Pedoman

15
PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN AYAM LOKAL TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012

description

Pedoman Teknis Ayam Lokal

Transcript of Pedoman

Page 1: Pedoman

PEDOMAN TEKNIS

PENGEMBANGAN PEMBIBITAN AYAM LOKAL

TAHUN 2012

DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

2012

Page 2: Pedoman

KATA PENGANTAR

Pengembangan pembibitan ayam lokal merupakan program untuk penyediaan bibit ayam lokal dalam rangka mendukung peningkatan produksi telur dan daging dari ternak ayam di dalam negeri. Untuk keberhasilan program ini perlu adanya persiapan yang memadai baik di tingkat pusat maupun daerah sampai tingkat kelompok peternak.

Dalam rangka koordinasi dan pelaksanaan pembinaan di lapangan, Direktorat Perbibitan Ternak menyusun Pedoman Teknis Pengembangan Pembibitan Ayam Lokal tahun 2012. Pedoman Teknis ini perlu ditindak lanjuti dan dijabarkan lebih lanjut ke dalam Pedoman Pelaksanaan di tingkat provinsi, dan Pedoman Teknis Pelaksanaan di tingkat kabupaten/kota, disesuaikan dengan kondisi masing-masing daerah, serta disinkronkan dengan kebutuhan, sehingga terjadi keterkaitan yang sinergis antara daerah yang bersangkutan dengan pusat.

Jakarta, Agustus 2012

DIREKTUR PERBIBITAN TERNAK

ABUBAKAR

Page 3: Pedoman

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.................……………………………………......... iii

DAFTAR ISI..............................……………………………………......... iv

DAFTAR LAMPIRAN................…………………………………….....… vi

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................. 1

B. Tujuan dan Sasaran ........................................................ 2

C. Ruang Lingkup ................................................................ 2

BAB II. PERSYARATAN LOKASI, KELOMPOK PETERNAK

DAN PETERNAK

A. Persyaratan Lokasi .......................................................... 3

B. Kriteria Kelompok Peternak ............................................. 3

C. Kriteria Peternak ............................................................. 4

BAB III. PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Penggunaan Dana .......................................................... 5

B. Proporsi Penggunaan Dana ............................................. 5

BAB IV. TATALAKSANA PEMBIBITAN

A. Persyaratan Teknis Bibit Ayam Lokal ......................... 6

B. Kandang dan Perlengkapan ............................................. 6

C. Pakan dan Obat ......................................................... 7

D. Kesehatan Hewan ........................................................... 8

E. Biosekuriti ....................................................................... 9

F. Tatacara Pengembangbiakan ...................................... 9

G. Peremajaan (replacement) ............................................. 11

BAB V. PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN

A. Pengembangan ................................................................ 12

Page 4: Pedoman

B. Pembinaan ....................................................................... 12

BAB VI. PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN

A. Pemantauan dan Evaluasi ............................................. 13

B. Pelaporan ...................................................................... 13

BAB VII.PENUTUP ........................................................................... 13

Page 5: Pedoman

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran halaman

1. Lokasi kegiatan Pengembangan Pembibitan Ayam ...... 15

2. Skema Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan ............ 16

Pembibitan Ayam Lokal

3. Persyaratan Teknis Minimal Bibit Ayam Kampung ....... 17

4. Form Laporan Kelompok Peternak ................................ 18

5. Informasi Tentang Daerah/lokasi Penghasil Bibit ............. 20 Ternak Ayam Lokal

Page 6: Pedoman

1

PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN AYAM LOKAL

TAHUN 2012

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Indonesia memiliki banyak jenis ayam lokal yang berpotensi untuk dikembangkan, dimana sebagian besar populasinya berada di perdesaan dan sudah menyatu dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Secara keseluruhan sumbangan ayam lokal terhadap produksi daging unggas sebanyak 25,73% dan terhadap produksi telur sebesar 16,38 % (Ditjennak, 2009).

Salah satu ayam lokal yang paling banyak dipelihara adalah ayam kampung. Dari 52,9 juta rumah tangga pertanian di Indonesia, 34% atau sekitar 21,5 juta merupakan rumah tangga peternakan pemilik ayam kampung. Hal ini mengindikasikan bahwa ayam kampung memiliki peran cukup besar dalam menggerakkan ekonomi peternak di perdesaan.

Pengembangan ayam lokal membutuhkan penanganan yang lebih intensif mengingat produktivitasnya pada peternakan rakyat sangat rendah karena sistem pemeliharaan yang masih tradisional. Disamping itu bibit ayam lokal sulit diperoleh karena sampai saat ini masih sedikit peternak yang melakukan usaha pembibitan. Selama ini penyediaan bibit masih terbatas pada usaha penetasan peternak itu sendiri atau berdasarkan pesanan saja.

Page 7: Pedoman

2

Direktorat Perbibitan Ternak telah menginisiasi pengembangan pembibitan ayam lokal mulai tahun 2009, yang bertujuan untuk meningkatkan populasi dan mutu ayam lokal pada sentra pembibitan ayam lokal di perdesaan melalui penyertaan anggota kelompok peternak. Mekanisme pelaksanaan kegiatan disajikan pada Lampiran 2.

Sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan, maka disusun Pedoman Teknis Pengembangan Pembibitan Ayam Lokal Tahun 2012.

B. Tujuan dan Sasaran

Tujuan yang ingin dicapai dalam pengembangan pembibitan ayam lokal adalah :

1. Menstimulasi peningkatan populasi dan mutu bibit ayam lokal; 2. Menambah sentra/sumber bibit ayam lokal.

Sasaran : 1. Meningkatnya populasi; 2. Meningkatnya mutu bibit ayam lokal; 3. Meningkatnya jumlah kelompok pembibitan ayam lokal di 3 lokasi

C. Ruang Lingkup

1. Persyaratan lokasi, kelompok peternak dan peternak; 2. Pelaksanaan kegiatan; 3. Tatalaksana pembibitan; 4. Pembinaan dan pengembangan; 5. Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan.

19

Page 8: Pedoman

18

b. Produksi

No. Produksi Jumlah Satuan Distribusi Satuan Tujuan 1. Telur Butir Butir 2. Telur Tetas Butir Butir 3. DOC Ekor Ekor

c. Lain-lain

- Kematian : - Permasalahan : - Pemecahan :

Mengetahui Ketua Kelompok

(.........................)

3

BAB II PERSYARATAN LOKASI, KELOMPOK PETERNAK DAN

PETERNAK

A. Persyaratan Lokasi

1. Lokasi merupakan sentra pengembangan ayam lokal;

2. Berdekatan atau mudah dijangkau oleh pelaku usaha budidaya ayam lokal dalam pendistribusian bibit;

3. Terdapat banyak sumber pakan;

4. Terdapat sarana/prasarana pendukung bagi keberlanjutan kegiatan pembibitan.

B. Kriteria Kelompok Peternak

1. Merupakan kelompok binaan dan terdaftar pada dinas yang membidangi fungsi peternakan di kabupaten/kota;

2. Mempunyai kepengurusan dan alamat yang jelas;

3. Sudah berpengalaman dan melakukan kegiatan usaha peternakan ayam lokal, minimal dalam satu tahun terakhir;

4. Tidak mendapat penguatan modal atau fasilitasi lain untuk kegiatan yang sama/sejenis pada saat yang bersamaan; atau mendapat modal pada tahun-tahun sebelumnya;

5. Tidak bermasalah dengan perbankan atau sumber permodalan lainnya;

6. Diutamakan kelompok yang mempunyai pembagian segmen usaha antara lain usaha penghasil ayam dara calon induk, penghasil telur tetas, dan penghasil Day Old Chick (DOC).

Page 9: Pedoman

4

C. Kriteria Peternak

1. Memiliki pengalaman dalam pengembangbiakan ayam lokal (minimal 20 ekor induk dalam satu tahun terakhir);

2. Terdaftar secara resmi sebagai anggota kelompok;

3. Bersedia melakukan usaha pembibitan ayam lokal;

4. Memiliki sarana kandang sendiri atau kandang kelompok sesuai kapasitas yang akan diberikan kepada kelompok minimal untuk 500 ekor induk dan 100 ekor pejantan;

5. Bersedia mengikuti segala peraturan dan ketentuan yang berlaku dalam penerimaan bantuan ternak;

6. Peternak yang terpilih dalam kegiatan ini dipersiapkan untuk melaksanakan usaha pembibitan ayam lokal (sebagai produsen) dengan tujuan memproduksi telur tetas dan/atau anak ayam.

17

Bobot telur : 40 gram. Bobot DOC : 26,2 gram. Kapasitas produksi telur : 112 butir/tahun (30,9 %)

Lampiran 4. Form Laporan Kelompok Peternak Nama kelompok : Alamat :

1. LAPORAN ADMINISTRASI No. Uraian Fisik Keuangan

Target Realisasi 1 Bibit 2 Pakan 3 Mesin tetas 4 Kandang

2. LAPORAN TEKNIS PEMBIBITAN

a. Populasi

(ekor)

No. Uraian Populasi awal Populasi Akhir

Jtn Btn Jml Jtn Btn Jml 1. 2. 3.

Induk Muda/Dara Anak

Page 10: Pedoman

16

Lampiran 3. Persyaratan Teknis Minimal Bibit Ayam Kampung a. Ayam bibit harus sehat, tidak cacat, ukuran tubuh seragam, bulu boleh

bermacam-macam dan berasal dari ayam induk yang sehat.

b. Bentuk Fisik : Warna bulu : beraneka ragam pada ayam yang jantan warnanya lebih

indah. Warna kaki : hitam campur putih. Warna kulit : kuning pucat. Bentuk tubuh : Pada ayam jantan : lonjong. Pada ayam betina : segi empat. Bentuk kaki : Pada ayam jantan : tegap dan proposional. Pada ayam betina : tegap. Jengger : Pada ayam jantan : berwarna merah berukuran

sedang, ada yang tunggal, rose, bergerigi, dan ada juga yang berbentuk kacang.

Pada ayam betina : berwarna merah berukuran kecil, tunggal, rose, bentuk kacang, bergerigi.

Pial : Pada ayam jantan : berwarna merah, berukuran sedang.

Pada ayam betina : berwarna merah berukuran kecil.

Muka : Merah segar.

c. Dipelihara secara intensif : Bobot badan dewasa : Jantan : 2,4 kg. Betina : 1,5 kg. Umur pada telur pertama : 148 hari.

5

BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN

Dana pengembangan pembibitan ayam lokal tahun 2012 dialokasikan dalam bentuk dana Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK), pada Tugas Pembantuan DIPA Satuan Kerja Dinas Peternakan Provinsi/Kabupaten tahun 2012. Tata cara pengajuan, penyaluran, penggunaan dan pertanggungjawaban dana dilakukan berdasarkan peraturan perundang – undangan yang berlaku.

A. Penggunaan Dana

Dana yang telah dialokasikan digunakan untuk :

1. Pembelian bibit ayam lokal sesuai spesifikasi teknis;

2. Bantuan perbaikan kandang, pembelian peralatan termasuk mesin tetas (bagi yang belum memiliki), pakan, obat-obatan dan sarana pembibitan lainnya.

B. Proporsi penggunaan dana

Perlu dibuat kesepakatan antar anggota kelompok yang diketahui oleh kepala dinas yang membidangi fungsi peternakan di kabupaten/kota mengenai sistem kerja dalam pemanfaatan dana, dengan proporsi sebagai berikut :

1. Sekitar 70% dari dana yang diterima digunakan untuk pembelian bibit (minimal 500 ekor betina siap bertelur dan 100 ekor pejantan atau pengadaan bibit DOC dengan memperhitungkan pakan dan kematian DOC sampai ayam siap produksi);

2. Sekitar 30% sisanya digunakan untuk pembiayaan kebutuhan lainnya, termasuk peningkatan SDM.

Page 11: Pedoman

6

BAB IV TATALAKSANA PEMBIBITAN

Tatalaksana pembibitan ayam lokal adalah kegiatan melakukan pembiakan ayam lokal hasil seleksi melalui perkawinan yang seleksinya didasarkan pada sifat produksi dan/atau reproduksi. Tatacara pembiakannya adalah : (a) melakukan perkawinan ayam jantan dan betina untuk menghasilkan telur-telur fertil; (b) menetaskan telur fertil dengan inkubator (mesin tetas) untuk menghasilkan anak ayam. Usaha pembibitan ayam lokal dilakukan mengacu kepada Pedoman Pembibitan Ayam Lokal Yang Baik (GBP).

A. Persyaratan Teknis Bibit Ayam Lokal

1. Diutamakan bibit hasil produksi dari pembibit ayam lokal;

2. Bebas dari penyakit menular;

3. Memenuhi persyaratan teknis minimal bibit ayam lokal;

4. Ayam betina dara siap berproduksi (pullet) dan pejantan siap kawin. Untuk mengatasi kesulitan penyediaan pullet, dipertimbangkan pengadaan bibit DOC dengan diberikan paket pakan sampai dengan ayam siap produksi (umur 5 bulan) dengan memperhitungkan angka kematian dari DOC sampai dengan pullet.

B. Kandang dan Perlengkapan

1. Daya tampung kandang sistem litter untuk ayam umur <3 minggu 40 ekor/m2, 3-6 minggu 20 ekor/m2, 6-18 minggu 10 ekor/m2 sedangkan untuk ayam umur > 14 minggu 6 ekor/m2.

2. Kandang cukup ventilasi, memperoleh cukup sinar matahari dan terhindar dari aliran hembusan angin yang terus menerus.

3. Tempat pakan dan air minum dapat terbuat dari bahan yang tidak mudah berkarat dan sesuai dengan umur ayam, baik ukuran maupun bentuknya.

15

Ayam Bibit

Telur tetas

Pullet

DOC

Telur konsumsi

Ayam Bibit

Berkua litas

Kelompok peternak

Pakan

Obat2an

Pembinaan

Pelatihan

Pasar

Replacement stock

Dana TP

Lampiran 2. Skema Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Pembibitan Ayam Lokal

Page 12: Pedoman

14

Lampiran 1. Lokasi Kegiatan Pengembangan Pembibitan Ayam Lokal

1. Provinsi Sumatera Barat

2. Provinsi Jambi

3. Provinsi Sumatera Selatan

4. Privinsi Bangka Belitung

5. Provinsi Jawa Tengah

6. Provinsi DIY

7. Provinsi Bali

8. Provinsi NTB

9. Provinsi Kalimantan Timur

10. Provinsi Maluku Utara

7

4. Tempat pakan harus diletakkan secara praktis, mudah terjangkau, mudah dipindahkan, diganti atau ditambah isinya dan mudah dibersihkan.

5. Ayam yang sakit ditempatkan dikandang isolasi. Alat untuk membersihkan kandang isolasi tidak boleh digunakan pada kandang lain.

6. Alat pemanas (indukan buatan) dan alat penerangan cukup.

7. Alas kandang dan tempat bertelur kering dan bersih.

C. Pakan dan Obat

1. Pakan

a. Pakan yang digunakan berupa pakan komersial dan/atau campuran sesuai dengan kebutuhan minimal gizi untuk ayam lokal dan layak konsumsi;

b. Pakan dapat diberikan dalam bentuk halus (mash) atau pellet.

2. Obat

a. Obat hewan yang digunakan seperti biologik, premik, farmasitik adalah obat hewan yang telah terdaftar dan memiliki nomor pendaftaran obat hewan;

b. Penggunaan obat hewan harus dibawah pengawasan dokter hewan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

D. Kesehatan Hewan

1. Kandang yang digunakan untuk pembibitan ayam lokal dirancang sedemikian rupa sehingga tidak mudah dimasuki dan dijadikan sarang binatang pembawa penyakit.

2. Pembersihan dan pensucihamaan kandang yang baru dikosongkan dilakukan dengan menggunakan desinfektan.

Page 13: Pedoman

8

3. Desinfeksi kandang dan peralatan serta pembasmian serangga, parasit dan hama lainnya dilakukan secara teratur.

4. Kandang harus dikosongkan minimal 2 minggu sebelum digunakan kembali;

5. Vaksinasi terhadap penyakit unggas menular sesuai jadwal yang dibuat dan dibawah pengawasan dokter hewan yang berwenang. Vaksinasi dilakukan terhadap penyakit Newcastle Disease (ND), Infectious Bronchitis (IB), Infectious Bursal Disease (IBD), Coryza Avian Influenza (AI) serta penyakit lainnya yang ditetapkan dilakukan sesuai petunjuk teknis kesehatan hewan.

6. Apabila terjadi kasus penyakit hewan menular yang menyerang ayam lokal di lokasi pembibitan harus segera dilaporkan kepada dinas setempat untuk dilakukan tindakan sebagaimana mestinya.

7. Ayam, bangkai ayam dan limbah pembibitan yang terkena penyakit hewan menular tidak boleh dibawa keluar lokasi pembibitan dan harus segera dimusnahkan dengan dibakar dan/atau dikubur.

E. Biosekuriti

Untuk mencegah kemungkinan terjadinya kontak/penularan bibit penyakit hewan pada ternak, dilakukan tindakan sebagai berikut : (1) lokasi pembibitan harus memiliki pagar untuk memudahkan kontrol keluar masuknya individu, kendaraan, barang serta mencegah masuknya hewan lain; (2) Setiap individu sebelum masuk ke unit kandang harus mencelupkan kaki ke bak cuci yang telah diberi desinfektans; dan (3) pengunjung yang hendak masuk lokasi pembibitan harus meminta izin dan mengikuti peraturan yang ada.

F. Tatacara Pengembangbiakan

1. Sistem Perkawinan

13

BAB VIII

PENUTUP

Pedoman Teknis Pengembangan Pembibitan Ayam Lokal ini merupakan acuan untuk kelancaran operasional pengembangan pembibitan ayam lokal tahun 2012. Dengan pedoman teknis ini diharapkan semua pelaksana kegiatan dari tingkat pusat, provinsi sampai kabupaten/kota dapat melaksanakan kegiatan pengembangan pembibitan ayam lokal dengan baik, sehingga berhasil sesuai dengan tujuan.

Direktorat Perbibitan Ternak

Page 14: Pedoman

12

BAB VI PEMANTAUAN, EVALUASI, DAN PELAPORAN

A. Pemantauan dan Evaluasi

Pemantauan dan evaluasi dilakukan oleh Tim Pengawal bersama Dinas Provinsi dan atau Kabupaten/Kota. Kegiatan pemantauan dan evaluasi dilakukan untuk mengetahui :

1. Kesesuaian pelaksanaan kegiatan dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam petunjuk teknis ini;

2. Tingkat keberhasilan yang dicapai (populasi ternak, dan pola pembibitan);

3. Permasalahan dan pemecahannya.

B. Pelaporan

Pelaporan dilakukan secara berkala dan berjenjang untuk mengetahui pelaksanaan pengembangan pembibitan ayam lokal dengan tahapan sebagai berikut :

1. Kelompok peternak penerima bantuan Dana Tugas Pembantuan wajib melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan setiap bulan kepada Kepala Dinas Kabupaten/Kota, selambat-lambatnya tanggal 5 bulan berikutnya.

2. Dinas Kabupaten/Kota melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan kepada Kepala Dinas Provinsi dengan tembusan Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan cq. Direktur Perbibitan Ternak, selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya. Format laporan terdapat dalam lampiran (lampiran - 4)

9

Perkawinan antara ayam jantan dan betina dilakukan secara alami dengan perbandingan 1 : 5.

2. Penanganan Telur Tetas dan Penetasan

Penanganan telur tetas dan penetasan pada pembibitan ayam lokal yang baik dilakukan sebagai berikut :

a. Telur yang akan ditetaskan hendaknya diperoleh dari induk dengan mutu produksi yang baik;

b. Sebelum ditetaskan, telur diseleksi sesuai persyaratan untuk telur tetas berdasarkan bobot minimal 37 gram/butir, bentuk telur oval, dan kondisi fisik kerabang halus dan tidak retak, kemudian disimpan pada suhu ruangan 22 – 25 0C paling lama 7 hari.

c. Penetasan dilakukan dengan mesin tetas yang kapasitasnya disesuaikan dengan kebutuhan.

3. Penanganan DOC

Penanganan DOC pada pembibitan ayam lokal yang baik dilakukan sebagai berikut :

a. Anak ayam dikeluarkan dari mesin tetas setelah bulu kering;

b. Anak ayam yang tidak memenuhi syarat kualitas disingkirkan;

c. Pemisahan jantan dan betina dilakukan melalui metode sexing (kloaka, suara dan warna bulu);

d. Anak ayam yang akan dijual/dikeluarkan dari tempat pembibitan harus sudah divaksin Marek’s;

e. Pengeluaran bibit DOC harus disertai dengan catatan program vaksinasi yang telah dan seharusnya dilakukan dikemudian hari.

4. Penanganan Pasca DOC

Page 15: Pedoman

10

Penanganan pasca DOC pada pembibitan ayam lokal yang baik dilakukan sebagai berikut :

a. Penjualan anak ayam lebih memungkinkan untuk mendapatkan betina atau jantan saja, karena pada umur 6 minggu perbedaan jantan/betina sudah terlihat;

b. Segera setelah menetas anak ayam dipelihara dalam indukan dengan fasilitas cukup ruang, suhu, pakan dan air minum, pada umur 3 hari dilakukan vaksinasi ND, yang diulang pada umur 3 minggu;

c. Pengeluaran bibit pasca DOC harus disertai dengan catatan program vaksinasi yang telah dan seharusnya dilakukan kemudian.

5. Pencatatan

Pencatatan pada pembibitan ayam lokal yang baik meliputi :

a. Produksi (telur harian, telur tetas);

b. Data (umur, jumlah ternak, jumlah pakan, bobot badan, jenis penyakit, penggunaan obat/vaksin dan kematian);

c. Pemasukan dan pengeluaran bibit ayam lokal (tanggal, asal/tujuan, galur, jumlah, jenis kelamin, kondisi).

G. Peremajaan (Replacement)

Demi keberlanjutan usaha pembibitan ayam lokal, maka dilakukan peremajaan yaitu ayam diafkir pada umur 18 bulan dan sebelum ayam diafkir, perlu dipersiapkan penggantinya (replacement). Ayam pengganti dapat berasal dari turunannya (Filial 1 / F1) yang terseleksi dan dipersiapkan 8 bulan sebelum tetuanya diafkir.

11

BAB V PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN

A. Pengembangan

Demi keberhasilan dan keberlanjutan kegiatan pengembangan pembibitan ayam lokal diperlukan kesamaan persepsi tentang kegiatan tersebut melalui koordinasi kepada Dinas Provinsi dan Kabupaten/Kota penerima dana Tugas Pembantuan.

B. Pembinaan

Pembinaan terhadap peternak maupun kelompok peternak penerima dana Tugas Pembantuan dilakukan secara terarah dan terus menerus. Pembinaan tersebut dilakukan oleh unsur pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah (Pusat), Provinsi, dan Kabupaten/Kota.

Dalam rangka pengembangan Pembibitan Ayam Lokal diharapkan dapat berjalan secara berkelanjutan, sehingga dana yang disalurkan kepada kelompok yang merupakan penguatan modal dapat terus dipupuk dan selanjutnya dikembangkan untuk kelompok lain. Pola pengembangan berdasarkan kesepakatan antara pemerintah daerah (kabupaten/kota) bersama dengan kelompok.