BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESAIN …erepo.unud.ac.id/18033/3/1203005172-3-BAB II.pdfkarena hanya...

23
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESAIN INDUSTRI dan DIREKTORAT JENDERAL HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL 2.1 Tinjauan Umum Tentang Hak Desain Industri 2.1.1 Pengertian Desain Industri dan Hak Desain Industri Hak Kekayaan Intelektual (HKI) terdiri dari beberapa bidang, dan antara bidang satu dengan yang lainnya meski memiliki fokusnya masing- masing tetap memiliki hubungan dan kemiripan, kemiripan inilah terkadang yang membuat masyarakat awam kurang memahami adanya perbedaan arti serta fungsi dari masing-masing bidang HKI tersebut. Seperti halnya Hak Cipta yang lebih dikenal oleh masyarakat memiliki kemiripan dengan Desain Industri bahkan tekadang dianggap sama antara keduanya, hal ini membuat masyarakat kurang memahami dan menimbulkan kesalahpahaman dalam mengetahui bahwa Hak Cipta dengan Desain Industri tersebut dua bidang yang berbeda dan memiliki lingkup atau fokus yang beda. Perbandingan antara Hak Cipta dengan Desain Industri, sebagaimana disampaikan oleh NK Supasti D dalam makalah seminar HKI, Denpasar (2003), ialah dimana Hak Cipta obyek perlindungannya lebih kepada suatu karya yang bersifat seni, sedangkan Desain Industri obyeknya karya tentang

Transcript of BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESAIN …erepo.unud.ac.id/18033/3/1203005172-3-BAB II.pdfkarena hanya...

Page 1: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESAIN …erepo.unud.ac.id/18033/3/1203005172-3-BAB II.pdfkarena hanya pendesain saja yang boleh mendapatkan hak tersebut dari Negara. 2.1.2 Pengertian

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG DESAIN INDUSTRI dan

DIREKTORAT JENDERAL HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

2.1 Tinjauan Umum Tentang Hak Desain Industri

2.1.1 Pengertian Desain Industri dan Hak Desain Industri

Hak Kekayaan Intelektual (HKI) terdiri dari beberapa bidang, dan

antara bidang satu dengan yang lainnya meski memiliki fokusnya masing-

masing tetap memiliki hubungan dan kemiripan, kemiripan inilah terkadang

yang membuat masyarakat awam kurang memahami adanya perbedaan arti

serta fungsi dari masing-masing bidang HKI tersebut.

Seperti halnya Hak Cipta yang lebih dikenal oleh masyarakat

memiliki kemiripan dengan Desain Industri bahkan tekadang dianggap

sama antara keduanya, hal ini membuat masyarakat kurang memahami dan

menimbulkan kesalahpahaman dalam mengetahui bahwa Hak Cipta dengan

Desain Industri tersebut dua bidang yang berbeda dan memiliki lingkup atau

fokus yang beda.

Perbandingan antara Hak Cipta dengan Desain Industri, sebagaimana

disampaikan oleh NK Supasti D dalam makalah seminar HKI, Denpasar

(2003), ialah dimana Hak Cipta obyek perlindungannya lebih kepada suatu

karya yang bersifat seni, sedangkan Desain Industri obyeknya karya tentang

Page 2: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESAIN …erepo.unud.ac.id/18033/3/1203005172-3-BAB II.pdfkarena hanya pendesain saja yang boleh mendapatkan hak tersebut dari Negara. 2.1.2 Pengertian

bentuk, bentuk tersebut memiliki nilai estetika yang kemudian dibuat untuk

menghasilkan komoditas industri ( mass product ).1

Selain itu keduanya memiliki perbedaan dimana Desain Industri

mendapatkan perlindungan dengan pihak pendesain mengajukan

permohonan pendaftaran disertai dengan proses pemeriksaannya di

Direktorat Jenderal HKI, sedangkan Hak Cipta pendaftarannya tidak

disertai dengan proses pemeriksaan.

Agar lebih memahami mengenai pengertian Desain Industri dalam

Pasal 1 ayat (1) UU Desain Industri tahun 2000” Desain industri ialah suatu

kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau komposisi garis atau warna, atau

garis dan warna, atau gabungan daripadanya yang berbentuk tiga dimensi

atau dua dimensi yang memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan

dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk

menghasilkan suatu produk, barang, komoditas industri, atau kerajinan

tangan”.

Hak Desain Industri dalam Pasal 1 ayat (5) UU Desain Industri tahun

2000, yakni “hak eksklusif yang diberikan oleh negara Republik Indonesia

kepada Pendesain atas hasil kreasinya untuk selama waktu tertentu

melaksanakan sendiri, atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain

untuk melaksanakan hak tersebut”. Secara sederhana dalam pasal ini

menyatakan bahwa hak desain industri dikatakan sebagai hak eksklusif

1 NK Supasti D, dkk, Bahan Ajar Hak Kekayaan Intelektual, Bagian Keperdataan

Fakultas Hukum Universitas Udayana, h.83

Page 3: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESAIN …erepo.unud.ac.id/18033/3/1203005172-3-BAB II.pdfkarena hanya pendesain saja yang boleh mendapatkan hak tersebut dari Negara. 2.1.2 Pengertian

karena hanya pendesain saja yang boleh mendapatkan hak tersebut dari

Negara.

2.1.2 Pengertian Pendesain dan Pemegang Hak Desain Industri

Menurut Pasal 1 ayat (2) UU Desain Industri tahun 2000, yang

disebut dengan Pendesaian adalah seorang atau beberapa orang yang

menghasilkan desain industri.

Selain yang disebutkan dalam Pasal 1 ayat (2) diatas, Pendesain dapat

diartikan bahwa dialah yang membuat kreasi yang berupa desain baru

(bukan jiplakan) sehingga memiliki nilai estetis yang kemudian dapat

diproduksi dan dipergunakan.

Dalam Pasal 6 ayat (1) UU Desain Industri tahun 2000 disebutkan

bahwa ”Yang berhak memperoleh Hak Desain Industri adalah Pendesain

atau yang menerima hak tersebut dari Pendesain”.

Dan dalam Pasal 12 UU Desain Industri tahun 2000 menyebutkan

bahwa “pihak yang untuk pertama kali mengajukan Permohonan dianggap

sebagai pemegang hak Desain Industri, kecuali jika tebukti sebaliknya”.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut maka dapat disimpulkan

bahwa definisi Pendesain ialah seseorang atau beberapa orang yang

menghasilkan desain industri yang baru dan memiliki nilai estetis yang

kemudian dapat diproduksi menjadi sesuatu. Sedangkan Pemegang Hak

Desain Industri ialah seorang atau beberapa orang yang merupakan

pendesain (kecuali diperjanjikan lain antara pendesain dengan pihak lain)

atas suatu desain indutri yang mengajukan permohonan pendaftaran desain

Page 4: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESAIN …erepo.unud.ac.id/18033/3/1203005172-3-BAB II.pdfkarena hanya pendesain saja yang boleh mendapatkan hak tersebut dari Negara. 2.1.2 Pengertian

industri pertama kali kemudian diberikan hak kepemilikan atas desain

indutri tersebut secara sah dengan dikeluarkannya Sertifikat Desain Industri.

2.1.3 Permohonan Pendaftaran Desain Industri

Sistem pendaftaran HKI pada umumnya sebagaimana digunakan

dalam bidang Merek terdiri dari dua sistem, yakni Sistem Deklaratif dan

Sistem Konstitutif. Sistem pendaftaran deklaratif adalah suatu sistem

dimana yang memperoleh perlindungan hukum adalah pemakai pertama

dari merek yang bersangkutan, tetapi menimbulkan ketidakpastian hukum,

sebab pendaftaran suatu merek sewaktu-waktu dapat dibatalkan apabila ada

pihak lain yang dapat membuktikan sebagai pemilik pertama dari merek

yang telah didaftarkan. Sedangkan sistem konstitutif menekankan bahwa

pendaftaran merupakan keharusan agar dapat memperoleh hak atas merek,

sehingga adanya kepastian hukum untuk mengkondisikan siapa sebenarnya

pemilik merek yang paling utama untuk dilindungi, dan juga adanya

kepastian hukum pembuktian, karena didasarkan pada fakta pendaftaran

sebagai alat bukti utama.

Menurut Yahya Harahappenegakan pendaftaran mengandung

konsepsi sistem dualisme, satu segi ditegakkan doktrin pendaftaran

pertamaatau first to file principle, siapa pendaftar pertama dianggap

mempunyai hak yang lebih unggul dan lebih utama dari pemilik merek

lainnya, tetapi berbarengan dengan itu ditegakkan pula doktrin pemakai

pertamaatau prior user (first to use system), apabila dapat membuktikan

bahwa dia pemakai pertama yang sesungguhnya dianggappemilik paling

Page 5: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESAIN …erepo.unud.ac.id/18033/3/1203005172-3-BAB II.pdfkarena hanya pendesain saja yang boleh mendapatkan hak tersebut dari Negara. 2.1.2 Pengertian

unggul haknya jika seseorang dapatmembuktikan sebagai pemakai pertama

sesungguhnya. Penjelasan Umum tersebut memberikan kedudukan yang

utama pada asas prior user has a better right atau pemakai pertama

mempunyai hak yang lebih baik dari pendaftar pertama.2

Desain Industri dalam proses permohonan pendaftaran disertai

dengan serangkaian proses pemeriksaan. Pada dasarnya dalam Undang-

Undang Desain Industri dikemukakan bahwa dalam pemeriksaan

permohonan hak atas desain industri menganut Asas Kebaruan dan

Pengajuan Pendaftaran Pertama. Dengan dianutnya Prinsip Pengajuan

Pendaftaran Pertama (first to file), maka sistem permohonan pendaftaran

Desain Industri termasuk sistem Konstitutif, sebagaimana diatur dalam

Pasal 12 UU Desain Industri tahun 2000. Permohonan pendaftaran desain

industri merupakan langkah untuk memperoleh hak atas desain industri

tersebut yang berupa Sertifikat Desain Industri. Sehinga tidak menimbulkan

kontroversi antara pendaftar pertama dan pemakai pertama Desain Industri

tersebut.

Mengenai proses ataupun persyaratan permohonan pendaftaran

diatur dalam Pasal 11 ayat (1), (2), (3), (4), (5) dan (6) UU Desain Industri

tahun 2000, yang disebutkan sebagai berikut :

2 M. Yahya Harahap, Tinjauan Merek Secara Umum dan Hukum Merek Di Indonesia

Berdasarkan Undang-Undang Merek Nomor 19 tahun 1992, 1996, Citra Adityabakti, Bandung,

h. 335-336

Page 6: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESAIN …erepo.unud.ac.id/18033/3/1203005172-3-BAB II.pdfkarena hanya pendesain saja yang boleh mendapatkan hak tersebut dari Negara. 2.1.2 Pengertian

(1) Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia ke

Direktorat Jenderal dengan membayar biaya sebagaimana diatur dalam

Undang-undang ini.

(2)Permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditandatangani oleh

Pemohon atau Kuasanya.

(3) Permohonan harus memuat:

a.tanggal, bulan, dan tahun surat Permohonan;

b.nama, alamat lengkap, dan kewarganegaraan Pendesain;

c.nama, alamat lengkap, dan kewarganegaraan Pemohon;

d.nama dan alamat lengkap Kuasa apabila Permohonan diajukan melalui

Kuasa; dan

e.nama negara dan tanggal penerimaan permohonan yang pertama kali,

dalam hal Permohonan diajukan dengan Hak Prioritas.

(4)Permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dilampiri dengan:

a.contoh fisik atau gambar atau foto dan uraian dari Desain Industri yang

dimohonkan pendaftarannya;

b.surat kuasa khusus, dalam hal Permohonan diajukan melalui Kuasa;

c.surat pernyataan bahwa Desain Industri yang dimohonkan pendaftarannya

adalah milik Pemohon atau milik Pendesain.

Page 7: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESAIN …erepo.unud.ac.id/18033/3/1203005172-3-BAB II.pdfkarena hanya pendesain saja yang boleh mendapatkan hak tersebut dari Negara. 2.1.2 Pengertian

(5)Dalam hal Permohonan diajukan secara bersama-sama oleh lebih dari

satu Pemohon, Permohonan tersebut ditandatangani oleh salah satu

Pemohon dengan melampirkan persetujuan tertulis dari para Pemohon lain.

(6)Dalam hal Permohonan diajukan oleh bukan Pendesain, Permohonan

harus disertai pernyataan yang dilengkapi dengan bukti yang cukup bahwa

Pemohon berhak atas Desain Industri yang bersangkutan.

Permohonan juga dapat dilakukan dengan Hak Prioritas yang diatur

dalam Pasal 16 dan Pasal 17 UU Desain Industri tahun 2000. Hak Prioritas

merupakan salah satu prinsip dalam Konvensi Paris. Hak Prioritas adalah

hak Pemohon untuk mengajukan Permohonan Prioritas yang berasal dari

negara yang tergabung dalam Konvensi Paris untuk memperoleh pengakuan

dari negara tujuan (yang juga anggota Konvensi Paris) seolah-olah

pengajuan dilakukan pada tanggal pengajuan yang pertama kali.3

Permohonan dengan Hak Prioritas ini wajib dilengkapi dengan

dokumen prioritas yang disahkan oleh kantor yang menyelenggarakan

pendaftaran Desain Industri beserta terjemahannyadalam bahasa Indonesia

dalam waktu paling lama 3 (tiga) bulan terhitung setelah berakhirnya jangka

waktu pengajuan permohonan dengan hak prioritas.4 Bila terdapat

kekurangan dalam pemenuhan syarat-syarat dan kelengkapan permohonan,

Direktorat Jenderal HKI memberitahukan kepada pemohon atau kuasanya

3 Sudargo Gautama, 2000, Hak Atas Kekayaan Intelektual Peraturan Baru Desain

Industri, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, h.267

4 H. OK. Saidin, Op.cit, h.475

Page 8: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESAIN …erepo.unud.ac.id/18033/3/1203005172-3-BAB II.pdfkarena hanya pendesain saja yang boleh mendapatkan hak tersebut dari Negara. 2.1.2 Pengertian

agar kekurangan tersebut dipenuhi dalam waktu 3 bulan terhitung sejak

tanggal pengiriman surat pemberitahuan kekurangan tersebut.

2.1.4 Lingkup Hak atas Desain Industri

Lingkup hak dalam setiap bidang HKI berbeda-beda sebagaimana

diatur dalam Undang-Undangnya masing-masing. Desain Industri

lingkuphak yang dimaksud sesuai dengan Pasal 9 UU Desain Industri tahun

2000, yakni :

Pasal 9 ayat (1) “Pemegang Hak Desain Industri memiliki hak eksklusif

untuk melaksanakan Hak Desain Industri yang dimilikinya dan untuk

melarang orang lain yang tanpa persetujuannya membuat, memakai,

menjual, mengimpor, mengekspor, dan/atau mengedarkan barang yang

diberi Hak Desain Industri”. Maksud dari pasal 9 ayat (1) ini ialah

pemegang Hak Desain Industri berhak untuk melakukan apapun atas produk

yang diberikan hak, baik membuat, memakai, menjual, atau mengimpornya,

ataupun ingin memberikan hak pada pihak ketiga untuk melakukannya.

Dan Pasal 9 ayat (2) “Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) adalah pemakaian Desain Industri untuk

kepentingan penelitian dan pendidikan sepanjang tidak merugikan

kepentingan yang wajar dari pemegang hak Desain Industri”.

Beberapa perkecualian yang tidak dapat dilindungi Desain Industri. Produk

cetakan seperti, buku, kalender, sertifikat, dan lain-lain bukan merupakan

domain perlindungan desain industri karena meski diproduksi atau dibuat

secara masal, sudah memperoleh perlindungan dibawah hak cipta. Warna

Page 9: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESAIN …erepo.unud.ac.id/18033/3/1203005172-3-BAB II.pdfkarena hanya pendesain saja yang boleh mendapatkan hak tersebut dari Negara. 2.1.2 Pengertian

semata tidak dapat dilindungi oleh desain industri, akan tetapi kombinasi

warna yang diterapkan pada produk dapat dilindungi Desain Industri.5

Dengan dijelaskannya lingkup hak atas desain industri ini

memberikan kepastian apa saja yang termasuk hak serta perlindungan yang

didapat oleh Pendesain dan/atau Pemegang Hak Desain Industri atas desain

industrinya.

2.1.5 Sistem Perlindungan dan Jangka Waktu Perlindungan Hak

Desain Industri

Konsep dasar perlindungan HKI didasari oleh beberapa prinsip,

yakni sebagai berikut :6

Prinsip keadilan ( The Principle of natural justice )

Pencipta sebuah karya, yang membuahkan hasil dari kemampuan

intelektualnya, wajar untuk mendapatkan imbalan. Imbalan tersebut

dapat berupa materi maupun bukan materi seperti adanya rasa aman

karena dilindungi dan diakui hasil karyanya.

Prinsip ekonomi ( The Economic Principle )

Hak milik intelektual merupakan satu bentuk kekayaan bagi

pemiliknya. Dari pemilikan tersebut seseorang akan mendapatkan

keuntungan.

Prinsip kebudayaan ( The Cultural Argument )

5 Rahmi Jened Parinduri Nasution, 2013, Interface Hukum Kekayaan Intelektual dan

Hukum Persaingan (Penyalahgunaan HKI), Rajawali Pers, h.258

6 Sunaryati Hartono, Hukum Ekonomi Pembangunan Indonesia, 1982, Cetakan pertama,

Bina Cipta, Bandung, h.24

Page 10: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESAIN …erepo.unud.ac.id/18033/3/1203005172-3-BAB II.pdfkarena hanya pendesain saja yang boleh mendapatkan hak tersebut dari Negara. 2.1.2 Pengertian

Pengakuan atas karya, karsa, cipta manusia sebagai perwujudan

suasana yang mampu membangkitkan semangat dan minat untuk

mendorong ciptaan atau penemuan baru yang berguna bagi peningkatan

taraf kehidupan, peradaban dan martabat manusia.

Prinsip sosial ( The Social Argument )

Hak apapun yang diberikan oleh hukum kepada seseorang atau

persekutuan atau kesatuan lainnya juga untuk kepentingan seluruh

masyarakat terpenuhi.

Sistem perlindungan HKI disegala bidang pada dasarnya diberikan

setelah pihak melakukan pendaftaran kepemilikan artinya perlindungan

hukum terhadap karya intelektual mensyaratkan adanya kewajiban

melakukan pendaftaran. Akibat hukum, apabila tidak melakukan

pendaftaran penghasil karya intelektual tidak dapat menuntut pihak lain

yang menggunakan karya intelektual tersebut tanpa seijinnya.

Sama seperti sistem perlindungan HKI bidang Desain Industri,

perlindungan atas desain industri dapat dijalankan atau diberikan apabila si

pendesain atau pihak lain (yang diberikan ijin oleh pendesain untuk

mendapatkan hak desain industri) telah mendaftarkan dan permohonan

pendaftaran tersebut diterima oleh Direktorat Jenderal Hak Kekayaan

Intelektual dengan dikeluarkannya Sertifikat Desain Industri.

Dalam Pasal 26 paragraf 2 TRIPs Agreement yang mengatur soal

perlindungan, menyatakan bahwa para peserta dapat mengadakan

pengecualian terhadap perlindungan dari desain industri. Akan tetapi

Page 11: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESAIN …erepo.unud.ac.id/18033/3/1203005172-3-BAB II.pdfkarena hanya pendesain saja yang boleh mendapatkan hak tersebut dari Negara. 2.1.2 Pengertian

pengecualian ini tidak dapat secara kurang wajar (not unreasonably)

bertentangan dengan eksploitasi secara normal dari Desain Industri yang

dilindungi itu.7

Sebagaimana diatur dalam Pasal 5 ayat (1) dan (2) UU Desain

Industri, perlindungan terhadap Hak Desain Industri diberikan untuk jangka

waktu 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak Tanggal Penerimaan. Dan yang

dimaksud tanggal mulai berlakunya jangka waktu perlindungan tersebut

yakni setelah dicatat dalam Daftar Umum Desain Industri dan telah

diumumkan dalam Berita Resmi Desain Industri.

Perlindungan Desain Industri setelah 10 tahun tidak dapat

diperpanjang, kemudian desain industri tersebut akan menjadi milik umum

atau masyarakat (Public Domain). Yang dimana setelah waktu perlindungan

tersebut habis, masyarakat secara umum dapat membuat, menjual atau

menggunakan desain tersebut tanpa perlu meminta izin si pendesain atau

membayar kepada pendesain.

Ketentuan jangka waktu perlindungan 10 tahun dan tidak dapat

diperpanjang dalam UU Desain Industri tahun 2000 sama dengan ketentuan

yang diatur dalam Pasal 26 ayat (3) TRIPs Agreement.

2.1.6 Pelanggaran dan Penyelesaian Sengketa di Bidang Desain

Industri

7 Sudargo Gautama dan Rizawanto Winata, 2004, Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI)

Peraturan Baru Desain Industri, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, h.21

Page 12: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESAIN …erepo.unud.ac.id/18033/3/1203005172-3-BAB II.pdfkarena hanya pendesain saja yang boleh mendapatkan hak tersebut dari Negara. 2.1.2 Pengertian

Suatu tindakan pelanggaran atau penyalahgunaan HKI secara hukum

perdata termasuk penyalahgunaan hak ( abuse of right ) yang dikategorikan

sebagai perbuatan melawan hukum sebagaimana diatur dalam Pasal 1365

KUH Perdata yang menyebutkan,” Tiap perbuatan yang melanggar hukum

dan membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang

menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya untuk mengganti kerugian

tersebut”. Tindakan pelanggaran atau penyalahgunaan HKI yang

melampaui aturan hukum pembatasan dapat mengakibatkan HKInya batal

demi hukum atau dapat dibatalkan.

Tindakan yang dapat dikatakan sebagaipelanggaran atas Desain

Industri, apabila melanggar ketentuan dalam pasal 9 ayat (1) UU Desain

Industri tahun 2000, “Seseorang atau beberapa orang yang tanpa

persetujuan Pendesain dan/atau Pemegang Hak Desain Industri membuat,

memakai, menjual, mengimpor, mengekspor, dan/atau mengedarkan barang

yang diberi Hak Desain Industri tersebut”.

Sengketa dalam Desain Industri bukan hanya dalam hal pelanggaran

yang dilakukan oleh pihak yang tanpa seijin Pendesain dan/atau pemegang

hak desain industri saja, akan tetapi bisa karena ada pihak yang merasa

dirinya yang terlebih dahulu membuat suatu desain akan tetapi ada pihak

lain yang mendaftarkan desain tersebut kepada Direktorat Jenderal Hak

Kekayaan Intelektual, dan ada beberapa jenis sengketa lainnya.

Apabila terjadi hal-hal seperti diatas maka sengketa tersebut harus

diselesaikan, baik secara Litigasi atau Non Litigasi. Secara Litigasi masing-

Page 13: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESAIN …erepo.unud.ac.id/18033/3/1203005172-3-BAB II.pdfkarena hanya pendesain saja yang boleh mendapatkan hak tersebut dari Negara. 2.1.2 Pengertian

masing negara memiliki aturan sesuai dengan hukum nasionalnya dalam

menentukan diselesaikan pada Pengadilan Perdata atau Pengadilan Pidana

tergantung dari hasil jurisdiksi (choice of forum) dan pilihan hukumnya

(choice of law). Dalam penyelesaian di Pengadilan harus dilakukan secara

adil, layak, murah, tidak sulit dan dalam jangka waktu yang layak. Para

pihak memiliki hak untuk didampingi oleh penasihat hukum yang

independen.

Part III Article 42 sampai Article 61 TRIPs mengatur mengenai

penegakkan hukum di bidang HKI.8 Masing-masing pasal tersebut

memberikan penjelasan yang pada dasarnya untuk memberikan penegakan

hukum agar tidak terjadi pelanggaran di bidang HKI dan hal ini sesuai

dengan tujuan utama dari penyelesaian Litigasi, yakni untuk menghentikan

pelanggaran di bidang HKI. Mengenai penyelesaian sengketa tentang

Desain Industri dapat dilakukan secara Litigasi dan Non-Litigasi. Secara

Litigasi, proses penyelesaian dilakukan secara Pidana di Pengadilan Negeri

atau Perdata di Pengadilan Niaga.

Penyelesaian melalui proses hukum pidana dimulai dari adanya

aduan dari pihak yang merasa dirugikan, kemudian dilakukan penyidikan

oleh pihak penyidikan sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 53 ayat

(1) UU Desain Industri tahun 2000, yang menyatakan bahwa, ”Selain

Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, Penyidik Pejabat

Pegawai Negeri Sipil di lingkungan departemen yang lingkup tugas dan

8Rahmi Jened Parinduri Nasution, Op.cit, h.333

Page 14: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESAIN …erepo.unud.ac.id/18033/3/1203005172-3-BAB II.pdfkarena hanya pendesain saja yang boleh mendapatkan hak tersebut dari Negara. 2.1.2 Pengertian

tanggung jawabnya meliputi Hak Kekayaan Intelektual diberi wewenang

khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana untuk melakukan

penyidikan tindak pidana di bidang Desain Industri”.

Kewenangan penyidik dalam penyidikan kasus Desain Industri diatur

dalam Pasal 53 ayat (2), yakni :

a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran pengaduan atau keterangan

berkenaan dengan tindak pidana di bidang Desain Industri;

b. melakukan pemeriksaan terhadap pihak yang diduga telah melakukan

tindak pidana di bidang Desain Industri;

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari para pihak sehubungan

dengan peristiwa tindak pidana di bidang Desain Industri;

d. melakukan pemeriksaan atas pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain

berkenaan dengan tindak pidana di bidang Desain Industri;

e. melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga terdapat barang

bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain;

f. melakukan penyitaan terhadap bahan dan/atau barang hasil pelanggaran

yang dapat dijadikan bukti dalam perkara tindak pidana di bidang

Desain Industri; dan/atau

g. meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan

tindak pidana di bidang Desain Industri.

Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil tetap berkoordinasi dengan

Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia karena tetap harus

Page 15: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESAIN …erepo.unud.ac.id/18033/3/1203005172-3-BAB II.pdfkarena hanya pendesain saja yang boleh mendapatkan hak tersebut dari Negara. 2.1.2 Pengertian

memberitahukan saat dimulainya penyidikan dan melaporkan hasil

penyidikannya kepada Penyidik POLRI, sebagaimana diatur dalam Pasal 53

ayat (3) UU Desain Industri. Pelanggaran pidana terhadap hak desain

industri yang diklasifikasikan sebagai delik aduan memiliki ancaman

hukuman maksimum empat tahun, serta hukuman yang diatur dalam Pasal

54 ayat (1) UU Desain Industri tahun 2000.9

Akan tetapi, sengketa tentang Desain Industri yang diselesaikan

secara Litigasi cenderung melalui Pengadilan Niaga, dan sengketa yang

sering terjadi diawali dengan adanya gugatan dari satu pihak kepada pihak

lain yang dianggap melakukan pelanggaran. Gugatan tersebut biasanya

bertujuan untuk menuntut hak atau untuk membatalkan pendaftaran.

Mengenai pembatalan dengan cara gugatan disebutkan dalam Pasal 38 UU

Desain Industri tahun 2000, yakni:

(1) Gugatan pembatalan pendaftaran Desain Industri dapat diajukan oleh pihak

yang berkepentingan dengan alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2

atau Pasal 4 kepada Pengadilan Niaga.

(2) Putusan Pengadilan Niaga sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tentang

pembatalan pendaftaran Hak Desain Industri disampaikan kepada

Direktorat Jenderal paling lama 14 (empat belas) hari setelah tanggal

putusan diucapkan.

9 Ranti Fauza Mayana, 2004, Perlindungan Desain Industri di Indonesia Dalam Era

Perdagangan Bebas, PT. Grasindo, Jakarta, h.185

Page 16: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESAIN …erepo.unud.ac.id/18033/3/1203005172-3-BAB II.pdfkarena hanya pendesain saja yang boleh mendapatkan hak tersebut dari Negara. 2.1.2 Pengertian

Adapun tata cara mengajukan gugatan diatur dalam Pasal 39, yakni :

(1) Gugatan pembatalan pendaftaran Desain Industri diajukan kepada Ketua

Pengadilan Niaga dalam wilayah hukum tempat tinggal atau domisili

tergugat.

(2) Dalam hal tergugat bertempat tinggal di luar wilayah Indonesia, gugatan

tersebut diajukan kepada Ketua Pengadilan Niaga Jakarta Pusat.

(3) Panitera mendaftarkan gugatan pembatalan pada tanggal gugatan yang

bersangkutan diajukan dan kepada penggugat diberikan tanda terima tertulis

yang ditandatangani panitera dengan tanggal yang sama dengan tanggal

pendaftaran gugatan.

(4) Panitera menyampaikan gugatan pembatalan kepada Ketua Pengadilan Niaga

dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) hari terhitung sejak gugatan

didaftarkan.

(5) Dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari terhitung sejak tanggal gugatan

pembatalan didaftarkan, Pengadilan Niaga mempelajari gugatan dan

menetapkan hari sidang.

(6) Sidang pemeriksaan atas gugatan pembatalan diselenggarakan dalam jangka

waktu paling lama 60 (enam puluh) hari setelah gugatan didaftarkan.

(7)Pemanggilan para pihak dilakukan oleh juru sita paling lama 7 (tujuh) hari

setelah gugatan pembatalan didaftarkan.

Page 17: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESAIN …erepo.unud.ac.id/18033/3/1203005172-3-BAB II.pdfkarena hanya pendesain saja yang boleh mendapatkan hak tersebut dari Negara. 2.1.2 Pengertian

(8) Putusan atas gugatan pembatalan harus diucapkan paling lama 90 (sembilan

puluh) hari setelah gugatan didaftarkan dan dapat diperpanjang paling lama

30 (tiga puluh) hari atas persetujuan Ketua Mahkamah Agung.

(9) Putusan atas gugatan pembatalan sebagaimana dimaksud dalam ayat (8) yang

memuat secara lengkap pertimbangan hukum yang mendasari putusan

tersebut harus diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum dan dapat

dijalankan terlebih dahulu, meskipun terhadap putusan tersebut diajukan

suatu upaya hukum.

(10)Salinan putusan Pengadilan Niaga sebagaimana dimaksud dalam ayat (9)

wajib disampaikan oleh juru sita kepada para pihak paling lama 14 (empat

belas) hari setelah putusan atas gugatan pembatalan diucapkan.

Apabila para pihak merasa tidak puas dengan putusan pada tingkat

pengadilan Niaga, maka pihak yang merasa belum puas atau merasa

keberatan dapat memohon Kasasi agar diberikan putusan seadil-adilnya

oleh Mahkamah Agung, sebagaimana diatur dalam Pasal 40 dan Pasal 41

UU Desain Industri tahun 2000.

Upaya hukum yang dilakukan dalam sengketa Desain Industri hanya

dapat dimohonkan kasasi, ialah karena jangka waktu upaya hukum yang

memakan waktu cukup lama sehingga hal ini dapat menyebabkan proses

upaya hukum akan menghabiskan waktu lebih lama dari waktu

perlindungan desain industri yang disengketa kan, maka sederhananya dapat

dikatakan menghabiskan waktu dengan sia-sia.

Page 18: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESAIN …erepo.unud.ac.id/18033/3/1203005172-3-BAB II.pdfkarena hanya pendesain saja yang boleh mendapatkan hak tersebut dari Negara. 2.1.2 Pengertian

Sedangkan penyelesaian dengan Non-Litigasi dilakukan diluar

peradilan, penyelesaian ini dipilih apabila para pihak ingin mendapatkan

solusi dan penyelesaian tanpa memperbesar permasalahan atau sengketa

serta menghindari permasalahan hukum yang dapat timbul. Penyelesaian

Non-Litigasi terdiri dari tiga bentuk, yakni :

a. Negosiasi : Dalam Negosiasi para pihak yang bersengketa melakukan

kompromi atau tawar menawar demi didapatkannya kesepakatan yang adil

bagi para pihak;

b. Mediasi : Pada prinsipnya sama dengan Negosiasi, akan tetapi dalam

penyelesaian Mediasi terdapat pihak ketiga diantara kedua pihak yang

bersengketa, pihak ketiga tersebut sebagai penengah (mediator) yang

bersifat netral dan memiliki fungsi untuk memberikan saran-saran yang

objektif, akan tetapi perlu diketahui bahwa bukan pihak ketiga yang

menentukannya keputusan dari mediasi tersebut.

c. Arbitrase : Bentuk peradilan yang diselenggarakan oleh dan

berdasarkan kehendak serta itikad baik dari pihak-pihak yang berselisih agar

perselisihan mereka diselesaikan oleh hakim (arbiter) yang mereka tunjuk

dan keputusan yang diambil oleh hakim (arbiter) merupakan putusan yang

bersifat final dan mengikat kedua pihak.10 Dalam penyelesaian arbitrase,

yang dikatakan hakim dan berwenang untuk memeriksa perkara ialah

10 Gunawan Widjaja & Ahmad Yani, 2000, Hukum Arbitrase, PT. Raja Grafindo

Persada, Jakarta, h.16

Page 19: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESAIN …erepo.unud.ac.id/18033/3/1203005172-3-BAB II.pdfkarena hanya pendesain saja yang boleh mendapatkan hak tersebut dari Negara. 2.1.2 Pengertian

Arbiter. Dan untuk masuk dalam proses penyelesaian arbitrase pihak yang

bersengketa harus membuat klausula arbitrase.

Apapun pilihan penyelesaian yang dilakukan oleh para pihak yang

bersengketa harus tetap mengikuti aturan hukum dari masing-masing

bidang HKI dan hukum negara yang berlaku. Demi mengurangi dan

mencegah sengketa dibidang HKI.

2.1.7 Pengaturan Nasional dan Internasional tentang Desain Industri

Awal mula atau tonggak sejarah pengaturan di bidang HKI dengan

diadakannya Konfrensi Diplomatik tahun 1883 di Paris yang menghasilkan

perjanjian internasional mengenai Perlindungan Hak Milik Perindustrian

(Paris Convention for The Protection on Industrial Property-Paris

Convention). Yang disusul oleh beberapa perundingan-perundingan terkait

HKI yang menghasilkan perlindungan bagi HKI.

Dalam bidang Desain Industri sama dengan bidang Hak Kekayaan

Intelektual lainnya yang dilindungi dan diatur dalam peraturan dalam

negeri dan internasional. Adapun peraturan yang mengatur tentang Desain

industri secara Internasional , yakni :

a. The Paris Convention for the Protection of Industrial Property of

1883:Konvensi Paris merupakan konvensi yang mengatur perlindungan

terhadap hak milik perindustrian ( Paten, Merek, Desain Industri).

Konvensi ini mulai berlaku pada tanggal 20 Mret 1883, namun

Page 20: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESAIN …erepo.unud.ac.id/18033/3/1203005172-3-BAB II.pdfkarena hanya pendesain saja yang boleh mendapatkan hak tersebut dari Negara. 2.1.2 Pengertian

mengalami beberapa kali revisi dan akhirnya diamandemen tanggal 2

Oktober 1979.

b. The Haque Agreement Concerning the International Deposit of

Industrial Designs of 1925 : Konvensi ini berlaku secara terbuka untuk

seluruh negara-negara anggota Konvensi Paris, dan konvensi ini telah

ada sejak 6 November 1925.

c. The Locarno Agreement Establishing an International Classification

for Industrial Designs of 1968 : merupakan konvensi bidang desain

yang berlaku sejak 27 April 1971.

d. TRIPs Agreement under the World Trade Organization Agreement11 :

merupakan perjanjian multilateral yang utama berkaitan tentang hak

kekayaan intelektual, dan mulai berlaku pada 1 Januari 1995.

Pada akhir tahun 2000, disahkan tiga Undang-Undang baru di

bidang Kekayaan Intelektual yakni ialah yaitu UU No. 30 tahun 2000

tentang Rahasia Dagang, UU No. 31 tahun 2000 tentang Desain Industri

(UU Desain Industri tahun 2000) dan UU No 32 Tahun 2000 tentang Desain

Tata Letak Sirkuit Terpadu. Undang-Undang No.31 Tahun 2000 inilah yang

menjadi peraturan Nasional mengenai Desain Industri di Indonesia. Selain

itu juga terdapat Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 1 tahun

2005 tentang Pelaksanaan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 31

Tahun 2000 tentang Desain Industri

11H. OK. Saidin, Op. Cit., h.470

Page 21: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESAIN …erepo.unud.ac.id/18033/3/1203005172-3-BAB II.pdfkarena hanya pendesain saja yang boleh mendapatkan hak tersebut dari Negara. 2.1.2 Pengertian

2.2 Tinjauan Umum Tentang DIREKTORAT JENDERAL HAK

KEKAYAAN INTELEKTUAL (DIRJEN HKI)

Tahun 1986 dapat disebut sebagai awal era modern sistem HKI di tanah air.

Pada tanggal 23 Juli 1986 Presiden RI membentuk sebuah tim khusus di bidang

HKI melalui Keputusan No. 34/1986 (Tim ini lebih dikenal dengan sebutan Tim

Keppres 34). Setelah melakukan beberapa perubahan-perubahan dalam bidang

HKI, akhirnya pada tahun 1988 berdasarkan Keputusan Presiden No. 32 di tetapkan

pembentukan Direktorat Jendral Hak Cipta, Paten dan Merek (DJ HCPM) untuk

mengambil alih fungsi dan tugas Direktorat Paten dan Hak Cipta yang merupakan

salah satu unit eselon II di lingkungan Direktorat Jendral Hukum dan Perundang-

undangan, Departemen Kehakiman.12

Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual merupakan sebuah unsur

pelaksana Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia yang mempunyai

tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang kekayaan

intelektual sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.13

Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 ayat (7) UU Desain Industri, DitJen

HKI merupakan Direktorat Jenderal yang dipimpin oleh Menteri. Dalam UU

Desain Industri disampaikan bahwa permohonan pendaftaran diajukan kepada

DitJen HKI, segala proses hingga dikeluarkannya Sertifikat Desain Industri

dilakukan oleh DitJen HKI. DitJen HKI memiliki kewenangan untuk proses

pendaftaran kepemilikan Hak Desain Industri serta nantinya bertanggung jawab

12www.dgip.go.id, diakses pada Februari 2016

13id.m.wikipedia.org , diakses pada Februari 2016

Page 22: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESAIN …erepo.unud.ac.id/18033/3/1203005172-3-BAB II.pdfkarena hanya pendesain saja yang boleh mendapatkan hak tersebut dari Negara. 2.1.2 Pengertian

atas Pendesain dan/atau Pemegang Hak Desain Industri beserta Desain Industri

yang telah terdaftar serta memiliki Sertifikat Desain Industri.

Berikut bagian-bagian dari Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual

yang disebutkan oleh bagan dibawah ini :

Berdasarkan hasil wawancara dengan I Nyoman Darmadha, SH.,MH pada

tanggal 1 Maret 2016, pada prinsipnya menyampaikan apabila pemohon yang

mengajukan permohonan hak kekayaan intelektual berdomisili atau bertempat

tinggal jauh diluar wilayah Jakarta (kedudukan dari Direktorat Jenderal Hak

Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan HAM RI) dapat mengajukan

permohonanya kepada Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM yang

berkedudukan di ibukota provinsi.

Pernyataan tersebut sesuai dengan Keputusan Direktorat Jenderal Hak

Kekayaan Intelektual Nomor : H-01.PR.07.06 Tahun 2004 tentang Petunjuk

Pelaksanaan Penerimaan Permohonan Hak Kekayaan Intelektual Melalui Kantor

Page 23: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESAIN …erepo.unud.ac.id/18033/3/1203005172-3-BAB II.pdfkarena hanya pendesain saja yang boleh mendapatkan hak tersebut dari Negara. 2.1.2 Pengertian

Wilayah Departemen Kehakiman Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia,

dalam al 1 menyatakan bahwa “ Permohonan Hak Kekayaan Intelektual melalui

Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku

dengan Petunjuk Pelaksanaan Penerimaan Permohonan Hak Kekayaan Intelektual

sebagaimana terlampir dalam keputusan ini”. Kemudan diperjelas dalam Pasal 2

yang menyatakan bahwa ,” Petunjuk pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 1 adalah sebagai pedoman untuk memudahkan pelaksanaan penerimaaan

permohonan hak kekayaan intelektual pada Kantor Wilayah Departemen

Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Putusan dari DitJen HKI

tersebut telah resmi dilaksanakan sejak tanggal 23 April 2004.