PEDOMAN TEKNIS PEMBUATAN SEKAT BAKAR DI KAWASAN …

40
PEDOMAN TEKNIS PEMBUATAN SEKAT BAKAR DI KAWASAN HUTAN PUSAT KETEKNIKAN KEHUTANAN DAN LINGKUNGAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN JAKARTA, 2019

Transcript of PEDOMAN TEKNIS PEMBUATAN SEKAT BAKAR DI KAWASAN …

Page 1: PEDOMAN TEKNIS PEMBUATAN SEKAT BAKAR DI KAWASAN …

PEDOMAN TEKNIS

PEMBUATAN SEKAT BAKAR

DI KAWASAN HUTAN

PUSAT KETEKNIKAN KEHUTANAN DAN LINGKUNGAN SEKRETARIAT JENDERAL

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN JAKARTA, 2019

Page 2: PEDOMAN TEKNIS PEMBUATAN SEKAT BAKAR DI KAWASAN …

i

Kementerian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Sekretariat Jenderal

Pusat Keteknikan Kehutanan Dan Lingkungan

PEDOMAN TEKNIS

PEMBUATAN SEKAT BAKAR DI KAWASAN HUTAN

TAHUN 2019

Page 3: PEDOMAN TEKNIS PEMBUATAN SEKAT BAKAR DI KAWASAN …

ii

TIM PENYUSUN PEDOMAN TEKNIS

PEMBUATAN SEKAT BAKAR DI KAWASAN HUTAN

Hak Cipta © Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Penulis: Dr. Ir. Lailan Syaufina, M.Sc; Ir. Adi Susilo, M.Sc; Rizki Ary Fambayun, S.Hut, M.Sc. Frandos H. Hutauruk, S.Hut, M.T., M.Eng. Kontributor: Prof. Dr. Ir. H. Bambang Hero Saharjo, M.Agr.; Ir. Sumantri. Tim Editorial: Pembina: Dr. Ir. Bambang Hendroyono, MM (Sekretaris Jenderal Kementerian LHK) Penanggung Jawab: Ir. Gatot Soebiantoro, M.Sc. (Kepala Pusat Keteknikan Kehutanan dan Lingkungan) Ketua: Hermantoro Pujiraharjo, SE Anggota: Dr. Fifin Nopiansyah, S.Hut, M.P; Ferdian Krisnanto, S.Hut, M.P; Drs. Subagyo, M.Si; Rahayu Wulandini, S.Hut, M.Si; Agus Muhamad Arsad, ST; Annisa Choerinita, S.Hut. Penyunting: Frandos H. Hutauruk, S.Hut, M.T., M.Eng. Desain Grafis dan Tata Letak: Frandos H. Hutauruk, S.Hut, M.T., M.Eng. Diterbitkan pertama kali oleh: Pusat Keteknikan Kehutanan dan Lingkungan Gedung Manggala Wanabakti Blok I Lantai 2, Jalan Gatot Subroto – Jakarta 10270 Cetakan Pertama Desember 2019 Pembuatan Sekat Bakar di Kawasan Hutan Pusat Keteknikan Kehutanan dan Lingkungan Sekretariat Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Cetakan ke-1 Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia

Page 4: PEDOMAN TEKNIS PEMBUATAN SEKAT BAKAR DI KAWASAN …

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan

hidayah-Nya penyusunan Pedoman Teknis Pembuatan Sekat Bakar di Kawasan Hutan

dapat diselesaikan dengan baik.

Pedoman Teknis Pembuatan Sekat Bakar di Kawasan Hutan dimaksudkan untuk

memberikan pedoman pembuatan sekat bakar bagi Satuan Kerja/Unit Pelaksana Teknis

dan mitra lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam rangka

pengendalian kebakaran hutan dan lahan.

Dengan telah tersusunnya Pedoman Teknis Pembuatan Sekat Bakar di Kawasan

Hutan, maka kami sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu pemikiran dan bekerja sama dengan baik, semoga dokumen ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak serta mendapatkan berkah dari Tuhan Yang Maha Esa.

SEKRETARIS JENDERAL

Dr. Ir. BAMBANG HENDROYONO, MM

Page 5: PEDOMAN TEKNIS PEMBUATAN SEKAT BAKAR DI KAWASAN …

iv

DAFTAR ISI Hal

HALAMAN JUDUL i TIM PENYUSUN ii KATA PENGANTAR iii DAFTAR ISI iv DAFTAR TABEL v DAFTAR GAMBAR vi BAB I. PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Maksud dan Tujuan 2 1.3. Kebijakan Terkait Sekat Bakar 2 1.4. Ruang Lingkup 3 BAB II. PENGERTIAN DAN JENIS SEKAT BAKAR 4 2.1. Pengertian Sekat Bakar 4 2.2. Jenis-Jenis Sekat Bakar 5 2.3. Sekat Bakar Alami 5 2.4. Sekat Bakar Buatan 7 2.4.1. Jalur Hijau 8 2.4.2. Jalur Kuning 10 2.5. Sekat Bakar Kombinasi 11 BAB III. TEKNIK PEMBUATAN DAN DESAIN SEKAT BAKAR 12 3.1. Pembuatan Sekat Bakar 12 3.1.1. Prinsip Umum Pembuatan Sekat Bakar 12 3.1.2. Ketentuan Teknis Pembuatan Sekat Bakar 12 3.2. Perencanaan 12 3.2.1. Pemilihan Lokasi 12 3.2.2. Ketentuan Teknis Lokasi Pembuatan Sekat Bakar 13 3.2.3. Pemilihan Tipe Sekat Bakar 13 3.2.4. Ukuran Sekat Bakar 13 3.2.5. Pembuatan Rencana Arah Jalur Sekat Bakar 14 3.2.6. Pemilihan Tanaman Sekat Bakar 14 3.2.7. Kebutuhan Personil dan Sarana Prasarana 15 3.3. Pelaksanaan 15 3.4. Separasi Vegetasi 16 3.4.1. Separasi Horizontal 16 3.4.2. Separasi Vertikal 16 3.5. Pengendalian Erosi Tanah 17 3.6. Pemantauan dan Pemeliharaan 17 BAB IV. PERAN SERTA MASYARAKAT 18 DAFTAR PUSTAKA 22 LAMPIRAN 23

Page 6: PEDOMAN TEKNIS PEMBUATAN SEKAT BAKAR DI KAWASAN …

v

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Ragam Fisik Sekat Bakar Alami Tabel 2. Analisis Perbandingan Sekat Bakar Buatan Tabel 3. Ragam Fisik Sekat Bakar Jalur Hijau Tabel 4. Ragam Fisik Sekat Bakar Jalur Kuning Tabel 5. Lebar Sekat Bakar Berdasarkan Kemiringan Areal

Page 7: PEDOMAN TEKNIS PEMBUATAN SEKAT BAKAR DI KAWASAN …

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Sketsa Umum Sekat Bakar Gambar 2. Jenis – Jenis Sekat Bakar Gambar 3. Contoh Sekat Bakar Alami Gambar 4. Sekat Bakar Alami Jalur Hijau di Kawasan Gunung Ciremai Gambar 5. Jenis Sekat Bakar Jalur Hijau Gambar 6. Ragam Fisik Sekat Bakar Jalur Kuning Gambar 7. Sekat Bakar Kombinasi di PT. SBA, Palembang Gambar 8. Ilustrasi Lebar Sekat Bakar Berdasarkan Kemiringan

Page 8: PEDOMAN TEKNIS PEMBUATAN SEKAT BAKAR DI KAWASAN …

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebakaran Hutan dan Lahan yang selanjutnya disebut Karhutla adalah suatu peristiwa terbakarnya hutan dan/atau lahan, baik secara alami maupun oleh perbuatan manusia, sehingga mengakibatkan kerusakan lingkungan yang menimbukan kerugian ekologi, ekonomi, sosial budaya dan politik tidak hanya di lokasi/wilayah terjadinya kebakaran, tetapi juga lokasi/wilayah lain yang terpapar dampak kebakaran. Karhutla akan berlangsung selama masih ada oksigen, bahan bakar dan panas atau sumber api yang lebih dikenal dengan segitiga api sehingga dibutuhkan upaya dan teknik yang tepat dalam upaya pengendalian karhutla.

Paska karhutla tahun 2015, Presiden RI menginstruksikan untuk mengubah paradigma pengendalian karhutla dengan pengarusutamaan upaya pencegahan karhutla. Dengan demikian, pengendaliaan karhutla dilaksanakan tidak terbatas pada saat pemadaman tetapi juga harus memprioritaskan berbagai kegiatan pra-kebakaran dan pasca-kebakaran. Hal yang dilakukan dalam periode pra-karhutla adalah segala upaya yang dilakukan dalam mengurangi potensi dan meminimalkan luas karhutla sedangkan pasca-karhutla merupakan upaya pemulihan areal hutan dan lahan yang terbakar.

Pengendalian karhutla dapat dilakukan secara konvesional maupun dengan pendekatan teknologi yang tepat guna. Strategi pencegahan karhutla dilakukan dengan prinsip pengurangan bahan bakar (hazard reduction) dan pengurangan sumber api (risk reduction). Pengurangan bahan bakar dan sumber api dilakukan dengan metode pencegahan 3E (Education, Engineering dan Law Enforcement). Engineering merupakan cara pencegahan karhutla dengan pendekatan teknis. Beberapa metode yang termasuk bagian dari pendekatan teknis ini dilakukan dengan pembuatan sekat bakar dan ilaran api. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 32/Menlhk/Setjen/Kum.1/3/2016 tentang Pengendalian Kebakaran Hutan Pasal 52 ayat (3) menjelaskan bahwa sekat bakar merupakan salah satu sarana keteknikan pencegahan kebakaran hutan.

Teknik pembuatan sekat bakar sebelumnya telah diatur dalam Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam Nomor 248/Kpts/Dj-vi/1994 tentang Prosedur Tetap Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan, namun masih sederhana dan belum mempertimbangkan berbagai aspek yang mempengaruhi kegiatan pencegahan dan penanggulangan karhutla seperti tipe ekosistem, topografi, aksesibilitas dan ketersediaan sumberdaya. Peraturan tersebut belum mencakup pencegahan karhutla melalui pembuatan sekat bakar sebelum terjadi kebakaran dan kegiatan-kegiatan dalam rangka pemeliharaan dan pembaharuan sekat bakar. Pemeliharaan atau pembaharuan sekat bakar menjelang perkiraan waktu rawan terjadinya karhutla merupakan hal yang sangat penting dilaksanakan untuk memastikan fungsi sekat bakar optimal.

Page 9: PEDOMAN TEKNIS PEMBUATAN SEKAT BAKAR DI KAWASAN …

2

Berbagai studi telah dilaksanakan dalam mengoptimalisasi fungsi pembuatan sekat bakar dalam upaya pengendalian karhutla, namun sampai saat ini belum ada desain teknis yang dapat dijadikan pedoman dalam pembuatan dan pemanfaatan sekat bakar. Perencanaan dan pembuatan sekat bakar juga perlu melibatkan masyarakat dengan tujuan masyarakat dapat mengurangi potensi kejadian karhutla melalui kegiatan pemeliharaan sekat bakar yang memiliki fungsi sosial dan ekonomi buat mereka.

Berkaitan dengan fungsi sekat bakar sebagai salah satu sarana keteknikan pengendalian karhutla yang meliputi berbagai kepentingan pemangkuan wilayah pengelolaan hutan, maka diperlukan suatu pedoman pembuatan sekat bakar yang dapat diadaptasi dan diimplementasikan dalam berbagai kondisi di lapangan.

1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud Penyusunan NSPK Pembuatan Sekat Bakar di Kawasan Hutan adalah untuk memberikan pedoman pembuatan sekat bakar bagi Satuan Kerja/Unit Pelaksana Teknis dan mitra lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam rangka pengendalian karhutla. Tujuan Penyusunan NSPK Pembuatan Sekat Bakar di Kawasan Hutan adalah untuk efektifitas dan efisiensi pembuatan sekat bakar sesuai karakteristik kawasan hutan.

1.3. Kebijakan Terkait Sekat Bakar

1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber daya Alam dan Keanekaragaman Hayati (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419);

2. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2004 (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86);

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2004 Tentang Perlindungan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 147, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4453) sebagaimana telah dirubah dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5056);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5217);

5. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor Nomor P.32/MenLHK/Setjen/Kum.1/3/2016 tentang Pengendalian Kebakaran

Page 10: PEDOMAN TEKNIS PEMBUATAN SEKAT BAKAR DI KAWASAN …

3

Hutan dan Lahan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 583);

6. Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam Nomor 244/Kpts/Dj-vi/1994 tentang Petunjuk Teknis Pemadaman Karhutla;

7. Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam Nomor 248/Kpts/Dj-vi/1994 tentang Prosedur Tetap Pencegahan dan Penanggulangan Karhutla;

1.4. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pedoman dalam pembuatan sekat bakar di kawasan hutan, meliputi: 1. Pengertian dan jenis sekat bakar. 2. Pembuatan, pemantauan dan pemeliharaan sekat bakar. 3. Peran serta masyarakat dalam pembuatan dan pemanfatan sekat bakar

dalam mendukung kegiatan pencegahan karhutla.

Page 11: PEDOMAN TEKNIS PEMBUATAN SEKAT BAKAR DI KAWASAN …

4

BAB II PENGERTIAN DAN JENIS SEKAT BAKAR

2.1. Pengertian Sekat Bakar

Sekat Bakar adalah sekat alami atau buatan dalam hamparan bahan bakar yang dibuat sebelum terjadi kebakaran untuk mencegah dan/atau mengurangi kemungkinan terjadinya kebakaran yang lebih luas. Sekat bakar umumnya berupa jalur yang memisahkan antara areal yang diperkirakan sebagai sumber datangnya api (berbatasan dengan aktivitas masyarakat) dengan areal yang harus diamankan dari kebakaran. Sekat bakar juga diperlukan untuk menyekat dua areal yang dilindungi atau hamparan bahan bakar sehingga dapat mengurangi potensi kebakaran yang lebih luas karena adanya loncatan api.

Gambar 1. Sketsa Umum Sekat Bakar Tujuan dari pembuatan sekat bakar adalah: a. Menghambat atau memperlambat penjalaran api (fungsi ilaran api). b. Mengurangi atau memisahkan akumulasi bahan bakar. c. Mengurangi intensitas panas yang dihasilkan pada saat terjadi kebakaran. d. Menurunkan kebakaran tajuk menjadi kebakaran permukaan. e. Menjadi akses tim regu pemadam kebakaran pada saat pemadaman

langsung. Sekat bakar dibuat sebelum terjadi kebakaran atau menjelang musim kemarau (rawan terjadi kebakaran) berfungsi untuk mengisolasi api apabila terjadi

Page 12: PEDOMAN TEKNIS PEMBUATAN SEKAT BAKAR DI KAWASAN …

5

kebakaran sehingga api tidak merambat/menyebar/menjalar ke areal lain. Dengan demikian sekat bakar akan berfungsi sebagai ilaran api pada saat terjadi kebakaran. Bila api menjalar masuk ke bagian tepi daerah sekat bakar maka penjalaran api menjadi lebih lambat, sehingga bisa memberi kesempatan pada regu pemadam dan masyarakat disekitarnya untuk memadamkan api sebelum menjalar ke tempat lainnya.

2.2. Jenis-Jenis Sekat Bakar

Terdapat dua jenis sekat bakar, yaitu sekat bakar alami dan buatan. Namun sekat bakar tersebut tidak terbatas hanya kepada sekat bakar tunggal namun dapat merupakan kombinasi antara sekat bakar alami dan sekat bakar buatan atau sekat bakar jalur kuning dan sekat bakar jalur hijau.

2.3. Sekat Bakar Alami

Sekat Bakar Alami adalah adalah bentang alam yang difungsikan sebagai

sekat bakar. Sekat Bakar Alami ditentukan berdasarkan hasil identifikasi karakteristik topografi dan bentang alam yang dapat berfungsi sebagai sekat bakar.

Tabel 1. Ragam Fisik Sekat Bakar Alami Ragam

Fisik Embung Rawa Sungai Danau Jurang Hutan Alam

Uraian Embung alami yang difungsikan sebagai sekat bakar

Rawa yang difungsikan sebagai sekat bakar

Sungai yang difungsikan sebagai sekat bakar

Danau yang difungsikan sebagai sekat bakar

Jurang yang difungsikan sebagai sekat bakar

Hutan alam yang difungsikan sebagai sekat bakar

Fungsi Menyambungkan satu sekat bakar dengan sekat bakar lainnya. Embung, sungai dan rawa dapat berfungsi sebagai sumber air pada saat pemadaman kebakaran.

Sekat Bakar

Alami Buatan

Jalur Hijau Jalur Kuning

Permanen Sementara

Gambar 2. Jenis-Jenis Sekat Bakar.

Page 13: PEDOMAN TEKNIS PEMBUATAN SEKAT BAKAR DI KAWASAN …

6

a. Embung b. Rawa

c. Sungai d. Danau/Waduk

e. Jurang

Gambar 3. Contoh Sekat Bakar Alami

Penjarangan dan pemangkasan pada sekat bakar jalur hijau berupa hamparan lahan bervegetasi sisa hutan alam tidak perlu dilakukan penjarangan apabila kondisi hutan tersebut merupakan hutan primer dan masih memiliki tegakan pohon yang sangat rapat sehingga iklim mikro dapat terjaga. Hutan yang memiliki kelembapan yang tinggi merupakan areal dengan potensi terjadinya kebakaran yang rendah. Salah satu contoh sisa hutan alam yang dapat berfungsi sebagai sekat bakar dapat dilihat di kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai.

Page 14: PEDOMAN TEKNIS PEMBUATAN SEKAT BAKAR DI KAWASAN …

7

Gambar 4. Sekat Bakar Alami Jalur Hijau di Kawasan Gunung Ciremai

2.4. Sekat Bakar Buatan

Sekat Bakar Buatan ditempatkan berdasarkan analisis tingkat potensi suatu areal mengalami kebakaran. Sekat Bakar Buatan adalah jalur yang dibuat dan difungsikan sebagai sekat bakar berupa jalur hijau dan jalur kuning. Perbandingan antara jalur hijau dan jalur kuning secara teknis dijelaskan sebagai berikut:

Page 15: PEDOMAN TEKNIS PEMBUATAN SEKAT BAKAR DI KAWASAN …

8

Tabel 2. Analisis Perbandingan Sekat Bakar Buatan Jalur Hijau Jalur Kuning

Kelebihan

Memiliki nilai estetika Jika memanfaatkan

tanaman yang ada sebelumnya, proses pembuatan bisa lebih murah.

Potensi ekonomi tanaman dapat dimanfaatkan.

Secara silvikultur, pertumbuhan tanaman akan lebih baik karena adanya perawatan tanaman.

Mencegah kontak langsung dengan sumber api.

Mengurangi potensi kebakaran yang besar karena tidak adanya/rendahnya bahan bakar di dalam jalur.

Kekurangan

Potensi kebakaran tetap ada namun intensitas penjalaran api dapat dikurangi.

Ukuran jalur hijau lebih lebar dibandingkan jalur kuning.

Relatif mahal dalam pembuatan dan pemeliharaan.

Kurang memiliki nilai estetika.

Diperlukan pembaharuan tergantung umur tanaman.

Kemungkinan terjadinya erosi.

2.4.1. Jalur Hijau

Jalur Hijau adalah jalur sekat bakar yang memiliki vegetasi seperti pohon, semak atau tanaman lain yang telah dimodifikasi sehingga kemampuan penjalaran api terbatas dan dapat dikendalikan. Keberadaan jalur hijau yang ditumbuhi pohon dan tanaman lainnya yang dipertahankan dapat menjaga kelembapan udara dan tanah di bawah lapisan kanopi hutan. Berdasarkan tipe vegetasi, maka terdapat 2 (dua) jenis jalur hijau yaitu: 1. Jalur dengan tanaman Sekat Bakar. 2. Jalur dengan tumbuhan bawah

3. Jalur dengan vegetasi campuran tumbuhan bawah dan pohon.

Berkaitan dengan sekat bakar jalur hijau, yang termasuk sebagai tumbuhan bawah adalah semak/belukar atau vegetasi lain temasuk pohon muda dengan ketinggian kurang dari 3 meter. Sedangkan tanaman dengan ketinggian lebih dari 3 meter dikategorikan sebagai pohon.

Page 16: PEDOMAN TEKNIS PEMBUATAN SEKAT BAKAR DI KAWASAN …

9

Gambar 5. Jenis Sekat Bakar Jalur Hijau

Vegetasi yang ditanam dan/atau dipertahankan di sepanjang jalur hijau harus memenuhi prinsip separasi vegetasi untuk meningkatkan efektifitas sekat bakar jalur hijau. Secara teknis, indikator efektivitas sekat bakar jalur hijau dapat dinilai berdasarkan kecepatan penjalaran api yang semakin berkurang dan potensi penjalaran api dari kebakaran permukaan menjadi kebakaran tajuk yang rendah atau sebaliknya. Semakin efektif suatu sekat bakar jalur hijau, memberikan peluang yang semakin tinggi bagi regu pemadam kebakaran untuk mengendalikan api.

Tabel 3. Ragam Fisik Sekat Bakar Jalur Hijau Ragam Fisik Hamparan lahan

bervegetasi sisa hutan alam

Hamparan lahan bervegetasi sisa hutan produksi

Hamparan lahan bervegetasi dengan tanaman Multi Purpose Tree Species (MPTS)

Hamparan lahan bervegetasi dengan tanaman sekat bakar

Uraian Memanfaatkan tegakkan sisa hutan alam sebagai sekat bakar

Memanfaatkan tegakan sisa hutan produksi sebagai sekat bakar

Memanfaatkan tanaman MPTS sebagai sekat bakar

Memanfaatkan jenis tanaman sekat bakar hasil riset

Fungsi Memecah angin Mempertahankan dan meningkatkan iklim mikro Mencegah penjalaran api

Lokasi Kawasan Hutan Alam

Kawasan Hutan Produksi

Kawasan yang berbatasan dengan perladangan masyarakat

Kawasan yang tidak produktif

Page 17: PEDOMAN TEKNIS PEMBUATAN SEKAT BAKAR DI KAWASAN …

10

Penjarangan tanaman dan pemangkasan cabang/ranting tanaman adalah kegiatan yang dilakukan dalam memenuhi prinsip separasi vegetasi dan harus dilakukan apabila kerapatan tanaman cukup rentan mengalami penjalaran api yang lebih cepat. Dampak dari kegiatan penjarangan dan/atau pemangkasan cabang/ranting tersebut akan menghasilkan sisa cabang/ranting atau serasah yang jika sudah kering akan menjadi bahan bakar yang sangat potensial. Bahan bakar potensial tersebut harus segera dihilangkan untuk mempertahankan efektifitas jalur hijau.

2.4.2. Jalur Kuning Jalur Kuning adalah jalur sekat bakar dengan area yang bersih dari bahan

bakar hingga terlihat permukaan tanah atau material lain yang tidak

potensial untuk terbakar.

Tabel 4. Ragam Fisik Sekat Bakar Jalur Kuning

a. Jalan sebagai Sekat Bakar

b. Parit Berfungsi sebagai Sekat Bakar

c. Kanal Tertutup sebagai Sekat Bakar pada Kawasan Gambut

Gambar 6. Ragam Fisik Sekat Bakar Jalur Kuning

Ragam Fisik Jalan/batas antara blok tanaman

Parit/ Kanal (Lahan Gambut)

Uraian Membuat dan atau memanfaatkan jalan atau batas antara blok tanaman sebagai sekat bakar

Memanfaatkan Parit/kanal tertutup yang telah ada sebagai sekat bakar untuk lahan gambut

Fungsi Mencegah penjalaran api permukaan

Page 18: PEDOMAN TEKNIS PEMBUATAN SEKAT BAKAR DI KAWASAN …

11

2.5. Sekat Bakar Kombinasi

Sekat bakar kombinasi adalah sekat bakar yang menggabungkan sekat bakar

alami dengan sekat bakar buatan dan atau sekat bakar jalur kuning dengan sekat

bakar jalur hijau dalam satu jalur.

Gambar 7. Sekat Bakar Kombinasi di PT. SBA, Palembang.

Page 19: PEDOMAN TEKNIS PEMBUATAN SEKAT BAKAR DI KAWASAN …

12

BAB III TEKNIK PEMBUATAN DAN DESAIN SEKAT BAKAR

3.1 Pembuatan Sekat Bakar

3.1.1 Prinsip Umum Pembuatan Sekat Bakar a. Lokasi pembuatan sekat yang sesuai dengan persyaratan. b. Sekat bakar tidak terputus dan atau diupayakan harus mengelilingi

areal yang dilindungi. c. Sekat bakar diupayakan terkoneksi dengan sekat bakar yang sudah

ada atau dengan sekat bakar alami. d. Sekat bakar harus terkoneksi dengan jalan pengelolaan sebagai akses

apabila dilaksanakan pemantauan, pemeliharaan sekat bakar dan atau pemadaman kebakaran secara langsung.

e. Sekat bakar dapat dimanfaatkan sebagai ilaran api dalam upaya pemadaman tidak langsung maupun untuk mendukung kegiatan pemadaman langsung.

f. Dalam pelaksanaan pembuatan sekat bakar seminimal mungkin mengganggu ekosistem.

3.1.2 Ketentuan Teknis Pembuatan Sekat Bakar. a. Semakin miring suatu areal, Sekat Bakar dibuat semakin lebar. b. Semakin kompleks topografi kawasan, Sekat Bakar dibuat semakin

lebar. c. Semakin besar potensi ukuran api, Sekat Bakar dibuat semakin lebar. d. Semakin tinggi hamparan bahan bakar, Sekat Bakar dibuat semakin

lebar. e. Sekat Bakar dibuat tegak lurus dengan perkiraan arah angin. f. Semakin tinggi perkiraan kecepatan angin pada arah hamparan bahan

bakar, Sekat Bakar dibuat semakin lebar. g. Sekat Bakar dibuat sependek mungkin dengan menghubungkan Sekat

Bakar alami dan atau Sekat Bakar yang sudah ada. h. Semakin jauh areal yang dilindungi dari sumberdaya pemadam

kebakaran, Sekat Bakar dibuat semakin lebar. 3.2 Perencanaan

3.2.1 Pemilihan Lokasi

Ketentuan umum lokasi pembuatan sekat bakar adalah sebagai berikut: a. Diprioritaskan dibuat di lokasi rawan terjadi kebakaran (riwayat

kejadian kebakaran. Data dan informasi yang diperlukan antara lain riwayat kejadian kebakaran, deteksi hotspot, dan informasi kebiasan aktifitas masyarakat, sebaran hotspot dan jarak dengan aktivitas masyarakat.

b. Wilayah tidak dikelola secara baik yang berpotensi terjadinya perambahan dan konflik lahan karena kurangnya pengawasan dan pengamanan.

c. Melindungi wilayah prioritas seperti high conservation value (HCV), habitat flora dan fauna dilindungi, fasilitas publik dan/atau fasilitas strategis dan/atau kawasan prioritas lainnya.

Page 20: PEDOMAN TEKNIS PEMBUATAN SEKAT BAKAR DI KAWASAN …

13

3.2.2. Ketentuan teknis lokasi pembuatan sekat bakar adalah sebagai berikut

(The Natural Resources Conservation Service ( NRCS ), 2007):

a. Disepanjang punggung bukit dengan kelembapan yang cukup tinggi. b. Disepanjang jalur terbuka lainnya seperti jalan dan jalur pipa. c. Disepanjang areal basah atau berair (seperti rawa, kanal, sungai,

parit dan sawah). d. Disepanjang perbatasan areal yang dilindungi dengan kawasan

pemukiman dan atau kawasan dengan aktifitas masyarakat.

3.2.3 Pemilihan Tipe Sekat Bakar

a. Status dan fungsi kawasan hutan. Pemilihan tipe sekat bakar berdasarkan status dan fungsi kawasan sangat penting untuk memastikan bahwa tipe sekat bakar yang akan dibuat seminimal mungkin menyebabkan kerusakan dan gangguan pada fungsi kawasan.

b. Jenis tanah (mineral atau gambut) Pada jenis tanah mineral dapat membuat sekat bakar berupa jalur hijau dan atau jalur kuning dengan memanfaatkan jalan atau batas antara blok tanaman. Sedangkan pada lahan gambut dapat membuat parit/kanal sebagai sekat bakar.

c. Tipe ekosistem. d. Topografi areal (ketinggian, kemiringan, berbukit, lembah atau

datar). e. Jenis dan kuantitas bahan bakar.

3.2.4 Ukuran Sekat Bakar a. Panjang Sekat bakar.

Sekat bakar diupayakan dibuat mengelilingi kawasan yang dilindungi dengan tidak terputus. Untuk meningkatkan efisiensi pembuatan sekat bakar, maka sekat bakar yang akan dibuat dapat disambungkan dengan sekat bakar alami dan atau sekat bakar buatan yang sudah ada.

b. Lebar Sekat Bakar Lebar sekat bakar dibuat sesuai dengan ketentuan teknis pembuatan sekat bakar. Mooney (2010) merekomendasikan lebar sekat bakar berdasarkan kemiringan areal dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 5. Lebar Sekat Bakar Berdasarkan Kemiringan Areal.

Kemiringan %

Lebar Minimun Lereng Bawah

(meter)

Lebar Minimum Lereng Atas (meter)

Total (meter)

0 45 45 90 10 42 50 92 20 40 54 94 30 36 60 96 40 34 64 98 50 32 68 100 60 30 72 102

Page 21: PEDOMAN TEKNIS PEMBUATAN SEKAT BAKAR DI KAWASAN …

14

3.2.5 Pembuatan Rencana Arah Jalur Sekat Bakar Pembuatan arah jalur sekat bakar mempertimbangkan:

a. tegak lurus dengan perkiraan arah angin;

b. tegak lurus dengan perkiraan titik asal kebakaran; dan

c. menyambungkan Sekat Bakar alami atau Sekat Bakar yang sudah ada.

3.2.6 Pemilihan Tanaman Sekat Bakar :

Tanaman sekat bakar dapat berupa pohon dan tumbuhan bawah. Dalam pemilihan tanaman sekat bakar, perlu mempertimbangkan kriteria dan karakteristik tanaman sekat bakar sebagai berikut: Kriteria tanaman sekat bakar adalah sebagai berikut: a. Memiliki kemampuan menghambat atau mengurangi kecepatan

penjalaran api. b. Diutamakan dari jenis lokal. c. Mudah dalam penanaman dan pemeliharaan. d. Tidak termasuk sebagai tanaman invasif pada kawasan konservasi. e. Tahan terhadap serangan hama penyakit.

Karakteristik pohon yang dapat berfungsi sebagai tanaman sekat bakar sehingga mampu menghambat atau mengurangi kecepatan penjalaran api :

a. Tanaman selalu hijau dan tahan kekeringan (evergreen), tidak menggugurkan daun pada musim kemarau.

b. Dapat menekan tumbuhan bawah dan liana yang termasuk bahan bakar potensial.

c. Serasah tidak banyak dan mudah terdekomposisi/mudah terurai. d. Pohon berkulit keras dan sulit terbakar. e. Mudah bertrubus Beberapa jenis perdu atau semak dapat juga dijadikan sebagai sekat bakar seperti Seuseureuhan, Kangkungan, Kaliandraecang serta beberapa jenis tanaman penutup tanah yang termasuk kepada Legum Cover Crops (LCC)

Gambar 8. Ilustrasi Lebar Sekat Bakar Berdasarkan Kemiringan

Page 22: PEDOMAN TEKNIS PEMBUATAN SEKAT BAKAR DI KAWASAN …

15

karena dapat menciptakan kondisi kelembapan yang tinggi di permukaan tanah.

Berdasarkan kriteria dan karakteristik tanaman sekat bakar di atas, berikut beberapa jenis tanaman yang dapat dipertimbangkan sebagai tanaman sekat bakar.

Tabel 6. Jenis Tanaman Sekat Bakar.

Wibowo (2005) menjelaskan bahwa tanaman Laban (Vitex pubescens) merupakan jenis tanaman sekat bakar yang cukup baik di hutan alam dan tanaman Lamtoro (Leucaena glauca Bth) di hutan tanaman.

3.2.7 Kebutuhan Personil dan Sarana Prasarana

Perencanaan pembuatan sekat bakar tidak hanya terbatas pada tahapan waktu tetapi juga ketersediaan sumber daya. Sebagai panduan pemangku wilayah dalam pembuatan sekat bakar, perlu dibuat analisis kebutuhan sumberdaya meliputi jumlah personil serta jenis sarana dan prasarana yang dibutuhkan dengan mempertimbangkan:

a. Rencana jenis sekat bakar. b. Panjang dan lebar sekat bakar

Tim pelaksanaan pembuatan sekat bakar sekurang-kurangnya terdiri dari:

a. 1 (satu) orang yang memiliki kemampuan menggunakan GPS dan memahami teknik pemetaan.

b. Anggota tim yang lain memiliki kemampuan dan terlatih dalam menggunakan peralatan pembuatan sekat bakar (mekanis, semi mekanis dan manual).

c. Khusus dalam pembuatan Jalur Hijau, tim memahami metode silvikultur yang baik dan benar.

Pembuatan sekat bakar dapat dilaksanakan secara manual, mekanis, semi-mekanis dan kimia. Pemilihan sarana dan peralatan pembuatan sekat bakar mempertimbangkan aspek ekologi kawasan serta efisiensi dan efektifitas proses pembuatan sekat bakar.

3.3 Pelaksanaan

Tahapan pembuatan Sekat Bakar dijelaskan sebagai berikut:

a. Membuat akses jalan terhadap sekat bakar.

b. Pengkayaan tanaman disepanjang jalur sekat bakar dengan menggunakan tanaman sekat bakar dan tetap mempertimbangkan separasi vegetasi.

c. Melakukan separasi vegetasi untuk menghambat atau mengurangi potensi penjalaran api.

Page 23: PEDOMAN TEKNIS PEMBUATAN SEKAT BAKAR DI KAWASAN …

16

d. Membersihkan serasah dan atau material lain yang mudah terbakar dan atau material kering yang potensial sebagai agen penjalaran api.

3.4 Separasi Vegetasi. Separasi vegetasi adalah kegiatan untuk memisahkan vegetasi (pohon dan vegetasi bawah) yang ada di dalam jalur sekat bakar untuk mengurangi potensi penjalaran api secara vertical (kebakaran permukaan menjadi kebakaran tajuk) maupun penjalaran api secara horizontal. Separasi vegetasi dapat dilakukan melalui kegiatan pemangkasan (pruning) dan penjarangan (thinning). 3.4.1 Separasi Horizontal. Separasi horizontal dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut (Rigolot, Castelli, Cohen, Costa, & Duche, 2003): a. Ukuran tajuk individu atau kelompok semak/belukar selebar lebarnya 5

meter. b. Jarak horizontal tajuk terluar antara semak/belukar dan semak/belukar

lainnya adalah sama dengan ukuran tajuk terlebar dari semak/belukar yang berdekatan atau serendah-rendahnya 2 meter apabila tajuk terlebar semak belukar yang berdekatan kurang dari 2 meter.

c. Jarak horizontal tajuk terluar antara semak/belukar dengan pohon adalah 3

kali tinggi semak/belukar atau serendah-rendahnya 2 meter apabila nilai dari perkalian lebar tajuk semak/belukar kurang dari 2 meter.

3.4.2 Separasi Vertikal. Separasi Vertikal dilaksanakan melalui kegiatan pemangkasan vegetasi dengan ketentuan sebagai berikut:

D<5 meter

d1=D d1>2meter

ter

d2=3xH d2>2meter

ter

H

Page 24: PEDOMAN TEKNIS PEMBUATAN SEKAT BAKAR DI KAWASAN …

17

a. Sekurang-kurangnya 30% dari tinggi total pohon berdaun lebar. b. Serendah-rendahnya 2 meter apabila hasil persentasi sebagaimana huruf a

dan b kurang dari 2 meter.

Dikecualikan separasi vertikal untuk tanaman sekat bakar perdu dan LCC seperti: kaliandra, secang dan tanaman dengan karakteristik yang sama.

3.5 Pengendalian Erosi Tanah Dalam proses pembuatan sekat bakar perlu menerapkan pengendalian

erosi tanah meliputi: (Tasmanian Government, 2016):

1. Meminimalkan kerusakan tanah yang berlebihan 2. Menerapkan teknik pengendalian erosi yang baik seperti pembuatan saluran

air dan embung dengan mempertimbangkan kelas kepekaan erosi (erodibilitas) dan kemiringan tanah.

3. Mempertahankan jalur drainase alami 4. Menghindari gangguan pada arus/ aliran air atau sungai. 5. Menghindari areal yang potensial longsor.

3.6 Pemantauan dan Pemeliharaan

1. Pengecekan jalur sekat bakar yang telah ada secara berkala, khususnya saat

menjelang dan pada musim kemarau.

2. Pembersihan serasah dan atau material lain yang mudah terbakar dan atau

material kering yang potensial sebagai agen penjalaran api di jalur sekat

bakar dilakukan secara berkala. Teknik pembersihan serasah dapat

dilakukan melalui kegiatan pengangkutan dan pembuangan, dikuburkan

dalam tanah atau dicincang menjadi serpihan (Dennis, 2005).

3. Melakukan separasi vegetasi (Rigolot, Castelli, Cohen, Costa, & Duche, 2003).

Page 25: PEDOMAN TEKNIS PEMBUATAN SEKAT BAKAR DI KAWASAN …

18

BAB IV PERAN SERTA MASYARAKAT

Permasalahan utama pencegahan kebakaran hutan dan lahan adalah (a) perilaku pembukaan lahan dengan membakar; (b) keberagaman aktifitas sosial ekonomi yang rendah; dan (c) pemilik lahan berasal dari dalam dan luar desa sehingga kontrol sosial masyarakat desa menjadi rendah (PHKA-JICA, 2014). Oleh karena itu, pemberdayaan masyarakat di desa-desa rawan kebakaran dilaksanakan melalui peningkatan kapasitas perencanaan dan tanggungjawab masyarakat desa atas lemahnya keterpaduan sosial, belum adanya tata kelola lahan, dan rendahnya kapasitas penganekaragaman ekonomi desa sebagai jaminan pencegahan kebakaran. Masyarakat sekitar hutan memiliki peran kunci dalam pengendalian kebakaran hutan, baik dalam pencegahan kebakaran, pemadaman kebakaran, maupun penanganan pasca kebakaran. Pembangunan sekat bakar sebagai upaya pencegahan kebakaran hutan di Indonesia telah dilakukan di beberapa daerah dengan melibatkan masyarakat sekitar wilayah hutan. Peran serta masyarakat diperlukan dalam pembangunan sekat bakar untuk kegiatan sebagai berikut:

a. Perencanaan, berupa: informasi lokasi-lokasi rawan kebakaran, lokasi sekat bakar alami, lokasi penyiapan lahan, jenis-jenis tanaman lokal dan yang bermanfaat bagi masyarakat.

b. Pelaksanaan, baik dalam pembuatan jalur kuning maupun jalur hijau. c. Pemeliharaan sekat bakar jalur kuning dan jaur hijau. d. Pemantauan fungsi sekat bakar alami maupun buatan. e. Pemanfaatan hasil hutan non kayu dari tanaman sekat bakar.

Keterlibatan semua komponen masyarakat desa dalam pencegahan kebakaran diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan petani, memiliki kemampuan kelola dan pengawasan untuk menilai potensi, motivasi, dan kapabilitas kelompok tani, komunitas masyarakat peduli api, dll untuk mengambil keputusan secara mandiri dan bijak dalam pembukaan lahan tanpa bakar. Selain itu, pemberdayaan melalui pendampingan desa terpadu pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat (PHKA-JICA, 2014). Beberapa upaya pencegahan kebakaran berbasis masyarakat/desa dalam pembuatan dan pemeliharaan sekat bakar yang telah dilakukan di Indonesia melalui metode pencegahan kebakaran secara partisipatif, antara lain: 1) FFPMP1 (Forest Fire Prevention Management Project 1) dengan upaya pengurangan

bahan mudah terbakar melalui uji coba pola IGB (integrated green belt) di daerah

penyangga Taman Nasional Berbak, Provinsi Jambi tahun 1997-1999. Pola IGB

dilakukan di areal rawa gambut dengan pembuatan parit/ kanal dan penanaman

pohon MPTS di sekeliling lahan tidur dan sawah. Parit yang berfungsi sebagai sekat

bakar dimaksudkan mencegah menjalarnya kobaran api karena genangan air dapat

mencegah tumbuhnya gulma dan air juga dapat mendinginkan bahan mudah

terbakar apabila terjadi kebakaran, sedangkan pohon MPTS (karet, buah-buahan,

dll) dimaksudkan untuk memberikan uang tunai sampingan.

2) FFPMP1 (Forest Fire Prevention Management Project 1) dengan upaya pengurangan

bahan mudah terbakar melalui uji coba pola teknologi pertanian lahan miring

Page 26: PEDOMAN TEKNIS PEMBUATAN SEKAT BAKAR DI KAWASAN …

19

(SALT-sloping agriculture technology) pada daerah penyangga hutan lindung dan

hutan produksi terbatas di Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat tahun

1999. Pola ini menerapkan sistem agroforestry alley cropping (penanaman

lorong/sela pagar tanaman). Tanaman jalur yang digunakan adalah polong-

polongan yang berfungsi sebagai pupuk diantara padi gogo.

3) Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) telah menandatangani nota kerja sama

dengan United Kingdom Climate Change Unit (UKCCU) untuk kegiatan ‘’Tata Kelola

Hutan dan Lahan Gambut untuk Mengurangi Emisi di Indonesia melalui Kegiatan

Lokal (TEGAK)’’ di wilayah Kalimantan Tengah. Pembuatan sumur bor merupakan

salah satu solusi untuk mengantisipasi kebakaran lahan dan hutan gambut karena

mampu memenuhi fungsi pembasahan (rewetting) lahan gambut. Sumur bor yang

ditempatkan secara teratur dan dalam pola yang teratur mengikuti garis dalam

sekat bakar, akan mempermudah pembasahan gambut dan pencegahan kebakaran.

Sekat bakar ini sekaligus sebagai akses masuk ke lokasi karena sudah ditebas dan

ditanami dengan tanaman tahan api seperti Shorea Balangiran (Kahui),

Combretuscarpus Rotondatus (Tumih), dan jenis tanaman lokal lainnya yang

memiliki ketahanan terhadap api. Target dari program yang didukung

pendanaannya oleh ICCTF ini adalah membangun sebanyak 600 unit sumur bor,

menyediakan 60 pompa dan 12 unit alat pembuat sumur bor, membuat sekat bakar

dengan panjang maksimum 5.000 m dan lebar 4 m yang ditanami 30.000 tanaman

tahan api di wilayah Pulang Pisat, Kaliman,

4) Pada musim kemarau, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) kerap terjadi di Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC). Kejadian tersebut dapat merusak habitat flora dan fauna sehingga mengancam kelestariannya. Asap akibat karhutla juga merupakan penyebab polusi udara. Oleh karenanya perlu cara untuk menanganinya. Ya, sekat bakar. Pembuatan sekat bakar dilaksanakan pada 30 April sampai 14 Mei 2018 di Blok Batu Kuda, Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I Kuningan yang melibatkan 8 Polisi Kehutanan dan 12 Masyarakat Peduli Api (MPA) Desa Padabeunghar.Sekat bakar sepanjang 5 km, lebar 4 m yang mengelilingi area pemulihan ekosistem seluas 60,2 ha dibuat dengan menggunakan cangkul dan parang. Kegiatan ini diharapkan dapat meminimalisir penyebaran api sehingga tidak meluas ke area lainnya. Sekat bakar memang upaya pencegahan karhutla yang dikerjakan oleh petugas. Namun masyarakat juga harus berperan aktif mencegah karhutla dengan tidak melakukan pembakaran untuk penyiapan lahan (TNGC, 2018)

5). Dalam rangka mengantisipasi terjadinya kebakaran hutan Perum Perhutani KPH

Bojonegoro membuat sekat bakar (pemutus umpan api). Hal ini dilakukan serentak

di beberapa titik rawan terjadinya kebakaran di wilayah KPH Bojonegoro.

Pembuatan sekat bakar tersebut merupakan salah satu upaya dalam mengantisipasi

terjadinya kebakaran hutan. Pembuatan sekat bakar di sepanjang tepian jalan raya

dengan jarak 5 meter sampai dengan jarak 10 meter diharapkan dapat mencegah

terjadinya kebakaran hutan meluas. Salah satu penyebab sering terjadinya

kebakaran hutan umumnya diawali dari tepi jalan raya. Hal ini disebabkan karena

Page 27: PEDOMAN TEKNIS PEMBUATAN SEKAT BAKAR DI KAWASAN …

20

faktor ketidaksengajaan maupun faktor kesengajaan dari orang-orang yang tidak

bertanggungjawab dan tidak menyadari dampak kerugian yang diakibatkan.

6) Pemeliharaan sekat bakar adalah sebagai upaya untuk mengoptimalkan fungsi sekat

bakar yang ada guna pencegahan dan penanggulangan kebakaran agar tidak

menjalar lebih luas terutama untuk mencegah api menjalar ke dalam kawasan hutan

Taman Nasional Alas Purwo. Pemeliharaan Sekat Bakar ini melibatkan masyarakat

sekitar kawasan dan anggota MPA sebagai wujud dalam kegiatan pemberdayaan

masyarakat kontekstual. Masyarakat yang terlibat mayoritas adalah masyarakat

yang dulunya adalah pelaku pelanggaran pencari bambu di dalam kawasan hutan

TNAP. Sebagai konsekuensi penghentian aktivitas masyarakat tersebut, maka setiap

ada kegiatan dari TNAP yang melibatkan masyarakat harus mengikutkan mereka

sebagai kompensasinya.

Pemeliharaan sekat bakar yang dibuat adalah wilayah perbatasan antara hutan produksi Perum Perhutani dengan kawasan hutan TNAP. Bahan bakar yang mendominasi dan harus dibersihkan adalah serasah daun jati yang cukup tebal dan sangat rawan terbakar. Disamping itu ada beberapa lokasi yang tidak berbatasan langsung dengan hutan produksi, akan tetapi di daerah-daerah hutan bambu yang banyak aktivitas nelayan sandar dan biasanya mereka membuat perapian di pinggir pantai. Agar api tidak menjalar ke dalam kawasan hutan, maka harus dibuat sekat bakar pada lokasi tersebut. Kegiatan ini dilaksanakan selama 10 hari dengan melibatkan masyarakat sejumlah 60 orang yang dibagi menjadi 3 tim.

7) TN Bromo Tengger 2012, Di lokasi Ranu Regulo Praktek dilakukan di daerah yang dekat dengan Areal Kebun Koleksi Tanaman Restorasi yaitu di bukit di sekitar Ranu Regulo yang berbatasan langsung dengan Blok Edelwis. Menurut Petugas TNBTS bahwa daerah tersebut agak rawan kebakaran karena banyak di tumbuhi pohon cemara. Pembuatan sekat bakar dilaksanakan oleh 40 orang anggota MPA, Hasilnya yaitu pembuatan sekat bakar sepanjang 60 Meter. Di Mororejo praktek pembuatan sekat bakar dilaksanakan di Areal CDM Sumitomo, areal ini banyak ditanami dengan jenis Acacia decurrens dan Cassuarina Junghuhniana. Sekat bakar dibuat dengan lebar 6 m sesuai dengan kontur.

8) Balai KSDA Jawa Tengah setiap tahun melaksanakan kegiatan pembuatan sekat bakar

guna mengantisipasi terjadinya kebakaran hutan. Cagar alam seluas 30 Ha yang

didominasi tegakan Jati (Tectona grandis) ini pada musim kemarau rawan terjadi

kebakaran hutan, baik kebakaran yang berasal dari cagar alam sendiri, maupun

kebakaran yang berasal dari rembetan kebakaran di hutan produksi Perum

Perhutani yang berbatasan langsung dengan cagar alam. Pemeliharaan sekat bakar

yang telah dibuat sebelumnya dilakukan, karena biasanya sekat bakar yang dibuat

akan ditumbuhi kembali apabila telah turun hujan. Kegiatan pemeliharaan sekat

bakar melibatkan anggota Masyarakat Peduli Api (MPA) yang telah terbentuk di

Desa Cabak. Pelibatan masyarakat sekitar kawasan merupakan upaya BKSDA Jawa

Tengah selaku pemangku kawasan untuk merangkul masyarakat agar mereka

semakin peduli dan berpartisipasi aktif dalam upaya-upaya konservasi.

Page 28: PEDOMAN TEKNIS PEMBUATAN SEKAT BAKAR DI KAWASAN …

21

Manfaat sekat bakar bagi masyarakat

1. Sekat bakar di lahan gambut berupa parit atau kanal yang disekat dapat

berfungsi sebagai kolam-kolam ikan/beje tempat masyarakat memelihara ikan

dan mengambil hasilnya untuk penghidupannya.

Sekat bakar berupa jalur vegetasi dapat dimanfaatkan masyarakat dari hasil non

kayunya, seperti buah pinang, buah pisang, buah nenas, buah kopi, aren.

Tanaman kaliandra, tanaman kacang-kacangan sebagai sekat bakar dapat

dimanfaatkan bunganya sebagai pakan lebah madu. Masyarakat sekita dapat

memelihara lebah madu dan menjadikannya sebagai sumber penghidupan.

Page 29: PEDOMAN TEKNIS PEMBUATAN SEKAT BAKAR DI KAWASAN …

22

DAFTAR PUSTAKA

Dennis, F. C. (2005). Fuelbreak Guidelines for Forested Subdivisions & Communities. Colorado:

Colorado State Forest Service. Dipetik 1 Juli 2019, dari

https://mountainscholar.org/handle/10217/45082

Mooney, C. (2010). Fuelbreak Effectiveness in Canada’s Boreal Forests: A Synthesis of Current

Knowledge. Vancouver: FPInnovations. Dipetik 6 Mei 2019, dari

http://wildfire.fpinnovations.ca/74/FuelbreakEffectivenessFinalReport.pdf

Rigolot, E., Castelli, L., Cohen, M., Costa, M., & Duche, Y. (2003). Recommendations for Fuel-Break

Design and Fuel Management at the Wildland Urban Interface: An Empirical Approach in

South Eastern France. International Workshop, Forest Fires in the Wildland-Urban

Interface and Rural Areas in Europe: An Integral Planning and Management Challenge,

May 15&16, (hal. 131-139). Athens, Greece. Dipetik 11 Juli 2019, dari

http://www.fria.gr/WARM/chapters/warmCh16Rigolot.pdf

Sumantri. (2019). Sekat Bakar. Materi Presentasi Rapat Pembahasan Penyusunan NSPK Sekat

Bakar di Kawasan Hutan, 10 Maret 2019. Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan dan

Lahan.

Tasmanian Government. (2016). Fuel Break Guidelines: Guidlines for The Design of Fuel Breaks in

Urban-rural Interface. Hobart Tasmania: Tasmania Fire Service.

The Natural Resources Conservation Service ( NRCS ). (2007). Fuelbreak. Natural Resources

Conservation Service Conservation Practice Standard 383-1. Dipetik 3 Mei 2019, dari

http://cemendocino.ucanr.edu/files/17263.pdf

Wibowo, A. (2005). Kerawanan Hutan Tanaman Campuran Terhadap Kebakaran dan Pemilihan

Jenis Tanaman Sekat Bakar Di Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan Bayah, Banten.

Bogor: Badan Litbang Kehutanan.

Page 30: PEDOMAN TEKNIS PEMBUATAN SEKAT BAKAR DI KAWASAN …

23

Lampiran Pedoman Teknis Pembuatan Sekat Bakar di Kawasan Hutan

Jenis-Jenis Flora Tanaman Sekat Bakar

No Nama Lokal

Nama Latin

Famili Pustaka Keterangan

1 Cemara gunung

Casuarina junghuhniana Miquel

Casuarinaceae Pinyopusarerk, K., 1997. Casuarina junghuhniana Miquel. In: Faridah Hanum, I & van der Maesen, L.J.G. (Editors): Plant Resources of South-East Asia No 11: Auxiliary plants. PROSEA Foundation, Bogor, Indonesia. Database record: prota4u.org/prosea

Termasuk tanaman pionir dan cepat tumbuh

Pohon dewasa tahan terhadap api dan memiliki kemampuan berterubus yang cepat setelah terbakar.

Termasuk tanaman yang cocok untuk kegiatan rehabilitasi

2 Jerukan Siphonodon celastrineus

Celasteraceae Ban, N.T., 1998. Siphonodon Griffith. In: Sosef, M.S.M., Hong, L.T. and Prawirohatmodjo, S. (Editors): Plant Resources of South-East Asia No 5(3): Timber trees; Lesser-known timbers. PROSEA Foundation, Bogor, Indonesia. Database record: prota4u.org/prosea

Kanopi lebar serta tinggi pohon dapat mencapai 15-30 meter

Tahan terhadap api namun bersifat intoleran

Jenis ini dapat dapat diperbanyak melalui biji

3 Kipait Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray

Compositae Sosef, M.S.M. & van der Maesen, L.J.G., 1997. Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray. In: Faridah Hanum, I & van der Maesen, L.J.G. (Editors): Plant Resources of South-East Asia No 11: Auxiliary plants. PROSEA Foundation, Bogor, Indonesia. Database record: prota4u.org/prosea

Jenis tanaman berbunga

Sebagai pengendali erosi, bahan pupuk, tanaman hias, tanaman sekat bakar, dan sebagai tanaman pagar

Toleran terhadap panas dan kering

Page 31: PEDOMAN TEKNIS PEMBUATAN SEKAT BAKAR DI KAWASAN …

24

No Nama Lokal

Nama Latin

Famili Pustaka Keterangan

4 Benuang Octomeles sumatrana

Datiscaceae Hildebrand, J.W., Boer, E., Laming, P.B. & Fundter, J.M., 1995. Octomeles Miq.. In: Lemmens, R.H.M.J., Soerianegara, I. and Wong, W.C. (Editors): Plant Resources of South-East Asia No 5(2): Timber trees; Minor commercial timbers. PROSEA Foundation, Bogor, Indonesia. Database record: prota4u.org/prosea

Tahan terhadap api Tanaman cepat

tumbuh dan selalu hijau (evergreen)

Tinggi pohon dapat mencapai 62 meter

5 Buni Antidesma L Euphorbiaceae Sambas, E.N. & Sosef, M.S.M., 1998. Antidesma L.. In: Sosef, M.S.M., Hong, L.T. and Prawirohatmodjo, S. (Editors): Plant Resources of South-East Asia No 5(3): Timber trees; Lesser-known timbers. PROSEA Foundation, Bogor, Indonesia. Database record: prota4u.org/prosea

Tumbuh di tempat yang terbuka

Tanaman yang tahan api

Memiliki tajuk yang rapat

6 Sasah Aporusa Euphorbiaceae Thin, N.N. & On, T.V., 1998. Aporosa Blume. In: Sosef, M.S.M., Hong, L.T. and Prawirohatmodjo, S. (Editors): Plant Resources of South-East Asia No 5(3): Timber trees; Lesser-known timbers. PROSEA Foundation, Bogor, Indonesia. Database record: prota4u.org/prosea

Relatif tahan terhadap api

7 Asam gunung

Aporosa Cleistanthus sp

Euphorbiaceae Thin, N.N. & On, T.V., 1998. Aporosa Blume. In: Sosef, M.S.M., Hong, L.T. and

Tahan terhadap api Daun relatif tebal

Page 32: PEDOMAN TEKNIS PEMBUATAN SEKAT BAKAR DI KAWASAN …

25

No Nama Lokal

Nama Latin

Famili Pustaka Keterangan

Prawirohatmodjo, S. (Editors): Plant Resources of South-East Asia No 5(3): Timber trees; Lesser-known timbers. PROSEA Foundation, Bogor, Indonesia. Database record: prota4u.org/prosea

8 Rumput Rhodes

Chloris gayana Kunth

Graminae Mannetje, L.'t & Kersten, S.M.M., 1992. Chloris gayana Kunth. In: Mannetje, L.'t and Jones, R.M. (Editors): Plant Resources of South-East Asia No 4: Forages. PROSEA Foundation, Bogor, Indonesia. Database record: prota4u.org/prosea

Tahan terhadap api namun tidak toleran terhadap naungan.

Dapat digunakan sebagai tanaman cover crop

9 Rumput Paspalum

Paspalum plicatulum Michaux

Graminae Mannetje, L.'t & Kersten, S.M.M., 1992. Paspalum plicatulum Michaux. In: Mannetje, L.'t and Jones, R.M. (Editors): Plant Resources of South-East Asia No 4: Forages. PROSEA Foundation, Bogor, Indonesia. Database record: prota4u.org/prosea

Tahan terhadap api dan kekeringan

Intoleran terhadap cahaya

10 Akar wangi Vetiveria zizanioides (L.) Nash

Graminae de Guzman,C.C. & Oyen, L.P.A., 1999. Vetiveria zizanioides (L.) Nash. In: L.P.A. Oyen and Nguyen Xuan Dung (Editors): Plant Resources of South-East Asia No 19: Essential-oil plants. PROSEA Foundation, Bogor, Indonesia. Database record: prota4u.org/prosea

Tahan terhadap api

Page 33: PEDOMAN TEKNIS PEMBUATAN SEKAT BAKAR DI KAWASAN …

26

No Nama Lokal

Nama Latin

Famili Pustaka Keterangan

11 Kasiebranah

Rhodoleia championi

Hamamelidaceae

Boer, E. & Sosef, M.S.M., 1998. Rhodoleia Champion ex Hook.. In: Sosef, M.S.M., Hong, L.T. and Prawirohatmodjo, S. (Editors): Plant Resources of South-East Asia No 5(3): Timber trees; Lesser-known timbers. PROSEA Foundation, Bogor, Indonesia. Database record: prota4u.org/prosea

Dapat digunakan sebagai tanaman sekat bakar

Tanaman selalu hijau (evergreen)

Tinggi mencapai 12 meter

12 Medang Cinnamomum spp

Lauraceae Ibrahim bin Jantan , Wiselius, S.I., Lim, S.C. & Sosef, M.S.M., 1995. Cinnamomum Schaeffer. In: Lemmens, R.H.M.J., Soerianegara, I. and Wong, W.C. (Editors): Plant Resources of South-East Asia No 5(2): Timber trees; Minor commercial timbers. PROSEA Foundation, Bogor, Indonesia. Database record: prota4u.org/prosea

Dapat berterubus setelah terbakar

Tanaman selalu hijau (evergreen)

13 Akasia Acacia oraria

leguminosae Timor Sebagai tanaman pelindung tanah

Sebagai tanaman sekat bakar pada areal savana

14 Kupu-Kupu Bauhinia malabarica

leguminosae Samsoedin, I., 1998. Bauhinia L.. In: Sosef, M.S.M., Hong, L.T. and Prawirohatmodjo, S. (Editors): Plant Resources of South-East Asia No 5(3): Timber trees; Lesser-known timbers. PROSEA Foundation, Bogor, Indonesia. Database record: prota4u.org/prosea

Tahan terhadap api Tumbuh tersebar

secara alami di padang rumput yang terbakar

Page 34: PEDOMAN TEKNIS PEMBUATAN SEKAT BAKAR DI KAWASAN …

27

No Nama Lokal

Nama Latin

Famili Pustaka Keterangan

15 Kaliandra Calliandra calothyrsus

leguminosae Wiersum, K.F. & Rika, I.K., 1997. Calliandra calothyrsus Meisner. In: Faridah Hanum, I & van der Maesen, L.J.G. (Editors): Plant Resources of South-East Asia No 11: Auxiliary plants. PROSEA Foundation, Bogor, Indonesia. Database record: prota4u.org/prosea

Cocok sebagai tanaman sistem pertanaman lorong (agroforestri)

Cocok sebagai tanaman sekat bakar

16 Orok-Orok Crotalaria alata Buch.-Ham. ex D. Don

leguminosae Sosef, M.S.M. & van der Maesen, L.J.G., 1997. Crotalaria alata Buch.-Ham. ex D. Don. In: Faridah Hanum, I & van der Maesen, L.J.G. (Editors): Plant Resources of South-East Asia No 11: Auxiliary plants. PROSEA Foundation, Bogor, Indonesia. Database record: prota4u.org/prosea

Toleran terhadap api dan naungan

Memiliki sistem perakaran yang dalam

17 Pereng Dichrostachys cinerea

leguminosae Sasmitamihardja, D., 1998. Dichrostachys (DC.) Wight & Arn.. In: Sosef, M.S.M., Hong, L.T. and Prawirohatmodjo, S. (Editors): Plant Resources of South-East Asia No 5(3): Timber trees; Lesser-known timbers. PROSEA Foundation, Bogor, Indonesia. Database record: prota4u.org/prosea

Tahan terhadap api Tidak toleran

terhadap tanah yang jenuh air

18 Dadap Erythrina poeppigiana (Walpers) O.F. Cook

leguminosae Oyen, L.P.A., 1997. Erythrina poeppigiana (Walpers) O.F. Cook. In: Faridah Hanum, I

Tahan terhadap api Sebagai pengontrol

kebakaran

Page 35: PEDOMAN TEKNIS PEMBUATAN SEKAT BAKAR DI KAWASAN …

28

No Nama Lokal

Nama Latin

Famili Pustaka Keterangan

& van der Maesen, L.J.G. (Editors): Plant Resources of South-East Asia No 11: Auxiliary plants. PROSEA Foundation, Bogor, Indonesia. Database record: prota4u.org/prosea

19 Gamal Gliricidia sepium (Jacq.) Kunth ex Walp.

leguminosae Wiersum, K.F. & Nitis, I.M., 1992. Gliricidia sepium (Jacq.) Kunth ex Walp.. In: Mannetje, L.'t and Jones, R.M. (Editors): Plant Resources of South-East Asia No 4: Forages. PROSEA Foundation, Bogor, Indonesia. Database record: prota4u.org/prosea

Dapat berterubus kembali setelah terbakar

20 Lamtoro Leucaena leucocephala (Lamk) de Wit

leguminosae Jones, R.J., Brewbaker, J.L. & Sorensson, C.T., 1997. Leucaena leucocephala (Lamk) de Wit. In: Faridah Hanum, I & van der Maesen, L.J.G. (Editors): Plant Resources of South-East Asia No 11: Auxiliary plants. PROSEA Foundation, Bogor, Indonesia. Database record: prota4u.org/prosea

Termasuk tanaman pagar, sekat bakar, serta pohon naungan untuk tanaman kopi dan coklat.

Sebagai tanaman penyangga untuk tanaman merambat.

21 Tembesu Fagraea fragrans

Loganiaceae Hildebrand, J.W., Boer, E., Martawijaya, A., Fundter, J.M. & Sosef, M.S.M., 1995. Fagraea Thunb.. In: Lemmens, R.H.M.J., Soerianegara, I. and Wong, W.C. (Editors): Plant Resources of South-East Asia No 5(2): Timber trees;

Sebagai tanaman yang tahan api dan bersifat intoleran terhadap cahaya

Dapat tumbuh di berbagai jenis tanah

Page 36: PEDOMAN TEKNIS PEMBUATAN SEKAT BAKAR DI KAWASAN …

29

No Nama Lokal

Nama Latin

Famili Pustaka Keterangan

Minor commercial timbers. PROSEA Foundation, Bogor, Indonesia. Database record: prota4u.org/prosea

22 Bungur Lagerstroemia

Lythraceae Alonzo, D.S., 1998. Lagerstroemia L.. In: Sosef, M.S.M., Hong, L.T. and Prawirohatmodjo, S. (Editors): Plant Resources of South-East Asia No 5(3): Timber trees; Lesser-known timbers. PROSEA Foundation, Bogor, Indonesia. Database record: prota4u.org/prosea

Cukup tahan terhadap api

23 Kayu Putih Melaleuca cajaputi

Myrtaceae Tahan terhadap api

Toleran terhadap paparan angin

Tidak toleran terhadap kondisi tanah jenuh salinitas

24 Jambu-jambuan

Syzygium buettnerianum (K. Schumann) Niedenzu, Syzygium claviflorum (Roxb.) A.M. Cowan & J.M. Cowan, Syzygium fastigiatum (Blume) Merr. & Perry, Syzygium grande (Wight) Walp., Syzygium longiflorum K.

Myrtaceae Haron, N.W., Laming, P.B., Fundter, J.M. & Lemmens, R.H.M.J., 1995. Syzygium Gaertner. In: Lemmens, R.H.M.J., Soerianegara, I. and Wong, W.C. (Editors): Plant Resources of South-East Asia No 5(2): Timber trees; Minor commercial timbers. PROSEA Foundation, Bogor, Indonesia. Database record: prota4u.org/prosea

Beberapa jenisnya ditanam sebagai tanaman hias

Dapat digunakan sebagai tanaman sekat bakar

Page 37: PEDOMAN TEKNIS PEMBUATAN SEKAT BAKAR DI KAWASAN …

30

No Nama Lokal

Nama Latin

Famili Pustaka Keterangan

Presl, Syzygium nervosum DC., Syzygium polyanthum (Wight) Walp., Syzygium syzygioides (Miq.) Merr. & Perry.

25 Pelawan Tristaniopsis sp

Myrtaceae Boer, E. & Lemmens, R.H.M.J., 1998. Tristaniopsis Brongn. & Gris. In: Sosef, M.S.M., Hong, L.T. and Prawirohatmodjo, S. (Editors): Plant Resources of South-East Asia No 5(3): Timber trees; Lesser-known timbers. PROSEA Foundation, Bogor, Indonesia. Database record: prota4u.org/prosea

Di Sulawesi, jenis ini ditanam sebagai sekat bakar pada hutan tanaman pinus

26 Jamuju Dacrycarpus imbricatus

Podocarpaceae Sunarno, B., Boer, E., Ilic, J. & Sosef, M.S.M., 1995. Dacrycarpus (Endl.) de Laubenf.. In: Lemmens, R.H.M.J., Soerianegara, I. and Wong, W.C. (Editors): Plant Resources of South-East Asia No 5(2): Timber trees; Minor commercial timbers. PROSEA Foundation, Bogor, Indonesia. Database record: prota4u.org/prosea

Tanaman yang paling tahan terhadap api

Tumbuh di hutan alam Pulau Jawa

27 Katilayu Lepisanthes Sapindaceae Boer, E. & Sosef, M.S.M., 1998. Lepisanthes Blume. In: Sosef, M.S.M., Hong, L.T. and Prawirohatmodjo, S. (Editors): Plant

Jenis semak atau pohon kecil yang bersifat selalu hijau (evergreen)

Memiliki tinggi 2-3 meter

Page 38: PEDOMAN TEKNIS PEMBUATAN SEKAT BAKAR DI KAWASAN …

31

No Nama Lokal

Nama Latin

Famili Pustaka Keterangan

Resources of South-East Asia No 5(3): Timber trees; Lesser-known timbers. PROSEA Foundation, Bogor, Indonesia. Database record: prota4u.org/prosea

28 Bayur Pterospermum lanceaefolium Roxb.

sterculiaceae Boer, E. & Lemmens, R.H.M.J., 1998. Pterospermum Schreb.. In: Sosef, M.S.M., Hong, L.T. and Prawirohatmodjo, S. (Editors): Plant Resources of South-East Asia No 5(3): Timber trees; Lesser-known timbers. PROSEA Foundation, Bogor, Indonesia. Database record: prota4u.org/prosea

Dapat bertrubus kembali setelah terbakar.

Bersifat cepat tumbuh dan bergantung terhadap cahaya.

Dapat mencapai tinggi 13 m dan diameter 21,5 cm

Tanaman yang bersifat menggugurkan daun atau selalu hijau (evergreen) tergantung pada kondisi lingkungannya

29 Puspa Schima walichii

Theaceae Boer, E. & Sosef, M.S.M., 1998. Schima Reinw. ex Blume. In: Sosef, M.S.M., Hong, L.T. and Prawirohatmodjo, S. (Editors): Plant Resources of South-East Asia No 5(3): Timber trees; Lesser-known timbers. PROSEA Foundation, Bogor, Indonesia. Database record: prota4u.org/prosea

Tanaman yang mudah bertrubus

Cukup tahan terhadap api pada saat tanaman berumur 5 tahun

30 Kayu pinang Pentace burmanica Kurz, Pentace laxiflora Merr., Pentace polyantha Hassk.,

Tilliaceae Phengklai, C., Miller, R.B. & Sosef, M.S.M., 1995. Pentace Hassk.. In: Lemmens, R.H.M.J., Soerianegara, I. and Wong, W.C. (Editors): Plant Resources of

Tanaman selalu hijau (evergreen)

Tinggi dapat mencapai 30-40 meter

Termasuk tanaman pioner

Page 39: PEDOMAN TEKNIS PEMBUATAN SEKAT BAKAR DI KAWASAN …

32

No Nama Lokal

Nama Latin

Famili Pustaka Keterangan

Pentace triptera Masters.

South-East Asia No 5(2): Timber trees; Minor commercial timbers. PROSEA Foundation, Bogor, Indonesia. Database record: prota4u.org/prosea

31 Laban Vitex altissima L.f., Vitex cofassus Reinw. ex Blume, Vitex glabrata R.Br., Vitex parviflora A.L. Juss., Vitex pinnata L., Vitex quinata (Lour.) F.N. Williams.

Verbenaceae Sunarno, B., Lemmens, R.H.M.J., Sulaiman, A.b., 1995. Vitex L.. In: Lemmens, R.H.M.J., Soerianegara, I. and Wong, W.C. (Editors): Plant Resources of South-East Asia No 5(2): Timber trees; Minor commercial timbers. PROSEA Foundation, Bogor, Indonesia. Database record: prota4u.org/prosea

Cukup tahan terhadap api.

Dapat dijadikan tanaman sekat bakar

Page 40: PEDOMAN TEKNIS PEMBUATAN SEKAT BAKAR DI KAWASAN …

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

TAHUN 2019

PUSAT KETEKNIKAN KEHUTANAN DAN LINGKUNGAN SEKRETARIAT JENDERAL

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN JAKARTA, 2019

Gedung Manggala Wanabakti Blok I Lantai 2 Jalan Gatot Subroto - Jakarta 10270 Telp.021 – 57902964 – ext. 705 Fax: 021 – 57902944 Email : [email protected]