PELAYANAN DIAKONIA DI JEMAAT GERMITA LEMBONG …

34
i PELAYANAN DIAKONIA DI JEMAAT GERMITA LEMBONG RINTULU MAMAHAN DITINJAU DARI TEORI DIAKONIA Oleh Filda Rosiana Lakumani 712015023 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Program Studi Teologi, Fakultas Teologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Prasyarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Teologi Program Studi Teologi FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2019

Transcript of PELAYANAN DIAKONIA DI JEMAAT GERMITA LEMBONG …

Page 1: PELAYANAN DIAKONIA DI JEMAAT GERMITA LEMBONG …

i

PELAYANAN DIAKONIA DI JEMAAT GERMITA LEMBONG RINTULU

MAMAHAN DITINJAU DARI TEORI DIAKONIA

Oleh

Filda Rosiana Lakumani

712015023

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Program Studi Teologi, Fakultas Teologi Guna Memenuhi Sebagian

Dari Prasyarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Teologi

Program Studi Teologi

FAKULTAS TEOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2019

Page 2: PELAYANAN DIAKONIA DI JEMAAT GERMITA LEMBONG …

ii

Page 3: PELAYANAN DIAKONIA DI JEMAAT GERMITA LEMBONG …

iii

Page 4: PELAYANAN DIAKONIA DI JEMAAT GERMITA LEMBONG …

iv

Page 5: PELAYANAN DIAKONIA DI JEMAAT GERMITA LEMBONG …

v

Page 6: PELAYANAN DIAKONIA DI JEMAAT GERMITA LEMBONG …

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena kasih karunia-

Nya yang senantiasa melimpah dalam kehidupan penulis. Dalam penulisan tugas akhir ini,

pastinya ada suka duka yang dilalui oleh penulis. Namun penulis mengucapkan puji syukur kepada

Tuhan yang telah memberkati penulis, membetikan kesehatan, kekuatan, kemampuan dan hikmat

sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Dalam syukur inilah penulis menyampaikan

terimakasih yang tulus untuk semua pihak yang dipakai Allah untuk membantu dan menopang

penulis dalam proses studi.

1. Terimakasih yang setulusnya buat opa, oma, mama, papa, dan seluruh keluarga yang sudah

berjuang untuk bisa membiayai penulis selama proses studi, yang selalu mendukung dalam

doa, semangat, dan berbagai bentuk dukungan lain.

2. Adik terkasih Adriel Lakumani yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan dalam

setiap proses yang penulis lalui, terimakasih untuk semua motivasi dan dukungannya

dalam bentuk apapun sehingga penulis dapat terus semangat dalam menyelesaikan studi

dengan baik.

3. Terimakasih yang diiringi rasa hormat kepada kedua dosen yang telah bersedia

membimbing penulis dalam penulisan tugas akhir ini. Pdt. Agus Supratikno, M.Th dan Pdt.

Simon Julianto, M.Si terimakasih banyak atas keseabaran dan bimbingannya.

4. Untuk yang terkasih Wahyu Simanjuntak telah menemani dan sudah banyak membantu

penulis dalam proses perkuliahan sampai tahap akhir penyelesaian tugas akhir ini.

Terimakasih atas bantuan, motivasi dan dukungan yang sudah diberikan.

5. Pdt. Agus Supratikno,M.Th selaku wali studi penulis. Terimakasih untuk waktu yang

diberikan sebagai wali studi selama penulis melakukan studi di UKSW, terimakasih sudah

memberikan motivasi dan perhatian sebagai orang tua

6. Para staf pengajar dan staf kantor TU Fakultas Teologi yang telah menerima penulis

menjadi bagian dari keluarga besar Fakultas Teologi. Terimakasih untuk suasana

kekeluargaan dan kehangatan serta berbagai ilmu pengetahuan yang diberikan sebagai

bekal penulis dalam melakukan pelayanan.

7. Tempat PPL:

Page 7: PELAYANAN DIAKONIA DI JEMAAT GERMITA LEMBONG …

vii

GKI Salatiga, yang telah menerima penulis untuk melakukan praktek pendidikan

lapangan satu sampai delapan. Terimakasih kepada Pnt. Lukas Sukan selaku supervisor

lapangan yang sudah dengan sabar mendampingi dan memberi arahan.

Rumah Rehabilitasi efata yang telah memberi kesempatan untuk melaksanakan PPL 9

Jemaat GERMITA Efata Bambung beserta seluruh warga masyarakat Desa Bambung

yang terlah menerima penulis untuk melaksanakan PPL 10 selama 4 bulan penuh.

Terimakasih untuk bantuan yang diberikan. Pnt Onesismus Tawatuan sebagai

supervisor lapangan bersama para majelis jemaat yang telah menolong dan

membimbing penulis dalam melayani jemaat.

8. Jemaat GERMITA Lembong Rintulu Mamahan tempat penulis melakukan penelitian,

terimakasih telah menerima penulis melakukan penelitian. Pdt. S. Manutur, S.Th selaku

pendeta jemaat sekaligus ketua jemaat, terimakasih telah mengijinkan serta membimbing

penulis selama melakukan penelitian.

9. Pasukan ‘The Bacot Family’: Inger Manimoy, Fitri Lede, Magdalena Bani, Angel Dima,

Dessy Thene, Oktavian Silahooij, Marlon Buru Pau, Rano Ginting, Agriyan Manafe.

Terimakasih atas suka duka dan canda tawa yang sudah penulis rasakan bersama kalian.

Terimakasih buat kegilaan yang sudah kita lakukan, terimakasih sudah banyak membantu,

memberikan motivasi dan terus mendukung penulis selama dalam proses perkuliahan

sampai penyelesaian tugas akhir ini. Tetap berjaya sampai tua ya!

10. Untuk Inger manimoy terimakasih sudah menjadi sahabat sekaligus saudara yang terus

memberikan dukuan selama 4 tahun.

11. Untuk adik terkasih Mey dan Tasya, terimakasih sudah mendampingi dan membantu

penulis selama berada di Salatiga dalam proses studi dan penyelesaian tugas akhir.

Terimaksih sudah mau direpotan dengan berbagi hal dari penulis.

Salatiga, 12 Agustus 2019

Filda Rosiana Lakumani

Page 8: PELAYANAN DIAKONIA DI JEMAAT GERMITA LEMBONG …

viii

Motto :

“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi

nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa

dan permohonan dengan ucapan syukur”

Filipi 4:6

Fokuslah pada impian dan cita-cita yang ingin kamu raih. Buatlah

sebuah planning juga target kapan kamu akan mencapainya.

Persiapkan dirimu, teruslah bergerak untuk bisa mewujudkannya.

Jangan malas, jangan cuma sekedar wacana. Seindah apapun

harapanmu tapi hanya diam, itu percuma. Semua harus diperjuangkan,

butuh usaha, kerja keras dan disertai doa.

Page 9: PELAYANAN DIAKONIA DI JEMAAT GERMITA LEMBONG …

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………………… i

LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………………………………. ii

LEMBAR PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT …………………………………………..iii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES ……………………………………iv

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ………………………………v

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………......vi

MOTTO……………………………………………………………………………………viii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………ix

ABSTRAK …………………………………………………………………………………x

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah …………………………………………………………1

1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………………….5

1.3 Tujuan Penelitian ………………………………………………………………...5

1.4 Metode Penelitian ………………………………………………………………..5

2. TEORI

2.1 Gereja dan Pelayanan Diakonia ………………………………………………….6

2.2 Fungsi Diakonia Gereja ………………………………………………………….8

2.3 Cakupan Pelayanan Diakonia ……………………………………………………10

2.4 Bentuk-Bentuk Diakonia Gereja …………………………………………………11

3. HASIL PENELITIAN

3.1 Pelaksanaan Diakonia di Jemaat GERMITA Lembong Rintulu Mamahan ………14

3.2 Profil Gereja Lembong Rintulu Mamahan ………………………………………14

3.3 Program Diakonia Jeemaat ………………………………………………………16

4. ANALISA

4.1 Menuju Pelayanan Diakonia Transformatif ……………………………………..19

5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan ………………………………………………………………………22

5.2 Saran ……………………………………………………………………………..22

DAFTAR PUSTAKA …………………………….………………………………………… 24

Page 10: PELAYANAN DIAKONIA DI JEMAAT GERMITA LEMBONG …

x

ABSTRAK

Gereja sebagai tubuh Kistus mempunyai tugas dan tanggungjawab dalam melaksanakan

Tri Tugas Gereja yaitu Koinonia, Marturia dan Diakonia. Jemaat GERMITA Lembong Rintulu

Mamahan sebagai kawan sekerja Allah juga memiliki bertanggungjawab dalam melaksanakan Tri

Tugas Gereja. Sebagai Gereja yang telah menerima tugas panggilan tersebut, Kesadaran

pemahaman dan pandangan bahwa pelayanan Diakonia dilakukan untuk mewujud nyatakan kasih

kepada sesama. Artinya bahwa pelayanan dalam jemaat harus diwujudkan dalam tindakan nyata.

Pelayanan Diakonia adalah pelayanan nyata bagi sesama yang membutuhkan dengan demikian hal

ini menjadi tugas dari seluruh warga jemaat. Tulisan ini bertujuan mendeskripsikan bentuk-bentuk

pelayanan Diakonia, serta menganalisis pelaksanaan Diakonia di Jemaat GERMITA Lembong

Rintulu Mamahan menurut perspektif teori Diakonia. Penulis menggunakan metode deskriptif

dengan pendekatan kualitatif dengan Teknik pengambilan data melalui wawancara dan observasi.

Melalui tulisan ini diharapkan Gereja dapat meningkatkan kualitas pelayanan Diakonia melalui

penataan ulang program-program pelayanan dengan memperhatikan kebutuhan jemaat dalam

menghadapi persoalan pelayanan. Tulisan ini juga memberikan sumbangan teori dan pemahaman

baru mengenai pelaksanaan Tri Tugas Gereja, khususnya Diakonia.

Kata Kunci: Jemaat GERMITA lembong rintulu mamahan, gereja, diakonia, karikatif, reformatif,

transformatif.

Page 11: PELAYANAN DIAKONIA DI JEMAAT GERMITA LEMBONG …

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Gereja lahir dan bertumbuh di tengah-tengah masyarakat membuat gereja tidak terlepas

dari hakekatnya untuk melayani sesama dalam arti menjawab pergumulan yang sedang dihadapi

oleh manusia. Gereja dalam dirinya sendiri menyadari akan adanya tugas penggilan di tengah-

tengah dunia ini. Rentang waktu perjalanan gereja dalam memahami keberadaan tersebut

memberikan rumusan yang cenderung membagi-bagi atau memisah-misahkan tugas panggilan

gereja. Hal ini nampak dari rumusan-rumusan yang disebut dengan “tritugas panggilan gereja”

atau “tri darma gereja” yang selanjutnya disebut Koinonia, Marturia dan Diakonia.

Emanuel Gerrit Singgih1 menyebutnya dengan tiga aspek gereja yang digambarkan dengan

segitiga sama sisi, yang pada masing-masing sudut ditempatkan Koinonia (institusional), Marturia

(ritual) dan Diakonia (etikal). Segi-segi itu merupakan keseimbangan yang terus-menerus harus

dijaga karena ketika gereja hanya menekankan segi kelembagaan dan ritual, maka gereja hanya

ada untuk dirinya sendiri; kalau pelayanan hanya dianggap sebagai aspek ritual atau alat untuk

membantu organisasi gereja maka pelayanan tidak pernah akan menjadi pelayanan yang

menjangkau masyarakat luas.

Tritugas Gereja ini menjadi hakikat dan tanggung jawab Gereja. Jemaat adalah alat yang

digunakan oleh Roh Kudus untuk diikutsertakan dalam perbuatan Allah yang besar itu. Tritugas

Gereja tersebut tidak dapat dipisahkan, ketika salah satu dari tugas gereja tersebut tidak terlihat

ataupun tidak terlaksana maka gereja tidak berarti apa-apa, dengan demikian Tritugas Gereja

tersebut harus tetap selalu ada dan dilaksanakan oleh setiap umat yang percaya kepada Tuhan

Yesus Kristus. Oleh karena itu seluruh jemaat baik itu pemimpin gereja atau anggota jemaat harus

ikut dan ambil bagian dalam melaksanakan Tritugas Gereja tersebut.

Hal tersebut bertujuan supaya apsek Diakonia menjadi milik bersama untuk

dikembangkan. Dengan sikap hidup dan tindakan tersebut akan menjadikan jemaat yang hidup

bersama-sama dalam pelayanan di tengah-tengah dunia ini. Sehinga dapat saling peduli terhadap

satu dengan yang lainya. Maka konsep iman di dalam pelayanan akan membentuk satu di dalam

1 E.G.Singgih, Reformasi dan transformasi Pelayanan Gereja Menyongsong Abad ke – 21, (Jogjakarta: Kanisius,

1997), 25-27.

Page 12: PELAYANAN DIAKONIA DI JEMAAT GERMITA LEMBONG …

2

kebersamaan yang diikat dengan kasih Allah untuk mewujudkan kerajaan Allah di tengah dunia.

Dengan semangat Diakonia, berarti telah memupuk kesadaran iman dalam meningkatkan

pelayanan gereja. Akan tetapi perlu diperhatikan lagi, yang menjadi permasalahan adalah sejauh

mana Diakonia telah memberikan dampak perubahan dalam kehidupan setiap anggota jemaat

sebagai subjek Diakonia.

Diakonia yang dilakukan oleh gereja jangan sampai terjebak pada suatu konsep pendekatan

ritual dengan jemaat tetapi gereja haruslah memiliki kesadaran bahwa pelayanan Diakonia tidak

terbatas pada suatu pengertian yang sempit namun, pelayanan Diakonia merupakan bagian holistik

dari kesaksian gereja tentang karya pemulihan Allah bagi dunia. Diakonia adalah sebagai salah

satu bagian dari tugas dan panggilan gereja di tengah-tengah masyarakat. Diakonia merupakan

satu sikap tindakan yang menunjukkan kasih Tuhan dalam kehidupan berjemaat sebagai bentuk

kesaksian hidup yang saling memperhatikan satu dengan yang lainnya. Tugas ini merupakan

wujud nyata dari yang sudah dibaca, didengar, dan dilihat pada firman Tuhan sehingga pada

keadaan tersebut memberikan peranan yang kuat dalam kehidupan sehari-hari yang membuktikan

bahwa sikap dan tindakan saling peduli menjadi bagian penting dalam kehidupan berjemaat.

Dalam arti yang luas, Diakonia lebih dari pada perawatan terhadap orang yang memerlukan

bantuan saja akan tetapi meliputi pekerjaan untuk membangun serta memperluas jemaat oleh

mereka yang terpanggil menjadi pejabat Gereja dan oleh seluruh anggota jemaat. Abineno

menegaskan bagi Gereja Diakonia bukanlah merupakan suatu tugas tambahan akan tetapi

merupakan tugas dan pelayanan penuh yang esensinya sama dengan pelayanan pemberitaan

Firman. Hal tersebutlah yang menjadi kekhasan palayanan Diakonia, dengan melakukan

pelayanan Diakonia di tengah-tengah orang-orang miskin dan yang berkekurangan berarti

termasuk juga dengan melakukan pelayanan pemberiataan Firman.

Hal ini menjadi tantangan utama bagi gereja-gereja, dalam artian bahwa ada hubungan

timbal balik antara yang menolong dengan yang ditolong (gereja dan jemaat). Noordegraf melihat

ada hubungan antara yang ditolong dengan yang menolong dalam sejarah Diakonia. Dia tidak

setuju jika hubungan di antara keduanya dilihat sebagai perwalian atau dilakukan secara sepihak

saja, melainkan harus saling melayani dengan talenta mereka dalam suatu pertemuan yang berarti

Page 13: PELAYANAN DIAKONIA DI JEMAAT GERMITA LEMBONG …

3

suatu persekutuan.2 Dengan dasar pemikiran tersebut, maka permasalahan yang kedua adalah

konsep dan penempatan potensi seluruh jemaat dalam berDiakonia. Dari dokumen Gereja

Lembong Rintulu Mamahan dalam menetapkan Tata Gereja dapat disimpulkan bahwa Gereja

Lembong Rintulu Mamahan meyakini dan berpedoman pada model Presbiterial Sinodal dalam

organisasi gerejanya.3

Dengan mempergunakan struktur tersebut berarti bahwa seluruh kegiatan dan tanggung

jawab terletak atas pundak para presbiter dalam kemajelisannya. Tugas pelayanan dan tanggung

jawab itu dijalankan dalam kebersamaan, meliputi merencanakan bersama, melaksanakan bersama

dan bertanggung jawab bersama. Masih dalam pertanyaan apakah bentuk kebersamaan dalam

model tersebut tidak akan membentuk kesenjangan antara jemaat dalam arti kaum awam dengan

para presbiter. Di satu sisi disebutkan bahwa menunaikan panggilan gereja merupakan

tanggungjawab bersama, namun di sisi lain semua perencanaan (keputusan), pelaksanaan

(implementasi) dan pertanggung jawaban (evaluasi) berada pada pundak para presbiter.

Dengan demikian yang berhubungan dengan Diakonia akan ditentukan hanya oleh majelis.

Apa yang bisa dan cocok bagi majelis akan menjadi ukuran Diakonia. Dalam hal pengambilan

keputusan, jemaat hanya dilibatkan selama tiga atau empat jam di setiap tahun dalam

membicarakan konsep perencanaan, implementasi, evaluasi, dll. Dengan demikian gerak

menggereja masa kini yang melihat jemaat sebagai kekuatan gereja, dengan keyakinan yang kokoh

bahwa banyak karunia yang dianugrahkan Allah bagi seluruh komunitas gereja yang belum

dibiarkan tumbuh dan berkembang. Padahal penanganan Diakonia untuk menjawab tantangan

yang dihadapi seperti kemiskinan dan penderitaan membutuhkan keterlibatan umat dengan karunia

yang berbeda-beda. Penulis hendak menyampaikan bahwa perlunya Gereja Lembong Rintulu

Mamahan mentransfomasi dirinya sendiri dengan cara pelayanan yang telah ada. Sangat penting

untuk mengevaluasi dirinya sejauh mana telah mengaktualisasikan kepedulian Diakonia dalam

hidup bergereja.

Dalam pengamatan awal penulis, Gereja Lembong Rintulu Mamahan dalam menjalankan

tugas panggilannya lebih mengutamakan segi ritual dan institusional. Persoalan-persoalan yang

mendominasi perdebatan dalam rapat-rapat tahunan adalah tentang struktur gereja, ibadah-ibadah,

2 A.Noordegraaf, Orientas Diakonia Gereja (Terjemahan oleh D.Ch.Sahetapy – Engel), (Jakarta: BPK Gunung

Mulia, 2004), 26. 3 MPH Sinode GERMITA, Sejarah Ringkas Berdirinya GERMITA, (Talaud: Unit Percetakan Sinode GERMITA,

2000), 15-25.

Page 14: PELAYANAN DIAKONIA DI JEMAAT GERMITA LEMBONG …

4

Pemahaman Alkitab, pelaksanaan kebaktian rumah tangga, biaya rutin, dll. Maka masalah yang

utama di sini adalah ketidakseimbangan konsep dan praktek dari ketiga tugas panggilan tersebut.

Ketidakseimbangannya juga dapat dilihat dari pengalokasian anggaran tahunan jemaat. Umumnya

dana gereja jauh lebih besar diperuntukkan untuk pembiayaan keperluan rutin dan pembangunan

gedung gereja. Seiring dengan ketidakseimbangan tersebut penting untuk mengingat sebagaimana

J.C.Sikkel yang dikutip oleh Jaap van Klinken mengatakan “Gereja dapat hidup tanpa bangunan-

bangunan. Tanpa Diakonia gereja mati”.4

Apa yang sering disebutkan dengan tugas panggilan Diakonia lebih mengarah kepada sikap

ritual. Indikasinya bisa dilihat dari acara-acara pemberian bingkisan natal kepada para janda/duda

atau keluarga miskin berupa pembagian sembako atau uang ala kadarnya pada bulan Desember di

kalangan anggota jemaat sebagai identitas gereja. Dengan kecendrungan praktis yang dilakukan

oleh gereja-gereja, maka perlulah untuk mengkaji ulang tentang konsep dan praktek Diakonia di

Gereja Lembong Rintulu Mamahan. Gereja pada dirinya sendiri memerlukan pembaharuan

sebagaimana semboyan yang selalu diingatkan melalui ungkapan Luther “Ecclesia reformata,

ecclesia semper reformanda” (Gereja yang diperbaharui, haruslah menjadi gereja yang selalu

membaharui dirinya sendiri).5

Dengan mengikuti latar belakang di atas, maka penulis melihat tiga permasalahan utama

dalam tulisan ini. Pertama adalah Gereja Lembong Rintulu Mamahan sebagai gereja yang

menerima tugas panggilan Diakonia belum menjawab pergumulan jemaat, kedua adalah potensi

jemaat secara menyeluruh belum diberdayakan sebagai subjek dalam Diakonia. Hal itu

menyangkut masalah bagaimana hubungan komunitas dengan tugas panggilan Diakonia, ketiga

pola-pola pelayanan Diakonia tidak teraktualisasi dalam hati jemaat orang perorangan maupun

secara kelembagaan di Gereja Lembong Rintulu Mamahan. Hal ini penting dikemukakan karena

usaha Diakonia Gereja Lembong Rintulu Mamahan seolah-olah tidak meninggalkan bekas. Gereja

belum bisa membuat suatu ukiran cerita dalam pelayanan diakonal. Jadi kehadiran Gereja

Lembong Rintulu Mamahan di tengah-tengah konteksnya belum memberikan sesuatu yang

signifikan. Dengan demikian penulis merasa perlu untuk mengkaji kembali peran kehadiran gereja

di tengah-tengah pergumulan jemaat.

4 J.V.Klinken, Diakonia, Mutual Helping with justice and Compassion (Michigan: William B.Eerdmans

Pub.Co.Grand Rapids, 1989), 26. 5 Alister E Mc.Grath, Christian Theology, (Blackwell Publiher Inc.1997), 89.

Page 15: PELAYANAN DIAKONIA DI JEMAAT GERMITA LEMBONG …

5

Hal-hal yang diungkapkan penulis di atas merupakan serangkaian permasalahan yang

terjadi dalam pelaksanaan pelayanan Diakonia di Gereja Lembong Rintulu Mamahan sehingga

pelaksanaan Diakonia di jemaat ini kurang berjalan dengan baik. Dengan melihat pelayanan

Diakonia selalu diwarnai dengan beberapa hal seperti siapa yang melakukan, siapa yang menjadi

sasaran pelayanan tersebut dan dari siapa pelaku menerima mandat atau misinya, maka penulis

merasa perlu untuk mengkaji pelaksanaan Diakonia di Gereja Lembong Rintulu Mamahan

menurut teori Diakonia. Kajian teori ini menjadi penting dalam penelitian ini untuk melihat faktor-

faktor yang melatarbelakangi pelaksanaan pelayanan Diakonia di Gereja Lembong Rintulu

Mamahan. Dari analisa ini akan terlihat hal-hal berbagai bentuk keprihatinan dan peluang

Diakonia dalam jemaat.

Rumusan masalah yang ingin dikaji sebagai bahan penelitian adalah: Bagaimana pelayanan

Diakonia di Gereja Lembong Rintulu Mamahan ditinjau dari teori Diakonia. Melalui penelitiaan

bertujuan untuk menganalisis pelaksanaan Diakonia di Gereja Lembong Rintulu Mamahan

menurut teori Diakonia. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemahaman baru

mengenai pelaksanaan tri tugas gereja, khususnya Diakonia dan menyumbangkan pemahaman

tentang teori Diakonia, serta mampu meningkatkan pelayanan Diakonia jemaat dalam menghadapi

persoalan pelayanan bergereja khususnya bagi Gereja Lembong Rintulu Mamahan.

Penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan mengembangkan teori dari

fakta yang terjadi di lapangan dengan mengikuti proses pelayanan Diakonia yang dilakukan Gereja

Lembong Rintulu Mamahan secara langsung dan mendalam, yang bertujuan menggambarkan atau

melukiskan keadaan dari subyek yang diteliti berdasarkan fakta sebagaimana adanya. Penggunaan

Teknik wawancara yang dipakai dalam penelitian ini bertujuan untuk mendapat keterangan

masalah yang diteliti dengan percakapan tatap muka, guna mendapat informasi yang lebh akurat

dan terperinci untuk memperkuat data tentang obyek yang diteliti. Bentuk wawancara yang

digunakan adalah wawancara terpimpin yaitu wawancara yang terarah dalam pengumpulan data

yang relevan. Disamping melakukan penelitian, penulis juga melakukan pengamatan, terlibat

secara langsung terhadap pemahaman pelayanan Diakonia di gereja Lembong Rintulu Mamahan.

Untuk memperoleh data tambahan maka penulis mengumpulkan bahan atau data melalui

kepustakaan, berbagai buku dan dokumen lainnya. Selain itu studi kepustakaan juga bermanfaat

untuk menyusun landasan teoritis yang akan menjadi tolak ukur dalam menganalisa data penelitian

guna menjawab persoalan pada rumusan masalah penelitian. Subjek penelitian berkaitan dengan

Page 16: PELAYANAN DIAKONIA DI JEMAAT GERMITA LEMBONG …

6

yang akan diteliti baik itu lembaga, individu dan lainnya. Dalam penelitian ini yang akan menjadi

subjek penelitian ialah Gereja Lembong Rintulu Mamahan, bisa mencakup anggota jemaat, majelis

jemaat dan pendeta jemaat. Dalam hal ini mereka yang disebut pemberi dan penerima Diakonia

itu sendiri. Penelitian ini akan dilakukan di Gereja Lembong Rintulu Mamahan, Desa Mamahan

Kecamatan Gemeh Kabupaten Kepulauan Talaud – Sulawesi Utara.

Adapun sistematika penulisan tugas akhir ini adalah: Bagian pertama, membahas tentang

pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat

penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bagian kedua, membahas tentang teori

Diakonia yang di gunakan. Bagian ketiga, membahas hasil penelitian dari data di lapangan yang

telah dikumpulkan yaitu pelayanan Diakonia di Gereja Lembong Rintulu Mamahan. Bagian

keempat, berisi tentang analisis pelaksanaan Diakonia di Gereja Lembong Rintulu Mamahan

menurut teori Diakonia. Bagian kelima, penutup yang akan berisi tentang kesimpulan serta saran-

saran yang berupa kontribusi dan rekomendasi.

Gereja dan Pelayanan Diakonia

Gereja dipahami sebagai institusi yang hadir di tengah-tengah dunia. Oleh karena itu

perannya yang tidak terlepas dari tanggung jawab terhadap permasalahan yang terjadi ditengah-

tengah masyarakat yang ada di dalam dunia. Gereja dan masyarakat bukanlah dua hal terpisah dan

terkotak-kotak melainkan selalu konkret dan kontekstual di tengah masyarakat.6 Dietrich

Bonhoeffer mengatakan bahwa gereja baru menjadi gereja bila ia hadir bagi orang lain. Gereja

harus ikut serta dalam masalah-masalah sekular dari kehidupan manusia sehari-hari, bukan

mendominasi melainkan menolong dan melayani. Kehidupan bergereja harus menunjukkan misi

Allah yang membebaskan dan menyelamatkan umat manusia.

Secara etimologi, kata gereja berasal dari Bahasa Yunani “Ekklesia” yang artinya mereka

yang terpanggil keluar. Dengan menggunakan pengertian ini maka yang tergabung dalam

persekutuan ini adalah orang-orang pilihan yang sudah dipanggil keluar dari lingkungannya yang

gelap. Tetapi pada saat yang sama, mereka yang sudah terpanggil keluar tersebut kembali diutus

ke dalam dunia, ke dalam lingkungannya untuk menjadi garam dan terang (Mat. 5:13-14).

6 F. Magnis Suseno, “Keadilan dan Analisis Sosial: Segi-Segi Etis” Kemiskinan dan Pembebasan (Yogyakarta: Kanisuis, 1994), 36-37.

Page 17: PELAYANAN DIAKONIA DI JEMAAT GERMITA LEMBONG …

7

Pemanggilan Allah atas umat-Nya ini untuk dijadikan garam dan terang bagi kegelapan dan

ketawaran yang masih ada di sekitarnya.7 Panggilan gereja untuk terlibat di dalam masyarakat

harus diwujudnyatakan melalui tiga tugas panggilan gereja itu sendiri, yakni Koinonia, Marturia

dan Diakonia.8 Diakonia akan menjadi bahan khusus, di mana Diakonia merupakan panggilan

gereja yang tidak terikat dalam bentuk ibadah dan kegiatan sakramental yang abstrak, melainkan

misi konkret gereja yang membumi dan secara langsung dapat hadir sekaligus melibatkan diri di

tengah dunia.

Pelayanan Diakonia merupakan suatu kesadaran etis dari manusia yaitu bahwa dirinya

secara langsung maupun tidak langsung hidup dari orang lain. Gereja menyadari bahwa mereka

dipanggil dan diutus ke dunia untuk berperan dalam sejarah. Gereja tidak boleh hidup dalam

ketenangan dan kenyamanan di balik tembok. Gereja harus melihat, mendengar, mengetahui, dan

menuntun masyarakat yang menderita untuk menuju kesejahteraan dan keadilan yang dikehendaki

Allah.9 Prof. Dr. H. Berkhof menegaskan bahwa Diakonia adalah yang memperantai firman Allah

yang menyelamatkan itu yang ditunjukan kepada manusia, dengan demikian Firman itu tidak

hanya Firman yang kosong melainkan Firman yang diiringi dengan perbuatan.10 Bersama dengan

Koinonia dan Marturia, Diakonia adalah Tri-tugas gereja yang menjadi satu kesatuan dan tidak

dapat dipisahkan satu sama lain yang kemudian oleh Emanuel Gerit Singgih digambarkan sebagai

segitiga sama sisi yang merupakan satu keseimbangan yang terus menerus harus dijaga.11

Secara harafiah kata Diakonia berarti memberi pertolongan atau pelayanan. Kata ini

berasal dari kata Yunani Diakonia (pelayanan), Diakonein (melayani) dan diakonos (pelayanan).

Dalam Perjanjian Baru di samping kata-kata ini terdapat 5 kata lain untuk “melayani”, masing-

masing dengan nuansa dan arti tersendiri yakni: Douleunin: melayani sebagai budak, Latreuein:

melayani untuk uang, Lertourgein: dalam Bahasa Yunani digunakan untuk pelayanan umum bagi

kesejahteraan rakyat dan negara, Therapeuin: kesiapan untuk melakukan pelayanan sebaik

7 Malcolm Brownloe, Tugas manusia dalam Dunia Milik Tuhan: Dasar Teologis bagi Pekerjaan Orang Kristen dalam Masyarakat (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993), 139. 8 Joseph. P. Widyatmajaya, Diakonia Sebagai Misi Gereja: Praksis dan Refleksi Diakonia Transformatif, (Yogyakarta: Kanisius, 2009), 42. 9 Joseph. P. Widyatmajaya, Diakonia Sebagai Misi Gereja, 58-59. 10 Andreas A. Yewanggoe, TIDAK ADA PENUMPANG GELAP: Warga Gereja, Warga Bangsa, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 129-131. 11 E.G. Singgih, Reformasi dan Transformasi Pelayanan Gereja Menyongsong Abad ke-21 (Jogjakarta: Kanisius, 1997), 25-27.

Page 18: PELAYANAN DIAKONIA DI JEMAAT GERMITA LEMBONG …

8

mungkin, menunjukkan suatu hubungan keja terutama relasi dengan orang untuk siapa pekerjaan

itu dilakukan, dan Huperetein: yang dalam terjemahan Alkitab kita pada umumnya diterjemahkan

dengan kata “melayani” karena Bahasa kita tidak sebegitu kaya seperti Bahasa Yunani.

Diakonia yang dilakukan oleh gereja dapat digolongkan dalam tiga model pendekatannya.

Model ini berlandaskan dari Markus 3:14-45 “Ia menetapkan dua belas orang untuk menyertai

Dia dan untuk diutus-Nya memberitakan Injil dan diberi-Nya kuasa untuk mengusir setan” ayat

ini kemudian menjadi dasar dari apa yang kita kenal sebagai tritugas gereja, yaitu: Yesus

menetapkan dua belas orang untuk menyertai-Nya: persekutuan (Koinonia). Yesus mengutus

mereka untuk memberitakan Injil: kesaksian (Marturia). Yesus memberikan kuasa kepada mereka

untuk mengusir setan: pelayanan (Diakonia).12

Fungsi Diakonia Gereja

Diakonia sekarang ini lebih dipahami bukan sekedar sebagai sebuah pekerjaan atau proyek

tetapi berupa ungkapan sederhana dalam uluran tangan atau cinta kasih kepada sesama.13 Diakonia

tidak tertutup hanya bagi jemaat saja melainkan kepada sesama di mana gereja tersebut hadir untuk

menyikapai permasalahan yang ada di tengah-tengah masyarakat. Diakonia dalam jemaat mula-

mula dalam konteks budaya Yunani dan Romawi yang memerintah adalah raja dan kekaisaran.

Moralitas Yunani menekankan kewajiban untuk memperhatikan sesama (orang tua, orang asing,

orang jompo, orang yang mengalami ketidakadilan). Diakonia masa kini menggerakkan jemaat

untuk benar-benar menjadi jemaat yang diakonal artinya gereja yang sungguh-sungguh berperan

dalam mewujudkan panggilannya sebagai gereja yang melayani. Gereja yang tidak diakonal

adalah gereja yang mati yang mengabaikan karunia-karunia Allah dan belum sungguh-sungguh

menghayati kasih Kristus. Jangkauan Diakonia bukan saja di dalam jemaat melainkan juga di luar

jemaat diawali dengan kepedulian terhadap sesama saudara seiman, selanjutnya kepedulian

terhadap masyarakat di sekitar jemaat bahkan kepedulian terhadap sesama di muka bumi ini.

Dalam perjanjian Baru kata Diakonia telah banyak dipakai dalam berbagai bentuk.

Umumnya diartikan sebagai pelayanan Kristus atau pelayanan jemaat (Kolose 1:7). Namun makna

yang paling penting ialah pelayanan Kristus bagi umat-Nya. Karena itu semua pelayanan jemaat

12 A. Noordegraaf, Orientasi Diakonia Gereja, 2-4. 13 A. Noordegraaf, Orientasi Diakonia Gereja, 2-3.

Page 19: PELAYANAN DIAKONIA DI JEMAAT GERMITA LEMBONG …

9

pada mulanya disebut sebagai diakonos. Kemudian dari istilah inilah muncul kata diaken yang

dipakai oleh gereja sebagai sebutan kepada sekelompok pelayan yang bertugas melayani jemaat,

yang memperhatikan kehidupan orang-orang dalam kesusahan. Justru oleh karena pelayana para

diaken ini nampak keindahan persekutuan jemaat mula-mula. Dengan demikian nampak jelas

bahwa pemberitaan Firman tidak terpisahkan dari pelayanan (Diakonia). Dalam perkembangan

masa kini pemahaman tentang makna Diakonia telah semakin berkembang. Diakonia bukan lagi

tugas para diaken, melainkan tugas seluruh warga jemaat. Diakonia bukan hanya ditunjukan

kepada sesama anggota jemaat tetapi juga kepada umat kepercayaan yang lain demi mewujudkan

misinya menjadi tanda kerajaan Allah.

Membahas tentang tindakan Diakonia yang dilakukan oleh gereja, mengingatkan penulis

pada beberapa cerita Alkitab. Pertama tentang orang Samaria yang baik hati. Gereja harus menjadi

seperti orang Samaria yang turun dari keledai kemapanan. Bukan menjadi Sinterklas yang

membagi uang di jalan, tetapi terus membagi semangat hidup kepada semua orang yang dijumpai

di jalan. Kedua, cerita tentang persembahan seorang janda Sarfat yang lahir dari ketulusan hati dan

keadaan serba kekurangan untuk memberi. Hasilnya Tuhan sendiri yang melipatgandakan untuk

pelayanan manusia yang tersisih dan terkapar. Diakonia harus diletakkan di tempat yang sentral.

Sebagai suatu misi dalam kehidupan gereja. Perlu disadari bersama bahwa fungsi Diakonia, bukan

semata-mata memberikan uang tetapi sebagai solidaritas dengan mereka yang membutuhkan.

Manusia tidak dapat mengambil bagian dalam penderitaan orang lain, jika tidak mempunyai belas

kasih. Sekali lagi spiritualitas mengambil tempat disini, spiritualitas kepemimpinan dilihat dari

sejauh mana individu mau turun melayani. Yesus Kristus bahkan rela membasuh kaki murid-

murid-Nya demi memberikan teladan kepada semua orang. Sebenarnya sejak gereja purba, funsi

Diakonia sudah nampak jelas, baik sasarannya maupun mereka yang melayaninya.

Gereja dipanggil untuk menjadi sarana keselamatan, baik secara jasmani maupun rohani.

Gereja tidak hanya sibuk dengan melayani kegiatan-kegiatan rohani, melainkan melayani di

bidang pengembangan sosial-ekonomi umat karena pelayanan gereja adalah pelayanan kepada

manusia. Dengan melayani, gereja memberi perhatian pada perkembangan manusia secara utuh.

Gereja melayani orang lain agar menjadi “manusia utuh” dengan cara memberdayakan orang lain

supaya bisa bangkit dari kelemahannya. Sehingga pelayanan membutuhkan gerakan bersama di

mana semua orang merupakan subjek yang ikut bertanggung jawab. Orang Kristen dipanggil

Page 20: PELAYANAN DIAKONIA DI JEMAAT GERMITA LEMBONG …

10

bukan hanya untuk mengembangkan sikap pelayanannya melainkan juga mengembangkan orang

lain yang dilayaninya.

Dengan meneladani sikap pelayanan Yesus dalam cara Ia hadir di tengah-tengah umat

manusia. Yesus menyembuhkan banyak orang yang datang dengan segala macam penyakitnya

(Mat 4:23; 12:28). Yesus berbuat sesuatu bagi mereka yang lapar, haus, tidak punya tempat

tinggal, sakit, miskin, menderita, dipenjara, dll karena Yesus sungguh peduli pada kesejahteraan

mereka. Sebagaimana Yesus peduli pada mereka yang miskin dan menderita maka gereja juga

dipanggil untuk peduli pada kesejahteraan jasmani dan diberi kekuatan untuk menjadi sarana

keselamatan, baik jasmani maupun rohani. Sehingga, gereja tidak hanya melayani kebutuhan

rohani umat melainkan juga memperhatikan kebutuhan jasmani umatnya. Kristus mengutus para

Rasul sebagiamana Ia dulu diutus oleh Bapa-Nya (Yoh 20:21). Para Rasul memilih tujuh diakon

untuk tujuan pelayanan (Kis 6:1). Mereka dipilih oleh para Rasul agar semakin banyak orang

terlayani.

Cakupan Pelayanan Diakonia

Berbicara tentang pelayanan Diakonia, maka yang menjadi pertanyaan adalah siapa yang

saja yang menjadi sasaran pelayanan Diakonia? Pelayanan Diakonia pertama-tama harus dimulai

dari anggota keluarga.14 Artinya bahwa keluarga adalah titik berangkat dari pelayanan, ketika

warga jemaat mampu membangun keluarganya maka warga jemaatnya akan mampuh membangun

sesamanya di luar keluarganya. Sasaran Diakonia yang berikut adalah dalam persekutuan, dimana

injil diberitakan dan dipercayai, yaitu dalam jemaat. Di situ mereka yang lemah dan membutuhkan

bantuan harus memperoleh bagian dalam kebahagiaan umat Allah dan tidak boleh ada yang hidup

dalam kesusahan karena penyakit, kemiskinan, penderitaan, kesepian, dan lain-lain.15

Jangkauan pelayanan Diakonia berbeda-beda, bukan hanya perkembangan masyarakat dan

sosial saja yang dilihat tetapi juga pandangan-pandangan teologis. Luasnya Diakonia suatu gereja

dapat dilihat dari visi dan misi gereja tersebut karena Diakonia adalah pernyataan dari kehidupan

gereja. Tujuan dalam melakukan Diakonia harus jelas kepada siapa dan apa yang dilakukan oleh

gereja dalalam berDiakonia. Gereja terlebih harus melihat realita sosial yang terjadi di masyarakat.

14 J. L. Ch. Abineno, Diaken, 27. 15 J. L. Ch. Abineno, Diaken, 27.

Page 21: PELAYANAN DIAKONIA DI JEMAAT GERMITA LEMBONG …

11

Pelayanan Diakonia yang dimulai dari keluarga, anggota jemaat harus semakin bertumbuh dan

menyebar ke luar. Dengan demikian maka pemahaman tentang pelayanan Diakonia tidak hanya

untuk melayani sesama ynag dalam hal ini orang Kristen saja atau yang seiman melainkan

pelayaan Diakonia juga melayani orang-orang yang membenci kita.16 Dalam kaitannya dengan

pelayanan diakonia yang bersifat holistik, Yesus juga memberikan penekanan terhadap pelayanan

bagi meraka yang hina. Artinya bahwa pelayanan diakonia tidak tebatas untuk setiap anggota

jemaat saja melainkan mencakup semua orang sebagai sesama manusia yang berada dalam

kesusahan.17

Bentuk-Bentuk Diakonia Gereja

Secara teoritis Diakonia adalah bagian dari tritugas gereja yang harus direncanakan dan

dilaksanakan seimbang dengan tugas panggilan lainnya. Tugas panggilan Diakonia lebih

cenderung melayani sesama dalam pergumulan sosialnya. Bentuk dan cara Diakonia yang

dilakukan oleh organisasi sosial Kristen telah berkembang lebih maju dan cepat daripada

dilakukan oleh institusi gereja. Bicara tentang pelayanan gereja dalam pemberdayaan anggotanya

bahkan sampai menyentuh kepentingan masyarakat luas, serta membangun kualitas kehidupan

manusia yang lebih baik, dapat digolongkan dalam tiga model pendekatan pelayanan karikatif,

reformatif dan transformatif.

Diakonia Karikatif

Diakonia karikatif berasal dari kata charity (Inggris) yang berarti belas kasihan. Bentuk

Diakonia ini merupakan bentuk yang paling tua dan dipraktekkan oleh gereja dan pekerja sosial.18

Bentuk diakonia ini dipraktekkan dalam bentuk pemberian makanan, pakaian bagi orang yang

membutuhkan, pendampingan terhadap orang sakit dan melakukan perbuatan baik lainnya.

Banyak gereja yang menggunakan bentuk diakonia ini karena dapat memberikan manfaat secara

langsung bagi penerima yang dituju. Dari bentuk diakonia karikkatif ini, menciptakan suatu

hubungan ketergantungan antara penerima terhadap pemberi. Bentuk Diakonia karikatif yang

16 J. L. Ch. Abineno, Diaken, 26. 17 J. L. Ch. Abineno, Diaken, 27. 18 Joseph. P. Widyatmajaya, Diakonia Sebagai Misi Gereja, 111.

Page 22: PELAYANAN DIAKONIA DI JEMAAT GERMITA LEMBONG …

12

sering dilakukan oleh gereja adalah mengunjungi orang dalam penjara dengan membawa makanan

dan memimpin renungan, menyediakan beras untuk membantu keluarga miskin, serta mendirikan

poliklinik gratis atau rumah untuk orang miskin. Diakonia karikatif digambarkan dengan

memberikan ikan dan roti kepada yang lapar tanpa ada upaya untuk pemberdaan atau

memandirikan. Meskipun demikian bentuk diakonia ini tetap memiliki kelemahan. Namun,

diakonia karikatif ini tidak dapat dihindari terutama dalam situasi darurat seperti bencana alam,

sehingga bentuk Diakonia karikatif ini akan tetap dibutuhkan.

Diakonia Reformatif

Kata reformatif berasal dari kata Inggris yaitu reform (membentuk ulang atau

membaharui). Dalam hal ini Diakonia berkaitan dengan usaha membentuk kembali, membaharui,

atau memperbaiki situasi hidup dari kelompok yang hendak ditolong sehingga ia bukan sekedar

mendapat makanan tetapi lebih dari itu ia bisa mandiri dalam mengusahakan kebutuhan hidupnya.

Latar belakang Diakonia reformatif dimulai dalam mengurangi ketegangan perang dingin antara

Blok Timut dan Blok Barat, anggota PBB sepakat atas perlunya memberikan pembangunan di

negara-negara yang baru merdeka.19 Dengan pembangunan kemiskinan dan kelaparan di dunia

diharapkan dapat diatasi melalui pertumbuhan ekonomi. Ideologi pembangunan merupakan

ideologi yang muncul di tengah perang dingin ketika terjadi persaingan antara kapitalisme dan

komunisme.

Diakonia reformatif yang lebih dikenal sebagai Diakonia pembangunan muncul dalam era

pembangunan. Kesadaran baru dari gereja-gereja untuk melakukan Diakonia reformatif muncul

seiring dengan kesadaran untuk berpartisipasi dalam pembangunan yaitu pada saat Sidang Raya

Dewan Gereja se-Dunia (DGID) IV di Upsalla, Swedia pada tahun 1967.20 Sidang Raya Unpaila

mendesak agar negara-negara kaya di Utara bersedia memberikan bantuan ekonomi dan teknologi

bagi negara-negara miskin di Selatan.

Diakonia reformatif ini lebih menekankan pada aspek pembangunan. Pendekatan yang

dilakukan ialah dengan community development, seperti pembangunan pusat kesehatan,

penyuluhan dan koperasi. Karakteristik Diakonia ini dapat dilihat sebagai berikut, pertama lebih

19 Joseph. P. Widyatmajaya, Diakonia Sebagai Misi Gereja, 36. 20 Joseph. P. Widyatmajaya, Diakonia Sebagai Misi Gereja, 99.

Page 23: PELAYANAN DIAKONIA DI JEMAAT GERMITA LEMBONG …

13

berorientasi pada pembangunan lembaga-lembaga formal, tanpa perombakan struktur dan system

yang ada. Kedua, sudah melakukan analisis sosial-kultural namun tidak menggunakan analisis

struktural. Ketiga, pendekatan pelayanan ini masih bersifat top-down, dalam model ini masyarakat

belum sepenuhnya menjadi pelaku sejarah yang menentukan masa depannya sendiri.21

Pemahaman mengenai bentuk Diakonia karikatif ini digambarkan dengan tindakan

pemberian bagi orang yang lapar dengan memberi sepotong roti dan ikan. Diakonia reformatif

digambarkan dengan memberi alat pancing kemudian mengarnya cara untuk memancing.

Diakonia pembangunan atau reformatif di pahami sebagai bentuk yang cocok untuk mengatasi

persoalan kemiskinan sebab perhatian Diakonia reformatif bukan hanya pada pemberian sebatas

sepotong roti dan ikan tetapi memberi perhtian juga pada pemberdayaan bagi penerima Diakonia

tersebut.22

Seiring dengan perkembangan teologi dan ideologi pembangunan, Diakonia gereja

bergeser dari Diakonia karikatif menjadi Diakonia reformatif/pembangunan. Diakonia bukan

sebatas memberikan bantuan pangan dan pakaian tetapi ada upaya pemberdayaan terhadap

individu maupun kelumpok penerima Diakonia tersebut. Pemberdayaan yang dimaksud ialah

pemberian atau peminjaman modal. Sumber kemiskinan hanya dilihat dari akibat kemalasan,

ketrampilan/modal yang kurang dan alam yang tidak subur. Kemiskinan tidak dilihat sebagai

akibat tatanan sosial yang tidak adil.

Diakonia Transformatif

Model ketiga ini mengarah pada perubahan struktural dalam masyarakat, membongkar

sistem yang ada dan membuat sistem baru.23 Maksud dari Diakonia transformatif ini adalah

Diakonia yang bertujuan untuk membebaskan rakyat kecil yang terbelenggu structural. Maksud

dari Diakonia transformatif ini bukan untuk sekedar membantu dan menolong mereka yang

21 Joseph. P. Widyatmajaya, Diakonia Sebagai Misi Gereja, 109-112. 22 Joseph. P. Widyatmajaya, Diakonia Sebagai Misi Gereja, 113. 23 Rijnardus A. Van Kooij, Sri Agus Patnaningsih, Yam’ah Tsalatsa, MENGUAK FAKTA, MENATA KARYA NYATA: Sumbangan Teologi Praktis dalam Pencarian Model Pembangunan Jemaat Kontekstual, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007), 41.

Page 24: PELAYANAN DIAKONIA DI JEMAAT GERMITA LEMBONG …

14

kesusahan tanpa ada upaya pencegahan dan pengurangan terhadap terjadinya korban dari

permasalahan sosial yang terjadi.24

Pemahaman yang menjadi dasar acuan dari pelayanan ini ialah ketika ada orang yang lapar,

tidak cukup apabila hanya diberikanan sepotong roti dan ikan. Setelah habis maka besok ia akan

kembali untuk memintanya lagi dengan demikian hal ini menciptakan suatu sifat ketergantungan.

Hal sama ketika hanya diberikan sebuah alat pemancing atau cangkul, apabila tidak memiliki

ketrampilan maka peralatan tersebut tidak berguna dan tidak dapat digunakan sesuai fungsinya.

Dengan demikian pendampingan dan pemberdayaan menjadi poin utama dalam proses

mensejahterakan jemaat dan masyarakat.25

Dari ketiga model Diakonia di atas, menurut penulis Diakonia transformatiflah yang paling

menyentuh akar permasalahan karena Diakonia model ini tidak membuat si miskin menjadi

ketergantungan atau hanya sekedar dapat bertahan hidup dalam situasi dan keadaan hidup yang

penuh dengan ketidakadilan. Model ini dapat membantu gereja mengakomodir masalah

kemiskinan dan ketimpangan sosial serta ketidakadilan yang terjadi, baik besar maupun kecil

dampak yang dihasilkan. Sehingga mereka yang tertindas dan yang kurang mendapatkan keadilan

dapat bangkit untuk menata kehidupan kembali secara mandiri. Dalam uraian di atas, ketiga model

Diakonia tersebut pastinya mempunyai kekuatan dan kelemahan masing-masing. Namun tidak

dapat disangkal bahwa ketiga model Diakonia ini masih tetap dibutuhkan oleh gereja. Diakonia

karitatif dibutuhkan dalam keadaan darurat sebelum memberikan pelayanan yang lebih lagi seperti

Diakonia reformatif dan transformatif. Begitu juga dengan model Diakonia reformatif, gereja

masih tetap membutuhkan Diakonia ini khususnya dalam membangun sumber daya manusia

(SDM) jemaat.

Pelaksanaan Diakonia di Jemaat Germita Lembong Rintulu Mamahan

Profil Gereja Lembong Rintulu Mamahan

Gereja Lembong Rintulu Mamahan merupakan salah satu Gereja Protestan yang berdiri di

desa Mamahan dan merupakan bagian dari Sinode GERMITA. Untuk memudahkan koordinasi,

wilayah pelayanan dibagi menjadi 13 wilayah pelayanan. Gereja Lembong Rintulu Mamahan

24 Joseph. P. Widyatmajaya, Diakonia Sebagai Misi Gereja, 116. 25 Joseph. P. Widyatmajaya, Diakonia Sebagai Misi Gereja, 109-112.

Page 25: PELAYANAN DIAKONIA DI JEMAAT GERMITA LEMBONG …

15

masuk dalam wilayah 02 Gemeh, di mana terdapat kurang lebih 11 gereja yang sudah dimandirikan

termasuk Gereja Lembong Rintulu Mamahan. Dari data yang diperoleh26 sebelum Gereja

Lembong Rintulu Mamahan memiliki bangunan Gedung ibadah sendiri, seluruh anggota jemaat

masih beribadah di jemaat tetangga yaitu jemaat Efata Bambung. Pada 1 September 1941, akhirnya

Gedung ibadah Gereja Lembong Rintulu Mamahan berdiri di Desa Mamahan. Dengan demikian,

1 September menjadi tanggal peringatan berdirinya Gedung Gereja Lembong Rintulu Mamahan.

Pada tahun 1966 sampai 1970 pemimpin jemaat masih di sebut dengan sebutan penolong

jemaat dan pada tahun 1970 sampai 1984 diubah menjadi guru jemaat, kemudian pada 1984

sampai 2005 kembali diubah menjadi ketua jemaat dan sejak 2005 sampai sekarang namanya

menjadi ketua BPHMJ (Badan Pelaksana Harian Majeis Jemaat) yang sekarang dijabat oleh Pdt.

Sarah Manutur, S.Th.27 Gereja Lembong Rintulu Mamahan menekankan perannya berdasarkan

pada panggilan Allah yang dimengerti sebagai pemberian anugerah, tugas tanggung jawab dari

Allah kepada umat-Nya. Pada sisi lain, peranan tersebut diwujudkan sesuai dengan talenta,

kemampuan dan keahlian dalam anggota jemaat. Berdasarkan hal inilah Gereja Lembong Rintulu

Mamahan menghayati pelayaanannya baik Diakonia, Koinonia dan Marturia yang adalah tugas

dan panggilan Gereja di tengah-tengah dunia.28

Struktur organisasi Jemaat GERMITA Lembong Rintulu Mamahan terdiri dari 1 ketua,

wakil ketua dan 7 orang anggota BPHJ, 3 orang anggota BPPPJ, 3 orang anggota MPPJ, 5 orang

koordiantor Pelka (pelayanan kategorial), 12 penatua kelompok rumah tangga, 24 diaken

kelompok rumah tangga dan 2 orang kostor gereja. Perlu untuk ketahui juga bahwa dari struktur

organisasi yang ada, sebagian besar pejabat gereja diduduki oleh para pegawai. Secara

keseluruhan, anggota Jemaat GERMITA Lembong Rintulu Mamahan berjumlah kurang lebih 800

Orang yang terdiri dari 12 kelompok rumah tangga (KTR) dan masing-masing KRT terdiri dari

kurang lebih 20 – 25 kepala keluarga (KK). Dalam pelaksanaan penelitian ini, penulis melakukan

wawancara dengan 21 orang informan yang terdiri dari masing-masing kategori baik sebagai

pejabat gereja maupun sebagai anggota jemaat. Dari informan ini, kemudian penilis memilih 10

orang yang menjadi informan kunci antara lain: 1 orang pendeta jemaat, 2 orang penatua, 2 orang

26 W.Saide (wakil sekretaris jemaat) wawancara, 20 Mei 2019, pukul 17.30 27 A.R Arundaa (wakil ketua jemaat) wawancara, 20 Mei 2019, pukul 19.38 28 Pdt. S. Manutur (Pendeta jemaat) wawancara, 13 Mei 2019, pukul 15.30

Page 26: PELAYANAN DIAKONIA DI JEMAAT GERMITA LEMBONG …

16

diaken, 1 orang komisi Diakonia jemaat, 2 orang anggota jemaat sebagai penerima Diakonia dan

2 orang anggota jemaat yang bukan penerima Diakonia.

Secara geografis Gereja ini terletak di Desa Mamahan, Kec. Gemeh, Kab. Kepulauan

Talaud. Masyarakat Desa Mamahan, secara khusus jemaat Lembong Rintulu Mamahan sebagian

besar bermata pencaharian sebagai petani kelapa (kopra) di samping itu banyak dari mereka yang

memiliki lahan luas dipakai untuk menanam sumber daya alam yang lain seperti pohon pala dan

cengkeh. Menurut bapak P.Melale bahwa petani-petani ini masing-masing memiliki lahan yang

luas bahakan ada juga para petani yang memiliki tanah lebih dari satu petak dengan luas sekitar

kurang lebi 1/2 hektar untuk satu petak sehingga penghasilannya pun berbeda-beda tregantung

berapa jumlah petak tanah yang mereka miliki dan jenis tanaman apa yang di tanam. Jika itu

tanaman buah cengkeh maka waktu panen setahun sekali atau setahun dua kali. Apabila tanaman

buah pala dan buah kelapa maka bisa per triwulan atau tiga bulan sekali panen. Jika dipresentasikan

kira-kira ada 80% sebagai petani, 10% sebagai PNS dan 10% sisanya adalah anak-anak yang masih

sekolah dan para pensiunan.29 Bertepatan dengan waktu penelitian dilaksanakan, pada saat itu

sedang musim panen buah cengkeh sehingga sebagian besar masyarakat desa Mamahan

sebagaimana petani pada umumnya hampir setiap hari kegiatan mereka berada di ladang terkecuali

pada hari Minggu. Sebagaimana penulis amati, biasanya pada hari Minggu secara bersama dengan

anggota keluarga, mereka berangkat beribadah ke gereja.30

Program Diakonia Jemaat

Jemaat GERMITA Lembong Rintulu Mamahan adalah salah satu jemaat mandiri yang juga

memperhatikan masalah kemiskinan, hal konkrit dari bentuk perhatian Gereja Lembong Rintulu

Mamahan terhadap kemiskinan ini adalah program-program Diakonia yang dibentuk untuk

membantu warga jemaat yang lemah dalam bidang ekonomi, contohnya: janda dan duda,

mengunjungi orang sakit, orang meninggal dan orang yang mengalami musibah bencana alam.31

Beradasarkan hasil temuan lapangan yang penulis peroleh, bagian yang menarik perhatian

khusus penulis ialah kurangnya pemahaman pelayan khusus (majelis jemaat) serta sebagian besar

29 P. Melale (anggota jemaat) wawancara, 08 Juli 2019, pukul 13.40 30 Hasil observasi penulis pada saat sebelum penelitian dan pada saat penelitian 10 Mei 2019 - 23 Mei 2019 di

Gereja Lembong Rintulu Mamahan. 31 Pdt. S. Manutur (pendeta jemaat) wawancara, 13 Mei 2019, pukul 16.00

Page 27: PELAYANAN DIAKONIA DI JEMAAT GERMITA LEMBONG …

17

anggota jemaat terhadap pelayanan Diakonia hanya sebagiaan kecil dari majelis jemaat dan

anggota jemaat Lembong Rintulu Mamahan yang mengerti tentang pelayanan Diakonia dan

mempunyai pandangan bahwa Diakonia perlu dilakukan untuk membantu sesamanya yang

membutuhkan bantuan dan berkekurangan dan ingin mewujudnyatakan kasih yang telah Yesus

ajarkan. Pelayanan Diakonia di Jemaat GERMITA Lembong Rintulu Mamahan yang kemudian

dalam program kerja jemaat disebut sebagai pelayanan kasih, terdapat beberapa program yang

dilaksanakan antara lain: pemberian Diakonia duka dari kelompok tumah tangga (KRT) dan kas

jemaat, pemberian Diakonia bagi orang sakit dari kelompok tumah tangga (KRT) dan kas jemaat,

pemberian Diakonia pada hari raya Natal (tangal 24 Desember 2019) bagi anak cacat, yatim, piatu,

janda dan duda disesuaiakan dengan kondisi keuangan jemaat serta membantu musibah bencana

alam.32

Diakonia Duka

Pelayanan Diakonia dalam hal membantu keluarga yang berduka, oleh gereja sendiri ada

beberapa upaya yang dilakukan yaitu dengan memberikan uang duka yang dikeluarkan dari kas

jemaat dan dari masing-masing kelompok rumah tangga (KRT) serta PELKA juga ikut

memberikan sumbangan duka. Selain itu sebagai bentuk rasa kepedulian terhadap sesama,

sebagian besar anggota jemaat ikut membantu menyiapkan segala keperluan duka. Mulai dari

bapak-bapak turut serta dalam pembuatan bangsal yang dipakai untuk ibadah pemakanan, ibu-ibu

yang membantu menyiapkan konsumsi dan keperluan lainnya serta anak-anak remaja dan pemuda

yang juga turut ambil bagian dalam mempersiapkan segala keperluan.

Dimulai sejak tahun 2013 setiap anggota jemaat diwajibkan memberikan sumbangan duka

Rp 10.000 (sepuluh ribu rupiah) tiap kepala keluarga dan hal ini berlangsung sampai sekarang,

namun tidak membatasi kemungkinan ada juga keluarga-keluarga yang memberikan lebih dari

target yang sudah ditentukan.33 Satu hal yang menarik yang menjadi perhatian ketiaka penulis

mengamati secara langsung di mana bertepatan saat melakukan penelitian ada salah satu keluarga

mengalami kedukaan (keluarga Ilham – Malaa, atas meninggalnya anak mereka yang baru

dilahirkan). Selain pemberian sumbangan Diakonia dalam bentuk uang dari kas jemaat dan tiap

kelompok rumah tangga (KRT) serta pelka, ada juga yang secara individu maupun atas nama

32 Buku program kerja jemaat GERMITA Lembong Rintulu Mamahan tahun pelayanan 2019, hal 11. 33 Pdt. S. Manutur (pendeta jemaat) wawancara, 13 Mei 2019, pukul 16.30

Page 28: PELAYANAN DIAKONIA DI JEMAAT GERMITA LEMBONG …

18

keluarga secara langsung manganggi’u onto34 dalam bentuk bahan makanan (beras, gula, tepung,

dll) maupun ada juga yang diberikan dalam bentuk uang. Hal ini menjadi satu ciri khas dari jemaat

disetiap acara kedukaan baik kedukaan dari anggota jemaat ataupun dari jemaat yang lain, mereka

tetap melaksanakan hal tersebut dengan harapan bahwa hal tersebut dapat mempererat tali

persaudaraan dan dapat saling berbagi rasa satu dengan yang lainnya.

Diakonia Orang Sakit

Dalam pelaksanaannya bantuan yang untuk orang sakit yang diberikan hanya terbatas pada

anggota jemaat yang tercatat sah sebagai warga jemaat Germita Lembong Rintulu Mamahan dan

merekalah yang memiliki hak untuk menerima pelayanan Diakonia dalam bentuk bantuan uang.

Tetapi hal ini akan berlaku apabila yang bersangkutan (orang yang sakit tersebut) sudah menerima

surat rujukan dari puskesmas ke rumah sakit maka akan diberikan baiaya pengobatan sebesar Rp

250.000 (dua ratus lima puluh ribu rupiah). Biaya pengobatan ini dikeluarkan dari uang kas jemaat,

Tetapi apabila dari pihak keluarga atau yang bersangkutan mengembalikan dana yang diberikan

dengan pertimbangan bahwa dia mampu atau dibiayai oleh kantor atau asuransi, maka dana itu

akan dimasukkan kembali pada kas jemaat dengan permintaan yang bersangkutan. Namun tidak

menutup kemungkinan juga ada dari tiap keluarga atau perorangan yang ikut membantu. Hal ini

menjadi perhatian khusus dari penulis karena berdasarkan data dan hasil wawancara dengan

pendeta jemaat, bahwa pada tahun 2018 tidak ada program pengeluaran uang kas jemaat untuk

Diakonia orang sakit. Hal ini baru dilaksanakan kembali pada tahun 2019. Penyebab utamanya

ialah kurangnya pemahaman dari anggota jemaat akan kepedulian terhadap sesama yang

mengalami musibah. Bagi mereka uang jemaat hanya untuk pembangunan Gedung ibadah dan

kegiatan rohani lainnya.35

Diakonia pada Hari Raya Natal

Jemaat Germita Lembong Rintulu Mamahan adalah memiliki sebuah kegiatan yang

menjadi ciri khas dari jemaat Germita Lembong Rintulu Mamahan adalah pemberian Diakonia

dalam bentuk sembako pada hari raya natal. Namun beberapa kali juga kegiatan ini di lakukan

34 manganggi’u onto dalam bahasan Indonesia dapat diartikan dengan memberikan sumbangan dalam bentuk

barang maupaun uang. 35 Pdt. S. Manutur (pendeta jemaat) wawancara, 13 Mei 2019, pukul 15.30

Page 29: PELAYANAN DIAKONIA DI JEMAAT GERMITA LEMBONG …

19

selain pada hari raya natal itu sendiri. Biasanya pemberian sembako ini diberikan kepada janda,

duda, anak yatim dan piatu. Penggolongan kategori penerima ini berdasarkan kriteria dan pilihan

dari komisi Diakonia dan majelis jemaat sesaat sebeum Diakonia ini diberikan dan yang berhak

mendapatkan Diakonia ini adalah anggota jemaat yang tercatat sah sebagai jemaat Germita

Lembong Rintulu Mamahan. Program ini berjalan kurang lebih sejak tahun 2012 dan pada tahun

2018 program ini sempat dihentikan dengan alasan dana yang tidak mencukupi sehingga yang

memberikan Diakonia bagi janda, duda, anak yatim dan piatu hanyalah dari individu-individu

tertentu yang mampu dalam hal ekonomi sehingga pembagian Diakonia itu menjadi tidak merata

karena harus dipilih menurut kriteria dan pilihan dari individu atau keluarga yang memberikan.

Disetiap kelompok rumah tangga (KRT) program ini juga dilaksanakan dan pengeluarannya

berasal dari kas tiap KRT tersebut sehingga jumlahnya juga ditentukan dari majelis KRT yang

bersangkutan.

Diakonia Bencana Alam

Sejauh yang penulis amati, jemaat Germita Lembong Rintulu Mamahan belum melakukan

Diakonia bencana alam, sebab selama ini daerah sekitar jemaat Germita Lembong Rintulu

Mamahan belum mengalami musibah bencana alam. Sehingga jemaat ini pun hanya menjalankan

program Diakonia yang lain seperti yang sudah dipaparkan diatas.

Menuju Pelayanan Diakonia Transformatif

Pada perjalannnya Diakonia selalu mengalami perubahan sesuai atau mengikuti perubahan

nilai-nilai dan keadaan sosial yang terjadi dalam jemaat. Model Diakonia karikatif sangat terlihat

dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan di Jemaat Germita Lembong Rintulu Mamahan. Hal

tersebut dapat dilihat dari bentuk hubungan yang terjalin antara penerima Diakonia dengan

pemberi Diakonia yang bersifat subyek-obyek. Hal ini ditunjukkan dengan belum adanya

perubahan yang signifikan dari jemaat yang menerima bantuan Diakonia. Arah program yang

dilaksanakan masih mengarah pada apa yang diinginkan oleh penerima bukan berdasarkan apa

yang seharusnya dibutuhkan mereka sehingga dampak yang dihasilkan dari penerima masih

bersifat jangka pendek. Jangka pendek yang dimaksud di sini ialah bantuan Diakonia yang

diberikan hanya bersifat sementara.

Page 30: PELAYANAN DIAKONIA DI JEMAAT GERMITA LEMBONG …

20

Diakonia adalah salah satu sikap tindakan yang menunjukkaan kasih Tuhan dalam

kehidupan bermasyarakat atau berjemaat secara kehidupan sosial dalam bentuk kesaksian atau

bersaksi akan hidup yang saling memperhatikan antara umat satu dengan umat yang lain. Hal

tersebut bertujuan supaya aspek Diakonia menjadi milik bersama untuk dikembangkan tanpa ada

unsur politis dan keuntungan hidup. Dengan sikap hidup dan tindakan tersebut akan menjadikan

seluruh anggota jemaat untuk saling hidup bersama-sama dalam pelayanan ditengah-tengah dunia

ini. Mengembangakan kesaksian dan pelayanan di tengah-tengah masyarakat diarahkan pada

meningkatnya kepedulian setiap anggota jemaat terhadap sesamanya.

Jemaat Germita Lembong Rintulu Mamahan mempunyai pandangan dan pemahaman

bahwa pelayanan Diakonia dilakukan untuk mewujud nyatakan kasih kepada sesama. Artinya

bahwa pelayanan dalam jemaat harus diwujudkan dalam tindakan nyata. Pelayanan Diakonia

adalah pelayanan nyata bagi sesama yang membutuhkan dengan demikian hal ini menjadi tugas

dari seluruh warga jemaat. Di dalam gereja, pelayanan Diakonia menjadi nyata ketika pelayanan

itu menyentuh mereka yang miskin, yang sakit, berduka, maupun mereka yang membutuhkan

ketenangan jiwa. Diakonia tidak hanya terbatas dalam membantu sesama secara materi, tetapi

lebih dari itu ialah menujukkan kasih dan kepedulian dengan menghibur dan membagikan

semangat hidup bagi mereka yang membutuhkannya.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh maka penulis melihat adanya

ketimpangan dalam trusktur kepemimpinan jemaat dimana para pemegang kekuasaan atau para

pejabat gereja dipegang oleh para PNS yang sebetulnya basis kepemilikan jemaat mayoritas adalah

para petani. Jika melihat lagi program-program Diakonia yang sudah dilaksanakan, besar

kemungkinan apa yang ada dalam program Diakonia jemaat hanya berdasarkan tolak ukur para

PNS dengan melihat konsep apa yang cukup bagi mereka, itu yang mereka terapkan dalam

program pelaksanaan Diakonia jemaat sehingga bagi penulis ini merupakan salah satu faktor

penyebab pelaksanaan Diakonia jemaat GERMITA Lembong Rintulu Mamahan hanya sebatas

formalitas atau pemberian begitu saja.

Dalam upaya memahami kebutuhan jemaat, alangka lebih baik apabila melibatkan orang-

orang yang dalam artian mereka yang memiliki kebutuhan tersebut sehingga persoalan kebutuhan

jemaat bisa terjawab. Jika awalnya pemberian Diakonia hanya sebatas sembako yang dalam jangka

pendek akan habis, maka bisa saja sembako tersebut diganti dengan barang-barang yang mereka

Page 31: PELAYANAN DIAKONIA DI JEMAAT GERMITA LEMBONG …

21

perlukan berdasarkan kebutuhan profesi mereka. Misalnya para petani yang menerima sumbangan

Diakonia yang sebelumnya berupa sembako di ganti dengan pupuk, sabit atau alat pertanian

lainnya. Untuk para nelayan misalnya sembako tersebut diganti dengan peralatan melaut yang

berguna sampai pada janggka panjang. Sehingga orientasi Diakonia tidak sebatas pada Diakonia

karikatif tetapi ada peluang yang mengarah pada bentuk Diakonia reformatif.

Kesadaran jemaat akan sebuah pelayanan Diakonia sebagai suatu bentuk kesaksian dalam

pelayanan mereka, membawa jemaat pada satu tindakan nyata sebagai bentuk pelayanan Diakonia

yaitu pemberian iuran duka dan orang sakit. Berdasarkan data yang ada, bahwa per kepala keluarga

diwajibkan memberikan sumbangan sebesar Rp 10.000 (sepuluh ribu rupiah) per bulannya, maka

hal menarik untuk di lihat lebih jauh lagi ialah pengelolaan dari uang tersebut. Sejauh ini uang

telah terkumpul dari sumbangan per KK hanyalah di simpan begitu saja oleh komisi Diakonia.

Namun apabila ada yang sakit dan berduka maka uang tersebut akan di pakai sesuai dengan

kebutuhannya.

Untuk Diakonia orang sakit, dalam jemaat GERMITA Lembong Rintulu Mamahan

memang sudah kembali dilaksanakan di tahun 2019 setelah sempat diberhentikan pada tahun 2018.

Dalam bentuk pelayanan terhadap orang sakit, bentuk yang sangat jelas terlihat adalah bentuk

Diakonia karikatif, akan tetapi setelah melakukan penggalian lebih dalam lagi terhadap anggota

jemaat baik yang sudah perna di kunjungi maupun majelis jemaat yang bertugas sebagai pelawat,

terungkap bahwa setelah mereka (majelis jemaat) mengetahui akan keadaan dari jemaat tersebut

mulai dari jenis penyakit apa yang ia derita, bagaimana perkembangan kesehatannya, barulah

mereka datang untuk mendoakan jemaat tersebut dan memberikan Diakonia bagi orang sakit

dalam bentuk uang untuk membantu proses pengobatan yang bersangkutan.

Berdasarkan realita yang terjadi di Jemaat GERMITA Lembong Rintulu Mamahan,

sesungguhnya dari jemaat sendiri sudah ada kesadaran akan pelayanan Diakonia walaupun masih

sebagian kecil, namun gereja tidak boleh lepas tangan dan membiarkan jemaat berkembang dengan

pemahaman yang masih sempit. Gereja juga perlu untuk selalu memberikan pemahaman bagi

setiap anggota jemaatnya akan kesadaran pelayanan itu sendiri. Pada kenyataannya yang terjadi

dalam Jemaat GERMITA Lembong Rintulu Mamahan malah sebaliknya, gereja juga masih kurang

memahami arti Diakonia itu sendiri sehingga kesadaran jemaat untuk membatu orang berduka,

Page 32: PELAYANAN DIAKONIA DI JEMAAT GERMITA LEMBONG …

22

mengunjungi orang sakit masih lebih baik dibandingkan dengan program Diakonia gereja yang

sudah ada.

Dari hal tersebut penulis bisa melihat bahwa adanya peluang untuk mengembangkan

bentuk Diakonia di jemaat GERMITA Lembong Rintulu Mamahan pada bentuk Diakonia

reformatif bahkan bisa jadi sampai pada transformatif. Dalam hal ini yang menjadi kunci utama

bukan terletak pada seberapa besar dana yang dimiliki oleh jemaat sehingga jemaat bisa

mengembangkan bentuk Diakonia yang ada tetapi poinnya terletak pada adanya kesadaran

pelayanan dari jemaat itu sendiri. Kesadaran untuk melayani sesama menjadi acuan dalam proses

pengembangan bentuk Diakonia jemaat. Alat ukur yang penulis pakai dalam melihat bentuk

Diakonia apa yang sedang jemaat praktekkan sekarang dan peluang apa yang yang ada di jemaat

ialah berdasarkan apa yang diberikan dan seberapa jauh pemahaman jemaat tentang pelayanan

Diakonia itu sendiri.

Kesimpulan

Dari penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpukan bahwa dari berbagai pelayanan

dikonia yang sudah terlaksana di jemaat GERMITA Lembong Rintulu Mamahan, maka pelayanan

diakonia di jemaat tersebut masih bersifat karikatif. Berdasarkan realita yang terjadi di jemaat

GERMITA Lembong Rintulu Mamahan, terlihat juga bahwa jemaat ini membutuhkan suesuatu

yang baru dari pelayanan diakonia yang sudah ada. Diakonia yang diharapkan ialah diakonia yang

memberdayakan jemaat. Diakonia yang tidak menciptakan ketergantungan bagi jemaat sehingga

jemaat dapat tumbuh menjadi jemaat yang mandiri tanpa adanya ketergantungan dari pemberian

diakonia terlebih khusus diakonia hari raya natal. Dari penelitian ini juga penulis melihat bahwa

adanya peluang yang besar bagi jemaat GERMITA Lembong Rintulu Mamahan dalam

mengembangkan bentuk pelayanan Diakonia Karikatif menuju Diakonia Reformatif bahkan jika

memungkinkan bisa mengarah pada bentuk diakonia Transformatif.

Saran

Gereja perlu merespon berbagai persoalan diakonia yang terjadi di jemaat denagn

membangun pelayanan diakonia yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi oleh jemaat.

Page 33: PELAYANAN DIAKONIA DI JEMAAT GERMITA LEMBONG …

23

sebagaimana realita profesi pekerjaan jemaat 80% sebagai petani, maka gereja diharapkan dapat

meningkatkan pelayanan pertanian agar mampuh menciptakan para petani yang mandiri bahkan

mampuh menciptakan peluang kerja bagi yang lainnya. Upaya lain, gereja perlu memikirkan

peningkatan kesejahteraan petani melalui pemberdayaan para petani dengan memberikan bantuan

diakonia tidak lagi dalam bentuk sembako melainkan menggantinya dengan alat pertanian seperti

pupuk dan sabit. Untuk mendukung konsep diakonia seperti itu, mesti diakarkan pada pemahaman

teologi terhadap diakonia yang kontekstual.

Dalam upaya meningkatkan bentuk pelayanan dikonia jemaat dari bentuk Karikatif menuju

bentuk diakonia transformative maka diharapkan untuk terus mengembangkan bentuk-bentuk

pelayanan yang sudah ada dalam jemaat dengan memanfaatkan peluang SDM dalam jemaat dalam

penyusunan program-program dikonia sesui kebeutuhan jemaat. Dalam kaitan itu, pelatihan dan

pendampingan terhadap warga jemaat perlu untuk dilaksanakan sehingga pemahaman akan

pelayanan Diakonia tidak hanya terbatas pada pemberian secara sukarela saja tetapi jemaat

mampuh memberi respon terhadap persoalan diakonia bahkan jemaat itu sendirilah yang menjadi

pelaku-pelaku diakonia.

Page 34: PELAYANAN DIAKONIA DI JEMAAT GERMITA LEMBONG …

24

DAFTAR PUSTAKA

Abineno, J. L. Ch. Sekitar Diakonia Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1976.

Artanto, Widi. Menjadi Gereja Misioner dalam Konteks Indonesia. Yokyakarta: Taman Pustaka

Kristen, 2008.

Bosch, David. Transformasi Misi Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005.

Fletcher, Verne H. Lihatlah Sang Manusia – Ustu Pendekatan Pada Etika Kristen Dasar. Jakarta:

BPK Gunung Mulia, 2007.

GERMITA, MPH Sinode. Sejarah Ringkas Berdirinya GERMITA (Gereja Masehi Injili Talaud).

Talaud: Unit Percetakan Sinode GERMITA, 2000.

Klinken, J.V. Diakonia, Mutual Helping with justice and Compassion, William B.Eerdmans

Pub.Co. Grand Rapids, Michigan, 1989.

Malcolm, Brownlee. Tugas Manusia dalam Dunia Milik Tuhan; Dasar Teologis bagi Pekerjaan

Orang Kristen dalam Masyarakat. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993.

Moleong, L. J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Karya, 1989.

Moh, Nazir. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indo, 1985.

Noordegraaf A. Orientasi Diakonia Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004.

Rijnardus. A. Van Kooij And Sri Agus Patnaningsih, Yum’ah Tsalatsa. Menguak Fakta, Menata

Karya Nyata: Sumbangan Teologi Praktis Dalam Pencarian Model Pembangunan Jemaat

Kontektual. Jakarta: BPK Gungung Mulia, 2008

Singgih, Emanuel Gerrit. Reformasi dan Transformasi Pelayanan Gereja Menyongsong Abad ek-

21, Jogjakarta: Kanisius 1997.

Widyatmadja, Jesef P. Diakonia Sebagai Misi Gereja. Yokyakarta: Kanisius 2009.

Widyatmadja, Jesef P. Yesus & Wong Cilik: Praksis Diakonia Transformatif dan Teologi Rakyat

di Indonesia. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010.