PEDOMAN PENGAJUAN IZIN PENELITIAN DAN ......Surat Keterangan Penelitian, Permendagri No.3 Tahun 2018...
Transcript of PEDOMAN PENGAJUAN IZIN PENELITIAN DAN ......Surat Keterangan Penelitian, Permendagri No.3 Tahun 2018...
i
ii
PEDOMAN PENGAJUAN IZIN PENELITIAN DAN
PENGADUAN MASYARAKAT KEPADA
KESBANGPOL TANGERANG SELATAN
Karya :
Fahruroji
Dr. Retnowati WD Tuti, M.Si
Editor :
Dr. Rahmat Salam, M.Si.
iii
PEDOMAN PENGAJUAN IZIN PENELITIAN DAN
PENGADUAN MASYARAKAT KEPADA
KESBANGPOL TANGERANG SELATAN
Cetakan ke-1, Jakarta Oktober 2019
Hak cipta dilindungi Undang-Undang
Hak Penerbitan pada UM Jakarta Press
Penulis :
Fahruroji S.Sos, M.Si.
Dr. Retnowati WD Tuti, M.Si
Desain Sampul :
Gusti Rahmad Rizaldy S.Kom
Pengetikan Naskah :
Devia Andiani S.AP
Penerbit :
UM Jakarta Press
(Anggota IKAPI)
Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) Press
Jl.KH.Ahmad Dahlan, Cirendeu, Ciputat
Tangerang Selatan 15419
Telp : 021-7492862, 7401894
ISBN : 978-602-0798-36-3
No.HKI : 000157644
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan ke Hadirat Allah
Subhanahu Wata‘ala yang telah memberikan karunianya,
sehingga dapat menyelesaikan buku ini. Buku ini
berjudul Pedoman Pengajuan Izin Penelitian dan
Pengaduan Masyarakat Kepada Kesbangpol Tangerang
Selatan.
Buku Referensi ini merupakan Luaran Teknologi
Tepat Guna (TTG) dari hasil Penelitian Skema Penelitian
Tesis Magister oleh Fahruroji dan Retnowati WD Tuti.
Judul Penelitian nya adalah Efektivitas Badan Kesatuan
Bangsa dan Politik di Kota Tangerang Selatan.
Pelaksanaan Penelitian dan Penyusunan Buku TTG ini
yang berbentuk buku referensi secara ―full‖ didanai oleh
Kemenristekdikti Tahun Anggaran 2019. Untuk itu
penulis dan Prodi Magister Ilmu Administrasi banyak
mengucapkan terima kasih. Semoga makain banyak mahasiswa dan dosen yang dapat penelitiannya dapat
dana dari Kemenristekdikti. Inti sari buku ini
menceritakan tentang bagaimana pengurusan izin
penelitian dan pengajuan pengaduan mahasiswa pada
Kesbangpol Kota Tangerang Selatan.
Akhirnya, mudah-mudahan buku ini bermanfaat
dan menjadi amal baik dalam rangka menyampaikan
ilmu pengetahuan bagi masyarakat.
Jakarta, Agustus 2019
Penulis
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………iv
DAFTAR
ISI……………………………………………………………...iv
BAGIAN 1……………………………………………………...1
PERMASALAHAN/KELUHAN MAHASISWA PADA IZIN
PENELITIAN…………………………………………………..1
1.1 Keluhan Mahasiswa dalam melakukan Izin
Penelitian…….............................................................................3
1.2 Izin Penelitian………………………………………………6
BAGIAN 2 STANDAR PERMOHONAN IZIN MENURUT
PERMENDAGRI……………………………………………...11
2.1 Permendagri No.3 Tahun 2018 tentang Penerbitan Surat
Keterangan
Penelitian……………………………………………...………11
2.2 Landasan hukum Permendagri nomor 3 Tahun 2018 tentang
Penerbitan Surat Keterangan Penelitian………………………13
2.4 Persyaratan dan Alur Penelitian…………………………...25
iv
2.6 Dokumen Kelengkapan Permohonan Surat Keterangan
Penelitian……………………………………...........................32
BAGIAN 3……………………………………………………41
LANGKAH-LANGKAH PELAYANAN PERIZINAN DI
KESBANGPOL………………………………………………41
BAGIAN 4……………………………………………………79
KESIMPULAN……………………………………………….79
4.1. Kesimpulan……………………………………………….79
DAFTAR PUSTAKA………………………………………...81
1
BAGIAN 1
PERMASALAHAN/KELUHAN MAHASISWA
PADA IZIN PENELITIAN
Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian
kegiatan dalam pemenuhan kebutuhan pelayanan kepada
masyarakat yang masuk dalam kerangka Negara
Indonesia sebagai welfare state dengan tujuan bestuur
zorg dan juga pelaksanaan Undang-undang No.25 tahun
2009 tentang Pelayanan Publik. Pemerintahan sebagai
perangkat negara harus mampu menyelenggarakan
pelayanan publik yang baik kepada masyarakat.
Pemerintah yang juga akrab disebut birokrasi (termasuk
pemerintah daerah) selama ini cenderung mendapatkan
penilaian yang negatif dari masyarakat. Masyarakat
menilai bahwa pelayanan publik yang diselenggarakan
oleh birokrasi cenderung lama, berbelit-belit, dengan
persyaratan yang rumit dan regulasi yang tidak fleksibel.
Kondisi ini jelas tidak menguntungkan masyarakat.
Posisi tawar masyarakat cenderung lemah, mereka hanya
menerima produk layanan dari pemerintah tanpa bisa
2
memberikan konstribusi langsung terhadap produk
layanan yang diselenggarakan oleh pemerintah. Sehingga
birokrasi tidaklah dibangun hanya sebagai bangunan
semu untuk melayani dirinya sendiri, tetapi melayani
masyarakat serta menciptakan kondisi setiap anggota
masyarakat yang sejahtera dan mampu beraktifitas
dengan produk layanan tersebut sehingga akhirnya
meningkatkan kesejahteraan masyarakat itu sendiri.
Menghadapi era globalisasi yang penuh tantangan
sekaligus peluang, pemda sudah seharusnya menyadari
bahwa ada hal yang harus dibenahi dalam proses
administrasi publik terutama terkait dengan pemberian
pelayanan publik guna memenuhi kebutuhan publik
secara cepat, efisien, dan bisa memenuhi harapan
masyarakat.
Pelayanan publik tidak terlepas dan peranan Pemerintah
yang berkewajiban dan bertanggung jawab
menyelenggarakan urusan perizinan, yang dilakukan
Gubernur dengan dibantu instansi pelaksana yaitu Kantor
Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Tangerang Selatan
3
dalam penyelenggaraan pelayanan umum. Kantor Badan
Kesatuan Bangsa dan Politik Tangerang Selatan
merupakan unsur pendukung tugas Gubernur di bidang
Kesatuan Bangsa dan Politik yang berfungsi untuk
melayani masyarakat masyarakat (Publik Service
Function) berkaitan erat dengan pelaksanaan tugas-tugas
umum pemerintahan. Salah satu dari tugas-tugas umum
pemerintahan adalah pelayanan pelayanan penerbitan
Surat Keterangan Terdaftar (SKT) organisasi
kemasyarakat yang dilakukan oleh Kantor Badan
Kesatuan Bangsa dan Politik Tangerang Selatan .
1.1 Keluhan Mahasiswa dalam melakukan Izin
Penelitian
Dalam melakukan penelitian, keluhan yang sering
biasa terjadi di kalangan mahasiswa diantaranya :
a. Proses perizinan yang berbelit-belit
b. Birokrasi nya berbelit-belit
c. Kurangnya koordinasi antara Dinas terkait dan
Kesbangpol dalam perizinan penelitian yang
dilakukan mahasiswa
4
Rekomendasi Izin Penelitian Bagi Mahasiswa,
Lembaga Penelitian (Riset/Pra Riset)
Persyaratan :
Mahasiswa
Surat permohonan dari lembaga Perguruan Tinggi
bertanda tangan asli yang ditujukan kepada
Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu
Fotokopi KTP/Kartu mahasiswa pemohon
proposal
Melampirkan surat pernyataan untuk mentaati dan
tidak melanggar ketentuan peraturan Perundang-
undangan yang berlaku
Melampirkan fotokopi proposal 1 rangkap (bagi
pengurusan riset)
Lembaga
Surat permohonan dari lembaga perguruan tinggi
bertanda tangan asli yang ditujukan kepada :
5
Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu
Fotokopi KTP/SIM pemohon
Usul
Orias bagi yang berbadan hukum dinyatakan telah
terdaftar dibuktikan dengan SK badan hukum
yang diterbitkan oleh Kementerian Hukum dan
HAM ( UU.No.17Tahun 2013)
Organisasi kemasyarakatan yang tidak berbadan
hukum pendaftarannya kepada Menteri Dalam
Negeri CQ, Ditjen Kesbangpol atau kepada
Pemerintah Daerahyang diterbitkan dengan SKT
(Surat Keterangan Terdaftar) (UU.NO.17 2013)
Bagi organisasi/lembaga menggunakan mesti
mendapat izin prinsip dari Kementerian Luar
Negeri dan Menyertai Fotokopi Paspor
Untuk peneliti Badan Usaha, organisasi
kemasyarakatan atau lembaga nirlaba lainnya,
kelampirkan fotokopi akte notaris pendirian
6
badan usaha/organisasi kemasyarakatan/lembaga
nirlaba lainnya.
Melampirkan surat pernyataan untuk mentaati dan
tidak melanggar ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
1.2 Izin Penelitian
Penelitian menurut Pasal 1 angka 4 Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional
Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (―UU 18/2002‖) adalah
kegiatan yang dilakukan menurut kaidah dan metode
ilmiah secara sistematis untuk memperoleh informasi,
data, dan keterangan yang berkaitan dengan pemahaman
dan pembuktian kebenaran atau ketidakbenaran suatu
asumsi dan/atau hipotesis di bidang ilmu pengetahuan
dan teknologi serta menarik kesimpulan ilmiah bagi
keperluan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
peraturan lebih rincinya adalah Peraturan Gubernur
Provinsi Daerah Tangerang Selatan tentang Pedoman
7
Pelayanan Izin Penelitian Izin penelitian dapat
diajukan oleh:
a. Pelajar perorangan atau kelompok (Tim) dari
dalam negeri;
b. Pelajar perorangan atau kelompok (Tim) dari luar
negeri;
c. Mahasiswa perorangan atau kelompok (Tim) dari
dalam negeri;
d. Mahasiswa perorangan alau kelompok (Tim) dari
luar negeri
e. Perorangan dari dalam negeri;
f. Perorangan dari luar negeri;
g. Kelompok (Tim) dari dalam negeri;
h. Kelompok (Tim) dari luar negeri;
i. Lembaga pemerintah dari dalam negeri seperti
instansi, badan, kantor tingkat pusat alau daerah;
j. Lembaga pemerintah dari luar negeri;
k. Lembaga non pemerintah dari dalam negeri,
seperti Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha
8
Milik Daerah, Lembaga Swadaya Masyarakat dan
organisasi sejenis; dan
l. Lembaga non pemerintah dari luar negeri
Jenis penelitian meliputi:
a. Riset;
b. Observasi;
c. Survei:
d. Wawancara;
e. Studi Kasus;
f. Polling/Jajak Pendapat;
g. Angket/Kuesioner;
h. Studi Kepustakaan; dan
i. Pendataan dan sejenisnya
Setiap kegiatan penelitian di Tangerang Selatan
dalam lapangan sosial, budaya, ekonomi, fisik dan
politik, yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah,
kelompok masyarakat maupun instansi swasta termasuk
kegiatan yang dilaksanakan oleh pelajar, mahasiswa baik
dari dalam negeri, maupun mahasiswa luar negeri yang
9
akan melaksanakan penelitian meliputi 2 (dua) Kota
Administrasi/Kabupaten Administrasi atau lebih, harus
mendapat izin terlebih dahulu dari Gubernur. Kemudian
penandatanganan pemberian izin penelitian dari gubenur
ini dilakukan oleh Asisten Pemerintahan Sekda Provinsi
Tangsel atas nama Gubernur. Sedangkan setiap kegiatan
penelitian di Tangsel dalam lapangan sosial, budaya,
ekonomi, fisik dan politik, yang dilaksanakan oleh
instansi pemerintah, kelompok masyarakat maupun
instansi swasta termasuk kegiatan yang dilaksanakan
oleh pelajar, mahasiswa dari dalam negeri yang akan
melaksanakan penelitian di 1 (satu) Kota
Administrasi/Kabupaten Administrasi, harus mendapat
izin terlebih dahulu dari Walikota/Bupati.
Jadi izin penelitian dari gubernur diperlukan apabila
mahasiswa akan melaksanakan penelitian meliputi 2
(dua) Kota Administrasi/Kabupaten Administrasi atau
lebih. Tetapi apabila penelitian dilakukan di 1 (satu) Kota
Administrasi/Kabupaten Administrasi maka izin
penelitian diberikan oleh Walikota/Bupati.
10
Penandatanganan pemberian izin penelitian dari
Walikota/Bupati ini dilakukan oleh Walikota/Bupati
sesuai dengan lokasi penelitian dilaksanakan. Izin
penelitian yang meliputi 2 (dua) Kota
Administrasi/Kabupaten Administrasi atau lebih
ditetapkan dengan Keputusan Gubernur dan izin
penelitian yang meliputi 1 (satu) Kota
Administrasi/Kabupaten Administrasi ditetapkan dengan
Keputusan Walikota/Bupati.
Oleh karenanya, izin penelitian yang Anda dapatkan
disesuaikan dengan kebutuhan cakupan penelitian Anda,
yakni berapa Kota Administrasi/Kabupaten Tangerang
Selatan tempat Anda akan melakukan penelitian.
Izin penelitian yang mencakup 2 (dua) Administrasi
Kota/Kabupaten Administrasi atau lebih ditentukan
dengan keputusan Gubernur dan izin penelitian yang
mencakup 1 (satu) Administrasi Kota/Administrasi
Kabupaten ditetapkan dengan keputusan Walikota/Bupati
11
BAGIAN 2
STANDAR PERMOHONAN IZIN MENURUT
PERMENDAGRI
2.1 Permendagri No.3 Tahun 2018 tentang
Penerbitan Surat Keterangan Penelitian
Sebagai kelanjutan dari pembaruan Peraturan
Menteri Dalam Negeri tentang kewaspadaan dini di
Daerah, Pemerintah melalui Kementerian Dalam Negeri
menerbitkan juga peraturan Menteri Dalam Negeri
(Permendagri) Nomor 3 Tahun 2018 tentang penerbitan
Surat Keterangan Penelitian, Permendagri No.3 Tahun
2018 tentang Penerbitan Surat Keterangan Penelitian
ditetapkan oleh Mendagri Tjahjo Kumolo pada 11
Januari 2018dan diundang-undangkan pada 17 Jjanuari
2018 oleh Ditjen Peraturan Perundang-undangan
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI di
Jakarta dalam berita Negara Republik Indonesia Tahun
2018 Nomor 122.
Permendagri Nomor 3 Tahun 2018 tentang
Penerbitan Surat Keterangan Penelitian
12
Mencabut dan tidak memberlakukan :
Dalam pasal 22 Permendagri Nomor 3 tahun 2018
tentang penerbitan Surat Keterangan Penelitian berbunyi:
Pasal 22, pada saat Pperaturan Menteri ini mulai berlaku,
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2017
tentang Pedoman Penerbitan Rekomendasi Penelitian
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor
867), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 7 tahun 2014 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
64 Tahun 2011 Tentang Pedoman Penerbitan
Rekomendasi Penelitian (Berita Negara Republik
Indonesia tahun 2014 nmor 114), dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku.
Pertimbangan Pemerintah Menerbitkan Peraturan
tentang Penerbitan Surat Keterangan Penelitian
a. Untuk tertib administrasi dann pengendalian
pelaksanaan penelitian dalam rangka
13
kewaspadaan dini perlu dikeluarkan Surat
Keterangan Penelitian,
b. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64
Tahun 2011 tentang pedoman Penerbitan
rekomendasi penelitian sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7
tahun 2014 tentang perubahan atas peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 64 tahun 2011
tentang pedoman penerbitan rekomendasi
penelitian sudah tidak sesuai lagi dengan
dinamika peraturan perundang-undangan,
sehingga perlu diganti.
2.2 Landasan hukum Permendagri nomor 3 Tahun
2018 tentang Penerbitan Surat Keterangan Penelitian
1. Undang-undang nomor 39 Tahun 2018 tentang
Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, tambahan
lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4916
2. Undang-undang nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Nnegara
14
Republik Indonesia Tahun 2014 nomor 224,
tambahan lembaran Negara Republik Indonesia
nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali
diubah, terakhir dengan Undang-undang Nomor 9
Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,
tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5679
3. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017
tentang Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2017 Nomor 73, tambahan Lembaran Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6041)
4. Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 tentang
penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 221)
15
Ketentuan Umum dalam Permendagri Nomor 3
Tahun 2018 tentang Penerbitan Surat Keterangan
Penelitian
1. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan daerah yang
memimpin pelaksanaan unsur pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah otonom
2. Pemerintah Daerah adalah penyelenggara urusan
pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi
dan tugas pembantuan dengan prinsip otonom
seluas-luasnya dalam sistem dalam sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam undang-undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945
3. Pelayanan Terpadu Satu Pintu yang selanjutnya
disingkat PTSP adalah pelayanan secara
terintegrasi dalam satu kesatuan proses dimulai
dari tahap permohonan sampai dengan tahap
penyelesaian produk pelayanan melalui satu pintu
16
4. Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan
menurut kaidah dan metode ilmiah secara
sistematis untuk memperoleh informasi, data, dan
keterangan yang berkaitan dengan pemahaman
dan pembuktian kebenaran atau ketidakbenaran
suatu asumsi dan/atau hipotesis di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi serta menarik
kesimpulan ilmiah bagi keperluan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
5. Peneliti adalah perseorangan atau kelompok
Warga Negara Indonesia yang tergabung dalam
lembaga pendidikan/perguruan tinggi,, badan
udaha, dan/atau organisasi kemasyarakatan yang
melakukan penelitian
6. Organisasi kemasyarakatan yang selanjutnya
disebut Ormas adalah organisasi yang didirikan
dan dibentuk oleh masyarakat secara sukarela
berdasarkan kesamaan aspirasi, kehendak,
kebutuhan, kepentingan, kegiatan, dan tujuan
untuk berpartisipasi dalam pembangunan demi
17
tercapainya tujuan negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berdasarkan pancasila.
7. Badan Usaha adalah kesatuan yuridis (hukum),
teknis, dan ekonomis yang bertujuan mencari laba
atau keuntungan
8. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu kepala
Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan
yang menadi kewenangan Daerah
9. Surat keterangan penelitian adalah selanjutnya
disingkat SKP adalah surat yang diterbitkan oleh
Menteri Dalam Negeri, Gubernur,
Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya
yang berisi keterangan mengenai penelitian yang
dilakukan oleh peneliti.
Lingkup Penelitian dalam Permendagri Nomor 3
Tahun 2018 tentang Penerbitan Surat Keterangan
Penelitian
1. Lingkup Penelitian Nasioanl
18
Penelitian lingkup nasional yaitu penelitian yang
lokasi penelitiannya meliputi dua daerah Provinsi
atau lebih
2. Lingkup penelitian Daerah Provinsi
Penelitian lingkup daerah provinsi yaitu
penelitian yang lokasi penelitiannya melipui dua
atau lebih daerah kabupaten/kota dalam satu
daerah provinsi
3. Lingkup Penelitian Daerah Kabupaten/Kota
Penelitian lingkup daerah Kabupaten/Kota yaitu
penelitian yang lokasi penelitiannya hanya
meliputi satu daerah kabupaten/kota.
Pengecualian Penelitian yang tidak harus memiliki
SKP
a. Penelitian yang dilakukan dalam rangka tugas
akhir pendidikan/sekolah dari tempat
pendidikan/sekolah didalam negeri, dan
b. Penelitian yang dilakukan instansi pemerintah
yang sumber pendanaan penelitiannyabersumber
19
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara/Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah.
Pelaksana penerbitan surat keterangan penelitian
Dalam pelaksanaan penerbitan SKP, Menteri, Gubernur
dan Bupati/Wali kota dapat mengembangkan penerbitan
SKP secara elektronik (pasar 16 Permendagri Nomor 3
Tahun 2018 tentang penelitian surat keterangan
penelitian.
Pelaksanaan penerbitan surat keterangan penelitian
a. Menteri dalam negeri melalui unit layanan
Administrasi Kementerian Dalam Negeri dan
selanjutnya disampaikan kepada Direktorat
Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum untuk
SKP lingkup nasional.
b. Gubernur melalui Dinas Penanaman Modal dan
PTSP provinsi dan koordinasi dengan Badan
20
Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi, untuk SKP
lingkup daerah provinsi
c. Bupati/wali kota melalui Dinas Penanaman
Modal dan PTSP Kabupaten/Kota dan
berkoordinasi dengan Badan/Kantor kesatuan
bangsa dan politik Kabupaten/Kota, untuk SKP
Lingkup daerah kebupaten/Kota
2.3 Proses Pemberian Izin Penelitian
Proses penyelesaian administrasi pemberian izin bagi
penelitian yang dilakukan di 2 (dua) Kota
Administrasi/Kabupaten Administrasi atau lebih
dilaksanakan oleh Biro Tata Pemerintahan Setda Tangsel.
Sedangkan proses penyelesaian administrasi pemberian
izin penelitian yang dilakukan di 1 (satu) Kota
Administrasi/Kabupaten Administrasi dilaksanakan oleh
Bagian Tata Pemerintahan Kota Administrasi/Kabupaten
Administrasi.
Setiap pemohon yang akan melakukan penelitian harus
mengajukan permohonan Rekomendasi kepada:
21
a. Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
(―Badan Kesbangpol‖) Tangerang Selatan untuk
penelitian yang dilaksanakan lebih dari 1 (satu)
Kota Administrasi/Kabupaten Administrasi; dan
b. Kepala Kantor Kesbangpol Kota Administrasi
untuk penelitian yang dilaksanakan di 1 (satu)
Kota Administrasi/Kabupaten Administrasi.
Permohonan izin dilengkapi persyaratan sebagai berikut:
a. Surat Keterangan dari Pimpinan
Sekolah/Perguruan Tinggi/Lembaga yang
bertanggung jawab dengan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran III Peraturan
Gubernur ini;
b. Proposal penelitian yang telah disetujui Pimpinan
Sekolah/Perguruan Tinggi/Lembaga/yang
bertanggung jawab; Sebagai informasi, dapat
mengunduh proposal penelitian dan hal-hal apa
saja yang tercakup di dalamnya untuk wilayah
22
penelitian di 1 (satu) Kota
Administrasi/Kabupaten
c. Fotokopi Identitas (Kartu Pelajar, Kartu
Mahasiswa. Kartu Tanda Penduduk, KITAS);
d. Surat Pernyataan untuk menyerahkan hasil
penelitian yang diketahui oleh Pimpinan Sekolah,
Perguruan Tinggi, Lembaga/yang bertanggung
jawab;
e. Fotokopi Paspor dan Visa dari Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia, serta travelling
permit dari Markas Besar Kepolisian Republik
Indonesia; dan
f. Fotokopi Surat Pemberitahuan Penelitian (SPP)
dari Kementerian Dalam Negeri.
Bagi mahasiswa, perorangan atau kelompok (Tim) dari
dalam negeri harus melengkapi persyaratan:
1. Surat Keterangan dari Pimpinan
Sekolah/Perguruan Tinggi/Lembaga yang
23
bertanggung jawab dengan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran III Pergub 47/2011
2. Proposal penelitian yang telah disetujui Pimpinan
Sekolah/Perguruan Tinggi/Lembaga/yang
bertanggung jawab;
3. Fotokopi Identitas (Kartu Pelajar, Kartu
Mahasiswa. Kartu Tanda Penduduk, KITAS);
4. Surat Pernyataan untuk menyerahkan hasil
penelitian yang diketahui oleh Pimpinan Sekolah,
Perguruan Tinggi, Lembaga/yang bertanggung
jawab. Jangka waktu proses penyelesaian
pemberian izin paling lama 7 (tujuh) hari kerja.
Waktu pelaksanaan penelitian sesuai jangka
waktu sebagaimana tercantum dalam Surat Izin. Apabila
batas waktu penelitian telah berakhir dan penelitian
belum selesai, maka kepada yang bersangkutan
diwajibkan mengajukan permohonan perpanjangan izin
penelitian untuk diterbitkan Surat Izin Penelitian yang
baru dengan melampirkan Surat Izin Penelitian yang
telah berakhir jangka waktunya.Mahasiswa yang akan
24
melakukan penelitian harus memperoleh izin dari dari
Gubernur apabila akan melaksanakan penelitian meliputi
2 (dua) Kota Administrasi/Kabupaten Administrasi atau
lebih dan izin dari Walikota/Bupati apabila penelitian
dilakukan di 1 (satu) Kota Administrasi/Kabupaten
Administrasi. Kemudian Anda memerlukan juga
permohonan rekomendasi yang diajukan kepada Kepala
Badan Kesbangpol Tangerang Selatan untuk penelitian
yang dilaksanakan lebih dari 1 (satu) Kota
Administrasi/Kabupaten Administrasi dan Kepala Kantor
Kesbangpol Kota Administrasi untuk penelitian yang
dilaksanakan di 1 (satu) Kota Administrasi/Kabupaten
Administrasi.
Kewajiban Peneliti
Pemegang izin yang telah memperoleh Surat Izin
Penelitian diwajibkan:
1. Memberitahukan ke Instansi yang
diperlukan/dituju dan aparat wilayah yang
lokasinya dijadikan tempat penelitian; dan
25
2. Menyampaikan hasil penelitian paling lama 1
(satu) bulan setelah waktu berlakunya surat izin
berakhir kepada:
3. Kepala Badan Kesbangpol Provinsi Daerah
Tangerang Selatan dengan tembusan kepada
Kepala Biro Tata Pemerintahan Setda Tangsel
bagi peneliti yang melaksanakan penelitian di
lebih dari 2 (dua) Kota Administrasi; dan
4. Kepala Kantor Kesbangpol dengan tembusan
Bagian Tata Pemerintahan Sekretariat Kota
Administrasi untuk penelitian yang dilaksanakan
di 1 (satu) Kota Administrasi.
Khusus pemegang izin dari kalangan mahasiswa wajib:
a. Menyampaikan hasil penelitian berupa
buku/skripsi/tesis sebanyak 1 (satu)
buah/eksemplar; dan
b. Mengisi dan menandatangani formulir dengan
formal sebagaimana tercantum dalam Lampiran.
2.4 Persyaratan dan Alur Penelitian
26
Pelayanan Rekomendasi Izin Penelitian pada
Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Kendal
dilaksanakan berdasarkan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2014
Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam
Negeri Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2011
Tentang Pedoman Penerbitan Rekomendasi Penelitian
Dan Peraturan Bupati Kendal Nomor 4 Tahun 2013
Tentang Izin Penelitian, Izin Kuliah Kerja Nyata, Dan
Izin Praktik Kerja Lapangan.
Adapun persyaratan pengajuan permohonan rekomendasi
izin penelitian individu/Mahasiswa adalah:
Surat pengantar/permohonan yang ditujukan kepada
Bupati Kendal c.q Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan
Politik Kabupaten Kendal yang ditandatangani pimpinan
lembaga/Dekan/pimpinan Ormas atau LSM/atau sebutan
lain;
1. Fotocopy proposal yang telah di sahkan (1
lembar);
27
2. Fotocopy KTP yang masih berlaku atau kartu
identitas lain (1 lembar);
3. Foto 3x4 (1lembar);
4. Mengisi blangko yang disediakan. Blangko dapat
diunduh pada halaman ini.
Syarat tambahan bagi ORMAS/LSM/Lembaga
Penelitian:
1. FC Akta pendirian bagi ORMAS/LSM/Lembaga
Penelitian;
2. Surat Tugas.
Alur Proses Izin Penelitian meliputi yaitu:
1. Pemohon membawa persyaratan yang sudah
tercantum diatas untuk dibawa ke Kantor
Kesatuan Bangsa dan Politik,
2. Pemohon ke Baperlitbang membawa surat
rekomendasi dari Kantor Kesatuan Bangsa dan
Politik;
28
3. Pemohon membawa surat izin Penelitian yang
sudah di berikan untuk dibawa ke lokasi
penelitian;
4. pemohon menyerahkan fotocopy hasil penelitian
ke Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik.
Jam Pelayanan :
- Senin – Kamis jam 08.00 s.d 14.00 WIB istirahat jam
12.00 s.d 13.00 WIB
- Jumat Jam 08.00 s.d 10.30 WIB.
2.5 Tahapan Pelaksanaan Penerbitan Surat
Keterangan Penelitian
1. Pengajuan Permohonan
a. Pengajuan permohonan dilakukan oleh
peneliti dengan mengajukan permohonan SKP
secara tertulis sesuai dengan ruang lingkup
penelitiannya.
29
b. Permohonan Surat Keterangan Penelitian
ditandatangani oleh :
Perseorangan dengan diketahui oleh
lurah/kepala desa tempat domisili
peneliti
Pimpinan yang membidangi penelitian
dari lembaga pendidikan/perguruan
tinggi untuk peneliti yang berasal dari
lembaga pendidikan/perguruan tinggi
Pimpinan yang membidangi penelitian
dari badan usaha untuk peneliti badan
usaha, dan
Pimpinan yang membidangi penelitian
dari organisasi kemasyarakatan untuk
peneliti organisasi kemasyarakatan.
2. Verifikasi dokumen persyaratan
a. Petugas pada unit layanan administrasi di
Kementerian Dalam Negeri dan petugas pada
Dinas Penanaman Modal dan PTSP Provinsi
dan Kabupaten/Kota melakukan verifikasi
30
permohonan dan dokumen persyaratan sesuai
dengan kewenangannya. Jika permohonan dan
dokumen persyaratannya belum lengkap,
berkas permohonan dan dokumen persyaratan
dikembalikan kepada pemohon.
b. Hasil verifikasi pada unit layanan administrasi
di Kementerian Dalam Negeri diteruskan
kepada Direktorat Jenderal Politik dan
Pemerintahan Umum untuk dikaji terhadap
dampak negatif yang diperkirakan akan
timbul
c. Hasil verifikasi pada Dinas Penanaman Model
dan PTSP Provinsi dikoordinasikan kepada
Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi
untuk dikaji terhadap dampak negatif yang
diperkirakan akan timbul
d. Hasil verifikasi pada Dinas Penanaman Modal
dan PTSP Kabupaten/Kota dikoordinasikan
kepada Badan/Kantor Kesatuan Bagsa dan
Politik Kabupaten/Kota untuk dikaji terhadap
31
dampak negatif yang diperkirakan akan
timbul.
e. Apabila hasil kajian Direktorat Jenderal
Politik dan Pemerintahan Umum menemukan
dampak negatif yang akan ditimbulkan, maka
Direktorat Jenderal Politik dan Pemerintahan
Umum menolak menerbitkan SKP
f. Apabila hasil kajian Dinas Penanaman Modal
dan PTSP Provinsi dan Dinas Penanaman
Modal dan PTSP Kabupaten/Kota yang
dikoordinasikan oleh Kesbangpol Provinsi,
dan Kabupaten/Kota menemukan adanya
dampak negatif yang ditimbukan, maka
Badan/Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik
Provinsi dan Kabupaten/Kota memberikan
rekomendasi penolakan untuk menertibkan
SKP.
3. Penandatanganan surat Keterangan Penelitian
Direktorat Jenderal Politik dan Pemerintahan
Umum, Dinas Penanaman Modal dan PTSP
32
Provinsi dan Kabupaten/ota menerbitkan SKP
paling lama 5 (lima) hari kerja sejak permohonan
SKP diterima secara lengkap dengan seluruh
persyaratannya.
2.6 Dokumen Kelengkapan Permohonan Surat
Keterangan Penelitian
1. Proposal Penelitian dalam Bahasa Indonesia yang
memuat :
a. Latar Belakang
b. Maksud dan tujuan
c. Ruang lingkup
d. Jangka waktu penelitian
e. Nama peneliti
f. Sasaran/target penelitian
g. Metode penelitian
h. Lokasi penelitian dan
i. Hasil yang diharapkan dari penelitian
2. Surat pernyataan untuk menaati dan tidak
melanggar ketentuan peraturan perundang-
undangan
33
3. Surat pernyataan bertanggungjawab terhadap
keabsahan dokumen/berkas yang diserahkan
4. Identitas peneliti terhadap :
a. Peneliti perseorangan meliputi fotokopi kartu
tanda penduduk dan pasfoto berwarna ukuran
4X6 (Empat kali Enam) sebanyak 3 (Tiga)
lembar
b. Peneliti kelompok, badan usaha, atau
organisasi kemasyarakatan meliputi :
Peneliti kelompok yaitu fotokopi kartu tanda
penduduk dan pasfoto berwarna ukuran 4X6
(Empat kali Enam) sebanyak 3 (Tiga) lembar
bagi ketua tim
Bahan usaha yaitu :
Fotokopi KTP Ketua Tim
Pasfoto berwarna ukuran 4X6 (Empat kali
enam) sebanyak 3 (tiga) lembar ketua tim
dan
Fotokopi surat pengesahan sebagai badan
hukum usaha
34
c. Organisasi kemasyarakatan tidak berbadan
hukum yaitu :
Fotokopi KTP Ketua tim
Pasfoto berwarna ukuran 4X6 (Empat kali
enam) sebanyak 3 (tiga) lembar ketua tim
dan
Fotokopi surat keterangan terdaftar
d. Organisasi kemasyarakatan berbadan hukum
yaitu :
Fotokopi KTP Ketua tim
Pasfoto berwarna ukuran 4X6 (Empat kali
enam) sebanyak 3 (tiga) lembar ketua tim
dan
Fotokopi surat pengesahan badan hukum
organisasi kemasyarakatan
Surat Keterangan Penelitian (SKP) ditandatangani
oleh :
a. SKP Lingkup Nasional ditandatangani oleh
Direktur Jenderal Politik dan Pemerintahan
35
Umum atas nama Menteri. Penandatanganan SKP
Lingkup Nasional dapat didelegasikan kepada
Direktur yang menangani kewaspadaan nasional.
b. SKP Lingkup Daerah Provinsi ditandatangani
oleh Kepada Dinas Penanaman Modal dan PTSP
Provinsi atas nama Gubernur
c. SKP Lingkup Daerah Kabupaten/Kota
ditandatangani oleh Kepala Dinas Penanaman
Modal dan PTSP Kabupaten/Kota atas nama
Bipati/Walikota
Jangka Waktu, Isi dam Perpanjangan Surat
Keterangan Penelitian
1. Jangka waktu surat keterangan penelitian SKP
berlaku paling lama 1 (satu) tahun sejak tanggal
diterbitkan
2. Isi surat keterangan penelitian
a. Nama peneliti
b. Alamat peneliti
36
c. Judul penelitian
d. Tujuan penelitian
e. Tempat/lokasi/daerah penelitian
f. Tanggal dan/atau lamanya pelaksanaan
penelitian
g. Bidang penelitian
h. Status penelitian
i. Nama penanggungjawab atau koordinator
penelitian
j. Anggota peneliti, dan
k. Nama kementerian/lembaga pemerintah
nonkementerian, badan usaha dan organisasi
kemasyarakatan.
3. Perpanjangan Surat Keterangan Penelitian
a. Apabila penelitian lebih dari 1 (Satu) tahun,
peneliti wajib mengajukan perpanjangan SKP
b. Perpanjangan SKP dilaksanakan dengan
mengajukan surat perpanjangan dengan
menyertakan laporan hasil kegiatan penelitian
yang sudah dilakukan sebelumnya
37
c. Proses penerbitan SKP sebagaimana diatas
berlaku secara mutatis mutandis terhadap
proses perpanjangan SKP
4. Surat Keterangan Penelitian tidak bisa
diperpanjang bila :
a. Penelitian yang dilaksanakan tidak sesuai
dengan surat permohonan beserta data dan
berkas permohonan SKP
b. Peneliti tidak menaati ketentuan peraturan
perundang-undangan, norma atau adat istiadat
dan
c. Penelitian yang dilaksanakan dapat
menimbulkan keresahan di masyarakat,
disintegrasi bangsa atau keutuhanNegara
Kesatuan Republik Indonesia
Kewajiban Peneliti
1. Peneliti wajib menyampaikan hasil penelitian
kepada Menteri melalui Direktorat Jenderal
38
Ppolitik dan Ppemerintahan Umum untuk
penelitian lingkup nasional
2. Peneliti wajib menyampaikan hasil penelitian
kepada Gubernur melalui Badan Kesatuan Bangsa
dan Politik Provinsi untuk penelitian lingkup
Daerah Provinsi
3. Peneliti wajib menyampaikan hasil penelitian
kepada Bupati/Walikota melalui Badan Kesatuan
Bangsa dan Politik Kabupaten/Kota untuk
penelitian lingkup Daerah Kabupaten/Kota.
Pelaporan Kegiatan Penerbitan SKP
1. Laporan kegiatan penertiban SKP disampaikan
secara berkala setiap 1 (satu) tahun sekali pada
akhir bulan Desember
2. Direktur Jenderal Politik dan Pemerintahan
Umum melaporkan pelaksanaan kegiatan
penerbitan SKP secara Nasional kepada Menteri
Dalam Negeri
39
3. Gubernur melaporkan pelaksanaan kegiatan
penerbitan SKP didaerah Pprovinsi dan Daerah
Kabupaten/Kota di wilayahnya kepada Menteri
Dalam Negeri melalui Direktur Jjenderal Politik
dan Pemerintahan Umum.
4. Bupati/Walikota melaporkan pelaksanaan
kegiatan penerbitan SKP kepada Gubernur
Pembinaan dan Pengawasan Pelaksanaan Penerbitan
SKP
1. Menteri melalui Direktur Jenderal Politik dan
Pemerintahan Umum melakukan pembinaan dan
pengawasan penyelenggaraan penerbitan SKP
secara nasional
2. Gubernur melakukan pembinaan dan pengawasan
penyelenggaraan penerbitan SKP di daerah
provinsi
40
3. Bupati/walikota melakukan pembinaan dan
pengawasan penyelenggaraan penerbitan SKP di
daerah Kabupaten/Kota.
Pembiayaan Pelaksanaan Penertiban SKP
a. Biaya pelaksanaan kegiatan penerbitan SKP
Kementerian Dalam Negeri bersumber dari
Anggaran Pendapatan Belanja Negara
b. Biaya pelaksanaan kegiatan penerbitan SKP di
daerah Provinsi bersumber dari anggaran
pendapatan dan belanja Daerah Provinsi.
c. Biaya pelaksanaan kegiatan penerbitan SKP di
daerah kabupaten/Kota bersumber dari Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah Kabupaten/Kota
41
BAGIAN 3
LANGKAH-LANGKAH PELAYANAN PERIZINAN
DI KESBANGPOL
Dalam konteks aturan Permendagri No. 7/2014,
pengurusan rekomendasi ini dibedakan setiap tingkat
level pemerintahan. Jika aktivitas penelitian dilakukan
dalam lingkup nasional, maka pengurusan rekomendasi
bermula di Menteri Dalam Negeri (melalui Dirjen Politik
dan Pemerintahan Umum). Sementara, pada lingkup
provinsi, pengurusan rekomendasi melalui Gubernur
(OPD terkait), dan lingkup kabupaten/kota melalui
Bupati/Walikota (OPD terkait).
Pemberian rekomendasi ini, secara substansi,
dapat dimanfaatkan oleh peneliti sebagai dokumen
legalitas untuk melakukan aktivitas penelitian. Beberapa
manfaat dari keberadaan izin ini adalah memberikan
kemudahan, keamanan dan kenyamanan dalam
mengumpulkan data dan informasi yang dibutuhkan. Di
sisi lain, bagi pemerintah, rekomendasi ini berfungsi
sebagai alat kendali dan bentuk pengawasan terhadap
42
berbagai aktivitas penelitian di lingkup daerahnya. Secara
umum, pengurusan rekomendasi penelitian dapat terlihat
dari gambar 3.1.
Gambar 3.1. Langkah-langkah Pengurusan
Rekomendasi Penelitian
Peneliti
mengajuka
n
surat
permoho
nan
penerbit
an
penelitia
Surat
permohonan
diajukan
kepada
Menteri
(lingkup
penelitian
nasioanal)/
Gubernur
Menteri
melalui
Dirjen
Politik
Pemerintahan
Umum, atau
Gubernur
dan
Bupati/Walik
Jika memenuhi
persyaratan,
maka
Menteri melalui
Dirjen Kesatuan
Bangsa &
Politik atau
Gubernur dan
Bupati/
43
Produksi penelitian di Indonesia sering
dihadapkan berbagai tantangan, salah satunya adalah
problem izin penelitian. Permasalahan izin penelitian ini
tidak terlepas dari kebijakan yang dikeluarkan oleh
Pemerintah melalui regulasi yang menyebabkan proses
n,
membaw
a
proposal
penelitia
n dan
identitas
dan
ditandata
ngani
oleh
pimpina
n
lembaga
(lingkup
provinsi)/
Bupati/
Walikota
(lingkup
Kab/Kota)
ota
melalui
SKPD akan
melakukan
verifi kasi
Walikota
melalui
SKPD
menerbitkan
Rekomendasi
Penelitian
44
penyelenggaraan izin yang rumit dan birokrasi proses
perizinan yang berbelit-belit serta menimbulkan
ketidakpastian. Sehingga pada akhirnya menghambat
proses pelaksanaan penelitian, seperti bertambahnya
waktu dan biaya pengurusan. Di sisi lain, permasalahan
perizinan penelitian juga dipengaruhi oleh kompetensi
aparatur dalam memberikan pelayanan. Perilaku
birokrasi seperti kepedulian, disiplin dan tanggung jawab
juga memberikan andil dalam ketidakefi sienan proses
perizinan penelitian. Dampak lebih jauh dari ketidakefi
sienan tersebut, termasuk dalam penerbitan izin atau
rekomendasi penelitian dapat membuat terhambatnya
akses data dan narasumber terutama dari Pemda. Selain
itu, jaminan perlindungan hukum dan juga keamanan
bagi peneliti tidak ada.
45
Gambar 3.2. Kerangka Pikir Penelitian
Problem Izin Penelitian
G
a
G
aRegulasi Nasional
dan Daerah
Menghambat
Proses Izin
Penelitian
Ketidakpast
ian standar
dan
business
G
a
G
aG
Regulasi Birokrasi Perilaku
Regulasi
Pusat
Regulasi
Daerah
Business
Process
SDM
Aparatur
Kepedulian
Kedisiplinan
Tanggungjawab
G G G
Rekomendasi
Tidak adanya
jaminan
perlindungan
hukum dan
keamanan bagi
peneliti
Terhambatn
ya akses data
dan
narasumber
46
Pada tataran implementasi perizinan penelitian, terdapat
tiga bentuk rekomendasi penelitian wajib diperoleh yaitu
rekomendasi penelitian dari Kemendagri, dari Pemprov.
dan dari Pemkab./Pemkot. Alur pengurusan dan prosedur
untuk mendapatkan tiga jenis rekomendasi tersebut
bervariasi. Institusi penelitian juga memiliki cara berbeda
dalam menindaklanjuti perizinan penelitian tersebut.
Pertama, lembaga yang tidak mau mengurus rekomendasi
penelitian. Lembaga ini memandang bahwa tanpa
mengurus perizinan penelitian, akses data maupun
narasumber masih dapat diperoleh. Kedua, lembaga yang
tidak mengetahui adanya perizinan penelitian, namun
akan melakukan pengurusan jika kemudian mengetahui.
Dan ketiga, lembaga yang selalu mengurus perizinan
penelitian.
Nomenklatur Izin dan Rekomendasi Penelitian
Kewajiban pengurusan izin penelitian ini diatur dalam
dua kerangka regulasi yang berbeda. Pertama, melalui
UU No.18 Tahun 2002 tentang Sistem Penelitian,
47
Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi, yang selanjutnya diatur secara lebih rinci
dengan PP No.45 Tahun 2009 dan PP No.20 Tahun 2005.
Kedua regulasi pelaksana tersebut mengatur izin
penelitian dalam konteks perizinan yang dilakukan oleh
lembaga (perguruan tinggi, lembaga, badan usaha) asing
dan izin penelitian yang memiliki dampak resiko tinggi
dan berbahaya. Kedua, berbeda dengan izin penelitian
yang dilahirkan berdasarkan UU
No.18/2002,Kementerian Dalam Negeri memandang
perlu mengontrol aktivitas penelitian melalui
rekomendasi penelitian. Rekomendasi penelitian ini
diatur dalam Permendagri No.64/2011 yang diubah
dengan Permendagri No.7/2014. Dokumen ini diterbitkan
untuk mengakomodir seluruh penelitian yang
diselenggarakan oleh Warga Negara Indonesia (WNI)
yang terdiri dari individu, lembaga penelitian, badan
usaha, aparatur pemerintahan, organisasi
kemasyarakatan, dan lainnya. Adapun perbedaan dua
jenis izin penelitian dan rekomendasi penelitian dapat
48
dilihat pada gambar 3.3 berikut. Dua jenis izin penelitian
dan rekomendasi tersebut memiliki ruang lingkup serta
kewenangan yang berbeda. Namun yang termasuk
lingkup kewenangan Pemerintah Daerah hanyalah surat
rekomendasi penelitian yang diamanatkan oleh
Kementerian Dalam Negeri.
Gambar 3.3. Kerangka Regulasi
Permendagri No. 64 Tahun 2011 sebagaimana diubah
dalam Permendagri No. 7 Tahun 2014 merupakan
UU. No.18/2002
UU.No45/2009 PP N o.20/2005
Permendagri
No.64/2011 jo.
Permendagri
No.7/2014
Izin penelitian
beresiko tinggi dan
berbahaya
Izin penelitian
Asing
Rekomendasi
Penelitian (WNI)
49
Peraturan Menteri yang bersifat mandiri dan tidak
memiliki acuan hukum yang lebih tinggi.
peraturan yang tidak memiliki konsiderans berpotensi
memunculkan klausul-klausul yang bertentangan dengan
peraturan yang lebih tinggi. Selain itu, menimbulkan
perbedaan kebijakan antara rezim izin penelitian
berdasarkan UU No. 18 Tahun 2002 yang bertujuan
untuk melindungi masyarakat dari penelitian asing dan
riset berbahaya serta beresiko tinggi (bukan penelitian
pada umumnya).
Dualisme tujuan penerbitan surat rekomendasi
penelitian antara regulasi dan pemahaman
Kemendagri.
Berdasarkan Permendagri No. 64 Tahun 2011
sebagaimana diubah dengan Permendagri No. 7 Tahun
2014, surat rekomendasi hanya bertujuan untuk (1)
menjadi bahan pertimbangan Pemda untuk menerbitkan
rekomendasi penelitian; (2) menjadi acuan bagi peneliti
untuk memperoleh rekomendasi penelitian; dan (3) tertib
50
administrasi. Berdasarkan tujuan surat rekomendasi
penelitian tersebut dapat dilihat bahwa tidak ada fungsi
esensial dari diterbitkannya surat rekomendasi penelitian.
Rekomendasi penelitian diterbitkan hanya untuk
memenuhi syarat administrasi semata (menambah
prosedur birokrasi) yang tentunya jauh berbeda dengan
tujuan izin penelitian lainnya4). Adapun dalam hal ini,
Kemendagri justru memiliki pandangan tersendiri
mengenai tujuan surat rekomendasi penelitian.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh
KPPOD, rekomendasi penelitian ditujukan kepada dua
manfaat yakni:
1. Surat rekomendasi bertujuan untuk aspek
keamanan (potensi menganggu keamanan NKRI
dan kondisi sosial masyarakat) sebagaimana
tujuan awal semenjak orde baru.
2. Keberadaan surat rekomendasi penelitian dapat
dimanfaatkan untuk mengkontribusikan hasil
penelitian kepada Litbang Kemendagri
(pemanfaatan hasil penelitian).
51
Gambar 3.4 Alur Proses Pengurusan Rekomendasi
Kemendagri
Aspek keamanan menjadi salah satu tujuan beleid
tersebut. Namun kondisi saat ini, tujuan untuk aspek
Peneliti/
Lembag
a
Bakesbang
pol
Kemendag
Peneliti/
Lembaga
Peneliti/Lembaga mengajukan permohonan,
dengan persyaratan :
a. Proposal penelitian
b. Surat permohonan ijin penelitian yang
diajukan kepada Direktur Jenderal
Pemerintahan Umum dan Politik
c. Fotokopi KTP pemohon
d. Bagi lembaga melampirkan: fotokopi
Akte pendirian, surat keterangan
terdaftar (SKT) dan NPWP
e. Bagi mahasiswa melampirkan:
fotokopi kartu mahasiswa
f. Mengisi lembar form A
g. Mengisi surat pernyataan dibubuhi
materai 6000,-
h. Melampirkan kuesioner penelitian
(jika ada)
Ditjen Pol-PUM
melakukan
pemprosesan
pemohonan
(Back Office)
Waktu : 6 hari
Memperoleh
surat
rekomendasi
Bakesbangpol
52
keamanan di tingkat Kemendagri tidak sepenuhnya
berjalan. Analisis proposal penelitian selama ini tidak
dilakukan analisis secara mendalam dan tidak pernah ada
ditemukan proposal penelitian yang menimbulkan
ancaman NKRI ataupun mengancam keamanan sosial.
Sedangkan pada aspek pemanfaatan hasil penelitian oleh
Litbang Kemendagri, peneliti selama ini hanya sebagian
saja yang mengirimkan kembali hasil penelitiannya.
Kondisi demikian menyebabkan tujuan dari surat
rekomendasi penelitian tidak memenuhi tujuan yang
hendak dicapai Kemendagri selain hanya memenuhi
syarat administrasi semata.
Penerapan rekomendasi penelitian dari Kemendagri
sedikit banyak telah menghambat proses pelaksanaan
penelitian. Untuk mendapatkan izin penelitian di daerah,
terutama penelitian yang dilakukan lintas daerah, maka
peneliti harus mendapatkan rekomendasi dari
pemerintahan yang lebih tinggi. Pengurusan dokumen ini
berlaku sama baik untuk individu maupun lembaga.
Proses pengurusan ini menambah satu rantai prosedur
53
dan tentunya menambah waktu dalam pengurusan izin.
Penambahan waktu ini mengakibatkan tertundanya
proses perizinan. Bertambahnya waktu pengurusan
berdampak juga pada bertambahnya biaya, seperti biaya
selama menunggu keluarnya izin tersebut. Apalagi jika
peneliti berasal dari daerah yang jauh dari Ibukota
Provinsi.
Waktu pemrosesan rekomendasi Kemendagri masih
cukup lama (6 hari). Waktu enam hari ini dibutuhkan
bagi Kemendagri untuk melakukan penilaian
administrasi, dan mendapatkan persetujuan dari Dirjen
Politik dan PUM. Hal ini lah yang memakan waktu
penyelesaian rekomendasi menjadi panjang. Panjangnya
waktu yang dibutuhkan untuk pengurusan tersebut
membuat tambahan biaya yang bersifat intangible.
Post Scriptum: Permendagri No.3 Tahun 2018
tentang Surat Keterangan Penelitian
Pemerintah menerbitkan peraturan baru sebagai payung
hukum untuk perizinan penelitian pada awal 2018.
54
Peraturan tersebut adalah Permendagri No. 3 Tahun 2018
tentang Surat Keterangan Penelitian (SKP). Permendagri
ini mengatur beberapa ketentuan terkait pelaksanaan
perizinan penelitian dan mencabut Permendagri No. 7
Tahun 2014 jo. Permendagri No. 64 Tahun 2011.
A. Ringkasan Isi
Permendagri ini bertujuan untuk mengubah beberapa
peraturan sebelumnya yang mengatur mengenai
rekomendasi penelitian. Terdapat beberapa perubahan
utama yakni perubahan dari ―Rekomendasi Penelitian‖
menjadi ―Surat Keterangan Penelitian (SKP).‖ Substansi
perubahan permendagri ini mengarah untuk memberikan
kemudahan bagi peneliti, diantaranya menegaskan
instansi pengurus, cukup mengurus pada satu instansi,
mempercepat batasan hari dan ketegasan besaran biaya
serta menambah pengecualian bagi peneliti untuk
mendapatkan SKP.
Adapun berdasarkan Pasal 1 Permendagri No. 3 Tahun
2018, yang dimaksud denganSKP adalah surat yang
55
diterbitkan oleh Menteri Dalam Negeri, Gubernur,
Bupati/Wali Kota sesuai dengan kewenangannya yang
berisi keterangan mengenai penelitian yang dilakukan
oleh peneliti. Lingkup penelitian yang wajib
mendapatkan SKP adalah lingkup nasional sampai
dengan daerah.
Pembagian lingkup penelitian terbagi dalam tiga
kategori, yaitu (1) Penelitian lingkup nasional yaitu
penelitian yang lokasi penelitiannya meliputi dua daerah
provinsi atau lebih. (2) Penelitian lingkup daerah provinsi
yaitu penelitian yang lokasi penelitiannya meliputi dua
atau lebih daerah kabupaten/kota dalam satu daerah
provinsi. (3) Penelitian lingkup daerah kabupaten/kota
yaitu penelitian yang lokasi penelitiannya hanya meliputi
satu daerah kabupaten/kota.
56
Tabel 3.1 Alur Proses Pengurusan Rekomendasi
Kemendagri
N
o
.
Aspek Ketentuan
1 Nama Dokumen Surat Keterangan Penelitian (SKP)
2 Waktu dan biaya
pemprosesan
5 Hari, tidak ada biaya
3 Masa berlaku 1 Tahun dan dapat diperpanjang
4 Instansi
pengurusan
• Dirjen Pol PUM Kemendagri
(Nasional)
• DPMPTSP (berkoordinasi dengan
Bakesbangpol daerah)
5 Lingkup
pengaturan
• Penelitian tingkat Nasional
• Penelitian tingkat Provinsi
• Penelitian tingkat Kabupaten/Kota
6 Penyerahan hasil Menyerahkan laporan penelitian
kepada:
• Dirjen PolPUM (lingkup Nasional)
57
• Bakesbangpol (Provinsi dan
Kab./Kota)
7 Sanksi Tidak ada sanksi, hanya terdapat
penolakan perpanjangan
8 Pengecualian • Peneliti yg melaksanakan tugas
akhir
• Penelitian yang bersumber dari
APBN dan APBD
9 Biaya Biaya pelaksanaan SKP berasal dari
APBN/APBD Provinsi/
APBD Kab/Kota
Pembagian tiga lingkup penelitian tersebut juga
berdampak pada instansi yang berwenang untuk
pengurusan SKP. Untuk penelitian lingkup nasional, SKP
diperoleh di Dirjen Pol PUM, sementara untuk lingkup
daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota) diperoleh melalui
PTSP setempat. Lama waktu pengurusan juga ditetapkan
lebih cepat dari ketentuan sebelumnya yaitu 5 hari (lebih
cepat 1 hari dari sebelumnya). Ketentuan sanksi yang
58
termuat dalam Permendagri ini juga berbeda dengan
Permendagri sebelumnya. Permendagri No.3 Tahun 2018
tidak memiliki ketentuan sanksi. Ketentuan yang ada
dalam Permendagri ini adalah penolakan permohonan
SKP jika persyaratan tidak lengkap.
B. Analisis Isi
Permendagri ini tidak memiliki kelengkapan dari sisi
acuan yuridis. Permendagri ini mencantumkan beberapa
konsiderans diantaranya UU No. 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, UU No. 39 Tahun 2008 tentang
Kementerian, PP No. 12 Tahun 2007 tentang Pembinaan
dan penyelenggaraan pemerintahan daerah, dan Perpres
No. 97 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Terpadu
Satu Pintu. Namun dari sisi kelengkapan acuan yuridis,
Permendagri ini belum memasukkan UU No. 18 Tahun
2002 tentang Penelitian. Selain itu, Permendagri ini juga
mengatur tentang ormas. Akan tetapi jika melihat dari
acuan yang dipakai, tidak ada dicantumkan landasan
hukum tentang Ormas. Termasuk tentang pengesahan
59
Badan Hukum Ormas, karena menjadi persyaratan untuk
mendapatkan SKP. Peraturan yang seharusnya juga
dicantumkan sebagai konsiderans adalah UU No. 17
Tahun 2013 dan Permenkumham No. 2 Tahun 2016.
Penelitian justru tidak menjadi esensi utama
Permendagri ini. Meskipun tidak menggunakan
nomenklatur ―izin‖ ataupun ―Rekomendasi‖ tapi dari
ketentuan yang tercantum seperti prosedur dan
persyaratan, masih menggambarkan bahwa SKP adalah
bentuk lain dari perizinan penelitian. Kemendagri hanya
melihat Surat Keterangan Penelitian (SKP) ini sebagai
pelaksanaan kewenangan dan urusan antara pusat dan
daerah serta pengawasan. Seharusnya keberadaan
Permendagri ini bertujuan untuk menjamin pelaksanaan
dan menginventarisir hasil penelitian.
Tujuan keberadaan SKP semakin kuat menunjukkan
adanya kepentingan pengawasan. Tujuan Permendagri
ini tertuang pada pasal 25). Bahkan pada pasal 11, tujuan
tersebut semakin dipertegas dengan adanya ketentuan
60
pengkajian dampak negatif penelitian. Pasal tersebut
menyebutkan bahwa yang dikaji adalah dampak negatif
dari penelitian. Ketentuan ini tidak disertai dengn
penjelasan rinci
terkait batasan ―dampak negatif‖ sehingga bisa
menimbulkan multitafsir dalam pelaksanaannya. Terlebih
lagi, bahwa sebuah penelitian dilakukan untuk mencapai
tujuan yang baik, salah satunya untuk memberikan
masukan terhadap masalah yang terjadi di Masyarakat,
memperkaya ilmu pengetahuan dan memberikan
masukan kepada kebijakan. Penyebutan dampak negatif
tersebut juga berpotensi multitafsir. Potensi ini muncul
karena tidak ada klasifi kasi atau standarisasi yang dapat
digunakan sebagai acuan untuk menentukan dampak
negatif tersebut. Selain itu, jenis dampak negatif,
kemudian jenis riset yang dianggap berbahaya tidak
disebutkan jelas dalam permendagri tersebut. Ini berarti
ketentuan tersebut dapat berpotensi multitafsir dan
variasi pada tataran implementasi. Lebih jauh lagi,
dengan dasar tersebut, penelitian 5) Tujuan diterbitkan
61
SKP sebagai bentuk tertib administrasi dan pengendalian
pelaksanaan penelitian dalam rangka kewaspadaan
terhadap dampak negatif yang diperkirakan akan timbul
dari proses penelitian dan tidak termasuk pengkajian
terhadap substansi penelitian sangat mungkin tidak dapat
dijalankan jika terdapat perspektif mengandung potensi
dampak negatif.
Ketentuan persetujuan lurah berpotensi
memberatkan. Prosedur ini arus ditempuh oleh peneliti
perorangan. Mekanisme pengurusan prosedur di
kelurahan tidak disebutkan secara jelas. Hal ini tentunya
dapat menimbulkan variasi dalam implementasi. Tidak
hanya itu, ketidakjelasan mekanisme pengurusan di
Kelurahan akan membuka peluang praktek pungli yang
memberatkan peneliti. Selain itu, beban administrasi juga
harus ditanggung oleh pihak Kelurahan.
Efisiensi proses tercermin dari pengaturan instansi
pengurusan SKP.
62
Dalam Permendagri terbaru ini, instansi pengurusan SKP
ditetapkan sesuai lingkup penelitian. Penetapan ini dapat
meminimalisir kemungkinan variasi dari sisi tempat
pengurusan. Sebelumnya dalam Permendagri No.64
Tahun 2011, tidak secara tegas menyebutkan instansi
pengurusan. Sehingga hal ini memunculkan perbedaan
penerapan di daerah. Dengan adanya ketentuan ini,
pengurusan SKP dapat menjadi lebih efisien karena
peneliti cukup datang ke satu instansi saja.
Tabel 3.2 Perbandingan Permendagri No.64/2011 &
Permendagri No.3/2018
Aspek Permendagri
No.64/2011 junto
Permendagri
No.7/2014
Permendagri
No.3/2018
Dampak dan
potensi
hambatan
Sifat
Peratur
an
Bersifat mandiri,
muncul
karena faktor
historis
Bersifat
mandiri,
muncul
karena
Kedua
peraturan
tidak memiliki
urgensi dan
63
dan sosiologis.
Tidak ada
atribusi
kewenangan.
menggantikan
peraturan
terdahulu.
Acuan
yuridis yang
digunakan
tidak lengkap
(tidak ada UU
No.18/2002)
kebermanfaata
n
untuk
diterapkan.
Tujuan Sebagai
Pertimbangan
untuk izin
penelitian
di daerah dan
tertib
administrasi
Tertib
administrasi
dan
meminimalisir
dampak
negatif
penelitian
Memunculkan
multitafsir
terhadap
dampak
negatif
penelitian.
Instans
i
Penerbi
t
• Dirjenpolpum
(Nasional)
• Bakesbangpol
dan OPD
•
Dirjenpolpum
(Nasional)
• DPMPTSP
Permendagri
3/2018
memiliki
kejelasan
64
terkait (Provinsi,
Kab./
Kota)
(Provinsi,
Kab./Kota)
instansi
pengurusan
dibandingkan
sebelumnya.
Lama
Waktu
Penerbi
tam
6 hari
(rekomendasi
pusat), tidak
ditentukan
(rekomendasi
daerah
Maks, 5 Hari Pengurusan
perizinan bisa
lebih cepat
Jangka
waktu
berlaku
Masa berlaku
rekomendasi
penelitian 6 bulan
Masa berlaku
SKP 1 Tahun
Berpotensi
menghambat
proses
penelitian yang
membutuhkan
waktu lebih
lama
Sanksi Pencabutan
rekomendasi
penelitian
Tidak ada
ketentuan
sanksi, hanya
Permendagri
3/2018 tidak
berpotensi
65
penolakan
perpanjangan
menghentikan
proses
penelitian
3.1 Pelaksanaan Rekomendasi Penelitian di Tingkat
Provinsi
Keberadaan rekomendasi penelitian di level provinsi
bertujuan menindaklanjuti Permendagri No. 64
Tahun 2011 jo. Permendagri No. 07 Tahun 2014 yang
memberikan kewenangan daerah untuk
menerapkanperizinan penelitian. Peraturan ini
menegaskan bahwa setiap peneliti harus mengurus dan
mendapatkan rekomendasi penelitian. Untuk konteks
daerah, rekomendasi penelitian diberikan Gubernur
(Provinsi) dan Bupati/Walikota (Kabupaten/ Kota)
melalui Bakesbangpol. Di Tangerang Selatan,
pengurusan rekomendasi penelitian dilakukan di
Bakesbangpol. Selain untuk tertib administrasi dan
pengendalian—seperti yang diamanatkan Permendagri,
66
pemberian rekomendasi ini dilakukan oleh Pemprov
untuk mengontrol tujuan dan pelaksanaan penelitian.
Rekomendasi riset memberi jaminan bahwa penelitian ini
tidak berlawanan dengan ideologi dan mengganggu
ketertiban umum. Sementara bagi peneliti, rekomendasi
riset memudahkan peneliti dalam mendapatkan data dan
melindungi peneliti dari hal-hal yang tidak diinginkan
dalam proses pengambilan data, terutama berkaitan
dengan isu-isu strategis atau yang bersifat ekstrim seperti
terorisme dan radikalisme. Motif lain dari penerapan izin
penelitian oleh Pemprov adalah keinginan untuk
mengontrol keamanan, salah satunya mengawasi lalu
lintas keluar masuknya orang di suatu daerah. Secara
umum, prosedur pengurusan rekomendasi penelitian di
level Provinsi relatif sama. Perbedaan hanya ketika
peneliti adalah pihak yang berasal dari luar provinsi,
maka harus mendapatkan rekomendasi penelitian dari
Kemendagri. Sedangkan jika berasal dari dalam provinsi,
cukup satu prosedur yaitu pengurusan rekomendasi ke
Bakesbangpol.
67
Untuk mendapatkan rekomendasi penelitian tersebut,
peneliti mengajukan surat permohonan dan seluruh
dokumen persyaratan ke Bakesbangpol. Persyaratan lain
yang harus dilengkapi oleh peneliti untuk mendapatkan
rekomendasi penelitian ini antara lain:
1. Rekomendasi Kementerian Dalam Negeri atau
Rekomendasi Bakesbangpol provinsi asal. Ini
berlaku untuk lingkup penelitian nasional dan
berasal dari luar provinsi;
2. Surat Pengantar/permohonan atau Surat
rekomendasi lembaga;
3. Surat rekomendasi provinsi asal (bagi peneliti
dari luar provinsi)
4. Proposal Penelitian yang disahkan penanggung
jawab;
5. Fotocopy KTP/SIM peneliti;
6. Akta pendirian lembaga (lembaga
penelitian/NGO);
7. Surat kuasa bermeterai bagi yang mewakilkan.
68
Setelah melengkapi seluruh berkas tersebut, maka
peneliti mengajukan berkas permohonan kepada
Bakesbangpol untuk mendapatkan rekomendasi
penelitian, sehingga total prosedur untuk mendapatkan
rekomendasi dari Bakesbangpol Provinsi adalah dua
prosedur. Lama waktu pengurusan adalah satu hari dan
tanpa biaya. Akan tetapi praktik yang dihadapi oleh
peneliti di daerah, ternyata tidak sesuai dengan prosedur.
Untuk mendapatkan rekomendasi penelitian provinsi,
terkadang perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk
mempercepat waktu pengurusan.
69
Gambar 3.5 Alur Prosedur Rekomendasi Bakesbangpol
Provinsi
Rekomendasi Kesbangpol Provinsi hanya
dipersyaratkan untuk peneliti yang erasal dari luar
Bakesbangpol
Kemendagri
Bakesbangpol
Provinsi
Surat
Rekomendasi
Bakesbangpol
Kemendagri
Waktu: 6 hari
*Jika penelitian
lingkup
nasional dan
berasal dari
luar provinsi
Mengajukan permohonan dan mendapatkan
surat rekomendasi, dengan persyaratan:
1. Rekomendasi Kementerian Dalam Negeri
atau Rekomendasi Bakesbangpol Provinsi
asal. Ini berlaku untuk lingkup penelitian
nasional dan berasal dari luar Provinsi;
2. Surat Pengantar/permohonan atau Surat
rekomendasi lembaga;
3. Surat rekomendasi propinsi asal (bagi
peneliti dari luar Provinsi)
4. Proposal Penelitian yang disahkan
penanggung jawab;
5. Fotocopy kartu identitas (KTP/SIM)
peneliti;
6. Akta pendirian lembaga (lembaga
penelitian/NGO);
7. Surat kuasa bermeterai bagi yang
mewakilkan.
Waktu: 1 hari
70
daerah atau dari kabupaten/kota lain. Sedangkan
peneliti yang berasal atau berdomisili di Kabupaten/ Kota
yang sama dengan lokasi penelitian tidak diwajibkan
untuk mendapatkan rekomendasi dari Kesbangpol
Provinsi.
Peneliti cukup mengurus surat rekomendasi di
Kesbangpol Kota/Kabupaten dan kemudian dapat
melakukan penelitian lapangan. Pembedaan prosedur ini
berdampak pada bertambahnya prosedur bagi peneliti
yang berasal dari luar daerah. Praktik seperti ini muncul
karena menurut Surat Edaran (SE) Mendagri terbaru,
rekomendasi penelitian hanya dikeluarkan oleh pejabat
berwenang di lokasi penelitian.
Pembatasan waktu pelayanan loket berpotensi
menjadi hambatan bagi peneliti. Pembatasan ini terjadi
di loket pelayanan Bakesbangpol Tangerang Selatan
dengan lama waktu hanya 3,5 jam saja (jam 08.00 s.d
11.30 WIB). Pembatasan ini dikarenakan banyaknya
permohonan rekomendasi yang masuk dan pengkajian
71
berkas yang membutuhkan waktu lebih banyak.
Pembatasan waktu pelayanan loket yang relatif singkat
ini tentunya berdampak pada proses pengajuan
permohonan rekomendasi yang lebih lama. Pembatasan
waktu buka loket ini menghambat peneliti yang berasal
dari luar daerah, atau tidak berdomisili di Tangerang
Selatan karena harus datang sehari sebelumnya untuk
dapat memasukkan berkas permohonan. Peneliti tersebut
pada akhirnya harus menambah biaya untuk menunggu
agar dapat memasukan berkas permohonan sesuai jam
pelayanan loket. Selain itu, pembatasan jam pelayanan
loket dapat membuka peluang adanya pungutan tidak
resmi untuk mempercepat proses mendapatkan
rekomendasi. Bakesbangpol hanya membuat surat
rekomendasi yang ditujukan kepada Organisasi
Perangkat Daerah (OPD) tingkat provinsi. Namun, jika
instansi yang dijadikan sumber data adalah OPD di
lingkup Pemerintah Kota dan Kabupaten, maka
Kesbangpol Provinsi hanya membuat surat rekomendasi
yang ditujukan kepada Kesbangpol Kabupaten/Kota.
72
Sementara untuk narasumber yang berasal dari non
pemda tidak dibuatkan surat rekomendasi. Hal ini
kemudian membuat tidak ada jaminan bagi peneliti untuk
bisa mendapatkan narasumber dan data dari pihak non
pemda. Ketiadaan surat rekomendasi untuk pihak non
pemda terkadang membuat sulit pelaksanaan penelitian.
Bakesbangpol dapat memberi sanksi kepada peneliti
yang melanggar ketentuan rekomendasi penelitian.
Sanksi yang diberikan adalah pencabutan rekomendasi
penelitian. Sanksi ini diberikan apabila: 1) penelitian
yang dilaksanakan tidak sesuai dengan surat permohonan
beserta data dan berkas; 2) peneliti tidak mentaati
ketentuan yang tercantum dalam rekomendasi penelitian,
peraturan perundang-undangan, norma-norma atau adat
istiadat yang berlaku; dan 3) penelitian yang
dilaksanakan dapat menimbulkan keresahan di
masyarakat, disintegrasi bangsa atau keutuhan NKRI.
Namun sejauh ini, aturan tersebut belum dilaksanakan
karena tidak ada penyimpangan yang dilakukan oleh
73
peneliti yang mengajukan rekomendasi penelitian.
Namun sejauh ini, belum ada pemberian sanksi kepada
peneliti ataupun Lembaga penelitian.
Gambar 3.6 Alur Prosedur Perizinan Penelitian
Kabupaten/Kota
Dirjen Pol-PUM
Kemendagri
Bakesbangpol
Provinsi
Dinas Terkait
Kabupaten/Kot
a
Mengurus dan
memperoleh
rekomendasi
penelitian di
Unit Layanan
dministrasi
Kementerian
Dalam Negeri*
Mengurus dan
memperolehb
Rekomendasi
Penelitian di
Bakesbangpol
Provinsi*
Mengurus dan
memperoleh
Rekomendasi
Penelitian dari OPD
terkait
Kabupaten/Kota
74
Rekomendasi Kemendagri dan Kesbangpol Provinsi
hanya dipersyaratkan untuk peneliti yang berasal
dari luar daerah atau dari kabupaten/kota lain.
Sedangkan peneliti yang berasal atau berdomisili di
Kabupaten/ Kota yang sama dengan lokasi penelitian
tidak diwajibkan untuk mendapatkan rekomendasi dari
Kesbangpol Provinsi. Peneliti cukup mengurus surat
rekomendasi di Kesbangpol Kabupaten/Kota dan
kemudian dapat melakukan penelitian lapangan.
Rekomendasi yang saling mensyaratkan antara
rekomendasi Kemendagri dan Provinsi menghambat
proses pelaksanaan penelitian. Untuk mendapatkan izin
penelitian di daerah, terutama penelitian yang dilakukan
lintas daerah, maka peneliti harus mendapatkan
rekomendasi dari pemerintahan yang lebih tinggi.
Pengurusan dokumen ini berlaku sama baik untuk
individu maupun lembaga. Proses pengurusan ini
menambah satu rantai prosedur dan tentunya menambah
waktu dalam pengurusan izin. Penambahan waktu ini
mengakibatkan tertundanya proses perizinan.
75
Bertambahnya waktu tentu akan berdampak juga pada
bertambahnya biaya, seperti biaya selama menunggu
keluarnya izin tersebut.
Masa berlaku surat izin penelitian juga tidak sama
untuk setiap daerah. Masa berlaku izin berbeda ada di
Tangerang Selatan dengan masa berlaku 3 bulan,
sementara daerah lain memiliki masa berlaku yang sama
yaitu 6 bulan. Jika peneliti melakukan penelitian lebih
dari ketentuan tersebut, dapat mengajukan perpanjangan
sebelum masa berlaku selesai. Untuk mendapatkan
perpanjangan tersebut, peneliti cukup membawa surat
rekomendasi penelitiansebelumnya. Jangka waktu
perpanjangan izin penelitian pun bervariasi, sebagai
contoh di Kab. Bantul, perpanjangan dapat dilakukan
maksimal dua kali dengan jangka waktu perpanjangan
masing-masing 3 bulan. Adanya batasan perpanjangan
tersebut membuat peneliti harus menempuh tambahan
prosedur sebelum menyelesaikan
penelitian.
76
Kewajiban menyerahkan hasil penelitian tidak
berjalan baik. Sama halnya dengan proses penyerahan
hasil penelitian di Kemendagri yang tidak berjalan baik,
hal ini terjadi juga di daerah. Keberadaan surat
rekomendasi penelitian juga diharapkan dapat
memberikan kontribusi terhadap pembangunan daerah
melalui pemanfaatan hasil penelitian. Tetapi yang terjadi
adalah sebaliknya, hanya sebagian kecil dari peneliti
yang melaporkan kembali hasil penelitiannya kepada
Pemerintah Pusat maupun Pemda. Instrumen sanksi yang
ada pun tidak memadai dan tidak diimplementasikan
dengan baik. Pemda sendiri, OPD yang menjadi
narasumber penelitian maupun yang mengeluarkan izin,
tidak menghubungi peneliti dan meminta hasil penelitian
jika peneliti tidak menyerahkan hasil penelitian. Manfaat
rekomendasi penelitian tidak dirasakan oleh peneliti atau
lembaga peneliti. Pemda tidak mendampingi peneliti
ketika melakukan penelitian. Selain itu, keberadaan
rekomendasi penelitian belum menjamin peneliti bisa
mendapatkan data atau narasumber yang dibutuhkan
77
ataupun data yang telah dijamin keterbukaannya dalam
UU No.14/2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.
Bahkan untuk penelitian yang bersifat khusus, seperti isu
kesehatan, memerlukan izin yang bersifat lanjutan dari
Kepala Daerah ataupun Kepala Dinas terkait.
Hubungan koordinasi antar instansi pasca penerbitan izin
penelitian dan pelaporan hasil penelitian tidak berjalan
dengan baik. Pada tataran implementasi, fungsi
koordinasi izin ini tidak begitu terlihat, terutama pada
saat pelaksanaan izin maupun setelah penelitian selesai.
Ketika penelitian selesai, tidak ada proses komunikasi
maupun koordinasi antar instansi terkait, terutama
instansi yang menjadi tujuan studi. Instansi yang
mengeluarkan izin atau rekomendasi penelitian pun
terkadang tidak mendapatkan laporan penelitian dan
cenderung abai terhadap kondisi ini. Sehingga jumlah
laporan penelitian yang diterima tidak sesuai dengan izin
yang dikeluarkan, padahal ada kewajiban untuk
menyerahkan hasil penelitian kepada Pemda.
78
Keberadaan perizinan penelitian untuk mendapatkan data
bertentangan dengan UU No. 14 Tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik (KIP). Ketentuan yang
diatur dalam UU KIP yang menyebutkan bahwa Badan
Publik seperti OPD Pemda wajib menyediakan,
memberikan dan menerbitkan informasi publik yang
berada di bawah kewenangannya. Badan Publik dilarang
memberikan informasi jika informasi tersebut
membahayakan Negara, informasi yang bersifat pribadi,
berkaitan dengan persaingan usaha dan juga informasi
yang belum dipublikasikan. Sementara, di sisi lain,
keberadaan izin penelitian justru dijadikan alasan bagi
OPD untuk memberikan data-data yang seharusnya dapat
diperoleh secara langsung karena merupakan informasi
publik, seperti data keuangan, data keuangan daerah,
kependudukan dan kinerja perekonomian daerah yang
umumnya dipublikasikan secara luas.
79
BAGIAN 4
KESIMPULAN
4.1. Kesimpulan
Berbagai bukti (praktik aktual) tersebut
memperlihatkan variasi atau keberagaman pada tataran
regulasi maupun implementasi perizinan penelitian. Pada
tataran regulasi, di level nasional terdapat variasi dengan
terbitnya Permendagri yang tidak memiliki acuan hukum
lebih tinggi, baik UU maupun PP terkait izin penelitian.
Permendagri sebagai payung hukum pelaksanaan
perizinan penelitian juga tidak efektif pada tataran
implementasi. Hal ini ditunjukkan dengan tidak adanya
perlindungan keamanan bagi peneliti dan juga penegakan
aturan penyerahan hasil penelitian bagi peneliti. Disisi
lain, terdapat variasi baik antar daerah maupun level
pemerintahan. Penyebutan nomenklatur dokumen
perizinan penelitian juga terbagi menjadi dua,
Rekomendasi dan Izin. Penyebutan ini kemudian
berdampak pada implementasi perizinan penelitian,
terutama prosedur yang harus ditempuh peneliti.
Prosedur ini juga menyulitkan peneliti karena saling
80
mensyaratkan dan dapat menghambat penelitian jika
tidak diurus, contohnya rekomendasi dari Bakesbangpol
Provinsi sebagai syarat untuk mendapatkan izin
penelitian di daerah.
Perizinan penelitian yang diwajibkan untuk
mendapatkan data bertentangan dengan UU Keterbukaan
Informasi Publik. Keberadaan perizinan penelitian justru
menjadi ‗senjata‘ bagi Badan Publik untuk tidak
membuka informasinya. Sepanjang informasi dan data
yang diminta tidak membahayakan kondisi Negara,
menyangkut persaingan usaha, berkaitan dengan
informasi pribadi dan rahasia jabatan, serta informasi
publik yang belum didokumentasikan. Selain itu,
koordinasi antar tingkat pemerintah tidak berjalan dengan
baik. Hal ini terlihat dengan tidak adanya tindak lanjut
kepada peneliti dari OPD terkait mengenai hasil
penelitian. OPD yang berwenang mengeluarkan izin
penelitian juga tidak mengevaluasi proses penelitian yang
telah dilakukan.
81
DAFTAR PUSTAKA
Tesis :
Fahruroji, 2019 Analisis Efektivitas Pelayanan di
Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Tangerang
Selatan.
Dasar Hukum :
1. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang
Sistem Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nasional
2. Permendagri No. 3 Tahun 2018 tentang Surat
Keterangan Penelitian (SKP)
3. Undang-undang nomor 39 Tahun 2018 tentang
Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, tambahan
lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4916
4. Undang-undang nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Nnegara
Republik Indonesia Tahun 2014 nomor 224,
tambahan lembaran Negara Republik Indonesia
nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali
diubah, terakhir dengan Undang-undang Nomor 9
Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
82
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,
tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5679
5. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017
tentang Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2017 Nomor 73, tambahan Lembaran Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6041)
6. Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 tentang
penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 221).
Website :
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5a4
300edb6f97/permohonan-izin-penelitian-bagi-
mahasiswa/.
https://akademik.unand.ac.id/images/PERATURAN/Pros
edur%20Penelitian%20Bagi%20Peneliti%20Asing.pdf.
http://simlitabmas.ristekdikti.go.id/unduh_berkas/Buku%
20Panduan%20Pelaksanaan%20Penelitian%20dan%20P
engabdian%20kepada%20Masyarakat%20Edisi%20XII.p
df
83
http://risbang.ristekdikti.go.id/wp-
content/uploads/2018/01/08-Buku-Prosedur-FRP-
2016.pdf