PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN -...
Transcript of PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN -...
PT PERKEBUNAN NUSANTARA II
PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN(CODE OF CORPORATE GOVERNANCE)
GOOD CORPORATE GOVERNANCE 2019
PT Perkebunan Nusantara II Code of Corporate Governance 2019
Sinergi – Integritas - Profesional
2
DAFTAR ISI
PESAN EKSEKUTIF
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 2 PEMEGANG SAHAM DAN RUPS
BAB 3 DEWAN KOMISARIS
BAB 4 DIREKSI
BAB 5 SEKRETARIS PERUSAHAAN
BAB 6 SATUAN PENGAWAS INTERN
BAB 7 AUDITOR EKSTERNAL
BAB 8 KOMITE AUDIT
BAB 9 KOMITE MANAJEMEN RISIKO
BAB 10 HUBUNGAN DENGAN ANAK PERUSAHAAN
BAB 11 KEPATUHAN TERHADAP TATA KELOLA PERUSAHAAN
1
2
3
6
14
17
23
25
28
29
31
32
34
PT Perkebunan Nusantara II Code of Corporate Governance 2019
Sinergi – Integritas - Profesional
3
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pembangunan sektor pertanian sub sektor perkebunan merupakan salah satu roda
penggerak perekonomian bangsa Indonesia. Pembangunan sektor perkebunan tidak
saja menghasilkan devisa bagi negara namun juga menciptakan lapangan kerja dan
mempercepat pengembangan wilayah serta distribusi dan mobilisasi kegiatan ekonomi
lainnya. Perubahan lingkungan bisnis perusahaan menuntut adanya pengelolaan
perusahaan secara lebih professional agar dapat bersaing dalam pasar global.
PT Perkebunan Nusantara II saat ini memiliki areal yang cukup luas berada di 2 (dua)
Provinsi yaitu Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi Papua dengan budidaya Kelapa
Sawit, Tebu, dan Tembakau.
Disadari bahwa penerapan prinsip good corporate governance wajib sepenuhnya
diterapkan oleh perusahaan optimal agar dapat meningkatkan kinerja perusahaan dan
kepercayaan investasi baik dalam maupun luar negeri, yang pada akhirnya diharapkan
akan meningkatkan nilai perusahaan.
Menteri BUMN mewajibkan penerapan GCG secara konsisten dan atau
menjadikannya sebagai landasan operasional (Peraturan Menteri BUMN nomor PER-
01/ MBU/2011, tanggal 1 Agustus 2011), Corporate Governance adalah struktur dan
proses yang digunakan oleh organ BUMN (RUPS, Dewan Komisaris, Direksi) untuk
meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan yang dapat
mewujudkan nilai Pemegang Saham, dengan tetap memperhatikan kepentingan
stakeholders lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
etika.
Perusahaan akan dapat dikelola dengan baik jika terdapat komitmen bersama antara
Pemegang Saham, Dewan Komisaris, dan Direksi, yang merupakan persetujuan atau
janji untuk mengelola perusahaan secara sehat dan beretika. Untuk mewujudkan
komitmen tersebut secara terstruktur, perusahaan harus memiliki peraturan tertulis
tentang Corporate Governance atau disebut Code of Corporate Governance yang
merupakan panduan bagi Pemegang Saham, Dewan Komisaris, dan Direksi serta
organ terkait dengan proses Governance perusahaan guna mengoptimalkan peran
pengawasan dan pengelolaan secara lebih professional.Code of Corporate
Governance berisikan kumpulan peraturan bagi proses pengawasan manajemen yang
baik, meliputi pembagian tugas, tanggung jawab, kewenangan bagi keseimbangan
kepentingan pemangku kepentingan.
PT Perkebunan Nusantara II Code of Corporate Governance 2019
Sinergi – Integritas - Profesional
4
2. Visi dan Misi Perusahaan
Visi dan Misi PT Perkebunan Nusantara II adalah :
Visi
Dari Perusahaan Perkebunan menjadi Perusahaan Multi Usaha Berdaya Saing Tinggi.
Misi
1) Mengoptimalkan Seluruh Potensi Sumber Daya dan Usaha
2) Memberikan Kontribusi optimal
3) Menjaga Kelestarian dan Pertambahan Nilai
3. Tujuan Penerapan GCG
Tujuan dari penerapan Good Corporate Governance PT. Perkebunan Nusantara II
adalah :
1) Mengoptimalkan nilai BUMN agar perusahaan memiliki daya saing yang kuat,
baik secara nasional maupun internasional, sehingga mampu mempertahankan
keberadaannya dan hidup berkelanjutan untuk mencapai maksud dan tujuan
BUMN
2) Mendorong pengelolaan BUMN secara profesional, efisien, dan efektif, serta
memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian Organ
3) Mendorong agar Organ dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan,
dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-
undangan yang berlaku, serta kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial
BUMN terhadap Pemangku Kepentingan maupun kelestarian lingkungan disekitar
BUMN.
4) Meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian nasional.
5) Meningkatkan iklim yang kondusif bagi perkembangan investasi nasional.
4. Prinsip-Prinsip Corporate Governance
Prinsip-prinsip Corporate Governance yang dianut dalam pengelolaan Perusahaan di
PT Perkebunan Nusantara II adalah:
1) Transparansi (transparancy)
Keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan
keterbukaan dalam mengemukakan informasi material dan relevan mengenai
perusahaan.
PT Perkebunan Nusantara II Code of Corporate Governance 2019
Sinergi – Integritas - Profesional
5
2) Akuntabilitas (accountabillity)
Kejelasan fungsi, pelaksanaan, dan pertanggung jawaban organ perusahaan
sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.
3) Pertanggungjawaban (responsibillity)
Kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-
undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
4) Kemandirian (independency)
Keadaan dimana perusahaan dikelola secara professional tanpa benturan
kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan
peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
5) Kewajaran (fairness)
Keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak Pemangku Kepentingan
(stakeholders) yang timbul berdasarkan perjanjian dan Peraturan Perundang-
undangan.
Pelaksanaan prinsip-prinsip Corporate Governance tersebut tercermin dalam struktur
dan proses governance serta kebijakan manajemen.
PT Perkebunan Nusantara II Code of Corporate Governance 2019
Sinergi – Integritas - Profesional
6
BAB 2
PEMEGANG SAHAM DAN RUPS
1. RUPS
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) adalah organ perusahaan yang memegang
kekuasaan tertinggi dalam perusahaan dan memegang segala wewenang yang tidak
diserahkan kepada Direksi dan Dewan Komisaris.
RUPS merupakan forum dimana Direksi dan Dewan Komisaris melaporkan dan
bertanggungjawab atas kinerja mereka dan perusahaan terhadap Pemegang Saham.
Agenda yang dibahas dalam RUPS meliputi strategi, kinerja keuangan, hasil bisnis
perusahaan, dan hal yang material lainnya yang diusulkan oleh Direksi, Dewan
Komisaris atau Pemegang Saham.
RUPS berhak melakukan dan memutuskan hal-hal sebagai berikut :
A. Pemegang Saham/ RUPS/ Pemilik Modal menetapkan Pedoman Pengangkatan
dan Pemberhentian Direksi. Materi Pedoman tersebut diantaranya adalah :
1) Mekanisme penjaringan calon anggota Direksi, dan Tatacara Penilaian/
pengujian atas kepatutan dan kelayakan (fit and proper test) bagi anggota
Direksi
B. Pemegang Saham/ RUPS/ Pemilik Modal melaksanakan penilaian terhadap calon
anggota Direksi
1) Terdapat daftar bakal calon yang disetujui oleh Menteri Negara BUMN yang
diperoleh melalui proses penjaringan calon anggota Direksi.
2) Seluruh bakal calon yang disetujui oleh Menteri Negara BUMN diundang secara
tertulis oleh Tim dan mengikuti Uji Kelayakan dan Kepatutan (UKK) sesuai
ketentuan yang berlaku
3) Penetapan hasil akhir UKK dan Evaluasi oleh Tim disampaikan kepada Menteri
Negara BUMN.
4) Pelaksanaan uji kelayakan dan kepatutan dilaksanakan oleh Tim yang dibentuk
untuk melaksanakan uji kelayakan dan kepatutan yang menilai semua kriteria
penilaian Direksi yang ditetapkan dalam ketentuan perundang-undangan.
5) Anggota Direksi tercantum dalam penetapan hasil UKK dan evaluasi yang
disampaikan oleh Tim.
PT Perkebunan Nusantara II Code of Corporate Governance 2019
Sinergi – Integritas - Profesional
7
C. Pemegang Saham/RUPS/Pemilik Modal menetapkan pengangkatan anggota dan
komposisi Direksi
1) Penetapan anggota Direksi yang definitif oleh RUPS/ Pemilik Modal selambat-
lambatnya 30 hari sejak masa jabatan tersebut berakhir dan dilakukan melalui
RUPS secara fisik dan/atau keputusan menteri selaku RUPS.
2) Pembidangan tugas Direksi ditetapkan dalam surat keputusan tentang
Penunjukan Direksi dan/atau Berita Acara RUPS/ Pelantikan Direksi.
3) Komposisi Direksi disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan, dan
pembidangan tugas Direksi sesuai latar belakang dan pengalaman masing-
masing Direksi
D. Pemegang Saham/ RUPS/ Pemilik Modal menetapkan ketentuan/ pengaturan
mengenai jenis rangkap jabatan bagi anggota Direksi yang dapat menimbulkan
benturan kepentingan termasuk jenis perangkapan jabatan dan pengaturan/
mekanisme pengunduran diri dari jabatan rangkap tersebut atau jabatan anggota
Direksi, yang paling lambat 30 hari sejak terjadi perangkapan jabatan tersebut.
E. Pemegang Saham/RUPS/Pemilik Modal memberhentikan anggota Direksi sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan.
1) Penetapan pemberhentian anggota Direksidapat dilakukan dengan keputusan
RUPS secara fisik, keputusan Menteri selaku RUPS, dan keputusan seluruh
Pemegang Saham diluar RUPS
2) Keputusan RUPS/Pemilik Modal memuat alasan pemberhentian
F. Pemegang Saham/RUPS/Pemilik Modal memberikan respon/ tanggapan atas
pemberhentian sementara Direksi oleh Dewan Komisaris diantaranya dapat berupa
pemanggilan untuk penjelasan mengenai pemberhentian sementara anggota
Direksi tersebut,
1) Dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah tanggal
pemberhentian sementara harus diselenggarakan RUPS yang menghadirkan
anggota Direksi yang diberhentikan sementara untuk diberi kesempatan
membela diri.
2) RUPS mencabut atau menguatkan keputusan pemberhentian sementara
tersebut. Dalam hal RUPS menguatkan keputusan pemberhentian sementara,
anggota Direksi yang bersangkutan diberhentikan untuk seterusnya.
3) Apabila dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari setelah lewat RUPS tidak
diselenggarakan atau tidak mengambil keputusan, pemberhentian sementara
tersebut menjadi batal.
G. Pemegang Saham/RUPS/Pemilik Modal menetapkan Pedoman Pengangkatan dan
Pemberhentian Dewan Komisaris yang diantaranya mengatur mengenai
penjaringan dan nominasi serta penilaian bagi calon anggota Dewan Komisaris.
PT Perkebunan Nusantara II Code of Corporate Governance 2019
Sinergi – Integritas - Profesional
8
H. Pemegang Saham/RUPS/ Pemilik Modal melaksanakan penilaian dan
menetapkan calon anggota Dewan Komisaris.
1) Penilaian mencakup semua kriteria penilaian Dewan Komisaris yang ditetapkan
dalam ketentuan perundang-undangan di bidang BUMN.
2) Proses penilaian calon anggota Dewan Komisaris didukung dengan berita acara
penilaian.
I. Penetapan Dewan Komisaris terpilih berdasarkan hasil akhir penilaian, selambat-
lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak masa jabatan tersebut berakhir
1) Pengangkatan Dewan Komisaris dilakukan dengan Keputusan Menteri BUMN
selaku RUPS/Pemilik Modal, sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
2) Penetapan pengangkatan melalui RUPS/Pelantikan Dewan Komisaris yang
didukung dengan Berita Acara RUPS/ Pelantikan Dewan Komisaris.
3) Jumlah Dewan Komisaris maksimal sama dengan jumlah anggota Direksi
dimana 20% dari anggota Dewan Komisaris merupakan Dewan Komisaris
Independen yang memiliki kompetensi dibidang auditing, keuangan dan
akuntansi
J. Pemegang Saham/RUPS/Pemilik Modal menetapkan :
1) Pengaturan mengenai rangkap jabatan bagi anggota Dewan Komisaris.
2) Jumlah maksimal jabatan Dewan Komisaris yang boleh dirangkap oleh seorang
anggota Dewan Komisaris.
3) Jabatan-jabatan yang menimbulkan benturan kepentingan.
K. Pemegang Saham/RUPS/Pemilik Modal memberhentikan anggota Dewan
Komisaris sesuai dengan peraturan perundang-undangan, berdasarkan keputusan
RUPS secara fisik, keputusan Menteri selaku RUPS& keputusan seluruh
pemegang Saham diluar RUPS.
Anggota Dewan Komisaris dapat diberhentikan sewaktu-waktu berdasarkan
keputusan RUPS dan/atau keputusan Menteri dengan menyebutkan alasannya,
setelah yang bersangkutan diberi kesempatan membela diri
L. Pemegang Saham/RUPS/Pemilik Modal memberikan keputusan yang diperlukan
untuk menjaga kepentingan usaha PTPN II dalam jangka panjang dan jangka
pendek sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan/atau anggaran dasar.
1) Pemegang Saham/RUPS memberikan pengesahan Rencana Jangka Panjang
Perusahaan (RJPP) atau revisi RJPP melalui tahapan :
a) Menetapkan pedoman penyusunan RJPP.
b) Melakukan pembahasan/pengkajian terhadap rancangan RJPP atau revisi
RJPP, didahului oleh pemaparan Direksi atas hal-hal yang diagendakan
untuk diputuskan oleh RUPS, kemudian Dewan Komisaris menyampaikan
pemaparan/ tanggapan atas hal-hal yang diusulkan oleh Direksi tersebut.
PT Perkebunan Nusantara II Code of Corporate Governance 2019
Sinergi – Integritas - Profesional
9
c) Memberikan pengesahan/ persetujuan terhadap rancangan RJPP atau
Revisi RJPP secara tepat waktu, selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari
setelah diterimanya Rancangan RJPP atau revisi RJPP secara lengkap atau
sebelum tahun periode RJPP atau revisi RJPP berjalan .
2) Pemegang Saham/RUPS memberikan pengesahan Rencana Kerja dan
Anggaran Perusahaan (RKAP) melalui tahapan :
a) Menetapkan pedoman penyusunan RKAP.
b) Melakukan pembahasan/pengkajian terhadap rancangan RKAP, didahului
oleh pemaparan Direksi atas hal-hal yang diagendakan untuk diputuskan
oleh RUPS, kemudian Dewan Komisaris menyampaikan pemaparan/
tanggapan atas hal-hal yang diusulkan oleh Direksi tersebut.
c) Memberikan pengesahan/ persetujuan terhadap rancangan RKAP secara
tepat waktu, paling lambatpada akhir tahun sebelum tahun anggaran
berjalan.
3) Pemegang Saham/RUPS memberikan persetujuan/keputusan atas usulan aksi
korporasi yang perlu mendapat persetujuan/ keputusan RUPS. Dengan terlebih
dahulu melakukan pembahasan/pengkajian/penelaahan terhadap usulan aksi
korporasi yang perlu mendapat persetujuan/ keputusan RUPS(fisik maupun
bukan fisik), melalui tahapan :
a) Pemaparan oleh Direksi atau permintaan penjelasan atas hal-hal yang di
agendakan untuk diputuskan oleh RUPS.
b) Dewan Komisaris menyampaikan pemaparan/ tanggapan atas hal-hal yang
diusulkan oleh Direksi tersebut.
c) Pemegang Saham/ RUPS memberikan persetujuan terhadap usulan Direksi
dengan mempertimbangkan tanggapan Dewan Komisaris, secara tepat
waktu, paling lambat 30 (tiga puluh) hari untuk KSO/BOT dan maksimal
7 hari untuk pelepasan aset setelah dokumen usulan dan penjelasan
diterima secara lengkap sesuai dengan yang diperlukan oleh RUPS dalam
mengambil keputusan.
M. Pemegang Saham/RUPS/Pemilik Modal memberikan persetujuan laporan tahunan
termasuk pengesahan laporan keuangan serta tugas pengawasan Dewan
Komisaris sesuai peraturan perundang-undangan dan/atau anggaran dasar.
1) Pemegang Saham/RUPS memberikan penilaian terhadap kinerja Direksi dan
kinerja Dewan Komisaris.
2) Pemegang Saham/RUPS menetapkan gaji/honorarium, tunjangan, fasilitas dan
tantiem/insentif kinerja untuk Direksi dan Dewan Komisaris sesuai dengan
pedoman yang ditetapkan.
3) Pemegang Saham/ RUPS menetapkan pedoman, melakukan pengkajian/
pembahasan/ penelaahan dan memutuskan penunjukan auditor eksternal yang
PT Perkebunan Nusantara II Code of Corporate Governance 2019
Sinergi – Integritas - Profesional
10
akan mengaudit Laporan Keuangan PTPN II, beserta penetapan besarnya
honorarium/imbal jasa untuk auditor eksternal tersebut. Keputusan penunjukan
auditor eksternal tersebut dituangkan dalam Risalah RUPS jika dilakukan RUPS
fisik, Surat Keputusan jika dilakukan RUPS bukan fisik.
4) Pemegang Saham/RUPS menetapkan Pedoman penyusunan, melakukan
pengkajian/pembahasan/telaahan dan memberikan persetujuan terhadap
Laporan Tahunan (Annual Report) dan laporan tentang tugas pengawasan
Dewan Komisaris.
Pemberian persetujuan atau tidak memberikan pembebasan tanggung jawab
terhadap pengurusan yang dilaksanakan oleh Direksi dan pengawasan yang
dilaksanakan oleh Dewan Komisaris ditetapkan dengan keputusan RUPS.
5) Pemegang Saham/ RUPS memberikan pengesahan terhadap Laporan
Tahunan dan persetujuan terhadap Laporan Keuangan dilaksanakan tepat
waktu sesuai ketentuan, yaitu paling lambat 6 (enam) bulan setelah berakhirnya
tahun buku yang lampau.
6) Pemegang Saham/ RUPS menetapkan penggunaan laba bersih sesuai dengan
pedoman/kebijakan deviden dengan mempertimbangkan pengembangan
usaha/ investasi PTPN II dan tidak melanggar ketentuan perjanjian pinjaman
atau ketentuan penerbitan obligasi.
N. Pemegang Saham/RUPS mengambil keputusan melalui proses yang terbuka dan
adil serta dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan di bidang Perseroan Terbatas dan/atau anggaran dasar PTPN II
sehingga menghasilkan keputusan yang sah.
1) Peserta RUPS yang hadir memenuhi quorum sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan di bidang Perseroan Terbatas dan Anggaran Dasar PTPN II.
2) Pemegang Saham diberikan kesempatan untuk mengajukan usul mata acara
RUPS sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
3) Dalam hal anggaran dasar dan/atau peraturan perundang-undangan
mengharuskan adanya keputusan RUPS tentang hal-hal yang berkaitan dengan
usaha perusahaan, keputusan yang diambil harus memperhatikan kepentingan
wajar para pemangku kepentingan.
4) RUPS dalam mata acara lain tidak berhak mengambil keputusan kecuali semua
Pemegang Saham hadir dan/atau diwakili dalam RUPS dan menyetujui
tambahan mata acara RUPS. Keputusan atas mata acara tambahan tersebut
harus disetujui dengan suara bulat.
O. Pemegang Saham melaksanakan Tata Kelola yang Baik sesuai dengan wewenang
dan tanggungjawabnya.
1) Pemegang Saham memberikan arahan/ pembinaan penerapan Tata Kelola
Perusahaan yang Baik kepada Direksi dan Dewan Komisaris melalui tahapan :
PT Perkebunan Nusantara II Code of Corporate Governance 2019
Sinergi – Integritas - Profesional
11
a) Memberikan arahan dalam RUPS maupun dalam keputusan Pemegang
Saham tentang persetujuan transaksional
b) Melakukan pembahasan dan evaluasi atas pelaksanaan Tata Kelola
Perusahaan yang Baik pada PTPN II.
c) Melakukan upaya-upaya menindaklanjuti area of improvement yang
dihasilkan dari assesment atas pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan yg
Baik pada PTPN II.
2) Pemegang Saham tidak mencampuri kegiatan operasional perusahaan yang
menjadi tanggungjawab Direksi, apabila terdapat instruksi/ surat keputusan
Pemegang Saham yang bersifat transaksional/ operasional yang tidak
berdasarkan usulan dari Direksi, maka hal tersebut merupakan bentuk
intervensi Pemegang Saham.
3) Pemegang Saham menetapkan sistem penerimaan laporan untuk merespon
informasi yang diterima dari Direksi dan/atau Dewan Komisaris mengenai gejala
penurunan kinerja dan kerugian perusahaan yang signifikan.
Bentuk respon/tanggapan dapat berupa pemanggilan untuk dimintai
penjelasan, permintaan informasi, klarifikasi dan sebagainya, mengenai
penurunan kinerja tersebut,
2. Proses RUPS
A. Pemberitahuan RUPS dilakukan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari
kalender sebelum RUPS dilaksanakan dengan menyebutkan hari, tanggal, jam dan
tempat pelaksanaan serta materi yang akan dibahas secara singkat.
B. Rapat Umum Pemegang Saham dipimpin oleh Menteri yang ditunjuk dan atau
diberi kuasa secara tertulis untuk mewakili pemerintah selaku Pemegang Saham
Negara padaPerseroan karena seluruh saham perusahaan dimiliki oleh oleh
Negara.
C. Apabila Menteri memberi kuasa untuk mewakilinya dalam RUPS dengan hak
subsidi kepada perorangan atau badan hukum, sebelum mengambil keputusan
penerima kuasa harus terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Menteri BUMN,
dalam hal :
a. Perubahan jumlah modal
b. Perubahan Anggaran Dasar
c. Rencana Penggunaan Laba
d. Penggabungan, Peleburan, akuisisi, pemisahan, serta likwidasi
e. Investasi dan pembayaran jangka panjang
f. Kerjasama
g. Pembentukan anak perusahaan atau penyertaan
h. Pengalihan aktiva.
PT Perkebunan Nusantara II Code of Corporate Governance 2019
Sinergi – Integritas - Profesional
12
D. Hasil keputusan RUPS dituangkan dalam notulen dan risalah rapat. Pengesahan
risalah dilakukan melalui penandatanganan oleh Ketua Rapat dan sekurang-
kurangnya satu orang peserta rapat yang ditunjuk oleh dan atau antara mereka
yang hadir, dan isinya menjadi bukti yang sah penyelenggaraan RUPS. Apabila
notulen atau risalah rapat tersebut dibuat dengan berita acara Notaris, maka
notulen atau risalah rapat tidak perlu ditandatangani. Risalah Rapat harus memuat
pendapat yang mendukung maupun tidak mendukung (dissenting opinion).
3. Hak Pemegang Saham
Hak Pemegang Saham/Pemilik modal yang harus dilindungi, antara lain:
1. Menghadiri dan memberikan suara dalam suatu RUPS, khusus bagi pemegang
saham, dengan ketentuan satu saham memberi hak kepada pemegangnya untuk
mengeluarkan satu suara
2. Mengambil keputusan tertinggi pada Perum, khusus bagi pemilik modal Perum
3. Memperoleh informasi material mengenai BUMN, secara tepat waktu, terukur dan
teratur
4. Menerima pembagian dari keuntungan BUMN yang diperuntukkan bagi pemegang
saham/ pemilik modal dalam bentuk deviden, dan sisa kekayaan hasil likwidasi,
sebanding dengan jumlah saham/ modal yang dimilikinya
5. Hak lainnya berdasarkan anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan.
Pemegang Saham yang namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Saham, adalah
pemegang saham yang memiliki hak-hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Hak Pemegang Saham sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf d,
berlaku sepanjang tidak diatur lain dalam undang-undang yang mengatur terbatas.
Pemegang saham yang memiliki saham dengan klasifikasi yang sama harus
diperlakukan setara (Equal treatment).
Pemegang saham melaksanakan GCG sesuai wewenang dan tanggung jawabnya.
4. Wewenang dan Hak RUPS
Komposisi Saham PTPN II adalah 90% dimiliki oleh PTPN III (Persero) dan 10%
dikuasai oleh negara, sehingga Pemerintah menunjuk PTPN III (Persero) bertindak
selaku RUPS, yang mempunyai wewenang sebagai berikut :
1) Setiap pemegang saham berhak memperoleh penjelasan lengkap dan informasi
akurat berkenaan dengan penyelenggaraan RUPS, diantaranya ;
a) Panggilan untuk RUPS, yang mencakup informasi mengenai setiap mata acara
dalam agenda RUPS, termasuk usul yang direncanakan oleh Direksi untuk
diajukan dalam RUPS, dengan ketentuan apabila informasi tersebut belum
tersedia saat dilakukannya panggilan untuk RUPS, maka informasi dan/atau
PT Perkebunan Nusantara II Code of Corporate Governance 2019
Sinergi – Integritas - Profesional
13
usul-usul itu harus disediakan di kantor perseroan sebelum RUPS
diselenggarakan;
b) Metode perhitungan dan penentuan gaji/ honorarium, fasilitas dan/atau
tunjangan lain bagi setiap anggota Dewan Komisaris dan Direksi, serta rincian
mengenai gaji/ honorarium, fasilitas, dan/atau tunjangan lain yang diterima oleh
anggota Dewan Komisaris dan Direksi yang sedang menjabat, khusus dalam
RUPS mengenai laporan tahunan;
c) Informasi mengenai rincian rencana kerja dan anggaran perusahaan dan hal-
hal lain yang direncanakan untuk dilaksanakan oleh Perseroan, khusus untuk
RUPS Rencana Jangka Panjang (RJP) dan Rencana Kerja dan Anggaran
Perusahaan (RKAP)
d) Informasi keuangan maupun hal-hal lainnya yang menyangkut yang dimuat
dalam Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan;
e) Penjelasan lengkap dan informasi yang akurat mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan agenda RUPS yang diberikan sebelum dan/ atau pada saat RUPS
berlangsung
2) RUPS dalam mata acara lain-lain berhak mengambil keputusan sepanjang semua
Pemegang Saham hadir dan/ atau diwakili dalam RUPS dan menyetujui tambahan
mata acara RUPS.
3) Keputusan atas mata acara tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), harus
disetujui dengan suara bulat.
4) Setiap penyelenggaraan RUPS wajib dibuatkan risalah RUPS yang sekurang-
kurangnya memuat waktu, agenda, peserta, pendapat-pendapat yang berkembang
dalam RUPS dan keputusan RUPS.
5) Risalah RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (4) wajib ditandatangani oleh
ketua RUPS dan paling sedikit 1(satu) Pemegang Saham yang ditunjuk dari dan
oleh peserta RUPS.
6) Tanda tangan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tidak disyaratkan apabila
risalah RUPS tersebut dibuat dengan akte notaris.
7) Setiap pemegang saham berhak untuk memperoleh salinan risalah RUPS.
8) Pemegang Saham dapat mengambil keputusan diluar RUPS, dengan syarat semua
pemegang saham dengan hak suara menyetujui secara tertulis dengan
menandatangani keputusan yang dimaksud.
Keputusan Pemegang Saham sebagaimana dimaksud pada ayat (8), mempunyai
kekuatan hukum mengikat yang sama dengan keputusan RUPS secara fisik.
PT Perkebunan Nusantara II Code of Corporate Governance 2019
Sinergi – Integritas - Profesional
14
BAB 3
DEWAN KOMISARIS
1. Umum
Dewan Komisaris adalah organ Perusahaan yang bertugas melakukan pengawasan
secara umum dan/atau khusus serta memberi nasihat kepada Direksi dalam
menjalankan Perusahaan demi kepentingan perusahaan serta pemegang saham.
Memastikan perusahaan selalu melaksanakan tanggung jawab sosialnya, serta
memantau efektivitas penerapan GCG yang dilaksanakan perusahaan.
Dewan Komisaris PT Perkebunan Nusantara II tahun 2019 terdiri dari 3 (tiga) orang
Komisaris, yang terdiri dari satu orang komisaris utama dan dua orang komisaris
anggota, salah satu diantaranya adalah komisaris independen.
Komisaris Independen adalah anggota Dewan Komisaris yang tidak memiliki
hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau hubungan keluarga
dengan anggota Dewan Komisaris lainnya, anggota Direksi dan/atau pemegang
saham pengendali atau hubungan dengan PTPN II, yang dapat mempengaruhi
kemampuannya untuk bertindak independen.
Dewan Komisaris diangkat dan diberhentikan oleh RUPS dari calon yang diusulkan
oleh para Pemegang Saham untuk masa jabatan 5 (lima) tahun dan dapat diangkat
kembali untuk satu masa jabatan namun masa jabatan ini tidak mengurangi hak RUPS
untuk memberhentikan dan mengganti para anggota Dewan Komisaris yang
bersangkutan sewaktu waktu Penetapan pengangkatan Dewan Komisaris dilakukan
oleh Menteri selaku RUPS.
2. Fungsi
A. Dalam melaksanakan tugasnya, Dewan Komisaris harus mematuhi ketentuan
peraturan perundang-undangan dan/atau Anggaran Dasar.
B. Dewan Komisaris bertanggungjawab dan berwenang melakukan pengawasan
terhadap kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik
mengenai PTPN II maupun usaha PTPN II dan memberikan nasihat kepada Direksi.
C. Pengawasan dan pemberian nasihat sebagaimana dimaksud dalam ayat (2),
dilakukan untuk kepentingan PTPN II dan sesuai dengan maksud dan tujuan
PTPN II, dan tidak dimaksudkan untuk kepentingan pihak atau golongan tertentu.
D. Dewan Komisaris membuat pembagian tugas yang diatur oleh mereka sendiri.
E. Dewan Komisaris wajib menyusun rencana kerja dan anggaran tahunan Dewan
Komisaris yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari RKAP
PT Perkebunan Nusantara II Code of Corporate Governance 2019
Sinergi – Integritas - Profesional
15
F. Dewan Komisaris wajib menyampaikan laporan tentang tugas pengawasan yang
telah dilakukan selama tahun buku yang baru lampau kepada RUPS.
G. Dewan Komisaris harus memantau dan memastikan bahwa GCG telah diterapkan
secara efektif dan berkelanjutan.
H. Dewan Komisaris harus memastikan bahwa dalam Laporan Tahunan PTPN II telah
memuat informasi mengenai identitas, pekerjaan-pekerjaan utamanya, jabatan
Dewan Komisaris diperusahaan lain, termasuk rapat-rapat yang dilakukan dalam
satu tahun buku (rapat internal maupun rapat gabungan dengan Direksi beserta
jumlah kehadiran masing-masing anggota Dewan Komisaris), serta honorarium,
fasilitas, dan/atau tunjangan lain yang diterima dari BUMN yang bersangkutan.
I. Dewan Komisaris wajib melaporkan kepada PTPN II mengenai kepemilikan
sahamnya dan/atau keluarganya pada BUMN yang bersangkutan dan perusahaan
lain, termasuk setiap perubahannya.
3. Pembagian tugas
Pembagian Tugas Dewan Komisaris sebagaimana tercantum dalam Keputusan
Dewan Komisaris Nomor KEP-03/DK-PTPN-II/IV/2018 tahun 2018 tentang pembagian
kerja Dewan Komisaris PT Perkebunan Nusantara II, dengan pembagian kerja sebagai
berikut :
✓ Komisaris utama bertugas sebagai moordinator pelaksanaan tugas pengawasan
Dewan Komisaris.
✓ Salah satu Komisaris bertanggung jawab melakukan pengawasan terhadap
Direksi dan jajarannya yang membidangi fungsi SDM, Umum dan Komersil.
✓ Komisaris lainnya bertanggunggung jawab melakukan pengawasan terhadap
Direksi dan jajarannya yang membidangi fungsi operasional.
Meskipun tugas Komisaris Utama dan Komisaris lainnya telah ditetapkan sesuai
bidang tugas masing-masing, namun tidak membatasi seorang Komisaris untuk
melakukan tugas di luar pembagian tugasnya.
4. Konflik Kepentingan
Anggota Dewan Komisaris dilarang melakukan tindakan yang mempunyai benturan
kepentingan (conflict of interest) dan mengambil keuntungan pribadi dari pengambilan
keputusan dan/ atau pelaksanaan kegiatan BUMN yang bersangkutan, selain
penghasilan yang sah.
Dewan Komisaris bersama Direksi wajib mengungkapkan dalam Laporan Tahunan
dan Laporan Keuangan bila ada benturan kepentingan yang mungkin terjadi atau yang
sedang terjadi di perusahaan.
PT Perkebunan Nusantara II Code of Corporate Governance 2019
Sinergi – Integritas - Profesional
16
Dewan Komisaris menolak atau menghindari semua posisi dan jabatan yang
menimbulkan conflict of interest seperti :
• Perangkapan jabatan di perusahaan lain yang mempunyai hubungan bisnis dan
tidak berada dalam kelompok usaha PTPN II .
• Memiliki kepemilikan dan kepentingan dalam perusahaan rekanan.
• Menggunakan aset perusahaan diluar ketentuan, untuk kepen-tingan yang bersifat
pribadi atau pihak lain.
5. Organ Pendukung Dewan Komisaris
Berdasarkan pasal 70 Undang-undang Nomor 19 tahun 2003 dan PER 12 tahun 2012
tentang Organ Pendukung Dewan Komisaris/Dewan Pengawas BUMN, dalam rangka
membantu Dewan Komisaris dalam melaksanakan tugasnya mewujudkan
pengawasan yang efektif, Dewan Komisaris wajib membentuk Komite Audit dan dapat
membentuk komite lain yang ditetapkan oleh Menteri Organ pendukung Dewan
Komisaris, terdiri dari :
a) Komite Audit
b) Komite lainnya, jika diperlukan
c) Sekretariat Dewan Komisaris, jika diperlukan
Komite lainnya sebagaimana dimaksud pada poin b), terdiri dari namun tidak terbatas
pada Komite Pemantau Manajemen Risiko, Komite Nominasi & Remunerasi, dan
Komite Pengembangan Usaha.Seorang atau lebih anggota komite sebagaimana
dimaksud poin b) berasal dari anggota Dewan Komisaris.
Ketentuan lebih lanjut mengenai Sekretariat Dewan Komisaris, Komite Audit dan
Komite lainnya sebagaimana dimaksud diatas, diatur dalam Peraturan Menteri Negara
BUMN Nomor PER-10/MBU/2012tanggal 24 Juli 2012 tentang Organ Pendukung
Dewan Komisaris BUMN.
6. Program Pengenalan
Anggota Dewan Komisaris yang diangkat untuk pertama kalinya wajib diberikan
program pengenalan mengenai tentang PTPN II, yang meliputi:
1) Pelaksanaan prinsip-prinsip good corporate governance oleh PTPN II.
2) Gambaran mengenai PTPN II berkaitan dengan tujuan, sifat, dan lingkup kegiatan,
kinerja keuangan dan operasi, strategi, rencana usaha jangka pendek dan jangka
panjang, posisi kompetitif, resiko dan masalah-masalah strategis lainnya.
3) Keterangan berkaitan dengan kewenangan yang didelegasikan, audit internal dan
eksternal, sistem dan kebijakan pengendalian internal, termasuk Komite Audit.
4) Keterangan mengenai tugas dan tanggungjawab Dewan Komisaris dan Direksi.
5) Program pengenalan perusahaan dapat berupa presentasi, pertemuan, kunjungan
ke unit-unit usaha.
PT Perkebunan Nusantara II Code of Corporate Governance 2019
Sinergi – Integritas - Profesional
17
BAB 4
DIREKSI
1. UMUM
Direksi adalah organ perusahaan pemegang kekuasaan eksekutif di perusahaan dan
mengendalikan operasional perusahaan sehari-hari dalam batas-batas yang
ditetapkan oleh undang-undang, anggaran dasar dan RUPS, serta di bawah
pengawasan Dewan Komisaris.
Rapat Umum Pemegang Saham mengangkat Direksi untuk masa jabatan 5 (lima)
tahun, tanpa mengurangi hak RUPS untuk memberhentikan anggota Direksi sewaktu-
waktu dengan menyebutkan alasannya.
Pengangkatan Direksi berdasarkan pertimbangan keahlian, integritas, kepemimpinan,
pengalaman, perilaku serta dedikasi untuk mengem-bangkan usaha guna kemajuan
perusahaan yang akan dipimpinnya.
Direksi harus melaksanakan tugasnya dengan itikad baik untuk kepentingan BUMN,
serta memastikan agar BUMN melaksanakan tanggung jawab sosialnya serta
memperhatikan kepentingan dari berbagai Pemangku Kepentingan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya Direksi harus mendapatkan atau
memperoleh persetujuan dari Pemegang Saham melalui RUPS atau dari Dewan
Komisaris.
Calon anggota Direksi, dapat berasal dari mereka yang sedang atau pernah
menduduki jabatan Direksi BUMN, Pejabat satu tingkat di bawah Direksi BUMN yang
bersangkutan atau BUMN lain atau tenaga profesional dari luar BUMN yang
bersangkutan.
Salah seorang anggota Direksi ditunjuk oleh Rapat Direksi sebagai penanggungjawab
dalam penerapan GCG di PTPN II.
2. RJPP dan RKAP
A. Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP)
Direksi wajib menyiapkan Rencana Jangka Panjang Perusahaan yang merupakan
rencana strategis yang memuat tujuan dan sasaran yang hendak dicapai dalam
jangka waktu 5 tahun. Direksi memperhatikan masukan-masukan yg diberikan
Dewan Komisaris dalam penyusunan dan penyempurnaan rancangan RJPP, serta
kelayakan Visi dan Misi.
RJPP sebagaimana dimaksud sekurang-kurangnya memuat :
1) Evaluasi pelaksanaan RJPP sebelumnya.
PT Perkebunan Nusantara II Code of Corporate Governance 2019
Sinergi – Integritas - Profesional
18
2) Posisi PTPN II saat ini.
3) Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penyusunan RJPP.
4) Penetapan misi, sasaran, strategi, kebijakan, dan program kerja jangka
panjang.
Dewan Komisaris memberikan persetujuan atas rancangan RJPP yang
disampaikan Direksi dengan terlebih dahulu melakukan telaah/ kajian terhadap
rancangan RJPP yang disampaikan oleh Direksi sesuai dengan kebijakan tentang
mekanisme pemberian persetujuan/ tanggapan/ pendapat Dewan Komisaris
terhadap rancangan RJPP yang disampaikan Direksi
Proses telaah/ kajian terhadap rancangan RJPP harus sesuai dengan rencana
kerja Dewan Komisaris yang telah ditetapkan, baik melalui proses pembahasan
internal maupun rapat gabungan Dewan Komisaris dan Direksi dan menggunakan
seluruh perangkat di Dewan Komisaris.
Hasil telaah/kajian rancangan RJPP dituangkan secara tertulis (risalah rapat
Internal Dewan Komisaris atau rapat komite Dewan Komisaris).
Dewan Komisaris memastikan hasil telaah/ kajian rancangan RJPP
dikomunikasikan dan ditindaklanjuti oleh Direksi.
Selanjutnya Dewan Komisaris memberikan pendapat dan saran dalam bentuk
tanggapan tertulis terhadap rancangan RJPP dan disampaikan kepada RUPS
untuk menjadi bahan pertimbangan keputusan RUPS.
B. Rencana Kerja Dan Anggaran Perusahaan (RKAP)
Direksi wajib menyiapkan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP)
sebagai penjabaran tahunan dari RJPP untuk masa 1 (satu) tahun.
RKAP sebagaimana dimaksud, sekurang-kurangnya memuat :
1) Misi, sasaran usaha, strategi usaha, kebijakan perusahaan dan program kerja/
kegiatan.
2) Anggaran perusahaan yang dirinci atas setiap anggaran program kerja/
kegiatan.
3) Proyeksi keuangan perusahaan dan anak perusahaannya, dan
4) Hal-hal lain yang memerlukan keputusan RUPS/ Menteri
Dewan Komisaris mengkaji dan memberikan pendapat mengenai RKAP yang
disiapkan Direksi sebelum ditandatangani bersama
Dewan Komisaris mengawasi pelaksanaan dan kinerja perusahaan termasuk
monitor penggunaan modal, investasi/ divestasi, pinjaman kredit serta penjualan
aset.Pengawasan Dewan Komisaris akan menjadi efektif apabila Direksi secara
teratur, akurat menyampaikan Laporan kinerja PTPN II, serta adanya jaminan
Direksi tentang akses yang cukup bagi Dewan Komisaris untuk mendapatkan
informasi yang relevan ke lingkungan manajemen.
PT Perkebunan Nusantara II Code of Corporate Governance 2019
Sinergi – Integritas - Profesional
19
3. Pendelegasian Wewenang
A. Bidang Administrasi & Keuangan
Dalam menjalankan fungsi manajerialnya Direksi dapat melakukan pengaturan
otorisasi pengeluaran dana diantara sesama anggota Direksi dengan Surat
Keputusan tersendiri. Disamping itu untuk menunjang kelancaran tugas dan
meningkatkan efektivitas dan efisiensi, Direksi dapat mendelegasikan sebagian
kewenangannya kepada Kepala Bagian dengan menyebutkan secara rinci dan
jelas wewenang yang didelegasikan serta batasannya. Pendelegasian wewenang
tersebut harus ditetapkan melalui Surat Keputusan Direksi, dan harus dikaji dan
ditinjau ulang secara berkala serta menyesuaikannya dengan kondisi dan
perkembangan perusahaan.
B. Penandatanganan Kontrak Pengadaan Barang/ Surat Perintah Kerja
Sejalan dengan struktur Pengelolaan usaha, Direksi dapat mendelegasikan
sebagian kewenangannya dalam pengadaan barang dan jasa kepada Manajer
Distrik, Manajer Unit Usaha dan Kepala Bagian Komersil. Pendelegasian tersebut
harus ditetapkan melalui Surat Keputusan Direksi, yang menyebut secara rinci dan
jelas wewenang yang diberikan dan batasannya.
4. Tata Kelola Teknologi Informasi dan Media Komunikasi
1) Direksi menerapkan sistem tentang teknologi informasi sesuai dengan kebijakan
yang telah ditetapkan.
Perusahaan memiliki kebijakan Teknologi Informasi, berupa master plan, detail
plan pengembangan TI sampai dengan level data dan sistem keamanannya
2) Direksi wajib melaporkan pelaksanaan tatakelola teknologi informasi secara
periodik kepada Dewan Komisaris.
3) Direksi wajib menjaga dan mengevaluasi kualitas fungsi tatakelola teknologi
informasi dengan melakukan audit atas TI
4) Sistem informasi yg digunakan disesuaikan dengan perkembangan zaman (up to
date) mengarah kepada komputerisasi, penggunaan website perusahaan dimana
datanya senantiasa diperbaharui sehingga stakeholders dapat dengan mudah
mengakses dan mendapatkan informasi tentang perkembangan perusahaan.
5) Mengefektifkan media informasi lain yang sesuai dengan tujuan perusahaan seperti
brosur, buletin, pameran, dan media elektronik.
5. Suksesi Manajemen
1) Direksi menetapkan Pedoman / Kebijakan perusahaan mengenai manajemen karir
di PTPN II, sistem dan prosedur promosi, demosi dan mutasi di PTPN II.
PT Perkebunan Nusantara II Code of Corporate Governance 2019
Sinergi – Integritas - Profesional
20
2) Direksi memiliki rencana suksesi untuk setiap level jabatan dalam organisasi
perusahaan.
3) Pelaksanaan seleksi dalam rangka suksesi/ promosi jabatan sesuai dengan
ketentuan melalui proses assessment.
4) Rencana promosi dan mutasi jabatan satu level di bawah Direksi dibahas secara
intens dalam Rapat Direksi dan disampaikan kepada Dewan Komisaris untuk
pemberian arahan terhadap rencana promosi dan mutasi tersebut,
5) Khusus untuk jabatan Sekretaris Perusahaan dan Kepala Bagian SPI, disampaikan
kepada Dewan Komisaris untuk mendapatkan persetujuan.
6) Menyusun perencanaan sumber daya manusia (man power planning) yang
disesuaikan dengan standar tenaga kerja yang optimal.
6. Manajemen Resiko
1) Direksi dalam setiap pengambilan keputusan/ tindakan harus mempertimbangkan
risiko usaha.
2) Direksi wajib membangun dan melaksanakan program manajemen risiko korporasi
secara terpadu yang merupakan bagian dari pelaksanaan program GCG.
3) Pelaksanaan Program manajemen risiko dapat dilakukan dengan :
a) Membentuk unit kerja tersendiri yang ada dibawah Direksi,
b) Memberi penugasan kepada unit kerja yang ada dan relevan untuk menjalankan
fungsi manajemen risiko.
4) Direksi wajib menyampaikan laporan profil manajemen risiko & penanganannya
bersamaan dengan laporan berkala perusahaan.
5) Memastikan seluruh staf telah sadar akan tanggungjawabnya dalam menangani
risiko yang ada.
6) Meyakinkan apakah risiko signifikan telah dimonitor secara tepat, melalui
dokumentasi formal dan reviu atas risiko tersebut.
7) Menetapkan kebijakan pencegahan terjadinya risiko kecurangan dan perlindungan
bagi yang melaporkan adanya kecurangan.
7. Pengendalian Intern
1) Direksi harus menetapkan suatu sistem pengendalian intern yang efektif untuk
mengamankan investasi dan aset perusahaan,
2) Sistem Pengendalian intern sebagaimana dimaksud pada ayat 1), antara lain
mencakup hal-hal sebagai berikut:
a) Lingkungan Pengendalian Intern dalam perusahaan yang dilaksanakan dengan
disiplin dan terstruktur, yang terdiri dari :
✓ Integritas, nilai etika dan kompetensi karyawan,
✓ Filosofi dan gaya manajemen
PT Perkebunan Nusantara II Code of Corporate Governance 2019
Sinergi – Integritas - Profesional
21
✓ Cara yang ditempuh manajemen dalam melaksanakan kewenangan dan
tanggung jawabnya
✓ Pengorganisasian & pengembangan sumber daya manusia
✓ Perhatian dan arahan yang dilakukan oleh Direksi
b) Pengkajian terhadap Pengelolaan Risiko Usaha (Risk Assessment), yaitu suatu
proses untuk mengidentifikasi, menganalisis, menilai pengelolaan risiko yang
relevan.
c) Aktivitas pengendalian, yaitu tindakan-tindakan yang dilakukan dalam suatu
proses pengendalian terhadap kegiatan perusahaan pada setiap tingkat dan
unit dalam struktur organisasi BUMN, antara lain mengenai kewenangan,
otorisasi, verifikasi, rekonsiliasi, penilaian atas prestasi kerja, pembagian tugas,
dan keamanan terhadap aset perusahaan
d) Sistem Informasi dan Komunikasi, yaitu suatu proses penyajian laporan
mengenai kegiatan operasional, financial, serta ketaatan dan kepatuhan
terhadap ketentuan peraturan perundang undangan oleh BUMN.
e) Monitoring, yaitu proses penilaian terhadap kualitas system pengendalian
intern, termasuk fungsi internal audit pada setiap tingkat dan unit dalam struktur
organisasi BUMN, sehingga dapat dilaksanakan secara optimal.
3) Direksi dengan menggunakan perangkat SPI melakukan audit atas kegiatan dan
operasi perusahaan.
4) Direksi menindaklanjuti laporan hasil pemeriksaan SPI disamping hasil audit
eksternal.
8. Program Orientasi
Sebelum menjalankan tugasnya, setiap anggota Direksi yang baru diangkat untuk
pertama kalinya, wajib diberikan program pengenalan tentang PTPN II untuk
mengembangkan kemampuan dan kesamaan persepsi tentang Corporate
Governance, meliputi :
1) Pelaksanaan prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik (good
corporategovernance) oleh PTPN II.
2) Gambaran mengenai perusahaan berkaitan dengan tujuan, sifat, dan lingkup
kegiatan, kinerja keuangan dan operasi, strategi, rencana usaha jangka pendek
dan jangka panjang, posisi kompetitif, resiko dan masalah-masalah strategis
lainnya.
3) Keterangan berkaitan dengan kewenangan yang didelegasikan, audit internal dan
eksternal sistem dan kebijakan pengendalian internal termasuk Komite Audit.
4) Keterangan mengenai tugas dan tanggungjawab Komisaris dan Direksi.
PT Perkebunan Nusantara II Code of Corporate Governance 2019
Sinergi – Integritas - Profesional
22
Program pengenalan perusahaan dapat berupa presentase, pertemuan, kunjungan ke
unit-unit perusahaan atau program lainnya yang dianggap sesuai dengan PTPN II.
Tanggung jawab untuk mengadakan program pengenalan tersebut berada pada
Sekretaris Perusahaan atau siapapun yang menjalankan fungsi sebagai sekretaris
perusahaan.
9. Larangan Mengambil Keuntungan Pribadi
Para anggota Direksi dilarang melakukan tindakan yang mempunyai benturan
kepentingan, dan mengambil keuntungan pribadi, baik secara langsung maupun tidak
langsung dari pengambilan keputusan dan kegiatan BUMN yang bersangkutan selain
penghasilan yang sah.
PT Perkebunan Nusantara II Code of Corporate Governance 2019
Sinergi – Integritas - Profesional
23
BAB 5
SEKRETARIS PERUSAHAAN
1. Umum
Keinginan untuk memproleh informasi yang tepat, akurat dan objektif oleh berbagai
pihak menjadi perhatian manajemen perusahaan, sehingga berkesimpulan bahwa
diperlukan suatu unit kerja tersendiri yang mengelola informasi dan penghubung antara
perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder).
Untuk melaksanakan fungsi tersebut di dalam perusahaan dibentuklah suatu unit kerja
atau bagian yang disebut Bagian Sekretariat Perusahaan.
Sekretaris Perusahaan (Kepala Bagian Sekretariat Perusahaan) dijabat oleh seorang
Kepala Bagian yang ditunjuk dan diangkat oleh Direksi dengan persetujuan Dewan
Komisaris dengan tujuan utama untuk membantu Direksi mengelola informasi yang
akan dikomunikasikan kepada pihak intern dan ekstern perusahaan.
2. Kualifikasi/ Kriteria
1) Pendidikan minimal berijazah S1 (sarjana) yang memahami bidang usaha
perusahaan dan berwawasan luas dibidang hukum, peraturan perundang-
undangan, ekonomi, keuangan, manajerial, serta pengetahuan komunikasi lainnya
yang memadai.
2) Memiliki kemampuan sebagai gerbang penghubung pertama antara
Direksi,Komisaris dan Kepala Bagian/ Manajer lain pada perusahaan.
3) Mampu mengimplementasikan keterbukaan kepada stakeholders dengan
berpegang kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4) Memiliki kemampuan interpersonal skill yang baik sebagai komunikator dan
pendengar yang baik, mudah didekati, handal dan mampu menjaga kerahasiaan
perusahaan.
5) Memahami penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik.
3. Tugas danTanggungjawab
1) Penghubung antara korporasi dengan Pemegang Saham/Investor dan pihak-pihak
yang berkepentingan dengan korporasi (stakeholder). Untuk menjalankan fungsi
tersebut Sekretaris Korporasi harus dapat mengelola informasi secara profesional
dan mampu menyampaikan informasi yang relevan dan materil kepada para
stakeholders.
2) Memberikan masukan kepada Direksi dalam rangka mematuhi ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
PT Perkebunan Nusantara II Code of Corporate Governance 2019
Sinergi – Integritas - Profesional
24
3) Memastikan bahwa BUMN mematuhi peraturan tentang persyaratan keterbukaan
sejalan dengan penerapan prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik.
4) Sebagai penghubung (liaison officer)
5) Melakukan dokumentasi atas file yang penting seperti Risalah Rapat Direksi,
Komisaris, RUPS, Kebijakan Perusahaan, Daftar Pemegang Saham.
6) Bertanggungjawab dalam penyelenggaraan Pra RUPS dan RUPS.
PT Perkebunan Nusantara II Code of Corporate Governance 2019
Sinergi – Integritas - Profesional
25
BAB 6
SATUAN PENGAWASAN INTERN
1. Umum
Kedudukan Satuan Pengawasan Intern dalam perusahaan dan perangkatnya adalah
sebagai berikut:
a) Satuan Pengawasan Intern (SPI) dibentuk oleh Direksi dan kedudukannya berada
di bawah dan langsung bertanggungjawab kepada Direktur Utama.
b) Satuan Pengawasan Intern dipimpin oleh seorang Kepala bagian yang diangkat
dan diberhentikan oleh Direktur utama berdasarkan mekanisme internal
perusahaan dengan persetujuan Dewan Komisaris.
c) Satuan Pengawasan Intern memiliki Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT)
dan hasil evaluasi atas pencapaiannya.
d) Satuan Pengawasan Intern memiliki Internal Audit Charter sebagai panduan
melaksanakan fungsinya.
e) Fungsi Pengawasan internal adalah :
1) Evaluasi atas efektivitas pelaksanaan atas pengendalian internal, manajemen
risiko, dan proses tata kelola perusahaan, sesuai dengan peraturan perundang-
undangan dan kebijakan perusahaan.
2) Pemeriksaan dan penilaian atas efisiensi dan efektifitas di bidang keuangan,
operasional, sumber daya manusia, teknologi informasi, dan kegiatan lainnya.
f) Direksi wajib menyampaikan laporan pelaksanaan fungsi pengawasan internal
secara periodik kepada Dewan Komisaris.
g) Direksi wajib menjaga dan mengevaluasi kualitas fungsi pengawasan internal di
perusahaan.
Satuan Pengawasan Internal adalah unit/bagian yang memberikan jasa assurance dan
jasa konsultasi secara objektif dan independen sehingga memberi nilai tambah dalam
meningkatkan kinerja PTPN II. Pembentukan organ pendukung Direksi ini untuk
memastikan bahwa sistem pengendalian intern telah andal dan keberadaan SPI ini
adalah untuk membantu Direksi PTPN II dalam upaya mencapai kinerja perusahaan
yang optimal, melalui suatu pendekatan yang sistematis dan teratur untuk
mengevaluasi dan meningkatkan efektifitas pengelolaan risiko, pengendalian, dan
proses tata kelola perusahaan yang baik, yaitu :
1) Direksi wajib menyelenggarakan pengawasan intern.
PT Perkebunan Nusantara II Code of Corporate Governance 2019
Sinergi – Integritas - Profesional
26
2) Pengawasan Intern sebagaimana dimaksud pada ayat 1) dilakukan dengan :
a) Membentuk Satuan Pengawas Intern
b) Membuat piagam pengawasan intern,
3) Satuan Pengawas Intern sebagaimana dimaksud pada ayat 2) huruf a) dipimpin
oleh seorang kepala bagian yang diangkat dan diberhentikan oleh Direktur Utama
berdasarkan mekanisme internal perusahaan dengan persetujuan Dewan
Komisaris
4) Fungsi pengawasan intern sebagaimana dimaksud pada ayat 1) adalah :
a) Evaluasi atas efektifitas pelaksanaan pengendalian intern, manajemen risiko,
dan proses tata kelola perusahaan, sesuai dengan peraturan perundang-
undangan dan kebijakan perusahaan.
b) Pemeriksaan dan penilaian atas efisiensi dan efektifitas dibidang keuangan,
operasional, sumberdaya manusia, teknologi informasi, dan kegiatan lainnya
5) Direksi wajib menyampaikan laporan pelaksanaan fungsi pengawasan intern
secara periodik kepada Dewan Komisaris,
6) Direksi wajib menjaga dan mengevaluasi kualitas fungsi pengawasan intern di
perusahaan.
2. Kualifikasi/Kriteria
1) Pendidikan minimal berijazah S1 (sarjana) yang memahami bidang usaha
perusahaan dan berwawasan luas dibidang hukum, peraturan perundang-
undangan, ekonomi, keuangan, manajerial, serta pengetahuan dasar audit yang
memadai.
2) Memiliki kemampuan interpersonal skill yang baik sebagai komunikator dan
pendengar yang baik, mudah didekati, handal dan mampu menjaga kerahasiaan
perusahaan.
3) Memahami penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik
3. Tugas dan Tanggung Jawab
1) Tugas
Tugas SPI meliputi :
a) Membantu Direktur Utama untuk melakukan pengawasan intern dengan
menjabarkan secara operasional baik perencanaan, pelaksanaan maupun
pemantauan tindak lanjut hasil audit.
b) Memberikan masukan untuk penyusunan dan penyempurnaan peraturan,
ketentuan, sistem, prosedur maupun administrasi pada umumnya yang berlaku
pada perusahaan.
c) Menyusun pedoman dan mekanisme kerja SPI.
PT Perkebunan Nusantara II Code of Corporate Governance 2019
Sinergi – Integritas - Profesional
27
d) Menyusun Internal Audit Charter (IAC) yang memformalkan tujuan,
kewenangan dan tanggungjawab fungsi audit internal untuk disahkan Direksi
dan Komisaris.
e) Melakukan penilaian dan analisa di bidang keuangan, akuntansi, dan kegiatan
lainnya melalui audit langsung maupun pengawasan secara tidak langsung.
f) Memberikan rekomendasi perbaikan dan informasi yang obyektif atas kegiatan
yang di audit.
2) Tanggungjawab
Kepala Bagian SPI bertanggungjawab untuk mengelola dengan efektif fungsi audit
internal sehingga :
a) Pekerjaan audit memenuhi tujuan dan tanggungjawab umum sebagaimana
tercantum dalam IAC (Internal Audit Charter) yang ditandatangani oleh Direksi
dan Komisaris
b) Anggaran dana untuk pelaksanaan audit dipergunakan secara efektif dan
efisien.
c) Pekerjaan audit dilaksanakan sesuai dengan Standar Profesi Audit Internal
(SPAI).
PT Perkebunan Nusantara II Code of Corporate Governance 2019
Sinergi – Integritas - Profesional
28
BAB 7
AUDITOR EKSTERNAL
1. Umum
Pemeriksaan Laporan Keuangan oleh Auditor Eksternal berdasarkan asumsi bahwa
kepercayaan masyarakat (stakeholders) tidak boleh dikecewakan.
Sedangkan pelaksanaannya dilakukan berdasarkan Peraturan perundang-undangan
yang berlaku yaitu ditetapkan/ditunjuk oleh RUPS.
2. Independensi/ Dan Proses Seleksi
Penetapkan kriteria yang sesuai dalam hal pendidikan dan pengalaman untuk mengisi
jabatan auditor eksternal sehingga ruang lingkup dan tanggungjawabnya dapat
terpenuhi, ditentukan oleh Holding Perkebunan Nusantara.
1) Independensi
Auditor Eksternal harus bebas dari pengaruh Komisaris, Direksi, dan pihak yang
berkepentingan di perusahaan (stakeholders)
2) Proses Seleksi
a) Seleksi calon Auditor Eksternal dilakukan oleh Panitia Tender Holding yang
ditunjuk secara tertulis oleh Direksi Holding secara terbuka dan transparan.
b) Pelaksanaan seleksi Auditor Eksrternal berpedoman kepada Pedoman
Pengadaan Barang Dan Jasa yang berlaku di Holding Perkebunan Nusantara.
c) Pemenang 1 sampai 3 yang lulus seleksi diajukan kepada Dewan Komisaris
Holding untuk persetujuannya.
d) Selanjutnya Dewan Komisaris Holding beserta Komite Audit melakukan
pembahasan dan mengusulkan kepada Pemegang Saham nama-nama calon
Auditor Eksternal.
Auditor Eksternal melakukan audit atas laporan keuangan seluruh anak perusahaan
dengan tujuan untuk memastikan dengan memberikan opini apakah Laporan
Keuangan yang disusun manajemen PTPN Anak Perusahaan telah disusun dan
disajikan berdasarkan standar akuntansi keuangan yang diterima umum.
PT Perkebunan Nusantara II Code of Corporate Governance 2019
Sinergi – Integritas - Profesional
29
BAB 8
KOMITE AUDIT
A. Umum
Dewan Komisaris wajib membentuk Komite Audit yang berfungsi untuk membantu
pelaksanaan tugas Dewan Komisaris khususnya pengawasan Dewan Komisaris
terhadap Pelaporan Keuangan, Pengendalian Internal, dan Kapatuhan Perusahaan
Terhadap Peraturan Perudang-Undangan; selain juga dapat melaksanakan tugas lain
yang ditugaskan oleh Dewan Komisaris.
Komite Audit minimal terdiri dari 1 (satu) orang yang berasal dari salah seorang
Komisaris Independen atau Komisaris yang dapat berindak independen, atau dapat
pula terdiri dari Ketua dan maksimal 2 (dua) orang anggota yang mana anggota
tersebut berasal dari personalia di luar Perusahaan. Salah seorang Anggota Komite
Audit harus berlatar pendidikan atau memiliki keahlian di bidang akuntansi dan
keuangan, sedangkan seorang lainnya harus memahami bisnis Perusahaan.
Komite Audit bertanggungjawab langsung kepada Dewan Komisaris dan mandiri
dalam pelaksanaan tugas dan pelaporannya.
B. Tugas
(1) Komite Audit bekerja secara kolektif dalam melaksanakan tugasnya membantu
Dewan Komisaris/Dewan Pengawas.
(2) Komite Audit bersifat mandiri baik dalam pelaksanaan tugasnya maupun dalam
pelaporan, dan bertanggung jawab langsung kepada Dewan Komisaris/ Dewan
pengawas.
Komite Audit bertugas untuk :
(1) Membantu Dewan Komisaris/Dewan pengawas untuk memastikan efektivitas
sistem pengendalian intern dan efektifitas pelaksanaan tugas eksternal auditor
dan internal auditor.
(2) Menilai pelaksanaan kegiatan serta hasil audit yang dilaksanakan oleh Satuan
Pengawasan Intern maupun auditor eksternal.
(3) Memberikan rekomendasi mengenai penyempurnaan sistem pengendalian
manajemen serta pelaksanaannya.
(4) Memastikan telah terdapat prosedur evaluasi yang memuaskan terhadap segala
informasi yang dikeluarkan Perusahaan.
(5) Melakukan identifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian Dewan Komisaris/
Dewan Pengawas serta tugas-tugas Dewan Komisaris/Dewan Pengawas lainnya.
PT Perkebunan Nusantara II Code of Corporate Governance 2019
Sinergi – Integritas - Profesional
30
(6) Dewan Komisaris/Dewan pengawas dapat memberikan penugasan lain kepada
Komite Audit yang ditetapkan dalam Piagam Komite Audit.
C. Persyaratan dan Masa Jabatan
Anggota Komite Audit harus memenuhi persyaratan:
a. Memiliki integritas yang baik dan pengetahuan serta pengalaman kerja yang
cukup di bidang pengawasan/pemeriksaan;
b. Tidak memiliki kepentingan/keterkaitan pribadi yang dapat menimbulkan dampak
negatif dan benturan kepentingan terhadap Perusahaan;
c. Mampu berkomunikasi secara efektif;
d. Dapat menyediakan waktu yang cukup untuk menyelesaikan tugasnya; dan
e. Persyaratan lain yang ditetapkan dalan piagam komite audit, jika diperlukan.
Salah seorang dari anggota Komite Audit harus memiliki latar belakang pendidikan
atau memiliki keahlian di bidang akuntansi atau keuangan, dan salah seorang harus
memahami industri/bisnis Perusahaan.
Masa jabatan anggota Komite Audit yang bukan merupakan anggota Dewan
Komisaris/Dewan Pengawas Perusahaan paling lama 3 (tiga) tahun dan dapat
diperpanjang satu kali selama 2 (dua) tahun masa jabatan, dengan tidak mengurangi
hak Dewan Komisaris/Dewan Pengawas untuk memberhentikannya sewaktu-waktu.
PT Perkebunan Nusantara II Code of Corporate Governance 2019
Sinergi – Integritas - Profesional
31
BAB 9
KOMITE MANAJEMEN RISIKO
Selain Komite Audit, Dewan Komisaris juga dapat membentuk Komite lain sesuai
kebutuhan berdasarkan pertimbangan Dewan Komisaris.
Pada Perusahaan, Dewan Komisaris membentuk Komite Manajemen Risiko untuk
membantu Dewan Komisaris khususnya pengawasan Dewan Komisaris terhadap
manajemen risiko, penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik, sistem nominasi dan
remunerasi, selain juga dapat melaksanakan tugas lain yang ditugaskan oleh Dewan
Komisaris.
Komite Manajemen Risiko minimal terdiri dari 1 (satu) orang yang berasal dari salah
seorang Komisaris, atau dapat pula terdiri dari Ketua dan maksimal 2 (dua) orang anggota
yang mana anggota tersebut berasal dari personalia di luar Perusahaan.
Komite Manajemen Risiko bertanggungjawab langsung kepada Dewan Komisaris dan
mandiri dalam pelaksanaan tugas dan pelaporannya.
PT Perkebunan Nusantara II Code of Corporate Governance 2019
Sinergi – Integritas - Profesional
32
BAB 10
HUBUNGAN DENGAN ANAK PERUSAHAAN
1) Pembentukan Unit Usaha
Untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam RJPP dan RKAP,
perusahaan membentuk Unit Usaha yaitu Kebun dan Pabrik.
Startegik Bussiness Unit dan unit kerja penunjang bekerja sesuai dengan mekanisme
yang diatur dalam struktur organisasi dan Job Description.
2) General Manajer Distrik
Distrik dipimpin oleh General Manajer Distrik dan bertanggungjawab kepada Direksi.
Setiap kebun dipimpin oleh Manajer Kebun dan bertanggungjawab langsung kepada
General Manajer Distrik yang membawahi kebun tersebut.
PT Perkebunan Nusantara II mempunyai 4 (empat) Distrik :
A. Distrik Rayon Selatan
B. Distrik Rayon Utara
C. Distrik Semusim
Masing-masing General Manajer Distrik tersebut di atas membawahi Manajer Kebun
dan Manajer Pabrik.
A. Distrik Rayon Selatan,yang membawahi :
1) Kebun Tanjung Garbus
2) Kebun Bandar Klippa
3) Kebun Limau Mungkur
4) Kebun Melati
5) Kebun Patumbak
6) PKS Pagar Merbau
7) Kebun Tandem
8) Kebun Tanjung Jati
B. Distrik Rayon Utara, membawahi :
1) Kebun Sawit Hulu
2) Kebun Kwala Sawit
3) Kebun Sawit Seberang
4) Kebun Batang Serangan
5) Kebun Air Tenang
6) PKS Rayon Utara
PT Perkebunan Nusantara II Code of Corporate Governance 2019
Sinergi – Integritas - Profesional
33
C. Distrik Semusim, membawahi :
1) Kebun Kwala Madu
2) Kebun Bulu Cina
3) Kebun Sei Semayang
4) Kebun Helvetia
5) Kebun Tandem Hilir
6) Pabrik Gula Sei Semayang
7) Pabrik Gula Kwala Madu
Masing-masing kebun dipimpin oleh seorang Manajer Kebun, sedangkan Pabrik
Gula dipimpin oleh seorang Manajer Pabrik Gula yang bertanggung
jawab kepada General Manajer Distrik Semusim.
3) Unit
Unit merupakan organ penunjang perusahaan untuk mencapai tujuan dan sasaran
yang telah ditetapkan dalam RJPP dan RKAP.
Unit penunjang di PTPN II adalah Bengkel Pusat dan Risbang Tebu dan Tembakau.
Bengkel Pusat yang merupakan unit penunjang untuk melakukan perbaikan dan
pemeliharaan alat, mesin pertanian dan peralatan lainnya yang dimiliki perusahaan
terutama untuk tanaman tembakau dan tebu yang memerlukan pekerjaan mekanisasi
untuk pengolahan tanah.
Bengkel Pusat juga mengerjakan order dari luar perusahaan untuk mengerjakan lori
rebusan.
PT Perkebunan Nusantara II Code of Corporate Governance 2019
Sinergi – Integritas - Profesional
34
BAB 11
KEPATUHAN TERHADAP TATA KELOLA PERUSAHAAN
1. GCG
Komitmen korporasi untuk mewujudkan Good Corporate Governance direalisasikan
dalam bentuk kepatuhan terhadap pedoman operasional yang menjadi acuan bagi
setiap individu dalam melaksanakan tugasnya dalam korporasi.
Untuk memonitor kepatuhan penerapan GCG di PTPN II, Direksi menunjuk salah
seorang Direksi sebagai penanggung jawab dan membentuk Sub Bagian GCG, KPKU
dan Sistem yang melakukan pemantauan dan pelaporan atas pelaksanaan GCG di
perusahaan.
2. Pelaporan Penerapan Tata Kelola Perusahaan
1) Hasil Penerapan GCG dilaporkan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun
kepada Direksi dan Dewan Komisaris untuk disampaikan kepada Pemegang
Saham/RUPS dalam Laporan Tahunan (Annual Report).
2) Direksi secara aktif mengungkapkan sejauh mana pelaksanaan fungsi GCG serta
masalah-masalah yang timbul dalam penerapannya.
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II
PEDOMAN TATA KELOLA
PERUSAHAAN(CODE OF CORPORATE GOVERNANCE)