PANDUAN - pnpmacehsingkil.files.wordpress.com Penjelasan tentang Pengamanan Sosial dan Lingkungan...
Transcript of PANDUAN - pnpmacehsingkil.files.wordpress.com Penjelasan tentang Pengamanan Sosial dan Lingkungan...
KEMENTERIAN DALAM NEGERIREPUBLIK INDONESIA
PANDUANPENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN HIDUPDALAM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN
DIREKTORAT JENDERAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA
2013
0
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
PANDUAN
PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN HIDUP DALAMPROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN
(Revisi PanduanTahun 2011)
DIREKTORAT JENDERAL
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA
2013
1
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang(3)
1.2. Tujuan Kebijakan Pengamanan Sosial dan Lingkungan Hidup(4)
1.3. Maksud dan Tujuan Panduan (6)
BAB2 DEFINISI, RUANG LINGKUP DAN PENGALAMAN PROYEK DALAM
MENERAPKAN PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN HIDUP
2.1 Pengertian / Definisi Pengamanan Sosial dan Lingkungan Hidup(7)
2.2 Penjelasan tentang Pengamanan Sosial dan Lingkungan Hidup Pengamanan Sosial(9) Kajian Lingkungan Hidup(12)
BAB3 PENERAPAN PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN HIDUP
DALAM PNPM MPd
3.1 Apakah yang dimaksud dengan penerapan pengamanan sosial dan
lingkungan hidup dalam PNPM MPd ?(18)
Penerapan Pengamanan Lingkungan Hidup Pengertian tentang jenis prasarana yang dibangun oleh
masyarakat(21) Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam desain dan konstruksi
infrastruktur yang berkaitan dengan dampak lingkungan(24) Hal-hal yang perlu diperhatikan pascakonstruksi(27) Hal-hal yang perlu diperhatikan pascabencana alam(30) Penerapan Daftar Larangan(31) Hal yang dianjurkan dilakukan dalam membuat proposal
penghijauan atau perbaikan lingkungan hidup, seperti penghijauan bantaran sungai dan lain-lain(31)
Pada tahapan mana pengamanan lingkungan perlu disosialisasikan dan di perhatikan(32)
Penerapan Pengamanan Sosial Hibah Tanah Individu dan Alih Fungsi Tanah Desa(33) Penguatan MA&KAT(42)
3.2 Siapa pelaku penerapan pengamanan sosial dan lingkungan hidup
dalam PNPM MPd?(49)
3.3 Mengapa diperlukan penerapan pengamanan sosial dan lingkungan
hidup dalam PNPM MPd?(50)
3.4 Dimana penerapan pengamanan sosial dan lingkungan hidup tertanam
dalam PNPM MPd?(50)
3.5 Bagaimana penerapannya pada tahap persiapan dan sosialisasi?(51)
3.6 Bagaimana penerapannya pada tahap perencanaan?(51)
3.7 Bagaimana penerapannya pada tahap pelaksanaan?(54)
3.8 Bagaimana penerapannya pada tahap pelestarian?(55)
2
3.9 Bagaimana peran para pelaku PNPM MPd dalam penerapan
pengamanan sosial dan lingkungan hidup?(56)
3.10 Apa saja pelatihan yang mencakup pengamanan sosial dan
lingkungan hidup?(58)
3.11 Bagaimana supervisi penerapan pengamanan sosial dan lingkungan
hidup dalam PNPM MPd?(60)
3.12 Bagaimana dokumentasi dan pelaporan pengamanan sosial dan
lingkungan hidup?(61)
3.13 Bagaimana pengaduan dan penanganan masalah pengamanan sosial
dan lingkungan hidup?(61)
LAMPIRAN:
Lampiran1:Perencanaan Penanganan MA&KAT (PPM)/IndigenousPeople Plan (IPP)
(64)
Lampiran 2: Ceklis Supervisi(65)
Lampiran 3: Formulir terkait Kebijakan Safeguard: 3.1. Formulir 5 : Usulan Kegiatan(66) 3.2. Formulir 6 : Berita Acara Kesanggupan(69) 3.3. Formulir 9 : Rekapitulasi Pengadaan Lahan dan Aset(71) 3.4. Formulir 9a : Daftar Rincian Pengadaan Lahan dan Aset(74) 3.5. Formulir 10 : CeklisPemeriksaanKelengkapanDokumenUsulan(77) 3.6. Formulir 11 : Verifikasi Usulan(78) 3.7. Formulir 12.d: Verifikasi Usulan Prasarana(80) 3.8. Formulir 22 : PenangananDampakNegatif terhadapLingkungan(81) 3.9. Formulir 25 : Pemeriksaan Dokumen Desain dan RAB(82) 3.10.Formulir 25.A : Lembar Catatan Pemeriksaan(83) 3.11Formulir 29 : Surat Perjanjian Pemberian Bantuan(87)
3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kebijakan “safeguards” atau “pengamanan” sosial dan lingkungan hidup merupakan
suatu upaya dari proyek PNPM Mandiri Perdesaan (untuk seterusnya akan disebut
sebagai “proyek” dalam panduan ini) dalam melakukan pencegahan, pengelolaan,
dan penanganan risiko terjadinya potensi dampak yang mungkin terjadi sebagai
akibat adanya kegiatan yang didanai oleh proyek. Kebijakan perlindungan tidak
hanya dimaksudkan untuk menghindarkan dampak sosial dan lingkungan hidup
yang merugikan sebagai akibat adanya suatu kegiatan yang didanai oleh proyek,
namun juga untuk meminimalkan risiko dampak negatif tersebut. Jika dampak-
dampak negatif tidak dapat dihindarkan, proyek harus merencanakan dan
melaksanakan langkah-langkah penanggulangan, perbaikan, dan kompensasi
apabila diperlukan.
Proyek mengadopsi kebijakan-kebijakan pengamanan yang mencakup kebijakan
tentang Kajian Lingkungan Hidup (Environmental Assessment), dan Kebijakan
Masyarakat Adat dan Komunitas Adat Terpencil (MA&KAT atau Indigenous
Peoples)1. Penerapan kedua kebijakan pengamanan ini harus disesuaikan dengan
karakteristik setiap kegiatan, khususnya dalam hal jenis dan besaran potensi
dampak lingkungan serta pengaruh yang ditimbulkan atau keterlibatan MA&KAT
dalam kegiatan yang didanai proyek. Proyek melakukan penapisan dan identifikasi
potensi dampak serta menetapkan langkah-langkah penanganan dampak negatif
yang tidak dapat dihindarkan oleh setiap kegiatan, melaksanakan langkah-langkah
penanggulangan dampak negatif tersebut, serta memantau dan mengawasi
pelaksanaan langkah-langkah penanggulangan tersebut. Proyek juga
mendokumentasikan dan mengungkapkan kepada publik seluruh kegiatan ini dalam
rangkaian proses siklus proyek atau kegiatan yang didanai proyek, baik di tingkat
masyarakat maupun di tingkat pengelola proyek.
1Dua Kebijakan Perlindungan ini adalah bagian dari 10 Kebijakan Perlindungan Lingkungan dan
Sosial Bank Dunia.
4
Sebagai suatu program dengan skala nasional yang yang meliputi 5.146 Kecamatan
dan 65.490 Desa, jika tidak dikelola dengan benar, proyek berpotensi menimbulkan
dampak yang semakin besar untuk terjadinya isu-isu sosial maupun lingkungan
hidup yang merugikan bagi masyarakat maupun suatu wilayah. Mengingat proyek
merupakan bagian dari program nasional dengan siklus pelaksanaan, desain serta
komponen yang sama serta berulang, maka penyempurnaan untuk menghindari,
meminimalkan, dan mengelola serta menangani dampak sosial dan lingkungan
hidup secara terus menerus akan dilakukan berdasarkan pengalaman implementasi
program sebelumnya.
Dalam pelaksanaan program yang telah berlangsung selama sepuluh tahun terakhir,
hampir seluruh tanah, lahan atau aset yang diperlukan oleh kegiatan-kegiatan yang
didanai proyek PPK (pendahulu PNPM PMd sebelum menjadi program nasional)
dan PNPM MPd merupakan kontribusi/hibah dari masyarakat penerima manfaat
kegiatan tersebut. Sebagian kegiatan menggunakan tanah, lahan atau aset milik
desa atau Pemerintah. Kontribusi dilakukan secara sukarela melalui proses
partisipasi dan musyawarah warga. Walaupun masih perlu terus disempurnakan,
seperti halnya juga kegiatan-kegiatan yang terkait dengan pengelolaan lingkungan
hidup, proses dan kontribusi tanah, lahan atau aset oleh warga penerima manfaat
sebagian besar telah didokumentasikan di tingkat masyarakat.
1.2 TUJUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN HIDUP
Proyek mengadopsi Kebijakan Pengamanan Sosial dan Lingkungan Hidup dengan
tujuan sebagai berikut;
a) Melindungi kesehatan manusia;
b) Mencegah kerusakan lingkungan ataupun dampak kumulatifnya sebagai
akibat adanya kegiatan;
c) Menghindari konflik sesama anggota masyarakat dan memperkuat
keterikatan sosial masyarakat;
d) Memastikan bahwa desain setiap kegiatan menjamin MA&KAT memperoleh
manfaat sosial dan ekonomi yang sesuai dengan nilai-nilai budaya, yang
memasukkan gender serta nilai-nilai dan kepentingan antar generasi;
5
e) Memastikan bahwa setiap kegiatan mendapatkan dukungan dari komunitas
MA&KAT melalui konsultasi yang bebas dan terbuka sebelum kegiatan
dilaksanakan; dan
f) Memastikan bahwa tidak akan terjadi konflik atau ketidakpastian hukum baik
pada saat implementasi proyek ataupun setelah itu, yang diakibatkan adanya
kontribusi tanah yang digunakan oleh kegiatan. Karena itu, pada setiap siklus
proyek perlu dilakukan proses konsultasi yang transparan, partisipatif serta
dokumentasi yang benar, dan terbuka.
Untuk menjamin terlaksananya kebijakan sosial dan lingkungan hidup maka proyek
menetapkan Daftar Larangan (Negative List) sebagai berikut:
a) Pembiayaan untuk kegiatan yang berhubungan dengan militer atau angkatan
bersenjata, pembiayaan untuk kegiatan politik atau partai politik;
b) Pembangunan atau rehabilitasi kantor pemerintah atau rumah ibadah;
c) Pembelian gergaji mesin model rantai (chainsaw), senjata, bahan peledak,
asbes, dan bahan-bahan lain yang merusak lingkungan (pestisida, herbisida,
bahan-bahan terlarang, dsb);
d) Pembelian kapal ikan dengan tonase lebih dari 10 ton dan atau peralatannya;
e) Memberi gaji bagi pegawai negeri;
f) Kegiatan yang memperkerjakan anak-anak di bawah usia kerja (penjelasan
menurut UU Ketenagakerjaan 2003: di bawah 13 tahun belum boleh kerja,
13-15 tahun hanya boleh bekerja yang tidak berisiko dan pekerjaan paruh
waktu sehingga bisa tetap sekolah dan berkembang secara sosial anak
dengan normal);
g) Kegiatan yang berkaitan dengan produksi, penyimpanan, atau penjualan
barang yang mengandung tembakau;
h) Kegiatan yang berlangsung di kawasan lindung, kecuali ada izin tertulis dari
Kementerian yang berwenang atas lokasi dan kegiatan bersangkutan;
i) Kegiatan pertambangan atau ekstraksi dan penggunaan terumbu batu karang
atau koral (yang hidup maupun yang mati);
j) Kegiatan yang berkaitan dengan manajemen sumber air dari sungai yang
mengalir dari atau ke negara lain (khusus daerah perbatasan di Kalimantan
Utara, Papua dan Timor);
6
k) Kegiatan mengubah arus sungai;
l) Kegiatan berkaitan dengan reklamasi tanah lebih besar daripada 50 hektar;
m) Konstruksi bangunan irigasi baru lebih besar daripada 50 hektar sawah;
n) Kegiatan konstruksi bendungan atau penampungan air berkapasitas lebih
besar daripada 10.000 m3.
1.3 MAKSUD DAN TUJUAN PANDUAN
Panduan ini dimaksudkan untuk:
a) Memastikan adanya kesamaan pemahaman tentang Kebijakan Pengamanan
Sosial dan Lingkungan Hidup dan penerapannya bagi semua pelaku proyek;
b) Memberikan acuan kepada semua pelaku yang terlibat dari semua tingkatan,
baik konsultan, fasilitator, pemerintah dan masyarakat pelaku kegiatan yang
didanai proyek, dalam penerapan Kebijakan Pengamanan Sosial dan
Lingkungan Hidup sehingga tujuan-tujuan Kebijakan-Kebijakan ini seperti
yang diuraikan di atas dapat tercapai.
Panduan ini dirancang untuk digunakan oleh semua pelaku yang terlibat dalam
proyek, dengan lingkup tugas dan peran masing-masing dalam melaksanakan
Kebijakan Pengamanan Sosial dan Lingkungan pada setiap tahap siklus proyek.
Panduan ini dilengkapi dengan formulir baku untuk memudahkan setiap pelaku yang
terlibat dalam proyek, namun jika diperlukan dapat dilakukan modifikasi sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi di lapangan.
7
BAB 2
DEFINISI, RUANG LINGKUP DAN PENGALAMAN PROYEK DALAM MENERAPKANPENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN HIDUP
2.1 PENGERTIAN PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN HIDUP
PNPM Mandiri Perdesaan merupakan proyek yang memiliki dampak potensial tidak
signifikan yang sebagian besar dampaknya dapat dimitigasi melalui perencanaan
langkah-langkah penanggulangan dampak negatif yang sudah dipersiapkan. Adapun
kebijakan pengamanan sosial dan lingkungan hidup dalam PNPM Mandiri
Perdesaan adalah:
a. Masyarakat Adat dan Komunitas Adat Terpencil (MA&KAT) /
Indigenous Peoples
Merupakan kebijakan untuk: (i) Menjamin MA&KAT mendapat manfaat dari
suatu proyek dan (ii) Menghindari atau melakukan langkah-lakah
penanggulangan dampak negatif yang tidak dapat dihindarkan. Tindakan
penanganan khusus diperlukan jika proyek memberikan dampak negatif
kepada suku-suku asli, etnis minoritas tertentu atau kelompok lainnya yang
status sosial dan ekonominya menghambat kapasitasnya untuk
menyampaikan kepentingan dan hak-hak mereka atas tanah dan sumber
daya produktif lainnya.
b. Kajian Lingkungan Hidup / Environmental Assessment
Merupakan kebijakan untuk: (i) Mengevaluasi potensi risiko dan dampak
lingkungan suatu proyek pada wilayah dampaknya (cakupan, kedalaman,
serta jenis kajiannya bergantung pada sifat, skala, ukuran, serta potensi
dampak lingkungan dari proyek yang diusulkan itu); (ii) Mengkaji alternatif
desain proyek; (iii) Menentukan cara-cara menyempurnakan pemilihan,
penentuan lokasi, perencanaan, pembuatan rancang bangun, serta
pelaksanaan proyek melalui usaha-usaha pencegahan, pengurangan,
penanggulangan, ataupun kompensasi dampak lingkungan yang merugikan
dan meningkatkan dampak positif; dan (iv) Mencakup proses
penanggulangan dan pengelolaan dampak lingkungan yang merugikan ke
dalam implementasi proyek. Lebih diutamakan langkah-langkah pencegahan
8
daripada langkah-langkah penanggulangan ataupun pemulihan, bilamana
memungkinkan.
Pengamanan lingkungan dan sosial dalam PNPM Mandiri Perdesaan dilakukan
untuk mengamankan lingkungan sesuai UU lingkungan hidup dankaidah ilmu sipil,
serta mengamankan dampak sosial sesuai fokus PMD dalam pemberdayaan, UU
Hak Asasi Manusia, peraturan terkait pemindahan kepemilikan atau fungsi dari
tanah individu dan tanah desa.
Pengamanan Lingkungan meliputi:
Daftar Larangan (Negative List) yang tidak boleh dilakukan, dampak negatif yang
berskala besar yang dapat terjadi, dan dampak negatif yang kemungkinan terjadinya
besar.
Pengamanan Sosial meliputi:
Dampak terhadap proses hibah tanah atau alih fungsi tanah desa bagi
infrastruktur pedesaan yang dibangun.
Kesetaraan keuntungan dan pemberdayaan bagi MA&KAT.
Hal-Hal yang Coba Diamankan adalah:
Keberlanjutan infrastruktur agar tidak mengakibatkan dampak negatif atau
terkena dampak sehingga cepat rusak atau tidak berfungsi.
Keamanan lingkungan dan jiwa.
Penggunaan benda-benda yang buruk bagi kesehatan atau lingkungan.
Proses hibah tanah individu atau alih fungsi tanah desa yang tidak sesuai
persyaratan hukum di Indonesia, yang akibatnya dikemudian hari dapat
menyebabkan konflik dan menyulitkan desa atau individu yang terkait.
Hak-hak MA&KAT sesuai konstitusi yang diuraikan oleh Mahkamah Konstitusi
dan UU Hak Azasi manusia. Dimana masyarakat dan kelompok adat berhak
ikut menentukan pembangunan di daerah mereka dan tidak terugikan bahkan
ikut menikmati hasil pembangunan secara setara.
9
2.2 PENJELASAN TENTANG PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN HIDUP
Pengamanan Sosial
Kebijakan pengamanan sosial mendorong dilakukannya identifikasi, konsultasi dan
penyediaan mekanisme untuk menghadapi potensi dampak positif dan negatif yang
mungkin ditimbulkan sub-proyek atas Masyarakat Adat dan Komunitas Adat
Terpencil (MA&KAT). Panduan ini berisi prosedur untuk memastikan bahwa semua
kegiatan proyek dievaluasi dan potensi isu-isu komunitas adat terpencil diidentifikasi
dan ditanggulangi sebelum suatu kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak
bagi MA&KAT dimulai, yaitu:
- Memastikan bahwa penduduk asli berpartisipasi dan mendapat manfaat dari
proyek melalui konsultasi yang bebas dan terbuka sebelum kegiatan
dilaksanakan;
- Menghindari atau memperkecil potensi dampak negatif dari proyek bagi
MA&KAT. Bila tidak mungkin menghindarinya, maka dilakukan upaya
memperkecil dampak negatif, memitigasi, atau menyiapkan skema
kompensasi.
Kebijakan Pengamanan Sosial mengenai MA&KAT menggariskan penyusunan
langkah-langkah perencanaan untuk melindungi kepentingan kelompok-kelompok
suku yang beridentitas sosial dan budaya tersendiri yang berbeda dari identitas
masyarakat yang lebih luas yang dapat menyebabkan mereka mudah menjadi pihak
yang tidak memperoleh manfaat dari proses pembangunan. MA&KAT dapat
diidentifikasi dengan ciri-ciri sebagai berikut:
- Ikatan erat dengan wilayah leluhur dan sumber daya alam di wilayahnya;
- Identifikasi diri dan identifikasi oleh orang lain sebagai anggota kelompok
budaya tertentu;
- Bahasa asli;
- Lembaga-lembaga adat;
- Memenuhi kebutuhan pokok sendiri;
- Kelompok yang karena kondisinya tersebut belum terlibat dan mendapat
akses pelayanan sosial, ekonomi maupun politik yang setara dengan
masyarakat umum.
10
Berdasarkan ciri-ciri di atas, terdapat banyak kelompok di Indonesia yang dapat
dimasukkan ke dalam kategori MA&KAT, misalnya:
1. Kantung-kantung kecil kelompok penduduk yang sangat terpencil dan miskin
seperti penduduk Mentawai dan penduduk pulau-pulau kecil lainnya. Kelompok-
kelompok semacam itu dapat dengan mudah terkena dampak negatif proyek
pembangunan.
2. Suku-suku yang jauh lebih besar yang memiliki bahasa sendiri, identitas, ikatan
tradisi dan memperlihatkan perilaku sosial budaya seperti suku Dayak di
Kalimantan atau kelompok-kelompok suku di Nusa Tenggara Timur.
3.Masyarakat-masyarakat majemuk, yang terpinggirkan dari sisi budaya atau
ekonomi, seperti masyarat nelayan di Kawasan Indonesia Timur yang memiliki
identitas yang unik dan juga menduduki posisi lebih rendah dalam struktur sosial
lokal.
Pengalaman dari rangkaian proyek PPK dan PNPM MPd sebelumnya
Selama lebih dari sepuluh tahun sejarah rangkaian proyek PPK dan PNPM MPd,
tidak dijumpai dampak negatif sistematis pada MA&KAT. Pengamanan sosial dalam
setiap tahapan proyek PPK dan PNPM MPd ternyata sangat mudah diterapkan
sesuai budaya lokal dan sesuai dengan struktur lokal. Berikut ini diberikan contoh-
contoh spesifik.
- Di Jawa, suku Baduy menolak proyek-proyek pembangunan dari luar. Proyek
baru masuk wilayah Baduy setelah pemimpin adat menyatakan berminat dan
tatacara pertemuan disepakati dan dicatat oleh kedua belah pihak.
- Masyarakat asli di pulau Nias, Sumatera Utara pada awalnya menghadapi
sejumlah masalah pelaksanaan karena terisolasi dan struktur desanya yang
sangat hirarkis. Namun pada pelaksanaan PPK tidak ditemukan dampak
negatif yang terjadi.
- Pelaksanaan PPK di Kawasan Indonesia Timur juga tidak menyebabkan
dampak negatif sistematis pada kelompok-kelompok suku minoritas.
Pedoman Praktis Pengamanan Sosial
1. Kajian sosial
Apabila hasil penapisan dalam persiapan proyek mengidentifikasi ada
MA&KAT di lokasi, maka proyek harus melakukan kajian sosial untuk
11
mengevaluasi potensi dampak positif atau negatif. Kedalaman dan jenis
analisis kajian tergantung kepada skala proyek dan potensi dampaknya.
2. Konsultasi dan Partisipasi
Ketika proyek menimbulkan dampak kepada MA&KAT, maka proyek harus
memastikan terselenggaranya konsultasi bebas dan terbuka sebelum
kegiatan dilaksanakan. Proyek memastikannya melalui: (i) Penyelenggaraan
konsultasi dalam tahap persiapan/ perencanaan dan pelaksanaan yang
melibatkan lintas gender dan lintas generasi termasuk organisasi masyarakat
adat dan lembaga swadaya masyarakat, (ii) Penerapan metode konsultasi
sesuai dengan nilai sosial dan budaya dari MA&KAT dengan perhatian
khusus terhadap wanita dan anak muda, (iii) Penyediaan informasi terkait
proyek yang sesuai dengan kondisi budaya setempat.
Mekanisme konsultasi harus memastikan bahwa kelompok-kelompok
MA&KAT:
- Dimintai pendapat sehubungan dengan sub-proyek yang dapat
membawa dampak (positif atau negatif) kepada mereka.
- Mendapat peluang untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan
sehubungan dengan sub-proyek.
- Mendapat peluang untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiatan.
3. Perencanaan Penanganan MA&KAT/PPM (Indigenous People Plan/IPP)
Berdasarkan kajian sosial dan konsultasi dengan MA&KAT yang terkena
dampak negatif, maka proyek harus menyusun Perencanaan Penanganan
MA&KAT untuk memastikan bahwa (i) MA&KAT yang terkena dampak negatif
memperoleh manfaat sosial dan ekonomi dari pelaksanaan proyek, (ii)
Dampak negatif yang ditimbulkan dapat dihindari, ditanggulangi atau
memberikan kompensasi. Detail PPM lihat Lampiran1.
4. Keterkaitan dengan lahan dan sumber daya alam
(i) MA&KAT memiliki hubungan keterikatan dengan tanah, hutan, air,
lingkungan hidup dan sumber daya alam, sehingga perhatian khusus harus
diberikan ketika terjadi dampak negatif. Proyek harus memastikan tanah dan
sumber daya terkait hukum adat tetap dapat diakses oleh MA&KAT untuk
kesinambungan budaya dan kehidupannya. (ii) Apabila subproyek meliputi
pengembangan komersial dari sumber daya alam pada lahan dalam wilayah
12
MA&KAT, maka proyek harus memastikan MA&KAT menerima informasi
yang cukup mengenai hak terhadap sumber daya dan penggunaan tanah
adat, dalam konsultasi yang bebas dan terbuka sebelum kegiatan
dilaksanakan. MA&KAT menerima manfaat ataupun kompensasi yang sesuai
dengan pengembangan lahan tersebut. (iii) Proyek harus menghindari
terjadinya relokasi MA&KAT secara fisik, apabila hal tersebut tidak dapat
dihindarkan maka proyek harus mendapatkan dukungan dari MA&KAT dalam
proses konsultasi.
Dalam proses pengadaan tanah/lahan, proyek mengikuti prosedur sebagai
berikut: (i) Donasi sukarela: sesuai dengan kebiasaan lokal, masyarakat
dapat mendonasikan tanah, lahan, aset atau memindahkan bangunannya
tanpa diberikan kompensasi, (ii) Donasi dengan kompensasi: masyarakat
yang mendonasikan lahan atau asetnya mempunyai hak untuk mendapatkan
kompensasi/ganti rugi (sebagian atau sesuai harga pasar dari nilai
kepemilikan tersebut). Masyarakat desa harus menentukan salah satu
metode kompensasi yang akan digunakan untuk pembebasan lahan. Dana
proyek tidak boleh digunakan untuk membayar kompensasi lahan tersebut.
Kajian Lingkungan Hidup
Dalam menganalisis dampak lingkungan hidup, fasilitator bersama masyarakat
harus dapat mengidentifikasi semua potensi dampak yang mungkin timbul sebagai
akibat dari pelaksanaan kegiatan. Fasilitator dan masyarakat memeriksa hal-hal
yang dapat terjadi selama konstruksi dan setelah konstruksi selesai.
Evaluasi dampak lingkungan dan penanggulangannya dalam program PNPM
mencakup tiga fakta penting:
- Potensi dampak lingkungan yang kecil, karena itu strategi umum yang
dijalankan di bawah PNPM tetap relevan;
- Terdapat potensi dampak lingkungan, seiring dengan meningkatnya BLM
sebesar tiga kali lipat.
- Sebagian besar isu yang timbul karena tidak menerapkan praktik teknik sipil,
di mana hal ini dapat dipecahkan melalui pelatihan dan supervisi yang
memberikan bantuan teknis kepada fasilitator dan masyarakat. Jumlah
pengaduan mengenai isu lingkungan sangat kecil. Hal ini terjadi karena tidak
adanya perhatian masyarakat pada lingkungan atau keengganan melapor.
13
Ketiga isu di atas berupaya ditanggulangi dalam PNPM MPd. Fasilitator bertanggung
jawab untuk menjelaskan potensi dampak lingkungan dan penanggulangannya
kepada pelaksana di desa dan memantau pelaksanannya. Sanksi dikenakan bila
ditemukan, pelanggaran yang mengakibatkan kerusakan lingkungan. Hal ini dapat
menjadi penyebab pembatalan kegiatan di lokasi tertentu dan/atau pergantian
fasilitator bersangkutan.
Contoh dampak lingkungan dari jalan desa menurut jenis dampak dapat dilihat berikut ini: Kategori 1:Serius tetapi masalah lokal Konsentrasi aliran air; Tanah longsor ; Hilangnya tanah produktif akibat tanah longsor.
Kategori 2:Dampak negatif serius lingkungan Penjualan tanah ke orang luar; Penebangan hutan; Meningkatnya endapan karena erosi jalan.
Kategori 3:Dampak negatif dengan potensi kecil atau dampak kurang penting Pencemaran udara dari kendaraan; Banjir karena penempatan jembatan tidak tepat; Peningkatan kadar debu di udara; Peningkatan kejahatan di desa; Kebisingan.
Kategori 4:Dampak tidak jelas, positif atau negatif Meningkatnya penggunaan pupuk kimia dan pestisida; Pengembangan industri kecil yang mencemari lingkungan; Meningkatnya intensitas pertanian atau peternakan; Warga mencari kerja di luar desa; Memindahkan rumah ke tepi jalan; Pendatang pindah ke desa.
Kategori 5: Jelas dampak positif Berkurangnya erosi dari tanah pertanian karena penggunaan teknologi yang lebih baik; Tersedianya bahan bangunan di desa; Peningkatan pelayanan, termasuk kesempatan mendapat layanan kesehatan dan pendidikan;
Kategori 6: Dampak negatif, tetapi dapat diterima masyarakat setempat Kecelakaan lalu lintas; Kehilangan tanah karena digunakan untuk pelebaran jalan.
Dampak negatif lingkungan pada jalan dan jembatan, misalnya, timbul terutama
karena gangguan-gangguan pada tanah yang kurang stabil dan sangat mudah
dipengaruhi tanah longsor atau perubahan aliran air. Penggalian dan pembuatan
tanggul sering menimbulkan tanah longsor atau erosi. Tanah longsor membawa tiga
jenis dampak negatif:
- Berbahaya bagi tanah pertanian atau perumahan;
- Meningkatkan erosi karena tanah tidak padat;
- Mengalihkan arus air hujan.
14
Pengisian formulir 22 merupakan hal wajib dari proses perencanaan. Setiap jenis
proyek harus diuji dari berbagai segi untuk mencegah serta menyiapkan rencana
untuk menangani potensi dampak lingkungan. Selama masa konstruksi, formulir
yang sama dibawa ke lapangan dan diperiksa, untuk memastikan informasi yang
diisi sesuai dengan kondisi lapangan dan jika membutuhkan perbaikan/perubahan
dapat direvisi dengan tepat. Pada akhir konstruksi, formulir diperiksa ulang untuk
memastikan bahwa semua kegiatan telah dilakukan sesuai rencana. Fasilitator
Teknik Kabupaten bertanggung jawab memeriksa semua desain infrastruktur. Jika
terdapat desain yang tidak dilengkapi dengan formulir 22 yang telah diisi dengan
benar beserta dengan penjelasan mengenai potensi dampak dan
penanggulangannya, maka desain tersebut haruslah ditolakatau tidak disetujui.
Pengalaman dari rangkaian Proyek PPK dan PNPM Perdesaan sebelumnya
LOKASI KEGIATAN DAMPAK
LINGKUNGAN KETERANGAN
Kecamatan Sosopan, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara
Proyek irigasi Aek Bustak
Menyebabkan wilayah hilir kering karena tidak ada air mengalir lagi
Fasilitatior Teknik seharusnya memeriksa dampak peningkatan kebutuhan air di hilir.
Lancap Jae, Kecamatan Arse
Penggunaan alat-alat berat untuk pembuatan jalan baru
Mengganggu kehidupan liar di hutan sekitar
Umumnya tidak dapat dihindari dan dampaknya hanya sementara.
Provinsi Riau Pembangunan jalan menuju hutan lindung
Menjadi penghubung bagi pengangkutan kayu curian
Potensi masalah cukup besar, perlu sosialisasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan
15
Tana Toraja, Sulawesi Selatan
Gorong-gorong dibuat pada umumnya tanpa struktur pelindung termasuk dinding penahan, bangunan penampung, dan saluran pembuang.
Air buangan tanpa kendali merusak ladang atau kebun, serta menyebabkan tanah longsor di lereng-lereng jalan wilayah pegunungan.
Fasilitator Teknik tidak mengikuti prinsip-prinsip perencanaan yang baik. Perlu diketahui mengapa fastekab tidak menolak disain yang kurang baik.
Cilacap, Jawa Tengah Konstruksi jembatan dengan pengurangan penampang basah
Berkurangnya lebar sungai menyebabkan banjir, dan berdampak merusak sawah-sawah produktif.
Fasilitator Teknik tidak mengikuti prinsip-prinsip perencanaan yang baik. Perlu diketahui mengapa fastekab tidak menolak desain yang kurang baik.
Pedoman Praktis Pengelolaan Lingkungan (Environmental Code of Practices /
ECoPs)
1. Hal-Hal yang Dilarang
Dalam pelaksanaan kegiatan proyek telah ditetapkan Daftar Larangan yang
akan membatasi kegiatan-kegiatan yang dapat berdampak negatif bagi sosial
maupun lingkungan hidup.
2. Kondisi Lapangan
a. Pertimbangkan terjadinya pencemaran air;
b. Hindari membangun jalan di tanah atau daerah yang mudah longsor;
c. Hindari pembuatan jalan atau bangunanyangbersebelahandengansungai;
d. Lindungi lahan basah dari pembangunan infrastruktur;
e. Cegah pencamaran di dalam atau dekat habitat laut;
f. Lindungi habitat hidupan liar dari pembangunan infrastruktur;
g. Hindari kegiatan di kawasan lindung.
16
3. Pengelolaan Lokasi Konstruksi
a. Hindari lokasi konstruksi dari bahaya material bekas yang tidak terpakai
yang dapat mengkontaminasi tanah dan air tanah serta membahayakan
bagi masyarakat sekitar;
b. Hindari terjadinya genangan air yang berisiko terhadap kesehatan;
c. Kurangi dan kontrol kebisingan yang disebabkan oleh kegiatan konstruksi;
d. Kontrol debu selama kegiatan konstruksi.
4. Jalan
a. Hindari membangun jalan yang melalui hutan primer;
b. Cegah terjadinya erosi lereng;
c. Cegah longsoran pada lereng miring;
d. Gunakan dinding penahan tanah untuk mencegah longsor;
e. Hentikan erosi lereng dengan tanaman penghambat;
f. Cegah longsoran tanah pada jalan dan timbunan;
g. Hentikan longsoran lereng dengan penahan (batu atau krib) di bagian
bawah lereng;
h. Gunakan turap untuk menstabilkan lereng bagian timbunan;
i. Hindari pembangunan jalan di daerah kemiringan lerengyang terlalucuram;
j. Hentikan erosi pada selokan dan badan jalan;
k. Lindungi selokan dari erosi dengan membuat struktur terjunan, saluran
pembuang, dan gorong-gorong;
l. Hindari menggali pasir, kerikil atau batu-batu dari dalam sungai untuk
membangun jalan.
5. Ketersediaan Air
a. Selalu menjalankan pengelolaan resapan air yang baik;
b. Lindungi hutan dan kelola cadangan air hutan;
c. Jangan biarkan pihak luar merusak hutan di bukit dan gunung;
d. Sebelum menggunakan sumber air baru harus melakukan uji kualitas air
terlebih dulu;
e. Lindungi sumber-sumber air dari pencemaran dan kontaminasi;
f. Bagilah sumber air yang langka kepada pemanfaat lainnya;
g. Tempatkan sumur gali pada jarak yang aman dari septik tank;
h. Gunakan saringan air sederhana jika diperlukan;
i. Selalu sediakan drainase yang baik pada tempat umum dan pemukiman.
17
6. Sanitasi
a. Buatlah septik tank yang lengkap dan pastikan semua bagiannya berfungsi
baik;
b. Gunakan septik tank untuk pengelolaan air kotor, buanglah air kotor
dengan benar dan sedotlah endapan lumpur secara berkala;
c. Jagalah kebersihan fasilitas mandi-cuci-kakus (MCK).
7. Pengelolaan sampah
a. Jangan membuang sampah sembarangan;
b. Lakukan pemisahan jenis sampah untuk tujuan daur ulang.
8. Pasar
a. Jagalah kebersihan pasar;
b. Kontrol lalat dan binatang pembawa penyakit lainnya;
c. Daur ulang sampah menjadi pupuk/kompos;
d. Jagalah kebersihan fasilitas MCK di pasar.
9. Sungai
a. Hindari membangun dekat jalur sungai;
b. Lindungi aliran sungai dan tanah tepi sungai dari erosi;
c. Pastikan tanggul tanah stabil;
d. Lindungi tanggul tanah dari erosi;
e. Jangan mengambil pasir, kerikil atau batu dari sungai.
18
BAB 3 PENERAPAN PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN HIDUP
DALAM PNPM MANDIRI PERDESAAN
Penerapan Pengamanan Sosial dan Lingkungan Hidup bukan suatu hal baru dalam
PNPM MPd dan bukan tambahan prasyarat dalam pelaksanaan program. Kebijakan
ini telah ada di dalam desain operasional program bahkan sejak pelaksanaan
Program Pengembangan Kecamataan (PPK) sebelumnya. Semua unsur pelaku
PNPM MPd harus memperhatikan potensi dampak negatif terhadap sosial dan
lingkungan, untuk kemudian merencanakan pencegahan dan penanganan/mitigasi.
Kebijakan pengamanan sosial dan lingkungan ini harus bisa dipraktekkan secara
praktis dalam siklus pelaksanaan PNPM.
Di dalam siklus PNPM, identifikasi MA&KAT sudah perlu diperhatikan pada
langkah awal pada saat sosialisasi dengan mengacu peta MA&KAT yang ada
di panduan ini dan kajian adat, sosial dan ekonomi desa. Sesudah MA&KAT
teridentifikasi perlu ada proses agar kelompok mayoritas dan pemda merasa
ikut bertanggungjawab atas nasib dan hak-hak MA&KAT; bagaimana agar
kepentingan mereka bisa terakomodasi oleh PNPM dan masyarakat desa
secara lebih luas.
Isu lingkungan muncul pada saat mulai mengidentifikasi proyek, pemilihan
usulan, pembuatan proposal teknis sampai pada pascakonstruksi yaitu
pemeliharaan dan perawatan.
Isu tanah muncul pada saat identifikasi usulan, pembuatan proposal sampai
pada kepastian diterimanya usulan. Dokumentasi hibah atau pengalihan tanah
harus dilakukan sesuai persyaratan perundangan yang berlaku.
3.1 APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN PENERAPAN PENGAMANAN
SOSIAL DAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM PNPM MPd?
Penerapan pengamanan sosial dan lingkungan hidup dalam PNPM MPd adalah
langkah-langkah pencegahan dan penanganan terhadap dampak negatif sosial dan
lingkungan.
19
PENERAPAN PENGAMANAN LINGKUNGAN HIDUP
Manfaat yang timbul karena desa membangun infrastruktur dipengaruhi oleh
beberapa faktor penting, yaitu:
• Kualitas desain;
• Kualitas konstruksi, yang tergantung keterampilan masayarakat dan kualitas
supervisi;
• Kualitas bahan yang digunakan dalam konstruksi;
• Pemakaian infrastruktur secara wajar;
• Dampak lingkungan.
Dalam proses pembangunan, kualitas dikendalikan dengan menerapkan beberapa
instrumen yang telah disediakan, termasuk format untuk pemeriksaan desain, format
untuk memeriksa kualitas konstruksi, dan spesifikasi bahan yang digunakan.
Pelatihan juga diberikan kepada masayarakat maupun kepada fasilitator yang
membantu proses desain dan pelaksanaan. Khusus untuk masalah dampak
lingkungan, format tersedia untuk menguraikan potensi dampak negatif terhadap
lingkungan, yaitu formulir 22 yang merupakan kelengkapan pengajuan usulan desa.
Setiap jenis infrastruktur yang dibangun oleh masyarakat dapat menimbulkan
dampak negatif lingkungan, sehingga pada formulir 22 tersebut perhatian terfokus
pada beberapa jenis masalah. Masyarakat dan fasilitator akan mengidentifikasi
dampak negatif yang sangat serius berskala besar yang dapat terjadi, yaitu dampak
yang mengakibatkan manfaat terhapus atau sangat kurang. Juga akan
mengidentifikasi dampak yang sangat mungkin terjadi, walaupun kerugiannya
mungkin tidak besar. Penggunaan ceklis kurang praktis untuk menguraikan masalah
dampak, karena jumlah jenis masalah sangat besar,dimana setiap jenis infrastruktur
terdapat puluhan jenis dampak negatif yang mungkin timbul.
Dampak negatif lingkungan ada dua tipe masalah yang berbeda. Dampak negatif
lingkungan mungkin terjadi karena pengaruh infrastruktur terhadap lingkungan di
sekitarnya. Misalnya, karena ada saluran drainase di pinggir jalan, terdapat lahan
yang terkena banjir karena pembuangan dari saluran pinggir tidak teratur. Jenis
satu lagi adalah kerusakan yang terjadi di infrastruktur yang berasal dari lingkungan
di sekitarnya. Misalnya, jalan yang terputus karena terkena longsor besar.
20
Karena jenis dampak negatif lingkungan sangat banyak, secara nasional sedang
disusun database tentang jenis dampak negatif lingkungan untuk setiap jenis
infrastruktur. Database tersebut akan diisi berdasarkan masukan dari lapangan dan
dari spesialis tiap jenis infrastruktur, dan termasuk beberapa informasi sebagai
referensi bagi pelaku di lapangan, termasuk:
• Jenis infrastruktur;
• Jenis masalah;
• Penyebab masalah;
• Cara menghindari masalah tersebut atau cara memperkecil dampak
Negatifnya;
• Cara memperbaiki masalah dampak;
• Tingkat potensi masalah (skor 1 sampai dengan 4);
• Kemungkinan terjadi masalah tersebut (skor 1 sampai dengan 4);
Masukan dari lapangan dikumpulkan pada sesi pelatihan penyegaran atau melalui
laporan rutin dan dapat dilengkapi oleh spesialis dan tim teknis nasional secara
kontinyu berdasarkan masukan dan saran dari lapangan.
Masalah yang timbul di lapangan agar dilaporkan oleh fasilitator dalam Laporan
Bulanan fasilitator.
Masyarakat dan fasilitator biasanya belajar tentang dampak lingkungan berdasarkan
pengalaman sendiri di lapangan, tetapi banyak jenis dampak lingkungan relatif
jarang terjadi, sehingga database sangat bermanfaat untuk belajar tentang jenis
masalah serius yang jarang terjadi. Apalagi, desa atau fasilitator belum tentu
berpengalaman dengan banyak jenis infrastruktur, dan dampak lingkungan untuk
infrastruktur perdesaan hampir selalu sangat lokal, sehingga masyarakat belum
tentu tahu tentang dampak lingkungan yang terjadi di desa lain.
Dua jenis supervisi terhadap dampak lingkungan harus dilakukan. Supervisi
pertama adalah pemeriksaan desain infrastruktur oleh fasilitator teknik di tingkat
kabupaten. Salah satu hal yang diperiksa adalah Formulir 22 yang disusun sebagai
bagian dari desain. Formulir 22 wajib diisi untuk setiap usulan infrastruktur yang
ada.
Supervisi yang kedua adalah supervisi selama pelaksanaan di lapangan, dengan
menggunakan format pemeriksaan yang sudah ada. Selain format tersebut, setiap
21
orang yang memeriksa infrastruktur di lapangan dapat mengamati perlakukan yang
telah diusulkan untuk menghindari terjadinya dampak lingkungan yang negatif.
Fasilitator memberi umpan balik kepada tim desa melalui buku bimbingan desa,
yang merupakan alat wajib selama pelaksanaan. Supervisor tingkat kabupaten,
provinsi, regional, maupun nasional dapat memeriksa buku bimbingan untuk melihat
apakah desa telah diberi masukan yang layak.
Pengertian tentang jenis prasarana yang dibangun oleh masyarakat
Sebelum membahas dampak lingkungan, perlu menyamakan persepsi tentang
jenis infrastruktur yang biasanya dibangun oleh masayarakat.
(i). Jalan
Jalan desa yang biasa dibangun terdiri dari jalan yang mempunyai
permukaan yang dapat dilalui sepanjang tahun. Konstruksi jalan tidak
menggunakan pekerjaan tanah yang sangat besar seperti yang dilakukan
untuk jalan kabupaten, jalan provinsi, atau jalan tol. Sebagian dari jalan
menggunakan permukaan yang lebih permanen, dari rabat beton atau
aspal. Kendaraan yang menggunakan jalan desa relatif ringan, akan tetapi
kadang-kadang jalan dilalui truk berat yang merusak permukaan jalan.
(ii). Jembatan
Terdapat banyak jenis jembatan di lapangan, karena sangat tergantung
pada akses ke lokasi, bahan yang tersedia, dan manfaat yang diharapkan.
Jenis jembatan termasuk jembatan yang mempunyai gelagar yang
berkedudukan di atas fondasi dan pilar-pilar, dengan panjang yang tidak
terbatas. Gelagar dapat dibuat dari baja, kayu, dan beton bertulang
(dengan panjang terbatas), dengan muatan yang terbatas. Di tempat
tertentu dapat dibangun jembatan lengkung dengan panjang yang terbatas.
Pada lokasi tertentu terdapat jembatan banjir limpas, agar air dapat lewat di
atas jembatan pada saat debit besar, walaupun biasanya air hanya
melewati gorong-gorong di bawah. Jembatan gantung sering dibangun,
akan tetapi hanya digunakan untuk kendaraan roda-2 atau pejalan kaki.
(iii). Penyediaan Air Bersih
22
Infrastruktur untuk penyediaan air bersih juga banyak bervariasi. Sebagian
memanfaatkan mata air sebagai sumber air bersih, walaupun jaraknya
sangat jauh dari kampung dan perlu jaringan pipa. Sebagian
memanfaatkan air tanah dengan membangun sumur gali atau sumur bor.
Kadang-kadang, infrastruktur memanfaatkan air permukaan, tetapi
pemanfaatan ini perlu upaya untuk membersihkan air sebelum digunakan
oleh masyarakat. Infrastruktur air minum relatif jarang dibangun. Rata-rata
kegiatan memanfaatkan sumber air bersih yang sudah biasa digunakan,
tetapi sulit aksesnya. Sehingga kegiatan hanya memperlancar akses pada
air bersih yang sudah pernah digunakan.
(iv). Fasilitas Sanitasi
Fasilitasi seperti MCK (Mandi-Cuci-Kakus) sering dibangun, dan kadang-
kadang dibangun dengan jumlah cukup banyak agar dapat dimanfaatkan
oleh banyak orang di banyak tempat. Manfaatnya terhadap kesehatan
masyarakat sangat besar, asal dibangun dengan baik dengan
memperhatikan pembuangannya. Biasanya dibangun lengkap dengan
septik tank dan resapan.
(v). Bangunan
Banyak jenis bangunan dibuat oleh masyarakat, terutama untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan atau pendidikan. Bangunan
menggunakan teknik yang biasa dilakukan oleh masyarakat, termasuk
fasilitas sanitasi dan air bersih.
(vi). Pasar
Pasar juga merupakan bangunan, tetapi berbeda dengan bangunan untuk
fasilitas kesehatan atau pendidikan. Situasi jauh berbeda, jenis konstruksi
berbeda dan biasanya terbuka, dan terjadi lalu lintas dan sampah yang
jauh lebih banyak.
(vii).Listrik
Pembangkit listrik di perdesaan terdiri dari beberapa macam, seperti
tenaga surya, tenaga angin, mikrohidro, dan penggunaan genset. Setiap
jenis kegiatan ini cukup jauh berbeda, dan sangat tergantung situasi yang
23
ada di daerah. Penggunaan tenaga surya harus di daerah yang cukup
terang. Tenaga angin harus ada di daerah yang ada angin yang cukup
konstan. Mikrohidro harus diletakkan di tempat yang ada aliran air yang
cukup besar dan yang mengalir sepanjang tahun. Genset dapat dipasang
di hampir semua daerah.
(viii).Irigasi
Kegiatan irigasi terdiri dari dua unsur, yaitu sumber air seperti bendungan
dan saluran air untuk distribusi dan pembuangan. Pada umumnya irigasi
yang dibangun oleh masyarakat merupakan perbaikan dari sistem irigasi
yang sudah ada tetapi kurang berfungsi, karena jaringan saluran baru
memerlukan survei dan desain teknis yang cukup rumit. Bendungan yang
dibuat biasanya bendungan pendek pada sungai kecil, yang
meningkatkan ketinggian air agar dapat mengalir ke sawah. Saluran
drainase diperlukan, tetapi juga relatif rumit untuk didesain.
(ix). Lain-Lain
Terdapat banyak jenis infrastruktur yang lain seperti lantai jemuran hasil
pertanian, tambatan perahu, embung air, dan lain-lain yang memenuhi
beberapa kriteria, yaitu:
- Memberi manfaat kepada masyarakat umum, terutama orang miskin
- Dapat dikerjakan, dioperasikan, dan dipelihara oleh masyarakat
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam desain dan konstruksi infrastruktur
yang berkaitan dengan dampak lingkungan
Terdapat banyak sekali kemungkinan terjadi dampak lingkungan yang negatif, baik
dampak yang merusak lingkungan di sekitar infrastruktur maupun dampak yang
merusak infrastruktur sendiri.
Di bawah ini diuraikan contoh-contoh dampak negatif untuk kedelapan jenis
infrastruktur yang dijelaskan di atas. Harus diingat, ini hanya contoh, dan contoh
yang diuraikan belum tentu terjadi di semua lokasi. Di banyak lokasi, masalah yang
terjadi bukan karena dampak lingkungan, tetapi masalah yang timbul akibat
24
kesalahan disain, kesalahan konstruksi, kesalahan bahan, atau kesalahan
pemakaian.
(i). Jalan
Dampak lingkungan negatif yang terjadi untuk jalan desa termasuk:
Longsor besar atau kecil, pada tanah liat atau tanah berpasir
Erosi tebing, termasuk jatuhnya batu lepas
Kerusakan permukaan jalan dari aliran air di atas
Jalan tergenang atau terpotong karena drainasenya kurang lancar
Banjir karena pembuangan air tidak teratur
Kerusakan hutan karena peningkatan akses
Kerusakan sungai karena pembuangan sisa tanah
Peningkatan debu
Peningkatan kecelakaan
Masalah keamanan karena akses baru
Kerusakan jalan lain karena pengiriman bahan
Peningkatan harga lahan di sekitar jalan
Karena kurang pemadatan tanah, banyak tanah hilang atau terkena
erosi
Gorong-gorong tersumbat
Dengan adanya jalan, penggunaan item di negative list meningkat
(pestisida, herbisida, gergaji mesin model rantai)
Kerusakan lahan di lokasi galian batu, sirtu dan pasir
Perubahan aliran air karena perubahan topografi di lokasi galian
(ii). Jembatan
Dampak lingkungan negatif yang terjadi untuk jembatan desa hampir
sama dengan jalan, tetapi termasuk:
Peningkatan banjir dari sungai, karena penyempitan sungai
Terganggunya lalu lintas kapal
Tambahan erosi karena pengaliran air terkonsentrasi
Longsor di sekitar jembatan
Korosi struktur jembatan (gelagar baja)
25
Gangguan fondasi karena arus air
Risiko jika jembatan terkena sampah atau pohon yang terhanyut di
sungai
Risiko terjadi kerusakan karena gempa bumi atau banjir besar di
sungai
Risiko kepada pemakai jika jembatan ambruk atau putus
Kayu kurang baik karena sulit mencari kayu kelas satu
Penggalian batu di sungai berpotensi longsor dan merusak bangunan
yang ada di sungai, terutama penggalian dekat kolom atau fondasi
jembatan.
(iii). Penyediaan air bersih
Masalah dampak lingkungan yang terjadi untuk infrastruktur air bersih
termasuk:
Kontaminasi mata air
Kontaminasi air tanah
Drainase yang kurang baik mengakibatkan tempat becek
Pemakai air di hilir kehilangan debit air
Penurunan tinggi air tanah karena penggunaannya
Sistem irigasi kekurangan air karena sumber air irigasi dipakai
sebagai sumber air bersih
(iv). Fasilitas sanitasi
Masalah dampak lingkungan yang terjadi untuk MCK termasuk:
Kontaminasi air tanah karena septic tank bocor
Kontaminasi air tanah karena resepan tidak berfungsi
Kontaminasi air sumur karena letaknya terlalu dekat MCK dan air
tanah mengalir ke arah sumur
Bahaya dari gas bila tidak ada ventilasi atau ventilasi tersumbat
Udara dekat MCK bau
Peningkatan penyakit seperti diare karena kesalahan dalam
konstruksi MCK
Tanah becek di sekitar MCK karena saluran drainase tidak berfungsi
26
Kerusakan bangunan atas atau septic tank sebagai akibat gempa
bumi
(v). Bangunan
Masalah dampak lingkungan yang terjadi untuk bangunan termasuk:
Masalah drainase air hujan dari atap
Masalah pembuangan sampah
Masalah perubahan aliran air permukaan karena ada gedung
Risiko kebakaran
Masalah karena kurang ventilasi
Kemungkinan tidak mampu menahan gempa bumi, walaupun gempa
tidak besar, sehingga bangunan rusak dan penduduk menjadi korban
Kemungkinan terjadi tsunami, sehingga harus ada akses ke tempat
yang aman
Dampak terhadap hutan bila kayu diambil dari hutan untuk konstruksi
atau untuk kayu bakar
(vi). Pasar
Masalah dampak lingkungan yang terjadi untuk pasar desa termasuk:
Dampak ekonomi dengan adanya pasar lokal, karena banyak penjual
dari luar desa
Masalah drainase
Masalah sampah dari penjual
Masalah lalu lintas dan parkir kendaraan
Peningkatan kecelakaan
Kemungkinan makanan dan minuman terkena kontaminasi
Konflik antar penjual
Perbandingan jumlah kios dan los
Transparansi pengelolaan pasar
(vii). Listrik
Masalah dampak lingkungan yang terjadi untuk listrik termasuk:
Risiko tersengat listrik
Kebutuhan biaya operasional cukup besar
27
Terjadi pencemaran air
Terjadi kebisingan
Konflik antar pemakai, komunal maupun individu karena
pendistribusian listrik
Keamanan di sekitar rumah turbin dan tempat tenaga angin
Terganggunya habitat serta jalur migrasi satwa dan biota
(viii). Irigasi
Masalah dampak lingkungan yang terjadi untuk irigasi termasuk:
Pemakai air di hilir kehilangan debit air atau kekeringan
Terjadi banjir di hulu karena adanya bendungan
Terjadi banjir karena air eksternal masuk ke saluran irigasi
Pencemaran air karena pestisida
Bendungan atau saluran jebol
Konflik antar pemakai air irigasi
Kekurangan air mengakibatkan konflik
Kerusakan bangunan irigasi sebagai akibat gempa bumi
Kolam ikan tidak mendapat bagian air karena dipakai untuk irigasi
Longsor atau erosi
Terganggunya habitat serta jalur migrasi satwa dan biota
Hal-hal yang perlu diperhatikan pascakonstruksi
Terjadi banyak dampak lingkungan negatif yang muncul setelah infrastruktur selesai
dibangun. Khusus untuk dampak lingkungan negatif pascakonstruksi, ada tiga isu
lain yang perlu dipertimbangkan: (1) Dari mana dana untuk memperbaiki masalah
dampak lingkungan kalau kegiatan program sudah selesai? (2) Siapa bertanggung
jawab atas identifikasi dan upaya perbaikan masalah tersebut? dan (3) Siapa ikut
bekerja untuk memperbaiki masalah yang timbul? Jelas sebagian dari jawaban ini
adalah tim pemeliharaan yang dipilih oleh desa sendiri, akan tetapi tidak selalu dapat
dikerjakan dengan cara sesederhana itu. Kadang-kadang perlu bantuan dari luar.
Masalah yang timbul di infrastruktur sangat tergantung musim. Infrastruktur yang
kelihatan tidak ada masalah pada musim kemarau mungkin terkena banyak masalah
pada musim hujan.
28
Masalah yang sering timbul dan solusi pascakonstruksi termasuk:
(i). Jalan
Drainase tersumbat atau pembuangan tidak teratur
Saluran drainase hilang
Bahu jalan hilang atau tertutup tanaman tinggi
Tembok penahan tanah (TPT) atau bronjong rusak karena tekanan
tanah, tekanan air, atau lubang suling di tembok kurang berfungsi
Tanah banyak hilang karena kurang padat
Ada sesuatu yang memblokir aliran air
Terjadi longsor
Masalah stabilitas bahu jalan
Pembuatan teras untuk membantu stabilitas lereng
Pembuatan saluran diversi agar air tidak lewat permukaan tebing
Penggunaan perlakuan vegetasi
(ii). Jembatan
Korosi bahan struktur karena tidak dilakukan pengecatan struktur
Perlu penggantian kayu dek jembatan (atau diubah menjadi balok
beton)
Perubahan aliran sungai, termasuk pengikisan tebing
Kerusakan pada fondasi atau sayap, termasuk retakan dan penurunan
Jembatan gantung perlu distel kembali kekencangan kabel
Kerusakan pada oprit jembatan (sambungan jalan)
(iii). Air Bersih
Kontaminasi sumber air
Perbaikan pipa yang bocor atau pecah
Peningkatan sistem distribusi air
Pembersihan bangunan air dari lumpur dan lumut
Perbaikan saluran drainase di sekitar hidran dan kran
Pemantauan kualitas air
Pemantauan sumber air (mata air maupun air tanah)
Pemantauan pemakaian air
29
Pengumpulan iuran untuk operasi dan pemeliharaan
Sumur air menjadi sumber gas atau lumpur
Operasi dan pemeliharaan pompa air
(iv). Sanitasi
Pembersihan seluruh fasilitas bangunan atas
Pembersihan septik tank
Perbaikan saluran drainase di sekitar MCK
(v). Bangunan
Pemeliharaan gedung, termasuk pengecatan
Perbaikan kerusakan yang ada di gedung
Perhatian pada tanaman-tanaman yang ada di sekitar gedung
Terjadi pengalihan fungsi gedung, sehingga manfaatnya berkurang
Drainase dari sekitar gedung
(vi). Pasar
Pengelolaan dan pembuangan permanen untuk sampah
Masalah kendaraan, tempat parkir, dan lalu lintas
Pengelolaan pasar
Penyelesaian konflik antar pemakai
Peningkatan fungsi pasar
(vii). Listrik
Pembersihan saluran di mikrohidro dari sampah dan lain-lain
Pengelolaan pemakaian listrik
Pemeliharaan alat untuk tenaga surya dan tenaga angin
Pemeliharaan dan operasi genset
Perhatian pada faktor keamanan pemakaian listrik
Pemantauan pemakaian listrik
Peningkatan pemakaian yang menyebabkan peningkatan alat,
distribusi, dan sistem
(viii). Irigasi
Munculnya konflik antar desa atau antar masyarakat karena
pendistribusian air
30
Saluran irigasi bocor
Saluran drainase kurang berfungsi, sehingga air tidak terbuang
Saluran irigasi dipakai sebagai kakus atau tempat pembuangan
sampah
Saluran banjir karena banyak endapan
Saluran terkikis karena aliran air terlalu cepat
Saluran dan bangunan kurang dipelihara
Sifon tersumbat atau bocor sehingga tidak berfungsi
Tanah di bawah atau di samping bendungan terkena piping (terlubangi
oleh air tanah, seperti pipa) sehingga air bocor dari bawah atau
samping
Pengelolaan air kurang efektif
Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan Pascabencana Alam
Kerusakan tidak hanya terjadi pada situasi normal atau pascakonstruksi, tetapi
terjadi juga karena bencana alam yang merusak bangunan desa maupun lingkungan
lokal. Jenis masalah yang timbul karena bencana alam termasuk:
Kerusakan terjadi pada bangunan karena gempa bumi
Kerusakan terjadi pada bangunan karena kebakaran
Kerusakan terjadi pada bangunan dan perlengkapan karena terjadi
banjir, termasuk tsunami
Kerusakan terjadi karena perubahan dalam pengaliran air
Adanya kebocoran gas atau lumpur dari sumur air
Runtuhnya bangunan karena terkena angin
Terjadi kerusakan prasarana karena gerakan atau penurunan tanah
Terjadi kontaminasi air
Khusus untuk masalah bencana alam, ada tiga langkah yang harus dilakukan oleh
masyarakat dan fasilitator:
(i) Tindakan preventif, terutama untuk perlindungan bangunan agar tahan
gempa atau perlindungan terhadap banjir.
(ii) Pengukuran tingkat kerusakan bila bencana terjadi. Tiap infrastruktur
dapat dinilai sebagai berikut:
31
Tidak rusak
Rusak ringan; dapat digunakan sambil diperbaiki
Rusak berat; tidak dapat dipakai sebelum diperbaiki
Harus diganti
(iii) Rehabilitasi dan perbaikan
Penerapan Daftar Larangan
Sesuai dengan penjelasan Bab 1.2 tentang Daftar Larangan (Negative List) yaitu
hal-hal yang tidak boleh dibiayai oleh PNPM. Sebagian dari item di daftar tersebut
terdiri dari tindakan yang berpotensi untuk merusak lingkungan.
Hal yang dianjurkan dilakukan dalam membuat proposal penghijauan atau
perbaikan lingkungan hidup, seperti penghijauan bantaran sungai dan lain-lain
Beberapa kiat untuk proposal melakukan penghijauan desa:
Menanam pohon di bantaran sungai atau di tebing yang mudah longsor
dengan perdu, pohon bambu, atau pohon berakar dalam yang mudah
tumbuh.
Tanam rumput yang menjalar untuk menutup tebing yang terbuka.
Tanaman perdu dapat ditanam untuk mengurangi erosi dari tebing, yang
dapat mengurangi besarnya saluran dan mengurangi jumlah sedimentasi
di saluran pinggir dan sungai.
Bila tebingnya panjang dan curam sebaiknya dibuat saluruan diversi serta
terasering. Jenis teras tergantung pada angka kemiringan, jenis tanah,
dan fungsi lahan. Pada saat membuat teras bangku, sebaiknya lapisan
tanah yang subur (solum) diamankan dulu, kemudian dihampar di atas
teras bila selesai. Sebagian dari sistem terasering juga perlu saluran
pembuangan dan bangunan terjun.
Buat kegiatan bersama untuk mengumpulkan pupuk dari daun-daun dan
bahan organik yang ada.
Menanam bunga, tanaman obat, dan sayuran di perkarangan tiap-tiap
warga agar lahan lebih berguna.
32
Pada tahapan mana pengamanan lingkungan perlu disosialisasikan dan
diperhatikan:
Tahap Perencanaan:
(i) Pada tahap sosialisasi FT perlu mengingatkan kembali masyarakat
tentang perlunya memperhatikan keamanan lingkungan pada pembuatan
proposal usulan atau desain dengan memperhatikan lokasi usulan itu
akan dibangun.
(ii) Pada tahap Musyawarah Dusun, Musyawarah Desa Khusus Perempuan
dan Musyawarah Desa serta dalam pelatihan tim penulis usulan, FT harus
mengingatkan akan daftar negatif dan hal-hal yang tercantum dalam
manual ini, termasuk bagaimana formulir 22 bisa dipakai sebagai alat
bantu pembuat usulan untuk melihat kemungkinan dampak yang akan
timbul.
(iii) Hal ini kemudian dicek dan diingatkan kembali oleh FT pada saat
pelatihan tim verifikasi dan proses verifikasi. Pengawalan pengamanan
desain ini harus terus dilakukan sampai MAD prioritas usulan.
(iv) Semua upaya pencegahan dampak lingkungan yang sudah diantisipasi
dalam design usulan prioritas harus diperhitungkan juga adanya anggaran
dalam pembuatan RAB.
(v) Desain dan RAB yang telah dibuat wajib disetujui oleh Fastekab untuk
memastikan bahwa potensial dampak lingkungan telah teridentifikasi dan
upaya pencegahannya telah terakomodir. Setelah desain dan RAB
disertifikasi, maka dokumen surat perjanjian pemberian bantuan (SPPB)
dapat disiapkan. Dokumen SPPB harus dilampiri dengan desain dan RAB
yang sudah dinyatakan layak oleh Fastekab, beserta dengan dokumen-
dokumen lain yang diwajibkan dalam PTO.
33
Tahap Pelaksanaan:
Pada saat rapat pra pelaksanaan semua aspek lingkungan dan pengamanan
secara keseluruhan harus dicek kembali dengan seksama. Sesuai rencana
pelaksanaan dari rapat pra pelaksanaan, FT dan Kader Teknik perlu memonitor
pelaksanaan konstruksi terutama untuk hal-hal yang berkaitan dengan
kemungkinan timbulnya dampak dengan baik dan jika perlu dapat mengambil
tindakan apabila ada hal-hal yang mempunyai potensi serius terhadap
pengamanan lingkungan baik karena adanya perubahan kondisi lokasi
kegiatan maupun karena adanya dampak yang belum teridentifikasi.
Tahap Pemeliharaan:
Banyak aspek dampak lingkungan yang negatif muncul justru pada saat
pemeliharaan. Oleh sebab itu Tim Pemelihara harus benar-benar diperkuat dan
dibekali pemahaman lingkungan yang baik. Dampak ini terutama sering muncul
berkaitan dengan air atau bangunan air. FT harus memperhatikan apakah
sudah disiapkan organisasi pemeliharaan yang baik serta mampu
mengantisipasi dampak negatif lingkungan yang masih mungkin muncul
beserta dengan rencana pemeliharaannya.
PENERAPAN PENGAMANAN SOSIAL
HIBAH TANAH INDIVIDU DAN ALIH FUNGSI TANAH DESA
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan hibah tanahindividu atau
alih fungsi tanah desa:
(i) Pihak yang akan menghibahkan tanah atau akan dibeli tanahnya oleh
swadaya masyarakat harus sepenuhnya setuju tanpa tekanan dan
tidak bertentangan dengan UU HAM. Sebagai apresiasi terhadap
kesukarelaan dapat dilakukan dengan penghargaan pengumuman
terima kasih atas hibah di acara yang dihadiri masyarakat desa
(misalnya saat MDST).
(ii) Hibah tanah yang bisa dilakukan dalam PNPM adalah hibah tanah
secara penuh artinya kepemilikan tanah tidak lagi dimiliki oleh pemilik
asalnya dan sudah sepenuhnya menjadi milik desa. Dalam
34
kesepakatan hibah perlu dijelaskan secara gamblang pada pemberi
hibah bahwa bila tanah mereka setuju dihibahkan berarti tanah
tersebut secara penuh diserahkan kepada desa. Area yang dipakai
sejak dihibahkan akan menjadi milik desa. Hibah bersifat final dan
dinyatakan secara tertulis dalam Surat Kesepakatan Hibah.
(iii) Pihak yang bisa memberi hibah adalah pihak tercantum di surat
kepemilikan tanah sesuai sertifikat, dokumen jual beli, girik atau
dokumen lain yang secara legal diakui sebagai dasar kepemilikan
tanah. Bila tanah tersebut sudah diwariskan tetapi belum diformalkan
dalam surat kepemilikan tanah, maka seluruh ahli waris harus ikut
menandatangani surat pernyataan hibah tersebut.
(iv) Tidak bisa dilakukan tukar guling dengan tanah desa bila tanah
desanya sudah terdaftar secara resmi karena membutuhkan
persetujuan pelepasan tanah desa sampai ke gubernur (mengikuti
peraturan pemerintah yang berlaku terkait aset desa seperti
Permendagri IV/2007). Dalam kondisi khusus dimana upaya
persetujuan bisa diusahakan kepada gubernur maka proses tukar
guling bisa saja dilakukan.
(v) Bila menggunakan tanah desa dan terjadi alih fungsi, tetapi tetap
merupakan tanah desa maka perlu dibuat kesepakatan alih fungsi
dalam bentuk draft Peraturan Desa (Perdes) yang kemudian diajukan
ke kabupaten.
(vi) Penyerahan dan kerelaan atas kesepakatan yang ada harus tertulis
agar dikemudian hari tanah tersebut tidak menjadi sengketa.
Ketetapan tersebut dimuat dalam dokumen hibah yang bisa didapat di
kecamatan (lihat contoh surat hibah 1 dan 2 di bawah). Isinya adalah
persetujuan penghibahan yang ditandatangani pemilik sah atau bila
sudah meninggal maka tanda-tangan semua ahli warisnya, sketsa
tanah yang dihibahkan, rincian luasannya, materai, mengetahui kades
dan tetangga dekatnya. Dilampiri bukti kepemilikan awalnya (girik,
surat jual beli, atau dokumen legal lainnya). Untuk kasus di Pulau Jawa
35
umumnya diikuti dengan perubahan dalam dokumen letter C di
kelurahan/desa.
(vii) Surat kesepakatan hibah harus disiapkan pada saat pengusulan
proposal, sementara bentuk finalnya adalah pada saat MAD
penetapan. Untuk peralihan fungsi tanah desa, Draft Perdes peralihan
fungsi tanah harus sudah disiapkan pada saat MAD penetapan.
Sesudah usulan disetujui dilakukan verifikasi lagi apakah memang
tanah dibutuhkan dan apakah luasnya sesuai usulan semula, bila tidak
sesuai maka Perdes atau surat hibah harus disesuaikan.
(viii) Bila tanah yang dihibahkan sebagian tersebut sudah bersertifikat maka
perlu ada proses revisi sertifikat tanah yang dibiayai desa/swadaya
masyarakat (secara teoritis dibawah 400 m2 biaya gratis).
(ix) Pencatatan dokumen-dokumen ini terutama dibutuhkan sebagai
persyaratan legal peralihan fungsi atau kepemilikan tanah, bukan
semata administrasi PNPM.
36
Contoh surat hibah 1: dilakukan oleh pemilik langsung sebagai kelengkapan
usulan desa
SURAT KESEPAKATAN HIBAH TANAH
Pada hari ini: .................., tanggal:...................., kami yang bertanda tangan dibawah
ini:
Pemilik tanah yang akan dihibahkan sesuai dokumen tanah yang ada adalah:
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Alamat lengkap :
Kecamatan/Kabupaten :
Menghibahkan tanah kami menjadi milik desa tanpa ada paksaan dan tekanan
siapapun untuk dibangun sebagai.............................................. dalam pelaksanaan
kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan,
Penerima hibah, Kepala desa :
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Alamat lengkap :
Kecamatan/Kabupaten :
Tanah yang dihibahkan memang merupakan milik kami sesuai
dokumen.................................. (terlampir) dengan luasan sebesar ........................
Bila kemudian pada proses penetapan usulan terjadi perubahan luas tanah yang
dibutuhkan, maka surat hibah ini akan direvisi. Setelah proses hibah ini terjadi,
pihak penerima hibah harus mengurus legalitas tanah ini maupun pemisahannya
sesuai perundangan yang berlaku.
Kepemilikan dan hibah ini disaksikan oleh kepala desa dan tetangga bersebelahan:
Sebelah utara berbatasan dengan tanah milik............................., ttd.....................
Sebelah timur berbatasan dengan tanah milik............................., ttd.....................
Sebelah selatan berbatasan dengan tanah milik........................., ttd.....................
Sebelah barat berbatasan dengan tanah milik............................., ttd.....................
37
SKETSA PETA TANAH YANG DIHIBAHKAN
Pemilik tanah:
Nama: ____________________ Tanda tangan:
Penerima hibah, Kepala Desa: Mengetahui, Camat:
(_________________________) (_________________________)
Catatan: Tandatangan camat bisa dilakukan sesudah MAD penetapan.
38
Contoh surat hibah 2:Bila nama pada surat tanah bukan pemilik tanah, tapi
nama orang tuanya atau kerabatnya yang mewariskan tanahnya:
SURAT KESEPAKATAN HIBAH TANAH
Pada hari ini:......................, tanggal:........................., kami yang bertanda tangan
dibawah ini:
Para pewaris tanah yang akan dihibahkan sesuai dokumen tanah yang ada adalah:
1. Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Alamat lengkap :
Kecamatan/Kabupaten :
2. Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Alamat lengkap :
Kecamatan/Kabupaten :
3. Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Alamat lengkap :
Kecamatan/Kabupaten :
Menghibahkan tanah milik kami menjadi milik desa tanpa ada paksaan dan tekanan
siapapun untuk dibangun sebagai ........................ dalam pelaksanaan kegiatan
PNPM Mandiri Perdesaan.
Penerima hibah, Kepala desa:
Nama:
Umur:
Pekerjaan:
Alamat lengkap:
Kec/Kab:
Tanah yang dihibahkan memang merupakan milik kami sesuai
dokumen..................... (terlampir) dengan luas................................
Bila kemudian pada proses penetapan usulan terjadi perubahan luas tanah yang
dibutuhkan, maka surat hibah ini akan direvisi. Setelah proses hibah ini terjadi,
pihak penerima hibah harus mengurus legalitas tanah ini maupun pemisahannya
sesuai perundangan yang berlaku.
39
Kepemilikan dan hibah ini disaksikan oleh kepala desa dan tetangga bersebelahan:
Sebelah utara berbatasan dengan tanah milik............................., ttd.....................
Sebelah timur berbatasan dengan tanah milik............................., ttd.....................
Sebelah selatan berbatasan dengan tanah milik........................., ttd.....................
Sebelah barat berbatasan dengan tanah milik............................., ttd.....................
SKETSA PETA TANAH YANG DIHIBAHKAN
Para pewaris tanah
1. Nama: Tanda tangan:
2. Nama: Tanda tangan:
3. Nama: Tanda tangan:
Penerima hibah, Kepala Desa: Mengetahui, Camat:
(_________________________) (_________________________)
Catatan: Tandatangan camat bisa dilakukan sesudah MAD penetapan.
40
Dalam kasus penggunaan tanah milik Kementerian Kehutanan yang digunakan
menjadi sumber atau lintasan air bersih atau bangunan mikro hidro maka perlu ada
persetujuan Kementerian Kehutanan dan perlu dipastikan bukan dibangun didaerah
inti tamannasional atau hutan lindung.
Contoh Peraturan Desa:
PERATURAN DESA............, KECAMATAN........., KABUPATEN........., PROPINSI............
NOMOR:................., TAHUN............
TENTANG TATAGUNA TANAH DESA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA.................
Menimbang
a. Adanya kebutuhan akan lokasi bagi bangunan PAUD yang disepakati akan dibiayai oleh program PNPM Mandiri Perdesaan
b. Kecocokan lokasi bagi kegiatan PAUD c. Ketersediaan tanah desa yang belum termanfaatkan dengan lebih baik dari
kegunaan PAUD ini
Mengingat
Tata cara penggunaan tanah desa yang diatur oleh Kementerian Dalam Negeri
DENGAN PERSETUJUAN RAPAT MUSYAWARAH DESA
TERTANGGAL................................
MEMUTUSKAN :
Tanah desa seluas................. di lokasi seperti peta pada lampiran penjelasan
peraturan desa ini akan digunakan sebagai lokasi kegiatan PNPM Mandiri
Perdesaan untuk kegunaan...................................., sementara tanahnya masih tetap
merupakan aset desa...........................................
Disahkan di Desa...................
Pada tanggal....................
Kepala Desa, Wakil Permusyawaratan Desa,
(________________________) (__________________________)
Jabatan:
41
Ringkasan hal-hal yang perlu dilakukan dan diperhatikan bila ada hibah tanah
dariindividu atau alihguna tanah desa:
(i) Bila ada penghibahan tanah maka saat pengajuan usulan desa,surat hibah
tersebut harus sudah ada. Desa dengan pihak yang memberi hibah harus
menyiapkan surat hibah ini dan kemudian dicek oleh FK untuk memastikan
hibah tanah dilakukan dengan sukarela dan merupakan hibah penuh
(benar-benar sepenuhnya diserahkan kepada desa). Tanah yang akan
dipakai untuk pembangunan infrastruktur hanya bisa dilakukan bila tanah
tersebut adalah tanah desa atau tanah individu yang telah dihibahkan atau
dibeli masyarakat desa secara swadaya. Bentuk surat hibah adalah sesuai
yang dicontohkan diatas, bisa berupa hibah dari pemilik yang tercantum
disurat tanah atau oleh ahli waris (bila pewaris belum mengubah surat
tanah);bila hibah dari ahli waris maka semua pihak yang berhak atas
warisan sesuai hukum sipil atau hukum agama harus menandatangani
surat hibah tersebut.
(ii) Pada saat MAD penetapan harus dicek kembali apakah tanah yang
dihibahkan memang dibutuhkan dan luasnya sesuai yang disebutkan, bila
tidak dibutuhkan maka surat hibah harus dibatalkan dan bila luasnya
berbeda maka surat hibah harus diperbaiki. Desa membuat proposal dan
FKharus memastikan hal ini. FasKab harus memastikan bahwa semua
prosedur diatas dilakukan pada saat verifikasi dan pemeriksaan RAB dan
desain. Pada saat MAD penetapan, surat hibah tersebut ditandatangani
Camat.
(iii) Pada saat MAD penetapan, bila tanah desa dialihfungsikan maka draft
Perdes harus sudah siap dan ditandatangani Kades dan peserta
penetapan musyawarah desa. Perdesyang sudah ditetapkan akan
dikirimkan sebagai tembusan kepada Kabupaten.
(iv) Semua status tanah tersebut kemudian diusahakan agar disahkan secara
hukum. Desa harus menguruskan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan
ke Kantor Pajak untuk tanah yang dihibahkan dari tanah
individu.Sementara bila tanah sudah bersertifikat, maka desa harus
menguruskan penyesuaian sertifikatnya. Bila belum bersertifikat dan
42
lokasinya di Pulau Jawa maka transaksi tersebut baik hibah maupun dibeli
swadaya harus dicatatkan oleh Sekdes di buku letter C di desa.
PENGUATAN MA&KAT
MA&KAT ada didaerah kerja kita apabila:
Dalam Peta KabupatenterdapatKAT di desa yang berwarna merah.
Contoh Peta Kabupaten Cianjur
Masyarakat terpencil, orang Sunda ada di Naringgul Balegede, sekitar 50 KK
(200 orang), lokasinya di gunung.
Khusus di daerah Suku Dayak atau Papua maka seluruh daerah adalah
kawasan Masyarakat Adat.
Bila pada saat melakukan pemetaan sosial ekonomi, FK menemukan
kelompok seperti definisi MA&KAT di atas. Contoh MA&KAT tidak ada di
peta tetapi teridentifikasi oleh FK, misalkan di Karang Anyar, Jawa
Tengah,
43
Membuat Peta Sosial Ekonomi yang Baik Terkait MA&KAT
Sebelum membuat peta sosial ekonomi sesuai PTO mulailah dengan upaya
berikut ini:
(i) Tanyakan Kades/sekdes, guru, kadus dan kader kesehatan apakah ada
daerah-daerah dimana ada kelompok-kelompok masyarakat termiskin dan
terpencil (karena sulit dijangkau atau karena perbedaan cara hidup). Bila
sedang bekerja di desa yang dipeta sebelumnya berwarna merah, cek
dimana persisnya lokasi masyarakat yang disebutkan diatas.
(ii) Tanyakan pada tokoh-tokoh diatas secara terpisahmengapa mereka lebih
miskin atau terpencil. Apa sumber penghidupan mereka, apa perbedaan
mereka dengan masyarakat lainnya (bahasa, cara hidup, akses, dan lain-
lain); apakah masyarakat mayoritas desa mau berbaur dengan mereka;
bila kurang berbaur mengapa (lokasinya terpencil, perilaku berbeda, dan
lain-lain).
(iii) Cek ke lokasi mereka, kondisi mereka sebenarnya: tingkat kemiskinan
mereka (pola makan, aset ekonomi yang dimiliki, pekerjaan dan
upah/pendapatan), apa yang membedakan mereka dengan masyarakat
umum, seberapa jauh mereka ikut dalam pengambilan keputusan di desa
(sekedar ikut hadir ataukah sampai mampu mempengaruhi keputusan yang
ada). Apa tanggapan mereka terhadap masyarakat desa yang lain (apakah
mereka merasa berjarak dengan orang lain, mengapa? – ini harus
disimpulkan dari pengamatan, umumnya susah untuk bisa ditanyakan
langsung kepada mereka)
(iv) Berdasarkan pekerjaan mereka, telusuri kemana interaksi ekonomi mereka
dilakukan,misalnya kemana mereka membeli kebutuhannya.
(v) Tanyakan kepada pihak-pihak yang membeli produk mereka, menjual
sesuatu kepada mereka atau mempekerjakan mereka tentang kondisi
kelompok tersebut dan apa yang membuat kondisi mereka berbeda.
(vi) Dari semua hal diatas buat kesimpulan:
Apakah mereka bisa diajak kedalam proses PNPM (atau malah sudah
mengikuti dan ikut mengambil keputusan)
44
Apakah usulan-usulan yang muncul dari hasil musyawarah PNPM
selama ini sudah membantu pemenuhan kebutuhan mereka (ingat
infrastruktur tidak dengan sendirinya membantu masyarakat tertentu,
anak sekolah miskin Papua dengan adanya jalan aspal yang lebar
bukan terbantu tetapi malah harus berjalan di permukaan jalan yang
panas dan banyak mobil, tidak punya uang naik angkot dan biaya
angkot tidak menjadi lebih murah dengan adanya perbaikan jalan).
Apa yang bisa menjadi pendorong agar masyarakat desa umumnya
bisa bersimpati terhadap MA&KAT (misalnya melalui isu bersama
seperti kematian ibu/bayi, kesulitan air, jalan kepedalaman yang belum
memadai dan lain-lain).
Ajak tokoh-tokoh desa yang cenderung bersimpati dengan MA&KAT
untuk memikirkan cara agar mereka bisa ikut memperoleh manfaat
dengan adanya PNPM.
Diskusikan dengan fasilitator kabupaten masalah ini agar
mendapatkan input dan informasi mengenai dana-dana khusus yang
bisa digunakan untuk membantu mereka. Faskab harus berkoordinasi
dengan pemerintah kabupaten untuk melihat apakah ada sumber daya
kabupaten yang bisa digunakan untuk membantu MA&KAT. Beberapa
contoh antara lain:
Pembelajaran dari desa di Bali tentang penyertaan kelompok
masyarakat tuna wicara dalam kegiatan pembangunan sarana air
bersih dalam PNPMtelahmemperlihatkan inisiatif awal pemda dan
bisa ditindaklanjuti oleh masyakarat serta kelembagaan di desa
secara lebih jauh. Masyarakat yang sebelumnya berbeda bisa
membaur sangat baik dengan warga desa kebanyakan.
Di Jambi, kelompok LSM berusaha membantu MA&KAT dengan
memberikan modal dan asistensi untuk membentuk koperasi
kebutuhan sehari-hari. Modal semacam ini bisa diberikan PNPM
juga, demikian pula pendampingannya yang bisa dilakukan oleh
fasilitator pemberdayaan atau kader keuangan yang ada di desa.
45
Di Maluku Utara: MA&KAT dibantu agar bisa tinggal di dalam
taman nasional bagi yang masih nomaden sementara yang tinggal
dipinggiran hutan diperbolehkan mencari damar sejauh tidak
mengganggu flora dan fauna lainnya; tidak boleh menebang pohon
dan memburu binatang (selain binatang kecil yang hidup ditanah).
Mereka juga bisa menerima beras raskin walaupun tidak punya
KTP dan kartu miskin; beras itu dititipkan ke gereja bagi yang
nomaden. Bantuan ini dikoordinasikan oleh forum multistakeholder
untuk kawasan sekitar hutan, dan ada beras program RASKIN yang
disalurkan melalui jalur PNPM.
Di Mentawai kebutuhan fasilitas kesehatan dan pendidikan
MA&KAT diakomodasi oleh PNPM; masyarakat non MA&KAT bisa
sangat mendukung kebutuhan MA&KAT.
Sebagai kesimpulan, perlu diupayakan sebisa mungkin agar MA&KAT bisa ikut
dalam proses PNPM, menerima manfaatnya dengan bantuan masyarakat desa
lainnya dan sekaligus upayakan adanya koordinasi dengan kabupaten agar ada
simpati juga dari kabupaten atau masyarakat pemerhati di kabupaten untuk
mendukung masyarakat ini.
(vii) . Pemetaan sosial ekonomi desa harus sudah memuat:
Peta desa dengan lokasi masyarakat miskin, masyarakat terpencil atau
masyarakat adat, pusat-pusat kegiatan ekonomi, pemerintahan dan
akses infrastruktur ke desa
Kegiatan sosial ekonomi dan cara hidup masyarakat
Alur kegiatan ekonomi masyarakat miskin, masyarakat terpencil atau
masyarakat adat (interaksi ekonomi: bagaimana berproduksi, kemana
membeli dan menjual)
Strategi pelibatan masyarakat miskin, masyarakat terpencil atau
masyarakat adat dalam proses pengambilan keputusan PNPM dan
siapa yang bisa ikut membantu mereka
Kemungkinan bekerjasama dengan pemda.(Jangan lupa untuk
mencari informasi anggaran kabupaten yang masuk ke desa, apakah
46
ada Alokasi Dana Desa yang cukup besar untuk investasi, tidak
sekedar biaya administrasi desa, apakah ada dana rutin berkaitan
kemiskinan yang turun ke desa seperti dana bantuan tunai dan lain-
lain).
Contoh Peta Sosial Ekonomi Kelompok MA&KAT.
FK dalam memfasilitasi pemetaan sosial ekonomi agar mengamati strata
masyarakat di desa:
(i) Terkaya di desa: misalnya mempunyai penggilingan padi dan toko serba
ada termasuk menyediakan modal untuk sawah
(ii) Masyarakat yang terpandang: guru, PNS dan aktivis proyek-proyek
pemerintah
(iii) Masyarakat umum: memiliki sawah atau kebun; yang lebih baik
mempunyai usaha tambahan tertentu seperti menarik ojek dll.
(iv) Masyarakat terpencil: tidak ada akses jalan dan tidak mempunyai tanah
selain untuk rumahnya, bukan berasal dari suku desa tersebut,
penghasilan dari mencari ikan-ikan kecil disungai, hasil dari ladang
Desa Transmigrasi lokal
Ladang kering
(tanah adat,
potensi konflik ) Pemukiman utama desa
⌂ �
�
⌂
��
⌂
Desa Tetangga
J
a
l
a
n
Bekas percobaan tambak Garam
Daerah Tambak Ikan Bandeng
U
SD
Kapel
Gereja
Pustu
Pustu
Sawah orang desa utama
(196 ha)
D
a
e
r
a
h
p
e
r
b
u
k
i
t
a
n
Daerah masyarakat terlupakan
Pemukiman dekat jalan besar
Pantai Laut
Batas desa
Tempat keramat
Proyek Normalisasi sungai
Kantor Lurah
Penggilingan terbesar
Penggilingan & grosir
kelontong
Saluran irigasi Saluran irigasi PNPM
SMP
Saluran irigasi yg masih terputus
47
kering milik orang desa di butir ii dan iii diatas atau menjaga ternak
masyarakat ii dan iii diatas. Nelayan yang mempunyai perahu dan
tambak bandeng adalah masyarakat transmigrasi lokal. Di sini MA&KAT
sangat membutuhkan simpati masyarakat lainnya di desa agar hasil
bumi dan tangkapan mereka mau dibeli, selain itu kebutuhan mereka
akan fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan dan lain-lain agar
diperjuangkan bersama. Sementara kabupaten bisa membantu
menyediakan akses infrastruktur untuk memenuhi kebutuhan layanan air
bersih, pendidikan, kesehatan dan lain-lain yang belum terdanai oleh
PNPM.
Kesimpulan Hasil Analisa Sosial Ekonomi:
Dalam kasus desa di peta diatas, FK bersama masyarakat umum sepakat
untuk melihat MA&KAT sebagai bagian dari desa dengan usulan tersendiri, dan
dengan simpati masyarakat desa maka usulan MA&KAT dapat
diprioritaskan.serta pemda dapat mendukung pengadaankebutuhan-kebutuhan
lain yang diperlukan MA&KAT.
Arti Pemberdayaan Bagi MA&KAT
MA&KAT dapat memperoleh manfaat program dan menjadi lebih sejahtera
ditempat hidup sekarang dan masih bisa melakukan cara hidup yang mereka
anut saat ini.
MA&KAT hidup terpencil dan seringkalidisebut primitif,tetapi mereka hidup
secara bebas tidak tertekan, tidak hidup menggelandang, tidak mengalami gizi
buruk, tidak melakukan tindakan kriminal, tidak mempunyai hutang dan tidak
kelaparan. MA&KAT hanya membutuhkan persahabatan dan simpati baik
secara sosial maupun ekonomi.
MA&KAT tidak ingin dicabut dari akar tempat tinggalnya, tidak ingin berganti
budaya atau agama, tidak ingin “dimasyarakatkan”. Sering ”dimasyarakatkan”
hanya menyebabkan mereka frustasi, menggelandang dan terpaksa hidup dari
belas kasihan karena mereka tidak punya keahlian dan modal yang cukup
untuk hidup dengan cara yang sangat berbeda (kita sendiripun demikian). Hal
yang mereka butuhkan adalah keperdulian dan kesamaan hak.
48
Mengajak Warga Perduli Terhadap Sesama dan MA&KAT
(i) Selami kondisi hubungan antara masyarakat desa pada umumnya dan
MA&KAT; apa sebab MA&KAT tertinggal dari masyarakat desa pada
umumnya. Apakah ada pandangan buruk terhadap kelompok terlupakan
ini, seperti dianggap suka mencuri (tanaman), kurang ada semangat
berusaha,dan lain-lain. Fasilitator perlu menjelaskan bahwa perbedaan ini
terjadi karena MA&KAT hidup dalam kondisi yang sederhana, dekat
dengan alam dan belum merasa perlu mengumpulkan kekayaan. Hal ini
menyebabkan mereka miskin, tapi bukan karena sebuah kejahatan atau
kemalasan, tetapi lebih merupakan suatu pola hidup yang bersahaja.
(ii) Tentukan isu yang bisa menjadi dasar solidaritas bersama seperti: (i)
target-target yang ada di MDGs: penurunan kematian ibu anak,
ketersediaan air bersih, perlunya pemerataan kesehatan dan pendidikan,
perlunya mengurangi penyakit menular dan mematikan seperti
malaria,TBCdan lain-lain, perlunya membantu sesama secara ekonomi
bagi pihak yang belum beruntung. Cari tokoh-tokoh dimasyarakat yang
lebih bersimpati kepada MA&KAT. Intinya coba temukan isu dan tokoh
pendukung kebersamaan dan kepedulian.
(iii) Jadikan isu tersebut sebagai salah satu kriteria pemilihan proposal
PNPM. Fasilitasi secara terus menerus agar kriteria itu digunakan secara
konsisten dalam menentukan pilihan proposal yang akan dipilih.
(iv) Usahakan agar pemda juga memberikan bantuan agar masyarakat desa
tidak merasa harus menanggung nasib saudara mereka sendirian. Untuk
itu Fasilitator kecamatan dan kabupaten perlu mengetahui sumber dana
nasional, propinsi dan kabupaten yang cocok digunakan untuk membantu
MA&KA. Sebagai contoh, dalam bidang pendidikan ada subsidi untuk
murid miskin, bidang kesehatan ada program JAMKESMAS untuk
masyarakat miskin. . PNPM juga bisa dimanfaatkan untuk pendidikan,
kesehatan, ekonomi dan infrastruktur.Jangan terpaku hanya pada dinas
sosial untuk membantu MA&KAT, tetapi perlu dikembangkan cara lain
untuk melibatkan pihak Bappeda dan Sekda.
49
Dalam kaitan MA&KAT titik kuncinya dalam proses PNPM adalah proses
sebagai berikut:
(i) Pengkajian dan peta awal MA&KAT (lihat peta sebelumnya) dilakukan
sebelum pembuatan peta sosial ekonomi. Kajian ini dilakukan pada masa
sosialisasi dan pengamatan lapangan oleh FK sendiri (bukan partisipatif).
Ini dipakai sebagai dasar strategi FK melakukan penggalian gagasan,
pembangunan simpati pada masyarakat terpencil.
(ii) Kemudian keperdulian kepada MA&KAT dikawal terus sampai penentuan
prioritas usulan. Selama itu juga perlu dilihat bagaimana kabupaten bisa
didorong keperduliannya secara positif terhadap MA&KAT. Keperdulian
kabupaten perlu dilakukan oleh FasKab dengan kordinasi dengan FK dan
FT terkait.
Pendampingan MA&KAT dalam proses PNPM perlu dilakukan:
(i) Pada saat sosialisasi dan pemetaan sosial ekonomi perlu dilakukan
dengan lebih seksama sesuai dengan panduan ini.
(ii) Pada saat MAD sosialisasi, FK yang bekerja di daerah yang memiliki
MA&KAT di tahap sosialisasi harus mengkampanyekan kepedulian
terhadap MA&KAT dan menguraikan kebutuhan MA&KAT yang ada
sesuai panduan ini.
(iii) Sejak penggalian gagasan sampai MAD penetapan, FK harus mendorong
kelompok mayoritas untuk memberi prioritas pada usulan kelompok
MA&KAT, terutama bagi MA&KAT yang selama ini usulannya tidak
pernah diterima.
(iv) Fasilitator Kabupaten perlu berkomunikasi dengan Pemda dan organisasi
kemasyarakat terkait agar kebutuhan MA&KAT bisa dibantu atau
dipenuhi.
3.2 SIAPA PELAKU PENERAPAN PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN
HIDUP DALAM PNPM MPd?
Penerapan pengamanan sosial dan lingkungan hidup dilakukan oleh semua
pelaku PNPM MPd di setiap tingkatan, baik pemerintah, konsultan, fasilitator,
dan masyarakat.
50
Pemerintah meliputi Satuan Kerja (Satker) Pusat, Provinsi, dan
Kabupaten, serta Penanggung Jawab Operasional di Kecamatan,
Kabupaten, dan Provinsi
Konsultan terdiri dari Tim Konsultan Provinsi, Regional maupun Pusat.
Fasilitator terdiri dari Fasilitator Kecamatan yaitu Fasilitator
Pemberdayaan (FK) dan Fasilitator Teknik (FT) serta Fasilitator
Kabupaten yaitu Fasilitator Pemberdayaan Kabupaten (FKab) dan
Fasilitator Teknik Kabupaten (FTKab) dan Fasilitator Keuangan
Kabupaten (FasKeu).
Pelaku dari masyarakat seperti Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa
(KPMD) dan Kader Teknik (KT), Tim Penulis Usulan (TPU), Tim
Pengelola Kegiatan (TPK), Tim Verifikasi (TV), Tim Pengelola dan
Pemelihara Prasarana Desa (TP3D), Pendamping Lokal (PL), bekerja
sama dengan masyarakat dan para tokoh masyarakat serta Badan
Kerjasama Antar Desa (BKAD).
3.3 MENGAPA DIPERLUKAN PENERAPAN PENGAMANAN SOSIAL DAN
LINGKUNGAN HIDUP DALAM PNPM MPd?
Penerapan pengamanan sosial dan lingkungan hidup dalam PNPM MPd
diperlukan untuk memastikan pelaksanaan PNPM MPd meningkatkan kualitas
sosial dan lingkungan serta mengurangi dan menghindari dampak negatif, dan
mewujudkan kelestarian lingkungan hidup untuk keberlanjutannya.
3.4 DIMANA PENERAPAN PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN HIDUP
TERTANAM DALAM PNPM MPd?
Penerapan pengamanan sosial dan lingkungan hidup dalam PNPM MPd telah
ada dalam berbagai instrumen dan tahapan PNPM MPd. Kebijakan ini tertuang
dalam Petunjuk Teknis Operasional (PTO) termasuk penjelasan dan formulir-
formulir pendukungnya, serta tercakup dalam materi pelatihan. Kebijakan ini
diterapkan dalam tahapan PNPM MPd antara lain:
- Diseminasi dan sosialisasi
- Musyawarah Desa dan Musyawarah Antara Desa
- Pelatihan Pendamping Lokal dan KPMD
- Penulisan usulan desa
51
- Verifikasi usulan desa
- Keputusan proposal yang akan didanai
- Pelaksanaan kegiatan
- Supervisi dan Monitoring
- Fasilitasi dan Penanganan Masalah
- Dokumentasi dan Pelaporan
- Pengoperasian dan Pemeliharaan (Operation and Maintenance, O&M)
3.5 BAGAIMANA PENERAPANNYA PADA TAHAP PERSIAPAN DAN
SOSIALISASI ?
Penerapan pengamanan sosial dan lingkungan hidup dalam tahap Persiapan
dan Sosialisasi dilakukan dengan memastikan bahwa seluruh lapisan
masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan diseminasi dan sosialisasi PNPM
MPd di berbagai forum dan tingkatan, sejak Lokakarya Nasional, Provinsi,
Kabupaten yang kemudian ditindaklanjuti lagi pada Musyawarah Antar Desa
(MAD), Musyawarah Desa (MusDes) dan Musyawarah Dusun (Musdus) dan
pada pelatihan Kader maupun TPK. Kebijakan pengamanan sosial dan
lingkungan dijelaskan dalam setiap tahapan kegiatan di atas.
3.6 BAGAIMANA PENERAPANNYA PADA TAHAP PERENCANAAN ?
Penerapan pengamanan sosial dan lingkungan hidup dalam tahap
Perencanaan dilakukan dengan menjadikan potensi dampak negatif terhadap
sosial dan lingkungan sebagai bahan pertimbangan dan kriteria penilaian
dalam penyusunan dokumen usulan, proses verifikasi usulan sampai proses
desain teknis, serta pengambilan keputusan dalam MAD Prioritas.
3.6.1 Musyawarah Desa (MusDes) dan Musyawarah Desa Khusus
Perempuan (MDKP).
Daftar Larangan (negative list) harus ditaati dan menjadi bahan
pertimbangan sejak MusDes dan MDKP.
3.6.2 Pelatihan Tim Penulis Usulan (TPU).
Fasilitator harus menjelaskan cara pengisian formulir yang
memperhatikan kebijakan safeguard:
- Formulir 5 “Usulan Kegiatan”: mengusulkan kegiatan yang tidak
berdampak negatif terhadap sosial dan lingkungan
52
- Formulir 6 “BA Kesanggupan Swadaya Masyarakat”: menerangkan
kesediaan masyarakat memberikan donasi lahan baik secara hibah
atau kompensasi
- Formulir 9 “Rekap Pengadaan Lahan dan Aset” serta Form 9a
“Daftar Rincian Hibah Lahan”: menerangkan pengadaan lahan
dengan pilihan ijin pakai, hibah, tukar lahan atau beli
- Formulir 10 “Cheklist Pemeriksaan Kelengkapan Dokumen Usulan”:
memastikan kelengkapan dokumen antara lain dokumen hibah lahan
yang telah diisi dengan benar.
Fasilitator harus menjelaskan pula langkah mitigasi dan penanganan
potensi dampak negatif dalam pelaksanaan PNPM MPd.
3.6.3 Proses penulisan usulan.
TPU harus menjelaskan hal-hal sebagai berikut:
- Formulir 5 “Usulan Kegiatan”: mempertimbangkan kemungkinan
kebutuhan lahan, dampak negatif terhadap lingkungan dan sosial
termasuk kemungkinan adanya dampak negatif terhadap
masyarakat adat.
- Formulir 6 “BA Kesanggupan Swadaya Masyarakat”: menjelaskan
kemungkinan pembatalan sumbangan masyarakat apabila kegiatan
tidak terdanai.
- Formulir 9 “Rekap Pengadaan Lahan dan Aset” serta Form 9a
“Daftar Rincian Pengadaan Lahan dan Aset”: memastikan
kelengkapan dokumen pengadaaan lahan yang ditandatangani oleh
pemberi hibah bersama ahli warisnya dan Kepala Desa serta
dilampiri denah lahan yang dihibahkan.
- Formulir 10 “Ceklis Pemeriksaan Kelengkapan Dokumen Usulan”:
memastikan kelengkapan proposal usulan meliputi antara lain berita
acara penyelesaian proses hibah lahan.
3.6.4 Pelatihan Tim Verifikasi.
Fasilitator harus memberikan penjelasan terdiri dari:
- Pemahaman dan penerapan kebijakan safeguard dalam PNPM
MPd.
53
- Formulir 11 dan 12 “Verifikasi Usulan”: memastikan usulan kegiatan
tidak termasuk dalam Daftar Larangan (negative list), tidak
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dan sosial
termasuk masyarakat adat, serta tidak ada masalah dengan
kepemilikan tanah atau hibah lahan.
3.6.5 Proses Verifikasi Usulan.
Tim Verifikasi harus memastikan:
- Formulir 11 “Verifikasi Usulan”: status proses pengadaan lahan
sebelum memberikan penilaian dan rekomendasi bagi usulan.
- Formulir 12d “Verifikasi Usulan Prasarana”: sebelum menyatakan
kelayakan teknis maka Tim Verifikasi memastikan apakah sudah
ada kelayakan dalam pengadaaan lahan, apakah kegiatan yang
diusulkan tidak menimbulkan kerusakan lingkungan dan dampak
sosial yang negatif pada saat konstruksi dan pasca konstruksi, serta
bagaimana upaya penanganannya apabila terdapat potensi dampak
negatif tersebut.
3.6.6 MAD Prioritas Usulan.
Rekomendasi dari Tim Verifikasi yang telah mempertimbangkan kajian
dampak negatif terhadap lingkungan dan sosial serta kelayakan lahan
seperti dijelaskan di atas, menjadi salah satu pertimbangan penilaian
prioritas usulan dalam MAD ini.
3.6.7 Proses Desain RAB.
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
- Formulir 22 “Penanganan Dampak Negatif Terhadap Lingkungan”:
FT bersama KT harus mengidentifikasi 1) Dua jenis dampak negatif
terhadap lingkungan yang paling merugikan masyarakat dan
berpotensi terjadi, berikut rencana pencegahan dan
penanganannya. 2) Dua jenis potensi dampak negatif terhadap
lingkungan yang hampir pasti terjadi di lokasi, berikut rencana
mengatasinya.
- Formulir 25 “Pemeriksaan Desain dan RAB”: Fasilitator Teknik
Kabupaten (FTKab) harus melakukan pemeriksaan antara lain:
54
(i) Catatan-catatan potensi dampak negatif terhadap sosial dan
lingkungan yang akan terjadi pada lokasi kegiatan yang
direncanakan.
(ii) Catatan-catatan hasil konfirmasi pembebasan lahan kepada
masyarakat yang lahannya akan dibebaskan untuk kegiatan.
(iii) Desain bangunan sudah mempertimbangkan dan
mengakomodasi arsitektur, penggunaan, kebiasaan,
kepercayaan dan aturan setempat.
3.6.8 Penyusunan Dokumen SPPB.
Formulir 29 “Surat Perjanjian Pemberian Bantuan (SPPB)”: harus
dilampiri dengan gambar desain teknis yang sudah dinyatakan layak
oleh FTKab berdasar pertimbangan antara lain kajian potensi dampak
terhadap sosial dan lingkungan di atas.
3.7 BAGAIMANA PENERAPANNYA PADA TAHAP PELAKSANAAN?
Penerapan pengamanan sosial dan lingkungan hidup dalam tahap
pelaksanaan adalah melaksanakan hasil kajian potensi dampak negatif
terhadap sosial dan lingkungan dari tahap perencanaan ke dalam aktivitas
pelaksanaan mulai dari sosialisasi hasil MAD, pelatihan atau OJT untuk Tim
Pengelola Kegiatan, rapat pra pelaksanaan sampai masa konstruksi prasarana.
3.7.1 Musyawarah Desa Informasi Hasil MAD
Musyawarah Desa ini harus memastikan kembali hasil kajian terhadap
usulan kegiatan yang didanai:
- Memastikan kembali pengadaan bahan dan alat agar
memperhatikan Daftar Larangan (negative list).
- Menyepakati mekanisme dan jadwal realisasi swadaya, hibah lahan
dan aset lainnya sesuai daftar kesanggupan yang telah disepakati
sebelumnya.
- Mensosialisasikan pencegahan dan penanganan potensi dampak-
dampak negatif terhadap sosial dan lingkungan yang mungkin timbul
akibat pembangunan prasarana yang didanai. Peserta Musyawarah
Desa dapat menyampaikan tambahan masukan tentang hal ini
sesuai dengan kondisi setempat.
55
3.7.2 Pelatihan atau OJT Tim Pengelola Kegiatan (TPK)
Materi pelatihan atau OJT mencakup antara lain:
- Pemahaman isi formulir-formulir terkait penerapan kebijakan
pengamanan sosial dan lingkungan dalam tahap perencanaan
seperti dijelaskan di atas.
- Perencanaan pencegahan dan penanganan dampak negatif
terhadap sosial dan lingkungan yang mungkin timbul akibat
pembangunan prasarana yang akan dilaksanakan, serta dilengkapi
masukan-masukan tambahan dari peserta Musyawarah Desa
Informasi Hasil MAD sesuai dengan kondisi setempat.
3.7.3 Rapat Pra Pelaksanaan
Menyepakati:
- Teknis pelaksanaan dalam merealisasikan swadaya, hibah lahan
dan aset lainnya.
- Teknis pelaksanaan dalam realisasi pencegahan dan penanganan
potensi dampak negatif terhadap sosial dan lingkungan.
3.7.4 Masa Konstruksi Prasarana
FT dan KT melakukan pendampingan dan monitoring terhadap TPK dan
masyarakat dalam pelaksanaan pencegahan dan penanganan potensi
dampak negatif terhadap sosial dan lingkungan dalam masa konstruksi
prasarana. Pelaksanaannya mengacu kepada hasil kajian safeguard
pada tahap perencanaan termasuk hasil pengisian formulir-formulir
terkait, serta hasil Rapat Pra Pelaksanaan mengenai teknis pelaksanaan
yang telah disepakati.
3.8 BAGAIMANA PENERAPANNYA PADA TAHAP PELESTARIAN?
Penerapan pengamanan sosial dan lingkungan hidup dalam tahap pelestarian
tercakup dalam kegiatan pemeliharaan. Formulir 25 “Pemeriksaan Desain dan
RAB”: memastikan tersedianya Berita Acara kesanggupan memelihara
kegiatan. Rencana operasional dan pemeliharaan serta rencana
pembiayaannya dilakukan sebelum Musyawarah Desa Serah Terima (MDST).
Rencana tersebut mencakup pelaksanaan berkelanjutan pencegahan dan
penanganan/mitigasi potensi dampak negatif yang kemungkinan timbul
pascakonstruksi.
56
3.9 BAGAIMANA PERAN PARA PELAKU PNPM MPd DALAM PENERAPAN
PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN HIDUP?
Setiap pelaku PNPM MPd mempunyai peran yang berbeda dalam penerapan
pengamanan sosial dan lingkungan hidup. Peran masing-masing diuraikan di
bawah ini:
Aparat Pemerintah
Aparat pemerintah di kabupaten terdiri dari Satker Kabupaten dan PjOKab.
Dalam penerapan kebijakan pengamanan sosial dan lingkungan, aparat
pemerintah di kabupaten harus menguasai pemahaman kebijakan ini dan
berfungsi mengawasi penerapannya serta membina masyarakat. Aparat
memastikan Daftar Larangan (negative list) dipatuhi setiap desa, kelengkapan
dokumen hibah lahan yang benar, memastikan verifikasi usulan yang dilakukan
oleh tim masyarakat dan pemerintah berdasarkan pertimbangan kajian potensi
dampak negatif terhadap sosial dan lingkungan. Untuk hal-hal tersebut, aparat
pemerintah di kabupaten mengawasi tetapi tidak terlibat secara mendetail.
Aparat pemerintah di kecamatan terdiri dari Camat dan PjOK. Dalam hal ini
Camat dan PjOK harus mengawasi penerapan pengamanan sosial dan
lingkungan hidup dalam kajian prioritas usulan dari masyarakat sebelum
penandatanganan dan pengisian dokumen pencairan dana. Khusus untuk
kegiatan verifikasi, aparat di kecamatan akan lebih terlibat secara langsung,
baik sebagai narasumber atau koordinator kegiatan tim verifikasi. Dengan
demikian aparat ini bisa membimbing masyarakat untuk mengidentifikasi
potensi dampak negatif terhadap sosial dan lingkungan di wilayahnya
berdasarkan pengalaman dari implementasi program sebelumnya serta
pengetahuan terhadap lokasi-lokasi yang rawan bencana, komunitas adat
terpencil dan lainnya.
Konsultan dan Fasilitator
Konsultan berada di tingkat nasional, regional, dan provinsi. Mereka lebih
berperan sebagai supervisor kegiatan melalui kunjungan rutin ke lokasi desa.
Mereka juga terlibat dalam pembuatan panduan dan instruksi teknis kepada
fasilitator dan masyarakat di lapangan, serta mendesain pelatihan-pelatihan
yang dibutuhkan.
57
Fasilitator kabupaten adalah Faskab Pemberdayaan, Faskab Keuangan, dan
Faskab Teknik. Faskab bertugas untuk mensupervisi kegiatan dan
membimbing fasilitator kecamatan serta masyarakat. Fasilitator kecamatan
bekerja langsung dengan masyarakat, sebagai pembimbing dan narasumber
untuk segala hal. Fasilitator kecamatan terdiri dari Fasilitator Kecamatan yang
ahli dalam pemberdayaan dan Fasilitator Teknik yang ahli dalam pembangunan
prasarana. Kedua-duanya bertanggung jawab atas peningkatan kapasitas
masyarakat di desa, sebagai transfer ilmu pengetahuan dan ketrampilan untuk
kemandirian desa.
Dalam penerapan pengamanan sosial dan lingkungan hidup, fasilitator
berperan dalam membimbing pengisian semua formulir terkait, mampu
menjelaskan pemahaman pengamanan sosial dan lingkungan hidup kepada
masyarakat dan mendampingi masyarakat serta mengawasi hasil
penerapannya.
Fasilitator Teknik Kabupaten harus mengisi ceklis terhadap kualitas desain,
dan wajib menolak desain yang tidak memenuhi kajian pengamanan, termasuk
pengisian format terhadap rincian hibah lahan serta format dampak lingkungan.
Fasilitator Teknik di kecamatan bertanggung jawab untuk menjamin bahwa
proses hibah lahan dilakukan sesuai aturan, dan FT juga membimbing
pengisian formulir potensi dampak lingkungan secara lengkap dan benar.
Masyarakat
Masyarakat dibedakan menjadi empat kelompok. Aparat desa mempunyai
tugas pokok untuk mengawasi segala kegiatan yang ada di desa. Aparat tetap
ada, walaupun pelaku PNPM MPd belum diseleksi dan belum aktif. Dalam
penerapan kebijakan pengamanan, aparat desa harus mengidentifikasi potensi
dampak negatif terhadap kehidupan sosial dan lingkungannya, termasuk
memahami Daftar Larangan (Negative List) sehingga bisa menjelaskannya
kepada masyarakat umum. Tim Pengelola Kegiatan adalah tim kecil yang
dipilih oleh masyarakat untuk mengelola kegiatan PNPM di desanya. Mereka
harus memahami penerapan pengamanan dalam PNPM MPd, terutama
identifikasi potensi dampak negatif terhadap sosial dan lingkungan yang
menjadi bahan pertimbangan dalam verifikasi, penyusunan usulan,
58
kelengkapan dokumen perencanaan, dan proses pengaturan pengadaaan
lahan.
KPMD, terutama Kader Teknik, harus mampu menjelaskan pemahaman
pengamanan dalam kesehariannya di lapangan. Kader Teknik menggantikan
peran Fasilitator Teknik pada saat FT tidak ada di desa. Transfer ilmu
pengetahuan dan ketrampilan dari fasilitator banyak ditujukan kepada KPMD
agar ada orang desa yang memiliki pemahaman yang baik secara mandiri.
Masyarakat berperan untuk mensosialiasikan lebih luas pemahaman
pengamanan sosial dan lingkungan hidup serta mengimplementasikannya
dalam pelaksanaan PNPM MPd. Masyarakat harus betul-betul mengerti
dengan benar apa potensi dampak negatif yang dapat ditimbulkan proyek bagi
kehidupan sosial serta lingkungannya, sehingga dapat turut serta berpartisipasi
dalam pencegahan dan penanganannya. Demikian pula mengenai
kelengkapan dokumen pengadaan lahan harus dipahami dengan baik oleh
masyarakat sehingga bisa berperan dengan benar.
Tim Verifikasi terdiri dari masyarakat atau aparat yang ada di kecamatan, dan
mereka diberi tugas untuk menilai apakah usulan yang diajukan oleh desa
memang layak untuk didanai. Ketidaklayakan dapat disebabkan alasan sangat
teknis, tetapi dapat pula diakibatkan ketidaklayakan dari kajian pengamanan
terkait potensi dampak negatif terhadap sosial dan lingkungan, serta kelayakan
lahan. Tim Verifikasi wajib melaporkan hal tersebut kepada Musyawarah Antar
Desa agar dipertimbangkan dalam penentuan prioritas usulan.
3.10 APA SAJA PELATIHAN YANG MENCAKUP PENGAMANAN SOSIAL DAN
LINGKUNGAN HIDUP?
Terdapat tiga macam pelatihan yang mencakup pengamanan sosial dan
lingkungan hidup yaitu:
Pelatihan Pratugas
Pelatihan pratugas diberikan kepada fasilitator sebelum mobilisasi ke lapangan,
baik fasilitator di kabupaten maupun fasilitor di kecamatan. Pelatihan pratugas
terdiri dari pelatihan bersama serta pembagian kelas teknis dan kelas
nonteknis. Khusus untuk kabupaten, terdapat kelas khusus fasilitator
keuangan. Dalam pelatihan ini penjelasan pengamanan sosial dan lingkungan
59
hidup dialokasikan selama 4 jam terdiri dari penjelasan umum tentang
pengamanan sosial dan lingkungan hidup dalam bentuk pelatihan bersama,
sementara penjelasan dan pelatihan khusus formulir-formulir terkait kebijakan
pengamanan diberikan pada kelas teknis.
Pelatihan untuk tingkat kabupaten mengutamakan peran fasilitator sebagai
supervisor dan pembimbing. Khusus fasilitator teknik, diberi pelatihan tentang
pemeriksaan desain dan RAB. Semua faskab diberi pelatihan pengamanan
tentang aturan nonteknis, termasuk pengadaan lahan dan verifikasi umum.
Pelatihan Penyegaran
Semua konsultan dan fasilitator yang telah berada di lapangan akan menerima
pelatihan penyegaran setiap tahun. Pada pelatihan penyegaran ini, peserta
akan diberi informasi tentang kebijakan dan instrumen baru serta pelatihan
tentang penggunaannya. Dalam pelatihan penyegaran akan diberikan
penjelasan kebijakan pengamanan sosial dan lingkungan hidup meliputi: (1)
Pemahaman pengamanan sosial dan lingkungan hidup; (2) Identifikasi
pencegahan dan penanganan dampak negatif yang ditimbulkan proyek;
(3) Dokumentasi dan pelaporan penerapan pengamanan sosial dan lingkungan
hidup. Hal ini termasuk pelatihan untuk pengisian formulir-formulir yang telah
dimodifikasi. Pelatihan ini dilakukan di provinsi dan kabupaten.
Pelatihan Kader Teknik
Pelatihan kader teknik akan diberikan kepada semua kader teknik, baik yang
sudah lama bekerja sebagai kader maupun yang baru dipilih sebagai kader.
Pelatihan ini sangat intensif selama dua minggu, dengan kesempatan untuk
mempraktikkan ilmu baru di lapangan pada akhir minggu pertama pelatihan.
Dalam pelatihan ini akan diberikan pemahaman dan keterampilan untuk
mengidentifikasi potensi dampak negatif yang mungkin ditimbulkan oleh proyek
terhadap sosial dan lingkungan. Kader dilatih agar tiap desa mempunyai
minimal satu orang yang mengerti hal-hal teknis seperti ini.
60
3.11 BAGAIMANA SUPERVISI PENERAPAN PENGAMANAN SOSIAL DAN
LINGKUNGAN HIDUP DALAM PNPM MPd?
Supervisi penerapan pengamanan sosial dan lingkungan hidup dilakukan
dalam setiap tahapan mulai dari tahap persiapan dan sosialisasi, perencanaan,
pelaksanaan dan pelestarian. Kegiatan supervisi dilakukan di desa, kecamatan
dan kabupaten dengan menggunakan ceklis supervisi yang terdapat dalam
Lampiran 2lampiran panduan ini.
Supervisi di Desa dan Kecamatan oleh Fasilitator
Dalam kegiatan supervisi di desa/kecamatan, fasilitator memberikan
pendampingan dan monitoring terhadap proses identifikasi potensi dampak
negatif terhadap sosial serta potensi kerusakan lingkungan dari setiap usulan
kegiatan. Fasilitator mendokumentasikan hasil identifikasi serta
menggunakannya sebagai bahan monitoring untuk penerapannya dalam
tahapan pelaksanaan baik masa konstruksi dan pasca konstruksi.
Supervisi di Kabupaten dan Provinsi oleh Konsultan
Di Kabupaten dan Provinsi, selain monitoring dan pendampingan di lapangan,
supervisi oleh konsultan meliputi pertemuan koordinasi rutin baik di kabupaten
maupun provinsi untuk membahas dan mengevaluasi penerapan pengamanan
sosial dan lingkungan hidup dalam setiap tahapan perkembangan program
secara reguler termasuk masalah dan pengaduan.
Misi Supervisi oleh Pemerintah, NMC, dan Bank Dunia
Misi supervisi berkala diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa (PMD) Kementerian Dalam Negeri, National
Management Consultant (NMC), dan Bank Dunia. Supervisi meliputi
pendampingan dan monitoring terhadap penerapan kebijakan pengamanan
sosial dan lingkungan dari setiap tahapan, memantau masalah, pengaduan dan
penanganannya, serta mendokumentasikan good practice dari pelaksanaan di
lapangan. Hasil supervisi ini dicakup dalam Back to Office Reports (BTOR)
yang disusun oleh staf Bank Dunia setelah kembali dari lapangan dan
merangkum seluruh masukan dan rekomendasi dari tim Bank Dunia, PMD dan
61
NMC, serta Aide Memoire yang disusun setelah misi supervisi gabungan
tersebut yang dilakukan dua kali dalam setahun.
3.12 BAGAIMANA DOKUMENTASI DAN PELAPORAN PENGAMANAN SOSIAL
DAN LINGKUNGAN HIDUP?
Dokumentasi dan Pelaporan tentang penerapan pengamanan sosial dan
lingkungan hidup dalam PNPM MPd mengikuti alur dan mekanisme yang
berlaku dalam PNPM MPd pada umumnya. Laporan tentang penerapan
kebijakan ini menjadi tambahan dalam setiap Laporan Bulanan dan Laporan
Tahunan baik di kecamatan, kabupaten, provinsi dan nasional.
Laporan tersebut meliputi:
- Dokumentasi penerapan pengamanan sosial dan lingkungan hidup dalam
setiap tahapan program mulai dari tahap perencanaan dan sosialisasi,
pelaksanaan dan pelestarian, termasuk rekapitulasi pengisian formulir-
formulir terkait kebijakan pengamanan.
- Identifikasi dan evaluasi permasalahan terkait potensi dampak negatif yang
timbul terhadap sosial dan lingkungan, serta rencana pencegahan dan
penanganannya.
- Dokumentasi good practice untuk dijadikan bahan pembelajaran dalam
penerapan di masa mendatang.
Penyusunan dokumentasi dan pelaporan penerapan pengamanan sosial dan
lingkungan hidup ini dapat dikompilasi mulai dari musyawarah-musyawarah
dari setiap tahapan kegiatan dan hasil pengisian formulir terkait, serta hasil
supervisi berupa pemantauan terhadap pelaksanaan dari setiap tahapan.
Rekapitulasi berbagai pencatatan ini dalam sistem pengelolaan informasi
(Management Information System/MIS) dapat menjadi salah satu bentuk
dokumentasi penerapan kebijakan pengamanan dalam PNPM MPd.
3.13 BAGAIMANA PENGADUAN DAN PENANGANAN MASALAH
PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN HIDUP?
Pengaduan dan penanganan masalah pengamanan sosial dan lingkungan
hidup mengikuti jenjang dan alur mekanisme PNPM MPd. Keluhan mengenai
62
pelanggaran kebijakan ini akan didokumentasikan secara berjenjang. Keluhan
ini bisa terdiri dari temuan-temuan tentang dampak negatif sosial yang
merugikan masyarakat, kerusakan lingkungan, ataupun ketidaktepatan dalam
realisasi pengadaan lahan serta praktik pelaksanaan yang berbeda dari
rencana penanganan yang telah disepakati sebelumnya.
Seperti halnya keluhan lain dalam PNPM MPd maka keluhan terkait
pengamanan sosial dan lingkungan hidup ini akan diumumkan setiap bulan
dalam website www.pnpm-perdesaan.org di bawah Menu Penanggulangan
Keluhan (Handling Complaints Menu). Keluhan dapat disampaikan melalui:
- SMS : 085710301234 atau 082112109495 - Telepon : 021 7195212 - Fax : 021 7181254 - Email : [email protected] atau
[email protected] - Website : www.pnpm-perdesaan.or.id - Surat : Komplek Bungur Indah, Kemang Utara
Kec. Mampang Prapatan Jakarta Selatan 12730; - Kunjungan langsung kepada Fasilitator/Konsultan dan Pelaku PNPM di
lokasi terdekat.
Metode-metode yang lebih inovatif, misalnya stasiun radio masyarakat,
digunakan di berbagai daerah untuk membahas keluhan masyarakat,. Semua
keluhan yang disampaikan didokumentasi di desa atau kecamatan diteruskan
ke kabupaten, provinsi dan Jakarta. Masalah-masalah juga ditindaklanjuti
melalui sistem hukum yang berlaku.
Kabupaten perlu membuat email group atau Facebook group untuk bisa
menjadi arena komunikasi informal antar FK, FTek dan FKab. Bila sudah ada
email group atau Facebook kabupaten bisa diundang NMC, PMD dan Tim
safeguard PSF sebagai anggota agar bisa membantu persoalan yang muncul
berkaitan dengan penerapan panduan ini.
63
DAFTAR SINGKATAN
1. PPK : Program Pemberdayaan Kecamatan
2. PNPM MPd : Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan
3. PTO : Petunjuk Teknis Operasional
4. MDTF : Multi Donor Trust Fund
5. IPP : Indigenous Peoples Proposal
6. IPPF : Indigenous Peoples Planning Framework
7. MA&KAT : Masyarakat Adat Komunitas Adat Terpencil
8. PPM : Perencanaan Penanganan Makat
9. FT : Fasilitator Teknik
10. FK : Fasilitator Pemberdayaan
11. FKab : Fasilitator Pemberdayaan Kabupaten
12. FTKab : Fasilitator Teknik Kabupaten
13. FasKeu : Fasilitator Keuangan
14. KPMD : Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa
15. KT : Kader Teknik
16. TPU : Teknik Penulis Usulan
17. TPK : Tim Pengelola Kegiatan
18. TV : Tim Verifikasi
19. TP3D : Tim Pengelola dan Pemelihara Prasarana Desa
20. PL : Pendamping Lokal
21. BKAD : Badan Kerjasama Antar Desa
22. RAB : Rencana Anggaran Biaya
23. SPPB : Surat Perjanjian Pemberian Bantuan
24. MAD : Musyawarah Antar Desa
25. OJT : On the JobTraining
64
Lampiran 1
PERENCANAAN PENANGANAN MAKAT (PPM) / INDIGENOUS PEOPLE PLAN (IPP)
1. PPM disiapkan secara fleksibel dan pragmatis dengan rincian sesuai dengan jenis dan
skala proyek serta jenis dampak yang ditimbulkan.
2. PPM terdiri dari:
a) Ringkasan informasi dasar mengenai demografi, keadaan sosial, dan budaya
tentang MAKAT, lahan dan aset yang dimiliki/digunakannya dan sumber daya
alam yang menjadi sumber hidupnya.
b) Ringkasan hasil kajian sosial.
c) Ringkasan hasil konsultasi yang bebas dan terbuka sebelum kegiatan
dilaksanakan dan telah mendapatkan dukungan luas masyarakat.
d) Kerangka perencanaan yang menjamin adanya konsultasi yang bebas dan
terbuka sebelum kegiatan dilaksanakan.
e) Rencana tindak (action plan) penanganan yang menjamin bahwa MAKAT
menerima manfaat sosial dan ekonomi yang layak dan sesuai dengan
budayanya, termasuk peningkatan kapasitas instansi terkait bila diperlukan.
f) Bila teridentifikasi ada dampak negatif terhadap MAKAT, maka dibuat
rencana tindak (action plan) untuk menghindari, mengurangi dampak negatif,
menanggulangi dampak tersebut.
g) Perencanaan pembiayaan dan sumber daya untuk PPM.
h) Prosedur penyampaian keluhan mudah diakses oleh MAKAT yang terkena
dampak. Pengaduan dapat juga ditindaklanjuti secara hukum atau
mekanisme yang biasa dipakai secara adat.
i) Monitoring dan evaluasi dilakukan sesuai mekanisme dan tolok ukur proyek
serta dipastikan bebas dan terbuka sebelum kegiatan dilaksanakan.
PNPM Mandiri Perdesaan
6565
Lampiran 2
CEKLIS SUPERVISI PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN
PROVINSI : TANGGAL DIPERIKSA :KABUPATEN : JENIS PRASARANA :KECAMATAN : DIMENSI :DESA : TAHUN ANGGARAN :
HAL-HAL YANG DIPERIKSA TERPENUHI TIDAK TERPENUHI
FORMULIR 5 USULAN KEGIATAN
Potensi dampak negatif
Kebutuhan pengadaaan lahan
Partisipasi MA&KAT
FORMULIR 6 BERITA ACARA KESANGGUPAN SWADAYA MASYARAKAT
Formulir sudah terisi
FORMULIR 9 REKAP PENGADAAN LAHAN DAN ASETFORMULIR 9a DAFTAR RINCIAN PENGADAAN LAHAN DAN ASET
Rekapitulasi telah diisi
Masyarakat memahami prosedur
Proses konsultasi dilakukan
Ada rincian pengadaan lahan dan aset
Rincian ada tanda tangan masyarakat
Rincian volume dan denah lokasi lahan dan aset
FORMULIR 10 CEKLIS PEMERIKSAAN KELENGKAPAN DOKUMEN USULANFORMULIR 10 CEKLIS PEMERIKSAAN KELENGKAPAN DOKUMEN USULAN
Ada Formulir 10 dan lampirannya
Berita Acara tidak ada ganti rugi dari BLM
FORMULIR 11 DAN 12 VERIFIKASI USULAN
Tidak melanggar daftar negatif
Partisipasi MA&KAT
Formulir 12d tentang kelayakan prasarana
Dampak negatif saat konstruksi dan pasca
FORMULIR 22 PENANGANAN MASALAH DAMPAK NEGATIF TEHADAP LINGKUNGAN (INFRASTRUKTUR)
Identifikasi 2 dampak negatif yg sangat merugikan
Identifikasi 2 dampak negatif yg hampir pasti terjadi
Terdapat penanganan keempat jenis dampak
FORMULIR 25 PEMERIKSAAN DESAIN DAN RAB
Desain dan RAB sesuai kebutuhan MA&KAT
Formulir 22 diperiksa
Formulir 25 disetujui Fasilitator Teknis Kab
FORMULIR 29 SURAT PERJANJIAN PEMBERIAN BANTUAN
Dilampirkan Formulir 25
NAMA PEMERIKSA: TANDA TANGAN:
66
USULAN KEGIATAN
(Semua jenis usulan kegiatan desa menggunakan form berikut ini. Jumlah Usulan kegiatan desa berdasarkan hasil kesepakatan MD perencanaan, maximal 3 usulan )
Usulan dari
Desa Kecamatan Kabupaten Provinsi
Nama kegiatan
Jenis kegiatan
Lokasi kegiatan
Kelompok pengusul
Kelompok Perempuan Kelompok Campuran
Jumlah pemanfaat
Pemanfaat Langsung Pemanfaat Tidak Langsung
(orang)
RTM (Rumah Tangga
Miskin) Umum RTM
L org L org L org ……. org ……..% P org P org P org
JML org JML org JML org
1. Latar belakang: (Jelaskan masalah yang dihadapi dan penyebabnya, serta akibat yang akan terjadi bagi masyarakat setempat jika masalah tersebut tidak segera diatasi )
2. Tujuan yang ingin dicapai (Perubahan kondisi yang ingin dicapai dan biasanya merupakan kebalikan dari masalah)
3. Kegiatan yang akan dilakukan : (Kegiatan apa saja yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan. Bagian ini menggambarkan aktivitas dan volume yang akan dikerjakan dan membutuhkan pendanaan PNPM, swadaya ataupun sumber lain, Kegiatan ini mempunyai hubungan sebab akibat dengan tujuan)
4. Manfaat yang akan diperoleh (Jelaskan manfaat secara langsung/tidak langsung yang akan diperoleh jika usulan ini didanai. Mis: terciptanya lapangan kerja, meningkatnya produksi/pemasaran, meningkatnya perilaku hidup sehat/derajad kesehatan, meningkatnya kualitas pembelajaran/menurunnya angka putus sekolah,dll. Dapat diambil dari akibat dengan merubahnya dalam pernyataan positif)
5. Keterlibatan kelompok miskin dalam perencanaan (Jelaskan bagaimana dan berapa banyak kelompok orang miskin terlibat dalam perencanaan dan dalam penentuan usulan ini )
67
6. Potensi Sumber daya (Sebutkan apa saja potensi yang dapat mendukung kegiatan, termasuk pelayanan pendidikan dan kesehatan dan swadaya lokal)
7. Rencana pelaksanaan kegiatan (Jelaskan rencana pelaksanaan kegiatan)
8. Rencana Pelestarian kegiatan (Jelaskan rencana pemeliharaan dan atau keberlanjutannya setelah dana bantuan PNPM berakhir)
9. Lain-Lain a). Sebutkan potensi dampak negatif sosial dan lingkungan dari kegiatan yang diusulkan? b). Apakah ada kebutuhan penambahan lahan dari kegiatan yang diusulkan ? Jelaskan. c). Apakah ada keterlibatan Masyarakat Adat dan Komunitas Adat Terpencil (MAKAT) dalam kegiatan
yang diusulkan ? Jelaskan.
10. Lampiran-lampiran: a. Peta Sosial Desa b. Berita Acara Musyawarah Desa Perencanaan. c. Daftar usulan desa d. Berita Acara kesanggupan swadaya Masyarakat dan Daftar Penyumbang) e. Lampiran lainnya sesuai dengan jenis kegiatan yang diusulkan , yaitu:
(1) Usulan Pendidikan (Lampiran: Calon KK, Jumlah RTM, anak KK dan/atau RTM putus sekolah, anak KK dan/atau RTM tidak sekolah sebagai penerima manfaat, RAB, Jadwal Rencana Kerja, lain-lain ) *)
(2) Usulan Kesehatan (Lampiran: Calon KK, jumlah ibu hamil, balita anak RTM, balita sakit atau kurang gizi RTM, PUS (Pasangan Usia Subur RTM)sebagai penerima manfaat, RAB, Jadwal Rencana Kerja, lain-lain) *)
(3) Usulan SPP (Lampiran: Rencana Kegiatan Kelompok ) (4) Berita Acara/pernyataan bahwa BLM PNPM MPd tidak digunakan untuk ganti rugi tanah serta
aset diatasnya. *) Lampiran Usulan Pendidikan dan Kesehatan yang bersifat fisik mengikuti usulan prasarana.
68
Disiapkan oleh TPU desa Mengetahui
1. …………………………………… .(Ketua TPU) 2. ……………………………………..(Ketua TPK) 3. ……………………………………..(KPMD)
1. ………………………….………….…(Kades) 2. …………………………………….……(BPD)
69
Berita Acara Kesanggupan Swadaya Masyarakat
Terhadap Usulan Kegiatan :..........................................
Pada hari ini ............................ tanggal .......................... bulan ................ tahun ............... bertempat di ...................................... Desa ........................ Kecamatan ............................ Kabupaten ............................ Provinsi .........................., berdasarkan hasil musyawarah desa / dusun * , kami yang bertanda tangan di bawah ini mewakili dan atas nama masyarakat desa / dusun menyatakan bahwa jika usulan dari desa kami disetujui dalam Musyawarah Antar Desa untuk didanai melalui PNPM, kami sepakat dan sanggup untuk memberikan swadaya sebagaimana di bawah ini :
No Bentuk Swadaya Volume Satuan Nilai (Rp) Keterangan
1. Bahan a. b. c. d. e.
2. Lahan a. b. c.
3. Uang Tunai
4. Peralatan a. b. c.
5. Tenaga Kerja a. b. c. d. e.
6. Lainnya
Rincian dari swadaya tersebut, termasuk nama-nama penyumbang sebagaimana tercantum dalam lampiran berita acara ini. Swadaya atau sumbangan masyarakat sebagaimana tersebut di atas akan direalisasikan setelah adanya keputusan penetapan usulan yang didanai oleh PNPM melalui Musyawarah Antar Desa Penetapan Usulan sampai pada tahap pelaksanaan kegiatan. Jika swadaya tersebut di atas tidak dapat direalisasikan maka kami menyadari dan bersedia menerima sanksi berupa pemutusan atau pemberhentian bantuan dana PNPM untuk desa kami. Demikian berita acara ini kami buat dengan sebenarnya dan atas dasar musyawarah masyarakat desa agar dapat digunakan sebagaimana mestinya.
70
.........................., tanggal :............................... Kepala Desa............................. Ketua TPK (..............................................) (.......................................)
Atas nama masyarakat desa
Nama Alamat Jabatan
(dalam masyarakat) Tanda Tangan
1. 2 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
* Coret yang tidak perlu
72
PENJELASAN TENTANG REKAPITULASI PENGADAAN LAHAN DAN ASET 1. Dana PNPM tidak boleh digunakan untuk membayar ganti rugi tanah atau aset lainnya. 2. Pengertian :
a. Ijin Pakai b. Hibah c. Tukar Lahan d. Beli
3. Kegiatan PNPM tidak boleh menggusur permukiman penduduk. 4. Tanah atau aset lain yang dibutuhkan dalam kegiatan PNPM diperoleh dengan cara:
a. sumbangan yang benar-benar sukarela (swadaya) dari pemilik tanah atau pemilik aset sebagai sumbangan terhadap kegiatan PNPM.
b. Sumbangan dengan ganti rugi yang biaya atau aset penggantinya disediakan melalui swadaya atau sumber lainnya, dengan mengacu pada: Tanah diganti dengan tanah lain dengan tingkat kesuburan yang sama atau
dengan aset produksi lain yang sama nilainya. Disediakannya bahan dan bantuan tenaga untuk mengganti bangunan permanen
yang akan digusur. Penggantian tanaman senilai dengan harga pasaran tanaman yang tergusur. Penggantian dengan jenis lainnya, asalkan pemilik yang bersangkutan
menyetujuinya. 5. Proses Konsultasi:
a. TPK dan pihak desa harus membahas dengan pemilik aset yang tergusur dalam musyawarah desa
b. Pemilik aset yang tergusur harus mendapat penjelasan tentang hak untuk mendapat ganti rugi dan alternatif penggantiannya.
c. Persetujuan yang dicapai dalam musyawarah harus ditulis dalam notulen atau berita acara hasil musyawarah.
d. Untuk sumbangan sukarela, maka dalam notulen atau berita acara harus mencantumkan nama penyumbang dang rincian sumbangannya.
e. Untuk sumbangan dengan ganti rugi, maka dalam notulen atau berita acara harus mencantumkan nama-nama penerima ganti rugi, jenis dan besarnya ganti rugi seperti dalam contoh formulir rekapitulasi ganti rugi di atas.
f. Notulen atau berita acara serta bukti penerimaan ganti rugi harus disimpan rapi dan siap diperiksa kapan saja.
73
6. Persetujuan PNPM : Apabila dalam kegiatan PNPM ada proses ganti rugi yang biaya atau aset penggantinya disediakan melalui swadaya atau sumber lainnya, maka FK-KEC atau FT-KEC akan:
a. Menunda persetujuannya sampai orang yang bersangkutan puas dengan ganti rugi yang akan diberikan.
b. Menunda melanjutkan pelaksanaan kegiatan PNPM sampai pemberian ganti rugi selesai.
7. Seluruh keluhan diusahakan penyelesainnya di tingkat desa. Jika tidak dapat
diselesaikan maka dapat disampaikan dan ditangani secara berjenjang di tingkat kecamatan dan kabupaten.
71
REKAPITULASI PENGADAAN LAHAN DAN ASET
Kegiatan : _________________
Yang terkena
Jumlah asset yang terkena
(m2/ unit)
Kesepakatan yang
dicapai
Kompensasi
yang disepakati
Lahan pertanian
a. Ijin Pakai : b. Hibah : c. Tukar Lahan : d. Beli :
Lahan lainnya………..
a. Ijin Pakai : b. Hibah : c. Tukar Lahan : d. Beli :
Rumah/bangunan
Tanaman:……………..
Lainnya
Keluhan-keluhan:
Peta lokasi yang terkena:
Tanda tangan semua Kepala Desa Yang terkena 1. ________________ 2. ________________ 3. ________________ 4. ________________ 5. ________________ _____________
dst
Desa : …………………………………… Kabupaten : ………………………………Kecamatan : ……………………………………. Propinsi : ……………………………..
PENJELASAN Tidak dan
Layak Kurang Salah Ada REKOMENDASI
1 Cover / Sampul Proposal Jenis Usulan Kegiatan :
2 Surat Pengantar 1. Keg. Prasarana
3 Peta Sosial Desa 2. Keg. SP Klpk Perempuan
a. Tanda pada Lokasi Kegiatan 3. Keg. Bidang Pendidikan
b. Keterangan pada peta 4. Keg. Bidang Kesehatan
4 Hasil Analisa penyebab
kemiskinan (usulan 5. Keg. Bidang Pelatihan
5 Berita Acara Musyawarah
Khusus Perempuan6. Keg. Lainnya
6 Daftar Hadir Musy. Perempuana. Tanda tangan lengkap & asli b. Rincian sumbangan jelas
7 Berita Acara Musyawarah Desa
PerencanaanPenjelasan atau keterangan
a. Lampiran: Daftar Hadir terhadap hasil Pemeriksaan :
8 Daftar Penetapan Usulan Desa
a. Tanda tangan lengkap &
asli9 BA Swadaya/ Sumbangan 10 Daftar Sumbangan (Lamp. BA
Swadaya) a. Tanda tangan lengkap &
asli11 Surat Pernyataan Lamp. 12 BA / Pernyataan tdk ada ganti
rugi dari PNPM
KESIMPULAN PEMERIKSAAN : Bahwa dokumen usulan / proposal desa tsb. Di atas dinyatakan:
1. TELAH MEMENUHI SYARAT maka bisa dilanjutkan dng proses verifikasi.
2. BELUM MEMENUHI SYARAT maka perlu diperbaiki dulu oleh desa.
Dibuat di : ………………………………………. , tanggal ……………………………..
No Nama Tanda Tangan1 .....................................……. .............................................. .........................2 .....................................……. .............................................. .........................3 .....................................……. .............................................. .........................4 .....................................……. .............................................. .........................5 .....................................……. .............................................. .........................
Diperiksa oleh,Jabatan
CEKLIS PEMERIKSAANKELENGKAPAN DOKUMEN USULAN
No. URAIAN
Pemeriksaan Isi Proposal Desa
Ada
Form.10PNPM Mandiri - Perdesaan
77
Kabupaten Desa: _________________________
Kecamatan Jenis Kegiatan: _________________________
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
Form. 11
FORMULIR VERIFIKASI USULAN
KriteriaJawaban
Ya Tidak
UmumUsulan kelompok perempuan benar-benar berasal dari perempuan dan dibahas
serta disetujui dalam Musdes Khusus Perempuan.
Catatan:
Usulan kegiatan telah dibahas dan ditetapkan dalam Musdes Perencanaan.
Catatan:
Usulan kegiatan tidak termasuk dalam Daftar Negatif (Kegiatan yang dilarang) -
Sesuai dengan PTO PNPM - PPK,
Catatan :
Usulan Kegiatan tidak tumpang tindih dengan proyek/ program lain
Catatan :
Tidak ada masalah dengan kepemilikan tanah atau hibah lahan.
Catatan :
Kelompok perempuan dan orang miskin ikut dalam pembuatan dan pengambilan
keputusan mengenai usulan yang diajukan.
Catatan:
78
1.7
1.8
1.9
1.10.
1.11.
1
2
3
4
5
79
KriteriaJawaban
Ya Tidak
Jumlah penerima manfaat tersebut sesuai dengan kondisi yang ditemukan di
lapangan.
Catatan:
Mayoritas calon penerima manfaat lebih banyak berasal dari golongan miskin
Catatan :
Kegiatan yang diusulkan menjadi kebutuhan masyarakat dan mendesak untuk
dilaksanakan
Catatan:
Dalam masyarakat cukup banyak yang mempunyai pengalaman atau biasa
mengerjakan kegiatan yang diusulkan
Catatan :
Sudah ada kesanggupan untuk memelihara kegiatan ini?
Catatan :
Rekomendasi / Catatan: Dibuat oeh Tim Verifikasi:
A. Verifikasi Kegiatan Prasarana
Desa : ________________ Tanggal pengujian : ________________
Kecamatan : ________________ Jenis Prasarana: : ________________
Kabupaten : ________________ Ukuran Prasarana : ________________
Provinsi : ________________ Lokasi : ________________
Penguji: Tanda tangan Penguji Tanda tangan
1. ....................................................................... 6. .......................................................................
2. ....................................................................... 7. .......................................................................
3. ....................................................................... 8. .......................................................................
4. ....................................................................... 9. .......................................................................
5. ....................................................................... 10. .....................................................................
1. Uraian manfaat prasarana yang diusulkan:
_______________________________________________________________________________________________________
_______________________________________________________________________________________________________
_______________________________________________________________________________________________________
_______________________________________________________________________________________________________
_______________________________________________________________________________________________________
2. Uraian manfaat prasarana bagi kelompok miskin
_______________________________________________________________________________________________________
_______________________________________________________________________________________________________
_______________________________________________________________________________________________________
_______________________________________________________________________________________________________
3. Jumlah penerima manfaat: ............................................ orang.
4. Layak secara teknis.
a. Menggunakan teknologi yang relatif sederhana. Ya / Tidak
b. Banyak melibatkan tenaga kerja masyarakat setempat. Ya / Tidak
c. Bahan , alat, dan tenaga ahli mudah didatangkan. Ya / Tidak
d. Dapat dioperasikan dan dipelihara oleh masyarakat. Ya / Tidak
5. Layak secara target.
a. Target usulan sesuai dengan kenyataan dilapangan. Ya / Tidak
b. Target usulan sesuai dengan kebutuhan. Ya / Tidak
c. Target usulan sesuai dengan target manfaat. Ya / Tidak
6. Layak secara sosial dan lingkungan
a. Tidak menimbulkan dampak negatif thdp sosial dan lingkungan saat konstruksi. Ya / Tidak
b. Tidak menimbulkan dampak negatif thd sosial & lingkungan saat pascakonstruksi. Ya / Tidak
c. Bila berpotensi menimbulkan dampak negatif, sebutkan upaya penyelesaian masalah yang dibutuhkan:
___________________________________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________________________________
7. Layak terhadap pengadaan lahan dan aset:
a. Perlu penyumbangan pengadaan lahan atau aset lain Ya / Tidak
b. Proses pengadaaan lahan dapat diselesaikan masyarakat.Ya / Tidak
c. Uraikan proses yang akan diikuti untuk pengadaan lahan (bila perlu)
___________________________________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________________________________
8. Kesimpulan usulan Layak / Layak dengan syarat / Tidak Layak
Sebutkan syarat atau alasan tidak layak:
___________________________________________________________________________________________________
PNPM Mandiri - Perdesaan Form.12.d
80
PNPM Mandiri - Perdesaan
Form-22
Desa : ...................................................... Jenis Kegiatan : ............................................................
Kecamatan : ...................................................... Desain oleh : ............................................................
Kabupaten : ...................................................... Tanggal : ............................................................
Penanganan Dampak Negatif Terhadap Lingkungan
Mohon diisi untuk dua jenis dampak lingkungan negatif yang berskala besar yang dpat terjadi
(keterangan dilanjutkan ke lembar tambahan, bila perlu) :
1. Dampak lingkungan negatif yang berskala besar yang dapat terjadi :
Apa saja yang telah direncanakan untuk mencegah masalah ini atau untuk mengurangi dampak negatif
yang mungkin timbul?
2. Dampak lingkungan negatif yang berskala besar yang dapat terjadi :
Apa saja yang telah direncanakan untuk mencegah masalah ini atau untuk mengurangi dampak negatif
yang mungkin timbul?
Mohon diisi untuk dua jenis dampak lingkungan negatif yang sangat mungkin terjadi (keterangan
dilanjutkan ke lembar tambahan, bila perlu) :
1. Dampak lingkungan negatif yang sangat mungkin terjadi
Apa saja yang direncanakan untuk mengatasi masalah ini atau untuk mengurangi dampak negatif yang
mungkin timbul?
2. Dampak lingkungan negatif yang sangat mungkin terjadi
Apa saja yang direncanakan untuk mencegah masalah ini atau untuk mengurangi dampak negatif yang
mungkin timbul
Formulir untuk Desa 81
PNPM Mandiri - Perdesaan
Lokasi : Jenis Prasarana :
Diperiksa oleh : Tipe Prasarana : Tanggal diserahkan :
Jabatan : Ukuran : Tanggal diperiksa :
SURVEI GAMBAR DESAIN1.1 5.1 Gambar Situasi1.2 5.2 Gambar Denah1.3 5.3 Tampang Memanjang1.4 5.4 Tampang Melintang 1.5 5.5 Tampak Depan, Belakang, Samping Kiri dan Kanan1.6 5.61.7 5.71.8 5.8 Gambar Detail1.9 5.9 Kelengkapan dimensi/ukuran pada gambar
TAKE-OFF SHEET 5.10 Kelengkapan spesifikasi pada gambar2.1 Pemilihan Jenis Konstruksi 5.11 Lokasi prasarana tepat2.2 Perhitungan Konstruksi 5.12 Lokasi sarana pelengkap 2.3 Perhitungan Volume Pekerjaan RENCANA ANGGARAN BIAYA2.4 Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan 6.1 Rencana Anggaran Biaya Detail2.5 Perhitungan Penggunaan Alat Berat 6.2 Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya2.6 Perhitungan Harga satuan Sewa Alat Berat 6.3 Kewajaran Harga Bahan, Upah dan Alat2.7 Perhitungan Volume Alat manual 6.4 Kewajaran Penggunaan Alat Berat2 8 Rekapitulasi Volume Bahan Upah dan Alat 6 5 Kelengkapan spesifikasi bahan pada RAB
Form. 25
PEMERIKSAAN DOKUMEN DESAIN DAN RAB Pemeriksaan ke :
Jenis Dokumen yang diperiksaSudah
memenuhi syarat
Belum memenuhi
syarat
Perlu diperiksa
ulangJenis Dokumen yang diperiksa
Sudah memenuhi
syarat
Belum memenuhi
syarat
Perlu diperiksa
ulang
Survei Antar PatokSket Kondisi TanahSketsa lokasi kegiatanSurvei Beda Tinggi, Sumber Air, Debit Air dan Survei Harga Bahan, Alat oleh TPKSurvei Harga Bahan, Alat oleh FT Gambar Denah Fondasi, Atap, Lantai dan PlafondKesepakatan harga upah dan harga bahan lokal Gambar Potongan Memanjang dan Potongan Catatan tentang dampak lingkunganCatatan tentang pembebasan lahan
82
2.8 Rekapitulasi Volume Bahan, Upah dan Alat 6.5 Kelengkapan spesifikasi bahan pada RABSPESIFIKASI BAHAN DAN ALAT 6.6 Kelengkapan dimensi/ukuran bahan pada RAB
3.1 Spesifikasi bahan 6.7 Swadaya3.2 Spesifikasi alat berat ANTISIPASI MASALAH
SAFEGUARD 7.1 Ada potensi konflik dengan . . . . . . . . . . .4.1 Pengisian Form Dampak Lingkungan 7.2 Cukup mudah untuk dilaksanakan oleh masyarakat4.2 Rencana penanganan Dampak Lingkungan 7.34.3 Pengisian rencana penggunaan Alat Berat 7.44.4 Pengesahan penggunaan Alat Berat 7.5 Perizinan/Koordinasi yang diperlukan4.5 Pengisian Form Ganti Rugi Lahan 7.6 Potensi manfaat subproyek4.6 Penerima manfaat 7.7 Kekuatan struktur/konstruksi4.7 Kesanggupan memelihara prasarana 7.8 Konfirmasi tentang pembebasan lahan4.8 Desain sesuai kebutuhan MA&KAT Disetujui / Belum Disetujui
(_________________)FT-KAB
Catatan sumber bahan dan ketersediaan bahanCatatan jalan akses untuk mengedrop material & alat
82
Lokasi :
Dibuat oleh :
Jabatan : Tanggal diserahkan :
Jenis Prasarana : Tanggal diperiksa :
Hal-hal yang harus diperhatikan/diperbaiki :
Form. 25 A
LEMBAR CATATAN PEMERIKSAAN
Pemeriksaan ke :
PNPM Mandiri - Perdesaan
83
PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR PEMERIKSAAN DESAIN DAN RAB
PERSYARATAN TERPENUHI RUJUKAN PANDUAN
1.1 Form survei jalan (Form.16) terisi lengkap dan jelas.
Kegiatan jalan : form sket kondisi tanah (Form.20) terisi lengkap dan
jelas. Kegiatan jembatan : sketsa potongan melintang sungai yang
dilengkapi ukuran lebar sungai , dalam sungai, tinggi muka air normal,
tinggi muka air banjir, kedalaman tanah keras dan jenis tanah.
Kegiatan bangunan gedung : sketsa potongan melintang dan
memanjang yang dilengkapi ukuran beda tinggi, data kedalaman
tanah keras, jenis tanah dan kedalaman air tanah.
Kegiatan tambatan perahu : sketsa potongan melintang dan
memanjang yang dilengkapi ukuran beda tinggi, data kedalaman
tanah keras, jenis tanah dan kedalaman air pasang, surut, normal.
Untuk kegiatan lain : minimal ada data-data teknis untuk membuat
desain Fondasi dan pekerjaan tanah.
1.3 Sketsa berupa gambar denah yang dilengkapi keadaan sekitar lokasi
kegiatan. Sketsa dilengkapi dengan ukuran panjang, lebar, beda
tinggi lokasi kegiatan dengan jalan atau titik referensi yang ditetapkan
dilapangan.1.4 Kegiatan SAB Perpipaan, Jaringan Irigasi, PLTMH : data sumber air,
kontinuitas ketersediaan air, debit air, beda tinggi, trase jaringan,
tingkat pelayanan, area pelayanan terdata dengan lengkap.
Minimal survei harga bahan dan alat dilakukan pada 3 (tiga)
tempat/supplier yang berbeda untuk setiap jenis bahan atau alat.
Supaya dihindari melakukan survei pada suppiler yang mempunyai
keterkaitan dengan supplier lainnya (untuk menghindari monopoli
harga)Pada blangko survei terdapat informasi; alamat lokasi survei, nama
responden, jenis bahan dan alat, ukuran bahan, kualitas bahan,
kapasitas alat, harga bahan atau alat, jarak dari lokasi survei ke
Desa. Form blanko survei yang digunakan adalah sesuai format yang
tercantum pada PTO Penjelasan IV halaman 16. Kemudian hasil
survei direkap menggunakan form 23 (Hasil Survei Harga Bahan/Alat)
1.6 Minimal terdapat hasil survei harga pembanding dilakukan pada 3
(tiga) tempat yang berbeda untuk setiap jenis bahan/alat. Blanko/form
survei dan pengisiannya sesuai dengan Survei Harga Bahan/Alat oleh
Terdapat Berita Acara Musyawarah "kesepakatan harga upah dan
harga bahan yang akan diadakan secara lokal " antara TPK
dengan masyarakat calon pengumpul bahan dan pekerja serta
dihadiri KPMD, TPU, Tomasy, Kades, BPD. Berita Acara dilengkapi
dengan Notulen dan Daftar hadirJika harga bahan lokal lebih mahal dari pada harga non lokal, supaya
diadakan review hasil Musyawarah dan peninjauan kembali harga
yang ditawarkan masyarakat.
1.8 Terdapat catatan-catatan dampak negatif terhadap sosial dan
lingkungan yang akan terjadi pada lokasi kegiatan yang akan
direncanakan.1.9 Terdapat catatan-catatan hasil konfirmasi pengadaan lahan kepada
masyarakat yang lahannya akan dibebaskan untuk kegiatan.
Pemilihan Jenis Konstruksi Jenis konstruksi yang dipilih sudah sesuai dengan petunjuk pemilihan
konstruksi yang terdapat pada bahan bacaan Prasarana dan atau
sesuai kaidah teknik yang berlaku. Beberapa catatan penting dan
penegasan untuk kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
84
Fasilitator Teknis Kabupaten (FT-Kab) wajib memeriksa semua dokumen yang berkaitan dengan Pembuatan
Desain dan RAB untuk kegiatan pembangunan prasarana, untuk mencegah dokumen desain dan RAB yang
belum lengkap dan atau yang belum memenuhi kebutuhan dan standar teknis. Dengan dilakukan pemeriksaan
ini, FT-Kab menjamin bahwa dokumen ini layak untuk digunakan sebagai dokumen perencanaan detail lokasi
PNPM.FT-Kab memeriksa Dokumen Desain dan RAB serta mengisi blangko yang telah disediakan, kemudian
mengatakan "disetujui" atau "tidak disetujui" berdasarkan hasil penilaian. Jika dokumen desain dan RAB
dinilai “Tidak Disetujui,” Fasilitator Teknis harus melengkapi atau memperbaiki kekurangan dokumen dan atau
hal-hal yang dinilai belum memenuhi syarat dalam dokumen sebagaimana terdapat dalam ceklist dan lembar
catatan pemeriksaan. Semua koreksi tersebut harus diperiksa kembali oleh FT-Kab, kecuali beberapa jenis
koreksi yang dapat dianggap sebagai “Layak dengan Syarat,” seperti:- Melengkapi dimensi pada gambar
- Menandai spesifikasi pada gambar
- Menandai lokasi perlengkapan pada gambar situasi dan atau denah
Semua Ceklist Pemeriksaan Dokumen dan Lembar Catatan Pemeriksaan wajib didokumentasikan oleh FT-Kab
dikantor Faskab dan aslinya dijilid bersama dokumen SPPB sebagai lampiran.
Hal-hal yang harus diperiksa dan persyaratan penilaian "Terpenuhi" sebagaimana tabel dibawah ini :
ITEM YANG DIPERIKSA
SURVEI
Survei Antar Patok Matrik kategori dan aspek survei
teknis untuk berbagai jenis prasarana
(lihat bahan bacaan prasarana)1.2 Sket Kondisi Tanah
Sketsa lokasi kegiatan
Survei Beda Tinggi, Sumber Air, Debit Air
dan Pelayanan
1.5 Survei Harga Bahan, Alat oleh TPK Panduan Pelaksanaan
Survei Harga Satuan Bahan/Alat (lihat
bacaan prasarana tentang survei
teknis)
Survei Harga Bahan, Alat oleh FT
1.7 Kesepakatan harga upah dan harga bahan
lokal
Catatan tentang dampak negatif sosial dan
lingkungan
Catatan tentang pengadaan lahan
TAKE-OFF SHEET2.1
Kegiatan jalan : konstruksi yang dipilih sudah mempertimbangkan
topografi, kondisi struktur tanah, tingkat pelayanan (roda dua atau
roda empat serta volume lalu lintas yang akan lewat), kemampuan
masyarakat untuk melaksanakan dan memelihara kegiatan. Bangunan
pelengkap jalan seperti gorong-gorong, TPT dan saluran pasangan
batu dipastikan hanya direncanakan pada tempat-tempat yang secara
teknis dibutuhkan. Tidak diperkenankan merencanakan bangunan
pelengkap jalan seperti saluran pinggir jalan menggunakan pasangan
batu dan TPT tanpa ada alasan teknis.Kegiatan jembatan : konstruksi yang dipilih sudah
mempertimbangkan batasan-batasan yang dianjurkan dalam petunjuk
teknis, kemampuan masyarakat untuk melaksanakan dan memelihara
kegiatan, jalan akses untuk mengangkut material.Kegiatan bangunan gedung : konstruksi yang dipilih sudah
mempertimbangkan kemampuan masyarakat untuk melaksanakan
dan memelihara kegiatan, memanfaatkan sebanyak mungkin material
lokal, ketersediaan dan kemudahan menyediakan material.
Perhitungan Konstruksi Untuk bangunan-bangunan yang sudah ada standard konstruksinya
dalam bahan bacaan prasarana, perhitungan konstruksi tidak perlu
dibuat. Sebagai gantinya dalam take-off sheet perhitungan konstruksi
dicantumkan rujukan konstruksi yang diambil beserta tabelnya.
Perhitungan kekuatan konstruksi utama bangunan yang tidak ada
pada bahan bacaan harus dibuat sesuai kaidah perencanaan teknik
yang berlaku nasional dan minimal dalam take-off sheet terdapat
perhitungan konstruksi sebagai berikut :Kegiatan jalan : terdapat perhitungan konstruksi bangunan pelengkap
seperti besar dan jenis Gorong-gorong , perhitungan konstruksi TPT.
Kegiatan jembatan : terdapat perhitungan konstruksi bangunan bawah
(Abutment, Pilar, TPT). Tinjauan terhadap kemampuan mendukung
beban vertikal, horizontal dan guling. Untuk bangunan atas bisa
mengambil kontruksi sesuai tabel standard yang tersedia pada bahan
bacaan prasarana. Untuk bangunan jembatan
yang diluar standard, perhitungan konstruksi bangunan atas dan
bangunan bawahnya wajib dibuat. 2.3 Semua volume pekerjaan sudah dibuat dan perhitungan sudah benar.
Urutan uraian pekerjaan dimulai dari kegiatan bangunan bawah
sampai pekerjaan finishing.
2.4 Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Semua perhitungan harga satuan pekerjaan sudah dibuat dan
perhitungan sudah benar. Analisis Harga Satuan Pekerjaan yang
digunakan sudah sesuai dengan spesifikasi bahan dan alat yang
direncanakan.2.5 Perhitungan Penggunaan Alat Berat Tersedia perhitungan penggunaan alat berat dalam format jam atau
hari. Analisis yang digunakan sudah berdasarkan kapasitas alat,
tingkat kesulitan pekerjaan dan volume pekerjaan.
2.6 Perhitungan Harga satuan Sewa Alat Berat Tersedia harga satuan sewa alat berat. Harga sewa sudah termasuk
komponen bahan bakar, pelumas. Komponen HOK Operator Alat
supaya dipisah.2.7 Alat-alat manual untuk membantu pekerjaan sudah memperhatikan
tingkat efisiensi dan metode kerja yang direncanakan
2.8 Rekapitulasi Volume Bahan, Upah dan Alat Volume Bahan, Upah dan Alat sudah direkap berdasarkan volume
yang terdapat pada "perhitungan harga satuan pekerjaan".
3.1 Lembaran spesifikasi bahan yang akan digunakan sudah dibuat dan
dilengkapi dengan data pabrikan yang memproduksinya.
3.2 Lembaran spesifikasi alat yang akan digunakan sudah dibuat dan
pabrikan pembuat
4.1 Pengisian Form Penanganan
Dampak Negatif LingkunganForm 22 sudah berdasarkan catatan tentang dampak lingkungan dan
solusi untuk meminimalkan dampak lingkungan sudah diisi.
4.2 Rencana Penanganan Dampak
LingkunganDalam Desain dan RAB sudah mengakomodir solusi untuk
meminimalkan dampak lingkungan. Jika dampak lingkungan diprediksi
akan terjadi setelah kegiatan beroperasi, sudah ada rencana
penanganan untuk diberikan kepada TP3.
4.3 Pengisian rencana penggunaan
Alat Berat
Rencana penggunaan alat berat sudah disosialisasikan dan disetujui
masyarakat serta dituangkan kedalam form rencana penggunaan alat
berat.4.4 Pengesahan penggunaan Alat
BeratFT-Kab sudah menyatakan persetujuan penggunaan alat berat yang
dituangkan kedalam form rencana penggunaan alat berat.
4.5 Form ini bisa di copy dari Proposal Usulan yang sudah lolos Verifikasi
TV. 4.6 Terdapat data pemanfaat langsung dan pemanfaat tidak langsung
kegiatan. Konstruksi kegiatan sudah di Desain sesuai dengan
manfaat dan jumlah penerima manfaat yang direncanakan.
4.7 Kesanggupan memelihara
prasarana
Tersedianya Berita Acara Kesanggupan memelihara kegiatan.
4.8 Pada MA&KAT, desain bangunan sudah mempertimbangkan dan
mengakomodir arsitektur, penggunaan, kebiasaan, kepercayaan dan
aturan setempat.
5.1 Gambar Situasi Minimal terinformasikan perletakan bangunan utama dan bangunan
pelengkap yang direncanakan, keadaan sekitar bangunan, jalan
akses menuju bangunan tersebut.
5.2 Gambar Denah Dalam gambar denah minimal terdapat informasi tata letak konstruksi
utama, tata letak ruangan, ukuran panjang, lebar dan peil ketinggian
lantai.
85
2.1
2.2
Perhitungan Volume Pekerjaan
Perhitungan Volume Alat manual
SPESIFIKASI BAHAN DAN ALATSpesifikasi bahan
Spesifikasi alat berat
SAFEGUARD
Pengisian Form Ganti Rugi Lahan
Penerima manfaat
Desain sesuai kebutuhan MA&KAT
GAMBAR DESAIN
5.3 Tampang Memanjang Gambar ini khusus untuk kegiatan jalan.Pada gambar terdapat
informasi kondisi existing jalan sebagaimana hasil survey dan
rencana permukaan jalan, penempatan bangunan pendukung.
Gambar dilengkapi dengan STA.5.4 Tampang Melintang Gambar ini khusus untuk kegiatan jalan. Gambar ini dapat berupa
gambar tipikal, setiap perubahan perlu dibuat gambar tampang
melintang. Pada gambar minimal terdapat informasi mengenai
perkerasan, bahu jalan, saluran pinggir dan keadaan kiri kanan jalan.
5.5 Gambar ini untuk kegiatan selain jalan. Pada gambar terdapat
informasi bentuk bangunan yang dilihat dari posisi tertentu, ukuran
panjang/lebar dan tinggi.Pada denah fondasi minimal terdapat informasi tata letak pondasi
yang dilengkapi ukuran serta type pondasi
Pada denah Atap minimal terdapat informasi tata letak konstruksi atap
yang dilengkapi ukuran, serta komponen konstruksi yang dilengkapi
ukuran dan nama komponen serta spesifikasi.
Pada denah lantai minimal terdapat informasi tata letak finishing lantai
yang dilengkapi ukuran panjang/lebar dan ketinggian serta informasi
jenis dan spesifikasi bahan yang digunakan.
Pada denah plafond minimal terdapat informasi tata letak komponen
konstruksi plafond, tata letak lampu yang dilengkapi dengan ukuran,
jenis, spesifikasi bahan.5.7 Gambar ini untuk kegiatan selain jalan. Pada gambar terdapat
informasi bentuk bangunan jika dipotong. Informasi dalam potongan
yang diutamakan adalah info mengenai konstruksi bangunan. Gambar
dilengkapi ukuran panjang/lebar, tinggi, nana komponen, jenis, ukuran
dan spesifikasi bahan.5.8 Gambar Detail Semua komponen konstruksi utama harus dibuat gambar detailnya.
Penamaan gambar detail sinkron dengan informasi yang terdapat
pada gambar denah adan atau gambar potongan. Gambar dilengkapi
ukuran konstruksi dan komponen konstruksi, jenis, ukuran dan
spesifikasi bahan yang digunakan.5.9 Kelengkapan dimensi/ukuran pada gambar Pada setiap gambar sudah dilengkapi dimensi/ukuran bangunan,
konstruksi dan komponen konstruksi.
5.10 Kelengkapan spesifikasi pada gambarPada setiap gambar sudah dilengkapi spesifikasi dan jenis bahan
yang digunakan untuk konstruksi dan komponen konstruksi.
5.11 Lokasi prasarana tepat Selain penempatan prasarana sudah sesuai dengan Proposal Usulan
yang sudah diperiksa Tim Verifikasi, sudah dipertimbangkan secara
teknis untuk menempatkan prasarana/unit prasarana/komponen
prasarana.5.12 Lokasi sarana pelengkap Penempatan sarana pelengkap pada gambar situasi dan atau gambar
tampang memanjang dan atau gambar denah jelas posisi dan
dilengkapi dengan keterangan jenis dan ukuran sarana pelengkap.
6.1 Form RAB Prasarana (form.7e) terisi dengan lengkap. RAB detail
dibuat untuk setiap jenis kegiatan dan diurutkan mulai dari Kegiatan
Utama. Total volume bahan, upah dan alat sudah sesuai dengan
Rekapitulasi Volume Bahan, Upah dan Alat. Volume swadaya sudah
sesuai dengan komitmen swadaya yang disepakati. Kategori biaya
sudah sesuai dengan petunjuk pengisian kategori biaya. Harga
satuan sudah sesuai dengan daftar harga yang sudah disepakati.
Perkalian dan perjumlahan sudah sesuai.6.2 Form Rekapitulasi Anggaran Biaya Prasarana (form.8b) terisi dengan
lengkap. Nomor RAB sudah diurutkan mulai nomor satu dan
pengisian sudah sesuai dengan perjumlahan pada RAB Detail.
Perhitungan perjumlahan dan perkalian sudah benar.
6.3 Harga bahan, upah dan alat yang dimasukan kedalam RAB sudah
diperbandingkan dengan hasil survei harga oleh FT dan hasil survei
harga oleh FT-Kab.
6.4 Penggunaan Alat Berat sudah mengacu kepada PTO Penjelasan IV
halaman 18 tentang penggunaan dan mekanisme penggunaan Alat
Berat.6.5 Uraian bahan pada form RAB Detail dilengkapi dengan spesifikasi
bahan dan atau nama pabrikan yang memproduksi.
6.6Kelengkapan dimensi/ukuran bahan pada RAB
Uraian bahan pada form RAB Detail dilengkapi dengan
dimensi/ukuran sesuai standard yang berlaku.
6.7 Swadaya masyarakat yang dicantumkan dalam RAB sudah sesuai
dengan komitmen swadaya yang dituangkan dalam form
kesanggupan swadaya masyarakat.
7.1 Ada potensi konflik dengan . . . . . . . . . . . Potensi konflik sudah dibicarakan dengan para pihak dan antisipasi
konflik sudah dipersiapkan sebelum MAD Prioritas Usulan. Potensi
konflik dipaparkan pada forum MAD Prioritas Usulan dan forum
memberikan masukan untuk mengantisipasinya.
7.2 Pemilihan dan Desain konstruksi harus dibuat sesederhana mungkin
dan sudah mempertimbangkan kemampuan masyarakat untuk
melaksanakan kegiatan. 7.3 Sumber bahan dan ketersediaan bahan sudah diidentifikasi dengan
benar oleh Fasilitator.
7.4 Desain dan RAB sudah memperhitungkan/mempertimbangkan
ketersediaan jalan akses yang ada.
7.5 Perizinan/Koordinasi yang diperlukan Izin sudah ada dan koordinasi dengan pihak terkait sudah dilakukan
sebelum MAD Penetapan Usulan dilaksanakan.
7.6 Potensi manfaat subproyek Kegiatan sudah dipastikan akan bermanfaat bagi masyarakat.
7.7 Kekuatan struktur/konstruksi Tersedia informasi tentang kekuatan konstruksi. Informasi ini berguna
untuk pembatasan beban penggunaan.
7.8 Konfirmasi tentang pengadaan lahanCatatan hasil konfirmasi pengadaan lahan kepada masyarakat yang
lahannya akan dibebaskan untuk kegiatan sudah ditindaklanjuti. Hasil
tindaklanjut sudah harus ada sebelum MAD Prioritas Usulan.
86
Tampak Depan, Belakang, Samping Kiri,
Samping Kanan
5.6 Gambar Denah Fondasi, Atap, Lantai dan
Plafond
Gambar Potongan Memanjang dan
Potongan Melintang
RENCANA ANGGARAN BIAYARencana Anggaran Biaya Detail
Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya
Kewajaran Harga Bahan, Upah dan Alat
Kewajaran Penggunaan Alat Berat
Kelengkapan spesifikasi bahan pada RAB
Swadaya
ANTISIPASI MASALAH
Cukup mudah untuk dilaksanakan oleh
masyarakat
Catatan sumber bahan dan ketersediaan
bahan
Catatan jalan akses untuk mengedrop
material & alat
87
SURAT PERJANJIAN PEMBERIAN BANTUAN (SPPB)
Nomor : Tanggal : Yang bertanda tangan di bawah ini kami : I. Nama : ……………………………… Jabatan : Ketua Unit Pengelola Kegiatan (UPK) Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM), Kecamatan ………….……….., Kabupaten ………………..., Propinsi ………………................
Berdasarkan Musyawarah Antar Desa tanggal …......…, bertindak atas nama Forum, selanjutnya disebut sebagai Pihak Pertama.
II. Nama : ……………………………. Jabatan : Ketua Tim Pengelola Kegiatan Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM), Desa …………….………, Kecamatan ……………….., Kabupaten …………………………… Berdasarkan kesepakatan Musyawarah Desa yang dilaksanakan pada tanggal ………………… ditunjuk selaku Ketua Tim Pengelola Kegiatan PNPM, selanjutnya disebut sebagai Pihak Kedua.
Dengan ini menyepakati hal-hal sebagai berikut : (1) Pihak Pertama, menyetujui pembayaran dana Bantuan Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM) kepada Pihak Kedua sebesar Rp. …………….….. (dengan huruf) (2) Dana ini disetujui untuk membiayai kegiatan berikut :
(a) Nama kegiatan : Simpan Pinjam-Perempuan Jumlah dana : Rp. ………………… (dengan huruf) Jasa Pinjaman : ……. persen Sifat bantuan : Pinjaman (b) Nama kegiatan : Kesehatan Jumlah dana : Rp. ………………… (dengan huruf) Sifat bantuan : Bantuan lepas (c) Nama kegiatan : Pendidikan Jumlah dana : Rp. ………………… (dengan huruf) Sifat bantuan : Bantuan lepas (d) Nama kegiatan : Pembangunan Sarana/Prasarana Jumlah dana : Rp. ………………… (dengan huruf) Sifat bantuan : Bantuan lepas Waktu penyelesaian : .… . bulan (e) Biaya administrasi dan operasional UPK sebesar Rp. …………………… (f) Biaya administrasi dan operasional TPK sebesar Rp. ……………………
(3) Pihak Kedua sepakat dan berjanji akan mengembalikan dana Bantuan yang bersifat pinjaman kepada Unit Pengelola Kegiatan (UPK) dalam jangka waktu …..… bulan terhitung sejak penyerahan dana kepada Pihak Kedua oleh Pihak Pertama. Pengembalian
88
oleh Pihak Kedua disertai jasa pinjaman sebesar …….…% per tahun. Jumlah keseluruhan dana yang harus dikembalikan Pihak Kedua sampai selesai jangka waktu pinjaman adalah sebesar Rp……………...….. Dalam hal Pihak Kedua tidak dapat memenuhi kewajibannya, kesempatan Pihak Kedua untuk mendapatkan dana Bantuan PNPM di masa yang akan datang akan hilang.
(4) Pihak Kedua sepakat dan berjanji akan memelihara prasarana dan sarana melalui
swadaya masyarakat dengan sebaik-baiknya. (5) Pihak Kedua akan menyerahkan dana kepada kelompok masyarakat sesuai dengan
usulan yang diajukan dan disepakati dalam Musyawarah Antar Desa. Atas penyerahan dana tersebut harus dibuat Berita Acara Serah Terima / Tanda Terima.
(6) Pihak Kedua wajib menyebarluaskan SPPB ini melalui papan pengumuman paling sedikit
di tiga tempat umum di desa. Rincian teknisnya akan diatur kemudian dalam Petunjtuk Teknis Operasional PNPM.
Pihak Pertama Pihak Kedua Ketua UPK …………… Ketua ..... TPK Desa ……..…………
(………………………….) (………………………….)
Mengetahui:
PjOK Kepala Desa …………… Kecamatan ………….………
(….………………………….) (…..………………………….) Camat ………………… (………………………………….) Catatan: Pernyataan (3) dan (4) diisi jika desa yang bersangkutan menerima baik pinjaman maupun bantuan lepas. Jika hanya salah satu, coret pernyataan yang tidak perlu.
89
Lampiran SPPB :
1). Proposal / usulan desa dengan RAB & Rekap RAB 2). Jadual pelaksanaan kegiatan / jadual pengembalian kelompok SPP 3). Untuk kegiatan prasarana disertai foto 0 % dari prasarana yang akan dibangun serta
gambar rencana teknis (form 25 beserta lampirannya) yang dinyatakan layak oleh FT dan / FASTEKAB.
Dokumen-dokumen tersebut dibuat rangkap lima : 1).PjOK (tanda tangan asli). 2).Kepala Desa (tanda tangan asli). 3).Unit Pengelola Kegiatan (UPK) (tanda tangan asli). 4).Tim Pengelola Kegiatan Desa, 5).Fasilitator Kecamatan.
Lampiran Surat Perjanjian Pemberian Bantuan (SPPB)
1) Di dalam persyaratan umum ini istilah perjanjian pemberian bantuan adalah mengatur Penanggung jawab Operasional Kegiatan (PjOK) Bantuan PNPM dengan desa melalui TPK.
2) Tugas TPK sebagai pengelola adalah: a) Melaksanakan kegiatan sesuai dengan spesifikasi dan petunjuk teknis yang ada dalam
Pedoman Umum petunjuk Pelaksanaan dan Panduan Teknis Operasional PNPM dengan dibantu oleh Fasilitator Kecamatan di kecamatan dan Konsultan Pembardayaan Masyarakat Desa/Kelurahan (KPM-D/K) di tingkat desa.
b) Menyediakan bahan dan peralatan serta pekerja sesuai dengan petunjuk dalam Petunjuk Teknis Operasional PNPM.
c) Memeriksa dan memastikan bahwa setiap anggota kelompok menerima dana sesuai jumlah yang diperjanjikan dan mencatat dalam buku khusus pengembalian dari kelompok.
d) Mengelola dan menatalaksanakan semua dokumen kegiatan serta melakukan pembukuan sesuai format yang telah ditentukan dalam Petunjuk Teknis Operasional PNPM.
e) Menyusun laporan bulanan tentang kemajuan kegiatan dan keuangannya.
3) Pekerjaan tidak dapat dikontrakkan kepada pihak lain (sub-kontrak).
4) TPK dan semua pelaku PNPM di desa wajib mentaati segala perundang-undangan dan hukum yang berlaku.
5) Force majeure adalah suatu kejadian yang menghambat/merusakkan pekerjaan yang dilakukan yang terjadinya di luar penguasaan TPK. Bilamana force majeure ini terjadi, TPK harus melaporkan hal tersebut kepada PjOK dalam waktu tujuh hari melalui suatu Berita Acara Revisi.
6) Bila terjadi perbedaan pendapat antara TPK dan KPM-D/K atau antara TPK dan Fasilitator Kecamatan, hal ini harus segera dilaporkan kepada Anggota Musyawarah Antar Desa dan Camat. Penyelesaian masalah semacam ini akan diselesaikan berdasarkan Perjanjian dan kenyataan di lapangan.
90
7) TPK dapat diberi sanksi apabila lalai atau tidak mematuhi pasal 2 dan 4 atau tidak mematuhi peringatan yang diberikan oleh UPK. UPK diketahui oleh FK dan PjOK dapat memberikan peringatan tertulis kepada TPK dan melaporkannya kepada Anggota Musyawarah Antar Desa dan Camat. Bila TPK atau pelaku PNPM terkait di desa masih dianggap melanggar/ lalai maka pembayaran kepada desa akan dihentikan sampai akibat kelalaian telah diperbaiki dan diterima oleh UPK diketahui oleh FK dan PjOK dalam surat perjanjian.
0
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
PANDUAN
PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN
(Revisi Panduan Tahun 2011)
DIREKTORAT JENDERAL
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA
2013
1
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang (3)
1.2. Tujuan Kebijakan Pengamanan Sosial dan Lingkungan Hidup (4)
1.3. Maksud dan Tujuan Panduan (6)
BAB2 DEFINISI, RUANG LINGKUP DAN PENGALAMAN PROYEK DALAM
MENERAPKAN PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN HIDUP
2.1 Pengertian / Definisi Pengamanan Sosial dan Lingkungan Hidup (7)
2.2 Penjelasan tentang Pengamanan Sosial dan Lingkungan Hidup
Pengamanan Sosial (9) Kajian Lingkungan Hidup (12)
BAB3 PENERAPAN PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN HIDUP
DALAM PNPM MPd
3.1 Apakah yang dimaksud dengan Penerapan Pengamanan Sosial dan
Lingkungan Hidup dalam PNPM MPd? (18)
Penerapan Pengamanan Lingkungan Hidup
Pengertian tentang jenis prasarana yang dibangun oleh
masyarakat (21)
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam desain dan konstruksi
infrastruktur yang berkaitan dengan dampak lingkungan (23)
Hal-hal yang perlu diperhatikan pascakonstruksi (27)
Hal-hal yang perlu diperhatikan pascabencana alam (30)
Penerapan daftar larangan (31)
Hal yang dianjurkan dilakukan dalam membuat proposal
penghijauan atau perbaikan lingkungan hidup, seperti
penghijauan bantaran sungai dan lain-lain (31)
Pada tahapan mana pengamanan lingkungan perlu
disosialisasikan dan di perhatikan (32)
Penerapan Pengamanan Sosial Hibah tanah individu dan alih fungsi tanah desa(33)
Penguatan MA&KAT (41)
3.2 Siapa Pelaku Penerapan Pengamanan Sosial dan Lingkungan Hidup
dalam PNPM MPd? (48)
3.3 Mengapa Diperlukan Penerapan Pengamanan Sosial dan Lingkungan
Hidup Dalam PNPM MPd? (49)
3.4 Dimana Penerapan Pengamanan Sosial dan Lingkungan Hidup
Tertanam dalam PNPM MPd? (49)
3.5 Bagaimana Penerapannya pada Tahap Persiapan dan Sosialisasi? (50)
3.6 Bagaimana Penerapannya pada Tahap Perencanaan? (50)
2
3.7 Bagaimana Penerapannya pada Tahap Pelaksanaan? (53)
3.8 Bagaimana Penerapannya pada Tahap Pelestarian? (54)
3.9 Bagaimana Peran para Pelaku PNPM MPd Dalam Penerapan
Pengamanan Sosial dan Lingkungan Hidup? (55)
3.10 Apa Saja Pelatihan yang Mencakup Pengamanan Sosial dan
Lingkungan Hidup? (57)
3.11 Bagaimana Supervisi Penerapan Pengamanan Sosial dan Lingkungan
Hidup dalam PNPM MPd? (59)
3.12 Bagaimana Dokumentasi dan Pelaporan Pengamanan Sosial dan
Lingkungan Hidup? (60)
3.13 Bagaimana Pengaduan dan Penanganan Masalah Pengamanan
Sosial dan Lingkungan Hidup? (60)
LAMPIRAN:
Lampiran 1 : Perencanaan Penanganan MA&KAT (PPM)/IndigenousPeople Plan (IPP) (64)
Lampiran 2 : Ceklis Supervisi (65)
Lampiran 3 : Formulir terkait Kebijakan Safeguard:
3.1. Formulir 5 : Usulan Kegiatan (66) 3.2. Formulir 6 : Berita Acara Kesanggupan (69) 3.3. Formulir 9 : Rekapitulasi Pengadaan Lahan dan Aset (71) 3.4. Formulir 9a : Daftar Rincian Pengadaan Lahan dan Aset (74) 3.5. Formulir 10 : CeklisPemeriksaanKelengkapanDokumenUsulan (77) 3.6. Formulir 11 : Verifikasi Usulan (78) 3.7. Formulir 12.d : Verifikasi Usulan Prasarana (80) 3.8. Formulir 22 : PenangananDampakNegatif terhadapLingkungan (81) 3.9. Formulir 25 : Pemeriksaan Dokumen Desain dan RAB (82) 3.10.Formulir 25.a : Lembar Catatan Pemeriksaan (83) 3.11.Formulir 29 : Surat Perjanjian Pemberian Bantuan (87)
3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kebijakan “safeguards” atau “pengamanan” sosial dan lingkungan hidup merupakan
suatu upaya dari proyek PNPM Mandiri Perdesaan (untuk seterusnya akan disebut
sebagai “proyek” dalam panduan ini) dalam melakukan pencegahan, pengelolaan,
dan penanganan risiko terjadinya potensi dampak yang mungkin terjadi sebagai
akibat adanya kegiatan yang didanai oleh proyek. Kebijakan perlindungan tidak
hanya dimaksudkan untuk menghindarkan dampak sosial dan lingkungan hidup
yang merugikan sebagai akibat adanya suatu kegiatan yang didanai oleh proyek,
namun juga untuk meminimalkan risiko dampak negatif tersebut. Jika dampak-
dampak negatif tidak dapat dihindarkan, proyek harus merencanakan dan
melaksanakan langkah-langkah penanggulangan, perbaikan, dan kompensasi
apabila diperlukan.
Proyek mengadopsi kebijakan-kebijakan pengamanan yang mencakup kebijakan
tentang Kajian Lingkungan Hidup (Environmental Assessment), dan Kebijakan
Masyarakat Adat dan Komunitas Adat Terpencil (MA&KAT atau Indigenous
Peoples)1. Penerapan kedua kebijakan pengamanan ini harus disesuaikan dengan
karakteristik setiap kegiatan, khususnya dalam hal jenis dan besaran potensi
dampak lingkungan serta pengaruh yang ditimbulkan atau keterlibatan MA&KAT
dalam kegiatan yang didanai proyek. Proyek melakukan penapisan dan identifikasi
potensi dampak serta menetapkan langkah-langkah penanganan dampak negatif
yang tidak dapat dihindarkan oleh setiap kegiatan, melaksanakan langkah-langkah
penanggulangan dampak negatif tersebut, serta memantau dan mengawasi
pelaksanaan langkah-langkah penanggulangan tersebut. Proyek juga
mendokumentasikan dan mengungkapkan kepada publik seluruh kegiatan ini dalam
rangkaian proses siklus proyek atau kegiatan yang didanai proyek, baik di tingkat
masyarakat maupun di tingkat pengelola proyek.
1Dua Kebijakan Perlindungan ini adalah bagian dari 10 Kebijakan Perlindungan Lingkungan dan
Sosial Bank Dunia.
4
Sebagai suatu program dengan skala nasional yang meliputi 5.146 Kecamatan dan
65.490 Desa, jika tidak dikelola dengan benar, proyek berpotensi menimbulkan
dampak yang semakin besar untuk terjadinya isu-isu sosial maupun lingkungan
hidup yang merugikan bagi masyarakat maupun suatu wilayah. Mengingat proyek
merupakan bagian dari program nasional dengan siklus pelaksanaan, desain serta
komponen yang sama serta berulang, maka penyempurnaan untuk menghindari,
meminimalkan, dan mengelola serta menangani dampak sosial dan lingkungan
hidup secara terus menerus akan dilakukan berdasarkan pengalaman implementasi
program sebelumnya.
Dalam pelaksanaan program yang telah berlangsung selama sepuluh tahun terakhir,
hampir seluruh tanah, lahan atau aset yang diperlukan oleh kegiatan-kegiatan yang
didanai proyek PPK (pendahulu PNPM PMd sebelum menjadi program nasional)
dan PNPM MPd merupakan kontribusi/hibah dari masyarakat penerima manfaat
kegiatan tersebut. Sebagian kegiatan menggunakan tanah, lahan atau aset milik
desa atau Pemerintah. Kontribusi dilakukan secara sukarela melalui proses
partisipasi dan musyawarah warga. Walaupun masih perlu terus disempurnakan,
seperti halnya juga kegiatan-kegiatan yang terkait dengan pengelolaan lingkungan
hidup, proses dan kontribusi tanah, lahan atau aset oleh warga penerima manfaat
sebagian besar telah didokumentasikan di tingkat masyarakat.
1.2 TUJUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN HIDUP
Proyek mengadopsi Kebijakan Pengamanan Sosial dan Lingkungan Hidup dengan
tujuan sebagai berikut;
a) Melindungi kesehatan manusia;
b) Mencegah kerusakan lingkungan ataupun dampak kumulatifnya sebagai
akibat adanya kegiatan;
c) Menghindari konflik sesama anggota masyarakat dan memperkuat
keterikatan sosial masyarakat;
d) Memastikan bahwa desain setiap kegiatan menjamin MA&KAT memperoleh
manfaat sosial dan ekonomi yang sesuai dengan nilai-nilai budaya, yang
memasukkan gender serta nilai-nilai dan kepentingan antar generasi;
5
e) Memastikan bahwa setiap kegiatan mendapatkan dukungan dari komunitas
MA&KAT melalui konsultasi yang bebas dan terbuka sebelum kegiatan
dilaksanakan; dan
f) Memastikan bahwa tidak akan terjadi konflik atau ketidakpastian hukum baik
pada saat implementasi proyek ataupun setelah itu, yang diakibatkan adanya
kontribusi tanah yang digunakan oleh kegiatan. Karena itu, pada setiap siklus
proyek perlu dilakukan proses konsultasi yang transparan, partisipatif serta
dokumentasi yang benar, dan terbuka.
Untuk menjamin terlaksananya kebijakan sosial dan lingkungan hidup maka proyek
menetapkan Daftar Larangan (Negative List) sebagai berikut:
a) Pembiayaan untuk kegiatan yang berhubungan dengan militer atau angkatan
bersenjata, pembiayaan untuk kegiatan politik atau partai politik;
b) Pembangunan atau rehabilitasi kantor pemerintah atau rumah ibadah;
c) Pembelian gergaji mesin model rantai (chainsaw), senjata, bahan peledak,
asbes, dan bahan-bahan lain yang merusak lingkungan (pestisida, herbisida,
bahan-bahan terlarang, dsb);
d) Pembelian kapal ikan dengan tonase lebih dari 10 ton dan atau peralatannya;
e) Memberi gaji bagi pegawai negeri;
f) Kegiatan yang memperkerjakan anak-anak di bawah usia kerja (penjelasan
menurut UU Ketenagakerjaan 2003: di bawah 13 tahun belum boleh kerja,
13-15 tahun hanya boleh bekerja yang tidak berisiko dan pekerjaan paruh
waktu sehingga bisa tetap sekolah dan berkembang secara sosial anak
dengan normal);
g) Kegiatan yang berkaitan dengan produksi, penyimpanan, atau penjualan
barang yang mengandung tembakau;
h) Kegiatan yang berlangsung di kawasan lindung, kecuali ada izin tertulis dari
Kementerian yang berwenang atas lokasi dan kegiatan bersangkutan;
i) Kegiatan pertambangan atau ekstraksi dan penggunaan terumbu batu karang
atau koral (yang hidup maupun yang mati);
j) Kegiatan yang berkaitan dengan manajemen sumber air dari sungai yang
mengalir dari atau ke negara lain (khusus daerah perbatasan di Kalimantan
Utara, Papua dan Timor);
6
k) Kegiatan mengubah arus sungai;
l) Kegiatan berkaitan dengan reklamasi tanah lebih besar daripada 50 hektar;
m) Konstruksi bangunan irigasi baru lebih besar daripada 50 hektar sawah;
n) Kegiatan konstruksi bendungan atau penampungan air berkapasitas lebih
besar daripada 10.000 m3.
1.3 MAKSUD DAN TUJUAN PANDUAN
Panduan ini dimaksudkan untuk:
a) Memastikan adanya kesamaan pemahaman tentang Kebijakan Pengamanan
Sosial dan Lingkungan Hidup dan penerapannya bagi semua pelaku proyek;
b) Memberikan acuan kepada semua pelaku yang terlibat dari semua tingkatan,
baik konsultan, fasilitator, pemerintah dan masyarakat pelaku kegiatan yang
didanai proyek, dalam penerapan Kebijakan Pengamanan Sosial dan
Lingkungan Hidup sehingga tujuan-tujuan Kebijakan-Kebijakan ini seperti
yang diuraikan di atas dapat tercapai.
Panduan ini dirancang untuk digunakan oleh semua pelaku yang terlibat dalam
proyek, dengan lingkup tugas dan peran masing-masing dalam melaksanakan
Kebijakan Pengamanan Sosial dan Lingkungan pada setiap tahap siklus proyek.
Panduan ini dilengkapi dengan formulir baku untuk memudahkan setiap pelaku yang
terlibat dalam proyek, namun jika diperlukan dapat dilakukan modifikasi sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi di lapangan.
7
BAB 2
DEFINISI, RUANG LINGKUP DAN PENGALAMAN PROYEK DALAM MENERAPKAN PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN HIDUP
2.1 PENGERTIAN PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN HIDUP
PNPM Mandiri Perdesaan merupakan proyek yang memiliki dampak potensial tidak
signifikan yang sebagian besar dampaknya dapat dimitigasi melalui perencanaan
langkah-langkah penanggulangan dampak negatif yang sudah dipersiapkan. Adapun
kebijakan pengamanan sosial dan lingkungan hidup dalam PNPM Mandiri
Perdesaan adalah:
a. Masyarakat Adat dan Komunitas Adat Terpencil (MA&KAT) / Indigenous
Peoples
Merupakan kebijakan untuk: (i) Menjamin MA&KAT mendapat manfaat dari
suatu proyek dan (ii) Menghindari atau melakukan langkah-lakah
penanggulangan dampak negatif yang tidak dapat dihindarkan. Tindakan
penanganan khusus diperlukan jika proyek memberikan dampak negatif
kepada suku-suku asli, etnis minoritas tertentu atau kelompok lainnya yang
status sosial dan ekonominya menghambat kapasitasnya untuk
menyampaikan kepentingan dan hak-hak mereka atas tanah dan sumber
daya produktif lainnya.
b. Kajian Lingkungan Hidup / Environmental Assessment
Merupakan kebijakan untuk: (i) Mengevaluasi potensi risiko dan dampak
lingkungan suatu proyek pada wilayah dampaknya (cakupan, kedalaman,
serta jenis kajiannya bergantung pada sifat, skala, ukuran, serta potensi
dampak lingkungan dari proyek yang diusulkan itu); (ii) Mengkaji alternatif
desain proyek; (iii) Menentukan cara-cara menyempurnakan pemilihan,
penentuan lokasi, perencanaan, pembuatan rancang bangun, serta
pelaksanaan proyek melalui usaha-usaha pencegahan, pengurangan,
penanggulangan, ataupun kompensasi dampak lingkungan yang merugikan
dan meningkatkan dampak positif; dan (iv) Mencakup proses
penanggulangan dan pengelolaan dampak lingkungan yang merugikan ke
dalam implementasi proyek. Lebih diutamakan langkah-langkah pencegahan
8
daripada langkah-langkah penanggulangan ataupun pemulihan, bilamana
memungkinkan.
Pengamanan lingkungan dan sosial dalam PNPM Mandiri Perdesaan dilakukan
untuk mengamankan lingkungan sesuai UU lingkungan hidup dan kaidah ilmu sipil,
serta mengamankan dampak sosial sesuai fokus PMD dalam pemberdayaan, UU
Hak Asasi Manusia, peraturan terkait pemindahan kepemilikan atau fungsi dari
tanah individu dan tanah desa.
Pengamanan Lingkungan meliputi:
Daftar Larangan (Negative List) yang tidak boleh dilakukan, dampak negatif yang
berskala besar yang dapat terjadi, dan dampak negatif yang kemungkinan terjadinya
besar.
Pengamanan Sosial meliputi:
Dampak terhadap proses hibah tanah atau alih fungsi tanah desa bagi
infrastruktur pedesaan yang dibangun.
Kesetaraan keuntungan dan pemberdayaan bagi MA&KAT.
Hal-Hal yang Coba Diamankan adalah:
Keberlanjutan infrastruktur agar tidak mengakibatkan dampak negatif atau
terkena dampak sehingga cepat rusak atau tidak berfungsi.
Keamanan lingkungan dan jiwa.
Penggunaan benda-benda yang buruk bagi kesehatan atau lingkungan.
Proses hibah tanah individu atau alih fungsi tanah desa yang tidak sesuai
persyaratan hukum di Indonesia, yang akibatnya dikemudian hari dapat
menyebabkan konflik dan menyulitkan desa atau individu yang terkait.
Hak-hak MA&KAT sesuai konstitusi yang diuraikan oleh Mahkamah Konstitusi
dan UU Hak Azasi manusia. Dimana masyarakat dan kelompok adat berhak
ikut menentukan pembangunan di daerah mereka dan tidak terugikan bahkan
ikut menikmati hasil pembangunan secara setara.
9
2.2 PENJELASAN TENTANG PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN HIDUP
PENGAMANAN SOSIAL
Kebijakan pengamanan sosial mendorong dilakukannya identifikasi, konsultasi dan
penyediaan mekanisme untuk menghadapi potensi dampak positif dan negatif yang
mungkin ditimbulkan sub-proyek atas Masyarakat Adat dan Komunitas Adat
Terpencil (MA&KAT). Panduan ini berisi prosedur untuk memastikan bahwa semua
kegiatan proyek dievaluasi dan potensi isu-isu komunitas adat terpencil diidentifikasi
dan ditanggulangi sebelum suatu kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak
bagi MA&KAT dimulai, yaitu:
- Memastikan bahwa penduduk asli berpartisipasi dan mendapat manfaat dari
proyek melalui konsultasi yang bebas dan terbuka sebelum kegiatan
dilaksanakan;
- Menghindari atau memperkecil potensi dampak negatif dari proyek bagi
MA&KAT. Bila tidak mungkin menghindarinya, maka dilakukan upaya
memperkecil dampak negatif, memitigasi, atau menyiapkan skema
kompensasi.
Kebijakan Pengamanan Sosial mengenai MA&KAT menggariskan penyusunan
langkah-langkah perencanaan untuk melindungi kepentingan kelompok-kelompok
suku yang beridentitas sosial dan budaya tersendiri yang berbeda dari identitas
masyarakat yang lebih luas yang dapat menyebabkan mereka mudah menjadi pihak
yang tidak memperoleh manfaat dari proses pembangunan. MA&KAT dapat
diidentifikasi dengan ciri-ciri sebagai berikut:
- Ikatan erat dengan wilayah leluhur dan sumber daya alam di wilayahnya;
- Identifikasi diri dan identifikasi oleh orang lain sebagai anggota kelompok
budaya tertentu;
- Bahasa asli;
- Lembaga-lembaga adat;
- Memenuhi kebutuhan pokok sendiri;
- Kelompok yang karena kondisinya tersebut belum terlibat dan mendapat
akses pelayanan sosial, ekonomi maupun politik yang setara dengan
masyarakat umum.
10
Berdasarkan ciri-ciri di atas, terdapat banyak kelompok di Indonesia yang dapat
dimasukkan ke dalam kategori MA&KAT, misalnya:
1. Kantung-kantung kecil kelompok penduduk yang sangat terpencil dan miskin
seperti penduduk Mentawai dan penduduk pulau-pulau kecil lainnya. Kelompok-
kelompok semacam itu dapat dengan mudah terkena dampak negatif proyek
pembangunan.
2. Suku-suku yang jauh lebih besar yang memiliki bahasa sendiri, identitas, ikatan
tradisi dan memperlihatkan perilaku sosial budaya seperti suku Dayak di
Kalimantan atau kelompok-kelompok suku di Nusa Tenggara Timur.
3. Masyarakat-masyarakat majemuk, yang terpinggirkan dari sisi budaya atau
ekonomi, seperti masyarat nelayan di Kawasan Indonesia Timur yang memiliki
identitas yang unik dan juga menduduki posisi lebih rendah dalam struktur sosial
lokal.
Pengalaman dari rangkaian proyek PPK dan PNPM MPd sebelumnya
Selama lebih dari sepuluh tahun sejarah rangkaian proyek PPK dan PNPM MPd,
tidak dijumpai dampak negatif sistematis pada MA&KAT. Pengamanan sosial dalam
setiap tahapan proyek PPK dan PNPM MPd ternyata sangat mudah diterapkan
sesuai budaya lokal dan sesuai dengan struktur lokal. Berikut ini diberikan contoh-
contoh spesifik.
- Di Jawa, suku Baduy menolak proyek-proyek pembangunan dari luar. Proyek
baru masuk wilayah Baduy setelah pemimpin adat menyatakan berminat dan
tatacara pertemuan disepakati dan dicatat oleh kedua belah pihak.
- Masyarakat asli di pulau Nias, Sumatera Utara pada awalnya menghadapi
sejumlah masalah pelaksanaan karena terisolasi dan struktur desanya yang
sangat hirarkis. Namun pada pelaksanaan PPK tidak ditemukan dampak
negatif yang terjadi.
- Pelaksanaan PPK di Kawasan Indonesia Timur juga tidak menyebabkan
dampak negatif sistematis pada kelompok-kelompok suku minoritas.
Pedoman Praktis Pengamanan Sosial
1. Kajian sosial
Apabila hasil penapisan dalam persiapan proyek mengidentifikasi ada
MA&KAT di lokasi, maka proyek harus melakukan kajian sosial untuk
11
mengevaluasi potensi dampak positif atau negatif. Kedalaman dan jenis
analisis kajian tergantung kepada skala proyek dan potensi dampaknya.
2. Konsultasi dan Partisipasi
Ketika proyek menimbulkan dampak kepada MA&KAT, maka proyek harus
memastikan terselenggaranya konsultasi bebas dan terbuka sebelum
kegiatan dilaksanakan. Proyek memastikannya melalui: (i) Penyelenggaraan
konsultasi dalam tahap persiapan/ perencanaan dan pelaksanaan yang
melibatkan lintas gender dan lintas generasi termasuk organisasi masyarakat
adat dan lembaga swadaya masyarakat, (ii) Penerapan metode konsultasi
sesuai dengan nilai sosial dan budaya dari MA&KAT dengan perhatian
khusus terhadap wanita dan anak muda, (iii) Penyediaan informasi terkait
proyek yang sesuai dengan kondisi budaya setempat.
Mekanisme konsultasi harus memastikan bahwa kelompok-kelompok
MA&KAT:
- Dimintai pendapat sehubungan dengan sub-proyek yang dapat
membawa dampak (positif atau negatif) kepada mereka.
- Mendapat peluang untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan
sehubungan dengan sub-proyek.
- Mendapat peluang untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiatan.
3. Perencanaan Penanganan MA&KAT/PPM (Indigenous People Plan/IPP)
Berdasarkan kajian sosial dan konsultasi dengan MA&KAT yang terkena
dampak negatif, maka proyek harus menyusun Perencanaan Penanganan
MA&KAT untuk memastikan bahwa (i) MA&KAT yang terkena dampak negatif
memperoleh manfaat sosial dan ekonomi dari pelaksanaan proyek, (ii)
Dampak negatif yang ditimbulkan dapat dihindari, ditanggulangi atau
memberikan kompensasi. Detail PPM lihat Lampiran1.
4. Keterkaitan dengan lahan dan sumber daya alam
(i) MA&KAT memiliki hubungan keterikatan dengan tanah, hutan, air,
lingkungan hidup dan sumber daya alam, sehingga perhatian khusus harus
diberikan ketika terjadi dampak negatif. Proyek harus memastikan tanah dan
sumber daya terkait hukum adat tetap dapat diakses oleh MA&KAT untuk
kesinambungan budaya dan kehidupannya. (ii) Apabila subproyek meliputi
pengembangan komersial dari sumber daya alam pada lahan dalam wilayah
12
MA&KAT, maka proyek harus memastikan MA&KAT menerima informasi
yang cukup mengenai hak terhadap sumber daya dan penggunaan tanah
adat, dalam konsultasi yang bebas dan terbuka sebelum kegiatan
dilaksanakan. MA&KAT menerima manfaat ataupun kompensasi yang sesuai
dengan pengembangan lahan tersebut. (iii) Proyek harus menghindari
terjadinya relokasi MA&KAT secara fisik, apabila hal tersebut tidak dapat
dihindarkan maka proyek harus mendapatkan dukungan dari MA&KAT dalam
proses konsultasi.
Dalam proses pengadaan tanah/lahan, proyek mengikuti prosedur sebagai
berikut: (i) Donasi sukarela: sesuai dengan kebiasaan lokal, masyarakat
dapat mendonasikan tanah, lahan, aset atau memindahkan bangunannya
tanpa diberikan kompensasi, (ii) Donasi dengan kompensasi: masyarakat
yang mendonasikan lahan atau asetnya mempunyai hak untuk mendapatkan
kompensasi/ganti rugi (sebagian atau sesuai harga pasar dari nilai
kepemilikan tersebut). Masyarakat desa harus menentukan salah satu
metode kompensasi yang akan digunakan untuk pembebasan lahan. Dana
proyek tidak boleh digunakan untuk membayar kompensasi lahan tersebut.
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP
Dalam menganalisis dampak lingkungan hidup, fasilitator bersama masyarakat
harus dapat mengidentifikasi semua potensi dampak yang mungkin timbul sebagai
akibat dari pelaksanaan kegiatan. Fasilitator dan masyarakat memeriksa hal-hal
yang dapat terjadi selama konstruksi dan setelah konstruksi selesai.
Evaluasi dampak lingkungan dan penanggulangannya dalam program PNPM
mencakup tiga fakta penting:
- Potensi dampak lingkungan yang kecil, karena itu strategi umum yang
dijalankan di bawah PNPM tetap relevan;
- Terdapat potensi dampak lingkungan, seiring dengan meningkatnya BLM
sebesar tiga kali lipat.
- Sebagian besar isu yang timbul karena tidak menerapkan praktik teknik sipil,
di mana hal ini dapat dipecahkan melalui pelatihan dan supervisi yang
memberikan bantuan teknis kepada fasilitator dan masyarakat. Jumlah
pengaduan mengenai isu lingkungan sangat kecil. Hal ini terjadi karena tidak
adanya perhatian masyarakat pada lingkungan atau keengganan melapor.
13
Ketiga isu di atas berupaya ditanggulangi dalam PNPM MPd. Fasilitator bertanggung
jawab untuk menjelaskan potensi dampak lingkungan dan penanggulangannya
kepada pelaksana di desa dan memantau pelaksanannya. Sanksi dikenakan bila
ditemukan, pelanggaran yang mengakibatkan kerusakan lingkungan. Hal ini dapat
menjadi penyebab pembatalan kegiatan di lokasi tertentu dan/atau pergantian
fasilitator bersangkutan.
Contoh dampak lingkungan dari jalan desa menurut jenis dampak dapat dilihat berikut ini: Kategori 1:Serius tetapi masalah lokal Konsentrasi aliran air; Tanah longsor ; Hilangnya tanah produktif akibat tanah longsor.
Kategori 2:Dampak negatif serius lingkungan Penjualan tanah ke orang luar; Penebangan hutan; Meningkatnya endapan karena erosi jalan.
Kategori 3:Dampak negatif dengan potensi kecil atau dampak kurang penting Pencemaran udara dari kendaraan; Banjir karena penempatan jembatan tidak tepat; Peningkatan kadar debu di udara; Peningkatan kejahatan di desa; Kebisingan.
Kategori 4:Dampak tidak jelas, positif atau negatif Meningkatnya penggunaan pupuk kimia dan pestisida; Pengembangan industri kecil yang mencemari lingkungan; Meningkatnya intensitas pertanian atau peternakan; Warga mencari kerja di luar desa; Memindahkan rumah ke tepi jalan; Pendatang pindah ke desa.
Kategori 5: Jelas dampak positif Berkurangnya erosi dari tanah pertanian karena penggunaan teknologi yang lebih baik; Tersedianya bahan bangunan di desa; Peningkatan pelayanan, termasuk kesempatan mendapat layanan kesehatan dan pendidikan;
Kategori 6: Dampak negatif, tetapi dapat diterima masyarakat setempat Kecelakaan lalu lintas; Kehilangan tanah karena digunakan untuk pelebaran jalan.
Dampak negatif lingkungan pada jalan dan jembatan, misalnya, timbul terutama
karena gangguan-gangguan pada tanah yang kurang stabil dan sangat mudah
dipengaruhi tanah longsor atau perubahan aliran air. Penggalian dan pembuatan
tanggul sering menimbulkan tanah longsor atau erosi. Tanah longsor membawa tiga
jenis dampak negatif:
- Berbahaya bagi tanah pertanian atau perumahan;
- Meningkatkan erosi karena tanah tidak padat;
- Mengalihkan arus air hujan.
14
Pengisian formulir 22 merupakan hal wajib dari proses perencanaan. Setiap jenis
proyek harus diuji dari berbagai segi untuk mencegah serta menyiapkan rencana
untuk menangani potensi dampak lingkungan. Selama masa konstruksi, formulir
yang sama dibawa ke lapangan dan diperiksa, untuk memastikan informasi yang
diisi sesuai dengan kondisi lapangan dan jika membutuhkan perbaikan/perubahan
dapat direvisi dengan tepat. Pada akhir konstruksi, formulir diperiksa ulang untuk
memastikan bahwa semua kegiatan telah dilakukan sesuai rencana. Fasilitator
Teknik Kabupaten bertanggung jawab memeriksa semua desain infrastruktur. Jika
terdapat desain yang tidak dilengkapi dengan formulir 22 yang telah diisi dengan
benar beserta dengan penjelasan mengenai potensi dampak dan
penanggulangannya, maka desain tersebut haruslah ditolakatau tidak disetujui.
Pengalaman dari rangkaian Proyek PPK dan PNPM Perdesaan sebelumnya
LOKASI KEGIATAN DAMPAK
LINGKUNGAN KETERANGAN
Kecamatan Sosopan, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara
Proyek irigasi Aek Bustak
Menyebabkan wilayah hilir kering karena tidak ada air mengalir lagi
Fasilitatior Teknik seharusnya memeriksa dampak peningkatan kebutuhan air di hilir.
Lancap Jae, Kecamatan Arse
Penggunaan alat-alat berat untuk pembuatan jalan baru
Mengganggu kehidupan liar di hutan sekitar
Umumnya tidak dapat dihindari dan dampaknya hanya sementara.
Provinsi Riau Pembangunan jalan menuju hutan lindung
Menjadi penghubung bagi pengangkutan kayu curian
Potensi masalah cukup besar, perlu sosialisasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan
15
Tana Toraja, Sulawesi Selatan
Gorong-gorong dibuat pada umumnya tanpa struktur pelindung termasuk dinding penahan, bangunan penampung, dan saluran pembuang.
Air buangan tanpa kendali merusak ladang atau kebun, serta menyebabkan tanah longsor di lereng-lereng jalan wilayah pegunungan.
Fasilitator Teknik tidak mengikuti prinsip-prinsip perencanaan yang baik. Perlu diketahui mengapa fastekab tidak menolak disain yang kurang baik.
Cilacap, Jawa Tengah Konstruksi jembatan dengan pengurangan penampang basah
Berkurangnya lebar sungai menyebabkan banjir, dan berdampak merusak sawah-sawah produktif.
Fasilitator Teknik tidak mengikuti prinsip-prinsip perencanaan yang baik. Perlu diketahui mengapa fastekab tidak menolak desain yang kurang baik.
Pedoman Praktis Pengelolaan Lingkungan (Environmental Code of Practices /
ECoPs)
1. Hal-Hal yang Dilarang
Dalam pelaksanaan kegiatan proyek telah ditetapkan Daftar Larangan yang
akan membatasi kegiatan-kegiatan yang dapat berdampak negatif bagi sosial
maupun lingkungan hidup.
2. Kondisi Lapangan
a. Pertimbangkan terjadinya pencemaran air;
b. Hindari membangun jalan di tanah atau daerah yang mudah longsor;
c. Hindari pembuatan jalan atau bangunanyangbersebelahandengansungai;
d. Lindungi lahan basah dari pembangunan infrastruktur;
e. Cegah pencamaran di dalam atau dekat habitat laut;
f. Lindungi habitat hidupan liar dari pembangunan infrastruktur;
g. Hindari kegiatan di kawasan lindung.
16
3. Pengelolaan Lokasi Konstruksi
a. Hindari lokasi konstruksi dari bahaya material bekas yang tidak terpakai
yang dapat mengkontaminasi tanah dan air tanah serta membahayakan
bagi masyarakat sekitar;
b. Hindari terjadinya genangan air yang berisiko terhadap kesehatan;
c. Kurangi dan kontrol kebisingan yang disebabkan oleh kegiatan konstruksi;
d. Kontrol debu selama kegiatan konstruksi.
4. Jalan
a. Hindari membangun jalan yang melalui hutan primer;
b. Cegah terjadinya erosi lereng;
c. Cegah longsoran pada lereng miring;
d. Gunakan dinding penahan tanah untuk mencegah longsor;
e. Hentikan erosi lereng dengan tanaman penghambat;
f. Cegah longsoran tanah pada jalan dan timbunan;
g. Hentikan longsoran lereng dengan penahan (batu atau krib) di bagian
bawah lereng;
h. Gunakan turap untuk menstabilkan lereng bagian timbunan;
i. Hindari pembangunan jalan di daerah kemiringan lerengyang terlalucuram;
j. Hentikan erosi pada selokan dan badan jalan;
k. Lindungi selokan dari erosi dengan membuat struktur terjunan, saluran
pembuang, dan gorong-gorong;
l. Hindari menggali pasir, kerikil atau batu-batu dari dalam sungai untuk
membangun jalan.
5. Ketersediaan Air
a. Selalu menjalankan pengelolaan resapan air yang baik;
b. Lindungi hutan dan kelola cadangan air hutan;
c. Jangan biarkan pihak luar merusak hutan di bukit dan gunung;
d. Sebelum menggunakan sumber air baru harus melakukan uji kualitas air
terlebih dulu;
e. Lindungi sumber-sumber air dari pencemaran dan kontaminasi;
f. Bagilah sumber air yang langka kepada pemanfaat lainnya;
g. Tempatkan sumur gali pada jarak yang aman dari septik tank;
h. Gunakan saringan air sederhana jika diperlukan;
i. Selalu sediakan drainase yang baik pada tempat umum dan pemukiman.
17
6. Sanitasi
a. Buatlah septik tank yang lengkap dan pastikan semua bagiannya berfungsi
baik;
b. Gunakan septik tank untuk pengelolaan air kotor, buanglah air kotor
dengan benar dan sedotlah endapan lumpur secara berkala;
c. Jagalah kebersihan fasilitas mandi-cuci-kakus (MCK).
7. Pengelolaan sampah
a. Jangan membuang sampah sembarangan;
b. Lakukan pemisahan jenis sampah untuk tujuan daur ulang.
8. Pasar
a. Jagalah kebersihan pasar;
b. Kontrol lalat dan binatang pembawa penyakit lainnya;
c. Daur ulang sampah menjadi pupuk/kompos;
d. Jagalah kebersihan fasilitas MCK di pasar.
9. Sungai
a. Hindari membangun dekat jalur sungai;
b. Lindungi aliran sungai dan tanah tepi sungai dari erosi;
c. Pastikan tanggul tanah stabil;
d. Lindungi tanggul tanah dari erosi;
e. Jangan mengambil pasir, kerikil atau batu dari sungai.
18
BAB 3 PENERAPAN PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN HIDUP
DALAM PNPM MANDIRI PERDESAAN
Penerapan Pengamanan Sosial dan Lingkungan Hidup bukan suatu hal baru dalam
PNPM MPd dan bukan tambahan prasyarat dalam pelaksanaan program. Kebijakan
ini telah ada di dalam desain operasional program bahkan sejak pelaksanaan
Program Pengembangan Kecamataan (PPK) sebelumnya. Semua unsur pelaku
PNPM MPd harus memperhatikan potensi dampak negatif terhadap sosial dan
lingkungan, untuk kemudian merencanakan pencegahan dan penanganan/mitigasi.
Kebijakan pengamanan sosial dan lingkungan ini harus bisa dipraktekkan secara
praktis dalam siklus pelaksanaan PNPM.
Di dalam siklus PNPM, identifikasi MA&KAT sudah perlu diperhatikan pada
langkah awal pada saat sosialisasi dengan mengacu peta MA&KAT yang ada
di panduan ini dan kajian adat, sosial dan ekonomi desa. Sesudah MA&KAT
teridentifikasi perlu ada proses agar kelompok mayoritas dan pemda merasa
ikut bertanggungjawab atas nasib dan hak-hak MA&KAT; bagaimana agar
kepentingan mereka bisa terakomodasi oleh PNPM dan masyarakat desa
secara lebih luas.
Isu lingkungan muncul pada saat mulai mengidentifikasi proyek, pemilihan
usulan, pembuatan proposal teknis sampai pada pascakonstruksi yaitu
pemeliharaan dan perawatan.
Isu tanah muncul pada saat identifikasi usulan, pembuatan proposal sampai
pada kepastian diterimanya usulan. Dokumentasi hibah atau pengalihan tanah
harus dilakukan sesuai persyaratan perundangan yang berlaku.
3.1 APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN PENERAPAN PENGAMANAN
SOSIAL DAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM PNPM MPd?
Penerapan pengamanan sosial dan lingkungan hidup dalam PNPM MPd adalah
langkah-langkah pencegahan dan penanganan terhadap dampak negatif sosial dan
lingkungan.
19
PENERAPAN PENGAMANAN LINGKUNGAN HIDUP
Manfaat yang timbul karena desa membangun infrastruktur dipengaruhi oleh
beberapa faktor penting, yaitu:
• Kualitas desain;
• Kualitas konstruksi, yang tergantung keterampilan masayarakat dan kualitas
supervisi;
• Kualitas bahan yang digunakan dalam konstruksi;
• Pemakaian infrastruktur secara wajar;
• Dampak lingkungan.
Dalam proses pembangunan, kualitas dikendalikan dengan menerapkan beberapa
instrumen yang telah disediakan, termasuk format untuk pemeriksaan desain, format
untuk memeriksa kualitas konstruksi, dan spesifikasi bahan yang digunakan.
Pelatihan juga diberikan kepada masayarakat maupun kepada fasilitator yang
membantu proses desain dan pelaksanaan. Khusus untuk masalah dampak
lingkungan, format tersedia untuk menguraikan potensi dampak negatif terhadap
lingkungan, yaitu formulir 22 yang merupakan kelengkapan pengajuan usulan desa.
Setiap jenis infrastruktur yang dibangun oleh masyarakat dapat menimbulkan
dampak negatif lingkungan, sehingga pada formulir 22 tersebut perhatian terfokus
pada beberapa jenis masalah. Masyarakat dan fasilitator akan mengidentifikasi
dampak negatif yang sangat serius berskala besar yang dapat terjadi, yaitu dampak
yang mengakibatkan manfaat terhapus atau sangat kurang. Juga akan
mengidentifikasi dampak yang sangat mungkin terjadi, walaupun kerugiannya
mungkin tidak besar. Penggunaan ceklis kurang praktis untuk menguraikan masalah
dampak, karena jumlah jenis masalah sangat besar,dimana setiap jenis infrastruktur
terdapat puluhan jenis dampak negatif yang mungkin timbul.
Dampak negatif lingkungan ada dua tipe masalah yang berbeda. Dampak negatif
lingkungan mungkin terjadi karena pengaruh infrastruktur terhadap lingkungan di
sekitarnya. Misalnya, karena ada saluran drainase di pinggir jalan, terdapat lahan
yang terkena banjir karena pembuangan dari saluran pinggir tidak teratur. Jenis
satu lagi adalah kerusakan yang terjadi di infrastruktur yang berasal dari lingkungan
di sekitarnya. Misalnya, jalan yang terputus karena terkena longsor besar.
20
Karena jenis dampak negatif lingkungan sangat banyak, secara nasional sedang
disusun database tentang jenis dampak negatif lingkungan untuk setiap jenis
infrastruktur. Database tersebut akan diisi berdasarkan masukan dari lapangan dan
dari spesialis tiap jenis infrastruktur, dan termasuk beberapa informasi sebagai
referensi bagi pelaku di lapangan, termasuk:
• Jenis infrastruktur;
• Jenis masalah;
• Penyebab masalah;
• Cara menghindari masalah tersebut atau cara memperkecil dampak
Negatifnya;
• Cara memperbaiki masalah dampak;
• Tingkat potensi masalah (skor 1 sampai dengan 4);
• Kemungkinan terjadi masalah tersebut (skor 1 sampai dengan 4);
Masukan dari lapangan dikumpulkan pada sesi pelatihan penyegaran atau melalui
laporan rutin dan dapat dilengkapi oleh spesialis dan tim teknis nasional secara
kontinyu berdasarkan masukan dan saran dari lapangan.
Masalah yang timbul di lapangan agar dilaporkan oleh fasilitator dalam Laporan
Bulanan fasilitator.
Masyarakat dan fasilitator biasanya belajar tentang dampak lingkungan berdasarkan
pengalaman sendiri di lapangan, tetapi banyak jenis dampak lingkungan relatif
jarang terjadi, sehingga database sangat bermanfaat untuk belajar tentang jenis
masalah serius yang jarang terjadi. Apalagi, desa atau fasilitator belum tentu
berpengalaman dengan banyak jenis infrastruktur, dan dampak lingkungan untuk
infrastruktur perdesaan hampir selalu sangat lokal, sehingga masyarakat belum
tentu tahu tentang dampak lingkungan yang terjadi di desa lain.
Dua jenis supervisi terhadap dampak lingkungan harus dilakukan. Supervisi
pertama adalah pemeriksaan desain infrastruktur oleh fasilitator teknik di tingkat
kabupaten. Salah satu hal yang diperiksa adalah Formulir 22 yang disusun sebagai
bagian dari desain. Formulir 22 wajib diisi untuk setiap usulan infrastruktur yang
ada.
Supervisi yang kedua adalah supervisi selama pelaksanaan di lapangan, dengan
menggunakan format pemeriksaan yang sudah ada. Selain format tersebut, setiap
21
orang yang memeriksa infrastruktur di lapangan dapat mengamati perlakukan yang
telah diusulkan untuk menghindari terjadinya dampak lingkungan yang negatif.
Fasilitator memberi umpan balik kepada tim desa melalui buku bimbingan desa,
yang merupakan alat wajib selama pelaksanaan. Supervisor tingkat kabupaten,
provinsi, regional, maupun nasional dapat memeriksa buku bimbingan untuk melihat
apakah desa telah diberi masukan yang layak.
PENGERTIAN TENTANG JENIS PRASARANA YANG DIBANGUN OLEH
MASYARAKAT
Sebelum membahas dampak lingkungan, perlu menyamakan persepsi tentang jenis
infrastruktur yang biasanya dibangun oleh masayarakat.
(i). Jalan
Jalan desa yang biasa dibangun terdiri dari jalan yang mempunyai
permukaan yang dapat dilalui sepanjang tahun. Konstruksi jalan tidak
menggunakan pekerjaan tanah yang sangat besar seperti yang dilakukan
untuk jalan kabupaten, jalan provinsi, atau jalan tol. Sebagian dari jalan
menggunakan permukaan yang lebih permanen, dari rabat beton atau
aspal. Kendaraan yang menggunakan jalan desa relatif ringan, akan tetapi
kadang-kadang jalan dilalui truk berat yang merusak permukaan jalan.
(ii). Jembatan
Terdapat banyak jenis jembatan di lapangan, karena sangat tergantung
pada akses ke lokasi, bahan yang tersedia, dan manfaat yang diharapkan.
Jenis jembatan termasuk jembatan yang mempunyai gelagar yang
berkedudukan di atas fondasi dan pilar-pilar, dengan panjang yang tidak
terbatas. Gelagar dapat dibuat dari baja, kayu, dan beton bertulang
(dengan panjang terbatas), dengan muatan yang terbatas. Di tempat
tertentu dapat dibangun jembatan lengkung dengan panjang yang terbatas.
Pada lokasi tertentu terdapat jembatan banjir limpas, agar air dapat lewat di
atas jembatan pada saat debit besar, walaupun biasanya air hanya
melewati gorong-gorong di bawah. Jembatan gantung sering dibangun,
akan tetapi hanya digunakan untuk kendaraan roda-2 atau pejalan kaki.
22
(iii). Penyediaan Air Bersih
Infrastruktur untuk penyediaan air bersih juga banyak bervariasi. Sebagian
memanfaatkan mata air sebagai sumber air bersih, walaupun jaraknya
sangat jauh dari kampung dan perlu jaringan pipa. Sebagian
memanfaatkan air tanah dengan membangun sumur gali atau sumur bor.
Kadang-kadang, infrastruktur memanfaatkan air permukaan, tetapi
pemanfaatan ini perlu upaya untuk membersihkan air sebelum digunakan
oleh masyarakat. Infrastruktur air minum relatif jarang dibangun. Rata-rata
kegiatan memanfaatkan sumber air bersih yang sudah biasa digunakan,
tetapi sulit aksesnya. Sehingga kegiatan hanya memperlancar akses pada
air bersih yang sudah pernah digunakan.
(iv). Fasilitas Sanitasi
Fasilitasi seperti MCK (Mandi-Cuci-Kakus) sering dibangun, dan kadang-
kadang dibangun dengan jumlah cukup banyak agar dapat dimanfaatkan
oleh banyak orang di banyak tempat. Manfaatnya terhadap kesehatan
masyarakat sangat besar, asal dibangun dengan baik dengan
memperhatikan pembuangannya. Biasanya dibangun lengkap dengan
septik tank dan resapan.
(v). Bangunan
Banyak jenis bangunan dibuat oleh masyarakat, terutama untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan atau pendidikan. Bangunan
menggunakan teknik yang biasa dilakukan oleh masyarakat, termasuk
fasilitas sanitasi dan air bersih.
(vi). Pasar
Pasar juga merupakan bangunan, tetapi berbeda dengan bangunan untuk
fasilitas kesehatan atau pendidikan. Situasi jauh berbeda, jenis konstruksi
berbeda dan biasanya terbuka, dan terjadi lalu lintas dan sampah yang
jauh lebih banyak.
(vii). Listrik
23
Pembangkit listrik di perdesaan terdiri dari beberapa macam, seperti
tenaga surya, tenaga angin, mikrohidro, dan penggunaan genset. Setiap
jenis kegiatan ini cukup jauh berbeda, dan sangat tergantung situasi yang
ada di daerah. Penggunaan tenaga surya harus di daerah yang cukup
terang. Tenaga angin harus ada di daerah yang ada angin yang cukup
konstan. Mikrohidro harus diletakkan di tempat yang ada aliran air yang
cukup besar dan yang mengalir sepanjang tahun. Genset dapat dipasang
di hampir semua daerah.
(viii). Irigasi
Kegiatan irigasi terdiri dari dua unsur, yaitu sumber air seperti bendungan
dan saluran air untuk distribusi dan pembuangan. Pada umumnya irigasi
yang dibangun oleh masyarakat merupakan perbaikan dari sistem irigasi
yang sudah ada tetapi kurang berfungsi, karena jaringan saluran baru
memerlukan survei dan desain teknis yang cukup rumit. Bendungan yang
dibuat biasanya bendungan pendek pada sungai kecil, yang
meningkatkan ketinggian air agar dapat mengalir ke sawah. Saluran
drainase diperlukan, tetapi juga relatif rumit untuk didesain.
(ix). Lain-Lain
Terdapat banyak jenis infrastruktur yang lain seperti lantai jemuran hasil
pertanian, tambatan perahu, embung air, dan lain-lain yang memenuhi
beberapa kriteria, yaitu:
- Memberi manfaat kepada masyarakat umum, terutama orang miskin
- Dapat dikerjakan, dioperasikan, dan dipelihara oleh masyarakat
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM DESAIN DAN KONSTRUKSI
INFRASTRUKTUR YANG BERKAITAN DENGAN DAMPAK LINGKUNGAN
Terdapat banyak sekali kemungkinan terjadi dampak lingkungan yang negatif, baik
dampak yang merusak lingkungan di sekitar infrastruktur maupun dampak yang
merusak infrastruktur sendiri.
Di bawah ini diuraikan contoh-contoh dampak negatif untuk kedelapan jenis
infrastruktur yang dijelaskan di atas. Harus diingat, ini hanya contoh, dan contoh
yang diuraikan belum tentu terjadi di semua lokasi. Di banyak lokasi, masalah yang
24
terjadi bukan karena dampak lingkungan, tetapi masalah yang timbul akibat
kesalahan disain, kesalahan konstruksi, kesalahan bahan, atau kesalahan
pemakaian.
(i). Jalan
Dampak lingkungan negatif yang terjadi untuk jalan desa termasuk:
Longsor besar atau kecil, pada tanah liat atau tanah berpasir
Erosi tebing, termasuk jatuhnya batu lepas
Kerusakan permukaan jalan dari aliran air di atas
Jalan tergenang atau terpotong karena drainasenya kurang lancar
Banjir karena pembuangan air tidak teratur
Kerusakan hutan karena peningkatan akses
Kerusakan sungai karena pembuangan sisa tanah
Peningkatan debu
Peningkatan kecelakaan
Masalah keamanan karena akses baru
Kerusakan jalan lain karena pengiriman bahan
Peningkatan harga lahan di sekitar jalan
Karena kurang pemadatan tanah, banyak tanah hilang atau terkena
erosi
Gorong-gorong tersumbat
Dengan adanya jalan, penggunaan item di negative list meningkat
(pestisida, herbisida, gergaji mesin model rantai)
Kerusakan lahan di lokasi galian batu, sirtu dan pasir
Perubahan aliran air karena perubahan topografi di lokasi galian
(ii). Jembatan
Dampak lingkungan negatif yang terjadi untuk jembatan desa hampir
sama dengan jalan, tetapi termasuk:
Peningkatan banjir dari sungai, karena penyempitan sungai
Terganggunya lalu lintas kapal
Tambahan erosi karena pengaliran air terkonsentrasi
Longsor di sekitar jembatan
25
Korosi struktur jembatan (gelagar baja)
Gangguan fondasi karena arus air
Risiko jika jembatan terkena sampah atau pohon yang terhanyut di
sungai
Risiko terjadi kerusakan karena gempa bumi atau banjir besar di
sungai
Risiko kepada pemakai jika jembatan ambruk atau putus
Kayu kurang baik karena sulit mencari kayu kelas satu
Penggalian batu di sungai berpotensi longsor dan merusak bangunan
yang ada di sungai, terutama penggalian dekat kolom atau fondasi
jembatan.
(iii). Penyediaan air bersih
Masalah dampak lingkungan yang terjadi untuk infrastruktur air bersih
termasuk:
Kontaminasi mata air
Kontaminasi air tanah
Drainase yang kurang baik mengakibatkan tempat becek
Pemakai air di hilir kehilangan debit air
Penurunan tinggi air tanah karena penggunaannya
Sistem irigasi kekurangan air karena sumber air irigasi dipakai
sebagai sumber air bersih
(iv). Fasilitas sanitasi
Masalah dampak lingkungan yang terjadi untuk MCK termasuk:
Kontaminasi air tanah karena septic tank bocor
Kontaminasi air tanah karena resepan tidak berfungsi
Kontaminasi air sumur karena letaknya terlalu dekat MCK dan air
tanah mengalir ke arah sumur
Bahaya dari gas bila tidak ada ventilasi atau ventilasi tersumbat
Udara dekat MCK bau
Peningkatan penyakit seperti diare karena kesalahan dalam
konstruksi MCK
Tanah becek di sekitar MCK karena saluran drainase tidak berfungsi
26
Kerusakan bangunan atas atau septic tank sebagai akibat gempa
bumi
(v). Bangunan
Masalah dampak lingkungan yang terjadi untuk bangunan termasuk:
Masalah drainase air hujan dari atap
Masalah pembuangan sampah
Masalah perubahan aliran air permukaan karena ada gedung
Risiko kebakaran
Masalah karena kurang ventilasi
Kemungkinan tidak mampu menahan gempa bumi, walaupun gempa
tidak besar, sehingga bangunan rusak dan penduduk menjadi korban
Kemungkinan terjadi tsunami, sehingga harus ada akses ke tempat
yang aman
Dampak terhadap hutan bila kayu diambil dari hutan untuk konstruksi
atau untuk kayu bakar
(vi). Pasar
Masalah dampak lingkungan yang terjadi untuk pasar desa termasuk:
Dampak ekonomi dengan adanya pasar lokal, karena banyak penjual
dari luar desa
Masalah drainase
Masalah sampah dari penjual
Masalah lalu lintas dan parkir kendaraan
Peningkatan kecelakaan
Kemungkinan makanan dan minuman terkena kontaminasi
Konflik antar penjual
Perbandingan jumlah kios dan los
Transparansi pengelolaan pasar
(vii). Listrik
Masalah dampak lingkungan yang terjadi untuk listrik termasuk:
Risiko tersengat listrik
Kebutuhan biaya operasional cukup besar
27
Terjadi pencemaran air
Terjadi kebisingan
Konflik antar pemakai, komunal maupun individu karena
pendistribusian listrik
Keamanan di sekitar rumah turbin dan tempat tenaga angin
Terganggunya habitat serta jalur migrasi satwa dan biota
(viii). Irigasi
Masalah dampak lingkungan yang terjadi untuk irigasi termasuk:
Pemakai air di hilir kehilangan debit air atau kekeringan
Terjadi banjir di hulu karena adanya bendungan
Terjadi banjir karena air eksternal masuk ke saluran irigasi
Pencemaran air karena pestisida
Bendungan atau saluran jebol
Konflik antar pemakai air irigasi
Kekurangan air mengakibatkan konflik
Kerusakan bangunan irigasi sebagai akibat gempa bumi
Kolam ikan tidak mendapat bagian air karena dipakai untuk irigasi
Longsor atau erosi
Terganggunya habitat serta jalur migrasi satwa dan biota
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN PASCAKONSTRUKSI
Terjadi banyak dampak lingkungan negatif yang muncul setelah infrastruktur selesai
dibangun. Khusus untuk dampak lingkungan negatif pascakonstruksi, ada tiga isu
lain yang perlu dipertimbangkan: (1) Dari mana dana untuk memperbaiki masalah
dampak lingkungan kalau kegiatan program sudah selesai? (2) Siapa bertanggung
jawab atas identifikasi dan upaya perbaikan masalah tersebut? dan (3) Siapa ikut
bekerja untuk memperbaiki masalah yang timbul? Jelas sebagian dari jawaban ini
adalah tim pemeliharaan yang dipilih oleh desa sendiri, akan tetapi tidak selalu dapat
dikerjakan dengan cara sesederhana itu. Kadang-kadang perlu bantuan dari luar.
Masalah yang timbul di infrastruktur sangat tergantung musim. Infrastruktur yang
kelihatan tidak ada masalah pada musim kemarau mungkin terkena banyak masalah
pada musim hujan.
28
Masalah yang sering timbul dan solusi pascakonstruksi termasuk:
(i). Jalan
Drainase tersumbat atau pembuangan tidak teratur
Saluran drainase hilang
Bahu jalan hilang atau tertutup tanaman tinggi
Tembok penahan tanah (TPT) atau bronjong rusak karena tekanan
tanah, tekanan air, atau lubang suling di tembok kurang berfungsi
Tanah banyak hilang karena kurang padat
Ada sesuatu yang memblokir aliran air
Terjadi longsor
Masalah stabilitas bahu jalan
Pembuatan teras untuk membantu stabilitas lereng
Pembuatan saluran diversi agar air tidak lewat permukaan tebing
Penggunaan perlakuan vegetasi
(ii). Jembatan
Korosi bahan struktur karena tidak dilakukan pengecatan struktur
Perlu penggantian kayu dek jembatan (atau diubah menjadi balok
beton)
Perubahan aliran sungai, termasuk pengikisan tebing
Kerusakan pada fondasi atau sayap, termasuk retakan dan penurunan
Jembatan gantung perlu distel kembali kekencangan kabel
Kerusakan pada oprit jembatan (sambungan jalan)
(iii). Air Bersih
Kontaminasi sumber air
Perbaikan pipa yang bocor atau pecah
Peningkatan sistem distribusi air
Pembersihan bangunan air dari lumpur dan lumut
Perbaikan saluran drainase di sekitar hidran dan kran
Pemantauan kualitas air
Pemantauan sumber air (mata air maupun air tanah)
Pemantauan pemakaian air
29
Pengumpulan iuran untuk operasi dan pemeliharaan
Sumur air menjadi sumber gas atau lumpur
Operasi dan pemeliharaan pompa air
(iv). Sanitasi
Pembersihan seluruh fasilitas bangunan atas
Pembersihan septik tank
Perbaikan saluran drainase di sekitar MCK
(v). Bangunan
Pemeliharaan gedung, termasuk pengecatan
Perbaikan kerusakan yang ada di gedung
Perhatian pada tanaman-tanaman yang ada di sekitar gedung
Terjadi pengalihan fungsi gedung, sehingga manfaatnya berkurang
Drainase dari sekitar gedung
(vi). Pasar
Pengelolaan dan pembuangan permanen untuk sampah
Masalah kendaraan, tempat parkir, dan lalu lintas
Pengelolaan pasar
Penyelesaian konflik antar pemakai
Peningkatan fungsi pasar
(vii). Listrik
Pembersihan saluran di mikrohidro dari sampah dan lain-lain
Pengelolaan pemakaian listrik
Pemeliharaan alat untuk tenaga surya dan tenaga angin
Pemeliharaan dan operasi genset
Perhatian pada faktor keamanan pemakaian listrik
Pemantauan pemakaian listrik
Peningkatan pemakaian yang menyebabkan peningkatan alat,
distribusi, dan sistem
(viii). Irigasi
Munculnya konflik antar desa atau antar masyarakat karena
pendistribusian air
30
Saluran irigasi bocor
Saluran drainase kurang berfungsi, sehingga air tidak terbuang
Saluran irigasi dipakai sebagai kakus atau tempat pembuangan
sampah
Saluran banjir karena banyak endapan
Saluran terkikis karena aliran air terlalu cepat
Saluran dan bangunan kurang dipelihara
Sifon tersumbat atau bocor sehingga tidak berfungsi
Tanah di bawah atau di samping bendungan terkena piping (terlubangi
oleh air tanah, seperti pipa) sehingga air bocor dari bawah atau
samping
Pengelolaan air kurang efektif
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN PASCABENCANA ALAM
Kerusakan tidak hanya terjadi pada situasi normal atau pascakonstruksi, tetapi
terjadi juga karena bencana alam yang merusak bangunan desa maupun lingkungan
lokal. Jenis masalah yang timbul karena bencana alam termasuk:
Kerusakan terjadi pada bangunan karena gempa bumi
Kerusakan terjadi pada bangunan karena kebakaran
Kerusakan terjadi pada bangunan dan perlengkapan karena terjadi
banjir, termasuk tsunami
Kerusakan terjadi karena perubahan dalam pengaliran air
Adanya kebocoran gas atau lumpur dari sumur air
Runtuhnya bangunan karena terkena angin
Terjadi kerusakan prasarana karena gerakan atau penurunan tanah
Terjadi kontaminasi air
Khusus untuk masalah bencana alam, ada tiga langkah yang harus dilakukan oleh
masyarakat dan fasilitator:
(i) Tindakan preventif, terutama untuk perlindungan bangunan agar tahan
gempa atau perlindungan terhadap banjir.
(ii) Pengukuran tingkat kerusakan bila bencana terjadi. Tiap infrastruktur
dapat dinilai sebagai berikut:
31
Tidak rusak
Rusak ringan; dapat digunakan sambil diperbaiki
Rusak berat; tidak dapat dipakai sebelum diperbaiki
Harus diganti
(iii) Rehabilitasi dan perbaikan
PENERAPAN DAFTAR LARANGAN
Sesuai dengan penjelasan Bab 1.2 tentang Daftar Larangan (Negative List) yaitu
hal-hal yang tidak boleh dibiayai oleh PNPM. Sebagian dari item di daftar tersebut
terdiri dari tindakan yang berpotensi untuk merusak lingkungan.
HAL YANG DIANJURKAN DILAKUKAN DALAM MEMBUAT PROPOSAL
PENGHIJAUAN ATAU PERBAIKAN LINGKUNGAN HIDUP, SEPERTI
PENGHIJAUAN BANTARAN SUNGAI DAN LAIN-LAIN
Beberapa kiat untuk proposal melakukan penghijauan desa:
Menanam pohon di bantaran sungai atau di tebing yang mudah longsor
dengan perdu, pohon bambu, atau pohon berakar dalam yang mudah
tumbuh.
Tanam rumput yang menjalar untuk menutup tebing yang terbuka.
Tanaman perdu dapat ditanam untuk mengurangi erosi dari tebing, yang
dapat mengurangi besarnya saluran dan mengurangi jumlah sedimentasi
di saluran pinggir dan sungai.
Bila tebingnya panjang dan curam sebaiknya dibuat saluruan diversi serta
terasering. Jenis teras tergantung pada angka kemiringan, jenis tanah,
dan fungsi lahan. Pada saat membuat teras bangku, sebaiknya lapisan
tanah yang subur (solum) diamankan dulu, kemudian dihampar di atas
teras bila selesai. Sebagian dari sistem terasering juga perlu saluran
pembuangan dan bangunan terjun.
Buat kegiatan bersama untuk mengumpulkan pupuk dari daun-daun dan
bahan organik yang ada.
Menanam bunga, tanaman obat, dan sayuran di perkarangan tiap-tiap
warga agar lahan lebih berguna.
32
PADA TAHAPAN MANA PENGAMANAN LINGKUNGAN PERLU
DISOSIALISASIKAN DAN DIPERHATIKAN:
Tahap Perencanaan:
(i) Pada tahap sosialisasi FT perlu mengingatkan kembali masyarakat
tentang perlunya memperhatikan keamanan lingkungan pada pembuatan
proposal usulan atau desain dengan memperhatikan lokasi usulan itu
akan dibangun.
(ii) Pada tahap Musyawarah Dusun, Musyawarah Desa Khusus Perempuan
dan Musyawarah Desa serta dalam pelatihan tim penulis usulan, FT harus
mengingatkan akan daftar negatif dan hal-hal yang tercantum dalam
manual ini, termasuk bagaimana formulir 22 bisa dipakai sebagai alat
bantu pembuat usulan untuk melihat kemungkinan dampak yang akan
timbul.
(iii) Hal ini kemudian dicek dan diingatkan kembali oleh FT pada saat
pelatihan tim verifikasi dan proses verifikasi. Pengawalan pengamanan
desain ini harus terus dilakukan sampai MAD prioritas usulan.
(iv) Semua upaya pencegahan dampak lingkungan yang sudah diantisipasi
dalam design usulan prioritas harus diperhitungkan juga adanya anggaran
dalam pembuatan RAB.
(v) Desain dan RAB yang telah dibuat wajib disetujui oleh Fastekab untuk
memastikan bahwa potensial dampak lingkungan telah teridentifikasi dan
upaya pencegahannya telah terakomodir. Setelah desain dan RAB
disertifikasi, maka dokumen surat perjanjian pemberian bantuan (SPPB)
dapat disiapkan. Dokumen SPPB harus dilampiri dengan desain dan RAB
yang sudah dinyatakan layak oleh Fastekab, beserta dengan dokumen-
dokumen lain yang diwajibkan dalam PTO.
Tahap Pelaksanaan:
Pada saat rapat pra pelaksanaan semua aspek lingkungan dan pengamanan
secara keseluruhan harus dicek kembali dengan seksama. Sesuai rencana
pelaksanaan dari rapat pra pelaksanaan, FT dan Kader Teknik perlu memonitor
pelaksanaan konstruksi terutama untuk hal-hal yang berkaitan dengan
33
kemungkinan timbulnya dampak dengan baik dan jika perlu dapat mengambil
tindakan apabila ada hal-hal yang mempunyai potensi serius terhadap
pengamanan lingkungan baik karena adanya perubahan kondisi lokasi
kegiatan maupun karena adanya dampak yang belum teridentifikasi.
Tahap Pemeliharaan:
Banyak aspek dampak lingkungan yang negatif muncul justru pada saat
pemeliharaan. Oleh sebab itu Tim Pemelihara harus benar-benar diperkuat dan
dibekali pemahaman lingkungan yang baik. Dampak ini terutama sering muncul
berkaitan dengan air atau bangunan air. FT harus memperhatikan apakah
sudah disiapkan organisasi pemeliharaan yang baik serta mampu
mengantisipasi dampak negatif lingkungan yang masih mungkin muncul
beserta dengan rencana pemeliharaannya.
PENERAPAN PENGAMANAN SOSIAL
HIBAH TANAH INDIVIDU DAN ALIH FUNGSI TANAH DESA
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan hibah tanahindividu atau
alih fungsi tanah desa:
(i) Pihak yang akan menghibahkan tanah atau akan dibeli tanahnya oleh
swadaya masyarakat harus sepenuhnya setuju tanpa tekanan dan
tidak bertentangan dengan UU HAM. Sebagai apresiasi terhadap
kesukarelaan dapat dilakukan dengan penghargaan pengumuman
terima kasih atas hibah di acara yang dihadiri masyarakat desa
(misalnya saat MDST).
(ii) Hibah tanah yang bisa dilakukan dalam PNPM adalah hibah tanah
secara penuh artinya kepemilikan tanah tidak lagi dimiliki oleh pemilik
asalnya dan sudah sepenuhnya menjadi milik desa. Dalam
kesepakatan hibah perlu dijelaskan secara gamblang pada pemberi
hibah bahwa bila tanah mereka setuju dihibahkan berarti tanah
tersebut secara penuh diserahkan kepada desa. Area yang dipakai
sejak dihibahkan akan menjadi milik desa. Hibah bersifat final dan
dinyatakan secara tertulis dalam Surat Kesepakatan Hibah.
34
(iii) Pihak yang bisa memberi hibah adalah pihak tercantum di surat
kepemilikan tanah sesuai sertifikat, dokumen jual beli, girik atau
dokumen lain yang secara legal diakui sebagai dasar kepemilikan
tanah. Bila tanah tersebut sudah diwariskan tetapi belum diformalkan
dalam surat kepemilikan tanah, maka seluruh ahli waris harus ikut
menandatangani surat pernyataan hibah tersebut.
(iv) Tidak bisa dilakukan tukar guling dengan tanah desa bila tanah
desanya sudah terdaftar secara resmi karena membutuhkan
persetujuan pelepasan tanah desa sampai ke gubernur (mengikuti
peraturan pemerintah yang berlaku terkait aset desa seperti
Permendagri IV/2007). Dalam kondisi khusus dimana upaya
persetujuan bisa diusahakan kepada gubernur maka proses tukar
guling bisa saja dilakukan.
(v) Bila menggunakan tanah desa dan terjadi alih fungsi, tetapi tetap
merupakan tanah desa maka perlu dibuat kesepakatan alih fungsi
dalam bentuk draft Peraturan Desa (Perdes) yang kemudian diajukan
ke kabupaten.
(vi) Penyerahan dan kerelaan atas kesepakatan yang ada harus tertulis
agar dikemudian hari tanah tersebut tidak menjadi sengketa.
Ketetapan tersebut dimuat dalam dokumen hibah yang bisa didapat di
kecamatan (lihat contoh surat hibah 1 dan 2 di bawah). Isinya adalah
persetujuan penghibahan yang ditandatangani pemilik sah atau bila
sudah meninggal maka tanda-tangan semua ahli warisnya, sketsa
tanah yang dihibahkan, rincian luasannya, materai, mengetahui kades
dan tetangga dekatnya. Dilampiri bukti kepemilikan awalnya (girik,
surat jual beli, atau dokumen legal lainnya). Untuk kasus di Pulau Jawa
umumnya diikuti dengan perubahan dalam dokumen letter C di
kelurahan/desa.
(vii) Surat kesepakatan hibah harus disiapkan pada saat pengusulan
proposal, sementara bentuk finalnya adalah pada saat MAD
penetapan. Untuk peralihan fungsi tanah desa, Draft Perdes peralihan
fungsi tanah harus sudah disiapkan pada saat MAD penetapan.
35
Sesudah usulan disetujui dilakukan verifikasi lagi apakah memang
tanah dibutuhkan dan apakah luasnya sesuai usulan semula, bila tidak
sesuai maka Perdes atau surat hibah harus disesuaikan.
(viii) Bila tanah yang dihibahkan sebagian tersebut sudah bersertifikat maka
perlu ada proses revisi sertifikat tanah yang dibiayai desa/swadaya
masyarakat (secara teoritis dibawah 400 m2 biaya gratis).
(ix) Pencatatan dokumen-dokumen ini terutama dibutuhkan sebagai
persyaratan legal peralihan fungsi atau kepemilikan tanah, bukan
semata administrasi PNPM.
Contoh surat hibah 1: dilakukan oleh pemilik langsung sebagai kelengkapan
usulan desa
SURAT KESEPAKATAN HIBAH TANAH
Pada hari ini: .................., tanggal:...................., kami yang bertanda tangan dibawah
ini:
Pemilik tanah yang akan dihibahkan sesuai dokumen tanah yang ada adalah:
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Alamat lengkap :
Kecamatan/Kabupaten :
Menghibahkan tanah kami menjadi milik desa tanpa ada paksaan dan tekanan
siapapun untuk dibangun sebagai.............................................. dalam pelaksanaan
kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan,
Penerima hibah, Kepala desa :
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Alamat lengkap :
Kecamatan/Kabupaten :
Tanah yang dihibahkan memang merupakan milik kami sesuai
dokumen.................................. (terlampir) dengan luasan sebesar ........................
Bila kemudian pada proses penetapan usulan terjadi perubahan luas tanah yang
dibutuhkan, maka surat hibah ini akan direvisi. Setelah proses hibah ini terjadi,
36
pihak penerima hibah harus mengurus legalitas tanah ini maupun pemisahannya
sesuai perundangan yang berlaku.
Kepemilikan dan hibah ini disaksikan oleh kepala desa dan tetangga bersebelahan:
Sebelah utara berbatasan dengan tanah milik............................., ttd.....................
Sebelah timur berbatasan dengan tanah milik............................., ttd.....................
Sebelah selatan berbatasan dengan tanah milik........................., ttd.....................
Sebelah barat berbatasan dengan tanah milik............................., ttd.....................
SKETSA PETA TANAH YANG DIHIBAHKAN
Pemilik tanah:
Nama: ____________________ Tanda tangan:
Penerima hibah, Kepala Desa: Mengetahui, Camat:
(_________________________) (_________________________)
Catatan: Tandatangan camat bisa dilakukan sesudah MAD penetapan.
37
Contoh surat hibah 2:Bila nama pada surat tanah bukan pemilik tanah, tapi
nama orang tuanya atau kerabatnya yang mewariskan tanahnya:
SURAT KESEPAKATAN HIBAH TANAH
Pada hari ini:......................, tanggal:........................., kami yang bertanda tangan
dibawah ini:
Para pewaris tanah yang akan dihibahkan sesuai dokumen tanah yang ada adalah:
1. Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Alamat lengkap :
Kecamatan/Kabupaten :
2. Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Alamat lengkap :
Kecamatan/Kabupaten :
3. Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Alamat lengkap :
Kecamatan/Kabupaten :
Menghibahkan tanah milik kami menjadi milik desa tanpa ada paksaan dan tekanan
siapapun untuk dibangun sebagai ........................ dalam pelaksanaan kegiatan
PNPM Mandiri Perdesaan.
Penerima hibah, Kepala desa:
Nama:
Umur:
Pekerjaan:
Alamat lengkap:
Kec/Kab:
Tanah yang dihibahkan memang merupakan milik kami sesuai
dokumen..................... (terlampir) dengan luas................................
Bila kemudian pada proses penetapan usulan terjadi perubahan luas tanah yang
dibutuhkan, maka surat hibah ini akan direvisi. Setelah proses hibah ini terjadi,
pihak penerima hibah harus mengurus legalitas tanah ini maupun pemisahannya
sesuai perundangan yang berlaku.
38
Kepemilikan dan hibah ini disaksikan oleh kepala desa dan tetangga bersebelahan:
Sebelah utara berbatasan dengan tanah milik............................., ttd.....................
Sebelah timur berbatasan dengan tanah milik............................., ttd.....................
Sebelah selatan berbatasan dengan tanah milik........................., ttd.....................
Sebelah barat berbatasan dengan tanah milik............................., ttd.....................
SKETSA PETA TANAH YANG DIHIBAHKAN
Para pewaris tanah
1. Nama: Tanda tangan:
2. Nama: Tanda tangan:
3. Nama: Tanda tangan:
Penerima hibah, Kepala Desa: Mengetahui, Camat:
(_________________________) (_________________________)
Catatan: Tandatangan camat bisa dilakukan sesudah MAD penetapan.
39
Dalam kasus penggunaan tanah milik Kementerian Kehutanan yang digunakan
menjadi sumber atau lintasan air bersih atau bangunan mikro hidro maka perlu ada
persetujuan Kementerian Kehutanan dan perlu dipastikan bukan dibangun didaerah
inti tamannasional atau hutan lindung.
Contoh Peraturan Desa:
PERATURAN DESA............, KECAMATAN........., KABUPATEN........., PROPINSI............
NOMOR:................., TAHUN............
TENTANG TATAGUNA TANAH DESA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA.................
Menimbang
a. Adanya kebutuhan akan lokasi bagi bangunan PAUD yang disepakati akan dibiayai oleh program PNPM Mandiri Perdesaan
b. Kecocokan lokasi bagi kegiatan PAUD c. Ketersediaan tanah desa yang belum termanfaatkan dengan lebih baik dari
kegunaan PAUD ini
Mengingat
Tata cara penggunaan tanah desa yang diatur oleh Kementerian Dalam Negeri
DENGAN PERSETUJUAN RAPAT MUSYAWARAH DESA
TERTANGGAL................................
MEMUTUSKAN :
Tanah desa seluas................. di lokasi seperti peta pada lampiran penjelasan
peraturan desa ini akan digunakan sebagai lokasi kegiatan PNPM Mandiri
Perdesaan untuk kegunaan...................................., sementara tanahnya masih tetap
merupakan aset desa...........................................
Disahkan di Desa...................
Pada tanggal....................
Kepala Desa, Wakil Permusyawaratan Desa,
(________________________) (__________________________)
Jabatan:
40
Ringkasan hal-hal yang perlu dilakukan dan diperhatikan bila ada hibah tanah
dariindividu atau alihguna tanah desa:
(i) Bila ada penghibahan tanah maka saat pengajuan usulan desa,surat hibah
tersebut harus sudah ada. Desa dengan pihak yang memberi hibah harus
menyiapkan surat hibah ini dan kemudian dicek oleh FK untuk memastikan
hibah tanah dilakukan dengan sukarela dan merupakan hibah penuh
(benar-benar sepenuhnya diserahkan kepada desa). Tanah yang akan
dipakai untuk pembangunan infrastruktur hanya bisa dilakukan bila tanah
tersebut adalah tanah desa atau tanah individu yang telah dihibahkan atau
dibeli masyarakat desa secara swadaya. Bentuk surat hibah adalah sesuai
yang dicontohkan diatas, bisa berupa hibah dari pemilik yang tercantum
disurat tanah atau oleh ahli waris (bila pewaris belum mengubah surat
tanah);bila hibah dari ahli waris maka semua pihak yang berhak atas
warisan sesuai hukum sipil atau hukum agama harus menandatangani
surat hibah tersebut.
(ii) Pada saat MAD penetapan harus dicek kembali apakah tanah yang
dihibahkan memang dibutuhkan dan luasnya sesuai yang disebutkan, bila
tidak dibutuhkan maka surat hibah harus dibatalkan dan bila luasnya
berbeda maka surat hibah harus diperbaiki. Desa membuat proposal dan
FKharus memastikan hal ini. FasKab harus memastikan bahwa semua
prosedur diatas dilakukan pada saat verifikasi dan pemeriksaan RAB dan
desain. Pada saat MAD penetapan, surat hibah tersebut ditandatangani
Camat.
(iii) Pada saat MAD penetapan, bila tanah desa dialihfungsikan maka draft
Perdes harus sudah siap dan ditandatangani Kades dan peserta
penetapan musyawarah desa. Perdesyang sudah ditetapkan akan
dikirimkan sebagai tembusan kepada Kabupaten.
(iv) Semua status tanah tersebut kemudian diusahakan agar disahkan secara
hukum. Desa harus menguruskan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan
ke Kantor Pajak untuk tanah yang dihibahkan dari tanah
individu.Sementara bila tanah sudah bersertifikat, maka desa harus
menguruskan penyesuaian sertifikatnya. Bila belum bersertifikat dan
41
lokasinya di Pulau Jawa maka transaksi tersebut baik hibah maupun dibeli
swadaya harus dicatatkan oleh Sekdes di buku letter C di desa.
PENGUATAN MA&KAT
MA&KAT ada didaerah kerja kita apabila:
Dalam Peta KabupatenterdapatKAT di desa yang berwarna merah.
Contoh Peta Kabupaten Cianjur
Masyarakat terpencil, orang Sunda ada di Naringgul Balegede, sekitar 50 KK
(200 orang), lokasinya di gunung.
Khusus di daerah Suku Dayak atau Papua maka seluruh daerah adalah
kawasan Masyarakat Adat.
Bila pada saat melakukan pemetaan sosial ekonomi, FK menemukan
kelompok seperti definisi MA&KAT di atas. Contoh MA&KAT tidak ada di
peta tetapi teridentifikasi oleh FK, misalkan di Karang Anyar, Jawa
Tengah,
42
Membuat Peta Sosial Ekonomi yang Baik Terkait MA&KAT
Sebelum membuat peta sosial ekonomi sesuai PTO mulailah dengan upaya
berikut ini:
(i) Tanyakan Kades/sekdes, guru, kadus dan kader kesehatan apakah ada
daerah-daerah dimana ada kelompok-kelompok masyarakat termiskin dan
terpencil (karena sulit dijangkau atau karena perbedaan cara hidup). Bila
sedang bekerja di desa yang dipeta sebelumnya berwarna merah, cek
dimana persisnya lokasi masyarakat yang disebutkan diatas.
(ii) Tanyakan pada tokoh-tokoh diatas secara terpisahmengapa mereka lebih
miskin atau terpencil. Apa sumber penghidupan mereka, apa perbedaan
mereka dengan masyarakat lainnya (bahasa, cara hidup, akses, dan lain-
lain); apakah masyarakat mayoritas desa mau berbaur dengan mereka;
bila kurang berbaur mengapa (lokasinya terpencil, perilaku berbeda, dan
lain-lain).
(iii) Cek ke lokasi mereka, kondisi mereka sebenarnya: tingkat kemiskinan
mereka (pola makan, aset ekonomi yang dimiliki, pekerjaan dan
upah/pendapatan), apa yang membedakan mereka dengan masyarakat
umum, seberapa jauh mereka ikut dalam pengambilan keputusan di desa
(sekedar ikut hadir ataukah sampai mampu mempengaruhi keputusan yang
ada). Apa tanggapan mereka terhadap masyarakat desa yang lain (apakah
mereka merasa berjarak dengan orang lain, mengapa? ini harus
disimpulkan dari pengamatan, umumnya susah untuk bisa ditanyakan
langsung kepada mereka)
(iv) Berdasarkan pekerjaan mereka, telusuri kemana interaksi ekonomi mereka
dilakukan, misalnya kemana mereka membeli kebutuhannya.
(v) Tanyakan kepada pihak-pihak yang membeli produk mereka, menjual
sesuatu kepada mereka atau mempekerjakan mereka tentang kondisi
kelompok tersebut dan apa yang membuat kondisi mereka berbeda.
(vi) Dari semua hal diatas buat kesimpulan:
Apakah mereka bisa diajak kedalam proses PNPM (atau malah sudah
mengikuti dan ikut mengambil keputusan)
43
Apakah usulan-usulan yang muncul dari hasil musyawarah PNPM
selama ini sudah membantu pemenuhan kebutuhan mereka (ingat
infrastruktur tidak dengan sendirinya membantu masyarakat tertentu,
anak sekolah miskin Papua dengan adanya jalan aspal yang lebar
bukan terbantu tetapi malah harus berjalan di permukaan jalan yang
panas dan banyak mobil, tidak punya uang naik angkot dan biaya
angkot tidak menjadi lebih murah dengan adanya perbaikan jalan).
Apa yang bisa menjadi pendorong agar masyarakat desa umumnya
bisa bersimpati terhadap MA&KAT (misalnya melalui isu bersama
seperti kematian ibu/bayi, kesulitan air, jalan kepedalaman yang belum
memadai dan lain-lain).
Ajak tokoh-tokoh desa yang cenderung bersimpati dengan MA&KAT
untuk memikirkan cara agar mereka bisa ikut memperoleh manfaat
dengan adanya PNPM.
Diskusikan dengan fasilitator kabupaten masalah ini agar
mendapatkan input dan informasi mengenai dana-dana khusus yang
bisa digunakan untuk membantu mereka. Faskab harus berkoordinasi
dengan pemerintah kabupaten untuk melihat apakah ada sumber daya
kabupaten yang bisa digunakan untuk membantu MA&KAT. Beberapa
contoh antara lain:
Pembelajaran dari desa di Bali tentang penyertaan kelompok
masyarakat tuna wicara dalam kegiatan pembangunan sarana air
bersih dalam PNPMtelahmemperlihatkan inisiatif awal pemda dan
bisa ditindaklanjuti oleh masyakarat serta kelembagaan di desa
secara lebih jauh. Masyarakat yang sebelumnya berbeda bisa
membaur sangat baik dengan warga desa kebanyakan.
Di Jambi, kelompok LSM berusaha membantu MA&KAT dengan
memberikan modal dan asistensi untuk membentuk koperasi
kebutuhan sehari-hari. Modal semacam ini bisa diberikan PNPM
juga, demikian pula pendampingannya yang bisa dilakukan oleh
fasilitator pemberdayaan atau kader keuangan yang ada di desa.
44
Di Maluku Utara: MA&KAT dibantu agar bisa tinggal di dalam
taman nasional bagi yang masih nomaden sementara yang tinggal
dipinggiran hutan diperbolehkan mencari damar sejauh tidak
mengganggu flora dan fauna lainnya; tidak boleh menebang pohon
dan memburu binatang (selain binatang kecil yang hidup ditanah).
Mereka juga bisa menerima beras raskin walaupun tidak punya
KTP dan kartu miskin; beras itu dititipkan ke gereja bagi yang
nomaden. Bantuan ini dikoordinasikan oleh forum multistakeholder
untuk kawasan sekitar hutan, dan ada beras program RASKIN yang
disalurkan melalui jalur PNPM.
Di Mentawai kebutuhan fasilitas kesehatan dan pendidikan
MA&KAT diakomodasi oleh PNPM; masyarakat non MA&KAT bisa
sangat mendukung kebutuhan MA&KAT.
Sebagai kesimpulan, perlu diupayakan sebisa mungkin agar MA&KAT bisa ikut
dalam proses PNPM, menerima manfaatnya dengan bantuan masyarakat desa
lainnya dan sekaligus upayakan adanya koordinasi dengan kabupaten agar ada
simpati juga dari kabupaten atau masyarakat pemerhati di kabupaten untuk
mendukung masyarakat ini.
(vii) . Pemetaan sosial ekonomi desa harus sudah memuat:
Peta desa dengan lokasi masyarakat miskin, masyarakat terpencil atau
masyarakat adat, pusat-pusat kegiatan ekonomi, pemerintahan dan
akses infrastruktur ke desa
Kegiatan sosial ekonomi dan cara hidup masyarakat
Alur kegiatan ekonomi masyarakat miskin, masyarakat terpencil atau
masyarakat adat (interaksi ekonomi: bagaimana berproduksi, kemana
membeli dan menjual)
Strategi pelibatan masyarakat miskin, masyarakat terpencil atau
masyarakat adat dalam proses pengambilan keputusan PNPM dan
siapa yang bisa ikut membantu mereka
Kemungkinan bekerjasama dengan pemda.(Jangan lupa untuk
mencari informasi anggaran kabupaten yang masuk ke desa, apakah
45
ada Alokasi Dana Desa yang cukup besar untuk investasi, tidak
sekedar biaya administrasi desa, apakah ada dana rutin berkaitan
kemiskinan yang turun ke desa seperti dana bantuan tunai dan lain-
lain).
Contoh Peta Sosial Ekonomi Kelompok MA&KAT.
FK dalam memfasilitasi pemetaan sosial ekonomi agar mengamati strata
masyarakat di desa:
(i) Terkaya di desa: misalnya mempunyai penggilingan padi dan toko serba
ada termasuk menyediakan modal untuk sawah
(ii) Masyarakat yang terpandang: guru, PNS dan aktivis proyek-proyek
pemerintah
(iii) Masyarakat umum: memiliki sawah atau kebun; yang lebih baik
mempunyai usaha tambahan tertentu seperti menarik ojek dll.
(iv) Masyarakat terpencil: tidak ada akses jalan dan tidak mempunyai tanah
selain untuk rumahnya, bukan berasal dari suku desa tersebut,
penghasilan dari mencari ikan-ikan kecil disungai, hasil dari ladang
Desa Transmigrasi lokal
Ladang kering
(tanah adat,
potensi konflik ) Pemukiman utama desa
⌂ �
�
⌂
��
⌂
Desa Tetangga
J
a
l
a
n
Bekas percobaan tambak Garam
Daerah Tambak Ikan Bandeng
U
SD
Kapel
Gereja
Pustu
Pustu
Sawah orang desa utama
(196 ha)
D
a
e
r
a
h
p
e
r
b
u
k
i
t
a
n
Daerah masyarakat terlupakan
Pemukiman dekat jalan besar
Pantai Laut
Batas desa
Tempat keramat
Proyek Normalisasi sungai
Kantor Lurah
Penggilingan terbesar
Penggilingan & grosir
kelontong
Saluran irigasi Saluran irigasi PNPM
SMP
Saluran irigasi yg masih terputus
46
kering milik orang desa di butir ii dan iii diatas atau menjaga ternak
masyarakat ii dan iii diatas. Nelayan yang mempunyai perahu dan
tambak bandeng adalah masyarakat transmigrasi lokal. Di sini MA&KAT
sangat membutuhkan simpati masyarakat lainnya di desa agar hasil
bumi dan tangkapan mereka mau dibeli, selain itu kebutuhan mereka
akan fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan dan lain-lain agar
diperjuangkan bersama. Sementara kabupaten bisa membantu
menyediakan akses infrastruktur untuk memenuhi kebutuhan layanan air
bersih, pendidikan, kesehatan dan lain-lain yang belum terdanai oleh
PNPM.
Kesimpulan Hasil Analisa Sosial Ekonomi:
Dalam kasus desa di peta diatas, FK bersama masyarakat umum sepakat
untuk melihat MA&KAT sebagai bagian dari desa dengan usulan tersendiri, dan
dengan simpati masyarakat desa maka usulan MA&KAT dapat
diprioritaskan.serta pemda dapat mendukung pengadaankebutuhan-kebutuhan
lain yang diperlukan MA&KAT.
Arti Pemberdayaan Bagi MA&KAT
MA&KAT dapat memperoleh manfaat program dan menjadi lebih sejahtera
ditempat hidup sekarang dan masih bisa melakukan cara hidup yang mereka
anut saat ini.
MA&KAT hidup terpencil dan seringkalidisebut primitif,tetapi mereka hidup
secara bebas tidak tertekan, tidak hidup menggelandang, tidak mengalami gizi
buruk, tidak melakukan tindakan kriminal, tidak mempunyai hutang dan tidak
kelaparan. MA&KAT hanya membutuhkan persahabatan dan simpati baik
secara sosial maupun ekonomi.
MA&KAT tidak ingin dicabut dari akar tempat tinggalnya, tidak ingin berganti
budaya atau agama, tidak ingin “dimasyarakatkan”. Sering ”dimasyarakatkan”
hanya menyebabkan mereka frustasi, menggelandang dan terpaksa hidup dari
belas kasihan karena mereka tidak punya keahlian dan modal yang cukup
untuk hidup dengan cara yang sangat berbeda (kita sendiripun demikian). Hal
yang mereka butuhkan adalah keperdulian dan kesamaan hak.
47
Mengajak Warga Perduli Terhadap Sesama dan MA&KAT
(i) Selami kondisi hubungan antara masyarakat desa pada umumnya dan
MA&KAT; apa sebab MA&KAT tertinggal dari masyarakat desa pada
umumnya. Apakah ada pandangan buruk terhadap kelompok terlupakan
ini, seperti dianggap suka mencuri (tanaman), kurang ada semangat
berusaha,dan lain-lain. Fasilitator perlu menjelaskan bahwa perbedaan ini
terjadi karena MA&KAT hidup dalam kondisi yang sederhana, dekat
dengan alam dan belum merasa perlu mengumpulkan kekayaan. Hal ini
menyebabkan mereka miskin, tapi bukan karena sebuah kejahatan atau
kemalasan, tetapi lebih merupakan suatu pola hidup yang bersahaja.
(ii) Tentukan isu yang bisa menjadi dasar solidaritas bersama seperti: (i)
target-target yang ada di MDGs: penurunan kematian ibu anak,
ketersediaan air bersih, perlunya pemerataan kesehatan dan pendidikan,
perlunya mengurangi penyakit menular dan mematikan seperti
malaria,TBCdan lain-lain, perlunya membantu sesama secara ekonomi
bagi pihak yang belum beruntung. Cari tokoh-tokoh dimasyarakat yang
lebih bersimpati kepada MA&KAT. Intinya coba temukan isu dan tokoh
pendukung kebersamaan dan kepedulian.
(iii) Jadikan isu tersebut sebagai salah satu kriteria pemilihan proposal
PNPM. Fasilitasi secara terus menerus agar kriteria itu digunakan secara
konsisten dalam menentukan pilihan proposal yang akan dipilih.
(iv) Usahakan agar pemda juga memberikan bantuan agar masyarakat desa
tidak merasa harus menanggung nasib saudara mereka sendirian. Untuk
itu Fasilitator kecamatan dan kabupaten perlu mengetahui sumber dana
nasional, propinsi dan kabupaten yang cocok digunakan untuk membantu
MA&KA. Sebagai contoh, dalam bidang pendidikan ada subsidi untuk
murid miskin, bidang kesehatan ada program JAMKESMAS untuk
masyarakat miskin. . PNPM juga bisa dimanfaatkan untuk pendidikan,
kesehatan, ekonomi dan infrastruktur.Jangan terpaku hanya pada dinas
sosial untuk membantu MA&KAT, tetapi perlu dikembangkan cara lain
untuk melibatkan pihak Bappeda dan Sekda.
48
Dalam kaitan MA&KAT titik kuncinya dalam proses PNPM adalah proses
sebagai berikut:
(i) Pengkajian dan peta awal MA&KAT (lihat peta sebelumnya) dilakukan
sebelum pembuatan peta sosial ekonomi. Kajian ini dilakukan pada masa
sosialisasi dan pengamatan lapangan oleh FK sendiri (bukan partisipatif).
Ini dipakai sebagai dasar strategi FK melakukan penggalian gagasan,
pembangunan simpati pada masyarakat terpencil.
(ii) Kemudian keperdulian kepada MA&KAT dikawal terus sampai penentuan
prioritas usulan. Selama itu juga perlu dilihat bagaimana kabupaten bisa
didorong keperduliannya secara positif terhadap MA&KAT. Keperdulian
kabupaten perlu dilakukan oleh FasKab dengan kordinasi dengan FK dan
FT terkait.
Pendampingan MA&KAT dalam proses PNPM perlu dilakukan:
(i) Pada saat sosialisasi dan pemetaan sosial ekonomi perlu dilakukan
dengan lebih seksama sesuai dengan panduan ini.
(ii) Pada saat MAD sosialisasi, FK yang bekerja di daerah yang memiliki
MA&KAT di tahap sosialisasi harus mengkampanyekan kepedulian
terhadap MA&KAT dan menguraikan kebutuhan MA&KAT yang ada
sesuai panduan ini.
(iii) Sejak penggalian gagasan sampai MAD penetapan, FK harus mendorong
kelompok mayoritas untuk memberi prioritas pada usulan kelompok
MA&KAT, terutama bagi MA&KAT yang selama ini usulannya tidak
pernah diterima.
(iv) Fasilitator Kabupaten perlu berkomunikasi dengan Pemda dan organisasi
kemasyarakat terkait agar kebutuhan MA&KAT bisa dibantu atau
dipenuhi.
3.2 SIAPA PELAKU PENERAPAN PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN
HIDUP DALAM PNPM MPd?
Penerapan pengamanan sosial dan lingkungan hidup dilakukan oleh semua
pelaku PNPM MPd di setiap tingkatan, baik pemerintah, konsultan, fasilitator,
dan masyarakat.
49
Pemerintah meliputi Satuan Kerja (Satker) Pusat, Provinsi, dan
Kabupaten, serta Penanggung Jawab Operasional di Kecamatan,
Kabupaten, dan Provinsi
Konsultan terdiri dari Tim Konsultan Provinsi, Regional maupun Pusat.
Fasilitator terdiri dari Fasilitator Kecamatan yaitu Fasilitator
Pemberdayaan (FK) dan Fasilitator Teknik (FT) serta Fasilitator
Kabupaten yaitu Fasilitator Pemberdayaan Kabupaten (FKab) dan
Fasilitator Teknik Kabupaten (FTKab) dan Fasilitator Keuangan
Kabupaten (FasKeu).
Pelaku dari masyarakat seperti Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa
(KPMD) dan Kader Teknik (KT), Tim Penulis Usulan (TPU), Tim
Pengelola Kegiatan (TPK), Tim Verifikasi (TV), Tim Pengelola dan
Pemelihara Prasarana Desa (TP3D), Pendamping Lokal (PL), bekerja
sama dengan masyarakat dan para tokoh masyarakat serta Badan
Kerjasama Antar Desa (BKAD).
3.3 MENGAPA DIPERLUKAN PENERAPAN PENGAMANAN SOSIAL DAN
LINGKUNGAN HIDUP DALAM PNPM MPd?
Penerapan pengamanan sosial dan lingkungan hidup dalam PNPM MPd
diperlukan untuk memastikan pelaksanaan PNPM MPd meningkatkan kualitas
sosial dan lingkungan serta mengurangi dan menghindari dampak negatif, dan
mewujudkan kelestarian lingkungan hidup untuk keberlanjutannya.
3.4 DIMANA PENERAPAN PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN HIDUP
TERTANAM DALAM PNPM MPd?
Penerapan pengamanan sosial dan lingkungan hidup dalam PNPM MPd telah
ada dalam berbagai instrumen dan tahapan PNPM MPd. Kebijakan ini tertuang
dalam Petunjuk Teknis Operasional (PTO) termasuk penjelasan dan formulir-
formulir pendukungnya, serta tercakup dalam materi pelatihan. Kebijakan ini
diterapkan dalam tahapan PNPM MPd antara lain:
- Diseminasi dan sosialisasi
- Musyawarah Desa dan Musyawarah Antara Desa
- Pelatihan Pendamping Lokal dan KPMD
- Penulisan usulan desa
50
- Verifikasi usulan desa
- Keputusan proposal yang akan didanai
- Pelaksanaan kegiatan
- Supervisi dan Monitoring
- Fasilitasi dan Penanganan Masalah
- Dokumentasi dan Pelaporan
- Pengoperasian dan Pemeliharaan (Operation and Maintenance, O&M)
3.5 BAGAIMANA PENERAPANNYA PADA TAHAP PERSIAPAN DAN
SOSIALISASI ?
Penerapan pengamanan sosial dan lingkungan hidup dalam tahap Persiapan
dan Sosialisasi dilakukan dengan memastikan bahwa seluruh lapisan
masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan diseminasi dan sosialisasi PNPM
MPd di berbagai forum dan tingkatan, sejak Lokakarya Nasional, Provinsi,
Kabupaten yang kemudian ditindaklanjuti lagi pada Musyawarah Antar Desa
(MAD), Musyawarah Desa (MusDes) dan Musyawarah Dusun (Musdus) dan
pada pelatihan Kader maupun TPK. Kebijakan pengamanan sosial dan
lingkungan dijelaskan dalam setiap tahapan kegiatan di atas.
3.6 BAGAIMANA PENERAPANNYA PADA TAHAP PERENCANAAN ?
Penerapan pengamanan sosial dan lingkungan hidup dalam tahap
Perencanaan dilakukan dengan menjadikan potensi dampak negatif terhadap
sosial dan lingkungan sebagai bahan pertimbangan dan kriteria penilaian
dalam penyusunan dokumen usulan, proses verifikasi usulan sampai proses
desain teknis, serta pengambilan keputusan dalam MAD Prioritas.
3.6.1 Musyawarah Desa (MusDes) dan Musyawarah Desa Khusus
Perempuan (MDKP).
Daftar Larangan (negative list) harus ditaati dan menjadi bahan
pertimbangan sejak MusDes dan MDKP.
3.6.2 Pelatihan Tim Penulis Usulan (TPU).
Fasilitator harus menjelaskan cara pengisian formulir yang
memperhatikan kebijakan safeguard:
- Formulir 5 “Usulan Kegiatan”: mengusulkan kegiatan yang tidak
berdampak negatif terhadap sosial dan lingkungan
51
- Formulir 6 “BA Kesanggupan Swadaya Masyarakat”: menerangkan
kesediaan masyarakat memberikan donasi lahan baik secara hibah
atau kompensasi
- Formulir 9 “Rekap Pengadaan Lahan dan Aset” serta Form 9a
“Daftar Rincian Hibah Lahan”: menerangkan pengadaan lahan
dengan pilihan ijin pakai, hibah, tukar lahan atau beli
- Formulir 10 “Cheklist Pemeriksaan Kelengkapan Dokumen Usulan”:
memastikan kelengkapan dokumen antara lain dokumen hibah lahan
yang telah diisi dengan benar.
Fasilitator harus menjelaskan pula langkah mitigasi dan penanganan
potensi dampak negatif dalam pelaksanaan PNPM MPd.
3.6.3 Proses penulisan usulan.
TPU harus menjelaskan hal-hal sebagai berikut:
- Formulir 5 “Usulan Kegiatan”: mempertimbangkan kemungkinan
kebutuhan lahan, dampak negatif terhadap lingkungan dan sosial
termasuk kemungkinan adanya dampak negatif terhadap
masyarakat adat.
- Formulir 6 “BA Kesanggupan Swadaya Masyarakat”: menjelaskan
kemungkinan pembatalan sumbangan masyarakat apabila kegiatan
tidak terdanai.
- Formulir 9 “Rekap Pengadaan Lahan dan Aset” serta Form 9a
“Daftar Rincian Pengadaan Lahan dan Aset”: memastikan
kelengkapan dokumen pengadaaan lahan yang ditandatangani oleh
pemberi hibah bersama ahli warisnya dan Kepala Desa serta
dilampiri denah lahan yang dihibahkan.
- Formulir 10 “Ceklis Pemeriksaan Kelengkapan Dokumen Usulan”:
memastikan kelengkapan proposal usulan meliputi antara lain berita
acara penyelesaian proses hibah lahan.
3.6.4 Pelatihan Tim Verifikasi.
Fasilitator harus memberikan penjelasan terdiri dari:
- Pemahaman dan penerapan kebijakan safeguard dalam PNPM
MPd.
52
- Formulir 11 dan 12 “Verifikasi Usulan”: memastikan usulan kegiatan
tidak termasuk dalam Daftar Larangan (negative list), tidak
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dan sosial
termasuk masyarakat adat, serta tidak ada masalah dengan
kepemilikan tanah atau hibah lahan.
3.6.5 Proses Verifikasi Usulan.
Tim Verifikasi harus memastikan:
- Formulir 11 “Verifikasi Usulan”: status proses pengadaan lahan
sebelum memberikan penilaian dan rekomendasi bagi usulan.
- Formulir 12d “Verifikasi Usulan Prasarana”: sebelum menyatakan
kelayakan teknis maka Tim Verifikasi memastikan apakah sudah
ada kelayakan dalam pengadaaan lahan, apakah kegiatan yang
diusulkan tidak menimbulkan kerusakan lingkungan dan dampak
sosial yang negatif pada saat konstruksi dan pasca konstruksi, serta
bagaimana upaya penanganannya apabila terdapat potensi dampak
negatif tersebut.
3.6.6 MAD Prioritas Usulan.
Rekomendasi dari Tim Verifikasi yang telah mempertimbangkan kajian
dampak negatif terhadap lingkungan dan sosial serta kelayakan lahan
seperti dijelaskan di atas, menjadi salah satu pertimbangan penilaian
prioritas usulan dalam MAD ini.
3.6.7 Proses Desain RAB.
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
- Formulir 22 “Penanganan Dampak Negatif Terhadap Lingkungan”:
FT bersama KT harus mengidentifikasi 1) Dua jenis dampak negatif
terhadap lingkungan yang paling merugikan masyarakat dan
berpotensi terjadi, berikut rencana pencegahan dan
penanganannya. 2) Dua jenis potensi dampak negatif terhadap
lingkungan yang hampir pasti terjadi di lokasi, berikut rencana
mengatasinya.
- Formulir 25 “Pemeriksaan Desain dan RAB”: Fasilitator Teknik
Kabupaten (FTKab) harus melakukan pemeriksaan antara lain:
53
(i) Catatan-catatan potensi dampak negatif terhadap sosial dan
lingkungan yang akan terjadi pada lokasi kegiatan yang
direncanakan.
(ii) Catatan-catatan hasil konfirmasi pembebasan lahan kepada
masyarakat yang lahannya akan dibebaskan untuk kegiatan.
(iii) Desain bangunan sudah mempertimbangkan dan
mengakomodasi arsitektur, penggunaan, kebiasaan,
kepercayaan dan aturan setempat.
3.6.8 Penyusunan Dokumen SPPB.
Formulir 29 “Surat Perjanjian Pemberian Bantuan (SPPB)”: harus
dilampiri dengan gambar desain teknis yang sudah dinyatakan layak
oleh FTKab berdasar pertimbangan antara lain kajian potensi dampak
terhadap sosial dan lingkungan di atas.
3.7 BAGAIMANA PENERAPANNYA PADA TAHAP PELAKSANAAN?
Penerapan pengamanan sosial dan lingkungan hidup dalam tahap
pelaksanaan adalah melaksanakan hasil kajian potensi dampak negatif
terhadap sosial dan lingkungan dari tahap perencanaan ke dalam aktivitas
pelaksanaan mulai dari sosialisasi hasil MAD, pelatihan atau OJT untuk Tim
Pengelola Kegiatan, rapat pra pelaksanaan sampai masa konstruksi prasarana.
3.7.1 Musyawarah Desa Informasi Hasil MAD
Musyawarah Desa ini harus memastikan kembali hasil kajian terhadap
usulan kegiatan yang didanai:
- Memastikan kembali pengadaan bahan dan alat agar
memperhatikan Daftar Larangan (negative list).
- Menyepakati mekanisme dan jadwal realisasi swadaya, hibah lahan
dan aset lainnya sesuai daftar kesanggupan yang telah disepakati
sebelumnya.
- Mensosialisasikan pencegahan dan penanganan potensi dampak-
dampak negatif terhadap sosial dan lingkungan yang mungkin timbul
akibat pembangunan prasarana yang didanai. Peserta Musyawarah
Desa dapat menyampaikan tambahan masukan tentang hal ini
sesuai dengan kondisi setempat.
54
3.7.2 Pelatihan atau OJT Tim Pengelola Kegiatan (TPK)
Materi pelatihan atau OJT mencakup antara lain:
- Pemahaman isi formulir-formulir terkait penerapan kebijakan
pengamanan sosial dan lingkungan dalam tahap perencanaan
seperti dijelaskan di atas.
- Perencanaan pencegahan dan penanganan dampak negatif
terhadap sosial dan lingkungan yang mungkin timbul akibat
pembangunan prasarana yang akan dilaksanakan, serta dilengkapi
masukan-masukan tambahan dari peserta Musyawarah Desa
Informasi Hasil MAD sesuai dengan kondisi setempat.
3.7.3 Rapat Pra Pelaksanaan
Menyepakati:
- Teknis pelaksanaan dalam merealisasikan swadaya, hibah lahan
dan aset lainnya.
- Teknis pelaksanaan dalam realisasi pencegahan dan penanganan
potensi dampak negatif terhadap sosial dan lingkungan.
3.7.4 Masa Konstruksi Prasarana
FT dan KT melakukan pendampingan dan monitoring terhadap TPK dan
masyarakat dalam pelaksanaan pencegahan dan penanganan potensi
dampak negatif terhadap sosial dan lingkungan dalam masa konstruksi
prasarana. Pelaksanaannya mengacu kepada hasil kajian safeguard
pada tahap perencanaan termasuk hasil pengisian formulir-formulir
terkait, serta hasil Rapat Pra Pelaksanaan mengenai teknis pelaksanaan
yang telah disepakati.
3.8 BAGAIMANA PENERAPANNYA PADA TAHAP PELESTARIAN?
Penerapan pengamanan sosial dan lingkungan hidup dalam tahap pelestarian
tercakup dalam kegiatan pemeliharaan. Formulir 25 “Pemeriksaan Desain dan
RAB”: memastikan tersedianya Berita Acara kesanggupan memelihara
kegiatan. Rencana operasional dan pemeliharaan serta rencana
pembiayaannya dilakukan sebelum Musyawarah Desa Serah Terima (MDST).
Rencana tersebut mencakup pelaksanaan berkelanjutan pencegahan dan
penanganan/mitigasi potensi dampak negatif yang kemungkinan timbul
pascakonstruksi.
55
3.9 BAGAIMANA PERAN PARA PELAKU PNPM MPd DALAM PENERAPAN
PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN HIDUP?
Setiap pelaku PNPM MPd mempunyai peran yang berbeda dalam penerapan
pengamanan sosial dan lingkungan hidup. Peran masing-masing diuraikan di
bawah ini:
Aparat Pemerintah
Aparat pemerintah di kabupaten terdiri dari Satker Kabupaten dan PjOKab.
Dalam penerapan kebijakan pengamanan sosial dan lingkungan, aparat
pemerintah di kabupaten harus menguasai pemahaman kebijakan ini dan
berfungsi mengawasi penerapannya serta membina masyarakat. Aparat
memastikan Daftar Larangan (negative list) dipatuhi setiap desa, kelengkapan
dokumen hibah lahan yang benar, memastikan verifikasi usulan yang dilakukan
oleh tim masyarakat dan pemerintah berdasarkan pertimbangan kajian potensi
dampak negatif terhadap sosial dan lingkungan. Untuk hal-hal tersebut, aparat
pemerintah di kabupaten mengawasi tetapi tidak terlibat secara mendetail.
Aparat pemerintah di kecamatan terdiri dari Camat dan PjOK. Dalam hal ini
Camat dan PjOK harus mengawasi penerapan pengamanan sosial dan
lingkungan hidup dalam kajian prioritas usulan dari masyarakat sebelum
penandatanganan dan pengisian dokumen pencairan dana. Khusus untuk
kegiatan verifikasi, aparat di kecamatan akan lebih terlibat secara langsung,
baik sebagai narasumber atau koordinator kegiatan tim verifikasi. Dengan
demikian aparat ini bisa membimbing masyarakat untuk mengidentifikasi
potensi dampak negatif terhadap sosial dan lingkungan di wilayahnya
berdasarkan pengalaman dari implementasi program sebelumnya serta
pengetahuan terhadap lokasi-lokasi yang rawan bencana, komunitas adat
terpencil dan lainnya.
Konsultan dan Fasilitator
Konsultan berada di tingkat nasional, regional, dan provinsi. Mereka lebih
berperan sebagai supervisor kegiatan melalui kunjungan rutin ke lokasi desa.
Mereka juga terlibat dalam pembuatan panduan dan instruksi teknis kepada
fasilitator dan masyarakat di lapangan, serta mendesain pelatihan-pelatihan
yang dibutuhkan.
56
Fasilitator kabupaten adalah Faskab Pemberdayaan, Faskab Keuangan, dan
Faskab Teknik. Faskab bertugas untuk mensupervisi kegiatan dan
membimbing fasilitator kecamatan serta masyarakat. Fasilitator kecamatan
bekerja langsung dengan masyarakat, sebagai pembimbing dan narasumber
untuk segala hal. Fasilitator kecamatan terdiri dari Fasilitator Kecamatan yang
ahli dalam pemberdayaan dan Fasilitator Teknik yang ahli dalam pembangunan
prasarana. Kedua-duanya bertanggung jawab atas peningkatan kapasitas
masyarakat di desa, sebagai transfer ilmu pengetahuan dan ketrampilan untuk
kemandirian desa.
Dalam penerapan pengamanan sosial dan lingkungan hidup, fasilitator
berperan dalam membimbing pengisian semua formulir terkait, mampu
menjelaskan pemahaman pengamanan sosial dan lingkungan hidup kepada
masyarakat dan mendampingi masyarakat serta mengawasi hasil
penerapannya.
Fasilitator Teknik Kabupaten harus mengisi ceklis terhadap kualitas desain,
dan wajib menolak desain yang tidak memenuhi kajian pengamanan, termasuk
pengisian format terhadap rincian hibah lahan serta format dampak lingkungan.
Fasilitator Teknik di kecamatan bertanggung jawab untuk menjamin bahwa
proses hibah lahan dilakukan sesuai aturan, dan FT juga membimbing
pengisian formulir potensi dampak lingkungan secara lengkap dan benar.
Masyarakat
Masyarakat dibedakan menjadi empat kelompok. Aparat desa mempunyai
tugas pokok untuk mengawasi segala kegiatan yang ada di desa. Aparat tetap
ada, walaupun pelaku PNPM MPd belum diseleksi dan belum aktif. Dalam
penerapan kebijakan pengamanan, aparat desa harus mengidentifikasi potensi
dampak negatif terhadap kehidupan sosial dan lingkungannya, termasuk
memahami Daftar Larangan (Negative List) sehingga bisa menjelaskannya
kepada masyarakat umum. Tim Pengelola Kegiatan adalah tim kecil yang
dipilih oleh masyarakat untuk mengelola kegiatan PNPM di desanya. Mereka
harus memahami penerapan pengamanan dalam PNPM MPd, terutama
identifikasi potensi dampak negatif terhadap sosial dan lingkungan yang
menjadi bahan pertimbangan dalam verifikasi, penyusunan usulan,
57
kelengkapan dokumen perencanaan, dan proses pengaturan pengadaaan
lahan.
KPMD, terutama Kader Teknik, harus mampu menjelaskan pemahaman
pengamanan dalam kesehariannya di lapangan. Kader Teknik menggantikan
peran Fasilitator Teknik pada saat FT tidak ada di desa. Transfer ilmu
pengetahuan dan ketrampilan dari fasilitator banyak ditujukan kepada KPMD
agar ada orang desa yang memiliki pemahaman yang baik secara mandiri.
Masyarakat berperan untuk mensosialiasikan lebih luas pemahaman
pengamanan sosial dan lingkungan hidup serta mengimplementasikannya
dalam pelaksanaan PNPM MPd. Masyarakat harus betul-betul mengerti
dengan benar apa potensi dampak negatif yang dapat ditimbulkan proyek bagi
kehidupan sosial serta lingkungannya, sehingga dapat turut serta berpartisipasi
dalam pencegahan dan penanganannya. Demikian pula mengenai
kelengkapan dokumen pengadaan lahan harus dipahami dengan baik oleh
masyarakat sehingga bisa berperan dengan benar.
Tim Verifikasi terdiri dari masyarakat atau aparat yang ada di kecamatan, dan
mereka diberi tugas untuk menilai apakah usulan yang diajukan oleh desa
memang layak untuk didanai. Ketidaklayakan dapat disebabkan alasan sangat
teknis, tetapi dapat pula diakibatkan ketidaklayakan dari kajian pengamanan
terkait potensi dampak negatif terhadap sosial dan lingkungan, serta kelayakan
lahan. Tim Verifikasi wajib melaporkan hal tersebut kepada Musyawarah Antar
Desa agar dipertimbangkan dalam penentuan prioritas usulan.
3.10 APA SAJA PELATIHAN YANG MENCAKUP PENGAMANAN SOSIAL DAN
LINGKUNGAN HIDUP?
Terdapat tiga macam pelatihan yang mencakup pengamanan sosial dan
lingkungan hidup yaitu:
Pelatihan Pratugas
Pelatihan pratugas diberikan kepada fasilitator sebelum mobilisasi ke lapangan,
baik fasilitator di kabupaten maupun fasilitor di kecamatan. Pelatihan pratugas
terdiri dari pelatihan bersama serta pembagian kelas teknis dan kelas
nonteknis. Khusus untuk kabupaten, terdapat kelas khusus fasilitator
keuangan. Dalam pelatihan ini penjelasan pengamanan sosial dan lingkungan
hidup dialokasikan selama 4 jam terdiri dari penjelasan umum tentang
58
pengamanan sosial dan lingkungan hidup dalam bentuk pelatihan bersama,
sementara penjelasan dan pelatihan khusus formulir-formulir terkait kebijakan
pengamanan diberikan pada kelas teknis.
Pelatihan untuk tingkat kabupaten mengutamakan peran fasilitator sebagai
supervisor dan pembimbing. Khusus fasilitator teknik, diberi pelatihan tentang
pemeriksaan desain dan RAB. Semua faskab diberi pelatihan pengamanan
tentang aturan nonteknis, termasuk pengadaan lahan dan verifikasi umum.
Pelatihan Penyegaran
Semua konsultan dan fasilitator yang telah berada di lapangan akan menerima
pelatihan penyegaran setiap tahun. Pada pelatihan penyegaran ini, peserta
akan diberi informasi tentang kebijakan dan instrumen baru serta pelatihan
tentang penggunaannya. Dalam pelatihan penyegaran akan diberikan
penjelasan kebijakan pengamanan sosial dan lingkungan hidup meliputi: (1)
Pemahaman pengamanan sosial dan lingkungan hidup; (2) Identifikasi
pencegahan dan penanganan dampak negatif yang ditimbulkan proyek;
(3) Dokumentasi dan pelaporan penerapan pengamanan sosial dan lingkungan
hidup. Hal ini termasuk pelatihan untuk pengisian formulir-formulir yang telah
dimodifikasi. Pelatihan ini dilakukan di provinsi dan kabupaten.
Pelatihan Kader Teknik
Pelatihan kader teknik akan diberikan kepada semua kader teknik, baik yang
sudah lama bekerja sebagai kader maupun yang baru dipilih sebagai kader.
Pelatihan ini sangat intensif selama dua minggu, dengan kesempatan untuk
mempraktikkan ilmu baru di lapangan pada akhir minggu pertama pelatihan.
Dalam pelatihan ini akan diberikan pemahaman dan keterampilan untuk
mengidentifikasi potensi dampak negatif yang mungkin ditimbulkan oleh proyek
terhadap sosial dan lingkungan. Kader dilatih agar tiap desa mempunyai
minimal satu orang yang mengerti hal-hal teknis seperti ini.
59
3.11 BAGAIMANA SUPERVISI PENERAPAN PENGAMANAN SOSIAL DAN
LINGKUNGAN HIDUP DALAM PNPM MPd?
Supervisi penerapan pengamanan sosial dan lingkungan hidup dilakukan
dalam setiap tahapan mulai dari tahap persiapan dan sosialisasi, perencanaan,
pelaksanaan dan pelestarian. Kegiatan supervisi dilakukan di desa, kecamatan
dan kabupaten dengan menggunakan ceklis supervisi yang terdapat dalam
Lampiran 2lampiran panduan ini.
Supervisi di Desa dan Kecamatan oleh Fasilitator
Dalam kegiatan supervisi di desa/kecamatan, fasilitator memberikan
pendampingan dan monitoring terhadap proses identifikasi potensi dampak
negatif terhadap sosial serta potensi kerusakan lingkungan dari setiap usulan
kegiatan. Fasilitator mendokumentasikan hasil identifikasi serta
menggunakannya sebagai bahan monitoring untuk penerapannya dalam
tahapan pelaksanaan baik masa konstruksi dan pasca konstruksi.
Supervisi di Kabupaten dan Provinsi oleh Konsultan
Di Kabupaten dan Provinsi, selain monitoring dan pendampingan di lapangan,
supervisi oleh konsultan meliputi pertemuan koordinasi rutin baik di kabupaten
maupun provinsi untuk membahas dan mengevaluasi penerapan pengamanan
sosial dan lingkungan hidup dalam setiap tahapan perkembangan program
secara reguler termasuk masalah dan pengaduan.
Misi Supervisi oleh Pemerintah, NMC, dan Bank Dunia
Misi supervisi berkala diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa (PMD) Kementerian Dalam Negeri, National
Management Consultant (NMC), dan Bank Dunia. Supervisi meliputi
pendampingan dan monitoring terhadap penerapan kebijakan pengamanan
sosial dan lingkungan dari setiap tahapan, memantau masalah, pengaduan dan
penanganannya, serta mendokumentasikan good practice dari pelaksanaan di
lapangan. Hasil supervisi ini dicakup dalam Back to Office Reports (BTOR)
yang disusun oleh staf Bank Dunia setelah kembali dari lapangan dan
merangkum seluruh masukan dan rekomendasi dari tim Bank Dunia, PMD dan
NMC, serta Aide Memoire yang disusun setelah misi supervisi gabungan
tersebut yang dilakukan dua kali dalam setahun.
60
3.12 BAGAIMANA DOKUMENTASI DAN PELAPORAN PENGAMANAN SOSIAL
DAN LINGKUNGAN HIDUP?
Dokumentasi dan Pelaporan tentang penerapan pengamanan sosial dan
lingkungan hidup dalam PNPM MPd mengikuti alur dan mekanisme yang
berlaku dalam PNPM MPd pada umumnya. Laporan tentang penerapan
kebijakan ini menjadi tambahan dalam setiap Laporan Bulanan dan Laporan
Tahunan baik di kecamatan, kabupaten, provinsi dan nasional.
Laporan tersebut meliputi:
- Dokumentasi penerapan pengamanan sosial dan lingkungan hidup dalam
setiap tahapan program mulai dari tahap perencanaan dan sosialisasi,
pelaksanaan dan pelestarian, termasuk rekapitulasi pengisian formulir-
formulir terkait kebijakan pengamanan.
- Identifikasi dan evaluasi permasalahan terkait potensi dampak negatif yang
timbul terhadap sosial dan lingkungan, serta rencana pencegahan dan
penanganannya.
- Dokumentasi good practice untuk dijadikan bahan pembelajaran dalam
penerapan di masa mendatang.
Penyusunan dokumentasi dan pelaporan penerapan pengamanan sosial dan
lingkungan hidup ini dapat dikompilasi mulai dari musyawarah-musyawarah
dari setiap tahapan kegiatan dan hasil pengisian formulir terkait, serta hasil
supervisi berupa pemantauan terhadap pelaksanaan dari setiap tahapan.
Rekapitulasi berbagai pencatatan ini dalam sistem pengelolaan informasi
(Management Information System/MIS) dapat menjadi salah satu bentuk
dokumentasi penerapan kebijakan pengamanan dalam PNPM MPd.
3.13 BAGAIMANA PENGADUAN DAN PENANGANAN MASALAH
PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN HIDUP?
Pengaduan dan penanganan masalah pengamanan sosial dan lingkungan
hidup mengikuti jenjang dan alur mekanisme PNPM MPd. Keluhan mengenai
pelanggaran kebijakan ini akan didokumentasikan secara berjenjang. Keluhan
ini bisa terdiri dari temuan-temuan tentang dampak negatif sosial yang
merugikan masyarakat, kerusakan lingkungan, ataupun ketidaktepatan dalam
61
realisasi pengadaan lahan serta praktik pelaksanaan yang berbeda dari
rencana penanganan yang telah disepakati sebelumnya.
Seperti halnya keluhan lain dalam PNPM MPd maka keluhan terkait
pengamanan sosial dan lingkungan hidup ini akan diumumkan setiap bulan
dalam website www.pnpm-perdesaan.org di bawah Menu Penanggulangan
Keluhan (Handling Complaints Menu). Keluhan dapat disampaikan melalui:
- SMS : 085710301234 atau 082112109495
- Telepon : 021 7195212
- Fax : 021 7181254
- Email : [email protected] atau
- Website : www.pnpm-perdesaan.or.id
- Surat : Komplek Bungur Indah, Kemang Utara
Kec. Mampang Prapatan Jakarta Selatan 12730;
- Kunjungan langsung kepada Fasilitator/Konsultan dan Pelaku PNPM di
lokasi terdekat.
Metode-metode yang lebih inovatif, misalnya stasiun radio masyarakat,
digunakan di berbagai daerah untuk membahas keluhan masyarakat,. Semua
keluhan yang disampaikan didokumentasi di desa atau kecamatan diteruskan
ke kabupaten, provinsi dan Jakarta. Masalah-masalah juga ditindaklanjuti
melalui sistem hukum yang berlaku.
Kabupaten perlu membuat email group atau Facebook group untuk bisa
menjadi arena komunikasi informal antar FK, FTek dan FKab. Bila sudah ada
email group atau Facebook kabupaten bisa diundang NMC, PMD dan Tim
safeguard PSF sebagai anggota agar bisa membantu persoalan yang muncul
berkaitan dengan penerapan panduan ini.
62
DAFTAR SINGKATAN
1. PPK : Program Pemberdayaan Kecamatan
2. PNPM MPd : Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan
3. PTO : Petunjuk Teknis Operasional
4. MDTF : Multi Donor Trust Fund
5. IPP : Indigenous Peoples Proposal
6. IPPF : Indigenous Peoples Planning Framework
7. MA&KAT : Masyarakat Adat Komunitas Adat Terpencil
8. PPM : Perencanaan Penanganan Makat
9. FT : Fasilitator Teknik
10. FK : Fasilitator Pemberdayaan
11. FKab : Fasilitator Pemberdayaan Kabupaten
12. FTKab : Fasilitator Teknik Kabupaten
13. FasKeu : Fasilitator Keuangan
14. KPMD : Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa
15. KT : Kader Teknik
16. TPU : Teknik Penulis Usulan
17. TPK : Tim Pengelola Kegiatan
18. TV : Tim Verifikasi
19. TP3D : Tim Pengelola dan Pemelihara Prasarana Desa
20. PL : Pendamping Lokal
21. BKAD : Badan Kerjasama Antar Desa
22. RAB : Rencana Anggaran Biaya
23. SPPB : Surat Perjanjian Pemberian Bantuan
24. MAD : Musyawarah Antar Desa
25. OJT : On the JobTraining
65
USULAN KEGIATAN
(Semua jenis usulan kegiatan desa menggunakan form berikut ini. Jumlah Usulan kegiatan desa berdasarkan hasil kesepakatan MD perencanaan, maximal 3 usulan )
Usulan dari
Desa Kecamatan Kabupaten Provinsi
Nama kegiatan
Jenis kegiatan
Lokasi kegiatan
Kelompok pengusul
Kelompok Perempuan Kelompok Campuran
Jumlah pemanfaat
Pemanfaat Langsung Pemanfaat Tidak Langsung
(orang)
RTM (Rumah Tangga
Miskin) Umum RTM
L org L org L org ……. org ……..% P org P org P org
JML org JML org JML org
1. Latar belakang: (Jelaskan masalah yang dihadapi dan penyebabnya, serta akibat yang akan terjadi bagi masyarakat setempat jika masalah tersebut tidak segera diatasi )
2. Tujuan yang ingin dicapai (Perubahan kondisi yang ingin dicapai dan biasanya merupakan kebalikan dari masalah)
3. Kegiatan yang akan dilakukan : (Kegiatan apa saja yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan. Bagian ini menggambarkan aktivitas dan volume yang akan dikerjakan dan membutuhkan pendanaan PNPM, swadaya ataupun sumber lain, Kegiatan ini mempunyai hubungan sebab akibat dengan tujuan)
4. Manfaat yang akan diperoleh (Jelaskan manfaat secara langsung/tidak langsung yang akan diperoleh jika usulan ini didanai. Mis: terciptanya lapangan kerja, meningkatnya produksi/pemasaran, meningkatnya perilaku hidup sehat/derajad kesehatan, meningkatnya kualitas pembelajaran/menurunnya angka putus sekolah,dll. Dapat diambil dari akibat dengan merubahnya dalam pernyataan positif)
5. Keterlibatan kelompok miskin dalam perencanaan (Jelaskan bagaimana dan berapa banyak kelompok orang miskin terlibat dalam perencanaan dan dalam penentuan usulan ini )
66
6. Potensi Sumber daya (Sebutkan apa saja potensi yang dapat mendukung kegiatan, termasuk pelayanan pendidikan dan kesehatan dan swadaya lokal)
7. Rencana pelaksanaan kegiatan (Jelaskan rencana pelaksanaan kegiatan)
8. Rencana Pelestarian kegiatan (Jelaskan rencana pemeliharaan dan atau keberlanjutannya setelah dana bantuan PNPM berakhir)
9. Lain-Lain a). Sebutkan potensi dampak negatif sosial dan lingkungan dari kegiatan yang diusulkan? b). Apakah ada kebutuhan penambahan lahan dari kegiatan yang diusulkan ? Jelaskan. c). Apakah ada keterlibatan Masyarakat Adat dan Komunitas Adat Terpencil (MAKAT) dalam kegiatan
yang diusulkan ? Jelaskan.
10. Lampiran-lampiran: a. Peta Sosial Desa b. Berita Acara Musyawarah Desa Perencanaan. c. Daftar usulan desa d. Berita Acara kesanggupan swadaya Masyarakat dan Daftar Penyumbang) e. Lampiran lainnya sesuai dengan jenis kegiatan yang diusulkan , yaitu:
(1) Usulan Pendidikan (Lampiran: Calon KK, Jumlah RTM, anak KK dan/atau RTM putus sekolah, anak KK dan/atau RTM tidak sekolah sebagai penerima manfaat, RAB, Jadwal Rencana Kerja, lain-lain ) *)
(2) Usulan Kesehatan (Lampiran: Calon KK, jumlah ibu hamil, balita anak RTM, balita sakit atau kurang gizi RTM, PUS (Pasangan Usia Subur RTM)sebagai penerima manfaat, RAB, Jadwal Rencana Kerja, lain-lain) *)
(3) Usulan SPP (Lampiran: Rencana Kegiatan Kelompok ) (4) Berita Acara/pernyataan bahwa BLM PNPM MPd tidak digunakan untuk ganti rugi tanah serta
aset diatasnya. *) Lampiran Usulan Pendidikan dan Kesehatan yang bersifat fisik mengikuti usulan prasarana.
67
Disiapkan oleh TPU desa Mengetahui
1. …………………………………… .(Ketua TPU) 2. ……………………………………..(Ketua TPK) 3. ……………………………………..(KPMD)
1. ………………………….………….…(Kades) 2. …………………………………….……(BPD)
68
Berita Acara Kesanggupan Swadaya Masyarakat
Terhadap Usulan Kegiatan :..........................................
Pada hari ini ............................ tanggal .......................... bulan ................ tahun ............... bertempat di ...................................... Desa ........................ Kecamatan ............................ Kabupaten ............................ Provinsi .........................., berdasarkan hasil musyawarah desa / dusun * , kami yang bertanda tangan di bawah ini mewakili dan atas nama masyarakat desa / dusun menyatakan bahwa jika usulan dari desa kami disetujui dalam Musyawarah Antar Desa untuk didanai melalui PNPM, kami sepakat dan sanggup untuk memberikan swadaya sebagaimana di bawah ini :
No Bentuk Swadaya Volume Satuan Nilai (Rp) Keterangan
1. Bahan a. b. c. d. e.
2. Lahan a. b. c.
3. Uang Tunai
4. Peralatan a. b. c.
5. Tenaga Kerja a. b. c. d. e.
6. Lainnya
Rincian dari swadaya tersebut, termasuk nama-nama penyumbang sebagaimana tercantum dalam lampiran berita acara ini. Swadaya atau sumbangan masyarakat sebagaimana tersebut di atas akan direalisasikan setelah adanya keputusan penetapan usulan yang didanai oleh PNPM melalui Musyawarah Antar Desa Penetapan Usulan sampai pada tahap pelaksanaan kegiatan. Jika swadaya tersebut di atas tidak dapat direalisasikan maka kami menyadari dan bersedia menerima sanksi berupa pemutusan atau pemberhentian bantuan dana PNPM untuk desa kami. Demikian berita acara ini kami buat dengan sebenarnya dan atas dasar musyawarah masyarakat desa agar dapat digunakan sebagaimana mestinya.
69
.........................., tanggal :............................... Kepala Desa............................. Ketua TPK (..............................................) (.......................................)
Atas nama masyarakat desa
Nama Alamat Jabatan
(dalam masyarakat) Tanda Tangan
1. 2 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
* Coret yang tidak perlu
70
REKAPITULASI PENGADAAN LAHAN DAN ASET
Kegiatan : _________________
Yang terkena
Jumlah asset yang terkena
(m2/ unit)
Kesepakatan yang
dicapai
Kompensasi
yang disepakati
Lahan pertanian
a. Ijin Pakai : b. Hibah : c. Tukar Lahan : d. Beli :
Lahan lainnya………..
a. Ijin Pakai : b. Hibah : c. Tukar Lahan : d. Beli :
Rumah/bangunan
Tanaman:……………..
Lainnya
Keluhan-keluhan:
Peta lokasi yang terkena:
Tanda tangan semua Kepala Desa Yang terkena 1. ________________ 2. ________________ 3. ________________ 4. ________________ 5. ________________ _____________
dst
71
PENJELASAN TENTANG REKAPITULASI PENGADAAN LAHAN DAN ASET 1. Dana PNPM tidak boleh digunakan untuk membayar ganti rugi tanah atau aset lainnya. 2. Pengertian :
a. Ijin Pakai b. Hibah c. Tukar Lahan d. Beli
3. Kegiatan PNPM tidak boleh menggusur permukiman penduduk. 4. Tanah atau aset lain yang dibutuhkan dalam kegiatan PNPM diperoleh dengan cara:
a. sumbangan yang benar-benar sukarela (swadaya) dari pemilik tanah atau pemilik aset sebagai sumbangan terhadap kegiatan PNPM.
b. Sumbangan dengan ganti rugi yang biaya atau aset penggantinya disediakan melalui swadaya atau sumber lainnya, dengan mengacu pada: Tanah diganti dengan tanah lain dengan tingkat kesuburan yang sama atau
dengan aset produksi lain yang sama nilainya. Disediakannya bahan dan bantuan tenaga untuk mengganti bangunan permanen
yang akan digusur. Penggantian tanaman senilai dengan harga pasaran tanaman yang tergusur. Penggantian dengan jenis lainnya, asalkan pemilik yang bersangkutan
menyetujuinya. 5. Proses Konsultasi:
a. TPK dan pihak desa harus membahas dengan pemilik aset yang tergusur dalam musyawarah desa
b. Pemilik aset yang tergusur harus mendapat penjelasan tentang hak untuk mendapat ganti rugi dan alternatif penggantiannya.
c. Persetujuan yang dicapai dalam musyawarah harus ditulis dalam notulen atau berita acara hasil musyawarah.
d. Untuk sumbangan sukarela, maka dalam notulen atau berita acara harus mencantumkan nama penyumbang dang rincian sumbangannya.
e. Untuk sumbangan dengan ganti rugi, maka dalam notulen atau berita acara harus mencantumkan nama-nama penerima ganti rugi, jenis dan besarnya ganti rugi seperti dalam contoh formulir rekapitulasi ganti rugi di atas.
f. Notulen atau berita acara serta bukti penerimaan ganti rugi harus disimpan rapi dan siap diperiksa kapan saja.
72
6. Persetujuan PNPM : Apabila dalam kegiatan PNPM ada proses ganti rugi yang biaya atau aset penggantinya disediakan melalui swadaya atau sumber lainnya, maka FK-KEC atau FT-KEC akan:
a. Menunda persetujuannya sampai orang yang bersangkutan puas dengan ganti rugi yang akan diberikan.
b. Menunda melanjutkan pelaksanaan kegiatan PNPM sampai pemberian ganti rugi selesai.
7. Seluruh keluhan diusahakan penyelesainnya di tingkat desa. Jika tidak dapat
diselesaikan maka dapat disampaikan dan ditangani secara berjenjang di tingkat kecamatan dan kabupaten.
PNPM Mandiri Perdesaan Form.9a (Lampiran dari Form.9)
73
DAFTAR RINCIAN PENGADAAN LAHAN DAN ASET KEGIATAN : ........................................ DESA : ................................................ KECAMATAN : .............................................
No Nama Pemilik
Yang di Kontribusikan Besarnya
Kompensasi Kesepakatan yang dicapai Tandatangan Lahan
(M2) Jenis & Jlh Aset
Kepala Desa
Catatan :
Peta lokasi yang terkena dilampirkan ----------------------------------------
PNPM Mandiri Perdesaan Form.9a (Lampiran dari Form.9)
74
PENJELASAN TENTANG HIBAH LAHAN DAN ASET 1. Dana PNPM MANDIRI PERDESAAN tidak boleh digunakan untuk membayar ganti rugi tanah atau aset lainnya.
2. Untuk Kontribusi Lahan, pada kolom kesepakatan yang dicapai diisi : a. Hibah Lahan : Pemilik memberikan lahannya kepada pihak lain tanpa kompensasi b. Tukar Lahan : Lahan ditukar dengan benda/lahan lain sesuai kesepakatan c. Beli Lahan : Pemilik menjual lahannya dan dibayar pembeli sesuai kesepakatan d. Ijin pakai lahan : Pemilik mengijinkan lahannya dipakai pihak lain sesuai batasan-batasan dan atau persyaratan yang
disepakati bersama kedua pihak. Keterangan : Poin a s/d c harus dengan dokumen PPAT
3. Kegiatan PNPM MANDIRI PERDESAAN tidak boleh menggusur permukiman penduduk.
4. Tanah atau aset lain yang dibutuhkan dalam kegiatan PNPM MANDIRI PERDESAAN diperoleh dengan cara: a. Sumbangan yang benar-benar sukarela (swadaya) dari pemilik tanah atau pemilik aset sebagai sumbangan
terhadap masyarakat melalui kegiatan PNPM MANDIRI PERDESAAN. b. Sumbangan dengan ganti rugi yang biaya atau aset penggantinya disediakan melalui swadaya/sumber lainnya,
dengan mengacu pada: Tanah diganti dengan tanah lain dengan tingkat kesuburan yang sama atau dengan aset produksi lain yang
sama nilainya. Disediakannya bahan dan bantuan tenaga untuk mengganti bangunan permanen yang akan digusur. Penggantian tanaman senilai dengan harga pasaran tanaman yang tergusur. Penggantian dengan jenis lainnya, asalkan pemilik yang bersangkutan menyetujuinya.
5. Proses Konsultasi: a. TPK dan pihak desa harus membahas dengan pemilik aset yang tergusur dalam musyawarah desa b. Pemilik aset yang tergusur harus mendapat penjelasan tentang hak untuk mendapat ganti rugi dan alternatif
penggantiannya. c. Persetujuan yang dicapai dalam musyawarah harus ditulis dalam notulen atau berita acara hasil musyawarah. d. Untuk sumbangan sukarela, maka dalam notulen atau berita acara harus mencantumkan nama penyumbang dang
rincian sumbangannya. e. Untuk sumbangan dengan ganti rugi, maka dalam notulen atau berita acara harus mencantumkan nama-nama
penerima ganti rugi, jenis dan besarnya ganti rugi seperti dalam contoh formulir rekapitulasi ganti rugi di atas. f. Notulen atau berita acara serta bukti penerimaan ganti rugi harus disimpan rapi dan siap diperiksa kapan saja.
PNPM Mandiri Perdesaan Form.9a (Lampiran dari Form.9)
75
6. Persetujuan PNPM MANDIRI PERDESAAN : Apabila dalam kegiatan PNPM MANDIRI PERDESAAN ada proses ganti rugi yang biaya atau aset penggantinya disediakan melalui swadaya atau sumber lainnya, maka F-KEC atau FT-Kec akan:
a. Menunda persetujuannya sampai orang yang bersangkutan puas dengan ganti rugi yang akan diberikan. b. Menunda melanjutkan pelaksanaan kegiatan PNPM MANDIRI PERDESAAN sampai pemberian ganti rugi selesai.
7. Apabila dalam proses MAD Penetapan ternyata tidak terdanai, maka lahan yang akan sumbangkan dikembalikan kepada pemilik semula, kecuali ada kesepakatan lain.
8. Apabila dalam proses MAD Penetapan ternyata jadi didanai, maka lahan yang telah dikontribusikan menjadi fasilitas umum dan kepala desa mencatat serta memfasilitasi penyesuaian terhadap sertifikat tanah/ surat tanah bentuk lainya yang telah dikurangi, termasuk PBBnya, disesuaikan kondsi terbaru.
9. Seluruh keluhan diusahakan penyelesainnya di tingkat desa. Jika tidak dapat diselesaikan maka dapat disampaikan dan ditangani secara berjenjang di tingkat kecamatan dan kabupaten.
Desa : …………………………………… Kabupaten : ………………………………Kecamatan : ……………………………………. Propinsi : ……………………………..
PENJELASAN Tidak dan
Layak Kurang Salah Ada REKOMENDASI
1 Cover / Sampul Proposal Jenis Usulan Kegiatan :
2 Surat Pengantar 1. Keg. Prasarana
3 Peta Sosial Desa 2. Keg. SP Klpk Perempuan
a. Tanda pada Lokasi Kegiatan 3. Keg. Bidang Pendidikan
b. Keterangan pada peta 4. Keg. Bidang Kesehatan
4 Hasil Analisa penyebab
kemiskinan (usulan 5. Keg. Bidang Pelatihan
5 Berita Acara Musyawarah
Khusus Perempuan6. Keg. Lainnya
6 Daftar Hadir Musy. Perempuana. Tanda tangan lengkap & asli b. Rincian sumbangan jelas
7 Berita Acara Musyawarah Desa
PerencanaanPenjelasan atau keterangan
a. Lampiran: Daftar Hadir terhadap hasil Pemeriksaan :
8 Daftar Penetapan Usulan Desa
a. Tanda tangan lengkap &
asli9 BA Swadaya/ Sumbangan 10 Daftar Sumbangan (Lamp. BA
Swadaya) a. Tanda tangan lengkap &
asli11 Surat Pernyataan Lamp. 12 BA / Pernyataan tdk ada ganti
rugi dari PNPM
KESIMPULAN PEMERIKSAAN : Bahwa dokumen usulan / proposal desa tsb. Di atas dinyatakan:
1. TELAH MEMENUHI SYARAT maka bisa dilanjutkan dng proses verifikasi.
2. BELUM MEMENUHI SYARAT maka perlu diperbaiki dulu oleh desa.
Dibuat di : ………………………………………. , tanggal ……………………………..
No Nama Tanda Tangan1 .....................................……. .............................................. .........................2 .....................................……. .............................................. .........................3 .....................................……. .............................................. .........................4 .....................................……. .............................................. .........................5 .....................................……. .............................................. .........................
Diperiksa oleh,Jabatan
CEKLIS PEMERIKSAANKELENGKAPAN DOKUMEN USULAN
No. URAIAN
Pemeriksaan Isi Proposal Desa
Ada
Form.10PNPM Mandiri - Perdesaan
76
Kabupaten Desa: _________________________
Kecamatan Jenis Kegiatan: _________________________
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
Form. 11
FORMULIR VERIFIKASI USULAN
KriteriaJawaban
Ya Tidak
UmumUsulan kelompok perempuan benar-benar berasal dari perempuan dan dibahas
serta disetujui dalam Musdes Khusus Perempuan.
Catatan:
Usulan kegiatan telah dibahas dan ditetapkan dalam Musdes Perencanaan.
Catatan:
Usulan kegiatan tidak termasuk dalam Daftar Negatif (Kegiatan yang dilarang) -
Sesuai dengan PTO PNPM - PPK,
Catatan :
Usulan Kegiatan tidak tumpang tindih dengan proyek/ program lain
Catatan :
Tidak ada masalah dengan kepemilikan tanah atau hibah lahan.
Catatan :
Kelompok perempuan dan orang miskin ikut dalam pembuatan dan pengambilan
keputusan mengenai usulan yang diajukan.
Catatan:
77
1.7
1.8
1.9
1.10.
1.11.
1
2
3
4
5
78
KriteriaJawaban
Ya Tidak
Jumlah penerima manfaat tersebut sesuai dengan kondisi yang ditemukan di
lapangan.
Catatan:
Mayoritas calon penerima manfaat lebih banyak berasal dari golongan miskin
Catatan :
Kegiatan yang diusulkan menjadi kebutuhan masyarakat dan mendesak untuk
dilaksanakan
Catatan:
Dalam masyarakat cukup banyak yang mempunyai pengalaman atau biasa
mengerjakan kegiatan yang diusulkan
Catatan :
Sudah ada kesanggupan untuk memelihara kegiatan ini?
Catatan :
Rekomendasi / Catatan: Dibuat oeh Tim Verifikasi:
A. Verifikasi Kegiatan Prasarana
Desa : ________________ Tanggal pengujian : ________________
Kecamatan : ________________ Jenis Prasarana: : ________________
Kabupaten : ________________ Ukuran Prasarana : ________________
Provinsi : ________________ Lokasi : ________________
Penguji: Tanda tangan Penguji Tanda tangan
1. ....................................................................... 6. .......................................................................
2. ....................................................................... 7. .......................................................................
3. ....................................................................... 8. .......................................................................
4. ....................................................................... 9. .......................................................................
5. ....................................................................... 10. .....................................................................
1. Uraian manfaat prasarana yang diusulkan:
_______________________________________________________________________________________________________
_______________________________________________________________________________________________________
_______________________________________________________________________________________________________
_______________________________________________________________________________________________________
_______________________________________________________________________________________________________
2. Uraian manfaat prasarana bagi kelompok miskin
_______________________________________________________________________________________________________
_______________________________________________________________________________________________________
_______________________________________________________________________________________________________
_______________________________________________________________________________________________________
3. Jumlah penerima manfaat: ............................................ orang.
4. Layak secara teknis.
a. Menggunakan teknologi yang relatif sederhana. Ya / Tidak
b. Banyak melibatkan tenaga kerja masyarakat setempat. Ya / Tidak
c. Bahan , alat, dan tenaga ahli mudah didatangkan. Ya / Tidak
d. Dapat dioperasikan dan dipelihara oleh masyarakat. Ya / Tidak
5. Layak secara target.
a. Target usulan sesuai dengan kenyataan dilapangan. Ya / Tidak
b. Target usulan sesuai dengan kebutuhan. Ya / Tidak
c. Target usulan sesuai dengan target manfaat. Ya / Tidak
6. Layak secara sosial dan lingkungan
a. Tidak menimbulkan dampak negatif thdp sosial dan lingkungan saat konstruksi. Ya / Tidak
b. Tidak menimbulkan dampak negatif thd sosial & lingkungan saat pascakonstruksi. Ya / Tidak
c. Bila berpotensi menimbulkan dampak negatif, sebutkan upaya penyelesaian masalah yang dibutuhkan:
___________________________________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________________________________
7. Layak terhadap pengadaan lahan dan aset:
a. Perlu penyumbangan pengadaan lahan atau aset lain Ya / Tidak
b. Proses pengadaaan lahan dapat diselesaikan masyarakat.Ya / Tidak
c. Uraikan proses yang akan diikuti untuk pengadaan lahan (bila perlu)
___________________________________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________________________________
8. Kesimpulan usulan Layak / Layak dengan syarat / Tidak Layak
Sebutkan syarat atau alasan tidak layak:
___________________________________________________________________________________________________
PNPM Mandiri - Perdesaan Form.12.d
79
PNPM Mandiri - Perdesaan
Form-22
Desa : ...................................................... Jenis Kegiatan : ............................................................
Kecamatan : ...................................................... Desain oleh : ............................................................
Kabupaten : ...................................................... Tanggal : ............................................................
Mohon diisi untuk dua jenis dampak lingkungan negatif yang sangat mungkin terjadi (keterangan
dilanjutkan ke lembar tambahan, bila perlu) :
1. Dampak lingkungan negatif yang sangat mungkin terjadi
Apa saja yang direncanakan untuk mengatasi masalah ini atau untuk mengurangi dampak negatif yang
mungkin timbul?
2. Dampak lingkungan negatif yang sangat mungkin terjadi
Apa saja yang direncanakan untuk mencegah masalah ini atau untuk mengurangi dampak negatif yang
mungkin timbul
Penanganan Dampak Negatif Terhadap Lingkungan
Mohon diisi untuk dua jenis dampak lingkungan negatif yang berskala besar yang dpat terjadi
(keterangan dilanjutkan ke lembar tambahan, bila perlu) :
1. Dampak lingkungan negatif yang berskala besar yang dapat terjadi :
Apa saja yang telah direncanakan untuk mencegah masalah ini atau untuk mengurangi dampak negatif
yang mungkin timbul?
2. Dampak lingkungan negatif yang berskala besar yang dapat terjadi :
Apa saja yang telah direncanakan untuk mencegah masalah ini atau untuk mengurangi dampak negatif
yang mungkin timbul?
Formulir untuk Desa 80
PNPM Mandiri - Perdesaan
Lokasi : Jenis Prasarana :
Diperiksa oleh : Tipe Prasarana : Tanggal diserahkan :
Jabatan : Ukuran : Tanggal diperiksa :
SURVEI GAMBAR DESAIN
1.1 5.1 Gambar Situasi
1.2 5.2 Gambar Denah
1.3 5.3 Tampang Memanjang
1.4 5.4 Tampang Melintang
1.5 5.5 Tampak Depan, Belakang, Samping Kiri dan Kanan
1.6 5.6
1.7 5.7
1.8 5.8 Gambar Detail
1.9 5.9 Kelengkapan dimensi/ukuran pada gambar
TAKE-OFF SHEET 5.10Kelengkapan spesifikasi pada gambar
2.1 Pemilihan Jenis Konstruksi 5.11Lokasi prasarana tepat
2.2 Perhitungan Konstruksi 5.12Lokasi sarana pelengkap
2.3 Perhitungan Volume Pekerjaan RENCANA ANGGARAN BIAYA
2.4 Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan 6.1 Rencana Anggaran Biaya Detail
2.5 Perhitungan Penggunaan Alat Berat 6.2 Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya
2.6 Perhitungan Harga satuan Sewa Alat Berat 6.3 Kewajaran Harga Bahan, Upah dan Alat
2.7 Perhitungan Volume Alat manual 6.4 Kewajaran Penggunaan Alat Berat
2.8 Rekapitulasi Volume Bahan, Upah dan Alat 6.5 Kelengkapan spesifikasi bahan pada RAB
SPESIFIKASI BAHAN DAN ALAT 6.6 Kelengkapan dimensi/ukuran bahan pada RAB
3.1 Spesifikasi bahan 6.7 Swadaya
3.2 Spesifikasi alat berat ANTISIPASI MASALAH
SAFEGUARD 7.1 Ada potensi konflik dengan . . . . . . . . . . .
4.1 Pengisian Form Dampak Lingkungan 7.2 Cukup mudah untuk dilaksanakan oleh masyarakat
4.2 Rencana penanganan Dampak Lingkungan 7.3
4.3 Pengisian rencana penggunaan Alat Berat 7.4
4.4 Pengesahan penggunaan Alat Berat 7.5 Perizinan/Koordinasi yang diperlukan
4.5 Pengisian Form Ganti Rugi Lahan 7.6 Potensi manfaat subproyek
4.6 Penerima manfaat 7.7 Kekuatan struktur/konstruksi
4.7 Kesanggupan memelihara prasarana 7.8 Konfirmasi tentang pembebasan lahan
4.8 Desain sesuai kebutuhan MA&KAT Disetujui / Belum Disetujui
(_________________)
FT-KAB
Catatan sumber bahan dan ketersediaan bahan
Catatan jalan akses untuk mengedrop material & alat
Catatan tentang dampak lingkungan
Catatan tentang pembebasan lahan
Survei Harga Bahan, Alat oleh TPK
Survei Harga Bahan, Alat oleh FT Gambar Denah Fondasi, Atap, Lantai dan Plafond
Kesepakatan harga upah dan harga bahan lokal Gambar Potongan Memanjang dan Potongan
Sket Kondisi Tanah
Sketsa lokasi kegiatan
Survei Beda Tinggi, Sumber Air, Debit Air dan
Sudah
memenuhi
syarat
Belum
memenuhi
syarat
Perlu
diperiksa
ulang
Survei Antar Patok
Jenis Dokumen yang diperiksaSudah
memenuhi
syarat
Belum
memenuhi
syarat
Perlu
diperiksa
ulang
Jenis Dokumen yang diperiksa
Form. 25
PEMERIKSAAN DOKUMEN DESAIN DAN RAB Pemeriksaan
ke :
81
Lokasi :
Dibuat oleh :
Jabatan : Tanggal diserahkan :
Jenis Prasarana : Tanggal diperiksa :
Hal-hal yang harus diperhatikan/diperbaiki :
Form. 25 a
LEMBAR CATATAN PEMERIKSAAN
Pemeriksaan ke :
PNPM Mandiri - Perdesaan
82
PERSYARATAN TERPENUHI RUJUKAN PANDUAN
1.1 Form survei jalan (Form.16) terisi lengkap dan jelas.
Kegiatan jalan : form sket kondisi tanah (Form.20) terisi lengkap dan
jelas. Kegiatan jembatan : sketsa potongan melintang sungai yang
dilengkapi ukuran lebar sungai , dalam sungai, tinggi muka air normal,
tinggi muka air banjir, kedalaman tanah keras dan jenis tanah.
Kegiatan bangunan gedung : sketsa potongan melintang dan
memanjang yang dilengkapi ukuran beda tinggi, data kedalaman tanah
keras, jenis tanah dan kedalaman air tanah.
Kegiatan tambatan perahu : sketsa potongan melintang dan
memanjang yang dilengkapi ukuran beda tinggi, data kedalaman tanah
keras, jenis tanah dan kedalaman air pasang, surut, normal.
Untuk kegiatan lain : minimal ada data-data teknis untuk membuat
desain Fondasi dan pekerjaan tanah.
1.3 Sketsa berupa gambar denah yang dilengkapi keadaan sekitar lokasi
kegiatan. Sketsa dilengkapi dengan ukuran panjang, lebar, beda tinggi
lokasi kegiatan dengan jalan atau titik referensi yang ditetapkan
dilapangan.
1.4Kegiatan SAB Perpipaan, Jaringan Irigasi, PLTMH : data sumber air,
kontinuitas ketersediaan air, debit air, beda tinggi, trase jaringan,
tingkat pelayanan, area pelayanan terdata dengan lengkap.
Minimal survei harga bahan dan alat dilakukan pada 3 (tiga)
tempat/supplier yang berbeda untuk setiap jenis bahan atau alat.
Supaya dihindari melakukan survei pada suppiler yang mempunyai
keterkaitan dengan supplier lainnya (untuk menghindari monopoli
harga)
Pada blangko survei terdapat informasi; alamat lokasi survei, nama
responden, jenis bahan dan alat, ukuran bahan, kualitas bahan,
kapasitas alat, harga bahan atau alat, jarak dari lokasi survei ke Desa.
Form blanko survei yang digunakan adalah sesuai format yang
tercantum pada PTO Penjelasan IV halaman 16. Kemudian hasil survei
direkap menggunakan form 23 (Hasil Survei Harga Bahan/Alat)
1.6
Minimal terdapat hasil survei harga pembanding dilakukan pada 3 (tiga)
tempat yang berbeda untuk setiap jenis bahan/alat. Blanko/form survei
dan pengisiannya sesuai dengan Survei Harga Bahan/Alat oleh TPK
Terdapat Berita Acara Musyawarah "kesepakatan harga upah dan
harga bahan yang akan diadakan secara lokal " antara TPK dengan
masyarakat calon pengumpul bahan dan pekerja serta dihadiri KPMD,
TPU, Tomasy, Kades, BPD. Berita Acara dilengkapi dengan Notulen
dan Daftar hadir
Jika harga bahan lokal lebih mahal dari pada harga non lokal, supaya
diadakan review hasil Musyawarah dan peninjauan kembali harga yang
ditawarkan masyarakat.
1.8 Terdapat catatan-catatan dampak negatif terhadap sosial dan
lingkungan yang akan terjadi pada lokasi kegiatan yang akan
direncanakan.
1.9Terdapat catatan-catatan hasil konfirmasi pengadaan lahan kepada
masyarakat yang lahannya akan dibebaskan untuk kegiatan.
Pemilihan Jenis KonstruksiJenis konstruksi yang dipilih sudah sesuai dengan petunjuk pemilihan
konstruksi yang terdapat pada bahan bacaan Prasarana dan atau
sesuai kaidah teknik yang berlaku. Beberapa catatan penting dan
penegasan untuk kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
83
Catatan tentang dampak negatif sosial
dan lingkungan
Catatan tentang pengadaan lahan
TAKE-OFF SHEET2.1
1.5 Survei Harga Bahan, Alat oleh TPK Panduan Pelaksanaan
Survei Harga Satuan Bahan/Alat
(lihat bacaan prasarana tentang
survei teknis)
Survei Harga Bahan, Alat oleh FT
1.7 Kesepakatan harga upah dan harga
bahan lokal
Semua Ceklist Pemeriksaan Dokumen dan Lembar Catatan Pemeriksaan wajib didokumentasikan oleh FT-Kab
dikantor Faskab dan aslinya dijilid bersama dokumen SPPB sebagai lampiran.
Hal-hal yang harus diperiksa dan persyaratan penilaian "Terpenuhi" sebagaimana tabel dibawah ini :
ITEM YANG DIPERIKSA
SURVEI
Survei Antar Patok Matrik kategori dan aspek survei
teknis untuk berbagai jenis prasarana
(lihat bahan bacaan prasarana)
1.2 Sket Kondisi Tanah
Sketsa lokasi kegiatan
Survei Beda Tinggi, Sumber Air, Debit Air
dan Pelayanan
PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR PEMERIKSAAN DESAIN DAN RAB
Fasilitator Teknis Kabupaten (FT-Kab) wajib memeriksa semua dokumen yang berkaitan dengan Pembuatan
Desain dan RAB untuk kegiatan pembangunan prasarana, untuk mencegah dokumen desain dan RAB yang FT-Kab memeriksa Dokumen Desain dan RAB serta mengisi blangko yang telah disediakan, kemudian
mengatakan "disetujui" atau "tidak disetujui" berdasarkan hasil penilaian. Jika dokumen desain dan RAB
dinilai “Tidak Disetujui,” Fasilitator Teknis harus melengkapi atau memperbaiki kekurangan dokumen dan atau
hal-hal yang dinilai belum memenuhi syarat dalam dokumen sebagaimana terdapat dalam ceklist dan lembar
catatan pemeriksaan. Semua koreksi tersebut harus diperiksa kembali oleh FT-Kab, kecuali beberapa jenis
koreksi yang dapat dianggap sebagai “Layak dengan Syarat,” seperti:- Melengkapi dimensi pada gambar
- Menandai spesifikasi pada gambar
- Menandai lokasi perlengkapan pada gambar situasi dan atau denah
Kegiatan jalan : konstruksi yang dipilih sudah mempertimbangkan
topografi, kondisi struktur tanah, tingkat pelayanan (roda dua atau roda
empat serta volume lalu lintas yang akan lewat), kemampuan
masyarakat untuk melaksanakan dan memelihara kegiatan. Bangunan
pelengkap jalan seperti gorong-gorong, TPT dan saluran pasangan
batu dipastikan hanya direncanakan pada tempat-tempat yang secara
teknis dibutuhkan. Tidak diperkenankan merencanakan bangunan
pelengkap jalan seperti saluran pinggir jalan menggunakan pasangan
batu dan TPT tanpa ada alasan teknis.
Kegiatan jembatan : konstruksi yang dipilih sudah mempertimbangkan
batasan-batasan yang dianjurkan dalam petunjuk teknis, kemampuan
masyarakat untuk melaksanakan dan memelihara kegiatan, jalan akses
untuk mengangkut material.
Kegiatan bangunan gedung : konstruksi yang dipilih sudah
mempertimbangkan kemampuan masyarakat untuk melaksanakan dan
memelihara kegiatan, memanfaatkan sebanyak mungkin material lokal,
ketersediaan dan kemudahan menyediakan material.
Perhitungan Konstruksi Untuk bangunan-bangunan yang sudah ada standard konstruksinya
dalam bahan bacaan prasarana, perhitungan konstruksi tidak perlu
dibuat. Sebagai gantinya dalam take-off sheet perhitungan konstruksi
dicantumkan rujukan konstruksi yang diambil beserta tabelnya.
Perhitungan kekuatan konstruksi utama bangunan yang tidak ada pada
bahan bacaan harus dibuat sesuai kaidah perencanaan teknik yang
berlaku nasional dan minimal dalam take-off sheet terdapat
perhitungan konstruksi sebagai berikut :Kegiatan jalan : terdapat perhitungan konstruksi bangunan pelengkap
seperti besar dan jenis Gorong-gorong , perhitungan konstruksi TPT.
Kegiatan jembatan : terdapat perhitungan konstruksi bangunan bawah
(Abutment, Pilar, TPT). Tinjauan terhadap kemampuan mendukung
beban vertikal, horizontal dan guling. Untuk bangunan atas bisa
mengambil kontruksi sesuai tabel standard yang tersedia pada bahan
bacaan prasarana. Untuk bangunan jembatan
yang diluar standard, perhitungan konstruksi bangunan atas dan
bangunan bawahnya wajib dibuat.
2.3 Semua volume pekerjaan sudah dibuat dan perhitungan sudah benar.
Urutan uraian pekerjaan dimulai dari kegiatan bangunan bawah sampai
pekerjaan finishing.
2.4 Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Semua perhitungan harga satuan pekerjaan sudah dibuat dan
perhitungan sudah benar. Analisis Harga Satuan Pekerjaan yang
digunakan sudah sesuai dengan spesifikasi bahan dan alat yang
direncanakan.2.5 Perhitungan Penggunaan Alat Berat Tersedia perhitungan penggunaan alat berat dalam format jam atau
hari. Analisis yang digunakan sudah berdasarkan kapasitas alat,
tingkat kesulitan pekerjaan dan volume pekerjaan.
2.6 Perhitungan Harga satuan Sewa Alat BeratTersedia harga satuan sewa alat berat. Harga sewa sudah termasuk
komponen bahan bakar, pelumas. Komponen HOK Operator Alat
supaya dipisah.2.7 Alat-alat manual untuk membantu pekerjaan sudah memperhatikan
tingkat efisiensi dan metode kerja yang direncanakan
2.8 Rekapitulasi Volume Bahan, Upah dan AlatVolume Bahan, Upah dan Alat sudah direkap berdasarkan volume
yang terdapat pada "perhitungan harga satuan pekerjaan".
3.1 Lembaran spesifikasi bahan yang akan digunakan sudah dibuat dan
dilengkapi dengan data pabrikan yang memproduksinya.
3.2 Lembaran spesifikasi alat yang akan digunakan sudah dibuat dan
pabrikan pembuat
4.1 Pengisian Form Penanganan
Dampak Negatif LingkunganForm 22 sudah berdasarkan catatan tentang dampak lingkungan dan
solusi untuk meminimalkan dampak lingkungan sudah diisi.
4.2 Rencana Penanganan Dampak
LingkunganDalam Desain dan RAB sudah mengakomodir solusi untuk
meminimalkan dampak lingkungan. Jika dampak lingkungan diprediksi
akan terjadi setelah kegiatan beroperasi, sudah ada rencana
penanganan untuk diberikan kepada TP3.
4.3 Pengisian rencana
penggunaan Alat Berat
Rencana penggunaan alat berat sudah disosialisasikan dan disetujui
masyarakat serta dituangkan kedalam form rencana penggunaan alat
berat.4.4 Pengesahan penggunaan Alat
BeratFT-Kab sudah menyatakan persetujuan penggunaan alat berat yang
dituangkan kedalam form rencana penggunaan alat berat.
4.5 Form ini bisa di copy dari Proposal Usulan yang sudah lolos Verifikasi
TV. 4.6 Terdapat data pemanfaat langsung dan pemanfaat tidak langsung
kegiatan. Konstruksi kegiatan sudah di Desain sesuai dengan manfaat
dan jumlah penerima manfaat yang direncanakan.
4.7 Kesanggupan memelihara
prasarana
Tersedianya Berita Acara Kesanggupan memelihara kegiatan.
4.8 Pada MA&KAT, desain bangunan sudah mempertimbangkan dan
mengakomodir arsitektur, penggunaan, kebiasaan, kepercayaan dan
aturan setempat.
5.1 Gambar Situasi Minimal terinformasikan perletakan bangunan utama dan bangunan
pelengkap yang direncanakan, keadaan sekitar bangunan, jalan akses
menuju bangunan tersebut.
5.2 Gambar Denah Dalam gambar denah minimal terdapat informasi tata letak konstruksi
utama, tata letak ruangan, ukuran panjang, lebar dan peil ketinggian
lantai.
84
Penerima manfaat
Desain sesuai kebutuhan MA&KAT
GAMBAR DESAIN
Perhitungan Volume Alat manual
SPESIFIKASI BAHAN DAN ALATSpesifikasi bahan
Spesifikasi alat berat
SAFEGUARD
Pengisian Form Ganti Rugi Lahan
2.1
2.2
Perhitungan Volume Pekerjaan
5.3 Tampang Memanjang Gambar ini khusus untuk kegiatan jalan.Pada gambar terdapat
informasi kondisi existing jalan sebagaimana hasil survey dan rencana
permukaan jalan, penempatan bangunan pendukung. Gambar
dilengkapi dengan STA.5.4 Tampang Melintang Gambar ini khusus untuk kegiatan jalan. Gambar ini dapat berupa
gambar tipikal, setiap perubahan perlu dibuat gambar tampang
melintang. Pada gambar minimal terdapat informasi mengenai
perkerasan, bahu jalan, saluran pinggir dan keadaan kiri kanan jalan.
5.5 Gambar ini untuk kegiatan selain jalan. Pada gambar terdapat
informasi bentuk bangunan yang dilihat dari posisi tertentu, ukuran
panjang/lebar dan tinggi.
Pada denah fondasi minimal terdapat informasi tata letak pondasi yang
dilengkapi ukuran serta type pondasi
Pada denah Atap minimal terdapat informasi tata letak konstruksi atap
yang dilengkapi ukuran, serta komponen konstruksi yang dilengkapi
ukuran dan nama komponen serta spesifikasi.
Pada denah lantai minimal terdapat informasi tata letak finishing lantai
yang dilengkapi ukuran panjang/lebar dan ketinggian serta informasi
jenis dan spesifikasi bahan yang digunakan.
Pada denah plafond minimal terdapat informasi tata letak komponen
konstruksi plafond, tata letak lampu yang dilengkapi dengan ukuran,
jenis, spesifikasi bahan.5.7 Gambar ini untuk kegiatan selain jalan. Pada gambar terdapat
informasi bentuk bangunan jika dipotong. Informasi dalam potongan
yang diutamakan adalah info mengenai konstruksi bangunan. Gambar
dilengkapi ukuran panjang/lebar, tinggi, nana komponen, jenis, ukuran
dan spesifikasi bahan.5.8 Gambar Detail Semua komponen konstruksi utama harus dibuat gambar detailnya.
Penamaan gambar detail sinkron dengan informasi yang terdapat pada
gambar denah adan atau gambar potongan. Gambar dilengkapi ukuran
konstruksi dan komponen konstruksi, jenis, ukuran dan spesifikasi
bahan yang digunakan.5.9 Kelengkapan dimensi/ukuran pada gambar Pada setiap gambar sudah dilengkapi dimensi/ukuran bangunan,
konstruksi dan komponen konstruksi.
5.10 Kelengkapan spesifikasi pada gambarPada setiap gambar sudah dilengkapi spesifikasi dan jenis bahan yang
digunakan untuk konstruksi dan komponen konstruksi.
5.11 Lokasi prasarana tepat Selain penempatan prasarana sudah sesuai dengan Proposal Usulan
yang sudah diperiksa Tim Verifikasi, sudah dipertimbangkan secara
teknis untuk menempatkan prasarana/unit prasarana/komponen
prasarana.5.12 Lokasi sarana pelengkap Penempatan sarana pelengkap pada gambar situasi dan atau gambar
tampang memanjang dan atau gambar denah jelas posisi dan
dilengkapi dengan keterangan jenis dan ukuran sarana pelengkap.
6.1 Form RAB Prasarana (form.7e) terisi dengan lengkap. RAB detail
dibuat untuk setiap jenis kegiatan dan diurutkan mulai dari Kegiatan
Utama. Total volume bahan, upah dan alat sudah sesuai dengan
Rekapitulasi Volume Bahan, Upah dan Alat. Volume swadaya sudah
sesuai dengan komitmen swadaya yang disepakati. Kategori biaya
sudah sesuai dengan petunjuk pengisian kategori biaya. Harga satuan
sudah sesuai dengan daftar harga yang sudah disepakati. Perkalian
6.2 Form Rekapitulasi Anggaran Biaya Prasarana (form.8b) terisi dengan
lengkap. Nomor RAB sudah diurutkan mulai nomor satu dan pengisian
sudah sesuai dengan perjumlahan pada RAB Detail. Perhitungan
perjumlahan dan perkalian sudah benar.
6.3 Harga bahan, upah dan alat yang dimasukan kedalam RAB sudah
diperbandingkan dengan hasil survei harga oleh FT dan hasil survei
harga oleh FT-Kab.
6.4 Penggunaan Alat Berat sudah mengacu kepada PTO Penjelasan IV
halaman 18 tentang penggunaan dan mekanisme penggunaan Alat
Berat.6.5 Uraian bahan pada form RAB Detail dilengkapi dengan spesifikasi
bahan dan atau nama pabrikan yang memproduksi.
6.6Kelengkapan dimensi/ukuran bahan pada RAB
Uraian bahan pada form RAB Detail dilengkapi dengan dimensi/ukuran
sesuai standard yang berlaku.
6.7 Swadaya masyarakat yang dicantumkan dalam RAB sudah sesuai
dengan komitmen swadaya yang dituangkan dalam form kesanggupan
swadaya masyarakat.
7.1 Ada potensi konflik dengan . . . . . . . . . . . Potensi konflik sudah dibicarakan dengan para pihak dan antisipasi
konflik sudah dipersiapkan sebelum MAD Prioritas Usulan. Potensi
konflik dipaparkan pada forum MAD Prioritas Usulan dan forum
memberikan masukan untuk mengantisipasinya.
7.2 Pemilihan dan Desain konstruksi harus dibuat sesederhana mungkin
dan sudah mempertimbangkan kemampuan masyarakat untuk
melaksanakan kegiatan. 7.3 Sumber bahan dan ketersediaan bahan sudah diidentifikasi dengan
benar oleh Fasilitator.
7.4 Desain dan RAB sudah memperhitungkan/mempertimbangkan
ketersediaan jalan akses yang ada.
7.5 Perizinan/Koordinasi yang diperlukan Izin sudah ada dan koordinasi dengan pihak terkait sudah dilakukan
sebelum MAD Penetapan Usulan dilaksanakan.
7.6 Potensi manfaat subproyek Kegiatan sudah dipastikan akan bermanfaat bagi masyarakat.
7.7 Kekuatan struktur/konstruksi Tersedia informasi tentang kekuatan konstruksi. Informasi ini berguna
untuk pembatasan beban penggunaan.
7.8 Konfirmasi tentang pengadaan lahanCatatan hasil konfirmasi pengadaan lahan kepada masyarakat yang
lahannya akan dibebaskan untuk kegiatan sudah ditindaklanjuti. Hasil
tindaklanjut sudah harus ada sebelum MAD Prioritas Usulan.
85
Kelengkapan spesifikasi bahan pada RAB
Swadaya
ANTISIPASI MASALAH
Cukup mudah untuk dilaksanakan oleh
masyarakat
Catatan sumber bahan dan ketersediaan
bahan
Catatan jalan akses untuk mengedrop
material & alat
Gambar Potongan Memanjang dan
Potongan Melintang
RENCANA ANGGARAN BIAYARencana Anggaran Biaya Detail
Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya
Kewajaran Harga Bahan, Upah dan Alat
Kewajaran Penggunaan Alat Berat
Tampak Depan, Belakang, Samping Kiri,
Samping Kanan
5.6 Gambar Denah Fondasi, Atap, Lantai dan
Plafond
86
SURAT PERJANJIAN PEMBERIAN BANTUAN (SPPB)
Nomor : Tanggal : Yang bertanda tangan di bawah ini kami : I. Nama : ……………………………… Jabatan : Ketua Unit Pengelola Kegiatan (UPK) Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM), Kecamatan ………….……….., Kabupaten ………………..., Propinsi ………………................
Berdasarkan Musyawarah Antar Desa tanggal …......…, bertindak atas nama Forum, selanjutnya disebut sebagai Pihak Pertama.
II. Nama : ……………………………. Jabatan : Ketua Tim Pengelola Kegiatan Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM), Desa …………….………, Kecamatan ……………….., Kabupaten …………………………… Berdasarkan kesepakatan Musyawarah Desa yang dilaksanakan pada tanggal ………………… ditunjuk selaku Ketua Tim Pengelola Kegiatan PNPM, selanjutnya disebut sebagai Pihak Kedua.
Dengan ini menyepakati hal-hal sebagai berikut : (1) Pihak Pertama, menyetujui pembayaran dana Bantuan Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM) kepada Pihak Kedua sebesar Rp. …………….….. (dengan huruf) (2) Dana ini disetujui untuk membiayai kegiatan berikut :
(a) Nama kegiatan : Simpan Pinjam-Perempuan Jumlah dana : Rp. ………………… (dengan huruf) Jasa Pinjaman : ……. persen Sifat bantuan : Pinjaman (b) Nama kegiatan : Kesehatan Jumlah dana : Rp. ………………… (dengan huruf) Sifat bantuan : Bantuan lepas (c) Nama kegiatan : Pendidikan Jumlah dana : Rp. ………………… (dengan huruf) Sifat bantuan : Bantuan lepas (d) Nama kegiatan : Pembangunan Sarana/Prasarana Jumlah dana : Rp. ………………… (dengan huruf) Sifat bantuan : Bantuan lepas Waktu penyelesaian : .… . bulan (e) Biaya administrasi dan operasional UPK sebesar Rp. …………………… (f) Biaya administrasi dan operasional TPK sebesar Rp. ……………………
(3) Pihak Kedua sepakat dan berjanji akan mengembalikan dana Bantuan yang bersifat pinjaman kepada Unit Pengelola Kegiatan (UPK) dalam jangka waktu …..… bulan terhitung sejak penyerahan dana kepada Pihak Kedua oleh Pihak Pertama. Pengembalian
87
oleh Pihak Kedua disertai jasa pinjaman sebesar …….…% per tahun. Jumlah keseluruhan dana yang harus dikembalikan Pihak Kedua sampai selesai jangka waktu pinjaman adalah sebesar Rp……………...….. Dalam hal Pihak Kedua tidak dapat memenuhi kewajibannya, kesempatan Pihak Kedua untuk mendapatkan dana Bantuan PNPM di masa yang akan datang akan hilang.
(4) Pihak Kedua sepakat dan berjanji akan memelihara prasarana dan sarana melalui
swadaya masyarakat dengan sebaik-baiknya. (5) Pihak Kedua akan menyerahkan dana kepada kelompok masyarakat sesuai dengan
usulan yang diajukan dan disepakati dalam Musyawarah Antar Desa. Atas penyerahan dana tersebut harus dibuat Berita Acara Serah Terima / Tanda Terima.
(6) Pihak Kedua wajib menyebarluaskan SPPB ini melalui papan pengumuman paling sedikit
di tiga tempat umum di desa. Rincian teknisnya akan diatur kemudian dalam Petunjtuk Teknis Operasional PNPM.
Pihak Pertama Pihak Kedua Ketua UPK …………… Ketua ..... TPK Desa ……..…………
(………………………….) (………………………….)
Mengetahui:
PjOK Kepala Desa …………… Kecamatan ………….………
(….………………………….) (…..………………………….) Camat ………………… (………………………………….) Catatan: Pernyataan (3) dan (4) diisi jika desa yang bersangkutan menerima baik pinjaman maupun bantuan lepas. Jika hanya salah satu, coret pernyataan yang tidak perlu.
88
Lampiran SPPB :
1). Proposal / usulan desa dengan RAB & Rekap RAB 2). Jadual pelaksanaan kegiatan / jadual pengembalian kelompok SPP 3). Untuk kegiatan prasarana disertai foto 0 % dari prasarana yang akan dibangun serta
gambar rencana teknis (form 25 beserta lampirannya) yang dinyatakan layak oleh FT dan / FASTEKAB.
Dokumen-dokumen tersebut dibuat rangkap lima : 1).PjOK (tanda tangan asli). 2).Kepala Desa (tanda tangan asli). 3).Unit Pengelola Kegiatan (UPK) (tanda tangan asli). 4).Tim Pengelola Kegiatan Desa, 5).Fasilitator Kecamatan.
Lampiran Surat Perjanjian Pemberian Bantuan (SPPB)
1) Di dalam persyaratan umum ini istilah perjanjian pemberian bantuan adalah mengatur Penanggung jawab Operasional Kegiatan (PjOK) Bantuan PNPM dengan desa melalui TPK.
2) Tugas TPK sebagai pengelola adalah: a) Melaksanakan kegiatan sesuai dengan spesifikasi dan petunjuk teknis yang ada dalam
Pedoman Umum petunjuk Pelaksanaan dan Panduan Teknis Operasional PNPM dengan dibantu oleh Fasilitator Kecamatan di kecamatan dan Konsultan Pembardayaan Masyarakat Desa/Kelurahan (KPM-D/K) di tingkat desa.
b) Menyediakan bahan dan peralatan serta pekerja sesuai dengan petunjuk dalam Petunjuk Teknis Operasional PNPM.
c) Memeriksa dan memastikan bahwa setiap anggota kelompok menerima dana sesuai jumlah yang diperjanjikan dan mencatat dalam buku khusus pengembalian dari kelompok.
d) Mengelola dan menatalaksanakan semua dokumen kegiatan serta melakukan pembukuan sesuai format yang telah ditentukan dalam Petunjuk Teknis Operasional PNPM.
e) Menyusun laporan bulanan tentang kemajuan kegiatan dan keuangannya.
3) Pekerjaan tidak dapat dikontrakkan kepada pihak lain (sub-kontrak).
4) TPK dan semua pelaku PNPM di desa wajib mentaati segala perundang-undangan dan hukum yang berlaku.
5) Force majeure adalah suatu kejadian yang menghambat/merusakkan pekerjaan yang dilakukan yang terjadinya di luar penguasaan TPK. Bilamana force majeure ini terjadi, TPK harus melaporkan hal tersebut kepada PjOK dalam waktu tujuh hari melalui suatu Berita Acara Revisi.
6) Bila terjadi perbedaan pendapat antara TPK dan KPM-D/K atau antara TPK dan Fasilitator Kecamatan, hal ini harus segera dilaporkan kepada Anggota Musyawarah Antar Desa dan Camat. Penyelesaian masalah semacam ini akan diselesaikan berdasarkan Perjanjian dan kenyataan di lapangan.
89
7) TPK dapat diberi sanksi apabila lalai atau tidak mematuhi pasal 2 dan 4 atau tidak mematuhi peringatan yang diberikan oleh UPK. UPK diketahui oleh FK dan PjOK dapat memberikan peringatan tertulis kepada TPK dan melaporkannya kepada Anggota Musyawarah Antar Desa dan Camat. Bila TPK atau pelaku PNPM terkait di desa masih dianggap melanggar/ lalai maka pembayaran kepada desa akan dihentikan sampai akibat kelalaian telah diperbaiki dan diterima oleh UPK diketahui oleh FK dan PjOK dalam surat perjanjian.