pdf_1110347705

6

Click here to load reader

Transcript of pdf_1110347705

Page 1: pdf_1110347705

Lampiran Kronologis Penanganan Kasus

Limbah Impor dari Singapore ke Pulau Galang Baru Oleh PT. APEL Indonesia

1 29 Jul 2004 Diduga masuknya limbah yang diklaim sebagai bahan organik/ media

tanam dari Singapura ke Pulau Galang Baru. Limbah ini masuk setelah mendapat rekomendasi dari Disperindag Pemko Batam dan Bea Cukai Batam). Modus pemasukan limbah tersebut secara sembunyi-sembunyi terbukti dilakukan pada malam hari dan di pelabuhan tidak resmi. Kecurigaan bertambah karena penanganan di lokasi yang mirip upaya pembuangan limbah, terbukti pihak importer telah menggali tanah untuk sebagai tempat penimbunan.

2 16 Aug 2004 Bapedal Kota Batam menerima pengaduan dan langsung peninjau ke lapangan. Hasil peninjauan adalah sebagai berikut: - terdapat tumpukan limbah material organik (1,149,400 kg) sesuai PIB

yang berada di 2 tempat yaitu disekitar Pelabuhan Hashim (Jembatan 6) dan di seberang jalan dermaga (lokasi timbunan).

- PT APEL merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pertanian, perkebunan dan perikanan.

3 18 Aug 2004 Kepala Bapedal meminta Importir (PT. Asia Pacific Eco Lestari) untuk menghentikan sementara kegiatan PT. APEL di Galang Baru setelah melakukan penelitian lapangan, dan pada tanggal 24 Agustus 2004, Kepala Bapedalda Kota Batam melaporkan kronologis kejadiannya ke KLH.

4 21 Aug 2004 PT APEL dan Pemko Batam melakukan kunjungan ke Singapura dimana limbah tersebut diolah. Hasil peninjauan tersbut adalah: - material organik berasal dari daun-daun dan ranting yang dihancurkan

serta dicampur dengan bahan mineral yang berasal dari Taiwan (lapisan pertama)

- ranting-ranting tersebut diolah menjadi lebih halus (lapisan kedua) - pada saat kunjungan, PT APEL tidak menunjukkan bahan mineral yang

disebutkan berasal dari Taiwan - sampel bahan mineral yang berasal dari Taiwan tersebut dikirim ke

Batam pada tanggal 23 Agustus 2004, dimana secara kasat mata berbeda dengan bahan mineral organik di lokasi penimbunan

5 30 Aug 2004 Kepala Bapedalda Kota Batam membuat surat yang diantar sendiri ke KLH pada tanggal 1 September 2004 yang meminta petunjuk dan penegasan tentang langkah tindak yang harus dilakukan. Pada surat tersebut terlampir hasil analisa laboratorium terhadap limbah impor tersebut.

Berdasarkan surat Kepala Bapedalda Kota Batam tersebut pada butir 4 di atas maka dibuat surat Deputi IV MENLH kepada Walikota Batam mengenai hasil evaluasi terhadap analisa laboratorium yang disampaikan dan langkah tindak yang diharapkan diambil oleh Walikota Batam.

6 31 Aug–1 Sep 2004 Kunjungan lapangan ke Kota Batam oleh staf Asdep Manufaktur Prasarana dan Jasa (Asdep 1/IV) dan Staf Penegakan Hukum (Asdep 5/IV), laporan hasil kunjungan lapangan (Lampiran III). Hasil peninjauan lapangan tersebut adalah:

Page 2: pdf_1110347705

- tumpukan limbah di Jembatan 6 berupa serbuk hitam ranting pohon yang tercampur dengan serbuk kristal hitam yang diduga berasal dari limbah kegiatan sand blasting

- dokumen pelengkap: surat rekomendasi pemasukan pupuk organik dari Pemkot Batam, PIB dari Dinas Deperindag, dan surat pengeluaran barang dari Bea dan Cukai

- Nomor HS dalam PIB 3105.90.000 - Telah dilakukan penyegelan oleh Bea dan Cukai. Tim peninjau

mengambil sampel material organik untuk dianalisis lebih lanjut. 7 6 Sep 2004

Setelah mendapatkan bukti yang cukup bahwa limbah dimaksud adalah tergolong sebagai limbah B3 dan berasal dari Singapura, maka Deputi IV MENLH mengirimkan surat pemberitahuan kepada NEA Singapura dengan tembusan ke Sekretariat Basel Convention (SBC) yang disertai permintaan waktu untuk dapat melakukan pertemuan untuk membahas penyelesaian masalah ini.

8 7 Sep 2004 NEA Singapura menjawab pertelepon bahwa mereka tidak dapat menerima kunjungan delri pada tanggal 8–9 September dengan alasan kesibukan yang tidak dapat ditinggal.

9 10 Sep 2004 Pertemuan interdep (Deplu, Deperindag, Ditjen Bea Cukai, Dephut, Pemko Batam) sebenarnya untuk membahas Limbah Green List EU dan rencana impor sawn log dari Singapura ke Batam, akan tetapi pada pertemuan ini juga dibahas masalah impor limbah yang diakui sebagai “organik material“ oleh PT. APEL. Mengingat kasus ini, sidang menyepakati untuk menolak rencana impor sawn log (karena kuatir terkontaminansi limbah B3), dan menyetujui kasus PT. APEL diselesaikan secara terkoordinasi (Lampiran VIII).

10 17 Sep 2004

Surat dari NEA Singapura yang meminta informasi tentang eksportir dari Singapura

11 24 Sep 2004

Surat ke NEA Singapore yang menyampaikan data lebih lanjut tentang importir dan pelanggaran yang terjadi, sekaligus meminta untuk bertemu tanggal 1 Oktober 2004.

12 28 Sep 2004

B-5160/Dep.IV-1/LH/01/2005

KLH telah membuat surat kepada NEA Singapura untuk pemberitahuan akan dire-ekspornya limbah B3 tersebut. KLH meminta Dirjen Bea dan Cukai untuk melakukan koordinasi dengan instansi-instansi terkait guna terlaksananya reekspor limbah tersebut ke Singapura.

13 28 Sep 2004

Surat ke NEA Singapore menyampaikan hasil analisa laboratorium terhadap sampel limbah.

14 30 Sep 2004 Surat dari NEA Singapore mengatakan tidak dapat bertemu pada tanggal 1 Oktober 2004 karena mereka meminta waktu untuk melakukan penyelidikan terlebih dahulu. NEA Singapura meminta data lebih lengkap tentang eksportir Singapura, pelanggaran yang terjadi dan hasil laboratorium.

15 1 Okt 2004 Surat menjawab permintaan NEA Singapura yang sekali lagi menyampaikan informasi lengkap eksportir Singapura pelanggaran yang terjadi dan hasil laboratorium.

Page 3: pdf_1110347705

16 1 Okt 2004 Pertemuan interdep (Deplu, Bea Cukai, Deperindag dan Pemko Batam) sepakat untuk menindaklanjuti masalah ini melalui jalur diplomatik.

17 11 Okt 2004 Pertemuan di kantor Walikota Batam yang dipimpin oleh Walikota Batam dan Dihadiri oleh Wakil-wakil dari : Bapedal kota Batam, Ditjen Bea dan Cukai Batam, Kejari Batam, Poltabes Batam, Pengadilan Batam, Departemen Luar Negeri Jakarta, KBRI Singapura dan KLH (Asdep 1/IV dan Asdep 5/IV). Adapun hasil rapat tersebut adalah sebagai berikut: • Oleh karena masih adanya perbedaan pendapat atau kesimpangsiuran

mengenai hasil analisis laboratorium, maka telah disepakati bahwa limbah yang dimpor dari Singapura adalah limbah B3.

• Dalam rangka penanganan dan penyelesaian kasus impor oleh PT. APEL tersebut ada 2 hal yang disepakati yaitu limbah B3 tersebut akan dire-ekspor sesegera mungkin dan upaya penerapan penegakan hukum.

• Agar proses re-ekspor ke Singapura dapat berjalan dan tidak ada masalah dikemudian hari , maka masih diperlukan beberapa data-data tambahan khususnya dokumen-dokumen pengimporan untuk memastikan nama eksportir, alamat eksportir , dan negara asal. Disepakati dokumen-dokumen tersebut dapat terkumpul dalam 2 hari.

• Upaya re-ekspor tersebut juga akan ditempuh melalui jalur Diplomatik oleh DEPLU dan KBRI Singapura, baik dengan upaya kerjasama bilateral maupun multilateral agar berjalan secara komprehensif.

• Dalam rangka penegakan hukum, PPNS KLH dan Mabes serta Poltabes Barelang Batam saat ini sedang melakukan penyidikan.

• Agar upaya re-ekspor dan penegakan hukum berjalan sesuai dengan yang diharapkan, maka semua instansi terkait harus terus berkoordinasi dan satu suara.

18 13 Okt 2004

Surat dari Badan Tenaga Atom Nasional yang menyampaikan hasil test laboratorium yang menunjukkan bahwa limbah impor dari Singapura mengandung bahan radioaktif.

19 18 Okt 2004 Deputi IV MENLH mengirim surat ke SBC menjelaskan masalah ini dan meminta bantuan SBC untuk memfasilitasi penyelesaiannya.

20 20 Okt 2004 Sekretariat Basel Convention mengirimkan surat kepada NEA Singapura yang menyatakan bahwa Indonesia telah memberitahukan sekretariat mengenai mekanisme di Indonesia dan Sekretariat telah mensirkulasikannya ke seluruh negara pihak.

21 21 Okt 2004 Surat Deputi IV MENLH menjawab pertanyaan NEA Singapura pada pertemuan dengan SAM Lingkungan Global sekaligus meminta waktu lagi untuk dapat bertemu pada tanggal 25 Oktober 2004.

22 22 Okt 2004 Pihak NEA Singapura sekali lagi melalui KBRI Singapura menyatakan tidak dapat bertemu dengan Delri.

23 29 Okt 2004 Dilaksanakan pertemuan antara DELRI dengan pihak National

Environment Agency (NEA) Singapura di Singapura, DELRI dipimpin oleh Ibu Liana Bratasida dengan anggota dari perwakilan : Departemen Luar

Negeri, KBRI Singapura, KLH, Bapedal Kota Batam dan Bea Cukai Batam.

Sedangkan NEA Singapura dipimpin oleh Mr. Loh Ah Tuan, dengan hasil

Page 4: pdf_1110347705

sebagai berikut:

1. Sesuai dengan dugaan awal, pihak NEA Singapura tetap mengatakan

bahwa yang diimpor bukan limbah sesuai peraturan di Singapura tetapi material organik yang berupa kompos.

2. Berdasarkan hasil analisa laboratorium, Indonesia mengatakan bahwa material organik yang disebutkan dalam dokumen impor adalah

merupakan limbah B3 yang mengandung logam-logam berat dan

berdasarkan peraturan nasional di Indonesia sebagaimana yang telah disampaikan/dinotifikasi ke Sekretariat Konvensi Basel (SBC) dan

telah disebarkan ke seluruh parties, limbah B3 tersebut melebihi batasan konsentarsi untuk landfill limbah B3 kelas 1 (secure landfill).

3. NEA Singapura menginformasikan bahwa notifikasi dari Indonesia

tertanggal 29 Juli 2004 ke SBC tersebut baru diterima tanggal 27 Agustus 2004 dan impor material organik dari Singapura ke Batam

terjadi pada tanggal 28 Juli 2004. Namun demikian, NEA Singapura akan mempelajari lagi informasi-informasi tambahan yang

disampaikan Indonesia untuk selanjutnya dibahas secara internal dan akan menyampaikan tanggapan ke pemerintah Indonesia dalam

waktu 1 minggu.

4. Pihak Singapura tidak mengakui bahwa kasus kegiatan perpindahan limbah ini merupakan perpindahan lintas batas limbah B3 yang

illegal. 5. Sehubungan dengan belum adanya titik temu dan kejelasan dalam

penyelesaian kasus impor tersebut, maka direncanakan akan diadakan pertemuan lebih lanjut.

24 5 Nov 2004 NEA menyampaikan hasil pertemuan pada tanggal 29 Oktober 2004. Pada surat pengantarnya NEA menyimpulkan secara sepihak bahwa material organik bukanlah limbah B3.

25 29 Nov 2004

Surat dari KLH yang memberikan usulan waktu pertemuan pada tanggal 14 Desember 2004 sebagai tindak lanjut pertemuan tgl 29 Oktober 2004 dan menekannya perlunya pembicaraan mengenai upaya reekspor.

26 6 Des 2004 Surat NEA menjawab surat KLH tanggal 29 Nopember yang menyampaikan usulan tanggal pertemuan pada 11 Januari 2005.

27 30 Des 2004 Pertemuan interdept untuk membahas usulan NEA untuk bertemu pada tanggal 11 Januari 2005. Dari analisis perkembangan yang terjadi dikuatirkan jika pertemuan tidak dibatasi agendanya maka hanya membahas masalah status limbah yang ada, yang pada pertemuan tanggal 29 Oktober 2004 tidak dapat mencapai kata sepakat. Sedangkan masalah upaya pengembalian tidak dibicarakan. Disepakati posisi RI bersedia bertemu dan agenda pembicaraannya adalah upaya pengembalian kembali limbah ke Singapura.

28 5 Jan 2005 Surat KLH menyatakan bahwa pertemuan diusulkan pada tanggal 11 Jan

Page 5: pdf_1110347705

2005 dengan agenda tunggal membicarakan jadwal pelaksanaan re-ekspor limbah B3 dari Batam ke Singapura.

29 6 Jan 2005 Pertemuan interdept di Batam untuk membicarakan kesiapan di lapangan untuk pelaksanaan reekspor sekaligus koordinasi penanganan kasus pidana dengan penyidik POLRI dengan Poltabes Barelang

30 6 Jan 2005 Respon NE: tidak bisa menerima agenda yang diajukan akan tetapi bersedia untuk bertemu membicarakan status limbah berupa ‘material organik’ pada tanggal 11 Jan 2005.

31 10 Jan 2005 Pemanggilan kepada importir untuk meminta importir melakukan reekspor paling lambat akhir Januari 2005. Rapat interdept untuk membahas teknis pengembalian.

32 11 Jan 2005 B-178/Dep.IV-1/LH/01/2005

Surat KLH menyatakan bahwa Indonesia tidak akan menghadiri pertemuan yang diusulkan apabila tidak membicarakan agenda pelaksanaan re-ekspor, serta meminta pihak Singapura untuk mengambil kembali limbah B3 dimaksud paling lambat pada akhir Jan 2005.

33 17 Jan 2005 NEA membalas surat KLH yang pada intinya tidak bersedia menerima pengembalian limbah dan berkelit dengan menyatakan bahwa re-ekspor limbah tersebut dari Batam ke Singapura tidak dapat dilakukan karena tidak relevan dengan peraturan Konvensi Basel.

34 25 Jan 2005 B-344/Dep.IV-1/LH/01/2005 Tgl. 20 Jan 05

Rapat inter departemen untuk membahas respon RI terhadap surat NEA tertanggal 17 Januari 2005 yang berkesimpulan bahwa Singapura berupaya untuk melepas tanggung jawab. Disepakati untuk melakukan upaya pengembalian yang dilakukan dengan cara diplomasi bilateral dan mulai mempelajari untuk membawa masalah ini ke Committee Compliance Basel Convention. Juga dibahas pelaksanaan proses teknis pengembalian limbah ke Singapura, terutama jika pihak importir tidak bertanggungjawab.

35 25 Jan 2005

Surat NEA kepada SBC untuk mengadakan pertemuan antara Indonesia-Singapura-SBC di Jenewa antara tanggal 31 Jan-4 Feb 2005

36 28 Jan 2005 B-437/Dep.IV-1/LH/01/2005 Tgl. 27 Jan 05

Rapat inter departemen untuk membahas usulan NEA untuk melakukan pertemuan di Jenewa pada tanggal 31 Januari – 4 Pebruari 2005. Posisi RI tidak dapat menyepakati usulan Singapura karena agenda pembahasan tetap hanya membahas masalah interpretasi peraturan.

37 28 Jan 2005

Surat dari KLH ke SBC yang menyambut baik upaya mediasi SBC akan tetapi keberatan dengan jadual pertemuan yang diusulkan oleh Singapura karena Indonesia beranggapan bahwa SBC sebagai mediator perlu tahu secara pasti limbah yang ada di P Galang. Indonesia mengundang SBC untuk melakukan kunjungan lapangan ke Lokasi Galang sebelum dilakukannya pertemuan di Jenewa. Surat dari KLH ke NEA yang intinya mempertanyakan pendapat Singapur tentang limbah tersebut tanpa pernah melakukan sampling. Surat tersebut juga meluruskan bahwa pada pertemuan tanggal 29 Oktober 2004, tidak tercapai kesepakatan dan Indonesia menyatakan bahwa kasus ini adalah kasus ilegal traffic dimana telah terjadi pemalsuan dokumen.

38 2 Peb 2005 Surat dari NEA Singapur menanggapi surat KLH, yang pada intinya mempermasalahkan tentang tanggal notifikasi informasi Indonesia ke SBC dan tanggal pengiriman limbah.

Page 6: pdf_1110347705

2 Peb 2005 Surat dari SBC menanggapi usulan Indonesia yang pada intinya adalah SBC tidak mempunyai kapasitas untuk melakukan kunjungan lapangan, akan tetapi jika diperlukan dapat dikirim expert atas biaya Indonesia.

39 4 Peb 2005 Surat NEA ke SBC yang pada intinya tetap kasus ini ingin diselesaikan melalui mediasi oleh SBC di Jenewa.

40 12 Peb 2005 Kunjungan MenLH ke Lokasi tempat penimbunan di P Galang Baru. 41 14 Peb 2005 Rapat interdep untuk membahas posisi Indonesia dalam menanggapi

surat-surat dari SBC dan NEA. Rapat tersebut menyimpulkan : 1. Sepakat untuk tetap melakukan 2 pendekatan yaitu upaya diplomasi

dengan mediasi SBC dan upaya pengembalian 2. Mengirim surat ke SBC dengan memetakan persoalan dan

menanyakan kepada SBC apakah SBC mampu dalam menyelesaikan 3. Mencari alternatif pendanaan untuk pengembalian, mendatangkan

ekspert SBC dan dana untuk pertemuan di Jenewa dengan cara meminta pertimbangan dari Menteri Keuangan.