PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF BAGI DAERAH UNTUK...
Transcript of PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF BAGI DAERAH UNTUK...
Pedoman Pemberian Insentif Bagi Daerah Untuk Mendukung Percepatan Pencapaian Tujuan MDGs Di Provinsi
i
SERIAL PEDOMAN TEKNIS
PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF BAGI
DAERAH UNTUK MENDUKUNG PERCEPATAN
PENCAPAIAN TUJUAN MDGs DI PROVINSI
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL /
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
TAHUN 2013
Pedoman Pemberian Insentif Bagi Daerah Untuk Mendukung Percepatan Pencapaian Tujuan MDGs Di Provinsi
ii
Pedoman Pemberian Insentif Bagi Daerah Untuk Mendukung Percepatan Pencapaian Tujuan MDGs Di Provinsi
iii
Kata Pengantar
Upaya pencapaian tujuan, target, dan indikator Tujuan Pembangunan Milenium atau Millennium Development Goals (MDGs) merupakan komitmen bangsa Indonesia dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat, yang juga merupakan komitmen global. Untuk mencapai tujuan tersebut target dan indikator MDGs telah diintegrasikan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014, sedangkan di tingkat daerah diharapkan telah diintegrasikan kedalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) di masing-masing provinsi, kabupaten dan kota.
Untuk mempercepat pencapaian tujuan, target, dan indikator MDGs telah ditetapkan Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 3 tahun 2010. Sebagai tidak lanjut dari Inpres tersebut, ditingkat Pusat telah disusun Peta Jalan Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) di Indonesia tahun 2010-2015, sedangkan di tingkat daerah telah disusun Rencana Aksi Daerah (RAD) MDGs tahun 2011-2015.
Berdasarkan Laporan Nasional Pencapaian MDGs tahun 2011, beberapa indikator MDGs telah dicapai sebelum tahun 2015, sebagian indikator akan dapat dicapai pada tahun 2015, sedangkan sebagian lagi memerlukan upaya keras untuk dapat mencapainya.
Salah satu tantangan yang dihadapi dalam pencapaian MDGs adalah masih lebarnya disparitas pencapaian tujuan, target, dan indikator MDGs antar provinsi. Untuk itu, diperlukan upaya strategis guna mengurangi lebarnya disparitas antar provinsi, antara lain melalui pemberian insentif MDGs bagi daerah. Diharapkan dengan adanya insentif MDGs bagi daerah, maka akan terjadi peningkatan komitmen Pemerintah Daerah dalam upaya mempercepat pencapaian tujuan MDGs.
Agar pemberian insentif dapat dilakukan dengan terencana dan terlaksana melalui penerapan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik (good governance), maka diperlukan “Pedoman Pemberian Insentif MDGs Bagi Daerah Untuk Mendukung Percepatan Pencapaian Tujuan MDGs”.
Buku pedoman ini, mengatur tentang pemberian insentif MDGs bagi Daerah yang meliputi dasar hukum, kriteria pemberian insentif, penerima insentif, bentuk pemberian insentif, sumber pendanaan insentif, waktu pemberian insentif, cara penyaluran insentif dan penggunaan insentif.
Diharapkan dengan adanya pedoman ini terdapat kejelasan tentang mekanisme pemberian insentif bagi berbagai pihak yang terkait. Terima kasih. Jakarta, ________ 2013
Dra. Nina Sardjunani, MA Deputi Menteri PPN/Bappenas Bidang Sumber Daya Manusia dan Kebudayaan
Pedoman Pemberian Insentif Bagi Daerah Untuk Mendukung Percepatan Pencapaian Tujuan MDGs Di Provinsi
iv
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ……………………………………………………………………………… iii
Daftar Isi ……………………………………………………………………………………… iv
I. Pendahuluan ……………………………………………………………………………… 1
II. Tujuan……………………………………………………………………………………….. 2
III. Dasar Hukum …………………………………………………………………………… 2
IV. Kebijakan Pemberian Insentif MDGs……………………………………….. 4
A. Kriteria Pemberian Insentif ……………………………………………
A.
B.
4
B. Penerima Insentif ………..…..……………………………………………
C.
5
C. Bentuk Pemberian Insentif …………………………………………….
D.
5
D. Waktu Pelaksanaan Pemberian Insentif …………………………
5
E. Sumber Dana Pemberian Insentif …………………………………..
6
F. Penggunaan Dana Insentif …………………………………………….. 6
V. Mekanisme Pemberian Insentif MDGs ……………………………………. 7
VI. Penutup ………………………………………………………………………………….. 9
VII. Lampiran…………………………………………………………………………………. 10
A. Indikator Yang Digunakan ……………………………………………… 11
B. Cara Perhitungan Insentif ……………………………………………… 16
C. Formula Yang Digunakan ……………………………………………… 17
D. Jenis Insentif Fiskal ……………………………………………………… 18
E. Total Insentif Fiskal ……………………………………………………… 19
F. Besaran Insentif …………………………………………………………… 19
G. Insentif Non Fiskal ………………………………………………………… 19
Pedoman Pemberian Insentif Bagi Daerah Untuk Mendukung Percepatan Pencapaian Tujuan MDGs Di Provinsi
1
I. PENDAHULUAN
Pada bulan September 2000, dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium
Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) sebanyak 189 negara anggota PBB sepakat untuk
mengadopsi Deklarasi Milenium yang kemudian dijabarkan dalam kerangka praktis Tujuan
Pembangunan Milenium atau Millennium Development Goals (MDGs). MDGs yang
menempatkan pembangunan manusia sebagai fokus, memiliki tenggat waktu (2015) dan
indikator kemajuan yang terukur. Saat ini, tersisa waktu sekitar dua setengah tahun bagi
negara berkembang anggota PBB untuk menyelesaikan dan mengupayakan pencapaian
delapan Tujuan Pembangunan Milenium – terkait pengurangan kemiskinan, pencapaian
pendidikan dasar, kesetaraan gender, menurunkan angka kematian anak, meningkatkan
kesehatan ibu, pengurangan prevalensi penyakit menular, pelestarian lingkungan hidup, dan
kerjasama global. MDGs yang didasarkan pada konsensus dan kemitraan global ini, juga
menekankan kewajiban negara maju untuk mendukung penuh upaya tersebut.
Berdasarkan Laporan Pencapaian MDGs tahun 2011, beberapa indikator MDGs telah
tercapai, sebagian besar indikator dapat dicapai, sedangkan sebagian lagi memerlukan kerja
keras agar sasaran dapat tercapai pada tahun 2015. Namun masih terlihat disparitas yang
lebar antar provinsi. Beberapa provinsi menunjukkan kinerja pencapaian indikator MDGs
diatas rata-rata Nasional, sedangkan provinsi lainnya menunjukkan kinerja yang lebih
rendah dari rata-rata Nasional.
Komitmen Indonesia untuk mencapai MDGs merupakan cerminan komitmen untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyatnya dan memberikan kontribusi kepada peningkatan
kesejahteraan masyarakat dunia. Karena itu, MDGs merupakan acuan penting dalam
penyusunan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional. Pemerintah Indonesia telah
mengarus-utamakan MDGs dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN
2005-2025), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2005-2009 dan
2010-2014), Rencana Kerja Pemerintah (RKP), serta dokumen Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN).
Untuk mempercepat pencapaian MDGs, Presiden Republik Indonesia mengeluarkan
Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 3 tahun 2010 tentang Program Pembangunan
yang Berkeadilan khususnya yang berkaitan dengan pencapaian tujuan MDGs. Berdasarkan
Pedoman Pemberian Insentif Bagi Daerah Untuk Mendukung Percepatan Pencapaian Tujuan MDGs Di Provinsi
2
Instruksi tersebut, di tingkat Pusat telah disusun Peta Jalan Percepatan Pencapaian Tujuan
Pembangunan Milenium (MDGs) di Indonesia tahun 2010-2015, sedangkan di tingkat
daerah telah disusun 33 Rencana Aksi Daerah (RAD) MDGs provinsi tahun 2011-2015. Selain
itu, Presiden menginstruksikan untuk menyusun mekanisme pendanaan insentif MDGs bagi
daerah yang mencapai kinerja MDGs yang baik. Untuk melaksanakan instruksi tersebut
setiap tahun didalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) perlu dirumuskan tentang pemberian
insentif bagi daerah.
Untuk mengimplementasikan Inpres No. 3 Tahun 2010 dalam menjamin kelancaran dan
transparansi pemberian insentif MDGs bagi daerah diperlukan “Pedoman Pemberian
Insentif Bagi Daerah Untuk Mendukung Percepatan Pencapaian Tujuan MDGs Di Provinsi”.
Buku Pedoman ini berisi tentang tujuan, dasar hukum, kebijakan pemberian insentif dan
mekanisme pemberian insentif.
II. TUJUAN
Pedoman ini digunakan sebagai panduan dalam penetapan dan pelaksanaan pemberian
insentif kepada daerah yang memiliki kinerja baik dalam upaya pencapaian tujuan MDGs.
III. DASAR HUKUM
Dasar hukum pemberian insentif MDGs kepada Daerah mengacu kepada beberapa
payung hukum sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional (SPPN).
a. Pasal 4 ayat (2): RPJM Nasional merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program
Presiden yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Nasional, yang memuat
strategi pembangunan Nasional, kebijakan umum, program Kementerian/Lembaga
dan lintas Kementerian/Lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta
kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara
menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa
kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif;
Pedoman Pemberian Insentif Bagi Daerah Untuk Mendukung Percepatan Pencapaian Tujuan MDGs Di Provinsi
3
b. Pasal 5 ayat (2): RPJM Daerah merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program
Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah dan
memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah kebijakan keuangan Daerah, strategi
pembangunan Daerah, kebijakan umum, dan program Satuan Kerja Perangkat
Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan program kewilayahan disertai
dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan
yang bersifat indikatif.
2. Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2010-2014
Pasal 2 ayat 3: RPJM Nasional berfungsi sebagai:
a. Pedoman bagi Kementerian/Lembaga dalam menyusun Rencana Strategis
Kementerian/Lembaga;
b. Bahan penyusunan dan perbaikan RPJM Daerah dengan memperhatikan tugas
pemerintah daerah dalam mencapai sasaran Nasional yang termuat dalam RPJM
Nasional;
c. Pedoman Pemerintah dalam menyusun Rencana Kerja Pemerintah (RKP).
3. Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang
Berkeadilan
a. Instruksi Pertama: “Mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai tugas, fungsi
dan kewenangan masing-masing, dalam pelaksanaan program-program
pembangunan yang berkeadilan, sebagaimana termuat dalam Lampiran Instruksi
Presiden, yang meliputi:
1) Pro rakyat;
2) Keadilan untuk semua (justice for all);
3) Pencapaian tujuan pembangunan milenium (Millennium Development Goals
– MDGs).
b. Instruksi Kedua poin 3: Untuk program pencapaian tujuan pembangunan Milenium,
memfokuskan pada:(a) program pemberantasan kemiskinan dan kelaparan; (b)
program pencapaian pendidikan dasar untuk semua; (c) program pencapaian
Pedoman Pemberian Insentif Bagi Daerah Untuk Mendukung Percepatan Pencapaian Tujuan MDGs Di Provinsi
4
kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan; (d) program penurunan angka
kematian anak; (e) program kesehatan ibu; (f) program pengendalian HIV/AIDS,
malaria, dan penyakit menular lainnya; (g) program penjaminan kelestarian
lingkungan hidup; dan (h) program pendukung percepatan pencapaian tujuan
milenium.
c. Rencana tindak upaya pencapaian tujuan pembangunan milenium (MDGs); Program
Pendukung Percepatan Pencapaian MDGs; Tindakan (3) Peningkatan dukungan
pembiayaan untuk percepatan pencapaian MDGs; dan Keluaran (5) Tersusunnya
mekanisme pendanaan untuk insentif daerah yang mencapai kinerja MDGs yang baik
4. Undang-Undang APBN yang ditetapkan setiap tahun oleh DPR dan pemerintah
5. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 112/PMK.02/2012 tentang
Rencana Dana Pengeluaran Bendahara Umum Negara
6. Keputusan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional Nomor Kep. 47/M.PPN/Hk/03/2011 Tentang Pembentukan Tim
Koordinasi Nasional Percepatan Pencapaian MDGs 2011-2015
IV. KEBIJAKAN PEMBERIAN INSENTIF MDGs
Pemberian insentif MDGs bagi daerah ditetapkan melalui mekanisme yang bersifat
transparan, akuntabel serta berkeadilan. Kebijakan mengenai pemberian insentif ini
meliputi beberapa aspek sebagai berikut:
A. Kriteria Pemberian Insentif
Untuk menetapkan pemberian insentif MDGs bagi daerah, ditetapkan kriteria
pemberian insentif yaitu sebagai berikut:
1. Insentif diberikan kepada semua provinsi.
2. Besarnya insentif untuk setiap provinsi tergantung dari kinerja pencapaian MDGs.
3. Ketentuan tentang pemberian insentif ditetapkan dengan menggunakan formula
seperti dalam lampiran.
Pedoman Pemberian Insentif Bagi Daerah Untuk Mendukung Percepatan Pencapaian Tujuan MDGs Di Provinsi
5
4. Tim Penilai Pemberian Insentif MDGs adalah Tim MDGs Nasional yang
dikoordinasikan oleh BAPPENAS dan dibantu oleh Tim Independen MDGs
5. Sumber data untuk menilai kinerja pencapaian MDGs utamanya berasal dari Badan
Pusat Statistik (BPS).
6. Perhitungan kinerja pencapaian sasaran MDGs dilakukan dengan mengamati
kecenderungan selama 3 (tiga) tahun
INSENTIF TAHUN PENGAMATAN
2013 2009 s/d 2011
2014 2010 s/d 2012
2015 2011 s/d 2013
2016 2012 s/d 2014
B. Penerima Insentif
Penerima insentif MDGs adalah pemerintah provinsi yang diwakili oleh Gubernur.
C. Bentuk Pemberian Insentif
Pemberian insentif diberikan dalam dua bentuk yaitu insentif fiskal dan insentif non
fiskal.
1. Insentif fiskal
Insentif fiskal berupa pemberian dana yang bersumber dari APBN melalui transfer
daerah yang jumlahnya ditetapkan dengan surat keputusan Menteri Keuangan.
2. Insentif non fiskal
Insentif non fiskal diberikan dalam bentuk plakat/piagam atau bentuk lainnya yang
diberikan oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas, selaku penanggung jawab Tim MDGs
Nasional.
D. Waktu Pelaksanaan Pemberian Insentif
Proses pemberian insentif setiap tahun ditetapkan dengan kerangka sebagai berikut:
1. Implementasi program dan kegiatan untuk mencapai sasaran MDGs dilaksanakan
setiap tahun.
2. Implementasi program diamati selama 3 tahun untuk melihat kecenderungan
pencapaian sasaran MDGs.
Pedoman Pemberian Insentif Bagi Daerah Untuk Mendukung Percepatan Pencapaian Tujuan MDGs Di Provinsi
6
3. Exercise perhitungan pencapaian kinerja dilakukan 1 tahun sebelum penetapan.
E. Sumber Dana Pemberian Insentif
Sumber dana insentif berasal dari APBN dan tata cara pengalokasian serta
penggunaannya disesuaikan dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku.
F. Penggunaan Dana Pemberian Insentif
Dana insentif dipergunakan untuk hal-hal sebagai berikut:
1. Memperkuat ketersediaan data MDGs di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.
2. Mendukung program-program yang bertujuan untuk percepatan pencapaian MDGs.
3. Membantu kabupaten/kota yang pencapaian sasaran MDGs berada dibawah rata-
rata provinsi.
4. Meningkatkan koordinasi perencanaan dan penganggaran MDGs antara provinsi
dengan kabupaten/kota.
5. Memperkuat pemantauan dan evaluasi MDGs di provinsi dan kabupaten/kota
6. Melakukan advokasi kepada seluruh pemangku kepentingan untuk percepatan
pencapaian MDGs
7. Melakukan pelatihan untuk peningkatan kapasitas penyusunan perencanaan,
penganggaran dan pemantauan evaluasi yang terkait dengan pencapaian sasaran
MDGs.
8. Menyusun laporan MDGs tahunan
9. Dana insentif ini tidak dipergunakan untuk:
a) Bantuan Sosial kecuali untuk Penyediaan Air Minum yang berbasis
pemberdayaan masyarakat (PAMSIMAS)
b) Pembangunan kantor
c) Pengadaan kendaraan operasional kantor.
d) Pemberian honor untuk tambahan tenaga baru.
10. Untuk tercapainya penggunaan dana insentif sesuai dengan sasaran no 1 sampai
dengan 9 mengacu pada petunjuk penyusunan RAPBD tahunan yang ditetapkan oleh
Kementerian Dalam Negeri.
Pedoman Pemberian Insentif Bagi Daerah Untuk Mendukung Percepatan Pencapaian Tujuan MDGs Di Provinsi
7
11. Akuntabilitas penggunaan dana insentif MDGs akan dilakukan pengawasan oleh
aparat pengawasan fungsional sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku
V. MEKANISME PEMBERIAN INSENTIF MDGs
A. Mekanisme Pemberian Insentif Non Fiskal
Mekanisme pemberian insentif Non Fiskal kepada Daerah adalah sebagai berikut:
1. Tim MDGs Nasional melakukan analisa dan menetapkan kinerja pencapaian MDGs
ditingkat provinsi.
2. Tim MDGs Nasional membahas dan menetapkan pemberian insentif non fiskal
berdasarkan kriteria yang ditetapkan.
3. Tim MDGs Nasional menyampaikan hasil penilaian pencapaian MDGs kepada
Menteri PPN/Kepala Bappenas.
4. Menteri PPN/ Kepala Bappenas menginformasikan laporan kinerja pencapaian MDGs
ditingkat provinsi kepada Presiden
5. Menteri PPN/Kepala Bappenas memberikan insentif non fiskal kepada Gubernur
pada saat Musrenbangnas.
B. Mekanisme Pemberian Insentif Fiskal
Mekanisme pemberian insentif MDGs Fiskal adalah sebagai berikut:
1. Tim MDGs Nasional melakukan analisa dan menetapkan kinerja pencapaian MDGs
ditingkat Provinsi.
2. Tim MDGs Nasional membahas dan menetapkan besaran alokasi dana insentif MDGs
berdasarkan kriteria yang ditetapkan.
3. Menteri PPN/ Kepala Bappenas melaporkan kinerja pencapaian MDGs di tingkat
Provinsi kepada Presiden
4. Menteri PPN/ Kepala Bappenas menyampaikan usulan penetapan besaran dana
insentif MDGs kepada Menteri Keuangan.
5. Kementerian Keuangan mengusulkan dana insentif MDGs kepada DPR melalui
mekanisme pembahasan RAPBN.
6. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) akan membahas dan menyetujui usulan pemerintah
tentang besaran dana insentif.
Pedoman Pemberian Insentif Bagi Daerah Untuk Mendukung Percepatan Pencapaian Tujuan MDGs Di Provinsi
8
7. Menteri Keuangan mengalokasikan dana insentif MDGs sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku.
8. Gubernur menggunakan dana insentif MDGs sesuai dengan pedoman pemberian
insentif.
9. Gubernur melaporkan penggunaan dana insentif MDGs kepada Menteri PPN/ Kepala
Bappenas, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan.
Mekanisme Pemberian Insentif MDGs bagi Daerah
Tim MDGs Nasional
melakukan analisa dan
menetapkan kinerja
pencapaian MDGs
ditingkat provinsi
Menteri PPN/ Kepala
Bappenas menyampaika
n usulan penetapan
besaran insentif MDGs
kepada Menteri
Keuangan
Kementerian
Keuangan
mengusulkan
dana insentif
MDGs kepada
DPR
Atas
persetujuan
DPR,insentif
MDGs dapat
diberikan dan
dialokasikan
melalui
Menkeu
Tim MDGs Nasional menyampaikan hasil penilaian
pencapaian MDGs kepada MenPPN
Menteri PPN menginformasikan laporan kinerja pencapaian
MDGs ditingkat provinsi kepada Presiden
Men PPN memberikan insentif non fiskal kepada Gubernur pada
saat Musrenbangnas
Tim MDGs membahas
dan menetapkan pemberian
insentif fiskal dan non fiskal
yang akan diterima provinsi
Menteri Keuangan mengalokasikan dana insentif
MDGs sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku
Gubernur menggunakan dana insentif MDGs sesuai dengan pedoman pemberian insentif.
Pedoman Pemberian Insentif Bagi Daerah Untuk Mendukung Percepatan Pencapaian Tujuan MDGs Di Provinsi
9
VI. Penutup
Pedoman ini merupakan salah satu penjabaran dari Inpres No.3 Tahun 2010 tentang
Program Pembangunan yang berkeadilan khususnya tentang Pencapaian Tujuan
Pembangunan Milenium (MDGs). Buku Pedoman ini merupakan panduan bagi pemerintah
provinsi dalam perencanaan dan pelaksanaan pemberian insentif MDGs bagi Daerah.
Dengan adanya Pedoman ini, maka diharapkan dapat membantu kelancaran
pelaksanaan pemberian incentive MDGs bagi daerah guna untuk mempercepat pencapaian
tujuan, target dan indikator MDGs.
Pedoman Pemberian Insentif Bagi Daerah Untuk Mendukung Percepatan Pencapaian Tujuan MDGs Di Provinsi
10
LAMPIRAN
Pedoman Pemberian Insentif Bagi Daerah Untuk Mendukung Percepatan Pencapaian Tujuan MDGs Di Provinsi
11
A. INDIKATOR YANG DIGUNAKAN
Indikator yang akan di pergunakan dalam menentukan pemberian insentif bagi daerah
adalah menggunakan indikator yang terdapat dalam dokumen “Serial Pedoman Teknis –
DEFINISI OPERASIONAL INDIKATOR MDGs” yang di terbitkan oleh Kementerian PPN /
BAPPENAS dan BADAN PUSAT STATISTIK tahun 2011 yang merujuk pada indikator MDGs
Internasional.
Pemilihan 12 indikator merujuk pada indikator MDGs yang memiliki serangkaian tujuan
(goals) yang tercantum dalam Rencana Aksi Daerah (RAD) MDGs provinsi. Pemilihan
indikator tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan ketersediaan data secara teratur
(dalam 3 tahun), dapat dipercaya (reliable), berasal dari sumber data yang sahih (valid), dan
diperoleh dari survey oleh lembaga independen (BPS). Dalam hal tidak tersedia data dari
BPS, digunakan data dari Kementerian/Lembaga yang kesahihannya telah diverifikasi. Tabel
berikut ini merupakan daftar indikator terpilih yang akan digunakan dalam menilai kinerja
pencapaian sasaran MDGs:
Tabel Indikator MDGs yang digunakan dalam pemberian insentif MDGs
GOAL Indikator
MDGs INDIKATOR
SUMBER DATA
Goal 1 1.1 1 Prosentase Penduduk Miskin BPS
1.2 2 Indeks Kedalaman Kemiskinan BPS
1.9 3 Proporsi penduduk dengan asupan kalori di bawah tingkat
konsumsi minimum (<1400 kkal)
BPS
Goal 2 2.1 4 Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs BPS
Goal 3 3.1 5 Rasio APM Perempuan/Laki-laki di Sekolah Menengah
(SMP/MTs)
BPS
3.2 6 Kontribusi perempuan dalam pekerja upahan di sektor
non pertanian (KPPNP)
BPS
Goal 4 4.3 7 Persentasi anak usia 1 tahun yang diimunisasi campak BPS
Goal 5
5.2 8 Proporsi kelahiran yang ditolong tenaga kesehatan
terlatih
BPS
5.3 9 Angka Pemakaian kontrasepsi/CPR bagi perempuan
menikah 15-49, cara modern
BPS
Pedoman Pemberian Insentif Bagi Daerah Untuk Mendukung Percepatan Pencapaian Tujuan MDGs Di Provinsi
12
Goal 6 6.9 10 Case Detection Rate (CDR) TB Laporan
KemenKes
Goal 7 7.8 11 Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan
terhadap air minum layak,
BPS
7.9 12 Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan
terhadap sanitasi dasar
BPS
1. INDIKATOR 1.1 - Prosentase Penduduk Miskin
Indikator ini untuk mengukur persentase penduduk miskin (mereka yang hidup di bawah
garis kemiskinan) terhadap total penduduk di suatu provinsi melalui penetapan garis
kemiskinan. Garis kemiskinan adalah batasan biaya (rupiah) yang diperlukan agar penduduk
dapat hidup layak secara minimum yang mencakup pemenuhan kebutuhan minimum
pangan dan non pangan esensial.
Tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kemiskinan adalah lawan dari kesejahteraan sehingga harus dikurangi dari waktu ke waktu
atau bahkan dihapuskan. Indikator ini berguna untuk keperluan perencanaan dan
pemantauan kinerja pemerintah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
2. INDIKATOR 1.2 – Indeks Kedalaman Kemiskinan
Indikator ini untuk mengukur rata-rata kesenjangan pengeluaran penduduk miskin
terhadap garis kemiskinan dan memberi petunjuk kepada pengambil kebijakan seberapa
besar anggaran yang diperlukan untuk mengangkat mereka yang hidup di bawah garis
kemiskinan keluar dari kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata
pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan.
3. INDIKATOR 1.9 – Proporsi penduduk dengan asupan kalori di bawah tingkat konsumsi
minimum (<1400 kkal)
Indikator ini untuk mengukur persentase penduduk dengan asupan kalori di bawah 1400
kkal per kapita per hari (70% dari Angka Kecukupan Gizi-AKG) di suatu wilayah/provinsi,
yang menunjukkan terjadinya kekurangan pangan dan gizi kronis. Semakin tinggi
proporsinya maka semakin buruk kondisi kesejahteraan penduduk di propinsi tersebut.
Pedoman Pemberian Insentif Bagi Daerah Untuk Mendukung Percepatan Pencapaian Tujuan MDGs Di Provinsi
13
4. INDIKATOR 2.1 – Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs
Salah satu Indikator MDGs untuk bidang pendidikan adalah APM SD/MI. Mengingat APM
SD/Mi sudah mencapai sasaran MDGs (universal), maka yang dipilih adalah indikator APM
SMP/MTs, yang merupakan indikator untuk pencapaian program wajib belajar 9 tahun di
Indonesia. Data APM SMP/MTs bersumber dari BPS, dalam data tersebut sudah termasuk
partisipasi pendidikan melalui paket B, tapi belum mencakup data partisipasi pendidikan
melalui pesantren salafiyah.
5. INDIKATOR 3.1 – Rasio APM Perempuan/Laki-laki di Sekolah Menengah (SMP/MTs)
Rasio APM SMP/MTs adalah perbandingan APM perempuan terhadap laki-laki.
Mengingat bahwa program pemerintah dibidang pendidikan adalah program wajib belajar 9
tahun dengan melihat pendidikan ditingkat ini dapat dilihat kesetaraan gender dibidang
pendidikan.
Dengan memperoleh pendidikan dasar yang sama diharapkan perempuan dapat
memperoleh kesempatan kerja yang setara dalam bidang ketenagakerjaan dan
pengambilan keputusan publik.
6. INDIKATOR 3.2 – Kontribusi perempuan dalam pekerja upahan di sektor non pertanian
(KPPNP)
Sektor non pertanian biasanya akan menyerap tenaga kerja yang mempunyai kualifikasi
lebih tinggi daripada sektor pertanian. Kontribusi yang seimbang antara laki-laki dengan
perempuan dalam wage employment/pekerja upahan merupakan gambaran kesetaraan
gender dan pemberdayaan perempuan.
7. INDIKATOR 4.3 – Persentasi anak usia 1 tahun yang diimunisasi campak
Indikator ini merupakan ukuran pemantauan untuk cakupan imunisasi dasar. Karena
imunisasi campak diberikan pada usia 9-11 bulan, sehingga indikator ini dapat menunjukkan
kelengkapan imunisasi anak. Disamping itu imunisasi campak yang diberikan kepada anak
dapat memberikan perlindungan terhadap penyakit campak, yang dapat memberikan
dampak terhadap penurunan angka kematian balita. Cakupan imunisasi campak dipengaruhi
Pedoman Pemberian Insentif Bagi Daerah Untuk Mendukung Percepatan Pencapaian Tujuan MDGs Di Provinsi
14
oleh beberapa faktor antara lain ketersediaan tenaga kesehatan berkompeten, kualitas
sistem pelayanan kesehatan anak dan partisipasi masyarakat di suatu wilayah.
8. INDIKATOR 5.2 - Proporsi kelahiran yang ditolong tenaga kesehatan terlatih
Proporsi pertolongan persalinan tenaga kesehatan terlatih adalah perbandingan antara
persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, seperti dokter, bidan, perawat, dan
tenaga medis lainnya dengan jumlah persalinan seluruhnya, dan dinyatakan dalam
persentase.
Mengukur kematian ibu secara akurat tergolong sulit, kecuali tersedia data registrasi
yang sempurna tentang kematian dan penyebab kematian. Oleh karena itu sebagai proksi
indikator digunakan proporsi pertolongan kelahiran oleh tenaga kesehatan terlatih.
9. INDIKATOR 5.3 - Angka Pemakaian kontrasepsi/CPR bagi perempuan menikah 15-49,
cara modern
Angka pemakaian kontrasepsi atau Contraceptive Prevalence Rate (CPR) adalah
perbandingan antara pasangan usia subur (PUS) yang menjadi peserta KB aktif (peserta KB
yang saat ini menggunakan salah satu alat kontrasepsi) dengan jumlah PUS, dinyatakan
dalam persentase.
Indikator ini berguna untuk mengukur perbaikan kesehatan ibu melalui pengaturan
kelahiran, untuk mencegah kelahiran oleh ibu yang terlalu tua/muda, memperjarang
kelahiran dan mengatur jumlah kelahiran. Indikator ini juga digunakan sebagai proksi untuk
mengukur akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi yang esensial.
10. INDIKATOR 6.9 - Case Detection Rate (CDR) TB
Pemantauan kejadian dan prevalensi TB atau Case Detection Rate (CDR) TB diperlukan
untuk mengetahui penyebaran kasus baru TB dan semua kasus TB di masyarakat. Angka
tersebut dapat menggambarkan kondisi masyarakat termasuk kemiskinan, ketimpangan
pendapatan, akses terhadap layanan kesehatan, gaya hidup dan buruknya sanitasi
lingkungan. WHO menetapkan target pencapaian CDR TB bagi Negara anggota sebesar 70%.
Pedoman Pemberian Insentif Bagi Daerah Untuk Mendukung Percepatan Pencapaian Tujuan MDGs Di Provinsi
15
11. INDIKATOR 7.8 - Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap air
minum layak
Proporsi penduduk atau rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap air minum
layak adalah perbandingan antara penduduk atau rumah tangga dengan akses terhadap
sumber air minum berkualitas layak dengan penduduk atau rumah tangga seluruhnya,
dinyatakan dalam persentase.
Indikator ini digunakan untuk memantau akses penduduk terhadap sumber air
berkualitas berdasarkan asumsi bahwa sumber air berkualitas menyediakan air yang aman
untuk diminum bagi masyarakat. Air yang tidak berkualitas adalah penyebab langsung
berbagai sumber penyakit. Dengan peningkatan akses terhadap air minum yang layak
diharapkan berkurangnya penggunaan sumber-sumber air yang dapat mengancam
kelestarian lingkungan.
12. INDIKATOR 7.9 - Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap sanitasi
dasar
Proporsi penduduk atau rumah tangga dengan akses terhadap fasilitas sanitasi yang
layak adalah perbandingan antara penduduk atau rumah tangga yang memiliki akses
terhadap fasilitas sanitasi yang layak dengan penduduk atau rumah tangga seluruhnya,
dinyatakan dalam persentase.
Sanitasi yang layak penting bagi penduduk atau rumah tangga didaerah perkotaan
maupun pedesaan. Indikator ini menggambarkan tingkat kesejahteraan rakyat dari aspek
kesehatan. Dengan peningkatan akses terhadap sanitasi yang layak diharapkan
berkurangnya pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh sanitasi yang buruk.
Pedoman Pemberian Insentif Bagi Daerah Untuk Mendukung Percepatan Pencapaian Tujuan MDGs Di Provinsi
16
B. CARA PERHITUNGAN INSENTIF
Langkah-langkah perhitungannya adalah:
1. Perhitungan laju penurunan/peningkatan (kota-desa)
1. Data Indikator dipilah menurut kota dan desa
2. Perhitungan Laju Penurunan atau Peningkatan Kota
3. Perhitungan Laju Penurunan atau Peningkatan Desa
4. Perhitungan Laju Penurunan atau Peningkatan rata-rata (Kota+Desa)
5. Standarisasi dari Laju Penurunan atau Peningkatan rata-rata (Kota+Desa)
2. Perhitungan laju penurunan/peningkatan (kaya-miskin)
1. Data Indikator dipilah menurut kaya dan miskin
2. Perhitungan Laju Penurunan atau Peningkatan Kaya
3. Perhitungan Laju Penurunan atau Peningkatan Miskin
4. Perhitungan Laju Penurunan atau Peningkatan rata-rata (Kaya+Miskin)
5. Standarisasi dari Laju Penurunan atau Peningkatan rata-rata (Kaya+Miskin)
3. Perhitungan perbedaan rata-rata pencapaian antara kota dan desa
1. Data Indikator dipilah menurut kota dan desa
2. Perhitungan rata-rata pencapaian indikator perkotaan
3. Perhitungan rata-rata pencapaian indikator perdesaan
4. Perhitungan perbedaan antara rata-rata pencapaian perkotaan dengan
perdesaan
5. Standarisasi nilai perbedaan antara rata-rata pencapaian perkotaan dengan
perdesaan
4. Perhitungan perbedaan rata-rata pencapaian antara kelompok kaya dan miskin
1. Data Indikator dipilah menurut kelompok kaya dan kelompok miskin
2. Perhitungan rata-rata pencapaian indikator kelompok kaya
3. Perhitungan rata-rata pencapaian indikator kelompok miskin
4. Perhitungan perbedaan rata-rata pencapaian antara kelompok kaya dan
kelompok miskin
Pedoman Pemberian Insentif Bagi Daerah Untuk Mendukung Percepatan Pencapaian Tujuan MDGs Di Provinsi
17
5. Standarisasi nilai perbedaan antara rata-rata pencapaian kelompok kaya dan
kelompok miskin
5. Penggabungan
1. Perhitungan nilai rata-rata dari A, B, C dan D
6. Penentuan peringkat 5 terbaik
1. Dipilih 5 provinsi terbaik dari hasil penggabungan
Catatan:
1. Untuk indikator (1.1), (1.3) dan (3.2) menggunakan langkah A dan C serta
penggabungannya menjadikan nilai rata-rata.
2. Untuk perhitungan pada indikator 1.2 (Indeks kedalaman Kemiskinan) karena sudah
memperhitungkan variasi desa – kota, langkah berikutnya menggunakan langkah
perhitungan A.
3. Untuk perhitungan indikator 3.1 (Rasio APM SMP/MTs perempuan terhadap laki-laki)
mempunyai nilai ideal 100 persen. Penilaian pada indikator ini dilihat berdasarkan
kedekatan dengan nilai 100%. Cara perhitungannya mengikuti langkah perhitungan
A,B,C dan D.
C. FORMULA YANG DIGUNAKAN
1. Formula perhitungan laju penurunan/peningkatan:
LPI = 𝑌1−𝑌0
𝑌0
LPI = Laju Pencapaian Indikator 𝑌1 = Nilai indikator pada tahun terakhir 𝑌0 = Nilai indikator pada tahun sebelumnya
Pedoman Pemberian Insentif Bagi Daerah Untuk Mendukung Percepatan Pencapaian Tujuan MDGs Di Provinsi
18
2. Formula Standard Deviasi:
3. Formulai standarisasi:
D. JENIS INSENTIF FISKAL
1. INSENTIF DASAR (ID)
1. Insentif dasar (ID) diberikan kepada seluruh provinsi.
2. Insentif dasar diberikan dalam rangka mendukung upaya pembangunan yang terus
dilakukan oleh semua pihak di daerah dalam percepatan pencapaian sasaran MDGs.
2. INSENTIF LAJU PENCAPAIAN (ILP)
1. Insentif laju pencapaian (ILP) diberikan kepada 5 provinsi yang mempunyai peringkat
tertinggi pencapaian MDGs di setiap indikator.
2. Jumlah dana ILP yang diberikan sesuai dengan jumlah indikator terbaik dikalikan dengan
satuan biaya ILP.
3. INSENTIF PENCAPAIAN TERBAIK (IPT)
1. Insentif pencapaian terbaik (IPT) diberikan untuk memberi penghargaan kepada 5
provinsi tertinggi yang mencapai sasaran MDGs tertinggi dibandingkan dengan provinsi
lain pada tahun terakhir di setiap indicator.
𝜎 = 𝑋𝑖 − 𝑋 2
𝑛 − 1
𝜎 = standard deviasi
𝑋i = nilai indikator provinsi i 𝑥 = nilai rata-rata
N = jumlah provinsi
𝑍 = X-𝑋 )/𝜕𝑋
Z = Nilai standarisasi X = Nilai indikator 𝑥 = Nilai rata-rata 𝜕𝑋 = standard deviasi
Pedoman Pemberian Insentif Bagi Daerah Untuk Mendukung Percepatan Pencapaian Tujuan MDGs Di Provinsi
19
2. Jumlah dana IPT yang diberikan sesuai dengan jumlah indikator terbaik dikalikan dengan
satuan biaya IPT.
4. INSENTIF PENGURANGAN KEDALAMAN KEMISKINAN (IPKK)
1. Insentif pengurangan kedalaman kemiskinan (IPKK) diberikan kepada provinsi yang telah
berhasil memperkecil rasio kesenjangan kemiskinan selama tiga tahun pengamatan.
2. Indikator ini dipilih secara khusus karena indikator kemiskinan merupakan indikator yang
sangat berpengaruh bagi pencapaian indikator MDGs lainnya.
3. Penetapan 3 provinsi terbaik berdasarkan pada laju penurunan indikator 1.2 (Indeks
Kedalaman Kemiskinan).
E. TOTAL INSENTIF FISKAL Perhitungan total insentif fiskal yang akan diberikan kepada setiap provinsi menggunakan formula
sebagai berikut :
TOTAL INSENTIF = ID + ILP + IPT + IPKK ID = INSENTIF DASAR
ILP = INSENTIF LAJU PENCAPAIAN
IPT = INSENTIF PENCAPAIAN TERBAIK
IPKK = INSENTIF PENGURANGAN KEDALAMAN KEMISKINAN
F. BESARAN INSENTIF Besaran insentif untuk ID, ILP, IPT dan IPKK didasarkan atas formula perhitungan pedoman
pemberian insentif MDGs dan ketersediaan dana APBN.
G. INSENTIF NON FISKAL
1. Insentif non fiskal berupa piagam/plakat atau penghargaan dalam bentuk lainnya.
2. Insentif non fiskal diberikan kepada 3 provinsi terbaik yang memperoleh:
a. jumlah indikator ILP yang terbanyak
b. jumlah IPT yang terbanyak
c. jumlah IPKK yang terbanyak
3. Piagam/plakat atau penghargaan dalam bentuk lainnya diberikan oleh Menteri PPN/Kepala
Bappenas pada saat Musrenbangnas dan disaksikan oleh Presiden.
Pedoman Pemberian Insentif Bagi Daerah Untuk Mendukung Percepatan Pencapaian Tujuan MDGs Di Provinsi
20
Pedoman Pemberian Insentif Bagi Daerah Untuk Mendukung Percepatan Pencapaian Tujuan MDGs Di Provinsi
21