pdrb 2011 kecamatan muara muntai.pdf

download pdrb 2011 kecamatan muara muntai.pdf

of 46

Transcript of pdrb 2011 kecamatan muara muntai.pdf

  • 7/25/2019 pdrb 2011 kecamatan muara muntai.pdf

    1/46

  • 7/25/2019 pdrb 2011 kecamatan muara muntai.pdf

    2/46

  • 7/25/2019 pdrb 2011 kecamatan muara muntai.pdf

    3/46

    Produk Domestik Regional BrutoKecamatan Muara Muntai Tahun 2011

    Katalog BPS : 939901.6403060Ukuran Buku : 25 cm x 17,5 cmJumlah Halaman : 43 Halaman

    Naskah:Seksi Neraca Wilayah dan Analisis StatistikBPS Kabupaten Kutai Kartanegara

    Desain gambar kulit:Seksi Neraca Wilayah dan Analisis StatistikBPS Kabupaten Kutai Kartanegara

    Diterbitkan oleh:Badan Pusat Statistik Kabupaten Kutai Kartanegara

    Boleh mengutip dengan menyebut sumbernya

  • 7/25/2019 pdrb 2011 kecamatan muara muntai.pdf

    4/46

    ii

    Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWTdan atas berkat rahmat

    dan karunia-Nya maka buku Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Muara Muntai

    Tahun 2011 ini dapat diselesaikan sebagaimana yang diharapkan. Buku ini merupakan hasil

    kerjasama antara Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Kutai

    Kartanegara dengan Badan Pusat Statistik(BPS) Kabupaten Kutai Kartanegara.

    Publikasi ini menyajikan kondisi wilayah, penduduk, pendidikan, dan gambaran

    ekonomi Kabupaten Kutai Kartanegara khususnya di Kecamatan Muara Muntai. Gambarantersebut dapat digunakan sebagai salah satu dasar penyusunan perencanaan

    pembangunan, penentuan kebijaksanaan pembangunan dan evaluasi hasil-hasil

    pembangunan yang telah dilaksanakan.

    Kepada dinas/instansi/lembaga pemerintah serta pihak swasta diharapkan peran

    sertanya sebagai sumber data agar selalu memberikan informasi data yang benar, tepat

    waktu, serta dapat dipertanggungjawabkan, demi peningkatan kualitas pada penerbitan

    yang akan datang.

    Akhirnya kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam memberikan datanya

    sehingga buku Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Muara Muntai Tahun 2011 ini

    dapat diterbitkan, Kami ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya.

    Tenggarong Desember 2011

    KEPALA BAPPEDAKABUPATEN KUTAI KARTANEGARA,

    Ir. Totok Heru Subroto, M.Si.NIP. 19630827 199003 1 012

    KATA SAMBUTAN

  • 7/25/2019 pdrb 2011 kecamatan muara muntai.pdf

    5/46

    iii

    Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah menciptakan pertumbuhanekonomi dan pemerataan pembangunan, termasuk di dalamnya pemerataan pendapatan

    antar daerah. Untuk mencapai sasaran pembangunan tersebut diperlukan perencanaan

    pembangunan ekonomi yang baik. Hal tersebut disebabkan karena pada umumnya

    pembangunan ekonomi suatu daerah berkaitan erat dengan potensi ekonomi dan

    karakteristik yang dimiliki yang pada umumnya berbeda antar satu dengan daerah lainnya.

    Oleh karenanya, informasi daerah yang lengkap, akurat dan terkini sangat diperlukan untuk

    mewujudkan sasaran pembangunan.

    Publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Muara Muntai Tahun 2011

    ini menyajikan kondisi wilayah, penduduk, pendidikan, dan gambaran ekonomi Kabupaten

    Kutai Kartanegara khususnya di Kecamatan Muara Muntai. Gambaran tersebut dapat

    digunakan sebagai salah satu dasar penyusunan perencanaan pembangunan, penentuan

    kebijaksanaan pembangunan dan evaluasi hasil-hasil pembangunan yang telah

    dilaksanakan.

    Publikasi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya,

    terutama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten KutaiKartanegara, instansi pemerintah lainnya, perguruan tinggi, serta pihak swasta. Kami

    menyadari masih perlu penyempurnaan yang harus dilakukan pada penerbitan yang akan

    datang. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan. Akhirnya

    kepada semua pihak yang telah membantu sehingga publikasi ini dapat diterbitkan, kami

    ucapkan terima kasih.

    Tenggarong Desember 2011

    KEPALA BADAN PUSAT STATISTIKKABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

    Ir. GUNADI IRIANTONIP.19621011 199003 1 003

    KATA PENGANTAR

  • 7/25/2019 pdrb 2011 kecamatan muara muntai.pdf

    6/46

    iv

    KATA SAMBUTAN .......................................................................................................... ii

    KATA PENGANTAR ........................................................................................................iii

    DAFTAR ISI .....................................................................................................................iv

    DAFTAR TABEL .............................................................................................................. v

    DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................................vi

    DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................................viiBAB 1. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

    A. Latar Belakang ................................................................................... 1

    B. Tujuan dan Sasaran ............................................................................ 2

    C. Ruang Lingkup dan Sumber Data ...................................................... 2

    BAB 2. KONSEP DAN DEFINISI ............................................................................. 3

    BAB 3. ANALISIS POTENSI WILAYAH DAN SUMBER DAYA MANUSIA ............. 8

    A. Kondisi Geografi dan Penduduk ........................................................ 8

    BAB 4. TINJAUAN EKONOMI ................................................................................11

    A. Kinerja Perekonomian Kabupaten Kutai Kartanegara ...................... 11

    B. Kinerja Perekonomian Kecamatan Muara Muntai ............................ 18

    B.1. Struktur Perekonomian Kecamatan Muara Muntai ........................ 20

    B.2. Potensi Pertanian Kecamatan Muara Muntai ................................ 22

    B.3. Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Muara Muntai ........................ 24

    B.4. PDRB Per Kapita Kecamatan Muara Muntai ................................ 25

    B.5. Perbandingan LPE dan PDRB per Kapita ...................................... 29

    LAMPIRAN ....................................................................................................................32

    DAFTAR ISI

  • 7/25/2019 pdrb 2011 kecamatan muara muntai.pdf

    7/46

    v

    Tabel 3.1. Luas Wilayah, Jumlah Rukun Tetangga (RT), Jumlah Penduduk,Dan Kepadatan Penduduk Menurut Desa/Kelurahan Tahun 2010 ............... 9

    Tabel 3.2. Penduduk Muara Muntai Menurut Desa/Kelurahan, JenisKelamin Dan Rasio Jenis Kelamin Tahun 2010 ...........................................10

    Tabel 4.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kutai Kartanegara AtasDasar Harga Berlaku Tahun 2008-2010 (Juta Rupiah) ................................12

    Tabel 4.2. Pertumbuhan Ekonomi Kutai Kartanegara Dengan Migas

    Tahun 2008-2010 (Persen) .........................................................................16

    Tabel 4.3. PDRB Kecamatan Atas Dasar Harga Berlaku Di Kabupaten KutaiKartanegara Tahun 2010 .............................................................................19

    Tabel 4.4. Distribusi PDRB Dengan Migas Setiap Kecamatan Tahun 2010(Persen) ......................................................................................................21

    Tabel 4.5. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Dengan Migas Kecamatan-Kecamatan Di Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2008-2010(Persen) ......................................................................................................25

    Tabel 4.6. Perbandingan PDRB Per Kapita ADH Berlaku Dan KonstanKecamatan-Kecamatan Di Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun2009 Dan 2010 (Rupiah) .............................................................................26

    DAFTAR TABEL

  • 7/25/2019 pdrb 2011 kecamatan muara muntai.pdf

    8/46

    vi

    Gambar 3.1. Peta Wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara Menurut Kecamatan ................ 9

    Gambar 4.1. Struktur Ekonomi Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2010Dengan Migas Dan Tanpa Migas ................................................................13

    Gambar 4.2. PDRB Per Kapita Dengan Migas Dan Tanpa Migas Atas DasarHarga (ADH) Berlaku Dan Konstan Tahun 2003-2010 ................................17

    Gambar 4.3. Jumlah Penduduk Dan PDRB Per Kapita Menurut Kecamatan DiKabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2010 ..................................................28

    Gambar 4.4. Plot LPE Dan PDRB Per Kapita Kecamatan-Kecamatan Di

    Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2010 ..................................................30

    DAFTAR GAMBAR

  • 7/25/2019 pdrb 2011 kecamatan muara muntai.pdf

    9/46

    vii

    Lampiran 1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kecamatan MuaraMuntai Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan UsahaTahun 2000 - 2010 (Juta Rupiah) ................................................................33

    Lampiran 2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kecamatan MuaraMuntai Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut LapanganUsaha Tahun 2000 - 2010 (Juta Rupiah) .....................................................34

    Lampiran 3. Distribusi Persentase PDRB Dengan Migas Kecamatan MuaraMuntai Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha

    Tahun 2000 - 2010 (Persen)........................................................................35

    Lampiran 4. Pertumbuhan PDRB Kecamatan Muara Muntai Atas DasarHarga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2000 -2010 (Persen) .............................................................................................36

    DAFTAR LAMPIRAN

  • 7/25/2019 pdrb 2011 kecamatan muara muntai.pdf

    10/46

    1

    A. Latar Belakang

    Perjalanan pemerintahan Kutai Kartanegara berawal dari sebuah pemerintahan

    kerajaan. Kesultanan Kutai baru masuk ke wilayah RI pada tahun 1947 dengan status

    Daerah Swapraja Kutai dalam Federasi Kaltim, bersama kerajaan lainnya di Kalimantan

    seperti Kerajaan Bulungan, Sambaliung, Gunung Tabur dan Pasir. Sebagai Kepala

    Daerah pertama diangkatlah Sultan Aji Muhammad Parikesit.

    Pada tahun 1953, status daerah Swapraja Kutai dihapuskan dan beralih menjadi

    Daerah Istimewa Kutai yang bertahan selama kurang lebih 6 tahun. Ketika status Daerah

    Istimewa Kutai dihapus pada tahun 1959, wilayah daerah ini dibagi menjadi 3 Daerah

    Tingkat II, yakni Kotamadya Balikpapan, Kotamadya Samarinda dan Kabupaten Kutai.

    Sejalan dengan perkembangan otonomi daerah, pada tahun 1999 Kabupaten Kutai

    kembali dimekarkan menjadi 4 daerah otonom, yaitu: Kabupaten Kutai, Bontang, Kutai

    Barat dan Kutai Timur. Selanjutnya sejak tahun 2002, daerah ini berganti nama menjadi

    Kabupaten Kutai Kartanegara.

    Dengan luas wilayah 27.263,10 km2 dan luas perairan 4.097 km2, Kutai

    Kartanegara merupakan salah satu kabupaten terluas di negeri ini. Meliputi 18 kecamatan

    dengan 227 Desa, yang secara geografis daerah ini terbagi dalam tiga zona. Pertama, 5

    kecamatan berada di jalur sungai mahakam atau sering disebut wilayah hulu, yakni

    Tabang, Kembang Janggut, Kenohan, Muara Wis dan Muara Muntai. Kedua, 6

    kecamatan terletak di daerah pesisir, yakni Muara Badak, Marangkayu, Anggana, Sanga-

    Sanga, Samboja dan Muara Jawa. Ketiga, 7 kecamatan berada di zona tengah, yaitu

    Tenggarong, Tenggarong Seberang Loa Kulu, Loa Janan, Sebulu, Muara Kaman, dan

    Kota Bangun.

    Kondisi geografis yang demikian itu menjadikan daerah ini memiliki ragam potensi

    daerah. Mulai dari sumber daya minyak dan gas bumi (migas), pertambangan, pertanian

    dalam arti luas (termasuk perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan), hingga

    pariwisata. Sehingga dipandang perlu melakukan kajian yang mendalam mengenai

    permasalahan dan potensi di masing-masing kecamatan.

    PENDAHULUAN

  • 7/25/2019 pdrb 2011 kecamatan muara muntai.pdf

    11/46

    2

    B. Tujuan dan Sasaran

    Tujuan dari kegiatan penyusunan Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan

    Muara Muntai Tahun 2011 ini adalah :

    1. Bagi Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara sebagai bahan pertimbangan

    untuk pengambilan keputusan dan kebijakan dalam pengembangan dan

    pembangunan;

    2. Bagi dunia usaha dapat dijadikan sebagai informasi untuk menanamkan modalnya

    di Kabupaten Kutai Kartanegara.

    Sedangkan sasaran dari kegiatan ini adalah memberikan gambaran yang

    menyeluruh mengenai kondisi wilayah Kecamatan Muara Muntai sebagai bahan

    penyusunan perencanaan pembangunan ke depan.

    C. Ruang Lingkup dan Sumber Data

    Ruang lingkup penyusunan Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Muara

    Muntai ini adalah mencakup wilayah administratif Kecamatan Muara Muntai. Sedangkan

    rentang isu yang dibahas mencakup aspek geografi dan kondisi sosial ekonomi

    masyarakat. Sumber data yang digunakan dalam penulisan ini sebagian besar berasal dari

    hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Kutai

    Kartanegara. Juga dilengkapi dengan data dari dinas/instansi yang ada kaitannya denganpenulisan analisis ini.

  • 7/25/2019 pdrb 2011 kecamatan muara muntai.pdf

    12/46

    3

    Untuk menyamakan konsep dan defenisi yang digunakan dalam publikasi ini, maka

    dibawah ini daftar beberapa konsep dan defenisi yang dianggap penting dan melandasi

    publikasi ini.

    1. Penduduk

    Adalah semua orang yang berdomisili di suatu wilayah geografis selama 6 bulan

    atau lebih dan mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan untuk

    menetap.

    2. Rumah Tangga

    Adalah seseorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh

    bangunan fisik/sensus, dan biasanya tinggal bersama serta makan dari satu dapur.

    Yang dimaksud dengan makan satu dapur adalah kebutuhan rumah tangga yang

    biasanya diurus bersama menjadi satu.

    3. Anggota Rumah Tangga (ART)

    Adalah semua orang yang biasanya bertempat tinggal di suatu rumah tangga, baik

    yang berada dirumah waktu pencacahan maupun sementara tidak ada. Anggota

    rumah tangga yang telah bepergian selama 6 bulan atau lebih dan anggota rumahtangga yang bepergian kurang dari 6 bulan tetapi dengan tujuan pindah/akan

    meninggalkan rumah selama 6 bulan atau lebih tidak dianggap sebagai anggota

    rumah tangga.

    4. Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio =SR)

    Perbandingan antara penduduk laki-laki (L) dengan perempuan (P) akan

    menghasilkan suatu ukuran yang disebut Rasio Jenis Kelamin atau Sex Ratio(SR).

    Rasio jenis kelamin (SR) berbeda antara kelompok umur. Umumnya pada kelompok

    umur muda SR di atas 100 artinya lebih banyak lahir laki-laki dibanding perempuan.

    Pada kelompok umur selanjutnya, SR semakin turun dan semakin kurang dari 100,

    artinya penurunan jumlah penduduk laki-laki lebih cepat dibanding pada penduduk

    perempuan. Terjadinya fenomena seperti ini antara lain di sebabkan karena usia

    harapan hidup (life expectancy) perempuan lebih panjang dibanding laki-laki.

    5. Sekolah

    Yang dimasukkan kedalam kategori sekolah adalah penduduk yang melakukan

    kegiatan sekolah. Anak sekolah yang selama seminggu yang lalu sedang berlibur

    dan tidak melakukan kegiatan lainnya dimasukkan kedalam kategori sekolah. Tetapi

    KONSEP DAN DEFINISI

  • 7/25/2019 pdrb 2011 kecamatan muara muntai.pdf

    13/46

    4

    jika dia bekerja atau mengurus rumah tangga selama seminggu yang lalu tersebut,

    dia harus dimasukkan dalam kategori kegiatan lainnya, yaitu bekerja atau mengurus

    rumah tangga.

    6. Lapangan Pekerjaan

    Adalah bidang kegiatan dari usaha/perusahaan/instansi dimana seseorang bekerja.

    Lapangan pekerjaan/usaha ini dibagi dalam 10 golongan yaitu: 1) Pertanian

    (termasuk Perburuan, Kehutanan, dan Perikanan); 2) Pertambangan dan

    Penggalian; 3) Industri Pengolahan; 4) Listrik, gas dan Air; 5) Bangunan/Kontruksi;

    6) Perdagangan (termasuk Rumah Makan dan Hotel) 7) Angkutan dan

    Komunikasi; 8) Keuangan, Persewaan dan Asuransi; 9) Jasa; 10) Kegiatan yang

    tidak/belum jelas.

    7. Hotel

    Adalah suatu usaha yang menggunakan suatu bangunan / sebagian yang

    disediakan secara khusus, dimana setiap orang dapat menginap, makan,

    memperoleh pelayanan, dan menggunakan fasilitas lainnya dengan pembayaran.

    Ciri khusus dari hotel adalah adanya restoran yang dikelola langsung dibawah

    manajemen hotel tersebut. Kelas hotel ditentukan oleh Direktorat Jenderal

    Pariwisata.

    8. Akomodasi Lainnya

    Adalah suatu usaha yang menggunakan suatu bangunan atau sebagian bangunan

    yang disediakan secara khusus, dimana setiap orang dapat menginap dengan atautanpa makan dan memperoleh pelayanan fasilitas lainnya dengan pembayaran.

    Akomodasi lainnya meliputi: hotel melati yaitu hotel yang belum memenuhi

    persyaratan sebagai hotel berbintang seperti yang ditentukan oleh Direktorat

    Jendral Pariwisata, penginapan remaja, pondok wisata dan jasa akomodasi lainnya.

    9. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Pasar

    Angka PDRB atas dasar harga pasar dapat diperoleh dengan menjumlahkan nilai

    tambah bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di

    wilayah itu. Yang dimaksud dengan nilai tambah adalah nilai produksi (output)

    dikurangi dengan biaya antara. Nilai tambah bruto di sini mencakup komponen-

    komponen faktor pendapatan (upah dan gaji, bunga, sewa tanah dan keuntungan),

    penyusutan dan pajak tidak langsung netto. Jadi dengan menghitung nilai tambah

    bruto dari seluruh sektor tadi, akan diperoleh Produk Domestik Regional Bruto Atas

    Dasar Harga Pasar.

  • 7/25/2019 pdrb 2011 kecamatan muara muntai.pdf

    14/46

    5

    10. Produk Domestik Regional Netto (PDRN) Atas Dasar Harga Pasar

    Perbedaan antara konsep netto dan konsep bruto di sini ialah karena pada konsep

    bruto penyusutan masih termasuk di dalamnya, sedangkan pada konsep netto

    komponen penyusutan telah dikeluarkan. Jadi PDRB atas dasar harga pasar

    dikurangi penyusutan akan diperoleh Produk Domestik Regional Netto Atas Dasar

    Harga Pasar. Penyusutan yang dimaksud di sini ialah nilai susutnya (ausnya)

    barang-barang modal yang terjadi selama barang modal tersebut ikut serta dalam

    proses produksi. Jika susutnya barang-barang modal dari seluruh sektor ekonomi

    dijumlahkan, maka hasilnya merupakan penyusutan yang dimaksud di atas.

    11. Produk Domestik Regional Netto (PDRN) Atas Dasar Biaya Faktor

    Perbedaan antara konsep biaya faktor dan konsep harga pasar di atas, ialah karena

    adanya pajak tidak langsung yang dipungut pemerintah dan subsidi yang diberikan

    oleh pemerintah kepada unit-unit produksi. Pajak tidak langsung ini meliputi pajak

    penjualan, bea ekspor, cukai dan lain-lain pajak, kecuali pajak pendapatan dan

    pajak perseroan. Pajak tak langsung dari unit-unit produksi, yang biasanya

    mengakibatkan naiknya harga.

    Jadi pajak tidak langsung dan subsidi mempunyai pengaruh terhadap harga barang-

    barang, hanya yang satu berpengaruh menaikkan sedang yang lain menurunkan

    harga, hingga kalau pajak tidak langsung dikurangi subsidi akan diperoleh pajak

    tidak langsung netto. Kalau PDRN atas dasar harga pasar harga pasar dikurangi

    dengan pajak tidak langsung netto, maka hasilnya adalah Produk DomestikRegional Netto Atas Dasar Biaya Faktor.

    12. Pendapatan Regional

    Dari konsep-konsep yang diterangkan diatas dapat diketahui bahwa PDRN atas

    dasar biaya faktor itu sebenarnya merupakan jumlah balas jasa faktor-faktor

    produksi yang ikut serta dalam proses produksi diwilayah tersebut. PDRN atas

    dasar biaya faktor, merupakan jumlah dari pendapatan yang berupa upah dan gaji,

    bunga, sewa tanah dan keuntungan yang timbul, atau merupakan pendapatan yang

    berasal dari wilayah tersebut. Akan tetapi pendapatan yang dihasilkan tadi, tidak

    seluruhnya menjadi pendapatan penduduk region itu, sebab ada sebagian

    pendapatan yang diterima oleh penduduk region lain, misalnya suatu perusahaan

    yang modalnya dimiliki oleh orang luar, tetapi perusahaan tadi beroperasi di region

    tersebut, maka dengan sendirinya keuntungan perusahaan itu sebagian akan

    menjadi milik orang luar, yaitu milik orang yang mempunyai modal tadi. Sebaliknya

    kalau ada penduduk region ini menanamkan modal di luar region maka sebagian

    keuntungan-keuntungan perusahaan tadi akan mengalir ke dalam region tersebut

    dan menjadi pendapatan dari pemilik modal tadi.

  • 7/25/2019 pdrb 2011 kecamatan muara muntai.pdf

    15/46

    6

    Kalau PDRN atas dasar biaya faktor dikurangi dengan pendapatan yang mengalir

    tadi, maka hasilnya akan merupakan Produk Regional Netto yaitu merupakan

    jumlah pendapatan yang benar-benar diterima (income receipt) oleh seluruh

    penduduk yang tinggal di region yang dimaksud. Produk Regional Netto inilah yang

    seharusnya merupakan Pendapatan Regional. Akan tetapi untuk mendapatkan

    angka-angka tentang pendapatan yang mengalir keluar masuk ini (yang secara

    nasional dapat diperoleh dari Neraca Pembayaran Luar Negeri) masih sangat sukar

    dilakukan, hingga Produk Region itu terpaksa belum dapat dihitung dan untuk

    sementara dalam perhitungan ini dibagi dengan jumlah penduduk yang tinggal di

    regional, yang akan menghasilkan suatu pendapatan per kapita.

    13. Pendapatan Perorangan dan Pendapatan yang Siap Dibelanjakan

    Dari yang diutarakan di atas, maka konsep-konsep yang dipakai dalam pendapatan

    Regional dapat diuraikan sebagai berikut :

    a. Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar (GRDP at market

    prices) dikurangi penyusutan akan sama dengan :

    b. Produk Domestik Regional Netto atas dasar harga pasar (NRDP at market

    prices) dikurangi pajak tidak langsung netto akan sama dengan :

    c. Produk Domestik Regional Netto atas dasar biaya faktor (NRDP at factor cost)

    ditambah pendapatan netto yang mengalir dari/ke daerah akan sama dengan:

    d. Pendapatan Regional (Regional Income) dikurangi pajak pendapatan

    perusahaan (cooperate income taxes), keuntungan yang tidak dibagikan(unditributed profit), iuran kesejahteraan sosial (social security contribution), di

    bawah transfer yang diterima oleh rumahtangga, bunga netto atas bunga

    pemerintah, akan sama dengan:

    e. Pendapatan perorangan (Personal Income) dikurangi pajak rumah tangga, dan

    transfer yang dibayarkan oleh rumah tangga akan sama dengan:

    f. Pendapatan yang siap dibelanjakan (Dispossible Income).

    Dari uraian diatas terlihat bahwa tidak seluruh pendapatan perorangan diterima oleh

    rumah tangga. Hal ini disebabkan oleh karena pendapatan tersebut sebagian tidak

    dibayar kepada rumah tangga, akan tetapi pajak pendapatan perusahaan diterima

    oleh pemerintah, keuntungan yang tidak akan dibagikan ditahan perusahaan dan

    jaminan sosial dibayarkan kepada instansi yang berwenang. Tetapi sebaliknya

    rumahtangga masih menerima tambahan yang merupakan transfer baik dari

    pemerintah maupun perusahaan dan bunga netto atas hutang pemerintah. Bila

    pendapatan perorangan ini dikurangi dengan pajak yang langsung dibebankan

  • 7/25/2019 pdrb 2011 kecamatan muara muntai.pdf

    16/46

    7

    kepada rumah tangga, maka hasilnya merupakan pendapatn yang siap

    dibelanjakan (Dispossible Income).

    14. Produk Domestik dan Produk Regional

    Seluruh produk barang dan jasa yang diproduksi di wilayah domestik, tanpa

    memperhatinkan apakah faktor produksinya berasal dari/atau dimiliki oleh penduduk

    regional tersebut, merupakan produk domestik region yang bersangkutan.

    Pendapatan yang timbul oleh karena adanya kegiatan produksi tersebut merupakan

    pendapatan domestik. Yang dimaksud dengan wilayah domestik atau region adalah

    meliputi wilayah yang berada di dalam batas geografis region tersebut.

    Kenyataan menunjukkan bahwa sebagian dari faktor produksi yang melakukan

    kegiatan produksi di suatu region berasal dari region lain demikian juga sebaliknya

    faktor produksi yang dimiliki region tersebut ikut pula dalam proses produksi di

    region lain. Hal ini menyebabkan bertambah/berkurangnya nilai produksi domestik

    yang diterima penduduk region tersebut. Yang dimaksud dengan produk regional

    adalah Produk Domestik ditambah pendapatan dari luar region dikurangi dengan

    pendapatan yang dibayar ke luar region tersebut. Jadi produk region merupakan

    produk yang ditimbulkan oleh faktor pproduksi yang dimiliki penduduk suatu region.

    15. Pendapatan Regional Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan

    Seperti telah diuraikan diatas angka-angka pendapatan regional antara lain dapat

    dipakai untuk mengukur kenaikan tingkat pendapatan, dimana kenaikan itu

    disebabkan oleh dua faktor:a. Kenaikan Pendapatan yang betul-betul dapat menaikkan daya beli

    penduduk/kenaikan riil.

    b. Kenaikan pendapatan yang disebabkan karena adanya inflasi (merosot nilai

    uang) kenaikan pendapatan ini tidak menaikkan daya beli penduduk dan

    kenaikan seperti ini merupakan kenaikan semu (tidak riil). Oleh karena itu untuk

    mengetahui pendapatan yang sebenarnya (riil), maka faktor inflasi terlebih

    dahulu harus dikeluarkan dan hasilnya disebut pendapatan regional atas dasar

    harga konstan. Pendapatan regional dengan faktor inflasi yang masih ada di

    dalamnya merupakan pendapatan regional atas dasar harga berlaku.

  • 7/25/2019 pdrb 2011 kecamatan muara muntai.pdf

    17/46

    8

    A. Kondisi Geografi dan Penduduk

    Kecamatan Muara Muntai dengan luas wilayah 929 km terletak antara 116 31

    Bujur Timur116 35 Bujur Timurserta diantara 018 Lintang Selatan 045 Lintang

    Selatan. Di sebelah utara kecamatan ini berbatasan dengan Kabupaten Kutai Barat,

    sebelah selatan berbatasan dengan Kec. Loa Kulu, sebelah timur berbatasan dengan

    Kec. Muara Wis dan Kec. Kota Bangun, dan di sebelah barat berbatasan dengan

    Kabupaten Kutai Barat. Muara Muntai Ulu merupakan ibukota Kecamatan Muara Muntai

    yang berada 5 meter diatas permukaan laut. Dengan adanya perkembangan dan

    pemekaran wilayah, sekarang kecamatan ini dibagi menjadi 13 desa/kelurahan dan 92

    Rukun Tetangga (RT).

    Penduduk Muara Muntai tahun 2010 meningkat lebih dari dua ribu jiwa

    dibandingkan dengan tahun 2000. Dimana penduduk Muara Muntai berdasarkan hasil

    Sensus Penduduk tahun 2000 tercatat 14.566 jiwa, sedangkan pada tahun 2010

    meningkat menjadi 17.315 jiwa. Sehingga pertumbuhan penduduk Muara Muntai sekitar

    1,74 persen pertahun.

    Kepadatan penduduk Kecamatan Muara Muntai pada tahun 2010 sekitar 18,65

    jiwa/km2. Tetapi persebarannya tidak merata di seluruh wilayah. Kayu Batu dengan luas

    wilayah 430,73 km2 berpenduduk sekitar 1.313 jiwa. Sehingga kepadatan penduduk di

    Kayu Batu adalah 3 jiwa/km2. Tj. Batuq Harapan dengan luas wilayah 49,5 km2

    berpenduduk sekitar 402 jiwa. Sehingga kepadatan penduduk di Tj. Batuq Harapan

    adalah 8 jiwa/km2. Hal ini jauh berbeda jika dibandingkan dengan Muara Muntai Ulu

    dengan luas wilayah 17,1 km2 berpenduduk sekitar 2.089 jiwa. Sehingga kepadatan

    penduduk di Muara Muntai Ulu adalah 122 jiwa/km2. Rasio jenis kelamin penduduk laki-

    laki terhadap penduduk perempuan pada tahun 2010 sebesar 109,99. Hal ini berarti

    bahwa diantara 100 penduduk perempuan di Kecamatan Muara Muntai terdapat sekitar

    110 penduduk laki-laki.

    ANALISIS POTENSI WILAYAHDAN SUMBER DAYA MANUSIA

  • 7/25/2019 pdrb 2011 kecamatan muara muntai.pdf

    18/46

    9

    TABEL 3.1. LUAS WILAYAH, JUMLAH RUKUN TETANGGA (RT), JUMLAH PENDUDUK,

    DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT DESA/KELURAHAN TAHUN 2010

    Desa/Kelurahan Luas (Km2) Jumlah RT JumlahPenduduk

    Kepadatan Penduduk(Jiwa/Km2)

    [1] [2] [3] [4] [5]

    1. Perian 104,28 7 1.876 17

    2. Muara Leka 24,64 9 1.680 68

    3. Muara Aloh 44,88 7 1.009 22

    4. Jantur 52,28 12 1.703 32

    5. Batuq 63,25 5 633 10

    6. Rebaq Rinding 10,65 5 896 84

    7. Muara Muntai Ulu 17,10 12 2.089 122

    8. Muara Muntai Ilir 21,70 4 1.352 62

    9. Kayu Batu 430,73 7 1.313 3

    10. Jantur Selatan 53,50 10 2.019 37

    11. Tj Batuq Harapan 49,50 4 402 8

    12. Pulau Harapan 12,89 7 1.175 91

    13. Jantur Baru 43,20 9 1.168 27

    TOTAL 928,60 98 17.315 18

    Sumber : Kecamatan Muara Muntai Dalam Angka 2011

    GAMBAR 3.1. PETA WILAYAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA MENURUT KECAMATAN

    01.Samboja

    02.Muara Jawa

    03.Sanga-Sanga

    04.Anggana

    05.Muara Badak

    06.Marang Kayu

    07.Tenggarong Seberang

    08.Loa Janan

    09.Loa Kulu

    10.Tenggarong

    11.Sebulu

    12.Muara Kaman

    13.Kota Bangun

    14.Muara Muntai

    15.Muara Wis

    16.Kenohan

    17.Kembang Janggut

    18.Tabang

    http://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/samboja.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/samboja.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/samboja.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/muarajawa.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/muarajawa.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/muarajawa.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/sanga2.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/sanga2.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/sanga2.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/anggana.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/anggana.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/anggana.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/muarabadak.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/muarabadak.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/muarabadak.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/marangkayu.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/marangkayu.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/marangkayu.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/tenggarongsbrg.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/tenggarongsbrg.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/tenggarongsbrg.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/loajanan.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/loajanan.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/loajanan.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/loakulu.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/loakulu.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/loakulu.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/tenggarong.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/tenggarong.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/tenggarong.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/sebulu.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/sebulu.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/sebulu.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/muarakaman.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/muarakaman.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/muarakaman.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/kotabangun.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/kotabangun.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/kotabangun.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/muaramuntai.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/muaramuntai.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/muaramuntai.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/muarawis.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/muarawis.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/muarawis.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/kenohan.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/kenohan.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/kenohan.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/kembangjanggut.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/kembangjanggut.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/kembangjanggut.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/tabang.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/tabang.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/tabang.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/tabang.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/kembangjanggut.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/kenohan.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/muarawis.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/muaramuntai.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/kotabangun.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/muarakaman.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/sebulu.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/tenggarong.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/loakulu.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/loajanan.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/tenggarongsbrg.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/marangkayu.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/muarabadak.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/anggana.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/sanga2.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/muarajawa.htmlhttp://www.kutaikartanegara.com/kabupaten/samboja.html
  • 7/25/2019 pdrb 2011 kecamatan muara muntai.pdf

    19/46

    10

    TABEL 3.2 PENDUDUK MUARA MUNTAI MENURUT DESA/KELURAHAN, JENIS KELAMIN

    DAN RASIO JENIS KELAMIN TAHUN 2010

    Desa/Kelurahan Laki-Laki Perempuan Laki-Laki +Perempuan

    Rasio Jenis Kelamin

    [1] [2] [3] [4] [5]

    1. Perian 1.062 814 1.876 130,47

    2. Muara Leka 893 787 1.680 113,47

    3. Muara Aloh 551 458 1.009 120,31

    4. Jantur 912 791 1.703 115,30

    5. Batuq 338 295 633 114,58

    6. Rebaq Rinding 458 438 896 104,57

    7. Muara Muntai Ulu 1.056 1.033 2.089 102,23

    8. Muara Muntai Ilir 675 677 1.352 99,70

    9. Kayu Batu 677 636 1.313 106,45

    10. Jantur Selatan 1.054 965 2.019 109,22

    11. Tj Batuq Harapan 210 192 402 109,38

    12. Pulau Harapan 600 575 1.175 104,35

    13. Jantur Baru 603 565 1.168 106,73

    T O T A L 9.089 8.226 17.315 110,49

    Sumber : Kecamatan Muara Muntai Dalam Angka 2011

  • 7/25/2019 pdrb 2011 kecamatan muara muntai.pdf

    20/46

    11

    Hingga saat ini perekonomian Kabupaten Kutai Kartanegara masih bergantung

    pada sektor primer yaitu sektor pertambangan minyak dan gas bumi (migas) karena

    Kutai Kartanegara merupakan salah satu penghasil sumber daya alam (SDA) migas

    terbesar di Indonesia. Sektor ini juga merupakan penyumbang terbesar dalam

    penerimaan APBD Kabupaten Kutai Kartanegara, melalui dana perimbangan sektor

    migas. Tetapi SDA tersebut jika tidak dikelola dengan baik akan segera habis, yang akan

    berpengaruh besar terhadap perekonomian di Kutai Kartanegara. Sehingga perlu

    disiapkan sumber penghasil devisa yang lain, yang bisa lebih dioptimalkan produksinyadimasa mendatang. Beberapa diantaranya dari sektor industri, pertanian, jasa, dan

    pariwisata.

    Tolak ukur kemajuan suatu daerah umumnya dinilai dari tingkat kemajuan sektor

    industrinya, karena sektor industri memberikan nilai tambah cukup tinggi dan sekaligus

    memberikan kesempatan kerja yang lebih luas sehingga bisa diharapkan menjadi motor

    penggerak utama pertumbuhan ekonomi Kutai Kartanegara di masa datang, setelah SDA

    yang ada sudah tidak sanggup lagi menjadi andalan sumber pendapatan daerah.

    Pembangunan industri diharapkan menjadi bagian dari pembangunan ekonomi jangka

    panjang untuk mencapai struktur ekonomi yang semakin seimbang dengan sektor

    industri yang maju dan didukung oleh sektor pertanian yang tangguh. Selanjutnya

    diharapkan bahwa proses industrialisasi harus mampu mendorong berkembangnya

    industri yang bisa berfungsi sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi, pencipta

    lapangan kerja baru, sumber peningkatan ekspor dan penghematan devisa, penunjang

    pembangunan sektor-sektor lainnya serta sekaligus sebagai wahana pengembangan dan

    penguasaan teknologi.

    A. Kinerja Perekonomian Kabupaten Kutai Kartanegara

    Akselerasi pertumbuhan ekonomi global pada gilirannya berkontribusi pada

    meningkatnya harga komoditas global. Permintaan minyak dunia mengalami kenaikan

    dan memicu naiknya harga minyak yang signifikan. Kondisi ini tentunya berakibat

    terhadap perekonomian terutama di daerah-daerah penghasil minyak dan gas bumi

    seperti Kabupaten Kutai Kartanegara. Sehingga secara umum perekonomian Kutai

    Kartanegara yang diukur berdasarkan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

    TINJAUAN EKONOMI

  • 7/25/2019 pdrb 2011 kecamatan muara muntai.pdf

    21/46

    12

    atas dasar harga berlaku pada tahun 2010 kembali mengalami peningkatan. Nilai PDRB

    Kutai Kartanegara sebesar 103,96 triliun rupiah pada tahun 2008, turun menjadi 89,86

    triliun rupiah pada tahun 2009, dan kembali meningkat menjadi 98,82 triliun rupiah pada

    tahun 2010.

    Selama periode tahun 2010, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atau Nilai

    Tambah Bruto yang dihitung Atas Dasar Harga Berlaku di Kabupaten Kutai Kartanegara

    mencapai Rp 98,82 trilyun atau mengalami peningkatan sebesar 9,99 persen

    dibandingkan tahun sebelumnya, yang sebesar Rp 89,85 trilyun. Sedangkan jika minyak

    bumi dan gas alam (migas) dikeluarkan dari penghitungan PDRB, maka nilai PDRB Kutai

    Kartanegara juga mengalami peningkatan sebesar 25,17 persen. Pada tahun 2009 PDRB

    tanpa migas sebesar Rp 28,06 triliun dan meningkat menjadi Rp 35,13 triliun tahun 2010.

    TABEL 4.1 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KUTAI KARTANEGARA ATAS

    DASAR HARGA BERLAKU TAHUN 2008-2010 (JUTA RUPIAH)

    Lapangan Usaha 2008r) 2009

    *) 2010

    **)

    Primer 96.466.603 81.330.667 89.114.917

    1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan danPerikanan

    5.030.831 5.536.438 6.261.677

    2. Pertambangan dan Penggalian 91.435.772 75.794.229 82.853.239

    Sekunder 3.732.892 4.066.055 4.482.989

    3. Industri Pengolahan 1.088.430 1.144.572 1.260.109

    4. Listrik, Gas dan Air Bersih 38.407 43.915 47.639

    5. Bangunan 2.606.055 2.877.568 3.175.242

    Tersier 3.759.899 4.449.908 5.220.222

    6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.995.872 2.343.331 2.823.709

    7. Pengangkutan dan Komunikasi 343.002 377.623 424.768

    8. Keuangan, Persewaan dan JasaPerusahaan

    314.356 340.744 375.106

    9. Jasa-Jasa 1.106.669 1.388.209 1.596.639

    P D R B Dengan Migas 103.959.393 89.846.631 98.818.128

    P D R B Tanpa Migas 24.119.805 28.064.537 35.127.952

    Catatan: r Angka Revisi * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara

    Sumber : BPS Kabupaten Kutai Kartanegara

    Distribusi persensentase PDRB secara sektoral menunjukan peranan masing-

    masing sektor dalam sumbangannya terhadap PDRB secara keseluruhan. Semakin besar

    persentase suatu sektor, semakin besar pula pengaruh sektor tersebut didalam

    perkembangan ekonomi suatu daerah. Tingkat kontribusi terhapat pembentukan PDRB

  • 7/25/2019 pdrb 2011 kecamatan muara muntai.pdf

    22/46

    13

    dapat memperlihatkan kontribusi nilai tambah setiap sektor, sehingga akan tampak

    sektor-sektor yang menjadi pemicu pertumbuhan (sektor andalan) di wilayah yang

    bersangkutan. Gambar 4.1 menggambarkan struktur perekonomian Kutai Kartanegara

    dengan migas dan tanpa migas pada tahun 2010.

    Jika migas dimasukkan dalam penghitungan PDRB, maka sektor pertambangan

    berkontribusi sebesar 83,84% terhadap perekonomian Kutai Kartanegara. Tetapi jika

    migas tidak dimasukkan dalam perhitungannya, sektor pertambanganpun masih tetap

    mendominasi perannya yaitu sebesar 54,55%. Hal ini perlu diwaspadai dalam menjaga

    kestabilan pembangunan Kutai Kartanegara dalam jangka panjang.

    GAMBAR 4.1 STRUKTUR EKONOMI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2010 DENGANMIGAS DAN TANPA MIGAS

    DENGAN MIGAS

    TANPA MIGAS

  • 7/25/2019 pdrb 2011 kecamatan muara muntai.pdf

    23/46

    14

    Secara umum, pertumbuhan ekonomi Kutai Kartanegara pada 2010 menguat

    sebesar 1,80 poin yaitu tumbuh sebesar 3,88 persen atau lebih tinggi dibandingkan tahun

    2009 yang sebesar 2,08 persen. Sedangkan jika minyak bumi dan gas alam (migas)

    dikeluarkan dari penghitungan PDRB, maka pertumbuhannya juga mengalami percepatan

    dari 7,04 persen pada tahun 2009 menjadi 12,20 tahun 2010. Hampir semua sektor

    mengalami percepatan dalam pertumbuhannya, kecuali sektor Listrik, Gas & Air Bersih

    yang melambat pertumbuhan pada 2010.

    Sektor Pertanian mampu tumbuh sebesar 3,37 persen pada tahun 2010.

    Membaiknya harga-harga komoditi pertanian, mampu memacu semangat petani dan

    nelayan Kutai Kartanegara untuk meningkatkan produksinya. Sub sektor Perikanan

    tumbuh sebesar 9,38%, sub sektor Peternakan & Hasil-Hasilnya tumbuh 9,06%, sub

    sektor Tanaman Bahan Makanan tumbuh 6,96%, dan sub sektor Perkebunan tumbuh

    5,06%. Sub sektor kehutanan merupakan satu-satunya sub sektor pada sektor Pertanian

    yang mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) pada tahun 2010. Sedangkan sub

    sektor lainnya mampu tumbuh, sehingga secara umum sektor Pertanian juga mengalami

    percepatan pertumbuhan pada tahun ini.

    Kontraksi sub sektor kehutanan sebesar 3,35 persen. Kontraksi pada sub sektor

    kehutanan terjadi karena menurunnya daya dukung hutan Kutai Kartanegara untuk

    memenuhi peningkatan keperluan akan kayu. Hal ini menunjukkan bahwa perlu dilakukan

    usaha yang lebih keras dalam melakukan pelestarian hutan sehingga hutan Kutai

    Kartanegara bisa kembali memenuhi fungsinya sebagai hutan produksi, hutan wisata,

    hutan suaka alam, hutan konservasi, dan hutan lindung.

    Sebagai salah satu daerah penghasil utama batubara, Kutai Kartanegara memiliki

    lahan bekas tambang yang cukup luas dimana umumnya lahan tersebut berada di

    kawasan hutan. Walaupun telah ada ketentuan tentang kewajiban pemegang izin

    pertambangan menyediakan dana jaminan reklamasi, terlaksananya kegiatan reklamasi

    hutan belum tentu terjadi.

    Reklamasi hutan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 76 Tahun 2008 adalah

    usaha untuk memperbaiki atau memulihkan kembali lahan dan vegetasi hutan yang rusak

    agar dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan peruntukannya. Hutan bekas

    tambang terbuka horizontal pada umumnya memang kondisinya rusak. Oleh karena itu

    upaya untuk memulihkan kembali lahan yang rusak ini perlu kesabaran dan

    kesungguhan. Selain itu perlu dipersiapkan dengan seksama bibit-bibit tanaman pionir

    dalam jumlah yang banyak. Bibit-bibit siap tanam ini dihasilkan dengan menggunakan

    media yang mampu menopang kehidupan bibit dalam jangka waktu yang cukup lama

  • 7/25/2019 pdrb 2011 kecamatan muara muntai.pdf

    24/46

    15

    untuk hidup di dalam kondisi yang ekstrim. Lapangan yang akan ditanami juga harus

    dipersiapkan lubang-lubang tanamannya dengan baik. Selanjutnya lubang tanaman diisi

    dengan media seperti yang digunakan untuk media sapih bibit yang akan ditanam. Selain

    berupa jenis pionir, seyogyanya tanaman tersebut juga merupakan jenis yang

    menghasilkan biji-biji yang berkemampuan tumbuh secara alami begitu jatuh di atas

    tanah.

    Naiknya permintaan minyak dunia yang diikuti dengan naiknya harga minyak

    dunia yang signifikan, belum mampu memicu peningkatan produksi minyak Kutai

    Kartanegara pada tahun 2010. Produksi pertambangan minyak bumi dan gas alam Kutai

    Kartanegara tahun 2010 mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) sebesar 0,25

    persen. Sedangkan pertambangan Batu Bara Kutai Kartanegara tumbuh sebesar 24,03

    persen dan sub sektor Penggalian tumbuh sebesar 10,98 persen. Sehingga sektor

    Pertambangan secara keseluruhan tahun 2010 pertumbuhannya sebesar 3,10 persen

    yang mengalami percepatan dari tahun 2009 dengan pertumbuhannya sebesar 1,60

    persen. Sedangkan tanpa minyak bumi dan gas alam, sektor Pertambangan dan

    Penggalian pada 2010 mengalami pertumbuhan sebesar 23,02 persen yang menguat dari

    tahun 2009 yang tumbuh 13,95 persen.

    Sektor Industri pertumbuhannya cenderung berfluktuasi. Mulai tahun 2001 sampai

    tahun 2007 laju pertumbuhannya masih berada di sekitar 5 persen. Pada 2008 laju

    pertumbuhannya menunjukkan gejala penurunan, dan kembali menguat pada tahun 2009.

    Sehingga pada tahun 2010 pertumbuhannya menjadi 5,07%. Kondisi ini sebagian besar

    merupakan pengaruh dari menurunnya nilai tambah dari hasil industri Barang Kayu &

    Hasil Hutan lainnya yang sangat tajam pada tahun 2008, dimana industri barang ini

    mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) sebesar 10,64%. Pada dua tahun berikutnya

    industri Barang Kayu & Hasil Hutan lainnya juga masih mengalami kontraksi, tetapi sedikit

    mengalami penguatan sehingga pada tahun 2010 industri barang ini kontraksinya sebesar

    1,92%. Menurunnya ketersediaan bahan baku diduga sebagai penyebab menurunnya

    produksi dari sub sektor industri Bahan Kayu dan Hasil Hutan Lainnya. Sedangkan

    Industri Makanan dan Minuman masih mengalami pertumbuhan yang cukup

    menggembirakan di Kutai Kartanegara, sehingga pada tahun 2010 pertumbuhannya

    mencapai 8,22%.

    Kinerja sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih agak melambat pada tahun 2010,

    dimana kedua sub sektornya yaitu sub sektor Listrik dan sub sektor Air Bersih sama-sama

    melambat pertumbuhannya. Sub sektor Listrik tumbuh sebesar 5,61% pada tahun 2010

    dan sebesar 11,42% pada tahun 2009. Sedangkan sub sektor Air Bersih tumbuh sebesar

    5,67% pada tahun 2010 dan sebesar 8,91% pada tahun 2009. Sehingga secara umum

  • 7/25/2019 pdrb 2011 kecamatan muara muntai.pdf

    25/46

    16

    sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih juga mengalami pelambatan dari pertumbuhannya

    sebesar 10,87% pada tahun 2009 menjadi 5,62% pada 2010.

    Membaiknya kondisi sektor-sektor yang ada pada kelompok primer dan sekunder,

    secara langsung maupun tidak langsung telah ikut berperan dalam meningkatkan nilai

    tambah sektor-sektor pada kelompok tersier. Sehingga kinerja sektor tersier KutaiKartanegara juga mengalami percepatan pertumbuhan dari 5,30% pada 2009 menjadi

    9,91% pada tahun 2010.

    Laju pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran meningkat dari 4,88%

    pada tahun 2009 mejadi 11,60% pada tahun 2010 dan sektor pengangkutan dan

    komunikasi juga menguat dari pertumbuhan sebesar 6,63% menjadi 8,24% pada tahun

    2010. Sektor jasa-jasa juga mengalami percepatan dari 6,39% di tahun 2009 menjadi

    7,73% di tahun 2010. Sedangkan untuk sektor keuangan, persewaan & jasa perusahaan,

    percepatan ini terutama imbas dari naiknya laju pertumbuhan sub sektor Lembaga

    Keuangan tanpa Bank yaitu dari 5,34% menjadi 6,28% pada tahun 2010 dan sub sektor

    Sewa Bangunan juga mengalami percepatan dari 3,61% menjadi 5,57% pada tahun

    2010.

    TABEL 4.2 PERTUMBUHAN EKONOMI KUTAI KARTANEGARA DENGAN MIGAS

    TAHUN 2008-2010 (PERSEN)

    Lapangan Usaha 2008r) 2009

    *) 2010

    **)

    Primer 3,91 1,51 3,12

    1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan danPerikanan

    -0,82 0,65 3,37

    2. Pertambangan dan Penggalian 4,39 1,60 3,10

    Sekunder 9,98 5,72 6,70

    3. Industri Pengolahan 1,67 3,61 5,07

    4. Listrik, Gas dan Air Bersih 9,44 10,87 5,62

    5. Bangunan 14,97 6,74 7,56

    Tersier 9,21 5,30 9,91

    6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 8,94 4,88 11,60

    7. Pengangkutan dan Komunikasi 6,86 6,63 8,24

    8. Keuangan, Persewaan dan JasaPerusahaan

    5,62 4,29 6,02

    9. Jasa-Jasa 13,20 6,39 7,73

    P D R B Dengan Migas 4,67 2,08 3,88

    P D R B Tanpa Migas 3,91 1,51 3,12

    Catatan: r Angka Revisi * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara

    Sumber : BPS Kabupaten Kutai Kartanegara

  • 7/25/2019 pdrb 2011 kecamatan muara muntai.pdf

    26/46

    17

    PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menggambarkan besarnya nilai tambah

    domestik bruto per penduduk dalam satu tahun secara nominal. Sedangkan PDRB per

    kapita atas dasar harga konstan 2000 berguna untuk mengetahui nilai tambah nyata serta

    pertumbuhannya. Peningkatan PDRB per kapita atas dasar berlaku selama kurun waktu

    2000-2010 menunjukkan peningkatan yang cukup berarti. Hal yang berbeda dengan

    PDRB per kapita atas dasar konstan yang mana tingkat pertumbuhannya sangat kecil.

    Dengan demikian pertumbuhan tingkat pendapatan riil penduduk Kabupaten Kutai

    Kartanegara dari tahun ke tahun belum begitu banyak berarti. Hal tersebut di atas dapat

    diamati dari tingkat kenaikan PDRB perkapita atas dasar harga (ADH) berlaku dan ADH

    konstan.

    Selama lima tahun nilai PDRB per kapita ADH berlaku penduduk di Kabupaten

    Kutai Kartanegara mengalami peningkatan cukup tinggi. Tahun 2005 nilainya sebesar Rp.

    113.636.663 per tahun dan di tahun 2010 meningkat menjadi Rp. 157.685.147 per tahun

    atau rata-rata meningkat sebesar 8,18% setiap tahunnya. Jika komponen migas

    dikeluarkan dari penghitungan PDRB, maka besarnya PDRB per kapita ADH berlaku

    2005 sebesar Rp. 22.333.017 per tahun dan tahun 2010 sebesar Rp. 56.054.050 per

    tahun atau terjadi peningkatan rata-rata sebesar 20,37% setiap tahunnya.

    GAMBAR 4.2. PDRB PER KAPITA DENGAN MIGAS DAN TANPA MIGAS ATAS DASAR HARGA (ADH)BERLAKU DAN KONSTAN TAHUN 2000-2010

    -

    20,000,000

    40,000,000

    60,000,000

    80,000,000

    100,000,000

    120,000,000

    140,000,000

    160,000,000180,000,000

    200,000,000

    2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

    Dengan Migas ADH Berlaku Dengan Migas ADH Konstan

    Tanpa Migas ADH Berlaku Tanpa Migas ADH Konstan

    Rupiah

  • 7/25/2019 pdrb 2011 kecamatan muara muntai.pdf

    27/46

    18

    Peningkatan PDRB per kapita ADH berlaku belum menggambarkan peningkatan

    secara riil, karena masih adanya pengaruh kenaikan harga atau tingkat inflasi yang terjadi

    di wilayah tersebut. Adapun PDRB per kapita atas dasar harga konstan memberi

    gambaran pendapatan per kapita penduduk yang riil tanpa dipengaruhi oleh perubahan

    harga dan menunjukan perubahan tingkat kesejahteraan penduduk.

    Pada tahun 2005 PDRB per kapita riil (jika migas dimasukkan dalam penghitungan

    PDRB) sebesar Rp. 53.756.305 per tahun dan di tahun 2010 turun menjadi Rp.

    46.409.811 per tahun atau selama lima tahun tersebut PDRB per kapita riil penduduk

    Kutai Kartanegara telah mengalami penurunan sebesar 2,84%. Hal tersebut memberi arti

    bahwa selama periode tahun 2010 secara riil daya beli masyarakat menurun

    dibandingkan daya belinya pada lima tahun yang lalu.

    Akan tetapi jika migas dikeluarkan dari penghitungan PDRB, maka dalam kurun

    waktu lima tahun ini PDRB riil perkapita masyarakat Kutai Kartanegara masih mengalami

    peningkatan. Pada tahun 2005 PDRB per kapita riil sebesar Rp. 12.765.093 per tahun

    dan di tahun 2010 naik menjadi Rp. 16.630.417 per tahun atau selama lima tahun

    tersebut PDRB per kapita riil penduduk Kutai Kartanegara telah mengalami peningkatan

    sebesar 5,46%.

    B. Kinerja Perekonomian Kecamatan Muara Muntai

    Kinerja Perekonomian Kabupaten Kutai Kartanegara sangat tergantung olehkinerja perekonomian kecamatan-kecamatan. Karena pada dasarnya masing-masing

    kecamatan memiliki karakteristik perekonomian yang berbeda-beda. Ada kecamatan-

    kecamatan yang sangat dominan di sektor tertentu namun lemah di sektor lain. Demikian

    pula pencapaian perekonomian di tiap kecamatan sangat tergantung terhadap kebijakan

    yang dilakukan baik di tingkat kabupaten maupun di tingkat lebih tinggi yaitu kebijakan

    provinsi maupun di tingkat nasional.

    Pada bagian ini akan diuraikan kinerja Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

    Kecamatan Muara Muntai dibandingkan dengan kecamatan lain di Kabupaten KutaiKartanegara berdasarkan perbandingan indikator pokok. Untuk mengamati posisi

    relatifnya, dapat dilihat Tabel 4.3.

  • 7/25/2019 pdrb 2011 kecamatan muara muntai.pdf

    28/46

    19

    TABEL 4.3. PDRB KECAMATAN ATAS DASAR HARGA BERLAKU DI KABUPATEN KUTAI

    KARTANEGARA TAHUN 2010

    Dengan Migas Tanpa Migas

    Rank KecamatanPDRB

    (Juta Rp)Share

    (persen)Rank Kecamatan

    PDRB(Juta Rp)

    Share(persen)

    1 Marang kayu 18.726.131 18,95 1 Tenggarong 5.625.979 16,02

    2 Muara Badak 15.853.843 16,04 2 Sebulu 4.897.466 13,94

    3 Muara Jawa 14.011.537 14,18 3 Tgr. Seberang 4.762.920 13,56

    4 Anggana 10.740.528 10,87 4 Loa Janan 3.306.142 9,41

    5 Samboja 7.342.868 7,43 5 Loa Kulu 2.827.934 8,05

    6 Tenggarong 5.625.979 5,69 6 Kota Bangun 1.929.888 5,49

    7 Sebulu 4.897.466 4,96 7 Muara Jawa 1.880.075 5,35

    8 Sanga-Sanga 4.797.469 4,85 8 Sanga-Sanga 1.764.603 5,02

    9 Tgr. Seberang 4.762.920 4,82 9 Anggana 1.641.931 4,6710 Loa Janan 3.306.142 3,35 10 Kembang Janggut 1.381.639 3,93

    11 Loa Kulu 2.827.934 2,86 11 Samboja 1.277.137 3,64

    12 Kota Bangun 1.929.888 1,95 12 Muara Kaman 701.303 2,00

    13 Kembang Janggut 1.381.639 1,40 13 Muara Badak 689.515 1,96

    14 Muara Kaman 701.303 0,71 14 Muara Muntai 633.184 1,80

    15 Muara Muntai 633.184 0,64 15 Marang kayu 528.938 1,51

    16 Tabang 476.337 0,48 16 Tabang 476.337 1,36

    17 Kenohan 454.119 0,46 17 Kenohan 454.119 1,29

    18 Muara Wis 348.843 0,35 18 Muara Wis 348.843 0,99

    KUTAI KARTENGARA 98.818.128 100,00 KUTAI KARTENGARA 35.127.952 100,00

    Sumber : BPS Kabupaten Kutai Kartanegara

    Pada tabel diatas memperlihatkan kontribusi PDRB masing-masing kecamatan terhadap

    total PDRB Kabupaten Kutai Kartanega. Pada tahun 2010 PDRB Kutai Kartanegara

    dengan migas sebesar 98,82 triliun rupiah dan Kecamatan Muara Muntai sebesar 0,63

    triliun rupiah. Sehingga kontribusi PDRB dengan migas Kecamatan Muara Muntai

    terhadap PDRB Kutai Kartanegara sebesar 0,64 persen, yang menempati peringkat ke-15

    jika dibandingkan dengan kecamatan lain di Kutai Kartanegara. Sedangkan PDRB Kutai

    Kartanegara tanpa migas sebesar 35,12 triliun rupiah dan Kecamatan Muara Muntai

    sebesar 0,63 triliun rupiah. Sehingga kontribusi PDRB tanpa migas Muara Muntai

    terhadap PDRB Kutai Kartanegara sebesar 1,80 persen, yang menempati peringkat ke-14

    jika dibandingkan dengan kecamatan lain di Kutai Kartanegara.

    Lima besar kecamatan yang mempunyai kontribusi terbesar dalam pembentukan

    PDRB dengan migas Kabupaten Kutai Kartanegara tahun 2010 adalah: Marangkayu

    (18,95%), Muara Badak (16,04%), Muara Jawa (14,18%), Anggana (10,87%) dan Samboja

  • 7/25/2019 pdrb 2011 kecamatan muara muntai.pdf

    29/46

    20

    (7,43%). Adapun lima kecamatan yang mempunyai kontribusi terkecil adalah Muara Wis

    (0,35%), Kenohan (0,46%), Tabang (0,48%), Muara Muntai (0,64%) dan Muara Kaman

    (0,71%).

    Namun demikian apabila dicermati dari PDRB tanpa migas terjadi pergeseran

    poisisi yang cukup signifikan. Kontribusi Kecamatan Marangkayu pada PDRB dengan

    migas berada pada posisi 1 bergeser menjadi posisi 15 kontribusinya pada PDRB tanpa

    migas. Hal yang sama terjadi dengan Kecamatan Muara Badak yang posisinya turun dari

    peringkat 2 menjadi 13, Muara Jawa peringkatnya turun dari 3 menjadi 7, Anggana turun

    dari peringkat 4 menjadi 9, dan Samboja peringkatnya turun dari 5 menjadi 11. Hal ini

    menunjukkan bahwa nilai tambah pertambangan Minyak dan Gas Bumi di lima wilayah

    kecamatan tersebut cukup besar.

    B.1. Struktur Perekonomian Kecamatan Muara Muntai

    Struktur perekonomian di suatu wilayah dapat digambarkan oleh kontribusi dari

    masing-masing sektor. Sektor-sektor yang memiliki kontribusi besar menggambarkan

    tingginya potensi dari sektor tersebut dalam perekonomian sedangkan sektor-sektor yang

    mempunyai kontribusi yang kecil menggambarkan bahwa sektor tersebut kurang

    berpotensi terhadap perekonomian wilayah tersebut. Dengan demikian besarnya

    kontribusi menggambarkan peran sektor dalam perekonomian. Semakin besar peranan

    suatu sektor dalam perekonomian, dapat dikatakan bahwa sektor tersebut sebagai

    engine growth atau mesin pertumbuhan ekonomi daerah. Secara umum, di Kabupaten

    Kutai Kartanegara yang menjadi mesin pertumbuhannya adalah sektor pertambangan

    Minyak dan Gas Bumi. Hal ini terbukti dari peranan sektor ini yang tetap mendominasi

    perekonomian Kabupaten Kutai Kartanegara dari tahun ke tahun. Disamping

    pertambangan Minyak dan Gas Bumi, sektor pertanian juga mempunyai peranan cukup

    besar terhadap perekonomian Kabupaten Kutai Kartanegara. Adapun struktur

    perekonomian kecamatan-kecamatan di Kabupaten Kutai Kartanegara memiliki

    perbedaan karakteristik yang cukup beragam. Hal ini disebabkan adanya pengaruh

    kondisi geografis dan potensi masing-masing wilayah. Kondisi geografis yang sebagian

    besar wilayahnya memiliki karakteristik pedesaan, biasanya dominan pada sektor

    pertaniannya.

    Secara makro tampak bahwa sampai tahun 2010, sektor pertambangan

    merupakan sektor dominan terhadap perekonomian Kabupaten Kutai Kartanegara. Sektor

    ini memberikan kontribusi sebesar 83,84 persen terhadap perekonomian Kabupaten Kutai

    Kartanegara. Sedangkan di Kecamatan Muara Muntai sektor pertanian merupakan sektor

    yang dominan dimana kontribusinya sebesar 58,65 persen terhadap perekonomian Muara

  • 7/25/2019 pdrb 2011 kecamatan muara muntai.pdf

    30/46

    21

    Muntai. Tabel 4.4 menggambarkan peranan nilai tambah masing-masing sektor terhadap

    total PDRB di setiap Kecamatan Tahun 2010 termasuk Migas. Dari tabel tersebut terlihat

    bahwa 6 kecamatan yang mempunyai pertambangan migas, potensi ekonominya terpusat

    pada sektor tersebut yaitu diatas 85 persen. Enam kecamatan tersebut antara lain

    Kecamatan Samboja, Kecamatan Muara Jawa, Kecamatan Sanga Sanga, Kecamatan

    Anggana, Kecamatan Muara Badak, dan Kecamatan Marangkayu.

    Kecamatan-kecamatan yang mempunyai peranan sektor Pertanian cukup besar

    yaitu: Kecamatan Kembang Janggut (46,21 persen), Kecamatan Kota Bangun (23,83

    persen), Kecamatan Muara Muntai (58,65 persen), Kecamatan Muara Kaman (67,25

    persen), Kecamatan Tabang (73,39 persen), Kecamatan Muara Wis (78,66 persen), dan

    Kecamatan Kenohan (78,78 persen).

    TABEL 4.4. DISTRIBUSI PDRB DENGAN MIGAS SETIAP KECAMATAN TAHUN 2010 (PERSEN)

    Kecamatan

    Sektor

    Total

    PertanianPertambanganDan Penggalian

    IndustriPengolahan

    BangunanPerdagangan,

    Hotel DanRestoran

    Lainnya

    Samboja 5,04 86,68 0,38 2,57 3,00 2,33 100,00

    Muara Jawa 1,62 95,33 0,09 0,86 1,20 0,90 100,00

    Sanga-Sanga 1,21 94,04 0,02 2,12 1,34 1,26 100,00

    Loa Janan 8,03 71,16 4,00 5,56 5,57 5,67 100,00

    Loa Kulu 14,19 71,15 1,35 5,20 4,37 3,72 100,00

    Muara Muntai 58,65 0,29 3,32 8,49 17,91 11,34 100,00Muara Wis 78,66 0,32 0,53 8,47 4,68 7,34 100,00

    Kota Bangun 23,83 45,22 1,07 8,83 13,78 7,28 100,00

    Tenggarong 4,40 46,47 0,43 21,26 16,08 11,37 100,00

    Sebulu 7,04 85,14 1,90 1,38 1,76 2,78 100,00

    Tgr. Seberang 10,31 75,67 0,89 5,09 3,74 4,31 100,00

    Anggana 4,15 88,78 2,31 1,23 2,43 1,10 100,00

    Muara Badak 1,50 95,96 0,03 1,14 0,45 0,91 100,00

    Marang kayu 1,33 97,24 0,01 0,81 0,20 0,40 100,00

    Muara Kaman 67,25 3,76 3,78 5,23 7,34 12,63 100,00

    Kenohan 78,78 0,17 0,30 5,26 6,08 9,41 100,00

    Kembang Janggut 46,21 0,12 40,68 5,72 2,69 4,58 100,00

    Tabang 73,39 0,87 0,08 14,41 2,15 9,10 100,00

    Kutai Kartanegara 6,34 83,84 1,28 3,21 2,86 2,47 100,00

    Sumber : BPS Kabupaten Kutai Kartanegara

  • 7/25/2019 pdrb 2011 kecamatan muara muntai.pdf

    31/46

    22

    B.2. Potensi Pertanian Kecamatan Muara Muntai

    Sektor pertanian yang terdiri dari sub sektor tanaman pangan, perkebunan,

    peternakan dan perikanan merupakan potensi sumberdaya alam yang terbarukan

    (renewable resources). Adapun hasil dari sektor ini merupakan kebutuhan dasar dalam

    pemenuhan terhadap kecukupan gizi masyarakat sehingga dapat mengetahui tingkat

    ketahanan pangan di suatu daerah, selain itu juga sebagai salah satu bahan dasar dalam

    sektor industri pengolahan.

    a) Tanaman Bahan Makanan

    Pertanian tanaman bahan makanan merupakan salah satu sektor dimana produk

    yang dihasilkan menjadi kebutuhan pokok hidup rakyat. Kecamatan Muara Muntai

    sebagian tanahnya juga merupakan tanah pertanian yang memiliki potensi cukup

    baik bagi pengembangan tanaman agro industri.

    Data dari Dinas Pertanian Kabupaten Kutai Kartanegara selama tahun 2010

    diketahui luas panen tanaman padi di Muara Muntai seluas 565 hektar yang

    menghasilkan sebanyak 2.229 ton padi, terdiri dari 1.156 ton padi sawah dan 1.073

    ton padi ladang. Secara umum produksi padi pada tahun 2010 mengalami

    peningkatan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Produksi padi pada tahun

    2009 sebesar 1.715 ton yang terdiri dari 902 ton padi sawah dan 813 ton padi ladang.

    Selain padi, Kecamatan Muara Muntai juga potensial dengan tanaman bahan

    makanan yang lainnya seperti palawija, sayur-sayuran, dan buah-buah. Produksibeberapa jenis palawija seperti Jagung sebanyak 320 ton, Ubi Kayu sebanyak 2.834

    ton, Ubi Jalar sebanyak 1.156 ton, dan produksi Kacang Tanah sebanyak 104 ton.

    Adapun produksi beberapa jenis sayuran seperti Sawi sebanyak 1.650,00 ton,

    Kacang Panjang sebanyak 303,90 ton, Cabe Besar sebanyak 492,00 ton, Cabe

    Rawit sebanyak 390,78 ton, Tomat sebanyak 0 ton, Terong sebanyak 1.330,78 ton,

    Buncis sebanyak 0 ton, Ketimun sebanyak 1.949,80 ton, Kangkung sebanyak

    1.330,40 ton, dan produksi Bayam sebanyak 95,13 ton. Sedangkan produksi

    beberapa jenis buah-buahan pada tahun 2010 seperti Mangga sebanyak 51,06 ton,

    Jambu Biji sebanyak 17,53 ton, Pepaya sebanyak 4,46 ton, Pisang sebanyak 14,04

    ton, Nenas sebanyak 1,08 ton, Belimbing sebanyak 0 ton, dan Nangka sebanyak

    44,77 ton

    b) Tanaman Perkebunan

    Berdasarkan data dari Dinas Perkebunan Kabupaten Kutai Kartanegara, jumlah

    petani yang mengusahakan perkebunan karet di Muara Muntai pada tahun 2010

    sekitar 13 kepala keluarga dengan luas areal sekitar 25,0 hektar yang terdiri dari

    20,0 hektar tanaman belum menghasilkan, 5,0 hektar tanaman menghasilkan, dan

  • 7/25/2019 pdrb 2011 kecamatan muara muntai.pdf

    32/46

    23

    0,0 hektar tanaman tua/tanaman rusak. Produksi karet (perkebunan rakyat) yang

    dihasilkan sekitar 5,0 ton.

    Produksi kelapa sawit (perkebunan rakyat) di Muara Muntai pada tahun 2010

    sekitar 20,0 ton, yang diusahakan oleh sekitar 34 kepala keluarga. Luas areal

    perkebunan kelapa sawit sekitar 67,0 hektar yang terdiri dari 62,0 hektar tanaman

    belum menghasilkan, 5,0 hektar tanaman menghasilkan, dan 0,0 hektar tanaman

    tua/tanaman rusak.

    Petani yang mengusahakan perkebunan lada sekitar 0 kepala keluarga dengan

    luas areal sekitar 0,0 hektar yang terdiri dari 0,0 hektar tanaman belum

    menghasilkan, 0,0 hektar tanaman menghasilkan, dan 0,0 hektar tanaman

    tua/tanaman rusak. Produksi lada (perkebunan rakyat) yang dihasilkan sekitar 0,0

    ton.

    Petani yang mengusahakan perkebunan kopi sekitar 0 kepala keluarga dengan

    luas areal sekitar 0,0 hektar yang terdiri dari 0,0 hektar tanaman belum

    menghasilkan, 0,0 hektar tanaman menghasilkan, dan 0,0 hektar tanaman

    tua/tanaman rusak. Produksi kopi (perkebunan rakyat) yang dihasilkan sekitar 0,0

    ton.

    Sedangkan produksi kelapa (perkebunan rakyat) di Muara Muntai pada tahun

    2010 sekitar 0,0 ton, yang diusahakan oleh sekitar 0 kepala keluarga. Luas areal

    perkebunan kelapa sekitar 0,0 hektar yang terdiri dari 0,0 hektar tanaman belum

    menghasilkan, 0,0 hektar tanaman menghasilkan, dan 0,0 hektar tanamantua/tanaman rusak.

    c) Peternakan

    Berdasarkan data dari Dinas Peternakan Kabupaten Kutai Kartanegara, sampai

    dengan tahun 2010 pencapaian populasi ternak di Kecamatan Muara Muntai dapat

    dibedakan atas populasi Sapi sebanyak 683 ekor, Kerbau 800 ekor, Kambing

    sebanyak 146 ekor, dan populasi Babi sebanyak 8 ekor. Untuk pencapaian populasi

    unggas dibedakan atas Ayam Buras sebanyak 4.569 ekor, Ayam Potong 0 ekor,

    Ayam Petelur 0 ekor, dan populasi Itik sebanyak 635 ekor.

    Kebutuhan akan asupan gizi dari protein hewani didapatkan dari daging ternak

    dan unggas, dimana pada tahun 2010 produksi daging Sapi mencapai 13.688 Kg,

    Kerbau sebesar 21.456 Kg, Kambing sebesar 833 kg dan daging Babi sebesar 0 Kg.

    Produksi daging unggas pada tahun 2010 untuk Ayam Buras mencapai 4.176 Kg,

    daging Ayam Potong mencapai 0 Kg, daging Ayam Petelur mencapai 0 Kg, dan

    daging Itik mencapai 0 Kg. Sedangkan produksi telur ayam buras mencapai 36.141

    Kg, telur ayam petelur 0 Kg, dan telur itik mencapai 3.441 Kg.

  • 7/25/2019 pdrb 2011 kecamatan muara muntai.pdf

    33/46

    24

    d) Perikanan

    Berdasarkan sistem usahanya sub sektor perikanan dibedakan menjadi dua yaitu

    perikanan tangkap (nelayan) dan perikanan budidaya, sedangkan berdasarkan lokasi

    usaha perikanan tangkap terbagi menjadi penangkapan di perairan laut dan perairan

    umum (sungai, danau) sementara perikanan budidaya terbagi menjadi budidaya di

    tambak, kolam dan karamba.

    Data dari Dinas Perikanan Kabupaten Kutai Kartanegara menunjukkan bahwa

    nilai produksi perikanan di Muara Muntai pada tahun 2010 mencapai 263,70 milyar

    rupiah, dengan produksi ikan sekitar 14.063,70 ton dan diusahakan oleh sekitar 3.786

    rumah tangga. Produksi ikan dari hasil penangkapan sekitar 8.460,10 ton yang

    bernilai sekitar 145,72 milyar rupiah dan hasil budidaya sekitar 5.603,60 ton yang

    bernilai sekitar 117,98 milyar rupiah.

    B.3. Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Muara Muntai

    Laju pertumbuhan ekonomi (LPE) di Kabupaten Kutai Kartanegara pada tahun

    2010 mencapai 3,88 persen atau menguat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya

    sebesar 2,08 persen. Sedangkan pertumbuhan perekonomian tahun 2010 di masing-

    masing kecamatan mempunyai pertumbuhan dengan kisaran 0,00 persen sampai 17,60

    persen. Pengaruh adanya fluktuasi BBM, krisis global dan turunnya produksi subsektor

    kehutanan menjadikan LPE di tiap kecamatan cukup beragam. Kecamatan Muara Muntai

    mengalami percepatan LPE selama tiga tahun terakhir yaitu 3,48 persen di tahun 2008

    menguat menjadi 3,95 persen di tahun 2009 dan sebesar 7,03 persen di tahun 2010.

    Terjadinya percepatan LPE ini terutama disebabkan meningkatnya produksi pertanian

    dalam arti luas dan pertambangan batubara di Muara Muntai.

    Pada Tabel 4.5 dapat dilihat Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) di masing-masing

    kecamatan dengan Migas. Lima besar kecamatan yang laju pertumbuhan ekonominya

    paling tinggi tahun 2010 adalah Kecamatan Sebulu (17,60%); Kecamatan Tenggarong

    Seberang (16,17%); Kecamatan Loa Kulu (15,10%); Kecamatan Loa Janan (14,80%) dan

    Kecamatan Tenggarong (12,46%). Adapun kecamatan-kecamatan yang laju pertumbuhan

    paling rendah antara lain: Kecamatan Marangkayu (0,00%); Kecamatan Muara Badak

    (0,17%); Kecamatan Muara Jawa (1,42%); Kecamatan Anggana (1,49%) dan Kecamatan

    Samboja (1,73%).

  • 7/25/2019 pdrb 2011 kecamatan muara muntai.pdf

    34/46

    25

    TABEL 4.5 LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI (LPE) DENGAN MIGAS KECAMATAN-KECAMATAN DI

    KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2008-2010 (PERSEN)

    No Kecamatan 2008r) 2009

    r) 2010

    **)

    1 Samboja 4,91 0,89 1,73

    2 Muara Jawa 4,35 0,72 1,42

    3 Sanga-Sanga 5,00 2,73 5,05

    4 Loa Janan 6,03 8,49 14,80

    5 Loa Kulu 6,74 8,30 15,10

    6 Muara Muntai 3,48 3,95 7,03

    7 Muara Wis -0,16 1,99 3,17

    8 Kota Bangun 5,48 5,93 11,08

    9 Tenggarong 10,17 7,91 12,46

    10 Sebulu 4,25 9,39 17,60

    11 Tgr. Seberang 6,89 9,12 16,17

    12 Anggana 4,88 0,86 1,49

    13 Muara Badak 4,13 0,05 0,17

    14 Marang kayu 3,98 -0,04 0,00

    15 Muara Kaman -0,43 0,55 4,52

    16 Kenohan -2,84 0,93 2,22

    17 Kembang Janggut 4,22 4,50 5,42

    18 Tabang -5,37 -1,50 1,52

    Kutai Kartanegara 4,67 2,08 3,88

    Catatan: r) Angka Perbaikan **) Angka Sementara

    Sumber : BPS Kabupaten Kutai Kartanegara

    B.4. PDRB Per Kapita Kecamatan Muara Muntai

    PDRB per kapita merupakan rata-rata nilai tambah bruto yang dihasilkan oleh

    setiap penduduk di suatu wilayah pada satu satuan waktu. Indikator PDRB per kapita ini

    sering digunakan untuk menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat suatu wilayah

    walaupun sebenarnya masih kurang tepat. Semakin besar PDRB per kapita, secara kasar

    menunjukkan semakin tingginya tingkat kemakmuran penduduk pada wilayah tersebut,

    sebaliknya semakin rendah PDRB per kapita berarti kemakmuran penduduknya semakin

    rendah.

  • 7/25/2019 pdrb 2011 kecamatan muara muntai.pdf

    35/46

    26

    TABEL 4.6 PERBANDINGAN PDRB PER KAPITA ADH BERLAKU DAN KONSTAN KECAMATAN-

    KECAMATAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2009 DAN 2010 (RUPIAH)

    Kecamatan

    Berlaku Konstan

    2009r) 2010

    **)

    Perubahan(%)

    2009r) 2010

    **)

    Perubahan(%)

    [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7]

    Samboja 133.319.046 134.694.445 1,03 42.491.768 41.422.646 -2,52

    Muara Jawa 411.053.407 413.039.439 0,48 124.640.641 120.011.255 -3,71

    Sanga-Sanga 253.424.823 272.769.437 7,63 73.331.697 73.766.307 0,59

    Loa Janan 47.323.773 58.963.496 24,60 13.733.858 15.228.237 10,88

    Loa Kulu 56.527.000 70.808.104 25,26 16.289.256 18.112.082 11,19

    Muara Muntai 32.249.920 36.568.515 13,39 13.223.594 13.923.147 5,29

    Muara Wis 37.246.654 40.766.951 9,45 14.482.443 14.616.695 0,93

    Kota Bangun 51.108.573 61.673.518 20,67 17.902.102 19.406.620 8,40

    Tenggarong 49.475.089 58.476.640 18,19 17.782.437 19.088.699 7,35

    Sebulu 103.478.533 134.471.891 29,95 26.802.659 30.818.586 14,98

    Tgr. Seberang 61.819.184 77.520.222 25,40 17.646.699 19.659.772 11,41

    Anggana 330.423.916 328.577.080 -0,56 104.812.339 100.505.811 -4,11

    Muara Badak 400.152.910 397.997.767 -0,54 122.780.118 118.140.960 -3,78

    Marang kayu 788.093.215 800.467.268 1,57 240.625.317 236.406.457 -1,75

    Muara Kaman 18.623.502 20.681.909 11,05 7.352.086 7.491.886 1,90

    Kenohan 41.688.069 46.051.991 10,47 16.994.587 17.311.982 1,87

    Kb. Janggut 56.688.945 58.010.608 2,33 25.626.389 24.977.408 -2,53Tabang 44.352.086 48.075.962 8,40 19.890.262 20.026.452 0,68

    Kukar 148.948.997 157.685.147 5,87 46.413.847 46.409.811 -0,01

    Catatan: r) Angka Perbaikan **) Angka Sementara

    Sumber : BPS Kabupaten Kutai Kartanegara

    Secara makro, PDRB per kapita atas dasar harga berlaku di Kabupaten Kutai

    Kartanegara mengalami peningkatan sebesar 5,87 persen yaitu dari Rp. 148.948.997 di

    Tahun 2009 menjadi Rp. 157.685.147 pada tahun 2010, sedangkan PDRB per kapita atas

    dasar harga konstan mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) sebesar -0,01 persenyaitu dari Rp. 46.413.847 tahun 2009 menjadi Rp. 46.409.811 pada tahun 2010. Dari

    tabel 4.6 diperlihatkan perkembangan PDRB per kapita di tiap Kecamatan pada tahun

    2009 dan 2010, dengan demikian akan tergambarkan perbandingan kesejahteraan

    masyarakat antar Kecamatan.

    PDRB per kapita atas dasar harga berlaku di Kecamatan Muara Muntai

    mengalami kenaikan sebesar 13,39 persen yaitu dari Rp. 32.249.920 di Tahun 2009

    menjadi Rp. 36.568.515 pada tahun 2010, sedangkan PDRB per kapita atas dasar harga

  • 7/25/2019 pdrb 2011 kecamatan muara muntai.pdf

    36/46

    27

    konstan mengalami kenaikan sebesar 5,29 persen yaitu dari Rp. 13.223.594 tahun 2009

    menjadi Rp. 13.923.147 pada tahun 2010.

    Tujuh besar kecamatan yang memiliki PDRB per kapita atas dasar harga berlaku

    paling tinggi di tahun 2010 adalah kecamatan-kecamatan penghasil tambang migas dan

    atau batu bara seperti Kecamatan Samboja, Kecamatan Anggana, Kecamatan Sanga

    Sanga, Kecamatan Marangkayu, Kecamatan Muara Badak, Kecamatan Muara Jawa dan

    Kecamatan Sebulu dengan rata-rata pendapatan perkapita diatas 100 juta per tahun.

    Besarnya nilai perkapita ini sangat berkaitan erat dengan nilai tambah di sektor

    pertambangan migas dan atau batubara di kecamatan-kecamatan tersebut, dengan

    demikian menjadikan PDRB per kapitanya menjadi tinggi. Sedangkan lima kecamatan

    yang mempunyai pendapatan perkapita terendah adalah kecamatan-kecamatan yang

    PDRB-nya sangat bergantung dari hasil hutan yaitu Kecamatan Tabang, Kecamatan

    Kenohan, Kecamatan Muara Kaman, Kecamatan Muara Wis dan Kecamatan Muara

    Muntai.

    PDRB per kapita di atas masih belum menggambarkan secara riil kenaikan daya

    beli masyarakat di Kecamatan tersebut secara umum. Hal ini disebabkan pada PDRB per

    kapita, yang dihitung berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku, masih terkandung

    faktor inflasi yang sangat besar terhadap daya beli masyarakat. Hal ini bisa diamati dari

    PDRB perkapita atas dasar harga konstan. Nilai PDRB per kapita ini sangat tergantung

    terhadap jumlah penduduk di wilayah tersebut. Jika dua kecamatan mempunyai nilai

    PDRB tidak jauh berbeda namun jumlah penduduknya ada perbedaan yang cukup jauhmaka akan menghasilkan nilai per kapita yang berbeda. Untuk itu perlu diamati antara

    nilai perkapita dengan jumlah penduduk dimana dilakukan pengelompokan berdasarkan

    kriteria tinggi rendah sedang untuk nilai PDRB maupun jumlah penduduk. Hal ini dapat

    diamati pada Grafik 4.3.

    Dari hasil pengelompokan PDRB per Kapita tahun 2010 yang terbagi menjadi tiga

    kelompok yaitu kecamatan yang memiliki kategori PDRB per kapita tinggi di atas 100 juta

    per tahun, kategori sedang antara 50 juta sampai dengan 100 juta per tahun dan kategori

    rendah di bawah 50 juta per tahun. Kecamatan dengan kategori tinggi yaitu Kecamatan

    Samboja, Kecamatan Sanga-Sanga, Kecamatan Anggana, Kecamatan Muara Badak,

    Kecamatan Muara Jawa, Kecamatan Marangkayu dan Kecamatan Sebulu. Sedangkan

    yang berkategori rendah adalah: Kecamatan Muara Kaman, Kecamatan Muara Muntai,

    Kecamatan Kenohan, Kecamatan Tabang dan Kecamatan Muara Wis. Adapun

    sisanyanya adalah kecamatan-kecamatan yang berkategori sedang.

  • 7/25/2019 pdrb 2011 kecamatan muara muntai.pdf

    37/46

    28

    GAMBAR 4.3. KLASIFIKASI PENDUDUK DAN PDRB PER KAPITA MENURUT KECAMATAN DIKABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2010

    Pengelompokan jumlah penduduk juga terbagi menjadi tiga kelompok yaitu

    kecamatan kategori tinggi jika jumlah penduduknya di atas 35 ribu jiwa, kategori sedang

    antara 20 ribu jiwa sampai dengan 35 ribu jiwa dan kategori rendah dengan jumlah

    penduduk di bawah 20 ribu jiwa. Jika dikaitkan antara PDRB per Kapita dengan jumlah

    penduduk di wilayah tersebut maka untuk kecamatan yang mempunyai jumlah penduduk

    tinggi dan berada pada posisi perkapita tinggi adalah Kecamatan Samboja, Kecamatan

    Muara Badak, dan Kecamatan Sebulu. Sedangkan pada posisi PDRB perkapita rendah

    dan jumlah penduduk rendah adalah Kecamatan Kenohan, Kecamatan Muara Wis,

    Kecamatan Tabang dan Kecamatan Muara Muntai. Kecamatan yang memiliki jumlah

    penduduk rendah dan PDRB perkapita tinggi adalah Kecamatan Sanga Sanga.

    Adapun kecamatan yang memiliki jumlah penduduk tinggi dengan PDRB perkapita

    sedang adalah Kecamatan Tenggarong, Kecamatan Tenggarong Seberang,

    Kecamatan Loa Kulu dan Kecamatan Loa Janan. Sedangkan Kecamatan Muara

    Jawa, Kecamatan Anggana, dan Kecamatan Marangkayu masuk ke kategori

    kecamatan dengan jumlah penduduk sedang dengan PDRB per kapita tinggi. Adapun

    Kecamatan Muara Kaman merupakan kecamatan yang memiliki jumlah penduduk

  • 7/25/2019 pdrb 2011 kecamatan muara muntai.pdf

    38/46

    29

    sedang dan PDRB per kapita rendah. Adapun Kecamatan Kota Bangun dan

    Kecamatan Kembang Janggut masuk ke dalam kategori wilayah yang mempunyai

    jumlah penduduk sedang dan PDRB per kapita juga sedang.

    B.5. Perbandingan Laju Pertumbuhan Ekonomi(LPE) dan PDRB per Kapita

    Perbandingan posisi suatu kecamatan terhadap Kabupaten Kutai Kartanegara

    dapat digunakan untuk melihat tingkat kinerja pembangunan masing-masing daerah

    dilihat dari aspek ekonomi. Disamping itu, dengan mengetahui posisi suatu kecamatan

    maka dapat melihat keterbandingkan antara kecamatan satu dengan kecamatan lainnya.

    Dengan demikian diharapkan suatu kecamatan dapat mengevaluasi serta menggali

    potensi SDA dan SDM yang dimiliki agar dapat memacu pertumbuhan ekonomi sampai

    pada tingkat optimum. Grafik 4.4 menggambarkan nilai antara laju pertumbuhan ekonomi

    (LPE) dengan PDRB per kapita yang diterima penduduk di masing-masing kecamatan.

    Untuk memudahkan dalam melihat posisi kecamatan terhadap Kabupaten Kutai

    Kartanegara, maka disajikan dalam bentuk tabel kuadran yang merupakan plot LPE dan

    PDRB Perkapita. Grafik tersebut terdiri dari 4 kuadran dan setiap kuadran dipisahkan oleh

    Garis vertikal yang merupakan angka LPE Kabupaten Kutai Kartanegara dan Garis

    Horisontal yang merupakan besarnya PDRB per kapita Kabupaten Kutai Kartanegara.

    Dengan demikian interpreatasi kecamatan yang memiliki LPE di sisi kanan LPE

    Kabupaten maka nilai LPE kecamatan tersebut lebih tinggi dan sebaliknya jika kecamatan

    yang memiliki LPE di sisi kiri maka LPE Kecamatan tersebut lebih rendah dari LPE

    Kabupaten. Hal yang sama untuk garis horisontal dimana kecamatan yang memiliki

    PDRB perkapita lebih tinggi dari PDRB Kabupaten maka kecamatan tersebut berada di

    atas garis horisontal dan sebaliknya kecamatan yang memiliki PDRB per kapita di bawah

    PDRB per kapita Kabupaten maka kecamatan tersebut berada di bawah garis horisontal.

    Dengan demikian maka akan terbagi menjadi empat kuadran yaitu memiliki

    pengertian dari masing-masing kuadran adalah: Kuadran I mengandung arti bahwa

    kecamatan yang berada di daerah ini memiliki LPE yang lebih tinggi dan PDRB per kapita

    yang lebih besar dari Kabupaten. Kondisi ini dapat diartikan bahwa masyarakat di

    kecamatan ini relatif paling sejahtera dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lain

    yang berada di kuadran lainnya. Kuadran II menunjukkan bahwa kecamatan tersebut

    mempunyai PDRB per kapita lebih tinggi dari PDRB per kapita kabupaten namun LPE-

    nya lebih rendah dari LPE Kabupaten. Masyarakat kecamatan yang berada di kudran ini

    masih dapat dikatakan relatif lebih sejahtera meskipun pertumbuhannya masih rendah.

    Adapun Kuadran IIImenunjukkan bahwa kecamatan tersebut baik nilai LPE dan PDRB

    perkapita berada dibawah Kabupaten dan Kuadran IV menunjukkan bahwa kecamatan

  • 7/25/2019 pdrb 2011 kecamatan muara muntai.pdf

    39/46

    30

    tersebut nilai LPE di atas Kabupaten namun PDRB perkapita di bawah PDRB per kapita

    Kabupaten.

    GAMBAR 4.4. PLOT LPE DAN PDRB PER KAPITA KECAMATAN-KECAMATAN DI KABUPATENKUTAI KARTANEGARA TAHUN 2010

    Dari Grafik 4.4 yang merupakan hasil plot antara LPE dan PDRB per kapita

    kecamatan-kecamatan di Kabupaten Kutai Kartanegara diperoleh pengelompokan

    kecamatan-kecamatan di tiap-tiap kuadran. Posisi pada Kuadran I merupakan posisi

    yang ideal dimana menggambarkan kinerja perekonomian dan kemakmuran masyarakat

    di tiap kecamatan yang bersangkutan relatif lebih makmur dibandingkan kecamatan

    lainnya. Hanya satu kecamatan yang berada pada kuadran ini pada tahun 2010 yaitu

    Kecamatan Sanga Sanga.Kecamatan yang berada di posisi Kuadran IImenggambarkan

    bahwa tingkat kemakmuran sudah di atas rata-rata namun kinerja perekonomian di tahun

    2010 agak rendah. Kecamatan tersebut adalah Kecamatan Muara Badak, Kecamatan

    Anggana, Kecamatan Muara Jawa, danKecamatan Marangkayu.

    Kondisi yang sebaliknya untuk kecamatan-kecamatan yang berada pada posisi

    Kuadran IIIyang menggambarkan tingkat kemakmuran dan kinerja perekonomian yang

    lebih rendah dari rata-rata kecamatan. Wilayah yang berada pada posisi ini adalah

    Kecamatan Samboja, Kecamatan Tabang, Kecamatan Kenohan, danKecamatan Muara

    Wis.

    LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI (PERSEN)

    PDRB

    PER

    KAPITA(

    JUTAR

    UPIAH)

    20151050

    900

    800

    700

    600

    500

    400

    300

    200

    100

    0

    KUKAR (3,88 PERSEN)

    KUKAR

    (Rp.

    15

    7,7

    JUTA)

    Tabang Kembang JanggutKenohan

    Muara Kaman

    Marang kayu

    Muara Badak

    Anggana

    Tgr. Seberang

    Sebulu

    Tenggarong

    Kota BangunMuara Wis

    Muara Muntai

    Loa KuluLoa Janan

    Sanga-Sanga

    Muara Jawa

    Samboja

    IVIII

    II I

  • 7/25/2019 pdrb 2011 kecamatan muara muntai.pdf

    40/46

    31

    Adapun kecamatan yang berada pada posisi kuadran IV menggambarkan bahwa

    kinerja perekonomian sudah relatif bagus namun tingkat kemakmuran masih di bawah

    rata-rata. Kecamatan tersebut adalah: Kecamatan Muara Muntai, Kecamatan Muara

    Kaman, Kecamatan Kembang Janggut, Kecamatan Sebulu, Kecamatan Kota Bangun,

    Kecamatan Loa Janan, Kecamatan Tenggarong Seberang, Kecamatan Loa Kulu, dan

    Kecamatan Tenggarong.

  • 7/25/2019 pdrb 2011 kecamatan muara muntai.pdf

    41/46

    32

    Lampiran 1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kecamatan Muara

    Muntai Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha

    Tahun 2000 - 2010 (Juta Rupiah)

    Lampiran 2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kecamatan Muara

    Muntai Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan

    Usaha Tahun 2000 - 2010 (Juta Rupiah)

    Lampiran 3. Distribusi Persentase PDRB Dengan Migas Kecamatan Muara

    Muntai Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha

    Tahun 2000 - 2010 (Persen)

    Lampiran 4. Pertumbuhan PDRB Kecamatan Muara Muntai Atas Dasar

    Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2000 -

    2010 (Persen)

    LAMPIRAN

  • 7/25/2019 pdrb 2011 kecamatan muara muntai.pdf

    42/46

    33

    Lampiran 1. Produk Domestik Regional Bruto PDRB) Kecamatan Muara Muntai Atas Dasar

    Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2000 - 2010 Juta Rupiah)

    LAPANGAN USAHA 2000 2007 2008r) 2009

    r) 2010

    **)

    [1] [2] [3] [4] [5] [6]

    1. PERTANIAN, PETERNAKAN,KEHUTANAN DAN PERIKANAN

    111.252 244.594 285.100 322.489 371.366

    a. Tanaman Bahan Makanan 5.342 13.678 16.811 22.420 34.648

    b. Tanaman Perkebunan 10 33 46 54 59

    c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 1.508 5.589 7.063 7.816 8.601

    d. Kehutanan 82.792 132.071 128.089 130.141 136.392

    e. Perikanan 21.600 93.223 133.090 162.059 191.666

    2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 247 999 1.383 1.558 1.866

    a. Pertambangan Minyak dan Gas Bumi - - - - -

    b. Pertambangan Non Migas 14 139 226 274 377

    c. Penggalian 233 861 1.157 1.284 1.488

    3. INDUSTRI PENGOLAHAN 7.427 16.316 18.150 19.081 21.003

    a. Industri Migas - - - - -

    b. Industri Tanpa Migas 7.427 16.316 18.150 19.081 21.003

    4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 173 507 574 654 709

    a. Listrik 117 327 364 419 455

    b. Gas - - - - -

    c. Air Bersih 56 180 210 235 254

    5. BANGUNAN 8.675 36.442 44.098 48.692 53.729

    6. PERDAGANGAN, HOTEL DANRESTORAN

    22.881 72.339 79.985 94.031 113.411

    a. Perdagangan Besar dan Eceran 22.595 71.309 78.715 92.617 111.771

    b. Hotel 20 39 46 48 54c. Restoran 266 992 1.224 1.366 1.587

    7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 8.308 21.224 23.041 24.615 27.196

    a. Pengangkutan 8.203 20.937 22.726 24.243 26.763

    b. Komunikasi 104 287 315 372 433

    8. KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASAPERUSAHAAN

    1.560 2.595 3.091 3.390 3.802

    a. Bank 387 426 730 844 1.023

    b. Lembaga Keuangan Tanpa Bank 59 140 148 158 173

    c. Sewa Bangunan 1.088 1.961 2.135 2.298 2.504

    d. Jasa Perusahaan 26 69 78 89 102

    9. JASA-JASA 5.108 15.829 27.646 34.834 40.101

    a. Pemerintahan Umum 4.804 15.021 26.724 33.832 38.985

    b. Swasta 304 808 922 1.002 1.116

    P D R B DENGAN MIGAS 165.630 410.847 483.068 549.345 633.184

    P D R B TANPA MIGAS 165.630 410.847 483.068 549.345 633.184

    Keterangan : r) = Angka Revisi **) = Angka Sangat Sementara

  • 7/25/2019 pdrb 2011 kecamatan muara muntai.pdf

    43/46

    34

    Lampiran 2. Produk Domestik Regional Bruto PDRB) Kecamatan Muara Muntai Atas Dasar

    Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2000 - 2010 Juta Rupiah)

    LAPANGAN USAHA 2000 2007 2008r) 2009

    r) 2010

    **)

    [1] [2] [3] [4] [5] [6]

    1. PERTANIAN, PETERNAKAN,KEHUTANAN DAN PERIKANAN

    111.252 112.814 110.997 114.239 119.917

    a. Tanaman Bahan Makanan 5.342 7.124 7.338 8.896 12.336

    b. Tanaman Perkebunan 10 9 10 11 12

    c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 1.508 4.976 5.632 5.867 6.224

    d. Kehutanan 82.792 70.425 61.910 58.491 56.528

    e. Perikanan 21.600 30.281 36.107 40.974 44.816

    2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 247 485 563 609 684

    a. Pertambangan Minyak dan Gas Bumi - - - - -

    b. Pertambangan Non Migas 14 48 52 59 73

    c. Penggalian 233 437 511 550 611

    3. INDUSTRI PENGOLAHAN 7.427 10.560 10.731 11.114 11.675

    a. Industri Migas - - - - -

    b. Industri Tanpa Migas 7.427 10.560 10.731 11.114 11.675

    4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 173 305 334 369 390

    a. Listrik 117 202 221 246 260

    b. Gas - - - - -

    c. Air Bersih 56 103 112 122 129

    5. BANGUNAN 8.675 17.878 20.555 21.940 23.598

    6. PERDAGANGAN, HOTEL DANRESTORAN

    22.881 43.536 47.437 49.763 55.553

    a. Perdagangan Besar dan Eceran 22.595 42.949 46.802 49.105 54.829

    b. Hotel 20 26 27 27 29c. Restoran 266 561 608 631 695

    7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 8.308 13.436 14.356 14.762 15.870

    a. Pengangkutan 8.203 13.258 14.161 14.532 15.616

    b. Komunikasi 104 178 195 230 254

    8. KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASAPERUSAHAAN

    1.560 1.733 1.913 2.019 2.156

    a. Bank 387 269 397 443 490

    b. Lembaga Keuangan Tanpa Bank 59 89 92 97 103

    c. Sewa Bangunan 1.088 1.337 1.382 1.432 1.512

    d. Jasa Perusahaan 26 38 42 47 51

    9. JASA-JASA 5.108 8.669 9.816 10.435 11.237

    a. Pemerintahan Umum 4.804 8.185 9.273 9.852 10.604

    b. Swasta 304 484 543 584 633

    P D R B DENGAN MIGAS 165.630 209.415 216.701 225.251 241.079

    P D R B TANPA MIGAS 165.630 209.415 216.701 225.251 241.079

    Keterangan : r) = Angka Revisi **) = Angka Sangat Sementara

  • 7/25/2019 pdrb 2011 kecamatan muara muntai.pdf

    44/46

    35

    Lampiran 3. Distribusi Persentase PDRB Kecamatan Muara Muntai Atas Dasar Harga Berlaku

    Menurut Lapangan Usaha Tahun 2000 - 2010 Persen)

    LAPANGAN USAHA 2000 2007 2008r) 2009

    r) 2010

    **)

    [1] [2] [3] [4] [5] [6]

    1. PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN DANPERIKANAN

    67,17 59,53 59,02 58,70 58,65

    a. Tanaman Bahan Makanan 3,23 3,33 3,48 4,08 5,47

    b. Tanaman Perkebunan 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01

    c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 0,91 1,36 1,46 1,42 1,36

    d. Kehutanan 49,99 32,15 26,52 23,69 21,54

    e. Perikanan 13,04 22,69 27,55 29,50 30,27

    2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 0,15 0,24 0,29 0,28 0,29

    a. Pertambangan Minyak dan Gas Bumi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

    b. Pertambangan Non Migas 0,01 0,03 0,05 0,05 0,06

    c. Penggalian 0,14 0,21 0,24 0,23 0,24

    3. INDUSTRI PENGOLAHAN 4,48 3,97 3,76 3,47 3,32

    a. Industri Migas - 0,00 0,00 0,00 0,00

    b. Industri Tanpa Migas 4,48 3,97 3,76 3,47 3,32

    4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 0,10 0,12 0,12 0,12 0,11

    a. Listrik 0,07 0,08 0,08 0,08 0,07

    b. Gas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

    c. Air Be