Ped isi

27
Versi 271204 Pd XX-XXXX-XXXX Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Perkotaan dan Sub Urban 1 Ruang lingkup Ruang lingkup pedoman meliputi pengendalian pemanfaatan ruang di kawasan perkotaan dan sub urban. Materi pedoman mencakup tentang ketentuan umum dan ketentuan teknis untuk pengendalian pemanfaatan ruang di kawasan perkotaan dan sub urban. Pedoman ini akan bermanfaat bagi : a. Pemerintah Kota dan Kabupaten sebagai rujukan dalam rangka menyusun peraturan- peraturan kebijakan pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang kawasan perkotaan dan sub urban; b. Masyarakat sebagai acuan/arahan dalam mengawasi pemanfaatan ruang di kawasan perkotaan dan sub urban. Tujuan pedoman ini adalah untuk memberikan acuan kepada para stakeholder dalam rangka pengendalian pemanfaatan ruang di kawasan perkotaan dan sub urban. LAUT CBD Tugu Peduru Pringapus Bergas Ungaran Banyumanik Boja Gunungpati Kaliwu Genuk Sayung Mranggen Karangawen Ke Demak/Surabaya Ke Kendal/Jakarta Ke Yogyakarta Ke Solo Keterangan : Urban Sub Urban Urban Sprawl Gambar 1 Lokasi kawasan perkotaan dan sub urban 2 Acuan normatif Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Perkotaan dan Sub Urban, disusun berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu : Undang Undang R.I No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang. Undang-Undang R.I No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. 1 dari 1

Transcript of Ped isi

Page 1: Ped isi

Versi 271204 Pd XX-XXXX-XXXX

Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Perkotaan dan Sub Urban

1 Ruang lingkup

Ruang lingkup pedoman meliputi pengendalian pemanfaatan ruang di kawasan perkotaan dan sub urban. Materi pedoman mencakup tentang ketentuan umum dan ketentuan teknis untuk pengendalian pemanfaatan ruang di kawasan perkotaan dan sub urban.

Pedoman ini akan bermanfaat bagi :

a. Pemerintah Kota dan Kabupaten sebagai rujukan dalam rangka menyusun peraturan-peraturan kebijakan pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang kawasan perkotaan dan sub urban;

b. Masyarakat sebagai acuan/arahan dalam mengawasi pemanfaatan ruang di kawasan perkotaan dan sub urban.

Tujuan pedoman ini adalah untuk memberikan acuan kepada para stakeholder dalam rangka pengendalian pemanfaatan ruang di kawasan perkotaan dan sub urban.

LAUT

CBD Tugu

Peduru

Pringapus

Bergas Ungaran

Banyumanik Boja

Gunungpati

KaliwuGenuk

Sayung

Mranggen

Karangawen

Ke Demak/SurabayaKe Kendal/Jakarta

Ke Yogyakarta Ke Solo

Keterangan :

Urban

Sub Urban

Urban Sprawl

Gambar 1 Lokasi kawasan perkotaan dan sub urban

2 Acuan normatif

Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Perkotaan dan Sub Urban, disusun berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu :

Undang Undang R.I No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang.

Undang-Undang R.I No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.

1 dari 1

Page 2: Ped isi

Versi 271204 Pd XX-XXXX-XXXX

Peraturan Pemerintah R.I No. 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.

Peraturan Pemerintah R.I No. 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban serta Bentuk dan Tatacara Peran Serta Masyarakat Dalam Penataan Ruang.

Peraturan Pemerintah R.I No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah.

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota yang telah disahkan melalui Peraturan Daerah.

3 Istilah dan definisi

3.1 ruang

wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lainnya hidup dan melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya (UU No. 24/1992)

3.2 tata ruang

wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang, baik direncanakan maupun tidak (UU No. 24/1992)

3.3 penataan ruang proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang (UU No. 24/1992)

3.4 rencana tata ruang hasil perencanaan tata ruang (UU No. 24/1992)

3.5 pemanfaatan ruang rangkaian program kegiatan pelaksanaan pembangunan yang memanfaatkan ruang menurut jangka waktu yang ditetapkan di dalam rencana tata ruang (penjelasan UU No. 24/1992)

3.6 pengendalian pemanfaatan ruang pengendalian pemanfaatan ruang diselenggarakan melalui kegiatan pengawasan dan penertiban (UU No. 24/1992)

3.7 kawasan lindung kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber aya alam dan sumber daya buatan (UU No. 24/1992)

3.8

2 dari 2

Page 3: Ped isi

Versi 271204 Pd XX-XXXX-XXXX

kawasan budidaya kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya aalam, sumber daya manusia, dam sumber daya buatan (UU No. 24/1992)

3.9 kawasan perkotaan kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi (UU No. 24/1992)

3.10 sub urban kawasan pinggiran kota (Kamus Besar Bahasa Indonesia, W.J.S. Porwadarminta)

daerah perumahan yang lokasinya di pinggiran kota (a residential district located on the outskirts of a city - WordNet Dictionary)

kawasan yang terletak di bagian tepi suatu kota yang pemanfaatan ruangnya relatif lebih rendah intensitasnya, biasanya digunakan sebagai daerah perumahan, pertanian, industri dan campuran (a residential district located on the outskirts of a city - WordNet Dictionary)

3.11 kota kawasan perkotaan yang berstatus Daerah Otonom

3.12 pengawasan usaha untuk menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang dengan fungsi ruang yang telah ditetapkan dalam rencana tata ruang (penjelasan UU No. 24/1992)

3.13 penertiban usaha untuk mengambil tindakan agar pemanfaatan ruang yang direncanakan dapat terwujud (penjelasan UU No. 24/1992)

3.14 pelaporan kegiatan memberi informasi secara obyektif mengenai pemanfaatan ruang baik yang sesuai maupun yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang (penjelasan UU No. 24/1992)

3.15 pemantauan upaya atau perbuatan untuk mengamati, dan memeriksa dengan cermat perubahan pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang (penjelasan UU No.24/1992).

3.16

3 dari 3

Page 4: Ped isi

Versi 271204 Pd XX-XXXX-XXXX

evaluasi usaha untuk menilai kemajuan kegiatan pemanfaatan ruang dalam mencapai tujuan rencana tata ruang (penjelasan UU No. 24/1992)

3.17 ijin pemanfaatan ruang ijin yang berkaitan dengan lokasi, kualitas ruang, dan tata bangunan yang sesuai dengan peraturan perundangan undangan, hukum adat, dan kebiasaan yang berlaku (penjelasan UU No. 24/1992)

4 Ketentuan umum

Pengendalian pemanfaatan ruang merupakan bagian dari kegiatan penataan ruang yang dipersiapkan sejak awal proses perencanaan tata ruang. Konsep pengendalian dimulai sebelum rencana tata ruang diimplementasikan dengan memasukkan indikator pencapaian hasil, sebagai dasar-dasar kriteria yang diperlukan, pada saat rencana dilaksanakan dan sesudah implementasi. Pengendalian pemanfaatan ruang diselenggarakan melalui kegiatan pengawasan dan penertiban terhadap pemanfaatan ruang.

4.1 Pengawasan Pengawasan terhadap pemanfaatan ruang diselenggarakan dalam bentuk pelaporan, pemantauan, dan evaluasi. Berdasarkan waktunya, pengawasan dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu :

a. Pengawasan selama proses pembangunan (construction), bertujuan untuk mencegah terjadinya kelambatan atau masa idle (non-performing) yang berdampak negatif.

b. Pengawasan selama masa pemanfaatan, bertujuan untuk mencegah terjadinya penyimpangan kegiatan yang dilaksanakan dari perijinan yang telah diterbitkan.

Kegiatan pengawasan pada umumnya dilakukan melalui 3 (tiga) pendekatan, yaitu :

a. Pengawasan by-process, artinya fokus pengawasan ditekankan pada proses perubahan pemanfaatan ruang. Apakah proses perubahan pemanfaatan ruang yang belangsung sesuai dengan rencana peruntukan

b. Pengawasan by-time, artinya waktu pengawasan dapat dilakukan secara periodik maupun acak. Pengawasan periodik berguna untuk mengikuti dinamika perkembangan karakteristik dampak yang dihasilkan dari terjadinya perubahan pemanfaatan ruang.

c. Pengawasan by-place, artinya pengawasan dilakukan pada tempat-tempat yang mungkin mendorong terjadinya pelanggaran rencana pemanfaatan ruang.

4.1.1 Pelaporan Pelaporan berfungsi sebagai salah satu sumber informasi bagi pemerintah atau instansi yang berwenang dalam memantau dan mengevaluasi pemanfaatan ruang sebagaimana yang telah ditetapkan dalam rencana tata ruang sebuah kawasan.

Pelaporan tidak hanya berupa laporan pelanggaran atas rencana tata ruang, tetapi juga segala hal yang menyangkut pemanfaatan ruang, baik yang sesuai maupun yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang. Oleh sebab itu, pelaporan pemanfaatan ruang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pihak pengguna ruang itu sendiri, dan pihak-pihak di luar pengguna, yaitu masyarakat luas, baik yang berada di sekitar kawasan pemanfaatan maupun bukan.

Pelaporan yang dilakukan oleh pengguna berguna sebagai input untuk menilai sampai sejauhmana pemanfaatan ruang direalisasikan sebagaimana rencana tata ruang yang

4 dari 4

Page 5: Ped isi

Versi 271204 Pd XX-XXXX-XXXX

berlaku. Adapun pelaporan yang dilakukan oleh pihak-pihak di luar pengguna berguna sebagai penyeimbang informasi sekaligus sebagai kontrol terhadap laporan yang dibuat oleh pengguna ruang.

Subyek pelaporan adalah pihak-pihak yang memiliki hak dan/atau kewajiban untuk melaporkan hal-hal yang menyangkut pemanfaatan ruang. Subyek yang memiliki kewajiban untuk itu adalah pihak pengguna ruang, sedangkan subyek yang memiliki hak untuk melaporkan segala hal yang menyangkut pelanggaran terhadap rencana tata ruang dan/atau dinilai telah menimbulkan dampak yang tidak dikehendaki oleh masyarakat adalah anggota masyarakat secara umum.

Obyek pelaporan adalah aspek-aspek yang terkait dengan pemanfaatan ruang, baik itu aspek fisik maupun non-fisik. Aspek fisik menyangkut konstruksi fisik, seperti bangunan; sedangkan non-fisik (sosial-ekonomi) menyangkut pengaruh/dampak negatif dan positif pemanfaatan ruang terhadap kehidupan sosial-ekonomi masyarakat. Hal-hal yang harus dilaporkan dalam aspek non-fisik menyangkut masalah tanggapan dan penilaian masyarakat, serta pengaruh yang ditimbulkan oleh pemanfaatan ruang terhadap kehidupan sosial-ekonomi masyarakat.

Mekanisme pelaporan adalah tata cara dan prosedur pelaporan yang harus dilalui oleh pelapor, baik pengguna ruang itu sendiri maupun masyarakat umum.

Bentuk pelaporan adalah format pelaporan standar-formal (baku) yang diberlakukan oleh instansi pemerintah dan instansi terkait lainnya yang berwenang dalam pengendalian pemanfaatan ruang. Bentuk pelaporan disampaikan secara tertulis dan tidak tertulis. Pelaporan tertulis disampaikan oleh pihak pengguna ruang, sedangkan pelaporan tertulis atau tidak tertulis disampaikan oleh masyarakat umum.

Pelaporan disampaikan kepada : Dinas Tata Ruang / Dinas Tata Kota / Dinas Pekerjaan Umum atau instansi lain yang berfungsi mengendalikan pemanfaatan ruang.

Tahapan pelaporan adalah tahap-tahap pelaporan yang harus dilakukan oleh pengguna ruang selama proses kegiatan pelaksanaan pemanfaatan ruang dilakukan. Pelaporan pemanfaatan ruang dilakukan dalam tiga tahap:

a) Tahap Pra Konstruksi, yakni pelaporan rencana final pemanfaatan ruang. Dalam tahap ini pihak pengguna ruang menyampaikan semua rencana pemanfaatan ruang yang telah mendapat persetujuan atau ijin dari pemerintah atau instansi yang berwenang. Pada tahap ini pihak pengguna diharuskan mengisi formulir yang telah disediakan oleh pemerintah atau instansi terkait.

b) Tahap Konstruksi, yakni pelaporan yang disampaikan pada tahap pelaksanaan pemanfaatan ruang. Pelaporan pada tahap ini berguna sebagai input bagi pelaksanaan evaluasi terhadap rencana pemanfaatan ruang yang sesuai dengan rencana tata ruang. Itu artinya, hasil laporan pada tahap ini akan menentukan apakah pelaksanaan pemanfaatan ruang perlu ditinjau kembali untuk disesuaikan kembali dengan rencana atau terus dilanjurtkan.

c) Tahap Pasca Konstruksi, yakni pelaporan hasil akhir dari pelaksanaan pemanfaatan ruang. Pelaporan yang disampaikan pada tahap ini berupa hasil akhir dari pelaksanaan pemanfaatan ruang. Sepeti halnya pada tahap konstruksi (tahap kedua), pelaporan berguna sebagai input bagi proses evaluasi dan peninjauan kembali terhadap kesesuaian antara rencana dan pelaksanaan akhir pemanfaatan ruang.

4.1.2 Pemantauan Pemantauan adalah aktivitas yang bertujuan mengamati dan mengikuti serta mendokumentasikan perubahan status/kondisi suatu proyek dipandang dari aspek tertentu yang diinginkan selama selang waktu tertentu.

5 dari 5

Page 6: Ped isi

Versi 271204 Pd XX-XXXX-XXXX

Pemantauan dilakukan oleh instansi pemerintah yang berwenang di bidang tata ruang di wilayah administrasi kabupaten/kota. Contoh : Dinas Tata Kota, Dinas Permukiman dan Tata Ruang, dan lain-lain.

Pemantauan dilakukan secara berkala minimal 1 tahun sekali sebagai : - kegiatan rutin - tindak lanjut adanya laporan dari masyarakat atau instansi terkait perihal adanya dugaan

penyimpangan/ketidaksesuaian pembangunan fisik dengan rencana tata ruang - pembangunan fisik (pra konstruksi, konstruksi, pasca konstruksi)

Upaya mengamati, mengawasi, dan memeriksa dengan cermat perubahan kualitas tata ruang dan lingkungan, mensyaratkan pemantauan dilakukan dengan peninjauan di lapangan.

Obyek lokasi wilayah pemantauan dapat dibedakan : a. Menurut wilayah administrasi :

- termasuk wilayah administrasi kota, atau - termasuk wilayah administrasi kabupaten

b. Menurut kondisi lahan terakhir : - wilayah terbangun (built up areas) misalnya untuk memantau kegiatan renovasi,

revitalisasi/peremajaan, atau perubahan fungsi ruang seperti dari kawasan perumahan ke kawasan perdagangan, dan lain-lain.

- Wilayah/lahan kosong (misalnya dari kawasan pertanian menjadi kawasan industri atau tanah kosong/telantar menjadi kawasan perumahan dan permukiman)

Pemantauan dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu : 1. Pemantauan yang dilakukan secara formal, berfungsi untuk mendapatkan suatu

informasi yang diproses dari sumber data eksternal dan internal. Pemantauan formal ini menghasilkan laporan periodik (informasi yang diperoleh akan meningkatkan efektifitas keputusan untuk perencanaan, pengarahan, dan pengendalian aktivitas.

2. Pemantauan yang dilakukan secara informal, pemantauan yang biasanya digunakan untuk memecahkan masalah lokal atau sering dikatakan pengindikasian cepat. Pemantauan informal dapat dilakukan melalui kontak personal dan kunjungan lapangan.

Pemantauan mencakup 3 (tiga) periode : 1. Masa pra konstruksi, dilaksanakan bersamaan dalam masa studi kelayakan. 2. Masa konstruksi 3. Masa pasca konstruksi.

4.1.3 Evaluasi Evaluasi merupakan kegiatan untuk membandingkan data tentang keadaan suatu kawasan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui apakah suatu kegiatan telah mencapai sasaran sesuai tujuan atau belum.

Waktu evaluasi : a. Evaluasi dilakukan pada masa pra konstruksi, masa konstruksi, dan masa pasca

konstruksi. Pra konstruksi dilakukan minimal 1 (satu) kali bersamaan dengan studi kelayakan /

DED. Konstruksi dilakukan minimal 1 (satu) kali pada saat pembangunan berjalan 40 –

50 %. Pasca konstruksi dilakukan minimal 3 (tiga) kali, masing-masing 1 (satu) kali setiap

tahun (akhir tahun I, akhir tahun II, dan akhir tahun IV). b. Dalam mengevaluasi digunakan indikator dan tolok ukur sebagai alat evaluasi.

Indikator dalam melakukan evaluasi adalah : Konversi lahan;

6 dari 6

Page 7: Ped isi

Versi 271204 Pd XX-XXXX-XXXX

Dominasi fungsi; Hubungan fungsional antar kegiatan dan antar kawasan; Konflik pemanfaatan ruang dalam satu kawasan.

Data yang diperlukan : Pra konstruksi :

- gambaran umum kawasan - tujuan dan sasaran pembangunan - kondisi awal lingkungan Konstruksi :

- perubahan rancangan (jika ada) - progress pembangunan - laporan manajemen konstruksi Pasca konstruksi :

- perubahan lingkungan di kawasan - efek yang terjadi - pemanfaatan hasil pembangunan

Lembaga yang melakukan evaluasi adalah lembaga yang berwenang di bidang penataan ruang (Dinas Tata Ruang & Permukiman atau Dinas Tata Kota atau Dinas Pekerjaan Umum). Dalam pelaksanaannya pimpinan lembaga menunjuk Tim Evaluasi minimal 3 orang yang berkemampuan dan dipimpin oleh minimal eselon III pada lembaga tersebut.

Hasil dari kegiatan evaluasi adalah rekomendasi untuk tindak lanjut yang tertuang dalam laporan hasil evaluasi.

Alat yang digunakan dalam mengevaluasi adalah : - RTRW (yang telah disahkan dengan Perda) - Ijin yang dikeluarkan oleh pemerintah/dinas terkait - Amdal (jika ada) - Kriteria lokasi dan standar teknis yang berlaku di bidang penataan ruang

Obyek yang dievaluasi adalah hasil pelaporan dan hasil pemantauan yang dilakukan oleh aparat dan masyarakat.

4.2 Penertiban Penertiban terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang diselenggarakan dalam bentuk pengenaan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Bentuk sanksi adalah sanksi administrasi, sanksi perdata, dan sanksi pidana. Pengenaan sanksi dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan tentang sanksi baik pelanggaran maupun kejahatan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Penertiban dilakukan melalui pemeriksaan dan penyelidikan atas pelanggaran pemanfaatan ruang. Penertiban dapat dilakukan selama tahap konstruksi maupun tahap pemanfaatan.

Perijinan merupakan langkah awal sebagai dasar dalam kegiatan pengawasan dan penertiban. Suatu ijin diberikan kepada pemohon dengan dasar rencana tata ruang. Berdasarkan perijinan kegiatan pengawasan dan penertibab dalam pemanfaatan ruang dapat dilaksanakan sampai dengan pengenaan sanksi atau dengan insentif dan disinsentif.

Beberapa bentuk pengendalian pemanfaatan ruang melalui mekanisme perijinan antara lain: Ijin Pemanfaatan Ruang (IPR), Surat Ijin Penambangan Daerah (SPID), Ijin Lokasi, Ijin Mendirikan Bangunan (IMB), dan Ijin Undang-Undang Gangguan/HO.

7 dari 7

Page 8: Ped isi

Versi 271204 Pd XX-XXXX-XXXX

5 Ketentuan teknis

5.1 Pengawasan Kegiatan yang dilakukan dalam pengawasan : Pelaku pembangunan melaporkan kegiatan yang dilakukan secara berkala kepada

pemberi perijinan; Lembaga pembahas melakukan pengecekan lapangan terhadap realisasi pembangunan

yang dilakukan. Sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya peran pemantauan yang dilakukan.

Bentuk-bentuk kegiatan pengawasan : a. Mekanisme insentif dan disinsentif, meliputi penyediaan sarana dan prasarana serta

financial insentive. Penyediaan sarana dan prasarana dilakukan dengan memberlakukan perijinan untuk pembangunan atau pemberian jaringan. Financial insentive dilakukan melalui pajak dan mekanisme bank. Contoh : Pengenaan pajak yang cukup tinggi untuk lahan kosong Pemberian insentif untuk lahan kosong yang dimanfaatkan untuk lahan hijau Mekanisme bank bisa menerapkan suatu sistem deposit bahwa setiap lahan kosong

yang tidak terbangun dalam 2 tahun, baik individu maupun developer harus menyerahkan deposit ke bank sampai lahan tersebut dibangun.

Mengarahkan ijin sarana prasarana ke kawasan prioritas Tidak mengijinkan pembangunan sarana dan prasarana pada kawasan pemukiman

liar Pajak lahan kosong Keringanan/bebas pajak untuk lahan kosong yang diubah menjadi lahan hijau

b. Pemantauan terhadap kegiatan pemanfaatan ruang yang berdampak negatif terhadap

kondisi lalu lintas. Kegiatan yang dilakukan : Penetapan penerapan desentralisasi dan peran antara Pemerintah Pusat dan Daerah

yang perlu diperjelas. Penetapan ongestion pricing maupun infrastructure pricing yang tepat sasaran dan

layak dilaksanakan serta efektif.

c. Pemberian wewenang pengawasan pada tingkat kelurahan (distribusi wewenang) Kegiatan yang dilakukan : Mekanisme pengawasan secara formal di kelurahan Pemberian wewenang untuk memberikan surat peringatan Pemberian wewenang untuk mengusulkan mekanisme penertiban untuk

pelanggaran-pelanggaran.

5.1.1 Pelaporan Format laporan ditunjukkan pada Lampiran A.

Prosedur pelaporan dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu :

a. Prosedur Pelaporan oleh Pengguna Ruang

1. Pra Konstruksi

Pihak pengguna ruang menyampaikan laporan seluruh rencana detail pemanfaatan ruang kepada instansi pemerintah dan instansi terkait lainnya yang berwenang dalam pengendalian pemanfaatan ruang.

8 dari 8

Page 9: Ped isi

Versi 271204 Pd XX-XXXX-XXXX

Selain kepada pemerintah dan instansi terkait lainnya, pihak pemanfaat juga berkewajiban mempublikasikan/menginformasikan rencana pemanfaatan ruang kepada masyarakat luas melalui kegiatan uji publik.

Format pelaporan pada tahap pra konstruksi mengikuti ketentuan yang telah dibuat oleh instansi pemerintah atau instansi terkait yang berwenang dalam pengendalian pemanfaatan ruang.

2. Konstruksi

Pihak pengguna ruang menyampaikan laporan proses pelaksanaan kegiatan pemanfaatan ruang kepada instansi pemerintah dan instansi terkait lainnya yang berwenang dalam pengendalian pemanfaatan ruang.

Selain menyampaikan laporan proses pelaksanaan kegiatan pemanfaatan ruang, pihak pengguna juga berkewajiban melaporkan tanggapan masyarakat – baik negatif maupun positif – terhadap kegiatan pelaksanaan pemanfaatan ruang.

Format pelaporan pada tahap pra konstruksi mengikuti ketentuan yang telah dibuat oleh instansi pemerintah atau instansi terkait yang berwenang dalam pengendalian pemanfaatan ruang.

3. Pasca Konstruksi

Pihak pengguna ruang menyampaikan laporan hasil akhir pelaksanaan kegiatan pemanfaatan ruang kepada instansi pemerintah dan instansi terkait lainnya yang berwenang dalam pengendalian pemanfaatan ruang.

Selain kepada pemerintah dan instansi terkait lainnya, pihak pengguna juga berkewajiban mempublikasikan/menginformasikan hasil akhir pelaksanaan kegiatan pemanfaatan ruang kepada masyarakat luas.

Format pelaporan pada tahap pasca konstruksi dan mekanisme publikasi kepada masyarakat mengikuti ketentuan yang telah dibuat oleh instansi pemerintah atau instansi terkait yang berwenang dalam pengendalian pemanfaatan ruang.

b. Prosedur Pelaporan oleh Masyarakat Umum

Pelaporan oleh masyarakat umum bisa dilakukan kapan pun selama dalam pelaksanaan kegiatan pemanfaatan ruang dinilai ada hal-hal yang tidak sesuai dengan rencana pemanfaatan tata ruang yang berlaku. Prosedur pelaporan yang dilakukan oleh masyarakat umum dapat dilakukan melalui dua cara, yakni tertulis dan tidak tertulis. Pelaporan tertulis dapat ditempuh melalui dua cara. Pertama, mengisi formulir pelaporan yang telah disediakan oleh instansi pemerintah atau instansi terkait lainnya yang berwenang dalam pengendalian pemanfaatan ruang. Kedua, menyampaikan laporan berdasarkan format surat penulisan laporan sendiri. Media pelaporan tertulis yang kedua bisa menggunakan teknologi internet atau membuka kotak pos pengaduan. Pelaporan tidak tertulis bisa dilakukan melalui media interaktif – telepon atau radio – yang dibuat oleh instansi pemerintah dan instansi terkait lainnya yang berwenang dalam pengendalian pemanfaatan ruang.

5.1.2 Pemantauan Alat kerja kegiatan pemantauan adalah : a. Peta RTRW Kota dan atau Kabupaten; b. Peta rencana rinci tata ruang (bila ada); c. Dokumen petunjuk pelaksanaan rencana tata ruang; d. Dokumen Peraturan Daerah tentang RTRW Kota dan atau Kabupaten; e. Peta penggunaan lahan tahun terakhir; f. Peta dasar wilayah kota dan atau kabupaten;

9 dari 9

Page 10: Ped isi

Versi 271204 Pd XX-XXXX-XXXX

g. Ijin yang dikeluarkan instansi yang berwenang (menyangkut pembangunan fisik di lokasi tertentu). Ijin-ijin ini dapat berupa : - ijin lokasi - ijin peruntukan penggunaan lahan - ijin mendirikan bangunan - ijin penggunaan bangunan - ijin pariwisata - AMDAL

Tingkat ketelitian peta yang digunakan dalam kegiatan pemantauan disesuaikan dengan kebutuhan, misalnya pembangunan fisik dengan luas yang kecil memerlukan peta rencana yang berskala besar (contoh 1 cm2 pada peta wilayah skala 1:25.000 mewakili luas 6,25 Ha, atau 1 cm2 pada wilayah skala 1:10.000 mewakili luas 1 Ha di lapangan). Sedangkan pembangunan fisik skala besar seperti kompleks perumahan, kawasan industri, kawasan pariwisata yang memiliki luas minimal 25 Ha, dapat merujuk pada peta RTRW Kota yang berskala minimal 1:50.000.

Informasi yang diperlukan dalam pemantauan yaitu : 1. Pengumpulan informasi mengenai tolok ukur tertentu. 2. Pengumpulan informasi mengenai data sosial ekonomi dan kesehatan masyarakat,

kualitas lingkungan, dan sebagainya. 3. Pengumpulan informasi mengenai persepsi masyarakat pengguna dan penerima

manfaat melalui metode kuesioner.

Pengambilan data pemantauan mengandalkan pengumpulan data sekunder, berbentuk dokumen termasuk juga catatan pada saat studi, perencanaan, penilaian, dan perancangan kegiatan-kegiatan evaluasi sebelum dan selama pelaksanaan/penyelenggaraan kegiatan.

Pemantauan dilakukan berdasarkan dimensi waktu tertentu (dilakukan secara periodik). Dalam pelaksanaannya, dikembangkan indikator manfaat dan tolak ukur berdasarkan kurun waktu tersebut, sehingga periodisasi pemantauan akan sangat tergantung dari karakter setiap parameter dan indikator tersebut.

5.1.3 Evaluasi a. Dalam melaksanakan evaluasi, digunakan format evaluasi (lampiran C) yang diisi sesuai

dengan hasil pelaporan dan pemantauan.

b. Sebelum mengisi format evaluasi, perlu dikaji kasus yang terjadi di lapangan dengan mengisi format A/B/C/D pada lampiran B untuk mengetahui indikator yang dievaluasi.

c. Dalam melakukan evaluasi digunakan :

1. - RTRW Kabupaten/Kota yang telah disahkan

- RDTR Kawasan di dalam Kabupaten/Kota, jika telah tersedia.

2. Ijin

3. Amdal (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan)

RKL (Rencana Kelola Lingkungan)

RPL (Rencana Pemantauan Lingkungan)

ANDAL (Analisis Dampak Lingkungan)

4. Kriteria lokasi dan standar teknis (lihat tabel pada lampiran D)

d. Pelaksana Evaluasi

10 dari 10

Page 11: Ped isi

Versi 271204 Pd XX-XXXX-XXXX

Tim evaluasi yang ditunjuk oleh pimpinan lembaga (Dinas Tata Ruang & Permukiman atau Dinas Tata Kota atau Dinas Pekerjaan Umum) yang beranggotakan minimal 3 rang yang berkemampuan dan dipimpin oleh minimal eselon III pada lembaga tersebut.

Evaluasi dilakukan segera setelah pemantauan dilakukan dan harus diselesaikan dalam waktu maksimal 2 bulan.

e. Rekomendasi dari hasil evaluasi dapat berupa kajian lebih lanjut yang harus dilakukan oleh tim yang lebih besar dan melibatkan instansi lain yang lebih luas.

f. Hasil evaluasi diumumkan kepada masyarakat, minimal ditempel pada papan pengumuman pada lembaga yang berwenang di bidang penataan ruang serta menyampaikan (melalui kurir maupun kantor pos) kepada pelapor.

5.2 Penertiban

Tahap-tahap yang dilakukan dalam proses penertiban adalah : a) Peringatan

Penerbitan lembar evaluasi yang berisikan perbedaan antara perijinan dan realisasi. Pemberitahuan tindakan perbaikan yang harus dilakukan oleh pelaku pembangunan.

b) Sanksi Biaya tambahan dikenakan dalam jangka waktu tertentu sampai denagn pelaku

pembangunan memperbaiki penyimpangan yang terjadi. Peniadaan fasilitas yang diperlukan bagi keberlangsungan kegiatan yang diberikan

sanksi. c) Pencabutan Ijin dan Proses Hukum (Legal Action)

Pencabutan dilakukan melalui serangkaian proses peringatan sebelumnya; Pencabutan dilakukan secara sepihak, berdasarkan dokumen perijinan dan hasil

evaluasi/pengawasan; Proses banding dimungkinkan bagi kedua belah pihak.

Tingkatan penindakan dalam penertiban : 1) Peringatan Tertulis

- Penindakan terhadap pelanggaran aktivitas industri yang secara nyata dan terbukti sah telah menyalahi ketentuan perijinan.

- Pelaku pelanggaran hanya diberi surat peringatan sekali dan diharuskan memperbaiki kerusakan yang dihasilkan dalam tempo waktu yang telah ditetapkan sebelumnya.

- Bila sampai jatuh tempo belum dilakukan perbaikan maka penindakan dapat ditingkatkan ke penindakan berikutnya.

2) Pengenaan Denda Langsung - Penindakan yang berupa penjatuhan denda secara langsung begitu diketahui

pelanggaran yang dilakukan sudah terkategorikan berat dan berbahaya. - Pengenaan denda langsung juga bisa diberikan ketika pelaku pelanggaran terbukti

tidak mengindahkan surat peringatan tertulis. 3) Pemutusan Sanksi Pengadilan, yaitu penindakan bagi pelaku pelanggaran berat dan

berbahaya serta menimbulkan kerusakan yang luas. 4) Pencabutan Ijin Lokasi dan Ijin Usaha

- Tingkatan penindakan terberat yang memiliki konsekuensi pada penutupan usaha. - Dilakukan jika pelaku pelanggaran yang sudah diganjar putusan pengadilan masih

tetap saja melakukannya.

Lokasi penindakan dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu : 1) Penindakan di tempat kejadian (on site punishment)

- Dilakukan begitu hasil pengawasan menunjukkan pelaku industri melakukan pelanggaran.

11 dari 11

Page 12: Ped isi

Versi 271204 Pd XX-XXXX-XXXX

- Kriteria penindakan : kategori pelanggaran relatif ringan sampai dengan berat/berbahaya, namun pelakunya menunjukkan itikad baik untuk memperbaiki kerusakan yang ditimbulkan dan tidak akan mengulangi kesalahannya.

- Jenis penindakan : pemberian surat peringatan dan pengenaan denda langsung. 2) Penindakan di majelis pengadilan (trial by court)

- Dilakukan ketika indikasi pelanggaran yang telah dilakukan tergolong berat dan pelakunya tidak menunjukkan itikad baik memperbaiki kerusakan lingkungan dan kesalahannya.

- Jenis penindakan : pemutusan sanksi pengadilan serta pemutusan ijin lokasi dan ijin usaha.

Bentuk-bentuk kegiatan penertiban :

- Penerbitan Surat Peringatan yang disertai lembar evaluasi yang berisikan pelanggaran yang dilakukan;

- Pemberitahuan tindakan perbaikan yang harus dilakukan; - Penyusunan dan penetapan kriteria pelanggaranyang berdampak penting; - Penyusunan dan penetapan kriteria pelanggaranyang berdampak strategis; - Penetapan jenis sanksi finansial; - Penetapan sanksi kegiatan yang betingkat. - Penetapan besaran denda atas ketidakberhasilan pembangunan; - Penetapan kriteria yang dapat diperpanjang masa ijin lokasinya. - Membentuk otoritas kelembagaan yang jelas untuk penanganan masalah transportasi

perkotaan dan pinggiran kota. - Pemberlakuan standar peralatan dan prosedur instalasi. - Pemasangan alat pengukur konsumsi energi dan air bersih. - Pemberian prioritas/penundaan ijin kepada insutri yang memenuhi ketentuan. - Pemberlakuakn standar manajemen industri. - Pengenaan tarif pajak dan retribusi perbaikan lingkungan. - Penetapan kewajiban perbaikan lingkungan dan pembangunan infrastruktur publik. - Penentuan batas maksimum wilayah terkena dampak. 6 Kelembagaan

Kelembagaan mencakup lembaga-lembaga yang memiliki wewenang dalam pengendalian pemanfaatan ruang. Lembaga-lembaga yang dimaksud meliputi instansi pemerintah dan institusi-institusi terkait lainnya yang berwenang dalam pengendalian pemanfaatan ruang, antara lain :

- Bapeda (rekomendasi/ijin prinsip)

- Dinas Pekerjaan Umum/Tata Ruang (ijin/IMB)

- BPN

12 dari 12

Page 13: Ped isi

Versi 271204 Pd XX-XXXX-XXXX

Lampiran A

(normatif)

Format laporan (yang disampaikan secara lisan)

Catatan Laporan Masyarakat (yang disampaikan secara lisan) Nama Pelapor : .............................................................................................

No. KTP : .............................................................................................

Nama wilayah/kawasan yang dilaporkan

..........................................................................................................................................................................................

Materi laporan pemanfataan ruang

..........................................................................................................................................................................................

Pemanfaatan ruang menurut rencana

..........................................................................................................................................................................................

Nama penerima laporan : .............................................................................................

Jabatan : .............................................................................................

Kesesuaian/bias antara perencanaan tata ruang dengan pemanfaatan rencana tata ruang

.......................................................................................................................................................................................................................................................................................

Rencana tindak .............................................................................................: Lanjut .............................................................................................: Laporan diteruskan .............................................................................................: Kepada .............................................................................................: Tanggal

Atau :

Laporan telah diselesaikan sebagai

.............................................................................................

Atau :

..........................................

......................., 200...

ttd

(nama jelas penerima laporan)

13 dari 13

Page 14: Ped isi

Versi 271204 Pd XX-XXXX-XXXX

Lampiran B (normatif)

Format evaluasi pemanfaatan lahan di kawasan perkotaan dan sub urban

A. Konversi Lahan (10xx) a b c d e f g

Luas eksisting

(km

Selisih antara c dan

e (km

Persentase No Fungsi Kawasan Luas Kawasan (menurut RTRW /

Perda tgl. …..) (km

Persentase luas

eksisting ({c : total

luas kawasan

perkotaan}x100%)

2 2 *)) ) ({e : total

luas kawasan

perkotaan } x100%)

2)

1. Kawasan Lindung (1001)

2. Kawasan Budidaya a. perumahan dan

permukiman (1002)

b. perdagangan (1003)

c. industri (1004) d. fasilitas sosial

(pendidikan, kesehatan, peribadatan, rekreasi, olahraga) (1005)

e. perkantoran (1006)

f. terminal angkutan darat, laut, udara (1007)

g. pertanian (1008) h. pemakaman

(1009)

i. tempat pembuangan akhir (1010)

*) bila c ≥ e : tidak terjadi konversi lahan bila c < e : terjadi konversi lahan

(1001) • Luas kawasan lindung menurut RTRW (Perda No. …………….. ) adalah ……….

km2 atau ……. % dari total luas kawasan perkotaan. • Sampai dengan tanggal ……….. bulan ……….. tahun …….., luas kawasan

lindung adalah …. km2 atau ……. % dari total luas kawasan perkotaan.

(1002) • Luas kawasan perumahan dan permukiman menurut RTRW (Perda No. …………….. ) adalah ………. km2 atau ……. % dari total luas kawasan perkotaan.

14 dari 14

Page 15: Ped isi

Versi 271204 Pd XX-XXXX-XXXX

• Sampai dengan tanggal ……….. bulan ……….. tahun …….., luas kawasan perumahan dan permukiman yang sudah terbangun adalah …. km2 atau ……. % dari total luas kawasan perkotaan.

(1003) • Luas kawasan perdagangan menurut RTRW (Perda No. …………….. ) adalah ………. km2 atau ……. % dari total luas kawasan perkotaan.

• Sampai dengan tanggal ……….. bulan ……….. tahun …….., luas kawasan perdagangan yang sudah terbangun adalah …. km2 atau ……. % dari total luas kawasan perkotaan.

(1004) • Luas kawasan industri menurut RTRW (Perda No. …………….. ) adalah ………. km2 atau ……. % dari total luas kawasan perkotaan.

• Sampai dengan tanggal ……….. bulan ……….. tahun …….., luas kawasan industri yang sudah terbangun adalah …. km2 atau ……. % dari total luas kawasan perkotaan.

(1005) • Luas fasilitas sosial menurut RTRW (Perda No. …………….. ) adalah ………. km2 atau ……. % dari total luas kawasan perkotaan.

• Sampai dengan tanggal ……….. bulan ……….. tahun …….., luas fasilitas sosial yang sudah terbangun adalah …. km2 atau ……. % dari total luas kawasan perkotaan.

(1006) • Luas kawasan perkantoran menurut RTRW (Perda No. …………….. ) adalah ………. km2 atau ……. % dari total luas kawasan perkotaan.

• Sampai dengan tanggal ……….. bulan ……….. tahun …….., luas kawasan perkantoran yang sudah terbangun adalah …. km2 atau ……. % dari total luas kawasan perkotaan.

(1007) • Luas kawasan terminal angkutan darat, laut, dan udara menurut RTRW (Perda No. …….. ) adalah ………. km2 atau ……. % dari total luas kawasan perkotaan.

• Sampai dengan tanggal ……….. bulan ……….. tahun …….., luas kawasan terminal angkutan darat, laut, dan udara yang sudah terbangun adalah …. km2 atau ……. % dari total luas kawasan perkotaan.

(1008) • Luas kawasan pertanian menurut RTRW (Perda No. …………….. ) adalah ………. km2 atau ……. % dari total luas kawasan perkotaan.

• Sampai dengan tanggal ……….. bulan ……….. tahun …….., luas kawasan pertanian yang sudah terbangun adalah …. km2 atau ……. % dari total luas kawasan perkotaan.

(1009) • Luas kawasan pemakaman menurut RTRW (Perda No. …………….. ) adalah ………. km2 atau ……. % dari total luas kawasan perkotaan.

• Sampai dengan tanggal ……….. bulan ……….. tahun …….., luas kawasan pemakaman yang sudah terbangun adalah …. km2 atau ……. % dari total luas kawasan perkotaan.

(1010) • Luas kawasan tempat pembuangan akhir menurut RTRW (Perda No. …………….. ) adalah ………. km2 atau ……. % dari total luas kawasan perkotaan.

• Sampai dengan tanggal ……….. bulan ……….. tahun …….., luas kawasan tempat pembuangan akhir yang sudah terbangun adalah …. km2 atau ……. % dari total luas kawasan perkotaan.

15 dari 15

Page 16: Ped isi

Versi 271204 Pd XX-XXXX-XXXX

B. Dominasi Fungsi (20xx) a b c d

No Fungsi Kawasan Luas lahan yang digunakan untuk kegiatan non b

dalam kawasan b(km

Persentase luas lahan yang digunakan untuk kegiatan non b dalam kawasan b

({c : total luas kawasan b } x100%) 2)

1. Kawasan Lindung (2001) 2. Kawasan Budidaya a. perumahan dan permukiman

(2002)

b. perdagangan (2003) c. industri (2004) d. fasilitas sosial (pendidikan,

kesehatan, peribadatan, rekreasi, olahraga) (2005)

e. perkantoran (2006) f. terminal angkutan darat, laut,

udara (2007)

g. pertanian (2008) h. pemakaman (2009) i. tempat pembuangan akhir (2010)

(2001) • Sampai dengan tanggal ….. bulan …….. tahun ….., luas kawasan lindung adalah

…. km2 atau …. % dari total luas kawasan perkotaan.Luas lahan yang digunakan untuk kegiatan non lindung dalam kawasan lindung adalah …. km2 atau % dari total luas kawasan perkotaan.

(2002) • Sampai dengan tanggal ….. bulan ….. tahun ….., luas kawasan perumahan dan permukiman yang sudah terbangun adalah …. km2 atau …. % dari total luas kawasan perkotaan.

• Luas lahan yang digunakan untuk kegiatan non perumahan dan permukiman dalam kawasan perumahan dan permukiman adalah …. km2 atau % dari total luas kawasan perkotaan.

(2003) • Sampai dengan tanggal ….. bulan ….. tahun ….., luas kawasan perdagangan yang sudah terbangun adalah …. km2 atau ……. % dari total luas kawasan perkotaan.Luas lahan yang digunakan untuk kegiatan non perdagangan dalam kawasan perdagangan adalah …. km2 atau % dari total luas kawasan perkotaan.

(2004) • Sampai dengan tanggal ….. bulan ……. tahun ….., luas kawasan industri yang sudah terbangun adalah …. km2 atau …. % dari total luas kawasan perkotaan.

• Luas lahan yang digunakan untuk kegiatan non industri dalam kawasan industri adalah …. km2 atau % dari total luas kawasan perkotaan.

(2005) • Sampai dengan tanggal ……. bulan ….. tahun ….., luas fasilitas sosial yang sudah terbangun adalah …. km2 atau …. % dari total luas kawasan perkotaan.

• Luas lahan yang digunakan untuk kegiatan non fasilitas sosial dalam fasilitas sosial adalah …. km2 atau % dari total luas kawasan perkotaan.

(2006) • Sampai dengan tanggal ….. bulan ….. tahun ….., luas kawasan perkantoran yang sudah terbangun adalah …. km2 atau …… % dari total luas kawasan perkotaan.

• Luas lahan yang digunakan untuk kegiatan non perkantoran dalam kawasan perkantoran adalah …. km2 atau % dari total luas kawasan perkotaan.

(2007) • Sampai dengan tanggal ….. bulan ….. tahun ….., luas kawasan terminal angkutan darat, laut, dan udara yang sudah terbangun adalah …. km2 atau …. % dari total luas kawasan perkotaan.

16 dari 16

Page 17: Ped isi

Versi 271204 Pd XX-XXXX-XXXX

• Luas lahan yang digunakan untuk kegiatan non terminal angkutan darat, laut, dan udara dalam kawasan terminal angkutan darat, laut, dan udara adalah …. km2 atau % dari total luas kawasan perkotaan.

(2008) • Sampai dengan tanggal ….. bulan ….. tahun ….., luas kawasan pertanian yang sudah terbangun adalah …. km2 atau …. % dari total luas kawasan perkotaan.

• Luas lahan yang digunakan untuk kegiatan non pertanian dalam kawasan pertanian adalah …. km2 atau % dari total luas kawasan perkotaan.

(2009) • Sampai dengan tanggal …. bulan ….. tahun ……., luas kawasan pemakaman yang sudah terbangun adalah …. km2 atau …. % dari total luas kawasan perkotaan.

• Luas lahan yang digunakan untuk kegiatan non pemakaman dalam kawasan pemakaman adalah …. km2 atau % dari total luas kawasan perkotaan.

(2010) • Sampai dengan tanggal ….. bulan ….. tahun ….., luas kawasan tempat pembuangan akhir yang sudah terbangun adalah …. km2 atau …. % dari total luas kawasan perkotaan.

• Luas lahan yang digunakan untuk kegiatan non tempat pembuangan akhir dalam kawasan tempat pembuangan akhir adalah …. km2 atau % dari total luas kawasan perkotaan.

C. Hubungan Fungsional antar kegiatan dan antar kawasan (30xx)

a b c d Gangguan yang

ditimbulkan (misal : polusi udara, polusi

suara, dsb)

No Fungsi Kawasan Kegiatan lain di sekitar kawasan b yang

mengganggu kegiatan di kawasan b

1. Kawasan Lindung (3001) 1.1 …………. 1.2 ………….

2. Kawasan Budidaya a. perumahan dan permukiman (3002) a.1. …………. a.2. …………. b. perdagangan (3003) b.1. …………. b.2. …………. c. industri (3004) c.1. …………. c.2. …………. d. fasilitas sosial (pendidikan,

kesehatan, peribadatan, rekreasi, olahraga) (3005)

d.1. ………….

d.2. …………. e. perkantoran (3006) e.1. …………. e.2. ………….

f. terminal angkutan darat, laut, udara (3007)

f.1. ………….

f.2. …………. g. pertanian (3008) g.1. …………. g.2. …………. h. pemakaman (3009) h.1. …………. h.2. …………. i. tempat pembuangan akhir (3010) i.1. …………. i.2. ………….

17 dari 17

Page 18: Ped isi

Versi 271204 Pd XX-XXXX-XXXX

D. Konflik Pemanfaatan Ruang dalam satu kawasan (40xx) a b c d

No Fungsi Kawasan Kegiatan lain di dalam kawasan b yang

mengganggu kegiatan di kawasan b

Gangguan yang ditimbulkan (misal : polusi udara, polusi

suara, dsb) 1. Kawasan Lindung (4001) 1.1 …………. 1.2 ………….

2. Kawasan Budidaya a. perumahan dan permukiman (4002) a.1. …………. a.2. …………. b. perdagangan (4003) b.1. …………. b.2. …………. c. industri (4004) c.1. …………. c.2. …………. d. fasilitas sosial (pendidikan, kesehatan,

peribadatan, rekreasi, olahraga) (4005) d.1. ………….

d.2. …………. e. perkantoran (4006) e.1. …………. e.2. ………….

f. terminal angkutan darat, laut, udara (4007)

f.1. ………….

f.2. …………. g. pertanian (4008) g.1. …………. g.2. …………. h. pemakaman (4009) h.1. …………. h.2. …………. i. tempat pembuangan akhir (4010) i.1. …………. i.2. ………….

18 dari 18

Page 19: Ped isi

Versi 271204 Pd XX-XXXX-XXXX

Lampiran C (normatif)

Format evaluasi

I. Waktu Evaluasi a. Pra konstruksi Studi kelayakan (sudah / dalam proses / belum selesai)

DED (sudah / dalam proses / belum selesai) b. Konstruksi Pembangunan berjalan 10-30% / 31-50% / 51-90% c. Pasca konstruksi Tahun I pemanfaatan

Tahun II pemanfaatan Tahun IV pemanfaatan

II. Hasil evaluasi sesuai indikator yang dikaji

a. Konversi lahan b. Dominasi fungsi c. Hubungan fungsionl antar kegiatan dan antar kawasan d. Konflik pemanfaatan ruang dalam satu kawasan.

III. Kesimpulan (hasil analisis yang dilakukan pada butir II)

IV. Rekomendasi (saran tindak dari kesimpulan)

............................, 200....

ttd

Ketua Tim Evaluasi

19 dari 19

Page 20: Ped isi

Versi 271204 Pd XX-XXXX-XXXX

Lampiran D

(normatif)

Kriteria lokasi dan standar teknis

Kriteria Lokasi Jenis Kawasan Standar Teknis Kriteria Teknis Kriteria Ruang

Kawasan Hutan a. Skoring fisik wilayah: Kawasan hutan produksi: Penebangan pohon di dalam kawasan hutan dilakukan pada radius atau jarak lebih dari :

< 125 disebut hutan produksi tetap atau hutan produksi yang dapat dikonversi

a. Memberikan dampak perkembangan terhadap pusat pengolahan hasil hutan seperti kawasan industri.

500 meter dari tepi waduk atau danau;

125-175 disebut hutan produksi terbatas

200 meter dari tepi mata air dan kiri kanan sungai di daerah rawa;

b. Memiliki akses terhadap pasar lokal, regional, nasional dan internasional (pelabuhan laut, angkutan sungai, jalan raya, kereta api).

b. Tidak merupakan kawasan lindung; 100 meter dari kiri kanan

tepi sungai; c. Berada di luar hutan suaka alam dan hutan wisata; 50 meter dari kiri kanan

tepi anak sungai; d. Mempunyai satuan bentangan sekurang-kurangnya 0,25 Ha (pada ketelitian skala peta 1 : 10.000);

c. Didukung oleh ketersediaan tenaga kerja. 2 kali kedalaman jurang

dari tepi jurang; d. Tidak berdampak negatif terhadap kualitas sumberdaya lingkungan dan sumberdaya air (sungai, mata air, dan air tanah).

130 kali selisih pasang tertinggi dan pasang terendah dari tepi pantai.

e. Bisa berfungsi sebagai kawasan penyangga.

Khusus untuk kawasan hutan produksi terbatas : e. Di dalam radius pelayanan

jaringan jalan, sungai, dan permukiman/industri pengolahan hasil hutan.

a. Dilengkapi dengan bangunan berupa fasilitas bagi pengelolaan hutan produksi dan fasilitas pariwisata;

Kawasan hutan kota : a. Berfungsi sebagai kawasan

lindung. b. Kedalaman efektif lapisan atas tanah > 60 cm; b. Diarahkan pada lokasi yang

memiliki tingkat polusi tinggi, dan atau pinggiran kota, bantaran sungai/laut.

c. Ketinggian lahan > 1000 m dpl kecuali lahan yang sudah diperuntukkan bagi tanaman teh baik pada lahan MOU maupun masyarakat;

Kawasan hutan rakyat : a. Memberikan dampak

perkembangan terhadap pusat pengolahan hasil hutan seperti kawasan industri.

d. Kemiringan lereng > 40%; e. Iklim tipe A menurut

Oldeman. b. Mempunyai hubungan

fungsional yang erat dengan pasar lokal, regional, nasional dan internasional (pelabuhan laut, angkutan sungai, jalan raya, kereta api).

c. Mempunyai hubungan fungsional yang erat dengan ketersediaan tenaga kerja.

d. Tidak berdampak negatif terhadap kualitas sumberdaya lingkungan dan sumberdaya air (sungai, mata air, dan air tanah).

Kawasan pertanian lahan basah:

Kawasan Pertanian

Lihat lampiran D1 a. Memberikan dampak perkembangan terhadap

20 dari 20

Page 21: Ped isi

Versi 271204 Pd XX-XXXX-XXXX

a. Pola tanam : monokultur, tumpangsari, campuran tumpang gilir.

pusat pengolahan hasil pertanian seperti kawasan industri, dan kawasan peternakan. b. Pola pertanaman :

b. Memiliki akses terhadap pasar lokal, regional, nasional dan internasional.

Padi+ikan, padi+ikan+palawija Padi+ikan – ikan+padi+ikan c. Didukung oleh ketersediaan

tenaga kerja dan prasarana irigasi/sumber air.

Padi – padi holtikultura Padi holtikultura

d. Mempunyai hubungan fungsional yang erat dengan permukiman pedesaan, industri pengolahan hasil pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan.

Padi holtikultura+palawija Padi – holtikultura – holtikultura

c. Tindakan konservasi : Vegetatif :

- Pola tanam sepanjang tahun e. Radius pelayanan jaringan

jalan regional dan lokal. - Penanaman tanaman panen atas air tersedia dengan jumlah dan mutu yang memadai yaitu 5-20 Lt/dtk/ha untuk mina padi, mutu air bebas polusi, suhu 23-30°C, oksigen pelarut 3-7 ppm, amoniak 0,1 ppm dan pH 5-7.

Mekanik : pembuatan pematang, teras, dan saluran drainase.

Kawasan pertanian lahan kering : a. Kemiringan 0 – 6 %

Tindakan konservasi secara vegetatif ringan. Tanpa tindakan konservasi secara mekanik.

b. Kemiringan 8 – 15 % Tindakan konservasi secara vegetatif ringan sampai berat yaitu : pergiliran tanaman, penanaman menurut kontur, pupuk hijau, pengembalian bahan organik , tanaman penguat keras, dll. Tindakan konservasi secara mekanik (ringan) : teras gulud didertai tanaman penguat teras. Tindakan konservasi secara mekanik (berat) : teras gulud dengan interval tinggi 0,75-1,5 m dilengkapi tanaman penguat, dan saluran pembuang air ditanami rumput

c. Kemiringan 15 – 40 % Tindakan konservasi secara vegetatif (berat) : pergiliran tanaman,

21 dari 21

Page 22: Ped isi

Versi 271204 Pd XX-XXXX-XXXX

penanaman menurut kontur, pemberian mulsa sisa tanaman, pupuk kandang, pupuk hijau, sisispan tanaman tahunan atau batu penguat teras dan rokrak. Tindakan konservasi secara mekanik (berat) : teras bangku yang dilengkapi tanaman atau batu penguat teras dan rokrak, saluran pembuangan air ditanami rumput.

Kawasan pertanian tanaman tahunan : a. Kemiringan 0 – 6 %

Pola tanam : monokultur, tumpang sari, interkultur atau campuran. Tindakan konservasi : - Vegetatif : tanaman

penutup tanah, penggunaan mulsa, pengolahan tanah minimum atau nol (zero tillage), dll.

- Mekanik : tidak perlu b. Kemiringan 8 – 25 %

Pola tanam : monokultur, tumpang sari, interkultur atau campuran. Tindakan konservasi : - Vegetatif : tanaman

penutup tanah, penggunaan mulsa, pengolahan tanah minimum atau nol (zero tillage), dll.

- Mekanik : saluran drainase, rorak teras bangku diperkuat dengan tanaman penguat atau rumput, dll.

c. Kemiringan 25 – 40 % Pola tanam : monokultur, interkultur atau campuran. Tindakan konservasi : - Vegetatif : tanaman

penutup tanah, penggunaan mulsa, pengolahan tanah minimum atau nol (zero tillage), dll.

- Mekanik : saluran drainase, rorak teras individu, dll.

a. Ketentuan penggunaan

lahan untuk kawasan industri adalah :

Kawasan Industri a. Memiliki aksesibilitas cukup baik;

a. Memberikan dampak perkembangan terhadap pusat produksi seperti kawasan pertanian ,

b. Perlu diperhatikan faktor jarak terhadap lokasi

22 dari 22

Page 23: Ped isi

Versi 271204 Pd XX-XXXX-XXXX

permukiman dan jarak terhadap pelayanan fasilitas dan prasarana;

pertambangan, perikanan, dan peternakan.

Lahan untuk industri 70%

b. Mempunyai hubungan fungsional yang erat dengan pasar lokal, regional, nasional dan internasional.

Lahan untuk jaringan jalan 10 % c. Sebaiknya terletak pada

kawasan budidaya non pertanian dan non permukiman, terutama industri skala menengah dan besar (untuk mencegah timbulnya dampak negatif);

Lahan untuk jaringan utilitas 5 %

c. Mempunyai hubungan fungsional yang erat dengan konsumen dan bahan baku

Lahan untuk fasilitas umum 5 % Lahan untuk ruang terbuka hijau 10%

d. Memiliki akses yang tinggi dengan jaringan jalan regional, atau sekitar jalan regional untuk menampung angkutan berat (klasifikasi Jalan Kelas A ≥ 10.000 ton).

b. Jaringan jalan dalam kawasan industri :

d. Bisa berlokasi di dekat sungai yang bukan merupakan sumber air minum air langsung maupun sumber air baku untuk air minum, dengan terlebih dahulu melakukan pengolahan air buangan;

Jalan kelas satu, satu jalur dengan dua arah, lebar perkerasan minimum 8 meter;

e. Mempunyai hubungan fungsional yang erat dengan ketersediaan tenaga kerja. Jalan kelas dua, satu

jalur dengan dua arah, lebar perkerasan minimum 7 meter;

f. Di luar wilayah permukiman penduduk/permukiman perkotaan dan hutan lindung minimal jarak 3-20 km (batas harus jelas, dapat dipisahkan oleh hutan dan atau perkebunan).

e. Untuk beberapa jenis industri (industri kecil/industri rumah tangga) bisa berbaur dengan kegiatan permukiman, perdagangan, dan pertanian;

Jalan kelas tiga, lebar perkerasan minimum 4 meter;

c. Luas lahan disesuaikan dengan jenis industrinya; g. Antara kawasan industri

dengan kawasan perumahan perlu dikembangkan suatu kawasan penyangga (buffer zone).

d. Kebutuhan air bersih bagi setiap kegiatan industri baik sebagai bahan baku maupun bahan penolong membutuhkan kualitas dan kuantitas yang berbeda;

f. Tidak berada pada kawasan pertanian, kawasan hutan produksi, dan kawasan lindung (berdasarkan Keppres No. 33 Tahun 1990).

h. Tidak berdampak negatif terhadap kualitas sumberdaya air seperti sungai, mata air, air tanah, waduk dan udara.

e. Ketersediaan energi listrik bagi setiap kegiatan industri memiliki tingkat kebutuhan berbeda baik sebagai alat penerangan, energi penggerak mesin maupun keperluan lainnya;

f. Kebutuhan tenaga kerja disesuaikan dengan jenis industrinya;

g. Setiap jenis industri memiliki limbah cair dengan tingkat polutansi yang berbeda. Industri yang memiliki potensi limbah cair dengan kadar polutansi tinggi dialokasikan berjauhan dengan kawasan permukiman dan pertanian.

h. Building coverage (areal yang dapat dibangun) ditentukan berdasarkan kemampuan daya dukung lahan dimana industri tersebut dialokasikan.

Kawasan Pariwisata

a. Mempunyai kemiringan tanah yang memungkinkan dibangun tanpa memberikan dampak negatif terhadap kelestarian lingkungan;

a. Memberikan dampak perkembangan terhadap pusat produksi seperti kawasan pertanian, perikanan, dan perkebunan.

-

b. Memiliki akses terhadap pasar lokal, regional, b. Mempunyai struktur tanah

23 dari 23

Page 24: Ped isi

Versi 271204 Pd XX-XXXX-XXXX

yang stabil; nasional dan internasional. c. Memiliki daya tarik

tertentu; c. Didukung oleh ketersediaan

tenaga kerja. d. Beriklim sejuk/tropis; d. Jauh dari kegiatan yang

memproduksi polusi tinggi. e. Luas lahan minimal 100 Ha; e. Didukung oleh prasarana

dan sarana penunjang serta pelengkapnya.

f. Didukung oleh prasarana dan sarana.

f. Mempunyai hubungan fungsional yang erat dengan kawasan industri kecil/handcraft, pusat budaya masyarakat/kesenian, bangunan pertunjukkan.

Kawasan Permukiman

a. Tingkat kelerengan : <15% a. Memberikan dampak perkembangan terhadap pusat produksi seperti kawasan pertanian, pertambangan, perikanan, peternakan, kehutanan.

Kawasan permukiman perkotaan: b. Drainase : tidak pernah

tergenang. a. Prasarana drainase : c. Kualitas air tanah : tawar. Tidak pada daerah rawa;d. Tekstur tanah : halus

sedang Koefisien pengaliran air permukaan (surface run off) tidak lebih dari 25%; b. Memiliki aksesibilitas yang

cukup baik terhadap wilayah sekitarnya.

Pada lereng/tanah yang peka terhadap erosi harus ada rekayasa teknis sehingga kekeruhan drainase tidak mencapai 50 ppm Si.O

c. Didukung oleh ketersediaan prasarana dan sarana penunjang seperti rumah sakit, sekolah, pasar, fasilitas sosial dan fasilitas umum.

; 2 Harus mempertimbangkan badan sungai yang ada sebagai saluran penerima;

d. Tidak berdampak negatif terhadap kualitas lingkungan dan kualitas sumberdaya air. Perhitungan drainase

berdasarkan banjir 10 tahunan.

e. Berada di luar kawasan yang berfungsi lindung.

b. Prasarana air bersih Pengambilan air baku diutamakan dari air permukaan; Untuk meningkatkan recharge air tanah dianjurkan membuat sumur 2 resapan terutama pada tanah yang stabil dan mempunyai daya serap tinggi; Perhitungan kebutuhan air rata-rata 100 lt/org/hari; Pelayanan air bersih perkotaan mencapai 75%. Kapasitas minimum sambungan rumah 60 liter/orang/hari, dan sambungan kran umum 30 liter/orang/hari.

c. Prasarana air kotor Buangan air kotor sistem on site harus menjamin tidak akan menimbulkan polusi air tanah; Jarak sumur resapan,

24 dari 24

Page 25: Ped isi

Versi 271204 Pd XX-XXXX-XXXX

septik tank dengan sumur minimum 10 m; Bagi permukiman padat, dibuat septik tank secara kolektif atau sistem jaringan tertutup; Bagi lokasi yang sudah ada sistem jaringan utama agar terintegrasi dengan sistem yang ada.

d. Harus tersedia tempat-tempat pengumpulan sampah : Penampungan dari rumah tangga 40 lt/kk Container/gerobak kapasitas 0,5 m3/100 kk Station transfer dengan perhitungan 0,05 m3/kk

e. Jaringan jalan arteri sekunder : Kecepatan minimum 30 km/jam; Badan jalan tidak kurang dari 8 m; Tidak terganggu lalu lintas lambat.

f. Jaringan jalan kolektor sekunder : Kecepatam minimum 20 km/jam; Badan jalan tidak kurang dari 7 m.

g. Jaringan jalan lokal sekunder : Kecepatam minimum 10 km/jam; Badan jalan tidak kurang dari 3,5 - 5 m.

h. Jaringan jalan lingkungan : Jalan setapak min. 1,20 m dilengkapi saluran drainase; Jalan kendaraan min. Lebar perkerasan 3,4 m dan lebar jalan min. 6 m; Dilengkapi dengan saluran drainase; Terintegrasi dengan sistem jaringan jalan lingkungan lainnya.

i. Pemakaman umum : Umat Islam 2x1,50 m2;

2; Non Islam 2x1,50 m Tersedia lapangan parkir dan fasilitas penunjang lainnya.

j. Ketentuan teknis bangunan: Building Coverage Ratio (BOR) max. 60% di dalam batas kota (Perda) dan 35% di luar batas kota; GSB, GPP, KDB, dan ketinggian bangunan.

25 dari 25

Page 26: Ped isi

Versi 271204 Pd XX-XXXX-XXXX

k. Kepadatan bangunan maksimum 50 bangunan rumah/ha dan dilengkapi utilitas umum yang memadai.

Kawasan permukiman pedesaan : a. Kemiringan lahan 0-25 %; b. Terbatas bagi pelayanan

penduduk setempat/petani;c. BOR maksimum 10%; d. KDB, KLB, BOR, GSB,

GSP, dan ketinggian bangunan;

e. Berada pada tanah yang stabil;

f. Air baku minimal 60 lt/org/hr.

26 dari 26

Page 27: Ped isi

Versi 271204 Pd XX-XXXX-XXXX

27 dari 27

Lampiran D1 (normatif)

Kriteria teknis kawasan pertanian

Kriteria Teknis

Pertanian Lahan Basah

Pertanian Lahan Kering

Pertanian Tanaman Tahunan

Iklim : Kelembaban (%) 33 - 90 29 - 32 42 - 75 Curah Hujan (mm) A, B, C (Schmidt &

Ferguson, 1951) 350 - 600 1200 - 1600

Sifat Fisik Tanah : Drainase agak baik s/d agak

terhambat baik s/d agak

terhambat baik s/d agak

terhambat Tekstur h, ah, s h, ah, s h, ah, s Bahan Kasar (%) < 15 < 15 < 35 Kedalaman Tanah (cm) > 30 > 30 > 60 Ketebalan Gambut (cm) < 200 < 200 < 200 Kematangan Gambut saprik, hemik saprik, hemik saprik, hemik Retensi Hara : Kejenuhan Basa (%) > 30 > 30 > 30 Kemasaman Tanah (pH) 5,5 - 8,2 5,6 - 7,6 5,2 - 7,5 Kapasitas Tukar Kation (Cmol) > 12 > 12 > 12 Kandungan C-Organik

(%)

> 0,8

> 0,8

> 0,8

Toksisitas : Kedalaman Bahan Sulfidik

(cm)

> 50

> 50

> 50 Salinitas (dS/m) < 4 < 4 < 4 Bahaya Erosi : Lereng (%) < 8 < 15 < 40 Tingkat Bahaya Erosi r sd sd Bahaya Banjir : Genangan F0,F11,F12,

F21,F23 F0,F11,F12,

F21,F23 F0,F11,F12,

F21,F23 Penyiapan Lahan : Batuan di Permukaan (%) < atau = 25 < atau = 25 < atau = 25 Singkapan Batuan (%) < atau = 25 < atau = 25 < atau = 25 Sumber : Pulitbangtanak, Departemen Pertanian

Keterangan :

Tekstur Tanah ak = agak kasar s = sedang ah = agak halus h = halus k = kasar

Bahaya Erosi Sr = sangat ringan r = ringan sd = sedang b = berat sb = sangat berat

Kelas Bahaya Banjir (F)F0 Tanpa F1 Ringan F2 Sedang F3 Agak Berat F4 Berat