PEBALE RAU KATTU DO MADE -...
Transcript of PEBALE RAU KATTU DO MADE -...
i
PEBALE RAU KATTU DO MADE
(Narasi Tempat dan Identitas Kultural dalam Ritual Kematian Orang Sabu Diaspora)
TESIS
Diajukan Dalam Rangka Memenuhi Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains
Oleh :
EMA YUNITA AMELIA DIMA
752015025
PROGRAM STUDI MAGISTER SOSIOLOGI AGAMA
FAKULTAS TEOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
ii
iii
iv
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas kuasa dan
pertolongannya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. Tesis ini diberi judul
“Pebale Rau Kattu Do Made” (Narasi Tempat dan Identitas Kultural dalam Ritual Kematian
Orang Sabu Diaspora. Penulis mencoba menggali apa makna pulau Sabu bagi orang Sabu
diaspora sebagaimana yang dicerminkan dalam ritual pebale rau kattu do made dan bagaimana
narasi tempat dan identitas dalam pemahaman komunitas Sabu diaspora?
Ritual pebale rau kattu do made adalah salah satu ritual yang masih dilaksanakan oleh
orang Sabu dispora hingga saat ini. Ritual ini pada awalnya hanya dilaksanakan oleh orang yang
merantau di sebelah timur namun dalam perkembangannya yang merantau di sebelah barat juga
melaksanakann ritual ini. Ritual ini menunjukkan bahwa sekalipun orang Sabu diaspora sudah
meninggal di tanah rantau tetapi mereka tidak melupakan pulau Sabu sebagai tanah leleuhur
mereka. Ritual ini mengaskan bahwa pulau Sabu memiliki makna yang begitu dalam bagi orang
Sabu diaspora. Oleh karena itu penulis mencoba menggali makna dari pulau Sabu dalam
pelaksanaan ritual ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan tesis.
Akhirnya, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
untuk menyelesaikan penulisan tesis ini. Tuhan Yesus senantiasa memberkati
Salatiga, September 2016
Penulis
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulisan tesis ini dalam rangka untuk memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Magister
Sosiologi Agama (M. Si) pada program Pasca Sarjana di Universitas Kristen Satya Wacana
(UKSW). Penulis sungguh menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
sejak dari awal perkuliahan sampai dengan masa penyusunan tesis ini, maka penulis tak akan
mampu menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu, penulis ingin ingin mengucapkan rasa terima
kasih yang tulus disertai dengan doa kepada semua pihak yang telah membantu:
1. Tuhan Yesus yang senantiasa memberikan hikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan tesis ini. Terima kasih juga untuk tuntunan dan penyertaan sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis ini.
2. Orang tua (Alm. Obed Dima dan Mama Widji Dima-Bale) yang senantiasa mendoakan dan
mendukung penulis agar dapat menyelesaikan tesis ini.
3. Terima kasih kepada ke-3 orang kakak yaitu Kaka Max, Ma Ike + Bp Dik dan Bapa Deni +
Mama Robert. Terima kasih untuk semua dukungan moril, materil dan doa. Terima kasih juga
kepada ke-6 orang ponaan : Kaka Lia, Ray, Ria, Ade Glen, Satria dan Robert. Terima kasih
karena senantiasa menjadi penyemangat.
4. Terima kasih kepada Bp Frits Bale, Ma Tien Tolaik dan Ade Cathylin. Terima kasih untuk
semua dukungan moril, materil dan doa.
5. Terima kasih kepada MSH periode 2011-2015 dan MSH 2015-2019 yang memberi
kesempatan kepada penulis untuk dapat melanjutkan studi demi pengembangan pelayanan.
6. Terima kasih untuk Prof. Pdt. John Titaley sebagai rektor yang telah memberi kesempatan
kepada penulis untuk mendapat beasiswa Notohamidjojo dalam menyelesaikan studi ini.
vii
7. Terima kasih untuk Prof. Pdt. John Titaley, Pdt. Dr. Retnowati, Pdt. Dr. Tony Tampake, Pdt.
Izak Lattu, P.hd, Pdt. Dr. Ebenhaiezer Nuban Timo, Pdt. Dr. David Samiyono, Ibu Ira
Mangililo, P.hd dan Pdt. Dr. Nelman Weny. Terima kasih untuk semua ilmu yang telah
diberika selama masa perkuliahan yang ditempuh oleh penulis.
8. Kedua pembimbing yaitu Pdt. Izak Y.M. Lattu, P.hd dan Pdt. Dr. Ebenhaizer I. Nuban Timo.
Terima kasih kepada K’Chaken yang sudah meluangkan waktu di tengah-tengah kesibukan
dalam berbagai tugas yang dipercayakan. Terima kasih karena telah membimbing penulis
untuk menekuni bahan ini mulai dari sejak kelas Ritual, Simbol dan Integrasi. Terima kasih
juga penulis ucapkan kepada Bapa Eben yang telah meluangkan waktu untuk membimbing
penulis dalam tesis ini agar benar-benar menjadi tesis yang bermanfaat.
9. Terima kasih kepada Ibu Dr. Pdt. Retnowati sebagai penguji yang telah memberikan waktu,
koreksi, saran dan masukan yang terbaik dalam penyempurnaan tesis ini.
10. Terima kasih kepada Mbak Liana yang telah membantu penulis dalam administrasi selama
masa studi S2 Magister Sosiologi Agama.
11. Terima kasih untuk semua teman-teman angkatan MSA 2015: K’ Asri, Brenda, Monica,
Atha, Susi, Desy+Rizky, Denvy, Sesy, Ulet+Valian, Lia, Dini, Lin, Nata, Meyvi, Patrick,
Yudit, Ace, Pak Yono, Pak Setyo, K’Ama, Ibu Miss, Wilson, Sony, Ibu Nirmala, Pak Emon,
ibu Yuli, Ibu Tuti dan Pak Agus. Terima kasih untuk kebersamaan dan kesempatan belajar
bersama selama masa perkuliahan.
12. Terima kasih untuk Ade Inel Pelle dan ade Nikita Nalle yang senantiasa menolong,
menemani dan memberi semangat kepada penulis dalam penyelesaian tesis. Terima kasih
kepada teman angkatan semasa S1: Dyah Pramesti, Merry Asalaka dan Deswalyany Netu
yang senantiasa memberi semangat kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan tesis ini.
viii
13. Terima kasih kepada KMK Sabu Barat (Mama Loni), Pdt. Paoina Bara Pa, Pdt. Danial
Manu, Jemaat Liae Barat, semua informan baik yang di Liae maupun di Sabu Seba, dan
Keluarga Djami dan seluruh rumpun keluarga yang terkait. Terima kasih karena telah
menerima penulis, memberi informasi yang bermanfaat dan menolong penulis demi
penyelesaian tesis ini.
14. Terima kasih kepada pemerintah desa Ledeke dan kampung adat Namata yang telah bersedia
untuk diwawancarai dan memberi informasi tentang penulisan tesis ini.
15. Terima kasih kepada Keluarga Mama Koroh dan anak-anak (K’Ari, Pinkan, Amy, Alfa, Na
Pe + Ama Hengky dan Ama Eto) yang telah memberi tempat untuk penulis tinggal dan
memberi pelayanan yang terbaik selama penulis melakukan penelitian.
Akhirnya, bagi semua pihak yang penulis tidak dapat sebutkan satu per satu yang telah
memberikan berbagai bantuan baik itu secara moril, materil, dan lain-lain. Penulis mengucapkan
terima kasih yang tulus. Harapan dari penulis dalam doa biarlah Tuhan Yesus berkenan
membalas segala kebaikan dari semua pihak yang telah membantu.
ix
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Seseorang yang dikatakan sebagai pemberani adalah dimana dia brani menerima dan
mengakui kekalahan dan mau untuk belajar dari ahlinya..”
“seseorang yang pernah gagal bukan lah seorang pecundang,tapi justru dia bisa menjadi
orang yg lebih baik jika dia mampu belajar dari kegagalannya..”
“orang yg tegar adalah org yg mampu merasa bahagia disaat dia sedang terkena musibah”
“seseorang berhasil,pasti ada orang lain di balik keberhasilannya itu”
“seseorang dapat di katakan berhasil jika dia mampu menghindar ketika dia menemui
lubang yang sama”
“hidup tak akan pernah terasa berarti jika kita tak punya hal yang dapat di banggakan”
“ketika kau merasa tak mampu lagi untuk berdiri,disaat itulah seseorang akan datang
untuk membantumu”
“kebahagiaan dalam hidupku adalah,dimana aku dapat melihat orang yg kucinta tertawa
bahagia,dan sesuatu yang sangat kusesali adalah disaat seseorang yg kucinta itu menangis
karena perbuatanku”
“sebenarnya musuh terberat dalam hidup ini adalah sisi di balik diri kita sendiri,karena di
salah satu diri kita menyimpan sesuatu yang buruk..”
Ku ingin Mempersembahkan Tulisan ini untuk:
Bapa Obed (Alm) dan Mama Widji
Kak Max. Nike dan Deni
Adik Amel, Glen, Ray, Ria, Satria dan Robert
x
MOTTO
Keberhasilan adalah kemampuan untuk
melewati dan mengatasi dari satu kegagalan
ke kegagalan berikutnya tanpa kehilangan
semangat.
(Winston Churchill)
xi
DAFTAR ISI
Halaman Judul…………………………………………………………………………… i
Halaman Pengesahan……………………………………………………………………. ii
Kata Pengantar……...…………………………………………………………………… iii
Ucapan Terima Kasih…………………………………………………………………… iv
Halaman Persembahan………………………………………………………………….. v
Motto……………………………………………………………………………………. vi
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………. 1
1. Latar Belakang…………………………………………………………………… 1
2. Metode Penelitian……………………………………………………………….... 8
3. Sistematika Penulisan…………………………………………………………….. 11
BAB II NARASI TEMPAT DAN IDENTITAS KULTURAL……………………….. 12
2.1 Diaspora dan Narasi Tempat……………………………………………………… 13
2.2. Identitas Kultural………………………………………………………………… 21
2.3.1. Ritual……………………………………………………………………………. 26
2.3.2. Simbol…………………………………………………………………………… 30
BAB III RITUAL PEBALE RAU KATTU DO MADE ORANG SABU DIASPORA… 38
xii
3.1. Gambaran Pulau Sabu…………………………………………………………… 39
3.1.1. Sejarah Pulau Sabu ………………………………………………………….. 39
3.1.2. Letak Geografis dan Demografis…………………………………………….. 46
3.2. Makna Pulau Sabu ………………………………………………………………. 49
3.3. Ritual Pebale Rau Kattu Do Made……………………………………………… 52
3.3.1. Pengertian Rau Kattu………………………………………………………… 52
3.3.2. Sejarah Rau Kattu……………………………………………………………. 58
3.3.3. Tahap-tahap dalam Ritual Pebale Rau Kattu Do Made……………………… 59
3.4. Narasi Tempat dan Identitas Kultural Orang Sabu Diaspora……………………. 7
BAB IV MAKNA PULAU SABU DAN NARASI TEMPAT DAN IDENTITAS
KULTURAL ORANG SABU DIASPORA……………………………………….. 73
4.1. Makna Pulau Sabu……………………………………………………………….. 73
4.2. Narasi Tempat dan Identitas Kultural Orang Sabu Diaspora……………………. 91
BAB V PENUTUP…………………………………………………………………... 96
5.1. Kesimpulan………………………………………………………………………. 96
5.2. Saran……………………………………………………………………………… 98
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………… 100
xiii
ABSTRAKSI
Tesis ini disusun dengan judul Pebale Rau Kattu Do Made “Narasi Tempat dan Identitas
Kultural dalam Ritual Kematian Orang Sabu Diaspora”. Judul ini dipilih oleh penulis
berdasarkan pengalaman ketika penulis melayani di daerah Sabu, Nusa Tenggara Timur. Dalam
kehidupan masyarakat Sabu jika seseorang telah merantau ke luar pulau Sabu maka ketika
meninggal apabila mayatnya tidak dapat kembali untuk dikuburkan Sabu maka harus diadakan
ritual pebale rau kattu do made. Hal ini menjadi begitu istimewa karena dalam kebudayaan di
daerah lain, seseorang yang merantau tidak menjadi suatu kewajiban untuk harus tetap pulang ke
tempat asal dan melaksanakan suatu ritual. Oleh karena itu, penulis terdorong untuk meneliti apa
makna pulau Sabu sebagaimana yang tercermin dalam ritual pebale rau kattu do made dan
bagaimana narasi tempat dan identitas kultural dalam pemahaman orang Sabu diaspora.
Dalam masyarakat Sabu, pada awalnya yang melaksanakan ritual pebale rau kattu do
made hanya orang Sabu yang merantau di sebelah Timur, namun dalam perkembangannya orang
Sabu yang merantau di sebelah barat juga melaksanakan ritual ini. Ritual ini dilaksanakan dalam
tiga versi yaitu Versi daerah Seba, Versi daerah Liae dan Versi Kristen. Pelaksanaan ritual ini
memiliki perbedaan waktu antara di daerah Seba dan Liae. Kalau di daerah Seba dapat dilakukan
kapan saja sesuai dengan kesepakatan keluarga. Namun, di daerah Liae hanya dapat
dilaksanakan pada bulan Juni-Juli karena tidak perayaan adat pada bulan ini dan berkenaan juga
dengan siklus pertanian yang pada bulan tersebut tidak ada kegiatan pertanian sehingga tidak
mengganggu perekonomian masyarakat. Ritual ini dilakukan oleh keluarga dan dihadiri oleh
keluarga, tetangga, pemimpin agama dan pemimpin masyarakat. Orang-orang yang hadir baik
dari pihak keluarga, tetangga, masyarakat maupun agama dapat berasal dari orang-orang yang
seagama maupun agama yang berbeda.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis menemukan bahwa pulau Sabu
sangat bermakna bagi orang Sabu diaspora. Ada 3 makna pulau Sabu yaitu pulau Sabu sebagai
rumah. Rumah dalam konstelasi pemikiran orang primitif, modern dan religius adalah pusat
kehidupan (axis mundi). Kehidupan dimulai dari rumah, berlangsung dalam rumah dan berakhir
di rumah. Dalam rumah juga terdapat energi yang paling dahsyat yaitu kekeluargaan dan
persaudaraan. Kedua, pulau Sabu sebagai rahim ibu. Ketika seseorang dilahirkan seperti posisi
jongkok/duduk dalam rahim ibu sehingga ketika seseorang meninggal juga dikuburkan dalam
posisi duduk/jongkok seperti dalam rahim ibu. Ketiga, pulau Sabu sebagai tempat dimana
banyak deposito memori kehidupan. Bagi orang yang hidup dengan ikut dalam ritual pebale rau
kattu do made di Sabu agar ketika kembali ke Sabu mengambil nilai-nilai, persaudaraan,
kekeluargaan, dan lain-lain yang dapat dipakai kembali ketika orang Sabu diaspora kembali ke
tanah rantau dan bersosialisasi dengan masyarakat sekitarnya. Sementara bagi orang yang
meninggal, pelaksanaan ritual pebale rau kattu do made bertujuan agar orang diaspora yang
meninggal dapat meninggal dalam memori keluarga.
Kata kunci: Pebale Rau Kattu Do Made, orang Sabu diaspora