pbl24
-
Upload
febri-anto -
Category
Documents
-
view
219 -
download
1
description
Transcript of pbl24
Abses Payudara pada Wanita 28 Tahun yang Menyusui
Bodi Eko Febrianto
102011166
Mahasiswa Kedokteran Semester VI Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara no 6 Jakarta Barat 11470
14 April 2014
Email : [email protected]
Anamnesis
Anamnesis merupakan wawancara medis yang merupakan tahap awal dari rangkaian
pemeriksaan pasien, baik secara langsung pada pasien atau secara tidak langsung. Tujuan dari
anamnesis adalah mendapatkan informasi menyeluruh dari pasien yang bersangkutan.
Informasi yang dimaksud adalah data medis organobiologis, psikososial, dan lingkungan
pasien, selain itu tujuan yang tidak kalah penting adalah membina hubungan dokter pasien
yang profesional dan optimal. 1
Anamnesis yang dapat ditanyakan adalah bertujuan untuk mencapai diagnosis dan
memisahkan kemungkinan diagnosis banding atas keluhan pasien. Anamnesis yang dapat kita
tanyakan berdasarkan standar pola anamnesis adalah sebagai berikut :
Idenditas Pasien
Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku, agama, status perkawinan,
pekerjaan, dan alamat rumah. Data ini sangat penting karena data tersebut sering berkaiatan
dengan masalah klinik maupun gangguang sistem organ tertentu. 1
Keluhan Utama
1
Keluhan utama adalah kuluhan terpenting yang membawa pasien minta pertolongan
dokter atau petugas kesehatan lainnya. Keluhan utama biasanya diteliskan secara singkat
berserta lamanya, seperti menuliskan judul berita utama surat kabar. 1
Riwayat Penyakit Sekarang
Untuk riwayat penyakit sekarang berikanlah penekanan pada beberapa rincian penting
selama anamnesis. Pusatkanlah perhatian pada sejumlah kecil ciri-ciri fisik yang akan
membantu memahami sifat dasar penyakit. Salah satu dari empat keluhan utama ini biasanya
mendorong pasien untuk mencari pengobatan : nyeri, disfungsi kulit, lesi asimptommatik,
atau perubahan dari keadaan normal. Tanyakan juga dengan riwayat perkembangan penyakit
mulai dari mengalami keluhan hingga pada hari mendatangi dokter dan riwayat keluhan
tambahan yang mungkin akan mendukung diagnosis. 1
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit yang pernah diderita dapat juga ditanyakan dikarenakan untuk
mengetahui faktor resiko yang dapat menjadi faktor dari keluhan utama saat ini, dan juga hal
yang mungkin memperberat keluhan untuk saat kedepan. Riwyat penyakit dahulu juga
ditanyakan agar mengetahui apakah keluhan tersebut merupakan keluhan kambuhan/rekuren
yang bisa diduga sebagai penyakit kronis. 1
Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga ditanyakan bertujuan untuk mengetahui adanya kemungkinan faktor
resiko yang diturunkan dari penyakit yang dialami oleh anggota keluarga. Keluhan yang
sama juga dapat ditanyakan apakah terdapat pada keluarga dan juga lingkungan sekitar
seperti tempat kerja, rumah dan tempat kegiatan sehari-hari bertujuan menentukan keluhan
tersebut merupakan suatu penyakit yang dapat ditularkan atau juga endemis. 1
Riwayat Melahirkan dan Menyusui
2
Berdasarkan kasus yaitu diduga terjadinya abses pada payudara maka diapat
ditanyakan beberapa hal mengenai riwayat melahirkan seperti adakah mengalami penyakit
infeksi saat mengandung atau setelah melahirkan. Dan pertanyaan yang penting ialah
mengenai pola menyusui anak seperti apakah bergantian pada payudara kiri dan kanan atau
hanya pada satu payudara. Apakah kebersihan payudara dijaga agar tetap bersih dan
sebagainya. 1
Pola Hidup dan Kebersihan
Berhubungan dengan pola hidup dan sanitasi kebersihan pasien sehari-hari. Seperti pola
makan, mandi, dan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh pasien. 1
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan dengan tujuan menentukan dan melihat
kelainan pada tubuh baik secara menyeluruh ataupun menetap pada satu daerah fokus tertentu
menjadi keluhan pasien. Hal yang dicari pada pemeriksaan fisik ialah untuk menemukan ada
tidaknya benjolan, tanda peradangan, bekas luka, rasa nyeri dan hal lain yang tidak
ditemukan pada tubuh normal. Pada kasus pemeriksaan fisik yang tentunya dapat dilakukan
adalah sebagai berikut :2-4
Tanda-tanda vital
Pemeriksaan terhadap tanda vital tubuh seperti suhu, frekuensi nadi, tekanan darah,
frekuensi nafas. Pada abses payudara yang biasanya terjadi adalah peningkatan suhu
tubuh yang dikarenakan peradangan. Untuk parameter lainnya akan terjadi perubahan
tergantung pada parah atau tidaknya keadaan pasien.
Pemeriksaan pada thorak
Pada pemeriksaan thorak pasien akan mencangkup inspeksi dan palpasi. Pada
inspeksi dan palpasi terdapat beberapa hal utama yang harus ditemukan pada thorak
3
anterior terutama payudara ialah melihat ada tidaknya perubahan bentuk pada payudara,
perubahan warna kulit, lekukan atau cekungan payudara, benjolan, retraksi papila, ulkus,
nyeri, tanda-tanda peradangan dan sebagainya. Pada axila dapat di inspeksi dan palpasi
jika terdapat pembesaran kelenjar getah bening.
Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang mungkin dapat dilakukan untuk mendapatkan diagnosis
adalaha sebagai berikut :2-4
Mamografi
Mammografi adalah proses pemeriksaan radiologis terhadap payudara manusia
menggunakan sinar-X dosis rendah (umumnya berkisar 0,7 mSv). Mammografi
digunakan untuk melihat beberapa tipe tumor dan kista, dan telah terbukti dapat
mengurangi mortalitas akibat kanker payudara. Mamografi dilakukan berdasarkan
beberapa indikasi yaitu pada wanita yang memiliki faktor resiko besar dan jika terana
benjolan pada payudara terutama dengan adanya pembesaran kalenjar getah bening
disekitarnya.
Pemeriksaan Darah Rutin
Pemeriksaan darah rutin yaitu menghitung kadar sel-sel darah seperti eritrosit,
leukosit dan trombosit. Pemeriksaan darah rutin bertujuan melihat adakah infeksi atau
pun juga pendarahan yang terjadi dengan meningkatnya atau menurunnya kadar sel darah
tersebut.
USG Mamae
4
Pemeriksaan USG menggunakan gelombang suara dengan frekuensi 1-10 MHz.
Pilihan frekuensi menentukan resolusi gambar dan penembusan ke dalam tubuh pasien.
Teknik ini digunakan untuk mencitrakan organ internal dan otot, ukuran serta strukturnya.
Secara umum kegunaan USG adalah membantu menegakkan diagnosis dalam berbagai
kelainan organ tubuh. Pemeriksaan USG adalah pemeriksaan terbaik untuk melihat
adanya cairan pada jaringan tubuh dan salah satunya ialah pada abses payudara.
Aspirasi Abses dan Kultur
Aspirasi abses dapat dilakukan jika diyakini bahwa jaringan tubuh mengandung
cairan atau pus pada pemeriksaan sebelumnya seperti pada USG ataupun gambaran
fluktuasi pada bagian tubuh saat palpasi. Aspirasi bertujuan agar pus ataupun cairan pada
jaringan yang merupakan kontaminan dikeluarkan dari jaringan tubuh. Selain itu aspirasi
sebagai penentuan diagnosis dan juga sebagai treatment dimana cairan aspirasi dapat
dilakukan kultur mengetahui bakteri penyebab dan menentukan pengobatan selanjutnya.
Diagnosis Kerja2-4
Diagnosis kerja yang dapat diambil yaitu abses payudara. Breast abscess atau Abses
payudara adalah akumulasi nanah pada jaringan payudara. Hal ini biasanya disebabkan oleh
infeksi pada payudara. Cedera dan infeksi pada payudara dapat menghasilkan gejala yang
sama dengan di bagian tubuh lainnya, kecuali pada payudara, infeksi cenderung memusat dan
menghasilkan abses kecil. Hal ini dapat menyerupai kista.
Abses dikulit atau dibawah kulit sangat mudah dikenali, sedangkan abses dalam
seringkali sulit ditemukan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan
fisik. Jika tidak sedang menyusui diduga duktus ektasia, bisa ditemukan mammografi atau
biopsy payudara. Pada penderita abses biasanya pemeriksaan darah menunjukkan
5
peningkatan jumlahsel darah putih. Untuk menentukan ukuran dari lokasi abses dalam, bisa
dilakukan pemeriksaan roentgen, USG atau CT scan.
Diagnosis Banding3
Mastitis
Wanita pada masa laktasi rentan terhadap infeksi payudara pada dua tahap
1. Selama bulan pertama menyusui terutama pada kehamilan pertama, karena kurangnya
pengalaman, fisura pada puting, dan tidak higienis. 85% infeksi payudara selama
laktasi terjadi pada bulan pertama setelah melahirkan.
2. Setelah sekitar 6 bulan, gigi bayi dapat meningkatkan kemungkinan trauma pada
puting.
Nyeri pada payudara merupakan gejala utama mastitis. Gejala umum lainnya adalah
demam tinggi (38,5°C) disertai dengan gejala mirip flu seperti malaise, lethargy, myalgia,
berkeringat, sakit kepala, kadang-kadang mual dan muntah, serta kekakuan.
Pemeriksaan klinis payudara harus fokus pada mencari tanda-tanda inflamasi seperti
eritema, nyeri lokal, panas, dan pembengkakan, serta adanya tanda-tanda trauma pada puting.
Pemeriksaan tanda vital seperti suhu, nadi, dan tekanan darah penting untuk mengeksklusi
sepsis yang membutuhkan perawatan di rumah sakit
Etiologi4
Abses payudara terjadi dikarenakan buruknya penanganan terhadap suatu kejadian
mastitis akut. Mastitis akut dapat terjadi dikarenakan infeksi ataupun bukan infeksi. Infeksi
pada payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang umum ditemukan pada kulit normal
(staphylococcus aureus).Infeksi terjadi khususnya pada saat ibu menyusui. Bakteri masuk ke
tubuh melalui kulit yang rusak, biasanya pada puting susu yang rusak pada masa awal
menyusui. Area yang terinfeksi akan terisi dengan nanah.
6
Infeksi pada payudara tidak berhubungan dengan menyusui harus dibedakan dengan
kanker payudara. Pada kasus yang langka, wanita muda sampai usia pertengahan yang tidak
menyusui mengalami subareolar abscesses yang disebabkan mastitis periductal (terjadi
dibawah areola, area gelap sekitar puting susu). Kondisi ini sebenarnya sering terjadi pada
wanita dengan faktor resiko sebagai berikut:
1. Diabetes mellitus
2. Perokok berat
3. Tindik di bagian puting
4. Infeksi setelah melahirkan
5. Anemia
6. Penggunaan obat steroid
7. Rendahnya sistem imun
8. Penanaman silicon
Epidemiologi4
Prevalensi global mastitis pada wanita menyusui adalah sekitar 1% sampai 10%,
tetapi mungkin lebih tinggi. Duct ectasia (mastitis peri-duktus atau saluran melebar
berhubungan dengan peradangan) terjadi pada 5% sampai 9% dari wanita non-menyusui.
Pengembangan menjadi abses payudara berkisar 3% sampai 11% dari wanita dengan mastitis
yang kejadian yang dilaporkan sebesar 0,1% menjadi 3% pada wanita menyusui. TBC
mastitis jarang, bahkan dalam TB-negara endemik, dengan kejadian yang dilaporkan antara
0,1% dan 3%.
Patofisiologi2-4
7
Adapun patogenesis dari abses payudara pada pasien yang menyusui adalah luka atau
lesi pada puting.Pada umumnya yang dianggap porte d’entrée dari kuman penyebab ialah
putting susu yang luka atau lecet, dan kuman per kontinuitatum menjalar ke duktulus-
duktulus dan sinus. Sebagian besar yang ditemukan pada pembiakan pus ialah stafilokokus
aureus.
Mastitis terjadi akibat invasi jaringan payudara seperti glandular, jaringan ikat, areolar, lemak
oleh organisme infeksius atau adanya cidera payudara. Organisme yang umum termasuk S.
aureus, streptococci, dan H. parainfluenzae. Bakteri dapat bersal dari beberapa sumber :
1. Tangan ibu
2. Tangan orang yang merawat ibu atau bayi
3. Bayi
4. Darah sirkulasi
Infeksi dan akumulasi bakteri mengakibatkan statis ASI atau penyumbatan terhadap
saluran ASI sehingga terjadi penumpukan ASI. Penyumbatan duktus dimana bakteri tumbuh
dengan baik akan mengakibatkan peradangan dan bakteri akan menghasilkan pus atau abses.
Dalam penyakit duct ectasia yaitu terjadi pelebaran dan pemendekan duktus payudara
melibatkan metaplasia skuamosa saluran laktiferus. Hal ini menyebabkan
penyumbatan/mastopathy obstruktif dengan peradangan peri-duktal. saluran yang mengalami
peradangan rentan terhadap infeksi bakteri. Jika tidak diobati, mastitis dapat menyebabkan
kerusakan jaringan yang mengakibatkan abses.
Abses laktasi cenderung berada pada perifer payudara yang bisa hanya setempat
ataupun meluas hingga hampir mencapai seluruh payudara. Abses tidak berhubungan dengan
menyusui lebih sering di sub areolar sub-areolar. Abses juga dapat terjadi tanpa mastitis
sebelumnya jelas. Pecahnya abses dapat menyebabkan sinus pengeringan dengan fistula yang
dihasilkan.
8
Gejala Klinis
Gejala dan tanda yang sering ditimbulkan oleh abses payudara diantaranya :2-4
Teraba massa, suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak sebagai
suatu benjolan. Jika abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan lebih putih karena kulit
diatasnya menipis.
Tanda-tanda peradangan/inflamasi.
Area akan terlihat kemerahan mengkilat, agak keras, dan muncul indurasi pada
payudara.
Gejala sistematik berupa demam tinggi, menggigil, malaise.
Nipple discharge (keluar cairan dari putting susu, bisa mengandung nanah)
Gatal-gatal.
Timbulnya pembesaran kelenjar getah bening pada axilla di daerah dimana payudara
mengalami inflamasi.
Penatalaksanaan
Non-medika mentosa5
Bila abses telah terbentuk, pus harus dikeluarkan. Hal ini dapat dilakukan dengan
cara insisi atau penyaliran, yang biasanya membutuhkan anastesi umum. Insisi dilakukan
dengan insisi radial dari batas putting ke lateral untuk menghindari cedera pada duktus.
Beberapa fase insisi pada abses payudara ialah sebagai berikut :
9
1. Pemberian pembiusan lokal, tetapi pada keadaan tertentu dimana abses
terletak deep dan multipel (mastitis Tuberculosa dengan abscess formation),
maka dikerjakan dengan pembiusan umum.
2. Desinfeksi payudara dengan povidone iodine atau chlorhexidine kemudian
mempersempit lapangan operasi dengan doek steril
3. Dilakukan insisi (sesuai garis langer) kemudian diperdalam sampai mencapai
abses. Periksa kultur pus dan test kepekaan. Setelah abses dievakuasi ,
dilakukan biopsi untuk mencari kemungkinan penyakit lain.
4. ‘Dinding’ abses dicuci dengan larutan Nacl 0,9%.
5. Selanjutnya dipasang drain penrose atau handschoen. dicuci dengan larutan
sublimat dan Nacl 0,9%.
6. Luka operasi ditutup situasi atau dibiarkan terbuka.
Tetapi selain dengan insisi juga dapat dilakukan dengan aspirasi, dengan bantuan
ultrasound bila tersedia. Ultrasound berguna sebagai alat diagnosis abses payudara dan
dengan dilakukan secara menyeluruh, aspirasi pus dengan bantuan ultrasound dapat
bersifat kuratif. Hal ini mempunyai efek yang kurang nyeri dan melukai jika
dibandingkan dengan insisi dan penyaliran, dan dapat dilakukan dengan anestesi local,
sering dilakukan pada pasien rawat jalan.
Medika mentosa6
Pengobatan sistemik dengan antibiotic sesuai dengan sensitivitas organisme biasanya
dibutuhkan sebagai tambahan. Namun, antibiotic saja tanpa pengeluaran pus tidak
mempunyai arti. Hal ini disebabkan karena dinding abses melindungi bakteri pathogen
dari pertahanan tubuh dan membuat tidak mungkin untuk mencapai kadar antibiotik yang
efektif dalam jaringan yang terinfeksi.
10
Pemberian pengobatan medika mentosa diberikan dengan beberapa indikasi yang
terjadi pada pasien dan menghindari efek samping yang merugikan terutama pada pasien
yang sedang menyusui baik untuk bayi ataupun ibunya. Pemberian medika mentosa
didasri beberapa indikasi ialah sebagai berikut :
1. Antibiotika bertujuan membunuh bakteri penyebab. Antibiotik yang dapat
diberikan ialah kloksasilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 10 hari,
Eritromisim 250 mg per oral 3 kali sehari selama 10 hari.
2. Paracetamol 500 mg di indikasikan jika pasien masih memiliki demam yang
cukup tinggi.
3. Untuk mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri (misalnya
acetaminophen atau ibuprofen). Kedua obat tersebut aman untuk ibu menyusui
dan bayinya
Hal yang perlu diperhatikan saat penatalaksanaan sedang dilakukan ialah tetap
memberikan ASI pada bayi dikarenakan ASI merupakan sumber makanan penting dalam
tumbuh kembang bayi. Oleh sebab itu beberapa hal yang dapat dilakukan adalah sebagai
berikut :7
Bayi sebaiknya tetap bersama ibu sebelum dan sesudah pembedahan agar pemberian
ASI tetap berjalan lancar.
Bayi dapat terus menyusui dari payudara yang sehat
Saat ibu menjalani pembedahan , bila sekiranya ibu tidak dapat menyusui selama
lebih dari 3 jam, maka bayi sebaiknya diberi makanan lain
Sebagai bagian dari persiapan bedah, ibu dapt memeras ASInya dari payudara yang
sehat, dan diberikan ke bayi dengan menggunakan cangkir saat ibu dalam pengobatan
Segera setelah ibu sadar kembali (bila diberikan anestesi umum) atau segera setelah
pembedahan selesai, ibu dapat menyusui kembali pada payudara yang sehat
11
Segera setealah nyeri pada luka memungkinkan, ibu dapt kembali menyusui dari
payudara yang terkena.
Bila pada mulanya bayi tidak mau mengisap dari payudara yang terkena, penting
untuk memeras ASI sampai bayi mulai mengisap kembali
Bila produksi ASI pada payudara yang terkena berhenti, pengisapan merupakan jalan
yang paling efektif untuk merangsang peningkatan produksi
Untuk sementara waktu, bayi dapat terus menyusu dari payudara yang sehat, hingga
payudara yang terkena pulih kembali.
Komplikasi2-4
Beberapa komplikasi dapat terjadi pada abses payudara jika penanganan terhadap
abses terlambat atau tidak adekuat. Beberapa komplikasi yang apat terjadi adalah sebagai
berikut :
Rekuren abses payudara
Dapat terjadi dengan terapi yang terlambat, terapi singkat, terapi yang tidak sesuai dan
juga tidak adekuat. Mastitis berulang dengan massa menetap setelah terapi mungkin
karena abses payudara atau lesi payudara. Granulomatosa mastitis memiliki tingkat
kekambuhan tinggi. Berhenti merokok juga harus didorong untuk meminimalkan risiko
kekambuhan
Fistula
Pecah abses secara spontan dapat menyebabkan sinus mengering dengan
pembentukan fistula. Sebuah fistula mammae terjadi pada 1% sampai 2% dari
perempuan.
Hipoplasia payudara
12
Dikarenakan terdapatnya jaringan yang rusak akibat pertumbuhan abses yang
berlebihan menyebabkan jaringan tersebut harus dibuang sehingga payudara menjadi
asimetris dan lebih kecil.
Scarring
Rusaknya permukaan payudara akibat benjolan yang ditimbulkan oleh pertumbuhan
abses yang berlebihan dan penanganan yang adekuat melibatkan pembedahan.
Pembedahan akan menginggalkan bekas-bekas scarring pada payudara.
Sepsis
Penyebaran penyakit melalui sistem pembuluh darah dan menyebar menuju organ lain
sehingga dapat menimbulkan infeksi di berbagai tempat.
Pencegahan7
Pencagahan dilakukan merupakan hal yang lebih baik dari pada mengobati. Abses
payudara adalah penyakit yang dapat dicegahi. Pencegahan dapat dilakukan agar
menghindari terjadinya mastitis dan juga abses payudara ialah sebagai berikut :
1. Teknik menyusui yang benar.
2. Kompres payudara dengan air hangat dan air dingin secara bergantian.
3. Perawatan Putting Susu
4. Puting susu dan payudara harus dibersihkan sebelum dan setelah menyusui.
5. Hindari pakaian yang menyebabkan iritasi pada payudara
6. Menyusui secara bergantian payudara kiri dan kanan
7. Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan saluran, kosongkan payudara
dengan cara memompanya
8. Gunakan teknik menyusui yang baik dan benar untuk mencegah robekan/luka pada
puting susu.
13
9. Minum banyak cairan
10. Menjaga kebersihan puting susu
11. Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui.
12. Cepat berobat kepada dokter jika mengalami kelainan pada payudara
Prognosis
Ketika segera diobati dengan tepat, sebagian besar infeksi payudara termasuk abses
akan sembuh tanpa komplikasi serius. Kebanyakan pasien akan memiliki perbaikan terhadap
keluhan mastitis setelah 2 sampai 3 hari terapi antibiotik yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bickley L.S. Anamnesis. Bates’ Guide to physical examination and history taking.
International edition. 10th edition. Lippincott Williams & Wilkins. Wolters Kluwer
Health. 2009.
2. Hillegas KB. Dalam : Prince SA, Wilson LM. Gangguan sistem reproduksi
perempuan. Jakarta: EGC. 2006. h.1301-3
3. Lisa HA, Della AF, Judith L, Helen M. A Descriptive Study of Mastitis in Australian Breastfeeding Women: Incidence and Determinants. BMC Public Health, 2007, 7(62): 1-10.
4. Australian Breastfeeding Association. Breastfeeding dealing with mastitis. 2009.
diakses dari : http://www.betterhealth.vic.gov.au/
5. Sjamsuhidayat R, Jong W. Dinding thorak, pleura dan payudara dalam Buku Ajar
Ilmu Bedah. Jakarta: EGC. 2005
6. Sulistiawan G, Farmakologi dan terapi. Jakarta: Departement Farmakologi dan
Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007
7. Prawirohardjo, Sarwono, Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2010
14