PEDOMAN PENYUSUNAN -...
Transcript of PEDOMAN PENYUSUNAN -...
PEDOMAN PENYUSUNAN PEDOMAN PENYUSUNAN PEDOMAN PENYUSUNAN PEDOMAN PENYUSUNAN
LAPORAN KEUANGAN BADAN LAYLAPORAN KEUANGAN BADAN LAYLAPORAN KEUANGAN BADAN LAYLAPORAN KEUANGAN BADAN LAY
(BLU) DI LINGKUNGAN KEMDIKBUD (BLU) DI LINGKUNGAN KEMDIKBUD (BLU) DI LINGKUNGAN KEMDIKBUD (BLU) DI LINGKUNGAN KEMDIKBUD
BERDASARKAN SAPBERDASARKAN SAPBERDASARKAN SAPBERDASARKAN SAP
BIRO KEUANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
JL. JENDERAL SUDIRMAN, SENAYAN
htpp://simkeu.kemdikbud.go.id
Help desk SIMKeu : 021-500 005 ext.4
PEDOMAN PENYUSUNAN PEDOMAN PENYUSUNAN PEDOMAN PENYUSUNAN PEDOMAN PENYUSUNAN
LAPORAN KEUANGAN BADAN LAYLAPORAN KEUANGAN BADAN LAYLAPORAN KEUANGAN BADAN LAYLAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM ANAN UMUM ANAN UMUM ANAN UMUM
(BLU) DI LINGKUNGAN KEMDIKBUD (BLU) DI LINGKUNGAN KEMDIKBUD (BLU) DI LINGKUNGAN KEMDIKBUD (BLU) DI LINGKUNGAN KEMDIKBUD
BERDASARKAN SAPBERDASARKAN SAPBERDASARKAN SAPBERDASARKAN SAP
BIRO KEUANGAN - SEKRETARIAT JENDERAL
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
JL. JENDERAL SUDIRMAN, SENAYAN-JAKARTA
2012
ANAN UMUM ANAN UMUM ANAN UMUM ANAN UMUM
(BLU) DI LINGKUNGAN KEMDIKBUD (BLU) DI LINGKUNGAN KEMDIKBUD (BLU) DI LINGKUNGAN KEMDIKBUD (BLU) DI LINGKUNGAN KEMDIKBUD
DAFTAR ISI
Hal.
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………….... i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………...... ii
Bab I : Pendahuluan................................................................................. ..... 1
1.1. Latar Belakang………………………………………………………... 1
1.2. Tujuan ……………………………………………………………….... 2
1.3. Ruang Lingkup ……………………………………………………..... 3
1.4. Dasar Hukum ……………………………………………………….... 3
Bab II : Penyusunan Laporan KeuanganBadan Layanan Umum (BLU)... 5
2.1. Prinsip Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan.... 5
2.2. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan ……………………….. 5
2.3. Penyusunan Laporan Keuangan BLU …………………………….. 7
2.4. Komponen Laporan Keuangan …………………………………….. 9
2.4.1. Laporan Realisasi Anggaran ……………………………….. 9
2.4.2. Neraca ……………………………………………………….... 9
2.4.3. Catatan Atas Laporan Keuangan …………………………... 10
Bab III : Kebijakan Akuntansi Laporan keuangan Berdasarkan Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP)....................................................... 11
3.1. Pendapatan ………………………………………………………….. 11
3.2. Aset …………………………………………………………………... 20
3.3. Kewajiban …………………………………………………………..... 44
3.4. Ekuitas Dana ……………………………………………………….... 48
BAB IV : Penyusunan Laporan Keuangan Sistem Akuntansi Instansi
(SAI) untuk Satker BLU................................................................... 50
4.1. Mekanisme dan Tata Cara Konsolidasi ………………………….. 50
4.2. Konversi Akun SAK ke Akun SAP ………………………………... 50
4.3. Penyajian dan Penyampaian Laporan Keuangan ………………. 55
4.4. Audit dan reviu ………………………………………………………. 57
BAB V : Penutup ....................................................................................... 58
LAMPIRAN-LAMPIRAN
LAMPIRAN CONTOH LAPORAN KEUANGAN BLU BERDASARKAN SAP ... 59
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
1 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sesuai dengan Pasal 68 dan Pasal 69 Undang-Undang Nomor 1 Tahun
2004 tentang Perbendaharaan Negara, yang pada prinsipnya mengatur
bahwa instansi pemerintah yang tugas pokok dan fungsinya memberi
pelayanan kepada masyarakat dapat menerapkan pola pengelolaan
keuangan yang fleksibel dengan menonjolkan produktivitas, efisiensi dan
efektivitas sebagai Badan Layanan Umum (BLU).
Dengan pola pengelolaan keuangan BLU, fleksibilitas diberikan dalam
rangka pelaksanaan anggaran, termasuk pola pengelolaan pendapatan
dan belanja, pengelolaan kas dan pengadaan barang/jasa. Kepada BLU
juga diberikan kesempatan untuk memperkerjakan tenaga profesional
Non-PNS serta kesempatan pemberian imbalan jasa kepada pegawai
sesuai dengan kontribusinya. Tetapi sebagai pengimbang, BLU
dikendalikan secara ketat dalam perencanaan dan penganggarannya,
serta pertanggungjawabannya.
Dalam penyusunan laporan pertanggungjawaban, BLU dapat menerapkan
standar akuntansi industri yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan atau
standar akuntansi yang ditetapkan oleh Asosiasi Profesi Akuntan
Indonesia, apabila belum ada standar akuntansi yang mengaturnya.
Kekayaan BLU merupakan kekayaan yang tidak terpisahkan dari
kekayaan pemerintah pusat sehingga laporan keuangan yang disajikan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan
Kementerian Negara/Lembaga. Laporan Keuangan BLU yang disusun
berdasarkan SAK menjadi lampiran bagi Laporan Keuangan Kementerian
Negara/Lembaga, sedangkan untuk tujuan konsolidasian (pengintegrasian)
Laporan Keuangan BLU ke dalam Laporan Keuangan Kementerian
Negara/Lembaga perlu dilakukan mapping ke dalam perkiraan
berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan.
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
2 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
Dalam rangka pelaksanaan pengintegrasian Laporan Keuangan BLU
yang disusun berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) ke dalam Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga, BLU
menggunakan sistem akuntansi yang dapat menghasilkan laporan
keuangan untuk tujuan konsolidasi.
Laporan Keuangan BLU merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Laporan Keuangan kementerian negara/lembaga. Dalam rangka konsolidasi
Laporan Keuangan satker BLU dengan Laporan Keuangan Kemdikbud. BLU
menyampaikan Laporan Keuangan sesuai dengan SAP setiap semester dan
tahunan yang terdiri dari LRA, Neraca (laporan posisi keuangan), dan Catatan
atas Laporan Keuangan yang dilampiri dengan Laporan Keuangan SAK.
Permasalahan yang terjadi selama ini dan selalu menjadi temuan oleh BPK
adalah terkait dengan konsolidasi laporan keuangan BLU berdasarkan SAK ke
dalam Laporan Keuangan Kemdikbud berdasarkan SAP, sehingga dipandang
perlu untuk menyusun dan menetapkan pedoman yang mengatur mengenai
Mekanisme dan Tata Cara konsolidasi Laporan Keuangan BLU dengan
Laporan Keuangan Kemdikbud.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, dan dalam rangka meningkatkan
kualitas laporan Keuangan Kemdikbud dipandang perlu menetapkan
Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan BLU di Lingkungan Kemdikbud
Berdasarkan SAP.
1.2. Tujuan
Tujuan Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan BLU Berdasarkan SAP ini
adalah sebagai berikut :
a. Sebagai pedoman bagi BLU di lingkungan Kemdikbud dalam melakukan
penyusunan laporan keuangan berdasarkan SAP;
b. Sebagai acuan bagi BLU dalam melakukan konsolidasi laporan keuangan
ke dalam laporan keuangan kemdikbud.
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
3 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
c. Adanya keseragaman perlakuan akuntansi terhadap akun-akun pada
satker BLU khususnya dalam melakukan konsolidasi laporan keuangan
berdasarkan SAK ke laporan keuangan berdasarkan SAP.
d. Meningkatnya kualitas Laporan Keuangan Kemdikbud.
1.3. Ruang Lingkup
Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan BLU Berdasarkan SAP ini
menguraikan mengenai:
a. Penyusunan laporan keuangan BLU berdasarkan standar akuntansi
pemerintahan (SAP).
b. Kebijakan akuntansi laporan keuangan BLU berdasarkan SAP.
c. Mekanisme dan tata cara pengkonsolidasian antara LK berdasarkan SAK
dengan SAP.
1.4. Dasar Hukum
a. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara;
b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara;
c. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan,
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;
d. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan
Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah;
e. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi
Pemerintah;
f. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Badan
Layanan Umum;
g. Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 171/PMK.05/2007 Tentang Sistem
Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat;
h. Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 76/PMK.05/2008 Tentang Pedoman
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Badan Layanan Umum;
i. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16/2008 tentang Sistem
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan di lingkungan Depdiknas;
j. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 26 Tahun 2011 tentang
Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan di Lingkungan Kemdiknas;
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
4 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
k. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2012
Tentang Organisasi dan Tata kerja Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan;
l. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 086 Tahun 2012
tentang Unit Akuntansi Keuangan dan Unit Akuntansi Barang Milik Negara
di Lingkungan Kemdikbud;
m. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor Per-67/PB/2007
tentang Tata Cara Pengintegrasian Laporan Keuangan Badan Layanan
Umum ke Dalam Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga;
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
5 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
BAB II PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN BLU
2.1. Prinsip Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
Laporan keuangan disusun sedemikian rupa sehingga menyajikan dengan
wajar posisi keuangan. Penyajian wajar mensyaratkan penyajian jujur atas
pengaruh transaksi, peristiwa dan kondisi lain sesuai dengan kriteria standar
akuntansi pemerintahan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku di
Indonesia.
2.2. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang
perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi
tujuannya. Berikut ini merupakan prasyarat normatif yang diperlukan agar
laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki:
2.2.1. Relevan
Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang
termuat di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan
membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini,
dan memprediksi masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi hasil
evaluasi mereka di masa lalu. Dengan demikian, informasi laporan
keuangan yang relevan dapat dihubungkan dengan maksud
penggunaannya. Informasi yang relevan:
a. Memiliki manfaat umpan balik (feedback value)
Informasi memungkinkan pengguna untuk menegaskan atau
mengoreksi ekspektasi mereka di masa lalu.
b. Memiliki manfaat prediktif (predictive value)
Informasi dapat membantu pengguna untuk memprediksi masa yang
akan datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini.
c. Tepat waktu
Informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan
berguna dalam pengambilan keputusan.
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
6 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
d. Lengkap
Informasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan selengkap
mungkin, mencakup semua informasi akuntansi yang dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan dengan memperhatikan
kendala yang ada. Informasi yang melatarbelakangi setiap butir
informasi utama yang termuat dalam laporan keuangan diungkapkan
dengan jelas agar kekeliruan dalam penggunaan informasi tersebut
dapat dicegah.
2.2.2. Andal
Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang
menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara
jujur, serta dapat diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika
hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan
informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan. Informasi yang
andal memenuhi karakteristik:
a. Penyajian Jujur
Informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa
lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat
diharapkan untuk disajikan.
b. Dapat Diverifikasi (verifiability)
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji, dan
apabila pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang
berbeda, hasilnya tetap menunjukkan simpulan yang tidak berbeda
jauh.
c. Netralitas
Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada
kebutuhan pihak tertentu.
2.2.3. Dapat Dibandingkan
Pengguna harus dapat membandingkan laporan keuangan entitas antar
periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja
keuangan serta membandingkan laporan keuangan antar entitas untuk
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
7 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
mengevaluasi posisi keuangan, kinerja dan perubahannya secara relatif.
Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari
transaksi dan peristiwa lain yang serupa dilakukan secara konsisten.
Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika
dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau
laporan keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya. Perbandingan
dapat dilakukan secara internal dan eksternal. Perbandingan secara
internal dapat dilakukan bila suatu entitas menerapkan kebijakan
akuntansi yang sama dari tahun ke tahun. Perbandingan secara
eksternal dapat dilakukan bila entitas yang diperbandingkan menerapkan
kebijakan akuntansi yang sama. Apabila entitas pemerintah menerapkan
kebijakan akuntansi yang lebih baik daripada kebijakan akuntansi yang
sekarang diterapkan, perubahan tersebut diungkapkan pada periode
terjadinya perubahan.
2.2.4. Dapat Dipahami
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh
pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan
dengan batas pemahaman para pengguna. Untuk itu, pengguna
diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan
lingkungan operasi entitas pelaporan, serta adanya kemauan pengguna
untuk mempelajari informasi yang dimaksud.
2.2.5. Substansi Mengungguli Bentuk (Substance Over Form)
Transaksi dan peristiwa lain yang disajikan sesuai dengan substansi dan
realita ekonomi, bukan berdasarkan aspek formalitasnya.
2.3. Penyusunan Laporan Keuangan BLU
Satuan kerja yang ditetapkan sebagai BLU mempunyai kewajiban untuk
menyusun 2 (dua) laporan keuangan yaitu laporan keuangan berdasarkan SAK
dan laporan keuangan berdasarkan SAP.
2.3.1. Penyusunan Laporan Keuangan Sesuai SAK
2.3.1.1. Akuntansi dan Pelaporan Keuangan BLU diselenggarakan
dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang diterbitkan
oleh Asosiasi Profesi Akuntansi Indonesia.
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
8 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
2.3.1.2. Dalam hal tidak terdapat standar akuntansi sebagaimana
dimaksud pada angka 2.3.1.1, BLU dapat menerapkan
Standar Akuntansi Industri yang spesifik setelah mendapat
persetujuan Menteri Keuangan.
2.3.1.3. Laporan Keuangan BLU yang disusun berdasarkan SAK
menjadi Lampiran Laporan Keuangan Kemdikbud.
2.3.1.4. Laporan Keuangan BLU yang disusun berdasarkan SAK,
terdiri dari:
a. Laporan Aktivitas;
b. Neraca;
c. Laporan Arus Kas;
d. Catatan atas Laporan Keuangan.
2.3.2. Penyusunan Laporan Keuangan BLU untuk Konsolidasi
2.3.2.1. BLU selaku pengelola kekayaan negara yang tidak
dipisahkan adalah entitas akuntansi dan wajib menyusun
laporan keuangan.
2.3.2.2. Laporan Keuangan BLU sebagaimana dimaksud pada
angka 2.3.2.1. disusun berdasarkan Standar Akuntansi
Pemerintahan, dimaksudkan untuk penyusunan Laporan
Keuangan Kemdikbud yang terdiri dari :
a. Neraca;
b. Laporan Realisasi Anggaran; dan
c. Catatan atas Laporan Keuangan.
2.3.2.3. Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada angka
2.3.2.2. disampaikan oleh entitas akuntansi kepada entitas
pelaporan secara periodik dan berjenjang.
2.3.2.4. Laporan Realisasi Anggaran berdasarkan SAP memuat
pendapatan BLU, belanja yang bersumber dari APBN, dan
belanja-belanja yang bersumber dari pendapatan BLU.
2.3.2.5. Dalam rangka menyusun Laporan Realisasi Anggaran
sebagaimana dimaksud pada angka 2.3.2.4., BLU melakukan
konversi terhadap pendapatan BLU dan belanja yang
bersumber dari pendapatan BLU.
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
9 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
2.3.2.6. Neraca berdasarkan SAP dihasilkan berdasarkan konversi
akun Neraca BLU sesuai SAK ke dalam Bagan Akun
Standar yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
2.3.2.7. Dokumen sumber yang digunakan untuk membukukan
pendapatan dan belanja BLU yang bersumber dari
pendapatan BLU dalam rangka menghasilkan laporan
keuangan berdasarkan SAP adalah SP3B dan SP2B.
2.3.2.8. Satker BLU menyampaikan SP3B dan SP2B kepada Kantor
Pelayanan perbendaharaan Negara (KPPN ) setiap triwulan.
2.3.2.9. Dokumen sumber yang digunakan untuk melakukan
konversi Neraca sebagaimana dimaksud pada angka 2.3.2.7.,
dan membukukan saldo Dana Lancar BLU adalah MP yang
dilakukan pada saat penyusunan Laporan Keuangan
semesteran dan Tahunan.
2.4. Komponen Laporan Keuangan
Komponen Laporan keuangan BLU berdasarkan SAP terdiri dari :
a. Laporan Realisasi Anggaran
b. Neraca; dan
c. Catatan atas Laporan Keuangan.
2.4.1. Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran disusun berdasarkan penggabungan
Laporan Realisasi Anggaran seluruh entitas akuntansi yang berada di
bawah satker BLU. Laporan Realisasi Anggaran terdiri dari Pendapatan
Negara , Hibah dan Belanja.
2.4.2. Neraca
Neraca (laporan posisi keuangan) adalah laporan yang menyajikan
informasi tentang posisi keuangan BLU pada suatu tanggal tertentu,
meliputi aset, kewajiban, dan ekuitas.
a. Aset adalah sumber daya yang dikuasai BLU yang timbul dari
peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dimasa depan
akan diperoleh. Manfaat ekonomi masa depan yang terkandung
dalam aset adalah potensi dari aset tersebut untuk menghasilkan
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
10 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
arus kas masuk kepada BLU melalui penggunaan atau pelepasan
aset tersebut.
b. Kewajiban merupakan kewajiban masa kini yang timbul dari
peristiwa masa lalu, yang penyelesaiannya dimasa depan akan
mengakibatkan arus keluar dari sumber daya BLU yang
mengandung manfaat ekonomi.
c. Ekuitas Dana adalah kekayaan bersih pemerintah, yaitu selisih
antara aset dan utang pemerintah. Di dalam laporan posisi
keuangan, ekuitas disubkelompokkan menjadi ekuitas dana lancar,
dan ekuitas dana investasi.
2.4.3. Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan memuat pengungkapan dan penjelasan
informasi yang disajikan dalam LRA, Neraca, dan Catatan atas Laporan
Keuangan sehingga pengguna laporan keuangan dapat memperoleh
pemahaman secara lebih lengkap atas laporan keuangan BLU
berdasarkan SAP. Informasi dalam catatan atas laporan keuangan
terutama mencakup informasi singkat tentang BLU, kebijakan akuntansi
penting yang mendasari penyajian laporan keuangan, serta
pengungkapan informasi penting dan penjelasan atau rincian atas pos-
pos laporan keuangan.
Contoh Laporan Keuangan BLU berdasarkan SAP, sebagaimana
terlampir dalam pedoman ini.
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
11 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
BAB III KEBIJAKAN AKUNTANSI LAPORAN KEUANGAN
BERDASARKAN SAP
3.1. Pendapatan
Pendapatan adalah semua penerimaan Kas Umum Negara (KUN) yang
menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun yang bersangkutan
menjadi hak pemerintah dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.
Pendapatan timbul dari aktivitas BLU, seperti pendapatan usaha dari jasa
layanan pendidikan, perolehan sumbangan/hibah, pendapatan bunga dan
pendapatan dari penyewaan aset.
Pendapatan BLU diklasifikasikan menurut sumber penggunaannya, yaitu
sebagai berikut :
a. Pendapatan Usaha dari Jasa Layanan
b. Pendapatan Hibah
c. Pendapatan Lainnya
3.1.1. Pendapatan Usaha Dari Jasa Layanan
Merupakan pendapatan BLU yang diperoleh sebagai imbalan atas jasa
yang diserahkan kepada masyarakat sesuai dengan tugas dan fungsi
BLU, yaitu jasa pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian
pada masyarakat (Tridharma Perguruan Tinggi).
Pendapatan usaha dari jasa layanan BLU meliputi:
a. Pendapatan Jasa Pendidikan dan Pengajaran, yaitu pendapatan
yang diperoleh dari dan berhubungan langsung dengan pemberian
jasa layanan pendidikan dan pengajaran secara reguler, antara lain:
1) Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) dan Uang Praktikum;
2) Dana Pengembangan
Dana pengembangan atau uang pangkal adalah uang yang harus
dibayarkan oleh seseorang ketika yang bersangkutan diterima
secara resmi sebagai mahasiswa baru.
3) Pendapatan dari jasa pendidikan dan pengajaran lainnya seperti
biaya kegiatan mahasiswa baru, hasil penjualan formulir
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
12 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
pendaftaran seleksi mahasiswa baru, biaya wisuda atau yang
sejenisnya.
b. Pendapatan dari Kerjasama Pendidikan, Penelitian, dan
Pengabdian Pada Masyarakat, terdiri dari:
1) Pendapatan Kerjasama Pendidikan, yaitu pendapatan yang
diperoleh dari pemberian jasa layanan pendidikan dan
pengajaran yang penyelenggaraannya dilaksanakan atas
dasar perikatan kerjasama dengan pihak lain seperti
kerjasama penyelenggaraan pelatihan baik degree maupun
non-degree.
2) Pendapatan Kerjasama Penelitian, yaitu pendapatan yang
diperoleh dari pelaksanaan perikatan kerjasama dengan
pihak lain untuk layanan penelitian atau pengkajian aspek
tertentu yang bukan bersifat hibah.
3) Pendapatan Kerjasama Pengabdian Pada Masyarakat
(PPM), yaitu pendapatan yang diperoleh dari pelaksanaan
perikatan kerjasama PPM dengan pihak lain seperti jasa
perektrutan pegawai, konsultasi dan sebagainya.
c. Pendapatan Dari Penyelenggaraan Jasa Layanan Masyarakat
Lainnya.
Meliputi pendapatan yang diperoleh dari penyelenggaraan jasa
layanan masyarakat selain yang termasuk kategori a dan b di
atas, seperti pendapatan dari penyelenggaraan balai/klinik
kesehatan, jasa konsultasi manajemen, hukum, psikologi, teknik
dan sebagainya.
d. Pendapatan hasil penjualan produk dari penyelenggaraan
pendidikan dan pengajaran meliputi hasil penjualan produk dari
kegiatan praktikum, penelitian dan sebagainya seperti hasil
praktikum dan hasil penelitian di bidang perkebunan, peternakan,
pertanian, kedokteran dan teknologi.
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
13 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
3.1.1.1. Pengakuan
a. Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) dan Uang
Praktikum.
1) Pendapatan yang diperoleh dari pungutan
biaya/sumbangan pembinaan pendidikan (SPP), biaya
praktikum dan sejenisnya yang diterima di setiap awal
semester untuk masa satu semester kedepan (uang
semester) diakui pada saat pengesahan pendapatan
melalui SP3B /SP2B.
2) Pada setiap tanggal pelaporan, bagian dari uang semester
yang jasanya belum diserahkan harus disajikan di laporan
keuangan sebagai pendapatan diterima dimuka.
3) Dalam hal terjadi penangguhan pembayaran uang SPP
dan Praktikum oleh mahasiswa sedangkan jasa layanan
telah diserahkan, maka BLU mengakui penyerahan jasa
layanan tersebut sebagai piutang.
b. Dana Pengembangan
Dana pengembangan atau uang pangkal adalah uang yang
harus dibayarkan oleh seseorang ketika yang bersangkutan
diterima secara resmi sebagai mahasiswa baru. Pendapatan
ini diakui pada saat pengesahan pendapatan melalui SP3B /
SP2B.
Hak tagih timbul jika :
1) calon mahasiswa telah terdaftar secara resmi sebagai
mahasiswa baru, dan
2) BLU tidak lagi mempunyai kewajiban untuk
mengembalikan seluruh atau sebagian dana
pengembangan tersebut.
c. Pendapatan dari jasa pendidikan dan pengajaran lainnya
seperti biaya kegiatan mahasiswa baru, hasil penjualan
formulir pendaftaran seleksi mahasiswa baru, biaya wisuda
atau yang sejenisnya diakui pada saat pengesahan
pendapatan melalui SP3B /SP2B.
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
14 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
d. Pendapatan dari kerjasama pendidikan, penelitian, dan
pengabdian pada masyarakat diakui pada saat pengesahan
pendapatan melalui SP3B /SP2B atas pendapatan tersebut.
Hak tagih timbul jika:
1) telah memenuhi persyaratan penagihan (termin) sesuai
perikatan kerjasama, atau.
2) pekerjaan telah diselesaikan dan diserahkan sesuai
dengan persyaratan perikatan kerjasama.
e. Pendapatan dari penyelenggaraan jasa layanan masyarakat
lainnya diakui pada saat pengesahan pendapatan melalui
SP3B /SP2B dari pendapatan tersebut.
f. Pendapatan hasil penjualan produk dari penyelenggaraan
pendidikan dan pengajaran diakui pada saat pengesahan
pendapatan melalui SP3B/SP2B dari hasil penjualan produk
tersebut.
3.1.1.2. Pengukuran
a. Pendapatan dari jasa pendidikan dan pengajaran dicatat
sebesar nilai imbalan jasa layanan yang ditetapkan oleh
Pimpinan BLU.
b. Pendapatan dari kerjasama pendidikan, penelitian dan
pengabdian pada masyarakat dicatat sebesar nilai wajar jasa
yang diserahkan, yaitu nilai yang ditentukan berdasarkan
kesepakatan yang tertuang dalam perikatan kerjasama.
c. Pendapatan dari penyelenggaraan jasa masyarakat lainnya
dicatat sebesar nilai imbalan jasa yang ditetapkan Pimpinan
BLU.
d. Pendapatan hasil penjualan produk dari penyelenggaraan
pendidikan dan pengajaran dicatat sebesar kas yang
diterima.
3.1.1.3. Pengungkapan
a. Pendapatan dari jasa pendidikan dan pengajaran harus
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan tentang:
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
15 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
1) Kebijakan akuntansi pengakuan dan pengukuran
pendapatan
2) Rincian jenis dan jumlah pendapatan dari jasa pendidikan
dan pengajaran yang diakui dalam periode laporan.
b. Pendapatan dari kerjasama pendidikan, penelitian, dan
pengabdian pada masyarakat yang harus diungkapkan
dalam catatan atas laporan keuangan adalah:
1) Kebijakan akuntansi pengakuan dan pengukuran
pendapatan
2) Daftar rincian kerjasama pendidikan, penelitian dan
pengabdian pada masyarakat yang telah mengikat
(kontrak) baik untuk kontrak yang belum, sedang, atau
telah dilaksanakan dalam periode laporan, meliputi mitra
kerjasama, jenis pekerjaan, nilai kontrak, dan jangka
waktu penyelesaian pekerjaan.
c. Pendapatan dari penyelenggaraan jasa layanan masyarakat
lainnya harus diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan adalah :
1) Kebijakan akuntansi pengakuan dan pengukuran
pendapatan
2) Rincian jenis jasa dan jumlah pendapatan jasanya selama
periode pelaporan.
3.1.2. Pendapatan Hibah
Pendapatan Hibah adalah setiap penerimaan BLU dalam bentuk uang,
barang, jasa dan/atau surat berharga yang diperoleh dari pemberi hibah
yang tidak perlu dibayar kembali, yang berasal dari dalam negeri atau
luar negeri, yang atas pendapatan hibah tersebut, BLU mendapat
manfaat secara langsung yang digunakan untuk mendukung tugas dan
fungsi BLU.
Pendapatan hibah yang diterima oleh BLU harus dipastikan jenis dan
sumbernya, dengan ketentuan sebagai berikut:
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
16 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
a. Apabila sumbernya dari APBN (DIPA satker lain), baik dari satker
Kemdikbud maupun satker dari Kementerian/Lembaga lain tidak
boleh diakui/disahkan sebagai pendapatan dan belanja BLU;
b. Apabila sumbernya dari Pemda, lembaga swasta, individu, dan yang
lainnya diakui dan disahkan sebagai pendapatan dan belanja BLU.
c. Penerimaan uang beasiswa yang diterima oleh BLU dari
Pemda/korporasi/individu dapat diakui sebagai pendapatan hibah
jika :
1) pemberi beasiswa tidak menentukan individu penerima
beasiswanya, dan
2) BLU harus mengeluarkan sumber daya atau manfaat ekonomi
yang dimiliki untuk memperoleh dan mengelola beasiswa tersebut.
(Contoh : Suatu korporasi memberikan sumbangan uang kepada BLU
untuk beasiswa bagi mahasiswa dan menyerahkan sepenuhnya kepada
BLU untuk menyeleksi dan menentukan penerima beasiswa
berdasarkan kriteria dan pertimbangan BLU. Atas penerimaan
sumbangan tersebut BLU melaksanakan kegiatan penyeleksian untuk
menentukan individu penerima beasiswanya).
d. Apabila penerimaan uang beasiswa yang diterima oleh BLU dari
Pemda/korporasi/individu tidak sesuai dengan ketentuan pada huruf
c di atas, satker BLU mengakui sebagai uang titipan (kewajiban), dan
yang dicatat sebagai pendapatan hanya yang terkait dengan biaya
pendidikan (SPP, Dana Penunjang, Biaya Praktikum, dll.,) yang
diterima oleh BLU.
3.1.2.1. Pengakuan
a. Hibah dalam bentuk uang diakui pada saat pengesahan
pendapatan melalui SP3B /SP2B atas hibah tersebut.
b. Hibah berbentuk barang atau aset, diakui pada saat hak
kepemilikan berpindah kepada BLU.
c. Hibah dalam bentuk jasa diakui pada saat jasa telah selesai
dilaksanakan.
d. Hibah dalam bentuk barang/jasa sebagaimana dimaksud
pada huruf b dan c di atas, harus diikuti dengan melakukan
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
17 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
pengesahan pendapatan dan belanja dengan menerbitkan
SP3B/SP2B sebagai dasar pengakuan pendapatan dan
belanja.
3.1.2.2. Pengukuran
a. Hibah dalam bentuk uang dicatat sebesar kas yang
diterima oleh BLU.
b. Hibah dalam bentuk aset atau jasa dicatat sebesar nilai
wajar aset atau jasa yang diterima, yaitu nilai yang tertuang
dalam dokumen hibah.
c. Jika tidak terdapat bukti andal yang mendukung penetapan
nilai wajar aset atau jasa hibah, maka aset hibah dicatat
sebesar nilai yang ditentukan berdasarkan penetapan
Menteri Keuangan.
d. Apabila nilai wajar aset dari hibah sebagaimana dimaksud
pada huruf c di atas, belum diperoleh pada tanggal
pelaporan, dicatat sebesar taksiran harga pasar dengan
penetapan Pimpinan BLU.
e. Jasa hibah dicatat sebesar taksiran harga pasar dengan
penetapan Pimpinan BLU.
3.1.2.3. Penyajian dan Pengungkapan
a. Hibah dalam bentuk uang disajikan dalam laporan realisasi
anggaran pendapatan dan hibah.
b. Hal-hal berikut mengenai pendapatan yang berasal dari
hibah harus diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan :
1) Kebijakan akuntansi pengakuan dan pengukuran
pendapatan hibah
2) Rincian perolehan hibah yang meliputi pemberi hibah,
jenis dan klasifikasi hibah, nilai wajar.
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
18 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
3.1.3. Pendapatan Lainnya
Merupakan pendapatan yang berasal dari sumber yang tidak termasuk
ke dalam jenis pendapatan di atas, yaitu pendapatan yang diperoleh
dari aktivitas yang tidak berhubungan langsung dengan tugas dan
fungsi BLU, seperti penyewaan aset BLU, kerjasama operasi, hasil
investasi dan hasil penjualan produk dari penyelenggaraan pendidikan
dan pengajaran dan sebagainya.
Pendapatan Lainnya meliputi:
a. Pendapatan dari usaha penyewaan aset BLU yaitu pendapatan
yang berasal dari penyewaan aset yang dimiliki oleh BLU.
b. Pendapatan Kerjasama operasi (KSO) yaitu pendapatan
berkenaan dengan pengelolaan aset BLU oleh pihak ketiga (investor)
berdasarkan perikatan/perjanjian hukum dimana pihak ketiga diberi
hak untuk membangun dan mengelola aset BLU selama jangka
waktu tertentu (masa konsesi), dan pada akhir masa konsesi seluruh
aset KSO diserahkan kepada BLU (build-operate-transfer).
Pendapatan yang diperoleh BLU dari perikatan KSO dapat berupa
bagi hasil atau bagi pendapatan dengan cara tertentu, bergantung
perikatannya.
c. Pendapatan hasil investasi meliputi antara lain bunga deposito,
bunga tabungan, bunga obligasi, dividen dari pemilikan saham atau
pendapatan dari penyertaan langsung.
d. Pendapatan Jasa Giro Rekening BLU/PNBP yaitu pendapatan
yang diterima oleh BLU berupa bunga yang dihasilkan dari rekening
giro yang dimiliki oleh BLU.
3.1.3.1. Pengakuan
a. Pendapatan dari usaha penyewaan aset BLU:
1) diakui pada saat pengesahan pendapatan melalui SP3B/
SP2B dari penyerahan jasa sewa tersebut.
2) Jika aset BLU disewakan untuk suatu jangka waktu
tertentu yang melebihi satu periode pelaporan dengan
basis kontrak pembayaran dimuka, maka pada akhir
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
19 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
periode penerimaan uang sewa tersebut diperlakukan
sebagai pendapatan diterima dimuka.
b. Pendapatan kerjasama operasi diakui pada saat
pengesahan pendapatan melalui SP3B/SP2B dari
pendapatan tersebut. Sedangkan aset KSO diakui sebagai
aset BLU pada akhir masa konsesi.
c. Pendapatan hasil investasi diakui pada saat adanya
pengesahan pendapatan melalui SP3B /SP2B dari hasil
investasi tersebut.
d. Pendapatan jasa giro diakui pada saat pengesahan
pendapatan melalui SP3B /SP2B dari jasa giro tersebut.
3.1.3.2. Pengukuran
a. Pendapatan dari usaha penyewaan aset BLU dicatat
sebesar nilai imbalan jasa sewa yang diterima.
b. Pendapatan KSO dicatat sebesar kas yang diterima sesuai
kesepakatan yang tertuang dalam perikatannya.
c. Pendapatan hasil investasi dicatat sebesar nilai kas yang
diterima.
d. Pendapatan jasa giro dicatat sebesar jumlah yang
dikreditkan kepada rekening giro BLU.
3.1.3.3. Pengungkapan
a. Hal-hal berikut mengenai pendapatan penyewaan aset
harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan :
1) Kebijakan akuntansi pengakuan dan pengukuran
pendapatan penyewaan aset.
2) Rincian jenis dan nilai tercatat aset yang disewakan,
harga sewa, jangka waktu dan persyaratan-persyaratan
mengikat penting lainnya dalam perikatan sewa.
b. Hal-hal berikut mengenai pendapatan kerjasama operasi
yang harus diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan :
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
20 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
1) Kebijakan akuntansi pengakuan dan pengukuran
pendapatan kerjasama operasi
2) Sifat, jenis, jangka waktu kerjasama operasi dan
persyaratan-persyaratan mengikat penting lainnya dalam
perikatan kerjasama operasi.
3.2. Aset
Aset adalah sumber daya ekonomi yang dimiliki dan/atau dikuasai BLU yang
timbul akibat transaksi atau peristiwa dimasa lalu dan dari mana manfaat
ekonomi dimasa depan diharapkan dapat diperoleh dan dapat diukur dalam
satuan uang. Manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam aset adalah
potensi aset tersebut untuk memberikan kontribusi, baik langsung maupun
tidak langsung, bagi operasional BLU berupa arus kas dan setara kas kepada
BLU. Aset BLU disajikan di laporan posisi keuangan dengan
mengklasifikasikannya ke dalam aset lancar dan aset tidak lancar, dan
disajikan berdasarkan urutan tingkat likuiditasnya.
3.2.1. Aset Lancar
Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar jika memenuhi kriteria
sebagai berikut :
a. dalam bentuk kas atau setara kas yang penggunaannya tidak
dibatasi,
b. diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk digunakan atau dijual
dalam jangka waktu tidak lebih dari 12 bulan. dimiliki untuk
diperdagangkan atau untuk tujuan lainnya dalam jangka pendek dan
diperkirakan akan direalisasi dalam jangka waktu tidak lebih dari 12
bulan sejak tanggal pelaporan.
Aset lancar disajikan berdasarkan urutan likuiditas, meliputi antara lain :
3.2.1.1. Kas Bendahara Pengeluaran
Kas di Bendahara Pengeluaran merupakan saldo uang
persediaan yang belum disetorkan ke kas negara yang
sumber dananya berasal dari APBN.
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
21 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
3.2.1.2. Kas pada BLU
Kas pada BLU merupakan saldo kas dan setara kas yang
merupakan selisih antara pendapatan dan belanja yang telah
dilakukan pengesahan. Kas pada BLU terdiri dari :
a. Kas - BLU adalah saldo kas yang merupakan selisih antara
pendapatan dan belanja yang telah dilakukan pengesahan
dan Memo Penyesuaian yang terkait dengan kas blu.
b. Setara Kas - BLU adalah bagian dari aset lancar yang
sangat liquid, yang dapat dikonversi menjadi kas dalam
jangka waktu sampai dengan 3 (tiga) bulan tanpa
mengalami perubahan nilai yang signifikan, antara lain:
1) Deposito berjangka kurang dari 3 (tiga) bulan;
2) Cek yang baru dapat diuangkan dalam jangka waktu
kurang dari 3 (tiga) bulan.
3) Termasuk yang dicatat sebagai Setara Kas – BLU
adalah realisasi belanja yang bersumber dari PNBP yang
belum disahkan pada tanggal pelaporan.
3.2.1.3. Kas Lainnya dan Setara Kas
a. Pengertian
Kas Lainnya adalah kas yang ada pada BLU selain Kas
Bendahara Pengeluaran dan Kas pada BLU. Termasuk
dalam setara kas adalah akun Kas Lainnya di Bendahara
Pengeluaran yang meliputi antara lain:
1) Saldo uang LS yang dibayarkan ke bendahara
pengeluaran yang belum dibayarkan kepada pihak ketiga
yang berhak/akan disetor ke kas umum Negara.
2) Dana titipan (bansos/blockgrant) dari APBN atau DIPA
satker lain;
3) Pendapatan yang belum disahkan;
4) Saldo lainnya di rekening yang sumber dananya dari
APBN.
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
22 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
b. Pengakuan
Kas Lainnya dan Setara Kas diakui pada saat terjadinya
aliran kas masuk ke BLU
c. Pengukuran
1) Kas Lainnya dan setara kas diukur sebesar nilai nominal
pada saat diterima;
2) Kas yang diterima dalam mata uang asing dicatat dalam
Rupiah sebesar nilai kurs tengah Bank Indonesia pada
saat diterima;
3) Saldo kas lainnya dan setara kas dalam mata uang asing
pada tanggal pelaporan dinyatakan dalam Rupiah
dengan menggunakan kurs tengah Bank Indonesia.
d. Penyajian dan Pengungkapan
1) Kas Lainnya dan setara kas yang penggunaannya
dibatasi disajikan secara terpisah di dalam kelompok kas
dan setara kas dan diungkapkan alasan pembatasannya
dalam catatan atas laporan keuangan.
2) Hal-hal berikut harus diungkapkan dalam catatan atas
laporan keuangan:
a) Kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam
menentukan dan menyajikan kas lainnya & setara kas
b) Rincian kas lainnya dan setara kas
3.2.1.4. Investasi Jangka Pendek BLU
a. Pengertian
Investasi Jangka Pendek BLU adalah investasi yang dapat
segera dicairkan dan dimaksudkan untuk dimiliki untuk
jangka waktu dari 3 (tiga) sampai 12 bulan.
b. Pengakuan
Investasi jangka pendek BLU diakui pada saat terjadinya
transaksi perolehan investasi tersebut, dengan melakukan
Memo Penyesuaian (MP) oleh Pimpinan BLU. MP
dilakukan dengan mereklasifikasi dari Kas pada BLU ke
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
23 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
Investasi Jangka Pendek dan tidak perlu melakukan
pengesahan ke KPPN.
c. Pengukuran
1) Investasi dalam bentuk deposito berjangka dicatat
sebesar nilai nominal deposito tersebut.
2) Investasi dalam bentuk efek diperdagangkan :
a) Pada saat perolehan investasi efek diperdagangkan
dicatat sebesar biaya perolehannya.
b) Pada tanggal pelaporan, investasi efek
diperdagangkan disajikan di laporan posisi keuangan
sebesar nilai wajarnya, yaitu harga efek yang
bersangkutan pada tanggal laporan.
d. Penyajian dan Pengungkapan
1) Investasi jangka pendek BLU disajikan di laporan posisi
keuangan pada kelompok aset lancar.
2) Hal-hal berikut mengenai investasi jangka pendek BLU
harus diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan :
a) Kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam
menyajikan investasi jangka pendek.
b) Jenis dan jumlah investasi jangka pendek
berdasarkan nilai perolehan dan nilai wajarnya.
c) Jumlah penempatan/investasi pada pihak yang
memiliki hubungan istmewa.
3.2.1.5. Piutang Dari Kegiatan Operasional BLU dan Piutang Dari
Kegiatan Non Operasional BLU
a. Pengertian
1) Piutang Dari Kegiatan Operasional BLU adalah hak tagih
kepada pihak lain yang timbul karena adanya
penyerahan barang atau jasa dalam rangka kegiatan
operasional BLU misalnya piutang SPP Mahasiswa,
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
24 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
piutang kerjasama pendidikan dan pengajaran, penelitian
dan pengabdian pada masyarakat.
2) Piutang Dari Kegiatan Non Operasional BLU adalah hak
tagih kepada pihak lain yang timbul karena adanya
penyerahan barang atau jasa di luar kegiatan
operasional BLU, misalnya piutang bunga, piutang sewa.
3) Penyisihan piutang tidak tertagih adalah bagian dari
piutang yang kemungkinan tidak akan dapat ditagih.
Besarnya nilai Penyisihan piutang tidak tertagih dihitung
berdasarkan analisis kualitas piutang seperti yang
tercantum dalam POS Pengelolaan Piutang di
Lingkungan Kemdikbud.
b. Pengakuan
1) Piutang dari kegiatan operasional BLU dan dari kegiatan
non operasional BLU diakui pada saat barang, jasa atau
uang diserahkan tetapi belum menerima pembayaran
atau pengembalian dari penyerahan tersebut.
2) Penyisihan kerugian piutang tak tertagih diakui pada saat
akhir periode pelaporan.
c. Pengukuran
1) Piutang disajikan di laporan posisi keuangan sebesar
nilai bersih yang dapat direalisasikan, yaitu jumlah
piutang setelah dikurangi penyisihan kerugian piutang.
2) Penyisihan kerugian piutang dibentuk sebesar jumlah
piutang yang diperkirakan tidak dapat ditagih.
d. Penyajian dan Pengungkapan
1) Piutang dari kegiatan operasional BLU dan dari kegiatan
non operasional BLU yang dapat diselesaikan dalam
jangka waktu tidak lebih dari 1 tahun disajikan di laporan
posisi keuangan dalam kelompok aset lancar,
sedangkan piutang dari kegiatan operasional BLU dan
dari kegiatan non operasional BLU yang jangka waktu
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
25 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
penyelesaiannya lebih dari 1 tahun disajikan di laporan
posisi keuangan pada kelompok aset lainnya.
2) Hal-hal berikut mengenai piutang harus diungkapkan
dalam catatan atas laporan keuangan :
a) Kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam
menyajikan piutang termasuk kebijakan penyisihan
dan penghapusan piutang.
b) Rincian jenis dan jumlah piutang dari kegiatan
operasional BLU dan dari kegiatan non operasional
BLU yang memiliki hubungan istimewa.
c) Rincian jumlah penyisihan kerugian piutang
berdasarkan penilaian kualitas piutang.
3.2.1.6. Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran
a. Pengertian
Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran merupakan
reklasifikasi tagihan penjualan angsuran jangka panjang ke
dalam piutang jangka pendek, karena Tagihan Penjualan
Angsuran (TPA) yang akan jatuh tempo 12 (dua belas)
bulan setelah tanggal neraca.
b. Pengakuan
Seluruh tagihan penjualan angsuran yang jatuh tempo
dalam kurun waktu satu tahun atau kurang diakui sebagai
Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran.
c. Pengukuran
Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran dicatat
sebesar nilai nominal yaitu sejumlah tagihan penjualan
angsuran yang harus diterima dalam waktu satu tahun.
d. Penyajian dan Pengungkapan
1) Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran disajikan di
laporan posisi keuangan dalam kelompok aset lancar.
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
26 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
2) Hal-hal berikut mengenai Bagian Lancar Tagihan
Penjualan Angsuran harus diungkapkan dalam catatan
atas laporan keuangan:
a) Dasar dan metode penilaian Bagian Lancar Tagihan
Penjualan Angsuran termasuk kebijakan penyisihan
dan penghapusan Bagian lancar TPA.
b) Rincian jenis dan jumlah Bagian Lancar Tagihan
Penjualan Angsuran.
3.2.1.7. Bagian Lancar Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti
Rugi (Bagian Lancar TP/TGR)
a. Pengertian
Bagian Lancar TP/TGR merupakan reklasifikasi lain-lain
aset yang berupa TP/TGR ke dalam aset lancar disebabkan
adanya TP/TGR jangka panjang yang akan jatuh tempo 12
(dua belas) bulan setelah tanggal neraca.
b. Pengakuan
TP/TGR yang harus diterima dalam waktu satu tahun diakui
sebagai Bagian Lancar Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan
Ganti Rugi.
c. Pengukuran
Bagian Lancar TP/TGR dicatat sebesar nilai nominal yaitu
sejumlah rupiah Tuntutan Ganti Rugi yang akan diterima
dalam waktu satu tahun.
d. Penyajian dan Pengungkapan
1) Bagian Lancar TP/TGR disajikan di laporan posisi
keuangan dalam kelompok aset lancar.
2) Hal-hal berikut mengenai Bagian Lancar TP/TGR harus
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan:
a) Dasar dan metode penilaian Bagian Lancar TP/TGR
termasuk kebijakan penyisihan dan penghapusan
bagian lancar TP/TGR .
b) Rincian jenis dan jumlah Bagian Lancar TP/TGR.
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
27 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
3.2.1.8. Persediaan
a. Pengertian
Persediaan adalah aktiva yang berupa:
1) bahan dan atau perlengkapan untuk digunakan dalam
penyelenggaraan pendidikan, penelitian dan pengabdian
pada masyarakat, seperti bahan yang digunakan di
laboratorium, bengkel, studio atau rumah sakit
pendidikan untuk kegiatan praktikum dan penelitian,
2) bahan dan perlengkapan untuk digunakan dalam proses
penyelenggaraan administrasi, seperti kertas, barang
cetakan dan alat tulis kantor lainnya.
3) barang atau produk yang tersedia untuk dijual dan dalam
proses produksi untuk penjualan seperti persediaan hasil
tanaman atau peternakan (hasil dari aset biolojik)
tersedia untuk dijual dan persediaan robot pesanan
dalam proses pengerjaan.
b. Pengakuan
1) Persediaan diakui pada saat diterima berdasarkan berita
acara penerimaan yang sah.
2) Pengakuan persediaan sebagai beban ditentukan
berdasarkan inventarisasi fisik (stock opname) secara
periodik pada setiap tanggal pelaporan keuangan.
c. Pengukuran
1) Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian;
2) Harga pokok produksi apabila diperoleh dengan
memproduksi sendiri;
3) Nilai wajar, apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti
donasi/rampasan.
4) BLU harus menentukan nilai persediaan akhir
berdasarkan hasil inventarisasi fisik dikalikan dengan
harga terakhir.
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
28 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
d. Penyajian dan Pengungkapan
1) Persediaan disajikan di laporan posisi keuangan dalam
kelompok aset lancar.
2) Hal-hal berikut mengenai persediaan harus diungkapkan
dalam catatan atas laporan keuangan:
a) Dasar dan metode penilaian persediaan
b) Jenis persediaan dan harga perolehannya jika di
laporan posisi keuangan disajikan secara tergabung.
c) Penjelasan lebih lanjut persediaan seperti barang atau
perlengkapan yang digunakan dalam pelayanan
masyarakat, barang atau perlengkapan yang
digunakan dalam proses produksi, barang yang
disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada
masyarakat, dan barang yang masih dalam proses
produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau
diserahkan kepada masyarakat
d) Jenis, jumlah, dan nilai persediaan dalam kondisi
rusak atau usang.
3.2.1.9. Belanja Dibayar Dimuka
a. Pengertian
Belanja dibayar dimuka adalah hak yang masih harus
diterima dari pihak ketiga setelah tanggal neraca, yang
telah dibayarkan secara penuh dari Rekening Kas Umum
Negara dan membebani DIPA tahun berjalan tapi
barang/jasa belum diterima.
b. Pengakuan
1) Belanja dibayar dimuka bertambah pada saat
pembayaran atau kas diserahkan;
2) Belanja dibayar dimuka berkurang pada saat barang/jasa
diterima atau berlalunya waktu.
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
29 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
c. Pengukuran
1) Belanja dibayar dimuka dicatat sebesar kas yang
dikeluarkan pada saat pembayaran;
2) Belanja dibayar dimuka yang berkurang dicatat sebesar
jumlah barang/jasa yang diterima atau jumlah alokasi
uang muka belanja berdasarkan periode berlalunya
waktu.
d. Penyajian dan Pengungkapan
1) Belanja dibayar dimuka disajikan dalam neraca pada
kelompok aset lancar apabila manfaat yang akan
diterima kurang dari 1 (satu) tahun, atau aset lainnya
apabila manfaat yang akan diterima lebih dari satu
tahun.
2) Hal-hal berikut mengenai Belanja dibayar dimuka yang
harus diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan:
a) Jenis Belanja dibayar dimuka
b) Jumlah dari masing-masing uang muka belanja
3.2.1.10. Uang Muka Belanja
a. Pengertian
Uang Muka Belanja adalah hak yang masih harus diterima
dari pihak ketiga setelah tanggal neraca, yang telah
dibayarkan dari Rekening Kas Umum Negara dan
membebani DIPA tahun berjalan berupa uang muka/panjar.
b. Pengakuan
1) Uang muka belanja bertambah pada saat pembayaran
atau kas diserahkan;
2) Uang muka belanja berkurang pada saat barang/jasa
diterima atau berlalunya waktu.
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
30 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
c. Pengukuran
1) Uang muka belanja dicatat sebesar kas yang dikeluarkan
pada saat pembayaran;
2) Uang muka belanja yang berkurang dicatat sebesar jumlah
barang/jasa yang diterima atau jumlah alokasi uang muka
belanja berdasarkan periode berlalunya waktu;
d. Penyajian dan Pengungkapan
1) Uang muka belanja disajikan dalam neraca pada
kelompok aset lancar apabila manfaat yang akan
diterima kurang dari 1 (satu) tahun, atau aset lainnya
apabila manfaat yang akan diterima lebih dari satu
tahun.
2) Hal-hal berikut mengenai uang muka belanja yang harus
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan:
a) Jenis uang muka belanja
b) Jumlah dari masing-masing uang muka belanja
3.2.2. Aset Tidak Lancar
Aset tidak lancar adalah aset yang dikuasai dan digunakan secara
langsung maupun tidak langsung untuk kegiatan BLU dan tidak
memenuhi kriteria sebagai aset lancar.
Aset tidak lancar disajikan berdasarkan urutan likuiditas, meliputi antara
lain :
3.2.2.1. Investasi Jangka Panjang,
Investasi Jangka Panjang Tidak dicatat di neraca satker BLU
SAP, tapi dicatat di Bendahara Umum Negara (BUN). Oleh
sebab itu, satker BLU menyampaikan data investasi jangka
panjang ke BUN dan diungkapkan dalam CaLK satker BLU.
3.2.2.2. .............
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
31 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
3.2.2.2. Aset Tetap
a. Pengertian
1) Aset Tetap adalah aset berwujud yang dimiliki dan atau
dikuasai oleh BLU yang mempunyai masa manfaat lebih
dari 12 bulan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam
kegiatan BLU.
2) Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang
dibayarkan atau nilai wajar dari imbalan lain yang
diserahkan untuk memperoleh suatu aset pada saat
perolehan atau konstruksi atau, jika dapat diterapkan,
jumlah yang diatribusikan ke aset pada saat pertama kali
diakui.
3) Nilai wajar adalah jumlah yang dipakai untuk
mempertukarkan suatu aset antara pihak-pihak yang
berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai dalam
suatu transaksi dengan wajar (arm's length transaction).
b. Pengelompokan Aset Tetap
Aset tetap BLU dikelompokkan sebagai berikut:
1) Tanah BLU
2) Peralatan dan mesin BLU
3) Gedung dan bangunan BLU
4) Jalan, irigasi, dan jaringan BLU
5) Aset Tetap Lainnya BLU
6) Konstruksi dalam pengerjaan BLU
c. Pengakuan
1) Suatu perolehan aset tetap diakui dan dikelompokkan
sebagai aset tetap jika memenuhi semua kriteria sebagai
berikut :
a) memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun
b) memiliki nilai atau biaya yang dapat diukur dengan
andal.
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
32 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
c) nilainya memenuhi jumlah batasan biaya yang dapat
dikapitalisasi sesuai peraturan tentang barang milik
Negara (BMN).
d) Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal.
2) Aset tetap yang dibangun sendiri
a) Aset tetap yang dibangun sendiri diakui sebagai aset
tetap pada saat aset tersebut telah dalam kondisi siap
digunakan.
b) Selama proses pembangunan, biaya yang timbul
sehubungan dengan pembangunan aset tetap dicatat
pada pos sementara “Konstruksi Dalam Pengerjaan”.
Pada saat pembangunan secara fisik telah selesai
dan siap untuk digunakan maka seluruh jumlah biaya
konstruksi dalam pengerjaan direklasifikasi ke aset
tetap.
3) Aset tetap yang diperoleh melalui sewa.
Suatu aset tetap yang diperoleh melalui sewa diakui
sebagai aset tetap jika memenuhi salah satu dari kriteria
sewa pembiayaan sebagai berikut :
a) Pada akhir masa sewa, kepemilikan aset beralih
kepada penyewa (lesse)
b) Penyewa mempunyai opsi untuk membeli aset pada
harga yang cukup rendah dibanding nilai wajarnya
pada saat opsi mulai dapat dilaksanakan, sehingga
pada awal sewa dapat dipastikan bahwa opsi akan
dilaksanakan.
c) Masa sewa mencakup sebagian besar (75% atau
lebih) masa manfaat ekonomi aset tersebut meskipun
hak milik tidak dialihkan.
d) Pada awal sewa, nilai kini dari jumlah pembayaran
sewa minimum mendekati nilai wajar aset, yaitu
mencapai 90% atau lebih nilai wajar aset tersebut.
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
33 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
e) Aset sewa memiliki karakteristik khusus dimana hanya
penyewa yang dapat menggunakanya tanpa
memerlukan modifikasi material.
4) Aset hibah
Aset tetap yang diperoleh dari hibah diakui pada saat
hak kepemilikan berpindah kepada BLU, yang dibuktikan
dengan adanya BAST. Pengakuan aset tetap yang
diperoleh dari hibah, harus diikuti dengan melakukan
pengesahan pendapatan dan belanja dengan
menerbitkan SP3B/SP2B sebagai dasar pengakuan
pendapatan dan belanja.
5) Pengeluaran setelah perolehan awal
a) Pengeluaran setelah perolehan suatu aset tetap yang
memperpanjang masa manfaat atau kemungkinan
besar memberi manfaat keekonomian di masa yang
akan datang dalam bentuk peningkatan kapasitas,
mutu produksi, atau peningkatan standar kinerja,
diakui dan ditambahkan pada jumlah tercatat aset
yang bersangkutan (dikapitalisasi).
b) Pengeluaran setelah perolehan yang tidak
menimbulkan pertambahan masa manfaat, kapasitas,
mutu atau standar kinerja harus diakui sebagai
belanja pemeliharaan. Misalnya BLU melakukan
pengecatan seluruh gedungnya dengan biaya Rp.100
juta. Pengeluaran tersebut harus dicatat sebagai
belanja pemeliharaan gedung karena pengecatan
hanya untuk mempertahankan kondisi aset.
d. Pengukuran
a) Biaya perolehan.
Pada saat pengakuan awal, aset tetap dicatat sebesar
biaya perolehannya. Biaya perolehan aset tetap meliputi
harga beli atau konstruksinya, termasuk biaya hukum,
biaya broker dan bea impor, setelah dikurangi diskon
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
34 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
dan potongan lainnya, dan setiap biaya yang dapat
diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke
lokasi dan kondisi yang membuat aset tersebut dapat
digunakan sesuai dengan yang dikehendaki.
Biaya yang dapat diatribusikan meliputi biaya penyiapan
lahan/tempat, biaya pengiriman, penyimpanan dan
bongkar-muat, biaya pemasangan, biaya pengujian dan
biaya profesional.
b) Perolehan dengan sewa pembiayaan, pembayaran
cicilan atau penangguhan pembayaran.
Jika aset tetap diperoleh dengan cara sewa pembiayaan
(finance lease), pembayaran cicilan, atau penangguhan
pembayaran untuk jangka waktu lebih dari satu tahun,
maka biaya perolehan aset tersebut harus diukur
sebesar nilai kini dari seluruh pembayaran dimasa
depan. Sedangkan bunga yang diperhitungkan harus
diakui sebagai belanja operasional lainnya selama
jangka waktu sewa pembiayaan, cicilan atau
penangguhan pembayaran.
c) Perolehan dengan pertukaran.
Jika aset tetap diperoleh melalui pertukaran dengan aset
non moneter atau kombinasi aset moneter dan aset non
moneter, maka biaya perolehan aset tersebut diukur
pada nilai wajar aset yang diterima atau aset yang
diserahkan, mana yang lebih andal.
Jika transaksi pertukaran tidak memiliki substansi
komersial, atau nilai wajar aset yang diterima atau aset
yang diserahkan tidak dapat diukur secara andal, maka
biaya perolehan aset diukur pada jumlah tercatat aset
yang diserahkan.
d) Aset tetap yang diperoleh dari sumbangan (donasi)
dicatat sebesar nilai wajar pada saat perolehan.
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
35 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
e. Penyajian dan Pengungkapan
1) Aset tetap disajikan di laporan posisi keuangan dalam
kelompok aset tetap dan dirinci berdasarkan jenisnya.
2) Hal-hal berikut mengenai aset tetap harus diungkapkan
dalam catatan atas laporan keuangan :
a) Kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam
menyajikan aset tetap.
b) Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan
dengan aset tetap.
c) Rincian aset tetap yang dikelompokkan kedalam aset
yang dimiliki dan aset sewa.
d) Mutasi aset tetap lainnya.
e) Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penurunan nilai
pada awal dan akhir periode baik untuk aset tetap
yang dimiliki maupun aset yang diperoleh dari sewa
pembiayaan (aset sewa).
f. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode
yang menunjukkan penambahan, pelepasan, kerugian
penurunan nilai, penyusutan, dan perubahan lainnya
seperti revaluasi dan reklasifikasi, baik untuk aset tetap
yang dimiliki maupun aset yang diperoleh dari sewa
pembiayaan (aset sewa).
g. Keberadaan dan jumlah pembatasan hak milik dan aset
tetap yang dijaminkan atas utang.
3.2.2.3. Piutang Jangka Panjang
Piutang Jangka Panjang adalah hak tagih kepada pihak lain
yang timbul karena adanya penyerahan barang atau jasa
dalam rangka kegiatan operasional BLU, atau karena adanya
penggantian atas suatu kerugian yang diderita oleh negara
yang akan dilunasi dalam jangka waktu lebih dari 1 (satu)
tahun.
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
36 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
Piutang jangka panjang terdiri dari Tagihan Penjualan
Angsuran (TPA) BLU, dan Tagihan Tuntutan
Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR) BLU.
3.2.2.4. Tagihan Penjualan Angsuran (TPA) BLU
a. Pengertian
TPA BLU menggambarkan jumlah yang dapat diterima dari
penjualan aset pemerintah secara angsuran kepada
pegawai pemerintah.
b. Pengakuan
TPA BLU diakui pada saat penandatanganan kontrak/berita
acara penjualan aset.
c. Pengukuran
Pengukuran TPA BLU setiap akhir periode akuntansi harus
dilakukan reklasifikasi, dilakukan sebagai berikut:
1) Dicatat sebagai aset lancar akun Bagian Lancar TPA
sebesar nilai yang jatuh tempo dalam tahun berjalan dan
yang akan ditagih dalam 12 (dua belas) bulan setelah
tanggal neraca;
2) Dicatat sebagai Piutang Jangka Panjang akun TPA
terhadap nilai yang akan dilunasi lebih dari 12 (dua
belas) bulan setelah tanggal neraca.
d. Penyajian dan Pengungkapan
1) TPA BLU disajikan di laporan posisi keuangan dalam
kelompok Piutang Jangka Panjang.
2) Hal-hal berikut mengenai TPA BLU harus diungkapkan
dalam catatan atas laporan keuangan:
a) Dasar dan metode penilaian TPA BLU.
b) Rincian jenis dan jumlah TPA BLU.
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
37 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
3.2.2.5. Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi
(TP/TGR) BLU
a. Pengertian
TP/TGR merupakan suatu proses yang dilakukan terhadap
bendahara/ pegawai negeri bukan bendahara dengan
tujuan untuk menuntut penggantian atas suatu kerugian
yang diderita oleh negara sebagai akibat langsung ataupun
tidak langsung dari suatu perbuatan yang melanggar
hukum yang dilakukan oleh bendahara/pegawai tersebut
atas kelalaian dalam pelaksanaan tugasnya.
b. Pengakuan
TP/TGR diakui setelah :
1) Adanya Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak
(SKTJM), yang menunjukkan bahwa penyelesaian atas
TGR dilakukan dengan cara damai (diluar pengadilan);
2) Ada putusan final dari pengadilan untuk TP/TGR yang
diselesaikan melalui jalur pengadilan.
c. Pengukuran
Pengukuran TP/TGR setiap akhir periode akuntansi harus
dilakukan reklasifikasi berdasarkan Surat Keterangan
Tanggung Jawab Mutlak (SKTJM), dilakukan sebagai
berikut:
1) Dicatat sebagai aset lancar akun Bagian Lancar TP/TGR
sebesar nilai yang jatuh tempo dalam tahun berjalan dan
yang akan ditagih dalam 12 (dua belas) bulan setelah
tanggal neraca berdasarkan surat ketentuan
penyelesaian yang telah ditetapkan;
2) Dicatat sebagai Piutang Jangka Panjang akun Tagihan
TP/TGR terhadap nilai yang akan dilunasi lebih dari 12
(dua belas) bulan setelah tanggal neraca.
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
38 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
d. Penyajian dan Pengungkapan
1) TP/TGR disajikan di laporan posisi keuangan dalam
kelompok Piutang Jangka Panjang.
2) Hal-hal berikut mengenai TP/TGR harus diungkapkan
dalam catatan atas laporan keuangan:
a) Dasar dan metode penilaian TP/TGR .
b) Rincian jenis dan jumlah TP/TGR.
3.2.2.6. Penyisihan Piutang Tidak Tertagih-TPA dan Penyisihan
Piutang Tidak Tertagih-TP/TGR.
Penyisihan piutang tidak tertagih untuk TPA dan TP/TGR
dialokasikan berdasarkan bagian dari piutang yang
kemungkinan tidak akan tertagih. Besarnya nilai Penyisihan
piutang tidak tertagih dihitung berdasarkan analisis kualitas
piutang seperti yang tercantum dalam POS Pengelolaan
Piutang di Lingkungan Kemdikbud.
3.2.3. Aset Lainnya
Aset Lainnya adalah aset pemerintah selain aset lancar, investasi
jangka panjang, aset tetap, dan piutang jangka panjang.
3.2.3.1. Kemitraan dengan pihak Ketiga (Kerjasama Operasi/KSO)
Kemitraan dengan pihak ketiga dibagi menjadi 2 (dua), yaitu
Bangun, Kelola, Serah (BKS) dan Bangun, Serah, Kelola
(BSK).
a. Pengertian
1) Kerjasama Operasi (KSO) adalah perjanjian antara BLU
dengan satu pihak lain atau lebih, dimana masing-
masing sepakat untuk melakukan suatu usaha bersama
dengan menggunakan aset dan atau hak usaha yang
dimiliki dan secara bersama menanggung risiko usaha
tersebut.
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
39 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
BLU hanya dapat melaksanakan perjanjian KSO jika
telah mendapatkan persetujuan dari Menteri Keuangan.
2) KSO dengan pola Bangun, Kelola, Serah – BKS (Build,
Operate, Transfer – BOT) adalah KSO yang dikelola oleh
investor yang mendanai pembangunan sampai akhir
masa konsesi. Pada akhir masa konsesi investor
menyerahkan aset KSO dan pengelolaannya kepada
pemilik aset.
3) KSO dengan pola Bangun, Serah, Kelola – BSK (Build,
Transfer, Operate – BTO) adalah KSO yang dikelola oleh
pemilik aset. Pemilik aset menerima aset KSO yang
dibangun oleh investor saat aset KSO tersebut telah siap
dioperasikan.
4) Aset KSO adalah aset tetap BLU yang digunakan untuk
menyelenggarakan kegiatan KSO.
5) Pengelola KSO adalah pihak, yang mengoperasikan aset
KSO. Pengelola KSO mungkin pemilik aset, mungkin
juga pihak lain yang ditunjuk.
6) Masa konsesi adalah jangka waktu dimana investor dan
pemilik aset terikat dengan perjanjian bagi hasil atau
bagi pendapatan atau bentuk pembayaran lain yang
tercantum di dalam perjanjian KSO.
b. Pengakuan
1) Aset tetap BLU yang digunakan untuk diusahakan dalam
perjanjian KSO diakui sebagai aset KSO pada saat
perjanjian KSO ditandatangani. Pengakuan sebagai aset
KSO berakhir pada saat berakhirnya perjanjian KSO.
2) Pada saat perjanjian KSO dalam pola BKS berakhir, BLU
mengakui aset yang dibangun oleh investor sebagai aset
tetap. Perolehan aset tersebut merupakan penghasilan
BLU.
3) Dalam perjanjian KSO pola BSK, BLU mengakui aset
yang dibangun oleh investor sebagai aset KSO pada
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
40 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
saat aset tersebut siap untuk dioperasikan oleh BLU.
Disisi lain, BLU juga mengakui kewajiban KSO jangka
panjang. Pembayaran periodik kepada investor selama
masa konsesi diakui sebagai pelunasan utang beserta
bunganya.
c. Pengukuran
1) Aset tetap BLU yang diserahkan untuk diusahakan
dalam perjanjian KSO diukur sebesar nilai tercatatnya.
2) Pada saat perjanjian KSO dalam pola BKS berakhir, aset
yang diterima oleh BLU dicatat sebesar nilai wajarnya
berdasarkan penetapan Menteri Keuangan.
3) Aset yang dibangun dan diserahkan oleh investor
kepada BLU untuk dioperasikan dalam KSO pola BSK
dicatat oleh BLU sebagai aset KSO sebesar nilai
perolehnnya.
d. Penyajian dan Pengungkapan
1) Aset KSO disajikan di laporan posisi keuangan sebagai
kelompok aset lainnya.
2) Hal-hal berikut harus diungkapkan dalam catatan atas
laporan keuangan:
a) Mengenai perjanjian KSO
(1) pihak-pihak yang terkait dalam perjanjian KSO,
(2) hak dan kewajiban dari masing-masing partisipan
KSO berkenaan dengan perjanjian KSO,
(3) ketentuan tentang perubahan perjanjian KSO, bila
ada.
(4) penghitungan atau penentuan hak bagi
pendapatan/hasil KSO,
(5) penentuan amortisasi hak bagi pendapatan /hasil
KSO,
(6) penghitungan (tambahan) beban atau penghasilan
KSO yang timbul dari pembayaran bagi
pendapatan/hasil KSO.
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
41 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
b) Mengenai aset KSO
(1) jenis aset yang membentuk aset KSO,
(2) penentuan biaya perolehan aset KSO,
3.2.3.2. Aset Tak Berwujud BLU.
a. Pengertian
1) Aset Tak Berwujud adalah Aset non moneter yang dapat
diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta
dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau
menyerahkan barang/jasa, atau disewakan kepada pihak
lainnya, antara lain lisensi, peranti lunak computer
(software), hak cipta, film, desain, dll.
2) Suatu aset tidak berwujud dinyatakan dapat
diidentifikasikan jika:
a) dapat dipisahkan, yaitu dapat dipisahkan dari BLU
dengan cara dijual, dialihkan, dilisensikan, disewakan
atau ditukarkan melalui suatu kontrak terkait aset atau
kewajiban secara individual atau secara bersama;
atau
b) muncul dari hak kontraktual atau hak hukum lainnya,
terlepas apakah hak tersebut dapat dialihkan atau
dapat dipisahkan dari BLU atau dari hak dan
kewajiban lainnya.
b. Pengakuan
Aset tidak berwujud diakui jika:
1) BLU akan memperoleh manfaat ekonomi dimasa depan
dari aset tersebut; dan
2) biaya perolehan aset atau nilai aset tersebut dapat
diukur dengan andal.
c. Pengukuran
1) BLU mencatat aset tidak berwujud pada awalnya
sebesar biaya perolehan.
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
42 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
2) Pengeluaran setelah perolehan suatu aset tidak
berwujud yang menambah manfaat atau kemungkinan
besar memberi manfaat keekonomian di masa yang
akan datang, diakui dan ditambahkan pada jumlah
tercatat aset yang bersangkutan (dikapitalisasi).
d. Penyajian dan Pengungkapan
1) Aset tidak berwujud disajikan dalam laporan posisi
keuangan dalam kelompok aset Lainnya.
2) BLU harus mengungkapan hal-hal berikut untuk setiap
kelompok aset tidak berwujud:
a) Umur manfaat yang digunakan;
b) Jumlah tercatat bruto ;
c) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir
periode yang menunjukkan penambahan, pelepasan,
amortisasi, dan perubahan lainnya secara terpisah.
d) Penjelasan, jumlah tercatat dan sisa periode
amortisasi dari setiap aset tidak berwujud yang
material bagi laporan keuangan BLU.
e) Keberadaan dan jumlah tercatat aset tidak berwujud
yang hak penggunaannya dibatasi
f) Jumlah komitmen untuk memperoleh aset tidak
berwujud.
3.2.3.3. Dana Yang Dibatasi Penggunaannya
a. Pengertian
Dana yang Dibatasi Penggunaannya merupakan kas atau
dana yang alokasinya hanya akan dimanfaatkan untuk
membiayai kegiatan tertentu, antara lain : bank garansi,
dana yang diperuntukan untuk membayar imbalan kerja,
termasuk dana abadi (endowment fund).
b. Pengakuan
Dana yang Dibatasi Penggunaannya diakui pada saat
pembentukan kas atau dana tersebut;
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
43 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
c. Pengukuran
Dana yang Dibatasi Penggunaannya dicatat sebesar
jumlah kas atau dana yang dicadangkan;
d. Penyajian dan Pengungkapan
1) Dana yang Dibatasi Penggunaannya disajikan di laporan
posisi keuangan dalam kelompok aset lainnya.
2) Hal-hal yang perlu diungkapkan mengenai Dana yang
Dibatasi Penggunaannya dalam catatan atas laporan
keuangan adalah:
a) rincian jenis dan jumlah Dana yang Dibatasi
Penggunaannya.
b) Alasan pembatasan dana.
3.2.3.4. Aset Lain-lain BLU
a. Pengertian
Aset Lain-lain merupakan aset lainnya yang tidak dapat
dikategorikan ke dalam dan Aset lainnya di atas. Aset lain-
lain dapat berupa aset tetap BLU yang dihentikan dari
penggunaan aktif. Di samping itu, piutang macet BLU yang
dialihkan penagihannya kepada Kementerian Keuangan
cq. Ditjen Kekayaan Negara juga termasuk dalam kelompok
Aset Lain-lain.
b. Pengakuan
Aset Lain-lain BLU diakui pada saat aset tetap yang
dihentikan dari penggunaan aktif maupun piutang yang
macet di reklasifikasi ke aset lain-lain.
c. Pengukuran
Aset Lain-lain BLU dicatat sebesar nilai aset tetap yang
dihentikan dari penggunaannya maupun sebesar nilai
piutang yang macet.
d. Penyajian dan Pengungkapan
1) Aset Lain-lain BLU disajikan di laporan posisi keuangan
dalam kelompok aset lainnya.
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
44 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
2) Hal-hal yang perlu diungkapkan mengenai Aset Lain-lain
BLU dalam catatan atas laporan keuangan adalah:
a) rincian jenis dan jumlah aset lain-lain.
b) proses penghapusan aset lain-lain ke DJKN.
3.3. KEWAJIBAN
3.3.1. Definisi
Kewajiban merupakan kewajiban (obligation) masa kini yang timbul dari
peristiwa masa lalu, yang penyelesaiannya di masa depan akan
mengakibatkan arus keluar dari sumber daya BLU yang mengandung
manfaat ekonomi.
Kewajiban masa kini berbeda dengan komitmen. Keputusan untuk
membeli aset dimasa depan tidak dengan sendirinya menimbulkan
kewajiban kini. Kewajiban biasanya timbul saat aset telah diterima atau
BLU telah membuat perjanjian (pembelian aset) yang tidak dapat
dibatalkan
Kewajiban dapat berupa kewajiban hukum dan kewajiban konstruktif.
Kewajiban hukum adalah kewajiban yang dipaksakan menurut hukum
sebagai konsekuensi dari kontrak mengikat atau peraturan perundang-
undangan. Kewajiban konstruktif timbul dari tindakan BLU ketika:
a. oleh praktik baku masa lalu, kebijakan yang telah dipublikasikan atau
pernyataan kini yang cukup spesifik BLU telah memberikan indikasi
kepada pihak lain bahwa BLU akan menerima tanggung jawab
tertentu, dan
b. akibatnya, BLU telah menimbulkan ekspektasi kuat dan sah kepada
pihak lain bahwa BLU akan melaksanakan tanggung jawab tersebut.
Penyelesaian kewajiban masa kini biasanya melibatkan pembayaran
kas dan/atau penyerahan aset lainnya, pemberian jasa, penggantian
dengan kewajiban lain atau konversi kewajiban menjadi ekuitas.
3.3.2. Klasifikasi
Laporan posisi keuangan menyajikan kewajiban dengan
mengklasifikasikannya ke dalam kewajiban jangka pendek dan
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
45 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
kewajiban jangka panjang. Kriteria untuk mengklasifikasikan kewajiban
sebagai kewajiban jangka pendek adalah jika kewajiban tersebut
diharapkan akan diselesaikan dalam waktu tidak lebih dari satu tahun.
Semua kewajiban lainnya yang tidak dapat diklasifikasikan sebagai
kewajiban jangka pendek merupakan kewajiban jangka panjang.
Kewajiban jangka pendek antara lain meliputi:
a. Utang kepada Pihak Ketiga, yaitu utang berasal dari kontrak atau
perolehan barang/jasa yang sampai dengan tanggal pelaporan
belum dibayar.
b. Utang Perhitungan Pihak Ketiga, yaitu kewajiban BLU kepada pihak
lain yang disebabkan kedudukan BLU sebagai pemotong pajak atau
pungutan lainnya, seperti Pajak Penghasilan (PPh), Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), iuran Askes, Taspen, dan Taperum, dan
sebagai penerima titipan dana beasiswa.
c. Biaya yang masih harus dibayar, yaitu biaya-biaya yang telah terjadi
tetapi belum dibayar sampai tanggal laporan, misalnya utang gaji
dan utang langganan daya dan jasa.
d. Pendapatan diterima di muka, yaitu penerimaan kas atau aset
lainnya dari pihak lain sebagai pembayaran jasa tertentu tetapi BLU
belum memberikan jasa tersebut kepada pihak lain. Contoh
pendapatan diterima dimuka adalah pungutan uang SPP dan
praktikum yang diterima BLU pada setiap awal semester dan belum
memberikan jasa pengajaran/praktek.
e. Uang Muka dari KPPN, yaitu Uang Muka dari Kas Umum Negara
merupakan utang yang timbul akibat bendahara pengeluaran
Kementerian/Lembaga/SKPD belum menyetor sisa Uang Persediaan
(UP) sampai dengan tanggal neraca.
f. Bagian lancar utang jangka panjang, yaitu bagian dari utang jangka
panjang yang akan jatuh tempo dalam waktu 12 bulan setelah
tanggal laporan.
g. Utang jangka pendek lainnya, yaitu utang yang akan jatuh tempo
dalam 12 bulan setelah tanggal laporan yang tidak dapat
dikelompokkan dalam huruf a sampai f diatas.
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
46 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
3.3.3. Prinsip Pengakuan Kewajiban
Kewajiban diakui di laporan posisi keuangan jika besar
kemungkinan BLU harus mengeluarkan sumber daya yang
mengandung manfaat ekonomi yang dikuasainya dimasa depan untuk
menyelesaikan kewajiban masa kini, dan jumlah yang harus
diselesaikan dapat diukur secara andal.
3.3.3.1. Kewajiban Jangka Pendek
a. Pengakuan
Kewajiban jangka pendek diakui sebagai berikut :
1) Utang kepada pihak ketiga diakui pada saat BLU
menerima barang atau jasa atau memperoleh hak atas
barang atau jasa.
2) Utang perhitungan pihak ketiga diakui pada saat BLU
melakukan pemotongan, pemungutan atau menerima
dana untuk disetorkan/ dibayarkan kepada pihak lain.
3) Belanja yang masih harus dibayar diakui pada saat BLU
menerima manfaat ekonomi dari pihak lain tetapi BLU
belum melakukan pembayaran atas manfaat yang
diterima.
4) Pendapatan diterima dimuka diakui pada saat BLU
menerima pembayaran dari pihak lain untuk memperoleh
jasa layanan tetapi BLU belum menyerahkan jasanya
kepada pihak lain tersebut.
5) Uang Muka dari KPPN, diakui pada saat bendahara
pengeluaran menerima UP/TUP dari Kas Umum
Negara.
6) Bagian lancar utang jangka panjang, diakui pada saat
melakukan reklasifikasi pinjaman jangka panjang yang
akan jatuh tempo dalam waktu 12 (dua belas) bulan
setelah tanggal neraca pada setiap akhir periode
akuntansi.
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
47 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
b. Pengukuran
Kewajiban jangka pendek diukur sebesar nilai jatuh
temponya.
1) Utang kepada pihak ketiga dan belanja yang harus
dibayar diukur sebesar jumlah kas atau nilai tunai aset
lain yang harus diserahkan untuk menyelesaikan utang
tersebut.
2) Utang perhitungan pihak pihak ketiga diukur sebesar
jumlah kas yang diterima BLU untuk diserahkan atau
disetorkan kepada pihak lain.
3) Pendapatan diterima dimuka diukur sebesar kas yang
diterima dari pihak lain
4) Uang Muka dari KPPN, sebesar saldo uang muka yang
belum disetorkan/dipertanggungjawabkan ke kas negara
sampai dengan tanggal neraca.
5) Bagian lancar utang jangka panjang, diukur sebesar
jumlah yang akan jatuh tempo dalam waktu 12 (dua
belas) bulan setelah tanggal neraca.
c. Penyajian Dan Pengungkapan
Semua kewajiban yang diharapkan akan diselesaikan
dalam waktu satu tahun atau kurang disajikan di laporan
posisi keuangan dalam kelompok kewajiban jangka
pendek, termasuk bagian kewajiban jangka panjang yang
akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun atau kurang.
Hal-hal berikut mengenai kewajiban jangka pendek harus
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan :
1) Rincian saldo kewajiban jangka pendek berdasarkan
jenisnya;
2) Jumlah tunggakan yang disajikan berdasarkan umur
tunggakan.
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
48 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
3.3.3.2. Kewajiban Jangka Panjang
a. Pengakuan
Kewajiban jangka panjang diakui pada saat BLU menerima
hak dari pihak lain tetapi BLU belum memenuhi kewajiban
yang timbul kepada pihak lain tersebut,
b. Pengukuran
Kewajiban jangka panjang diukur sebesar nilai tunai dari
seluruh pembayaran dimasa depan.
c. Penyajian dan Pengungkapan
Kewajiban jangka panjang disajikan di laporan posisi
keuangan dalam kelompok kewajiban jangka panjang.
Hal-hal berikut mengenai kewajiban jangka panjang harus
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan :
1) Rincian saldo kewajiban jangka panjang berdasarkan
jenisnya,
2) Karakteristik umum dari setiap kewajiban jangka panjang
termasuk informasi jangka waktu pinjaman, tingkat
bunga, jumlah bunga terutang, agunan yang diberikan.
d. Ketentuan pencatatan kewajiban jangka panjang akan
ditetapkan lebih lanjut setelah ada keputusan dari
kementerian keuangan.
3.4. EKUITAS DANA
3.3.4. Definisi
Ekuitas Dana adalah kekayaan bersih pemerintah, yaitu selisih antara
aset dan utang BLU. Ekuitas dana diklasifikasikan Ekuitas Dana Lancar
dan Ekuitas Dana Investasi.
3.3.5. Ekuitas Dana Lancar
Ekuitas Dana Lancar merupakan selisih antara aset lancar dan utang
jangka pendek.
Ekuitas Dana Lancar terdiri dari:
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
49 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
a. Cadangan piutang merupakan akun kontra dari total piutang, bagian
lancar TPA, bagian lancar TP/TGR;
b. Cadangan persediaan merupakan akun kontra dari total persediaan
BLU;
c. Dana yang harus disediakan untuk pembayaran utang jangka
pendek merupakan akun kontra dari total utang jangka pendek yang
harus dibayarkan kepada pihak ketiga;
d. Dana Lancar BLU merupakan akun kontra dari total Kas yang ada
pada BLU;
e. Barang/Jasa yang masih harus diterima merupakan akun kontra dari
total dari uang muka belanja dan belanja yang yang dibayar dimuka;
3.3.6. Ekuitas Dana Investasi
Ekuitas Dana Investasi mencerminkan selisih antara aset tidak lancar
dan kewajiban jangka panjang.
Ekuitas dana investasi dikelompokkan menjadi:
a. Diinvestasikan Dalam Investasi Jangka Panjang Merupakan akun
kontra dari total Investasi Jangka Panjang;
b. Diinvestasikan Dalam Aset Tetap Merupakan akun kontra dari total
aset tetap;
c. Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya Merupakan akun kontra dari total
aset lainnya ditambah dengan total piutang jangka panjang.
d. Dana yang harus disediakan untuk pembayaran utang jangka
panjang merupakan akun kontra dari total utang jangka panjang.
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
50 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
BAB IV PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN SAI
UNTUK SATKER BLU
4.1. Mekanisme dan Tata Cara Konsolidasi
4.1.1. Manual
Mekanisme dan tata cara konsolidasi laporan keuangan BLU secara
manual dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :
a. Petugas SAK meyiapkan kertas kerja sebagaimana terlampir;
b. Memetakan akun-akun pada laporan keuangan BLU berdasarkan
SAK dan melakukan konversi ke akun-akun berdasarkan SAP;
c. Memastikan bahwa seluruh akun (aset, utang, dan ekuitas)
berdasarkan SAK telah terakomodasi/terkonsolidasi ke dalam
laporan keuangan berdasarkan SAP;
d. Akun SAK yang tidak dapat dikonsolidasikan/dikonversi ke SAP
dijelaskan dalam CaLK.
4.1.2. Sistem Aplikasi
Mekanisme dan tata cara konsolidasi laporan keuangan BLU dilakukan
oleh sistem aplikasi.
4.2. Konversi Akun SAK ke Akun SAP
Dalam rangka menjamin kesamaan perlakuan terhadap akun-akun untuk
pengkonsolidasian/penggabungan dengan Laporan Keuangan Kemdikbud
berdasarkan SAP, perlu ditetapkan konversi antara akun berdasarkan SAK
dan SAP, sebagai berikut:
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
51 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
No BASIS AKUNTANSI
KETERANGAN SAK SAP
ASET LANCAR
1. Kas dan Setara Kas
1. Kas di Bendahara Pengeluaran
SAP:Kas Bendahara Pengeluaran adalah sisa UP dari APBN (Non PNBP) yang belum dipertanggungjawabkan sampai dengan tanggal pelaporan
2. Kas pada BLU
SAP: Kas pada BLU merupakan saldo kas yang merupakan selisih antara pendapatan dan belanja yang telah dilakukan pengesahan. Kas pada BLU terdiri dari : 1. Kas - BLU adalah saldo kas yang merupakan selisih
antara pendapatan dan belanja yang telah dilakukan pengesahan dan MP yang terkait dengan kas BLU.
2. Setara Kas - BLU adalah bagian dari aset lancar yang sangat liquid, yang dapat dikonversi menjadi kas dalam jangka waktu s.d. 3 bulan tanpa mengalami perubahan nilai yang signifikan, antara lain : a.deposito berjangka kurang dari 3 bulan; b.cek yang dapat diuangkan dalam waktu kurang 3
bulan; c. Termasuk realisasi belanja yang bersumber dari
PNBP yang belum disahkan pada tanggal pelaporan.
3. Kas lainnya dan Setara Kas
SAP: Kas Lainnya dan Setara Kas adalah kas yang ada pada rekening BLU selain Kas Bendahara Pengeluaran dan Kas pada BLU, antara lain: 1. Saldo kas di rekening bendahara pengeluaran
yang bersumber dari APBN yang mencakup : a. seluruh SALDO rekening pada entitas
termasuk yang tidak memiliki ijin b. Saldo uang LS yang dibayarkan ke
Bend.Pengeluaran yang belum dibayarkan kepada yang berhak/akan disetor ke KUN.
c. Dana Titipan (Bansos/Blokgrant) dari APBN atai DIPA satker lain
2. Saldo rekening operasional BLU di rekening-rekening Bank (Pusat).
3. Saldo uang tunai operasional Non APBN (uang muka kerja) di BPP Pusat, Fakultas dan Unit-Unit.
4. Saldo rekening dana kelolaan. 5. Setara Kas.
2. Piutang Usaha Piutang dari keg. operasional BLU
SAK dan SAP: Piutang yang terkait dengan pemberian jasa tri dharma perguruan tinggi BLU seperti jasa pendidikan, dll)
Piutang Lain-lain Piutang dari keg. non operasional BLU
SAK dan SAP: Piutang di luar pemberian jasa tri dharma perguruan tinggi BLU, seperti piutang bunga, piutang sewa, dll)
3. Penyisihan Piutang Tidak Tertagih
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih
SAK dan SAP: sama yaitu untuk mencatat adanya penyisihan piutang yang kemungkinan tidak dapat ditagih.
4. Persediaan Persediaan BLU SAK dan SAP: Metode pencatatan menggunakan harga perolehan terakhir
5. Investasi Jangka Pendek
Investasi Jangka Pendek
SAK dan SAP: Deposito 3 s.d. 12 bulan
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
52 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
No BASIS AKUNTANSI
KETERANGAN SAK SAP
6. Biaya Dibayar Dimuka
Belanja Dibayar Dimuka
SAP: Belanja dibayar dimuka digunakan untuk pembayaran penuh (100%) tapi barang/jasa belum diterima
Uang Muka Belanja
SAP: Uang muka belanja digunakan untuk pembayaran uang muka/panjar
SAK: uang muka belanja barang dan belanja modal menggunakan akun Biaya dibayar dimuka
ASET TETAP
1. Tanah Tanah BLU SAK dan SAP, menyajikan aset tetap Tanah baik yang diperoleh dari APBN maupun hasil dari kegiatan BLU
2. Peralatan dan Mesin
Peralatan Dan Mesin BLU
SAK dan SAP, menyajikan aset tetap Peralatan dan Mesin baik yang diperoleh dari APBN maupun hasil dari kegiatan BLU
3. Gedung dan Bangunan
Gedung dan Bangunan BLU
SAK dan SAP, menyajikan aset tetap Gedung dan bangunan baik yang diperoleh dari APBN maupun hasil dari kegiatan BLU
4. Jalan, Irigasi dan Jaringan
Jalan, Irigasi Dan Jaringan BLU
SAK dan SAP, menyajikan aset tetap Jalan, Irigasi, dan Jaringan baik yang diperoleh dari APBN maupun hasil dari kegiatan BLU
5. Aset Tetap Lainnya
Aset Tetap Lainnya BLU
SAK dan SAP, menyajikan aset tetap lainnya baik yang diperoleh dari APBN maupun hasil dari kegiatan BLU . Termasuk Aset Tetap Lainnya adalah Aset tetap dalam renovasi.
6. Akumulasi Penyusutan
- SAP, belum mencatat dan/atau mengakui adanya penyusutan tapi didasarkan pada penghapusan aset sesuai dengan ketentuan per undang-undangan dan dijelaskan dalam CaLK.
SAK, mencatat dan/atau mengakui adanya penyusutan
7. Konstruksi Dalam Pengerjaan
Konstruksi Dalam Pengerjaan BLU
SAK dan SAP, mencatat semua transaksi yang berhubungan dengan KDP baik yang diperoleh dari APBN maupun hasil dari kegiatan BLU .
PIUTANG JANGKA PANJANG
1. Tagihan Penjualan Angsuran
Tagihan Penjualan Angsuran
SAK dan SAP, merupakan tagihan atas penjualan aset pemerintah secara angsuran kepada pegawai pemerintah
2. Tagihan Tuntutan Ganti Rugi
Tagihan Tuntutan Ganti Rugi
SAK dan SAP, merupakan tagihan kepada bendahara/pegawai karena kelalaian dalam pelaksanaan tugasnya harus membayar ganti rugi kepada negara.
3. Penyisihan Piutang Tidak Tertagih
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih
SAK dan SAP: sama yaitu untuk mencatat adanya penyisihan piutang jangka panjang yang kemungkinan tidak dapat ditagih.
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
53 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
No BASIS AKUNTANSI
KETERANGAN SAK SAP
ASET LAINNYA
1. Aset Tak berwujud
Aset Tak berwujud
SAK dan SAP, menyajikan aset tak berwujud yang diperoleh APBN dan hasil dari kegiatan BLU
2. Akumulasi Amortisasi
- SAP, belum mencatat dan/atau mengakui adanya amortisasi tapi didasarkan pada penghapusan aset sesuai dengan ketentuan per undang-undangan dan dijelaskan dalam CaLK. SAK, mencatat dan/atau mengakui adanya amortisasi.
3.
Aset lain-lain Kemitraan dengan pihak ketiga
SAP: Kemitraan dengan Pihak Ketiga merupakan perjanjian antara BLU dengan satu pihak lain atau lebih dengan pola Bangun, Kelola, Serah (BKS) dan Bangun, Serah, Kelola (BSK)
Dana Kelolaan BLU
SAP: Dana kelolaan BLU merupakan dana untuk menampung dana antara lain: Dana bergulir, dan/ atau dana yang belum menjadi hak milik BLU
Dana yang dibatasi penggunaanya
SAP : Dana yang dibatasi penggunaanya merupakan kas atau dana yang alokasinya hanya akan dimanfaatkan untuk membiayai kegiatan tertentu, contohnya antara lain : bank garansi, dana yang diperuntukan untuk membayar imbalan kerja, termasuk dana abadi (endowment fund)
Aset lain-lain SAP, Aset lain-lain merupakan aset yang tidak dapat dikategorikan sebagai aset yang disebutkan diatas. Termasuk aset lain-lain adalah: a. kumpulan dari aktiva tetap yang rusak dan
untuk dihapuskan dimasa yang akan datang. b. aset yang diperoleh dengan cara angsuran
dicatat sebagai aset lain-lain dan diakui utang jangka panjangnya.
c. aset yang diperoleh dengan cara leasing. d. piutang macet BLU yang dialihkan
penagihannya kepada Kementerian Keuangan cq. Ditjen Kekayaan Negara
SAK, Aset lain-lain : Keempat akun yang ada di SAP tersebut di atas semuanya masuk ke akun Aset lain-lain di SAK
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
1. Utang Usaha Utang kepada pihak ketiga BLU
SAK dan SAP, utang berasal dari kontrak.
2. Utang Pajak Utang kepada pihak ketiga lainnya
SAP, tidak mencatat adanya hutang yang timbul dari transaksi pajak karena yang mencatat BUN. SAK, mencatat transaksi yang timbul akibat belum dilunasinya pajak
3. Utang Jaminan Utang lainnya SAK dan SAP sama, termasuk utang titipan.
4. Biaya yang Masih Harus Dibayar
Belanja yang Masih Harus Dibayar
SAK dan SAP, mencatat adanya hutang kepada pihak lain karena telah menerima manfaat ekonomis, tapi belum melakukan pembayaran.
5. Pendapatan Diterima Dimuka
Pendapatan Diterima Dimuka
SAK dan SAP, mencatat adanya utang kepada pihak ketiga karena telah menerima uang kas, tetapi belum memberikan jasa.
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
54 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
No BASIS AKUNTANSI
KETERANGAN SAK SAK
6. Bagian Lancar Hutang Jangka Panjang
Bagian Lancar Hutang Jangka Panjang
SAK dan SAP, merupakan pembayaran angsuran yang akan jatuh tempo dalam 12 bulan mendatang.
KEWAJIBAN JANGKA PANJANG (Dicatat pada BA.999. )
Hutang Jangka Panjang
1. Utang Jangka Panjang
Utang Jangka Panjang
SAK dan SAP, merupakan utang yang akan dibayar dalam jangka waktu lebih dari 12 bulan.
2. Utang Bersyarat - SAP, tidak mencatat adanya transaksi dengan syarat-syarat tertentu karena tidak ada ketentuannya dalam peraturan perundang-undangan. SAK, mencatat jika tingkat keterjadiannya besar dan nilainya handal (dapat diyakini), maka dapat diakui sebagai utang bersyarat. Jika tidak dapat diyakini, maka cukup diungkapkan saja dalam CaLK.
EKUITAS DANA LANCAR
1. - Cadangan Piutang
SAP, Merupakan jumlah dari akun piutang, bagian lancar TPA, dan bagian lancar TGR. SAK, tidak ada transaksi dengan akun/rekening ini.
2. - Cadangan Persediaan
SAP, Merupakan akun kontra dari total persedian SAK, tidak ada transaksi dengan akun/rekening ini.
3. - Dana Lancar BLU
SAP, Merupakan akun kontra dari total kas pada BLU SAK, tidak ada transaksi dengan akun Dana Lancar BLU.
EKUITAS DANA INVESTASI
1. - Diinvestasikan Dalam Aset Tetap
SAP, Merupakan akun kontra dari total aset tetap. SAK, tidak ada transaksi dengan akun/rekening ini.
2. - Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya
SAP, Merupakan akun kontra dari total aset lainnya SAK, tidak ada transaksi dengan akun/rekening ini.
3. Ekuitas Tidak Terikat
- SAP, tidak ada akun untuk ekuitas tidak terikat SAK, sumber daya yang penggunaannya tidak dibatasi untuk tujuan tertentu oleh pemberi sumber daya yang tidak mengharapkan pembayaran kembali.
4. Ekuitas Terikat - SAP, tidak ada akun untuk ekuitas terikat SAK, sumber daya yang penggunaannya dibatasi untuk tujuan tertentu oleh pemberi sumber daya yang tidak mengharapkan pembayaran kembali. Ekuitas terikat meliputi:
a. Tanah atau gedung/bangunan yang disumbangkan untuk tujuan tertentu dan tidak untuk dijual;
b. Aset yang digunakan untuk investasi yang mendatangkan pendapatan secara permanen.
c. Bantuan/sumbangan pemerintah atau pihak lain yang mengikat secara permanen.
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
55 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
4.3. Penyajian Dan Penyampaian Laporan Keuangan
4.3.1. Laporan Keuangan BLU berdasarkan SAP disajikan dengan
mengacu pada Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor :
Per-67/PB/2007 tentang Tata Cara Pengintegrasian Laporan
Keuangan BLU ke Dalam Laporan Keuangan Kementerian
Negara/Lembaga.
4.3.2. Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada angka 4.3.1.,
sebelum disampaikan kepada UAPPA-E1, terlebih dahulu dilakukan
rekonsiliasi dengan KPPN setiap triwulan.
4.3.3. BLU menyampaikan Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca
setiap triwulan kepada UAPPA-E-1.
4.3.4. BLU menyampaikan ADK bulanan kepada UAPPA-E1, selain itu
satker BLU mengirim ADK file kirim 2 (dua) kali setiap bulan melalui
Sistem Informasi Manajemen Keuangan (SIMKeu) Kemdikbud.
4.3.5. UAPPA-E1 menggabungkan seluruh ADK dari seluruh satker di
bawahnya termasuk ADK yang diterima dari BLU setiap bulan.
4.3.6. UAPPA-E1 menyusun laporan keuangan berdasarkan hasil
penggabungan ADK sebagaimana dimaksud pada angka 4.3.5.
4.3.7. UAPPA-E1 menyampaikan laporan keuangan beserta ADK kepada
UAPA.
4.3.8. Penyampaian Laporan Keuangan BLU semesteran dan Tahunan
disertai dengan Catatan atas Laporan Keuangan.
4.3.9. Laporan keuangan berdasarkan SAK disampaikan oleh Satker BLU
kepada Pejabat Eselon I atasannya dan Direktur Jenderal
Perbendaharaan c-q. Direktorat pembinaan Pengelolaan Keuangan
BLU setiap triwulan.
4.3.10. Pejabat Eselon I membuat Ringkasan Laporan Keuangan BLU
seluruh Satker BLU yang berada di bawahnya.
4.3.11. Ringkasan Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud pada
angka 4.3.10. dan lembar muka (face) Laporan Keuangan Satker
BLU disampaikan kepada Sekretaris Jenderal Kemdikbud up. Kepala
Biro Keuangan setiap triwulan.
4.3.12. Biro Keuangan Sekretariat Jenderal Kemdikbud membuat Ringkasan
Laporan Keuangan BLU berdasarkan Ringkasan Laporan
Keuangan dan lembar muka (face) yang diterima dari UAPPA-E1.
4.3.13. Ringkasan Laporan Keuangan BLU dan lembar muka (face)
Laporan Keuangan satker BLU sebagaimana dimaksud angka
4.3.12., disampaikan kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan
c.q. Direktur Pembinaan Pengelolaan Keuangan BLU setiap
semester dan tahunan.
4.3.14. Laporan keuangan berdasarkan SAK dan SAP disusun oleh unit
akuntansi pada BLU.
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
56 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
4.3.15. Laporan Keuangan Kemdikbud Tahunan dilampiri Ringkasan
Laporan Keuangan BLU dan lembar muka (face) laporan
keuangan seluruh Satker BLU yang berada di lingkup Kemdikbud.
4.3.16. Penyampaian Laporan Keuangan ke jenjang unit akuntansi di
atasnya dan unit terkait dilaksanakan sesuai jadwal sebagai berikut:
a. Laporan Realisasi Anggaran Triwulan I
UNIT ORGNAISASI PENGIRIM
TANGGAL KIRIM UNIT ORGANISASI
PENERIMA TANGGAL TERIMA
BLU 15 April 20X0 UAPPA-E1
23 April 20X0 PPK BLU
UAPPA-E1 27 April 20X0 UAPA 30 April 20X0
UAPA 08 Mei 20X0 Menkeu c.q. Dirjen Pb. 30 April 20X0
b. Laporan Keuangan Semester I
UNIT ORGNAISASI PENGIRIM
TANGGAL KIRIM UNIT ORGANISASI
PENERIMA TANGGAL TERIMA
BLU 10 Juli 20X0 UAPPA-E1
17 Juli 20X0 PPK BLU
UAPPA-E1 20 Juli 20X0 UAPA 22 Juli 20X0
UAPA 25 Juli 20X0 PPK BLU
26 Juli 20X0
Menkeu c.q. Dirjen Pb.
c. Laporan Realisasi Anggaran Triwulan III
UNIT ORGNAISASI PENGIRIM
TANGGAL KIRIM UNIT ORGANISASI
PENERIMA TANGGAL TERIMA
BLU 15 Oktober 20X0 UAPPA-E1
23 Oktober 20X0 PPK BLU
UAPPA-E1 27 Oktober 20X0 UAPA 31 Oktober 20X0
UAPA 08 November
20X0 Menkeu c.q. Dirjen Pb.
09 November 20X0
d. Laporan Keuangan Tahunan
UNIT ORGNAISASI PENGIRIM
TANGGAL KIRIM UNIT ORGANISASI
PENERIMA TANGGAL TERIMA
BLU 20 Januari 20X1 UAPPA-E1
02 Februari 20X1 PPK BLU
UAPPA-E1 08 Februari 20X1 UAPA 10 Februari 20X1
UAPA 27 Februari 20X1
PPK BLU 28 Februari 20X1
Menkeu c.q. Dirjen Pb.
Keterangan :
1. Laporan Keuangan yang disampaikan ke Unit Akuntansi di atasnya adalah laporan keuangan
yang telah direkonsiliasi dengan KPPN dan Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan.
2. Tahun 20X0 adalah untuk tahun anggaran berjalan, Tahun 20X1 adalah 1 (satu) tahun setelah
tahun anggaran berakhir.
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
57 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
4.3.17. Unit akuntansi yang dibentuk dalam rangka melaksanakan
pengintegrasian laporan keuangan BLU ini adalah:
a. UAPA yang berada pada tingkat kementerian negara/lembaga
b. UAPPA-E1 yang berada pada tingkat Eselon I
c. Unit Akuntansi BLU yang berada pada satuan kerja.
4.3.18. Mekanisme pelaporan BLU, lebih rinci dapat dilihat pada gambar di
bawah ini:
DIT. APK
UAPA
MEKANISME PELAPORAN BLU
UAPPA-E1
BLUDIT.
PPK-BLU41
1. BLU merekam dan memproses dokumen sumber.
2. BLU melakukan Rekonsiliasi dengan KPPN setiap Triwulan.
3. BLU kirim ADK ke UAPPA-E1 setiap bln dan LRA & Neraca setiap trwln.
4. BLU setiap triwulan mengirimkan LK berdasarkan SAK ke Ditjen Pb.Cq.
Direktorat Pembinaan Pengelolaan Keuangan BLU.
5. BLU mengirimkan LRA dan Neraca beserta CaLK ke UAPPA-E1 dilampiri
Laporan Keuangan BLU berdasarkan SAK setiap semester.
6. UAPPA-E1 menggabungkan ADK seluruh UAKPA dibawahnya termasuk
UA-BLU dan membuat ringkasan Laporan Keuangan BLU.
7. UAPPA-E1 mengirimkan LRA dan Neraca setiap triwulan, dan file data
transaksi berupa ADK ke UAPA setiap bulan.8. UAPPA-E1 mengirimkan LRA dan Neraca beserta CaLK ke UAPA dilampiri
lembar muka LK-BLU berdasarkan SAK beserta ringkasannya setiap semester.
9. UAPA menggabungkan ADK seluruh UAPPA-E1 dalam lingkungannya dan
membuat ringkasan Laporan Keuangan BLU.
10.UAPA mengirimkan LRA dan Neraca beserta CaLK dilampiri lembar muka
(face) LK BLU berdasarkan SAK beserta ringkasannya ke Dirjen. Pb.c.q.
Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan setiap semester.
11.UAPA mengirimkan lembar muka (face) LK BLU berdasarkan SAK beserta
ringkasannya ke Ditjen. Pb.c.q. Direktorat PPK-BLU setiap semester.
12.Direktorat Pembinaan PK-BLU setiap semester dan tahunan mengirimkan
Ringkasan LK-BLU kepada Direktorat APK.
3/5
7/8
10
KPPN
2
6
12
11
9
4.4. Audit dan Reviu
4.4.1. Laporan Keuangan BLU berdasarkan SAP sebelum disampaikan
kepada entitas pelaporan direviu oleh satuan pemeriksaan internal.
4.4.2. Dalam hal tidak terdapat satuan pemeriksaan internal, reviu
dilakukan oleh Inspektorat Jenderal Kemdikbud.
4.4.3. Reviu dilaksanakan secara paralel dengan pelaksanaan anggaran
dan penyusunan Laporan Keuangan BLU.
4.4.4. Laporan Keuangan BLU berdasarkan SAK diaudit oleh auditor
eksternal.
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
58 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
BAB V
P E N U T U P
5.1. Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan Badan Layanan Umum Di
Lingkungan Kemdikbud Berdasarkan SAP ini diharapkan dapat digunakan
sebagai pedoman bagi Satker BLU di lingkungan Kemdikbud dalam
menyusun laporan Keuangan berdasarkan SAP;
5.2. Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan atau perubahan ketentuan
perundang-undangan yang menjadi dasar dalam Pedoman ini, akan diadakan
perbaikan dan penyesuaian sebagaimana mestinya;
5.3. Biro Keuangan Kemdikbud agar melakukan pembinaan dan koordinasi
kepada semua Satuan kerja BLU di lingkungan Kemdikbud dalam
pelaksanaan Pedoman ini.
Jakarta, November 2012 Sekretaris Jenderal Ainun Na’im NIP.196012041986011001
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U
59 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n
LAMPIRAN CONTOH LAPORAN KEUANGAN BLU BERDASARKAN SAP
LAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM
<NAMA SATUAN KERJA BLU>
<KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNTUK PERIODE YANG BERAKKHIR <TANGGAL NERACA>
L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
LAMPIRAN CONTOH LAPORAN KEUANGAN BLU BERDASARKAN SAP
BAGIAN ANGGARAN 023
LAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM
<NAMA SATUAN KERJA BLU>
<NAMA ESELON I>
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL>
UNTUK PERIODE YANG BERAKKHIR <TANGGAL NERACA>
TAHUN ANGGARAN 200x
<alamat satuan kerja BLU>
LAMPIRAN CONTOH LAPORAN KEUANGAN BLU BERDASARKAN SAP
LAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM
UNTUK PERIODE YANG BERAKKHIR <TANGGAL NERACA>
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
60 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
KATA PENGANTAR
Sebagaimana diamanatkan Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang
Keuangan Negara, Menteri/Pimpinan Lembaga sebagai Pengguna
Anggaran/Barang mempunyai tugas antara lain menyusun dan menyampaikan
laporan keuangan Kementerian Negara/Lembaga yang dipimpinnya. <Nama
Satuan Kerja> adalah salah satu entitas akuntansi di bawah Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan yang berkewajiban menyelenggarakan akuntansi
dan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran dengan menyusun laporan
keuangan berupa Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca disertai Catatan
atas Laporan Keuangan.
Penyusunan laporan keuangan <Nama Satuan Kerja> mengacu pada Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat serta Peraturan Direktur Jenderal
Perbendaharaan Nomor Per-67/PB/2007 tentang Tata Cara Pengintegrasian
Laporan Keuangan BLU ke dalam Laporan Keuangan Kementerian
Negara/Lembaga. Informasi yang disajikan didalamnya telah disusun sesuai
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Penyusunan Laporan Keuangan ini diharapkan dapat meningkatkan
akuntabilitas publik.
<Nama Kota>, <tanggal dan tahun> <Pimpinan BLU>
<Nama penanda tangan>
NIP....................................
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
61 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
DAFTAR ISI
Halaman Kata Pengantar i Daftar Isi iii Daftar Tabel iv Daftar Grafik vi Daftar Lampiran vii Daftar Singkatan viii Indeks Catatan atas Laporan Keuangan ix Pernyataan Tanggung Jawab xi Ringkasan Eksekutif ... A. Laporan Realisasi Anggaran ( LRAKT perbandingan 2011 dan 2010) ... B. Neraca (NSAIKPT perbandingan 2011 dan 2010) ... C. Catatan atas Laporan Keuangan ...
I. Pendahuluan ... 1. Dasar Hukum ... 2. Kebijakan Teknis ... 3. Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan ...
II. Kebijakan Akuntansi ... III. Ringkasan Laporan IV. Penjelasan atas Akun-akun Laporan Realisasi Anggaran
...
... 1. Penjelasan Umum Laporan Realisasi Anggaran ... 2. Penjelasan Per Akun Laporan Realisasi Anggaran ... 3. Catatan Penting Lainnya ...
V. Penjelasan atas Akun-akun Neraca 1. Posisi Neraca Secara Umum 2. Penjelasan Per Akun Neraca 3. Catatan Penting Lainnya
...
...
...
... VI. Informasi Tambahan dan Pengungkapan Penting Lainnya ...
1. Tindak Lanjut atas Temuan Pemeriksaan BPK-RI ... 2. Rekening Pemerintah ... 3. Pengungkapan Lain-lain ...
VII. Lampiran ... A. Laporan RalisasiAnggaran Pendukung
1. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan pengembalian pendapatan
2. Laporan RealisasiAnggaran Belanja dan pengembalian Belanja
3. Neraca Percobaan B. Lampiran-lampiran lainnya sebagai pendukung CaLK
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
62 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB
KEPALA SATUAN KERJA <NAMA SATUAN KERJA>
Laporan Keuangan <Nama Satuan Kerja> yang terdiri dari Laporan
Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan Tahun
Anggaran <angka tahun anggaran> sebagaimana terlampir, adalah merupakan
tanggung jawab kami.
Laporan Keuangan tersebut telah disusun berdasarkan sistem
pengendalian internal yang memadai, dan isinya telah menyajikan informasi
pelaksanaan anggaran dan posisi keuangan secara layak sesuai dengan
Standar Akuntansi Pemerintahan.
<Nama Kota>, <tanggal penandatangan pernyataan> <Nama jabatan pimpinan satker>
<Nama pejabat> NIP ........................
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
63 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
RINGKASAN EKSEKUTIF
Berdasarkan Undang-undang.Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan
Negara, Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Badan Layanan
Umum, dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang
Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat, Kepala Satuan
Kerja sebagai Kuasa Pengguna Anggaran/Barang mempunyai tugas antara lain
menyusun dan menyampaikan laporan keuangan berupa Laporan Realisasi
Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Dengan demikian
penyusunan dan penyajian laporan keuangan <Nama Satuan Kerja> ini
merupakan perwujudan pertanggungjawaban atas penggunaan anggaran
dan/atau barang pada <Nama Satuan Kerja>.
Laporan Keuangan <Nama Satuan Kerja> Tahun 200x ini telah disusun
berdasarkan hasil konversi dari Sistem Akuntansi BLU berdasarkan Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) ke dalam Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
dan disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).
1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN
Laporan Realisasi Anggaran menggambarkan perbandingan antara
anggaran tahun 200x dengan realisasinya, mencakup unsur-unsur
pendapatan dan belanja.
Realisasi pendapatan dan hibah pada TA 200x adalah sebesar Rp. ... (nilai
realisasi pendapatan dan hibah selama periode pelaporan) atau mencapai
<persentase capaian> % dari anggarannya.
Realisasi belanja pada TA 200x adalah sebesar Rp <nilai realisasi belanja
selama periode pelaporan> atau mencapai <persentase capaian> ... % dari
pagunya.
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
64 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
2. NERACA
Neraca adalah laporan yang menggambarkan posisi keuangan tahun 200x
mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal pelaporan.
Jumlah aset per <tanggal laporan> adalah sebesar Rp <nilai aset pada
tanggal laporan> yang terdiri dari aset lancar sebesar Rp <nilai aset lancar
pada tanggal laporan>; aset tetap sebesar Rp. (nilai aset tetap pada tanggal
laporan>; dan aset lainnya sebesar Rp. <nilai aset lainnya pada tanggal
Iaporan>.
Jumlah kewajiban per <tanggal laporan> adalah sebesar Rp. <nilai kewajiban
pada tanggal laporan> yang terdiri dari kewajiban jangka pendek sebesar
Rp. <nilai kewajiban jangka pendek pada tanggal laporan>; dan kewajiban
jangka panjang sebesar Rp. .... (nilai kewajiban jangka panjang pada tanggal
laporan>.
Jumlah ekuitas dana per <tanggal lapcran> adalah sebesar Rp. (nilai ekuitas
dana pada tanggal laporan> yang terdiri dari ekuitas dana lancar sebesar
Rp. <nilai ekuitas dana lancar pada tanggal laporan>; ekuitas dana investasi
sebesar Rp <nilai ekuitas dana investasi pada tanggal laporan>.
3. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
Catatan atas Laporan Keuangan menyajikan informasi tentang penjelasan
pos-pos laporan keuangan dalam rangka pengungkapan yang memadai
antara lain mengenai dasar penyusunan laporan keuangan, kebijakan
akuntansi, kejadian penting lainnya, dan informasi tambahan yang
diperlukan.
Dalam penyajian Laporan Realisasi Anggaran, pendapatan diakui
berdasarkan basis kas yaitu pada saat kas diterima oleh BLU. Untuk
belanja yang didanai dari APBN diakui berdasarkan basis kas, yaitu pada
saat kas dikeluarkan dari Kas Umum Negara (KUN), dan belanja yang
didanai dari pendapatan BLU diakui berdasarkan basis kas yaitu, pada
saat kas dikeluarkan dari Kas BLU.
Dalam penyajian neraca berupa aset, kewajiban, dan ekuitas dana diakui
berdasarkan basis akrual, yaitu pada saat diperolehnya hak atas aset
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
65 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
dan timbulnya kewajiban tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas
diterima atau dikeluarkan oleh dan dari KUN atau Kas BLU.
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
66 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM
<Nama Satuan Kerja> <Nama Kementerian Negara/Lembaga>
Laporan Keuangan Semester/Tahun (pilih salah satu sesuai cakupan laporan
keuangan yang disajikan) 201x ini kami sajikan secara lengkap sebagai salah
satu wujud transparansi dan akuntabilitas, sebagaimana diamanatkan dalam
tata kelola yang baik (good governance). Sedangkan tujuan Catatan atas
Laporan Keuangan adalah menyajikan informasi penjelasan pos-pos Laporan
Keuangan dalam rangka pengungkapan yang memadai.
I. PENDAHULUAN
A. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara;
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan
Negara;
3. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Badan Layanan
Umum;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan
Barang Milik Negara/Daerah;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan
Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan
Badan Layanan Umum;
9. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
10. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 91/PMK.06/2007 tentang Bagan
Akun Standar;
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
67 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
11. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.06/2007 tentang Sistem
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat;
12. Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 76/PMK.05/2008 Tentang
Pedoman Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Badan Layanan Umum;
13. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16/2008 tentang Sistem
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan di lingkungan Depdiknas;
14. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 26 Tahun 2011 tentang
Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan di Lingkungan Kemdiknas;
15. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 086 Tahun 2012
tentang Unit Akuntansi Keuangan dan Unit Akuntansi Barang Milik
Negara di Lingkungan Kemdikbud;
16. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor Per-67/PB/2007
tentang Tata Cara Pengintegrasian Laporan Keuangan Badan
Layanan Umum ke dalam Laporan Keuangan Kementerian Negara/
Lembaga.
17. Dan seterusnya ....................................
B. PROSEDUR PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN
Laporan Keuangan ini mencakup seluruh transaksi keuangan yang
dikelola oleh <nama Satuan Kerja> yang berasal dari dana APBN
sebesar Rp. ...<jumlah rupiah pagu anggaran belanja> dan dana yang
berasal dari pendapatan BLU sebesar Rp. ... <jumlah rupiah estimasi
pendapatan>.
Laporan Keuangan <Nama Satuan Kerja> terdiri dari Laporan Realisasi
Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Penyusunan
Laporan Keuangan menggunakan <Nama Sistem yang digunakan>.
Dalam penyusunan Laporan Realisasi Anggaran <telah/belum> dilakukan
rekonsiliasi dengan KPPN setiap triwulan.
Penyusunan data neraca untuk aset tetap menggunakan data yang
berasal dari <Nama Sistem yang digunakan>.
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
68 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
II. KEBIJAKAN AKUNTANSI
1. Penyajian secara lebih lengkap dalam menerapkan kebijakan akuntansi
untuk satker BLU dapat menggunakan kebijakan akuntansi seperti yang
tercantum dalam Bab III Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan BLU di
Lingkungan Kemdikbud Berdasarkan SAP ini .
2. Berikut ini adalah contoh ringkas untuk penerapan kebijakan akuntansi pada
satker BLU.
Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan <nama Satuan
Kerja> yaitu basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja dan basis
akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dana.
A. PENDAPATAN
Pendapatan adalah semua penerimaan Kas Negara (KUN) yang
menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun yang bersangkutan
menjadi hak pemerintah dan tidak perlu dibayar kembali oleh
pemerintah.
Pendapatan yang diterima dari masyarakat oleh satker BLU dapat
dipergunakan langsung oleh satker BLU tanpa terlebih dahulu disetor
ke kas Negara. Sehingga pendapatan BLU disajikan sebesar pendapatan
Kas yang diterima BLU.
Akuntansi pendapatan dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu
dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah
netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).
B. BELANJA
Belanja adalah semua pengeluaran KUN yang mengurangi ekuitas dana
lancar dalam periode tahun yang bersangkutan yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh pemerintah. Untuk belanja yang bersumber
dari pendapatan operasional, pengakuan belanja diakui pada saat
pengesahan belanja melalui SP3B /SP2B BLU, sedangkan pengakuan
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
69 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
belanja dari APBN pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran
tersebut disahkan oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
(KPPN).
C. ASET
Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh
pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana
manfaat ekonomi/sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik
oleh pemerintah maupun oleh masyarakat, serta dapat diukur dalam
satuan uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan
untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber
daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. Dalam
pengertian aset ini tidak termasuk sumber daya alam seperti hutan,
kekayaan di dasar laut dan kandungan pertambangan. Aset diakui pada
saat diterima atau pada saat hak kepemilikan berpindah.
Nilai Aset merupakan hasil konversi laporan keuangan BLU berdasarkan
Standar Akuntansi Keuangan ke dalam Standar Akuntansi
Pemerintahan. Aset diklasifikasikan menjadi Aset Lancar, Investasi Jangka
Panjang, Aset Tetap, Piutang Jangka Panjang, dan Aset Lainnya.
Pengukuran/penilaian Aset:
<dijelaskan mengenai pengukuran/penilaian aset berdasarkan Standar yang
digunakan oleh satuan kerja BLU>
D. KEWAJIBAN
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu.
Kewajiban pada satker BLU dapat berupa kewajiban jangka pendek dan
kewajiban jangka panjang.
E. EKUITAS DANA
Ekuitas dana merupakan kekayaan bersih pemerintah, yaitu selisih
antara aset dan utang pemerintah. Ekuitas dana diklasifikasikan menjadi
Ekuitas Dana Lancar dan Ekuitas Dana Diinvestasikan.
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
70 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
III. RINGKASAN LAPORAN
A. ANGGARAN DAN ESTIMASI PENDAPATAN
Selama periode............/tahun anggaran... ...(sesuaikan dengan periode yang
dicakup oleh laporan keuangan) <Nama satuan Kerja> menerima anggaran
pengeluaran sebesar Rp <nilai rupiah total pagu belanja> yang terdiri dari
anggaran APBN sebesar Rp. ..<nilai rupiah total pagu belanja> dan
anggaran yang bersumber dari pendapatan operasional sebesar Rp. <nilai
rupiah total pagu belanja> dan digunakan untuk membiayai kegiatan
<Nama satuan Kerja>.
<Uraikan informasi mengenai anggaran serta perubahannya baik disebabkan
oleh DIPA Revisi, APBNP (ABT), atau hal-hal lain yang berhubungan dengan
anggaran>
Estimasi pendapatan yang dialokasikan pada <Nama satuan Kerja> untuk
tahun anggaran <tahun anggaran> sebesar Rp. <nilai rupiah> yang terdiri
dari estimasi penerimaan operasional sebesar Rp. <nilai rupiah>, estimasi
penerimaan non operasional sebesar Rp<nilai rupiah>, estimasi
penerimaan lainnya sebesar Rp.<nilai rupiah> dan estimasi penerimaan
hibah sebesar Rp. <nilai rupiah>
B. REALISASI PENDAPATAN DAN BELANJA
Dari anggaran <Nama satuan Kerja> sebesar Rp. <nilai rupiah>, terealisasi
sebesar Rp.<nilai rupiah total realisasi belania selama periode yang dilaporkan>
atau <jumlah realisasi belanja dibagi jumlah pagu belanja dikalikan 100> % dari
total anggaran.
Dari realisasi anggaran tersebut, untuk DIPA dari APBN telah terealisasi
sebesar Rp <total realisasi> atau <persentase realisasi> % yang digunakan
untuk kegiatan (ungkapkan kegiatan dan hasil pelaksanaannya), sedangkan
untuk DIPA dari Pendapatan operasional telah terealisasi sebesar Rp
<total realisasi> atau <persentase realisasi> % yang digunakan untuk
kegiatan (ungkapkan kegiatan dan hasil pelaksanaannya)
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
71 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
Realisasi pendapatan pada tahun anggaran 200x sebesar Rp <nilai
rupiah>, yang berasal dari penerimaan operasional sebesar Rp. <nilai
rupiah>, penerimaan non operasional sebesar Rp. <nilai rupiah>,
penerimaan lainnya sebesar Rp.<nilai rupiah> dan penerimaan hibah
sebesar Rp.<nilai rupiah>.
C. NERACA
Posisi keuangan <Nama satuan Kerja> pada <tanggal neraca> adalah
sebagai berikut: Aset sebesar Rp <total nilai aset>; Kewajiban sebesar
Rp <total nilai kewajiban>; dan Ekuitas Dana sebesar Rp. <nilai ekuitas
dana>.
Jumlah Aset sebesar Rp <total nilai aset> terdiri dari Aset Lancar
sebesar Rp <total nilai aset lancar>; Investasi Jangka panjang sebesar Rp
<total nilaiinvestasi jangka panjang>; Aset Tetap sebesar Rp .(total nilai aset
tetap>; Piutang Jangka Panjang sebesar Rp <total nilai investasi jangka
panjang>; serta Aset Lainnya sebesar Rp.<total nilai aset Iainnya>.
Jumlah Kewajiban sebesar Rp <total nilai kewajiban> terdiri dari <jenis-jenis
kewajiban dan nilai rupiahnya>.
Jumlah ekuitas dana sebesar Rp <total nilai ekuitas dana> terdiri dari
ekuitas dana lancar sebesar Rp<jumlah nilai ekuitas dana lancar>, dan
ekuitas dana investasi sebesar Rp <jumlah nilai ekuitas dana investasi>.
IV. PENJELASAN ATAS POS-POS LAPORAN REALISASI ANGGARAN
A. PENDAPATAN
1. Realisasi Pendapatan
Pada bagian ini diuraikan jenis pendapatan yang masuk ke kas,
berikut penyebab terlampuinya target atau tidak tercapainya target,
jika ada.
Berikut adalah contoh pengungkapan pendapatan:
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
72 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
Realisasi PNBP pada tahun anggaran <tahun anggaran laporan>
sebesar Rp. <total capaian PNBP> atau <persentase capaian> % dari
anggarannya.
Pendapatan yang berasal dari hibah, dengan realisasi sebesar Rp.
<total nilai capaian penerimaan hibah selama periode pelaporan> atau
<persentase capaian> % dari anggarannya yang berjumlah Rp <total
pagu penerimaan hibah untuk periode pelaporan>.
2. Hambatan dan Kendala
(Pada bagian ini diuraikan hambatan dan kendala atas pencapaian
pendapatan BLU).
B. BELANJA
1. Realisasi Belanja
Belanja dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip
penghematan dan efisiensi, namun tetap menjamin terlaksananya
kegiatan-kegiatan sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Rencana
Kerja <Nama Satuan Kerja>. Belanja <Nama Satuan Kerja> meliputi
belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, dan belanja sosial
(disebutkan sesuai dengan jenis belanja yang ada di satuan kerja yang ada
dalam lingkup Kementerian Negara/Lembaga).
Perincian anggaran dan realisasi belanja dapat dilihat dari tabel-tabel
berikut ini:
Tabel 1 Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja per Jenis Belanja
Kode Jenis Bel.
Uraian Jenis Belanja Anggaran
(Rp.) Realisasi Belanja
(Rp.) Persentase
(%)
1 2 3 4 5 (4/3) x 100%
51 Belania Peqawai
52 Belania Barang
53 Belanja Modal
57 Belanja Bantuan Sosial
Dst. ....................
Jumlah
<Format seperli di atas disesuaikan dengan jenis belanja yang terdapat
pada Satuan Kerja>
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
73 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
Dari realisasi anggaran tersebut, untuk realisasi DIPA yang bersumber
dari pendapatan operasional adalah sebagai berikut :
Tabel 2
Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja per Jenis Belanja
Kode Jenis Bel.
Uraian Jenis Belanja Anggaran
(Rp.) Realisasi Belanja
(Rp.) Persentase
(%)
1 2 3 4 5 (4/3) x 100%
xxx Isi dengan uraian jenis belanja
xxx ....................................
xxx ....................................
xxx ....................................
Dst. ....................................
Jumlah
Pelaksanaan DIPA ini digunakan untuk pelaksanaan kegiatan (uraikan
kegiatannya) dengan realisasi fisik telah mencapai .... (ungkapkan
presentase kemajuan pelaksanaan kegiatan).
Tabel 3 Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja Modal
Kode Jenis Bel.
Uraian Belanja Modal Anggaran
(Rp.) Realisasi
Belanja (Rp.) Persentase
(%)
1 2 3 4 5 (4/3) x 100%
531111 Belanja Modal Tanah
532111 Belanja Modal Peralatan dan Mesin
533111 Belanja Modal Gedung dan Bangunan
534111 Belanja Modal Jalan dan Jembatan
534112 Belanja Modal Irigasi
534113 Belanja Modal Jaringan
535111 Belanja Modal Fisik Lainnya
Jumlah
2. Hambatan dan Kendala
(Jelaskan dan uraikan penyebab realisasi belanja melebihi/jauh dibawah
anggaran dan hambatan-hambatan yang terjadi datam pelaksanaan
realisasi belanja baik berupa hambatan dari internal maupun dari
eksternal. <misalnya terlambatnya pelaksanaan kegiatan pembangunan
gedung disebabkan proses lelang yang lama dan baru mulai dilaksanakan
pada akhir tahun anggaran. sehingga dana yang terserap baru Rp.
xxx.xxx.xxx atau xx% dari anggaran).
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
74 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
V. PENJELASAN ATAS POS-POS NERACA
A. Kas Di Bendahara Pengeluaran
Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran yang bersumber dari APBN pada
<Nama Satuan Kerja> per <tanggal neraca> sebesar Rp.<nilai kas di
bendahara pengeluaran> merupakan saldo kas pada bendahara
pengeluaran. Jumlah di atas merupakan saldo kas/bank dari penerimaan
uang persediaan yang belum dipertanggungjawabkan secara Definitif
kepada Kas Negara pada tanggal neraca. <jika setelah tanggal neraca
periode tahunan Kas di bendahara pengeluaran telah disetorkan, ungkapkan
sbb:>
Pada tanggal <tanggal setelah tanggal neraca> telah disetor Rp <nilai total
uang persediaan yang telah disetor ke Kas Negara> yang merupakan sisa
saldo Kas di Bendahara Pengeluaran tahun anggaran <tahun anggaran
laporan>.
Tabel 4
Rincian penyetoran Kas di Bendahara Pengeluaran
NO. NOMOR DAN TANGGAL SSBP JUMLAH
(Rp.)
1 2 3
1. ...............................................................................
2. ...............................................................................
3. ...............................................................................
4. ...............................................................................
5. ...............................................................................
6. ...............................................................................
7. ...............................................................................
Dst. ...............................................................................
Jumlah
(sebutkan tanggal penyetoran dan jumlah setoran, serla bukti SSBP dilampirkan).
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
75 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
B. Kas Pada BLU
Kas pada BLU merupakan saldo kas dan setara kas yang merupakan selisih
antara pendapatan dan belanja yang telah dilakukan pengesahan. Kas pada
BLU terdiri dari :
1. Kas - BLU adalah saldo kas yang merupakan selisih antara pendapatan
dan belanja yang telah dilakukan pengesahan dan Memo Penyesuaian
yang terkait dengan kas blu.
2. Setara Kas - BLU adalah bagian dari aset lancar yang sangat liquid, yang
dapat dikonversi menjadi kas dalam jangka waktu sampai dengan 3 (tiga)
bulan tanpa mengalami perubahan nilai yang signifikan, antara lain:
a. Deposito berjangka kurang dari 3 (tiga) bulan;
b. Cek yang baru dapat diuangkan dalam jangka waktu kurang dari 3
(tiga) bulan.
c. Termasuk yang dicatat sebagai Setara Kas – BLU adalah realisasi
belanja yang bersumber dari PNBP yang belum disahkan pada tanggal
pelaporan.
Saldo Kas Pada BLU pada <Nama Satker> per <tanggal neraca> sebesar
Rp.<nilai kas BLU>, yang terdiri dari :
1. Kas - BLU senilai Rp. .<jumlah nilai>.
2. Setara Kas - BLU senilai Rp. .<jumlah nilai >., dengan rincian:
a. Deposito berjangka kurang dari 3 (tiga) bulan, senilai Rp. .<jumlah
nilai>.;
b. Cek yang baru dapat diuangkan dalam jangka waktu kurang dari 3
(tiga) bulan, senilai Rp. .<jumlah nilai >.
c. Realisasi belanja yang bersumber dari PNBP yang belum disahkan
pada tanggal pelaporan, senilai Rp. .<jumlah nilai >.,.
(Dirinci sesuai dengan jumlah dan jenis Saldo Kas Pada BLU)
C. Kas Lainnya dan Setara Kas
Kas Lainnya adalah kas yang ada pada rekening BLU selain Kas Bendahara
Pengeluaran dan Kas pada BLU. Termasuk dalam setara kas adalah akun
Kas Lainnya di Bendahara Pengeluaran yang meliputi antara lain:
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
76 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
1) Saldo uang LS yang dibayarkan ke bendahara pengeluaran yang belum
dibayarkan kepada pihak ketiga yang berhak/akan disetor ke kas umum
Negara.
2) Dana titipan (bansos/blockgrant) dari APBN atau DIPA satker lain;
3) Saldo di rekening yang dananya dari APBN.
Saldo Kas Lainnya dan Setara Kas pada <Nama Satker> per <tanggal
neraca> sebesar Rp.<nilai kas BLU> merupakan ..................... <jelaskan
secara rinci sesuai dengan jenis kasnya>.
D. Piutang BLU
Piutang adalah semua hak atau klaim terhadap pihak lain atas uang,
barang atau jasa yang dapat dijadikan kas dan belum diselesaikan pada
tanggal neraca, yang diharapkan dapat diterima dalam jangka waktu
tidak lebih dari 12 bulan setelah tanggal neraca.
Piutang BLU dapat berupa piutang dari jenis layanan BLU dan piutang
lainnya.
Saldo Piutang BLU pada <Nama Satker> per <tanggal neraca> sebesar
Rp.<nilai Piutang BLU> merupakan ..................... <jelaskan secara rinci sesuai
dengan jenis piutangnya>, yang terdiri dari :
1. Piutang dari kegiatan Operasional BLU senilai Rp. <jumlah nilai>.
2. Piutang dari kegiatan Non Operasional BLU senilai Rp. <jumlah nilai>.
E. Persediaan
Persediaan merupakan jenis aset dalam bentuk barang atau
perlengkapan (supplies) pada tanggal neraca, yang diperoleh dengan
maksud untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah dan barang-
barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam
rangka pelayanan kepada masyarakat.
Terdapat Persediaan pada tanggal <tanggal neraca> sebesar Rp <nilai
persediaan pada tanggal neraca> yang diperoleh dari hasil inventarisasi,
yang terdiri dari <uraian jenis persediaan sesui dengan klasifikasi pada bagan
perkiraan standar dan nilai rupiah masing-masing>.
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
77 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
F. Aset Tetap
Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih
dari 12 bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan atau
dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Nilai aset tetap per <tanggal
neraca> sebesar Rp <nilai total aset tetap> dengan perincian sebagai
berikut:
Tabel.5 Daftar Aset Tetap
Nama Aset Tetap Mutasi
Saldo Awal Saldo Akhir Tambah Kurang
1 2 3 4 5
Tanah
Peralatan dan Mesin
Gedung dan Bangunan
Jalan, Jembatan, Irigasi dan Jaringan
Aset Tetap Lainnya
Jumlah
1. Tanah BLU
Nilai Tanah pada <Nama Satker> Per <tanggal neraca> sebesar Rp. <nilai
Tanah pada tanggal neraca>, jika dibandingkan dengan nilai Tanah BLU
Per <periode sebelumnya> sebesar Rp. <nilai Tanah pada periode
sebelumnya>, mengalami <kenaikan/penurunan> sebesar Rp. <nilai
kenaikan/penurunan>, atau .....%.
Mutasi kenaikan aset tanah terdiri dari:
a. Pembelian = Rp. ...........................
b. Penyelesaian Pembangunan = Rp. ...........................
c. Transfer dari unit lain = Rp. ...........................
d. Hibah (masuk) = Rp. ...........................
e. Dan seterusnya .... < ungkapkan penyebab mutasi tambah lainnya beserta jumlahnya>
Mutasi kurang aset tanah terdiri dari :
a. Penghapusan = Rp. ...........................
b. Transfer ke unit lain = Rp. ...........................
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
78 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
c. Koreksi Pencatatan = Rp. ...........................
d. Hibah (keluar) = Rp. ...........................
e. dst <ungkapkan penyebab mutasi kurang lainnya beserta jumlahnya>
(Selanjutnya bandingkan antara Realisasi Belanja Modal Tanah dengan
penambahan aset tanah yang diperoleh dari pembelian, jika terjadi perbedaan
antara realisasi belanja modal tanah dengan penambahan aset tanah dari
pembelian agar dijelaskan penyebabnya).
2. Peralatan dan Mesin BLU
Nilai Peralatan dan Mesin BLU pada <Nama Satker> Per <tanggal neraca>
sebesar Rp. <nilai pada tanggal neraca>, jika dibandingkan dengan nilai
Peralatan dan Mesin Per <periode sebelumnya> sebesar Rp. <nilai pada
periode sebelumnya>, mengalami <kenaikan/penurunan> sebesar Rp. <nilai
kenaikan/penurunan>, atau .....%.
Mutasi kenaikan aset Peralatan dan Mesin BLU terdiri dari:
a. Pembelian = Rp. ...........................
b. Penyelesaian Pembangunan = Rp. ...........................
c. Transfer dari unit lain = Rp. ...........................
d. Hibah (masuk) = Rp. ...........................
e. Dan seterusnya .... < ungkapkan penyebab mutasi tambah lainnya beserta jumlahnya>
Mutasi kurang Peralatan dan Mesin BLU terdiri dari :
a. Penghapusan = Rp. ...........................
b. Transfer ke unit lain = Rp. ...........................
c. Koreksi Pencatatan = Rp. ...........................
d. Hibah (keluar) = Rp. ...........................
e. dst <ungkapkan penyebab mutasi kurang lainnya beserta jumlahnya>
(Selanjutnya bandingkan antara Realisasi Belanja Modal Peralatan dan Mesin
BLU dengan penambahan aset Peralatan dan Mesin BLU yang diperoleh dari
pembelian, jika terjadi perbedaan antara realisasi belanja modal Peralatan dan
Mesin dengan penambahan aset Peralatan dan Mesin dari pembelian agar
dijelaskan penyebabnya).
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
79 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
3. Gedung dan Bangunan BLU
Nilai Gedung dan Bangunan BLU pada <Nama Satker> Per <tanggal
neraca> sebesar Rp. <nilai pada tanggal neraca>, jika dibandingkan dengan
nilai Gedung dan Bangunan Per <periode sebelumnya> sebesar Rp. <nilai
pada periode sebelumnya>, mengalami <kenaikan/penurunan> sebesar Rp.
<nilai kenaikan/penurunan>, atau .....%.
Mutasi kenaikan aset Gedung dan Bangunan BLU terdiri dari:
a. Pembelian = Rp. ...........................
b. Penyelesaian Pembangunan = Rp. ...........................
c. Transfer dari unit lain = Rp. ...........................
d. Hibah (masuk) = Rp. ...........................
e. Dan seterusnya .... < ungkapkan penyebab mutasi tambah lainnya beserta jumlahnya>
Mutasi kurang Gedung dan Bangunan BLU terdiri dari :
a. Penghapusan = Rp. ...........................
b. Transfer ke unit lain = Rp. ...........................
c. Koreksi Pencatatan = Rp. ...........................
d. Hibah (keluar) = Rp. ...........................
e. dst <ungkapkan penyebab mutasi kurang lainnya beserta jumlahnya>
(Selanjutnya bandingkan antara Realisasi Belanja Modal Gedung dan Bangunan
dengan penambahan aset Gedung dan Bangunan yang diperoleh dari
pembelian, jika terjadi perbedaan antara realisasi belanja modal Gedung dan
Bangunan dengan penambahan aset Gedung dan Bangunan dari pembelian
agar dijelaskan penyebabnya).
4. Jalan, Irigasi dan Jaringan BLU
Nilai Jalan, Irigasi dan Jaringan BLU pada <Nama Satker> Per <tanggal
neraca> sebesar Rp. <nilai pada tanggal neraca>, jika dibandingkan dengan
nilai Jalan, Irigasi dan Jaringan Per <periode sebelumnya> sebesar Rp.
<nilai pada periode sebelumnya>, mengalami <kenaikan/penurunan> sebesar
Rp. <nilai kenaikan/penurunan>, atau .....%.
Mutasi kenaikan aset Jalan, Irigasi dan Jaringan BLU terdiri dari:
a. Pembelian = Rp. ...........................
b. Penyelesaian Pembangunan = Rp. ...........................
c. Transfer dari unit lain = Rp. ...........................
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
80 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
d. Hibah (masuk) = Rp. ...........................
e. Dan seterusnya .... < ungkapkan penyebab mutasi tambah lainnya beserta jumlahnya>
Mutasi kurang Jalan, Irigasi dan Jaringan BLU terdiri dari :
a. Penghapusan = Rp. ...........................
b. Transfer ke unit lain = Rp. ...........................
c. Koreksi Pencatatan = Rp. ...........................
d. Hibah (keluar) = Rp. ...........................
e. dst <ungkapkan penyebab mutasi kurang lainnya beserta jumlahnya>
(Selanjutnya bandingkan antara Realisasi Belanja Modal Jalan, Irigasi dan
Jaringan dengan penambahan aset Jalan, Irigasi dan Jaringan yang diperoleh
dari pembelian, jika terjadi perbedaan antara realisasi belanja modal Jalan,
Irigasi dan Jaringan dengan penambahan aset Jalan, Irigasi dan Jaringan dari
pembelian agar dijelaskan penyebabnya).
5. Aset Tetap Lainnya BLU
Nilai Aset Tetap Lainnya BLU pada <Nama Satker> Per <tanggal neraca>
sebesar Rp. <nilai pada tanggal neraca>, jika dibandingkan dengan nilai
Aset Tetap Lainnya Per <periode sebelumnya> sebesar Rp. <nilai pada
periode sebelumnya>, mengalami <kenaikan/penurunan> sebesar Rp. <nilai
kenaikan/penurunan>, atau .....%.
Mutasi kenaikan Aset Tetap Lainnya BLU terdiri dari:
a. Pembelian = Rp. ...........................
b. Penyelesaian Pembangunan = Rp. ...........................
c. Transfer dari unit lain = Rp. ...........................
d. Hibah (masuk) = Rp. ...........................
e. Dan seterusnya .... < ungkapkan penyebab mutasi tambah lainnya beserta jumlahnya>
Mutasi kurang Aset Tetap Lainnya BLU terdiri dari :
a. Penghapusan = Rp. ...........................
b. Transfer ke unit lain = Rp. ...........................
c. Koreksi Pencatatan = Rp. ...........................
d. Hibah (keluar) = Rp. ...........................
e. dst <ungkapkan penyebab mutasi kurang lainnya beserta jumlahnya>
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
81 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
6. Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP
Pada periode semester/tahunan 200x (pilih salah satu sesuai cakupan
laporan keuangan yang disajikan), realisasi belanja untuk pengadaan
aset tetap melalui pembangunan yang belum selesai pengerjaannya
pada <tanggal neraca> adalah sebesar Rp........... Konstruksi dalam
pengerjaan tersebut terdiri dari .
� Tanah Rp. ...........................
� Peralatan dan Mesin Rp. ...........................
� Gedung dan Bangunan Rp. ...........................
� Jalan Rp. ...........................
� lrigasi dan Jaringan Rp. ...........................
� Aset Tetap Lainnya Rp. ...........................
< ungkapkan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan KDP>
(Pada sesi ini diungkapkan pula aset-aset yang masih mengalami permasalahan sehingga belum bisa dimasukkan dalam Neraca. Contoh aset seperti ini adalah tanah-tanah yang dikuasai Kementerian Negara/Lembaga tetapi dalam status sengketa, aset-aset yang secara faktual diperoleh dari hibah namun belum dapat dibukukan karena belum ada berita acara serah terimanya, penambahan nilai gedung tempat kerja bukan milik sendiri yang nilainya memenuhi syarat kapitalisasi, dan sebagainya)
7. Piutang Jangka Panjang
Piutang Jangka Panjang terdiri dari :
a. Tagihan Penjualan Angsuran yang merupakan tagihan atas penjualan
aset pemerintah secara angsuran kepada pegawai pemerintah;
b. Tagihan Tuntutan Ganti Rugi yang merupakan tagihan kepada
bendahara/pegawai karena kelalaian dalam pelaksanaan tugasnya
harus membayar ganti rugi kepada Negara;
c. Penyisihan Piutang Tidak Tertagih untuk mencatat adanya penyisihan
piutang jangka panjang yang kemungkinan tidak dapat ditagih.
G. Aset Lainnya
Aset Lainnya adalah aset yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam
aset lancar, investasi jangka panjang, aset tetap; dan piutang jangka panjang
pada tanggal neraca. Aset Lainnya antara lain:
a. Aset tetap yang tidak digunakan lagi;
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
82 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
b. Aset Tak Berwujud;
c. Kemitraan dengan Pihak Ketiga merupakan perjanjian antara BLU
dengan satu pihak lain atau lebih dengan pola Bangun, Kelola, Serah
(BKS) dan Bangun, Serah, Kelola (BSK);
d. Dana Kelolaan BLU merupakan dana untuk menampung dana antara lain:
Dana bergulir, dan/ atau dana yang belum menjadi hak milik BLU;
e. Dana yang dibatasi penggunaannya merupakan kas atau dana yang
alokasinya hanya akan dimanfaatkan untuk membiayai kegiatan tertentu,
contohnya antara lain : bank garansi, dana yang diperuntukan untuk
membayar imbalan kerja, termasuk dana abadi (endowment fund);
f. Aset Lain-Lain merupakan aset yang tidak dapat dikategorikan sebagai
aset yang disebutkan di atas. Termasuk aset lain-lain adalah:
1) kumpulan dari aktiva tetap yang rusak dan untuk dihapuskan dimasa
yang akan datang.
2) aset yang diperoleh dengan cara angsuran dicatat sebagai aset lain-
lain dan diakui utang jangka panjangnya.
3) aset yang diperoleh dengan cara leasing.
4) piutang macet BLU yang dialihkan penagihannya kepada Kementerian
Keuangan cq. Ditjen Kekayaan Negara
(Dalam CaLK uraikan saldo nilai masing-masing jenis Aset Lain-Lain sesuai
dengan yang ada pada satker BLU).
H. Uang Muka Dari KPPN
Uang muka dari KPPN merupakan akun penyeimbang dari akun Kas di
Bendahara Pengeluaran. Nilai rupiah pada akun ini merepresentasikan
uang persediaan yang belum dipergunakan dan/atau yang belum
dipertanggungjawabkan sebagai pengeluaran definitif.
I. Kewajiban Jangka Pendek Lainnya
Kewajiban jangka pendek Lainnya berupa kewajiban jangka pendek
lainnya yang jatuh tempo < 1 tahun setelah periode pelaporan.
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
83 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
J. Kewajiban Jangka Panjang
Kewajiban jangka panjang berupa kewajiban yang jatuh tempo lebih
dari 1 tahun setelah periode pelaporan.
K. Ekuitas Dana Lancar
Ekuitas Dana Lancar adalah kekayaan bersih pemerintah yang
merupakan selisih antara nilai aset lancar dengan kewajiban lancar/
jangka pendek, yang terdiri atas.
Uraian Akun Jumlah (Rp.)
1 2
- Cadangan Piutang Rp. (nilai rupiah akun Piutang)
- Cadangan Persediaan Rp. (nilai rupiah akun Persediaan)
- Dana Lancar BLU Rp. (nilai rupiah akun Dana Lancar BLU)
- Dana yang harus disediakan untuk pembayaran Utang Jangka Pendek BLU
Rp. (nilai rupiah akun Dana Utang Jangka Pendek)
Jumlah
(Cadangan Piutang merupakan akun penyeimbang dari akun piutang,
cadangan Persediaan adalah akun penyeimbang dari akun persediaan,
Dana Lancar BLU merupakan penyeimbang dari akun Kas di BLU, dan
Akun Dana yang harus disediakan untuk pembayaran utang jangka
pendek adalah akun penyeimbang dari akun kewajiban jangka pendek
lainnya).
L. Ekuitas Dana Investasi
Ekuitas dana investasi adalah dana yang diinvestasikan dalam aset
tetap dan aset lainnya. Ekuitas dana investasi pada tanggal <tanggal
neraca>, terdiri atas:
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
84 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
Uraian Akun Jumlah (Rp.)
1 2
- Diinvestasikan dalam Aset Tetap Rp. (nilai rupiah akun Aset Tetap)
- Diinvestasikan dalam Aset Lainnya Rp. (nilai rupiah akun Aset Lainnya)
- Dana yang harus disediakan untuk pembayaran Utang Jangka Panjang BLU
Rp. (nilai rupiah akun Dana Utang Jangka Panjang BLU)
Jumlah
(Diinvestasikan Dalam Aset tetap merupakan akun penyeimbang dari pos
Aset Tetap, akun Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya adalah akun
penyeimbang dari pos Aset Lainnya, dan Akun Dana yang harus
disediakan untuk pembayaran utang jangka panjang adalah akun
penyeimbang dari akun kewajiban jangka panjang)
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
85 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
VI. INFORMASI TAMBAHAN DAN PENGUNGKAPAN LAINNYA
(Bagian ini digunakan untuk mengungkapkan hal-hal lain yang terkait
dengan laporan keuangan tetapi belum diungkapkan pada bagian
sebelumnya, contoh.:)
1. Domisili tempat satuan kerja tersebut berada.
2. Penjelasan mengenai sifat operasi entitas dan kegiatan pokoknya.
3. Ketentuan perundang-undangan yang menjadi landasan kegiatan
operasionalnya.
4. Catatan atas Laporan Keuangan harus mengungkapkan kejadian-
kejadian penting selama periode pelaporan, seperti:
a. Penggantian manajemen pemerintahan selama tahun berjalan;
b. Kesalahan manajemen terdahulu yang telah dikoreksi oleh Manajemen
baru;
c. Piutang yang tidak dapat tertagih,
d. Peristiwa yang sedang terjadi yang akan dapat berpengaruhi
terhadap Neraca pada masa yang akan datang yang tidak dapat
disajikan pada Neraca, contohnya adanya proses pengadilan yang
akan dapat mempengaruhi nilai neraca;
e. Penggabungan/pemecahan entitas tahun berjalan.
5. Hambatan dan kendala lainnya dalam penyusunan dan pelaporan
laporan Keuangan Tahun Anggaran 200x termasuk dalam penyusunan
Laporan BMN baik yang disebabkan oleh masalah intern maupun
ekstern.
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
86 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
LAMPIRAN I
1. LRA PENDAPATAN
2. LRA PENGEMBALIAN PENDAPATAN
3. LRA BELANJA
4. LRA PENGEMBALIAN BELANJA
5. NERACA PERCOBAAN
6. LAPORAN BMN
7. RINCIAN SALDO AWAL BMN
8. LAPORAN KONDISI BARANG
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
87 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
LAMPIRAN II
1. LAMPIRAN-LAMPIRAN LAINNYA SEBAGAI PENDUKUNG CaLK
2. SSBP UNTUK PENYETORAN SETELAH TANGGAL NERACA TAHUNAN
BERAKHIR
3. BERITA ACARA REKONSILIASI DENGAN KPPN
4. Dan sebagainya
P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n K e u a n g a n B L U ( S A P )
88 | K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n - 2 0 1 2
BAGIAN AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BAGIAN AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BAGIAN AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BAGIAN AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN
BIRO KEUANGAN BIRO KEUANGAN BIRO KEUANGAN BIRO KEUANGAN ---- SEKRETARIAT JENDERAL SEKRETARIAT JENDERAL SEKRETARIAT JENDERAL SEKRETARIAT JENDERAL
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANKEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANKEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANKEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
JL. JENDERAL SUDIRMAN, SENAYANJL. JENDERAL SUDIRMAN, SENAYANJL. JENDERAL SUDIRMAN, SENAYANJL. JENDERAL SUDIRMAN, SENAYAN----JAKARTAJAKARTAJAKARTAJAKARTA
2012201220122012
htpp://simkeu.kemdikbud.go.id
Help desk SIMKeu : 021-500 005 ext.4