PEDOMAN IRIGASI KEDALAMAN

69
PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN IRIGASI AIR TANAH DANGKAL DAN IRIGASI AIR TANAH DALAM PT-PLA C 1.1 - 2010 DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN LAHAN DAN IR DEPARTEMEN PERTANIAN 2010

Transcript of PEDOMAN IRIGASI KEDALAMAN

PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN IRIGASI AIR TANAH DANGKAL

DAN IRIGASI AIR TANAH DALAM

PT-PLA C 1.1 - 2010

DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN LAHAN DAN IR DEPARTEMEN PERTANIAN 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal i Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

i

KATA PENGANTAR   

Kegiatan Pengembangan Irigasi Air Tanah (Irigasi Air

Tanah Dangkal dan Irigasi Air Tanah Dalam) dalam menunjang

pembangunan pertanian merupakan salah satu bentuk upaya

pengembangan sumber air irigasi untuk usaha pertanian, baik

untuk sub-sektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan,

maupun peternakan.

Petunjuk/pedoman teknis pengembangan irigasi air

tanah dangkal dan dalam ini disusun dengan maksud untuk

menjadi pedoman atau petunjuk atau acuan pelaksanaan bagi

para pelaksana kegiatan pengelolaan air, khususnya pengem-

bangan irigasi air tanah di daerah (Propinsi dan Kabupaten/

Kota). Pedoman teknis ini diharapkan dapat membantu dan

mempermudah pelaksanaan kegiatan di lapangan, terutama

dalam mengartikan dan merinci ketentuan-ketentuan teknis

di tingkat lapangan.

Dengan pertimbangan bahwa kondisi dan potensi antar

daerah yang sangat bervariasi, maka pedoman teknis ini

harus dijabarkan lebih lanjut dalam bentuk Petunjuk

Pelaksanaan oleh Satker Propinsi (Dinas-dinas lingkup

Pertanian di tingkat Propinsi) dan selanjutnya dalam

bentuk Petunjuk Teknis oleh Satker Kabupaten (Dinas-

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal ii Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

ii

dinas lingkup Pertanian di tingkat Kabupaten/Kota) sesuai

dengan kondisi dan potensi di daerah masing-masing

Buku pedoman ini dibagi menjadi 2 bagian, masing-

masing terdiri dari Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air

Tanah Dalam dan Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air

Tanah Dangkal. Oleh karena itu, penggunaan atau peman-

faatan buku pedoman ini harus disesuaikan dengan jenis

kegiatan yang akan dilaksanakan di masing-masing daerah.

Demikian semoga pedoman ini dapat dijadikan sebagai

acuan/petunjuk oleh para pelaksana kegiatan dengan sebaik-

baiknya dan dengan penuh rasa tanggung jawab.

Jakarta, Januari 2010

Direktur Pengelolaan Air,

Ir. Tunggul Iman Panudju, M.Sc

NIP. 19580526 198703 1 002

  

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal iii Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

iii

DAFTAR ISI PEDOMAN TEKNIS

PENGEMBANGAN IRIGASI AIR TANAH DANGKAL

KATA PENGANTAR .................................................i DAFTAR ISI ........................................................ iii I. PENDAHULUAN................................................ 1

A. Latar Belakang ............................................ 1 B. Tujuan dan Sasaran....................................... 3 C. Pengertian ................................................. 4

II. PENGEMBANGAN IRIGASI AIR TANAH DANGKAL......... 6 A. Persyaratan Lokasi........................................ 6 B. Persyaratan Petani/Kelompok.......................... 7

III. KOMPONEN IRIGASI AIR TANAH DANGKAL ............... 8 A. Komponen Irigasi Air Tanah Dangkal................... 8

1. Sumur ................................................. 8 2. Pompa Air............................................. 9 3. Jaringan Distribusi .................................. 9

B. Kriteria Teknis ...........................................10 IV. PELAKSANAAN................................................14

A. Survey Investigasi dan Desain (SID) Sederhana......14 B. Pola Pelaksanaan Konstruksi/Pengembangan

Irigasi Air Tanah Dangkal ...............................17 C. Operasi dan Pemeliharaan .............................18 D. Pembinaan ................................................18

BAGIAN I

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal iv Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

iv

E. Pelatihan ..................................................19 F. Pemanfaatan .............................................19 G. Pembiayaan...............................................19 I. Waktu Pelaksanaan......................................20

V. MONITORING DAN EVALUASI ..............................21 A. Indikator Kinerja.........................................21 B. Monitoring dan Evaluasi.................................21 C. Pelaporan .................................................22

D. Pengendalian .............................................22 DAFTAR PUSTAKA................................................24

LAMPIRAN

              

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal v Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

v

DAFTAR ISI PEDOMAN TEKNIS

PENGEMBANGAN IRIGASI AIR TANAH DALAM

I. PENDAHULUAN................................................ 1

A. Latar Belakang ............................................ 1 B. Tujuan dan Sasaran....................................... 3 C. Pengertian ................................................. 4

II. PENGEMBANGAN IRIGASI AIR TANAH DALAM ............ 7 A. Persyaratan Lokasi........................................ 8 B. Persyaratan Petani ......................................10

III. KOMPONEN IRIGASI AIR TANAH DALAM..................11 A. Komponen Irigasi Air Tanah Dalam....................11

1. Sumur ................................................11 2. Pompa Air dan Perlengkapannya.................12 3. Rumah Pompa/Genset.............................13 4. Jaringan Irigasi Air Tanah (JIAT) .................14

B. Kriteria Teknis ...........................................16 IV. PELAKSANAAN................................................19

A. Survey Investigasi dan Desain Sederhana ............19 B. Konstruksi/Pengembangan Irigasi Air Tanah

Dalam......................................................23 C. Operasi dan Pemeliharaan .............................25 D. Pelatihan ..................................................25

BAGIAN II

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal vi Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

vi

E. Pembinaan ...............................................26 F. Pemanfaatan .............................................26 G. Pembiayaan...............................................27 I. Waktu Pelaksanaan......................................27

V. MONITORING DAN EVALUASI ..............................28 A. Indikator Kinerja.........................................28 B. Monitoring dan Evaluasi.................................28 C. Pelaporan .................................................29

D. Pengendalian ........................................... 298 LANGKAH-LANGKAH SEDERHANA UNTUK

MENENTUKAN TITIK LOKASI PENGEBORAN..................31 DAFTAR PUSTAKA................................................33 LAMPIRAN

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 1 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

1

BAGIAN I PEDOMAN TEKNIS

PENGEMBANGAN IRIGASI AIR TANAH DANGKAL

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemanfaatan air permukaan, seperti sungai, danau,

waduk, embung dan lain-lain telah lama dilakukan

masyarakat. Namun demikian, karena kebutuhannya

belum proporsional dibandingkan dengan

ketersediaannya terutama pada musim kemarau,

maka sering kali tanaman yang dibudidayakan pada

periode tersebut mengalami kekeringan. Berdasarkan

fakta empirik tersebut, maka perlu dipikirkan

alternatif lain untuk memenuhi kebutuhan air

tanaman dari sumber air yang lain. Air tanah

merupakan salah satu pilihan sumber air yang dapat

dikembangkan untuk pertanian.

Pertimbangannya, potensi air tanah di suatu wilayah

relatif tetap apabila tidak diusahakan, maka pengisian

air tanah (water recharging) tidak terjadi secara

alamiah, karena beda potensial antara air tanah dan

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 2 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

2

permukaan tanahnya konstan. Pengambilan air tanah

sesuai dengan kemampuan pengisiannya, selain dapat

meningkatkan produktivitas pertanian juga memung-

kinkan terjadinya akselerasi sirkulasi air tanah.

Secara teroritis, berdasarkan pemanfaatannya, maka

ada dua jenis air tanah yaitu : (1) air tanah dangkal

dan (2) air tanah dalam.

Pengelompokan ini sangat erat kaitannya dengan

pemanfaatan air tanah dan kebutuhan

infrastrukturnya. Bagi daerah yang mempunyai potensi

sumber air tanah dangkal, pemanfaatannya akan lebih

mudah karena infrastruktur yang diperlukan lebih

sederhana, sehingga dapat dikembangkan oleh petani

setempat secara mandiri ataupun jika memerlukan

dukungan masih pada tingkatan yang relatif terbatas.

Sumber air tanah dangkal umumnya terdapat di dalam

lapisan-lapisan tanah yang tidak begitu dalam,

sehingga memungkinkan untuk diangkat ke permukaan

dengan menggunakan pompa.

Pemanfaatan air tanah dangkal dari sumur-sumur yang

diangkat dengan menggunakan pompa memerlukan

biaya tambahan, baik untuk pengadaan pompa

maupun pembuatan bangunan penampung (reservoir)

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 3 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

3

sebagai tandon air. Oleh karena itu, perlu adanya

dukungan pembiayaan yang akan berasal dari jenis

komoditas yang diusahakan petani dan kelompoknya

sehingga keberlanjutan (sustainability) usaha pompa

dalam pendayagunaan air tanah dangkal dapat

dipertahankan. Agar nilai manfaat air tanah dangkal

dapat dioptimalkan, maka perlu dirancang mekanisme

pembayaran biaya operasional dan pemeliharaan (OP)

dalam kelompok (partisipasi petani), agar ketergan-

tungan kepada pemerintah dapat diminimalkan.

B. Tujuan dan Sasaran

1. Tujuan :

Tujuan kegiatan Pengembangan Irigasi Air Tanah

Dangkal adalah :

a. Meningkatkan ketersediaan air irigasi pada

lahan pertanian, terutama pada lahan kering

dan tadah hujan.

b. Meningkatkan IP (Intensitas Pertanaman), luas

tanam, dan produktivitas usaha tani.

c. Meningkatkan kualitas produksi pertanian dan

pendapatan petani.

2. Sasaran :

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 4 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

4

a. Terbangunnya irigasi air tanah dangkal

sebanyak 706 unit (alokasi per kabupaten

berdasarkan DIPA dan POK dapat dilihat pada

Lampiran 1).

b. Meningkatnya ketersediaan air irigasi pada

lahan pertanian seluas 3.530 ha.

c. Berkurangnya resiko kegagalan usahatani

karena kekurangan air irigasi/kekeringan.

d. Meningkatnya produksi usahatani melalui

peningkatan areal tanam dan peningkatan

produktivitas.

C. Pengertian

1. Air Tanah : air yang terdapat dalam lapisan tanah

atau batuan di bawah permukaan tanah.

2. Air Tanah Dangkal : air yang terdapat dalam

lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan

tanah pada kedalaman < 30 meter.

3. Irigasi : usaha penyediaan, pengaturan, dan

pembuangan air untuk menunjang usaha

pertanian, termasuk di dalamnya irigasi air

permukaan, irigasi air tanah, irigasi tambak, dan

irigasi rawa.

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 5 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

5

4. Sumber Air : tempat atau wadah air alami dan/

atau buatan yang terdapat pada, di atas, ataupun

di bawah permukaan tanah.

5. Sumber Air Irigasi : tempat atau wadah air alami

dan/atau buatan yang terdapat pada, di atas,

ataupun di bawah permukaan tanah yang dapat

dipergunakan untuk irigasi.

6. Koordinat : letak/posisi suatu wilayah berdasar

garis lintang, garis bujur, dan ketinggian di atas

permukaan laut.

7. Jaringan Irigasi Air Tanah (JIAT) : saluran dan

bangunan yang merupakan satu kesatuan dan

diperlukan untuk pengaturan dan penyaluran

irigasi air tanah yang mencakup penyediaan,

pengambilan, penyaluran dan pembagian.

8. Muka air bawah tanah : permukaan air tanah di

dalam sumurbor dihitung dari muka tanah

setempat atau titik acuan lain.

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 6 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

6

II. PENGEMBANGAN IRIGASI AIR TANAH DANGKAL 

Agar pengembangan irigasi air tanah dangkal dapat

berhasil dengan baik, maka pemilihan lokasi harus

dilakukan dengan tepat. Beberapa kriteria yang perlu

diperhitungkan antara lain :

A. Persyaratan Lokasi

1. Di lokasi yang bersangkutan mempunyai potensi air

tanah dangkal, baik kuantitas maupun kualitasnya.

Potensi sumber air tanah dangkal yang tersedia

paling tidak dapat memberikan air irigasi

suplementer (supplementary irrigation) pada areal

seluas kurang lebih 5 hektar sesuai jenis komoditas

yang diusahakan.

2. Di lokasi yang bersangkutan usahataninya sudah

berkembang atau paling tidak daerah tersebut

sesuai untuk pengembangan usaha tani tanaman

pangan, hortikultura, perkebunan, dan

peternakan.

3. Pengembangan usaha tani di lokasi tersebut sering

mengalami kendala/masalah air/kekeringan.

4. Diprioritaskan pada lokasi lahan sawah tadah

hujan dan lahan kering kawasan tanaman pangan,

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 7 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

7

hortikultura, dan perkebunan. Untuk kawasan

peternakan, digunakan untuk hijauan makanan

ternak, air minum ternak, dan sanitasi ternak.

5. Dapat dikembangkan di lokasi Daerah Irigasi (DI)

yang memiliki jaringan irigasi di mana kondisi

ketersediaan air pada musim kemarau tidak

mampu mengairi lahan usaha tani.

6. Lahan usaha tani yang akan mendapat pelayanan

irigasi air tanah dangkal yang akan dibangun

adalah lahan milik petani.

B. Persyaratan Petani/Kelompok

1. Petani di lokasi memerlukan irigasi air tanah

dangkal dan mampu memanfaatkan serta

merawatnya dengan baik termasuk menyediakan

dana operasional dan pemeliharaan yang

dibuktikan dari surat pernyataan kelompok tani

atas nama petani.

2. Diprioritaskan pada kelompok tani/P3A yang sudah

terbentuk atau akan membentuk kelompok tani/

P3A/P3AT apabila dibangun irigasi air tanah

dangkal.

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 8 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

8

3. Dalam pengelolaannya termasuk pemanfaatannya,

sarana/fasilitas/peralatan irigasi air tanah dangkal

tidak boleh dikuasai secara perorangan tetapi

harus digunakan oleh anggota kelompok.

III. KOMPONEN IRIGASI AIR TANAH DANGKAL

A. Komponen Irigasi Air Tanah Dangkal

Agar air tanah dangkal dapat dimanfaatkan untuk air

irigasi, maka diperlukan upaya pengambilan/

pengangkatan ke permukaan tanah, misalnya dengan

pompa. Minimal ada tiga komponen yang diperlukan

agar air tanah dangkal tersedia untuk irigasi : (a)

sumur (b) pompa air dan motor penggerak dan (c)

jaringan distribusi.

1. Sumur

Untuk dapat memanfaatkan air tanah, terlebih dahulu

harus dibuat sumur sebagai tempat pengambilan.

Sumur tersebut dapat

berupa sumur gali (cara

pengembangannya dengan

digali) dan sumur bor/

sumur pantek (cara

pengembangannya dengan

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 9 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

9

dibor). Kedalaman sumur yang dibuat disesuaikan

dengan kedalaman air tanah ( < 30 m ).

2. Pompa Air

Pompa air dipergunakan untuk mengangkat air dalam

tanah ke permukaan

tanah. Jenis pompa

air yang biasa

digunakan untuk air

tanah dangkal pada

umumnya pompa

jenis sentrifugal.

Pompa air

digerakkan dengan motor penggerak bertenaga diesel

atau bensin atau tenaga listrik atau tenaga angin

(kincir angin). Pompa air tanah dangkal bersifat

mobile (dapat dipindah-pindahkan), dimana 1 (satu)

unit pompa air akan digunakan untuk melayani

beberapa sumur.

3. Jaringan Distribusi

Untuk mengalirkan air

dari pompa ke lahan

usahatani, maka perlu

dibangun jaringan

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 10 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

10

irigasi air tanah (JIAT), yang terdiri atas: saluran,

bangunan pengatur berupa pintu dan boks pembagi,

bangunan pengatur debit dan katup penutup yang

berfungsi untuk mengatur arah aliran dalam pipa.

Untuk mengurangi

kehilangan air (water

losses) dalam

penyaluran, JIAT perlu

dibuat secara permanen

dengan dilining ataupun

menggunakan sistim perpipaan. 

B. Kriteria Teknis

Pengertian 1 unit irigasi air tanah dangkal berdasarkan

luas layanan oncoran adalah sebagai berikut :

a. 1 (satu) buah pompa air dan motor penggeraknya

dengan 1 (satu) atau lebih sumur bor/sumur gali

termasuk saluran distribusinya, atau

b. 2 (dua) buah pompa air dan motor penggeraknya

dengan 2 (dua) buah atau lebih sumur bor/sumur

gali termasuk jaringan distribusinya.

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 11 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

11

Alternatif pilihan butir a atau b didasarkan pada kecu-

kupan dana dan diuraikan dalam Rencana Anggaran

Biaya (RAB).

Beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam

pengembangan irigasi air tanah dangkal antara lain :

a. Sumur :

dapat dibuat dalam bentuk sumur gali atau

sumur bor. Diameter sumur gali dengan

diameter lebih kurang 1 meter. Bila struktur

tanahnya labil, dinding sumur dapat diperkuat

dengan tembok atau buis beton. Untuk sumur

bor/pantek, diameter selubungnya disesuaikan

dengan kondisi jenis pompanya.

Kedalaman sumur disesuaikan dengan keda-

laman dan ketebalan lapisan akuifer.

b. Pompa air :

tipe : sentrifugal atau axial.

penggerak : motor bertenaga diesel atau

bensin, tenaga listrik atau tenaga angin (kincir

angin).

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 12 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

12

dapat diterima petani, mudah dalam

perawatan dan suku cadang tersedia di pasar

setempat.

Diutamakan telah memiliki/memenuhi SNI atau

memiliki sertifikat hasil uji dari intansi atau

lembaga sertifikasi yang resmi ditunjuk oleh

pemerintah.

c. Pipa-pipa :

Pipa-pipa diperlukan untuk pipa selubung luar

(casing pada sumur bor), pipa/selang hisap,

dan pembuangan.

Terbuat dari bahan besi atau PVC (paralon)

cukup kuat.

Diutamakan yang telah memiliki SNI atau

sertifikat hasil uji dari intansi atau lembaga

sertifikasi yang resmi ditunjuk oleh

pemerintah.

d. Jaringan Distribusi (JIAT)

Penyempurnaan jaringan distribusi

dimaksudkan agar air yang dikeluarkan dari

pompa dapat dimanfaatkan seefisien dan

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 13 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

13

seefektif mungkin, dengan mengurangi

kebocoran/ kehilangan air pada saluran

tersebut.

Jaringan distribusi tersebut dapat berupa pipa

atau selang yang tahan bocor.

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 14 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

14

IV. PELAKSANAAN

Tahapan pengembangan irigasi air tanah dangkal

dapat dilaksanakan sebagai berikut :

A. Survey Investigasi dan Desain (SID) Sederhana

1. Survey Investigasi

Survey investigasi dimaksudkan untuk

mendapatkan calon lokasi dan petani yang

sesuai untuk pengembangan irigasi air tanah

dangkal, baik dari segi teknis maupun sosial.

Pelaksanaan survei investigasi dikoordinasikan

dengan instansi/Sub Dinas terkait terutama

dengan Sub Dinas yang menangani komoditas

yang akan dikembangkan.

Pelaksanaan survei investigasi dibiayai oleh

daerah (tidak termasuk dalam dana TP yang

dialokasikan) dan dilaksanakan oleh petugas

Dinas Pertanian Kabupaten/Kota bersama

dengan petugas Kecamatan.

Calon lokasi dan calon petani yang memenuhi

persyaratan ditetapkan oleh Kepala Dinas

Kabupaten/Kota sebagai lokasi pengembangan

irigasi air tanah dangkal.

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 15 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

15

Laporan hasil survei investigasi paling tidak

memuat :

a. Letak lokasi berdasarkan daerah

administratif dan koordinat lintang dan

bujur dengan menggunakan Global

Positioning System/GPS atau ekstrapolasi

dari peta topografi yang tersedia.

b. Kondisi usaha tani dan jenis komoditi yang

layak dikembangkan.

c. Gambar/sketsa saluran distribusi.

d. Potensi air tanah dangkal untuk kebutuhan

irigasi, meliputi kedalaman dan kapasitas

pompa/air yang keluar dari mesin pompa.

e. Luas layanan oncoran (command area) yang

akan diairi.

2. Desain/rancangan sederhana irigasi air tanah

dangkal

Rancangan/desain sederhana disusun untuk

lokasi yang ditetapkan sebagai calon lokasi

pengembangan irigasi air taanah dangkal.

Rancangan/desain irigasi air tanah dangkal

sederhana sekurang-kurangnya mencakup luas

lahan yang akan diairi (daerah oncoran),

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 16 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

16

letak/lokasi sumur (koordinat sumur),

kedalaman sumur, dan rancangan jaringan

irigasi yang akan dibangun. Satu hal yang

perlu diperhitungkan dalam penyusunan desain

sumur air tanah dangkal sederhana yaitu dalam

hal distribusi. Untuk menekan biaya

operasional dalam hal distribusi air, maka air

tanah dangkal yang telah diangkat dari

sumbernya dengan menggunakan pompa air

dapat ditampung pada posisi yang lebih tinggi

dibandingkan daerah layanan irigasinya dengan

menggunakan bak penampung air (jika dananya

mencukupi), sehingga dapat didistribusikan ke

lahan usaha tani dengan gaya gravitasi.

3. Kebutuhan bahan, peralatan, dan mesin

Berdasarkan hasil SID akan dapat diketahui

kebutuhan bahan, peralatan, dan mesin yang

diperlukan. Data kedalamam dan potensi air

tanah, ketinggian bak penampung dari posisi

pompa air dan luas lahan oncoran dapat digunakan

untuk menetapkan spefisikasi pompa air,

spesifikasi motor penggerak pompa, jumlah dan

spesifikasi kebutuhan pipa-pipa, dan

pembangunan/perbaikan jaringan irigasi yang

diperlukan.

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 17 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

17

4. Kebutuhan anggaran

Meliputi perkiraan kebutuhan biaya untuk

pengadaan bahan, peralatan, pompa air dan

perlengkapannya, pengembangan sumur,

pemasangan pipa-pipa, dan pengembangan/

perbaikan jaringan distribusinya. Perkiraan

kebutuhan anggaran ini dijadikan acuan dalam

penyusunan harga perkiraan sendiri (HPS).

B. Pola Pelaksanaan Konstruksi/Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal

1. Pelaksanaan Konstruksi/pengembangan irigasi air

tanah dangkal dilaksanakan dengan pola Bansos

(dana ditransfer langsung ke rekening kelompok

tani). Pola pelaksanaan Bansos mengikuti keten-

tuan yang ada dalam Pedoman Umum Bansos

Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air.

2. Pelaksanaan pengembangan irigasi air tanah

dangkal dilakukan berdasarkan kepada usulan yang

diajukan oleh petani/kelompoktani seperti RUKK

(Rencana Usulan Kerja Kelompok) setelah

mendapat persetujuan dari Kepala Dinas Kab/Kota

(contoh RUKK dapat dilihat pada Lampiran 2).

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 18 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

18

C. Operasi dan Pemeliharaan

1. Operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi air

tanah dangkal diserahkan kepada petani/kelompok

tani.

2. Biaya operasi dan pemeliharaan irigasi air tanah

dangkal menjadi tanggungjawab petani/kelompok

tani sebagai penerima manfaat.

3. Besarnya iuran pelayanan irigasi yang dibutuhkan,

ditetapkan berdasarkan hasil musyawarah

anggota/kelompok tani.

D. Pembinaan

1. Pembinaan terhadap petani penerima manfaat

dilakukan Dinas “Pertanian” Propinsi dan

Kabupaten/Kota secara berkelanjutan.

2. Pembinaan antara lain meliputi teknik operasi dan

pemeliharaan irigasi air tanah dangkal, pemilihan

komoditas yang diusahakan, teknik budidaya,

panen, pasca panen, pengolahan, dan pemasaran

hasil, serta pengembangan usaha lainnya.

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 19 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

19

E. Pelatihan

1. Petani/kelompok tani penerima manfaat diberikan

pelatihan terutama teknis operasional dan

pemeliharaan jaringan irigasi air tanah.

2. Pelatihan teknis operasi jaringan irigasi air tanah

dangkal dilaksanakan oleh pihak ketiga/pelaksana

pengadaan dan pemasangan irigasi air tanah.

F. Pemanfaatan

Dengan pertimbangan biaya investasi, operasi dan

pemeliharaan yang relatif tinggi, maka

pemanfaatannya harus dilakukan secara efektif dan

efisien.

G. Pembiayaan

Biaya yang tersedia untuk pengembangan irigasi air

tanah dangkal dipergunakan untuk pembuatan sumur

bor/gali, pengadaaan pipa-pipa, pompa air dan

perlengkapannya, jaringan irigasi/distribusi.

Kebutuhan biaya untuk SID dan pembinaan

disediakan dari APBD Propinsi, APBD Kabupaten/

Kota, dan partisipasi masyarakat.

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 20 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

20

I. Waktu Pelaksanaan

Jadwal/waktu pelaksanaan kegiatan pengembangan

irigasi air tanah dangkal mengacu pada jadwal palang

pelaksanaan sebagaimana terdapat pada Lampiran 3.

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 21 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

21

V. MONITORING DAN EVALUASI

A. Indikator Kinerja

Beberapa indikator kinerja yang digunakan sebagai

ukuran untuk penilaian kinerja kegiatan

Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal adalah

sebagai berikut :

1. Output : Terbangun dan berfungsinya irigasi

air tanah dangkal.

2. Outcome : Terjadinya peningkatan keter-

sediaan air irigasi untuk usaha tani

dengan memanfaatkan potensi air

tanah dangkal.

3. Benefit : Terjadinya peningkatan usaha

pertanian, seperti peningkatan luas

tanam, intensitas pertanaman (IP),

peningkatan produktivitas.

4. Impact : Peningkatan produksi usahatani dan

pendapatan petani.

B. Monitoring dan Evaluasi

1. Monitoring pengembangan irigasi air tanah dangkal

dilakukan secara swakelola oleh Dinas Pertanian

Kabupaten/Kota dan Propinsi. Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 22 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

22

2. Evaluasi dilakukan pada setiap akhir tahun.

C. Pelaporan

1. Terdapat 2 (tiga) jenis laporan yang harus dibuat

yaitu Laporan Perkembangan dan Laporan Akhir.

2. Laporan Bulanan memuat perkembangan

pelaksanaan kegiatan yang disusun setiap bulan,

berisi kemajuan pelaksanaan kegiatan sampai

bulan berjalan. Laporan Bulanan dikirim ke Dinas

Pertanian Propinsi dengan tembusannya

disampaikan ke Pusat (Ditjen PLA dan Direkrotat

Pengelolaan Air). Laporan Bulanan disusun

mengacu pada Lampiran 4.1, 4.2 (diisi di tingkat

Kabupaten/Kota) serta 4.3 dan 4.4 (diisi di

tingkat Propinsi).

3. Laporan Akhir disusun setelah pelaksanaan

pembangunan irigasi air tanah dangkal selesai,

berisi seluruh rangkaian kegiatan Pelaksanaan

Pembangunan Irigasi Air Tanah Dangkal. Agar lebih

informatif dan komunikatif, Laporan Akhir agar

dilengkapi dengan foto-foto dokumentasi dari

setiap tahap kegiatan (kondisi sebelum kegiatan,

saat dalam pelaksanaan dan setelah selesai

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 23 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

23

kegiatan). Laporan Akhir agar mengikuti outline

seperti pada Lampiran 5.

4. Laporan Bulanan dan Laporan Akhir disampaikan

kepada Direktur Jenderal Pengelolaan Lahan Dan

Air c.q Direktur Pengelolaan Air dengan alamat

Direktorat Pengelolaan Air, Jl. Taman

Margasatwa No. 3 Ragunan Pasar Minggu Jakarta

Selatan, dengan tembusan kepada Kepala Dinas

”Pertanian” Propinsi.

D. Pengendalian

Dalam upaya mengurangi kesalahan yang terjadi

dalam pelaksanaan pengembangan irigasi air tanah

dangkal, maka perlu dilaksanakan pengendalian yang

intensif. Pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan

pengembangan irigasi air tanah dangkal akan

dilaksanakan dengan mengikuti acuan Sistem

Pengendalian Internal (SPI) sebagaimana tercantum

pada Lampiran 6. Selanjutnya pelaksana di tingkat

propinsi dan kabupaten/kota dapat membuat

daftar/check list pengendalian dengan mempedomani

check list yang tercantum pada Lampiran 6 dimaksud.

  

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 24 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

24

      

DAFTAR PUSTAKA  

Anonimous. Pedoman Teknis Konstruksi Jaringan Irigasi Air Tanah Sistim Perpipaan. Dit. Irigasi. Ditjen Sumber Daya Air. Departemen Pekerjaan Umum. 2004.

---------------. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air. 2004. Sekretariat Negara Republik Indonesia. Jakarta.

Direktorat Bina Rehabilitasi dan Pengembangan Lahan. Petunjuk Teknis Pengembangan Pompa Air Tanah Dangkal. Proyek Pengembangan Sumberdaya, Sarana dan Prasarana Tanaman Pangan dan Hortikultura. 1994/1995. Jakarta.

Direktorat Pemanfaatan Air Irigasi, Direktorat Jenderal Bina Sarana Pertanian, Departemen Pertanian. 2002. Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Pompa. Jakarta.

Direktorat Pemanfaatan Air Irigasi, Direktorat Jenderal Bina Sarana Pertanian, Departemen Pertanian. 2004. Penyusunan Database Sarana Air Tanah Untuk Irigasi Pertanian. Laporan Akhir. PT. Gita Rencana Multiplan. Jakarta.

Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral,

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 25 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

25

Nomor : 1451 K/10/MEM/2000 Tanggal 3 Nopember 2000 tentang Prosedur Pemberian Izin Pengeboran dan Izin Pengambilan Air Bawah Tanah (Lampiran V). Jakarta.

Sosrodarsono, Suyono dan Takeda, Kensaku (editor). Hidrologi Untuk Pengairan. 2003. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 26 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

26

Lampiran 1

REKAPITULASI KEGIATAN PENGEMBANGAN IRIGASI AIR TANAH DANGKAL

ALOKASI KEGIATAN DALAM BENTUK TUGAS PEMBANTUAN DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR, DITJEN PLA TAHUN 2010

 

Sub Sektor No Prop/Kab/Kota

TP Horti Bun Nak

Jumlah (Unit)

1 Prop. Jawa Barat 16

-

-

3

19

Kab. Bandung

1

1

Kab. Ciamis

1

1

2

Kab. Garut

2

1

3

Kab. Subang

2

2

Kab. Tasikmalaya 3

3

Kota Tasikmalaya

2

2

Kab. Cirebon

3

3

Kab. Bogor

1

1

Kab. Bandung Barat

2

2

2 Prop. Banten

4

1

-

-

5

Kab. Lebak

2

1

3

Kab. Serang

2

2

3 Prop. Jawa Tengah

29

-

19

10

58

Kab. Sukoharjo 2

2

Kab. Banyumas

3

3

Kab. Kendal 2

2

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 27 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

27

Sub Sektor No Prop/Kab/Kota

TP Horti Bun Nak

Jumlah (Unit)

Kab. Grobogan 10

10

Kab. Pati

5

5

Kab. Kudus

5

2

7

Kab. Pemalang 10

10

Kab. Rembang

5

5

Kab. Blora

4

2

6

Kab. Purworejo 3

3

Kab. Klaten 2

2

Kab. Salatiga

3

3

4 Prop. DIY

3

-

4

-

7

Kab. Gunungkidul 3

3

Kab. Kulon Progo

4

4

5 Prop. Jawa Timur

9

4

17

8

38

Kab. Gresik 5

5

Kab. Jombang 1

1

Kab. Mojokerto

1

1

Kab. Pacitan

3

3

Kab. Sampang

11

11

Kab. Situbondo

2

2

Kab. Banyuwangi

3

3

Kab. Tuban

4

4

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 28 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

28

Sub Sektor No Prop/Kab/Kota

TP Horti Bun Nak

Jumlah (Unit)

Kab. Tulungagung

5

5

Kab. Lamongan

3

3

6 Prop. NAD

-

-

-

16

16

Kab. Bireun

3

3

Kab. Aceh Timur

2

2

Kab. Pidie Jaya

2

2

Kab. Aceh Utara

4

4

Kab. Bener Meriah

5

5

7 Prop. Sumatera Utara

11

-

8

14

33

Kab. Dairi

1

1

Kab. Tanah Karo

2

2

Kab. Labuhan Batu

2

2

4

Kab. Labuhan Batu Utara

3

2

5

Kab. Langkat

2

2

Kab. Simalungun

5

5

Kab. Tapanuli Selatan

2

2

Kab. Nias Selatan

4

4

Kota Padang Lawas Utara

8

8

8 Prop Sumatera Barat

7

11

9

26

53

Kab. Agam

2

3

1

6

Kab. Pasaman

2

5

7

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 29 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

29

Sub Sektor No Prop/Kab/Kota

TP Horti Bun Nak

Jumlah (Unit)

Kab. Pesisir Selatan

2

4

6

Kab. Solok

2

2

Kab. Tanah Datar

1

10

11

Kota Bukit Tinggi

2

2

Kota Padang Panjang

4

4

Kota Padang

7

7

Kab. Solok Selatan

3

3

Kab. Pasaman Barat

1

1

Kab. Sijunjung

1

3

4

9 Prop. Riau

20

-

6

-

26

Kab. Bengkalis

2

2

Kab. Indragiri Hilir

2

2

Kab. Indragiri Hulu

2

3

5

Kab. Kampar

3

3

Kab. Kuantan Singingi

2

2

Kab. Pelalawan

2

2

Kab. Rokan Hilir

3

3

Kab. Rokan Hulu

2

2

Kab. Siak

2

2

Kota Pekanbaru

3

3

10 Prop. Jambi

17

2

11

8

38

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 30 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

30

Sub Sektor No Prop/Kab/Kota

TP Horti Bun Nak

Jumlah (Unit)

Kab. Batanghari 2

2

Kab. Tanjab Barat 2

2

2

2

8

Kab. Muaro Jambi

2

2

3

7

Kab. Sarolangun

4

2

6

Kab. Kerinci 2

2

1

5

Kab. Tanjab Timur 2

2

Kab. Tebo 5

1

6

Kab. Muara Bungo

2

2

11 Prop. Sumatera Selatan

4

-

15

26

45

Kab. Musi Banyuasin

3

3

Kab. Musi Rawas

4

4

Kab. Muara Enim 4

3

3

10

Kab. Ogan Komering Ilir

4

4

8

Kab. Ogan Komering Ulu

4

3

7

Kota Lubuk Linggau

2

2

Kab. Banyuasin

4

4

Kab. Ogan Ilir

3

3

Kab. Empat Lawang

4

4

12 Prop. Lampung

4

-

3

3

10

Kab. Lampung Selatan

1

1

Kab. Tanggamus 3

3

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 31 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

31

Sub Sektor No Prop/Kab/Kota

TP Horti Bun Nak

Jumlah (Unit)

Kab. Lampung Tengah

3

3

Kab. Pesawaran

3

3

13 Prop. Bengkulu

3

-

5

9

17

Kab. Bengkulu Utara

3

3

6

Kab. Seluma

5

5

Kab. Muko-Muko

4

4

Kab. Bengkulu Tengah

2

2

14 Prop. Maluku Utara

5

-

-

-

5

Kab. Halmahera Selatan

5

5

15 Prop. Kalimantan Barat

5

-

-

10

15

Kab. Bengkayang 4

4

8

Kab. Landak

4

4

Kab. Sambas

1

2

3

16 Prop. Kalimantan Tengah

-

-

-

13

13

Kab. Kapuas

3

3

Kab. Gunung Mas

3

3

Kab. Kotawaringin Timur

5

5

Kab. Murung Raya

2

2

17 Prop. Kalimantan Selatan

-

-

6

8

14

Kab. Barito Kuala

4

4

Kab. Kotabaru

4

4

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 32 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

32

Sub Sektor No Prop/Kab/Kota

TP Horti Bun Nak

Jumlah (Unit)

Kab. Tapin

3

3

Kab. Tanah Bumbu

3

3

18 Prop. Kalimantan Timur

5

-

-

14

19

Kab. Paser

4

4

Kota Balikpapan 5

5

Kota Samarinda

3

3

Kab. Penajam Paser Utara

3

3

Kab. Kutai Kertanegara

4

4

19 Prop. Sulawesi Tengah

-

-

5

3

8

Kab. Poso

5

5

Kota Palu

3

3

20 Prop. Sulawesi Selatan

24

4

4

16

48

Kab. Bantaeng 2

3

3

8

Kab. Enrekang

8

8

Kab. Gowa 3

3

Kab. Jeneponto 2

2

Kab. Luwu 3

3

Kab. Maros 3

3

Kab. Sidenreng Rappang

3

3

Kab. Sinjai 3

3

Kab. Tana Toraja 3

1

4

2

10

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 33 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

33

Sub Sektor No Prop/Kab/Kota

TP Horti Bun Nak

Jumlah (Unit)

Kab. Wajo 5

5

21 Prop. Sulawesi Tenggara

4

-

-

2

6

Kab. Bombana

2

2

Kab. Muna

2

2

Kab. Wakatobi 2

2

22 Prop. Gorontalo

-

-

8

9

17

Kab. Boalemo

3

3

6

Kab. Pahowato

5

3

8

Kab. Bone Bolango

3

3

23 Prop. Kepulauan Riau

-

3

-

-

3

Kab. Bintan

1

1

Kota Batam

2

2

24 Prop. Maluku

15

-

10

-

25

Kab. Maluku Tenggara Barat

5

5

Kota Tual

10

10

20

25 Prop. Bali

6

-

-

7

13

Kab. Bangli

1

1

Kab. Buleleng 3

4

7

Kab. Karangasem

3

3

Kota Denpasar

2

2

26 Prop. NTB

9

3

9

16

37

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 34 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

34

Sub Sektor No Prop/Kab/Kota

TP Horti Bun Nak

Jumlah (Unit)

Kab. Lombok Barat 4

4

Kab. Lombok Tengah

3

3

Kab. Lombok Timur

4

2

6

Kab. Bima

2

2

4

Kab. Sumbawa

2

2

Kab. Dompu 2

5

7

Kota Bima

3

3

6

Kab. Sumbawa Barat

3

2

5

27 Prop. NTT

18

26

5

17

66

Kab. Kupang

2

2

Kab. Timor Tengah Selatan

2

5

7

Kab. Alor

2

2

Kab. Timor Tengah Utara

3

3

Kab. Lembata 3

3

10

16

Kab. Sumba Barat 4

4

Kab. Rotendau 3

3

5

11

Kab. Manggarai Barat

5

5

Kab. Ngada

5

5

Kab. Sumba Barat Daya

1

1

Kab. Sikka

5

5

Kab. Sumba Tengah

5

5

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 35 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

35

Sub Sektor No Prop/Kab/Kota

TP Horti Bun Nak

Jumlah (Unit)

28 Prop. Papua

5

-

7

14

26

Kab. Jayapura

2

5

7

Kab. Biak Numfor

4

4

Kab. Nabire

5

3

8

Kab. Mappi

5

5

Kab. Mamberamo Tengah

2

2

29 Prop. Papua Barat

14

8

4

-

26

Kab. Manokwari

4

4

Kab. Sorong 4

3

7

Kab. Fak-Fak

4

4

Kota Sorong 4

3

7

Kab. Sorong Selatan

2

2

4

Jumlah Total 237 62 155 252 706

 Ket : Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Menunjang Sub Sektor :

Tanaman Pangan : 237 Unit

Hortikultura : 62 Unit

Perkebunan : 155 Unit

Peternakan : 252 Unit

       

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 36 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

36

         

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 37 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

37

Lampiran 2        

                              

CONTOH

RENCANA USULAN KEGIATAN KELOMPOK PENGEMBANGAN IRIGASI AIR TANAH DANGKAL

TAHUN 2010

................., ……………..2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 38 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

38

Lampiran 3 Jadwal Palang

Pelaksanaan Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal T.A 2010                               

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 39 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

39

Lampiran 4.1  ` Form PLA.01

Dinas : ……………………………..Kabupaten : ……………………………..Provinsi : ……………………………..Subsektor : ……………………………..Program : ……………………………..Bulan : ……………………………..

Keuangan Fisik Nama Desa/ Koordinat(Rp) (Ha) (Rp) (%) Konstruksi (Ha) Tanam (Ha) Kelompok Kecamatan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13A. Pengelolaan Air

1. Rehab JITUT

2. Rehab JIDES

3. TAM

4. Irigasi Tanah Dangkal

5. Irigasi Tanah Dalam

6. Air Permukaan

7. Pompa

8. Embung

9. Dam Parit

10. Sumur Resapan

11. P I P

12. Balai Subak

13. Sekolah Lapang

Catatan :1. Laporan dikirim ke Dinas Propinsi terkait tembusan ke Ditjen PLA Pusat, paling lambat tanggal 5 setiap bulan2. Laporan ke Pusat ke Bagian Evaluasi dan Pelaporan d/a. Kanpus Deptan Gedung D Lantai 8 Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan Jakarta Selatan via Fax : 021-7816086 atau E-mail : [email protected]

3. Realisasi adalah realisasi kumulatif s/d bulan ini (bulan laporan)4. Kolom (13) dapat diisi serapan tenaga kerja, dll*) Coret yang tidak perlu

………………………., …………………………...…………. 2010

KegiatanLokasi Kegiatan

Fisik

JUMLAH

Penanggung jawab kegiatan Kabupaten

LAPORAN REALISASI FISIK DAN KEUANGANKEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN LAHAN DAN AIR

T.A. 2010

Pagu DIPA KeteranganRealisasi KeuanganNo. Aspek

           

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 40 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

40

Lampiran 4.2

Form PLA.02

Dinas : ……………………………..Propinsi : ……………………………..Subsektor : ……………………………..Program : ……………………………..Bulan : ……………………………..

Keuangan Fisik(Rp) (Ha) (Rp) (%) Konstruksi (Ha) Tanam (Ha)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 111 Dinas…………………….*) Pengelolaan Air

Kab/Kota ………………… 1. Rehab JITUT

2. Rehab JIDES

3. TAM

4. Irigasi Tanah Dangkal

5. Irigasi Tanah Dalam

6. Air Permukaan

7. Pompa

8. Embung

9. Dam Parit

10. Sumur Resapan

11. P I P

12. Balai Subak

13. Sekolah Lapang

2 Dinas…………………….*)Kab/Kota …………………

3 Dinas…………………….*)Kab/Kota …………………

1. Rehab JITUT

2. Rehab JIDES

3. TAM

4. Irigasi Tanah Dangkal

5. Irigasi Tanah Dalam

6. Air Permukaan

7. Pompa

8. Embung

9. Dam Parit

10. Sumur Resapan

11. P I P

12. Balai Subak

13. Sekolah Lapang

Ctt: 1. Laporan dikirim ke Ditjen PLA Pusat, paling lambat tanggal 10 setiap bulan2. Laporan ke Pusat ke Bag Evaluasi dan Pelaporan d/a. Kanpus Deptan Gedung D Lantai 8 Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan Jaksel. Fax : 021 7816086 atau E-mail : [email protected]. Realisasi adalah realisasi kumulatif s/d bulan ini (bulan laporan)4. Kolom (13) dapat diisi serapan tenaga kerja, dll*) Diisi nama Dinas Kabupaten/Kota yang melaksanakan kegiatan PLA. **) Coret yang tidak perlu ………………………., ……………………...………………. 2010

LAPORAN REALISASI FISIK DAN KEUANGANKEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN LAHAN DAN AIR TA 2010

No. Dinas Kabupaten/Kota*) KegiatanPagu DIPA Realisasi KeteranganKeuangan Fisik

Penanggung jawab kegiatan Propinsi

JUMLAH

Aspek

         

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 41 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

41

Lampiran 4.3

Form PLA.03

Dinas : ………………………………..

Kabupaten : ………………………………..

Provinsi : ………………………………..

Subsektor : ………………………………..

Tahun : ………………………………..

1 3 5

A. Aspek Pengelolaan Air

1 Rehab JITUT2 Rehab JIDES3 T A M4 Irigasi Tanah Dangkal5 Irigasi Tanah Dalam6 Air Permukaan7 Pompa8 Embung9 Dam Parit

10 Sumur Resapan11 P I P12 Balai Subak13 Sekolah Lapang

Catatan :1. Laporan dikirim ke Dinas Propinsi terkait tembusan ke Ditjen PLA Pusat, paling lambat tanggal 5 setiap bulan2. Laporan ke Pusat ke Bagian Evaluasi dan Pelaporan d/a. Kanpus Deptan Gedung D Lantai 8 Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan Jaksel via Fax : 021-7816086 atau E-mail : [email protected]. Manfaat harus terukur, contoh :

a. Kegiatan JITUT/JIDES seluas 500 Ha, menaikan IP 50 % dengan produktivitas 5 ton/Ha, sehingga manfaat kegiatan berupa peningkatan produksi sebanyak 500 X 0,5 X 5 Ton = 1.250 ton b. Rehab JUT/JAPROD Manfaat mengurangi ongkos angkut Rp. 25; / Kg atau Rp. 25.000; / Ton pada areal dengan tingkat produksi 1.000 ton sehingga manfaat kegiatan dapat mengurangi ongkos angkut Rp. 25.000 X 1.000 = Rp. 25.000.000;c. Cetak Sawah Seluas 200 Ha Menyebabkan perluasan areal tanam seluas 200 Ha dengan produktivitas 2,5 ton/Ha dan IP 150 %, sehingga manfaat kegiatan cetak sawah berupa peningkatan produksi sebesar 200 X 2,5 ton X 1,5 = 750 ton

………….…………, ………………………… 2010

Penanggungjawab Kegiatan Kabupaten

2 4

LAPORAN MANFAAT KEGIATAN PENGELOLAAN LAHAN DAN AIR TA. 2006, 2007, 2008 dan 2009

No. Kegiatan Target Fisik DIPA Realisasi Fisik Manfaat

         

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 42 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

42

 Lampiran 4.4

  

Form PLA.04

Dinas : ………………………………..

Provinsi : ………………………………..

Subsektor : ………………………………..

1 3 7

A. Aspek Pengelolaan Air1. Rehab JITUT2. Rehab JIDES3. TAM4. Irigasi Tanah Dangkal5. Irigasi Tanah Dalam6. Air Permukaan7. Pompa8. Embung9. Dam Parit10.Sumur Resapan11.P I P12.Balai Subak13.Sekolah Lapang

Catatan :1. Laporan dikirim ke Ditjen PLA Pusat, paling lambat tanggal 10 setiap bulan2. Laporan ke Pusat ke Bagian Evaluasi dan Pelaporan d/a. Kanpus Deptan Gedung D Lantai 8 Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan Jaksel via Fax : 021-7816086 atau E-mail : [email protected] Manfaat harus terukur, contoh :

a. Kegiatan JITUT/JIDES seluas 500 Ha, menaikan IP 50 % dengan produktivitas 5 ton/Ha, sehingga manfaat kegiatan berupa peningkatan produksi sebanyak 500 X 0,5 X 5 Ton = 1.250 ton b. Rehab JUT/JAPROD Manfaat mengurangi ongkos angkut Rp. 25; / Kg atau Rp. 25.000; / Ton pada areal dengan tingkat produksi 1.000 ton sehingga manfaat kegiatan dapat mengurangi ongkos angkut Rp. 25.000 X 1.000 = Rp. 25.000.000;c. Cetak Sawah Seluas 200 Ha Menyebabkan perluasan areal tanam seluas 200 Ha dengan produktivitas 2,5 ton/Ha dan IP 150 %, sehingga manfaat kegiatan cetak sawah berupa peningkatan produksi sebesar 200 X 2,5 ton X 1,5 = 750 ton

………………., ………………….…………. 2010

Penanggungjawab Kegiatan Propinsi

2 4

REKAPITULASI LAPORAN MANFAAT KEGIATAN PENGELOLAAN LAHAN DAN AIR TA. 2006, 2007, 2008 dan 2009

No. Kegiatan Target Fisik Realisasi Fisik Manfaat

      

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 43 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

43

 

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 44 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

44

Lampiran 5

 

Outline Laporan Akhir

I. PENDAHULUAN 

A. Latar Belakang B. Tujuan dan Sasaran

 II. PELAKSANAAN 

A. Lokasi (administratif dan koordinat) B. Masukan C. Tahap Pelaksanaan D. Masalah E. Pemecahan Masalah

 III. HASIL  IV. MANFAAT 

 V. DAMPAK 

 VI. KESIMPULAN DAN SARAN 

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 1 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

1

Lampiran 6 Daftar Isian (check list)

Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Irigasi Air Tanah

No. URAIAN KEGIATAN KETERANGAN I PERSIAPAN

1. Juklak Ada/tidak ada

2. Juknis Ada/tidak ada

3. Organisasi/kelembagaan Ada/tidak ada

4. SID

4.1. Calon lokasi

a. Apakah di lokasi tersebut benar-benar memerlukan irigasi Ya/tidak

air tanah dangkal

b. Apakah ada potensi sumber air tanah dangkal Ada/tidak ada

c. Debit air mencukupi untuk mengembangkan komoditi yg diusahakan

Cukup/tidak cukup

d. Apakah calon lokasi mudah diakses Ya/tidak

e. Apakah calon lokasi dilengkapi dengan titik koordinat Ya/tidak

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 2 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

2

No. URAIAN KEGIATAN KETERANGAN f. Apakah calon lokasi diperkuat dengan SK Bupati/Kepala Dinas Ya/tidak

4.2. Calon Petani

a. Apakah petani berdomisili di lokasi kegiatan Ya/tidak

b. Apakah sdh terbentuk kelompok tani Ya/tidak

c. Apakah kelompok tani mempunyai respon positif terhadap kegitan ini Ya/tidak

d. Apakah calon petani diperkuat dengan SK Bupati/Kepala Dinas Ya/tidak

4.3. Desain Sederhana

a. Apakah sudah disusun desain . Sudah/belum

5. RAB

a. Apakah telah disusun RAB kegiatan Sudah/belum

b. Apakah RAB dilengkapi dengan rincian biaya Sudah/belum

c. Apakah RAB sudah dilegalisir oleh Kadis Kab/Kota Sudah/belum

d. Apakah RUKK sudah dilegalisir oleh Kadis Kab/Kota Sudah/belum

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 3 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

3

No. URAIAN KEGIATAN KETERANGAN e. Apakah mekanisme pencairan rekening kelompok melalui "contra sign" Ya/tidak

f. Apakah perjanjian kerjasama sudah ditandatangani para pihak Ya/tidak

6. SK KPA, PPK, Bendahara Pengeluaran Ada/tidak ada

7. SK Tim Teknis /Koorlap Ada/tidak ada

III PELAKSANAAN

1. Pelaksanaan konstruksi telah mengikuti desain Ya/tidak

2. Pelaksanaan konstruksi telah mengikuti jadwal palang Ya/tidak

3. Hasil pelaksanaan (irigasi air tanah) telah dimanfaatkan Sudah/belum

IV MONEV DAN PELAPORAN

4.1. Monitoring

a. Apakah sudah dibuat pedoman monitoring Sudah/belum

b. Apakah sudah dibuat jadwal monitoring Sudah/belum

c. Apakah sudah dibentuk Tim/Petugas monitoring Sudah/belum

d. Apakah sudah dibuat laporan pelaksanaan dan hasil monitoring Sudah/belum

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 4 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

4

No. URAIAN KEGIATAN KETERANGAN 4.2. Evaluasi

a. Apakah sudah dibuat pedoman evaluasi Sudah/belum

b. Apakah sudah dibuat jadwal evaluasi Sudah/belum

c. Apakah sudah dibentuk Tim/Petugas evaluasi Sudah/belum

d. Apakah sudah dibuat laporan pelaksanaan dan hasil evaluasi Sudah/belum

4.3. Pelaporan

a. Laporan pertanggungjawaban dana sesuai tahap kegiatan Sesuai/tdk sesuai

b. Apakah sudah dibuat laporan bulanani Sudah/belum

c. Apakah sudah dibuat laporan akhir Sudah/belum

V PERTANGGUNGJAWABAN

5.1. Apakah sudah dibuat BA Penyelesaian Pekerjaan Sudah/belum

5.2. Apakah sudah dibuat dokumentasi (sebelum, dalam pelaksanaan dan akhir) Sudah/belum

5.3. Apakah sudah dibuat dokumen bukti pembayaran Sudah/belum

5.4. Apakah sudah dibuat pembukuan Sudah/belum

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 1 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

1

BAGIAN II PEDOMAN TEKNIS

PENGEMBANGAN IRIGASI AIR TANAH DALAM

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia sebagai wilayah beriklim tropis basah, maka

curah hujan merupakan sumber air andalan utama

untuk pemenuhan kebutuhan irigasi. Curah hujan

yang jatuh ke permukaan bumi sebagian dapat

digunakan secara langsung untuk air irigasi, sebagian

tersimpan dalam waduk, danau, di lahan usahatani

dan sebagian lagi masuk ke dalam tanah, tersimpan

sebagai air tanah/air bawah tanah (ground water).

Keragaman curah hujan (rainfall variability) menurut

ruang (spatial) dan waktu (temporal) menyebabkan

jumlah, waktu dan penyebarannya curah hujan

berbeda antar wilayah dan antar waktu. Keragaman

ini seringkali sulit diprediksi dan diantisipasi akibat

dinamika atmosfer yang luar biasa, sehingga seringkali

terjadi ketidaksesuaian antara yang diperlukan dan

yang tersedia. Teladannya, pada musim kemarau,

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 2 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

2

pasokan air sangat terbatas, sementara kebutuhannya

relatif tetap, sehingga pasokan air untuk pertanian

menjadi terbatas. Kekeringan yang menyebabkan

terjadinya kegagalan usaha pertanian, perkebunan,

dan peternakan adalah teladannya.

Menyadari hal tersebut, pemerintah bersama

masyarakat telah membangun berbagai fasilitas irigasi

dengan berbagai sumber air irigasi. Salah satu sumber

air irigasi potensial yang belum optimal digunakan

adalah pemanfaatan sumber air tanah dalam.

Pengembangan irigasi air tanah dalam menjadi pilihan

yang menjanjikan apabila di lokasi tersebut

ketersediaan sumber air permukaan sangat terbatas

sehingga secara teknis, sosial dan ekonomi tidak layak

dilakukan.

Secara praktikal, pemanfatan air tanah untuk irigasi

dapat dikelompokkan menjadi dua bagian : (a) sebagai

suplesi pada saat terjadi kekurangan air dan (b)

sebagai sumber air utama. Pemanfaatan air irigasi

sebagai suplesi umumnya dilakukan pada musim hujan

(MH) dan musim kemarau pertama (MK1) pada saat

terjadi kekurangan air baik di lahan tadah hujan

maupun lahan kering. Sedangkan untuk musim

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 3 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

3

kemarau dan MK2 umumnya digunakan sebagai sumber

air utama.

 

B. Tujuan dan Sasaran

1. Tujuan :

Tujuan kegiatan Pengembangan Irigasi Air Tanah

Dalam adalah :

a. Meningkatkan ketersediaan air irigasi pada

lahan pertanian khususnya pada lahan kering

dan lahan tadah hujan dalam upaya

mendukung usaha pertanian tanaman pangan,

hortikultura, perkebunan, dan peternakan.

b. Meningkatkan IP (Intensitas Pertanaman), luas

areal tanam, dan peningkatan produktivitas

usaha tani.

c. Meningkatkan ketersediaan air pada kawasan

pakan ternak.

d. Meningkatkan kualitas produk pertanian dan

pendapatan petani.

2. Sasaran :

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 4 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

4

a. Terbangunnya irigasi air tanah dalam sebanyak

13 unit (alokasi kegiatan berdasarkan DIPA

dan POK dapat dilihat pada Lampiran 1).

b. Meningkatnya ketersediaan air irigasi pada

lahan pertanian seluas kira-kira 130 ha.

c. Berkurangnya kegagalan usaha tani karena

kekurangan air irigasi/kekeringan.

d. Meningkatnya produksi usaha tani melalui

peningkatan luas areal tanam dan peningkatan

produktivitas.

C. Pengertian

1. Air Tanah : air yang terdapat dalam lapisan tanah

atau batuan di bawah permukaan tanah.

2. Air Tanah Dalam : air yang berada di dalam

lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan

tanah dengan kedalaman > 60 meter. Air tersebut

terdapat dalam ruang pori dalam lapisan tanah

atau batuan yang mengandung air jenuh yang

disebut akuifer.

3. Akuifer : lapisan batuan jenuh air tanah yang

dapat menyimpan dan meneruskan air tanah dalam

jumlah cukup dan ekonomis.

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 5 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

5

4. Cekungan Air Tanah : suatu wilayah yang dibatasi

oleh batas hidrogeologis, tempat semua kejadian

hidrogeologis seperti proses pengimbuhan,

pengaliran dan pelepasan air tanah berlangsung.

5. Irigasi : usaha penyediaan, pengaturan, dan

pembuangan air untuk menunjang usaha

pertanian, termasuk di dalamnya irigasi air

permukaan, irigasi air tanah, irigasi tambak, dan

irigasi rawa.

6. Sumber Air : tempat atau wadah air alami

dan/atau buatan yang terdapat pada, di atas,

ataupun di bawah permukaan tanah.

7. Sumber Air Irigasi : tempat/wadah air alami dan/

atau buatan yang terdapat pada, di atas, ataupun

di bawah permukaan tanah yang dapat

dipergunakan untuk irigasi.

8. Jaringan Irigasi Air Tanah (JIAT) : saluran dan

bangunan yang merupakan satu kesatuan dan

diperlukan untuk pengaturan dan penyaluran

irigasi air tanah yang mencakup penyediaan,

pengambilan, penyaluran dan pembagian.

9. Koordinat : letak/posisi suatu wilayah berdasar

garis lintang, garis bujur dan ketinggian di atas

permukaan laut.

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 6 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

6

10. Muka air bawah tanah : permukaan air tanah di

dalam sumur bor dihitung dari muka tanah

setempat atau titik acuan lain.

11. Sumur bor produksi air bawah tanah : sumur bor

yang dibuat untuk mengambil air bawah tanah

pada atau lebih lapisan ekuifer tertentu.

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 7 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

7

II. PENGEMBANGAN IRIGASI AIR TANAH DALAM

Dengan pertimbangan teknis pengembangan yang

relatif sulit dan biaya yang relatif tinggi, salah satu

syarat penting yang harus dipenuhi apabila suatu

lokasi akan diajukan/dipilih sebagai lokasi

pengembangan irigasi air tanah, maka sebelumnya

perlu dilakukan SID (termasuk survei geolistrik, jenis

komoditas yang sesuai untuk dikembangkan, kesediaan

petani dalam melakukan OP, dan lain-lain). Informasi

tentang potensi dan kondisi air tanah di suatu wilayah

dapat diperoleh dari dokumen atau peta yang

terdapat di instansi seperti Dinas Pertambangan, Dinas

PU, konsultan atau kontraktor, dan lain-lain yang akan

digunakan sebagai dasar pertimbangan atau

kelengkapan data dan informasi bagi pengembangan

irigasi air tanah dalam. Sedangkan dana yang

digunakan untuk melaksanakan SID merupakan dana

yang berasal dari daerah (tidak termasuk dalam dana

TP yang dialokasikan ke daerah).

Selain itu, perlu memilih/menunjuk pelaksana

kegiatan (kontaktor) yang bermutu dan

berpengalaman dalam pengembangan irigasi air tanah

dalam sehingga kegagalan sejak tahapan pengeboran

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 8 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

8

dapat dihindari. Daerah (kabupaten/kota) yang

melakukan pengembangan irigasi air tanah dalam

diwajibkan untuk menunjuk seorang pendamping dari

dinas pelaksana yang bertugas mengawasi pelaksanaan

pembangunan (konstruksi) irigasi air tanah dalam

tersebut, khususnya sejak tahap pengeboran sampai

selesai konstruksi.

Secara umum, terdapat dua faktor penting yang perlu

mendapatkan perhatian dalam pengembangan irigasi

air tanah dalam agar dapat berhasil dengan baik,

yaitu: (a) pemilihan lokasi dan (b) persyaratan petani

dengan kriteria tertentu sebagai berikut :

A. Persyaratan Lokasi

1. Mempunyai potensi sumber air tanah pada

kedalaman lebih dari 60 meter di bawah

permukaan tanah.

2. Lokasi pengembangan diutamakan lahan kering

atau tadah hujan dimana pada musim kemarau

tidak terdapat sumber air permukaan (sungai,

danau, waduk, dll), atau air permukaan tidak

mencukupi kebutuhan airnya. Pada lahan irigasi

yang telah memiliki jaringan irigasi namun airnya

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 9 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

9

tidak mencukupi dapat dibangun irigasi air tanah

dalam.

3. Calon lokasi tidak terdapat sumur air tanah

dangkal yang sudah dimanfaatkan untuk mengairi

lahan usaha tani atau tidak direncanakan untuk

pengembangan irigasi air tanah dangkal.

4. Usaha tani yang dikembangkan adalah tanaman

pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan

(skala ekonomis dengan memperhitungkan jumlah

minimal ternak)

5. Pengembangan usaha tani di lokasi tersebut sering

mengalami kendala/masalah air/kekeringan pada

musim kemarau, namun tidak mengalami

kebanjiran pada musim hujan.

6. Lahan usaha yang akan diairi merupakan lahan

milik petani.

7. Pemerintah Daerah mendukung kegiatan

pengembangan irigasi air tanah dalam dan apabila

petani belum mampu menyediakan dana operasi

dan pemeliharaan bersedia menyediakan dana

operasi dan pemeliharaan sampai tahun ke 2.

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 10 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

10

B. Persyaratan Petani

1. Petani di lokasi memerlukan adanya irigasi air

tanah dalam dan bersedia memanfaatkan serta

memelihara/merawat dengan baik.

2. Petani berinisiatif untuk mengusahakan komoditas

pertanian yang memiliki nilai ekonomi tinggi,

terutama komoditas perkebunan dan peternakan.

3. Diutamakan bagi petani yang telah membentuk

Kelompok tani/P3A/P3AT atau bersedia

membentuk Kelompok tani/P3A/P3AT apabila

dibangun irigasi air tanah dalam.

4. Mampu mengoperasikan, memelihara/merawat

dan menyediakan dana operasional dan

pemeliharaan.

5. Belum pernah mendapatkan bantuan/kegiatan

sejenis.

        

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 11 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

11

 

III. KOMPONEN IRIGASI AIR TANAH DALAM

A. Komponen Irigasi Air Tanah Dalam

Untuk mendayagunakan air tanah dalam sebagai

sumber air irigasi, maka diperlukan upaya

pengambilan/pengangkatan air dari sumbernya ke

permukaan tanah serta penyaluran ke lahan usaha

tani. Minimal ada 3 (tiga) komponen utama dan 1

(satu) komponen penunjang yang perlu diperhatikan

dalam pengembangan irigasi air tanah dalam.

Komponen utama : (a) sumur (b) pompa air dan

perlengkapannya (c) rumah pompa. Komponen

penunjang bila memungkinkan adalah Jaringan Irigasi

Air Tanah (JIAT). Gambaran rinci masing-masing

komponen diuraikan pada bagian berikut ini. 

1. Sumur

Untuk dapat

memanfaatkan sumber

air tanah dalam terlebih

dahulu harus dibuat

sumur sebagai tempat

pengambilan. Sumur

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 12 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

12

tersebut dibuat dengan cara pengeboran dengan

kedalaman air tanah dalam dari permukaan tanah > 60

m .

2. Pompa Air dan Perlengkapannya

Pompa air dipergunakan untuk mengangkat air dari

dalam tanah ke

permukaan

tanah. Jenis

pompa yang

biasa digunakan

umumnya

pompa

sentrifugal,

pompa turbin,

dan pompa

submersible

disesuaikan

dengan kebutuhan. Pompa air digerakkan dengan

motor penggerak tenaga diesel, bensin, atau motor

listrik. Perlengkapan yang diperlukan agar pompa air

agar dapat berfungsi mengangkat atau mengambil air

dari dalam tanah antara lain selang dan pipa hisap,

selang pembuang, pipa jambang, pipa cassing, dan

lain-lain.

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 13 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

13

3. Rumah Pompa/Genset

Pompa untuk air tanah dalam atau genset pompa air

tanah dalam biasanya berukuran besar sehingga

pompa/ genset diletakkan secara permanen (tidak

bersifat mobile). Untuk melindungi pompa air serta

motor penggeraknya/genset dari gangguan pencurian

dan pengaruh cuaca yang dapat menyebabkan

kerusakan lebih dini perlu dibuatkan rumah pompa.

Pembangunan rumah pompa secara permanen

terutama ditujukan untuk pompa dan atau mesin

penggerak/genset yang berukuran besar dan dipasang

menetap (stasioner).

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 14 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

14

  

Rumah Pompa/Genset Air Tanah Dalam

4. Jaringan Irigasi Air Tanah (JIAT)

Untuk mengalirkan air

dari pompa ke lahan

usaha tani,

dibuat/dibangun

jaringan irigasi air

tanah (JIAT), untuk

padi sawah umumnya

terdiri dari saluran, bak penampung, bangunan

pengatur berupa pintu dan boks bagi, bangunan

pengukur debit dan katup penutup yang berfungsi

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 15 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

15

untuk mengatur arah aliran dalam pipa/jaringan

irigasi. Untuk komoditi perkebunan, peternakan,

hortikultura dan tanaman pangan lainnya JIAT

disesuaikan dengan kebutuhan.

Untuk mengurangi kehilangan air dalam penyaluran,

Box pembagi tipe jaringan perpipaan

Katup outlet Box pembagi

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 16 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

16

JIAT perlu dibuat secara permanen dengan dilining

ataupun menggunakan sistim perpipaan.      

 

 

 

 Jaringan Irigasi Air Tanah (JIAT)

B. Kriteria Teknis

a. Sumur :

Sumur bor

Kedalaman sumur : > 60 meter , disesuaikan

dengan kedalaman dan ketebalan lapisan

akuifer tertekan.

Potensi air tanah yang tinggi.

Debit output pompa minimal 10 liter/detik

b. Pompa :

tipe submersibel atau turbin.

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 17 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

17

kapasitas debit sesuai dengan debit air

minimal yang telah ditentukan.

motor penggerak : motor diesel atau bensin

atau tenaga listrik.

c. Pipa-pipa :

bahan dari besi atau PVC

diutamakan yang telah memiliki/memenuhi

SNI.

ukuran dan jumlah disesuaikan dengan

kebutuhan.

d. Rumah pompa :

bangunan permanen, cukup kuat/tahan

getaran mesin.

ukuran disesuaikan dengan kebutuhan.

lantai dasar cukup kuat menahan beban dan

getaran mesin.

e. Bak penampung/distribusi :

konstruksi beton.

kapasitas disesuaikan dengan debit air

minimal.

f. Jaringan irigasi/distribusi :

terdiri dari box-box bagi dan saluran. Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 18 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

18

saluran terbuka atau perpipaan.

disesuaikan dengan kebutuhan/keadaan lokasi.

Bahan, peralatan, dan mesin yang diadakan adalah

memiliki jaminan kualitas seperti Standard Nasional

Indonesia (SNI), mudah dioperasikan, mudah dipasang,

mudah dalam perawatan, tersedia suku cadang, dan

dapat diterima petani setempat.

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 19 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

19

IV. PELAKSANAAN

Untuk mengoptimalkan pengembangan irigasi air

tanah dalam, paling tidak ada beberapa hal penting

yang harus diperhitungkan dalam pengembangannya :

(a) survei investigasi dan desain (SID), (b)

konstruksi/pengembangan irigasi air tanah dalam, (c)

operasi dan pemeliharaan, (d) pelatihan, (e)

pembinaan, (f) pemanfaatan, dan (g) pembiayaan.

A. Survey Investigasi dan Desain Sederhana

Survey investigasi dan penyusunan desain sederhana

dapat dilaksanakan secara swakelola oleh petugas

Dinas Pertanian bekerjasama dengan instansi terkait

di daerah seperti dinas yang menangani bidang

pengembangan air tanah yaitu Dinas Pertambangan

(untuk mendapatkan data/informasi dan perizinan)

dengan melibatkan petani penerima manfaat.

1. Survey Investigasi

a. Survei investigasi dimaksudkan untuk

mendapatkan calon lokasi, petani, dan jenis

komoditas yang sesuai untuk pengembangan

irigasi air tanah dalam, baik dari segi teknis

maupun sosial. Survei potensi air tanah dalam

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 20 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

20

dapat dilakukan dengan survey “geolistrik”.

b. Calon lokasi, petani, dan jenis komoditas yang

memenuhi persyaratan ditetapkan oleh Kepala

Dinas Kabupaten/Kota sebagai lokasi

pengembangan irigasi air tanah dalam.

 Contoh  Pendugaan  Potensi  Air  Tanah  Dengan  Menggunakan Metoda GEOLISTRIK Pada Kedalaman < 100 m (40­100 m) 

                 

 

Contoh Hasil Geolistrik : Potensi Air Tanah >130 m (130­160 M) 

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 21 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

21

               

 c. Laporan hasil survey investigasi paling tidak

memuat :

Letak lokasi berdasarkan daerah

administratif dan koordinat lintang dan

bujur dengan menggunakan Global

Positioning System/GPS atau ekstrapolasi

dari peta topografi yang tersedia.

Kondisi usaha tani dan jenis komoditas yang

layak dikembangkan.

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 22 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

22

Kondisi prasarana dan sarana irigasi.

Potensi air tanah dalam untuk irigasi,

meliputi kedalaman dan debit andalan

(peta hidrogeologi dan pengujian

geolistrik).

Permasalahan dalam usahatani.

2. Desain/rancangan sederhana irigasi air tanah

dalam

Rancangan/desain sederhana irigasi air tanah

dalam, sekurang-kurangnya mencakup luas

lahan yang akan diairi (daerah oncoran), letak/

lokasi sumur, kedalaman sumur, lokasi rumah

pompa, desain rumah pompa, dan jaringan

irigasi yang akan dibangun.

Hal yang perlu mendapatkan perhatian dalam

penyusunan desain ini adalah agar air tanah

dalam yang telah diangkat dari sumbernya

dengan menggunakan pompa air dapat

didistribusikan ke lahan usaha tani dengan

gaya gravitasi.

3. Kebutuhan bahan, peralatan, dan mesin

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 23 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

23

Berdasarkan hasil SID akan dapat diketahui

kebutuhan bahan, peralatan, dan mesin yang

diperlukan. Berdasarkan kedalamam dan potensi

air tanah, ketinggian bak penampung dari posisi

pompa air dan luas lahan oncoran dapat

ditentukan spesifikasi pompa air, spesifikasi motor

penggerak pompa, jumlah dan spesifikasi

kebutuhan pipa-pipa, spesifikasi rumah pompa,

dan kebutuhan jaringan irigasi yang diperlukan.

4. Kebutuhan Anggaran/Rencana Kebutuhan Biaya

(RAB)

Mencakup perkiraan kebutuhan anggaran untuk

pengadaan bahan, peralatan, pompa air dan

perlengkapannya, pengembangan sumur, pema-

sangan pipa-pipa, rumah pompa, dan jaringan

irigasi. Perkiraan kebutuhan biaya dijadikan dasar

dalam penyusunan harga perkiraan sendiri.

B. Konstruksi/Pengembangan Irigasi Air Tanah Dalam

1. Konstruksi/Pengembangan irigasi air tanah dalam

dilaksanakan secara kontraktual.

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 24 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

24

2. Penunjukan pelaksana pengembangan irigasi air

tanah dalam berdasarkan kepada ketentuan yang

berlaku, antara lain Keputusan Presiden No. 80

tahun 2003 tentang Pengadaan Barang dan Jasa

Beserta Perubahan-perubahannya.

3. Untuk mendapatkan hasil pengeboran air tanah

dalam yang optimal, perlu dilakukan uji

pemompaan (pumping test) minimal 2 x 24 jam.

Hal ini dimaksudkan agar dapat diketahui tinggi

muka air tanah yang statis/tetap (Static Water

Level/SWL).

4. Pada saat pelaksanaan uji pemompaan, perlu

dilakukan pengukuran terhadap kapasitas atau

debit air yang keluar (lt/menit atau lt/detik).

5. Dengan diketahuinya debit air/sumur dan luas

oncoran (command area), maka dapat ditentukan

jenis pompa dan mesin penggerak serta

perlengkapan pipa-pipa maupun desain jaringan

irigasi air tanahnya/jaringan distribusi.

6. Jika dalam pengembangannya ternyata secara

tidak sengaja atau sengaja telah

menyebabkan/menimbulkan akibat seperti

munculnya lumpur dan atau gas beracun dan lain-

lain selama dalam proses pengeboran, maka pihak

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 25 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

25

pelaksana kegiatan/kontraktor diharuskan

melaporkan kejadian tersebut ke dinas terkait

(Satker/Dinas lingkup Pertanian dan Dinas

Pertambangan) untuk penanggulangan dan tindak

lanjut.

C. Operasi dan Pemeliharaan

1. Operasi dan Pemeliharaan pompa, rumah pompa,

dan jaringan irigasi air tanah dalam diserahkan

kepada petani/kelompoktani P3A penerima

manfaat.

2. Biaya operasi dan pemeliharaan irigasi air tanah

dalam menjadi tanggungjawab petani/kelompok

tani penerima manfaat.

3. Besarnya iuran pelayanan irigasi ditetapkan

berdasarkan hasil musyawarah anggota/kelompok.

D. Pelatihan

1. Petani/kelompok tani penerima manfaat diberikan

pelatihan terutama teknis operasional dan peme-

liharaan pompa air irigasi dan jaringan irigasi air

tanah dan serta pelatihan usahatani.

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 26 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

26

2. Pelatihan teknis operasi jaringan irigasi air tanah

dalam dilaksanakan oleh pihak ketiga (pelaksana

pengadaan dan pemasangan irigasi air tanah).

E. Pembinaan

1. Pembinaan terhadap peserta penerima manfaat

dilakukan Dinas “Pertanian” Propinsi dan

Kabupaten/ Kota secara berkelanjutan.

2. Pembinaan antara lain meliputi teknik operasi dan

pemeliharaan irigasi air tanah dalam, pemilihan

komoditas yang diusahakan, teknis budidaya,

panen, pasca panen, pengolahan, dan pemasaran

hasil.

F. Pemanfaatan

Setelah konstruksi selesai, untuk mengoptimalkan

pemanfaatan fasilitas irigasi yang telah dibangun,

pemerintah daerah/satker (Kab./Kota) diharuskan

membuat suatu Berita Acara tentang Serah Terima

Pengelolaan dari dinas kepada petani. Dengan

demikian, secara resmi pengelolaannya (Operasi dan

Pemeliharaan) telah diserahkan kepada

petani/kelompoktani (Contoh Berita Acara dapat

dilihat pada Lampiran 2).

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 27 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

27

Dengan pertimbangan biaya untuk investasi, operasi

dan pemeliharaan irigasi air tanah dalam yang cukup

tinggi, maka pemanfaatannya harus dilakukan dengan

seefektif dan seefisien mungkin.

G. Pembiayaan

1. Biaya yang tersedia untuk pengembangan irigasi

air tanah dalam dipergunakan untuk pembuatan

sumur dalam, pengadaaan pipa-pipa, pompa air

dan mesin penggeraknya, rumah pompa, jaringan

irigasi/ distribusi.

2. Kebutuhan biaya untuk penentuan lokasi, survei

investigasi & desain (SID), dan pembinaan dibe-

bankan pada anggaran APBD Propinsi, APBD

Kabupaten/Kota, dan/atau partisipasi masyarakat.

I. Waktu Pelaksanaan

Jadwal/waktu pelaksanaan kegiatan pengembangan

irigasi air tanah dalam mengacu pada jadwal palang

pelaksanaan sebagaimana terdapat pada Lampiran 3.

  

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 28 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

28

V. MONITORING DAN EVALUASI

A. Indikator Kinerja

Beberapa indikator kinerja yang digunakan sebagai

ukuran untuk penilaian kinerja kegiatan

Pengembangan Irigasi Air Tanah Dalam adalah sebagai

berikut :

1. Output : Terbangunnya irigasi ir tanah dalam

2. Outcome : Terjadinya peningkatan ketersediaan

air irigasi untuk usaha tani dengan

memanfaatkan potensi air tanah

dalam

3. Benefit : Terjadinya peningkatan ketersediaan

air irigasi untuk usahatani dengan

memanfaatkan potensi air tanah

dalam.

4. Impact : Peningkatan produksi usahatani dan

pendapatan petani.

B. Monitoring dan Evaluasi

1. Monitoring pengembangan irigasi air tanah dalam

dilakukan secara swakelola oleh Dinas Pertanian

Kabupaten/Kota dan Propinsi.

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 29 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

29

2. Evaluasi dilakukan secara berkala oleh Satker

Dinas di Kabupaten/Kota, Satker Dinas di Propinsi,

dan Pusat.

C. Pelaporan

1. Terdapat 2 (dua) jenis laporan yang harus dibuat,

yaitu Laporan Bulanan dan Laporan Akhir.

2. Laporan Bulanan memuat perkembangan

pelaksanaan ke-giatan yang disusun setiap bulan,

berisi kemajuan pelak-sanaan kegiatan sampai

bulan berjalan. Laporan Bulanan dikirim ke Dinas

Pertanian Propinsi dengan tembusannya

disampaikan ke Pusat (Ditjen PLA dan Direkrotat

Pengelo-laan Air). Laporan Bulanan disusun

mengacu pada Lampiran 4.1, 4.2 (diisi di tingkat

Kabupaten/Kota) serta 4.3 dan 4.4 (diisi di

tingkat Propinsi).

3. Laporan Akhir disusun setelah pelaksanaan

pembangunan irigasi air tanah dalam selesai,

berisi seluruh rangkaian kegiatan Pelaksanaan

Pembangunan Irigasi Air Tanah Dalam. Agar lebih

informatif dan komunikatif, Laporan Akhir agar

dilengkapi dengan dokumen-dokumen seperti

Laporan SID dan Kontrak serta foto-foto

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 30 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

30

dokumentasi dari setiap tahap kegiatan (kondisi

sebelum kegiatan, saat dalam pelaksanaan dan

setelah selesai kegiatan). Laporan Akhir agar

mengikuti outline seperti pada Lampiran 5.

4. Laporan Bulanan dan Laporan Akhir disampaikan

kepada Direktur Jenderal Pengelolaan Lahan Dan

Air c.q Direktur Pengelolaan Air dengan alamat

Direktorat Pengelolaan Air Jl. Taman Margasatwa

No. 3 Ragunan Pasar Minggu Jakarta Selatan,

dengan tembusan kepada Kepala Dinas

”Pertanian” Propinsi.

D. Pengendalian

Dalam upaya mengurangi kesalahan yang terjadi

dalam pelaksanaan pengembangan irigasi air tanah

dangkal, maka perlu dilaksanakan pengendalian yang

intensif. Pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan

pengembangan irigasi air tanah dangkal akan

dilaksanakan dengan mengikuti acuan Sistem

Pengendalian Internal (SPI) sebagaimana tercantum

pada Lampiran 6. Selanjutnya pelaksana di tingkat

propinsi dan kabupaten/kota dapat membuat

daftar/check list pengendalian dengan mempedomani

check list yang tercantum pada Lampiran 6 dimaksud.

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 31 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

31

LANGKAH-LANGKAH SEDERHANA UNTUK MENENTUKAN TITIK LOKASI PENGEBORAN

1. Berkoordinasi dengan Dinas Pertambangan/ESDM

setempat atau propinsi. Dinas ini mempunyai data base

dan peta-peta seperti Peta Geologi, Geohidrologi, Peta

Cekungan Air Tanah, dll. Peta dan data tersebut sebagai

gambaran awal apakah daerah/lokasi yang akan dipilih

merupakan lokasi/wilayah/titik pengeboran yang

memiliki potensi air tanah untuk Irigasi Tanah Dalam.

2. Melihat sumur-sumur atau irigasi tanah dalam di sekitar

daerah/lokasi yang diinginkan untuk titik pengeboran,

apakah potensi air tanahnya bagus (studi

kasus/pertimbangan).

3. Dari dua langkah diatas sudah dapat gambaran apakah

daerah/lokasi yang diinginkan ada potensi atau tidak

untuk pengeboran irigasi tanah dalam. Kemudian untuk

menentukan titik-titik pengeboran dilakukan dengan uji

Geolistrik. Dari hasil uji geolistrik ini akan didapat

dugaan potensi air tanah di lapisan aquifer tertekan, di

kedalaman-kedalaman tertentu dengan debit-debit

tertentu yang mana sebagai dasar apakah titik-titik yang

diinginkan untuk pengeboran irigasi tanah dalam dapat

dilaksanakan.atau tidak Umumnya kedalaman untuk

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 32 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

32

menemukan lapisan aquifer tertekan ini lebih dari 60 m.

4. Kemudian yang tak kalah penting karena proses

pengeboran relatif sulit maka, harus dimilih kontraktor

pengeboran yang sudah ahli dan berpengalaman dalam

pengeboran irigasi tanah dalam. Biasanya daftar

rekanan/kontraktor ini juga terdapat di Dinas

Pertambangan/ESDM setempat atau propinsi.

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 33 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

33

DAFTAR PUSTAKA  Anonimous. Pedoman Teknis Konstruksi Jaringan Irigasi Air

Tanah Sistim Perpipaan. Dit. Irigasi. Ditjen Sumber Daya Air. Departemen Pekerjaan Umum. 2004.

---------------. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air. 2004. Sekretariat Negara Republik Indonesia. Jakarta

Direktorat Pemanfaatan Air Irigasi, Direktorat Jenderal Bina Sarana Pertanian, Departemen Pertanian. 2002. Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Pompa. Jakarta.

Direktorat Pemanfaatan Air Irigasi, Direktorat Jenderal Bina Sarana Pertanian, Departemen Pertanian. 2004. Penyusunan Database Sarana Air Tanah Untuk Irigasi Pertanian. Laporan Akhir. PT. Gita Rencana Multiplan. Jakarta.

Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Nomor : 1451 K/10/MEM/2000 Tanggal 3 Nopember 2000 tentang Prosedur Pemberian Izin Pengeboran dan Izin Pengambilan Air Bawah Tanah (Lampiran V). Jakarta.

Sosrodarsono, Suyono dan Takeda, Kensaku (editor). Hidrologi Untuk Pengairan. 2003. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.

    

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 34 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

34

Lampiran 1

REKAPITULASI KEGIATAN PENGEMBANGAN IRIGASI AIR TANAH DALAM

ALOKASI KEGIATAN DALAM BENTUK TUGAS PEMBANTUAN DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR, DITJEN PLA TAHUN 2010

  Sub Sektor

No Pusat/Prop/Kab/Kota

TP

Horti

Bun Nak

Jumlah (Unit)

1 Prop. Jawa Barat 1

1

-

- 2

Kab. Cianjur

1 1

Kab. Bandung Barat

1 1

2 Prop. Jawa Tengah

-

-

4

- 4

Kab. Pati

4 4

3 Prop. Jawa Timur

-

-

3

- 3

Kab. Madiun

3 3

4 Prop. Riau

-

-

-

2 2

Kab. Kampar

2 2

5 Prop. Sumatera Selatan

1

-

-

- 1

Kab. Banyuasin 1 1

6 Prop. Bali

-

-

-

1 1

Kab. Bangli

1 1

Jumlah Total 2 1 7 3 13

 Ket : Pengembangan Irigasi Air Tanah Dalam Menunjang Sub Sektor :

Tanaman Pangan : 2 Unit

Hortikultura : 1 Unit

Perkebunan : 7 Unit

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 35 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

35

Peternakan : 3 Unit

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 36 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

36

Lampiran 2

Contoh Berita Acara Serah Terima Pengelolaan Irigasi Tanah Dalam T. A 2010

 BERITA ACARA SERAH TERIMA PENGELOLAAN

No. Pada hari ini ……… Tanggal …………. Bulan ………………… Tahun dua ribu ………., kami yang bertanda tangan di bawah ini : 1. Nama : …………………………….

Jabatan : Kepala Dinas …………………………………. Kab………………… Prop………………… Alamat : Jl. ……………………………………………… ………………………………………………… …………………………………………………

Bertindak untuk dan atas nama Dinas ………………………………….. yang selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA. 2. Nama : ……………………………………………..

Jabatan : Ketua Kelompoktani ……………………… Alamat : Jl. ............................................ ................................................ ................................................

Bertindak untuk dan atas nama Kelompok tani ……………………………, Desa …………., Kec……………….., Kabupaten …………… Propinsi ………………….. yang selanjutnya disebut PIHAK KEDUA. PIHAK PERTAMA menyerahkan pengelolaan ……………………… ……………………………………………………………………………… kepada PIHAK KEDUA dan PIHAK KEDUA menerima alat tersebut dari PIHAK PERTAMA sesuai dengan Surat Perjanjian Kerjasama/Kontrak Kerja antara …………………………………….. dan……………………………….,Nomor ………………………………, tanggal ………………… dalam kondisi lengkap dan dapat dioperasionalkan dengan baik, dengan spesifikasi sebagai berikut :

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 37 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

37

1. Spesifikasi alat/barang 2. Spesifikasi alat/barang 3. Dst…. 4. Dst…. Demikian Berita Acara Serah Terima Pengelolaan ini dibuat dan ditandatangani oleh kedua belah pihak dengan sebenarnya untuk dipergunakan sebaik-baiknya. …………………., ....………2010

PIHAK KEDUA Ketua Kelompoktani .............

…………………………………….

……………………………………..

PIHAK PERTAMA Kepala Dinas …………….. …………………………………..

…………………………….. NIP.

      

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 38 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

38

Lampiran 3 Jadwal Palang Pelaksanaan Pengembangan Irigasi

Air Tanah Dalam T.A 2010  

                    

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 39 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

39

Lampiran 4.1

` Form PLA.01

Dinas : ……………………………..Kabupaten : ……………………………..Provinsi : ……………………………..Subsektor : ……………………………..Program : ……………………………..Bulan : ……………………………..

Keuangan Fisik Nama Desa/ Koordinat(Rp) (Ha) (Rp) (%) Konstruksi (Ha) Tanam (Ha) Kelompok Kecamatan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13A. Pengelolaan Air

1. Rehab JITUT

2. Rehab JIDES

3. TAM

4. Irigasi Tanah Dangkal

5. Irigasi Tanah Dalam

6. Air Permukaan

7. Pompa

8. Embung

9. Dam Parit

10. Sumur Resapan

11. P I P

12. Balai Subak

13. Sekolah Lapang

Catatan :1. Laporan dikirim ke Dinas Propinsi terkait tembusan ke Ditjen PLA Pusat, paling lambat tanggal 5 setiap bulan2. Laporan ke Pusat ke Bagian Evaluasi dan Pelaporan d/a. Kanpus Deptan Gedung D Lantai 8 Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan Jakarta Selatan via Fax : 021-7816086 atau E-mail : [email protected]

3. Realisasi adalah realisasi kumulatif s/d bulan ini (bulan laporan)4. Kolom (13) dapat diisi serapan tenaga kerja, dll*) Coret yang tidak perlu

………………………., …………………………...…………. 2010

KegiatanLokasi Kegiatan

Fisik

JUMLAH

Penanggung jawab kegiatan Kabupaten

LAPORAN REALISASI FISIK DAN KEUANGANKEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN LAHAN DAN AIR

T.A. 2010

Pagu DIPA KeteranganRealisasi KeuanganNo. Aspek

  

       

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 40 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

40

Lampiran 4.2

Form PLA.02

Dinas : ……………………………..Propinsi : ……………………………..Subsektor : ……………………………..Program : ……………………………..Bulan : ……………………………..

Keuangan Fisik(Rp) (Ha) (Rp) (%) Konstruksi (Ha) Tanam (Ha)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 111 Dinas…………………….*) Pengelolaan Air

Kab/Kota ………………… 1. Rehab JITUT

2. Rehab JIDES

3. TAM

4. Irigasi Tanah Dangkal

5. Irigasi Tanah Dalam

6. Air Permukaan

7. Pompa

8. Embung

9. Dam Parit

10. Sumur Resapan

11. P I P

12. Balai Subak

13. Sekolah Lapang

2 Dinas…………………….*)Kab/Kota …………………

3 Dinas…………………….*)Kab/Kota …………………

1. Rehab JITUT

2. Rehab JIDES

3. TAM

4. Irigasi Tanah Dangkal

5. Irigasi Tanah Dalam

6. Air Permukaan

7. Pompa

8. Embung

9. Dam Parit

10. Sumur Resapan

11. P I P

12. Balai Subak

13. Sekolah Lapang

Ctt: 1. Laporan dikirim ke Ditjen PLA Pusat, paling lambat tanggal 10 setiap bulan2. Laporan ke Pusat ke Bag Evaluasi dan Pelaporan d/a. Kanpus Deptan Gedung D Lantai 8 Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan Jaksel. Fax : 021 7816086 atau E-mail : [email protected]. Realisasi adalah realisasi kumulatif s/d bulan ini (bulan laporan)4. Kolom (13) dapat diisi serapan tenaga kerja, dll*) Diisi nama Dinas Kabupaten/Kota yang melaksanakan kegiatan PLA. **) Coret yang tidak perlu ………………………., ……………………...………………. 2010

LAPORAN REALISASI FISIK DAN KEUANGANKEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN LAHAN DAN AIR TA 2010

No. Dinas Kabupaten/Kota*) KegiatanPagu DIPA Realisasi KeteranganKeuangan Fisik

Penanggung jawab kegiatan Propinsi

JUMLAH

Aspek

        

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 41 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

41

 Lampiran 4.3

Form PLA.03

Dinas : ………………………………..

Kabupaten : ………………………………..

Provinsi : ………………………………..

Subsektor : ………………………………..

Tahun : ………………………………..

1 3 5

A. Aspek Pengelolaan Air

1 Rehab JITUT2 Rehab JIDES3 T A M4 Irigasi Tanah Dangkal5 Irigasi Tanah Dalam6 Air Permukaan7 Pompa8 Embung9 Dam Parit

10 Sumur Resapan11 P I P12 Balai Subak13 Sekolah Lapang

Catatan :1. Laporan dikirim ke Dinas Propinsi terkait tembusan ke Ditjen PLA Pusat, paling lambat tanggal 5 setiap bulan2. Laporan ke Pusat ke Bagian Evaluasi dan Pelaporan d/a. Kanpus Deptan Gedung D Lantai 8 Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan Jaksel via Fax : 021-7816086 atau E-mail : [email protected]. Manfaat harus terukur, contoh :

a. Kegiatan JITUT/JIDES seluas 500 Ha, menaikan IP 50 % dengan produktivitas 5 ton/Ha, sehingga manfaat kegiatan berupa peningkatan produksi sebanyak 500 X 0,5 X 5 Ton = 1.250 ton b. Rehab JUT/JAPROD Manfaat mengurangi ongkos angkut Rp. 25; / Kg atau Rp. 25.000; / Ton pada areal dengan tingkat produksi 1.000 ton sehingga manfaat kegiatan dapat mengurangi ongkos angkut Rp. 25.000 X 1.000 = Rp. 25.000.000;c. Cetak Sawah Seluas 200 Ha Menyebabkan perluasan areal tanam seluas 200 Ha dengan produktivitas 2,5 ton/Ha dan IP 150 %, sehingga manfaat kegiatan cetak sawah berupa peningkatan produksi sebesar 200 X 2,5 ton X 1,5 = 750 ton

………….…………, ………………………… 2010

Penanggungjawab Kegiatan Kabupaten

2 4

LAPORAN MANFAAT KEGIATAN PENGELOLAAN LAHAN DAN AIR TA. 2006, 2007, 2008 dan 2009

No. Kegiatan Target Fisik DIPA Realisasi Fisik Manfaat

 

    

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 42 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

42

  

Lampiran 4.4

Form PLA.04

Dinas : ………………………………..

Provinsi : ………………………………..

Subsektor : ………………………………..

1 3 7

A. Aspek Pengelolaan Air1. Rehab JITUT2. Rehab JIDES3. TAM4. Irigasi Tanah Dangkal5. Irigasi Tanah Dalam6. Air Permukaan7. Pompa8. Embung9. Dam Parit10.Sumur Resapan11.P I P12.Balai Subak13.Sekolah Lapang

Catatan :1. Laporan dikirim ke Ditjen PLA Pusat, paling lambat tanggal 10 setiap bulan2. Laporan ke Pusat ke Bagian Evaluasi dan Pelaporan d/a. Kanpus Deptan Gedung D Lantai 8 Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan Jaksel via Fax : 021-7816086 atau E-mail : [email protected] Manfaat harus terukur, contoh :

a. Kegiatan JITUT/JIDES seluas 500 Ha, menaikan IP 50 % dengan produktivitas 5 ton/Ha, sehingga manfaat kegiatan berupa peningkatan produksi sebanyak 500 X 0,5 X 5 Ton = 1.250 ton b. Rehab JUT/JAPROD Manfaat mengurangi ongkos angkut Rp. 25; / Kg atau Rp. 25.000; / Ton pada areal dengan tingkat produksi 1.000 ton sehingga manfaat kegiatan dapat mengurangi ongkos angkut Rp. 25.000 X 1.000 = Rp. 25.000.000;c. Cetak Sawah Seluas 200 Ha Menyebabkan perluasan areal tanam seluas 200 Ha dengan produktivitas 2,5 ton/Ha dan IP 150 %, sehingga manfaat kegiatan cetak sawah berupa peningkatan produksi sebesar 200 X 2,5 ton X 1,5 = 750 ton

………………., ………………….…………. 2010

Penanggungjawab Kegiatan Propinsi

2 4

REKAPITULASI LAPORAN MANFAAT KEGIATAN PENGELOLAAN LAHAN DAN AIR TA. 2006, 2007, 2008 dan 2009

No. Kegiatan Target Fisik Realisasi Fisik Manfaat

       

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 43 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

43

  

 

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 44 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

44

Lampiran 5

 Outline Laporan Akhir

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan dan Sasaran

II. PELAKSANAAN A. Lokasi (administratif dan koordinat) B. Masukan C. Tahap Pelaksanaan D. Masalah E. Pemecahan Masalah

III. HASIL IV. MANFAAT

V. DAMPAK

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 81 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

81

Lampiran 6 Daftar Isian (check list)

Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Irigasi Air Tanah Dalam

No. URAIAN KEGIATAN KETERANGAN I PERSIAPAN

1. Juklak Ada/tidak ada

2. Juknis Ada/tidak ada

3. Organisasi/kelembagaan Ada/tidak ada

4. SID

4.1. Calon lokasi

a. Apakah di lokasi tersebut benar-benar memerlukan irigasi Ya/tidak

air tanah dalam

b. Apakah ada potensi sumber air tanah dalam Ada/tidak ada

c. Debit air mencukupi untuk mengembangkan komoditi yg

diusahakan Cukup/tidak

cukup

d. Apakah calon lokasi mudah diakses Ya/tidak

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 82 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

82

No. URAIAN KEGIATAN KETERANGAN e. Apakah calon lokasi dilengkapi dengan titik koordinat Ya/tidak

f. Apakah calon lokasi diperkuat dengan SK Bupati/Kepala Dinas Ya/tidak

4.2. Calon Petani

a. Apakah petani berdomisili di lokasi kegiatan Ya/tidak

b. Apakah sdh terbentuk kelompok tani Ya/tidak

c. Apakah kelompok tani mempunyai respon positif terhadap

kegitan ini Ya/tidak

d. Apakah calon petani diperkuat dengan SK Bupati/Kepala Dinas Ya/tidak

4.3. Desain Sederhana

a. Apakah sudah disusun desain . Sudah/belum

5. RAB Sudah/belum

a. Apakah telah disusun RAB kegiatan Sudah/belum

b. Apakah RAB dilengkapi dengan rincian biaya Sudah/belum

c. Apakah RAB sudah dilegalisir oleh Kadis Kab/Kota Sudah/belum

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 83 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

83

No. URAIAN KEGIATAN KETERANGAN f. Apakah perjanjian kerjasama sudah ditandatangani para pihak Ya/tidak

6. SK KPA, PPK, Bendahara Pengeluaran Ada/tidak ada

7. SK Penetapan Panitia barang dan Jasa Ada/tidak ada

8. SK Tim Teknis /Koorlap Ada/tidak ada

9. SK Pemeriksa Ada/tidak ada

10. RKS dan HPS Ada/tidak ada

11. Proses tender sudah/belum

12. Kontrak pekerjaan Ada/tidak ada

II PELAKSANAAN

1. Pelaksanaan konstruksi telah mengikuti desain Ya/tidak

a. Mobilisasi alat Sudah/belum

b. Pengeboran Sudah/belum

c. Pemasangan pipa-pipa casing Sudah/belum

d. Uji Pemipaan Sudah/belum

e. Pemasangan pompa Sudah/belum

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 84 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

84

No. URAIAN KEGIATAN KETERANGAN f. Pembangunan rumah pompa Sudah/belum

g. Pembangunan JIAT Sudah/belum

2. Pelaksanaan konstruksi telah mengikuti jadwal palang Ya/tidak

3. Hasil pelaksanaan (irigasi air tanah) telah dimanfaatkan Sudah/belum

III MONEV DAN PELAPORAN

4.1. Monitoring

a. Apakah sudah dibuat pedoman monitoring Sudah/belum

b. Apakah sudah dibuat jadwal monitoring Sudah/belum

c. Apakah sudah dibentuk Tim/Petugas monitoring Sudah/belum

d. Apakah sudah dibuat laporan pelaksanaan dan hasil monitoring Sudah/belum

4.2. Evaluasi

a. Apakah sudah dibuat pedoman evaluasi Sudah/belum

b. Apakah sudah dibuat jadwal evaluasi Sudah/belum

c. Apakah sudah dibentuk Tim/Petugas evaluasi Sudah/belum

d. Apakah sudah dibuat laporan pelaksanaan dan hasil evaluasi Sudah/belum

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 85 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

85

No. URAIAN KEGIATAN KETERANGAN

4.3. Pelaporan

a. Laporan pertanggungjawaban dana sesuai tahap kegiatan Sesuai/tdk sesuai

b. Apakah sudah dibuat laporan bulanani Sudah/belum

c. Apakah sudah dibuat laporan akhir Sudah/belum

IV PERTANGGUNGJAWABAN

5.1. Apakah sudah dibuat BA Penyelesaian Pekerjaan Sudah/belum

5.2. Apakah sudah dibuat dokumentasi (sebelum, dalam pelaksanaan dan akhir) Sudah/belum

5.3. Apakah sudah dibuat dokumen bukti pembayaran Sudah/belum

5.4. Apakah sudah dibuat pembukuan Sudah/belum

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 86 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

86

Lampiran 7

DAFTAR CEKUNGAN AIR TANAH DI INDONESIA  

KETERANGAN NO. CAT NAMA CAT KOORDINAT (BUJUR) KOORDINAT (LINTANG) LUAS CAT

(Km2) LOKASI a b c d

1 Banda Aceh 95° 14' 13.78" - 95° 51' 34.31" 5° 15' 25.73" - 5° 39' 37.14" 1470 Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

1. Kabupaten Aceh Besar 2. Kabupaten Pidie 3. Kota Banda Aceh

x

2 Sigli 95° 48' 41.34" - 96° 12' 47.23" 5° 12' 16.49" - 5° 31' 18.66" 619 Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Kabupaten Pidie x

3 Meulaboh 95° 42' 55.77" - 97° 1' 9.69" 3° 31' 15.15" - 4° 33' 48.84" 4500 Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

1. Kabupaten Aceh Barat 2. Kabupaten Aceh Selatan

x

4 Kemiki 96° 9' 41.84" - 96° 23' 5.04" 4° 48' 8.16" - 5° 1' 41.68" 281 Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

1. Kabupaten Pidie 2. Kabupaten Aceh Utara

x

5 Jeunib 96° 11' 54.82" - 96° 34' 56.13" 5° 8' 4.72" - 5° 15' 49.44" 310 Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

1. Kabupaten Pidie 2. Kabupaten Aceh Utara

x

6 Peudada 96° 34' 38.46" - 97° 0' 14.89" 4° 48' 20.64" - 5° 16' 30.62" 1198 Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

1. Kabupaten Aceh Tengah 2. Kabupaten Aceh Utara

x

7 Lampahan 96° 40' 54.16" - 96° 59' 1.31" 4° 34' 58.18" - 4° 49' 57.13" 500 Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

1. Kabupaten Aceh Tengah 2. Kabupaten Aceh Utara

x

8 Telege 96° 36' 35.31" - 96° 51' 14.41" 4° 22' 13.37" - 4° 30' 41.24" 292 Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

1. Kabupaten Aceh Tengah 2. Kabupaten Aceh Barat

x

9 Lhokseumawe 96° 52' 14.81" - 97° 47' 15.22" 4° 36' 5.137" - 5° 15' 56.87" 2913 Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

1. Kabupaten Aceh Utara 2. Kabupaten Aceh Timur

x

10 Langsa 97° 46' 41.19" - 98° 17' 16.66" 4° 10' 45.13" - 4° 56' 33.88" 853 A. Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

Kabupaten Langsa, NAD B. Provinsi Sumatera Utara

x

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 87 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

87

KETERANGAN NO. CAT NAMA CAT KOORDINAT (BUJUR) KOORDINAT (LINTANG) LUAS CAT

(Km2) LOKASI a b c d

Kabupaten Langkat

11 Siongol-ongol 97° 35' 23.63" - 97° 43' 16.05" 3° 42' 0.45" - 3° 55' 8.80" 183 Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Kabupaten Aceh Tenggara x

12 Kotafajar 97° 15' 19.69" - 97° 29' 1.88" 2° 55' 5.38" - 3° 13' 15.18" 269 Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Kabupaten Aceh Selatan x

13 Kutacane 97° 44' 39.19" - 98° 5' 16.40" 3° 5' 45.62" - 3° 34' 24.36" 351 A. Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

Kabupaten Aceh Tenggara B. Provinsi Sumatera Utara

Kabupaten Karo x

14 Sibulus Salam 97° 35' 46.70" - 98° 27' 50.88" 1° 59' 22.78" - 3° 1' 26.80" 3632 A. Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

Kabupaten Aceh Selatan B. Provinsi Sumatera Utara

Kabupaten Tapanuli Tengah x

15 Medan 98° 6' 40.94" - 100° 8' 54.18" 2° 5' 42.42" - 4° 7' 39.306" 19786

Provinsi Sumatera Utara 1. Kabupaten Langkat 2. Kabupaten Deli Serdang 3. Kabupaten Asahan 4. Kabupaten Karo 5. Kabupaten Simalungun 6. Kota Medan

x

16 Sidikalang 98° 8' 51.81" - 98° 48' 27.96" 2° 11' 18.70" - 2° 59' 11.58" 2438 Provinsi Sumatera Utara

1. Kabupaten Sidikalang 2. Kabupaten Tapanuli Selatan

x

17 Samosir 98° 40' 50.65" - 98° 59' 42.18" 2° 25' 16.53" - 2° 45' 33.46" 648 Provinsi Sumatera Utara Kabupaten Samosir x

18 Porsea-Prapat 98° 54' 28.71" - 99° 13' 32.98" 2° 18' 13.91" - 2° 40' 43.23" 483 Provinsi Sumatera Utara

1. Kabupaten Tobasamosir 2. Kabupaten Simalungun

x

19 Tarutung 98° 47' 33.17" - 99° 7' 51.15" 1° 57' 30.23" - 2° 19' 46.38" 875 Provinsi Sumatera Utara Kabupaten Tapanuli Utara x

20 Gunungsitoli 97° 28' 42.34" - 97° 56' 25.52" 0° 45' 26.56" - 1° 26' 58.66" 42 Provinsi Sumatera Utara Kabupaten Nias x

21 Lahewa 97° 2' 35.60" - 97° 23'15.99" 1° 14' 55.44" - 1° 28' 12.06" 20 Provinsi Sumatera Utara Kabupaten Nias x

22 Sirombu 97° 12' 55.79" - 97° 31' 50.90" 0° 53' 18.60" - 1° 15' 44.26" 17 Provinsi Sumatera Utara Kabupaten Nias x

23 Kuala Batangtoru 98° 42' 36.89" - 99° 0' 58.91" 1° 12' 17.13" - 1° 39' 7.70" 795 Provinsi Sumatera Utara

1. Kabupaten Tapanuli Tengah 2. Kabupaten Tapanuli Selatan

x

24 Pekanbaru 99° 48' 19.14" - 102° 32' 3.58" -0° 43' 48.13" - 2° 43' 18.81" 21799 A. Provinsi Sumatera Utara x

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 88 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

88

KETERANGAN NO. CAT NAMA CAT KOORDINAT (BUJUR) KOORDINAT (LINTANG) LUAS CAT

(Km2) LOKASI a b c d

1. Kabupaten Labuhan Batu 2. Kabupaten Tapanuli Selatan

B. Provinsi Riau 1. Kabupaten Rokan Hilir 2. Kabupaten Rokan Hullu 3. Kabupaten Bengkalis 4. Kabupaten Siak 5. Kabupaten Pelalawan 6. Kabupaten Kampar

25 Banjarampa 99° 3' 43.05" - 99° 15' 7.53" 0° 58' 8.87" - 1° 15' 6.31" 211 Provinsi Sumatera Utara Kabupaten Tapanuli Selatan x

26 Panyambungan 99° 24' 33.21" - 99° 35' 16.99" 0° 47' 3.03" - 1° 7' 15.63" 242 Provinsi Sumatera Utara Kabupaten Tapanuli Selatan x

27 Pasaribuhuan 99° 36' 44.47" - 99° 50' 38.47" 0° 58' 11.16" - 1° 11' 52.51" 225 Provinsi Sumatera Utara Kabupaten Tapanuli Selatan x

28 Padangsidempuan 99° 5' 40.37" - 99° 29' 54.98" 1° 11' 7.11" - 1° 47' 34.26" 240 Provinsi Sumatera Utara Kabupaten Tapanuli Selatan x

29 Natal-Ujunggading 99° 1' 31.95" - 99° 47' 38.38" 0° 0' 0.30" - 0° 47' 27.90" 2825 A. Provinsi Sumatera Utara

Kabupaten Tapanuli Selatan B. Provinsi Sumatera Barat

Kabupaten Pasaman x

30 Lubuksikaping 99° 59' 35.56" - 100° 13' 5.69" 0° 5' 25.98" - 0° 33' 29.82" 217 Provinsi Sumatera Barat Kabupaten Pasaman x

31 Jambi-Dumai 100° 45' 27.18" - 104° 39' 38.26" -2° 0' 1.85" - 2° 20' 29.89" 69776

A. Provinsi Riau 1. Kota Dumai 2. Kabupaten Rokan Hilir 3. Kabupaten Bengkalis 4. Kabupaten Siak 5. Kabupaten Pelalawan 6. Kabupaten Indragiri Hulu 7. Kabupaten Indragiri Hilir

B. Provinsi Jambi 1. Kabupaten Tanjung Jabung Barat 2. Kabupaten Tanjung Jabung Timur

C. Provinsi Sumatera Selatan Kabupaten Musi Banyuasin

x

32 Padang-Pariaman 99° 41’15.12” - 100° 34’ 41.35” -1° 0’ 28.77” - 0° 21’ 30.71” 5331

Provinsi Sumatera Barat 1. Kabupaten Pasaman 2. Kabupaten Padang Pariaman 3. Kabupaten Padang 4. Kabupaten Bukittinggi 5. Kabupaten Tanahdatar

x

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 89 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

89

KETERANGAN NO. CAT NAMA CAT KOORDINAT (BUJUR) KOORDINAT (LINTANG) LUAS CAT

(Km2) LOKASI a b c d

6. Kabupaten Solok

33 Bukit Tinggi 100° 20’ 7.71” - 100° 31’ 46.82” -0° 9’ 29.73” - -0° 23’ 52.99” 296 Provinsi Sumatera Barat

1. Kota Bukit Tinggi 2. Kabupaten Bukit Tinggi 3. Kabupaten Tanah Datar

x

34 Payakumbuh 100° 17’ 42.81” - 100° 46’ 21.76” -0° 0’ 9.49” - -0° 22’ 40.20” 668

Provinsi Sumatera Barat 1. Kabupaten Limapuluh Kota 2. Kota Payakumbuh 3. Kabupaten Tanah Datar 4. Kabupaten Bukit Tinggi

x

35 Alanglawas 100° 38’ 31.57” - 100° 51’ 14.24” -0° 17’ 53.91” - -0° 33’ 1.93” 167 Provinsi Sumatera Barat

1. Kabupaten Tanah Datar 2. Kabupaten Limapuluh Kota 3. Kabupaten Sawahlunto

x

36 Batusangkar 100° 20’ 19.58” - 100° 38’ 35.76” -0° 19’ 43.81” - -0° 33’ 43.55” 432 Provinsi Sumatera Barat

1. Kabupaten Tanah Datar 2. Kabupaten Padang Panjang

x

37 Solok 100° 21’ 30.80” - 100° 51’ 17.48” -0° 30’ 2.89” - -1° 7’ 8.55” 1325

Provinsi Sumatera Barat 1. Kota Solok 2. Kabupaten Padang Pariaman 3. Kabupaten Tanah Datar 4. Kabupaten Solok 5. Kabupaten Painan

x

38 Tulak 101° 5’ 0.4596” - 102° 7’ 34.11” -0° 2’ 54.16” - -0° 50’ 45.14” 2915 Provinsi Riau

1. Kabupaten Indragiri Hulu 2. Kabupaten Pelalawan 3. Kabupaten Kampar

x

39 Muarabungo 101° 27’ 20.28” - 102° 52’ 44.84” -0° 53’ 31.21” - -1° 49’ 19.58” 5510

A. Provinsi Sumatera Barat Kabupaten Sawahlunto

B. Provinsi Jambi 1. Kabupaten Bungo Tebo 2. Kabupaten Sorolangun Bangko

x

40 Painan-Lubukpinang 100° 20’ 52.97” - 101° 57’ 1.65” -1° 0’ 12.29” - -3° 23’ 46.28” 10460

A. Provinsi Sumatera Barat 1. Kabupaten Painan 2. Kabupaten Solok

B. Provinsi Jambi 1. Kabupaten Sungai Penuh 2. Kabupaten Sorolnagun Bangko

C. Provinsi Bengkulu Kabupaten Bengkulu Utara

x

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 90 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

90

KETERANGAN NO. CAT NAMA CAT KOORDINAT (BUJUR) KOORDINAT (LINTANG) LUAS CAT

(Km2) LOKASI a b c d

41 Kayuaro-Padangaro 100° 45’ 19.82” - 101° 45’ 8.96” -1° 7’ 53.82” - -2° 0’ 0.22” 2810

A. Provinsi Sumatera Barat Kabupaten Solok

B. Kabupaten Jambi 1. Kabupaten Sungai Penuh 2. Kabupten Bungo Tebo

x

42 Sungaipenuh 101° 13’ 23.46” - 101° 42’ 54.51” -1° 53’ 5.60” - -2° 19’ 45.92” 1235 Provinsi Jambi Kabupaten Sungai Penuh x

43 Bangko-Sarolangun 101° 30’ 54.31” - 103° 6’ 31.61” -1° 45’ 10.87” - -2° 46’ 3.37” 6702

A. Provinsi Jambi 1. Kabupaten Sorolangun Bangko 2. Kabupaten Sungai Penuh 3. Kabupaten Bungo Tebo

B. Provinsi Sumatera Selatan Kabupaten Musirawas

x

44 Muaratembesi 102° 50’ 25.19” - 103° 35’ 45.27” -1° 25’ 39.97” - -1° 58’ 35.71” 1534 Provinsi Jambi

1. Kabupaten Muarabulian 2. Kabupaten Sorolangun Bangko

x

45 Karangagung 103° 21’ 0.35” - 106° 5’ 54.42” -1° 45’ 37.89” - -3° 51’ 57.60” 22860

A. Provinsi Sumatera Selatan 1. Kabupaten Musi Banyuasin 2. Kabupaten Ogan Komering

B. Provinsi Jambi Kabupaten Muara Bulian

x

46 Muaralakitan 103° 6’ 19.62” - 103° 37’ 56.88” -2° 12’ 27.03” - -3° 1’ 14.27” 1794

A. Provinsi Sumatera Selatan 1. Kabupaten Musi Banyuasin 2. Kabupaten Musirawas

B. Provinsi Jambi Kabupaten Sorolangun Bangko

x

47 Lubuklinggau-Muaraenim 102° 36’ 4.89” - 105° 0’ 49.98” -2° 27’ 21.60” - -4° 16’ 47.62” 15400

A. Provinsi Jambi Kabupaten Sorolangun Bangko

B. Provinsi Bengkulu Kabupaten Rejang Lebong

C. Provinsi Sumatera Selatan 1. Kabupaten Musirawas 2. Kabupaten Lahat 3. Kabupaten Prabumulih 4. Kabupaten Ogan Komering Ulu 5. Kabupaten Ogan Komering Ilir

D. Provinsi Lampung Kabupaten Lampung Utara

x

48 Bengkulu 101° 48’ 11.14” - 103° 31’ 38.43” -2° 58’ 23.03” - -4° 53’ 7.8” 6975

Provinsi Bengkulu 1. Kota Bengkulu 2. Kabupaten Bengkulu Utara 3. Kabupaten Rejang Lebong 4. Kabupaten Bengkulu Selatan

x

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 91 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

91

KETERANGAN NO. CAT NAMA CAT KOORDINAT (BUJUR) KOORDINAT (LINTANG) LUAS CAT

(Km2) LOKASI a b c d

49 Gedongmeneng 103° 20’ 56.83” - 103° 52’ 8.46” -4° 30’ 31.75” - -5° 0’ 46.41” 1412 A. Provinsi Lampung

Kabupaten Lampung Barat B. Provinsi Bengkulu

Kabupaten Bengkulu Selatan x

50 Palembang-Kayuagung 103° 29’ 47.13” - 105° 12’ 8.42” -2° 31’ 19.15” - -3° 41’ 52.34” 8652

Provinsi Sumatera Selatan 1. Kota Palembang 2. Kabupaten Musi Banyuasin 3. Kabupaten Ogan Komering Ilir 4. Kabupaten Ogan Komering Ulu 5. Kabupaten Prabumulih

x

51 Baturaja 103° 54’ 9.57” - 104° 44’ 3.27” -3° 54’ 30.6” - -4° 35’ 35.79” 2404 A. Provinsi Lampung

Kabupaten Lampung Utara B. Provinsi Sumatera Selatan

Kabupaten Ogan Komering Ulu x

52 Muaraduo-Curup 102° 21’ 32.74” - 104° 8’ 35.77” -3° 14’ 51.23” - -4° 40’ 33.86” 8521

A. Provinsi Bengkulu 1. Kabupaten Bengkulu Selatan 2. Kabupaten Rejang Lebong

B. Provinsi Sumatera Selatan 1. Kabupaten Ogan Komering Ulu 2. Kabupaten Lahat 3. Kabupaten Prabumulih

x

53 Ranau 103° 35’ 23.27” - 104° 18’ 54.65” -4° 30’ 57.72” - -5° 7’ 37.16” 1501 A. Kabupaten Lampung

Kabupaten Lampung Barat B. Provinsi Sumatera Selatan

Kabupaten Ogan Komering Ulu x

54 Metro-Kotabumi 103° 53’ 4.46” - 105° 55’ 9.33” -4° 12’ 8.59” - -5° 54’ 44.95” 21640

Provinsi Lampung 1. Kabupaten Lampung Utara 2. Kabupaten Lampung Barat 3. Kabupaten Lampung Selatan 4. Kabupaten Lampung Tengah 5. Kota Bandar Lampung

x

55 Kotaagung 104° 11’ 9.07” - 104° 42’ 15.96” -5° 4’ 28.92” - -5° 33’ 20.53” 1236 Provinsi Lampung

1. Kabupaten Lampung Barat 2. Kabupaten Lampung Selatan

x

56 Talangpadang 104° 31’ 9.97” - 104° 53’ 25.71” -5° 10’ 18.63” - -5° 27’ 45.64” 615 Provinsi Lampung Kabupaten Lampung Selatan x

57 Bandarlampung 105° 20’ 38.94” - 104° 59’ 11.59” -5° 23’ 0.21” - -5° 39’ 59.22” 439 Provinsi Lampung

1. Kota Bandar Lampung 2. Kabupaten Lampung Selatan

x

58 Kalianda 105° 23’ 58.99” - 105° 42’ 45.63” -5° 34’ 11.68” - -5° 50’ 46.04” 234 Provinsi Lampung Kabupaten Lampung Selatan x

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 92 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

92

KETERANGAN NO. CAT NAMA CAT KOORDINAT (BUJUR) KOORDINAT (LINTANG) LUAS CAT

(Km2) LOKASI a b c d

59 Koba 106° 19’ 50.29” - 106° 41’ 37.53” -2° 27’ 25.57” - -2° 35’ 59.88” 324 Provinsi Kepulauan Bangka-Belitung Kabupaten Bangka x

60 Kepoh 106° 29’ 40.66” - 106° 44’ 28.79” -2° 36’ 31.82” - -2° 59’ 0.18” 334 Provinsi Kepulauan Bangka-Belitung Kabupaten Bangka x

61 Batubetumpang 105° 54’ 24.63” - 106° 10’ 47.14” -2° 40’ 38.25” - -2° 52’ 33.74” 287 Provinsi Kepulauan Bangka-Belitung Kabupaten Bangka x

62 Pangkal Raya 105° 48’ 45.30” - 106° 0’ 45.71” -2° 20’ 25.32” - -2° 33’ 39.53” 235 Provinsi Kepulauan Bangka-Belitung Kabupaten Bangka x

63 Airpandan 105° 42’ 35.41” - 105° 53’ 53.46” -2° 3’ 33.20” - -2° 15’ 33.56” 163 Provinsi Kepulauan Bangka-Belitung Kabupaten Bangka x

64 Tanjungniur 105° 25’ 9.28” - 105° 36’ 59.63” -1° 57’ 22.27” - -2° 8’ 8.99” 219 Provinsi Kepulauan Bangka-Belitung Kabupaten Bangka x

65 Manggar 108° 2’ 59.30” - 108° 17’ 41.69” -2° 49’ 47.80” - -3° 11’ 39.39” 203 Provinsi Kepulauan Bangka-Belitung Kabupaten Belitung x

66 Labuan 105° 41’ 13.39” - 106° 6’ 2.32” -6° 15’ 50.37” - -6° 34’ 45.79” 734 Provinsi Banten

1. Kabupaten Pandeglang 2. Kabupaten Lebak

x

67 Rawadanau 105° 49’ 25.62” - 106° 2’ 58.85” -6° 3’ 39.90” - -6° 17’ 47.74” 375 Provinsi Banten

1. Kabupaten Pendeglang 2. Kabupaten Serang

x

68 Serang-Tangerang 105° 54’ 31.38” - 106° 42’ 36.59” -5° 55’ 3.55” - -6° 30’ 16.84” 2822

A. Provinsi Banten 1. Kabupaten Serang 2. Kabupaten Tangerang 3. Kota Tangerang 4. Kota Cilegon 5. Kota Serang 6. Kabupaten Lebak 7. Kabupaten Pandeglang

B. Provinsi Jawa Barat

Kabupaten Bogor

x

69 Malingping 105° 41’ 4.44” - 106° 9’ 50.04” -6° 39’ 10.36” - -6° 51’ 4.23” 707 Provinsi Banten

1. Kabupaten Pandeglang 2. Kabupaten Lebak

x

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 93 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

93

KETERANGAN NO. CAT NAMA CAT KOORDINAT (BUJUR) KOORDINAT (LINTANG) LUAS CAT

(Km2) LOKASI a b c d

70 Jakarta 106° 36' 32.54" - 107° 4' 4.78" -6° 0' 43.50" - -6° 26' 58.23" 1439

A. Provinsi Banten 1. Kabupaten Tangerang 2. Kota Tangerang

B. Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta C. Provinsi Jawa Barat

1. Kabupaten Bogor 2. Kabupaten Bekasi

x

71 Bogor 106° 28' 20.88" - 106° 59' 45.56" -6° 24' 38.03" - -6° 47' 2.88" 1311 Provinsi Jawa Barat

1. Kabupaten Bogor 2. Kota Bogor

x

72 Sukabumi 106° 32' 43.88" - 107° 2' 13.80" -6° 42' 56.37" - -6° 58' 17.72" 868 Provinsi Jawa Barat

1. Kabupaten Sukabumi 2. Kota Sukabumi

x

73 Cianjur 106° 58' 5.61" - 107° 17' 4.63" -6° 41' 59.07" - -6° 56' 39.07" 467

Provinsi Jawa Barat

4. Kabupaten Cianjur x

74 Jampangkulon 106° 22' 55.98" - 106° 48' 15.44" -7° 13' 17.60" - -7° 25' 6.99" 384

Provinsi Jawa Barat

5. Kabupaten Sukabumi x

75 Bekasi-Karawang 106° 52' 5.75" - 107° 42' 31.37" -5° 54' 29.23" - -6° 36' 53.29" 3641

Provinsi Jawa Barat 1. Kabupaten Bogor 2. Kabupaten Bekasi 3. Kabupaten Karawang 4. Kabupaten Purwakarta 5. Kabupaten Subang

x

76 Subang 107° 35' 48.84" - 108° 2' 5.87" -6° 10' 27.42" - -6° 38' 7.91" 1514 Provinsi Jawa Barat

1. Kabupaten Subang 2. Kabupaten Indramayu 3. Kabupaten Sumedang

x

77 Ciater 107° 24' 28.40" - 107° 50' 28.98" -6° 36' 11.30" - -6° 48' 38.87" 566 Provinsi Jawa Barat

1. Kabupaten Purwakarta 2. Kabupaten Bandung 3. Kabupaten Sumedang

x

78 Lembang 107° 25' 56.47" - 107° 45' 51.67" -6° 43' 37.73" - -6° 51' 10.22" 169 Provinsi Jawa Barat

1. Kabupaten Bandung 2. Kabupaten Sumedang

x

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 94 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

94

KETERANGAN NO. CAT NAMA CAT KOORDINAT (BUJUR) KOORDINAT (LINTANG) LUAS CAT

(Km2) LOKASI a b c d

79 Batujajar 107° 23' 33.16" - 107° 30' 17.19" -6° 49' 55.63" - -7° 0' 25.59" 89

Provinsi Jawa Barat

6. Kabupaten Bandung x

80 IV. Bandung-

Soreang 107° 21' 55.07" - 107° 57' 7.21" -6° 48' 29.70" - -7° 14' 47.28" 1716 Provinsi Jawa Barat

1. Kabupaten Bandung 2. Kabupaten Sumedang 3. Kota Bandung

x

81 Cibuni 107° 9' 6.51" - 107° 29' 42.40" -7° 5' 10.39" - -7° 22' 9.19" 621 Provinsi Jawa Barat

1. Kabupaten Bandung 2. Kabupaten Cianjur

x

82 Banjarsari 107° 27' 17.83" - 107° 46' 13.88" -7° 11' 56.53" - -7° 26' 59.11" 605 Provinsi Jawa Barat

1. Kabupaten Bandung 2. Kabupaten Garut

x

83 Tasikmalaya 107° 50' 53.79" - 108° 20' 49.26" -7° 2' 17.35" - -7° 27' 7.91" 1219

Provinsi Jawa Barat 1. Kabupaten Garut 2. Kabupaten Tasikmalaya 3. Kabupaten Ciamis 4. Kota Tasikmalaya

x

84 Garut 107° 42' 33.81" - 108° 5' 11.67" -7° 3' 3.77" - -7° 24' 8.58" 886

Provinsi Jawa Barat

5. Kabupaten Garut x

85 Malangbong 107° 53' 42.00" - 108° 17' 34.23" -6° 56' 6.26" - -7° 7' 41.76" 514

A. Provinsi Jawa Barat 1. Kabupaten Sumedang 2. Kabupaten Tasikmalaya 3. Kabupaten Garut

x

86 Sumedang 107° 45' 38.20" - 108° 4' 13.95" -6° 46' 2.37" - -6° 57' 22.06" 483

Provinsi Jawa Barat

6. Kabupaten Sumedang x

87 Sukamantri 107° 50' 47.46" - 108° 2' 56.85" -6° 40' 18.91" - -6° 48' 12.35" 151 V. Provinsi Jawa Barat Kabupaten Sumedang

x

88 Ciamis 108° 15' 45.81" - 108° 33' 8.14" -7° 11' 12.85" - -7° 25' 59.07" 581 Provinsi Jawa Barat

1. Kabupaten Ciamis 2. Kabupaten Tasikmalaya

x

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 95 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

95

KETERANGAN NO. CAT NAMA CAT KOORDINAT (BUJUR) KOORDINAT (LINTANG) LUAS CAT

(Km2) LOKASI a b c d

3. Kota Banjar

89 Kawali 108° 16' 4.17" - 108° 34' 13.02" -7° 4' 54.98" - -6° 48' 12.35" 291 Provinsi Jawa Barat Kabupaten Ciamis x

90 Kuningan 108° 15' 44.50" - 108° 39' 14.58" -7° 3' 17.20" - -6° 52' 13.72" 507 Provinsi Jawa Barat

1. Kabupaten Kuningan 2. Kabupaten Majalengka

x

91 Majalengka 108° 3' 32.4" - 108° 24' 40.24" -6° 34' 12.81" - -6° 55' 47.85" 686 Provinsi Jawa Barat

1. Kabupaten Majalengka 2. Kabupaten Sumedang

x

92 Indramayu 107° 56' 38.14" - 108° 19' 46.08" -6° 13' 42.77" - -6° 39' 20.74" 1282 Provinsi Jawa Barat

1. Kabupaten Indramayu 2 .Kabupaten Majalengka 3. Kabupaten Sumedang

x

93 Sumber-Cirebon 108° 13' 53.45" - 108° 39' 15.85" -6° 13' 49.61" - -6° 53' 59.86" 1659

VI. Provinsi Jawa Barat 1. Kabupaten Indramayu 2. Kabupaten Cirebon 3. Kabupaten Kuningan 4. Kota Cirebon

x

94 Majenang 108° 41' 58.06" - 108° 51' 14.72" -7° 17' 19.18" - -7° 24' 21.99" 108 Provinsi Jawa Tengah Kabupaten Cilacap x

95 Sidareja 108° 32' 56.67" - 108° 49' 43.47" -7° 17' 14.05" - -7° 40' 28.84" 480

A. Provinsi Jawa Barat

7. Kabupaten Ciamis

B. Provinsi Jawa Tengah

8. Kabupaten Cilacap

x

96 Tegal-Brebes 108° 35' 7.31" - 109° 21' 16.34" -6° 44' 11.61" - -7° 11' 0.39" 1356

A. Provinsi Jawa Barat

9. Kabupaten Cirebon

B. Provinsi Jawa Tengah 1. Kabupaten Brebes 2. Kabupaten Tegal

x

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 96 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

96

KETERANGAN NO. CAT NAMA CAT KOORDINAT (BUJUR) KOORDINAT (LINTANG) LUAS CAT

(Km2) LOKASI a b c d

97 Bumiayu 108° 55' 13.33" - 109° 24' 18.87" -7° 0' 28.58" - -7° 19' 24.38" 661 Provinsi Jawa Tengah

1. Kabupaten Pemalang 2. Kabupaten Tegal 3. Kabupaten Brebes

x

98 Purwokerto-Purbalingga 109° 3' 1.70" - 109° 46' 49.02" -7° 12' 44.33" - -7° 32' 26.86" 1318 Provinsi Jawa Tengah

1. Kabupaten Banjarnegara 2. Kabupaten Banyumas 3. Kabupaten Purbalingga

x

99 VII. Cilacap 108° 59' 15.41" - 109° 12' 14.43" -7° 25' 41.48" - -7° 45' 5.32" 218 Provinsi Jawa Tengah

1. Kabupaten Banyumas 2. Kabupaten Cilacap

x

100 Nusakambangan 108° 48' 7.47" - 108° 59' 47.98" -7° 40' 45.94" - -7° 45' 13.59" 45 Provinsi Jawa Tengah Kabupaten Cilacap x

101 Kroya 109° 6' 49.12" - 109° 26' 46.49" -7° 31' 28.39" - -7° 43' 36.42" 423 Provinsi Jawa Tengah

1. Kabupaten Cilacap 2. Kabupaten Kebumen 3. Kabupaten Banyumas

x

102 Banyumudal 109° 23' 13.53" - 109° 29' 9.91" -7° 36' 45.02" - -7° 43' 53.66" 67 Provinsi Jawa Tengah Kabupaten Kebumen x

103 Pekalongan-Pemalang 109° 18' 45.31" - 109° 51' 52.35" -6° 46' 33.52" - -7° 13' 24.20" 1682 Provinsi Jawa Tengah

1. Kabupaten Pemalang 2. Kabupaten Pekalongan 3. Kabupaten Batang

x

104 Kebumen-Purworejo 109° 27' 18.50" - 110° 3' 36.50" -7° 34' 14.61" - -7° 53' 59.96" 1127 Provinsi Jawa Tengah

1. Kabupaten Kebumen 2. Kabupaten Purworejo

x

105 Karangkobar 109° 34' 42.69" - 109° 55' 17.84" -7° 10' 12.18" - -7° 18' 43.34" 316 Provinsi Jawa Tengah

1. Kabupaten Banjarnegara 2. Kabupaten Wonosobo

x

106 Subah 109° 49' 26.04" - 110° 11' 32.45" -6° 54' 15.69" - -7° 18' 16.57" 874 Provinsi Jawa Tengah

1. Kabupaten Batang 2. Kabupaten Kendal 3. Kabupaten Temanggung

x

107 Wonosobo 109° 45' 48.56" - 110° 4' 41.47" -7° 11' 7.81" - -7° 31' 51.33" 666 Provinsi Jawa Tengah

1. Kabupaten Wonosobo 2. Kabupaten Banjarnegara 3. Kabupaten Magelang

x

108 Magelang-Temanggung 109° 59' 45.38" - 110° 27' 21.31" -7° 11' 45.92" - -7° 42' 6.69" 1783

Provinsi Jawa Tengah 1. Kabupaten Magelang 2. Kota Magelang 3. Kabupaten Boyolali 4. Kabupaten Temanggung

x

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 97 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

97

KETERANGAN NO. CAT NAMA CAT KOORDINAT (BUJUR) KOORDINAT (LINTANG) LUAS CAT

(Km2) LOKASI a b c d

5. Kabupaten Semarang

109 Yogyakarta-Sleman 110° 12' 30.45" - 110° 29' 49.38" -7° 32' 23.62" - -8° 1' 52.04" 916

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Kabupaten Sleman 2. Kabupaten Bantul 3. Kota Yogyakarta 4. Kabupaten Kulon Progo

x

110 Wates 110° 2' 16.22" - 110° 15' 45.54" -7° 50' 2.01" - -7° 59' 16.99" 150 Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Kabupaten Kulon Progo x

111 Kendal 110° 1' 43.68" - 110° 16' 16.97" -6° 50' 45.56" - -7° 2' 37.74" 404 Provinsi Jawa Tengah Kabupaten Kendal x

112 Sumowono 110° 3' 45.06" - 110° 20' 20.84" -7° 5' 29.51" - -7° 15' 49.17" 207 Provinsi Jawa Tengah

1. Kabupaten Kendal 2. Kabupaten Semarang 3. Kabupaten Temanggung

x

113 Rawapening 110° 18' 36.13" - 110° 30' 7.60" -7° 10' 59.52" - -7° 26' 54.53" 303 Provinsi Jawa Tengah

1. Kabupaten Semarang 2. Kota Salatiga

x

114 Ungaran 110° 11' 34.19" - 110° 31' 43.53" -7° 2' 23.03" - -7° 13' 41.52" 329 Provinsi Jawa Tengah

1. Kabupaten Semarang 2. Kota Semarang 3. Kabupaten Kendal

x

115 Salatiga 110° 26' 11.88" - 110° 38' 3.58" -7° 12' 31.73" - -7° 27' 54.94" 85 Provinsi Jawa Tengah

1. Kabupaten Semarang 2. Kabupaten Boyolali

x

116 Semarang-Demak 110° 14' 56.35" - 111° 20' 8.21" -6° 46' 26.64" - -7° 12' 50.99" 1839

Provinsi Jawa Tengah 1. Kabupaten Kendal 2. Kabupaten Semarang 3. Kota Semarang 4. Kabupaten Demak 5. Kabupaten Grobogan 6. Kabupaten Blora

x

117 Karanganyar-Boyolali 110° 26' 18.30" - 111° 12' 45.98" -7° 19' 1.182" - -7° 54' 32.62" 3877

Provinsi Jawa Tengah 1. Kabupaten Klaten

2. Kabupaten Sukoharjo 3. Kabupaten Boyolali 4. Kabupaten Sragen 5. Kabupaten Karanganyar 6. Kabupaten Wonogiri 7. Kabupaten Semarang

x

118 Eromoko 110° 48' 30.19" - 111° 1' 15.32" -7° 51' 37.47" - -8° 3' 52.62" 215 Provinsi Jawa Tengah Kabupaten Wonogiri x

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 98 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

98

KETERANGAN NO. CAT NAMA CAT KOORDINAT (BUJUR) KOORDINAT (LINTANG) LUAS CAT

(Km2) LOKASI a b c d

119 Wonosari 110° 20' 40.02" - 111° 4' 32.21" -7° 54' 31.05" - -8° 15' 30.93" 1692

A. Provinsi Jawa Tengah Kabupaten Wonogiri

B. Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Kabupaten Bantul 2. Kabupaten Gunung Kidul

C. Jawa Timur Kabupaten Pacitan

x

120 Kudus 110° 32' 9.81" - 111° 2' 48.78" -6° 35' 57.91" - -7° 1' 13.93" 1388

Provinsi Jawa Tengah 1. Kabupaten Demak 2. Kabupaten Kudus 3. Kabupaten Jepara 4. Kabupaten Pati

x

121 Jepara 110° 38' 14.94" - 110° 55' 15.95" -6° 24' 27.16" - -6° 38' 24.67" 531 Provinsi Jawa Tengah Kabupaten Jepara x

122 Pati-Rembang 110° 53' 42.9" - 111° 23' 38.75" -6° 24' 39.18" - -6° 52' 57.29" 1028 Provinsi Jawa Tengah

1. Kabupaten Pati 2. Kabupaten Rembang

x

123 Lasem 111° 23' 13.32" - 111° 56' 22.43" -6° 36' 58.91" - -6° 50' 48.83" 378 A. Provinsi Jawa Tengah

Kabupaten Rembang B. Provinsi Jawa Timur

Kabupaten Tuban x

124 Watuputih 111° 29' 0.73" - 111° 32' 56.27" -6° 50' 41.56" - -6° 50' 41.56" 31 Provinsi Jawa Tengah

1. Kabupaten Rembang 2. Kabupaten Blora

x

125 Randublatung 111° 11' 23.39" - 111° 36' 26.12" -7° 9' 17.55" - 7° 15' 57.66" 203

A. Provinsi Jawa Tengah 1. Kabupaten Grobogan 2. Kabupaten Blora

B. Provinsi Jawa Timur Kabupaten Bojonegoro

x

126 Ngawi-Ponorogo 111° 7' 0.03" - 111° 47' 49.16" -7° 20' 22.54" - -8° 4' 26.64" 3902

A. Provinsi Jawa Tengah Kabupaten Wonogiri

B. Provinsi Jawa Timur 1. Kabupaten Ponorogo 2. Kabupaten Madiun 3. Kabupaten Ngawi 4. Kabupaten Magetan

x

127 Surabaya-Lamongan 111° 37' 38.16" - 112° 50' 13.76" -6° 57' 8.69" - -7° 18' 37.53" 2525

Provinsi Jawa Timur 1. Kabupaten Bojonegoro 2. Kabupaten Tuban 3. Kabupaten Lamongan 4. Kabupaten Gresik 5. Kota Surabaya

x

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 99 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

99

KETERANGAN NO. CAT NAMA CAT KOORDINAT (BUJUR) KOORDINAT (LINTANG) LUAS CAT

(Km2) LOKASI a b c d

128 Tuban 111° 46' 51.66" - 112° 14' 49.78" -6° 45' 41.19" - -6° 59' 38.54" 503 Provinsi Jawa Timur

1. Kabupaten Tuban 2. Kabupaten Lamongan

x

129 Panceng 112° 15' 46.19" - 112° 33' 46.55" -6° 51' 47.25" - -6° 58' 50.97" 283 Provinsi Jawa Timur

1. Kabupaten Lamongan 2. Kabupaten Gresik

x

130 Brantas 111° 42' 55.90" - 113° 0' 9.43" -7° 17' 40.11" - -8° 17' 5.03" 6186

Provinsi Jawa Timur 1. Kabupaten Trenggalek 2. Kabupaten Tulungagung 3. Kabupaten Blitar 4. Kota Blitar 5. Kabupaten Malang 6. Kota Malang 7. Kabupaten Mojokerto 8. Kabupaten Sidoarjo 9. Kabupaten Gresik 10. Kota Surabaya 11. Kabupaten Jombang 12. Kabupaten Kediri 13. Kabupaten Nganjuk 14. Kabupaten Madiun

x

131 Bulukawang 111° 46' 8.00" - 112° 21' 29.52" -8° 9' 37.49" - -8° 21' 1.87" 618 Provinsi Jawa Timur

1. Kabupaten Tulungagung 2. Kabupaten Blitar

x

132 Sumberbening 112° 22' 30.79" - 112° 49' 10.92" -8° 11' 39.14" - -8° 26' 56.44" 715 Provinsi Jawa Timur Kabupaten Malang

x

133 Pasuruan 112° 34' 22.15" - 113° 5' 11.15" -7° 31' 55.71" - -7° 57' 27.06" 1596 Provinsi Jawa Timur

1. Kabupaten Mojokerto 2. Kabupaten Pasuruan 3. Kota Pasuruan

x

134 Probolinggo 112° 56' 4.25" - 113° 37' 33.14" -7° 41' 54.57" - -8° 1' 38.08" 1639 Provinsi Jawa Timur

1. Kabupaten Lumajang 2. Kabupaten Probolinggo

x

135 Jember-Lumajang 112° 53' 57.36" - 114° 2' 42.22" -7° 56' 23.58" - -8° 25' 22.94" 3865

Provinsi Jawa Timur 1. Kabupaten Lumajang 2. Kabupaten Jember 3. Kabupaten Bondowoso 4. Kabupaten Probolinggo

x

136 Besuki 113° 34' 17.40" - 113° 52' 4.48" -7° 41' 12.69" - -7° 58' 19.50" 469 Provinsi Jawa Timur

1. Kabupaten Bondowoso 2. Kabupaten Situbondo 3. Kabupaten Probolinggo

x

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 100 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

100

KETERANGAN NO. CAT NAMA CAT KOORDINAT (BUJUR) KOORDINAT (LINTANG) LUAS CAT

(Km2) LOKASI a b c d

137 Bondowoso-Situbondo 113° 40' 6.74" - 114° 26' 39.19" -7° 36' 17.95" - -8° 7' 37.33" 2358 Provinsi Jawa Timur

1. Kabupaten Bondowoso 2. Kabupaten Situbondo 3. Kabupaten Jember

x

138 Wonorejo 114° 12' 15.69" - 114° 27' 49.57" -7° 48' 9.83" - -8° 5' 53.17" 543 Provinsi Jawa Timur

1. Kabupaten Situbondo 2. Kabupaten Banyuwangi

x

139 Banyuwangi 113° 55' 28.01" - 114° 24' 28.44" -8° 3' 29.47" - -8° 34' 11.00" 1737 Provinsi Jawa Timur Kabupaten Banyuwangi x

140 Blambangan 114° 20' 23.26" - 114° 36' 10.39" -8° 26' 41.90" - -8° 46' 51.07" 413 Provinsi Jawa Timur Kabupaten Banyuwangi x

141 Bangkalan 112° 40' 22.8" - 112° 58' 6.01" -6° 53' 21.96" - -7° 7' 16.24" 398 Provinsi Jawa Timur Kabupaten Bangkalan x

142 Ketapang 112° 54' 47.42" - 113° 56' 18.56" -6° 51' 51.97" - -6° 56' 56.89" 631

Provinsi Jawa Timur 1. Kabupaten Bangkalan 2. Kabupaten Sampang 3. Kabupaten Pamekasan 4. Kabupaten Sumenep

x

143 Sampang-Pamekasan 112° 41' 25.08" - 113° 53' 39.48" -7° 3' 55.29" - -7° 15' 25.69" 1200

Provinsi Jawa Timur 1. Kabupaten Bangkalan 2. Kabupaten Sampang 3. Kabupaten Pamekasan 4. Kabupaten Sumenep

x

144 Sumenep 113° 27' 22.5" - 114° 6' 27.58" -6° 57' 13.69" - -7° 7' 19.49" 478 Provinsi Jawa Timur

1. Kabupaten Pamekasan 2. Kabupaten Sumenep

x

145 Toranggo 113° 55' 32.30" - 114° 7' 32.52" -6° 52' 4.60" - -6° 59' 1.82" 101 Provinsi Jawa Timur Kabupaten Sumenenp x

146 Paloh 109° 16' 23.73" - 109° 38' 52.08" 1° 41' 8.84" - 2° 4' 57.39" 561 A. Provinsi Kalimantan Barat

Kabupaten Sambas B. Malaysia

x

147 Sambas 108° 54' 32.4" - 109° 50' 18.59" 1° 2' 44.59" - 1° 43' 22.10" 3178 Provinsi Kalimantan Barat

1. Kabupaten Sambas 2. Kabupaten Bengkayang

x

148 Singkawang 108° 55' 31.83" - 109° 19' 28.59" 0° 50' 54.37" - 1° 6' 20.55" 728 Provinsi Kalimantan Barat

1. Kabupaten Sambas 2. Kabupaten Bengkayang

x

149 Pontianak 108° 50' 8.88" - 110° 30' 0" 0° 52' 27.3" - -2° 23' 49.96" 22620

Provinsi Kalimantan Barat 1. Kabupaten Bengkayang 2. Kabupaten Landak 3. Kabupaten Pontianak 4. Kota Pontianak

x

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 101 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

101

KETERANGAN NO. CAT NAMA CAT KOORDINAT (BUJUR) KOORDINAT (LINTANG) LUAS CAT

(Km2) LOKASI a b c d

5. Kabupaten Ketapang

150 Palangkaraya-Banjarmasin 110° 10' 20.32" - 115° 41' 29.37" -0° 57' 18.72" - -4° 0' 46.92" 95980

A. Provinsi Kalimantan Barat Kabupaten Ketapang

B. Provinsi Kalimantan Tengah 1. Kabupaten Kotawaringin Barat 2. Kabupaten Seruyan 3. Kabupaten Kotawaringin Timur 4. Kabupaten Katingan 5. Kota Palangkaraya 6. Kabupaten Kapuas 7. Kabupaten Barito Selatan 8. Kabupaten Murung Raya

C. Provinsi Kalimantan Selatan 1. Kabupaten Tanah Laut 2. Kabupaten Banjar 3. Kota Banjarmasin 4. Kabupaten Tapin 5. Kabupaten Barito Kuala 6. Kabupaten Hulu Sungai Selatan 7. Kabupaten Hulu Sungai Tengah 8. Kabupaten Hulu Sugai Utara 9. Kabupaten Tabalong

x

151 Pagatan 114° 37' 9.48" - 116° 16' 33.96" -2° 25' 58.79" - -4° 10' 34.68" 6441 Provinsi Kalimantan Selatan

1. Kabupaten Tanah Laut 2. Kabupaten Kotabaru

x

152 Apar 116° 6' 57.91" - 116° 35' 39.48" -1° 58' 11.02" - -2° 20' 50.50" 1089 Provinsi Kalimantan Timur Kabupaten Pasir x

153 Tabanio 116° 12' 48.14" - 116° 27' 31.65" -1° 45' 40.17" - -1° 59' 14.87" 439 Provinsi Kalimantan Timur Kabupaten Pasir x

154 Sebakung 116° 9' 9.26" - 116° 33' 33.48" -1° 26' 46.88" - -1° 48' 7.506" 649 Provinsi Kalimantan Timur Kabupaten Pasir

x

155 Muarapayang 115° 41' 21.78" - 115° 59' 15.04" -1° 9' 36.05" - -2° 2' 20.16" 1660 A. Provinsi Kalimantan Tengah

Kabupaten Murung Raya B. Provinsi Kalimantan Timur

Kabupaten Pasir x

156 Samarinda-Bontang 116° 33' 4.73" - 17° 44' 46.90" 0° 51' 33.45" - -1° 25' 49.74" 7720

Provinsi Kalimantan Timur 1. Kabupaten Pasir 2. Kabupaten Kutai 3. Kota Samarinda 4. Kota Bontang 5. Kabupaten Kutai Timur

x

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 102 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

102

KETERANGAN NO. CAT NAMA CAT KOORDINAT (BUJUR) KOORDINAT (LINTANG) LUAS CAT

(Km2) LOKASI a b c d

157 Sendawar 115° 28' 42.92" - 117° 1' 21.81" 0° 43' 52.53" - -0° 38' 48.66" 10110 Provinsi Kalimantan Timur

1. Kabupaten Kutai Barat 2. Kabupaten Kutai

x

158 Mangkaliat 118° 51' 32.03" - 118° 58' 48.34" 0° 54' 32.55" - 1° 2' 56.77" 115 Provinsi Kalimantan Timur

1. Kabupaten Kutai Timur 2. Kabupaten Berau

x

159 Sumbang 118° 32' 36.70" - 118° 50' 46.74" 0° 52' 5.71" - 1° 9' 34.59" 598 Provinsi Kalimantan Timur

1. Kabupaten Kutai Timur 2. Kabupaten Berau

x

160 Tanjungselor 116° 36' 14.31" - 118° 26' 22.19" 1° 10' 33.76" - 4° 14' 33.31" 13550

A. Provinsi Kalimantan Timur 1. Kabupaten Kutai Timur 2. Kabupaten Berau 3. Kabupaten Bulungan 4. Kabupaten Nunukan

B. Malaysia

x

161 Muarakarangan 117° 33' 52.40" - 118° 8' 37.97" 1° 9' 49.95" - 1° 40' 34.26" 1131 Provinsi Kalimantan Timur

1. Kabupaten Berau 2. Kabupaten Kutai Timur

x

162 Putussibau 111° 47' 59.96" - 113° 11' 50.60" 0° 30' 49.01" - 1° 6' 24.192" 7107 Provinsi Kalimantan Barat Kabupaten Kapuas Hulu x

163 Sintang 111° 4' 2.08" - 111° 54' 2.84" 0° 32' 37.53" - -0° 11' 21.54" 2474 Provinsi Kalimantan Barat

1. Kabupaten Sanggau 2. Kabupaten Sintang 3. Kabupaten Kapuas Hulu

x

164 Loahaur 116° 52' 39.87" - 117° 13' 58.48" -0° 4' 17.69" - -0° 55' 50.26" 428 Provinsi Kalimantan Timur

1. Kabupaten Kutai 2. Kota Samarinda 3. Kabupaten Pasir

x

165 Tenggarong 116° 46' 44.39" - 117° 2' 42.75" -0° 17' 15.20" - -0° 45' 14.23" 385 Provinsi Kalimantan Timur Kabupaten Kutai x

166 Jonggon 116° 43' 45.57" - 116° 55' 9.81" -0° 22' 6.90" - -0° 38' 39.46" 284 Provinsi Kalimantan Timur Kabupaten Kutai x

167 Muara Lahai 114° 41' 12.13" - 115° 28' 22.88" -0° 1' 21.14" - -0° 57' 43.56" 4115 A. Provinsi Kalimantan Timur

Kabupaten Kutai Barat B. Provinsi Kalimantan Tengah

Kabupaten Murung Raya x

168 Munte 124° 55' 15.54" - 125° 3' 20.11" 1° 38' 8.94" - 1° 45' 17.20" 77 Provinsi Sulawesi Utara Kabupaten Minahasa x

169 Batuputih 124° 59' 38.08" - 125° 15' 5.93" 1° 29' 23.48" - 1° 40' 51.84" 275 Provinsi Sulawesi Utara

Kabupaten Minahasa Kota Bitung

x

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 103 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

103

KETERANGAN NO. CAT NAMA CAT KOORDINAT (BUJUR) KOORDINAT (LINTANG) LUAS CAT

(Km2) LOKASI a b c d

170 Manado 124° 43' 23.41" - 125° 2' 9.51" 1° 5' 27.07" - 1° 39' 58.06" 1004 Provinsi Sulawesi Utara

Kabupaten Minahasa Kota Manado

x

171 Bitung-Ratahan 124° 41' 56.65" - 125° 15' 5.44" 0° 55' 13.35" - 1° 32' 0.69" 1022 Provinsi Sulawesi Utara

Kabupaten Minahasa Kota Bitung

x

172 Tomohon-Tumpaan 124° 30' 49.44" - 124° 52' 13.49" 1° 1' 47.37" - 1° 25' 35.72" 956 Provinsi Sulawesi Utara Kabupaten Minahasa x

173 Sidate-Poigar 124° 8' 9.95" - 124° 34' 24.20" 0° 54' 50.92" - 1° 13' 0.35" 521 Provinsi Sulawesi Utara

1. Kabupaten Bolaang Mongondow 2. Kabupaten Minahasa

x

174 Buyat 124° 36' 0.79" - 124° 45' 39.90" 0° 50' 45.12" - 0° 55' 41.45" 80 Provinsi Sulawesi Utara

1. Kabupaten Bolaang Mongondow 2. Kabupaten Minahasa

x

175 Kotamubagu 124° 13' 14.52" - 124° 28' 38.63" 0° 33' 48.56" - 0° 52' 4.11" 414 Provinsi Sulawesi Utara

1. Kabupaten Bolaang Mongondow 2. Kabupaten Minahasa

x

176 Lolak 123° 55' 57.04" - 124° 7' 53.91" 0° 50' 16.80" - 0° 55' 33.96" 76 Provinsi Sulawesi Utara Kabupaten Bolaang Mongondow x

177 Dumoga-Kasio 123° 42' 32.38" - 124° 12' 8.83" 0° 25' 51.89" - 0° 44' 15.47" 684 Provinsi Sulawesi Utara Kabupaten Bolaang Mongondow x

178 Molibagu 123° 56' 33.96" - 124° 10' 38.41" 0° 21' 43.14" - 0° 27' 21.40" 91 Provinsi Sulawesi Utara Kabupaten Bolaang Mongondow x

179 Mongalada 123° 34' 27.51" - 123° 45' 36.06" 0° 17' 36.26" - 0° 28' 4.70" 212 Provinsi Sulawesi Utara Kabupaten Bolaang Mongondow x

180 Bone 123° 30' 8.53" - 123° 44' 6.89" 0° 24' 6.01" - 0° 36' 50.34" 326 Provinsi Sulawesi Utara

Kabupaten Bolaang Mongondow Provinsi Gorontalo

Kabupaten Gorontalo x

181 Pinogu 123° 19' 40.13" - 123° 30' 59.01" 0° 25' 59.34" - 0° 32' 5.13" 112 Provinsi Gorontalo

1. Kabupaten Gorontalo 2. Kota Gorontalo

x

182 Tombulitato 123° 14' 24.94" - 123° 22' 35.01" 0° 18' 31.27" - 0° 21' 31.01" 35 Provinsi Gorontalo Kabupaten Gorontalo x

183 Gorontalo 122° 41' 5.44" - 123° 20' 27.85" 0° 26' 17.97" - 0° 41' 10.08" 481 Provinsi Gorontalo Kabupaten Gorontalo

x

184 Molombulah 122° 21' 27.24" - 122° 45' 20.84" 0° 34' 21.85" - 0° 46' 30.52" 433 Provinsi Gorontalo Kabupaten Gorontalo

x

185 Mahinoto 122° 13' 52.84" - 122° 26' 39.50" 0° 44' 46.55" - 0° 48' 10.63" 75 Provinsi Gorontalo Kabupaten Gorontalo

x

186 Soginti 121° 59' 7.08" - 122° 10' 17.66" 0° 27' 17.64" - 0° 35' 38.66" 59 Provinsi Gorontalo Kabupaten Gorontalo

x

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 104 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

104

KETERANGAN NO. CAT NAMA CAT KOORDINAT (BUJUR) KOORDINAT (LINTANG) LUAS CAT

(Km2) LOKASI a b c d

187 Marisa 121° 42' 51.25" - 121° 58' 52.96" 0° 24' 46.77" - 0° 33' 33.44" 234 Provinsi Gorontalo Kabupaten Gorontalo

x

188 Papajato 121° 19' 13.92" - 121° 32' 12.69" 0° 28' 1.77" - 0° 35' 1.03" 92 Provinsi Gorontalo

Kabupaten Pohuwato Provinsi Sulawesi Tengah

Kabupaten Donggala x

189 Mountong-Tomini 120° 30' 29.75" - 121° 15' 45.92" 0° 23' 51.28" - 0° 36' 24.25" 606 Provinsi Sulawesi Tengah Kabupaten Donggala x

190 Buol 121° 6' 11.61" - 121° 30' 21.83" 1° 2' 11.19" - 1° 19' 4.83" 435 Provinsi Sulawesi Tengah Kabupaten Buol x

191 Ogomali 120° 46' 34.78" - 120° 51' 0.01" 1° 4' 41.57" - 1° 11' 6.95" 55 Provinsi Sulawesi Tengah Kabupaten Toli-Toli x

192 Ogawele 120° 23' 48.27" - 120° 29' 0.16" 0° 44' 55.78" - 0° 47' 39.48" 24 Provinsi Sulawesi Tengah Kabupaten Toli-Toli x

193 Butung 120° 5' 16.09" - 120° 17' 7.77" 0° 42' 24.63" - 0° 50' 58.04" 111 Provinsi Sulawesi Tengah

1. Kabupaten Donggala 2. Kabupaten Toli-Toli

x

194 Babatona 119° 56' 9.19" - 120° 5' 40.41" 0° 26' 9.154" - 0° 36' 9.74" 83 Provinsi Sulawesi Tengah Kabupaten Donggala x

195 Ladangkola 119° 50' 52.20" - 119° 56' 36.27" 0° 10' 34.08" - 0° 20' 22.00" 54 Provinsi Sulawesi Tengah Kabupaten Donggala x

196 Sinei 120° 2' 0.20" - 120° 6' 40.07" 0° 6' 4.12" - -0° 3' 38.90" 50 Provinsi Sulawesi Tengah Kabupaten Donggala x

197 Tambu 119° 51' 54.10" - 119° 54' 38.91" -0° 0' 39.58" - -0° 5' 15.85" 22 Provinsi Sulawesi Tengah Kabupaten Donggala x

198 Tompis 119° 58' 5.24" - 120° 2' 29.25" -0° 4' 41.52" - -0° 11' 19.40" 36 Provinsi Sulawesi Tengah Kabupaten Donggala x

199 Labea 119° 47' 48.08" - 119° 51' 23.75" -0° 4' 52.13" - -0° 8' 1.39" 14 Provinsi Sulawesi Tengah Kabupaten Donggala x

200 Palado 119° 36' 19.79" - 119° 44' 4.15" -0° 0' 14.39" - -0° 8' 43.53" 52 Provinsi Sulawesi Tengah Kabupaten Donggala x

201 Tompe 119° 46' 50.11" - 119° 50' 43.63" -0° 9' 17.95" - -0° 16' 26.81" 37 Provinsi Sulawesi Tengah Kabupaten Donggala x

202 Oti 119° 45' 5.58" - 119° 47' 27.97" -0° 16' 25.50" - -0° 30' 41.50" 63 Provinsi Sulawesi Tengah Kabupaten Donggala x

203 Ampibabo 119° 58' 26.43" - 120° 4' 44.97" -0° 13' 44.97" - -0° 40' 59.98" 149 Provinsi Sulawesi Tengah Kabupaten Donggala x

204 Tawaeli 119° 46' 27.83" - 119° 54' 44.26" -0° 31' 42.75" - -0° 50' 24.70" 97 Provinsi Sulawesi Tengah Kabupaten Donggala x

205 Tindaki 120° 5' 11.82" - 120° 27' 9.29" -0° 43' 6.54" - -1° 2' 33.55" 261 Provinsi Sulawesi Tengah Kabupaten Donggala

x

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 105 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

105

KETERANGAN NO. CAT NAMA CAT KOORDINAT (BUJUR) KOORDINAT (LINTANG) LUAS CAT

(Km2) LOKASI a b c d

206 Palu 119° 49' 28.27" - 119° 57' 14.33" -0° 51' 16.69" - -1° 20' 28.14" 313 Provinsi Sulawesi Tengah Kabupaten Donggala

x

207 Pasangkayu 119° 17' 4.99" - 119° 33' 44.90" -1° 8' 48.83" - -1° 35' 15.30" 716 A. Provinsi Sulawesi Barat

Kabupaten Mamuju B. Provinsi Sulawesi Tengah

Kabupaten Donggala x

208 Dapuran 119° 17' 58.41" - 119° 31' 2.36" -1° 33' 54.74" - -1° 53' 28.56" 279 Provinsi Sulawesi Barat Kabupaten Mamuju

x

209 Bobo 119° 59' 31.33" - 120° 14' 38.56" -1° 5' 37.56" - -1° 16' 8.30" 130 Provinsi Sulawesi Tengah

1. Kabupaten Donggala 2. Kabupaten Poso

x

210 Langko 120° 0' 50.25" - 120° 17' 17.83" -1° 15' 7.83" - -1° 29' 31.83" 224 Provinsi Sulawesi Tengah

1. Kabupaten Donggala 2. Kabupaten Poso

x

211 Watutua 120° 5' 41.76" - 120° 26' 24.23" -1° 17' 56.34" - -1° 43' 22.56" 795 Provinsi Sulawesi Tengah

1. Kabupaten Donggala 2. Kabupaten Poso

x

212 Poso 120° 32' 14.26" - 120° 52' 12.04" -1° 19' 26.59" - -1° 47' 47.04" 999 Provinsi Sulawesi Tengah Kabupaten Poso x

213 Morowali 121° 28' 57.89" - 121° 48' 30.74" -1° 41' 52.69" - -1° 57' 25.14" 530 Provinsi Sulawesi Tengah Kabupaten Morowali x

214 Topo 122° 4' 10.47" - 122° 34' 0.05" -1° 10' 52.11" - -1° 37' 1.12" 581 Provinsi Sulawesi Tengah Kabupaten Banggai

x x

215 Tomeang 122° 6' 19.63" - 122° 17' 14.39" -0° 47' 23.54" - -0° 59' 13.77" 215 Provinsi Sulawesi Tengah Kabupaten Banggai x

216 Luwuk 122° 40' 6.0" - 123° 4' 59.16" -0° 49' 28.82" - -1° 7' 58.78" 333 Provinsi Sulawesi Tengah Kabupaten Banggai x

217 Sobol 123° 7' 55.21" - 123° 24' 8.19" -0° 52' 15.62" - -1° 3' 22.78" 263 Provinsi Sulawesi Tengah Kabupaten Banggai x

218 Peleng 122° 53' 21.99" - 123° 9' 9.61" -1° 10' 5.72" - -1° 35' 2.73" 678 Provinsi Sulawesi Tengah Kabupaten Banggai Kepulauan x

219 Tomori 121° 12' 31.40" - 121° 29' 48.69" -1° 55' 4.88" - -2° 4' 52.24" 175 Provinsi Sulawesi Tengah Kabupaten Poso x

220 Wasopote 120° 48' 11.51" - 121° 21' 47.87" -1° 57' 0.67" - -2° 25' 28.86" 1306 A. Provinsi Sulawesi Tengah

Kabupaten Poso B. Provinsi Sulawesi Selatan

Kabupaten Luwu x

221 Sampaga 119° 7' 23.16" - 119° 23' 35.83" -1° 57' 9.03" - -2° 28' 10.23" 837 Provinsi Sulawesi Barat Kabupaten Mamuju x

222 Pindolo 120° 41' 25.92" - 120° 48' 11.71" -2° 0' 57.82" - -2° 11' 36.47" 121 Provinsi Sulawesi Tengah Kabupaten Poso x

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 106 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

106

KETERANGAN NO. CAT NAMA CAT KOORDINAT (BUJUR) KOORDINAT (LINTANG) LUAS CAT

(Km2) LOKASI a b c d

223 Tanoa 121° 31' 18.55" - 121° 49' 23.65" -2° 8' 0.34" - -2° 18' 5.06" 156 Provinsi Sulawesi Tengah Kabupaten Morowali x

224 Bone-Bone 120° 7' 10.92" - 121° 8' 38.58" -2° 24' 30.28" - -2° 57' 46.25" 2230 Provinsi Sulawesi Selatan Kabupaten Luwu

x

225 Lelewowo 121° 3' 25.31" - 121° 14' 0.90" -2° 53' 0.36" - -2° 59' 57.59" 135 A. Provinsi Sulawesi Selatan

Kabupaten Luwu B. Provinsi Sulawesi Tenggara

Kabupaten Kolaka x

226 Polewali 119° 6' 6.12" - 119° 24' 50.21" -3° 18' 33.22" - -3° 31' 2.10" 327 Provinsi Sulawesi Barat Kabupaten Polewali Mandar x

227 Kolosi 119° 45' 25.63" - 119° 49' 2.78" -3° 18' 53.56" - -3° 29' 9.41" 86 Provinsi Sulawesi Selatan Kabupaten Enrekang x

228 Padang Sapa 120° 12' 53.69" - 120° 25' 16.22" -3° 2' 43.72" - -3° 29' 48.69" 422 Provinsi Sulawesi Selatan Kabupaten Luwu x

229 Pinrang-Sidenreng 119° 26' 57.24" - 120° 5' 1.27" -3° 30' 31.42" - -4° 25' 58.23 2270

Provinsi Sulawesi Selatan 1. Kabupaten Pinrang 2. Kabupaten Sidenreng Rappang 3. Kabupaten Soppeng 4. Kabupaten Wajo 5. Kabupaten Enrekang

x

230 Siwa-Pompanua 120° 4' 18.81" - 120° 26' 32.44" -3° 33' 14.56" - -4° 25' 9.85" 939 Provinsi Sulawesi Selatan

1. Kabupaten Luwu 2. Kabupaten Wajo 3. Kabupaten Bone

x

231 Barru 119° 34' 44.68" - 119° 42' 50.09" -4° 19' 3.07" - -4° 33' 39.70" 134 Provinsi Sulawesi Selatan

1. Kabupaten Barru 2. Kabupaten Pangkajene Kepulauan

x

232 Pangkajene 119° 27' 44.18" - 119° 45' 42.32" -4° 33' 52.47" - -5° 6' 35.59" 2229 Provinsi Sulawesi Selatan

1. Kabupaten Pangkajene Kepulauan 2. Kabupaten Maros 3. Kabupaten Barru

x

233 Makassar 119° 20' 54.25" - 119° 34' 40.22" -5° 5' 29.59" - -5° 32' 44.93" 580

Provinsi Sulawesi Selatan 1. Kota Makassar 2. Kabupaten Takalar 3. Kabupaten Gowa 4. Kabupaten Maros

x

234 Gowa 119° 44' 2.35" - 120° 14' 17.85" -5° 10' 28.44" - -5° 23' 8.69" 482 Provinsi Sulawesi Selatan

1. Kabupaten Gowa 2. Kabupaten Sinjai 3. Kabupaten Bulukumba

x

235 Sinjai 120° 12' 40.69" - 120° 18' 1.53" -5° 0' 47.94" - -5° 13' 54.87" 81 Provinsi Sulawesi Selatan 1. Kabupaten Bone x

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 107 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

107

KETERANGAN NO. CAT NAMA CAT KOORDINAT (BUJUR) KOORDINAT (LINTANG) LUAS CAT

(Km2) LOKASI a b c d

2. Kabupaten Sinjai

236 Bantaeng 119° 43' 52.10" - 120° 16' 20.58" -5° 18' 11.03" - -5° 42' 24.45" 1433

Provinsi Sulawesi Selatan 1. Kabupaten Jeneponto 2. Kabupaten Bantaeng 3. Kabupaten Bulukumba 4. Kabupaten Sinjai 5. Kabupaten Gowa

x

237 Bira 120° 16' 49.48" - 120° 27' 27.95" -5° 25' 26.26" - -5° 38' 0.61" 230 Provinsi Sulawesi Selatan Kabupaten Bulukumba x

238 Selayar 120° 24' 27.58" - 120° 33' 3.47" -5° 46' 39.26" - -6° 30' 23.01" 656 Provinsi Sulawesi Selatan Kabupaten Kepulauan Selayar x

239 Bungku 121° 51' 30.06" - 122° 22' 14.51" -3° 38' 37.25" - -4° 22' 51.81" 2269 Provinsi Sulawesi Tenggara

1. Kabupaten Kendari 2. Kabupaten Kolaka

x

240 Kolaka 121° 32' 28.42" - 121° 42' 37.84" -4° 1' 35.28" - -4° 11' 52.94" 129 Provinsi Sulawesi Tenggara Kabupaten Kolaka x

241 Raromeeto 122° 18' 28.25" - 122° 29' 25.63" -3° 56' 45.96" - -4° 4' 54.58" 126 Provinsi Sulawesi Tenggara Kabupaten Kendari

x

242 Rawua 122° 23' 47.80" - 122° 32' 16.10" -3° 48' 41.59" - -4° 6' 31.25" 256 Provinsi Sulawesi Tenggara Kabupaten Kendari

x

243 Tangketada 121° 27' 59.21" - 121° 39' 56.77" -4° 11' 54.88" - -4° 33' 43.43" 347 Provinsi Sulawesi Tenggara Kabupaten Kolaka

x

244 Andoolo 122° 7' 9.07" - 122° 25' 13.70" -4° 19' 52.27" - -4° 25' 38.84" 163 Provinsi Sulawesi Tenggara Kabupaten Kendari x

245 Ambesia 122° 21' 7.09" - 122° 38' 57.16" -4° 16' 7.36" - -4° 27' 9.58" 162 Provinsi Sulawesi Tenggara Kabupaten Kendari x

246 Ewolangka 121° 27' 17.43" - 121° 43' 11.87" -4° 30' 2.70" - -4° 47' 48.65" 436 Provinsi Sulawesi Tenggara

1. Kabupaten Buton 2. Kabupaten Kolaka

x

247 Weputang 121° 39' 35.64" - 121° 47' 9.83" -4° 43' 42.87" - -4° 50' 56.02" 66 Provinsi Sulawesi Tenggara Kabupaten Buton x

248 Tinanggea 122° 0' 7.82" - 122° 13' 44.84" -4° 27' 4.64" - -4° 41' 15.19" 144 Provinsi Sulawesi Tenggara

1. Kabupaten Buton 2. Kabupaten Kendari

x

249 Muna 122° 15' 54.30" - 122° 46' 6.22" -4° 36' 32.72" - -5° 26' 21.58" 213 Provinsi Sulawesi Tenggara

1. Kabupaten Muna 2. Kabupaten Buton

x

250 Labuhan Tobelo 122° 56' 50.94" - 123° 9' 49.62" -4° 22' 0.52" - -4° 37' 28.22" 260 Provinsi Sulawesi Tenggara Kabupaten Muna x

251 Bangbong 122° 49' 54.25" - 122° 53' 59.98" -4° 30' 43.48" - -4° 41' 46.59" 69 Provinsi Sulawesi Tenggara Kabupaten Muna x

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 108 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

108

KETERANGAN NO. CAT NAMA CAT KOORDINAT (BUJUR) KOORDINAT (LINTANG) LUAS CAT

(Km2) LOKASI a b c d

252 Lambale 122° 53' 45.96" - 123° 4' 59.31" -4° 32' 37.08" - -4° 50' 8.16" 347 Provinsi Sulawesi Tenggara Kabupaten Muna x

253 Ereke 123° 4' 7.74" - 123° 12' 45.89" -4° 37' 26.43" - -4° 52' 5.29" 157 Provinsi Sulawesi Tenggara Kabupaten Muna x

254 Lebo 122° 44' 14.21" - 122° 56' 1.59" -4° 40' 27.92" - -5° 13' 53.75" 591 Provinsi Sulawesi Tenggara

1. Kabupaten Muna 2. Kabupaten Buton

x

255 Konde 122° 51' 27.59" - 122° 59' 42.56" -4° 48' 22.41" - -5° 14' 15.68" 339 Provinsi Sulawesi Tenggara

1. Kabupaten Muna 2. Kabupaten Buton

x

256 Bau-Bau 122° 33' 18.22" - 122° 53' 54.73" -5° 13' 12.81" - -5° 42' 5.01" 976 Provinsi Sulawesi Tenggara Kabupaten Buton

x

257 Kaliwinto 122° 51' 22.38" - 122° 58' 32.39" -5° 14' 14.92" - -5° 26' 32.69" 128 Provinsi Sulawesi Tenggara Kabupaten Buton x

258 Lasilimu 122° 58' 45.12" - 123° 13' 31.37" -5° 12' 13.98" - -5° 26' 35.71" 307 Provinsi Sulawesi Tenggara Kabupaten Buton x

259 Denpasar-Tabanan 114° 58' 7.44" - 115° 30' 55.62" -8° 12' 24.03" - -8° 46' 30.91" 2080 Provinsi Bali 1. Kota Denpasar 2. Kabupaten Badung 3. Kabupaten Bangli 4. Kabupaten Buleleng 5. Kabupaten Karangasem 6. Kabupaten Klungkung 7. Kabupaten Gianyar 8. Kabupaten Tabanan

x

260 Singaraja 114° 55' 22.48" - 115° 12' 54.72" -8° 4' 1.90" - -8° 20' 19.43" 505 Provinsi Bali 1. Kabupaten Buleleng 2. Kabupaten Tabanan

x

261 Amlapura 115° 29' 40.74" - 115° 43' 0.77" -8° 20' 10.89" - -8° 30' 40.71" 200 Provinsi Bali Kabupaten Karangasem

x

262 Negara 114° 26' 11.99" - 114° 55' 43.09" -8° 10' 52.78" - -8° 28' 26.39" 418 Provinsi Bali 1. Kabupaten Jembrana 2. Kabupaten Tabanan

x

263 Gilimanuk 114° 25' 40.36" - 114° 40' 36.22" -8° 5' 33.75" - -8° 11' 34.14" 131 Provinsi Bali 1. Kabupaten Buleleng 2. Kabupaten Jembrana

x

264 Nusa Penida 115° 26' 41.59" - 115° 37' 41.97" -8° 40' 14.88" - -8° 49' 5.37" 198 Provinsi Bali Kabupaten Klungkung

x

265 Nusadua 115° 4' 57.45" - 115° 14' 6.11" -8° 45' 3.23" - -8° 50' 52.39" 99 Provinsi Bali Kabupaten Badung

x

266 Tejakula 115° 9' 32.94" - 115° 42' 25.29" -8° 6' 0.61" - -8° 23' 48.83" 750 Provinsi Bali 1. Kabupaten Bangli

x

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 109 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

109

KETERANGAN NO. CAT NAMA CAT KOORDINAT (BUJUR) KOORDINAT (LINTANG) LUAS CAT

(Km2) LOKASI a b c d

2. Kabupaten Buleleng 3. Kabupaten Karangasem 4. Kabupaten Badung 5. Kabupaten Tabanan

267 Mataram-Selong 116° 3' 33.84" - 116° 43' 19.86" -8° 22' 29.66" - -8° 51' 57.43" 2366

Provinsi Nusa Tenggara Barat 1. Kabupaten Lombok Barat 2. Kota Mataram 3. Kabupaten Lombok Timur 4. Kabupaten Lombok Tengah

x

268 Tanjung -Sambelia 116° 3' 28.44" - 116° 43' 20.28" -8° 12' 46.44" - -8° 28' 59.44" 1124 Provinsi Nusa Tenggara Barat

1. Kabupaten Lombok Barat 2. Kabupaten Lombok Timur 3. Kabupaten Lombok Tengah

x

269 Sumbawa Besar 116° 52' 46.69" - 117° 34' 9.84" -8° 21' 58.25" - -8° 46' 14.28" 1404 Provinsi Nusa Tenggara Barat Kabupaten Sumbawa x

270 Empang 117° 53' 45.71" - 118° 12' 58.12" -8° 38' 53.74" - -8° 48' 39.52" 345 Provinsi Nusa Tenggara Barat

1. Kabupaten Dompu 2. Kabupaten \Sumbawa

x

271 Pekat 117° 41' 24" - 118° 15' 43.04" -8° 11' 32.28" - -8° 33' 33.56" 977 Provinsi Nusa Tenggara Barat

1. Kabupaten Dompu 2. Kabupaten Bima

x

272 Sanggar - Kilo 117° 42' 39.74" - 118° 35' 24.10" -8° 4' 48.65" - -8° 33' 1.50" 1419 Provinsi Nusa Tenggara Barat

1. Kabupaten Bima 2. Kabupaten Dompu

x

273 Dompu 118° 18' 50.58" - 118° 33' 25.89" -8° 22' 7.26" - -8° 40' 49.64" 375 Provinsi Nusa Tenggara Barat

1. Kabupaten Dompu 2. Kabupaten Bima

x

274 Bima 118° 30' 8.34" - 118° 56' 31.68" -8° 15' 48.43" - -8° 38' 32.96" 1102 Provinsi Nusa Tenggara Barat

1. Kabupaten Bima 2. Kabupaten Dompu

x

275 Tawali-Sape 118° 53' 13.49" - 119° 3' 28.8" -8° 17' 25.15" - -8° 38' 24.14" 363 Provinsi Nusa Tenggara Barat Kabupaten Bima x

276 Labuanbajo 119° 47' 52.8" - 120° 4' 32.63" -8° 25' 15.82" - -8° 47' 44.72" 413 Provinsi Nusa Tenggara Timur Kabupaten Manggarai Barat x

277 Lempe 120° 3' 58.96" - 120° 27' 15.73" -8° 17' 51.01" - -8° 31' 10.40" 398 Provinsi Nusa Tenggara Timur

1. Kabupaten Manggarai 2. Kabupaten Manggarai Barat

x

278 Reo-Riung 120° 30' 5.904" - 121° 4' 23.84" -8° 14' 40.2" - -8° 32' 58.91" 813 Provinsi Nusa Tenggara Timur

1. Kabupaten Manggarai 2. Kabupaten Ngada

x

279 Ruteng 119° 50' 12.45" - 121° 22' 35.4" -8° 32' 14.19" - -8° 57' 34.56" 3724 Provinsi Nusa Tenggara Timur 1. Kabupaten Ngada x

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 110 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

110

KETERANGAN NO. CAT NAMA CAT KOORDINAT (BUJUR) KOORDINAT (LINTANG) LUAS CAT

(Km2) LOKASI a b c d

2. Kabupaten Manggarai 3. Kabupaten Manggarai Barat

280 Bajawa 120° 55' 25.75" - 121° 20' 51.18" -8° 28' 10.88" - -8° 50' 8.24" 10970 Provinsi Nusa Tenggara Timur Kabupaten Ngada x

281 Maurole 121° 48' 32.18" - 121° 56' 37.75" -8° 29' 55.76" - -8° 37' 8.59" 140 Provinsi Nusa Tenggara Timur Kabupaten Ende x

282 Ende 121° 33' 36.17" - 121° 52' 35.72" -8° 41' 59.10" - -8° 53' 36.17" 394 Provinsi Nusa Tenggara Timur Kabupaten Ende x

283 Maumere 122° 3' 4.82" - 122° 41' 19.75" -8° 23' 51.83" - -8° 43' 18.71" 800 Provinsi Nusa Tenggara Timur Kabupaten Sikka x

284 Larantuka 122° 3' 11.59" - 123° 1' 26.4" -8° 12' 42.95" - -8° 45' 59.31" 1030 Provinsi Nusa Tenggara Timur

1. Kabupaten Flores Timur 2. Kabupaten Sikka

x

285 Kutabura-Lamaayang 122° 36' 53.05" - 122° 58' 1.45" -8° 8' 20.38" - -8° 27' 41.94" 330 Provinsi Nusa Tenggara Timur Kabupaten Flores Timur x

286 Lewobunga 122° 44' 3.12" - 122° 58' 35.76" -8° 3' 54.29" - -8° 13' 42.87" 139 Provinsi Nusa Tenggara Timur Kabupaten Flores Timur x

287 Liberapan 122° 52' 23.16" - 122° 57' 46.44" -8° 29' 49.52" - -8° 37' 9.62" 82 Provinsi Nusa Tenggara Timur Kabupaten Flores Timur x

288 Balauwak 122° 55' 23.50" - 123° 10' 2.06" -8° 26' 29.86" - -8° 33' 21.90" 70 Provinsi Nusa Tenggara Timur Kabupaten Flores Timur x

289 Mananga 122° 57' 1.08" - 123° 10' 11.28" -8° 25' 28.34" - -8° 32' 14.93" 70 Provinsi Nusa Tenggara Timur Kabupaten Flores Timur x

290 Waiwadan 123° 0' 6.84" - 123° 20' 5.28" -8° 13' 32.30" - -8° 24' 53.60" 333 Provinsi Nusa Tenggara Timur Kabupaten Flores Timur x

291 Waiwerang 123° 0' 35.59" - 123° 17' 27.83" -8° 19' 8.35" - -8° 24' 49.35" 173 Provinsi Nusa Tenggara Timur Kabupaten Flores Timur x

292 Lewoleba 123° 12' 31.68" - 123° 44' 12.72" -8° 12' 54.54" - -8° 31' 38.84" 535 Provinsi Nusa Tenggara Timur Kabupaten Flores Timur x

293 Iliwatulolo 123° 12' 46.03" - 123° 45' 22.73" -8° 15' 30.47" - -8° 35' 11.62" 542 Provinsi Nusa Tenggara Timur Kabupaten Flores Timur x

294 Balaurik 123° 41' 37.68" - 123° 46' 47.72" -8° 11' 47.27" - -8° 17' 48.18" 27 Provinsi Nusa Tenggara Timur Kabupaten Flores Timur x

295 Wairiang 123° 43' 57.31" - 123° 54' 24.16" -8° 10' 8.47" - -8° 14' 47.31" 60 Provinsi Nusa Tenggara Timur Kabupaten Flores Timur x

296 Wapoe 123° 44' 39.06" - 123° 55' 18.84" -8° 12' 33.55" - -8° 17' 5.53" 98 Provinsi Nusa Tenggara Timur Kabupaten Flores Timur x

297 Takourang 123° 54' 39.24" - 124° 19' 10.69" -8° 10' 27.26" - -8° 27' 1.66" 376 Provinsi Nusa Tenggara Timur Kabupaten Flores Timur x

298 Delaki 123° 55' 41.57" - 124° 19' 26.04" -8° 11' 37.41" - -8° 33' 8.75" 367 Provinsi Nusa Tenggara Timur Kabupaten Flores Timur x

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 111 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

111

KETERANGAN NO. CAT NAMA CAT KOORDINAT (BUJUR) KOORDINAT (LINTANG) LUAS CAT

(Km2) LOKASI a b c d

299 Pasirputih 124° 23' 29.04" - 124° 36' 16.92" -8° 7' 34.57" - -8° 15' 33.29" 112 Provinsi Nusa Tenggara Timur Kabupaten Flores Timur x

300 Kalabahi 124° 19' 55.92" - 125° 8' 35.88" -8° 8' 53.48" - -8° 26' 28.09" 1104 Provinsi Nusa Tenggara Timur Kabupaten Flores Timur x

301 Werula 124° 20' 53.87" - 125° 8' 41.28" -8° 13' 21.48" - -8° 27' 47.05" 885 Provinsi Nusa Tenggara Timur Kabupaten Flores Timur x

302 Waikabubak 118° 55' 41.16" - 120° 1' 25.96" -9° 21' 34.78" - -9° 53' 44.71" 2860 Provinsi Nusa Tenggara Timur

1. Kabupaten Sumba Barat 2. Kabupaten Sumba Timur

x

303 Ngalu 120° 19' 4.89" - 120° 49' 28.56" -9° 37' 41.052" - -10° 13' 15.42" 1427 Provinsi Nusa Tenggara Timur Kabupaten Sumba Timur x

304 Kupang 123° 27' 24.48" - 123° 56' 31.56" -10° 0' 12.66" - -10° 21' 45.58" 660 Provinsi Nusa Tenggara Timur

1. Kabupaten Kupang 2. Kota Kupang

x

305 Camplong 123° 55' 11.96" - 124° 9' 13.14" -9° 51' 31.45" - -10° 7' 13.02" 232 Provinsi Nusa Tenggara Timur Kabupaten Kupang x

306 Mina 124° 5' 30.48" - 124° 32' 34.04" -10° 0' 43.35" - -10° 10' 39.43" 311 Provinsi Nusa Tenggara Timur

1. Kabupaten Timor Tengah Selatan 2. Kabupaten Kupang

x

307 Soe 124° 9' 51.41" - 124° 21' 30.64" -9° 43' 21.92" - -9° 56' 14.25" 162 Provinsi Nusa Tenggara Timur Kabupaten Timor Tengah Selatan x

308 Oemeu 124° 21' 47.77" - 124° 53' 52.62" -9° 23' 28.248" - -9° 46' 51.74" 1008 Provinsi Nusa Tenggara Timur

1. Kabupaten Timor Tengah Utara 2. Kabupaten Timor Tengah Selatan 3. Kabupaten Belu

x

309 Besikama 124° 42' 38.38" - 125° 5' 16.08" -9° 24' 21.798" - -9° 52' 36.86" 481 Provinsi Nusa Tenggara Timur

1. Kabupaten Belu 2. Kabupaten Timor Tengah Selatan

x

310 Aroki 124° 47' 3.77" - 124° 53' 6.144" -9° 13' 17.34" - -9° 22' 40.15" 88 Provinsi Nusa Tenggara Timur

1. Kabupaten Timor Tengah Utara 2. Kabupaten Belu

x

311 Nemberala 122° 48' 9.99" - 122° 57' 53.87" -10° 44' 20.81" - -10° 56' 20.38" 236 Provinsi Nusa Tenggara Timur Kabupaten Rote Ndao x

312 Batutua 122° 57' 56.21" - 123° 14' 26.62" -10° 43' 24.27" - -10° 51' 48.04" 229 Provinsi Nusa Tenggara Timur Kabupaten Rote Ndao x

313 Rote 123° 9' 57.98" - 123° 25' 33.15" -10° 25' 41.43" - -10° 39' 7.79" 250 Provinsi Nusa Tenggara Timur Kabupaten Rote Ndao x

314 Ternate 127° 17' 24.72" - 127° 23' 12.12" 0° 45' 15.77" - 0° 52' 3.36" 106 Provinsi Maluku Utara Kota Ternate x

315 Tidore 127° 21' 41.4" - 127° 27' 33.48" 0° 37' 22.51" - 0° 45' 34.34" 108 Provinsi Maluku Utara Kota Tidore Kepulauan x

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 112 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

112

KETERANGAN NO. CAT NAMA CAT KOORDINAT (BUJUR) KOORDINAT (LINTANG) LUAS CAT

(Km2) LOKASI a b c d

316 Daruba-Bere-Bere 128° 12' 9.72" - 128° 41' 48.48" 1° 58' 56.75" - 2° 38' 24.68" 486 Provinsi Maluku Utara Kabupaten Halmahera Utara x

317 Posi-Posi 127° 57' 20.88" - 128° 4' 28.92" 2° 8' 50.30" - 2° 13' 25.18" 58 Provinsi Maluku Utara

1. Kabupaten Halmahera Barat 2. Kabupaten Halmahera Utara

x

318 Galela 127° 35' 25.99" - 127° 55' 21.59" 1° 33' 44.75" - 1° 54' 24.63" 704 Provinsi Maluku Utara

1. Kabupaten Halmahera Barat 2. Kabupaten Halmahera Utara

x

319 Tobelo 127° 49' 4.46" - 128° 2' 1.32" 1° 18' 1.88" - 1° 48' 8.50" 763 Provinsi Maluku Utara Kabupaten Halmahera Utara x

320 Ibu 127° 23' 57.17" - 127° 44' 51.77" 1° 11' 27.654" - 1° 45' 46.55" 756 Provinsi Maluku Utara Kabupaten Halmahera Barat x

321 Kau 127° 32' 37.35" - 127° 58' 53.32" 0° 23' 30.74" - 1° 36' 41.17" 1941 Provinsi Maluku Utara

1. Kabupaten Halmahera Utara 2. Kabupaten Halmahera Timur 3. Kabupaten Halmahera Tengah

x

322 Jailolo-Sidangoli 127° 23' 49.92" - 127° 52' 44.69" 0° 26' 9.276" - 1° 28' 38.98" 1576 Provinsi Maluku Utara

1. Kabupaten Halmahera Tengah 2. Kabupaten Halmahera Barat

x

323 Payahe 127° 38' 47.80" - 127° 43' 27.31" 0° 20' 25.008" - 0° 26' 14.24" 95 Provinsi Maluku Utara Kabupaten Halmahera Tengah x

324 Mafa 127° 49' 53.87" - 127° 56' 52.63" 0° 17' 27.97" - -0° 6' 36.54" 178 Provinsi Maluku Utara

1. Kabupaten Halmahera Tengah 2. Kabupaten Halmahera Selatan

x

325 Sagea 128° 2' 15.51" - 128° 8' 47.38" 0° 27' 13.14" - 0° 33' 48.16" 95 Provinsi Maluku Utara Kabupaten Halmahera Tengah x

326 Wasile 128° 5' 12.12" - 128° 22' 14.77" 1° 1' 20.67" - 1° 27' 48.75" 565 Provinsi Maluku Utara Kabupaten Halmahera Timur x

327 Akelamo 128° 36' 37.96" - 128° 45' 23.4" 1° 15' 2.43" - 1° 35' 22.92" 362 Provinsi Maluku Utara Kabupaten Halmahera Timur x

328 Patani 128° 6' 42.82" - 128° 54' 9" 0° 12' 38.56" - 0° 44' 26.02" 753 Provinsi Maluku Utara

1. Kabupaten Halmahera Tengah 2. Kabupaten Halmahera Timur

x

329 Wusi 128°1' 2.85" - 128° 55' 47.14" -0° 9' 27.79" - -0° 19' 59.18" 74 Provinsi Maluku Utara Kabupaten Halmahera Selatan x

330 Kasiruta 127° 55' 47.91" - 128° 1' 2.73" -0° 9' 29.46" - -0° 19' 57.03" 259 Provinsi Maluku Utara Kabupaten Halmahera Selatan x

331 Mandioli 127° 6' 14.4" - 127° 18' 5.76" -0° 14' 51.65" - -0° 29' 38.99" 162 Provinsi Maluku Utara Kabupaten Halmahera Selatan x

332 Labuha 127° 9' 27" - 127° 19' 46.2" -0° 39' 32.38" - -0° 47' 46.54" 166 Provinsi Maluku Utara Kabupaten Halmahera Selatan x

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 113 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

113

KETERANGAN NO. CAT NAMA CAT KOORDINAT (BUJUR) KOORDINAT (LINTANG) LUAS CAT

(Km2) LOKASI a b c d

333 Lansa 127° 27' 25.90" - 127° 36' 35.24" -0° 27' 12.13" - -0° 41' 1.37" 79 Provinsi Maluku Utara Kabupaten Halmahera Selatan x

334 Bisa 127° 37' 33.05" - 127° 45' 30.95" -0° 38' 45.06" - -0° 46' 12.10" 157 Provinsi Maluku Utara Kabupaten Halmahera Selatan x

335 Taino 127° 27' 46.08" - 127° 41' 45.96" -1° 11' 26.98" - -1° 17' 33.07" 56 Provinsi Maluku Utara Kabupaten Halmahera Selatan x

336 Sesepe 127° 44' 42.68" - 127° 49' 32.57" -1° 21' 7.70" - -1° 27' 42.67" 159 Provinsi Maluku Utara Kabupaten Halmahera Selatan x

337 Jobubu 127° 48' 19.19" - 128° 3' 40.95" -1° 25' 24.42" - -1° 34' 3.49" 71 Provinsi Maluku Utara Kabupaten Halmahera Selatan x

338 Sanana 125° 57' 12.21" - 126° 4' 14.88" -2° 18' 33.76" - -2° 28' 23.20" 97 Provinsi Maluku Utara Kabupaten Kepulauan Sula x

339 Air Buaya 126° 15' 36.35" - 126° 48' 7.47" -3° 3' 34.70" - -3° 9' 15.77" 301 Provinsi Maluku Kabupaten Buru x

340 Leksula 126° 0' 11.73" - 126° 37' 35.12" -3° 11' 45.63" - -3° 48' 53.28" 1438 Provinsi Maluku Kabupaten Buru Selatan x

341 Waeapo 126° 50' 16.43" - 127° 7' 8.69" -3° 16' 33.77" - -3° 33' 57.11" 381 Provinsi Maluku Kabupaten Buru x

342 Boano 127° 49' 19.92" - 128° 0' 1.44" -2° 54' 17.93" - -3° 2' 6.14" 124 Provinsi Maluku Kabupaten Seram Bagian Barat x

343 Kawa 128° 4' 6.24" - 128° 25' 36.98" -2° 50' 58.70" - -3° 2' 16.20" 275 Provinsi Maluku Kabupaten Seram Bagian Barat x

344 Laela 127° 53' 10.68" - 127° 57' 34.43" -3° 25' 39.79" - -3° 33' 39.82" 52 Provinsi Maluku Kabupaten Seram Bagian Barat x

345 Waesamu 128° 16' 13.54" - 128° 23' 37.35" -3° 12' 32.99" - -3° 22' 13.34" 98 Provinsi Maluku Kabupaten Seram Bagian Barat x

346 Hitulama 127° 54' 24.48" - 128° 18' 38.87" -3° 29' 13.45" - -3° 42' 58.49" 272 Provinsi Maluku Kabupaten Maluku Tengah x

347 Ambon 127° 54' 24.67" - 128° 20' 48.48" -3° 29' 55.43" - -3° 47' 6.61" 467 Provinsi Maluku Kabupaten Maluku Tengah x

348 Haruku 128° 23' 23.28" - 128° 33' 57.6" -3° 30' 20.34" - 3° 37' 55.31" 134 Provinsi Maluku Kabupaten Maluku Tengah x

349 Saparua 128° 32' 43.44" - 128° 43' 7.88" -3° 29' 18.02" - -3° 37' 40.04" 122 Provinsi Maluku Kabupaten Maluku Tengah x

350 Masohi 128° 51' 46.16" - 129° 7' 56.66" -3° 10' 23.39" - -3° 21' 14.47" 278 Provinsi Maluku Kabupaten Maluku Tengah x

351 Namea 128° 57' 36.09" - 129° 4' 21.36" -2° 47' 18.92" - -2° 54' 4.46" 92 Provinsi Maluku Kabupaten Maluku Tengah x

352 Wahai 129° 12' 44.26" - 130° 29' 9.88" -2° 45' 55.15" - -3° 6' 3.76" 1276 Provinsi Maluku

1. Kabupaten Seram Bagian Timur 2. Kabupaten Maluku Tengah

x

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 114 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

114

KETERANGAN NO. CAT NAMA CAT KOORDINAT (BUJUR) KOORDINAT (LINTANG) LUAS CAT

(Km2) LOKASI a b c d

353 Sawal 129° 4' 28.96" - 129° 53' 50.37" -2° 56' 1.11" - -3° 19' 5.7" 1070 Provinsi Maluku Kabupaten Maluku Tengah x

354 Waru 130° 30' 23.54" - 130° 52' 49.8" -3° 6' 9.29" - -3° 52' 38.39" 811 Provinsi Maluku Kabupaten Seram Bagian Timur x

355 Kai Kecil 132° 36' 53.76" - 132° 49' 22.21" -5° 35' 27.45" - -5° 57' 6.18" 306 Provinsi Maluku Kabupaten Maluku Tenggara x

356 Kai Dulah 132° 44' 43.95" - 132° 49' 16.83" -5° 31' 12.84" - -5° 41' 47.59" 81 Provinsi Maluku Kabupaten Maluku Tenggara x

357 Kai Besar 132° 51' 6.03" - 133° 11' 23.91" -5° 15' 58.49" - -5° 59' 59.45" 513 Provinsi Maluku Kabupaten Maluku Tenggara x

358 Kola 134° 30' 32.52" - 134° 42' 29.88" -5° 25' 30.86" - -5° 35' 3.45" 218 Provinsi Maluku Kabupaten Kepulauan Aru x

359 Komfane 134° 31' 55.81" - 134° 46' 1.92" -5° 34' 0.77" - -5° 44' 46.44" 300 Provinsi Maluku Kabupaten Kepulauan Aru x

360 Wokam 134° 19' 46.62" - 134° 42' 48.95" -5° 34' 8.50" - -6° 2' 6.80" 1006 Provinsi Maluku Kabupaten Kepulauan Aru x

361 Kobror 134° 15' 54.88" - 134° 46' 55.80" -5° 55' 32.14" - -6° 22' 31.13" 1737 Provinsi Maluku Kabupaten Kepulauan Aru x

362 Penambulan 134° 47' 55.51" - 134° 54' 35.52" -6° 17' 9.47" - -6° 28' 44.85" 137 Provinsi Maluku Kabupaten Kepulauan Aru x

363 Baun 134° 38' 25.81" - 134° 45' 55.76" -6° 26' 42.06" - -6° 34' 23.69" 100 Provinsi Maluku Kabupaten Kepulauan Aru x

364 Workai 134° 37' 22.64" - 134° 45' 39.44" -6° 34' 55.89" - -6° 47' 7.08" 163 Provinsi Maluku Kabupaten Kepulauan Aru

x

365 Koba 134° 20' 54.14" - 134° 38' 42.89" -6° 16' 39.27" - -6° 32' 56.66" 406 Provinsi Maluku Kabupaten Kepulauan Aru x

366 Trangan 134° 2' 59.13" - 134° 31' 57.33" -6° 13' 50.89" - -6° 56' 42.69" 2069 Provinsi Maluku Kabupaten Kepulauan Aru x

367 Maikoor 134° 10' 34.14" - 134° 26' 55.49" -6° 1' 45.65" - -6° 20' 40.65" 294 Provinsi Maluku Kabupaten Kepulauan Aru x

368 Watidal 131° 42' 42.12" - 131° 59' 4.56" -7° 5' 56.44" - -7° 14' 53.09" 169 Provinsi Maluku Kabupaten Maluku Tenggara Barat

x

369 Larat 131° 36' 47.65" - 131° 44' 44.52" -7° 8' 1.90" - -7° 13' 47.50" 66 Provinsi Maluku Kabupaten Maluku Tenggara Barat x

370 Saumlaki 131° 4' 45.84" - 131° 21' 19.44" -7° 49' 4.84" - -8° 1' 22.30" 131 Provinsi Maluku Kabupaten Maluku Tenggara Barat

x

371 Selaru 130° 45' 16.92" - 131° 10' 27.48" -8° 4' 18.41" - -8° 20' 33.58" 66 Provinsi Maluku Kabupaten Maluku Tenggara Barat

x

372 Seira 130° 57' 46.44" - 131° 6' 0.99" -7° 37' 52.72" - -7° 41' 53.01" 44 Provinsi Maluku Kabupaten Maluku Tenggara Barat

x

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 115 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

115

KETERANGAN NO. CAT NAMA CAT KOORDINAT (BUJUR) KOORDINAT (LINTANG) LUAS CAT

(Km2) LOKASI a b c d

373 Wuru 130° 49' 56.64" - 130° 59' 54.24" -7° 29' 31.45" - -7° 34' 21.54" 50 Provinsi Maluku Kabupaten Maluku Tenggara Barat x

374 Wiliaru 130° 58' 9.84" - 131° 10' 12.72" -7° 23' 59.06" - -7° 29' 49.92" 53 Provinsi Maluku Kabupaten Maluku Tenggara Barat x

375 Masela 129° 48' 15.48" - 129° 55' 9.84" -8° 5' 51.79" - -8° 13' 0.12" 50 Provinsi Maluku Kabupaten Maluku Tenggara Barat x

376 Tutuwawang 129° 34' 54.12" - 129° 51' 43.92" -7° 47' 28.57" - -8° 3' 38.20" 300 Provinsi Maluku Kabupaten Maluku Tenggara Barat x

377 Tela 129° 39' 10.05" - 129° 42' 26.08" -7° 57' 30.32" - -8° 1' 30.44" 31 Provinsi Maluku Kabupaten Maluku Tenggara Barat x

378 Emraing 129° 34' 33.6" - 129° 41' 19.26" -7° 52' 59.65" - -7° 57' 38.62" 53 Provinsi Maluku Kabupaten Maluku Tenggara Barat x

379 Wetan 129° 30' 23.4" - 129° 33' 59.4" -7° 50' 59.96" - -7° 57' 33.70" 38 Provinsi Maluku Kabupaten Maluku Tenggara Barat x

380 Lakor 128° 4' 21.36" - 128° 13' 53.04" -8° 12' 1.12" - -8° 16' 54.12" 113 Provinsi Maluku Kabupaten Maluku Tenggara Barat x

381 Moa 127° 45' 12.6" - 128° 7' 19.56" -8° 6' 15.16" - -8° 15' 46.8" 319 Provinsi Maluku Kabupaten Maluku Tenggara Barat x

382 Waigeo 130° 19' 6.32" - 130° 41' 34.44" -0° 8' 38.42" - -0° 32' 53.59" 334 Provinsi Papua Barat Kabupaten Raja Ampat x

383 Bokpapo 130° 32' 5.42" - 130° 41' 10.57" -0° 5' 7.36" - -0° 18' 19.19" 118 Provinsi Papua Barat Kabupaten Raja Ampat x

384 Wairemah 130° 42' 31.31" - 131° 5' 52.31" -0° 5' 25.08" - -0° 22' 16.97" 348 Provinsi Papua Barat Kabupaten Raja Ampat x

385 Batanta 130° 35' 34.49" - 130° 46' 30.42" -0° 47' 35.84" - -0° 52' 58.68" 98 Provinsi Papua Barat Kabupaten Raja Ampat x

386 Salawati 130° 40' 40.8" - 131° 4' 15.69" -1° 3' 25.79" - -1° 21' 32.08" 765 Provinsi Papua Barat Kabupaten Raja Ampat x

387 Teminabuan-Bintuni 130° 55' 38.28" - 134° 2' 55.67" -0° 51' 30.40" - -2° 18' 24.38" 23130

Provinsi Papua Barat 1. Kabupaten Teluk Bintuni 2. Kabupaten Sorong Selatan 3. Kabupaten Sorong 4. Kota Sorong

x

388 Atkari 129° 43' 4.08" - 130° 27' 16.2" -1° 39' 52.81" - -1° 54' 5.83" 985 Provinsi Papua Barat Kabupaten Raja Ampat x

389 Zaag 129° 58' 30.50" - 130° 28' 12.06" -1° 51' 9.76" - -2° 2' 18.16" 309 Provinsi Papua Barat Kabupaten Raja Ampat x

390 Timoforo 133° 8' 58.68" - 133° 30' 52.29" -1° 33' 6.52" - -1° 46' 44.86" 579 Provinsi Papua Barat Kabupaten Teluk Bintuni x

391 Kanoka-Babo 132° 43' 28.2" - 134° 7' 55.31" -2° 13' 36.77" - -4° 7' 22.12" 16870 Provinsi Papua Barat

1. Kabupaten Fak Fak 2. Kabupaten Teluk Bintuni

x

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 116 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

116

KETERANGAN NO. CAT NAMA CAT KOORDINAT (BUJUR) KOORDINAT (LINTANG) LUAS CAT

(Km2) LOKASI a b c d

392 Manokwari 133° 31' 15.50" - 134° 8' 13.92" -0° 42' 42.01" - -1° 1' 58.52" 1452 Provinsi Papua Barat Kabupaten Manokwari x

393 Oransbari 134° 2' 15.80" - 134° 16' 43.68" -1° 11' 40.82" - -1° 25' 33.39" 307 Provinsi Papua Barat Kabupaten Manokwari x

394 Takubo 133° 43' 15.83" - 134° 0' 6.2136" -1° 38' 29.32" - -1° 51' 23.4" 345 Provinsi Papua Barat

1. Kabupaten Manokwari 2. Kabupaten Teluk Bintuni

x

395 Numfor 134° 47' 57.48" - 134° 59' 40.56" -0° 55' 18.91" - -1° 7' 58.19" 431 Provinsi Papua Kabupaten Biak Numfor x

396 Urema 134° 23' 21.66" - 134° 40' 10.42" -3° 9' 49.24" - -3° 31' 28.08" 513 Provinsi Papua Kabupaten Nabire x

397 Kaimana 133° 37' 35.76" - 134° 57' 29.88" -3° 11' 1.62" - -4° 2' 54.71" 6078 A. Provinsi Papua Barat

Kabupaten Fak Fak B. Provinsi Papua

Kabupaten Mimika x

398 Omba 134° 37' 26.4" - 134° 52' 16.88" -3° 55' 56.50" - -4° 14' 20.62" 516 Provinsi Papua Kabupaten Mimika x

399 Warsa 135° 21' 25.92" - 135° 33' 7.42" -0° 37' 12.11" - -0° 52' 37.74" 208 Provinsi Papua Kabupaten Biak Numfor x

400 Biak 135° 43' 56.04" - 136° 23' 19.32" -0° 44' 45.88" - -1° 12' 13.75" 1214 Provinsi Papua Kabupaten Biak Numfor x

401 Pom 135° 24' 32.4" - 135° 39' 6.83" -1° 35' 50.78" - -1° 41' 13.96" 155 Provinsi Papua Kabupaten Kepulauan Yapen x

402 Ansas 135° 38' 35.90" - 135° 50' 47.19" -1° 39' 31.86" - -1° 45' 53.96" 110 Provinsi Papua Kabupaten Kepulauan Yapen x

403 Serui 135° 59' 36.44" - 136° 17' 2.94" -1° 43' 36.43" - -1° 52' 12.53 293 Provinsi Papua Kabupaten Kepulauan Yapen x

404 Timur Samberbada 136° 16' 16.51" - 136° 29' 59.10" -1° 45' 20.62" - -1° 52' 0.55" 140 Provinsi Papua Kabupaten Kepulauan Yapen x

405 Nabire 135° 1' 23.50" - 135° 38' 26.99" -3° 11' 12.59" - -3° 45' 29.36" 1382 Provinsi Papua Kabupaten Nabire x

406 Legare 135° 46' 41.65" - 135° 54' 47.84" -3° 10' 23.94" - -3° 31' 51.96" 343 Provinsi Papua Kabupaten Nabire x

407 Ulawa 135° 36' 43.88" - 135° 55' 36.89" -3° 35' 56.35" - -3° 52' 40.69" 403 Provinsi Papua Kabupaten Nabire x

408 Agamanan 134° 33' 14.95" - 135° 20' 2.42" -3° 24' 2.56" - -4° 5' 2.86" 1372 Provinsi Papua

Kabupaten Mimika Kabupaten Nabire

x

409 Parekebo 135° 13' 25.02" - 136° 5' 55.40" -4° 3' 6.57" - -4° 17' 39.67" 1033 Provinsi Papua Kabupaten Mimika x

410 Warem-Demta 135° 41' 44.17" - 140° 30' 54.44" -1° 27' 32.00" - -3° 26' 35.20" 22630 Provinsi Papua 1. Kabupaten Nabire

x

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 117 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

117

KETERANGAN NO. CAT NAMA CAT KOORDINAT (BUJUR) KOORDINAT (LINTANG) LUAS CAT

(Km2) LOKASI a b c d

2. Kabupaten Waropen 3. Kabupaten Sarmi 4. Kabupaten Jayapura

411 Taritatu 136° 49' 23.29" - 140° 23' 4.92" -2° 28' 48.85" - -3° 51' 31.82" 25380

Provinsi Papua 1. Kabupaten Waropen 2. Kabupaten Sarmi 3. Kabupaten Jayapura 4. Kabupaten Puncak Jaya 5. Kabupaten Tolikara 6. Kabupaten Paniai 7. Kabupaten Keerom 8. Kabupaten Pegunungan Bintang

x

412 Enarotali 135° 46' 26.89" - 138° 57' 18.94" -3° 42' 6.70" - -4° 22' 40.45" 8160 Provinsi Papua

1. Kabupaten Paniai 2. Kabupaten Puncak Jaya 3. Kabupaten Wamena

x

413 Wamena 138° 42' 41.20" - 139° 21' 0.70" -3° 46' 10.51" - -4° 12' 25.05" 1766 Provinsi Papua Kabupaten Wamena x

414 Hulu S.Senggi 140° 18' 1.71" - 140° 31' 15.20" -3° 0' 8.62" - -3° 7' 17.99" 180 Provinsi Papua Kabupaten Keerom

x

415 Jayapura 140° 31' 55.17" - 141° 0' 0" -2° 32' 32.82" - -3° 1' 45.44" 1685 A. Provinsi Papua

1. Kabupaten Jayapura 2. Kabupaten Keerom

B. Papua Nugini x

416 Timur Arso 140° 45' 32.11" - 140° 55' 37.20" -3° 3' 56.55" - -3° 13' 12.03" 165 Provinsi Papua Kabupaten Keerom x

417 Lereh-Leweh 139° 55' 6.87" - 140° 40' 59.88" -2° 56' 38.37" - -3° 32' 36.07 7235 Provinsi Papua Kabupaten Keerom x

418 Ubrub 140° 25' 20.51" - 140° 52' 46.34" -3° 41' 38.97" - -3° 59' 59.87" 573 Provinsi Papua

1. Kabupaten Pegunungan Bintang 2. Kabupaten Keerom

x

419 Mandala 139° 57' 44.66" - 140° 33' 30.67" -4° 8' 10.21" - -4° 40' 4.43" 754 Provinsi Papua Kabupaten Pegunungan Bintang x

420 Nalco-Bime 139° 27' 23.32" - 141° 0' 0" -4° 13' 50.47" - -5° 11' 28.15" 2902 Provinsi Papua

1. Kabupaten Pegunungan Bintang 2. Kabupaten Yahukimo

x

421 Timika-Merauke 134° 49' 35.15" - 141° 0' 0" -4° 5' 29.17" - -9° 7' 59.88" 131609

A. Provinsi Papua 1. Kabupaten Mimika 2. Kabupaten Asmat 3. Kabupaten Mappi 4. Kabupaten Merauke 5. Kabupaten Boven Digul

x

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal 118 Dan Irigasi Air Tanah Dalam TA. 2010

118

KETERANGAN NO. CAT NAMA CAT KOORDINAT (BUJUR) KOORDINAT (LINTANG) LUAS CAT

(Km2) LOKASI a b c d

6. Kabupaten Pegunungan Bintang 7. Kabupaten Yahukimo 8. Kabupaten Wamena

B. Papua Nugini

Keterangan

           

a : CAT dalam kabupaten/kota 206 cekungan

b : CAT lintas kabupaten/kota 176 cekungan

c : CAT lintas provinsi 35 cekungan

d : CAT lintas negara 4 cekungan

Jumlah Cekungan Air Tanah 421 cekungan