PELAKSANAAN PROGRAM WAJIB BELAJAR 9 …lib.unnes.ac.id/11158/1/9042.pdfsebagai petani, keluarga...

175
PELAKSANAAN PROGRAM WAJIB BELAJAR 9 TAHUN DI KECAMATAN KEDUNGBANTENG KABUPATEN TEGAL SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Geografi pada Universitas Negeri Semarang Oleh: Laelia Nurpratiwiningsih 3201407062 JURUSAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2011

Transcript of PELAKSANAAN PROGRAM WAJIB BELAJAR 9 …lib.unnes.ac.id/11158/1/9042.pdfsebagai petani, keluarga...

PELAKSANAAN PROGRAM WAJIB BELAJAR 9 TAHUN

DI KECAMATAN KEDUNGBANTENG

KABUPATEN TEGAL

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Geografi

pada Universitas Negeri Semarang

Oleh:

Laelia Nurpratiwiningsih

3201407062

JURUSAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2011

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skipsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian

Skripsi Fakultas Ilmu Sosial UNNES pada :

Hari : Kamis

Tanggal : 22 September 2011

Pembimbing I

Drs. Saptono Putro, M.Si.

NIP. 19620928 1990031 002

Pembimbing II

Drs. Tukidi, M. Pd.

NIP. 19540310 1983031 002

Mengesahkan:

Ketua Jurusan Geografi

Drs. Apik Budi Santoso, M.Si.

NIP.19620904 1989011 001

iii

PENGESAHAN KELULUSAN

Skipsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu

Sosial, Universitas Negeri Semarang dan disahkan pada:

Hari : Senin

Tanggal : 3 Oktober 2011

Penguji Utama

Dra. Pudji Hardati, M. Si

NIP. 19581004 1986032 001

Penguji I

Drs. Saptono Putro, M. Si.

NIP. 19620928 1990031 002

Penguji II

Drs. Tukidi, M. Pd

NIP. 19540310 1983031 002

Mengetahui:

Dekan Fakultas Ilmu Sosial

Drs. Subagyo, M. Pd.

NIP. 19510808 1980031 003

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil

karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulisan orang lain, baik sebagian atau

seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat di dalam skripsi ini

dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 22 September 2011

Laelia Nurpratiwiningsih

NIM 3201407062

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka

merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri (Q.S Ar Ra’d ayat 11). ”

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia

mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa

(dari kejahatan) yang dikerjakannya (Q.S Al-Baqarah ayat 286).”

Bukan kurangnya pengetahuan yang menghalangi keberhasilan, tetapi tidak

cukupnya tindakan. Dan bukan kurang cerdasnya pemikiran yang melambatkan

perubahan hidup ini, tetapi kurangnya penggunaan dari pikiran dan kecerdasan.

(Mario Teguh)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini ku persembahkan untuk :

1. Bapakku dan Mamaku tercinta yang selalu mendukung

dan mempercayaiku dalam setiap langkahku serta selalu

memberikan do’a demi kesuksesanku.

2. Mba Yuli, Mba Tia, Mas Ipunk, Mas Hendy tersayang

yang selalu mendukung, membimbing dan

menyayangiku.

3. Sahabat-sahabat terdekatku, Teman-teman Geo ’07, KB

Sejuk Kost dan seluruh Penghuni Sejuk Kost yang tak

dapat ku sebutkan satu per satu.

4. Serta semua pihak yang telah hadir dalam hidupku,

Terima kasih semua.

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat ALLAH SWT, dengan limpahan rahmat-Nya

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pelaksanaan Program

Wajib Belajar 9 Tahun di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal” sebagai

salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan di Universitas Negeri

Semarang.

Penulis memperoleh bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak dalam

proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih sebesar – sebesarnya kepada :

1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M. Si. selaku Rektor Universitas Negeri

Semarang.

2. Drs. Subagyo, M. Pd. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas

Negeri Semarang.

3. Drs. Apik Budi Santoso, M. Si. selaku Ketua Jurusan Geografi Fakultas

Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.

4. Drs. Saptono Putro, M. Si selaku Dosen Pembimbing I atas bimbingan dan

arahannya hingga terselesaikannya skripsi ini.

5. Drs. Tukidi, M. Pd. selaku Dosen Pembimbing II atas bimbingan dan

arahannya hingga terselesaikannya skripsi ini.

6. Dra. Puji Hardati, M.Si selaku Penguji Utama atas bimbingan dan

arahannya hingga terselesaikannya skripsi ini.

7. Para Dosen Jurusan Geografi atas ilmu yang telah diberikan selama

menempuh studi di Jurusan Geografi.

8. Para Staf TU Jurusan Geografi atas dukungan dan bantuan yang telah

diberikan selama kuliah di Jurusan Geografi.

9. Kepala Desa Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal terkait yang

telah membantu ijin dalam penelitian diwilayah penelitian skripsi ini.

10. Kepala UPT Dikpora Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal yang

telah membantu ijin dalam penelitian di wilayah penelitian skripsi ini.

vii

11. Bapak, Ibu dan Kakak-kakakku tercinta atas dukungan dan doa serta kasih

sayangnya, semoga engkau senantiasa berada dalam lindungan dan kasih

sayang Allah SWT.

12. Semua pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, baik

secara langsung maupun tidak langsung.

Semoga bantuan yang diberikan kepada penulis dapat diterima oleh

ALLAH SWT sebagai amal shaleh dan hanya ALLAH SWT yang dapat

membalas semua kebaikan bapak dan ibu semua. Akhir kata, Penulis berharap

semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

Semarang, 22 September 2011

Penulis

viii

SARI

Laelia Nurpratiwiningsih. 2011.Pelaksanaan Program Wajib Belajar 9 Tahun

di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal. Skripsi. Jurusan Geografi. FIS.

UNNES. Pembimbing I. Drs. Saptono, M. Si. Pembimbing II. Drs. Tukidi, M. Pd.

Kata kunci: Wajib Belajar 9 Tahun.

Pendidikan merupakan salah satu unsur terpenting dalam pembangunan,

karena dengan pendidikan masyarakat akan menjadi cerdas selanjutnya akan

membentuk Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas tinggi. Setiap warga

negara yang berusia 7-15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Wajib belajar

adalah program pendidikan minimal yang harus diikuti oleh warga negara

Indonesia atas tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah. 721 anak usia

sekolah di Kecamatan Kedungbanteng pada tahun 2010 tidak melanjutkan

pendidikan. Masalah dalam penelitian: (1) bagaimana pelaksanaan program wajib

belajar 9 tahun? (2) faktor-faktor apa yang menghambat pelaksanaan program

wajib belajar 9 tahun di Kecamatan Kedungbanteng?. Tujuan yang ingin dicapai:

(1) untuk mengetahui pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun, (2) untuk

mengetahui hambatan dalam pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun di

Kecamatan Kedungbanteng.

Populasi dalam penelitian adalah seluruh orang tua yang mempunyai anak

usia 7-15 tahun yang tidak mengikuti program wajib belajar 9 tahun baik pada

tingkat SD/MI atau SMP/MTs di Kecamatan Kedungbanteng. Jumlah

populasinya yaitu 721 orang. Pengambilan sampel dilakukan secara acak

menggunakan tehnik Proportional Random Sampling. Jumlah sampel penelitian

diambil 10% dari 10 desa yang tersebar di Kecamatan Kedungbanteng yaitu 72

orang tua yang memiliki anak usia 7-15 tahun tidak melanjutkan sekolah. Variabel

yang digunakan, antara lain: karakter keluarga yang meliputi jumlah tanggungan

anak dan jumlah keluarga inti, lingkungan keluarga dengan kondisi anak, tingkat

pendidikan orang tua baik formal maupun nonformal, mata pencaharian orang tua,

tingkat pendapatan orang tua dan aksesibilitas yang digunakan anak ketika

sekolah. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi,

wawancara, observasi dan angket. Metode dokumentasi untuk mengetahui data di

Dinas Dikpora, BPPKB dan Kelurahan. Metode wawancara digunakan untuk

mendapatkan informasi dari Kepala Sekolah dan Kepala UPTD Dikpora. Metode

observasi digunakan untuk mengetahui kenyataan yang terdapat di lapangan

mengenai keadaan geografis. Metode angket diberikan kepada orang tua yang

memiliki anak usia 7-15 tahun yang tidak melanjutkan sekolah. Metode analisis

data menggunakan metode deskriptif persentase.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan program wajib belajar 9

tahun di Kecamatan Kedungbanteng mengalami kenaikan setiap tahunnya, namun

pada tahun 2011 dapat diketegorikan Tuntas Utama. Kategori tersebut tidak sesuai

dengan target pemerintah yaitu kurang dari 95%, hal tersebut karena menghadapi

beberapa masalah. Faktor-faktor yang menghambat program wajib belajar 9 tahun

di Kecamatan Kedungbanteng, antara lain: 69,05% tingkat pendapatan orang tua,

ix

66,77% tingkat pendidikan orang tua, 65,28% mata pencaharian orang tua,

43,75% karakteristik keluarga, 63,87% lingkungan keluarga dan 61,35%

aksesibilitas. Kecamatan Kedungbanteng terletak 7 km dari ibukota Kabupaten

Tegal, dimana Kecamatan Kedungbanteng memiliki 10 desa dengan kondisi jalan

dan kondisi rumah yang kurang baik.

Kesimpulan dalam penelitian adalah pelaksanaan program wajib belajar 9

tahun di Kecamatan Kedungbanteng selama 5 periode (tahun 2007-2011)

mengalami kenaikan. Tingkat APK SD/MI dan SMP/ MTs mengalami kenaikan

sebesar 15,86% dan tingkat APM SD/MI dan SMP/MTs mengalami kenaikan

sebesar 9,99%. Hambatan pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun di

Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal , antara lain: tingkat pendapatan

orang tua tergolong rendah yaitu kurang dari Rp 780.000, 00 , tingkat pendidikan

terakhir orang tua rata-rata di tingkat SMP, jenis pekerjaan orang tua mayoritas

sebagai petani, keluarga mendukung anak untuk sekolah , waktu yang dibutuhkan

anak untuk melakukan perjalanan dari rumah ke sekolah 19 menit dengan jarak

tempuh 2 km, dan memiliki keluarga inti 6 orang. Saran yang diberikan

berdasarkan hasil penelitian adalah Dinas Pendidikan diharapkan dapat

mengawasi pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun dan dapat menyediakan

sarana dan prasarana sekolah, pemberian beasiswa bagi anak sekolah yang tidak

mampu serta sekolah lebih meningkatkan kegiatan mensosialisasikan kepada

orang tua siswa tentang adanya dana untuk membantu orang tua yang tidak

mampu membiayai anaknya untuk melanjutkan sekolah.

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iii

PERNYATAAN ............................................................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... v

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi

SARI ................................................................................................................ viii

DAFTAR ISI .................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah ................................. 5

C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 6

D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 6

E. Penegasan Istilah ........................................................................... 7

F. Sistematika Skripsi ........................................................................ 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Pendidikan ................................................................... 11

B. Pelaksanaan Wajib Belajar ............................................................ 16

C. Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni

(APM) 17

D. Tujuan dan Target Wajib Belajar .................................................. 20

E. Tantangan dalam Wajib Belajar .................................................... 21

F. Hambatan dalam Pelaksanaan Program Wajib Belajar 9 Tahun .... 24

G. Penelitian Relevan ......................................................................... 33

H. Kerangka Berpikir ......................................................................... 37

xi

BAB III METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................... 40

B. Variabel Penelitian ........................................................................ 41

C. Definisi Operasional ...................................................................... 43

D. Metode Pengumpulan Data ............................................................ 47

E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen .............................................. 48

F. Metode Analisis Data ..................................................................... 52

G. Diagram Alir Penelitian ................................................................. 55

BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Umum Daerah Penelitian

1. Kondisi Fisik Daerah Penelitian .............................................. 56

2. Kondisi Penduduk Daerah Penelitian ...................................... 60

B. Pelaksanaan Program Wajib Belajar 9 Tahun ................................ 67

1. Tingkat APK dan APM di Kabupaten Tegal ........................... 68

2. Perbandingan antara Jumlah Penduduk Usia 7-15 tahun

yang Sekolah dan Tidak Sekolah di Kecamatan

Kedungbanteng Kabupaten Tegal tahun 2010 ......................... 78

3. Sarana dan Prasarana Pendidikan di Kecamatan

Kedungbanteng Kabupaten Tegal Tahun 2010 ........................ 80

C. Hambatan Pelaksanaan Program Wajib Belajar 9 Tahun ............. 90

1. Karakteristik Keluarga yang Mempunyai Anak Usia 7-15

Tahun yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan

Kedungbanteng Kabupaten Tegal Tahun 2011 ........................ 91

2. Kondisi Lingkungan Keluarga yang Mempunyai Anak Usia

7-15 Tahun yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan

Kedungbanteng Kabupaten Tegal Tahun 2011 ........................ 93

3. Tingkat Pendidikan Orang Tua yang Mempunyai Anak Usia

7-15 Tahun yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan

Kedungbanteng Kabupaten Tegal Tahun 2011 ........................ 96

xii

4. Jenis Pekerjaan Orang Tua yang Mempunyai Anak Usia 7-15

Tahun yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan

Kedungbanteng Kabupaten Tegal Tahun 2011 ........................ 99

5. Tingkat Pendapatan Orang Tua yang Mempunyai Anak Usia

7-15 Tahun yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan

Kedungbanteng Kabupaten Tegal Tahun 2011 ....................... 100

6. Aksesibilitas yang Digunakan Anak untuk Melakukan

Perjalanan dari Rumah Menuju ke Sekolah di Kecamatan

Kedungbanteng Kabupaten Tegal Tahun 2011 ........................ 101

D. Pembahasan ................................................................................... 105

1. Pelaksanaan Program Wajib Belajar 9 Tahun di Kecamatan

Kedungbanteng Kabupaten Tegal Tahun 2011 ……………... 105

2. Hambatan Pelaksanaan Program Wajib Belajar 9 Tahun di

Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal Tahun 2011 .... 107

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .................................................................................... 111

B. Saran .............................................................................................. 112

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 113

LAMPIRAN

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1.1.APK dan APM Kecamatan Kedungbanteng Tahun 2010 ............... 3

Tabel 2.1.Beberapa Penelitian yang Berkaitan dengan Pelaksanaan Program

Wajib Belajar 9 Tahun .................................................................... 37

Tabel 3.1.Orang Tua dari Anak Usia 7-15 Tahun yang Mengikuti maupun

Tidak Mengikuti Program Wajib Belajar 9 Tahun .......................... 41

Tabel 3.2.Klasifikasi Pendapatan Orang Tua .................................................. 46

Tabel 3.3.Kriteria Deskriptif Persentase ......................................................... 55

Tabel 4.1.Banyaknya Perdukuhan RT dan RW Menurut Desa/ Kelurahan di

Kecamatan Kedungbanteng Tahun 2010 ......................................... 58

Tabel 4.2.Luas Penggunaan Lahan Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan

Kedungbanteng Tahun 2010 (ha) ................................................... 59

Tabel 4.3.Komposisi Penduduk Menurut Desa/Kelurahan dan Jenis

Kelamin di Kecamatan Kedungbanteng Tahun 2010 ...................... 60

Tabel 4.4.Komposisi Penduduk Menurut Desa/Kelurahan dan Kelompok

Umur di Kecamatan Kedungbanteng Tahun 2010 .......................... 62

Tabel 4.5.Jumlah Kepala Keluarga Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan

Kedungbanteng Tahun 2010 ............................................................ 63

Tabel 4.6.Kepadatan Penduduk Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan

Kedungbanteng Tahun 2010 ............................................................ 64

Tabel 4.7. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan

Kedungbanteng ................................................................................ 65

Tabel 4.8. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan

Kedungbanteng ............................................................................... 66

Tabel 4.9.Data APK/APM Siswa SD/MI dan SMP/ MTs di Kabupaten Tegal

Tahun 2011 ..................................................................................... 69

Tabel 4.10.Tingkat APK dan APM pada jenjang SD, SMP, SD dan SMP di

Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa

Tengah dan Indonesia Tahun 2007-2011 ....................................... 75

xiv

Tabel 4.11.Penduduk Menurut Kelompok Umur Usia Sekolah (7-15

Tahun) di Kecamatan Kedungbanteng Tahun 2010 ...................... 78

Tabel 4.12.Banyaknya SD dan SMP Menurut Statusnya di Kecamatan

Kedungbanteng Tahun Pelajaran 2010 ........................................ 82

Tabel 4.13.Jumlah Anggota Keluarga yang Mempunyai Anak Usia 7-15

Tahun yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan

Kedungbanteng Kabupaten Tegal pada Tahun 2011 .................... 88

Tabel 4.14.Banyaknya Anak dari Orang Tua yang Memiliki Anak Usia 7-

15 Tahun yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan

Kedungbanteng Kabupaten Tegal Tahun 2011 ............................. 92

Tabel 4.15.Dukungan Keluarga terhadap Anak Usia 7-15 Tahun yang Tidak

Melanjutkan Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten

Tegal Tahun 2011.......................................................................... 93

Tabel 4.16.Pengaruh Tempat Tinggal Anak Usia 7-15 Tahun yang Tidak

Melanjutkan Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten

Tegal Tahun 2011.......................................................................... 94

Tabel 4.17.Kesadaran Orang Tua yang Memiliki Anak Usia 7-15 Tahun

yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng

Kabupaten Tegal Tahun 2011 tentang Pendidikan ...................... 95

Tabel 4.18.Lingkungan Keluarga terhadap Anak Usia 7-15 Tahun yang

Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng

Kabupaten Tegal Tahun 2011 ...................................................... 96

Tabel 4.19.Pendidikan Formal Orang Tua yang Memiliki Anak Usia 7-15

Tahun yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan

Kedungbanteng Kabupaten Tegal Tahun 2011 ............................ 93

Tabel 4.20. Pendidikan Nonformal Orang Tua yang Memiliki Anak Usia 7-

15 Tahun yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan

Kedungbanteng Kabupaten Tegal Tahun 2011 ............................. 97

Tabel 4.21.Lamanya Pendidikan Formal Orang Tua yang Mempunyai Anak

Usia 7-15 Tahun yang Tidak Melanjutkan Sekolah di

Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal Tahun 2011 .......... 98

xv

Tabel 4.22.Lamanya Pendidikan Nonformal Orang Tua yang Memiliki

Anak Usia 7-15 Tahun yang Tidak Melanjutkan Sekolah di

Kecamatan Kedungbanteng Tahun 2011 ...................................... 98

Tabel 4.23.Jenis Pekerjaan Pokok Orang Tua yang Memiliki Anak Usia 7-

15 Tahun yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan

Kedungbanteng Kabupaten Tegal Tahun 2011 ............................. 99

Tabel 4.24.Tingkat Pendapatan Orang Tua yang Memiliki Anak Usia 7-15

Tahun yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan

Kedungbanteng Kabupaten Tegal Tahun 2011 ............................ 100

Tabel 4.25. Klasifikasi Pendapatan Orang Tua yang Memiliki Anak Usia 7-

15 Tahun di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal

Tahun 2011 ................................................................................... 101

Tabel 4.26.Waktu yang Dibutuhkan Anak untuk Melakukan Perjalanan dari

Rumah Menuju ke Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng

Kabupaten Tegal Tahun 2011 ....................................................... 102

Tabel 4.27.Jarak yang Ditempuh Anak Waktu yang Dibutuhkan Anak untuk

Melakukan Perjalanan dari Rumah Menuju ke Sekolah di

Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal Tahun 2011 .......... 102

Tabel 4.28.Kendaraan yang Digunakan Anak untuk Melakukan Perjalanan

dari Rumah Menuju ke Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng

Kabupaten Tegal Tahun 2011 ....................................................... 103

Tabel 4.29.Transportasi Umum yang Melewati Rumah Anak Usia 7-15

tahun yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan

Kedungbanteng Kabupaten Tegal Tahun 2011 ............................. 104

Tabel 4.30.Aksesibilitas yang Digunakan Anak Usia 7-15 Tahun yang Tidak

Melanjutkan Sekolah dalam Melakukan Perjalanan dari Rumah

Menuju ke Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten

Tegal tahun 2011 .......................................................................... 104

Tabel 4.31.Jumlah Penduduk Usia Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng

Kabupaten Tegal Tahun 2011 ...................................................... 150

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1.Kerangka Berfikir Pelaksanaan Program Wajib Belajar 9

Tahun .......................................................................................... 37

Gambar 4.1.Peta Administrasi Kecamatan Kedungbanteng ............................ 57

Gambar 4.2.Grafik Perbandingan antara Jumlah Penduduk Laki-laki dan

Perempuan di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal

Tahun 2010 ................................................................................ 61

Gambar 4.3.Peta Pencapaian APK dan APM di Kabupaten Tegal Tahun

2011 ........................................................................................... 72

Gambar 4.4.Peta Pencapaian APK dan APM di Kecamatan

Kedungbanteng Kabupaten Tegal Tahun 2011 ......................... 77

Gambar 4.5.Grafik Jumlah Penduduk Usia 7-15 Tahun yang Sekolah dan

Tidak Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng Tahun 2010 … .. 79

Gambar 4.6.Diagram Perbandingan Antara Jumlah Penduduk Usia 7-15

Tahun yang Sekolah dan Tidak Sekolah di Kecamatan

Kedungbanteng Tahun 2010 ...................................................... 80

Gambar 4.7.Peta Persebaran SD dan SMP di Kecamatan Kedungbanteng

Kabupaten Tegal ........................................................................ 81

Gambar 18.1.Penggunaan Sawah di Kecamatan Kedungbanteng .................. 158

Gambar 18.2.Aktivitas Petani di Kecamatan Kedungbanteng ........................ 158

Gambar 18.3.Keadaan Jembatan di Kecamatan Kedungbanteng .................. 158

Gambar 18.4.Kondisi Jalan di Kecamatan Kedungbanteng ........................... 158

Gambar 18.5.Kondisi SMP Negeri 1 Kedungbanteng .................................... 158

Gambar 18.6.Objek Wisata Waduk Cacaban .................................................. 158

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Metode Pengumpulan Data Pelaksanaan Program Wajib Belajar 9

Tahun di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal ........................ 117

2. Lembar Observasi .................................................................................... 119

3. Lembar Dokumentasi ............................................................................... 120

4. Kisi-kisi Instrument Pelaksanaan Program Wajib Belajar 9 Tahun di

Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal .......................................... 121

5. Wawancara Untuk Kepala UPT Dikpora ................................................. 123

6. Wawancara Untuk Kepala Sekolah ......................................................... 124

7. Angket Penelitian ..................................................................................... 125

8. Uji Validitas dan Reabilitas ...................................................................... 132

9. Perhitungan Validitas Angket .................................................................. 136

10. Perhitungan Reabilitas Angket ................................................................. 138

11. Tabulasi Pengisian Angket Pelaksanaan Program Wajib Belajar 9

Tahun di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal .......................... 140

12. Hasil Tabel Rata-rata Analisis Angket Tahun 2011 ................................ 144

13. Perhitungan APK dan APM ..................................................................... 150

14. Daftar Nama Anak yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan

Kedungbanteng Kabupaten Tegal Tahun 2011 ........................................ 152

15. Daftar Nama Orang Tua dari Anak Usia 7-15 Tahun yang Tidak

Melanjutkan Sekolah ............................................................................... 155

16. Surat Ijin Penelitian .................................................................................. 156

17. Dokumentasi ............................................................................................ 158

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu unsur terpenting dalam pembangunan

nasional, karena dengan adanya pendidikan bagi masyarakat akan menjadikan

masyarakat lebih maju dalam pemikirannya. Pemikiran masyarakat yang maju

akan membentuk Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas tinggi.

Pendidikan juga tidak lepas dari peran pemerintah. Pemerintah mengutamakan

pentingnya pendidikan bagi seluruh masyarakat dengan meningkatkan mutu

pendidikan. Oleh karena itu, pemerintah berkewajiban untuk memenuhi hak setiap

warga negara dalam memperoleh layanan pendidikan guna meningkatkan kualitas

hidup bangsa Indonesia.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional mengamanatkan bahwa setiap warga negara yang berusia 7-15 tahun

wajib mengikuti pendidikan dasar. Pasal 34 ayat 2 menyebutkan bahwa

Pemerintah dan pemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar

minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya, sedangkan dalam

ayat 3 menyebutkan bahwa wajib belajar merupakan tanggung jawab negara yang

diselenggarakan oleh lembaga pendidikan pemerintah, pemerintah daerah, dan

masyarakat. Konsekuensi dari amanat undang-undang tersebut adalah Pemerintah

dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan pendidikan bagi seluruh

2

peserta didik pada tingkat pendidikan dasar (SD dan SMP) serta satuan

pendidikan lain yang sederajat (Departemen Pendidikan Nasional, 2010:36).

Salah satu indikator penuntasan program wajib belajar 9 tahun diukur

dengan Angka Partisipasi Kasar (APK) tingkat SMP/sederajat. Penuntasan

progam wajib belajar 9 tahun yang bermutu pada tahun 2006-2009 bertujuan

untuk meningkatkan APK SMP/MTs/setara hingga mencapai minimal 95%. Pada

tahun 2009 APK nasional telah mencapai 98,11%, sehingga program wajib belajar

9 tahun telah tuntas sesuai dengan waktu yang telah ditargetkan pemerintah

Indonesia dan bahkan target itu dapat dicapai 7 tahun lebih awal dibandingkan

dengan komitmen internasional yang dideklarasikan di Dakar mengenai

Education for All (EFA) tahun 2000 yang mewajibkan semua negara di dunia

harus menuntaskan wajib belajar 9 tahun paling lambat 2015 nanti (Departemen

Pendidikan Nasional, 2010).

Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM)

memiliki arti yang berbeda. Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah rasio jumlah

siswa berapapun usianya, yang sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu

terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang

pendidikan tertentu. Angka Partisipasi Murni (APM) adalah persentase siswa

dengan usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikannya dari jumlah penduduk

di usia yang sama. APK dan APM dimaksudkan untuk mengetahui sukses

tidaknya upaya pemerataan dan perluasan akses pendidikan pada tingkat SD dan

SMP (Handoko, 1997:120).

3

Seluruh penduduk Kabupaten Tegal berhak untuk memperoleh pendidikan

yang layak. Pemerintah berkewajiban untuk selalu meningkatkan partisipasi

sekolah penduduk. Ratusan siswa SD di Kabupaten Tegal pada tahun 2010 sesuai

data dari Dinas Dikpora, siswa yang tidak melanjutkan ke SMP sebanyak 2000

orang (Putra, 2011). Kecamatan Kedungbanteng merupakan salah satu Kecamatan

di Kabupaten Tegal. Wilayah ini memiliki jumlah penduduk paling sedikit yaitu

43.402 jiwa dan kepadatan penduduk sebesar 498 jiwa/km2. Jumlah penduduk

yang sedikit diharapkan dapat meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusianya

dan dapat memanfaatkan serta mengelola Sumber Daya Alam yang ada pada

daerah sekitarnya. Keberadaan sekolah di wilayah ini diharapkan dapat

menunjang pendidikan sehingga anak dapat melanjutkan sekolah.

Tingkat APK dan APM pada jenjang SD dan SMP di Kecamatan

Kedungbanteng menurut Dinas Dikpora Kabupaten Tegal Tahun 2010, termasuk

dalam urutan ke 10 apabila dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lain yang

berada di Kabupaten Tegal. Data APK dan APM di Kecamatan Kedungbanteng

tahun 2010 disajikan pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1. APK dan APM Kecamatan Kedungbanteng Tahun 2010

Angka Partisipasi

Jenjang Pendidikan

APK (%) APM (%)

SD 104,93 101,57

SMP 70,76 69,07

Sumber: Dinas Dikpora Kabupaten Tegal Tahun 2010

Tingkat APK SD di Kecamatan Kedungbanteng tahun 2010 menunjukan

5% anak kurang dari 7 tahun dan lebih dari 12 tahun di Kecamatan

Kedungbanteng duduk di bangku SD. Tingkat APK SMP di Kecamatan

4

Kedungbanteng tahun 2010 menunjukan jumlah murid SMP di Kecamatan

Kedungbanteng yang ada baru 71% dari penduduk umur 13-15 tahun. Pencapaian

APK SMP di Kecamatan Kedungbanteng tahun 2010 mengindikasikan belum

semua anak kelompok umur yang sesuai memperoleh pendidikan. Tingkat APM

SD di Kecamatan Kedungbanteng tahun 2010 menunjukan lebih dari 100% anak

berumur 7-12 tahun terserap di SD, sedangkan APM SMP di Kecamatan

Kedungbanteng tahun 2010 menunjukan 70% anak penduduk di Kecamatan

Kedungbanteng berumur 13-15 tahun telah terserap di SMP.

Peningkatan sumber daya manusia yang dilakukan lewat pendidikan

menghadapi beberapa kendala diantaranya faktor lingkungan fisik maupun non

fisik. Penuntasan keberhasilan wajib belajar 9 tahun dapat dipengaruhi oleh dua

faktor yaitu faktor internal (dalam diri) dan faktor eksternal (luar diri) siswa.

Faktor internal, meliputi: kemampuan, minat, motivasi, nilai-nilai dan sikap,

ekspektasi (harapan), dan persepsi siswa tentang sekolah. Faktor eksternal,

meliputi: latar belakang ekonomi orangtua, persepsi orangtua tentang pendidikan,

jarak sekolah dari rumah, hubungan guru-murid, usaha yang dilakukan

pemerintah. Banyaknya siswa yang tidak berhasil dalam belajar, termasuk

banyaknya anak-anak yang tidak sekolah bisa dilihat dari kedua aspek tersebut

(Alwen, 2007: 2).

Pendidikan sangat penting bagi masyarakat, maka dari itu peneliti tergugah

untuk mengadakan penelitian mengenai pendidikan pada suatu tempat. Fenomena

yang terjadi di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal adalah APK pada

jenjang SMP belum sesuai dengan target pemerintah, selain itu masih terdapat

5

anak usia 7-15 tahun yang belum memperoleh pendidikan. Dari penjelasan

tersebut, maka peneliti memilih judul “Pelaksanaan Program Wajib Belajar 9

Tahun di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal”.

B. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah

Identifikasi masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut:

1. tingkat APK dan APM di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal pada

tahun 2010 termasuk dalam urutan ke 10 dengan memiliki jumlah penduduk

usia 7-15 tahun paling sedikit apabila dibandingkan dengan kecamatan lain

yang berada di Kabupaten Tegal.

2. tingkat APK SMP di Kecamatan Kedungbanteng tidak sesuai dengan target

pemerintah yaitu jumlah murid SMP di Kecamatan Kedungbanteng yang ada

baru 71% dari penduduk umur 13-15 tahun, padahal pemerintah pada tahun

2009 menargetkan tingkat APK SMP sebesar 95%.

3. tingkat APM SMP di Kecamatan Kedungbanteng tahun 2010 menunjukan 70%

anak penduduk di Kecamatan Kedungbanteng usia 13-15 tahun telah terserap

di tingkat SMP, sisanya 30% penduduk di Kecamatan Kedungbanteng usia 13-

15 tahun belum memperoleh pendidikan di tingkat SMP.

4. di Kecamatan Kedungbanteng masih terdapat anak usia 7-15 tahun yang tidak

sekolah, padahal pemerintah telah menetapkan program wajib belajar 9 tahun.

Permasalahan yang akan diteliti berdasarkan latar belakang yang telah

diuraikan adalah:

1. bagaimana pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun di Kecamatan

Kedungbanteng Kabupaten Tegal?

6

2. faktor-faktor apa yang menghambat pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun

di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai berdasarkan masalah yang muncul adalah:

1. untuk mengetahui pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun di Kecamatan

Kedungbanteng Kabupaten Tegal.

2. untuk mengidentifikasikan hambatan-hambatan pelaksanaan program wajib

belajar 9 tahun di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diberikan dalam penelitian adalah manfaat teoritis dan

manfaat praktis.

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi Dinas Pendidikan, dapat memberikan informasi faktual tentang

kondisi fisik dan kondisi sosial ekonomi terhadap program wajib belajar 9

tahun agar dapat memberikan pertimbangan dalam menentukan kebijakan .

b. Bagi peneliti, dapat menambah ilmu pengetahuan mengenai program wajib

belajar 9 tahun dan menerapkan ilmu pengetahuan yang di dapat di bangku

perkuliahan, serta membuktikan kesesuian teori dengan di lapangan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi masyarakat, dapat memberikan masukan tentang visi pendidikan

sehingga dapat menyukseskan dan mendukung pelaksanaan program wajib

belajar 9 tahun.

7

b. Bagi siswa, dapat memberikan motivasi kepada siswa agar tetap semangat

dalam mengikuti program wajib belajar 9 tahun.

E. Penegasan Istilah

Peneliti agar lebih mudah dalam melakukan penelitian, maka perlu

menegaskan beberapa istilah. Penegasan istilah dalam penelitian ini yaitu wajib

belajar 9 tahun, jumlah tanggungan orang tua, pendidikan orang tua, lingkungan

keluarga, jenis pekerjaan orang tua, pendapatan orang tua dan aksesibilitas.

1. Wajib belajar 9 tahun

Wajib belajar adalah program pendidikan minimal yang harus diikuti

oleh warga negara Indonesia atas tanggung jawab Pemerintah dan pemerintah

daerah (Departemen Pendidikan Nasional, 2010:216). Pendidikan minimal

yang dimaksud dalam penelitian adalah penduduk di Kecamatan

Kedungbanteng Kabupaten Tegal yang berusia 7-15 tahun harus mengikuti

program wajib belajar 9 tahun sampai dengan tamat.

2. Hambatan pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun

Hambatan pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun dalam

penelitian adalah jumlah tanggungan orang tua, pendidikan orang tua,

lingkungan keluarga, jenis pekerjaan orang tua, pendapatan orang tua dan

aksesibilitas.

a. Jumlah Tanggungan Orang Tua

Jumlah tanggungan orang tua dalam penelitian adalah jumlah

anak yang dimiliki oleh orang tua anak usia 7-15 tahun yang tidak

mengikuti program wajib belajar 9 tahun.

8

b. Pendidikan Orang Tua

Pendidikan orang tua dalam penelitian, dilihat dari pendidikan

formal maupun pendidikan nonformal orang tua. Pendidikan formal yang

pernah ditempuh oleh orang tua, antara lain: pada jenjang SD, SMP,

SMA, Perguruan Tinggi maupun tidak pernah mengikuti sekolah.

Pendidikan nonformal yang pernah diikuti oleh orang tua, seperti: kursus

mengetik, kursus menjahit, kursus elektro ataupun kursus lainnya yang

pernah diikuti oleh orang tua.

c. Lingkungan Keluarga

Lingkungan keluarga dalam penelitian merupakan suatu tempat

tinggal dimana anak usia 7-15 tahun yang tidak sekolah tinggal.

Lingkungan tersebut dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif

bagi anak, berupa: dukungan keluarga, keadaan tempat tingal maupun

kesadaran orang tua tentang pentingnya pendidikan.

d. Jenis Pekerjaan Orang Tua

Jenis pekerjaan orang tua dalam penelitian adalah kegiatan yang

dilakukan oleh orang tua untuk mendapatkan sumber penghasilan hidup

sehari-hari yaitu pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan orang tua.

e. Pendapatan Orang Tua

Pendapatan adalah hasil yang berupa uang atau barang yang

diterimakan sebagai balas jasa atau kontra prestasi (BPS, 1996:8).

Pendapatan orang tua dalam penelitian ini adalah seluruh pendapatan

9

yang diperoleh seluruh anggota keluarga yang bekerja baik dari

penghasilan pokok ataupun sampingan.

f. Aksesibilitas

Aksesibilitas adalah konsep yang menggabungkan sistem

pengaturan tata guna lahan secara geografis dengan sistem jaringan

transportasi yang menghubungkannya (Tamin, 2000: 32). Faktor-faktor

yang menentukan aksesibilitas dalam penelitian ini adalah jarak yang

ditempuh anak untuk sekolah, waktu tempuh yang diperlukan anak untuk

sekolah, biaya/ongkos perjalanan yang dibutuhkan untuk sekolah dan

fasilitas transportasi yang digunakan anak ketika sekolah.

F. SISTEMATIKA SKRIPSI

Hasil penelitian agar lebih mudah dalam mempelajari, maka peneliti

membuat sistematika penulisan skripsi. Isi dari sistematika mewakili bab yang ada

dalam skripsi yang dibuat peneliti. Sistematika penulisan skripsi disusun menjadi

3 bagian yaitu: pendahuluan, isi dan penutup.

1. Bagian pendahuluan skripsi

Pendahuluan terdiri dari: halaman judul, sari penelitian, halaman

pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel

atau grafik dan daftar lampiran.

2. Bagian isi skripsi

BAB I : Pendahuluan yang berisi latar belakang masalah penelitian,

perumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian

dan sistematika skripsi.

10

BAB II : Landasan teori yang berisi tentang pengertian pendidikan,

pelaksanaan wajib belajar 9 tahun, tujuan dan target wajib belajar 9

tahun, tantangan wajib belajar 9 tahun, dan hambatan program wajib

belajar 9 tahun.

BAB III : Metodologi penelitian yang berisi tentang populasi dan sampel

penelitian, variabel penelitian, definisi operasional, teknik

pengumpulan data, validitas dan reliabilitas instrumen, teknik

analisis data, dan diagram alir penelitian.

BAB IV : Hasil penelitian dan pembahasan yang berisi tentang uraian hasil

penelitian dan pembahasan.

BAB V : Penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran.

3. Bagian penutup skripsi, berisi daftar pustaka dan lampiran.

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Pendidikan

Pendidikan sangat dibutuhkan dalam penunjang pembangunan nasional

Indonesia. Pendidikan secara sederhana diartikan sebagai usaha manusia untuk

membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

kebudayaan. Pasal 1 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, yang berbunyi: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendaliaan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara

(Departemen Pendidikan Nasional, 2010:12).

Pendidikan tidak hanya dipandang sebagai usaha pemberian informasi dan

pembentukan ketrampilan saja, namun diperluas sehingga mewujudkan keinginan,

kebutuhan, dan kemampuan individu, sehingga tercipta pola hidup pribadi dan

sosial yang baik. Pasal 3 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, menyebutkan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,

12

dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Departemen

Pendidikan Nasional, 2010:17).

Implikasi penyelenggaraan pendidikan meliputi: 1)kurikulum yang

dirancang dan diterapkan, 2)sistem evaluasi dan promosi yang dianut,

3)pendidikan dan tenaga kependidikan, terutama guru yang ditempuh,

4)pembiayaan pendidikan, dan 5)manajemen penyelenggaraan pendidikan

nasional (Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan UPI, 2007:21).

Tim Redaksi NPM (2009) menyatakan bahwa strategi penuntasan wajib

belajar pendidikan dasar 9 tahun dapat dibagi menjadi 3 pilar pembangunan

pendidikan, yaitu: 1)perluasan dan pemerataan pendidikan, 2)mutu, relevansi, dan

daya saing pendidikan, dan 3)tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik.

UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa jalur

pendidikan terdiri dari atas pendidikan formal, pendidikan informal, dan

pendidikan nonformal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya.

Pendidikan diselenggarakan dengan sistem terbuka melalui tatap muka dan atau

melalui jarak jauh.

1. Pendidikan Formal

Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan

berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan

pendidikan tinggi (Departemen Pendidikan Nasional, 2010:98). Jadi,

Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-

sekolah pada umumnya dengan kegiatan yang sistematis, berstruktur,

bertingkat, berjenjang, dimulai dari sekolah dasar sampai dengan perguruan

13

tinggi dan yang setaraf dengannya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang

pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah,

sampai pendidikan tinggi.

a. Pendidikan dasar

Pendidikan dasar adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan

ketrampilan, menumbuhkan sikap dasar yang diperlukan dalam masyarakat,

serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah

(Ihsan, 1995:23). Pendidikan dasar pada prinsipnya merupakan pendidikan

yang memberikan bekal dasar bagi perkembangan kehidupan baik untuk

pribadi maupun untuk masyarakat. Karena itu, bagi setiap warga negara harus

disediakan kesempatan untuk memperoleh pendidikan dasar. Pendidikan ini

dapat berupa pendidikan sekolah ataupun pendidikan luar sekolah, yang dapat

merupakan pendidikan biasa ataupun pendidikan luar sekolah yang dapat

merupakan pendidikan biasa ataupun pendidikan luar biasa.

Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan yang melandasi jenjang

pendidikan menengah, berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah

(MI) atau bentuk lain yang sederajat, dan Sekolah Menengah Pertama (SMP)

dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat (Departemen

Pendidikan Nasional, 2010:24).

b. Pendidikan menengah

Pendidikan menengah adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta

didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan

hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial budaya dan alam sekitar serta

14

dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja (Ihsan,

1995:22). Pendidikan menengah terdiri dari pendidikan menengah umum dan

pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah umum diselenggarakan

selain untuk mempersiapkan peserta didik mengikuti pendidikan tinggi juga

untuk memasuki lapangan kerja. Pendidikan menengah kejuruan

diselenggarakan untuk mengikuti lapangan kerja atau mengikuti pendidikan

keprofesian pada tingkat yang lebih tinggi. Pendidikan menengah dapat

merupakan pendidikan biasa atau pendidikan luar biasa.

Pasal 18 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

menyebutkan bahwa Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas

(SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan

Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat

(Departemen Pendidikan Nasional, 2010:25).

c. Pendidikan tinggi

Pendidikan tinggi adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik

untuk menjadi anggota masyarakat yang memiliki tingkat kemampuan tinggi

yang bersifat akademik dan atau professional sehingga dapat menerapkan,

mengembangkan dan atau menciptakan ilmu pengetahuan, tehnologi dan seni

dalam rangka pembangunan nasional dan meningkatkan kesejahteraan

manusia. (Ihsan, 1995:23).

Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi,

institute atau universitas. Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan

15

pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat (Departemen

Pendidikan Nasional, 2010:26).

2. Pendidikan Informal

Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan keluarga dan lingkungan

berbentuk kegiatan belajar secara mandiri (Departemen Pendidikan Nasional,

2010:30). Pendidikan informal dengan kata lain adalah proses yang

berlangsung sepanjang usia sehingga setiap orang memperoleh nilai, sikap,

ketrampilan dan pengetahuan yang bersumber dari pengalaman hidup sehari-

hari, pengaruh lingkungan termasuk didalamnya adalah pengaruh kehidupan

keluarga, hubungan dengan tetanga, lingkungan pekerjaan, dan permainan,

pasar, perpustakaan, dan media masa.

3. Pendidikan Nonformal

Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga

pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis

taklim serta satuan pendidikan yang sejenis (Departemen Pendidikan Nasional,

2010:31). Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan

formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan

nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan

pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan atau pelengkap

pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.

Fungsi pendidikan nonformal adalah mengembangkan potensi peserta didik

dengan menekankan pada penguasaan pengetahuan dan ketrampilan fungsional

serta pengembangan sikap dan kepribadian professional. Pendidikan nonformal

16

meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan

kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan,

pendidikan ketrampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta

pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta

didik.

B. Pelaksanaan Wajib Belajar

UU No. 47 tahun 2008 tentang wajib belajar mengamanatkan bahwa

setiap warga Negara yang berusia 7-15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar.

Pasal 1 menyebutkan bahwa wajib belajar adalah program pendidikan minimal

yang harus diikuti oleh warga negara Indonesia atas tanggung jawab pemerintah

dan pemerintah daerah. Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan yang

melandasi jenjang pendidikan menengah, bentuk SD dan MI/ bentuk lain yang

sederajat serta SMP dan Madrasah Tsanawiyah/ bentuk lain yang sederajat.

Program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun di Indonesia bukanlah

wajib belajar dalam arti compulsory education, seperti yang dilaksanakan di

negara-negara maju, dengan ciri-ciri: (1) ada unsur paksaan agar peserta didik

bersekolah, (2) diatur dengan undang-undang tentang wajib belajar, (3) tolak ukur

wajib belajar 9 tahun adalah tidak ada orang tua yang terkena sanksi, karena telah

mendorong anaknya tidak bersekolah, dan (4) ada sanksi bagi orang tua yang

membiarkan anaknya tidak sekolah (Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan UPI,

2007:121).

Pelaksanaan pendidikan dasar untuk semua tentunya diperlukan ketentuan-

ketentuan tertentu sebagaimana di dalam Deklarasi PBB tentang Hak Atas

17

Pembangunan yang diadopsi oleh Sidang Umum bulan Desember Tahun 1986.

Kewajiban Negara dalam hal ini kewajiban pemerintah daerah untuk

melaksanakan wajib belajar diperlukan hal-hal sebagai berikut: 1)tersedianya

sarana, seperti: gedung sekolah dan tempat pelaksanaan wajib belajar lainnya

(appealability), 2)keterjangkauan (accessability) sarana pelaksanaan wajib

belajar), 3)penerimaan (acceptability) yaitu diterima tidaknya bentuk

kelembagaan pendidikan oleh rakyat, dan 4)kesesuaian (adaptability) yaitu

kesesuaian lembaga-lembaga pendidikan dengan kebutuhan lingkungannya

(Tilaar, 2006:165).

Program pendidikan wajib belajar 9 tahun pada hakekatnya berfungsi

memberikan pendidikan dasar bagi setiap warga negara Indonesia yang berusia 7-

15 tahun agar masing-masing memperoleh sekurang-kurangnya pengetahuan dan

kemampuan dasar yang diperlukan untuk dapat berperan serta dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

C. Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM)

Pembangunan manusia adalah proses agar manusia mampu memiliki lebih

banyak pilihan dalam hal pendapatan, kesehatan, pendidikan, lingkungan fisik dan

sebagainya. Badan Pusat Statistik (2010) menjelaskan konsep Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) adalah mengukur pencapaian keseluruh negara atau

provinsi. IPM mengukur pencapaian kemajuan pembangunan sosial dan ekonomi

di negara atau provinsi tertentu. IPM direpresentasikan oleh 3 dimensi, yaitu umur

panjang dan sehat (longevity), pengetahuan (knowledge) dan hidup yang layak

(standard of living). Indikator yang digunakan untuk mengukur dimensi umur

18

panjang dan sehat adalah angka harapan hidup. Dimensi pengetahuan diukur

dengan angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah, sedangkan dimensi

kehidupan yang layak diukur dengan paritas daya beli (purchsing power parity/

PPP).

Keberhasilan Indonesia untuk menurunkan peringkatnya selama periode

2007-2009 dari urutan ke-55 (2007) menjadi ke-60 (2008) dan ke-62 (2009)

mengalami kenaikan lagi pada tahun pertama periode kedua pemerintahan

Presiden SBY. Tahun 2010, peringkat Indonesia naik satu tingkat menjadi urutan

ke-61. Badan Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) merilis, indeks

pembangunan manusia (IPM) Indonesia berada di urutan ke-124 dari 187 negara

yang disurvei. IPM Indonesia hanya 0,617, jauh di bawah Malaysia di posisi 61

dunia dengan angka 0,761. UNDP menggunakan versi rata-rata lama sekolah 5,8

tahun diukur dari penduduk usia 25 tahun ke atas, sementara Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan memakai data Susenas 2010 Badan Pusat Statistik,

yaitu rata-rata lama sekolah 7,9 tahun diukur dari penduduk usia 15 tahun ke atas

(Arif, 2011).

Strategi pokok yang dituangkan dalam Repelita VI dirumuskan karena

masih ditemukannya masalah mendasar dalam bidang pendidikan. Program

pendidikan diperlukan indikator yang handal. Indikator proses pendidikan

menunjukkan keadaan proses pendidikan yang diimplementasikan terjadi di

masyarakat. Sumber data yang dipakai berasal dari sensus atau survey dengan

pendekatan rumah tangga atau data administratif instansi terkait. Data yang

19

dibutuhkan dalam mengetahui indikator proses pendidikan, antara lain: APK,

APM dan rata-rata lama sekolah.

a. Angka Partisipasi Kasar (APK)

Indikator APK mengukur proporsi anak sekolah pada suatu jenjang

pendidikan tertentu dalam kelompok umur yang sesuai dengan jenjang

pendidikan tersebut, tetapi indikator ini lebih banyak bercerita tentang

keberhasilan sistem pendidikan dalam mendidik anak dan remaja, bukan pada

penduduk dewasa. APK memberikan gambaran secara umum tentang

banyaknya anak yang sedang/telah menerima pendidikan pada jenjang tertentu.

APK biasanya diterapkan untuk jenjang pendidikan SD, SLTP, dan SLTA.

Husaini (2010:20) dalam menghitung nilai APK menggunakan rumus sebagai

berikut:

b. Angka Partisipasi Murni (APM)

Indikator APM menunjukkan proporsi anak sekolah pada satu

kelompok umur tertentu yang bersekolah pada tingkat yang sesuai dengan

kelompok umurnya. APM selalu lebih rendah dibanding APK karena

pembilangnya lebih kecil (sementara penyebutnya sama). APM membatasi usia

murid sesuai dengan jenjang pendidikan sehingga angkanya lebih kecil karena

menunda saat mulai bersekolah, murid tidak naik kelas, berhenti/keluar dari

sekolah untuk sementara waktu, dan lulus lebih awal. APM diterapkan untuk

jenjang pendidikan Sekolah Dasar dan Sekolah Menegah. Husaini (2010:20)

dalam menghitung menggunakan rumus APK sebagai berikut:

20

c. Rata-rata lama sekolah

Rata-rata lama sekolah menggambarkan tingkat pencapaian setiap

penduduk dalam kegiatan bersekolah. Semakin tinggi angka lamanya

bersekolah semakin tinggi jenjang pendidikan yang telah dicapai penduduk.

Indikator rata-rata lama sekolah dihitung dengan menggunakan dua variabel

secara simultan; yaitu tingkat/kelas yang sedang/pernah dijalani dan jenjang

pendidikan tertinggi yang ditamatkan.

Rata-rata lama sekolah mayoritas penduduk di Indonesia masih relatif

rendah dan dalam kondisi memprihatinkan, yakni baru mencapai semester satu

kelas tiga Sekolah Menengah Pertama (SMP). Rata-rata lama sekolah

penduduk usia 15 tahun ke atas yakni 7,5 tahun atau setara dengan kelas dua

SMP atau semester satu sekolah menengah pertama (EKSPOSnews, 2011).

D. Tujuan dan Target Wajib Belajar

Tim Redaksi NPM (2009:145) mengungkap bahwa penuntasan program

wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun yang bermutu pada tahun 2006-2009

bertujuan untuk:

1. meningkatkan Angka Partisipasi Kasar SMP/ MTs setara hingga mencapai

minimal 95%.

2. menurunkan angka putus sekolah SMP dari 2,83% menjadi 2%.

3. meningkatkan kualitas lulusan dengan indikator 70% peserta Ujian Nasional

mencapai nilai di atas 6,00

21

4. melengkapi sarana pendidikan sehingga 75% SMP memenuhi Standar Nasional

Pendidikan, antara lain: minimal 80% SMP mempunyai perpustakaan, 50%

SMP memiliki Laboratorium IPA, 50% SMP memiliki laboratorium bahasa,

dan 80% SMP mempunyai ruang ketrampilan yang memadai.

5. menyelenggarakan minimal satu rintisan SMP bertaraf internasional di setiap

kabupaten/ kota.

6. terbentuk dan berfungsinya jaringan sistem informasi pendidikan di setiap

propinsi di seluruh Indonesia dengan baik.

7. meningkatnya mutu pengelolaan SMP dengan 70% SMP Menjalankan

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dengan baik.

8. meningkatkan kesadaran akan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan

pendidikan.

Wajib belajar berfungsi untuk mengupayakan perluasan dan pemerataan

kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi warga negara Indonesia.

Tujuan program wajib belajar 9 tahun adalah memberikan kesempatan pendidikan

minimal bagi setiap warga negara Indonesia agar dapat mengembangkan potensi

yang ada pada dirinya dan dapat hidup mandiri di dalam masyarakat. Pendidikan

minimal yang dimaksud adalah masyarakat yang berusia 7-15 tahun wajib

mengikuti program wajib belajar 9 tahun yaitu 6 tahun di tingkat SD/MI/sederajat

dan 3 tahun di tingkat SMP/MTs/sederajat.

E. Tantangan dalam Wajib Belajar

Tim Redaksi NPM (2009:149) mengungkapkan bahwa penuntasan wajib

belajar pendidikan dasar 9 tahun sampai dengan mencapai Angka Partisipasi

22

Kasar (APK) pada tingkat SMP sebesar 95% dihadapkan pada sejumlah tantangan

dalam pelaksanaanya.

1. Masih ada sekitar 1,9 juta anak usia 13-15 tahun belum tertampung

Masih terdapat anak yang belum sekolah karena berbagai alasan, masih masih

ada sekitar 1,9 juta anak usia 13-15 tahun di berbagai daerah di Indonesia

belum memperoleh layanan pendidikan SMP atau sederajat.

2. APK SMP dari 146 kabupaten di bawah 75%

Tahun 2005 APK SMP secara nasional telah mencapai 85,22%. Namun

demikian, masih terdapat 146 kabupaten yang angka APK SMP-nya masih

rendah di bawah 75%, di bawah APK nasional. Tanpa upaya-upaya khusus,

kabupaten-kabupaten tersebut akan terlalu sulit untuk mencapai APK 95%

pada tahun 2008/2009. Selain itu, angka absolut anak yang belum tetampung

pada daerah padat penduduk masih sangat tinggi.

3. Kondisi geografis yang sulit

Anak-anak usia 13-15 yang belum mendapatkan layanan pendidikan umumnya

berdomisili di daerah terpencil, terisolir, dan terpencar-pencar dalam komunitas

kecil. Kondisi geografis yang tidak terjangkau membuat anak sulit berangkat

sekolah. Kondisi geografis daerah mereka tinggal merupakan kendala dalam

pengadaan layanan pendidikan bagi mereka yang membutuhkan.

4. Kemiskinan

Kemiskinan sebagai akibat dari krisis ekonomi yang belum sepenuhnya pulih

dan penyesuaian harga BBM dan TDL, jumlah keluarga miskin di Indonesia

pada tahun 2005 mencapai 17%. Keadaan ini mengakibatkan terjadinya putus

23

sekolah (angka putus sekolah pada tahun 2005 sebesar 2,83%) dan

ketidakmampuan orang tua menyekolahkan anaknya kejenjang yang lebih

tinggi.

5. Kesadaran tentang pentingnya pendidikan

Sebagian masyarakat, terutama yang berpendidikan rendah, masih memandang

bahwa pendidikan kurang penting. Mereka beranggapan bahwa bekerja lebih

menguntungkan bagi anak tanpa menyadari bahwa pendidikan lebih

menguntungkan untuk jangka panjang.

6. Peran PEMDA belum optimal

Sebagian besar PEMDA Tingkat II belum optimal dalam melaksanakan

kewajiban dalam pembangunan pendidikan dengan baik. Sejumlah PEMDA

Tingkat II bahkan terkesan mengabaikan sektor pendidikan. Hal ini terlihat,

antara lain: masih rendahnya alokasi APBD dan perhatian birokrat pada sektor

pendidikan. Penyebab utama dari rendahnya partisipasi ini adalah kurangnya

pemahaman mereka akan tugas dan tanggung jawabnya dalam

penyelenggaraan pendidikan, sehingga banyak tugas dan tanggungjawab yang

tidak dilaksanakan dengan baik.

7. Peran perguruan tinggi perlu dioptimalkan

Perguruan tinggi idealnya memerankan dirinya secara aktif sebagai agen dan

katalisator perubahan dalam berbagai bidang, termasuk dalam penuntasan

wajib belajar. Namun demikian, selama ini peran yang mereka mainkan masih

sangat terbatas pada tataran konsep. Peran yang menyentuh langsung lapangan

24

yang secara nyata dan signifikan memberi kontribusi kepada penuntasan wajib

belajar sangat lemah.

8. Sarana dan prasarana pendidikan kurang memadai

Daerah-daerah terpencil dan terisolir sarana dan prasarana pendidikannya

masih sangat terbatas. Gedung sekolah masih belum memadai atau bahkan

belum ada, belum didukung oleh fasilitas pembelajaran yang memadai.

Sebagia akibatnya, sebagian anak usia sekolah terpaksa tidak memperoleh

layanan pendidikan atau mendapatkan layanan pendidikan dengan kualitas

memadai.

F. Hambatan dalam Pelaksanaan Program Wajib Belajar 9 Tahun

Keberhasilan Program Wajib Belajar 9 Tahun, menurut Sukardi (2010)

dapat dibagi menjadi 2 faktor, yaitu: faktor internal dan faktor eksternal. Faktor

internal merupakan faktor yang dipengaruhi dari dalam individu. Faktor internal,

meliputi: kemampuan anak, minat sekolah, ekspektasi (harapan) anak, persepsi

siswa tentang sekolah dan aspirasi/ cita-cita anak. Faktor eksternal yang

dipengaruhi oleh keadaan dari luar individu tersebut, meliputi: kondisi geografis,

kondisi sosial ekonomi, keutuhan keluarga, persepsi orang tua, dan ketersedian

sarana prasarana.

Penelitian Abdillah (2010) menyebutkan bahwa permasalahan dalam

program wajib belajar 9 tahun, antara lain: tingkat pendidikan orang tua

mempunyai angka partisipasi yang rendah, mata pencaharian/pekerjaan dan

pendapatan orang tua mempunyai angka partisipasi yang sangat rendah,

karakteristik keluarga berperan dalam penuntasan program wajib belajar 9 tahun,

25

angka partisipasi lingkungan tempat tinggal rendah, kesadaran orang tua tentang

pentingnya pendidikan terhitung rendah, faktor aksesibilitas tidak terlalu menjadi

suatu masalah.

Penelitian pada skripsi ini akan mengkaji 6 (enam) permasalahan yang

diduga menghambat pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun dilihat dari faktor

eksternalnya, yakni: karakteristik keluarga, lingkungan keluarga, pendidikan

orang tua, jenis pekerjaan orang tua, pendapatan orang tua dan aksesibilitas yang

digunakan anak untuk melakukan perjalanan menuju ke sekolah.

1. Karakter Keluarga

Kondisi sosial adalah keadaan yang berkaitan dengan masyarakat,

kondisi ini selalu mengalami perubahan melalui proses dan interaksi sosial.

Interaksi sosial berarti proses hubungan yang saling mempengaruhi, bisa terjadi

antar individu dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok

dengan kelompok (Subandiroso, 1987:45).

Keluarga adalah kelompok masyarakat terkecil yang terdiri dari suami,

istri dan anak yang belum dewasa. Setiap keluarga memiliki karakter keluarga

tersendiri. Apabila salah satu dari unsur-unsur tersebut tidak ada, misal ada ibu

namun tidak ada ayah (baik karena meninggal atau bercerai), maka keluarga

tersebut tidak bisa dikatakan sebagai keluarga yang utuh lagi. Ini disebut

keutuhan keluarga secara stuktur. Disamping itu, ada pula keutuhan dalam

interaksi, yaitu adanya interaksi sosial yang wajar (harmonis). Ketidakutuhan

keluarga tentunya berpengaruh negatif bagi perkembangan sosial seorang anak

(Hasbullah, 2009:90)

26

Keluarga inti terdiri dari beberapa individu, yaitu ayah, ibu dan anak.

Setiap individu menjadi tanggungan dalam keluarga tersebut. Jumlah

tanggungan adalah banyaknya orang yang menjadi tanggung jawab (secara

materi) oleh orang tua. Semakin banyak jumlah tanggungan, maka semakin

banyak pula dana yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Rismawati (2010:20) mengatakan jumlah tanggungan keluarga digolongkan

menjadi 4, yaitu 1) lebih dari 10 orang berarti sangat banyak tanggungan, 2) 7-

9 orang berarti banyak tanggungan, 3) 5-6 orang berarti tanggungan sedang,

dan 4) 1-4 orang berarti tanggungan sedikit .

2. Lingkungan Keluarga

Kondisi sosial, interaksi sosial dapat dilakukan pada keluarga. Keluarga

dilihat dari segi pendidikan merupakan satu kesatuan hidup (sistem sosial) dan

keluarga menyediakan situasi belajar. Sebagai satu kesatuan hidup bersama

(sistem sosial), keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak. Ikatan kekeluargaan

membantu anak mengembangkan sifat persahabatan, cinta kasih, hubungan

antar pribadi, kerjasama, disiplin, tingkah laku yang baik serta pengakuan akan

kewibawaan. Tugas utama keluarga bagi pendidikan adalah sebagai peletak

dasar bagi pendidik akhlak dan pandangan hidup keagamaan, sifat dan tabiat

anak sebagian besar diambil dari kedua orangtuanya dan dari anggota keluarga

yang lain (Hasbullah, 2009:89).

Lingkungan keluarga adalah daerah atau kawasan tempat suatu

kelompok sosial terkecil yang terdiri dari keluarga dan anak, dimana anak

memperoleh bimbingan dan latihan dari keluarga untuk mendapatkan

27

perubahan–perubahan baru yang akan diperlukan dalam masyarakat. Di dalam

keluarga anak belajar bersikap, berfikir dan bergaul dengan sesamanya, agar

anak dapat berfikir dan bergaul dengan baik diperlukan peranan keluarga untuk

membimbing dan mengarahkannya demi keberhasilan pendidikan anak.

Bagi keluarga yang tidak mampu, akan merasa berat dalam memenuhi

biaya pendidikan. Keputusan untuk tidak menyekolahkan anak sebagai akibat

adanya nilai ekonomis anak yang tinggi bagi orang tua. Masih adanya

anggapan orang tua bahwa pendidikan tinggi tidak menjamin hari depan yang

lebih baik (Rismayanti, 2010:20).

3. Pendidikan Orang Tua

Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam

tumbuh kembang anak, karena dengan pendidikan yang baik maka orang tua

dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan

anak yang baik, menjaga kesehatan anaknya, pendidikannya, dan sebagainya

(Rokhana, 2005:19).

Pendidikan orang tua dapat berpengaruh terhadap pola asuh orang tua

terhadap anak. Bagaimana orang tua dapat memberikan pendidikan di dalam

keluarga, sekolah maupun dalam bermasyarakat. Jenjang pendidikan yang

didapat orang tua antara lain: SD, SMP, SMA, maupun Perguruan Tinggi. Hal

ini dapat diperoleh dari ijasah terakhir yang diterima orang tua.

4. Jenis Pekerjaan Orang Tua

Pekerjaan adalah suatu pernyataan tertulis yang menguraikan fungsi,

tugas-tugas, tanggung jawab, wewenang, kondisi kerja dan aspek-aspek

28

pekerjaan tertentu lainnya (Handoko, 1997:47). Pekerjaan dapat dikatakan

adalah pencaharian, barang yang dijadikan pokok penghidupan, suatu yang

dijadikan untuk mendapatkan nafkah. Jenis pekerjaan orang tua merupakan

kegiatan yang dilakukan oleh orang tua untuk mendapatkan sumber

penghasilan hidup. Jenis pekerjaan dapat berupa pekerjaan pokok ataupun

sampingan. Macam-macam pekerjaan yang dapat dilakukan oleh orang tua,

antara lain: polisi, tentara, guru, pegawai bank, karyawan, pengusaha,

pedagang, petani, dll.

5. Pendapatan Orang Tua

Faktor ekonomi keluarga banyak menentukan dalam belajar anak.

Misalnya anak dalam keluarga mampu dapat membeli alat-alat sekolah

lengkap, sebaliknya anak-anak dari keluarga miskin tidak dapat membeli alat-

alat itu. Dengan alat serba tidak lengkap inilah maka hati anak-anak menjadi

kecewa, mundur, putus asa sehingga dorongan belajar mereka kurang (Ahmadi,

2007:266).

Profesor P.A Samuel mengatakan bahwa ilmu ekonomi adalah suatu

studi mengenai individu-individu dan masyarakat membuat pilihan, dengan

atau tanpa penggunaan uang, dengan menggunakan sumber daya yang terbatas

tetapi dapat digunakan dalam berbagai cara untuk menghasilkan berbagai cara

untuk menghasilkan berbagai jenis barang dan jasa dan mendiskripsikannya

untuk kebutuhan konsumsi, sekarang dan di masa datang, kepada berbagai

individu dan golongan masyarakat (Sukirno, 1996:10).

29

Kondisi ekonomi adalah kondisi yang menghendaki seseorang, suatu

masyarakat membuat keputusan tentang cara terbaik untuk melakukan sesuatu

kegiatan ekonomi. Sedangkan kegiatan ekonomi didefinisikan sebagai kegiatan

seseorang atau suatu masyarakat untuk memproduksikan barang dan jasa

maupun mengkonsumsi (menggunakan) barang dan jasa tersebut (Sukirno,

1996:4). Jadi, kondisi ekonomi adalah keadaan seseorang dalam hal keuangan

rumah tangga. Kegiatan ekonomi yang dapat berlangsung karena aktivitas

manusia dalam memenuhi kebutuhan. Kondisi ekonomi keluarga meliputi

usaha orang tua untuk memenuhi kebutuhan hidup (pekerjaan orang tua),

pendapatan efektif (penghasilan orang tua) dan pemenuhan kebutuhan rumah

tangga.

Rokhana (2005:8) mengungkapkan bahwa pendapatan yaitu seluruh

penerimaan baik berupa uang maupun barang baik dari pihak lain maupun dari

hasil sendiri. Pendapatan yang diperoleh seluruh anggota keluarga yang

bekerja. Orang tua dengan penghasilan yang tinggi akan mampu memenuhi

berbagai macam sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan belajar anak.

Pendapatan orang tua merupakan sebuah penghasilan yang didapat orang tua

sebagai hasil jerih payahnya selama bekerja. Pendapatan orang tua dapat

diperoleh selama tiap hari, tiap minggu, atau tiap bulan setelah bekerja.

Klasifikasi pendapatan dapat didasarkan pada Upah Minimum Regional

(UMR) atau Upah Minimum Kabupaten (UMK). Pendapatan keluarga

dikatakan tinggi bila pendapatan tiap bulan lebih besar dari UMK, sedangkan

pendapatan rendah bila pendapatan tiap bulan lebih kecil dari UMK.

29

30

Sumardi dan Hans Evert (1983;15) menyebutkan bahwa tingkat

ekonomi masyarakat disesuaikan dengan pendapatan dibagi menjadi 3

tingkatan yaitu ekonomi tinggi, ekonomi sedang dan ekonomi rendah.

a. Ekonomi tinggi

Golongan yang berpenghasilan tinggi adalah golongan yang

mempunyai penghasilan atas pekerjaannya jauh lebih besar dibandingkan

dengan kebutuhan pokoknya. Kebutuhan pokok adalah kebutuhan esensial

yang sedapat mungkin harus dipenuhi. Kebutuhan esensial ini seperti

makanan, pakaian, perumahan, kesehatan, pendidikan, partisipasi,

transportasi, perawatan pribadi dan rekreasi.

b. Ekonomi sedang/ menengah

Golongan berpenghasilan sedang sudah dekat dengan golongan yang

berpenghasilan tinggi. Ini berarti golongan yang berpenghasilan ekonomi

sedang cenderung masih dapat menyisihkan hasil kerjanya untuk kebutuhan

lain yang sifatnya tidak esensial.

c. Ekonomi rendah

Ekonomi rendah adalah golongan miskin yang memperoleh

pendapatannya sebagai imbalan atas pekerjaanya yang jumlahnya sangat

sedikit apabila dibandingkan pemenuhan kebutuhan pokoknya. Kebutuhan

esensial tidak dapat terpenuhi maksimal.

6. Aksesibilitas

Lingkungan tempat tinggal adalah tempat anak–anak tinggal,

bertumbuh dan berkembang menuju kedewasaan. Lingkungan tempat tinggal

31

sangat mempengaruhi kegiatan belajar anak. Anak–anak yang tinggal di daerah

kumuh akan ikut terbawa pada kondisi yang tidak mementingkan kegiatan

belajar (Kamanto, 1988:90).

Kondisi lingkungan sekitar yang dengan sengaja digunakan sebagai alat

dalam proses pendidikan. Lingkungan berfungsi sebagai wadah atau lapangan

terlaksananya proses pendidikan. Lingkungan fisik berupa alam atau benda

fisik, seperti rumah, pakaian, tanah datar, pegunungan, sawah dan lain-lain

(Hasbullah;2007).

Letak merupakan suatu keadaan relatif pada suatu wilayah. Letak dapat

dilihat pada letak bujur maupun letak lintangnya. Dari letak tersebut dapat

dilihat kondisi wilayah tersebut. Sedangkan topografi adalah kondisi alam yang

merintangi atau mempersulit perjalanan antar dua daerah (Soekadijo,

2000:137).

Aksesibilitas adalah kemudahan pencapaian terhadap suatu daerah.

Semakin dekat dengan jarak antar daerah berarti semakin mudah kontak terjadi

(Bintarto, 1979:16). Jarak antara rumah dengan sekolah dapat mempengaruhi

minat siswa dengan sekolah, sehingga menimbulkan sikap dan motivasi yang

baik terhadap orang tua untuk menyekolahkan anaknya ke sekolah terdekat.

Jarak menjadi salah satu faktor dalam aksesibilitas. Jarak adalah sebagai

sesuatu yang dapat diukur, adalah dasar dari studi geografi. Jarak menjadi

objek utama dalam pembicaraan mengenai karateristik suatu kawasan di atas

permukaan bumi (Nopembri, 2007:26). Jarak yang jauh dari rumah akan sulit

32

dicapai dan membutuhkan banyak biaya. Dengan jarak yang jauh maka untuk

ke sekolah dibutuhkan biaya yang lebih.

Aksesibilitas adalah konsep yang menggabungkan sistem pengaturan

tata guna lahan secara geografis dengan sistem jaringan transportasi yang

menghubungkannya. Aksesibilitas adalah suatu ukuran kenyamanan atau

kemudahan mengenai cara lokasi tata guna lahan berinteraksi satu sama lain

dan „mudah‟ atau „susah‟nya lokasi tersebut dicapai melalui sistem jaringan

transportasi (Tamin, 2000:32).

Miro (2005:20) menyebutkan faktor-faktor yang menentukan tinggi

rendahnya aksesibilitas, sebagai berikut ini:

a. Faktor waktu tempuh

Faktor ini sangat ditentukan oleh ketersediaan prasarana transportasi

dan sarana transportasi yang dapat diandalkan. Contohnya adalah dukungan

jaringan jalan yang berkualitas yang menghubungkan daerah asal dengan

daerah tujuan. Cepat lamanya waktu yang diperlukan dapat mempengaruhi

anak untuk mau melakukan perjalanan ke sekolah.

b. Faktor biaya/ongkos perjalanan

Biaya perjalanan ini berperan dalam menentukan mudah tidaknya

tempat tujuan dicapai, karena ongkos perjalanan yang tidak terjangkau

mengakibatkan orang (terutama kalangan ekonomi bawah) enggan atau

bahkan tidak melakukan perjalanan. Begitu pula dengan biaya perjalanan

yang dibutuhkan oleh seorang anak untuk mencapai sekolah mereka.

Sekolah yang letaknya terlalu jauh dari rumah mereka akan membutuhkan

33

ongkos/ biaya yang lebih banyak jika dibandingkan dengan letak sekolah

yang dekat dengan mereka.

c. Fasilitas transportasi

Fasilitas transportasi adalah sektor yang sangat penting karena

transportasi sebagai sarana seseorang untuk melakukan perjalanan.

Keterkaitan fasilitas transportasi dengan pendidikan adalah bahwa

tercukupinya sarana dan prasarana transportasi mempengaruhi anak untuk

melanjutkan pendidikannya di sekolah.

G. Penelitian Relevan

Peneliti memperluas pengetahuan dengan menambahkan penelitian

terlebih dahulu sebagai pembanding dalam penelitiannya. Pembanding dilihat

mulai dari judul penelitian, tujuan, variabel, metode, dan hasil penelitian.

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang lain memiliki karakteristik

yang berbeda-beda. Penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel 2.1.

34

Tabel 2.1. Beberapa Penelitian yang Berkaitan dengan Pelaksanaan Program Wajib Belajar 9 Tahun

No Judul Oleh Tahun Variabel Metode Kesimpulan

1. Pencapaian Program

Wajib Belajar 9

Tahun di Kecamatan

Bodeh Kabupaten

Pemalang

Duana

Bagus

Abdillah

2010 a. Pencapaian program

wajib belajar 9 tahun:

− Nilai APK dan APM

− Ketersediaan alat-alat

penunjang program

wajib belajar 9 tahun

b. Permasalahan dalam

program wajib belajar 9

tahun:

− Tingkat pendidikan

orang tua

− Pekerjaan dan

pendapat orang tua

− Karakteristik keluarga

− Pengaruh lingkungan

tempat tinggal

− Kesadaran orang tua

akan pentingnya

pendidikan

− Faktor aksesibilitas

a. Angket

b. Wawancara

c. Dokumentasi

d. Observasi

a. Pencapaian program wajib belajar

tahun 2009 berdasarakan APK sebesar

78, 11% dengan APM sebesar

62,49%.

b. Permasalahan dalam program wajib

belajar 9 tahun, antara lain: tingkat

pendidikan orang mempunyai angka

partisipasi yang rendah, mata

pencaharian/ pekerjaan dan

pendapatan orang tua mempunyai

angka partisipasi yang sangat rendah,

karakteristik keluarga berperan dalam

penuntasan program wajib belajar 9

tahun, angka partisipasi lingkungan

tempat tinggal rendah, kesadaran

orang tua tentang pentingnya

pendidikan terhitung rendah, faktor

aksesibilitas tidak terlalu menjadi

suatu masalah.

2. Faktor-faktor

Penyebab

Ketidaktuntasan

Program Wajib

Belajar 9 Tahun di

Yaeni

Risma

2009 a. Tingkat pendidikan

orang tua

b. Mata pencaharian

orang tua

c. Pendapatan orang tua

a. Kuesioner

b. Wawancara

c. Dokumentasi

Kabupaten Temanggung tahun 2008

yaitu 88,15%. Pendapatan orang tua

merupakan faktor yang memiliki

kriteria tingkat penyebab

ketidaktuntasan paling tinggi dalam

35

Kecamatan Kaloran

Kabupaten

Temanggung Tahun

2008

d. Jumlah tanggungan

orang tua

e. Kesadaran orang tua

terhadap pendidikan

anak

f. Faktor aksesibilitas

g. Pelaksanaan program

program wajib belajar 9 tahun di

kecamatan Kaloran

Sedangkan jarak dari tempat tinggal ke

sekolah yang terlalu jauh merupakan

faktor yang memiliki kriteria tingkat

penyebab ketidaktuntasan paling rendah

yaitu 63,04%

3. Faktor-faktor

Penyebab Anak Usia

Sekolah Tidak

Menyelesaikan

Pendidikan Dasar

(Studi kasus di Desa

Pesantren

Kecamatan Blado

Kabupaten Batang

Purnomo

Adi

Saputra

2009 a. Faktor sosial-ekonomi

orang tua

b. Faktor aksesibilitas

a. Angket

b. Wawancara

c. Dokumentasi

d. Observasi

Faktor penyebab anak usia sekolah

tidak menyelesaikan pendidikan dasar

sebagai berikut:

a. Pendidikan orang tua sangat rendah

b. Pendapatan orang tua sangat rendah

c. Orang tua menganggap pendidikan

kurang penting

d. Jarak dari rumah ke sekolah cukup

membutuhkan waktu

e. Fasilitas jalan kurang baik

f. Tidak adanya fasilitas transportasi di

desa Pesantren yang bisa

mengangkut anak-anak ke sekolah

4. Faktor Penghambat

Pelaksanaan

Program Wajib

Belajar 9 Tahun

Bagi Anak Usia

Sekolah di Desa

Gigih N. 2007 a. Tingkat pendidikan

orang tua

b. Tingkat pendapatan

orang tua

c. Pekerjaan orang tua

d. Faktor lingkungan

a. Angket

b. Wawancara

c. Dokumentasi

d. Observasi

Kriteria Hambatan:

a. Tingkat pendidikan orang tua:

Tinggi (51, 47%)

b. Tingkat Pendapatan orang tua:

Tinggi (49,63 %)

c. Fasilitas jalan: Rendah (20,10%)

36

Sendang Kecamatan

Wonogiri Kabupaten

Wonogiri

tempat tinggal

e. Fasilitas jalan

f. Jarak tempuh

g. Fasilitas transportasi

d. Jarak tempuh: Sangat tinggi

(63,60%)

e. Fasilitas transportasi: Sangat tinggi

(58, 09%)

5. Faktor-faktor

penyebab rendahnya

lulusan SMP

melanjutkan ke

SMA bagi penduduk

desa Kemiriombo

kecamatan

Gemawang

Kabupaten

Temanggung (Suatu

Kajian Analisis

Geografi)

Ferry

Indrahart

2005 Faktor-faktor penyebab

rendahnya lulusan SMP

melanjutkan ke SMA:

a. Kondisi geografis:

− Letak

− Keadaan topografi

− Tingkat aksesibilitas

b. Kondisi sosial-

ekonomi orang tua:

− Pendidikan orang tua

− Jenis pekerjaan orang

tua

− Pendapatan orang tua

a. Wawancara

b. Dokumentasi

c. Observasi

Faktor yang menyebabkan rendahnya

lulusan SMP melanjutkan ke SMA di

desa Kemiriombo 2005, terdiri dari:

a. Faktor geografi

− Jarak dari rumah ke sekolah yang

terdekat, yaitu lebih dari 10 Km.

− Keadaaan topografi yang kasar yaitu

berupa perbukitan, sehinggga

menyebabkan daerah tersebut sulit

untuk berhubungan dengan daerah

lain. Dan mempengaruhi kelancaran

aktivitas penduduk.

− Aksesibilitas yang rendah, yaitu

meliputi : kondisi jalan yang rusak,

dan keadaan transportasi yang tidak

lancar.

b. Faktor sosial ekonomi

− Pendidikan orang tua rendah yaitu

83,05% hanya lulusan SD.

− Mata pencaharian orang tua 76,27%

ialah petani.

− Pendapatan orang tua 81,4% rendah

yaitu kurang dari Rp 600.000,00

37

F. Kerangka Berfikir

Gambar 2.1. Kerangka Berfikir Pelaksanaan Program Wajib Belajar 9

Tahun.

Program Wajib Belajar 9

Tahun

Hak dan Kewajiban

Warga Negara dalam UU

Penduduk Usia

Sekolah (7-15

Tahun)

Anak Usia Sekolah

yang Sedang

Sekolah (7-15

Tahun)

Anak Usia

Sekolah yang

Tidak Sekolah (7-

15 Tahun)

APK dan

APM

Tidak Sesuai Target

Sesuai Target

Faktor-Faktor Penghambat

Pelaksanaan Program Wajib

Belajar 9 Tahun

Karakter Keluarga,

Lingkungan Keluarga,

Pendidikan Orang Tua, Jenis

Pekerjaan Orang Tua,

Pendapatan Orang Tua, dan

Aksesibilitas

Program Wajib Belajar 9

Tahun Tercapai

Program Wajib Belajar 9 Tahun

Tidak Tercapai

38

Pendidikan merupakan usaha manusia untuk menumbuhkan dan

mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai

dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

mengamanatkan bahwa setiap warga negara yang berusia 7-15 tahun wajib

mengikuti pendidikan dasar. Jadi, setiap warga negara berhak mendapatkan

pendidikan yang layak dan wajib mengikuti program wajib belajar 9 tahun yaitu 6

tahun di tingkat SD dan 3 tahun di tingkat SMP.

Penuntasan program wajib belajar 9 tahun dapat dilihat dari data

penduduk usia sekolah (7-15 tahun), anak usia sekolah (7-15 tahun) yang sedang

sekolah dan anak usia sekolah (7-15 tahun) yang tidak sekolah. Jumlah penduduk

tersebut dapat dilihat untuk mengetahui penghitungan APK (Angka Partisipasi

Kasar) dan APM (Angka Partisipasi Murni). APK dan APM merupakan salah satu

indikator untuk mengetahui pencapaian program wajib belajar 9 tahun.

Pemerintah pada tahun 2009 menargetkan APK dan APM sebesar 95%. APK dan

APM di suatu wilayah apabila < 95% maka dapat dikategorikan tidak sesuai

dengan target pemerintah, namun apabila >95% dapat dikategorikan sesuai

dengan target pemerintah.

Menurut Dinas Pendidikan Kabupaten Tegal, Kecamatan Kedungbanteng

pada tahun 2010 menunjukkan tingkat APK SD dan SMP sebesar 93,86% dan

APM SD dan SMP sebesar 91,02%. Pernyataan tersebut menunjukan bahwa

tingkat APK dan APM di Kecamatan Kedungbanteng tidak sesuai dengan target

pemerintah. Selain itu, pada data APK dan APM menunjukkan masih terdapat

39

anak usia sekolah yang belum memperoleh pendidikan Pelaksanaan program

wajib belajar 9 tahun ditargetkan dapat sukses pada tahun 2009. Namun,

adakalanya terdapat hambatan-hambatan dalam pelaksanaannya.. Anak yang tidak

sekolah pada suatu wilayah dapat dikarenakan oleh beberapa faktor. Faktor yang

mempengaruhi, antara lain: faktor internal (dari dalam individu) maupun faktor

eksternal (dari luar individu).

Faktor-faktor yang diduga menghambat dalam pelaksanaan program

wajib belajar 9 tahun di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal dilihat dari

faktor eksternalnya, antara lain: karakter keluarga, lingkungan keluarga,

pendidikan orang tua, jenis pekerjaan orang tua, pendapatan orang tua, dan

aksesibilitas. Keenam faktor tersebut dapat memberikan dampak positif maupun

negatif bagi anak usia sekolah.

Pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun di Kecamatan

Kedungbanteng Kabupaten Tegal menghadapi suatu masalah. Oleh karena itu,

perlu diketahui faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan program wajib

belajar 9 tahun di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal yang dapat

didefinisikan pada penelitian ini.

40

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Menurut Arikunto (2006:130), populasi adalah keseluruhan subjek

penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orang tua yang

mempunyai anak usia 7-15 tahun yang tidak mengikuti program wajib belajar 9

tahun baik pada tingkat SD/MI atau SMP/MTs. Populasi dalam penelitian ini

berjumlah 721 orang yang tersebar ke dalam 10 desa di Kecamatan

Kedungbanteng Kabupaten Tegal. Jumlah populasi diperoleh dari data Badan

Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) di Kecamatan

Kedungbanteng pada tahun 2010.

2. Sampel Penelitian

Penelitian ini menggunakan tehnik proportional random sampling yaitu

cara pengambilan sampel dilakukan secara acak dari seluruh populasi yang

ada. Sampel yang diambil adalah 72 orang yang berada pada 10 desa di

Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal. Pengambilan sampel diambil

10% dan dilakukan secara acak agar pada setiap sampel dapat mewakili

populasi yang ada. Responden dalam penelitian adalah orang tua dari anak

usia 7-15 tahun yang tidak maupun mengikuti program wajib belajar 9 tahun.

Sampel responden dapat dilihat pada Tabel 3.1.

41

Tabel 3.1. Jumlah Orang Tua dari Anak Usia 7-15 Tahun yang Tidak maupun

Mengikuti Program Wajib Belajar 9 Tahun di Kecamatan

Kedungbanteng Tahun 2010

No. Nama Desa Populasi

(orang)

% Sampel (orang)

1 Penujah 65 10% 7

2 Karanganyar 153 10% 15

3 Tonggara 52 10% 5

4 Kedungbanteng 87 10% 9

5 Dukuh Jati Wetan 28 10% 3

6 Sumingkir 59 10% 6

7 Margamulya 62 10% 6

8 Kebandingan 68 10% 7

9 Karangmalang 74 10% 7

10 Semedo 73 10% 7

Jumlah 721 10% 72

Sumber: Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB)

Kecamatan Kedungbanteng Tahun 2010

B. Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,

obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2010:61).

1. Pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun

a. Pencapaian APK dan APM pada tingkat SD dan SMP.

b. Pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun di Kecamatan Kedungbanteng.

c. Pengelolaan program wajib belajar 9 tahun di Kecamatan Kedungbanteng.

2. Hambatan dalam pelaksanaan progam wajib belajar 9 tahun, dengan

rincian sebagai berikut:

a. Karakter keluarga

Indikator dari karakter keluarga adalah:

42

- berapa jumlah anggota keluarga inti

- berapa jumlah tanggungan anak

b. Lingkungan Keluarga

Indikator dari lingkungan keluarga adalah:

- dukungan keluarga terhadap anak usia 7-15 tahun yang tidak sekolah

agar dapat sekolah

- pengaruh kondisi tempat tinggal anak usia 7-15 tahun yang tidak sekolah

- kesadaran orang tua terhadap pendidikan anak usia 7-15 tahun

c. Tingkat pendidikan orang tua

Indikator dari pendidikan adalah:

- pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh orang tua, antara lain: SD,

SMP, SMA dan Perguruan Tinggi

- pendidikan nonformal (kursus) yang pernah ditempuh orang tua

- lama pendidikan formal dan nonformal yang ditempuh

d. Mata Pencaharian orang tua

Indikator Mata Pencaharian orang tua adalah:

- jenis pekerjaan yang dilakukan oleh orang tua baik pekerjaan pokok

maupun pekerjaan sampingan

e. Tingkat pendapatan orang tua

Indikator dari pendapatan orang tua adalah:

- pekerjaan pokok dan sampingan yang dilakukan oleh orang tua

- besarnya pendapatan yang diperoleh orang tua

- penggunaan pendapatan

43

f. Aksesibilitas

Faktor yang mempengaruhi aksesibilitas adalah:

- jarak yang ditempuh anak untuk sekolah

- waktu yang ditempuh anak untuk sekolah

- biaya perjalanan yang diperlukan oleh anak menuju ke sekolah

- fasilitas yang digunakan anak ketika berangkat sekolah.

C. Definisi Operasional

Penelitian ini menggunakan beberapa pembatasan istilah, maka dari itu

diperlukan definisi operasional agar tidak terjadi kerancuan dalam pembahasan.

1. Pelaksanaan Program WajibBelajar 9 Tahun

Pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun dalam penelitian ini adalah

pendidikan minimal yang harus dilakukan oleh anak usia sekolah di Kecamatan

Kedungbanteng Kabupaten Tegal. Pendidikan minimal yang dimaksud adalah

anak usia 7-15 tahun wajib mengikuti program wajib belajar 9 tahun yaitu 6

tahun di tingkat SD dan 3 tahun di tingkat SMP.

2. Pencapaian APK dan APM

APK (Angka Partisipasi Kasar) yaitu persentase perbandingan antara

jumlah anak yang bersekolah di suatu daerah dibandingkan dengan jumlah

keseluruhan penduduk usia sekolah pada jenjang tersebut (SMP/ MTs = 13-15

tahun, SD/ MI = 7-12 tahun). APM (Angka Partisipasi Murni) yaitu persentase

perbandingan antara jumlah anak yang bersekolah di sekolah pada suatu daerah

dengan usia sekolah pada jenjang tertentu (SMP/ MTs = 13-15 tahun, SD/MI =

7-12 tahun) dibandingkan dengan jumlah keseluruhan penduduk usia sekolah

44

pada jenjang tersebut. Husaini (2010: 20) menggunakan rumus sebagai berikut:

Pengukuran ketercapaian program wajib belajar 9 tahun pemerintah

menggolongkan tingkat ketuntasan menjadi 5 kriteria. Tingkat ketuntasan

daerah dalam melaksanakan program wajib belajar 9 tahun, dapat

dikategorikan, sebagai berikut ini: a) belum tuntas bila APK < 80%, b) tuntas

pratama bila APK mencapai 80-84%, c) tuntas madya bila APK mencapai 85-

89%, d) tuntas utama bila APK mencapai 90-94%, dan e) tuntas paripurna bila

APK mencapai minimal 95%.

3. Karakter Keluarga

Keluarga adalah kelompok masyarakat terkecil yang terdiri dari suami,

istri dan anak yang belum dewasa. Setiap keluarga memiliki karakter keluarga

tersendiri. Menurut Rismawati (2010:20), jumlah tanggungan keluarga dapat

digolongkan menjadi 4 yaitu: 1) lebih dari 10 orang berarti sangat banyak

tanggungan, 2) 7 sampai 9 orang berarti banyak tanggungan, 3) 5 sampai 6

orang berarti tanggungan sedang, dan 4) 1 sampai 4 orang berarti tanggungan

sedikit.

4. Lingkungan Keluarga

Lingkungan keluarga adalah daerah atau kawasan tempat suatu

kelompok sosial terkecil yang terdiri dari keluarga dan anak, dimana anak

memperoleh bimbingan dan latihan dari keluarga untuk mendapatkan

45

perubahan baru yang akan diperlukan dalam masyarakat. Anak perlu dukungan

dari keluarga untuk sekolah. Pengaruh dari tempat tinggal dapat memberikan

dampak pada anak untuk sekolah atau tidak. Kesadaran orang tua tentang

pendidikan, antara lain: anggapan orang tua tentang pendidikan sangat penting,

penting, penting dan tidak penting bagi anak di masa depan.

5. Tingkat Pendidikan Orang Tua

Tingkat pendidikan orang tua diukur dari orang tua yang tidak sekolah

sama sekali atau pendidikan terakhir yang pernah ditempuh oleh orang tua baik

ayah maupun ibu. Pendidikan yang diperoleh orang tua khususnya pendidikan

formal berpengaruh pada pendidikan yang akan diberikan pada anak mereka.

Orang tua yang memiliki pendidikan yang tinggi akan berpengaruh pada

pendidikan anak mereka agar mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi dari

orang tuanya. Pendidikan formal yang pernah diikuti orang tua, antara lain: SD,

SMP, SMA dan Perguruan Tinggi. Pendidikan nonformal orang tua yang

pernah diikuti, antara lain: kursus mengetik, kursus menjahit, kursus tehnik.

6. Jenis Pekerjaan Orang Tua

Jenis pekerjaan orang tua merupakan suatu aktifitas yang dikerjakan

oleh orang tua baik ayah maupun ibu sehingga dapat menghasilkan suatu

pendapatan atau sumber penghidupan. Pekerjaan dapat berupa pekerjaan pokok

maupun pekerjaan sampingan.

7. Tingkat Pendapatan Orang Tua

Tingkat pendapatan orang tua dapat digunakan sebagai tolok ukur

kesejahteraan keluarga, karena pendapatan orang tua merupakan sumber untuk

46

memenuhi semua kebutuhan hidup keluarga. Pendapatan orang tua diperoleh

dari pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan. Berdasarkan survey dari BPS

pada tahun 2009 tingkat pendapatan rumah tangga di pedesaan berdasarkan

pendekatan pengeluaran setiap bulan dari penduduk, maka dapat

diklasifikasikan seperti pada tabel 3.2.

Tabel 3.2 Klasifikasi Pendapatan Orang Tua

No. Klasifikasi Pendapatan Jumlah Pendapatan

1. Pendapatan Tinggi > Rp 1.370.000,00

2. Pendapatan Menengah Rp 1.075.000,00 – Rp 1.370.000,00

3. Pendapatan Sedang Rp 780.000,00 – Rp 1.075.000,00

4. Pendapatan Rendah < Rp 780.000,00

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun 2009

8. Aksesibilitas

Black (1981: 98) mengungkapkan bahwa aksesibilitas adalah konsep

yang menggabungkan sistem pengaturan tata guna lahan secara geografis

dengan sistem jaringan transportasi yang menghubungkannya. Faktor-faktor

yang mempengaruhi aksesibilitas, antara lain: jarak, waktu, biaya dan fasilitas

transportasi yang digunakan. Jarak yang jauh dari rumah akan membutuhkan

biaya. Biaya perjalanan berperan dalam menentukan mudah tidaknya tempat

tujuan dicapai, karena ongkos perjalanan yang tidak terjangkau mengakibatkan

orang tidak mau melakukan perjalanan Cepat lamanya waktu yang diperlukan

dapat mempengaruhi anak untuk mau melakukan perjalanan ke sekolah.

D. Metode Pengumpulan Data

1. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan mencari

data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku,

47

dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, agenda, dan sebagainya (Arikunto,

2006: 231). Tehnik pengumpulan data dengan menggunakan metode dokumentasi

ini digunakan untuk mencari data di Dinas Dikpora, BPPKB, Kelurahan dan

instansi lain yang memiliki data yang relevan.

2. Metode Wawancara

Wawancara dalam penelitian ini menggunakan wawancara terpimpin.

Wawancara terpimpin yaitu wawancara yang dilakukan oleh pewawancara dengan

membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci seperti yang dimaksud

dalam interview terstruktur (Arikunto, 2006: 156). Metode wawancara ini

digunakan untuk mendapatkan informasi dari Kepala Desa, Kepala Sekolah dan

Kepala UPTD Dikpora mengenai pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun.

Metode wawancara dapat dilakukan untuk melengkapi metode angket,

jika responden tidak dapat menjawab angket secara langsung. Pedoman yang

digunakan ketika wawancara adalah pertanyaan pada angket responden.

3. Observasi

Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang

tersusun dari pelbagai proses biologis dan phiskhologis. Dua diantara yang

terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan (Sugiyono, 2010:203).

Observasi ini dilakukan untuk mengetahui kenyataan yang terdapat di lapangan

mengenai keadaan geografis wilayah tersebut.

4. Angket

Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang

digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti tentang laporan

48

pribadi atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2006:151). Angket berupa pilihan

ganda yang sudah disediakan jawaban. Angket merupakan pertanyaan tertutup

mengenai data/ informasi hambatan pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun.

E. Validitas dan Reabilitas Instrument

a) Validitas Instrument

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Suatu instrument yang valid atau sahih

memiliki validitas yang tinggi. Suatu instrument dikatakan valid apabila mampu

mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang

diteliti secara tepat (Arikunto, 2006:168).

Angket yang dikatakan memiliki validitas isi apabila dapat menangkap

data dari variabel yang telah diteliti secara tepat. Pada penelitian ini validitas

diperoleh dengan menggunakan skor angka yang diperoleh dari jawaban

pertanyaan pada angket yang diajukan pada responden, sebelum dipergunakan

untuk memperoleh data penelitian, terlebih dahulu angket tersebut dikonsultasikan

kepada ahlinya.

Rumus yang digunakan adalah rumus korelasi product moment. Menurut

Arikunto (2006:170) menggunakan rumus, sebagai berikut:

2222 YYNXXN

YXXYNrxy

Keterangan:

rxy = koefisien korelasi antara x dan y

N = jumlah responden

x = skor dari setiap butir

y = skor total

49

Cara mengetahui kuesioner yang digunakan valid atau tidak maka r yang

diperoleh ( rhitung) dibandingkan dengan ( rtabel) product moment dengan taraf

signifikan 5%. Apabila ( rhitung) ≥ ( rtabel) maka instrumen dikatakan valid, dan

apabila ( rhitung) ≤ ( rtabel) maka instrumen dikatakan tidak valid.

Hasil uji coba validitas instrumen penelitian sebanyak 40 butir pertanyaan

semuanya dalam kategori valid, hal ini dikarenakan nilai r hitung pada seluruh

item soal > r tabel dengan taraf signifikansi 5 % atau taraf kepercayaan 95%,

dengan kata lain nilai rxy > 0,444.

Uji coba validitas instrument dilakukan pada orang tua yang memiliki

anak usia 7-15 tahun yang tidak mengikuti program wajib belajar 9 tahun. Sampel

penduduk bukan berasal dari lokasi penelitian, namun lokasi di Kecamatan

Pangkah karena memiliki karakteristik wilayah yang sama dengan Kecamatan

Kedungbanteng. Jumlah sampel yang diambil adalah 20 orang karena jumlah

tersebut dianggap dapat mewakili tingkat kelayakan soal.

Kriteria koefisien korelasi validitas dapat disajikan pada Lampiran 9.

Jumlah soal terdiri dari 40 butir pertanyaan dan terdapat 40 pertanyaan termasuk

kriteria tinggi. Kriteria koefisien korelasi validitas, sebagai berikut:

0,000 – 0,250 : sangat rendah

0,251 – 0,500 : rendah

0,501 – 0,750 : cukup

0,751 – 1,000 : tinggi

b) Reabilitas Instrument

Reliabilitas menunjukkan pada satu pengertian bahwa suatu instrumen

cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena

instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2006: 178). Suatu angket dikatakan

50

50

reliabel apabila angket tersebut memberikan indikasi yang stabil dan konsisten

dari karakteristik yang diteliti. Rumus yang digunakan adalah rumus Alpha

(Arikunto, 196:2006), dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

∑σb2

= jumlah varians butir

σ12 = varians total

Tingkat reliabilitas instrumen ditentuakn dengan harga r11 yang

dikonsultasikan dengan r tabel product moment menggunakan taraf signifikan 5%

atau taraf kepercayaan 95%. Jika r hitung > r tabel maka soal bersifat reliabel.

Kriteria tingkat reabilitas, sebagai berikut:

0,000 – 0,250 : sangat rendah

0,251 – 0,500 : rendah

0,501 – 0,750 : cukup

0,751 – 1,000 : tinggi

Uji coba reabilitas instrument dilakukan pada orang tua yang memiliki

anak usia 7-15 tahun yang tidak mengikuti program wajib belajar 9 tahun. Sampel

penduduk bukan berasal dari lokasi penelitian. Lokasi diambil di Kecamatan

Pangkah Kabupaten Tegal karena daerah ini memiliki karakteristik wilayah yang

sama dengan Kecamatan Kedungbanteng. Jumlah sampel yang diambil adalah 20

51

orang. Pengambilan sampel 20 orang karena jumlah tersebut dianggap dapat

mewakili tingkat kelayakan soal.

Hasil perhitungan reliabilitas instrumen penelitian dapat disajikan pada

Lampiran 10. Hasil penelitian menyebutkan bahwa diperoleh hasil r11 sebesar

0,5494. Hasil tersebut kemudian dikonsultasikan dengan r tabel dengan n=20 dan

taraf signifikansi 5% yaitu sebesar 0,444. Karena r11 > r tabel yaitu 0,5494 >

0,444 maka dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut reliabel dan termasuk

kedalam kriteria tingkat reliabilitas cukup.

F. Metode Analisis Data

a. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah analisis untuk memberikan gambaran umum

mengenai data yang diperoleh. Gambaran umum dapat menjadi acuan dari

karakteristik data yang diperoleh. Analisis deskriptif digunakan untuk

menganalisis yang diperoleh dari wawancara yang dilakukan dengan Kepala

Sekolah, Kepala Desa dan Kepala UPTD Dinas Dikpora mengenai

pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun, lingkungan tempat tinggal dan

karakteristik keluarga anak yang tidak sekolah.

b. Analisis Deskriptif Persentase

Pendekatan analisis yang digunakan dalam penelitian ini merupakan

analisis kualitatif yang bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data

yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu atau

menjadi hipotesis. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah statistik deskriptif. Statistik deskriptif yaitu statistik yang digunakan

52

untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan

data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat

kesimpulan yang berlaku untuk umum. Data yang terkumpul berasal dari

angket yang telah disebar kepada responden.

Langkah-langkah analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. data yang didapat berupa data kualitatif. Agar data tersebut dapat dianalisis

maka harus diubah menjadi data kuantitatif. Jawaban pertanyaan dengan

memberikan tingkat-tingkat skor untuk masing-masing jawaban sebagai

berikut:

Jawaban pilihan a diberi skor 4

Jawaban pilihan b diberi skor 3

Jawaban pilihan c diberi skor 2

Jawaban pilihan d diberi skor 1

2. menghitung frekuensi untuk tiap-tiap kategori jawaban yang ada pada

masing-masing variable atau sub variable.

3. Hasil perhitungan dalam rumus, akan dihasilkan angka dalam bentuk

persentase. Adapun rumus yang akan digunakan untuk analisis deskriptif

presentase (DP) adalah:

4. analisis data penelitian disesuaikan dengan tujuan penelitian, sehingga

digunakan analisis persentase. Hasil analisis dipersentasikan dengan

kalimat yang bersifat kualitatif. Langkah-langkah penghitungan:

a. menetapkan skor tertinggi

53

b. skor tertinggi diperoleh dari hasil perkalian antara skor tertinggi

alternatif jawaban jumlah butir dan jumlah responden

c. menetapkan skor terendah

d. skor terendah diperoleh dari hasil perkalian antara skor terendah

alternatif jawaban jumlah butir dan jumlah responden

e. menetapkan jenjang kriteria

Penelitian ini menetapkan empat jenjang kriteria yaitu tinggi, cukup,

rendah, sangat rendah.

a) Menetapkan persentase tertinggi

Persentase tertinggi = (skor jawaban maksimal : skor maksimal) ×

100%

= (4 : 4) × 100%

= 100%

b) Menetapkan persentase terendah

Persentase terendah = (skor jawaban minimal : skor maksimal) × 100%

= (1 : 4) × 100%

= 25%

c) Menetapkan rentang persentase

Rentang persentase = Persentase maksimum – persentase minimum

= 100% - 25%

= 75%

d) Menetapkan interval persentase

Interval persentase = Rentang presentase : 4

54

= 75% : 4

= 18, 75%

Langkah tersebut kemudian dibuat tabel data deskriptif persentase, sebagai

berikut:

Tabel 3.3 Kriteria Deskriptif Persentase

Interval Keterangan

81,26% - 100,00% Tinggi

62,51% - 81,25% Cukup

43,76% - 62,50% Rendah

25,00% - 43,75% Sangat Rendah

G. Diagram Alir Penelitian

Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. mencari data tingkat APK dan APM Kecamatan Kedungbanteng pada

instansi-instansi yang terkait untuk mencari

2. menentukan jumlah sampel penelitian.

3. menentukan metode pengambilan data yaitu wawancara, angket, observasi

dan dokumentasi, setelah itu menentukan kisi-kisi instrument.

4. menyusun instrument penelitian berupa angket dan lembar observasi

berdasarkan kisi-kisi yang ada.

5. membagikan angket untuk uji validitas dan reliabilitas instrument kepada

orang tua yang memiliki anak usia 7-15 tahun yang tidak sekolah.

6. menganalisis data pengambilan angket untuk mengetahui validitas dan

reliabilitas instrument.

7. memperbaiki soal yang kurang valid dalam penelitian.

8. membagikan kembali soal angket yang telah diperbaiki kepada responden.

55

9. menganalisis jawaban yang telah diberikan kepada responden dengan

menggunakan rumus deskriptif presentatif.

10. menyusun laporan penelitian.

56

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Kondisi Umum Daerah Penelitian

Kondisi umum daerah penelitian ini dideskripsikan bertujuan untuk

memberikan gambaran yang jelas mengenai keadaan penelitian dan objek

penelitian yang berhubungan dengan masalah penelitian. Latar belakang yang

dideskripsikan meliputi kondisi fisik dan kondisi sosial daerah penelitian.

1. Kondisi Fisik Daerah Penelitian

a. Letak Astronomis

Wilayah penelitian ini adalah Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten

Tegal. Letak astronomis Kecamatan Kedungbanteng adalah 6º57‟32” LS -

7º01‟29” LS dan 109º09‟12” BT - 109º18‟08” BT (Peta Administrasi

Kecamatan Kedungbanteng disajikan pada gambar 4.1).

b. Letak Administrasi

Kecamatan Kedungbanteng secara administrasi merupakan bagian

dari Kabupaten Tegal dengan batas-batas sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kecamatan Suradadi

Sebelah Timur : Kecamatan Warureja

Sebelah Selatan : Kecamatan Jatinegara

Sebelah Barat : Kecamatan Pangkah

(Peta Administrasi Kecamatan Kedungbanteng dapat dilihat pada Gambar

4.1.).

57

Gambar 4.1. Peta Administrasi Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal

58

Kecamatan Kedungbanteng merupakan salah satu Kecamatan yang

berada di Kabupaten Tegal dengan memiliki jumlah Perdukuhan, RT dan

RW yang berbeda antara desa yang satu dengan lainnya. Kecamatan

Kedungbanteng memiliki 21 Perdukuhan, 217 RT dan 89 RW. Data

tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Banyaknya Perdukuhan RT dan RW Menurut Desa/ Kelurahan di

Kecamatan Kedungbanteng Tahun 2010

Desa/ Kelurahan Perdukuhan RT RW

1. Penujah 1 11 5

2. Karanganyar 9 34 14

3. Tonggara 3 21 8

4. Kedungbanteng 2 36 17

5. Dukuhjati Wetan 1 16 8

6. Sumingkir 1 18 9

7. Margamulya 1 23 10

8. Kebandingan 1 26 6

9. Karangmalang 1 20 8

10. Semedo 1 12 4

Jumlah 2010 21 217 89

Sumber: Kecamatan Kedungbanteng dalam Angka 2010

c. Kondisi Penggunaan Lahan

Kondisi penggunaan lahan di Kecamatan Kedungbanteng

berdasarkan luas lahan bukan sawah maupun lahan sawah dapat dilihat pada

Tabel 4.2. Luas penggunaan lahan di Kecamatan Kedungbanteng pada tahun

2010 sebesar 8.761.027 ha. Penggunaan lahan di Kecamatan

Kedungbanteng tahun 2010 paling banyak digunakan untuk lahan bukan

sawah yaitu 7.368.067 ha (84,10%), sedangkan 1.392.960 ha (15,90 %)

digunakan untuk lahan sawah. Lahan sawah terdiri dari sawah pengairan

(irigasi) dan sawah tadah hujan. Penggunaan bukan lahan sawah paling luas

terdapat di Desa Karangmalang yaitu 2.575.450 ha (34,95 %), sedangkan

59

penggunaan bukan lahan sawah yang paling sempit terdapat di Desa

Sumingkir sebesar 35.775 ha (0,49 %). Luas lahan bukan sawah

dimanfaatkan oleh penduduk untuk lahan bangunan, pekarangan, kebun, dan

kolam.

Tabel 4.2. Luas Penggunaan Lahan Menurut Desa/ Kelurahan di Kecamatan

Kedungbanteng Tahun 2010 (ha)

Desa/

Kelurahan

Lahan Sawah Bukan Lahan

Sawah

Jumlah

(ha)

ha % ha %

1. Penujah 22.035 1,58 1.524.829 20,70 1.546.864

2. Karanganyar 129.284 9,28 328.005 4,45 457.289

3. Tonggara 125.219 8,99 236.424 3,20 361.643

4. Kedungbanteng 208.340 14,96 326.424 4,43 534.597

5. Dukuhjati

Wetan

117.211 8,41 86.824 1,18 204.035

6. Sumingkir 115.875 8,32 35.775 0,49 151.650

7. Margamulya 149.852 10,76 123.623 1,68 273.475

8. Kebandingan 136.690 9,81 71.860 0,98 208.550

9. Karangmalang 260.949 18,73 2.575.450 34,95 2.836.399

10.Semedo 127.505 9,15 2.059.020 27,95 2.186.525

Jumlah 1.392.960 100 7.368.067 100 8.761.027

Sumber: Kecamatan Kedungbanteng Dalam Angka 2010

Desa yang memiliki lahan sawah paling luas di Kecamatan

Kedungbanteng pada tahun 2010 adalah Desa Karangmalang yaitu 260.949

ha (18,73%), sedangkan Desa Penujah merupakan desa yang memiliki

lahan sawah paling sempit yaitu 22.035 ha (1,58%). Desa Karangmalang

memiliki lahan sawah dan lahan bukan sawah paling luas apabila

dibandingkan dengan desa-desa lain yang berada di Kecamatan

Kedungbanteng. Luas lahan di Desa Karangmalang yaitu 2.836.399 ha

(32,38%) yang terdiri dari luas lahan sawah (1.392.960 ha) dan lahan bukan

sawah (7.368.067 ha). Penggunaan lahan sawah di Kecamatan

Kedungbanteng menggunakan pengairan tehnis dan tadah hujan.

60

2. Kondisi Penduduk Daerah Penelitian

Perencanaan adalah suatu kegiatan yang akan dilakukan di masa yang

akan datang untuk mencapai tujuan. Perencanaan pembangunan perlu

ditunjang oleh informasi mengenai data demografis suatu wilayah. Data

mengenai jumlah penduduk, persebaran dan susunan penduduk menurut

berbagai kelompok umur yang sesuai dengan perencanaan akan membantu

dalam keberhasilan dalam kebijakan pembangunan yang akan diambil.

1) Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Tabel 4.3.Komposisi Penduduk Menurut Desa/ Kelurahan dan Jenis

Kelamin di Kecamatan Kedungbanteng Tahun 2010

Desa/ Kelurahan Jumlah Penduduk Sex

Ratio Laki-Laki Perempuan Laki-laki&Perempuan

1.Penujah 1267 2461 3728 51,48

2.Karanganyar 4052 4407 8459 91,94

3.Tonggara 2606 2666 5272 97,75

4.Kedungbanteng 3516 3566 7082 98,60

5.Dukuhjati Wetan 1369 1372 2741 99,78

6.Sumingkir 1683 2018 3701 83,40

7.Margamulya 1789 1917 3706 93,32

8.Kebandingan 2995 2987 5982 100,27

9.Karangmalang 2086 2118 4204 98,49

10.Semedo 1443 1434 2877 100,63

Jumlah 22806 24946 47752 91,42

Sumber: Kecamatan Kedungbanteng dalam Angka Tahun 2010

Komposisi penduduk menurut jenis kelamin di Kecamatan

Kedungbanteng tahun 2010 dapat disajikan pada Tabel 4.3. Jumlah

penduduk laki-laki dan perempuan di Kecamatan Kedungbanteng pada

tahun 2010 adalah 47.752 jiwa. Jumlah penduduk laki-laki di Kecamatan

Kedungbanteng adalah 22.806 jiwa dan jumlah penduduk perempuannya

adalah 24.946 jiwa. Desa Karanganyar memiliki jumlah penduduk laki-laki

dan perempuan paling banyak. Jumlah penduduk laki-laki paling sedikit di

61

Kecamatan Kedungbanteng adalah Desa Penujah (1267 jiwa), sedangkan

jumlah penduduk perempuan paling sedikit di Desa Dukuhjati Wetan (1372

jiwa). Grafik perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dan

perempuan di Kecamatan Kedungbanteng dapat disajikan pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Grafik Perbandingan antara Jumlah Penduduk Laki-laki dan

Perempuan di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal

Tahun 2010

Sex ratio dapat diketahui dengan membandingkan antara jumlah

penduduk laki-laki dan perempuan. Tabel 4.3. menunjukkan bahwa sex ratio

di Kecamatan Kedungbanteng pada tahun 2010 adalah 91,42, artinya setiap

91 jumlah penduduk laki-laki di Kecamatan Kedungbanteng pada tahun

2010 sebanding dengan 100 jumlah penduduk perempuan. Angka sex ratio

tersebut kurang dari 100 sehingga muncul masalah karena di wilayah

tersebut kekurangan penduduk laki-laki akibatnya antara lain: kekurangan

tenaga laki-laki untuk melakukan pembangunan atau masalah lain yang

berhubungan dengan perkawinan. Sex ratio paling tinggi di Kecamatan

0100020003000400050006000700080009000

Jum

lah P

end

ud

uk (

jiw

a)

Desa

Perempuan

Laki-laki

62

Kedungbanteng pada tahun 2010 adalah Desa Kebandingan (100,27) dan

sex ratio paling rendah adalah Desa Penujah (51,48).

2) Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur

Komposisi penduduk adalah penggolongan penduduk menurut ciri-

ciri tertentu. Data mengenai komposisi penduduk dapat diketahui ciri

penduduk, seperti: penduduk menurut kelompok umur. Distribusi penduduk

menurut kelompok umur dimaksudkan untuk mengetahui jumlah penduduk

yang produktif. Tabel 4.4 menguraikan komposisi penduduk Kecamatan

Kedungbanteng tahun menurut kelompok umur.

Tabel 4.4. Komposisi Penduduk Menurut Desa/ Kelurahan dan Kelompok

Umur di Kecamatan Kedungbanteng Tahun 2010

Desa/ Kelurahan Kelompok Umur Jumlah

<1 1-<5 5-6 7-15 16-21 22-29 > 60

1. Penujah 27 197 90 451 284 1347 259 2655

2. Karanganyar 80 531 229 1372 808 4051 395 7466

3. Tonggara 55 263 154 884 510 2884 347 5097

4. Kedungbanteng 55 445 168 1104 672 3959 453 6856

5. Dukuhjati

Wetan 26 201 52 450 167 1610 235 2741

6. Sumingkir 38 260 74 617 380 1890 251 3483

7. Margamulya 38 208 73 734 431 1807 376 3667

8. Kebandingan 38 379 137 1041 569 2859 519 5542

9. Karangmalang 58 394 126 845 482 2290 332 4524

10. Semedo 32 192 79 566 332 1437 188 2862

Jumlah 447 3070 1182 8034 4635 24134 3355 44857

Sumber: BPPKB Kecamatan Kedungbanteng Tahun 2010

Jumlah penduduk di Kecamatan Kedungbanteng pada tahun 2010

adalah 44.858 jiwa. Jumlah penduduk di Kecamatan Kedungbanteng paling

padat di Desa Karanganyar yaitu 7466 jiwa, sedangkan jumlah penduduk

yang jarang penduduknya di Desa Penujah yaitu 2655 jiwa. Jumlah

penduduk di Kecamatan Kedungbanteng dilihat dari kelompok umur paling

63

banyak adalah penduduk pada kelompok umur 22-29 tahun yaitu sebesar

24.134 jiwa. Hal ini berarti bahwa di Kecamatan Kedungbanteng memiliki

jumlah penduduk produktif yang tinggi, dimana terdiri dari golongan

penduduk yang muda.

Jumlah penduduk kelompok umur < 1 tahun adalah 447 jiwa, jumlah

tersebut sangat sedikit dibandingkan dengan kelompok umur lainnya.

Jumlah penduduk yang belum produktif di Kecamatan Kedungbanteng

tergolong rendah. Kelompok umur < 1 tahun menunjukkan kelahiran bayi

yang terjadi di daerah ini dapat digolongkan rendah, sehingga dapat

mengurangi jumlah pertumbuhan penduduk.

Tabel 4.5.Jumlah Kepala Keluarga Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan

Kedungbanteng Tahun 2010

Desa/ Kelurahan Laki-Laki Perempuan Jumlah

1.Penujah 686 83 769

2.Karanganyar 1760 254 2014

3.Tonggara 1220 202 1422

4.Kedungbanteng 1811 254 2065

5.Dukuhjati Wetan 736 94 830

6.Sumingkir 860 97 957

7.Margamulya 805 168 973

8.Kebandingan 1278 242 1520

9.Karangmalang 1099 149 1248

10.Semedo 646 99 745

Jumlah 10.901 1.642 12.543

Sumber: BPPKB Kecamatan Kedungbanteng Tahun 2010

Jumlah kepala keluarga di Kecamatan Kedungbanteng tahun 2010

adalah 12.543 Kepala Keluarga (KK), sedangkan jumlah penduduknya

44.136 jiwa. Hal ini berarti bahwa tiap Kepala Keluarga memiliki anggota

keluarga sebanyak 3,52 artinya besarnya anggota keluarga di Kecamatan

Kedungbanteng rata-rata 4 jiwa tiap keluarga. Jumlah Kepala Keluarga

64

paling banyak terdapat di Desa Kedungbanteng yaitu 2065 KK, sedangkan

jumlah Kepala Keluarga paling sedikit terdapat di Desa Semedo yaitu 745

KK.

Tabel 4.5. Kepadatan Penduduk Menurut Desa/ Kelurahan di Kecamatan

Kedungbanteng Tahun 2010

Desa/ Kelurahan Luas Daerah

(km2)

Jumlah

Penduduk

(jiwa)

Kepadatan

Penduduk

(jiwa/ km2)

1. Penujah 15,17 2655 175,02

2. Karanganyar 4,57 7466 1633,70

3. Tonggara 3,62 5097 1408,01

4. Kedungbanteng 5,35 6856 1281,50

5. Dukuhjati Wetan 2,04 2741 1343,63

6. Sumingkir 1,52 3483 2291,45

7. Margamulya 2,09 3667 1754,55

8. Kebandingan 2,73 5542 2030,04

9. Kebandingan 28,38 4524 159,41

10.Semedo 21,86 2862 130,92

Jumlah 87,35 44857 513,53

Sumber: Kecamatan Kedungbanteng dalam Angka 2010

Luas wilayah Kecamatan Kedungbanteng tahun 2010 adalah 87,35

ha dan jumlah penduduknya sebesar 44.136 jiwa, sehingga kepadatan

penduduk aritmatika pada saat penelitian adalah 513,53 jiwa/km2

atau 514

jiwa/km2. Kepadatan penduduk tersebut artinya setiap 1 km

2 luas wilayah di

Kecamatan Kedungbanteng tahun 2010 terdapat 514 jiwa penduduk. Desa

Sumingkir memiliki kepadatan penduduk paling padat yaitu 2.291,45

jiwa/km2, berbeda dengan Desa Semedo yang memiliki tingkat kepadatan

penduduk jarang yaitu 130,92 jiwa/km2. Kepadatan penduduk di Kecamatan

Kedungbanteng pada tahun 2009 sebesar 531,23 jiwa/ km2, sedangkan pada

tahun 2010 yaitu 513,53 jiwa/km2. Hal ini berarti kepadatan penduduk di

65

Kecamatan Kedungbanteng semakin padat dengan mengalami kenaikan

17,7 jiwa/km2.

3) Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Tabel 4.7. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan

Kedungbanteng

Desa/ Kelurahan

Tingkat Pendidikan

Jumlah Tidak

Tamat

SD

Tamat

SD/

SLTP

Tamat

SLTA

Tamat

AK/ PT

1. Penujah 301 436 30 2 769

2. Karanganyar 816 1018 150 30 2014

3. Tonggara 356 617 307 142 1422

4. Kedungbanteng 759 1076 210 20 2065

5. Dukuhjati Wetan 338 418 61 13 830

6. Sumingkir 307 605 41 4 957

7. Margamulya 442 467 57 7 973

8. Kebandingan 416 985 89 30 1520

9. Kebandingan 560 598 79 11 1248

10.Semedo 395 326 21 3 745

Jumlah 4.690/

37,39%

6.546/

52,19%

1.045/

8,33%

262/

2,09%

12.543/

100%

Sumber: BPPKB Kecamatan Kedungbanteng Tahun 2010

Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan formal dapat

disajikan pada Tabel 4.7. Jumlah penduduk di Kecamatan Kedungbanteng

yang tidak tamat sekolah, tamat SD/SMP, tamat SLTA dan tamat AK/PT

adalah 12.543 jiwa. Tingkat pendidikan formal penduduk Kecamatan

Kedungbanteng pada tahun 2010 yang paling tinggi (52,19%) adalah

penduduk yang telah tamat SD SLTP (6.546 jiwa) dan paling rendah

(2,09%) adalah tamat AK/PT (262 jiwa). Jumlah penduduk yang tidak tamat

SD sebesar 4.690 jiwa (37,39%), sisanya 1.045 jiwa (8,33%) memiliki

tingkat pendidikan tamat SLTA.

66

4) Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Tabel 4.8.Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan

Kedungbanteng Tahun 2010

Desa/ Kelurahan Mata Pencaharian

Pertanian Pertambangan Industri Pedagang PNS

1. Penujah 362 - 4 4 1

2. Karanganyar 1738 1 28 103 57

3. Tonggara 882 9 49 176 49

4. Kedungbanteng 1658 3 32 98 20

5. Dukuhjati

Wetan

697 3 35 22 28

6. Sumingkir 881 - 14 29 28

7. Margamulya 786 48 33 32 25

8. Kebandingan 957 12 27 86 51

9. Kebandingan 688 - 35 79 27

10.Semedo 361 - 4 12 16

Jumlah 9010/

87,39%

76/

0,73%

261/

2,53%

641

6,22%

313/

3,04

Sumber: BPPKB Kecamatan Kedungbanteng Tahun 2010

Penduduk di Kecamatan Kedungbanteng pada tahun 2010 bekerja di

bidang pertanian, industri, perdagangan dan jasa. Jumlah penduduk di

Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal tahun 2010 mayoritas bekerja

di bidang pertanian yaitu 9.010 jiwa (87,39%). Penduduk di Kecamatan

Kedungbanteng 261 jiwa (2,53%) bekerja di bidang industri, 313 jiwa

(3,04%) bekerja sebagai PNS dan 641 jiwa (6,22%) bekerja sebagai

pedagang, serta 76 jiwa (0,73%) bekerja di bidang pertambangan.

B. Pelaksanaan Program Wajib Belajar 9 Tahun

Program wajib belajar 9 tahun merupakan suatu gerakan nasional yang

dilaksanakan di seluruh Indonesia bagi warga negara Indonesia yang berusia 7-15

tahun untuk mengikuti pendidikan dasar. Pendidikan dasar merupakan pendidikan

minimum yang berlaku untuk semua warganegara, tanpa kecuali. Pendidikan

67

dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain

yang sederajat serta sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah

(MTs), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan dasar berlangsung 9 tahun

yaitu 6 tahun di sekolah dasar (SD) dan 3 tahun di Sekolah Menengah Pertama

(SMP) atau sederajat.

Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar

kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi,

anggota masyarakat, warga negara, serta mempersiapkan peserta didik untuk

mengikuti pendidikan menengah. Pendidikan dasar diselenggarakan dengan

memberikan pendidikan, meliputi penumbuhan keimanan dan ketakwaan terhadap

Tuhan Yang Maha Esa, pembangunan watak dan kepribadian, serta pemberian

pengetahuan dan ketrampilan dasar. Pendidikan dasar juga berusaha memberikan

kesanggupan pada peserta didik bagi perkembangan kehidupannya, baik untuk

pribadi atau masyarakat. Oleh karena itu, setiap warga negara harus diberikan

kesempatan seluas-luasnya untuk memperoleh pendidikan dasar. Program

pendidikan dasar dapat diberikan melalui pendidikan sekolah maupun pendidikan

luar sekolah.

Penanggung jawab dalam pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun

adalah Kepala Dinas Pendidikan Kecamatan Kedungbanteng. Pengawas

pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun adalah dari pihak atau aparat yang

terkait dalam program ini, seperti: kantor Camat dan dari pihak Dinas Pendidikan.

Dalam rangka mendukung program pemerintah tersebut diperlukan adanya

dukungan dan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu,

68

untuk mengetahui berjalan atau tidaknya program wajib belajar 9 tahun di

Kecamatan Kedungbanteng diperlukan adanya partisipasi dari masyarakat

terutama dukungan dari orang tua dalam menyekolahkan anaknya yang berumur

7-15 tahun.

1. Tingkat Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni

(APM) di Kabupaten Tegal

Angka Partisipasi Kasar (APK) yaitu indikator yang digunakan untuk

mengukur proporsi anak sekolah pada satu jenjang pendidikan tertentu dalam

kelompok umur yang sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut. APK

memberikan gambaran secara umum tentang banyaknya anak yang sedang/

telah menerima pendidikan dasar dan menengah. Target kriteria penentuan

Wajar Dikdas berdasarkan APK yaitu persentase perbandingan antara jumlah

anak yang bersekolah di suatu daera dibandingkan dengan jumlah keseluruhan

penduduk usia sekolah pada jenjang tersebut (SMP/ MTs = 13-15 tahun, SD/

MI = 7-12 tahun). APM adalah persentase perbandingan antara jumlah anak

yang bersekolah di sekolah pada suatu daerah dengan usia sekolah jenjang

tertentu (SMP/ MTs = 13-15 tahun, SD/ MI = 7-12 tahun) dibandingkan

dengan jumlah keseluruhan penduduk usia sekolah pada jenjang tersebut.

APK dan APM setiap daerah berbeda-beda tergantung dari

karakteristik dari kondisi wilayah tersebut. Pemerintah pada tahun 2011

menargetkan tingkat SD mencapai APK sebesar 95%, sedangkan untuk tingkat

SMP mencapai APM sebesar 95%. Tingkat APK dan APM di Indonesia secara

keseluruhan dapat dikatakan tuntas yaitu 96%.

69

Tabel 4.9. Data APK/APM Siswa SD/MI dan SMP/ MTs di Kabupaten Tegal

Tahun 2011

No. Kecamatan

APK APM

SD/

MI

SMP/

MTs

SD/

MI dan

SMP/

MTs

SD/

MI

SMP/

MTs

SD/ MI

dan

SMP/

MTs

1. Kec. Margasari 124,88 54,23 105,00 115,33 51,80 97,46

2. Kec. Bumijawa 108,25 99,51 106,49 103,85 84,78 100,01

3. Kec. Bojong 132,84 80,83 120,26 124,03 70,70 111,12

4. Kec. Balapulang 108,28 59,37 93,71 100,18 53,59 86,30

5. Kec.

Pagerbarang

101,87 48,69 84,11 91,76 37,41 73,61

6. Kec. Lebaksiu 84,55 63,89 79,41 69,79 51,31 65,18

7. Kec. Jatinegara 91,11 86,03 89,79 78,14 77,70 78,02

8. Kec.

Kedungbanteng

109,93 70,76 93,86 101,57 69,07 91,02

9. Kec. Pangkah 108,46 87,72 102,21 93,13 66,49 85,10

10. Kec. Slawi 89,94 119,88 93,54 71,44 104,55 79,59

11. Kec. Dukuhwaru 66,30 114,87 74,68 56,46 96,50 63,47

12. Kec. Adiwerna 128,20 144,87 133,27 115,64 135,88 121,80

13. Kec. Dukuhturi 115,53 107,06 113,60 99,86 87,44 97,03

14. Kec. Talang 206,42 161,40 192,72 190,59 139,20 174,95

15. Kec. Tarub 79,41 92,74 82,80 67,78 72,03 68,86

16. Kec. Kramat 123,42 89,26 115,18 104,86 81,12 99,14

17. Kec. Suradadi 121,35 106,50 118,69 98,29 82,45 95,44

18. Kec. Warureja 96,17 124,41 102,38 74,37 113,36 82,94

Jumlah 109,55 95,07 105,65 95,81 86,12 92,84

Sumber: Dinas Dikpora Kabupaten Tegal

69

70

Kabupaten Tegal terdiri dari 18 kecamatan yang tersebar dalam

berbagai wilayah. Tabel 4.9. menunjukkan data APK dan APM Siswa SD/MI

dan SMP/MTs Kabupaten Tegal Tahun 2011, secara keseluruhan tingkat APK

dan APMnya di tingkat Kabupaten dinyatakan tuntas. Tingkat APK dan APM

paling tinggi di Kabupaten Tegal adalah Kecamatan Talang, sedangkan tingkat

APK dan APM paling rendah adalah Kecamatan Dukuhwaru. Dinas Dikpora

Kabupaten Tegal mengungkapkan bahwa Kecamatan Lebaksiu dan Kecamatan

Talang merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Tegal yang setiap tahun

mengalami tingkat APK dan APM naik turun. Kecamatan Dukuhwaru setiap

tahun berada pada posisi paling rendah apabila dibandingkan dengan

kecamatan-kecamatan lain yang berada di Kabupaten Tegal.

Tingkat APK dan APM pada jenjang SD/MI, SMP/MTs, SD/MI dan

SMP/MTs di Kabupaten Tegal tahun 2011 memiliki nilai pencapaian berbeda.

a. Tingkat SD/MI

APK = 109,55%, artinya Pada tahun 2011 10% anak kurang dari 7 tahun

dan lebih dari 12 tahun di Kabupaten Tegal duduk di bangku SD. APK

tersebut dapat dikategorikan kategori Tuntas Paripurna.

%, artinya 96% anak di Kabupaten Tegal tahun 2011 pada

kelompok umur 7-12 tahun telah memperoleh pendidikan di tingkat SD/MI.

b. Tingkat SMP/MTs

APK = %, artinya % anak di Kabupaten Tegal pada tahun 2011

untuk siswa di jenjang pendidikan SMP/ MTs telah memperoleh pendidikan

di SMP/MTs. APK tersebut dapat dikategorikan Tuntas Paripurna.

71

86% anak di Kabupaten Tegal tahun 2011 pada

kelompok umur 13-15 tahun telah memperoleh pendidikan di tingkat

SMP/MTs.

c. Tingkat SD/MI dan SMP/MTs

artinya 106% anak di Kabupaten Tegal Tahun 2011 untuk

jenjang pendidikan SD/ MI dan SMP/MTs telah memperoleh pendidikan di

SD/ MI dan SMP/MTs. APK tersebut dapat dikategorikan Tuntas Paripurna.

APM = 92,84%, artinya 93% anak di Kecamatan Kedungbanteng umur 7-15

tahun telah memperoleh pendidikan di SD/ MI dan SMP/MTs.

Tingkat APK dan APM pada jenjang SD dan SMP yang paling tinggi

tinggi terjadi di Kecamatan Talang. Tingkat APK SD di Kecamatan Talang

tahun 2011 sebesar 206,42%, sedangkan tingkat APK SMP SMP sebesar

161,40%. Tingkat APM SD di Kecamatan Talang tahun 2011 sebesar 190,59%

dan tingkat APM SMP sebesar 139,20%. Berbanding terbalik dengan

Kecamatan Dukuh Waru karena Kecamatan ini memiliki tingkat APK SD dan

APM SD paling rendah. Tingkat APK SD sebesar 66,30% dan tingkat APM

SD sebesar 56,46%. Tingkat APK SMP dan APM SMP paling rendah terjadi di

Kecamatan Pagerbarang. Tingkat APK SMP sebesar 48,69% dan APM SMP

sebesar 37,41%. Peta pencapaian APK dan APM di Kabupaten Tegal tahun

2011 dapat disajikan pada Gambar 4.2.

71

72

Gambar 4.2. Peta Pencapaian APK dan APM di Kabupaten Tegal Tahun 2011

73

Tinggi rendahnya APK dan APM pada suatu wilayah dapat

dikarenakan oleh beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi perhitungan

APK dan APM, antara lain: jumlah penduduk antara satu wilayah dengan yang

lain berbeda sehingga memungkinan perbedaan dalam perhitungan. Jumlah

usia anak sekolah yang ikut berpartisipasi sekolah pada suatu wilayah juga

memberikan sumbangan dalam penghitungan data tersebut. Semakin tinggi

tingkat APK dan APM pada suatu wilayah, maka semakin baik kualitas

Sumber Daya Manusianya.

Kecamatan Kedungbanteng merupakan salah satu Kecamatan di

Kabupaten Tegal yang berada di bagian selatan kota Kabupaten Tegal. Tabel

4.8. menunjukkan bahwa tingkat APK dan APM tahun 2011 baik pada jenjang

SD/MI maupun SMP/MTs di Kecamatan Kedungbanteng termasuk pada urutan

ke 10. Urutan sebelum Kecamatan Kedungbanteng adalah Kecamatan

Balapulang, sedangkan setelah Kecamatan Kedungbanteng adalah Kecamatan

Suradadi. Karakteristik kedua kondisi wilayah tersebut hampir sama dengan

wilayah di Kecamatan Kedungbanteng.

Perbandingan antara tingkat APK dan APM pada jenjang SD, SMP,

SD dan SMP di Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa

Tengah dan Indonesia tahun 2007-2011 dapat disajikan pada Tabel 4.10. Setiap

tahun Kecamatan Kedungbanteng memiliki tingkat APK dan APM yang lebih

rendah apabila dibandingkan dengan tingkat APK dan APM di Kabupaten

Tegal. Selama periode 5 tahun (2007-2011) tingkat APK dan APM pada

jenjang SD, SMP, SD dan SMP selalu mengalami kenaikan.

74

Tabel 4.10. Tingkat APK dan APM pada Jenjang SD, SMP, SD dan SMP di

Indonesia, Jawa Tengah, Kabupaten Tegal dan Kecamatan

Kedungbanteng Tahun 2007-2011

No Tahun Lokasi

APK (%) APM (%)

SD/MI SMP/

MTs

SD/MI

&SMP

/MTs

SD/MI SMP/

MTs

SD/MI

&SMP

/MTs

1. 2007

Indonesia 112,19 86,37 59,46 93,78 66,90 44,48

Jawa Tengah 114,08 87,64 56,91 94,78 69,17 44,11

Kab. Tegal 109,09 85,99 97,54 95,22 79,33 87,28

Kec.Kedungbanteng 104,11 51,89 78,00 100,72 61,33 81,03

2. 2008

Indonesia 111,12 86,86 59,06 93,99 67,39 44,97

Jawa Tengah 111,58 88,07 58,72 95,14 69,68 44,39

Kab. Tegal 109,11 86,07 97,59 95,71 81,56 88,64

Kec.Kedungbanteng 104,43 52,37 78,40 101,01 62,66 81,84

3. 2009

Indonesia 110,42 81,25 62,55 94,37 67,43 45,11

Jawa Tengah 112,02 80,42 60,85 95,63 69,67 44,53

Kab. Tegal 109,41 92,23 100,82 95,73 85,63 90,68

Kec.Kedungbanteng 104,79 68,09 86,44 101,36 66,51 83,94

4. 2010

Indonesia 111,68 80,59 62,85 94,76 67,73 45,59

Jawa Tengah 113,19 80,60 61,61 95,93 69,92 45,00

Kab. Tegal 109,56 94,56 102,06 95,77 85,79 90,78

Kec.Kedungbanteng 104,90 70,05 87,48 101,53 68,02 84,78

5. 2011

Indonesia 112,70 79,67 63,45 94,89 69,57 44,32

Jawa Tengah 114,72 80,72 62,34 95,40 70,25 46,01

Kab. Tegal 109,55 95,07 102,31 95,81 86,12 90,96

Kec.Kedungbanteng 104,93 70,76 93,86 101,57 69,07 91,02

Sumber: Badan Pusat Statistik – Republik Indonesia Survey Sensus Nasional

(BPS-RI Susenas) Tahun 2007-2011

74

75

Tingkat APK di Indonesia secara keseluruhan dapat dikatakan tuntas

yaitu telah mencapai > 95% pada jenjang SD. Setiap tahun tingkat APK di

Indonesia mengalami kenaikan. Tahun 2007-2009 tingkat APK SD mengalami

penurunan sebesar 1,77%, sedangkan tahun 2010-2011 mengalami kenaikan

sebesar 1,02%. Tingkat APK SMP mengalami penurunan sebesar 7.97%.

Tingkat APM di Indonesia maupun di Jawa Tengah lebih rendah apabila

dibandingkan dengan tingkat pencapaian APK pada daerah tersebut.

Perbandingan tingkat pencapaian APK dan APM di Indonesia dan Jawa

Tengah tidak begitu jauh. Tingkat APK dan APM di Jawa Tengah selalu lebih

tinggi dibandingkan dengan di Indonesia.

Tingkat APK SD dan SMP paling tinggi terjadi pada tahun 2011 yaitu

102,31% di Kabupaten Tegal dan 93,86% di Kecamatan Kedungbanteng,

sedangkan Tingkat APK SD dan SMP paling rendah terjadi pada tahun 2007

yaitu 97,54% di Kabupaten Tegal dan 78,00% di Kecamatan Kedungbanteng.

Tingkat APM SD dan SMP paling tinggi terjadi pada tahun 2011 yaitu di

Kabupaten Tegal 90,96% dan di Kecamatan Kedungbanteng 91,02%,

sedangkan Tingkat APM SD dan SMP paling rendah terjadi pada tahun 2007

yaitu di Kabupaten Tegal 80,28% dan di Kecamatan Kedungbanteng 81,03%.

Kabupaten Tegal merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah

yang memiliki tingkat APK dan APM meningkat setiap tahunnya. Hal tersebut

dapat diamati pada tabel 4.10. Tabel menyatakan APK SD/ MI tahun 2007-

2011 telah tuntas dengan mengalami kenaikan, sedangkan APK SMP/ MTs

dari tahun 2007-2011 telah tuntas dengan mengalami kenaikan sebesar 9,08%.

76

Tingkat APM SD/MI tahun 2007-2011 mengalami kenaikan hingga 0,59%

dan APM SMP/ MTs tahun 2007-2011 setiap tahun mengalami kenaikan.

Tingkat APM SMP/ MTs belum mencapai target pemerintah yaitu 86,12%.

Gambar 4.3.Grafik Tingkat APK dan APM di Kec. Kedungbanteng,

Kab.Tegal, Provinsi Jawa Tengah dan Indonesia Tahun 2007-

2011

Tingkat APK pada jenjang SD/MI tahun 2007-2011 di Kecamatan

Kedungbanteng mengalami kenaikan setiap tahunnya. Kenaikan APK SD/MI

selama 5 tahun adalah 0,82%. APK SMP/MTs di Kecamatan Kedungbanteng

pada tahun 2007-2011 setiap tahun mengalami peningkatan sebesar 18,87%.

Tingkat APK SD/MI tahun 2007-2011 mengalami peningkatan sebesar 0,85%.

Tingkat APM SMP/MTs selama 5 tahun mengalami kenaikan sebesar 7,74.

Peta Pencapaian APK dan APM di Kecamatan Kedungbanteng dapat disajikan

pada Gambar 4.4.

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

Ind

on

esia

Jaw

a T

engah

Kab

. T

egal

Kec

. K

edu

ngb

ante

ng

Ind

on

esia

Jaw

a T

engah

Kab

. T

egal

Kec

. K

edu

ngb

ante

ng

Ind

on

esia

Jaw

a T

engah

Kab

. T

egal

Kec

. K

edu

ngb

ante

ng

Ind

on

esia

Jaw

a T

engah

Kab

. T

egal

Kec

. K

edu

ngb

ante

ng

Ind

on

esia

Jaw

a T

engah

Kab

. T

egal

Kec

. K

edu

ngb

ante

ng

2007 2008 2009 2010 2011

An

gk

a P

art

isip

asi

(%

)

Tahun

Grafik Tingkat APK dan APM di Kec.

Kedungbanteng, Kab. Tegal, Provinsi Jawa Tengah dan

Indonesia Tahun 2007-2011

APK SD

APK SMP

APK SD dan SMP

APM SD

APM SMP

APM SD dan SMP

77

76

77

Gambar 4.4.Peta Pencapaian APK dan APM di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal Tahun 2011

78

2. Perbandingan Antara Jumlah Penduduk Usia 7-15 Tahun yang Sekolah

dan Tidak Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal

Tahun 2010

Tabel 4.10.Penduduk Menurut Kelompok Umur Usia Sekolah (7-15 Tahun)

dan Jenis Kelamin di Kecamatan Kedungbanteng Tahun 2010

Desa/Kelurahan Sekolah Tidak Sekolah Jumlah

Laki-

Laki

Perempuan Laki-

Laki

Perempuan Laki-

Laki

Perempuan

1. Penujah 193 193 37 28 230 221

2. Karanganyar 657 562 82 71 739 633

3. Tonggara 453 379 28 24 481 403

4. Kedungbanteng 500 517 50 37 550 554

5. Dukuhjati Wetan 196 226 19 9 215 235

6. Sumingkir 283 245 33 26 316 271

7. Margamulya 361 311 26 36 387 347

8. Kebandingan 520 453 43 25 563 478

9. Karangmalang 380 391 43 31 423 422

10. Semedo 260 233 40 33 300 266

Jumlah 2010 3803 3510 401 320 4204 3830

Sumber: BPPKB Kecamatan Kedungbanteng Tahun 2010

Pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun di Kecamatan

Kedungbanteng perlu diketahui jumlah penduduk usia 7-15 tahun baik yang

sekolah maupun yang tidak sekolah. Tabel 4.11. menunjukkan jumlah

penduduk usia 7-15 tahun yang sekolah dan tidak sekolah berdasarkan jenis

kelamin laki-laki dan perempuan. Perbandingan antara jumlah penduduk usia

sekolah laki-laki dan perempuan mayoritas lebih banyak usia sekolah jenis

kelamin laki-laki.

Grafik jumlah penduduk di Kecamatan Kedungbanteng yang sekolah

dan tidak sekolah dapat dilihat pada gambar 4.1. Penduduk usia 7-15 tahun

yang sekolah sebesar 6.813 jiwa dengan memiliki 3.803 penduduk laki-laki dan

3.510 penduduk perempuan. Sedangkan penduduk usia 7-15 yang tidak

sekolah sebesar 721 jiwa dengan memiliki 401 penduduk laki-laki dan 320

79

penduduk perempuan. Dari 10 desa yang berada di Kecamatan Kedungbanteng

terdapat desa yang memiliki penduduk usia 7-15 tahun yang tidak sekolah

paling banyak yaitu Desa Karanganyar dengan memiliki 82 penduduk laki-laki

dan 71 penduduk perempuan. Banyaknya penduduk yang tidak sekolah di desa

tersebut dapat dikarenakan oleh berbagai faktor.

Gambar 4.5.Grafik Jumlah Penduduk Usia 7-15 Tahun yang Sekolah dan Tidak

Sekolah Menurut jenis Kelamin di Kecamatan Kedungbanteng

Tahun 2010

Pada gambar 4.5 menunjukan bahwa masih terdapat penduduk usia 7-

15 tahun di Kecamatan Kedungbanteng yang tidak sekolah. Perbandingan

antara penduduk usia 7-15 tahun yang sekolah dengan penduduk usia 7-15

tahun yang tidak sekolah adalah 9 : 1. Usia sekolah di Kecamatan

Kedungbanteng tahun 2011 adalah 6.813 (90% ) penduduk usia 7-15 tahun

yang sekolah dan 721 (10%) penduduk usia 7-15 tahun di Kecamatan

Kedungbanteng yang tidak sekolah. Hal itu, menunjukkan masih terdapat

0

100

200

300

400

500

600

700

J

i

w

a

Desa

Grafik Jumlah Penduduk Usia 7-15 Tahun yang Sekolah

dan Tidak Sekolah Menurut jenis Kelamin di Kecamatan

Kedungbanteng Tahun 2010

Jumlah Penduduk Laki-

Laki Usia 7-15 Tahun yang

SekolahJumlah Penduduk

Perempuan Usia 7-15

Tahun yang SekolahJumlah Penduduk Laki-

Laki Usia 7-15 Tahun yang

Tidak SekolahJumlah Penduduk

Perempuan Usia 7-15

Tahun yang Tidak Sekolah

80

penduduk yang belum melaksanakan program pembangunan pemerintah yaitu

belum melaksanakan program wajib belajar 9 tahun.

Gambar 4.6.Diagram Perbandingan Antara Jumlah Penduduk Usia 7-15 Tahun

yang Sekolah dan Tidak Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng

Tahun 2010

3. Sarana dan Prasarana Pendidikan di Kecamatan Kedungbanteng

Kabupaten Tegal tahun 2010

Keberadaan sarana pendidikan sangat penting agar masyarakat dapat

memperoleh pelayanan pendidikan dengan mudah. Ketersediaan sarana dan

prasarana layanan pendidikan dapat memenuhi standar pelayanan minimal, masih

dapat menampung semua lulusan SD yang akan melanjutkan pendidikannya ke

jenjang SMP, kecuali disebagian kecil wilayah kecamatan. Data BPS pada bidang

pendidikan dapat digambarkan pada tabel 4.11. Tabel tersebut menjelaskan bahwa

Jumlah SD Negeri yang berada di Kecamatan Kedungbanteng pada tahun 2011

berjumlah 24 unit yang terdiri dari 1 unit SMP Negeri di Kecamatan

Kedungbanteng yang berada di Desa Kebandingan dan 1 SMP Swasta yang

berada di Desa Tonggara. Peta persebaran sekolah disajikan pada Gambar 4.7.

90%

10%

Diagram Perbandingan Antara Jumlah Penduduk Usia

7-15 Tahun yang Sekolah dan Tidak Sekolah di

Kecamatan Kedungbanteng Tahun 2010

Jumlah Penduduk Usia 7-15

Tahun yang Sekolah

Jumlah Penduduk Usia 7-15

Tahun yang Tidak Sekolah

81

Gambar 4.7.Peta Persebaran SD dan SMP di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal

82

Tabel 4.12.Banyaknya SD dan SMP Menurut Statusnya di Kecamatan

Kedungbanteng Tahun 2010

Desa/ Kelurahan SD SMP

Negeri Swasta Negeri Swasta

1. Penujah 1 - - -

2. Karanganyar 5 - - -

3. Tonggara 3 - - 1

4. Kedungbanteng 4 - - -

5. Dukuhjati Wetan 2 - - -

6. Sumingkir 2 - - -

7. Margamulya 2 - - -

8. Kebandingan 2 - 1 -

9. Karangmalang 2 - - -

10.Semedo 1 - - -

Jumlah 2010 24 - 1 1

Sumber: Kecamatan Kedungbanteng dalam Angka 2010

Tabel 4.12. menunjukkan banyaknya sekolah di Kecamatan

Kedungbanteng secara rinci. Banyaknya sekolah pada suatu daerah dapat

membawa pengaruh terhadap kondisi anak untuk sekolah. Jarak dari rumah

menuju ke sekolah memberikan pengaruh kepada anak untuk sekolah. Selain

itu, aksesibilitas yang memadai juga membawa pengaruh bagi anak untuk

sekolah. Semakin dekat jarak yang ditempuh anak untuk sekolah dan

tersedianya fasilitas transportasi yang memadai dapat memberikan motivasi

kepada anak untuk berangkat sekolah. Keberadaan sekolah yang tersedia di

Kecamatan Kedungbanteng dapat dianalisis.

a) Desa Penujah

Desa Penujah terletak paling selatan di Kecamatan Kedungbanteng.

Desa ini berbatasan dengan Kecamatan Pangkah dan Kecamatan Jatinegara.

Desa Penujah memiliki 415 anak usia sekolah yang terdiri dari 386 anak

yang sekolah dan 65 anak yang tidak sekolah. Daerah ini memiliki fasilitas

pendidikan yaitu terdapat 1 SD. Penelitian menunjukkan bahwa masih

83

terdapat anak yang tidak sekolah di desa Penujah dapat dikarenakan oleh

beberapa faktor, antara lain: keadaan ekonomi orang tua dan jarak yang

digunakan anak untuk sekolah. Pendapatan yang diperoleh orang tua dapat

berpengaruh terhadap kondisi anak untuk sekolah. Anak membutuhkan dana

untuk keperluan sekolah, seperti: peralatan sekolah, buku, alat-alat tulis,

pakaian dan lain-lain.

Desa Penujah hanya memiliki 1 SD sedangkan penduduk yang ada

pada daerah sekitar membutuhkan lebih dari 1 SD dan membutuhkan SMP.

Jarak yang digunakan anak dari rumah menuju ke sekolah berpengaruh

terhadap keadaan anak. Anak usia sekolah yang berada di daerah tersebut

akan mencari sekolah di luar desa tersebut atau mencari sekolah yang lebih

dekat. Mereka akan melanjutkan SMP ke Kecamatan Pangkah atau

Kecamatan Jatinegara karena sekolah tersebut jaraknya lebih dekat dan

memiliki fasilitas sekolah yang lebih baik. Jarak dapat mempengaruhi anak

untuk berangkat sekolah. Kondisi jalan yang berbatu menjadikan fasilitas

transportasi yang melintasi di daerah ini hanya 1 jenis kendaraan umum.

Masyarakat dapat memanfaatkan fasilitastersebut untuk melakukan aktivitas

sehari-hari.

b) Desa Tonggara

Desa Tonggara terletak di sebelah selatan Kecamatan Jatinegara

dengan memiliki obyek wisata waduk cacaban. Daerah ini memiliki 3 SD

dan 1 SMP swasta, sedangkan jumlah anak usia sekolahnya yaitu 823 anak

yang sekolah dan 52 anak yang tidak sekolah. Daerah ini meskipun

84

memiliki 3 SD dan 1 SMP, namun masih terdapat anak yang tidak sekolah.

Faktor yang mempengaruhi anak tidak sekolah, antara lain: keadaan

ekonomi orang tua anak usia sekolah dan pendidikan orang tua tentang

pendidikan masih rendah. Pekerjaan yang dilakukan orang tua akan

berpengaruh terhadap pendapatan yang dipeoleh orang tua. Pekerjaan yang

dilakukan oleh orang tua lebih didominasi bekerja sebagai buruh sehingga

pendapatan yang diperoleh tidak pasti, kalaupun mendapatkan upah hanya

sedikit.

Pendidikan orang tua yang rendah dapat mempengaruhi anak untuk

sekolah. Pendidikan terakhir yang telah ditempuh oleh orang tua adalah

tamat SMP. Pendidikan yang rendah dapat mempengaruhi cara berpikir

orang tua dalam mendidik anaknya. Orang tua menganggap bahwa anak

tidak perlu sekolah terlalu tinggi, sehingga hal tersebut dapat memberikan

motivasi kepada anak agar tidak sekolah. Banyaknya sekolah yang ada di

desa Tonggara tidak dapat memberikan sumbangan 100% kepada anak usia

sekolah agar mengikuti program wajib belajar 9 tahun. Faktor lain yang

dapat mempengaruhi anak tidak sekolah adalah fasilitas sekolah yang

kurang memadai. SMP yang berada di desa Tonggara adalah SMP swasta

sehingga anak usia sekolah lebih berpikir untuk melanjutkan sekolah di

tempat lain atau tidak usah sekolah.

Transportasi umum yang melewati Desa Tonggara terdapat 2 jenis

yaitu kendaraan yang menuju ke objek wisata waduk cacaban dan kendaraan

yang menuju kota kecamatan. Fasilitas tersebut dapat dimanfaatkan oleh

85

masyarakat sekitar. Transportasi umum juga melewati sekolah-sekolah yang

ada di desa Tonggara. Kondisi jalan yang beraspal memudahkan transportasi

umum untuk melewatinya.

c) Desa Karanganyar

Desa Karanganyar terletak di sebelah timur Kecamatan Pangkah dan

sebelah barat desa Tonggara. Daerah ini memiliki 1372 anak usia sekolah

yang terdiri dari 1219 anak sekolah dan 153 anak yang tidak sekolah.

Dilihat dari sarana pendidikannya, daerah ini memiliki 5 SD. Sekolah

tersebut mampu untuk menampung anak usia sekolah di desa Karanganyar,

apabila anak akan melanjutkan ke SMP maka mereka dapat melanjutkan

sekolah di sekolah terdekat. Masih terdapatnya anak yang tidak sekolah di

Desa Karanganyar dapat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi orang tua dan

lingkungan keluarga.

Tingkat pendapatan yang diperoleh oleh orang tua di desa

Karanganyar rendah sehingga orang tua tidak dapat menyekolahkan

anaknya. Keadaan lingkungan sekitar juga memberikan dampak bagi anak

untuk tidak sekolah. Masih banyak anak yang tidak sekolah di daerah ini

sehingga menimbulkan anak usia sebaya di daerah ini juga tidak sekolah.

Aktivitas anak yang tidak sekolah di daerah ini lebih dominan bekerja.

Mereka lebih senang bekerja daripada sekolah, karena dengan bekerja maka

mereka akan mendapatkan penghasilan sendiri.

Aksesibilitas di daerah ini dapat dikatakan mudah karena transpotasi

umum dapat melewati tempat ini. Kondisi jalan yang beraspal dan

86

berlubang menjadikan tidak hanya transportasi umum saja yang melintas,

namun delman dapat juga dijadikan alternatif dalam melakukan aktivitas

sehari-hari. Letak sekolah di daerah ini tersebar secara merata, diharapkan

semua anak usia sekolah dapat memperoleh pendidikan.

d) Desa Kedungbanteng

Desa Kedungbanteng terletak di sebelah barat Kecamatan Jatinegara

dan sebelah timur Kecamatan Pangkah. Daerah ini memiliki 1104 usia

sekolah yang terdiri dari 1017 anak sekolah dan 87 anak tidak sekolah.

Sarana pendidikan di daerah ini terdapat 4 SD. Anak yang tidak sekolah di

daerah ini dapat dikarenakan oleh faktor kondisi ekonomi keluarga. Dana

yang sedikit menjadikan anak tidak dapat melanjutkan pendidikan ke

jenjang yang tinggi.

Letak Desa Kedungbanteng menjadi pusat dari kota Kecamatan

Kedungbanteng. Daerah ini diharapkan dapat menjadi penghubung antar

desa, sehingga ketika masyarakat akan melakukan aktivitas di Kantor

Kecamatan mudah. Kondisi jalan yang beraspal memudahkan transportasi

umum untuk melewatinya. SD di desa Kedungbanteng juga dilewati oleh

transportasi umum karena dekat dengan jalan. Transportasi umumyang

melewati daerah ini 1 jenis transportasi umum.

e) Desa Dukuhjati Wetan

Desa Dukuhjati Wetan terletak di sebelah barat Desa Karangmalang

dan di sebelah timurnya berbatasan dengan Kecamatan Kedungbanteng.

Desa ini memiliki 450 anak usia sekolah yang terdiri dari 422 anak sekolah

87

dan 28 anak tidak sekolah. Daerah ini memiliki 2 SD, adanya sarana

pendidikan tersebut diharapkan anak usia sekolah dapat menempuh sekolah.

Anak usia sekolah yang akan melanjutkan sekolah ke SMP maka dapat

melanjutkannya ke SMP terdekat, seperti: SMP Bhakti Praja atau SMP

Negeri 1 Kedungbanteng.Letak dari SMP tersebut tidak jauh dari desa

Dukuhjati Wetan sehingga anak usia sekolah dapat melanjutkannya.

Desa Dukuhjati Wetan masih memiliki jumlah penduduk usia

sekolah yang tidak mendapatkan sekolah. Faktor yang menunjukkan masih

terdapatnya anak usia sekolah yang tidak sekolah adalah faktor ekonomi

keluarga. Tingkat pendidikan orang tua yang rendah akan berrpengaruh

terhadap pekerjaan orang tua dan tingkat pekerjaan orang tua yang rendah

akan berpengaruh terhadap pendapatan yang diperoleh oleh orang tua.

Pendapatan yang rendah akan berpengaruh terhadap keadaan anak untuk

sekolah. Anak sekolah membutuhkan dana untuk kebutuhan sekolahnya.

f) Desa Sumingkir

Desa Sumingkir merupakan desa yang terletak sebelah barat desa

Karangmalang dan sebelah timur Kecamatan Pangkah. Desa ini dilewati

oleh 1 jenis transportasi umum yang menghubungkan antar desa di

Kecamatan Kedungbanteng. Kondisi jalan di tempat ini rusak karena ketika

hujan jalan menjadi berkubang air.

Sarana pendidikan di desa ini adalah 2 SD dengan memiliki 528

anak sekolah dan 59 anak tidak sekolah. Anak usia sekolah yang tidak

sekolah di daerah ini dikarenakan oleh rendahnya pendidikan orang tua.

88

Orang tua menganggap pendidikan yang tinggi tidak penting bagi anak.

Pendidikan yang rendah dari orang tua menjadikan anak tidak sekolah ke

jenjang yang lebih tinggi.

g) Desa Margamulya

Desa Margamulya memiliki sarana pendidikan yaitu terdapat 2 SD

dengan mempunyai 672 anak usia sekolah dan 62 anak usia sekolah yang

tidak sekolah. Masih terdapatnya anak yang tidak sekolah di tempat ini

dapat dikarenakan oleh kondisi ekonomi keluarga yang rendah. Orang tua

menginginkan anaknya untuk sekolah, namun mereka tidak mempunyai

dana untuk menyekolahkan anaknya.

Daerah ini termasuk dalam daerah dataran rendah. Kondisi jalan di

daerah ini baik dan beraspal. Aksesibilitas yang mudah menjadikan

transportasi umum dapat melewati di daerah ini. Transportasi umum yang

tersedia dapat dimanfaatkan masyarakat untuk melakukan aktivitas sehari-

hari. Letak sekolah yang dekat dengan jalan memudahkan anak untuk

berangkat sekolah.

h) Desa Kebandingan

Desa Kebandingan terletak paling selatan diantara desa-desa lain

yang berada di Kecamatan Kedungbanteng. Desa ini memiliki aksesibilitas

yang baik dan jalan yang beraspal sehingga transportasi umum dapat

melewatinya dengan mudah. Berdasarkan hal tersebut, di daerah ini juga

terdapat fasilitas sekolah yang mudah dijangkau oleh masyarakat. Daerah ini

89

memiliki 2 SD dan 1 SMP Negeri. Transportasi umum melewati sekolah

tersebut.

Desa ini memiliki 561 anak usia sekolah yang terdiri dari 973 anak

sekolah dan 68 anak tidak sekolah. Anak yang tidak sekolah di daerah ini

dapat dikarenakan oleh faktor ekonomi. Pendapatan yang rendah

menjadikan anak tidak dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

Letak sekolah di daerah ini tidak berpengaruh terhadap kondisi anak untuk

sekolah. Motivasi anak untuk sekolah yang rendah dapat berperan dalam

pendidikan.

i) Desa Karangmalang

Desa Karangmalang memiliki kondisi jalan yang rusak yaitu jalan

yang berbatu dan tidak beraspal. Daerah ini memiliki luas lahan yang sangat

luas baik lahan pertanian maupun non pertanian. Perjalanan menuju ke desa

Semedo dapat dilakukan dengan cara melewati daerah ini, karena daerah ini

sebelah barat berbatasan dengan desa Semedo. Tidak terdapat fasilitas

transportasi umum di daerah ini karena letaknya yang jauh dengan kota

kecamatan.

Sarana pendidikan di daerah ini terdapat 2 SD.Desa ini memiliki 842

anak usia sekolah yang terdiri dari 771 anak usia sekolah dan 71 anak tidak

sekolah. Anak yang tidak sekolah di daerah ini dapat dikarenakan keadaan

ekonomi di daerah ini yang rendah. Mata pencaharian yang dilakukan oleh

orang tua adalah sebagai petani, sehingga pendapatan yang mereka terima

tidak pasti.

90

j) Desa Semedo

Desa Semedo terletak di sebelah barat Desa Karangmalang. Desa ini

berbatasan dengan Kecamatan Warureja dan sebelah selatan berbatasan

dengan tanah perhutani. Jarak daerah ini ke ibu kota kecamatan terdekat

adalah 22 km dengan lama tempuh 1 jam. Jarak tempuh daerah ini ke ibu

kota kabupaten terdekat adalah 32 km dengan lama tempuh 1,5 jam, namun

apabila ditempuh dengan jalan kaki selama 7 jam.

Desa ini hanya memiliki 1 SD, sehingga anak usia sekolah dapat

sekolah di tempat tersebut. Namun, apabila anak usia sekolah akan

melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi maka dapat

melanjutkannya ke sekolah terdekat. Kondisi desa yang rusak dengan

panjang aspal 1,5 km/unit menjadikan anak susah untuk melakukan aktivitas

di luar desa. Selain itu, daerah ini tidak dilewati oleh fasilitas transportasi

sehingga masyarakat sulit melakukan aktivitas di luar desa.

C. Hambatan Pelaksanaan Program Wajib Belajar 9 Tahun

Angka Partisipasi Kasar (APK) baik pada tingkat SD/MI ataupun

SMP/MTs khususnya di Kecamatan Kedungbanteng sebagai objek penelitian

telah mencapai 93,86% yang termasuk dalam kategori Tuntas Utama. Walaupun

pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun di Kecamatan Kedungbanteng dapat

dikatakan tuntas, namun tidak sesuai dengan kriteria dari pemerintah pada tahun

2009 yaitu < 95%, hal ini berarti di Kecamatan Kedungbanteng terdapat sejumlah

masalah. Masalah tersebut dapat dikarenakan oleh beberapa hambatan, yaitu:

faktor eksternal yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan program wajib belajar

91

9 tahun. Faktor eksternal dari anak usia 7-15 tahun menjadikan anak tersebut tidak

sekolah. Hambatan yang mempengaruhi diantaranya karakteristik keluarga,

lingkungan keluarga, tingkat pendidikan orang tua, jenis pekerjaan orang tua,

tingkat pendapatan orang tua dan aksesibilitas.

1. Karakteristik Keluarga yang Mempunyai Anak Usia 7-15 Tahun yang

Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten

Tegal Tahun 2011

Tabel 4.13.Jumlah Anggota Keluarga yang Mempunyai Anak Usia 7-15 Tahun

yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng

Kabupaten Tegal pada Tahun 2011

No. Jumlah Anggota Keluarga Frekuensi Persentase (%)

1. 3 orang 6 8,33

2. 4 orang 11 15,28

3. 5 orang 16 22,22

4. 6 orang 7 9,72

5. 7 orang 15 20,83

6. 8 orang 6 8,33

7. 9 orang 3 4,17

8. 10 orang 4 5,56

9. 11 orang 1 1,39

10. 12 orang 3 4,17

Jumlah 72 100,00

Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2011

Besarnya jumlah tanggungan seorang kepala keluarga, semakin besar

kebutuhan hidup yang harus dipenuhi. Jadi, semakin besar jumlah keluarga

yang ada maka akan semakin besar kebutuhan hidupnya. Rata-rata jumlah

anggota keluarga yang mempunyai anak usia 7-15 tahun yang tidak

melanjutkan sekolah di Kecamatan Kedungbanteng terdapat 6 orang. Anggota

keluarga yang paling sedikit adalah anggota keluarga yang berisi 11 orang

hanya terdapat 1 orang yang memilih mencapai 1,39%, sedangkan anggota

92

keluarga yang paling banyak adalah anggota keluarga yang berjumlah lebih

dari 5 orang sebanyak 39 orang yang mencapai 22,22%.

Tabel 4.14. menjelaskan mengenai banyaknya orang tua yang

mempunyai anak usia 7-15 tahun yang tidak melanjutkan sekolah di

Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal pada tahun 2011. Jumlah anak di

Kecamatan Kedungbanteng pada tahun 2011 yang paling banyak adalah 3 anak

dan jumlah anak di Kecamatan Kedungbanteng pada tahun 2011 yang paling

rendah adalah 9 anak. Rata-rata anak yang dimiliki adalah 4 anak. Jumlah anak

yang mempunyai anak lebih dari 5 anak lebih besar dibandingkan dengan

jumlah anak lainnya. Banyaknya jumlah anak yang dimiliki oleh orang tua

menunjukan bahwa orang tua belum sadar akan pentingnya keluarga berencana

dan kebutuhan yang diperlukan tiap anggota keluarga, seperti: kesejahteraan

hidup yang lebih baik maupun kebutuhan sekolah yang diperlukan anak.

Tabel 4.14.Banyaknya Anak dari Orang Tua yang Memiliki Anak Usia 7-15

Tahun yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan

Kedungbanteng Kabupaten Tegal Tahun 2011

No. Jumlah Anak Frekuensi Persentase (%)

1. 1 anak 6 8,33

2. 2 anak 11 15,28

3. 3 anak 16 22,22

4. 4 anak 7 9,72

5. 5 anak 15 20,83

6. 6 anak 6 8,33

7. 7 anak 3 4,17

8. 8 anak 4 5,56

9. 9 anak 1 1,39

10. 10 anak 3 4,17

Jumlah 72 100,00

Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2011

93

2. Kondisi Lingkungan Keluarga yang Mempunyai Anak Usia 7-15 Tahun

yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng

Kabupaten Tegal Tahun 2011

Keutuhan keluarga dapat membawa dampak pada psikis anak dalam

menerima ataupun melakukan kegiatan belajar mengajar. Karena dengan

dukungan dan dorongan keluarga maka anak akan bersemangat untuk

melakukan aktivitasnya. Keluarga merupakan kelompok primer yang paling

penting di dalam masyarakat. Keluarga merupakan kelompok sosial yang

pertama dalam kehidupan manusia, tempat dimana ia belajar dan menyatakan

diri sebagai manusia sosial dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya.

Tabel 4.14. menunjukan dukungan keluarga terhadap anak usia 7-15

tahun yang tidak melanjutkan sekolah di Kecamatan Kedungbanteng

Kabupaten Tegal pada tahun 2011. Dukungan keluarga agar anak dapat

sekolah dapat dikategorikan tinggi yaitu 45,83%. Dukungan keluarga terhadap

anak usia 7-15 tahun yang tidak melanjutkan sekolah pada kriteria cukup

36,11% dan kriteria rendah 11,11% serta sisanya 9,72% pada kriteria rendah.

Tabel 4.15.Dukungan Keluarga terhadap Anak Usia 7-15 Tahun yang Tidak

Melanjutkan Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten

Tegal Tahun 2011

No. Klasifikasi Frekuensi Persentase (%)

1. Tinggi 33 45,83

2. Cukup 26 36,11

3. Rendah 7 9,72

4. Sangat Rendah 8 11,11

Jumlah 72 100,00

Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2011

Tabel 4.16. menunjukan pengaruh tempat tinggal anak usia 7-15 tahun

agar sekolah dikategorikan sangat rendah. Penggolongan kategori pada tabel

94

4.15. diperoleh dari survey hasil analisis penelitian tahun 2011. Kategori sangat

rendah sebanyak 38,89%, pada kategori rendah dan tinggi sebanyak 23,61%

serta pada kategori cukup sebanyak 13,89%. Sangat rendahnya tempat tinggal

anak dapat dikarenakan oleh lingkungan keluarga, dimana kegiatan sehari-hari

anak lebih didominasi dengan menganggur atau tidak melakukan kegiatan

positif.

Tabel 4.16.Pengaruh Tempat Tinggal Anak Usia 7-15 Tahun yang Tidak

Melanjutkan Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten

Tegal Tahun 2011

No. Klasifikasi Frekuensi Persentase (%)

1. Tinggi 16 23,61

2. Cukup 10 13,89

3. Rendah 17 23,61

4. Sangat Rendah 29 38,89

Jumlah 72 100,00

Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2011

Persepsi orang tua tentang pendidikan yaitu anggapan orang tua dalam

memandang fungsi pendidikan bagi anaknya. Oleh karena itu, pandangan

tersebut dapat diamati dari cara orang tua dalam menilai arti penting belajar

bagi anak-anaknya dan dapat pula dilihat dari cara memahami nilai fungsional

pendidikan bagi masa depan anaknya. Persepsi orangtua tentang pendidikan

anak merupakan suatu konsep pikir orangtua mengenai makna dan arti penting

proses pendidikan akan menentukan tinggi rendahnya tingkat partisipasi

orangtua dalam menyekolahkan anaknya. Disamping itu, keputusan orangtua

untuk melanjutkan atau tidak melanjutkan pendidikan anak akan berpengaruh

terhadap tinggi rendahnya siswa yang tidak sekolah.

Hasil penelitian tahun 2011 menyebutkan bahwa orang tua yang

memiliki anak usia 7-15 tahun yang tidak melanjutkan sekolah menganggap

95

bahwa pendidikan penting bagi anak untuk masa depan. Hal itu dapat dilihat

pada tabel 4.16. menunjukan tingkat kesadaran orang tua bahwa pendidikan

penting memberikan sumbangan sebesar 48,61%. Anggapan orangtua

mengenai pendidikan tidak penting memberikan sumbangan paling sedikit

yaitu mencapai 11,11%.

Masyarakat Kedungbanteng menganggap sekolah tidak penting,

buktinya dengan tidak sekolah saja orang dapat hidup mewah. Biaya sekolah

yang memberatkan masyarakat Kedungbanteng membuat mereka beranggapan

sekolah hanya untuk orang kaya. Pemerintah dirasa kurang adil dalam

pemerataan pendidikan di wilayah Kecamatan Kedungbanteng. Dengan

bersekolah anak-anak juga tidak dapat membantu orang tua mencari nafkah.

Hal ini sangat berpengaruh dalam pendapatan keluarga.

Tabel 4.17. Kesadaran Orang Tua yang Memiliki Anak Usia 7-15 Tahun yang

Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng

Kabupaten Tegal Tahun 2011 tentang Pendidikan

No. Jumlah Anak Frekuensi Persentase (%)

1. Sangat Penting 13 18,02

2. Penting 35 48,61

3. Cukup Penting 16 22,22

4. Tidak Penting 8 11,11

Jumlah 72 100,00

Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2011

Indikator-indikator mengenai dukungan keluarga, pengaruh tempat

tinggal dan kesadaran orang tua yang memiliki anak usia 7-15 tahun yang tidak

melanjutkan sekolah maka dapat diperoleh Tabel 4.18. Tabel 4.18.

menyebutkan bahwa lingkungan keluarga memberikan sumbangan yang cukup

sebesar yaitu 56,94%. Kondisi lingkungan dimana anak tinggal dan berada

dapat menjadi faktor penghambat kelangsungan pendidikan anak. Keluarga

96

memiliki peranan yang penting dalam membentuk kepribadian anak.

Dukungan dan dorongan keluarga dapat memberikan hal yang positif maupun

negative kepada anak untuk melakukan pendidikan.

Tabel 4.18. Lingkungan Keluarga terhadap Anak Usia 7-15 Tahun yang Tidak

Melanjutkan Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten

Tegal Tahun 2011

No. Kriteria Frekuensi Persentase (%)

1. Tinggi 1 1,39

2. Cukup 41 56,94

3. Rendah 30 41,67

4. Sangat Rendah 0 0

Jumlah 72 100,00

Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2011

3. Tingkat Pendidikan Orang Tua yang Mempunyai Anak Usia 7-15 Tahun

yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng

Kabupaten Tegal Tahun 2011

Tingkat pendidikan formal orang tua yang memiliki anak usia 7-15

tahun yang tidak melanjutkan sekolah baik dari pihak ayah atau ibu di

Kecamatan Kedungbanteng lebih didominasi pada tingkat pendidikan SMP

dengan mencapai 43,06% ayah dan 48,61% ibu. Pendidikan formal ayah yang

tidak tamat SD sebanyak 9,72% dan 8,33% pendidikan ibu tidak tamat SD.

Tingkat pendidikan SMA yang ditempuh ayah 12,50% dan 13,89% ibu.

Tabel 4.19.Pendidikan Formal Orang Tua yang Memiliki Anak Usia 7-15

Tahun yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan

Kedungbanteng Kabupaten Tegal tahun 2011

No Tingkat Pendidikan

Ayah Ibu

Frekuensi Persentase

(%)

Frekuensi Persentase

(%)

1. SMA 9 12,50 10 13,89

2. SMP 31 43,06 35 48,61

3. SD 25 34,72 21 29,17

4. Tidak Tamat SD 7 9,72 6 8,33

Jumlah 72 100,00 72 100,00

Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2011

97

Tabel 4.20. menunjukan bahwa tingkat pendidikan non formal orang

tua yang memiliki anak usia 7-15 tahun di Kecamatan Kedungbanteng pada

tahun 201. Tingkat pendidikan non formal ayah yang pernah mengikuti kursus

menjahit adalah 18,06%, 6,94% mengikuti kursus mengetik, 18,06% mengikuti

kursus elektro dan 56,94% tidak pernah mengikuti pendidikan nonformal.

Pendidikan nonformal ibu yang pernah mengikuti kursus menjahit adalah

22,22%, 6,94% mengikuti kursus mengetik, mengikuti kursus elektro 15,27%

dan 55,56% tidak pernah mengikuti pendidikan nonformal.

Tabel 4.20. Pendidikan Nonformal Orang Tua yang Memiliki Anak Usia 7-15

Tahun yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan

Kedungbanteng Kabupaten Tegal tahun 2011

No Tingkat

Pendidikan

Ayah Ibu

Frekuensi Persentase

(%)

Frekuensi Persentase

(%)

1. Kursus Menjahit 13 18,06 16 22,22

2. Kursus Mengetik 5 6,94 5 6,94

3. Kursus Elektro 13 18,06 11 15,27

4. Tidak Pernah 41 56,94 40 55,56

Jumlah 72 100,00 72 100,00

Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2011

Lamanya pendidikan Formal orang tua dapat dilihat pada tabel 4.20.

Lamanya pendidikan formal orang tua paling banyak selama 6-12 tahun.

Pendidikan formal ayah selama 6-12 tahun sebanyak 31,94% dan ibu sebanyak

38,89%. Pendidikan formal ayah > 15 tahun adalah 43,05% dan ibu sebanyak

31,94%. Pendidikan formal ayah 13-15 tahun adalah 13,88% dan ibu 16,67%.

Paling sedikit pada Pendidikan formal ayah dan ibu < 6 tahun adalah 12,5%.

Rata-rata pendidikan formal responden adalah 12 tahun. Lamanya pendidikan

formal 6-12 tahun adalah pendidikan SD, sedangkan 13-15 tahun adalah SMP.

98

Tabel 4.21.Lamanya Pendidikan Formal Orang Tua yang Mempunyai Anak

Usia 7-15 Tahun yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan

Kedungbanteng Kabupaten Tegal Tahun 2011

No Waktu

Ayah Ibu

Frekuensi Persentase

(%)

Frekuensi Persentase

(%)

1. < 6 tahun 9 12,5 9 12,5

2. 6-12 tahun 23 31,94 28 38,89

3. 13-15 tahun 10 13,88 12 16,67

4. > 15 tahun 31 43,05 23 31,94

Jumlah 72 100,00 72 100,00

Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2011

Lamanya pendidikan nonformal orang tua yang memiliki anak usia 7-

15 tahun di Kecamatan Kedungbanteng tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel

4.22. Pendidikan nonformal ayah selama < 3 bulan sebanyak 15,27% dan ibu

sebanyak 12,5%. Pendidikan nonformal ayah > 6 bulan adalah 16,17% dan ibu

sebanyak 13,88%. Pendidikan nonformal ayah 3-6 bulan adalah 12,5% dan ibu

2,77%. Paling banyak ayah dan ibu tidak mengikuti pendidikan nonformal

yaitu 55,55% untuk ayah dan 33,33% untuk ibu. Rata-rata lamanya pendidikan

nonformal responden adalah 2,5 bulan.

Tabel 4.22.Lamanya Pendidikan Nonformal Orang Tua yang Memiliki Anak

Usia 7-15 Tahun yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan

Kedungbanteng Tahun 2011

No Waktu

Ayah Ibu

Frekuensi Persentase

(%)

Frekuensi Persentase

(%)

1. < 3 bulan 11 15,27 9 12,5

2. 3-6 bulan 9 12,5 28 2,77

3. >6 bulan 12 16,17 10 13,88

4. Tidak Pernah 40 55,55 24 33,33

Jumlah 72 100,00 72 100,00

Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2011

99

4. Jenis Pekerjaan Orang Tua yang Mempunyai Anak Usia 7-15 Tahun yang

Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten

Tegal Tahun 2011

Jenis pekerjaan yang dilakukan oleh orang tua anak yang tidak

sekolah bermacam-macam. Sebagian besar pekerjaan yang dilakukan oleh

orang tua yang memiliki anak usia 7-15 tahun yang tidak sekolah di Kecamatan

Kedungbanteng kabupaten Tegal pada tahun 2011 adalah petani, pedagang,

PNS, buruh atau bahkan tidak bekerja.

Tabel 4.23.Jenis Pekerjaan Pokok Orang Tua yang Memiliki Anak Usia 7-15

Tahun yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan

Kedungbanteng Kabupaten Tegal Tahun 2011

No Jenis

Pekerjaan

Ayah Ibu

Frekuensi Persentase

(%)

Frekuensi Persentase

(%)

1. Petani 40 55,56 40 55,56

2. Pedagang 23 31,94 16 22,22

3. PNS 0 0 0 0

4. Buruh 9 12,50 7 9,72

5. Tidak Bekerja 0 0 9 12,50

Jumlah 72 100,00 72 100,00

Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2011

Tabel 4.23. menggambarkan jenis pekerjaan orang tua yang memiliki

ana usia 7-15 tahun yang tisdak sekolah di Kecamatan Kedungbanteng dapat

dikatakan cukup heterogen. Orang tua anak usia 7-15 tahun sebagian besar

bekerja sebagai petani dengan persentase sebesar 55,56% baik untuk ayah

maupun ibu 31,94% ayah bekerja sebagai pedagang dan 12,50% bekerja

sebagai buruh. Jenis pekerjaan ibu 22,22% bekerja sebagai pedagang dan

9,72% bekerja sebagai buruh serta 12,50% tidak bekerja. Jenis pekerjaan

pokok yang diperoleh oleh responden tergolong memiliki pekerjaan yang tidak

100

tetap. Responden yang bekerja sebagai PNS di daerah ini tidak ada, baik pada

ayah maupun ibu.

5. Tingkat Pendapatan Orang Tua yang Mempunyai Anak Usia 7-15 Tahun

yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng

Kabupaten Tegal Tahun 2011

Tabel 4.24.Tingkat Pendapatan Orang Tua yang Memiliki Anak Usia 7-15

Tahun yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan

Kedungbanteng Kabupaten Tegal Tahun 2011

No Tingkat Pendapatan Ayah Ibu

F % F %

1. < Rp 250.000,00 12 16,67 56 77,78

2. Rp 250.000,00 – Rp 780.000,00 43 59,72 16 22,22

3. Rp 780.000,00 – Rp 1.000.000,00 14 19,44 0 0

4. > Rp 1.000.000,00 3 4,17 0 0

Jumlah 72 100,00 72 100,00

Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2011

Kondisi ekonomi seseorang dapat dilihat dari besarnya pendapatan

yang diperolehnya. Tabel 4.24. menunjukan tingkat pendapatan orang tua yang

memilki anak usia 7-15 tahun yang tidak sekolah berdasarkan hasil perhitungan

angket tahun 2011. Mayoritas pendapatan untuk ayah antara Rp 250.000,00 –

Rp 780.000,00 dengan persentase mencapai 59,72% dan pendapatan untuk ibu

kurang dari Rp 250.000,00 dengan persentase mencapai 77,78%. Pendapatan

rata-rata untuk ayah sebesar Rp 524.306,00 dan pendapatan rata-rata ibu

sebesar Rp 305.556,00. Pendapatan tertinggi yang diperoleh orang tua sebesar

Rp 1.000.000,00 sedangkan pendapatan terendah dari orang tua adalah Rp

250.000,00.

Klasifikasi pendapatan dapat didasarkan pada Upah Minimum

Regional (UMR) atau Upah Minimum Kabupaten (UMK). Untuk Kabupaten

Tegal besarnya UMK adalah Rp 780.000,00/ bulan. Pendapatan suatu keluarga

101

dikatakan tinggi apabila mempunyai pendapatan tiap bulan lebih besar dari

UMK, sedangkan pendapatan rendah apabila pendapatan tiap bulan lebih kecil

dari UMK.

Penggolongan pendapatan orang tua berdasarkan BPS, dari hasil

penelitian menyatakan bahwa tingkat pendapatan ayah tergolong rendah

dengan memiliki persentase sebesar 95,83% dan sisanya 4,17% pendapatan

ayah tergolong sedang. Pendapatan ibu 100% tergolong dalam kriteria

pendapatan rendah, hal ini dikarenakan banyak ibu yang tidak bekerja dan

kalaupun mempunyai pekerjaan, pekerjaan tersebut tidak tetap sehingga

memiliki pendapatan yang sedikit.

Tabel 4.25.Klasifikasi Pendapatan Orang Tua yang Memiliki Anak Usia 7-15

Tahun di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal

No Tingkat Pendapatan Ayah Ibu

F % F %

1. Pendapatan Tinggi 0 0 0 0

2. Pendapatan Menengah 0 0 0 0

3. Pendapatan Sedang 3 4,17 0 0

4. Pendapatan Rendah 69 95,83 72 100

Jumlah 72 100,00 72 100,00

Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2011

6. Aksesibilitas yang Digunakan Anak untuk Melakukan Perjalanan dari

Rumah Menuju ke Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten

Tegal Tahun 2011

Faktor eksternal yang mempengaruhi anak tidak sekolah, salah

satunya adalah aksesibilitas. Aksesibilitas merupakan jarak mudah tidaknya

seseorang untuk mencapai wilayah dengan menggunakan suatu alat bantu.

Hasil penelitian tahun 2011menunjukan lamanya waktu yang digunakan anak

untuk melakukan perjalanan dari rumah menuju ke sekolah. Tabel 4.26

102

menyatakan bahwa waktu yang dibutuhkan anak dari rumah menuju ke sekolah

paling lama antara 16 – 25 menit dengan persentase sebesar 38,89%. Waktu

yang dibutuhkan anak paling sedikit adalah kurang dari 10 menit dengan

persentase 6,49%.

Tabel 4.26.Waktu yang Dibutuhkan Anak untuk Melakukan Perjalanan dari

Rumah Menuju ke Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng

Kabupaten Tegal Tahun 2011

No. Waktu Frekuensi Persentase (%)

1. < 10 menit 5 6,94

2. 10 menit – 15 menit 21 29,17

3. 16 menit – 25 menit 28 38,89

4. > 25 menit 18 25,00

Jumlah 72 100,00

Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2011

Jarak adalah sesuatu yang dapat diukur sebagai dasar dari studi

geografi. Jarak menjadi objek utama dalam pembicaraan mengenai

karakteristik permukaan bumi. Jarak yang jauh dari rumah menuju ke sekolah

membutuhkan biaya yang lebih. Jarak yang ditempuh anak dari rumah menuju

ke sekolah dapat disajikan pada Tabel 4.27. Jarak paling jauh yang ditempuh

oleh anak adalah antara 1 km – 3 km dengan persentase sebesar 31,94%. Jarak

lebih dari 5 km yang ditempuh oleh anak memiliki persentase sedikit (6,94%).

Tabel 4.27.Jarak yang Ditempuh Anak Waktu yang Dibutuhkan Anak untuk

Melakukan Perjalanan dari Rumah Menuju ke Sekolah di

Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal Tahun 2011

No. Jarak Frekuensi Persentase (%)

1. < 1 km 19 26,39

2. 1 km – 3 km 23 31,94

3. 3 km – 5 km 15 20,83

4. > 5 km 5 6,94

Jumlah 72 100,00

Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2011

103

Kendaraan yang digunakan anak untuk melakukan perjalanan dari

rumah menuju ke sekolah dapat dilihat pada tabel 4.28. Tabel tersebut dapat

diketahui bahwa kendaraan yang paling sering digunakan anak untuk sekolah

adalah transportasi umum dengan persentase sebesar 47,22%. Kendaraan yang

jarang digunakan oleh anak adalah sepeda motor dengan persentase sebesaar

4,17%. Anak tidak menggunakan kendaraan bermotor dikarenakan tidak semua

anak memiliki kendaraan bermotor, selain itu anak usia 7-15 tahun belum

diperbolehkan dan tidak diijinkan untuk mengendarai sepeda motor.

Tabel 4.28.Kendaraan yang Digunakan Anak untuk Melakukan Perjalanan dari

Rumah Menuju ke Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng

Kabupaten Tegal Tahun 2011

No. Jenis Kendaraan Frekuensi Persentase (%)

1. Transportasi Umum 34 47,22

2. Sepeda Motor 3 4,17

3. Sepeda 23 31,94

4. Jalan Kaki 12 16,67

Jumlah 72 100,00

Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2011

Fasilitas transportasi adalah sektor yang sangat penting karena

transportasi sebagai wahana seseorang untuk melakukan perjalanan.

Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia melakukan aktivitas

sehari-hari. Tabel 4.29. menyajikan bahwa lebih dari 3 transportasi umum yang

melewati rumah dengan persentase 59,72%, sehingga anak dapat

memanfaatkan fasilitas transportasi tersebut untuk berangkat sekolah. 36,11%

transportasi umum yang melewati rumah adalah 3 jenis, sisanya 2,78%

transportasi umum yang melewati rumah kurang dari 3 jenis.

104

Tabel 4.29.Transportasi Umum yang Melewati Rumah Anak Usia 7-15 tahun

yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng

Kabupaten Tegal Tahun 2011

No. Jumlah Kendaraan Frekuensi Persentase (%)

1. 1 1 1,39

2. 2 1 1,39

3. 3 26 36,11

4. Lebih dari 3 43 59,72

Jumlah 72 100,00

Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2011

Faktor yang mempengaruhi aksesibilitas, antara lain: waktu, jarak,

biaya dan fasilitas transportasi memberikan sumbangan dalam mendukung

anak untuk mencari ilmu. Tabel 4.30. menunjukan kriteria penggolongan

aksesibilitas, dimana dalam tabel tersebut menyajikan bahwa aksesibilitas di

Kecamatan Kedungbanteng tergolong rendah dengan persentase 65,28%.

Transportasi umum yang melewati Kecamatan Kedungbanteng terdiri dari 2

jenis yaitu transportasi umum yang beroperasi menuju ke objek wisata cacaban

dan transportasi umum yang menuju ke kota kecamatan. Tabel 4.29. diperoleh

berdasarkan indikator dari faktor jarak, waktu, biaya dan fasilitas transportasi.

Tabel 4.30.Aksesibilitas yang Digunakan Anak Usia 7-15 Tahun dalam

Melakukan Perjalanan dari Rumah Menuju ke Sekolah di

Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal tahun 2011

No. Kriteria Frekuensi Persentase (%)

1. Tinggi 4 5,56

2. Cukup 21 29,17

3. Rendah 47 65,28

4. Sangat Rendah 0 0

Jumlah 72 100,00

Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2011

105

D. Pembahasan

1. Pelaksanaan Program Wajib Belajar 9 Tahun di Kecamatan

Kedungbanteng Kabupaten Tegal Tahun 2011

Jumlah anak usia sekolah di SD/ MI (7/12 tahun) dan SMP/MTs (13-15

tahun), selanjutnya APK dan APMnya di kedua satuan pendidikan tersebut,

menunjukan terjadinya peningkatan jumlah pada setiap tahunnya. Kondisi

tersebut apabila dilihat dari sisi pengembangan kualitas SDM secara umum

cukup menggembirakan karena tujuan negara ini mengacu kearah tersebut.

Kecenderungan bahwa pelaksanaan wajib belajar 9 tahun di Kecamatan

Kedungbanteng berjalan dengan baik dan sukses. Walaupun masih mengalami

hambatan-hambatan, tetapi dalam perjalanan pelaksanaannya tetap dilakukan

berbagai upaya-upaya yang inovatif.

Selama periode 5 tahun (2007-2011) tingkat APK dan APM di

Kecamatan Kedungbanteng mengalami peningkatan. Tingkat APK SD/MI dan

SMP/ MTs mengalami kenaikan sebesar 15,86% dan tingkat APM SD/MI dan

SMP/MTs mengalami kenaikan sebesar 9,99%. Peningkatan nilai APK dan

APM disebabkan oleh semakin banyaknya jumlah penduduk secara

keseluruhan (anak usia 7-15 tahun) dan meningkatnya daya tampung sekolah

untuk anak usia SD/MI dan SMP/MTs. Dampak positif dari upaya pemerintah

dan masyarakat untuk menambah jumlah gedung sekolah yang baru dan

penambahan ruang belajar serta dibarengi pula oleh meningkatnya aspirasi

anak, aspirasi orang tua, dan aspirasi masyarakat terhadap pendidikan.

Peningkatan jumlah anak usia sekolah di SD/MI (7-12 tahun) dan

SMP/MTs (13-15 tahun), selanjutnya APK dan APMnya di kedua satuan

106

pendidikan tersebut pada setiap tahunnya diakibatkan oleh berbagai upaya dari

pemerintah pusat maupun pemerintah untuk penuntasan wajib belajar 9 tahun.

Upaya tersebut, seperti: pemberian dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).

Salah satu kunci peningkatan kualitas pendidikan adalah pada kebijakan

alokasi anggaran, anggaran pendidikan yang rendah kerap kali berbanding

lurus dengan mutu pendidikan yang rendah juga. Langkah untuk meningkatkan

kualitas pendidikan lewat program BOS.

Hakekatnya BOS bertujuan untuk menyukseskan program wajib belajar

9 tahun, dengan harapan tak ada lagi anak yang tidak sekolah dengan dalih tak

punya biaya. Pesan inti program BOS adalah membebaskan biaya pendidikan

bagi siswa tidak mampu dan meringankan siswa lain yang mampu, agar

mereka memperoleh layanan pendidikan dasar bermutu sampai tamat, selama

sembilan tahun. Maka, target program BOS adalah menjamin lulusan SD/MI

untuk melangsungkan pendidikannya hingga tingkat SMP/MTs. Tidak boleh

ada siswa miskin yang tidak mampu melanjutkan ke SMP/MTs hanya karena

mahalnya biaya sekolah.

Fakta dalam pelaksanaan bahwa masih terdapat beberapa anak di

Kecamatan Kedungbanteng yang tidak sekolah. Jika dilihat dari faktor

eksternal, masih terdapatnya anak yang tidak sekolah di Kecamatan

Kedungbanteng dikarenakan oleh karakter keluarga, lingkungan keluarga,

tingkat pendidikan orang tua, jenis pekerjaan orang tua, tingkat pendapatan

orang tua dan aksesibilitas. Informasi yang dapat diperoleh tentang anak yausia

107

7-15 tahun yang tidak sekolah di Kecamatan Kedungbanteng dapat

dikarenakan oleh beberapa karakteristik.

a. Desa Karanganyar memiliki jumlah penduduk usia 7-15 tahun yang tidak

sekolah paling tinggi yaitu .

b. Desa Semedo memiliki lokasi/ jarak tempuh dari pusat Kecamatan

Kedungbanteng paling jauh yaitu 17 km2.

c. Desa Tonggara memiliki daerah objek wisata Waduk Cacaban.

d. Daerah yang tidak memiliki sarana pendidikan SMP sederajat yaitu

Panujah, Karanganyar, Kedungabnteng, Dukuh Jati Wetan, Sumingkir,

Margamulya, Karangmalang dan Semedo. Namun, masing-masing memiliki

sarana pendidikan SD.

2. Hambatan Pelaksanaan Program Wajib Belajar 9 Tahun di Kecamatan

Kedungbanteng Kabupaten Tegal Tahun 2011

Hasil penelitian tahun 2011 menunjukkan tingkat pendapatan orang tua

di Kecamatan Kedungbanteng menurut penggolongan BPS dapat 97,15%

digolongkan rendah yaitu kurang dari Rp 780.000,00/ bulan, artinya orang tua

anak yang tidak sekolah dapat digolongkan pada masyarakat yang kurang

beruntung dari segi ekonomi sebagai penopang bagi kelancaran pendidikan

anak-anaknya. Pendapatan terendah yang dimiliki oleh orang tua adalah Rp

250.000,00 dan pendapatan tertinggi orang tua % adalah Rp 1.000.000,00.

Rata-rata pendapatan yang diterima oleh orang tua adalah Rp 494.931,00.

Penghasilan orang tua hanya untuk memenuhi kebutuhan pokok saja

(makan/ minum dan pakaian), sehingga tidak ada lagi alokasi dana untuk

pendidikan anaknya. Fenomena tersebut, menunjukan anak tidak dapat

108

melanjutkan sekolah karena kekurangan biaya dalam memenuhi kebutuhan

sekolahnya, misal: biaya untuk membeli buku dan peralatan belajar lainnya.

Kondisi ini jelas memprihatinkan dan sebagai faktor penghambat tuntasnya

wajib belajar 9 tahun yang tentu saja amat memerlukan perhatian dari berbagai

kalangan yang bertanggung jawab terhadap sukses dan tuntasnya wajib belajar

9 tahun.

Tingkat pendidikan formal orang tua 45,84% pada tingkat SMP. Ijasah

terakhir yang diperoleh orang tua rata-rata adalah berada di tingkat SMP

dengan lamanya sekolah 14 tahun. Orang tua yang kurang pendidikan kurang

mampu mempunyai gagasan jauh ke depan terhadap perkembangan dan tujuan

anaknya. Sebaliknya kelompok orang tua yang berpendidikan mempunyai

gagasan jauh ke depan terhadap kemajuan dan perkembangan anaknya.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh orang tua akan berpengaruh

terhadap kelanjutan pendidikan anaknya. Karena hal tersebut akan menjadi

dorongan dan motivasi anak untuk maju.

Tingkat pendidikan orang tua akan berpengaruh terhadap jenis mata

pencaharian yang dilakukan oleh orang tua. Hal ini terbukti bahwa di

Kecamatan Kedungbanteng jenis pekerjaan orang tua 65,28% adalah sebagai

petani. Lahan penggunaannya tanah di Kecamatan Kedungbanteng

dimanfaatkan sebagai lahan pertanian, sehingga hal tersebut berpengaruh

terhadap mata pencaharian penduduk sekitar. Pekerjaan lain selain sebagai

petani adalah orang tua 11,11% bekerja sebagai buruh dan 27,08% pedagang.

109

Keluarga adalah kelompok masyarakat terkecil yang terdiri dari suami,

istri dan anak yang belum dewasa. Apabila salah satu dari unsur-unsur tersebut

tidak ada, misal: ada ibu namun tidak ada ayah (baik karena meninggal atau

bercerai), maka keluarga tersebut tidak bisa dikatakan sebagai keluarga yang

utuh lagi. Ini disebut keutuhan keluarga secara stuktur. Disamping itu ada pula

keutuhan dalam interaksi, yaitu adanya interaksi sosial yang wajar (harmonis).

Ketidakutuhan keluarga tentunya berpengaruh negatif bagi

perkembangan sosial seorang anak. Lingkungan keluarga memberikan

sumbangan sebanyak 56,94%, dimana keluarga (48,62%) mempunyai

anggapan bahwa pendidikan penting untuk masa depan anak. Berdasarkan hasil

observasi bahwa bentuk rumah di daerah penelitian 61% memiliki kondisi

rumah yang kurang baik. Kondisi tempat tinggal di daerah penelitian 80% rata-

rata memiliki kondisi rumah yang kotor. Bentuk lingkungan 86% di daerah

penelitian rata-rata adalah sebuah pedesaan.

Aksesibilitas merupakan suatu ukuran kemudahan lokasi tata guna

lahan berinteraksi satu sama lainnya dengan melalui transportasi. Jarak

dekatnya rumah ke sekolah mempengaruhi minat siswa untuk sekolah.

Semakin dekat jarak antar daerah berarti semakin mudah kontal terjadi dan

semakin mudah daerah itu mengalami kemajuan. Jarak yang ditempuh anak

untuk sekolah 31,94% adalah 1 km-3km dan rata-rata kendaraan yang

digunakan anak untuk berangkat sekolah didominasi oleh transportasi umum

sehingga membutuhkan dana/ biaya untuk berangkat dan pulang sekolah.

Transportasi umum yang melewati rumah lebih dari 3 jenis angkutan. Hasil

110

penelitian menyebutkan bahwa aksesibilitas memberikan sumbangan sebesar

61,35%, dimana di Kecamatan Kedungbanteng memiliki tingkat aksesibilitas

yang rendah.

Faktor lain yang menghambat pelaksanaan program wajib belajar 9

tahun di Kecamatan kedungbanteng adalah karakteristik keluarga.

Karakteristik keluarga memberikan sumbangan dalam hambatan pelaksanaan

program wajib belajar 9 tahun. Besarnya jumlah keluarga di daerah ini tidak

begitu berpengaruh terhadap kondisi anak untuk melanjutkan sekolah maupun

tidak melanjutkan sekolah. Jumlah keluarga inti di Kecamatan Kedungbaneng

adalah 6 orang. Semakin banyak tanggungan yang diemban oleh suatu keluarga

maka semakin tinggi pengeluarannya dan semakin banyak kebutuhan yang

harus dipenuhi. Kebutuhan tiap anggota keluarga berbeda, seperti: untuk

kebutuhan sekolah maupun kebutuhan sehari-hari.

Hambatan dalam pelaksanaan wajib belajar 9 tahun di Kecamatan

Kedungbanteng paling tinggi pada tingkat pendapatan sebesar 69,05%

termasuk pada kriteria tinggi. Faktor penghambat tingkat kedua adalah tingkat

pendidikan sebesar 66,77%, ketiga adalah jenis pekerjaan sebesar 65,28%.

63,87% lingkungan keluarga tingkat keempat pada faktor penghambat

pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun. Faktor penghambat pada tingkat

kedua, ketiga dan keempat termasuk pada kriteria tinggi. Berbeda dengan

tingkat kelima dan keenam termasuk pada kriteria rendah yaitu tingkat kelima

61,35% dan tingkat keenam 43,75%.

111

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Kesimpulan berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, sebagai

berikut:

1. Pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun di Kecamatan Kedungbanteng

selama 5 periode (tahun 2007-2011) mengalami kenaikan. Tingkat APK

SD/MI dan SMP/ MTs mengalami kenaikan sebesar 15,86% dan tingkat

APM SD/MI dan SMP/MTs mengalami kenaikan sebesar 9,99%.

2. Hambatan pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun di Kecamatan

Kedungbanteng Kabupaten Tegal , antara lain: tingkat pendapatan orang

tua tergolong rendah yaitu kurang dari Rp 780.000, 00 , tingkat

pendidikan terakhir orang tua rata-rata di tingkat SMP, jenis pekerjaan

orang tua mayoritas sebagai petani, keluarga mendukung anak untuk

sekolah , waktu yang dibutuhkan anak untuk melakukan perjalanan dari

rumah ke sekolah 19 menit dengan jarak tempuh 2 km , dan jumlah rata-

rata keluarga inti adalah 6 orang

B. SARAN

Saran-saran yang diberikan berdasarkan kesimpulan dari penelitian,

sebagai berikut:

1. Dinas Pendidikan diharapkan selalu menyediakan dana dalam

melengkapi sarana dan prasarana sekolah, dan memperbanyak jumlah

112

pemberian 1beasiswa bagi anak sekolah yang tidak mampu membiayai

kebutuhan sekolah.

2. Sekolah lebih meningkatkan kegiatan mensosialisasikan kepada orang

tua siswa tentang adanya dana yang disiapkan oleh pemerintah untuk

membantu orang tua yang tidak mampu membiayai anaknya unutk

melanjutkan sekolah.

113

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, Duana Bagus. 2010. Pencapaian Program Wajib Belajar 9 Tahun di

Kecamatan Bodeh Kabupaten Pemalang. Skripsi. Semarang: FIS UNNES.

Ahmadi, Abu. 2007. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta.

Arif, Ahmad. 2011. „Indonesia Diantara Dua Ironi Besar’. Dalam EKSPOnews.

dapat diunduh pada http://ahmadarif.eksponews.com/2009/04/24/

Indonesia DiantaraDuaIroniBesar / I. (15/11/11).

Bentri, Alwen. 2007. Efektivitas Pelaksanaan Wajib Belajar di Sumatra Barat.

Padang: Universitas Negeri Padang.

BKBPP. 2010. Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan.

Kedungbanteng: BKBPP.

Bintarto. 1979.Metode Analisa Geografi.Jakarta: LP3ES.

BPS. 2010. Kecamatan Kedungbanteng dalam Angka 2010. Tegal: BPS.

BPS. APK dan APM Menurut Provinsi Tahun 2003-2010. dapat diunduh pada

http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=26

&notab=1 (14/11/11).

Diknas. 2003. Departemen Pendidikan Nasional Tentang Undang-Undang Sistem

P.endidikan Nasional. Jakarta: Diknas.

Depdikbud. 2006. Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun. Jakarta:

Direktur Pembinaan SMP.

Departemen Pendidikan Nasional. 2010. Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 47 Tahun 2008 Tentang Wajib Belajar 9 Tahun. Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional.

Dinas Dikpora. 2010. Dinas Dikpora Kabupaten Tegal. Tegal: Dinas Dikpora.

Dinas Dikpora. Dinas Dikpora Kecamatan Kedungbanteng. 2010.

Kedungbanteng: Dinas Dikpora.

Guntoro, Eko. 2009. APK dan APM. dapat diunduh pada

http://ekoguntoro.wordpress.com/2009/04/24/apk-dan-apm/ I. (12/02/11).

114

Handoko, Tamin Hani. 1997. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.

Yogyakarta: UGM.

Hasbullah. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Ihsan, Fuad. 1995. Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Indraharti, Ferani. 2005. Faktor Faktor Penyebab Rendahnya Lulusan SMP

Melanjutkan ke SMA Bagi Penduduk Desa Kemiriombo Kecamatan

Gemawang Kabupaten Temanggung. Skripsi. Semarang: FIS UNNES.

Miro, Fidel. 2005. Perencanaan Transportasi untuk Mahasiswa, Perencanaan

dan Praktisi. Jakarta: Erlangga.

Putra, Dwi. 2011. Ratusan Siswa SD di Kabupaten Tegal Tak Melanjutkan

Pendidikan. Suara Merdeka. dapat diunduh pada

http://www.dwi_putra/data/docs/2011/Ratusan_Siswa_SD_di_Kabupaten_

Tegal_Tak_Melanjutkan_Pendidikan/I (20/03/11).

Rokhana, Ninik Asri. 2005. Skripsi: Hubungan Antara Pendapatan Keluarga Dan

Pola Asuh Gizi Dengan Status Gizi Anak Balita Di Betokan Demak.

Semarang: FIS UNNES.

Rismawati, Y. 2010. Faktor-faktor penyebab ketidaktuntasan program wajib

belajar 9 tahun di kecamatan kaloran kabupaten temanggung tahun 2008.

Skripsi. Semarang: FIS UNNES

Saputro, P.A. 2009. Faktor-faktor penyebab anak usia sekolah tidak

menyelesaikan pendidikan dasar (studi kasus di Desa Pesantren

Kecamatan Blado Kabupaten Batang). Skripsi. Semarang: FIS UNNES.

Subandiroso. 1987. Sosiologi Antropologi I. Klaten: Intan Pariwara.

Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sukardi. 2010. Kondisi Anak tidak dan atau Putus i.2 010.Jenjang Pendidikan

Dasar pada Masyarakat Marginal di NTB:ke Arah Percepatan penuntasan

Wajib Belajar 9 Tahun disajikan pada Simposiom Nasional Penelitian dan

Inovasi Pendidikan tanggal 3-5 Agustus 2010 dapat diunduh pada

http://www.puslitjak.org/data/docs/2010/makalah_kelompok/kel1/19-

108_SUKARDI_ppt.pdf (12/02/11).

Sukirno, Sadono. 1996. Pengantar Teori Mikroekonomi. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

115

Sumardi, Mulyanto dan Hans Dieter Evert. 1983. Sumber Pendapatan Kebutuhan

Pokok dan Perilaku Menyimpang. Jakarta: Rajawali.

Sunarto, Kamanto. 1988. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Depdikbud.

Tamin, Ofyar. 2000. Perencanaan dan Pemodelan Transportasi. Bandung: ITB.

Tilaar. 2006. Standarisasi Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta.

Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan.

Bandung: PT. Imperial Bakti Utama.

Tim Redaksi NPM. 2009. Penuntasan Wajib Belajar 9 Tahun. Jakarta:

Depdikbud.

Usman, Husaini. 2010. Manajemen Teori, Praktik dan Riset Pendidikan Edisi

3.Jakarta: Bumi Aksara.

116

LAMPIRAN

117

LAMPIRAN 1

METODE PENGUMPULAN DATA PELAKSANAAN PROGRAM WAJIB

BELAJAR 9 TAHUN DI KECAMATAN KEDUNGBANTENG

KABUPATEN TEGAL

Variable Sub Variabel Indikator Metode

Pengumpulan

Data

Pelaksanaan program wajib belajar 9

tahun

Pencapaian APK

dan APM tingkat

SD dan SMP

Dokumentasi,

Wawancara

Pelaksana program

wajib belajar 9

tahun di

Kecamatan

Kedungbanteng.

Wawancara

Pengelolaan

program wajib

belajar 9 tahun

Wawancara

Hambatan

pelaksanaan

program wajib

belajar 9 tahun

Kondisi Sosial

Karakter keluarga Berapa jumlah

anggota keluarga

Angket

Berapa jumlah

anak

Angket

Lingkungan

tempat tinggal

Dukungan keluarga Angket

Pengaruh tempat

tinggal

Angket

Kesadaran orang

tua

Angket

Keadaan rumah Observasi

Lingkungan sosial Perilaku sosial Observasi

Interaksi sosial Observasi

Tingkat pendidikan

orang tua

Pendidikan yang

pernah ditempuh

oleh orang tua

Angket

Kondisi Ekonomi

Tingkat pendapatan

orang tua

Besarnya

pendapatan yang

diperoleh orang tua

Angket

118

Tingkat ekonomi

keluarga

Penggunaan

pendapatan pokok

dan pendapatan

lebih

Angket

Jenis pekerjaan

orang tua

Pekerjaan pokok

dan sampingan

yang dilakukan

oleh orang tua

Angket

Kondisi Lingkungan Fisik

Aksesibilitas Waktu yang

ditempuh anak

untuk sekolah

Angket

Jarak yang

ditempuh anak

untuk sekolah

Angket,

Dokumentasi,

Observasi

Biaya perjalanan

yang diperlukan

oleh anak menuju

ke sekolah

Angket

Fasilitas yang

digunakan anak

ketika berangkat

sekolah.

Angket

Fasilitas jalan Observasi

Sarana

Transportasi

Observasi

119

LAMPIRAN 2

LEMBAR OBSERVASI

Tabel Observasi

Jenis Data : Data Observasi

Variabel : Hambatan pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun di

Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal

Sub Variabel Indikator Keterangan

SB B K SK

1. Lingkungan

Tempat Tinggal

1.1. Bentuk Rumah

1.1.1. Permanen

1.1.2. Semi Permanen

1.1.3. Tidak Permanen

1.2. Kondisi Tempat Tinggal

1.2.1. Bersih

1.2.2. Kotor

1.2.3. Kumuh

1.3. Bentuk Lingkungan

1.3.1. Perumahan

1.3.2. Perkotaan

1.3.3. Pedesaan

2. Lingkungan

Sosial

2.1. Perilaku Sosial

2.2. Interaksi Sosial

3. Aksesibilitas 3.1. Jarak

3.1.1. Jarak Rumah ke SD

3.1.2. Jarak Rumah ke

SMP

3.2. Sarana Transportasi

3.2.1. Jenis Kendaraan

3.2.2. Jumlah Kendaraan

3.3. Fasilitas Jalan

Keterangan:

SB = Sangat Baik

B = Baik

K = Kurang

SK = Sangat Kurang

120

LAMPIRAN 3

LEMBAR DOKUMENTASI

Tabel Dokumentasi

Jenis Data = Data Primer

Variabel = Pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun di Kecamatan

Kedungbanteng Kabupaten Tegal

Sub Variabel Indikator Sumber Data Keterangan

APK dan

APM

1.1. Jumlah anak usia

sekolah (7-15 tahun)

1.1. Laporan Bulanan

(BPPKB)

1.2. Jumlah anak usia

sekolah (7-15 tahun)

yang mengikuti

pendidikan dasar

1.2. Laporan Bulanan

(UPTD Dikpora)

1.3. Jumlah anak usia

sekolah (7-15 tahun)

yang tidak sekolah

1.3. Laporan Bulanan

(UPTD Dikpora)

1.4. Nilai APK dan APM 1.4. Laporan Bulanan

(UPTD Dikpora)

121

LAMPIRAN 4

KISI-KISI INSTRUMENT PELAKSANAAN PROGRAM WAJIB

BELAJAR 9 TAHUN DI KECAMATAN KEDUNGBANTENG

KABUPATEN TEGAL

Variable Sub Variabel Indikator Nomor

Soal

Jumlah

Soal

Hambatan

pelaksanaan

program wajib

belajar 9 tahun

Kondisi Sosial

Karakter keluarga Berapa jumlah

anggota keluarga

1 1

Berapa jumlah anak 2 1

Lingkungan keluarga Dukungan keluarga 3, 4 2

Pengaruh tempat

tinggal

5, 6, 7,

8

4

Kesadaran orang

tua

9, 10,

11

3

Tingkat pendidikan

orang tua

Pendidikan yang

pernah ditempuh

oleh orang tua

12, 13,

14, 15

4

Lama sekolah

orang tua

16, 17,

18, 19

4

Kondisi Ekonomi

Jenis pekerjaan orang

tua

Pekerjaan pokok

dan sampingan

yang dilakukan

oleh orang tua

20, 21,

22, 23

4

Tingkat pendapatan

orang tua

Besarnya

pendapatan pokok

dan sampingan

yang diperoleh

orang tua

24, 25,

26, 27

4

Tingkat ekonomi

keluarga

Penggunaan

pendapatan pokok

dan pendapatan

lebih

28, 29,

30

3

Kondisi Lingkungan Fisik

Aksesibilitas Waktu dan jarak

yang ditempuh

anak untuk sekolah

31,32,

33

3

122

Fasilitas yang

digunakan anak

ketika berangkat

sekolah

34, 35,

36, 37,

38,

5

Biaya perjalanan

yang diperlukan

oleh anak menuju

ke sekolah

39, 40 2

123

LAMPIRAN 5

WAWANCARA

(untuk Kepala UPTD Dikpora)

Kepada Yth

Bapak/ Ibu Kepala UPTD Dikpora

di Kecamatan Kedungbanteng

Data responden :

Nama KK :

Jenis Kelamin : Laki-laki/ Perempuan

Umur :

Pendidikan :

Status Perkawinan : Sudah/ Belum kawin

Alamat :

1. Apa tolak ukur dalam tercapainya program wajib belajar 9 tahun?

2. Apakah nilai dari APK dan APM dapat mewakili tercapainya program wajib

belajar 9 tahun?

3. Apakah ada peningkatan nilai dari APK dan APM setiap tahun?

4. Siapakah yang menjadi penanggung jawab dalam program wajib belajar 9

tahun?

5. Siapakah yang menjadi pengawas dalam pelaksanaan program wajib belajar 9

tahun?

6. Adakah sumber lain dalam pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun?

7. Upaya apa yang dapat dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi anak yang

tidak mengikuti program wajib belajar 9 tahun?

124

LAMPIRAN 6

WAWANCARA

(untuk Kepala Sekolah)

Kepada Yth

Bapak/ Ibu Kepala Sekolah

di Kecamatan Kedungbanteng

Data responden :

Nama KK :

Jenis Kelamin : Laki-laki/ Perempuan

Umur :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Status Perkawinan : Sudah/ Belum kawin

Alamat :

1. Apasaja alat-alat penunjang yang digunakan dalam pelaksanaan program wajib

belajar 9 tahun?

2. Apakah alat penunjang dapat membantu pelaksanaan program wajib belajar 9

tahun?

3. Apakah sarana pendidikan di sekolah sudah terpenuhi?

4. Sarana pendidikan apa yang dapat menunjang dalam program wajib belajar 9

tahun?

5. Apa harapan Bapak/ Ibu dalam pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun?

125

LAMPIRAN 7

ANGKET PENELITIAN

Judul: “PELAKSANAAN PROGRAM WAJIB BELAJAR 9 TAHUN DI

KECAMATAN KEDUNGBANTENG KABUPATEN TEGAL”

I. Petunjuk pengisian

1. Bacalah pertanyaan dengan teliti.

2. Jawablah setiap pertanyaan sesuai dengan keadaan saudara yang sebenar-

benarnya dengan memberi tanda silang (X) pada jawaban yang Anda pilih.

II. Identitas responden

Nama Kepala Keluarga :

Umur :

Jenis Kelamin :

Alamat :

Status Perkawinan :

Jumlah Tanggungan Keluarga

1. Berapa jumlah anggota keluarga Bapak/ Ibu/ Saudara ?

a. 3 orang

b. 4 orang

c. 5 orang

d. Lebih dari 5 orang, sebutkan…..

2. Berapa jumlah anak (putra-putri) Bapak/ Ibu/ Saudara ?

a. 1 anak

b. 2 anak

c. 3 anak

d. Lebih dari 3 anak, sebutkan….

126

Lingkungan Keluarga

3. Dukungan apa yang anda berikan agar anak anda (usia 7-15 tahun) bersedia

untuk sekolah?

a. Memberikan uang untuk hal yang penting saja

b. Memberikan uang saku setiap hari

c. Menfasilitasi rumah dengan meja belajar

d. Melengkapi semua kebutuhan sekolah anak

4. Ketika di rumah, berapa lama bapak/ ibu/ saudara membimbing anak untuk

belajar ?

a. Kurang dari 1 jam

b. 1 - 3 jam

c. 4 - 5 jam

d. Lebih dari 5 jam

5. Dimanakah anak anda (usia 7-15 tahun) tinggalnya?

a. Tinggal bersama kedua orang tua

b. Tinggal bersama saudara

c. Tinggal bersama kakek

d. Menempati tempat tinggal sendiri

6. Apakah di lingkungan tempat tinggal banyak anak usia 7-15 tahun yang tidak

sekolah?

a. Ya, lebih dari 30 anak

b. Ya, antara 20-29 anak

c. Ya, antara 10-19 anak

d. Kurang dari 10 anak

7. Aktivitas sehari-hari apa yang dilakukan anak (usia 7-15 tahun) bapak?

a. Kursus

b. Bekerja

c. Membantu orang tua

d. Menganggur

8. Berteman dengan siapakah anak anda (usia 7-15 tahun) ?

a. Berteman dengan anak seusianya

127

b. Anak sekolah dan anak tidak sekolah seusianya

c. Anak-anak sudah bekerja

d. Anak-anak tidak sekolah seusianya

9. Apakah pendidikan penting untuk anak anda ?

a. Sangat penting

b. Penting

c. Cukup penting

d. Tidak penting

10. Apakah tujuan anda menyekolahkan anak ?

a. Agar anak dapat melanjutkan sekolah ke jenjang yang tinggi

b. Agar anak dapat bekerja di tempat yang layak

c. Agar anak menjadi orang yang pintar

d. Agar anak dapat hidup mandiri

11. Apakah bapak/ ibu tetap mendorong anak untuk melanjutkan sekolah

meskipun bapak mengalami kesulitan biaya untuk pendidikan?

a. Ya, karena pendidikan sangat penting untuk sekolah

b. Ya, untuk bekal mencari kerja

c. Tidak, takut tidak bisa membiayai

d. Tidak, untuk biaya sehari-hari

Tingkat Pendidikan Orang Tua

12. Apa ijasah terakhir yang bapak terima ?

a. SD

b. SMP

c. SMA

d. Lainnya, sebutkan…..

13. Apa ijasah terakhir yang ibu terima ?

a. SD

b. SMP

c. SMA

d. Lainnya, sebutkan…..

128

14. Apakah bapak pernah mengikuti pendidikan non formal (kursus) ?

a. Pernah, kursus menjahit

b. Pernah, kursus mengetik

c. Pernah, lainnya……

d. Tidak pernah

15. Apakah ibu pernah mengikuti pendidikan non formal (kursus) ?

a. Pernah, kursus menjahit

b. Pernah, kursus mengetik

c. Pernah, lainnya……

d. Tidak pernah

16. Berapa lama bapak sekolah ?

a. Kurang dari 6 tahun

b. 6 – 12 tahun

c. 13 – 15 tahun

d. Lebih dari 15 tahun

17. Berapa lama ibu sekolah ?

a. Kurang dari 6 tahun

b. 6 – 12 tahun

c. 13 – 15 tahun

d. Lebih dari 15 tahun

18. Berapa lama bapak mengikuti pendidikan non formal ?

a. Kurang dari 3 bulan

b. 3 – 6 bulan

c. Lebih dari 6 bulan

d. Tidak pernah

19. Berapa lama ibu mengikuti pendidikan non formal ?

a. Kurang dari 3 bulan

b. 3 – 6 bulan

c. Lebih dari 6 bulan

d. Tidak pernah

129

Jenis Pekerjaan Orang Tua

20. Apa pekerjaan pokok bapak ?

a. Petani

b. Pedagang

c. PNS

d. Lainnya, sebutkan….

21. Apa pekerjaan sampingan bapak ?

a. Petani

b. Pedagang

c. Buruh

d. Lainnya, sebutkan….

22. Apa pekerjaan pokok ibu ?

a. Petani

b. Pedagang

c. PNS

d. Lainnya, sebutkan….

23. Apa pekerjaan sampingan ibu ?

a. Petani

b. Pedagang

c. Buruh

d. Lainnya, sebutkan…

Tingkat Pendapatan Orang Tua

24. Berapa pendapatan tiap bulan yang bapak peroleh ?

a. Kurang dari Rp 250.000,00

b. Rp 250.000,00 – Rp 725.000,00

c. Rp 725.000,00 – Rp 1.200.000,00

d. Lebih dari Rp 1.200.000,00

25. Berapa pendapatan tiap bulan yang ibu peroleh ?

a. Kurang dari Rp 250.000,00

b. Rp 250.000,00 – Rp 725.000,00

c. Rp 725.000,00 – Rp 1.200.000,00

130

d. Lebih dari Rp 1.200.000,00

26. Berapa penghasilan sampingan tiap bulan yang diperoleh bapak ?

a. Lebih dari Rp 500.000,00

b. Rp 250.000,00 – Rp 500.000,00

c. Kurang dari Rp 250.000, 00

d. Tidak ada

27. Berapa penghasilan sampingan tiap bulan yang diperoleh ibu ?

a. Lebih dari Rp 500.000,00

b. Rp 250.000,00 – Rp 500.000,00

c. Kurang dari Rp 250.000, 00

d. Tidak ada

28. Apakah pendapatan yang bapak/ ibu peroleh dapat untuk mencukupi

kebutuhan hidup sehari-hari ?

a. Kurang dari cukup

b. Tidak cukup

c. Cukup

d. Sangat cukup

29. Digunakan untuk apakah pendapatan yang anda peroleh ?

a. Membayar hutang

b. Melengkapi kebutuhan sehari-hari

c. Melengkapi kebutuhan sekolah anak

d. Menabung

30. Darimanakah dana yang diperoleh anak anda untuk sekolah?

a. Hutang

b. Biaya Sendiri

c. Beasiswa

d. Bantuan Operasional Sekolah

Aksesibilitas

31. Berapa lama waktu yang diperoleh anak anda dari rumah menuju ke sekolah ?

a. Kurang dari 10 menit

b. Antara 10 menit – 15 menit

131

c. Antara 16 menit – 25 menit

d. Lebih dari 25 menit

32. Berapa jarak antara rumah menuju ke jalan raya ?

a. Kurang dari 500 m

b. Antara 500 m – 1 km

c. Antara 1 km – 2 km

d. Lebih dari 2 km

33. Berapa jarak antara rumah menuju ke sekolah ?

a. Kurang dari 1 km

b. Antara 1 km – 3 km

c. Antara 3 km – 5 km

d. Lebih dari 5 km

34. Bagaimana kondisi jalan di desa anda ?

a. Rusak

b. Berlubang

c. Berbatu-batu

d. Beraspal

35. Bagaimana kondisi jalan di desa ini ketika musim hujan ?

a. Berkubang air

b. Berbatu-batu

c. Licin

d. Becek

36. Digunakan untuk apakah lahan yang ada di desa ini ?

a. Peternakan

b. Perikanan

c. Persawahan

d. Pertanian

37. Kendaraan apa yang digunakan oleh anak untuk sekolah ?

a. Angkutan umum

b. Sepeda motor

c. Sepeda

132

d. Jalan kaki

38. Berapa jumlah angkutan umum yang melewati daerah ini setiap hari ?

a. 1

b. 2

c. 3

d. Lebih dari 3

39. Berapa biaya yang dipakai anak anda jika berangkat sekolah menggunakan

transportasi umum?

a. Lebih dari Rp 4.000, 00

b. Antara Rp 3.000,00 – Rp 4.000,00

c. Antara Rp 2.000,00 – Rp 3.000,00

d. Kurang dari Rp 2.000,00

40. Ketika Bapak/ Ibu memberikan uang saku untuk sekolah, apakah uang saku

yang diberikan cukup untuk biaya transportasi?

a. Kurang dari cukup

b. Tidak cukup

c. Cukup

d. Sangat cukup

133

LAMPIRAN 8

UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS ANGKET

No. Kode No. Item

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

1 UC-01 3 3 3 1 4 2 2 4 1 4 2 1 1 2 2 1 1 3

2 UC-02 1 1 3 1 3 1 2 2 1 1 1 1 1 4 1 1 1 4

3 UC-03 1 1 3 4 3 2 1 4 4 2 1 1 1 2 2 1 1 4

4 UC-04 2 1 2 4 4 2 1 3 3 2 2 1 1 2 3 1 1 3

5 UC-05 3 3 3 1 2 2 3 4 1 4 4 2 1 3 4 1 1 3

6 UC-06 1 1 3 3 3 1 1 2 2 2 2 1 1 2 2 1 1 2

7 UC-07 1 1 4 2 2 4 2 2 2 2 1 1 1 2 4 1 1 2

8 UC-08 3 1 4 3 3 3 4 4 2 1 1 1 1 4 1 1 1 1

9 UC-09 1 4 4 2 3 2 3 2 3 2 1 2 1 2 4 1 1 4

10 UC-10 2 1 4 1 4 3 3 4 1 2 2 1 1 2 2 2 1 4

11 UC-11 1 1 3 1 2 3 1 4 1 2 2 1 1 4 1 1 1 4

12 UC-12 1 1 3 1 2 3 1 4 1 2 2 1 1 4 1 1 4 4

13 UC-13 1 1 3 1 2 2 4 4 1 2 2 1 1 4 1 1 1 3

14 UC-14 1 1 3 1 2 2 3 2 2 2 2 2 1 1 2 1 3 3

15 UC-15 1 1 3 1 3 1 4 4 1 1 1 1 1 4 1 1 1 3

16 UC-16 1 1 3 3 2 3 1 4 1 2 2 1 1 4 1 1 1 4

17 UC-17 1 1 3 1 3 3 4 4 1 2 2 1 1 3 1 1 2 4

18 UC-18 1 1 3 2 4 3 4 1 1 2 4 1 4 1 4 1 1 4

19 UC-19 2 1 4 1 4 1 4 2 1 2 2 1 1 4 1 1 1 3

20 UC-20 1 1 3 1 4 1 4 4 3 1 4 1 1 4 2 2 1 3

Val

idit

as

∑X 29 27 64 35 59 44 52 64 33 40 40 23 23 58 40 22 26 65

∑X2 53 51 210 83 187 112 166 226 71 92 98 29 35 192 106 26 46 225

∑XY 55767 51921 123072 67305 11346 84612 99996 99996 63459 76920 76920 44229 44229 111534 76920 42306 49998 124995

rxy 0.992 0.988 0.999 0.988 0.997 0.996 0.994 0.998 0.99 0.996 0.994 0.997 0.99 0.9964 0.99 0.998 0.991 0.9984

r tabel 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444

Kriteria Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

σ2

b 0.548 0.728 0.26 1.0875 0.648 0.76 1.54 1.06 0.828 0.6 0.9 0.128 0.428 1.19 1.3 0.09 0.61 0.6875

134

UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS ANGKET

No. Kode No. Item

19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36

1 UC-01 3 2 2 3 1 3 3 4 4 2 2 2 2 2 4 4 1 4

2 UC-02 4 2 2 4 2 3 3 4 4 2 2 4 1 1 2 4 1 4

3 UC-03 1 1 1 1 1 3 4 1 1 1 2 2 3 4 4 3 2 1

4 UC-04 2 1 1 1 1 1 4 2 1 3 4 4 2 3 1 3 4 1

5 UC-05 2 1 1 1 2 1 4 2 2 1 2 4 4 4 4 4 4 4

6 UC-06 4 1 1 1 1 1 4 1 1 2 2 1 1 2 4 4 4 1

7 UC-07 3 3 1 1 1 2 4 1 1 1 2 1 3 4 3 4 2 1

8 UC-08 4 2 2 4 2 4 4 1 1 2 1 4 1 4 1 3 1 1

9 UC-09 4 1 1 1 1 2 4 1 1 3 2 3 3 1 1 3 2 3

10 UC-10 4 2 2 4 2 2 3 1 1 3 4 2 1 1 4 4 4 4

11 UC-11 4 4 4 4 4 4 4 1 1 3 1 2 2 1 4 4 2 1

12 UC-12 4 4 4 4 4 4 4 4 1 3 1 2 3 1 4 4 2 1

13 UC-13 4 4 4 4 4 4 4 1 1 2 1 2 3 1 4 4 2 1

14 UC-14 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 2 4 1 4 3 2 1

15 UC-15 4 2 2 4 2 3 4 1 1 2 1 2 3 1 4 4 4 2

16 UC-16 4 4 4 4 4 4 4 1 1 3 1 2 4 1 4 4 4 2

17 UC-17 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 2 2 1 4 4 3 3

18 UC-18 3 4 1 1 1 3 4 1 1 3 2 2 2 4 1 4 1 3

19 UC-19 4 4 4 1 1 4 4 4 1 2 1 4 3 4 3 3 3 2

20 UC-20 4 2 2 4 2 3 4 3 4 3 3 4 3 2 4 4 2 2

Val

idit

as

∑X 70 52 47 55 44 59 77 42 36 48 38 51 50 43 64 74 50 42

∑X2 260 166 143 193 128 197 299 124 98 128 90 151 144 127 234 278 150 116

∑XY 134610 99996 90381 105765 84612 113457 148071 80766 69228 92304 73074 98073 96150 82689 123072 142302 96150 80766

rxy 0.9982 0.9946 0.9932 0.9931 0.9925 0.99703 0.9996 0.9895 0.9865 0.9971 0.9923 0.9953 0.9965 0.9882 0.9967 0.9995 0.9941 0.9911

r tabel 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444

Kriteria Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

σ2b 0.75 1.54 1.6275 2.0875 1.56 1.1475 0.1275 1.79 1.66 0.64 0.89 1.0475 0.95 1.7275 1.46 0.21 1.25 1.39

135

UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS ANGKET

No. Kode No. Item Y Y2

37 38 39 40

1 UC-01 1 1 2 2 94 8836

2 UC-02 1 2 2 1 88 7744

3 UC-03 1 2 4 1 95 9025

4 UC-04 2 1 1 2 83 6889

5 UC-05 1 4 4 1 105 11025

6 UC-06 2 4 4 2 79 6241

7 UC-07 2 1 4 2 86 7396

8 UC-08 1 1 4 2 89 7921

9 UC-09 4 1 2 3 89 7921

10 UC-10 2 1 4 1 96 9216

11 UC-11 1 4 4 2 99 9801

12 UC-12 1 4 4 2 106 11236

13 UC-13 1 4 4 2 100 10000

14 UC-14 1 4 4 1 103 10609

15 UC-15 1 1 4 2 91 8281

16 UC-16 2 4 4 2 107 11449

17 UC-17 1 4 1 2 111 12321

18 UC-18 3 1 3 3 93 8649

19 UC-19 2 2 2 2 100 10000

20 UC-20 1 4 2 2 109 11881

Val

idit

as

∑X 31 50 63 37 1923 186441

∑X2 61 164 223 75

∑XY 59613 96150 121149 71151 k = 40

rxy 0.991 0.9927 0.9962 0.997 ∑σ2b = 39.3975

r tabel 0.444 0.444 0.444 0.444 σt2=84,84

Kriteria Valid Valid Valid Valid r11 = 0,5494

σ2b 0.6475 1.95 1.2275 0.328

136

LAMPIRAN 9

Perhitungan Validitas Angket

Rumus

Kriteria

Butir item valid jika r xy > r tabel

Perhitungan

Berikut ini contoh perhitungan validitas item pada no 1.

No. Kode X Y X2 Y

2 XY

1 UC 1 3 94 9 8836 282

2 UC 2 1 89 1 7921 89

3 UC 3 1 84 1 7056 84

4 UC 4 2 82 4 6724 164

5 UC 5 3 105 9 11025 315

6 UC 6 1 79 1 6241 79

7 UC 7 1 86 1 7396 86

8 UC 8 3 89 9 7921 267

9 UC 9 1 89 1 7921 89

10 UC 10 2 96 4 9216 192

11 UC 11 1 99 1 9801 99

12 UC 12 1 106 1 11236 106

13 UC 13 1 100 1 10000 100

14 UC 14 1 103 1 10609 103

15 UC 15 1 91 1 8281 91

16 UC 16 1 107 1 11449 107

17 UC 17 1 111 1 12321 111

18 UC 18 1 93 1 8649 93

19 UC 19 2 100 4 10000 200

20 UC 20 1 109 1 11881 109

∑ 29 1912 53 184484 55448

137

Dengan menggunakan rumus tersebut diperoleh:

= 0,992

Pada α = 5% dengan n =20 diperoleh r tabel = 0,992

Karena r xy > r tabel, maka butir no 1 tersebut valid.

138

LAMPIRAN 10

Perhitungan Realibilitas Angket

Rumus

Kriteria

Apabila r11 > r tabel maka instrumen tersebut reliabel.

Perhitungan

1. Varians total

=

= 84, 84

2. Varians butir

139

--------

= + + + ------- +

= 39.3975

3. Koefisien reliabilitas

= 0,5494

Pada α = 5 % dengan n = 15 di peroleh r tabel = 0,444

Karena r11 > r tabel maka dapat disimpulkan instrumen tersebut reliabel.

140

TABULASI PENGISIAN ANGKET PELAKSANAAN PROGRAM WAJIB BELAJAR 9 TAHUN DI KECAMATAN KEDUNGBANTENG KABUPATEN TEGAL

No. Nama

Kondisi Sosial Kondisi Ekonomi

LA

MP

IRA

N 1

1

Karakter Keluarga Lingkungan Keluarga Tingkat Pendidikan Orang Tua Jenis Pekerjaan Orang Tua Pendapatan Orang Tua

1 2 ∑ % KR 3 4 5 6 7 8 9 10 11 ∑ % KR 12 13 14 15 16 17 18 19 ∑ % KR 20 21 22 23 ∑ % KR 24 25 26 27 28 29 30

1 Irwan B. 1 1 2 25.00 SR 2 4 4 1 1 2 4 3 3 24 66.7 C 3 4 1 1 3 4 1 1 18 64.29 C 4 2 3 2 11 68.75 C 4 4 3 1 3 3 4

2 Yasir 1 1 2 25.00 SR 4 4 4 1 1 1 4 2 3 24 66.7 C 3 4 1 1 3 4 1 1 18 64.29 C 4 2 4 1 11 68.75 C 4 4 3 1 3 3 4

3 Diyo 2 2 4 50.00 R 4 4 4 1 1 1 4 2 1 22 61.1 R 3 2 1 1 3 2 1 1 14 50.00 R 4 2 4 1 11 68.75 C 4 4 3 1 3 3 4

4 Dayat 2 2 4 50.00 R 3 4 4 1 1 1 3 3 2 22 61.1 R 3 4 1 1 3 4 1 1 18 64.29 C 4 2 4 1 11 68.75 C 4 4 3 1 3 4 4

5 Sugeng 2 2 4 50.00 R 2 4 4 1 1 1 3 2 1 19 52.8 R 2 4 1 1 2 1 1 1 13 46.43 R 4 2 4 1 11 68.75 C 4 4 3 1 3 3 3

6 Tarim 2 2 4 50.00 R 1 4 4 1 2 1 3 2 1 19 52.8 R 3 4 1 4 3 1 1 1 18 64.29 C 4 2 3 1 10 62.5 C 4 4 4 1 2 3 3

7 Adi S. 2 2 4 50.00 R 4 4 2 3 2 2 3 2 2 24 66.7 C 3 3 1 1 3 3 2 1 17 60.71 R 3 1 1 1 6 37.50 SR 4 4 1 1 2 3 3

8 Slamet R. 3 3 6 75.00 C 4 4 2 1 1 2 3 3 2 22 61.1 R 3 4 1 1 3 4 1 1 18 64.29 C 3 1 1 1 6 37.50 SR 4 4 1 1 1 3 3

9 Warno 3 3 6 75.00 C 4 4 2 1 3 2 3 3 1 23 63.9 C 3 2 4 1 3 2 2 1 18 64.29 C 3 2 4 3 12 75.00 C 4 4 1 4 3 3 4

10 Wastap 1 1 2 25.00 SR 3 4 4 2 4 2 1 1 3 24 66.7 C 3 3 4 4 3 3 2 2 24 85.71 T 2 2 4 1 9 56.25 R 4 4 1 1 3 3 3

11 Uripto 1 1 2 25.00 SR 3 4 4 1 1 3 2 1 1 20 55.6 R 3 3 1 1 3 3 1 1 16 57.14 R 1 1 4 1 7 43.75 R 4 4 1 1 3 3 4

12 Bambang 2 2 4 50.00 R 4 3 4 1 1 2 1 1 3 20 55.6 R 3 2 1 1 3 2 1 1 14 50.00 R 1 3 4 2 10 62.5 C 4 4 1 3 2 3 4

13 Daryono 4 4 8 100.00 T 4 3 4 1 1 3 3 1 3 23 63.9 C 3 2 1 4 3 2 1 2 18 64.29 C 1 4 4 2 11 68.75 C 4 4 1 4 1 4 4

14 Warjo 1 1 2 25.00 SR 4 3 4 1 1 3 4 3 1 24 66.7 C 3 3 3 1 3 3 2 1 19 67.86 C 1 1 4 1 7 43.75 R 4 4 1 1 3 4 4

15 Rozikin 1 1 2 25.00 SR 4 4 4 1 2 2 2 3 1 23 63.9 R 2 3 3 1 2 3 3 1 18 64.29 C 4 3 4 1 12 75.00 C 3 4 1 1 2 3 4

16 Sarwan 1 1 2 25.00 SR 4 3 3 1 2 2 2 3 1 21 58.3 R 2 3 1 1 2 3 1 1 14 50.00 R 4 1 4 1 10 62.5 C 4 4 1 1 3 3 3

17 Tarmudi 1 1 2 25.00 SR 3 4 4 1 2 2 4 2 1 23 63.9 C 2 2 1 1 2 2 1 1 12 42.86 R 2 1 4 1 8 50.00 R 4 4 3 1 3 4 4

18 Salim 4 4 8 100.00 T 3 3 4 4 2 1 4 2 1 24 66.7 C 2 2 1 1 2 2 1 1 12 42.86 R 3 1 1 2 7 43.75 R 4 4 1 1 4 3 1

19 Kusno 2 2 4 50.00 R 3 4 4 1 1 1 3 3 3 23 63.9 C 1 3 1 3 4 2 1 1 16 57.14 R 3 2 1 2 8 50.00 R 4 4 1 1 4 3 3

20 Sunarto 2 2 4 50.00 R 3 3 4 1 4 1 3 3 3 25 69.4 C 3 2 2 3 3 2 2 3 20 71.43 C 1 1 4 2 8 50.00 R 4 4 1 1 4 3 3

21 Ali W. 2 2 4 50.00 R 2 3 4 1 3 2 3 2 2 22 61.1 C 3 2 3 2 3 3 2 2 20 71.43 C 3 1 4 1 9 56.25 R 4 4 1 1 4 3 3

22 Santoso 2 2 4 50.00 R 3 3 1 1 1 3 3 2 2 19 52.8 R 1 2 1 4 4 2 1 2 17 60.71 R 1 1 4 2 8 50.00 R 4 4 1 1 4 4 3

23 Jenal A. 3 3 6 75.00 C 4 3 4 1 1 2 3 2 1 21 58.3 R 3 4 1 4 3 4 1 2 22 78.57 C 1 1 4 2 8 50.00 R 4 4 1 1 4 4 3

24 Karyono 3 3 6 75.00 C 2 3 4 1 1 2 3 3 3 22 61.1 R 3 4 1 4 3 4 1 2 22 78.57 C 1 2 3 2 8 50.00 R 4 4 4 4 4 3 3

25 Samlawi 3 3 6 75.00 C 3 3 4 1 2 1 3 3 4 24 66.7 C 4 3 4 2 4 3 3 2 25 89.29 T 4 3 1 1 9 56.25 R 4 4 1 1 4 4 4

26 Samiun 1 1 2 25.00 SR 4 3 4 1 1 1 3 3 3 23 63.9 C 4 3 3 2 4 3 2 2 23 82.14 T 4 1 4 2 11 68.75 C 4 4 1 1 4 4 4

27 Kardi 1 1 2 25.00 SR 4 3 4 1 4 1 3 3 3 26 72.2 C 4 3 1 1 1 3 1 1 15 53.57 R 4 1 1 1 7 43.75 R 4 4 1 1 2 3 4

28 Danali 1 1 2 25.00 SR 3 4 4 1 3 1 3 3 2 24 66.7 C 3 1 1 2 3 1 1 2 14 50.00 R 3 1 3 3 10 62.5 C 4 4 3 3 3 3 4

29 Casim 2 2 4 50.00 R 3 4 4 1 2 3 3 3 2 25 69.4 C 1 1 1 4 1 1 1 3 13 46.43 R 4 3 3 3 13 81.25 C 4 4 4 3 3 3 4

30 Dokkari 3 3 6 75.00 C 2 4 4 1 1 2 4 3 2 23 63.9 C 2 3 1 4 2 3 1 2 18 64.29 R 4 1 3 3 11 68.75 C 4 4 3 2 3 3 4

31 Nurokhim 2 2 4 50.00 R 2 4 4 1 4 1 3 3 4 26 72.2 C 3 3 1 1 3 3 1 1 16 57.14 R 4 2 3 2 11 68.75 C 4 4 3 4 3 3 4

32 Tanuri 4 4 8 100.00 T 4 4 4 1 4 1 1 4 1 24 66.7 C 3 3 3 2 3 3 2 2 21 75.00 C 4 2 4 1 11 68.75 C 3 4 1 1 3 3 4

33 Waryo 2 2 4 50.00 R 4 4 4 1 3 2 1 4 1 24 66.7 C 1 2 2 3 1 2 2 2 15 53.57 R 4 1 4 1 10 62.5 C 3 4 2 1 3 3 4

34 Suwarto 1 1 2 25.00 SR 4 4 1 1 1 2 3 4 1 21 58.3 R 4 1 2 3 4 1 2 2 19 67.86 C 4 3 1 3 11 68.75 C 4 4 1 1 3 3 4

35 Darman 1 1 2 25.00 SR 4 1 4 1 1 3 4 1 1 20 55.6 R 4 3 1 4 4 3 1 4 24 85.71 T 4 3 1 3 11 68.75 C 4 4 1 1 3 3 4

36 Kliwon 4 4 8 100.00 T 4 2 4 1 1 2 3 2 1 20 55.6 R 3 3 1 1 3 3 1 1 16 57.14 R 4 2 4 2 12 75.00 C 4 4 3 2 4 3 4

37 Suminah 2 2 4 50.00 R 4 4 4 1 2 2 4 4 1 26 72.2 C 3 3 2 1 3 3 3 1 19 67.86 R 4 2 1 1 8 50.00 R 4 4 1 1 4 3 3

38 Wasmar 2 2 4 50.00 R 4 2 4 1 2 3 2 1 1 20 55.6 R 3 3 2 1 3 3 4 1 20 71.43 C 4 1 4 1 10 62.5 C 4 4 1 1 4 2 3

39 Latifah 3 3 6 75.00 C 4 3 4 1 1 3 2 2 2 22 61.1 R 2 3 1 1 2 3 1 1 14 50.00 R 3 3 4 2 12 75.00 C 4 4 2 4 4 4 4

40 Rokhman 3 3 6 75.00 C 4 4 4 1 2 2 2 4 1 24 66.7 C 1 1 1 1 1 1 1 1 8 28.57 SR 3 1 4 2 10 62.5 C 4 4 3 4 4 3 4

41 Maniso 3 3 6 75.00 C 4 4 4 1 2 3 2 1 2 23 63.9 C 2 3 2 1 2 3 2 1 16 57.14 R 3 1 4 2 10 62.5 C 4 4 4 4 2 3 3

42 Was'an 1 1 2 25.00 SR 2 3 4 1 1 1 2 2 1 17 47.2 R 2 3 3 1 2 3 3 1 18 64.29 C 4 3 4 2 13 81.25 C 4 4 4 4 2 3 2

43 Rosilah 1 1 2 25.00 SR 2 3 4 1 2 1 4 3 1 21 58.3 R 3 4 1 4 3 4 1 2 22 78.57 C 4 1 3 2 10 62.5 C 4 4 4 4 2 3 4

44 Sukirman 1 1 2 25.00 SR 2 3 2 1 2 4 2 4 3 23 63.9 R 3 4 1 4 3 4 1 2 22 78.57 C 1 1 4 2 8 50.00 R 4 4 4 4 2 3 4

45 Mugiono 1 1 2 25.00 SR 4 3 2 1 1 1 3 1 3 19 52.8 R 3 1 1 4 3 1 1 2 16 57.14 R 4 2 3 1 10 62.5 C 4 4 1 1 3 4 3

46 Kaslim 1 1 2 25.00 SR 4 3 2 1 2 2 3 2 3 22 61.1 R 3 3 1 1 3 3 1 1 16 57.14 R 4 2 1 1 8 50.00 R 4 4 1 1 4 4 3

47 Jahuri 1 1 2 25.00 SR 4 4 2 1 1 3 4 4 3 26 72.2 C 1 3 1 1 4 3 1 1 15 53.57 R 3 2 3 3 11 68.75 C 4 4 1 1 4 4 3

48 Warmun 1 1 2 25.00 SR 3 4 2 1 1 2 4 1 1 19 52.8 R 4 3 1 1 1 3 1 1 15 53.57 R 3 3 1 3 10 62.5 C 4 4 1 1 4 4 3

49 Casiyah 1 1 2 25.00 SR 4 4 2 1 1 3 2 2 3 22 61.1 R 3 3 1 1 3 3 1 1 16 57.14 R 4 1 3 1 9 56.25 R 4 4 1 1 4 4 3

50 Komari 1 1 2 25.00 SR 3 4 4 1 1 3 3 3 3 25 69.4 C 3 3 2 1 3 3 3 1 19 67.86 C 3 3 3 1 10 62.50 R 4 4 1 1 4 4 3

51 Saad 1 1 2 25.00 SR 3 3 4 1 1 2 3 3 3 23 63.9 C 4 3 3 1 4 3 3 1 22 78.57 C 4 1 4 3 12 75.00 C 4 4 1 1 4 1 3

52 Masud 2 2 4 50.00 SR 3 4 4 1 2 3 3 3 3 26 72.2 C 4 3 3 1 4 3 2 1 21 75.00 C 3 1 1 3 8 50.00 R 4 4 1 1 4 2 3

141

TABULASI PENGISIAN ANGKET

No. Nama

Kondisi Sosial Kondisi Ekonomi

Tanggungan Keluarga Lingkungan Keluarga Tingkat Pendidikan Orang Tua Jenis Pekerjaan Orang Tua Pendapatan Orang Tua

1 2 ∑ % KR 3 4 5 6 7 8 9 10 11 ∑ % KR 12 13 14 15 16 17 18 19 ∑ % KR 20 21 22 23 ∑ % KR 24 25 26 27 28 29 30

53 Wahad

3 3 6 25.00 SR 3 1 4 2 2 4 2 4 2 28 77.78 C 1 4 2 2 1 1 3 3 17 60.71 R 4 2 3 3 12 75.00 C 4 4 4 4 2 2 2

54 Wastap

1 1 2 25.00 SR 3 1 3 1 2 2 2 1 1 19 52.78 R 4 4 4 1 1 1 4 4 23 82.14 T 4 2 4 2 12 75.00 C 4 4 4 4 2 2 4

55 Sarwen

1 1 2 25.00 SR 3 4 3 2 1 4 4 2 1 27 75.00 C 4 4 2 2 1 1 4 1 19 67.86 C 3 1 3 1 8 50.00 R 4 4 1 1 1 2 2

56 Kartono

2 1 3 37.50 SR 2 4 4 2 1 3 3 2 2 27 75.00 C 4 4 2 3 1 1 3 2 20 71.43 C 3 3 3 1 10 62.5 C 4 4 2 1 3 4 4

57 Sarwen

3 3 6 75.00 C 3 1 2 2 4 4 2 4 4 28 77.78 C 3 4 3 4 1 1 3 2 21 75.00 C 3 4 1 2 10 62.5 C 4 4 2 2 1 2 4

58 Wasdi

1 1 2 25.00 SR 3 3 3 1 1 2 1 2 2 21 58.33 R 4 4 2 2 1 1 2 4 20 71.43 C 3 4 1 1 9 56.25 R 4 4 1 1 2 2 1

59 Slamet

1 1 2 25.00 SR 4 2 2 4 2 2 1 2 1 22 61.11 R 4 4 2 4 1 1 2 3 21 75.00 C 3 3 3 3 12 75.00 C 4 4 1 1 1 2 1

60 Ardi

3 1 4 50.00 SR 4 3 3 3 3 4 1 1 1 26 72.22 C 4 4 4 1 1 1 1 4 20 71.43 C 4 2 4 2 12 75.00 C 4 4 1 1 2 1 4

61 Saryo

1 4 5 62.50 R 4 2 3 2 4 2 3 2 1 26 72.22 C 3 4 2 4 1 1 4 4 23 82.14 T 4 1 1 3 9 56.25 R 4 4 1 1 3 2 3

62 Kliwon

2 1 3 37.50 SR 4 1 4 3 4 4 2 2 2 30 83.33 T 4 4 2 2 2 1 4 4 23 82.14 T 4 2 4 2 12 75.00 C 4 4 1 1 3 4 2

63 Suyono

1 1 2 25.00 SR 3 1 2 3 1 4 2 2 2 22 61.11 R 4 4 4 1 1 1 4 4 23 82.14 T 4 4 4 4 16 100.00 T 4 4 1 1 3 4 2

64 Sugino

1 1 2 25.00 SR 3 1 2 3 1 4 2 2 2 22 61.11 R 4 4 4 1 1 4 4 4 26 92.86 T 4 4 4 4 16 100.00 T 4 4 4 1 3 4 2

65 Sutrisno

1 1 2 25.00 SR 3 1 2 2 3 4 2 2 2 23 63.89 C 4 4 4 1 1 1 3 4 22 78.57 C 4 4 4 4 16 100.00 T 4 4 1 1 2 4 2

66 Nurholis

1 1 2 25.00 SR 3 1 2 2 4 2 1 2 2 21 58.33 R 3 4 1 2 1 3 3 4 21 75.00 C 4 4 4 4 16 100.00 T 4 4 4 4 4 4 2

67 Kardi

1 1 2 25.00 SR 3 1 3 1 3 4 2 1 1 22 61.11 R 4 4 4 1 1 1 3 4 22 78.57 C 3 2 4 2 11 68.75 C 4 4 1 1 2 4 2

68 Slamet

1 1 2 25.00 SR 3 3 2 3 1 4 2 2 2 24 66.67 C 4 4 4 1 1 1 4 4 23 82.14 T 4 4 4 4 16 100.00 T 4 4 1 1 3 4 2

69 Burham

1 1 2 25.00 SR 3 1 3 3 3 4 2 2 2 26 72.22 C 4 4 3 1 1 2 4 4 23 82.14 T 4 4 4 4 16 100.00 T 4 4 4 4 3 3 2

70 Slamet

1 1 2 25.00 SR 3 2 4 3 3 1 2 2 4 28 77.78 C 4 1 1 4 1 1 4 3 19 67.86 C 4 1 4 1 10 62.5 C 4 4 1 1 3 2 2

71 Nurohim

2 1 3 37.50 SR 4 1 4 1 3 2 2 2 2 25 69.44 C 4 4 4 1 1 1 3 4 22 78.57 C 4 4 1 3 12 75.00 C 4 4 4 1 2 4 4

72 Suryadi

1 1 2 25.00 SR 3 1 4 1 3 4 3 1 4 28 77.78 C 4 4 4 2 2 1 3 4 24 85.71 T 3 2 4 3 12 75.00 C 4 4 3 4 3 3 4

252 43.75 SR

1654 63.8 C

1346 66.77 C

752 65.28 C

Kri

teri

a Tinggi 0 0 1.39 1 16.67 12 8.33 6

Cukup 12.50 9 56.94 41 48.61 35 59.72 43

Rendah 22.22 16 41.67 30 33.33 24 29.17 21

Sangat Rendah 79.17 57 0 0 1.39 1 2.78 2

Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2011

142

o. Nama

K. Ekonomi Aksesibilitas

Jumlah Pendapatan OT

∑ % KR 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 ∑ % KR ∑ % KR

1 Irwan B. 22 78.57 C 3 2 2 4 1 1 2 2 2 3 22 55.00 R 99 61.88 R

2 Yasir 22 78.57 C 3 2 2 4 1 1 1 2 2 3 21 52.50 R 98 61.25 R

3 Diyo 22 78.57 C 3 2 2 4 1 1 1 2 2 3 21 52.50 R 94 58.75 R

4 Dayat 23 82.14 C 2 3 3 2 3 1 4 2 2 3 25 62.50 R 103 64.38 C

5 Sugeng 21 75.00 C 2 3 3 2 3 1 4 2 2 3 25 62.50 R 93 58.13 R

6 Tarim 21 75.00 C 2 3 3 2 3 1 4 1 2 3 24 60.00 R 96 60.00 R

7 Adi S. 18 64.29 C 1 4 4 2 3 1 4 1 2 3 25 62.50 C 94 58.75 R

8 Slamet R. 17 60.71 R 1 4 4 2 3 2 4 1 2 3 26 65.00 C 95 59.38 R

9 Warno 23 82.14 C 1 4 4 2 3 2 4 1 2 3 26 65.00 C 108 67.50 C

10 Wastap 19 67.86 C 2 3 2 2 3 2 4 1 2 3 24 60.00 R 102 63.75 C

11 Uripto 20 71.43 C 1 4 1 4 1 2 2 1 2 3 21 52.50 R 86 53.75 R

12 Bambang 21 75.00 C 1 4 1 4 1 2 4 1 2 4 24 60.00 R 93 58.13 R

13 Daryono 22 78.57 C 3 2 2 4 1 2 2 1 2 2 21 52.50 R 103 64.38 C

14 Warjo 21 75.00 C 4 1 2 3 2 2 2 1 2 3 22 55.00 R 95 59.38 R

15 Rozikin 18 64.29 C 2 3 2 3 2 2 2 2 2 3 23 57.50 R 96 60.00 R

16 Sarwan 19 67.86 C 2 3 2 3 2 2 2 2 2 3 23 57.50 R 89 55.63 R

17 Tarmudi 23 82.14 C 1 4 1 3 2 1 2 2 2 3 21 52.50 R 89 55.63 R

18 Salim 18 64.29 C 1 4 1 2 1 1 2 2 2 3 19 47.50 R 88 55.00 R

19 Kusno 20 71.43 C 1 4 1 2 1 1 2 2 2 2 18 45.00 R 89 55.63 R

20 Sunarto 20 71.43 C 1 4 1 2 1 1 2 2 2 2 18 45.00 R 95 59.38 R

21 Ali W. 20 71.43 C 2 3 3 2 1 1 4 2 2 2 22 55.00 R 97 60.63 R

22 Santoso 21 75.00 C 2 3 3 2 1 1 4 2 2 2 22 55.00 R 91 56.88 R

23 Jenal A. 21 75.00 C 2 3 3 2 1 2 4 2 2 2 23 57.50 R 101 63.13 R

24 Karyono 26 92.86 T 2 3 3 3 2 2 4 2 2 3 26 65.00 C 110 68.75 C

25 Samlawi 22 78.57 C 2 3 3 3 2 2 4 2 2 3 26 65.00 C 112 70.00 C

26 Samiun 22 78.57 C 2 3 3 3 2 2 4 2 2 3 26 65.00 C 107 66.88 C

27 Kardi 19 67.86 C 3 2 3 3 2 2 4 2 2 3 26 65.00 C 95 59.38 R

28 Danali 24 85.71 T 4 1 3 3 2 2 4 2 2 3 26 65.00 C 100 62.50 R

29 Casim 25 89.29 T 1 4 3 4 1 2 4 2 1 3 25 62.50 R 105 65.63 C

30 Dokkari 23 82.14 C 1 4 3 4 1 1 4 1 1 2 22 55.00 R 103 64.38 C

31 Nurokhim 25 89.29 T 1 4 3 4 1 1 4 1 1 2 22 55.00 R 104 65.00 C

32 Tanuri 19 67.86 C 1 4 2 4 1 1 4 1 1 3 22 55.00 R 105 65.63 C

33 Waryo 20 71.43 C 2 3 2 2 1 1 4 1 2 3 21 52.50 R 94 58.75 C

34 Suwarto 20 71.43 C 2 3 2 2 1 1 4 1 2 3 21 52.50 R 94 58.75 R

35 Darman 20 71.43 C 2 3 3 4 1 1 4 1 2 3 24 60.00 R 101 63.13 R

36 Kliwon 24 85.71 T 3 2 3 4 1 1 2 1 2 3 22 55.00 R 102 63.75 C

37 Suminah 20 71.43 C 3 2 3 4 1 1 2 1 2 3 22 55.00 R 99 61.88 C

38 Wasmar 19 67.86 C 2 3 2 2 1 1 2 1 2 3 19 47.50 R 92 57.50 R

39 Latifah 26 92.86 T 1 4 3 2 3 1 2 1 2 4 23 57.50 R 103 64.38 R

40 Rokhman 26 92.86 T 2 3 3 3 3 1 2 1 2 4 24 60.00 R 98 61.25 R

41 Maniso 24 85.71 C 3 2 3 4 2 1 4 1 2 3 25 62.50 R 104 65.00 C

42 Was'an 23 82.14 C 4 1 3 4 3 1 2 1 2 3 24 60.00 R 97 60.63 R

43 Rosilah 25 89.29 C 2 3 3 3 2 1 1 1 2 3 21 52.50 R 101 63.13 R

44 Sukirman 25 89.29 T 2 3 3 3 2 1 4 1 2 3 24 60.00 R 104 65.00 C

45 Mugiono 20 71.43 C 2 3 3 3 2 1 4 1 2 3 24 60.00 R 91 56.88 R

46 Kaslim 21 75.00 C 2 3 3 3 2 1 4 1 2 3 24 60.00 R 93 58.13 R

47 Jahuri 21 75.00 C 2 3 3 3 2 1 2 1 2 3 22 55.00 R 97 60.63 R

48 Warmun 21 75.00 C 3 2 2 2 3 1 2 1 2 3 21 52.50 R 88 55.00 R

49 Casiyah 21 75.00 C 3 2 2 4 1 1 2 1 2 3 21 52.50 R 91 56.88 R

50 Komari 21 75.00 C 3 2 2 4 1 1 2 1 2 3 21 52.50 R 98 61.25 R

51 Saad 18 64.29 C 2 3 2 4 1 1 2 1 2 3 21 52.50 R 98 61.25 R

52 Masud 19 67.86 C 3 2 2 4 1 1 2 1 2 3 21 52.50 R 99 61.88 R

143

No.

Nama

K. Ekonomi Aksesibilitas

Jumlah Pendapatan OT

∑ % KR 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 ∑ % KR ∑ % KR

53 Wahad

20 71.43 C 2 2 4 8 4 1 4 1 2 2 30 75.00 C 105 65.63 C

54 Wastap

22 78.57 C 1 1 2 4 4 1 4 1 1 1 20 50.00 R 89 55.63 R

55 Sarwen

14 50.00 R 3 4 4 11 3 2 1 1 1 1 31 77.50 C 91 56.88 R

56 Kartono

19 67.86 C 2 3 1 6 3 4 1 2 2 2 26 65.00 C 93 58.13 R

57 Sarwen

16 57.14 R 4 4 4 12 4 4 4 1 1 1 39 97.50 T 109 68.13 C

58 Wasdi

12 42.86 SR 1 2 4 7 4 4 1 2 2 2 29 72.50 C 83 51.88 R

59 Slamet

12 42.86 SR 3 4 3 10 4 2 1 2 2 2 33 82.50 T 91 56.88 R

60 Ardi

17 60.71 R 1 4 1 6 3 1 1 1 2 2 22 55.00 R 95 59.38 R

61 Saryo

16 57.14 R 3 1 1 5 3 2 3 4 3 3 28 70.00 C 97 60.63 R

62 Kliwon

16 57.14 R 1 1 4 6 4 4 4 2 1 1 28 70.00 C 102 63.75 C

63 Suyono

16 57.14 R 2 1 4 7 4 2 1 1 2 2 26 65.00 C 98 61.25 R

64 Sugino

19 67.86 C 3 1 4 8 4 2 1 1 2 2 28 70.00 C 106 66.25 C

65 Sutrisno

15 53.57 R 3 1 4 8 4 2 1 1 2 2 28 70.00 C 100 62.50 R

66 Nurholis

23 82.14 T 4 1 4 9 3 2 1 1 1 1 27 67.50 C 106 66.25 C

67 Kardi

14 50.00 R 3 1 4 8 4 4 2 1 2 2 31 77.50 C 95 59.38 R

68 Slamet

16 57.14 R 4 1 4 9 4 4 2 2 2 2 34 85.00 T 108 67.50 C

69 Burham

24 85.71 T 2 1 4 7 4 3 3 1 2 2 29 72.50 C 114 71.25 C

70 Adi

16 57.14 R 2 4 1 7 4 1 3 3 3 3 31 77.50 C 103 64.38 C

71 Nurohim

20 71.43 C 3 4 3 10 3 3 2 2 2 2 34 85.00 T 108 67.50 C

72 Suryadi

24 85.71 T 3 2 4 9 4 2 2 1 2 2 31 77.50 C 114 71.25 C

1392 69,49 C

1767 61.35 R 6988 60.66 R

Kri

teri

a

Tinggi 15.28 11 5.56 4 0 0

Cukup 66.67 48 29.17 21 34.72 25

Rendah 15.28 11 65.28 47 65.28 47

Sangat

Rendah 2.78 2 0 0

0 0

144

LAMPIRAN 12

Hasil Tabel Rata-Rata Analisis Angket Tahun 2011

Tabel 4.13. Jumlah Anggota Keluarga yang Mempunyai Anak Usia 7-15 Tahun

yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng

Kabupaten Tegal Tahun 2011

No. Anggota Keluarga Frekuensi Persentase (%)

1. 3 orang 6 8,33

2. 4 orang 11 15,28

3. 5 orang 16 22,22

4. 6 orang 7 9,72

5. 7 orang 15 20,83

6. 8 orang 6 8,33

7. 9 orang 3 4,17

8. 10 orang 4 5,56

9. 11 orang 1 1,39

10. 12 orang 3 4,17

Jumlah 72 100,00

Tabel 4.14. Banyaknya Anak dari Orang Tua yang Memiliki Anak Usia 7-15

Tahun yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan

Kedungbanteng Kabupaten Tegal Tahun 2011

No. Jumlah Anak Frekuensi Persentase (%)

1. 1 anak 6 8,33

2. 2 anak 11 15,28

3. 3 anak 16 22,22

4. 4 anak 7 9,72

5. 5 anak 15 20,83

6. 6 anak 6 8,33

7. 7 anak 3 4,17

8. 8 anak 4 5,56

9. 9 anak 1 1,39

10. 10 anak 3 4,17

Jumlah 72 100,00

145

Tabel 4.15. Dukungan Keluarga terhadap Anak Usia 7-15 Tahun yang Tidak

Melanjutkan Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal

Tahun 2011

No. Klasifikasi Frekuensi Persentase (%)

1. Tinggi 33 45,83

2. Cukup 26 36,11

3. Rendah 7 9,72

4. Sangat Rendah 8 11,11

Jumlah 72 100,00

Tabel 4.16. Pengaruh Tempat Tinggal Anak Usia 7-15 Tahun yang Tidak

Melanjutkan Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal

Tahun 2011

No. Klasifikasi Frekuensi Persentase (%)

1. Tinggi 16 23,61

2. Cukup 10 13,89

3. Rendah 17 23,61

4. Sangat Rendah 29 38,89

Jumlah 72 100,00

Tabel 4.17. Kesadaran Orang Tua yang Memiliki Anak Usia 7-15 Tahun yang

Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng

Kabupaten Tegal Tahun 2011 tentang Pendidikan

No. Jumlah Anak Frekuensi Persentase (%)

1. Sangat Penting 13 18,02

2. Penting 35 48,61

3. Cukup Penting 16 22,22

4. Tidak Penting 8 11,11

Jumlah 72 100,00

Tabel 4.18. Lingkungan Keluarga terhadap Anak Usia 7-15 Tahun yang Tidak

Melanjutkan Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten

Tegal Tahun 2011

No. Kriteria Frekuensi Persentase (%)

1. Tinggi 1 1,39

2. Cukup 41 56,94

3. Rendah 30 41,67

4. Sangat Rendah 0 0

Jumlah 72 100,00

146

Tabel 4.19. Pendidikan Formal Orang Tua yang Memiliki Anak Usia 7-15 Tahun

yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng

Kabupaten Tegal tahun 2011

No Tingkat

Pendidikan

Ayah Ibu

Frekuensi Persentase(%) Frekuensi Persentase(%)

1. SMA 9 12,50 10 13,89

2. SMP 31 43,06 35 48,61

3. SD 25 34,72 21 29,17

4. Tidak Tamat SD 7 9,72 6 8,33

Jumlah 72 100,00 72 100,00

Tabel 4.20. Pendidikan Nonformal Orang Tua yang Memiliki Anak Usia 7-15

Tahun yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan

Kedungbanteng Kabupaten Tegal tahun 2011

No Tingkat

Pendidikan

Ayah Ibu

Frekuensi Persentase (%) Frekuensi Persentase (%)

1. Kursus Menjahit 13 18,06 16 22,22

2. Kursus Mengetik 5 6,94 5 6,94

3. Kursus Elektro 13 18,06 11 15,27

4. Tidak Pernah 41 56,94 40 55,56

Jumlah 72 100,00 72 100,00

Tabel 4.21. Lamanya Pendidikan Formal Orang Tua yang Mempunyai Anak Usia

7-15 Tahun yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan

Kedungbanteng Tahun 2011

No Waktu Ayah Ibu

Frekuensi Persentase (%) Frekuensi Persentase (%)

1. < 6 tahun 9 12,5 9 12,5

2. 6-12 tahun 23 31,94 28 38,89

3. 13-15 tahun 10 13,88 12 16,67

4. > 15 tahun 31 43,05 23 31,94

Jumlah 72 100,00 72 100,00

Tabel 4.22. Lamanya Pendidikan Nonformal Orang Tua yang Memiliki Anak

Usia 7-15 Tahun yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan

Kedungbanteng Tahun 2011

No Waktu Ayah Ibu

Frekuensi Persentase (%) Frekuensi Persentase (%)

1. < 3 bulan 11 15,27 9 12,5

2. 3-6 bulan 9 12,5 28 2,77

3. >6 bulan 12 16,17 10 13,88

4. Tidak

Pernah

40 55,55 24 33,33

Jumlah 72 100,00 72 100,00

147

Tabel 4.23. Jenis Pekerjaan Pokok Orang Tua yang Memiliki Anak Usia 7-15

Tahun yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan

Kedungbanteng Kabupaten Tegal Tahun 2011

No Jenis

Pekerjaan

Ayah Ibu

Frekuensi Persentase (%) Frekuensi Persentase (%)

1. Petani 40 55,56 40 55,56

2. Pedagang 23 31,94 16 22,22

3. PNS 0 0 0 0

4. Buruh 9 12,50 7 9,72

5. Tidak Bekerja 0 0 9 12,50

Jumlah 72 100,00 72 100,00

Tabel 4.24.Tingkat Pendapatan Orang Tua yang Memiliki Anak Usia 7-15 Tahun

yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng

Kabupaten Tegal Tahun 2011

No Tingkat Pendapatan Ayah Ibu

F % F %

1. < Rp 250.000,00 12 16,67 56 77,78

2. Rp 250.000,00 – Rp 780.000,00 43 59,72 16 22,22

3. Rp 780.000,00 – Rp 1.000.000,00 14 19,44 0 0

4. > Rp 1.000.000,00 3 4,17 0 0

Jumlah 72 100,00 72 100,0

0

Tabel 4.25.Tingkat Pendapatan Orang Tua yang Memiliki Anak Usia 7-15 Tahun

yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng

Kabupaten Tegal Tahun 2011

No Tingkat Pendapatan Ayah Ibu

F % F %

1. < Rp 250.000,00 12 16,67 56 77,78

2. Rp 250.000,00 – Rp 780.000,00 43 59,72 16 22,22

3. Rp 780.000,00 – Rp 1.000.000,00 14 19,44 0 0

4. > Rp 1.000.000,00 3 4,17 0 0

Jumlah 72 100,00 72 100,00

148

Tabel 4.26. Waktu yang Dibutuhkan Anak untuk Melakukan Perjalanan dari

Rumah Menuju ke Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten

Tegal Tahun 2011

No. Waktu Frekuensi Persentase (%)

1. < 10 menit 5 6,94

2. 10 menit – 15 menit 21 29,17

3. 16 menit – 25 menit 28 38,89

4. > 25 menit 18 25,00

Jumlah 72 100,00

Tabel 4.27. Jarak yang Ditempuh Anak Waktu yang Dibutuhkan Anak untuk

Melakukan Perjalanan dari Rumah Menuju ke Sekolah di Kecamatan

Kedungbanteng Kabupaten Tegal Tahun 2011

No. Jarak Frekuensi Persentase (%)

1. < 1 km 19 26,39

2. 1 km – 3 km 23 31,94

3. 3 km – 5 km 15 20,83

4. > 5 km 5 6,94

Jumlah 72 100,00

Tabel 4.28. Kendaraan yang Digunakan Anak untuk Melakukan Perjalanan dari

Rumah Menuju ke Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten

Tegal Tahun 2011

No. Jenis Kendaraan Frekuensi Persentase (%)

1. Transportasi Umum 34 47,22

2. Sepeda Motor 3 4,17

3. Sepeda 23 31,94

4. Jalan Kaki 12 16,67

Jumlah 72 100,00

Tabel 4.28.Transportasi Umum yang Melewati Rumah Anak Usia 7-15 tahun

yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng

No. Jumlah Kendaraan Frekuensi Persentase (%)

1. 1 1 1,39

2. 2 1 1,39

3. 3 26 36,11

4. Lebih dari 3 43 59,72

Jumlah 72 100,00

149

Tabel 4.29. Aksesibilitas yang Digunakan Anak Usia 7-15 Tahun yang Tidak

Melanjutkan Sekolah dalam Melakukan Perjalanan dari Rumah

Menuju ke Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal

tahun 2011

No. Kriteria Frekuensi Persentase (%)

1. Tinggi 4 5,56

2. Cukup 21 29,17

3. Rendah 47 65,28

4. Sangat Rendah 0 0

Jumlah 72 100,00

(R)

150

LAMPIRAN 13

Rumus APK dan APM menurut Husaini (2010: 20), sebagai berikut:

Tabel 4.31 Jumlah Penduduk Usia Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng

Kabupaten Tegal Tahun 2011

No Desa A B C D E F

APK APM

SD SMP SD&

SMP SD SMP

SD&

SMP

1. Penujah 111 91 78 340 275 332 70,27 88,86 79,57 70,27 82,83 85,59

2. Karanganyar 1153 1133 986 219 66 213 98,26 51,19 74,73 85,51 30,14 88,85

3. Tonggara 527 507 416 357 305 351 96,20 92,87 94,53 78,93 85,43 94,11

4. Kedungbanteng 595 575 521 509 422 503 96,64 83,97 90,31 87,56 82,91 92,11

5. Dukuhjati

Wetan

294 274 228 156 128 150 93,20 88,62 90,91 77,55 82,05 93,78

6. Sumingkir 354 334 279 233 174 227 94,35 91,08 92,72 78,81 74,68 89,95

7. Margamulya 399 379 333 335 273 329 94,99 89,99 92,49 83,46 81,49 91,55

8. Kebandingan 259 239 224 782 714 776 92,28 95,54 93,91 86,49 91,30 93,47

9. Karangmalang 593 573 489 252 178 246 96,63 82,16 89,40 82,46 70,63 91,24

10 Semedo 421 401 1356 145 72 139 95,25 69,70 82,48 84,56 45,66 87,10

Jumlah 4706 4506 3910 3328 2607 3266

Sumber: Perhitungan Analisis Data Tahun 2011

Keterangan:

A = Jumlah siswa usia 7-12 tahun yang sedang sekolah

B = Jumlah siswa semua usia kelompok sekolah yang sedang sekolah

C = Jumlah penduduk usia 7-12 tahun

D = Jumlah siswa usia 7-12 tahun yang sedang sekolah

E = Jumlah siswa semua usia kelompok sekolah yang sedang sekolah

F = Jumlah penduduk usia 7-12 tahun

APK = Angka Partisipasi Kasar

APM = Angka Partisipasi Murni

Perhitungan tingkat APK dan APM pada jenjang SD, SMP, SD dan SMP di

Kecamatan Kedungbanteng Tahun 2011, sebagai berikut:

a) Tingkat SD/ MI

151

b) Tingkat SMP/ MTs

c) Tingkat SD/ MI dan SMP/ MTs

152

LAMPIRAN 14

Daftar Nama Anak yang Tidak Melanjutkan Sekolah di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal Tahun 2011

No Nama Orang Tua

(Responden)

Umur

Orang Tua

Alamat Nama Anak Umur

Anak

Keterangan

1. Irwan Budiyanto 40 Penujah Uci Karlina 14 Tidak Melanjutkan SMP

2. Yasir 43 Penujah Difa Aprianti 14 Tidak Melanjutkan SMP

3. Diyo 56 Penujah Herni 14 Tidak Melanjutkan SMP

4. Dayat 57 Penujah Yelse 14 Tidak Melanjutkan SMP

5. Sugeng 67 Penujah Suhandiko 14 Tidak Melanjutkan SMP

6. Tarim 66 Penujah Azis Maulana 14 Tidak Melanjutkan SMP

7. Adi Suwigyo 71 Penujah Zaki 15 Tidak Melanjutkan SMP

8. Slamet Riyadi 35 Karanganyar St. Hardiyanti 14 Drop Out

9. Warno 36 Karanganyar Muh Alvialdi 15 Drop Out

10 Waatap 40 Karanganyar Nako Pariwara 15 Drop Out

11. Uripto 45 Karanganyar Saropi 14 Drop Out

12. Bambang TP. 47 Karanganyar Nurhadi Atma C. 15 Drop Out

13. Daryono 48 Karanganyar Sutrisno 13 Drop Out

14. Warjo 44 Karanganyar Heru Sucipto 15 Drop Out

15. Rozikin 42 Karanganyar M. Bagus Pranoto 15 Drop Out

16. Sarwan 39 Karanganyar M. Untung 14 Drop Out

17. Tarmudi 38 Karanganyar Khusnul K. 8 Drop Out

18. Salim 45 Karanganyar Triyani 13 Tidak Melanjutkan SMP

19. Kusno 46 Karanganyar Rifky Adi N. 13 Tidak Melanjutkan SMP

20. Sunarto 49 Karanganyar Nurhikmah 13 Tidak Melanjutkan SMP

21. Ali Wardono 50 Karanganyar Wiwit G.S. 13 Tidak Melanjutkan SMP

153

22. Santoso 51 Karanganyar Anggun Purwoko 14 Drop Out

23. Jenal Arifin 55 Tonggara Adi Teguh 14 Drop Out

24. Karyono 56 Tonggara Noer Khamimah 14 Drop Out

25. Samlawi 56 Tonggara Ahmad G. 15 Drop Out

26. Samiun 55 Tonggara Eka Purnama S. 14 Drop Out

27. Kardi 45 Tonggara Abdul Karim 9 Drop Out

28. Danali 48 Kedungbanteng Kusmoro 15 Tidak Melanjutkan SMP

29. Casim 38 Kedungbanteng Kotiah 15 Tidak Melanjutkan SMP

30. Dokkari 45 Kedungbanteng Diah F. 15 Tidak Melanjutkan SMP

31. Nurokhim 50 Kedungbanteng Damiri 14 Tidak Melanjutkan SMP

32. Tanuri 59 Kedungbanteng Jati K. 13 Drop Out

33. Ali Wardono 60 Kedungbanteng Komari 13 Drop Out

34. Suwarto 73 Kedungbanteng Liana 13 Drop Out

35. Darman 38 Kedungbanteng Aji M. 14 Drop Out

36. Kliwon 36 Kedungbanteng Achmad C. 14 Drop Out

37. Suminah 46 Dukuhjati Wetan Ambarwati 13 Tidak Melanjutkan SMP

38. Wasmar 44 Dukuhjati Wetan Desi A. 15 Tidak Melanjutkan

39 Latifah 45 Dukuhjati Wetan Luki Ayu 15 Tidak Melanjutkan SMP

40. Rokhman 47 Sumungkir Siti S. 15 Tidak Melanjutkan SMP

41. Maniso 48 Sumungkir Yuli R. 15 Tidak Melanjutkan SMP

42. Was‟an 49 Sumungkir Unik 15 Tidak Melanjutkan SMP

43. Rosilah 44 Sumungkir Lidiawati 13 Drop Out

44. Sukirman 46 Sumungkir Jaelani 13 Drop Out

45. Mugiono 47 Sumungkir Dendy P. 14 Drop Out

46. Kaslim 48 Margamulya Neneng 13 Tidak Melanjutkan SMP

47. Jahuri 39 Margamulya Lia R. 13 Tidak Melanjutkan SMP

48. Warmun 40 Margamulya Panji 13 Tidak Melanjutkan SMP

154

49. Casiyah 49 Margamulya Ikbal 14 Tidak Melanjutkan SMP

50. Komari 45 Margamulya Wista 13 Tidak Melanjutkan SMP

51. Saad 40 Margamulya Arsis 15 Drop Out

52. Masud 35 Kebandingan Alal 9 Tidak Melanjutkan SMP

53. Wahad 52 Kebandingan Tarjoni 13 Drop Out

54. Wastap 50 Kebandingan Khusnul K. 8 Drop Out

55. Sarwen 33 Kebandingan Abdul Karim 15 Drop Out

56. Kartono 48 Kebandingan Luqman Bahrul I. 14 Tidak Melanjutkan SMP

57. Sarwen 33 Kebandingan Munir 11 Tidak Melanjutkan SMP

58. Wasdi 55 Kebandingan Muh. Fauzi 13 Tidak Melanjutkan SMP

59. Slamet 56 Karangmalang Aliyah P. 12 Drop Out

60. Ardi 60 Karangmalang Tarmuji 14 Drop Out

61. Saryo 65 Karangmalang Muidin 11 Drop Out

62. Kliwon 33 Karangmalang Hilyatun 10 Drop Out

63. Suyono 50 Karangmalang Indri Lestari 13 Tidak Melanjutkan SMP

64. Sugino 40 Karangmalang Nurul Indah Sari 13 Tidak Melanjutkan SMP

65. Sutrisno 38 Karangmalang Winarti 13 Tidak Melanjutkan SMP

66. Nurholis 40 Semedo Isrotun Ariska 13 Tidak Melanjutkan SMP

67. Kardi 35 Semedo Jadi Prasetyo 14 Tidak Melanjutkan SMP

68. Slamet 45 Semedo Riva Swileni 13 Tidak Melanjutkan SMP

69. Burham 50 Semedo Erni Makaida 15 Tidak Melanjutkan SMP

70. Slamet 51 Semedo Fadilah 13 Tidak Melanjutkan SMP

71. Nurohim 50 Semedo Iskandar 13 Tidak Melanjutkan SMP

72. Suryadi 46 Semedo Pandi Riyandi 14 Tidak Melanjutkan SMP

155

LAMPIRAN 15

Daftar Nama Orang Tua dari

Memiliki Anak Usia 7-15 Tahun

yang Tidak Sekolah

No Nama Alamat

Orang Tua

1. Irwan B. Penujah

2. Yasir Penujah

3. Diyo Penujah

4. Dayat Penujah

5. Sugeng Penujah

6. Tarim Penujah

7. Adi Suwigyo Penujah

8. Slamet R. Karanganyar

9. Warno Karanganyar

10. Waatap Karanganyar

11. Uripto Karanganyar

12. Bambang TP. Karanganyar

13. Daryono Karanganyar

14. Warjo Karanganyar

15. Rozikin Karanganyar

16. Sarwan Karanganyar

17. Tarmudi Karanganyar

18. Salim Karanganyar

19. Kusno Karanganyar

20. Sunarto Karanganyar

21. Ali W. Karanganyar

22. Santoso Karanganyar

23. Jenal Arifin Tonggara

24. Karyono Tonggara

25. Samlawi Tonggara

26. Samiun Tonggara

27. Kardi Tonggara

28. Danali Kedungbanteng

29. Casim Kedungbanteng

30. Dokkari Kedungbanteng

31. Nurokhim Kedungbanteng

32. Tanuri Kedungbanteng

33. Ali W. Kedungbanteng

34. Suwarto Kedungbanteng

35. Darman Kedungbanteng

36. Kliwon Kedungbanteng

37. Suminah DukuhjatiWetan

38. Wasmar DukuhjatiWetan

No Nama Alamat

Orang Tua

39. Latifah DukuhjatiWetan

40. Rokhman Sumungkir

41. Maniso Sumungkir

42. Was‟an Sumungkir

43. Rosilah Sumungkir

44. Sukirman Sumungkir

45. Mugiono Sumungkir

46. Kaslim Margamulya

47. Jahuri Margamulya

48. Warmun Margamulya

49. Casiyah Margamulya

50. Komari Margamulya

51. Saad Margamulya

52. Masud Kebandingan

53. Wahad Kebandingan

54. Wastap Kebandingan

55. Sarwen Kebandingan

56. Kartono Kebandingan

57. Sarwen Kebandingan

58. Wasdi Kebandingan

59. Slamet Karangmalang

60. Ardi Karangmalang

61. Saryo Karangmalang

62. Kliwon Karangmalang

63. Suyono Karangmalang

64. Sugino Karangmalang

65. Sutrisno Karangmalang

66. Nurholis Semedo

67. Kardi Semedo

68. Slamet Semedo

69. Burham Semedo

70. Slamet Semedo

71. Nurohim Semedo

72. Suryadi Semedo

156

LAMPIRAN 16

157

158

LAMPIRAN 17

DOKUMENTASI

Gambar 18.1.Lahan Sawah di

Kecamatan Kedungbanteng

Gambar 18.2.Aktivitas Petani di

Kecamatan Kedungbanteng

Gambar 18.3.Keadaan Jembatan di

Kecamatan Kedungbanteng

Gambar 18.4.Kondisi Jalan di

Kecamatan Kedungbanteng

Gambar 18.5.Halaman depan SMP

Negeri 1 Kedungbanteng

Gambar 18.6.Objek Wisata Waduk

Cacaban