PELESTARIAN SUMBER KEKAYAAN DAYA PERIKANAN SEBAGAI ...

9
32. PELESTARIAN SUMBER KEKAYAAN DAYA PERIKANAN SEBAGAI IMPLEMENTASI W AWASAN NUSANTARA BESERTA KETENTUAN HUKUM YANG BERKAITAN DENGANNYA __________ Oleh: Esmi Warassih, S.H. _________ _ Sebagai negara kepulauan atau ne- gara nusantara, Indonesia merupakan kesatuan wilayah yang batas-batasnya ditentukan oleh laut yang di dalam lingkungannya terdapat pulau-pulau. Azas Negara Nusantara ini telah di- tuangkan dalam Pengumuman Peme- rintah mengenai perairan Negara Repu- blik Indonesia tertanggal 13 Desem- ber 1957. Menurut Ketetapan MPR No.lV / MPR/1973 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara mengenai Pola Dasar Pembangunan Nasional Bab II Sub E demikian juga Ketetapan MPR No.lV / MPR/1978 dan Ketetapan MPR No.lI/ MPR/1983 dalam bab yang sarna me- negaskan, bahwa wawasan dalam men- capai tujuan pembangunan nasional adalah Wawasan Nusantata yang men- cakup satu kesatuan Politik, satu Kesatuan Sosial Budaya, satu kesatuan Ekonomi dan satu kesatuan pertahan- an.! ) Dalam rangka mewujudkan serta mengembangkan Wawasan Nusantara di atas, maka pemerintah RI telah mengeluarkan peraturan perundang- undangan yang berkaitan dengan per- airan Indonesia serta hubungannya de- ngan azas Wawasan Nusantara. Di sam- ping itu sebagai pengirnplementasian dari Wawasan Nusantara terse but telah 1) M. Budiarto, Wawasan Nusantara da· lam Peraturan .Perundang·undangan Negara Republik Indonesia, Ghalia Indonesia, 1980, hal. IS. pula dikeluarkan undang-undang mc- ngenai landas kontinen maupun peng- umuman pemerintah RI ten tang Zona Ekonomi Eksklusip. Adanya produk-produk perundang- undangan tersebut memberi kewenang- an pada kita untuk mengeksploitasi sumber-sumber kekayaan baik yang hayati maupun non hayati yang tcr- kandung di laut. Khususnya pengelo- laan sub sektor perikanan yang men- jadi kebutuhan mendesak bagi kita untuk kesejahteraan rakyat sebagai- mana telah diarahkan dalam pasal 33 ayat 3 UUD 1945. Untuk menjaga kelestarian sum ber diperlukan adanya pengelolaan atau management akan sumber-sumber ter- sebut. Akibat perkembangan ilmu dan teknologi yang begitu pesat menyebab- kan undang-undang mengenai perikan- an produk Hindia Belanda sudah ti- dak memadai lagi. Demikian pula SK Menteri Pertanian yang mengatur soal perikanan masih bersifat sektoral. Se- hubungan dengan hal. terse but di at as maka pelestarian ikan mempunyai arti yang sangat penting khususnya dalam rangka usaha mewujudkan Tujuan Na- sional Indonesia. Masalahnya sekarang sampai sejauh mana pemerintah RI melakukan usaha pemanfaatan dan pe- lestarian ikan beserta implementasi pe- laksanaannya melalui pengelolaan sum- ber kekayaan hayati. Maka pertama- tama akan dikaji tentang Wawasan Nu- . santara beserta implementasinya. Se-

Transcript of PELESTARIAN SUMBER KEKAYAAN DAYA PERIKANAN SEBAGAI ...

Page 1: PELESTARIAN SUMBER KEKAYAAN DAYA PERIKANAN SEBAGAI ...

32 .

PELESTARIAN SUMBER KEKAYAAN DAYA PERIKANAN SEBAGAI IMPLEMENTASI W AWASAN NUSANTARA

BESERTA KETENTUAN HUKUM YANG BERKAITAN DENGANNYA

__________ Oleh: Esmi Warassih, S.H. _________ _

Sebagai negara kepulauan atau ne­gara nusantara, Indonesia merupakan kesatuan wilayah yang batas-batasnya ditentukan oleh laut yang di dalam lingkungannya terdapat pulau-pulau. Azas Negara Nusantara ini telah di­tuangkan dalam Pengumuman Peme­rintah mengenai perairan Negara Repu­blik Indonesia tertanggal 13 Desem­ber 1957.

Menurut Ketetapan MPR No.lV / MPR/1973 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara mengenai Pola Dasar Pembangunan Nasional Bab II Sub E demikian juga Ketetapan MPR No.lV / MPR/1978 dan Ketetapan MPR No.lI/ MPR/1983 dalam bab yang sarna me­negaskan, bahwa wawasan dalam men­capai tujuan pembangunan nasional adalah Wawasan Nusantata yang men­cakup satu kesatuan Politik, satu Kesatuan Sosial Budaya, satu kesatuan Ekonomi dan satu kesatuan pertahan­an.! )

Dalam rangka mewujudkan serta mengembangkan Wawasan Nusantara di atas, maka pemerintah RI telah mengeluarkan peraturan perundang­undangan yang berkaitan dengan per­airan Indonesia serta hubungannya de­ngan azas Wawasan Nusantara. Di sam­ping itu sebagai pengirnplementasian dari Wawasan Nusantara terse but telah

1) M. Budiarto, Wawasan Nusantara da· lam Peraturan .Perundang·undangan

• Negara Republik Indonesia, Ghalia Indonesia, 1980, hal. IS.

pula dikeluarkan undang-undang mc­ngenai landas kontinen maupun peng­umuman pemerintah RI ten tang Zona

Ekonomi Eksklusip. Adanya produk-produk perundang­

undangan tersebut memberi kewenang­an pada kita untuk mengeksploitasi sumber-sumber kekayaan baik yang hayati maupun non hayati yang tcr­kandung di laut. Khususnya pengelo­laan sub sektor perikanan yang men­jadi kebutuhan mendesak bagi kita untuk kesejahteraan rakyat sebagai­mana telah diarahkan dalam pasal 33 ayat 3 UUD 1945.

Untuk menjaga kelestarian sum ber diperlukan adanya pengelolaan atau management akan sumber-sumber ter­sebut. Akibat perkembangan ilmu dan teknologi yang begitu pesat menyebab­kan undang-undang mengenai perikan­an produk Hindia Belanda sudah ti­dak memadai lagi. Demikian pula SK Menteri Pertanian yang mengatur soal perikanan masih bersifat sektoral. Se­hubungan dengan hal. terse but di at as maka pelestarian ikan mempunyai arti

yang sangat penting khususnya dalam rangka usaha mewujudkan Tujuan Na­sional Indonesia. Masalahnya sekarang sampai sejauh mana pemerintah RI melakukan usaha pemanfaatan dan pe­lestarian ikan beserta implementasi pe­laksanaannya melalui pengelolaan sum­ber kekayaan hayati. Maka pertama­tama akan dikaji tentang Wawasan Nu-

.

santara beserta implementasinya. Se-

Page 2: PELESTARIAN SUMBER KEKAYAAN DAYA PERIKANAN SEBAGAI ...

,

Wawasan Nusantara

lanjutnya akan dikaji pula usaha-usaha pcngclolaan sumber kckayaan hayati yang telah dilakuk an .

Berdasarkan pasa l II aluran peralih­an Undang-Undang Dasar 1945 berla­kulah bagi lau! Ind o nesia "Territoriale zee en Maritieme Kringen Ordonantie 1939 (Stbl. 44 2/1939)

Menurut ordonansi tersebut, maka masing-masing pulau di Indones ia mempun yai laut wi layah yang lebar­nya 3 mil laut dihitung dari garis pang­kal yang meng iku ti Iiku-liku pantai pada waktu air surat. Cara pengukuran laut wilayah yang berdasarkan ordo­nansi itu yang terhitung dari garis da­sar (base - line ) yang berupa garis air rend ah secara teoritis mengakibatkan setiap pulau di Indonesia mempunyai laut wilayah sendiri-sendiri.

Negara Indonesia sebaga i negara ke­pulauan yang terdiri dari ribuan pu­lau-pulau besar dan ke cil serta diapit oleh dua benua dan d ua samudera, maka cara pengukuran yang demikian itu jelas tidak sesuai dengan azas Ne­gara Nusantara . Kepulauan Indonesia harus merupakan suatu kesatuan (unit) dan bahwa lautan di antara pulau-pu­lau kita merupakan bagian"1ang tidak dapat dip isahkan dari bagian darat /pu­lau-pulau negara kita .

Dengan mewarisi peraturan yang di­buat oleh pemerintah kolonial Belan­da, maka perairan wilayah kita hanya­lah terdiri dari masing-masing pulau, sehingga an tara pulau-pulau tersebut terdapat perairan internasional. Keada­an perairan yang demikian berakibat menyulitkan atau'pun mem bahayakan pemeliharaan kepen t ingan-kepentingan vital bangsa Indonesia baik di bidang sosial budaya, politik , ekonomi mau­pun pertahanan keamanan nasional. Adanya penentuan yang hanya 3 mil dari masing-masing pulau menyebab­kan di satu pihak ada bagian perairan internasional di an tara perairan wila-

33

yah yang memungkinkan beroperasi­nya kapal-kapal asing dapat berlayar dengan leluasa tanpa memerlukan izin pemerintah .

Dengan demikian pula akan meng­akibatkan "kantong-kantong" lautan bebas di tengah-tengah wilayah negara. U ntuk mengatasi kesulitan itu maka pemerintah Indonesia tanggal 13 De­sember 1957 mengumumkan, bahwa Jebar laut wilayah Indonesia adalah 12 mil dan lebar laut tersebut diukur dari garis pangkal yang menghubung­kan titik luar dari pulau-pulau Indo­nesia yang terluar.

Pertimbangan yang mendorong pe­merintah untuk mengeluarkan dekla­rasi luanda 13 Desember 1957 terse­but adalah sebagai berikut: 2)

I. Bentuk geografi Indonesia sebagai suatu negara kepulauan yang terdiri dari (beribu-ribu) pulau mempunyai sifat dan corak tersendiri;

2 . Bagi keutuhan teritorial dan untuk melindungi kekayaan negara Indo­nesia semua kepulauan serta laut terletak di antaranya harus diang­gap sebagai suatu kesatuan yang bulat ;

3. Penentuan batas lautan teritorial seperti termaktub dalam "Territo­riale Zee en Maritieme Kringen Or­donnantie 1939" (Stbl. 1939 No. 442) artikel/ ayat (I) tidak lagi se­suai dengan pertimbangan-pertim­ba ngan tersebut di atas karena mem bagi wilayah daratan Indonesia daJam bagian-bagian terpisah de­ngan teritorialnya sendiri-sendiri.

Kasus perj.kanan Inggeris Norwegia 195 I yang telah diputus oleh Mah­kam ah Internasional yang menyatakan "that the base line fixed by the said decree were not contrary to Interna­ti ona l Law,3) maka Mochtar Kusuma-

2) Ibid .

3) Ibid. halaman 14.

Pebruari 1985

Page 3: PELESTARIAN SUMBER KEKAYAAN DAYA PERIKANAN SEBAGAI ...

34

atmadja mengemukakan konsep Wawa­san Nusantara dengan azas tersebut. Dengan konsep terse but maka lahir­lah suatu "Negara Kepulauan" atau "Negara Nusantara", yang berarti me­rombak hukum internasional laut.

Konsep tersebut pada pokoknya berisi ketentuan sebagai berikut:4

)

1) Mencabut ordonansi 1939 StbL 442/1939 ;

2) Segala perairan di sekitar, di antara dan yang menghubungkan pulau­pulau atau bagian pulau-pulau yang termasuk daratan Negara RI dengan tidak memandang luasnya dan le­barnya merupakan bagian dari wila­yah daratan RI;

3) Penentuan bat as laut teritorial yang lebarnya 12 mil laut diukur dari garis yang menghubungkan titik-ti­tik ujung terluar pada pulau-pulau negara Indonesia;

4) Penempatannya ke dalam un dang-undang tentang perairan Indonesia.

Meskipun dalam Konperensi Hukum Internasional Laut Jenewa 1958 Kon­sep Wawasan Nusantara tidak mend a­pat sambutan yang positip, Pemerin­tah RI merasa perlu untuk meningkat­kan azas negara kepulauan atau azas negara nusantara yang terkandung di dalam Deklarasi Juanda 13 Desember 1957 dengan memberi dasar landasan hukum yang kokoh.

Untuk keperluan terse but ditetap­kanlah Peraturan Pemerintah Penggan­ti Undang-Undang No.4 tahun 1960 yang mulai berlaku pada tanggal 18 Pebruari 1960 dan telah ditingkatkan menjadi Undang-Undang No.4 Prp ta­hun 1960. Dengan demikian Wawasan Nusantara telah mempunyai kekuatan mengikat secara nasional dan dapat juga diltatakan telah sah menurut hl\­kum nasional. 5)

4) ibid.

~ Mochtar Kusumaatmadja, Hukum

. Hukum dan Pnnbangu1/1J1/

Setelah Wawasan Nusantara menca­pai tahap pemantapan. maka t idak perlu dipersoalkan lagi cksistcnsinya.

Perlu dipikirkan ialah pengisiannya he­serta pembinaannya .

Dengan keluarnya Undang-undang No.4/ Prp. tahun 1960. maka laut-Iaut an tara pulau-pulau di Indonesia men­jadi laut pedalaman yang sifatnya ter­tutup. Sebagai peraturan pelaksanaan pasal 3 Undang-undang ini tentang lalu !intas laut damai, maka pemerintah menetapkan pula Peraturan Pemerin­tah NO.8 tahun 1962 tenlang lalu-lin­tas damai kendaraan air asing dalam perairan Indonesia. Peraturan Pemerin­tah tersebut mulai berlaku pada tang­gal 28 Juli 1962. Dalarn Peraturan Pe­rnerintah terscbut kapal-kapal asing d i­beri hak lintas darnai. Untuk menjaga kedaulatan dan keselamatan negara. dalarn pelayaran dan laut bebas ke laut bebas disebutkan dalarn pasal 4, hahwa Presiden Republik Indonesia bcrhak melarang untuk sernentara waktu lalu­!intas laut darnai sebagai bagian ler­tentu dari perairan Indonesia (ayat I) Pelarangan-pelarangan un tuk sernen ta ra waktu tersebut pad a ayat (I) dilaksa­nakan setelah diadakan pengumuman terlebih dahulu dengan penyiaran yang lazirn dalarn dunia pelayaran ayat (2).

Di sarnpingitu pernerintah untuk rnenjaga surnber kekayaan perikanan. rnaka dalarn pasal 5 peraturan perne­rintah ini , bahwa selarna berada atau melintasi laut wilayah dan perairan pedalarnan Indonesia , kendaraan air penangkap ikan asing diharuskan me­nyirnpan dalarn keadaan tcrbungkus alat-alatnya penangkap ikan di dalarn palkah-palkah (ayat I). Dalam pelaya­ran yang disebutkan pada ayat (I) kendaraan air penangkap ikan asing harus berlayar rnelalui alur-alur yang telah atau akan ditetapkan oleh Men-

Laut Internasional, BPHN, Jakarta, 1978, hal. 129-166 .

Page 4: PELESTARIAN SUMBER KEKAYAAN DAYA PERIKANAN SEBAGAI ...

Wawasan Nusantara

l~ri ! K~pala Slat" Angkulan Laut. Ada­nya pasal Il'rs~bul jelas menunjukkan bah wa pc merinlah kita telah pula me­n! ikirkan kekayaan sum ber hayati yang te rk andung di dalam laut , meru­pak an suatu kekayaan yang tak terni­

la i . Seperti te lah kita ketahui bahwa

Undang-Un dang Nomor 4 /Prp/ tahun 1960 adalah merupakan wujud hukum­fo rmil daripada "konsepsi Nusantara" yang telah dideklarasikan oleh peme­Tintah kita pada tanggal 13 Desem ber 1957 , mempunyai arti penting dalam rangk a melestarikan sum ber kekayaan h ayat i kita terutama ten tang ikan. Sa­lah sat u pokok pertim bangan yang me­landasi ditetapkannya undang-undang t e rse but adalah menyangkut kepen­tingan perikanan. K ecuaIi itu pula undang-u ndang ini juga merupakan im­plem entasi dar i pasal 33 ayat 3 UUD 1945 y ang berbunyi:

"Bumi dan air serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar­besarn ya bagi kemakmuran rakyat".

De ngan demikian kekayaan alam yang terdapat di dalamnya , baik yang berupa kekayaan hay ati maupun naba­t i mempunyai arti penting bagi kese­jahteraan rakyat Indonesia. Khususnya m engenai sum ber kekayaan hayati per­ikanan merupak an sum ber potensial yang perlu dimanfaatkan . Telah kita sadari bahwa ikan mempunyai arti penting dalam m encukupi kekurangan ka dar protein hewani ini. Ikan t erk e­nal Illengandung kad ar protein y ang L' uk u p tinggi. Untuk pemanfaatan akan ikan pl'rlu dipikirkan pula peiestarian­nya. Sehingga pengelolaan sum ber da­pat menuju tercapainya keadaan lesta ri d i salllping sum ber juga harus berman­faa t bagi kemakmuran seluruh lapisan m asyarakat.

Untuk itu pe rlu diperhatik an pula kendala-kend ala (co nst rain ) da lam pe-

.. 35

ngem bangan populasi ikan di Indone­sia antara lain sebagai berikut:

a. Adanya investasi berlebihan, yang tidak seimbang dengan day a du­kung sum ber day a perikanan;

b . Kegiatan perikanan yang merusak kelestarian sum ber daya hayati mi­salnya : penangkapan ikan dengan bahan peledak/ racun/listrik, peng­gunaan insektisida dan jenis racun lainnya unutuk pem berantasan ha­rna dan sebagainya ;

c, Kegiatan lain yang bukan perikan­an, nam un akibatnya dapat meru­sak kelestarian sum ber misalnya penggunaan petisida untuk perta­nian dan sektor lain , pencemaran sungai akibat buangan kotoran pa­brik yang dapat mengganggu keles­tarian ikan dan lain-lain .

Selain daripada itu untuk memper­kuat posisi Kawasan Nusantara dalam mengusahakan dan memanfaatkan se­gala kekayaan di laut , khususnya di dasar laut dan tanah di bawahnya, maka pada tanggal 17 Pebruari 1969 dikeluarkanlah "Pengumuman Peme­rintah RI tentang Landasan Kontinen Indonesia " , yang kemudian dituang­kan ke dalam Undang-Undang No . 1 tahun 1973 ten tang Landasan Konti- "­nen Indonesia.

Guna memperkuat posisi Wawasan Nusantara terhadap Negara-negara te­tangga , telah dilakukan perundingan-

perundingan bilat eral guna menetap-kan " batas w ilayah negara". 6)

Dengan te rcap ainy a persetujuan­persetuju an bilateral, maka terdapatlah "secara tidak langsung" pengakuan ter­hadap Waw asan Nusantara, karena da­lam menetapk an Garis batas tersebut sudah dengan sendirinya Indonesia

6) ST. Munadiat Danusaputro , Wawasan N usantara (dalam politik dan hu­kum), Alumni, Bandung , 1978, hal. 113-114.

Pebruari 1985

Page 5: PELESTARIAN SUMBER KEKAYAAN DAYA PERIKANAN SEBAGAI ...

jb

berpijak at as batas-batas Perairan dan Landasan Kontinen seperti ditetapkan dalam Undang-Undang No.4/Prp/1980 dan Undang-Undang No. 1 tahun 1973. 7

)

Dengan memperhatikan pasal 1 •

Konvensi J enewa 1958 ten tang landas-an kontinen, maka yang dimaksud de­ngan "Continental shelf" itu adalah:

"the seabed and subsoil of the submarine areas adjacent to the coast but outside the area of the territorial sea to a depth of 200 meter or, beyond that limit, to where the dept of the superjacent waters admits of the exploitation of the natural resources of the said area"

Selanjutnya . pasal 2 ayat 1 bahwa Landas Kontinen dalam pengertian yu­ridis ini, Negara pantai mempunyai hak-hak sovereinitas "for the purpose of exploiting its natural resources". Jadi air yang terletak di at as Landas Kontinen adalah tetap air laut bebas dengan segala kebebasan-kebebasannya yang dijamin oleh Konvensi · Genewa 1958 tentang Laut Bebas yaitu kebe­basan berlayar, menangkapikan, mele­takkan kabel-kabel dan pipa-pipa di atas dasar laut dan kebebasan terbang di atasnya.

Walaupun Indonesia telah menanda­tangani dan meratifisir Konvensi Gene­wa 1958, tetapi ratifikasi Indonesia terhadap konvensi Landas Kontinen ditolak oleh Sekjen PBB, karena Indo­nesia mengadakan Reservation terha­dap pasal-pasaJ yang oleh Konvensi itu sendiri tidak diperkenankan ada­nya reservation.

Walaupun secara hukum di dunia Internasional, Indonesia tidak terikat dengan Konvensi tentang Landas Kon­tinen tersebut, namun seca'ra praktis · di dalam negeri Indonesia telah menye­tujuinya dengan pengertian bahwa konsepsi Landas Kontinen terse but ha-

Ibid.

Hukum dan Pembangunan

nya berlaku bagi daerah-daerah dasar laut di sekitar Indonesia yang terle­tak di luas Perairan Nusantara dan Laut Wilayah Indonesia. s)

Adapun yang dimaksudkan dengan kekayaan alam di Landas Kontinen yang masih mungkin diselenggarakan eksplorasi dan eksploitasinya adalah:

I. bahan-bah an tainbang dan sumber tak bernyawa lainnya di dasar laut dan atau di dalam lapisah tanah di bawahnya;

2. organisme hidup yang termasuk da­lam jenis sidinter yaitu organisme yang pada masa perkembangannya

tidak bergerak baikdi atas maupun di bawah dasar laut at au tak dapat bergerak kecuali dengan cara selalu menempel Pllda dasar laut atau la­pisan tanah di bawahnya (pasal 1 b UUNo.1 tahun 1973).

Dengan adanya UU No.1 tahun 1973 tentang Landas Kontinen dilihat dari segi bidang perikanan laut sedikit banyak juga merupakan perluasan dae­rah penangkapan. OIeh karena sampai kedalaman 200 meter atau lebih, ma­sih mungkin diselenggarakan eksplorasi dan eksploitasi kekayaan alamnya.

Selanjutnya dalam rangka pengim­plementasian Wawasan Nusantara, maka pada tanggal 21 Maret 1980 Pemerintah RI telah mengeluarkan Pengumuman tentang Zona Ekonomi Eksklusip Indonesia selebar 200 mil yang diukur dari garis-garis pangkal laut wilayah Indonesia.

Adanya pengumuman tersebut ma­ka yurisdiksi nasional Indonesia atas lautan bertambah luas. Selain itu pula aspek penting dari pengumuman peme­rintah adalah menyangkut pemanfaat­an sumber-sumber yang merupakan suatu Modal Dasar Pembangunan guna mencapai kesejahteraan seluruh rakyat

"> Hasjim Djalal, Perjuangan Indonesia di bidang Hukum !Aut", BPHN, 1979, hal. 43 •

Page 6: PELESTARIAN SUMBER KEKAYAAN DAYA PERIKANAN SEBAGAI ...

Wawasan Nusantara

Indonesia sesuai dengan UUD 1945. Di dalam paragrap-paragrap

,pengumuman pemerintah ini Indonesia mempunyai hak-hak berdaulat dan ju­risdiksi bukan saja menyangkut eksplo­rasi dan eksploitasi pengelolaan sum­ber-sum ber ,daya hayati dan non ha­yati, tetapi juga menyangkut perlin­dungan dan pelestarian lingkungan laut dan penelitian ilmiah .

Adanya Indonesia memiliki yuris­diksi tertentu atas Zona Ekonomi Eksklusip tersebut dapat dilihat juga hasil perkembangan Hukum Laut In­ternasional, tentang Conservation of the living resources dan ten tang Utili­zation of the living resources, yang berarti adanya perluasan wilayah per- ' ikanan di Zona Ekonomi Eksklusip .

Beverapa faktor pendorong yang menyebabkan pemerintah RI menge­luarkan Pengumum an Pemerintah ten­tang Zona Ekonomi Eksklusip: ~

I. Semakin terbatasnya persediaan ikan. Peningkatan jumlah penduduk dunia menyebabkan permintaan du­nia meningkat yaitu 52 juta per ta­hun . Mengingat ikan merupakan bahan makanan rakyat Indonesia yang ba­nyak mengandung protein hewani, maka Indonesia sebagai negara pan­tai yang sedang berkembang, mera­sakan adanya kebutuhan yang sa­ngat mendesak untuk melindungi sumber-sumber daya hayati yang berada di luar laut wilayah ;

2 . Dalam rangk a mewujudkan tujuan Nasional Indonesia , maka kekaya­an/sum ber daya alam yang terdapat di luar batas laut wilayah sampai batas 200 mil perlu dilindungi

Mochtar Kusurnaatmadja, " Beberapa Perrnasalah an Pokok Sekitar Peng­urnurnan Pemerintah RI ten tang Zo­na Ekonorni Eksklusip ", Hukum dan Pembangunan, No.4 , Th. X, 1980, hal. 384.

37

dan dikelola sehingga dapat dim an­faatkan bagi peningkatan kesejahte­raan bangsa;

3. Sampai sa at ini telah ada sebanyak kurang lebih 90 negara yang telah mengeluarkan rernyataan tentang Zona Ekonomi Eksklusip ataupun Zona Perikanan \yang lebarnya 200 mil. Jumlah keseluruhan dari luas zona-zona terse but adalah sarna de­ngan kira-kira dua pertiga luas da­ratan bumi. Kenyataan ini menun­jukkan praktek Negara yang kon­sisten sehingga adakonvensi atau­pun tidak ada konvensi hukum laut yang baru, ZEE telah menjadi bagian dari hukum internasional ke­biasaan . Karena tanpa Zona Ekono­mi Eksklusip maka kita akan kehi­langan sum ber-sum ber daya ikan di situ .

Adanya faktor-faktor tersebut, kira­nya sungguh tepat tindakan pemerin­tah khususnya dalam melindungi sum­ber-sumber daya ikan. Sehingga untuk kelanjutannya perlu dipikirkan menge­nai masalah pelestarian ikan itu sen­diri.

Ketentuan-ketentuan hukum produk Nasional seperti yang telah di­bahas di muka, khususnya yang me­nyangkut masalah perikanan mulai me­wujudkan sasarannya bagi tujuan pe­ngembangan dan managemen perikan­an, meskipun dalam implementasinya mengalami beberapa kesulitan, dan be­lum ada undang-undang yang meng­aturnya.

Adapun managemen sumber daya hayati perairan yang berlaku sekarang meliputi ketentuan-ketentuan hukum produk sebelum Perang Dunia II yang tidak sesuai dengan kebutuhan Pem­bangunan Nasional, baik karen a waktu pem buatannya maupun karena kema­juan-kemajuan di bidang ilmu penge­tahuan, teknologi, serta intensitas dan ekstensitas dalam managemen sumber

Pebruari 1985

Page 7: PELESTARIAN SUMBER KEKAYAAN DAYA PERIKANAN SEBAGAI ...

,

• •

38

daya hayati dan perluasan kedaulatan dan hak perairan.

Peraturan perundang-undangan yang menyangkut bidang perikanan

1 . . t 1 0) antara am yal u: .

1. Kust Visscherij ordonnantie No. 144 tahun 1927 sudah tidak sesuai lagi. Misalnya pasal 3 yang dimak­sud wilayah per air an Indonesia ma­sih berdasar Stbl. 1939 No.442;

2, Stbl. No. 145 tahun 1927 tentang penangkapan ikan paus, belum dise­suaikan dengan Zona Ekonomi Eksklusip;

3. PP No. 64 tahun 1957, tidak sesuai dengan perkem bangan teknologi perikanan;

4, Surat Keputusan Menteri Pertanian RI tanggal 2 lanuari 1975 No. Oi l Kpts/ tJm/l j7 5 ten tang, Pem binaan Kelestarian Kekayaan yang terdapat dalam sum ber Perikanan Indonesia, masih bersifat sektoral.

Indonesia sebagai negara kepulauan dengan panjang pantainya sangat besar akan' mempunyai banyak masalah yang dapat melibatkan implementasi mana­gemen zona pantai; apalagi sebagai negara yang sedang membangun. Di­tam bah p.ula posisi geografi Indonesia sebagai jalan antara dua samudra dan antara negara industri Jepang dan Aus­tralia maka persoalan managemen 7.Ona makin banyak.ll)

10\ I Himpunan Undang-undang. Peratur-

1 I)

an-peraturan dan Surat-surat Kepu­tusan, Dinas Perikanan Daerah Pro­pinsi Daerah Tk. I Jawa Timur, 1979.

Mengenai istilah manajemen zona pantai sebenarnya berasal dari istilah "Coastal Zona Management" tulisan Donglas M. Johnston dalam Law of the sea oleh Edward Miles dan John King Gamble Jr. Balinger Publishing C0l!'pany, Mssachusetts 1977, hal. 61-62 yang ditulis kembali oleh Sulaeman daJam karyanya Implemen· tasi Prinsip-prinsip "Coastal Zona Ma­nagement Pada Nega'ra Kesatuan RI

Hukllnt dan Pcmblln.r!ltnllll

Masalah managt'men Ion a pant~i antara negara yang sa t u dl'nga n nl'!~a ra lainnya berh.:da-heda seSlIa i dCIH!an . ,

posisi negara itu sendiri. Untuk Indo­nesia masalah keselamatan dan keles­tarian lingkungan laut Nusantara perlu mendapat perhatian yang seksama. Terutama akibat peristiwa yang sangat menyedihkan yaitu kandasnya tanker raksasa Jepang Showa Maru di Selat Singapura pada tanggal 6 Januari 1975. Masalah polusi merupakan mas­alah utama dalam ha,l manaiemen zona pantai. " .

Untuk itu perlu dipikirkan peng­aturan mengenai zona pantai ini khususnya dalam rangka usaha meles­tarikan sumber-sumber daya hayati,

. ' . . manajemen zona pan tal mempunyal makna yang cukup penting.

Negara-negara yang telah mempll­nyai undang-undang tentang manaje­men zona pantai m isalnya Amerika

tahun 1972. Jika melihat pernyataan di dalam perundang-undangan Federal kelihatan bahwa program negara ba­gian dalam hal ini melipllti: 1 2)

a. mdindllngi kekayaan alam di per­airan daral. perairan pantai dan

tanah basah;

b. menghindarkan bahaya alam yang berhllbllngan dengan perairan darat:

c. melindungi penggunaan air.

Selain itu Uni Emirat Arab dan Swedia telah memiliki pula program manaje­men zona pantai.

Dalam rangka pem bicaraan llIenge­nai pelestarian sumber daya hayati perikanan maka arti manajemen di sini

"must be concerned with maintaininl{ or rnhancing an I'm'iro nment outabl,' for all

It/ e history stage of an exploit I'd .'"PI·Cil'S,

K husus di Propinsi Ja wa Tl!n[.!aiz, Bandung,1980,haJ.2S-40.

12) Ibid.

,

Page 8: PELESTARIAN SUMBER KEKAYAAN DAYA PERIKANAN SEBAGAI ...

, •

.

1t'rl(~' a.Hlll .'Vusunlara

;c/tic,1t o f COlirse illcluri,'s ,It" ,\"(1111(' {"(JHernl

'( '1' ! it, ' flrl!tllli.,tII( , Oil zclt/c ' ;' fhc ' \ ' /n'd.13

) . .

Ikngan pt:ngt:rtian tcrst:but di alas, Il·la, kiranya Illasalah manaJemen Lona I'antai perlu m~ndapatkan perhatian kita hersaillu Oleh karena kerugian ak'ln populasi ikan tidak hanya dari iJl\estasi yang berkbih-Iebihan me lain­bnlLlga akibat adanya polusi.

Sehenarnya dalam PI' No.S tahun 1')h2 lentang Linta s Daillai kendaraan ;Jsing Jalalll pnairan Ir,,'onesia telah

1I1 l'ng;lllllllng prlllsip manageillent I.u na 1' .11 1! a l , clara t idak langsung . 14)

I), dalalll "ilil1o("(' I7! IJaSsag{''' telah Il'Ik; lndling arli ilarllS paluh kcpada I'l'I"al uran iJukum negara panlal. apa­hiLI bpal-kapal negara asing tidak )1l1'lllallihinya . lIIaka mereka dapat di­Illml;! untuk dengan segl'ra meninggal­kan Jwrairan Indonesia. karena mereka t Idak dapal dianggap melakukan lalu­linlas laul damai.

lInd:JI1g-undang No.1 tahun 1973 I,'nlang Landas Kontinen Indonesia .Juga Ille'ngandung unsur-un sur peng­.llllIan wilayah pantai dan pengclola­annya . Selanjutnya Pengumulllan Pe­me') intah RI tentang Zona Ekonomi I:k,klusip yang mcnetapkan zona se­iL'har 200 mil laut dihitung dari garis pangkal lurus , tcrkandung makna pe­laksanaan implcmentasi prinsi -prinsip llIl'ngelola wilayah pantai .

Adanya perke m bangan i 1m u dan teknologi dan juga mengingat posisi letak negara Indonesia sebagai negara kepulauan, masalah managemen yang utama di sam ping pelestarian akan ikan Juga masalah pencemaran ling­kunganperlu mendapat perhatian yang seksama. Ada empat langkah dalam proses perencanaan managemen zona

13) George A, Rounsefell, Ecology, utili­zation and management of marine jisheries, The CV MOsby Company saint Louis, 1975, haL 250-251,

14) Sulacman, op. cit, hal. 42.

39.

pantai yang dihadapi oleh bangsa-bang­sa dengan konflik dalam penggunaan slirnber kekayaan pantai yaitu: IS )

I. Pengembangan tujuan pokok dan alasan penggunaan sum ber kekaya­an pantai;

::. Mernperkembangkan dan memper­gllnakan cara-cara dan program zona pantai;

3. Perurnusan berbagai kebijaksanaan at au strategi dasar;

4 . Penetapan ketentuan-ketentuan dan -

peraturan-peraturan serta pengatur-. .'

an secara organisatoris untuk imple-Illentasi kebijaksanaan terse but da­lam bentuk pengawasan , pembinaan dan pengem bangan kekayaan pan­t a i .

Adapun langkah-langkah yang perlu di­ambil dalam mengelola mengenai per­ikanan :

I. Perlu dilihat faktor-faktor lingkung­an alamnya untuk mengetahui letak sumber-sum ber ikan;

2. Jenis ikan itu sendiri yang dilihat dari sifat ikan;

3, Faktor manusianya juga harus dibe-,

dakan antara:

a. Nelayan, ada yang memakai alat tradisional tetapi ada juga yang memakai peralatan yang serba modern;

b. Konsumen ikan yang dapat mempengaruhi jumlah penang­kapan ikan;

.

c, Industrialist atau sebagai pemro-ses yang cukup menentukan da­lam bidang harga,

Untuk menyeimbangkan antara per­tum buhan dan penangkapan ikan di­perlukan managemen sumber hayati perikanan,

Faktof-faktor yang perlu diperhati­kan ' dalam managemen sumber per­ikanan ini yaitu: Is.. J Ibid. hal. 38,

Pebruari 1985

,

Page 9: PELESTARIAN SUMBER KEKAYAAN DAYA PERIKANAN SEBAGAI ...

I

40

I. Perlindungan sumber telur ikan, maupun ikannya sendiri yang se­dang dalam masa bertelur;

2. Alat-alat yarig digunakan untuk menangkap ikan serta area-area ma­na yang boleh diizinkan untuk ke­giatan penangkapan ikan;

Hukum dan Pembangunan

3. Perlu diperhatikan unsur Maxim um Susteinable Yield.

Melalui managemen sum ber hayat i perikanan, diharapkan tujuan yang hendak dicapai sesuai dengan arah Pembangunan Nasional yang telah di­gariskan o leh pemerintah dapat terca-

• pal.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

1. BUDIARTO M, Wawasan Nusantara dalam Peraturan PeruJJdang-undangan Ne-gara Republik Indonesia, Ghalia Indonesia, 1980 .

·2. DANUSAPUTRO, MUNADJAT ST, Wawasan Nusantara (dalam ilmu politik dan hu-kum), Alumni, Bandung, 1978.

3. DJALAL, HAJIM, Perjuangan Indonesia di bidang Hukum Laut, BPHN, 1979.

4. KUSUMAATMADJA, MOCHTAR, Hukum Laut Internasional, BPHN, Binacipta, Jakar­ta, 1978.

• 5 . KUSUMAATMADJA, MOCHTAR, Beberapa Permasalahan Pokok Sekitar Pengumuman

Pemerintah RI ten tang Zona Ekonomi Eksklusip, Hukum dan Pembangunan No.4 tahun X, 1980.

6 . ROUNSEFELL, GEORGE A, Ecology, utilization and management of marine fisheries, The CV Mosby Company Saint Louis, 1975.

7. SULAEMAN, NA, Implementasi Prinsip-prinsip "Coastal Zona Management" pada Ne­gara Kesatuan RI khusus di Propinsi Jawa Tengah, Bandung, 1980.

8. Himpunan Undang-Undang, Peraturan-Pera turan dan Surat-sural Keputusan, Dinas Perikanan Daerah Propinsi Daerah Tk. I Jawa Timur, 1979.

9 . Hasil Lokakarya R UU Perikanan sebagai implementasi Wawasan Nusantara, Buku I dan II, Departemen Pertanian, Jakarta, 1980.

, .