PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGANGKUTAN …scholar.unand.ac.id/20467/2/BAB I PENDAHULUAN PDF.pdf ·...

14

Click here to load reader

Transcript of PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGANGKUTAN …scholar.unand.ac.id/20467/2/BAB I PENDAHULUAN PDF.pdf ·...

Page 1: PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGANGKUTAN …scholar.unand.ac.id/20467/2/BAB I PENDAHULUAN PDF.pdf · Tentang Pelayaran : ... Hukum Bisnis prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia ... Hal

PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGANGKUTAN BARANG

MENGGUNAKAN KAPAL PETI KEMAS MELALUI LAUT

(STUDI KASUS PT. MERATUS LINE CABANG PADANG)

A. Latar Belakang Masalah

Setiap manusia memiliki berbagai kebutuhan yang diperlukan atas

suatu barang. Barang-barang tersebut tentu saja tidak selalu berada dekat

dengan mereka yang membutuhkan, dengan kata lain barang yang dibutuhkan

bisa berada jauh diluar daerah ataupun luar negeri dari pihak yang

membutuhkan, maka dari itu dibutuhkanlah alat angkutan barang untuk

melakukan pengiriman barang tersebut dari suatu tempat ke tempat lainnya.

Berdasarkan pasal 1 angka 10 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008

Tentang Pelayaran :

Angkutan adalah angkutan barang dari suatu tempat diterimanya barang

tersebut ke suatu tempat yang ditentukan untuk penyerahan barang yang

ditentukan.

Sedangkan defenisi pengangkutan menurut ahli, Uli Sinta mengatakan :

pengangkutan adalah perpindahan tempat, baik mengenai benda-benda

maupun orang, karena perpindahan itu mutlak diperlukan untuk

mencapai dan meninggikan manfaat serta efisien.1

Dari pengertian diatas, bahwa kedua defenisi tersebut merupakan suatu

proses. Dimana perpindahan itu dimulai dan dimana perpindahan itu diakhiri.

Dalam arti sudah ditentukan tempat penerimaan barang dan tempat

penyerahan barang.

1 Sinta Uli, 2006, Pengangkutan Suatu Tinjauan Hukum Multimoda Transport Angkutan Laut,

Angkutan Darat dan Angkutan Udara, USU Press, Medan, hlm.20

Page 2: PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGANGKUTAN …scholar.unand.ac.id/20467/2/BAB I PENDAHULUAN PDF.pdf · Tentang Pelayaran : ... Hukum Bisnis prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia ... Hal

Dalam kehidupan manusia, pengangkutan memegang peranan yang

sangat penting. Demikian juga hanya dalam dunia perdagangan, bahkan

pengangkutan memegang peranan yang mutlak, sebab tanpa pengangkutan

perusahaan akan mengalami kesulitan untuk dapat berjalan. Nilai suatu

barang tidak hanya tergantung dari barang itu sendiri, tetapi juga tergantung

pada tempat dimana barang itu berada, sehingga dengan pengangkutan nilai

suatu barang akan meningkat.

Secara umum dinyatakan bahwa setiap pengangkutan bertujuan untuk

tiba di tempat tujuan dengan selamat dan meningkatkan nilai guna baik bagi

penumpang maupun barang yang diangkut. Tiba di tempat tujuan artinya

proses pemindahan dari satu tempat ke tempat tujuan berlangsung tanpa

hambatan dan kemacetan, sesuai dengan waktu yang direncanakan. Dengan

selamat artinya penumpang dalam keadaan sehat, tidak mengalami bahaya

yang mengakibatkan luka, sakit, atau meninggal dunia. Jika yang diangkut itu

barang, selamat artinya barang yang diangkut tidak mengalami kerusakan,

kehilangan, kekurangan atau kemusnahan. Meningkatkan nilai guna artinya

nilai sumber daya manusia dan barang di tempat tujuan menjadi lebih tinggi

bagi kepentingan manusia dan pelaksanaan pembangunan.

Kondisi geografis Indonesia merupakan negara kepulauan dimana

wilayah perairan jauh lebih luas dibanding daratannya maka sudah

merupakan hal yang wajar apabila pembangunan dan pengaturan transportasi

laut dewasa ini perlu mendapat perhatian yang besar. Pelabuhan dalam

menempatkan diri sebagai pintu gerbang perekonomian mutlak harus dapat

memberikan kontribusi antara lain penekanan distribution cost yang

Page 3: PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGANGKUTAN …scholar.unand.ac.id/20467/2/BAB I PENDAHULUAN PDF.pdf · Tentang Pelayaran : ... Hukum Bisnis prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia ... Hal

berdampak pada daya beli, daya saing, dan efek multiplier terhadap

pertumbuhan dan pendapatan nasional.

Asyhadie Zaeni mengatakan :

Dalam kegiatan bisnis, pengangkutan laut memegang peranan yang

penting karena selain sebagai alat fisik yang membawa barang-barang

dari produsen ke konsumen, juga sebagai alat penentu harga dari

barang-barang tersebut. Jika dilihat dari beberapa segi, pengangkutan

itu banyak mempunyai manfaat berikut :

a. Dari kepentingan pengirim barang

Pengirim memperoleh manfaat untuk konsumsi pribadi maupun

keuntungan komersial.

b. Dari kepentingan pengangkut barang

Pengangkut memperoleh keuntungan material sejumlah uang atau

keuntungan immaterial, berupa peningkatan kepercayaan masyarakat

atau jasa angkutan yang diusahakan oleh pengangkut.

c. Dari kepentingan penerima barang

Penerima barang memperoleh manfaat untuk konsumen pribadi

maupun keuntungan komersial.

d. Dari kepentingan masyarakat luas

Masyarakat memperoleh manfaat kebutuhan yang merata dan demi

kelangsungan pembangunan terlebih mendorong pertumbuhan bisnis

antarpulau dan/atau antarnegara.2

Sekarang ini, masyarakat banyak menggunakan jasa pengiriman barang

baik melaui darat, udara maupun laut. Apalagi Indonesia merupakan negara

kepulauan nusantara yang kesatuan wilayahnya terdiri dari pulau besar dan

pulau kecil merupakan faktor yang menentukan pentingnya peranan jasa

angkutan laut dalam rangka menghubungkan setiap daerah. Maka dari itu

diperlukannya kapal sebagai alat angkut yang sangat bermanfaat dan mampu

membawa barang dalam jumlah banyak untuk melakukan pengiriman barang.

Pengiriman barang tersebut dilaksanakan oleh jasa angkutan, apalagi barang

yang dikirim tersebut dalam jumlah besar atau berbentuk ukuran yang besar,

2 Asyhadie Zaeni, 2014, Hukum Bisnis prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia , Jakarta :

Rajawali Pers, hlm.165

Page 4: PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGANGKUTAN …scholar.unand.ac.id/20467/2/BAB I PENDAHULUAN PDF.pdf · Tentang Pelayaran : ... Hukum Bisnis prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia ... Hal

maka dari itu jasa angkutan yang digunakan oleh masyarakat adalah jasa

angkutan peti kemas.

Defenisi Peti Kemas terdapat dalam Pasal 1 Ayat 12 Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2002 Tentang Perkapalan :

Peti Kemas adalah bagian dari alat angkut yang berbentuk kotak serta

terbuat dari bahan yang memenuhi syarat, bersifat permanen dan dapat

dipakai berulang-ulang, yang memiliki pasangan sudut serta dirancang

secara khusus untuk memudahkan angkutan barang dengan satu atau

lebih moda transportasi, tanpa harus dilakukan pemuatan kembali.

Salah satu keunggulan angkutan peti kemas adalah keantarmodaannya

yakni peti kemas dapat diangkut dengan truk peti kemas, kereta api dan kapal

peti kemas. Hal ini juga terlihat pada pelabuhan-pelabuhan kecil yang sudah

menunjukkan trend peralihan ke peti kemas karena alasan ekonomis terutama

sehubungan dengan kecepatan bongkar muat dan biaya yang lebih murah.

I Gede Pasek Suarjana mengatakan :

Indonesia sudah ikut melibatkan diri dalam sistem angkutan peti kemas

yang sudah berkembang luas dalam pola angkutan di dunia sebagai

bagian dari perkembangan teknologi maju yang mencari upaya untuk

mendapatkan efesiensi optimal. Peti kemas secara umum dapat

digambarkan sebagai gudang yang dapat dipindahkan, yang digunakan

untuk mengangkut barang, merupakan perangkat perdagangan dan

sekaligus juga merupakan komponen dari sistem pengangkutan.3

Pengangkutan barang didalam pelaksanaanya didahului dengan adanya

kesepakatan antara pihak-pihak yang ingin mengadakan pengangkutan

barang. Kesepakatan tersebut tertuang dalam bentuk perjanjian pengangkutan.

Perjanjian pengangkutan adalah hukum timbal balik antara pengangkut

(penyedia jasa angkutan) dalam hal ini adalah PT. Meratus Line dengan

3 Terkait hal diatas, I Gede pasek berpendapat dalam web: https://desuarjana.wordpress.com/

2012/05/28/sistem-angkutan-peti-kemas yg diakses tanggal 25 Januari 2016, Pukul 20.55 WIB

Page 5: PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGANGKUTAN …scholar.unand.ac.id/20467/2/BAB I PENDAHULUAN PDF.pdf · Tentang Pelayaran : ... Hukum Bisnis prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia ... Hal

pengirim barang (pengguna jasa angkutan) dimana masing-masing

mempunyai hak dan kewajiban. Dengan adanya perjanjian pengangkutan

maka akan menimbulkan hak dan kewajiban bagi pihak pengangkut maupun

pihak pengirim barang. Sesuai dengan hukum perikatan maka masing-masing

pihak mempunyai kewajiban untuk melakukan prestasi. Kewajiban

pengangkut atau PT. Meratus Line ini adalah menyelenggarakan

pengangkutan dan menjaga keselamatan barang yang diangkut mulai

diterimanya dari pengirim sampai diserahkan kepada penerima. Sebagai tanda

bahwa pengangkut telah menerima barang-barang yang akan diangkut dan

sedianya, kemudian untuk menyerahkan kepada pihak yang telah ditunjuk di

tempat, digunakan surat bukti muatan yang disebut konosemen atau bill of

lading.

Dalam Undang-undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, kewajiban

pengangkut diatur dalam Pasal 38 menyatakan :

(1) Perusahaan angkutan di perairan wajib mengangkut penumpang

dan/atau barang terutama angkutan pos yang disepakati dalam

perjanjian pengangkutan.

(2) Perjanjian pengangkutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dibuktikan dengan karcis penumpang dan dokumen muatan.

(3) Dalam keadaan tertentu pemerintah memobilisasi armada niaga

nasional.

Ketentuan dalam pasal ini agar perusahaan angkutan atau Meratus Line

ini tidak membedakan perlakuan terhadap pihak pengguna jasa angkutan

sepanjang yang telah disepakati dalam perjanjian pengangkutan. Dengan

adanya kewajiban dari pihak pengangkut, maka akan menimbulkan

pertanggung jawaban. Terkait terhadap tanggung jawab pengangkut,

pengangkut diwajibkan untuk mengganti kerugian yang disebabkan oleh

Page 6: PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGANGKUTAN …scholar.unand.ac.id/20467/2/BAB I PENDAHULUAN PDF.pdf · Tentang Pelayaran : ... Hukum Bisnis prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia ... Hal

rusak atau hilangnya barang-barang baik seluruh maupun sebagian, sehingga

pengangkut tidak dapat menyerahkan barang-barang yang diangkut. Namun

pengangkut dapat melepaskan diri dari kewajiban tersebut asalkan

pengangkut dapat membuktikan bahwa peristiwa tersebut adalah sesuatu yang

tidak dapat dihindari atau dicegah (Pasal 468 dan 477 Kitab Undang-undang

Hukum Dagang) atau adanya keadaan memaksa (Overmacht) atau kerusakan

karena sifat, keadaan cacat dari barang itu sendiri atau juga kesalahan

pengirim barang (Pasal 91 dan 468 Kitab Undang-undang Hukum Dagang),

Sedangkan kewajiban dari pemakai jasa ialah membayar upah angkutan.

Apalagi pada tahun 2013 lalu telah diresmikannya Terminal Peti Kemas

di Teluk Bayur didalam jurnal berita Press Release dari web IPC (19

Juni 2014) memberitakan, Begitu pentingnya pengiriman barang

menggunakan jasa kapal peti kemas ini melalui laut dan seiring

meningkatnya permintaan masyarakat dan pelaku usaha akan jasa

pengiriman barang, Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno, 29 april

2013, meresmikan Terminal Peti Kemas di Pelabuhan Teluk Bayur,

Padang, Sumatera Barat. Terminal yang dikelola oleh PT. Pelabuhan

Indonesia II (Persero) atau IPC Cabang Teluk Bayur ini sekaligus

menjadi terminal peti kemas pertama di Sumatera Barat. Acara

peresmian terminal dihadiri oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara

(BUMN), Dahlan Iskan; Direktur Utama IPC, RJ Lino; serta General

Manager Pelabuhan Teluk Bayur, Dalsaf Usman.4

Pengangkutan melalui laut pada sifatnya lebih lama dan tentu tidak

sedikit resiko dan permasalahannya, apalagi Peti Kemas merupakan wadah

yang tertutup atau berada didalam peti yang tertutupi, tidak jarang akan

terjadi masalah apabila diangkut melalui laut. Barang yang masuk kedalam

peti tersebut tertutupi dan tidak diketahui apa dan bagaimana keadaan

barangnya, sehingga tidak jarang terjadinya penyelundupan barang dan

4 Dalam jurnal Press Release web IPC memberitakan tentang peresmian Terminal Peti Kemas,

diakses tanggal 26 Januari 2016, Pukul 08.45 WIB, pada website: http://bumn.go.id/pelindo2/

berita/394/Terminal.Kontainer.Pertama.di.Sumatera.Barat.Siap.Beroperasi

Page 7: PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGANGKUTAN …scholar.unand.ac.id/20467/2/BAB I PENDAHULUAN PDF.pdf · Tentang Pelayaran : ... Hukum Bisnis prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia ... Hal

barang yang diangkut didalam peti kemas tersebut melanggar Perundang-

undangan atau tidak, seperti barang yang tidak sesuai dengan dokumen.

Tentunya akan banyak menimbulkan masalah keperdataan antar pihak-pihak

yang bersangkutan maka hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk

menulis penelitian yang berjudul “PELAKSANAAN PERJANJIAN

PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN KAPAL PETI

KEMAS MELAUI LAUT (STUDI KASUS PT.MERATUS LINE

CABANG PADANG) ”

B. Perumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang masalah tersebut, terdapat beberapa

pokok permasalahan yang menjadi topik dalam penelitian ini, Rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana proses terbentuknya perjanjian pengangkutan barang tersebut

dan dokumen-dokumen apa saja yang diperlukan?

2. Apakah objek pengangkutan tersebut sesuai dengan apa yang

diperjanjikan?

3. Siapa yang harus bertanggung jawab bila terjadinya wanprestasi dalam

pengangkutan serta apa saja bentuk tanggung jawab itu?

4. Apa peran PT. Pelindo dalam pengawasan pengangkutan barang pada Peti

Kemas?

C. Tujuan Penelitian

Ada beberapa hal yang menjadi tujuan penelitian setelah dikaitkan dengan

rumusan masalah yaitu :

Page 8: PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGANGKUTAN …scholar.unand.ac.id/20467/2/BAB I PENDAHULUAN PDF.pdf · Tentang Pelayaran : ... Hukum Bisnis prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia ... Hal

1. Untuk menganalisa proses terbentuknya perjanjian pengangkutan barang

menggunakan kapal peti kemas melalui laut, dan dokumen dokumen yang

diperlukan dalam melaksanakan perjanjian pengangkutan tersebut

2. Untuk mengetahui objek dari pengangkutan barang tersebut sesuai atau

tidak dengan yang diperjanjikan.

3. Untuk mengetahui siapa pihak yang bertanggung jawab bila terjadi

wanprestasi dalam pengangkutan dan mengetahui bentuk dari tanggung

jawab tersebut.

4. Untuk mengetahui peran dari PT. Pelindo di dalam mengawasi

pengangkutan barang menggunakan Peti Kemas

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang penulis lakukan yakni :

1. Manfaaat Teoritis

a. Melatih kemampuan untuk melakukan penelitian secara ilmiah dan

merumuskan hasil-hasil penelitian tersebut kedalam bentuk penelitian.

b. Melakukan praktek lapangan dengan menghubungkan penerapan atas

teori-teori yang diperoleh dari proses perkuliahan.

c. Menambah literatur yang ada mengenai perkembangan ilmu

pengetahuan ini, maka khususnya penulis melaksanakan penelitian

dibidang Hukum Bisnis.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini dapat menjadi acuan bagi masyarakat dan badan usaha

yang ingin melakukan kegiatan pengiriman barang melalui kapal peti

kemas dikarenakan murahnya biaya.

Page 9: PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGANGKUTAN …scholar.unand.ac.id/20467/2/BAB I PENDAHULUAN PDF.pdf · Tentang Pelayaran : ... Hukum Bisnis prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia ... Hal

b. Dapat dijadikan acuan bagi pihak yang berwenang seperti :

Pemerintah, PT Meratus Line, Pengguna Jasa dan Jasa Pengiriman

Barang lainnya untuk membuat kebijkan baru dalam hal mengirim

barang menggunakan Kapal Peti Kemas.

E. Metode Penelitian

Penelitian merupakan tahap dimana mencari sebuah kebenaran.

Sehingga dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul tentang suatu

objek penelitian. Agar tercapainya tujuan dan manfaat penulis sebagaimana

yang telah ditetapkan, maka diperlukan suatu metode yang berfungsi sebagai

pedoman dalam pelaksanaan penulisan ini.

Dalam penelitian ini, Pendekatan Masalah dilakukan secara Yuridis

Empiris ialah hukum bukan semata-mata sebagai suatu seperangkat atau

Perundang-undangan yang bersifat normatif saja akan tetapi hukum dilihat

sebagai perilaku masyarakat dalam mengimplementasikan hukum.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian sebagai berikut :

1. Sifat Penelitian

Sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif,

dimaksudkan dengan memberi data yang seteliti mungkin, diharapkan

memperoleh gambaran yang menyeluruh dan lengkap mengenai

pelaksanaan perjanjian-perjanjian pengangkutan barang menggunakaan

kapal peti kemas

2. Sumber Data

a. Library Research

Page 10: PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGANGKUTAN …scholar.unand.ac.id/20467/2/BAB I PENDAHULUAN PDF.pdf · Tentang Pelayaran : ... Hukum Bisnis prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia ... Hal

Library Research atau penelitian kepustakaan, yakni penelitian yang

dilakukan dengan mencari literatur yang ada, seperti buku-buku,

karangan ilmiah, peraturan perundang-undangan dan peraturan lainnya

yang terkait. Penelitian ini dilakukan pada perpustakaan Fakultas Hukum

Universitas Andalas,

b. Field Research

Field Research atau penelitian lapangan merupakan sumber data yang

diperoleh melalui penelitian yang dilakukan di lapangan. Berdasarkan

topik yang penulis angkat, maka penelitian lapangan dilakukan pada PT.

Meratus Line cab. Padang dan PT. Pelabuhan Indonesia II Teluk Bayur.

3. Jenis Data

a. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari kepustakaan yaitu

berbagai buku-buku atau referensi-referensi yang didapat mendukung

penulisan ini dan hasil-hasil penelitian berbentuk laporan

Data Sekunder yang digunakan terdiri 3 kelompok, yaitu :

a) Bahan hukum Primer

Terdiri dari beberapa peraturan perundang-undangan yang berkaitan

dengan materi penulisan, seperti :

a. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata);

b. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)

c. Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran

d. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 93 Tahun 2013

Tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Angkutan Laut

Page 11: PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGANGKUTAN …scholar.unand.ac.id/20467/2/BAB I PENDAHULUAN PDF.pdf · Tentang Pelayaran : ... Hukum Bisnis prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia ... Hal

b) Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberikan

penjelasan dan keterangan-keterangan mengenai bahan hukum primer

antara lain karya dari kalangan hukum, pendapat para ahli, bahan

pustaka atau literatur yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

c) Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberikan

petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan

hukum sekunder antara lain kamus hukum.

b. Data Primer

Data ini merupakan data yang diperoleh secara langsung melalui

penelitian di lapangan, berupa sejumlah informasi, keterangan, serta hal-

hal yang berhubungan dengan objek penelitian.

4. Metode Pengumpulan Data

a. Studi Dokumen

Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data

sekunder dengan cara menggali sumber-sumber tertulis baik dari

perpustakaan, instansi terkait maupun literatur yang relevan dengan

materi penelitian.

b. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan secara

lisan guna memperoleh informasi dari responden yang erat kaitannya

dengan masalah yang diteliti oleh penulis dilapangan. Wawancara yang

digunakan adalah wawancara terbuka (open interview), yaitu wawancara

Page 12: PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGANGKUTAN …scholar.unand.ac.id/20467/2/BAB I PENDAHULUAN PDF.pdf · Tentang Pelayaran : ... Hukum Bisnis prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia ... Hal

dengan pertanyaan yang diajukan sudah sedemikian rupa bentuknya.

Adapun bentuk wawancaranya adalah wawancara bersifat semi

terstruktur yaitu wawancara yang dilakukan tidak hanya berpedoman

kepada daftar pertanyaan yang disiapkan sebelumnya, tetapi disesuaikan

dengan hal-hal yang terjadi dilapangan atau pertanyaan-pertanyaan yang

bisa saja muncul disaat wawancara.

5. Teknik Pengolahan Data

Setelah penulis mengumpulkan data-data dilapangan, maka penulis akan

mengolah dan menganalisis data tersebut dengan cara sebagai berikut:

a. Menurut Bambang Sungguno,

Editing yaitu data yang diperoleh penulis akan diedit terlebih

dahulu guna mengetahui apakah data-data yang diperoleh tersebut

sudah cukup baik dan lengkap untuk mendukung pemecahan

masalah yang sudah dirumuskan.5

b. Data yang telah diedit tersebut kemudian dilakukan coding. Coding

yaitu proses pemberian tanda atau kode tertentu terhadap hasil

wawancara dari responden.

6. Teknik Analisis Data

Dari data yang diolah untuk selanjutnya dilakukan analisis data. Analisis

data yang digunakan adalah analisis kualitatif yaitu data tidak berupa angka

sehingga tidak menggunakan rumus statik tetapi menilai bedaasarkan logika

dan diuraikan dalam bentuk kalimat-kalimat yang kemudian dihubungkan

dengan peraturan perundang-undangan dan pendapat para ahli

5 Bambang Sungguno,2003,Metode Penelitian Hukum, Radja Grafindo, Jakarta, hlm.125.

Page 13: PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGANGKUTAN …scholar.unand.ac.id/20467/2/BAB I PENDAHULUAN PDF.pdf · Tentang Pelayaran : ... Hukum Bisnis prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia ... Hal

F. Sistematika Penulisan

Untuk lebih mudah pemahaman dalam tulisan, maka akan diuraikan

secara garis besar dan sistematis hal-hal yang akan diuraikan lebih lanjut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bagian awal ini penulis memaparkan mengenai latar belakang

masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, metode yang digunakan dalam penelitian ini.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini penulis membahas tentang tinjauan umum

mengenai perjanjian, tinjauan umum mengenai pengangkutan,

tinjauan umum mengenai pengangkutan laut.

BAB III : HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian menganalisa proses terbentuknya perjanjian

pengangkutan barang, mengetahui objek dari pengangkutan

barang tersebut sesuai diperjanjikan, siapa pihak yang

bertanggung jawab terjadi wanprestasi dan bentuk tanggung

jawab, peran dari Pelindo mengawasi pengangkutan barang

menggunakan Peti Kemas.

BAB IV : PENUTUP

Bagian ini berisikan kesimpulan dari seluruh pembahasan dan

saran-saran yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.

Page 14: PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGANGKUTAN …scholar.unand.ac.id/20467/2/BAB I PENDAHULUAN PDF.pdf · Tentang Pelayaran : ... Hukum Bisnis prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia ... Hal