PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER, EKONOMI KREATIF, …...Diterima tanggal: 21/12/2012, Dikembalikan...

17
77 PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER, EKONOMI KREATIF, DAN KEWIRAUSAHAAN DALAM BELAJAR AKTIF DI SMK (EDUCATION OF CHARACTER, CREATIVE ECONOMY, AND ENTREPRENEURSHIP IN ACTIVE LEARNING IN SMK) Djuharis Rasul Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang Kemdikbud Jln. Gunung Sahari Raya No. 4 Jakarta Pusat e-mail: [email protected] Diterima tanggal: 21/12/2012, Dikembalikan untuk revisi tanggal: 31/01/2013, Disetujui tanggal: 01/03/2013 Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pemahaman kepala sekolah terhadap kebijakan pendidikan karakter, kewirausahaan, dan bentuk-bentuk implementasi kebijakannya dalam belajar aktif di sekolah. Penelitian diselenggarakan di 20 provinsi yang ditetapkan secara sampel multistage sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepala sekolah telah memahami kebijakan pemerintah tentang pelaksanaan pendidikan karakter, pendidikan kewirausahaan, dan ekonomi kreatif dalam pembelajaran aktif di sekolah menengah kejuruan (SMK) dengan tingkat pemahaman yang bervariasi, yaitu rata-rata 89,27%. Hal ini didukung oleh keberhasilan dalam implementasnya, yaitu pendidikan karakter rata-rata 90,2%, pendidikan kewirausahaan rata-rata 76%; dan pendidikan ekonomi kreatif rata-rata 81,7%. Kata kunci: pendidikan karakter, kewirausahaan dan ekonomi kreatif, belajar aktif, dan sekolah menengah kejuruan Abstract: The aim of this study is to identify and implementation of the model policy regarding the head-masters’ understanding of the government’s policy on the implementations of character, creative economic, and enterpreneurship educations as well as active learning at Vocational High Schools. The study was conducted in 20 provinces using multistage sampling. The result of the study shows that the head-masters had already understood the government policy on the implementations of character, creative economic and entrepreneurship education, as well as active learning at Vocational High Schools with a great differences of their understanding by its average is 89,27%. However, in terms of the succes of its implementation, which cover character education, enterpreneurship education and creative economic education, its average is 90,2 , 76%, and 81,7% respectively. Keywords: character education, enterpreneurship education, creative economic education, active learning, and senior vocational school. Pendahuluan Dalam rangka mewujudkan visi pembangunan nasional sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (UU RI No 17, Tahun 2007), yang menginginkan terwujudnya masyarakat yang berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila, maka Pemerintah menetapkan pendidikan karakter sebagai landasannya. Kebijakan ini ditindaklanjuti dengan melakukan percepatan pembangunan nasional bidang pendidikan melalui penataan ulang kurikulum sekolah yang dikelompokkan menjadi kurikulum tingkat nasional, daerah, dan sekolah, sehingga mendorong terwujudnya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) untuk mendukung pertumbuhan nasional dan daerah dengan pendidikan kewirausahaan, di antaranya mengembangkan model link and match (Anonim, 2010). Lebih lanjut, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) menindaklanjuti kebijakan tersebut dengan melakukan penguatan kurikulum melalui penerapan metodologi

Transcript of PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER, EKONOMI KREATIF, …...Diterima tanggal: 21/12/2012, Dikembalikan...

Page 1: PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER, EKONOMI KREATIF, …...Diterima tanggal: 21/12/2012, Dikembalikan untuk revisi tanggal: 31/01/2013, Disetujui tanggal: 01/03/2013 Abstrak: Penelitian

77

Djuharis Rasul, Pelaksanaan Pendidikan Karakter, Ekonomi Kreatif, dan Kewirausahaan dalam Belajar Aktif di SMK

PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER, EKONOMI KREATIF, DANKEWIRAUSAHAAN DALAM BELAJAR AKTIF DI SMK

(EDUCATION OF CHARACTER, CREATIVE ECONOMY, AND ENTREPRENEURSHIPIN ACTIVE LEARNING IN SMK)

Djuharis RasulPusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang Kemdikbud

Jln. Gunung Sahari Raya No. 4 Jakarta Pusate-mail: [email protected]

Diterima tanggal: 21/12/2012, Dikembalikan untuk revisi tanggal: 31/01/2013, Disetujui tanggal: 01/03/2013

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pemahaman kepala sekolah terhadapkebijakan pendidikan karakter, kewirausahaan, dan bentuk-bentuk implementasi kebijakannyadalam belajar aktif di sekolah. Penelitian diselenggarakan di 20 provinsi yang ditetapkan secarasampel multistage sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepala sekolah telahmemahami kebijakan pemerintah tentang pelaksanaan pendidikan karakter, pendidikankewirausahaan, dan ekonomi kreatif dalam pembelajaran aktif di sekolah menengah kejuruan(SMK) dengan tingkat pemahaman yang bervariasi, yaitu rata-rata 89,27%. Hal ini didukungoleh keberhasilan dalam implementasnya, yaitu pendidikan karakter rata-rata 90,2%, pendidikankewirausahaan rata-rata 76%; dan pendidikan ekonomi kreatif rata-rata 81,7%.

Kata kunci: pendidikan karakter, kewirausahaan dan ekonomi kreatif, belajar aktif, dan sekolahmenengah kejuruan

Abstract: The aim of this study is to identify and implementation of the model policy regardingthe head-masters’ understanding of the government’s policy on the implementations of character,creative economic, and enterpreneurship educations as well as active learning at VocationalHigh Schools. The study was conducted in 20 provinces using multistage sampling. The result ofthe study shows that the head-masters had already understood the government policy on theimplementations of character, creative economic and entrepreneurship education, as well asactive learning at Vocational High Schools with a great differences of their understanding by itsaverage is 89,27%. However, in terms of the succes of its implementation, which cover charactereducation, enterpreneurship education and creative economic education, its average is 90,2 ,76%, and 81,7% respectively.

Keywords: character education, enterpreneurship education, creative economic education,active learning, and senior vocational school.

PendahuluanDalam rangka mewujudkan visi pembangunannasional sebagaimana tertuang dalam RencanaPembangunan Jangka Panjang Nasional (UU RINo 17, Tahun 2007), yang menginginkanterwujudnya masyarakat yang berakhlak mulia,bermoral, beretika, berbudaya, dan beradabberdasarkan falsafah Pancasila, maka Pemerintahmenetapkan pendidikan karakter sebagailandasannya. Kebijakan ini ditindaklanjuti denganmelakukan percepatan pembangunan nasionalbidang pendidikan melalui penataan ulang

kurikulum sekolah yang dikelompokkan menjadikurikulum tingkat nasional, daerah, dan sekolah,sehingga mendorong terwujudnya peningkatankualitas sumber daya manusia (SDM) untukmendukung pertumbuhan nasional dan daerahdengan pendidikan kewirausahaan, di antaranyamengembangkan model link and match (Anonim,2010).

Lebih lanjut, Kementerian Pendidikan danKebudayaan (Kemdikbud) menindaklanjutikebijakan tersebut dengan melakukan penguatankurikulum melalui penerapan metodologi

Page 2: PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER, EKONOMI KREATIF, …...Diterima tanggal: 21/12/2012, Dikembalikan untuk revisi tanggal: 31/01/2013, Disetujui tanggal: 01/03/2013 Abstrak: Penelitian

78

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 1, Maret 2013

pendidikan yang tidak lagi berupa pengajaranuntuk kelulusan ujian (teaching to the test), namunpendidikan secara menyeluruh memperhatikankemampuan sosial, watak, budi pekerti, kecintaanterhadap budaya-bahasa Indonesia (Anonim,2010).

Pusat Kurikulum dan Perbukuan (Puskurbuk)Badan Penelitian dan Pengembangan Kemen-terian Pendidikan dan Kebudayaan (BalitbangKemdikbud) sebagai salah satu unit utama, setiaptahun melakukan serangkaian kegiatan sosialisasibaik di tingkat pusat maupun di daerah. Kegiatandi tingkat pusat dilakukan dalam bentuksarasehan nasional, rapat koordinasi dengandinas pendidikan provinsi dan kabupaten/kota,trainers of trainee (TOT) yang melibatkan berbagaiunsur dari unit utama Kemdikbud dan unsurpelaksana di lapangan. Adapun di tingkat daerah,Puskurbuk melakukan Bimbingan Teknis (Bimtek)kepada Tim Pengembang Kurikulum (TPK) ditingkat provinsi dan kabupaten/kota. Diharapkankegiatan Puskurbuk tersebut ditindaklanjuti olehpengambil kebijakan di tingkat provinsi/kabu-paten/kota dengan menyusun kebijakan daerahyang mendukung dan selaras dengan kebijakantersebut serta dilakukannya bentuk-bentukpembinaan oleh organisasi profesi sepertikelompok kerja guru (KKG), musyawarah kerjakepala sekolah (MKKS), musyawarah guru matapelajaran (MGMP), pengawas di satuan pen-didikan, baik secara mandiri maupun melaluiprogram pemerintah daerah yang didanai olehAPBD.

Dari kegiatan bimbingan teknis maupun darihasil monitoring dan evaluasi Puskurbuk(Puskurbuk, 2011) menunjukkan bahwa kebijakanterkini seperti pengintegrasian pendidikankarakter bangsa hanya berhenti sebatas tertulisdi dalam dokumen kurikulum. Hal itu kurangterlihat dalam proses belajar-mengajar secarautuh. Ber-dasarkan latar belakang pemikirantersebut, dirumuskan masalah penelitian sebagaiberikut: 1) Sejauh mana pemahaman kepalasekolah terhadap kebijakan pendidikan karakter,kewirausahaan, dan belajar aktif?; 2) Bagaimanabentuk kebijakan tersebut diimplementasikan disekolah. Mengacu pada rumusan masalahtersebut, studi ini bertujuan untuk mengidentikasi:1) Tingkat pemahaman kepala sekolah terhadap

kebijakan pendidikan karakter, kewirausahaan,dan belajar aktif di SMK, dan 2) Bentuk-bentukimplementasi kebijakan tersebut denganpendekatan pembelajaran aktif di sekolah.

Kajian LiteraturPendidikan KarakterFungsi dan tujuan pendidikan nasional yaitu untukmengembangkan dan membentuk watak sertaperadaban bangsa yang bermartabat dalamrangka mencerdaskan kehidupan bangsa,bertujuan untuk berkembangnya potensi pesertadidik agar menjadi manusia yang beriman danbertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlakmulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, danmenjadi warga negara yang demokratis sertabertanggung jawab (UUSPN, 2003). Fungsi dantujuan tersebut merupakan gambaran tentangkualitas manusia Indonesia yang diinginkan olehpemangku kepentingan dalam bidang pendidikantermasuk oleh setiap satuan pendidikan sehinggamerupakan dasar dalam pengembangan Pendi-dikan Karakter Bangsa, pendidikan ekonomikreatif, dan pendidikan kewirausahaan.

Ada 2 (dua) makna yang terkandung dalamistilah “Pendidikan Karakter”, yaitu pendidikan dankarakter. Pendidikan adalah suatu usaha sadardan sistematis dalam mengembangkan potensipeserta didik dalam rangka mempersiapkangenerasi muda untuk mencapai masyarakat danbangsa yang lebih baik di masa depan (UUSPN,2003). Usaha sadar dan sistematis tersebut perludilaksanakan dalam bentuk terencana denganbaik untuk mengembangkan potensi pesertadidik, sehingga memiliki sistem/pola berpikir, nilai,moral, dan keyakinan yang sesuai dengankehidupan masa kini dan masa mendatang.Adapun karakter digambarkan sebagai sifatmanusia yang banyak tergantung dari faktorpengalaman hidupnya sendiri (wikipedia.org,2012).

Penjelasan yang sama diungkap dalamKebijakan Nasional Pembangunan KarakterBangsa Tahun 2010-2025 yang menyatakanbahwa karakter adalah nilai-nilai yang khas-baik(mengerti nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyataberkehidupan baik, dan berdampak baik terhadaplingkungan) yang terpatri dalam diri danterejawantahkan dalam perilaku. Karakter secara

Page 3: PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER, EKONOMI KREATIF, …...Diterima tanggal: 21/12/2012, Dikembalikan untuk revisi tanggal: 31/01/2013, Disetujui tanggal: 01/03/2013 Abstrak: Penelitian

79

Djuharis Rasul, Pelaksanaan Pendidikan Karakter, Ekonomi Kreatif, dan Kewirausahaan dalam Belajar Aktif di SMK

koheren memancar dari hasil olah pikir, olah hati,olah raga, serta olah rasa dan karsa seseorangatau sekelompok orang. Karakter merupakan cirikhas seseorang atau sekelompok orang yangmengandung nilai, kemampuan, kapasitas moral,dan ketegaran dalam menghadapi kesulitan dantantangan (Pemerintah RI, 2010). Sementara itu,Soedarsono (2008) menyatakan bahwa karakterterbentuk sebagai hasil dari pengaruh penga-laman hidup terhadap hati nurani manusia. Daripenjelasan di atas, maka karakter merupakanwatak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorangyang terbentuk dari proses perpaduan antaranurani yang sudah dibawa sejak lahir dengansejumlah nilai, moral, dan norma yang diyakini dandigunakan sebagai landasan cara pandang,berpikir, bersikap, dan bertindak dikomunitasnya.

Pendidikan dilaksanakan berdasarkankonteksnya (Hasan, 2010). Yang dimaksud dengankonteks di sini, yaitu proses pendidikan yang tidakmelepaskan peserta didik dari lingkungan sosialdan budaya masyarakat setempat. Lingkungansosial dan budaya setempat selain menjadi dasarpengembangan juga merupakan saringan untukmenentukan nilai pendidikan karakter yang akandikembangkan dan dilaksanakan melalui sistempersekolahan, karena pendidikan selain berfungsiuntuk mempertahankan nilai-nilai dan normabudaya dan prestasi yang positif di masa lalu jugaberfungsi untuk menyaring dan mengembangkannilai dan norma untuk masa yang akan datang,sehingga pada akhirnya diharapkan akanterakumulasi menjadi karakter baru bangsaIndonesia. Oleh karena itu, untuk tingkat nasional,seluruh kebijakan pengembangan karaktersebaiknya mengakar pada budaya bangsa.Semakin mengakar kebijakan tersebut maka akansemakin kuat pula kecenderungan peserta didikuntuk tumbuh dan berkembang menjadi warganegara yang baik. Dengan demikian, fungsiPendidikan Karakter yaitu membentuk danmengembangkan potensi manusia atau warganegara Indonesia agar berpikiran baik, berhatibaik, dan berperilaku baik sesuai dengan falsafahhidup Pancasila (Pemerintah RI, 2010)

Kewirausahaan dan Ekonomi KreatifPopulasi penduduk Indonesia tahun 2012sebanyak 251.857.940 jiwa (KPU, 2012),

sementara jumlah pengusaha 1,56 persen daritotal penduduk Indonesia. Suatu negara dapatmaju kalau minimal punya entrepreuner dua persen(Syarief, 2012). Jika negara Indonesia inginmenjadi negara maju, maka jumlah wira-usahawan di Indonesia ditingkatkan 0,44 persenatau sebesar 1,108 juta orang. Adapun jumlahangkatan kerja di Indonesia pada tahun 2012sebanyak 119,39 juta orang (Muhaimin, 2011). Halini menggambarkan bahwa peluang dan per-saingan untuk menjadi wirausahawan dariangkatan kerja tersebut masih sangat besar. Disisilain, jumlah tingkat pengangguran terbuka di In-donesia pada Agustus 2012 mencapai 6,14%(BPS, 2012). Jumlah terbesar pengangguranterbuka berasal dari tamatan satuan pendidikanpada jenjang pendidikan dasar dan menengah.Banyaknya pengangguran ini akan menjadi bebanpemerintah dan juga masyarakat, sehingga dapatmenghambat pembangunan nasional. Salah satuusaha yang bisa dilakukan untuk mengurangiangka pengangguran yaitu dengan mengem-bangkan semangat kewirausahaan (entrepreneur-ship) sedini mungkin melalui pendidikan.

Pengertian kewirausahaan sangat bervariasi,Norman M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer(dalam Balitbang Kemdiknas, 2010) menge-mukakan wirausaha sebagai berikut: “Anentrepreneur is one who creates a new business inthe face if risk and uncertainty for the purpose ofachieving profit and growth by identifyingopportunities and asembling the necessaryresources to capitalze on those opportunities”.Wirausahawan adalah orang-orang yang memilikikemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis mengumpulkan sumber daya-sumber daya yang dibutuhkan untuk mengambiltindakan yang tepat, mengambil keuntungan sertamemiliki sifat, watak dan kemauan untukmewujudkan gagasan inovatif kedalam dunianyata secara kreatif dalam rangka meraih sukses/meningkatkan pendapatan. Meredith (Meredith,1996) berpendapat Entrepreneur adalah orangyang mempunyai kemampuan melihat dan menilaipeluang bisnis, mengumpulkan sumber daya yangdibutuhkan guna mengambil keuntungan darinyadan bertindak tepat untuk memastikan usahanyasukses, ini menggambarkan wirausahawansebagai individu yang berorientasikan pada

Page 4: PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER, EKONOMI KREATIF, …...Diterima tanggal: 21/12/2012, Dikembalikan untuk revisi tanggal: 31/01/2013, Disetujui tanggal: 01/03/2013 Abstrak: Penelitian

80

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 1, Maret 2013

tindakan, bermotivasi t inggi serta beranimengambil resiko dalam mengejar tujuan. Siagian(1995) menyatakan “Kewirausahaan adalahsemangat, perilaku, dan kemampuan untukmemberikan tanggapan yang positif terhadappeluang memperoleh keuntungan untuk dirisendiri dan atau pelayanan yang lebih baik padapelanggan/masyarakat; dengan selalu berusahamencari dan melayani langganan lebih banyak danlebih baik, serta menciptakan dan menyediakanproduk yang lebih bermanfaat dan menerapkancara kerja yang lebih efisien, melalui keberanianmengambil resiko, kreativitas dan inovasi sertakemampuan manajemen”. Dengan kata lain,wirausaha adalah orang-orang yang memiliki jiwakreatif dan inovatif yang tinggi dalam hidupnya.Ilmuwan dalam negeri, Sumahamijaya (dalamSoesarsono, 2002) menyatakan istilah wirausahaberasal dari kata wiraswasta yang mengandungarti: 1) wira berarti utama, luhur, gagah berani,teladan; 2) swa bermakna sendiri; dan 3) staberarti berdiri. Hal ini berarti memiliki sifat-sifatkeberanian, keutamaan dan keteladanan dalammengambil resiko yang bersumber pada ke-mampuan sendiri. Kata ini kemudian berkembangmenjadi wirausaha. Kata usaha dalam wirausahamengandung arti “bisnis” keuntungan berda-sarkan kerja produktif, namun kemudianpengertian wirausaha juga mengandung arti“swasta” yang berarti “keberanian, keutamaandan keteladanan” dalam mengambil resiko yangbersumber pada kemampuan sendir i untukmencapai keuntungan.

Suryana (2004) menguraikan 6 (enam)hakikat penting kewirausahaan, yaitu: 1) nilaiyang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikandasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan,siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis; 2) ke-mampuan untuk menciptakan sesuatu yang barudan berbeda (ability to create the new and different);3) proses penerapan kreativitas dan inovasi dalammemecahkan persoalan dan menemukan peluanguntuk memperbaiki kehidupan; 4) nilai yangdiperlukan untuk memulai suatu usaha (start-upphase) dan perkembangan usaha (venturegrowth); 5) proses dalam mengerjakan sesuatuyang baru (creative), dan sesuatu yang berbeda(inovative) yang bermanfaat memberi nilai lebih;dan 6) usaha menciptakan nilai tambah dengan

jalan mengkombinasikan sumber-sumber melaluicara-cara baru dan berbeda untuk memenangkanpersaingan. Nilai tambah tersebut dapatdiciptakan dengan cara mengembangkanteknologi baru, menemukan pengetahuan baru,menemukan cara baru untuk menghasilkan barangdan jasa yang baru yang lebih efisien, memperbaikiproduk dan jasa yang sudah ada, dan menemukancara baru untuk memberikan kepuasan kepadakonsumen.

Salah satu kesimpulan yang bisa ditarik dariberbagai pengertian tersebut, yaitu bahwakewirausahaan dipandang sebagai fungsi yangmencakup eksploitasi peluang-peluang yangmuncul di pasar serta selalu berani menghadapiresiko untuk memperoleh keuntungan, hal inisering dikaitkan dengan tindakan yang kreatif daninovatif.

Semangat atau jiwa kewirausahaan di SMKdibentuk selain melalui mata pelajaran Ke-wirausahaan juga dikembangkan melalui kelaswirausaha (peserta didik mengembangkankompetensi produktifnya dengan mencobamenjalankan usaha kecil) (Dir.Pembinaan SMK,2000). Dengan demikian, kewirausahaan di SMKsebaiknya dilihat sebagai konsep yang lebih luasbukan hanya sesuatu yang berkaitan denganbisnis atau hanya ditanamkan melalui 1 (satu)mata pelajaran dan kelas wirausaha, tetapi jugasebuah konsep yang dapat meningkatkan hasilbelajar peserta didik melalui semua matapelajaran.

Konsep ekonomi yang dianut oleh berbagainegara maju di dunia telah mengalami perubahan.Perubahan ini merupakan suatu hal yang wajaruntuk selalu mencari yang terbaik, dengan adanyaperubahan ini diharapkan terjadi peningkatankesejahteraan masyarakat. Di negara majutersebut, Alvin Toffler (dalam DepartemenPerdagangan RI, 2008) menyatakan telah terjadiperubahan konsep ekonomi sebanyak 4 (empat)kali, yaitu: 1) ekonomi pertanian; 2) ekonomiindustri; 3) ekonomi informasi; dan 4) ekonomikreatif. Dari pendapat Alvin Toffler dapatdisimpulkan bahwa negara maju meninggalkankonsep ekonomi pertanian dan ekonomi industridan menerapkan konsep ekonomi informasi untukmenuju konsep ekonomi kreatif. Hal ini didukungoleh John Howkin (2002) yang menyatakan

Page 5: PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER, EKONOMI KREATIF, …...Diterima tanggal: 21/12/2012, Dikembalikan untuk revisi tanggal: 31/01/2013, Disetujui tanggal: 01/03/2013 Abstrak: Penelitian

81

Djuharis Rasul, Pelaksanaan Pendidikan Karakter, Ekonomi Kreatif, dan Kewirausahaan dalam Belajar Aktif di SMK

ekonomi kreatif yaitu kegiatan ekonomi dimanainput dan outputnya adalah gagasan yangorisinal, sehingga gagasan tersebut dapatdilindungi dengan Hak Atas Kekayaan Intelektual(HAKI). Semakin banyak gagasan yang tercipta,maka semakin cepat peningkatan kesejahteraanmasyarakat, baik dari segi ekonomi, sosialmaupun lingkungan (Howkins, 2002).

Penerapan konsep ekonomi kreatif telahdiantisipasi oleh Pemerintah dengan mem-fokuskan pada penciptaan barang dan jasadengan mengandalkan keahlian, bakat dankreatifitas sebagai kekayaan intelektual (Depar-temen Perdagangan RI, 2008). Diharapkandengan menerapkan ekonomi kreatif, maka akanmeciptakan insan yang kreatif dan mampu untukmenciptakan barang dan jasa yang baru ataumenjadi wirausahawan yang mandiri dan mampuuntuk menciptakan lapangan pekerjaan baru.Oleh karena itu, Pemerintah menyadari bahwakonsep ekonomi kreatif yang diterapkan sejakpendidikan dasar akan mampu menciptakan insankreatif dan menghasilkan wirausahawan tangguhyang mempunyai gagasan cemerlang dan baru.

Belajar aktif merupakan suatu pendekatanatau strategi belajar-mengajar yang mengutama-kan kegiatan intelektual (intellectual activity).Peserta didik tidak hanya menerima apa yangdiajarkan, tetapi berperan aktif dalam prosesbelajar-mengajar. Dengan demikian, peserta didikdapat berfikir aktif, mengajukan pertanyaan,menge-mukakan pendapat, menilai suatu hasilatau membuktikan, dan dapat mencari carameme-cahkan masalah (Pusbangkurandik, 1996).Dalam pembelajaran aktif, guru merancang danmelak-sanakan pembelajaran yang dapatmembuat peserta didik yang mengalamipengalaman belajar secara langsung denganmelakukan sendiri atau mengamati kejadian-kejadian tertentu secara langsung serta berdialogdengan orang lain (diskusi) maupun dengan dirisendiri dalam suasana yang nyaman danmenyenangkan (Puskurbuk, 2011). Hal inididukung oleh penelitian berbasis otak yangmenemukan bahwa zat kimia otak (hormon)mempengaruhi jenis kecerdasan yang ber-anekaragam. Akibatnya, peserta didik akanmudah berpikir untuk menyerap pelajaran jika

peserta didik belajar dalam suasana nyaman. Olehkarena itu, sentuhan kasih sayang, salingmemaafkan, saling menghormati, kerja samaantarguru, antarpeserta didik, keceriaan menjadipemicu perkembangan keutuhan aspek akademikdan nonakademik. Untuk mewujudkan situasitersebut, maka dalam pembelajaran diperlukanmetode pembelajaran aktif (Rahmat, 2007)

Agar lebih tertanam jiwa pada peserta didik,maka proses pelaksanaan pendidikan karakter,pendidikan kewirausahaan, dan ekonomi kreatifperlu dilakukan melalui perencanaan yang baikdan pendekatan pembelajaran yang efektif sertadilakukan secara bersama oleh semua wargasekolah, melalui pengintegrasian dalam matapelajaran, muatan lokal maupun kegiatan-kegiatan dalam pengembangan diri (Depdiknas,2006). Dengan demikian, dalam waktu yang lamaakan menjadi bagian yang tak terpisahkan daribudaya sekolah.

Proses pengembangan nilai-nilai karakter,pendidikan kewirausahaan, dan ekonomi kreatifmenghendaki suatu proses yang sistemik dansistematis. Sistemik dilakukan secara menyeluruholeh seluruh jenjang birokrasi yang ada, baik daritingkat pusat (Kemdikbud), tingkat provinsi,tingkat kabupaten/kota, maupun sampai ketingkat satuan pendidikan, sedangkan sistematisdilaksanakan dalam bentuk kegiatan yang teren-cana dengan baik melalui berbagai komponenyang ada dalam kurikulum satuan pendidikan.

Strategi SosialisasiAda beberapa strategi/model penyebaran hasilpengembangan kurikulum, di antaranya TheCentre-Periphery Model, yaitu penyebaran bergerak(dikendalikan) dari titik pusat keluar ke arahpemakainya. Bila model ini diterapkan di Indonesiaakan menghadapi kendala karena titik penye-barannya (sekolah-sekolah di daerah) terletakterlalu jauh dari titik pusat (Pemerintah Pusat/Jakarta). Model kedua adalah The Proliferation ofCentres Model. Model ini membuat tempatpenyebaran dapat menjadi sebaik pusat pertama.Pusat pertama hanya memberi bantuan pelatihandan membantu mengelola pusat kedua (Puskur,2000). Strategi sosialisasi dalam menginte-grasikan nilai-nilai pendidikan karakter bangsa,

Page 6: PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER, EKONOMI KREATIF, …...Diterima tanggal: 21/12/2012, Dikembalikan untuk revisi tanggal: 31/01/2013, Disetujui tanggal: 01/03/2013 Abstrak: Penelitian

82

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 1, Maret 2013

kewirausahaan, dan ekonomi kreatif dilakukandengan lebih mempertajam strategi sosialisasimodel kedua yang dilakukan secara bertingkatyaitu sebagai berikut.

Tingkat PusatDi tingkat pusat, kegiatan sosialisasi dilakukandengan melakukan: 1) gerakan kolektif penca-nangan pendidikan karakter pada semua unit-unitutama; 2) mengembangkan regulasi/payunghukum yang kuat bagi pelaksanaan pendidikankarakter; 3) menyiapkan satu sistem pelatihanbagi para pendidik dan tenaga kependidikan;4) monitoring dan evaluasi pelaksanaan pendi-dikan karakter di setiap unit kerja; dan 5) eks-plorasi pengalaman sekolah-sekolah yang telahmengembangkan dan melaksanakan pendidikankarakter sesuai dengan ciri khas sekolah tersebut.Hal ini, untuk mengetahui darimana dan bagai-mana inisiatif untuk mengembangkan nilaipendidikan karakter tersebut bisa muncul di satuanpendidikan tersebut; dan 6) revitalisasi programdi tingkat satuan pendidikan untuk menguatkankembali kegiatan pendidikan karakter yangumumnya dilakukan dalam kegiatan ekstra-kurikuler.

Tingkat DaerahPemerintah daerah memiliki peran penting dalammensosialisasikan pendidikan karakter, karenapendidikan karakter merupakan bagian yang tidakdapat terpisahkan dalam sistem pendidikansecara keseluruhan di satuan pendidikan.Beberapa langkah yang diharapkan untukdilaksanakan pemerintah daerah dalam mengem-bangkan pendidikan karakter, yaitu membentuktim pengembang kurikulum (Depdiknas, 2007).

Organisasi TPK berkedudukan di tingkatpusat, provinsi, dan kabupaten/kota. Di tingkatpusat dikoordinasikan oleh Pusat Kurikulum danPerbukuan Balitbang Kemdikbud dinamakan TPKPusat. Di tingkat provinsi dikoordinasikan olehdinas pendidikan provinsi dinamakan TPK provinsi.Di tingkat kabupaten/kota dikoordinasikan olehdinas pendidikan kabupaten/kota yang di-namakan TPK kabupaten/kota. Dalam melak-sanakan tugasnya, TPK Pusat bekerja samadengan kementerian terkait seperti Kemenag,Direktorat Jenderal terkait di lingkungan

Kemdikbud beserta jajaranya seperti P4TK danLPMP, Dewan Pendidikan, Komite Sekolah, danorganisasi profesi.

TPK provinsi dan kabupaten/kota dalammelaksanakan tugasnya bekerja sama denganTPK Pusat, P4TK, LPMP, perguruan tinggi (LPTK)setempat, dewan pendidikan, organisasi profesi,komite sekolah, musyawarah kerja kepalasekolah/madrasah (MKKS/M, musyawarah gurumata pelajaran (MGMP), dan kelompok kerja guru(KKG). Mengacu pada peran dan tugas TPK yangdirumuskan Puskur (2005), yaitu sebagai berikut.1) TPK berperan sebagai pendamping ataufasilitator, mediator, dan inovator. Sebagaipendamping atau fasilitator, TPK berperanmemberikan bantuan teknis kepada satuanpendidikan mengenai penyusunan, implementasi,pemantauan, evaluasi, dan penyempurnaanKurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di berbagaijenis dan jenjang pendidikan; 2) Sebagaimediator, TPK berperan membantu mensosia-lisasikan berbagai kebijakan tentang kurikulumdari pemerintah pusat ke pemerintah daerah danlembaga-lembaga penyelenggara pendidikan; 3)Sebagai inovator, TPK berperan mengembangkan,mengkaji, dan mengembangkan model pengem-bangan kurikulum dan pembelajaran yang sesuaidengan karakterist ik, kebutuhan dan per-kembangan daerah/sekolah.

TPK membantu tugas dinas pendidikan untuk:1) memberikan pelatihan pengembangan kuri-kulum di daerah dan lembaga pendidikan; 2) me-nyediakan layanan dan konsultasi kurikulum danpembelajaran bagi pihak yang membutuhkan;3) menginformasikan berbagai kebijakan peme-rintah dalam bidang pendidikan khususnyakurikulum; 4) memberdayakan satuan pendidikandalam pemantauan, evaluasi, dan penyem-purnaan kurikulum; 5) memberdayakan satuanpendidikan dalam mengembangkan model-modelkurikulum dan pembelajaran; dan 6) mem-berdayakan satuan pendidikan dalam mengem-bangkan media dan sumber pembelajaran(Puskur, 2005).

Kegiatan penyebaran pendidikan karakterbangsa diharapkan dapat diprogramkan secaraterencana dengan baik ke dalam program kegi-atan di dinas pendidikan. Oleh karena itu, perluada dalam perencanaan tahunan di berbagai

Page 7: PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER, EKONOMI KREATIF, …...Diterima tanggal: 21/12/2012, Dikembalikan untuk revisi tanggal: 31/01/2013, Disetujui tanggal: 01/03/2013 Abstrak: Penelitian

83

Djuharis Rasul, Pelaksanaan Pendidikan Karakter, Ekonomi Kreatif, dan Kewirausahaan dalam Belajar Aktif di SMK

aspek pendukung, termasuk komponen biaya dansarana-prasarana.

Tingkat Satuan PendidikanSatuan pendidikan sudah diberikan kewenanganuntuk mengembangkan kurikulumnya sendiri(Depdiknas, 2006), sehingga pendidikan karakterdapat menjadi bagian dari program manajemenpeningkatan mutu berbasis sekolah yang ter-implementasi dalam pengembangan, pelak-sanaan dan evaluasi kurikulum oleh setiap satuanpendidikan. Agar pendidikan karakter dapatdilaksanakan secara optimal, pendidikan karakterperlu diimplementasikan melalui langkah-langkahberikut: 1) sosialisasi kepada para pemangkukepentingan (stakeholders) seperti komitesekolah, masyarakat, lembaga-lembaga); dan 2)pengembangan dalam kegiatan sekolah. Strategitersebut diwujudkan melalui pembelajaran aktifdengan penilaian berbasis kelas disertai denganprogram remidiasi dan pengayaan dalam bentukkegiatan rutin, kegiatan spontan, keteladanan,pengkondisian, penambahan alokasi waktukhusus, dan pembenahan dalam pengorga-nisasian proses pembelajaran (BSNP, 2006).

Penyebaran di tingkat pusat dan daerahtersebut, selama ini diharapkan terintegrasi dalamkeempat pilar penting pendidikan karakter disekolah sebagaimana dituangkan dalam DesainInduk Pendidikan Karakter (Puskurbuk, 2010),yaitu: kegiatan pembelajaran di kelas, pengem-bangan budaya satuan pendidikan, kegiatan ko-kurikuler, dan ekstrakurikuler.

Metode PenelitianJenis dan Pendekatan penelitianPenelitian ini merupakan penelitian deskriptif yangbertujuan untuk mendeskripsikan atau men-jelaskan sesuatu hal seperti apa adanya (Irawan,2002). Dalam hal ini, penelitian ini mengupayakanmemperoleh jawaban terkait dengan masalah-masalah yang timbul, sikap, pandangan, dankondisi objektif yang sedang berlangsung tentangpenerapan pendidikan karakter, ekonomi kreatif,pendidikan kewirausahaan yang dilaksanakandengan metoda belajar aktif di sekolah menengahkejuruan.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitianini, yaitu pendekatan kuantitatif, yang diarahkan

untuk mendiskripsikan gejala-gejala sosial di SMKdengan menggunakan angka-angka. Hasil peng-ukuran dalam bentuk angka-angka menggam-barkan kualitas atau derajat kualitas darikenyataan dan eksistensi gejala yang diukurnya.Data-data angka hasil pengukuran kemudiandianalisis.

Populasi dan SampelPopulasi dalam penelitian ini meliputi seluruh SMKdi Indonesia, namun karena keterbatasan yangada dengan tetap memperhatikan keterwakilanseluruh provinsi, maka dalam memilih SMK yangdijadikan sampel penelitian digunakan teknikpengambilan sampel bertingkat/bertahap (multiplestage sample). Tahap pertama dipilih 20 provinsidari 33 provinsi yang ada di Indonesia didasarkanpada jumlah SMK yang ada di provinsi terebut.

Selanjutnya, pada tahap kedua, dari masing-masing provinsi tersebut dipilih secara acak 1kabupaten/kota yang akan dijadikan sebagaisampel. Tahap 3, secara purposive sampling dimasing-masing kabupaten/kota dipilih 7 SMKberdasarkan kriteria, baik, sedang, dan kurangsebagai sampel penelitian. Oleh karena jumlahsekolah di beberapa daerah terbatas, makakhusus Kabupaten Limapuluh Kota hanya dipilih6 SMK dan Kabupaten Maluku Tenggara diambil 5SMK. Studi ini dilaksanakan pada tahun 2011.

Teknik Pengumpulan DataInstrumen yang digunakan dalam pengumpulandata ini yaitu kuesioner. Responden yang dipilihdiambil dari para pengambil kebijakan/pemangkukepentingan di tingkat satuan pendidikan, yaitukepala SMK atau yang mewakili dengan total 137orang dari 20 kabupaten/kota di Indonesia.

Analisis DataAnalisis data dilakukan dengan teknik analisisdeskriptif kuantitatif sederhana, yaitu denganmenjumlahkan tanda centang yang diisi olehkepala sekolah, kemudian dicari besarnyapersentase masing-masing kategori untukmenarik kesimpulan akhir.

Hasil Penelitian dan PembahasanBerdasarkan hasil analisis data yang diperolehdari kepala sekolah SMK, diketahui bahwa

Page 8: PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER, EKONOMI KREATIF, …...Diterima tanggal: 21/12/2012, Dikembalikan untuk revisi tanggal: 31/01/2013, Disetujui tanggal: 01/03/2013 Abstrak: Penelitian

84

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 1, Maret 2013

Tabel 1. Sampel Responden

No Provinsi Kabupaten/kota dan Jumlah SMK Jumlah responden

1. Jawa Barat Kabupaten Cirebon (3 SMK Baik; 2 SMK Sedang; dan 2 SMK Kurang)

7

2. Jawa Tengah Kabupaten Cilacap (2 SMK Baik; 3 SMK Sedang; dan 2 SMK Kurang)

7

3. Jawa Timur Kabupaten Bojonegoro (2 SMK Baik; 2 SMK Sedang; dan 3 SMK Kurang)

7

4. DI Yogyakarta Kabupaten Gunung Kidul (2 SMK Baik; 2 SMK Sedang; dan 3 SMK Kurang)

7

5. Sumatera Barat Kabupaten Limapuluh Koto (2 SMK Baik; 2 SMK Sedang; dan 2 SMK Kurang)

6

6. Sumatera Selatan Kabupaten Ogan Komiring Ilir (2 SMK Baik; 2 SMK Sedang; dan 3 SMK Kurang)

7

7. Sumatera Utara Kabupaten Langkat (2 SMK Baik; 2 SMK Sedang; dan 3 SMK Kurang)

7

8. Lampung Kabupaten Tulang Bawang (2 SMK Baik; 3 SMK Sedang; dan 2 SMK Kurang)

7

9. Bangka Belitung Kabupaten Pangkal Pinang (3 SMK Baik; 2 SMK Sedang; dan 2 SMK Kurang)

7

10. Kalimantan Selatan Kabupaten Tabalong (2 SMK Baik; 3 SMK Sedang; dan 2 SMK Kurang)

7

11. Kalimantan Tengah Kabupaten Palangkaraya (2 SMK Baik; 2 SMK Sedang; dan 3 SMK Kurang)

7

12. Aceh Kabupaten Aceh Tenggara (1 SMK Baik; 3 SMK Sedang; dan 3 SMK Kurang)

7

13. Riau Kabupaten Pekanbaru (3 SMK Baik; 2 SMK Sedang; dan 2 SMK Kurang)

7

14. NTB Kabupaten Sumbawa Barat (2 SMK Baik; 3 SMK Sedang; dan 2 SMK Kurang)

7

15. Bali Kabupaten Buleleng (3 SMK Baik; 2 SMK Sedang; dan 2 SMK Kurang)

7

16. Maluku Kabupaten Maluku Tenggara (2 SMK Baik; 1 SMK Sedang; dan 2 SMK Kurang)

5

17. Maluku Utara Kabupaten Halmahera Utara (1 SMK Baik; 3 SMK Sedang; dan 3 SMK Kurang)

7

18. Sulawesi Tenggara Kota Kendari (3 SMK Baik; 2 SMK Sedang; dan 2 SMK Kurang)

7

19. Sulawesi Utara Kabupaten Minahasa Selatan (2 SMK Baik; 3 SMK Sedang; dan 2 SMK Kurang)

7

20. Papua Barat Kota Sorong (2 SMK Baik; 2 SMK Sedang; dan 3 SMK Kurang)

7

Jumlah 137

Page 9: PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER, EKONOMI KREATIF, …...Diterima tanggal: 21/12/2012, Dikembalikan untuk revisi tanggal: 31/01/2013, Disetujui tanggal: 01/03/2013 Abstrak: Penelitian

85

Djuharis Rasul, Pelaksanaan Pendidikan Karakter, Ekonomi Kreatif, dan Kewirausahaan dalam Belajar Aktif di SMK

sebagian besar kepala sekolah SMK sudahmengetahui kebijakan RPJM yang berkaitandengan Pendidikan Karakter, Pendidikan EkonomiKreatif, dan Pendidikan Kewirausahaan. Demikianpula, sebagian sekolah juga telah melaksanakankebijakan tersebut dengan menerapkan metodepembelajaran aktif di sekolah masing-masing.Berikut ini adalah hasil penelitian dan pembahasandari pemahaman kepala sekolah terhadapkebijakan dan pelaksanaannya di sekolah.

Tingkat Pemahaman Kepala Sekolah terhadapKebijakan Pendidikan Karakter, PendidikanKewirausahaan, dan Ekonomi KreatifBerdasarkan informasi kepala sekolah SMK,diketahui bahwa hampir semua responden (98%)telah memahami kebijakan pendidikan karakter.Beberapa SMK yang belum mengetahui tentangkebijakan tersebut terdapat di KabupatenHalmahera Utara, Sumbawa Barat dan AcehTenggara masing-masing 1 sekolah. Sumberinformasi tentang kebijakan tersebut diperoleholeh para kepala sekolah dari berbagai sumber

yang cukup bervariasi, yakni dari Dinas Pendidikankabupaten/kota 85%, Puskurbuk (51%), P4TK(47%), Direktotar (45%), dan LPMP (41%).

SosialisasiSekolah-sekolah yang sudah mengetahui kebi-jakan ini, sebagian besar (86%) sudah melakukansosialisasi dengan berbagai bentuk kepada wargasekolah. Sosialisasi kebijakan ini paling dominansebesar (84%) dilakukan melalui rapat guru, diikutidengan sosialisasi melalui kegiatan upacara, rapatkomite sekolah, penempelan informasi di papanpengumuman dan menyebarkan surat edaran.

Komitmen Program dan Pemilihan DokumenKomitmen warga sekolah dan perencana programsangat menentukan keberhasilan program pendi-dikan karakter. Terkait dengan itu, ada sebanyak88% SMK yang sudah membuat komitmen untukmelaksanakan pendidikan karakter dan ada 86%yang telah memasukan pendidikan karakter kedalam program sekolah, namun baru 59% yangmerealisasikan ke dalam dokumen sekolah.

Diagram 1. Pengetahuan Kepala Sekolah tentang Kebijakan dan Sumber Informasi

Diagram 2. Bentuk Sosialisasi Kebijakan Karakter

Page 10: PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER, EKONOMI KREATIF, …...Diterima tanggal: 21/12/2012, Dikembalikan untuk revisi tanggal: 31/01/2013, Disetujui tanggal: 01/03/2013 Abstrak: Penelitian

86

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 1, Maret 2013

Diagram 3. Komitmen, Program, dan DokumenPendidikan Karakter

Penentuan Nilai-nilaiDari sebagian besar kepala sekolah yang sudahmembuat komitmen dan program bersamatersebut, sebagian besar, yaitu 89% menyatakanpenetapan nilai-nilai dilakukan melalui kese-pakatan kepala sekolah dan warga sekolah, 64%menyatakan mengikut i instruksi dari dinaspendidikan kabupaten/kota, sedangkan sebanyak54% menyatakan hasil dari analisis konteks.

Diagram 4. Cara Menentukan Nilai yangDiprioritaskan

Dukungan SekolahDukungan sekolah melalui penyediaan sarana fisikyang bersih, hijau dan asri sudah baik, yaitumencapai lebih dari 90% sekolah yang menjadiresponden

Diagram 5. Dukungan Sekolah

Pendidikan Kewirausahaan dan EkonomiKreatif (KWu & EK)Kebijakan pendidikan kewirausahaan dan eko-nomi kreatif (KWu & EK) sudah diketahui olehsebagian besar kepala sekolah (88%). Namun,pendalaman dengan membaca langsung InpresNomor 6 Tahun 2009 baru dilakukan oleh sebagiankepala sekolah (46%), sehingga penyebarankebijakan dan perencanaan di sekolah masihkurang (54%). Pemahaman terhadap kontenpendidikan Kwu & EK dinilai sudah baik dan satusama lain memiliki persepsi yang sama.

Belajar AktifKebijakan tentang belajar aktif, kreatif danmenyenangkan (BAKM) sudah diketahui olehhampir semua responden hanya satu respondenyang menyatakan belum mengetahui. Dinas kab/kota paling banyak memberikan dukunganpelaksanaan BAKM melalui pelatihan, sementarasekolah juga mempunyai inisiatif yang cukuptinggi untuk mengembangkan kemampuangurunya.

Kebijakan pendidikan karakter, pendidikankewirausahaan dan ekonomi kreatif maupunbelajar aktif, kreatif, dan menyenangkan (BAKM)sebagian sudah dipahami oleh hampir semuakepala sekolah, namun sumber tempat informasidiperoleh dan tingkat pemahaman yang dimilikiberbeda. Kepala sekolah memperoleh informasitentang Pendidikan Karakter dan BAKM palingbanyak didapat dari dinas pendidikan kabupaten/kota yang ditindaklanjuti dalam bentuk sosialisasiditingkat sekolah melalui rapat dewan guru. Materipertama yang dikembangkan oleh Puskurbukmaupun oleh direktorat teknis terkait yaitu materi

Page 11: PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER, EKONOMI KREATIF, …...Diterima tanggal: 21/12/2012, Dikembalikan untuk revisi tanggal: 31/01/2013, Disetujui tanggal: 01/03/2013 Abstrak: Penelitian

87

Djuharis Rasul, Pelaksanaan Pendidikan Karakter, Ekonomi Kreatif, dan Kewirausahaan dalam Belajar Aktif di SMK

pendidikan karakter, pendidikan kewirausahaandan ekonomi kreatif, sehingga hampir dalam setiapkegiatan pendampingan pembuatan KTSP selaludisertai dengan bahan pendidikan karakter danBAKM yang cukup bervariasi. Sebagian besarkegiatan tersebut juga diikuti dengan pembuatankomitmen bersama untuk menjalankan pendidikankarakter dalam bentuk perencanaan program-program kegiatan oleh sebagian kepala sekolahdan warga sekolah. Sehingga tingkat pemahamankepala sekolah dan warga sekolah cukup baik.Selain itu dukungan dari dinas pendidikankabupaten/kota dalam bentuk pelatihan BAKMdan inisiatif sekolah untuk mengembangkankemampuan gurunya juga cukup tinggi.

Materi pendidikan kewirausahaan danekonomi kreatif dikembangkan lebih lanjut olehPuskurbuk sesudah materi pendidikan karakter,sehingga materi yang disampaikan pada saatbintek kurang bervariasi. Hal ini ditambah dengankepala sekolah mencoba memahami informasibukan melalui membaca langsung Inpres Nomor

6 Tahun 2009 atau sumber informasi lainnya,sehingga memungkinkan terjadinya penafsiranyang berbeda dalam mengimplementasikannya disekolah. Hal ini diikuti pula dengan belumdibuatnya komitmen bersama oleh sebagian besarresponden tentang penerapan kewirausahaandan ekonomi kreatif. Pelaksanaan PendidikanKarakter, Pendidikan Kewirausahaan dan EkonomiKreatif diimplementasikan melalui belajar aktif disekolah.

Bentuk-Bentuk Implementasi PendidikanKarakter, Pendidikan Kewirauasahaan danEkonomi KreatifSebagian besar sekolah memasukkan pendidikankarakter ke dalam dokumen KTSP pada bagianpengembangan diri yang dinyatakan oleh 74%responden, sedangkan masing-masing 73%responden mengintegrasikannya ke dalambudaya sekolah dan visi misi sekolah, sementarayang memasukkan ke dalam kalender pendidikanpaling sedikit, yaitu sebanyak 35% sekolah.

Diagram 6. Kebijakan Kewirausahaan (KWU) dan Ekonomi Kreatif (EK)

Diagram 7. Kebijakan

Page 12: PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER, EKONOMI KREATIF, …...Diterima tanggal: 21/12/2012, Dikembalikan untuk revisi tanggal: 31/01/2013, Disetujui tanggal: 01/03/2013 Abstrak: Penelitian

88

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 1, Maret 2013

Gambar 8. Bentuk Integrasi Pendidikan Karakter

Hampir semua responden menyatakanpendidikan karakter bermanfaat untuk membuatperubahan perilaku (96% responden) dan 95%responden menempatkan nilai disiplin merupakannilai yang paling banyak dikembangkan,sedangkan nilai inovatif merupakan nilai yangpaling sedikit dikembangkan, yang dinyatakan oleh72% responden. Hasil dari pendidikan karakterini, baru sebanyak 36% responden yang sudah

menyatakan membudaya, rata-rata barumenyatakan mulai terlihat dan berkembang. Untukkota Kendari terdapat 5 sekolah yang menyatakanbelum terlihat hasilnya.

Pelaksanaan pendidikan karakter banyakdilakukan dengan cara membudayakan senyum,sapa, salam, sopan sebanyak 93% dan palingsedikit melalui penambahan alokasi waktusebanyak 28% yang lain dilaksanakan dalambentuk keteladanan 87%, kegiatan rutin 76%, ke-giatan spontan 68%, pengkondisian 73%, ekskul76%.

Pendidikan karakter di satuan pendidikandikondisikan melalui upacara bendera sebanyak93%, dan yang terendah adalah melalui penye-diaan kotak penemuan barang hilang hanya 33%.

Semenjak adanya program pendidikankarakter ini, perubahan karakter yang palingbanyak terlihat ada pada peserta didik (95%),walaupun tidak terpaut jauh dengan pendidik dantenaga kependidikan (93%).

Diagram 10. Cara Melaksanakan

Diagram 9. Manfaat Pendidikan Karakter

Page 13: PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER, EKONOMI KREATIF, …...Diterima tanggal: 21/12/2012, Dikembalikan untuk revisi tanggal: 31/01/2013, Disetujui tanggal: 01/03/2013 Abstrak: Penelitian

89

Djuharis Rasul, Pelaksanaan Pendidikan Karakter, Ekonomi Kreatif, dan Kewirausahaan dalam Belajar Aktif di SMK

Diagram 11. Tingkat Perubahan Karakter WargaSekolah

Pendidikan Kewirausahaan dan EkonomiKreatif (KWu & EK)Jumlah SMK yang mengintegrasikan pendidikanKWu & EK ke dalam dokumen KTSP sudah cukuptinggi, akan tetapi pengaruhnya dalam mening-katkan kompetensi peserta didik tentangpendidikan KWu & EK, masih rendah. Respondenmenyatakan bahwa untuk menghasilkan produkkreatif, hambatan utamanya adalah keterbatasandana (77%) dan sarana prasarana (74%). Karenaresponden berasumsi pendidikan Kwu & EK di SMKadalah untuk menghasilkan peserta didik-pesertadidik yang dapat menghasilkan produk kreatif.

Dari 94% responden yang menyatakan bahwapendidikan kewirausahaan bertujuan untukmengembangkan jiwa wirausaha, menginfor-masikan bahwa sifat-sifat yang dikembangkanadalah bertanggungjawab (94%) dan beranimengambil resiko (97%). Serta kreativitas daninovatif (99%).

Diagram13. Nilai-nilai yang Dikembangkan

Strategi untuk mengintegrasikan PendidikanKewirausahaan dan Ekonomi Kreatif ke dalamkurikulum dilaksanakan melalui RPP dan Silabusdinyatakan oleh 76% responden, sedangkanpelaksanaannya dengan mengintegrasikannya kedalam pengembangan diri dinyatakan oleh 74%kepala sekolah, sebagian menyatakan dilak-sanakan dalam kegiatan unit produksi (UP SMK),kantin kejujuran, dan koperasi sekolah dinyatakanoleh 85%.

Diagram 14. Bentuk Implementasi

Diagram 12. Pelaksanaan di Sekolah

Page 14: PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER, EKONOMI KREATIF, …...Diterima tanggal: 21/12/2012, Dikembalikan untuk revisi tanggal: 31/01/2013, Disetujui tanggal: 01/03/2013 Abstrak: Penelitian

90

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 1, Maret 2013

Baru sekitar 62% guru-guru menyusun danmenerapkan rancangan pembelajaran yangmengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan danekonomi kreatif. sedangkan sekitar 66% pesertadidik mampu membuat proposal untuk mendirikanusaha/bisnis, dan sekitar 55% peserta didikberlatih untuk membuka usaha baru yangberorientasi pada profit.

Diagram 15. Tingkat Pelaksanaan

Belajar AktifPelaksanaan BAKM umumnya sudah baik, dimulaidari perencanaan mengajar berupa silabus danRPP sudah bernuansa belajar aktif. Hal inipuntampak dalam pelaksanaan kegiatan belajarmengajar yang dilakukan dengan menggunakanmetode pembelajaran yang berfariasi. Hambatanterbesar berasal dari peserta didik 61% dan SDMguru 58%, sehingga responden menyatakan perlumeningkatkan efektivitas diklat.

Nilai-nilai yang diprioritaskan dalam melak-sanakan pendidikan karakter, sangat bervariasi,namun yang paling banyak dikembangkan adalahnilai disiplin dan 5 s (senyum, salam, sapa, santun,dan sopan). Nilai disiplin dan 5 s ini, lebih banyakdilaksanakan dalam bentuk keteladanan,

sedangkan yang paling sedikit dikembangkanyaitu nilai inovatif. Hal ini kemungkinan karenasulitnya mengubah cara guru menempatkan dirimenjadi bukan satu-satunya sumber belajar,sehingga ada kecenderungan peserta didik ku-rang diberikan kesempatan untuk membuatsesuatu hal yang bersifat baru. Namun demikian,pendidikan karakter sudah menunjukan man-faatnya karena sudah terlihat perubahan perilakuwarga sekolah, meskipun perubahan perilaku lebihbanyak terlihat pada peserta didik.

Nilai-nilai dalam pendidikan kewirausahaan,dan pendidikan ekonomi kreatif yang palingbanyak dikembangkan yakni tanggung jawab,berani mengambil resiko, kreativitas dan inovatif.Sebagian besar kepala sekolah beranggapanpendidikan kewirausahaan ditekankan untukmembentuk peserta didik menjadi seorang wira-usahawan, walaupun sebenarnya adalah untukmengembangkan nilai-nilai wirausaha seperti kerjakeras, kerja prestatif, dll.

Sebagian besar kepala sekolah menyatakanhambatan utama dalam menjalankan pendidikankewirausahaan dan ekonomi kreatif yaitu danadan sarana prasarana. Sebagian respondenmenyatakan perlunya peningkatan efektivitasDiklat guru, karena SDM guru masih rendah.

Pelaksanaan BAKM umumnya sudah baikmulai dari perencanaan dalam bentuk silabus danRPP, penggunaan metode yang bervariasi,merancang sumber belajar secara beragam,merancang pengelolaan kelas yang bervariasi,serta merancang penilaian dengan jenis penilaianyang berbeda yang disesuaikan dengan KD.Dalam penerapan silabus dan RPP hanyasebagian menggunakan buku sumber yangberasal dari Puskurbuk.

Diagram 16. Hambatan Pelaksanaan

91%93%

98%95%

91%

97%

80%

85%

90%

95%

100% Pengembangan SilabusPengembangan RPPPBM Bervariatif

SB Bervariatif

Pengelolaan Bervariatif

0

20

40

60

80

100

Pengembang

Guru Ybs

MGMP

Himpunan Profesi

Page 15: PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER, EKONOMI KREATIF, …...Diterima tanggal: 21/12/2012, Dikembalikan untuk revisi tanggal: 31/01/2013, Disetujui tanggal: 01/03/2013 Abstrak: Penelitian

91

Djuharis Rasul, Pelaksanaan Pendidikan Karakter, Ekonomi Kreatif, dan Kewirausahaan dalam Belajar Aktif di SMK

Simpulan dan SaranSimpulanBerdasarkan hasil studi dan pembahasan, dapatditarik simpulan bahwa kebijakan pendidikankarakter, pendidikan ekonomi kreatif dan pen-didikan kewirausahaan telah dipahami danditindaklanjuti secara bertahap dan berkesinam-bungan oleh sebagian besar instansi pendidikandi daerah, baik tingkat provinsi, kabupaten/kotamaupun oleh satuan pendidikan.

Hal ini terlihat dari komponen kebijakan padapendidikan karakter yang tergambar sebagaiberikut: 1) hampir seluruh responden sudahmengetahui dan sudah melakukan sosialisasi keguru-guru di sekolah yang diikuti denganpembuatan komitmen bersama dan penyediaansarana penunjang untuk pembelajaran pen-didikan karakter bangsa; 2) pada pedidikankewirausahaan dan ekonomi kreatif. Informasitersebut didukung oleh sebagian besar res-ponden yang sudah mengetahui walaupunkeinginan untuk lebih mendalaminya masih belumoptimal. Dalam hal belajar aktif kreatif danmenyenangkan terlihat sebagian besar res-ponden sudah menyadari pentingnya untukdilaksanakan, sehingga baik di tingkat kabupaten/kota maupun sekolah sudah berusaha mening-katkan kemampuan gurunya untuk melaksanakanmetode BAKM. Hal ini menunjukkan bahwa modelsosialisasi The Proliferation of Centres yangdikembangkan lebih lanjut oleh Puskurbuk dalamrangka menyebarkan kebijakan pendidikankarakter, pendidikan ekonomi kreat if danpendidikan kewirausahaan sudah cukup baik,sekalipun masih perlu pengembangan lebih lanjutsesuai dengan tuntutan pembelajaran.

Dalam komponen pelaksanaan; sekolahsudah mengintegrasikan pendidikan karakterdalam pengembangan diri, budaya sekolah danpencanangan visi-misi sekolah. Disisi lain,walaupun sebagian besar menyatakan pendidikankarakter bermanfaat untuk mengubah perilakupeserta didik, namun sangat sedikit yangmengagendakannya dalam bentuk-bentukkegiatan di dalam kalender pendidikan; pendidikankewirausahaan dan ekonomi kreatif sudahdilaksanakan di SMK meskipun belum banyakvariasi; Pada pelaksanaan BAKM pada umumnyasudah mulai dilakukan, namun masih ditemukanhambatan utama yaitu kurangnya kompetensiguru dalam mengimplementasikannya.

SaranSosialisasi kebijakan pendidikan karakter,pendidikan ekonomi kreatif, dan pendidikankewirausahaan dengan model The Proliferation ofCentres perlu diteruskan dan bahkan dapatdikembangkan lebih lanjut untuk kebijakanpendidikan lainnya karena telah didukung olehbukti-bukti yang telah teruji dan sudah menun-jukkan keberhasilannya.

Dalam pelaksanaan pembelajaran di tingkatsatuan pendidikan, para guru perlu ditingkatkankompetensinya agar dapat menerapkan berbagaistrategi pembelajaran, baik dalam menginte-grasikan kebijakan pendidikan karakter, pendi-dikan ekonomi kreatif, dan pendidikan kewira-usahaan ke dalam mata pelajaran, muatan lokal,maupun pengembangan diri. Oleh karena itu,kekurangan kompetensi guru itu perlu ditindak-lanjuti melalui diklat-diklat tentang bagaimanamenggunakan beberapa macam metoda mengajarmelalui inservice training maupun onservice training.

Pustaka Acuan

Anonim. 2010. Rencana Pembangunan Jangka Menengah.

Badan Pusat Statistik. 2012. Penduduk Miskin September 2012: 28,59 juta orang. http://www.bps.go.id/?news=970 diunduh Sabtu 6 April 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2010. Naskahakademik pengembangan Pendidikan Kewirausahaan. Puskurbuk

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan

Page 16: PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER, EKONOMI KREATIF, …...Diterima tanggal: 21/12/2012, Dikembalikan untuk revisi tanggal: 31/01/2013, Disetujui tanggal: 01/03/2013 Abstrak: Penelitian

92

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 1, Maret 2013

Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2006 tentang StandarNasional Pendidikan.

Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Surat Edaran Menteri Pendidikan Nasional Nomor 33/MPN/SE/2007, Sosialisasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta.

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. 2000. Bimbingan Teknis Pengembangan KurikulumSMK

Departemen Perdagangan Republik Indonesia. 2008. Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia, 2025.

Hasan, Hamid. 2010. Makalah dalam Workshop Analisis Konteks di Cisarua Bogor

Irawan. 2002. Logika & Prosedur Penelitian. STIA-LAN Press Jakarta

Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2009 tentang Ekonomi Kreatif

Howkins, John. 2002. The Creative Economy: How People Make Money from Ideas. Penguin UK

Komisi Pemilihan Umum (KPU). 2012. Penduduk Indonesia 251 juta, Jabar Terbesar, Pabar Terkecil. http://www.kpu.go.id/index.php?option=com content&task=view&id=7299&Itemid=1. diunduhJumat, 5 April 2013

Iskandar, Muhaimin. 2011. Angkatan Kerja Bakal Jadi 119.39 Juta http://www.suarapembaruan.com/ekonomidanbisnis/tahun-2012-angkatan-kerja-bakal-jadi-11939-juta/15290. diunduh Jumat 8Juni 2012

Meredith, Geoffresy G. 1996. Kewirausahaan, Jakarta, Pustaka Binaman Pressindo

Pemerintah Republik Indonesia. 2010. Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa Tahun 2010-2025.

Pusat Kurikulum dan Perbukuan. 2011. Laporan Monitoring dan Evaluasi 2011. Badan Penelitian danPengembangan, Kementerian Pendidikan Nasional

Pusat Kurikulum dan Perbukuan. 2010. Desain Induk Pendidikan Karakter

Pusat Kurikulum dan Sarana Pendidikan. 1996. Pendekatan Belajar Aktif (CBSA), Konsep danPelaksanaannya.

Pusat Kurikulum. 2000. Model Pengembangan Mekanisme Pelaksanaan Kurikulum: Strategi Penyampaian(delivery) dan Pemantauan Kurikulum. Balitbang, Jakarta.

Pusat Kurikulum. 2005. Jaringan Kurikulum. Badan Penelitian dan Pengembangan, Jakarta

Rahmat, Jalaluddin. 2007. Belajar Cerdas, Belajar Berbasis Otak, Bandung: MLC

Soedarsono Soemarno. 2008. Membangun Kembali Jati Diri Bangsa, Peran Penting Karakter dan Hasratuntuk Berubah. PT Elex Media Komputindo, Palmerah Selatan Jakarta

Syarief Hasan. 2012. Jumlah Wirausahawan Indonesia. http://bisnis.news.viva.co.id/news/red/322681-menkop-jumlah-wirausahawan-Indonesia. diunduh Jumat 8 Juni 2012

Soesarsono. 2002. Pengantar Kewirausahaan, Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor

Suryana. 2004. Memahami Karakteristik Kewirausahaan. Direktorat Pembinaan Sekolah MenengahKejuruan

Page 17: PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER, EKONOMI KREATIF, …...Diterima tanggal: 21/12/2012, Dikembalikan untuk revisi tanggal: 31/01/2013, Disetujui tanggal: 01/03/2013 Abstrak: Penelitian

93

Djuharis Rasul, Pelaksanaan Pendidikan Karakter, Ekonomi Kreatif, dan Kewirausahaan dalam Belajar Aktif di SMK

Siagian, Salim dan Asfahani. 1995. Kewirausahaan Indonesia dengan Semangat 17.8.45. Kloang KledeJaya PT Putra Timur bekerja sama dengan Puslatkop dan PK Depkop dan PPK. Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Wikipedia, Ensiklopedia Bebas. “Pengertian Karakter” (http://id.wikipedia.org/wiki /Karakter) diunduh4 Oktober 2012.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan JangkaPanjang Nasional