PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK...

83
PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK PEKERJA HARIAN LEPAS DI PIZZA HUT DELIVERY FATMAWATI (PT. SARI MELATI KENCANA) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh : MUTIARA SARI NIM : 11140480000101 P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H / 2019 M

Transcript of PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK...

Page 1: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK PEKERJA HARIAN

LEPAS DI PIZZA HUT DELIVERY FATMAWATI (PT. SARI MELATI

KENCANA)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh :

MUTIARA SARI

NIM : 11140480000101

P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H / 2019 M

Page 2: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman
Page 3: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman
Page 4: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman
Page 5: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

iv

ABSTRAK

Mutiara Sari, NIM 11140480000101. PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP

HAK-HAK PEKERJA HARIAN LEPAS DI PIZZA HUT DELIVERY

FATMAWATI (PT. SARI MELATI KENCANA). Program studi Ilmu Hukum,

Konsentrasi Hukum Bisnis. Fakultas Syariah dan Hukum. Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 67 halaman + 3

halaman daftar pustaka + 10 halaman lampiran.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan hukum terhadap hak-

hak pekerja harian lepas pada sebuah restaurant di Jakarta. Secara khusus, skripsi

ini mencoba mendalami muatan aturan hingga keharmonisan regulasi dengan

aturan lain yang mengatur tentang ketenagakerjaan. Disamping itu skripsi ini juga

mencoba mengupas beberapa aturan khusus dalam regulasi THR (Tunjangan Hari

Raya), Program Jaminan Kecelakaan Kerja, dan Upah Kerja Lembur.

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research) melalui

pendekatan perundang-undangan (statue approach). Penelitian ini menggunakan

metode pengumpulan data berupa studi pustaka. Melalui studi pustaka peneliti

mengumpulkan dokumen dan data untuk diolah menggunakan metode analisis isi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan hak-hak pekerja

harian lepas di Pizza Hut Delivery Fatmawati (PT. Sari Melati Kencana) terdapat

3 (tiga) kebijakan yang dibuat perusahaan yang bertentangan dengan Undang-

Undang Ketenagakerjaan. Bahkan setiap kebijakan perusahaan tersebut

dilaksanakan tanpa sepengetahuan dan persetujuan dari si pekerja harian lepas.

Setiap kebijakan-kebijakan yang dilaksanakan oleh perusahaan masih

menguntungkan satu belah pihak yakni pengusaha. Selain itu juga lebih

banyaknya kewajiban atau tanggung jawab yang harus ditanggung dibandingkan

dengan hak yang diperoleh pihak pekerja harian lepas. Isi perjanjian kerja secara

keseluruhan lebih dominan menguntungkan pihak pengusaha. Bentuk pelaksanaan

hukum terhadap hak-hak pekerja harian lepas berdasarkan Undang-Undang

Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, yaitu perjanjian kerja yang

dibuat secara sah dengan melihat undang-undang dan peraturan daerah dirasa

sudah optimal memberikan perlindungan hukum yang cukup kuat bagi pihak

pekerja harian lepas. Meskipun perjanjian kerja yang dibuat tersebut perjanjian

standar yang dibuat oleh pihak pengusaha, tetapi pengusaha tidak menghilangkan

hak yang mesti didapatkan pihak pekerja harian lepas.

Kata kunci : Pelaksanaan hukum, perlindungan hukum, pekerja harian lepas

Pembimbing Skripsi : Drs. Noryamin Aini, M. A.

Daftar Pustaka : Tahun 1997 sampai Tahun 2011

Page 6: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan

Rahmat-Nya, Penyusun Skripsi yang berjudul “PELAKSANAAN HUKUM

TERHADAP HAK-HAK PEKERJA HARIAN LEPAS DI PIZZA HUT

DELIVERY FATMAWATI (PT. SARI MELATI KENCANA)” dapat

diselesaikan dengan baik, walaupun terdapat beberapa kendala yang dihadapi saat

proses penyusunan skripsi ini.

Hal ini tidak dapat dicapai tanpa adanya bantuan, dukungan, dan

bimbingan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, dengan

segala kerendahan hati dan penuh rasa hormat saya ingin mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.Ag., S.H., M.H., M.A Dekan Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Muhammad Ali Hanafiah Selian S.H., M.H Ketua Program Studi Ilmu

Hukum dan Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum, Sekretaris Program Studi

Ilmu Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Drs. Noryamin Aini, M.A., Dosen Pembimbing yang telah bersedia

meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya.

4. Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, Khususnya Dosen Program Studi Ilmu Hukum yang telah

memberikan ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.

5. Kepala dan Staff pusat perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

telah membantu dalam menyediakan fasilitas yang memadai untuk penulis

mengadakan studi kepustakaan guna menyelesaikan skripsi ini.

6. Andri Saputra dari pihak perwakilan Pizza Hut Delivery Fatmawati yang

sudah mengijinkan peneliti melakukan penelitian dan membantu memberi

data dalam skripsi ini.

7. Kedua orang tua tercinta dan tersayang Zuwirman dan Yuli Zarni, atas

kasih sayang, motivasi, dukungan, doa, perhatian, ilmu pengetahuan, arti

kedisiplinan, serta tidak henti-hentinya menyemangati dan mendoakan

Page 7: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

vi

keberhasilan Peneliti dalam penyusunan skripsi. Sehingga peneliti dapat

menyelesaikan pendidikan pada jenjang Perguruan Tinggi Negeri Strata 1.

8. Kepada saudara Peneliti, abang Muhammad Win Haekal, AMd.Ak, Toha

Win Ibrahim, dan Muhammad Win Reza Pahlevi. Terima kasih atas segala

dukungan, perhatian, dan kasih sayang yang telah kalian berikan.

9. Terimakasih juga kepada kawan-kawan angkatan 2014 Ilmu Hukum,

khususnya Arfah Naila yang telah saling membantu selama perkuliahan

serta dalam penulisan skripsi ini.

10. Teman-teman terdekat peneliti Adis, Ara, Dhea, Dini, Efril, Indah, Zunah,

Kak Desi, Bang Teddy dan teman-teman lainnya yang mengenal dan

berteman baik dengan peneliti. Semoga teman-teman semua sukses dan

sejahtera serta diberikan kelancaran dalam segala hal.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi

peneliti dan umumnya bagi pembaca. Sekian dan terima kasih.

Jakarta, 23 Juli 2019

Mutiara Sari

Page 8: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

vii

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ........................................................ i

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ..................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ iii

ABSTRAK .......................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ........................................................................................ v

DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah .................. 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 8

D. Metode Penelitian...................................................................... 8

E. Sistematika Penulisan................................................................ 12

BAB II TINJAUAN UMUM HAK-HAK PEKERJA .................................. 14

A. Kerangka Konseptual ................................................................ 14

B. Kerangka Teori.......................................................................... 16

C. Hak-Hak Pekerja Berdasarkan Peraturan Yang Berlaku .......... 25

D. Tinjauan (Review)Kajian Terdahulu......................................... 28

BAB III PELAKSANAAN HAK-HAK TERHADAP PEKERJA

HARIAN LEPAS DI PIZZA HUT DELIVERY

FATMAWATI (PT. SARI MELATI KENCANA) ......................... 31

A. Gambaran Umum Pizza Hut Delivery ...................................... 31

1. Sejarah singkat ................................................................... 31

2. Visi dan Misi ...................................................................... 32

3. Struktur Organisasi dan Manajemen .................................. 32

4. Data Karyawan ................................................................... 33

B. Pengaturan tentang Perjanjian Kerja berdasarkan

Peraturan Peraturan PT. Sari Melati Kencana Tbk ................... 36

Page 9: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

viii

C. Pengaturan Hak-hak Pekerja di Pizza Hut Delivery

Fatmawati (PT. Sari Melati Kencana) ....................................... 39

BAB IV PENYELESAIAN MASALAH HAK PEKERJA SEKTOR

MAKANAN DI INDONESIA ......................................................... 45

A. Pelaksanaan hak-hak pekerja harian lepas di Pizza Hut

Delivery Fatmawati (PT. Sari Melati Kencana) ........................ 45

B. Analisis Peneliti Terhadap Pelaksanaann Hak-hak Pekerja

Harian Lepas di Pizza Hut Delivery Fatmawati ........................ 53

BAB V PENUTUP ........................................................................................ 61

A. Simpulan ................................................................................... 61

B. Rekomendasi ............................................................................. 62

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 64

LAMPIRAN ........................................................................................................ 67

Page 10: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hak asasi manusia adalah hak-hak yang dimiliki manusia semata-mata

karena dia manusia. Umat manusia memilikinya bukan karena diberikan oleh

masyarakat atau berdasarkan hukum positif, melainkan semata-mata

berdasarkan martabatnya sebagai manusia. Dalam arti ini, meskipun setiap

orang terlahir dengan warna kulit, jenis kelamin, bahasa, budaya dan

kewarganegaraan yang berbeda-beda, dia tetap mempunyai hak-hak tersebut.

Inilah sifat universal dari hak asasi manusia. Selain bersifat universal, hak-hak

itu juga tidak dapat dicabut (inalienable). Artinya seburuk apapun perlakuan

yang telah dialami seseorang dia tetap memiliki hak-hak tersebut. Dengan kata

lain, hak-hak itu melekat pada dirinya sebagai makhluk insani.1

Dalam pembukaan UUD 1945 termaktub 3 (tiga) hal yang merupakan

tujuan nasional bangsa Indonesia, yaitu;

1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

Indonesia;

2. Memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa;

3. Ikut melaksanakan ketertiban dunia.

Dari ketiga poin di atas dapat disimpulkan bahwa negara Indonesia wajib

melindungi negara, tanah air dan seluruh warga negara Indonesia baik yang

berada di dalam maupun di luar negeri, di kota maupun hingga pelosok daerah

sekalipun.2 Selanjutnya negara Indonesia menginginkan situasi dan kondisi

1 Satya Arinanto, et al. Hukum Hak Asasi Manusia, (Yogyakarta: Pusat Studi Hak Asasi

Manusia Universitas Islam Indonesia, 2008), h. 11 2 Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik. Kata republik

berasal dari kata “respublicae” (res+publicae) yang mengandung arti hak atau kepentingan rakyat.

Konsep republik dikaitkan dengan pengertian negara sebagai penjelmaan kekuasaan dari rakyat.

Lihat Jimly Asshiddiqie, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Reformasi, (Jakarta:

Bhuana Ilmu Populer, 2008), h. 279-280

Page 11: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

2

rakyat yang bahagia, sejahtera, makmur, adil, sentosa, dan lain sebagainya.

Khusus mengenai tujuan yang kedua yaitu “memajukan kesejahteraan umum

dan mencerdaskan kehidupan bangsa”. Apabila tujuan ini dikristalisasi, maka

akan bisa dimaknai bahwa negara bertanggung jawab untuk meningkatkan

kesejahteraan. Yang salah satunya adalah meningkatkan derajat penghidupan

rakyat Indonesia melalui pekerjaan yang layak. Tujuan ini kemudian

dipertegas di dalam batang tubuh Pasal 27 Ayat (2) UUD 1945 yakni, yang

menjamin hak warganya atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi

kemanusiaan. Pasal ini merupakan pasal yang ditujukan pada warga Indonesia

dan mengandung dasar etika, khususnya etika kemanusiaan. Oleh sebab itu,

hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak adalah jaminan sekaligus hak

konstitusional setiap warga negara.

Dalam pelaksanaan pembangunan nasional, tenaga kerja mempunyai peran

yang sangat penting bagi keberhasilan pembangunan. Sehingga kebijakan

dibidang ketenagakerjaan dalam program pembangunan nasional selalu

diusahakan pada terciptanya kesempatan kerja sebanyak mungkin diberbagai

bidang usaha yang diimbangi dengan peningkatan mutu dan peningkatan

perlindungan terhadap tenaga kerja. Dalam Pasal 27 Ayat (2) Undang-Undang

Dasar Tahun 1945 disebutkan bahwa “Tiap-tiap warga Negara berhak atas

pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Artinya bahwa

setiap orang yang bekerja harus mendapat gaji yang sesuai dengan standar

kebutuhan hidup. Selain itu pekerja juga harus memperoleh hak-hak yang

sudah diatur oleh pemerintah.

Namun dalam pelaksanaannya masih banyak pekerja yang belum

memperoleh hal tersebut. Sehingga timbul permasalahan antara pengusaha

dan pekerja. Persoalan-persoalan ketenagakerjaan di Indonesia merupakan

masalah nasional yang sangat kompleks, sehingga masalah terhadap hak-hak

pekerja atau buruh masih menjadi masalah utama dalam ketenagakerjaan.

Permasalahan hukum ketenagakerjaan yang lainnya adalah berkaitan dengan

globalisasi. Tenaga kerja yang tersedia di Indonesia sebagian besar adalah

Page 12: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

3

unskill labour. Sementara tuntutan secara universal dalam kaitannya dengan

era pasar bebas menutut adanya kesempatan dan perlakuan yang sama bagi

tenaga kerja (servis/jasa).3

Salah satu bentuk perlindungan Hukum terhadap tenaga kerja diatur

Pemerintah, dalam Pasal 86 Ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 13

Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan dijelaskan “Bahwa setiap

Pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas

keselamatan dan kesehatan kerja”.

Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang

melindungi, memberi rasa aman, tenteram dan tertib untuk mencapai

kedamaian dan keadilan setiap orang. Pada saat ini adanya tenaga kerja harian

lepas yang bekerja di perusahaan, mengalami situasi yang dramatis.

Dikarenakan tidak adanya kontrak dan peraturan tertulis, sehingga

perlindungan Hukum terhadap hak-hak, keselamatan dan kesehatan kerja

tenaga kerja harian lepas cenderung perusahaan bersikap menganaktirikan.

Perusahaan-perusahaan kecil tumbuh dan terjadilah hubungan

penguasa/majikan dengan pekerja harian lepas yang pola dan sifatnya belum

diketahui.

Pekerja atau buruh harian lepas (part time worker) adalah seseorang yang

bekerja hanya dalam sebagian waktu dari ketentuan waktu kerja atau hari kerja

normal. Untuk memenuhi kebutuhan operasionalnya beberapa perusahaan

lebih memilih memperkerjakan pekerja atau buruh harian lepas. Pentingnya

pelaksanaan hak-hak bagi pekerja atau buruh harian lepas biasanya

berhadapan dengan kepentingan pengusaha untuk tetap dapat bertahan

(survive) dalam menjalankan usahanya. Sering kali pihak yang terkait secara

langsung adalah pengusaha dan pekerja atau buruh, sehingga menarik untuk

dibahas terkait bagaimana kondisi hukum ketenagakerjaan saat ini?

Bagaimana strategi awal pemerintah dalam menangani permasalahan

3 Asri Wjayanti, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, (Jakarta: Sinar

Grafika,2009), h. 16

Page 13: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

4

ketenagakerjaan yang ada? Apakah strategi pemerintah tersebut dimuat

dalam Undang-Undang? Ataukah hanya sekedar peraturan dalam Undang-

Undang saja? Adakah hambatan-hambatan atau permasalahan baru yang

muncul pasca berlakunya Undang-Undang Ketenagakerjaan? Bagaimana

perkembangan aturan hukum ketenagakerjaan di Indonesia dari waktu ke

waktu?

Selama ini pemerintah memandang masalah ketenagakerjaan hanya pada

bagaimana menangani masalah angkatan kerja yang semakin membludak.

Kenyataannya kesempatan kerja yang tersedia tetap saja masih sangat terbatas.

Sehingga hal-hal yang berkaitan dengan hak-hak, serta perbaikan

kesejahteraan pekerja menjadi diabaikan. Undang-Undang Nomor 13 Tahun

2003 Tentang Ketenagakerjaan (UUTK) sendiri tidak membedakan antara

pekerja penuh, pekerja harian lepas, pekerja sementara maupun pekerja

pengganti. Pekerja atau buruh merupakan bagian dari tenaga kerja. Tenaga

kerja yang bekerja di dalam hubungan kerja, berada di bawah perintah

pemberi kerja (bisa perorangan, pengusaha, badan hukum, atau badan lainnya)

dan atas jasanya dalam bekerja yang bersangkutan menerima upah atau

imbalan dalam bentuk lainnya.4

Dalam hubungan antara pekerja atau buruh dan pengusaha secara normatif

pekerja atau buruh dipandang sebagai orang yang bebas. Secara sosiologis

pekerja atau buruh ini tidak bebas sebagai orang yang tidak mempunyai bekal

hidup yang selain tenaganya. Bahkan, pekerja/buruh terkadang terpaksa

menerima hubungan kerja dengan pengusaha meskipun memberatkan bagi

pekerja atau buruh itu sendiri. Lebih-lebih sekarang ini banyaknya jumlah

tenaga kerja yang tidak sebanding dengan lapangan pekerjaan yang tersedia.

Secara sosial ekonomis kedudukan buruh adalah tidak bebas. Sebagai orang

yang tidak mempunyai bekal hidup lain dari itu, ia terpaksa bekerja pada

orang lain.

4 Maimun, Hukum Ketenagakerjaan (Suatu Pengantar), (Jakarta: Pradnya Pramita, 2007),

h. 12

Page 14: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

5

Pada umunya hubungan pengusaha/majikan dengan pekerja harian lepas

berbeda sekali karena sifatnya tidak ada kontrak dan peraturan tertulis.

Walaupun ada kesepakatan itu terjadi antara pihak yang kuat sebagai penentu

syarat dan pihak yang lemah sebagai penerima syarat. Karena itu

penyempurnaan terhadap regulasi tentang ketenagakerjaan yang mencakup

lingkup perjanjian antar pihak namun tidak terhubung terhadap pekerja harian

lepas yang tidak mendapatkan hak-haknya dalam perlindungan hukum sebagai

pekerja. Sementara itu, pihak tenaga kerja harian lepas sendiri kurang

mengetahui apa-apa yang menjadi hak dan kewajibannya. Dengan kata lain,

pihak tenaga kerja harian lepas turut saja terhadap peraturan yang dibuat oleh

pengusaha. Padahal dalam suatu hubungan kerja sama yang baik tidak ada

pihak yang lebih penting karena pengusaha dan pekerja harian lepas saling

membutuhkan.

Pelaksanaan hak-hak terhadap tenaga kerja harian lepas harus sesuai

dengan Peraturan Ketenagakerjaan yang berlaku yaitu Undang-Undang

Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, dan juga Keputusan Menteri

Tenaga Kerja dan Republik Indonesia Nomor KEP.100/MEN/VI/2004 tentang

Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu. Hal yang menjadi

pertanyaan besar yakni, konsekuensi yang harus dihadapi para pelaku usaha

jika terbukti terdapat pelanggaran hak-hak pekerja harian lepasnya? Adakah

aturan atau mekanisme yang dikeluarkan oleh Menteri Ketenagakerjaan,

DPR dan/atau pemerintah untuk menanggulangi permasalahan

ketenagakerjaan selain peraturan-peraturan tersebut?

Hukum tidak sebatas sebagai perangkat norma atau sejumlah kaidah, tetapi

hukum merupakan fakta sosial. Hukum selain dikonsepsikan sebagai law as

what it is in the books, hukum juga dikonsepsikan secara empiris sebagai law

as what is (functioning) in society.5 Dengan kata lain, hukum tidak lagi berdiri

sebagai norma-norma yang eksis secara eksklusif di dalam suatu sistem

5 Soetandyo Wignjosoebroto, Hukum: Paradigma, Metode dan Dinamika Masalahnya,

(Jakarta: ELSAM dan HUMA, 2002), h. 3

Page 15: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

6

legitimasi yang formal. Melainkan ia merupakan gejala empiris yang teramati

di dalam pengalaman. Dari segi substansinya, hukum terlihat sebagai suatu

kekuatan sosial yang nyata di dalam masyarakat dan empiris wujudnya, yang

bekerja dengan hasil: efektif atau tidak efektif. Berdasarkan hal tersebut,

penelusuran implemenasi hukum terhadap hak-hak pekerja/buruh harian lepas

restoran di Jakarta berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan, yakni dengan membandingkan ketentuan dalam

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dengan

implementasinya dengan salah satu restoran di Jakarta, penting dilakukan.

Berdasarkan berbagai irisan pemikiran tersebut, peneliti akan mengupas secara

mendalam tema yang terkait bagaimana aturan pengawasan ketenagakerjaan

dalam pelaksanaan hak-hak tenaga kerja harian lepas di Jakarta. Pembahasan

atas berbagai kompleksitas permasalahan yang sebelumnya peneliti paparkan

akan peneliti tuangkan dalam sebuah skripsi yang berjudul

“PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK PEKERJA

HARIAN LEPAS DI PIZZA HUT DELIVERY FATMAWATI (PT.

SARI MELATI KENCANA)”

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

a. Bagaimana kepatuhan hukum pelaku usaha dalam pemberian upah

dan pemenuhan hak-hak pekerja/buruh harian lepas terhadap

Undang-Undang Ketenagakerjaan?

b. Apa ketentuan tanggungjawab perusahaan terhadap pemberian hak

pekerja harian lepas?

c. Apakah hak-hak pekerja/buruh pekerja harian lepas dibayar sesuai

dengan ketentuan yang berlaku?

d. Apakah perusahaan cenderung membuat kebijakan atau aturan

yang dimanipulasi untuk kepentingan sendiri?

e. Apakah pekerja harian lepas dapat mengajukan keberatan terhadap

kebijakan perusahaan tersebut? Jika ada bagaimana mekanisme

Page 16: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

7

pengajuan atas keberatan tersebut?

2. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang serta masalah yang berhasil diidentifikasi

peneliti, maka tampak begitu kompleksnya persoalan yang timbul terkait

sistem pelaksanaan hak-hak tenaga kerja. Untuk itu peneliti memberi

batasan-batasan demi mempertajam bahasan dalam penelitian ini, yakni

sebagai berikut;

a. Skripsi ini terfokus pada analisis implementasi hukum berupa

perbandingan ketentuan ketenagakerjaan yang diatur berdasarkan

Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan

dengan pelaksanaannya di Pizza Hut Delivery Fatmawati (PT. Sari

Melati Kencana);

b. Skripsi ini meneliti beberapa aturan atau ketentuan pelaksanaan

hukum yang mengatur mengenai Tunjangan Hari Raya Keagamaan

(THR), jaminan kesehatan tenaga kerja, serta peraturan mengenai

upah lembur di restoran cepat saji Pizza Hut Delivery (PHD)

cabang Fatmawati;

c. Sumber data yang digunakan dalam skripsi ini yakni Undang-

Undang Nomor 13 Tahun 2003, Undang-Undang Nomor 24 Tahun

2011, Peraturan Presiden No 82 Tahun 2013, Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2015, Peraturan Menteri

Ketenagakerjaan Nomor 6 Tahun 2016, Keputusan Menteri

Tenagakerja dan Transmigrasi RI Nomor : KEP.100/MEN/VI/

2004, Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI

Nomor : Kep.102/MEN/VI/ 2004, Peraturan Gubernur Provinsi

DKI Jakarta Nomor 9 Tahun 2007.

3. Perumusan Masalah

Bedasarkan latar belakang dan pembatasan masalah, maka peneliti

rumuskan masalah berikut : Pelaksanaan Hak-hak Pekerja Harian Lepas

di Pizza Hut Delivery Fatmawati (PT. Sari Melati Kencana). Untuk

mempertegas arah dari masalah utama yang telah diuraikan di atas maka

Page 17: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

8

peneliti menjabarkan penulisan ini melalui rincian perumusan masalah

dalam bentuk pertanyaan :

a. Bagaimana pelaksanaan hak-hak tenaga kerja harian lepas di restoran

Pizza Hut Delivery Fatmawati yang di atur berdasarkan Undang-

Undang Ketenagakerjaan?

b. Bagaimana bentuk pelaksanaan hak-hak pekerja harian lepas di Pizza

Hut Delivery Fatmawati?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk;

a. Untuk mengetahui pelaksanaan hukum terhadap hak-hak pekerja

harian lepas.

b. Untuk mengetahui dinamika yang timbul dalam pelaksanaan hak-hak

pekerja harian lepas dan cara penyelesaiannya.

2. Manfaat Penelitian

Selain tujuan yang ingin dicapai, tentunya peneliti berharap hasil

penelitian ini juga dapat memberi manfaat yang nyata untuk penguatan

aturan hukum ketenagakerjaan di Indonesia. Adapun manfaat penelitian

yang ingin dihadirkan peneliti sebagai berikut;

a. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memeprluas khazanah keilmuan

dalam bidang hukum, lebih spesifiknya terkait hukum

ketenagakerjaan.

b. Manfaat Praktis

Secara praktis tulisan ini bertujuan menggali lebih dalam, serta

sebagai bahan rujukan di masa yang akan datang tentang pengawasan

ketenagakerjaan.

D. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Page 18: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

9

Jenis penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini adalah kualitatif

eksploratif, dimana setelah seluruh data yang peneliti peroleh, data

tersebut lalu dianalisa dengan analisa kualitatif.6 yaitu suatu cara

penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis. Adapun metode

yang peneliti gunakan adalah kualitatif eksploratif, yaitu

menggambarkan secara jelas dan terperinci mengenai suatu keadaan

yang terjadi dilapangan secara objektif, sehingga didapatkan fakta-

fakta yang diselidiki.

Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah Pendekatan

Perundangan-undangan (statue approach), mengingat peneliti berusaha

menganalisis beberapa peraturan perundang-undangan sebagai fokus

penelitian. Undang-undang tersebut adalah Undang-Undang Nomor 13

Tahun 2003, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011, Undang-Undang

Nomor 3 Tahun 1992, Peraturan Pemerintah No 84 Tahun 2013,

Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 16 Tahun 2016, Keputusan

Menteri Tenagakerja dan Transmigrasi RI Nomor : KEP.100/MEN/VI/

2004.

2. Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data

Data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini berupa informasi

terkait pelaksanaan hukum terhadap hak-hak pekerja harian lepas.

Seperti rekomendasi sanki yang diberikan pemerintah kepada pelaku

usaha, tidak dilaksanakannya hak-hak pekerja harian lepas, adanya

tindakan-tindakan para pengusaha yang merugikan para pekerja dalam

pemberian hak-hak pekerja harian lepas.

Penelitian ini menggunakan informasi yang berkaitan dengan

hukum ketenagakerjaan. Informasi tersebut kemudian dikelompokkan

menjadi 2 (dua) sumber sebagai berikut:

6Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia,

1986), cet. 3, h.13

Page 19: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

10

a. Sumber Primer

Sumber sekunder yang digunakan dalam penelitian ini

yakni sejumlah peraturan pelaksana yang berisi metode

pelaksanaan undang-undang serta berupa dokumen yang berisi

pedoman pelaksanaan hukum ketenagakerjaan yang dikeluarkan

oleh lembaga resmi negara. Adapun sumber sekunder yang

dimaksud dalam penelitian ini sebagai berikut:

1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang

Ketenagakerjaan.

2) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian

Hubungan Industrial.

3) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial

Tenaga Kerja.

4) Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2013 Tentang

Perubahan Kesembilan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 14

Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial

Teanaga Kerja.

5) Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 6 Tahun 2016

Tentang Tunjangan Hari Raya

6) Keputusan Menteri Tenagakerja dan Transmigrasi RI Nomor :

KEP.100/MEN/VI/ 2004 Tentang Ketentuan Pelaksanaan

Perjanjian Kerja Waktu Tertentu.

b. Sumber Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh

peneliti secara tidak langsung melalui media perantara dan melalui

studi kepustakaan dengan cara membaca, mengutip dan menelaah

peraturan perundang-undangan, buku-buku, kamus, dan literatur lain

yang berkenaan dengan permasalahan yang akan dibahas.7

7 Digital repository unila diakses pada tanggal 29 Maret 2018 dari

http:/digilib.unila.ac.id/9214/4/Bab%20lll.pdf

Page 20: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

11

a. Data Non-Hukum (Tersier)

Bahasa Non-Hukum adalah yang merupakan bahan-bahan

hukum yang primer dan sekunder, seperti: Kamus Inggris-Indonesia,

Kamus Hukum Belanda-Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia.8

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan

data terutama data sekunder dan sebagai penunjang adalah data primer.

Sebagai berikut:

a. Studi Kepustakaan (Library Research), yaitu bentuk pengumpulan

data yang dilakukan dengan membaca buku literatur,

mengumpulkan, membaca dokumen yang berhubungan dengan

obyek penelitian, dan mengutip dari data-data sekunder yang

meliputi peraturan perundang-undangan, dokumen dan bahan

kepustakaan lain dari beberapa buku referensi, artikel-artikel dari

beberapa jurnal, arsip, hasil penelitian ilmiah, peraturan perundang-

undangan, laporan, teori-teori, media masa seperti koran, internet

dan bahan kepustakaan lainnya yang relevan dengan masalah yang

akan diteliti.

b. Wawancara, yaitu percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan

tersebut dilakukan dengan dua orang pihak, yaitu pewawancara

(interviewe) yang mnegajukan pertanyaan dan yang diwawancarai

(interviewe) yang memberikan jawaban atas pertanyan itu.9

Wawancara dilakukan dengan cara terpimpin, yaitu wawancara

dilaksanakan dengan salah satau supervisor Pizza Hut Delivery

Fatmawati (PT. Sari Melati Kencana) serta jalan informan diberi

kebebasan untuk menjawab pertanyaan yang ditentukan. Cara

8 Sri Mamudji, Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, Cet 1, (Jakarta: Badan Penerbit

Universitas Indonesia, 2005), h.1 9 Lexi J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2002), h.103

Page 21: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

12

tersebut digunakan peneliti untuk mendapatkan keterangan secara

lisan dari responden.10

5. Teknik Pengolahan Data

Interview atau wawancara yang dipakai dalam penelitian ini

adalah wawancara bebas terpimpin, hasil data interview atau wawancara

tersebut kemudian diubah dari format audio menjadi visual dalam bentuk

teks melalui transkrip data.

6. Analisis Bahan Hukum

Data yang diperoleh dari penulisan kepustakaan maupun dari

penelitian lapangan akan diolah berdasarkan analisis normatif, kualitatif.

Normatif karena peneliti bertitik tolak dari peraturan yang ada sebagai

norma hukum positif, sedangkan kualitatif yaitu memaparkan kenyataan-

kenyataan yang didasarkan atas hasil penelitian. Memahami kebenaran

yang diperoleh dari hasil pengamatan dan pertanyaan kepada sejumlah

responden baik secara lisan maupun secara tertulis selama dalam

melakukan penelitian.

7. Teknik Penulisan

Teknik penyusunan dan penulisan skripsi ini berpedoman pada buku

Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan pada tahun 2017.

E. Sistematika Penulisan

Masing-masing bab dalam skripsi ini terdiri atas beberapa sub bab

sesuai pembahasan dan materi yang diteliti di atas. Adapun perincian

sebagai berikut:

BAB I, Dalam Bab ini peneliti memaparkan Latar Belakang

Masalah, Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah,

Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, serta

10

Koentjaraningrat, Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT. Gramedia, 1989), h.162

Page 22: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

13

Sistematika Penulisan.

BAB II, Dalam Bab ini peneliti akan menjelaskan kerangka

konseptual, kerangka teori, pengaturan hak-hak pekerja

berdasarkan peraturan yang berlaku, dan tinjauan (review)

kajian terdahulu.

BAB III, Berisi tentang gambaran umum dari Pizza Hut Delivery

Fatmawati berupa sejarah, letak geografis, struktur

organisasi, serta menjelaskan gambaran mengenai

pengaturan tentang perjanjian kerja di Pizza Hut Delivery

Fatmawati (PT. Sari Melati Kencana).

BAB IV, Bab ini berisi analisis pelaksanaan hukum hak-hak pekerja

harian lepas. Bab ini merupakan inti dari penelitian skripsi.

Dalam bab ini akan dibahas duduk perkara, pelaksanaan

hukum hak-hak pekerja harian lepas, analisis peneliti

terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku usaha.

BAB V, Bab ini merupakan bagian akhir, yang berisi simpulan dan

saran. Simpulan merupakan kristalisasi dari hasil penelitian

dan pembahasan, disamping itu juga merupakan landasan

untuk mengemukakan saran. Saran meliputi aspek

operasional dan aspek kebijaksanaan.

Page 23: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

14

BAB II

TINJAUAN UMUM HAK-HAK PEKERJA

Untuk dapat memahami sekelumit permasalahan yang dihadirkan peneliti pada

bab lanjutan dari skripsi ini, maka landasan awal berupa pemahaman teoritik akan

sangat dibutuhkan oleh pembaca. Pada Bab 2 (dua) ini, peneliti memaparkan

beberapa poin penting terkait pemahaman dasar hukum ketenagakerjaan yang

dibagi dalam 4 subbab permasalahan. Subbab pertama berisi tentang pemahaman

awal terkait definisi dan konsep ketenagakerjaan. Subbab ini dilanjutkan dengan

subbab kedua yang memaparkan tentang bebeapa informasi penting terkait

ketenagakerjaan yang dapat mengakibatkan terjadinya monopoli kekuasaan.

Kemudian untuk menemukan relasi antara subbab pertama dan kedua, maka

peneliti menyebutkan mengenai hak-hak pekerja berdasarkan peraturan yang

berlaku pada subbab ketiga. Pada subbab keempat, peneliti mencoba

menghadirkan beberapa penelitian terdahulu yang sudah pernah dilakukan oleh

sejumlah kalangan.

A. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual ini bertujuan untuk memberikan batasan mengenai apa

yang akan diteliti di dalam penelitian ini. Kerangka konseptual pada

hakikatnya merumuskan definisi operasional yang akan digunakan untuk

menyamakan persepsi. Ada beberapa definisi yang dipakai dalam rujukan

penulisan skripsi ini. Definisi ini, karena membahas persoalan hukum peneliti

tidak mengacu pada pendapat orang perseorangan. Tetapi merujuk pada

definisi menurut peraturan perundang-undangan. Berikut ialah beberapa

definisi yang peneliti uraikan:

1. Tenaga Kerja

Menurut Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003,

tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di

dalam maupun di luar hubungan kerja, guna menghasilkan barang atau jasa

Page 24: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

15

untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Sesorang

yang mampu bekerja dilihat dari keadaan fisik dan mentalnya. Biasanya

tenaga kerja mengikatkan dirinya kepada majikan guna menghasilkan

barang atau jasa yang dapat digunakan untuk dirinya sendiri dan

masyarakat.1

2. Pekerja/Buruh

Menurut Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

tentang ketenagakerjaan, pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja

dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk apa pun. Pengertian ini

agak umum namun maknanya lebih luas karena dapat mencakup semua

orang yang bekerja pada siapa saja baik perorangan, persekutuan, badan

hukum atau badan lainnya dengan menerima upah atau imbalan dalam

bentuk apa pun.2 Pekerja/buruh adalah orang yang bekerja kepada seseorang

dengan perjanjian tertentu untuk mendapatkan upah dari orang yang

mempekerjakan.3

3. Pekerja Harian Lepas

Mengenai pengertian pekerja harian lepas sebelumnya terjabarkan

secara jelas dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.PER-06/MEN/1985

yaitu Pekerja Harian Lepas adalah pekerja yang bekerja pada pengusaha

untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu dapat berubah-ubah dalam hal

waktu maupun volume pekerjaan dengan menerima upah yang didasarkan

atas kehadiran pekerja secara harian. Pekerja harian lepas adalah pekerja

dengan perjanjian waktu tertentu dan mendapatkan upah berdasarkan

kehadirannya.

1 Darza Z,A, Kamus Istilah Bidang Ketenagakerjaan, (Jakarta: Delima Baru, 2000), h.

114 2 Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2003), h. 35

3 Maimun, Hukum Ketenagakerjaan, (Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 2003), h. 13

Page 25: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

16

B. Kerangka Teori

1. Hak Pekerja

a. Pengertian Hak Pekerja

Berbicara mengenai hak pekerja/buruh berarti membicarakan hak-hak

asasi, maupun hak yang bukan asasi. Hak asasi adalah hak yang melekat

pada diri pekerja/buruh itu sendiri yang dibawa sejak lahir dan jika hak

tersebut terlepas atau terpisah, maka pekerja itu akan menjadi turun

derajat dan harkatnya sebagai manusia. Sedangkan hak yang bukan asasi

berupa hak pekerja atau buruh yang telah diatur dalam peraturan

perundang-undangan yang sifatnya nonasasi.4 Hak dan kewajiban adalah

subjek kerja, dimana hak merupakan suatu tuntutan dan keinginan yang

diperoleh oleh subjek kerja (pengusaha dan pekerja). Sedangkan

kewajiban adalah para pihak, disebut prestasi.5

b. Jenis-jenis Hak Pekerja6

1) Hak atas pekerjaan;

2) Hak atas upah yang adil;

3) Hak untuk berserikat dan berkumpul;

4) Hak atas perlindungan keamanan dan kesehatan;

5) Hak untuk diproses hukum secara sah;

6) Hak untuk diperlakukan secara sama;

7) Hak atas rahasia pribadi;

8) Hak atas kebebasan suara hati.

c. Syarat Mendapatkan Hak

Pada dasarnya hubungan kerja merupakan hubungan yang

mengatur/memuat hak dan kewajiban antara pekerja/buruh dan

4 Adrian Sutedi, Hukum Perburuhan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h. 15

5 Basani Situmorang dkk, Laporan Pengkajian Hukum Tentang Menghimpun dan

Mengetahui Pendapat Ahli Mengenai Pengertian Sumber-sumber Hukum Mengenai

Ketenagakerjaan, (Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Hukum dan HAM,

2011), h. 35 6 Jenis-jenis Hak Pekerja, diakses pada tanggal 27 Februari 2019 dari

https://www.academia.edu/38366426/BAB_II_Etika_Profesi.docx

Page 26: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

17

pengusaha. Takaran hak dan kewajiban masing-masing pihak harus

seimbang. Oleh sebab itu, hakikat “hak pekerja/buruh” merupakan

kewajiban “pengusaha”, dan sebaliknya “hak pengusaha” merupakan

“kewajiban pekerja/buruh”.7 Dengan kata lain, jika isi yang tertuang

didalam perjanjian kerja tersebut menunjukan kewajiban-kewajiban yang

harus dipenuhi oleh pekerja, maka sebaliknya kewajiban tersebut bagi

pihak pengusaha adalah haknya, dan begitu pula jika isi yang tertuang di

dalam perjanjian kerja tersebut menunjukkan kewajiban yang harus

dipenuhi oleh pengusaha. Maka kewajiban tersebut merupakan hak-hak

dari pekerja.

Kewajiban para pihak diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata (KUHPerdata) sebagai berikut:

d. Kewajiban pekerja/buruh:

1) Melaksanakan tugas/pekerjaan sesuai yang diperjanjikan sebaik-

baiknya (Pasal 1603 KUHPerdata);

2) Melaksanakan pekerjaannya sendiri, tidak dapat digantikan oleh orang

lain tanpa izin dari pengusaha (Pasal 1603 a KUHPerdata);

3) Menaati peraturan dalam pelaksanaan pekerjaan (Pasal 1603 b

KUHPerdata);

4) Menaati peraturan tata tertib dan tata cara yang berlaku

dirumah/ditempat majikan bila pekerja tinggal di sana (Pasal 1603 c

KUHPerdata);

5) Melaksanakan tugas dan segala kewajibannya secara layak (Pasal

1603 d KUHPerdata); dan

6) Membayar ganti rugi atau denda (Pasal 1601 w KUHPerdata).

e. Kewajiban Pengusaha:

1) Membayar upah kepada pekerja (Pasal 1602 KUHPerdata);

2) Mengatur pekerjaan dan tempat kerja (Pasal 1602 u, v, w, dan y

KUHPerdata);

3) Memberikan cuti/libur (Pasal 1602 v KUHPerdata);

4) Mengurus perawatan/pengobatan pekerja (Pasal 1602 x KUHPerdata);

dan

5) Memberikan surat keterangan (Pasal 1602 z KUHPerdata).

7 Abdul Khakim, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Bandung: Citra aditya

Bakti, 2007), h. 26.

Page 27: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

18

f. Perlindungan hukum hak pekerja

Secara normatif Pasal 5 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang

Ketenagakerjaan memberikan perlindungan bahwa setiap pekerja berhak

dan mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pekerjaan

yang sama dan penghidupan yang layak tanpa membedakan jenis

kelamin, suku, ras, agama, dan aliran politik sesuai dengan minat dan

kemampuan pekerja yang bersangkutan. Termasuk perlakuan yang sama

terhadap para penyandang cacat. Sedangkan Pasal 6 mewajibkan kepada

pengusaha untuk memberikan hak dan kewajiban pekerja/buruh tanpa

membedakana jenis kelamin, suku, ras, agama, warna kulit, dan aliran

politik.

Prof Imam Soepomo, S. H. yang dilengkapi oleh Prof. Dr. Abdullah

Sulaiman, S. H., M. H menyatakan bahwa bentuk pola perlindungan

perburuhan yang meliputi antara lain;

1) Perlindugan ekonomis, sebagai perlindungan syarat-syarat kerja atau

syarat-syarat perburuhan diatur dalam peraturan mengenai hubungan

kerja atau perjanjian kerja.

2) Perlindungan Keselamatan Kerja, yakni memberikan perlindungan

kepada buruh agar selamat dari bahaya yang dapat ditimbulkan oleh

alat kerja atau bahan yang dikerjakan. Aturan mengenai keselamatan

buruh ini dimuat dalam peraturan-peraturan yang namanya disebut

Peraturan Keselamatan Kerja.

3) Perlindungan Kesehatan Kerja, perlindungan ini akibat buruh hasil

teknologi industri dan non-industri lainnya karena kadang-kala terjadi

perlakuan majikan terhadap buruhnya yang semena-mena.

4) Perlindungan Hubungan Kerja, terhadap pekerjaan dijalankan oleh

buruh untuk majikan dalam hubungan kerja dengan menerima upah.8

8 Imam Soepomo, Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan Kerja (Perlindungan Buruh),

(Jakarta: Pradya Paramita, 1980), h. 2-5

Page 28: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

19

5) Perlindungan Kepastian Hukum, yang berupa; perlindungan hukum

yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang sifatnya

hukum sanksi pelanggaran perburuhan yang sifatnya memaksa,

sekeras-kerasnya, dan setags-tegasnya terhadap sanksi pidana yang

berisi perntah atau larangan.9

Selain perlindungan tenaga kerja di atas, terdapat perlindungan lain

terhadap pekerja yaitu:

1) Norma keselamatan kerja, meliputi keselamatan kerja yang

berkaitan dengan mesin, alat-alat kerja bahan dan proses

pengerjaan, keadaan tempat kerja, lingkungan serta cara melakukan

pekerjaan.

2) Norma kesehatan kerja dan higiene kesehatan perusahaan, yang

meliputi pemeliharaan dan peningkatan keselamatan pekerja,

penyediaan perawatan medis bagi pekerja, dan penetapan standar

kesehatan kerja.

3) Norma kecelakaan kerja, berupa pemberian ganti rugi perawatan

atau rehabilitasi akibat kecelakaan kerja dan/atau menderita

penyakit akibat pekerjaan, dalam hal ini ahli waris berhak untuk

menerima ganti rugi.

4) Norma kerja, berupa perlindungan hak tenaga kerja secara umum

baik sistem pengupahan, cuti, kesusilaan, dan religius dalam rangka

memelihara kinerja pekerja.

Selain perlindungan terhadap pekerjanya, terdapat jenis perlindungan

lain di Indonesia, yaitu:

1) Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK)

9 Abdullah Sulaiman, Hukum Perburuhan-I, Bahan Matakuliah Hukum Perburuhan

Program Magister Ilmu Hukum UIJ, h. 38

Page 29: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

20

Program jamsostek pengaturannya diatur dalam Pasal 1 angka (1)

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 yang menurut Jamsostek

adalah suatu perlindungan bagi bagi tenaga kerja dalam bentuk

santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan

yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa

atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan

kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua dan meninggal dunia. Program

Jamsostek merupakan kelanjutan program Asuransi Sosial Tenaga

Kerja (ASTEK) yang didirikan menurut Peraturan Pemerintah

Nomor 33 tahun 1977.

2) Perlindungan keselamatan dan kesehatan

Perlindungan keselamatan dan kesehatan terhadap tenaga kerja

diatur dalam Pasal 86 angka (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun

2003 tentang Ketenagakerjaan disebutkan bahwa setiap

pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan

atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral, dan kesusilaan, serta

perlakuan yang sesuai dengan harkata dan martabat manusia serta

nilai-nilai agama.

3) Perlindungan upah

Perlindungan upah merupakan aspek perlindungan yang paling

penting bagi tenaga kerja. Bentuk perlindungan pengupahan

merupakan tujuan dari pekerja/buruh dalam melakukan pekerjaan

untuk mendapatkan penghasilan yang cukup untuk membiayai

kehidupannya bersama dengan keluaranya, yaitu penghidupan yang

layak bagi kemanusiaan. Selama pekerja/buruh melakukan

pekerjaannya, dia berhak atas pengupahan yang menjamin

kehidupannya bersama keluarganya. Selama itu memang majikan

wajib membayar upah itu. Pengupahan merupakan aspek penting

Page 30: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

21

dari perlindungan pekerja/buruh sebagaimana ditegaskan pada

Pasal 88 angka (1) Undang-Undng Nomor 13 Tahun 2003 bahwa

setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang layak

bagi kemanusiaan.

g. Asas-asas dalam memberikan perlindungan terhadap hak pekerja

Mengacu pada Pancasila sebagai landasan filosofis dan

Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan konstitusional, maka

norma hukum hubungan industrial di Indonesia, terutama Pasal 3

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan,

menganut asas-asas sebagai berikut:

1) Asas manfaat;

2) Asas usaha bersama dan kekeluargaan;

3) Asas demokrasi

4) Asas keterbukaan;

5) Asas adil dan merata;

6) Asas kemitraan kerja;

7) Asas keterpaduan; dan

8) Asas non diskriminasi.

2. Tinjauan Umum tentang Perjanjian Kerja dan Hubungan Kerja

a. Perjanjian Kerja

Dalam Pasal 1313 KUHPerdata menyebutkan, hal yang dimaksud dengan

perjanjian atau disebut persetujuan adalah “suatu perbuatan dengan mana

satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih

mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”.

Sedangkan dalam Pasal 1 angka (14) Undang-Undang Nomor 13 tahun

2003 menyebutkan “perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha

atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban

para pihak”.

Page 31: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

22

b. Pengertian dan Unsur Hubungan Kerja

Pasal 1 angka (15) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 menyebutkan

pengertian hubungan kerja. Hubungan Kerja adalah hubungan antara

pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja, yang

mempunyai unsur pekerjaan, upah dan perintah.

Hubungan kerja merupakan pondasi antara pihak pekerja dan majikan

untuk memulai dan mengatur suatu hubungan dalam pekerjaan yang akan

dilaksanakan setelah perjnjian hubungan kerja tersebut dibuat. Perjanjian

kerja dalam hubungan kerja ini dibuat dengan dasar kesepakatan antara

kedua belah pihak.

Berdasarkan pengertian perjanjian di atas, dapat ditarik beberapa unsur

dari perjanjian kerja yakni:10

1) Adanya Unsur Pekerjaan

Dalam suatu perjanjian kerja harus ada pekerjaan yang diperjanjikan

(objek perjanjian), pekerjaan tersebut haruslah dilakukan sendiri oleh

pekerja, hanya dengan seizin majikan dapat menyruh orang lain. Hal

ini dijelaskan dalam KUHPerdata Pasal 1603a yang berbunyi: “buruh

wajib melakukan sendiri pekerjaan, hanyalah dengan ijin majikan ia

dapat menyuruh orang ketiga menggantikannya”.

2) Adanya Unsur Perintah

Manifestasi dari pekerjaan yang diberikan kepada pekerja oleh

pengusaha adalah pekerja yang bersangkutan harus tunduk pada

perintah pengusaha untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan yang

diperjanjikan.

3) Adanya Waktu

10

Zainal Asikin, et al, Dasar-dasar Hukum Perburuhan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2004), h. 55

Page 32: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

23

Adanya waktu yang dimaksud adalah dalam melakukan pekerjaan

harus disepakati jangka waktunya. Unsur jangka waktu dalam

perjanjian kerja dapat dibuat secara tegas dalam perjanjian kerja yang

dibuat misalnya untuk pekerja kontrak, sedangkan untuk pekerja tetap

hal itu tidak diperlukan

4) Adanya Upah

Pasal 1 Ayat (30) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003

menjelaskan upah adalah hak “hak pekerja/buruh yang diterima dan

dinyatakan dalam bentuk sebagai imbalan dari pengusaha atau

pemberi kerja kepada pekerja/buruh, yang ditetapkan atau dibayarkan

melalui perjanjian kerja, kesepakatan atau peraturan perundang-

undangan yang berlaku, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan

keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau

dilakukan”.

Upah memiliki peran penting dalam hubungan kerja (perjanjian kerja),

bahkan dapat dikatakan bahwa tujuan utama seorang pekerja bekerja

pada pengusaha adalah untuk mendapatkan upah. Sehingga jika tidak

ada unsur upah, maka suatu hubungan tersebut bukan merupakan

hubungan kerja.

c. Syarat Validitas Hubungan Kerja Antara Pekerja dan Pengusaha

Pasal 1 angka (15) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

menjelaskan hubungan kerja. Hubungan Kerja adalah hubungan antara

majikan/pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian

kerja. Dimana perjanjian kerja tersebut mempunyai unsur pekerjaan,

upah, dan perintah. Berdasarkan ketentuan Pasal 52 Ayat (1), Ayat

(2), dan Ayat (3) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 syarat

validitas hubungan kerja adalah:

1) Kesepakatan kedua belah pihak

Page 33: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

24

Kesepakatan kedua belah pihak yang lazim disebut kesepakatan

bagi yang mengikatkan diri. Maksudnya bahwa pihak-pihak yang

mengadakan perjanjian kerja harus setuju/sepakat, seia-sekata

mengenai hal-hal yang diperjanjikan. Pihak pekerja menerima

pekerjaan yang ditawarkan dan pihak pengusaha menerima pekerja

tersebut untuk dipekerjakan.11

2) Kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum

Kemampuan atau kecakapan kedua belah pihak yang membuat

perjanjian maksudnya pihak pekerja maupun pengusaha cakap

membuat perjanjian. Seseorang dipandang cakap membaut

perjanjian jika yang bersangkutan telah cukup umur. Ketentuan

hukum ketenagakerjaan memberikan batasan umur 18 (delapan

belas) tahun (Pasal 1 angka 26 Undang-Undang Nomor 13 tahun

2003).

3) Adanya pekerjaan yang diperjanjikan

Perjanjian yang diperjanjikan merupakan oleh dari perjanjian kerja

antara pekerja dengan pengusaha, yang akibat hukumnya

melahirkan hak dan kewajiban para pihak. Perjanjian yang

dijanjikan tidak betentangan dengan kepentingan umum,

kesusilaan, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Bahwa obyek perjanjian harus halal yakni tidak boleh bertentangan

dengan undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan. Jenis

pekerjaan yang diperjanjikan merupakan salah satu unsur

perjanjian kerja yang harus disebutkan secara jelas.

4) Pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban

umum, kesusilaan, dan ketentuan perundang-undangan yang

berlaku.

11

Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenegakerjaan Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2003), h. 57

Page 34: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

25

Pada dasarnya obyek perjanjian (pekerjaan) harus halal yang

artinya bahwa tidak boleh bertentangan dengan undang-undang,

ketertiban umum, dan kesusilaan. Jika pekerjaan yang diperjanjikan

merupakan salah satu unsur perjanjian kerja yang disebutkan secara

jelas.

Keempat syarat tersebut bersifat komulatif artinya harus dipenuhi

semua syarat, agar dapat dikatakan perjanjian kerja tersebut syah.

Perjanjian kerja yang dibuat para pihak dikatakan bertentangan

atau dibatalkan dengan ketentuan yaitu apabila adanya kesepakatan

kedua belah pihak dengan adanya kemampuan atau kecakapan

melakukan perbuatan melawan hukum. Syarat adanya pekerjaan

yang diperjanjikan dan pekerjaan yang diperjanjikan tidak boleh

bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Hal tersebut merupakan syarat

obyektif karena menyangkut obyek perjanjian, kalau objek

perjanjian tidak terpenuhi, maka perjanjian itu batal demi hukum

artinya sejak semula perjanjian itu dianggap tidak pernah ada.12

Perjanjian kerja maka akan menimbulkan hubungan kerja antara

pekerja/buruh dengan pengusaha yang berisi hak-hak dan

kewajiban bagi masing-masing pihak. Demikian pula sebaliknya

kewajiban pihak yang satu merupakan hak bagi pihak yang

lainnya.13

C. Hak-Hak Pekerja Berdasarkan Peraturan Yang Berlaku

Adapun hak-hak pekerja dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan adalah sebagai berikut:

1. Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi

untuk memperoleh pekerjaan (Pasal 5);

12

Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenegakerjaan Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2003), h. 58-59 13

F.X. Djumialdji, Perjanjian Kerja, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1997), h. 39

Page 35: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

26

2. Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh perlakuan yang sama tanpa

diskriminasi dari pengusaha (Pasal 6);

3. Setiap tenaga kerja berhak untuk memperoleh dan/atau menginginkan

dan/atau mengembangkan kompetensi kerja sesuai bakat, minat dan

kemmpuannya memlalui pelatihan kerja (Pasal 11);

4. Setiap pekerja/buruh memiliki kesempatan yang sama untuk mengikuti

pelatihan kerja sesuai dengan bidang tugasnya (Pasal 12 ayat (3));

5. Tenaga kerja berhak memperoleh pengakuan kompetensi kerja setelah

mengikuti pelatihan kerja yang diselenggarakan pelatihan kerja pemerintah,

lembaga pelatihan kerja swasta atau pelatihan ditempat kerja (Pasal 18 ayat

(1));

6. Tenaga kerja yang telah mengikuti program pemagangan berhak atas

pengakuan kualifikasi kompetensi kerja dari perusahaan atau lembaga

sertifikasi (Pasal 23);

7. Setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk

memilih, mendapatkan atau pindah pekerjaan dan memperoleh penghasilan

yang layak di dalam atau di luar negeri (Pasal 31);

8. Pekerja/buruh perempuan berhak memperoleh istirahat selama satu setengah

bulan sebelum saatnya melahirkan anak dan satu setegah bulan sesudah

melahirkan menurut perhitungan dokter kandungan atau bidan (Pasal 82

ayat (1));

9. Pekerja/buruh perempuan yang mengalami keguguran kandungan berhak

memperoleh istirahat satu setengah bulan atau sesuai dengan surat keterngan

dokter kandungan atau bidan (Pasal 82 ayat (2));

10. Setiap pekerja/buruh yang menggunakan waktu istirahat sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 79 Ayat (2) huruf b, c, dan d Pasal 80 dan Pasal 82

berhak mendapat upah penuh (Pasal 84);

11. Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan

atas:

a) Keselamatan kerja;

b) Moral dan kesusilaan; dan

c) Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-

nilai agama (Pasal 86 Ayat (1));

12. Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi

penghidupan yang layak bagi kemanusiaan (Pasal 88 Ayat (1));

13. Setiap pekerja/buruh dan keluarganya berhak untuk memperoleh jaminan

sosial tenaga kerja (Pasal 99 Ayat (1));

14. Setiap pekerja/buruh berhak membentuk dan menjadi anggota serikat

pekerja/buruh (Pasal 104 Ayat (1));

15. Mogok kerja sebagai hak dasar pekerja/buruh dan serikat pekerja/serikat

buruh dilakukan secara sah, tertib dan damai sebagai akibat gagalnya

perundingan (Pasal 137);

16. Dalam hal pekerja/buruh yang melakukan mogok kerja secara sah dalam

melakukan tuntutan hak normatif yang sungguh-sungguh dilanggar oleh

pengusaha, pekerja/buruh berhak mendapat upah (Pasal 156).

Page 36: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

27

Adapun hak-hak pekerja dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992

tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) adalah antara lain sebagai

berikut:

1. Setiap tenaga kerja berhak atas jaminan sosial tenaga kerja (Pasal 3 Ayat

(2));

2. Tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja berhak meneriman Jaminan

Kecelakaan Kerja (Pasal 8 Ayat (1));

3. Tenaga kerja yang meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja,

keluarganya berhak atas Jaminan Kematian (Pasal 12 Ayat (1));

4. Tenaga kerja, suami atau istri dan anak-anak berhak memperoleh Jaminan

Pemeliharaan Kesehatan (Pasal 16 Ayat (1));

5. Setiap tenaga kerja atau keluarganya berhak atas Jaminan Hari Tua, faktor

usia pensiun 55 (lima puluh lima) tahun, cacat total atau beberapa alasan

lainnya (Pasal 14 dan Pasal 15).

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap pekerja/buruh

dalam status apapun termasuk pekerja/buruh harian lepas sesuai dengan

ketentuan di atas berhak menerima Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

Selanjutnya berikut adalah hak-hak pekerja dalam menerima Tunjangan

Hari Raya (THR) yang diatur dalam Peraturan Menteri Ketenagakerjaan

Nomor 6 Tahun 2016 Tentang Tunjangan Hari Raya Keagamaan Bagi

Pekerja/Buruh di perusahaan adalah antara lain sebagai berikut :

1. Tunjangan Hari Raya Keagamaan yang selanjutnya disebut THR

Keagamaan adalah pendapatan non upah yang wajib dibayarkan oleh

Pengusaha kepada Pekerja/Buruh atau keluarganya menjelang Hari Raya

Keagamaan (Pasal 1);

2. Pengusaha wajib memberikan THR Keagamaan kepada Pekerja/Buruh yang

telah mempunyai masa kerja 1 (satu) bulan secara terus menerus atau lebih

(Pasal 2 Ayat (1));

3. THR Keagamaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada

Pekerja/Buruh yang mempunyai hubungan kerja dengan Pengusaha

berdasarkan perjanjian kerja waktu tidak tertentu atau perjanjian kerja waktu

tertentu (Pasal 2 Ayat (2));

4. Besaran THR Keagamaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (1)

ditetapkan sebagai berikut: (Pasal 3 Ayat (1))

a. Pekerja/Buruh yang telah mempunyai masa kerja 12 (dua belas) bulan

secara terus menerus atau lebih, diberikan sebesar 1 (satu) bulan upah;

b. Pekerja/buruh yang mempunyai masa kerja 1 (satu) bulan secara terus

menerus tetapi kurang dari 12 (dua belas) bulan, diberikan secara

Page 37: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

28

Proporsional sesuai masa kerja dengan perhitungan;

Masa kerja x 1 (satu) bulan upah.

12

5. Upah 1 (satu) bulan sebagaiman dimaksud pada Ayat (1) terdiri atas

komponen upah; (Pasal 3 Ayat (2))

a. Upah tanpa tunjangan yang merupakan upah bersih (clean wages); atau

b. Upah pokok termasuk tunjangan tetap.

6. Bagi Pekerja/Buruh yang bekerja berdasarkan perjanjian kerja harian lepas,

upah 1 (satu) bulan sebagaiman dimaksud pada Ayat (1) dihitung sebagai

berikut; (Pasal 3 Ayat (3))

a. Pekerja/Buruh yang telah mempunyai masa kerja 12 (dua belas) bulan

atau lebih, upah 1 (satu) bulan dihitung berdasarkan rata-rata upah yang

diterima dalam 12 (dua belas) bulan terakhir sebelum Hari Raya

Keagamaan;

b. Pekerja/Buruh yang mempunyai masa kerja kurang dari 12 (dua belas)

bulan, upah 1 (satu) bulan dihitung berdasarkan rata-rata upah yang

diterima tiap bulan semasa kerja.

7. Apabila penetapan besaran nilai THR Keagamaan berdasarkan perjanjian

kerja, peraturan perusahaan, perjanjian kerja bersama, atau kebiasaan yang

telah dilakukan lebih besar dari nilai THR Keagamaan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1), THR Keagamaan yang dibayarkan

Pekerja/Buruh sesuai dengan perjanjian kerja, peraturan perusahaan,

perjanjian kerja bersama atau kebiasaan yang telah dilakukan. (Pasal 4)

Pasal 23 deklarasi PBB (Persatuan Bangsa-Bangsa) tentang Hak Asasi

Manusia 1948 menentukan bahwa:

1. Setiap orang berhak atas pekerjaan, atas pilihan pekerjaan secara bebas, atas

kondis-kondisi kerja yang adil dan menguntungkan serta atas perlindungan

dari pengangguran;

2. Setiap orang tanpa diskriminasi apapun berhak atas upah yang sama untuk

pekerjaan yang sama;

3. Setiap orang yang bekerja berhak atas imbalan yang adil dan

menguntungkan yang menjamin suatu eksistensi yang layak bagi martabat

manusia untuk dirinya sendiri dan keluarganya dan dilengkapi, manakala

perlu oleh sarana perlindungan lainnya;

4. Setiap orang berhak untuk membentuk dan bergabung ke dalam serikat

buruh guna melindungi kepentingan-kepentingannya.

D. Tinjauan (Review)Kajian Terdahulu

Berdasarkan penelusuran yang dilakukan peneliti, penelitian tentang

hukum ketenagakerjaan sudah pernah dilakukan oleh sejumlah kalangan,

Page 38: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

29

namun penelitian tersebut memiliki perbedaan fokus penelitian dengan skripsi

peneliti.

Adapun sejumlah penelitian yang ditemukan oleh peneliti sebagai berikut:

1. Hasan Aziz dalam skripsinya yang berjudul “KONSEP PERJANJIAN

KERJA DAN UPAH MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM

POSITIF (Analisisi Perbudakan di Pabrik CV. Cahaya Logam di

Daerah kec. Sepatan Timur Kab. Tangerang: 2015)”. Skripsi ini terfokus

hanya pada konsep perjanjian kerja dan konsep upah buruh menurut hukum

Islam dan hukum positif. Skripsi ini juga membahas kedudukan hukum

perjanjian kerja dan upah buruh terkhusus di Pabrik CV. Cahaya Logam di

daerah Kec. Sepatan Timur Kab. Tangerang menurut hukum Islam dan

hukum positif. Berbeda dengan skripsi peneliti yang terfokus pada

implementasi hukum hak-hak pekerja harian lepas berdasarkan hukum

positif yang berlaku.

2. Siti Julaeha dalam skripsinya yang berjudul “PENEGAKAN HUKUM

KESELAMATAN KERJA SEKTOR PERUSAHAAN BRIKET

BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970

TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI

PROVINSI BANTEN: 2018)”. Membahas Implementasi Undang-Undang

Keselamatan Kerja Nomor 1 tahun 1970. Skripsi ini bukan hanya terfokus

pada keselamatan dan kesehatan kerja pada Perusahaan Briket, tetapi juga

membahas sistem pengupahan di Perusahaan tersebut. Berbeda dengan

skripsi peneliti yang hanya menekankan perbandingan implementasi hukum

terhadap hak-hak pekerja harian lepas berdasarkan hukum ketenagakerjaan

yang berlaku. Kemudian mengkaji lebih dalam terkait pelaksanaannya di

Perusahaan yang akan peneliti teliti termasuk kekurangan dan kelebihan dari

Peraturan Perusahaan tersebut.

3. Buku berjudul HUKUM PERBURUHAN DI INDONESIA karangan

Abdul Rachman Budiono membahas tentang bidang-bidang penting di

dalam perburuhan yaitu, hubungan kerja serta subjek hukum perjanjian

Page 39: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

30

kerja termasuk didalamnya menguraikan tentang pekerja anak, organisasi

buruh, perselisihan hubungan industrial dan jaminan sosial tenaga kerja.

Buku ini hanya membahas perselisihan hubungan kerja secara luas

sedangkan peneliti lebih fokus ke Pelaksanaan Hak-Hak Pekerja terutama

Hak-hak Pekerja Harian lepas.

4. Jurnal PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA PARUH

WAKTU APABILA TERJADI KECELAKAAN KERJA disusun oleh

Ketut Wiwit Triani, dkk. Jurnal ini membahas mengenai bagaimana bentuk

perlindungan hukum tenaga kerja harian lepas/paruh waktu dan tanggung

jawab perusahaan akibat kecelakaan yang dialami oleh pekerja paruh waktu.

Perbedaannya dengan peneliti yang akan peneliti tulis adalah pelaksanaan

hukum bagi hak-hak pekerja harian lepas bukannya hanya mengenai

kecelakaan kerja. Tetapi juga membahas mengenai upah lembur, dan juga

mengenai Tunjangan Hari Raya Keagamaan.

Berdasarkan keseluruhan yang ada, skripsi peneliti berbeda dari

penelitian terdahulu. Perbedaannya, jika penelitian terdahulu yang ditulis

pokok penulisannya adalah membahas tentang bidang-bidang penting di

dalam perburuhan. Yaitu, hubungan kerja serta subjek hubungan kerja itu

sendiri. Maka berbeda dengan skripsi peneliti yang pokoknya mengkaji

lebih dalam terkait pelaksanaan hak-hak pekerja harian lepas. Selain itu

peneliti lebih terfokus hanya pada pekerja dengan status pekerja harian

lepas.

Page 40: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

31

BAB III

PELAKSANAAN HAK-HAK TERHADAP PEKERJA HARIAN LEPAS DI

PIZZA HUT DELIVERY FATMAWATI (PT. SARI MELATI KENCANA)

Pembahasan pada bab ini terfokus pada penjelasan muatan aturan

ketenagakerjaan di Indonesia yang dibagi ke dalam beberapa subbab pembahasan.

Pembahasan pada subbab pertama dibuka dengan sejarah singkat terkait

perkembangan Pizza Hut Delivery (PT. Sari Melati Kencana) di Indonesia.

Subbab kedua membahas terkait bagaimana bentuk perjanjian kerja yang

dilaksanakan di Pizza Hut Delivery (PT. Sari Melati Kencana). Kemudian pada

subbab ketiga ini membahas mengenai pengaturan hak-hak para pekerja

berdasarkan Peraturan Perusahaan Pizza Hut Delivery (PT. Sari Melati Kencana).

A. Gambaran Umum Pizza Hut Delivery

1. Sejarah singkat

Pizza Hut adalah restaurant berantai, waralaba makanan internasional

yang mengkhususkan dalam pizza. Pizza Hut hadir di Indonesia untuk

pertama kalinya pada tahun 1984, dan merupakan restaurant pizza pertama

di Indonesia. Pemegang hak waralaba tunggal Pizza Hut di Indonesia adalah

PT. Sari Melati Kencana, yang merupakan anak perusahaan PT. Sriboga

Raturaya, produsen tepung terigu di Indonesia. Perusahaan ini merupakan

anak perusahaan dari Yum! Brands yang juga merupakan salah satu

restaurant terbesar di dunia. Saat ini, Pizza Hut sudah dapat ditemui mudah

dikota-kota besar di seluruh Indonesia.

Sebagai salah satu produsen makanan siap saji terbesar, Pizza Hut

memiliki kewajiban untuk meningkatkan pelayanannya. Pelayanan untuk

mengantarkan pizza langsung kepada pembeli pun menjadi agendanya.

Pizza Hut Delivery kemudian didirikan oleh PT. Sari Melati Kencana untuk

memberikan pelayanan berupa pengantaran pesanan kepada pelanggannya

(delivery service). Jadi Pizza Hut Delivery merupakan anak perusahaan PT.

Sari Melati Kencana yang memfokuskan usahanya pada take away

(pengambilan langsung) dan delivery (pengantaran) produk Pizza Hut

Page 41: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

32

Delivery kepada konsumen. Produk yang ditawarkan berupa pizza, pasta,

snacks, dan minuman yang dapat dibeli secara langsung ke outlet (take

away) dan dikirim ke rumah pelanggan (delivery).

2. Visi dan Misi

Visi dan Misi Pizza Hut Delivery dirangkum dalam satu kalimat, yaitu

“To be Indonesia’s leading mid casual dining restaurant, offering great

experience, and the best pizza meal at affordable value” yang artinya

menjadi pelopor kelas menengah kasual di Indonesia yang menawarkan

pengalaman luar biasa dan pizza terbaik dengan harga terjangkau. Pizza Hut

Delivery memiliki visi untuk menjadi yang terunggul pada tingkat restaurant

kelas menengah di Indonesia yang dicapai lewat misi menawarkan

kenyamanan suasana yang terbaik dan menyajikan pizza terbaik dengan

harga yang terjangkau.

3. Struktur Organisasi dan Manajemen

Struktur organisasi di Pizza Hut Delivery dapat digambarkan sebagai

berikut:

Gambar 3.1

Struktur Organisasi Pizza Hut Delivery

General Manager

Purchasing

HRD

QA

R&D

Operation

Accounting

IT

Marketing

Warehouse

District Manager

Area Manager

Multi Unit Manager

Page 42: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

33

4. Data Karyawan

Jumlah karyawan di Pizza Hut Delivery Cabang Fatmawati ini

mengalami penurunan. Karena tidak semua karyawan mempunyai ikatan

dalam bentuk kontrak dengan Pizza Hut Delivery, maka karyawan dapat

keluar masuk dalam perusahaan ini. Sampai saat data ini dikeluarkan hanya

ada 20 orang yang bekerja pada perusahaan ini, dan yang tercatat sebagai

karyawan kontrak 2 orang, 7 orang lainnya tercatat sebagai karyawan tetap.

Berikut adalah data managemen Pizza Hut Delivery Fatmawati

bulan Januari 2018.

Tabel 3.2

Struktur Organisasi Management Pizza Hut Delivery Januari 2018

No Nama Posisi Golongan

1 AR SL IV

2 IR CT III

3 AS PIC III

4 IL PIC III

Sumber : Laporan data karyawan bulan Januari 2018 Pizza Hut Delivery

Fatmawati.

Berikut ini dijabarkan uraian singkat mengenai struktur organisasi

management di Pizza Hut Delivery Fatmawati (PT. Sari Melati Kenacana):

Shift Leader

Crew

Back Of House Order Taker Delivery

Page 43: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

34

a. Shift Leader (SL)

Memegang penuh 1 outlet dan menjaga kelancaran aktivitas kerja.

Memimpin dan menjamin kelancaran proses kerja pada shift yang

dipimpinnya. Selain itu tugas dari shift leader adalah melakukan

pemesanan barang dan bahan baku pada supplier. Tugas lain dari shift

leader adalah memberikan laporan-laporan administrasi kepada MUM

(Multi Unit Manager) dan AM (Area Manager).

b. Crew Trainer (CT)

Memberikan pelatihan kepada calon karyawan PHD.

Berikut adalah data crew Pizza Hut Delivery Fatmawati bulan

Januari 2018.

Tabel 3.3

Struktur Organisasi Crew Pizza Hut Delivery Fatmawati Januari 2018

No Nama Posisi Golongan

1 TK BOH I

2 DK BOH I

3 SJ BOH I

4 DA OT KK

5 IAF OT KK

6 MS OT PT

7 SA OT PT

8 BDS Delman PT

9 AWM Delman PT

10 BLF Delman PT

11 MA Delman PT

12 FDS Delman PT

13 RS Delman PT

14 DR Delman PT

Page 44: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

35

15 MHNP Delman PT

16 MR Delman PT

Sumber : Laporan data karyawan bulan Januari 2018 Pizza Hut Delivery

Fatmawati

Berikut ini dijabarkan uraian singkat mengenai struktur organisasi crew di

Pizza Hut Delivery Fatmawati (PT. Sari Melati Kenacana):

Crew menjalankan kegiatan operasional sesuai tugasnya. Terdiri

dari tiga bagian yaitu:

a. Order Taker

Pegawai yang bertugas menerima Order dari customer dan menerima

pembayaran. Tugas lainnya adalah menghitung persediaan barang dan

bahan baku.

b. Back Of The House

Pegawai yang bertugas menyiapkan dan membuat produk yang dipesan

oleh customer. Tugas lainnya adalah menghitung persediaan barang dan

bahan baku.

c. Delivery Man

Pegawai yang bertugas mengirim produk yang dipesan oleh customer

pada pembelian secara delivery. Tugas lainnya adalah menghitung

persediaan barang dan bahan baku.

5. Jam Kerja

Dalam kegiatannya, Pizza Hut Delivery menerapkan jam kerja

terbagi-bagi menjadi beberapa shift:

a. Shift Pagi (08-00 s.d 16.00)

b. Shift Middle (12.00 s.d 20.00)

c. Shift Closing (16.00 s.d 24.00)

Setiap harinya karyawan bekerja selama 9 jam dengan 1 jam

istirahat. Bagi seluruh karyawan yang sudah menyelesaikan pekerjaannya,

maka karyawan tersebut diperbolehkan pulang.

Page 45: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

36

B. Pengaturan tentang Perjanjian Kerja berdasarkan Peraturan Peraturan

PT. Sari Melati Kencana Tbk

1. Pengertian Perjanjian Kerja

Perjanjian Kerja diatur dalam Pasal 4 Peraturan Perusahaan PT. Sari

Melati Kencana Tbk BAB III HUBUNGAN KERJA :

“Perjanjian Kerja adalah perjanjian yang dibuat secara tertulis oleh

Pengusaha dan Pekerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan

kewajiban para pihak sebagaimana dipersyaratkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku yang menimbulakn hubungan kerja. Hubungan

kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja berdasarkan

perjanjian kerja, yang mempunyai unsur, upah dan perintah.”

Adapun yang diartikan dengan perjanjian perburuhan (Perjanjian Kerja

Bersama) menurut ketentuan Pasal 1 angka 21 Undang-Undang Nomor 13

Tahun 2003 menyebutkan bahwa:

“Perjanjian Perburuhan (Perjanjian Kerja Bersama) adalah perjanjian yang

merupakan hasil perundingan antara serikat pekerja/buruh atau beberapa

serikat pekerja/buruh yang tercatat pada instansi yang bertanggung jawab

di bidang ketenagakerjaan dengan pengusaha atau beberapa perkumpulan

pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban kedua

belah pihak.”

Jika dilihat dari segi objeknya, maka perjanjian kerja itu mirip dengan

perjanjian pemborongan yaitu, sama-sama menyebutkan bahwa pihak

yang satu menyetujui untuk melaksanakan pekerjaan bagi pihak yang lain

dengan pembayaran tertentu. Maka dengan adanya ketentuan tersebut,

pihak pekerja/buruh mau tidak mau harus tunduk pada perintah

pengusaha/majikan. Dengan demikian, dalam melaksanakan hubungan

hukum dalam perjanjian kerja ini, kedudukan hukum antara kedua belah

pihak jelas tidak dalam kedudukan yang sama dan seimbang.

Dalam hal perusahaan membuka kesempatan kerja, tentunya para tenaga

kerja yang ingin mengisinya akan selalu lebih baik daripada apa yang

ditawarkan. Sudah selayaknya pengusaha melakukan tindakan-tindakan

yang bijaksana dalam penerimaan para pekerja baru. Berdasarkan Pasal 5

Page 46: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

37

Penerimaan Kerja Peraturan Perusahaan PT. Sari Melati Kencana TBK,

sebagai berikut:

a. Pengusaha berwenang penuh dalam menetukan penerimaan dan

pengangkatan Pekerja baru sesuai kebutuhn usaha perusahaan.

b. Setiap calon Pekerja wajib memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1) Warga Negara Indonesia atau Tenaga Kerja Asing,

2) Pendidikan minimal SMU atau sederajat,

3) Umur minimal 18 tahun (delapan belas) tahun,

4) Tinggi badan 150 cm bagi wanita dan 160 cm bagi pria,

5) Melampirkan data pribadi,

c. Lulus seleksi administratif, mengikuti psikotest dan/atau DISC serta

wawancara oleh Pengusaha,

d. Lulus tes kesehatan (medical test) atas penyakit menular bagi PKWT,

PKWTT, dan pekerja harian lepas minimal untuk bekerja 1 bulan,

e. Tidak menjadi anggota organisasi terlarang atau terlibat kegiatan yang

dilarang oleh Pemerintah,

f. Memenuhi kriteria persyaratan penerimaan calon Pekerja Baru yang

ditentukan oleh Pengusaha dan bersedia mengikuti semua peraturan,

tata tertib dan hal lain yang ada di Perusahaan,

g. Mematuhi persyaratan lainnya yang diatur tersendiri oleh Pengusaha.

Syarat dan ketentuan pemborongan pekerjaan diatur dan ditetapkan

berdasarkan Hukum Perjanjian, yakni kesepakatan kedua belah pihak.

Asas yang berlaku dalam Hukum Perjanjian adalah hal-hal yang telah

disepakati kedua belah pihak dalam perjanjian berlaku sebagai Undang-

Undang yang mengikat. Ketentuan tersebut dikenal dengan Asas

Kebebasan Berkontrak. Namun, demikian sekalipun Undang-Undang

memberikan kebebasan kepada pihak-pihak untuk menentukan isi

perjanjian pemborongan pekerjaan, syarat dan ketentuan perjanjian tidak

boleh bertentangan dengan Undang-Undang, kesusilaan, dan norma

keadilan.

Perjanjian Kerja ada banyak jenis dan masing-masing Perjanjian Kerja

tersebut mempunyai konsekuensi berbeda bila terjadi PHK. Dalam

Undang-Undang Ketenagakerjaan ditentukan ada beberapa jenis perjanjian

kerja, yaitu sebagai berikut:

1. Perjanian Kerja Waktu Tertentu (PKWT)

Page 47: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

38

Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) adalah perjanjian kerja

yang jangka berlakunya telah ditentukan atau disebut sebagai

karyawan kontrak. Bila jangka waktu sudah habis maka dengan

sendirinya terjadi PHK dan para karyawan tidak berhak mendapat

kompensasi PHK seperti pesangon, uang penghargaan masa kerja,

uang penggantian hak dan uang pisah.

Berdasarkan Pasal 10 Peraturan Perusahaan PT. Sari Melati Kenaca

Tbk, Pekerja dengan Status Perjanian Kerja Waktu Tertentu (PKWT):

a. Ketentuan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) yang

didasarkan atas jangka waktu tertentu adalah sebagai berikut:

1) Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) untuk jangka waktu

tertentu dapat diadakan paling lama 2 (dua) tahun dan hanya

boleh diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka waktu paling lama

1 (satu) tahun.

2) Hubungan kerja dinyatakan putus demi hukum pada tanggal

berakhirnya PKWT, kecuali Pengusaha bermaksud

memperpanjang atau pembaharuan PKWT tersebut dan telah

disepakati oleh Pekerja paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum

tanggal jangka waktu PKWT berakhir.

3) Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) untuk jangka waktu

tertentu dapat dilakukan pembaharuan PKWT maksimal 2 (dua)

tahun dengan masa jeda selama 30 (tiga puluh) hari sejak

berakhirnya tanggal perpanjangan PKWT.

4) Pengusaha dan Pekerja dapat melakukan pemabahruan PKWT

sesuai kesepakatan yang diatur dalam PKWT.

b. Pekerja yang diterima dengan status PKWT, wajib melaksanakan

ketentuan yang telah disepakati dalam Perjanjian Kerja Waktu

Tertentu (PKWT) serta ketentuan yang diatur dalam Peraturan

perusahaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

c. PKWT dibuat secara tertulis serta harus menggunakan bahas

Indonesia dan huruf latin yang sekurang-kurangnya memuat data

pribadi.

2. Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT)

Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT) adalah suatu jenis

perjanjian kerja yang umum dijumpai dalam suatu perusahaan, yang

tidak memiliki jangka waktu berlakunya. Perjanjian kerja untuk waktu

tidak tertentu tidak akan berakhir karena meninggalnya pengusaha

Page 48: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

39

beralihnya hak atas pengusaha yang disebabkan oleh penjualan,

pewarisan atau hibah.

Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT) atau Pekerja Tetap

berdasarkan Pasal 9 Peraturan Perusahaan PT. Sari Melati Kencana

Tbk:

a. Pekerja tetap yaitu Pekerja yang bekerja di Perusahaan untuk

jangka waktu tidak tertentu dan dinyatakan lulus masa percobaan.

b. Pengusaha dapat melakukan peralihan status dari Pekerja PKWT

menjadi Pekerja tetap yang dialkukan secara selektif dan

merupakan hak penuh Pengusaha sesuai dengan kewenangan dan

kebutuhan Perusahaan.

c. Perubahan status PKWTT menjadi Pekerja Tetap terhitung sejak

diangkat menjadi Pekerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT)/Pekerja

Tetap melalui form form change of status dan/atau Surat

Keputusan.

3. Perjanjian Kerja Harian Lepas

Perjanjian Kerja Harian Lepas berdasarkan Pasal 11 Peraturan

Perusahaan PT. Sari Melati Kencana Tbk:

a. Pengusaha dapat mempekerjakan Pekerja Harian Lepas untuk

pekerjaan-pekerjaan tertentu yang berubah-ubah dalam hal waktu

tertentu dan volume pekerjaan serta upah didasrkan pada

kehadiran.

b. Perjanjian kerja Harian Lepas sebagaimana dimaksud pada Ayat

(1) dilakukan dengan ketentuan Pekerja bekerja kurang dari 21

(dua puluh satu) hari dalam 1 (satu) bulan.

c. Perjanjian Harian Lepas dibuat secara tertulis dan dapat dibuat

berupa daftar Pekerja yang melakukan pekerjaan yang sekurang-

kurangnya memuat;

1) Nama/alamat perusahaan,

2) Nama/alamat pekerja,

3) Jenis pekerjaan yang dilakukan,

4) Besarnya upah,

5) Tanda tangan Pekerja dan Pengusaha.

C. Pengaturan Hak-hak Pekerja di Pizza Hut Delivery Fatmawati (PT. Sari

Melati Kencana)

1. Pengertian Pekerja, Pengusaha dan Perusahaan

a. Pekerja

Klasifikasi bentuk tenaga kerja adalah pengelempokan ketenagakerjaan

yang sudah tersusun berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan.

Page 49: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

40

Berdasarkan Peraturan Perusahaan PT. Sari Melati Kencana bentuk

pekerja di perusahaan dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu;

1) Pasal 9 Pekerja tetap,

2) Pasal 10 Pekerja dengan Status Perjanjian Kerja Waktu Tertentu

(PKWT),

3) Pasal 11 Pekerja harian Lepas.

Ketiga pekerja tersebut adalah orang yang bekerja dengan menerima

upah atau imbalan dalam bentuk lain. Ketiganya merupakan bagian dari

tenaga kerja yang bekerja di dalam hubungan kerja, dibawah perintah

pemberi kerja.

b. Perusahaan

Berdasarkan Pasal 2 Ayat (1) adalah PT. Sari Melati Kencana, Tbk

yaitu suatu badan hukum yang berkantor pusat (Support Center) di

jakarta dan semua cabang usahanya dalam bentuk Restoran/Outlet

yang berada di seluruh Indonesia.

c. Pengusaha

Pengusaha dalam Pasal 2 Ayat (2) dijelaskan adalah Direksi

Perusahaan yang diangkat dan diberhentikan oleh Rapat Umum

Pemegang Saham (RUPS) Perseroan dan pejabat Perusahaan yang

diberi kuasa serta tanggung jawab bertindak untuk dan atas nama

Direksi dalam mengelola dan menjalankan Perusahaan.

2. Hak dan Kewajiban Para Pihak Berkaitan dengan Hubungan Kerja

a. Hak dan Kewajiban berdasarkan Pasal 6

1) Hak Pekerja:

(a) Segala hal yang mencakup kewajiban Perusahaan terhadap

Pekerja sesuai ketentuan yang berlaku dan kemampuan

Perusahaan,

(b) Kesempatan yang sama dalam mengembangkan karir, jabatan

sesuai dengan prioritas dan ketentuan yang ditetapkan

Perusahaan,

(c) Menyampaikan usula, pendapat serta saran yang konstruktif

dan beretika.

2) Hak Pengusaha:

Page 50: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

41

(a) Menajalankan operasional Perusahaan dan menentukan

kebijakan serta kebijaksanaan berdasarkan perkembangan

Perusahaan,

(b) Memberikan pekerjaan dan perintah yang layak sesuai kegiatan

dan kebutuhan Perusahaan,

(c) Meminta Pekerja untuk bekerja lembur,

(d) Menerima, menempatkan, memerintah Pekerjaa untuk

melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tugas serta

tanggungjawabnya, melakukan pemindahan karyawan (rotasi,

mutasi, promosi, dan demosi), melakukan pemutusan hubungan

kerja sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku,

(e) Menetapkan target, jadwal kerja, peraturan tata tertib, tata

kerja, sistem dan prosedur kerja,

(f) Memberhentikan dengan hormat karena usia pensiun bagi

Pekerja yang telah mencapai usia pensiun.

3) Kewajiban Pekerja

(a) Bekerja dengan jujur, disiplin, produktif, efektif, dan efisien

seta profesional,

(b) Memikirkan,memajukan, dan memperbaiki kinerja Perusahaan

serta melaporkan dengan segala kepada manajemen

berdasarkan data yang ada apabila terjadi hal-hal yang

merugikan perusahaan,

(c) Memberikan gagasan atau pendapat yang objektif dan

konstruktif dengan tata krama serta etika yang baik,

(d) Mentaati dan melaksanakan segala peraturan, tata tertib, tata

kerja, jadwal kerja, sistem dan prosedur kerja untuk memenuhi

target kerja yang telah ditetapkan,

(e) Bekerja lembur bila diperlukan,

(f) Memebrikan keterangan yang sebenarnya mengenai dirinya,

keluarga, tempat tinggal, dan informasi lain kepada Perusahaan

melalui HRD,

(g) Menggunakan dan menjaga dengan baik barang-barang miliki

Perusahaan yang dipergunakan serta bertanggungjawab penuh

terhadap segala sesuatu yang menyangkut beradaan barang

tersebut,

(h) Ikut menjaga ketertiban, keamanan, dan kebersihan lingkungan

tempat kerja hingga lingkungan Perusahaan serta aktif berperan

dalam pencegahan, penanggulangan kebakaran atau Kesehatan

dan Keselamatan Kerja, juga kegiatan lain yang diadakan

Perusahaan,

(i) Menajaga nama baik Perusahaan, bertingkah laku baik, sopan

terhadap sesama Pekerja, atasan, konsumen dan relasi

Perusahaan,

(j) Mempunyai rasa memiliki Perusahaan dengan bekerja secara

proaktif, profesional, memiliki ntegritas, loyalitas, moral, dan

etika yang baik,

Page 51: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

42

(k) Mengikuti penempatan, mutasi, rotasi, promosi atau demosi

yang ditetapkan oleh Perusahaan sesuai dengan prosedur yang

berlaku,

(l) Menyimpan dan menjaga kerahasiaan pekerjaan, relasi atau

konsumen, beserta data-data yang ada serta semua dokumen

atau bahan pekerjaan yang diketahui atau yang berada dibawah

penguasaannya,

(m) Melakukan serah terima yang layak sebelum tanggal efektif

pengunduran diri atau berhenti bekerja, dengan cara

menyerahkan dan mempertanggungjawabkan pekerjaannya

kepada Perusahaan melalui atasannya atau HRD atau orang lain

yang ditunjuk oleh perusahaa, termasuk didalamnya serah

terima dokumen, data, catatan, perlengkapan kerja, fasilitas dan

juga kewajiban hutang piutang yang diberikan Perusahaan

kepadanya.

4) Kewajiban Pengusaha:

(a) Membayar upah,

(b) Memperhatikan dan meningkatkan kesejahteraan pekerja sesuai

dengan kemampuan Perusahaan,

(c) Membantu pelaksanaan realisasi Jaminan Sosial yang menajdi

hak pekerja atau ahli warisnya,

(d) Mentaati dan melaksanakan sebaik-baiknya semua peraturan

perundang-undangan yang berlaku,

(e) Memperhatikan usul, saran, dan keluh kesa Pekerja dengan

layak.

3. Hak-Hak Pekerja berdasarkan Perjanjian Kerja

a) Pekerja Tetap dan Pekerja dengan Status Perjanjian Kerja Waktu

Tertentu (PKWT)

(1) Pekerja berhak atas upah bulanan ditambah dengan catering outlet

yang diperoleh hanya pada hari kerja Pekerja.

(2) Upah bulanan pada Ayat (1) pasal ini adalah upah yang sebelum

dipotong Pajak Penghasilan (PPh 21), Jaminan Sosial Tenaga Kerja

(BPJS), dan potongan lainnya.

(3) Pengusaha mengikutsertakan pekerja pada Program Jaminan Sosial

Tenaga Kerja (BPJS KETENAGAKERJAAN) yang bilamana

terjadi kecelakaan pada saat pekerja berangkat kerja dan pulang

kerja menuju rumahnya dan/atau pada saat jam kerja maka akan

menjadi tanggungan BPJS KETENAGAKERJAAN.

b) Pekerja Harian Lepas

Page 52: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

43

(1) Pekerja harian lepas akan menerima upah berdasarkan jumlah

kehadiran dari hari kerja di outlet Pengusaha serta makan dalam

bentuk Catering pada hari kerja.

(2) Apabila terjadi kecelakaan kerja pada saat jam kerja dan/atau saat

pekerja bekerja, maka pihak pengusaha akan menanggung biaya

pengobatan dan perawatan sesuai dengan standar Jamsostek.

4. Pengaturan Hak Upah Kerja lembur, Jamsostek, dan Tunjangan Hari Raya

Keagamaan

a) Ketentuan mengenai kerja lembur dan upah kerja lembur diatur dalam

Pasal 14 Peraturan Perusahaan Pizza Hut Delivery (PT. Sari Melati

Kencana) yang berbunyi:

(1) Atas perintah pengusaha, pekerja wajib melakukan kerja lembur

dengan mendapat upah kerja lembur;

(2) Besarnya perhitungan upah kerja lembur dan pelaksanaannya di

hari biasa, hari besar dan hari libur resmi mengacu pada peraturan

perundang-undangan ketenagakerjaan;

(3) Teknis pelaksanaan kerja lembur wajib mengikuti tata cara sebagai

berikut;

(a) Atas perintah langsung langsung pekerja.

(b) Mengisi formulir yang tersedia dan wajib ditandatangani oleh

atasan langsung pekerja kemudian diserahkan kepada bagian

personalia.

(c) Melakukan absensi baik sebelum maupun setelah melaksanak

kerja lembur.

(4) Pembayaran upah kerja lembur dilakukan bersamaan dengan

pembayaran upah bulanan dengan mengacu pada data-data sesuai

dalam Ayat (3) huruf a, b, dan c yang disampaikan kepada bagian

personalia;

(5) Yang berhak atas upah kerja lembur adalah pekerja denga posisi

non manajemen (grup 4 kebawah). Para pekerja pada tingkat

manajemen tidak berhak atas upah kerja lembur;

(6) Yang dimaksud dengan pekerja pada tingkat golongan manajemen

adalah grup 5 keatas.

b) Mengenai hak jamsostek pekerja harian lepas sudah dijelaskan dalam

isi perjanjian kerja harian lepas dimana disebutkan bahwa apabila

terjadi kecelakaan kerja pada saat jam kerja dan/atau saat Pihak Kedua

pergi atau pulang bekerja, maka Pihak Pertama akan menanggung

biaya pengobatan dan perawatan sesuai dengan standar Jamsostek.

Page 53: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

44

c) Mengenai tunjangan hari raya keagamaan ini dijelaskan dalam pada

Pasal 27 Peraturan Perusahaan Pizza Hut Delivery (PT. Sari Melati

Kencana) yaitu “Pengusaha memberikan tunjangan hari raya

keagamaan (THRK) berdasarkan peraturan perundangan

ketenagakerjaan yang berlaku.”

Berdasarkan penjelasan di atas dapat kita cermati bahwa, perjanjian kerja

yang dibuat oleh kedua belah pihak telah disetujui dan diketahui oleh

masing-masing pihak. Dimana mereka mengetahui apa yang menjadi hak

dan kewajiban. Kemudian perjanjian kerja yang dibuat oleh Pizza Hut

Delivery Fatmawti (PT. Sari Melati Kencana) telah sesuai dengan aturan

Undang-Undang Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 Tentang

Ketenagakerjaan. Dengan itu selayaknya perjanjian kerja maupun

peraturan perusahaan dapat digunakan sebagai perlindungan hukum yang

kuat kepada pekerjanya terutama pekerja harian lepas.

Page 54: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

45

BAB IV

PENYELESAIAN MASALAH HAK PEKERJA SEKTOR MAKANAN DI

INDONESIA

Sebagaimana bahasan pada bab 3 penelitian ini, ditemukan bahwa terdapat

beberapa temuan-temuan yang dilakukan perusahaan untuk menghindari

tanggungjawab terhadap pelaksanaan/pemberian hak-hak pekerja harian lepas.

Sehingga pada subbab ini peneliti akan membahas hasil temuan lanjutan peneliti

yang berkaitan dengan “Adakah mekanisme lain yang dapat ditempuh oleh

perusahaan dalam pemberian hak para pekerja harian lepasnya tanpa harus

merugikan kedua belah pihak? Apa dasar hukum mekanisme tersebut? Apakah

Pizza Hut Delivery (PT. Sari Melati Kencana) juga menerapkan mekanisme

tersebut? Bagaimana hukum ketenagakerjaan di Indonesia, mengatur mekanisme

tersebut?”

A. Pelaksanaan hak-hak pekerja harian lepas di Pizza Hut Delivery

Fatmawati (PT. Sari Melati Kencana)

Pemberian hak-hak pekerja harian lepas yang diberikan Pizza Hut Delivery

(PT. Sari Melati Kencana) telah dilaksanakan. Namun, pelaksanaan tersebut

menimbulkan permasalahan baru. Permasalahan serius bagi para pekerja

harian lepas, mengingat besar kerugian materiil maupun immateriil yang harus

ditanggung para pekerja harian lepas. Berdasarkan observasi yang peneliti

lakukan di Pizza Hut Delivery Fatmawati (PT. Sari Melati kencana) belum

terpenuhi. 1; Kerugian materiil dapat berupa upah kerja lembur yang tidak

diberikan. Pemberian Tunjangan Hari Raya Keagamaan (THRK) yang didapat

tidak sesuai dengan lamanya masa kerja para pekerja harian lepas. Perubahan

Nomer Induk Karyawan (NIK), hal tersebut dilakukan tanpa sepengetahuan

para pekerja harian lepas. Perubahan Nomer Induk Karyawan (NIK) dilakukan

untuk mengurangi/atau menekan biaya pengeluaran perusahaan. 2; Kerugian

immateriil berupa tenaga dan waktu yang dilakukan untuk melakukan

pekerjaan. Kerugian-kerugian tersebutlah yang sangat menyulitkan dan

Page 55: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

46

merugikan pekerja harian lepas. Namun dalam prakteknya, pengusaha

memberikan alternatif lain kepada para pekerja harian lepas untuk tetap

mendapatkan hak-hak dasar tersebut dengan beberapa tindakan-tindakan yang

telah ditetapkan perusahaan.

1. Upah Kerja Lembur

Kedudukan kerja lembur itu pada hakikatnya adalah hak pekerja. Artinya,

pekerja tidak boleh sedikitpun dipaksa untuk mau melakukan kerja

lembur. Tentunya karena secara hukum pekerja diperbolehkan untuk

menolak kerja lembur. Dan di sisi lain pekerja/buruh harian lepas acapkali

dihadapkan pada manajemen perusahaan yang pada kebutuhan kerja

ekstra. Sehingga pada saat yang bersamaan, rentan terjadi dimana

pekerja/buruh sebenarnya sangat ingin menolak kerja lembur. Namun,

secra kontradiktif manajemen perusahaan acapkali melakukan berbagai

cara yang dapat dikategorikan sebagai penekanan terhadap buruhnya.

Tindakan sepihak tersebut telah menjadi kebiasaan di Pizza Hut Delivery

(PT. Sari Melati Kencana). Mengenai kerja lembur dan upah kerja lembur

telah diatur dalam perjanjian kerja harian lepas Pasal 1:

“Pihak kedua berhak atas lembur yang diatur oleh Pihak Pertama”

Penetapan upah dan kerja lembur dilakukan atas perintah pengusaha yang

dijelaskan dalam Pasal 14 Peraturan Perusahaan PT. Sari Melati Kencana:

“Atas perintah Pengusaha, Pekerja wajib melakukan kerja lembur dengan

mendapat upah kerja lembur”

Dalam pelaksanaan upah kerja lembur tetap harus berdasarkan Pasal 78

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan:

“Untuk membina hubungan kerja yang baik. Setiap pengusaha yang

mempekerjakan pekerja/buruh melebihi waktu kerja, sebagaimana

dimaksud dalam peraturan yang berlaku wajib membayar upah kerja

lembur”

Permasalahan mengenai kerja lembur yang tidak diberikan Pizza Hut

Page 56: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

47

Delivery (PT. Sari Melati Kencana) tidak berdasarkan kesepakatan kedua

belah pihak sebelumnya. Hal ini secara hukum positif tidak dibenarkan

karena tidak didasari persetujuan pekerja untuk melakukan kerja lembur

tersebut. Dalam hal ini Pengusaha seringkali lebih memaksa pekerja/buruh

untuk melakukan kerja lembur tanpa mengikuti persetujuan si

pekerja/buruh. Secara lebih spesifik apabila pekerja menolak untuk bekerja

lembur atau lebih, maka akan ada konsekuensi yang diterima oleh pekerja

tersebut. Konsekuensi tersebut seperti pembagian jadwal kerja yang tidak

merata. Dalam seminggu biasanya pekerja harian lepas akan mendapatkan

jadwal kerja 3 (tiga) kali dalam seminggu atau 2 (dua) kali. Hal ini

dianggap memberatkan pekerja karena dengan bekerja yang hanya 3 (tiga)

atau 2 (dua) kali dalam seminggu tidak akan mendapatkan penghasilan

yang cukup untuk si pekerja. Selain itu apabila si pekerja menuruti saja

kemauan perusahaan untuk bekerja lembur, akan mendapatkan imbalan.

Yaitu akan mendapat jadwal kerja yang lebih banyak. Namun, tetap hal

tersebut dianggap merugikan pihak pekerja. Karena pekerja harus

mengeluarkan tenaga dan waktu lebih tanpa dibayar oleh perusahaan.

Dalam keadaan demikian, tentunya mutlak dibutuhkan aturan-aturan

hukum yang jelas untuk melindungi hak-hak pekerja harian lepas yang

menolak melakukan lembur.

2. Tunjangan Hari Raya Keagamaan

Tunjangan Hari Raya Keagamaan merupakan balas jasa yang diberikan

pekerja/buruh sesuai dengan jasa pekerja/buruh berikan kepada

perusahaan. Jasa disini berupa pengorbanan waktu, tenaga, pikiran yang

diberikan pekerja/buruh kepada perusahaan. Pemberian Tunjangan Hari

Raya Keagamaan yang diberikan harus mempunyai dasar yang rasional

dan juga mempertimbangkan faktor prikemanusiaan. Salah satu cara Pizza

Hut Delivery (PT. Sari Melati Kencana) meningkatkan laba adalah dengan

cara memangkas masa kerja pekerja/buruh harian lepas. Hal ini

menyebabkan pekerja/buruh harian lepas hanya menerima dalam jumlah

Page 57: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

48

yang tidak seberapa. Setiap menjelang Hari Raya Keagamaan perusahaan

akan melakukan kebijakan yang hanya menguntungkan perusahaan saja.

Bahkan kebijakan perusahaan tersebut biasanya diambil tanpa persetujuan

dari pihak pekerja harian lepas.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa delivery man ditemukan

terdapat tindakan lain yang dilakukan perusahaan. Pada tahun 2017

perusahaan mengeluarkan kebijakan baru dengan sebutan refreshment.

Seluruh pekerja part time akan di refreshment ke Pizza Hut Delivery

cabang lainnya. Tentunya cabang terdekat dari lokasi tinggal si pekerja.

Refreshment tersebut diberitahukan kepada pekerja harian lepas 3 (tiga)

bulan sebelum menjelang Hari Raya. Dan akibat dari refreshment tersebut

banyak pekerja harian lepas yang mengundurkan diri. Sedangkan pada

tahun 2018 tidak adanya refreshment. Namun, seluruh data pekerja harian

lepas tersebut diganti menggunakan data diri dari orang lain.

Dengan mengganti data diri atau Nomer Indur Karyawan (NIK)

seharusnya perusahaan juga membuat form perjanjian kerja baru hingga

mendaftarkan si pekerja tersebut kepada instansi ketenagakerjaan yang

terkait. Namun, hal tersebut tidak pernah dilakukan oleh Pizza Hut

Delivery (PT. Sari Melati Kencana). Secara tidak langsung sebenarnya

pekerja harian lepas di perusahaan ini tidak pernah terdaftar sebagai

pekerja di intansi ketenagakerjaan manapun. Meskipun pekerja harian

lepas memiliki form perjanjian kerja.

Banyak cara ditempuh oleh pihak pengusaha untuk menghindari dari

kewajibannya untuk membayar Tunjangan Hari Raya Keagamaan

(THRK), baik dengan cara terang-terangan atau terbuka maupun

terselubung. Beberapa praktek yang umum dilakukan oleh pengusaha yang

dapat disimpulkan diantaranya adalah. Pertama, pengusaha menggunakan

alasan yang sangat tidak lazim dan umum. Yaitu perusahaan tidak mampu

memberikan THR sesuai ketentuan, sehingga dengan alasan tersebut

Page 58: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

49

pengusaha hanya memberikan THR atas dasar kemampuan dan kemauan

dari pengusaha saja. Padahal pengusaha selama ini tidak pernah terbuka

soal keadaan perusahaan yang sebenarnya dan berapa keuntungan

perusahaan dari proses penjualan selama ini. Sehingga para pekerja harian

lepas tidak mendapatkan THR sesuai ketentuan yang berlaku. Kedua,

pengusaha menggunakan pekerja harian lepas, dengan alasan tersebut

pengusaha tidak bersedia memberikan THR yang sesuai pada para pekerja

harian lepasnya. Karena setiap 3 (tiga) bulan sebelum Hari Raya

keagamaan perusahaan akan mengubah data/NIK (Nomer Induk

Karyawan) pekerja harian lepas tersebut. Meskipun pada kenyataannya

pekerja harian lepas tersebut sudah bekerja bertahun-tahun. Padahal

apabila dihitung total pemberian THR tersebut ternyata kurang bahkan

jauh dari ketentuan yang seharusnya di dapat oleh pekerja harian lepas.

3. Tunjangan Kecelakaan Kerja

Dalam bekerja tidak menutup kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja

bagi semua pekerja/buruh. Untuk itu diperlukan perlindungan yang jelas

bagi setiap pekerja harian lepas. Pengertian dari perlindungan tenaga kerja

adalah perlindungan yang diberikan dari dalam lingkungan kerja itu

sendiri. Dengan memberikan tuntutan, maupun dengan cara memberikan

meningkatkan pengakuan hak-hak asasi manusia, perlindungan fisik dan

teknis serta sosial dan ekonomi melalui norma yang berlaku. Kelalaian

tenaga kerja yang terjadi di Pizza Hut Delivery Fatmawati (PT. Sari Melati

Kencana) yang menimpa delivery man saat pengantaran makanan

dikarenakan keteledoran tenaga kerja. Keteledoran tersebut terjadi karena

pekerja tersebut tidak taat pada anjuran perusahaan untuk menggunakan

atau mengendarai kendaraan dengan batasan kecepatan yang ditetapkan

oleh perusahaan. Ketidakpatuhan atau keengganan sebagian pekerja harian

lepas delivery man di Pizza Hut Delivery Fatmawati (PT. Sari Melati

Kencana) didasarkan berbagai alasan. Misalnya, pengantaran makanan

yang dilakukan tidak diperbolehkan lebih dari 30 menit. Karena jika

Page 59: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

50

melebihi dari 30 menit perusahaan harus mengeluarkan voucher

keterlambatan sebagai pengganti dari keterlambatan pengantaran tersebut.

Selain harus mengeluarkan voucher, perusahaan juga tidak menginginkan

adanya complain karena keterlambatan datangnya makanan tersebut.

Apabila terjadi complain, hal tersebut sangat berpengaruh terhadap bonus

yang didapatkan oleh para pekerja tetap, maupun pekerja kontrak.

Terkadang delivery man mengantar makanan lebih dari satu bill. Hal

tersebut sangat memungkinkan untuk delivery man memacu kendaraannya

melebihi batas yang berakibat dengan kecelakaan.

Pizza Hut Delivery (PT. Sari Melati Kencana) dalam rangka untuk

menciptakan upaya agar tidak terjadi kecelakaan kerja terhadap delivery

man, perusahaan melakukan upaya-upaya yaitu dengan melaksanakan

training terhadap semua delivery man. Selain itu perusahaan juga

menyediakan alat-alat pelindung dalam berkendara seperti helm, dan jaket.

Serta perusahaan juga mewajibkan untuk delivery man merawat kendaraan

yang ada. Perawatan yang dilakukan seperti service bulanan, pengecekan

terhadap kendaraan yang seluruh biayanya ditanggung oleh perusahaan.

Mengenai jaminan kecelakaan kerja pekerja harian lepas sudah dijelaskan

dalam isi Pasal 1 Perjanjian Kerja Harian Lepas:

“Dimana disebutkan bahwa apabila terjadi kecelakaan kerja pada saat jam

kerja/atau saat Pihak Kedua atau pekerja pergi atau pulang bekerja, maka

Pihak Pertama akan menanggung biaya pengobatan dan perawatan sesuai

dengan standar Jamsostek.”

Namun untuk pelaksanaannya sendiri biasanya perusahaan tidak

menanggung seluruh biaya pengobatan. Perusahaan akan bertanggung

jawab dengan biaya pengobatan atau ganti rugi akibat kecelakaan kerja.

Namun ganti rugi tersebut hanya sekedarnya saja. Tidak bertanggung

jawab sepenuhnya, karena perusahaan beranggapan tidak mungkin ada

kecelakaan kerja apabila si delivery man mengendarai kendaraannya

dengan standar kecepatan yang ditentukan perusahaan. Ataupun kendaraan

Page 60: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

51

yang digunakan untuk pengantaran memang layak untuk digunakan.

Karena kendaraan tersebut memang tanggung jawab masing-masing

delivery man untuk merawat dan menjaga kelayakannyaa.

4. Perjanjian Kerja

Perjanjian adalah perbuatan hukum. Perbuatan hukum yang dimaksud

adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh subyek hukum. Dimana

perbuatan tersebut dapat menimbulkan suatu akibat hukum yang

dikehendaki oleh orang yang melakukannya. Hal ini juga diatur dalam

Pasal 51 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang

Ketenagakerjaan:

“Bahwa hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja oleh

pengusaha dan pekerja/buruh yang dibuat secara tertulis.”

Hak-hak pekerja yang dilaksanakan di Pizza Hut Delivery (PT. Sari Melati

Kencana) tidak menggunakan perjanjian kerja baku atau kontrak baku

yang seluruh klausul-klausulnya telah ditetapkan secara sepihak dalam

bentuk Form Perjanjian Kerja. Perjanjian kerja baku sendiri telah diterima

tidak hanya oleh para pelaku usaha tetapi juga oleh para pekerja harian

lepas. Dalam hal perjanjian kerja tersebut para pekerja harian lepas tidak

diperkenankan untuk merubah isi atau menegosiasikan setiap pasal yang

ada di dalamnya. Pekerja harian lepas hanya dapat menerima perjanjian

tersebut. Maka dari itu dibutuhkan kesadaran para pelaku usaha untuk

menciptakan keadaan yang adil bagi para pihak dalam hubungan

kontraktual, di dalam perjanjian tersebut memuat pertukaran yang adil

agar suatu prestasi diimbangi pula oleh kontra prestasi sehingga

menimbulkan keadaan berimbang.

Peneliti melihat dari perbuatan para pihak dalam perjanjian kerja di Pizza

Hut Delivery (PT. Sari Melati Kencana). Bahwa di dalam perjanjian kerja

tersebut terdapat perbuatan hukum yang dilarang seperti penyalahgunaan

keadaan. Penyalahgunaan keadaan dikatakan ada bila seseorang yang

Page 61: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

52

mengetahui atau seharusnya mengerti bahwa orang lain karena keadaan

atau kondisi khusus mislanya gangguan kejiwaan, kurang pengalaman,

atau karena keadaan terpaksa (noodtoestand), ternyata telah tergerak untuk

melakukan atau mendorong (atau melanjutkan) suatu perbuatan hukum

tertentu. Jadi hanya dua alternative pilihan bagi pekerja yang lemah

bargaining position-nya di dalam perjanjian kerja yaitu untuk menerima

atau menolak perjanjian tersebut, maka pekerja tidak dapat bernegosiasi

dengan pelaku usaha mengenai isi perjanjian tersebut, atau dengan kata

lain perjanjian tersebut tidak dapat diubah lagi. Dalam hal ini tindakan

pengusaha dapat dikatakan sebagai penyalahgunaan keadaan.

Dilihat dari isi perjanjiannya. Isi perjanjian/kontrak lazimnya ditentukan

oleh para pihak dinyatakan baik secara tegas namun dengan

memperhatikan aturan-aturan yang dikategorikan sebagai hukum yang

bersifat memaksa. Penentuan isi kontrak dilandasi asas kebebasan

berkontrak namun dibatasi oleh undang-undang kesusilaan dan ketertiban

umum. Perjanjian yang bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan

dan ketertiban umum berdasarkan asas keseimbangan dapat menyebabkan

keabsahan perjanjian menjadi terganggu. Peneliti memandang isi

perjanjian baku dalam perjanjian kerja yang dilaksanakan masih ada

pertentangan di dalam beberapa pasalnya. Hal itu dilihat bagaimana

bentuk pelaksanaan dari isi pasal tersebut. Pertentangan itulah yang

memberatkan pihak pekerja yang membuat pekerja berada di posisi yang

lemah.

Dilihat dari pelaksanaan kontrak, dimana sudah selayaknya suatu kontrak

harus dipenuhi oleh kedua belah pihak dengan itikad baik. Menurut

peneliti bahwa pelaksanaan perjanjian kerja di Pizza Hut Delivery (PT.

Sari Melati Kencana) tersebut dilaksanakan dengan mempertimbangkan

itikad baik. Dimana terdapat beberapa pasal yang secara jelas mengatur

apa-apa saja hak yang diterima oleh para pekerja harian lepas. Namun

itikad baik tersebut tidak dilakukan pada pelaksanaan setiap pasal-pasal

Page 62: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

53

yang mengatur hak-hak para pekerja harian lepas. Hal itu yang dapat

menimbulkan tidak terciptanya asas keseimbangan dimana pihak

perusahaan selaku pelaku usaha tidak memberikan kesempatan kepada

pekerja untuk melakukan negosiasi.

B. Analisis Peneliti Terhadap Pelaksanaann Hak-hak Pekerja Harian Lepas

di Pizza Hut Delivery Fatmawati

Pekerja harian lepas, pada Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Nomor 100 Tahun 2004 Pekerja Harian Lepas adalah pekerja yang memiliki

hubungan kerja dengan pengusaha yang berdasarkan Perjanjian Kerja Waktu

Tertentu (PKWT). Pengaturan tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu

(PKWT) ini kemudian diatur lebih teknis dalam Keputusan Menteri Tenaga

Kerja dan Transmigrasi Nomor 100 Tahun 2004 tentang ketentuan pelaksana

perjanjian kerja waktu tertentu. Bila merujuk kepada aturan yang berlaku,

jenis hubungan kerja Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) hanya dapat

diterapkan untuk 4 (empat) jenis pekerjaan. Yaitu pekerjaan yang sekali

selesai, pekerjaan yang bersifat musiman, pekerjaan dari suatu usaha baru,

serta pekerjaan yang sifatnya tidak teratur (pekerja lepas).

Pekerja dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) juga dilindungi oleh

beberapa ketentuan. Ketentuan itu seperti tidak boleh ada masa percobaan,

hak-hak normatif harus sesuai aturan tetap diberikan, tidak boleh lebih dari 2

(dua) kali pembuatan kontrak, durasi maksimum adalah kontrak 3 tahun plus

pembaharuan 2 tahun (khusus untuk pekerjaan yang sekali selesai), berhak

memperoleh uang ganti rugi bila diputus kontrak sebelum waktu kontrak

selesai.

Masalah perlindungan tenaga kerja dalam pelaksanaannya masih jauh dari

harapan. Kenyataan tersebut terjadi karena berbagai pemikiran inovatif yang

muncul. Termasuk pelaksanaan/pemberian hak-hak pekerja harian lepas yang

belum diberikan sepenuhnya oleh Pizza Hut Delivery (PT. Sari melati

Kencana). Pengusaha sebagai pemilik modal pada dasarnya hanya

Page 63: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

54

mementingkan besarnya keuntungan yang akan diterima dari hasil penjualan

produk. Kondisi yang demikian telah menyebabkan pengusaha selalu

memperhitungkan segala sesuatunya didalam pengeluaran keuangan. Salah

satunya biaya yang berkaitan dengan pekerja/buruh.

Pengusaha dapat menikmati hasil yang diperoleh tidak lepas dari peran

pekerja/buruh. Maka pihak pengusaha harus memperhatikan kesejahteraan

pekerja/buruh. Namun untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh

membutuhkan tingkat kesadaran yang tinggi dari pihak pengusaha. Sedangkan

kenyataannya, pihak pengusaha kebanyakan tidak menyadari bahwa mereka

mempunyai kewajiban yang lain disamping membayar upah. Yaitu dengan

memperhatikan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya.

1. Mengenai upah kerja lembur telah diatur di dalam undang-undang.

Perusahaan yang tidak membayarkan upah kerja lembur sesuai dengan

perjanjian kerja, melanggar ketentuan pasal 1320 KUH Perdata dimana

dalam pasal tersebut salah satunya menyebutkan bahwa:

“Syarat perjanjian adalah suatu sebab yang halal. Suatu sebab yang halal

adalah isi perjanjian tersebut tidak melanggar undang-undang. Jika

melanggar klausula tersebut maka perjanjian dianggap menjadi batal demi

hukum."

Pengaturan mengenai upah kerja lembur, telah sesuai berdasarkan

peraturan yang ada. Namun dalam pelaksanaannya masih bertentangan

dengan peraturan yang ada. Dimana, para pekerja dituntut untuk bekerja

lebih namun tidak mendapatkan upah lembur. Kemudian dalam hal ini

timbul pertanyaan. Bagaimana bisa perusahaan memaksa pekerjanya untuk

bekerja lebih tanpa kemauan dari pekerja tersebut. Atau dapat dikatakan

perusahaan memaksa pekerja untuk bekerja lembur dengan adanya daya

paksa dari pihak pengusaha. Dapat diketahui bahwa salah satu syarat

validitas hubungan kerja antara pekerja dan pengusaha ialah adanya

kesepakatan kedua belah pihak. Dilihat dari keadaan ini tidak adanya

nampak kesepakatan kedua belah pihak. Dimana pekerja dibawah tekanan,

Page 64: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

55

apabila menolak dapat mengurangi jadwal kerja mingguan si pekerja

tersebut. Hal yang dilakukan perusahaan dapat dikatakan melanggar hak

atas upah yang adil bagi si pekerja.

Berdasarkan ketentuan di atas, kebijakan yang diterapkan oleh pihak Pizza

Hut Delivery Fatmawati (PT. Sari Melati Kencana) terhadap pekerja

harian lepas jelas bertentangan dengan peraturan yang berlaku. Hal

tersebut diatur dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor :

Kep.102/MEN/VI/2004 tentang Waktu Kerja Lembur dan Upah Kerja

Lembur, yaitu:

“Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh melebihi waktu kerja,

wajib membayar upah lembur. Untuk melakukan kerja lembur harus ada

perintah tertulis dari pekerja/buruh yang bersangkutan”.

Dalam Pasal 6 buku Peraturan Perusahaan Pizza Hut Delivery (PT. Sari

Melati Kencana) menyebutkan:

“Pengusaha berhak meminta Pekerja untuk bekerja lembur”

Apabila dilihat dari kedua ketentuan tersebut dapat diartikan bahwa

pertama, setiap pekerja berhak untuk mendapatkan upah yang adil.

Dimana pekerja telah melakukan kewajiban bekerja dan melakukan

lembur. Kedua, pekerja berhak untuk menolak karena untuk melakukan

kerja lembur harus ada perintah tertulis yang diberikan oleh perusahaan.

Perintah tertulis tersebut dapat digunakan untuk menuntut upah lembur

karena perusahaan sendiri yang mengeluarkan surat perintah itu.

Kenyataannya perusahaan seringkali meminta pekerjanya untuk bekerja

lembur, tanpa diberikannya surat perintah tertulis. Hal ini yang

menyebabkan lemahnya posisi pekerja untuk menuntut hak upah lembur.

2. Mengenai pemberian Tunjangan Hari Raya Keagamaan. Dalam hal ini

dapat ditemukan salah satu cara licik perusahaan untuk menghindari

tanggung jawab hukum. Hal tersebut adalah dengan mengganti Nomer

Induk Karyawan (NIK) pertiga bulan sebelum Hari Raya Keagamaan.

Page 65: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

56

Dalam Peraturan Perusahaan sendiri mengatakan bahwa Perusahaan

memberikan Tunjangan Hari Raya Keagamaan berdasarkan peraturan

pemerintah yang berlaku. Meskipun dalam Pasal 4 Peraturan Menteri

Ketenagakerjaan Tentang Tunjangan Hari Raya Keagamaan sendiri :

“Dalam pemberian THR Keagamaan dapat dilakukan dengan perjanjian

kerja, peraturan perusahaan, perjanjian kerja bersama atau kebiasaan yang

dilakukan. Hal ini sangat bertentangan dengan pelaksanaan yang ada.”

Nomer Induk Karyawan (NIK) merupakan nomer data diri dari si pekerja.

Dimana pekerja itu terdaftar sebagai pekerja di perusahaan pada tahun

tersebut, sewaktu si pekerja didaftarkan oleh perusahaan. Jadi apabila

setiap menjelang hari raya keagamaan perusahaan menukar data diri

pekerja yang terdaftar dengan pekerja lainnya, secara tidak langsung

perusahaan telah memecat si pekerja tersebut, tanpa sepengetahuan si

pekerja harian lepas. Padahal dalam Pasal 88 Undang-Undang Nomer 13

Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan menyebutkan:

“Untuk mewujudkan penghasilan yang memenuhi penghidupan yang

layak bagi kemanusiaan. Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh

penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.”

Pemberian Tunjangan Hari Raya Keagamaan tersebut merupakan hak

pendapatan yang wajib diterima oleh pekerja. Sedangkan dalam Pasal 3

Ayat (3) Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 16 Tahun 2016

mengatakan:

“Pekerja/buruh yang bekerja berdasarkan perjanjian kerja harian lepas

yang mempunyai masa kerja kurang atau lebih dari 12 bulan berhak

mendapatkan Tunjangan Hari Raya Keagamaan berdasarkan rata-rata upah

yang diterima tiap bulan masa kerja.”

Apabila melihat dari peraturan tersebut, tentu terdapat sebuah pelanggaran.

Dimana perusahaan berusaha untuk menghindari tanggung jawabnya

dengan membuat kebijakan baru. Dan pada kenyataannya perusahaan tidak

pernah mensosialisasikan mengenai kebijakan yang digunakan dalam

pemberian THR Keagamaan. Bahkan dalam Perjanjian Kerja pun tidak

Page 66: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

57

menyebutkan mengenai THR Keagamaan. Hal tersebut dapat dikatakan

merupakan salah satu cara sikap buruknya perusahaan, untuk menghindari

tanggung jawab dalam memberikan hak pekerja harian lepas. Padahal,

seharusnya THR wajib diberikan kepada pekerja yang telah mempunyai

masa kerja 3 (tiga) bulan atau lebih dengan jumlah proposional.

Contoh perhitungan THR berdasarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan

Nomor 16 Tahun 2016:

Masa kerja X Upah Perbulan

12

“Sedangkan untuk pekerja yang memiliki masa kerja 12 bulan atau lebih,

THR 1 bulan gaji atau lebih berdasarkan kesepakatan bersama antara

buruh dengan pengusaha.”

3. Mengenai Jaminan Kecelakaan Kerja. Dalam bekerja tidak menutup

kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja bagi semua pekerja/buruh. Para

pekerja/buruh pun seharusnya meiliki tingkat kesadaran pula, bahwa

kecelakaan kerja terjadi tanpa dapat diduga. Para pekerja/buruh pun juga

tidak menginginkan hal itu terjadi. Karenanya sebagai tenaga kerja harus

selalu berhati-hati untuk menekan resiko kecelakaan kerja, menghindari

setiap bentuk kecelakaan sekecil apapun.

Dalam hal ini mengapa perusahaan hanya menjamin/menanggung

setengah dari biaya pengobatan? Mengapa perusahaan berdalih dengan

mengaanggap kecelakaan tersebut juga akibat dari kelalaian pekerja?

Padahal delivery man berusaha untuk mewujudkan hasil kerja yang

memuaskan dengan berupaya agar tidak adanya keterlambatan makanan.

Sehingga, tidak perlu untuk mengganti keterlambatan tersebut dengan

voucher gratis pizza.

Perlindungan hukum terhadap pekerja harian lepas dalam Undang-Undang

Ketenagakerjaan tidak mengaturnya secara jelas. Mengingat Undang-

Undang Ketenagakerjaan tidak membedakan pekerja penuh maupun

Page 67: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

58

pekerja harian lepas. Sehingga dalam undang-undang perlindungan hukum

bagi semua pekerja/buruh seharusnya diperlakukan sama. Jadi apabila

terjadi kecelakaan kerja terhadap pekerja khususnya pekerja harian lepas,

perusahaan wajib memberikan pertanggungjawaban yang sama tanpa

membedakan jenis dari pekerja itu sendiri sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Pertanggungjawaban yang harus

diberikan oleh perusahaan atas kecelakaan kerja yang dialami pekerja

harian lepas yaitu bisa berupa jaminan sosial tenaga kerja maupun berupa

santunan kecelakaan kerja.

Pemberian santunan/tunjangan juga telah diatur dalam Pedoman

Pembuatan Peraturan Perusahaan (Berdasarkan Instruksi Direktur Jenderal

Pembinaan Hubungan Perburuhan dan Perlindungan Tenaga Kerja

No.INS.8/DP/1980) pada Pasal 8 ayat 1 dan ayat 2:

a. Apabila buruh mendapatkan kecelakaan sesuai dengan yang dimaksud

dalam Undang-Undang Kecelakaan Kerja, maka perusahaan akan

memberikan ganti kerugian sebagaimana diatur dalam Undang-

Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

b. Macam ganti kerugian seperti yang dimaksud dalam ayat (1) tersebut

diatas berupa biaya pengangkutan buruh dari tempat kecelakaan ke

rumahnya atau ke rumah sakit, biaya perawatan dan pengobatan, biaya

penguburan dan tunjangan kecelakaan.

4. Mengenai Perjanjian Kerja. Syarat dalam mendapatkan hak yaitu adanya

hubungan kerja. Hubungan yang dimaksud adalah hubungan yang

mengatur/memuat hak dan kewajiban antara pekerja/buruh dan pengusaha.

Dalam Form Perjanjian Kerja sudah menjelaskan apa-apa yang menjadi

hak dan kewajiban masing-masing pihak. Begitu pula dalam Buku

Peraturan Perusahaan yang sangat jelas menjelaskan hak dan kewajiban

masing-masing pihak. Form Perjanjian Kerja ataupun Buku Peraturan

Perusahaan merupakan fondasi antara pihak pekerja harian lepas dengan

pengusaha. Fondasi yang dapat melindungi pelaksanaan dari hak-hak yang

disebutkan dalam Form Perjanjian kerja maupun Buku Peraturan

Perusahaan. Karena secara normatif Undang-Undang Nomor 13 Tahun

Page 68: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

59

2003 tentang Ketenagakerjaan memberikan perlindungan hukum untuk

hak-hak para pekerja.

Dapat diketahui bahwa dalam suatu perjanjian kerja terdapat hubungan

kerja antara pengusaha dan pekerja, adanya hubungan kerja menimbulkan

suatu perintah. Pemberian perintah oleh pengusaha kepada pekerja seperti

yang terdapat di Pizza Hut Delivery (PT. Sari Melati Kencana) dengan

melakukan perjanjian kerja waktu tertentu yang memuat dalam pasal 59

Ayat 2 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Hal ini juga diatur dalam Pasal 59 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 13

Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang membatasi pekerjaan tertentu.

Menurut penuturan bapak Andri Saputra salah satu perwakilan dari Pizza

Hut Delivery Fatmawati (PT Sari Melati Kencana):

“Antara perusahaan dan pekerja harian lepas sudah melakukan perjanjian

kerja kontraktual. Perjanjian kerja tersebut benar adanya. Namun, dalam

pembuatan kontrak kerja tersebut para pekerja hanya menerima kontrak

dalam bentuk sudah jadi. Lalu, dalam kontrak tersebut hanya memuat hak

seperti upah, hak upah lembur, dan tunjangan kecelakaan kerja. Untuk hak

seperti Tunjangan Hari Raya Keagamaan sendiri hanya dimuat dalam

Peraturan Perusahaan saja. Tidak ada bagian atau pasal khusus yang

membahas mengenai Tunjangan Hari Raya Keagamaan dalam isi

Perjanjian Kerja Harian Lepas. Selain itu apabila isi dalam perjanjian

tersebut sudah ditandatangani, maka perjanjian standar ini tidak dapat

diubah. Melainkan secara mutlak seperti apa adanya yang tertuang di

dalam perjanjian tersebut.”

Apabila dihubungkan dengan Pasal 1338 KUHPerdata tentang asas

kebebasan berkontrak, tentu saja hal ini bertentangan. Maka dari itu, hal

ini membuat posisi pekerja harian lepas tidak dapat melakukan negoisasi

dalam pembuatan atau perancangan isi perjanjian ini. Hal ini berakibat

posisi pekerja sedikit lemah dari posisi perusahaan itu sendiri, tetapi dalam

pembuatan atau perancangan perjanjian tersebut, tentunya harus saling

menguntungkan kedua belah pihak agar terciptanya keadaan yang

berimbang antara pekerja dengan perusahaan.

Page 69: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

60

Perjanjian kerja harus berlandaskan itikad baik. Apabila perjanjian kerja

tersebut beritikad buruk, maka perjanjian kerja tersebut dianggap tidak sah

dan dapat dibatalkan menurut hukum. Dengan demikian asas itikad baik

mengandung pengertian bahwa kebebasan dalam membuat suatu

perjanjian kerja, tidak dapat diwujudkan atas kehendak sendiri dari salah

satu pihak tanpa dibatasi oleh itikad baiknya. Dengan adanya asas itikad

baik, setiap pihak yang membuat perjanjian akan melaksanakan kewajiban

dan hak yang timbul dari adanya perjanjian tersebut. Maka jika dilihat dari

kewajiban dan hak yang timbul dalam perjanjian kerja, dapat diambil

kesimpulan bahwa perjanjian yang dibuat telah sesuai dengan apa yang

disebutkan undang-undang, dan sesuai dengan syarat yang terdapat di

dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 100

Tahun 2004 yaitu:

“Tentang klausula yang harus termuat di dalam suatu perjanjian kerja,

maka perjanjian yang dibuat telah cukup mempunyai perlindungan hukum

bagi masing-masing pihak yang termuat di dalamnya.”

Menurut peneliti perusahaan memang tidak melanggar kesepakatan yang

tertulis. Tetapi dari aspek moralitas, dapat dikatakan tindakan-tindakan yang

dilakukan perusahaan tersebut merupakan bentuk kenakalan untuk

menghindari beban yang berlebih dalam pelaksanaan/atau pemberian hak-hak

pekerja harian lepas. Tindakan-tindakan perusahaan tersebut memang tidak

bertentangan dengan hukum positif. Namun secara moral dianggap tidak

pantas untuk dilakukan. Apalagi mengingat para pekerja yang sudah

melakukan kewajibannya.

Page 70: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

61

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Dari beberapa pemaparan pada bab-bab selanjutnya, maka peneliti dapat

mengambil kesimpulandan sekaligus sebagai jawaban atas beberapa

perumusan masalah yang peneliti berikan.

1. Bahwa pelaksanaan hukum mengenai hak-hak pekerja harian lepas dalam

perjanjian kerja di Pizza Hut Delivery Fatmawati (PT. Sari Melati

Kencana) belum sepenuhnya dilakukan. Hal tersebut dapat dilihat dari

masih adanya kebijakan-kebijakan perusahaan yang bertentang dengan

Undang-Undang Ketenagakerjaan di dalam praktik pelaksanaanya.

Diantara kebijakan perusahaan yang masih bertentang dengan Undang-

Undang Ketenagakerjaan tersebut ternyata setelah peneliti teliti lebih

lanjut pada pelaksanaannya dimana pengusaha tidak pernah bernegoisasi

dengan pekerja harian lepasnya terkait setiap kebijakan-kebijakan yang

pengusaha akan laksanakan. Pelaku usaha juga tidak beritkad baik

mengenai kebijakan upah lembur dimana setiap pekerja harian lepas yang

menolak untuk bekerja lembur akan mendapatkan pengurangan jadwal

kerja setiap minggunya. Karena pekerja harain lepas dianggap tidak

memberikan loyalitasnya terhadap perusahaan. Selain itu, meskipun di

dalam peraturan menteri tenaga kerja penetapan THR Kegamaan lebih

besar dari dari nilai THR Keagamaan yang ditentukan oleh pemerintah,

THR Keagamaan yang diberikan diperbolehkan mengikuti kebiasaan yang

sudah ada. Pengusaha tetap tidak diperbolehkan mengambil kebijakan

tanpa sepengetahuan para pekerja harian lepasnya. Karena hal itu

menyebabkan kerugian kepada pekerja harian lepasnya bukan hanya

kerugian materiil. Setiap tahunnya pekerja harain lepas dianggap atau

terdaftar sebagai pekerja baru, karena tidak mempunyai Nomer Induk

Page 71: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

62

Karyawan yang tetap. Hal ini pula yang mengakibatkan pekerja harian

lepas tidak dapat mengikuti Program Jaminan Kesehatan.

2. Bahwa upaya hukum yang dapat dilakukan oleh pekerja harian lepas

apabila mengalami kerugian dari tidak dilaksanakannya hak-hak pekerja

adalah dengan cara pekerja yang bersangkutan melakukan musyawarah

dengan pihak pelaku usaha tersebut terlebih dahulu. Dan apabila hal

tersebut tidak mencapai kata sepakat maka pekerja harian lepas dapat

menempuh jalur di luar pengadilan (Non Litigasi) dan lembaga pengadilan

(Litigasi) yakni penyelesaian sengketa damai Antara Pekerja dan pihak

Pizza Hut Delivery Fatmawati (PT. Sari Melati Kencana) dengan cara

adanya bipartit yang dibuat kedua belah pihak. Dimana pihak Pizza Hut

Delivery Fatmawati (PT. Sari Melati Kencana) bertanggung jawab atas

pelanggaran Upah Kerja Lembur, Tunjangan Hari Raya Keagamaan, dan

Jaminan Sosial Ketenagakerjaan. Persidangan dengan cara mediasi (Win-

win Solution), adapun penyelesaian sengketa melalui jalur pengadilan

(Litigasi) yang ditempuh melalui Peradilan Hubungan Industrial (PHI).

B. Rekomendasi

Sebagai penutup dari kesimpulan di atas, peneliti akan memberikan

rekomendasi-rekomendasi terkait dengan pelaksanaan hukum terhadap hak-

hak pekerja harian lepas, sebagai berikut:

1. Peneliti menyarankan kepada Pizza Hut Delivery Fatmawati (PT. Sari

Melati Kencana) selaku pelaku usaha untuk lebih memberikan hak kepada

pekerja terutama pekerja harian lepas dalam hal bernegoisasi terhadap

setiap kebijakan-kebijakan yang akan diambil pengusaha agar terciptanya

keseimbangan posisi antara pekerja dengan pengusaha dan tidak terjadi hal

yang akan merugikan pekerja dikemudian hari.

2. Peneliti menyarankan perlunya sanksi administrasi, perdata dan pidana

yang tegas untuk diberikan kepada pihak Pizza Hut Delivery Fatmawati

(PT. Sari Melati Kencana) kepada pihak yang lalai terhadap hak-hak

Page 72: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

63

pekerja harian lepasnya. Agar pertanggung jawaban pekerja lebih

bertanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya.

3. Dalam pencapaian pemenuhan penerimaan Upah Kerja Lembur,

Tunjangan Hari Raya Keagamaan, dan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan

disarankan menggunakan cara musyawarah secara kekeluargaan dalam

penyelesaiannya. Tidak perlu melalui Pengadilan Hubungan Industrial

(PHI) apabila melalui musyawarah dapat diselesaikan.

Page 73: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

64

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Abdul Khakim, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Bandung:

Citra aditya Bakti, 2007.

Abdul. R. Saliman, Hukum Bisnis untuk Perusahaan: Teori dan Contoh

Kasus, Jakarta: Kencana, 2010.

Abdullah Sulaiman, Hukum Perburuhan-I, Bahan Matakuliah Hukum

Perburuhan Program Magister Ilmu Hukum UIJ.

Adrian Sutedi, Hukum Perburuhan, Jakarta: Sinar Grafika, 2009.

Asri Wjayanti, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, Jakarta: Sinar

Grafika,2009.

Basani Situmorang dkk, Laporan Pengkajian Hukum Tentang Menghimpun

dan Mengetahui Pendapat Ahli Mengenai Pengertian Sumber-sumber

Hukum Mengenai Ketenagakerjaan, Jakarta: Badan Pembinaan

Hukum Nasional Departemen Hukum dan HAM, 2011.

Darza Z,A, Kamus Istilah Bidang Ketenagakerjaan, Jakarta: Delima Baru,

2000.

Djumadi, Hukum Perburuhan, Perjanjian Kerja, Jakarta: Grafindo Persada,

2004.

F.X. Djumialdji, Perjanjian Kerja, Jakarta: Bumi Aksara, 1997.

Imam Soepomo, Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan Kerja (Perlindungan

Buruh), Jakarta: Pradya Paramita, 1980.

Imam Soepomo, Pengantar Hukum Perburuhan, Jakarta: Djambatan Edisi

Revisi, 2003.

Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2003.

Maimun, Hukum Ketenagakerjaan (Suatu Pengantar), Jakarta: PT Pradnya

Pramita, 2007.

Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik. Kata

republik berasal dari kata “respublicae” (res+publicae) yang

Page 74: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

65

mengandung arti hak atau kepentingan rakyat. Konsep republik dikaitkan

dengan pengertian negara sebagai penjelmaan kekuasaan dari rakyat.

Lihat Jimly Asshiddiqie, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia

Pasca Reformasi, Jakarta: Bhuana Ilmu Populer, 2008.

Satya Arinanto, et al. Hukum Hak Asasi Manusia, Yogyakarta: Pusat Studi

Hak Asasi Manusia Universitas Islam Indonesia, 2008.

Soetandyo Wignjosoebroto, Hukum: Paradigma, Metode dan Dinamika

Masalahnya, Jakarta: ELSAM dan HUMA, 2002.

Zainal Asikin, et al, Dasar-dasar Hukum Perburuhan, Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2004.

B. Peraturan Perundang-undangan

Undang-undang Dasar Negeri Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.

Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial (BPJS).

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata).

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2015 Tentang

Pengupahan.

Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: Kep.100/MEN/VI/2004 Tentang

Ketentuan Pelaksana Perjanjian Kerja Waktu Tertentu.

Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: Kep.102/MEN/VI/2004 Tentang

Waktu Kerja Lembur dan Upah Kerja Lembur.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2018 Tentang

Jaminan Kesehatan.

Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 6 Tahun 2016 Tentang Tunjangan

Hari Raya Keagamaan Bagi Pekerja/Buruh di Perusahaan.

Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 9 Tahun 2007 Tentang Tata

Cara Pembuatan dan Pendaftaran Serta Pelaksanaan Perjanjian Kerja.

C. Interview

Page 75: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

66

Interview Pribadi dengan Bapak Andri Saputra selaku salah satu Supervisor di

Pizza Hut Delivery Fatmawati Jakarta 1 Maret 2018.

Interview Pribadi dengan Bimo Dwi Saputro dan Bramantyo Lingga selaku

salah satu Delivery Man di Pizza Hut Delivery Fatmawati Jakarta 1

Maret 2018.

Lampiran Data Pekerja, (Annual Report) Pizza Hut Delivery Fatmawati (PT

Sari Melati Kencana) Tahun 2018.

D. Internet

Hakikat Pentingnya Perlindungan dan Pengegakan Hukum, diakses pada

tanggal 22 Maret 2019, dari www.Slideshare.net/Lisaatwi

Jenis-jenis Hak Pekerja, diakses pada tanggal 27 Februari 2019 dari

https://www.academia.edu/38366426/BAB_II_Etika_Profesi.docx

Pengertian Perlindungan Hukum Menurut Para Ahli, diakses pada tanggal 22

Maret 2019 dari https://tesishukum.com/pengertian-perlindungan-

hukum-menurut-para-ahli/

Page 76: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

67

LAMPIRAN

PERJANJIAN KERJA

PT. SARI MELATI KENCANA

DAN

PEKERJA HARIAN LEPAS

13 MARET 2018

Page 77: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

68

Page 78: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

69

Page 79: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

70

Page 80: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

71

Page 81: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

72

Page 82: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

73

Page 83: PELAKSANAAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47132...Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439/2018 M.Isi:xiii + 6 7 halaman + 3 halaman

74