Pelaku Kecurangan

download Pelaku Kecurangan

of 10

description

Audit Forensik

Transcript of Pelaku Kecurangan

  • Pelaku Kecurangan

    Siapa yang Melakukan Kecurangan?

    Beberapa tahun yang lalu, sebuah riset dilakukan untuk mengetahui karakteristik fisik

    dan perilaku dari pelaku kecurangan. Pada riset ini, pelaku kecurangan dibandingkan dengan :

    1. Tahanan yang dipenjara karena pelanggaran hak milik

    2. Sampel dalam kasus non pidana

    3. Mahasiswa

    Hasil menunjukkan bahwa pelaku kecurangan sangat memiliki sedikit perbedaan. Pelaku

    kecurangan menanggung lebih banyak luka fisik dan tidak jujur, lebih independen, lebih dewasa

    secara seksual, lebih menyimpang secara sosial, dan lebih berempati dibandingkan mahasisiwa.

    Namun pelaku kecurangan lebih mirip dengan mahasiswa dibandingkan pelaku kejahatan

    lainnya.

    Penting untuk memahami karakteristik pelaku kecurangan karena mereka tampak sangat

    mirip dengan kebanyakan orang yang dicari organisasi untuk dipekerjakan sebagai pegawai,

    diharapkan menjadi klien / pelanggan, dan juga untuk dijadikan sebagai seorang pemasok.

    Segitiga Kecurangan

    PELUANG

    RASIONALISASI TEKANAN

  • Elemen Tekanan

    Sebagian besar ahli kecurangan meyakini bahwa tekanan dapat dibagi ke dalam empat

    kelompok utama :

    1. Tekanan keuangan

    2. Tekanan untuk melakukan perbuatan jahat

    3. Tekanan terkait pekerjaan

    4. Tekanan lainnya

    Tekanan Keuangan

    Tekanan keuangan umumnya terkait dengan kecurangan yang menguntungkan pelaku

    secara langsung, termasuk beberapa hal berikut :

    Sifat serakah

    Hidup di atas rata-rata gaya hidup orang-orang pada umumnya

    Tagihan yang tinggi / utang pribadi

    Kredit yang tidak menguntungkan

    Kerugian keuangan secara pribadi

    Kebutuhan keuangan yang tidak terduga

    Tekanan keuangan dapat terjadi secara tiba-tiba atau dalam jangka waktu yang lama.

    Sayangnya, sangat sedikit pelaku kecurangan yang memberi tahu pihak lain ketika mereka

    memiliki masalah keuangan. Tekanan keuangan adalah tipe tekanan yang paling umum utnuk

    melakukan kecurangan. Biasanya, ketika kecurangan manajemen terjadi, perusahaan

    memperbesar nilai asset pada laporan posisi keuangan dan laba bersih pada laporan laba rugi

    komprehensif. Mereka biasanya memiliki tekanan untuk melakukannya karena posisi kas yang

    tidak menguntungkan, piutang tak tertagih, kehilangan pelanggan, persediaan yang using,

    penurunan pasar, atau pembatasan kesepakatan pinjaman yang dilanggar.

    Tekanan untuk Melakukan Perbuatan Jahat

    Permasalahan yang terkait erat dengan tekanan keuangan adalah moitvasiyang timbul

    oleh adanya tekanan untuk melakukan perbuatan jahatseperti : judi, obat-obatan terlarang,

    alcohol, dan hubungan di luar pernikahan yang mahal. Tekanan untuk melakukan perbuatan jahat

    ini memeotivasi seseorang untuk melakukan kecurangan. Contohnya seperti pegawai wanita

    yang melakukan penggelapan karena anaknya memiliki ketergantungan obat dan pegawai

    tersebut tidak tahan melihat anaknya merasakan kesakitan sehingga pegawai tersebut melakukan

    kecurangan.

  • Tekanan terkait Pekerjaan

    Tekanan keuangan dan tekanan untuk melakukan perbuatan jahat memotivasi sebagian

    besar tindakan kecurangan, beberapa orang melakukan kecurangan bahkan terhadap atasan

    mereka sendiri atau orang lain. Faktor-faktor seperti sedikitnya pengakuan terhadap kinerja,

    adanya perasaan tidak puas terhadap pekerjaan, ketakutan akan kehilangan pekerjaan, keinginan

    mendapat promosi dan merasa dibayar tidak semestinya telah memotivasi beberapa kecurangan.

    Tekanan Lainnya

    Sekali waktu, kecurangan dimotivasi oleh tekanan lain, seperti suami istri yang

    bersikukuh pada gaya hidup yang berlebihan atau tantangan untuk menerobos sistem.

    Elemen Kesempatan

    Terdapat setidaknya enam faktor utama yang dapat meningkatkan kesempatan yang

    dimiliki seseorang untuk melakukan kecurangan dalam organisasi. Enam faktor tersebut adalah

    sebagai berikut :

    1. Kurangnya pengendalian yang mencegah dan / atau mendeteksi perilaku kecurangan

    2. Ketidakmampuan untuk menilai kualitas kinerja

    3. Kegagalan untuk memberikan sanksi tegas terhadap pelaku kecurangan

    4. Kurangnya akses terhadap informasi

    5. Pengabaian, sikap apatis dan tidak adanya kapasitas yang sesuai

    6. Kurangnya upaya melakukan jejak audit

    Pengendalian yang Mencegah dan/atau Mendeteksi Perilaku Kecurangan

    Adanya kerangka kerja pengendalian yang efektif mungkin merupakan langkah yang

    paling penting dalam organisasi agar dapat mencegah dan mendeteksi kecurangan. COSO

    memperkenalkan lima elemen dari kerangka kerja pengendalian suatu organisasi yaitu :

    1. Lingkungan pengendalian

    2. Fungsi akuntansi / Penaksiran risiko

    3. Aktivitas pengendalian

    4. Informasi dan komunikasi

    5. Pemantauan

  • 1. Lingkungan Pengendalian

    Lingkungan pengendalian adalah atmosfer kerja yang dibangun organisasi untuk

    pegawainya. Lingkungan pengendalian meliputi peranan dan contoh manajemen, komunikasi

    manajemen, perekrutan yang sesuai, struktur organisasi yang jelas, dan departemen audit internal

    yang efektif.

    Peranan dan Contoh Manajemen. Dalam berbagai kasus, ketidakjujuran atau perilaku yang

    tidak semestinya yang dilakukan oleh manajemen akan dipelajari dan dicontoh oleh pegawai.

    Maka dari itu manajemen harus memberi contoh yang baik kepada para pegawai.

    Komunikasi Manajemen. Mengkomunikasikan perilaku apa saja yang sesuai dan perilaku apa

    yang tidak sesuai sangatlah penting untuk mengetahui apakah terjadi kecurangan atau tidak

    (whistle blowing).

    Perekrutan yang Sesuai.Hal yang berbahaya terjadi yaitu saat individu yang tidak jujur

    dipekerjakan, pengendalian yang paling baik pun tidak akan mencegah kecurangan, maka

    perekrutan yang sesuai adalah hal pencegahan yang bagus.

    Struktur Organisasi yang Jelas. Dengan struktur organisasi yang jelas maka setiap orang

    dalam organisasi mengetahui dengan pasti siapa yang memiliki tanggung jawab bisnis untuk

    setiap aktivitas bisnis, kemungkinan terjadinya kecurangan lebih kecil.

    Departemen Audit Internal yang Efektif. Elemen ini biasanya dikombinasikan dengana

    program keamanan dan program pencegahan kerugian yang dapat membantu memastikan bahwa

    kecurangan dapat diselidiki secara benar dan kelamahan pengendalian dan pelanggaran dapat

    ditangani secara benar dan diberikan sanksi yang sesuai.

    2. Sistem Akuntansi

    Setiap kecurangan terdiri atas tiga elemen yaitu : (1) Tindakan pencurian, (2)

    Penyembunyian dan (3) konversi. Sistem akuntansi yang efektif memberikan jejak audit (audit

    trail) yang memungkinkan kecurangan dapat ditemukan dan membuat penyembunyian menjadi

    sulit dilakukan. Kecurangan sering kali terungkap dalam catatan akuntansi. Catatan akuntansi

    didasarkan pada dokumen transaksi, baik kertas maupun elektronik. Untuk menutupi

    kecurangan, pendokumentasian kertas / elektronik harus diubah, disalahgunakan, atau dibuat

    menjadi suatu bentuk kecurangan. Tanpa sistem akuntansi yang baik, membedakan antara

    kecurangan yang sebenarnya terjadi dan kesalahan yang tidak disengaja sering kali menjadi sulit.

    Sistem akuntansi yang baik harus memastikan bahwa transaksi yang telah dicatat telah

    a. Valid

    b. Diotorisasi secara tepat

    c. Lengkap

    d. Diklasifikasi dengan sesuai

    e. Dilaporkan dalam periode yang sesuai

  • f. Dinilai secara tepat

    g. Diringkas secara benar

    3. Aktivitas (Prosedur) Pengendalian

    Lima prosedur pengendalian utama berikut sangat diperlukan

    Pemisahan tugas, atau pengelolaan merupakan pembagian pekerjaan ke dalam dua bagian,

    sehingga seseorang tidak memiliki pengendalian penih atas perkerjaannya.

    Sistem otorisasimemiliki beberapa bentuk prosedur yaitu kata sandi mengotorisasi seseorang

    untuk menggunakan computer dan mengakses basis data tertentu. Kartu tanda tangan

    mengotorisasi seseorang untuk masuk ke dalam ruang penyimpanan, untuk mencairkan cek, dan

    melakukan fungsi lain pada lembaga keuangan.

    Pengecekan independenyaitu apabila orang yang tahu bahwa pekerjaan mereka atau aktivitas

    mereka diamati oleh pihak lain, kesempatan untuk melakukan dan menyembunyikan kecurangan

    dapat dikurangi. Pengecekan independen dapat dilakukan dengan cara rotasi pekerjaan,

    perhitungan sertifikasi kas, tinjauan supervisor, whistle blowing, penggunaan jasa auditor.

    Pengamanan fisiksering kali digunakan untuk melindungi aset dari pencurian. Pengamanan

    fisik seperti brangkas, gembok, pagar dan kunci akan menghilangkan kesempatan untuk

    melakukan kecurangan dan membuat orang sulit mengakses aset.

    Dokumentasi dan pencatatandigunakan untuk membuat catatan transaksi dan jejak audit.

    Dokumentasi jarang digunakan sebagai pengendalian preventif tetapi merupakan pengendalian

    detektif yang sangat baik.

    Ketidakmampuan untuk menilai kualitas kinerja

    Dewasa ini, sulit sekali untuk mengukur/menilai kualitas kinerja pegawai. Dengan menggunakan

    system kontrak akan mudah untuk menetapkan biaya yang lebih besar daripada yang seharusnya,

    melakukan pekerjaan yang tidak dibutuhkan, memberikan layanan dengan kualitas rendah, atau

    membebankan biaya untuk pekerjaan yang tidak dilakukan.

    Kegagalan untuk memberikan sanksi tegas terhadap pelaku kecurangan

    Pelaku kecurangan biasanya adalah individu yang terlihat menghormati pekerjaan, komunitas,

    dan keluarga. Jika pelaku kecurangan dijatuhi sanksi, mereka biasanya mendapatkan rasa malu

    yang cukup besar jika diketahui oleh sanak keluarga. Tentu saja perasaan terhina akan efektif

    mencegah aktivitas kecurangan pelaku dimasa yang akan datang. Tetapi karena sanksi tersebut

  • membutuhkan banyak biaya dan waktu yang diperlukan dalam proses dakwaan, banyak

    organisasi hanya memperhentikan pegawai yang tidak jujur. Hal ini sebenarnya adalah tindakan

    yang kurang bijaksana.

    Kurangnya akses untuk memperoleh informasi

    Banyak kecurangan dapat dilakukan karena korban tidak memiliki akses untuk mendapatkan

    informasi yang dimiliki pelaku. Ini biasanya terjadi dalam sebagian besar kecurangan

    manajemen yang dilakukan terhadap para pemegang saham, investor, dan pemegang utang.

    Sebagian besar penipuan investasi dan kecurangan manajemen tergantung pada kemampuan

    menyembunyikan informasi dari korban. Individu dapat berusaha untuk melindungi diri mereka

    dari penipuan tersebut dengan melakukan pengungkapan secara penuh, termasuk audit laporan

    keuangan, riwayat bisnis, dan informasi lain yang dapat mengungkapkan kecurangan organisasi

    tersebut.

    Pengabaian, sikap apatis dan tidak adanya kapasitas yang memadai

    Orang yang lebih tua, individu yang memiliki kesulitan berkomunikasi karena perbedaan bahasa

    dan warga Negara yang rentan lainnya seringkali menjadi korban kecurangan karena pelaku tahu

    bahwa individu tersebut tidak memiliki kapasitas atau pengetahuan yang cukup uintuk

    mendeteksi tindakan illegal mereka.

    Kurangnya jejak audit

    Organisasi memiliki waktu lama untuk membuat dokumen yang akan memberikan jejak audit

    sehingga transaksi dapat direkonstruksi dan dipahami. Namun banyak pelaku kecurangan

    melibatkan pembayaran kas atau manipulasi catatan yang tidak dapat ditelusuri. Pelaku

    kecurangan yang cerdas memahami bahwa kecurangan mereka harus disembunyikan yang

    biasanya melibatkan manipulasi catatan keuangan.

    ELEMEN RASIONALISASI

    Hampir semua kecurangan melibatkan elemen rasionalisasi. Sebagian pelaku kecurangan

    merupakan pelaku yang baru pertama kali melakukan kecurangan yang tidak akan melakukan

    kejahatan lain. Mereka harus terus merasionalisasi ketidakjujuran tindakan mereka. Rasionalisasi

    umum yang digunakan pelaku kecurangan antara lain:

    Organisasi berhutang pada saya

    Saya hanya meminjam uang dan akan mengembalikannya

    Tidak ada yang dirugikan

  • Saya berhak mendapatkan lebih banyak

    Tujuannya yang baik

    Kami akan memperbaiki pembukuan segera setelah kami terlepas dari kesulitan keuangan

    PROFIL PELAKU, KORBAN DAN PERBUATAN FRAUD

    Dalam upaya menemukan dan memberantas fraud, kita perlu mengetahui profil pelaku.

    Profil berbeda dengan foto. Foto menggambarkan fisik seseorang, bentuk wajah, warna kulit,

    bentuk

    hidung, potongan dan warna rambut maupun ciri khusus lainnya. Sedangkan, profil tidak

    menunjuk secara khusus ciri-ciri seseorang, melainkan memberi gambaran mengenai berbagai

    ciri dari suatu kelompok orang, seperti: rentang umur, jenjang pendidikan, kelompok sosial,

    bahkan kelompok etnis dan seterusnya.

    Profiling

    Profiling adalah upaya untuk mengidentifikasi profil. Profiling berkembang sampai

    kepada ciri psikologis dan psikiatris. Association of Certified Fraud Examiners di Amerika

    Serikat melakukan profiling pada pelaku kejahatan kerah putih (white-collar crime). Berikut

    adalah profiling tersebut:

    1. Laki-laki, kulit putih, berpendidikan S1.

    2. Suka mengambil risiko.

    3. Egois.

    4. Ingin mengetahui (misalnya, ia mengambil waktu untuk menanyakan sistem informasi

    perusahaan dan pelbagai kaitan antarsistem).

    5. Keinginan untuk mengabaikan atau melanggar ketentuan dan sedapat mungkin mencari jalan

    pintas.

    6. Bekerja sepanjang hari bahkan di akhir pecan, sehingga memberi kesan bahwa ia pekerja

    keras.

    7. Di bawah tekan dan penyendiri, meskipun disaat yang sama ia mempunyai hubungan kerja

    yang erat dengan pemasok tertentu.

  • 8. Termotivasi oleh ketamakan dan hadiah-hadiah yang bersifat materi, menghamburkan uang

    secara teratur, ia diperbudak uang.

    9. Berada dalam kesulitan keuangan.

    10. Tidak bahagia di tempat kerjanya dan mengeluh karena diperlakukan tidak adil atau

    atasannya korup.

    11. Ia menganggap auditor, inspektur dan atasannya sebagai musuh.

    Sedangkan profiling dari koruptor di Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu penerima suap

    dan pemberi suap. Penerima suap adalah pejabat, pegawai negeri sipil dan militer, di pemerintah

    pusat atau daerah. Profil pemberi suap adalah pengusaha. Pelaku fraud sering kali merupakan

    seseorang yang mengagumkan, memiliki track record yang luar biasa, cerdas, pekerja keras dan

    memiliki karisma yang melampaui wewenang yang diberikan jabatan.

    Ada pendapat bahwa profiling tidak lain dari stereotyping dan tidak bermanfaat, akan

    tetapi dalam kriminologi dan akuntansi forensik, profiling merupakan hal yang penting dan

    bermanfaat, hanya kita perlu memahami makna dari profil yang dihasilkan.

    Profiling dari para auditor tidak independen membuat Sarbanes Oxley Act mensyaratkan

    ketentuan rotasi partner (di beberapa Negara, termasuk Indonesia bahkan rotasi KAP), batasan

    mengenai pemberian jasa non-audit, persyaratan ketat jika seseorang pindah dari KAP ke client-

    nya dan sebaliknya.

    Profiling Dalam Kejahatan Terorganisasi

    George A. Manning seorang akuntan forensik dari kantor pajak di Amerika Serikat

    menulis mengenai profile dari organisasi yang melakukan kejahatan yang terorganisasi. Pelaku

    kejahatan ini lazimnya juga merupakan penyelundup pajak. Dalam masyarakat dengan beraneka

    ragam etnis seperti di Amerika Serikat, profiling dilakukan dari segi budaya atau kebiasaan etnis

    yang bersangkutan. Manning juga membahas beberapa ciri penjahat etnis Asia, yaitu:

    1. Mereka menyepelekan dan tidak menganggap penegak hukum sebagai abdi masyarakat

    (servants of the community). Penegak hukum melindungi yang berkuasa dan partai mereka,

    bukan untuk melindungi masyarakat.

  • 2. Mereka menciptakan mata uang bawah tanah (underground currency) dengan

    mempertukarkan komoditas. Mereka menanamkan emas, permata dan berlian dan

    menyimpannya di rumah atau tempat usaha, daripada menggunakan jasa perbankan. Mereka

    melakukan cuci uang melalui bisnis yang legal, jadi hal ini memungkinkan mereka

    menghilangkan jejak dokumen (paper trails) dan melakukan penyelundupan pajak.

    3. Mereka menyelenggarakan perkumpulan simpan pinjam yang sangat informal. Di

    Indonesia perkumpulan tersebut sering disebut arisan.

    4. Mereka yakin bahwa setiap pejabat mempunyai harga, setiap pejabat tersebut dapat dibeli.

    Suap merupakan way of life yang mereka anggap sebagai sekadar pajak tambahan.

    Manning memperingatkan bahwa jangan sekalipun menerima hadiah atau gratifikasi dari

    pebisnis Asia walaupun hanya sekadar secangkir teh. Hal ini relevan dengan kebijakan KPK

    yang merupakan kewajiban bagi pimpinan KPK, yaitu:

    Memberitahukan kepada pimpinan lain mengenai pertemuan dengan pihak lain.

    Menolak dibayari makan, biaya akomodasi dan bentuk kesenangan lain oleh siapapun.

    Membatasi pertemuan di ruang publik.

    Memberitahukan kepada pimpinan lain mengenai keluarga, kawan, dan pihak lain yang

    secara intensif masih berkomunikasi.

    Semacam Profiling: Contoh Perpajakan Di Zaman Penjajahan Belanda

    Di zaman Hindia Belanda, penjajah membuat semacam profil dari pembukuan pedagang

    Tionghoa, India, Arab dan Jepang. Selain itu, para banker juga membuat profil dari pedagang

    Tionghoa dari berbagai etnis, profil ini menjelaskan bidang spesialisasi perdagangan dan industri

    masing-masing etnis, gejala adanya overcrowding karena kelompok etnis cenderung meniru

    bidang usaha sesame mereka, kondisi gagal bayar, ciri-ciri khas dalam berdagang dan

    pemanfaatan serta penyelesaian pinjaman.

    Profil Korban Fraud

  • Profil selain dilakukan terhadap pelaku kejahatan, juga dapat dilakukan kepada korban

    kejahatan. Profiling terhadap pelaku kejahatan dimaksudkan untuk memudahkan menangkap

    pelaku, sedangkan profiling terhadap korban kejahatan dimaksudkan untuk memudahkan target

    penyebaran informasi. Hal ini merupakan bagian disiplin ilmu viktimologi.

    Ponzi scheme atau pyramid scheme (penipuan yang sifatnya gali lubang tutup lubang dan

    iklan dari mulut ke mulut) merupakan praktik yang ada sejak lama akan tetapi sampai sekarang

    kejahatan itu masih saja terjadi, juga di Negara-negara maju. Selain ponzi scheme ada contoh

    penipuan lain adalah e-mail yang berisi hadiah hasil dari menang undian yang korbannya

    diharuskan untuk membayar dahulu untuk mengambil hadiah yang sebenarnya tidak ada.

    Profiling Terhadap Perbuatan (Kejahatan, Fraud, Dan Lain-Lain)

    Profiling dapat juga dilakukan dalam upaya mengenal perbuatannya atau cara

    melaksanakan perbuatannya (modus operasi). Profil dari fraud disebut juga tipologi fraud.

    Contohnya adalah Bank Dunia mendokumentasikan kasus-kasus korupsi dari berbagai Negara,

    termasuk Indonesia. Dengan mengumpulkan tipologi fraud dari kasus-kasus korupsi tersebut

    maka Bank Dunia dapat mengantisipasi berbagai jenis-jenis fraud khususnya korupsi yang

    mungkin terjadi

    Latihan Profiling

    Profiling bukan merupakan pekerjaan yang mudah. Seorang akuntan forensik

    memerlukan pendidikan, pelatihan, dan praktik yang cukup untuk mencapai tingkat keterampilan

    yang memadai. Dalam pelatihan profiling akuntan forensik, profiling tersebut harus dapat

    dimanfaatkan untuk KPK untuk program pencegahan korupsi.