PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH ...
Transcript of PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH ...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH (KPR)
PADA BANK KONVENSIONAL DAN BANK UNIT USAHA SYARIAH
BERDASARKAN PRINSIP KEHATI-HATIAN ( STUDI KASUS PT BANK
PERMATA Tbk CABANG SURAKARTA )
Penulisan Hukum
( Skripsi)
Disusun dan Diajukan untuk
Melengkapi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana S1
dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Oleh
Venny Noviyanti
NIM.E0007237
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
VENNY NOVIYANTI, E0007237.2011. PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA BANK KONVENSIONAL DAN BANK UNIT SYARIAH BERDASARKAN PRINSIP KEHATI-HATIAN ( STUDI KASUS PT BANK PERMATA Tbk CABANG SURAKARTA ). Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pemberian Kredit Pemilikan Rumah ( KPR ) pada bank konvensional dan bank unit syariah berdasarkan prinsip kehati-hatian. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dan apabila dilihat dari tujuannya termasuk penelitian hukum empiris atau sosiologis. Lokasi penelitian di Bank Permata Tbk Cabang Surakarta. Jenis data yang digunakan adalah data primer. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu melalui Interview ( wawancara), Studi kepustakaan berupa peraturan perundang-undangan. Analisis data yang digunakan tehnik analisis kualitatif.
Berdasarkan penelitian ini diperoleh hasil bahwa pelaksanaan pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada bank konvensional dan bank unit syariah berdasarkan prinsip kehati-hatian memiliki perbedaan dalam hal perjanjian, jangka waktu, ketentuan biaya dan perhitungan bunga atau bagi hasil. Persamaan yang ada dalam kedua adalah syarat pelaksanaan pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR), jaminan, Pelaksanaan pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Flowchart pelaksanaan pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Sedangkan perbedaan pelaksanaan pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada bank konvensional adalah system perhitungan angsuran, dimana pada bank konvensional terkenal dengan system bunga. Sedangkan pada bank unit syariah lebih terkenal system angsuran dengan bagi hasil, dimana kedua belah pihak mengadakan perjanjian sesuai dengan akad Murabahah atau akad Ijarah Muntahiyah Bittamlik (IMBT). Selain itu, penelitian ini pun membahas tentang permasalahan pelaksanaan pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada bank kovensional dan bank unit syariah yang dihadapin oleh Bank Permata, antara lain yaitu nasabah, masalah jaminan, terjadinya kredit macet.
Dengan demikian, dalam melakukan pelaksanaan pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada bank kovensional dan bank unit syariah haruslah berdasarkan prinsip kehati-hatian karena berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan adalah Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuidasi, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha sesuai dengan prinsip kehati- hatian. Sedangkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang unit syariah adalah Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya wajib menerapkan prinsip kehati-hatian.
Kata kunci : Pengaturan, prosedur, KPR
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
VENNY NOVIYANTI, E0007237. 2011. HOME LENDING OF OWNERSHIP (KPR) TO CONVENTIONAL BANK AND BANK UNITS UNDER ISLAMIC PRINCIPLES PRUDENTIAL (CASE STUDY PT BANK PERMATA Tbk CABANG SURAKARTA). Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.
This study to determine the implementation of House Ownership Loan (mortgage) on the conventional banks and Islamic banking units based on the principle of prudence. This research is a descriptive and when seen from the objectives including the legal or empirical sociological research. Research sites in PT Bank Permata Tbk Cabang Surakarta. Types of data used are primary data. Data collection techniques used is through the interview (interview), Study of literature in the form of legislation. Analysis of the data used techniques of qualitative analysis.
Based on this study obtained results that the implementation of House Ownership Loan (mortgage) in units of conventional banks and Islamic banks based on prudential principles differ in terms of the agreement, term, fee provisions and the calculation of interest or for the results. The equation is in second is the implementation of the requirements of House Ownership Loan (mortgage), security, implementation of House Ownership Loan (mortgage) and Flowchart implementation of House Ownership Loan (mortgage). While the differences in the implementation of House Ownership Loan (mortgage) on the conventional banks is the calculation of the installment system, where the conventional banks is famous for its system of interest. While the more famous bank sharia units with profit-sharing payments system, in which both parties entered into an agreement in accordance with the contract of Murabaha or Ijara contract Muntahiyah Bittamlik (IMBT). In addition, this study also discusses the problems of the implementation of House Ownership Loan (mortgage) on the banks Conventional and Islamic banking unit of Bank Permata dihadapin by, among others, namely the customer, the problem of collateral, the credit crunch.
Thus, in making the implementation of House Ownership Loan (mortgage) on the banks Conventional and Islamic banking units should be based on the precautionary principle because it is based on Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan is the Bank must maintain bank soundness in accordance with the provisions of capital adequacy, asset quality, management quality, liquidity, profitability, solvency, and other aspects related to the business in accordance with the principle of prudence. Meanwhile, based on Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang unit syariah Banking and unit Islamic Sharia in conducting its business activities are required to apply the precautionary principle.
Keywords: setting, procedures, mortgage
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MOTTO
1 % ADALAH BAKAT DAN 99 % ADALAH KERJA KERAS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan kasih
sayang serta rahmat dan hidayah-Nya tanpa henti dan tanpa diminta walaupun
terkadang penulislupa untuk bersyukur. Salawat serta salam juga senantiasa
tercurahkan kepada satu-satunya revolusioner terhebat dan abadi sepanjang zaman
Nabi Muhamad Saw semoga peneliti diberikan syafaatnya diakhir zaman dan
diizinkan menjadi umat yang dicintainya.
Penelitian hukum dengan judul “ PELAKSANAAN PEMBERIAN
KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA BANK KONVENSIONAL
DAN BANK UNIT USAHA SYARIAH BERDASARKAN PRINSIP KEHATI-
HATIAN ( STUDI KASUS PT BANK PERMATA Tbk CABANG
SURAKARTA ) ”ini merupakan penelitian pelaksanaan pemberian Kredit
Pemilikan Rumah (KPR) pada bank konvensional dan bank unit usaha syariah jika
dikaitkan dengan prinsip kehati-hatian. Didalam penelitian ini membahas tentang
syarat-syarat, prosedur, jaminan, pelaksanaan KPR, persamaan dan perbedaan
antara pelaksanaan KPR konvensional dan pelaksanaan KPR unit usaha syariah
serta permasalahan-permasalahan dalam pelaksanaan pemberian Kredit Pemilikan
Kredit (KPR) pada bank konvensional dan bank unit usaha syariah.
Penelitian ini merupakan syarat yang harus ditempuh dalam
menyelesaikan studi guna melengkapi gelar kesarjanaan di bidang ilmu hukum di
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. Atas peran serta dan
bantuan dari berbagai pihak, penulisan dapat menyelesaikan proses penulisan
hukum ini. Kesempatan ini penulisan gunakan untuk mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Prof. Dr Hartiwiningsih S.H,. M. Hum selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin
diadakannya penyusunan penulisan hukum ini.
2. Pujiyono, S. H, M. H selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan mengenai hukum perbankan konvensional dan
keadministrasian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
hukum Indonesia dengan memperbaiki segala kekurangan penulisan dalam
penulisan skripsi ini.
3. Mohammad Adnan, S.H, M. Hum selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan arahan mengenai hukum Unit Usaha Syariah dan
keadministrasian hukum Indonesia dengan memperbaiki segala
kekurangan penulisan dalam penulisan skripsi ini.
4. Edy Hardiyanto, S.H.,M.H selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan nasehat dan membantu penulis selama kuliah.
5. Kedua orang tua penulis yang tidak bosan memberikan semangat belajar
dan selalu mendoakan penulis, semoga penulis bisa jadi sinar harapan
terbaik.
6. Kedua kakak Penulis yaitu Vivin Noviyani dan Vemmy Meiyansah yang
telah memberikan dukungan moril dan material kepada penulis
7. Teman-teman dan sahabat di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
dan yang telah mengikuti seminar proposal penulis yang banyak
memberikan masukannya terutama sahabatku ocnovicky prihasditya yang
banyak membantu dalam menyelesaikan penulisan hukum ini.
8. Teman- teman di Fortuna 2 ( Silmie, Fennty, Ike, Siwi, Rini, Godri, Nanik,
Intan, Desi, Dina dan lain-lain ) yang selalu ramai dan memberikan
semangat sepanjang hari, Tidak akan terlupakan.
Penulisan hukum ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu masih
diperlukan perbaikan dan penulis sangat berterimakasih atas kritik dan sarannya.
Harapan penulis, penulisan hukum ini bisa bermanfaat bagi semuanya, penulis
pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Surakarta, 27 Juli 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ iii SURAT PERNYATAAN ............................................................................... iv ABSTRAK ...................................................................................................... v ABSTRACT .................................................................................................... vi MOTTO .......................................................................................................... vii KATA PENGANTAR .................................................................................... viii DAFTAR ISI ................................................................................................... x DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiv BAB I : PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1 B. Rumusan Masalah ................................................................. 6 C. Tujuan Penelitian .................................................................. 6 D. Manfaat Penelitian ................................................................ 7 E. Metode Penelitian ................................................................. 8 F. Sistematika Skripsi ................................................................ 14
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 17
A. Kerangka Teori ..................................................................... 17 1. Tinjauan Tentang Imlementasi Produk legislasi ............ 17 2. Tinjauan Tentang Bank Umum ...................................... 19
a. Pengertian Bank Umum .......................................... 19 b. Kegiatan-Kegiatan Bank Umum ............................. 20
3. Tinjauan Tentang Unit Usaha Syariah ........................... 22 a. Unit Usaha Syariah ................................................. 22 b. Kegiatan Unit Usaha Syariah .................................. 22
4. Tinjauan Tentang Kredit ................................................ 24 a. Pengertian Kredit .................................................... 24 b. Unsur-Unsur Kredit ................................................ 24 c. Prinsip Dasar Pemberian Kredit .............................. 25 d. Asas, Tujuan, Dan Fungsi Kredit ............................ 29 e. Jenis-Jenis Kredit Perbankan .................................. 31 f. Perjanjian Kredit Bank ............................................ 34
5. Tinjauan Tentang Pembiayaan Syariah ......................... 35 a. Pengertian Hukum Pembiayaan Bank Syariah ....... 35 b. Unsur-Unsur Pembiayaan ....................................... 36 c. Prinsip Dasar Pemberian Pembiayaan .................... 37 d. Asas, Tujuan dan Fungsi Pembiayaan .................... 40 e. Jenis-Jenis Pembiayaan ........................................... 41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
f. Perjanjian Pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) ...................................................................... 43
6. Tinjauan Umum Tentang Prinsip Kehati-hatian (Prudential Principle) ..................................................... 44
7. Tinjauan Tentang Pemilikan Rumah (KPR) .................. 46 a. Pengertian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) ........... 46 b. Prinsip Kredit Pemilikan Rumah (KPR) ................. 47 c. Jenis-Jenis Pemilikan Rumah (KPR) ...................... 47 d. Faktor-Faktor Kredit Pemilikan Rumah (KPR) ...... 47
B. Kerangka Pemikiran .............................................................. 49
BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................... 52 A. Hasil Penelitian ..................................................................... 52
1. Pelaksanaan pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada bank konvensional dan bank unit usaha syariah berdasarkan prinsip kehati-hatian yang terdapat pada Undang- Undang nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan dan Undang-Undang nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah di Bank Permata Tbk Cabang Surakarta ............................................................ 52 a. Pelaksanaan Pemberian Kredit Pemilikan Rumah
(KPR) Pada Bank Konvensional dan Bank Unit Usaha Syariah ......................................................... 53 (1). Syarat-Syarat Pemberian Kredit Pemilikan
Rumah (KPR) .................................................. 54 (2). Bentuk-Bentuk Jaminan Kredit Pemilikan
Rumah (KPR) .................................................. 59 (3). Jenis-Jenis Kredit Pemilikan Rumah (KPR) .... 59 (4). Pelaksanaan Pemberian Kredit Pemilikan
Rumah (KPR) .................................................. 60 (5). Analisis Kredit Pemilikan Rumah ................... 61 (6). Penggolongan Kredit Bank Dalam Kredit
Pemilikan Rumah (KPR) ................................. 64 (7). Prosedur Pemberian Kredit Pemilikan Rumah
(KPR) ............................................................... 65 b. Perbedaan Pelaksanaan Pemberian Kredit
Pemilikan Rumah (KPR) pada bank konvensional dan bank unit usaha syariah .................................... 67 (1). KPR Bank Konvensional ................................. 67 (2). KPR Bank Unit usaha syariah ......................... 68
2. Permasalahan yang Dihadapi dalam Pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada Bank Konvensional dan Bank Unit usaha syariah di Bank Permata Tbk Cabang Surakarta ........................................................................ 69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Pembahasan Data Hasil Penelitian ........................................ 70 1. Pelaksanaan Pemberian Kredit Pemilikan Rumah
(KPR) Pada Bank Konvensional Dan Bank Unit Usaha Syariah Berdasarkan Prinsip Kehati-Hatian Yang Terdapat Pada Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan Dan Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah Di Bank Permata Tbk Cabang Surakarta ..................................... 70
2. Permasalahan Yang Dihadapi Dalam Pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Pada Bank Konvensional Dan Bank Unit Usaha Syariah Di Bank Permata Tbk Cabang Surakarta ........................................................... 81
BAB IV : PENUTUP .................................................................................... 85 A. Kesimpulan ........................................................................... 85 B. Saran ...................................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 87 LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Model Analisis Interaktif .................................................... 14
Gambar 2 Kerangka Pemikiran ............................................................. 49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Pedoman Wawancara
Lampiran II Surat Edaran No. 12/38/DPNP tentang Bank Umum penyelenggara KPR.
Lampiran III Formulir Aplikasi Kredit Konsumen
Lampiran IV Cara Menghitung Tabel Angsuran Kredit KPR Bank Konvesional.
Lampiran V Cara Menghitung Tabel Angsuran Pembiayaan KPR Bank Unit Usaha Syariah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Rumah merupakan kebutuhan yang amat penting bagi semua orang dan
merupakan salah satu kebutuhan primer manusia. Dalam tingkat kebutuhan,
rumah termasuk kebutuhan primer yang harus dipenuhi. Terlebih bagi yang
sudah berkeluarga, rumah merupakan tempat bagi keluarga untuk berlindung,
beraktivitas, dan bersosialisasi di tengah lingkungannya.
Seiring dengan kemajuan jaman, jumlah penduduk semakin bertambah.
Akibatnya, permintaan terhadap adanya rumah sebagai tempat tinggal pun
bertambah. Efek diatas juga berimbas pada bisnis properti. Tidak hanya
rumah baru, rumah yang telah di pakai sekian tahun dipakai pun dapat
dibisniskan. Hal ini dapat dimaklumi karena sifat gerak manusia yang
dinamis, setiap saat dapat berubah menurut selera dan kepentingan.
Akibatnya ada saja pemilik rumah yang berniat mengganti rumahnya.
Sebagai contoh, jumlah keluarga semakin banyak, sedangkan rumah tidak
dapat diperluas. Hal tersebut mendorong keluarga untuk mencari rumah yang
lebih luas. Contoh lain, pemilik rumah pindah kerja sehingga harus
meninggalkan rumah. Oleh karena rumah bersifat permanen sehingga tidak
dapat berpindah pindah, pemilik rumah tersebut mau tidak mau harus menjual
rumahnya. Walaupun kebutuhan tempat tinggal dapat dipenuhi dengan cara
mengontrak, tetapi cara ini bersifat sementara dan tidak selamanya terjamin
karena dibatasi oleh kepentingan pemilik rumah.
Pada saat ini tanah yang tersedia semakin sedikit sehingga menyebabkan
harga tanah dan harga rumah menjadi semakin mahal. Maka dari itu
perbankan membantu konsumen dalam memilih rumah yang dikehendaki dan
membantu konsumen dalam pembayaran rumah. Bagi konsumen yang
memiliki kendala keuangan, pihak perbankan dapat membantu dengan suatu
alternatif pembayaran yaitu sistem KPR (Kredit Pemilikan Rumah). Beban
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pembayaran rumah melalui KPR terasa lebih ringan sebab dilakukan dengan
angsuran setiap bulannya dan juga suku bunga yang ditawarkan sesuai
dengan kondisi pasar dan tetap per tahunnya. KPR tidak hanya digunakan
pada pembelian rumah baru saja tetapi dapat digunakan juga untuk pembelian
rumah second / bekas.
Berdasarkan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perbankan, fungsi utama bank adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana
masyarakat “ bank and financial institutions collect money and deposits from
all elements of society and invest these funds in loans, securities and various
other productive assets ” (William A Lovett, 1997 : 1). Dari ketentuan
tersebut dapat terlihat bahwa fungsi utama bank sebagai perantara pihak yang
memiliki kelebihan dana (surplus of founds) dengan pihak yang kekurangan
dan memerlukan dana.
Setiap orang tentu ingin memiliki rumah sendiri. Hidup mandiri dan
bebas membina rumah tangga, sekaramg ini sudah menjadi kebutuhan setiap
orang. Misalkan untuk memiliki rumah akan tetapi mempunyai kendala
dalam kondisi keuangan, sekarang telah ada solusinya, yaitu melalui bank-
bank yang memberikan berbagai keleluasaan:
a. Bebas memilih lokasi di lingkungan Real Estate / Non Real Estate, dan
kondisi bangunan baik baru atau secondary;
b. Untuk berbagai macam tujuan: membeli rumah, ruko, apartemen atau
untuk pembangunan rumah dan renovasi;
c. Uang muka lebih ringan dan maksimum pembiayaan lebih besar;
d. Jangka waktu lebih panjang sampai dengan 20 tahun;
e. Dapatkan fleksibilitas membayar cicilan ekstra serta menarik kembali
pinjaman, tanpa proses ulang dan jaminan tambahan.
Dalam mekanisme perhitungan dan sistem pembayaran perlu dipahami agar
dapat memilih KPR yang aman dan sesuai dengan kebutuhan mengingat suku
bunga yang semakin tinggi sehingga tidak merugikan dikemudian hari bila harga
cicilan menjadi naik dari harga sebelumnya. Biasanya bank berani memberikan
KPR apabila antara bank dan konsumen telah mengadakan pengikatan serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
konsumen memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh bank. KPR di setiap
bank memiliki syarat-syarat, prosedur, jenis dan bentuk yang berbeda antar bank
konvensional dengan bank syariah.
Pada awal tahun 2007, industri KPR subprima di Amerika memasuki
suatu masa yang disebut "masa kehancuran KPR subprima". Tingginya angka
penyitaan jaminan KPR subprimer ini telah menyebabkan lebih dari 24
perusahaan pemberi pinjaman KPR subprima mengalami kepailitan, salah
satunya adalah perusahaan terkemuka yaitu New Century Financial
Corporation, yang merupakan perusahaan KPR subprima terbesar kedua di
Amerika (Gretchen Morgenson: 2007). Kehancuran dari perusahaan-
perusahaan KPR subprima ini telah mengakibatkan harga pasar saham
berbasis Real estate investment trust senilai 6.5 triliun USD jatuh dan
membawa pengaruh meluas terhadap bursa saham Amerika serta ekonomi
secara keseluruhan. “ The crisis has affected the general economy. Credit
conditions have tightened for all types of loans since the subprime crisis
started nearly a year ago. The biggest danger to the economy is that, to
preserve their regulatory capital ratios, banks will cut off the flow of credit,
causing a decline in lending to companies and consumers “ (Crouhy, Jarrow
and Turnbull, 2007 : 3). Krisis ini masih berlanjut terus dan telah
mendapatkan perhatian serius dari media masa di Amerika serta pembuat
undang-undang pada awal tahun 2007.
Beberapa peneliti atas kasus hancurnya industri subprima ini
melemparkan kesalahan semuanya ini terhadap praktik "lintah darat" dari
debitur subprima dan kurang efektifnya pengawasan pemerintah. Peneliti lain
menyalahkan pialang KPR yang dikendalikan oleh debitur guna memperoleh
KPR yang sebenarnya tidak layak, para penilai kredit yang menaikkan nilai
transaksi rumah dan investor bursa saham Wall Street yang tidak melakukan
verifikasi atas kelayakan hutang yang menjadi aset dasar pada Efek Beragun
aset subprima. Debitur subprima juga dikecam atas perbuatannya menanda
tangani perjanjian kredit yang mereka tidak mungkin dapat memenuhinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Banyak laporan atas krisis yang mencatat bahwa jatuhnya harga rumah
sejak tahun 2005 turut berperan penting dalam kejatuhan industri KPR
subprimer ini. Pada waktu harga rumah mengalami kenaikan sejak tahun
2000 hingga 2005, debitur yang memiliki kesulitan dalam pembayaran
hutangnya padahal debitur memiliki kekayaan berupa rumah, maka mereka
mengambil jalan pintas dengan cara pembiayaan kembali (refinance) atau
menjual rumah mereka. Namun sewaktu harga rumah jatuh pada banyak
negara bagian di Amerika maka strategi ini menjadi kurang bermanfaat lagi
bagi para debitur subprima.
Beberapa pakar industri menyatakan bahwa krisi ini akan makin
memburuk. Lou Ranieri dari Salomon Brothers, memperingatkan bahwa
penemu / pencetus pasar efek beragun aset pada tahun 1970-an, telah
memperingatkan tentang akibat dikemudian hari atas gagal bayarnya KPR.
Seorang pengacara hak konsumen, Irv Ackelsberg meramalkan dalam
testimoni kepada Komite Perbankan Senat Amerika bahwa 5 juta penyitaan
akan terjadi pada beberapa tahun kemudian disebabkan oleh suku bunga KPR
subprimer yang diberikan pada tahun 2004 dan 2005 akan naik sesuai dengan
syarat kredit yang disepakati yaitu kenaikan dari suku bunga tetap setelah
periode 2 tahun. Other experts have raised concerns that the crisis may
spread to the so-called Alternative-A (Alt-A) mortgage sektor, which makes
loans to borrowers with better credit than subprime borrowers at not quite
prime rates (Fleckenstein, Bill, 2007).
Beberapa ekonom termasuk Ketua Federal Reserve Board Alan
Greenspan, menyatakan keprihatinannya bahwa krisis KPR subprima ini akan
membawa dampak pada industri perumahan dan bahkan pada keseluruhan
ekonomi Amerika. Pada keadaan ini, antisipasi gagal bayar pada pada KPR
subprimer dan diperketatnya standar kredit merupakan faktor gabungan yang
menurunkan nilai rumah dan membuat pemilik rumah merasa kekayaannya
menyusut sehingga akhirnya mereka akan menurunkan secara bertahap
belanja mereka yang akan mempelemah ekonomi. Edward Leamer seorang
ekonom UCLA, meragukan bahwa harga rumah akan jatuh secara dramatis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sebab kebanyakan pemilik rumah tidak akan mau menjual rumahnya tetapi
menurut perkiraannya harga rumah akan tetap stabil atau agak tertekan untuk
3 atau 4 tahun kedepan.
Dengan terungkapnya krisi dan prediksi akan penguatan mulai
meningkat, beberapa pembuat undang-undang dari Partai Demokratik seperti
Senator Charles Schumer, Robert Menendez dan Sherrod Brown
menyarankan bahwa pemerintah Amerika harus menawarkan pembiayaan
untuk mengatasi debitur bermasalah tersebut kehilangan rumahnya. Beberapa
ekonom mengecam proposal penalangan hutang tersebut dengan mengatakan
bahwa hal itu dapat berpengaruh dari terjadinya lebih banyak lagi kasus gagal
bayar ataupun mendorong dilakukannya lebih banyak lagi pinjaman berisiko
(http://id.wikipedia.org/wiki/Kredit_subprima).
Dalam rangka mendukung sustainability perkembangan KPR dengan
tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian di dalam penyaluran KPR oleh
bank, dirasakan perlu untuk mengembangkan pasar sekunder KPR melalui
sekuritisasi. Dalam rangka mendukung kelancaran proses sekuritisasi KPR,
dipandang perlu untuk mewajibkan bank membakukan beberapa proses
administrasi KPR sejak tahap awal (originasi KPR) yang dicantumkan di
dalam Standard Operating Procedure (SOP) KPR bank. Sehubungan dengan
hal tersebut, ditetapkan pengaturan sebagaimana tercakup di dalam Surat
Edaran No. 12/38/DPNP yang pada dasarnya merupakan acuan bagi bank
untuk menyusun SOP KPR.
Pengaturan sebagaimana terdapat pada Surat Edaran No. 12/38/DPNP
ditujukan bagi Bank Umum penyelenggara KPR. Pengaturan di dalam Surat
Edaran tersebut yang mewajibkan bank untuk memiliki SOP dalam rangka
penyaluran KPR yang memuat pembakuan beberapa proses administrasi KPR
juga dimaksudkan untuk mendorong bank menyalurkan KPR secara
transparan yang pada giliran berikutnya akan membantu pengembangan pasar
sekunder KPR yang sehat.
Bank penyelenggara KPR wajib untuk menyalurkan KPR secara berhati-
hati di samping tetap memperhatikan aspek transparansi. Terdapatnya SOP
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KPR akan membantu bank untuk menyalurkan KPR secara berhati-hati dan
memperhatikan aspek transparansi yang pada giliran berikutnya akan
mendorong terdapatnya KPR yang berkualitas. Dengan demikian, pengaturan
sebagaimana terdapat pada Surat Edaran No. 12/38/DPNP berlaku bagi bank-
bank penyelenggara KPR (Surat Edaran No. 12/38/DPNP, 2010).
Berdasarkan beberapa pertimbangan diatas maka peneliti berpendapat
bahwa hal-hal tersebut di atas cukup menarik untuk di bahas lebih lanjut yaitu
mengenai aspek-aspek yang penting yang terkait dengan kredit perbankan.
Dan untuk itulah penulis mengangkatnya dalam suatu skripsi dengan judul :
“ PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH
(KPR) PADA BANK KONVENSIONAL DAN BANK UNIT USAHA
SYARIAH BERDASARKAN PRINSIP KEHATI-HATIAN ( STUDI
KASUS PT BANK PERMATA Tbk CABANG SURAKARTA ) ”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan judul yang peneliti ambil, maka terdapat beberapa rumusan
permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini, yaitu :
1. Bagaimanakah pelaksanaan pemberian kredit pemilikan rumah (KPR)
pada bank konvensional dan bank unit usaha syariah berdasarkan prinsip
kehati-hatian yang terdapat pada Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
tentang perbankan dan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah di PT Bank Permata Tbk Cabang Surakarta ?
2. Permasalahan apa saja yang dihadapkan Bank Permata Tbk cabang
Surakarta dalam pemberian kredit pemilikan rumah (KPR) pada bank
konvensional dan bank unit usaha syariah?
C. Tujuan penelitian
Suatu penelitian supaya terarah serta mengenai sasarannya, maka harus
mempunyai tujuan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Tujuan Obyektif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a) Untuk Mengetahui pelaksanaan pemberian kredit pemilikan rumah
(KPR) pada bank konvensional dan bank unit usaha syariah
berdasarkan prinsip kehati-hatian.
b) Untuk Mengetahui permasalahan yang dihadapin Bank Permata Tbk
Cabang Surakarta dalam pelaksanaan pemberian kredit pemilikan
rumah (KPR) pada bank konvensional dan bank unit usaha syariah di
Bank Permata Tbk Cabang Surakarta
2. Tujuan Subyektif
a) Untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam memperluas
pemahaman arti pentingnya ilmu hukum dalam teori dan praktek,
khususnya Hukum Perbankan.
b) Untuk memperoleh data dan informasi yang lengkap guna
penyusunan penulisan hukum ( skripsi ) sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Fakultas Hukum Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Memperluas pemikiran dan pendapat hukum, memberi landasan teoritis
dan praktek bagi pengembangan ilmu hukum pada umumnya, khususnya
hukum perbankan.
2. Manfaat Praktis
a) Untuk Mengetahui pelaksanaan pemberian kredit pemilikan rumah
(KPR) pada bank konvensional dan bank unit usaha syariah
b) Untuk Mengetahui permasalahan dalam pelaksanaan pemberian
kredit pemilikan rumah (KPR) pada bank konvensional dan bank
unit usaha syariah
c) Bagi Pribadi Lebih memahami dan menambah pengetahuan tentang
hukum perbankan.
d) Bagi Lembaga Perbankan:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(1) Meningkatkan peran dan fungsi pelayanan bank konvesional dan
bank unit usaha syariah kepada masyarakat.
(2) Memberikan kemudahan dalam pemberian kredit pemilikan
rumah (KPR) kepada rnasyarakat.
e) Bagi Masyarakat
(1) Memberikan informasi mengenai pelaksanaan pemberian kredit
pemilikan rumah (KPR) pada bank konvensional dan bank unit
usaha syariah
(2) Menambah kepercayaan masyarakat kepada Bank Konvensional
dan bank unit usaha syariah dalam pelaksanaan pemberian kredit
pemilikan rumah (KPR) .
(3) Memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk membedakan
pelaksanaan pemberian kredit pemilikan rumah (KPR) antara
bank konvensional dan bank unit usaha syariah.
E. Metode Penelitian
Istilah “Metodologi” berasal dari kata “metode” yang berarti “jalan ke”,
namun demikian, menurut kebiasaan metode dirumuskan dengan
kemungkinan kemungkinan sebagai berikut:
1. Suatu tipe pemikiran yang dipergunakan dalam penelitian dan penilaian
2. Suatu teknik yang umum bagi ilmu pengetahuan.
3. Cara tertentu untuk melaksanakan suatu prosedur (Soerjono Soekanto,
2010 : 5).
Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan
analisa dan konstruksi, yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan
konsisten. Metodologis berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu,
sistematis adalah berdasarkan suatu sistem, sedangkan konsisten berarti tidak
adanya hal-hal yang bertentangan dengan kerangka tertentu. Penelitian
hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada
metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk
mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menganalisisnya, kecuali itu, maka juga diadakan pemeriksaan yang
mendalam terhadap fakta hukum tersebut untuk kemudian mengusahakan
suatu pemecahan atas permasalahan-permasalahan yang timbul dalam gejala
bersangkutan (Soerjono Soekanto, 2010 : 42-43).
Metode penelitian dapat diartikan sebagai cara untuk memecahkan
masalah dengan jalan menemukan, mengumpulkan, menyusun data guna
mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan yang hasilnya
dituangkan dalam penulisan ilmiah (skripsi). Adapun metode penelitian
dalam penulisan hukum ini meliputi:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan penulis pada penelitian ini adalah
jenis penelitian hukum empiris atau “ sosiologis “. Pada penelitian
hukum empiris, maka yang diteliti pada awalnya adalah data skunder,
kemudian dilanjutkan pada data primer di lapangan, atau terhadap
masyarakat” (Soerjono Sukanto, 2010 : 52).
Penelitian ini mengkaji mengenai dasar hukum pelaksanaan
pemberian kredit pemilikan rumah (KPR) pada bank konvensional dan
bank unit usaha syariah di Bank Permata Tbk Cabang Surakarta. Hasil
penelitian di dapatkan peneliti melalui suatu proses wawancara (
interview ) yang dilakukan peneliti dengan mengajukan pertanyaan
mengenai pelaksanaan pemberian kredit pemilikan rumah (KPR) pada
bank konvensional dan bank unit usaha syariah di Bank Permata Tbk
Cabang Surakarta. Untuk memperoleh kebenaran fakta dalam
pelaksanaan pemberian kredit pemilikan rumah (KPR) pada bank
konvensional dan bank syariah yang didukung dengan menelaah
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan dan Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan syariah dan studi
kepustakaan, maka penelitian ini adalah penelitian hukum empiris.
2. Sifat Penelitian
Sifat penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Menurut Soerjono
Soekanto, penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
untuk memberikan data seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau
gejala-gejala lainnya. Maksud dari penelitian deskriptif adalah terutama
untuk mempertegas hipotesa-hipotesa agar dapat membantu dalam
memperkuat teori-teori baru (Soerjono Soekanto, 2010 : 10). Penelitian
ini memberikan gambaran yang lengkap mengenai apa yang menjadi
dasar yang digunakan pada bank konvensional dan bank unit usaha
syariah di Bank Permata Tbk Cabang Surakarta dalam pelaksanaan
pemberian kredit.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi dalam penelitian penulisan hukum ini adalah Bank Permata
dan Bank Bank unit usaha syariah di Bank Permata Tbk Cabang
Surakarta. Lokasi tersebut dipilih karena Bank Permata merupakan bank
konvensional dan bank unit usaha syariah, sehingga berkaitan dengan
permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini.
4. Jenis Data
Secara umum, di dalam penelitian biasanya dibedakan antara data
yang diperoleh secara langsung dari masyarakat ( data empiris ) dan dari
bahan-bahan pustaka. Data yang diperoleh secara langsung dari
masyarakat dinamakan data primer, sedangkan yang dipeoleh dari bahan-
bahan pustaka lazimnya dinamakan data sekunder ( Soerjono Soekanto,
2010 : 51 ). Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Data Primer
Data primer merupakan keterangan atau fakta yang diperoleh
secara langsung melalui penelitian lapangan atau di lokasi
penelitian. Data primer merupakan data yang dikumpulkan dari
sejumlah fakta atau keterangan yang diperoleh secara langsung
melalui penelitian lapangan. Dalam penelitian ini, data primer
berupa hasil wawancara dengan kepala bank konvensional dan bank
unit usaha syariah di Bank Permata Tbk Cabang Surakarta serta
nasabah debitur yang mengajukan Kredit pemilikan Rumah (KPR) di
Bank Permata Tbk Cabang Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang tidak diperoleh secara
langsung dari lapangan, melainkan diperoleh dari studi kepustakaan,
yang terdiri Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perbankan dan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah, Undang- Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang
Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia Nomor: 8/3/PBI/2006
tentang Perubahan Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional
Menjadi Bank Umum Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha
Berdasarkan Prinsip Syariah Dan Pembukaan Kantor Bank Yang
Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah Oleh
Bank Umum Konvensional, Surat Edaran No. 12/38/DPNP tentang
Bank Umum penyelenggara KPR, Jurnal Internasional, Jurnal
Nasional, buku-buku, dokumen, bahan-bahan kepustakaan dan
sumber tertulis lainnya.
5. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Sumber Data Primer
Merupakan sumber data yang berasal dari pihak-pihak yang ada
hubungannya langsung dengan masalah dalam penelitian. Sumber
data primer dalam penelitian ini adalah Kepala Bank Permata Tbk
Cabang Surakarta dan nasabah debitur yang mengetahui dan
memiliki pengalaman mengenai obyek penelitian.
b. Sumber Data Sekunder
Merupakan sumber data yang mendukung sumber data primer,
yaitu peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan
permasalahan yang diteliti penulis, antara lain Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Undang-Undang Nomor
21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Undang-Undang Nomor
3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia
Nomor: 8/3/PBI/2006 tentang Perubahan Kegiatan Usaha Bank
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Umum Konvensional Menjadi Bank Umum Yang Melaksanakan
Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah Dan Pembukaan
Kantor Bank Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan
Prinsip Syariah Oleh Bank Umum Konvensional, Surat Edaran No.
12/38/DPNP tentang Bank Umum penyelenggara KPR, bahan
hukum sekunder berupa buku-buku, jurnal Nasional dan jurnal
Internasional di bidang hukum yang berhubungan dengan
permasalahan yang diteliti mengenai pelaksanaan pemberian kredit
pemilikan rumah (KPR) pada bank konvensional dan bank unit
usaha syariah berdasarkan prinsip kehati-hatian.
6. Teknik Pengumpulan Data
a. Interview (Wawancara)
Wawancara merupakan cara memperoleh data dengan cara
melakukan tanya jawab secara mendalam dengan sumber data
primer, yaitu Kepala Bank Permata Tbk Cabang Surakarta dan
nasabah debitur yang mengajukan Kredit pemilikan Rumah (KPR) di
Bank Permata Tbk Cabang Surakarta. Dengan teknik wawancara
mendalam ini akan mengungkap pengalaman dan pengetahuan
ekspilisit dari Bank Permata Tbk Cabang Surakarta dan nasabah
debitur yang mengajukan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di Bank
Permata Tbk Cabang Surakarta. Dengan ini penulis membuat
responden lebih terbuka dan leluasa dalam memberikan informasi
atau data, untuk mengemukakan pengetahuan dan pengalamannya
terutama yang berkaitan dengan apa yang menjadi dasar hukum bagi
bank konvensional dan bank unit usaha syariah di Bank Permata Tbk
Cabang Surakarta dalam pelaksanaan pemberian kredit pemilikan
rumah (KPR) tersebut.
b. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data sekunder,
yaitu dengan mempelajari buku-buku literatur, peraturan perundang-
undangan, dokumen-dokumen, hasil penelitian terdahulu, dan bahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kepustakaan lain yang digunakan sebagai acuan penulis yang
berkaitan dengan masalah yang diteliti.
7. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang akan digunakan penulis dalam penelitian
ini adalah ”analisis kualitatif” yaitu suatu cara penelitian yang
menggunakan dan menghasilkan data secara deskriptif analisis. Artinya
apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan dan juga
perilaku yang nyata yang diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh
( Soerjono Soekanto, 2010 : 250 ). Jadi dalam hal ini proses
pengumpulan data dan analisa data dilakukan secara bersamaan. Teknik
analisa data meliputi tiga tahapan, yaitu mereduksi data, menyajikan
data, dan menarik kesimpulan dengan verifikasinya. Diantaranya tahap-
tahap tersebut dilakukan pembentukan siklus sehingga data yang
terkumpul direduksi lalu ditarik sebuah kesimpulan/konklusi.
Menurut H.B. Sutopo, ketiga komponen tersebut adalah :
a. Reduksi Data
Merupakan proses seleksi, pemfokusan dan penyederhanaan dari
data-data sehingga kesimpulan akhir penelitian dapat dilakukan.
b. Penyajian Data
Merupakan suatu rangkaian informasi, deskripsi dalam bentuk
narasi yang memungkinkan kesimpulan penelitian yang dapat
dilakukan. Sajian data harus mengacu pada rumusan masalah
sehingga dapat menjawab permasalahan-permasalahan yang diteliti.
c. Kesimpulan dan Verifikasi
Dari permulaan data, seorang penganalisis kualitatif melukan
pencatatan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi atau pernyataan, alur
sebab akibat dan proporsi. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi
selama penelitian berlangsung. ( HB. Sutopo, 2002 : 97 ).
Untuk lebih jelasnya, analisis data kualitatif model interaktif
dapat digambarkan dengan skema sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 1. Model Analisis Interaktif
(H.B. Sutopo . 2002. Pengantar Penelitian Kualitatif)
Maksud model analisis interaktif ini, pada waktu pengumpulan data
Peneliti selalu membuat reduksi dan sajian data. Reduksi dan sajian data
harus disusun pada waktu Peneliti sudah memperoleh unit data dari sejumlah
unit yang diperlukan dalam penelitian. Pada waktu pengumpulan data sudah
berakhir, Peneliti mulai melakukan usaha untuk menarik kesimpulan dan
verifikasinya berdasarkan pada semua hal yang terdapat dalam reduksi
maupun sajian datanya. Jika kesimpulan dirasa kurang mantap karena
kurangnya rumusan dalam reduksi maupun sajiannya, maka Peneliti dapat
kembali melakukan kegiatan pengumpulan data yang sudah terfokus untuk
mencari pendukung kesimpulan yang ada dan juga bagi pendalaman data (
HB. Sutopo, 2002 : 95 – 96).
F. Sistematika Skripsi
Guna memberikan gambaran yang jelas mengenai keseluruhan isi skripsi,
maka penulis memberikan sistematika skripsi yang secara garis besar berguna
untuk pembaca. Sistematika skripsi ini menjadi 4 ( empat bab ), dan isi
masing-masing bab secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut :
Reduksi Data
Penarikan Kesimpulan/ verifikasi
Sajian Data
Pengumpulan Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini memaparkan tentang latar belakang
dilakukannya pelaksanaan pemberian kredit pemilikan
rumah (KPR) pada bank konvensional dan bank unit
usaha syariah berdasarkan prinsip kehati-hatian di Bank
Permata Tbk Cabang Surakarta. Bab ini juga memaparkan
perrumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan
hukum.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan dibahas kajian pustaka berkaitan
dengan judul dan masalah yang diteliti yang memberikan
landasan teori serta diuraikan mengenai kerangka
pemikiran. Kajian Pustaka ini terdiri dari ,tinjauan tentang
kredit pemilikan rumah (KPR) pada bank konvensional
dan tinjauan tentang kredit pemilikan rumah (KPR) pada
bank unit usaha syariah. Selain itu, untuk memudahkan
pemahaman alur berfikir, maka di dalam bab ini juga
disertai dengan kerangka pikiran.
BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini memaparkan hasil penelitian berupa pelaksanaan
pemberian kredit pemilikan rumah (KPR) pada bank
konvensional dan bank unit usaha syariah berdasarkan
prinsip kehati-hatian di Bank Permata Tbk cabang
Surakarta Hasil penelitian merupakan jawaban atas
masalah yang di rumuskan peneliti pada awal penelitian
yakni pelaksanaan pemberian kredit pemilikan rumah
(KPR) pada bank konvensional dan bank unit usaha
syariah di Bank Permata Tbk Cabang Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV : PENUTUP
Bab ini memaparkan kesimpulan dari hasil pembahasan
dan saran-saran mengenai permasalahan yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Tinjauan Tentang Imlementasi Produk Legislasi
Dalam pembahasan ini penulis dengan sengaja menggunakan istilah
”implementation” yang artinya pelaksanaan, implementasi. Sedangkan
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ” Implentasi” artinya pelaksanaan;
penerapan (KBBI, 2008 : 548).
Pengertian implementasi adalah sebagai proses yang melibatkan
sejumlah sumber-sumber yang di dalamnya termasuk manusia, dana,
kemajuan, organisasi, baik oleh pemerintah maupun swasta. Dalam
penelitian ini, implementasi dimaksudkan ialah proses pelaksanaan atau
penerapan suatu aturan baik itu berupa Undang-Undang atau produk
hukum lainya yang telah ditetapkan oleh pemegang otoritas untuk itu dan
berlaku dalam suatu komunitas masyarakat, lembaga maupun instansi.
Menurut Lawrence M. Friendman, sistem hukum adalah suatu pokok
bahasan ilmu pengetahuan sosial tetapi bukan merupakan ilmu
pengetahuan sosial tersendiri bahkan bukan merupakan ilmu pengetahuan
sama sekali. Ciri apapun yang melekat pada sistem hukum, ciri tersebut
sama dengan yang ada pada sistem atau proses manapun. Pertama adalah
input adalah lembaran-lembaran kertas dan kepingan perilaku yang
mengerakan proses hukum, para pihak yang berpekara tidak bisa
mendekati pengadilan secara informal; mereka harus melakukan langkah
formal tertentu, seperti mengajukan gugatan perkara jenis tertentu.
Dalam pengadilan, hal-hal itu berwujud surat gugatan, petisi, atau
mengajukan perkara. Ada ratusan peraturan yang membahas tentang
bentuk input ini; semua peraturan ini merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari hukum barat modern. Common law Inggris (commom
law) terutama mengembangkan banyak isinya dari peraturan-peraturan
mengenai surat gugatan dan bentuk-bentuk tindakan. Sedangkan ouput
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
adalah suatu putusan atau ketetapan, terkadang pengadilan juga
mengeluarkan peraturan umum. Pengadilan bisa membuat keputusan
tertentu untuk penggugat dan tergugat atau mencari kesepakatan tertentu.
Yang menjadi inti dari sistem adalah caranya mengubah input menjadi
ouput.
Struktur dan substansi adalah komponen-komponen riil dari sebuah
sistem. Jelas bahwa struktur adalah salah satu dasar dan elemen nyata
dari sistem hukum. Substansi (peraturan-peraturan) adalah elemen
lainnya. Ketika seseorang pengamat mencoba untuk menjelaskan sebuah
sistem hukum secara menyilang, kemungkinan ia akan berbicara tentang
dua elemen ini. Struktur sebuah sistem adalah kerangka badannya; ia
adalah bentuk permanennya, tubuh institusional dari sistem tersebut,
tulang-tulang keras yang kaku yang menjaga agar proses mengalir dalam
batas-batasnya. Struktur sebuah sistem yudisial terbayang ketika kita
berbicara tentang jumlah para hakim, yurisdiksi pengadilan, bagaimana
pengadilan yang lebih tinggi berada diatas pengadilan yang lebih rendah,
dan orang-orang yang terkait dengan berbagai jenis pengadilan.
Sementara substansi tersusun dari peraturan-peraturan dan ketentuan
bagaimana institusi-institusi itu harus berperilaku.
Kekuatan-kekuatan sosial terus-menerus menggerakan hukum,
merusak di sini, memperbaharui di sana; menghidupkan di sini,
mematikan di sana; memilih bagian mana dari ”hukum” yang akan
beroperasi, bagian mana yang tidak,; memintas dan melewati apa yang
muncul; perubahan-perubahan apa yang akan terjadi secara terbuka atau
diam-diam. Karena tidak ada lagi isilah lain yang lebih tepat lagi, kita
bisa namakan sebagian dari kekuatan-kekuatan ini sebagai kultur hukum.
Kultur hukum adalah elemen sikap dan nilai seseorang. Istilah ” kekuatan
sosial” itu sendiri merupakan abstraksi; namun begitu, kekuatan-
kekuatan demikian tidak secara langgsung mengerakan sistem hukum.
Orang-orang dalam masyarakat memiliki kebutuhan dan membuat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tuntutan-tuntutan; semua ini kadang menjangkau dan kadang tidak
menjangkau proses hukum karena bergantung pada kulturnya.
Suatu sistem hukum dalam operasi aktualnya merupakan sebuah
organisme kompleks dimana struktur, substansi, dan kultur berinteraksi
( lawrence M. Friedman, 2009 : 12-19 )
2. Tinjauan Tentang Bank Umum
a. Pengertian Bank Umum
Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
tentang Perbankan, Bank umum adalah bank yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional dan atau bardasarkan prinsip
syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa lalu lintas
pembayaran.Bank umum merupakan bank yang bertugas
memberikan melayani seluruh jasa-jasa perbankan dan melayani
segenap lapisan masyarakat perorangan maupun lembaga-lembaga
lainnya ( Kasmir, 2008 : 5).
Sifat jasa yang diberikan oleh bank umum adalah umum, dalam
arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu pula
dengan wilayah operasinya dapat dilakukan diseluruh wilayah. Bank
umum juga sering disebut bak komersial. Kegiatan bank umum
bersifat luas, artinya produk yang ditawarkan oleh bank umum
sangat beragam, hal ini disebabkan bank umum mempunyai
kebebasan untuk menentukan produk dan jasanya. Dalam Undang-
undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, mengenai bentuk
hukum dari bank umum diatur dalam Pasal 21 yaitu dapat berbentuk
perusahaan persero (persero), Perusahaan Daerah, Koperasi atau
Perseroan Terbatas. Bentuk hukum yang banyak dipakai oleh bank
umum adalah Perseroan Terbatas. Hal ini dikarenakan lebih
memudahkan dalam mempelancar dan memperluas usaha. Bentuk
bank umum seperti ini dapat manjual saham-sahamnya di bursa efek,
sehingga akan memperkuat jumlah dana yang masuk dan masyarakat
pun cenderung memiliki kepercayaan lebih kepada bank umum yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mempunyai tingkat kesehatan yang baik. Karena sasaran operasional
bank adalah masyarakat umum dari berbagai lapisan ( Kasmir, 2008
: 33 ).
b. Kegiatan-Kegiatan Bank Umum
Kegiatan bank umum terdapat dalam Pasal 6 dan Pasal 7 Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan Undang-Undang
nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan yang isi Pasalnya sebagai
berikut :
Usaha bank umum meliputi : 1) Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito,tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu;
2) Memberikan kredit 3) Menerbitkan surat pengakuan hutang 4) Membeli, menjual atau menjamin atas resiko sendiri maupun
untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya : a) Surat-surat wesel termasuk yang diakseptasi oleh bank yang
masa berlakunya tidak lebih lama dari kebiasaan dalam perdagangan surat-surat yang dimaksud;
b) Surat pengakuan hutang dan kertas dagang lainnya yang masa berlakunya tidak lebih lama dari kebiasaan dalam perdagangan surat-surat yang dimaksud;
c) Kertas perbendaharaan Negara dan surat jaminan perintah; d) Sertifikat bank Indonesia; e) Obligasi; f) Surat dagang berjangka waktu sampai dangan 1 (satu)
tahun; g) Instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu sampai
1 (satu) tahun; 5) memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun
nasabah; 6) Menempatkan dana pada peminjam dari atau meminjamkan
dana kepada bank lain dengan mengunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel tunjuk, cek atau sarana lainnya;
7) Menerima pembayaran dari tagihan atau surat berharga dan melakukan dengan atau antar pihak ketiga;
8) Menyediahkan tempat untuk menyimpan barang dansurat berharga;
9) Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10) Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat pada bursa efek;
11) Ditiadakan 12) Melakukan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan wali
amanat; 13) Menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain
berdasarkan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapakan oleh bank Indonesia;
14) Melakukan kegiatan lain yang lazim oleh bank sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-Undang ini dan peraturan perundang-undang yang berlaku.
Dalam Pasal 7 yang lebih lanjut ditambahkan usaha-usaha Bank
Umum sebagai berikut:
1) Melaksanakan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi
ketentuan yang ditetapkan Bank Indoneia;
2) Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau
perusahaan di bidang keuangan, seperti sewa guna usaha, modal
ventura, perusahaan efek, asuransi, serta lembaga kliring
penyelesaian dan penyimpanan dengan memenuhi ketentuan
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia;
3) Melaksanakan kegiatan penyertaan modal sementara untuk
mengatasi akibat kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah, dengan syarat harus menarik
kembali pernyataannya dengan memenuhi ketentuan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia;
4) Bertindak sebagai pendiri dana pension dan pengurus dana
pension sesuai dengan ketentuan undang-undang ini dan
peraturan perundang-undang yang berlaku.
Sementara Pasal 8 ayat (2) disebutkan :
“Bank Umum wajib memiliki dan menerapkan pedoman kreditan dan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia”.
Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a) Melaksanakan penyertaan modal, kecuali sebagaimana
dimaksud dalam pasal 7 huruf b dan c;
b) Melaksanakan usaha perasuransian;
c) Melaksanakan usaha lain diluar kegiatan usaha sebagaimana
dimaksud dalam pasal 6 dan 7.
3. Tinjauan Tentang Unit Usaha Syariah
a. Unit Usaha Syariah
Pengertian Unit Usaha Syariah terdapat pada Pasal 1 Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Unit
Usaha Syariah yang selanjutnya disebut UUS, adalah unit kerja dari
kantor pusat Bank Umum Konvensional yang berfungsi sebagai
kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan Prinsip Syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari
suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor
induk dari kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit usaha
syariah.
b. Kegiatan Unit Usaha Syariah
Kegiatan Unit Usaha Syariah terdapat dalam Pasal 19 ayat (2)
dan Pasal 20 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah isi Pasalnya sebagai berikut :
Usaha bank Unit Usaha Syariah meliputi : 1) Menghimpun dana dalam bentuk Simpanan berupa Giro,
Tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad wadi’ah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
2) Menghimpun dana dalam bentuk Investasi berupa Deposito, Tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad mudharabah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
3) Menyalurkan Pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad mudharabah, Akad musyarakah, atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
4) Menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad murabahah, Akad salam, Akad istishna’, atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5) Menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad qardh atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
6) Menyalurkan Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada Nasabah berdasarkan Akad ijarah dan/atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
7) Melakukan pengambilalihan utang berdasarkan Akad hawalah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
8) Melakukan usaha kartu debit dan/atau kartu pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah;
9) Membeli dan menjual surat berharga pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata berdasarkan Prinsip Syariah, antara lain, seperti Akad ijarah, musyarakah, mudharabah, murabahah, kafalah, atau hawalah;
10) Membeli surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah yang diterbitkan oleh pemerintah dan/atau Bank Indonesia;
11) Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan pihak ketiga atau antarpihak ketiga berdasarkan Prinsip Syariah;
12) Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah;
13) Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan Nasabah berdasarkan Prinsip Syariah;
14) Memberikan fasilitas letter of credit atau bank garansi berdasarkan Prinsip Syariah; dan
15) Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan di bidang perbankan dan di bidang sosial sepanjang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam Pasal 20 ayat (2) yang isi Pasalnya sebagai berikut :
usaha-usaha Bank Unit Usaha Syariah sebagai berikut: 1) Melakukan kegiatan valuta asing berdasarkan Prinsip Syariah; 2) Melakukan kegiatan dalam pasar modal sepanjang tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah dan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal;
3) Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat kegagalan Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya;
4) Menyelenggarakan kegiatan atau produk bank yang berdasarkan Prinsip Syariah dengan menggunakan sarana elektronik; menerbitkan, menawarkan, dan memperdagangkan surat berharga jangka pendek berdasarkan Prinsip Syariah baik secara langsung maupun tidak langsung melalui pasar uang; dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha Bank Umum Syariah lainnya yang berdasarkan Prinsip Syariah.
5) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Tinjauan Tentang Kredit
a. Pengertian Kredit
Kata ” kredit ” berasal dari bahasa latin yaitu Credere yang
berarti kepercayaan. Oleh karena itu dasar dari kredit adalah
kepercayaan yang diberikan seseorang (kreditor) kepada orang lain
dan percaya bahwa penerima kredit tersebut (debitor) akan melunasi
segala sesuatu yang telah disepakati bersama.
Dalam Pasal 1 butir 11 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
tentang Perbankan, yang isi Pasalnya sebagai berikut :
“kredit adalah Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk lebih melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberi bunga”.
b. Unsur-Unsur Kredit
Kredit yang diberikan oleh lembaga kredit mempunyai unsur-
unsur sebagai berikut :
1) Kepercayaan
Kepercayaan adalah keyakinan dari si pemberi kredit bahwa
prestasi yang diberikannya baik dalam bentuk uang, barang, atau
jasa akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu
tertentu dimasa yang akan datang. Kepercayaan ini diberikan
oleh bank, dimana sebelumnya juga dilakukan penelitian
penyelidikan tentang nasabah balk secara interen maupun dari
eksteren. Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi masa lalu
dan masa sekarang terhadap nasabah pemohon kredit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Jangka Waktu
Waktu adalah suatu masa yang memisahkan antara
pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima
pada masa yang akan datang. Setiap kredit yang diberikan
memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup
masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu
tersebut bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah atau
jangka panjang.
3) Tingkat Risiko (degree of risk)
Risiko adalah semakin lama kredit diberikan semakin tinggi
pula tingkat risikonya. Adanya suatu tenggang waktu
pengembalian akan menyebabkan suatu risiko tidak tertagihnya
pelunasan kredit sehingga menimbulkan macetnya pemberian
kredit. Semakin panjang suatu kredit semakin besar risikonya,
semakin pula sebaliknya. Risiko ini menjadi tanggungan bank,
baik risiko yang disengaja oleh nasabah yang lalai, maupun oleh
risiko yang tidak sengaja. Misalnya terjadi bencana alam atau
bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan
lainnya.
4) Prestasi atau Obyek Kredit
Obyek kredit tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi
juga dapat dalam bentuk barang atau jasa. Merupakan
keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang
kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga
dan biaya administrasi kredit ini merupakan keuntungan bank.
Sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas
jasanya ditentukan dengan bagi hasil. (Thomas Suyatno,dkk
dalam hermansyah, 2005 : 58-59)
c. Prinsip Dasar Pemberian Kredit
Kriteria penilaian umum dan harus dilakukan oleh bank untuk
mendapatkan nasabah yang benar-benar layak untuk diberikan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dilakukan dengan analisis prinsip 5 C (Character, Capacity, Capital,
Condition dan Colleteral) dan 7 P (Personality, Party, Purpose,
Prospect, Payment, Profitability, Protection) (Jamal Wiwoho, 2011 :
95-98).
a. Character
Character merupakan sifat atau watak seseorang. Sifat atau
watak dari orangorang yang akan diberikan kredit benar-benar
harus dapat dipercaya. Untuk membaca watak atau sifat dari
calon debitur dapat dilihat dari latar belakang nasabah, baik
yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat
pribadi seperti : cara hidup atau gaya hidup yang dianutnya,
keadaan keluarga, hoby dan jiwa sosial. Dari sifat dan watak ini
dapat dijadikan suatu ukuran tentang “kemauan” nasabah untuk
membayar.
b. Capacity
Capacity adalah analisis untuk mengetahui kemampuan
nasabah dalam membayar kredit. Dari penilaian ini terlihat
kemampuan nasabah dalam mengelola bisnis. Kemampuan ini
dihubungkan dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman
selama ini dalam mengelola usahanya, sehingga akan terlihat
“kemampuannya” dalam mengembalikan kredit yang disalurkan.
Capacity sering juga disebut dengan nama Capability.
c. Capital
Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif atau tidak,
dapat dilihat dari laporan keuangan (neraca dan laporan rugi
laba) yang disajikan dengan melakukan pengukuran seperti dari
segi likuiditas dan solvabilitas, rentabilitas dan ukuran lainnya.
Analisis kapital juga harus menganalisis dari sumber mana saja
modal yang ada sekarang ini, termasuk persentase modal yang
digunakan untuk membiayai proyek yang akan dijalankan,
beberapa modal sendiri dan beberapa modal pinjaman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
d. Condition
Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi
ekonomi, sosial dan politik yang ada sekarang dan prediksi
untuk masa yang akan datang. Penilaian kondisi atau prospek
bidang usaha yang dibiayai hendaknya benar-benar memiliki
prospek yang baik, sehingga kemungkinan kredit tersebut
bermasalah relatif kecil.
e. Colleteral
Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah naik
yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendakya
melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus
diteliti keabsahannya, sehingga jika terjadi suatu masalah, maka
jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat
mungkin.
Selanjutnya dalam penilaian suatu kredit dapat pula dilakukan
dengan analisis 7 P dengan unsur penilaian sebagai berikut :
a. Personality
Menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah
lakunya sehari-hari maupun kepribadiaannya masa lalu.
Penilaian personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku
dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah dan
menyelesaikannya.
b. Party
Mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu
atau golongangolongan tertentu, berdasarkan modal, loyalitas
serta karakternya. Nasabah yang digolongkan ke dalam
golongan tertentu akan mendapatkan fasilitas yang bebeda dari
bank.
c. Perpose
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit,
termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan
pengambilan kredit dapat bermacam-macam sesuai kebutuhan.
Sebagai contoh apakah untuk modal kerja, investasi, konsumtif,
produktif dan lain-lain.
d. Prospect
Menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang
menguntungkan atau tidak atau dengan kata lain mempunyai
prospek atau sebaliknya. Hal ini peting mengingat jika suatu
fasilitas kredit tanpa mempunyai prospek, bukan hanya pemberi
kredit yang rugi akan tetapi juga nasabah.
e. Payment
Ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit
yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk
pengembilian kredit. Semakin banyak sumber penghasilan
debitur maka maka semakin baik. Sehingga jika salah satu
usahanya merugi akan dapat ditutupi oleh usaha lainnya.
f. Profitability
Untuk menganalisis bagaimana mengukur kemampuan
nasabah dalam mencari laba. Profitability diukur dari periode ke
periode, apakah akan tetap sama atau semakin meningkat,
apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya.
g. Protection
Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar kredit yang
diberikan mendapat jaminan perlindungan, sehingga kredit yang
diberikan benar-benar aman. Perlindungan yang diberikan oleh
debitur dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan
asuransi.
Berkaitan dengan prinsip pemberian kredit di atas, pada
dasarnya pemberian kredit oleh bank kepada nasabah debitur
berpedoman kepada 2 prinsip, yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. Prinsip Kepercayaan
Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa pemberian kredit oleh
bank kepada nasabah debitor selalu didasarkan kepada
kepercayaan.
b. Prinsip kehati-hatian (prudential principle)
Bank dalam menjalankan kegetian usahanya, termasuk
pemberian kredit kepada nasabah debitor harus selalu
berpedoman dan menerapkan prinsip kehati-hatian
(Hermansyah, 2005 : 65).
d. Asas, Tujuan, Dan Fungsi Kredit
Asas perbankan yang dianut di Indonesia tercantum dalam
ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perbankan yang mengemukakan bahwa “perbankan Indonesia dalam
melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan
menggunakan prinsip kehati–hatian”. Yang dimaksud dengan
demokrasi ekonomi ialah demokrasi ekonomi berdasarkan Pancasila
dan Undang menjalankan kegiatan usahanya wajib menjalankan
tugas dan wewenangnya masing–masing secara cermat, teliti dan
professional, sehingga memperoleh kepercayaan dari masyarakat.
Selain itu, bank dalam membuat kebijaksanaan dan menjalankan
kegiatan usahanya, harus selalu mematuhi seluruh peraturan
perundang–undangan yang berlaku secara konsisten, dengan didasari
oleh itikad baik.
Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan yang beraneka
ragam sesuai dengan harkatnya, selalu meningkat. Sedangkan
kemampuan manusia mempunyai suatu batasan tertentu,
memaksakan seseorang untuk berusaha memperoleh bantuan
permodalan untuk pemenuhan hasrat dan cita-citanya guna
peningkatan usaha dan peningkatan daya guna sesuatu barang/jasa.
Fungsi kredit perbankan dalam kehidupan perekonomian dan
perdagangan antara lain sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1. Kredit dapat meningkatkan daya guna uang
Para pemilik uang atau modal dapat secara langsung
meminjamkan uangnya kepada para pengusaha yang
memerlukan, untuk mrningkatkan produksi atau untuk
meningkatkan usahanya. Para pemilik uang/modal dapat
menyimpan uangnya pada lembaga-lambaga keuangan. Uang
tersebut diberikan sebagai pinjaman kepada perusahaan-
perusahaan untuk meningkatkan usahanya.
2. Kredit dapat meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
Kredit uang yang disalurkan melalui rekening giro dapat
menciptakan pembayaran baru seperti cek, giro bilyet, dan wesel
maka akan dapat meningkatkan peredaran uang giral. Disamping
itu, kredit perbankan yang ditarik secara tunai dapat pula
meningkatkan peredaran uang kartal, sehingga arus lalu lintas
uang akan berkembang pula.
3. Kredit dapat meningkatkan daya guna dan peredaran barang
Para pengusaha dapat memproses bahan baku menjadi
barang jadi, sehingga daya guna barang tersebut menjadi
meningkat, apabila para pengusaha tersebut mendapatkan kredit.
Disamping itu, kredit dapat pula meningkatkan peredaran
barang, baik melalui penjualan secara kredit maupun membeli
barangbarang dari satu tempat dan menjualnya ketempat lain.
Pembelian tersebut uangnya berasal dari kredit. Hal ini juga
berarti bahwa kredit tersebut dapat pula meningkatkan manfaat
suatu barang.
4. Kredit sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi
Dalam keadaan ekonomi yang kurang sehat, kebijakan
diarahkan pada usaha-usaha antara lain :
a) Pengendalian inflasi
b) Peningkatan ekspor, dan
c) Pemenuhan kebutuhan pokok rakyat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Arus kredit diarahkan pada sektor-sektor yang produktif dengan
pembatasan kualitatif dan kuntitatif. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan produksi dan memenuhi kebutuhan dalam negeri
agar bisa diekspor, kebijakan tersebut telah berhasil dengan
baik.
e. Jenis-Jenis Kredit Perbankan
Jenis-jenis kredit yang diberikan bank umum dan bank
perkreditan rakyat antara lain :
1) Dilihat Dari Segi Kegunaan
a. Kredit investasi
Kredit investasi merupakan kredit jangka panjang yang
biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau
membangun proyek/pabrik baru atau untuk keperluan
rehabilitasi. Contoh kredit investasi misalnya untuk
membangun atau membeli mesin – mesin. Masa
pemakaiannya untuk satu periode yang relatif lebih lama
dan dibutuhkan modal yang relatif besar pula.
b. Kredit modal kerja
Kredit modal kerja merupakan kredit yang digunakan untuk
keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya.
Sebagai contoh kredit modal kerja diberikan untuk membeli
bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainya
yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan.
2) Dilihat Dari Segi Tujuan Kredit
a. Kredit produktif
Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau
produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk
menghasilkan barang atau jasa. Sebagai contohnya kredit
untuk membangun pabrik yang nantinya akan menghasilkan
barang dan kredit pertanian akan menghasilkan produk
pertanian, kredit pertambangan menghasilkan bahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tambang atau kredit industri akan menghasilkan barang
industri.
b. Kredit konsumtif
Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi.
Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa
yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau
dipakai oleh seseorang atau badan usaha. Sebagai contoh
kredit untuk perumahan, kredit mobil pribadi, kredit
perabotan rumah tangga dan kredit konsumtif lainya.
c. Kredit perdagangan
Kredit yang diberikan kepada pedagang dan digunakan
untuk membiayai aktivitas perdagangan seperti untuk
membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan
dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini
sering diberikan kepada suplier atau agen-agen perdagangan
yang akan membeli barang dalam jumlah besar. Contoh
kredit ini misalnya kredit ekspor dan impor.
3) Dilihat Dari Segi Jangka Waktu
a) Kredit jangka pendek
Kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau
paling lama 1 tahun adan biasanya utuk modal kerja.
Contohnya untuk peternakan, misalnya kredit peternakan
ayam atau jika untuk pertanian misalnya tanaman padi atau
palawija.
b) Kredit jangka menengah
Kredit yang memiliki jangka waktunya berkisar 1 tahun
sampai dengan 3 tahun dan biasanya kredit ini digunakan
untuk melakukan investasi. Sebagai contoh kredit untuk
pertanian seperti jeruk, atau peternakan kambing.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c) Kredit jangka panjang
Kredit yang masa pengembaliannya diatas 3 tahun atau 5
tahun. Biasanya kredit ini untuk investasi jangka panjang
seperti perkebunan karet, kelapa sawit atau manufaktur dan
untuk kredit konsumtif seperti kredit perumahan.
4) Dari Segi Jaminan
a) Kredit dengan jaminan
Kredit yang diberikan dengan suatu jaminan tersebut dapat
berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud atau
jaminan orang. Artinya setiap kredit yang dikeluarkan akan
dilindungi minimal senilai jaminan atau untuk kredit
tertentu jaminan harus melebihi jumlah kredit yang diajukan
calon debitur.
b) Kredit tanpa jaminan
Kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang
tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek
usaha, character serta loyalitas atau nama baik calon
debitur selama berhubungan dengan bank atau pihak lain.
5) Dilihat Dari Segi Sektor Usaha
a) Kredit pertanian
Kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau
pertanian. Sektor usaha pertanian dapat berupa jangka
pendek atau jangka pajang.
b) Kredit peternakan
Kredit yang diberikan pada sektor peternakan baik jangka
pendek maupun jangka panjang. Untuk jangka pendek
misalnya peternakan ayam dan jangka panjang ternak
kambing atau ternak sapi.
c) Kredit industri
Kredit yang diberikan untuk membiayai industri, baik
industri kecil, industri menengah atau industri besar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
d) Kredit pertambangan
Kredit yang diberikan kepada usaha tambang. Jenis usaha
tambang yang dibiayainya biasanya dalam jangka panjang,
seperti tambang emas, minyak atau timah.
e) Kredit pendidikan
Kredit yang diberikan untuk membangun sarana dan
prasarana pendidikan atau dapat pula kredit untuk para
mahasiswa.
f) Kredit profesi
Kredit yang diberikan kepada para kalangan professional
seperti, dosen, dokter atau pengacara.
g) Kredit perumahan
Kredit untuk membiayai pembangunan atau pembelian
perumahan biasanya berjangka waktu panjang.
f. Perjanjian Kredit Bank
Perjanjian kredit adalah perjanjian pokok (Prinsipil) yang
bersifat riil. Sebagai perjanjian prinsipil, maka perjanjian jaminan
adalah assessor-nya. Ada dan berakhirnya perjanjian jaminan
bergantung pada perjanjian pokok. Arti riil ialah bahwa terjadinya
perjanjian kredit ditentukan oleh penyerahan uang oleh bank kepada
nasabah debitur.
Dilihat dari bentuknya, perjanjian kredit perbankan pada
umumnya menggunakan bentuk perjanjian baku (standard contract).
Berkaitan dengan itu, memang dalam praktiknya bentuk
perjanjiannya telah disediakan oleh pihak bank sebagai kreditur
sedangkan debitur hanya mempelajari dan memahaminya dengan
baik. Perjanjian yang demikian itu biasa disebut dengan perjanjian
baku (standard contract), di mana dalam perjanjian tersebut pihak
debitur hanya dalam posisi menerima atau menolak tanpa ada
kemungkinan untuk melakukan negosisasi atau tawar-menawar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Apabila debitur menerima semua ketentuan dan persyaratan
yang ditentukan oleh bank, maka debitur berkewajiban untuk
menandatangani perjanjian kredit tersebut, tetapi apabila debitur
menolak maka tidak perlu untuk menandatangani perjanjian kredit
tersebut.
Perjanjian kredit perlu memperoleh perhatian yang khusus baik
oleh bank sebagai kreditur maupun oleh nasabah sebagai debitur,
karena perjanjian kredit mempunyai fungsi yang sangat penting
dalam pemberian, pengelolahan dan penatalaksanaan kredit tersebut.
Berkaitan dengan itu, menurut Ch. Gatot Wardoyo perjanjian kredit
mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut :
1. Perjanjian kredit berfungsi sebagai perjanjian pokok.
2. Perjanjian kredit berfungsi sebagai alat bukti mengenai batas-
batasn hak dan kewajiban diantara debitur dan kreditur.
3. Perjanjian kredit berfungsi sebagai alat untuk melakukan
monitoring kredit.
5. Tinjauan Tentang Pembiayaan Syariah
a. Pengertian Hukum Pembiayaan Bank Syariah
Pengertian pembiayaan selalu berkaitan dengan aktivitas bisnis.
Oleh karena itu kita harus mengetahui pengertian dari bisnis itu
sendiri. Bisnis adalah aktivitas yang mengarah pada peningkatan
nilai tambah melalui proses penyerahan jasa, perdagangan atau
pengolahan barang (produksi). Pelaku bisnis dalam menjalankan
bisnisnya sangat membutuhkan sumber modal. Jika pelaku tidak
membutuhkan modal secara cukup, maka ia akan berhubungan
dengan pihak lain, seperti bank untuk mendapatkan suntikan dana,
dengan melakukan pembiayaan. Pembiayaan atau financing, yaitu
pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk
mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan
sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan (Muhammad, 2009 : 17).
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah, yang berbunyi:
Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa: 1) Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan
musyarakah; 2) Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli
dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik; 3) Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan
istishna’; 4) Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan 5) Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk
transaksi multijasa
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah
dan/atau Unit Usaha Syariah dan pihak lain yang mewajibkan pihak
yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan
dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah,
tanpa imbalan, atau bagi hasil.
b. Unsur-Unsur Pembiayaan
Menurut Kasmir (2008 : 74) adapun unsur-unsur pembiayaan
yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas pembiayaan adalah
sebagai berikut :
1. Kepercayaan
Yaitu suatu keyakinan pemberi pembiayaan (bank) bahwa
pembiayaan yang diberikan bank berupa uang, barang atau jasa
akan benar-benar diterima kembali dimasa tertentu di masa
datang.
2. Kesepakatan
Antara pemberi dengan penerima pembiayaan harus ada
kesepakatan. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian
dimana masing – masing pihak menandatangani hak dan
kewajiban masing-masing.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Jangka Waktu
Setiap pembiayaan yang diberikan pasti memiliki jangka
waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian
pembiayaan yang telah disepakati.
4. Resiko
Faktor resiko kerugian dapat diakibatkan dua hal yaitu
resiko kerugian yang diakibatkan nasabah sengaja tidak mau
membayar kreditnya pada hal mampu dan resiko kerugian yang
diakibatkan karena nasabah tidak senagaja. Semakin panjang
jangka waktu suatu kredit semakin besar resiko tidak tertagih,
demikian pula sebaliknya.
5. Balas Jasa
Balas jasa atas kredit pada bank konvensional dalam bentuk
bunga, biaya provisi dan komisi serta biaya administrasi kredit
ini merupakan keuntungan bank. Sedangkan bagi bank syariah
atas pembiayaan yang diberikan balas jasanya ditentukan
dengan bagi hasil.
c. Prinsip dasar pemberian pembiayaan
Menurut Kasmir (2008: 91-95), terdapat beberapa prinsip-
prinsip penilaian kredit yang sering dilakukan yaitu dengan analisis
5C, analisis 7P dan studi kelayakan. Kedua prinsip ini 5C dan 7P
memiliki persamaan yaitu apa-apa yang terkandung dalam 5C dirinci
lebih lanjut dalam prinsip 7P disamping lebih terinci juga jangkauan
analisisnya lebih luas dari 5C.
1). Character
Yaitu penilaian terhadap karakter atau kepribadian calon
penerima pembiayaan dengan tujuan untuk memperkirakan
kemungkinan bahwa penerima pembiayaan dapat memenuhi
kewajibannya.
2). Capacity
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Yaitu penilaian secara subyektif tentang kemampuan
penerima pembiayaan untuk melakukan pembayaran.
Kemampuan diukur dengan catatan prestasi penerima
pembiayaan di masa lalu yang didukung dengan pengamatan di
lapangan atas sarana usahanya seperti toko, karyawan, alat-alat,
pabrik serta metode kegiatan.
3). Capital
Yaitu penilaian terhadap kemampuan modal yang dimiliki
oleh calon penerima pembiayaan yang diukur dengan posisi
perusahaan secara keseluruhan yang ditujukan oleh rasio
finansial dan penekanan pada komposisi modalnya.
4). Collateral
Yaitu jaminan yang dimiliki calon penerima pembiayaan.
Penilaian ini bertujuan untuk lebih meyakinkan bahwa jika suatu
resiko kegagalan pembayaran tercapai terjadi , maka jaminan
dapat dipakai sebagai pengganti dari kewajiban.
5). Condition
Bank syariah harus melihat kondisi ekonomi yang terjadi di
masyarakat secara spesifik melihat adanya keterkaitan dengan
jenis usaha yang dilakukan oleh calon penerima pembiayaan.
Hal tersebut karena kondisi eksternal berperan besar dalam
proses berjalannya usaha calon penerima pembiayaan.
Sedangkan penilaian 7P adalah sebagai berikut :
1) Personally
Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya/tingkah
lakunya sehari-hari maupun masa lalunya. Personality juga
mencakup sikap, emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah
dalam menghadapi suatu masalah. Personality hampir sama
dengan character dari 5C.
2) Party
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi
tertentu atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal,
loyalitas serta karakternya. Sehingga nasabah dapat digolongan
ke golongan tertentu dan akan mendapatkan fasilitas kredit yang
berbeda pula dari bank. Kredit untuk pengusaha lemah, sangat
berbeda dengan kredit untuk pengusaha yang kuat modalnya,
baik dari segi jumlah, bunga dan persyaratan lainnya.
3) Purpose
Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil
kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan
pengambilan kredit dapat bermacam-macam apakah tujuan
untuk konsumtif atau untuk tujuan produktif atau untuk tujuan
perdagangan.
4) Prospect
Yaitu untuk menilai usaha bank di masa yang akan datang
apakah menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain
mempunyai prospek atau sebaliknya. Hal ini penting mengingat
jika suatu fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyai
prospek, bukan hanya bank yang rugi akan tetapi juga nasabah.
5) Payment
Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan
kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk
pengembalian kredit yang diperolehnya. Semakin banyak
sumber penghasilan debitur maka akan semakin baik. Sehingga
jika salah satu usahanya merugi akan dapat ditutupi oleh sector
lainnya.
6) Profitability
Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam
mencari laba. Profitabilitas diukur dari periode ke periode.
Apakah tetap sama atau akan semakin meningkat dengan
tambahan kredit yang akan diperolehnya dari bank.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7) Protection
Tujuannya adalah bagimana menjaga kredit yang
dikucurkan oleh bank namun melalui suatu perlindungan.
Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang atau
asuransi.
d. Asas, Tujuan Dan Fungsi Pembiayaan
Pembiayaan Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya
berasaskan Prinsip Syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-
hatian.
Menurut Muhammad (2009 : 17) secara umum tujuan
pembiayaan dibedakan menjadi dua kelompok yaitu : tujuan
pembiayaan untuk tingkat makro, dan tujuan pembiayaan untuk
tingkat mikro. Secara makro pembiayaan bertujuan untuk :
1) Peningkatan ekonomi umat
Masyarakat yang tidak dapat akses secara ekonomi, dengan
adanya pembiayaan mereka dapat melakukan akses ekonomi.
Dengan demikian dapat meningkatkan taraf ekonominya.
2) Tersedianya Dana bagi Peningkatan Usaha
Untuk pengembangan usaha membutuhkan dana tambahan.
Dana tambahan ini dapat diperoleh dengan melakukan
pembiayaan. Pihak yang surplus dana menyalurkan kepada
pihak minus dana, sehingga dapat tergulirkan.
3) Membuka lapangan kerja baru
Dengan dibukanya sektor-sektor usaha melalui penambahan
dana pembiayaan, maka sektor usaha tersebut akan menyerap
tenaga kerja.
4) Terjadi distribusi pendapatan
Masyarakat usaha produktif mampu melakukan aktivitas
kerja, berarti mereka akan memperoleh pendapatan dari hasil
usahanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Fungsi dalam menjalankan pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah bukan hanya untuk mencari keuntungan dan
meramaikan bisnis perbankan di Indonesia, tetapi juga untuk
menciptakan lingkungan bisnis yang aman, diantaranya :
1) Memberikan pembiayaan dengan prinsip syariah yang
menerapkan sistem bagi hasil yang tidak memberatkan
debitur.
2) Membantu kaum dhuafa yang tidak tersentuh oleh bank
konvensional karena tidak mampu memenuhi persyaratan
yang ditetapkan oleh bank konvensional.
3) Membantu masyarakat ekonomi lemah yang selalu
dipermainkan oleh rentenir dengan membantu melalui
pendanaan untuk usaha yang dilakukan.
e. Jenis-Jenis Pembiayaan
Menurut (Muhammad Syafii, 2001) pembiayaan merupakan
salah satu tugas pokok bank yaitu pemberian fasilitas penyediaan
dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan
defisit unit. Menurut system penggunaannya, pembiayaan dapat
dibagi menjadi 2 hal sebagai berikut :
1) Pembiayaan produktif
Yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan
usaha, baik usaha produksi, perdagangan maupun investasi.
Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi
menjadi dua hal berikut :
a) Pembiayaan modal kerja
yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan
peningkatan produksi baik secara kuantitatif yaitu jumlah
hasil produksi, maupun secara kualitatif yaitu peningkatan
kualitas atau mutu hasil produksi dan untuk keperluan
pergadangan atau peningkatan utility of place dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
suatubarang. Unsur unsur pembiayaan modal kerja terdiri
atas komponenkomponen alat likuid(cash), piutang dagang
(receivaable), dan persediaan (inventory).
b) Pembiayaan investasi
yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal
(capital goods) serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya
dengan itu.
2) Pembiayaan komsumtif.
Yaitu pembiyaan yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk
memenuhi kebutuhan. Pembiayaan konsumtif diperlukan oleh
pengguna dana untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan akan
habis pakai untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Kebutuhan
konsumsi dapat dibedakan atas kebutuhan primer (pokok atau
dasar) dan kebutuhan sekunder. Kebutuhan primer adalah
kebutuhan pokok, baik berupa barang seperti makanan,
minuman, pakaian dan tempat tinggal. Adapun kebutuhan
sekunder adalah kebutuhan tambahan yang secara kuantitatif
maupun kualitatif lebih tinggi maupun lebih mewah dari
kebutuhan primer, baik berupa barang seperti makanan dan
minuman, pakaian/perhiasan, bangunan rumahan, kendaraan
maupun berupa jasa seperti pendidikan, pelayanan kesehatan,
pariwisata, hiburan dan sebagainya.
Bank syariah dapat menyediakan pembiayaan komersil
untuk pemenuhan kebutuhan barang konsumsi dengan
menggunakan skema sebagai berikut :
a) Al-bai tsaman ajil (salah satu bentuk murabahah) atau jual
beli dengan angsuran.
b) Al-ijarah al-muntahia bit-tamslik atau sewa beli
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c). Al-musyarakah mutanaqhishah atau decreasing
participation, dimana secara bertahap bank menurunkan
jumlah partisipasinya.
d) Ar-Rahn untuk memenuhi kebutuha jasa.
f. Perjanjian Pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
Undang-Undang perbankan syariah menjelaskan setiap
melakukan pembiayaan KPR harus melalui suatu perjanjian, dimana
perjanjian ini sering disebut dengan akad. Dalam Pasal 1 butir 13
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 yang isi Pasalnya sebagai
berikut :
Akad adalah kesepakatan tertulis antara Bank Syariah atau UUS dan pihak lain yang memuat adanya hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak sesuai dengan Prinsip Syariah.
Sistem pembiayaan yang digunakan dalam KPR Musyarakah
dan Ijarah. Musyarakah merupakan akad bagi hasil ketika dua atau
lebih pegusaha pemilik dana/modal bekerja sama sebagai mitra
usaha, membiayai investasi usaha baru atau yang sudah berjalan
(Ascarya, 2008 : 51). Porsi keuntungan dibagi diantara mereka
menurut kesepakatan yang ditentukan sebelumnya dalam akad sesuai
dengan proporsi modal yang disertakan (pendapat Imam Malik dan
Imam Syafi’i).
Teknis perbankan, musyarakah adalah kerja sama antara pemilik
bank atau bank dengan nasabah, dimana masing-masing pihak
memberikan kontribusi modal dengan keuntungan dibagi menurut
kesepakatan di muka dan apabila rugi ditanggung oleh kedua belah
pihak yang bersepakat. Ijarah adalah hak untuk memanfaatkan
barang/jasa dengan membayar imbalan tertentu. Teknis dalam
perbankan, Ijarah adalah perjanjian antara bank dengan nasabah
untuk menyewa suatu barang/obyek milik bank, dimana bank
mendapatkan imbalan atas barang yang di sewakannya, diakhir
periode nasabah diberi kesempatan untuk membeli barang/obyek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yang disewanya. Pengalihan kepemilikan yang diakadkan di awal,
hanya semata-mata untuk memudahkan bank dalam pemeliharaan
asset itu sendiri baik sebelum dan sesudah akhir masa sewa.
6. Tinjauan Umum Tentang Prinsip Kehati-Hatian (Prudential
Principle)
Menurut ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
dikemukakan, bahwa Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya
berasaskan Demokrasi Ekonomi dengan mengunakan prinsip kehati-
hatian. Dari ketentuan ini, menunjukan bahwa prinsip kehati-hatian
adalah salah satu asas yang terpenting yang wajib diterapkan atau
dilaksanakan oleh bank dalam menjalankan kegiatan usahanya.
Prinsip kehati-hatian tersebut mengharuskan pihak bank untuk selalu
hati-hati dalam menjalankan kegiatan usahanya, dalam arti harus selalu
konsisten dalam melaksanakan peraturan perundang-undangan di bidang
perbankan berdasarkan profesionalisme dan iktikat baik.
Berkaitan dengan prinsip kehati-hatian sebagaimana dimaksud
dalam ketentuan Pasal-Pasal di atas, kita dapat menemukan pasal lain di
dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang mempertegas
kembali mengenai pentingnya prinsip kehati-hatian itu diterapkan dalam
setiap kegiatan usaha bank, yakni dalam Pasal 29 ayat (2)
mengemukakan bahwa:
”Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuidasi, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian”.
Berdasarkan ketentuan pasal 29 ayat (2) di atas, maka tidak ada
alasan apa pun juga bagi pihak bank untuk tidak menerapkan prinsip
kehati-hatian dalam menjalankan kegiatan usahanya dan wajib
menjunjung tinggi prinsip kehati-hatian. Ini mengandung arti, bahwa
segala perbuatan dan kebijaksanaan yang dibuat dalam rangka
melakukan kegiatan usahanya harus senantiasa berdasarkan peraturan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perundang–undangan yang berlaku sehingga dapat dipertanggung
jawabkan secara hukum.
Selanjutnya dalam ketentuan Pasal 29 ayat (3) terkandung arti
perlunya diterapkan prinsip kehati-hatian dalam rangka penyaluran kredit
atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah kepada nasabah debitor.
Selengkapnya ketentuan Pasal 29 ayat (3) mengemukakan bahwa:
”Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada bank.
Ketentuan pasal 29 ayat (2) dan ayat (3) di atas tentu berhubungan
erat dengan ketentuan pasal 29 ayat (4), karena bertujuan untuk
melindungan kepentingan nasabah penyimpan dan simpanannya. Adapun
ketentuan Pasal 29 ayat (4) menyatakan bahwa:
”Untuk kepentingan nasabah, bank wajib menyediakan informasi mengenai kemungkinan terjadinya risiko kerugian sehubungn dengan transaksi nasabah yang dilakukan melalui bank”.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 di dalam Pasal
35 ayat (1) :
“Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya wajib menerapkan prinsip kehati-hatian”.
Ketentuan yang bertujuan untuk melindungi kepentingan nasabah
penyimpan dan simpanannya adalah terdapat di dalam Pasal 36. Adapun
ketentuan Pasal 36 menyatakan bahwa:
“Dalam menyalurkan Pembiayaan dan melakukan kegiatan usaha lainnya, Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan Bank Syariah dan/atau Unit Usaha Syariah dan kepentingan Nasabah yang mempercayakan dananya”.
7. Tinjauan Tentang Pemilikan Rumah (KPR)
a. Pengertian Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
KPR adalah singkatan dari Kredit Pemilikan Rumah, adalah
fasilitas untuk membeli dan memiliki rumah dengan melalui
pendanaan atau kredit dari bank. KPR dianggap menguntungkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
karena dapat memiliki rumah sendiri dengan cara mencicil.
Pengertian KPR pun saat ini telah berkembang menjadi lebih luas,
tidak saja untuk pembelian rumah namun juga menyewa dan
membangun rumah diatas tanah yang telah ada. Misalnya kita
membangun rumah diatas tanah yang dimiliki, setelah perhitungan
pada akhir pembangunan, namun dana kurang mencukupi sehingga
pada saat itu kita bisa mencoba mengambil KPR untuk meneruskan
pembangunan rumah kita sampai selesai dan menurut persyaratan
yang diajukan bank (”Mengajukan KPR”).
Di beberapa bank pengertian KPR juga berbeda-beda, sehingga
dalam pengelompokkan produk yang ingin ditawarkannya pun
berbeda. Ada bank-bank yang mengakui bahwa pembelian rumah
susun / rumah toko / apartemen / renovasi rumah / refinancing /
kondominium sebagai pengelompokkan ke dalam produk-produk
Kredit Pemilika Rumah (KPR) dan ada pula yang tidak, jadi setiap
bank memiliki pengertian produk KPR nya sendiri-sendiri.
Dari beberapa pengertian-pengertian tersebut, maka dapat
disimpulkan definisi KPR yaitu: “fasilitas pendanaan oleh bank
untuk kepemilikan properti dimana pendanaan tersebut akan dibayar
kembali oleh debitur dengan cara mengangsur kepada bank
tersebut”.
b. Prinsip Kredit pemilikan rumah (KPR)
Membiayai terlebih dahulu biaya pembelian atau pembangunan
rumah, dan dana untuk membayar balik dilakukan dengan angsuran
atau cicilan tersebut.
c. Jenis-Jenis Kepemilikan Rumah (KPR)
Di Indonesia, saat ini dikenal ada 2 jenis KPR:
1). KPR Subsidi
yaitu suatu kredit yang diperuntukan kepada masyarakat
berpenghasilan menengah ke bawah dalam rangka memenuhi
kebutuhan perumahan atau perbaikan rumah yang telah dimiliki.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Bentuk subsidi yang diberikan berupa subsidi meringankan
kredit dan subsidi menambah dana pembangunan atau perbaikan
rumah. Kredit subsidi ini diatur tersendiri oleh Pemerintah,
sehingga tidak setiap masyarakat yang mengajukan kredit dapat
diberikan fasilitas ini. Secara umum batasan yang ditetapkan
oleh Pemerintah dalam memberikan subsidi adalah penghasilan
pemohon dan maksimum kredit yang diberikan.
2). KPR Non Subsidi
yaitu suatu KPR yang diperuntukan bagi seluruh
masyarakat. Ketentuan KPR ditetapkan oleh bank, sehingga
penentuan besarnya kredit maupun suku bunga dilakukan sesuai
kebijakan bank yang bersangkutan.
d. Faktor-Faktor Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembayaran Kredit
Pemilikan Rumah yaitu:
1. Nominal pinjaman
yaitu jumlah uang yang dipinjamkan oleh pemberi pinjaman
2. Jangka waktu pinjam uang (periode pinjaman)
yaitu periode (jangka waktu) yang terletak di antara tanggal
mulai berlakunya perjanjian kredit dan tanggal pelunasan kredit.
3. Bunga atas pinjaman (bunga nominal)
Bank layak untuk memungut bunga atas pinjaman (uang) yang
diberikan kepada nasabahnya karena bank telah berkorban dan
telah menyediakan dana untuk keperluan nasabah sehingga bank
tidak dapat menggunakan dana (memutar dana) untuk menutup
kebutuhan yang lain. Bank menuntut balas jasa berupa bunga
yang dibebankan oleh bank kepada para nasabah dan harus
dibayar oleh nasabah yang bersangkutan. Dengan demikian
bunga merupakan balas jasa yang harus dibayar para nasabah
kepada bank karena pinjaman yang diterimanya dari bank.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4. Prepayment penalty (Penalti)
yaitu suatu biaya tambahan yang harus dibayar oleh peminjam
jika semua atau sebagian dari pinjaman dilunasi sebelum jatuh
temponya.
5. Finance charge
yaitu setelah pinjaman kredit disetujui oleh bank maka debitur
harus melunasi biaya-biaya awal setelah terikat kontrak
perjanjian kredit dengan bank (finance charge) yang terdiri dari:
biaya provisi, biaya administrasi, biaya asuransi kebakaran,
biaya asuransi jiwa, biaya appraisal dan biaya notaris.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Kerangka Pemikiran
Gambar 2. Kerangka pemikiran
Penjelasan kerangka Pemikiran
Kerangka pikirin pada skema di atas mencoba memberikan gambaran yang
disusun secara sistematis terkait alur pikiran dalam menjawab permasalahan
dalam penelitian ini. Kerangka pemikiran ini dibuat untuk membandingkan
pelaksanaan pemberian kredit pemilikan rumah (KPR) pada bank konvensional
dan bank unit usaha syariah berdasarkan prinsip kehati-hatian yang terdapat pada
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan dan bank unit usaha
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah
Kredit Macet Kredit Lancar
Permasalahan Kredit Macet
Penyelesaian
Bank Umum / Unit Usaha
Syariah
Financial Intermediation
Memberikan Krediit Pemilikan Rumah
(KPR)
Prinsip Kehati-hatian
Nasabah Debitur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
syariah berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Perbankan
Syariah.
Keberadaan sistem keuangan ini diharapkan dapat melaksanakan fungsinya
sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediation) dan lembaga
tranmisi yang mampu menjembatani mereka yang kelebihan dana dan kekurangan
dana, serta memperlancar transaksi ekonomi.
Pelaksanaan pemberian kredit pemilikan rumah (KPR) pada bank
konvensional berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 adalah
kepercayaan yang diberikan seseorang (kreditor) kepada orang lain dan percaya
bahwa penerima kredit tersebut (debitor) akan melunasi segala sesuatu yang telah
disepakati bersama. Kredit yang diberikan oleh lembaga kredit mempunyai unsur-
unsur sebagai berikut : kepercayaan, jangka waktu, tingkat resiko, prestasi atau
obyek kredit. Tujuan kredit adalah untuk memenuhi kebutuhan yang beraneka
ragam sesuai dengan harkatnya, selalu meningkat. Fungsi kredit perbankan dalam
kehidupan perekonomian dan perdagangan antara lain sebagai berikut : Kredit
dapat meningkatkan daya guna uang, Kredit dapat meningkatkan peredaran dan
lalu lintas uang, Kredit dapat meningkatkan daya guna dan peredaran barang,
Kredit sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi, Jenis-Jenis Kredit Perbankan.
Sistem pemberian kredit bank unit usaha syariah berdasarkan Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2001 tidak dikenal dengan sebutan kredit akan tetapi
lebih dikenal dengan sebutan pembiayaan. Pembiayaan yang diberikan oleh
lembaga pembiayaan mempunyai unsur-unsur sebagai berikut : kepercayaan,
jangka waktu, tingkat resiko, prestasi atau obyek kredit. Tujuan pembiayaan
adalah pembiayaan tingkat mikro dan pembiayaan tingkat makro. Fungsi dalam
menjalankan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah bukan hanya untuk mencari
keuntungan dan meramaikan bisnis perbankan di Indonesia, tetapi juga untuk
menciptakan lingkungan bisnis yang aman, antara lain : Memberikan pembiayaan
dengan prinsip syariah yang menerapkan sistem bagi hasil yang tidak
memberatkan debitur, membantu kaum dhuafa yang tidak tersentuh oleh bank
konvensional karena tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh
bank konvensional, dan membantu masyarakat ekonomi lemah yang selalu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dipermainkan oleh rentenir dengan membantu melalui pendanaan untuk usaha
yang dilakukan. Jenis-jenis pambiayaan syariah.
Bank dalam melaksanakan pemberian kredit pemilikan rumah (KPR)
mengunakan prinsip kehati-hatian. Apabila bank tidak menggunakan prinsip
kehati-hatian, maka akan menimbulkan permasalahan yaitu kredit macet. Dalam
menyelesaian permasalahan kredit macet di Bank permata Tbk cabang Surakarta
di lakukan Beberapa kebijakan yang dibuat oleh Bank permata Tbk cabang
Surakarta dengan berpedoman pada peraturan Bank Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Pelaksanaan Pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Pada Bank
Konvensional Dan Bank Unit Usaha Syariah Berdasarkan Prinsip
Kehati-Hatian Yang Terdapat Pada Undang-Undang Nomor 10 Tahun
1998 Tentang Perbankan Dan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008
Tentang Perbankan Syariah Di PT. Bank Permata Tbk Cabang
Surakarta.
Penulis dalam hal ini memperoleh data dengan melakukan penelitian di
Intitusi Mitra Bank Permata cabang Surakarta.
Bank Permata cabang Surakarta memiliki tiga kantor cabang pembantu
yang berlokasi di :
1. Jalan Slamet Riyadi
2. Jalan Urip Sumoharjo
3. Solo Baru
Penulis dalam hal ini di tempatkan di Bank Permata cabang surakarta
yang beralamat di Jl. Slamet Riyadi Surakarta dan melakukan wawancara
dengan Emanuel Joko Nugroho S.H selaku kepala PT. Bank Permata Tbk
Cabang Surakarta dan nasabah debitur X yang namanya tidak mau disebutkan
karena menyangkut rahasia bank selaku nasabah debitur kredit pemilikan
rumah (KPR) di PT Bank Permata Tbk Cabang Surakarta.
Dalam penelitian yang dilaksanakan di PT. Bank Permata Tbk Cabang
Surakarta, penelitian hanya difokuskan pada pemberian Kredit Pemilikan
Rumah (KPR) yang diberikan kepada nasabah langsung (End User) yang
membeli rumah baru atau bukan rumah baru. Hal ini dikarenakan karena
pemberian jaminan dilaksanakan pada saat bersamaan dengan penandatangan
akta jual beli. Pemberian suatu Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang terdapat
pada bank konvensional dan bank unit usaha syariah berdasarkan prinsip
kehati-hatian di PT. Bank Permata Tbk Cabang Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. Pelaksanaan Pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Pada Bank
Konvensional Dan Bank Unit Usaha Syariah
Kredit kepemilikan rumah pada bank konvensional dan bank unit
usaha syariah yang bersifat konsumtif. Dimana bank menyediakan
pinjaman dana untuk membeli rumah, tanah kavling atau untuk
merenovasi rumah yang diperlukan calon penerima kredit, untuk dibayar
kembali saat jatuh tempo dengan cara cicilan dan batas maksimal cicilan
pada bank konvensional selama 15 tahun dan bank unit usaha syariah
selama 20 tahun. Pada saat akad, pembiayaan KPR diakui pada saat
pencairannya sebesar pokok pembiayaan yang diberikan dan keuntungan
yang disepakati. Keuntungan ini disebut margin yang merupakan
pendapatan bank, dimana besarnya margin ditetapkan berdasarkan
kesepakatan antara nasabah dan PT. Bank Permata Tbk Cabang
Surakarta.
Pada prinsipnya, bank syariah sama dengan perbankan konvensional,
yaitu sebagai instrumen intermediasi yang menerima dana dari orang-orang
yang surplus dana (dalam bentuk penghimpunan dana) dan
menyalurkannya kepada pihak yang membutuhkan (dalam bentuk
produk pelemparan dana). Sehingga produk-produk yang disediakan
oleh bank-bank konvensional, baik itu produk penghimpunan dana
(funding) maupun produk pembiayaan (financing), pada dasarnya dapat
pula disediakan oleh bank-bank syariah.
Produk pembiayaan KPR yang digunakan dalam perbankan
syariah memiliki berbagai macam perbedaan dengan KPR (Kredit
Kepemilikan Rumah) di perbankan konvensional. Hal ini merupakan
implikasi dari perbedaan prinsipal yang diterapakan perbankan
syari’ah dan perbankan konvensional yaitu konsep bagi hasil dan
kerugian (profit and loss sharing) sebagai pengganti sistem bunga
perbankan konvensional. Dalam pemberian kepemilikan rumah ini,
terdapat beberapa perbedaan antara perbankan syari’ah dan perbankan
konvensional, di antaranya adalah pemberlakuan sistem kredit dan sistem
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mark up, kebolehan dan ketidakbolehan tawar menawar (bargaining
position) antara nasabah dengan bank, prosedur pembiayaan dan lain
sebagainya.
Dari segi pengistilahan, untuk produk pembiayaan pemilikan
rumah perlu dipikirkan suatu bentuk pengistilahan yang relevan.
Karena istilah KPR cenderung memunculkan asumsi terjadinya kredit,
padahal dalam perbankan syari’ah tidak menggunakan sistem kredit.
Untuk menghindari hal itu (tetapi tetap menggunakan istilah KPR),
beberapa bank syariah (seperti PT. Bank Permata unit usaha syariah Tbk
Cabang Surakarta) memaknai KPR dengan ”Kebutuhan Pemilikan
Rumah“.
Dalam menjalankan produk KPR, bank syariah memadukan dan
menggali skim-skim transaksi yang dibolehkan dalam Islam dengan
operasional KPR perbankan konvensional.
Dalam pemberian kredit pemilikan ruamah (KPR) ini biasanya pihak
bank sudah bekerja sama dengan pihak developer sebagai supplier
(penyedia rumah) sehingga nasabah membayar uang muka (urbun)
langsung ke pihak developer. Dalam hal permohonan pembiayaan dan
pemenuhan syarat-syarat KPR nasabah dibantu oleh pihak developer,
namun jika nasabah juga dapat mengurus sendiri permohonan
pembiayaannya.
(1) Syarat-Syarat Pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
Pada PT. Bank Permata Tbk Cabang Surakarta terdapat
beberapa dokumen yang harus dipenuhi sebagai syarat-syarat agar
Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang diminta oleh Debitur /
Nasabah dapat dipenuhi oleh pihak bank. Dokumen-dokumen
tersebut antara lain sebagai berikut :
1. Dokumen Agunan
adalah dokumen yang diperlukan untuk kepentingan PT. Bank
Permta Tbk Cabang Surakarta, dokumen tersebut sangat berguna
untuk mendukung dokumen utama. Dengan kata lain, dokumen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tersebut sebagai jaminan dan apabila dokumen tersebut tidak ada
maka akan melemahkan posisi PT. Bank Permata Tbk Cabang
Surakarta secara signifikan. Dokumen agunan yang ada di PT.
Bank Permata Tbk Cabang Surakarta antara lain terdiri dari :
a. Rumah baru
adalah rumah yang baru dibangun dan belum ditempatin
orang lain sebagai tempat tinggal, biasanya rumah baru
didapatkan melalui surat pemesanan rumah dari developer.
b. Bukan rumah baru
adalah rumah yang sudah pernah ditempatin orang lain
sebagai tempat tinggal, biasanya rumah lama tersebut
didapatkan melalui bank, misalnya : A memiliki rumah dan
ingin menjual rumah tersebut, kemudian Bank mempunyai
inisiatif untuk membeli rumah A, akan tetapi bank
menganalisis terlebih dahulu dokumen-dokumen seperti
Fotokopi sertifikat, fotokopi AJB, fotokopi IMB, fotokopi
pajak bumi dan banggunan (PBB) terbaru dan mengecek
terlebih dahulu keadaan rumah tersebut. Apabila rumah
tersebut tidak mempunyai masalah, maka bank akan
membeli rumah tersebut dan menjual kembali kepada
nasabah debitur dengan memberikan fasilitas kredit
pemilikan rumah (KPR).
2. Dokumen Pribadi
adalah dokumen yang diperlukan untuk keperluan legal atau
peraturan terkait lainnya terutama jika terjadi “dispute” antara
PT. Bank Permata Tbk Cabang Surakarta dengan Debitur /
Nasabah dan jika dokumen ini tidak dipenuhi maka akan
melemahkan posisi PT. Bank Permata Tbk Cabang Surakarta.
Dokumen yang masuk dalam kategori Dokumen Utama wajib
dipenuhi dan dilengkapi oleh Debitur / Nasabah dan tidak
diperbolehkan untuk tidak dipenuhii. Profil debitur dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Penjamin beserta dokumen Utama yang harus dipenuhi antara
lain :
a. Karyawan
a) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) pemohon dan
suami / istri (jika ada)
b) Fotokopi Kartu Keluarga (KK)
c) Fotokopi Akta Nikah / Cerai / Pisah harta ( jika ada)
d) Fotokopi surat Warga Negara Indonesia (WNI) dan
ganti nama ( jika ada) atau Akta lahir suami/istri (
untuk WNI non pribumi)
e) Slip gaji terakhir asli / Surat keterangan kerja asli
f) Fotokopi tabungan / rekening 3 bulan terakhir
g) SPT PPh 21
h) Pas foto pemohon dan suami/ istri( jika ada)
b. Pengusaha
a) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) pemohon dan
suami / istri (jika ada)
b) Fotokopi Kartu Keluarga (KK)
c) Fotokopi Akta Nikah/ Cerai/Pisah harta ( jika ada)
d) Fotokopi surat Warga Negara Indonesia (WNI) dan
ganti nama ( jika ada) atau Akta lahir suami/ istri
(untuk WNI non pribumi)
e) Fotokopi tabungan/ rekening 3 bulan terakhir
f) Fotokopi NPWP pribadi
g) Fotokopi SIUP, Tanda Daftar Perusahaan, Surat
keterangan domosilli, atau akta pendiri peusahaan,
Laporan keuangan terakhir
h) Pas foto pemohon dan suami / istri (jika ada)
c. Profesional
a) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) pemohon dan
suami / istri (jika ada)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b) Fotokopi Kartu Keluarga
c) Fotokopi Akta Nikah / Cerai / Pisah harta ( jika ada)
d) Fotokopi surat Warga Negara Indonesia (WNI) dan
ganti nama ( jika ada) atau Akta lahir suami / istri (
untuk WNI non pribumi)
e) Fotokopi tabungan / rekening 3 bulan terakhir
f) Fotokopi NPWP pribadi
g) Fotokopi surat ijin praktek / SK pengangkatan dari
instansi terkait
h) Pas foto pemohon dan suami / istri( jika ada)
Permohonan pembiayaan dan syarat-syarat KPR diajukan ke PT.
Bank Permata Tbk Cabang Surakarta lalu team pembiayaan KPR
memverifikasi kelengkapan berkas syarat-syarat KPR (prescanning)
setelah berkas dinilai telah lengkap maka pihak bank meninjau ke
lapangan (On The Spot) atau melihat langsung rumah yang akan
dibeli, memverifikasi calon nasabah apakah berkas yang diberikan
sesuai dengan keadaan yang sebanarnya dari calon nasabah.
Analisis yang digunakan oleh PT. Bank Permata Tbk Cabang
Surakarta adalah analisis 5 C yaitu :
1. Character
Character adalah keadaan watak / sifat dari calon penerima
pembiayaan, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam
lingkungan usaha. Untuk mengetahui karakter calon penerima
pembiayaan maka dilakukan wawancara dari jawaban
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dapat diketahui karakter
calon penerima pembiayaan. PT. Bank Permata Tbk Cabang
Surakarta juga mencari informasi Bank Indonesia tentang calon
penerima pembiayaan apakah calon penerima pembiayaan
mempunyai hutang di bank lain dan apakah calon penerima
pembiayaan mempunyai kredit macet.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Capital
Capital merupakan modal atau penghasilan yang dimiliki
ataupun yang diterima olah calon penerima pembiayaan. Untuk
menghitung penghasilan minimal dari calon penerima
pembiayaan agar dapat diterima pembiayaannya maka cicilan
kredit kepemilikan rumah (KPR) haruslah minimal 40 % dari
penghasilannya. Misalkan cicilan kredit kepemilikan rumah
(KPR) sebesar Rp. 2.500.000,- maka penghasilan minimalnya
adalah Rp. 2.500.000,-/40% = Rp. 6.250.000,-. Jika penghasilan
calon penerima di bawah Rp. 6.250.000,-, maka permohonan
pembiayaan akan ditolak.
3. Capacity
Capacity merupakan kapasitas calon penerima pembiayaan
(pengusaha) dalam mengelola modal untuk mendapatkan laba
dalam memenuhi kewajibannya. Bagi calon penerima
pembiayaan yang bekerja pada perusahaan maka perusahaan dan
jabatan tempat bekerja juga menentukan dalam penerimaan
permohonan pembiayaan.
4. Collateral
Collateral merupakan jaminan untuk menjamin kelangsungan
pembayaran angsuran. Dalam hal ini yang menjadi jaminan
adalah surat hak milik (SHM) dari rumah yang akan di beli.
5. Condition of Economy
Condition of Economy merupakan situasi kondisi politik, sosial,
ekonomi dan budaya yang mempengaruhi keadaan
perekonimian yang kemungkinan pada suatu saat mempengaruhi
kelancaran perusahaan atau tempat calon penerimaan
pembiayaan bekerja.
Yang sangat diperhatikan dalam analisis 5 C adalah karakter bila
calon penerima pembiayaan dianggap memiliki karakter yang buruk
walaupun memiliki penghasilan yang cukup maka permohonan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pembiayaan akan di tolak. Jika jaminan yang besar tidak diikuti
dengan kemampuan untuk membayar angsuran maka permohonan
pembiayaan juga akan di tolak.
Setelah analisis 5 C dilakukan dan data di input maka data calon
penerima pembiayaan akan di ajukan ke pemutus apakah
permohonan pembiayaan diterima atau ditolak.
(2) Bentuk-Bentuk Jaminan Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
Salah satu hal terpenting untuk menghindari kemungkinan untuk
terjadinya kemacetan dalam pelunasan Kredit Pemilikan Rumah
(KPR) adalah menerima jaminan kepada pemohon kredit. Bentuk
jaminan yang diterima PT. Bank Permata Tbk Cabang Surakarta
adalah rumah yang menjadi objek kredit pemilikan rumah (KPR)
Dimana nasabah debitur memberi kuasa kepada PT. Bank
Permata Tbk Cabang Surakarta untuk melakukan tindakan dan
perbuatan hokum yang dianggap wajar dan dianggap perlu oleh PT.
Bank Permata Tbk Cabang Surakarta yang berkaitan dengan
pemberian jaminan tersebut. Bila nasabah atau calon nasabah dimasa
yang akan datang tidak dapat melunasi kreditnya, maka pihak PT.
Bank Permata Tbk Cabang Surakarta dapat menyita jaminan tersebut
ataupun menjual jaminan tersebut secara bawah tangan.
(3) Jenis-jenis Kredit Pemilikan Rumah (KPR )
Jenis-jenis KPR yang di berikan kepada nasabah oleh PT. Bank
Permata Tbk Cabang Surakarta adalah sebagai berikut :
a. KPR Regular
Yaitu : KPR yang diberikan dengan jaminan rumah yang akan
dibeli oleh Nasabah dengan tujuan pembelian sebuah rumah.
b. KPR Bijak
Yaitu : KPR yang diberikan dengan jaminan rumah yang akan
dibeli oleh Nasabah dengan tujuan pembelian sebuah rumah,
hampir sama dengan KPR regular namun sedikit berbeda pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
program suku bunga dan fixed untuk beberapa bulan dan ada
penawaran yang menarik didalamnya.
c. KPR Multiguna
Yaitu : KPR yang diberikan dengan jaminan rumah yang telah
dimiliki oleh Nasabah dengan tujuan pembiayaan kembali.
d. KPR Syariah
Yaitu : Akad pembiayaan pemilikan rumah yang lebih dikenal
dengan sebutan “Akad Murabahah”, dimana syarat-syarat yang
ada merupakan syarat-syarat yang ada di syariat Islam dan
perhitungan bunga tidak ada didalam KPR ini, namun hanya
berupa Margin / Keuntungan Bank.
(4) Pelaksanaan Pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
PT. Bank Permata Tbk Cabang Suarakarta telah memiliki
prosedur pelaksanaan pemberian kredit pemilikan rumah (KPR)
yang cukup baik. Pelaksanaan pemberian kredit pemilikan rumah
(KPR) dimulai dari permohonan kredit pemilikan rumah (KPR) yang
akan diajukan nasabah pada pihak bank, lalu pihak bank akan
melakukan penyelidikan dan analisa terhadap pekerjaan atau jenis
usaha yang dimiliki calon debitur atau nasabah. Setelah itu dilakukan
penganalisaan atas kredit pemilikan rumah (KPR) nasabah dan pihak
bank akan melakukan keputusan atas permohonan kredit pemilikan
rumah (KPR) yang diminta oleh calon nasabah, apakah keputusan
kredit pemilikan rumah (KPR) yang diberikan oleh pihak bank
kepada nasabah disetujui, sedang dipertimbangkan lebih lanjut oleh
bank, atau ditolak oleh bank. Apabila keputusan kredit pemilikan
rumah (KPR) disetujui, maka nasabah akan mendapatkan rumah dari
fasilitas kredit pemilikan rumah (KPR) yang diajukannya setelah
memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh pihak bank.
Dalam melakukan pengusulan kredit pemilikan rumah (KPR),
maka proses akan dilakukan oleh dua orang yaitu untuk melakukan
survey ke alamat maupun lokasi jaminan dan tempat pekerjaan atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tempat usaha calon nasabah. Usulan ditandatangani staff marketing
tersebut. Usulan kredit pemilikan rumah (KPR) diajukan kepada
komite kredit yang terdiri dari Supervisor Marketing dan Direktur
Utama.
Pada setiap akhir bulan dilakukan rapat Marketing dengan
Direksi untuk memutuskan permohonan nasabah yang diproses pada
awal bulan berikutnya. Marketing mengajukan daftar pemohon
nasabah yang berisi nama, alamat, rumah yang dimohon, jaminan,
referensi dan keterangan nasabah lama atau baru. Direksi akan
memberikan persetujuan dengan mengunakan prinsip kehati-hatian
terhadap nasabah-nasabah yang akan diproses.
Kemudian nasabah yang memperoleh persetujuan prinsip
kehati-hatian akan disurvey ke lokasi alamat rumah, alamat
jaminan,pekerjaan maupun tempat usaha. Peninjauan dilakukan oleh
marketing tanpa pemberitahuan kepada nasabah agar didapati
keadaan yang sesungguhnya mengenai calon nasabah. Pada
kesempatan itu marketing mengumpulkan informasi tentang
kelayakan jaminan, kelayakan pekerjaan atau usaha dan reputasi
calon nasabah.
Bagi setiap nasabah yang dipandang oleh marketing layak untuk
diusulkan sebagai peminjam kredit pemilikan rumah (KPR) akan
disiapkan memo usulan pembiayaan kredit pemilikan rumah (KPR).
Usulan ini disampaikan kepada supervisor marketing dan direksi.
Untuk meyakinkan dirinya, supervisor marketing atau direksi
dapat melakukan survey sebagai Cross Check atau survey kembali.
Untuk lebih lanjutnya direksi dapat melakukan permintaan
wawancara kepada calon nasabah.
(5) Analisis Kredit Pemilikan Rumah
Analisis Kredit adalah suatu proses pemeriksaan atau
penganalisaan kredit pemilikan rumah (KPR) yang akan diambil
oleh seorang Debitur / Nasabah pada suatu bank. Sehubungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dengan hal tersebut, sudah seharusnya bank hanya memberikan
kredit (pinjaman) kepada debitur yang layak. Bank harus dapat
mengendalikan risiko kredit yang diberikannya. Untuk itu, bank
mengembangkan suatu proses seleksi untuk menyaring setiap
proposal kredit yang masuk. Melalui proses penyaringan tersebut
diharapkan kredit yang diberikan adalah dengan kualitas bagus.
Setiap proposal kredit akan dianalisis dengan teliti. Bila
memenuhi syarat, baru diadakan dokumentasi (pengikatan kredit dan
jaminan). Walaupun dalam analisa kredit suatu proposal dinyatakan
layak, tetapi bila dalam pengikatan kredit / jaminan ternyata terdapat
masalah yang yang tidak dapat diselesaikan dan / atau
membahayakan bank, kredit tersebut harus dihentikan. Setelah
dokumentasi lengkap, bank mengadakan pencairan dana
(distbursement) sesuai perjanjian kredit. Dalam pencairan dana ini
bank juga harus berhati-hati. Bila tidak sesuai dengan perjanjian,
pencairan dana tidak dapat dilakukan. Setelah kredit dicairkan, bank
juga harus terus menerus melakukan pemantuan atas kredit yang
diberikan. Ini adalah perkerjaan yang akan terus berlangsung selama
kredit tersebut belum dilunasi. Dalam pemantauan ini bank harus
terus-menerus mengikuti perkembangan bisnis nasabah dan berbagai
aaspek yang mungkin mempengaruhi kualitas kredit tersebut.
Menganalisis kredit ini meliputi aktivitas termsuk pengumpulan
informasi dan data yang diperlukan untuk bahan analisis. Kualitas
hasil analisis pembiayaan sangat teragantung kepada tiga faktor yaitu
:
a. Faktor sumber daya manusia (SDM)
Analisis pembiayaan dilaksanakan oleh seorang account officer
(AO) yang harus mempunyai keterampilan yang bersifat teknis
maupun pengetahuan yang bersifat teoritis, di samping
mempunyai mental yang kuat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Faktor data analisis
Informasi dan data yang diperlukan harus lengkap, dapat
dipercaya, dan akurat. Untuk mendekati hal tersebut dapat
ditempuh dengan cara, antara lain :
- Melakukan penelitian secara fisik (on the spot)
- Untuk laporan keuangan (neraca dan daftar rugi/laba) bisa
dengan cara meminta bantuan kantor akuntan
c. Teknis analisis
Analisis harus dilakukan secara teliti dan mengikuti ketentuan.
Secara umum, teknik analisis meliputi dua macam, yaitu :
- Analisis kuantitatif, menganalisis laporan keuangan
meliputi analisis rasio keuangan, common size, analisis
kecenderungan, dan analisis penggunaan dana
- Analisis kualitatif, yang meliputi analisis terhadap faktor-
faktor intern dan ekstern perusahaan
Di dalam suatu bank terdapat bagian tertentu yang bertugas
untuk menganalisa nasabah yang hendak melakukan kredit
pemilikan rumah (KPR). Pada PT. Bank Permata Tbk Cabang
Surakarta, bagian ini disebut dengan “Legal Processing” yang
bertujuan untuk memeriksa atau menganalisa setiap Debitur /
Nasabah yang akan mengajukan kredit pemilikan rumah (KPR)
dengan berpedoman kepada syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan
yang berlaku yang telah ditetapkan oleh PT. Bank Permata Tbk
Cabang Surakarta sendiri. Dengan adanya unit atau bagian analisis
kredit pemilikan rumah (KPR), maka Debitur / Nasabah yang akan
mengambil kredit pemilikan rumah (KPR) diproses terlebih dahulu
dan di analisis sehingga di kemudian hari tidak terjadi kemacetan di
dalam pelunasan kewajiban Debitur / Nasabah yang bersangkutan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(6) Penggolongan Kredit Bank Dalam Kredit Pemilikan Rumah
(KPR)
Istilah penngolongan kredit dalam bagian ini adalah istilah yang
digunakan untuk menunjukkan penggolongan kredit berdasarkan
kolektibilitas kredit yang menggambarkan kualitas kredit tersebut.
Mengenai pengaturan penggolongan kolektibilitas kredit terdapat
pada peraturan Bank Indonesia No. 7/2/PBI/2005 tentang Penilaian
Kualitas Aktiva Bank Umum. Ketentuan tersebut selanjutnya untuk
beberapa pasal telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia No.
8/2/PBI/2006 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia No.
7/2/PBI/2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum.
Menurut ketentuan Pasal 12 Ayat (3) Peraturan Bank Indonesia
No. 7/2/PBI/2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum,
kualitas kredit dibagi menjadi 5 (lima) kolektibilitas, yaitu Lancar,
Dalam Perhatian Khusus, Kurang Lancar, Diragukan, dan Macet.
Mengenai masing-masing kualitas kredit tersebut dapat diuraikan
sebagai berikut :
1. Kredit Lancar, yaitu apabila memenuhi kriteria:
a. Pembayaran angsuran pokok dan/atau bungga tepat waktu;
b. Memiliki mutasi rekening yang aktif; atau
c. Bagian dari kredit yang dijaminkan dengan anggunan tunai.
2. Kredit dalam Perhatian Khusus, yaitu apabila memenuhi
kriteria:
a. Terdapat tunggakan anggsuran pokok dan/atau bunga yang
belum melampauin 90 hari; atau
b. Kadang-kadang terjadi cerukan; atau
c. Mutasi rekening relative rendah; atau
d. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang
diperjanjikan; atau
e. Didukung oleh pinjaman baru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Kredit Kurang Lancar, yaitu apabila memenuhi kriteria:
a. Terdapat tunggakan anggsuran pokok dan/atau bunga yang
telah melampauin 90 hari; atau
b. Sering terjadi cerukan; atau
c. Frekuensi mutasi rekening relatif rendah; atau
d. Terjadi pelanggaran kontrak yang diperjanjikan lebih dari
90 hari; atau
e. Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitor;
atau
f. Dokumentasi pinjaman yang lemah.
4. Kredit yang Diragukan, yaitu apabila memenuhi kriteria:
a. Terdapat tunggakan anggsuran pokok dan/atau bunga yang
telah melampauin 180 hari; atau
b. Sering terjadi cerukan yang bersifat permanen; atau
c. Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari; atau
d. Terjadi kapitalisasi bunga; atau
e. Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian
kredit maupun peningkatan jaminan.
5. Kredit Macet, yaitu apabila memenuhi kriteria:
a. Terdapat tunggakan anggsuran pokok dan/atau bunga yang
telah melampauin 270 hari; atau
b. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru; atau
c. Dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat
dicairkan pada nilai wajar.
(7) Prosedur Pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
Pada PT. Bank Permata Tbk Cabang Surakarta, prosedur
pemberian kredit pemilikan rumah (KPR) kepada calon debitur.
Pelaksanaan pemberian kredit pemilikan rumah (KPR) yang
dilakukan oleh PT. Bank Permata Tbk Cabang Surakarta diawali
dengan adanya calon nasabah / debitur yang harus mengajukan
aplikasi permohonan kredit pemilikan rumah (KPR) terlebih dahulu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Aplikasi tersebut dapat terdiri dari surat permohonan kredit
pemilikan rumah (KPR) dan data-data mengenai tempat tinggal,
pekerjaan maupun tempat usaha calon debitur. Setelah itu, seluruh
aplikasi yang telah diajukan diterima pihak marketing bank dan
pihak marketing bank meneliti apakah aplikasi tersebut telah lengkap
diberikan oleh calon debitur.
Setelah pihak marketing menerima dan memeriksa kelengkapan
aplikasi calon debitur, maka pihak Marketing Bank men-survey
tempat tinggal, pekerjaan ataupun tempat usaha calon debitur apakah
telah sesuai dengan aplikasi yang diberikannya. Jika pada
kenyataannya telah sesuai dengan aplikasi yang diberikan oleh calon
debitur, maka pihak Marketing bank sekali lagi akan memeriksa
kelayakan aplikasi tersebut. Selanjutnya, aplikasi permohonan kredit
pemilikan rumah (KPR) akan diserahkan kepada APU (Analysis
Processing Unit), yang juga akan memeriksa kelengkapan dan
kelayakan dokumen calon debitur. Jika terdapat kekurangan
dokumen, maka pihak APU akan memberikan informasi kepada
calon debitur agar segera melengkapi dokumen-dokumen yang
kurang.
Pihak Analysis Processing Unit (APU) akan menentukan
kelengkapan dan kelayakan aplikasi atau dokumen milik calon
debitur dan setelah itu memberikannya kepada Legal Officer untuk
dilakukan pengikatan kredit pemilikan rumah (KPR). Pihak Legal
Officer juga memeriksa kelengkapan dan kelayakan aplikasi calon
debitur dan kemudian memberikan persetujuan pemberian kredit
pemilikan rumah (KPR) calon debitur. Persetujuan pemberian kredit
pemilikan rumah (KPR) yang diberikan pihak Legal Officer setelah
itu akan diberikan ke pihak Notaris. Order yang dilakukan oleh
Notaris akan sesuai dengan fasilitas dan jumlah kredit pemilikan
rumah (KPR) yang diinginkan calon debitur.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Aplikasi yang telah sesuai dengan fasilitas dan jumlah kredit
pemilikan rumah (KPR) yang ada pada Notaris akan diikat dengan
kata lain Pengikatan Kredit (Notanil). Dan setelah semuanya lengkap
dan tidak ada kekurangan apapun akan dilakukan pemeriksaan
terkhir setelah pengikatan kredit pemilikan rumah (KPR) sebelum
Disbursement (Pencairan Kredit). Kemudian surat keputusan yang
dibutuhkan untuk pencairan kredit pemilikan rumah (KPR) telah
selesai akan dikeluarkan oleh bank, surat tersebutlah yang digunakan
oleh debitur yang telah sah.
b. Perbedaan Pelaksanaan Pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
pada bank konvensional dan bank unit usaha syariah
Secara khusus, perbedaan sistem pemberian KPR Bank
Konvensional dan sistem pemberian KPR Bank Unit Usaha Syariah
adalah sebagai berikut :
(1) KPR Bank Konvensional
Sistem pemberian KPR Bank Konvensional yang menjadi perbedaan
diantaranya terdiri dari:
(a) Jangka waktu
Pembayaran angsuran disesuaikan dengan kemampuan nasabah
debitur, jangka waktu pembiayaan 1 sampai dengan 15 tahun.
(b) Ketentuan Biaya
(i) Provisi kredit sebesar 1 % dari Plafon Pinjaman.
(ii) Administrasi kredit sebesar 0,1 % atau minimal Rp
400.000,-
(iii) Premi asuransi jiwa dan asuransi kebakaran adalah sesuai
ketentuan perusahaan asuransi rekanan Bank Permata.
(iv) Biaya Notaris sesuai ketentuan Notaris rekanan Bank
Permata yang meliputi:
Perjanjian kredit
Akta Pemasangan Hak Tanggungan (APHT).
(v) Administrasi bulanan sebesar Rp 10.000,- / bulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(vi) Aprpraisal sesuai ketentuan berlaku
(vii) Penalti pelunasan (dikenakan apabila pelunasan sebagian/
seluruhnya dilakukan pada masa holding period) yaitu
sebesar 2 % dari jumlah yang dilunasi).
(viii) Administrasi pelunasan (dikenakan apabila pelunasan
dilakukan setelah holding period).
(2) KPR Bank Unit usaha syariah
Sistem pemberian KPR Bank Unit Usaha Syariah yang menjadi
perbedaan diantaranya terdiri dari:
(a) Jangka Waktu
Pembayaran angsuran disesuaikan dengan kemampuan nasabah
debitur, jangka waktu pembiayaan 1 sampai dengan 20 tahun
(b) Ketentuan Biaya
(i) Biaya Administrasi sebesar 1% dari pembiayaan.
(ii) Premi Asuransi Jiwa dan Asuransi Kebakaran secara
syariah yang kompetitif.
(iii) Biaya Notaris, meliputi:
- Perjanjian Pembiayaan
- Akta Pemasangan Hak Tanggungan (APHT) (hanya
berlaku untuk Akad Murabahah dan Akad IMBT
dengan properti atas nama nasabah).
Perbedaan sistem ini diantaranya adalah dari segi jangka waktu KPR
antara bank konvensional dan bank syariah dan ketentuan biaya bagi
nasabah yang ingin melakukan pembiayan KPR.
Adanya perbedaan sistem yang berlaku diantara kedua bank tersebut
membuat nasabah dapat memilih bank sesuai dengan keinginan dan
kebutuhannya. Baik dari segi kemudahan yang di sediakan masing-
masing bank.
Pada akhirnya nasabah dapat menentukan kemana akan bertransaksi
untuk pemilikan rumah yang diinginkan. Apakah ke bank syariah yang
menjalankan prinsip-prinsip syariah dalam proses KPRS atau ke bank
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
konvensional yang melakukan sistem bunga yang merupakan sesuatu
yang riba.
2. Permasalahan yang Dihadapi dalam Pemberian Kredit Pemilikan
Rumah (KPR) pada Bank Konvensional dan Bank Unit usaha syariah di
Bank Permata Tbk cabang Surakarta.
Nasabah yang telah memperoleh kredit tidak seluruhnya dapat
mengembalikan kredit dengan baik dan tepat pada waktu yang disepakati,
apabila nasabah memiliki itikad baik kepada bank, maka PT. Bank Permata
Tbk Cabang Surakarta dapat menyelesaikan masalah tersebut secara
kekeluargaan yaitu : memberikan kegiatan-kegiatan berupa perubahan jadwal
angsuran, perubahan syarat kredit, dan lain-lain.
Ada beberapa kendala yang dihadapi oleh PT. Bank Permata Tbk Cabang
Surakarta dalam memberikan kredit kepada nasabahnya, antara lain sebagai
berikut :
a. Nasabah
Terkadang nasabah tidak memiliki Trade Record yang baik dibidang
perbankan. Data-data yang diminta sebagai syarat debitur tidak diberikan
dan dilengkapi dengan baik, serta usaha debitur diperkirakan tidak maju
sehingga diperkirakan sulit untuk membayar angsuran dikemudian hari
setelah kredit diberikan.
b. Masalah Jaminan
Selalu menjadi persoalan bagi pihak bank, apabila hipotik tersebut
telah dijaminkan pada pihak lain karena nantinya akan merugikan kepada
bank yang bersangkutan. Dan ada pula jaminan yang diberikan kepada
bank sedang dalam sengketa atau sitaan pengadilan.
c. Terjadinya Kredit Macet
Kredit macet yang merugikan pihak nasabah dan bank adalah jika
kredit macet ini tidak dapat diatasi oleh nasabah, maka nasabah akan sulit
untuk mendapatkan kepercayaan dari bank yang bersangkutan dalam hal
pemberian kredit untuk selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
“Penanganan kredit macet yang terindikasi sebagai tindak pidana
perbankan pada umumnya diselesaikan melalui dua jalur, internal dan
eksternal”. (Pujiyono, 2009 ; 51)
Kredit macet yang terjadi karena kesulitan keuangan yang dialami
para nasabah atau debitur timbul karena berbagai faktor, antara lain :
a). Faktor Internal
1). Kelemahan bank dalam melakukan analisis sehingga terjadi
kesalahan dalam mengambil keputusan pemberian kredit
pemilikan rumah (KPR).
2). Pendapatan relatif rendah.
3). Nasabah debitur terkena PHK.
b). Faktor Eksternal
1). Bencana alam.
2). Perubahan kondisi perekonomian .
3). Kebijakan pemerintah.
4). Krisis ekonomi.
5). Perubahan-perubahan teknologi.
B. Pembahasan Data Hasil Penelitian
1. Pelaksanaan pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada bank
konvensional dan bank unit usaha syariah berdasarkan prinsip kehati-
hatian yang terdapat pada Undang- Undang nomor 10 tahun 1998
tentang perbankan dan Undang- Undang nomor 21 tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah di PT. Bank Permata Tbk Cabang Surakarta.
Salah satu alternatif guna mendapatkan rumah yang di inginkan adalah
melalui kredit bank. Pengertian bank seperti yang tercantum dalam Pasal 1
angka 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan menyebutkan, bahwa :
“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkan kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Fungsi menghimpun dan menyalurkan dana itu berkaitan erat dengan
kepentingan umum sehingga perbankan wajib menjaga dengan baik dana
yang dititipkan masyarakat tersebut. Perbankan harus dapat menyalurkan
dana tersebut ke bidang-bidang yang produktif bagi pencapaian sasaran
pembangunan.
Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992
tentang Perumahan dan Pemukiman ditentukan bahwa yang dimaksud dengan
rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal dan hunian
bagi pembinaan keluarga. Kebutuhan akan perumahan pada masa sekarang
ini merupakan masalah nasional terutama di daerah perkotaan yang harus
dicarikan solusinya baik oleh pemerintah bersama-sama dengan masyaratkat
selaku pengusaha maupun selaku konsumen perumahan itu sendiri.
Oleh karena itu upaya pembangunan perumahan dan pemukiman terus
ditingkatkan untuk menyediakan jumlah perumahan yang makin banyak dan
dengan harga yang terjangkau terutama oleh golongan masyarakat yang tidak
mampu membeli rumah secara tunai, maka mereka akan membeli rumah
secara kredit melalui lembaga perbankan dengan mengajukan Kredit
Pemilikan Rumah (KPR).
Dalam menyediakan Kredit Pemilikan Rumah (KPR), PT. Bank Permata
Tbk Cabang Surakarta banyak melakukan kerjasama dengan berbagai
pengembang atau developer . Dimana pihak pengembang akan menawarkan
kepada para konsumennya atas berbagai kemudahan dari PT. Bank Permata
Tbk Cabang Surakarta yang bekerjasama dengannya, jika konsumen tersebut
memerlukan fasilitas kredit komsumtif. Demikian pula di pihak PT. Bank
Permata Tbk Cabang Surakarta, PT. Bank Permata Tbk Cabang Surakarta
akan mereferensikan dan merujuk terhadap para pengembang yang
bekerjasama dengannya, untuk membeli rumah.
Kredit Pemilikan Rumah (KPR) memiliki dua karakteristik ditinjau dari
hubungan antara konsumen dengan pengembang dan konsumen ( atau calon
debitur ) dengan bank dalam kaitannya dengan pembiayaan.
a. Hubungan antara konsumen dengan pengembang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Konsumen yang mendatangi pengembang atas rekomendasi dan
rujukan dari pihak bank ataupun secara langsung mendatangi
pengembang tetap harus bersikap hati-hati dan memperhatikan:
1. Lokasi pengembang apakah berada dalam area yang strategis atau
tidak? Karena lokasi strategis dapat memberikan keberuntungan dan
aksebilitas yang baik bagi konsumen.
2. Rencana Induk atau master plan. Konsumen berhak untuk
menanyakan kepada pengembang terhadap master plan lahan yasan
pemgembang. Hal ini berguna mengetahui pengembang pengetahui
perkembangan wilayah tersebut dimasa mendatangkan.
3. Infrastruktur, Sarana dan Fasilitas. Konsumen sebaiknya melihat
sekeliling lokasi lokasi perumahan tersebut, apakah seluruh sarana
dan fasilitas yang dibutuhkan telah tersedia. Misalnya, jaringan
telepon, listrik, air, fasilitas olah raga, umum, pendidikan formal dan
informal dan kawasan lainnya sebagai pelengkap berupa fasilitas
komersial dan kawasan pusat niaga.
4. Status hokum tanah dan banggunan. Kejelasan status hokum tanah
perlu diprioritaskan oleh konsumen untuk memperoleh kepastian
atas hak atas tanah yang dimilikinya. Umumnya bila pengembang
berbentuk badan hokum, status tanah sertifikat induk lokasi berupa
Hak Guna Bangunan (HGB) dan akan dilakukan pemecahan sesuai
yang kavling yang dipilih konsumen. Selain sertifikat hasil
pemecahan, dokumen hokum lainnya sebagai bukti kepemilikan
yang harus dimiliki oleh konsumen adalah Surat Ijin Mendirikan
Bangunan (SIMB) berikut denah bangunan dan cetak biru atau blue
print dan Surat Ijn Pengunaan Bangunan.
Setelah konsumen mempelajari hal-hal tersebut dan menyakini
lokasi pengembang tersebut merupakan yang terbaik dan paling sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuannya, saatnya menetapkan pilihan,
Pengembang dan konsumen akan menyepakati :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1). Fasilitas pembiayaan atas Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang
dimohonkan melalui bank dan pembayaran uang muka atau down
payment yang harus diserahkan pada pengembang sesuai jadwal
yang disepakati bersama.
2). Penandatangan akta jual beli dan pengurusan atas sertifikat induk
atas nama pengembang menjadi nama konsumen sesuai dengan
kavling yang dipilih konsumen. Dalam melakukan transaksi jual beli
hinga kepengurusan sertifikat, biasanya pihak pengembang telah
menyiapkan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) yang ditunjuk.
Hubungan antara pengembang dengan konsumen membentuk
perikatan antara keduanya. Walaupun untuk transaksi ini memperoleh
fasilitas kredit kosumtif dari bank, konsumen tidak dapat sepenuhnya
menyerahkan persoalan ini pada bank. Sikap kehati-hatian konsumen
harus diarahkan secara tepat dengan kejelian secara mendalam sehingga
konsumen tidak perlu mengeluarkan energy dan waktu untuk complain
atas ketidakpuasannya terhadap pengembang.
b. Hubungan antara Konsumen dan Bank
Hubungan konsumen dan bank dimulai saat konsumen mendatangani
pihak bank umtuk memperoleh fasilitas kredit bagi pembiayaan untuk
pemilikan rumah yang disediakan pihak bank. Dalam mengajukan
fasilitas Kredit Rumah (KPR), konsumen harus memperhatikan:
1). Fasilitas yang dapat diperoleh konsumen
Untuk mengajukan fasilitas Kredit Rumah (KPR) konsumen
harus menyediakan uang muka atau down payment minimal yang
dipersyaratkan oleh pihak bank. Sisa kewajiban yang harkan oleh
pihak bank. Sisa kewajiban yang harus diselesaikan terhadap pihak
pengembang merupakan pagu atau plafond kredit yang dimohonkan.
Dalam mengajukan fasilitas Kredit Rumah (KPR), pendapat yang
menjadi persyaratan, baik dari segi gaji yang diperoleh bagi
karyawan atau keuntungan yang diperoleh bagi seorang wiraswasta.
Fasilitas yang tepat akan sangat bermanfaat, sehingga konsumen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perlu mendiskusikan dengan pejabat bank yang memproses kredit
dan pihak ketiga yang memahami persoalan kredit sebagai opini
kedua atau second opinion.
2) Hak dan Kewajiban konsumen (calon debitur)
Hak dan kewajiban dari kosumen (calon debitur) adalah
berbanding kebalikannya dengan hak dan kewajiban bank yang
dituangkan dalam perjanjian kredit. Dalam perjanjian kredit, hak dan
kewajiban tersebut terdiri atas:
a). Fasilitas kredit yang diberikan oleh pihak bank kepada debitur
sebesar yang disetujuinya, tujuan pengunaan kredit ditegaskan
untuk pembelian tanah dan bangunan;
b). Suku bunga pinjaman ditetapkan pada saat penandatanganan
perjanjian kredit dan besarnya suku bangga akan menentukan
angsuran bulanan sehingga suku bunga kredit tidak berlaku tetap
sedangkan pada pembiayaan Kredit Rumah (KPR) pada unit
usaha syariah dilakukan dengan system bagi hasil antara
nasabah debitur dengan pihak Bank;
c). Pembayaran kredit konsumtif dilakukan secara angsuran, yang
disesuaikan dengan tanggal penandatangan akta perjanjian kredit
dan setiap kertelambatan akan dikenakan denda yang dihitung
berdasarkan setiap hari keterlambatan tersebut;
d). Penyerahan atas tanah dan banggunan yang dibiayai sebagai
jaminan bank dan akan diikat dengan Hak Tanggungan. Atas
jaminan tersebut, konsumen tidak diperkenakan untuk
menyewakan kepada pihak lain, dijual atau dengan cara apapun
juga dibebankan atau dialihkan kepada pihak lain tanpa
persetujuan tertulis dari pihak Bank. ( Johannes Ibrahim, 2004 :
229-233 )
Berdasarkan teori di atas, PT Bank Permata Tbk Cabang
Surakarta dalam pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
mempunyai keresteristik yang sama dengan teori tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pengalihan hak atas rumah berikut tanahnya melalui Kredit Pemilikan
Rumah (KPR) PT. Bank Permata Tbk Cabang Surakarta bagi debitur hal ini
terjadi dimana jangka waktu kreditnya masih belum berakhir atau belum ada
pelunasan dari debitur. Pada pelaksanaan alih debitur terjadi dengan adanya
kesepakatan antara kreditur (penjual) dengan debitur (Pembeli), dimana
dalam pengalihan hak atas rumah berikut tanahnya, penjual (kreditur) akan
mengalihkan yang menjadi haknya yaitu rumah dan tanahnya kepada debitur
(pembeli) dan pihak debitur bersedia untuk melakukan angsurannya kepada
PT. Bank Permata Tbk Cabang Surakarta setelah terlebih dahulu adanya surat
pemberitahuan penegasan persetujuan pengalihan kredit dari pihak PT. Bank
Permata Tbk Cabang Surakarta.
Hak dan Kewajiban akan beralih kepada debitur secara resmi setelah
dilakukannya penandatanganan surat-surat/dokumen-dokumen (Perjanjian
Kredit) dan akta-akta dihadapan notaris, penandatanganan dilakukan oleh
Penjual (kreditur) oleh Pimpinan PT. Bank Permata Tbk Cabang Surakarta
dengan pembeli (debitur).
Sejak itu terjadilah suatu hubungan hukum yang baru antara debitur
dengan PT. Bank Permata Tbk Cabang Surakarta, di mana debitur sebagai
pemilik rumah dan tanah sekaligus yang mempunyai hak dan kewajiban
untuk melakukan angsuran sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan
oleh PT. Bank Permata Tbk Cabang Surakarta.
Unsur kepercayaan dalam suatu perjanjian kredit mutlak diperlukan
sehingga dalam penyaluran kreditnya bank dan pihak-pihak pemberi kredit
lainya diwajibkan agar memiliki keyakinan atas kembalinya kredit yang
diberikan kepada debitor tersebut tepat pada waktu yang telah diperjanjikan,
sehingga dengan adanya keyakinan tersebut pihak kreditor dalam hal ini akan
merasa terlindungi hak-haknya untuk memperoleh kembali uang atau barang
yang diberikan kepada kreditor tersebut secara kredit.
Pihak-pihak yang akan memberikan kredit kepada masyarakat atau dalam
hal ini debitor walaupun tidak ada satu peraturanpun yang mewajibkan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pihak-pihak yang akan memberikan kredit harus melaksanakan nilai nilai atau
dapat dikatakan sebagai norma didalam memberikan kredit.
Namun secara rasional demi terciptanya suatu persetujuan antara kedua
belah pihak yang menginginkan adanya kegiatan yang saling menguntungkan
dan demi terciptanya perekonomian masyarakat yang sehat maka pihak-pihak
atau lembaga pemberi kredit harus melakukan penelitian terhadap debitor
selaku penerima kredit pada faktor-faktor yang harus dimiliki debitor sebelum
menerima kredit, faktor-faktor tersebut lazim disebut dengan The five C'5 of
credit Analisys sebagai ukuran untuk menganalisis kemampuan debitor
tentang kesanggupan debitor agar dapat mengembalikan pinjamanya dalam
suatu permohonan kredit.
Pemberian kredit merupakan kegiatan utama bank yang mengandung
risiko yang dapat berpengaruh pada kesehatan dan kelangsungan usaha bank.
Namun mengingat sebagai lembaga intermediasi, sebagian besar dana bank
berasal dari dana masyarakat, maka pemberian kredit perbankan banyak
dibatasi oleh ketentuan undang-undang dan ketentuan Bank Indonesia.
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 8/3/PBI/2006 Tentang
Perubahan Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional Menjadi Bank Umum
Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah Dan
Pembukaan Kantor Bank Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasrkan
Prinsip Syariah Oleh Bank Umum Konvensional. Bank Unit Usaha Syariah
merupakan bank umum konvensional yang merubah kegiatan usaha menjadi
bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah
sehingga dalam pengajuan permohonan izin atau rencana dan atau
penyampaian laporan sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia
No. 8/3/PBI/2006 wajib menggunakan format sebagaimana tercantum dalam
lampiran Surat Edaran No. 8/8/DPbS.
Kegiatan PT. Bank Permata Tbk Cabang Surakarta konvensional tidak
jauh berbeda dengan kegiatan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Unit Usaha
Syariah, salah satunya adalah adanya pemberian Kredit Pemilikan Rumah
(KPR), dalam bank konvensional dikenal dengan nama kredit dengan sistem
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
bunga sedangkan dalam unit usaha syariah dikenal dengan nama pembiayaan
dengan system bagi hasil.
Prosedur pengajuan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dimulai dari
permohonan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) secara tertulis kemudian pihak
PT. Bank Permata Tbk Cabang Surakarta akan memeriksa perrmohonan
untuk kemudian diputuskan. Bedanya adalah kalau pada pembiayaan Kredit
Pemilikan Rumah (KPR) Syariah akan dilakukan bagi hasil antara nasabah
pembiayaan dengan pihak sesuai nisbah yang telah disepakati dalam kontrak
(Akad) sedangkan pada bank konvensional dikenal dengan istilah
pembebanan (bunga) yang sudah ditentukan baik untung maupun rugi.
Untuk memperoleh KPR pada PT. Bank Permata Tbk Cabang Surakarta,
para calon debitur harus melalui beberapa prosedur yang telah ditetapkan oleh
dewan direksi PT. Bank Permata Tbk Cabang Surakarta sebelum resmi
menjadi debitur, mulai dari tahap Pra Realisasi, tahap Realisasi sampai
dengan tahap Post Realisasi.
Pihak-pihak yang akan memberikan Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
kepada masyarakat atau dalam hal ini debitor walaupun tidak ada satu
peraturanpun yang mewajibkan bahwa pihak-pihak yang akan memberikan
Kredit Pemilikan Rumah (KPR) harus melaksanakan nilai-nilai atau dapat
dikatakan sebagai norma didalam memberikan kredit.
Setelah dimungkinkan untuk diproses lebih lanjut, maka berdasrkan
segala bahan dan keterangan yang telah terkumpul pada persiapan kredit, lalu
dilakukan Analisa Kredit dengan berpedoman pada Cek-list pengumpulan
data untuk kredit konsumtif terlampir dengan melalui langkah-langkah
sebagai berikut :
a. Peninjauan setempat terhadap perusahaan permohonan dan sekaligus
mengadakan wawancara dengan pemilik/petugas perusahaan. Maksud
peninjauan adalah untuk mengecek kebenaran dari informasi yang
diterima apakah sesuai dengan keadaan sebenarnya dan untuk
memperoleh data tambahan yang diperlukan. Dalam hal ini petugas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mencocokkan Foto Copy dokumen dengan aslinya serta menyatakan
sama dengan aslinya
b. Pada dasarnya untuk setiap pemberian kredit perlu dibuat analisa
kreditnya tetapi dalam hal kredit yang relatif kecil bentuknya akan lebih
sederhana yang akan diatur dengan petunjuk tersendiri
Berdasarkan hasil penelitian di PT. Bank Permata Tbk Cabang Surakarta
dan nasabah debitur X yang namanya tidak boleh disebutkan karena
menyangkut rahasia bank, penulis berpendapat bahwa dari beberapa tahapan
prosedur permohonan Kredit Pemilikan Rumah (KPR), menggambarkan
bahwa pihak PT. Bank Permata Tbk Cabang Surakarta sangatlah berhati-hati
dengan mengunakan prinsip kehati-hatian dalam memberikan persetujuan
Kredit Pemilikan Rumah (KPR).
Prinsip kehati-hatian tersebut mengharuskan pihak bank untuk selalu
hati-hati dalam menjalankan kegiatan usahanya, dalam arti harus selalu
konsisten dalam melaksanakan peraturan perundang-undangan di bidang
perbankan berdasarkan profesionalisme dan iktikat baik.
Berkaitan dengan prinsip kehati-hatian sebagaimana dimaksud dalam
ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, kita dapat
menemukan pasal lain di dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang
mempertegas kembali mengenai pentingnya prinsip kehati-hatian itu
diterapkan dalam setiap kegiatan usaha bank, yakni dalam Pasal 29 ayat (2)
mengemukakan bahwa:
”Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuidasi, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha sesuai dengan prinsip kehati- hatian”.
Berdasarkan ketentuan pasal 29 ayat (2) di atas, maka tidak ada alasan
apa pun juga bagi pihak bank untuk tidak menerapkan prinsip kehati-hatian
dalam menjalankan kegiatan usahanya dan wajib menjunjung tinggi prinsip
kehati-hatian. Ini mengandung arti, bahwa segala perbuatan dan
kebijaksanaan yang dibuat dalam rangka melakukan kegiatan usahanya harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
senantiasa berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku
sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.
Selanjutnya dalam ketentuan Pasal 29 ayat (3) terkandung arti perlunya
diterapkan prinsip kehati-hatian dalam rangka penyaluran kredit atau
pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah kepada nasabah debitor.
Selengkapnya ketentuan Pasal 29 ayat (3) mengemukakan bahwa:
”Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara- cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada bank.
Ketentuan pasal 29 ayat (2) dan ayat (3) di atas tentu berhubungan erat
dengan ketentuan pasal 29 ayat (4) karena bertujuan untuk melindungan
kepentingan nasabah penyimpan dan simpanannya. Adapun ketentuan Pasal
29 ayat (4) menyatakan bahwa:
”Untuk kepentingan nasabah, bank wajib menyediakan informasi mengenai kemungkinan terjadinya risiko kerugian sehubungn dengan transaksi nasabah yang dilakukan melalui bank”.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 di dalam Pasal 35
ayat (1) :
“Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya wajib menerapkan prinsip kehati-hatian”.
Ketentuan yang bertujuan untuk melindungi kepentingan nasabah
penyimpan dan simpanannya adalah terdapat di dalam Pasal 36. Adapun
ketentuan Pasal 36 menyatakan bahwa:
“Dalam menyalurkan Pembiayaan dan melakukan kegiatan usaha lainnya, Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan Bank Syariah dan/atau Unit Usaha Syariah dan kepentingan Nasabah yang mempercayakan dananya”.
Setiap proposal kredit akan dianalisis dengan teliti. Bila memenuhi
syarat, baru diadakan dokumentasi (pengikatan kredit dan jaminan).
Walaupun dalam analisa kredit suatu proposal dinyatakan layak, tetapi bila
dalam pengikatan kredit / jaminan ternyata terdapat masalah yang yang tidak
dapat diselesaikan dan / atau membahayakan bank, kredit tersebut harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dihentikan. Setelah dokumentasi lengkap, bank mengadakan pencairan dana
(distbursement) sesuai perjanjian kredit. Dalam pencairan dana ini bank juga
harus berhati-hati. Bila tidak sesuai dengan perjanjian, pencairan dana tidak
dapat dilakukan. Setelah kredit dicairkan, bank juga harus terus menerus
melakukan pemantuan atas kredit yang diberikan. Ini adalah perkerjaan yang
akan terus berlangsung selama kredit tersebut belum dilunasi. Dalam
pemantauan ini bank harus terus-menerus mengikuti perkembangan bisnis
nasabah dan berbagai aaspek yang mungkin mempengaruhi kualitas kredit
tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian yang kemudian dianalisa, penulis
berpendapat bahwa Kredit Pemilikan Rumah (KPR) mempunyai beberapa
keuntungan dimana nasabah harus tetap memberikan jaminan. Menurut
ketentuan Pasal 2 Ayat (1) Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.
23/69/KEP/DIR tanggal 28 Februari 1991 tentang jaminan pemberian kredit,
bahwa yang dimaksud dengan jaminan adalah suatu keyakinan bank atas
kesanggupan debitur untuk melunasi kredit sesuai dengan yang diperjanjikan.
Sedangkan menurut ketentuan Pasal 1 butir 23 yang dimaksudkan dengan
agunan adalah jaminan tambahan yang diserahkan nasabah debitur kepada
bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan
Prinsip Syariah. Fungsi utama jaminan adalah untuk menyakinkan bank atau
kreditur bahwa debitur mempunyai kemampuan untuk melunasi kredit yang
diberikan kepadanya sesuai dengan perjanjian kredit yang telah disepakati
bersama sehingga nasabah debitur Kredit Pemilikan Rumah (KPR) akan lebih
berhati-hati dalam menggunakan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dari bank
konvensional maupun bank unit usaha syariah dikarenakan nasabah harus
tetap memberikan jaminan dimana jaminan tersebut akan disita apabila
nasabah tidak dapat memenuhi kewajibanya, kemudian yang kedua adalah
bahwa nasabah akan termotifasi agar supaya angsuran lunas dan agar jaminan
tidak disita.
Berdasarkan hasil penelitian, penulis berpendapat bahwa pelaksanaan
pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada bank konvensional dan bank
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
unit usaha syariah di PT. Bank Permata Tbk Cabang Surakarta sudah
melaksanakan prinsip kehati-hatian yang terdapat pada Undang- Undang
nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan dan Undang- Undang nomor 21
tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
2. Permasalahan Yang Dihadapi Dalam Pemberian Kredit Pemilikan
Rumah (KPR) Pada Bank Konvensional Dan Bank Unit Usaha Syariah
Di Bank Permata Tbk Cabang Surakarta.
Kredit adalah bagian investasi maupun resiko perbankan, menjadi
investasi manakala kredit tersebut menjadi lancar dan menjadi resiko
manakala kredit tersebut mengalami kemacetan. Status kredit pada perbankan
biasa bergerak mulai dari lancar sampai bermasalah, hal ini disebabkan
karena adanya unsur kesengajaan dari pihak debitur untuk tidak mau
membayar kewajibannya, maka dapat dilakukan lelang terhadap barang-
barang yang dijaminkan kepada bank sehingga tidak dapat dipidana. Namun
hal ini berbeda jika sebelumnya debitur telah melakukan penipuan, misalnya
memalsukan identitasnya dan memalsukan rekening koran dan data-data yang
diminta sebagai syarat debitur tidak diberikan dan dilengkapi dengan baik,
maka dapat dituntut secara pidana. Ini merupakan pelanggaran dari pegawai
bank juga karena tidak dapat menerapkan prinsip kehati-hatian dalam
memilih nasabah. Namun untuk memperjelas masalah yang sebenarnya
terjadi bukan hanya pegawai bank yang diperiksa, tapi juga debiturnya. Sebab
debitur tersebut dapat dikenakan gugatan perdata ataupun sanksi pidana bila
terbukti sengaja tidak mau melunasi kewajibannya kepada bank. (Pujiyono,
2009 : 48-49)
Berdasarkan hasil penelitian yang kemudian dianalisa, penulis
berpendapat Kelalaian debitor dalam memenuhi kewajibannya tersebut sangat
merugikan pihak bank sebagai kreditornya. Keadaan debitor tidak dapat
melunasi kreditnya sesuai dengan yang diperjanjikan dapat disebut kredit
macet.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Adapun kredit macet itu sendiri dapat disebabkan oleh salah satu atau
beberapa faktor yang harus dikenali secara dini oleh bank. Dan bank harus
selalu memantau akan kemampuan dan perkembangan debiturnya. Hal ini
disebabkan karena adanya kelemahan baik dari sisi debitor dan debitur, sisi
intern maupun sisi ekstern di PT. Bank Permata Tbk cabang Surakarta dan
debitor dan debitur yang meliputi:
a. Faktor Internal
1). Kelemahan bank dalam melakukan analisis, sehingga terjadi
kesalahan dalam mengambil keputusan pemberian kredit pemilikan
rumah (KPR).
2). Pendapatan relatif rendah.
nasabah debitur memiliki pendapatan relatif rendah sehingga
nasabah debitur sulit untuk membayar angsur kredit pemilikan
rumah (KPR) karena pendapatan yang diperoleh hanya cukup untuk
memenuhi kebutuhan sehari- hari.
3). Nasabah debitur terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Jika nasabah debitur terkena PHK maka nasabah debitur sulit
membayar angsuran kredit pemilikan rumah (KPR) karena tidak ada
lagi pendapatan.
b. Faktor Eksternal
1). Bencana alam.
Bencana alam dapat menyebabkan hancurnya rumah yang menjadi
objek kredit pemilikan rumah (KPR) sehingga bank mengalami
kerugian dan nasabah tidak mau membayar angsuran kredit
pemilikan rumah (KPR).
2). Perubahan kondisi perekonomian .
Misalnya, Perubahan kondisi ekonomi perumahan di Amerika yang
menyebabkan banyaknya bank yang rugi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3). Kebijakan pemerintah.
Kebijakan pemerintah juga mempengaruhi angsuran dalam kredit
pemilikan rumah (KPR) seperti kenaikan suku bunga dan kenaikan
pajak bumi dan banggunan.
4). Krisis ekonomi.
Pengaruh kondisi ekonomi global juga bisa berdampak terhadap
perputaran perekonomian dalam negeri, seperti naiknya harga
minyak dunia yang berimbas kepada mandeknya kegiatan usaha para
pengusaha sehingga keadaan perekonomian menjadi lesu karena
menurunnya daya beli masyarakat atau konsumen.
5). Perubahan-perubahan teknologi.
Pengaruh kondisi ekonomi global terhadap juga bisa berdampak
terhadap perubahan-perubahan teknologi sehingga mempengaruhi
perputaran perekonomian dalam negeri
Penyebab terjadinya kredit macet adalah karena debitor telah gagal untuk
membayar utangnya atau menghadapi masalah dalam memenuhi kewajiban
yang telah ditentukan atau sudah tidak sanggup membayar sebagian atau
keseluruhan kewajibannya kepada bank seperti yang telah diperjanjikan.
Dengan kata lain debitur telah melakukan Wanprestasi, yaitu tidak
dilaksanakan prestasi atau kewajiban sebagaimana mestinya yang dibebankan
oleh kontrak terhadap pihak-pihak tertentu seperti yang dimaksudkan dalam
kontrak yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dalam memberikan kreditnya
bank selaku kreditor senantiasa memantau perkembangan kredit yang
diberikannya.
Pendekatan praktis bagi bank dalam pengelolaan kredit macet adalah
dengan secara dini mendeteksi potensi timbulnya kredit macet, sehingga
makin banyak peluang alternatif koreksi bagi bank dalam mencegah
timbulnya kerugian sebagai akibat pemberian kredit. Berdasarkan deteksi
yang telah dilakukan, maka dapat diketahui posisi PT. Bank Permata Tbk
cabang Surakarta terhadap debitor khususnya bila dilihat dari usaha dan
kondisi agunan yang diberikan oleh debitor dalam perjanjian kreditnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Bank Indonesia melalui Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor
31/147/KEP/DIR tertanggal 2 April 2001 membagi kredit bank ke dalam 4
katagori yang dilakukan berdasarkan kolektibilitasnya, yaitu:
a. Kredit Lancar;
b. Kredit dalam Perhatian Khusus;
c. Kredit Kurang Lancar;
d. Kredit yang Diragukan;
e. Kredit Macet.
Untuk sub c sampai dengan e adalah merupakan kredit bermasalah.
Istilah kredit bermasalah telah digunakan oleh dunia perbankan Indonesia
sebagai terjemahan dari problem loan yang merupakan istilah yang sudah
lazim digunakan dalam dunia perbankan internasional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pelaksanaan Pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Pada Bank
Konvensional Dan Bank Unit Usaha Syariah Berdasarkan Prinsip Kehati-
Hatian Yang Terdapat Pada Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1998
Tentang Perbankan Dan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang
Perbankan Syariah Di PT. Bank Permata Tbk Cabang Surakarta.
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, maka peneliti dapat
menarik beberapa kesimpulan yaitu bahwa pelaksanaan kegiatan pemberian
kredit pemilikan rumah (KPR) baik secara konvensional maupun pada unit
usaha syariah pada Bank PT Permata Tbk cabang Surakarta pada prinsipnya
telah menerapkan prinsip kehati- hatian yang terdapat pada Undang- Undang
nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan dan Undang- Undang nomor 21 tahun
2008 tentang Perbankan Syariah dan prosedur pemberian kredit pemilikan
rumah (KPR) pada Bank PT Permata Tbk cabang Surakarta dilakukan dalam
beberapa tahapan yaitu, tahap mengajukan permohonan, tahap investigasi,
tahap analisa, tahap persetujuan atau keputusan kredit pemilikan rumah (KPR).
2. Permasalahan Yang Dihadapi Dalam Pemberian Kredit Pemilikan
Rumah (KPR) Pada Bank Konvensional Dan Bank Unit Usaha Syariah Di
Bank Permata Tbk Cabang Surakarta.
Ada beberapa permasalahan yang dihadapi oleh PT. Bank Permata Tbk
Cabang Surakarta dalam memberikan kredit pemilikan rumah (KPR) kepada
nasabahnya, yaitu nasabah yang tidak memiliki Trade Record yang baik
dibidang perbankan, masalah Jaminan, terjadinya Kredit Macet karena
kesulitan keuangan yang dialami para nasabah atau debitur, timbul karena 2
(dua) faktor yaitu faktor Internal seperti kelemahan bank dalam melakukan
analisis, sehingga terjadi kesalahan dalam mengambil keputusan pemberian
kredit pemilikan rumah (KPR), pendapatan relatif rendah, nasabah debitur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
terkena PHK dan faktor Eksternal seperti bencana alam. perubahan kondisi
perekonomian, kebijakan pemerintah, krisis ekonomi, perubahan-perubahan
teknologi.
B. Saran
Adapun saran yang diberikan peneliti kepada PT. Bank Permata Tbk
Cabang Surakarta dalam mensejahterakan perekonomian dimasyarakat dan
meningkatkan keinginan masyarakat untuk memiliki rumah dalam bentuk
Kredit Pemilikan Rumah (KPR), yaitu :
1. Dalam melaksanaan kegiatan pemberian kredit pemilikan rumah (KPR)
baik secara konvensional maupun pada unit usaha syariah pada Bank PT
Permata Tbk cabang Surakarta pada prinsipnya diharapkan untuk lebih
meningkatkan prinsip kehati- hatian yang terdapat pada Undang- Undang
nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan dan Undang-Undang nomor 21
tahun 2008 tentang Perbankan Syariah dan pihak PT. Bank Permata Tbk
Cabang Surakarta harus mempertahankan proses penyaluran maupun
pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dengan lebih mengutamakan
masyarakat atau calon nasabah yang memiliki ekonomi menengah
kebawah. Sehingga diharapkan nasabah tersebut dapat memiliki rumah
yang layak.
2. PT. Bank Permata Tbk Cabang Surakarta harus lebih berusaha
menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang akan terjadi dalam
proses penyaluran maupun pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
yaitu pihak Bank benar-benar memperhatikan calon nasabahnya dengan
melakukan penilaian dan pemeriksaan terhadap calon nasabah.