tabel 5 Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Di Kelurahan

Laweyan Bulan Mei Tahun 2011.......................................................................

51

Tabel 6 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Di Kelurahan Laweyan Tahun

2011....................................................................................................................

52

Tabel 7 Rasio Jenis Kelamin Penduduk di Kelurahan Laweyan Tahun 2011................ 53

Tabel 8 Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2011...................... 54

Tabel 9 Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tahun 2011......................... 54

Tabel 10 Komposisi Penduduk Menurut Agama Tahun 2011.......................................... 55

Tabel 13 Distribusi rumah Saudagar Batik....................................................................... 60

Tabel 14 Jarak Terdekat Antar Rumah Saudagar Di Kelurahan Laweyan....................... 61

Tabel 15 Jarak Terdekat Antar Gerai Di Kelurahan Laweyan………………………….. 66

Tabel 18 Bangunan Kuno Di Kampung Batik Laweyan.................................................. 72

Tabel 19 Jarak Terdekat Antar Urban Heritage Di Kelurahan Laweyan……………….. 75

Halaman

Page 14: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Berfikir………………………………………………………....... 31

Gambar 2 Pola-pola Penyebaran Berdasarkan Konsep Tetangga Terdekat.......................... 42

Gambar 3 Bagan PeringkatPelestarian............................................................................. 43

Gambar 4 Denah Rumah Laweyan.................................................................................. 48

Gambar 5 Rumah Batik Pulo Djawa................................................................................ 77

Gambar 6 Bentuk Jendela................................................................................................. 77

Gambar 7 Gerai Batik Tjahaja Baru................................................................................. 78

Gambar 8 Pendapa........................................................................................................... 79

Gambar 9 Gerai Batik Naluri........................................................................................... 81

Gambar 10 Gerai Batik Alini Tampak Depan.................................................................... 83

Gambar 11 Ruang Tengah.................................................................................................. 83

Gambar 12 Batik Kencana Murni………………………………………………………... 84

Gambar 13 Pendhapa Mahkota Laweyan………………………………………………... 85

Gambar 14 Batik Putra Laweyan....................................................................................... 88

Gambar 15 Batik Gress Tenan............................................................................................ 88

Gambar 16 Batik Estu Mulyo............................................................................................ 90

Gambar 17 Batik pendhapi................................................................................................ 93

Gambar 18 Batik Cempaka................................................................................................. 97

Gambar 19 Batik Surya Pelangi......................................................................................... 99

Halaman

Page 15: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR PETA

Peta 1 Administrasi Kelurahan Laweyan…………………………………………….. 49

Peta 2 Persebaran Rumah Saudagar Batik Di Kelurahan Laweyan............................ 59

Peta 3 Pola Persebaran Rumah Saudagar Batik Di Kelurahan Laweyan...................... 64

Peta 4 Persebaran Gerai Batik Di Kelurahan Laweyan............................................... 69

Peta 5 Pola Persebaran Gerai Batik Di Kelurahan Laweyan........................................ 70

Peta 6 Persebaran Pengusaha Batik Di Kelurahan Laweyan........................................ 71

Peta 7 Persebaran Urban Heritage Di Kelurahan Laweyan.......................................... 75

Peta 8 Pola Persebaran Urban Heritage Di Kelurahan Laweyan................................ 78

Halaman

Page 16: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran No:

1. Tabel 11. Industri Batik

2. Tabel 14. Gerai Batik

3. Tabel 16. Penentuan Urban Heritage Pada Rumah Saudagar

4. Tabel 17. Penentuan Urban Heritage Pada gerai Batik

5. Pedoman wawancara

6. Hasil Wawancara

7. Tabel 20. Analisis pelestarian

8. Foto Penelitian

9. Monografi Penduduk Kelurahan Laweyan Bulan Mei tahun 2011

10. Draft Surat Keputusan Walikota Surakarta Tentang Penetapan Bangunan-

Bangunan Kuno dan Kawasan Cagar Budaya Di Kota Surakarta.

11. Surat Ijin Menyusun Skripsi

12. Permohonan Ijin Research Kelurahan Laweyan

Page 17: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Suatu kota akan mengalami perkembangan seiring perubahan dinamika zaman.

Perkembangan perkotaan merupakan suatu proses perubahan keadaan perkotaan

dari suatu keadaan ke keadaan yang lain dalam waktu yang berbeda. Proses

perubahan tersebut dapat berjalan secara alami, atau dapat pula berjalan secara

artificial dengan campur tangan manusia yang mengatur arah perubahan tersebut.

Suatu kota yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan seiring dengan

perubahan jaman akan menciptakan beberapa kebudayaan yang mengikutinya.

Proses tumbuh dan berkembangnya suatu kota melalui beberapa tahapan, yaitu dari

masa sebelum modern hingga kini menuju masa yang modern. Perkembangan

budaya suatu kota yang telah dipengaruhi oleh kepentingan sosial, ekonomi,

politik, dan perkembangan teknologi akan membawa suatu kota menuju

modernisasi dan mengabaikan struktur ruang asli dari kota tersebut. Setiap kota

memiliki kawasan cagar budaya yang perlu dilestarikan. Kawasan cagar budaya

atau tempat-tempat bersignifikansi budaya ini yang merupakan cikal bakal dari

pertumbuhan suatu kota. Namun modernisasi telah perlahan menggeser keaslian

budaya yang dimiliki oleh suatu kota seiring dengan dinamika zaman dan

perkembangan kota tersebut (eprints.undip.ac.id/6229/1/ndaru05.pdf diakses

tanggal 2 januari 2012).

Penataan kota tidak akan terlepas dari rentetan kolektif memori dari masa lalu

yang ditengarai menjadi urban heritage. Warisan budaya kota atau yang disebut

dengan Urban Heritage adalah objek-objek dan kegiatan di perkotaan yang

memberi karakter budaya yang khas bagi kota yang bersangkutan. Keberadaan

bangunan kuno dan aktivitas masyarakat yang memiliki nilai sejarah, estetika, dan

kelangkaan biasanya sangat dikenal dan diakrabi oleh masyarakat dan secara

langsung menunjuk pada suatu lokasi dan karakter kebudayaan (Hardiyanti,Nurul

Sri, http://puslit.petra.ac.id/ journals/pdf. php?PublishedID=ARS05330204 diakses

tanggal 5 April 2012)

Page 18: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Salah satu kota yang mempunyai kekhasan terhadap kebudayaannya adalah

Surakarta. Surakarta merupakan salah satu kota bersejarah di Jawa Tengah.

Predikat tersebut tidak keliru, mengingat bahwa kota ini memiliki kisah yang

panjang dan selalu tampil dalam panggung sejarah Indonesia. Sejak jaman pra

sejarah, jaman islam, jaman penjajahan kolonial sampai jaman kemerdekaan, peran

Kota Surakarta tidak pernah bisa diabaikan. Bila ditarik kebelakang, peran

sejarahnya tidak kalah mengesankan, dan terwujud dalam banyak peninggalan

bersejarah di Kota Surakarta (Hadi dalam Tanjung, 2005:3).

Surakarta merupakan salah satu kota yang mempunyai identitas tersendiri di

Indonesia. Kota ini tumbuh dan berkembang melalui beberapa tahap yang masing-

masing meninggalkan bekas yang terlihat secara nyata, mulai dari masa pra

kerajaan, kerajaan, masa kolonial dan sampai saat sekarang sehingga

mengekspresikan bangunan-bangunan yang unik. Kota Surakarta memiliki banyak

peninggalan bersejarah baik berupa tangible heritage maupun intangible heritage.

Tangible heritage merupakan warisan budaya yang berwujud kebendaan seperti

Keraton Kasunana, Keraton Mangkunegaran, Museum Radyapustaka, Kantor

Bondo Laksono sebagaimna telah tersurat pada surat keputusan Walikota Surakarta

tentang penetapan Bangunan-Bangunan Kuno Dan Kawasan Cagar Budaya Di

Kota Surakarta yang dilindungi Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 terdapat

68 situs budaya yang dilindungi. Adapun intangible heritage merupakan warisan

budaya yang tidak berwujud seperti festival sekatenan, batik, muludan.

Salah satu situs kawasan budaya yang dikenal di Surakarta adalah kampung

batik. Surakarta mempunyai dua kampung batik yaitu Kawasan Kampung Batik

Kauman dan Kawasan Kampung Batik Laweyan. Kedua kawasan kampung batik

tersebut perlu dilindungi dan masih butuh perhatian dari pemerintah. Kampung

Batik Kauman merupakan salah satu kampung di pusat kota dengan kekentalan

sejarah tinggi berkaitan dengan karaton Surakarta. Kampungnya menyatu dengan

Masjid Agung, mempunyai bangunan-bangunan kuno bercirikan arsitektur

tradisional Jawa, serta kegiatan masyarakat bernuansa Islami yang ada di

dalamnya. Secara administrasi Kampung Batik Kauman merupakan seluruh

wilayah di Kelurahan Kauman. Luas Kelurahan Kauman adalah 20,10 hektar.

Page 19: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Selain Kampung Batik Kauman masih ada Kampung Batik Laweyan yang

berada di Kelurahan Laweyan, Kecamatan Laweyan kota Surakarta yang

mempunyai luas daerah 29,267 hektar. Kampung Batik Laweyan secara

administrasi adalah Kelurahan Laweyan. Pada tanggal 25 September 2004,

Kelurahan Laweyan telah dikembangkan menjadi Kawasan Kampung Batik

Laweyan oleh Forum Pengembang Kampung Batik Laweyan, kemudian

diresmikan oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, Ir Jero Wacik, S.E pada

tanggal 8 Januari tahun 2010, menetapkan bahwa Kawasan Kampung Batik

Laweyan yang berlokasi di wilayah Provinsi Jawa Tengah sebagai kawasan cagar

budaya yang dilindungi Undang-Undang Republik Indonesia no 5 tahun 1992

tentang cagar budaya.

Kampung Batik Laweyan merupakan suatu sentra industri batik yang

unik,spesifik dan bersejarah. Kampung Batik Laweyan sebagai kawasan yang unik

dan spesifik dikarenakan banyak memiliki peninggalan bangunan kuno yang

bercirikan bentuk dan arsitektur bangunan yang berbeda dengan tempat lain.

Bangunan di Kampung Batik Laweyan banyak dipengaruhi oleh gaya arsitektur

Eropa dan Islam (Priyatmono,2004,www.kampoenglaweyan.com/pdf/tata_ruang

pdf, diakses pada tanggal 13 Juni 2011).

Kampung Batik Laweyan sebagai salah satu unsur perkotaan yang menjadi

pembentuk citra kota Surakarta hingga dikenal sebagai Kota Batik. Menurut

Undang-Undang No 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya pasal 1

mengemukakan benda cagar budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan

berupa benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, struktur cagar budaya, situs

cagar budaya, dan kawasan cagar budaya di darat dan/atau di air yang perlu

dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu

pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan.

Kampung Batik Laweyan telah ada sejak 1546 dan telah dikenal sebagai suatu

kawasan penghasil tenun dan batik. Kampung Batik Laweyan selain dikenal

sebagai penghasil batik, juga dikenal sebagai kawasan yang kaya akan bentuk

arsitektur rumah tinggal dan lingkungannya yang unik dan indah (bangunan Jawa,

Indische,art Deco), namun lambat laun berubah disesuaikan dengan perubahan

Page 20: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

fungsi kawasan (Priyatmono, Alpha Fabela. 2004,www.kampoenglaweyan

.com/pdf/tata_ruang.pdf, diakses pada tanggal 13 Juni 2011)

Keadaan bangunan di Kelurahan Laweyan cukup bagus tetapi banyak yang

tidak terawat. Hal ini disebabkan karena banyak keturunan orang Laweyan yang

sudah tidak bertempat tinggal di sana (http://repository.ipb.ac.id/bitstream

/handle/123456789/52640/BABIIIGambaranUmumKotaSurakarta.pdf//,diakses 15

Juni 2012).

Kondisi yang tampak di kawasan Kampung Batik Laweyan adalah lebih banyak

bangunan kuno dan bersejarah yang terancam hancur perlahan lahan. Satu persatu

bangunan kuno mulai rusak, dan sebagian lain berubah fungsi menjadi ruko atau

bangunan baru. Banyak di antara bangunan-bangunan tua tersebut yang dibiarkan

dalam keadaan rusak dan tidak terpelihara. Banyaknya bangunan kuno yang

terlantar dan tidak terpelihara karena kurangnya apresiasi masyarakat terhadap

usaha pelestarian bangunan tua di berbagai kota di Indonesia. Hal ini menjadi

kontroversi, di satu sisi bangunan kolonial dianggap sebagai bukti kelam sejarah

penjajahan sehingga sering kali bangunan tersebut dihancurkan dan ditelantarkan

begitu saja. Penghancuran bangunan tua juga dipicu oleh pembangunan suatu

kawasan. Tidak dapat dipungkiri juga bahwa keberadaan bangunan tua di Indonesia

menjadi salah satu wajah yang menambah keragaman wujud kebudayaan

Indonesia. (http://elibrary.ub.ac.id/bitstream/123456789/ 22172/1/Tipologi-Ragam-

Hias-Rumah-Tinggal-Kolonial-Belanda-di-Ngamarto Lawang.pdf diakses tanggal

5 April 2012)

Bangunan tua di Kelurahan Laweyan yang ditetapkan sebagai cagar budaya

seperti masjid, tembok-tembok tinggi dan rumah kuno di kawasan yang terkenal

dengan produksi batik itu sebagian tidak mendapat sentuhan perawatan, 30% tidak

terawat bahkan rapuh dimakan usia (Aryono, www.solopos.com, 6 November

2011). Kondisi tersebut jika dibiarkan terus-menerus dikhawatirkan identitas

Kampung Batik Laweyan akan hilang, yang berarti juga hilangnya salah satu

identitas Kota Surakarta.

Peninggalan yang dimiliki tersebut kurang teridentifikasi sehingga dalam upaya

pelestarian yang dilakukan masih berjalan belum optimal karena pelestarian yang

Page 21: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

dilakukan masih hanya sebatas pada peninggalan budaya tertentu saja. Oleh

karenanya sangat diperlukan upaya pelestarian terhadap warisan budaya yang

dimiliki.

Melihat kondisi tersebut, diperlukan tindakan konkret dari pemerintah setempat

ataupun peran serta masyarkat Laweyan dan sekitarnya dalam menjaga keberadaan

warisan budaya baik berupa bangunan berupa pelestarian terhadap urban heritage

di Kampung Batik Laweyan baik dari pemerintah setempat atau peran serta

masyarakat dalam menjaga warisan budaya tersebut guna mempertahankan

identitas Kota Surakarta, terutama kawasan Kampung Batik Laweyan. Sebagai

sebuah cultural landscape , Kampung Batik Laweyan memiliki banyak warisan

budaya baik berupa benda ataupun nilai-nilai budaya yang ada yang perlu dijaga

dan dilestarikan.

Penelitian ini dilakukan dengan menekankan mengidentifikasi dan

mendeskripsikan rumah saudagar batik dan gerai batik karena di Kampung

Laweyan banyak terdapat bangunan kuno yang memiliki usia antara 50–100 tahun

sebanyak 60%, sehingga untuk mempermudah penelitian, peneliti menekankan

obyek penelitian pada rumah saudagar dan gerai batik yang ada melalui persebaran

spasial yang dapat berguna sebagai informasi bagi para wisatawan yang berkunjung

ke Kampung Batik Laweyan. Rumah saudagar dan gerai batik yang termasuk

dalam kriteria urban heritage dan keberadaannya hingga dikatakan sebagai urban

heritage di kawasan Kampung Batik Laweyan.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keberadaan urban heritage di

Kampung batik Laweyan khususnya pada rumah saudagar dan gerai batik yang

masih terjaga keasliannya. Rumah saudagar dan gerai batik yang teridentifikasi

sebagai urban heritage pada berharap diperhatikan keberadaannya oleh empunya

atau dari instansi pemerintah terkait. Melestarikan tidak berarti membuat sesuatu

menjadi awet dan tidak mungkin punah. Melestarikan berarti memelihara untuk

waktu yang sangat lama. Adapun hasil akhir dari penelitian ini diharapkan mampu

menjadi tambahan data bagi pemerintah atau instansi terkait dalam upaya

melestarikan Kawasan Kampung Batik Laweyan sebagai bagian dari Kawasan

wisata budaya yang harus dipertahankan eksistensi khususnya pada bangunan kuno

Page 22: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

milik para saudagar ataupun gerai batik. Dari latar belakang tersebut maka penulis

ingin melakukan penelitian yang berkaitan dengan latar belakang di atas dengan

judul “ Pelestarian Urban Heritage Di Kampung Batik Laweyan Tahun 2011 (Studi

kasus Rumah Saudagar Batik dan Gerai Batik).

B. Identifikasi Masalah

Berdasar latarbelakang masalah tersebut, maka dapat diidentifikasi masalah

sebagai berikut:

1. Kampung Batik Laweyan merupakan suatu sentra industri batik yang

unik, spesifik dan bersejarah yang menjadi pembentuk citra kota

Surakarta

2. Warisan budaya yang ada semakin tidak diperhatikan dan diubah

menjadi bangunan baru tanpa memperhatikan karakter bangunan

sebelumnya.

3. Perlunya mengetahui sebaran bangunan kuno sebagai bukti fisik

kekayaan lingkungan yang khas, unik dan berkarakter.

4. Perlunya mengetahui tindakan pelestarian yang dilakukan masyarakat

setempat dalam menjaga warisan budaya

C. Pembatasan Masalah

Mengingat adanya keterbatasan dalam kemampuan, waktu, tenaga dan

biaya, maka diperlukan adanya pembatasan masalah. Maksud pembatasan masalah

adalah agar masalah yang dikaji dapat lebih jelas dan terarah. Berdasar identifikasi

masalah yang ada, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini

dibatasi sebagai berikut:

1. Persebaran dan pola persebaran rumah saudagar dan gerai batik di

Kampung Batik Laweyan.

2. Pelestarian urban heritage di Kampung Batik Laweyan.

Page 23: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

D. Perumusan Masalah

Perumusan masalah ini berguna untuk mempermudah dalam melaksanakan

penelitian sehingga diperoleh data yang sesuai dengan tujuan arah dalam

hubunganya dengan judul yang dipilih. Berdasarka uraian yang telah dikemukakan

diatas maka dapat diketengahkan beberapa permasalahan yang pada pokoknya

dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana distribusi spasial dan pola persebaran rumah saudagar dan

gerai batik di kawasan Kampung Batik Laweyan tahun 2011?

2. Bagaimana pelestarian urban heritage di kawasan Kampung Batik

Laweyan tahun 2011?

E. Tujuan Penelitian

Berdasar latarbelakang dan perumusan masalah tersebut diatas maka tujuan dari

penelitian ini adalah:

1. Mengetahui dan memetakan persebaran dan pola persebaran rumah

saudagar dan gerai batik di kawasan Kampung Batik Laweyan.

2. Mengetahui pelestarian urban heritage di kawasan Kampung Batik

Laweyan.

F. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian yang dilakukan diharapkan nantinya akan dapat

memberikan manfaat antara lain sebagai berikut :

1. Manfaat teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran

baik berupa teori maupun yang lain dalam kajian ilmu geografi pada

umumnya, dan geografi kesejarahan pada khususnya

b. Penelitian ini merupakan penerapan ilmu pengetahuan dan teori-teori

yang telah diperoleh di bangku kuliah dalam penerapannya dilapangan.

Page 24: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

2. Manfaat Praktis

a. Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memahami pengetahuan

dalam bidang geografi , khususnya pemetaan yang mengkaji secara

spasial persebaran urban heritage di Kampung Batik Laweyan.

b. Sebagai masukan rencana dan program fisik serta non fisik bagi

pemerintah dan swasta tentang kawasan yang berpotensi sebagai urban

heritage di Surakarta.

c. Memberikan wawasan kesadaran akan perlunya melestarikan aset

budaya yang ada di Kota Surakarta.

d. Sebagai bahan pustaka bagi Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan

P.IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas

Maret

Page 25: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Kaidah Kota (Urban)

Kota merupakan suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai

dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi

yang heterogen dan coraknya materialistis. Kota dapat diartikan sebagai benteng

budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala-

gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan yang

sifatnya heterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah belakangnya

(hinterland) (Bintarto 1983 : 36)

Menurut Bintarto ciri-ciri fisik kota dapat ditunjukkan sebagai berikut:

1) Tempat-tempat untuk pasar dan pertokoan

Pasar selalu merupakan titik api atau fokus point dari suatu kota. Pada

waktu dulu pasar merupakan daerah yang terbuka, di mana para petani dan

para pengrajin membawa barang-barangnya dan melaksanakan perdagangan

secara barter. Kemajuan di bidang transportasi dan digunakannya sistem

uang, maka sistem barter ini menjadi sistem jual beli.

2) Tempat-tempat untuk parkir

Daerah-daerah pusat kegiatan di kota dapat hidup karena adanya jalur

jalan, alat pengangkut sebagai wadah arus penyalur barang dan manusia.

Kendaraan-kendaraan pengangkut barang maupun manusia tidak selalu

dalam keadaan bergerak terus, tetapi berhenti di tempat-tempat tertentu.

Dengan keadaan ini maka di kota timbulah daerah-daerah, tempat-tempat

parkir sebagai stasiun pemberhentian.

3) Tempat-tempat rekreasi dan olahraga

Tempat rekreasi dan olahraga di kota atau di desa adalah penting bagi

manusia.

Pendekatan dalam konsep dari urban digunakan untuk menggambarkan sebuah

perbedaan antara pertanyaan dari, apakah yang dimaksud dengan urban place dan

Page 26: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

apa itu urban? Hal ini lebih dari sebuah pencarian arti kata. Perbedaan antara urban

sebagai sesuatu yang ada secara fisik dan membantu kita untuk mengerti kerumitan

dari urban life, dan menjelaskan adanya perbedaan pendektan dari kota (Maichael

Pacione,2008:20)

Kota merupakan tempat bermukim warga kota , tempat bekerja, tempat hidup,

dan tempat berekreasi. Oleh karena itu selayaknya kelestarian kota harus didukung

oleh berbagai prasarana dan sarana yang cukup untuk jangka waktu lama. Kota

dapat dipandang sebagai suatu gaya hidup. Kota memungkinkan penduduknya

berkontak dengan orang asing, mengalami aneka hal yang berubahnya pesat,

memungkinkan taraf individualisasi yang tinggi, mobilitas serta sekularisasi

(file.upi.edu/Direktori/fips/jur./culture_heritage.pdf diakses 4 April 2012).

Kota adalah suatu pemusatan keruangan dari tempat tinggal dan tempat kerja

manusia yang kegiatannya umum di sektor sekunder dan tersier, dengan pembagian

kerja kedalam dan arus lalu lintas yang beraneka antara bagian-bagiannya dan

pusatnya, yang pertumbuhannya yang sebagian besar disebabkan oleh tambahan

kaum pendatang dan mampu melayani kebutuhan barang dan jasa bagi wilayah

yang jauh letaknya.(Risdanti,Ndaru http://eprints.undip.ac.id/ 5683/1/ndaru05.pdf//

diakses 31 Desember 2011)

Suatu kota akan mengalami perkembangan seiring perubahan dinamika zaman.

Perkembangan perkotaan merupakan suatu proses perubahan keadaan perkotaan

dari suatu keadaan ke keadaan yang lain dalam waktu yang berbeda. Proses

perubahan tersebut dapat berjalan secara alami, atau dapat pula berjalan secara

artificial dengan campur tangan manusia yang mengatur arah perubahan tersebut.

Suatu kota yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan seiring dengan

perubahan jaman akan menciptakan beberapa kebudayaan yang mengikutinya.

Proses tumbuh dan berkembangnya suatu kota melalui beberapa tahapan, yaitu dari

masa sebelum modern hingga kini menuju masa yang modern. Perkembangan

budaya suatu kota yang telah dipengaruhi oleh kepentingan sosial, ekonomi,

politik, dan perkembangan teknologi akan membawa suatu kota menuju

modernisasi dan mengabaikan struktur ruang asli dari kota tersebut.

Page 27: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

(Risdanti,Ndaru http://eprints.undip.ac.id/5683/1/ndaru05.pdf//, diakses 31 Desem

ber 2011)

Lokasi suatu kota ditentukan oleh kerangka topografis yang dimiliki oleh kota

sejak berdirinya. Dalam perkembangan lanjut menurut sejarahnya, kota dapat

bergeser lokasiny. Ini tergantung dari fungsi kota dalam mengikuti zaman.

Misalnya kota sebagai pusat pemerintahan, atau pusat perdagangan.

2. Kaidah Warisan Budaya (Heritage)

Heritage dalam bahasa inggris dapat diterjemahkan sebagai warisan budaya,

peninggalan budaya, atau tinggalan budaya. Apabila berangkat dari pemahaman

tentang budaya di atas, maka warisan atau tinggalan budaya apapun bentuknya juga

bagian dari kebudayaan karena ia merupakan perangkat-perangkat simbol/lambang

kolektif milik generasi sebelumnya. Di sini, tinggalan budaya dapat didefinisikan

sebagai perangkat-perangkat simbol kolektif yang diwariskan oleh generasi-

generasi sebelumnya dari kolektivitas pemilik simbol tersebut.

Pusaka (heritage) merupakan padanan kata yang lain dari “warisan”. Bila

pusaka tersebut telah memiliki penetapan hukum, maka digunakan kata “cagar”,

misalnya cagar alam atau cagar budaya. Berdasarkan Piagam Pelestarian Pusaka

Indonesia yang dideklarasikan di Ciloto 13 Desember 2003, telah disepakati

bahwa: Pusaka Indonesia adalah pusaka alam, pusaka budaya, dan pusaka saujana

(JPPI, 2003 www.international.icomos.org/charters/indonesia-charter.pdf diakses

tanggal 4 April 2012).

1. Pusaka alam adalah bentukan alam yang istimewa.

2. Pusaka budaya adalah hasil cipta, rasa, karsa, dan karya yang istimewa

dari lebih 500 suku bangsa di Tanah Air Indonesia, secara sendiri-sendiri,

sebagai kesatuan bangsa Indonesia, dan dalam interaksinya dengan

budaya lain sepanjang sejarah keberadaannya. Pusaka budaya mencakup

pusaka berwujud (tangible) dan pusaka tidak berwujud (intangible).

3. Pusaka saujana adalah gabungan pusaka alam dan pusaka budaya dalam

kesatuan ruang dan waktu. Pusaka saujana sejak dekade terakhir ini

dikenal dengan pemahaman baru yaitu cultural landscape (saujana

Page 28: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

budaya), yakni menitik beratkan pada keterkaitan antara budaya dan alam

dan merupakan fenomena kompleks dengan identitas yang berwujud dan

tidak berwujud.

Warisan didefinisikan secara luas bukan hanya mencakup situs bersejarah

utama dan lembaga-lembaga, tetapi seluruh landscape daerah dengan basis

geografis, dan pola pertanian lapangan, jalan, pelabuhan, bangunan industri, desa

dan jalan utama, bangunan komersial dan tentu saja, masyarakat sendiri dengan

tradisi mereka serta kegiatan ekonomi.

Menurut Undang-undang tentang Benda Cagar Budaya pasal 1 menjelaskan

bahwa:

“Benda cagar budaya adalah: Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat

kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur

Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat

dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai

penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau

kebudayaan melalui proses penetapan.”

Dalam penjelasan atas undang-undang RI nomor 11tahun 2010 tentang Benda

Cagar Budaya dinyatakan bahwa benda cagar budaya mempunyai arti penting bagi

kebudayaan bangsa, khususnya untuk memupuk rasa kebanggan nasional, serta

memperkokoh kesadaran jati diri bangsa, dan sejauh peninggalan sejarah

merupakan benda cagar budaya, maka demi pelestarian budaya bangsa benda cagar

budaya harus dilindungi dan dilestarikan, untuk keperluan ini benda cagar budaya

perlu dikuasai oleh negara bagi pengamanannya sebagai milik bangsa.

Warisan budaya merupakan harta pusaka budaya dari masa lampau yang digunakan

untuk kehidupan masyarakat sekarang dan kemudian diwariskan untuk generasi

mendatangsecara berkesinambungan. Warisan budaya merupakan hasil budaya

fisik (tangible) dan nilai budaya (intangible) dari masa lalu.

Warisan budaya fisik (tangible heritage) sering diklasifikasikan menjadi

warisan budaya tidak bergerak (immovable heritage) dan warisan budaya bergerak

(movable heritage). Warisan budaya tidak bergerak biasanya berada di tempat

terbuka dan terdiri dari: situs, tempat-tempat bersejarah, bentang alam darat

maupun air, bangunan kuno dan/atau bersejarah, patung-patung pahlawan. Warisan

budaya bergerak biasanya berada di dalam ruangan dan terdiri dari: benda warisan

Page 29: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

budaya, karya seni, arsip, dokumen, dan foto, karya tulis cetak, audiovisual berupa

kaset, video, dan film. (Agus,2007:7)

Pasal 1 the World Heritage Convention membagi warisan budaya fisik menjadi

3 kategori, yaitu monumen, kelompok bangunan, dan situs. Yang dimaksud dengan

monument adalah hasil karya arsitektur, patung dan lukisan yang monumental,

elemen atau struktur tinggalan arkeologis, prasasti, gua tempat tinggal, dan

kombinasi fitur-fitur tersebut yang mempunyai nilai penting bagi sejarah, budaya

dan ilmu pengetahuan. Yang dimaksud dengan kelompok bangunan adalah

kelompok bangunan yang terpisah atau berhubungan yang dikarenakan

arsitekturnya, homogenitasnya atau posisinya dalam bentang lahan mempunyai

nilai penting bagi sejarah, budaya dan ilmu pengetahuan. Yang dimaksud dengan

situs adalah hasil karya manusia atau gabungan karya manusia dan alam, wilayah

yang mencakup lokasi yang mengandung tinggalan arkeologis yang mempunyai

nilai penting bagi sejarah, estetika, etnografi atau antropologi. (Karmadi,AgusDono

http://www.javanologi.info/main/themes/images/pdf/Budaya _Lokal-Agus.pdf

diakses tanggal 15 Mei 2012)

Warisan budaya bukan kebendaan (intangible) berupa atribut kelompok atau

masyarakat seperti cara hidup, folklore, norma dan tata nilai (Maryani,Enok

http://file.upi.edu/direktori/Fpips/Jur._Pend._Geografi/196001211985032Enok_

Maryani/ Culture_Heritage.Pdf diakses tanggal 2 Februari 2012)

Warisan budaya dapat diartikan sebagai sesuatu yang dilestarikan dari generasi

masa lalu dan diwariskan pada masa kini. Kelompok masyarakat yang diwarisi

akan memberikan atau mewariskannya kembali di masa mendatang. Dalam

pengertian ini warisan budaya dapat berupa ide dan nilai-nilai maupun benda.

Warisan budaya tersebut memiliki nilai kesejarahan dari waktu ke waktu, dan

menjadi suatu rangkaian yang termasuk dalam produk heritage yang perlu

dilestarikan bahkan potensial untuk dikembangkan secar positif serta dijaga

kesinambungannya (www. wikipedia.com/warisanbudaya diakses tanggal 10

januari2012).

Page 30: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

3. Kaidah Warisan Budaya Kota (Urban Heritage)

Warisan budaya kota atau yang disebut dengan Urban Heritage adalah objek-

objek dan kegiatan di perkotaan yang memberi karakter budaya yang khas bagi

kota yang bersangkutan. Keberadaan bangunan kuno dan aktivitas masyarakat yang

memiliki nilai sejarah, estetika, dan kelangkaan biasanya sangat dikenal dan

diakrabi oleh masyarakat dan secara langsung menunjuk pada suatu lokasi dan

karakter kebudayaan suatu kota (Hardiyanti,Nurul Sri, http://puslit.petra.ac.id/

journals/pdf. php?PublishedID=ARS05330204 diakses tanggal 5 April 2012).

Menurut Undang-undang Republik Indonesia No 11 tahun 2010 tentang

cagar budaya menjelaskan bahwa bangunan cagar budaya adalah susunan binaan

yang terbuat dari benda alam atau benda buatan manusia untuk memenuhi

kebutuhan ruang berdinding dan/atau tidak berdinding, dan beratap. Kriteria

bangunan cagar budaya menurut UU No 11 tahun 2010 bab 3 pasal 5

mengemukakan benda bangunan, atau struktur cagar budaya dapat diusulkan

sebagai benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, atau struktur cagar budaya

apabila memenuhi kriteria:

a. berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih;

b. mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 (lima puluh) tahun;

c. memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan,

agama, dan/atau kebudayaan; dan

d. memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa.

Menurut Sidharta dalam Ardyanto (2005:10) mengemukakan bahwa

warisan budaya perkotaan yang berbentuk fisik dari masa sebelum penjajahan era

pembangunan, dimana

a. Masa sebelum penjajahan (< tahun 1600)

Masa dimana sebelum penjajahan di Surakarta sudah terdapat karya

berupa bangunan berciri khas seperti keraton, masjid, alun-alun dan

sebagainya. Saat itu berdirinya bangunan sangat dipengaruhi oleh

kerajaan yang berkuasa, belum adanya campur tangan pihak asing.

Page 31: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

b. Masa kolonial (tahun 1601-1944)

Kolonialisme barat membawa serta pengaruh terhadap tata bangunan

seperti bentuk,konstruksi, bahan bangunan dan sebagainya. Jika

diperhatikan lebih jauh, pada masa ini banyak berdiri bangunan-

bangunan yang dipengaruhi oleh arsitektur kolonialisme barat

c. Era kemerdekaan (tahun 1945-1965)

Dengan dimulainya kemerdekaan maka terbukalah hubungan antar

negara, sehingga tak dapat dihindarkan makin kuatnya pengaruh dari

luar. Sering kali karena terobsesi modernisasi, pengaruh dari luar

kurang disaring. Padahal tidak semua pengaruh dari luar positif, ada

juga yang tidak sesuai dengan tat nilai, norma dan segenap kekhasan

lokal. Akibatnya timbul anomi (tanpa normal) dan alienasi

(keterasingan) yang menjadi sumber merosotnya identitas. Contohnya

asal bangunana-bangunan baru dengan gaya internasional yang

berlandaskan kaidah arsitektur modern yang dipelopori CIAM

(Conggres Internationale des Archetecture Modern) yang dipelopori Le

Corbusier

d. Era pembangunan (tahun 1966-2005)

Pembangunan nasional yang berlangsung lebih dari tiga dasawarsa

mendorong pesatnya pembangunan kota. Sayang perhatian terlalu

banyak dicurahkan keadaan bangunan baru yang lebih mengesankan

modernisasi. Lagipula perubahan masyarakat dan llingkungan binaan

sering tidak terelakkan. Akibatnya banyak bangunan kuno bersejarah

yang digusur dengan alasan lahannya diperlukan untuk pembangunan

fasilitas baru. Hilangnya bangunan kuno bersejarah berarti terhapus

bagian dari sejarah, juga kemiskinan paranorma mota dan

menghilangkan jati diri yang menyiratkan citra khas suatu lingkungan

kota, dan menimbulkan erosi identitas budaya,

Page 32: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

4. Kaidah Pelestarian Warisan Budaya

Pelestarian merupakan terjemahan dari conservation/konservasi. Pengertian

pelestarian terhadap peninggalan lama pada awalnya dititikberatkan pada bangunan

tunggal atau benda-benda seni, kini telah berkembang ke ruang yang lebih luas

seperti kawasan hingga kota bersejarah serta komponen yang semakin beragam

seperti skala ruang yang intim, pemandangan yang indah, suasana, dan sebagainya

(menurut Adishakti dalam Ardyanto , 2005:15).

Mengingat pentingnya keberadaan dari benda-benda cagar budaya, maka

Menurut Undang-undang No.11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, pelestarian

adalah upaya dinamis untuk mempertahankan keberadaan cagar budaya dan

nilainya dengan cara melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkannya

Pelindungan adalah upaya mencegah dan menanggulangi dari kerusakan,

kehancuran, atau kemusnahan dengan cara penyelamatan, pengamanan, zonasi,

pemeliharaan, dan pemugaran cagar budaya.

a. Penyelamatan adalah upaya menghindarkan dan/atau menanggulangi

cagar budaya dari kerusakan, kehancuran, atau kemusnahan.

b. Pengamanan adalah upaya menjaga dan mencegah cagar budaya dari

ancaman dan/atau gangguan.

c. Zonasi adalah penentuan batas-batas keruangan Situs Cagar Budaya

dan Kawasan Cagar Budaya sesuai dengan kebutuhan.

d. Pemeliharaan adalah upaya menjaga dan merawat agar kondisi fisik

cagar budaya tetap lestari.

e. Pemugaran adalah upaya pengembalian kondisi fisik Benda Cagar

Budaya, Bangunan Cagar Budaya, dan Struktur Cagar Budaya yang

rusak sesuai dengan keaslian bahan, bentuk, tata letak, dan/atau teknik

pengerjaan untuk memperpanjang usianya.

Pengembangan adalah peningkatan potensi nilai, informasi, dan promosi

cagar budaya serta pemanfaatannya melalui penelitian, revitalisasi, dan adaptasi

secara berkelanjutan serta tidak bertentangan dengan tujuan pelestarian.

a. Penelitian adalah kegiatan ilmiah yang dilakukan menurut kaidah dan

metode yang sistematis untuk memperoleh informasi, data, dan

Page 33: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

keterangan bagi kepentingan pelestarian cagar budaya, ilmu

pengetahuan, dan pengembangan kebudayaan.

b. Revitalisasi adalah kegiatan pengembangan yang ditujukan untuk

menumbuhkan kembali nilai-nilai penting cagar budaya dengan

penyesuaian fungsi ruang baru yang tidak bertentangan dengan prinsip

pelestarian dan nilai budaya masyarakat.

c. Adaptasi adalah upaya pengembangan cagar budaya untuk kegiatan

yang lebih sesuai dengan kebutuhan masa kini dengan melakukan

perubahan terbatas yang tidak akan mengakibatkan kemerosotan nilai

pentingnya atau kerusakan pada bagian yang mempunyai nilai penting.

Pemanfaatan adalah pendayagunaan cagar budaya untuk kepentingan

sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat dengan tetap mempertahankan

kelestariannya.

Pelestarian adalah upaya pengelolaan perubahan secara selektif melalui

kegiatan perlindungan, pemeliharaan, pemanfaatan dan/atau pengembangan

saujana budaya untuk menjaga kesinambungan, keserasian, dan daya dukungnya

dalam menjawab dinamika jaman, kualitas hidup yang lebih baik serta menciptakan

pusaka masa datang. Kegiatan pelestarian perlu dilakukan untuk melindungi benda

atau tempat yang mengandung nilai budaya dan memanfaatkannya untuk

memajukan kebudayaan Nasional Indonesia (Risdanti,Ndaru

http://eprints.undip.ac.id/5683/1/ndaru05.pdf// diakses 31 Desember 2011)

Menurut Piagam Burra, kegiatan pelestarian perlu dilakukan karena tempat-

tempat bersignifikansi budaya memperkaya kehidupan manusia, sering

memberikan ikatan rasa yang dalam dan inspirasional kepada masyarakat dan

lansekapnya, kepada masa lalu dan berbagai pengalaman hidup. Tempat-tempat itu

adalah rekaman sejarah yang penting sebagai ekspresi nyata dari identitas dan

pengalaman suatu kota (The Burra Charter, http://www.International.icomos.org/

charter1//. Diakses tanggal 20 November 2011).

Menurut Undang-undang No.11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya pada

Bab II pasal 3 menjelaskan bahwa pelestarian cagar budaya bertujuan:

a. melestarikan warisan budaya bangsa dan warisan umat manusia;

Page 34: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

b. meningkatkan harkat dan martabat bangsa melalui cagar budaya;

c. memperkuat kepribadian bangsa;

d. meningkatkan kesejahteraan rakyat; dan

e. mempromosikan warisan budaya bangsa kepada masyarakat

internasional.

Secara umun pengertian pelestarian adalah upaya mempertahankan keadaan

asli (semula) benda cagar budaya dengan tidak merubah yang ada dan tetap

mempertahankan kelangsungan kondisinya sekarang. Lebih lanjut pelestarian juga

mempunyai pengertian perlindungan dan pemeliharaan dari kerusakan. Pelestarian

tersebut dapat dicapai melalui berbagai upaya pemugaran seperti rekonstruksi atau

rehabilitasi atau konsolidasi. Dengan pelestarian benda cagar budaya, maka upaya

tersebut melalui perawatan, pemeliharaan, pemugaran, pengamanan dan bila terjadi

ancaman dilakukan penyelamatan.

Dalam batasan pelestarian yang termasuk benda cagar budaya tidak

bergerak, yakni yang bersifat monumental, dilakukan antaranya dengan cara

pemugaran dan pemeliharaan, sedangkan pelestarian untuk benda budaya bergerak

yang berupa temuan dilaksanakan dengan cara pemilikan oleh negara melalui ganti

rugi temuan, hibah dan sitaan. Dengan demikian maka pelestarian cagar budaya

meliputi pelestarian terhadap nilai dan fisik. Pelestarian dapat dilakukan melalui

usaha melindungi, mengembangkan, memanfaatkan.

5. Kaidah Analisis Spasial (Analisis Keruangan)

Menurut Bintarto Geografi mempelajari hubungan kausal gejala-gejala

muka bumi, baik fisik maupun makhluk hidup beserta permasalahannya melalui

pendekatan keruangan, ekologi, dan regional untuk kepentingan program, proses

dan keberhasilan pembangunan. Batasan Geografi ini mengandung arti bahwa studi

geografi merupakan pengkajian keilmuan, gejala dan masalah geografi. Geografi

dibedakan menjadi dua yaitu geografi fisikal dan geografi manusia. Geografi fisik

yaitu cabang geografi yang mempelajari gejala fisik dari permukaan bumi sedang

geografi manusia yaitu cabang geografi yang bidang studinya aspek keruangan

gejala di permukaan bumi dengan mengambil manusia sebagai obyek pokoknya.

Page 35: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Geografi fisikal dapat dibagi lagi menjadi geomorfologi, hidrologi, klimatologi,

pedologi dan sebagainya, sedangkan geografi manusia dapat dibagi lagi menjadi

geografi ekonomi, geografi penduduk, geografi pedesaan, geografi perkotaan dan

sebagainya. (Bintarto dan Hadisumarno,1982:8)

Geografi ekonomi sebagai cabang geografi manusia yang bidang studinya

meliputi struktur aktivitas keruangan ekonomi manusia yang di dalamnya

termasuk bidang pertanian, industri, perdagangan dan lain sebagainya. Geografi

ekonomi sebagai ilmu yang membahas mengenai cara-cara manusia dalam

kelangsungan hidupnya berkaitan dengan aspek keruangan, dalam hal ini

berhubungan dengan eksplorasi sumber daya alam dari bumi oleh manusia,

produksi dari bahan mentah kemudian usaha transportasi, distribusi dan kegiatan

konsumsi.

Di dalam geografi, arus manusia, materi, informasi, dan energi dicakup

dalam pengertian interaksi keruangan. Interaksi keruangan merupakan suatu sifat

dari gejala yang terdapat di dalam ruang dan mendorong diperolehnya jawaban atas

pertanyaan : mengapa disitu, atau mengapa disana. Kesimpulannya, interaksi

keruangan merupakan suatu permulaan dari usaha menerangkan lokasi dari gejala

gejala, distribusinya (pembagian,sebaran dalam ruang) dan difusinya (persebaran,

perluasan) (N.Daldjoeni,1992:194)

Analisis spasial atau yang sering juga disebut analisis keruangan, menurut

Bintarto dan Hadisumarno (1991: 12) mempelajari perbedaan lokasi mengenai

sifat-sifat penting atau seri sifat-sifat penting. Pada analisis keruangan yang harus

diperhatikan adalah penyebaran penggunaan ruang yang telah ada dan penyediaan

ruang yang akan digunakan untuk berbagai kegunaan yang dirancangkan. Pada

analisa keruangan ini dapat dikumpulkan data lokasi yang terdiri dari data titik

(point data) dan data bidang (areal data).

Pada hakekatnya analisis keruangan adalah analisis lokasi yang menitik-

beratkan kepada tiga unsur geografi yaitu jarak (distance), kaitan (interaction), dan

gerakan (movement). (Bintarto dan Hadisumarno, 1982: 74). Pendekatan keruangan

merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis yang menekankan eksistensi

ruang sebagai penekanan. Eksistensi ruang dalam perspektif geografi dapat

Page 36: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

dipandang dari struktur (spatial structure), pola (spatial pattern), dan proses

(spatial processes). Dalam konteks fenomena keruangan terdapat perbedaan

kenampakan struktur, pola dan proses. Struktur keruangan berkenaan dengan

dengan elemen-elemen penbentuk ruang. Elemen-elemen tersebut dapat

disimbolkan dalam tiga bentuk utama, yaitu: (1) kenampakan titik (point features),

(2) kenampakan garis (line features), dan (3) kenampakan bidang (areal features).

Pola (pattern) merupakan kekhasan distribusi gejala tertentu di dalam ruang atau

wilayah. Pola keruangan ditunjukkan dengan mengamati gejala berdasarkan

kenampakan point features, line features, dan areal features. Pola keruangan titik

adalah kekhasan distribusi titik-titik (mencerminkan gejala geografi tertentu) dalam

ruang yang diamati.

Analisis spasial dapat diketahui dengan menggunakan peta. Perkembangan

teknologi perpetaan, pembuatan peta dipermudah dengan adanya SIG yang

dirancang untuk menganalisis dan mengolah data dalam jumlah besar sehingga

memudahkan dalam penuangan data tersebut ke base map yang manghasilkan peta

tematik. SIG mempunyai kemampuan untuk menganalisis dan mengolah data

dengan volume yang besar. Pengetahuan mengenai bagaimana cara mengekstrak

data dan bagaimana menggunakannya merupakan kunci analisis dalam SIG.

Kemampuan analisis berdasarkan aspek spasial yang dapat dilakukan oleh SIG

menurut Yousman dalam Rahman (2008: 42) antara lain :

a. Klasifikasi yaitu mengelompokkan data spasial menjadi data spasial yang

baru. Contohnya adalah mengklasifikasikan tata guna lahan untuk

pemukiman, pertanian, perkebunan ataupun hutan berdasarkan analisis data

kemiringan atau data ketinggian.

b. Overlay yaitu menganalisis dan mengintegrasikan dua atau lebih data

spasial yang berbeda, misalnya menganalisis daerah rawan erosi dengan

mengoverlaykan data ketinggian, jenis tanah, dan kadar air.

c. Networking yaitu analisis yang bertitik tolak pada jaringan yang terdiri dari

garis-garis dan titik-titik yang saling terhubung. Analisis ini sering dipakai

dalam berbagai bidang, misalnya sistem jaringan telepon, kabel listrik, pipa

minyak atau gas, air minum atau saluran pembuangan.

Page 37: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

d. Buffering yaitu analisis yang akan menghasilkan buffer/penyangga yang

bisa berbentuk lingkaran atau polygon yang melingkupi suatu objek sebagai

pusatnya, sehingga bisa diketahui berapa parameter objek dan luas

wilayahnya.

e. Analisis tiga dimensi ini sering digunakan untuk memudahkan pemahaman

karena data divisualisasikan dalam tiga dimensi. Contoh penggunaannya

adalah untuk menganalisis daerah yang terkena aliran lava.

B. Penelitian yang Relevan

Menghindari adanya kesamaan penelitian dan untuk lebih mendalami teori

dan konsep yang berkaitan dengan penelitian yang akan diteliti, maka juga

dilakukan telaah dari penelitian-penelitian yang relevan dengan tema penelitian

yang diambil yaitu:

a. Judul : Analisis Keruangan Bangunan Kuno Bersejarah Di Surakarta

Peneliti : Ardyanto Tanjung ( 2005, Skripsi P.Geografi FKIP UNS)

Penelitian yang dilakukan oleh Ardyanto Tanjung bertujuan untuk

menyajikan sebaran bangunan kuno bersejarah di Surakarta dan mengetahui

latar belakang tata letak penentuan lokasi bangunan kuno bersejarah di Kota

Surakarta. Penelitian ini bersifat deskriptif, meliputi jumlah bangunan kuno

bersejarah di Surakarta sebagai data pokok dan data bantu seperti data/peta

penggunaan tanah, serta peta administrasi sebagai peta dasar. Desain simbol

yang digunakan untuk peta sebaran bangunan kuno bersejarah adalah titik

piktorial yang dapat memperlihatkan macam bangunan kuno bersejarah

yang tersebar di Kota Surakarta.

Peta yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah Peta Sebaran

Bangunan Kuno Bersejarah Di Kota Surakarta dan Peta Sebaran Bangunan

Kuno Terhadap Rencana Struktur Pemanfaatan Ruang Kota Surakarta

Tahun 1993-2013. dari peta yang dihasilkan dapat diketahui bahwa sebaran

bangunan kuno bersejarah di Kota Surakarta hampir seluruh Kecamatan di

Surakarta. Banyak bangunan kuno bersejarah terdaoat di Kecamatan Pasar

Kliwon, Kecamatan Banjarsari dan Kecamatan Serengan. Pendekatan

Page 38: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

sistem kegiatan serta aksesibilitas lokasi menjadi dua hal yang sangat

mempengaruhi latar belakang tat letak bangunan kuno tersebut serta faktor

tanah dan morfologi kota serta tata ruang kraton yang memberi struktur

penentuan lokasi yang khas. Dari fenomena-fenomena yang terjadi

dilapangan, dapat disimpulkan bahwa sebaran bangunan kuno bersejarah di

Kota Surakarta lebih banyak terkonsentrasi di inti Kota Surakarta yaitu

daerah kraton Kasunanan Surakarta sampai daerah sekitar Pasar Gedhe

Hardjonagoro.

b. Judul : Model Pelestarian Kawasan Bersejarah Malalui Peningkatan

Peran Dan Interpretasi Masyarakat Sebagai Alternatif

Pengembangan Wisata Budaya Yang berkelanjutan

Peneliti: Ir. Wiwik Setyaningsuh,M.T ( 2009, Penelitian Arsitektur FT

UNS)

Penelitian ini bertujuan untuk memotivasi kesadaran dan kepedulian

masyarakat dalam peningkatan peeran dan interpretasi masyarakat

terhadap kekentalan nilai sejarah dan makna kultural dari kawasan dan

bangunan bersejarah di Kauman Solo. Melalui identifikasi mapping fisik

dan sosekbud dengan pendekatan SWOT, maka di lokasi penelitian

kawasan bersejarah kauman ditemukan beberatpa artefak yang memiliki

nilai kekentalan sejarah tinggi, baik fisik bangunan maupun kegiatan

sosial kemasyarakatan. Temuan secara fisik bebrapa diantaranya adalah

bangunan bersejarah rumah khetib/ulama yang masih asli, tetapi

cenderung kurang terpelihara. Namun demikian, nuansa karakter lokal

sebagai kawasan kampung santri masih ditemukan dengan masih

berlangsungnya bebrapa kegiatan keagamaan yang ada di masyarakat.

Kajian rumusan ini didasarkan pada metode paduan antara kajian fisik

karakter kawasan potensi kekentalan nilai budaya yang dikaitkan dengan

variabel makna kultural pada tata ruang, bangunan dan lingkungan serta

kajian mapping sosekbud dengan pendekatan CBT (community based

tourism). Hasil dari penelitian ini adalah pelestarian berdasar kriteria

Page 39: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

makna kultural yang telah dilakukan, dapat diidentifikasi bahwa 6 dari

bangunan kuno bersejarah yang diteliti terdapat hanya 1 bangunan (K1)

yang tingkat potensial kekentalan sejarahnya tinggi, 2 (K3 dan K4)

bangunan yang memiliki tingkat potensial sedang, 3 (K2, K5 dan K6)

bangunan yang memiliki tingkat kurang potensial untuk dilestariakan.

Kecenderungan arahan pelestarian fisik di kawasan Kauman adalah

rehabilitasi/restorasi, tindakan ini merupakan upaya mengembalikan

kondisi suatu bangunan atau unsur-unsur kawasan ynag mengalami

kerusakan, kemunduran, sehingga dapat dikembalikan pada kondisi

aslinya. Arahan pelestarian non fisik meliputi aspek hukum yaitu

penetapan Perda dan aspek pelestarian cagar budaya dalam Rencana Tata

Ruang Kota sebagai petunjuk teknisoperasional yang jelas dan

berkekuatan hukum dalam bidang pelestarian kawasan dan atau

bangunan. Aspek ekonomi, penetapan kebijakan ekonomi mikro untuk

melindungi home industry serta penetapan alokasi dan bantuan dari

pemerintah dan swasta. Aspek sosial, pelibatan masyarakat dalam

pelestarian cagar budaya melalui forum khusus dan melakukan

sosialisasi atau penyuluhan mengenai peraturan pelestarian benda cagar

budaya.

c. Judul : Studi Perkembangan Dan Pelestarian Kawasan Keraton

Kasunanan Surakarta

Peneliti: Nurul sri Hardiyanti ( 2005, Jurnal Dimensi Teknik

Arsitektur,FT Universitas Brawijaya

Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis

perkembangan kawasan Keraton Surakarta dari tahun 1745-2004, serta

mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang menjadi kendala

dilaksanakannya kegiatan pelestarian. Studi ini merupakan penelitian

kualitatif dengan menggunakan dua jenis metode, yakni metode

sinkronikdiakronik dan metode evaluatif. Pengumpulan data yang

dilakukan lebih menitikberatkan pada data-data yang diperoleh dari

Page 40: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

survei sekunder, yakni data-data tentang perkembangan kawasan, namun

pengumpulan data lainnya diperoleh dengan survei primer, yakni dengan

observasi lapangan, penyebaran kueisioner, dan wawancara. Adapun

hasil temuan studi ini adalah terkait dengan perkembangan kawasan dari

tahun 1745–2004 ditinjau dari variabel fisik, perkembangan kawasan

ditinjau dari variabel politik, perkembangan kawasan ditinjau dari

variabel ekonomi, perkembangan kawasan ditinjau dari variabel sosial,

serta perkembangan kawasan ditinjau dari variabel budaya. Adapun

faktor yang menjadi kendala dilaksanakannya kegiatan pelestarian di

Kawasan Keraton Kasunanan Surakarta adalah faktor fisik, faktor

politik, faktor ekonomi, dan faktor sosial.

Page 41: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

25

Tabel 1 Penelitian Yang Relevan

No Penulis Judul Penelitian Tujuan Metode

Penelitian Hasil

1

2

Ardyano

Tanjung

(2005)

Analisis Keruangan

Bangunan Kuno

Bersejarah Di

Surakarta

- Mengetahui sebaran

bangunan kuno

bersejarah di Surakarta

- Mengetahu latar

belakang tat letak

bangunan kuno

bersejarah di Surakarta

Analisis

keruangan, studi

pustaka dan

analisis peta

- Sebaran bangunan kuno barsejarah

di Kota Surakarta hampir seluruh

Kecamatan di Surakarta. Banyak

bangunan kuno bersejarah terdapat

di Kecamatan Pasar Kliwon,

Kecamatan Banjarsari dan

Kecamatan Serengan.

- Pendekatan sistem kegiatan

aksesibilitas lokal menjadi dua hal

yang sangat mempengaruhi latar

belakang tata letak tersebut serta

faktor tanah dan morfologi kota

serta tat ruang kraton yang memberi

struktur penentuan lokasi yang

khas.

Page 42: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

26

Wiwik

Setyaningsih

Model Pelestarian

Kawasan Bersejarah

Malalui

Peningkatan Peran

Dan Interpretasi

Masyarakat Sebagai

Alternatif

Pengembangan

Wisata Budaya

Yang berkelanjutan

- Mengetahui faktor-faktor

dan kendala dari

masyarakat lokal yang

mempengaruhi kegiatan

pelestarian kawasan

bersejarah (PKB) melalui

community based

tourism (CBT)

- Mengetahui tingkat

keikutsertaan partisipasi

masyarakat lokal dalam

kegiatan PKB melalui

CBT

- Mengetahui tingkat

kesadaran masyarakat

dalam

merespon/menerima

kegiatan PKB melalui

CBT

Analisis SWOT

dan analisis

statistik

deskriptif

Hasil dari penelitian ini adalah

pelestarian berdasar kriteria makna

kultural yang telah dilakukan, dapat

diidentifikasi bahwa 6 dari bangunan

kuno bersejarah yang diteliti terdapat

hanya 1 bangunan (K1) yang tingkat

potensial kekentalan sejarahnya

tinggi, 2 (K3 dan K4) bangunan yang

memiliki tingkat potensial sedang, 3

(K2, K5 dan K6) bangunan yang

memiliki tingkat kurang potensial

untuk dilestariakan. Kecenderungan

arahan pelestarian fisik di kawasan

Kauman adalah rehabilitasi/restorasi,

tindakan ini merupakan upaya

mengembalikan kondisi suatu

bangunan atau unsur-unsur kawasan

ynag mengalami kerusakan,

kemunduran, sehingga dapat

Page 43: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

27

3

- Mengatahui cara

mengoptimalkan PKB

melalui CBT yang baik

dikembalikan pada kondisi aslinya.

Arahan pelestarian non fisik meliputi

aspek hukum yaitu penetapan Perda

dan aspek pelestarian cagar budaya

dalam Rencana Tata Ruang Kota

sebagai petunjuk teknisoperasional

yang jelas dan berkekuatan hukum

dalam bidang pelestarian kawasan dan

atau bangunan. Aspek ekonomi,

penetapan kebijakan ekonomi mikro

untuk melindungi home industry serta

penetapan alokasi dan bantuan dari

pemerintah dan swasta. Aspek sosial,

pelibatan masyarakat dalam

pelestarian cagar budaya melalui

forum khusus dan melakukan

sosialisasi atau penyuluhan mengenai

peraturan pelestarian benda cagar

budaya.

Page 44: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

28

4

Nurul Sri

Handayanti

Studi

Perkembangan Dan

Pelestarian

Kawasan Keraton

Kasunanan

Surakarta

- Mengidentifikasi dan

menganalisis

perkembangan Kawasan

Keraton Kasunanan

Surakarta dari awal

berdirinya Keraton

Surakarta Hadiningrat

(tahun 1745) hingga

tahun 2004.

- Mengidentifikasi dan

menganalisis faktor-

faktor yang menjadi

kendala dilaksanakannya

kegiatan pelestarian di

Kawasan Keraton

Kasunanan Surakarta.

- Mengetahui dan

Penelitian

kualitatif

dengan metode

sinkronik

diakronik dan

evaluatif

Hasil temuan studi ini adalah terkait

dengan perkembangan kawasan dari

tahun 1745–2004 ditinjau dari

variabel fisik, perkembangan kawasan

ditinjau dari variabel politik,

perkembangan kawasan ditinjau dari

variabel ekonomi, perkembangan

kawasan ditinjau dari variabel sosial,

serta perkembangan kawasan ditinjau

dari variabel budaya. Adapun faktor

yang menjadi kendala

dilaksanakannya kegiatan pelestarian

di Kawasan Keraton Kasunanan

Surakarta adalah faktor fisik, faktor

politik, faktor ekonomi, dan faktor

sosial.

Page 45: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

29

Nurul Deni

Kistiyah

(2011)

Pelestarian Urban

Heritage Di

Kampung Batik

Laweyan Tahun

2011 (Studi Kasus

Rumah Saudagar

Dan Gerai Batik)

persebaran urban

heritage di Kampung

Batik Laweyan.

- Mengetahui pelestarian

urban heritage di

kawasan Kampung

Batik Laweyan

Analisis

deskriptif, dan

analisis peta

Page 46: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

C. Kerangka Pemikiran

Kerangka pikir ini merupakan acuan kerja penelitian sebagai gambaran

pendekatan yang digunakan dalam merumuskan analisis terhadap Pelestarian

terhadap urban heritage di Kampung Batik Laweyan. Kampung Batik Laweyan

(Studi Kasus Rumah Saudagar Batik Dan Gerai Batik) merupakan salah satu

kawasan yang menjadi identitas Kota Surakarta. Ciri khas yang dimiliki Kampung

Batik Laweyan tentu saja pada pembuatan batik dan batiknya, selain itu juga

karena di Kampung Batik Laweyan terdapat warisan budaya (heritage) yang

menarik.

Keberadaan urban heritage dan kekhasan Kampung Batik laweyan

mendorong untuk dilakukannya penelitian yang berkaitan dengan persebaran,

penentuan urban heritage dan pelestarian urban heritage. Cara yang digunakan

untuk mengamati persebaran urban heritage rumah saudagar batik dan gerai batik

adalah dengan menganalisis peta, penentuan urban heritage terhadap rumah

saudagar dan gerai batik menggunakan analisis tabel, sedangkan pelestarian urban

heritage dapat diketahui dari hasil wawancara dengan pemilik secara sampel.

Pelestarian urban heritage perlu dilakukan agar tetap terjaga keasliannya melalui

melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkannya. Melindungi merupakan

upaya mencegah dan menanggulangi dari kerusakan, kehancuran, atau kemusnahan

dengan cara penyelamatan, pengamanan, zonasi, pemeliharaan, dan pemugaran

cagar budaya Analisis yang digunakan untuk mengetahui pelestarian urban

heritage dengan analisis deskriptif

Untuk lebih jelasnya kerangka berfikir dapat dilihat pada gambar 1 berikut:

Page 47: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Gambar 1. Kerangka Berfikir

Inventarisasi

Rumah saudagar dan gerai batik

Gerai batik Rumah saudagar batik

Distribusi spasial saudagar dan gerai batik

Pola persebaran rumah saudagar batik dan gerai batik

Penentuan rumah saudagar batik dan gerai batik

sebagai urban heritage

pelestarian urban heritage di kawasan Kampung Batik

Laweyan

Page 48: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

D. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu

variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan

kegiatan, maupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk

mengukur konstrak atau variabel tersebut (Nazir, 1988:152). Definisi

operasional pada penelitian ini adalah:

1. Kota (Urban)

Kota dapat diartikan sebagai benteng budaya yang ditimbulkan oleh

unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala-gejala pemusatan

penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan yang sifatnya

heterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah belakangnya

(hinterland) (Bintarto 1983 : 36)

2. Warisan Budaya (Heritage)

Warisan budaya dapat diartikan sebagai sesuatu yang dilestarikan dari

generasi masa lalu dan diwariskan pada masa kini(www.

Wikipedia.com).

3. Urban Heritage

Urban Heritage adalah objek objek dan kegiatan di perkotaan yang

memberi karakter budaya yang khas bagi kota yang bersangkutan.

Keberadaan bangunan kuno dan aktivitas masyarakat yang memiliki

nilai sejarah, estetika, dan kelangkaan biasanya sangat dikenal dan

diakrabi oleh masyarakat dan secara langsung menunjuk pada suatu

lokasi dan karakter kebudayaan suatu kota.

4. Pelestarian Warisan Budaya

Pelestarian adalah upaya dinamis untuk mempertahankan keberadaan

cagar budaya dan nilainya dengan cara melindungi, mengembangkan,

dan memanfaatkannya (Undang-undang No.11 Tahun 2010 tentang

Cagar Budaya).

5. Analisis Spasial

Analisis spasial adalah analisis lokasi yang menitik-beratkan kepada

tiga unsur geografi yaitu jarak (distance), kaitan (interaction), dan

Page 49: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

gerakan (movement). (Bintarto dan Hadisumarno, 1982: 74). Eksistensi

spasial dalam perspektif geografi dapat dipandang dari struktur (spatial

structure), pola (spatial pattern), dan proses (spatial processes)

Page 50: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

BAB III

METODOLOGI

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penentuan daerah yang akan dilakukan penelitian merupakan suatu langkah

yang dilakukan dalam survei. Penelitian dilakukan di Kecamatan Laweyan dengan

obyek penelitian adalah Kampung Batik Laweyan. Adapun alasan pemilihan lokasi

penelitian di Kampung Batik Laweyan adalah:

a. Kampung Batik Laweyan merupakan kawasan kota tua yang selalu

berkaitan dengan suatu tempat, peristiwa, waktu dan wujud kota yang

menjadi identitas kota Surakarta.

b. Daerah penelitian ini merupakan suatu kawasan sentra industri batik yang

unik, spesifik dan bersejarah

c. Daerah penelitian ini merupakan salah satu kawasan yang mempunyai

warisan budaya yang tidak ada di kecamatan lain di Surakarta sehingga

keberadaannya perlu dilestarikan.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian merupakan jangka waktu yang diperlukan untuk penelitian.

Penelitian dilaksanakan dimulai dari tahap persiapan hingga penyusunan laporan

ini dilaksanakan.

Tabel 2. Waktu Perencanaan Penelitian

No

Kegiatan April

2011

Mei-

Juni

2011

Juni

2011

Juli-

Sept

2011

Sept-

Nov

2011

Nov’11-

Februari

2012

1 Pengajuan

Judul

2 Pengajuan

Proposal

Page 51: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

3 Penyusunan

Instrumen

4 Pengumpulan

Data

5 Analisis Data

6 Penyusunan

Laporan

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

kualitatif dengan pendekatan spasial yang didukung data survei lapangan.

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang lebih mengarah pada pengungkapan

suatu masalah atau keadaan sebagaimana adanya dan mengungkapkan fakta-fakta

yang ada, walaupun kadang-kadang memberikan interpretasi atau analisis (Tika,

2005: 4).

Penelitian deskriptif memberikan gambaran yang lebih mendalam tentang

gejala-gejala sosial tertentu atau aspek kehidupan tertentu pada masyarakat yang

diteliti. Pendekatan tersebut dapat mengungkapkan secara hidup kaitan antara

berbagai gejala sosial, dimana hal tersebut tidak dapat dicapai oleh penelitian yang

bersifat menerangkan (Singarimbun, 1995:87).

Pada penelitian ini digunakan metode deskriptif studi kasus yang mana

merupakan metode penelitian yang intensif, terintegrasi dan mendalam. Subyek

yang diteliti terdiri dari satu unit atau satu kesatuan unit yang dipandang sebgai

kasus. Tujuan studi kasus adalah mengembangkan pengetahuan yang mendalam

mengenai obyek yang diteliti. (Tika,2005:7). Metode deskriptif studi kasus

mengarah pada pendeskripsian secara rinci dan mendalam mengenai potret kondisi

tentang yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya di lapangan studinya. (Sutopo,

2002:110-112).

Sebagai Kawasan yang telah ditetapkan sebagai salah satu cagar budaya di

Surakarta, Kampung Batik Laweyan memiliki beragam warisan budaya yang perlu

diestarikan baik itu berupa berwujud benda seperti bangunan, museum, masjid,

Page 52: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

langgar yang ada di Kampung Batik Laweyan maupun yang tidak berwujud benda

seperti kebudayaan yang masih menjadi kepercayaan setempat, dan nilai-nilai

budaya yang ada di Kampung Batik Laweyan.

Penelitian studi kasus ini dilakukan pada rumah saudagar batik dan gerai batik

di Kampung Batik Laweyan yang merupakan satu sasaran studi yang mempunyai

karakteristik yang sama, maka studi kasus ini merupakan strategi kasus tunggal

(Sutopo,2002 :112)

Spasial adalah ciri khas dan identitas geografi yang berarti keruangan.

Pengertian kata spasial adalah mengacu kepada ruang suatu daerah geografis

tertentu. Tekanan utama geografi bukanlah pada substansi melainkan pada sudut

pandang spasial (Hadi dalam Tanjung,2011:13). Dalam menganalisis gejala dan

permasalahan suatu ilmu (sains), maka diperlukan suatu metode pendekatan

(approach method). Metode pendekatan inilah yang digunakan untuk membedakan

kajian geografi dengan ilmu lainnya, meskipun obyek kajiannya sama. Metode

pendekatan ini adalah pendekatan keruangan. Pendekatan keruangan merupakan

suatu cara pandang atau kerangka analisis yang menekankan eksistensi ruang

sebagai penekanan. Eksistensi ruang dalam perspektif geografi dapat dipandang

dari struktur (spatial structure), pola (spatial pattern), dan proses spasial (Hadi,

http://partosohadi.staff.fkip.uns.ac.id diakses pada tanggal 20 Oktober 2011).

Dalam konteks fenomena keruangan terdapat perbedaan kenampakan struktur,

pola dan proses. Struktur keruangan berkenaan dengan elemen-elemen pembentuk

ruang. Elemen-elemen tersebut dapat disimbolkan dalam tiga bentuk utama, yaitu:

kenampakan titik (point features), kenampakan garis (line features), dan

kenampakan bidang (areal features).

Pada penelitian ini disebut dengan penelitian deskriptif kualitatif dengan

pendekatan spasial, karena dalam penelitian ini mencakup kegiatan

mendeskripsikan data yang bersifat spasial yaitu berupa titik lokasi tiap gerai dan

rumah saudagar batik di Kawasan Kampung Batik Laweyan yang diperoleh dari

pengambilan titik-titik lokasi absolut di lapangan dengan menggunakan alat GPS.

Rumah saudagar dan gerai batik di Kawasan Kampung Batik Laweyan dikaji

secara spasial dimana saja persebarannya, bagaaimana pola persebarannya dan

Page 53: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

mengapa keberadaannya ada di situ. Pendekatan spasial tersebut dapat dilihat

secara visual dengan menggunakan peta, yaitu peta tematik sebaran rumah

saudagar dan gerai batik di Kelurahan Laweyan.

C. Sumber Data

Data merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian, sebab tidak semua

data dapat dijadikan bahan penelitian. Untuk mendapat data yang diperlukan dan

lengkap perlu instansi atau badan resmi yang berwenang di bidangnya. Instansi

yang berwenang mengeluarkan data atau memberikan informasi yang berkaitan

dengan penelitian ini.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh melalui survai lapangan. Data sekunder

dikumpulkan dari instansi-instansi yang terkait dengan penelitian ini. secara rinci

mengenai jenis dan sumber datanya adalah sebagai berikut :

1. Data Primer

Tika (1997: 67) mengemukakan bahwa “Data primer adalah data yang

diperoleh langsung dari responden atau obyek yang diteliti, atau ada

hubungannya dengan yang diteliti”.

Data primer yang dibutuhkan meliputi kondisi fisik daerah penelitian

meliputi letak, luas, batas, dan topografi dan hasil wawancara kepada pihak

yang terkait.

2. Data Sekunder

Tika (1997: 67) mengemukakan bahwa “Data sekunder adalah data yang

lebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang atau instansi di luar

diri peneliti sendiri, walaupun yang dikumpulkan itu sesungguhnya adalah

data yang asli”. Data sekunder pada penelitian ini adalah data demografi,

meliputi jumlah dan kepadatan penduduk, pertumbuhan penduduk,

komposisi penduduk menurut jenis kelamin dan umur, menurut tingkat

pendidikan dan menurut mata pencaharian yang diperoleh dari BPS.

Page 54: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Table 3. Data Penelitian

No Data Jenis Data Sumber

1 Peta Rupabumi Indonesia (RBI)

Lembar 1408-342

Sekunder Bakosurtanal

2 Penggunaan lahan di Kelurahan

Laweyan

Sekunder BPS,Kelurahan

3 Data Monografi Penduduk di

kelurahan Laweyan

Sekunder Kelurahan

5 Persebaran rumah saudagar batik Primer Ploting GPS

6 Persebaran gerai batik Primer Ploting GPS

7 Bentuk pelestarian terhadap

Urban Heritage yang telah

dilakukan

Primer wawancara

D. Populasi

Populasi adalah himpunan individu atau obyek yang banyaknya terbatas atau

tidak terbatas (Tika, 1997: 32). Komarudin dalam Mardalis (2002: 53)

mengemukakan bahwa “populasi adalah semua individu yang menjadi sumber

pengambilan sampel”. Dari pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

populasi adalah semua individu atau obyek yang menjadi sumber pengambilan

sampel yang banyaknya terbatas atau tidak terbatas.

Penelitian ini merupakan penelitian populasi yang berarti seluruh populasi

digunakan dalam penelitian ini. Banyaknya populasi bergantung kepada banyaknya

jumlah rumah saudagar dan gerai batik yang ada di Kelurahan Laweyan. Jumlah

saudagar batik Di Kampung Batik Laweyan ada 23 orang, 56 gerai batik.

E. Teknik Pengumpulan Data

Kegiatan pengumpulan data merupakan data dalam penelitian yang sangat

penting bagi setiap penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

Page 55: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

1. Observasi

Metode pengamatan langsung (observation participatory) yakni pengamatan

yang disertai dengan keterlibatan diri dalam kehidupan bermasyarakat.

Metode ini digunakan untuk mengamati gejala-gejala (tindakan, peristiwa,

benda/ perlatan) yang digunakan oleh masyarakat. Pengamatan ini dilakukan

secara terus menerus dengan maksud untuk membandingkan antara gejala yang

satu dengan lainnya. Teknik observasi digunakan untuk memperoleh data titik

koordinat dari masing-masing rumah saudagar batik, gerai batik dengan

menggunakan GPS (Global Positioning System)

2. Studi Pustaka

Studi pustaka memegang peranan penting karena merupakan proses

pengumpulan bahan-bahan melalui riset kepustakaan dengan membaca buku-

buku dan sumber sekunder yang lain yang berhubungan dengan topic masalah.

Dengan studi pustaka dapat diperoleh informasi awal demi pelacakan lebih

lanjut.

3. Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara Tanya

jawab yang dikerjakan dengan sistematik dan berlandaskan pada tujuan

penelitian. Pada umumnya dua orang atau lebih hadir secara fisik dalam proses

Tanya jawab dan masing-masing pihak dapat menggunakan komunikasi secara

wajar dan lancar (Tika, 1997 : 75).

4. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel

yang berupa contoh, transkip, buku, surat kabar, majalah. Teknik dokumentasi

merupakan teknik yang memberikan informasi secara tepat dan akurat untuk

dipertanggungjawabkan. Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara

mengutip pada sumber data yang tersedia. Dalam penelitian ini sumber tertulis

diperoleh berupa data monografi penduduk di Kelurahan Laweyan.

Page 56: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

F. Validitas Data

Teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di

luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data

itu disebut triangulasi. (Moleong,2001:178). Teknik triangulasi ada empat macam

triangulasi yaitu triangulasi data, triangulasi peneliti, triangulasi metode, triangulasi

teoritis. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:

1. Triangulasi data (triangulasi sumber)

Berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu

informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam

metode kualitatif. Cara ini mengarahkan peneliti agar di dalam

mengumpulkan data menggunakan beragam sumber data yang tersedia.

Artinya, data yang sama atau sejenis, akan lebih mantap kebenarannya bila

digali dari beberapa sumber yang berbeda. Dengan demikian apa yang

diperoleh dari sumber yang satu, bisa lebih teruji kebenarannya bilaman

dibanding dengan data sejenis yang diperoleh dari sumber lain yang berbeda

jenisnya

2. Triangulasi peneliti.

Cara triangulasi ini adalah hasil penelitian baik data ataupun simpulan

mengenai bagian tertentu atau keseluruhan bisa diuji validitas nya dari

beberapa peneliti. Dari pandangan dan tafsir yang dilakukan oleh bebrapa

peneliti terhadap semua informasi yang berhasil digali dan dikumpulkan

berupa catatan, diharapkan bisa terjadi pertemuan pendapat yang pada

akhirnya bisa lebih memantapkan hasil penelitian.

3. Triangulasi metode

Jenis triangulasi ini bisa dilakukan oleh seorang peneliti dengan

mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau

metode pengumpulan data yang berbeda.

4. Triangulasi teori

Triangulasi ini dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan perspektif

lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji. Dari

bebrapa perspektif teori tersebut akan diperoleh pandangan yang lebih

Page 57: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

lengkap, tidak hanya sepihak sehingga bisa dianalisis dan ditarik

kesimpulan yang lebih utuh menyeluruh.

Dalam penelitian ini untuk mencari validitas data, peneliti menggunakan

metode triangulasi data. Triangulasi data paing banyak dilakukan adalah

pemeriksaan melalui sumber lain (Moleong:1991). Hal ini dapat dicapai dengan

jalan menggunakan beberapa sumber yang berkaitan dengan penelitian ini. Dengan

demikian apa yang diperoleh dari sumber yang satu, bias lebih uji kebenarannya

bilamana dibandingkan dengan data sejenis yang diperoleh dari sumber yang

berbeda, baik kelompok sumber sejenis maupumn sumber yang berbeda jenis (HB.

Sutopo; 2002:79)

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis data sekunder dan teknik analisis peta, teknik analisis data sekunder dengan

cara mentabulasi ke dalam bentuk tabel dan grafik maupun peta, kemudian

diuraikan dalam bentuk kalimat. Adapun data yang perlu dianalisis adalah :

1. Analisis distribusi spasial rumah saudagar batik

Analisis distribusi spasial rumah saudagar batik dan gerai batik di Kampung

Batik Laweyan menggunakan analisis peta.

2. Analisis pola persebaran

Analisis deskripsi spasial dilakukan untuk mengetahui pola sebaran

saudagar dan gerai batik di Kampung Batik Laweyam. Analisis deskripsi spasial

dilakukan menggunakan parameter tetangga terdekat. Adapun rumus parameter

tetangga terdekat menurut Bintarto dan Surastopo Hadisumarno ( 1979: 75) adalah

sebagai berikut:

Keterangan :

T = Indeks persebaran tetangga terdekat.

Ju = Jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik tetangganya yang

terdekat.

Ju

T=

Jh

Page 58: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Jh = Jarak rata-rata yang diperoleh andaikan semua titik mempunyai pola random.

1

Jh= ―

2√p

P = Kepadatan titik dalam tiap kilometer persegi yaitu jumlah titik (N)

dibagi luas wilayah (A).

Parameter tetangga terdekat adalah suatu rumus yang penerapannya

mendasarkan pada analisis jarak dengan bantuan peta. Pada rumus tersebut yang

dimaksudkan jarak adalah jarak di peta, sehingga data jarak (Ju dan Jh) didapatkan

dari pengukuran antara titik warnet satu dengan warnet lain di peta. Setelah

diketahui angka indek tetangga terdekat, maka angka indek tersebut dimasukkan

pada klasifikasi pola persebaran. Adapun jenis pola persebaran yang ditentukan

adalah :

T = 0 maka pola persebaran mengelompok.

T = 1 maka pola persebaran acak.

T = 2,15 maka pola persebaran seragam.

Gambar 2. Pola-pola Penyebaran Berdasarkan Konsep Tetangga Terdekat

sumber: Bintarto dan Surastopo Hadisumarno (1979: 76)

3. Analisis untuk mengetahui urban heritage

Analisis yang digunakan untuk mengetahui urban heritage pada saudagar

dan gerai batik adalah analisis tabel. Data primer berupa usia bangunan, bentuk

bangunan, dan kekhasan bangunan.

Mengacu pada Undang-undang No. 11 tahun 2010 Tentang Cagar Budaya

pasal 5 mengatakan bahwa bangunan, atau struktur dapat diusulkan sebagai

Bangunan Cagar Budaya, atau Struktur Cagar Budaya apabila memenuhi kriteria:

Page 59: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

a. Berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih

b. Mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 (lima puluh) tahun;

c. Memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama,

dan/atau kebudayaan; dan

d. Memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa.

4. Analisis untuk mengetahui pelestarian urban heritage

Analisis yang digunakan untuk urban heritage yang perlu dilestarikan

adalah analisis deskriptif. Mengacu pada Undang-undang No. 11 tahun 2010

Tentang Cagar Budaya..

Sumber: UU No.11 Th 2010 Tentang Cagar Budaya

Gambar 3. Bagan Peringkat Pelestarian

Pelestarian

Melindungi

Mengembangkan

Memanfaatkan Pendayagunaan

Penyelamatan

Zonasi

Pemeliharaan

Pemugaran

Penellitian

Revitalisasi

Adaptasi

Pengamanan

Page 60: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Letak, Luas dan Batas

a. Letak

Secara administratif Kawasan Kampung Batik Laweyan merupakan satu

kawasan yang terdapat di Kelurahan Laweyan. Kelurahan Laweyan merupakan

salah satu Kelurahan yang ada di Kecamatan Laweyanyang terletak antara

7°34’06” LS sampai 7°34’20” LS dan 110°47’25” BT sampai 110°47’52” BT.

b. Luas

Luas Kelurahan Laweyan adalah 29,267 Ha dan jumlah penduduknya

kurang lebih 2.615 jiwa. Secara administratif Kelurahan Laweyan terdiri atas 8

kampung, yaitu Kampung Kwanggan, Kampung Kramat, kampung Sayangan

Kulon, Kampung Sayangan Wetan, Kampung Setono, Kampung Lor Pasar,

Kampung Kidul Pasar, Kampung Klaseman. Kelurahan Laweyan terdiri dari 3

RW dan 12 Rukun Tetangga (RT).

c. Batas

Batas wilayah penelitian yaitu Kampung Batik Laweyan, berada di

Kelurahan Laweyan, Kecamatan Laweyan kota Surakarta. Kampung Batik

Laweyan adalah sebuah kampung dagang dan pusat industri batik, yang

perkembangannya mulai sejak awal abad 20. Kampung tersebut terletak di

sebelah barat, kurang lebih 4 kilometer dari pusat Kota Surakarta.

Kawasan Laweyan terletak pada pinggiran kota Surakarta, yang apabila

ditinjau dari struktur kotanya merupakan suatu kantong (enclave), secara

administrarif termasuk dalam Kelurahan Laweyan, Kecamatan Laweyan

Kelurahan Laweyan secara administratif berbatasan dengan:

1. Sebelah Utara : Kelurahan Sondakan

2. Sebelah Selatan : Kabupaten Sukoharjo

3. Sebelah Barat : Kelurahan Bumi

4. Sebelah Timur : Kelurahan Pajang

Page 61: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

2. Kampung Batik Laweyan

a. Sejarah

Kampung Laweyan merupakan kawasan sentra industri batik yang unik,

spesifik dan bersejarah. Berdasarkan sejarah yang ditulis oleh Mlayadipuro, desa

Laweyan (kini wilayah Kalurahan / Kampung Laweyan) sudah ada sebelum

munculnya kerajaan Pajang. Sejarah kawasan Laweyan barulah berarti setelah

Kyai Ageng Anis bermukim di desa Laweyan pada tahun 1546 M, tepatnya di

sebelah utara pasar Laweyan (sekarang Kampung Lor Pasar Mati) dan

membelakangi jalan yang menghubungkan antara Mentaok dengan desa Sala

(sekarang jalan Dr. Rajiman). Kyai Ageng Anis adalah putra dari Kyai Ageng

Selo yang merupakan keturunan raja Brawijaya V. Kyai Ageng Anis atau Kyai

Ageng Laweyan adalah juga manggala pinituwaning nagara kerajaan Pajang

semasa Jaka Tingkir menjadi Adipati Pajang pada tahun 1546 M. Setelah Kyai

Ageng Anis meninggal dan dimakamkan di pesarean Laweyan (tempat tetirah

Sunan Kalijaga sewaktu berkunjung di desa Laweyan), rumah tempat tinggal

Kyai Ageng Anis ditempati oleh cucunya yang bernama Bagus Danang atau

Mas Ngabehi Sutowijaya. Sewaktu Pajang dibawah pemerintahan Sultan

Hadiwijaya (Jaka Tingkir) pada tahun 1568 Sutowijaya lebih dikenal dengan

sebutan Raden Ngabehi Loring Pasar (pasar Laweyan). Kemudian Sutowijaya

pindah ke Mataram (Kota Gede) dan menjadi raja pertama Dinasti Mataram

Islam dengan sebutan Panembahan Senapati yang kemudian menurunkan raja-

raja Mataram. Masih menurut RT. Mlayadipuro pasar Laweyan dulunya

merupakan pasar lawe (bahan baku tenun) yang sangat ramai. Bahan baku kapas

pada saat itu banyak dihasilkan dari desa Pedan, Juwiring dan Gawok yang

masih termasuk daerah kerajaan Pajang. Adapun lokasi pasar Laweyan terdapat

di desa Laweyan (sekarang terletak diantara kampung Lor Pasar Mati dan Kidul

Pasar Mati serta di sebelah timur kampung Setono). Di selatan pasar Laweyan,

di tepi sungai Kabanaran, terdapat sebuah bandar besar yaitu bandar Kabanaran.

Melalui bandar dan sungai Kabanaran tersebut pasar Laweyan terhubung ke

bandar besar Nusupan di tepi sungai Bengawan Solo. Pada zaman sebelum

kemerdekaan kampung Laweyan pernah memegang peranan penting dalam

Page 62: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

kehidupan politik terutama pada masa pertumbuhan pergerakan nasional. Sekitar

tahun 1911 Serikat Dagang Islam (SDI) berdiri di kampung Laweyan dengan

Kyai Haji Samanhudi sebagai pendirinya. Dalam bidang ekonomi para saudagar

batik Laweyan juga merupakan perintis pergerakan koperasi dengan

didirikannya “Persatoean Peroesahaan Batik Boemipoetra Soerakarta (PPBBS)

pada tahun 1935 (Priyatmono :2004).

b. Sosial Budaya

Pada tanggal 8 Januari tahun 2010, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, Ir

Jero Wacik, S.E menetapkan bahwa Kawasan Kampung Batik Laweyan yang

berlokasi di wilayah Provinsi Jawa Tengah sebagai kawasan cagar budaya yang

dilindungi Undang-Undang Republik Indonesia no 5 tahun 1992 tentang cagar

budaya.

Kelurahan Laweyan sebelum menjadi Kampung Batik Laweyan awalnya

adalah pemukiman yang sebagian besar warganya menggeluti industri tenun,

lalu menjadi industri Batik. Kampung Laweyan kembali tenar di awal abad ke

20, kala itu industri batik tumbuh pesat, hingga melahirkan para saudagar yang

kekayaanya melebihi kaum bangsawan keraton. Di tahun 1930–an jumlah

industri batik di solo mencapai 230an dan sebagian besar berada di Laweyan.

Tiap tahun Laweyan memproduksi tidak kurang 60.400 potong batik.

Masyarakat Laweyan terdiri dari beberapa kelompok, Kelompok Saudagar

(pedagang), wong cilik (orang kebanyakan), wong mutihan (muslim) dan priyayi

(bangsawan). Saudagar yang paling dominan adalah saudagar Batik. Selain itu

dikenal pula golongan saudagar atau juragan batik dengan pihak wanita sebagai

pemegang peranan penting dalam menjalankan roda perdagangan batik yang

biasa disebut dengan istilah mbok mase atau nyah nganten. Sedang untuk suami

disebut mas Nganten sebagai pelengkap utuhnya keluarga (Priyatmono :2004).

Page 63: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

c. Karakteristik Bangunan Di Kampung Batik Laweyan

Masyarakat Laweyan bukanlah keturunan bangsawan, tetapi karena

mempunyai hubungan yang erat dengan kraton melalui perdagangan batik serta

didukung dengan kekayaan yang ada, maka corak pemukiman khususnya milik

para saudagar batik banyak dipengaruhi oleh corak pemukiman bangsawan

Jawa. Bangunan rumah saudagar terdiri dari pendopo, ndalem, senthong,

gandok, pavilion, pabrik, regol dan halaman depan cukup luas dengan orientasi

bangunan menghadap utara selatan. Hampir tiap rumah memiliki pintu kecil

sebagai butulan. Pintu ini menghubungkan dengan lainnya untuk akses

silaturahmi selalu terjaga. Selain pintu butulan beberapa rumah saudagar

terdapat bunker bawah tanah, fungsinya untuk sembunyi dari serangan musuh.

Rumah saudagar mempunyai dinding dari tembok setebal 2 batu (sebagai

penyangga atap) sedang rumah buruh biasanya merupakan kombinasi batu bata

dan papan (kotangan). Bangunan rumah saudagar mempunyai tata ruang Jawa

tetapi tidak sepenuhnya diikuti, sedangkan bentuk bangunan sudah banyak

dimodifikasi dengan bangunan dari luar negeri, baik yang bergaya Belanda

maupun gaya Spanyol. Atap bangunan kebanyakan menggunakan atap limasan

bukan joglo karena bukan keturunan bangsawan (Widayati dalam Priyatmono,

2004).

Dalam perkembangannya sebagai salah satu usaha untuk lebih mempertegas

eksistensinya sebagai kawasan yang spesifik, arsitektur rumah tinggal di

Kawasan Laweyan banyak dipengaruhi oleh corak permukimn bangsawan Jawa

yang dipadu dengan pengruh arsitektur kolonial (Eropa) yang dikenal dengan

arsitektur Indiesch dengan façade sederhana, berorientasi ke dalam, fleksibel,

berpagar tinggi lengkap dengan lantai yang bermotif karpet khas Timur Tengah.

Keberadaan “benteng” tinggi yang banyak memunculkan gang-gang sempit dan

merupakan ciri khas Laweyan selain untuk keamanan juga merupakan salah satu

usaha para saudagar untuk menjaga privacy dan memperoleh daerah

“kekuasaan” di lingkungan komunitasnya. (Priyatmono :2004)

Page 64: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Gambar 4. Denah Rumah Laweyan (Priyatmono,2004:2)

Untuk lebih jelasnya mengenai daerah administrasi Kelurahan Laweyan

dapat dilihat pada peta 1.

Page 65: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Page 66: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

3. Keadaan Penduduk

Untuk memberikan gambaran umum mengenai keadaan penduduk di Kelurahan

Laweyan, berikut ini dikemukakan data mengenai jumlah penduduk, kepadatan

penduduk serta komposisi penduduk.

a. Jumlah Penduduk

Berdasarkan data monografi Kelurahan Laweyan, jumlah penduduk

Laweyan bulan Mei tahun 2011 adalah 2615 jiwa, meliputi 1231 laki-laki dan

1384 perempuan.

b. Kepadatan Penduduk

Tingkat kepadatan penduduk suatu daerah merupakan perbandingan antara

luas daerah secara keseluruhan dengan jumlah penduduk di daerah yang

bersangkutan, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut :

Kepadatan Penduduk =

Kepadatan penduduk di Kecamatan Jebres sebagai berikut :

Kepadatan penduduk =

= 9017 jiwa

Mantra (1985: 35) mengklasifikasikan kepadatan penduduk aritmatik pada

suatu daerah sebagai berikut :

Tabel 4. Klasifikasi Tingkat Kepadatan Penduduk

No

Kepadatan

Penduduk(Jiwa/Km2)

Keterangan

1 <101 Sangat Rendah

2 101 – 500 Rendah

3 501 – 1000 Sedang

4 1001 – 2000 Tinggi

5 2001 – 3000 Sangat Tinggi

6 >3000 Tinggi Sekali

Sumber: Data Monografi Kelurahan Laweyan Bulan Mei Tahun 2011

Jumlah penduduk

Luas Wilayah

2615 jiwa

0.2926 km2

Page 67: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Berdasarkan rumus dan perhitungan kepadatan penduduk di atas maka dapat

disimpulkan bahwa kepadatan penduduk di Kelurahan laweyan termasuk dalam

kriteria kepadatan penduduk kelompok 6 atau tinggi sekali dengan kepadatan

penduduk yaitu sebesar 9017 Jiwa/Km2.

c. Komposisi Penduduk

Komposisi penduduk adalah gambaran susunan penduduk yang dibuat

berdasarkan pengelompokan penduduk menurut karakteristik yang sama.

1) Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin

Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin adalah variabel

yang penting dalam sebuah kependudukan untuk mengetahui jumlah

penduduk belum produktif, produktif maupun yang sudah tidak produktif

lagi. Untuk mengetahui secara rinci komposisi penduduk menurut umur

dan jenis kelamin di Kelurahan Laweyan dapat dilihat pada tabel

Tabel 5. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Di

Kelurahan Laweyan Bulan Mei Tahun 2011

Sumber: Data Monografi Kelurahan Laweyan Bulan Mei Tahun 2011

Kel Umur

(Tahun)

Laki-laki Perempuan Jumlah

0 - 4 62 47 109

5 - 9 69 88 157

10 - 14 124 199 323

15 – 19 151 152 303

20 – 24 145 151 296

25 – 29 152 152 304

30 – 39 156 168 324

40 – 49 147 166 313

50 – 59 161 159 320

60 + 60 89 149

Jumlah 1231 1384 2615

Page 68: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk di

Kelurahan Laweyan yang terbesar menurut umur adalah kelompok umur 30

- 39 tahun yaitu sebesar 324 jiwa dan terendah adalah kelompok umur 0 –

4 tahun yaitu sebesar 109 jiwa.

Jika dilihat dari jenis kelamin maka jumlah penduduk antara golongan

laki-laki dan perempuan rata-rata hampir sama. Meskipun jumlah

penduduk perempuan lebih banyak daripada jumlah penduduk laki-laki.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini:

Tabel 6. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Di Kelurahan Laweyan

Tahun 2011

NO Jenis Kelamin Jumlah

Jiwa %

1 Laki-laki 1231 47,08

2 Perempuan 1384 52,92

Jumlah 2615 100.00

Sumber: Data Monografi Kelurahan Laweyan Bulan Mei Tahun

2011

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa penduduk di

Kelurahan Laweyan antara laki-laki dan perempuan lebih banyak penduduk

perempuan yaitu sebesar 1384 jiwa (52,92%), sedangkan penduduk laki-

laki sebesar 1231 (47,08%). Dari data tersebut dapat diketahui pada

besarnya jenis kelamin atau Sex Ratio (SR) yaitu perbandingan antara

penduduk laki-laki dan penduduk perempuan. Perhitungan Sex Ratio

dirumuskan sebagai berikut:

Sex Ratio (SR) = a/b x 100

Keterangan :

SR = Rasio Jenis Kelamin

a = Jumlah Penduduk Laki-laki

b = Jumlah Penduduk Perempuan

Dengan rumus di atas dapat dihitung besarnya rasio jenis kelamin

penduduk di Kelurahan laweyan sebagai berikut :

Page 69: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Sex Ratio (SR) = 1231 / 1384 x100

= 88.9

Dari hasil perbandingan di atas, maka dapat diperoleh bahwa Sex

Ratio 89, ini berarti bahwa untuk setiap 89 penduduk laki-laki sebanding

dengan 100 penduduk perempuan. Apabila angka tersebut jauh di bawah

100, dapat menimbulkan masalah karena ini berarti di daerah tersebut

kekurangan penduduk laki-laki, akibatnya antara lain kekurangan tenaga

laki-laki untuk melaksanakan pembangunan.

Rasio jenis kelamin dapat pula dibuat berdasarkan kelompok umur.

Berikut akan disajikan rasio jenis kelamin (sex ratio) penduduk Kelurahan

Laweyan menurut kelompok umur tahun 2011.

Tabel 7. Rasio Jenis Kelamin Penduduk di Kelurahan Laweyan Tahun 2011

Sumber: Data Monografi Kelurahan Laweyan Bulan Mei Tahun 2011

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa untuk keseluruhan jumlah

penduduk perempuan lebih banyak dibanding jumlah penduduk laki- laki,

sehingga secara total SR (Sex Ratio) lebih kecil dari 100.

Kel Umur

(Tahun)

Laki-laki

(jiwa)

Perempuan

(jiwa)

Rasio Jenis

Kelamin (%)

0 - 4 62 47 131.9

5 – 9 69 88 78.4

10 – 14 124 199 62.3

15 – 19 151 152 99.3

20 – 24 145 151 96

25 – 29 152 152 100

30 – 39 156 168 92.8

40 – 49 147 166 88.5

50 – 59 161 159 101.2

60 + 60 89 67.4

Jumlah 1231 1384 88.9

Page 70: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

2) Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan adalah

pengelompokan penduduk berdasarkan pendidikannya, baik mereka yang

belum sekolah maupun yang sudah lulus perguruan tinggi. Komposisi

penduduk menurut pendidikan digunakan untuk mengetahui tingkat

kesadaran penduduk terhadap dunia pendidikan. Berikut ini disajikan data

komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan di Kelurahan Laweyan.

Tabel 8. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2011

NO Pendidikan Jumlah

1 Tamat

Akademi/Sarjana

394

2 Tamat SLTA 546

3 Tamat SLTP 438

4 Tamat SD 149

5 Tidak Tamat SD 277

6 Belum Tamat SD 282

7 Tidak Sekolah 229

Jumlah 2315

Sumber: Data Monografi Kelurahan Laweyan Bulan Mei Tahun 2011

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk yang tamat

Perguruan tinggi yaitu 394 orang, walaupun jumlahnya tidak sebanyak

penduduk yang tamat SLTA yaitu 546 orang dan SLTP yaitu 438 orang, hal

ini menunjukkan bahwa masyarakat Laweyan berkembang serta tingkat

perekonomian dan kesejahteraan cukup baik.

3) Komposisi Penduduk Menurut Mata Pancaharian

Komposisi penduduk menurut mata pencaharian dapat dilihat pada

tabel 9 berikut:

Page 71: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Tabel 9. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tahun 2011

NO Mata Pencaharian Jumlah

1 Petani Sendiri -

2 Buruh Tani -

3 Nelayan -

4 Pengusaha 60

5 Buruh Industri 200

6 Buruh Bangunan 150

7 Pedagang 50

8 Pengangkutan 75

9 Pegawai Negeri

(Sipil/ABRI)

20

10 Pensiunan 28

11 Lain-lain 1111

JUMLAH 1694

Sumber: Data Monografi Kelurahan Laweyan Bulan Mei Tahun 2011

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa buruh industri adalah mata

pencaharian yang paling banyak digeluti masyarakat Laweyan yaitu

sebagai buruh industri sebanyak 200 orang. Hal ini dikarenakan Laweyan

sebagai sentra industri batik yang setiap harinya banyak memproduksi kain

batik sehingga membutuhkan banyak tenaga buruh.

Mata pencaharian sebagai pengusaha sebanyak 60 orang, hal ini

dikarnakan banyak masyarakat Laweyan mempunyai usaha industri batik,

biasanya industri batik yang dipunyai merupakan usaha keluarga yang

diturunkan ke anak-anaknya.

4) Komposisi Penduduk Menurut Agama

Komposisi penduduk menurut agama dapat dilihat pada tabel

berikut:

Page 72: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Tabel 10 Komposisi Penduduk Menurut Agama Tahun 2011

NO Agama Jumlah

1 Islam 2433

2 Kristen Katolik 99

3 Kristen Protestan 75

4 Budha 5

5 Hindu 3

Jumlah 2615

Sumber: Data Monografi Kelurahan Laweyan Bulan Mei Tahun 2011

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa agama Islam merupakan

agama yang paling banyak dianut penduduk Laweyan, sedangkan agama

Kristen Katolik di urutan kedua yaitu 99 orang, agama Kristen Protestan

yaitu 75 orang, agama Budha yaitu 5 orang dan jumlah terkecil adalah

agama Hindu yaitu 3 orang. Banyaknya masyarakat Laweyan yang

beragama Islam tidak lepas dari sejarah Laweyan sendiri yang merupakan

cikal bakal dari kerajaan Mataram.

Page 73: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

B. Hasil Dan Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persebaran rumah saudagar batik

dan gerai batik, serta pelestarian rumah saudagar dan gerai batik sebagai urban

heritage.

1. Persebaran Rumah Saudagar Batik Dan Gerai Batik

a. Sebaran Rumah Saudagar Batik

Persebaran rumah saudagar batik dan gerai batik diketahui dengan

mengambil titik koordinat dengan GPS. Dalam penelitian ini peta

digunakan sebagai media penyaji dalam menampilkan lokasi persebaran

rumah saudagar batik dan gerai batik. Dalam penggambarannya di peta,

rumah dan gerai disimbolkan menggunakan titik (point) yang berarti satu

titik pada peta menunjukkan satu rumah di permukaan bumi. Lokasi titik

tersebut menggambarkan kedudukannya secara absolut di permukaan bumi.

Rumah saudagar batik di Kampung Batik Laweyan saat ini terbagi

menjadi 2 kelompok :

1) Rumah saudagar batik yang dijadikan sebagai industri batik sampai

dengan showroom artinya rumah saudagar tersebut dijadikan sebagai tempat

tinggal, proses pembuatan batik dan showroom/gerai batik. Proses

pembuatan batik tersebut bisa berawal kain polos menjadi kain batik

kemudian dipasarkan dalam bentuk kain batik, atau ada juga proses

pembuatan batik dari kain sampai menjadi pakaian batik atau kerajian batik

lain. Industri batik proses merupakan usaha yang dimiliki oleh saudagar

batik dimana pabrik tempat memproduksi batik terdapat dibagian belakang

rumah sedangkan ruangan depan merupakan tempat tinggal bagi saudagar

batik, sedangkan showroom/gerai batik yang dimiliki berada di teras atau

halaman depan. Showroom batik yang menyatu dengan rumah biasanya

terdapat dibagian depan rumah atau teras atau bagian pendapa rumah.

Showroom/ gerai batik yang terdapat dibagian depan rumah merupakan

tambahan ruangan yang berupa bangunan semi permanen dan berupa

etalase kaca. Pada beberapa saudagar batik penambahan ruangan yang

dijadikan sebagai gerai batik, sebelumnya merupakan ruangan bekas

Page 74: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

ruangan untuk kandang kuda. Pabrik untuk pemrosesan batik terdapat

dibagian belakang rumah.

2) rumah saudagar batik hanya sebagai industri batik atau rumah saudagar

yang hanya sebagai tempat membuat batik tetapi showroom atau gerai batik

berada terpisah. Tempat produksi batik atau pabrik merupakan bangunan

tersendiri yang terpisah dari rumah saudagar batik. persebaran rumah

saudagar batik dapat dilihat pada peta 2.

Page 75: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Page 76: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Dari peta yang dihasilkan dapat diketahui bahwa sebaran rumah

saudagar batik hampir diseluruh Kelurahan Laweyan kecuali Kampung

Kramat dan Kwanggan.

Tabel 12. Distribusi rumah saudagar batik

No Kampung Jumlah Presentase (%)

1 Kwanggan - -

2 Sayangan Kulon 1 4,35

3 Sayangan Wetan 1 4,35

4 Setono 7 30,43

5 Kidul Pasar 6 26,09

6 Lor Pasar 4 17,39

7 Kramat - -

8 Klaseman 4 17,39

Jumlah 23 100

Sumber: Peta Persebaran Saudagar Batik Tahun 2011

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa persebaran rumah saudagar

batik di Kampung Batik Laweyan banyak terdapat di Kampung Setono

dengan jumlah sebanyak 7 saudagar batik atau 30,43% dari semua jumlah

saudagar yang ada di Kampung Batik Laweyan, kemudian disusul oleh

Kampung Kidul Pasar dengan jumlah saudagar sebanyak 6 atau 26,09%

dari semua jumlah saudagar batik yang ada di Kampung Batik Laweyan.

Jumlah saudagar batik paling sedikit terdapat di Kampumg Sayangan Kulon

karena hanya terdapat 1 saudagar batik atau 4,35% dari 23 jumlah saudagar

batik yang ada di Kampung Batik Laweyan.

b. Pola Persebaran Saudagar Batik

Dalam usaha mengetahui pola persebaran rumah saudagar batik di

Kampung Batik Laweyan dengan menggunakan pendekatan kualitatif, maka

pola persebaran saudagar batik pada penelitian ini digunakan analisis

parameter tetangga terdekat (nearest neighbour analysis). Sebagai dasar

dalam perhitungan indek parameter tetangga terdekat dalam penelitian ini

Page 77: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

adalah Peta Pola Persebaran Rumah Saudagar Batik Kelurahan Laweyan,

peta ini merupakan hasil analisis antara Peta Persebaran Saudagar Batik dan

perhitungan parameter tetangga terdekat. Metode ini digunakan untuk

mengetahui pola persebaran suatu obyek yang diasumsikan sebagai titik

(point). Objek kajian dari penelitan ini adalah rumah saudagar di Kampung

Batik Laweyan yang diasumsikan sebagai titik (point).

Adapun rumus parameter tetangga terdekat (nearest-neighbour

statistic) T menurut Bintarto dan Surastopo Hadisumarno (1979: 75)

sebagai berikut :

Keterangan :

T = Indeks persebaran tetangga terdekat.

Ju = Jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik tetangganya

yang terdekat.

Jh = Jarak rata-rata yang diperoleh andaikan semua titik mempunyai pola

random.

1

Jh= ―

2√p

P = Kepadatan titik dalam tiap kilometer persegi yaitu jumlah titik (N)

dibagi luas wilayah (A).

Pada peta pola persebaran saudagar batik Kelurahan Laweyan skala

1:4000 terdapat 23 atau titik (N=23) dengan luas daerah 29,267 hektar

(0.29267 km2) dengan jarak antar titik rumah saudagar yang satu dengan

yang lain adalah sebagai berikut :

Ju

T=

Jh

Page 78: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Tabel 13. Jarak Terdekat Antar Rumah Saudagar Di Kelurahan Laweyan

NO Titik Jarak (m) Lokasi (Kampung)

1 1-2 0.15 Sayangan Kulon-Setono

2 2-3 0.031 Setono

3 4-5 0.065 Setono

4 5-6 0.049 Setono

5 6-7 0.065 Setono

6 7-8 0.011 Setono

7 9-10 0.027 Sayangan Wtan-Kidul

Pasar

8 10-11 0.023 Kidul Pasar

9 12-13 0.137 Lor Pasar

10 14-15 0.022 Kidul Pasar

11 15-16 0.011 Kidul Pasar

12 16-17 0.038 Kidul Pasar

13 17-18 0.018 Kidul Pasar -Klaseman

14 19-20 0.04 Klaseman

15 21-22 0.033 Klaseman

16 22-23 0.064 Klaseman

∑J 0,784 Km

Sumber: Data Primer, 2011

1) Perhitungan jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik yang

lain yang paling dekat adalah sebagai berikut:

Ju = ∑J

N

= 0,784

23

= 0,034

Jarak rata-rata yang diukur antara satu titik rumah saudagar dengan titik

rumah saudagar yang lain yang terdekat di Kelurahan Laweyan adalah

0,034 Km.

2) Setelah menghitung Ju maka langkah selanjutnya adalah menghitung Jh,

untuk menghitung Jh harus diketahui nilai P terlebih dahulu. Nilai P

merupakan perbandingan antara jumlah saudagar batik dengan luas

wilayah di Kelurahan Laweyan sehingga diperoleh hasil sebagai berikut

:

Page 79: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

P = N

A

= 23

0,29267

= 78,59

Jadi, nilai P di Kelurahan Laweyan adalah 78,59

3) Setelah diketahui nilai P baru dapat menghitung Jh dengan rumus

sebagai berikut :

Jh = 1

2√p

= 1

2√78,59

= 1

2 x 8,865

= 0,0564

Jadi, nilai Jh adalah 0,0564

4) nilai Ju dan Jh diketahui maka dapat dihitung nilai T-nya dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :

T = Ju

Jh

= 0,034

0,0564

= 0,602

Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa nilai nearest

neighbour statistic ( T ) pola persebaran saudagar batik di Kelurahan

Laweyan adalah 0,602. Jika nilai tersebut dicocokkan kedalam pola

persebaran menurut Bintarto dan Surastopo, dapat diketahui pola

persebaran saudagar batik di Kelurahan Laweyan adalah mendekati

random (nilai T mendekati nilai 1). Hal tersebut dikarenakan adanya

privasi setiap saudagar batik. Pola persebaran saudagar batik di

Kelurahan Laweyan disajikan dalam Peta 3.

Page 80: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Page 81: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

c. Sebaran Gerai Batik

Gerai batik di Kampung Batik Laweyan kebanyakan merupakan

bangunan semi permanen berupa etalase kaca yang ditambahkan dibagian

depan rumah atau garasi rumah dan ada juga berupa bangunan baru yang

dibangun dari lahan kosong bukan dari pemugaran bangunan lama. Sejak

tahun 2004 ditetapkannya Kelurahan Laweyan sebagai Kampung Batik

Laweyan, bangunan-bangunan kuno di Laweyan dilarang untuk dirubah

bentuknya sampai berubah dari bentuk yang asli. Untuk pembangunan

bangunan baru di Kampung Batik Laweyan hanya diperbolehkan

membangun dari lahan kosong bukan dari pembongkaran bangunan kuno

yang telah ada. Ditahun itu pula, industri batik di Kampung Batik Laweyan

mulai bangkit, ditandai dengan muncul banyak showroom/gerai batik di

sepanjang jalan Sidoluhur.

Banyaknya jumlah gerai batik yang ada di Kelurahan Laweyan tidak

lepas dari strategi pengembangan usaha yang dilakukan oleh Forum

Pengembangan Kampung Batik Laweyan yang berusaha untuk

mempertahankan budaya batik di Surakata. Dari peta yang ditampilakan

dapat dilihat bahwa persebaran gerai batik banyak terdapat di sepanjang

jalan Sidoluhur karena jalan Sidoluhur merupakan jalan utama di Kawasan

Kampung Batik Laweyan.

d. Pola Sebaran Gerai Batik

Untuk mengetahui pola sebaran gerai batik juga menggunakan analisis

parameter tetangga terdekat (nearest neighbour analysis). Pada peta pola

persebaran gerai batik Kelurahan Laweyan skala 1:4000 terdapat 56 gerai

atau titik (N=56) dengan luas daerah 29,267 hektar (0.29267 km2) dengan

jarak antar titik gerai yang satu dengan yang lain adalah sebagai berikut:

Page 82: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

Tabel 15. Jarak Terdekat Antar Gerai Di Kelurahan Laweyan

N

O TITIK

Jarak

(Km) Lokasi

1 1-2 0.169 Kwanggan-Syng Kln

2 2-3 0.069 Syng Kln-Syng Wtan

3 4-5 0.014 Sayangan Kulon

4 5-6 0.015 Sayangan Kulon

5 6-7 0.014 Syng Kln-Kramat

6 7-8 0.017 Syng Kln-Kramat

7 6-9 0.015 Syng Kln-Syng Wtan

8 9-10 0.014 Sayangan Kulon

9 10-11 0.014 Syng Kln-Setono

10 11-12 0.009 Setono

11 13-14 0.035 Setono

12 14-15 0.018 Sayangan Wetan

13 15-16 0.009 Sayangan Wetan

14 16-17 0.013 Sayangan Wetan

15 17-18 0.01 Sayangan Wetan

16 18-19 0.009 Sayangan Wetan

17 13-20 0.013 Syng Wtn-Syng Kln

18 20-21 0.022 Setono

19 21-22 0.018 Setono

20 22-23 0.01 Setono

21 23-24 0.009 Setono

22 24-25 0.013 Setono

23 25-26 0.008 Setono

24 26-27 0.016 Setono

25 27-28 0.024 Setono

26 28-29 0.03 Setono

27 29-30 0.01 Setono

28 31-32 0.038 Setono

29 32-33 0.012 Setono-Kramat

30 33-34 0.039 Kramat-Setono

31 35-36 0.039 Setono

32 36-37 0.019 Setono

33 38-39 0.019 Setono

34 40-41 0.011 Setono-Kdul Psr

35 41-42 0.023 Kidul Pasar

36 43-44 0.116 Syng Wtn-Lor Psr

37 44-45 0.037 Lor Pasar

38 46-47 0.046 Kidul Pasar

39 47-48 0.054 Kidul Pasar-Klaseman

40 49-50 0.027 Kidul Pasar

41 51-52 0.048 Lor Pasar

Page 83: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Sumber: Pengolahan data primer tahun 2011

1) Perhitungan jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik yang

lain yang paling dekat adalah sebagai berikut:

Ju = ∑J

N

= 1.186

56

= 0,021178

Jarak rata-rata yang diukur antara satu titik rumah saudagar dengan titik

rumah saudagar yang lain yang terdekat di Kelurahan Laweyan adalah

0,021 Km.

2) Setelah menghitung Ju maka langkah selanjutnya adalah menghitung Jh,

untuk menghitung Jh harus diketahui nilai P terlebih dahulu. Nilai P

merupakan perbandingan antara jumlah gerai dengan luas wilayah di

Kelurahan Laweyan sehingga diperoleh hasil sebagai berikut :

P = N

A

= 56

0,29267

= 191.34178

Jadi, nilai P di Kelurahan Laweyan adalah 191.34

3) Setelah diketahui nilai P baru dapat menghitung Jh dengan rumus

sebagai berikut :

Jh = 1

2√p

= 1

2√191.34

42 52-53 0.012 Lor Pasar-Klaseman

43 53-54 0.013 Klaseman

44 55-56 0.016 Lor Pasar

∑J 1.186

Km

Page 84: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

= 1

2 x 13.83

= 0,03615

Jadi, nilai Jh adalah 0,03615

4) nilai Ju dan Jh diketahui maka dapat dihitung nilai T-nya dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :

T = Ju

Jh

= 0,0212

0,0362

= 0,5856

Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa nilai nearest neighbour

statistik (T) pola persebaran gerai batik di Kelurahan Laweyan adalah 0,58.

Jika nilai tersebut dicocokkan kedalam pola persebaran menurut Bintarto

dan Surastopo, dapat diketahui pola persebaran gerai batik di Kelurahan

Laweyan adalah mendekati cluster (nilai T mendekati nilai 0). Jika dilihat

pada peta pola persebaran gerai batik di Kelurahan Laweyan dapat diketahui

bahwa gerai-gerai batik banyak terdapat disepanjang jalan Sidoluhur yang

mana gerai-gerai tersebat merupakan bangunan baru yang bersifat semi

permanen dan berupa etalase-etalase kaca untuk memajang produksi batik

yang dimiliki.

Untuk lebih jelasnya Persebaran Gerai Batik dan Peta Pola Persebaran

Gerai Batik di Kelurahan Laweyan dapat dilihat pada peta 5 dan 6.

Page 85: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 86: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Page 87: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Page 88: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Pelestarian urban heritage di Kampung Batik Laweyan

a. Penentuan Urban Heritage

Urban Heritage adalah objek-objek dan kegiatan di perkotaan yang

memberi karakter budaya yang khas bagi kota yang bersangkutan. Penentuan

rumah saudagar dan gerai batik yang termasuk dalam Urban Heritage

didasarkan pada Undang-undang cagar budaya no 11 tahun 2010 pasal 5

yang menyatakan bahwa benda, bangunan, atau struktur dapat diusulkan

sebagai Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, atau Struktur Cagar

Budaya apabila memenuhi kriteria:

i. berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih

ii. mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 (lima puluh) tahun

iii. memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan,

agama, dan/atau kebudayaan

iv. memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa.

Kampung Batik merupakan salah sentra industri batik di Surakarta yang

saat ini menjadi wisata budaya. Hasil penelitian yang diperoleh, di Kampung

Batik Laweyan ada 23 saudagar batik yang masih memproduksi batik, dan 56

gerai batik. Rumah saudagar batik di Kampung Batik Laweyan di

klasifikasikan menjadi 2 yaitu rumah saudagar batik yang dijadikan selain

sebagai tempat memproduksi batik juga befungsi sebagai showroom batik

dan tempat tinggal, dan rumah saudagar batik yang berfungsi sebagai tempat

memproduksi batik saja, sedangkan tempat tinggal pemilik berada terpisah.

Gerai batik berjumlah 56 yang banyak terdapat disepanjang jalan

Sidoluhur. Gerai batik tersebut merupakan bangunan baru yang bersifat semi

permanen karena hanya berupa etalase-etalase kaca untuk memajang

produksi batik yang dijual.

Berdasarkan tabel 16 pada lampiran 3, diketahui bahwa semua rumah

saudagar batik merupakan bangunan permanen. Dari 23 jumlah saudagar

batik ada 11 rumah yang berusia lebih dari 50 tahun atau sekitar 47.8 %

dengan bentuk rumah joglo maupun limas, 4 bangunan hanya sebagai pabrik

Page 89: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

atau 17.4% dan 34.8% merupakan rumah saudagar batik yang usianya kurang

dari 50 tahun atau 8 rumah saudagar dari seluruh jumlah saudagar di

Kampung Batik Laweyan.

Berdasarkan tabel 17 pada lampiran, diketahui bahwa dari 56 jumlah

gerai batik, 32 bangunan atau 57.1% merupakan bangunan semi permanen

yang berupa etalase kaca, 24 atau 42.9% bangunan merupakan bangunan

permanen. Dari 24 gerai batik ada 9 bangunan yang berusia lebih dari 50

tahun dan 15 merupakan bangunan yang usianya kurang dari 50 tahun.

Berdasarkan analisis data dan pengamatan yang dilakukan secara

langsung dapat diketahui bahwa bangunan-bangunan di Kampung Batik

Laweyan masih banyak terdapat bangunan kuno, bentuk bangunan yang

khas, arsitektur bangunan di Kampung Batik Laweyan banyak dipengaruhi

oleh gaya Jawa dan Eropa. Adapaun daftar bangunan kuno yang menjadi

salah satu urban heritage di Kampung Batik Laweyan adalah sebagai berikut:

Tabel 18. Bangunan Kuno di Kampung Batik Laweyan

No Nama Industri Jenis Industri

1 Batik Putra Laweyan Proses dan showroom

2 Batik Adityan Proses dan showroom

3 Batik Gress Tenan Proses dan showroom

4 Batik Gunawan Design Proses dan showroom

5 Batik Cempaka Proses dan showroom

6 Batik Surya Pelangi Proses dan showroom

7 Batik Mahkota Laweyan Proses dan showroom

8 Batik Wedelan Proses dan showroom

9 Batik Pulo Djawa Proses dan showroom

10 Batik Tjokrosumarto Proses

11 Batik priosumarto Proses

12 Batik Tjahaya Baru Konveksi dan showroom

13 Batik Estu Mulya Konveksi dan showroom

14 Batik Naluri Showroom

Page 90: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

15 Batik Kencana Murni Showroom

16 Batik Pendapi Showroom

17 Batik Sidoluhur Showroom

18 Batik Enza Showroom

19 Batik Putra Pelangi Showroom

20 Batik Alini Showroom

Sumber: Pengolahan Data Primer dan Sekunder ,2011

Dari tabel tersebut diatas dapat diketahui bahwa bangunan kuno ada 20

atau sekitar 25,3 % dari 79 jumlah industri batik di Kampung Batik Laweyan

baik saudagar ataupun gerai batik. Peta persebaran Urban heritage dapat

dilihat pada peta 7.

Page 91: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 92: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

b. Pola Sebaran urban heritage

Untuk mengetahui pola sebaran urban heritage juga menggunakan

analisis parameter tetangga terdekat (nearest neighbour analysis). Pada peta

pola persebaran urban heritage Kelurahan Laweyan skala 1:4000 terdapat 20

urban heritage atau titik (N=20) dengan luas daerah 29,267 hektar (0.29267

km2) dengan jarak antar titik urban heritage yang satu dengan yang lain

adalah sebagai berikut:

Tabel 19.Jarak Terdekat antar Urban heritage Di Kampung Batik Laweyan

NO Titik Jarak (km) Lokasi (Kampung)

1 1-2 0.13 Sayangan Kulon

2 2-3 0.087 Sayangan Wetan

3 4-5 0.035 Kramat-Setono

4 5-6 0.026 Setono

5 6-7 0.026 Setono

6 8-9 0.017 Setono

7 9-13 0.068 Setono

8 10-11 0.033 Setono- Sayangan Wetan

9 11-12 0.029 Sayangan Wetan

10 14-15 0.044 Setono-Lor Pasar

11 16-17 0.132 Lor Pasar

12 18-19 0.072 Lor Pasar -Klaseman

13 19-20 0.012 Lor Pasar -Klaseman

∑J 0,711 Km

Sumber: Data Primer, 2011

1) Perhitungan jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik yang

lain yang paling dekat adalah sebagai berikut:

Ju = ∑J

N

= 0,711

20

= 0,03555

Jarak rata-rata yang diukur antara satu titik urban heritage dengan titik

urban heritage yang lain yang terdekat di Kelurahan Laweyan adalah

0,036 Km.

Page 93: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

2) Setelah menghitung Ju maka langkah selanjutnya adalah menghitung P.

Nilai P merupakan perbandingan antara jumlah urban heritage dengan

luas wilayah di Kelurahan Laweyan sehingga diperoleh hasil sebagai

berikut :

P = N

A

= 20

0,29267

= 68,33635

Jadi, nilai P di Kelurahan Laweyan adalah 68,34

3) Setelah diketahui nilai P baru dapat menghitung Jh dengan rumus

sebagai berikut :

Jh = 1

2√p

= 1

2√68,34

= 0,06048

Jadi, nilai Jh adalah 0,06048

4) nilai Ju dan Jh diketahui maka dapat dihitung nilai T-nya dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :

T = Ju

Jh

= 0,03555

0,06048

= 0,58779

Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa nilai nearest neighbour

statistik (T) pola persebaran urban heritage di Kelurahan Laweyan adalah

0,59. Jika nilai tersebut dicocokkan kedalam pola persebaran menurut

Bintarto dan Surastopo, dapat diketahui pola persebaran urban heritage di

Kelurahan Laweyan adalah mendekati random (nilai T mendekati nilai 1).

Peta pola persebaran urban heritage disajikan pada peta 8

Page 94: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 95: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

c. Pelestarian urban heritage di Kampung Batik Laweyan

Pelestarian urban heritage untuk rumah saudagar batik dan gerai batik

dilakukan dengan observasi lapangan, studi pustaka dan wawancara

langsung dengan pemilik rumah. Wawancara yang dilakukan terkait dengan

usaha-usaha yang dilakukan oleh pemilik rumah atau bangunan kuno dalam

upaya melestarikan rumah yang didiami.

Menurut Undang-undang No.11 tahun 2010 pasal 5

memberitahukan bahwa kriteria benda atau bangunan sebagai benda cagar

budaya adalah berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih, mewakili masa

gaya paling singkat berusia 50 (lima puluh) tahun, memiliki arti khusus

bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan;

dan memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa.

Menurut Undang-undang No.11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya,

pelestarian adalah upaya dinamis untuk mempertahankan keberadaan cagar

budaya dan nilainya dengan cara melindungi, mengembangkan, dan

memanfaatkannya. Tindakan pelestarian yang dilakukan diketahui dengan

pengumpulan studi pustakan dan observasi secara langsung berupa

wawancara dengan pemilik rumah.

1) Rumah Saudagar Batik Pulo Djawa

a) Lokasi

Terletak di Kampung Setono Rt 02/II Laweyan pada koordinat

7034,251’ LS dan 110

0,649’ BT.

b) Status Kepemilikan

Pemilik rumah batik Pulo Djawa adalah Bapak Bambang Sanyoto.

Status kepemilikan rumah merupakan milik pribadi merupakan

keturunan kedua dari keluarga yang menempati rumah tersebut

c) Riwayat Kepemilikan

Rumah batik Pulo Djawa dibangun oleh Harjo Sutanto pada tahun

1842, sehingga sekarang rumah tersebut berusia 169 tahun.

Page 96: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

d) Pelestarian

(1). Perlindungan

i. Penyelamatan

Usaha penyelamatan bangunan dari kerusakan dan kehancuran

salah satunya perbaikan yang dilakukan pada tahun 2011 oleh

pemerintah Kota Surakarta berupa pemebersihan

tembok,pengecatan ulang dan perbaikan bangunan disamping

rumah utama. Perhatian yang diberikan oleh pemerintah Kota

Surakarta merupakan wujud tindakan nyata atas penetapan

Kawasan Kampung Batik Laweyan sebagai cagar buday yang

harus dilindungi.

ii. Pengamanan

Kekhasan bangunan di Laweyan tampak juga dari benteng-

benteng yang melindungi dan mengelilingi bangunan. Pada jaman

dahulu benteng tersebut selain berfungsi sebagai pengamana

terhadap ancaman kejahatan juga berperan sebagai pembatas

kekuasaan dan menjaga privasi dari saudagar batik.

iii. Pemeliharaan

Lingkungan disekitar bangunan terawat dengan baik, terlihat

dari kebersihan halaman rumah, adanya pohon dan tanaman hias

disekitar halaman rumah. Selain itu juga terdapat kolam ikan di

samping rumah.

iv. Pemugaran

Tidak terjadi pemugaran yang sampai merubah bentuk bangunan.

Ada penambahan bangunan di samping kiri rumah utama yang

bermanfaat sebagai ruang tamu. Sedangkan rumah

utama/pendhapa dijadikan sebagai showroom batik.

(2) Pengembangan

i. Penelitian

Sering menjadi obyek penelitian yang berkaitan dengan

arsitektur bangunan.

Page 97: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii. Revitalisasi

Ikut tergabung dalam Forum Pengembangan Kampung Batik

Laweyan. Revitalisasi dilakukan secara menyeluruh oleh Forum

Pengembangan Kampung Batik Laweyan sejak tahun 2004.

iii. Adaptasi

Bentuk adaptasinya tetap menjaga kekhasan arsitektur bangunan

rumah dari tahun ke tahun. Selain itu juga menjadikan rumah

tersebut selain tempat memproduksi batik juga dimanfaatkan

sebagai gerai batik dan wisata terapi ikan.

(3) Pemanfaatan

Merupakan rumah milik pribadi yang yang menyatu dengan

usaha batik. Usaha batik berada di ruangan depan, sedangkan

ruangan tengah dan belakang sebagai tempat tinggal.

Gambar 5. Rumah Batik Pulo Djawa

Gambar 6. Bentuk Jendela

Page 98: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

2) Gerai Batik Tjahaja Baru

a) Lokasi

Terletak di Jl Tiga Negeri No.2 Laweyan pada koordinat 7034,153’

LS dan 1100 47,599’ BT

b) Status kepemilikan

Status kepemilikan rumah merupakan milik pribadi

c) Riwayat Kepemilikan

Pemilik rumah saat ini adalah Bapak Muh. Arif Rusdi. Rumah batik

Tjahaja Baru kira-kira sudah berusia 200 tahun yang dibangun oleh

Haji Ilyas, kemudian diwariskan kepada putranya Imam Mashadi dan

kemudian sekarang ditempati oleh Bapak Arif Rusdi.,

d) Pelestarian

(1) Perlindungan

i. Penyelamatan

Usaha penyelamatan yang telah dilakukan pada tahun 1995

adalah pengecatan ulang terhadap pintu, jendela, atap dan regol,

dan lantai agar terlihat sebagi gerai batik, pemilik menambahkan

etalase kaca dibagian barat sebelum regol

ii. Pengamanan

Rumah tersebut merupakan rumah joglo dengan 10 tiang

penyangga bagian pendapa rumah. Rumah tersebut menghadap

ke utara tetapi regol berada di sebelah barat karena bagian depan

terhalang oleh benteng yang mengelilingi rumah.

Gambar 7. Gerai Batik Tjahaja Baru

Page 99: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

iii. Pemeliharaan

Kondisi rumah terawat dengan baik, walaupun terlihat ada kayu

yang mulai rapuh. Merupakan rumah joglo yang masih terjaga

keasliannya, terbukti dari usia rumah yang sudah mencapai 200

tahun tetapi belum pernah ada pemugaran dan pergantian

terhadap kayu ataupun genteng rumah..Pada rumah tersebut tidak

terdapat halaman karena bagian depan rumah tertutup oleh

benteng

iv. Pemugaran

Pemugaran atau pengurangan terhadap bangunan belum pernah

dilakukan. Bentuk rumah masih asli, ada pendapa, dalem, regol

dan pabrik untuk proses pembuatan batik terletak dibelakang

(2) Pengembangan

Upaya pengembangan yang banyak dilakukan saat ini terkait denga

promosi batik dengan membuaka showroom dan konveksi batik

walaupun tidak diproduksi sendiri. Pengembangan yang terkait

dengan bangunan yang ditempati dilakukan dengan menjaga dan

merawatnya agar tidak musnah, tetap menjaga keaslian dan

arsitektur bangunan.seperti pendhapa, gandhok, dalem, senthong,

benteng dan regol masih utuh, walaupun pabrik di bagian belakang

sudah tidah berfungsi sebagaimana mestinya. Pengembangan berupa

promosi dan revitalisasi dilakukan oleh Forum pengembangan

Kampung Batik Laweyan.

Gambar 8. Pendapa

Page 100: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

(3) Pemanfaatan/ Pendayagunaan

Merupakan rumah milik pribadi yang yang menyatu dengan usaha

batik. Usaha batik berupa showroom dan konfeksi berada di

pendapa, sedangkan ruangan tengah dan belakang sebagai tempat

tinggal.

3) Gerai Batik Naluri

a) Lokasi

Terletak di Kampung Kidul Pasar, Laweyan pada koordinat

110047,822’ BT dan 7

034,244’LS

b) Status Kepemilikan

Status bangunan merupakan milik pribadi

c) Riwayat kepemilikan

Rumah Batik Naluri dibangun tahun 1896 oleh Larso Sudjito,

kemudian diwariskan kepada Nano Hadi Saryono, kemudian Marso

Santono, lalu Bapak Santoso dan sekarang ditempati oleh Tutut

Kurniawati. Umur rumah tersebut berusia 115 tahun dan bentuk rumah

tersebut adalah limas.

d) Pelestarian

(1) Perlindungan

i. Penyelamatan

Merupakan rumah jawa berbentuk limas yang berusia 115 tahun.

Tindakan penyelamatan dari kerusakan yang dilakukan hanya

pengecatan kembali dinding, pintu dan jendela, pengantian

genteng dan menambah platform pada atapnya.

ii. Pengamanan

Pada bangunan ini tidak ada benteng tinggi karena sudah dipugar,

yang tampak saat ini berupa pagar besi.

Page 101: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

iii. Pemeliharaan

Bangunan dan lingkungan disekitar bangunan masih terawat

dengan baik. Halaman rumah tidak lagi tanah tetapi telah di

keramik

iv. Pemugaran

Pemugaran pernah dilakukan pada tahun 1966 yaitu berupa

penambahan dan pengurangan bagian rumah. Penambahan yang

dilakukan adalah pada bagian depan rumah ditambah pos satpam

dan kamar mandi, sedangkan pengurangan yang dilakukan adalah

menghilangkan pendapa (ruangan bagian depan, sehingga yang

tampak sekarang adalah bentuk rumah limas yang sudah tidak

utuh lagi.

Gambar 9. Gerai Batik Naluri

(2) Pengembangan

Pengembangan yang dilakukan secara individu seperti membuka

usaha showroom batik di rumah bagian depan, sedangkan

pengembangan berupa promosi dan revitalisasi dilakukan oleh

Forum pengembangan Kampung Batik Laweyan.

(3) Pemanfaatan/ Pendayagunaan

Sebagai rumah tinggal dan showroom batik.

Page 102: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

4) Gerai Batik Alini

a) Lokasi

Terletak di Kampung Sayangan Kulon, Laweyan pada 1100

47,567’BT dan 70 34,189’LS

b) Status Kepemilikan Bangunan

Pemilik gerai tersebut adalah Ibu Zainab yang telah menempati

rumah tersebut sejak tahun 2009 sebagai penyewa.

c) Pelestarian

(1) Perlindungan

i. Penyelamatan

Penyelamatan bangunan telah dilakukan secara menyeluruh.

Penyelamatan berupa pengecatan kembali dinding rumah ,

mengganti atap rumah yang sudah rusak, menamal dinding yang

retak. Tiang bangunan di pendapa dan ruang tengah masih kokoh.

ii. Pemeliharaan

Gerai Batik Alini merupakan perpaduan antara rumah bergaya

Joglo dengan Eropa. Terlihat dari bagian depan rumah atau

pendhapa merupakan joglo dengan 4 tiang, sedangkan bagian

tengah atau ndalem merupakan arsitektur eropa. Terlihat dari

pintu, jendela yang besar, dan lantai yang berornamen. Kondisi

bangunan masih terawat baik karena sebagai penyewa telah diberi

peringatan agar rumah yang ditempati tersebut dijaga dan dirawat

tetapi tidak boleh melakukan pemugaran dalam bentuk apapun,

baik mengurangi bangunan ataupun penambahan bangunan baru.

iii. Pemugaran

Selama ditempati belum terjadi pemugaran karena hanya sebagai

penyewa dan tidak diperbolehkanuntuk memugar bangunan.

(2) Pengembangan

Tetap mempertahankan gaya arsitektur dari dulu sampai sekarang

merupakan tindakan yang harus dilakukan, karena sebagai penyewa

Page 103: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

Ibu Zainab tidak boleh melakukan pemugaran terhadap bangunan.

Pengembangan dilakukan secara terpadu oleh Forum

Pengembangan Kampung Batik Laweyan.

(3) Pemanfaatan/ Pendayagunaan

Pendhapa dimanfaatkan sebagai gerai batik sedangkan disamping

terdapat bangunan yang digunakan sebagai tempat pencucian kain

batik. Ndalem atau ruang tengah dan belakang digunakan sebagai

tempat tinggal.

Gambar 10. Gerai Batik Alini Tampak Depan

Gambar 11. Ruang Tengah

Page 104: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

5) Gerai Batik Kencana Murni

a) Lokasi

Terletak di Jl. Sidoluhur No.5 Laweyan, pada koordinat

7034,p243’ LS dan 110

047,857’ BT.

b) Status Kepemilikan

Pemilik gerai Kencana Murni saat ini adalah Mohammad Alwan.

Status kepemilikan merupakan milik pribadi.

c) Riwayat Kepemilikan

Gerai batik Kencana Murni merupakan rumah kuno yang dibangun

tahun 1908 oleh Haji Ihsan, kemudian diwariskan kepada putranya yaitu

Syukin Al Hadi dan sekarang ditempati oleh Mohammad Alwan.

d) Pelestarian

(1) Perlindungan

i. Penyelamatan

Bentuk penyelamatan yang pernah dilakukan pada rumah yang

telah berusia 103 tahun tersebut adalah perbaikan terhadap lantai

rumah yang dilakukan tahun 1980.

ii. Pengamanan

Benteng tinggi dan regol masih terawat dengan baik.

iii. Pemeliharaan

Sudah terjadi banyak perubahan bangunan. Seperti lantai rumah

yang sudah dikeramik secara menyeluruh dan pengecatan

terhadap kayu dan dinding. Lingkungan di sekitar bangunan yang

sudah di paving secara menyeluruh

iv. Pemugaran

Pada tahun 2000 dilakukan penambahan ruang disebelah kanan

rumah, didekat benteng yang dulunya sebagai tempat kuda

dirubah menjadi ruangan kaca untuk showroom batik .

(2) Pengembangan

Pemilik awal bangunan dari gerai batik kencana murni adalah

seorang saudagar batik, tetapi saat ini usaha tersebut tidak

Page 105: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

diteruskan oleh generasi berikutnya. Sebagai upaya pengembangan

kembali potensi yang ada pada tahun 2000, bapak Moh. Alwan

membuka showwroom batik di pendhapa rumah.

(3) Pemanfaatan/ Pendayagunaan

Sebagai rumah tinggal dan showroom batik.

Gambar 12. Batik Kencana Murni

6) Rumah Mahkota Laweyan

a) Lokasi

Terletak di Sayangan Kulon no 9 Laweyan Solo, pada koordinat

7034,141’LS dan 110

047,553’BT.

b) Status Kepemilikan

Pemilik Mahkota Laweyan saat ini adalah Ir.H. Alpha Fabela P, MT

dan Juliani Prasetyaningrum. Status kepemilikan merupakan milik

pribadi.

Gambar 13. Pendhapa Mahkota Laweyan

Page 106: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

c) Riwayat Kepemilikan

Rumah Batik mahkota Laweyan awalnya dimiliki oleh Bpk.

Radjiman Puspowidjoto dan Ibu Tijori Puspowijoto kemudian sekarang

dihuni oleh salah satu puteri Bpk/Ibu Puspowidjoto (Juliani

Prasetyaningrum) dan dan suaminya Alpha Fabela P.

d) Pelestarian

(1) Perlindungan

i. Penyelamatan

Bentuk penyelamatan yang pernah dilakukan pada rumah tersebut

adalah perbaikan atap rumah dan pengecatan ulang pada dinding

dan kayu

ii. Pengamanan

Adanya benteng yang mengelilingi rumah, regol/ pintu [agar

berada disisi kanan rumah

iii. Pemeliharaan

Tetap menjaga/nguri-uri kekhasan dan arsitektur bangunan,

pendhapa dan ndalem masih terjaga dengan baik, sedangkan

ruangan dibangian belakan telah banyak dirubah untuk tempat

tinggal.

iv. Pemugaran

Ada penambahan ruangan di samping rumah yang saat ini

berfungsi sebagai ruangan untuk para pekerja dalam membuat

batik tulis

(2) Pengembangan

Selain sebagai pemilik batik Mahkota Laweyan, Bapak Alpha

Fabela merupakan pelopor terbentuknya Kelurahan Laweyan

menjadi Kampung Batik Laweyan. Saat ini beliau merupakan ketua

dari paguyuban Forum Pengembangan Kampung Batik Laweyan

yang bertujuan untuk membangun serta mengoptimalkan potensi

Kampung Laweyan, sehingga pengembangan berupa revitalisasi

Kampung Laweyan dilakukan secara terpadu oleh FPKBL.

Page 107: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

(3) Pemanfaatan/ Pendayagunaan

Di Batik Mahkota Laweyan dimanfaatkan sebagai showroom,

proses produksi , workshop pelatihan batik dan museum keluarga

Batik Puspowiyoto. Di museum Batik Puspowiyoto pengunjung bisa

mempelajari koleksi-koleksi batik kuno, arsip manajemen dan

transaksi jual beli batik Laweyan Tempo dulu.

7) Batik Putra Laweyan

a) Lokasi

Terletak di Kampung Sayangan Wetan RT.07 RW.I Laweyan Solo,

pada koordinat 7034,141’LS dan 110

047,553’BT.

b) Status Kepemilikan

Pemilik Batik Putra Laweyan saat ini adalah Gunawan Muhammad

Nizar. Umur 45 tahun. Status kepemilikan merupakan milik pribadi.

c) Riwayat Kepemilikan

Rumah Batik Putra Laweyan awalnya dimiliki oleh Nasir. Batik

Putra Laweyan Solo ini berawal dari didirikannya perusahaan Batik

Bintang Mulya pada tahun 1967. Omset yang kurang menguntungkan

dan selalu mengalami penurunan membuat perusahaan ini sempat

menghentikan produksinya pada tahun 1979. Hal ini juga dipicu oleh

mulai bermunculannya perusahaan-perusahaan batik dengan proses

printing yang proses produksinya lebih efisien dengan harga relatif lebih

murah.

d) Pelestarian

(1) Perlindungan

i. Penyelamatan

Telah banyak perubahan pada bangunan ini. Lantai di seluruh

bangian ruangan telah diganti dengan lantai keramik.

ii. Pengamanan

Bentuk pengamaman berupa benteng yang telah berubah dari

bentuk aslinya.

Page 108: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

iii. Pemeliharaan

Lingkungan disekitar rumah dijaga dan dirawat dengan

baik.terlihat dari seluruh halaman telah di paving dan beberapa

tanaman hias disektar pendhapa.

iv. Pemugaran

Pemugaran terjadi pada gandhok kiri yang sekarang telah berubah

menjadi cafe, sedangkan gandhok kanan telah berubah menjadi

bagasi mobil. Kondisi pendhapa dan pabrik untuk membuat batik

masih dipertahankan, walaupun sudah ada perbaikan.

(2) Pengembangan

Pemugaran yang dilakukan sebagai bentuk adaptasi menyesuaikan

keadaan saat ini agar lebih menarik minat wisatawan berkunjung ke

batik Putra Laweyan.

(3) Pemanfaatan/ Pendayagunaan

Sebagai rumah tinggal, produksi batik, dan showroom batik dan cafe

Gambar 14. Batik Putra Laweyan

8) Batik Gress Tenan

a) Lokasi

Terletak di Kampung Setono rt 02/II, Laweyan Solo, pada koordinat

7034,251’LS dan 110

047,651’BT.

Page 109: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

b) Status Kepemilikan

Kepemilikan rumah Batik Gress Tenan saat ini adalah Bapak

Sarjono, usia 56 tahun. Status kepemilikan bangunan merupakan milik

pribadi.

Gambar 15. Batik Gress Tenan

c) Pelestarian

(1) Perlindungan

i. Penyelamatan

Penyelamatan yang telah dilakukan adalah ruangan bagian depan

(pendapa) masih dijaga keasliannya. Perawatan bangunan

dilakukan dengan pengecatan kembali kayu dan tiang penyangga

agar tetap terjaga keindahannya.

ii. Pengamanan

Bentuk pengamanan yang nyata adalah adanya benteng tinggi

yang sudah diperbaiki

iii. Pemeliharaan

Pendapa tidak dirubah dan dijadikan sebagai showroom Batik

Gress Tenan.

iv. Pemugaran

Perubahan banyak terjadi di ruangan tengah yang saat ini

dijadikan sebagai tempat tinggal. Ruangan tengah telah dirubah

menjadi rumah bertingkat untuk tempat tinggal. Pada bagian

Page 110: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

belakan terdapat pabrik untuk pembuatan batik yang masih tetap

dijaga keasliannya.

(2) Pengembangan

Pengembangan yang dilakukan banyak terkait dengan usaha batik,

usaha batik mulai dirintis kembali oleh Bapak Sarjono sejak tahun

1983 yang sebelumnya usaha batik tersebut telah gulung tikar.

Terkait dengan bangunannya, rumah yang ditempati saat ini bertipe

rumah Joglo Jawa dengan 4 tiang penyangga di ruangan depan

(pendapa). Keberadaan pendhapa masih dijaga keasliannya.

(3) Pemanfaatan/ Pendayagunaan

Pemanfaatan sebagai tempat tinggal, showroom batik dan sebagai

tempat memproduksi batik.

9) Batik Estu Mulyo

a) Lokasi

Terletak di Setono 117 RT/RW 03/02 pada koordinat 70 34,225’ LS

dan 1100 47,615’ BT

b) Status kepemilikan

Merupakan generasi ke tiga yang menempati rumah tersebut. Bangunan

yang telah berumur 150 tahun tersebut merupakan milik pribadi.

Generasi pertama dan kedua merupakan produsen batik, tetapi saat ini

sudah tidak menjadi produsen batik karena tidak punya keterampilan

memproduksi batik sendiri. Pemilik rumah lebih memilih untuk

membuka gerai batik dan usaha konveksi.

c) Pelestarian

(1) Perlindungan

i. Penyelamatan

Bangunan sudah terbagi sebagai harta warisan, sehingga yang

nampak pada gerai batik Estu Mulyo hanya sebagian rumah,

bagian gandhok kulon dan pabrik.

Page 111: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

ii. Pengamanan

Benteng masih tetap ada, walaupun saat ini juga sudah terbagi

menjadi dua. Terlihat dari adanya dua pintu/ regol dalam satu

benteng.

Gambar 16. Gerai Batik Estu Mulyo

iii. Pemeliharaan

Bangunan kurang terawat dengan baik, terlihat dari dinding yang

muali mengelupas dan catnya yang sudah semakin memudar.

iv. Pemugaran

Penambahan ruangan juga dilakukan secara individu pada bagian

depan bangunan dengan menambah ruangan sebagai tempat

konveksi.

(2) Pengembangan

Wujud perhatian pemerintah Surakarta yaitu pada tahun 2005, pihak

pemerintah Surakarta memberikan bantuan untuk melakukan

perawatan terhadap bangunan-bangunan kuno di Kampung Batik

Laweyan. Salah satunya gerai batik Estu Mulyo. Perbaikan

dilakukan pada langgar Estu mulyo yang terletak dibagian depan

bangunan.

(3) Pemanfaatan/pendayagunaan

Saat ini bangunan dijadikan sebagai tempat tinggal, gerai batik dan

usaha konveksi

Page 112: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

10) Batik Pendhapi

a) Lokasi

Terletak di Jl. Sidoluhur No 44 Laweyan pada koordinat 7034,208’

LS dan 1100 47,635’BT.

b) Status kepemilikan

Gerai batik pendhapi merupakan bangunan tua yang telah dibangun

pada tahun 1825 dan pemiliknya saat ini Ibu Nurul Khomariyah

merupakan generasi ketiga yang menempati rumah tersebut. Generasi

sebelumnya merupakan produsen batik yang mampu memproduksi

batik sendiri. Keterampilan menghasilkan batik tidak diturunkan pada

generasi berikutnya, sehingga saat ini Ibu Nurul Khomariyah hanya

membuka gerai batik di pendhapa rumah tersebut.

c) Pelestarian

(1) Perlindungan

i. Penyelamatan

Upaya penyelamatan yang dilakukan diantaranya memperbaiki

dinding rumah yang mulai mengelupas dan mengecat kembali.

Keramik lantai belum pernah diganti, atap bangunan masih

berupa sirap/genteng dari kayu yang sampai ssat ini belum

diganti.

ii. Pengamanan

Bentuk pengamanan untuk melindungi bangunan dari ancaman

atau tindakan kriminal adalah adanya benteng tingggi yang masih

ada sampai saat ini, walaupun yang terlihat ada dua regol atau

pintu gerbang dalam satu rumah.

iii. Pemeliharaan

Keaslian bangunan masih dijaga dengan baik, pendhapa, ndalem,

gandhok kanan dan gandhok kiri masih utuh dan terawat,

sedangkan pabrik juga masih ada tetapi sudah tidak dimanfaatkan

lagi.

Page 113: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

iv. Pemugaran

Bangunan yang telah berusia lebih dari 180 tahun tersebut belum

mengalami pemugaran baik penambahan ruangan atau

pengurangan, tetapi bangunan tersebut telah dibagi menjadi dua

bagian dikarenakan adanya pembagian warisan, sehingga yang

nampak saat ini bangunan tersebut di bagi menjadi dua bagian

sama besar yang dipisahkan dengan dinding penyekat di bagian

tengah.

(2) Pengembangan

Pengembangan dilakukan secara mandiri, yaitu tetap menjaga

arsitektur dan keutuhan bagian-bagian rumah walaupun rumha

tersebut telah dibagi menjadi dua bagian.

(3) Pemanfaatan/ Pendayagunaan

Sebagai rumah tinggal dan showroom batik.

Gambar 17. Batik Pendhapi

11) Batik Cempaka

a) Lokasi

Terletak di Kampung Setono No 22 Laweyan pada koordinat

7034,247’ LS dan 110

047,589’ BT.

b) Status kepemilikan

Nama pemilik Dhani Arifmawan, SE, merupakan generasi keempat

yang menempati rumah dan menjadi milik pribadi.

Page 114: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

c) Pelestarian

(1) Perlindungan

i. Penyelamatan

Penyelamatan yang dilakukan adalah memperbaiki dinding

rumah yang mulai mengelupas dan mengecat kembali. Keramik

lantai pada pendhapa belum pernah diganti, sedangkan pada

gandhok dan ndalem sudah diganti.

ii. Pengamanan

Bentuk pengamanan terhadap bangunan adanya benteng tingggi

yang masih asli dan ada sampai saat ini.

Gambar 18. Batik Cempaka

iii. Pemeliharaan

Keaslian bangunan masih dijaga dengan baik, pendhapa,

ndalem, gandhok kanan dan gandhok kiri masih utuh dan

terawat, sedangkan tempat memproduksi batik dipendah di

depan rumah tujuannya sebagai pelatihan bagi pengunjung.

iv. Pemugaran

Bangunan yang telah berusia lebih dari 50 tahun tersebut sudah

mengalami pemugaran berupa penambahan ruangan berupa

ruang tamu di depan gandhok kulon

(2) Pengembangan

Pengembangan dilakukan secara mandiri, yaitu tetap menjaga

arsitektur dan keutuhan bagian-bagian rumah

Page 115: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

(3) Pemanfaatan

Pemanfaatan dan pendayagunaan bangunan dijadikan sebagai

tempat tinggal, gerai batik, konveksi dan memproduksi batik cap.

12) Batik Surya Pelangi

a) Lokasi

Terletak di Jl. Sidoluhur No 69 Laweyan pada koordinat 7034,203’ LS

dan 1100 47,617’BT.

b) Status kepemilikan

Merupakan generasi keempat yang menempati rumah dan menjadi

milik pribadi.

c) Pelestarian

a) Perlindungan

i. Penyelamatan

Kerusakan yang terjadi pada dinding di lakukan pengecatan

dinding rumah, genting awalnya genting kayu /sirap diganti

dengan genting biasa, lantainya telah diganti keramik pada

tahun 70an

ii. Pengamanan

Bentuk pengamanan untuk melindungi rumah terdapat beteng

atau pagar rumah telah diganti dengan pagar dari besi.

iii. Pemugaran

Termasuk rumah joglo dengan bentuk awal pendhapa terbuka

berupa dinding kayu tetapi sudah diganti dengan dinding dari

batubata pada tahun 70an. Pemugaran yang pernah dilakukan

adalah pada bagian belakan atau pabrik dipugar dan

dimanfaatkan sebagai kos-kosan. Gadri kiri masih terawat,

sedangkan gadri kanan telah ada perubahan.

Page 116: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

Gambar 19. Batik Surya Pelangi

b) Pengembangan

Usaha pengembangan yang dilakukan adalah menjaga keaslian

dari bangunan dan menjadikan bangunan/rumah sebagai

showroom batik.

c) Pemanfaatan

Dimanfaatkan sebagai showroom, produksi batik tulis dan kos-

kosan.

Dari 20 jumlah urban heritage pada Kampung Batik Laweyan, wawancara

hanya bisa dilakukan pada 12 responden, karena pemilik rumah/ bangunan

tidak memperbolehkan rumah/bangunan kuno yang ditempati dijadikan sebagai

objek penelitian. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah

dilakukan dapat diketahui bahwa usaha pelestarian yang dilakukan masih

secara swadaya oleh pemilik bangunan, usaha-usaha pelestarian meliputi

perlindungan, pengembangan dan pendayagunaan bangunan.

Pelestarian terhadap rumah saudagar dan gerai batik yang sudah termasuk

dalam urban heritage berupa perlindungan terhadap lingkungan sekitar

bangunan atau rumah yang yang dapat mengakibatkan keruasakan bangunan

atau keindahan bangunan juga dilakukan secara mandiri oleh pemilik bangunan

atau rumah. Pencegahan meluasnya kelapukan dan kerusakan dilakukan oleh

pemilik rumah. Keberadaan bangunan kuno tersebut masih ada dan terawat

sampai sekarang dikarenakan adanya kesadaran pemilik rumah atau bangunan

untuk menjaga warisan budaya yang dimiliki, walaupun sudah ada perbaikan

atau perubahan pada bangunan atau rumah yang ditempati. Bentuk

Page 117: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

perlindungan berupa penyelamatan seperti mencegah kerusakan di dalam

bangunan atau rumah yang ditempati dengan melakukan perbaikan kembali

terhadap bagian-bagian rumah yang telah rusak atau mengganti bagian yang

hilang, dan pengecatan kembali pada cat dinding yang mulai memudar.

Perawatan dan pemeliharaan terhadap lingkungan di sektar bangunan seperti

tetap baik dari segi penampilan. Bentuk pengamanan yang ada seperti seperti

adanya benteng-betang tinggi yang melindungi bangunan atau rumah kuno.

Adanya pemugaran terhadap bangunan sehingga keaslian bangunan sudah

mulai hilang, terjadi pada gerai bati Naluri, dimana pendhapa rumah telah

dihilangkan, batik Gress Tenan yang telah merombak seluruh ruang tengah

menjadi bangunan baru untuk tempat tinggal, walauun keaslian pendhapa

rumah masih dipertahankan. Batik Estu Mulyo, merupakan gerai yang

bertempat di bangunan kuno yang telah berumur lebih dari 100 tahun, tetapi

karena urusan harta warisan, maka bangunan tersebut akhirnya dipecah

menjadi dua bagian.

Pemanfaatan bangunan sudah jelas selain sebagi tempat tinggal juga

bermanfaat sebagai showroom atau gerai batik, proses membatik, café,

kegiatan social, dan pendidikan berupa belajar membatik bagi pengunjung

Kawasan Kampung Batik Laweyan. Tindakan pelestarian yang dilakukan

merupakan kesadaran pribadi yang dilakukan pemilik bukan dari pemerintah

kota Surakarta.

Pengembangan yang dilakukan oleh pemilik rumah adalah menjadikan

rumah sebagai gerai batik dan tetap menjaga keaslian bangunan yang telah

diwariskan. Pengembangan Kawasan Kampung Batik Laweyan secara umum

di naungi oleh Forum Pengembangan Kampung Batik Laweyan berupa

revitalisasi terhadap potensi kawasan Kampung Batik Laweyan sebagai salah

satu cagar budaya yang harus dilindungi, promosi dan pemberian informasi

atau data tentang perkembangan Kampung Batik Laweyan yang bertujuan agar

Kawasan Kampung Batik Laweyan sebagai heritage di Kota Surakarta menjadi

salah obyek wisata budaya yang diminati oleh wisatawan.

Page 118: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

Pendayagunaan atau pemanfaatan bangunan selain sebagai tempat tinggal

juga dimanfaatkan sebagai showroom batik, galeri batik, museum batik, cafe,

proses pembuatan batik dan pelatihan terhadap wisatawan yang ingin belajar

membatik.

Page 119: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis dan pembahasan pada BAB IV, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Persebaran rumah saudagar dan gerai batik di Kampung Batik Laweyan

a. Persebaran rumah saudagar batik dan gerai batik tahun 2011. Dari peta

yang dihasilkan dapat diketahui bahwa sebaran rumah saudagar batik

hampir diseluruh Kelurahan Laweyan kecuali Kampung Kramat dan

Kwanggan. Distribusi rumah saudagar batik banyak terdapat di

Kampung Setono dengan jumlah sebanyak 7 saudagar batik atau 30,4%

dari semua jumlah saudagar yang ada di Kampung Batik Laweyan,

kemudian disusul oleh Kampung Klaseman dengan jumlah saudagar

sebanyak 6 atau 26,08% dari semua jumlah saudagar batik yang ada di

Kampung Batik Laweyan. Jumlah saudagar batik paling sedikit terdapat

di Kampumg Sayangan Kulon karena hanya terdapat 1 saudagar batik

atau 4,3% dari 23 jumlah saudagar batik yang ada di Kampung Batik

Laweyan. Klasifikasi saudagar batik di Kampung Batik Laweyan ada

dua macam yaitu proses produksi batik, showroom dan rumah tinggal

terdapat dalam satu rumah dan proses produksi batik dan atau rumah

tinggal terpisah. Sebaran spasial gerai batik banyak terdapat di sepanjang

Jalan Sidoluhur Laweyan. Gerai batik kebanyakan merupakan bangunan

baru yang bersifat semi permanen dan berupa etalase kaca untuk

memperlihatkan batik yang ditawarkan.

b. Pola persebaran saudagar batik di Kampung Batik Laweyan adlah

mendekati acak dengan nilai T= 0.6. Sebaran spasial gerai batik banyak

terdapat di sepanjang Jalan Sidoluhur Laweyan. Gerai batik kebanyakan

merupakan bangunan baru yang bersifat semi permanen dan berupa

etalase kaca. Pola persebaran gerai batik di Kampung Batik Laweyan

adalah mendekati cluster dengan nilai T= 0.58.

Page 120: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

2. Pelestarian urban heritage di Kampung Batik Laweyan

a. Penentuan urban heritage pada rumah saudagar dan gerai batik

Dari 23 jumlah saudagar batik ada 11 rumah yang berusia lebih

dari 50 tahun atau sekitar 47.8 % dengan bentuk rumah joglo maupun

limas, 4 bangunan hanya sebagai pabrik atau 17.4% dan 34.8%

merupakan rumah saudagar batik yang usianya kurang dari 50 tahun

atau 8 rumah saudagar dari seluruh jumlah saudagar di Kampung Batik

Laweyan. Gerai batik berjumlah 56, 32 bangunan atau 57.1%

merupakan bangunan semi permanen yang berupa etalase kaca, 24

bangunan merupakan bangunan permanen dengan usia lebih dari 50

tahun ada 11 bangunan dan 13 merupakan bangunan yang usianya

kurang dari 50 tahun.

b. Pola persebaran urban heritage

Pola persebaran urban heritage di Kampung Batik Laweyan adalah

mendekati acak dengan nilai T= 0.59.

c. Pelestarian urban heritage di Kampung Batik Laweyan

Pelestarian terhadap rumah saudagar dan gerai batik yang sudah

termasuk dalam urban heritage berupa perlindungan terhadap

lingkungan sekitar bangunan atau rumah yang yang dapat

mengakibatkan keruasakan bangunan atau keindahan bangunan juga

dilakukan secara mandiri oleh pemilik bangunan atau rumah. Bentuk

perlindungan berupa penyelamatan seperti mencegah kerusakan di

dalam bangunan atau rumah yang ditempati dengan melakukan

perbaikan kembali terhadap bagian-bagian rumah yang telah rusak

atau mengganti bagian yang hilang, dan pengecatan kembali pada cat

dinding yang mulai memudar. Perawatan dan pemeliharaan terhadap

lingkungan di sektar bangunan seperti tetap baik dari segi penampilan.

Bentuk pengamanan yang ada seperti seperti adanya benteng-betang

tinggi yang melindungi bangunan atau rumah kuno.

Page 121: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

Adanya pemugaran terhadap bangunan sehingga keaslian bangunan

sudah mulai hilang, terjadi pada gerai bati Naluri, dimana pendhapa

rumah telah dihilangkan, batik Gress Tenan yang telah merombak

seluruh ruang tengah menjadi bangunan baru untuk tempat tinggal,

walauun keaslian pendhapa rumah masih dipertahankan. Batik Estu

Mulyo, merupakan gerai yang bertempat di bangunan kuno yang telah

berumur lebih dari 10 tahun, tetapi karena urusan harta warisan, maka

banguna tersebut akhirnya dipecah menjadi dua bagian.

Pemanfaatan bangunan sudah jelas selain sebagi tempat tinggal juga

bermanfaat sebagai showroom atau gerai batik, proses membatik, café,

kegiatan social, dan pendidikan berupa belajar membatik bagi

pengunjung Kawasan Kampung Batik Laweyan. Tindakan pelestarian

yang dilakukan merupakan kesadaran pribadi yang dilakukan pemilik

bukan dari pemerintah kota Surakarta.

Pengembangan yang dilakukan oleh pemilik rumah adalah menjadikan

rumah sebagai gerai batik dan tetap menjaga keaslian bangunan yang

telah diwariskan. Pengembangan Kawasan Kampung Batik Laweyan

secara umum di naungi oleh Forum Pengembangan Kampung Batik

Laweyan berupa revitalisasi terhadap potensi kawasan Kampung Batik

Laweyan sebagai salah satu cagar budaya yang harus dilindungi,

promosi dan pemberian informasi atau data tentang perkembangan

Kampung Batik Laweyan yang bertujuan agar Kawasan Kampung

Batik Laweyan sebagai heritage di Kota Surakarta menjadi salah

obyek wisata budaya yang diminati oleh wisatawan.

Pendayagunaan atau pemanfaatan bangunan selain sebagai tempat

tinggal juga dimanfaatkan sebagai showroom batik, galeri batik,

museum batik, cafe, proses pembuatan batik dan pelatihan terhadap

wisatawan yang ingin belajar membatik.

Page 122: PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011/Pelest... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial commit to user ii PELESTARIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

B. IMPLIKASI

1. Dengan mengetahui persebaran rumah saudagar dan gerai batik di

Kampung Batik Laweyan yang disajikan dalam bentuk peta dapat dijadikan

sebagai bahan acuan dalam penyajian informasi untuk para

wisatawan/pengunjung yang berkunjung ke Kampung Batik Laweyan.

2. Penyajian informasi saudagar dan gerai batik dalam bentuk peta akan lebih

mempermudah dalam pengambilan keputusan dalam perencanaan

pelestarian terhadap semua aset yang menjadi urban heritage di Kampung

Batik Laweyan.

3. Dari hasil penelitian tentang pelestarian terhadap urban heritage atau

bangunan kuno dapat dijadikan acuan bagi para pengelola kawasan

Kampung Batik Laweyan dalam mempertahankan eksistensi kekhasan

bangunan yang ada.

C. SARAN

Perlunya tindakan pelestarian terhadap urban heritage yang terkoordinasi dari

semua masyarakat di Kampung Batik Laweyan sehingga keaslian bangunan yang

menjadi kekhasan dari Kampung Batik Laweyan tetap terjaga, tidak hanya rumah

dari saudagar dan gerai batik, tetapi semua bangunan-bangunan kuno yang ada di

Kampung Batik Laweyan perlu mendapat perhatian khusus dari pihak masyarakat

maupun pemerintah untuk melestarikannya.