PELAKSANAAN PROGRAM WAJIB BELAJAR 9 …lib.unnes.ac.id/11158/1/9042.pdfsebagai petani, keluarga...
Transcript of PELAKSANAAN PROGRAM WAJIB BELAJAR 9 …lib.unnes.ac.id/11158/1/9042.pdfsebagai petani, keluarga...
PELAKSANAAN PROGRAM WAJIB BELAJAR 9 TAHUN
DI KECAMATAN KEDUNGBANTENG
KABUPATEN TEGAL
SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Geografi
pada Universitas Negeri Semarang
Oleh:
Laelia Nurpratiwiningsih
3201407062
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skipsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian
Skripsi Fakultas Ilmu Sosial UNNES pada :
Hari : Kamis
Tanggal : 22 September 2011
Pembimbing I
Drs. Saptono Putro, M.Si.
NIP. 19620928 1990031 002
Pembimbing II
Drs. Tukidi, M. Pd.
NIP. 19540310 1983031 002
Mengesahkan:
Ketua Jurusan Geografi
Drs. Apik Budi Santoso, M.Si.
NIP.19620904 1989011 001
iii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skipsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu
Sosial, Universitas Negeri Semarang dan disahkan pada:
Hari : Senin
Tanggal : 3 Oktober 2011
Penguji Utama
Dra. Pudji Hardati, M. Si
NIP. 19581004 1986032 001
Penguji I
Drs. Saptono Putro, M. Si.
NIP. 19620928 1990031 002
Penguji II
Drs. Tukidi, M. Pd
NIP. 19540310 1983031 002
Mengetahui:
Dekan Fakultas Ilmu Sosial
Drs. Subagyo, M. Pd.
NIP. 19510808 1980031 003
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil
karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulisan orang lain, baik sebagian atau
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat di dalam skripsi ini
dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, 22 September 2011
Laelia Nurpratiwiningsih
NIM 3201407062
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri (Q.S Ar Ra’d ayat 11). ”
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia
mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa
(dari kejahatan) yang dikerjakannya (Q.S Al-Baqarah ayat 286).”
Bukan kurangnya pengetahuan yang menghalangi keberhasilan, tetapi tidak
cukupnya tindakan. Dan bukan kurang cerdasnya pemikiran yang melambatkan
perubahan hidup ini, tetapi kurangnya penggunaan dari pikiran dan kecerdasan.
(Mario Teguh)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini ku persembahkan untuk :
1. Bapakku dan Mamaku tercinta yang selalu mendukung
dan mempercayaiku dalam setiap langkahku serta selalu
memberikan do’a demi kesuksesanku.
2. Mba Yuli, Mba Tia, Mas Ipunk, Mas Hendy tersayang
yang selalu mendukung, membimbing dan
menyayangiku.
3. Sahabat-sahabat terdekatku, Teman-teman Geo ’07, KB
Sejuk Kost dan seluruh Penghuni Sejuk Kost yang tak
dapat ku sebutkan satu per satu.
4. Serta semua pihak yang telah hadir dalam hidupku,
Terima kasih semua.
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat ALLAH SWT, dengan limpahan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pelaksanaan Program
Wajib Belajar 9 Tahun di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal” sebagai
salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan di Universitas Negeri
Semarang.
Penulis memperoleh bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak dalam
proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih sebesar – sebesarnya kepada :
1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M. Si. selaku Rektor Universitas Negeri
Semarang.
2. Drs. Subagyo, M. Pd. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas
Negeri Semarang.
3. Drs. Apik Budi Santoso, M. Si. selaku Ketua Jurusan Geografi Fakultas
Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.
4. Drs. Saptono Putro, M. Si selaku Dosen Pembimbing I atas bimbingan dan
arahannya hingga terselesaikannya skripsi ini.
5. Drs. Tukidi, M. Pd. selaku Dosen Pembimbing II atas bimbingan dan
arahannya hingga terselesaikannya skripsi ini.
6. Dra. Puji Hardati, M.Si selaku Penguji Utama atas bimbingan dan
arahannya hingga terselesaikannya skripsi ini.
7. Para Dosen Jurusan Geografi atas ilmu yang telah diberikan selama
menempuh studi di Jurusan Geografi.
8. Para Staf TU Jurusan Geografi atas dukungan dan bantuan yang telah
diberikan selama kuliah di Jurusan Geografi.
9. Kepala Desa Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal terkait yang
telah membantu ijin dalam penelitian diwilayah penelitian skripsi ini.
10. Kepala UPT Dikpora Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal yang
telah membantu ijin dalam penelitian di wilayah penelitian skripsi ini.
vii
11. Bapak, Ibu dan Kakak-kakakku tercinta atas dukungan dan doa serta kasih
sayangnya, semoga engkau senantiasa berada dalam lindungan dan kasih
sayang Allah SWT.
12. Semua pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Semoga bantuan yang diberikan kepada penulis dapat diterima oleh
ALLAH SWT sebagai amal shaleh dan hanya ALLAH SWT yang dapat
membalas semua kebaikan bapak dan ibu semua. Akhir kata, Penulis berharap
semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.
Semarang, 22 September 2011
Penulis
viii
SARI
Laelia Nurpratiwiningsih. 2011.Pelaksanaan Program Wajib Belajar 9 Tahun
di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal. Skripsi. Jurusan Geografi. FIS.
UNNES. Pembimbing I. Drs. Saptono, M. Si. Pembimbing II. Drs. Tukidi, M. Pd.
Kata kunci: Wajib Belajar 9 Tahun.
Pendidikan merupakan salah satu unsur terpenting dalam pembangunan,
karena dengan pendidikan masyarakat akan menjadi cerdas selanjutnya akan
membentuk Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas tinggi. Setiap warga
negara yang berusia 7-15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Wajib belajar
adalah program pendidikan minimal yang harus diikuti oleh warga negara
Indonesia atas tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah. 721 anak usia
sekolah di Kecamatan Kedungbanteng pada tahun 2010 tidak melanjutkan
pendidikan. Masalah dalam penelitian: (1) bagaimana pelaksanaan program wajib
belajar 9 tahun? (2) faktor-faktor apa yang menghambat pelaksanaan program
wajib belajar 9 tahun di Kecamatan Kedungbanteng?. Tujuan yang ingin dicapai:
(1) untuk mengetahui pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun, (2) untuk
mengetahui hambatan dalam pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun di
Kecamatan Kedungbanteng.
Populasi dalam penelitian adalah seluruh orang tua yang mempunyai anak
usia 7-15 tahun yang tidak mengikuti program wajib belajar 9 tahun baik pada
tingkat SD/MI atau SMP/MTs di Kecamatan Kedungbanteng. Jumlah
populasinya yaitu 721 orang. Pengambilan sampel dilakukan secara acak
menggunakan tehnik Proportional Random Sampling. Jumlah sampel penelitian
diambil 10% dari 10 desa yang tersebar di Kecamatan Kedungbanteng yaitu 72
orang tua yang memiliki anak usia 7-15 tahun tidak melanjutkan sekolah. Variabel
yang digunakan, antara lain: karakter keluarga yang meliputi jumlah tanggungan
anak dan jumlah keluarga inti, lingkungan keluarga dengan kondisi anak, tingkat
pendidikan orang tua baik formal maupun nonformal, mata pencaharian orang tua,
tingkat pendapatan orang tua dan aksesibilitas yang digunakan anak ketika
sekolah. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi,
wawancara, observasi dan angket. Metode dokumentasi untuk mengetahui data di
Dinas Dikpora, BPPKB dan Kelurahan. Metode wawancara digunakan untuk
mendapatkan informasi dari Kepala Sekolah dan Kepala UPTD Dikpora. Metode
observasi digunakan untuk mengetahui kenyataan yang terdapat di lapangan
mengenai keadaan geografis. Metode angket diberikan kepada orang tua yang
memiliki anak usia 7-15 tahun yang tidak melanjutkan sekolah. Metode analisis
data menggunakan metode deskriptif persentase.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan program wajib belajar 9
tahun di Kecamatan Kedungbanteng mengalami kenaikan setiap tahunnya, namun
pada tahun 2011 dapat diketegorikan Tuntas Utama. Kategori tersebut tidak sesuai
dengan target pemerintah yaitu kurang dari 95%, hal tersebut karena menghadapi
beberapa masalah. Faktor-faktor yang menghambat program wajib belajar 9 tahun
di Kecamatan Kedungbanteng, antara lain: 69,05% tingkat pendapatan orang tua,
ix
66,77% tingkat pendidikan orang tua, 65,28% mata pencaharian orang tua,
43,75% karakteristik keluarga, 63,87% lingkungan keluarga dan 61,35%
aksesibilitas. Kecamatan Kedungbanteng terletak 7 km dari ibukota Kabupaten
Tegal, dimana Kecamatan Kedungbanteng memiliki 10 desa dengan kondisi jalan
dan kondisi rumah yang kurang baik.
Kesimpulan dalam penelitian adalah pelaksanaan program wajib belajar 9
tahun di Kecamatan Kedungbanteng selama 5 periode (tahun 2007-2011)
mengalami kenaikan. Tingkat APK SD/MI dan SMP/ MTs mengalami kenaikan
sebesar 15,86% dan tingkat APM SD/MI dan SMP/MTs mengalami kenaikan
sebesar 9,99%. Hambatan pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun di
Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal , antara lain: tingkat pendapatan
orang tua tergolong rendah yaitu kurang dari Rp 780.000, 00 , tingkat pendidikan
terakhir orang tua rata-rata di tingkat SMP, jenis pekerjaan orang tua mayoritas
sebagai petani, keluarga mendukung anak untuk sekolah , waktu yang dibutuhkan
anak untuk melakukan perjalanan dari rumah ke sekolah 19 menit dengan jarak
tempuh 2 km, dan memiliki keluarga inti 6 orang. Saran yang diberikan
berdasarkan hasil penelitian adalah Dinas Pendidikan diharapkan dapat
mengawasi pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun dan dapat menyediakan
sarana dan prasarana sekolah, pemberian beasiswa bagi anak sekolah yang tidak
mampu serta sekolah lebih meningkatkan kegiatan mensosialisasikan kepada
orang tua siswa tentang adanya dana untuk membantu orang tua yang tidak
mampu membiayai anaknya untuk melanjutkan sekolah.
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iii
PERNYATAAN ............................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... v
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi
SARI ................................................................................................................ viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah ................................. 5
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 6
E. Penegasan Istilah ........................................................................... 7
F. Sistematika Skripsi ........................................................................ 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Pendidikan ................................................................... 11
B. Pelaksanaan Wajib Belajar ............................................................ 16
C. Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni
(APM) 17
D. Tujuan dan Target Wajib Belajar .................................................. 20
E. Tantangan dalam Wajib Belajar .................................................... 21
F. Hambatan dalam Pelaksanaan Program Wajib Belajar 9 Tahun .... 24
G. Penelitian Relevan ......................................................................... 33
H. Kerangka Berpikir ......................................................................... 37
xi
BAB III METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................... 40
B. Variabel Penelitian ........................................................................ 41
C. Definisi Operasional ...................................................................... 43
D. Metode Pengumpulan Data ............................................................ 47
E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen .............................................. 48
F. Metode Analisis Data ..................................................................... 52
G. Diagram Alir Penelitian ................................................................. 55
BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Umum Daerah Penelitian
1. Kondisi Fisik Daerah Penelitian .............................................. 56
2. Kondisi Penduduk Daerah Penelitian ...................................... 60
B. Pelaksanaan Program Wajib Belajar 9 Tahun ................................ 67
1. Tingkat APK dan APM di Kabupaten Tegal ........................... 68
2. Perbandingan antara Jumlah Penduduk Usia 7-15 tahun
yang Sekolah dan Tidak Sekolah di Kecamatan
Kedungbanteng Kabupaten Tegal tahun 2010 ......................... 78
3. Sarana dan Prasarana Pendidikan di Kecamatan
Kedungbanteng Kabupaten Tegal Tahun 2010 ........................ 80
C. Hambatan Pelaksanaan Program Wajib Belajar 9 Tahun ............. 90
1. Karakteristik Keluarga yang Mempunyai Anak Usia 7-15
Tahun yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan
Kedungbanteng Kabupaten Tegal Tahun 2011 ........................ 91
2. Kondisi Lingkungan Keluarga yang Mempunyai Anak Usia
7-15 Tahun yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan
Kedungbanteng Kabupaten Tegal Tahun 2011 ........................ 93
3. Tingkat Pendidikan Orang Tua yang Mempunyai Anak Usia
7-15 Tahun yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan
Kedungbanteng Kabupaten Tegal Tahun 2011 ........................ 96
xii
4. Jenis Pekerjaan Orang Tua yang Mempunyai Anak Usia 7-15
Tahun yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan
Kedungbanteng Kabupaten Tegal Tahun 2011 ........................ 99
5. Tingkat Pendapatan Orang Tua yang Mempunyai Anak Usia
7-15 Tahun yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan
Kedungbanteng Kabupaten Tegal Tahun 2011 ....................... 100
6. Aksesibilitas yang Digunakan Anak untuk Melakukan
Perjalanan dari Rumah Menuju ke Sekolah di Kecamatan
Kedungbanteng Kabupaten Tegal Tahun 2011 ........................ 101
D. Pembahasan ................................................................................... 105
1. Pelaksanaan Program Wajib Belajar 9 Tahun di Kecamatan
Kedungbanteng Kabupaten Tegal Tahun 2011 ……………... 105
2. Hambatan Pelaksanaan Program Wajib Belajar 9 Tahun di
Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal Tahun 2011 .... 107
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................................... 111
B. Saran .............................................................................................. 112
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 113
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 1.1.APK dan APM Kecamatan Kedungbanteng Tahun 2010 ............... 3
Tabel 2.1.Beberapa Penelitian yang Berkaitan dengan Pelaksanaan Program
Wajib Belajar 9 Tahun .................................................................... 37
Tabel 3.1.Orang Tua dari Anak Usia 7-15 Tahun yang Mengikuti maupun
Tidak Mengikuti Program Wajib Belajar 9 Tahun .......................... 41
Tabel 3.2.Klasifikasi Pendapatan Orang Tua .................................................. 46
Tabel 3.3.Kriteria Deskriptif Persentase ......................................................... 55
Tabel 4.1.Banyaknya Perdukuhan RT dan RW Menurut Desa/ Kelurahan di
Kecamatan Kedungbanteng Tahun 2010 ......................................... 58
Tabel 4.2.Luas Penggunaan Lahan Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan
Kedungbanteng Tahun 2010 (ha) ................................................... 59
Tabel 4.3.Komposisi Penduduk Menurut Desa/Kelurahan dan Jenis
Kelamin di Kecamatan Kedungbanteng Tahun 2010 ...................... 60
Tabel 4.4.Komposisi Penduduk Menurut Desa/Kelurahan dan Kelompok
Umur di Kecamatan Kedungbanteng Tahun 2010 .......................... 62
Tabel 4.5.Jumlah Kepala Keluarga Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan
Kedungbanteng Tahun 2010 ............................................................ 63
Tabel 4.6.Kepadatan Penduduk Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan
Kedungbanteng Tahun 2010 ............................................................ 64
Tabel 4.7. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan
Kedungbanteng ................................................................................ 65
Tabel 4.8. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan
Kedungbanteng ............................................................................... 66
Tabel 4.9.Data APK/APM Siswa SD/MI dan SMP/ MTs di Kabupaten Tegal
Tahun 2011 ..................................................................................... 69
Tabel 4.10.Tingkat APK dan APM pada jenjang SD, SMP, SD dan SMP di
Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa
Tengah dan Indonesia Tahun 2007-2011 ....................................... 75
xiv
Tabel 4.11.Penduduk Menurut Kelompok Umur Usia Sekolah (7-15
Tahun) di Kecamatan Kedungbanteng Tahun 2010 ...................... 78
Tabel 4.12.Banyaknya SD dan SMP Menurut Statusnya di Kecamatan
Kedungbanteng Tahun Pelajaran 2010 ........................................ 82
Tabel 4.13.Jumlah Anggota Keluarga yang Mempunyai Anak Usia 7-15
Tahun yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan
Kedungbanteng Kabupaten Tegal pada Tahun 2011 .................... 88
Tabel 4.14.Banyaknya Anak dari Orang Tua yang Memiliki Anak Usia 7-
15 Tahun yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan
Kedungbanteng Kabupaten Tegal Tahun 2011 ............................. 92
Tabel 4.15.Dukungan Keluarga terhadap Anak Usia 7-15 Tahun yang Tidak
Melanjutkan Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten
Tegal Tahun 2011.......................................................................... 93
Tabel 4.16.Pengaruh Tempat Tinggal Anak Usia 7-15 Tahun yang Tidak
Melanjutkan Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten
Tegal Tahun 2011.......................................................................... 94
Tabel 4.17.Kesadaran Orang Tua yang Memiliki Anak Usia 7-15 Tahun
yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng
Kabupaten Tegal Tahun 2011 tentang Pendidikan ...................... 95
Tabel 4.18.Lingkungan Keluarga terhadap Anak Usia 7-15 Tahun yang
Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng
Kabupaten Tegal Tahun 2011 ...................................................... 96
Tabel 4.19.Pendidikan Formal Orang Tua yang Memiliki Anak Usia 7-15
Tahun yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan
Kedungbanteng Kabupaten Tegal Tahun 2011 ............................ 93
Tabel 4.20. Pendidikan Nonformal Orang Tua yang Memiliki Anak Usia 7-
15 Tahun yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan
Kedungbanteng Kabupaten Tegal Tahun 2011 ............................. 97
Tabel 4.21.Lamanya Pendidikan Formal Orang Tua yang Mempunyai Anak
Usia 7-15 Tahun yang Tidak Melanjutkan Sekolah di
Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal Tahun 2011 .......... 98
xv
Tabel 4.22.Lamanya Pendidikan Nonformal Orang Tua yang Memiliki
Anak Usia 7-15 Tahun yang Tidak Melanjutkan Sekolah di
Kecamatan Kedungbanteng Tahun 2011 ...................................... 98
Tabel 4.23.Jenis Pekerjaan Pokok Orang Tua yang Memiliki Anak Usia 7-
15 Tahun yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan
Kedungbanteng Kabupaten Tegal Tahun 2011 ............................. 99
Tabel 4.24.Tingkat Pendapatan Orang Tua yang Memiliki Anak Usia 7-15
Tahun yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan
Kedungbanteng Kabupaten Tegal Tahun 2011 ............................ 100
Tabel 4.25. Klasifikasi Pendapatan Orang Tua yang Memiliki Anak Usia 7-
15 Tahun di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal
Tahun 2011 ................................................................................... 101
Tabel 4.26.Waktu yang Dibutuhkan Anak untuk Melakukan Perjalanan dari
Rumah Menuju ke Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng
Kabupaten Tegal Tahun 2011 ....................................................... 102
Tabel 4.27.Jarak yang Ditempuh Anak Waktu yang Dibutuhkan Anak untuk
Melakukan Perjalanan dari Rumah Menuju ke Sekolah di
Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal Tahun 2011 .......... 102
Tabel 4.28.Kendaraan yang Digunakan Anak untuk Melakukan Perjalanan
dari Rumah Menuju ke Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng
Kabupaten Tegal Tahun 2011 ....................................................... 103
Tabel 4.29.Transportasi Umum yang Melewati Rumah Anak Usia 7-15
tahun yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan
Kedungbanteng Kabupaten Tegal Tahun 2011 ............................. 104
Tabel 4.30.Aksesibilitas yang Digunakan Anak Usia 7-15 Tahun yang Tidak
Melanjutkan Sekolah dalam Melakukan Perjalanan dari Rumah
Menuju ke Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten
Tegal tahun 2011 .......................................................................... 104
Tabel 4.31.Jumlah Penduduk Usia Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng
Kabupaten Tegal Tahun 2011 ...................................................... 150
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1.Kerangka Berfikir Pelaksanaan Program Wajib Belajar 9
Tahun .......................................................................................... 37
Gambar 4.1.Peta Administrasi Kecamatan Kedungbanteng ............................ 57
Gambar 4.2.Grafik Perbandingan antara Jumlah Penduduk Laki-laki dan
Perempuan di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal
Tahun 2010 ................................................................................ 61
Gambar 4.3.Peta Pencapaian APK dan APM di Kabupaten Tegal Tahun
2011 ........................................................................................... 72
Gambar 4.4.Peta Pencapaian APK dan APM di Kecamatan
Kedungbanteng Kabupaten Tegal Tahun 2011 ......................... 77
Gambar 4.5.Grafik Jumlah Penduduk Usia 7-15 Tahun yang Sekolah dan
Tidak Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng Tahun 2010 … .. 79
Gambar 4.6.Diagram Perbandingan Antara Jumlah Penduduk Usia 7-15
Tahun yang Sekolah dan Tidak Sekolah di Kecamatan
Kedungbanteng Tahun 2010 ...................................................... 80
Gambar 4.7.Peta Persebaran SD dan SMP di Kecamatan Kedungbanteng
Kabupaten Tegal ........................................................................ 81
Gambar 18.1.Penggunaan Sawah di Kecamatan Kedungbanteng .................. 158
Gambar 18.2.Aktivitas Petani di Kecamatan Kedungbanteng ........................ 158
Gambar 18.3.Keadaan Jembatan di Kecamatan Kedungbanteng .................. 158
Gambar 18.4.Kondisi Jalan di Kecamatan Kedungbanteng ........................... 158
Gambar 18.5.Kondisi SMP Negeri 1 Kedungbanteng .................................... 158
Gambar 18.6.Objek Wisata Waduk Cacaban .................................................. 158
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Metode Pengumpulan Data Pelaksanaan Program Wajib Belajar 9
Tahun di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal ........................ 117
2. Lembar Observasi .................................................................................... 119
3. Lembar Dokumentasi ............................................................................... 120
4. Kisi-kisi Instrument Pelaksanaan Program Wajib Belajar 9 Tahun di
Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal .......................................... 121
5. Wawancara Untuk Kepala UPT Dikpora ................................................. 123
6. Wawancara Untuk Kepala Sekolah ......................................................... 124
7. Angket Penelitian ..................................................................................... 125
8. Uji Validitas dan Reabilitas ...................................................................... 132
9. Perhitungan Validitas Angket .................................................................. 136
10. Perhitungan Reabilitas Angket ................................................................. 138
11. Tabulasi Pengisian Angket Pelaksanaan Program Wajib Belajar 9
Tahun di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal .......................... 140
12. Hasil Tabel Rata-rata Analisis Angket Tahun 2011 ................................ 144
13. Perhitungan APK dan APM ..................................................................... 150
14. Daftar Nama Anak yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan
Kedungbanteng Kabupaten Tegal Tahun 2011 ........................................ 152
15. Daftar Nama Orang Tua dari Anak Usia 7-15 Tahun yang Tidak
Melanjutkan Sekolah ............................................................................... 155
16. Surat Ijin Penelitian .................................................................................. 156
17. Dokumentasi ............................................................................................ 158
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu unsur terpenting dalam pembangunan
nasional, karena dengan adanya pendidikan bagi masyarakat akan menjadikan
masyarakat lebih maju dalam pemikirannya. Pemikiran masyarakat yang maju
akan membentuk Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas tinggi.
Pendidikan juga tidak lepas dari peran pemerintah. Pemerintah mengutamakan
pentingnya pendidikan bagi seluruh masyarakat dengan meningkatkan mutu
pendidikan. Oleh karena itu, pemerintah berkewajiban untuk memenuhi hak setiap
warga negara dalam memperoleh layanan pendidikan guna meningkatkan kualitas
hidup bangsa Indonesia.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional mengamanatkan bahwa setiap warga negara yang berusia 7-15 tahun
wajib mengikuti pendidikan dasar. Pasal 34 ayat 2 menyebutkan bahwa
Pemerintah dan pemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar
minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya, sedangkan dalam
ayat 3 menyebutkan bahwa wajib belajar merupakan tanggung jawab negara yang
diselenggarakan oleh lembaga pendidikan pemerintah, pemerintah daerah, dan
masyarakat. Konsekuensi dari amanat undang-undang tersebut adalah Pemerintah
dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan pendidikan bagi seluruh
2
peserta didik pada tingkat pendidikan dasar (SD dan SMP) serta satuan
pendidikan lain yang sederajat (Departemen Pendidikan Nasional, 2010:36).
Salah satu indikator penuntasan program wajib belajar 9 tahun diukur
dengan Angka Partisipasi Kasar (APK) tingkat SMP/sederajat. Penuntasan
progam wajib belajar 9 tahun yang bermutu pada tahun 2006-2009 bertujuan
untuk meningkatkan APK SMP/MTs/setara hingga mencapai minimal 95%. Pada
tahun 2009 APK nasional telah mencapai 98,11%, sehingga program wajib belajar
9 tahun telah tuntas sesuai dengan waktu yang telah ditargetkan pemerintah
Indonesia dan bahkan target itu dapat dicapai 7 tahun lebih awal dibandingkan
dengan komitmen internasional yang dideklarasikan di Dakar mengenai
Education for All (EFA) tahun 2000 yang mewajibkan semua negara di dunia
harus menuntaskan wajib belajar 9 tahun paling lambat 2015 nanti (Departemen
Pendidikan Nasional, 2010).
Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM)
memiliki arti yang berbeda. Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah rasio jumlah
siswa berapapun usianya, yang sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu
terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang
pendidikan tertentu. Angka Partisipasi Murni (APM) adalah persentase siswa
dengan usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikannya dari jumlah penduduk
di usia yang sama. APK dan APM dimaksudkan untuk mengetahui sukses
tidaknya upaya pemerataan dan perluasan akses pendidikan pada tingkat SD dan
SMP (Handoko, 1997:120).
3
Seluruh penduduk Kabupaten Tegal berhak untuk memperoleh pendidikan
yang layak. Pemerintah berkewajiban untuk selalu meningkatkan partisipasi
sekolah penduduk. Ratusan siswa SD di Kabupaten Tegal pada tahun 2010 sesuai
data dari Dinas Dikpora, siswa yang tidak melanjutkan ke SMP sebanyak 2000
orang (Putra, 2011). Kecamatan Kedungbanteng merupakan salah satu Kecamatan
di Kabupaten Tegal. Wilayah ini memiliki jumlah penduduk paling sedikit yaitu
43.402 jiwa dan kepadatan penduduk sebesar 498 jiwa/km2. Jumlah penduduk
yang sedikit diharapkan dapat meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusianya
dan dapat memanfaatkan serta mengelola Sumber Daya Alam yang ada pada
daerah sekitarnya. Keberadaan sekolah di wilayah ini diharapkan dapat
menunjang pendidikan sehingga anak dapat melanjutkan sekolah.
Tingkat APK dan APM pada jenjang SD dan SMP di Kecamatan
Kedungbanteng menurut Dinas Dikpora Kabupaten Tegal Tahun 2010, termasuk
dalam urutan ke 10 apabila dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lain yang
berada di Kabupaten Tegal. Data APK dan APM di Kecamatan Kedungbanteng
tahun 2010 disajikan pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1. APK dan APM Kecamatan Kedungbanteng Tahun 2010
Angka Partisipasi
Jenjang Pendidikan
APK (%) APM (%)
SD 104,93 101,57
SMP 70,76 69,07
Sumber: Dinas Dikpora Kabupaten Tegal Tahun 2010
Tingkat APK SD di Kecamatan Kedungbanteng tahun 2010 menunjukan
5% anak kurang dari 7 tahun dan lebih dari 12 tahun di Kecamatan
Kedungbanteng duduk di bangku SD. Tingkat APK SMP di Kecamatan
4
Kedungbanteng tahun 2010 menunjukan jumlah murid SMP di Kecamatan
Kedungbanteng yang ada baru 71% dari penduduk umur 13-15 tahun. Pencapaian
APK SMP di Kecamatan Kedungbanteng tahun 2010 mengindikasikan belum
semua anak kelompok umur yang sesuai memperoleh pendidikan. Tingkat APM
SD di Kecamatan Kedungbanteng tahun 2010 menunjukan lebih dari 100% anak
berumur 7-12 tahun terserap di SD, sedangkan APM SMP di Kecamatan
Kedungbanteng tahun 2010 menunjukan 70% anak penduduk di Kecamatan
Kedungbanteng berumur 13-15 tahun telah terserap di SMP.
Peningkatan sumber daya manusia yang dilakukan lewat pendidikan
menghadapi beberapa kendala diantaranya faktor lingkungan fisik maupun non
fisik. Penuntasan keberhasilan wajib belajar 9 tahun dapat dipengaruhi oleh dua
faktor yaitu faktor internal (dalam diri) dan faktor eksternal (luar diri) siswa.
Faktor internal, meliputi: kemampuan, minat, motivasi, nilai-nilai dan sikap,
ekspektasi (harapan), dan persepsi siswa tentang sekolah. Faktor eksternal,
meliputi: latar belakang ekonomi orangtua, persepsi orangtua tentang pendidikan,
jarak sekolah dari rumah, hubungan guru-murid, usaha yang dilakukan
pemerintah. Banyaknya siswa yang tidak berhasil dalam belajar, termasuk
banyaknya anak-anak yang tidak sekolah bisa dilihat dari kedua aspek tersebut
(Alwen, 2007: 2).
Pendidikan sangat penting bagi masyarakat, maka dari itu peneliti tergugah
untuk mengadakan penelitian mengenai pendidikan pada suatu tempat. Fenomena
yang terjadi di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal adalah APK pada
jenjang SMP belum sesuai dengan target pemerintah, selain itu masih terdapat
5
anak usia 7-15 tahun yang belum memperoleh pendidikan. Dari penjelasan
tersebut, maka peneliti memilih judul “Pelaksanaan Program Wajib Belajar 9
Tahun di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal”.
B. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut:
1. tingkat APK dan APM di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal pada
tahun 2010 termasuk dalam urutan ke 10 dengan memiliki jumlah penduduk
usia 7-15 tahun paling sedikit apabila dibandingkan dengan kecamatan lain
yang berada di Kabupaten Tegal.
2. tingkat APK SMP di Kecamatan Kedungbanteng tidak sesuai dengan target
pemerintah yaitu jumlah murid SMP di Kecamatan Kedungbanteng yang ada
baru 71% dari penduduk umur 13-15 tahun, padahal pemerintah pada tahun
2009 menargetkan tingkat APK SMP sebesar 95%.
3. tingkat APM SMP di Kecamatan Kedungbanteng tahun 2010 menunjukan 70%
anak penduduk di Kecamatan Kedungbanteng usia 13-15 tahun telah terserap
di tingkat SMP, sisanya 30% penduduk di Kecamatan Kedungbanteng usia 13-
15 tahun belum memperoleh pendidikan di tingkat SMP.
4. di Kecamatan Kedungbanteng masih terdapat anak usia 7-15 tahun yang tidak
sekolah, padahal pemerintah telah menetapkan program wajib belajar 9 tahun.
Permasalahan yang akan diteliti berdasarkan latar belakang yang telah
diuraikan adalah:
1. bagaimana pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun di Kecamatan
Kedungbanteng Kabupaten Tegal?
6
2. faktor-faktor apa yang menghambat pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun
di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai berdasarkan masalah yang muncul adalah:
1. untuk mengetahui pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun di Kecamatan
Kedungbanteng Kabupaten Tegal.
2. untuk mengidentifikasikan hambatan-hambatan pelaksanaan program wajib
belajar 9 tahun di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diberikan dalam penelitian adalah manfaat teoritis dan
manfaat praktis.
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Dinas Pendidikan, dapat memberikan informasi faktual tentang
kondisi fisik dan kondisi sosial ekonomi terhadap program wajib belajar 9
tahun agar dapat memberikan pertimbangan dalam menentukan kebijakan .
b. Bagi peneliti, dapat menambah ilmu pengetahuan mengenai program wajib
belajar 9 tahun dan menerapkan ilmu pengetahuan yang di dapat di bangku
perkuliahan, serta membuktikan kesesuian teori dengan di lapangan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi masyarakat, dapat memberikan masukan tentang visi pendidikan
sehingga dapat menyukseskan dan mendukung pelaksanaan program wajib
belajar 9 tahun.
7
b. Bagi siswa, dapat memberikan motivasi kepada siswa agar tetap semangat
dalam mengikuti program wajib belajar 9 tahun.
E. Penegasan Istilah
Peneliti agar lebih mudah dalam melakukan penelitian, maka perlu
menegaskan beberapa istilah. Penegasan istilah dalam penelitian ini yaitu wajib
belajar 9 tahun, jumlah tanggungan orang tua, pendidikan orang tua, lingkungan
keluarga, jenis pekerjaan orang tua, pendapatan orang tua dan aksesibilitas.
1. Wajib belajar 9 tahun
Wajib belajar adalah program pendidikan minimal yang harus diikuti
oleh warga negara Indonesia atas tanggung jawab Pemerintah dan pemerintah
daerah (Departemen Pendidikan Nasional, 2010:216). Pendidikan minimal
yang dimaksud dalam penelitian adalah penduduk di Kecamatan
Kedungbanteng Kabupaten Tegal yang berusia 7-15 tahun harus mengikuti
program wajib belajar 9 tahun sampai dengan tamat.
2. Hambatan pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun
Hambatan pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun dalam
penelitian adalah jumlah tanggungan orang tua, pendidikan orang tua,
lingkungan keluarga, jenis pekerjaan orang tua, pendapatan orang tua dan
aksesibilitas.
a. Jumlah Tanggungan Orang Tua
Jumlah tanggungan orang tua dalam penelitian adalah jumlah
anak yang dimiliki oleh orang tua anak usia 7-15 tahun yang tidak
mengikuti program wajib belajar 9 tahun.
8
b. Pendidikan Orang Tua
Pendidikan orang tua dalam penelitian, dilihat dari pendidikan
formal maupun pendidikan nonformal orang tua. Pendidikan formal yang
pernah ditempuh oleh orang tua, antara lain: pada jenjang SD, SMP,
SMA, Perguruan Tinggi maupun tidak pernah mengikuti sekolah.
Pendidikan nonformal yang pernah diikuti oleh orang tua, seperti: kursus
mengetik, kursus menjahit, kursus elektro ataupun kursus lainnya yang
pernah diikuti oleh orang tua.
c. Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga dalam penelitian merupakan suatu tempat
tinggal dimana anak usia 7-15 tahun yang tidak sekolah tinggal.
Lingkungan tersebut dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif
bagi anak, berupa: dukungan keluarga, keadaan tempat tingal maupun
kesadaran orang tua tentang pentingnya pendidikan.
d. Jenis Pekerjaan Orang Tua
Jenis pekerjaan orang tua dalam penelitian adalah kegiatan yang
dilakukan oleh orang tua untuk mendapatkan sumber penghasilan hidup
sehari-hari yaitu pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan orang tua.
e. Pendapatan Orang Tua
Pendapatan adalah hasil yang berupa uang atau barang yang
diterimakan sebagai balas jasa atau kontra prestasi (BPS, 1996:8).
Pendapatan orang tua dalam penelitian ini adalah seluruh pendapatan
9
yang diperoleh seluruh anggota keluarga yang bekerja baik dari
penghasilan pokok ataupun sampingan.
f. Aksesibilitas
Aksesibilitas adalah konsep yang menggabungkan sistem
pengaturan tata guna lahan secara geografis dengan sistem jaringan
transportasi yang menghubungkannya (Tamin, 2000: 32). Faktor-faktor
yang menentukan aksesibilitas dalam penelitian ini adalah jarak yang
ditempuh anak untuk sekolah, waktu tempuh yang diperlukan anak untuk
sekolah, biaya/ongkos perjalanan yang dibutuhkan untuk sekolah dan
fasilitas transportasi yang digunakan anak ketika sekolah.
F. SISTEMATIKA SKRIPSI
Hasil penelitian agar lebih mudah dalam mempelajari, maka peneliti
membuat sistematika penulisan skripsi. Isi dari sistematika mewakili bab yang ada
dalam skripsi yang dibuat peneliti. Sistematika penulisan skripsi disusun menjadi
3 bagian yaitu: pendahuluan, isi dan penutup.
1. Bagian pendahuluan skripsi
Pendahuluan terdiri dari: halaman judul, sari penelitian, halaman
pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel
atau grafik dan daftar lampiran.
2. Bagian isi skripsi
BAB I : Pendahuluan yang berisi latar belakang masalah penelitian,
perumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian
dan sistematika skripsi.
10
BAB II : Landasan teori yang berisi tentang pengertian pendidikan,
pelaksanaan wajib belajar 9 tahun, tujuan dan target wajib belajar 9
tahun, tantangan wajib belajar 9 tahun, dan hambatan program wajib
belajar 9 tahun.
BAB III : Metodologi penelitian yang berisi tentang populasi dan sampel
penelitian, variabel penelitian, definisi operasional, teknik
pengumpulan data, validitas dan reliabilitas instrumen, teknik
analisis data, dan diagram alir penelitian.
BAB IV : Hasil penelitian dan pembahasan yang berisi tentang uraian hasil
penelitian dan pembahasan.
BAB V : Penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran.
3. Bagian penutup skripsi, berisi daftar pustaka dan lampiran.
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Pendidikan
Pendidikan sangat dibutuhkan dalam penunjang pembangunan nasional
Indonesia. Pendidikan secara sederhana diartikan sebagai usaha manusia untuk
membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan
kebudayaan. Pasal 1 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, yang berbunyi: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendaliaan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara
(Departemen Pendidikan Nasional, 2010:12).
Pendidikan tidak hanya dipandang sebagai usaha pemberian informasi dan
pembentukan ketrampilan saja, namun diperluas sehingga mewujudkan keinginan,
kebutuhan, dan kemampuan individu, sehingga tercipta pola hidup pribadi dan
sosial yang baik. Pasal 3 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, menyebutkan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
12
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Departemen
Pendidikan Nasional, 2010:17).
Implikasi penyelenggaraan pendidikan meliputi: 1)kurikulum yang
dirancang dan diterapkan, 2)sistem evaluasi dan promosi yang dianut,
3)pendidikan dan tenaga kependidikan, terutama guru yang ditempuh,
4)pembiayaan pendidikan, dan 5)manajemen penyelenggaraan pendidikan
nasional (Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan UPI, 2007:21).
Tim Redaksi NPM (2009) menyatakan bahwa strategi penuntasan wajib
belajar pendidikan dasar 9 tahun dapat dibagi menjadi 3 pilar pembangunan
pendidikan, yaitu: 1)perluasan dan pemerataan pendidikan, 2)mutu, relevansi, dan
daya saing pendidikan, dan 3)tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik.
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa jalur
pendidikan terdiri dari atas pendidikan formal, pendidikan informal, dan
pendidikan nonformal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya.
Pendidikan diselenggarakan dengan sistem terbuka melalui tatap muka dan atau
melalui jarak jauh.
1. Pendidikan Formal
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan
berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan
pendidikan tinggi (Departemen Pendidikan Nasional, 2010:98). Jadi,
Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-
sekolah pada umumnya dengan kegiatan yang sistematis, berstruktur,
bertingkat, berjenjang, dimulai dari sekolah dasar sampai dengan perguruan
13
tinggi dan yang setaraf dengannya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang
pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah,
sampai pendidikan tinggi.
a. Pendidikan dasar
Pendidikan dasar adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan
ketrampilan, menumbuhkan sikap dasar yang diperlukan dalam masyarakat,
serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah
(Ihsan, 1995:23). Pendidikan dasar pada prinsipnya merupakan pendidikan
yang memberikan bekal dasar bagi perkembangan kehidupan baik untuk
pribadi maupun untuk masyarakat. Karena itu, bagi setiap warga negara harus
disediakan kesempatan untuk memperoleh pendidikan dasar. Pendidikan ini
dapat berupa pendidikan sekolah ataupun pendidikan luar sekolah, yang dapat
merupakan pendidikan biasa ataupun pendidikan luar sekolah yang dapat
merupakan pendidikan biasa ataupun pendidikan luar biasa.
Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan yang melandasi jenjang
pendidikan menengah, berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah
(MI) atau bentuk lain yang sederajat, dan Sekolah Menengah Pertama (SMP)
dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat (Departemen
Pendidikan Nasional, 2010:24).
b. Pendidikan menengah
Pendidikan menengah adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta
didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan
hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial budaya dan alam sekitar serta
14
dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja (Ihsan,
1995:22). Pendidikan menengah terdiri dari pendidikan menengah umum dan
pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah umum diselenggarakan
selain untuk mempersiapkan peserta didik mengikuti pendidikan tinggi juga
untuk memasuki lapangan kerja. Pendidikan menengah kejuruan
diselenggarakan untuk mengikuti lapangan kerja atau mengikuti pendidikan
keprofesian pada tingkat yang lebih tinggi. Pendidikan menengah dapat
merupakan pendidikan biasa atau pendidikan luar biasa.
Pasal 18 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
menyebutkan bahwa Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas
(SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan
Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat
(Departemen Pendidikan Nasional, 2010:25).
c. Pendidikan tinggi
Pendidikan tinggi adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik
untuk menjadi anggota masyarakat yang memiliki tingkat kemampuan tinggi
yang bersifat akademik dan atau professional sehingga dapat menerapkan,
mengembangkan dan atau menciptakan ilmu pengetahuan, tehnologi dan seni
dalam rangka pembangunan nasional dan meningkatkan kesejahteraan
manusia. (Ihsan, 1995:23).
Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi,
institute atau universitas. Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan
15
pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat (Departemen
Pendidikan Nasional, 2010:26).
2. Pendidikan Informal
Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan keluarga dan lingkungan
berbentuk kegiatan belajar secara mandiri (Departemen Pendidikan Nasional,
2010:30). Pendidikan informal dengan kata lain adalah proses yang
berlangsung sepanjang usia sehingga setiap orang memperoleh nilai, sikap,
ketrampilan dan pengetahuan yang bersumber dari pengalaman hidup sehari-
hari, pengaruh lingkungan termasuk didalamnya adalah pengaruh kehidupan
keluarga, hubungan dengan tetanga, lingkungan pekerjaan, dan permainan,
pasar, perpustakaan, dan media masa.
3. Pendidikan Nonformal
Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga
pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis
taklim serta satuan pendidikan yang sejenis (Departemen Pendidikan Nasional,
2010:31). Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan
formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan
nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan
pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan atau pelengkap
pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.
Fungsi pendidikan nonformal adalah mengembangkan potensi peserta didik
dengan menekankan pada penguasaan pengetahuan dan ketrampilan fungsional
serta pengembangan sikap dan kepribadian professional. Pendidikan nonformal
16
meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan
kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan,
pendidikan ketrampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta
pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta
didik.
B. Pelaksanaan Wajib Belajar
UU No. 47 tahun 2008 tentang wajib belajar mengamanatkan bahwa
setiap warga Negara yang berusia 7-15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar.
Pasal 1 menyebutkan bahwa wajib belajar adalah program pendidikan minimal
yang harus diikuti oleh warga negara Indonesia atas tanggung jawab pemerintah
dan pemerintah daerah. Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan yang
melandasi jenjang pendidikan menengah, bentuk SD dan MI/ bentuk lain yang
sederajat serta SMP dan Madrasah Tsanawiyah/ bentuk lain yang sederajat.
Program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun di Indonesia bukanlah
wajib belajar dalam arti compulsory education, seperti yang dilaksanakan di
negara-negara maju, dengan ciri-ciri: (1) ada unsur paksaan agar peserta didik
bersekolah, (2) diatur dengan undang-undang tentang wajib belajar, (3) tolak ukur
wajib belajar 9 tahun adalah tidak ada orang tua yang terkena sanksi, karena telah
mendorong anaknya tidak bersekolah, dan (4) ada sanksi bagi orang tua yang
membiarkan anaknya tidak sekolah (Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan UPI,
2007:121).
Pelaksanaan pendidikan dasar untuk semua tentunya diperlukan ketentuan-
ketentuan tertentu sebagaimana di dalam Deklarasi PBB tentang Hak Atas
17
Pembangunan yang diadopsi oleh Sidang Umum bulan Desember Tahun 1986.
Kewajiban Negara dalam hal ini kewajiban pemerintah daerah untuk
melaksanakan wajib belajar diperlukan hal-hal sebagai berikut: 1)tersedianya
sarana, seperti: gedung sekolah dan tempat pelaksanaan wajib belajar lainnya
(appealability), 2)keterjangkauan (accessability) sarana pelaksanaan wajib
belajar), 3)penerimaan (acceptability) yaitu diterima tidaknya bentuk
kelembagaan pendidikan oleh rakyat, dan 4)kesesuaian (adaptability) yaitu
kesesuaian lembaga-lembaga pendidikan dengan kebutuhan lingkungannya
(Tilaar, 2006:165).
Program pendidikan wajib belajar 9 tahun pada hakekatnya berfungsi
memberikan pendidikan dasar bagi setiap warga negara Indonesia yang berusia 7-
15 tahun agar masing-masing memperoleh sekurang-kurangnya pengetahuan dan
kemampuan dasar yang diperlukan untuk dapat berperan serta dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
C. Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM)
Pembangunan manusia adalah proses agar manusia mampu memiliki lebih
banyak pilihan dalam hal pendapatan, kesehatan, pendidikan, lingkungan fisik dan
sebagainya. Badan Pusat Statistik (2010) menjelaskan konsep Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) adalah mengukur pencapaian keseluruh negara atau
provinsi. IPM mengukur pencapaian kemajuan pembangunan sosial dan ekonomi
di negara atau provinsi tertentu. IPM direpresentasikan oleh 3 dimensi, yaitu umur
panjang dan sehat (longevity), pengetahuan (knowledge) dan hidup yang layak
(standard of living). Indikator yang digunakan untuk mengukur dimensi umur
18
panjang dan sehat adalah angka harapan hidup. Dimensi pengetahuan diukur
dengan angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah, sedangkan dimensi
kehidupan yang layak diukur dengan paritas daya beli (purchsing power parity/
PPP).
Keberhasilan Indonesia untuk menurunkan peringkatnya selama periode
2007-2009 dari urutan ke-55 (2007) menjadi ke-60 (2008) dan ke-62 (2009)
mengalami kenaikan lagi pada tahun pertama periode kedua pemerintahan
Presiden SBY. Tahun 2010, peringkat Indonesia naik satu tingkat menjadi urutan
ke-61. Badan Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) merilis, indeks
pembangunan manusia (IPM) Indonesia berada di urutan ke-124 dari 187 negara
yang disurvei. IPM Indonesia hanya 0,617, jauh di bawah Malaysia di posisi 61
dunia dengan angka 0,761. UNDP menggunakan versi rata-rata lama sekolah 5,8
tahun diukur dari penduduk usia 25 tahun ke atas, sementara Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan memakai data Susenas 2010 Badan Pusat Statistik,
yaitu rata-rata lama sekolah 7,9 tahun diukur dari penduduk usia 15 tahun ke atas
(Arif, 2011).
Strategi pokok yang dituangkan dalam Repelita VI dirumuskan karena
masih ditemukannya masalah mendasar dalam bidang pendidikan. Program
pendidikan diperlukan indikator yang handal. Indikator proses pendidikan
menunjukkan keadaan proses pendidikan yang diimplementasikan terjadi di
masyarakat. Sumber data yang dipakai berasal dari sensus atau survey dengan
pendekatan rumah tangga atau data administratif instansi terkait. Data yang
19
dibutuhkan dalam mengetahui indikator proses pendidikan, antara lain: APK,
APM dan rata-rata lama sekolah.
a. Angka Partisipasi Kasar (APK)
Indikator APK mengukur proporsi anak sekolah pada suatu jenjang
pendidikan tertentu dalam kelompok umur yang sesuai dengan jenjang
pendidikan tersebut, tetapi indikator ini lebih banyak bercerita tentang
keberhasilan sistem pendidikan dalam mendidik anak dan remaja, bukan pada
penduduk dewasa. APK memberikan gambaran secara umum tentang
banyaknya anak yang sedang/telah menerima pendidikan pada jenjang tertentu.
APK biasanya diterapkan untuk jenjang pendidikan SD, SLTP, dan SLTA.
Husaini (2010:20) dalam menghitung nilai APK menggunakan rumus sebagai
berikut:
b. Angka Partisipasi Murni (APM)
Indikator APM menunjukkan proporsi anak sekolah pada satu
kelompok umur tertentu yang bersekolah pada tingkat yang sesuai dengan
kelompok umurnya. APM selalu lebih rendah dibanding APK karena
pembilangnya lebih kecil (sementara penyebutnya sama). APM membatasi usia
murid sesuai dengan jenjang pendidikan sehingga angkanya lebih kecil karena
menunda saat mulai bersekolah, murid tidak naik kelas, berhenti/keluar dari
sekolah untuk sementara waktu, dan lulus lebih awal. APM diterapkan untuk
jenjang pendidikan Sekolah Dasar dan Sekolah Menegah. Husaini (2010:20)
dalam menghitung menggunakan rumus APK sebagai berikut:
20
c. Rata-rata lama sekolah
Rata-rata lama sekolah menggambarkan tingkat pencapaian setiap
penduduk dalam kegiatan bersekolah. Semakin tinggi angka lamanya
bersekolah semakin tinggi jenjang pendidikan yang telah dicapai penduduk.
Indikator rata-rata lama sekolah dihitung dengan menggunakan dua variabel
secara simultan; yaitu tingkat/kelas yang sedang/pernah dijalani dan jenjang
pendidikan tertinggi yang ditamatkan.
Rata-rata lama sekolah mayoritas penduduk di Indonesia masih relatif
rendah dan dalam kondisi memprihatinkan, yakni baru mencapai semester satu
kelas tiga Sekolah Menengah Pertama (SMP). Rata-rata lama sekolah
penduduk usia 15 tahun ke atas yakni 7,5 tahun atau setara dengan kelas dua
SMP atau semester satu sekolah menengah pertama (EKSPOSnews, 2011).
D. Tujuan dan Target Wajib Belajar
Tim Redaksi NPM (2009:145) mengungkap bahwa penuntasan program
wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun yang bermutu pada tahun 2006-2009
bertujuan untuk:
1. meningkatkan Angka Partisipasi Kasar SMP/ MTs setara hingga mencapai
minimal 95%.
2. menurunkan angka putus sekolah SMP dari 2,83% menjadi 2%.
3. meningkatkan kualitas lulusan dengan indikator 70% peserta Ujian Nasional
mencapai nilai di atas 6,00
21
4. melengkapi sarana pendidikan sehingga 75% SMP memenuhi Standar Nasional
Pendidikan, antara lain: minimal 80% SMP mempunyai perpustakaan, 50%
SMP memiliki Laboratorium IPA, 50% SMP memiliki laboratorium bahasa,
dan 80% SMP mempunyai ruang ketrampilan yang memadai.
5. menyelenggarakan minimal satu rintisan SMP bertaraf internasional di setiap
kabupaten/ kota.
6. terbentuk dan berfungsinya jaringan sistem informasi pendidikan di setiap
propinsi di seluruh Indonesia dengan baik.
7. meningkatnya mutu pengelolaan SMP dengan 70% SMP Menjalankan
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dengan baik.
8. meningkatkan kesadaran akan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan.
Wajib belajar berfungsi untuk mengupayakan perluasan dan pemerataan
kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi warga negara Indonesia.
Tujuan program wajib belajar 9 tahun adalah memberikan kesempatan pendidikan
minimal bagi setiap warga negara Indonesia agar dapat mengembangkan potensi
yang ada pada dirinya dan dapat hidup mandiri di dalam masyarakat. Pendidikan
minimal yang dimaksud adalah masyarakat yang berusia 7-15 tahun wajib
mengikuti program wajib belajar 9 tahun yaitu 6 tahun di tingkat SD/MI/sederajat
dan 3 tahun di tingkat SMP/MTs/sederajat.
E. Tantangan dalam Wajib Belajar
Tim Redaksi NPM (2009:149) mengungkapkan bahwa penuntasan wajib
belajar pendidikan dasar 9 tahun sampai dengan mencapai Angka Partisipasi
22
Kasar (APK) pada tingkat SMP sebesar 95% dihadapkan pada sejumlah tantangan
dalam pelaksanaanya.
1. Masih ada sekitar 1,9 juta anak usia 13-15 tahun belum tertampung
Masih terdapat anak yang belum sekolah karena berbagai alasan, masih masih
ada sekitar 1,9 juta anak usia 13-15 tahun di berbagai daerah di Indonesia
belum memperoleh layanan pendidikan SMP atau sederajat.
2. APK SMP dari 146 kabupaten di bawah 75%
Tahun 2005 APK SMP secara nasional telah mencapai 85,22%. Namun
demikian, masih terdapat 146 kabupaten yang angka APK SMP-nya masih
rendah di bawah 75%, di bawah APK nasional. Tanpa upaya-upaya khusus,
kabupaten-kabupaten tersebut akan terlalu sulit untuk mencapai APK 95%
pada tahun 2008/2009. Selain itu, angka absolut anak yang belum tetampung
pada daerah padat penduduk masih sangat tinggi.
3. Kondisi geografis yang sulit
Anak-anak usia 13-15 yang belum mendapatkan layanan pendidikan umumnya
berdomisili di daerah terpencil, terisolir, dan terpencar-pencar dalam komunitas
kecil. Kondisi geografis yang tidak terjangkau membuat anak sulit berangkat
sekolah. Kondisi geografis daerah mereka tinggal merupakan kendala dalam
pengadaan layanan pendidikan bagi mereka yang membutuhkan.
4. Kemiskinan
Kemiskinan sebagai akibat dari krisis ekonomi yang belum sepenuhnya pulih
dan penyesuaian harga BBM dan TDL, jumlah keluarga miskin di Indonesia
pada tahun 2005 mencapai 17%. Keadaan ini mengakibatkan terjadinya putus
23
sekolah (angka putus sekolah pada tahun 2005 sebesar 2,83%) dan
ketidakmampuan orang tua menyekolahkan anaknya kejenjang yang lebih
tinggi.
5. Kesadaran tentang pentingnya pendidikan
Sebagian masyarakat, terutama yang berpendidikan rendah, masih memandang
bahwa pendidikan kurang penting. Mereka beranggapan bahwa bekerja lebih
menguntungkan bagi anak tanpa menyadari bahwa pendidikan lebih
menguntungkan untuk jangka panjang.
6. Peran PEMDA belum optimal
Sebagian besar PEMDA Tingkat II belum optimal dalam melaksanakan
kewajiban dalam pembangunan pendidikan dengan baik. Sejumlah PEMDA
Tingkat II bahkan terkesan mengabaikan sektor pendidikan. Hal ini terlihat,
antara lain: masih rendahnya alokasi APBD dan perhatian birokrat pada sektor
pendidikan. Penyebab utama dari rendahnya partisipasi ini adalah kurangnya
pemahaman mereka akan tugas dan tanggung jawabnya dalam
penyelenggaraan pendidikan, sehingga banyak tugas dan tanggungjawab yang
tidak dilaksanakan dengan baik.
7. Peran perguruan tinggi perlu dioptimalkan
Perguruan tinggi idealnya memerankan dirinya secara aktif sebagai agen dan
katalisator perubahan dalam berbagai bidang, termasuk dalam penuntasan
wajib belajar. Namun demikian, selama ini peran yang mereka mainkan masih
sangat terbatas pada tataran konsep. Peran yang menyentuh langsung lapangan
24
yang secara nyata dan signifikan memberi kontribusi kepada penuntasan wajib
belajar sangat lemah.
8. Sarana dan prasarana pendidikan kurang memadai
Daerah-daerah terpencil dan terisolir sarana dan prasarana pendidikannya
masih sangat terbatas. Gedung sekolah masih belum memadai atau bahkan
belum ada, belum didukung oleh fasilitas pembelajaran yang memadai.
Sebagia akibatnya, sebagian anak usia sekolah terpaksa tidak memperoleh
layanan pendidikan atau mendapatkan layanan pendidikan dengan kualitas
memadai.
F. Hambatan dalam Pelaksanaan Program Wajib Belajar 9 Tahun
Keberhasilan Program Wajib Belajar 9 Tahun, menurut Sukardi (2010)
dapat dibagi menjadi 2 faktor, yaitu: faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal merupakan faktor yang dipengaruhi dari dalam individu. Faktor internal,
meliputi: kemampuan anak, minat sekolah, ekspektasi (harapan) anak, persepsi
siswa tentang sekolah dan aspirasi/ cita-cita anak. Faktor eksternal yang
dipengaruhi oleh keadaan dari luar individu tersebut, meliputi: kondisi geografis,
kondisi sosial ekonomi, keutuhan keluarga, persepsi orang tua, dan ketersedian
sarana prasarana.
Penelitian Abdillah (2010) menyebutkan bahwa permasalahan dalam
program wajib belajar 9 tahun, antara lain: tingkat pendidikan orang tua
mempunyai angka partisipasi yang rendah, mata pencaharian/pekerjaan dan
pendapatan orang tua mempunyai angka partisipasi yang sangat rendah,
karakteristik keluarga berperan dalam penuntasan program wajib belajar 9 tahun,
25
angka partisipasi lingkungan tempat tinggal rendah, kesadaran orang tua tentang
pentingnya pendidikan terhitung rendah, faktor aksesibilitas tidak terlalu menjadi
suatu masalah.
Penelitian pada skripsi ini akan mengkaji 6 (enam) permasalahan yang
diduga menghambat pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun dilihat dari faktor
eksternalnya, yakni: karakteristik keluarga, lingkungan keluarga, pendidikan
orang tua, jenis pekerjaan orang tua, pendapatan orang tua dan aksesibilitas yang
digunakan anak untuk melakukan perjalanan menuju ke sekolah.
1. Karakter Keluarga
Kondisi sosial adalah keadaan yang berkaitan dengan masyarakat,
kondisi ini selalu mengalami perubahan melalui proses dan interaksi sosial.
Interaksi sosial berarti proses hubungan yang saling mempengaruhi, bisa terjadi
antar individu dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok
dengan kelompok (Subandiroso, 1987:45).
Keluarga adalah kelompok masyarakat terkecil yang terdiri dari suami,
istri dan anak yang belum dewasa. Setiap keluarga memiliki karakter keluarga
tersendiri. Apabila salah satu dari unsur-unsur tersebut tidak ada, misal ada ibu
namun tidak ada ayah (baik karena meninggal atau bercerai), maka keluarga
tersebut tidak bisa dikatakan sebagai keluarga yang utuh lagi. Ini disebut
keutuhan keluarga secara stuktur. Disamping itu, ada pula keutuhan dalam
interaksi, yaitu adanya interaksi sosial yang wajar (harmonis). Ketidakutuhan
keluarga tentunya berpengaruh negatif bagi perkembangan sosial seorang anak
(Hasbullah, 2009:90)
26
Keluarga inti terdiri dari beberapa individu, yaitu ayah, ibu dan anak.
Setiap individu menjadi tanggungan dalam keluarga tersebut. Jumlah
tanggungan adalah banyaknya orang yang menjadi tanggung jawab (secara
materi) oleh orang tua. Semakin banyak jumlah tanggungan, maka semakin
banyak pula dana yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Rismawati (2010:20) mengatakan jumlah tanggungan keluarga digolongkan
menjadi 4, yaitu 1) lebih dari 10 orang berarti sangat banyak tanggungan, 2) 7-
9 orang berarti banyak tanggungan, 3) 5-6 orang berarti tanggungan sedang,
dan 4) 1-4 orang berarti tanggungan sedikit .
2. Lingkungan Keluarga
Kondisi sosial, interaksi sosial dapat dilakukan pada keluarga. Keluarga
dilihat dari segi pendidikan merupakan satu kesatuan hidup (sistem sosial) dan
keluarga menyediakan situasi belajar. Sebagai satu kesatuan hidup bersama
(sistem sosial), keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak. Ikatan kekeluargaan
membantu anak mengembangkan sifat persahabatan, cinta kasih, hubungan
antar pribadi, kerjasama, disiplin, tingkah laku yang baik serta pengakuan akan
kewibawaan. Tugas utama keluarga bagi pendidikan adalah sebagai peletak
dasar bagi pendidik akhlak dan pandangan hidup keagamaan, sifat dan tabiat
anak sebagian besar diambil dari kedua orangtuanya dan dari anggota keluarga
yang lain (Hasbullah, 2009:89).
Lingkungan keluarga adalah daerah atau kawasan tempat suatu
kelompok sosial terkecil yang terdiri dari keluarga dan anak, dimana anak
memperoleh bimbingan dan latihan dari keluarga untuk mendapatkan
27
perubahan–perubahan baru yang akan diperlukan dalam masyarakat. Di dalam
keluarga anak belajar bersikap, berfikir dan bergaul dengan sesamanya, agar
anak dapat berfikir dan bergaul dengan baik diperlukan peranan keluarga untuk
membimbing dan mengarahkannya demi keberhasilan pendidikan anak.
Bagi keluarga yang tidak mampu, akan merasa berat dalam memenuhi
biaya pendidikan. Keputusan untuk tidak menyekolahkan anak sebagai akibat
adanya nilai ekonomis anak yang tinggi bagi orang tua. Masih adanya
anggapan orang tua bahwa pendidikan tinggi tidak menjamin hari depan yang
lebih baik (Rismayanti, 2010:20).
3. Pendidikan Orang Tua
Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam
tumbuh kembang anak, karena dengan pendidikan yang baik maka orang tua
dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan
anak yang baik, menjaga kesehatan anaknya, pendidikannya, dan sebagainya
(Rokhana, 2005:19).
Pendidikan orang tua dapat berpengaruh terhadap pola asuh orang tua
terhadap anak. Bagaimana orang tua dapat memberikan pendidikan di dalam
keluarga, sekolah maupun dalam bermasyarakat. Jenjang pendidikan yang
didapat orang tua antara lain: SD, SMP, SMA, maupun Perguruan Tinggi. Hal
ini dapat diperoleh dari ijasah terakhir yang diterima orang tua.
4. Jenis Pekerjaan Orang Tua
Pekerjaan adalah suatu pernyataan tertulis yang menguraikan fungsi,
tugas-tugas, tanggung jawab, wewenang, kondisi kerja dan aspek-aspek
28
pekerjaan tertentu lainnya (Handoko, 1997:47). Pekerjaan dapat dikatakan
adalah pencaharian, barang yang dijadikan pokok penghidupan, suatu yang
dijadikan untuk mendapatkan nafkah. Jenis pekerjaan orang tua merupakan
kegiatan yang dilakukan oleh orang tua untuk mendapatkan sumber
penghasilan hidup. Jenis pekerjaan dapat berupa pekerjaan pokok ataupun
sampingan. Macam-macam pekerjaan yang dapat dilakukan oleh orang tua,
antara lain: polisi, tentara, guru, pegawai bank, karyawan, pengusaha,
pedagang, petani, dll.
5. Pendapatan Orang Tua
Faktor ekonomi keluarga banyak menentukan dalam belajar anak.
Misalnya anak dalam keluarga mampu dapat membeli alat-alat sekolah
lengkap, sebaliknya anak-anak dari keluarga miskin tidak dapat membeli alat-
alat itu. Dengan alat serba tidak lengkap inilah maka hati anak-anak menjadi
kecewa, mundur, putus asa sehingga dorongan belajar mereka kurang (Ahmadi,
2007:266).
Profesor P.A Samuel mengatakan bahwa ilmu ekonomi adalah suatu
studi mengenai individu-individu dan masyarakat membuat pilihan, dengan
atau tanpa penggunaan uang, dengan menggunakan sumber daya yang terbatas
tetapi dapat digunakan dalam berbagai cara untuk menghasilkan berbagai cara
untuk menghasilkan berbagai jenis barang dan jasa dan mendiskripsikannya
untuk kebutuhan konsumsi, sekarang dan di masa datang, kepada berbagai
individu dan golongan masyarakat (Sukirno, 1996:10).
29
Kondisi ekonomi adalah kondisi yang menghendaki seseorang, suatu
masyarakat membuat keputusan tentang cara terbaik untuk melakukan sesuatu
kegiatan ekonomi. Sedangkan kegiatan ekonomi didefinisikan sebagai kegiatan
seseorang atau suatu masyarakat untuk memproduksikan barang dan jasa
maupun mengkonsumsi (menggunakan) barang dan jasa tersebut (Sukirno,
1996:4). Jadi, kondisi ekonomi adalah keadaan seseorang dalam hal keuangan
rumah tangga. Kegiatan ekonomi yang dapat berlangsung karena aktivitas
manusia dalam memenuhi kebutuhan. Kondisi ekonomi keluarga meliputi
usaha orang tua untuk memenuhi kebutuhan hidup (pekerjaan orang tua),
pendapatan efektif (penghasilan orang tua) dan pemenuhan kebutuhan rumah
tangga.
Rokhana (2005:8) mengungkapkan bahwa pendapatan yaitu seluruh
penerimaan baik berupa uang maupun barang baik dari pihak lain maupun dari
hasil sendiri. Pendapatan yang diperoleh seluruh anggota keluarga yang
bekerja. Orang tua dengan penghasilan yang tinggi akan mampu memenuhi
berbagai macam sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan belajar anak.
Pendapatan orang tua merupakan sebuah penghasilan yang didapat orang tua
sebagai hasil jerih payahnya selama bekerja. Pendapatan orang tua dapat
diperoleh selama tiap hari, tiap minggu, atau tiap bulan setelah bekerja.
Klasifikasi pendapatan dapat didasarkan pada Upah Minimum Regional
(UMR) atau Upah Minimum Kabupaten (UMK). Pendapatan keluarga
dikatakan tinggi bila pendapatan tiap bulan lebih besar dari UMK, sedangkan
pendapatan rendah bila pendapatan tiap bulan lebih kecil dari UMK.
29
30
Sumardi dan Hans Evert (1983;15) menyebutkan bahwa tingkat
ekonomi masyarakat disesuaikan dengan pendapatan dibagi menjadi 3
tingkatan yaitu ekonomi tinggi, ekonomi sedang dan ekonomi rendah.
a. Ekonomi tinggi
Golongan yang berpenghasilan tinggi adalah golongan yang
mempunyai penghasilan atas pekerjaannya jauh lebih besar dibandingkan
dengan kebutuhan pokoknya. Kebutuhan pokok adalah kebutuhan esensial
yang sedapat mungkin harus dipenuhi. Kebutuhan esensial ini seperti
makanan, pakaian, perumahan, kesehatan, pendidikan, partisipasi,
transportasi, perawatan pribadi dan rekreasi.
b. Ekonomi sedang/ menengah
Golongan berpenghasilan sedang sudah dekat dengan golongan yang
berpenghasilan tinggi. Ini berarti golongan yang berpenghasilan ekonomi
sedang cenderung masih dapat menyisihkan hasil kerjanya untuk kebutuhan
lain yang sifatnya tidak esensial.
c. Ekonomi rendah
Ekonomi rendah adalah golongan miskin yang memperoleh
pendapatannya sebagai imbalan atas pekerjaanya yang jumlahnya sangat
sedikit apabila dibandingkan pemenuhan kebutuhan pokoknya. Kebutuhan
esensial tidak dapat terpenuhi maksimal.
6. Aksesibilitas
Lingkungan tempat tinggal adalah tempat anak–anak tinggal,
bertumbuh dan berkembang menuju kedewasaan. Lingkungan tempat tinggal
31
sangat mempengaruhi kegiatan belajar anak. Anak–anak yang tinggal di daerah
kumuh akan ikut terbawa pada kondisi yang tidak mementingkan kegiatan
belajar (Kamanto, 1988:90).
Kondisi lingkungan sekitar yang dengan sengaja digunakan sebagai alat
dalam proses pendidikan. Lingkungan berfungsi sebagai wadah atau lapangan
terlaksananya proses pendidikan. Lingkungan fisik berupa alam atau benda
fisik, seperti rumah, pakaian, tanah datar, pegunungan, sawah dan lain-lain
(Hasbullah;2007).
Letak merupakan suatu keadaan relatif pada suatu wilayah. Letak dapat
dilihat pada letak bujur maupun letak lintangnya. Dari letak tersebut dapat
dilihat kondisi wilayah tersebut. Sedangkan topografi adalah kondisi alam yang
merintangi atau mempersulit perjalanan antar dua daerah (Soekadijo,
2000:137).
Aksesibilitas adalah kemudahan pencapaian terhadap suatu daerah.
Semakin dekat dengan jarak antar daerah berarti semakin mudah kontak terjadi
(Bintarto, 1979:16). Jarak antara rumah dengan sekolah dapat mempengaruhi
minat siswa dengan sekolah, sehingga menimbulkan sikap dan motivasi yang
baik terhadap orang tua untuk menyekolahkan anaknya ke sekolah terdekat.
Jarak menjadi salah satu faktor dalam aksesibilitas. Jarak adalah sebagai
sesuatu yang dapat diukur, adalah dasar dari studi geografi. Jarak menjadi
objek utama dalam pembicaraan mengenai karateristik suatu kawasan di atas
permukaan bumi (Nopembri, 2007:26). Jarak yang jauh dari rumah akan sulit
32
dicapai dan membutuhkan banyak biaya. Dengan jarak yang jauh maka untuk
ke sekolah dibutuhkan biaya yang lebih.
Aksesibilitas adalah konsep yang menggabungkan sistem pengaturan
tata guna lahan secara geografis dengan sistem jaringan transportasi yang
menghubungkannya. Aksesibilitas adalah suatu ukuran kenyamanan atau
kemudahan mengenai cara lokasi tata guna lahan berinteraksi satu sama lain
dan „mudah‟ atau „susah‟nya lokasi tersebut dicapai melalui sistem jaringan
transportasi (Tamin, 2000:32).
Miro (2005:20) menyebutkan faktor-faktor yang menentukan tinggi
rendahnya aksesibilitas, sebagai berikut ini:
a. Faktor waktu tempuh
Faktor ini sangat ditentukan oleh ketersediaan prasarana transportasi
dan sarana transportasi yang dapat diandalkan. Contohnya adalah dukungan
jaringan jalan yang berkualitas yang menghubungkan daerah asal dengan
daerah tujuan. Cepat lamanya waktu yang diperlukan dapat mempengaruhi
anak untuk mau melakukan perjalanan ke sekolah.
b. Faktor biaya/ongkos perjalanan
Biaya perjalanan ini berperan dalam menentukan mudah tidaknya
tempat tujuan dicapai, karena ongkos perjalanan yang tidak terjangkau
mengakibatkan orang (terutama kalangan ekonomi bawah) enggan atau
bahkan tidak melakukan perjalanan. Begitu pula dengan biaya perjalanan
yang dibutuhkan oleh seorang anak untuk mencapai sekolah mereka.
Sekolah yang letaknya terlalu jauh dari rumah mereka akan membutuhkan
33
ongkos/ biaya yang lebih banyak jika dibandingkan dengan letak sekolah
yang dekat dengan mereka.
c. Fasilitas transportasi
Fasilitas transportasi adalah sektor yang sangat penting karena
transportasi sebagai sarana seseorang untuk melakukan perjalanan.
Keterkaitan fasilitas transportasi dengan pendidikan adalah bahwa
tercukupinya sarana dan prasarana transportasi mempengaruhi anak untuk
melanjutkan pendidikannya di sekolah.
G. Penelitian Relevan
Peneliti memperluas pengetahuan dengan menambahkan penelitian
terlebih dahulu sebagai pembanding dalam penelitiannya. Pembanding dilihat
mulai dari judul penelitian, tujuan, variabel, metode, dan hasil penelitian.
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang lain memiliki karakteristik
yang berbeda-beda. Penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel 2.1.
34
Tabel 2.1. Beberapa Penelitian yang Berkaitan dengan Pelaksanaan Program Wajib Belajar 9 Tahun
No Judul Oleh Tahun Variabel Metode Kesimpulan
1. Pencapaian Program
Wajib Belajar 9
Tahun di Kecamatan
Bodeh Kabupaten
Pemalang
Duana
Bagus
Abdillah
2010 a. Pencapaian program
wajib belajar 9 tahun:
− Nilai APK dan APM
− Ketersediaan alat-alat
penunjang program
wajib belajar 9 tahun
b. Permasalahan dalam
program wajib belajar 9
tahun:
− Tingkat pendidikan
orang tua
− Pekerjaan dan
pendapat orang tua
− Karakteristik keluarga
− Pengaruh lingkungan
tempat tinggal
− Kesadaran orang tua
akan pentingnya
pendidikan
− Faktor aksesibilitas
a. Angket
b. Wawancara
c. Dokumentasi
d. Observasi
a. Pencapaian program wajib belajar
tahun 2009 berdasarakan APK sebesar
78, 11% dengan APM sebesar
62,49%.
b. Permasalahan dalam program wajib
belajar 9 tahun, antara lain: tingkat
pendidikan orang mempunyai angka
partisipasi yang rendah, mata
pencaharian/ pekerjaan dan
pendapatan orang tua mempunyai
angka partisipasi yang sangat rendah,
karakteristik keluarga berperan dalam
penuntasan program wajib belajar 9
tahun, angka partisipasi lingkungan
tempat tinggal rendah, kesadaran
orang tua tentang pentingnya
pendidikan terhitung rendah, faktor
aksesibilitas tidak terlalu menjadi
suatu masalah.
2. Faktor-faktor
Penyebab
Ketidaktuntasan
Program Wajib
Belajar 9 Tahun di
Yaeni
Risma
2009 a. Tingkat pendidikan
orang tua
b. Mata pencaharian
orang tua
c. Pendapatan orang tua
a. Kuesioner
b. Wawancara
c. Dokumentasi
Kabupaten Temanggung tahun 2008
yaitu 88,15%. Pendapatan orang tua
merupakan faktor yang memiliki
kriteria tingkat penyebab
ketidaktuntasan paling tinggi dalam
35
Kecamatan Kaloran
Kabupaten
Temanggung Tahun
2008
d. Jumlah tanggungan
orang tua
e. Kesadaran orang tua
terhadap pendidikan
anak
f. Faktor aksesibilitas
g. Pelaksanaan program
program wajib belajar 9 tahun di
kecamatan Kaloran
Sedangkan jarak dari tempat tinggal ke
sekolah yang terlalu jauh merupakan
faktor yang memiliki kriteria tingkat
penyebab ketidaktuntasan paling rendah
yaitu 63,04%
3. Faktor-faktor
Penyebab Anak Usia
Sekolah Tidak
Menyelesaikan
Pendidikan Dasar
(Studi kasus di Desa
Pesantren
Kecamatan Blado
Kabupaten Batang
Purnomo
Adi
Saputra
2009 a. Faktor sosial-ekonomi
orang tua
b. Faktor aksesibilitas
a. Angket
b. Wawancara
c. Dokumentasi
d. Observasi
Faktor penyebab anak usia sekolah
tidak menyelesaikan pendidikan dasar
sebagai berikut:
a. Pendidikan orang tua sangat rendah
b. Pendapatan orang tua sangat rendah
c. Orang tua menganggap pendidikan
kurang penting
d. Jarak dari rumah ke sekolah cukup
membutuhkan waktu
e. Fasilitas jalan kurang baik
f. Tidak adanya fasilitas transportasi di
desa Pesantren yang bisa
mengangkut anak-anak ke sekolah
4. Faktor Penghambat
Pelaksanaan
Program Wajib
Belajar 9 Tahun
Bagi Anak Usia
Sekolah di Desa
Gigih N. 2007 a. Tingkat pendidikan
orang tua
b. Tingkat pendapatan
orang tua
c. Pekerjaan orang tua
d. Faktor lingkungan
a. Angket
b. Wawancara
c. Dokumentasi
d. Observasi
Kriteria Hambatan:
a. Tingkat pendidikan orang tua:
Tinggi (51, 47%)
b. Tingkat Pendapatan orang tua:
Tinggi (49,63 %)
c. Fasilitas jalan: Rendah (20,10%)
36
Sendang Kecamatan
Wonogiri Kabupaten
Wonogiri
tempat tinggal
e. Fasilitas jalan
f. Jarak tempuh
g. Fasilitas transportasi
d. Jarak tempuh: Sangat tinggi
(63,60%)
e. Fasilitas transportasi: Sangat tinggi
(58, 09%)
5. Faktor-faktor
penyebab rendahnya
lulusan SMP
melanjutkan ke
SMA bagi penduduk
desa Kemiriombo
kecamatan
Gemawang
Kabupaten
Temanggung (Suatu
Kajian Analisis
Geografi)
Ferry
Indrahart
2005 Faktor-faktor penyebab
rendahnya lulusan SMP
melanjutkan ke SMA:
a. Kondisi geografis:
− Letak
− Keadaan topografi
− Tingkat aksesibilitas
b. Kondisi sosial-
ekonomi orang tua:
− Pendidikan orang tua
− Jenis pekerjaan orang
tua
− Pendapatan orang tua
a. Wawancara
b. Dokumentasi
c. Observasi
Faktor yang menyebabkan rendahnya
lulusan SMP melanjutkan ke SMA di
desa Kemiriombo 2005, terdiri dari:
a. Faktor geografi
− Jarak dari rumah ke sekolah yang
terdekat, yaitu lebih dari 10 Km.
− Keadaaan topografi yang kasar yaitu
berupa perbukitan, sehinggga
menyebabkan daerah tersebut sulit
untuk berhubungan dengan daerah
lain. Dan mempengaruhi kelancaran
aktivitas penduduk.
− Aksesibilitas yang rendah, yaitu
meliputi : kondisi jalan yang rusak,
dan keadaan transportasi yang tidak
lancar.
b. Faktor sosial ekonomi
− Pendidikan orang tua rendah yaitu
83,05% hanya lulusan SD.
− Mata pencaharian orang tua 76,27%
ialah petani.
− Pendapatan orang tua 81,4% rendah
yaitu kurang dari Rp 600.000,00
37
F. Kerangka Berfikir
Gambar 2.1. Kerangka Berfikir Pelaksanaan Program Wajib Belajar 9
Tahun.
Program Wajib Belajar 9
Tahun
Hak dan Kewajiban
Warga Negara dalam UU
Penduduk Usia
Sekolah (7-15
Tahun)
Anak Usia Sekolah
yang Sedang
Sekolah (7-15
Tahun)
Anak Usia
Sekolah yang
Tidak Sekolah (7-
15 Tahun)
APK dan
APM
Tidak Sesuai Target
Sesuai Target
Faktor-Faktor Penghambat
Pelaksanaan Program Wajib
Belajar 9 Tahun
Karakter Keluarga,
Lingkungan Keluarga,
Pendidikan Orang Tua, Jenis
Pekerjaan Orang Tua,
Pendapatan Orang Tua, dan
Aksesibilitas
Program Wajib Belajar 9
Tahun Tercapai
Program Wajib Belajar 9 Tahun
Tidak Tercapai
38
Pendidikan merupakan usaha manusia untuk menumbuhkan dan
mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai
dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
mengamanatkan bahwa setiap warga negara yang berusia 7-15 tahun wajib
mengikuti pendidikan dasar. Jadi, setiap warga negara berhak mendapatkan
pendidikan yang layak dan wajib mengikuti program wajib belajar 9 tahun yaitu 6
tahun di tingkat SD dan 3 tahun di tingkat SMP.
Penuntasan program wajib belajar 9 tahun dapat dilihat dari data
penduduk usia sekolah (7-15 tahun), anak usia sekolah (7-15 tahun) yang sedang
sekolah dan anak usia sekolah (7-15 tahun) yang tidak sekolah. Jumlah penduduk
tersebut dapat dilihat untuk mengetahui penghitungan APK (Angka Partisipasi
Kasar) dan APM (Angka Partisipasi Murni). APK dan APM merupakan salah satu
indikator untuk mengetahui pencapaian program wajib belajar 9 tahun.
Pemerintah pada tahun 2009 menargetkan APK dan APM sebesar 95%. APK dan
APM di suatu wilayah apabila < 95% maka dapat dikategorikan tidak sesuai
dengan target pemerintah, namun apabila >95% dapat dikategorikan sesuai
dengan target pemerintah.
Menurut Dinas Pendidikan Kabupaten Tegal, Kecamatan Kedungbanteng
pada tahun 2010 menunjukkan tingkat APK SD dan SMP sebesar 93,86% dan
APM SD dan SMP sebesar 91,02%. Pernyataan tersebut menunjukan bahwa
tingkat APK dan APM di Kecamatan Kedungbanteng tidak sesuai dengan target
pemerintah. Selain itu, pada data APK dan APM menunjukkan masih terdapat
39
anak usia sekolah yang belum memperoleh pendidikan Pelaksanaan program
wajib belajar 9 tahun ditargetkan dapat sukses pada tahun 2009. Namun,
adakalanya terdapat hambatan-hambatan dalam pelaksanaannya.. Anak yang tidak
sekolah pada suatu wilayah dapat dikarenakan oleh beberapa faktor. Faktor yang
mempengaruhi, antara lain: faktor internal (dari dalam individu) maupun faktor
eksternal (dari luar individu).
Faktor-faktor yang diduga menghambat dalam pelaksanaan program
wajib belajar 9 tahun di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal dilihat dari
faktor eksternalnya, antara lain: karakter keluarga, lingkungan keluarga,
pendidikan orang tua, jenis pekerjaan orang tua, pendapatan orang tua, dan
aksesibilitas. Keenam faktor tersebut dapat memberikan dampak positif maupun
negatif bagi anak usia sekolah.
Pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun di Kecamatan
Kedungbanteng Kabupaten Tegal menghadapi suatu masalah. Oleh karena itu,
perlu diketahui faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan program wajib
belajar 9 tahun di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal yang dapat
didefinisikan pada penelitian ini.
40
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Menurut Arikunto (2006:130), populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orang tua yang
mempunyai anak usia 7-15 tahun yang tidak mengikuti program wajib belajar 9
tahun baik pada tingkat SD/MI atau SMP/MTs. Populasi dalam penelitian ini
berjumlah 721 orang yang tersebar ke dalam 10 desa di Kecamatan
Kedungbanteng Kabupaten Tegal. Jumlah populasi diperoleh dari data Badan
Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) di Kecamatan
Kedungbanteng pada tahun 2010.
2. Sampel Penelitian
Penelitian ini menggunakan tehnik proportional random sampling yaitu
cara pengambilan sampel dilakukan secara acak dari seluruh populasi yang
ada. Sampel yang diambil adalah 72 orang yang berada pada 10 desa di
Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal. Pengambilan sampel diambil
10% dan dilakukan secara acak agar pada setiap sampel dapat mewakili
populasi yang ada. Responden dalam penelitian adalah orang tua dari anak
usia 7-15 tahun yang tidak maupun mengikuti program wajib belajar 9 tahun.
Sampel responden dapat dilihat pada Tabel 3.1.
41
Tabel 3.1. Jumlah Orang Tua dari Anak Usia 7-15 Tahun yang Tidak maupun
Mengikuti Program Wajib Belajar 9 Tahun di Kecamatan
Kedungbanteng Tahun 2010
No. Nama Desa Populasi
(orang)
% Sampel (orang)
1 Penujah 65 10% 7
2 Karanganyar 153 10% 15
3 Tonggara 52 10% 5
4 Kedungbanteng 87 10% 9
5 Dukuh Jati Wetan 28 10% 3
6 Sumingkir 59 10% 6
7 Margamulya 62 10% 6
8 Kebandingan 68 10% 7
9 Karangmalang 74 10% 7
10 Semedo 73 10% 7
Jumlah 721 10% 72
Sumber: Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB)
Kecamatan Kedungbanteng Tahun 2010
B. Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2010:61).
1. Pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun
a. Pencapaian APK dan APM pada tingkat SD dan SMP.
b. Pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun di Kecamatan Kedungbanteng.
c. Pengelolaan program wajib belajar 9 tahun di Kecamatan Kedungbanteng.
2. Hambatan dalam pelaksanaan progam wajib belajar 9 tahun, dengan
rincian sebagai berikut:
a. Karakter keluarga
Indikator dari karakter keluarga adalah:
42
- berapa jumlah anggota keluarga inti
- berapa jumlah tanggungan anak
b. Lingkungan Keluarga
Indikator dari lingkungan keluarga adalah:
- dukungan keluarga terhadap anak usia 7-15 tahun yang tidak sekolah
agar dapat sekolah
- pengaruh kondisi tempat tinggal anak usia 7-15 tahun yang tidak sekolah
- kesadaran orang tua terhadap pendidikan anak usia 7-15 tahun
c. Tingkat pendidikan orang tua
Indikator dari pendidikan adalah:
- pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh orang tua, antara lain: SD,
SMP, SMA dan Perguruan Tinggi
- pendidikan nonformal (kursus) yang pernah ditempuh orang tua
- lama pendidikan formal dan nonformal yang ditempuh
d. Mata Pencaharian orang tua
Indikator Mata Pencaharian orang tua adalah:
- jenis pekerjaan yang dilakukan oleh orang tua baik pekerjaan pokok
maupun pekerjaan sampingan
e. Tingkat pendapatan orang tua
Indikator dari pendapatan orang tua adalah:
- pekerjaan pokok dan sampingan yang dilakukan oleh orang tua
- besarnya pendapatan yang diperoleh orang tua
- penggunaan pendapatan
43
f. Aksesibilitas
Faktor yang mempengaruhi aksesibilitas adalah:
- jarak yang ditempuh anak untuk sekolah
- waktu yang ditempuh anak untuk sekolah
- biaya perjalanan yang diperlukan oleh anak menuju ke sekolah
- fasilitas yang digunakan anak ketika berangkat sekolah.
C. Definisi Operasional
Penelitian ini menggunakan beberapa pembatasan istilah, maka dari itu
diperlukan definisi operasional agar tidak terjadi kerancuan dalam pembahasan.
1. Pelaksanaan Program WajibBelajar 9 Tahun
Pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun dalam penelitian ini adalah
pendidikan minimal yang harus dilakukan oleh anak usia sekolah di Kecamatan
Kedungbanteng Kabupaten Tegal. Pendidikan minimal yang dimaksud adalah
anak usia 7-15 tahun wajib mengikuti program wajib belajar 9 tahun yaitu 6
tahun di tingkat SD dan 3 tahun di tingkat SMP.
2. Pencapaian APK dan APM
APK (Angka Partisipasi Kasar) yaitu persentase perbandingan antara
jumlah anak yang bersekolah di suatu daerah dibandingkan dengan jumlah
keseluruhan penduduk usia sekolah pada jenjang tersebut (SMP/ MTs = 13-15
tahun, SD/ MI = 7-12 tahun). APM (Angka Partisipasi Murni) yaitu persentase
perbandingan antara jumlah anak yang bersekolah di sekolah pada suatu daerah
dengan usia sekolah pada jenjang tertentu (SMP/ MTs = 13-15 tahun, SD/MI =
7-12 tahun) dibandingkan dengan jumlah keseluruhan penduduk usia sekolah
44
pada jenjang tersebut. Husaini (2010: 20) menggunakan rumus sebagai berikut:
Pengukuran ketercapaian program wajib belajar 9 tahun pemerintah
menggolongkan tingkat ketuntasan menjadi 5 kriteria. Tingkat ketuntasan
daerah dalam melaksanakan program wajib belajar 9 tahun, dapat
dikategorikan, sebagai berikut ini: a) belum tuntas bila APK < 80%, b) tuntas
pratama bila APK mencapai 80-84%, c) tuntas madya bila APK mencapai 85-
89%, d) tuntas utama bila APK mencapai 90-94%, dan e) tuntas paripurna bila
APK mencapai minimal 95%.
3. Karakter Keluarga
Keluarga adalah kelompok masyarakat terkecil yang terdiri dari suami,
istri dan anak yang belum dewasa. Setiap keluarga memiliki karakter keluarga
tersendiri. Menurut Rismawati (2010:20), jumlah tanggungan keluarga dapat
digolongkan menjadi 4 yaitu: 1) lebih dari 10 orang berarti sangat banyak
tanggungan, 2) 7 sampai 9 orang berarti banyak tanggungan, 3) 5 sampai 6
orang berarti tanggungan sedang, dan 4) 1 sampai 4 orang berarti tanggungan
sedikit.
4. Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga adalah daerah atau kawasan tempat suatu
kelompok sosial terkecil yang terdiri dari keluarga dan anak, dimana anak
memperoleh bimbingan dan latihan dari keluarga untuk mendapatkan
45
perubahan baru yang akan diperlukan dalam masyarakat. Anak perlu dukungan
dari keluarga untuk sekolah. Pengaruh dari tempat tinggal dapat memberikan
dampak pada anak untuk sekolah atau tidak. Kesadaran orang tua tentang
pendidikan, antara lain: anggapan orang tua tentang pendidikan sangat penting,
penting, penting dan tidak penting bagi anak di masa depan.
5. Tingkat Pendidikan Orang Tua
Tingkat pendidikan orang tua diukur dari orang tua yang tidak sekolah
sama sekali atau pendidikan terakhir yang pernah ditempuh oleh orang tua baik
ayah maupun ibu. Pendidikan yang diperoleh orang tua khususnya pendidikan
formal berpengaruh pada pendidikan yang akan diberikan pada anak mereka.
Orang tua yang memiliki pendidikan yang tinggi akan berpengaruh pada
pendidikan anak mereka agar mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi dari
orang tuanya. Pendidikan formal yang pernah diikuti orang tua, antara lain: SD,
SMP, SMA dan Perguruan Tinggi. Pendidikan nonformal orang tua yang
pernah diikuti, antara lain: kursus mengetik, kursus menjahit, kursus tehnik.
6. Jenis Pekerjaan Orang Tua
Jenis pekerjaan orang tua merupakan suatu aktifitas yang dikerjakan
oleh orang tua baik ayah maupun ibu sehingga dapat menghasilkan suatu
pendapatan atau sumber penghidupan. Pekerjaan dapat berupa pekerjaan pokok
maupun pekerjaan sampingan.
7. Tingkat Pendapatan Orang Tua
Tingkat pendapatan orang tua dapat digunakan sebagai tolok ukur
kesejahteraan keluarga, karena pendapatan orang tua merupakan sumber untuk
46
memenuhi semua kebutuhan hidup keluarga. Pendapatan orang tua diperoleh
dari pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan. Berdasarkan survey dari BPS
pada tahun 2009 tingkat pendapatan rumah tangga di pedesaan berdasarkan
pendekatan pengeluaran setiap bulan dari penduduk, maka dapat
diklasifikasikan seperti pada tabel 3.2.
Tabel 3.2 Klasifikasi Pendapatan Orang Tua
No. Klasifikasi Pendapatan Jumlah Pendapatan
1. Pendapatan Tinggi > Rp 1.370.000,00
2. Pendapatan Menengah Rp 1.075.000,00 – Rp 1.370.000,00
3. Pendapatan Sedang Rp 780.000,00 – Rp 1.075.000,00
4. Pendapatan Rendah < Rp 780.000,00
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun 2009
8. Aksesibilitas
Black (1981: 98) mengungkapkan bahwa aksesibilitas adalah konsep
yang menggabungkan sistem pengaturan tata guna lahan secara geografis
dengan sistem jaringan transportasi yang menghubungkannya. Faktor-faktor
yang mempengaruhi aksesibilitas, antara lain: jarak, waktu, biaya dan fasilitas
transportasi yang digunakan. Jarak yang jauh dari rumah akan membutuhkan
biaya. Biaya perjalanan berperan dalam menentukan mudah tidaknya tempat
tujuan dicapai, karena ongkos perjalanan yang tidak terjangkau mengakibatkan
orang tidak mau melakukan perjalanan Cepat lamanya waktu yang diperlukan
dapat mempengaruhi anak untuk mau melakukan perjalanan ke sekolah.
D. Metode Pengumpulan Data
1. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan mencari
data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku,
47
dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, agenda, dan sebagainya (Arikunto,
2006: 231). Tehnik pengumpulan data dengan menggunakan metode dokumentasi
ini digunakan untuk mencari data di Dinas Dikpora, BPPKB, Kelurahan dan
instansi lain yang memiliki data yang relevan.
2. Metode Wawancara
Wawancara dalam penelitian ini menggunakan wawancara terpimpin.
Wawancara terpimpin yaitu wawancara yang dilakukan oleh pewawancara dengan
membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci seperti yang dimaksud
dalam interview terstruktur (Arikunto, 2006: 156). Metode wawancara ini
digunakan untuk mendapatkan informasi dari Kepala Desa, Kepala Sekolah dan
Kepala UPTD Dikpora mengenai pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun.
Metode wawancara dapat dilakukan untuk melengkapi metode angket,
jika responden tidak dapat menjawab angket secara langsung. Pedoman yang
digunakan ketika wawancara adalah pertanyaan pada angket responden.
3. Observasi
Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang
tersusun dari pelbagai proses biologis dan phiskhologis. Dua diantara yang
terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan (Sugiyono, 2010:203).
Observasi ini dilakukan untuk mengetahui kenyataan yang terdapat di lapangan
mengenai keadaan geografis wilayah tersebut.
4. Angket
Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti tentang laporan
48
pribadi atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2006:151). Angket berupa pilihan
ganda yang sudah disediakan jawaban. Angket merupakan pertanyaan tertutup
mengenai data/ informasi hambatan pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun.
E. Validitas dan Reabilitas Instrument
a) Validitas Instrument
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Suatu instrument yang valid atau sahih
memiliki validitas yang tinggi. Suatu instrument dikatakan valid apabila mampu
mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang
diteliti secara tepat (Arikunto, 2006:168).
Angket yang dikatakan memiliki validitas isi apabila dapat menangkap
data dari variabel yang telah diteliti secara tepat. Pada penelitian ini validitas
diperoleh dengan menggunakan skor angka yang diperoleh dari jawaban
pertanyaan pada angket yang diajukan pada responden, sebelum dipergunakan
untuk memperoleh data penelitian, terlebih dahulu angket tersebut dikonsultasikan
kepada ahlinya.
Rumus yang digunakan adalah rumus korelasi product moment. Menurut
Arikunto (2006:170) menggunakan rumus, sebagai berikut:
2222 YYNXXN
YXXYNrxy
Keterangan:
rxy = koefisien korelasi antara x dan y
N = jumlah responden
x = skor dari setiap butir
y = skor total
49
Cara mengetahui kuesioner yang digunakan valid atau tidak maka r yang
diperoleh ( rhitung) dibandingkan dengan ( rtabel) product moment dengan taraf
signifikan 5%. Apabila ( rhitung) ≥ ( rtabel) maka instrumen dikatakan valid, dan
apabila ( rhitung) ≤ ( rtabel) maka instrumen dikatakan tidak valid.
Hasil uji coba validitas instrumen penelitian sebanyak 40 butir pertanyaan
semuanya dalam kategori valid, hal ini dikarenakan nilai r hitung pada seluruh
item soal > r tabel dengan taraf signifikansi 5 % atau taraf kepercayaan 95%,
dengan kata lain nilai rxy > 0,444.
Uji coba validitas instrument dilakukan pada orang tua yang memiliki
anak usia 7-15 tahun yang tidak mengikuti program wajib belajar 9 tahun. Sampel
penduduk bukan berasal dari lokasi penelitian, namun lokasi di Kecamatan
Pangkah karena memiliki karakteristik wilayah yang sama dengan Kecamatan
Kedungbanteng. Jumlah sampel yang diambil adalah 20 orang karena jumlah
tersebut dianggap dapat mewakili tingkat kelayakan soal.
Kriteria koefisien korelasi validitas dapat disajikan pada Lampiran 9.
Jumlah soal terdiri dari 40 butir pertanyaan dan terdapat 40 pertanyaan termasuk
kriteria tinggi. Kriteria koefisien korelasi validitas, sebagai berikut:
0,000 – 0,250 : sangat rendah
0,251 – 0,500 : rendah
0,501 – 0,750 : cukup
0,751 – 1,000 : tinggi
b) Reabilitas Instrument
Reliabilitas menunjukkan pada satu pengertian bahwa suatu instrumen
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena
instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2006: 178). Suatu angket dikatakan
50
50
reliabel apabila angket tersebut memberikan indikasi yang stabil dan konsisten
dari karakteristik yang diteliti. Rumus yang digunakan adalah rumus Alpha
(Arikunto, 196:2006), dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
r11 = reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑σb2
= jumlah varians butir
σ12 = varians total
Tingkat reliabilitas instrumen ditentuakn dengan harga r11 yang
dikonsultasikan dengan r tabel product moment menggunakan taraf signifikan 5%
atau taraf kepercayaan 95%. Jika r hitung > r tabel maka soal bersifat reliabel.
Kriteria tingkat reabilitas, sebagai berikut:
0,000 – 0,250 : sangat rendah
0,251 – 0,500 : rendah
0,501 – 0,750 : cukup
0,751 – 1,000 : tinggi
Uji coba reabilitas instrument dilakukan pada orang tua yang memiliki
anak usia 7-15 tahun yang tidak mengikuti program wajib belajar 9 tahun. Sampel
penduduk bukan berasal dari lokasi penelitian. Lokasi diambil di Kecamatan
Pangkah Kabupaten Tegal karena daerah ini memiliki karakteristik wilayah yang
sama dengan Kecamatan Kedungbanteng. Jumlah sampel yang diambil adalah 20
51
orang. Pengambilan sampel 20 orang karena jumlah tersebut dianggap dapat
mewakili tingkat kelayakan soal.
Hasil perhitungan reliabilitas instrumen penelitian dapat disajikan pada
Lampiran 10. Hasil penelitian menyebutkan bahwa diperoleh hasil r11 sebesar
0,5494. Hasil tersebut kemudian dikonsultasikan dengan r tabel dengan n=20 dan
taraf signifikansi 5% yaitu sebesar 0,444. Karena r11 > r tabel yaitu 0,5494 >
0,444 maka dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut reliabel dan termasuk
kedalam kriteria tingkat reliabilitas cukup.
F. Metode Analisis Data
a. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif adalah analisis untuk memberikan gambaran umum
mengenai data yang diperoleh. Gambaran umum dapat menjadi acuan dari
karakteristik data yang diperoleh. Analisis deskriptif digunakan untuk
menganalisis yang diperoleh dari wawancara yang dilakukan dengan Kepala
Sekolah, Kepala Desa dan Kepala UPTD Dinas Dikpora mengenai
pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun, lingkungan tempat tinggal dan
karakteristik keluarga anak yang tidak sekolah.
b. Analisis Deskriptif Persentase
Pendekatan analisis yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
analisis kualitatif yang bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data
yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu atau
menjadi hipotesis. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah statistik deskriptif. Statistik deskriptif yaitu statistik yang digunakan
52
untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan
data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat
kesimpulan yang berlaku untuk umum. Data yang terkumpul berasal dari
angket yang telah disebar kepada responden.
Langkah-langkah analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. data yang didapat berupa data kualitatif. Agar data tersebut dapat dianalisis
maka harus diubah menjadi data kuantitatif. Jawaban pertanyaan dengan
memberikan tingkat-tingkat skor untuk masing-masing jawaban sebagai
berikut:
Jawaban pilihan a diberi skor 4
Jawaban pilihan b diberi skor 3
Jawaban pilihan c diberi skor 2
Jawaban pilihan d diberi skor 1
2. menghitung frekuensi untuk tiap-tiap kategori jawaban yang ada pada
masing-masing variable atau sub variable.
3. Hasil perhitungan dalam rumus, akan dihasilkan angka dalam bentuk
persentase. Adapun rumus yang akan digunakan untuk analisis deskriptif
presentase (DP) adalah:
4. analisis data penelitian disesuaikan dengan tujuan penelitian, sehingga
digunakan analisis persentase. Hasil analisis dipersentasikan dengan
kalimat yang bersifat kualitatif. Langkah-langkah penghitungan:
a. menetapkan skor tertinggi
53
b. skor tertinggi diperoleh dari hasil perkalian antara skor tertinggi
alternatif jawaban jumlah butir dan jumlah responden
c. menetapkan skor terendah
d. skor terendah diperoleh dari hasil perkalian antara skor terendah
alternatif jawaban jumlah butir dan jumlah responden
e. menetapkan jenjang kriteria
Penelitian ini menetapkan empat jenjang kriteria yaitu tinggi, cukup,
rendah, sangat rendah.
a) Menetapkan persentase tertinggi
Persentase tertinggi = (skor jawaban maksimal : skor maksimal) ×
100%
= (4 : 4) × 100%
= 100%
b) Menetapkan persentase terendah
Persentase terendah = (skor jawaban minimal : skor maksimal) × 100%
= (1 : 4) × 100%
= 25%
c) Menetapkan rentang persentase
Rentang persentase = Persentase maksimum – persentase minimum
= 100% - 25%
= 75%
d) Menetapkan interval persentase
Interval persentase = Rentang presentase : 4
54
= 75% : 4
= 18, 75%
Langkah tersebut kemudian dibuat tabel data deskriptif persentase, sebagai
berikut:
Tabel 3.3 Kriteria Deskriptif Persentase
Interval Keterangan
81,26% - 100,00% Tinggi
62,51% - 81,25% Cukup
43,76% - 62,50% Rendah
25,00% - 43,75% Sangat Rendah
G. Diagram Alir Penelitian
Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. mencari data tingkat APK dan APM Kecamatan Kedungbanteng pada
instansi-instansi yang terkait untuk mencari
2. menentukan jumlah sampel penelitian.
3. menentukan metode pengambilan data yaitu wawancara, angket, observasi
dan dokumentasi, setelah itu menentukan kisi-kisi instrument.
4. menyusun instrument penelitian berupa angket dan lembar observasi
berdasarkan kisi-kisi yang ada.
5. membagikan angket untuk uji validitas dan reliabilitas instrument kepada
orang tua yang memiliki anak usia 7-15 tahun yang tidak sekolah.
6. menganalisis data pengambilan angket untuk mengetahui validitas dan
reliabilitas instrument.
7. memperbaiki soal yang kurang valid dalam penelitian.
8. membagikan kembali soal angket yang telah diperbaiki kepada responden.
55
9. menganalisis jawaban yang telah diberikan kepada responden dengan
menggunakan rumus deskriptif presentatif.
10. menyusun laporan penelitian.
56
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Kondisi Umum Daerah Penelitian
Kondisi umum daerah penelitian ini dideskripsikan bertujuan untuk
memberikan gambaran yang jelas mengenai keadaan penelitian dan objek
penelitian yang berhubungan dengan masalah penelitian. Latar belakang yang
dideskripsikan meliputi kondisi fisik dan kondisi sosial daerah penelitian.
1. Kondisi Fisik Daerah Penelitian
a. Letak Astronomis
Wilayah penelitian ini adalah Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten
Tegal. Letak astronomis Kecamatan Kedungbanteng adalah 6º57‟32” LS -
7º01‟29” LS dan 109º09‟12” BT - 109º18‟08” BT (Peta Administrasi
Kecamatan Kedungbanteng disajikan pada gambar 4.1).
b. Letak Administrasi
Kecamatan Kedungbanteng secara administrasi merupakan bagian
dari Kabupaten Tegal dengan batas-batas sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kecamatan Suradadi
Sebelah Timur : Kecamatan Warureja
Sebelah Selatan : Kecamatan Jatinegara
Sebelah Barat : Kecamatan Pangkah
(Peta Administrasi Kecamatan Kedungbanteng dapat dilihat pada Gambar
4.1.).
58
Kecamatan Kedungbanteng merupakan salah satu Kecamatan yang
berada di Kabupaten Tegal dengan memiliki jumlah Perdukuhan, RT dan
RW yang berbeda antara desa yang satu dengan lainnya. Kecamatan
Kedungbanteng memiliki 21 Perdukuhan, 217 RT dan 89 RW. Data
tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Banyaknya Perdukuhan RT dan RW Menurut Desa/ Kelurahan di
Kecamatan Kedungbanteng Tahun 2010
Desa/ Kelurahan Perdukuhan RT RW
1. Penujah 1 11 5
2. Karanganyar 9 34 14
3. Tonggara 3 21 8
4. Kedungbanteng 2 36 17
5. Dukuhjati Wetan 1 16 8
6. Sumingkir 1 18 9
7. Margamulya 1 23 10
8. Kebandingan 1 26 6
9. Karangmalang 1 20 8
10. Semedo 1 12 4
Jumlah 2010 21 217 89
Sumber: Kecamatan Kedungbanteng dalam Angka 2010
c. Kondisi Penggunaan Lahan
Kondisi penggunaan lahan di Kecamatan Kedungbanteng
berdasarkan luas lahan bukan sawah maupun lahan sawah dapat dilihat pada
Tabel 4.2. Luas penggunaan lahan di Kecamatan Kedungbanteng pada tahun
2010 sebesar 8.761.027 ha. Penggunaan lahan di Kecamatan
Kedungbanteng tahun 2010 paling banyak digunakan untuk lahan bukan
sawah yaitu 7.368.067 ha (84,10%), sedangkan 1.392.960 ha (15,90 %)
digunakan untuk lahan sawah. Lahan sawah terdiri dari sawah pengairan
(irigasi) dan sawah tadah hujan. Penggunaan bukan lahan sawah paling luas
terdapat di Desa Karangmalang yaitu 2.575.450 ha (34,95 %), sedangkan
59
penggunaan bukan lahan sawah yang paling sempit terdapat di Desa
Sumingkir sebesar 35.775 ha (0,49 %). Luas lahan bukan sawah
dimanfaatkan oleh penduduk untuk lahan bangunan, pekarangan, kebun, dan
kolam.
Tabel 4.2. Luas Penggunaan Lahan Menurut Desa/ Kelurahan di Kecamatan
Kedungbanteng Tahun 2010 (ha)
Desa/
Kelurahan
Lahan Sawah Bukan Lahan
Sawah
Jumlah
(ha)
ha % ha %
1. Penujah 22.035 1,58 1.524.829 20,70 1.546.864
2. Karanganyar 129.284 9,28 328.005 4,45 457.289
3. Tonggara 125.219 8,99 236.424 3,20 361.643
4. Kedungbanteng 208.340 14,96 326.424 4,43 534.597
5. Dukuhjati
Wetan
117.211 8,41 86.824 1,18 204.035
6. Sumingkir 115.875 8,32 35.775 0,49 151.650
7. Margamulya 149.852 10,76 123.623 1,68 273.475
8. Kebandingan 136.690 9,81 71.860 0,98 208.550
9. Karangmalang 260.949 18,73 2.575.450 34,95 2.836.399
10.Semedo 127.505 9,15 2.059.020 27,95 2.186.525
Jumlah 1.392.960 100 7.368.067 100 8.761.027
Sumber: Kecamatan Kedungbanteng Dalam Angka 2010
Desa yang memiliki lahan sawah paling luas di Kecamatan
Kedungbanteng pada tahun 2010 adalah Desa Karangmalang yaitu 260.949
ha (18,73%), sedangkan Desa Penujah merupakan desa yang memiliki
lahan sawah paling sempit yaitu 22.035 ha (1,58%). Desa Karangmalang
memiliki lahan sawah dan lahan bukan sawah paling luas apabila
dibandingkan dengan desa-desa lain yang berada di Kecamatan
Kedungbanteng. Luas lahan di Desa Karangmalang yaitu 2.836.399 ha
(32,38%) yang terdiri dari luas lahan sawah (1.392.960 ha) dan lahan bukan
sawah (7.368.067 ha). Penggunaan lahan sawah di Kecamatan
Kedungbanteng menggunakan pengairan tehnis dan tadah hujan.
60
2. Kondisi Penduduk Daerah Penelitian
Perencanaan adalah suatu kegiatan yang akan dilakukan di masa yang
akan datang untuk mencapai tujuan. Perencanaan pembangunan perlu
ditunjang oleh informasi mengenai data demografis suatu wilayah. Data
mengenai jumlah penduduk, persebaran dan susunan penduduk menurut
berbagai kelompok umur yang sesuai dengan perencanaan akan membantu
dalam keberhasilan dalam kebijakan pembangunan yang akan diambil.
1) Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Tabel 4.3.Komposisi Penduduk Menurut Desa/ Kelurahan dan Jenis
Kelamin di Kecamatan Kedungbanteng Tahun 2010
Desa/ Kelurahan Jumlah Penduduk Sex
Ratio Laki-Laki Perempuan Laki-laki&Perempuan
1.Penujah 1267 2461 3728 51,48
2.Karanganyar 4052 4407 8459 91,94
3.Tonggara 2606 2666 5272 97,75
4.Kedungbanteng 3516 3566 7082 98,60
5.Dukuhjati Wetan 1369 1372 2741 99,78
6.Sumingkir 1683 2018 3701 83,40
7.Margamulya 1789 1917 3706 93,32
8.Kebandingan 2995 2987 5982 100,27
9.Karangmalang 2086 2118 4204 98,49
10.Semedo 1443 1434 2877 100,63
Jumlah 22806 24946 47752 91,42
Sumber: Kecamatan Kedungbanteng dalam Angka Tahun 2010
Komposisi penduduk menurut jenis kelamin di Kecamatan
Kedungbanteng tahun 2010 dapat disajikan pada Tabel 4.3. Jumlah
penduduk laki-laki dan perempuan di Kecamatan Kedungbanteng pada
tahun 2010 adalah 47.752 jiwa. Jumlah penduduk laki-laki di Kecamatan
Kedungbanteng adalah 22.806 jiwa dan jumlah penduduk perempuannya
adalah 24.946 jiwa. Desa Karanganyar memiliki jumlah penduduk laki-laki
dan perempuan paling banyak. Jumlah penduduk laki-laki paling sedikit di
61
Kecamatan Kedungbanteng adalah Desa Penujah (1267 jiwa), sedangkan
jumlah penduduk perempuan paling sedikit di Desa Dukuhjati Wetan (1372
jiwa). Grafik perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dan
perempuan di Kecamatan Kedungbanteng dapat disajikan pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2 Grafik Perbandingan antara Jumlah Penduduk Laki-laki dan
Perempuan di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal
Tahun 2010
Sex ratio dapat diketahui dengan membandingkan antara jumlah
penduduk laki-laki dan perempuan. Tabel 4.3. menunjukkan bahwa sex ratio
di Kecamatan Kedungbanteng pada tahun 2010 adalah 91,42, artinya setiap
91 jumlah penduduk laki-laki di Kecamatan Kedungbanteng pada tahun
2010 sebanding dengan 100 jumlah penduduk perempuan. Angka sex ratio
tersebut kurang dari 100 sehingga muncul masalah karena di wilayah
tersebut kekurangan penduduk laki-laki akibatnya antara lain: kekurangan
tenaga laki-laki untuk melakukan pembangunan atau masalah lain yang
berhubungan dengan perkawinan. Sex ratio paling tinggi di Kecamatan
0100020003000400050006000700080009000
Jum
lah P
end
ud
uk (
jiw
a)
Desa
Perempuan
Laki-laki
62
Kedungbanteng pada tahun 2010 adalah Desa Kebandingan (100,27) dan
sex ratio paling rendah adalah Desa Penujah (51,48).
2) Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur
Komposisi penduduk adalah penggolongan penduduk menurut ciri-
ciri tertentu. Data mengenai komposisi penduduk dapat diketahui ciri
penduduk, seperti: penduduk menurut kelompok umur. Distribusi penduduk
menurut kelompok umur dimaksudkan untuk mengetahui jumlah penduduk
yang produktif. Tabel 4.4 menguraikan komposisi penduduk Kecamatan
Kedungbanteng tahun menurut kelompok umur.
Tabel 4.4. Komposisi Penduduk Menurut Desa/ Kelurahan dan Kelompok
Umur di Kecamatan Kedungbanteng Tahun 2010
Desa/ Kelurahan Kelompok Umur Jumlah
<1 1-<5 5-6 7-15 16-21 22-29 > 60
1. Penujah 27 197 90 451 284 1347 259 2655
2. Karanganyar 80 531 229 1372 808 4051 395 7466
3. Tonggara 55 263 154 884 510 2884 347 5097
4. Kedungbanteng 55 445 168 1104 672 3959 453 6856
5. Dukuhjati
Wetan 26 201 52 450 167 1610 235 2741
6. Sumingkir 38 260 74 617 380 1890 251 3483
7. Margamulya 38 208 73 734 431 1807 376 3667
8. Kebandingan 38 379 137 1041 569 2859 519 5542
9. Karangmalang 58 394 126 845 482 2290 332 4524
10. Semedo 32 192 79 566 332 1437 188 2862
Jumlah 447 3070 1182 8034 4635 24134 3355 44857
Sumber: BPPKB Kecamatan Kedungbanteng Tahun 2010
Jumlah penduduk di Kecamatan Kedungbanteng pada tahun 2010
adalah 44.858 jiwa. Jumlah penduduk di Kecamatan Kedungbanteng paling
padat di Desa Karanganyar yaitu 7466 jiwa, sedangkan jumlah penduduk
yang jarang penduduknya di Desa Penujah yaitu 2655 jiwa. Jumlah
penduduk di Kecamatan Kedungbanteng dilihat dari kelompok umur paling
63
banyak adalah penduduk pada kelompok umur 22-29 tahun yaitu sebesar
24.134 jiwa. Hal ini berarti bahwa di Kecamatan Kedungbanteng memiliki
jumlah penduduk produktif yang tinggi, dimana terdiri dari golongan
penduduk yang muda.
Jumlah penduduk kelompok umur < 1 tahun adalah 447 jiwa, jumlah
tersebut sangat sedikit dibandingkan dengan kelompok umur lainnya.
Jumlah penduduk yang belum produktif di Kecamatan Kedungbanteng
tergolong rendah. Kelompok umur < 1 tahun menunjukkan kelahiran bayi
yang terjadi di daerah ini dapat digolongkan rendah, sehingga dapat
mengurangi jumlah pertumbuhan penduduk.
Tabel 4.5.Jumlah Kepala Keluarga Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan
Kedungbanteng Tahun 2010
Desa/ Kelurahan Laki-Laki Perempuan Jumlah
1.Penujah 686 83 769
2.Karanganyar 1760 254 2014
3.Tonggara 1220 202 1422
4.Kedungbanteng 1811 254 2065
5.Dukuhjati Wetan 736 94 830
6.Sumingkir 860 97 957
7.Margamulya 805 168 973
8.Kebandingan 1278 242 1520
9.Karangmalang 1099 149 1248
10.Semedo 646 99 745
Jumlah 10.901 1.642 12.543
Sumber: BPPKB Kecamatan Kedungbanteng Tahun 2010
Jumlah kepala keluarga di Kecamatan Kedungbanteng tahun 2010
adalah 12.543 Kepala Keluarga (KK), sedangkan jumlah penduduknya
44.136 jiwa. Hal ini berarti bahwa tiap Kepala Keluarga memiliki anggota
keluarga sebanyak 3,52 artinya besarnya anggota keluarga di Kecamatan
Kedungbanteng rata-rata 4 jiwa tiap keluarga. Jumlah Kepala Keluarga
64
paling banyak terdapat di Desa Kedungbanteng yaitu 2065 KK, sedangkan
jumlah Kepala Keluarga paling sedikit terdapat di Desa Semedo yaitu 745
KK.
Tabel 4.5. Kepadatan Penduduk Menurut Desa/ Kelurahan di Kecamatan
Kedungbanteng Tahun 2010
Desa/ Kelurahan Luas Daerah
(km2)
Jumlah
Penduduk
(jiwa)
Kepadatan
Penduduk
(jiwa/ km2)
1. Penujah 15,17 2655 175,02
2. Karanganyar 4,57 7466 1633,70
3. Tonggara 3,62 5097 1408,01
4. Kedungbanteng 5,35 6856 1281,50
5. Dukuhjati Wetan 2,04 2741 1343,63
6. Sumingkir 1,52 3483 2291,45
7. Margamulya 2,09 3667 1754,55
8. Kebandingan 2,73 5542 2030,04
9. Kebandingan 28,38 4524 159,41
10.Semedo 21,86 2862 130,92
Jumlah 87,35 44857 513,53
Sumber: Kecamatan Kedungbanteng dalam Angka 2010
Luas wilayah Kecamatan Kedungbanteng tahun 2010 adalah 87,35
ha dan jumlah penduduknya sebesar 44.136 jiwa, sehingga kepadatan
penduduk aritmatika pada saat penelitian adalah 513,53 jiwa/km2
atau 514
jiwa/km2. Kepadatan penduduk tersebut artinya setiap 1 km
2 luas wilayah di
Kecamatan Kedungbanteng tahun 2010 terdapat 514 jiwa penduduk. Desa
Sumingkir memiliki kepadatan penduduk paling padat yaitu 2.291,45
jiwa/km2, berbeda dengan Desa Semedo yang memiliki tingkat kepadatan
penduduk jarang yaitu 130,92 jiwa/km2. Kepadatan penduduk di Kecamatan
Kedungbanteng pada tahun 2009 sebesar 531,23 jiwa/ km2, sedangkan pada
tahun 2010 yaitu 513,53 jiwa/km2. Hal ini berarti kepadatan penduduk di
65
Kecamatan Kedungbanteng semakin padat dengan mengalami kenaikan
17,7 jiwa/km2.
3) Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Tabel 4.7. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan
Kedungbanteng
Desa/ Kelurahan
Tingkat Pendidikan
Jumlah Tidak
Tamat
SD
Tamat
SD/
SLTP
Tamat
SLTA
Tamat
AK/ PT
1. Penujah 301 436 30 2 769
2. Karanganyar 816 1018 150 30 2014
3. Tonggara 356 617 307 142 1422
4. Kedungbanteng 759 1076 210 20 2065
5. Dukuhjati Wetan 338 418 61 13 830
6. Sumingkir 307 605 41 4 957
7. Margamulya 442 467 57 7 973
8. Kebandingan 416 985 89 30 1520
9. Kebandingan 560 598 79 11 1248
10.Semedo 395 326 21 3 745
Jumlah 4.690/
37,39%
6.546/
52,19%
1.045/
8,33%
262/
2,09%
12.543/
100%
Sumber: BPPKB Kecamatan Kedungbanteng Tahun 2010
Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan formal dapat
disajikan pada Tabel 4.7. Jumlah penduduk di Kecamatan Kedungbanteng
yang tidak tamat sekolah, tamat SD/SMP, tamat SLTA dan tamat AK/PT
adalah 12.543 jiwa. Tingkat pendidikan formal penduduk Kecamatan
Kedungbanteng pada tahun 2010 yang paling tinggi (52,19%) adalah
penduduk yang telah tamat SD SLTP (6.546 jiwa) dan paling rendah
(2,09%) adalah tamat AK/PT (262 jiwa). Jumlah penduduk yang tidak tamat
SD sebesar 4.690 jiwa (37,39%), sisanya 1.045 jiwa (8,33%) memiliki
tingkat pendidikan tamat SLTA.
66
4) Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Tabel 4.8.Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan
Kedungbanteng Tahun 2010
Desa/ Kelurahan Mata Pencaharian
Pertanian Pertambangan Industri Pedagang PNS
1. Penujah 362 - 4 4 1
2. Karanganyar 1738 1 28 103 57
3. Tonggara 882 9 49 176 49
4. Kedungbanteng 1658 3 32 98 20
5. Dukuhjati
Wetan
697 3 35 22 28
6. Sumingkir 881 - 14 29 28
7. Margamulya 786 48 33 32 25
8. Kebandingan 957 12 27 86 51
9. Kebandingan 688 - 35 79 27
10.Semedo 361 - 4 12 16
Jumlah 9010/
87,39%
76/
0,73%
261/
2,53%
641
6,22%
313/
3,04
Sumber: BPPKB Kecamatan Kedungbanteng Tahun 2010
Penduduk di Kecamatan Kedungbanteng pada tahun 2010 bekerja di
bidang pertanian, industri, perdagangan dan jasa. Jumlah penduduk di
Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal tahun 2010 mayoritas bekerja
di bidang pertanian yaitu 9.010 jiwa (87,39%). Penduduk di Kecamatan
Kedungbanteng 261 jiwa (2,53%) bekerja di bidang industri, 313 jiwa
(3,04%) bekerja sebagai PNS dan 641 jiwa (6,22%) bekerja sebagai
pedagang, serta 76 jiwa (0,73%) bekerja di bidang pertambangan.
B. Pelaksanaan Program Wajib Belajar 9 Tahun
Program wajib belajar 9 tahun merupakan suatu gerakan nasional yang
dilaksanakan di seluruh Indonesia bagi warga negara Indonesia yang berusia 7-15
tahun untuk mengikuti pendidikan dasar. Pendidikan dasar merupakan pendidikan
minimum yang berlaku untuk semua warganegara, tanpa kecuali. Pendidikan
67
dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain
yang sederajat serta sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah
(MTs), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan dasar berlangsung 9 tahun
yaitu 6 tahun di sekolah dasar (SD) dan 3 tahun di Sekolah Menengah Pertama
(SMP) atau sederajat.
Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar
kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi,
anggota masyarakat, warga negara, serta mempersiapkan peserta didik untuk
mengikuti pendidikan menengah. Pendidikan dasar diselenggarakan dengan
memberikan pendidikan, meliputi penumbuhan keimanan dan ketakwaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, pembangunan watak dan kepribadian, serta pemberian
pengetahuan dan ketrampilan dasar. Pendidikan dasar juga berusaha memberikan
kesanggupan pada peserta didik bagi perkembangan kehidupannya, baik untuk
pribadi atau masyarakat. Oleh karena itu, setiap warga negara harus diberikan
kesempatan seluas-luasnya untuk memperoleh pendidikan dasar. Program
pendidikan dasar dapat diberikan melalui pendidikan sekolah maupun pendidikan
luar sekolah.
Penanggung jawab dalam pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun
adalah Kepala Dinas Pendidikan Kecamatan Kedungbanteng. Pengawas
pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun adalah dari pihak atau aparat yang
terkait dalam program ini, seperti: kantor Camat dan dari pihak Dinas Pendidikan.
Dalam rangka mendukung program pemerintah tersebut diperlukan adanya
dukungan dan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu,
68
untuk mengetahui berjalan atau tidaknya program wajib belajar 9 tahun di
Kecamatan Kedungbanteng diperlukan adanya partisipasi dari masyarakat
terutama dukungan dari orang tua dalam menyekolahkan anaknya yang berumur
7-15 tahun.
1. Tingkat Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni
(APM) di Kabupaten Tegal
Angka Partisipasi Kasar (APK) yaitu indikator yang digunakan untuk
mengukur proporsi anak sekolah pada satu jenjang pendidikan tertentu dalam
kelompok umur yang sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut. APK
memberikan gambaran secara umum tentang banyaknya anak yang sedang/
telah menerima pendidikan dasar dan menengah. Target kriteria penentuan
Wajar Dikdas berdasarkan APK yaitu persentase perbandingan antara jumlah
anak yang bersekolah di suatu daera dibandingkan dengan jumlah keseluruhan
penduduk usia sekolah pada jenjang tersebut (SMP/ MTs = 13-15 tahun, SD/
MI = 7-12 tahun). APM adalah persentase perbandingan antara jumlah anak
yang bersekolah di sekolah pada suatu daerah dengan usia sekolah jenjang
tertentu (SMP/ MTs = 13-15 tahun, SD/ MI = 7-12 tahun) dibandingkan
dengan jumlah keseluruhan penduduk usia sekolah pada jenjang tersebut.
APK dan APM setiap daerah berbeda-beda tergantung dari
karakteristik dari kondisi wilayah tersebut. Pemerintah pada tahun 2011
menargetkan tingkat SD mencapai APK sebesar 95%, sedangkan untuk tingkat
SMP mencapai APM sebesar 95%. Tingkat APK dan APM di Indonesia secara
keseluruhan dapat dikatakan tuntas yaitu 96%.
69
Tabel 4.9. Data APK/APM Siswa SD/MI dan SMP/ MTs di Kabupaten Tegal
Tahun 2011
No. Kecamatan
APK APM
SD/
MI
SMP/
MTs
SD/
MI dan
SMP/
MTs
SD/
MI
SMP/
MTs
SD/ MI
dan
SMP/
MTs
1. Kec. Margasari 124,88 54,23 105,00 115,33 51,80 97,46
2. Kec. Bumijawa 108,25 99,51 106,49 103,85 84,78 100,01
3. Kec. Bojong 132,84 80,83 120,26 124,03 70,70 111,12
4. Kec. Balapulang 108,28 59,37 93,71 100,18 53,59 86,30
5. Kec.
Pagerbarang
101,87 48,69 84,11 91,76 37,41 73,61
6. Kec. Lebaksiu 84,55 63,89 79,41 69,79 51,31 65,18
7. Kec. Jatinegara 91,11 86,03 89,79 78,14 77,70 78,02
8. Kec.
Kedungbanteng
109,93 70,76 93,86 101,57 69,07 91,02
9. Kec. Pangkah 108,46 87,72 102,21 93,13 66,49 85,10
10. Kec. Slawi 89,94 119,88 93,54 71,44 104,55 79,59
11. Kec. Dukuhwaru 66,30 114,87 74,68 56,46 96,50 63,47
12. Kec. Adiwerna 128,20 144,87 133,27 115,64 135,88 121,80
13. Kec. Dukuhturi 115,53 107,06 113,60 99,86 87,44 97,03
14. Kec. Talang 206,42 161,40 192,72 190,59 139,20 174,95
15. Kec. Tarub 79,41 92,74 82,80 67,78 72,03 68,86
16. Kec. Kramat 123,42 89,26 115,18 104,86 81,12 99,14
17. Kec. Suradadi 121,35 106,50 118,69 98,29 82,45 95,44
18. Kec. Warureja 96,17 124,41 102,38 74,37 113,36 82,94
Jumlah 109,55 95,07 105,65 95,81 86,12 92,84
Sumber: Dinas Dikpora Kabupaten Tegal
69
70
Kabupaten Tegal terdiri dari 18 kecamatan yang tersebar dalam
berbagai wilayah. Tabel 4.9. menunjukkan data APK dan APM Siswa SD/MI
dan SMP/MTs Kabupaten Tegal Tahun 2011, secara keseluruhan tingkat APK
dan APMnya di tingkat Kabupaten dinyatakan tuntas. Tingkat APK dan APM
paling tinggi di Kabupaten Tegal adalah Kecamatan Talang, sedangkan tingkat
APK dan APM paling rendah adalah Kecamatan Dukuhwaru. Dinas Dikpora
Kabupaten Tegal mengungkapkan bahwa Kecamatan Lebaksiu dan Kecamatan
Talang merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Tegal yang setiap tahun
mengalami tingkat APK dan APM naik turun. Kecamatan Dukuhwaru setiap
tahun berada pada posisi paling rendah apabila dibandingkan dengan
kecamatan-kecamatan lain yang berada di Kabupaten Tegal.
Tingkat APK dan APM pada jenjang SD/MI, SMP/MTs, SD/MI dan
SMP/MTs di Kabupaten Tegal tahun 2011 memiliki nilai pencapaian berbeda.
a. Tingkat SD/MI
APK = 109,55%, artinya Pada tahun 2011 10% anak kurang dari 7 tahun
dan lebih dari 12 tahun di Kabupaten Tegal duduk di bangku SD. APK
tersebut dapat dikategorikan kategori Tuntas Paripurna.
%, artinya 96% anak di Kabupaten Tegal tahun 2011 pada
kelompok umur 7-12 tahun telah memperoleh pendidikan di tingkat SD/MI.
b. Tingkat SMP/MTs
APK = %, artinya % anak di Kabupaten Tegal pada tahun 2011
untuk siswa di jenjang pendidikan SMP/ MTs telah memperoleh pendidikan
di SMP/MTs. APK tersebut dapat dikategorikan Tuntas Paripurna.
71
86% anak di Kabupaten Tegal tahun 2011 pada
kelompok umur 13-15 tahun telah memperoleh pendidikan di tingkat
SMP/MTs.
c. Tingkat SD/MI dan SMP/MTs
artinya 106% anak di Kabupaten Tegal Tahun 2011 untuk
jenjang pendidikan SD/ MI dan SMP/MTs telah memperoleh pendidikan di
SD/ MI dan SMP/MTs. APK tersebut dapat dikategorikan Tuntas Paripurna.
APM = 92,84%, artinya 93% anak di Kecamatan Kedungbanteng umur 7-15
tahun telah memperoleh pendidikan di SD/ MI dan SMP/MTs.
Tingkat APK dan APM pada jenjang SD dan SMP yang paling tinggi
tinggi terjadi di Kecamatan Talang. Tingkat APK SD di Kecamatan Talang
tahun 2011 sebesar 206,42%, sedangkan tingkat APK SMP SMP sebesar
161,40%. Tingkat APM SD di Kecamatan Talang tahun 2011 sebesar 190,59%
dan tingkat APM SMP sebesar 139,20%. Berbanding terbalik dengan
Kecamatan Dukuh Waru karena Kecamatan ini memiliki tingkat APK SD dan
APM SD paling rendah. Tingkat APK SD sebesar 66,30% dan tingkat APM
SD sebesar 56,46%. Tingkat APK SMP dan APM SMP paling rendah terjadi di
Kecamatan Pagerbarang. Tingkat APK SMP sebesar 48,69% dan APM SMP
sebesar 37,41%. Peta pencapaian APK dan APM di Kabupaten Tegal tahun
2011 dapat disajikan pada Gambar 4.2.
71
73
Tinggi rendahnya APK dan APM pada suatu wilayah dapat
dikarenakan oleh beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi perhitungan
APK dan APM, antara lain: jumlah penduduk antara satu wilayah dengan yang
lain berbeda sehingga memungkinan perbedaan dalam perhitungan. Jumlah
usia anak sekolah yang ikut berpartisipasi sekolah pada suatu wilayah juga
memberikan sumbangan dalam penghitungan data tersebut. Semakin tinggi
tingkat APK dan APM pada suatu wilayah, maka semakin baik kualitas
Sumber Daya Manusianya.
Kecamatan Kedungbanteng merupakan salah satu Kecamatan di
Kabupaten Tegal yang berada di bagian selatan kota Kabupaten Tegal. Tabel
4.8. menunjukkan bahwa tingkat APK dan APM tahun 2011 baik pada jenjang
SD/MI maupun SMP/MTs di Kecamatan Kedungbanteng termasuk pada urutan
ke 10. Urutan sebelum Kecamatan Kedungbanteng adalah Kecamatan
Balapulang, sedangkan setelah Kecamatan Kedungbanteng adalah Kecamatan
Suradadi. Karakteristik kedua kondisi wilayah tersebut hampir sama dengan
wilayah di Kecamatan Kedungbanteng.
Perbandingan antara tingkat APK dan APM pada jenjang SD, SMP,
SD dan SMP di Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa
Tengah dan Indonesia tahun 2007-2011 dapat disajikan pada Tabel 4.10. Setiap
tahun Kecamatan Kedungbanteng memiliki tingkat APK dan APM yang lebih
rendah apabila dibandingkan dengan tingkat APK dan APM di Kabupaten
Tegal. Selama periode 5 tahun (2007-2011) tingkat APK dan APM pada
jenjang SD, SMP, SD dan SMP selalu mengalami kenaikan.
74
Tabel 4.10. Tingkat APK dan APM pada Jenjang SD, SMP, SD dan SMP di
Indonesia, Jawa Tengah, Kabupaten Tegal dan Kecamatan
Kedungbanteng Tahun 2007-2011
No Tahun Lokasi
APK (%) APM (%)
SD/MI SMP/
MTs
SD/MI
&SMP
/MTs
SD/MI SMP/
MTs
SD/MI
&SMP
/MTs
1. 2007
Indonesia 112,19 86,37 59,46 93,78 66,90 44,48
Jawa Tengah 114,08 87,64 56,91 94,78 69,17 44,11
Kab. Tegal 109,09 85,99 97,54 95,22 79,33 87,28
Kec.Kedungbanteng 104,11 51,89 78,00 100,72 61,33 81,03
2. 2008
Indonesia 111,12 86,86 59,06 93,99 67,39 44,97
Jawa Tengah 111,58 88,07 58,72 95,14 69,68 44,39
Kab. Tegal 109,11 86,07 97,59 95,71 81,56 88,64
Kec.Kedungbanteng 104,43 52,37 78,40 101,01 62,66 81,84
3. 2009
Indonesia 110,42 81,25 62,55 94,37 67,43 45,11
Jawa Tengah 112,02 80,42 60,85 95,63 69,67 44,53
Kab. Tegal 109,41 92,23 100,82 95,73 85,63 90,68
Kec.Kedungbanteng 104,79 68,09 86,44 101,36 66,51 83,94
4. 2010
Indonesia 111,68 80,59 62,85 94,76 67,73 45,59
Jawa Tengah 113,19 80,60 61,61 95,93 69,92 45,00
Kab. Tegal 109,56 94,56 102,06 95,77 85,79 90,78
Kec.Kedungbanteng 104,90 70,05 87,48 101,53 68,02 84,78
5. 2011
Indonesia 112,70 79,67 63,45 94,89 69,57 44,32
Jawa Tengah 114,72 80,72 62,34 95,40 70,25 46,01
Kab. Tegal 109,55 95,07 102,31 95,81 86,12 90,96
Kec.Kedungbanteng 104,93 70,76 93,86 101,57 69,07 91,02
Sumber: Badan Pusat Statistik – Republik Indonesia Survey Sensus Nasional
(BPS-RI Susenas) Tahun 2007-2011
74
75
Tingkat APK di Indonesia secara keseluruhan dapat dikatakan tuntas
yaitu telah mencapai > 95% pada jenjang SD. Setiap tahun tingkat APK di
Indonesia mengalami kenaikan. Tahun 2007-2009 tingkat APK SD mengalami
penurunan sebesar 1,77%, sedangkan tahun 2010-2011 mengalami kenaikan
sebesar 1,02%. Tingkat APK SMP mengalami penurunan sebesar 7.97%.
Tingkat APM di Indonesia maupun di Jawa Tengah lebih rendah apabila
dibandingkan dengan tingkat pencapaian APK pada daerah tersebut.
Perbandingan tingkat pencapaian APK dan APM di Indonesia dan Jawa
Tengah tidak begitu jauh. Tingkat APK dan APM di Jawa Tengah selalu lebih
tinggi dibandingkan dengan di Indonesia.
Tingkat APK SD dan SMP paling tinggi terjadi pada tahun 2011 yaitu
102,31% di Kabupaten Tegal dan 93,86% di Kecamatan Kedungbanteng,
sedangkan Tingkat APK SD dan SMP paling rendah terjadi pada tahun 2007
yaitu 97,54% di Kabupaten Tegal dan 78,00% di Kecamatan Kedungbanteng.
Tingkat APM SD dan SMP paling tinggi terjadi pada tahun 2011 yaitu di
Kabupaten Tegal 90,96% dan di Kecamatan Kedungbanteng 91,02%,
sedangkan Tingkat APM SD dan SMP paling rendah terjadi pada tahun 2007
yaitu di Kabupaten Tegal 80,28% dan di Kecamatan Kedungbanteng 81,03%.
Kabupaten Tegal merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah
yang memiliki tingkat APK dan APM meningkat setiap tahunnya. Hal tersebut
dapat diamati pada tabel 4.10. Tabel menyatakan APK SD/ MI tahun 2007-
2011 telah tuntas dengan mengalami kenaikan, sedangkan APK SMP/ MTs
dari tahun 2007-2011 telah tuntas dengan mengalami kenaikan sebesar 9,08%.
76
Tingkat APM SD/MI tahun 2007-2011 mengalami kenaikan hingga 0,59%
dan APM SMP/ MTs tahun 2007-2011 setiap tahun mengalami kenaikan.
Tingkat APM SMP/ MTs belum mencapai target pemerintah yaitu 86,12%.
Gambar 4.3.Grafik Tingkat APK dan APM di Kec. Kedungbanteng,
Kab.Tegal, Provinsi Jawa Tengah dan Indonesia Tahun 2007-
2011
Tingkat APK pada jenjang SD/MI tahun 2007-2011 di Kecamatan
Kedungbanteng mengalami kenaikan setiap tahunnya. Kenaikan APK SD/MI
selama 5 tahun adalah 0,82%. APK SMP/MTs di Kecamatan Kedungbanteng
pada tahun 2007-2011 setiap tahun mengalami peningkatan sebesar 18,87%.
Tingkat APK SD/MI tahun 2007-2011 mengalami peningkatan sebesar 0,85%.
Tingkat APM SMP/MTs selama 5 tahun mengalami kenaikan sebesar 7,74.
Peta Pencapaian APK dan APM di Kecamatan Kedungbanteng dapat disajikan
pada Gambar 4.4.
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
Ind
on
esia
Jaw
a T
engah
Kab
. T
egal
Kec
. K
edu
ngb
ante
ng
Ind
on
esia
Jaw
a T
engah
Kab
. T
egal
Kec
. K
edu
ngb
ante
ng
Ind
on
esia
Jaw
a T
engah
Kab
. T
egal
Kec
. K
edu
ngb
ante
ng
Ind
on
esia
Jaw
a T
engah
Kab
. T
egal
Kec
. K
edu
ngb
ante
ng
Ind
on
esia
Jaw
a T
engah
Kab
. T
egal
Kec
. K
edu
ngb
ante
ng
2007 2008 2009 2010 2011
An
gk
a P
art
isip
asi
(%
)
Tahun
Grafik Tingkat APK dan APM di Kec.
Kedungbanteng, Kab. Tegal, Provinsi Jawa Tengah dan
Indonesia Tahun 2007-2011
APK SD
APK SMP
APK SD dan SMP
APM SD
APM SMP
APM SD dan SMP
77
76
78
2. Perbandingan Antara Jumlah Penduduk Usia 7-15 Tahun yang Sekolah
dan Tidak Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal
Tahun 2010
Tabel 4.10.Penduduk Menurut Kelompok Umur Usia Sekolah (7-15 Tahun)
dan Jenis Kelamin di Kecamatan Kedungbanteng Tahun 2010
Desa/Kelurahan Sekolah Tidak Sekolah Jumlah
Laki-
Laki
Perempuan Laki-
Laki
Perempuan Laki-
Laki
Perempuan
1. Penujah 193 193 37 28 230 221
2. Karanganyar 657 562 82 71 739 633
3. Tonggara 453 379 28 24 481 403
4. Kedungbanteng 500 517 50 37 550 554
5. Dukuhjati Wetan 196 226 19 9 215 235
6. Sumingkir 283 245 33 26 316 271
7. Margamulya 361 311 26 36 387 347
8. Kebandingan 520 453 43 25 563 478
9. Karangmalang 380 391 43 31 423 422
10. Semedo 260 233 40 33 300 266
Jumlah 2010 3803 3510 401 320 4204 3830
Sumber: BPPKB Kecamatan Kedungbanteng Tahun 2010
Pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun di Kecamatan
Kedungbanteng perlu diketahui jumlah penduduk usia 7-15 tahun baik yang
sekolah maupun yang tidak sekolah. Tabel 4.11. menunjukkan jumlah
penduduk usia 7-15 tahun yang sekolah dan tidak sekolah berdasarkan jenis
kelamin laki-laki dan perempuan. Perbandingan antara jumlah penduduk usia
sekolah laki-laki dan perempuan mayoritas lebih banyak usia sekolah jenis
kelamin laki-laki.
Grafik jumlah penduduk di Kecamatan Kedungbanteng yang sekolah
dan tidak sekolah dapat dilihat pada gambar 4.1. Penduduk usia 7-15 tahun
yang sekolah sebesar 6.813 jiwa dengan memiliki 3.803 penduduk laki-laki dan
3.510 penduduk perempuan. Sedangkan penduduk usia 7-15 yang tidak
sekolah sebesar 721 jiwa dengan memiliki 401 penduduk laki-laki dan 320
79
penduduk perempuan. Dari 10 desa yang berada di Kecamatan Kedungbanteng
terdapat desa yang memiliki penduduk usia 7-15 tahun yang tidak sekolah
paling banyak yaitu Desa Karanganyar dengan memiliki 82 penduduk laki-laki
dan 71 penduduk perempuan. Banyaknya penduduk yang tidak sekolah di desa
tersebut dapat dikarenakan oleh berbagai faktor.
Gambar 4.5.Grafik Jumlah Penduduk Usia 7-15 Tahun yang Sekolah dan Tidak
Sekolah Menurut jenis Kelamin di Kecamatan Kedungbanteng
Tahun 2010
Pada gambar 4.5 menunjukan bahwa masih terdapat penduduk usia 7-
15 tahun di Kecamatan Kedungbanteng yang tidak sekolah. Perbandingan
antara penduduk usia 7-15 tahun yang sekolah dengan penduduk usia 7-15
tahun yang tidak sekolah adalah 9 : 1. Usia sekolah di Kecamatan
Kedungbanteng tahun 2011 adalah 6.813 (90% ) penduduk usia 7-15 tahun
yang sekolah dan 721 (10%) penduduk usia 7-15 tahun di Kecamatan
Kedungbanteng yang tidak sekolah. Hal itu, menunjukkan masih terdapat
0
100
200
300
400
500
600
700
J
i
w
a
Desa
Grafik Jumlah Penduduk Usia 7-15 Tahun yang Sekolah
dan Tidak Sekolah Menurut jenis Kelamin di Kecamatan
Kedungbanteng Tahun 2010
Jumlah Penduduk Laki-
Laki Usia 7-15 Tahun yang
SekolahJumlah Penduduk
Perempuan Usia 7-15
Tahun yang SekolahJumlah Penduduk Laki-
Laki Usia 7-15 Tahun yang
Tidak SekolahJumlah Penduduk
Perempuan Usia 7-15
Tahun yang Tidak Sekolah
80
penduduk yang belum melaksanakan program pembangunan pemerintah yaitu
belum melaksanakan program wajib belajar 9 tahun.
Gambar 4.6.Diagram Perbandingan Antara Jumlah Penduduk Usia 7-15 Tahun
yang Sekolah dan Tidak Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng
Tahun 2010
3. Sarana dan Prasarana Pendidikan di Kecamatan Kedungbanteng
Kabupaten Tegal tahun 2010
Keberadaan sarana pendidikan sangat penting agar masyarakat dapat
memperoleh pelayanan pendidikan dengan mudah. Ketersediaan sarana dan
prasarana layanan pendidikan dapat memenuhi standar pelayanan minimal, masih
dapat menampung semua lulusan SD yang akan melanjutkan pendidikannya ke
jenjang SMP, kecuali disebagian kecil wilayah kecamatan. Data BPS pada bidang
pendidikan dapat digambarkan pada tabel 4.11. Tabel tersebut menjelaskan bahwa
Jumlah SD Negeri yang berada di Kecamatan Kedungbanteng pada tahun 2011
berjumlah 24 unit yang terdiri dari 1 unit SMP Negeri di Kecamatan
Kedungbanteng yang berada di Desa Kebandingan dan 1 SMP Swasta yang
berada di Desa Tonggara. Peta persebaran sekolah disajikan pada Gambar 4.7.
90%
10%
Diagram Perbandingan Antara Jumlah Penduduk Usia
7-15 Tahun yang Sekolah dan Tidak Sekolah di
Kecamatan Kedungbanteng Tahun 2010
Jumlah Penduduk Usia 7-15
Tahun yang Sekolah
Jumlah Penduduk Usia 7-15
Tahun yang Tidak Sekolah
82
Tabel 4.12.Banyaknya SD dan SMP Menurut Statusnya di Kecamatan
Kedungbanteng Tahun 2010
Desa/ Kelurahan SD SMP
Negeri Swasta Negeri Swasta
1. Penujah 1 - - -
2. Karanganyar 5 - - -
3. Tonggara 3 - - 1
4. Kedungbanteng 4 - - -
5. Dukuhjati Wetan 2 - - -
6. Sumingkir 2 - - -
7. Margamulya 2 - - -
8. Kebandingan 2 - 1 -
9. Karangmalang 2 - - -
10.Semedo 1 - - -
Jumlah 2010 24 - 1 1
Sumber: Kecamatan Kedungbanteng dalam Angka 2010
Tabel 4.12. menunjukkan banyaknya sekolah di Kecamatan
Kedungbanteng secara rinci. Banyaknya sekolah pada suatu daerah dapat
membawa pengaruh terhadap kondisi anak untuk sekolah. Jarak dari rumah
menuju ke sekolah memberikan pengaruh kepada anak untuk sekolah. Selain
itu, aksesibilitas yang memadai juga membawa pengaruh bagi anak untuk
sekolah. Semakin dekat jarak yang ditempuh anak untuk sekolah dan
tersedianya fasilitas transportasi yang memadai dapat memberikan motivasi
kepada anak untuk berangkat sekolah. Keberadaan sekolah yang tersedia di
Kecamatan Kedungbanteng dapat dianalisis.
a) Desa Penujah
Desa Penujah terletak paling selatan di Kecamatan Kedungbanteng.
Desa ini berbatasan dengan Kecamatan Pangkah dan Kecamatan Jatinegara.
Desa Penujah memiliki 415 anak usia sekolah yang terdiri dari 386 anak
yang sekolah dan 65 anak yang tidak sekolah. Daerah ini memiliki fasilitas
pendidikan yaitu terdapat 1 SD. Penelitian menunjukkan bahwa masih
83
terdapat anak yang tidak sekolah di desa Penujah dapat dikarenakan oleh
beberapa faktor, antara lain: keadaan ekonomi orang tua dan jarak yang
digunakan anak untuk sekolah. Pendapatan yang diperoleh orang tua dapat
berpengaruh terhadap kondisi anak untuk sekolah. Anak membutuhkan dana
untuk keperluan sekolah, seperti: peralatan sekolah, buku, alat-alat tulis,
pakaian dan lain-lain.
Desa Penujah hanya memiliki 1 SD sedangkan penduduk yang ada
pada daerah sekitar membutuhkan lebih dari 1 SD dan membutuhkan SMP.
Jarak yang digunakan anak dari rumah menuju ke sekolah berpengaruh
terhadap keadaan anak. Anak usia sekolah yang berada di daerah tersebut
akan mencari sekolah di luar desa tersebut atau mencari sekolah yang lebih
dekat. Mereka akan melanjutkan SMP ke Kecamatan Pangkah atau
Kecamatan Jatinegara karena sekolah tersebut jaraknya lebih dekat dan
memiliki fasilitas sekolah yang lebih baik. Jarak dapat mempengaruhi anak
untuk berangkat sekolah. Kondisi jalan yang berbatu menjadikan fasilitas
transportasi yang melintasi di daerah ini hanya 1 jenis kendaraan umum.
Masyarakat dapat memanfaatkan fasilitastersebut untuk melakukan aktivitas
sehari-hari.
b) Desa Tonggara
Desa Tonggara terletak di sebelah selatan Kecamatan Jatinegara
dengan memiliki obyek wisata waduk cacaban. Daerah ini memiliki 3 SD
dan 1 SMP swasta, sedangkan jumlah anak usia sekolahnya yaitu 823 anak
yang sekolah dan 52 anak yang tidak sekolah. Daerah ini meskipun
84
memiliki 3 SD dan 1 SMP, namun masih terdapat anak yang tidak sekolah.
Faktor yang mempengaruhi anak tidak sekolah, antara lain: keadaan
ekonomi orang tua anak usia sekolah dan pendidikan orang tua tentang
pendidikan masih rendah. Pekerjaan yang dilakukan orang tua akan
berpengaruh terhadap pendapatan yang dipeoleh orang tua. Pekerjaan yang
dilakukan oleh orang tua lebih didominasi bekerja sebagai buruh sehingga
pendapatan yang diperoleh tidak pasti, kalaupun mendapatkan upah hanya
sedikit.
Pendidikan orang tua yang rendah dapat mempengaruhi anak untuk
sekolah. Pendidikan terakhir yang telah ditempuh oleh orang tua adalah
tamat SMP. Pendidikan yang rendah dapat mempengaruhi cara berpikir
orang tua dalam mendidik anaknya. Orang tua menganggap bahwa anak
tidak perlu sekolah terlalu tinggi, sehingga hal tersebut dapat memberikan
motivasi kepada anak agar tidak sekolah. Banyaknya sekolah yang ada di
desa Tonggara tidak dapat memberikan sumbangan 100% kepada anak usia
sekolah agar mengikuti program wajib belajar 9 tahun. Faktor lain yang
dapat mempengaruhi anak tidak sekolah adalah fasilitas sekolah yang
kurang memadai. SMP yang berada di desa Tonggara adalah SMP swasta
sehingga anak usia sekolah lebih berpikir untuk melanjutkan sekolah di
tempat lain atau tidak usah sekolah.
Transportasi umum yang melewati Desa Tonggara terdapat 2 jenis
yaitu kendaraan yang menuju ke objek wisata waduk cacaban dan kendaraan
yang menuju kota kecamatan. Fasilitas tersebut dapat dimanfaatkan oleh
85
masyarakat sekitar. Transportasi umum juga melewati sekolah-sekolah yang
ada di desa Tonggara. Kondisi jalan yang beraspal memudahkan transportasi
umum untuk melewatinya.
c) Desa Karanganyar
Desa Karanganyar terletak di sebelah timur Kecamatan Pangkah dan
sebelah barat desa Tonggara. Daerah ini memiliki 1372 anak usia sekolah
yang terdiri dari 1219 anak sekolah dan 153 anak yang tidak sekolah.
Dilihat dari sarana pendidikannya, daerah ini memiliki 5 SD. Sekolah
tersebut mampu untuk menampung anak usia sekolah di desa Karanganyar,
apabila anak akan melanjutkan ke SMP maka mereka dapat melanjutkan
sekolah di sekolah terdekat. Masih terdapatnya anak yang tidak sekolah di
Desa Karanganyar dapat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi orang tua dan
lingkungan keluarga.
Tingkat pendapatan yang diperoleh oleh orang tua di desa
Karanganyar rendah sehingga orang tua tidak dapat menyekolahkan
anaknya. Keadaan lingkungan sekitar juga memberikan dampak bagi anak
untuk tidak sekolah. Masih banyak anak yang tidak sekolah di daerah ini
sehingga menimbulkan anak usia sebaya di daerah ini juga tidak sekolah.
Aktivitas anak yang tidak sekolah di daerah ini lebih dominan bekerja.
Mereka lebih senang bekerja daripada sekolah, karena dengan bekerja maka
mereka akan mendapatkan penghasilan sendiri.
Aksesibilitas di daerah ini dapat dikatakan mudah karena transpotasi
umum dapat melewati tempat ini. Kondisi jalan yang beraspal dan
86
berlubang menjadikan tidak hanya transportasi umum saja yang melintas,
namun delman dapat juga dijadikan alternatif dalam melakukan aktivitas
sehari-hari. Letak sekolah di daerah ini tersebar secara merata, diharapkan
semua anak usia sekolah dapat memperoleh pendidikan.
d) Desa Kedungbanteng
Desa Kedungbanteng terletak di sebelah barat Kecamatan Jatinegara
dan sebelah timur Kecamatan Pangkah. Daerah ini memiliki 1104 usia
sekolah yang terdiri dari 1017 anak sekolah dan 87 anak tidak sekolah.
Sarana pendidikan di daerah ini terdapat 4 SD. Anak yang tidak sekolah di
daerah ini dapat dikarenakan oleh faktor kondisi ekonomi keluarga. Dana
yang sedikit menjadikan anak tidak dapat melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang tinggi.
Letak Desa Kedungbanteng menjadi pusat dari kota Kecamatan
Kedungbanteng. Daerah ini diharapkan dapat menjadi penghubung antar
desa, sehingga ketika masyarakat akan melakukan aktivitas di Kantor
Kecamatan mudah. Kondisi jalan yang beraspal memudahkan transportasi
umum untuk melewatinya. SD di desa Kedungbanteng juga dilewati oleh
transportasi umum karena dekat dengan jalan. Transportasi umumyang
melewati daerah ini 1 jenis transportasi umum.
e) Desa Dukuhjati Wetan
Desa Dukuhjati Wetan terletak di sebelah barat Desa Karangmalang
dan di sebelah timurnya berbatasan dengan Kecamatan Kedungbanteng.
Desa ini memiliki 450 anak usia sekolah yang terdiri dari 422 anak sekolah
87
dan 28 anak tidak sekolah. Daerah ini memiliki 2 SD, adanya sarana
pendidikan tersebut diharapkan anak usia sekolah dapat menempuh sekolah.
Anak usia sekolah yang akan melanjutkan sekolah ke SMP maka dapat
melanjutkannya ke SMP terdekat, seperti: SMP Bhakti Praja atau SMP
Negeri 1 Kedungbanteng.Letak dari SMP tersebut tidak jauh dari desa
Dukuhjati Wetan sehingga anak usia sekolah dapat melanjutkannya.
Desa Dukuhjati Wetan masih memiliki jumlah penduduk usia
sekolah yang tidak mendapatkan sekolah. Faktor yang menunjukkan masih
terdapatnya anak usia sekolah yang tidak sekolah adalah faktor ekonomi
keluarga. Tingkat pendidikan orang tua yang rendah akan berrpengaruh
terhadap pekerjaan orang tua dan tingkat pekerjaan orang tua yang rendah
akan berpengaruh terhadap pendapatan yang diperoleh oleh orang tua.
Pendapatan yang rendah akan berpengaruh terhadap keadaan anak untuk
sekolah. Anak sekolah membutuhkan dana untuk kebutuhan sekolahnya.
f) Desa Sumingkir
Desa Sumingkir merupakan desa yang terletak sebelah barat desa
Karangmalang dan sebelah timur Kecamatan Pangkah. Desa ini dilewati
oleh 1 jenis transportasi umum yang menghubungkan antar desa di
Kecamatan Kedungbanteng. Kondisi jalan di tempat ini rusak karena ketika
hujan jalan menjadi berkubang air.
Sarana pendidikan di desa ini adalah 2 SD dengan memiliki 528
anak sekolah dan 59 anak tidak sekolah. Anak usia sekolah yang tidak
sekolah di daerah ini dikarenakan oleh rendahnya pendidikan orang tua.
88
Orang tua menganggap pendidikan yang tinggi tidak penting bagi anak.
Pendidikan yang rendah dari orang tua menjadikan anak tidak sekolah ke
jenjang yang lebih tinggi.
g) Desa Margamulya
Desa Margamulya memiliki sarana pendidikan yaitu terdapat 2 SD
dengan mempunyai 672 anak usia sekolah dan 62 anak usia sekolah yang
tidak sekolah. Masih terdapatnya anak yang tidak sekolah di tempat ini
dapat dikarenakan oleh kondisi ekonomi keluarga yang rendah. Orang tua
menginginkan anaknya untuk sekolah, namun mereka tidak mempunyai
dana untuk menyekolahkan anaknya.
Daerah ini termasuk dalam daerah dataran rendah. Kondisi jalan di
daerah ini baik dan beraspal. Aksesibilitas yang mudah menjadikan
transportasi umum dapat melewati di daerah ini. Transportasi umum yang
tersedia dapat dimanfaatkan masyarakat untuk melakukan aktivitas sehari-
hari. Letak sekolah yang dekat dengan jalan memudahkan anak untuk
berangkat sekolah.
h) Desa Kebandingan
Desa Kebandingan terletak paling selatan diantara desa-desa lain
yang berada di Kecamatan Kedungbanteng. Desa ini memiliki aksesibilitas
yang baik dan jalan yang beraspal sehingga transportasi umum dapat
melewatinya dengan mudah. Berdasarkan hal tersebut, di daerah ini juga
terdapat fasilitas sekolah yang mudah dijangkau oleh masyarakat. Daerah ini
89
memiliki 2 SD dan 1 SMP Negeri. Transportasi umum melewati sekolah
tersebut.
Desa ini memiliki 561 anak usia sekolah yang terdiri dari 973 anak
sekolah dan 68 anak tidak sekolah. Anak yang tidak sekolah di daerah ini
dapat dikarenakan oleh faktor ekonomi. Pendapatan yang rendah
menjadikan anak tidak dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
Letak sekolah di daerah ini tidak berpengaruh terhadap kondisi anak untuk
sekolah. Motivasi anak untuk sekolah yang rendah dapat berperan dalam
pendidikan.
i) Desa Karangmalang
Desa Karangmalang memiliki kondisi jalan yang rusak yaitu jalan
yang berbatu dan tidak beraspal. Daerah ini memiliki luas lahan yang sangat
luas baik lahan pertanian maupun non pertanian. Perjalanan menuju ke desa
Semedo dapat dilakukan dengan cara melewati daerah ini, karena daerah ini
sebelah barat berbatasan dengan desa Semedo. Tidak terdapat fasilitas
transportasi umum di daerah ini karena letaknya yang jauh dengan kota
kecamatan.
Sarana pendidikan di daerah ini terdapat 2 SD.Desa ini memiliki 842
anak usia sekolah yang terdiri dari 771 anak usia sekolah dan 71 anak tidak
sekolah. Anak yang tidak sekolah di daerah ini dapat dikarenakan keadaan
ekonomi di daerah ini yang rendah. Mata pencaharian yang dilakukan oleh
orang tua adalah sebagai petani, sehingga pendapatan yang mereka terima
tidak pasti.
90
j) Desa Semedo
Desa Semedo terletak di sebelah barat Desa Karangmalang. Desa ini
berbatasan dengan Kecamatan Warureja dan sebelah selatan berbatasan
dengan tanah perhutani. Jarak daerah ini ke ibu kota kecamatan terdekat
adalah 22 km dengan lama tempuh 1 jam. Jarak tempuh daerah ini ke ibu
kota kabupaten terdekat adalah 32 km dengan lama tempuh 1,5 jam, namun
apabila ditempuh dengan jalan kaki selama 7 jam.
Desa ini hanya memiliki 1 SD, sehingga anak usia sekolah dapat
sekolah di tempat tersebut. Namun, apabila anak usia sekolah akan
melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi maka dapat
melanjutkannya ke sekolah terdekat. Kondisi desa yang rusak dengan
panjang aspal 1,5 km/unit menjadikan anak susah untuk melakukan aktivitas
di luar desa. Selain itu, daerah ini tidak dilewati oleh fasilitas transportasi
sehingga masyarakat sulit melakukan aktivitas di luar desa.
C. Hambatan Pelaksanaan Program Wajib Belajar 9 Tahun
Angka Partisipasi Kasar (APK) baik pada tingkat SD/MI ataupun
SMP/MTs khususnya di Kecamatan Kedungbanteng sebagai objek penelitian
telah mencapai 93,86% yang termasuk dalam kategori Tuntas Utama. Walaupun
pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun di Kecamatan Kedungbanteng dapat
dikatakan tuntas, namun tidak sesuai dengan kriteria dari pemerintah pada tahun
2009 yaitu < 95%, hal ini berarti di Kecamatan Kedungbanteng terdapat sejumlah
masalah. Masalah tersebut dapat dikarenakan oleh beberapa hambatan, yaitu:
faktor eksternal yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan program wajib belajar
91
9 tahun. Faktor eksternal dari anak usia 7-15 tahun menjadikan anak tersebut tidak
sekolah. Hambatan yang mempengaruhi diantaranya karakteristik keluarga,
lingkungan keluarga, tingkat pendidikan orang tua, jenis pekerjaan orang tua,
tingkat pendapatan orang tua dan aksesibilitas.
1. Karakteristik Keluarga yang Mempunyai Anak Usia 7-15 Tahun yang
Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten
Tegal Tahun 2011
Tabel 4.13.Jumlah Anggota Keluarga yang Mempunyai Anak Usia 7-15 Tahun
yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng
Kabupaten Tegal pada Tahun 2011
No. Jumlah Anggota Keluarga Frekuensi Persentase (%)
1. 3 orang 6 8,33
2. 4 orang 11 15,28
3. 5 orang 16 22,22
4. 6 orang 7 9,72
5. 7 orang 15 20,83
6. 8 orang 6 8,33
7. 9 orang 3 4,17
8. 10 orang 4 5,56
9. 11 orang 1 1,39
10. 12 orang 3 4,17
Jumlah 72 100,00
Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2011
Besarnya jumlah tanggungan seorang kepala keluarga, semakin besar
kebutuhan hidup yang harus dipenuhi. Jadi, semakin besar jumlah keluarga
yang ada maka akan semakin besar kebutuhan hidupnya. Rata-rata jumlah
anggota keluarga yang mempunyai anak usia 7-15 tahun yang tidak
melanjutkan sekolah di Kecamatan Kedungbanteng terdapat 6 orang. Anggota
keluarga yang paling sedikit adalah anggota keluarga yang berisi 11 orang
hanya terdapat 1 orang yang memilih mencapai 1,39%, sedangkan anggota
92
keluarga yang paling banyak adalah anggota keluarga yang berjumlah lebih
dari 5 orang sebanyak 39 orang yang mencapai 22,22%.
Tabel 4.14. menjelaskan mengenai banyaknya orang tua yang
mempunyai anak usia 7-15 tahun yang tidak melanjutkan sekolah di
Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal pada tahun 2011. Jumlah anak di
Kecamatan Kedungbanteng pada tahun 2011 yang paling banyak adalah 3 anak
dan jumlah anak di Kecamatan Kedungbanteng pada tahun 2011 yang paling
rendah adalah 9 anak. Rata-rata anak yang dimiliki adalah 4 anak. Jumlah anak
yang mempunyai anak lebih dari 5 anak lebih besar dibandingkan dengan
jumlah anak lainnya. Banyaknya jumlah anak yang dimiliki oleh orang tua
menunjukan bahwa orang tua belum sadar akan pentingnya keluarga berencana
dan kebutuhan yang diperlukan tiap anggota keluarga, seperti: kesejahteraan
hidup yang lebih baik maupun kebutuhan sekolah yang diperlukan anak.
Tabel 4.14.Banyaknya Anak dari Orang Tua yang Memiliki Anak Usia 7-15
Tahun yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan
Kedungbanteng Kabupaten Tegal Tahun 2011
No. Jumlah Anak Frekuensi Persentase (%)
1. 1 anak 6 8,33
2. 2 anak 11 15,28
3. 3 anak 16 22,22
4. 4 anak 7 9,72
5. 5 anak 15 20,83
6. 6 anak 6 8,33
7. 7 anak 3 4,17
8. 8 anak 4 5,56
9. 9 anak 1 1,39
10. 10 anak 3 4,17
Jumlah 72 100,00
Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2011
93
2. Kondisi Lingkungan Keluarga yang Mempunyai Anak Usia 7-15 Tahun
yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng
Kabupaten Tegal Tahun 2011
Keutuhan keluarga dapat membawa dampak pada psikis anak dalam
menerima ataupun melakukan kegiatan belajar mengajar. Karena dengan
dukungan dan dorongan keluarga maka anak akan bersemangat untuk
melakukan aktivitasnya. Keluarga merupakan kelompok primer yang paling
penting di dalam masyarakat. Keluarga merupakan kelompok sosial yang
pertama dalam kehidupan manusia, tempat dimana ia belajar dan menyatakan
diri sebagai manusia sosial dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya.
Tabel 4.14. menunjukan dukungan keluarga terhadap anak usia 7-15
tahun yang tidak melanjutkan sekolah di Kecamatan Kedungbanteng
Kabupaten Tegal pada tahun 2011. Dukungan keluarga agar anak dapat
sekolah dapat dikategorikan tinggi yaitu 45,83%. Dukungan keluarga terhadap
anak usia 7-15 tahun yang tidak melanjutkan sekolah pada kriteria cukup
36,11% dan kriteria rendah 11,11% serta sisanya 9,72% pada kriteria rendah.
Tabel 4.15.Dukungan Keluarga terhadap Anak Usia 7-15 Tahun yang Tidak
Melanjutkan Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten
Tegal Tahun 2011
No. Klasifikasi Frekuensi Persentase (%)
1. Tinggi 33 45,83
2. Cukup 26 36,11
3. Rendah 7 9,72
4. Sangat Rendah 8 11,11
Jumlah 72 100,00
Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2011
Tabel 4.16. menunjukan pengaruh tempat tinggal anak usia 7-15 tahun
agar sekolah dikategorikan sangat rendah. Penggolongan kategori pada tabel
94
4.15. diperoleh dari survey hasil analisis penelitian tahun 2011. Kategori sangat
rendah sebanyak 38,89%, pada kategori rendah dan tinggi sebanyak 23,61%
serta pada kategori cukup sebanyak 13,89%. Sangat rendahnya tempat tinggal
anak dapat dikarenakan oleh lingkungan keluarga, dimana kegiatan sehari-hari
anak lebih didominasi dengan menganggur atau tidak melakukan kegiatan
positif.
Tabel 4.16.Pengaruh Tempat Tinggal Anak Usia 7-15 Tahun yang Tidak
Melanjutkan Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten
Tegal Tahun 2011
No. Klasifikasi Frekuensi Persentase (%)
1. Tinggi 16 23,61
2. Cukup 10 13,89
3. Rendah 17 23,61
4. Sangat Rendah 29 38,89
Jumlah 72 100,00
Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2011
Persepsi orang tua tentang pendidikan yaitu anggapan orang tua dalam
memandang fungsi pendidikan bagi anaknya. Oleh karena itu, pandangan
tersebut dapat diamati dari cara orang tua dalam menilai arti penting belajar
bagi anak-anaknya dan dapat pula dilihat dari cara memahami nilai fungsional
pendidikan bagi masa depan anaknya. Persepsi orangtua tentang pendidikan
anak merupakan suatu konsep pikir orangtua mengenai makna dan arti penting
proses pendidikan akan menentukan tinggi rendahnya tingkat partisipasi
orangtua dalam menyekolahkan anaknya. Disamping itu, keputusan orangtua
untuk melanjutkan atau tidak melanjutkan pendidikan anak akan berpengaruh
terhadap tinggi rendahnya siswa yang tidak sekolah.
Hasil penelitian tahun 2011 menyebutkan bahwa orang tua yang
memiliki anak usia 7-15 tahun yang tidak melanjutkan sekolah menganggap
95
bahwa pendidikan penting bagi anak untuk masa depan. Hal itu dapat dilihat
pada tabel 4.16. menunjukan tingkat kesadaran orang tua bahwa pendidikan
penting memberikan sumbangan sebesar 48,61%. Anggapan orangtua
mengenai pendidikan tidak penting memberikan sumbangan paling sedikit
yaitu mencapai 11,11%.
Masyarakat Kedungbanteng menganggap sekolah tidak penting,
buktinya dengan tidak sekolah saja orang dapat hidup mewah. Biaya sekolah
yang memberatkan masyarakat Kedungbanteng membuat mereka beranggapan
sekolah hanya untuk orang kaya. Pemerintah dirasa kurang adil dalam
pemerataan pendidikan di wilayah Kecamatan Kedungbanteng. Dengan
bersekolah anak-anak juga tidak dapat membantu orang tua mencari nafkah.
Hal ini sangat berpengaruh dalam pendapatan keluarga.
Tabel 4.17. Kesadaran Orang Tua yang Memiliki Anak Usia 7-15 Tahun yang
Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng
Kabupaten Tegal Tahun 2011 tentang Pendidikan
No. Jumlah Anak Frekuensi Persentase (%)
1. Sangat Penting 13 18,02
2. Penting 35 48,61
3. Cukup Penting 16 22,22
4. Tidak Penting 8 11,11
Jumlah 72 100,00
Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2011
Indikator-indikator mengenai dukungan keluarga, pengaruh tempat
tinggal dan kesadaran orang tua yang memiliki anak usia 7-15 tahun yang tidak
melanjutkan sekolah maka dapat diperoleh Tabel 4.18. Tabel 4.18.
menyebutkan bahwa lingkungan keluarga memberikan sumbangan yang cukup
sebesar yaitu 56,94%. Kondisi lingkungan dimana anak tinggal dan berada
dapat menjadi faktor penghambat kelangsungan pendidikan anak. Keluarga
96
memiliki peranan yang penting dalam membentuk kepribadian anak.
Dukungan dan dorongan keluarga dapat memberikan hal yang positif maupun
negative kepada anak untuk melakukan pendidikan.
Tabel 4.18. Lingkungan Keluarga terhadap Anak Usia 7-15 Tahun yang Tidak
Melanjutkan Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten
Tegal Tahun 2011
No. Kriteria Frekuensi Persentase (%)
1. Tinggi 1 1,39
2. Cukup 41 56,94
3. Rendah 30 41,67
4. Sangat Rendah 0 0
Jumlah 72 100,00
Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2011
3. Tingkat Pendidikan Orang Tua yang Mempunyai Anak Usia 7-15 Tahun
yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng
Kabupaten Tegal Tahun 2011
Tingkat pendidikan formal orang tua yang memiliki anak usia 7-15
tahun yang tidak melanjutkan sekolah baik dari pihak ayah atau ibu di
Kecamatan Kedungbanteng lebih didominasi pada tingkat pendidikan SMP
dengan mencapai 43,06% ayah dan 48,61% ibu. Pendidikan formal ayah yang
tidak tamat SD sebanyak 9,72% dan 8,33% pendidikan ibu tidak tamat SD.
Tingkat pendidikan SMA yang ditempuh ayah 12,50% dan 13,89% ibu.
Tabel 4.19.Pendidikan Formal Orang Tua yang Memiliki Anak Usia 7-15
Tahun yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan
Kedungbanteng Kabupaten Tegal tahun 2011
No Tingkat Pendidikan
Ayah Ibu
Frekuensi Persentase
(%)
Frekuensi Persentase
(%)
1. SMA 9 12,50 10 13,89
2. SMP 31 43,06 35 48,61
3. SD 25 34,72 21 29,17
4. Tidak Tamat SD 7 9,72 6 8,33
Jumlah 72 100,00 72 100,00
Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2011
97
Tabel 4.20. menunjukan bahwa tingkat pendidikan non formal orang
tua yang memiliki anak usia 7-15 tahun di Kecamatan Kedungbanteng pada
tahun 201. Tingkat pendidikan non formal ayah yang pernah mengikuti kursus
menjahit adalah 18,06%, 6,94% mengikuti kursus mengetik, 18,06% mengikuti
kursus elektro dan 56,94% tidak pernah mengikuti pendidikan nonformal.
Pendidikan nonformal ibu yang pernah mengikuti kursus menjahit adalah
22,22%, 6,94% mengikuti kursus mengetik, mengikuti kursus elektro 15,27%
dan 55,56% tidak pernah mengikuti pendidikan nonformal.
Tabel 4.20. Pendidikan Nonformal Orang Tua yang Memiliki Anak Usia 7-15
Tahun yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan
Kedungbanteng Kabupaten Tegal tahun 2011
No Tingkat
Pendidikan
Ayah Ibu
Frekuensi Persentase
(%)
Frekuensi Persentase
(%)
1. Kursus Menjahit 13 18,06 16 22,22
2. Kursus Mengetik 5 6,94 5 6,94
3. Kursus Elektro 13 18,06 11 15,27
4. Tidak Pernah 41 56,94 40 55,56
Jumlah 72 100,00 72 100,00
Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2011
Lamanya pendidikan Formal orang tua dapat dilihat pada tabel 4.20.
Lamanya pendidikan formal orang tua paling banyak selama 6-12 tahun.
Pendidikan formal ayah selama 6-12 tahun sebanyak 31,94% dan ibu sebanyak
38,89%. Pendidikan formal ayah > 15 tahun adalah 43,05% dan ibu sebanyak
31,94%. Pendidikan formal ayah 13-15 tahun adalah 13,88% dan ibu 16,67%.
Paling sedikit pada Pendidikan formal ayah dan ibu < 6 tahun adalah 12,5%.
Rata-rata pendidikan formal responden adalah 12 tahun. Lamanya pendidikan
formal 6-12 tahun adalah pendidikan SD, sedangkan 13-15 tahun adalah SMP.
98
Tabel 4.21.Lamanya Pendidikan Formal Orang Tua yang Mempunyai Anak
Usia 7-15 Tahun yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan
Kedungbanteng Kabupaten Tegal Tahun 2011
No Waktu
Ayah Ibu
Frekuensi Persentase
(%)
Frekuensi Persentase
(%)
1. < 6 tahun 9 12,5 9 12,5
2. 6-12 tahun 23 31,94 28 38,89
3. 13-15 tahun 10 13,88 12 16,67
4. > 15 tahun 31 43,05 23 31,94
Jumlah 72 100,00 72 100,00
Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2011
Lamanya pendidikan nonformal orang tua yang memiliki anak usia 7-
15 tahun di Kecamatan Kedungbanteng tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel
4.22. Pendidikan nonformal ayah selama < 3 bulan sebanyak 15,27% dan ibu
sebanyak 12,5%. Pendidikan nonformal ayah > 6 bulan adalah 16,17% dan ibu
sebanyak 13,88%. Pendidikan nonformal ayah 3-6 bulan adalah 12,5% dan ibu
2,77%. Paling banyak ayah dan ibu tidak mengikuti pendidikan nonformal
yaitu 55,55% untuk ayah dan 33,33% untuk ibu. Rata-rata lamanya pendidikan
nonformal responden adalah 2,5 bulan.
Tabel 4.22.Lamanya Pendidikan Nonformal Orang Tua yang Memiliki Anak
Usia 7-15 Tahun yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan
Kedungbanteng Tahun 2011
No Waktu
Ayah Ibu
Frekuensi Persentase
(%)
Frekuensi Persentase
(%)
1. < 3 bulan 11 15,27 9 12,5
2. 3-6 bulan 9 12,5 28 2,77
3. >6 bulan 12 16,17 10 13,88
4. Tidak Pernah 40 55,55 24 33,33
Jumlah 72 100,00 72 100,00
Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2011
99
4. Jenis Pekerjaan Orang Tua yang Mempunyai Anak Usia 7-15 Tahun yang
Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten
Tegal Tahun 2011
Jenis pekerjaan yang dilakukan oleh orang tua anak yang tidak
sekolah bermacam-macam. Sebagian besar pekerjaan yang dilakukan oleh
orang tua yang memiliki anak usia 7-15 tahun yang tidak sekolah di Kecamatan
Kedungbanteng kabupaten Tegal pada tahun 2011 adalah petani, pedagang,
PNS, buruh atau bahkan tidak bekerja.
Tabel 4.23.Jenis Pekerjaan Pokok Orang Tua yang Memiliki Anak Usia 7-15
Tahun yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan
Kedungbanteng Kabupaten Tegal Tahun 2011
No Jenis
Pekerjaan
Ayah Ibu
Frekuensi Persentase
(%)
Frekuensi Persentase
(%)
1. Petani 40 55,56 40 55,56
2. Pedagang 23 31,94 16 22,22
3. PNS 0 0 0 0
4. Buruh 9 12,50 7 9,72
5. Tidak Bekerja 0 0 9 12,50
Jumlah 72 100,00 72 100,00
Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2011
Tabel 4.23. menggambarkan jenis pekerjaan orang tua yang memiliki
ana usia 7-15 tahun yang tisdak sekolah di Kecamatan Kedungbanteng dapat
dikatakan cukup heterogen. Orang tua anak usia 7-15 tahun sebagian besar
bekerja sebagai petani dengan persentase sebesar 55,56% baik untuk ayah
maupun ibu 31,94% ayah bekerja sebagai pedagang dan 12,50% bekerja
sebagai buruh. Jenis pekerjaan ibu 22,22% bekerja sebagai pedagang dan
9,72% bekerja sebagai buruh serta 12,50% tidak bekerja. Jenis pekerjaan
pokok yang diperoleh oleh responden tergolong memiliki pekerjaan yang tidak
100
tetap. Responden yang bekerja sebagai PNS di daerah ini tidak ada, baik pada
ayah maupun ibu.
5. Tingkat Pendapatan Orang Tua yang Mempunyai Anak Usia 7-15 Tahun
yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng
Kabupaten Tegal Tahun 2011
Tabel 4.24.Tingkat Pendapatan Orang Tua yang Memiliki Anak Usia 7-15
Tahun yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan
Kedungbanteng Kabupaten Tegal Tahun 2011
No Tingkat Pendapatan Ayah Ibu
F % F %
1. < Rp 250.000,00 12 16,67 56 77,78
2. Rp 250.000,00 – Rp 780.000,00 43 59,72 16 22,22
3. Rp 780.000,00 – Rp 1.000.000,00 14 19,44 0 0
4. > Rp 1.000.000,00 3 4,17 0 0
Jumlah 72 100,00 72 100,00
Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2011
Kondisi ekonomi seseorang dapat dilihat dari besarnya pendapatan
yang diperolehnya. Tabel 4.24. menunjukan tingkat pendapatan orang tua yang
memilki anak usia 7-15 tahun yang tidak sekolah berdasarkan hasil perhitungan
angket tahun 2011. Mayoritas pendapatan untuk ayah antara Rp 250.000,00 –
Rp 780.000,00 dengan persentase mencapai 59,72% dan pendapatan untuk ibu
kurang dari Rp 250.000,00 dengan persentase mencapai 77,78%. Pendapatan
rata-rata untuk ayah sebesar Rp 524.306,00 dan pendapatan rata-rata ibu
sebesar Rp 305.556,00. Pendapatan tertinggi yang diperoleh orang tua sebesar
Rp 1.000.000,00 sedangkan pendapatan terendah dari orang tua adalah Rp
250.000,00.
Klasifikasi pendapatan dapat didasarkan pada Upah Minimum
Regional (UMR) atau Upah Minimum Kabupaten (UMK). Untuk Kabupaten
Tegal besarnya UMK adalah Rp 780.000,00/ bulan. Pendapatan suatu keluarga
101
dikatakan tinggi apabila mempunyai pendapatan tiap bulan lebih besar dari
UMK, sedangkan pendapatan rendah apabila pendapatan tiap bulan lebih kecil
dari UMK.
Penggolongan pendapatan orang tua berdasarkan BPS, dari hasil
penelitian menyatakan bahwa tingkat pendapatan ayah tergolong rendah
dengan memiliki persentase sebesar 95,83% dan sisanya 4,17% pendapatan
ayah tergolong sedang. Pendapatan ibu 100% tergolong dalam kriteria
pendapatan rendah, hal ini dikarenakan banyak ibu yang tidak bekerja dan
kalaupun mempunyai pekerjaan, pekerjaan tersebut tidak tetap sehingga
memiliki pendapatan yang sedikit.
Tabel 4.25.Klasifikasi Pendapatan Orang Tua yang Memiliki Anak Usia 7-15
Tahun di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal
No Tingkat Pendapatan Ayah Ibu
F % F %
1. Pendapatan Tinggi 0 0 0 0
2. Pendapatan Menengah 0 0 0 0
3. Pendapatan Sedang 3 4,17 0 0
4. Pendapatan Rendah 69 95,83 72 100
Jumlah 72 100,00 72 100,00
Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2011
6. Aksesibilitas yang Digunakan Anak untuk Melakukan Perjalanan dari
Rumah Menuju ke Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten
Tegal Tahun 2011
Faktor eksternal yang mempengaruhi anak tidak sekolah, salah
satunya adalah aksesibilitas. Aksesibilitas merupakan jarak mudah tidaknya
seseorang untuk mencapai wilayah dengan menggunakan suatu alat bantu.
Hasil penelitian tahun 2011menunjukan lamanya waktu yang digunakan anak
untuk melakukan perjalanan dari rumah menuju ke sekolah. Tabel 4.26
102
menyatakan bahwa waktu yang dibutuhkan anak dari rumah menuju ke sekolah
paling lama antara 16 – 25 menit dengan persentase sebesar 38,89%. Waktu
yang dibutuhkan anak paling sedikit adalah kurang dari 10 menit dengan
persentase 6,49%.
Tabel 4.26.Waktu yang Dibutuhkan Anak untuk Melakukan Perjalanan dari
Rumah Menuju ke Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng
Kabupaten Tegal Tahun 2011
No. Waktu Frekuensi Persentase (%)
1. < 10 menit 5 6,94
2. 10 menit – 15 menit 21 29,17
3. 16 menit – 25 menit 28 38,89
4. > 25 menit 18 25,00
Jumlah 72 100,00
Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2011
Jarak adalah sesuatu yang dapat diukur sebagai dasar dari studi
geografi. Jarak menjadi objek utama dalam pembicaraan mengenai
karakteristik permukaan bumi. Jarak yang jauh dari rumah menuju ke sekolah
membutuhkan biaya yang lebih. Jarak yang ditempuh anak dari rumah menuju
ke sekolah dapat disajikan pada Tabel 4.27. Jarak paling jauh yang ditempuh
oleh anak adalah antara 1 km – 3 km dengan persentase sebesar 31,94%. Jarak
lebih dari 5 km yang ditempuh oleh anak memiliki persentase sedikit (6,94%).
Tabel 4.27.Jarak yang Ditempuh Anak Waktu yang Dibutuhkan Anak untuk
Melakukan Perjalanan dari Rumah Menuju ke Sekolah di
Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal Tahun 2011
No. Jarak Frekuensi Persentase (%)
1. < 1 km 19 26,39
2. 1 km – 3 km 23 31,94
3. 3 km – 5 km 15 20,83
4. > 5 km 5 6,94
Jumlah 72 100,00
Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2011
103
Kendaraan yang digunakan anak untuk melakukan perjalanan dari
rumah menuju ke sekolah dapat dilihat pada tabel 4.28. Tabel tersebut dapat
diketahui bahwa kendaraan yang paling sering digunakan anak untuk sekolah
adalah transportasi umum dengan persentase sebesar 47,22%. Kendaraan yang
jarang digunakan oleh anak adalah sepeda motor dengan persentase sebesaar
4,17%. Anak tidak menggunakan kendaraan bermotor dikarenakan tidak semua
anak memiliki kendaraan bermotor, selain itu anak usia 7-15 tahun belum
diperbolehkan dan tidak diijinkan untuk mengendarai sepeda motor.
Tabel 4.28.Kendaraan yang Digunakan Anak untuk Melakukan Perjalanan dari
Rumah Menuju ke Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng
Kabupaten Tegal Tahun 2011
No. Jenis Kendaraan Frekuensi Persentase (%)
1. Transportasi Umum 34 47,22
2. Sepeda Motor 3 4,17
3. Sepeda 23 31,94
4. Jalan Kaki 12 16,67
Jumlah 72 100,00
Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2011
Fasilitas transportasi adalah sektor yang sangat penting karena
transportasi sebagai wahana seseorang untuk melakukan perjalanan.
Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia melakukan aktivitas
sehari-hari. Tabel 4.29. menyajikan bahwa lebih dari 3 transportasi umum yang
melewati rumah dengan persentase 59,72%, sehingga anak dapat
memanfaatkan fasilitas transportasi tersebut untuk berangkat sekolah. 36,11%
transportasi umum yang melewati rumah adalah 3 jenis, sisanya 2,78%
transportasi umum yang melewati rumah kurang dari 3 jenis.
104
Tabel 4.29.Transportasi Umum yang Melewati Rumah Anak Usia 7-15 tahun
yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng
Kabupaten Tegal Tahun 2011
No. Jumlah Kendaraan Frekuensi Persentase (%)
1. 1 1 1,39
2. 2 1 1,39
3. 3 26 36,11
4. Lebih dari 3 43 59,72
Jumlah 72 100,00
Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2011
Faktor yang mempengaruhi aksesibilitas, antara lain: waktu, jarak,
biaya dan fasilitas transportasi memberikan sumbangan dalam mendukung
anak untuk mencari ilmu. Tabel 4.30. menunjukan kriteria penggolongan
aksesibilitas, dimana dalam tabel tersebut menyajikan bahwa aksesibilitas di
Kecamatan Kedungbanteng tergolong rendah dengan persentase 65,28%.
Transportasi umum yang melewati Kecamatan Kedungbanteng terdiri dari 2
jenis yaitu transportasi umum yang beroperasi menuju ke objek wisata cacaban
dan transportasi umum yang menuju ke kota kecamatan. Tabel 4.29. diperoleh
berdasarkan indikator dari faktor jarak, waktu, biaya dan fasilitas transportasi.
Tabel 4.30.Aksesibilitas yang Digunakan Anak Usia 7-15 Tahun dalam
Melakukan Perjalanan dari Rumah Menuju ke Sekolah di
Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal tahun 2011
No. Kriteria Frekuensi Persentase (%)
1. Tinggi 4 5,56
2. Cukup 21 29,17
3. Rendah 47 65,28
4. Sangat Rendah 0 0
Jumlah 72 100,00
Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2011
105
D. Pembahasan
1. Pelaksanaan Program Wajib Belajar 9 Tahun di Kecamatan
Kedungbanteng Kabupaten Tegal Tahun 2011
Jumlah anak usia sekolah di SD/ MI (7/12 tahun) dan SMP/MTs (13-15
tahun), selanjutnya APK dan APMnya di kedua satuan pendidikan tersebut,
menunjukan terjadinya peningkatan jumlah pada setiap tahunnya. Kondisi
tersebut apabila dilihat dari sisi pengembangan kualitas SDM secara umum
cukup menggembirakan karena tujuan negara ini mengacu kearah tersebut.
Kecenderungan bahwa pelaksanaan wajib belajar 9 tahun di Kecamatan
Kedungbanteng berjalan dengan baik dan sukses. Walaupun masih mengalami
hambatan-hambatan, tetapi dalam perjalanan pelaksanaannya tetap dilakukan
berbagai upaya-upaya yang inovatif.
Selama periode 5 tahun (2007-2011) tingkat APK dan APM di
Kecamatan Kedungbanteng mengalami peningkatan. Tingkat APK SD/MI dan
SMP/ MTs mengalami kenaikan sebesar 15,86% dan tingkat APM SD/MI dan
SMP/MTs mengalami kenaikan sebesar 9,99%. Peningkatan nilai APK dan
APM disebabkan oleh semakin banyaknya jumlah penduduk secara
keseluruhan (anak usia 7-15 tahun) dan meningkatnya daya tampung sekolah
untuk anak usia SD/MI dan SMP/MTs. Dampak positif dari upaya pemerintah
dan masyarakat untuk menambah jumlah gedung sekolah yang baru dan
penambahan ruang belajar serta dibarengi pula oleh meningkatnya aspirasi
anak, aspirasi orang tua, dan aspirasi masyarakat terhadap pendidikan.
Peningkatan jumlah anak usia sekolah di SD/MI (7-12 tahun) dan
SMP/MTs (13-15 tahun), selanjutnya APK dan APMnya di kedua satuan
106
pendidikan tersebut pada setiap tahunnya diakibatkan oleh berbagai upaya dari
pemerintah pusat maupun pemerintah untuk penuntasan wajib belajar 9 tahun.
Upaya tersebut, seperti: pemberian dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
Salah satu kunci peningkatan kualitas pendidikan adalah pada kebijakan
alokasi anggaran, anggaran pendidikan yang rendah kerap kali berbanding
lurus dengan mutu pendidikan yang rendah juga. Langkah untuk meningkatkan
kualitas pendidikan lewat program BOS.
Hakekatnya BOS bertujuan untuk menyukseskan program wajib belajar
9 tahun, dengan harapan tak ada lagi anak yang tidak sekolah dengan dalih tak
punya biaya. Pesan inti program BOS adalah membebaskan biaya pendidikan
bagi siswa tidak mampu dan meringankan siswa lain yang mampu, agar
mereka memperoleh layanan pendidikan dasar bermutu sampai tamat, selama
sembilan tahun. Maka, target program BOS adalah menjamin lulusan SD/MI
untuk melangsungkan pendidikannya hingga tingkat SMP/MTs. Tidak boleh
ada siswa miskin yang tidak mampu melanjutkan ke SMP/MTs hanya karena
mahalnya biaya sekolah.
Fakta dalam pelaksanaan bahwa masih terdapat beberapa anak di
Kecamatan Kedungbanteng yang tidak sekolah. Jika dilihat dari faktor
eksternal, masih terdapatnya anak yang tidak sekolah di Kecamatan
Kedungbanteng dikarenakan oleh karakter keluarga, lingkungan keluarga,
tingkat pendidikan orang tua, jenis pekerjaan orang tua, tingkat pendapatan
orang tua dan aksesibilitas. Informasi yang dapat diperoleh tentang anak yausia
107
7-15 tahun yang tidak sekolah di Kecamatan Kedungbanteng dapat
dikarenakan oleh beberapa karakteristik.
a. Desa Karanganyar memiliki jumlah penduduk usia 7-15 tahun yang tidak
sekolah paling tinggi yaitu .
b. Desa Semedo memiliki lokasi/ jarak tempuh dari pusat Kecamatan
Kedungbanteng paling jauh yaitu 17 km2.
c. Desa Tonggara memiliki daerah objek wisata Waduk Cacaban.
d. Daerah yang tidak memiliki sarana pendidikan SMP sederajat yaitu
Panujah, Karanganyar, Kedungabnteng, Dukuh Jati Wetan, Sumingkir,
Margamulya, Karangmalang dan Semedo. Namun, masing-masing memiliki
sarana pendidikan SD.
2. Hambatan Pelaksanaan Program Wajib Belajar 9 Tahun di Kecamatan
Kedungbanteng Kabupaten Tegal Tahun 2011
Hasil penelitian tahun 2011 menunjukkan tingkat pendapatan orang tua
di Kecamatan Kedungbanteng menurut penggolongan BPS dapat 97,15%
digolongkan rendah yaitu kurang dari Rp 780.000,00/ bulan, artinya orang tua
anak yang tidak sekolah dapat digolongkan pada masyarakat yang kurang
beruntung dari segi ekonomi sebagai penopang bagi kelancaran pendidikan
anak-anaknya. Pendapatan terendah yang dimiliki oleh orang tua adalah Rp
250.000,00 dan pendapatan tertinggi orang tua % adalah Rp 1.000.000,00.
Rata-rata pendapatan yang diterima oleh orang tua adalah Rp 494.931,00.
Penghasilan orang tua hanya untuk memenuhi kebutuhan pokok saja
(makan/ minum dan pakaian), sehingga tidak ada lagi alokasi dana untuk
pendidikan anaknya. Fenomena tersebut, menunjukan anak tidak dapat
108
melanjutkan sekolah karena kekurangan biaya dalam memenuhi kebutuhan
sekolahnya, misal: biaya untuk membeli buku dan peralatan belajar lainnya.
Kondisi ini jelas memprihatinkan dan sebagai faktor penghambat tuntasnya
wajib belajar 9 tahun yang tentu saja amat memerlukan perhatian dari berbagai
kalangan yang bertanggung jawab terhadap sukses dan tuntasnya wajib belajar
9 tahun.
Tingkat pendidikan formal orang tua 45,84% pada tingkat SMP. Ijasah
terakhir yang diperoleh orang tua rata-rata adalah berada di tingkat SMP
dengan lamanya sekolah 14 tahun. Orang tua yang kurang pendidikan kurang
mampu mempunyai gagasan jauh ke depan terhadap perkembangan dan tujuan
anaknya. Sebaliknya kelompok orang tua yang berpendidikan mempunyai
gagasan jauh ke depan terhadap kemajuan dan perkembangan anaknya.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh orang tua akan berpengaruh
terhadap kelanjutan pendidikan anaknya. Karena hal tersebut akan menjadi
dorongan dan motivasi anak untuk maju.
Tingkat pendidikan orang tua akan berpengaruh terhadap jenis mata
pencaharian yang dilakukan oleh orang tua. Hal ini terbukti bahwa di
Kecamatan Kedungbanteng jenis pekerjaan orang tua 65,28% adalah sebagai
petani. Lahan penggunaannya tanah di Kecamatan Kedungbanteng
dimanfaatkan sebagai lahan pertanian, sehingga hal tersebut berpengaruh
terhadap mata pencaharian penduduk sekitar. Pekerjaan lain selain sebagai
petani adalah orang tua 11,11% bekerja sebagai buruh dan 27,08% pedagang.
109
Keluarga adalah kelompok masyarakat terkecil yang terdiri dari suami,
istri dan anak yang belum dewasa. Apabila salah satu dari unsur-unsur tersebut
tidak ada, misal: ada ibu namun tidak ada ayah (baik karena meninggal atau
bercerai), maka keluarga tersebut tidak bisa dikatakan sebagai keluarga yang
utuh lagi. Ini disebut keutuhan keluarga secara stuktur. Disamping itu ada pula
keutuhan dalam interaksi, yaitu adanya interaksi sosial yang wajar (harmonis).
Ketidakutuhan keluarga tentunya berpengaruh negatif bagi
perkembangan sosial seorang anak. Lingkungan keluarga memberikan
sumbangan sebanyak 56,94%, dimana keluarga (48,62%) mempunyai
anggapan bahwa pendidikan penting untuk masa depan anak. Berdasarkan hasil
observasi bahwa bentuk rumah di daerah penelitian 61% memiliki kondisi
rumah yang kurang baik. Kondisi tempat tinggal di daerah penelitian 80% rata-
rata memiliki kondisi rumah yang kotor. Bentuk lingkungan 86% di daerah
penelitian rata-rata adalah sebuah pedesaan.
Aksesibilitas merupakan suatu ukuran kemudahan lokasi tata guna
lahan berinteraksi satu sama lainnya dengan melalui transportasi. Jarak
dekatnya rumah ke sekolah mempengaruhi minat siswa untuk sekolah.
Semakin dekat jarak antar daerah berarti semakin mudah kontal terjadi dan
semakin mudah daerah itu mengalami kemajuan. Jarak yang ditempuh anak
untuk sekolah 31,94% adalah 1 km-3km dan rata-rata kendaraan yang
digunakan anak untuk berangkat sekolah didominasi oleh transportasi umum
sehingga membutuhkan dana/ biaya untuk berangkat dan pulang sekolah.
Transportasi umum yang melewati rumah lebih dari 3 jenis angkutan. Hasil
110
penelitian menyebutkan bahwa aksesibilitas memberikan sumbangan sebesar
61,35%, dimana di Kecamatan Kedungbanteng memiliki tingkat aksesibilitas
yang rendah.
Faktor lain yang menghambat pelaksanaan program wajib belajar 9
tahun di Kecamatan kedungbanteng adalah karakteristik keluarga.
Karakteristik keluarga memberikan sumbangan dalam hambatan pelaksanaan
program wajib belajar 9 tahun. Besarnya jumlah keluarga di daerah ini tidak
begitu berpengaruh terhadap kondisi anak untuk melanjutkan sekolah maupun
tidak melanjutkan sekolah. Jumlah keluarga inti di Kecamatan Kedungbaneng
adalah 6 orang. Semakin banyak tanggungan yang diemban oleh suatu keluarga
maka semakin tinggi pengeluarannya dan semakin banyak kebutuhan yang
harus dipenuhi. Kebutuhan tiap anggota keluarga berbeda, seperti: untuk
kebutuhan sekolah maupun kebutuhan sehari-hari.
Hambatan dalam pelaksanaan wajib belajar 9 tahun di Kecamatan
Kedungbanteng paling tinggi pada tingkat pendapatan sebesar 69,05%
termasuk pada kriteria tinggi. Faktor penghambat tingkat kedua adalah tingkat
pendidikan sebesar 66,77%, ketiga adalah jenis pekerjaan sebesar 65,28%.
63,87% lingkungan keluarga tingkat keempat pada faktor penghambat
pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun. Faktor penghambat pada tingkat
kedua, ketiga dan keempat termasuk pada kriteria tinggi. Berbeda dengan
tingkat kelima dan keenam termasuk pada kriteria rendah yaitu tingkat kelima
61,35% dan tingkat keenam 43,75%.
111
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Kesimpulan berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, sebagai
berikut:
1. Pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun di Kecamatan Kedungbanteng
selama 5 periode (tahun 2007-2011) mengalami kenaikan. Tingkat APK
SD/MI dan SMP/ MTs mengalami kenaikan sebesar 15,86% dan tingkat
APM SD/MI dan SMP/MTs mengalami kenaikan sebesar 9,99%.
2. Hambatan pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun di Kecamatan
Kedungbanteng Kabupaten Tegal , antara lain: tingkat pendapatan orang
tua tergolong rendah yaitu kurang dari Rp 780.000, 00 , tingkat
pendidikan terakhir orang tua rata-rata di tingkat SMP, jenis pekerjaan
orang tua mayoritas sebagai petani, keluarga mendukung anak untuk
sekolah , waktu yang dibutuhkan anak untuk melakukan perjalanan dari
rumah ke sekolah 19 menit dengan jarak tempuh 2 km , dan jumlah rata-
rata keluarga inti adalah 6 orang
B. SARAN
Saran-saran yang diberikan berdasarkan kesimpulan dari penelitian,
sebagai berikut:
1. Dinas Pendidikan diharapkan selalu menyediakan dana dalam
melengkapi sarana dan prasarana sekolah, dan memperbanyak jumlah
112
pemberian 1beasiswa bagi anak sekolah yang tidak mampu membiayai
kebutuhan sekolah.
2. Sekolah lebih meningkatkan kegiatan mensosialisasikan kepada orang
tua siswa tentang adanya dana yang disiapkan oleh pemerintah untuk
membantu orang tua yang tidak mampu membiayai anaknya unutk
melanjutkan sekolah.
113
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, Duana Bagus. 2010. Pencapaian Program Wajib Belajar 9 Tahun di
Kecamatan Bodeh Kabupaten Pemalang. Skripsi. Semarang: FIS UNNES.
Ahmadi, Abu. 2007. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Arif, Ahmad. 2011. „Indonesia Diantara Dua Ironi Besar’. Dalam EKSPOnews.
dapat diunduh pada http://ahmadarif.eksponews.com/2009/04/24/
Indonesia DiantaraDuaIroniBesar / I. (15/11/11).
Bentri, Alwen. 2007. Efektivitas Pelaksanaan Wajib Belajar di Sumatra Barat.
Padang: Universitas Negeri Padang.
BKBPP. 2010. Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan.
Kedungbanteng: BKBPP.
Bintarto. 1979.Metode Analisa Geografi.Jakarta: LP3ES.
BPS. 2010. Kecamatan Kedungbanteng dalam Angka 2010. Tegal: BPS.
BPS. APK dan APM Menurut Provinsi Tahun 2003-2010. dapat diunduh pada
http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=26
¬ab=1 (14/11/11).
Diknas. 2003. Departemen Pendidikan Nasional Tentang Undang-Undang Sistem
P.endidikan Nasional. Jakarta: Diknas.
Depdikbud. 2006. Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun. Jakarta:
Direktur Pembinaan SMP.
Departemen Pendidikan Nasional. 2010. Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 47 Tahun 2008 Tentang Wajib Belajar 9 Tahun. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
Dinas Dikpora. 2010. Dinas Dikpora Kabupaten Tegal. Tegal: Dinas Dikpora.
Dinas Dikpora. Dinas Dikpora Kecamatan Kedungbanteng. 2010.
Kedungbanteng: Dinas Dikpora.
Guntoro, Eko. 2009. APK dan APM. dapat diunduh pada
http://ekoguntoro.wordpress.com/2009/04/24/apk-dan-apm/ I. (12/02/11).
114
Handoko, Tamin Hani. 1997. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta: UGM.
Hasbullah. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Ihsan, Fuad. 1995. Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Indraharti, Ferani. 2005. Faktor Faktor Penyebab Rendahnya Lulusan SMP
Melanjutkan ke SMA Bagi Penduduk Desa Kemiriombo Kecamatan
Gemawang Kabupaten Temanggung. Skripsi. Semarang: FIS UNNES.
Miro, Fidel. 2005. Perencanaan Transportasi untuk Mahasiswa, Perencanaan
dan Praktisi. Jakarta: Erlangga.
Putra, Dwi. 2011. Ratusan Siswa SD di Kabupaten Tegal Tak Melanjutkan
Pendidikan. Suara Merdeka. dapat diunduh pada
http://www.dwi_putra/data/docs/2011/Ratusan_Siswa_SD_di_Kabupaten_
Tegal_Tak_Melanjutkan_Pendidikan/I (20/03/11).
Rokhana, Ninik Asri. 2005. Skripsi: Hubungan Antara Pendapatan Keluarga Dan
Pola Asuh Gizi Dengan Status Gizi Anak Balita Di Betokan Demak.
Semarang: FIS UNNES.
Rismawati, Y. 2010. Faktor-faktor penyebab ketidaktuntasan program wajib
belajar 9 tahun di kecamatan kaloran kabupaten temanggung tahun 2008.
Skripsi. Semarang: FIS UNNES
Saputro, P.A. 2009. Faktor-faktor penyebab anak usia sekolah tidak
menyelesaikan pendidikan dasar (studi kasus di Desa Pesantren
Kecamatan Blado Kabupaten Batang). Skripsi. Semarang: FIS UNNES.
Subandiroso. 1987. Sosiologi Antropologi I. Klaten: Intan Pariwara.
Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sukardi. 2010. Kondisi Anak tidak dan atau Putus i.2 010.Jenjang Pendidikan
Dasar pada Masyarakat Marginal di NTB:ke Arah Percepatan penuntasan
Wajib Belajar 9 Tahun disajikan pada Simposiom Nasional Penelitian dan
Inovasi Pendidikan tanggal 3-5 Agustus 2010 dapat diunduh pada
http://www.puslitjak.org/data/docs/2010/makalah_kelompok/kel1/19-
108_SUKARDI_ppt.pdf (12/02/11).
Sukirno, Sadono. 1996. Pengantar Teori Mikroekonomi. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
115
Sumardi, Mulyanto dan Hans Dieter Evert. 1983. Sumber Pendapatan Kebutuhan
Pokok dan Perilaku Menyimpang. Jakarta: Rajawali.
Sunarto, Kamanto. 1988. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Depdikbud.
Tamin, Ofyar. 2000. Perencanaan dan Pemodelan Transportasi. Bandung: ITB.
Tilaar. 2006. Standarisasi Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta.
Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan.
Bandung: PT. Imperial Bakti Utama.
Tim Redaksi NPM. 2009. Penuntasan Wajib Belajar 9 Tahun. Jakarta:
Depdikbud.
Usman, Husaini. 2010. Manajemen Teori, Praktik dan Riset Pendidikan Edisi
3.Jakarta: Bumi Aksara.
117
LAMPIRAN 1
METODE PENGUMPULAN DATA PELAKSANAAN PROGRAM WAJIB
BELAJAR 9 TAHUN DI KECAMATAN KEDUNGBANTENG
KABUPATEN TEGAL
Variable Sub Variabel Indikator Metode
Pengumpulan
Data
Pelaksanaan program wajib belajar 9
tahun
Pencapaian APK
dan APM tingkat
SD dan SMP
Dokumentasi,
Wawancara
Pelaksana program
wajib belajar 9
tahun di
Kecamatan
Kedungbanteng.
Wawancara
Pengelolaan
program wajib
belajar 9 tahun
Wawancara
Hambatan
pelaksanaan
program wajib
belajar 9 tahun
Kondisi Sosial
Karakter keluarga Berapa jumlah
anggota keluarga
Angket
Berapa jumlah
anak
Angket
Lingkungan
tempat tinggal
Dukungan keluarga Angket
Pengaruh tempat
tinggal
Angket
Kesadaran orang
tua
Angket
Keadaan rumah Observasi
Lingkungan sosial Perilaku sosial Observasi
Interaksi sosial Observasi
Tingkat pendidikan
orang tua
Pendidikan yang
pernah ditempuh
oleh orang tua
Angket
Kondisi Ekonomi
Tingkat pendapatan
orang tua
Besarnya
pendapatan yang
diperoleh orang tua
Angket
118
Tingkat ekonomi
keluarga
Penggunaan
pendapatan pokok
dan pendapatan
lebih
Angket
Jenis pekerjaan
orang tua
Pekerjaan pokok
dan sampingan
yang dilakukan
oleh orang tua
Angket
Kondisi Lingkungan Fisik
Aksesibilitas Waktu yang
ditempuh anak
untuk sekolah
Angket
Jarak yang
ditempuh anak
untuk sekolah
Angket,
Dokumentasi,
Observasi
Biaya perjalanan
yang diperlukan
oleh anak menuju
ke sekolah
Angket
Fasilitas yang
digunakan anak
ketika berangkat
sekolah.
Angket
Fasilitas jalan Observasi
Sarana
Transportasi
Observasi
119
LAMPIRAN 2
LEMBAR OBSERVASI
Tabel Observasi
Jenis Data : Data Observasi
Variabel : Hambatan pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun di
Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal
Sub Variabel Indikator Keterangan
SB B K SK
1. Lingkungan
Tempat Tinggal
1.1. Bentuk Rumah
1.1.1. Permanen
1.1.2. Semi Permanen
1.1.3. Tidak Permanen
1.2. Kondisi Tempat Tinggal
1.2.1. Bersih
1.2.2. Kotor
1.2.3. Kumuh
1.3. Bentuk Lingkungan
1.3.1. Perumahan
1.3.2. Perkotaan
1.3.3. Pedesaan
2. Lingkungan
Sosial
2.1. Perilaku Sosial
2.2. Interaksi Sosial
3. Aksesibilitas 3.1. Jarak
3.1.1. Jarak Rumah ke SD
3.1.2. Jarak Rumah ke
SMP
3.2. Sarana Transportasi
3.2.1. Jenis Kendaraan
3.2.2. Jumlah Kendaraan
3.3. Fasilitas Jalan
Keterangan:
SB = Sangat Baik
B = Baik
K = Kurang
SK = Sangat Kurang
120
LAMPIRAN 3
LEMBAR DOKUMENTASI
Tabel Dokumentasi
Jenis Data = Data Primer
Variabel = Pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun di Kecamatan
Kedungbanteng Kabupaten Tegal
Sub Variabel Indikator Sumber Data Keterangan
APK dan
APM
1.1. Jumlah anak usia
sekolah (7-15 tahun)
1.1. Laporan Bulanan
(BPPKB)
1.2. Jumlah anak usia
sekolah (7-15 tahun)
yang mengikuti
pendidikan dasar
1.2. Laporan Bulanan
(UPTD Dikpora)
1.3. Jumlah anak usia
sekolah (7-15 tahun)
yang tidak sekolah
1.3. Laporan Bulanan
(UPTD Dikpora)
1.4. Nilai APK dan APM 1.4. Laporan Bulanan
(UPTD Dikpora)
121
LAMPIRAN 4
KISI-KISI INSTRUMENT PELAKSANAAN PROGRAM WAJIB
BELAJAR 9 TAHUN DI KECAMATAN KEDUNGBANTENG
KABUPATEN TEGAL
Variable Sub Variabel Indikator Nomor
Soal
Jumlah
Soal
Hambatan
pelaksanaan
program wajib
belajar 9 tahun
Kondisi Sosial
Karakter keluarga Berapa jumlah
anggota keluarga
1 1
Berapa jumlah anak 2 1
Lingkungan keluarga Dukungan keluarga 3, 4 2
Pengaruh tempat
tinggal
5, 6, 7,
8
4
Kesadaran orang
tua
9, 10,
11
3
Tingkat pendidikan
orang tua
Pendidikan yang
pernah ditempuh
oleh orang tua
12, 13,
14, 15
4
Lama sekolah
orang tua
16, 17,
18, 19
4
Kondisi Ekonomi
Jenis pekerjaan orang
tua
Pekerjaan pokok
dan sampingan
yang dilakukan
oleh orang tua
20, 21,
22, 23
4
Tingkat pendapatan
orang tua
Besarnya
pendapatan pokok
dan sampingan
yang diperoleh
orang tua
24, 25,
26, 27
4
Tingkat ekonomi
keluarga
Penggunaan
pendapatan pokok
dan pendapatan
lebih
28, 29,
30
3
Kondisi Lingkungan Fisik
Aksesibilitas Waktu dan jarak
yang ditempuh
anak untuk sekolah
31,32,
33
3
122
Fasilitas yang
digunakan anak
ketika berangkat
sekolah
34, 35,
36, 37,
38,
5
Biaya perjalanan
yang diperlukan
oleh anak menuju
ke sekolah
39, 40 2
123
LAMPIRAN 5
WAWANCARA
(untuk Kepala UPTD Dikpora)
Kepada Yth
Bapak/ Ibu Kepala UPTD Dikpora
di Kecamatan Kedungbanteng
Data responden :
Nama KK :
Jenis Kelamin : Laki-laki/ Perempuan
Umur :
Pendidikan :
Status Perkawinan : Sudah/ Belum kawin
Alamat :
1. Apa tolak ukur dalam tercapainya program wajib belajar 9 tahun?
2. Apakah nilai dari APK dan APM dapat mewakili tercapainya program wajib
belajar 9 tahun?
3. Apakah ada peningkatan nilai dari APK dan APM setiap tahun?
4. Siapakah yang menjadi penanggung jawab dalam program wajib belajar 9
tahun?
5. Siapakah yang menjadi pengawas dalam pelaksanaan program wajib belajar 9
tahun?
6. Adakah sumber lain dalam pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun?
7. Upaya apa yang dapat dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi anak yang
tidak mengikuti program wajib belajar 9 tahun?
124
LAMPIRAN 6
WAWANCARA
(untuk Kepala Sekolah)
Kepada Yth
Bapak/ Ibu Kepala Sekolah
di Kecamatan Kedungbanteng
Data responden :
Nama KK :
Jenis Kelamin : Laki-laki/ Perempuan
Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Status Perkawinan : Sudah/ Belum kawin
Alamat :
1. Apasaja alat-alat penunjang yang digunakan dalam pelaksanaan program wajib
belajar 9 tahun?
2. Apakah alat penunjang dapat membantu pelaksanaan program wajib belajar 9
tahun?
3. Apakah sarana pendidikan di sekolah sudah terpenuhi?
4. Sarana pendidikan apa yang dapat menunjang dalam program wajib belajar 9
tahun?
5. Apa harapan Bapak/ Ibu dalam pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun?
125
LAMPIRAN 7
ANGKET PENELITIAN
Judul: “PELAKSANAAN PROGRAM WAJIB BELAJAR 9 TAHUN DI
KECAMATAN KEDUNGBANTENG KABUPATEN TEGAL”
I. Petunjuk pengisian
1. Bacalah pertanyaan dengan teliti.
2. Jawablah setiap pertanyaan sesuai dengan keadaan saudara yang sebenar-
benarnya dengan memberi tanda silang (X) pada jawaban yang Anda pilih.
II. Identitas responden
Nama Kepala Keluarga :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Status Perkawinan :
Jumlah Tanggungan Keluarga
1. Berapa jumlah anggota keluarga Bapak/ Ibu/ Saudara ?
a. 3 orang
b. 4 orang
c. 5 orang
d. Lebih dari 5 orang, sebutkan…..
2. Berapa jumlah anak (putra-putri) Bapak/ Ibu/ Saudara ?
a. 1 anak
b. 2 anak
c. 3 anak
d. Lebih dari 3 anak, sebutkan….
126
Lingkungan Keluarga
3. Dukungan apa yang anda berikan agar anak anda (usia 7-15 tahun) bersedia
untuk sekolah?
a. Memberikan uang untuk hal yang penting saja
b. Memberikan uang saku setiap hari
c. Menfasilitasi rumah dengan meja belajar
d. Melengkapi semua kebutuhan sekolah anak
4. Ketika di rumah, berapa lama bapak/ ibu/ saudara membimbing anak untuk
belajar ?
a. Kurang dari 1 jam
b. 1 - 3 jam
c. 4 - 5 jam
d. Lebih dari 5 jam
5. Dimanakah anak anda (usia 7-15 tahun) tinggalnya?
a. Tinggal bersama kedua orang tua
b. Tinggal bersama saudara
c. Tinggal bersama kakek
d. Menempati tempat tinggal sendiri
6. Apakah di lingkungan tempat tinggal banyak anak usia 7-15 tahun yang tidak
sekolah?
a. Ya, lebih dari 30 anak
b. Ya, antara 20-29 anak
c. Ya, antara 10-19 anak
d. Kurang dari 10 anak
7. Aktivitas sehari-hari apa yang dilakukan anak (usia 7-15 tahun) bapak?
a. Kursus
b. Bekerja
c. Membantu orang tua
d. Menganggur
8. Berteman dengan siapakah anak anda (usia 7-15 tahun) ?
a. Berteman dengan anak seusianya
127
b. Anak sekolah dan anak tidak sekolah seusianya
c. Anak-anak sudah bekerja
d. Anak-anak tidak sekolah seusianya
9. Apakah pendidikan penting untuk anak anda ?
a. Sangat penting
b. Penting
c. Cukup penting
d. Tidak penting
10. Apakah tujuan anda menyekolahkan anak ?
a. Agar anak dapat melanjutkan sekolah ke jenjang yang tinggi
b. Agar anak dapat bekerja di tempat yang layak
c. Agar anak menjadi orang yang pintar
d. Agar anak dapat hidup mandiri
11. Apakah bapak/ ibu tetap mendorong anak untuk melanjutkan sekolah
meskipun bapak mengalami kesulitan biaya untuk pendidikan?
a. Ya, karena pendidikan sangat penting untuk sekolah
b. Ya, untuk bekal mencari kerja
c. Tidak, takut tidak bisa membiayai
d. Tidak, untuk biaya sehari-hari
Tingkat Pendidikan Orang Tua
12. Apa ijasah terakhir yang bapak terima ?
a. SD
b. SMP
c. SMA
d. Lainnya, sebutkan…..
13. Apa ijasah terakhir yang ibu terima ?
a. SD
b. SMP
c. SMA
d. Lainnya, sebutkan…..
128
14. Apakah bapak pernah mengikuti pendidikan non formal (kursus) ?
a. Pernah, kursus menjahit
b. Pernah, kursus mengetik
c. Pernah, lainnya……
d. Tidak pernah
15. Apakah ibu pernah mengikuti pendidikan non formal (kursus) ?
a. Pernah, kursus menjahit
b. Pernah, kursus mengetik
c. Pernah, lainnya……
d. Tidak pernah
16. Berapa lama bapak sekolah ?
a. Kurang dari 6 tahun
b. 6 – 12 tahun
c. 13 – 15 tahun
d. Lebih dari 15 tahun
17. Berapa lama ibu sekolah ?
a. Kurang dari 6 tahun
b. 6 – 12 tahun
c. 13 – 15 tahun
d. Lebih dari 15 tahun
18. Berapa lama bapak mengikuti pendidikan non formal ?
a. Kurang dari 3 bulan
b. 3 – 6 bulan
c. Lebih dari 6 bulan
d. Tidak pernah
19. Berapa lama ibu mengikuti pendidikan non formal ?
a. Kurang dari 3 bulan
b. 3 – 6 bulan
c. Lebih dari 6 bulan
d. Tidak pernah
129
Jenis Pekerjaan Orang Tua
20. Apa pekerjaan pokok bapak ?
a. Petani
b. Pedagang
c. PNS
d. Lainnya, sebutkan….
21. Apa pekerjaan sampingan bapak ?
a. Petani
b. Pedagang
c. Buruh
d. Lainnya, sebutkan….
22. Apa pekerjaan pokok ibu ?
a. Petani
b. Pedagang
c. PNS
d. Lainnya, sebutkan….
23. Apa pekerjaan sampingan ibu ?
a. Petani
b. Pedagang
c. Buruh
d. Lainnya, sebutkan…
Tingkat Pendapatan Orang Tua
24. Berapa pendapatan tiap bulan yang bapak peroleh ?
a. Kurang dari Rp 250.000,00
b. Rp 250.000,00 – Rp 725.000,00
c. Rp 725.000,00 – Rp 1.200.000,00
d. Lebih dari Rp 1.200.000,00
25. Berapa pendapatan tiap bulan yang ibu peroleh ?
a. Kurang dari Rp 250.000,00
b. Rp 250.000,00 – Rp 725.000,00
c. Rp 725.000,00 – Rp 1.200.000,00
130
d. Lebih dari Rp 1.200.000,00
26. Berapa penghasilan sampingan tiap bulan yang diperoleh bapak ?
a. Lebih dari Rp 500.000,00
b. Rp 250.000,00 – Rp 500.000,00
c. Kurang dari Rp 250.000, 00
d. Tidak ada
27. Berapa penghasilan sampingan tiap bulan yang diperoleh ibu ?
a. Lebih dari Rp 500.000,00
b. Rp 250.000,00 – Rp 500.000,00
c. Kurang dari Rp 250.000, 00
d. Tidak ada
28. Apakah pendapatan yang bapak/ ibu peroleh dapat untuk mencukupi
kebutuhan hidup sehari-hari ?
a. Kurang dari cukup
b. Tidak cukup
c. Cukup
d. Sangat cukup
29. Digunakan untuk apakah pendapatan yang anda peroleh ?
a. Membayar hutang
b. Melengkapi kebutuhan sehari-hari
c. Melengkapi kebutuhan sekolah anak
d. Menabung
30. Darimanakah dana yang diperoleh anak anda untuk sekolah?
a. Hutang
b. Biaya Sendiri
c. Beasiswa
d. Bantuan Operasional Sekolah
Aksesibilitas
31. Berapa lama waktu yang diperoleh anak anda dari rumah menuju ke sekolah ?
a. Kurang dari 10 menit
b. Antara 10 menit – 15 menit
131
c. Antara 16 menit – 25 menit
d. Lebih dari 25 menit
32. Berapa jarak antara rumah menuju ke jalan raya ?
a. Kurang dari 500 m
b. Antara 500 m – 1 km
c. Antara 1 km – 2 km
d. Lebih dari 2 km
33. Berapa jarak antara rumah menuju ke sekolah ?
a. Kurang dari 1 km
b. Antara 1 km – 3 km
c. Antara 3 km – 5 km
d. Lebih dari 5 km
34. Bagaimana kondisi jalan di desa anda ?
a. Rusak
b. Berlubang
c. Berbatu-batu
d. Beraspal
35. Bagaimana kondisi jalan di desa ini ketika musim hujan ?
a. Berkubang air
b. Berbatu-batu
c. Licin
d. Becek
36. Digunakan untuk apakah lahan yang ada di desa ini ?
a. Peternakan
b. Perikanan
c. Persawahan
d. Pertanian
37. Kendaraan apa yang digunakan oleh anak untuk sekolah ?
a. Angkutan umum
b. Sepeda motor
c. Sepeda
132
d. Jalan kaki
38. Berapa jumlah angkutan umum yang melewati daerah ini setiap hari ?
a. 1
b. 2
c. 3
d. Lebih dari 3
39. Berapa biaya yang dipakai anak anda jika berangkat sekolah menggunakan
transportasi umum?
a. Lebih dari Rp 4.000, 00
b. Antara Rp 3.000,00 – Rp 4.000,00
c. Antara Rp 2.000,00 – Rp 3.000,00
d. Kurang dari Rp 2.000,00
40. Ketika Bapak/ Ibu memberikan uang saku untuk sekolah, apakah uang saku
yang diberikan cukup untuk biaya transportasi?
a. Kurang dari cukup
b. Tidak cukup
c. Cukup
d. Sangat cukup
133
LAMPIRAN 8
UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS ANGKET
No. Kode No. Item
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 UC-01 3 3 3 1 4 2 2 4 1 4 2 1 1 2 2 1 1 3
2 UC-02 1 1 3 1 3 1 2 2 1 1 1 1 1 4 1 1 1 4
3 UC-03 1 1 3 4 3 2 1 4 4 2 1 1 1 2 2 1 1 4
4 UC-04 2 1 2 4 4 2 1 3 3 2 2 1 1 2 3 1 1 3
5 UC-05 3 3 3 1 2 2 3 4 1 4 4 2 1 3 4 1 1 3
6 UC-06 1 1 3 3 3 1 1 2 2 2 2 1 1 2 2 1 1 2
7 UC-07 1 1 4 2 2 4 2 2 2 2 1 1 1 2 4 1 1 2
8 UC-08 3 1 4 3 3 3 4 4 2 1 1 1 1 4 1 1 1 1
9 UC-09 1 4 4 2 3 2 3 2 3 2 1 2 1 2 4 1 1 4
10 UC-10 2 1 4 1 4 3 3 4 1 2 2 1 1 2 2 2 1 4
11 UC-11 1 1 3 1 2 3 1 4 1 2 2 1 1 4 1 1 1 4
12 UC-12 1 1 3 1 2 3 1 4 1 2 2 1 1 4 1 1 4 4
13 UC-13 1 1 3 1 2 2 4 4 1 2 2 1 1 4 1 1 1 3
14 UC-14 1 1 3 1 2 2 3 2 2 2 2 2 1 1 2 1 3 3
15 UC-15 1 1 3 1 3 1 4 4 1 1 1 1 1 4 1 1 1 3
16 UC-16 1 1 3 3 2 3 1 4 1 2 2 1 1 4 1 1 1 4
17 UC-17 1 1 3 1 3 3 4 4 1 2 2 1 1 3 1 1 2 4
18 UC-18 1 1 3 2 4 3 4 1 1 2 4 1 4 1 4 1 1 4
19 UC-19 2 1 4 1 4 1 4 2 1 2 2 1 1 4 1 1 1 3
20 UC-20 1 1 3 1 4 1 4 4 3 1 4 1 1 4 2 2 1 3
Val
idit
as
∑X 29 27 64 35 59 44 52 64 33 40 40 23 23 58 40 22 26 65
∑X2 53 51 210 83 187 112 166 226 71 92 98 29 35 192 106 26 46 225
∑XY 55767 51921 123072 67305 11346 84612 99996 99996 63459 76920 76920 44229 44229 111534 76920 42306 49998 124995
rxy 0.992 0.988 0.999 0.988 0.997 0.996 0.994 0.998 0.99 0.996 0.994 0.997 0.99 0.9964 0.99 0.998 0.991 0.9984
r tabel 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444
Kriteria Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
σ2
b 0.548 0.728 0.26 1.0875 0.648 0.76 1.54 1.06 0.828 0.6 0.9 0.128 0.428 1.19 1.3 0.09 0.61 0.6875
134
UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS ANGKET
No. Kode No. Item
19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
1 UC-01 3 2 2 3 1 3 3 4 4 2 2 2 2 2 4 4 1 4
2 UC-02 4 2 2 4 2 3 3 4 4 2 2 4 1 1 2 4 1 4
3 UC-03 1 1 1 1 1 3 4 1 1 1 2 2 3 4 4 3 2 1
4 UC-04 2 1 1 1 1 1 4 2 1 3 4 4 2 3 1 3 4 1
5 UC-05 2 1 1 1 2 1 4 2 2 1 2 4 4 4 4 4 4 4
6 UC-06 4 1 1 1 1 1 4 1 1 2 2 1 1 2 4 4 4 1
7 UC-07 3 3 1 1 1 2 4 1 1 1 2 1 3 4 3 4 2 1
8 UC-08 4 2 2 4 2 4 4 1 1 2 1 4 1 4 1 3 1 1
9 UC-09 4 1 1 1 1 2 4 1 1 3 2 3 3 1 1 3 2 3
10 UC-10 4 2 2 4 2 2 3 1 1 3 4 2 1 1 4 4 4 4
11 UC-11 4 4 4 4 4 4 4 1 1 3 1 2 2 1 4 4 2 1
12 UC-12 4 4 4 4 4 4 4 4 1 3 1 2 3 1 4 4 2 1
13 UC-13 4 4 4 4 4 4 4 1 1 2 1 2 3 1 4 4 2 1
14 UC-14 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 2 4 1 4 3 2 1
15 UC-15 4 2 2 4 2 3 4 1 1 2 1 2 3 1 4 4 4 2
16 UC-16 4 4 4 4 4 4 4 1 1 3 1 2 4 1 4 4 4 2
17 UC-17 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 2 2 1 4 4 3 3
18 UC-18 3 4 1 1 1 3 4 1 1 3 2 2 2 4 1 4 1 3
19 UC-19 4 4 4 1 1 4 4 4 1 2 1 4 3 4 3 3 3 2
20 UC-20 4 2 2 4 2 3 4 3 4 3 3 4 3 2 4 4 2 2
Val
idit
as
∑X 70 52 47 55 44 59 77 42 36 48 38 51 50 43 64 74 50 42
∑X2 260 166 143 193 128 197 299 124 98 128 90 151 144 127 234 278 150 116
∑XY 134610 99996 90381 105765 84612 113457 148071 80766 69228 92304 73074 98073 96150 82689 123072 142302 96150 80766
rxy 0.9982 0.9946 0.9932 0.9931 0.9925 0.99703 0.9996 0.9895 0.9865 0.9971 0.9923 0.9953 0.9965 0.9882 0.9967 0.9995 0.9941 0.9911
r tabel 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444
Kriteria Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
σ2b 0.75 1.54 1.6275 2.0875 1.56 1.1475 0.1275 1.79 1.66 0.64 0.89 1.0475 0.95 1.7275 1.46 0.21 1.25 1.39
135
UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS ANGKET
No. Kode No. Item Y Y2
37 38 39 40
1 UC-01 1 1 2 2 94 8836
2 UC-02 1 2 2 1 88 7744
3 UC-03 1 2 4 1 95 9025
4 UC-04 2 1 1 2 83 6889
5 UC-05 1 4 4 1 105 11025
6 UC-06 2 4 4 2 79 6241
7 UC-07 2 1 4 2 86 7396
8 UC-08 1 1 4 2 89 7921
9 UC-09 4 1 2 3 89 7921
10 UC-10 2 1 4 1 96 9216
11 UC-11 1 4 4 2 99 9801
12 UC-12 1 4 4 2 106 11236
13 UC-13 1 4 4 2 100 10000
14 UC-14 1 4 4 1 103 10609
15 UC-15 1 1 4 2 91 8281
16 UC-16 2 4 4 2 107 11449
17 UC-17 1 4 1 2 111 12321
18 UC-18 3 1 3 3 93 8649
19 UC-19 2 2 2 2 100 10000
20 UC-20 1 4 2 2 109 11881
Val
idit
as
∑X 31 50 63 37 1923 186441
∑X2 61 164 223 75
∑XY 59613 96150 121149 71151 k = 40
rxy 0.991 0.9927 0.9962 0.997 ∑σ2b = 39.3975
r tabel 0.444 0.444 0.444 0.444 σt2=84,84
Kriteria Valid Valid Valid Valid r11 = 0,5494
σ2b 0.6475 1.95 1.2275 0.328
136
LAMPIRAN 9
Perhitungan Validitas Angket
Rumus
Kriteria
Butir item valid jika r xy > r tabel
Perhitungan
Berikut ini contoh perhitungan validitas item pada no 1.
No. Kode X Y X2 Y
2 XY
1 UC 1 3 94 9 8836 282
2 UC 2 1 89 1 7921 89
3 UC 3 1 84 1 7056 84
4 UC 4 2 82 4 6724 164
5 UC 5 3 105 9 11025 315
6 UC 6 1 79 1 6241 79
7 UC 7 1 86 1 7396 86
8 UC 8 3 89 9 7921 267
9 UC 9 1 89 1 7921 89
10 UC 10 2 96 4 9216 192
11 UC 11 1 99 1 9801 99
12 UC 12 1 106 1 11236 106
13 UC 13 1 100 1 10000 100
14 UC 14 1 103 1 10609 103
15 UC 15 1 91 1 8281 91
16 UC 16 1 107 1 11449 107
17 UC 17 1 111 1 12321 111
18 UC 18 1 93 1 8649 93
19 UC 19 2 100 4 10000 200
20 UC 20 1 109 1 11881 109
∑ 29 1912 53 184484 55448
137
Dengan menggunakan rumus tersebut diperoleh:
= 0,992
Pada α = 5% dengan n =20 diperoleh r tabel = 0,992
Karena r xy > r tabel, maka butir no 1 tersebut valid.
138
LAMPIRAN 10
Perhitungan Realibilitas Angket
Rumus
Kriteria
Apabila r11 > r tabel maka instrumen tersebut reliabel.
Perhitungan
1. Varians total
=
= 84, 84
2. Varians butir
139
--------
= + + + ------- +
= 39.3975
3. Koefisien reliabilitas
= 0,5494
Pada α = 5 % dengan n = 15 di peroleh r tabel = 0,444
Karena r11 > r tabel maka dapat disimpulkan instrumen tersebut reliabel.
140
TABULASI PENGISIAN ANGKET PELAKSANAAN PROGRAM WAJIB BELAJAR 9 TAHUN DI KECAMATAN KEDUNGBANTENG KABUPATEN TEGAL
No. Nama
Kondisi Sosial Kondisi Ekonomi
LA
MP
IRA
N 1
1
Karakter Keluarga Lingkungan Keluarga Tingkat Pendidikan Orang Tua Jenis Pekerjaan Orang Tua Pendapatan Orang Tua
1 2 ∑ % KR 3 4 5 6 7 8 9 10 11 ∑ % KR 12 13 14 15 16 17 18 19 ∑ % KR 20 21 22 23 ∑ % KR 24 25 26 27 28 29 30
1 Irwan B. 1 1 2 25.00 SR 2 4 4 1 1 2 4 3 3 24 66.7 C 3 4 1 1 3 4 1 1 18 64.29 C 4 2 3 2 11 68.75 C 4 4 3 1 3 3 4
2 Yasir 1 1 2 25.00 SR 4 4 4 1 1 1 4 2 3 24 66.7 C 3 4 1 1 3 4 1 1 18 64.29 C 4 2 4 1 11 68.75 C 4 4 3 1 3 3 4
3 Diyo 2 2 4 50.00 R 4 4 4 1 1 1 4 2 1 22 61.1 R 3 2 1 1 3 2 1 1 14 50.00 R 4 2 4 1 11 68.75 C 4 4 3 1 3 3 4
4 Dayat 2 2 4 50.00 R 3 4 4 1 1 1 3 3 2 22 61.1 R 3 4 1 1 3 4 1 1 18 64.29 C 4 2 4 1 11 68.75 C 4 4 3 1 3 4 4
5 Sugeng 2 2 4 50.00 R 2 4 4 1 1 1 3 2 1 19 52.8 R 2 4 1 1 2 1 1 1 13 46.43 R 4 2 4 1 11 68.75 C 4 4 3 1 3 3 3
6 Tarim 2 2 4 50.00 R 1 4 4 1 2 1 3 2 1 19 52.8 R 3 4 1 4 3 1 1 1 18 64.29 C 4 2 3 1 10 62.5 C 4 4 4 1 2 3 3
7 Adi S. 2 2 4 50.00 R 4 4 2 3 2 2 3 2 2 24 66.7 C 3 3 1 1 3 3 2 1 17 60.71 R 3 1 1 1 6 37.50 SR 4 4 1 1 2 3 3
8 Slamet R. 3 3 6 75.00 C 4 4 2 1 1 2 3 3 2 22 61.1 R 3 4 1 1 3 4 1 1 18 64.29 C 3 1 1 1 6 37.50 SR 4 4 1 1 1 3 3
9 Warno 3 3 6 75.00 C 4 4 2 1 3 2 3 3 1 23 63.9 C 3 2 4 1 3 2 2 1 18 64.29 C 3 2 4 3 12 75.00 C 4 4 1 4 3 3 4
10 Wastap 1 1 2 25.00 SR 3 4 4 2 4 2 1 1 3 24 66.7 C 3 3 4 4 3 3 2 2 24 85.71 T 2 2 4 1 9 56.25 R 4 4 1 1 3 3 3
11 Uripto 1 1 2 25.00 SR 3 4 4 1 1 3 2 1 1 20 55.6 R 3 3 1 1 3 3 1 1 16 57.14 R 1 1 4 1 7 43.75 R 4 4 1 1 3 3 4
12 Bambang 2 2 4 50.00 R 4 3 4 1 1 2 1 1 3 20 55.6 R 3 2 1 1 3 2 1 1 14 50.00 R 1 3 4 2 10 62.5 C 4 4 1 3 2 3 4
13 Daryono 4 4 8 100.00 T 4 3 4 1 1 3 3 1 3 23 63.9 C 3 2 1 4 3 2 1 2 18 64.29 C 1 4 4 2 11 68.75 C 4 4 1 4 1 4 4
14 Warjo 1 1 2 25.00 SR 4 3 4 1 1 3 4 3 1 24 66.7 C 3 3 3 1 3 3 2 1 19 67.86 C 1 1 4 1 7 43.75 R 4 4 1 1 3 4 4
15 Rozikin 1 1 2 25.00 SR 4 4 4 1 2 2 2 3 1 23 63.9 R 2 3 3 1 2 3 3 1 18 64.29 C 4 3 4 1 12 75.00 C 3 4 1 1 2 3 4
16 Sarwan 1 1 2 25.00 SR 4 3 3 1 2 2 2 3 1 21 58.3 R 2 3 1 1 2 3 1 1 14 50.00 R 4 1 4 1 10 62.5 C 4 4 1 1 3 3 3
17 Tarmudi 1 1 2 25.00 SR 3 4 4 1 2 2 4 2 1 23 63.9 C 2 2 1 1 2 2 1 1 12 42.86 R 2 1 4 1 8 50.00 R 4 4 3 1 3 4 4
18 Salim 4 4 8 100.00 T 3 3 4 4 2 1 4 2 1 24 66.7 C 2 2 1 1 2 2 1 1 12 42.86 R 3 1 1 2 7 43.75 R 4 4 1 1 4 3 1
19 Kusno 2 2 4 50.00 R 3 4 4 1 1 1 3 3 3 23 63.9 C 1 3 1 3 4 2 1 1 16 57.14 R 3 2 1 2 8 50.00 R 4 4 1 1 4 3 3
20 Sunarto 2 2 4 50.00 R 3 3 4 1 4 1 3 3 3 25 69.4 C 3 2 2 3 3 2 2 3 20 71.43 C 1 1 4 2 8 50.00 R 4 4 1 1 4 3 3
21 Ali W. 2 2 4 50.00 R 2 3 4 1 3 2 3 2 2 22 61.1 C 3 2 3 2 3 3 2 2 20 71.43 C 3 1 4 1 9 56.25 R 4 4 1 1 4 3 3
22 Santoso 2 2 4 50.00 R 3 3 1 1 1 3 3 2 2 19 52.8 R 1 2 1 4 4 2 1 2 17 60.71 R 1 1 4 2 8 50.00 R 4 4 1 1 4 4 3
23 Jenal A. 3 3 6 75.00 C 4 3 4 1 1 2 3 2 1 21 58.3 R 3 4 1 4 3 4 1 2 22 78.57 C 1 1 4 2 8 50.00 R 4 4 1 1 4 4 3
24 Karyono 3 3 6 75.00 C 2 3 4 1 1 2 3 3 3 22 61.1 R 3 4 1 4 3 4 1 2 22 78.57 C 1 2 3 2 8 50.00 R 4 4 4 4 4 3 3
25 Samlawi 3 3 6 75.00 C 3 3 4 1 2 1 3 3 4 24 66.7 C 4 3 4 2 4 3 3 2 25 89.29 T 4 3 1 1 9 56.25 R 4 4 1 1 4 4 4
26 Samiun 1 1 2 25.00 SR 4 3 4 1 1 1 3 3 3 23 63.9 C 4 3 3 2 4 3 2 2 23 82.14 T 4 1 4 2 11 68.75 C 4 4 1 1 4 4 4
27 Kardi 1 1 2 25.00 SR 4 3 4 1 4 1 3 3 3 26 72.2 C 4 3 1 1 1 3 1 1 15 53.57 R 4 1 1 1 7 43.75 R 4 4 1 1 2 3 4
28 Danali 1 1 2 25.00 SR 3 4 4 1 3 1 3 3 2 24 66.7 C 3 1 1 2 3 1 1 2 14 50.00 R 3 1 3 3 10 62.5 C 4 4 3 3 3 3 4
29 Casim 2 2 4 50.00 R 3 4 4 1 2 3 3 3 2 25 69.4 C 1 1 1 4 1 1 1 3 13 46.43 R 4 3 3 3 13 81.25 C 4 4 4 3 3 3 4
30 Dokkari 3 3 6 75.00 C 2 4 4 1 1 2 4 3 2 23 63.9 C 2 3 1 4 2 3 1 2 18 64.29 R 4 1 3 3 11 68.75 C 4 4 3 2 3 3 4
31 Nurokhim 2 2 4 50.00 R 2 4 4 1 4 1 3 3 4 26 72.2 C 3 3 1 1 3 3 1 1 16 57.14 R 4 2 3 2 11 68.75 C 4 4 3 4 3 3 4
32 Tanuri 4 4 8 100.00 T 4 4 4 1 4 1 1 4 1 24 66.7 C 3 3 3 2 3 3 2 2 21 75.00 C 4 2 4 1 11 68.75 C 3 4 1 1 3 3 4
33 Waryo 2 2 4 50.00 R 4 4 4 1 3 2 1 4 1 24 66.7 C 1 2 2 3 1 2 2 2 15 53.57 R 4 1 4 1 10 62.5 C 3 4 2 1 3 3 4
34 Suwarto 1 1 2 25.00 SR 4 4 1 1 1 2 3 4 1 21 58.3 R 4 1 2 3 4 1 2 2 19 67.86 C 4 3 1 3 11 68.75 C 4 4 1 1 3 3 4
35 Darman 1 1 2 25.00 SR 4 1 4 1 1 3 4 1 1 20 55.6 R 4 3 1 4 4 3 1 4 24 85.71 T 4 3 1 3 11 68.75 C 4 4 1 1 3 3 4
36 Kliwon 4 4 8 100.00 T 4 2 4 1 1 2 3 2 1 20 55.6 R 3 3 1 1 3 3 1 1 16 57.14 R 4 2 4 2 12 75.00 C 4 4 3 2 4 3 4
37 Suminah 2 2 4 50.00 R 4 4 4 1 2 2 4 4 1 26 72.2 C 3 3 2 1 3 3 3 1 19 67.86 R 4 2 1 1 8 50.00 R 4 4 1 1 4 3 3
38 Wasmar 2 2 4 50.00 R 4 2 4 1 2 3 2 1 1 20 55.6 R 3 3 2 1 3 3 4 1 20 71.43 C 4 1 4 1 10 62.5 C 4 4 1 1 4 2 3
39 Latifah 3 3 6 75.00 C 4 3 4 1 1 3 2 2 2 22 61.1 R 2 3 1 1 2 3 1 1 14 50.00 R 3 3 4 2 12 75.00 C 4 4 2 4 4 4 4
40 Rokhman 3 3 6 75.00 C 4 4 4 1 2 2 2 4 1 24 66.7 C 1 1 1 1 1 1 1 1 8 28.57 SR 3 1 4 2 10 62.5 C 4 4 3 4 4 3 4
41 Maniso 3 3 6 75.00 C 4 4 4 1 2 3 2 1 2 23 63.9 C 2 3 2 1 2 3 2 1 16 57.14 R 3 1 4 2 10 62.5 C 4 4 4 4 2 3 3
42 Was'an 1 1 2 25.00 SR 2 3 4 1 1 1 2 2 1 17 47.2 R 2 3 3 1 2 3 3 1 18 64.29 C 4 3 4 2 13 81.25 C 4 4 4 4 2 3 2
43 Rosilah 1 1 2 25.00 SR 2 3 4 1 2 1 4 3 1 21 58.3 R 3 4 1 4 3 4 1 2 22 78.57 C 4 1 3 2 10 62.5 C 4 4 4 4 2 3 4
44 Sukirman 1 1 2 25.00 SR 2 3 2 1 2 4 2 4 3 23 63.9 R 3 4 1 4 3 4 1 2 22 78.57 C 1 1 4 2 8 50.00 R 4 4 4 4 2 3 4
45 Mugiono 1 1 2 25.00 SR 4 3 2 1 1 1 3 1 3 19 52.8 R 3 1 1 4 3 1 1 2 16 57.14 R 4 2 3 1 10 62.5 C 4 4 1 1 3 4 3
46 Kaslim 1 1 2 25.00 SR 4 3 2 1 2 2 3 2 3 22 61.1 R 3 3 1 1 3 3 1 1 16 57.14 R 4 2 1 1 8 50.00 R 4 4 1 1 4 4 3
47 Jahuri 1 1 2 25.00 SR 4 4 2 1 1 3 4 4 3 26 72.2 C 1 3 1 1 4 3 1 1 15 53.57 R 3 2 3 3 11 68.75 C 4 4 1 1 4 4 3
48 Warmun 1 1 2 25.00 SR 3 4 2 1 1 2 4 1 1 19 52.8 R 4 3 1 1 1 3 1 1 15 53.57 R 3 3 1 3 10 62.5 C 4 4 1 1 4 4 3
49 Casiyah 1 1 2 25.00 SR 4 4 2 1 1 3 2 2 3 22 61.1 R 3 3 1 1 3 3 1 1 16 57.14 R 4 1 3 1 9 56.25 R 4 4 1 1 4 4 3
50 Komari 1 1 2 25.00 SR 3 4 4 1 1 3 3 3 3 25 69.4 C 3 3 2 1 3 3 3 1 19 67.86 C 3 3 3 1 10 62.50 R 4 4 1 1 4 4 3
51 Saad 1 1 2 25.00 SR 3 3 4 1 1 2 3 3 3 23 63.9 C 4 3 3 1 4 3 3 1 22 78.57 C 4 1 4 3 12 75.00 C 4 4 1 1 4 1 3
52 Masud 2 2 4 50.00 SR 3 4 4 1 2 3 3 3 3 26 72.2 C 4 3 3 1 4 3 2 1 21 75.00 C 3 1 1 3 8 50.00 R 4 4 1 1 4 2 3
141
TABULASI PENGISIAN ANGKET
No. Nama
Kondisi Sosial Kondisi Ekonomi
Tanggungan Keluarga Lingkungan Keluarga Tingkat Pendidikan Orang Tua Jenis Pekerjaan Orang Tua Pendapatan Orang Tua
1 2 ∑ % KR 3 4 5 6 7 8 9 10 11 ∑ % KR 12 13 14 15 16 17 18 19 ∑ % KR 20 21 22 23 ∑ % KR 24 25 26 27 28 29 30
53 Wahad
3 3 6 25.00 SR 3 1 4 2 2 4 2 4 2 28 77.78 C 1 4 2 2 1 1 3 3 17 60.71 R 4 2 3 3 12 75.00 C 4 4 4 4 2 2 2
54 Wastap
1 1 2 25.00 SR 3 1 3 1 2 2 2 1 1 19 52.78 R 4 4 4 1 1 1 4 4 23 82.14 T 4 2 4 2 12 75.00 C 4 4 4 4 2 2 4
55 Sarwen
1 1 2 25.00 SR 3 4 3 2 1 4 4 2 1 27 75.00 C 4 4 2 2 1 1 4 1 19 67.86 C 3 1 3 1 8 50.00 R 4 4 1 1 1 2 2
56 Kartono
2 1 3 37.50 SR 2 4 4 2 1 3 3 2 2 27 75.00 C 4 4 2 3 1 1 3 2 20 71.43 C 3 3 3 1 10 62.5 C 4 4 2 1 3 4 4
57 Sarwen
3 3 6 75.00 C 3 1 2 2 4 4 2 4 4 28 77.78 C 3 4 3 4 1 1 3 2 21 75.00 C 3 4 1 2 10 62.5 C 4 4 2 2 1 2 4
58 Wasdi
1 1 2 25.00 SR 3 3 3 1 1 2 1 2 2 21 58.33 R 4 4 2 2 1 1 2 4 20 71.43 C 3 4 1 1 9 56.25 R 4 4 1 1 2 2 1
59 Slamet
1 1 2 25.00 SR 4 2 2 4 2 2 1 2 1 22 61.11 R 4 4 2 4 1 1 2 3 21 75.00 C 3 3 3 3 12 75.00 C 4 4 1 1 1 2 1
60 Ardi
3 1 4 50.00 SR 4 3 3 3 3 4 1 1 1 26 72.22 C 4 4 4 1 1 1 1 4 20 71.43 C 4 2 4 2 12 75.00 C 4 4 1 1 2 1 4
61 Saryo
1 4 5 62.50 R 4 2 3 2 4 2 3 2 1 26 72.22 C 3 4 2 4 1 1 4 4 23 82.14 T 4 1 1 3 9 56.25 R 4 4 1 1 3 2 3
62 Kliwon
2 1 3 37.50 SR 4 1 4 3 4 4 2 2 2 30 83.33 T 4 4 2 2 2 1 4 4 23 82.14 T 4 2 4 2 12 75.00 C 4 4 1 1 3 4 2
63 Suyono
1 1 2 25.00 SR 3 1 2 3 1 4 2 2 2 22 61.11 R 4 4 4 1 1 1 4 4 23 82.14 T 4 4 4 4 16 100.00 T 4 4 1 1 3 4 2
64 Sugino
1 1 2 25.00 SR 3 1 2 3 1 4 2 2 2 22 61.11 R 4 4 4 1 1 4 4 4 26 92.86 T 4 4 4 4 16 100.00 T 4 4 4 1 3 4 2
65 Sutrisno
1 1 2 25.00 SR 3 1 2 2 3 4 2 2 2 23 63.89 C 4 4 4 1 1 1 3 4 22 78.57 C 4 4 4 4 16 100.00 T 4 4 1 1 2 4 2
66 Nurholis
1 1 2 25.00 SR 3 1 2 2 4 2 1 2 2 21 58.33 R 3 4 1 2 1 3 3 4 21 75.00 C 4 4 4 4 16 100.00 T 4 4 4 4 4 4 2
67 Kardi
1 1 2 25.00 SR 3 1 3 1 3 4 2 1 1 22 61.11 R 4 4 4 1 1 1 3 4 22 78.57 C 3 2 4 2 11 68.75 C 4 4 1 1 2 4 2
68 Slamet
1 1 2 25.00 SR 3 3 2 3 1 4 2 2 2 24 66.67 C 4 4 4 1 1 1 4 4 23 82.14 T 4 4 4 4 16 100.00 T 4 4 1 1 3 4 2
69 Burham
1 1 2 25.00 SR 3 1 3 3 3 4 2 2 2 26 72.22 C 4 4 3 1 1 2 4 4 23 82.14 T 4 4 4 4 16 100.00 T 4 4 4 4 3 3 2
70 Slamet
1 1 2 25.00 SR 3 2 4 3 3 1 2 2 4 28 77.78 C 4 1 1 4 1 1 4 3 19 67.86 C 4 1 4 1 10 62.5 C 4 4 1 1 3 2 2
71 Nurohim
2 1 3 37.50 SR 4 1 4 1 3 2 2 2 2 25 69.44 C 4 4 4 1 1 1 3 4 22 78.57 C 4 4 1 3 12 75.00 C 4 4 4 1 2 4 4
72 Suryadi
1 1 2 25.00 SR 3 1 4 1 3 4 3 1 4 28 77.78 C 4 4 4 2 2 1 3 4 24 85.71 T 3 2 4 3 12 75.00 C 4 4 3 4 3 3 4
252 43.75 SR
1654 63.8 C
1346 66.77 C
752 65.28 C
Kri
teri
a Tinggi 0 0 1.39 1 16.67 12 8.33 6
Cukup 12.50 9 56.94 41 48.61 35 59.72 43
Rendah 22.22 16 41.67 30 33.33 24 29.17 21
Sangat Rendah 79.17 57 0 0 1.39 1 2.78 2
Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2011
142
o. Nama
K. Ekonomi Aksesibilitas
Jumlah Pendapatan OT
∑ % KR 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 ∑ % KR ∑ % KR
1 Irwan B. 22 78.57 C 3 2 2 4 1 1 2 2 2 3 22 55.00 R 99 61.88 R
2 Yasir 22 78.57 C 3 2 2 4 1 1 1 2 2 3 21 52.50 R 98 61.25 R
3 Diyo 22 78.57 C 3 2 2 4 1 1 1 2 2 3 21 52.50 R 94 58.75 R
4 Dayat 23 82.14 C 2 3 3 2 3 1 4 2 2 3 25 62.50 R 103 64.38 C
5 Sugeng 21 75.00 C 2 3 3 2 3 1 4 2 2 3 25 62.50 R 93 58.13 R
6 Tarim 21 75.00 C 2 3 3 2 3 1 4 1 2 3 24 60.00 R 96 60.00 R
7 Adi S. 18 64.29 C 1 4 4 2 3 1 4 1 2 3 25 62.50 C 94 58.75 R
8 Slamet R. 17 60.71 R 1 4 4 2 3 2 4 1 2 3 26 65.00 C 95 59.38 R
9 Warno 23 82.14 C 1 4 4 2 3 2 4 1 2 3 26 65.00 C 108 67.50 C
10 Wastap 19 67.86 C 2 3 2 2 3 2 4 1 2 3 24 60.00 R 102 63.75 C
11 Uripto 20 71.43 C 1 4 1 4 1 2 2 1 2 3 21 52.50 R 86 53.75 R
12 Bambang 21 75.00 C 1 4 1 4 1 2 4 1 2 4 24 60.00 R 93 58.13 R
13 Daryono 22 78.57 C 3 2 2 4 1 2 2 1 2 2 21 52.50 R 103 64.38 C
14 Warjo 21 75.00 C 4 1 2 3 2 2 2 1 2 3 22 55.00 R 95 59.38 R
15 Rozikin 18 64.29 C 2 3 2 3 2 2 2 2 2 3 23 57.50 R 96 60.00 R
16 Sarwan 19 67.86 C 2 3 2 3 2 2 2 2 2 3 23 57.50 R 89 55.63 R
17 Tarmudi 23 82.14 C 1 4 1 3 2 1 2 2 2 3 21 52.50 R 89 55.63 R
18 Salim 18 64.29 C 1 4 1 2 1 1 2 2 2 3 19 47.50 R 88 55.00 R
19 Kusno 20 71.43 C 1 4 1 2 1 1 2 2 2 2 18 45.00 R 89 55.63 R
20 Sunarto 20 71.43 C 1 4 1 2 1 1 2 2 2 2 18 45.00 R 95 59.38 R
21 Ali W. 20 71.43 C 2 3 3 2 1 1 4 2 2 2 22 55.00 R 97 60.63 R
22 Santoso 21 75.00 C 2 3 3 2 1 1 4 2 2 2 22 55.00 R 91 56.88 R
23 Jenal A. 21 75.00 C 2 3 3 2 1 2 4 2 2 2 23 57.50 R 101 63.13 R
24 Karyono 26 92.86 T 2 3 3 3 2 2 4 2 2 3 26 65.00 C 110 68.75 C
25 Samlawi 22 78.57 C 2 3 3 3 2 2 4 2 2 3 26 65.00 C 112 70.00 C
26 Samiun 22 78.57 C 2 3 3 3 2 2 4 2 2 3 26 65.00 C 107 66.88 C
27 Kardi 19 67.86 C 3 2 3 3 2 2 4 2 2 3 26 65.00 C 95 59.38 R
28 Danali 24 85.71 T 4 1 3 3 2 2 4 2 2 3 26 65.00 C 100 62.50 R
29 Casim 25 89.29 T 1 4 3 4 1 2 4 2 1 3 25 62.50 R 105 65.63 C
30 Dokkari 23 82.14 C 1 4 3 4 1 1 4 1 1 2 22 55.00 R 103 64.38 C
31 Nurokhim 25 89.29 T 1 4 3 4 1 1 4 1 1 2 22 55.00 R 104 65.00 C
32 Tanuri 19 67.86 C 1 4 2 4 1 1 4 1 1 3 22 55.00 R 105 65.63 C
33 Waryo 20 71.43 C 2 3 2 2 1 1 4 1 2 3 21 52.50 R 94 58.75 C
34 Suwarto 20 71.43 C 2 3 2 2 1 1 4 1 2 3 21 52.50 R 94 58.75 R
35 Darman 20 71.43 C 2 3 3 4 1 1 4 1 2 3 24 60.00 R 101 63.13 R
36 Kliwon 24 85.71 T 3 2 3 4 1 1 2 1 2 3 22 55.00 R 102 63.75 C
37 Suminah 20 71.43 C 3 2 3 4 1 1 2 1 2 3 22 55.00 R 99 61.88 C
38 Wasmar 19 67.86 C 2 3 2 2 1 1 2 1 2 3 19 47.50 R 92 57.50 R
39 Latifah 26 92.86 T 1 4 3 2 3 1 2 1 2 4 23 57.50 R 103 64.38 R
40 Rokhman 26 92.86 T 2 3 3 3 3 1 2 1 2 4 24 60.00 R 98 61.25 R
41 Maniso 24 85.71 C 3 2 3 4 2 1 4 1 2 3 25 62.50 R 104 65.00 C
42 Was'an 23 82.14 C 4 1 3 4 3 1 2 1 2 3 24 60.00 R 97 60.63 R
43 Rosilah 25 89.29 C 2 3 3 3 2 1 1 1 2 3 21 52.50 R 101 63.13 R
44 Sukirman 25 89.29 T 2 3 3 3 2 1 4 1 2 3 24 60.00 R 104 65.00 C
45 Mugiono 20 71.43 C 2 3 3 3 2 1 4 1 2 3 24 60.00 R 91 56.88 R
46 Kaslim 21 75.00 C 2 3 3 3 2 1 4 1 2 3 24 60.00 R 93 58.13 R
47 Jahuri 21 75.00 C 2 3 3 3 2 1 2 1 2 3 22 55.00 R 97 60.63 R
48 Warmun 21 75.00 C 3 2 2 2 3 1 2 1 2 3 21 52.50 R 88 55.00 R
49 Casiyah 21 75.00 C 3 2 2 4 1 1 2 1 2 3 21 52.50 R 91 56.88 R
50 Komari 21 75.00 C 3 2 2 4 1 1 2 1 2 3 21 52.50 R 98 61.25 R
51 Saad 18 64.29 C 2 3 2 4 1 1 2 1 2 3 21 52.50 R 98 61.25 R
52 Masud 19 67.86 C 3 2 2 4 1 1 2 1 2 3 21 52.50 R 99 61.88 R
143
No.
Nama
K. Ekonomi Aksesibilitas
Jumlah Pendapatan OT
∑ % KR 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 ∑ % KR ∑ % KR
53 Wahad
20 71.43 C 2 2 4 8 4 1 4 1 2 2 30 75.00 C 105 65.63 C
54 Wastap
22 78.57 C 1 1 2 4 4 1 4 1 1 1 20 50.00 R 89 55.63 R
55 Sarwen
14 50.00 R 3 4 4 11 3 2 1 1 1 1 31 77.50 C 91 56.88 R
56 Kartono
19 67.86 C 2 3 1 6 3 4 1 2 2 2 26 65.00 C 93 58.13 R
57 Sarwen
16 57.14 R 4 4 4 12 4 4 4 1 1 1 39 97.50 T 109 68.13 C
58 Wasdi
12 42.86 SR 1 2 4 7 4 4 1 2 2 2 29 72.50 C 83 51.88 R
59 Slamet
12 42.86 SR 3 4 3 10 4 2 1 2 2 2 33 82.50 T 91 56.88 R
60 Ardi
17 60.71 R 1 4 1 6 3 1 1 1 2 2 22 55.00 R 95 59.38 R
61 Saryo
16 57.14 R 3 1 1 5 3 2 3 4 3 3 28 70.00 C 97 60.63 R
62 Kliwon
16 57.14 R 1 1 4 6 4 4 4 2 1 1 28 70.00 C 102 63.75 C
63 Suyono
16 57.14 R 2 1 4 7 4 2 1 1 2 2 26 65.00 C 98 61.25 R
64 Sugino
19 67.86 C 3 1 4 8 4 2 1 1 2 2 28 70.00 C 106 66.25 C
65 Sutrisno
15 53.57 R 3 1 4 8 4 2 1 1 2 2 28 70.00 C 100 62.50 R
66 Nurholis
23 82.14 T 4 1 4 9 3 2 1 1 1 1 27 67.50 C 106 66.25 C
67 Kardi
14 50.00 R 3 1 4 8 4 4 2 1 2 2 31 77.50 C 95 59.38 R
68 Slamet
16 57.14 R 4 1 4 9 4 4 2 2 2 2 34 85.00 T 108 67.50 C
69 Burham
24 85.71 T 2 1 4 7 4 3 3 1 2 2 29 72.50 C 114 71.25 C
70 Adi
16 57.14 R 2 4 1 7 4 1 3 3 3 3 31 77.50 C 103 64.38 C
71 Nurohim
20 71.43 C 3 4 3 10 3 3 2 2 2 2 34 85.00 T 108 67.50 C
72 Suryadi
24 85.71 T 3 2 4 9 4 2 2 1 2 2 31 77.50 C 114 71.25 C
1392 69,49 C
1767 61.35 R 6988 60.66 R
Kri
teri
a
Tinggi 15.28 11 5.56 4 0 0
Cukup 66.67 48 29.17 21 34.72 25
Rendah 15.28 11 65.28 47 65.28 47
Sangat
Rendah 2.78 2 0 0
0 0
144
LAMPIRAN 12
Hasil Tabel Rata-Rata Analisis Angket Tahun 2011
Tabel 4.13. Jumlah Anggota Keluarga yang Mempunyai Anak Usia 7-15 Tahun
yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng
Kabupaten Tegal Tahun 2011
No. Anggota Keluarga Frekuensi Persentase (%)
1. 3 orang 6 8,33
2. 4 orang 11 15,28
3. 5 orang 16 22,22
4. 6 orang 7 9,72
5. 7 orang 15 20,83
6. 8 orang 6 8,33
7. 9 orang 3 4,17
8. 10 orang 4 5,56
9. 11 orang 1 1,39
10. 12 orang 3 4,17
Jumlah 72 100,00
Tabel 4.14. Banyaknya Anak dari Orang Tua yang Memiliki Anak Usia 7-15
Tahun yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan
Kedungbanteng Kabupaten Tegal Tahun 2011
No. Jumlah Anak Frekuensi Persentase (%)
1. 1 anak 6 8,33
2. 2 anak 11 15,28
3. 3 anak 16 22,22
4. 4 anak 7 9,72
5. 5 anak 15 20,83
6. 6 anak 6 8,33
7. 7 anak 3 4,17
8. 8 anak 4 5,56
9. 9 anak 1 1,39
10. 10 anak 3 4,17
Jumlah 72 100,00
145
Tabel 4.15. Dukungan Keluarga terhadap Anak Usia 7-15 Tahun yang Tidak
Melanjutkan Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal
Tahun 2011
No. Klasifikasi Frekuensi Persentase (%)
1. Tinggi 33 45,83
2. Cukup 26 36,11
3. Rendah 7 9,72
4. Sangat Rendah 8 11,11
Jumlah 72 100,00
Tabel 4.16. Pengaruh Tempat Tinggal Anak Usia 7-15 Tahun yang Tidak
Melanjutkan Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal
Tahun 2011
No. Klasifikasi Frekuensi Persentase (%)
1. Tinggi 16 23,61
2. Cukup 10 13,89
3. Rendah 17 23,61
4. Sangat Rendah 29 38,89
Jumlah 72 100,00
Tabel 4.17. Kesadaran Orang Tua yang Memiliki Anak Usia 7-15 Tahun yang
Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng
Kabupaten Tegal Tahun 2011 tentang Pendidikan
No. Jumlah Anak Frekuensi Persentase (%)
1. Sangat Penting 13 18,02
2. Penting 35 48,61
3. Cukup Penting 16 22,22
4. Tidak Penting 8 11,11
Jumlah 72 100,00
Tabel 4.18. Lingkungan Keluarga terhadap Anak Usia 7-15 Tahun yang Tidak
Melanjutkan Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten
Tegal Tahun 2011
No. Kriteria Frekuensi Persentase (%)
1. Tinggi 1 1,39
2. Cukup 41 56,94
3. Rendah 30 41,67
4. Sangat Rendah 0 0
Jumlah 72 100,00
146
Tabel 4.19. Pendidikan Formal Orang Tua yang Memiliki Anak Usia 7-15 Tahun
yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng
Kabupaten Tegal tahun 2011
No Tingkat
Pendidikan
Ayah Ibu
Frekuensi Persentase(%) Frekuensi Persentase(%)
1. SMA 9 12,50 10 13,89
2. SMP 31 43,06 35 48,61
3. SD 25 34,72 21 29,17
4. Tidak Tamat SD 7 9,72 6 8,33
Jumlah 72 100,00 72 100,00
Tabel 4.20. Pendidikan Nonformal Orang Tua yang Memiliki Anak Usia 7-15
Tahun yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan
Kedungbanteng Kabupaten Tegal tahun 2011
No Tingkat
Pendidikan
Ayah Ibu
Frekuensi Persentase (%) Frekuensi Persentase (%)
1. Kursus Menjahit 13 18,06 16 22,22
2. Kursus Mengetik 5 6,94 5 6,94
3. Kursus Elektro 13 18,06 11 15,27
4. Tidak Pernah 41 56,94 40 55,56
Jumlah 72 100,00 72 100,00
Tabel 4.21. Lamanya Pendidikan Formal Orang Tua yang Mempunyai Anak Usia
7-15 Tahun yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan
Kedungbanteng Tahun 2011
No Waktu Ayah Ibu
Frekuensi Persentase (%) Frekuensi Persentase (%)
1. < 6 tahun 9 12,5 9 12,5
2. 6-12 tahun 23 31,94 28 38,89
3. 13-15 tahun 10 13,88 12 16,67
4. > 15 tahun 31 43,05 23 31,94
Jumlah 72 100,00 72 100,00
Tabel 4.22. Lamanya Pendidikan Nonformal Orang Tua yang Memiliki Anak
Usia 7-15 Tahun yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan
Kedungbanteng Tahun 2011
No Waktu Ayah Ibu
Frekuensi Persentase (%) Frekuensi Persentase (%)
1. < 3 bulan 11 15,27 9 12,5
2. 3-6 bulan 9 12,5 28 2,77
3. >6 bulan 12 16,17 10 13,88
4. Tidak
Pernah
40 55,55 24 33,33
Jumlah 72 100,00 72 100,00
147
Tabel 4.23. Jenis Pekerjaan Pokok Orang Tua yang Memiliki Anak Usia 7-15
Tahun yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan
Kedungbanteng Kabupaten Tegal Tahun 2011
No Jenis
Pekerjaan
Ayah Ibu
Frekuensi Persentase (%) Frekuensi Persentase (%)
1. Petani 40 55,56 40 55,56
2. Pedagang 23 31,94 16 22,22
3. PNS 0 0 0 0
4. Buruh 9 12,50 7 9,72
5. Tidak Bekerja 0 0 9 12,50
Jumlah 72 100,00 72 100,00
Tabel 4.24.Tingkat Pendapatan Orang Tua yang Memiliki Anak Usia 7-15 Tahun
yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng
Kabupaten Tegal Tahun 2011
No Tingkat Pendapatan Ayah Ibu
F % F %
1. < Rp 250.000,00 12 16,67 56 77,78
2. Rp 250.000,00 – Rp 780.000,00 43 59,72 16 22,22
3. Rp 780.000,00 – Rp 1.000.000,00 14 19,44 0 0
4. > Rp 1.000.000,00 3 4,17 0 0
Jumlah 72 100,00 72 100,0
0
Tabel 4.25.Tingkat Pendapatan Orang Tua yang Memiliki Anak Usia 7-15 Tahun
yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng
Kabupaten Tegal Tahun 2011
No Tingkat Pendapatan Ayah Ibu
F % F %
1. < Rp 250.000,00 12 16,67 56 77,78
2. Rp 250.000,00 – Rp 780.000,00 43 59,72 16 22,22
3. Rp 780.000,00 – Rp 1.000.000,00 14 19,44 0 0
4. > Rp 1.000.000,00 3 4,17 0 0
Jumlah 72 100,00 72 100,00
148
Tabel 4.26. Waktu yang Dibutuhkan Anak untuk Melakukan Perjalanan dari
Rumah Menuju ke Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten
Tegal Tahun 2011
No. Waktu Frekuensi Persentase (%)
1. < 10 menit 5 6,94
2. 10 menit – 15 menit 21 29,17
3. 16 menit – 25 menit 28 38,89
4. > 25 menit 18 25,00
Jumlah 72 100,00
Tabel 4.27. Jarak yang Ditempuh Anak Waktu yang Dibutuhkan Anak untuk
Melakukan Perjalanan dari Rumah Menuju ke Sekolah di Kecamatan
Kedungbanteng Kabupaten Tegal Tahun 2011
No. Jarak Frekuensi Persentase (%)
1. < 1 km 19 26,39
2. 1 km – 3 km 23 31,94
3. 3 km – 5 km 15 20,83
4. > 5 km 5 6,94
Jumlah 72 100,00
Tabel 4.28. Kendaraan yang Digunakan Anak untuk Melakukan Perjalanan dari
Rumah Menuju ke Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten
Tegal Tahun 2011
No. Jenis Kendaraan Frekuensi Persentase (%)
1. Transportasi Umum 34 47,22
2. Sepeda Motor 3 4,17
3. Sepeda 23 31,94
4. Jalan Kaki 12 16,67
Jumlah 72 100,00
Tabel 4.28.Transportasi Umum yang Melewati Rumah Anak Usia 7-15 tahun
yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng
No. Jumlah Kendaraan Frekuensi Persentase (%)
1. 1 1 1,39
2. 2 1 1,39
3. 3 26 36,11
4. Lebih dari 3 43 59,72
Jumlah 72 100,00
149
Tabel 4.29. Aksesibilitas yang Digunakan Anak Usia 7-15 Tahun yang Tidak
Melanjutkan Sekolah dalam Melakukan Perjalanan dari Rumah
Menuju ke Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal
tahun 2011
No. Kriteria Frekuensi Persentase (%)
1. Tinggi 4 5,56
2. Cukup 21 29,17
3. Rendah 47 65,28
4. Sangat Rendah 0 0
Jumlah 72 100,00
(R)
150
LAMPIRAN 13
Rumus APK dan APM menurut Husaini (2010: 20), sebagai berikut:
Tabel 4.31 Jumlah Penduduk Usia Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng
Kabupaten Tegal Tahun 2011
No Desa A B C D E F
APK APM
SD SMP SD&
SMP SD SMP
SD&
SMP
1. Penujah 111 91 78 340 275 332 70,27 88,86 79,57 70,27 82,83 85,59
2. Karanganyar 1153 1133 986 219 66 213 98,26 51,19 74,73 85,51 30,14 88,85
3. Tonggara 527 507 416 357 305 351 96,20 92,87 94,53 78,93 85,43 94,11
4. Kedungbanteng 595 575 521 509 422 503 96,64 83,97 90,31 87,56 82,91 92,11
5. Dukuhjati
Wetan
294 274 228 156 128 150 93,20 88,62 90,91 77,55 82,05 93,78
6. Sumingkir 354 334 279 233 174 227 94,35 91,08 92,72 78,81 74,68 89,95
7. Margamulya 399 379 333 335 273 329 94,99 89,99 92,49 83,46 81,49 91,55
8. Kebandingan 259 239 224 782 714 776 92,28 95,54 93,91 86,49 91,30 93,47
9. Karangmalang 593 573 489 252 178 246 96,63 82,16 89,40 82,46 70,63 91,24
10 Semedo 421 401 1356 145 72 139 95,25 69,70 82,48 84,56 45,66 87,10
Jumlah 4706 4506 3910 3328 2607 3266
Sumber: Perhitungan Analisis Data Tahun 2011
Keterangan:
A = Jumlah siswa usia 7-12 tahun yang sedang sekolah
B = Jumlah siswa semua usia kelompok sekolah yang sedang sekolah
C = Jumlah penduduk usia 7-12 tahun
D = Jumlah siswa usia 7-12 tahun yang sedang sekolah
E = Jumlah siswa semua usia kelompok sekolah yang sedang sekolah
F = Jumlah penduduk usia 7-12 tahun
APK = Angka Partisipasi Kasar
APM = Angka Partisipasi Murni
Perhitungan tingkat APK dan APM pada jenjang SD, SMP, SD dan SMP di
Kecamatan Kedungbanteng Tahun 2011, sebagai berikut:
a) Tingkat SD/ MI
152
LAMPIRAN 14
Daftar Nama Anak yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal Tahun 2011
No Nama Orang Tua
(Responden)
Umur
Orang Tua
Alamat Nama Anak Umur
Anak
Keterangan
1. Irwan Budiyanto 40 Penujah Uci Karlina 14 Tidak Melanjutkan SMP
2. Yasir 43 Penujah Difa Aprianti 14 Tidak Melanjutkan SMP
3. Diyo 56 Penujah Herni 14 Tidak Melanjutkan SMP
4. Dayat 57 Penujah Yelse 14 Tidak Melanjutkan SMP
5. Sugeng 67 Penujah Suhandiko 14 Tidak Melanjutkan SMP
6. Tarim 66 Penujah Azis Maulana 14 Tidak Melanjutkan SMP
7. Adi Suwigyo 71 Penujah Zaki 15 Tidak Melanjutkan SMP
8. Slamet Riyadi 35 Karanganyar St. Hardiyanti 14 Drop Out
9. Warno 36 Karanganyar Muh Alvialdi 15 Drop Out
10 Waatap 40 Karanganyar Nako Pariwara 15 Drop Out
11. Uripto 45 Karanganyar Saropi 14 Drop Out
12. Bambang TP. 47 Karanganyar Nurhadi Atma C. 15 Drop Out
13. Daryono 48 Karanganyar Sutrisno 13 Drop Out
14. Warjo 44 Karanganyar Heru Sucipto 15 Drop Out
15. Rozikin 42 Karanganyar M. Bagus Pranoto 15 Drop Out
16. Sarwan 39 Karanganyar M. Untung 14 Drop Out
17. Tarmudi 38 Karanganyar Khusnul K. 8 Drop Out
18. Salim 45 Karanganyar Triyani 13 Tidak Melanjutkan SMP
19. Kusno 46 Karanganyar Rifky Adi N. 13 Tidak Melanjutkan SMP
20. Sunarto 49 Karanganyar Nurhikmah 13 Tidak Melanjutkan SMP
21. Ali Wardono 50 Karanganyar Wiwit G.S. 13 Tidak Melanjutkan SMP
153
22. Santoso 51 Karanganyar Anggun Purwoko 14 Drop Out
23. Jenal Arifin 55 Tonggara Adi Teguh 14 Drop Out
24. Karyono 56 Tonggara Noer Khamimah 14 Drop Out
25. Samlawi 56 Tonggara Ahmad G. 15 Drop Out
26. Samiun 55 Tonggara Eka Purnama S. 14 Drop Out
27. Kardi 45 Tonggara Abdul Karim 9 Drop Out
28. Danali 48 Kedungbanteng Kusmoro 15 Tidak Melanjutkan SMP
29. Casim 38 Kedungbanteng Kotiah 15 Tidak Melanjutkan SMP
30. Dokkari 45 Kedungbanteng Diah F. 15 Tidak Melanjutkan SMP
31. Nurokhim 50 Kedungbanteng Damiri 14 Tidak Melanjutkan SMP
32. Tanuri 59 Kedungbanteng Jati K. 13 Drop Out
33. Ali Wardono 60 Kedungbanteng Komari 13 Drop Out
34. Suwarto 73 Kedungbanteng Liana 13 Drop Out
35. Darman 38 Kedungbanteng Aji M. 14 Drop Out
36. Kliwon 36 Kedungbanteng Achmad C. 14 Drop Out
37. Suminah 46 Dukuhjati Wetan Ambarwati 13 Tidak Melanjutkan SMP
38. Wasmar 44 Dukuhjati Wetan Desi A. 15 Tidak Melanjutkan
39 Latifah 45 Dukuhjati Wetan Luki Ayu 15 Tidak Melanjutkan SMP
40. Rokhman 47 Sumungkir Siti S. 15 Tidak Melanjutkan SMP
41. Maniso 48 Sumungkir Yuli R. 15 Tidak Melanjutkan SMP
42. Was‟an 49 Sumungkir Unik 15 Tidak Melanjutkan SMP
43. Rosilah 44 Sumungkir Lidiawati 13 Drop Out
44. Sukirman 46 Sumungkir Jaelani 13 Drop Out
45. Mugiono 47 Sumungkir Dendy P. 14 Drop Out
46. Kaslim 48 Margamulya Neneng 13 Tidak Melanjutkan SMP
47. Jahuri 39 Margamulya Lia R. 13 Tidak Melanjutkan SMP
48. Warmun 40 Margamulya Panji 13 Tidak Melanjutkan SMP
154
49. Casiyah 49 Margamulya Ikbal 14 Tidak Melanjutkan SMP
50. Komari 45 Margamulya Wista 13 Tidak Melanjutkan SMP
51. Saad 40 Margamulya Arsis 15 Drop Out
52. Masud 35 Kebandingan Alal 9 Tidak Melanjutkan SMP
53. Wahad 52 Kebandingan Tarjoni 13 Drop Out
54. Wastap 50 Kebandingan Khusnul K. 8 Drop Out
55. Sarwen 33 Kebandingan Abdul Karim 15 Drop Out
56. Kartono 48 Kebandingan Luqman Bahrul I. 14 Tidak Melanjutkan SMP
57. Sarwen 33 Kebandingan Munir 11 Tidak Melanjutkan SMP
58. Wasdi 55 Kebandingan Muh. Fauzi 13 Tidak Melanjutkan SMP
59. Slamet 56 Karangmalang Aliyah P. 12 Drop Out
60. Ardi 60 Karangmalang Tarmuji 14 Drop Out
61. Saryo 65 Karangmalang Muidin 11 Drop Out
62. Kliwon 33 Karangmalang Hilyatun 10 Drop Out
63. Suyono 50 Karangmalang Indri Lestari 13 Tidak Melanjutkan SMP
64. Sugino 40 Karangmalang Nurul Indah Sari 13 Tidak Melanjutkan SMP
65. Sutrisno 38 Karangmalang Winarti 13 Tidak Melanjutkan SMP
66. Nurholis 40 Semedo Isrotun Ariska 13 Tidak Melanjutkan SMP
67. Kardi 35 Semedo Jadi Prasetyo 14 Tidak Melanjutkan SMP
68. Slamet 45 Semedo Riva Swileni 13 Tidak Melanjutkan SMP
69. Burham 50 Semedo Erni Makaida 15 Tidak Melanjutkan SMP
70. Slamet 51 Semedo Fadilah 13 Tidak Melanjutkan SMP
71. Nurohim 50 Semedo Iskandar 13 Tidak Melanjutkan SMP
72. Suryadi 46 Semedo Pandi Riyandi 14 Tidak Melanjutkan SMP
155
LAMPIRAN 15
Daftar Nama Orang Tua dari
Memiliki Anak Usia 7-15 Tahun
yang Tidak Sekolah
No Nama Alamat
Orang Tua
1. Irwan B. Penujah
2. Yasir Penujah
3. Diyo Penujah
4. Dayat Penujah
5. Sugeng Penujah
6. Tarim Penujah
7. Adi Suwigyo Penujah
8. Slamet R. Karanganyar
9. Warno Karanganyar
10. Waatap Karanganyar
11. Uripto Karanganyar
12. Bambang TP. Karanganyar
13. Daryono Karanganyar
14. Warjo Karanganyar
15. Rozikin Karanganyar
16. Sarwan Karanganyar
17. Tarmudi Karanganyar
18. Salim Karanganyar
19. Kusno Karanganyar
20. Sunarto Karanganyar
21. Ali W. Karanganyar
22. Santoso Karanganyar
23. Jenal Arifin Tonggara
24. Karyono Tonggara
25. Samlawi Tonggara
26. Samiun Tonggara
27. Kardi Tonggara
28. Danali Kedungbanteng
29. Casim Kedungbanteng
30. Dokkari Kedungbanteng
31. Nurokhim Kedungbanteng
32. Tanuri Kedungbanteng
33. Ali W. Kedungbanteng
34. Suwarto Kedungbanteng
35. Darman Kedungbanteng
36. Kliwon Kedungbanteng
37. Suminah DukuhjatiWetan
38. Wasmar DukuhjatiWetan
No Nama Alamat
Orang Tua
39. Latifah DukuhjatiWetan
40. Rokhman Sumungkir
41. Maniso Sumungkir
42. Was‟an Sumungkir
43. Rosilah Sumungkir
44. Sukirman Sumungkir
45. Mugiono Sumungkir
46. Kaslim Margamulya
47. Jahuri Margamulya
48. Warmun Margamulya
49. Casiyah Margamulya
50. Komari Margamulya
51. Saad Margamulya
52. Masud Kebandingan
53. Wahad Kebandingan
54. Wastap Kebandingan
55. Sarwen Kebandingan
56. Kartono Kebandingan
57. Sarwen Kebandingan
58. Wasdi Kebandingan
59. Slamet Karangmalang
60. Ardi Karangmalang
61. Saryo Karangmalang
62. Kliwon Karangmalang
63. Suyono Karangmalang
64. Sugino Karangmalang
65. Sutrisno Karangmalang
66. Nurholis Semedo
67. Kardi Semedo
68. Slamet Semedo
69. Burham Semedo
70. Slamet Semedo
71. Nurohim Semedo
72. Suryadi Semedo
158
LAMPIRAN 17
DOKUMENTASI
Gambar 18.1.Lahan Sawah di
Kecamatan Kedungbanteng
Gambar 18.2.Aktivitas Petani di
Kecamatan Kedungbanteng
Gambar 18.3.Keadaan Jembatan di
Kecamatan Kedungbanteng
Gambar 18.4.Kondisi Jalan di
Kecamatan Kedungbanteng
Gambar 18.5.Halaman depan SMP
Negeri 1 Kedungbanteng
Gambar 18.6.Objek Wisata Waduk
Cacaban