Pelatihan UKDI Bagian IKM.pptx

66
Pelatihan UKDI Bagian IKM dr. Irwandy T

description

ukdi

Transcript of Pelatihan UKDI Bagian IKM.pptx

Page 1: Pelatihan  UKDI  Bagian IKM.pptx

Pelatihan UKDI Bagian IKM dr. Irwandy T

Page 2: Pelatihan  UKDI  Bagian IKM.pptx

Langkah-langkah penetapan Uji Hipotesis

• 1. Tentukan skala pengukuran dari variabel-variabel yang akan dihubungkan 2. Tentukan jenis hipotesis nya , komparatif atau korelatif 3. Tentukan masalah skala pengukuran dari variabel yang di cari assosiasinya, numerik atau kategorik 4. Tentukan berpasangan atau tidak berpasangan 5. Tentukan jumlah kelompok data, 2 kelompok atau > 2 kelompok 6. Untuk variabel kategorik dengan variabel kategorik , apabila tidak berpasangan, prinsip B x K , apabila berpasangan, prinsip P x K

Page 3: Pelatihan  UKDI  Bagian IKM.pptx

Skala pengukuran variabel

Skala Kategorikal : 1. Nominal, (hanya membedakan berda- sarkan ciri-nya) 2. Ordinal, (ada urutannya, tetapi tidak dapat diukur jarak antara satu variasi nilai dengan variasi nilai lainnya, ha - nya membedakan > atau = atau < ) Skala Numerikal : 1. Interval, ( ada urutannya dan jarak an- satu variasi nilai dengan variasi nilai lainnya dapat diukur, tetapi tidak ada angka nol absolut )

Page 4: Pelatihan  UKDI  Bagian IKM.pptx

2. Rasio ( ada urutannya dan dapat diukur jarak an- tara satu nilai variasi dengan nilai variasi lainnya dan mempunyai angka nol absolut )

Jenis Hipotesis : Hipotesis Komparatif : apabila mencari hubungan atau perbedaan antara 2 atau lebih dari variabel-variabel Hipotesis Korelatif : apabila mencari korelasi antara 2 variabel

Page 5: Pelatihan  UKDI  Bagian IKM.pptx

Jenis - Jenis Kelompok data 1. Berpasangan atau Tidak Berpasangan Kelompok Berpasangan , apabila : a. Dilakukan pengulangan pengukuran atau pengamatan atau pemeriksaan pada subjek penelitian yang sama b. Dilakukan matching, yaitu dicari pasangan (padanan)nya dari subjek yang diteliti c. Menggunakan desain cross-over , yaitu subjek menerima perlakuan A setelah beberapa saat (periode wash-out ), pada subjek yang sama diberikan perlakuan B

Page 6: Pelatihan  UKDI  Bagian IKM.pptx

2. Jumlah Kelompok data a. Dua (2) Kelompok data b. Lebih dari Dua ( > 2) Kelompok data

Prinsip Uji Hipotesis pada variabel Kategorik dengan variabel Kategorik : 1. Prinsip B x K , apabila kelompok data tidak berpasangan ( Baris x Kolom ) 2. Prinsip P x K , apabila kelompok data berpasangan ( Pengulangan x Kategori )

Page 7: Pelatihan  UKDI  Bagian IKM.pptx

Jenis-jenis Uji Statistik 1. Uji Parametrik Syarat-syarat : a. Skala pengukuran Numerik b. Distribusi data : Normal c. Varian’s data : Syarat mutlak untuk > 2 kelompok , Tidak berpasangan, artinya : Varian’s data wajib sama Apabila distribusi data tidak normal, harus dijadikan distribusi normal , dengan cara transformasi data, dengan Fungsi Log , Akar atau Kuadrat .

Page 8: Pelatihan  UKDI  Bagian IKM.pptx

2. Uji Non-Parametrik a. Skala pengukuran Variabel - Variabel Kategorik yaitu : Nominal atau Ordinal b. Skala pengukuran Variabel Numerik, tetapi tidak memenuhi syarat uji Parametrik ( contoh : distribusi data tidak normal ), maka lakukan dengan uji Non-Parametrik

Page 9: Pelatihan  UKDI  Bagian IKM.pptx

Alternatif uji Non-Parametrik nya : Uji Parametrik Uji Non-Parametrik - Uji -T Berpasangan - Uji Wilcoxon - Uji – T Tidak Berpasangan - Uji Mann-Whitney - Uji One-Way ANOVA - Uji Kruskal-Wallis - Uji Repeated ANOVA - Uji Friedman

Page 10: Pelatihan  UKDI  Bagian IKM.pptx

Distribusi data Normal atau Tidak Normal Ada dua cara untuk mengetahui distribusi data Normal atau Tidak Normal : 1. Menggunakan Metoda Deskriptif , yaitu dengan cara menghitung : a. Koefisien varians b. Rasio Skewness c. Rasio Kurtosis d. Histogram e. Plot 2. Menggunakan Metoda Analitis , dengan cara menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov atau Uji Shapiro-Wilk

Page 11: Pelatihan  UKDI  Bagian IKM.pptx

Jenis Uji Hipotesis ( Assosiasi ) Uji Hipotesis Komparatif : 1. Untuk Skala Pengukuran Numerik : Uji-Parametrik a. Kelompok data Tidak-Berpasangan, 2 Kelompok : Uji t tidak berpasangan ( un-pair, indipendent ) b. Kelompok data Tidak-Berpasangan, > 2 Kelompok : Uji One-Way ANOVA c. Kelompok data Berpasangan, 2 Kelompok : Uji t berpasangan ( pair t Test ) d. Kelompok data Berpasangan, > 2 Kelompok : Uji Repeated ANOVA

Page 12: Pelatihan  UKDI  Bagian IKM.pptx

Apabila syarat uji parametrik tidak terpenuhi : Skala pengukuran variabel numerik diubah menjadi skala

pengukuran kategorik (ordinal) dan uji hipotesis yang diguna-kan adalah Uji Non-parametrik , yaitu :

1. Untuk kelompok data tidak berpasangan, 2 kelompok : Uji Mann-Whitney 2. Untuk kelompok data tidak berpasangan > 2kelompok : Uji Kruskal-Wallis 3. Untuk kelompok berpasangan , 2kelompok : Uji Wilcoxon 4. Untuk kelompok berpasangan , > 2 kelompok : Uji Friedman

Page 13: Pelatihan  UKDI  Bagian IKM.pptx

2. Untuk Skala pengukuran Kategorik : Uji Non-Parametrik a. Kelompok data Tidak Berpasangan : - prinsip tabel B x K - Uji Statistik yang digunakan : Uji Chi-square Uji Fisher Uji Kolmogorov-Smirnov b. Kelompok data Berpasangan : - prinsip tabel P x K - Uji statistik yang digunakan : Uji Mc.Nemar, Uji Cochran, Uji Marginal Homogeneity, Uji Wilcoxon, Uji Friedman

Page 14: Pelatihan  UKDI  Bagian IKM.pptx

Uji Hipotesis Korelatif 1. Untuk skala pengukuran : Numerik Uji statistik yang digunakan : Uji Pearson Apabila tidak memenuhi syarat, maka digunakan : - Uji Spearman , Uji Somers’d , Uji Gamma 2. Untuk skala pengukuran : Kategorik Uji statistik yang digunakan : Uji Koefisien Kontigensi Uji Lambda

Page 15: Pelatihan  UKDI  Bagian IKM.pptx

Pada Uji Korelasi, prinsip penggunaan jenis uji hipotesis yaitu dengan memperhatikan Skala ukur variabel satu dan Skala ukur variabel dua __________________________________________________ variabel satu variabel dua jenis uji korelasi Nominal Nominal Koefisien kontigensi, Lambda Nominal Ordinal Koefisien kontigensi, Lambda Ordinal Ordinal Spearman, Gamma, Somers’d Ordinal Numerik Spearman Numerik Numerik Pearson _______________________________________________________________

Page 16: Pelatihan  UKDI  Bagian IKM.pptx

Analisis Multi-variat Analisis multi-variat, membahas mengenai hubungan antara Lebih dari satu variabel ( banyak variabel ) Bebas dengan Satu variabel Terikat (tergantung)

Jenis analisis Multi-variat : Jenis analisis Multi-variat ditentukan oleh Skala Pengukuran dari Variabel Terikatnya. 1. Variabel Terikatnya berupa skala Kategorik , (Nominal,

dikotom) dan variabel bebas nya ( Numerik dan Nominal) maka jenis analisisnya Regresi Logistik

Page 17: Pelatihan  UKDI  Bagian IKM.pptx

2. Variabel Terikatnya skala Numerik , maka jenis analisisnya a. Regresi Linier , apabila hubungan antara satu variabel bebas terhadap satu variabel terikat b. Regresi Multipel, apabila hubungan antara > satu variabel bebas terhadap satu variabel terikat

Page 18: Pelatihan  UKDI  Bagian IKM.pptx

Uji Klinis Uji klinis termasuk pada uji dengan desain eksperimental . Jenis uji klinis yang terbaik adalah Randomized Control Trial

(RCT) atau Randomized Blinded Trial (RBT) Uji Klinis ( obat ), terbagi dalam 2 Tahapan : Tahapan Pertama : Untuk mengetahui efek farmakologi dan toksikologi obat ,

dengan menggunakan binatang percobaan

Page 19: Pelatihan  UKDI  Bagian IKM.pptx

Tahapan ke-dua : terbagi dalam 4 tahap Caranya obat diberikan kepada manusia percobaan (Etika) Tahap I : mengetahui keamanan dan toleransi obat Tahap II : mengetahui dosis efektif obat Tahap III : mengetahui eficacy (manfaat) obat , dengan cara membandingkan obat baru dengan obat standar Tahap IV : mengetahui efek samping obat , dengan cara evaluasi obat baru dalam jangka waktu 5 tahun atau lebih setelah obat tersebut dipasarkan

Page 20: Pelatihan  UKDI  Bagian IKM.pptx

Uji Klinis Pragmatis : Tujuannya untuk mengetahui efek obat dalam tata laksana pengobatan dengan efek Nominal ( sembuh dan tidak sembuh ) Intention to treat. Pada waktu analisis : semua subjek yang telah masuk kriteria inklusi harus di analisis, meskipun ada subjek yang drop-out, drop-in ( pindah ke kelompok lain ) atau meninggal sebelum diberi perlakuan

Page 21: Pelatihan  UKDI  Bagian IKM.pptx

Uji Klinis Eksplanatori Tujuan nya untuk mengetahui eficacy (manfaat ) obat On Treatment . Pada analisis harus dicegah terjadinya drop-out

Penelitian Intervensi ( Penelitian Trial ) Termasuk pada kelompok Penelitian Evaluatif ( Eksperimental )Tujuannya , untuk menilai aspek tertentu dari tindakan medik ( health care ) dari aspek diagnostik, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Peneliti mencoba menilai suatu metoda, alat, material (obat) yang baru, apakah lebih efektif, lebih akurat, lebih manjur dan lebih ekonomis,

dibandingkan dengan metoda, alat ,material yang lama. Pendekatan dilakukan secara individual (trial Klinik) atau

pendekatan secara kelompok / masyarakat ( trial program).

Page 22: Pelatihan  UKDI  Bagian IKM.pptx

DESAIN PENELITIANDesain Penelitian dikelompokkan dalam 2 kelompok : 1. Desain penelitian Deskriptif 2. Desain penelitian Analitik

Desain penelitian Deskriptif Bertujuan untuk melakukan deskripsi (menggambarkan)

mengenai fenomena yang ditemukan, yang berupa faktor resiko ataupun faktor efek (hasil)

Page 23: Pelatihan  UKDI  Bagian IKM.pptx

Jenis-jenis desain penelitian deskriptif : 1. Penelitian Survei Kros-seksional2. Penelitian Survei 3. Penelitian Seri-Kasus4. Laporan Kasus 5. Penelitian Prevalen

Page 24: Pelatihan  UKDI  Bagian IKM.pptx

Desain Penelitian Analitik Bertujuan mencari hubungan sebab (kausal) antar variabel yang

diteliti. Pada penelitian analitik dilakukan analisis terhadap data yang dikumpulkan.

Desain penelitian analitik, dibagi menjadi dua :1. Desain penelitian analitik Observasional, yang terdiri atas : a. Penelitian Komparatif Kros-seksional b. Penelitian Kasus-kontrol c. Penelitian Kohort

Page 25: Pelatihan  UKDI  Bagian IKM.pptx

2. Desain penelitian Analitik Eksperimental Pada desain penelitian Eksperimental, Peneliti memberikan

perlakuan, intervensi atau manipulasi terhadap satu atau lebih variabel subjek penelitian dan kemudian mempelajari

efek dari perlakuan, intervensi atau manipulasi tersebut. Hasil dari perlakuan, intervensi atau manipulasi tersebut

(efek), diamati, diukur dan di analisis.

Page 26: Pelatihan  UKDI  Bagian IKM.pptx

Jenis-jenis desain penelitian Eksperimental 1. Desian Pra-eksperimental ( Eksperimental-Palsu) Dikatakan palsu, karena desain-desain tersebut sama sekali tidak memenuhi kriteria suatu desain eksperimental. Diketahui ada 3 macam desain pra-eksperimental : a. One shot case study ( Rancangan perlakuan tunggal ) b. One group pre and post-test design ( pengukuran hanya menggunakan satu kelompok subjek dan pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah pemberian perlakuan atau intervensi

Page 27: Pelatihan  UKDI  Bagian IKM.pptx

c. Static group Comparison ( penelitian menggunakan 2 kelompok subjek, satu kelompok mendapat perlakuan dan kelompok lainnya tidak, tetapi pembagian kelompok ini tidak dilakukan dengan teknik Random . 2. Desain Eksperimental Murni ( True Experimental Design ). Ciri utama dari desain eksperimental murni, yaitu : a. pengelompokkan subjek dilakukan dengan teknik Random b. semua variabel perancu ( co-founding factor) terbagi secara merata pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol

Page 28: Pelatihan  UKDI  Bagian IKM.pptx

Jenis-jenis Desain Eksperimental Murni 1. Post test Only Control Group Design ( Desain Ekspermental Sederhana ). Subjek dibagi dalam 2 kelompok atau lebih secara random, satu kelompok diberi perlakuan dan kelompok lainnya tidak diberi perlakuan. Setelah beberapa waktu yang telah ditentu- kan , dilakukan pengukuran atau observasi terhadap efek dari perlakuan tersebut, kemudian hasil nya di analisis.

Page 29: Pelatihan  UKDI  Bagian IKM.pptx

2. Pretest-posttest Control Group Design ( desain eksperimen- tal ulang ). Pengukuran atau observasi dilakukan pada awal (sebelum di berikan perlakuan ) dan setelah diberikan perlakuan, baik pada kelompok perlakuan , maupun pada kelompok kontrol. 3.Solomon Four Group design (desain eksperimental Solomon) Desain eksperimental Solomon membagi kelompok subjek menjadi empat kelompok secara random.

Page 30: Pelatihan  UKDI  Bagian IKM.pptx

3. Desain Eksperimental Kuasi ( quasi experimental design) Desain eksperimental kuasi digunakan apabila terdapat kesulitan untuk dapat melakukan randomisasi subjek

penelitian ( kendala etik maupun teknis )

Jenis-jenis desain eksperimental kuasi a. Non-randomized pretest-posttest control group design ( desain eksperimental ulang non-random). Pembagian subjek penelitian tidak dilakukan secara random

Page 31: Pelatihan  UKDI  Bagian IKM.pptx

b. Time Series Design ( desain eksperimental seri ) pada desain eksperimental seri, pengukuran atau observasi variabel efek (hasil) dilakukan beberapa kali pada subjek penelitian, sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Subjek perlakuan sekaligus juga sebagai subjek kontrol. Dalam bidang kedokteran, jenis penelitian ini biasanya digunakan untuk menguji suatu obat atau prosedur pengobatan tertentu , pada penyakit-penyakit yang bersifat kronis

Page 32: Pelatihan  UKDI  Bagian IKM.pptx

3. Multiple Time Series Design ( desain eksperimental seri-ganda ) 4. Equivalent Time Sample Design ( desain eksperimental sampel-seri ) Penelitian ini digunakan pada penelitian trial clinic untuk membandingkan efektivitas obat baru dengan obat lama ( baku ) pada penyakit kronis

Page 33: Pelatihan  UKDI  Bagian IKM.pptx

Uji Diagnostik Tujuan uji diagnostik : 1. Menegakkan diagnosis penyakit atau menyingkirkan diferensial

diagnosis dari suatu penyakit 2. Skrining suatu penyakit Uji diagnostik agar dapat digunakan sebagai alat skrining, harus memenuhi beberapa syarat atau kriteria : a. Prevalensi penyakit cukup tinggi b. Morbiditas dan Mortalitas penyakit tersebut bermakna , bila tidak diobati c. Ada pengobatan efektif untuk mengubah perjalanan penyakit d. Pengobatan dini lebih bermanfaat, dibanding kasus sdh lanjut

Page 34: Pelatihan  UKDI  Bagian IKM.pptx

Struktur uji diagnostik (Skrining) 1. Mempunyai variabel prediktor , yaitu hasil uji diagnostik dan out come ( hasil akhir, yaitu sakit atau tidak sakit )2. Bentuk tabel suatu uji diagnostik (skrining ) selalu berbentuk tabel 2 x 2 3. Bila hasil (out come ) berskala numerik , harus dibuat “ titik potong” ( Cut – off point ), untuk menentukan apakah hasil tersebut normal atau ab-normal

Page 35: Pelatihan  UKDI  Bagian IKM.pptx

Syarat suatu Uji Diagnostik ( Skrining ) Baku emas yang ideal selalu memberikan nilai positif pada

subjek dengan penyakit dan nilai negatif pada subjek tanpa penyakit.

Syarat suatu alat diagnostik yang baik pada uji diagnostik (skrining) adalah mempunyai sensitivitas dan spesifisitas

tertinggi

Page 36: Pelatihan  UKDI  Bagian IKM.pptx

Contoh : Dilakukan skrining pada sekelompok wanita usia subur terhadap penyakit karsinoma servik, dengan menggunakan alat IVA ( Inspeksi Visual dengan Asam asetat).

Hasil yang diperoleh sebagai berikut : Karsinoma servix IVA + -- Total ------------------------------------------------------------ + 65 (a) 30 (b) 95 (a+b) -- 35 (c) 70 (d) 105 (c+d) ------------------------------------------------------------- Total 100 (a+c) 100 (b+d) 200 (a+b+c+d)

Page 37: Pelatihan  UKDI  Bagian IKM.pptx

Dari hasil tabel tersebut di atas dapat dihitung :

Sensitivitas : (a) : ( a+c) x 100 % Nilai sensitivitas IVA = 65% Spesifisitas : (d) : (b + d) x 100% Nilai spesifisitas IVA = 70%Predictive Positif Value : (a) : (a+b) x 100% Nilai prediktif positif IVA = 68,4% Predictive Negative Value : (d) : (c+d) x 100% Nilai prediktif negatif IVA = 66,7%

Page 38: Pelatihan  UKDI  Bagian IKM.pptx

Suatu penyakit dengan prevalensi tinggi memerlukan suatu uji diagnostik (skrining) yang mempunyai sensitivitas yang tinggi

Suatu penyakit dengan prevalensi rendah memerlukan suatu uji diagnostik(skrining) yang mempunyai spesifisitas yang tinggi

Untuk menentukan ada atau tidaknya suatu penyakit , dapat di ajukan pertanyaan sebagai berikut :

a. Bila suatu uji diagnostik positif, berapa kemungkinan subjek tersebut menderita penyakit --------->

pertanyaan ini berkaitan dengan predictive positive value b. Bila uji diagnostik negatif , berapa kemungkinan subjek tidak

menderita penyakit -----------> pertanyaan ini berkaitan dengan predictive negative value

Page 39: Pelatihan  UKDI  Bagian IKM.pptx

Ukuran Kekuatan Hubungan, Rasio Odds (RO) dan Resiko Relatif (RR) Ukuran kekuatan hubungan dapat dilihat dengan menggunakan Rasio Odds, Resiko Relatif dan Koefisien Korelasi. Pada analisis bivariat, RO dan RR digunakan pada analisis

komparatif kategorik.RO digunakan pada desain Kasus Kontrol, dan RR digunakan

pada desain Kohort. Koefisien Korelasi digunakan pada analisis Korelatif

Page 40: Pelatihan  UKDI  Bagian IKM.pptx

Tabel yang digunakan yaitu tabel 2 x 2 Contoh : Kanker paru Perokok + -- Total ---------------------------------------------------------- + a b a+b -- c d c+d ---------------------------------------------------------- Total a+c b+d a+b+c+d

Page 41: Pelatihan  UKDI  Bagian IKM.pptx

Rasio Odds : ( a x d ) : ( b x c ) Contoh : Peneliti ingin mengetahui hubungan antara hepatomegali

dengan terjadinya syok pada pasien anak dengan DBD. Desain penelitian : Kasus Kontrol Pertanyaan berapa kekuatan hubungan hepatomegali terhadap

syok, dihitung dengan Rasio Odds Hasil yang diperoleh : Nilai RO= 3,55 ( IK 95%, 1.59 -- 7,91 )

Page 42: Pelatihan  UKDI  Bagian IKM.pptx

Kesimpulan : pasien anak dengan hepatomegali mempunyai kemungkinan 3,55 kali untuk mengalami syok , dibandingkan dengan pasien anak tanpa hepatomegali

Cara menilai hasil RO : RO = 1 , faktor yang diteliti tidak merupakan faktor resiko

untuk terjadinya efek RO > 1 , faktor yang diteliti,benar merupakan faktor resiko

terjadinya efek RO < 1 , faktor yang diteliti bukan faktor resiko tetapi bersifat

protektif

Page 43: Pelatihan  UKDI  Bagian IKM.pptx

Pertanyaan : Berapa probabilitas (kemungkinan, peluang) pasien dengan hepatomegali untuk mengalami syok ?

Cara menghitung : RORumus : P = ------------ x 100% 1 + RO RO = 3,55Probabilitas ( P) = 3,55 : (1 + 3,55) x 100% P = 78%

Page 44: Pelatihan  UKDI  Bagian IKM.pptx

Resiko Relatif : a / (a+b) : c / (c+d) Penelitian dilakukan pada populasi laki-laki kelompok usia 30 tahun

sampai 60 tahun, pada kelompok kohort perokok dan kelompok kohort bukan perokok. Efek yang dinilai kejadian kanker paru.

Desain penelitian : Kohort RR = Insiden Kanker paru pada kelompok perokok : Insiden Kanker

paru pada kelompok Bukan perokok

Pertanyaan berapa besar kekuatan hubungan , perokok untuk menderita kanker paru , apabila Resiko Relatif (RR) = 5.8 ( IK.

95%, 2.5 - 7.25 ). Kesimpulan: Perokok mempunyai resiko menderita kanker paru

sebesar 5,8 kali dibandingkan dengan bukan perokok

Page 45: Pelatihan  UKDI  Bagian IKM.pptx

Cara menilai Resiko Relatif (RR) : Apabila : RR = 1, maka faktor pajanan tidak merupakan faktor resiko terjadinya efek (penyakit) RR > 1, maka faktor pajanan merupakan faktor resiko terjadinya efek (penyakit). RR < 1, maka faktor pajanan tidak merupakan faktor resiko , melainkan merupakan faktor protek- tif terhadap terjadinya efek (penyakit).

Page 46: Pelatihan  UKDI  Bagian IKM.pptx

Pencegahan ( Prevention ) Tingkatan Pencegahan : I. Primer : - Health Promotion - Spesific Protection Ditujukan pada Orang yang sehat Health promotion , tujuannya merubah perilaku Spesific protection, tujuannya memberikan perlindungan khusus pada orang sehat terhadap faktor resiko.

Page 47: Pelatihan  UKDI  Bagian IKM.pptx

II. Sekunder : - Early Diagnosis and Promt – Treatment - Disabillity Limitation Ditujukan pada orang yang sakit Early diagnosis bertujuan untuk dapat mendeteksi secara dini penyakit yang diderita , khususnya pada kelompok yang mem- punyai resiko . Deteksi dini dapat dilakukan dengan melakukan Skrining ( penapisan ) dan, atau dengan menggunakkan test diagnostik . Promt -treatment bertujuan untuk pengobatan segera, sehingga Penyakit tidak menjadi lanjut.

Page 48: Pelatihan  UKDI  Bagian IKM.pptx

Disabillity Limitation, bertujuan untuk menyembuhkan dan mencegah terjadinya kecacadan dan kematian pada penderita

penyakit , dengan cara memberikan pengobatan yang tepat.

III. Tersier : Rehabilitation Rehabilitation bertujuan untuk mengembalikan fungsi organ, secara relatif mendekati fungsi normal dan mempercepat kesembuhan, sehingga dapat memperpendek masa perawatan di Rumah Sakit.

Page 49: Pelatihan  UKDI  Bagian IKM.pptx

Promosi Kesehatan Upaya Pemberdayaan Masyarakat dilakukan melalui kegiatan :a. Advokasi , yaitu pedekatan kepada penentu kebijakan dan pengambil keputusan untuk mendapatkan dukungan atau rekomendasi. b. Mediasi (menjembatani) , kebutuhan masyarakat dengan kebijakan pemerintah c. Kemitraan , melalui kegiatan terpadu antara beberapa sektor dan , atau instansi pemerintah / swasta d. Bina suasana, menciptakan suasana yang kondusif untuk terciptanya suatu tujuan , melalui Tokoh Masyarakat/ Agama

Page 50: Pelatihan  UKDI  Bagian IKM.pptx

e. Meningkatkan pengetahuan , keterampilan melalui pendidikan dan pelatihan ( enabling )

Strategi promosi kesehatan ( WHO ) f. Empowerment ( Pemberdayaan ) g. Sosial Suport ( Bina Suasana ) h. Advocacy ( Advokasi )i. Kemitraan ( Lintas Sektoral )

Page 51: Pelatihan  UKDI  Bagian IKM.pptx

Strategi Promosi Kesehatan ( Ottawa ) a. Health Public Policy ( Advokasi ) b. Supportive Environment ( Kemitraan dan Bina Suasana yang mendukung ) c. Community Action ( Peran Serta Masyarakat ) d. Personal Skill ( Pelatihan dan Edukasi ) e. Reorient Health Services ( Pemberdayaan Masyarakat )

Page 52: Pelatihan  UKDI  Bagian IKM.pptx

Sasaran Promosi Kesehatan : 1. Sasaran Primer : sasaran utama dari kegiatan promosi , contoh : Ibu Balita , Ibu Hamil , dan sebagainya2. Sasaran Sekunder : Kader, Petugas kesehatan , bidan , PLKB , dan sebagainya 3. Sasaran Tersier : Pengambil Keputusan dan Kebijakan , seperti Dinas kesehatan, kepala Daerah dan sebagainya

Page 53: Pelatihan  UKDI  Bagian IKM.pptx

Konseling Tatacara pelayanan Konseling , terdiri atas 6 kegiatan pokok ( G A T H E R ) : 1. Greet : menyampaikan salam 2. Ask and Assest : mengajukan pertanyaan dan menilai masalah yang dihadapi pasien 3. Tell : menyampaikan urutan, sesuai dengan kebutuhan pasien ( uraian seputar masalah yang disampaikan )4. Help : membantu pasien mengambil keputusan tentang masalah yang dihadapi

Page 54: Pelatihan  UKDI  Bagian IKM.pptx

5. Explain : menjelaskan tentang pelbagai aspek yang terkait dengan keputusan yang telah diambil ( cara

penye- lesaian masalah yang telah ditetapkan ) 6. Refer and Return : menyelenggarakan pelayanan kedokter- an yang telah diputuskan pasien oleh dokter. Rujukan ke sarana pelayanan kesehatan lain ( bila tidak mampu ) Jadwalkan kunjungan ulang (return )

Page 55: Pelatihan  UKDI  Bagian IKM.pptx

Pelayanan Kedokteran Keluarga Syarat pokok pelayanan kedokteran keluarga adalah Pelayanan kedokteran menyeluruh ( Comprehensive Medical Services = CMS ) Karakteristik dari CMS : 1. Semua jenis pelayanan kedokteran yang dikenal masyarakat2. Terpadu ( Integrated ) dan Berkesinambungan ( Continu )3. Tidak terpusat pada keluhan dan masalah penderita saja , tetapi penderita sebagai bagian dari keluarga dan masyarakat 4. Keluarga sebagai satu unit (kesatuan). Pengaruh masalah

kesehatan penderita terhadap keluarga dan pengaruh keluarga terhadap masalah kesehatan penderita

Page 56: Pelatihan  UKDI  Bagian IKM.pptx

5. Comprehensive approach , melihat penderita dari sisi fisik, mental dan sosial ( holistik approach )

Mengukur sehat atau tidaknya suatu keluarga : Menggunakan metoda penilaian sederhana yaitu : APGAR KELUARGA , Yang dinilai adalah 5 fungsi keluarga : 6. Adaptation (adaptasi), yaitu kepuasan anggota keluarga dalam

menerima bantuan dari anggota keluarga lainnya 7. Patnership ( kemitraan ), yaitu kepuasan anggota keluarga dalam

berkomunikasi/urun-rembuk dalam mengambil keputusan atau menyelesaikan masalah

8. Growth ( pertumbuhan ) , yaitu kepuasan terhadap kebebasan yang diberikan keluarga dalam pendewasaan setiap anggota nya

Page 57: Pelatihan  UKDI  Bagian IKM.pptx

4. Affection ( Kasih sayang ), yaitu kepuasan terhadap kasih sayang / interaksi emosional dalam keluarga

5. Resolve ( Kebersamaan ), yaitu kepuasan terhadap kebersamaan dalam membagi waktu, kekayaan, dan ruang antar anggota keluarga

Page 58: Pelatihan  UKDI  Bagian IKM.pptx

Rekam Medik pada Pelayanan Kedokteran Keluarga1. data base ( data dasar keluarga ) a. Data demografi b. Riwayat kesehatan c. Data biologis d. Tindakan pencegahan penyakit (imunisasi ) e. Faktor resiko f. Data kesehatan lingkungan pemukiman, Rumah, Struktur

Keluarga, Fungsi keluarga

Page 59: Pelatihan  UKDI  Bagian IKM.pptx

2. Problem list ( daftar masalah kesehatan ) Masalah kesehatan pada penderita : - hasil anamnesa - pemeriksaan fisik - pemeriksaan penunjang 3. Initial plan ( rencana awal ) Susunan setiap masalah sesuai dengan urutan / prioritas ( daftar masalah )4. Progress Notes ( catatan kemajuan ) Ada 3 : a. Uraian narasi ( Narative notes ) b. Lembar alur ( Flow sheet ) c. Resume ( Discharge summary )

Page 60: Pelatihan  UKDI  Bagian IKM.pptx

Rujukan pada Kedokteran Keluarga ( Mc. Whinney , 1981 ) 1. Rujukan Interval Menyerahkan wewenang dan tanggung jawab penanganan

penderita sepenuhnya kepada dokter rujukan untuk jangka waktu tertentu , dan selama jangka waktu tersebut dokter keluarga tidak ikut menangani, setelah jangka waktu tersebut penderita dikembalikan kepada dokter yang merujuk.

Contoh : penderita dengan DBD dirujuk ke RS untuk perawatan dan pengobatan, setelah sembuh dikembalikan kepada dokter yang merujuk .

Page 61: Pelatihan  UKDI  Bagian IKM.pptx

2. Rujukan Kolateral Menyerahkan wewenang dan tanggung jawab penanganan

penderita hanya untuk satu masalah kedokteran khusus saja, penanganan masalah kesehatan lainnya tetap menjadi wewenang dan tanggung jawab dokter keluarga.

Contoh : Merujuk penderita glaucoma kronik kepada dokter spesialis mata.

3. Rujukan silang ( Cross Referral ) Menyerahkan wewenang dan tanggung jawab penanganan

penderita sepenuhnya kepada dokter rujukan untuk selamanya.

Contoh : Merujuk penderita (bayi ) dengan kelainan jantung bawaan ke dokter spesialis jantung anak.

Page 62: Pelatihan  UKDI  Bagian IKM.pptx

4. Rujukan terpecah ( Split Referral ) Sesuai dengan masalah kesehatan pasien, menyerahkan

wewenang dan tanggung jawab penanganan penderita sepenuhnya kepada beberapa dokter konsultan dan selama jangka waktu tersebut , dokter keluarga tidak ikut menangani.

Contoh : penderita, penyakit diabetes melitus dengan komplikasi jantung ( coronary arteri diseases ) dan ginjal

( Chronic Kidney Deseases ).

Page 63: Pelatihan  UKDI  Bagian IKM.pptx

Rekam Medik Manfaat Rekam Medik ( DepKes . RI. 1994 ) : 1. Kelengkapan administrasi pasien Catatang tentang identitas dan pelbagai latar-belakang

dari pasien, sebagai sumber data kelengkapan administrasi pasien

2. Memperlancar administrasi keuangan pasien Catatan semua tindakan medik , obata-obatan yang telah

diberikan kepada pasien, sebagai bahan acuan untuk menghitung biaya pengobatan pasien

Page 64: Pelatihan  UKDI  Bagian IKM.pptx

3. Memudahkan perencanaan dan penilaian pelayanan medis (tindakan medis )

Catatan tentang semua tindakan medis yang telah dilakukan petugas medis (dokter) untuk merencanakan dan menilai pelayanan medis yang telah dan, atau akan dilakukan kepada pasien. Ditujukan untuk mutu pelayanan medis yang akan diselenggarakan.

4. Kepentingan Hukum ( Bukti tertulis ) Catatan tentang persetujuan tindakan dan atau pengobatan

(Inform Consent ) Bagi penyelenggara pelayanan kesehatan : melindungi

penyelenggara kesehatan terhadap kemungkinan munculnya gugatan secara hukum terhadap pelayanan kesehatan yang telah diberikan.

Page 65: Pelatihan  UKDI  Bagian IKM.pptx

Bagi pasien : sebagai titik tolak untuk mengajukan gugatan secara hukum terhadap pelayanan kesehatan yang telah diterima

5. Data penelitian Catatan lengkap tentang identitas, latar-belakang, tindakan

medis, pengobatan , yang telah diberikan. Penting untuk meningkatkan Ilmu dan teknologi kedokteran6. Rujukan dalam pendidikan dan pelatihan Sebagai bahan rujukkan dalam menunjang pelaksanaan

pendidikan yang sedang atau akan dilakukan.

Page 66: Pelatihan  UKDI  Bagian IKM.pptx

7. Dokumentasi Isi rekam medik yang disimpan dengan rapi akan merupakan

dokumen kesehatan yang baik. 8. Komunikasi antar Petugas Kesehatan ( dokter) Semua catatan tentang pasien ( tindakan medik,

pengobatan, pemeriksaan penunjang ) antar berbagai bidang spesialis (dokter spesialis) , dalam penanganan kesehatan pasien.