PERPUSTAKAANrepository.unjaya.ac.id/891/2/Devriani Yuliartha_3210072... · 2017. 11. 23. · Tinggi...
Transcript of PERPUSTAKAANrepository.unjaya.ac.id/891/2/Devriani Yuliartha_3210072... · 2017. 11. 23. · Tinggi...
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKUPETUGAS KESEHATAN DALAM UPAYA PENCEGAHAN INFEKSINOSOKOMIAL DI ICU DAN IGD RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
WATES
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan
STIKES A. Yani Yogyakarta
DEVRIANI YULIARTHA
3210072/PSIK
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACHMAD YANIYOGYAKARTA
2014
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
HALAMAN PENGESAHAN
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKUPETUGAS KESEHATAN DALAM UPAYA PENCEGAHAN INFEKSINOSOKOMIAL DI ICU DAN IGD RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
WATES
SKRIPSI
Diajukan oleh:
DEVRIANI YULIARTHA
3210072/PSIK
Telah Dipertahankan Di Depan Dewan Penguji Dan Diterima Sebagai Salah Satu
Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Keperawatan Di Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
Tanggal: …………………
Menyetujui:
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
iii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
Dengan ini, saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan
Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak dikemudian hari terbukti ada ketidakbenaran dalam
pernyataan saya di atas, maka saya akan bertanggung jawab sepenuhnya.
Yogyakarta, 17 Agustus 2014
Devriani Yuliartha
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul: Hubungan
Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Petugas Kesehatan Dalam Upaya
Pencegahan Infeksi Nosokomial Di ICU Dan IGD Rumah Sakit Umum Daerah
Wates. Infeksi nosokomial (inos) adalah infeksi yang didapat pasien dari rumah
sakit pada saat menjalani proses asuhan keperawatan. Pencegahan infeksi
nosokomial tidak terlepas dari peran petugas kesehatan. Perawat dan bidan yang
merupakan salah satu petugas kesehatan memiliki resiko tinggi menularkan
patogen penyebab infeksi nosokomial, karena memiliki waktu yang lebih banyak
kontak dengan pasien. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengetahuan dan perilaku petugas kesehatan dalam upaya pencegahan infeksi
nosokomial di rumah sakit.
Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam skripsi ini.
Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun akan sangat membantu penulis
untuk lebih baik lagi. Skripsi ini telah dapat diselesaikan, atas bimbingan, arahan,
dan bantuan berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, dan
pada kesempatan ini penulis dengan rendah hati mengucapkan terima kasih
dengan setulus-tulusnya kepada:
1. dr. I Edy Purwoko, Sp. B selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Jenderal Ahmad Yani Yogyakarta.
2. Dewi Retno Pamungkas S. Kep., Ns., MNG selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan yang telah mendukung dalam penyelesaian penulisan usulan
penelitian ini.
3. Muhamat Nofiyanto, S. Kep., Ns., M. Kepselaku pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan arahan serta mendukung dalam penyelesaian
penulisan usulan penelitian ini.
4. R. Anggono Joko Prasojo, S. Kep., Ns selaku pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan arahan serta mendukung dalam penyelesaian
penulisan usulan penelitian ini.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
vii
5. Responden yang terdiri dari perawat dan bidan di ruang ICU dan IGD RSUD
Wates
6. Orang Tua, yang selalu setia mendengarkan keluh kesahku
7. Bayu, Ridwan, Ari, Rizal, dan Enip yang selama ini selalu memberikan
semangat
8. Teman-teman Keperawatan S1 Angkatan 2010 Stikes Jenderal Achmad Yani
Yogyakarta
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kebaikan kepada semuanya,
sebagai imbalan atas segala amal kebaikan dan bantuannya. Akhirnya besar
harapan penulis semoga skripsi ini berguna bagi semua.
Penulis
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
viii
DAFTAR ISI
HalHALAMAN JUDUL .............................................................................................. iHALAMAN PENGESAHAN............................................................................... iiPERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN.................................................... iiiKATA PENGANTAR.......................................................................................... viDAFTAR ISI....................................................................................................... viiiDAFTAR TABEL ................................................................................................ ixDAFTAR GAMBAR........................................................................................... viiDAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... viiiINTISARI ............................................................................................................. ixABSTRACT........................................................................................................... xBAB I 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 6C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 6D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 6E. Keaslian Penelitian....................................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKAA. Tinjauan Teori .............................................................................................. 8B. Kerangka Teori........................................................................................... 33C. Kerangka Konsep ....................................................................................... 34D. Hipotesa...................................................................................................... 34
BAB III METODE PENELITIANA. Desain penelitian........................................................................................ 35B. Lokasi dan Waktu penelitian...................................................................... 35C. Populasi Dan Sampel ................................................................................. 36D. Variabel penelitian ..................................................................................... 37E. Definisi Operasional................................................................................... 38F. Alat dan Metode Pengumpulan Data ......................................................... 39G. Validitas dan Reliabilitas ........................................................................... 41H. Pengolahan Dan Analisis Data................................................................... 44I. Etika Penelitian .......................................................................................... 47J. Pelaksanaan penelitian ............................................................................... 48
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil Penelitian .......................................................................................... 50B. Pembahasan................................................................................................ 56C. Keterbatasan Penelitian.............................................................................. 60
BAB V KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan ................................................................................................ 61B. Saran........................................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
ix
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1.1. Keaslian Penelitian................................................................................. 7Tabel 3.1. Definisi Operasional ............................................................................ 38Tabel 3.2. Kisi-Kisi Kuesioner Tingkat Pengetahuan........................................... 39Tabel 3.3. Item Pertanyaan Kuesioner Tingkat Pengetahuan ............................... 39Tabel 3.4. Kisi-Kisi Lembar Observasi ................................................................ 40Tabel 4.1. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ........ 51Tabel 4.2. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ........................ 52Tabel 4.3. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pelatihan Pencegahan
Infeksi................................................................................................. 52Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Tingkat pengetahuan petugas kesehatan dalam
upaya pencegahan infeksi nosokomial di ICU Dan IGD RSUD Wates............................................................................................................ 53
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Perilaku petugas kesehatan dalam upayapencegahan infeksi nosokomial di ICU Dan IGD RSUD Wates ....... 53
Tabel 4.6. Tabel Silang Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan periaku petugaskesehatan dalam upaya pencegahan infeksi nosokomial di ICU danIGD RSUD Wates .............................................................................. 54
Tabel 4.7. Hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku petugas kesehatandalam upaya pencegahan infeksi nosokomial di ICU dan IGD RSUDWates.................................................................................................. 54
Tabel 4.8.Hubungan antara karakteristik responden dengan perilaku petugaskesehatan ............................................................................................ 55
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
vii
DAFTAR GAMBAR
HalGambar 2.1 Kerangka Teori.................................................................................. 33Gambar 2.2 Kerangka Konsep .............................................................................. 34
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Pengantar Studi Pendahuluan
Lampiran 2 Surat Pengantar Penelitian
Lampiran 3 Permohonan menjadi Partisipan
Lampiran 4 Pernyataan Kesediaan menjadi Partisipan (Informed Consent)
Lampiran 5 Petunjuk Kuesioner
Lampiran 6 Kuesioner
Lampiran 7 Lembar Observasi
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
ix
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKUPETUGAS KESEHATAN DALAM UPAYA PENCEGAHAN INFEKSINOSOKOMIAL DI ICU DAN IGD RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
WATES
Devriani Yuliartha1, Muhamat Nofiyanto2, Anggono Joko Prasojo3
INTISARI
Latar Belakang: Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien darirumah sakit saat menjalani proses asuhan keperawatan. Menurut WHO infeksinosokomial memiliki prevalensi yang tinggi. Tingginya angka tersebut karenaperilaku petugas kesehatan yang buruk terkait dengan pengendalian infeksinosokomial, misalnya tidak mencuci tangan pada saat sebelum dan setelahbersentuhan dengan pasien. Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku adalahtingkat pengetahuan petugas kesehatan terkait dengan cara penanganan infeksinosokomial.Tujuan Penelitian: Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan perilakupetugas kesehatan dalam upaya pencegahan infeksi nosokomial di ICU dan IGDRumah Sakit Umum Daerah Wates.Metode Penelitian: Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional denganrancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini bidan dan perawat diruang ICU dan IGD RSUD Wates sebanyak 35 orang. Jumlah sampel 30 petugaskesehatan, teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling. Pengumpulandata menggunakan kuesioner dan lembar observasi. Analisa data menggunakan ujiKendall tau.Hasil: Tingkat pengetahuan petugas kesehatan dalam upaya pencegahan infeksinosokomial kategori tinggi, yaitu 50,5%. Perilaku petugas kesehatan dalam upayapencegahan infeksi nosokomial berperilaku baik, yaitu sebanyak 56,7%. Analisisstatistik menggunakan kendall Tau menunjukkan hasil yang signifikan dengannilai p yakni 0,001(p<0,05), dan nilai r 0,872, artinya ada hubungan yangsignifikan antara tingkat pengetahuan dan perilaku serta hubungannya sangat erat.Kesimpulan: Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan denganperilaku petugas kesehatan dalam upaya pencegahan infeksi nosokomial di ICUdan IGD Rumah Sakit Umum Daerah Wates dengan keeratan hubungan sangaterat.Kata Kunci: Infeksi nosokomial, Tingkat pengetahuan, Perilaku1
1Mahasiswi S1 Keperawatan STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta2 Dosen STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta3Perawat RSUD Wates Kulon Progo Yogyakarta
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
x
The Relationship Between Knowledge and Healthcare Workers Behaviour toPrevent Nosocomial Infection In Emergency and Intensive Care Unit
in Regional Hospital Of Wates
ABSTRACT
Devriani Yuliartha1, Muhamat Nofiyanto2, Anggono Joko Prasojo3
Background: nosocomial infection is acquired infection of patients from hospitalwhile undergoing the process of caring. According to WHO the prevalence ofnosocomial infection is high over the world. This is caused by the behavior ofhealthcare worker is bad to prevent the nosocomial infection, for example, theyare not doing hand washing before and after touch with patients. One of the factorthat influence healthcare worker behavior is knowledge about how to preventnosocomial infection.Objective: to know the relationship between knowledge and healthcare workersbehaviour to prevent nosocomial infection in emergency and intensive care unit inregional hospital of wates.Method: the method of this study was observational analitic with cross sectionaldesign. All of healthcare workers who work in emergency and intensive care unitin regional hospital of Wates to be population in this research. The amount ofpopulation are 35 healthcare workers. Sampling technique in this study usingpurposive sampling with amount of sample are 30 health care workers. Datacollection using questionnaires and observation sheets. Analysis of the data usingthe Kendall tau test.Results: The knowledge level of healthworkers to prevent the nosocomialinfection on average in the high category, 50.5%. Healthworkers behaviour toprevent the nosocomial infection is in good behavior, 56,7%. The kendal tau testshow that p value is 0.001 (p<0.05), with coeficient corelation is 0,872, that meanthere is relationship between knowldege and healthworkers behaviour to preventnosocomial infection with tight relation both of variables.Conclusion: threre is relationship between knowldege and healthworkersbehaviour to prevent nosocomial infection, with tight relation both of variables.Keyword: nosocomial infection, level of knowledge, behaviour2
1Student of Nursing Education Programme Jenderal Achmad Yani Yogyakarta,School of Health Science
2Lecturer of Nursing Education Programme, Jenderal Achmad Yani Yogyakarta,School of Health Science
3Nurse practicionaire, Regional Hospital of Wates, Kulon Progo Yogyakarta
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh mikroba patogen
yang bersifat sangat dinamis (Darmadi, 2008). Mikroba bertahan hidup
dengan cara berkembang biak pada suatu reservoir yang cocok dan mampu
mencari reservoir baru dengan cara berpindah atau menyebar. Penyebaran
mikroba patogen ini sangat merugikan bagi orang – orang yang dalam kondisi
sehat, dan bagi orang – orang yang sedang dalam keadaan sakit (penderita).
Orang yang sehat akan menjadi sakit dan orang yang sakit akan memperoleh
“tambahan beban penderitaan” dari penyebaran mikroba patogen ini.
Penderita yang sedang dirawat di rumah sakit akan mudah tertular oleh
penyebaran mikroba patogen. Proses penyebaran infeksi ini disebut dengan
infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat oleh
pasien saat menjalani perawatan dirumah sakit. Infeksi nosokomial tidak
hanya didapat oleh pasien saja tapi juga tenaga kesehatan saat berada dirumah
sakit. Infeksi nosokomial juga dapat terlihat setelah pasien ataupun tenaga
kesehatan berada dirumah (WHO, 2002). Angka kejadian infeksi nosokomial
di Indonesia belum diketahui jumlahnya, namun terdapat data dari beberapa
negara di dunia seperti United Kingdom (UK) menunjukkan sekitar 300.000
pasien terkena infeksi nosokomial, dan sekitar 5.000 orang diantaranya
meninggal dikarenakan infeksi tersebut (Keevil, 2011). Infeksi nosokomial
pada umumnya terjadi pada pasien yang dirawat diruang perawatan seperti
perawatan anak, perawatan penyakit dalam, perawatan intensif dan perawatan
isolasi. Infeksi nosokomial di rumah sakit mencapai 9% pertahun (variasi 3-
21%) atau lebih 1,4 juta pasien rawat inap di rumah sakit seluruh dunia
(Departemen kesehatan, 2011).
Infeksi nosokomial di Rumah Sakit Umum Daerah Wates yang
merupakan tempat penelitian inipada tahun 2011 terdapat 2 pasien terkena
Phlebitis dan yang beresiko dekubitus berjumlah 228 orang di ICU. Pada
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
2
tahun 2012 terdapat data yang beresiko dekubitus 38 orang dan yang beresiko
sepsis 1 orang, dan pada tahun 2013 terdapat 1 orang terkena dekubitus dan 1
orang lagi terkena sepsis, data yang beresiko dekubitus sebanyak 62 orang
dan yang beresiko sepsis sebanyak 95 orang, sedangkan untuk penanganan
pasien di IGD yang tidak steril nantinya dapat menimbulkan infeksi
nosokomial.
Organisme utama yang menyebabkan infeksi nosokomial meliputi
p.aeruginosa, (13%), s. aureus (12%), staphyloccoccus koagulase negative
(10%), candida (10%), enterococci (9%), dan enterobacter (8%). Penularan
bisa terjadi secara kontak langsung, kontak tidak langsung dan droplet
(Septiari, 2012). Kontak langsung terjadi apabila sumber infeksi berhubungan
langsung dengan pejamu, misalnya person to person. Kontak tidak langsung
terjadi apabila penularan membutuhkan objek perantara (benda mati), karena
benda mati tersebut telah terkontaminasi oleh infeksi, misalnya kontaminasi
peralatan medis oleh mikroorganisme.
Petugas kesehatan dirumah sakit harus melakukan pencegahan
infeksi nosokomial. Perawat yang merupakan salah satu petugas kesehatan
memiliki resiko tinggi menularkan patogen penyebab infeksi nosokomial,
karena perawat memiliki waktu yang lebih banyak kontak dengan pasien
(Zupahiyana, 2013). Bidan juga memiliki resiko menularkan infeksi
nosokomial saat observasi persalinan misalnya vaginal toucher dan saat
menolong persalinan. Penggunaan sarung tangan untuk petugas
kesehatansangat dianjurkan apabila akan melakukan tindakan atau
pemeriksaan pada pasien dengan penyakit infeksi (Septiari, 2012).
Pencegahan penularan selanjutnya adalah pembersihan lingkungan rumah
sakit untuk membersihkan dinding, lantai, tempat tidur, pintu, jendela, tirai,
kamar mandi, dan alat-alat medis yang telah dipakai berkali-kali, karena
sekitar 90% dari kotoran yang terlihat pasti mengandung kuman. Petugas
kesehatan wajib menjaga kesehatan dan keselamatan dirinya dan orang lain
serta bertanggung jawab sebagai pelaksana kebijakan yang ditetapkan rumah
sakit. Petugas kesehatan juga bertanggung jawab dalam menggunakan sarana
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
3
yang disediakan dengan baik dan benar serta memelihara sarana agar selalu
siap dipakai dan dapat dipakai selama mungkin (Departemen kesehatan,
2003).
Departemen Kesehatan R.I (2007) telah memasukkan pengendalian
infeksi nosokomial sebagai salah satu tolak ukur akreditasi Rumah Sakit
(RS), termasuk didalamnya adalah penerapan universal precaution. Prinsip
utama universalprecautionspada pelayanan kesehatan adalah menjaga
hygiene sanitasi individu, hygiene sanitasi ruangan dan strerilisasi peralatan.
Cara penanganan untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial
yang ada di IGD terkait dengan perilaku yaitu melakukan cuci tangan,
mensterilkan alat-alat medis yang digunakan, dan membersihkan bed saat
terlihat kotor. Pencegahan infeksi nosokomial yang dilakukan di ICU RSUD
Wates yaitu, melakukan cuci tangan, memasang kasur anti dekubitus dan
mobilisasi. Dari pernyataan kepala ruang ICU Tarhibul Fuadi, mengatakan
adanya metode surveilans diruang ICU dan terdapat penanggung jawab PPI
ruangan, terdapat IPCN dan IPCLN. Belum terdapat penilaian secara khusus
untuk dekubitus dan sepsis diruangan. Upaya yang dilakukan perawat di
ruang ICU RSUD Wates untuk pencegahan infeksi yang lainnya adalah
sterilisasi ruangan saat tidak ada pasien dan membersihkan bed dengan
desinfektan, kemudian dilakukan pembersihan ruangan oleh cleaning service
setiap 2 kali sehari yaitu saat pagi dan sore hari. Pasien yang terpasang kateter
dilakukan penggantian kateter 1 kali dalam 5 hari, dan pasien yang terpasang
alat alat yang lainnya tetap dilakukan perawatan.
Hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan perawat di IGD
mengatakan cara pencegahan infeksi nosokomial yaitu mencuci tangan
sebelum ke pasien, mensterilkan alat-alat medis, dan mengganti bed saat
terlihat kotor. Wawancara yang dilakukan peneliti di ICU dengan 2 orang
perawat mengatakan upaya pencegahan yang sering dilakukan dalam
pencegahan infeksi nosokomial adalah mencuci tangan saat sebelum dan
sesudah ke pasien kemudian menggunakan APD (Alat Pelindung Diri)
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
4
lengkap mulai dari masker, handscoon dan baju khusus untuk perawat di
ruang ICU dan baju yang disediakan untuk pengunjung.
Pada saat peneliti mengobservasi masih ada sebagian petugas yang
melakukan tindakan tidak menggunakan baju kusus untuk ruang ICU dan
menggunakan masker serta handscoon. Terlihat juga sebagian petugas
melakukan cuci tangan saat selesai melakukan tindakan saja, saat sebelum
melakukan tindakan hanya menggunakan aseptik gel untuk mencuci tangan.
Dari hasil pengamatan peneliti petugas ICU RSUD Wates tidak mengganti
alat yang digunakan saat perawatan luka post operasi dari pasien satu ke
pasien yang lainnya karena keterbatasan alat yang ada di ICU, selain itu
petugas tidak mengganti handscoon yang dipakai saat ke pasien satu ke
pasien selanjutnya, terlihat juga petugas mengganti set infus pasien dan tidak
menggunakan handscoon.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku petugas terhadap
tindakan pencegahan infeksi antara lain: faktor karakteristik individu (jenis
kelamin, umur, pekerjaan, masa kerja, dan tingkat pendidikan), faktor
psikososial (sikap terhadap penyakit, ketegangan kerja, rasa takut dan
persepsi terhadap resiko, faktor organisasi manajemen, fasilitas, dan tingkat
pengetahuan) (Arvianti, 2010). Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang
akan menumbuhkan kesadaran dan sikap positif dengan sendirinya, suatu
contohnya jika seorang petugas kesehatan yang telah memiliki pengetahuan
dan wawasan serta dibekali dengan materi pencegahan infeksi nosokomial
maka petugas tersebut akan lebih termotivasi untuk melakukan pencegahan
infeksi nosokomial. Penerimaan perilaku yang didasari dengan pengetahuan
maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting) (Soekanto,
2004).
Juliawan, (2008) menemukan adanya hubungan yang signifikan
(p<0,05) antara tingkat pengetahuan dengan infeksi nosokomial di ruang
rawat inap rumah sakit Raden Said Sukanto, hal ini dapat dijelaskan karena
pengetahuan cenderung mempengaruhi seseorang untuk berperilaku sesuai
dengan tingkat pengetahuan yang dimilikinya. Tingkat pengetahuan perawat
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
5
tentang infeksi nosokomial sangat penting, sehingga mampu melakukan
praktik keperawatan dengan baik termasuk usaha pencegahan infeksi
nosokomial. Perawat yang memiliki pengetahuan yang tinggi diharapkan
mampu mencegah terjadinya infeksi nosokomial (Purnomo, 2011).
Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap 2 orang petugas
kesehatan ICU RSUD Wates terkait tentang pencegahan infeksi nosokomial,
mengatakan cara pencegahan infeksi yaitu dengan cara mencuci tangan dan
menggunakan masker dan handscoon, padahal cara pencegahan infeksi
nosokomial sangat banyak, misalnya: petugas tidak menggunakan satu alat
dari pasien satu ke pasien yang lainnya tanpa disterilkan terlebih dahulu, tidak
menggunakan handscoon yang sama saat melakukan perawatan dari pasien
satu ke pasien yang lainnya. Mengetahui apakah ada hubungan tingkat
pengetahuan dengan perilaku maka dibutuhkan pembuktian secara ilmiah,
untuk itu peneliti tertarik melakukan penelitian tersebut
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan uraian tersebut, maka dapat
dirumuskan suatu permasalahan, adakah hubungan tingkat pengetahuan
dengan perilaku petugas kesehatan dalam pencegahan infeksi nosokomial di
ICU dan IGD Rumah Sakit Umum Daerah Wates?.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku petugas
kesehatandalam upaya pencegahan infeksi nosokomial di ICU dan IGD
Rumah Sakit UmumDaerah Wates
2. Tujuan Khusus.
a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan petugas kesehatan dalam
pencegahan infeksi nosokomial di ICU dan IGD RSUD Wates
b. Untuk mengetahui perilaku petugas kesehatandalam pencegahan
infeksi nosokomialdi ICU dan IGD RSUD Wates.
c. Untuk mengetahui keeratan hubungan antara tingkat pengetahuan
dengan perilaku petugas kesehatan dalam upaya pencegahan infeksi
nosokomial di ICU dan IGD RSUD Wates.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi ilmu pengetahuan
Penelitian ini di harapkan dapat menjadi tambahan informasi bagi
ilmu pengetahuan tentang bagaimana Pencegahan Infeksi Nosokomial di
ICU dan IGD RSUD Wates.
2. Bagi tenaga kesehatan
Sebagai data pelaksanaan pencegahan infeksi nosokomial di ICU dan
IGD RSUD Wates sehingga bisa meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
dengan cara pencegahan infeksi nosokomial.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
7
E. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1. Keaslian Penelitian
Penelitian Judul Metode Hasil Persamaan danperbedaan
Habni Y,(2009)
Perilaku PerawatDalam PencegahanInfeksi NosokomialDi Ruang Rindu A,Rindu B, IGD ,Rawat Jalan DiRumah SakitUmum Pusat HajiAdam Malik Medan
Deskriptif Perawat yangmemiliki perilaku/sikap positif sebesar84,3%, sikap negative8,7%,. keterampilandalam pencegahaninfeksi yang baiksebesar 4% sedang78,4%, dan kurangsebesar 17,6%.
Persamaan dengan penelitianini adalah sama samameneliti tentang perilakuperawatPerbedaanya penelitian yangakan dilakukan denganpenelitian ini adalah,penelitian ini hanya melihatgambaran perilaku perawatdalam mencegah infeksinosokomial, sedangkanpenelitian yang akandilakukan yakni melihathubungan antara tingkatpengetahuan dengan perilakupencegahan infeksinosokomial.
Setiana,D (2011)
Pengetahuan, sikap,dan praktikmahasiswa fakultaskedokteran terhadappencegahan infeksi
Noneksperimen: kuantitatif
Ada hubungan antarapengetahuan, sikap,dan praktik terhadappencegahan infeksi
Persamaannya tentangmencegah infeksi.Perbedaannya subyekpenelitiannya adalahmahasiswa fakultaskedokteran universitasdiponegoro sebanyak 54mahasiswa, yang berlokasi disemarang.
Priyono,W (2013)
Faktor – faktor yangmempengaruhikepatuhan cucitangan perawat diRSU PKUMuhammadiahBantul
Rancangancrosssectional
Faktor yangmempengaruhiperawat cuci tanganadalah faktor tempatkerja, faktor umur,faktor kondisi pasien,faktor pendidikan,faktor lama kerja,faktor pengetahuan,dan faktor waktuluang.
Persamaanya menggunakanmetode yang sama, danmembahas tentang cucitanganPerbedaanya adalah padapenelitian inisampelnyapetugas kesehatanyaitu perawat saja denganjumlah responden sebanyak50 perawat.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
50
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Rumah sakit umum daerah (RSUD) Wates adalah rumah sakit
yang berlokasi di Dusun Beji Kecamatan Wates, tepatnya di Jalan Tentara
Pelajar Km 1 No. 5 Wates Kulon Progo. Penelitian ini dilakukan di dua
ruangan yang ada dirumah sakit umum daerah wates yaitu di ruang ICU
dan IGD. Ruang IGD (Instalasi Gawat Darurat) merupakan tempat atau
unit dirumah sakit yang memiliki tim kerja dengan kemampuan khusus
dan peralatan yang memberikan asuhan keperawatan yang memberikan
pelayanan pasien gawat darurat. Ruang IGD RSUD Wates terdapat 1
ruangan tindakan keperawatan dan 1 ruangan untuk tindakan kebidanan,
dari keseluruhan terdapat 9 bed yang ada di dalam ruang IGD yaitu yang
terletak di bagian depan 6 bed, 1 bed diruang tindakan keperawatan, 1 bed
diruang tindakan kebidanan dan ada 1 bed di bagian belakang. Selain itu
ada bed yang disediakan diluar ruangan untuk memindahkan pasien
rujukan ataupun pasien yang datang sebanyak 2 bed. di ruang IGD juga
terdapat alat sterisasi dan 2 wastafel tempat hand hygiene yaitu 1 wastafel
di samping ruang tindakan keperawatan dan 1 wastafel disamping ruang
tindakan kebidanan dan gel alcohol untuk handrub di luar ruangan
tindakan keperawatan.
Ruang ICU (Intensive Care Unit) adalah bagian dari rumah sakit
dengan staf dan perlengkapan khusus yang ditujukan untuk observasi,
perawatan dan terapi pasien – pasien yang menderita penyakit akut, cedera
dan potensial mengancam nyawa. ICU menyediakan kemampuan dan
sarana, prasarana serta peralatan khusus untuk menunjang fungsi-fungsi
vital dengan menggunakan keterampilan staf medik, perawat dan staf lain
yang berpengalaman dalam pengelolaan keadaan-keadaan tersebut. Ruang
ICU RSUD wates terdapat ruang adminitrasi dan ruang keperawatan,
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
51
ruang tempat penerimaan pasien di bagian depan ruangan, dan pakaian
khusus yang disediakan di bagian ruangan tempat penerimaan pasien
untuk keluarga pasien yang akan memasuki ruangan, selain itu terdapat 6
beddan terdapat alat sterilisasi, alat - alat medis lainnya yang digunakan
untuk melakukan tindakan medis yang disimpandi bagian ruang tindakan.
Sebelum masuk ruang keperawatan telah disediakan gel alcohol di ruang
utama untuk melakukan handrub bagi semua petugas kesehatan dan jas
khusus untuk petugas yang di sediakan diruang keperawatan.
2. Analisis Hasil Penelitian
a. Univariabel
Analisa univariabel digunakan untuk mendeskripsikan
karakteristik responden yang meliputi jenis kelamin, usia, pelatihan,
agama, tingkat pendidikan serta frekuensi dan persentase tingkat
pengetahuan dan perilaku petugas kesehatan. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan pada 21 sampai 25 Juni 2014 mengenai hubungan
tingkat pengetahuan dengan perilaku petugas kesehatan dalam upaya
pencegahan infeksi nosokomial di ICU dan IGD rumah sakit umum
daerah wates. Penelitian ini dilakukan pada 30 petugas kesehatan yang
terdiri dari perawat dan bidan yang ada di ICU dan IGD. Karakteristik
responden disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.1. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan JenisKelamin
Karakteristi Responden Frekuensi Persentase (%)Jenis Kelamin1. Laki-laki2. Perempuan
921
3070
Total 30 100Sumber: Data Primer 2014
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar
responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 21 orang
(70%).
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
52
Tabel 4.2. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Karakteristi Responden Frekuensi Persentase (%)Usia1. 17-25 tahun2. 26-35 tahun3. 36-45 tahun4. 46-55 tahun
141042
46,6733,3313,336,67
Total 30 100Sumber: Data Primer 2014
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar
responden berumur 17-25 tahun yaitu sebanyak 14 responden
(46,67%).
Tabel 4.3. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan PelatihanPencegahan Infeksi
Karakteristi Responden Frekuensi Persentase (%)Pelatihan1. Pernah2. Tidak Pernah
1119
36,6763,33
Total 30 100Sumber: Data Primer 2014
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar
responden tidak pernah mengkuti pelatihan tentang infeksi yaitu
sebanyak 19 responden (63,33%).
Analisis univariabel bertujuan untuk mendeskripsikan
karakteristik dari subjek penelitian sehingga kumpulan data tersebut
berubah menjadi informasi yang berguna. Hasil Tingkat pengetahuan
petugas kesehatan dalam upaya pencegahan infeksi nosokomial di
ICU dan IGD RSUD Wates disajikan sebagai berikut:
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
53
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Tingkat pengetahuan petugaskesehatan dalam upaya pencegahan infeksi nosokomial di ICU Dan
IGD RSUD Wates
Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
Tinggi 15 50,5
Sedang 5 16,7
Rendah 10 33,3
Total 30 100.0Sumber: Data primer 2014
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besar responden
mempunyai tingkat pengetahuan yang tinggi yaitu sebanyak 15
responden (50,5%).
Hasil pengukuran perilaku petugas kesehatan dalam upaya
pencegahan infeksi nosokomial di ICU dan IGD RSUD Wates
disajikan sebagai berikut:
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Perilaku petugas kesehatan dalamupaya pencegahan infeksi nosokomial di ICU Dan IGD RSUD Wates
Perilaku Frekuensi Persentase (%)
Baik 17 56,7
Buruk 13 43,3
Jumlah 30 100,0
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa sebagian besar responden
mempunyai perilaku yang baik yaitu sebanyak 17 responden (56,7%)
b. Bivariabel
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara
variabel bebas yaitu tingkat pengetahuan perawat dalam upaya
pencegahan infeksi nosokomial terhadap variabel terikat yaitu
perilaku perawat dalam upaya pencegahan infeksi nosokomial. Uji
statistik yang digunakan adalah Uji Kendall Tau. Tabel berikut
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
54
adalah tabulasi antara tingkat pengetahuan dengan perilaku petugas
kesehatan.
Tabel 4.6. Tabel Silang Hubungan Tingkat Pengetahuan denganperiaku petugas kesehatan dalam upaya pencegahan infeksi
nosokomial di ICU dan IGD RSUD Wates
Sumber : Data Primer 2014
Berdasarkan tabel 4.6 didapatkan hasil yakni petugas
kesehatan yang memiliki pengetahuan yang tinggi tentang upaya
pencegahan infeksi nosokomial sebagian besar memiiki perilaku
baik dalam upaya pencegahan infeksi nosokomial sebanyak 15
orang (100,0%).
Tabel 4.7. Hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku petugaskesehatan dalam upaya pencegahan infeksi nosokomial di ICU dan
IGD RSUD Wates
Kesimpulan
P-Value 0,001 Signifikan
Nilai r 0,872 Sangat kuat
Tabel 4.7 menunjukkan hubungan yang signifikan antara
tingkat pengetahuan dengan perilaku petugas kesehatan dalam
upaya pencegahan infeksi nosokomial di ICU dan IGD Rumah
TingkatPengetahuan
Perilaku petugaskesehatan Total
Buruk Baik
Rendah F 10 0 10% 100,0% 0,0% 100,0%
Sedang F 3 2 5% 60,0% 40,0% 100,0%
Tinggi F 0 15 15% 0,0% 100,0% 100,0%
TotalF 13 17 30% 43,3% 56,7% 100,0%
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
55
Sakit Umum Daerah Wates dengan nilai r 0,872 yang berarti
hubungannya sangat erat.
Analisis hubungan variabel pengganggu adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.8. Hubungan antara karakteristik responden denganperilaku petugas kesehatan
Karakteristik
responden
P- Value Kesimpulan
P-Value
Nilai r Kesimpulan
Nilai r
Jenis kelamin 0,477 Tidak
signifikan
0,132 Sangat
rendah
Usia 0,056 Tidak
signifikan
0,335 rendah
Pelatihan 0,001 Signifikan 0,934 Sangat kuat
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa jenis kelamin
dan usia tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku
petugas kesehatan. Sedangkan pelatihan memiliki hubungan yang
signifikan dan sangat kuat.
Hasil uji Kendali Tau diperoleh p-value sebesar 0,000 <
0,05. Hal ini berarti Ho ditolak, maka ada hubungan yang
signifikan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku petugas
kesehatan dalam upaya pencegahan infeksi nosokomial di Rumah
Sakit Umum Daerah Wates. Nilai koefisiensi korelasi yang
diperoleh sebesar 0,872. Angka hasil pengujian tersebut kemudian
dibandingkan dengan tabel pedoman interpretasi koefisiensi
korelasi. Nilai koefisiensi (0,872) terletak diantara 0,800 - 0,1000
yang berarti keeratan hubungan pengetahuan dengan perilaku
petugas kesehatan dalam upaya pencegahan infeksi nosokomial
adalah sangat kuat.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
56
B. Pembahasan
1. Karakteristik Petugas Kesehatan di ICU dan IGD RSUD Wates
Petugas kesehatan yang menjadi responden penelitian ini adalah
perawat dan bidan. Diruang ICU terdapat perawat yakni 4 laki-laki, dan 7
perawat perempuan, sedangkan di IGD yang menjadi responden penelitian
ini tidak hanya perawat tetapi juga bidan sebanyak 6 orang, sehingga
petugas kesehatan perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki. Jenis
kelamin adalah suatu konsep yang digunakan untuk mengidentifikasi
perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi biologis, genetik dan fisik.
Perempuan lebih sabar, tidak banyak menuntut, tanggung jawab dan
menurut dalam melaksanakan tugas yang diembannya. Sedangkan laki-
laki banyak tuntutan dan tidak disiplin dalam melaksanakan tugasnya
(Priyono W, 2013).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden lebih banyak
berada pada rentang usia 17-25 tahun yakni 46,67% sedangkan jumah
responden yang berusia 46-55 tahun6,67% adalah yang paling sedikit.
Depkes RI (2009) mengkategorikan usia yakni: remaja akhir (17-25 tahun)
yaitu yang menjadi jumlah responden paling dominan pada penelitian ini
dan lansia awal (46-55 tahun) yaitu yang menjadi jumlah responden paling
sedikit pada penelitian ini. Umur adalah taraf kematangan bagian-bagian
tubuh seseorang. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi
kepercayaan dan orang yang cukup tinggi kedewasaan maka semakin
tinggi kepatuhannya. Hal ini sebagai akibat dan pengalaman kematangan
jiwanya.
Penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang tidak pernah
melakukan pelatihan lebih banyak yaitu 63,33% dari jumlah responden
yang pernah melakukan pelatihan yaitu sebesar 36,67%. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Maryati (2011) di dapatkan adanya
hubungan antara pelatihan dan kinerja perawat dalam pencegahan infeksi
nosokomial. Pelatihan merupakan proses mengajarkan pengetahuan dan
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
57
keahlian tertentu serta sikap agar tenaga kesehatan semakin trampil dan
mampu dalam melaksanakan tanggung jawabnya dengan semakin baik
sesuai dengan standar. Pelatihan dapat meningkatkan pengetahuan perawat
tentang pencegahan infeksi nosokomial sehingga memiliki keterampilan
dalam pelaksaannya.
2. Tingkat pengetahuan petugas kesehatan Tentang Upaya Pencegahan
Infeksi Nosokomial di ICU dan IGD RSUD Wates
Hasil penelitian yang menunjukkan tingkat pengetahuan petugas
kesehatan tentang upaya pencegahan infeksi nosokomial sebagian besar
masuk dalam kategori baik yaitu sebanyak 15 orang (50,0%). Hasil ini
diperkuat oleh suatu penelitian yang dilakukan Setiana D (2011) yang
menemukan tingkat pengetahuan mahasiswa fakultas kedokteran
mengetahui tentang pencegahan infeksi dengan nilai tinggi yaitu (57,4%)
dan penelitian yang dilakukan Habni Y (2009) yang menemukan bahwa
responden yang pernah mengikuti pelatihan infeksi nosokomial yaitu
25,4% dan yang memiliki pengetahuan baik sebesar 88%.
Terdapat beberapa fakor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan
yaitu tingkat pendidikan dan pelatihan. Tingkat pendidikan adalah level
atau tingkat suatu proses yang berkaitan dalam mengembangkan semua
aspek kepribadian manusia, yang mencakup pengetahuan, nilai, sikap serta
keterampilannya. Sedangkan pelatihan adalah bagian pendidikan yang
menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan
keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku, dalam waktu yang
relatif singkat, dan dengan menggunakan metode yang lebih
mengutamakan praktik dari pada teori (Kamil, M., 2010).
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo,
2003). Pengetahuan diperoleh dari informasi baik secara lisan ataupun
tulisan dari pengalaman seseorang. Semakin tinggi pendidikan seseorang
maka semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki, contohnya jika
seorang perawat yang telah memiliki pengetahuan dan wawasan serta
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
58
dibekali dengan materi pencegahan infeksi nosokomial maka perawat
tersebut akan lebih termotivasi untuk melakukan pencegahan infeksi
nosokomial. Pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan
sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Nursalam,
2011).
Pengetahuan sebagian responden sudah baik dalam upaya
pencegahan infeksi nosokomial diruangan yaitu sebanyak 11 petugas
kesehatan (36,67%) yang pernah mengikuti pelatihan tentang infeksi, yang
dapat memberikan pengetahuan baru dan memberikan contoh kepada
petugas kesehatan yang lain yang belum mengikuti pelatihan, yaitu seperti
mengetahui cara mencuci tangan yang benar, waktu yang tepat untuk
mencuci tangan, menggunakan handscoon dan masker, menggunakan
jarum suntik sekali pakai, dan mengetahui tempat pembuangan sampah
yang telah di tentukan. Pengetahuan diperoleh dari fakta atau kenyataan
dengan mendengar radio, melihat televisi, dan sebagainya.Serta dapat
diperoleh dari pengalaman berdasarkan pemikiran kritis (Soekanto, 2004).
3. Perilaku Petugas Kesehatan Dalam Upaya Pencegahan Infeksi
Nosokomial Di ICU dan IGD RSUD Wates
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku petugas kesehatan
dalam upaya pencegahan infeksi nosokomial dengan kategori buruk adalah
sebanyak 13 responden (43,3%), hal ini dikarenakan masih ada petugas
kesehatan yang belum pernah mengikuti pelatihan tentang infeksi yang
mengakibatkan petugas masih lalai dalam mencegah terjadinya infeksi.
Hasil ini diperkuat oleh suatu penelitian yang dilakukan (Bady,. A,.M, dkk
2007) yang menemukan ada hubungan antara pelatihan/ pemahaman
dengan kinerja SDM Perawat dalam pengendalian infeksi nosokomial.
Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman dan
interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk
pengetahuan, sikap dan tindakan (Sarwono, 2007). Hal yang penting
dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan perubahan
perilaku merupakan tujuan dari pendidikan atau penyuluhan kesehatan
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
59
sebagai penunjang program- program kesehatan lainnya, (Notoatmodjo,
2010).
Hasil sebagian besar perilaku petugas kesehatan dalam upaya
pencegahan infeksi nosokomial dengan kategori baik yaitu sebanyak 17
responden (56,7%). Secara umum perilaku responden sudah baik dalam
upaya pencegahan infeksi nosokomial diruangan yang dilakukan sehari
hari, yaitu mencuci tangan sebelum melakukan tindakan ke pasien,
menggunakan handscun dan masker, melakukan tindakan, menggunakan
jarum suntik sekali pakai, dan mengelola sampah dengan baik.
4. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Petugas Kesehatan
Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Nosokomial Di ICU Dan IGD
Berdasarkan table 4.6 menunjukkan bahwa responden yang
mempunyai tingkat pengetahuan tinggi dan memiliki perilaku baik
sebanyak 15 responden (100,0%).
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Nugroho, H.,T (2008) menunjukkan adanya hubungan yang
signifikan antara tingkat pengetahuan dengan sikap perawat dalam
mencegah infeksi nosokomial di RSUD Tugurejo Semarang. Adanya
hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku ini dapat disebabkan
karena pengetahuan yang dimiliki oleh petugas kesehatan dapat diperoleh
dari pendidikan baik di perguruan tinggi ataupun pelatihan. Hal ini
dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Juliawan (2008)
menemukan bahwa pendidikan memiliki hubungan yang signifikan dengan
pencegahan infeksi nosokomial. Pendidikan akan mempengaruhi tingkat
pengetahuan seseorang yang pada akhirnya akan berpengaruh pada
perilaku. Apabila perilaku didasarkan atas pengetahuan maka perilaku
tersebut akan bersifat langgeng (long lasting) (Sukanto 2004).
Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahun memiliki 6 tingkatan
yakni tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Tingkat
pengetahuan yang akan membentuk perilaku seseorang ada pada tingkat
aplikasi dimana seseorang memiliki kemampuan untuk menggunakan
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
60
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya,
artinya apabila pengetahuan seseorang tentang tata cara pencegahan
infeksi nosokomial berada pada tingkat aplikasi maka akan memiliki
kemampuan untuk melakukan pencegahan infeksi nosokomial, begitu juga
dengan pengetahuan yang dimiliki oleh responden pada penelitian ini
sudah berada pada tahap aplikasi, sehingga dapat mengaplikasikan cara
pencegahan infeksi nosokomial.
Agama dan tingkat pendidikan merupakan faktor lain yang
mempengaruhi perilaku yang dapat dikendalikan oleh peneliti dengan
mengambil responden yang beragama Islam. Pertimbangan peneliti
mengambil responden yang beragama Islam karena mayoritas petugas
kesehatan di rumah sakit umum daerah Wates yakni beragama Islam.
Begitu juga dengan tingkat pendidikan, peneliti mengambil responden
yang memiliki tingkat pendidikan D3 baik keperawatan maupun kebidanan
karena sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan D3.
Faktor lainnya yang tidak dapat dikendalikan oleh peneliti adalah
usia, jenis kelamin, dan pelatihan, namun peneliti menganalisis ketiga
variabel yang tidak dapat dikendalikan tersebut dengan perilaku, dan
didapatkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
usia dan jenis kelamin dengan perilaku, sedangkan pelatihan memiliki
hubungan yang signifikan dengan perilaku. Hal ini disebabkan karena
pelatihan akan mempengaruhi tingkat pengetahuan yang pada akhirnya
akan berpengaruh kepada perilaku pengendalian infeksi nosokomial.
C. Keterbatasan Penelitian
Responden yang digunakan pada penelitian ini adalah petugas
kesehatan yang hanya terdiri dari bidan dan perawat, peneliti belum bisa
mengikut sertakan petugas kesehatan lainnya seperti dokter, fisioterapis,
dan lainnya sebagai responden, karena waktu penelitian yang terbatas.
Selain itu masih ada variabel pengganggu yang tidak dikendalikan seperti,
usia, jenis kelamin, dan pelatihan.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
61
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dibuat kesimpulan bahwa
1. Tingkat pengetahuan petugas kesehatan tentang upaya pencegahan
infeksi nosokomial sebanyak 15 orang (100,0%) di kategorikan tinggi.
2. Perilaku petugas kesehatan dalam upaya pencegahan infeksi
nosokomial sebagian besar masuk dalam kategori baik sebanyak 17
orang (56,7%)
3. Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan
perilaku petugas kesehatan dalam upaya pencegahan infeksi
nosokomial di ICU dan IGD RSUD Wates, dengan nilai koefisien
Kendall Tau sebesar 0,872 dengan signifikasi 0,000 (sig<0,005)
B. Saran
Berdasarkan hasil, pembahasan, dan kesimpulan penelitian
tentang hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku petugas kesehatan
dalam upaya pencegahan infeksi nosokomial di ICU dan IGD Rumah sakit
umum daerah wates, beberapa saran yang diajukan sebagai bahan
pertimbangan adalah:
1. Bagi Rumah Sakit
Pihak pembuat kebijakan rumah sakit diharapkan membuat
program kegiatan yang dapat menambah dan memperbaharui
pengetahuan terkait dengan infeksi nosokomial seperti mengadakan
pelatihan, karena terbukti bahwa pengetahuan memiliki pengaruh
terhadap perilaku, sehingga petugas kesehatan yang memiliki tingkat
pengetahuan rendah dapat meningkat.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hendaknya melakukan penelitian terkait dengan metode
meningkatkan pengetahuan tentang infeksi nosokomial dan metode
pencegahan infeksi nosokomial, serta penelitian lainnya tentang
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
62
infeksi nosokomial. Peneliti selanjutnya juga dapat melakukan
penelitian ini dengan mengendalikan variabel pengganggu dan
menambah jumlah sampel penelitian.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
DAFTAR PUSTAKA
Arvianti. 2010, ‘Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat KepatuhanCuci Tangan Perawat Di Rumah Sakit Islam Sultan Agung’, Skripsi,Universitas Muhammadiah, Semarang
Arikunto, S. 2006,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta,Jakarta
Arikunto, S. 2010, Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta, Jakarta
Asmadi. 2013, Pengelolaan Limbah Medis Rumah Sakit, Gosyen Publishing,Yogyakarta
Azwar, S. 2007, Metode penelitian, Pustaka pelajar, Yogyakarta
Buletin Bina Upaya Kesehatan, 2012. Bimbingan teknis akriditasi rumah sakitstandar internasional, Edisi II April, Hal 1, Jakarta
CDC. 2013, Health Care-Associated Infections (HAIs), Diakses tanggal 06-07-2014, di http://www.cdc.gov/hai/.
Darmadi. 2008, Infeksi Nosokomial Problematika dan Pengendaliannya, SalembaMedika, Jakarta
Departement Kesehatan R.I.2003, Pedoman pencegahan dan penanggulanganinfeksi di ICU, Departemen kesehatan,Jakarta
.2003, Pedoman pelaksanaan kewaspadaan universal di pelayanankesehatan, Departemen kesehatan, Jakarta
_.2006, Pedoman kesehatan dan keselamatan kerja, Departemenkesehatan, Jakarta
_.2006, Standar Pelayanan Keperawatan Di ICU, Departemen kesehatan,Jakarta
_. 2007, Pedoman manajement kesehatan dan keselamatan kerja dirumahsakit, Departemen kesehatan, Jakarta
Departement Kesehatan R.I bekerjasama dengan perdalin. 2008, Pedomanmanajerial pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit danfasilitas pelayanan kesehatan lainnya, Jakarta
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
Departement Kesehatan R.I. 2009, Kebersihan tangan mempengaruhikeselamatan pasien. Jakarta: Depkes RI: www. depkes.go.id, diaksespada tanggal 21 Desember 2013, Yogyakarta
.2011, Program Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi NosokomialMerupakan Unsur Patient Safety, Jakarta: Depkes RI: <www.depkes.go.id> diakses pada tanggal 21 Desember 2013, Yogyakarta
Green Wood David. 2003, Medical microbiology, EGC, Jakarta
Habni, Y. 2009, ‘Perilaku Perawat Dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial DiRuang Rindu A. Rindu B, ICU, IGD, Rawat Jalan Di Rumah Sakit UmumPusat Haji Adam Malik Medan’, skripsi, Fakultas Kedokteran, UniverstasSumatra Utara
Hidayat, A. A. A. 2007, Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik AnalisisData, Salemba Medika, Jakarta
Joint Commission on HAIS. 2014, Healthcare-Acquired Infections (HAIs),Artikel. Diakses tanggal 06 Agustus 2014, dihttp://patientcarelink.org/improving-patient-care/hospitalacquiredinfections-hai.aspx
Juliawan, I. 2008, ‘Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Dengan PencegahanInfeksi Nosokomial di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Kepolisian PusatRaden Said Sukanto’, Skripsi, Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi IlmuKeperawatan, Universitas Pembangunan Veteran Jakarta
Kamil. M. 2010, Model Pendidikan Dan Pelatihan Konsep Dan Aplikasi,Alfabeta, Bandung
Kampf, G., Loffler, H., and Gastmeier, P. 2009, Hand Hygiene For ThePrevention Of Nosocomial Infection. Journal Dutsch Arztebl Int:106(40).
Keevil, Bill. 2011, Reducing HAIs in ICUs with copper touch surfaces. Universityof Southampton.
Kimberly-Clark. 2007, Clinical Issue Standard Precaution Confirmed, JournalHealth Care Educations
Maryati. 2011, ‘Keefektifan Peningkatan Kemampuan Perawat DalamPencegahan Infeksi Nosokomial Pada Bayi Diruang Neonatal IntensiveCare Unit Rumah Sakit Umum Daerah Wates Kulon Progo’, Tesis, IKM,Fakultas Kedoteran, Universitas Gadjah Mada
Medika Jurnal Kedokteran Indonesia. 2012, Mikronutrien Bagi Pasien PerawatanIntensif, Edisi No 11 Vol XXXVIII
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
Musliha. 2010, Keperawatan Gawat Darurat, Nuha Medika, Yogyakarta
National Services Scotland. 2012, National Infection Prevention And ControlManual, 13 januari, CNO.
Notoatmodjo, S.2003, Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu PerilakuKesehatan, Andi Offset, Jakarta
. 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta
_____________.2010,Ilmu Perilaku Kesehatan,Rineka cipta, Jakarta
_____________. 2010,Metodologi Penelitian Kesehatan,Rineka Cipta, Jakarta
Nursalam. 2008, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian IlmuKeperawatan, Salemba Medika, Jakarta
Nursalam. 2011, Manajemen keperawatan, Salemba Medika, Jakarta
Nugroho, H., T. 2008, ‘Hubungan antara pengetahuan dengan sikap perawatdalam mencegah infeksi nosokomial di ruang Mawar, Anggrek dan DahliaRSUD Tugurejo Semarang’,Skripsi, Universitas Muhammadiyah Semarang
Patricia, potter. 2005, Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Edisi 4, EGC,Jakarta
Perry & potter. 2005, Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses danpraktik, Edisi ke 4, EGC, Jakarta
Prehatini, T., G. 2011, Infeksi Nosokomial, Portofolio, politeknik kesehatanKementrian Surabaya, Program Studi Keperawatan Tuban
Priyono, W. 2013, ‘Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Cuci TanganPerawat Di RSU PKU Muhammadiah Bantul’,Skripsi, Sekolah TinggiIlmu Kesehatan Aisyiyah, Yogyakarta
Purnomo, S. 2011, ‘Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang UniversalPrecaution Dengan Pelaksanaan Universal Precaution Di Instalasi RawatInap RSUD Majenang’, skripsi, Universitas Respati Yogyakarta
Riyanto, A. 2011, Pengolahan Dan Analisis Data Kesehatan, Nuha Medika,Yogyakarta
Rohani dan Setio, H. 2010, Panduan Praktik Keperawatan Nosokomial, Citra AjiParama, Yogyakarta
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
Sarwono, S. 2007, Sosiologi kesehatan, beberapa konsep beserta aplikasinya,Gadjah Mada Press, Yogyakarta
Saryono. 2008, Metodologi Penelitian Kesehatan Penuntun Praktis Bagi Pemula,Mitra Cendikia Press, Yogyakarta
Setiawan, A., Saryono. 2010, Metodologi penelitian kebidanan DIII, DIV, S1 DanS2, Nuha Medika, Yogyakarta
Setiana, D., Palarto, B., Julianti, H. P. 2011, ‘Pengetahuan, Sikap, Dan PraktikMahasiswa Fakultas Kedokteran Terhadap Pencegahan Infeksi’, Skripsi,S. Ked, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro, Semarang
Septiari, B. B. 2012, Infeksi Nosokomial, Nuha Medika, Yogyakarta
Soekanto.2004, Jurnal Kedokterandan Farmasi, Medika Press, Jakarta
Siegel, J. D., Rhinehart. E., Jackson. M., Chiarello L. 2007, Guideline ForIsolation Precautions Preventing Transmission Of Infections Agents InHealthcare Settings. Diakses <http://www.cdc.gov/ncidod/dhqp/pdf/isolation 2007.pdf>
Siregar, C. 2004, Farmasi klinik teori dan penerapan, EGC, Jakarta
Sugiyono. 2010, Statistika Untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung
TietjenL., Bossemeyer D., McIntosh N. 2004, Panduan Pencegahan Infeksi UntukFasilitas Pelayanan Kesehatan Dengan Sumber Daya Terbatas, YayasanBina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
World Health Organization, 2009, A Guide to the Implementation of the WHOMultimodal Hand Hygiene Improvement Strategy.
. 2002, Prevention of hospital-acquired infections. A practicalguide 2nd edition. diakses tanggal 11 Agustus 2014, dihttp://www.who.int/emc
. 2011, The burden of health care-associated infection worldwide.Article. diakses tanggal 11 Agustus 2014, dihttp://www.who.int/gpsc/country_work/burden_hcai/en/
Zulpahiyana. 2013, ‘Efektivitas Stimulasi Hand Hygiene Pada HandoverKeperawatan Dalam Meningkatkan Kepatuhan Hand Hygiene Perawat’,Tesis, MRS, Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah,Yogyakarta.