Pedoman Operasional Pelayanan Terpadu Di Puskesmas

80

Transcript of Pedoman Operasional Pelayanan Terpadu Di Puskesmas

  • KATA PENGANTAR

    Buku Pedoman Operasional Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi di

    Puskesmas sebagai acuan tentang pelaksanaan langkah-langkah operasional untuk

    Puskesmas dalam melaksanakan Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi.

    Buku Pedoman Operasional Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi di

    Puskesmas, disusun dalam empat, bab yaitu bab pertama atau pendahuluan

    membahas tentang pola operasional pelayanan terpadu kesehatan reproduksi; bab

    kedua tentang perencanaan, membahas persiapan operasional pelayanan terpadu

    kesehatan reproduksi; bab ketiga tentang pelaksanaan membahas penerapan

    pelayanan terpadu kesehatan reproduksi dan bab keempat tentang pemantauan dan

    penilaian, membahas pencatatan dan pelaporan pelayanan terpadu kesehatan

    reproduksi; serta lampiran-lampiran.

    Untuk mewujudkan keterpaduan pelayanan Kesehatan Reproduksi, Departemen

    Kesehatan menerbitkan empat buah buku yang merupakan sebuah paket untuk

    digunakan sebagai acauan utama bagi seluruh jajaran Departemen Kesehatan

    Reproduksi. Dalam semangat desentralisasi dewasa ini, diharapkan setiap petugas

    kesehatan, baik pengelola program maupun pelaksana pelayanan untuk secara kreatif

    mengunakan buku acuan ini dalam mengembangkan kegiatan-kegiatan pelayanan

    terpadu Kesehatan Reproduksi sesuai dengan masalah dan kebutuhan wilayah

    setempat.

    Kepada Direktur Pemberantasan Penyakit Menular Langsung, Ditjen P2M PLP,

    Direktur Jaminan dan pelayanan KB, BKKBN, Kepala Pusat Promosi Kesehatan,

    Kasubdit Kesehatan Maternal dan Perinatal, Kasubdit Kesehatan Usia Subur, Kasubdit.

    Kes. Anak Prasekolah dan seluruh jajarannya sebagai penanggung jawab komponen

    kesehatan reproduksi yang telah menyusun buku Pedoman Operasional Pelayanan

    Terpadu Kesehatan Reproduksi di Puskesmas ini,

    iii

  • Disampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih, khususnya kepada UNFA yang

    telah memberikan bantuan dana sehingga memungkinkan terbitnya buku ini.

    Selanjutnya, semua sasaran untuk penyempurnaan buku ini akan sangat dihargai.

    Jakarta, November 2002

    Direktur Kesehatan Keluarga

    Selaku

    Sekretaris Komisi Kesehatan Reproduksi,

    Dr. Sri Hermiyanti, MSc.

    iv

  • KATA SAMBUTAN

    Komitmen Indonesia dalam Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan (ICPD) di Kairo tahun 1994 yang ditindaklanjuti dengan Lokakarya

    Nasional Kesehatan Reproduksi di Jakarta Tahun 1996 antara sektor-sektor terkait,

    LSM, Universitas, organisasi donor, telah menghasilkan kesepakatan bersama tentang

    paket pelayanan kesehatan reproduksi prioritas, yang disebut sebagai Paket Kesehatan

    Reproduksi Esensial (PKRE). Dalam kesepakatan itu, fokus perhatian ditunjukan pada

    pelayanan yang mengutamakan kesehatan dan hak reproduksi perorangan bagi laki-

    laki maupun perempuan sepanjang siklus hidupnya. Sebagai kelanjutan dari fokus

    perhatian ini, agar klien dapat memperoleh pelayanan yang berkualitas dan sesuai

    dengan kebutuhan mereka dalam satu kunjungan. Hal ini akan dapat dicapai dengan

    saling mengaitkan dan saling memasukkan aspek pelayanan kesehatan reproduksi

    diantara program-program pelayanan kesehatan yang satu dengan lainnya.

    Untuk mewujudkan keterpaduan pelayanan Kesehatan Reproduksi, Departemen

    Kesehatan menerbitkan empat buah buku yang merupakan sebuah paket sebagai

    acuan utama bagi seluruh jajaran Departemen Kesehatan dalam melaksanakan tugas

    yang bekaitan dengan Kesehatan Reproduksi. Dalam semangat desentralisasi dewasa

    ini, diharapkan setiap petugas kesehatan, baik pengelola program maupun pelaksana

    pelayanan untuk secara kreatif mengunakan ke-empat buku acuan itu dalam

    mengembangkan keguatan pelayanan terpadu Kesehatan Reproduksi yang sesuai

    dengan masalah dan kebutuhan wilayah setempat. Ke-empat buku acauan utama itu

    adalah :

    1. Buku Program Kesehatan Reproduksi dan Pelayanan Integratif Tingkat Pelayanan

    Dasar, sebagai acuan tentang pengetahuan mengenai Kesehatan Reproduksi

    untuk para pengelola program dalam mengembangkan program dan pelayanan

    Kesehatan Reproduksi.

    2. Buku Yang Perlu Diketahui Petugas Kesehatan tentang Kesehatan Reproduksi,

    sebagai acuan tentang pengetahuan mengenai Kesehatan Reproduksi untuk yang

    berkaitan dengan Kesehatan Reproduksi.

    v

  • 3. Buku Pedoman Operasional Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi di

    Puskesmas, sebagai acuantentang pelaksanaan langkah-langkah operasional

    untuk Puskesmas dalam melaksanakan Pelayanan Terpadu Kesehatan

    Reproduksi.

    4. Buku Komunikasi, Informasi dan Edukasi Kesehatan Reproduksi untuk Petugas

    Kesehatan di Tingkat Pelayanan Dasar, sebagai acuan tentang langkah-langkah

    operasional untuk Petugas Kesehatan di Puskesmas dalam menyampaikan

    pengetahuan mengenai Kesehatan Reproduksi kepada klien dan masyarakat

    yang menerima pelayanan Puskesmas

    Saya mengharapkan buku Pedoman Operasional Pelayanan Terpadu Kesehatan

    Reproduksi di Puskesmas ini dapat menjadi acuan yang tidak terpisahkan dari buku-

    buku tersebut di atas dalam pelaksanaan kegiatan reproduksi terpadu di tingkat

    Puskesmas.

    Jakarta, November 2002

    Direktur Jenderal

    Bina Kesehatan Masyarakat

    selaku

    Ketua Komisi Kesehatan Reproduksi,

    Prof. Dr. Azrul Azwar, MPH.

    vi

  • DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR. iii

    KATA SAMBUTAN v

    DAFTAR ISI .. vii

    I. PENDAHULUAN . 1

    II. PERENCANAAN . 3

    A. Persiapan Operasional Pelayanan Terpadu Kesehatan

    Reproduksi 3

    B. Pelaksanaan Pelayanan Terpadu. 3

    1. Sosialisasi Informasi Kesehatan Reproduksi di Tingkat

    Puskesmas 3

    2. Kajian atas Program-program Pelayanan dalam Paket

    Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial (PKRE) . 6

    3. Kajian atas Kesesuaian Pelayanan Klinis dengan Protap

    Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi 9

    4. Kajian atas Manajemen Data Paket PKRE . 9

    5. Penyesuaian Alur Pelayanan Klinis, Manajemen

    Data dan Logistik Paket PKRE 10

    III. PELAKSANAAN . 14

    A. Langkah-langkah Penerapan Pelayanan Terpadu

    Kesehatan Reproduksi .. 14

    B. Penyusunan Rencana Penerapan Pelayanan

    Terpadu Kesehatan Reproduksi 15

    IV. PEMANTAUAN DAN PENILAIAN 17

    Keterpaduan Pelayanan dipantau dan dinilai 17

  • Hasil Pelayanan dipantau dan dinilai .. 17

    Lampiran :

    - Ceklis 1 Pemantauan dan Penilaian Pelayanan Terpadu

    Kesehatan Reproduksi di Puskesmas . 20

    - Ceklis 2 Pemantauan dan Penilaian Pelayanan Terpadu

    Kesehatan Reproduksi di Puskesmas .. 22

    - Bagan Alur Pelayanan Antenatal 25

    - Bagan Alur Pelayanan Persalinan . 26

    - Bagan Alur Pelayanan Nifas 27

    - Bagan Alur Pelayanan KB 28

    - Bagan Alur Pelayanan Kesehatan Remaja 29

    - Bagan Alur Pelayanan Remaja Seksual . 30

    - Bagan Alur Pelayanan PMS .. 31

    vii

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Kebijakan Nasional Kesehatan Reproduksi di Indonesia menetapkan bahwa Kesehatan

    Reproduksi mencakup lima komponen/program terkait, yaitu Program Kesehatan Ibu

    dan Bayi Baru Lahir, Program Keluarga Berencana, Program Kesehatan Reproduksi

    Remaja, Program Pemcegahan dan Penanganan Penyakit Menular Seksual termasuk

    HIV/AIDS, Dn Program Kesehatan Reproduksi pada Usia Lanjut. Pelaksanaan

    Kesehatan Reproduksi dilakukan dengan menggunakan pendekatan siklus hidup (life-

    cycle approach) agar diperoleh sasaran yang pasti dan pelayanan yang jelas

    berdasarkankepentingan sasaran/klien dengan memperhatikan hak reproduksi mereka

    Pada saat ini, prioritas Kesehatan Reproduksi di Indonesia mencakup empat

    komponen/program terkait yaitu Kesehatan ibu dan Bayi Baru Lahir, Keluarga

    Berencana, Kesehatan Reproduksi Remaja, serta Pencegahan dan Penaggulangan

    Penyakit Menular Seksual (PMS), termasuk HIV/AIDS. Pelayanan yang mencakup

    empat komponen/program prioritas yang terkait ini disebut Pelayanan Kesehatan

    Reproduksi Esensial (PKRE). Jika PKRE ditambah dengan pelayanan yang

    diberikan akan mencakup seluruh (lima) komponen Kesehatan Reproduksi, yang

    disebut Pelayanan Kesehatan Reproduksi Komrehensif (PKRK).

    Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial/PKRE, dengan demikian

    bertumpu pada pelayanan dari masing-masing program terkait yang sudah tersedia di

    tingkat pelayanan dasar. Ini berarti bahwa Paket Pelayanan Kesehatan Reproduksi

    Esensial bukan suatu program pelayanan yang baru maupun berdiri sendiri, tetapi

    merupakan keterpaduan berbagai pelayanan dari program yang terkait itu, dengan

    tujuan agar sasaran memperoleh semua pelayanan secara terpadu dan berkualitas,

    termasuk dalam aspek komunikasi, informasi dan edukasi (KIE). Dalam kerangka

    Kesehatan Reproduksi, maka pelayanan masing-masing program terkait akan

    didsarkan pada kepentingan sasaran/konsumen sesuai dengan tahap dalam siklus

    hidup.

    Kesehatan Reproduksi 1 Pedoman Operasional

  • Bentuk Operasional dari kegiatan PKRE ini adalah Pelayanan Terpadu Kesehatan

    Reproduksi yang terdiri atas pelayanan dari masing-masing program-program terkait

    yang dilaksanakan secara terpadu, berkualitas, dan didasarkan pada kepentingan

    sasaran/klien dengan memperhatikan hak Reproduksi mereka.

    Pola Operasional Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi

    Untuk membantu Petugas Kesehatan di tingkat pelayanan dasar agar mudah

    melaksanakan keterpaduan empat komponen prioritas tersebut, maka dikembangkan

    Pola Oerasional Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi (lihat Bagan 1)

    BAGAN 1 : POLA OPERASIONAL PELAYANAN TERPADU KESEHATAN

    REPRODKSI

    PERENCANAAN

    PELAKSANAAN

    PEMANTAUAN dan PENILAIAN

    PERSIAPAN : 1. Sosialisasi Kesehatan

    Reproduksi

    2. Kajian Program

    Pelayanan yang tekait

    3. Kajian Pelayanan Klinis

    4. Kajian Manajemen Data

    5. Penyusuaian Alur

    Pelayanan Klinis,

    Manajemen Data

    Dan Logistik Paket

    PKRE

    PENERAPAN

    Penyesuaian Protap

    Pelayanan Terpadu untuk

    Pelayanan :

    1. Kesehatan Ibu & Bayi

    Baru Lahir

    2. 2. Keluarga Berencana

    3. 3. Kesehatan Reproduksi

    4. Remaja

    5. 4. Pencegahan dan

    Penanggulangan

    PMS/HIV/AIDS

    6. 5. Kesehatan Reproduksi

    Usia Lanjut

    PENCATATAN dan

    PELAPORAN

    1. Keterpaduan

    Pelayanan

    2. Hasil Pelayanan

    2 Kesehatan Reproduksi Pedoman Operasional

    DILAKSANAKAN BERTAHAP

    Mulai dengan Penyempurnaan Protap

    Program Pelayanan Yang Paling Siap

    Dan Disesuaikan dengan Jumlah

    Kunjungan Presiden dan Jumlah Petugas

  • BAB II

    PERENCANAAN

    A. Persiapan Operasional Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi

    Persiapan operasional sangat penting guna menjamin terlaksananya Pelayanan

    Terpadu Kesehatan sebagai perwujudan dari Paket Pelayanan Reproduksi

    Kesehatan Esensial/PKRE di Puskesmas, untuk mencapai 3 tujuan

    1. Petugas Kesehatan mengerti sepenuhnya konsep dasar Paket Pelayanan

    Kesehatan Reproduksi Esensial (PKRE)

    2. Petugas Kesehatan dapat melaksanakan kegiatan operasional PKRE dengan

    benar secara teknis.

    3. Masyarakat memperoleh Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi yang

    efisien, efektif dan berkualitas setiap kali mereka menggunakan pelayanan

    Puskesmas (Sekali Datang Semua Pelayanan Diperoleh)

    B. Pelaksanaan Pelayanan Terpadu

    Pelaksanaan Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi memerlukan persiapan

    yang meliputi 5 langkah penting, yaitu :

    1. Sosialisasi Informasi Kesehatan Reproduksi,

    2. Kajian atas Program Pelayanan yang termasuk dalam PKRE,

    3. Kajian atas Pelayanan Klinis PKRE,

    4. Kajian atas Manajemen Data PKRE,

    5. Penyesuaian Alur Pelayanan Klinis, Manajemen Data dan Logistik PKRE.

    1. Sosialisasi Informasi Kesehatan Reproduksi di tingkat Puskesmas

    Sosialisasi Informasi ini sangat penting karena Kesehatan Reproduksi

    bukanlah sebuah program baru yang berdiri sendiri, dan kegiatan operasional

    Kesehatan Reproduksi adalah pelaksanaan secara terpadu semua pelayanan yang

    sudah (dan akan) disediakan oleh program-program yang termassuk dalam ruang

    lingkup Kesehatan Reproduksi, antara lain :

    Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir

    Keluarga Berencana

    Kesehatan Reproduksi 3 Pedoman Operasional

  • Pencwgahan dan Penanggulangan Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk

    HIV/AIDS

    Kesehatan Reproduksi Remaja

    Pencegahan dan Penanggulangan Komplikasi Anborsi

    Pencegahan dan Penanganan Infertilitas

    Kanker pada Usia Lanjut dan/atau Osteoporosis, dan

    Berbagai program pelayanan lain yang terkait dengan aspek kesehatan

    reproduksi, misalnya penanganan kanker leher rahim, kanker payudara dll.

    Prioritas kegiatan operasional Kesehatan Reproduksi di Indonesia saat ini, adalah

    pada pemberian Paket Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial (PKRE) yang

    mencakup pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir, Keluarga Berencana,

    Pencegahan & Penanggulangan IMS/HIV/AIDS/ dan kesehatan Reproduksi Remaja

    Perwujudan dari Paket Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial ini berupa

    Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi yang dilaksanakan melalui masing-

    masing empat pelayanan tersebut di atas dengan melakukan keterpaduan

    pelayanannya klien (masyarakat) yang dilayani mendapatkan seluruh pelayanan

    secara efisien dan berkualitas, Artinya, jika seorang ibu hamil dating ke Puskesmas

    maka ibu tersebut tidak hanya diberi pelayanan untuk kehamilannya saja, tetapi

    juga diberi semua pelayanan lain yang penting kesehatan reproduksinya (misalnya

    deteksi Infeksi Saluran Reproduksi/IMS, konseling tentang Keluarga Berencana dll.)

    Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi ini menuntut keterkaitan peran dan

    tanggung jawab yang sangat erat antar petugas di Puskesmas. Karena itu,

    seluruh petugas di Puskesmas perlu mengerti dan paham tentang Kesehatan

    Reproduksi , serta tentang peran dan tanggung jawab masing-masing dalam

    melaksanakan Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi. Upaya untuk

    memberikan pemahaman tentang Kesehatan Reproduksi kepada seluruh petugas di

    Puskesmas dilakukan melalui Sosialisasi Informasi Kesehatan Reproduksi.

    Sosialisasi Informasi tentang Kesehatan Reproduksi kepada petugas

    Puskesmas ini dilaksanakan dalam bentuk pertemuan, yang dikoordinir oleh

    Pimpinan Puskesmas dan/atau

    4 Kesehatan Reproduksi Pedoman Operasional

  • Petugas yang telah dilatih mengenai Kesehatan Reproduksi, khususnya mengenai

    Paket PKRE. Pertemuan ini dihadiri oleh seluruh petugas, mulai dari perawat, bidan,

    petugas gizi, petugas imunisasi, petugas laboratorium, pengelola obat, pengelola

    SP2TP, pengelola program P2M hingga petugas loket Puskesmas. Tujuan

    pertemuan ini adalah agar semua petugas terkait menjadi tahu tentang :

    a. Apa Kesehatan Reproduksi itu,

    b. Bagaimana melaksanakan keterpaduan kegiatan Kesehatan Reproduksi secara

    operasional, dan

    c. Peran serta tanggung jawab masing-masing dalam pelaksanaan kegiatan

    operasional itu.

    Jika diperlukan, dalam pertemuan ini dapat juga hadir Tim/Anggota Tim Kesehatan

    Reproduksi dari Dinas Kesehatan Tingkat Kabupaten/Kota sebagai narasumber.

    Dalam pertemuan Sosialisasi Informasi ini, kepada para peserta dijelaskan tentang

    seluruh aspek Kesehatan Reproduksi dengan menggunakan bahan-bahan dari dua

    buku referensi tersebut, sehingga dapat dikaji bersama selama pertemuan

    sosialisasi. Sesudah pertemuan sosialisasi, maka kedua buku itu menjadi milik

    mereka sendiri sehingga setiap saat diperlukan dapat dibaca ulang.

    Dalam pertemuan Sosialisasi ini juga dibahas rencana tindak lanjut (langkah-

    langkah) yang harus dilakukan, sekaligus ditentukan pula siapa yang akan menjadi

    anggota Tim Kecil Kesehatan Reproduksi dengan tugas mengkoordinir

    pelaksanaan Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi. Anggota Tim Kecil ini

    minimum terdiri dari para penanggung jawab empat program yang terkait dalam

    Paket PKRE, tetapi tidak haru terbatas pada mereka saja. Tugas utama tm ini

    adalah melaksanakan langkah-langkah berikutnya dan mempersiapkan lapoan

    tentang semua yang berkenaan dengan pelaksanaan Pelayanan Terpadu

    Kesehatan Reproduksi (kemajuan pelaksanaan, masalah-masalah yang dihadapi,

    dll) dalam rapat ruti/bulanan di Puskesmas.

    2. Kajian atas program Pelayanan dalam Paket Pelayanan Kesehatan

    Reproduksi Esensial (PKRE)

    Kajian atas program terkait dalam Kesehatan Reproduksi ini merupakn tahap

    penting untuk memulai pelaksanaan Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi di

    Puskesmas. Tujuan dari kajian adalah menentukan tiga hal penting yaitu apa

    saja pelayanan Kesehatan Reproduksi :

    Kesehatan Reproduksi 5 Pedoman Operasional

  • 1. Yang dibuthkan masyarakat setempat

    2. Yang dibutuhkan dan sudah ada dan siap diberikan kepada masyarakat

    3. Yang dibutuhkan masyarakat tetapi belum ada/tersedia

    Urutan langkah-langkah pelaksanaan kajian ini adalah sebagai berikut :

    Bagan 2 : Langkah-langkah kajian atas program pelayanan paket PKRE

    Cari data Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas

    Urutan Kelompok Sasaran sesuai Jumlah dan Masalah

    Yang dihadapi mereka untuk mengetahui kebutuhan

    Masing-masing kelompok

    Buat daftar Pelayanan yang sudah tersedia di Puskesmas

    Kaitkan antara kebutuhan masing-masing

    Kelompok dengan Pelayanan

    Langkah pertama :

    Cari data jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas

    Data ini berdasarkan jenis kelamin dan kelompok umur sasaran Kesehatan Reproduksi

    susuai Siklus Hidup (lihat bagan 2). Sumber utama bagi data ini antara lain dapat

    diperoleh dari data dasar penduduk yang tersedia di Kecamatan, data laporan Petugas

    KB, data laporan Imunisasi, data kohort Ibu dan lain-lain. Untuk mendapatkan data ini,

    Petugas tidak perlu melakukan sensus penduduk, kecuali jika data yang tersedia

    dianggap sudah kadaluwarsa

    6 Kesehatan Reproduksi Pedoman Operasional

  • Bagan 3 : Pendekatan Siklus Hidup

    4

    5

    1

    1

    2

    2

    2

    2

    3

    2

    2

    2

    Pendekatan

    Siklus Hidup

    REMAJA

    USIA

    SUBUR

    USIA

    TUA

    KONSEPSI

    (Ibu Hamil

    dan Janin)

    BAYI BARU LAHIR

    (dan ibu Bersalin)

    BAYI menyusuiAsi ekslusif

    (dan Ibu

    Menyusui)

    BAYI

    ANAK

    Balita

    ANAKUsia Sekolah

    Perempuan

    Perempuan

    & Laki-laki Sumber : Unicef

    Langkah kedua :

    Urutkan kelompok sasaran berdasarkan jumlah dan masalah yang dihadapi

    mereka.

    Dari segi jumlah, mungkin diperoleh urutan kelompok sasaran sebagai berikut : Remaja

    perempuan, Remaja laki-laki, Anak Usia Sekolah laki-laki, Anak Usia Sekolah

    perempuan dewasa, Ibu Hamil, Bayi, Perempuan Usia lanjut, Perempuan dewasa, Laki-

    laki dewasa, dan seterusnya.

    Dari segi banyaknya/besarnya masalah maka ada dua criteria utama, yaitu :

    a. Masalah yang ada dan mucul dalam bentuk kunjungan ke Puskesmas, dan b. Masalah yang diketahui ada dalam masyarakat tetapi tidak muncul dalam kunjungan

    ke Puskesmas. Masalah yang kedua ini tidak selalu terkait langsung dengan pelayanan di Puskesmas, misalnya pecandu NAPZA, perkelahian antar anak sekolah, pekerja seks di wilayah kerja, keluarga dengan hanya satu orang tua dan lain-lain

    Kesehatan Reproduksi 7 Pedoman Operasional

  • Berdasarkan jumlah kunjungan ke Puskesmas mungkin diperoleh urutan kelompok

    sasaran sebagai berikut : Bayi, Ibu Hamil, Laki-laki Dewasa, Perempuan dewasa,

    Remaja perempuan, Remaja laki-laki.

    Berdasarkan banyaknya masalah di luar kunjungan ke Puskesmas, mungkin diperoleh

    urutan kelompok sasaran sebagai berikut : perkelahian antar anak sekolah, adanya

    atau banyaknya pekerja seks, keluarga dengan hanya satu orang tua dan pecandu

    NAPZA.

    Dengan melihat urutan kelompok sasaran berdasarkan jumlah dan banyak/besarnya

    masalah yang ditemui paa mereka, dapat diperoleh gambaran kasar tentang kelompok

    sasaran mana yang paling memiliki masalah sehingga dapat disimpulkan kira-kira apa

    kebutuhan kesehatan reproduksi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas tersebut.

    Langkah ke tiga :

    Buat daftar pelayanan apa saja yang sudah tersedia di Puskesmas.

    Daftar ini meliputi tiga hal, yaitu adanya :

    1. Tenaga yang terlatih untuk memberikan pelayanan,

    2. Sarana untuk memberikan pelayanan dan,

    3. Pedoman teknis dan pedoman administratif, untuk melaksanakan pelayanan

    program yang terkait dalam Kesehatan Reproduksi

    Catatan :

    Berdasarkan kondisi saat ini, maka hampir dapat dipastikan bahwa di semua

    Puskesmas telah tersedia pelayanan untuk Ibu Hamil dan Bayi dan Keluarga

    Berencana. Di sebagian besar Puskesmas mungkin juga telah tersedia pelaynan untuk

    Pencegahan/Penanggulangan Infeksi Menular Seksual(IMS) dan pelayanan untuk

    kesehatan Usia Sekolah. Akan tetapi mungkin hanya sebagaian kecil Puskesmas yang

    sudah menyediakan pelayanan untuk Kesehatan Reproduksi Remaja.

    Langkah ke empat :

    Kaitkan antara kebutuhan masyarakat dengan pelayanan yang ada.

    Kaittan ini perlu untuk menyimpulkan apa saja pelayanan yang sudah ada belum

    tersedia untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat. Berdasarkan kesimpulan

    dari kajian atas Program-program pelayanan ini maka Puskesmas perlu segera

    membuat dua rencana penting yaitu :

    8 Kesehatan Reproduksi Pedoman Operasional

  • a. Rencana pelaksanaan kegiatan operasional Kesehatan Reproduksi bagi

    pelayanan yang sudah ada sehingga dapat langsung memenuhi kebutuhan

    masyaratakat, dan

    b. Rencana kegiatan untuk mempersiapkan penyediaan pelayanan Kesehatan

    Reproduksi yang belum ada .Jika ada kebutuhan pelayanan untuk

    pencegahan/penanggulangan IMS dan/atau Kesehatan Remaja, tetapi belum

    ada tenaga dan sarana untuk melakukannya, maka Puskesmas harus

    melakukan tindak lanjut membuat usulan pelatihan pencegahan

    penanggulangan IMS dan/atau pelayanan Kesehatan Remaja serta penyediaan

    sarana dalam anggaran tahun berikutnya.

    3. Kajian atas Kesesuaian Pelayanan Klinis dengan Protap Pelayanan Terpadu

    Kesehatan Reproduksi

    Kajian dilakukan dengan membandingkan antara langkah-langkah pelayanan

    klinis (Protap) yang secara rutin dikerjakan di Puskesmas dengan contoh

    bagan alur Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi bagi masing-masing

    program (lihat Bagan Alur Pelayanan 1-4 terlampir). Tahap ini meliputi kajian

    secara rinci terhadap langkah-langkah pelayanan klinis pada tiap macam program

    pelayanan yang sudah tersedia. Dari Kajian ini Dapat disimpulkan apakah

    langkah-langkah pelayanan klinis yang sekarang rutin dikerjakan di

    Puskesmas SUDAH atau BELUM SESUAI dengan cntoh standar bagan alur

    Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi.

    4. Kajian atas Manajemen Data Peket PKRE

    Dengan adanya Protap yang baru dalam pelayanan klinis, langkah selanjutnya

    adalah melakukan kajian atas manajemen data yang berkaitan dengan

    pelaksanaan Paket PKRE. Hal ini dilaksanakan dengan mengkaji data apa yang

    dicari, dan apa yang dilakukan dengan data itu, dengan memakai Protap yang

    baru. Dari kajian ini dapat disimpulkan apakah manajemen data yang

    sekarang rutin dikerjakan di Puskesmas SUDAH atau BELUM MEMENUHI

    kebutuhan Protap yang baru bagi pelayanan masing-masing program dalam

    lingkup Kesehatan Reproduksi.

    Kesehatan Reproduksi 9 Pedoman Operasional

  • 5. Penyesuaian Alur Pelayanan Klinis, Manajemen Data dan Logistik

    Paket PKRE

    Besar kemungkinan bahwa kajian atas pelayanan klinis dan manajemen data akan

    menghasilkan kesimpulan bahwa Puskesmas perlu melakukan penyesuaian atas

    langkah-langkah rinci pelayanan klinis dan/atau manajemen data di Puskesmas.

    Penyesuaian ini dapat berupa penambahan atau pengurangan beberapa langkah

    pelayanan klinis dalam Protap yang sudah ada, dan/atau penambahan atau

    pengurangan beberapa data dalam standar pencatatan dan pelaporan kegiatan

    pelayanan di Puskesmas. Salah satu contoh nyata tentang penyesuaian Protap

    pelayanan klinis adalah penambahan pertanyaan dalam anamnesa dan

    pemeriksaan ibu hamil untuk mengetahui keluhan/gejala tentang adanya infeksi

    saluran reproduks (IMS). Contoh lain adalah penyesuaian pencatatan dan

    pelaporan data klien (pasien maupun penduduk) sesuai dengan jenis kelamin laki-

    laki dan perempuan, dan pengelompokan data ini sesuai dengan kelompok umur

    menurut Siklus Hidup.

    a. Penyesuaian Alur Pelayanan Klinis

    Jika diperoleh kesimpulan bahwa langkah-langkah pelayanan klinis yang

    sekarang rutin dikerjakan di Puskesmas SUDAH SESUAI dengan standar,

    maka Puskesmas hanya perlu malakukan monitoring melalui diskusi dalam

    pertemuan rutin bulanan Puskesmas, untuk menjamin bahwa rincian langkah-

    langkah pelayanan klinis berjalan terus sesuai dengan baik dan laancar melalui

    kegiatan pengendalian mutu pelayanan.

    Sekarang rutin dikerjakan di Puskesmas BELUM SESUAI standar, maka

    Puskesmas perlu segera membuat rencana tindak lanjut :

    i) Penyesuaian Prosedur Tetap (Protap) pelayanan klinis sehingga

    sesuai contoh/standar. Penyesuaian ini antara lain dapat berbentuk

    kesepakatan bersama untuk melakukan Protap yang baru, pembuatan

    Protap tertulis yang baru untuk dibagikan kepada seluruh petugas terkait,

    pembuatan bagan alur Protap yang baru untuk dipasang di lingkungan

    Puskesmas sebagai referensi dalam melaksanakan kegiatan pelayanan,

    dll.

    10 Kesehatan Reproduksi Pedoman Operasional

  • ii) Melakukan kajian rutin, minimum tiap minggu atau tiap dua minggu,

    terhadap pelaksanaan Protap yang baru. Kajian rutin ini dilaksanakan

    oleh Tim Kecil Kespro dan sebaiknya secara khusus dilakukan terus

    menerus selama tiga bulan pertama sejak Protap yang baru disepakati,

    dengan tujuan menyempurnakan dan memantapkan pelaksanaan Protap

    yang baru itu. Setelah terbukti bahwa Protap baru itu telah mantap

    dilaksanakan, maka kajian rutin yang khusus ini dapat dihentikan dan

    monitoring selanjutnya dilakukan melalui diskusi dalam pertemuan

    rutin/bulanan (Lokakarya Mini) yang membahas pengendalian mutu

    pelayanan.

    iii) Melaksanakan Pelatihan singkat bagi petugas terkait atau

    penyediaan sarana tambahan jika perubahan Protap itu memerlukan

    penambahan ketrampilan baru bagi petugas dajn/atau penyediaan sarana

    baru.

    b. Penyesuaian Manajemen Data

    Jikan diperoleh kesimpulan bahwa manajemen data yang sekarang rutin

    dikerjakan di Puskesmas SUDAH MEMENUHI kebutuhan Protap yang baru,

    maka Puskesmas hanya perlu melakukan monitoring melalui diskusi atas data

    itu dalam pertemuan bulanan untuk menjamin bahwa manajemen data yang

    ada berjalan terus sesuai dengan baik dan lancer (pengendalian mutu

    manajemen data) . Sebaliknya, jika ditemukan kesimpulan bahwa manajemen

    data yang sekarang rutin dikerjakan di Puskesmas BELUM MEMENUHI

    kebutuhan Protap yang baru, maka Puskesmas perlu segera membuat

    rencana tindak lanjut :

    i) Penyesuaian manajemen data sehingga sesuai dengan Protap yang

    baru. Contoh penyesuaian ini antara lain berupa penambahan atau

    pengurangan data, penentuan cara pencarian dan pengolahan data yang

    baru termasuk pedoman analisa dan pembuatan kesimplannya.

    Penyesuaian ini diwujudkan dalam bentuk pedomn tertulis untuk dibagikan

    kepada seluruh petugas terkait, pembuatan laporan atau grafik yang baru

    untuk dipakai di lingkungan Puskesmas atau sebagai laporan ke Dinas

    Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai bahan referensi dalam menilai

    kemajuan atau hasil kegiatan pelayanan, dll.

    Kesehatan Reproduksi 11 Pedoman Operasional

  • ii). Melakukan kajian rutin, minimum tiap minggu atau tiap dua minggu,

    terhadap manajemen data yang baru. Kajian rutin ini sebaiknya dilakukan

    Tim Kecil Kespro secara khusus selama tiga bulan pertama sejak

    perubahan manajemen data dimulai, untuk menyempurnakan dan

    memantapkan pelaksanaan manajemen data yang baru tersebut. Setelah

    terbukti bahwa proses manajemen data yang baru itu telah mantap

    dilaksanakan, maka kajian khusus ini dapat di hentikan dan selanjutnya

    dimonitor melalui diskusi dalam pertemuan rutin bulanan (Lokakarya Mini)

    sebagai bagian dari pengendalian mutu keseluruhan pelayanan

    Puskesmas.

    iii). Melaksanakan pelatihan singkat bagi petugas terkait atau penyediaan

    sarana, jika perubahan manajemen data ini menyangkut penambahan

    ketrampilan baru bagi petugas dan/atau penyediaan sarana baru.

    Catatan : Khusus untuk tindak lanjut untuk butir iii (baik untuk pelayanan klinis

    maupun manajemen data), perlu dibuat usulan rencana kegiatan khusus guna

    mendukung pelaksanaan Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi untuk

    dimasukkan dalam pengajuan anggaran rutin bulanan, misalnya dengan

    memakai dana dari biaya operasional Puskesmas atau memakai dana dari

    pengembalian pendapatan Puskesmas.

    Penyesuaian alur pelayanan dan manajemen data ini, jelas akan berdampak

    terhadap aspek logistic program yang terkait dengan Reproduksi Kesehatan.

    Sebagai contoh, adanya tambahan pertanyaan anamnesa dan pemeriksaan

    terhadap ibu hamil dalam kaitannya dengan IMS mungkin akan memerlukan :

    a. Perubahan pada bagian anamnesa dan pemeriksaan dalam Kartua Pasien

    b. Penambahan reagen untuk pemeriksaan IMS dan obat untuk

    menanggulangi IMS, karena jumlah sasaran pemeiksaan kemudian tidak

    hanya mencakup pasien yang dating ke Balai Pengobatan dengan keluhan

    IMS saja tetapi juga mencakup ibu hamil yang dating ke klinik KIA, berikut

    pasangannya.

    c. Penyediaan alat pemeriksaan laboratorium untuk pemeriksaan IMS yang

    diperlukan.

    12 Kesehatan Reproduksi Pedoman Operasional

  • Denagan adanya kebutuhan baru dalam aspek logistic, maka manajemen

    sarana Puskesmas juga perlu disesuaikan. Ini berarti perencanaan tahunan

    Puskesmas juga perlu disesuaikan terutama menyangkut perencanaan

    kebutuhan sarana, penyimpanan, pencatatan dan pelaporan inventaris,

    termasuk perubahan dalam formulir permintaan bahan/sarana.

    Untuk tu pada saat pembuatan rencana anggaran tahun berikutnya maka

    Puskesmas perlu menyesuaikan rencana usulan kebutuhan logistic untuk

    masing-masing rogram terkait, agar memenuhi kebutuhan standar

    pelaksanaan Pelayanan Terpadu Kesehatan Reprouksi.

    Kesehatan Reproduksi 13 Pedoman Operasional

  • BAB III

    PELAKSANAAN

    Yang terpenting dalam penerapan Pelayanan Terpadu Kesehaan Reproduksi,

    adalah mulai menyesuaikan kegiatan rutin Puskesmas untuk mencapai tujuan

    Sekali Datang Semua Pelayanan Diperoleh. Penyesuaian ini didasarkan pada hasil

    kajian atas program, pelayanan klinis, manajemen data, serta logistic dan pelatihan

    staf. Dengan penerapan Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi ini, diharapkan

    seluruh klien yang dating di Puskesmas akan dilayanai secara terpadu sesuai Protap

    yang mengitegritaskan semua aspek Kesehatan Reproduksi dalam pelayanan tiap

    program kesehatan yang ada.

    A. Langkah-Langkah Penerapan Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi

    Penerapan Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi sebaiknya dimulai dengan

    menyempurnakan Protap bagi program pelayanan yang paling siap. Secara

    operasiona, penerapan Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi untuk semua

    program dengan sekaligus mungkin sulit dilakukan, mengingat belum tentu semua

    sarana telah tersedia, dll. Pemilihan program pelayanan mana yang akan dijadikan

    sebagai ujung tombak penerapan didasarkan pada hasil kajian program untuk

    mengetahui pelayanan apa yang paling siap. Kesiapan ini mencakup adanya petugas

    yang sudah dilatih, Protap yang paling mudah disesuaikan dan sarana yang paling

    mudah/cepat dapat diperoleh. Sebagai contoh, ditinjau dari segi kesiapan program,

    maka pelayanan Kesehatan Ibu & Bayi Baru Lahir dan Keluarga Berencana biasanya

    merupakan calon terkuat untuk menjadi ujung tombak memulai penerapan Pelayanan

    Terpadu Kesehatan Reproduksi karena kedua pelayanan ini sudah ada di sebagian

    besar Puskesmas.

    Agar Puskesmas dapat memberikan Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi

    yang berkualitas, sebaiknya penerapan pelayanan juga dilakukan secara bertahap.

    Sebagai contoh, pada awal penerapan atau selama bulan pertama, hanya sebagian ibu

    hamil saja yang diberi Pelayanan Terpadu dengan menerapkan Protap yang baru

    sesuai dengan kesiapan dan ketersedian petugas yang terlath. Setelah satu bulan

    berjalan, dapat dilakukan kajian terhadap pengalaman penerapan ini untuk mempelajari

    kesulitan-kesulitan yang ditemui agar dapat dirancang tindakan untuk mengatasinya.

    14 Kesehatan Reproduksi Pedoman Operasional

  • Proses uji coba secara bertahap ini sebaiknya tidak lebih dari tiga bulan agar

    pada bulan keempat Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi sudah dapat

    tersedia dan dinikmati oleh semua ibu hamil yang berkunjung. Langkah uji coba

    ini, dengan hanya melayani sebagian ibu hamil, tidak perlu dilakukan jika hasil kajian

    menunjukan bahwa Puskesmas telah mampu (memiliki cukup tenaga terlatih) dan

    sebagian sarana utama (reagen dan obat) telah tersedia dalam jumlah yang dianggap

    cukup.

    Sebagai acuan, dapat digunakan contoh penerapan bertahap berikut :

    1. Untuk Puskesmas dengan kunjungan ibu hamil 5-10 orang per hari, dapat langsung

    memberikan Pelyanan Tepadu Kesehatan Reproduksi kepada semua (100%) ibu

    hamil

    2. Untuk Puskesmas dengan kunjungan ibu hamil 11-20 orang per hari, dapat

    memberikan Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi separuh (50%) ibu hamil

    dalam 1-3 bulan pertama. Sesudah 3 bulan diharapkan Pelayanan Terpadu

    Kesehatan Reproduksi ini sudah dapat diberikan kepada semua (100%) ibu hamil.

    3. Untuk Puskesmas dengan kunjungan ibu hamil lebih dari 20 orang per hari, dapat

    memberikan Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi kepada sepetiga (30%) ibu

    hamil dalam 1-6 bulan pertama. Sudah 3 bulan, tetapi tidak lebih dari 6 bulan,

    diharapkan Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi sudah diberikan kepada

    semua (100%) ibu hamil.

    B. Penyusunan Rencana Penerapan Pelayanan Terpadu Kespro

    Rencana penerapan Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi secara bertahap

    harus merupakan kesepakatan bersama di Puskesmas dan diketahui oleh setiap

    petugas karena menyangkut proses kerja banyak petugas. Misal, penerapan

    Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi dengan menjadikan pelayanan Ibu Hamil

    dan Bayi Baru Lahir sebagi ujung tombak akan berdampak pada proses kerja (paling

    sedikit) empat petugas, yaitu petugas Klinik KIA, petugas Imunisasi, Petugas

    Laboratorium dan petugas Kamar Obat. Bahkan mungkin hal ini juga berdampak pada

    petugas loket, jika di Puskesmas tersebut petugas loket juga berfungsi melakukan

    anamnesa sederhana. Penerapan Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi juga

    dapat mempengaruhi alur pergerakan klien, sehingga disarankan agar pelayanan yang

    berkaitan erat, (missal KIA dan KB) dilaksanakan di ruang yang berdekatan sehinnga

    memudahkan klien.

    Kesehatan Reproduksi 13 Pedoman Operasional

  • Apapun rencana penerapan yang dipilih, pada akhir bulan pertama harus

    diadakan kajian khusu untuk menilai kelancaran dan keberhasilannya. Penilaian

    tersebut berdasarkan 2 aspek, yaitu :

    1. Aspek kelancaran dikaji dalam pertemuan bulanan Puskesmas untuk

    menyempurnakan alur pelayanan, agar estafet pelayanan klien dari satu petugas ke

    petugas yang lain berjalan mulus dan tidak malah membuat klien menjadi harus

    lebih lama menunggu dilayani.

    2. Aspek keberhasilan dikaji untuk menilai apakah dengan pendekatan itu semakin

    banyakn kasus dapat ditemukan dan/atau semakin banyak klien yang dating untuk

    mendapatkan pelayanan. Sumber data untuk menilai keberhasilan ini adalah

    pengalaman masing-masing peugas yang terkait.

    Agar penilaian terhadap langkah-langkah penerapan ini menjadi lebih tepat dan lebih

    tajam, dapat dilakukan wawancara sederhana pada beberapa klien secara acak

    sebelum mereka meninggalkan Puskesmasn (exit interview). Tujuan utama

    wawancara ini adalah untuk mendengar pendapat dan kesan klien tentang lamanya

    waktu pelayanan, apakah klien merasacmakin repot karena harus berhubungan dengn

    banyak petugas dll. Untuk wawancara ini sebaiknya dipilih 5-10% klien perhari dengan

    jumlah klien kunjungan lama lebih banyak sehingga dapat diperoleh kesan yang

    membandingkan antara pelayanan sebelumnya (tanpa keterpaduan) dan pelayanan

    yang baru (dengan keterpaduan).

    16 Kesehatan Reproduksi Pedoman Operasional

  • BAB IV

    PEMANTAUAN DAN PENILAIAN

    Dua aspek penting dalam pemantauan dan penilaian Pelayanan Terpadu Kesehatan

    Reproduksi di Puskesmas, yaitu :

    1. Keterpaduan Pelayanan

    2. Hasil Pelayanan

    Keterpaduan Pelayanan dipantau dan dinilai melalui :

    1. Kajian terhadap catatan dan laporan tentang langkah-langkah persiapan dan

    pelaksanaan Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi, seperti sosialisasi

    informasi, kajian program dalam PKRE, kajaian Protap pelayanan klinis,

    penyesuaian Protap, penerapan Protap baru, penyesuaian rencana kebutuhan

    logistic dan/atau training staff, dan diskusi rutin dalam Pertemuan Bulanan

    Puskesmas. Yang dinilai adalah apakah semua langkah tersebut telah dilakukan

    atau belum. Jika belum dilakukan, maka dijelaskan kendalanya dan rencana tindak

    lanjut apa yang akan dilakukan Puskesmas untuk mengatasi kendala tersebut.

    Untuk melakuakan pemantauan dan penilaian ini dapat digunakan ceklist sederhna

    seperti contoh dalam Bagan 5.

    Contoh: Khusus untuk kajian terhadap penerapan protap baru, perlu diperhatikan

    tahap penerapan yang dipilih (lihat Langkah-Langkah penerapan Pelayanan

    Terpadu dalam Bab III)

    2.. Kajian antar puskesmas (peer review) yang diintegrasikan sebagai bagian dari

    kegatan rutin Gugus Kendali Mutu (Quality Assurance) sesuai dengan pedoman dan

    format laporan yang sudah ada. Kegiatan ini berbentuk pertemuan antar dua atau

    lebih Puskesmas untuk saling mengkaji catatan dan laporan masing-masing dan

    mendiskusikan apa saja tindak lanjut yang harus dilakukan.

    Catatan: Keterpaduan Pelayanan dapat juga dipantau dan dinilai oleh Petugas

    Kabupaten pada saat mereka melakukan kunjungan puskesmas.

    Hasil Pelyanan dipantau dan dinilai melalui:

    Kajian atas hasil pencapaian Indikator Kesehatan Reproduksi, yang terdiri dari:

    1. Jumlah Ibu mati saat melahirkan

    2. Jumlah bayi mati sebelum berusia 1 tahun

    Kesehatan Reproduksi 17 Pedoman Operasional

  • 3. Cakupan Pelayanan atenatal/K1 (target:95%)

    4. Cakupan Persalinan ditolong Tenaga Kesehatan/PN (target 90%)

    5. Penanganan komplikasi/kasus obstetric (target 12% dari persalinan)

    6. Cakupan pelayanan nifas bagi Ibu dan bayi baru lahir (target 90%)

    7. Prevalensi anemia pada ibu hamil (target 35%)

    8. Prevalensi BBLR (target 5%)

    9. Cakupan [elayanan KB Modem pada PUS (target 70%)

    10. Cakupan pelayanan KB untuk laki-laki (target 8%)

    11. Prevalensi kehamilan dengan 4 terlalu (target: 50% dari data 1997)

    12. Penurunan kejadian komplikasi pelayanan KB (target:semua kasus tetangani)

    13. Penurunan angka drop out KB (tidak ada yang drop out)

    14. Prevalensi gonorrhea dalam kelompok risiko tinggi (target:10%)

    15. Prevalensi angka HIV dalam kelompok risiko tinggi (target:1%)

    16. Prevalensi Anemia pada remaja (target:20%)

    17. Cakupan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja (target:85% untuk dalam jalur

    dalam sekolah dan 20% untuk jalur diluar sekolah)

    Kajian atas hasil pelayanan ini dilakukan dengan menggunakan data dari masing-

    masing program yang terkait dalam PKRE, melalui format-format pelaporan baku yang

    sudah ada di Puskesmas. Secara praktis, yang perlu dilakukan hanyalah mengambil

    data atau indicator dari masing-masing format laporan yang baku itu, sesuai dengan

    data diatas, untuk kemudian dimasukkan dalam Ceklist pada contoh Bagan 5. Analisa

    tentang hasil yang dicapai merupakan gambaran keberhasilan bersama dari semua

    program yang terkait dalam PKRE, dan tindak lanjut terhadap hasil yang dicapai

    merupakan tanggung jawab masing-masing program yang terkait.

    Penerapan Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi, dengan demikian, tidak

    memerlukan penyesuaian yang berarti pada sistim penccatan dan pelaporan di

    Puskesmas yng saat ini menggunakan system SP2TP, dan semua format yang saat

    ini dipakai oleh masing-masing program masih terus dapat dipakai. Ditinjau dari segi

    Kesehatan Reproduksi, maka saat ini format pencatatan dan pelaporan untuk Program

    Kesehatan Ibu dan Anak, Keluarga Berencana dan Pencegahan IMS, merupakan

    format yang sudah dapat memenuhi hamper semua kebutuhan data yang diperlukan

    untuk memantau dan menilai hasil Pelayanan Terpadu Pelayanan Reproduksi. Di masa

    depan, diharapkan hal yang sama akan terjadi pula sejalan dengan tersedia format

    pencacatan pelaporan untuk Program kesehatan

    18 Kesehatan Reproduksi Pedoman Operasional

  • Reproduksi Remaja. Sementara itu, dengan menggunakan format-format pencatatan

    dan pelaporan yang ada di Puskesmas ditambah dengan Ceklist seperti pada contoh

    Bagan 5, maka sudah dapat dilakukan pemantauan dan penilaian terhadap Pelayanan

    Terpadu Kesehatan Reproduksi.

    Penerapan Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi akan memerlukan

    penyesuaian terhadap pencatatan penduduk dan terhadap cara melakukan

    analisa data. Penyesuaian terhadap pencatatan penduduk ini karena pengelompokan

    penduduk untuk Kesehatan Reproduksi mengikuti siklus hidup. Penyesuaian terhadap

    cara analisa ini karena adanya perubahan focus pelayanan yang sekarang dipusatkan

    pad pemenuhan kepentingan klien. Berkaitan dengan pemenuhan kepentingan klien itu,

    maka pemantauan dengan menggunakan exit interview (lihat Bab III) akan sangat

    membantu dalam memantau dan menilai. Hasil exit interview ini sebaiknya dilampirkan

    juga dengan Ceklist sederhana seperti contoh terlampir.

    Kesehatan Reproduksi 19 Pedoman Operasional

  • LAMPIRAN 1

    CEKLIST 1 PEMANTAUAN DAN PENILAIAN

    PELAYANAN TERPADU KESEHATAN REPRODUKSI DI

    PUSKESMAS

    Puskesmas : .Kabupaten ; ....................

    Propinsi:..Tgl

    ASPEK KETERPADUAN PELAYANAN

    1. Sosialialisasi Informasi Sudah dilaksanakan?

    - YA. (Laporan hasil sosialisasi terlampir)

    - TIDAK, karena ...

    ...

    - Tindak lanjut yang direncanakan untuk mengatasi kendala ini

    2. Kajian Program Pelayanan sudah dilaksanakan?

    - YA. (Laporan hasil kajian terlampir)

    Pelayanan PKRE yang sudah ada...

    Pelayanan PKRE yang sudah ada dan siap..

    Pelayanan PKRE yang sudah ada tapi belum siap.

    - TIDAK, karena...

    3. Penyesuain Alur Pelayanan Klinis, sudah dilaksanakan ?

    - YA, (Protap baru terlahir)

    - TIDAK, karena

    4. Penyesuaian Manajemen Data dan Logistik, sudah dilaksaanakan ?

    - YA (Format pencatatan dilampirkan)

    20 Kesehatan Reproduksi Pedoman Operasional

  • - Tidak, Karena..

    .

    Tidak lanjut yang direncanakan untuk mengatasi kendala ini....

    - YA. (Rencana Usulan Logistik dan Pelatihan Petugas dilapirkan)

    - TIDAK, Karena ...

    Tindak lanjut yang direncanakan untuk mengatasi kendala ini..

    5. Kesehatan Reproduksi dalam agenda rutin Pertemuan Bulanan

    Puskesmas ?

    - YA, (Notulen Pertemuan Bulanan dilampirkan)

    - TIDAK, karena.

    ...

    ......

    Tindak lanjut yang direncanakan untuk mengatasi kendala ini..

    Kesehatan Reproduksi 19 Pedoman Operasional

  • LAMPIRAN 2

    CEKLIST 2 PEMANTAUAN DAN PENILAIAN

    PELAYANAN TERPADU KESEHATAN REPRODUKSI DI

    PUSKESMAS

    Puskesmas : Kabupaten :.Propinsi:..Tgl.

    ASPEK HASIL PELAYANAN

    1. Jumlah Ibu mati saat melahirkan

    2. Jumlah bayi mati sebelum berusia 1 tahun

    3. Cakupan Pelayanan antenatal/K1 (target : 95%)

    4. Cakupan Persalinan diolong Tenaga Kesehatan/KN (target :90%)

    5. Penaganan komplikasi/kasus obstetri (target : 12% dari persalian)

    6. Cakupan pelayanan nifas bagi ibu dan bayi baru lahir (target : 90%)

    7. Prevalensi anemia pada ibu hamil (target : 35%)

    8. Prevalensi BBLR (target : 5%)

    9. Cakupan Pelayanan KB Modem pada PUS (target : 70%)

    10. Cakupan Pelayanan KB untuk Lelaki (target : 8%)

    11. Prevalensi kehamilan dengan4-terlalu (target : 50% dari data 1997)

    12. Penurunan kejadian Komplikasi pelayanan KB

    (target semua kasus tertangani)

    13. Penurunan angka drop out KB

    (target : tidak ada yang drop-out)

    14. Prevalensi gonorrhea dalam kelompok risiko tinggi

    (target : 10%)

    15. Prevalensi angka HIV dalam kelompok risiko tinggi

    (target : 1%)

    16. Prevalensi Anemia pada remaja (target : 20%)

    17. Cakupan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja

    (target : 85% untuk jalur dalam sekolah)

    (target : 20% untuk jalur diluar sekolah)

    KEGIATAN PEMANTAUAN LAIN :

    1. Dilakukan Peer Review?

    YA. (Notulen Hasil Peer Review dilampirkan)

    TIDAK, karena...

    20 Kesehatan Reproduksi Pedoman Operasional

  • .

    Tidak lanjut yang direncanakan untuk mengatasi kendala ini

    .

    2. Dilakukan Exit Interview?

    YA. (Laporan Exit Interview dilampirkan)

    TIDAK, karena...

    .

    .

    Tindak lanjut yang direncanakan untuk mengatasi kendala ini.

    .

    Kesehatan Reproduksi 23 Pedoman Operasional

  • KUNJUNGAN PERTAMA

    ANAMNESIS

    Identitas

    Status Kespro :

    - Umur Kehamilan - Riwayat KB (cek 4 terlalu)

    - Umur kehamialan dan HPHT/HTP - Resiko penularan PMS

    - Riwayat kehamilan & persalinan - riwayat KtP

    Status kes

    - Riwayat peny, yang pernah diderita

    - Riwayat peny. yang sedang diderita

    Keluhan selama kehamilan

    PEMERIKSAAN FISIK :

    Umum : TB, BB, TD, jantung, paru, konjungtiva

    bengkak pada tangan/wajah, refleks lutut

    Kehamilan :

    - TFU, DJJ

    - Payudara

    - Vulva :a.I. tanda PMS

    Laboratorium : Hb, Urine

    PELAYANAN :

    TTD

    TT

    Nasehat & Konseling (sesuai umur kehamilan)

    Trimester I :

    - Gizi

    - Istirahat

    - Higiene diri (kebersihan,

    gigi & OR)

    - Tanda-tanda bahaya

    - Hub. Seks selama

    kehamilan

    - Kunjungan berikutnya

    Trimester I I :

    - Trimester I +

    - Keutungan ASI

    - Persiapan persalinan

    - KB post partum

    Trimester I II :

    - Trimester II +

    - Perawatan bayi baru lahir

    - Persiapan keluarga dalam

    menghadapi persalinan dan

    kemungkinan adanya

    komplikasi

    Penanganan gangguan yang ditemukan/rujukan

    IBU

    BAGAN ALUR PELAYANAN ANTENATAL

    24 Kesehatan Reproduksi Pedoman Operasional

  • ANAMNESIS :

    Keluhan :

    - Perkembangan keluhan y.I

    - Adakah keluhan baru

    Perawatan diri :

    - Makanan yang dikonsumsi - Higiene diri (kebersihan, gigi & OR)

    - Istirahat & Kerja - Ktp, PMS

    Adanya tanda bahaya :

    - Perdarahan, per vaginam

    - Pusing hebat & bengkak pada wajah/tangan

    - Janin t idak bergerak

    Upaya pencegahan :

    - TTD

    - Suntik TT

    Umur kehamilan menurut perkiraan Ibu

    Hal-hal yang ingin ditanyakan

    PEMERIKSAAN FISIK :

    Umum : TB, BB, TD, konjungtiva bengkak

    pada tangan/wajah, refleks lutut

    Kehamilan :

    - TFU, DJJ - Vulva :a.I. tanda PMS

    - Payudara - Leopold I-IV

    Laboratorium : Hb, Urine atas indikasi

    PELAYANAN :

    TTD

    TT

    Nasehat & Konseling (sesuai umur kehamilan)

    Trimester I :

    - Gizi

    - Istirahat

    - Higiene diri (kebersihan,

    gigi & OR)

    - Tanda-tanda bahaya

    - Hub. Seks selama

    kehamilan

    - Kunjungan berikutnya

    Trimester II :

    - Trimester I +

    - Keutungan ASI

    - Persiapan persalinan

    - KB post partum

    Trimester III :

    - Trimester II +

    - Perawatan bayi baru lahir

    - Persiapan keluarga dalam

    menghadapi persalinan dan

    kemungkinan adanya

    komplikasi

    Penanganan gangguan yang ditemukan/rujukan

    KUNJUNGAN ULANGHAMIL

    BAGAN ALUR PELAYANAN ANTENATAL

    Kesehatan Reproduksi 25 Pedoman Operasional

  • Identitas (bila belum pernah datang)

    Pemeriksaan kehamilan yang pernah dilakukan dan oleh siapa

    Riwayat kehamilan yang dan persalinan yang lalu

    Riwayat kehamilan sekarang

    Riwayat kesehatan Ibu

    Adanya tanda-tanda persalinan (HIS, ketuban dan show)

    Adanya tanda-tanda komplikasi persalinan

    ANAMNESIS : (pada Keadaan mendesak anamnesis dapat dilakukan

    bersama dengan pemeriksaan fisik

    IBU HAMIL AKAN BERSALIN

    PEMERIKSAAN FISIK :

    Umum : TD, Konjungtiva, bengkak pada tangan/wajah, refleks lutut

    Abdomen : TFU, DJJ, Leopold I-IV, jantung, paru

    Inspeksi Vulva :

    - Ada/t idak ada perdarahan per vaginam. Bila ada perdarahan

    pervagnam pemeriksaan dalam harus dilakukan di kamar

    operasi sehingga perlu diujuk

    - Tanda-tnda PMS

    Pemeriksaan dalam (bila tidak ada perdarahn per vaginam)

    PERTOLONGAN PERSALINAN : dengan memperhatikan pencegahan

    umum terhadap infeksi

    Pimpin persalinan

    Pantau persalinan dengan partograf

    Perawatan ibu

    Perawatan bayi baru lahir

    KONSELING

    Perawatan ibu

    Perawatan bayi baru lahir

    Tanda bahaya pada ibu dan pada bayi baru lahir

    KB post partum

    BAGAN ALUR PELAYANAN PERSALINAN

    26 Kesehatan Reproduksi Pedoman Operasional

  • IBU

    BAGAN ALUR PELAYANAN NIFAS

    ANAMNESIS

    Keluhan

    - Jumlah perdarahan

    - Adanya bengkak, pusing, nyeri

    - Adanya demam

    - Gangguan lain

    Bila persalinan bukan oleh nakes

    - Riwayat persalinan

    - Masalah yang dihadapi

    Perawatan diri :

    - Makanan yang dikonsumsi

    - Istirahat & kerja

    - Higiene

    PEMERIKSAAN FISIK :

    Umum : BB, TD, Jantung, paru, Konjuctiva,

    bengkak pada tangan/wajah, payudara,

    reflex lutu t

    Abdomen : uterus keras/lunak

    Vulva :

    - Banyaknya perdarahan

    - Warna dan bau lokhia

    - Tanda-tanda PMS/infeksi lainnya

    PELAYANAN :

    Konseling :

    - Perawatan diri

    - Perwatan bayi

    - KB post partum

    Pemberian obat-obatan sesuai

    dengan kebutuhan, TTD

    IBU

    ANAMNESIS : (ditanyakan kepada ibu)

    Gangguan yang ditemukan :

    - Suhu tubh dingin, sulit

    dinaikkan kembali

    - Kulit menjadi biru

    - Sulit bernafas

    - Tiba-tiba tidak dapat menyusu

    - Kulit dan mata bayi menjadi kuning

    - Tidur terus dan gerak kurang

    - Mata bengkak dan bernanah

    Bila persalinan bukan oleh nakes

    - Gangguan pada saat/segera

    setelah lahir

    Perawatan bayi :

    - Perawatan tali pusat

    - Pemberian ASI

    - Cara menjaga suhu tubuh

    - Gangguan lain (kejang, kuning)

    PEMERIKSAAN FISIK :

    Keadaan Umum : BB, suhu tubuh, jantung,

    paru, kelainan tubuh, gerak, reflex bayi

    Tanda penularan PMS :

    - Mata

    - Cacat Tubuh

    Fisik lainnya sesuai standar

    Pelayanan

    PELAYANAN :

    Konseling kepada ibu tentang

    perawatan bayi

    Bila ada kelainan segera dirujuk

    *) Pelayanan memperhatikan pencegahan umum terhadap infeksi

    KUNJUNGAN NIFAS

    Kesehatan Reproduksi 27 Pedoman Operasional

  • Calon Akseptr KB

    BAGAN ALUR PELAYANAN KB

    ANAMNESIS :

    Identitas

    Metode KB yang d iiginkan/yang pernah

    dipakai

    Status kesehatan :

    - Riwayat penyakit yang pernah diderita

    - Penyakit yang sedang diderita

    Status Kespro :

    - Hamil/tidak hamil, paska-keguguran

    - 4 terlalu

    - resiko penularan PMS

    - Ktp

    KONSELING PRA PELAYANAN :

    Informasi ringkas tentang berbagai

    metode KB

    Pemantapan pemilihan metode KB

    sesuai dengan keinginan & kondisi

    (inform concent)

    PEMERIKSAAN FISIK :

    Umum (tanda-tanda Ktp)

    Organ reproduksi

    Gejala PMS

    Akseptor KB

    ANAMNESIS :

    Status metode KB sekarang

    Tujuan datang & keluhan yang ada

    Status kesehatan

    - Riwayat penyakit yang pernah

    diderita

    - Penyakit yang sedang diderita

    Status kes. Reproduksi

    - Hamil/tidak hamil, Paska

    Keguguran

    - 4 terlalu

    - resiko penularan PMS

    - Ktp

    PELAYANAN KONTRASEPSI:

    Informasi mengenai hasil

    pemeriksaan

    Kelayakan metode yang dipilih

    dikaitkan dengan kondisi kesehatan

    calon akseptor

    Pemberian pelayanan + penjelasan

    tindakan yang dilakukan

    *) Pelayanan memperhatikan pencegahan umum terhadap infeksi

    KLIEN

    KONSELING PASKA PELAYANAN

    Informasi lengkap tentang metode

    KB yang diberkan

    Jadwal kunjungan ulang

    KONSELING PRA PELAYANAN :

    Penjelasan tentang penyebab &

    cara mengatasi keluhan yang

    dirasakan

    Membahas dengan klien ttg

    kecocokan metode KB yang diakai

    PEMERIKSAAN FISIK :

    Umum :

    - Status gizi (anemia, KEK)

    - Tanda-tanda Ktp

    Organ reproduksi Geja la -ge ja la PM S

    PELAYANAN KONTRASEPSI:

    Informasi mengenai hasil

    pemeriksaan

    Pemberian/pelayanan ulang

    Pelayanan penanganan keluhan/

    dirujuk

    KONSELING PASKA PELAYANAN

    Hal-hal yang perlu dilakukan oleh

    klien untuk mengatasi keluhan

    Jadwal kunjungan ulang

    28 Kesehatan Reproduksi Pedoman Operasional

  • BAGAN ALUR PELAYANAN KESEHATAN REMAJA

    KONTAK REMAJA

    ANAMNESISI

    Identitas

    Apa yang sudah dketahui tentang kes. reproduksi remaja :

    - Perubahan fisik & psikis

    - Masalah yang mungkin timbul

    - Cara menghadapi masalah

    Apa yang sudah diketahui ttg prilaku hidup sehat bagi remaja

    - Pemeliharaan kesehatan diri (gizi, hygiene)

    - Hal - hal yang perlu dihindari : napza, termasuk rokok dan minuman keras ;

    serta pergaulan bebas

    - Hubungan antara laki-laki & perempuan

    Apa yang sudah diketahui tentang persiapan berkeluarga

    - kehamilan

    - KB

    - PMS/HIV/AIDS

    Masalah yang dihadapi

    - Fisik

    - Psikis

    - Kekerasan

    - Pergaulan antara laki-laki & perempuan

    PEMERIKSAAN FISIK

    Umum :

    - Tanda-tanda anemia

    - Tanda-tanda KEK

    - Tanda-tanda Ktp

    Khusus :

    - Semua dengan keluhan dirujuk ke Puskesmas/Petugas Kesehatan

    PELAYANAN KONSELING

    Kesehatan Reproduksi Remaja

    Perilaku hidup sehat bagi remaja

    Persiapan berkeluarga

    Konseling untuk mengatasi masalah yang dihadapi bila tidak dapat

    ditangani dirujuk ke fasilitas kesehatan yang sesuai

    Kesehatan Reproduksi 29 Pedoman Operasional

  • KATA PENGANTAR

    Buku Pedoman Operasional Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi di

    Puskesmas sebagai acuan tentang pelaksanaan langkah-langkah operasional untuk

    Puskesmas dalam melaksanakan Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi.

    Buku Pedoman Operasional Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi di

    Puskesmas, disusun dalam empat, bab yaitu bab pertama atau pendahuluan

    membahas tentang pola operasional pelayanan terpadu kesehatan reproduksi; bab

    kedua tentang perencanaan, membahas persiapan operasional pelayanan terpadu

    kesehatan reproduksi; bab ketiga tentang pelaksanaan membahas penerapan

    pelayanan terpadu kesehatan reproduksi dan bab keempat tentang pemantauan dan

    penilaian, membahas pencatatan dan pelaporan pelayanan terpadu kesehatan

    reproduksi; serta lampiran-lampiran.

    Untuk mewujudkan keterpaduan pelayanan Kesehatan Reproduksi, Departemen

    Kesehatan menerbitkan empat buah buku yang merupakan sebuah paket untuk

    digunakan sebagai acauan utama bagi seluruh jajaran Departemen Kesehatan

    Reproduksi. Dalam semangat desentralisasi dewasa ini, diharapkan setiap petugas

    kesehatan, baik pengelola program maupun pelaksana pelayanan untuk secara kreatif

    mengunakan buku acuan ini dalam mengembangkan kegiatan-kegiatan pelayanan

    terpadu Kesehatan Reproduksi sesuai dengan masalah dan kebutuhan wilayah

    setempat.

    Kepada Direktur Pemberantasan Penyakit Menular Langsung, Ditjen P2M PLP,

    Direktur Jaminan dan pelayanan KB, BKKBN, Kepala Pusat Promosi Kesehatan,

    Kasubdit Kesehatan Maternal dan Perinatal, Kasubdit Kesehatan Usia Subur, Kasubdit.

    Kes. Anak Prasekolah dan seluruh jajarannya sebagai penanggung jawab komponen

    kesehatan reproduksi yang telah menyusun buku Pedoman Operasional Pelayanan

    Terpadu Kesehatan Reproduksi di Puskesmas ini,

    iii

  • Disampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih, khususnya kepada UNFA yang

    telah memberikan bantuan dana sehingga memungkinkan terbitnya buku ini.

    Selanjutnya, semua sasaran untuk penyempurnaan buku ini akan sangat dihargai.

    Jakarta, November 2002

    Direktur Kesehatan Keluarga

    Selaku

    Sekretaris Komisi Kesehatan Reproduksi,

    Dr. Sri Hermiyanti, MSc.

    iv

  • KATA SAMBUTAN

    Komitmen Indonesia dalam Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan (ICPD) di Kairo tahun 1994 yang ditindaklanjuti dengan Lokakarya

    Nasional Kesehatan Reproduksi di Jakarta Tahun 1996 antara sektor-sektor terkait,

    LSM, Universitas, organisasi donor, telah menghasilkan kesepakatan bersama tentang

    paket pelayanan kesehatan reproduksi prioritas, yang disebut sebagai Paket Kesehatan

    Reproduksi Esensial (PKRE). Dalam kesepakatan itu, fokus perhatian ditunjukan pada

    pelayanan yang mengutamakan kesehatan dan hak reproduksi perorangan bagi laki-

    laki maupun perempuan sepanjang siklus hidupnya. Sebagai kelanjutan dari fokus

    perhatian ini, agar klien dapat memperoleh pelayanan yang berkualitas dan sesuai

    dengan kebutuhan mereka dalam satu kunjungan. Hal ini akan dapat dicapai dengan

    saling mengaitkan dan saling memasukkan aspek pelayanan kesehatan reproduksi

    diantara program-program pelayanan kesehatan yang satu dengan lainnya.

    Untuk mewujudkan keterpaduan pelayanan Kesehatan Reproduksi, Departemen

    Kesehatan menerbitkan empat buah buku yang merupakan sebuah paket sebagai

    acuan utama bagi seluruh jajaran Departemen Kesehatan dalam melaksanakan tugas

    yang bekaitan dengan Kesehatan Reproduksi. Dalam semangat desentralisasi dewasa

    ini, diharapkan setiap petugas kesehatan, baik pengelola program maupun pelaksana

    pelayanan untuk secara kreatif mengunakan ke-empat buku acuan itu dalam

    mengembangkan keguatan pelayanan terpadu Kesehatan Reproduksi yang sesuai

    dengan masalah dan kebutuhan wilayah setempat. Ke-empat buku acauan utama itu

    adalah :

    1. Buku Program Kesehatan Reproduksi dan Pelayanan Integratif Tingkat Pelayanan

    Dasar, sebagai acuan tentang pengetahuan mengenai Kesehatan Reproduksi

    untuk para pengelola program dalam mengembangkan program dan pelayanan

    Kesehatan Reproduksi.

    2. Buku Yang Perlu Diketahui Petugas Kesehatan tentang Kesehatan Reproduksi,

    sebagai acuan tentang pengetahuan mengenai Kesehatan Reproduksi untuk yang

    berkaitan dengan Kesehatan Reproduksi.

    v

  • 3. Buku Pedoman Operasional Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi di

    Puskesmas, sebagai acuantentang pelaksanaan langkah-langkah operasional

    untuk Puskesmas dalam melaksanakan Pelayanan Terpadu Kesehatan

    Reproduksi.

    4. Buku Komunikasi, Informasi dan Edukasi Kesehatan Reproduksi untuk Petugas

    Kesehatan di Tingkat Pelayanan Dasar, sebagai acuan tentang langkah-langkah

    operasional untuk Petugas Kesehatan di Puskesmas dalam menyampaikan

    pengetahuan mengenai Kesehatan Reproduksi kepada klien dan masyarakat

    yang menerima pelayanan Puskesmas

    Saya mengharapkan buku Pedoman Operasional Pelayanan Terpadu Kesehatan

    Reproduksi di Puskesmas ini dapat menjadi acuan yang tidak terpisahkan dari buku-

    buku tersebut di atas dalam pelaksanaan kegiatan reproduksi terpadu di tingkat

    Puskesmas.

    Jakarta, November 2002

    Direktur Jenderal

    Bina Kesehatan Masyarakat

    selaku

    Ketua Komisi Kesehatan Reproduksi,

    Prof. Dr. Azrul Azwar, MPH.

    vi

  • DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR. iii

    KATA SAMBUTAN v

    DAFTAR ISI .. vii

    I. PENDAHULUAN . 1

    II. PERENCANAAN . 3

    A. Persiapan Operasional Pelayanan Terpadu Kesehatan

    Reproduksi 3

    B. Pelaksanaan Pelayanan Terpadu. 3

    1. Sosialisasi Informasi Kesehatan Reproduksi di Tingkat

    Puskesmas 3

    2. Kajian atas Program-program Pelayanan dalam Paket

    Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial (PKRE) . 6

    3. Kajian atas Kesesuaian Pelayanan Klinis dengan Protap

    Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi 9

    4. Kajian atas Manajemen Data Paket PKRE . 9

    5. Penyesuaian Alur Pelayanan Klinis, Manajemen

    Data dan Logistik Paket PKRE 10

    III. PELAKSANAAN . 14

    A. Langkah-langkah Penerapan Pelayanan Terpadu

    Kesehatan Reproduksi .. 14

    B. Penyusunan Rencana Penerapan Pelayanan

    Terpadu Kesehatan Reproduksi 15

    IV. PEMANTAUAN DAN PENILAIAN 17

    Keterpaduan Pelayanan dipantau dan dinilai 17

  • Hasil Pelayanan dipantau dan dinilai .. 17

    Lampiran :

    - Ceklis 1 Pemantauan dan Penilaian Pelayanan Terpadu

    Kesehatan Reproduksi di Puskesmas . 20

    - Ceklis 2 Pemantauan dan Penilaian Pelayanan Terpadu

    Kesehatan Reproduksi di Puskesmas .. 22

    - Bagan Alur Pelayanan Antenatal 25

    - Bagan Alur Pelayanan Persalinan . 26

    - Bagan Alur Pelayanan Nifas 27

    - Bagan Alur Pelayanan KB 28

    - Bagan Alur Pelayanan Kesehatan Remaja 29

    - Bagan Alur Pelayanan Remaja Seksual . 30

    - Bagan Alur Pelayanan PMS .. 31

    vii

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Kebijakan Nasional Kesehatan Reproduksi di Indonesia menetapkan bahwa Kesehatan

    Reproduksi mencakup lima komponen/program terkait, yaitu Program Kesehatan Ibu

    dan Bayi Baru Lahir, Program Keluarga Berencana, Program Kesehatan Reproduksi

    Remaja, Program Pemcegahan dan Penanganan Penyakit Menular Seksual termasuk

    HIV/AIDS, Dn Program Kesehatan Reproduksi pada Usia Lanjut. Pelaksanaan

    Kesehatan Reproduksi dilakukan dengan menggunakan pendekatan siklus hidup (life-

    cycle approach) agar diperoleh sasaran yang pasti dan pelayanan yang jelas

    berdasarkankepentingan sasaran/klien dengan memperhatikan hak reproduksi mereka

    Pada saat ini, prioritas Kesehatan Reproduksi di Indonesia mencakup empat

    komponen/program terkait yaitu Kesehatan ibu dan Bayi Baru Lahir, Keluarga

    Berencana, Kesehatan Reproduksi Remaja, serta Pencegahan dan Penaggulangan

    Penyakit Menular Seksual (PMS), termasuk HIV/AIDS. Pelayanan yang mencakup

    empat komponen/program prioritas yang terkait ini disebut Pelayanan Kesehatan

    Reproduksi Esensial (PKRE). Jika PKRE ditambah dengan pelayanan yang

    diberikan akan mencakup seluruh (lima) komponen Kesehatan Reproduksi, yang

    disebut Pelayanan Kesehatan Reproduksi Komrehensif (PKRK).

    Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial/PKRE, dengan demikian

    bertumpu pada pelayanan dari masing-masing program terkait yang sudah tersedia di

    tingkat pelayanan dasar. Ini berarti bahwa Paket Pelayanan Kesehatan Reproduksi

    Esensial bukan suatu program pelayanan yang baru maupun berdiri sendiri, tetapi

    merupakan keterpaduan berbagai pelayanan dari program yang terkait itu, dengan

    tujuan agar sasaran memperoleh semua pelayanan secara terpadu dan berkualitas,

    termasuk dalam aspek komunikasi, informasi dan edukasi (KIE). Dalam kerangka

    Kesehatan Reproduksi, maka pelayanan masing-masing program terkait akan

    didsarkan pada kepentingan sasaran/konsumen sesuai dengan tahap dalam siklus

    hidup.

    Kesehatan Reproduksi 1 Pedoman Operasional

  • Bentuk Operasional dari kegiatan PKRE ini adalah Pelayanan Terpadu Kesehatan

    Reproduksi yang terdiri atas pelayanan dari masing-masing program-program terkait

    yang dilaksanakan secara terpadu, berkualitas, dan didasarkan pada kepentingan

    sasaran/klien dengan memperhatikan hak Reproduksi mereka.

    Pola Operasional Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi

    Untuk membantu Petugas Kesehatan di tingkat pelayanan dasar agar mudah

    melaksanakan keterpaduan empat komponen prioritas tersebut, maka dikembangkan

    Pola Oerasional Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi (lihat Bagan 1)

    BAGAN 1 : POLA OPERASIONAL PELAYANAN TERPADU KESEHATAN

    REPRODKSI

    PERENCANAAN

    PELAKSANAAN

    PEMANTAUAN dan PENILAIAN

    PERSIAPAN : 1. Sosialisasi Kesehatan

    Reproduksi

    2. Kajian Program

    Pelayanan yang tekait

    3. Kajian Pelayanan Klinis

    4. Kajian Manajemen Data

    5. Penyusuaian Alur

    Pelayanan Klinis,

    Manajemen Data

    Dan Logistik Paket

    PKRE

    PENERAPAN

    Penyesuaian Protap

    Pelayanan Terpadu untuk

    Pelayanan :

    1. Kesehatan Ibu & Bayi

    Baru Lahir

    2. 2. Keluarga Berencana

    3. 3. Kesehatan Reproduksi

    4. Remaja

    5. 4. Pencegahan dan

    Penanggulangan

    PMS/HIV/AIDS

    6. 5. Kesehatan Reproduksi

    Usia Lanjut

    PENCATATAN dan

    PELAPORAN

    1. Keterpaduan

    Pelayanan

    2. Hasil Pelayanan

    2 Kesehatan Reproduksi Pedoman Operasional

    DILAKSANAKAN BERTAHAP

    Mulai dengan Penyempurnaan Protap

    Program Pelayanan Yang Paling Siap

    Dan Disesuaikan dengan Jumlah

    Kunjungan Presiden dan Jumlah Petugas

  • BAB II

    PERENCANAAN

    A. Persiapan Operasional Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi

    Persiapan operasional sangat penting guna menjamin terlaksananya Pelayanan

    Terpadu Kesehatan sebagai perwujudan dari Paket Pelayanan Reproduksi

    Kesehatan Esensial/PKRE di Puskesmas, untuk mencapai 3 tujuan

    1. Petugas Kesehatan mengerti sepenuhnya konsep dasar Paket Pelayanan

    Kesehatan Reproduksi Esensial (PKRE)

    2. Petugas Kesehatan dapat melaksanakan kegiatan operasional PKRE dengan

    benar secara teknis.

    3. Masyarakat memperoleh Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi yang

    efisien, efektif dan berkualitas setiap kali mereka menggunakan pelayanan

    Puskesmas (Sekali Datang Semua Pelayanan Diperoleh)

    B. Pelaksanaan Pelayanan Terpadu

    Pelaksanaan Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi memerlukan persiapan

    yang meliputi 5 langkah penting, yaitu :

    1. Sosialisasi Informasi Kesehatan Reproduksi,

    2. Kajian atas Program Pelayanan yang termasuk dalam PKRE,

    3. Kajian atas Pelayanan Klinis PKRE,

    4. Kajian atas Manajemen Data PKRE,

    5. Penyesuaian Alur Pelayanan Klinis, Manajemen Data dan Logistik PKRE.

    1. Sosialisasi Informasi Kesehatan Reproduksi di tingkat Puskesmas

    Sosialisasi Informasi ini sangat penting karena Kesehatan Reproduksi

    bukanlah sebuah program baru yang berdiri sendiri, dan kegiatan operasional

    Kesehatan Reproduksi adalah pelaksanaan secara terpadu semua pelayanan yang

    sudah (dan akan) disediakan oleh program-program yang termassuk dalam ruang

    lingkup Kesehatan Reproduksi, antara lain :

    Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir

    Keluarga Berencana

    Kesehatan Reproduksi 3 Pedoman Operasional

  • Pencwgahan dan Penanggulangan Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk

    HIV/AIDS

    Kesehatan Reproduksi Remaja

    Pencegahan dan Penanggulangan Komplikasi Anborsi

    Pencegahan dan Penanganan Infertilitas

    Kanker pada Usia Lanjut dan/atau Osteoporosis, dan

    Berbagai program pelayanan lain yang terkait dengan aspek kesehatan

    reproduksi, misalnya penanganan kanker leher rahim, kanker payudara dll.

    Prioritas kegiatan operasional Kesehatan Reproduksi di Indonesia saat ini, adalah

    pada pemberian Paket Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial (PKRE) yang

    mencakup pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir, Keluarga Berencana,

    Pencegahan & Penanggulangan IMS/HIV/AIDS/ dan kesehatan Reproduksi Remaja

    Perwujudan dari Paket Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial ini berupa

    Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi yang dilaksanakan melalui masing-

    masing empat pelayanan tersebut di atas dengan melakukan keterpaduan

    pelayanannya klien (masyarakat) yang dilayani mendapatkan seluruh pelayanan

    secara efisien dan berkualitas, Artinya, jika seorang ibu hamil dating ke Puskesmas

    maka ibu tersebut tidak hanya diberi pelayanan untuk kehamilannya saja, tetapi

    juga diberi semua pelayanan lain yang penting kesehatan reproduksinya (misalnya

    deteksi Infeksi Saluran Reproduksi/IMS, konseling tentang Keluarga Berencana dll.)

    Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi ini menuntut keterkaitan peran dan

    tanggung jawab yang sangat erat antar petugas di Puskesmas. Karena itu,

    seluruh petugas di Puskesmas perlu mengerti dan paham tentang Kesehatan

    Reproduksi , serta tentang peran dan tanggung jawab masing-masing dalam

    melaksanakan Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi. Upaya untuk

    memberikan pemahaman tentang Kesehatan Reproduksi kepada seluruh petugas di

    Puskesmas dilakukan melalui Sosialisasi Informasi Kesehatan Reproduksi.

    Sosialisasi Informasi tentang Kesehatan Reproduksi kepada petugas

    Puskesmas ini dilaksanakan dalam bentuk pertemuan, yang dikoordinir oleh

    Pimpinan Puskesmas dan/atau

    4 Kesehatan Reproduksi Pedoman Operasional

  • Petugas yang telah dilatih mengenai Kesehatan Reproduksi, khususnya mengenai

    Paket PKRE. Pertemuan ini dihadiri oleh seluruh petugas, mulai dari perawat, bidan,

    petugas gizi, petugas imunisasi, petugas laboratorium, pengelola obat, pengelola

    SP2TP, pengelola program P2M hingga petugas loket Puskesmas. Tujuan

    pertemuan ini adalah agar semua petugas terkait menjadi tahu tentang :

    a. Apa Kesehatan Reproduksi itu,

    b. Bagaimana melaksanakan keterpaduan kegiatan Kesehatan Reproduksi secara

    operasional, dan

    c. Peran serta tanggung jawab masing-masing dalam pelaksanaan kegiatan

    operasional itu.

    Jika diperlukan, dalam pertemuan ini dapat juga hadir Tim/Anggota Tim Kesehatan

    Reproduksi dari Dinas Kesehatan Tingkat Kabupaten/Kota sebagai narasumber.

    Dalam pertemuan Sosialisasi Informasi ini, kepada para peserta dijelaskan tentang

    seluruh aspek Kesehatan Reproduksi dengan menggunakan bahan-bahan dari dua

    buku referensi tersebut, sehingga dapat dikaji bersama selama pertemuan

    sosialisasi. Sesudah pertemuan sosialisasi, maka kedua buku itu menjadi milik

    mereka sendiri sehingga setiap saat diperlukan dapat dibaca ulang.

    Dalam pertemuan Sosialisasi ini juga dibahas rencana tindak lanjut (langkah-

    langkah) yang harus dilakukan, sekaligus ditentukan pula siapa yang akan menjadi

    anggota Tim Kecil Kesehatan Reproduksi dengan tugas mengkoordinir

    pelaksanaan Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi. Anggota Tim Kecil ini

    minimum terdiri dari para penanggung jawab empat program yang terkait dalam

    Paket PKRE, tetapi tidak haru terbatas pada mereka saja. Tugas utama tm ini

    adalah melaksanakan langkah-langkah berikutnya dan mempersiapkan lapoan

    tentang semua yang berkenaan dengan pelaksanaan Pelayanan Terpadu

    Kesehatan Reproduksi (kemajuan pelaksanaan, masalah-masalah yang dihadapi,

    dll) dalam rapat ruti/bulanan di Puskesmas.

    2. Kajian atas program Pelayanan dalam Paket Pelayanan Kesehatan

    Reproduksi Esensial (PKRE)

    Kajian atas program terkait dalam Kesehatan Reproduksi ini merupakn tahap

    penting untuk memulai pelaksanaan Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi di

    Puskesmas. Tujuan dari kajian adalah menentukan tiga hal penting yaitu apa

    saja pelayanan Kesehatan Reproduksi :

    Kesehatan Reproduksi 5 Pedoman Operasional

  • 1. Yang dibuthkan masyarakat setempat

    2. Yang dibutuhkan dan sudah ada dan siap diberikan kepada masyarakat

    3. Yang dibutuhkan masyarakat tetapi belum ada/tersedia

    Urutan langkah-langkah pelaksanaan kajian ini adalah sebagai berikut :

    Bagan 2 : Langkah-langkah kajian atas program pelayanan paket PKRE

    Cari data Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas

    Urutan Kelompok Sasaran sesuai Jumlah dan Masalah

    Yang dihadapi mereka untuk mengetahui kebutuhan

    Masing-masing kelompok

    Buat daftar Pelayanan yang sudah tersedia di Puskesmas

    Kaitkan antara kebutuhan masing-masing

    Kelompok dengan Pelayanan

    Langkah pertama :

    Cari data jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas

    Data ini berdasarkan jenis kelamin dan kelompok umur sasaran Kesehatan Reproduksi

    susuai Siklus Hidup (lihat bagan 2). Sumber utama bagi data ini antara lain dapat

    diperoleh dari data dasar penduduk yang tersedia di Kecamatan, data laporan Petugas

    KB, data laporan Imunisasi, data kohort Ibu dan lain-lain. Untuk mendapatkan data ini,

    Petugas tidak perlu melakukan sensus penduduk, kecuali jika data yang tersedia

    dianggap sudah kadaluwarsa

    6 Kesehatan Reproduksi Pedoman Operasional

  • Bagan 3 : Pendekatan Siklus Hidup

    4

    5

    1

    1

    2

    2

    2

    2

    3

    2

    2

    2

    Pendekatan

    Siklus Hidup

    REMAJA

    USIA

    SUBUR

    USIA

    TUA

    KONSEPSI

    (Ibu Hamil

    dan Janin)

    BAYI BARU LAHIR

    (dan ibu Bersalin)

    BAYI menyusuiAsi ekslusif

    (dan Ibu

    Menyusui)

    BAYI

    ANAK

    Balita

    ANAKUsia Sekolah

    Perempuan

    Perempuan

    & Laki-laki Sumber : Unicef

    Langkah kedua :

    Urutkan kelompok sasaran berdasarkan jumlah dan masalah yang dihadapi

    mereka.

    Dari segi jumlah, mungkin diperoleh urutan kelompok sasaran sebagai berikut : Remaja

    perempuan, Remaja laki-laki, Anak Usia Sekolah laki-laki, Anak Usia Sekolah

    perempuan dewasa, Ibu Hamil, Bayi, Perempuan Usia lanjut, Perempuan dewasa, Laki-

    laki dewasa, dan seterusnya.

    Dari segi banyaknya/besarnya masalah maka ada dua criteria utama, yaitu :

    a. Masalah yang ada dan mucul dalam bentuk kunjungan ke Puskesmas, dan b. Masalah yang diketahui ada dalam masyarakat tetapi tidak muncul dalam kunjungan

    ke Puskesmas. Masalah yang kedua ini tidak selalu terkait langsung dengan pelayanan di Puskesmas, misalnya pecandu NAPZA, perkelahian antar anak sekolah, pekerja seks di wilayah kerja, keluarga dengan hanya satu orang tua dan lain-lain

    Kesehatan Reproduksi 7 Pedoman Operasional

  • Berdasarkan jumlah kunjungan ke Puskesmas mungkin diperoleh urutan kelompok

    sasaran sebagai berikut : Bayi, Ibu Hamil, Laki-laki Dewasa, Perempuan dewasa,

    Remaja perempuan, Remaja laki-laki.

    Berdasarkan banyaknya masalah di luar kunjungan ke Puskesmas, mungkin diperoleh

    urutan kelompok sasaran sebagai berikut : perkelahian antar anak sekolah, adanya

    atau banyaknya pekerja seks, keluarga dengan hanya satu orang tua dan pecandu

    NAPZA.

    Dengan melihat urutan kelompok sasaran berdasarkan jumlah dan banyak/besarnya

    masalah yang ditemui paa mereka, dapat diperoleh gambaran kasar tentang kelompok

    sasaran mana yang paling memiliki masalah sehingga dapat disimpulkan kira-kira apa

    kebutuhan kesehatan reproduksi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas tersebut.

    Langkah ke tiga :

    Buat daftar pelayanan apa saja yang sudah tersedia di Puskesmas.

    Daftar ini meliputi tiga hal, yaitu adanya :

    1. Tenaga yang terlatih untuk memberikan pelayanan,

    2. Sarana untuk memberikan pelayanan dan,

    3. Pedoman teknis dan pedoman administratif, untuk melaksanakan pelayanan

    program yang terkait dalam Kesehatan Reproduksi

    Catatan :

    Berdasarkan kondisi saat ini, maka hampir dapat dipastikan bahwa di semua

    Puskesmas telah tersedia pelayanan untuk Ibu Hamil dan Bayi dan Keluarga

    Berencana. Di sebagian besar Puskesmas mungkin juga telah tersedia pelaynan untuk

    Pencegahan/Penanggulangan Infeksi Menular Seksual(IMS) dan pelayanan untuk

    kesehatan Usia Sekolah. Akan tetapi mungkin hanya sebagaian kecil Puskesmas yang

    sudah menyediakan pelayanan untuk Kesehatan Reproduksi Remaja.

    Langkah ke empat :

    Kaitkan antara kebutuhan masyarakat dengan pelayanan yang ada.

    Kaittan ini perlu untuk menyimpulkan apa saja pelayanan yang sudah ada belum

    tersedia untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat. Berdasarkan kesimpulan

    dari kajian atas Program-program pelayanan ini maka Puskesmas perlu segera

    membuat dua rencana penting yaitu :

    8 Kesehatan Reproduksi Pedoman Operasional

  • a. Rencana pelaksanaan kegiatan operasional Kesehatan Reproduksi bagi

    pelayanan yang sudah ada sehingga dapat langsung memenuhi kebutuhan

    masyaratakat, dan

    b. Rencana kegiatan untuk mempersiapkan penyediaan pelayanan Kesehatan

    Reproduksi yang belum ada .Jika ada kebutuhan pelayanan untuk

    pencegahan/penanggulangan IMS dan/atau Kesehatan Remaja, tetapi belum

    ada tenaga dan sarana untuk melakukannya, maka Puskesmas harus

    melakukan tindak lanjut membuat usulan pelatihan pencegahan

    penanggulangan IMS dan/atau pelayanan Kesehatan Remaja serta penyediaan

    sarana dalam anggaran tahun berikutnya.

    3. Kajian atas Kesesuaian Pelayanan Klinis dengan Protap Pelayanan Terpadu

    Kesehatan Reproduksi

    Kajian dilakukan dengan membandingkan antara langkah-langkah pelayanan

    klinis (Protap) yang secara rutin dikerjakan di Puskesmas dengan contoh

    bagan alur Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi bagi masing-masing

    program (lihat Bagan Alur Pelayanan 1-4 terlampir). Tahap ini meliputi kajian

    secara rinci terhadap langkah-langkah pelayanan klinis pada tiap macam program

    pelayanan yang sudah tersedia. Dari Kajian ini Dapat disimpulkan apakah

    langkah-langkah pelayanan klinis yang sekarang rutin dikerjakan di

    Puskesmas SUDAH atau BELUM SESUAI dengan cntoh standar bagan alur

    Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi.

    4. Kajian atas Manajemen Data Peket PKRE

    Dengan adanya Protap yang baru dalam pelayanan klinis, langkah selanjutnya

    adalah melakukan kajian atas manajemen data yang berkaitan dengan

    pelaksanaan Paket PKRE. Hal ini dilaksanakan dengan mengkaji data apa yang

    dicari, dan apa yang dilakukan dengan data itu, dengan memakai Protap yang

    baru. Dari kajian ini dapat disimpulkan apakah manajemen data yang

    sekarang rutin dikerjakan di Puskesmas SUDAH atau BELUM MEMENUHI

    kebutuhan Protap yang baru bagi pelayanan masing-masing program dalam

    lingkup Kesehatan Reproduksi.

    Kesehatan Reproduksi 9 Pedoman Operasional

  • 5. Penyesuaian Alur Pelayanan Klinis, Manajemen Data dan Logistik

    Paket PKRE

    Besar kemungkinan bahwa kajian atas pelayanan klinis dan manajemen data akan

    menghasilkan kesimpulan bahwa Puskesmas perlu melakukan penyesuaian atas

    langkah-langkah rinci pelayanan klinis dan/atau manajemen data di Puskesmas.

    Penyesuaian ini dapat berupa penambahan atau pengurangan beberapa langkah

    pelayanan klinis dalam Protap yang sudah ada, dan/atau penambahan atau

    pengurangan beberapa data dalam standar pencatatan dan pelaporan kegiatan

    pelayanan di Puskesmas. Salah satu contoh nyata tentang penyesuaian Protap

    pelayanan klinis adalah penambahan pertanyaan dalam anamnesa dan

    pemeriksaan ibu hamil untuk mengetahui keluhan/gejala tentang adanya infeksi

    saluran reproduks (IMS). Contoh lain adalah penyesuaian pencatatan dan

    pelaporan data klien (pasien maupun penduduk) sesuai dengan jenis kelamin laki-

    laki dan perempuan, dan pengelompokan data ini sesuai dengan kelompok umur

    menurut Siklus Hidup.

    a. Penyesuaian Alur Pelayanan Klinis

    Jika diperoleh kesimpulan bahwa langkah-langkah pelayanan klinis yang

    sekarang rutin dikerjakan di Puskesmas SUDAH SESUAI dengan standar,

    maka Puskesmas hanya perlu malakukan monitoring melalui diskusi dalam

    pertemuan rutin bulanan Puskesmas, untuk menjamin bahwa rincian langkah-

    langkah pelayanan klinis berjalan terus sesuai dengan baik dan laancar melalui

    kegiatan pengendalian mutu pelayanan.

    Sekarang rutin dikerjakan di Puskesmas BELUM SESUAI standar, maka

    Puskesmas perlu segera membuat rencana tindak lanjut :

    i) Penyesuaian Prosedur Tetap (Protap) pelayanan klinis sehingga

    sesuai contoh/standar. Penyesuaian ini antara lain dapat berbentuk

    kesepakatan bersama untuk melakukan Protap yang baru, pembuatan

    Protap tertulis yang baru untuk dibagikan kepada seluruh petugas terkait,

    pembuatan bagan alur Protap yang baru untuk dipasang di lingkungan

    Puskesmas sebagai referensi dalam melaksanakan kegiatan pelayanan,

    dll.

    10 Kesehatan Reproduksi Pedoman Operasional

  • ii) Melakukan kajian rutin, minimum tiap minggu atau tiap dua minggu,

    terhadap pelaksanaan Protap yang baru. Kajian rutin ini dilaksanakan

    oleh Tim Kecil Kespro dan sebaiknya secara khusus dilakukan terus

    menerus selama tiga bulan pertama sejak Protap yang baru disepakati,

    dengan tujuan menyempurnakan dan memantapkan pelaksanaan Protap

    yang baru itu. Setelah terbukti bahwa Protap baru itu telah mantap

    dilaksanakan, maka kajian rutin yang khusus ini dapat dihentikan dan

    monitoring selanjutnya dilakukan melalui diskusi dalam pertemuan

    rutin/bulanan (Lokakarya Mini) yang membahas pengendalian mutu

    pelayanan.

    iii) Melaksanakan Pelatihan singkat bagi petugas terkait atau

    penyediaan sarana tambahan jika perubahan Protap itu memerlukan

    penambahan ketrampilan baru bagi petugas dajn/atau penyediaan sarana

    baru.

    b. Penyesuaian Manajemen Data

    Jikan diperoleh kesimpulan bahwa manajemen data yang sekarang rutin

    dikerjakan di Puskesmas SUDAH MEMENUHI kebutuhan Protap yang baru,

    maka Puskesmas hanya perlu melakukan monitoring melalui diskusi atas data

    itu dalam pertemuan bulanan untuk menjamin bahwa manajemen data yang

    ada berjalan terus sesuai dengan baik dan lancer (pengendalian mutu

    manajemen data) . Sebaliknya, jika ditemukan kesimpulan bahwa manajemen

    data yang sekarang rutin dikerjakan di Puskesmas BELUM MEMENUHI

    kebutuhan Protap yang baru, maka Puskesmas perlu segera membuat

    rencana tindak lanjut :

    i) Penyesuaian manajemen data sehingga sesuai dengan Protap yang

    baru. Contoh penyesuaian ini antara lain berupa penambahan atau

    pengurangan data, penentuan cara pencarian dan pengolahan data yang

    baru termasuk pedoman analisa dan pembuatan kesimplannya.

    Penyesuaian ini diwujudkan dalam bentuk pedomn tertulis untuk dibagikan

    kepada seluruh petugas terkait, pembuatan laporan atau grafik yang baru

    untuk dipakai di lingkungan Puskesmas atau sebagai laporan ke Dinas

    Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai bahan referensi dalam menilai

    kemajuan atau hasil kegiatan pelayanan, dll.

    Kesehatan Reproduksi 11 Pedoman Operasional

  • ii). Melakukan kajian rutin, minimum tiap minggu atau tiap dua minggu,

    terhadap manajemen data yang baru. Kajian rutin ini sebaiknya dilakukan

    Tim Kecil Kespro secara khusus selama tiga bulan pertama sejak

    perubahan manajemen data dimulai, untuk menyempurnakan dan

    memantapkan pelaksanaan manajemen data yang baru tersebut. Setelah

    terbukti bahwa proses manajemen data yang baru itu telah mantap

    dilaksanakan, maka kajian khusus ini dapat di hentikan dan selanjutnya

    dimonitor melalui diskusi dalam pertemuan rutin bulanan (Lokakarya Mini)

    sebagai bagian dari pengendalian mutu keseluruhan pelayanan

    Puskesmas.

    iii). Melaksanakan pelatihan singkat bagi petugas terkait atau penyediaan

    sarana, jika perubahan manajemen data ini menyangkut penambahan

    ketrampilan baru bagi petugas dan/atau penyediaan sarana baru.

    Catatan : Khusus untuk tindak lanjut untuk butir iii (baik untuk pelayanan klinis

    maupun manajemen data), perlu dibuat usulan rencana kegiatan khusus guna

    mendukung pelaksanaan Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi untuk

    dimasukkan dalam pengajuan anggaran rutin bulanan, misalnya dengan

    memakai dana dari biaya operasional Puskesmas atau memakai dana dari

    pengembalian pendapatan Puskesmas.

    Penyesuaian alur pelayanan dan manajemen data ini, jelas akan berdampak

    terhadap aspek logistic program yang terkait dengan Reproduksi Kesehatan.

    Sebagai contoh, adanya tambahan pertanyaan anamnesa dan pemeriksaan

    terhadap ibu hamil dalam kaitannya dengan IMS mungkin akan memerlukan :

    a. Peru