Pelayanan PBB

11
Pelayanan PBB DPPKAD Tanggamus Kondisi DPPKAD Kabupaten Tanggamus. Cakupan wilayah administrasi dan kondisi wilayah Struktur organisasi di DPPKAD Kepala dinas Kepala bidang Penetapan Kepala seksi Kepala seksi Kepala seksi OC OC Kepala bidang penerimaan Kepala seksi Kepala seksi Kepala seksi Pelaksana PBB P2 Tanggamus Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (UU 28/2009) mengamanatkan bahwa selambatnya tahun 2014 pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBB) sepenunya dilakukan oleh kabupaten/kota. Bagi kabupaten/kota PBB bukan

description

menambah wawasan tentang PBB

Transcript of Pelayanan PBB

Page 1: Pelayanan PBB

Pelayanan PBB

DPPKAD Tanggamus

Kondisi DPPKAD Kabupaten Tanggamus.

Cakupan wilayah administrasi dan kondisi wilayah

Struktur organisasi di DPPKAD

Kepala dinas

Kepala bidang Penetapan

Kepala seksi

Kepala seksi

Kepala seksi

OC

OC

Kepala bidang penerimaan

Kepala seksi

Kepala seksi

Kepala seksi

Pelaksana

PBB P2 Tanggamus

Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (UU 28/2009)

mengamanatkan bahwa selambatnya tahun 2014 pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan

Perkotaan (PBB) sepenunya dilakukan oleh kabupaten/kota. Bagi kabupaten/kota PBB bukan merupakan

pajak baru. Meskipun selama ini PBB dikelola oleh pemerintah pusat, kabupaten/kota menerima bagi hasil

penerimaan pajaknya dan juga ikut terlibat pengelolaannya meski masih terbatas pada  pendistribusian

SPPT. 

Page 2: Pelayanan PBB

PBB adalah pajak yang dikenakan atas bumi dan atau bangunan. Menurut UU 28/2009, dasar pengenaan

PBB adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP), yaitu perkiraan nilai pasar wajar atas tanah dan atau bangunan.

Berbeda dengan kendaraan bermotor --merek, jenis dan tahun yang sama memiliki nilai sama-- bumi dan

atau bangunan, setiap petaknya memiliki nilai yang unik. Keunikan nilai tanah dan atau bangunan

disebabkan karena antara lain oleh fungsinya, ukurannya, bentuknya, lokasinya, aksesibilitasnya,

lingkungannya, dan lain sebagainya. Sebagai pajak atas bumi dan atau bangunan maka pengelolaan PBB

membutuhkan minimal kemampuan di bidang administrasi pertanahan, penilaian, dan administrasi

perpajakan.  

Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan adalah pajak atas bumi dan/atau bangunan yang

dimiliki, dikuasai dan/ atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali kawasan yang digunakan

untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, pertambangan dan migas.

Objek Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan, Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi

tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah kota, Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam

atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan / atau perairan pedalaman dan / atau laut, termasuk dalam

pengertian bangunan adalah :

a.Jalan lingkungan yang terletak dalam satu kompleks bangunan seperti hotel, pabrik dan

emplasemennya yang merupakan satu kesatuan dengan kompleks bangunan tersebut.

b.Jalan Tol

c.Kolam Renang

d.Pagar Mewah

e.Tempat Olahraga

f.Taman Mewah

g.Tempat penampungan / kilang minyak, air dan gas, serta pipa minyak

h.Menara

 Objek pajak yang tidak dikenakan pajak adalah objek pajak yang :

a.Digunakan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi, dan Pemerintah Daerah untuk

penyelenggaraan pemeritahan

b.Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum dibidang ibadah, sosial, kesehatan,

pendidikan, lingkungan hidup dan kebudayaan nasional yang tidak dimaksudkan untuk

memperoleh keuntungan

c.Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala atau yang sejenis dengan itu

d.Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional  dan tanah negara

yang belum dibebani suatu hak

e.Digunakan oleh perwakilan diplomatik dan kosulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik

Page 3: Pelayanan PBB

f.Digunakan oleh badan atau perwakilan lembaga internasional yang ditetapkan dengan Peraturan

Menteri Keuangan.

Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) ditetapkan sebesar Rp. 10.000.000

(sepuluh juta rupiah) untuk setiap wajib pajak.

 Subjek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi

dan/atau memperoleh manfaat atas bumi dan/atau memiliki, menguasai dan/atau memperoleh manfaat atas

bangunan.

Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi, dan/atau

memiliki, menguasai, dan / atau memperoleh manfaat atas bangunan yang mempunyai hak dan kewajiban

perpajakan.

Dasar Pengenaan Pajak adalah Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) besarnya NJOP ditetapkan setiap 3 (tiga) tahun,

kecuali untuk obyek pajak tertentu dapat ditetapkan setiap tahun sesuai dengan perkembangan wilayahnya

Penetapan besarnya NJOP ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

Tarif Pajak adalah ditetapkan sebagai berikut :

Untuk NJOP ditetapkan sebesar 0,1% (nol koma satu persen) per tahun

Pengelolaan PBB P2 Tanggamus

Pengelolaan PBB diwujudkan dalam sistem dan prosedur (sisdur) yang meliputi (1) pendataan, (2) penilaian,

(3) penetapan, (4) pembayaran, (5) penagihan, (6) keberatan, dan (7) pengurangan. 

Pendataan

Dalam  sisdur PBB, pendataan merupakan kunci penting karena memberi informasi tentang lokasi

dan karakteristik objek, serta subjek PBB. Pendataan bersifat dinamis dan harus selalu dilakukan

penyesuaian karena perubahan karakteristik objek dan subjek pajak yang antara lain berupa

perubahan fungsi, kepemilikan, pemecahan, warisan, hibah dan lain sebagainya. Dalam pendataan,

lokasi objek pajak diwujudkan dalam peta dan setiap objek diberi identifikasi berupa nomor objek

PBB. Peta ditata dan diadministrasi mulai dari yang paling luas, yakni kabupaten/kota, kecamatan,

kelurahan/desa, dukuh, dan blok. Satu blok peta biasanya terdiri atas sekitar 200 objek pajak. Di

luar basis data peta, juga dibangun basis data karakteristik objek pajak dan subjek pajak, yang

antara lain meliputi alamat, luas, fungsi objek, nama pemilik dan lain sebagainya. Nomor identifikasi

objek pajak yang menjadi pengait antar basis data. 

Page 4: Pelayanan PBB

Penilaian

Penilaian Berkaitan dengan memperkirakan NJOP untuk setiap objek PBB, yakni bumi dan atau

bangunan. Pada umumnya penilaian dilakukan secara masal (mass appraisal), meski ada beberapa

objek yang dinilai secara secara individual. UU 28/2009 memungkinkan penilaian dengan

pendekatan harga pasar, biaya, dan kapitalisasi. Sekarang ini biasanya penilaian untuk bumi

menggunakan pendekatan harga pasar, untuk bangunan menggunakan pendekatan biaya, dan

untuk objek yang tidak ada data pembandingnya, seperti hotel mewah, menggunakan pendekatan

kapitalisasi. Hasil penilaian merupakan Nilai Indikasi Rata-rata (NIR) yang kemudian diimasukkan ke

dalam basis data penilaian, yakni Zona Nilai Tanah (ZNT). UU mengamanatkan untuk melakukan

penilaian setidaknya tiga tahun sekali, dan untuk daerah yang memiliki perkembangan harga tanah

yang tinggi, penilaian dapat dilakukan setahun sekali. Basis data ZNT yang dikaitkan dengan basis

data peta, basis data objek dan subjek memberikan informasi NJOP masing-masing objek PBB. NJOP

ini kemudian harus ditetapkan oleh bupati/walikota dalam peraturan bupati/walikota.

Penetapan 

Penetapan PBB terhutang dilakukan dengan mengkalikan tarif PBB dengan NJOP objek yang

bersangkutan. UU 28/2009 menentukan tarif maksimal sebesar 0,3 persen atau 3 per mil.

Kabupaten/kota disarankan untuk tidak menggunakan tarif maksimum ini mengingat tarif PBB

efektif yang berlaku sekarang hanya sebesar 0,1 persen atau 1 permil saja dan 2 permil khusus

untuk objek perumahan yang NJOP-nya lebih besar dari 1 milyar rupiah. Dalam penetapan inilah

Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) dicetak untuk disampaikan kepada wajib pajak.

Biasanya subjek pajak adalah wajib pajak. Sekarang ini pendistribusian SPPT dilakukan oleh

kabupaten/kota. 

Pembayaran dan Penagihan

Pembayaran pajak menunjukkan di mana dan bagaimana wajib pajak membayar PBB. Dalam

manajemen pajak moderen, pembayaran pajak dilakukan melalui perbankan. Oleh karena itu

kabupaten dapat menunjuk bank yang dapat melayani pembayaran PBB. Dari bank, wajib pajak

yang sudah membayar PBB akan mendapatkan dan kantor pemungut PBB akan mendapatkan

salinan Surat Tanda Setoran Pajak (STTS). Dari STTS ini kantor pemungut PBB melakukan memonitor

perkembangan penerimaan PBB dan mengidentifikasi kepatuhan wajib pajak per periode waktu.

Pada wajib pajak yang belum membayar kewajiban PBB-nya dapat dilakukan langkah-langkah

penagihan PBB. Sebelum menempuh langkah penagihan formal, berdasarkan pengalaman di masa

lalu, wajib pajak yang belum membayar PBB perlu diingatkan secara informal untuk mengetahui

sebab ketidakpatuhannya. Ketidakpatuhan bisa terjadi karena SPPT tidak sampai, lupa membayar

pajak, sudah membayar kolektif melalui aparat, benar-benar sengaja tidak membayar PBB, dan

tidak mampu membayar pajak. Jika SPPT tidak sampai atau lupa maka biasanya dengan cara

informal, kewajiban PBB akan segera dipenuhi. Jika pembayaran melalui kolektif belum juga

dibayarkan maka kantor pemungut PBB harus menelusuri jejak oknum yang mengumpulkan pajak

karena memiliki kemungkinan penyalahgunaan yang merupakan tindakan pidana. Untuk wajib pajak

yang sengaja tidak membayar PBB kantor pajak perlu menindak lanjuti dengan peringatan formal

Page 5: Pelayanan PBB

yang dimulia dengan Surat Tagihan Pajak (STP), sampai sita dan lelang. Untuk wajib pajak yang

tidak mampu membayar maka kantor pemungut PBB dapat menyarankan wajib pajak untuk

mengajukan pengurangan pajak.

Keberatan 

Keberatan pajak dapat dilakukan oleh wajib pajak karena wajib pajak menganggap SPPT yang

diterimanya keliru. Kekeliruan bisa karena anggapan kesalahan karakteristik objek pajak, seperti

luasan, kesalahan objek pajak, seperti salah nama dan alamat, dan NJOP, seperti terlalu tinggi.

Untuk kesalahan seperti ini wajib pajak berhak untuk mendapatkan perbaikan atau klarifikasi dari

kantor pemungut pajak.

Pengurangan 

Pengurangan juga merupakan hak wajib pajak. PBB memang pajak kebendaan, yang tidak ada

kaitannya dengan penghasilan pemilik. Namun demikian, untuk kasus-kasus tertentu Bupati

memiliki kewenangan untuk mengurangkan beban PBB terhutang. Sekarang ini pengajuan

pengurangan disebabkan karena gagal panen, terkena dampak bencana, dan pensiunan.

Melihat rangkaian pengelolaan PBB, pendaerahan PBB membutuhan persiapan yang matang yang yang

meliputi penyusunan peraturan daerah (perda), penyiapan struktur organisasi dan tata kerja pemungutan

PBB, penyiapan aparat, dan penyiapan peralatan. Perda pemungutan PBB harus mengacu pada UU 28/2009.

Namun demikian perlu juga memperimbangkan kepentingan lokal untuk menjaga fairness dan equity PBB

yang akan berdampak pada kepatuhan wajib pajak. Sebagai contoh, dalam perda perlu dicantumkan bahwa

PBB adalah bentuk gotong royong hampir semua rumah tangga di kabupaten/kota untuk membiayai

aktivitas pemerintah daerah. Perda juga sebaiknya membatasi fungsi NJOP hanya semata untuk kepentingan

PBB saja dan tidak berlaku untuk kepentingan dan referensi aktivitas lain. 

Dengan jumlah aparat yang ada dan struktur organisasi yang telah dikembangkan, organisasi pengelola PBB

P2 ini berharap dapat memberikan pelayanan yang maksimal. Dibandingkan dengan masa lalu Kantor

Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB) memiliki sumber daya aparat antara 30-60 orang, tegantung

pada potensi PBB. Banyaknya jumlah aparat karena KPPBB harus melakukan pemutakhiran basis data,

penilaian, dan administrasi PBB secara mandiri. Para penilai menjadi fungsional penilai yang bertugas

mengamati, mencatat dan menganalisis perkembangan nilai objek PBB untuk penyusaian ZNT.

Kabupaten/kota dapat memilih untuk struktur organisasi yang komplit. Konsekuensinya adalah beban

belanja pegawai dan kewajiban terhadap pegawai yang tinggi. Pilihan lainnya adalah stuktur organisasi yang

kecil, 6-10 aparat.

Dari segi jumlah, objek PBB adalah objek yang besar karena dapat berjumlah sampai ratusan ribu objek PBB

untuk kabupaten Tanggamus. Jumlah ini tentu saja membutuhkan dukungan peralatan dan program

teknologi informasi yang handal. Untuk kepentingan tersebut DPPKAD Tanggamus telah mengadaptasi

system informasi yang selaras dengan program yang ada di DJP.

Page 6: Pelayanan PBB

Pelayanan PBB

Pengelolaan yang dilakukan dalam administrasi PBB P2 tersebut

dalam pelaksanaannya dilakukan dengan pelayanan kepada

masyarakat. Untuk memberikan pelayanan yang maksimal maka

Pemerintah Daerah Kabupaten Tanggamus melalui Dinas

Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah siap memberikan

pelayanan.

Tempat Pelayanan PBB P2, merupakan tempat pelayanan yang

terintegrasi dengan system yang melekat pada Kantor DPPKAD

dalam pemberian pelayanan perpajakan.

Jadwal pelayanan adalah pukul 8.30 – 15.00. Sebelum pelayanan

seluruh petugas wajib menata administrasi tempat pelayanan,

untuk memastikan seluruh formulir tersedia, computer dan sarana

lainnya dapat digunakan dengan baik.

Jenis pelayanan yang dapat diberikan oleh DPPKAD Kab

Tanggumus adalah sebagai berikut:

1. Pemberian informasi perpajakan yang berhubungan

dengan PBB P2

2. Pendaftaran Obyek Pajak Baru

3. Pengurangan Pajak Terhutang

4. Mutasi Objek / Subyek PBB (Pemecahan Sebagian

atau Seluruhnya)

5. Restitusi atau Kompensasi

6. Pembatalan SPPT

7. Pengurangan Denda Administratif

8. Pembetulan SPPT

9. Penetuan dan Penundaan Jatuh Tempo

10. Angsuran Pembayaran PBB

11. Keberatan Penunjukan Wajib Pajak

12. Keberatan Atas Pajak Terhutang

13. Permohonan Salinan SPPT

14. Penerbitan Surat Keterangan NJOP

Untuk melaksanakan pelayanan DPPKAD menyediakan beberapa

formulir yang disediakan secara gratis antara lain:

1. Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP)

2. Lampiran Surat Pemberitahuan Objek Pajak (LSPOP)

3. Surat permohonan pelayanan PBB P2 dari wajib pajak

(general)

4. Surat permohonan pengurangan pajak terhutang

PELAYANAN PBBPengelolaan yang dilakukan dalam administrasi PBB P2 tersebut dalam pelaksanaannya dilakukan dengan pelayanan kepada masyarakat. Untuk memberikan pelayanan yang maksimal maka Pemerintah Daerah Kabupaten Tanggamus melalui Dimas Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah siap memberikan pelayanan

Page 7: Pelayanan PBB

5. Surat permohonan keberatan atas ketetapan pajak

Standar Fasilitas Pelayanan

Pendaftaran objek PBB dilakukan oleh subjek pajak dengan cara mengambil dan mengisi formulir SPOP

secara

1. Sistem antrian

2. Tempat duduk untuk menunggu

3. Layanan informasi, dengan petugas pemberi informasi ataupun papan informasi

4. Kotak saran

5. Brosur pelayanan perpajakan

6. Bacaan berupa Koran dan majalah

7. Tempat sampah

8. Pendingin ruangan

9. Jam dinding

10. Fasilitas pelayanan, meja, computer, formulir.

11. Pendukung pelayanan berupa toilet

Hak dan Kewajiban Pelayanan

Pendaftaran objek PBB dilakukan oleh subjek pajak dengan cara mengambil dan mengisi formulir SPOP

secara

Hak Wajib Pajak 

1. Wajib pajak berhak diperlakukan dengan manusiawi, sopan, jujur, dan penuh hormat.

2. Wajib pajak ingin diperlakukan sama seperti apa kita inginkan apabila kita menjadi mereka.

3. Wajib pajak berhak mendapatkan jawaban atas permintaan mereka dengan cepat dan pasti.

4. Wajib pajak berhak mendapat pelayanan yan tepat waktu.

5. Wajib pajak berhak mengeluhkan pelayanan yang buruk atau pelayanan yang tidak

memuaskan.

Kewajiban Wajib Pajak 

Penetapan PBB terhutang dilakukan dengan mengkalikan tarif PBB dengan NJOP objek yang

bersangkutan

Hak Petugas Pelayanan 

Penetapan PBB terhutang dilakukan dengan mengkalikan tarif PBB dengan NJOP objek yang

bersangkutan

Page 8: Pelayanan PBB

Kewajiban Petugas Pelayanan 

Penetapan PBB terhutang dilakukan dengan mengkalikan tarif PBB dengan NJOP objek yang

bersangkutan

Pendaftaran Subjek dan Objek Pajak

Pendaftaran objek PBB dilakukan oleh subjek pajak dengan cara mengambil dan mengisi formulir SPOP

secara jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani dan dikembalikan ke Kantor Pelayanan Pajak yang

bersangkutan atau tempat yang ditunjuk untuk pengambilan dan pengembalian SPOP dengan dilampiri

bukti-bukti pendukung seperti :

sketsa/denah objek pajak;

fotokopi KTP dan NPWP;

fotokopi sertifikat tanah;

fotokopi akta jual beli;

atau bukti pendukung lainnya.

Formulir SPOP disediakan dan dapat diambil gratis di Kantor DPPKAD

Pendataan Objek dan Subjek PBB

Pendataan dilaksanakan oleh Kantor Pelayanan Pajak denganmenggunakan formulir SPOP dan dilakukan

sekurangkurangnya untuk satu wilayah administrasi desa/kelurahan.

Pendataan dapat dilakukan dengan cara:

1. Penyampaian dan pemantauan pengembalian SPOP:

Dapat dilaksanakan pada daerah/wilayah yang pada umumnya belum/tidak mempunyai peta,

daerah terpencil atau potensi PBB relatif kecil.

2. Identifikasi Objek Pajak

Dapat dilaksanakan pada daerah/wilayah yang sudah mempunyai peta garis/ peta foto yang dapat

menentukan posisi relatif OP tetapi tidak mempunyai data administrasi PBB tiga tahun terakhir

secara lengkap.

3. Verifikasi Objek Pajak

Dapat dilaksanakan pada daerah/wilayah yang sudah mempunyai peta garis/peta foto yang dapat

menentukan posisi relatif OP dan mempunyai data administrasi PBB tiga tahun terakhir secara

lengkap.

Diagram alur prosedur pelayanan

Page 9: Pelayanan PBB

4. Pengukuran Bidang Objek Pajak

Dapat dilaksanakan pada daerah/wilayah yang hanya mempunyai sket peta desa/kelurahan dan

atau peta garis/peta foto tetapi belum dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif OP.

Balik Nama (Mutasi) Subjek PBB

Balik Nama / Mutasi nama SPPT PBB adalah proses merubah nama subjek pajak di SPPT PBB.

Tatacara dan Persyaratan :

Mengajukan Permohonan tertulis dengan melampirkan

1. Asli SPPT dan Asli Surat Pelunasan PBB (STTS) tahun yang bersangkutan

2. Fotokopi Sertifikat atau Akta Jual Beli atas nama Wajib Pajak yang baru

3. Fotokopi SSB BPHTB

4. Mengisi Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) dan LSPOP dengan data benar dan lengkap

5. Fotokopi KTP

Keterangan Tambahan :

1. Proses mutasi tersebut dilakukan oleh Kantor Pelayanan DPPKAD

2. Apabila mutasi nama tersebut dilakukan atas seluruh objek, maka tidak akan dilakukan verifikasi

lapangan. Akan tetapi apabila mutasi nama tersebut atas sebagian objek (karena pemecahan objek pajak)

atau ada perbedaan data atau terjadi perbedaan luas maka akan dilakukan pemeriksaan lapangan/ verifikasi

lapangan terlebih dahulu.

Diagram alur prosedur pelayanan

Diagram alur prosedur mutasi