PELAKSANAAN E-COURT MENURUT PERMA NOMOR 3 TAHUN …

21
Jurnal Hukum & Pembangunan Vol. 50 No. 1 (2020): 124-144 ISSN: 0125-9687 (Cetak) E-ISSN: 2503-1465 (Online) Tersedia versi daring: http://jhp.ui.ac.id DOI: http://dx.doi.org/10.21143/jhp.vol50.no1.2486 PELAKSANAAN E-COURT MENURUT PERMA NOMOR 3 TAHUN 2018 TENTANG ADMINISTRASI PERKARA DI PENGADILAN SECARA ELEKTRONIK DAN E-LITIGATION MENURUT PERMA NOMOR 1 TAHUN 2019 TENTANG ADMINISTRASI PERKARA DAN PERSIDANGAN DI PENGADILAN SECARA ELEKTRONIK (STUDI DI PENGADILAN NEGERI DI INDONESIA) Sonyendah Retnaningsih *, Disriani Latifah Soroinda Nasution **, Rouli Anita Velentina ***, Kelly Manthovani **** *-*** Pengajar Tetap Fakultas Hukum Universitas Indonesia **** Staf Lembaga Bantuan Hukum dan Konsultasi FHUI Korespondensi: [email protected]; [email protected]; [email protected]; [email protected] Naskah dikirim: 11 Oktober 2019 Naskah diterima untuk diterbitkan: 8 Januari 2020 Abstract The process of resolving cases at a trial is not always carried out conventionally ie the parties come directly to the trial but can be done online. This is marked by the launch of the e-court application on July 13, 2018. With the launch of the e-court application, the Supreme Court has moved towards electronic justice which will fundamentally change the practice of litigation services in the courts. Since the issuance of Supreme Court Regulation No. 1 of 2019 concerning Administrative of Cases and Trials in Electronic Courts on August 19, 2019, the Supreme Court Regulation No. 3 of 2018 concerning Administration of Cases in Electronic Courts was declared revoked and no longer valid. This PERMA Number 1 of 2019 perfected PERMA Number 3 of 2018 so that now not only case registration can be done online or known as e-court but the trial can also be conducted electronically namely e-litigation. Keywords: E-Court, E-Litigation, and Supreme Court Regulation. Abstrak Proses penyelesaian perkara di persidangan tidak selalu dilakukan dengan cara konvensional yakni para pihak secara langsung datang ke persidangan akan tetapi dapat dilakukan secara online. Hal ini ditandai dengan diluncurkannya aplikasi e-court pada tanggal 13 Juli 2018. Dengan diluncurkannya aplikasi e-court tersebut, Mahkamah Agung telah menuju peradilan elektronik yang secara fundamental akan mengubah praktek pelayanan keperkaraan di pengadilan. Sejak diterbitkanya Peraturan Mahkamah AgungNomor 1 Tahun 2019 tentang Administrasi Perkara dan Persidangan di Pengadilan secara Elektronik pada tanggal 19 Agustus 2019, maka Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2018 tentang Administrasi Perkara Di Pengadilan Secara Elektronik dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi. PERMA Nomor 1 Tahun 2019 ini menyempurnakan PERMA Nomor 3 Tahun 2018 sehingga saat ini tidak hanya pendaftaran perkara saja yang dapat dilakukan secara online atau dikenal dengan sebutan e-court namun persidangan juga dapat dilakukan secara elektronik yaitu e-litigation. Kata Kunci: E Court, E Litigation, dan Peraturan Mahkamah Agung.

Transcript of PELAKSANAAN E-COURT MENURUT PERMA NOMOR 3 TAHUN …

Page 1: PELAKSANAAN E-COURT MENURUT PERMA NOMOR 3 TAHUN …

Jurnal Hukum & Pembangunan Vol. 50 No. 1 (2020): 124-144

ISSN: 0125-9687 (Cetak) E-ISSN: 2503-1465 (Online)

Tersedia versi daring: http://jhp.ui.ac.id

DOI: http://dx.doi.org/10.21143/jhp.vol50.no1.2486

PELAKSANAAN E-COURT MENURUT PERMA NOMOR 3 TAHUN 2018

TENTANG ADMINISTRASI PERKARA DI PENGADILAN SECARA

ELEKTRONIK DAN E-LITIGATION MENURUT PERMA NOMOR 1 TAHUN

2019 TENTANG ADMINISTRASI PERKARA DAN PERSIDANGAN DI

PENGADILAN SECARA ELEKTRONIK (STUDI DI PENGADILAN NEGERI

DI INDONESIA)

Sonyendah Retnaningsih *, Disriani Latifah Soroinda Nasution **, Rouli Anita

Velentina ***, Kelly Manthovani ****

*-*** Pengajar Tetap Fakultas Hukum Universitas Indonesia

**** Staf Lembaga Bantuan Hukum dan Konsultasi FHUI

Korespondensi: [email protected]; [email protected]; [email protected];

[email protected]

Naskah dikirim: 11 Oktober 2019

Naskah diterima untuk diterbitkan: 8 Januari 2020

Abstract

The process of resolving cases at a trial is not always carried out conventionally ie the

parties come directly to the trial but can be done online. This is marked by the launch

of the e-court application on July 13, 2018. With the launch of the e-court application,

the Supreme Court has moved towards electronic justice which will fundamentally

change the practice of litigation services in the courts. Since the issuance of Supreme

Court Regulation No. 1 of 2019 concerning Administrative of Cases and Trials in

Electronic Courts on August 19, 2019, the Supreme Court Regulation No. 3 of 2018

concerning Administration of Cases in Electronic Courts was declared revoked and no

longer valid. This PERMA Number 1 of 2019 perfected PERMA Number 3 of 2018 so

that now not only case registration can be done online or known as e-court but the

trial can also be conducted electronically namely e-litigation. Keywords: E-Court, E-Litigation, and Supreme Court Regulation.

Abstrak

Proses penyelesaian perkara di persidangan tidak selalu dilakukan dengan cara

konvensional yakni para pihak secara langsung datang ke persidangan akan tetapi

dapat dilakukan secara online. Hal ini ditandai dengan diluncurkannya aplikasi e-court

pada tanggal 13 Juli 2018. Dengan diluncurkannya aplikasi e-court tersebut,

Mahkamah Agung telah menuju peradilan elektronik yang secara fundamental akan

mengubah praktek pelayanan keperkaraan di pengadilan. Sejak diterbitkanya

Peraturan Mahkamah AgungNomor 1 Tahun 2019 tentang Administrasi Perkara dan

Persidangan di Pengadilan secara Elektronik pada tanggal 19 Agustus 2019, maka

Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2018 tentang Administrasi Perkara Di

Pengadilan Secara Elektronik dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi. PERMA

Nomor 1 Tahun 2019 ini menyempurnakan PERMA Nomor 3 Tahun 2018 sehingga

saat ini tidak hanya pendaftaran perkara saja yang dapat dilakukan secara online atau

dikenal dengan sebutan e-court namun persidangan juga dapat dilakukan secara

elektronik yaitu e-litigation. Kata Kunci: E Court, E Litigation, dan Peraturan Mahkamah Agung.

Page 2: PELAKSANAAN E-COURT MENURUT PERMA NOMOR 3 TAHUN …

Pelaksanaan E-Court, Sonyendah Retnaningsih, Disriani Latifah S.N., dkk 125

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyelesaian suatu sengketa dapat dilakukan melalui 2 (dua) cara yakni

penyelesaian sengketa secara litigasi (di dalam pengadilan) dan non-litigasi (di luar

pengadilan). Dalam Hukum Acara Perdata ada 2 (dua) macam proses pemeriksaan dan

penyelesaian perkara di pengadilan yaitu perkara gugatan (contentiousa) yakni perkara

yang di dalamnya terdapat sengketa dua pihak atau lebih, dan perkara permohonan

(voluntaire) yakni perkara yang didalamnya tidak terdapat sengketa dan hanya bersifat

sepihak untuk kepentingan pemohon.1

Secara formal, apabila gugatan akan disidangkan di pengadilan, maka surat

gugatan harus diajukan ke pengadilan dan berwenang. Dalam mengajukan gugatan,

pihak penggugat harus mendaftarkannya setelah biaya perkara dilunasi. Setelah

terdaftar, gugatan diberi nomor perkara dan selanjutnya diajukan kepada Ketua

Pengadilan.2

Setelah Ketua Pengadilan menerima gugatan, selanjutnya ia akan menunjuk

hakim yang ditugaskan untuk menangani perkara tersebut. Pada hari sidang yang telah

ditentukan apabila satu pihak atau kedua belah pihak tidak hadir maka persidangan

ditunda dan menetapkan hari sidang berikutnya. Kepada yang hadir diperintahkan

menghadiri sidang berikutnya tanpa dipanggil lagi dan yang tiak hadir dilakukan

pemanggilan sekali lagi.

Berikut ilustrasi perkara di pengadilan:3

a. Pada hari sidang pertama, majelis hakim akan membuka persidangan dan

menyatakan “sidang dibuka dan terbuka untuk umum”. Apabila pengugat dan

tergugat hadir, hakim akan menanyakan identitas para pihak baik pengugat dan

tergugat. Pada kesempatan tersebut, hakim akan mengupayakan perdamaian, dan

memberi kesempatan kepada para pihak untuk berdamai dan menetapkan sidang

berikutnya tanpa dipanggil lagi. Apabila para pihak berdamai, maka akan dibuat

akta perdamaian yang kekuatan hukumnya sama dengan putusan yang telah

berkekuatan tetap. Akan tetapi, jika perdamaian tidak tercapai dan tidak ada

perubahan gugatan, maka persidangan berikutnya adalah pembacaan gugatan.

b. Setelah pembacaan gugatan, hakim memberi kesempatan kepada tergugat untuk

menyusun jawaban pada hari sidang berikutnya, dan memerintahkan untuk hadir

pada sidang berikutnya tanpa pemanggilan lagi.

c. Selanjutnya setelah jawaban dibacakan, pengugat diberi kesempatan untuk

menyusun replik dan menetapkan hari sidang berikutnya untuk pengajuan replik,

dan para pihak diperintahkan hadir tanpa pemanggilan lagi.

d. Sidang selanjutnya adalah pembacaan replik oleh tergugat, kemudian sidang

ditunda untuk memberikan kesempatan kepada tergugat menyusun duplik, dan

memerintahkan para pihak untuk hadir pada sidang berikutnya dngan agenda

pengajuan duplik tanpa dipanggil lagi.

e. Setelah duplik dibacakan oleh tergugat, maka pada kesempatan berikutnya adalah

pengajuan bukti-bukti untuk memperkuat dalil-dalil, dan sidang ditunda untuk

memberi kesempatan pengugat menyiapkan daftar alat bukti dan memerintahkan

para pihak untuk hadir pada sidang berikutnya dengan agenda pengajuan alat bukti

dari pengugat tanpa pemanggilan ulang.

1Sophar Maru Hutagalung, Praktik Peradilan Perdata, Kepailitan, dan Alternatif Penyelesaian

Sengketa, Cet. 1, (Jakarta: Sinar Grafika, 2019), hal. 41.

2 Ibid, hal. 111.

3 Zainal Arifin, Hukum Acara Perdata Di Indonesia, Cet. Ke 2, (Jakarta: Prenadamedia Group,

2016) , hal. 24-26

Page 3: PELAKSANAAN E-COURT MENURUT PERMA NOMOR 3 TAHUN …

126 Jurnal Hukum & Pembangunan Tahun ke-50 No.1 Januari-Maret 2020

f. Setelah pengugat mengajukan alat-alat bukti, selanjutnya tergugat diberi

kesempatan untuk menyusun dan mengajukan bukti-bukti pada sidang berikutnya,

dan memerintahkan para pihak untuk hadir pada sidang berikutnya dengan agenda

pengajuan alat-alat bukti oleh tergugat, tanpa pemanggilan lagi.

g. Setelah proses pembuktian dari para pihak selesai, dilanjutkan dengan penyusunan

kesimpulan, dan sidang ditunda berikutnya untuk memberi kesempatan para pihak

mengajukan kesimpulan dan memerintahkan para pihak untuk hadir dalam sidang

berikutnya tanpa dipanggil lagi.

h. Selanjutnya para pihak menyampaikan kesimpulannya, dan sidang ditunda untuk

memberi kesempatan kepada majelis hakim untuk musyawarah guna menjatuhkan

putusan.

i. Dalam sidang berikutnya, Ketua Majelis Hakim membacakan putusannya dan bagi

para pihak yang tidak puas atas putuan tersebut dapat mengajukan upaya hukum.

Berdasarkan ilustrasi pemeriksaan di atas, maka hal-hal yang harus dilakukan

oleh para hakim terkait tugas pokoknya adalah sebagai berikut:4

1) Hakim menerima, memeriksa, dan mengadili serta menyelesaikan perkara-

perkara (melaksanakan persidangan) sebagaimana diatur dalam Undang-Undang

Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman dengan memperhatikan

hal-hal berikut ini:

a. Mengonstatir atau membuktikan benar atau tidaknya peristiwa/fakta yang

diajukan para pihak dengan pembuktian melalui alat-alat bukti yang sah

menurut hukum pembuktian.

b. Mengkualifikasi peristiwa/fakta yang terbukti, dengan menilai peristiwa dan

hubungan hukumnya, dalam hal ini menemukan hukumnya terhadap

peristiwa yang telah dikonstatir yang selanjutnya dituangkan dalam

pertimbangan hukum putusan.

2) Ketua Majelis Hakim membimbing dan memprakarsai jalannya persidangan

serta mengawasi terhadap pembuatan berita acara persidangan (BAP)

3) Majelis hakim menyusun konsep putusan/penetapan perkara yang ditanganinya,

yang bersumber dari hasil pemeriksaan yang dicatat secara lengkap dalam berita

cara persidangan (BAP) dan berdasarkan BAP dibuat putusan/penetapan.

4) Minutasi berkas perkara.

Dengan demikian, proses pemeriksaan gugatan di Pengadilan berlangsung secara

kontradiktor (contradictoir) yaitu memberikan hak dan kesempatan kepada tergugat

untuk membantah dalil-dalil pengugat dan sebaliknya pengugat juga berhak untuk

melawan bantahan tergugat. Proses persidangan tersebut dilakukan setelah para pihak

dipanggil secara sah oleh juru sita untuk datang menghadap dan menghadiri

persidangan yang telah ditentukan. Setelah pemeriksaan sengketa antara dua pihak

atau lebih tersebut diselesaikan dari awal sampai akhir, maka pengadilan akan

mengeluarkan putusana atas gugatan tersebut.5

Dalam perkembangannya, proses penyelesaian perkara di persidangan tidak

selalu dilakukan dengan cara konvensional yakni para pihak secara langsung datang ke

persidangan akan tetapi dapat dilakukan secara online. Hal ini ditandai dengan

diluncurkannya untuk yang pertama kali aplikasi e-court pada tanggal 13 Juli 2018 di

Balikpapan oleh Ketua Mahkamah Agung Prof. Dr H Muhammad Hatta Ali, SH..

Beliau secara resmi meluncurkan aplikasi e-court dan menyatakan bahwa dengan

peluncuran aplikasi e-court ini berarti Mahkamah Agung telah menuju peradilan

elektronik yang secara fundamental akan mengubah praktek pelayanan keperkaraan di

4 Ibid., hal. 35-38.

5 Ibid., hal. 20.

Page 4: PELAKSANAAN E-COURT MENURUT PERMA NOMOR 3 TAHUN …

Pelaksanaan E-Court, Sonyendah Retnaningsih, Disriani Latifah S.N., dkk 127

pengadilan dan membawa peradilan Indonesia satu langkah lagi mendekati

praktek peradilan di negara maju6. Aplikasi e-court diharapkan mampu meningkatkan

pelayanan dalam fungsinya menerima pendaftaran perkara secara online, sehingga

masyarakat akan menghemat waktu dan biaya saat melakukan pendaftaran perkara.7

Pada hakekatnya, dalam peradilan di Indonesia telah mengadopsi asas-asas

peradilan yang baik secara komprehensif, yakni sederhana, cepat, dan biaya ringan.

Hal ini secara tegas diatur dalam Pasal 2 ayat (4) Undang-Undang Nomor 48 Tahun

2009 tentang Kekuasaan Kehakiman. Pasal 2 ayat (4) ini mengatur bahwa “peradilan

dilakukan dengan sederhana, cepat, dan biaya ringan.” Asas sederhana, cepat dan

biaya ringan adalah asas peradilan yang paling mendasar dari pelaksanaan dan

pelayanan administrasi peradilan yang mengarah pada prinsip dan asas efektif dan

efisien. Ketiga prinsip ini telah diupayakan sedemikian rupa untuk dapat dilaksanakan

dengan baik oleh seluruh sistem peradilan di Indonesia, khususnya sistem peradilan

perdata.8

E-Court adalah instrumen Pengadilan sebagai bentuk pelayanan terhadap

masyarakat dalam hal pendaftaran perkara secara online, pembayaran secara online,

mengirim dokumen persidangan (Replik, Duplik, Kesimpulan, Jawaban) dan

pemanggilan secara online. Melalui e-court, perkembangan hukum di Indonesia siap

atau tidak harus mengikuti “gelombang online”9, dan pada saat ini Mahkamah Agung

juga mulai beradaptasi dengan gelombang online atau elektronik. Mahkamah Agung

melakukan perpindahan kinerja berbasis manual ke sistem elektronik atau “online”,

yaitu antara lain Sistem Informasi Penelusuran Perkara ( SIPP ), SIAP, SIKEP,

KOMDANAS, SIMARI, SIWAS, e-LLK, SIMAK, PNBP, Sistem Informasi Tata

Persuratan, Sistem Informasi Perpustakaan, Sistem Informasi Portal, Direktori Putusan,

Info Perkara, New Direktori Putusan, Gugatan On Line, E-SKUM, ATR, SPPT,

Bantuan Panggilan Sidang Elektronik10 dan tentunya saat ini juga termasuk dengan

persidangan secara elektronik/ e-litigation.

Adapun ruang lingkup aplikasi e-court adalah:11

1. Pendaftaran perkara online (e-filling).

Pendaftaran perkara online dalam aplikasi e-court untuk saat ini baru dibuka

untuk jenis pendaftaran dalam perkara gugatan. Pendaftaran perkara gugatan di

Pengadilan termasuk yang didaftarkan di Peradilan Umum, Agama, TUN yang

dalam pendaftarannya memerlukan usaha yang lebih, dan hal ini lah yang menjadi

alasan untuk membuat e-court yaitu salah satunya untuk kemudahan berusaha.

Keuntungan pendaftaran secara online melalui aplikasi e-court adalah:

1). Menghemat waktu dan biaya dalam proses pendaftaran perkara

2). Pembayaran biaya panjar yang dapat dilakukan dalam saluran multi channel

atau dari berbagai metode pembayaran dan bank

3). Dokumen terarsip secara baik dan dapat diakses dari berbagai lokasi dan

media

4). Proses temu kembali data yang lebih cepat.

2. Pembayaran panjar biaya online (e-SKUM)

6 Ketua Mahkamah Agung Luncurkan Aplikasi E-Court, <www.mahkamahagung.go.id>

diakses pada 30 Juli 2019. 7 Buku Panduan E-Court Panduan Pendaftaran Online untuk Pengguna Terdaftar, (Jakarta:

Mahkamah Agung RI, 2018), hal. 3. 8 Mohammad Saleh, Penerapan Asas Peradilan, Sederhana, Cepat, dan Biaya Ringan Pada

Eksekusi Putusan Perkara Perdata, Cet. 3, (Yogyakarta: Graha Cendekia, 2016), hal. 39. 9 Gelombang Online dalam Perkembangan Hukum, <www.mahkamahagung.go.id>, diakses

pada 20 Oktober 2019. 10 Ibid. 11 Ibid.

Page 5: PELAKSANAAN E-COURT MENURUT PERMA NOMOR 3 TAHUN …

128 Jurnal Hukum & Pembangunan Tahun ke-50 No.1 Januari-Maret 2020

Dalam pendaftaran perkara, pengguna terdaftar akan langsung mendapatkan

SKUM yang digenerate secara elektronik oleh aplikasi e-court. Dalam proses

generate tersebut sudah akan dihitung berdasarkan komponen biaya apa saja

yang telah ditetapkan dan dikonfigurasikan oleh Pengadilan, dan besaran biaya

radius yang juga ditetapkan oleh Ketua Pengadilan sehingga perhitungan

taksiran biaya panjar sudah diperhitungkan sedemikian rupa dan menghasilkan

elektronik SKUM atau e-SKUM.

3. Dokumen persidangan

Aplikasi e-court juga mendukung dalam hal pengiriman dokumen persidangan

seperti Replik, Duplik, Kesimpulan dan atau jawaban secara elektronik yang

dapat diakses oleh Pengadilan dan para pihak.

4. Pemanggilan Elektronik (e-Summons)

Sesuai Perma Nomor 3 Tahun 2018, maka pemanggilan pendaftaran dilakukan

dengan menggunakan e-court kepada pengguna terdaftar dan dikirmkan ke

alamat domisili elektronik pengguna terdaftar. Akan tetapi, untuk tergugat pada

pemanggilan pertama dilakukan dengan manual dan pada saat tergugat hadir di

persidangan yang pertama akan dimintakan persetujuan apakah setuju untuk

dipanggil secara elektronik sesuai dengan domisili elektronik yang diberikan dan

apabila tidak setuju pemanggilan dilakukan secara manual seperti biasanya.

Namun demikian, setelah berlakunya Perma Nomor 3 Tahun 2018 tersebut,

ternyata dalam prakteknya belum semua pengadilan membuka layanan e-court

tersebut. Saat in masih bertahap pelaksanaannya di Pengadilan Negeri Kelas I, hal ini

dikarenakan adanya kendala pemasangan sistem layanan jaringan tersebut di masing-

masing Pengadilan Negeri serta kemampuan sumber daya manusia yang mampu

menggoperasionalkan aplikasi tersebut. Disamping itu, perlu digalakkan lagi

sosialisasi penggunaan aplikasi e-court tersebut di kalangan Pengadilan Negeri dan

juga masyarakat pengguna layanan tersebut, sehingga dapat meningkatkan

penggunaan aplikasi tersebut dalam proses administrasi pendaftaran perkara di

Pengadilan Negeri. Mengingat bahwa Peraturan Mahkamah Agung tersebut juga baru

diterbitkan pada tahun 2018, oleh karenanya perlu dilakukan penelitian mengenai

pelaksanaan aplikasi e-court tersebut di Pengadilan-Pengadilan Negeri, untuk

mendapatkan gambaran mengenai pelaksanaan aplikasi e-court tersebut dalam

pelayanana administrasi pendaftaran perkara di Pengadilan. Dalam penelitian ini,

pelaksanaan aplikasi e-court yang akan diteliti adalah penggunaan aplikasi e-court

dalam perkara gugatan di Pengadilan Negeri di Indonesia, karena dianggap lebih siap

dalam melaksanakan aplikasi layanan tersebut.

Sejak lahirnya Peraturan Mahkamah Agung12 Nomor 1 Tahun 2019 tentang

Administrasi Perkara dan Persidangan di Pengadilan secara Elektronik (PERMA

Nomor 1 Tahun 2019) yang diundangkan pada tanggal 19 Agustus 2019 telah dicabut

dan dinyatakan tidak berlaku Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2018

tentang Administrasi Perkara Di Pengadilan Secara Elektronik (PERMA Nomor 3

Tahun 2018) 13. PERMA Nomor 1 Tahun 2019 ini menyempurnakan PERMA Nomor

12 Peraturan Mahkamah Agung/ PERMA dikeluarkan sebagai pelaksanaan dari Pasal 79 Undang-

Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung jo Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 jo

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 yang menyebutkan bahwa Mahkamah Agung dapat mengatur

lebih lanjut hal-hal yang diperlukan bagi kelancaran penyelenggaraan peradilan apabila terdapat hal-hal

yang belum diatur dalam undang-undang ini. 13 Mahkamah Agung, Peraturan Mahkamah Agung No 1 Tahun 2019 tentang Administrasi

Perkara dan Persidangan di Pengadilan secara Elektronik, Berita Negara Republik Indonesia Tahun

2019 Nomor 894, Pasal 38.

Page 6: PELAKSANAAN E-COURT MENURUT PERMA NOMOR 3 TAHUN …

Pelaksanaan E-Court, Sonyendah Retnaningsih, Disriani Latifah S.N., dkk 129

3 Tahun 2018 sehingga saat ini tidak hanya pendaftaran perkara saja yang dapat

dilakukan secara online atau dikenal dengan sebutan e-court namun persidangan juga

dapat dilakukan secara elektronik yaitu e-litigation. Peraturan mengenai administrasi

perkara dan persidangan di pengadilan secara elektronik merupakan jawaban

Mahkamah Agung terhadap tuntutan perkembangan jaman yang mengharuskan

adanya pelayanan administrasi perkara dan persidangan di pengadilan yang lebih

efektif dan efisien 14 serta upaya untuk mendukung kemudahan berusaha (ease of

doing business) di Indonesia.

1.2. Pokok Permasalahan

1) Bagaimana pelaksanaan e-court menurut Perma Nomor 3 Tahun 2018 tentang

Administrasi Perkara Di Pengadilan Secara Elektronik di Pengadilan Negeri di

Indonesia dan perbandingan antara e-court dan e-litigation menurut Perma

Nomor 1 Tahun 2019 tentang Administrasi Perkara dan Persidangan di

Pengadilan secara Elektronik?

2) Apa saja kendala dan hambatan dalam pelaksanaa e-court dan e-litigation di

Pengadilan Negeri di Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1) Untuk mengetahui pelaksanaan e-court menurut Perma Nomor 3 Tahun 2018

Administrasi Perkara dan Persidangan di Pengadilan secara Elektronik dan e-

litigation menurut Perma Nomor 1 Tahun 2019 tentang Administrasi Perkara

dan Persidangan di Pengadilan secara Elektronik.

2) Untuk mengetahui kendala dan hambatan dalam pelaksanaan e-court dan e-

litigation di Pengadilan Negeri di Indonesia.

1.4. Tinjauan Pustaka

Dalam perkembangan Hukum Acara Perdata di Indonesia, pengaturan

mengenai Hukum Acara Perdata masih tersebar dalam beberapa peraturan perundang-

undangan, seperti HIR/RID berdasarkan Stb. 1941-44 yang berlaku di Pulau Jawa dan

Madura dan RBg Stb. 1927 Nomor 227yang berlaku di luar Pulau Jawa dan Madura,

serta RV Stb. 1847 Nomor 52 jo S 1849 Nomor 63 yang berlaku bagi golongan

masyarakat Eropa., serta dalam undang-undang lainnya, dan juga diatur lebih teknis

dalam Peraturan Mahkamah Agung dan Surat Edaran Mahkamah Agung.

Dalam Pasal 8 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-Undangan, diatur mengenai 2 (dua) hal yaitu:

1. Jenis peraturan perundang-undangan selain sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (1) mencakup peraturan yang ditetapkan oleh Mahkamah Agung.

2. Peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diakui

keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintahkan

oleh peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan

kewenangan.

Menurut Pasal 79 Undang-Undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985 jo

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 jo Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009

disebutkan bahwa Mahkamah Agung dapat mengatur lebih lanjut hal-hal yang

diperlukan bagi kelancaran penyelenggaraan peradilan apabila terdapat hal-hal yang

belum cukup diatur dalam undang-undang ini. Penjelasannya adalah apabila dalam

jalannya peradilan terdapat kekurangan atau kekosongan hukum dalam suatu hal,

14 Ibid., Bagian menimbang.

Page 7: PELAKSANAAN E-COURT MENURUT PERMA NOMOR 3 TAHUN …

130 Jurnal Hukum & Pembangunan Tahun ke-50 No.1 Januari-Maret 2020

Mahkamah Agung berwenang membuat peraturan sebagai pelengkap untuk mengisi

kekurangan atau keksosongan tersebut. Dengan adanya undang-undang ini, maka

Mahkamah Agung berwenang menentukan pengaturan tentang cara penyelesaian suatu

soal yang belum atau tidak diatur dalam undang-undang ini... hanya merupakan bagian

dari Hukum Acara secara keseluruhan. Dengan demikian, Mahkamah Agung tidak

akan mencampuri dan melampaui pengaturan tentang hak dan kewajiban warga negara

pada umumnya dan tidak pula mengatur sifat, kekuatan alat pembuktian serta

penilaiannya ataupun pembagian beban pembuktian.

Salah satu contoh perkembangan Hukum Acara Perdata melalui Peraturan

Mahkamah Agung adalah Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2018 tentang

Administrasi Perkara di Pengadilan Secara Elektronik. E-Court merupakan

serangkaian proses penerimaan gugatan atau permohonan, jawaban, replik, duplik, dan

kesimpulan, pengelolaan, penyampaian dan penyimpanan dokumen perkara dengan

menggunakan sistem elektronik yang berlaku di masing-masing lingkungan peradilan.

Aplikasi e-court meliputi layanan pendaftaran perkara secara online, pembayaran

secara online, mengirim dokumen persidangan, dan pemanggilan atau pemberitahuan

secara online. Aplikasi e-court berfungsi untuk meningkatkan pelayanan demi

terwujudnya tertib administrasi perkara yang profesional, transparan, akuntabel,

efektif, efisien, dan modern, serta untuk menghemat waktu dan biaya.

Adapun aplikasi e-court tersebut berlaku di Pengadilan Negeri, Pengadilan

Agama, Pengadilan Militer dan Pengadilan Tata Usaha Negara sebagaimana

disebutkan dalam Pasal 1 Perma Nomor 3 Tahun 2018. Akan tetapi, belum semua

pengadilan membuka layanan aplikasi e-court tersebut. Layanan e-court ini dapat

digunakan baik oleh advokat maupun perorangan yang terdaftar, akan tetapi saat ini

pengguna terdaftar hanyalah advokat, sedangkan untuk perorangan dan badan hukum

akan diatur lebih lanjut menurut ketentuan Pasal 4 ayat (2) Perma Nomor 3 Tahun

2018.

Menurut Perma Nomor 3 Tahun 2018, Panitera Pengadilan merupakan pejabat

berwenang untuk melakukan pencatatan dan pendaftaran perkara secara elektronik

(Pasal 18). Dan Ketua Pengadilan bertanggung jawab atas pelaksanaan dan

pengawasan proses erta layanan administrasi perkara secara elektronik (Pasal 23).

Selanjutnya, informasi perkara dalam Sistem Informasi Pengadilan memiliki kekuatan

hukum yang sama dengan buku register sebagaimana dimaksud dalam peraturan

perundang-undangan (Pasal 19). Dengan adanya aplikasi e-court ini, maka para

pengguna terdaftar dapat mendaftarkan perkara secara online, mendapatkan e-SKUM

secara online, melakukan pembayaran dan konfirmasi pembayaran secara online serta

mendapatkan notifikasi atau pemberitahuan secara online. Hal ini dapat memudahkan

para pengguna pendaftar untuk melakukan proses administrasi pendaftaran perkara di

Pengadilan Negeri, sehingga dapat menghemat biaya, waktu dan juga tenaga.

1.5. Metode Riset

Metode penelitian yang digunakan untuk mengkaji dan menganalisis

permasalahan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif atau yuridis

normatif yaitu dengan menggambarkan berbagai permasalahan secara komprehensif-

integratif15 mengenai pelaksanaan e-court dalam pendaftaran perkara secara online di

pengadilan negeri menurut Perma Nomor 3 Tahun 2018 tentang Administrasi Perkara

Secara Elektronik dan e-litigation Di Pengadilan Negeri di Indonesia (Studi Di

15 Soeryono Soekanto, dan Sri Mamudji, “Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan

Singkat”, Cet. 6, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), hal. 1-2.

Page 8: PELAKSANAAN E-COURT MENURUT PERMA NOMOR 3 TAHUN …

Pelaksanaan E-Court, Sonyendah Retnaningsih, Disriani Latifah S.N., dkk 131

Pengadilan Negeri Di Indonesia). Penelitian ini menggunakan metode penelitian

hukum normatif atau penelitian hukum kepustakaan, karena penelitian hukum yang

dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka. Sumber data yang utama dalam

penelitian hukum normatif adalah data sekunder atau data kepustakaan. 16

Dalam kepustakaan hukum, sumber datanya disebut bahan hukum. Bahan

hukum adalah segala sesuatu yang dapat dipakai atau diperlukan untuk tujuan

menganalisis hukum yang berlaku. Bahan hukum yang dikaji dan dianalisis dalam

penelitian hukum normatif terdiri dari bahan hukum primer, sekunder dan tertier yang

dilakukan dengan menggunakan teknik pengumpulan data melalui studi dokumen dan

studi kepustakaan.17 Studi dokumen merupakan studi yang mengkaji tentang berbagai

dokumen-dokumen, baik yang berkaitan dengan peraturan perundang-undangan

maupun dokumen-dokumen yang sudah ada.18

Analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif19 . Sedangkan metode

analisis data yang digunakan bersifat deskripstif analitis yaitu analisis data yang

digunakan adalah analisis kualitatif terhadap data sekunder. Deskriptif tersebut

meliputi isi dan struktur hukum positif yaitu suatu kegiatan yang dilakukan peneliti

untuk menentukan isi atau makna aturan hukum yang dijadikan rujukan dalam

menyelesaikan permasalahan hukum yang menjadi obyek kajian.20

II. PELAKSANAAN E-COURT BERDASARKAN PERMA NOMOR 3

TAHUN 2018 DI PENGADILAN NEGERI DI INDONESIA DAN

PERBANDINGAN ANTARA E-COURT DAN E-LITIGATION

BERDASARKAN PERMA NOMOR 1 TAHUN 2019.

Awalnya aplikasi e-court dilaksanakan berdasarkan Perma Nomor 3 Tahun

2018 tentang Administrasi Perkara Secara Elektronik. Aplikasi e-court ini diharapkan

mampu meningkatkan pelayanan dalam fungsinya menerima pendaftaran perkara

secara online, sehingga masyarakat akan menghemat waktu dan biaya saat melakukan

pendaftaran perkara. 21 E-court di Indonesia merupakan pondasi pertamakali

dilaksanakannya sistem peradilan berbasis elektronik di Indonesia kemudian

Mahkamah Agung menetapkan 17 (tujuh belas) Pengadilan Negeri 22 sebagai

pengadilan percontohan (pilot project) berdasarkan Surat Keputusan Sekretaris

Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 305/ SEK/ SK/ VII/ 2018 tentang

Penunjukan Pengadilan Percontohan Pelaksanaan Uji Coba Administrasi Perkara di

Pengadilan Secara Elektronik. 17 (tujuh belas) Pengadilan Negeri tersebut adalah :

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Pengadilan Negeri Jakarta Barat, Pengadilan Negeri

Jakarta Timur, Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Pengadilan Negeri Jakarta Utara,

Pengadilan Negeri Tangerang, Pengadilan Negeri Bekasi, Pengadilan Negeri

16 Ibid., hal. 16. 17 Soeryono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Cet. 3, (Jakarta: UI Press,1986), hlm. 12. 18 Ibid., hal. 19. 19 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Cet. 3, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hal. 107. 20 Ibid. 21 Buku Panduan E-Court Panduan Pendaftaran Online untuk Pengguna Terdaftar, Op. Cit., hal.

3. 22 17 Pengadilan Negeri tersebut adalah : Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Pengadilan Negeri

Jakarta Barat, Pengadilan Negeri Jakarta Timur, Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Pengadilan Negeri

Jakarta Utara, Pengadilan Negeri Tangerang, Pengadilan Negeri Bekasi, Pengadilan Negeri Bandung,

Pengadilan Negeri Karawang, Pengadilan Negeri Surabaya, Pengadilan Negeri Sidoarjo, Pengadilan

Negeri Medan, Pengadilan Negeri Makassar, Pengadilan Negeri Semarang, Pengadilan Negeri

Surakarta, Pengadilan Negeri Palembang, dan Pengadilan Negeri Metro.

Page 9: PELAKSANAAN E-COURT MENURUT PERMA NOMOR 3 TAHUN …

132 Jurnal Hukum & Pembangunan Tahun ke-50 No.1 Januari-Maret 2020

Bandung, Pengadilan Negeri Karawang, Pengadilan Negeri Surabaya, Pengadilan

Negeri Sidoarjo, Pengadilan Negeri Medan, Pengadilan Negeri Makassar, Pengadilan

Negeri Semarang, Pengadilan Negeri Surakarta, Pengadilan Negeri Palembang, dan

Pengadilan Negeri Metro.

Dikarenakan belum ada perubahan yang nyata dalam penerapan e-court

sebagaimana diharapkan sejak diterbitkannya PERMA Nomor 3 Tahun 2018 sehingga

perlu untuk dipercepat peningkatan pemanfaatan layanan e-court agar dapat tercapai

proses peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan melalui pelaksanaan

administrasi perkara di pengadilan secara elektronik 23 . Mahkamah Agung juga

mengeluarkan SEMA Nomor 4 Tahun 2019 tentang Kewajiban Pendaftaran Perkara

Perdata Melalui E-Court pada tanggal 10 Juni 2019 yang mewajibkan seluruh

Pengadilan Negeri kelas 1A khusus, kelas 1A dan seluruh Pengadilan Negeri di

wilayah Pengadilan Tinggi Banten, Pengadilan Tinggi Jakarta, Pengadilan Tinggi

Bandung, Pengadilan Tinggi Semarang, Pengadilan Tinggi Yogyakarta dan

Pengadilan Tinggi Surabaya wajib menggunakan e-court.

Sampai dengan bulan Oktober 2019, jika dilihat dari situs e-court maka layanan

e-court yang aktif adalah sebanyak 382 dari 382 dan layanan e-court belum aktif

adalah 0, Pengadilan Negeri Surabaya merupakan pengadilan negeri terbanyak yang

menerima pendaftaran gugatan melalui e-court dengan 773 perkara diikuti dengan

Pengadilan Negeri Tangerang sebanyak 773 perkara dan Pengadilan Negeri

Palembang sebanyak 262 perkara24.

Pada tanggal 19 Agustus 2019 diterbitkanlah Peraturan Mahkamah

AgungNomor 1 Tahun 2019 tentang Administrasi Perkara dan Persidangan di

Pengadilan secara Elektronik yang berdasarkan Pasal 38 yang menyatakan bahwa

Perma Nomor 1 Tahun 2019 mencabut dan menyatakan tidak berlaku lagi Perma

Nomor 3 Tahun 2018. Akan tetapi, dalam Pasal 37 disebutkan bahwa peraturan

pelaksana dari Perma Nomor 3 Tahun 2018 dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak

bertentangan dengan ketentuan dalam Perma Nomor 1 Tahun 2019. Hal ini sejalan

dengan Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor

129/KMA/SK/VIII/2019 tentang Petunjuk Teknis Administrasi Perkara dan

Persidangan Di Pengadilan Secara Elektronik pada bagian Ketiga yang memutuskan

bahwa pada saat keputusan ini mulai berlaku semua peraturan pelaksana dari Perma

Nomor 3 Tahun 2018 dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan

keputusan ini. Selanjutnya, pada bagian kedua, Keputusan Ketua Mahkamah Agung

Republik Indonesia Nomor 122/KMA/SK/VII/2018 tentang Pengguna Terdaftar

dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Berdasarkan Keputusan Sekertaris Mahkamah Agung Republik Indonesia

Nomor 630/SEK/SK/VII/2019 telah ditunjuk dan ditetapkan Daftar Pengadilan

Percontohan Administrasi Perkara dan Persidangan secara elektronik. Pertama

lingkungan Peradilan Umum yakni Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Pengadilan

Negeri Jakarta Barat, Pengadilan Negeri Surabaya, Pengadilan Negeri Tanjung

Karang, Pengadilan Negeri Makasar, Pengadilan Negeri Palangkaraya; Kedua,

lingkungan Peradilan Agama yakni Pengadilan Agama Surabaya, Pengadilan Agama

Jakarta Barat, Pengadilan Agama Jakarta Timur, Pengadilan Agama Jakarta Pusat;

ketiga, lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara yakni Pengadilan Tata Usaha Negara

Banda Aceh, Pengadilan Tata Usaha Negara Makasar dan Pengadilan Tata Usaha

Negara Gorontalo.

23 Mahkamah Agung, Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 4 Tahun 2019 tentang Kewajiban

Pendaftaran Perkara Perdata Melalui E-Court, Bagian latar belakang. 24 E court,< www.mahkamahagung.go.id >, diakses pada 20 Oktober 2019

Page 10: PELAKSANAAN E-COURT MENURUT PERMA NOMOR 3 TAHUN …

Pelaksanaan E-Court, Sonyendah Retnaningsih, Disriani Latifah S.N., dkk 133

2.1. Ruang Lingkup

PERMA Nomor 1 Tahun 2019 telah menambah ruang lingkup dari e-court

dengan e-litigation, semula ruang lingkup dalam PERMA Nomor 3 Tahun 2018

hanya terdiri dari : (1) e-filling, (2) e-payment, (3) Pengiriman dokumen persidangan

secara elektronik, (4) e-summons dengan PERMA Nomor 1 Tahun 2019 menjadi : (1)

e-filling, (2) e-payment, (3) Pengiriman dokumen persidangan secara elektronik (4) e-

summons dan (5) e-litigation.

Pendaftaran perkara secara elektronik (e-filling)

PERMA 3/ 2018 PERMA 1/ 2019

Pasal 1 Angka 5:

Administrasi perkara secara elektronik

adalah serangkaian proses penerimaan

gugatan/ permohonan, jawaban, replik,

duplik dan kesimpulan, pengelolaan,

penyampaian dan penyimpanan

dokumen perkara perdata/agama/ tata

usaha militer/ tata usaha negara dengan

menggunakan sistem elektronik yang

berlaku di masing-masing lingkungan

peradilan.

Pasal 1 Angka 6:

Administrasi perkara secara elektronik

adalah serangkaian proses penerimaan

gugatan/ permohonan/ keberatan/

bantahan/ perlawanan/ intervensi,

penerimaan pembayaran, penyampaian

panggilan/ pemberitahuan, jawaban,

replik, duplik, kesimpulan, penerimaan

upaya hukum, serta pengelolaan,

penyampaian dan penyimpanan

dokumen perkara perdata/ perdata

agama/ tata usaha militer/ tata usaha

Negara dengan menggunakan sistem

elektronik yang berlaku di masing-

masing lingkungan peradilan

Ruang lingkup pendaftaran perkara secara elektronik menjadi bertambah

luas dengan adanya PERMA Nomor 1 Tahun 2019 karena meliputi juga

keberatan/ bantahan/ perlawanan/ intervensi, bahkan penerimaan pendaftaran

upaya hukum juga sudah dapat dilakukan dengan sistem pendaftaran elektronik ini.

Pengguna layanan administrasi perkara secara elektronik

PERMA 3/ 2018 PERMA 1/ 2019

Pasal 4:

Layanan administrasi

perkara secara elektronik

dapat digunakan oleh

advokat maupun

perorangan yang terdaftar

Pasal 5:

Layanan administrasi perkara

secara elektronik dapat

digunakan oleh Pengguna

Terdaftar dan Pengguna Lain.

Pengguna Terdaftar Pasal 1 Angka 4

Setiap orang yang

memenuhi syarat sebagai

pengguna sistem informasi

pengadilan dengan hak dan

kewajiban yang diatur oleh

Mahkamah Agung

Pasal 1 Angka 4

Pengguna terdaftar adalah

advokat yang memenuhi

syarat sebagai pengguna

sistem informasi pengadilan

dengan hak dan kewajiban

yang diatur oleh Mahkamah

Agung

Page 11: PELAKSANAAN E-COURT MENURUT PERMA NOMOR 3 TAHUN …

134 Jurnal Hukum & Pembangunan Tahun ke-50 No.1 Januari-Maret 2020

Pengguna Lain Tidak diatur Pasal 1 Angka 4:

Pengguna Lain adalah subyek

hukum selain advokat yang

memenuhi syarat untuk

menggunakan sistem

informasi pengadilan dengan

hak dan kewajiban yang

diatur oleh Mahkamah Agung

meliputi antara lain Jaksa

Pengacara Negara, Biro

Hukum Pemerintah/ TNI/

POLRI, Kejaksaan RI,

Direksi/ Pengurus atau

karyawan yang ditunjuk

badan hukum (in house

lawyer), kuasa hukum

insidentil yang ditentukan

undang-undang.

PERMA Nomor 1 Tahun 2019 menambah cakupan pengguna layanan

administrasi perkara secara elektronik selain advokat pengguna layanan sekarang juga

mencakup Jaksa Pengacara Negara, Biro Hukum Pemerintah/ TNI/ POLRI, Kejaksaan

RI, Direksi/ Pengurus atau karyawan yang ditunjuk badan hukum (in house lawyer),

kuasa hukum insidentil yang ditentukan undang-undang.

Pembayaran panjar biaya secara elektronik (e-payment)

PERMA 3/ 2018 PERMA 1/ 2019

Pasal 8:

Pembayaran panjar biaya perkara

ditujukan ke rekening Pengadilan pada

bank melalui saluran pembayaran

elektronik yang tersedia

Pasal 10:

1. Pembayaran panjar biaya perkara

ditujukan ke rekening Pengadilan

pada bank secara elektronik

2. Penambahan dan pengembalian

panjar biaya perkara dilakukan

secara elektronik

Pasal 11:

Penetapan, pengelolaan dan

pertanggungjawaban biaya perkara

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan

Pasal 9 :

Dalam hal pendaftaran perkara

dilakukan secara elektronik maka

Pengguna Terdaftar membayar panjar

biaya perkara sesuai dengan taksiran

secara elektronik

Pasal 12:

Dalam hal pendaftaran perkara

dilakukan secara elektronik, maka

Pengguna Terdaftar dan Pengguna Lain

membayar panjar biaya perkara sesuai

dengan taksiran secara elektronik

Dalam hal pembayaran panjar biaya perkara secara elektronik tidak terlalu

terdapat perbedaan antara PERMA Nomor 3 Tahun 2018 dan PERMA Nomor 1

Tahun 2019. Dalam pendaftaran perkara, para pengguna akan langsung mendapatkan

SKUM (Surat Kuasa Untuk Membayar) yang dihitung (proses generate) secara

elektronik. Dalam proses generate tersebut sudah akan dihitung berdasarkan

Page 12: PELAKSANAAN E-COURT MENURUT PERMA NOMOR 3 TAHUN …

Pelaksanaan E-Court, Sonyendah Retnaningsih, Disriani Latifah S.N., dkk 135

komponen biaya apa saja yang telah ditetapkan dan dikonfigurasikan oleh Pengadilan,

dan besaran biaya radius yang juga ditetapkan oleh Ketua Pengadilan sehingga

perhitungan taksiran biaya panjar sudah diperhitungkan sedemikian rupa dan

menghasilkan elektronik SKUM atau e-SKUM.

Dokumen persidangan

PERMA 3/ 2018 PERMA 1/ 2019

Pasal 1 Angka 10:

Dokumen elektronik adalah dokumen

terkait persidangan yang diterima,

disimpan dan dikelola di Sistem

Informasi Pengadilan.

Ketentuan mengenai dokumen elektronik ini merupakan ketentuan yang baru

diatur dalam PERMA Nomor 1 Tahun 2019. Para pihak dalam proses persidangan

elektronik nantinya juga harus menyiapkan dokumen elektronik, sebagai salah contoh

dalam PERMA 1 Tahun 2019 diatur pihak Tergugat dalam menyiapkan Jawaban harus

disertai dengan bukti berupa surat dalam bentuk dokumen elektronik25.

Pemanggilan Elektronik (e-summons)

PERMA 3/ 2018 PERMA 1/ 2019

Domisili Elektronik Pasal 1 Angka 3:

Domisili para pihak berupa

alamat surat elektronik

dan/atau nomor telepon yang

telah terverifikasi

Pasal 1 Angka 3:

Domisili para pihak berupa

alamat surat elektronik yang

telah terverifikasi

Pasal 6 Ayat (2):

Domisili Pengguna Terdaftar

adalah Domisili Elektronik

Pasal 6:

Domisili elektronik

merupakan domisili yang

dipilih pengguna terdaftar

dan pengguna lain dalam

menggunakan layanan

administrasi perkara dan

persidangan secara

elektronik.

Panggilan secara

elektronik

Pasal 11:

Selain sebagaimana diatur

dalam hukum acara,

panggilan menghadiri

persidangan terhadap para

pihak berperkara dapat

disampaikan secara

elektronik

Pasal 12 Ayat (1):

Panggilan disampaikan secara

elektronik dilakukan kepada:

a) Penggugat/ pemohon yang

melakukan pendaftaran

Pasal 15 Ayat (1):

Panggilan/ pemberitahuan

secara elektronik

disampaikan kepada:

a) Penggugat yang

25 Mahkamah Agung, Peraturan Mahkamah Agung No 1 Tahun 2019 tentang Administrasi

Perkara dan Persidangan di Pengadilan secara Elektronik, Op. Cit. Pasal 22.

Page 13: PELAKSANAAN E-COURT MENURUT PERMA NOMOR 3 TAHUN …

136 Jurnal Hukum & Pembangunan Tahun ke-50 No.1 Januari-Maret 2020

secara elektronik serta

yang memberikan

persetujuan secara tertulis

b) Tergugat/ termohon atau

pihak lain yang telah

menyatakan

persetujuannya secara

tertulis untuk dipanggil

secara elektronik; dan

c) Kuasa hukum wajib

mendapatkan persetujuan

tertulis dari prinsipal untuk

bercara secara elektronik.

melakukan pendaftaran

secara elektronik; dan

b) Tergugat atau pihak lain

yang telah menyatakan

persetujuannya untuk

dipanggil secara

elektronik

Pasal 13:

1) Atas dasar perintah hakim,

jurusita/ jurusita pengganti

mengirimkan surat

panggilan persidangan

kepada para pihak secara

elektronik melalui Sistem

Informasi Pengadilan.

2) Panggilan persidangan

yang dikirim secara

elektronik ditujukan

kepada domisili elektronik

para pihak

Pasal 16:

Berdasarkan perintah

hakim, jurusita/ jurusita

pengganti mengirimkan

surat panggilan persidangan

ke Domisili Elektronik para

pihak melalui Sistem

Informasi Pengadilan.

Panggilan yang Sah

dan Patut

Pasal 15:

Panggilan yang disampaikan

secara elektronik merupakan

panggilan yang sah dan patut,

sepanjang panggilan tersebut

terkirim ke Domisili

Elektronik dalam tenggang

waktu yang ditentukan

undang-undang.

Pasal 18:

Panggilan/ pemberitahuan

secara elektronik

merupakan panggilan/

pemberitahuan yang sah dan

patut, sepanjang panggilan/

pemberitahuan tersebut

terkirim ke domisili

elektronik dalam tenggang

waktu yang ditentukan

undang-undang.

PERMA Nomor 3 Tahun 2018 mengatur pemanggilan dilakukan secara

elektronik kepada pengguna terdaftar dan dikirimkan ke alamat domisili elektronik

pengguna terdaftar. Akan tetapi, untuk tergugat pada pemanggilan pertama dilakukan

dengan manual dan pada saat tergugat hadir di persidangan yang pertama akan

dimintakan persetujuan apakah setuju untuk dipanggil secara elektronik sesuai dengan

domisili elektronik yang diberikan dan apabila tidak setuju pemanggilan dilakukan

secara manual seperti biasanya.

Ketentuan dalam PERMA Nomor 1 Tahun 2019 menambah pengguna layanan

selain pengguna terdaftar juga ada pengguna lain selain itu ketentuan mengenai nomor

telepon yang terverifikasi sebagai domisili elektronik juga tidak diatur lagi dalam

PERMA Nomor 1 Tahun 2019. PERMA Nomor 1 Tahun 2019 hanya mengatur alamat

surat elektronik yang telah terverifikasi sebagai domisili para pihak.

Page 14: PELAKSANAAN E-COURT MENURUT PERMA NOMOR 3 TAHUN …

Pelaksanaan E-Court, Sonyendah Retnaningsih, Disriani Latifah S.N., dkk 137

2.2. Persidangan secara elektronik (e-litigation)

Persidangan secara elektronik ini merupakan hal yang baru diatur dalam

PERMA Nomor 1 Tahun 2019 melengkapi proses beracara di peradilan dengan

sistem elektronik yang semula berdasarkan PERMA Nomor 3 Tahun 2018 baru

dilakukan hanya sampai pada tahap administrasi perkara saja. Persidangan secara

elektronik adalah serangkaian proses memeriksa dan mengadili perkara oleh

pengadilan yang dilaksanakan dengan dukungan teknologi informasi dan

komunikasi 26 yang mana dalam peraturan ini berlaku untuk proses persidangan

dengan acara penyampaian gugatan/ permohonan/ keberatan/ bantahan/ perlawanan/

intervensi beserta perubahannya, jawaban, replik, duplik pembuktian, kesimpulan dan

pengucapan putusan/ penetapan27.

2.3. Persetujuan Penggugat dan Tergugat

Dalam Pasal 19 PERMA Nomor 1 Tahun 2019 diatur bahwa pada sidang

pertama guna kelancaran sidang elektronik, Hakim/ Hakim Ketua dapat memberikan

penjelasan mengenai hak dan kewajiban para pihak terkait persidangan secara

elektronik baru kemudian persidangan secara elektronik dilaksanakan setelah

Penggugat dan Tergugat menyatakan persetujuannya. Apabila pihak Tergugat tidak

setuju maka persidangan secara elektronik tidak dapat dilaksanakan. Untuk pihak

Penggugat, dianggap telah memberikan persetujuannya secara hukum pada saat

Penggugat melakukan pendaftaran perkara secara elektronik28.

2.4. Tahap Jawab Menjawab

Jadwal persidangan secara elektronik untuk acara penyampaian jawaban, replik

dan duplik ditetapkan oleh Hakim/ Hakim Ketua dan diinformasikan kepada para

pihak melalui Sistem Informasi Pengadilan 29 kemudian para pihak wajib

menyampaikan dokumen elektronik sesuai dengan jadwal yang ditetapkan, para pihak

yang tidak menyampaikan dokumen elektronik sesuai dengan jadwal dianggap tidak

menggunakan haknya30

2.5. Pihak Ketiga

PERMA Nomor 1 Tahun 2019 juga mengatur mengenai prosedur bagaimana

masuknya pihak ketiga dalam proses persidangan secara elektronik dimana bagi pihak

ketiga yang mengajukan intervensi tersebut wajib mengikuti proses pemeriksaan

secara eletronik yang sudah dilakukan apabila pihak ketiga tersebut tidak setuju maka

Hakim/ Hakim Ketua akan mengeluarkan penetapan yang menyatakan permohonan

intervensi tersebut tidak dapat diterima31

2.6. Pembuktian

Pasal 25 PERMA Nomor 1 Tahun 2019 mengatur bahwa persidangan

pembuktian dilaksanakan sesuai dengan hukum acara yang berlaku adapun hukum

acara yang berlaku untuk pembuktian adalah sesuai dengan ketentuan hukum acara

perdata yang diatur dalam HIR/ Rbg (Het Herziene Indonesich Reglement/ Reglement

op de Burgerlijke Rechtvordering).

26 Ibid., Pasal 1 Angka 7. 27 Ibid., Pasal 4. 28 Ibid, Pasal 20 29 Ibid., Pasal 21 30 Ibid., Pasal 22 31 Ibid, Pasal 23

Page 15: PELAKSANAAN E-COURT MENURUT PERMA NOMOR 3 TAHUN …

138 Jurnal Hukum & Pembangunan Tahun ke-50 No.1 Januari-Maret 2020

Pengaturan lebih khusus terdapat di Pasal 24 PERMA Nomor 1 Tahun 2019

bahwa dalam hal disepakati oleh para pihak, persidangan pembuktian dengan acara

pemeriksaan keterangan saksi dan/ atau ahli dapat dilaksanakan secara jarak jauh

melalui media komunikasi audio visual yang memungkinkan semua pihak dapat

berpartisipasi dalam persidangan. Tentunya untuk dapat melakukan pemeriksaan

secara jarak jauh ini diperlukan ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai dari

pengadilan.

2.7. Putusan

Dalam acara persidangan secara elektronik maka putusan/ penetapan diucapkan

oleh Hakim/ Hakim Ketua secara elektronik pengucapan putusan/ penetapan dalam

sidang elektronik secara hukum telah dilaksanakan dengan menyampaikan salinan

putusan/penetapan elektronik kepada para pihak dimana hal tersebut secara hukum

dianggap telah dihadiri semua pihak dan dilakukan dalam sidang terbuka umum32.

Ketentuan dilakukan dalam sidang terbuka untuk umum merupakan pengaturan

yang penting kerena suatu putusan pengadilan hanya sah dan mempunyai kekuatan

hukum apabila diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum, tidak dipenuhinya

ketentuan tersebut akan mengakibatkan putusan batal demi hukum33.

Mengenai asas terbuka untuk umum tersebut ditegaskan kembali dalam Pasal

27 PERMA Nomor 1 Tahun 2019 bahwa persidangan secara elektronik yang

dilaksanakan melalui Sistem Informasi Pengadilan pada jaringan internet public

secara hukum telah memenuhi asas dan ketentuan persidangan terbuka untuk umum

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2.8. Tanda Tangan Elektronik

Salah satu hal yang baru diatur dalam proses persidangan adalah mengenai

tanda tangan elektronik. Pasal 26 PERMA Nomor 1 Tahun 2019 mengatur bahwa

putusan/ penetapan dituangkan dalam bentuk salinan putusan/ penetapan elektronik

yang dibubuhi tanda tangan elektronik menurut peraturan perundang-undangan

mengenai informasi dan transaksi elektronik.

Pengertian mengenai Tanda Tangan Elektronik dapat ditemukan pada Pasal 1

Angka 12 Undang–Undang No. 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-

Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yaitu

tanda tangan yang terdiri atas Informasi Elektronik yang dilekatkan, terasosiasi, atau

terkait dengan Informasi Elektronik lainnya yang digunakan sebagai alat verifikasi

dan autentifikasi. Tanda tangan elektronik berfungsi sebagai alat autentifikasi dan

verifikasi atas identitas penanda tangan dan keutuhan dan keautentikan informasi

elektronik34. Untuk dapat menjalankan peraturan ini tentunya pengadilan juga harus

dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang mendukung dengan menyediakan

sistem/ aplikasi yang dapat menjamin keautentikan dari tanda tangan elektronik yang

ada dalam suatu putusan/ penetapan elektronik.

III. HASIL PENELITIAN DI PENGADILAN NEGERI

32 Ibid., Pasal 26 33 Indonesia, Undang-Undang No 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, Lembaran

Negara Republik Indonesia (LNRI) Tahun 2009 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia (TLNRI) Nomor 5076, Pasal 13. 34 Indonesia, Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan

Transaksi Elektronik, Lembaran Negara Republik Indonesia (LNRI) Tahun 2012 Nomor 189,

Tambahan Lembaran Negara Republik indonesia (LNRI) Nomor 5348, Pasal 52.

Page 16: PELAKSANAAN E-COURT MENURUT PERMA NOMOR 3 TAHUN …

Pelaksanaan E-Court, Sonyendah Retnaningsih, Disriani Latifah S.N., dkk 139

3.1. Pengadilan Negeri Medan

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Riana br Pohan diketahui bahwa e

court sudah dilaksanakan di Pengadilan Negeri Medan sejak tahun 2018 setelah

diberlakukannya Perma Nomor 3 Tahun 2018. Pelaksanaan e court di Pengadilan

Negeri Medan baru diterapkan dalam perkara perdata biasa yang para pihaknya

menggunakan jasa advokat. Adapun pendaftaran e court yang telah diupayakan di

Pengadilan Negeri Medan dalam kurun waktu 2018 s.d 2019 ada 51 (lima puluh satu)

perkara, akan tetapi yang berhasil didaftarkan baru sekitar 8 (delapan) perkara.

Sedangkan jumlah kenaikan pendaftaran perkara menggunakan aplikasi e court pada

tahun 2018 dan 2019 jumlahnya berimbang. Diharapkan jika e-register, e-payment

dan e-summons berhasil dilaksanakan, maka ditargetkan penerapan e-court di dalam

proses persidangan dalam acara persidangan jawab menjawab dan kesimpulan dapat

segera dilaksanakan.

Terkait sosialisasi e court kepada advokat sudah pernah dilakukan sebanyak 2

(dua) kali kepada para advokat bertempat di gedung Pengadilan Negeri pada tahun

2018 dan di Hotel Adi Mulia Medan pada tahun 2019 serta di kantor Peradi di

Gedung Paladium Medan. Secara umum, sarana dan prasarana sudah cukup memadai

seperti tersedianya laptop, PC, jaringan internet dan UPS, akan tetapi terbentur

kendala pada tenaga sumber daya manusia yakni operator yang bertugas melakukan

monitoring secara penuh waktu dan server Mahkamah Agung sehingga pendaftaran

perkara melalui aplikasi e court tidak selalu berhasil dan memakan waktu yang lama

dalam proses loadingnya. Rencananya akan dibuat secara tersendiri pojok e court di

Gedung Pengadilan Negeri Medan. Sampai saat ini sudah ada petugas yang

menanganinya yaitu ASN dan honorer akan tetapi jumlahnya sangat terbatas karena

mereka juga masih merangkap pekerjaan lainnya, akan tetapi mereka sudah

mendapatkan pelatihan untuk pelaksanaan e court.

Adapun kendala atau hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaannya adalah

belum adanya standar operasi prosedur (SOP) dan pedoman juklak/juknis maupun

standar pelayanan untuk pelaksanaan e court tersebut. Disamping itu, keterbatasan

jangkauan server Mahkamah agung dalam pendaftaran e court karena server

Mahkamah Agung berada di Jakarta yang jangkauannya terbatas, sedangkan server

yang tersedia harusnya mampu untuk menjangkau seluruh pengadilan yang tersebar di

seluruh Indonesia. Selain itu, juga kendalanya adalah keterbatasan sumber daya

manusia yang mampu dan cakap untuk menerapkan e court dan tidak memegang

pekerjaan rangkap.

Terkait mengenai peluang pelaksanaan e-court di Indonesia, mengingat bahwa

kondisi letak geografis wilayah hukum di Indonesia sangat luas dan tersebar di

seluruh nusantara, maka penerapan e court sangat tepat karena penggunaan aplikasi

e-court sangat membantu pengadilan dan masyarakat pencari keadilan untuk

menerapkan asas peradilan cepat, sederhana, dan biaya ringan. Apabila sarana dan

prasarana serta sumber daya manusia yang cakap dan mumpuni untuk melakukan

tugas itu sudah tersedia, akan sangat memudahkan di dalam pelaksanaan asas

peradilan yang cepat, sederhana dan biaya ringan serta memudahkan pelaksanaan

supervisi administrasi umum dan administrasi teknis peradilan oleh Mahkamah

Agung, dengan demikian Mahkamah agung tidak perlu lagi harus turun ke daerah

untuk melakukan supervisi dan monitoring evaluasi kinerja baik administrasi umum

dan teknis peradilan karena semuanya dapat dilakukan melalui aplikasi.

Di akhir wawancara dengan ibu Riana br Pohan, maka masukan dan saran yang

diberikan terkait pelaksanaan dan perkembangan e-court ke depannya di Indonesia

Page 17: PELAKSANAAN E-COURT MENURUT PERMA NOMOR 3 TAHUN …

140 Jurnal Hukum & Pembangunan Tahun ke-50 No.1 Januari-Maret 2020

yaitu diharapkan agar server tersedia di setiap wilayah hukum Pengadilan Tinggi di

seluruh Indonesia sehingga tidak terjadi lonjakan lalu lintas dalam penginputan data

ke dalam aplikasi e-court yang selama ini harus melalui server Mahkamah Agung

yang terletak di Jakarta. Disamping itu juga harus tersedia sarana untuk melakukan

pencadangan (back up) data yang aman untuk perlindungan data-data perkara yang

didaftarkan melalui aplikasi e-court. Selain itu, juga perlu ditambah tenaga ASN yang

menguasai IT untuk ditempatkan di Pengadilan Negeri Medan serta perlu diadakan

pelatihan teknis secara berkala bagi aparatur pengadilan termasuk hakim,

panitera/panitera pengganti dan juru sita serta staf pegawai dalam melakukan

monitoring pelaksanaan aplikasi e-court. Perlu juga dilakukan survey untuk meminta

masukan dari masyarakat pencari keadilan terkait peningkatan kulaitas dalam

pelayanan penggunaan aplikasi e-court. Kedepannya diharapkan adanya kewajiban

untuk mencantumkan email di dalam KTP secara bertahap terhadap setiap penduduk

Indonesia, sehingga memudahkan pelaksanaan pemanggilan sidang kepada para

pencari keadilan melalui email, sehingga dapat diminimalisir permintaan bantuan

pemanggilan terhadap para pihak dan saksi-saksi terkait perkara perdata yang sedang

berjalan, yang tentunya memakan waktu yang berlarut-larut dan menghabiskan biaya

besar.

3.2. Pengadilan Negeri Bogor

Berdasarkan wawancara dengan narasumber Pak Agung35 diketahui bahwa satu

tahun sebelum Perma 3 Tahun 2018 terbit, Pengadilan Negeri Bogor sudah mulai

menerapkan e-court atau di lingkungan Pengadilan Negeri Bogor disebut juga dengan

digitalisasi persidangan. Sehingga surat menyurat secara online sudah dimulai sejak

tahun 2017.

Dalam pelaksanaannya, bahkan Pengadilan Negeri Bogor tidak hanya

melaksanakan e-court untuk gugatan perdata, melainkan juga sudah merambah ke

permohonan. Akan tetapi hingga saat ini, pelaksanaan e-court ini masih hanya sebatas

himbauan/anjuran, apalagi bagi principal yang tidak menggunakan jasa advokat atau

pengacara. Jadi walaupun terdapat pengumuman yang terpajang di PTSP mengenai

aturan bahwa advokat yang mendaftarkan gugatan wajib melaksanakan pendaftaran itu

secara online, masih banyak pengacara/advokat yang tidak melaksanakannya.

Umumnya pengacara tidak melakukan pendaftaran gugatan secara e-court itu karena

keterbatasan pengacara itu sendiri dalam menggunakan teknologi, dan masih banyak

yang menganggap sistem e-court ini ribet/kompleks.

Dengan perspektif seperti ini, kasus perdata yang menggunakan e-court di

pengadilan ini belum mencapai 50% dari kasus yang ditangani. Untuk pelaksanaan e-

court, Badilum dari Mahkamah Agung sudah menyediakan helpdesk, begitu juga dari

bagian IT Pengadilan Negeri Bogor sendiri selalu siap untuk memandu pendaftaran e-

court, tapi tetap saja masih banyak yang memilih proses pendaftaran secara manual,

ditambah lagi kasus perdata di Pengadilan Negeri Bogor tidak banyak, yakni tidak

sampai 300 perkara perdata dalam satu tahun.

Perma Nomor 3 Tahun 2018 sesungguhnya terbit untuk mempermudah para

pencari keadilan, Mahkamah Agung sendiri menerapkan aturan e-court untuk

mendigitalisasi proses pendaftaran, pembayaran, dan pemanggilan saja. Sehingga

untuk proses persidangan masih manual. Untuk panggilan pihak tergugat, untuk

panggilan pertama masih secara manual, yakni juru sita langsung yang datang ke

alamat pihak tergugat. Sedangkan ke pihak penggugat sudah melalui email (jika yang

bersangkutan sudah mendaftar dengan e-court). Mengenai kemajuan, pasti ada

35 Wawancara dengan Bapak Agung, hakim pada Pengadilan Negeri Depok pada tanggal 17

Juli 2019 bertempat di Pengadilan Negeri Bogor.

Page 18: PELAKSANAAN E-COURT MENURUT PERMA NOMOR 3 TAHUN …

Pelaksanaan E-Court, Sonyendah Retnaningsih, Disriani Latifah S.N., dkk 141

kemajuan dalam pelaksanaan e-court ini. Untuk jumlah kasus perdata yang

menggunakan e-court datanya akan disampaikan pada wawancara berikutnya, akan

tetapi menurut Pak Agung, sejauh ini kasus perdata yang menggunakan e-court tidak

sampai 20 (dua puluh) kasus.

Sebelumnya telah disampaikan, bahwa e-court yang sesuai dengan pedoman MA

masih sebatas hanya pendaftaran, pembayaran, hingga pemanggilan. Akan tetapi untuk

pelaksanaan sidang seperti agenda jawaban, replik, duplik, dll, masih menggunakan

metode manual. Namun, di Pengadilan Negeri Bogor sendiri, tahun 2018 sudah

launching pelaksanaan e-court yang tidak hanya sebatas pada pendaftaran,

pembayaran, dan pemanggilan, melainkan sampai pada proses replik, duplik, dll.

Sosialisasi terhadap pelaksanaan e-court ini sudah dilaksanakan sekali pada

tahun 2018. Pada saat itu, Pengadilan Negeri Bogor mengundang semua asosiasi

advokat, baik Peradi, KAI, dll. Pada sosialisasi diharapkan para perwakilan yang

datang memahami pelaksanan e-court, walaupun sebenarnya dari pihak pengadilan

sudah membuat pengumuman baik berupa tulisan bergambar atau video mengenai alur

pendaftaran perkara melalui e-court. Dalam sosialisasi itu dilaksanakan juga simulasi,

mulai dari pendaftaran sampai pembayaran. Menurut Pak Agung, sesungguhnya

siapapun yang bisa belanja online, juga bisa memakai sistem ini, karena sangat mudah,

tinggal membuat user account. Terhadap masyarakat umum (non advokat) belum ada

dilakukan sosialisasi secara khusus).

E-court ini sesungguhnya mempermudah dan meminimalisir biaya panjar,

karena panggilannya sudah melalui elektronik, baik melalui telepon, email, atau

whatsapp. Terkait pelaksanaan e-court, belum ada anggaran khusus dalam DIPA

disediakan khusus untuk e-court oleh Mahkamah Agung. Sehingga akhirnya,

pengadilan berinisiatif sendiri menggunakan 1 PC milik pengadilan yang sudah ada

sebelumnya untuk dijadikan sebagai fasilitas e-court.

Sejauh ini baru ada rencana revisi anggaran di pertengahan tahun 2019,

kemungkinan untuk penambahan bandwith internet, setidaknya dengan adanya

tambahan bandwith ini, pelaksanaan e-court lebih mudah. Tapi perlu diperhatikan juga,

walaupun internet cepat namun server MA error juga akan menimbulkan kesulitan

tersendiri dalam proses pelaksanaan e-court ini. Untuk SDM sendiri, sudah ada

operator sendiri untuk e-court ini. Selain itu juga sudah pernah ada sosialisasi bagi

pegawai pengadilan untuk mengoperasikan e-court ini di Mahkamah Agung.

Pak Agung menyebutkan dua kendala utama dalam pelaksanaan e-court di PN

Bogor, yaitu:

1. Sarana dan Prasarana yang masih kurang.

2. User: Para Advokat dan Prinsipalnya sendiri masih belum terbiasa

menggunakan e-court ini.

Untuk peluang pelaksanaan e-court di Indonesia, narasumber belum bisa

memastikan kemajuan e-court. Hal ini didasari pada kenyataan bahwa Indonesia

dengan Negara kepulauan seperti ini masih banyak menghadapi kendala jaringan

internet, jangankan internet, di daerah pulau Jawa saja masih ada yang tidak ada

listrik. Untuk di level Pulau Jawa saja masih ada kendala listrik, apalagi di daerah lain,

pulau lain. Peluangnya sebenarnya kansnya besar, tapi untuk kapan bisa majunya,

narasumber belum bisa menjawab. Narasumber menekankan bila jaringan cepat di

seluruh wilayah Indonesia, barulah e-court bisa terlaksana dengan baik di Indonesia.

Sejauh ini e-court kita masih trial and error, jadi nanti pasti akan dievaluasi lagi.

Berikut adalah saran pelaksanaan e-court dari Pak Agung:

1. Kualitas SDM perlu ditingkatkan dalam menghadapi teknologi baik dari

internal pengadilan maupun eksternal pengadilan.

Page 19: PELAKSANAAN E-COURT MENURUT PERMA NOMOR 3 TAHUN …

142 Jurnal Hukum & Pembangunan Tahun ke-50 No.1 Januari-Maret 2020

2. Membuat sosialisasi e-court melalui iklan layanan masyarakat TV.

Berdasarkan penelitian ini, sementara dapat disimpulkan bahwa Pengadilan

Negeri Bogor sudah melakukan e-court, namun tidak diwajibkan, masih sebatas

himbauan. Pelaksanaannya sendiri sudah cukup baik dengan adanya Personal

Computer (PC) khusus untuk mendaftar gugatan secara online, dan ada pula operator

yang memandu pendaftaran.

3.3. Pengadilan Negeri Gianyar

Berdasarkan wawancara dan korespodensi yang dilakuakan dengan narasumber

di Pengadilan Negeri Gianyar diketahui bahwa court sudah diterapkan pada

Pengadilan Negeri Gianyar. Pelaksanaan e-court pada Pengadilan Negeri Gianyar

dalam 1 (satu) tahun ini telah mengalami peningkatan. Pada tahun 2018 baru ada 1

(satu) perkara dan pada tahun 2019 sampai dengan bulan Juli ini sudah ada 12 (dua

belas) perkara yang mendaftar menggunakan e-court.

Hal ini berarti terdapat kenaikan jumlah gugatan menggunakan e-court antara

tahun 2018 dengan 2019 dan pasti akan ada kenaikan lagi narasumber menjelaskan

mengingat pada bulan Juni 2019 ini Mahkamah Agung mengeluarkan SEMA Nomor 4

Tahun 2019 tentang Kewajiban Pendaftaran Perkara Perdata Melalui e-court.

Berkaitan dengan target/ rewards dari Mahkamah Agung berkenaan dengan

pelaksanaan e-court di di Pengadilan Negeri Gianyar dijelaskan bahwa tidak ada target

yang ditetapkan oleh Mahkamah Agung akan tetapi Mahkamah Agung menginginkan

agar pendaftaran perkara dilakukan melalui e-court dan mewajibkan seluruh Ketua

Pengadilan Tinggi melakukan monitoring dan evaluasi terhadap penerapan e-court

pada wilayah hukum masing-masing serta melaporkan perkembangan dan

permasalahan penerapan e-court kepada Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum.

Untuk mendukung program e-court Pengadilan Negeri Gianyar sudah

melakukan sosialisasi e-court kepada advokat dan masyarakat, Pengadilan Negeri

Gianyar juga sudah mempersiapkan sarana untuk menunjang pelaksanaan e-court

diantaranya dengan mempersiapkan pelayanan pada Pelayanan Terpadu Satu Pintu

(PTSP) yang siap untuk melakukan pendampingan untuk pendaftaran gugatan melalui

e-court serta mempersiapkan SDM di PTSP untuk melakukan pendampingan bagi

kuasa hukum yang akan mendaftarkan gugatan melalui e-court.

Mengenai kendala/hambatan untuk pelaksanaan di e-court di Pengadilan Negeri

Gianyar adalah hambatan teknologi, tidak semua kuasa hukum sudah mengetahui

adanya pendaftaran gugatan melalui e-court dan sudah rutin menggunakan email

untuk kegiatan sehari-hari sehingga perlu juga ditingkatkan sosialisasi oleh Mahkamah

Agung ke advokat atau diperlukan kerjasama dari organisasi advokat/ PERADI untuk

mensosialisasikan e-court ini. Namun walaupun ada kendala/ hambatan narasumber

menerangkan bahwa menurutnya prospek pelaksanaan e-court di Indonesia dapat

dikatakan baik mengingat pelaksanaan e- court di Indonesia ini juga didukung penuh

oleh Mahkamah Agung serta diperlukan tambahan sarana dan prasarana untuk dapat

berjalannya e-court dengan optimal di Indonesia.

IV. PENUTUP

4.1. Simpulan

1. Pelaksanaan e-court menurut Perma Nomor 3 Tahun 2018 sebagai pengadilan

percontohan (pilot project) berdasarkan Surat Keputusan Sekretaris Mahkamah

Agung Republik Indonesia Nomor 305/ SEK/ SK/ VII/ 2018 tentang Penunjukan

Pengadilan Percontohan Pelaksanaan Uji Coba Administrasi Perkara di Pengadilan

Secara Elektronik sudah dilaksanakan selama lebih dari satu tahun di 17 (tujuh

Page 20: PELAKSANAAN E-COURT MENURUT PERMA NOMOR 3 TAHUN …

Pelaksanaan E-Court, Sonyendah Retnaningsih, Disriani Latifah S.N., dkk 143

belas) Pengadilan Negeri yang ditunjuk sebagai pengadilan percontohan (pilot

project) berdasarkan Surat Keputusan Sekretaris Mahkamah Agung Republik

Indonesia Nomor 305/SEK/SK/VII/2018 tentang Penunjukan Pengadilan

Percontohan Pelaksanaan Uji Coba Administrasi Perkara di Pengadilan Secara

Elektronik. Dengan diundangkannya PERMA Nomor 3 Tahun 2018 pada tanggal 4

April 201, maka Perma Nomor 3 Tahun 2018 menjadi pondasi pertama kali

dilaksanakannya sistem peradilan berbasis elektronik di Indonesia. Sementara itu,

e-litigation yang dibentuk berdasarkan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1

Tahun 2019 tentang Administrasi Perkara dan Persidangan di Pengadilan secara

Elektronik (PERMA Nomor 1 Tahun 2019) dan diundangkan pada tanggal 19

Agustus 2019 merupakan menyempurnakan PERMA Nomor 3 Tahun 2018

sehingga saat ini tidak hanya pendaftaran perkara saja yang dapat dilakukan secara

online atau dikenal dengan sebutan e-court namun persidangan juga dapat

dilakukan secara elektronik yaitu e-litigation. Menurut Pasal 38 PERMA Nomor 1

Tahun 2019 dinyatakan bahwa Perma Nomor 1 Tahun 2019 mencabut dan

menyatakan tidak berlaku Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2018

tentang Administrasi Perkara Di Pengadilan Secara Elektronik. Lahirnya PERMA

Nomor 1 Tahun 2019 merupakan jawaban Mahkamah Agung terhadap tuntutan

perkembangan jaman yang mengharuskan adanya pelayanan administrasi perkara

dan persidangan di pengadilan yang lebih efektif dan efisien serta upaya untuk

mendukung kemudahan berusaha (ease of doing business) di Indonesia. Adapun

perbandingan antara Perma Nmor 3 Tahun 2018 dan PERMA Nomor 1 Tahun

2019 antara lain telah menambah ruang lingkup dari e-court dengan e-litigation,

yang semula ruang lingkup dalam PERMA Nomor 3 Tahun 2018 hanya terdiri dari

: (1) e-filling, (2) e-payment, (3) e-summons dengan PERMA Nomor 1 Tahun 2019

menjadi : (1) e-filling, (2) e-payment, (3) e-summons dan (4) e-litigation.

2. Kendala dan hambatan dalam pelaksanaa e-court dan e-litigation di Pengadilan

Negeri di Indonesia adalah sebagai berikut :

a. Para Advokat dan Prinsipalnya serta pihak sumber daya manusia di pengadilan

sendiri masih belum terbiasa menggunakan e-court dan e-litigation ini.

Ditemukannya SDM dari pihak advokat yang kurang menguasai teknologi,

begitu pula SDM Pengadilan juga masih ada yang belum menguasai tekhnologi.

b. Sarana dan Prasarana yang masih kurang yaitu sarana berupa komputer dirasa

masih kurang memadai, sementara itu di ruang sidang juga untuk pelaksanaan

e-litigasi juga dibutuhkan perangkat komputer, in focus dan audio visual.

c. ditemukan fakta bahwa dalam mendaftarkan perkara di SIPP yang datanya ada

dalam aplikasi e-court belum semuanya terdapat duplikasinya (dicopy datanya)

seperti data para pihak, e-doc gugatan dan lain sebagainya.

4.2. Rekomendasi

Saran dalam pelaksanaan e-court dan e-litigation sebagai berikut:

1. Kualitas SDM perlu ditingkatkan dalam menghadapi teknologi baik dari internal

pengadilan maupun eksternal pengadilan.

2. Meningkatkan sarana dan prasarana terkait aplikasi e-court dan e-litigation.

3. Membuat sosialisasi e-court melalui iklan layanan masyarakat TV dan media massa

baik cetak maupun elektronik.

Page 21: PELAKSANAAN E-COURT MENURUT PERMA NOMOR 3 TAHUN …

144 Jurnal Hukum & Pembangunan Tahun ke-50 No.1 Januari-Maret 2020

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Ali, Zainuddin. Metode Penelitian Hukum, Cet. 3, Jakarta: Sinar Grafika, 2011.

Arifin, Zainal. Hukum Acara Perdata Di Indonesia, Cet ke-2, Jakarta: Prenadamedia

Group, 2016.

Buku Panduan E-Court Panduan Pendaftaran Online untuk Pengguna Terdaftar,

Jakarta: Mahkamah Agung RI, 2018.

Maru, Sophar Hutagalung. Praktik Peradilan Perdata, Kepailitan, dan Alternatif

Penyelesaian Sengketa, Cet. 1, Jakarta: Sinar Grafika, 2019.

Mulyadi, Lilik. Hukum Acara Perdata Menurut Teori dan Praktik Peradilan

Indonesia, Cet. 3, Jakarta : Djambatan, 2005.

Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Pengadilan Buku I dan II, Jakarta :

Mahkamah Agung RI, 1993/1994.

Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan Administrasi Perkara di Lingkungan Peradilan

Umum dan Pengawasan dan Evaluasi Atas Hasil Pengawasan, Jakarta : Proyek

Pembinaan Teknis Yustisial Mahkamah agung RI.

Ridha, Muh Hakim. “Implementasi Gugatan sederhana Sebagai Upaya Mewujudkan

Keadilan Melalui Pemenuhan Asas Peradilan Sederhana, Cepat dan Biaya

Murah,” Evaluasi Perma Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Penyelesaian

Gugatan Sederhana, Puslitbang Hukum dan Peradilan Badan Litbang Diklat

Kumdil Mahkamah agung Republik Indonesia, 2018.

Soekanto,Soeryono dan Sri Mamudji. Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan

Singkat, Cet. 6, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003.

Soekanto, Soeryono. Pengantar Penelitian Hukum, Cet. 3, Jakarta: UI Press,1986.

Subekti, R. Hukum Acara Perdata. Cet. 3. Bandung: Binacipta. 1989.

Soepomo, R. Hukum Acara Perdata Pengadilan Negeri, Cet. 1., Jakarta :

Pradnya Paramita, 1993.

Sutantio, Retnowulan. Hukum Acara Perdata dalam Teori dan Praktek,. Bandung:

Mandar Maju, 2005.

Peraturan Perundang-Undangan

Indonesia, Undang-Undang No 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.

Lembaran Negara Republik Indonesia (LNRI) Tahun 2009 Nomor 157,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia (TLNRI) Nomor 5076.

________, Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem

dan Transaksi Elektronik, Lembaran Negara Republik Indonesia (LNRI) Tahun

2012 Nomor 189, Tambahan Lembaran Negara Republik indonesia (LNRI)

Nomor 5348.

Mahkamah Agung, Peraturan Mahkamah Agung No 1 Tahun 2019 tentang

Administrasi Perkara dan Persidangan di Pengadilan secara Elektronik, Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 894.

_______________, Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 4 Tahun 2019 tentang

Kewajiban Pendaftaran Perkara Perdata Melalui E-Court.

Internet

Ketua Mahkamah Agung Luncurkan Aplikasi E-Court,

<www.mahkamahagung.go.id> diakses pada 30 Juli 2019.

Gelombang Online dalam Perkembangan Hukum, <www.mahkamahagung.go.id>,

diakses pada 20 Oktober 2019.