PELAYANAN PRODIAKON DALAM LITURGI EKARISTI DI PAROKI … · 2019-09-23 · PELAYANAN PRODIAKON...

93
PELAYANAN PRODIAKON DALAM LITURGI EKARISTI DI PAROKI SANTO YAKOBUS BANTUL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik Oleh: Fransisca Novia Jati Rosari NIM: 151124047 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEAGAMAAN KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITA SANATA DHARMA 2019 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of PELAYANAN PRODIAKON DALAM LITURGI EKARISTI DI PAROKI … · 2019-09-23 · PELAYANAN PRODIAKON...

  • PELAYANAN PRODIAKON DALAM LITURGI EKARISTI

    DI PAROKI SANTO YAKOBUS BANTUL

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

    Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik

    Oleh:

    Fransisca Novia Jati Rosari

    NIM: 151124047

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEAGAMAAN KATOLIK

    JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITA SANATA DHARMA

    2019

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iv

    PERSEMBAHAN

    Skripsi ini kupersembahkan kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria

    Teruntuk kedua orang tuaku Bapak FX Sugiyanto dan Ibu MG. Miskinem

    Kakak Romo Lukas Ivan Sanjaya, Pr.

    Keluarga yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis,

    Teman-teman yang selalu membantu dan mendukung pembuatan skripsi,

    Serta Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik,

    Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

    Universitas Sanata Dharma

    Yogyakarta.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • v

    MOTTO

    “Inilah aku, utuslah aku”

    Yes 6:8

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vi

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

    Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

    tidak memuat karya atau bagian karya dari orang lain, kecuali yang telah

    disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya tulis

    ilmiah.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vii

    PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

    KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

    Yang bertanda tangan di bawah ini, mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

    Nama : Fransisca Novia Jati Rosari

    NIM : 151124047

    Demi pengembangan ilmu pengetahuan penulis memberikan wewenang

    bagi Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah penulis yang berjudul

    PELAYANAN PRODIAKON DALAM LITURGI EKARISTI DI PAROKI

    SANTO YAKOBUS BANTUL beserta perangkat yang diperlukan (bila ada).

    Dengan demikian penulis memberikan kepada Perpustakaan Universitas

    Sanata Dharma hak sepenuhnya untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk

    media lain, mengelolanya dalam bentuk data, mendistribusikan secara terbatas,

    dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis

    tanpa perlu meminta ijin maupun memberikan royalti kepada penulis, selama tetap

    mencantumkan nama saya sebagai penulis.

    Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • viii

    ABSTRAK

    Skripsi ini berjudul “PELAYANAN PRODIAKON DALAM LITURGI

    EKARISTI DI PAROKI SANTO YAKOBUS BANTUL.” Penulis memilih judul

    ini berpangkal dari keprihatinan penulis akan kurangnya pemahaman Prodiakon

    tentang pelayanan dalam Liturgi Ekaristi. Hal ini terlihat dari pandangan umat dan

    Prodiakon sendiri bahwa tugas utama pelayanan mereka ialah memimpin Ibadat di

    Lingkungan. Prodiakon memahami Perayaan Ekaristi hanya sekedar upacara

    keagamaan saja, padahal Ekaristi dapat dihayati sebagai Puncak dan Sumber

    kehidupan Gereja. Akibatnya, Prodiakon kurang memahami pelayanan mereka

    dalam Liturgi Ekaristi. Sebelum merayakan Ekaristi kita perlu membangun

    communio sehingga perayaan Ekaristi akan membantu umat menerima rahmat

    Allah demi kebaikan hidup mereka, untuk menyembah Allah dengan benar dan

    untuk mengamalkan cinta kasih. Sesudah merayakan Ekaristi kita diharapkan

    menjadi pribadi dan komunitas Ekaristis. Permasalahan pokok dalam skripsi ini

    adalah Prodiakon yang kurang memahami arti Perayaan Ekaristi dan pelayanan

    dalam Perayaan Ekaristi secara benar. Dalam konteks pemahaman mengenai

    Perayaan Ekaristi sebagai Puncak dan Sumber kehidupan Gereja, pelayanan

    Prodiakon dibicarakan, sehingga Prodiakon mampu menghayati pelayanan

    mereka dalam Perayaan Ekaristi. Pelayanan Prodiakon tidak hanya sekedar

    membagi Komuni saja. Pelayanan itu menuntut mereka untuk meneladan Kristus

    sendiri dalam memimpin Umat; artinya, mampu menjadikan dirinya dan

    komunitasnya sebagai pribadi dan komunitas Ekaristis. Penulisan skripsi ini

    merupakan hasil studi pustaka. Penulis mengumpulkan informasi dari buku,

    artikel yang berkaitan dengan Prodiakon, Liturgi dan Liturgi Ekaristi. Harapannya

    skripsi ini dapat berguna dan memberi wawasan baru mengenai peran prodiakon

    dalam konteks perayaan Ekaristi.

    Kata-kata kunci: Liturgi, Perayaan Ekaristi, Prodiakon, communio, Pribadi

    Ekaristis, dan Komunitas Ekaristis

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ix

    ABSTRACT

    This undergraduate thesis is titled “EXTRAORDINARY EUCHARISTIC

    MINISTERS’ (THE PRODIAKON) SERVICE IN EUCHARISTIC LITURGY AT

    SAINT JAMES’ PARISH, BANTUL.” The author chooses this title based on the

    author's concern about the lack of Prodiakon's understanding of service in the

    Eucharistic Liturgy. This can be seen from the opinion of the people and the

    Prodiakon themselves that their main service is to lead Worship in the

    Community. The Prodiakon understands the Eucharistic celebration only as a

    religious ceremony, and not as the summit and the source of Church’s life. As a

    result, the Prodiakon do not understand their service in the Eucharistic Liturgy

    correctly. Before celebrating the Eucharist we need to establish communion so

    that the Eucharist will help people receive God's grace for the good of their lives,

    to worship God properly and to practice love. After celebrating the Eucharist we

    are expected to become Eucharistic people and community. The main problem in

    this undergraduate thesis is the Prodiakons’ lack of correct understanding of both

    the Eucharist as well as the meaning of their service in the Eucharist. Put in the

    context of the understanding of the Eucharist as the summit and the source of

    Church’s life, the Prodiakon’s services are discussed, so that the Prodiakon is

    able to carry out their service in the Eucharistic celebration not only distributing

    communion. This service entails a responsibility to imitate Christ himself in

    leading the People; that is, being able to make themselves and their community

    become Eucharistic people and community. This undergraduate thesis is a

    literature study product. The author collects information from books and articles

    about Prodiakon, Liturgy and Liturgy of the Eucharist. The author hopes that this

    undergraduate thesis can be useful and provides new insights of the role of the

    Prodiakon in the context of the celebration of the Eucharist.

    Key words: Liturgy, Eucharistic Celebration, Prodiakon, communion,

    Eucharistic Person, and Eucharistic Community

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • x

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis haturkan kepada Allah Bapa, karena berkat kasih dan

    penyertaan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

    PELAYANAN PRODIAKON DALAM LITURGI EKARISTI DI PAROKI

    SANTO YAKOBUS BANTUL. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

    menyelesaikan kuliah dan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada

    Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

    Dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan

    berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak. Pada kesempatan ini penulis

    dengan sepenuh hati mengucapkan banyak terimakasih kepada:

    1. Dr. B. Agus Rukiyanto, SJ selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama

    Katolik yang telah memberikan motivasi, masukan, kritikan dan

    mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, sehingga penulis

    dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.

    2. Dr. I. L. Madya Utama, SJ selaku dosen pembimbing utama yang telah

    memberikan perhatian, memberikan semangat, meluangkan waktu dan

    membimbing penulis dengan penuh kesabaran, memberi masukan-masukan

    dan kritikan-kritikan terlebih selalu mendampingi sehingga penulis dapat

    semakin termotivasi dalam menuangkan gagasan-gagasan dari awal hingga

    akhir penulisan skrispsi ini.

    3. Bapak M. Ariya Seta, S.Pd, M. Theo selaku dosen pembimbing akademik

    yang penuh kesabaran dan perhatian memberikan semangat, dukungan,

    perhatian dan selalu mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan

    skripsi ini.

    4. Segenap dosen dan staf karyawan Prodi Pendikkat, Fakultas Keguruan dan

    Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, yang telah memberikan

    dukungan dan semangat kepada penulis selama ini.

    5. Bapak FX Sugiyanto, Ibu MG Miskinem dan Kakak Romo Lukas Ivan

    Sanjaya, Pr yang selalu mendoakan, memberikan semangat, motivasi dan

    memfasilitasi selama penulis menyusun skripsi dari awal hingga akhir.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xi

    6. Sahabat dekat Vincencia Melani Milasari, Juli Erni Zendrato dan Veronika

    Elisa Mira Oktavia yang selalu memberikan semangat dan dukungan kepada

    penulis untuk bisa menyelesaikan skripsi sampai akhir.

    7. Teman-teman angkatan 2015 yang selalu memberikan semangat, motivasi

    dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

    8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang selama ini

    dengan sepenuh hati memberikan bantuan hingga selesainya skripsi ini.

    Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman sehingga

    penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis

    mengharapkan saran dan kritik dari pembaca demi perbaikan skripsi ini. Akhir

    kata, penulis berharap semoga skripsi dapat memberikan manfaat bagi semua

    pihak yang berkepentingan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

    HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii

    HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ iv

    HALAMAN MOTTO ........................................................................................ v

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................ vi

    PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .............................................. vii

    ABSTRAK ......................................................................................................... viii

    ABSTRACT ....................................................................................................... ix

    KATA PENGANTAR ....................................................................................... x

    DAFTAR ISI ...................................................................................................... xii

    DAFTAR TABEL ..............................................................................................xv

    DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................xvi

    BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1

    A. Latar Belakang ....................................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah .................................................................................. 4

    C. Tujuan Penulisan .................................................................................... 4

    D. Manfaat Penulisan .................................................................................. 4

    E. Metode Penulisan ................................................................................... 5

    F. Sistematika Penulisan ............................................................................ 5

    BAB II. PRODIAKON PAROKI ...................................................................... 7

    A. Pengertian dan Sejarah Prodiakon ......................................................... 7

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiii

    1. Pengertian Prodiakon ....................................................................... 7

    2. Sejarah Istilah Prodiakon ................................................................. 9

    B. Syarat dan Tugas Prodiakon ................................................................... 10

    C. Perbedaan Liturgi dan Ibadat ................................................................. 10

    D. Perlengkapan Liturgi Bagi Prodiakon .................................................... 12

    1. Busana Liturgi .................................................................................. 12

    2. Peralatan Tugas Pelayanan ............................................................... 12

    E. Spritualitas Hidup Prodiakon ................................................................. 13

    F. Rangkuman ............................................................................................ 14

    BAB III. PELAYANAN PRODIAKON DALAM LITURGI EKARISTI ........ 16

    A. Liturgi Ekaristi ....................................................................................... 16

    1. Pengertian Tentang Liturgi .............................................................. 16

    2. Liturgi Ekaristi ................................................................................. 18

    a. Ritus Pembuka ........................................................................... 19

    b. Liturgi Sabda .............................................................................. 23

    c. Liturgi Ekaristi ........................................................................... 26

    d. Ritus Penutup ............................................................................. 29

    3. Ekaristi Sebagai Puncak dan Sumber Kehidupan Gereja ................ 30

    a. Ekaristi Sebagai Puncak Kehidupan Gereja ............................... 30

    b. Ekaristi Sebagai Sumber Kehidupan Gereja .............................. 32

    4. Menjadi Pribadi dan Komunitas Ekaristis ....................................... 33

    B. Pelayanan Prodiakon dalam Terang Liturgi Ekaristi ............................. 35

    BAB IV. UPAYA MENINGKATKAN PELAYANAN PRODIAKON DALAM

    LITURGI EKARISTI ................................................................................. 40

    A. Berbagai Upaya Meningkatkan Pelayanan Prodiakon dalam Liturgi

    Ekaristi ................................................................................................... 40

    B. Rekoleksi Sebagai Upaya Meningkatkan Pelayanan Prodiakon dalam

    Liturgi Ekaristi ....................................................................................... 43

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiv

    C. Contoh Program Rekoleksi di Paroki Santo Yakobus Bantul Sebagai

    Usaha Meningkatkan Pelayanan Prodiakon dalam Liturgi Ekaristi ...... 45

    1. Latar Belakang Program Rekoleksi Prodiakon ................................ 45

    2. Tema dan Tujuan Program ............................................................... 47

    3. Program Rekoleksi di Paroki Santo Yakobus Bantul Sebagai Usaha

    Meningkatkan Pelayanan Prodiakon dalam Liturgi Ekaristi ........... 49

    4. Jadwal Rekoleksi .............................................................................. 54

    D. Contoh Satuan Program Rekoleksi di Paroki Santo Yakobus Bantul

    Sebagai Usaha Meningkatkan Pelayanan Prodiakon dalam Liturgi

    Ekaristi ................................................................................................... 55

    1. Sesi ke II ........................................................................................... 55

    2. Sesi ke III ......................................................................................... 67

    BAB. V SIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 73

    A. Simpulan ................................................................................................ 73

    B. Saran ...................................................................................................... 75

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 76

    LAMPIRAN ....................................................................................................... 77

    Lampiran I: Lagu “Hidup Ini Adalah Kesempatan” ................................... 78

    Lampiran II: Lagu “Aku Bersyukur Pada-Mu” .......................................... 79

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xv

    DAFTAR TABEL

    Hal

    Tabel 1: Perbedaan Diakon dan Prodiakon ........................................................ 08

    Tabel 2: Perbedaan Liturgi dan Ibadat ............................................................... 11

    Tabel 3: Matriks Program Rekoleksi ................................................................. 49

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvi

    DAFTAR SINGKATAN

    A. Singkatan Kitab Suci

    Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Alkitab Perjanjian

    Lama dan Perjanjian Baru dalam terjemahan baru yang diselenggarakan oleh

    Lembaga Alkitab Indonesia, LAI, 2015.

    B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

    CT : Catechesi Trandendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus

    II kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang

    katekese masa kini, 16 oktober 1979

    SC : Sacrosanctum Concilium, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II

    tentang Liturgi Suci, 4 Desember 1963.

    C. Singkatan Lainnya

    Bdk : Bandingkan

    Dll : Dan lain-lain

    DSA : Doa Syukur Agung

    KAS : Keuskupan Agung Semarang

    KWI : Konferensi Waligereja Indonesia

    PKKI : Pertemuan Komisi Kateketik Keuskupan se Indonesia

    SCP : Shared Christian Praxis

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Liturgi adalah salah satu bentuk pelayanan dalam Gereja. Liturgi berasal

    dari bahasa Yunani leitourgia yang terbentuk dari akar kata ergon yang berarti

    ‘karya’, dan leitos yang merupakan kata sifat untuk kata benda laos atau bangsa.

    Secara harafiah leitourgia berarti ‘kerja’ atau ‘pelayanan yang dibaktikan bagi

    kepentingan bangsa’ (Martasudjita, 1999:18). Tetapi tidak sedikit umat Kristiani

    khususnya di Paroki Santo Yakobus Bantul yang memahami liturgi hanya sebagai

    upacara atau ritus ibadat dalam Gereja. Tidak sedikit umat yang memahami

    Liturgi sebatas urutan upacara keagamaan dan segala hal yang berkaitan dengan

    upacara tersebut, seperti petugas, peralatan dan sebagainya. Dalam Gereja Katolik

    sendiri Liturgi dikaitkan dengan perayaan Ekaristi dan Ibadat.

    Pelayan yang terlibat dalam liturgi dibedakan menjadi dua yaitu pelayan

    tertahbis dan pelayan bukan tertahbis. Pelayan tertahbis diperuntukkan bagi

    mereka yang menerima sakramen imamat yaitu Uskup, Imam, dan Diakon. Kaum

    awam bisa terlibat dalam pelayanan liturgi sebagai pelayan bukan tertahbis. Kaum

    awam terlibat dalam pelayanan liturgi sebagai Misdinar, Lektor, team paramenta

    atau sebagai Prodiakon. Dalam penulisan ini, penulis berfokus pada pelayanan

    Prodiakon.

    Prodiakon adalah orang awam yang ditugaskan oleh uskup untuk membantu

    menerimakan Tubuh Tuhan (komuni) dalam rangka Perayaan Ekaristi, liturgi

    sabda dan kepada orang sakit dan untuk memimpin ibadat non-sakramental dan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 2

    tanpa (memberikan) berkat (Martasudjita, 1999:223). Tugas yang paling utama

    ialah membantu Imam membagikan Komuni Suci baik dalam Perayaan Ekaristi

    maupun diluar Perayaan Ekaristi (kepada orang sakit dan tahanan dalam penjara).

    Tetapi mereka kurang memahami tugas utamanya sebagai Prodiakon. Para

    Prodiakon menganggap bahwa tugas utamanya ialah memimpin ibadat, sehingga

    Prodiakon kurang memahami Liturgi Ekaristi. Ketika saat bertugas dalam

    Perayaan Ekaristi hanya sekedar bertugas saja tanpa memhami Ekaristi itu sendiri.

    Syarat dan tugas menjadi prodiakon paroki ialah memiliki nama baik

    sebagai pribadi ataupun keluarga, diterima umat dan memiliki penampilan layak

    (Martasudjita, 2017:19-20). Prodiakon juga harus memiliki pengetahuan dan

    ketrampilan liturgis dan peribadatan yang memadai (Martasudjita, 2017:25).

    Ketrampilan ini harus mereka peroleh karena prodiakon merupakan pelayan

    ibadat. Mereka tidak harus mengerti mengenai seluruh teori liturgi, akan tetapi

    memahami hal-hal pokok dalam liturgi dan peribadatan akan sangat membantu

    prodiakon dalam melayani. Prodiakon harus dituntut mengerti mengenai alat-alat

    dan busana liturgi, tata gerak liturgi, tata urutan ibadat dan ekaristi. Walaupun

    menjadi prodiakon merupakan hal yang sulit tetapi berkah yang melimpah karena

    boleh menjadi pelayan altar dan mereka juga kerap disebut asisten Imam.

    Seiring dengan pemahaman umat tentang Liturgi sebagai upacara

    keagamaan, peran Prodiakon dalam Liturgi Ekaristi juga sebatas peran liturgis

    yang tidak ada kaitannya dengan dimensi sosial iman Kristiani. Keterlibatan kaum

    awam sebagai prodiakon sebaiknya dipandang sebagai persembahan hidupnya

    untuk Gereja. Walaupun pelayanannya masih di bawah Diakon tetapi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 3

    pelayanannya sangat dibutuhkan oleh Gereja. Pelayanan ini dipandang sebagai

    panggilan hidup. Sudah semestinya Gereja memberikan penghargaan kepada

    Prodiakon sebagai pelayan ibadat dalam Gereja.

    Perayaan Ekaristi adalah perayaan liturgi Gereja yang resmi, yang

    mempersatukan umat dengan Kristus. Dalam Perayaan Ekaristi, umat secara

    khusus mengambil bagian dalam penyerahan Kristus kepada Bapa sekaligus

    dipersatukan satu sama lain oleh Kristus. Dalam Perayaan Ekaristi, seluruh umat

    mendapatkan wadah untuk merayakan iman secara bersama (Sugiyono, 2010:8).

    Dalam Perayaan Ekaristi ini ada pelayanan yang dilakukan oleh Prodiakon.

    Prodiakon membantu Imam dalam membagikan Komuni Suci di gereja, terutama

    jika jumlah Imam yang tidak sebanding dengan banyaknya umat yang mengikuti

    Ekaristi pada hari itu maka dibutuhkan pelayanan mereka. Mereka juga membantu

    dalam penerimaan Komuni bagi orang sakit dan para tahanan di dalam penjara.

    Oleh sebab itu, penulis ingin mengkaji inspirasi lebih mendalam mengenai

    pelayanan prodiakon dalam tugas pelayanan ibadat Gereja sebagai bentuk

    keterlibatan kaum awam dalam tugas pelayanan Gereja. Penulis memilih judul

    kajian ini, yakni “PELAYANAN PRODIAKON DALAM LITURGI EKARISTI

    DI PAROKI SANTO YAKOBUS BANTUL.” Penulis berharap bahwa dengan

    kajian ini, pelayanan Prodiakon tidak hanya dimengerti secara kultis melainkan

    juga memiliki dimensi kesalehan sosial.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 4

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah yang akan

    dibahas dalam skripsi oleh penulis, yaitu:

    1. Apakah yang dimaksud dengan pelayanan Prodiakon Paroki saat ini?

    2. Apa sajakah pelayanan Prodiakon dalam terang Liturgi Ekaristi?

    3. Usaha apa yang perlu dilakukan untuk meningkatkan pelayanan Prodiakon

    dalam terang liturgi Ekaristi?

    C. Tujuan Penulisan

    Beberapa tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini sebagai

    berikut:

    1. Memaparkan pelayanan Prodiakon Paroki saat ini.

    2. Mendeskripsikan pelayanan Prodiakon dalam terang Liturgi Ekaristi.

    3. Mendeskripsikan upaya konkret yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

    pelayanan Prodiakon dalam terang liturgi Ekaristi.

    D. Manfaat Penulisan

    Ada beberapa manfaat dari penelitian ini, antara lain:

    1. Manfaat Teoritis

    Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat berguna dan memberi wawasan

    baru mengenai peran prodiakon dalam konteks perayaan Ekaristi.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 5

    2. Manfaat Praktis

    a. Bagi kaum awam

    Kaum awam mau terpanggil untuk mengabdikan diri dalam pelayanan di

    Gereja. Melibatkan diri mereka untuk perkembangan Gereja, serta memahami

    Ekaristi sebagai pedoman hidup mereka baik dalam pelayanan di Gereja maupun

    dalam hidup bermasyarakat.

    b. Bagi Prodiakon

    Diharapkan para Prodiakon semakin bersemangat mengabdikan diri sebagai

    pelayan Gereja dan meningkatkan pelayanan mereka sebagai pelayan ibadat

    Gereja, yang tidak terbatas dalam perayaan Liturgi tetapi juga menyangkut

    keterlibatan sosial dalam hidup bermasyarakat.

    E. Metode Penulisan

    Penulisan skripsi ini didasarkan pada studi kepustakaan dengan

    menggunakan metode deskriptif kritis. Dengan metode ini, penulisan dilakukan

    dengan mengemukakan, menyampaikan, menggambarkan dan memberikan

    catatan kristis terhadap apa yang sudah didapat dari studi pustaka. Berdasarkan

    judul yang dipilih, penulis akan memaparkan keterlibatan Prodiakon dalam

    pelayanan Liturgi Ekaristi.

    F. Sistematika Penulisan

    Untuk mendapatkan gambaran yang jelas, penulis menyampaikan pokok-

    pokok yang dibahas sebagai berikut.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 6

    BAB I

    Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat

    penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

    BAB II

    Bab ini membahas tentang Prodiakon Paroki.

    BAB III

    Bab ini membahas tentang Prodiakon sebagai pelayan liturgi Ekaristi.

    BAB IV

    Bab ini berisi tentang upaya konkret yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

    pelayanan Prodiakon dalam liturgi Ekaristi.

    BAB V

    Bab ini merupakan Penutup, yang mencakup kesimpulan dan saran.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • BAB II

    PRODIAKON PAROKI

    Dalam bab sebelumnya penulis telah menjabarkan mengenai latar belakang

    pelayanan Prodiakon dalam Liturgi Ekaristi, rumusan masalah, tujuan penulisan

    skripsi, manfaat penulisan skripsi, metode penulisan skripsi, serta judul skripsi.

    Dalam bab ini, penulis akan membahas mengenai Prodiakon Paroki dalam lima

    bagian. Bagian pertama akan membahas mengenai pengertian dan sejarah

    Prodiakon. Bagian kedua menjelaskan mengenai syarat menjadi Prodiakon.

    Bagian ketiga menjelaskan mengenai Perbedaan liturgi dan ibadat. Bagian

    keempat menyajikan perlengkapan liturgi yang digunakan oleh Prodiakon. Bagian

    kelima memaparkan mengenai spiritualitas hidup Prodiakon. Bagian terakhir

    menyajikan ringkasan mengenai bab dua ini.

    A. Pengertian dan Sejarah Prodiakon

    1. Pengertian Prodiakon

    Prodiakon adalah kaum awam yang diangkat oleh Uskup setempat melalui

    Surat Tugas untuk Paroki tertentu sebagai petugas ibadat. Prodiakon diangkat

    selama tiga tahun. Kebijakan tentang berapa kali periode, batasan umur untuk

    prodiakon di setiap Paroki berbeda. Tugas prodiakon adalah membantu

    penerimaan komuni dalam rangka Perayaan Ekaristi, mengirim komuni untuk

    orang sakit, serta memimpin Ibadat Sabda dengan memberikan homili tetapi tidak

    memberikan berkat publik kepada umat (Martasudjita, 2017: 9).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 8

    Istilah prodiakon berasal dari kata Latin, pro dan diakon. Kata pro berarti

    demi, untuk kepentingan, sebagai ganti, selaku, bagaikan, seolah-olah. Kata

    diakon merupakan bentukan dari kata Yunani diakonos, yang berarti seseorang

    yang melayani, membuat pelayanan, mengurusi, menyelesaikan. Prodiakon

    merupakan pengganti diakon (Martasudjita, 2017: 10). Ada beberapa perbedaan

    antara diakon dan prodiakon.

    Tabel 1. Perbedaan diakon dan prodiakon

    Diakon Prodiakon

    Ditahbiskan

    Klerus dan hierarki

    Menerima materai imamat tingkat

    terendah

    Jabatan berlaku tetap

    Wilayah pelayanan luas

    Tugas-tugas yang lebih luas

    Dilantik

    Kaum awam

    Tidak menerima materai imamat

    Belaku jangka waktu tertentu (3

    tahun)

    Wilayah pelayanan di Paroki

    sendiri

    Tugas sesuai dengan penugasan

    uskup dan pastor paroki

    Sumber: Martasudjita, 2017: 12

    Istilah prodiakon hanya ada di beberapa keuskupan di Indonesia, seperti

    Keuskupan Agung Semarang, Keuskupan Agung Jakarta, Keuskupan Bandung

    dan Keuskupan Purwakerta. Di Keuskupan lain ada istilah Asisten Imam dan

    Asisten Pastoral.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 9

    2. Sejarah Istilah Prodiakon

    Istilah Prodiakon muncul pertama kali di Keuskupan Agung Semarang

    (KAS) pada 1985. Romo Ign. Wignyasumarta, MSF, selaku sekretaris KAS

    mengeluarkan surat pada 7 Agustus 1985 yang ditujukan kepada para Rama

    Paroki sewilayah KAS mengenai pelayan awam ini dengan nama Prodiakon

    Paroki. Surat ini merupakan hasil rapat Konsult KAS pada 5 – 6 Agustus 1985 di

    Girisonta. Sebelum nama ini diresmikan ada beberapa istilah untuk pelayan

    awam ini.

    Sebelumnya pada tahun 1966 di KAS terjadi penambahan jumlah umat

    Katolik yang mencolok yang berdampak pada kekurangan jumlah imam. Karena

    masalah ini Justinus Kardinal Darmajuwana, Uskup KAS, memohon kepada

    Roma (Propaganda Fide, Konggregasi untuk Penyebaran Iman) agar KAS boleh

    menunjuk para awam untuk membantu imam dalam membagi Komuni baik saat

    Ekaristi maupun di luar Perayaan Ekaristi (Siswata, 1991: 11). Akhirnya

    dipilihlah mereka menjadi pelayan Komuni ini dengan nama Diakon Awam.

    Pada akhir tahun 1983, nama Diakon Awam diganti dengan Diakon Paroki

    karena istilah Diakon Awam kurang tepat, sebab istilah Diakon dikenakan untuk

    mereka yang telah ditahbiskan menjadi Diakon dan bukan lagi merupakan awam.

    Tugas Diakon tertahbis dan Diakon Paroki agak sama. Pada 1985 istilah Diakon

    Paroki resmi diganti menjadi Prodiakon Paroki sampai saat ini. Prodiakon Paroki

    dipilih untuk menjalankan sebagian tugas Diakon tertahbis.

    Tugas-tugas resmi seorang Prodiakon yaitu membantu Imam menerimakan

    komuni. Menerimakan komuni saat Perayaan Ekaristi, dan di luar Perayaan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 10

    Ekaristi, seperti dalam Ibadat Sabda, Perayaan Sabda Hari Minggu dan mengirim

    komuni suci bagi orang sakit. Tugas berikutnya ialah melaksanakan tugas yang

    diberikan oleh Pastor Paroki. Tugas ini, seperti memimpin Ibadat Sabda dan

    memberikan homili, memimpin upacara pemakaman dan memimpin doa untuk

    ujub dan keperluan Lingkungan (Martasudjita, 2017: 21).

    B. Syarat Menjadi Prodiakon

    Ada beberapa syarat untuk menjadi Prodiakon. Syarat pertama untuk

    menjadi Prodiakon Paroki adalah memiliki nama baik, sebagai pribadi maupun

    dalam keluarga: Seorang yang beriman dan memiliki kehidupan yang baik, baik

    bagi yang belum menikah maupun sudah menikah (Martasudjita, 2017: 19).

    Syarat berikutnya ialah diterima oleh umat. Diterima karena perilaku dan

    hidup moralnya yang baik. Diterima juga karena memiliki watak dan karakter

    yang seimbang dan mampu menjadi penengah dalam umat. Syarat yang terakhir

    ialah memiliki penampilan yang layak. Prodiakon diharapkan mampu memimpin

    doa dengan baik, membaca Kitab Suci dengan baik dan jelas serta dapat

    berhomili yang dapat dimengerti oleh seluruh umat (Martasudjita, 2017: 20).

    C. Perbedaan Liturgi dan Ibadat

    Perbedaan pengertian tentang liturgi dan ibadat dalam segi bahasa, teologis

    dan liturgis, dapat dilihat dalam tabel berikut:

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 11

    Tabel 2. Perbedaan liturgi dan ibadat.

    Pembeda Liturgi Ibadat

    Segi bahasa Liturgi sebagai tindakan untuk

    mengungkapkan iman. Liturgi

    berhubungan dengan doa yang

    menyatakan iman dan

    hubungan kita dengan Allah.

    Ibadat mencakup tindakan

    ungkapan iman dan sekaligus

    tindakan perwujudan iman.

    Segi teologis Liturgi adalah suatu

    komunikasi dua arah yang

    saling terkait, yakni Allah yang

    menguduskan dan

    menyelamatkan manusia

    (katabatis) dan sekaligus

    manusia menanggapi

    pengudusan Allah itu dengan

    memuliakan Allah (anabatis).

    Tekanan ibadat lebih terletak

    pada aspek gerakan anabatis

    saja, yakni dari manusia ke

    Allah sebagai tanggapan atas

    karunia pengudusan-Nya itu.

    Segi liturgis Bersifat resmi. Contoh

    perayaan liturgi sakramen-

    sakramen

    Tidak selalu pada level atau

    tingkatan resmi. Contoh ibadat

    sakramentali (ibadat

    pertunangan, ibadat

    pemberkatan rumah, dll.)

    Sumber: Martasudjita, 2017: 47

    Salah satu tugas Prodiakon selain tugas utamanya membantu Imam dalam

    menerimakan komuni adalah memimpin Ibadat Sabda. Karena itu Prodiakon

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 12

    mesti mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya. Dengan mempersiapkan diri,

    membantu Prodiakon untuk menyiapkan hal-hal yang harus mereka persiapkan

    untuk menunjang pelayanan mereka.

    D. Perlengkapan Liturgi Bagi Prodiakon

    1. Busana Liturgi

    Pakaian liturgi seorang prodiakon yang resmi adalah Alba yang diikat

    dengan singel. Alba adalah pakaian resmi yang bisa dipakai siapa saja yang

    bertugas dalam liturgi, termasuk Imam. Bisa ditambahkan samir, yaitu kain

    semacam selendang yang dikalungkan dan ujungnya bertemu dan biasanya diberi

    salib yang bergantung. Samir berbeda dengan stola milik Imam atau pun diakon

    tertahbis (Martasudjita, 2017: 52).

    2. Peralatan Tugas Pelayanan

    Beberapa peralatan liturgi yang diperlukan prodiakon menurut jenis

    pelayanan liturgi atau ibadatnya.

    a) Untuk pelayanan dalam Perayaan Ekaristi, saat prodiakon bertugas membagi

    komuni saat Perayaan Ekaristi, alat liturgi yang digunakan ialah kain piala

    atau purificatorium.

    b) Untuk pelayanan mengirim komuni kudus kepada orang sakit atau di penjara,

    prodiakon membutuhkan piksis, yaitu wadah untuk menyimpan hosti suci

    yang dimasukkan kedalam kantong yang diberi tali sehingga saat

    membawanya dapat dikalungkan di dada. Selain piksis di dalam kantong juga

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 13

    disiapkan korporal atau kain putih yang digunakan untuk mengalasi piksis.

    Di tempat orang yang dikirimi komuni, hendaknya disediakan meja yang

    diberi taplak putih yang bersih dan diletakkan salib serta lilin yang menyala.

    c) Untuk pelayanan Ibadat Sabda di Lingkungan, prodiakon tidak memerlukan

    peralatan liturgi. Prodiakon hanya menyiapkan buku-buku yang digunakan

    untuk Ibadat Sabda saja seperti Kitab Suci, buku doa, buku nyanyian. Untuk

    pelayanan ibadat berkat atau sakramentali, prodiakon memerlukan buku-buku

    pemberkatan yang disesuaikan dengan kebutuhan, Kitab Suci, buku doa-doa

    dan buku nyanyian. Jika ada pemberkatan, diperlukan air suci yang telah

    disiapkan baik dalam aspergil atau wadah air suci dan hisop (Martasudjita,

    2017: 53-55).

    E. Spiritualitas Hidup Prodiakon

    Menjadi seorang prodiakon merupakan sebuah panggilan hidup, karena

    pelayanannya juga merupakan panggilan hidup. Allah memanggil kita untuk

    melayani umat Allah dengan tugas pelayanan yang diberikan oleh Uskup atas

    nama Gereja, walaupun pemanggilannya sendiri berupa usulan dari pemilihan

    Prodiakon yang dilakukan oleh umat, lalu diajukan ke Pastor Paroki.

    Prodiakon paroki tidak dipanggil untuk merencanakan dan melaksanakan

    apa yang menurut pikiran dan pandangannya, melainkan untuk ambil bagian

    dalam karya pengudusan dari Allah untuk umat-Nya. Kesadaran bahwa perayaan

    liturgi pertama-tama sebagai karya Allah sendiri membantu para Prodiakon untuk

    tidak memasang target sendiri ataupun ambisi pribadi.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 14

    Menjadi seorang prodiakon berarti harus banyak hal yang dikorbankan,

    karena menjadi prodiakon adalah sebuah pengabdian. Prodiakon adalah kaum

    awam justru sering tidak dapat menjalani hidup sebagai kaum awam yang normal

    karena sering harus berpisah dari keluarga di saat Perayaan Ekaristi. Inilah rasul

    awam, inilah prodiakon paroki yang bagi Gereja disebut sebagai “pahlawan

    tanpa tanda jasa.” Prodiakon Paroki merupakan satu dari panggilan rasul awam

    Gereja, tetapi prodiakon memang memiliki tempat dan peran khusus dalam

    pembangunan jemaat (Martasudjita, 2017: 31).

    F. Rangkuman

    Prodiakon adalah pelayan yang diangkat oleh Uskup setempat melalui

    Surat Keputusan bagi Paroki tertentu. Tugas utama mereka ialah membantu

    Imam membagi komuni dalam Perayaan Ekaristi baik di dalam maupun di luar

    perayaan Ekaristi. Tugas yang lainnya ialah memimpin Ibadat Sabda di

    Lingkungan. Tetapi Prodiakon sendiri kurang memahami tugas utamanya,

    karena mereka menganggap tugas utamanya ialah memimpin Ibadat Sabda di

    Lingkungan.

    Secara umum, tugas-tugas Prodiakon biasanya meliputi: tugas utama

    membantu menerimakan komuni di dalam Perayaan Ekaristi dan di luar

    Perayaan Ekaristi, entah dalam suatu Ibadat Sabda, Perayaan Sabda Hari

    Minggu, entah mengirim komuni kepada orang yang sakit atau di penjara; tugas

    berikutnya melaksanakan tugas yang diberikan oleh Pastor Paroki, misalnya

    memimpin Ibadat Sabda, memberikan homili, memimpin upacara pemakaman,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 15

    serta memimpin doa untuk berbagai ujud dan keperluan di lingkungan

    (Martasudjita, 2017:21). Tetapi prodiakon sendiri lebih memahami bahwa tugas

    yang diberikan oleh Pastor Paroki di Lingkunganlah yang paling utama. Dengan

    demikian kurang memahami Prodiakon dalam Liturgi Ekaristi.

    Prodiakon jarang sekali memahami Liturgi Ekaristi. Liturgi Ekaristi hanya

    dihayati sebagai ritual keagamaan saja. Prodiakon lebih banyak memahami cara

    berkhotbah yang baik, tetapi tidak cukup menghayati Ekaristi. Saat bertugas

    membantu Imam hanya sekedar membantu Imam membagi komuni saja, tanpa

    memahami Ekaristi itu sendiri.

    Pada umumnya Prodiakon sering memahami Liturgi secara sempit, sebatas

    pada hal-hal praktis, soal aturan peribadatan, soal duduk dan berdiri, soal

    pembacaan doa dan Sabda Allah, soal nyanyian yang cocok untuk Perayaan

    Ekaristi Perkawinan yang mana dan sebagainya (Martasudjita, 2017:39).

    Prodiakon kurang paham mengenai perannya dalam Liturgi Ekaristi.

    Paroki juga kadang kurang memperhatikan pemahaman Prodiakon mereka

    mengenai Liturgi Ekaristi. Asal Prodiakon mau bertugas ketika Perayaan

    Ekaristi sudah beres. Ketika mengadakan pertemuan untuk Prodiakon, materi

    yang dibahas hanya mengenai Liturgi secara sempit saja, seperti mengenai alat-

    alat liturgi, pakaian yang digunakan atau cara berkhotbah yang baik. Mengenai

    Liturgi Ekaristi hanya dibahas sesingkatnya saja, bahkan kadang kurang

    mengena pada diri Prodiakon sendiri. Paroki juga perlu memberikan pertemuan

    yang membahas mengenai pelayanan Prodiakon dalam Liturgi Ekaristi,

    khususnya pemahaman khusus mengenai Ekaristi.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • BAB III

    PELAYANAN PRODIAKON DALAM LITURGI EKARISTI

    Dalam bab sebelumnya, penulis telah membahas mengenai Prodiakon

    Paroki. Dalam pembahasan tersebut disebutkan bahwa salah satu tugas seorang

    Prodiakon ialah membantu Imam dalam Perayaan Ekaristi. Dalam bab III ini,

    penulis akan membahas mengenai tugas tersebut, terkhusus Pelayanan Prodiakon

    dalam Liturgi Ekaristi. Pembahasan ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama

    membahas mengenai Liturgi Ekaristi, kemudian bagian kedua menjelaskan

    tentang Pelayanan Prodiakon dalam Terang Liturgi Ekaristi.

    A. Liturgi Ekaristi

    1. Pengertian Tentang Liturgi

    Liturgi dapat dipahami dari macam-macam pengertian. Dalam pikiran

    banyak orang liturgi dimengerti sebagai hal-hal mengenai doa, ibadat, urutan

    ibadat, nyanyian liturgi, peralatan liturgi, cara duduk atau berdiri yang liturgis dan

    sebagainya. Pandangan mengenai liturgi selalu menyangkut hal-hal praktis yang

    berhubungan dengan tata ibadat atau doa yang bersifat kultus (Martasudjita, 2011:

    13). Umat lebih memahami Liturgi sebagai upacara atau ibadat publik Gereja dan

    dipandang sebagai kumpulan aturan dalam peribadatan. Umat cenderung melihat

    Liturgi hanya dari segi-segi luar dengan aturan yang mengikat, namun Liturgi

    memiliki arti yang lebih dalam dari pada itu semua. Liturgi perlu dipahami lebih

    dalam oleh umat, agar umat sendiri lebih memahami dengan baik.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 17

    Liturgi adalah salah satu bentuk pelayanan dalam Gereja. Liturgi berasal

    dari bahasa Yunani leitourgia yang terbentuk dari akar kata ergon yang berarti

    ‘karya’, dan leitos yang merupakan kata sifat untuk kata benda laos atau bangsa.

    Secara harfiah leitourgia berarti ‘kerja’ atau ‘pelayanan yang dibaktikan bagi

    kepentingan bangsa’ (Martasudjita, 1999: 18).

    Dalam Perjanjian Lama, liturgi berarti pelayanan ibadat, digunakan untuk

    menunjuk pelayanan ibadat para imam atau kaum Lewi, yakni pelayanan ibadat

    dalam Bait Allah di Yerusalem, sedangkan tindakan kultis umat biasanya

    diungkapkan dengan istilah latreia (penyembahan). Istilah leitourgos berarti

    pelayan liturgi atau pelayan dalam arti umum (Martasudjita, 2011: 16).

    Dalam Perjanjian Baru, kata benda leitourgia dan kata kerja leitourgein

    mengalami perkembangan yang menarik, dengan makna yang sama yakni

    pelayanan imam Perjanjian Lama. Surat Ibrani merupakan kitab yang paling

    sering menggunakan kedua kata itu yakni sebanyak 3 kali (Ibr 8: 6; 9: 21; 10: 11).

    Penulis surat Ibrani menggunakan kata leitourgia untuk menjelaskan makna

    imamat Yesus Kristus sebagai satu-satunya imamat Perjanjian Baru (Mastasudjita,

    2011: 16). Liturgi dalam Perjanjian Baru dihubungkan dengan pelayanan kepada

    Allah dan sesama. Pelayanan kepada Allah dan sesama itu tidak dibatasi hanya

    pada bidang ibadat saja, tetapi juga pada aneka bidang kehidupan lain. Perjanjian

    Baru hanya mengenal satu imamat saja, yaitu imamat Yesus Kristus, sedangkan

    imamat khusus (tahbisan) dalam Gereja selalu merupakan partisipasi dalam satu-

    satunya imamat Yesus Kristus (Martasudjita, 2011: 18).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 18

    Istilah liturgi pada masa pasca para Rasul sudah digunakan untuk kegiatan

    ibadat atau doa Kristiani. Klemens dalam suratnya (1Klemens 41: 1) menyebut

    istilah liturgi untuk menunjuk pelayanan ibadat, baik kepada Allah maupun

    kepada jemaat yang dilakukan oleh uskup, imam dan diakon. Istilah liturgi

    digunakan hanya menunjuk pada Ekaristi (Martasudjita, 1999: 21).

    Pengertian yang utuh mengenai makna liturgi dapat kita temukan dalam

    Konstitusi Liturgi hasil sidang Konsili Vatikan II, yaitu Sacrosanctum Concilium

    (SC). Dokumen ini merupakan hasil proses panjang dari perjuangan upaya

    pembaruan liturgi melalui gerakan pembaruan liturgi. Dokumen ini merupakan

    puncak dan mahkota perjuangan panjang usaha pembaharuan liturgi tersebut

    (Martasudjita, 2011: 20). Pernyataan tentang iturgi terdapat dalam SC 7:

    Maka, benarlah bahwa liturgi dipandang sebagai pelaksanaan tugas imamat

    Yesus Kristus. Di dalam liturgi, dengan tanda-tanda lahiriah, pengudusan

    manusia dilambangkan dan dihasilkan dengan cara yang sesuai dengan

    masing-masing tanda ini; di dalam Liturgi, seluruh ibadat publik

    dilaksanakan oleh Tubuh Mistik Yesus Kristus, yakni Kepala beserta para

    anggota-Nya.

    Dalam pernyataan di atas, Liturgi dimengerti sebagai pelaksanaan tugas imamat

    Yesus Kristus yang dilaksanakan oleh Tubuh Mistik Kristus, yaitu Kepala dan

    para anggota-Nya. Jadi, Liturgi adalah perayaan misteri karya keselamatan Allah

    dalam Kristus, yang dilaksanakan oleh Yesus Kristus, Sang Imam Agung,

    bersama Gereja-Nya di dalam ikatan Roh Kudus (Martasudjita, 2011: 22).

    2. Liturgi Ekaristi

    Perayaan Ekaristi adalah perayaan liturgis Gereja resmi, yang

    mempersatukan umat dengan Kristus (Sugiyono, 2010: 8). Dalam Perayaan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 19

    Ekaristi, umat mengambil bagian dalam penyerahan diri kepada Kristus dan

    dipersatukan oleh Kristus dengan semua umat beriman.

    Dari Kisah para Rasul (2: 42.46; 20: 7.11) diketahui bahwa Jemaat Perdana

    dengan rajin merayakan Perjamuan Tuhan. Dari kesaksian Paulus (1 Kor 11: 17-

    34) dapat ditarik kesimpulan, bahwa mereka merayakannya serupa dengan

    Perjamuan Terakhir, artinya menurut adat-kebiasaan orang Yahudi. Hal itu tidak

    mengherankan, karena murid-murid Yesus yang pertama kebanyakan berasal dari

    kalangan Yahudi. Namun dari berita Paulus mungkin kelihatan bahwa perayaan

    bersama dengan orang lain (yang belum Kristiani) dapat menimbulkan kesulitan

    (KWI, 1996: 406).

    Bagaimanapun juga, sekitar tahun 200 (barangkali sudah sebelumnya),

    dalam kerangka perayaan Ekaristi sudah tidak lagi diadakan perjamuan sungguh

    (artinya, makan besar). Semua terbatas pada doa saja, yakni doa sebelum dan doa

    sesudah makan. Karena sudah tidak ada makan lagi, maka kedua doa itu tentu

    menjadi satu. Doa pendek sebelum makan diintegrasikan dalam doa yang disebut

    birkat ha-mazon menjadi Doa Syukur Agung seperti yang dikenal sampai

    sekarang (KWI, 1996:406).

    Ekaristi berasal dari bahasa Yunani, eucharistia, yang berarti syukur. Dalam

    Perayaan Ekaristi terdapat 4 bagian: Ritus Pembuka, Liturgi Sabda, Liturgi

    Ekaristi dan Ritus Penutup.

    a. Ritus Pembuka

    Ritus Pembuka terdiri dari bagian-bagian yang mendahului Liturgi Sabda,

    tujuannya untuk mempersatukan umat yang berhimpun dan menyiapkan mereka

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 20

    supaya dapat mendengarkan sabda Allah dengan penuh perhatian dan merayakan

    Ekaristi dengan sebaik-baiknya (Suharyo, 2011: 15). Ritus Pembuka dibuka

    dengan tanda salib untuk mengawali seluruh perayaan Ekaristi. Gerakan tanda

    salib ini sudah dipakai oleh orang-orang Kristiani sejak abad kedua. Pembuka

    perayaan Ekaristi ini mengajak kita untuk menyadari bahwa Allah Tritunggal

    memanggil kita menjadi satu persekutuan. Merayakan Ekaristi sebagai tanggapan

    kita terhadap undangan Allah, Bapa, Putra dan Roh Kudus. Allah-lah yang

    menjadi tuan rumah bagi perayaan perjamuan dan kurban, kenangan akan Paskah

    Yesus Kristus dan jaminan perjamuan abadi di dalam Kerajaan Allah (Suharyo,

    2011: 16).

    Undangan Allah untuk ikut serta dalam perjamuan dan kurban Ekaristi ini

    ditujukan kepada semua orang tanpa memperhatikan perbedaan latar belakang

    ekonomi, sosial, politik, budaya atau perbedaan apapun juga. Ekaristi

    mengajarkan kita bahwa kita perlu mengesampingkan perbedaan-perbedaan

    sosial dan mengatasi kepentingan-kepentingan yang dangkal, kalau kita

    mendengarkan panggilan dari Allah, kita mampu berhimpun sebagai sesama

    saudara yang mempunyai jati diri sebagai anak-anak Allah (Suharyo, 2011: 17).

    Dalam perjamuan dan kurban Ekaristi, kita diundang untuk hidup sebagai

    persekutuan yang semakin bersatu dan bersaudara. Kita diundang untuk ikut

    terlibat dalam penguatan ikatan persaudaraan itu (Suharyo, 2011: 18).

    Dengan menghayati Ekaristi, kita diundang untuk terus-menerus membarui

    pandangan kita: kita diundang dan dihimpun oleh Allah sebagai anak-anak-Nya

    (Suharyo, 2011: 19). Pada awal perayaan Ekaristi daya keselamatan Allah

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 21

    membangun persekutuan persaudaraan. Pemahaman Ekaristi yang individualistik

    perlu dilengkapi dengan corak komuniter yang sudah ditekankan sejak awal

    dengan membuat tanda salib sambil menyebut nama Allah Tritunggal (Suharyo,

    2011: 20). Komunitas biarawan-biarawati menjadi saksi bahwa membangun

    persekutuan hidup bersama yang terdiri dari pribadi-pribadi yang berasal dari

    berbagai latar belakang, adalah suatu yang sungguh mungkin (Suharyo, 2011:

    22).

    Pentingnya kesadaran akan kebersaman kita sebagai umat Allah dalam

    perayaan Ekaristi dapat diperdalam dengan arti gerak imam yang mencium altar.

    Arti dari gerak itu adalah penghormatan terhadap para kudus khususnya para

    martir yang relikuinya diletakkan pada altar. Dengan cara ini, Gereja ingin

    menyatakan bahwa umat yang bersatu tidak mungkin terbangun kalau tidak ada

    orang yang rela memberikan diri dan membagikan hidupnya (Suharyo, 2011:23).

    Seorang imam pemimpin Ekaristi mencium altar artinya mencium relikui martir

    yang ada di altar itu, ia bukan hanya menyatakan hormat, tetapi juga niat untuk

    rela menjadi martir kecil demi terbangunnya komunitas murid-murid Yesus yang

    sejati. Komunitas itu menjadi kenyataan ketika umat bersama-sama menerima

    komuni (= communion berarti persekutuan). Persekutuan inilah yang perlu

    diwujudnyatakan dalam persaudaraan sejati dalam kehidupan sehari-hari

    (Suharyo, 2011:24).

    Gereja yang dilahirkan secara baru sebagai tanggapan atas panggilan dan

    rahmat Allah dalam Ekaristi, adalah cermin Allah Tritunggal: umat Allah yang

    kudus, Tubuh Kristus, Kenisah Roh Kudus. Semakin kita menyadari kenyataan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 22

    ini kita juga semakin sadar bahwa kita adalah himpunan orang-orang berdosa.

    Oleh karena itu, kita kembali kepada Allah, sambil memikul beban dosa kita dan

    kita mengakui bahwa “Kami telah berdosa … Tuhan kasihanilah kami.” Kita

    mengakui kedosaan kita tidak hanya kepada Allah, tetapi juga kepada sesama

    kita. Kita mengakui bahwa kita adalah bagian dari umat manusia yang berdosa

    (Suharyo, 2011: 25).

    Pengakuan bahwa kita adalah orang-orang berdosa juga menekankan

    kebersamaan sebagai umat Tuhan. Ini semua mengungkapkan dan menegaskan

    kebersamaan kita sebagai umat yang menghadap Tuhan memohon kerahiman-

    Nya agar dengan hati bersih dapat bersama-sama mendengarkan Sabda Allah

    (Suharyo, 2011: 26). Dalam pengakuan diri sebagai orang-orang berdosa, kita

    menempatkan diri kita sebagai makhluk ciptaan Allah. Menghayati Ekaristi

    berarti juga melihat dan mengakui bahwa rahmat Allah berkarya dalam diri orang

    lain. Inilah landasan dari segala sikap terbuka. Ekaristi membuka mata kita untuk

    melihat yang baik dan yang benar di dalam diri mereka yang berbeda dari kita.

    Sementara itu kita akan terdorong untuk lebih bersyukur dan bergembira atas

    kebenaran yang telah dianugerahkan dan dipercayakan kepada kita. Kecurigaan

    semestinya tidak ada tempatnya dalam Komunitas Ekaristis (Suharyo, 2011: 27-

    28).

    Komunitas Ekaristis adalah komunitas yang mewartakan pesan pendamaian,

    mengembangkan dialog dan persaudaraan serta berjuang untuk menyelesaikan

    berbagai konflik. Dengan cara itu, umat yang mengikuti perayaan Ekaristi akan

    menjadi komunitas yang sungguh menghayati panggilan dan perutusan untuk

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 23

    menjadi benih-benih kemanusiaan baru yang sudah ditebus dan diselamatkan,

    akan menjadi komunitas yang hidupnya meluap dalam pujian, “Kemuliaan

    kepada Allah di surga, dan damai di bumi kepada orang-orang yang berkenan

    kepada-Nya.” Komunitas yang hidup adalah komunitas yang memuji Allah

    (Suharyo, 2011: 29).

    b. Liturgi Sabda

    Menurut Suharyo (2011: 33) Umat yang berhimpun akan mendapat

    makanan dari meja Sabda karena “manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari

    setiap firman yang keluar dari mulut Allah.” Perayaan Ekaristi merupakan satu

    tindakan ibadat yang selain mencakup Liturgi Ekaristi juga Liturgi Sabda atau

    pewartaan Sabda Allah. Dalam pelayanan-Nya di depan umum, Yesus melakukan

    karya-karya agung dan mengajar. Keduanya merupakan bentuk pewartaan

    Kerajaan Allah. Sekarang Ia masih terus mengajar kita dan kita mendengarkan

    Dia, yang mempunyai sabda kehidupan kekal (Yoh 6: 68-69).

    Dalam Liturgi Sabda, kisah karya penyelamatan Allah dalam sejarah umat

    manusia diwartakan melalui bacaan-bacaan yang diambil dari Perjanjian Lama,

    Perjanjian Baru dan khususnya Injil Yesus Kristus, yang merupakan puncaknya

    (Suharyo, 2011: 35). Tanggapan terhadap sabda Allah yang diwartakan adalah

    iman. Hanya dalam iman kita dapat berjumpa dan mengalami kehadiran serta

    karya Kristus yang bangkit dalam perayaan-perayaan sakramen, khususnya

    Ekaristi dan dalam kehidupan sehari-hari.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 24

    Usaha manusia tidak akan cukup untuk membawa kita kepada iman akan

    Sabda Allah. Iman mencakup kesiapan untuk mendengarkan sabda, menerimanya

    dalam hati, membiarkan sabda itu membarui kehidupan, melaksanakannya dalam

    tindakan nyata dan membagikannya kepada orang lain. Iman jauh lebih daripada

    sekedar pengetahuan yang memuaskan budi dan sentuhan yang memuaskan

    emosi. Iman adalah ketaatan kepada Allah. Ketaatan itu mengandaikan dan

    sekaligus mendorong pertobatan yang mengubah dan membarui kehidupan

    (Suharyo, 2011: 36).

    Sabda yang diwartakan khususnya dalam perayaan Ekaristi diharapkan

    meneguhkan ikatan kasih antara Kristus dan Gereja, yang tidak lain adalah kita

    semua dan kita masing-masing. Semakin kita rela mendengarkan Sabda, semakin

    pula iman, harapan dan kasih kita diteguhkan (Suharyo, 2011: 37). Pewartaan

    Sabda semestinya juga menimbulkan dalam diri kita perasaan iman yang sama

    dengan yang dialami oleh dua orang murid yang berjalan bersama Yesus menuju

    Emaus, yaitu hati yang berkobar-kobar (Suharyo, 2011: 38).

    Supaya pengalaman seperti ini dapat terjadi para lektor juga mesti dibina

    dalam semangat yang benar dan ketrampilan yang memadai sehingga membantu

    para pendengar untuk semakin rindu mendengarkan Sabda (Suharyo, 2011:39).

    Seorang lektor dalam perayaan Ekaristi diharapkan sungguh berusaha untuk

    memahami arti yang ia bacakan dan memahami keadaan umat dengan

    kegembiraan dan harapannya, dengan keprihatinan dan kecemasannya yang siap

    mendengarkan Sabda itu (Suharyo, 2011: 40).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 25

    Peranan homili yang diharapkan oleh umat adalah sebagai salah satu sarana

    yang penting bagi mereka untuk mengalami dipuaskan oleh makanan Sabda.

    Homili merupakan dialog dalam arti luas, antara yang membawakan homili

    dengan umat, setelah pembawa homili sendiri mendengarkan Sabda. Pembawa

    homili memberikan kesaksian atau olahan imannya kepada umat, yang adalah

    sesama peziarah iman (Suharyo, 2011: 41).

    Bacaan-bacaan dari Kitab Suci untuk perayaan Ekaristi hari Minggu disusun

    berdasarkan lingkaran tahun liturgi A, B dan C serta pesta-pesta. Dengan

    demikian, kalau seseorang secara teratur mengikuti perayaan Ekaristi hari

    Minggu, dalam lingkaran tiga tahun, ia boleh dikatakan sudah membaca seluruh

    Kitab Suci (Suharyo, 2011: 42), yang memuat Sabda Allah dan Karya-Nya.

    Dengan mengenangkan karya Allah, kita disatukan oleh Roh Kudus dengan

    para pendahulu kita dalam iman, yang juga mengalami karya itu, percaya padanya

    dan mewariskannya kepada kita. Dengan cara yang sama, kita disatukan dengan

    umat yang merayakan Ekaristi di seluruh dunia, yang juga mengenangkan kembali

    karya-karya Allah berdasarkan sabda atau kisah yang sama (Suharyo, 2011:44).

    Pada hari-hari Minggu dan hari-hari besar, sesudah pembacaan Sabda dan

    homili umat mengucapkan Syahadat. Inilah tanggapan yang paling baik terhadap

    Sabda yang sudah didengarkan dan direnungkan. Syahadat merangkum sejarah

    karya penyelamatan Allah yang dikisahkan dalam Kitab Suci, dan diharapkan

    memperkaya hubungan pribadi antara umat beriman dengan Allah yang

    menyelamatkan. Rumusan-rumusan iman yang ada dalam Syahadat

    mencerminkan usaha Gereja selama bertahun-tahun untuk menetapkan isi iman

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 26

    Kristiani. Dengan demikian, Syahadat adalah bentuk lain dari kenangan bersama

    yang menghubungkan Umat Allah sekarang dengan Umat Allah sepanjang sejarah

    (Suharyo, 2011: 51).

    Selanjutnya, umat mengarahkan diri kepada Allah, menghaturkan doa-doa

    bagi kepentingan Gereja, bagi dunia, bagi orang-orang miskin dan menderita dan

    bagi umat sendiri. Doa permohonan ini adalah ungkapan iman umat. Umat

    menyatakan imannya kepada Allah Sang Penyelenggara kehidupan, yang

    menuntun sejarah dunia dan sejarah umat manusia menuju kepenuhannya menurut

    rencana penyelamatan-Nya. Doa-doa permohonan itu juga menegaskan kesadaran

    diri umat sebagai makhluk Tuhan yang tidak pernah berhenti membutuhkan

    perlindungan-Nya (Suharyo, 2011: 53).

    Keyakinan yang ada di balik doa umat ialah bahwa Allah adalah Dia yang

    selalu mendengarkan. Gereja yang menghayati hidup Ekaristis adalah Gereja yang

    membuka hati dan budi untuk mendengarkan orang-orang yang tidak mempunyai

    suara, seperti halnya Allah mendengarkan saudari-saudara kita. Gereja tidak boleh

    berhenti berseru kepada Allah agar membuat lunak hati para penguasa yang

    hatinya keras, membuka telinga para penguasa yang tuli agar mereka mau

    mendengarkan suara orang-orang yang lemah. (Suharyo, 2011: 54-55).

    c. Liturgi Ekaristi

    Perayaan Ekaristi dilanjutkan dengan berpindah dari Meja Mimbar ke Meja

    Altar. Secara liturgis memasuki bagian Liturgi Ekaristi. Pesan-pesan pokok dari

    bagian ini mulai persiapan persembahan dan berpuncak pada Doa Syukur

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 27

    Agung sampai dengan Doa Sesudah Komuni dapat kita rangkum dalam satu

    gagasan, yaitu hidup dalam pengharapan (Suharyo, 2011: 59).

    Dalam persembahan kita menyatakan harapan kita akan daya ilahi yang

    menyempurnakan ciptaan dan kerja manusia. Roti dan anggur yang disiapkan

    adalah hasil dari bumi dan dari usaha manusia. Keduanya adalah tanda bahwa

    Allah tanpa henti menganugerahkan kehidupan. Dalam kuasa Roh Kudus, kedua

    tanda ini menjadi roti kehidupan dan minuman rohani. Keduanya merupakan buah

    karya penyelamatan Allah (Suharyo, 2011: 61).

    Roti dan anggur yang dipakai dalam perayaan Ekaristi mengajak kita untuk

    menyebarkan kesadaran (dan tindakan yang mengikutinya) akan pentingnya

    pemeliharaan alam raya ini sebagai segi yang amat penting dalam spiritualitas

    kristiani dan kemuridan kristiani. Masih ada satu lambang yang amat penting

    artinya, yaitu pencampuran air ke dalam anggur. Pencampuran air ke dalam

    anggur melambangkan manusia mengambil bagian dalam keallahan Kristus.

    Dengan mengambil bagian dalam keallahan Kristus kita juga ikut dipanggil untuk

    berbela rasa seperti yang telah dilakukan oleh Kristus sendiri (Suharyo, 2011: 66).

    Puncak dari Liturgi Ekaristi adalah Doa Syukur Agung. Doa Syukur Agung

    dimulai dengan Dialog Pembuka Prefasi, Prefasi dan doa / nyanyian tiga kali

    Kudus yang merupakan pengantar untuk masuk ke dalam Doa Syukur Agung

    Gereja. di dalamnya dikenang perjamuan malam terakhir Yesus dengan murid-

    murid-Nya sebelum Ia disalib (Suharyo, 2011: 68).

    Gereja menyimpan dan mengisahkan kembali kisah sengsara dan kematian

    Yesus. Kisah-kisah itu menjadi semakin panjang dan kaya makna. Ada beberapa

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 28

    alasan yang dapat disebut. Pertama, Kisah Sengsara mengungkapkan pengalaman

    dikasihi oleh Allah, baik pribadi maupun bersama. Kedua, kisah Sengsara juga

    memberi arti pada pengalaman penderitaan sebagai murid Kristus, baik pribadi

    maupun bersama (Suharyo, 2011: 73-74).

    Dalam Ekaristi, dua kali Roh Kudus dimohonkan kedatangan-Nya. Pertama,

    daya Roh Kudus dimohon turun atas roti dan anggur agar roti dan anggur ini

    menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Kedua, ketika kita memohon agar Roh Kudus

    mengubah komunitas yang telah dikenyangkan oleh Tubuh dan Darah Kristus ini

    menjadi “satu Tubuh dan satu Roh dalam Kristus.” Gereja tidak bisa menjadi

    komunitas Tubuh Kristus dengan kekuatannya sendiri. Oleh karena itu, Gereja

    menyandarkan diri pada karya Roh Kudus (Suharyo, 2011: 83).

    Puncak dari perayaan Ekaristi adalah Doa Syukur Agung yang dilanjutkan

    dengan penerimaan Tubuh dan Darah Kristus dalam komuni. “Komunio” berarti

    persekutuan kasih. Sebagai persiapan, komunitas berdoa dengan menyebut Allah

    sebagai Bapa sebagaimana diajarkan oleh Yesus sendiri. Sesudah itu umat saling

    memberikan salam damai. Salam damai ini mengungkapkan kesadaran kita

    sebagai anggota komunitas dan akan kasih kita (Suharyo, 2011: 87). Salam damai

    yang dilakukan sesudah doa Bapa Kami merupakan ungkapan simbolis

    kepercayaan kita akan kasih Bapa yang mengikat kita satu sama lain. Damai

    adalah anugerah Kristus yang bangkit. Ia memberikan damai kepada kita agar kita

    dapat memberikannya kepada orang lain juga (Suharyo, 2011: 89).

    Selanjutnya kita maju ke altar, kita mengakui bahwa kita tidak pantas untuk

    menerima Yesus. Kita mempercayakan diri pada undangan-Nya, pada belas kasih

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 29

    dan bela rasa-Nya sehingga kita berani mendekati Dia. Sadar bahwa kita orang

    lemah, tidak membuat kita berkecil hati, tapi sebaliknya mengobarkan keinginan

    kita untuk menjadi satu dengan Yesus dengan makan Tubuh dan minum Darah

    Yesus, agar Yesus ada dalam hidup kita (Suharyo, 2011: 91). Yesus telah terlebih

    dahulu mengasihi kita, maka kita harus bersyukur atas kasih itu dengan membalas

    kasih-Nya dengan mewujudkan kasih di tengah-tengah masyarakat, bangsa dan

    negara kita. Syukur dan kasih Ekaristis semestinya mendorong kita untuk

    mendengar teriakan masyarakat di sekitar kita yang sangat membutuhkan kita

    seperti yang dilakukan Yesus yang berbelarasa (Suharyo, 2011: 92).

    Ketika kita terlibat dalam pembangunan masyarakat yang adil, kita sudah

    mewartakan Sabda Allah bagi saudara kita yang sedang membangun masyarakat

    yang semakin bersaudara dan berbelarasa. Umat manusia pada zaman ini, lapar

    akan kasih. Kasih inilah yang memberikan kegembiraan bagi kita yang bertahan

    sampai akhir zaman. Kita menyambut roti kasih itu dengan seruan “Amin”

    (Suharyo, 2011:93).

    d. Ritus Penutup

    Setelah Doa Sesudah Komuni, Liturgi Ekaristi selesai. Perayaan Ekaristi

    ditutup dengan Ritus Penutup. Ritus ini tidak hanya sekedar memberitahukan

    bahwa perayaan sudah selesai. Ritus Penutup adalah ritus pengutusan. Yesus

    mengutus para murid untuk memberikan kesaksian mengenai Injil Kerajaan Allah.

    Para rasul dapat memberikan kesaksian tentang Yesus hanya karena mereka telah

    melihat, mendengarkan dan meraba Dia (Suharyo, 2011: 97).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 30

    Kalau kita berangkat untuk menjalankan perutusan yang dipercayakan

    kepada kita, kita percaya bahwa Yesus menyertai kita (Mat 28: 20). Jaminan

    kehadiran dan penyertaan-Nya dalam tugas perutusan Gereja adalah kehadiran-

    Nya yang nyata dalam roti Ekaristi yang tetap ada sebuah perayaan Ekaristi

    selesai. Akhirnya, harus dikatakan bahwa pada hakikatnya Gereja sebagai

    penerima dan pengemban kabar gembira tentang Yesus Kristus adalah misioner.

    Hanya dengan tetap setia pada perutusannya, Gereja bisa setia pada jati dirinya

    (Suharyo, 2011: 99). Perutusan untuk membagikan hidup Kristus mendorong kita

    lagi dan lagi untuk berhimpun sebagai persekutuan, membarui iman, menyalakan

    harapan, memurnikan kasih dan melanjutkan kesaksian dalam hidup dan

    pelayanan yang nyata (Suharyo, 2011: 101).

    3. Ekaristi Sebagai Puncak dan Sumber Kehidupan Gereja

    a. Ekaristi Sebagai Puncak Kehidupan Gereja

    Perayaan Ekaristi adalah puncak dan sumber kehidupan bagi Gereja, puncak

    yang dituju oleh kegiatan Gereja dan merupakan sumber segala daya-

    kekuatannya. Paus Yohanes Paulus II dalam Madya Utama (2014: 76)

    mengatakan bahwa membangun communio merupakan prasyarat untuk dapat

    merayakan Ekaristi secara sungguh-sungguh.

    Yang dimaksud dengan persekutuan persaudaraan (communio) adalah cara

    hidup jemaat Kristiani yang diwarnai oleh semangat cinta kasih, kesediaan untuk

    saling berbagi sehingga tidak ada anggota jemaat yang kekurangan, saling

    memberikan dukungan, saling mengampuni, saling memberikan kesempatan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 31

    untuk berkembang, dan saling menerima serta menghargai keunikan para anggota

    (Madya Utama, 2014: 76).

    Teologi dan tradisi Kristiani selalu berada pada posisi bahwa setiap

    Perayaan Ekaristi didasarkan pada kehadiran aktual suatu komunitas Kristiani. Di

    sepanjang sejarah dunia kekristenan, realitas keberadaan komunitas Kristiani dan

    perayaan Ekaristi terus menerus disatukan. Para uskup dalam Konsili Vatikan II

    dalam Konstitusi Sacrosanctum Consilium tentang Liturgi Suci artikel 26

    mengungkapkan hubungan liturgi dan komunitas ini dengan jelas: “Upacara

    Liturgi bukanlah tindakan perorangan melainkan perayaan Gereja sebagai

    Sakramen Kesatuan (Osborne, 2008: 23).

    Paus Yohanes Paulus II dalam Madya Utama (2014:77) menandaskan

    bahwa dengan setiap kali merayakan Ekaristi kita dipanggil untuk melihat apakah

    hidup kita secara pribadi maupun sebagai persekutuan umat beriman sudah

    mendekati ideal komunitas beriman yang diceritakan dalam Kisah para Rasul:

    Gereja yang berkumpul untuk memperdalam imannya, melaksanakan Sabda

    Allah, dan berbagi kekayaan rohani maupun material dengan satu sama lain

    sehingga tidak ada seorang pun yang mengalami kekurangan (Kis. 2: 42-47; 4: 32-

    35).

    Perayaan Ekaristi sungguh akan menjadi puncak kehidupan Gereja apabila

    semua anggota Gereja mengupayakan agar hidup mereka benar-benar menjadi

    sebuah communio, sehingga dalam Perayaan Ekaristi pengalaman membangun

    communio tersebut dirayakan, dialami kembali, dikuatkan, dan disempurnakan,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 32

    sebab Perayaan Ekaristi adalah “sakramen cinta kasih, lambang kesatuan, dan

    ikatan cinta kasih" (Madya Utama, 2014: 77).

    b. Ekaristi Sebagai Sumber Kehidupan Gereja

    Bila umat beriman sudah berusaha membangun communio sebelum datang

    ke gereja untuk merayakan Ekaristi, maka perayaan Ekaristi tersebut akan

    membantu umat menerima rahmat Allah demi kebaikan hidup mereka, untuk

    menyembah Allah dengan benar dan untuk mengamalkan cinta Kasih (Madya

    Utama, 2014:78).

    Ekaristi juga merupakan sumber kehidupan Gereja, artinya Ekaristi menjadi

    sumber kekuatan untuk melaksanakan iman yang telah dirayakan dalam Ekaristi

    dalam hidup sehari-hari. Harapannya setelah kita mengikuti Ekaristi kita menjadi

    pribadi dan komunitas Ekaristis. Berkaitan dengan hal ini, Paus Yohanes Paulus II

    dalam Madya Utama (2014, 78) mengatakan bahwa “Ekaristi memberikan kepada

    komunitas daya dorong untuk membuat sebuah komitmen yang akan benar-benar

    dilaksanakan guna membangun masyarakat yang lebih adil dan penuh semangat

    persaudaraan.” Beliau juga mengajak kita untuk mencari jalan guna mengatasi

    salah satu bentuk kemiskinan yang terdapat di dunia kita sekarang ini, menjadi

    promotor diwujudkannya perdamaian, komunio dan solidaritas. Paus Benediktus

    XVI dalam Madya Utama (2014, 78) berpendapat bahwa setelah merayakan

    Ekaristi kita perlu menjadi “roti yang dibagikan” bagi sesama, dan untuk

    mengupayakan pembangunan dunia yang lebih adil dan penuh semangat

    persaudaraan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 33

    Konsili Vatikan II dalam Dekrit Presbyterorum Ordinis tentang Pelayanan

    dan kehidupan para Imam artikel 6 menandaskan bahwa Ekaristi sungguh-

    sungguh mencapai kepenuhannya dan dirayakan dengan tulus serta penuh

    kesungguhan (sincere) bila perayaan tersebut mendorong semua yang

    merayakannya untuk melakukan berbagai karya cinta kasih, saling membantu,

    terlibat dalam karya misioner, serta aneka bentuk kesaksian Kristiani.

    Berkaitan dengan hal ini, Madya Utama (2014: 79) mengatakan bahwa

    semua orang yang merayakan Ekaristi harus menjadikan seluruh cara hidup

    mereka sebagai ibadah yang sejati kepada Allah (Rom 12:1) dengan berbuat baik

    dan memberikan bantuan (Ibr. 13:16), merawat, membela, dan memberdayakan

    orang-orang miskin, orang-orang yang tidak punya harapan dan tersingkir (Yak.

    1:27). Ibadah yang sejati bukan hanya sekedar merayakan Liturgi (Madya Utama,

    2014: 79).

    4. Menjadi Pribadi dan Komunitas Ekaristis

    Ekaristi memiliki tempat tersendiri bagi umat, karena melalui Ekaristi kita

    dapat meneguhkan iman, membangun persaudaraan dan menjiwai pelayanan.

    Ekaristi merupakan undangan Allah untuk ikut serta dalam perjamuan-Nya.

    Undangan Allah ini ditujukan kepada semua orang Kristiani tanpa memperhatikan

    perbedaan latar belakang ekonomi, sosial politik, budaya atau perbedaan apapun

    juga. Dengan menanggapi undangan ini, kita telah membentuk satu keluarga yang

    terbangun atas dasar rahmat yang ditanggapi dalam iman.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 34

    Gereja merupakan buah dari karya kasih Allah yang menyelenggarakan

    kehidupan: komunitas atau persekutuan yang terdiri dari pribadi-pribadi yang

    bermartabat sebagai anak-anak Allah (Suharyo, 2011: 16-17). Persekutuan yang

    dimaksud ialah persekutuan persaudaraan yang merupakan cara hidup jemaat

    Kristiani yang diwarnai oleh semangat cintah kasih, kesediaan untuk saling

    berbagi sehingga tidak ada anggota jemaat yang kekurangan, saling memberikan

    perhatian dan memiliki keprihatinan terhadap satu sama lain, saling memberikan

    dukungan, saling mengampuni, saling memberikan kesempatan untuk

    berkembang dan saling menerima serta menghargai keunikan masing-masing

    anggota (Madya Utama, 2014: 76). Adanya persekutuan menimbulkan lahirnya

    komunitas Kristiani. Pembentukan komunitas Kristiani yang hidup adalah dasar

    dan prasyarat bagi perayaan Ekaristi aktual dan spiritualitas Ekaristi yang penuh

    makna (Osborne, 2008: 17).

    Ekaristi adalah sebuah perjamuan di mana kita merayakan persekutuan

    orang-orang yang sedang makan bersama. Mereka menyantap hasil bumi dan

    karya tangan manusia. Mereka mencicipi kedalaman rohani tubuh mistik Yesus.

    Ekaristi dan Gereja dilihat sebagai satu kesatuan (Osborne, 2008: 190). Ekaristi

    menguatkan kehidupan, dan hidup yang kita jalani adalah kehidupan di dalam

    dunia di mana kita menerima dan memberikan hidup. Bagi orang Kristiani, hidup

    haruslah dipandu oleh nilai-nilai Injil dan kita harus membiarkan Injil, sabda

    Allah itu, berbicara kepada kita (Osborne, 2008: 192).

    Paus Benediktus XVI dalam Martasudjita (2012: 147) menyampaikan

    wawasan yang sangat bagus bahwa orang yang semakin mendalami dan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 35

    menghidupi Ekaristi justru akan menjadi orang yang semakin terlibat dan aktif

    dalam kegiatan Gereja dan masyarakat, karena dalam Ekaristi, orang tersebut

    memperoleh kekuatan dan topangan hidup perutusannya.

    Salah satunya menjadi Pribadi dan Komunitas Ekaristis. Maksudnya ialah

    membangun masyarakat yang lebih adil dan penuh semangat persaudaraan.

    Menghayati Ekaristi tidak hanya sekedar upacara dan ritual, tetapi aktif dalam

    kegiatan pembangunan masyarakat bersama orang-orang di sekitar kita.

    B. Pelayanan Prodiakon dalam Terang Liturgi Ekaristi

    Salah satu tugas pokok Prodiakon adalah membantu Imam membagi Tubuh

    Kristus dalam Perayaan Ekaristi. Bila tugas pokok ini diletakkan dalam

    pemahaman Perayaan Ekaristi seperti telah diuraikan diatas, menerimakan komuni

    tidak hanya sekedar membagi komuni yang berwujud hosti saja, tetapi juga

    menerapkan Ekaristi dalam kehidupan sehari-hari, dan menerimakan komuni

    mengandung suatu tanggung jawab untuk meneladan Kristus yang mau

    menyerahkan diri-Nya bagi murid-Nya.

    Menerima komuni artinya kita mengobarkan keinginan kita untuk menjadi

    satu dengan Kristus dengan makan Tubuh dan minum Darah Kristus, agar hidup-

    Nya ada dalam hidup kita. Kristus telah lebih dahulu mengasihi kita, sehingga kita

    harus membalas kasih-Nya. Membalas kasih Kristus dengan menolong

    masyarakat yang membutuhkan pertolongan kita, ikut dalam pembangunan

    masyarakat dengan berbelarasa.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 36

    Ekaristi menjadi sumber kekuatan untuk melaksanakan iman yang telah

    dirayakan dalam Ekaristi dalam hidup sehari-hari (Madya Utama, 2014: 78).

    Dengan demikian Prodiakon sebaiknya juga menghayati Ekaristi dalam

    kehidupannya. Menjadikan Ekaristi sebagai pedoman kehidupannya. Karena

    Ekaristi sendiri dapat menjadi sumber kekuatan dalam setiap pelayanannya. Tanpa

    dasar dan jiwa pengalaman kesatuan dengan Tuhan terutama dalam Ekaristi, karya

    pelayanan Prodiakon menjadi kosong dan hampa, dan cenderung menjadi

    pencarian nama diri. Tanpa pernah mau tinggal dalam Kristus khususnya dalam

    Ekaristi, karya pelayanan mereka cenderung menjadi sarana pencarian “pujian dan

    kemuliaan diri sendiri” dan bukan demi kemuliaan Allah (Martasudjita, 2010:

    148). Demikian juga dengan Prodiakon, jika pelayanannya tanpa didasari Kristus

    sendiri, maka pelayanannya tidak akan menjadi berkat.

    Selain membantu Imam menerimakan komuni dalam Perayaan Ekaristi,

    seorang Prodiakon perlu melakukan dua hal sebagai konsekuensi dari pelayanan

    Liturgis tersebut. Pertama, Prodiakon dan umat bersama membangun sebuah

    komunitas yang menghayati penuh Ekaristi dalam kehidupan mereka. Menghayati

    bahwa pelayanan mereka bukan hanya sekedar pelayanan liturgi saja, melainkan

    pelayanan dengan semangat persekutuan persaudaraan (communio). Bersama

    umat membangun komunitas layaknya komunitas Jemaat Perdana yang hidup

    dengan semangat bersaudaraan yang diwarnai dengan semangat cinta kasih,

    kesediaan untuk saling berbagi sehingga tidak ada anggota jemaat yang

    kekurangan, saling memberikan dukungan, saling mengampuni, saling

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 37

    memberikan kesempatan untuk berkembang, dan saling menerima serta

    menghargai keunikan para anggota (Madya Utama, 2014: 76).

    Kedua, Prodiakon perlu menjadi contoh bagi umat untuk menjadi pribadi

    yang Ekaristis. Prodiakon tidak hanya sekedar membagi komuni saja, tetapi

    memahami arti Ekaristi dan menerapkannya dalam kehidupannya. Prodiakon

    perlu membentuk komunitasnya bersama umat yang dilayaninya menjadi

    komunitas Ekaristis. Secara lebih kongkret Prodiakon mengajak umat yang

    dilayaninya untuk membuat komitmen guna membangun masyarakat yang lebih

    adil dan penuh semangat persaudaraan, membuat komitmen guna mencari jalan

    untuk mengatasi salah satu bentuk kemiskinan yang terdapat di dunia kita

    sekarang ini.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 40

    BAB IV

    UPAYA MENINGKATKAN PELAYANAN PRODIAKON

    DALAM LITURGI EKARISTI

    Dalam bab III, penulis telah membahas mengenai Liturgi Ekaristi dan

    pelayanan Prodiakon dalam Liturgi Ekaristi. Dalam bab IV penulis akan

    menjabarkan usulan kegiatan berupa rekoleksi sebagai usaha meningkatkan

    pemahaman dan Pelayanan Prodiakon dalam Liturgi Ekaristi.

    Bab ini dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama membahas mengenai

    berbagai upaya meningkatkan Pelayanan Prodiakon dalam Liturgi Ekaristi.

    Bagian kedua membahas rekoleksi sebagai usaha meningkatkan Pelayanan

    Prodiakon dalam Liturgi Ekaristi. Bab ketiga mengenai contoh program rekoleksi

    di Paroki Santo Yakobus Bantul. Harapannya melalui kegiatan rekoleksi ini

    mampu meningkatkan pelayanan Prodiakon dalam Liturgi Ekaristi.

    A. Berbagai Upaya Meningkatkan Pelayanan Prodiakon dalam Liturgi

    Ekaristi

    Prodiakon adalah kaum awam yang diangkat oleh Uskup setempat melalui

    Surat Tugas untuk Paroki tertentu sebagai petugas ibadat. Tugas prodiakon adalah

    membantu penerimaan komuni dalam Perayaan Ekaristi, mengirim komuni untuk

    orang sakit, serta memimpin Ibadat Sabda dengan memberikan homili tetapi tidak

    memberikan berkat publik kepada umat (Martasudjita, 2017: 9). Dari kajian

    pustaka (bdk. Madya Utama, 2014: 78-80), Prodiakon sebagai pemberi komuni

    juga memiliki tanggung jawab untuk menjadikan diri dan komunitasnya menjadi

    pribadi dan komunitas Ekaristis.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 41

    Prodiakon diangkat selama tiga tahun. Kebijakan tentang berapa kali

    periode, batasan umur untuk prodiakon di setiap Paroki berbeda (Martasudjita,

    2017: 9). Prodiakon dipilih lewat voting yang diadakan oleh Lingkungan yang

    bersangkutan, kemudian dipilih lalu dikirim ke Paroki untuk mengikuti

    pembekalan calon Prodiakon sebelum dilantik oleh Uskup.

    Tidak semua Prodiakon yang dipilih oleh umat adalah Prodiakon yang

    paham mengenai tugas pelayanannya dalam Liturgi Ekaristi, khususnya

    pemahaman mengenai Ekaristi. Kegiatan pembekalan yang dilakukan di tingkat

    Paroki hanya memberikan mengenai pengetahuan Liturgi secara sempit saja,

    seperti mengenai alat-alat liturgi, busana, tata gerak, cara memimpin ibadat dan

    menyiapkan homili di lingkungan. Prodiakon masih kurang paham mengenai

    Ekaristi, karena jarang diberikan pemahaman mengenai Ekaristi.

    Untuk membantu Prodiakon yang masih kurang memahami pelayanannya

    dalam Liturgi Ekaristi, Paroki perlu melakukan upaya untuk membantu pelayanan

    Prodiakon. Dengan adanya upaya yang dilakukan oleh Paroki bagi Prodiakon,

    dapat membantu Prodiakon untuk meningkatkan pelayanan Prodiakon dalam

    Liturgi Ekaristi, terutama pemahaman mereka mengenai Ekaristi.

    Banyak upaya yang dapat dilakukan oleh Paroki untuk menunjang

    pelayanan Prodiakon dalam Liturgi Ekaristi, khususnya pemahaman Prodiakon

    mengenai Ekaristi. Upaya yang dapat dilakukan di Paroki ini mampu membantu

    pelayanan Prodiakon di Paroki. Upaya yang dapat dilakukan oleh Paroki

    diantaranya mengadakan kursus Liturgi, sarasehan dan rekoleksi. Program

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 42

    kegiatan ini dapat dilakukan untuk membantu Prodiakon meningkatkan pelayanan

    Prodiakon dalam Liturgi Ekaristi.

    Kursus merupakan kegiatan belajar – mengajar seperti sekolah, tetapi

    membahas satu pengetahuan atau keterampilan yang diberikan dalam waktu

    singkat. Paroki sering mengadakan kursus untuk Prodiakon. Dengan kursus ini

    membantu Prodiakon meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya untuk

    menunjang pelayanannya. Kursus yang diberikan yaitu kursus menyusun alat misa

    dan perlengkapan misa, kursus menyiapkan ibadat dan membuat homili.

    Sarasehan adalah pertemuan yang diselenggarakan untuk mendengarkan

    pendapat (prasaran) para ahli mengenai suatu masalah dalam bidang tertentu.

    Sarasehan dilakukan dengan cara komunikasi timbal balik antara dua atau lebih

    dalam sebuah kelompok. Di Paroki sering diadakan kegiatan sarasehan setidaknya

    2 kali dalam setahun, yaitu saat menjelang Natal pada masa Advent dan

    menjelang Paskah pada masa Prapaskah. Dalam kegiatan sarasehan tersebut umat

    saling bertukar pengalaman lewat pertanyaan yang telah ditentukan dalam buku

    panduan yang telah disiapkan. Para ahli yang dimaksud dalam sarasehan ini ialah

    buku panduan tersebut. Paroki juga sering mengadakan sarasehan bagi Prodiakon.

    Dalam rekoleksi ini, antar Prodiakon saling bertukar pengalaman mereka dalam

    melayani umat dengan tuntunan pertanyaan yang diberikan oleh Paroki.

    Rekoleksi berasal dari bahasa Inggris yaitu recollect yang berarti mengingat

    kembali atau mengumpulkan kembali. Menurut KBBI, Rekoleksi adalah khalawat

    pendek selama beberapa hari. Arti dari khalawat adalah pengasingan diri untuk

    menengankan pikiran atau mencari ketenangan batin. Rekoleksi merupakan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 43

    kegiatan latihan rohani, biasanya peserta rekoleksi akan menumbuhkan rasa ingin

    berubah untuk menuju arah yang lebih baik. Rekoleksi sebagai usaha untuk

    memperkembangkan kehidupan iman atau rohani. Bahan yang digunakan dalam

    rekoleksi diambil dari pengalaman hidup yang sudah dijalani sebelumnya

    (Mangunhardjana, 1985: 18). Dengan adanya rekoleksi ini, Prodiakon tidak hanya

    dikembangkan pemahamannya saja tetapi juga semangat dalam pelayanan.

    Kursus, sarasehan dan rekoleksi dapat digunakan sebagai sarana edukasi

    atau pembelajaran yang dapat digunakan untuk membantu Prodiakon memahami

    pelayanan mereka. Kegiatan-kegiatan ini sering diadakan oleh PT. Kanisius untuk

    membantu team-team kerja bidang Liturgi salah satunya Prodiakon.

    Sebagai sumbangan pikiran kepada para Prodiakon guna membantu dalam

    pelayanan mereka, yaitu pelayanan dalam Liturgi Ekaristi, penulis akan menyusun

    program rekoleksi sebagai usaha meningkatkan Pelayanan Prodiakon dalam

    Liturgi Ekaristi, terutama pemahaman mereka mengenai Ekaristi. Program

    tersebut diharapkan menjadi pendorong pelayanan Prodiakon dalam

    melaksanakan pelayanannya di tengah umat tidak hanya dalam Perayaan Ekaristi,

    tetapi juga dalam pembangunan hidup komunitas Ekaristis.

    B. Rekoleksi Sebagai Usaha Meningkatkan Pelayanan Prodiakon dalam

    Liturgi Ekaristi

    Berbagai upaya dapat dilakukan oleh Paroki untuk membantu Prodiakon

    meningkatkan pelayanan mereka dalam Liturgi Ekaristi, khususnya pemahaman

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 44

    mereka mengenai Ekaristi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan ialah

    mengadakan rekoleksi di Paroki.

    Rekoleksi adalah khalawat pendek selama beberapa hari. Arti dari khalawat

    adalah pengasingan diri untuk menengankan pikiran atau mencari ketenangan

    batin. Rekoleksi merupakan kegiatan latihan rohani, biasanya peserta rekoleksi

    akan menumbuhkan rasa ingin berubah untuk menuju arah yang lebih baik.

    Rekoleksi sebagai usaha untuk memperkembangkan kehidupan iman atau rohani.

    Bahan yang digunakan dalam rekoleksi diambil dari pengalaman hidup yang

    sudah dijalani sebelumnya (Mangunhardjana, 1985: 18).

    Keuntungan memilih rekoleksi sebagai usaha meningkatkan pelayanan

    Prodiakon yaitu dalam kegiatan rekoleksi pengalaman hidup digunakan sebagai

    bahan pemeriksaan batin untuk membantu Prodiakon mengembangkan

    pelayanannya. Bahan materi yang digunakan dalam rekoleksi diambil dari

    pengalaman Prodiakon dalam pelayanan dan kehidupan sehari-hari. Setelah

    mengikuti kegiatan rekoleksi, Prodiakon dapat membangun niat untuk

    meningkatkan pelayanannya, berdasarkan pemahaman yang baru dan mendalam

    mengenai Liturgi Ekaristi.

    Dengan adanya rekoleksi ini membantu Prodiakon untuk menumbuhkan

    pemahaman mereka mengenai Ekaristi yang belum cukup mendalam. Dalam

    rekoleksi ini Prodiakon akan mendapatkan pemahaman baru yang selama ini

    belum mereka pahami yang akan membantu pelayanan mereka. Dalam rekoleksi

    mereka juga dapat bertukar pengalaman dalam melayani umat lewat shering

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 45

    pengalaman. Berkat sharing pengalaman itu juga mereka akan semakin

    diteguhkan oleh shering antar Prodiakon.

    Rekoleksi untuk Prodiakon biasanya membahas mengenai tata gerak, alat-

    alat liturgi, cara memimpin ibadat dan membuat homili. Tetapi itu saja tidak

    cukup. Masih ada pembahasan yang seharusnya diberikan oleh Paroki yang belum

    banyak diperhatikan ialah pembahasan mengenai Ekaristi, karena tugas utama

    Prodiakon adalah membantu Imam dalam membagi Komuni.

    Materi yang seharusnya juga diberikan untuk Prodiakon yaitu mengenai

    Tata Perayaan Ekaristi, Ekaristi sebagai Puncak dan Sumber kehidupan Ekaristi,

    dan lain sebagainya. Dengan diberikannya materi ini dapat membantu Prodiakon

    meningkatkan pemahamannya mengenai Ekaristi.

    Lewat kegiatan rekoleksi ini akan membantu Prodiakon untuk semakin

    meningkatkan pelayanan mereka, terutama pelayanan dalam Liturgi Ekaristi.

    Prodiakon semakin terbantu dalam memahami pelayanan mereka.

    C. Contoh Program Rekoleksi di Paroki Santo Yakobus Bantul Sebagai

    Usaha Meningkatkan Pelayanan Prodiakon dalam Liturgi Ekaristi

    1. Latar Belakang Program Rekoleksi Prodiakon

    Prodiakon yang ada di Paroki Santo Yakobus Bantul dipilih untuk mewakili

    Lingkungan. Prodiakon dipilih lewat voting atau pencalonan yang diadakan oleh

    Lingkungan yang kemudian d