perpustakaanrsmcicendo.comperpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2018/11/... · Web...
Transcript of perpustakaanrsmcicendo.comperpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2018/11/... · Web...
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
PUSAT MATA NASIONAL RUMAH SAKIT MATA CICENDO
BANDUNG
Laporan Kasus : The Management of Exotropia
Penyaji : Yoyok Nike Subagio
Pembimbing : Maya Sari dr., SpM(K).,MKes
Telah diperiksa dan disetujui oleh
Pembimbing Unit Pediatric Opthalmology
Maya Sari dr., SpM(K).,MKes
Jumat, 15 November 2018
Pukul 08.15 WIB
0
THE MANAGEMENT OF EXOTROPIA INTERMITTENAbstractIntroduction : Exodeviations are much more common in latent or intermittent form than are esodeviations. Of all the exotropia intermittent exotropia comprises about 50-90% of the cases and is usually preceded by a stage of exophoria. Sex and racial distributions are equal. It usually affects about 1% of the general population. The goals of management are to improve visual development, diminish deviation of the eye.sPurpose: To explain management of Eksotropia intermiten.Case Report : Case 1 : A fiveteen years old boy came to clinic of Pediatric Ophthalmology and Strabismus National Eye Centre Cicendo Eye Hospital with chief complaints the eyes was squint since he was a child. No history of trauma, prematurity, family history or secondary ocular history, systemic disorders. The basic vision is OD 0.5 with S -1.00 : 1.0 correction: 1.0 and OS 0.5 with S-0.75, C -0.50 x 180: 1.0 corection. Intraocular pressure of both eyes with normal palpation. Position of the eyeball XT 15o. Cover / uncover and alternate cover examination found exotropia alternans with dominant fixation in the left eye. Examination of close sensory function obtained fusion with TNO and long distance obtained right eye suppression with WFDT examination. Stereoscopic examination with TNO test> 2000 second of arc. Patients were diagnosed with Exotropia Intermitten basic type (poor control), astigmatism myopia compositus ODS.Conclusion : Bilateral lateral rectus recession is choice for manage exotropia intermittent. The timing of surgery is important to restore binokular vision and stereopsis.Keyword : Exotropia intermittent, Bilateral lateral rectus recession
I. Pendahuluan
Eksotropia adalah suatu keadaan strabismus dimana mata berotasi
sehingga mata berdeviasi ke arah temporal. Eksotropia disebabkan adanya
gangguan pada perkembangan atau adanya kelemahan dari otot rektus medial.
Eksotropia dapat terjadi konstan atau intermiten, tetapi lebih banyak pada
eksotropia intermiten. Eksotropia intermiten merupakan eksodeviasi dimana
masih terdapat kontrol mekanisme fusi sehingga kadang laten kadang manifes. 1,2
Eksophoria ditemukan dalam frekuensi yang cukup tinggi pada populasi
normal dan 60-70% bayi baru lahir memiliki eksodeviasi transien yang akan
menghilang setelah bayi berusia 4-6 bulan. Eksotropia biasanya terjadi pada 1%
dari populasi dan paling banyak dijumpai di Timur Tengah, Afrika dan Asia
Timur. Jumlah eksotropia intermiten tipe basic berkisar 50% dari semua kasus
eksotropia intermiten. Eksotropia intermiten biasanya muncul pada anak berusia
antara 1 – 4 tahun. 1, 2
Pada laporan kasus ini akan dibahas tentang diagnosis dan tata laksana
eksotropia intermiten. Identifikasi dan penanganan seawal mungkin pada anak
1
dengan strabismus dapat mencegah ambliopia strabismus. Anak dengan
strabismus dan ambliopia mempunyai faktor risiko yang tinggi mengalami
gangguan penglihatan.
II. Laporan Kasus
Pasien anak R, usia 15 tahun datang ke unit Pediatrik Oftalmologi PMN
RS Cicendo pada tanggal 12 mei 2018 dengan keluhan mata kanan tampak juling,
keluhan juling mulai tampak saat pasien berusia sekitar 3 tahun.
Pasien merupakan anak ke 1 dari 3 bersaudara. Riwayat persalinan, pasien
lahir spontan, lahir bulan, dengan berat badan lahir normal. Pemeriksaan
kehamilan saat berada di kandungan secara rutin dilakukan di dokter, selama masa
kehamilan ibu pasien menyangkal adanya riwayat sakit dan mengkonsumsi obat-
obatan tertentu selain dari dokter. Riwayat imunisasi dasar lengkap di dokter
spesialis anak. Menurut orang tua pasien mata juling dirasakan hilang timbul.
Riwayat mata juling di keluarga disangkal. Riwayat kelainan neurologi,
gangguan tumbuh kembang, riwayat trauma dan penglihatan ganda di sangkal.
Keluhan juga disertai dengan kedua mata terasa buram. Riwayat pengunaan
kacamata, digunakan sejak berusia 6 tahun.
Gambar 2.1 Foto 9 posisi mata
Pemeriksaan status generalis dalam batas normal. Saat pertama kali
datang, visus dasar OD 0.5 dengan koreksi S -1.00 : 1.0 dan OS 0.5 S- 0.75, C -
2
0.50 x 180 : 1.0. Tekanan intraokular kedua mata normal. Pemeriksaan gerak bola
mata kanan dan kiri baik ke segala arah. Posisi bola mata dengan Hirscberg test,
exotropia 15o, pemeriksaan cover/uncover test didapatkan eksotropia alternans
dengan fiksasi dominan pada mata kiri. Pemeriksaan Prism Alterneting Cover
Test (PACT) pada jarak dekat didapatkan 50 ∆ BO dan jarak jauh didapatkan
hasil 50 ∆ BO. Pemeriksaan fusi sensoris jarak dekat dilakukan dengan
menggunakan TNO dan jarak jauh dengan Worth Four Dot Test (WFDT)
didapatkan supresi mata kanan. Pemeriksaan stereoskopis dengan TNO
didapatkan hasil > 2000 second of arc. Segmen anterior dan posterior dalam
batas normal. Pasien didiagnosis dengan Intermitten eksotropia tipe basic ( poor
control ), astigmatisme myopia compositus ODS. Pemeriksaan segmen anterior
ODS didapatkan dalam batas normal. Pasien direncanakan dilakukan tindakan
Bilateral lateral rectus recession dalam NU.
Gambar 2.2 Gambar skematik gerakan bola mata (a), dan pemeriksaan Prism
Alternate Cover Test (PACT) (b) . Pre operasi
Pasien dilakukan bilateral lateral rectus recession. Pasien dibaringkan di
kamar operasi dalam Narkose Umum. Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik.
Dipasang drape steril pada mata kanan. Dilakukan pemasangan spekulum mata.
Dilakukan Force Duction Test ke segala arah, tidak ditemukan suatu hambatan
gerakan . Dilakukan insisi konjungtiva culdesac, dilakukan isolasi tendon otot
rektus lateral dengan musclehook. Dilakukan penjahitan otot rektus lateral di
3
dekat tempat insersi. Dilakukan pengambilan seluruh otot rektus lateral dengan
muscle hook . Dilakukan pemotongan otot di anterior dari ligasi benang.
Dilakukan resesi otot rektus lateral dengan pengukuran kaliper sebesar 9 mm dari
insersi. Dilakukan penjahitan otot rektus pada sklera, penjahitan konjungtiva .
Operasi selesai. Diberikan terapi post operasi cefadroxil 2 x 500 mg, paracetamol
3 x 500 mg, tobroson eye drop 6 x 1 gtt ODS, mycos e.o 3 x ODS.
Pasien datang kontrol 1 minggu setelah operasi pada tanggal 23 oktober
2018. Tajam penglihatan dengan kacamata pada mata kanan 1.0 dan mata kiri 1.0
Didapatkan posisi bola mata orthotropia. Pemeriksaan cover/uncover dan
alternatecover didapatkan alternate fiksasi, Pemeriksaan Prism Alterneting Cover
Test (PACT) pada jarak dekat didapatkan hasil 6 ∆ BO dan jauh didapatkan hasil
12 ∆ BO. Pemeriksaan fungsi sensoris jarak dekat didapatkan fusi dengan TNO
dan jarak jauh didapatkan fusi dengan pemeriksaan WFDT. Pemeriksaan
stereoskopis dengan TNO test 480 second of arc.
Gambar 2.3 Foto 9 posisi mata post operasi 1 minggu
4
Gambar 2.4 Gambar skematik gerakan bola mata (a), danpemeriksaan Prism Alternate Cover Test (PACT) (b) , post operasi 1 minggu
III. Diskusi
Eksotropia adalah penyimpangan sumbu penglihatan yang dimana salah
satu sumbu penglihatan menuju titik fiksasi sedangkan sumbu penglihatan lainnya
menyimpang pada bidang horizontal ke arah lateral. Insidensinya meningkat
secara bertahap seiring dengan usia. Pada banyak kasus eksotropia intermiten
dapat berjalan progresif (baik derajatnya maupun waktu manifesnya) apabila tidak
ditangani.1,3
Eksotropia intermiten adalah suatu kondisi eksodeviasi yang tidak selalu
muncul oleh karena masih terdapat mekanisme fusi. Eksotropia intermiten
biasanya muncul pada anak berusia antara 1 – 4 tahun. Pada pasien eksotropia
intermiten, terkadang terjadi diplopia, supresi atau anomali korespondensi retina,
namun pada saat yang lain terjadi kesejajaran binokuler yang baik dengan
stereopsis yang baik. Seperti halnya esotropia pada beberapa kasus mungkin
terdapat unsur herediter. Eksotropia sering diwariskan sebagai ciri autosomal
dominan dari salah satu atau kedua orang tua.1,4,5
Pada pasien ini dari anamnesis didapatkan mata juling kurang lebih 12
tahun yang lalu, pasien merasakan penglihatan jauh sedikit kabur tidak disertai
mata merah dan tidak merasakan gatal. Penyebab yang mendasari eksotropia
intermiten masih belum diketahui. Faktor keturunan dianggap mempunyai peran
penting. Teori Duane-Bielschowsky mengatakan bahwa eksodeviasi disebabkan
oleh kombinasi antara faktor mekanik dan faktor innervasi. Dikatakan prevalensi
5
strabismus berkisar 23-70% pada anggota keluarga dengan riwayat strabismus di
keluarga. Anak-anak yang lahir dengan anomali kraniofasial dan yang memiliki
defek neurologi banyak yang menunjukkan eksotropia.1,2,6
Pada pemeriksaan bola mata dengan Hirscberg test, exotropia 15o. Cover
test pasien ini di dapatkan esotropia yang bermanifestasi secara spontan akan tetap
bermanifes untuk beberapa waktu. Pasien didiagnosis dengan Intermitten
eksotropia basic type ( poor control ), astigmatisme myopia compositus ODS.
Penilaian dari kontrol pasien terhadap eksodeviasi, dapat dikategorikan sebagai
berikut : Good control : eksotropia hanya bermanifestasi saat pemeriksaan cover
test, dan pasien segera dapat memperbaiki fusi tanpa berkedip atau re-fiksasi. Fair
control : eksotropia bermanifestasi setelah fusi diganggu dengan pemeriksaan
cover tes, dan pasien memperbaiki fusi dengan berkedip atau re-fiksasi. Poor
control : eksotropia bermanifestasi secara spontan akan tetap bermanifes untuk
beberapa waktu.1,2,5,7
Klasifikasi Eksotropia Intermittant
1. Pseudodivergen excess exotropia
2. Basic exotropia
3. True divergence excess exotropia
4. Convergence weakness exotropia atau convergence-insufficieny
Tabel 3.1 Klasifikasi Eksotropia Sumber: AAO1
Pada pemeriksaan pasien ini fusi sensoris jarak dekat dilakukan dengan
menggunakan TNO dan jarak jauh dengan Worth Four Dot Test (WFDT)
didapatkan supresi mata kanan. Fusi adalah kemampuan koordinasi kedua mata
untuk menjadikan bayangan yang dilihat menjadi satu. Pada difusi adalah
kemampuan otak untuk membuat satu bayangan gambar yang berassal dari kedua
mata. Syarat penglihatan binokular menjadi satu bila kedua bayangan tersebut
jatuh dan terletak pada kedua fovea. Fusi mempunyai 2 komponen yaitu: 1) Fusi
sensoris, adalah suatu proses kortikal penyatuan bayangan dari tiap mata ke dalam
gambaran stereopsis binokular tunggal. Fusi ini terjadi ketika serabut saraf optik
dari retina nasal menyilang di khiasma untuk menyatu dengan serabut saraf retina
6
temporal yang tak menyilang dari mata lainnya. Bersama, serabut temporal
ipsilateral dan serabut nasal kontralateral menuju ke nukleus genikulatum lateral
dan selanjutnya ke korteks striata. Sel-sel kortikal binokular, bersama dengan
neuron-neuron di area asosiasi visual pada otak, menghasilkan penglihatan
binokular tunggal dengan penglihatan stereopsis. 2) Fusi motoris, adalah suatu
mekanisme yang memungkinkan pengaturan dari posisi mata untuk
mempertahankan kesejajaran bola mata sehinga fusi sensoris dapat dipertahankan.
Fusi motoris ini distimulasi oleh disparitas retina di luar area Panum dan beraksi
sebagai suatu mekanisme pengunci untuk menjaga mata sejajar pada target visual
ketika target tersebut bergerak dalam ruang. Fusi motoris merupakan fungsi
khusus dari retina perifer ekstrafovea. Tidak terdapat stimulus untuk fusi motoris
ketika bayangan dari suatu obyek visual yang difiksasi jatuh pada fovea tiap-tiap
mata.1, 11
Pada pasien ini dilakukan terapi dengan tindakan operasi bilateral lateral
rectus recession. Untuk penatalaksanaan pasien dengan eksotropia intermitten
tidak ada aturan khusus untuk menentukan kapan pasien dengan eksotropia
intermiten membutuhkan terapi. Terapi pada pasien dengan eksotropia intermitten
dapat dilakukan tanpa operasi ataupun dengan operasi. Meskipun perawatan non-
bedah untuk eksotropia intermiten tidak terlalu efektif tetapi mungkin lebih
disukai pada pasien dengan deviasi kecil (< 20 ∆ ). Tatalaksana tanpa
pembedahan pada pasien eksotropia intermitten dapat dilakukan koreksi gangguan
refraksi, Over minus, Terapi Oklusi, Terapi Orthoptik ataupun dapat juga dengan
pemberian Prisma.1,2,7,9
Koreksi gangguan refraksi pada miopia ringan dapat meningkatkan kontrol
eksodeviasi. Hiperopia derajat ringan hingga sedang tidak secara rutin dikoreksi
pada anak-anak dengan eksotropia intermiten oleh karena memperhatikan
perburukan dari kondisi deviasi. Lensa koreksi sebaiknya diresepkan untuk
gangguan refraksi miopia, astigmatisma, maupun hiperopia. Terapi over minus
bertujuan untuk meningkatkan atau menstimulasi akomodasi konvergensi dan
membantu untuk mengontrol eksotropia intermiten. Terapi ini hanya efektif untuk
deviasi yang ringan/kecil pada pasien miopia. Terapi Oklusi dapat meningkatkan
7
kontrol terhadap deviasi eksotropik. Untuk pasien tanpa ambliopia, Oklusi paruh
waktu pada mata dominan ataupun Oklusi bergantian setiap hari dapat menjadi
terapi yang efektif untuk ukuran deviasi ringan hingga sedang, terutama pada
anak-anak.1, 2, 6
Terapi orthoptik untuk deviasi 20 prisma dioptri atau kurang dilaporkan
mempunyai tingkat keberhasilan jangka panjang dibandingkan dengan
pembedahan. Hasil pemeriksaan pada pasien ini di dapatkan deviasi 50 prisma
dioptri, sehingga terapi orthoptik tidak dilakukan. Prisma terapi jarang dipilih
sebagai terapi jangka panjang dikarenakan prisma dapat menyebabkan reduksi
amplitudo fusi vergensi. Meskipun prisma dapat digunakan untuk meningkatkan
fusi pada eksotropia intermiten.1, 2, 6
Indikasi pasien dengan eksotropia intermiten membutuhkan terapi untuk
dilakukan tindakan pembedahan adalah adanya peningkatan fase tropia dengan
berkurangnya kontrol fusi, Recovery fusi yang buruk pada cover/uncover test,
Eksotropia yang bermanifes lebih dari 50% waktu pasien terjaga, Ukuran deviasi
eksotropia lebih dari 15 ∆ . Pembedahan dikerjakan saat terdapat perubahan yang
menuju eksotropia konstan, seperti adanya deviasi manifes yang lebih sering
muncul, menurunnya kontrol, atau menurunnya stereoacuity jarak jauh.1,2,3,6,8
Tidak ada konsensus mengenai indikasi spesifik pembedahan, namun hasil
sensoris terbaik dapat dicapai pada usia kurang dari 7 tahun atau durasi strabismus
kurang dari 5 tahun, atau juga deviasi masih intermitten. Kebanyakan para ahli
bedah mata menggunakan ukuran deviasi manifes yang terjadi lebih dari 50%
sebagai kriteria. Pada pasien ini dilakukan bilateral lateral rectus recession
sebanyak 9 mm. Pilihan pembedahan adalah salah satu cara untuk mengkoreksi
eksotropia intermiten. Berikut ini adalah tabel panduan untuk pembedahan
eksotropia.1,2
Deviasi (∆) Reseksi Rektus Lateral bilateral (mm)
8
152025304050607080
4.05.06.07.08.09.010.010.010.0
Tabel 3.1 Pembedahan untuk Eksotropia Sumber: John H. Chen et all 12
Tujuan dari operasi strabismus pada eksotropia intermiten adalah untuk
mengembalikan kesejajaran dan untuk menjaga atau mengembalikan fungsi
binokular. Tujuan paska operasi yang diharapkan adalah tercapainya esodeviasi
ringan sekitar 8-15 ∆ . Hasil pemeriksaan pasien ini 1 minggu setelah operasi di
dapatkan pemeriksaan Prism Alterneting Cover Test (PACT) pada jarak dekat
didapatkan hasil 6 ∆ BO dan jauh didapatkan hasil 12 ∆ BO dengan ketiga posisi
vertikal mata tanpa kacamata.pemeriksaan stereoskopis dengan TNO test 480
second of arc. Anak-anak dibawah usia 4 tahun berisiko untuk berkembangnya
ambliopia pada keadaan tersebut sehingga oklusi/penutupan paruh waktu kedua
mata secara bergantian dapat digunakan untuk mencegah terjadinya ambliopia
sampai dengan kondisi eksotropia menghilang. Eksotropia dengan sudut kecil
pada periode awal paska operatif diharapkan karena hal ini berkaitan dengan
penurunan resiko rekurensi eksotropia.1,2,10
Prognosis pada pasien ini quo ad vitam ad bonam karena penyakit ini tidak
mengancam nyawa. Quo ad functionam dubia ad bonam, karena tindakan operasi
bertujuan untuk meluruskan posisi mata tanpa dapat memperbaiki penglihatan
binokular. Quo ad sanationam ad bonam karena pasien dengan eksotropia
intermiten yang telah dioperasi dapat memperbaiki posisi bola matanya dan hanya
memiliki residu deviasi yang kecil.
IV. SIMPULAN
Eksotropia intermiten biasanya muncul pada anak berusia antara 1 – 4
tahun.. Eksotropia yang dihasilkan memiliki deviasi yang besar, yaitu antara 40-
9
70 Prisma Dioptri dan memiliki kelainan kacamata yang relative normal.
Tatalaksana Eksotropia intermiten dengan sudut deviasi yang kecil adalah deteksi
kelainan refraksi dan berikan koreksi kacamata. Terapi oklusi dapat diberikan
pada anak atau dewasa muda sehingga penglihatan kedua mata dapat seimbang.
Selanjutnya dapat dilakukan tindakan pembedahan. Tindakan pembedahan pada
pasien eksotropia intermitten dapat memberikan hasil yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
10
1. American Academy of Ophthalmology. Pediatric Ophthalmology and Strabismus.. Section 6. San Francisco : The Foundation of American Academy of Opthalmology; 2014-2015. p 87-148.
2. Bhola,MD, Rahul. Intermittent Exotropia. Diunduh dari : http://medicine.uiowa.edu/eye
3. M. Edward Wilson Jr . , MD, Intermittent exotropia: When to observe and when to treat. Volume 15, Issue 6, Page 518. 2011
4. Wright KW. Handbook of Pediatric Ophthalmology and Strabismus 3rd edition. Springer. San Francisco. 2006.
5. Kanski Jack J, Bowling Brad. Synopsis of Clinical Ophthalmology. Third Edition. Elsevier. 2009.
6. Clark RA. The Role of Extraocular Muscle Pulleys in Incomitant Non-Paralytic Strabismus. Diunduh dari : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4502169/
7. Wajda Brynn N., Bagheri Nika. The Wills Eye Manual Office and Emergency Room Diagnosis and Treatment of Eye Disease. Seventh Edition. Wolter Kluwer. 2017
8. Bhola R. Binocular Vision. Diunduh dari : http://webeye.ophth.uiowa.edu/eyeforum/tutorials/Bhola-BinocularVision.htm
9. Rowe FJ, Noonan CP, Freeman G, DeBell J. Intervention for Intermitten Distance Exotropia with Overcorrecting Minus Lenses. Diunduh dari : http://www.nature.com/eye/journal/v23/n2/fig_tab/6703057t1.html?foxtrotcallback=true
10. Olitsky S, Leonard B. Strabismus disorders. Sixth. Olitsky S, Leonard B, editors. USA: Lipponcott Williams & Wilkins; 2014.
11. Tyler CW. Binocular Vision. In: Duane’s Clinical Ophthalmology. New York: Lippincott Williams & Wilkins; 2005. p. 1-29.
12. John H. Chen et all. Three and Four Horizontal Muscle Surgery for Large Angle Exotropia. June 15, 2015.
11