PEDOMAN CFTAKAN 2

63

Transcript of PEDOMAN CFTAKAN 2

PEDOMAN CFTAKAN 2

PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI

zee4Z/z/z'REVITALISASI

PENGGILINGAN PADI

DIREKTORAT JENDERAL PENCOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik serta hidayah-Nya

sehingga dapat diselesaikan Buku Pedoman Pengembangan Agroindustri Revitalisasi

Penggilingan Padi.

Pedoman Pengembangan Agroindustri Revitalisasi Penggilingan Padi disusun dalam upaya

memberikan acuan tcknis dalam penataan usaha, pembinaan dan pengembangan revitalisasi

penggilingan padi di propinsi dan kabupaten/kota. Revitalisasi penggi`lingan padi dilakukan

secara texpadu yang meliputi 3 aspek yaitu aspek teknologi, kelembagaan dan pembiayaan

sehingga mendorong peningkatan kinelja penggil ingan padi menjadi efektif dan efisien dalam

upaya menghasilkan beras yang berkualitas baik dan memenuhi persyaratan mutu yang

ditetapkan.

Pedoman ini juga sebagai bentuk operasionalisasi dari Peraturan Pemerintah RI Nomor 65

Tahun 1971 (Tentang Perusahaan Penggilingan Padi, Huller, dan Penyosohan Beras) dan

Keputusan Menteri Pertanian Nomor :859/KptsITP.250/11/98 (Tentang Pedoman Pembinaan

Penggilingan Padi, Huller dan Penyosohan Beras beserta Petunjuk Pelaksanaannya).

Pedoman ini diharapkan dapat dijadikan acuan serta panduan bagi petugas pembina di Dinas

Pertanian Propinsi maupun Kabupaten/K¢ta serta pelaku usaha penggilingan padi di daerah

sehingga indikator keberhasilan revitalisasi penggilingan padi tercapai. Pedoman telah

tersusun ini disadari masih jauh dari kesempumaan, oleh karena itu kritik dan saran yang

membangun sangat diharapkan untuk penyempumaannya.

Jakarta, 2012Direktur Pengolahan Hasil Pertanian

DAFTAR ISI

KATA PENGANTARDAFTAR ISI

I. PENDAHULUANI.1.Latar belakang1.2.Pengertianl.3.TujuanI.4.SasaranI.5.Indikator keberhasilan

11. PEMBINAAN REVITALISASI PENGGILINGAN PADI1.1.TingkatPusat1.2.Tingkat Propinsi1.3 .Tingkat Kabupaten/Kota

Ill. PEMBERDAYAAN KELEMBAGAAN GAPOKTAN1.1.Penumbuhan dan Pengembangan gapoktan1.2.Pengorganisasian GapoktanI.3.Kriteria Gapoktan Penerima Sarana Pengolahan1.4.Seleksi Gapoktan Penerima Bantuan Sarana Pengolahan ..............................

IV. RUANG LINGKUP PENGEMBANGAN REVITALISASI PENGGILINGAN

1.1.Revitalisasi TeknologiI.2.Revitalisasi Kelembagaan dan Manajemen Usahal.3.Revitalisasi Pembiayaan

V. PELAPOEN1.1.Materi Pelaporan1.2.Mekanisme Pelaporan

VI. PENUTUP

LAMPIRAN

DAFTAR LAI\mlRAN

Lampiran I. Peraturan Pemerintah Republik hdonesia Nomor 65 Tahun 1971Tentang Peiusahaan Penggilingan Padi, Huller Dan Penyosohan Beras

Lampiran 2. Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 859/Kpts/I`p.250/11/98Tentang Pedoman Pembinaan Perusahaan Penggilingan Padi,Huller Dan Penyosohan Beras

Lampiran 3. Gambar Peralatan Dan Spesikasinya

Lampiran 4. Form Pel?poran per.ggilingan padi

I. PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Beras merupakan komoditas penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan

masyarakat Indonesia. Ketersediaan beras yang cukup menjadi salah satu poin penting

dalam menjaga ketahanan pangan. Berdasarkan data dari Ditjen Tanaman Pangan dalam

Road Map "Peningkatan Produksi Beras Nasional O'2BN) Menuju Surplus Beras 10 Juta

Ton Pada Taliun 2014", pada tahun 2007 -2010 terjadi surplus beras dari produksi padi

dalam negeri yang berkisar antara 838.393 -4.313.125 ton. Berbagai upaya dilakukan

dalam menjaga ketersediaan beras dalam negeri, antara lain : (1) meningkatkan produksi

dari sektor o# /a7'77'I melalui peningkatan produktivitas lahan dan pembukaan lahan baru,

(2) meningkatkan produksi dari sisi ojor/a/77I melalui peningkatan kinelja pengolahan padi,

dan (3) menekan konsumsi beras melalui diversifikasi pangan.

Penggilingan padi sebagai salali satu mata rantai pengolahan gabah menjadi beras

dan piranti suplai beras bagi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia, dituntut dapat

memberikan kontribusi sebagai akselerator peningkatan ekonomi masyarakat, sarana

pehingkatan nilai tambah, pendukung dalam upaya ketahanan pangan dan memenuhi

permintaan pasar/konsumen balk dari segi kualtitas maupun kuantitas.

Jumlah perusahaan penggilingan padi di Indonesia memiliki kecenderungan

meningkat, namun memilihi tingkat kinerja yang masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari

kenyataan di lapangan dimana masih banyak penggilingan padi yang bekerja di bawah

kapasitas giling dengan kuantitas dan kualitas hasil giling yang rendah dan beroperasi

tanpa memiliki izin. 0leh karena itu diperlukan upaya dalam meningkatkan kineria

penggilingan padi melalui Penataan, Pembinaan dan Pengembangan Usaha Penggilingan

Padi dalam rangkaian upaya mendorong ketalianan pangan melalui kecukupan ketersediaan

pangan khususnya beras dengan kualitas yang baik dan aman untuk dikonsumsi.

Sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja penggilingan padi tersebut, maka perlu

dilakukan revitalisasi penggilingan padi, huller, dan penyosohan. Revitalisasi penggilingan

padi dilakukan dengan mengganti atau menambah bagian yang rusak sehingga dapat

berfungsi dengan baik atau dengan membangun unit penggilingan padi yang baru.

Revitalisasi terhadap penggilingan padi ini akan mendukung pengembangan agribisnis

perberasan yang berdaya saing dan berkelanjutan. Kondisi ini pada gilirannya akan lebih

memberdayakan usaha penggilingan padi, huller dan penyosohan beras serta petani sebagai

subyek serta akan lebih memacu kemampuan dalam usaha agribisnis terutama dalam

menchadapi era globalisasi.

Dukungan terhadap revitalisasi penggilingan padi ini akan dilaksanakan secara

berkelanjutan sebagai upaya peningkatan produksi beras nasional (P2BN) surplus 10 juta

ton yang harus dicapai pada tahun 2014 dan secara texpadu antara pusat dan daerah melalui

Dana Pusat, Dana Tugas Pembantuan dan Dekonsentrasi. Berkaitan dengan hal tersebut

in:ckz+ disusun "Pedoman Pengembangan Agroindustri melalui Revitalisasi Penggilingan

Padi„®

1.2 Pengertian

Gum menyamakan persepsi dan pemahaman tentang revitalisasi penggilingan padi dalam

pedoman ini terdapat beberapa istilah antara lain :

I. Usaha adalah penggilingan padi, huller dan penyosohan beras.

2. Penggilingan padi adalah setiap usaha yang digerakkan dengan tenaga motor

penggerak dan ditujukan serta digunakan untuk mengolah padi/gabah menj adi beras.

3. Huller (mesin pemecah kulit) adalah setiap usaha yang digerakkan dengan tenaga

motor penggerak dan ditujukan serta digunakan untuk mengolah padi/gabah menjadi

beras pecah kulit.

4. Penyosohan beras adalah setiap usaha yang digerakkan dengan tenaga motor

penggerak dan ditujukan serta digunakan untuk mengolah beras pecah kulit menjadi

beras sosoh dan atau mengolah beras sosoh menjadi beras yang lebih berkualitas.

5. Surat izin usaha adalah pemyataan tertu]is dari yang berwenang memberikan hak

untuk berusaha.

6. Surat daftar usaha adalah pemyataan tertulis dari yang berwenang yang menandakan

usaha tersebut telah terdaftar.

7. Usaha skala kecil adalah usaha yang memiliki kapasitas giling sampai dengan 1.500

kg/j am setara beras/unit usaha.

8. Usaha skala besar adalah usaha yang memiliki kapasitas giling lebih besar dari 1.500

kg/jam setara beras/unit usaha.

9. Penggilingan Padi Kecil Keliling adalah penggilingan padi yang beroperasi secara

keliling dalam satu wilayah tertentu

10. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) adalah organisasi yang beranggotakan

kelompok tani di suatu wilayah/daerah yang mempunyai kegiatan di bidang usahatani.

11. Kelompok tani (Poktan) adalah organisasi yang beranggotakan petani di suatu

wilayah/ daerah yang mempunyai kegiatan di bidang usahatani.

12. Pendampingan adalah kegiatan yang melibatkan secara aktif tenaga profesional (ahli)

yang akan mengawal kegiatan pengembangan penanganan agroindustri gabah/beras.

13. Pelatihan adalah proses belajar mengajar dalam rangka meningkatkan kapasitas,

kemampuan dan ketrampilan peserta dalam bidang penanganan agroindustri

gabahtheras.

14. Unit Pengolahan Hasil (UPH) adalah suatu kelompok usaha yang bergerak di bidang

pascapanen, pengolahan, dan pemasaran hasil pertanian.

15. Good A4:a#w/acj"H.Hg Prtzc/I.ces (GMP) adalah cara pengolahan yang baik untuk

memproduksi suatu produk olahan, mencakup ketentuan/pedoman/prosedur mengenai

lokasi, bangunan, ruang dan sarana pabrik, proses pengolahan, peralatan pengolahan,

penyimpanan dan distribusi produk, kebersihan dan kesehatan pekeq.a, serta

penanganan limbah dan pengelolaan lingkungan.

16. Calon penerima dan calon lokasi (CPCL) adalah calon penerima bantuan/kegiatan

yang akan mendapat fasilitasi pemerintah.

17. Istilah Daerali Tingkat 11 dalam Keputusan Menteri Pertanian Nomor

859/KptsITP.250/11/98 adalah Pemerintahan Tingkat Kabupaten/Kota.

18. Girbc!A Keri.#g Pcz#e# (GKP), gabah yang mengandung kadar air lebih besar dari 18%

tetapi lebih kecil atau sama dengan 25% (.18%<KA<25%), hampa/kotoran lebih besar

dari 6% tetapi lebih kecil atau sana dengan 10% (6%<HK<10%), butir

hijau/mengapur lebih besar dari 7% tetapi lebih kecil atau sama dengan 10%

(7°/o<HKp<10%), butir kuning/rusak maksimal 3% dan butir merah maksimal 3%.

19. Gc}ba* Kerz.#g Si.»7pa# (GKS), adalah gabah yang mengandung kadar air lebih besar

dari 14% tetapi lebih kecil atau sama dengan 18% (14%<KA<18%), kotoran/hampa

lebih besar dari 30/o tetapi lebih kecil atau sama dengan 6% (3%<HK<6°/o), butir

hijau/mengapur lebih besar dari 5°/o tetapi lebih kecil atau sama dengan 7%

(5%<HKp<7%), butir kuning/rusak maksimal 3% dan butir merah maksimal 3%.

20. Gaba/I Kcri.#g Gi./I.#g (GK.G), adalah gabah yang`mengandung kadar air maksimal

14%, kotoranthampa maksimal 3%, butir hijau/mengapur maksimal 5%, butir

kuning/rusak maksimal 3% dan butir merah maksimal 3%.

21. Beras adalah hasil utama yang diperoleh dari proses penggilingan gabah basil tanaman

padi (Oryza sc}jz.va L.) yang seluruh lapisan sekamnya terkelupas dan seluruh atau

sebagian lembaga dan lapisan bekatulnya telah dipisahkan

22. Pe#gg!./I.#gr# pcld!. o#c pcss adalah penggilingan padi yang konfigurasinya terdiri dari

2 unit mesin yaitu mesin pecah kulit (fe#s*er) dan mesin penyosoh ®o/isAer) yang

menyatu/tidak terpisahkan sehingga proses dari gabah langsung keluar menjadi beras

putih/sosoh.

23. Pejtggz./!.#gr# podl. two pczss' adalah penggilingan padi yang konfigurasinya minimal

terdiri dari 2 unit mesin yaitu mesin pecah kulit (fews*er) dan mesin penyosoh

®o/I.sher) yang terpisah melewati dua macam proses yaitu proses pemecahan kulit

gabah (huskering) dari gabah menjadi beras pecah kulit, dilanjutkan dengan proses

penyosohan (polishing) dari beras pecah kulit menjadi beras.

1.3 Tujuan

Tujuan dari penyusunan Pedoman Pengembangan Agroindustri Revitalisasi Penggilingan

Padi ini adalah:

1. Memberikan pedoman operasional tentang pelaksanaan dan penataan usaha

penggilingan padi, huller, penyosohan beras dan penggilingan padi keliling di daerah.

2. Memberikan pedoman operasional dalam pembinaan dan pengembangan revitalisasi

penggilingan padi, huller, penyosohan beras dan penggilingan padi keliling baik dari

segi teknis, administrasi dan manajemen.

3. Menginventarisir, mendata dan memetakan sarana prasarana penggilingan padi yang

ada di seluruh hdonesia.

4. Mengoptimalkan penggilingan padi yang ada dan mendorong peningkatan kinerja

penggilingan padi menjadi efektif dan efisien dalam upaya menghasilkan produk

olahan dengan kuantitas dan kualitas yang baik.

I.4 Sasaran

Sasaran dari pelaksanaan pembinaan revitalisasi penggilingan padi adalah :

1. Terciptanya penataan usaha penggilingan padi, huller, penyosohan beras dan

penggilingan padi keli]ing yang efektif, efisien dan ekonomis sehingga dapat

meningkatkan rendemen dan menghasilkan beras yang berkualitas

2. Terwujudnya usaha penggilingan padi, huller, penyosohan beras yang lebih maju,

berkembang, tangguh, efisien dan mandiri serta profesional.

3. Terwujudnya kemitraan usaha yang sinergis antara gapoktan, penggilingan padi, Bulog

dan pasar bebas.

4

4. Terdatanya sarana prasarana pengSlingan padi yang ada di seluruh Indonesia.

5. Meningkatnya nilai tanbah dan daya saing produk gabahfoeras, memperluas kesempatan

keb a dan berusaha dan meningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani/gapoktan.

6. Meningkatnya aksesibilitas terhadap sumber-sumber pembiayaan baik swasta maupun

pemerintah.

7. Meningkatnya aksesibilitas terhadap pemantauan stok gabah/beras yang ada di

penggilingan padi, pedagang maupun masyarakat di seluruh Indonesia.

I.5 Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dari penyusunan pedoman ini adalal` diterapkannya pedoman

pengembangan agroindustri revitalisasi penggilingan padi oleh stakeholder baik itu aparat

pembina, penyuluh, gapoktan sebagai acuan dalam meningkatkan kinelja penggilingan padi

nasional. Sedangkan indikator keberhasilan kegiatan pembinaan revitalisasi penggilingan

padi ada}ah sebagai berikut :

1. Tumbuhkembangnya usaha penggilingan padi huller, penyosohan beras yang lebih maju,

berkembang, tangguh, efisien dan mandiri serta profesional.

2. Terlaksananya penataan usaha penggilingan padi, huller, penyosohan beras dan

penggilingan padi keliling yang efektif dan efisien.

3. Petani/Gapoktan mampu mengakses sumber-sumber pembiayaan baik swasta maupun

pemerintah.

4. Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan petani/gapoktan.

11. PEMBINAAN REVITALISASI PENGGILINGAN PADI

Pembinaan usaha penggilingan padi, huller, penyosohan beras dan penggilingan padi keliling

dilakukan terkoordinasi baik di pusat maupun di daerah.

2.I Tingkatpusat

1. Menyusun Kebijakan Nasional tentang pembinaan dan pengembangan revitalisasi

penggilingan padi.

2. Melakukan pembinaan terhadap aparat Dinas Pertanian porpinsi, kabupaten/kota dan

usaha penggilingan padi.

3. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan pelayanan perizinan usaha penggilingan padi,

huller, dan penyosohan beras.

4. Memantau dan mengevaluasi keberadaan usaha penggilingan padi, huller, dan

penyosohan beras.

2.2 Tingkat propinsi

1. Mensosialisasikan dan melaksanakan Keputusan Menteri Pertanian Nomor :

859/KptsITP.250/1 l/98 tentang Pedoman Pembinaan Penggilingan Padi, Huller dan

Penyosohan Beras besera Petunjuk Pelaksanaannya. Sosialisasi dimaksudkan untuk

menyamakan persepsi di antara petugas/pejabat/aparat dan pemilik usala terkait tentang

pelaksanaan pembinaan usaha penggilingan padi, huller dan penyosohan beras di daerah.

2. Melakukan pembinaan terhadap petugas Dinas Pertanian kabupaten/kota dan usaha

penggilingan padi, huller, dan penyosohan beras.

3. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan pelayanan perizinan usaha penggilingan padi,

huller, dan penyosohan beras.

4. Memantau dan mengevaluasi kinerja pelaksanaan usaha penggilingan padi, huller, dan

penyosohan beras.

5. Mengkoordinasikan kebijakan Tingkat Pusat Provinsi dan Kabupaten/Kota.

6. Menyusun dan menetapkan petunjuk teknis penyelenggaraan pengelolaan usaha

penggilingan padi, huller, dan penyosohan beras.

7. Membentuk Tim Pembina Usaha Penggilingan Padi, Huller, dan Penyosohan Beras di

tingkat propinsi terdiri dari wakil-wakil Pemda, Dinas Pertanian, Dinas Perindustrian dan

Perdagangan, DOLOG, PERPADI dan instansi lain yang dianggap perlu dan diketuai

oleh Kepala Dinas Pertanian setempat.

2.3 Tingkat Kabupaten/Kota

I. Mensosialisasikan dan melaksanakan Keputusan Menteri Pertanian Nomor :

859/KptsITP.250/11/98 tentang Pedoman Pembinaan Penggilingan Padi, Huller, dan

Penyosohan Beras besera Petunjuk Pelaksanaannya.

2. Melaksanakan pelayanan dan mengeluarkan/menerbitkan perizinan usaha penggilingan

padi, huller, dan penyosohan beras.

6

3. Memantau dan mengevaluasi kinelja usaha penggilingan padi, huller, dan penyosohan

beras.

4. Membentuk Tim Pelaksana Pembinaan dan Penerbitan Penggilingan Padi, Huller dan

Penyosohan Beras di tingkat kabupaten/kota yang terdiri dari wakil-wakil Pemda, Dinas

Pertanian, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, DOLOG, PERPADI dan instansi lain

yang dianggap perlu dan diketuai oleh Kepala Difias Pertanian setempat.

5. Melaksanakan bimbingan teknis, administrasi dan manajemen operasional perusahaan.

Ill. pEMBERDAyAAN KELHrmAGAAN GApoRTAN

3.1. Penumbuhan dan pengembflngan Gapoktan

Penumbuhkembangan gapoktan diartikan sebagai upaya meningkatkan kemampuan

gapoktan dalam menjalankan dan mengembangkan usaha secara mandiri dan

berkelanjutan. Dalam rangka mendorong penumbuhan UPH di pedesaan, Direktorat

Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian memfasilitasi teknolotl dan bantuan

sarana (alsin pengolahan). Adapun syarat~syarat yang harus diperhatikan dalam

memberikan fasilitasi kepada Gapoktan sebagai berikut :

1. Bila di lokasi terpilih belum terbentuk kelembagaan tani, maka Dinas Pertanian

Kabupaten/Kota perlu menjembatani sekaligus menjadi fasilitator dan mediator untuk

mendorong petani membentuk poktan dan gapoktan.

2. Apabila terdapat beberapa Gapoktan, maka dipilih satu atau dua yang terbaik

berdasarkan seleksi dari Tim Teknis.

3.2. Pengorganisasian Gapoktan

Organisasi Gapoktan merupakan organisasi yang berorientasi bisnis sehingga

pengembangan Gapoktan diarahkan untuk memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Gapoktan memiliki struktur organisasi yang lengkap dengan uraian tugas dan fungsi

secarajelas dan disepakati semua anggota.

2. Pengurus dipilih secara demokratis, bertanggung jawab kepada anggota, dan

pertanggung jawaban disampaikan dalam rapat gapoktan yang dilakukan secara

periodik.

3. Mekanisme dan tata hubungan kerja antar anggota disusun secara partisipatif.

4. Proses pengambilan keputusan, dilakukan secara musyawarah dan dituangkan dalam

berita acara atau risalah rapat yang ditandatangani oleh pengurus dan diketahui oleh

unsur pembina atau instansi terkait.

5. Anggota melakukan pengawasan terhadap pengembangan usaha Gapoktan.

6. Gapoktan membangun kerjasama kemitraan dengan pihak terkait.

7. Pengembangan Gapoktan diarahkan menuju terbangunnya lembaga ekonomi seperti

koperasi atau unit usaha berbadan hukum lainnya.

8. Kepemilikan alat dan sarana pengolahan adalah milik gapoktan (bukan milik

perorangan) dan dioperasionalkan oleh gapoktan.

3.3. Kriteria Gapoktan penerima sarana pengolahan

Kriteria Gapoktan penerima sarana penggilingan padi adalah :

1. Berusaha di bidang penggilingan padi.

2. Mempunyai aturan organisasi disepakati oleh seluruh anggota.

3. Memiliki dhna operasional cukup dan manajemen usaha yang baik serta adanya

pencatatan usaha secara teratur.

4. Mempunyai sumber daya manusia (pengelola dan operator) yang memadai dan

terampil.

5. Mempunyai pengurus aktif minimal Ketua, Sekretaris dan Bendahara

6. Mempunyai potensi dan prospek pasar yangjelas.

7. Mempunyai proposal kegiatan dan rencana penggunaan anggaran untuk

mengembangkan agroindustri .

8. Lolos seleksi dan disetujui oleh tim teknis Dinas Pertanian Provinsi.

9. Bersedia mengikuti petunjuk/pembinaan dari Dinas Pertanian.

3.4. Seleksi Gapoktan penerima Bantuan sarana pengolahan

Seleksi gapoktan yang akan diusulkan sebagai calon penerima dana TP dilakukan

oleh Tim Teknis yang terdiri dari unsur propinsi dan kabupaten/kota berdasarkan pada

kriteria potensi dan usulan proposal. Hasil dari proses seleksi ini adalah penetapan

gapoktan penerima dana TP. Kemudian gapoktan tersebut mengusulkan RUKK (Rencana

Usulan Kegiatan Kelompok) ke Dinas Kabupaten/Kota dan diteruskan ke Dinas Provinsi

(tim teknis), kemudian tim teknis menilai kelayakan RUKK tersebut. RUKK merupakan

rinician usulan kegiatan kelompok yang berisi komponen bahan/material atau konstruksi

(peralatan dan mesin) yang disusun melalui musyawarah kelompok yang nantinya dipakai

sebagai dasar pencairan dana TP. Peran pendampingan perlu dilakukan oleh Tim Teknis

untuk mendampingi/membina gapoktan dalam melaksanakan dana TP. Mekanisme seleksi

pemilihan gapoktan dapat dilihat pada Gambar 1.

9

PENCAIRANDANA

5

Gambar 1. Mekanisme seleksi Gapoktan penerima bantuan sarana

Keterangan Gambar:

1. Dinas Provinsi membentuk tim teknis yang terdiri dari unsur Provinsi dan atau

kabupateMCota. .2. Tim Teknis melakukan pendampingan gapoktan dalam pelaksanaan dana bansos Tugas

Pembantuan3. Tim teknis melakukan verifikasi (CP/CL) dan menetapkan gapoktan yang akan diusulkan

sebagai calon penerima dana bansos TP4. Gapoktan mengusulkan RUKK (Rencana Usulan Kegiatan Kelompok) ke Tim Teknis

untuk dinilai kelayakannya.

5. Tim Teknis menyetujui RUKK yang diusulkan gapoktan untuk diproses pencairan danaTP setelah disetujui oleh KPA.

10

IV. RUANG LINGKUP PENGEMBANGAN REVITALISASI PENGGILINGAN PADI

Revitalisasi Penggilingan Padi harus dilakukan secara komprehensif meliputi 3 aspek yaitu

teknologi, kelembagaan dan pembiayaan.

4.1. Revitalisasi Teknologi

Revitalisasi teknologi dilakukan dengan menambah peralatan, mengganti

peralatan yang rusak agar dapat berfungsi kembali atau memfasilitasi unit penggilingan

padi yang baru serta meningkatkan kegiatan penelitian atau pengkajian khususnya dalam

rangka penciptaan inovasi teknologi alsintan dan produk olahan. Re`Jjtalisasi teinologi

clan meningkatkan rendemen, meringkatkan mutuAcualitas beras sehingga dapat

meningkatkan nilai tambah dan daya saing yang pada akhimya dapat meningkatkan

pendapatan dan kesejahteraan petani/gapoktan serta pengelola penggilingan padi.

Berdasarkan anjuran dari Persatuen Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia

Q'ERPADI),revitalisasiteknologidapatdilakukanmel`alui:

a. Perbaikan/penyempurnaan konfigurasi mesin penggilingan padi

Konfigurasi mesin penggilingan padi akan mempengaruhi rendemen dan tingkat

kehilangan hasil serta kualitas beras yang dihasilkan. 0leh karenanya, maka

konfigurasi penggilingan padi harus memenuhi standar teknis. Pada umumnya

konfigurasi penggilingan padi terutama penggilingan padi kecil (PPK) yang

jumlahnya mencapai lebih dari 65 % dari keseluruhan industri penggilingan padi di

Indonesia saat ini adalah konfigurasi yang sederhana yaitu : Hwskcr rH/ -Po/I.sfaer

/PJ. Konfigurasi ini disebut dengan konfigurasi penggilingan padi o#e pass dan

biasanya akan menghasilkan rendemen yang rendah (< 60 %) dan tingkat broken

yang cukup tinggi (> 25 %). Terdapat beberapa konfigurasi mesin penggilingan padi

yang dianjurkan dan dapat diterapkan dalam proses penggilingan padi, terutama

penggilingan padi kecil yang menjadi sasaran utama dalam program revitalisasi

adalah sebagai berikut :

I. Husker (H) -Separator (S) -Polisher (P)

2. Cleaner (C) -Husker (H) -Separator (S) -Polisher (P)

3. Konfigurasi lainnya yang lebih komplek yaitu dengan penambahan mesin

pengabut, blower, pemisah batu, pemisah wama dan elevator.

11

Rendemen dan kualitas beras giling yang dihasilkan oleh konfigurasi C-H-S-P

lebih tinggi dibandingkan konfigurasi H - P dengan perbedaan komponen

konfigurasi paddy c/ea#cr (pembersih gabah) dan sep¢ra/or (pemisah beras pecah

kulit dengan gabah tidak terkupas). Peningkatan ini dapat dicapai antara lain

karena bahan baku gabah yang digiling lebih bersih dengan digunakannya pczddy

c/ea#er. Hasil uji yang dilakukan oleh Balai Besar Peneltian dan Pengembangan

Mekanisasi Pertanian menunjukkan bahwa dengan penambahan separator pada

konfigurasi H - P terdapat peningkatan rendemen sebesar 0,9%, dan penambahan

alsin pembersih gabah @4ddy c/ea#er) dan separator pada konfigurasi H - P

terdapat peningkatan rendemen sebesar i,9%. Apabila konfigurasi sederhana

yang umumnya dimiliki oleh PPK yang jumlahnya mencapai lebih dari 65 % dari

keseluruhan industri penggilingan padi di hdonesia, disempumakan dari fJus*er-

Polisher mania;di Cleaner(C) - Husker (H) - Polisher (P) atan Cleaner (C) ~

Husker (H) -Separator (S) -Polisher (P), maka. dengan pehingkaLfan rendemen

beras 0.9 % -I,9% secara kuantitatif dapat diamankan sekitar 450.000 -950.000

ton beras. Peningkatan ini tentu lebih besar lagi, jika dibandingkan dengan rata-

rata rendemen yang dihasilkan pada PPK di Pulau Jawa lainnya, yaitu hanya 60 -

61%. Beberapa jenis cleaner yang dapat digunakan untuk membersihkan gabah

disajikan pada gambar 2.

12

Gambar 2. Alat pembersih gabah (Paddy cleaner) sederhana

Separator sederhana untuk memisahkan beras pecah kulit dan gabah yang tidak

memerlukan tenaga penggerak sesuai untuk PPK disajikan pada gambar 2.

Gambar 3. Alat pemisah beras pecah kulit dengan gabah tidak terkupas

(separator) sederhana (manual)

Analisa Statistik Uji T terhadap rendemen dan kualitas beras menunjukkan

perbedaan yang nyata antara konfigurasi sederhana (H-P) dengan konfigurasi

lengkap (H-S-P dan C-H-S-P), pada.tingkat kepercayaan untuk rendemen 95 %

dan 80 % untuk kualitas beras.

13

Untuk menambah kapasitas kerja, jumlah husker dan polisher dapat ditambah.

Penambahan polisher disamping menambah kapasitas kerja dapat dimanfaatkan

untuk meningkatkan rendemen dan kualitas beras melalui proses penyosohan

secara bertingkatfoertahap. Semakin banyak dilakukan penyosohan, kualitas dan

rendemen beras yang dihasilkan akan semakin meningkat.

b. Perbaikan/penyempurnaan proses/cara kerja

1. Proses pengupasan kulit gabah (##stcri."gproccsscdJ

a) Prinsip kelja dari mesin pemecah kulit @czddy feiA§kerJ adalah berfungsi

mengupas kulit gabah (sekam) untuk menghasilkan Beras Pecah Kulit (Beras

PK). 0leh karena itu harus diupayakan agar bahan yang masuk ke mesin

husker adalah gabah yang belum terkupas kulitnya dan disarankan gabah

yang sudah menjadi beras pecah kulit dimasukkan/diproses lagi ke mesin

pengupas kulit gabah (husker).

b) Pada proses pengupasan kulit gabah, tekanan roll karet pada husker perlu

dikurangi `untuk mengurangi resiko beras patah sehingga jumlah gabah tidak

terkupas mencapai sekitar 3040 % dan gabah yang terkupas (beras pecah

kulit) sekitar 60 - 70 %. Proses pengupasan kulit gabah yang menghasilkan

beras pecah kulit lebih dari 70 % atau menghasilkan gabah tidak terkupas

lebih kecil 30 % akan mengakibatkan beras menjadi retak atau patah. Proses

pengupasan kulit gabah yang ideal apabila menghasilkan gabah tidak terkupas

sebesar sekirar 40 % dan gabah yang terkupas sebesar sekitar 60 %.

c) Gabah yang tidak terkupas kemudian dipisahkan oleh ayakan (separator) dari

gabah yang sudah terkupas (beras pecah kulit). Proses pemisahan gabah yang

terkupas (beras pecah kulit) dengan gabah yang belum tekupas sangat penting

untuk mengurangi resiko beras menjadi retak atau patah pada proses

berikutnya. Untuk maksud tersebut perlu adanya pemisahan antara gabah

yang sudah terkupas (beras pecah kulit) dengan gabah yang tidak terkupas

dengan menggunakan ayakan (separator). Setelah dilakukan pemisahan, maka

gabah yang belum terkupas dilakukan proses pemecahan kulit ulang,

sedangkan gabah yang sudah terkupas (beras pecah kulit) dilakukan proses

selanjutnya yaitu penyosohan beras (polishing).

14

d) Hasil proses pengupasan kulit gabah tahap akhir berupa beras pecah kulit dan

sekam dengan perbandingan sekitar 80% (Beras Pecah Kulit) dan 20%

(sekam).

2. Proses penyoschi\n (Whitening processed)

Tujuan utama dari proses penyosohan beras adalah merubah wama beras pecah

kulit (berivama kuning kecoklatan) dan menghilangkan kotoran yang masih ada

pada Beras Pecah Kulit menjadi beras siap konsumsi/siap dijual ke konsumen

(berwama putih). Untuk menghasilkan beras siap konsumsi dengan berbagai

tingkat mutu/kualitas maka dianj.urkan minimal menggunakan 2 (dua) mesin

polisher. Penggunaan mesin polisher ke-3 bertujuan untuk menghasilkan beras

miitu super karena sudah dilakukan proses pengkabutan menggunakan shinning-

machine atau water polish.

Proses penyosohan beras dilakukan melalui tahap sebagai berikut :

a) Bahan yang dimasukkan ke dalam mesin penyosoh 6o/!.a/I mac/7!.#e/po/I.sfoerJ

adalah Beras Pecah Kulit mumi hasil proses pecah kulit setelah pengayakan

dilakukan dengan sempuma.

b) Proses penyosohan beras dengan mesin polisher dilakukan secara bertahap

antara I sampai dengan 3 kali pengulangan tergantung kualitas beras yang

ingin dihasilkan (Kls-3, K.Is-2 atau Kls-I)

c) .Seperti pada proses pecah kulit, untuk menghasilkan kadar beras broken

menjadi seminimal mungkin maka pada proses penyosohan I.uga perlu

dilakukan pengaturan j.arak renggang antara milling dan screen /mz.//j.7}g

aJj./s/er/ pada mesin polisher yaitu jarak renggang antara milling dan screen,

dalam proses ini I.uga perlu dilakukan uji coba terlebih dahulu sampai

menghasilkan mutu beras seperti yang diiinginkan. Jika pengaturannya tepat,

maka penyosohan pertama (tahap I) akan menghasilkan beras kualitas-3 (K]s-

3) dengan kadar broken yang rendah sekitar 1 - 2% .

d) Selanjutnya beras yang telah disosoh pada tahap I diproses ulang pada mesin

polisher ke-2 dengan peiigaturan jarak renggang (milling adjuster) sedikit

lebih tinggi. Hal ini untuk menghasilkan beras yang lebih putih dibandingkan

beras hasil penyosohan pada tahap-I. Beras yang dihasilkan pada proses

penyosohan tahap kedua bisa digolongkan beras Kls-2 dengan kadar broken

sekitar 3 -5 °/o.

15

e) Pada proses penyosohan tahap-3 (mesin polisher ke-3) dilakukan pengaturan

jarak renggang antara milling dan screen sedikit lebih rendah tekanannya

dibandingkan tekanan pada mesin polisher ke-2, sehingga beras yang

dihasilkan dapat digolongkan beras Kls-1 dengan kadar broken sekitar 2 -3%

wamanya lebih putih dan lebih bersih dibandingkan beras Kls-2.

3. Proses pemolesan (shining processed)

a) Proses pemolesan menggunakan mesin pemoles (shinning machine) atau

lebih dikenal dengan istilah kebl. atau adajuga yang menyebut waferpo/I.s/I

bertujuan untuk menjadikan beras nampak lebih putih dan bening seolah-olah

seperti kristal.

b) Prinsip kerja dari water polish adalah teknik penyemprotan air menggunakan

tekanan tinggi yang didorong oleh tekanan angin dari mesin kompressor

(sama yang digunakan dalam pencucian mobil/motor), sehingga semprotan

air bisa diatur sesuai kebutuhan

c) .Dalam proses pemolesan untuk beras, maka semprotan air harus diatur agar

betul-betul sudah menyerupai kabut halus, sebab jika semprotan air belum

menye"pat kabyut sebaiknyaljangan disemprotkan ke beras yang sedang

dz.soso/! karena bisa menyebabkan :

• Proses pengkabutan di dalam mesin polisher tidak merata, akibatnya air

akan merasuk (penetrasi) ke beras bagian dalam.

• Jika kadar air beras terlalu tinggi maka akan menurunkan kualitas beras

(wama beras cepat kusamfouluk dan beras tidak tahan lama).

Semprotan air yang belum menyerupai kabut akan menyebabkan penggumpalan

beras yang sedang dipoles di dalam mesin polisher dan bisa mengakibatkan mesin

macet dan berhenti bekerja.

c. Penggantian beberapa komponen mesin (isi dalam polisher)

Penggantian beberapa komponen mesin yang mutunya lebih baik akan meningkatkan

rendemen dan menurunkan tingkat kepatahan beras. Penggantian tersebut dapat

dilakukan dengan mengganti isi dalam dari polisher yajtu milling dan spiral yang

dibuat dengan stainless steal dan saringan yang mempunyai permukaan kasar diganti

dengan yang lebih halus

16

Gambar 4. Milling, spiral dan saringan yang dibuat daro stainless steal

Alur proses penggilingan padi yang sesuai dengan konsep revitalisasi teknologi

dapat digambarkan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5 .

Gambar 5. Alur Proses Penggilingan Padi Yang Sesuai Dengaii Konsep Revitalisasi Teknologi

17

Penerai}an GMP `

Revitalisasi Teknologi Penggilingan Padi juga mencakup penerapan GMP (Good

"cr7it{rcrctwr!.#g Prcrcft.ces), mengacu pada Peraturan Menteri Pertanian Nomor :

35mermentan/OT.140/7/2008 tentang Persyaratan dan penerapan Cara Pengolahan Hasil

Pertanian Asal Tumbuhan Yang baik. Dengan penerapan GMP diharapkan menghasilkan

produk pangan yang bermutu, layak dikonsumsi dan aman bagi kesehatan. Ruang lingkup

GMP meliputi :

I. Lokasi

Lokasi dimana bangunan atau tempat proses pengolahan dilakukan harus memenuhi

syarat :

> Bebas dari pencemaran, semak belukar dan genangan air

> Padatempat yang layak

> Tersedianya sarana dan prasarana penunjang yang memadai misalnya jalan, akses

pasar, sumber air bersih dan saluran pembuangan air yang baik

2. Bangunan UPH

> Tata letak ruang produksi dirancang cukup luas dan mudah dibersihkan

> Lantai dibuat dari bahan kedap air, rata, halus, tidak licin dan mudah dibersihkan

> Dinding dibuat dari bahan kedap air, rata, halus, berwama terang, tahan lama,

tidak mudah mengelupas, kuat dan mudah dibersihkan

> Sudut lantai bangunan bagian dalam dibuat tidak siku (melengkung) sehingga

mudah dibersihkan

> Langit-langit didesain dengan baik untuk mencegah penumpukan debu,

tumbuhnya jamur, pengelupasan, bersarangnya hama, tahan lama dan mudah

dibersihkan

> Pintu dibuat dari bahan yang keras dan tahan lama, permukaan halus, licin, rata,

wama terang, mudah dibersihkan/desinfeksi, membuka ke arah luar dan mudah

dibuka dan dapat ditutup dengan baik

> Jende]a

a. Bahan kuat, keras dan tahan lama

b. Permukaan halus, rata, terang, mudah dibersihkan/ desinfeksi

c. Luas harus sesuai dengan besar bangunan

d. Minimal I in dari permukaan lantai

18

e. Harus mencegah akumulasi debu, dilengka.pi kasa pencegah serangga, tikus

dan lain-lain yang mudah dibersihkan

> Ventilasi cukup nyaman dan menjamin sirkulasi udara dengan baik

> Kelengkapan ruang keu.a

a. Cukup mendapat cahaya, terang sesuai dengan keperluan sehingga karyawan

dapat mengerjakan tugasnya dengan teliti

b. Di ruang produksi seharusnya ada tempat untuk mencuci tangan dilengkapi

dengan sabun dan pengeringnya

c. Di ruang produksi harus tersedia perlengkapan PPPK

> Tempat penyimpanan (gudang)

a. Tempat penyimpanan bahan basah, bahan kering dan produk akhir hauns

terpisah

b. Tempat penyimpanan harus mudah dibersihkan dan bebas dari hama/mikroba

c. Tempat penyimpanan produk akhir harus kering

3. Fasilitas Sanitasi

> Sarana air bersih yang memadai :

a. Sumber air yang cukup dan bersih (tidak berwama dan tidak berbau)

b. Pipa saluran air harus aman dan higienis

c. Tempat persediaan air harus mampu menampung persediaan yang memadai

> Sarana pembuangan harus dilengkapi dengan :

a. Saluran dan tempat pembuangan untuk bahan (padat, cair, gas)

b. Pengolahan buangan

c. Saluran pembuangan untuk buangan terolah

> Saranatoilet

a. Letak toilet tidak boleh terbuka langsung ke ruang produksi/ ruang pengolahan

b. Dilengkapi dengan tempat cuci taiigan

> Peringatan-peringatan kebersihan/ saniter

Harus ditempel di tempat-tempat yang mudah dilihat, untuk mengingatkan setiap

pekerja. Misalnya : cuci tangan dengan sabun setelah keluar dari toilet, gunakan

sarung tangan selama menjalankan proses produksi dan tidak boleh meludah di

lantai.

4. Gudang

> Gudang/ tempat penyimpanan harus bebas dari hewan dan serangga

> Sirkulasi udara pada gudang tempat penyimpanan harus baik.

19

> Suhu dan kelembaban harus disesuaikan dengan kondisi penyimpanan yang baik

bagi komoditas yang disimpan.

> Harus dibersihkan secara periodik (sebelum dan sesudah barang dimasukkan)

5. Mesin dan Peralatan

> Mesin

a. Tata letak mesin-mesin yang digunakan harus diatur sesuai dengan proses

produksi.

b. Mesin-mesin yang digunakan harus dapat menjamin keselamatan dan

kesehatan kerja karyawan serta tidak menimbulkan pencemaran/ kontaminasi

pada produk yang dihasilkan.

> Peralatan produksi dan sarana ken.a lainnya.

a. Alat yang digunakan hams memenuhi syarat teknis, tidak mudah rusak,

terkelupas atau korosif, tahan lama dan persyaratan higienis (mudah

dibersihkan), tidak mencemari produk yang diolah.

a. Permukaan yang bersentuhan dengan bahan olahan kedelai harus halus, rata,

tidak berlubang, tidak mengelupas, tidak berkarat dan tidak menyerap air dan

terbuat dari sfaj.#/css sfcc/

c. Alat-alat berbahaya harus diberi tanda

d. Tempat sampah harus dirancang dan ditempatkan pada tempat terpisah untuk

mencegah kontaminasi

6. Peme]iharaan Bangunan UPH dan Sarana Kerja

> Bangunan dan fasilitasi peralatan selalu terawat dengan sanitasi yang baik

> UPH dan produk yang dihasilkan bebas dari hama penyakit

> Penanganan limbah dilakukan dengan baik

> Prosedur pemeliharaan dan sanitasi selalu dimonitor

7. Proses Produksi

> Penyiapan Bahan

a. Bebas dari cemaran hama/ penyakit, pestisida dan kotoran

b. Diproduksi dengan cara yang balk dan higienis serta berasal dari produk

pertanian yang sehat

c. Memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan

d. Penanganan pencucian, pembersihan, pemeliharaan saniter harus efektif

e. Bahan baku untuk diproses harus dipisahkan tempatnya dengan bahan lain

yang berbahaya

20

> Proses pengolahan

Kualitas produk olahan yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh kondisi bahan

baku yang akan digunakan dan proses pengolahan yang dilakukan.

8. Pengemasan

Tujuan pengemasan antara lain untuk perlindungan bahan pangan, aspek

penanganan, aspek pemasaran, dan pemberian label/brc}#di.Hg.

Syaratsyarat pengemasan :

> Mampu melindungi produk selama penanganan transportasi dan penumpukan.

> Tidak mengandung bahan kimia berbahaya.

> Memenuhi permintaan pasar baik bentuk, ukuran dan berat.

> Bahan pengemas kuat dan kedap udara.

> Mempermudah penjualan eceran

4.2. Revitalisasi Kelembagaan dan Manajemen usaha

Revitalisasi kelembagaan dan manajemen usaha akan menjadikan kelembagaan

gapoktan yang sehat, mandiri dan professional serta mempunyai legalitas secara

hukum. Revitalisasi kelembagaan dan manajemen usaha dilakukan dengan cara:

1. Peningkatan keterampilan di bidang teknis, kewirausahaan kemitraan usaha dan

manajemen usaha seperti melakukan pencatatan usaha sederhana secara kontinu.

2. Menjadikan gapoktan atau usaha penggilingan padi menjadi badan hukum karena

gapoktan atau usaha penggilingan padi tersebut harus memiliki legalitas hukum yang

disahkan melalui akta notaris.

3. Menjadikan usaha penggilingan padi sebagai usaha yang dikelola oleh Gapoktan atau

menjadi mitra Gapoktan sehingga mampu menjadi wahana peningkatan

kesejahteraan petani.

4. Gapoktanperusahaan Penggilingan padi melakukan kerjasama kemitraan dengan

lembagapro//c!b/e lain dengan asas saling menguntungkan.

Penataan Usaha Penggilingan Padi merupakan bagian dari langkah kongkrit dari

revitalisasi kelembagaan dan manajemen usaha. Penataan Usaha diperuntukkan

untuk Penggilingan Padi Statis dan Penggilingan Padi Keliling.

• Penggilingan padi statis

Ketentuan Penataan Usaha Penqfililigan Padi Statis

21

I. Penataan usaha penggilingan padi adalali dalam rangka meningkatkan fungsi dan

peran penggilingan padi, huller, dan penyosohan beras sebagai stakeholeder

agribisnis dan agen pertumbuhan ekonomi wilaych.

2. Dalam rangka mendorong fungsi dan peran tersebut, maka setiap usaha penggilingan

padi wajib mendaftarkan atau memiliki izin Usaha Penggilingan Padi yang berlaku

untuk masa 5 (lima) tahun dan dapat dipexpanjang atau diperbaharui. Jangka waktu

izin usaha disesuaikan dengan Peraturan Daerah masing masing.

3. Usaha skala besar wajib memiliki izin usaha, sedangkan usaha skala kecil wajfo

mendaffarkan usahanya.

4. Izin berdirinya Penggilingan Padi, Huller, dan Penyosohan Beras perlu

mempertimbangkan kelestarian dan keamanan lingkungan, adat istiadat setempat,

memhatikan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR), luas lalian, musim panen, jumlah

produksi, kapasitas peralatan penggilingan padi, dan jumlah penggilingan padi yang

sudah ada di wilayah tersebut sehingga kinerja penggilingan padi, huller dan

penyosohan beras menjadi efektif dan efisien.

Pelaksanaan Penataan Usaha Pengrilincan Padi Statis

1. Pelaksanaan penataan usaha penggilingan padi, huller, dan penyosohan beras

memperhatikan Rencana Umum Tata Ruang wilayah.

2. Pemberian izin usaha Penggilingan Padi, Huller, dan Penyosohan Beras merupakan

bentuk penataan usaha sehingga kegiatan usaha penggilingan padi, huller,

penyosohan beras dan Penggilingan Padi Kecil Keliling memiliki kinerja yang baik,

efektif dan efisien serta mandiri.

3. Pemberian izin penggilingan padi, huller, dan penyosohan beras dilakukan Kepala

Dinas Pertanian Kabupaten/Kota atas nama Bupati/Walikota setempat.

4. Izin usaha penggilingan padi, hul]er penyosohan beras dan Penggilingan Padi Kecil

Keliling diberikan kepada petaniltelompok tani/gabungan kelompok tani (Gapoktan)

dan atau koperasi dan atau pelaku usaha perorangan.

5. Perlnohonan pendyftaran dan izin penggilingan padi, huller, dan penyosohan beras

ditujukan kepada Kepala Dinas Pertanian kabupaten/kota setempat yang dilengkapi

dengan :

a. Surat Izin Tempat Usaha (SITU) dan izin berdasarkan Undang-Undang Gangguan

yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah setempat.

22

b. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) yang dikeluarkan oleh instansi yang

berwenang setempat.

c. Akta pendirian usaha dari Notaris tentang Badan Hukum perusahaan tersebut dan

pengesahan akta pendirian perusahaan dari Menteri Kehakiman Republik

Indonesia atau Surat Pengesahan Badan Hukum untuk BadanHukum Koperasi.

d. Daftar isian/formulir isian yang terdiri dari :

• Daftar yang berisi informasi usaha

• Denah bangunan dan tata letak peralatan, kecuali penggilingan padi bergerak.

6. Faktor-faktor teknis yang menjadi pertimbangan dalam pendirian usaha penggilingan

padi dan atau huller dan atau penyosohan beras meliputi luas lahan, jumlah musim

panen, jumlah produksi, jumlah usaha penggilingan padi dan atau huller dan atau

penyosohan beras dan kapasitas peralatan usaha yang sudah tersedia di wilayah

tersebut.

7. Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten/Kota sebelum memberikan Izin

Penggilingan Padi atau Tanda Daftar Penggilingan Padi, harus terlebih dahulu

memperhatikan persyaratan teknis tersebut.

8. Permohonan Izin Penggilingan Padi atau Tanda Da far Penggilingan Padi dapat

ditolak apabila :

a. Tidak memenuhi persyaratan teknis yang telah ditetapkan.

b. Tidak sesuai dengan kebijaksanaan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) daerah

setempat.

9. Usaha yang akan melakukan perubahan-perubahan atau peralihan hak dan atau

kepemilikan usaha, wajib melaporkan, secara tertulis kepada pemberi izin dengan

dilengkapi alasan-alasan dan hal-hal yang akan dilakukan perubahan dan atau

pengalihan serta akta notaris tentang pengalihan hak tersebut.

10. Kepala Dinas Pertanian kabupaten/kota setempat setelah menerima surat

permohonan surat izin secara lengkap, dalam jangka waktu selambat-lambatnya 14

(empat belas) hari kerja harus dapat memberi jawaban diterima atau ditolak

permohonan izin penggilingan padi, huller, dan penyosohan beras.

• Penggilingan padi Keliling

Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 859/KptsITP.250/I I/98

tentang Pedoman Pembinaan Perusahaan Penggilingan Padi, Huller dan Penyosohan

Beras yang pada salah satu bab pengurusan izin usaha menyebutkan bahwa

23

permohonan izin usaha harus dilengkapi dengan Surat Izin Tempat Usaha (SITU),

Surat Izin Usaha Perdagangan(SIUP), dan menSsi formulir isian. Berdasarkan hal

tersebut diatas maka usaha penggilingan padi merupakan usaha yang beralamat jelas

dan tidak berpindah-pindah. Namun demihian, temyata terjadi perkembangan pada

model usaha penggilingan padi. Model penggilingan padi tidak hanya penggilingan

padi statis saja, namun juga mulai tumbuh dan berkembang penggilingan padi keliling.

Seiring dengan perkembangan tersebut, maka pemerintah daerah kabupatenckota perlu

mengeluarkan kebijakan baru untuk mengatur, mengembangkan, dan mengoptimalkan

fungsi-fungsi penggilingan padi yang ada, baik besar, kecil, maupun keliling.

Ketentuan Penataan Usaha Pengrilingan Padi Keliling

1. Penataan usaha penggilingan padi keliling adalali dalan rangka meningkatkan fungsi dan

peran penggilingan padi keliling sebagai stakeholeder agribisnis dan agen pertumbuhan

ekonomi wilayah.

2. Dalam rangka mendorong fungsi dan peran tersebut, maka setiap usaha penggilingan padi

keliling wajib mendaftaritan atau memiliki izin Usaha Pengctlingan Padi Keliling yang

berlaku untuk masa 5 (lima) tahun sesual dengan peraturan daerah masing-masing. Izin

usaha penggilingan padi keliling dapat diperpapjang atau diperi>aharui. Jangka waktu izin

usaha disesuaikan dengan Peraturan Daerah masing masing.

3. Penggilingan padi keliling wajib mendaftarkan usahanya.

4. Dalam mengelola dan mengatur usaha penggilingan padi keliling agar tidalc te[jadi

singgungan dengan penggilingan padi statis, terdapat beberapa faktor yang harus

dipertimbangkan, faktor tersebut adalah:

a. Jumlali penggilingan padi, huller dan penyosoh beras yang menetap yang berdampak

pada kapasitas penyerapan Gabah Kering Giling pada suatu wilayah.

b. Jika penggilingan padi, huller dan penyosoh beras yang menetap pada suatu wilayah

sudah lebih dari cukup maka penggilingan padi keliling dilarang beroperasional pada

wilayah tersebut.

c. Pergerakan penggilingan padi keliling dibatasi operasionalnya pada wilayah yang

masih kurang penggilingan padi yang menetap dan jarak antara lahan dan

penggilingan padi yang menetap relatifjauh.

d. Penggilingan padi keliling diharapkan berupaya memperbaiki standar mutu beras

yang dihasilkan dengan menerapkan pedoman dan aturan yang ada.

24

e. Penggilingan padi keliling wajib memperhatikan aspek teknis yaitu peralatan yang

digunckan dan cara kerja yang harus mendukung upaya-upaya menekan kehilangan

basil, mehingkatkan rendemen, dan meningkatkan mutu beras giling.

4.3. Revitalisasi pembiayaan

Revitalisasi dilakukan dengan memudahkan akses gapoktan atau usaha

penggilingan padi kepada sumber-sumber pembiayaan serta mempunyai avails

(penjamin) yang diharapkan akan menjadi sumber pembiayaan. Saat ini Ditjen PPIIP

mempunyai pro.gram insentif teknologi dan pembiayaan yang dikenal dengan pola n4/o j.#

o#e dimana kelompok tani/gapoktan sebagai plasma bekerjasama perusahaan inti sebagai

mitra usaha dan avalis. Revitalisasi Pembiayaan dilakukan melalui :

1. Penyediaan skim perkreditan dengan kemudahan proses administrasi di lembaga

perbankan atau lembaga pembiayaan lainnya.

2. Memperluas skim baru yang lebih mudah.

3. Menumbuhkan kelembagaan ekonomi mikro di pedesaan.

4. Melakukan koordinasi dengan instansi di pusat dan di daei.ah untuk mempermudah

petani dalam mengakses sumber pembiayaan koperasi termasuk skim pembiayaan

yang sudah ada.

5. Menumbuhkan kembali koperasi khusus di bidang pertanian

6. Mendorong kemitraan usaha dengan jaminan pembiayaan.

7. Melakukan akses dengan sumber sumber modal/pembiayaan lainnya.

25

V. PELAPORAN

5.I. Materi pelaporan

Dalam rangka penataan, pembinaan, pengembangan usaha penggilingan padi, huller

penyosohan beras dan Penggilingan Padi Kecil Keliling, maka setiap penggilingan padi, huller,

penyosohan beras dan penggilingan padi keliling yang telah mendapat Izin Penggilingan Padi

wajib melaporkan perkembangan usahanya kepada instansi pemberi izin.

Materi laporan gapoktan penggilingan padi meliputi :

1. Jenis/tipe, umur alat/mesin, dan kondisi peralatan,

2. Jumlah jam kerja per hari, jumlah hari kerja per hari, jumlah hari kerja per semester (enam

bulan),

3. Kapasitas peralatan,

4. Rendemenhasilgiling. `

5. Jumlah produksi harian, mingguan, bulanan dan tahunan

6. Stok beras yang tersedia dan yang dipasarkan

Materi Laporan Dinas Pertanian Kabupaten/Kota :

1. Jumlah unit, kondisi peralatan, kapasitas alat dan k]asifikasi usaha,

2. Rendemen hasil giling

3. Produksi beras giling dari usahaan penggilingan padi dan atau huller dan atau penyosohan

beras per kecamatan di wilayahnya baik yang sudah memiliki maupun yang belum memiliki

Izin

4. Jumlah beras yang dipasarkan dan wilayah pemasarannya.

5. Stok beras per kecamatan di tingkat Kabupaten/Kota

Materi Laporan Dinas Pertanian Provinsi :

1. Jumlah unit, kondisi peralatan, kapasitas alat dan klasifikasi usaha,

2. Rendemen hasil giling dan produksi beras giling dari perusahaan penggilingan padi per

kabupateM(ota di wilayahnya baik yang sudah memiljki maupun yang belum memiliki Izin

Penggilingan PadiITanda Daftar Penggilingan Padi.

3. Jumlah beras yang dipasarkan dan wilayah pemasarannya.

4. Stok beras per kabupaten/kota di tingkat Provinsi

26

5.2. Mekanisme pelaporan

Mekanisme pelaporan penataan, pembinaan dan pengembangan revitalisasi usaha

penggilingan padi, huller, penyosohan beras dan penggilingan padi keliling adalah sebagai

berikut :

1. Setiap usaha yang telah mendapat izin usaha dan tanda daftar usaha penggilingan padi

wajib menyampaikan laporan perkembangan usaha penggilingan padi, huller dan

penyosohan beras dan penggilingan padi keliling kepada Dinas Pertanian Kabupaten/Kota

setempat. Contoh blanko pelaporan dapat dilihat pada Form la dan 1 b

2. Dinas pertanian Kabupaten/Kota setempat melaporkan perkembangan usaha penggilingan

padi, huller dan penyosohan beras dan penggilingan padi keliling di daerah binaannya

kepada Bupati/Walikota dengan tembusan disampaikan kepada Dinas Pertanian Provinsi

setempat. Contoh blanko pelapoi.an dapat dilihat pada Form 2a, 2b, 2c.

3. Dinas Pertanian Provinsi setempat melaporkan perkembangan usaha penggilingan padi,

huller, penyosohan beras dan penggilingan padi keliling yang ada di daerah binaannya

kepada Gubemur dengan tembusan kepada Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Pertanian Kemanterian Pertanian. Contoh blanko pelaporan dapat dilihat pada Form

3a, 3b, 3c.

4. Direktorat Jenderal pengolahan dan pemasaran Hasil pertanian melaporkan perkembangan

penataan, pembinaan dan pengembangan revitalisasi usaha penggilingan padi, huller,

penyosohan beras dan penggilingan padi keliling kepada Menteri Pertanian fom 4a, 4b,

4c.

Gambar 6. Mekanisme Pelaporan Pengembangan Revitalisasi Penggilingan Padi

27

VI. PENUTUP

Kegiatan pengembangan revitalisasi penggilingan padi merupakan bentuk fasilitasi dalam

rangka peningkatan rendemen beras untuk mendukung upaya peningkatan produksi beras

nasional (P2BN) surplus 10 juta ton yang harus dicapai pada tahun 2014 untuk mempertahankan

ketahanan pangan nasional. Pengembangan revitalisasi penggilingan padi ini akan dapat

memberikan hasil sesuai yang diharapkan apabila dilakukan dengan prinsip bisnis yang sehat

dan mandiri serta berkelanjutan. Kegiatan pengembangan rivitalisasi penggilingan padi tersebut

diharapkan akan dapat berkembang see;ra optimal, layak dan menguntungkan sehingga mampu

memberikan andil yang signifikan dalam meningkatkan rendemen dan mutu serta nilai tambah

dan daya saing sehingga pada gilirannya dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan

petani/gapoktan serta pelaku usaha penggilngan padi.

Pedoman ini merupakan acuan bach Dinas Pertanian Propinsi maupun Kabupaten/Kota

dalam melaksanakan program/ kegiatan revitalisasi penggilingan padi. Pedoman ini memberikan

keleluasaan kepada daerah untuk menjabarkan kedalam JUKLAK dan JUKNIS yang

disesuaikan dengan keragaman kondisi daerah yang disertai kearifan lokal atau bersifat spesifik

lokasi.

Keberhasilan ketlatan pengembangan revitalisasi penggilingan padi ini sangat tergantung

kepada komitmen semua pemangku kepentingan (sfafre Ao/dens) yang terkait baik ditingkat pusat

maupun daerah baik propinsi maupun kabupaten/kota.

28

Lampiran 1

PERATURAN PEMERINTAH REPuBLIK INDONESIANOMOR 65 TAHUN 1971

TENTANGPERUSAHAAN PENGGILINGAN PADI, HULLER DAN PENYOSOHAN BERAS

Menimbang

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

a bahwa perusahaan penggilingan padi, huller dan penyosohan berasmerupakan prasarana produksi pangan serta mempunyai peranan yang sangatvital di dalam usaha kearah stabilisasi kehidupan perekonomian masyarakatdan Negara;

b bahwa isi dan jiwa Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 1954 tidak sesuaidengan prinsip-prinsip demokrasi ekonorri sebagaimana tercantum dalamKetetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara NomorXxlll/MPRS/1966;

c bahwa berdasarkan struktur pemerintahan, Kepala Daerah adalah merupakanpenanggung-javiab tunggal di Daerahnya masing-masing;

d bahwa oleh karena hal-hal tersebut di atas. maka dipandang perlu segeramencabut kembali Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 1954 untukselanjutnya menggantinya dengan ketentuan-ketentuan yang baru;

Mengingat : 1 Pasal 5 ayat(2) Undang-Undang Dasar 1945;

2 Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Nomor Xxlll/MPRS/1966;

3 Undang-undang Nomor 18 Tahun 1965 (Lembaran-Negara Republik IndonesiaTahun 1965 Nomor 83;Tambahan Lembaran-Negara Republik IndonesiaNonror 2778);

4 undang-undang Nomor 1 Tahun 1967 (Lembaran-Negara Republik IndonesiaTahun 1967 Nomor 1 ;Tambahan Lembaran-Negara Republik Indonesia Nomor2818) jo. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1970 (Lembaran-Negara RepublikIndonesia Tahun 1970 Nomor 46;. Tambahan Lembaran-Negara RepublikIndonesia Nomor 2943);

5 Undang-undang Nomor 6 Tahun 1968 (Lembaran-Negara Republik IndonesiaTahun 1968 Nomor 33;Tambahan Lembaran-Negara Republik IndonesiaNomor 2853) jo. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1970 (Lembaran-NegaraRepublik Indonesia Tahun 1970 Nomor 47; Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 2944);

6 Bedrijfsreglementerings ordonantie 1934.

Mencabut

Menetapkan

MEMUTuSKAN

Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 1954 (Lembaran- Negara RepublikIndonesia Tahun 1954 Nomor 73) sebagaimana telah ditambah dan diubah.PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERUSAHMN PENGGILINGAN PADl,HULLER DAN PENYOSOHIAN BERAS.

Pasal 1

Yang dimaksud dengan :

1. "Perusahaan" adalah penggilingan padi, huller maupun penyosohan beras;2 "Penggilingan padi" adalah setiap perusahaan yang digerakkan dengan tenaga mesin

dan ditujukan serta digunakan untuk mengerjakan padi/gabah menjadi beras sosoh;3 "Huller" adalah setiap perusahaan yang digerakkan dengan tenaga mesin dan

ditujukan serta digunakan untuk mengeriakan padi/gabah menjadi beras pecah kulit;4 "Penyosohan beras" adalah setiap perusahaan yang digerakkan dengan tenaga mesin

dan ditujukan serta digunakan untuk mengerjakan beras pecah kulit menjadi berassOsoh;

5 "Surat ijin" adalah pernyataan tertulis dari yang berwenang, yang memberikan hakuntuk mengusahakan Perusahaan;

6 "Menteri`' adalah Menteri pertanian.

Pasal 2

Untuk mengusahakan Perusahaan harus ada surat ijin sesuai dengan ketentuan-ketentuan yangdiatur dalam Pasal 4 Peraturan Pemerintah ini,

Pasal 3

1. Mereka yang dapat mengusahakan perusahaan adalaha. Warganegara Indonesia,b. Badan Hukum Indonesia yang bermodal Indonesia

2 Perusahaan yang diusahakan oleh orang/swasta asing atau yang diusahakan olehBadan Hukum Indonesia yang bermodal asing dapat berusaha dalam penggilinganpadi, huller maupun penyosohan beras di daerahrdaerah tertentu di luar Pulau Jawa,dalam hal warga negara Indonesia atau Badan Hukum Indonesia yang bermodalIndonesia tersebut ayat (1) Pasal ini, tidak/belum mampu untuk mengusahakanPerusahaan.

3 Perusahaan yang diusahakan oleh orang/swasta asing atau yang diusahakan olehbadan hokum Indonesia yang bermodal asing harus memperoleh persetujuanpersetujuan khusus dari Menten. sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku

Pasal 4

Surat ijin mengusahakan Perusahaan diberikan:a BupatiM/alikota Kepala Daerah yang bersangkutan, kepada perusahaan yang terletak

atau akan didirikan dalam daerahnya, jika pengusaha atau calon pengusahanyaadalah warganegara Indonesia atau badan hukum Indonesia yang tidakmempergunakan modal asing.

b Menteri afau Pejabat yang ditunjuknya, jika pengusaha atau calon pengusahanyaadalah orang/swasta asing atau badan hukum Indonesia yang mempergunakan modalasing.

Pasal 5

1. Dalam memberikan surat ijin termaksud pada Pasal 4 Peraturan Pemerintah ini,

pemberi ijin wajib memperhatikan ketentuan-ketentuan yang beriaku dan petunjuk-petunjuk Menteri atau Pejabat yang ditunjuknya.

2. Prosedur pelaksanaan tentang pemberian surat ijin termaksud pada Pasal 4 PeraturanPemerintah ini,diatur lebih lanjut oleh Menteri.

Pasa' 6

1. Untuk menyelesaikan pemberian surat ijin, kepada pihak yang bersangkutan dipungutpenggantian biaya adrrinistrasi yang jumlahnya ditetapkan oleh Menteri.

2. Kepada setiap Perusahaan dikenakan retribusi yang besarnya ditetapkan olehMenteri,uang retribusi tersebut menjadi hak Pemerintah Daerah dimana Perusahaanitu berada.

Pasal 7

Surat ijin hanya berlaku untuk masa 5 (lima) tahun, kecuali jika diperpanjang oleh pemberi ijin.

Pasal 8

Pemberi ijin dapat mencabut surat ijin Perusahaan dalam hal:a. Tindakan perusahaan yang bertentangan dengan undang-undang dan ketertiban umum;b, Perusahaan melanggar syarat-syarat yang ditetapkan dalam surat ijin;c. Perusahaan yang bersangkutan tidak dapat meneruskan usahanya dalam waktu berturut-

turut selama 300 (tiga ratus) hari kerja.

Pasal 9

Pemilik Perusahaan yang telah dicabut surat ijin Perusahaannya berdasarkan Pasal 8 huruf cPeraturan Pemerintah ini wajib mengajukan permohonan surat ijin baru.

Pasal 10

(1) Menteri atau Pejabat yang ditunjuknya melakukan pembinaan tehnis bagi perkembanganperusahaan.

(2) Dalam melakukan pembinaan tehnis tersebut pada ayat (1) Pasal ini Menteri dibantu olehsebuah Komisi yang berfungsi sebagai penasehat.

(3) Komisi tersebut pada ayat (2) Pasal ini terdiri dari Wakil-wakil Departemen Dalam Negeri.Departemen Perindustrian, Departemen Perdagangan, Badan Urusan Logistik dan lnstansilain yang dianggap perlu.

Pasal 11

Pelanggaran atas ketentuan-ketentuan Peratiiran Pemerintah ini dan/afau ketentuan pelaksanaannyadapat dituntut berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku.

Pasal 12

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Pemerintah ini, akan diatur lebih lanjut denganperaturan tersendiri.

Pasal 13

Peraturan Pemerintah ini mulai beriaku pada tanggal diundangkan; terhadap Perusahaan-

perusahaan yang telah ada dan yang bekerja dengan ijin menurut Peraturan Pemerintah Nomor 42Tahun 1954(Lembaran-Negara Republik Indonesia Tahun 1954 Nomor 73) dan/atau peraturan~peraturan pelaksanaannya yang telah berlaku sebelum Peraturan Pemerintah ini ditetapkan;

diberikan waktu selama 6 bulan terhitung sejak tanggal Peraturan Pemerintah ini ditetapkan, untukmenyesuaikan dengan ketentuan-ketentuan berdasarkan Peraturan Pemerintah ini.

Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan PeraturanPemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran-Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di JakartaPada Tanggal 25 0ktober 1971PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Ttd

Soeharto

Diundangkan di JakartaSEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Ttd.

ALAMSYAH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1971 NOMOR 65

PENJELASANPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 65 TAHUN 1971TENTANG

PERUSAHAAN PENGGILINGAN PADl, HULLER DAN PENYOSOHAN BERAS

I. PENJELASAN UMUM

Sebagaimana telah diketahui, pengaturan terhadap pen8usahaan Perusahaan-perusahaan diaturdengan Bedrijfs Reglementerings Ordonantie 1934. Mengenai pengaturan dalam bidang PerusahaanPenggilingan Padi sebagai peraturan pelaksanaan dari B.R.01934 itu dikeluarkan BedrifsReglementerings Vecordening Rijs-pellerijen 1940 (Staatsblad Tahun 1940 Nomor 184) yangkemudian dicabut dan diganti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 1954.

Dalam pada itu keadaan terus berkembang, khususnya perkembangan perusahaan-perusahaan yangbergerak dalam lapangan produksi telah menimbulkan berbagai persoalan yang bersangkutandengan kebijaksanaan Pemerintah dalam bidang ekonomi setelah Negara kita merdeka,yaitumengenai persediaan bahan makanan, khususnya perberasan, tidak dapat tertampung olehVerordening tersebut di atas. Antara lain karena dalam Verordening tersebut tidak dibedakan antara:

a. Perusahaan-perusahaan yang menggiling padvgabah menjadi beras danb. Perusahaan-perusahaan yang mengeriakan beras menjadi beras sosoh.

Semua perusahaan-perusahaan termaksud pada sub a dan b diseb`ut dengan "pellely'.

Lain dari pada itu perusahaan-perusahaan yang berkapasitas kurang dari 2,5 P.K. bekerja tanpamemerlukan surat ijin.

Pemerintah pada masa itu berpendapat bahwa untuk dapat lebih menjamin kepentingan masyarakatdalam hal perberasan ini, telah mengeluarkan kebijaksanaan yang kemudian dituangkan dalambentilk Undang-undang Darurat Nomor 7 Tahun 1952.

Kemudian berdasarkan Undang-undang Darurat ini diterbitkan surat Keputusan MenteriPerekonomian Nomor 7145/UBM tanggal 31 Mei 1952 yang telah dirubah dengan Surat KeputusanMenteri Perekonomian Nomor 2839/UBM tanggal 28 Pebruari 1953, yaitu tentang "kewajiban DayaKerja Penggilingan Padi."

Selanjutnya dengan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 1954 antara lain demi terjaminnyapelaksanaan tentang kewajiban Daya Kerja Penggilingan Padi tersebut, maka terhadap perusahaanperusahaan yang bergerak dalam bidang perberasan diadakan penggolongan-penggolongan sebagaiberikut:

a. Perusahaan Penggilingan Padi, merangkap penyosohan beras;b. Perusahaan Penggilingan Padi, dalam arti yang sempit;c. Perusahaan Huller gabah;d. Perusahaan Penyosohan beras.

Adapun pemberian surat ijin untuk perusahaan-perusahaan termaksud pada sub a dan b adalahMenteri Pertanian,sedangkan untuk Perusahaan-perusahaan termaksud dalam sub c dan d adalahPemerintah Daerah (Gubernur Kepala Daerah).

Ternyata keadaan masih terus berkembang, antara periode 1959-1965 dipergunakan sistimDemokrasi Terpimpin dan Ekonomi Terpimpin. Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun1954 semakin diperketat dengan Surat Keputusan Bersama Menteri Pertanian, Menteri PerindustrianRakyat dan Menteri Perdagangan Nomor 15/P.M.P., Nomor 0083/Sk.th.1962, Nomor 425/M/Perdag.

tanggal 6 Pebruari 1962, yang pada hakekatnya sama sekali tidak mencerminkan adanya keserasianantara kepentingan-kepentingan petani produsen, penggilingan Padi/Huller dan konsumen.

Akhimya dengan adanya Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara ke-lv tahun1966, khususnya dengan Ketetapan Mai.elis Permusyawaratan Rakyat Sementara NomorXXIIlmpRS/1966 diletakkan sendi-sendi kebijaksanaan baru dalam bidang ekonomi, keuangan danpembangunan dalam rangka pelaksanaan isi dan jiwa serta pemurnian Undang-undang Dasar 1945untuk menuju ke arah masyarakat yang adil dan makmur yang diridhoi oleh Tuhan Yang Maha Esa,dengan menjamin berlangsungnya demokrasi ekonomi serta terselenggaranya pelaksanaanpemberian otonomi riil yang seluas-luasnya bagi Daerah sesuai dengan Ketetapan MajelisPermusyawaratan Rakyat Sernentara Nomorxxl"PRS/1966.

Dalam hubungannya dengan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara tersebut, makadisadari sepenuhnya bahwa peraturan-peraturan mengenai bidang Penggilingan Padi dan Hulleryang dikeluarkan antara periode 1934 sampai dengan dikeluarkannya Ketetapan MajelisPermusyawaratan Rakyat Sementara tersebut tidak sesuai lagi dengan perkembangan demokrasiekonomi pada dewasa ini dan prinsip pemberian otonomi yang seluas-I.Jasnya kepada Daerah.

Alas dasar pemikiran tersebut diatas, mengingat bahwa baik penggilingan padi maupun hullermerupakan salah satu dari prasarana pangan yang mempunyai peranan sangat vital di dalam usahakearah stabilisasi kehidupan perekonomian masyarakat dan Negara, maka perlu diadakan ketentuan-ketentuan yang barn ilntuk memperlancar usaha ke arah pelaksanaan tujuan tersebut denganmenghilangkan segala hambatan-hambatan.

11. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL

PASAL DEMI PASAL

Pasal 1Dalam Pasal ini terkandung suatu pokok materi, bahwa terhadap Perusahaan yang bergerak dalambidang perberasan hanya dibedakan menjadi 3 (tiga) golongan yaitu:1. Perusahaan penggilingan padi,2. Perusahaan huller dan3. Perusahaan penyosohan beras.Penggolongan tersebut berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tehnis sebagai berikut : berhubungdengan perkembangan tehnologi maka peralatan pengolahan padi akan berubah-ubah, namun biladitinjau dari fungsinya peralatan tersebut yaitu merubah bahan-baku menjadi barang jadi maka akanbersifat tetap, oleh kaiena itu dalam penggolongannya diadakan perbedaan atas dasarkemampuannya merubah bahan-baku meni.adi barang jadi. dalam hal ini : padi menjadi gabah, gabahmenjadi beras pecah kulit, dan hasil terakhir dapat berupa beras pecah kulit atau beras sosoh.

Pasal 2Cukup jelas.

Pasal 3

Dengan memperhatikan jiwa dari pada Undang-undang No. 1 Tahun 1967 bagi badan hukumIndonesia yang mempergunakan modal asing, dan memperhatikan pula jtwa darj pada Undangundang Nomor 6 Tahun 1968 maka adalah sudan selayaknya apabila daerah usaha yang terbukabagi Perusahaan yang tersebut dalam Pasal 3 ayat (2) Peraturan Pemerintah lnl,hanyalah apablladaerah usaha yang terbuka bagi Perusahaan yang tersebut dalam bidang penggilingan padi, hullerdan penyosohan beras masih benar-benar memeriukan pertumbuhan.

BupatiM/alikota Kepala Daerah memberikan surat ijin mengusahakan perusahaan kepada pemintaijin yang kewarganegaraannya Indonesia atau Badan Hukum Indonesia yang tidak berrrodal asingtermaksud dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967. Sedangkan apabila peminta ijin adalahBadan Hukum Indonesia yang bermodal asing tersebut di atas dan swasta/perusahaan asing atauorang asing yang kegiatan usahanya mendasarkan kepada Undang-undang Nomor 6 Tahun 1968maka pemberi ijinnya ialah Menteri atau Pejabat yang ditunjuknya, dengan memperhatikan

ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam bidangnya, karena pada hakekatnya pemberian ijin serupaini adalah bersifat khusus.

Pasa' 4

Dengan memperhatikan jiwa dari pada Undang-undang No. 1 Tahun 1967 bagi badan hukumIndonesia yang mempergunakan modal asing, dan memperhatikan pula jiwa dari pada Undang-undang Nomor 6 Tahun 1968 maka adalah sudah selayaknya apabila daerah usaha yang terbukabagi Perusahaan yang tersebut dalam Pasal 3 ayat (2)Peraturan Pemerintah ini, hanyalah apabiladaerah usaha yang terbuka bagi Perusahaan yang tersebut dalam bidang penggilingan padi, hullerdan penyosohan beras masih benar-benar memerlukan pertumbuhan.

BupatiM/alikota Kepala Daerah memberikan surat ijin mengusahakan perusahaan kepada pemintaijin yang kewarganegaraannya Indonesia atau Badan Hukum Indonesia yang tidak bermodal asingtermaksud dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967.

Sedangkan apabila peminta ijin adalah Badan Hukum Indonesia yang bermodal asing tersebut di atasdan swasta/perusahaan asing atau orang asing yang kegiatan usahanya mendasarkan kepadaUndang-undang Nomor 6 Tahun 1968 maka pemberi ijinnya ialah Menteri atau Pejabat yangditunjuknya, dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam bidangnya, karenapada hakekatnya pemberian ijin serupa ini adalah bersifat khusus.

Pasa' 5

Sebagaimana telah dimaklumi bahwa pemberian surat ijin Perusahaan-perusahaan adalah sangaterat hubungannya dengan kebijaksanaan untuk menentukan alokasmogistik Perubahan-perubahanyang bersangkutan, secara scope nasional, karena hal itu akan dapat mempengaruhi secaralangsung terhadap kebijaksanaan Pemerintah dalam hal penyediaan beras dan faktor-faktorkelancaran distribusi serta marketing yang akhimya akan mempengaruhi pula terhadap stabilitasharga. Alas dasar pemikiran tersebut maka petunjuk-petunjuk dari Menteri Pertanian adalahmengikat, untuk menghindarkan kemungkinan-kemungkinan yang negatif sejauh mungkin.

Pasal 6Ayat ( 1 )Cukup jelas

Ayat (2)Penyerahan uang retribusi kepada Pemerintah Daerah adalah berdasarkan pertimbangan karenadalam hal ini Pemerintah Daerah juga ikut bertanggung-jawab terhadap terciptanya suatu iklim yangbalk bagi perkembangan Perusahaan-perusahaan yang bersangkutan ke arah effisiensi secaramaksimal tanpa mengorbankan prinsip-prinsip ekonomi yang rationil dan sehat.

Pasa' 7

Cukup jelas.

Pasal 8

Cukup jelas.

Pasal 9

Ketentuan termaksud dalam pasal ini, dimaksudkan untuk masih memberikan kesempatan kepadapihak yang bersangkutan untuk kembali usaha di bidang ini, dengan mengingat ketentuan-ketentilanyang berlaku.

Pasal 10

Ayat (1)Cukup jelasAyat (2)Cukup jelasAyat (3)lnstansi+.nstansi termaksud dalam Pasal ini ialah lnstansi Pemerintah yang sesuai dengan fungsi dantugasnya dianggap pertu oleh Menteri Pertanian untuk diikut sertakan dalam Komisi. Mengenaibentuk dan cara-caranya mengikut-sertakan itu terserah kepada kebijaksanaan Menteri Pertanian.

Pasal 11

Pelanggaran temaksud dalam peraturan Pemerintah ini tidak merupakan tindak pidana ekonomi.

Pasal 12

Cukup jelas.

Pasal 1 3

Jangka waktu 6 (enam) bulan adalah kesempatan yang diberikan kepada para pemegang surat ijinmenurut Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 1954 dan peraturan-peraturan pelaksanaannyauntuk menyesuaikan din. dengan Peraturan Pemerintah ini dipandang cukup layak.

Lanpiran 2

MENTERI PERTANIANREpuBLnK INDONESIA

KEPUTuS AN MEr`ITERI PERTANIAN

NOMOR : 859KptsITP.250/11/98

TENTAVG

PEDOMAN pEveINAAN pERusAIIAANPENGGILINGAN PADI, HULLER DAN PENYO SOIIAN BERAS

RENTERI PERTANIAN ,

Menimbang :a. bahwa sebagai pelaksanaan Pasal 5 ayat (2) Peraturan Pemerintah Republikhdonesia Nomor 65 Tahun 1971 tentang Perusahaan Pengallingan Padi Huller danPenyosohan Beras telali diterbitkan beberapa keputusan Menteri Pertanian;

b. bahwa dalam rangka menuju pada otonomi Daerah Tingkat 11 yang nyata danbertanggung j awab, urusan Peme-rintah dibidang pengelolaan penggilingan padi,huller dan penyosohan beras sebagian telah diserahkan kepada Daerah Tingkat 11;

c. bahwa guna lebih memberdayakan ekonomi petani, peng-usaha kecil danmeningkatkan pengembangan usaha penggilingin padi, huller dan penyosohanberas perlu diupayakan kemudahan dalam pemberian izin;

d. bahwa berdasarkan hal-hal tersebut diatas, dipandang perlu menyusun PedomanPembinaan Perusaliaan Penggi-lingan Padi, Huller dan Penyosohan Beras untukdigunakan sebagai acuan dalam pemberian izin perusahaan termaksud.

Mengin8at :1. Undang-Undang Republik hdonesia Nomor 5 Tahun 1974;2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1992;3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997;4. Peraturan Pemerintah Republik hdonesia Nomor 65 Tahun 1971 ;5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1988 ;

` 6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 1992;

7. Peraturan Pemerintch Rapublik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995;8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1995;9. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1974;10. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 1998;11. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 122/M Tahun 12. SuratKeputusan Menteri Pertanian Nomor 96/Kpts/OT.210/- 2/1994;13. Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 732/Kpts/OT.210/-9/1996;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan :PERTAMA : PEDOMAN PEMBINAAN PERUSAIIAAN PENGGILINGANPADI, HULLER DAN PENYOSOIIAN BERAS, sebagaimana tercantum dalamlampiran Keputusan ini.

KEDUA : Direktur Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura dapat menerbitkanpetunjuk pelaksanaan seperlunya. KETIGA : Dengan berlakunya Keputusan ini,maka Surat Kaputusan Menteri Pertanian Nomor 53/Kpts/Urn/2/ 1972 dan Nomor649Alpts/TP.250/-8/1984 dinyatakan tidak berlaku.KEENI'AT : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di J A K A R T APada tanggal 4 Nopember 1998

MENTERI P ERTANIAN,

ttd.

PROF.DR.IR. SOLEH SOLAHUDDIN,MSc.

SALINAN Keputusan ini disampaikan Kepada Yth :

1. Menteri Dalam Negeri;2. Menteri Keuangan3. Menteri Perindustrian dan Perdagangan;4. Menteri Tenaga Kelja;5. Menteri Koperasi, Pembinaan Pengusaha Kecil dan Menengah;6. Menteri Negara Lingkungan HidupKepala Badan PengendalianDampak Lingkungan;7. Pejabat Eselon I Lingkup Departemen Pertanian;

8. Gubemur Kapala Daerah Tingkat I di seluruh Indone`sia;9. Kepala Kantor Wilayah Departemen Pertanian di seluruh Indonesia; 10. KepalaDinas Pertanian Tanaman Pangan Dati I di seluruh Indonesia;1 1. Bupati/Walikotamadya KDH Tingkat 11 di seluruh Indonesia;12. Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dati 11 di seluruh Indonesia;

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIANNOMOR : 859flKpts/TP.250/11/98

TANGGAL : 4 Nopember 1998TENTANG : PEDOMAN PEMBINAAN PERUSAHAAN PENGGILINGAN

PADI, HULLER DANPENYOSOHAN BERAS.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Penggilingan Padi, Huller dan Penyosohan beras merupakan sarana produksipangan yang mempunyai peranan sangat penting dalam rangka pemberdayaanperekonomian masyarakat pedesaan terutama petani serta penciptaan lapangankerja.

Pada tahun-tahun terakhir ini perusahaan Penggilingan Padi, Huller danPenyosohan beras telah berkembang dengan pesat di daerah, sejalan denganperkembangan pembangunan pertanian tanaman pangan khususnya padi.

Untuk lebih meningkatkan kebeapihakan kepada masyarakat eko-nomi lemah sertamenciptakan persaingan yang sehat dalam usaha Penggilingan Padi, Huller danPenyoschan Beras, Pemerintah dalam hal ini Departemen Pertanian perlumengeluarkan Pedoman Pembinaan Perusahaan Penggilingan Padi, Huller danPenyosohan Beras.

8. Tujuan dan Sasaran.

I. Tujuan :

a. Umum : 1) Lebih memacu kemampuan perusahaan penggilingan padi, hullerdan penyosohan beras dalam mendukung pembangunan pertanian yangberorientasi pada agribisnis dan agroindustri berbasis pedesaan.

2) Meningkatkan daya saing perusahaan penggilingan padi, huller dan penyosohanberas dalam meng-hadapi era perdagangan bebas.

3) Menciptakan iklim usaha yang kondusif melalui persaingan yang sehat sehinggaperusahaan pengdlingan padi, huller dan penyosohan beras dapat lebih maju,tangguh, efisien dan mandiri.

b. Khusus : 1) Mendukung program peningkatan ketersediaan pangan dalamrangka ketahanan pangan Nasional.

2) Mendukung upaya peningkatan daya saing melalui peningkatan mutu danmenekan kehilangan hasil.

2. Sasaran : a) Terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kelja melaluipengembangan perusahaan penggilingan padi, huller dan penyosohan beras.b) Tumbuh dan berkembangnya perusahaan penggilingan padi,huller danpenyosohan beras yang maju, tangguh, efisien dan mandiri.

11. KETENTUAN UMUM

Dalam pedoman pembinaan perusahaan penggilingan padi, huller dan penyosohanberas yang dimaksud dengan :

1. Perusahaan adalah setiap penggilingan padi, huller maupun penyosohan beras.

2. Penggilingan padi adalah setiap perusahaan yang digerakkan dengan tenagamotor penggerak dan ditujukan serta digunakan untuk meng-olah padi/gabahmenjadi beras sosoh.

3. Huller adalah setiap perusahaan yang digerakkan dengan tenaga motorpenggerak dan ditujukan serta digunakan untuk mengolah padi/gabah menjadiberas pecah kulit.

4. Penyosohan beras adalah setiap perusahaan yang digerakkan dengan tenagamotor penggerak dan ditujukan serta digunakan untuk meng-olah beras pecah kulitmenjadi beras sosoh atau mengolah beras sosoh menjadi beras yang lebih baik lagi.

5. Surat izin usaha adalah pemyataan tertulis dari berwenang yang memberikanhak untuk mengusahakan perusahaan.

6. Perusahaan skala kecil adalah perusahaan yang memiliki kapasitas giling sampaidengan 1500 kg/jam setara beras/unit usaha.

7. Perusahaan skala besar adalah Perusahaan yang memiliki kapasitas giling lebihbesar dari 1500 kg/jam setara beras/unit usaha.

8. Rubber Roll Husker adalah Mesin Pecah Kulit Tipe Karet.

9. Pelmolen adalah Mesin Pecah Kulit Tipe Batu.

10. Flash Type Husker adalah Mesin Pecah Kulit Tipe Lempar.

11. Separator adalah ayakan pemisah gabab dengan beras pecali kulit.

12. Polisher adalah mesin penyosoh beras.

13 . PE:RP A" (Persatuan Perusahaan Penggilingan Padi Indonesia) a.dalahorganisasi pengembangan dan pembinaan penggilingan padi di Indonesia.

14. SITU adalah Surat Izin Tempat Usaha.

15. SIUP adalah Surat Izin Usaha Perdagangan.

16. TDU adalah Tanda Daftar Usaha.

Ill. PERIZINAN USAHA

A. Ketentuan Perizinan Usaha.

1. Setiap perusahaan wajib memiliki izin usaha.

2. Perusahaan yang mengandung modal asing, izin usahanya diberikan olehMenteri Pertanian, sedang bagi perusahaan yang tidak mengandung modal asingizin usahanya diberikan oleh Bupati/ Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat 11,yang pelaksanaannya dilakukan oleh Kepala Dinas Pertanian Tanaman PanganDaerah Tingkat 11.3. Perizinan usaha baal perusahaan yang mengandung modal asing akan diaturtersendiri.

4. Perusahaan dibedakan dalam :a. Usaha skala besar;b. Usaha skala kecil.

5. Perusahaan skala besar wajib memiliki izin usaha, sedangkan perusahaan skalakecil wajib mendaftarkan usahanya.

8. Tatacara Permohonan dan Pemberian Izin Usaha.

I . Perinohonan izin usaha diajukan secara tertulis diatas kertas meterai kepadaKepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Daerah Tingkat 11 dengan tembusankepada Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat 11 setempat.

2. Setiap permchonan izin usaha harus dilengkapi dengan :a. Surat Izin Tempat Usaha (SITU);b. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP);c. Daftar Isian/ Formulir Isian.

3. Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Daerah Tingkat 11 wajib memberikanpenjelasan-penjelasan tentang cara mengisi formulir permohonan izin usaha sertacara melengkapi lampiran yang diperlukan.

4. Dalam memberikan izin usaha Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan DaerahTingkat 11 wajib memperhatikan persyaratan teknis sebagai berikut:

a. peralatan yang digunakan harus mendukung upaya menekan kehilangan hasil,meningkatkan randemen dan meningkatkan mutu beras giling;b. untuk huller menggunakan peralatan pecah kulit yang baik yaitu Rubber RollHusker atau pelmolen atau flash type husker atau peralatan lain yangdirekomendasikan;c. untuk penyosohan beras menggunakan mesin penyosoh secara bertingkat yaitulebih dari satu kali penyosohan;d. untuk penggrlingan padi minimal menggunakan paket peralatan yang terdiri dariperalatan pecah kulit yang`baik seperti Rubber Roll Husker atau pelmolen atauflash type husker atau peralatan lain yang direkomendasikan; separator; mesinpenyosoh atau polisher secara bertingkat.

5. Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Daerah Tingkat 11 setempat setelahmenerima surat permohonan surat izin secara lengkap, dalam jangka waktuselambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja harus dapat memberi jawabanditerima atau ditolak permohonan izin usaha penggilingan padi, huller, danpenyosohon beras.

6. Penolakan permohonan izin harus diberikan dengan alasan-alasan dan dasarhukum yang jelas.

7. Izin usaha diberikan untuk jangka waktu selama perusahaan masih beroperasi.

8. Perusahaan yang akan melakukan perubahan-perubahan atau peralihan hakusaha dan atau kepemilikan usaha, wajib mengajukan permohonan kapada pemberiizin dengan dilengkapi alasan-alasan dan hal-hal yang akan dilakukan perubahandan atau pengalihan hak.

C. Tatacara Permohonan dan Pendaftaran Usaha.

I . Permohonan pendaftaran usaha diajukan secara tertulis diatas kertas meteraikepada Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Daerah Tingkat 11 dengantembusan kepada Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat 11 setempat.

2. Permohonan pendaftaran usaha harus dilengkapi dengan :a. Surat Izin Tempat Usaha (SITU);b. Daftar Isianfformulir Isian.

3. Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Daerah Tingkat 11 wajib memberikanpenjelasan-penj elasan tentang cara mengisi formulir permohonan pendaftaranusaha serta cara melengkapi lampiran yang diperlukan.

4. Dalam memberikan tanda daftar usaha Kepala Dinas Pertanian Tanaman PanganDaerah Tingkat 11 wajib memperhatikan persyaratan teknis sebagai berikut:

a. peralatan yang digunakan harus mendukung upaya menekan kehilangan hasil,meningkatkan randemen daii meningkatkan mutu beras giling;

b. untuk huller menggunakan peralatan pecah kulit yang baik yaitu Rubber RollHusker atau pelmolen atau flash type husker atab peralatan lain yangdirekomendasikan;

c. untuk penyosohan beras menggunakan mesin penyosoh secara bertingkat yaitulebih dari satu kali penyosohan;

d. untuk penggilingan padi minimal menggunakan paket peralatan yang terdiri dariperalatan pecah kulit yang baik seperti Rubber Roll Husker atau pelmolen atauflash type husker atau peralatan lain yang direkomendasikan; separator; mesinpenyosoh atau polisher secara bertingkat.

5. Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Daerah Tingkat 11 setempat setelahmenerima surat permohonan pendaftaran usaha secara lengkap, dalain jangkawaktu selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja harus sudah menerbitkantanda daftar usahi.

6. Tanda Daftar Usaha diberikan untuk jangka waktu selama perusahaan masihberoperasi.

7. Perusahaan yang telah memiliki Tanda Daftar Usaha bila akan melakukan

perubahan lokasi dan atau kepemilikan usaha, wajib mendaftarkan usahanyakembali.

IV. PERLUASAN USAHA

A. Kriteria Perluasan Perusahaan.

I . Perusahaan skala besar yang akan memperluas usahanya melebihi 30% darikapasitas riil semula wajib mengajukan izin perluasan usaha.

2. Perusahaan skala kecil yang akan memperluas usahanya mencapai kapasitasskala besar wajib mengajukan izin usaha.

8. Tatacara Permohonan Izin Perluasan Usaha.

Permohonan perluasan usaha diajukan secara tertulis kepada Kepala DinasPertanian Tanaman Pangan Daerah Tingkat 11 setempat.

V. PEMBINAAN DAN PELAPORAN

A. Pembinaan.

Dalam rangka peningkatan dan pengembangan perusahaan, Gubemur KepalaDaerah Tingkat I bertugas :

a. mengkoordinasikan pelaksanaan tugas-tugas dibidang pengeloaan perusahaan diDaerah Tingkat 11 agar tercapai keserasian, kcselarasan dan keseimbangan antarakebijaksanaan Tingkat Pusat, Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat 11;

b. menyusun dan menetapkan Petunjuk Operasional penyelenggaraan pengelolaanperusahaan.

Gubemur Kepala Daerah Tingkat I dapat membentuk Tim Pembina Perusahaanyang keanggotaan terdiri dari instansi terkait dan unsur-unsur lain yang dipandangperlu.

Dalam rangka pembinaan dan pengembangan perusahaan di Daerah Tingkat 11,Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat 11 bertugas melaksanakanpengawasan dan bimbingan operasional pengelolaan perusahaan.

Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat H dapat membentuk TimPengawasan dan Bimbingan Operasional perusahaan yang keanggotaannya terdiridari instansi terkait dan unsur-unsur lain yang dipandang perlu.

Dalam rangka membantu Pemerintah untuk menciptakan iklim berusaha yangkondusif bagi pengembangan perusahaan, peranan PERPADI sangat dibutuhkandalam membina dan menghimpun kepentingan perusahaan maupun untukmenyampaikan kebijaksanaan Pemerintah kepada anggotanya. Untuk itukeberadaan PERPADI perlu didorong sebagai mitra kerja pemerintah.

8. Pelaporan.

I . Perusahaan yang mendapat Izin Usaha dan Tanda Daftar Usaha wajibmelaporkan kegiatan dan perkembangan usahanya setiap 6 (enam) bulan sekalikepada Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Daerah Tingkat 11 setempat.

2. Selanjutnya Kepala Dinas Tanaman Pangan Daerah Tingkat 11 melaporkanperkembangan perusahaan diwilayahnya kepada Bupati/Walikotamadya KepalaDaerah Tingkat H setiap 6 (enam) bulan sekali dengan tembusan kepada KepalaKantor Wilayah Departemen Pertanian dan Dinas Pertanian Tanaman PanganDaerah Tingkat I setempat.

3. Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Daerah Tingkat I melaporkanperkembangan perusahaan di wilayahnya kepada Gubemur Kepala Daerah TingkatI setiap 6 (enam) bulan sekali dengan tembusan. kepada Direktur Jenderal TanamanPangan dan Hortikultura dan Kepala Kantor Wilayah Departemen PertanianPropinsi setempat.

4. Kepala Kantor Wilayah Departemen Pertanian melaporkan perkembangan

perusahaan di wilayahnya kepada Menteri Pertanian setiap 6 (enam) bulan sekalidengan tembusan kepada Direktur Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura danGubemur Kepala Daerah Tingkat I setempat.

VI. PENCABUTAN IZIN USAHA DAN TANDA DAFTAR USAHA

1. Izin Usaha atau Tanda Daftar Usaha dapat dicabut apabila :

a. pemegang izin usaha atau tanda daftar usaha dengan sengaja memalsukan dataatau dokumen yang dilampirkan sewaktu mengajukan permohonan izin uscha atautanda daftar usaha.b. pemegang izin usaha atau tanda daftar usaha tidak melaksanakan ketentuan yangtercantum dalam izin usaha atau tanda daftar usaha;

c. pemegang izin usaha atau tanda daftar usaha melakukan perubahan lokasi danperluasan usaha tanpa persetujuan pemberi izin usaha atau tanda daftar usaha;

d. pemegang izin usaha atau tanda daftar usaha melakukan tindakan yang langsungmaupun tidak langsung dapat menimbulkan gangguan ketertiban umum, danmelanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku;

e. pemegang izin usaha atau tanda daftar usaha tidak memberikan pelaporan ataumemberikan pelaporan palsu tentang kegiatan dan perkembangan usahanya;

f. pemegang izin usaha atau tanda daftar usaha selama 12 (dua belas) bulanberturut-turut tidak melakukan kegiatan usahanya;

9. pemegang izin usaha atau tanda daftar usaha atas kemauannya sendirimenyerahkan kembali kepada pemberi izin usaha atau tanda daftar usaha;

h. Terjadi perubahan pemegang izin usaha atau tanda daftar usaha tanpa

sepengetahuan pemberi izin usaha atau tanda daftar usaha.

2. Pencabutan Izin Usaha atau Tanda Daftar Usaha sebagaimana dimaksud di ataspada angka 1 huruf d, e dan f, dilaqukan setelah kepada pemegang izin usaha atautanda daftar usaha diberikan peringatan secara tertulis sebanyak 3 (tiga) kali selang1 (satu) bulan tidak mengindahkan peringatan tersebut.

3. Pencabutan Izin Usaha atau Tanda Daftar Usaha sebagaimana dimaksud diataspada angka 1 huruf b, c, g dan h dilakukan segera setelah diketahui adanyakesengajaan tidak melaksanakan ketentuan dalam izin usaha atau tanda daftarusaha, perubahan lokasi dan perluasan usaha, pengembalian izin usaha atau tandadaftar usaha serta perubahan pemegang izin usaha atau tanda daftar usaha.

MENTERI PERTANIAN,

ttd.

PROP. DR. IR. SOLEH SOLAHUDDIN,MSc.

Lampiran 3. Gambar Peralatan Dan Spesikasinya

1. PaddyHusker

Alsin yang digunakan untuk mengupas kulit gabah sehingga menjadi beras

pecah kulit (BPK).

a. Spesifikasi Tel(nis :

> Dim ensi

Panjang : 800-900 mm

Lebar : 650-750 mm

Tinggi : 1550-1650 mm

Berat

> Kapasitas : minimal 1,5 ton/jam

(inpuo

> Putaran : 850 -900 rpm

> Daya :6-8HP

> Konstruksi

Rangka : Besi plate sT 37

Tebal plat : 2-3mm

> Perlengkapan :

- Menggunakan ro// karet ukuran 6" x 8%", yang dilengkapi dengan katup

penutup corong yang bekerja secara otomatis, sehingga tingkat pengupasan

gabah (huski.ng raf/.o) diatas 90 a/o.- MempunyaiTestReport

b. Spesifikasi Teknis :

> Dimensi

Panjang

Lebar

Tinggi

Berat 295 Kg

> Kapasitas : 500€50 Kg4am

> Putaran : 950 rpm

> Daya : 18HP

> Kon stru ksi

Rangka

Tebal plat

> Periengkapan :

- Menggunakan ro//karet ukuran 4"x8 3/4"

- MempunyaiTest Report

c. Spesifikasi Teknis :

> Dimensi

Panjang

Lebar

Tinggi

Berat

> Kapasitas

> Putaran

> Daya

> Konstruksi

Rangka

Teba' plat

: 1.465 mm

: 1.130 mm

: 1.915 mm

: 317 Kg

: 1.250 Kg (output)

: 900-950rpm

: 6 -8 HP

> Perlengkapan :

- Menggunakan ro//karet ukuran 6"x 8%",

- MempunyaiTestReport

2. Penggllingan padi Tipe 2 pass (t`^ro pass)

Spesifikasi Teknis :

> Dimensi

Panjang : 3.000mm

Lebar

Tinggi

Berat

> Kapasitas

> Putaran

> Daya

> Konstruksi

: 1.530mm

: 4,160mm

830 Kg

: 1.200-1.400 Kg/Jam

: 950-1000 rpm

: 26 / 35HP

Rangka

Tebal plat

> Perlengkapan

1. Menggunakan ro//karet ukuran 6" x 8%",

2. Mempunyai Test Report

3. Paddy Husker dan Paiddy Polisher Terintegrasi (One Pass)

Spesifikasi Teknis :

> - Dimensi

Panjang : 720 mm

Lebar : 700 mm

Tinggi : 1700 mm

Berat : 230 Kg

> Kapasitas : 900 Kg/jam (i.nptJO

> Putaran : 1.450 rpm

> Daya : 11 Kw

> Konstruksi

Rangka

Tebal plat

> Perlengkapan :

- MempunyaiTest Report

4. Polisher

a. Tipe Abrasive

Alat mesin yang digunakan untuk pemutihan beras pecan kulit dengan poles batu

(abras/.ve) dengan sistem gesek ini biasanya sebagai pengupasan awal kulit ari (dedak).

Spesifikasi Teknis :

> Dimensi

Panjang : 1350-1450 mm

Lebar : 600-700 mm

Tinggi : 1300-1350 mm

Berat : 200-250 kg

> Kapasitas : minimal 1,5 ton/jam (i.r}puf)

> Putaran

> Daya :15-25HP

> Konstruksi

fr,i;,,,;,,,

Rangka : Besi p/ate sT 37

Tebal plat : 2-6 mm

> Periengkapan

- Dilengkapi dengan b/ower tiup yang langsung dihembus kedalam ruang

pemutih sehingga menjamin beras putih yang dihasilkan menjadi lebih bersih

dan bening.

- Derajat penyosohan beras dapat diatur dengan mudah melalui plat pengatur

yang terpasang pada corong keluaran.- Mempunyai Test Report

b. Tipe Friksion

Alat mesin yang digunai(an untuk pemutihan beras pecah kulit dengan

menggunakan besi.

Spesifikasi Teknis :

> Dimensi

Panjang : 1.120 mm

Lebar : 440 mm

Tinggi : 740 mm

Berat : 185kg

> Kapasitas : 1.100-1.200 Kg/jam

> Putaran : 720-850 rpm

> Daya :10-llkw

> Konstruksi

Rangka

Tebal plat

> Perlengkapan

- Mempunyai Test Report

5. Paddy separator

Alsin yang digunakan untuk memisahkan

beras pecah kulit (BPK) dan gabah.

Spesifikasi Teknis :> Dimensi

Panjang : 1200-1300 mm

Lebar : 1000-1050mm

Tinggi

Berat

> Kapasitas

> Putaran

> Daya

> Konstruksi

Rangka

Tebal plat

: 1100 -1150 mm

: 175 -200 kg

: minimal 1,2 ton/ jam (7`npt/i)

: 190 -210 rpm

: 1 -1,5 HP

: Besi P/ate ST 37

: 2 -3 mm

> Perlengkapan :

Dilengkapi dengan talam pengayakan sejumlah 5 Iapis yang dapat memisahkan hasil

menjadi 3 keluaran yaitu gabah,campuran gabah dan beras pecah kulit (BPK) serta

beras pecah kulit murni.

> MempunyaiTestReport

6. Motor penggerak (D/.ese/ Generating set)

Motor diesel/ generator yang digunakan untuk menggerakan alat mesin

penggilingan padi.

Spesifikasi Teknis :

> Daya Listrik

> Phase`, Voltage

> A\Tus (Ampere)

: minimal 60 KVA

: 1 phase/ 3 phase

: 220/380 Volt

: 50 -60 Hz

> Perlengkapan

Dilengkapi radiator coo/i.ng, e/ecfrr.c sfarfer,

auto engine device for high temperature, low oil pressure, over speed.

Manufacturing coupled dan fuel tank operation built in base frame.

> Mempunyai Test Report

7. De Stoner

Alat mesin yang digunakan untuk memisahkan beras pecah kulit murni

dan batu/ kerikil

2

Keterangan :

1. Pemasukan gabah (happer)

2. Pengeluaran gabah bersih

3. pengeluaran batu/ kotoran berat

4. Ayakan

5. Kipas (b/ower)

Spesifikasi Teknis :

a. Dimensi

PanjangLebarTinggiBerat

b. Kapasitas

c. Putaran

1350 -1400 mm1100 - 1150 mm1350 -1450 mm350 -450 kgminimal 5 ton/jam (i.npLif)

d. Daya :2-3HP

e. Konstruksi

Rangka : Besi plate sT 37

Tebalplat :2-3mm

f. Perlengkapan

Mempunyai saringan yang dapat diatur dan dilengkapi dengan b/ower

pembersih debu sehingga efisiensi pemisahannya diatas 90%.

9. Mempunyai Test Report

8. Rice Sifter

Alsin yang digunakan untuk memisahkan beras utuh, beras kepala,

beras patah dan menir.

1

Keterangan :

7. Pemasukan beras (hopper)

shifter

2. Ayanakan beras dan menir

kepala

Spesifikasi Teknis :

a. Dimensi

Panjang

Lebar

Tinggi

Berat

b. Kapasitas

c. Putaran

d. Daya

e. Konstruksi

RangkaTebal plat

: 950 -1000 mm

: 2000 -2100 mm

: 1600 - 1700 mm

4. Kerangka/ rumah

5. Pengeluaran beras

: minimal 2,5 ton/jam (/.npuf)

: 900 -1000 rpm

: 2 -3 HP

: Besi Plate ST 37: 2 - 6 mm

f. Perlengkapan

Dilengkapi dengan ayakan sistem getar untuk memisahkan beras

menir dengan sempurna dan b/ower hisap yang dihubungkan ke

bagian saluran pengeluaran untuk menghisap katul atau kotoran lain

yang umumnya masih bercampur di dalam beras sehingga beras

bebas dari kotoran.

9. Mempunyai Test Report

9. Riceshinning

Alat mesin `yang digunakan untuk mencuci beras agar tampilan beras

menjadi mengkilap seperti kristal dengan sistem pengabutan air bertekanan

dan hasil berasnya bersih dan mengkilap seprti kristal serta dapat disimpan

lebih lama.

Keterangan :

1. Pemasukan beras \nopper)

2. Ruang pencucian beras

3. Pengeluaran beras kristal

4. Pu//y penggerak

5. Kerangka mesin pencusi beras

Spesifikasi Teknis :

a. Dimensi

Panj.ang : 2150 -2250 mm

Lebar : 600-700 mm

Tinggi : 2000-2100 mm

Berat

b. Kapasitas : minimal 2 ton/jam (/.r7pt/f)

c. Putaran

d. Daya :30-40HP

e, Konstruksi

Rangka : Besi plate sT 37

Tebalplat :2-6mm

f. Perlengkapan :

Dilengkapi dengan panel pengatur pengkabutan dan komponen sensor

sehingga proses dapat berjalan secara otomatis. Beras yang

dihasilkan lebih halus, bersih dan mengkilap serta dapat disimpan lebih

lama sehingga mempunyai nilai jual yang tinggi.

9. Mempunyai Test Report

10.CROWN MOISTURE METER RICE PADDY (Pengukur Kadar Air Gabah)

Spesifikasi

a. Daya Ukur : 8.7 -40%

b. Ketelitian : ± o.5 o/o;

c. Tenaga : Dry Battery uM 31.5Vx4 i

d. P x L x T : 189 x 100 x 76

e. Berat : 500 gram

Lampiran 4. Form Pelaporan Penggilingan Padi

Form la

FORM LAPORAN

USAHA PENGGILINGAN PADl

1 JenisLembagausaha(Pilihsalahsatu)

a. Perorangan/Swastab. Koperasi

c. UPJA

d. Gapoktane. Lainnya : ........ „

2 Nama Lembaga usaha

3 Lokasi/Alamat :

4. JenisAlat dan MesinYangTersedia

NO Jenis Alat/Mesin Umur Mesin Jumlah (unit) Kapasitas Input(ton/jam)-

Penanggungjawab

Kontributor

Tim Pelaksana

TIM PE~SUN

Direktur Pengolahan Hasil Pertanian

Ir. Nazaruddin, MM

1. Prof Ir B.A. Susila Santosa, M.Sc

2. Ir Burhanuddin

3. Ir. Sigit Nugraha

1. Ir. Pither Noble, MS

2. Ir. Budi Lestari

4. Ir. Retno Pudjiastuti

5. Ernawati HR, SP, MM

6. Ratna Sariati, SP

7. Fitrah Gunadi, STP. ME

8. Yeni Eliza Maryana, STP, M.Si

9. Nuru] Maghfiroh, STP

10.Shaf Rijal Ahmad, STP

11.Hamdani Syarif, STP