PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGANGKUTAN …scholar.unand.ac.id/20467/2/BAB I PENDAHULUAN PDF.pdf ·...
Click here to load reader
Transcript of PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGANGKUTAN …scholar.unand.ac.id/20467/2/BAB I PENDAHULUAN PDF.pdf ·...
PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGANGKUTAN BARANG
MENGGUNAKAN KAPAL PETI KEMAS MELALUI LAUT
(STUDI KASUS PT. MERATUS LINE CABANG PADANG)
A. Latar Belakang Masalah
Setiap manusia memiliki berbagai kebutuhan yang diperlukan atas
suatu barang. Barang-barang tersebut tentu saja tidak selalu berada dekat
dengan mereka yang membutuhkan, dengan kata lain barang yang dibutuhkan
bisa berada jauh diluar daerah ataupun luar negeri dari pihak yang
membutuhkan, maka dari itu dibutuhkanlah alat angkutan barang untuk
melakukan pengiriman barang tersebut dari suatu tempat ke tempat lainnya.
Berdasarkan pasal 1 angka 10 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008
Tentang Pelayaran :
Angkutan adalah angkutan barang dari suatu tempat diterimanya barang
tersebut ke suatu tempat yang ditentukan untuk penyerahan barang yang
ditentukan.
Sedangkan defenisi pengangkutan menurut ahli, Uli Sinta mengatakan :
pengangkutan adalah perpindahan tempat, baik mengenai benda-benda
maupun orang, karena perpindahan itu mutlak diperlukan untuk
mencapai dan meninggikan manfaat serta efisien.1
Dari pengertian diatas, bahwa kedua defenisi tersebut merupakan suatu
proses. Dimana perpindahan itu dimulai dan dimana perpindahan itu diakhiri.
Dalam arti sudah ditentukan tempat penerimaan barang dan tempat
penyerahan barang.
1 Sinta Uli, 2006, Pengangkutan Suatu Tinjauan Hukum Multimoda Transport Angkutan Laut,
Angkutan Darat dan Angkutan Udara, USU Press, Medan, hlm.20
Dalam kehidupan manusia, pengangkutan memegang peranan yang
sangat penting. Demikian juga hanya dalam dunia perdagangan, bahkan
pengangkutan memegang peranan yang mutlak, sebab tanpa pengangkutan
perusahaan akan mengalami kesulitan untuk dapat berjalan. Nilai suatu
barang tidak hanya tergantung dari barang itu sendiri, tetapi juga tergantung
pada tempat dimana barang itu berada, sehingga dengan pengangkutan nilai
suatu barang akan meningkat.
Secara umum dinyatakan bahwa setiap pengangkutan bertujuan untuk
tiba di tempat tujuan dengan selamat dan meningkatkan nilai guna baik bagi
penumpang maupun barang yang diangkut. Tiba di tempat tujuan artinya
proses pemindahan dari satu tempat ke tempat tujuan berlangsung tanpa
hambatan dan kemacetan, sesuai dengan waktu yang direncanakan. Dengan
selamat artinya penumpang dalam keadaan sehat, tidak mengalami bahaya
yang mengakibatkan luka, sakit, atau meninggal dunia. Jika yang diangkut itu
barang, selamat artinya barang yang diangkut tidak mengalami kerusakan,
kehilangan, kekurangan atau kemusnahan. Meningkatkan nilai guna artinya
nilai sumber daya manusia dan barang di tempat tujuan menjadi lebih tinggi
bagi kepentingan manusia dan pelaksanaan pembangunan.
Kondisi geografis Indonesia merupakan negara kepulauan dimana
wilayah perairan jauh lebih luas dibanding daratannya maka sudah
merupakan hal yang wajar apabila pembangunan dan pengaturan transportasi
laut dewasa ini perlu mendapat perhatian yang besar. Pelabuhan dalam
menempatkan diri sebagai pintu gerbang perekonomian mutlak harus dapat
memberikan kontribusi antara lain penekanan distribution cost yang
berdampak pada daya beli, daya saing, dan efek multiplier terhadap
pertumbuhan dan pendapatan nasional.
Asyhadie Zaeni mengatakan :
Dalam kegiatan bisnis, pengangkutan laut memegang peranan yang
penting karena selain sebagai alat fisik yang membawa barang-barang
dari produsen ke konsumen, juga sebagai alat penentu harga dari
barang-barang tersebut. Jika dilihat dari beberapa segi, pengangkutan
itu banyak mempunyai manfaat berikut :
a. Dari kepentingan pengirim barang
Pengirim memperoleh manfaat untuk konsumsi pribadi maupun
keuntungan komersial.
b. Dari kepentingan pengangkut barang
Pengangkut memperoleh keuntungan material sejumlah uang atau
keuntungan immaterial, berupa peningkatan kepercayaan masyarakat
atau jasa angkutan yang diusahakan oleh pengangkut.
c. Dari kepentingan penerima barang
Penerima barang memperoleh manfaat untuk konsumen pribadi
maupun keuntungan komersial.
d. Dari kepentingan masyarakat luas
Masyarakat memperoleh manfaat kebutuhan yang merata dan demi
kelangsungan pembangunan terlebih mendorong pertumbuhan bisnis
antarpulau dan/atau antarnegara.2
Sekarang ini, masyarakat banyak menggunakan jasa pengiriman barang
baik melaui darat, udara maupun laut. Apalagi Indonesia merupakan negara
kepulauan nusantara yang kesatuan wilayahnya terdiri dari pulau besar dan
pulau kecil merupakan faktor yang menentukan pentingnya peranan jasa
angkutan laut dalam rangka menghubungkan setiap daerah. Maka dari itu
diperlukannya kapal sebagai alat angkut yang sangat bermanfaat dan mampu
membawa barang dalam jumlah banyak untuk melakukan pengiriman barang.
Pengiriman barang tersebut dilaksanakan oleh jasa angkutan, apalagi barang
yang dikirim tersebut dalam jumlah besar atau berbentuk ukuran yang besar,
2 Asyhadie Zaeni, 2014, Hukum Bisnis prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia , Jakarta :
Rajawali Pers, hlm.165
maka dari itu jasa angkutan yang digunakan oleh masyarakat adalah jasa
angkutan peti kemas.
Defenisi Peti Kemas terdapat dalam Pasal 1 Ayat 12 Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2002 Tentang Perkapalan :
Peti Kemas adalah bagian dari alat angkut yang berbentuk kotak serta
terbuat dari bahan yang memenuhi syarat, bersifat permanen dan dapat
dipakai berulang-ulang, yang memiliki pasangan sudut serta dirancang
secara khusus untuk memudahkan angkutan barang dengan satu atau
lebih moda transportasi, tanpa harus dilakukan pemuatan kembali.
Salah satu keunggulan angkutan peti kemas adalah keantarmodaannya
yakni peti kemas dapat diangkut dengan truk peti kemas, kereta api dan kapal
peti kemas. Hal ini juga terlihat pada pelabuhan-pelabuhan kecil yang sudah
menunjukkan trend peralihan ke peti kemas karena alasan ekonomis terutama
sehubungan dengan kecepatan bongkar muat dan biaya yang lebih murah.
I Gede Pasek Suarjana mengatakan :
Indonesia sudah ikut melibatkan diri dalam sistem angkutan peti kemas
yang sudah berkembang luas dalam pola angkutan di dunia sebagai
bagian dari perkembangan teknologi maju yang mencari upaya untuk
mendapatkan efesiensi optimal. Peti kemas secara umum dapat
digambarkan sebagai gudang yang dapat dipindahkan, yang digunakan
untuk mengangkut barang, merupakan perangkat perdagangan dan
sekaligus juga merupakan komponen dari sistem pengangkutan.3
Pengangkutan barang didalam pelaksanaanya didahului dengan adanya
kesepakatan antara pihak-pihak yang ingin mengadakan pengangkutan
barang. Kesepakatan tersebut tertuang dalam bentuk perjanjian pengangkutan.
Perjanjian pengangkutan adalah hukum timbal balik antara pengangkut
(penyedia jasa angkutan) dalam hal ini adalah PT. Meratus Line dengan
3 Terkait hal diatas, I Gede pasek berpendapat dalam web: https://desuarjana.wordpress.com/
2012/05/28/sistem-angkutan-peti-kemas yg diakses tanggal 25 Januari 2016, Pukul 20.55 WIB
pengirim barang (pengguna jasa angkutan) dimana masing-masing
mempunyai hak dan kewajiban. Dengan adanya perjanjian pengangkutan
maka akan menimbulkan hak dan kewajiban bagi pihak pengangkut maupun
pihak pengirim barang. Sesuai dengan hukum perikatan maka masing-masing
pihak mempunyai kewajiban untuk melakukan prestasi. Kewajiban
pengangkut atau PT. Meratus Line ini adalah menyelenggarakan
pengangkutan dan menjaga keselamatan barang yang diangkut mulai
diterimanya dari pengirim sampai diserahkan kepada penerima. Sebagai tanda
bahwa pengangkut telah menerima barang-barang yang akan diangkut dan
sedianya, kemudian untuk menyerahkan kepada pihak yang telah ditunjuk di
tempat, digunakan surat bukti muatan yang disebut konosemen atau bill of
lading.
Dalam Undang-undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, kewajiban
pengangkut diatur dalam Pasal 38 menyatakan :
(1) Perusahaan angkutan di perairan wajib mengangkut penumpang
dan/atau barang terutama angkutan pos yang disepakati dalam
perjanjian pengangkutan.
(2) Perjanjian pengangkutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibuktikan dengan karcis penumpang dan dokumen muatan.
(3) Dalam keadaan tertentu pemerintah memobilisasi armada niaga
nasional.
Ketentuan dalam pasal ini agar perusahaan angkutan atau Meratus Line
ini tidak membedakan perlakuan terhadap pihak pengguna jasa angkutan
sepanjang yang telah disepakati dalam perjanjian pengangkutan. Dengan
adanya kewajiban dari pihak pengangkut, maka akan menimbulkan
pertanggung jawaban. Terkait terhadap tanggung jawab pengangkut,
pengangkut diwajibkan untuk mengganti kerugian yang disebabkan oleh
rusak atau hilangnya barang-barang baik seluruh maupun sebagian, sehingga
pengangkut tidak dapat menyerahkan barang-barang yang diangkut. Namun
pengangkut dapat melepaskan diri dari kewajiban tersebut asalkan
pengangkut dapat membuktikan bahwa peristiwa tersebut adalah sesuatu yang
tidak dapat dihindari atau dicegah (Pasal 468 dan 477 Kitab Undang-undang
Hukum Dagang) atau adanya keadaan memaksa (Overmacht) atau kerusakan
karena sifat, keadaan cacat dari barang itu sendiri atau juga kesalahan
pengirim barang (Pasal 91 dan 468 Kitab Undang-undang Hukum Dagang),
Sedangkan kewajiban dari pemakai jasa ialah membayar upah angkutan.
Apalagi pada tahun 2013 lalu telah diresmikannya Terminal Peti Kemas
di Teluk Bayur didalam jurnal berita Press Release dari web IPC (19
Juni 2014) memberitakan, Begitu pentingnya pengiriman barang
menggunakan jasa kapal peti kemas ini melalui laut dan seiring
meningkatnya permintaan masyarakat dan pelaku usaha akan jasa
pengiriman barang, Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno, 29 april
2013, meresmikan Terminal Peti Kemas di Pelabuhan Teluk Bayur,
Padang, Sumatera Barat. Terminal yang dikelola oleh PT. Pelabuhan
Indonesia II (Persero) atau IPC Cabang Teluk Bayur ini sekaligus
menjadi terminal peti kemas pertama di Sumatera Barat. Acara
peresmian terminal dihadiri oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara
(BUMN), Dahlan Iskan; Direktur Utama IPC, RJ Lino; serta General
Manager Pelabuhan Teluk Bayur, Dalsaf Usman.4
Pengangkutan melalui laut pada sifatnya lebih lama dan tentu tidak
sedikit resiko dan permasalahannya, apalagi Peti Kemas merupakan wadah
yang tertutup atau berada didalam peti yang tertutupi, tidak jarang akan
terjadi masalah apabila diangkut melalui laut. Barang yang masuk kedalam
peti tersebut tertutupi dan tidak diketahui apa dan bagaimana keadaan
barangnya, sehingga tidak jarang terjadinya penyelundupan barang dan
4 Dalam jurnal Press Release web IPC memberitakan tentang peresmian Terminal Peti Kemas,
diakses tanggal 26 Januari 2016, Pukul 08.45 WIB, pada website: http://bumn.go.id/pelindo2/
berita/394/Terminal.Kontainer.Pertama.di.Sumatera.Barat.Siap.Beroperasi
barang yang diangkut didalam peti kemas tersebut melanggar Perundang-
undangan atau tidak, seperti barang yang tidak sesuai dengan dokumen.
Tentunya akan banyak menimbulkan masalah keperdataan antar pihak-pihak
yang bersangkutan maka hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk
menulis penelitian yang berjudul “PELAKSANAAN PERJANJIAN
PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN KAPAL PETI
KEMAS MELAUI LAUT (STUDI KASUS PT.MERATUS LINE
CABANG PADANG) ”
B. Perumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang masalah tersebut, terdapat beberapa
pokok permasalahan yang menjadi topik dalam penelitian ini, Rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana proses terbentuknya perjanjian pengangkutan barang tersebut
dan dokumen-dokumen apa saja yang diperlukan?
2. Apakah objek pengangkutan tersebut sesuai dengan apa yang
diperjanjikan?
3. Siapa yang harus bertanggung jawab bila terjadinya wanprestasi dalam
pengangkutan serta apa saja bentuk tanggung jawab itu?
4. Apa peran PT. Pelindo dalam pengawasan pengangkutan barang pada Peti
Kemas?
C. Tujuan Penelitian
Ada beberapa hal yang menjadi tujuan penelitian setelah dikaitkan dengan
rumusan masalah yaitu :
1. Untuk menganalisa proses terbentuknya perjanjian pengangkutan barang
menggunakan kapal peti kemas melalui laut, dan dokumen dokumen yang
diperlukan dalam melaksanakan perjanjian pengangkutan tersebut
2. Untuk mengetahui objek dari pengangkutan barang tersebut sesuai atau
tidak dengan yang diperjanjikan.
3. Untuk mengetahui siapa pihak yang bertanggung jawab bila terjadi
wanprestasi dalam pengangkutan dan mengetahui bentuk dari tanggung
jawab tersebut.
4. Untuk mengetahui peran dari PT. Pelindo di dalam mengawasi
pengangkutan barang menggunakan Peti Kemas
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang penulis lakukan yakni :
1. Manfaaat Teoritis
a. Melatih kemampuan untuk melakukan penelitian secara ilmiah dan
merumuskan hasil-hasil penelitian tersebut kedalam bentuk penelitian.
b. Melakukan praktek lapangan dengan menghubungkan penerapan atas
teori-teori yang diperoleh dari proses perkuliahan.
c. Menambah literatur yang ada mengenai perkembangan ilmu
pengetahuan ini, maka khususnya penulis melaksanakan penelitian
dibidang Hukum Bisnis.
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini dapat menjadi acuan bagi masyarakat dan badan usaha
yang ingin melakukan kegiatan pengiriman barang melalui kapal peti
kemas dikarenakan murahnya biaya.
b. Dapat dijadikan acuan bagi pihak yang berwenang seperti :
Pemerintah, PT Meratus Line, Pengguna Jasa dan Jasa Pengiriman
Barang lainnya untuk membuat kebijkan baru dalam hal mengirim
barang menggunakan Kapal Peti Kemas.
E. Metode Penelitian
Penelitian merupakan tahap dimana mencari sebuah kebenaran.
Sehingga dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul tentang suatu
objek penelitian. Agar tercapainya tujuan dan manfaat penulis sebagaimana
yang telah ditetapkan, maka diperlukan suatu metode yang berfungsi sebagai
pedoman dalam pelaksanaan penulisan ini.
Dalam penelitian ini, Pendekatan Masalah dilakukan secara Yuridis
Empiris ialah hukum bukan semata-mata sebagai suatu seperangkat atau
Perundang-undangan yang bersifat normatif saja akan tetapi hukum dilihat
sebagai perilaku masyarakat dalam mengimplementasikan hukum.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian sebagai berikut :
1. Sifat Penelitian
Sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif,
dimaksudkan dengan memberi data yang seteliti mungkin, diharapkan
memperoleh gambaran yang menyeluruh dan lengkap mengenai
pelaksanaan perjanjian-perjanjian pengangkutan barang menggunakaan
kapal peti kemas
2. Sumber Data
a. Library Research
Library Research atau penelitian kepustakaan, yakni penelitian yang
dilakukan dengan mencari literatur yang ada, seperti buku-buku,
karangan ilmiah, peraturan perundang-undangan dan peraturan lainnya
yang terkait. Penelitian ini dilakukan pada perpustakaan Fakultas Hukum
Universitas Andalas,
b. Field Research
Field Research atau penelitian lapangan merupakan sumber data yang
diperoleh melalui penelitian yang dilakukan di lapangan. Berdasarkan
topik yang penulis angkat, maka penelitian lapangan dilakukan pada PT.
Meratus Line cab. Padang dan PT. Pelabuhan Indonesia II Teluk Bayur.
3. Jenis Data
a. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari kepustakaan yaitu
berbagai buku-buku atau referensi-referensi yang didapat mendukung
penulisan ini dan hasil-hasil penelitian berbentuk laporan
Data Sekunder yang digunakan terdiri 3 kelompok, yaitu :
a) Bahan hukum Primer
Terdiri dari beberapa peraturan perundang-undangan yang berkaitan
dengan materi penulisan, seperti :
a. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata);
b. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)
c. Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran
d. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 93 Tahun 2013
Tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Angkutan Laut
b) Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberikan
penjelasan dan keterangan-keterangan mengenai bahan hukum primer
antara lain karya dari kalangan hukum, pendapat para ahli, bahan
pustaka atau literatur yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
c) Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberikan
petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan
hukum sekunder antara lain kamus hukum.
b. Data Primer
Data ini merupakan data yang diperoleh secara langsung melalui
penelitian di lapangan, berupa sejumlah informasi, keterangan, serta hal-
hal yang berhubungan dengan objek penelitian.
4. Metode Pengumpulan Data
a. Studi Dokumen
Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data
sekunder dengan cara menggali sumber-sumber tertulis baik dari
perpustakaan, instansi terkait maupun literatur yang relevan dengan
materi penelitian.
b. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan secara
lisan guna memperoleh informasi dari responden yang erat kaitannya
dengan masalah yang diteliti oleh penulis dilapangan. Wawancara yang
digunakan adalah wawancara terbuka (open interview), yaitu wawancara
dengan pertanyaan yang diajukan sudah sedemikian rupa bentuknya.
Adapun bentuk wawancaranya adalah wawancara bersifat semi
terstruktur yaitu wawancara yang dilakukan tidak hanya berpedoman
kepada daftar pertanyaan yang disiapkan sebelumnya, tetapi disesuaikan
dengan hal-hal yang terjadi dilapangan atau pertanyaan-pertanyaan yang
bisa saja muncul disaat wawancara.
5. Teknik Pengolahan Data
Setelah penulis mengumpulkan data-data dilapangan, maka penulis akan
mengolah dan menganalisis data tersebut dengan cara sebagai berikut:
a. Menurut Bambang Sungguno,
Editing yaitu data yang diperoleh penulis akan diedit terlebih
dahulu guna mengetahui apakah data-data yang diperoleh tersebut
sudah cukup baik dan lengkap untuk mendukung pemecahan
masalah yang sudah dirumuskan.5
b. Data yang telah diedit tersebut kemudian dilakukan coding. Coding
yaitu proses pemberian tanda atau kode tertentu terhadap hasil
wawancara dari responden.
6. Teknik Analisis Data
Dari data yang diolah untuk selanjutnya dilakukan analisis data. Analisis
data yang digunakan adalah analisis kualitatif yaitu data tidak berupa angka
sehingga tidak menggunakan rumus statik tetapi menilai bedaasarkan logika
dan diuraikan dalam bentuk kalimat-kalimat yang kemudian dihubungkan
dengan peraturan perundang-undangan dan pendapat para ahli
5 Bambang Sungguno,2003,Metode Penelitian Hukum, Radja Grafindo, Jakarta, hlm.125.
F. Sistematika Penulisan
Untuk lebih mudah pemahaman dalam tulisan, maka akan diuraikan
secara garis besar dan sistematis hal-hal yang akan diuraikan lebih lanjut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bagian awal ini penulis memaparkan mengenai latar belakang
masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, metode yang digunakan dalam penelitian ini.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini penulis membahas tentang tinjauan umum
mengenai perjanjian, tinjauan umum mengenai pengangkutan,
tinjauan umum mengenai pengangkutan laut.
BAB III : HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian menganalisa proses terbentuknya perjanjian
pengangkutan barang, mengetahui objek dari pengangkutan
barang tersebut sesuai diperjanjikan, siapa pihak yang
bertanggung jawab terjadi wanprestasi dan bentuk tanggung
jawab, peran dari Pelindo mengawasi pengangkutan barang
menggunakan Peti Kemas.
BAB IV : PENUTUP
Bagian ini berisikan kesimpulan dari seluruh pembahasan dan
saran-saran yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.