PBL14
-
Upload
theresia-sugiarto -
Category
Documents
-
view
14 -
download
1
description
Transcript of PBL14
Ruptur pada Tendo Achilles yang Terjadi Saat Berolahraga
Andreas Klemens Wienanda
102012110 (E4)
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Terusan Arjuna No. 6, Kebun Jeruk, Jakarta Barat
andreas.klemens @ rocketmail .com
Pendahuluan
Tubuh manusia terdiri dari otot dan tulang. Tulang dibungkus oleh otot
agar dapat bergerak. Selain otot terdapat juga ligamen dan tendo. Pada tungkai
bawah terdapat tendo yang paling kuat, yaitu tendo achilles. Walaupun tendo ini
kuat, tendo ini juga bisa mengalami cedera yang menimbulkan rasa nyeri yang
sangat bagi penderita yaitu Ruptur tendo achilles. Ruptur memiliki arti yaitu putus
atau robek, jadi ruptur tendo achilles adalah putusnya tendo pada bagian tendo
achilles. Ruptur ini bisa disebabkan oleh banyak faktor salah satunya olahraga.
Pada skenario yang saya dapat adalah tentang seorang laki-laki yang
mengalami rasa nyeri di tumit sebelah kanan saat mendarat setelah melompat
tinggi saat bermain bulutangkis. Penulisan makalah ini bertujuan untuk
mengetahui ruptur tendo achilles, faktor yang mempengaruhi, dan hal-hal yang
berhubungan dengan ruptur tendo achilles ini.
Pembahasan
Tungkai Bawah
Tungkai bawah terdiri dari tulang-tulang besar seperti tulang kering (tibia),
tulang betis (fibulla) dan terdapat tulang-tulang kaki (ossa pedis).1
Musculoskeletal 2 1
Tibia merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih medial
dibanding dengan fibula. Di bagian proksimal, tibia memiliki condyle medial dan
lateral di mana keduanya merupakan facies untuk artikulasi dengan condyle
femur. Di daerah distal tibia membentuk artikulasi dengan tulang-tulang tarsal dan
malleolus medial.
Fibula merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih lateral
dibanding dengan tibia. Di bagian proksimal, fibula berartikulasi dengan tibia.
Sedangkan di bagian distal, fibula membentuk malleolus lateral dan facies untuk
artikulasi dengan tulang-tulang tarsal.
Tulang-tulang kaki (ossa pedis) yang terdiri dari tarsal, metatarsal, dan
jari-jari kaki (digiti). Tarsal yang terdiri dari talus, calcaneus, Os naviculare, os
cuboideum, dan tiga Ossa cuneiforme. Metatarsal terdiri dari ossa metarsi, dan jari
kaki (digiti) yang terdiri dari beberapa phalanges.
Di bagian anterior tulang ini terdapat m. Tibialis anterior, m. Extensor
digitorum longum, dan m. Extensor hallucis longus dan pada bagian posterior
terdapat m. Soleus dan m. Gastronemius caput lateral dan medial. Pada bagian
bawah m. Gastronemius terdapat tendon calcaneus atau tendon achilles.1
Tendon
Tendon adalah jaringan fibrosa yang melekat otot ke tulang dalam tubuh
manusia. Pasukan diterapkan pada tendon mungkin lebih dari 5 kali berat badan
manusia. Dalam beberapa kasus yang jarang terjadi, tendon dapat snap atau pecah.
Kondisi yang membuat pecah lebih mungkin termasuk suntikan steroid ke dalam
tendon, penyakit tertentu (seperti gout atau hiperparatiroidisme, dan memiliki
golongan darah O). Meskipun terbilang jarang, robek atau pecah tendon bisa
menjadi masalah serius dan dapat mengakibatkan sakit yang parah dan cacat
permanen jika tidak diobati. Setiap jenis pecah atau robek tendon memiliki tanda-
tanda dan gejala sendiri dan bisa diobati baik operasi atau medis tergantung pada
beratnya pecah.
Fungsi tendon adalah membawa kekuatan tarik tendon dari otot ke tulang,
membawa pasukan kompresi ketika membungkus tulang seperti katrol, menekuk
dan meregangkan semua sendi dan otot untuk menahan tulang. Tanpa tendon,
otot-otot hanya akan menjadi sekumpulan besar di satu bidang dan tidak akan bisa
Musculoskeletal 2 2
bergerak. Tendon yang menghubungkan otot dengan tulang. Ketika otot
gastrocnemius (di betis) kontraksi (lebih pendek), tendon yang melekat dari otot
ke tulang tumit (kalkaneus) bergerak. Memperpendek otot, tendon bergerak
ketitik ke bawah kaki. Ini adalah tindakan yang memungkinkan seseorang untuk
berdiri, berlari, melompat, berjalan normal, dan untuk naik dan turun tangga.2
Tendon mengandung kolagen tipe I, tendon mengandung matriks
proteoglycan, tendon mengandung fibroblast yang tersusun secara paralel.
Tendon bertindak sebagai transduser dari gaya yang dihasilkan oleh
kontraksi otot terhadap tulang. Kolagen merupakan 70% dari berat kering tendon,
sekitar 95% dari kolagen tersebut merupakan kolagen tipe I, dengan jumlah
elastin yang kecil.3
Tendo Achilles
Tendo Achilles adalah tendo pada bagian tungkai bawah. Tendon Achilles
adalah tendon tertebal dan terkuat pada badan manusia. Panjangnya sekitar 15 cm,
dimulai dari pertengahan tungkai bawah. Kemudian strukturnya kian mengumpul
dan melekat pada bagian tengah-belakang tulang calcaneus. Tendon Achilles
berasal gabungan dari tiga otot yaitu gastrocnemius, soleus, dan otot plantaris
kaki. Ia berfungsi untuk melekatkan otot Gastrocnemius dengan otot soleus ke
salah satu tulang penyusun pergelangan kaki, yaitu Calcaneus.3
Gerak sendi:
Fleksi Dorsalis : M. tibialis anterior, M. extensor digitorum longus, M.
proneus tertius dan M. extensor hallucis longus.
Fleksi Plantar : M. gastrocnemius, M. soleus, M. plantaris, M. flexor
hallucis longus, M.peroneus longus dan brevis M. tibialis posterior
Definisi ruptur tendo Achilles
Ruptur adalah putusnya suatu organ atau jaringan. Ruptur tendo Achilles
adalah putusnya tendo Achilles atau cedera yang mempengaruhi bagian bawah
belakang kaki. Dorsofleksi yang tiba-tiba secara pasif pada keadaan kontraksi
yang maksimal total betis, dapat menyebabkan ruptur tendo achilles. Ruptur pada
tendo achilles bisa terjadi secara total (sobek total), ruptur aponeurosis yaitu
Musculoskeletal 2 3
sobeknya bagian m. Gastroknemius dan tendon achilles, dan ruptur tendo parsial
seperti ada celah pada bagian tendon.4
Anamnesis
Anamnesis adalah wawancara antara dokter dengan pasien untuk
mendapatkan infomasi tentang penyakit pasien.
Identitas
Nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat lengkap.
Keluhan Utama
Riwayat penyakit sekarang
Lokasi sakit, dan adanya nyeri saat ditekan dibagian edema pergelangan
kaki bagian belakang.
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit Keluarga
Faktor lingkungan
Setelah informasi yang diatas didapatkan, dokter harus menanyakan
bagaimana mekanisme saat pasien terjatuh / saat mengalami cedera tendo itu,
sehingga dokter tahu betul bagian mana yang harus diperiksa selanjutnya dan
diobati.
Pemeriksaan Fisik
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik untuk daerah tendo Achilles, dokter
harus melakukan pemeriksaan kesadaran pasien tersebut terlebih dahulu dengan
menggunakan glasgow coma scale agar dapat mengetahui tingkat kesadaran
pasien. Setelah itu dokter harus memeriksa keadaan umum pasien, tinggi dan berat
badan. Setelah melakukan itu semua, dokter harus melakukan pemeriksaan tanda
tanda vital yaitu seperti denyut nadi, pernafasan, suhu, tensi dan lainnya.
Disamping memeriksa daerah yang sakit, memperhitungkan berbagai
faktor- faktor yang menyebabkannya seperti keketatan betis, kekakuan tulang
sendi pada pergelangan kaki atau sendi subtalar dan tungkai biomekanik yang
lebih rendah. Menurut Brukner P dan Khan Kperlu adanya pemeriksaaan pada
daerah dimaksud dengan cara pengamatan dan perlakuan.
Musculoskeletal 2 4
Pengamatan seperti berdiri, berjalan dan tengkurap. Gerakan aktif juga
perlu diketahui seperti penegangan/pelenturan (plantarfleksi),
penegangan/pelenturan saraf punggung kaki (dorsifleksi). Gerakan pasif seperti
plantarfleksi dengan tekanan lebih, dorsifleksi, tulang sendi subtalar, peregangan
otot dari gastrocnemius dan soleus. Pengujian secara fungsional contohnya sperti
mengangkat betis, meloncat, dan menjatuhkan tumit secara tiba-tiba.
Palpasi/pijatan tendo Achilles, bursa retrocalacaneal, talus, dan otot betis.
Penilaian secara biomekanik seperti berikut:
a. Pengamatan – tengkurap, amati pembengkakan, penebalan pada tendo otot
betis melemah (mengecil).
b. Gerakan pasif – plantarfleksi, biasanya menyakitkan jika ada kelainan pada
bagian belakang tendo (posterior impingement). Tambahan penekanan dapat
dilakukan.
(a) dan (b)
Gambar 1. Pemeriksaan Pasien Dengan Rasa Sakit Pada Daerah Tendo Achilles
(dikutip dari Brukner, P., dan Khan, K., 1993: 426-427)
c. Gerakan pasif – sendi subtalar (subtalar joint), gerakan tertahan pada sendi
subtalar adalah penyebab potensial dari rasa sakit pada tendo Achilles dan juga
turut mengakibatkan kelainan pada biomekanik.
d. Gerakan pasif – peregangan otot (gastrocnemius) dilakukan dengan berdiri dan
memanfaatkan berat badan sebagai tekanan. Lutut diregangkan dan tumit tetap
di atas permukaan tanah. Kaki tetap di posisi netral dengan tempurung lutut
sejajar dengan tulang telapak kaki. Bandingkan peregangan pada kedua sisi.
Musculoskeletal 2 5
( c) dan (d)
Gambar 2.Pemeriksaan Pasien Dengan Rasa Sakit Pada Daerah Tendo Achilles
(dikutip dari Brukner, P., dan Khan, K., 1993: 426-427)
e. Gerakan pasif – peregangan otot (soleus), dilakukan dengan cara pasien berdiri
tegak dengan lutut dilenturkan. Pastikan kaki dalam posisi normal.
f. Pengujian secara fungsional, dapat digunakan untuk menimbulkan rasa sakit
kembali jika memang dibutuhkan. Pengujian meliputi mengangkat lutut secara
bersamaan ataupun sendiri-sendiri, melompat, menjatuhkan tumit secara tiba-
tiba dan menerjang.
(e) dan (f)
Gambar 3.Pemeriksaan Pasien Dengan Rasa Sakit Pada Daerah Tendo Achilles
(dikutip dari Brukner, P., dan Khan, K., 1993: 426-427)
g. Palpasi (pijatan)– tiarap, pijat tendo dan para tendo selama pergerakan tendo
untuk menentukan bagian mana yang tergabung. Pijat bagian gastrocnemius,
soleus (telapak kaki) dan bursa retrocalcaneal.
h. Tes khusus – tes Thompson untuk putusnya tendo Achilles, tes dilakukan
dengan meremas bagian tengah otot betis. Hasil tes positif jika tidak terjadi
plantarfleksi pada kaki.
Musculoskeletal 2 6
(g) dan (h)
Gambar 4.Pemeriksaan Pasien Dengan Rasa Sakit Pada Daerah Tendo Achilles
(dikutip dari Brukner, P., dan Khan, K., 1993: 426-427):
Robek Sebagian
Robek Total
Gambar 5. Tendo Achilles Robek/Strain (dikutip dari Peterson Lars, dan
Renstrom Per., 1986:332-333)
Musculoskeletal 2 7
Pada pemeriksaan pasien yang mengalami ruptur tendon achilles, dari
pergerakan tumit dan otot. Apabila pergerakannya lemah atau tidak
ada pergerakan maka dicurigai tendo achilles mengalami ruptur dan saat kita
meraba bagian tendo achilles terdapat celah (gap sign), juga bisa melakukan tes-
tes seperti berikut:3
Thompson test : Posisi pasien tengkurap, kemudian betis pasien diremas.
Apabila tendo achilles normal, maka akan terjadi plantar fleksi tendo
Achilles. Namun apabila terjadi ruptur, maka tidak ada pergerakan.
Obrien’s Test : Posisi pasien tengkurap, kemudian pada daerah midline 10 cm
proksimal daricalcaneus masukkan jarum berukuran 25. Lakukan gerak dorso
fleksi secara pasif, apabila gerak jarum seperti plantar fleksi pertanda bahwa
tendo achilles tidak mengalami cedera. Bila jarum tidak bergerak, menandakan
tendo achilles yang mangalami ruptur. Tidak disarankan untuk dilakukan pada
pasien dalam keadaan sadar.
Copeland Test : Posisi pasien tengkurap, kemudian pada betis dipasang
torniket. Pergelangan kaki dilakukan dorsofleksi secara pasif. Apabila tendo
utuh, maka tekanan akan naik sekitar 35-60 mmHg. Namun bila tendo
mengalami ruptur, tekanan hanya naik sedikit atau tidak bergerak sama sekali.
Pemeriksaan Penunjang
A. Foto Rotgen
Foto rotgen ini awalnya untuk memastikan ada tidaknya “Calcaneous
spur”. Pada penderita plantar fascitis dengan calcaneous sering tebal pada
bagian fascianya dua kali darinormal.
Musculoskeletal 2 8
Gambar 6. Achilles Tendon Rupture5
B. MRI ( Magnetic Resonance Imaging )
Magnetic Resonance Imaging (MRI) dapat digunakan untuk membedakan
pecah atau robekan tidak lengkap dari degenerasi tendon Achilles, dan MRI
juga dapat membedakan antara paratenonitis, tendinosis, dan bursitis. Teknik
ini menggunakan medan magnet yang kuatseragam untuk menyelaraskan
jutaan proton berjalan melalui tubuh. Proton ini kemudiandibombardir
dengan gelombang radio yang mengetuk beberapa dari mereka keluar
darikeselarasan.
Ketika proton kembali mereka memancarkan gelombang radio mereka
sendiriyang unik yang dapat dianalisis oleh komputer dalam 3D untuk
membuat gambar yang tajam penampang silang dari area of interest. MRI
dapat memberikan kontras yang tak tertandingidalam jaringan lunak untuk
foto berkualitas sangat tinggi sehingga untuk teknisi untuk menemukan air
mata dan cedera lainnya.6
C. Radiografi
Radiografi dapat juga digunakan untuk mengidentifikasi secara tidak
langsung mengenai tendo Achilles. Radiografi menggunakan sinar-X untuk
menganalisis titik cedera. Hal ini sangat tidak efektif dalam mengidentifikasi
cedera pada jaringan lunak. Sinar-X dibuat ketika elektron energi tinggi
menghantam sumber logam. Gambar sinar-X diperoleh dengan
memanfaatkan karakteristik redaman yang berbeda dari yang padat (misalnya
kalsium dalam tulang) dan kurang padat (otot misalnya) jaringan ketika sinar
melewati jaringan dan ditangkap di film.
Sinar-X umumnya terkena dan mengoptimalkan visualisasi benda padat
seperti tulang, sementara jaringan lunak masih relatif tidak dibedakan di latar
belakang. Radiogrfi memiliki peran kecil dalam penilaian cedera tendon
Achilles dan lebih berguna untuk mengesampingkan cedera lain seperti patah
tulang kalkanealis.6
Diagnosis Kerja
Musculoskeletal 2 9
Dalam mendiagnosis ruptur tendo Achilles, ahli bedah kaki dan
pergelangan kaki akan mengajukan pertanyaan tentang bagaimana dan kapan
cedera terjadi dan apakah pasien sebelumnya cedera tendo atau gejala serupa juga
dialami. Dokter bedah akan memeriksa kaki dan pergelangan kaki, perasaan cacat
pada tendon. Rentang gerak dan kekuatan otot akan dievaluasi dan dibandingkan
dengan kaki terluka dan pergelangan kaki. Jika tendo Achilles pecah, pasien akan
memiliki kekuatan yang kurang dalam mendorong ke bawah (seperti pada pedal
gas) dan akan mengalami kesulitan naik pada jari kaki. Diagnosis ruptur tendo
Achilles biasanya langsung dan dapat dilakukan melalui pemeriksaan jenis ini.
Dalam beberapa kasus, ahli bedah dapat memesan tes pencitraan MRI atau
lainnya.7
Diagnosis Banding
Tendo calcaneal bursitis
Bursa adalah kantung berisi cairan yang dirancang untuk membatasi gesekan.
Ketikabursa ini meradang disebut bursitis. Tendo calcaneal bursitis adalah
peradangan pada bursa di belakang tilang tumit. Bursa ini biasanya membatasi
gesekan. Dimana achilles tendon fibrosa tebal di belakang tumit meluncur
turun naik.
Achilles tendoncitis
Cedera ini biasanya terjadi saat kontraksi kuat dari otot seperti ketika berjalan/
berlari,achiles tendoncitis adalah sebuah tegangan kuat yang dapat membuat
trauma tendonachilles dan betis.
Achilles tendinopathy atau tendonosis
Kronis yang berlebihan bisa berpengaruh pada perubahan tendon achilles yang
juga menyebabkan degenerasi dan penebalan tendon.7,8
Etiologi
Ruptur Tendo Achilles dapat terjadi saat dorsofleksi pasif secara tiba tiba
saat kontraksi maksimal pada otot betis. Ruptur tendo dapat terjadi saat berlari,
melompat, bermain bulu tangkis, basket, tersandung dan jatuh dari
ketinggian.Dalam beberapa kasus putusnya tendo Achilles terjadi pada tendo yang
kurang menerima aliran darah. Tendo juga dapat melemah bergantung pada
Musculoskeletal 2 10
bertambahnya usia. Putusnya tendo Achilles juga biasanya disebabkan oleh
peningkatan mendadak jumlah tekanan pada tendo Achilles. Biasanya
ruptur tendo Achilles lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan pada wanita.
Penyebab lainnya juga bisa karena beberapa hal seperti penyakit tertentu,
seperti arthritis dan diabetes, obat-obatan, seperti kortikosteroid dan beberapa
antibiotik yang dapat meningkatkan risiko pecah. Cedera dalam olah raga, seperti
melompat dan berputar pada olah raga badminton, tenis, basket dan sepak bola
ataupun olahraga berat lainnya,Trauma benda tajam atau tumpul pada bawah
betis, dan obesitas.9
Epidemiologi
Ruptur pada tendo Achilles bisa dialami oleh siapa saja, biasanya jika
orang itu banyak aktivitas seperti berolahraga dan olahraga yang biasanya
dilakukan adalah bulu tangkis, jalan-jalan kecil, sepak bola, bola basket, tenis,
softball dan hoki. Rata-rata yang mengalami adalah atlit yang masih muda dan
muda untuk atlet setengah baya (30 - 40 tahun). Pada 75% kasus terjadi selama
kegiatan olahraga. Olahraga yang paling umum menyebabkan akut Ruptur
Achilles tendon bervariasi dari satu negara ke negara, tergantung pada olahraga
yang populer di daerah itu, di Indonesia olahraga yang populer salah satunya
adalah bulutangkis. Biasanya laki-laki yang banyak mengalami dan juga cedera
sisi kiri adalah lebih umum dari kanan (mungkin karena kanan atlet dominan
push-off dengan kaki kiri).
Sejak pertama kali dijelaskan oleh Ambroise Pare pada tahun 1575 dan
dilaporkan dalam literatur pada tahun 1633, pecahnya tendon achilles telah
menerima peningkatan perhatian tentang pengobatan . Perhatian ini didasarkan
pada kenyataan bahwa pecahnya tendon achilles merupakan sebuah cedera serius
dan salah satu lesi tendon yang paling umum, mempengaruhi sekitar 18 dari
100.000 orang , laki-laki biasanya antara 30 dan 50 tahun.9,10
Patofisiologi
Kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung (impact) atau tidak
langsung (overloading). Cedera ini terjadi akibat otot tertarik pada arah yang
Musculoskeletal 2 11
salah, kontraksi otot yang berlebihan atau ketika terjadi kontraksi, otot belum siap,
terjadi pada bagian groin muscles (otot pada kunci paha), hamstring (otot paha
bagian bawah), dan otot guadriceps (rectus femoris). Fleksibilitas otot yang baik
bisa menghindarkan daerah sekitar cedera memar dan membengkak.
Terjadinya ruptur pada tendon achilles membuat pasien merasakan nyeri
dan membuat pasien merasa sangat kesakitan sehingga memegang kakinya dalam
posisi kontraksi dan pada bagian proksimal tendon yang mengalami ruptur akan
membengkak dan biasanya sakit selama beberapa hari kemudian timbul tanda-
tanda seperti kulit hitam dan kebiruan akibat pendarahan dibawah kulit yang
terletak diatas tendon tersebut. Apabila terjadi ruptur pada tendon achilles maka
kaki akan dipertahankan pada posisi plantar fleksi untuk menghindari timbulnya
rasa nyeri yang hebat pada daerah ruptur tersebut. Jika posisi plantar berlangsung
terus menerus maka akan menyebabkan timbulnya kontraktur atau pemendekan
pada tendon achilles, hal ini terjadi karena adanya kecendurungan dalam posisi
yang menetap untuk menghindari adanya nyeri. Dalam posisi yang menetap ini
maka elastitas jaringan akan terganggu dan suplai darah akan berkurang sehingga
dapat menyebabkan terjadinya ischemia dan lama kelamaan jaringan kurang
mendapatkan nutrisi sehingga akan terjadi degenerasi yang mengakibatkan
terjadinya reaksi fibrous sehingga tendon akan mengalami pengerasan dan
memendek (kontraktur).
Saat istirahat, tendon memiliki konfigurasi bergelombang akibat batasan di
fibril kolagen. Stress tensil menyebabkan hilangnya konfigurasi bergelombang ini,
hal ini yang menyebabkan pada daerah jari kaki adanya kurva tegangan-regangan.
Saat serat kolagen rusak, tendon merespons secara linear untuk meningkatkan
beban tendon. Jika renggangan yang di tempatkan pada tendon tetap kurang dari
4% yaitu batas beban fisiologi secara umum serat kembali ke konfigurasi asli
mereka pada penghapusan beban. Pada tingkat ketegangan antara 4-8 %, serat
kolagen mulai meluncur melewati 1 sama lain karena jalinan antar molekul rusak.
Pada tingkat tegangan lebih besar dari 8 % terjadi rupture secara makroskopik
karena kegagalan tarikan oleh karena kegagalan pergeseran fibriller dan
interfibriller.11
Gejala klinis
Musculoskeletal 2 12
Penderita ruptur tendon achilles memiliki gejala atau manifestasi klinik
yaitu rasa sakit mendadak yang berat dirasakan pada bagian belakang pergelangan
kaki atau betis seperti adanya rasa sakit pada tendon achilles sekitar 1-3 inci di
atas tumit. Daerah ini paling sedikit menerima supplay darah dan mudah sekali
mengalami cedera meskipun oleh sebab yang sederhana, meskipun oleh sepatu
yang menyebabkan iritasi.Terlihat bengkak dan kaku serta tampak memar dan
merasakan adanya kelemahan yang luas pada serat-serat protein kolagen, yang
mengakibatkan robeknya sebagian serat atau seluruh serat tendon.Terlihat depresi
di tendon 3-5 cm diatas tumit. Tumit tidak bisa digerakan turun naik.11
Penatalaksanaan
Pembedahan adalah pengobatan umum untuk ruptur lengkap Achilles
tendon. Prosedur ini umumnya melibatkan membuat sayatan di bagian belakang
kaki bawah dan jahitan robek tendon bersama-sama.Tergantung pada kondisi
jaringan yang robek, perbaikan dapat diperkuat dengan tendon lain. Setelah itu,
Anda harus menghabiskan waktu sekitar enam sampai delapan minggu dengan
kaki Anda dalam boot berjalan, cor, penjepit atau belat.
Non operasi. Dibalut gips dengan posisi fleksi plantar atau menggunakan
sepatu dengan hak tujuannya adalah untuk mendekatkan kedua ujung tendon
sedekat-dekatnya agar proses perbaikan dan penyatuan jaringan berjalan secara
alami. Metode ini bisa efektif, dan menghindari risiko, seperti infeksi, terkait
dengan operasi. Namun, kemungkinan pecah kembali lebih tinggi dengan
pendekatan nonsurgical, dan pemulihan dapat memakan waktu lebih lama. Jika
kembali pecah terjadi, perbaikan bedah mungkin lebih sulit.
Rehabilitasi. Setelah pengobatan, baik bedah atau nonsurgical, bisa juga
melalui program rehabilitasi yang melibatkan latihan terapi fisik untuk
memperkuat otot kaki dan Achilles tendon. Kebanyakan orang kembali ke level
sebelumnya aktivitas mereka dalam waktu empat sampai enam bulan.
Seorang individu yang mengalami ruptur tendon Achilles-nya harus
mencari pengobatan medis yang segera. Terapi fisik umumnya tidak ditunjukkan
untuk fase akut pengobatan, tetapi menjadi bagian penting dalam proses
pemulihan total. Imobilisasi langsung untuk ruptur tendon Achilles baik secara
Musculoskeletal 2 13
parsial, maupun seluruhnya dengan cara latihan bergerak sangat penting dalam
proses pemulihan rupture tendo Achilles, pemakaian boot orthosis yang bisa
dilepas dengan sisipan untuk tumit agar ujung tendon dapat berdekatan bersama-
sama. Kelebihan dari pemakaian boot ini adalah pasien dapat bergerak. Pada
robekan parsial dilakukan pemasangan gips sirkuler di atas lutut selama 4-6
minggu dalam posisi fleksi 30°-40° pada lutut dan fleksi plantar pada pergelangan
kaki.
Fisioterapi. Pada sebuah studi yang dilakukan oleh Twaddle dan Poon
yand dipublikasian di American Journal of Sports Medicine pada tahun 2007,
pasien dalam kelompok bedah memperbaiki tendon Achilles dengan menjalani
menggunakan prosedur Krackow, diikuti oleh pemasangan gips equinus,
sedangkan pasien non-bedah yang ditempatkan langsung di cor. Setelah pelepasan
gips, pasien dipakaikan orthosis yang dapat dilepas dengan posisi pergelangan
kaki pada 20º dari fleksi plantar. Pasien melepas splint selama 5 menit setiap jam,
dan duduk dengan kaki menggantung, melatih dorsofleksi secara aktif dan fleksi
plantar pasif, yang memungkinkan kaki untuk jatuh secara nyaman. Pada minggu
ke-4, orthosis dibawa ke posisi netral, dengan protokol ROM yang sama seperti
minggu sebelumnya. Pada 6 minggu, pasien diizinkan untuk menanggung berat
badan yang ditoleransi sambil mengenakan orthosis. Pada saat ini, mereka juga
diperbolehkan untuk melepas orthosis di malam hari. Pada minggu ke-8, pasien
diperbolehkan melepas orthosis dan kemudian mulai terapi fisik untuk peregangan
dan penguatan. Ada 3 kasus reruptures, 2 di bedah dan 1 pada kelompok
nonsurgical. Dari 2 reruptures bedah, 1 jatuh dari tangga, dan yang lainnya
ditabrak mobil saat mencoba menghentikan perampokan. Pasien nonsurgical
tergelincir dari tanggul di minggu ke-16. Semua reruptures dirawat melalui
pembedeahan. Lainnya, protokol konservatif yang lebih baru menggunakan
periode nonweightbearing-n casting, baik di atas atau di bawah lutut, dengan kaki
di equinus sekitar 2-4 minggu, dan kemudian seri casting atau dengan penurunan
derajat fleksi plantar ke netral pada interval 2 hingga 4 minggu.9
Percutaneous Surgery. Pada tindakan ini, dibuat sayatan kecil selebar 2-4
cm. Melalui luka tusuk, jahitan melewati ujung distal dan proksimal, yang
diperkirakan ketika pergelangan kaki berada pada equinus maksimal. Jahitan itu
Musculoskeletal 2 14
kemudian dipotong pendek, diikat menggunakan simpul, dan mendorong
subkutan. Luka-luka kecil dibersihkan dan dipasang perban kering dan steril
setelah itu, pasien menggunakan bantalan gips yang tanpa beban. Penggunaan
gips dilakukan selama 4 minggu, diikuti oleh 4 minggu di bantalan berat dan
pemakaian gips dengan elevasi tumit rendah.9
Open Surgical Repair. Perbaikan terbuka dilakukan dengan menggunakan
pendekatan longitudinal medial. Insisi medial memiliki keuntungan visualisasi
yang lebih baik pada tendon plantaris, serta menghindari cedera pada saraf Sural.
Insisi garis tengah jarang digunakan karena tingginya tingkat komplikasi luka dan
adesi. Pada pendekatan ini, dibuat sayatan sepanjang 3-10 cm. setelah paratenon
disayat secara longitudinal, ujung tendon dapat dikenali dengan mudah dan
didekatkan dengan menggunakan jahitan tipe Kesler/Krackow/Bunnell dengan
menggunakan nonabsorbable suture. Selanjutnya, epitenon disambung dengan
teknik cross-stitch. Paratenon harus disambung kembali agar tidak terjadi adesi.
Kemudian, penutupan oleh kulit akan membatasi terjadinya komplikasi luka.
Setelah operasi, pergelangan kaki dipertahankan dalam fleksi saat pemasangan
orthosis. Setelah periode imobilisasi, kaki digerakkan secara netral ke plantar atau
sedikit dalam orthosis kaku, dan pasien diperbolehkan memakai bantalan berat
parsial. Imobilisasi biasanya dihentikan 4-6 minggu setelah perbaikan. Pada saat
itu, jangkauan yang aktif dan aktif-dibantu gerak, berenang, bersepeda stasioner,
dan berjalan dalam sepatu dilengkapi dengan mengangkat tumit dapat dimulai.
Dalam kebanyakan kasus, pasien dapat beraktivitas kembali dalam jangka waktu 4
bulan.9
Tindakan operasi untuk perbaikan ruptur Achilles tendon telah dilaporkan
memiliki tingkat yang lebih rendah dalam terjadinya rerupture; peningkatan
kekuatan otot pasca operasi dan daya tahan, dan membutuhkan waktu yang lebih
singkat agar dapat kembali beraktivitas normal jika dibandingkan dengan tindakan
konservatif. Namun, kemungkinan terjadinya komplikasi luka seperti infeksi,
drainase, pembentukan sinus, dan pengelupasan kulit lebih tinggi daripada
tindakan non-operasi.
Postoperative Course Latihan beban fungsional dan ROM dengan
melakukan ini, durasi waktu perawatan dapat menurun, pasien pun dapat lebih
Musculoskeletal 2 15
cepat berolahraga, pemasangan gips, fisioterapi,pemakaian orthosis,tendon akan
tersambung dalam 4-8 minggu taetapi pasien tidak berolahraga berat selama 6
bulan.
Pasien dengan diabetes, masalah penyembuhan luka, penyakit vaskular,
neuropati, atau komorbiditas sistemik yang serius dianjurkan untuk memilih
pengobatan nonoperative karena risiko yang signifikan dari pengobatan operasi
(misalnya, infeksi, luka rincian, dehiscence perbaikan, komplikasi perioperatif).
Gips kaki pendek dipasang pada kaki yang terkena,sementara pergelangan
kaki ditempatkan di plantar fleksi sedikit (equinus gravitasi).Dengan menjaga kaki
dalam posisi ini, ujung tendon secara teoritis lebih baik. Imobilisasi Cast
dilanjutkan selama sekitar 6-10 minggu. Dorsofleksi Paksa merupakan
kontraindikasi. Pergelangan kaki secara bertahap dapat dorsofleksi ke posisi yang
lebih netral setelah periode imobilisasi (~ 4-6 minggu). Posisi ini ditopang dengan
casting serial atau pergelangan kaki orthotics yang disesuaikan. Berjalan dengan
menggunakan cor diperbolehkan saat masa tersebut. Setelah pelepasan cor, tumit
di sepatu diangkat setinggi 2 cm dan dipakai selama 2-4 bulan. Selama waktu ini,
program rehabilitasi dimulai.
Keuntungan pengobatan nonoperatif termasuk komplikasi luka tidak ada
(misalnya, kerusakan kulit, infeksi, pembentukan bekas luka, cedera
neurovaskular), biaya rumah sakit menurun dan biaya dokter, morbiditas lebih
rendah, dan tidak ada paparan anestesi. Kekurangan pengobatan nonoperative
termasuk insiden yang lebih tinggi rerupture (hingga 40%) dan lebih sulit
perbaikan reruptur bedah. Selain itu, tepi tendon dapat menyembuhkan dalam
posisi memanjang karena celah di ujung tendon yang mengakibatkan penurunan
daya fleksi plantar dan daya tahan.9
Komplikasi
Komplikasi anastesi dan komplikasi operasi berupa infeksi dan jaringan
parut. Salah satu komplikasi yang dapat timbul pada penyembuhan tendon adalah
terbentuknya adhesi perintendinous di sekitar tendon yang dilakukan penjahitan.
Berbagai metode telah dikembangkan untuk menghambat adhesi peritendinous,
baik secara mekanik maupun secara biologi. Kebanyakan metode yang
Musculoskeletal 2 16
dikembangkan adalah dengan menggunakan barier mekanik yang menyelubungi
tendon sehingga dapat menghambat adhesi tendon secara fisik dengan jaringan
disekitarnya.7
Prognosis
Kebanyakan orang yang mengalami ruptur tendon Achilles, tendon akan
kembali normal. Jika operasi dilakukan, tendon mungkin menjadi lebih kuat dan
kecil kemungkinannya untuk ruptur lagi. Biasanya, kegiatan berat, seperti berjalan
baru bisa dilakukan kembali setelah 6 minggu. Atlet biasanya kembali
berolahraga, setelah 4 sampai 6 minggu setelah cedera terjadi. Dengan pengobatan
yang tepat dan rehabilitasi, prognosis untuk rupture tendon achilles adalah baik.
Kebanyakan atlet-atlet yang mengalami rupture pada tendon achilles dapat
kembali ke aktivitas semula, dengan pengobatan bedah ataupun pengobatan
konservatif. Namun orang yang menjalani pengobatan konservatif cenderung
mengalami kekambuhan. Tingkat kekambuhan untuk pengobatan operasi adalah 0
– 5% dibandingkan dengan 40% orang yang memilih pengobatan konservatif.
Pencegahan
Lakukan pemanasan dan peregangan sebelum melakukan kegiatan
olahraga. Biasakan latihan yang memperberat betis. Jangan memaksakan latihan
jika kaki terasa lelah. Jaga berat badan ideal agar tidak obesitas. Kenakan sepatu
yang baik dengan bantalan yang tepat. Pemanasan yang tepat adalah sebuah
pemanasan yang diperlukan untuk memulai setiap sesi pelatihan. Ini tidak hanya
akan menjamin bahwa semua otot tubuh tertekuk dan dikondisikan, juga akan
memastikan bahwa Tendon Achilles sampai ketegangan. Pelatihan Plyometric
dengan murunkan kaki dan sendi pergelangan kaki dapat dikondisikan oleh
latihan yang melibatkan melompat-lompat dan kegiatan serupa. Menyeimbangkan
Latihan, latihan ini sangat berkontribusi meningkatkan proprioception tubuh dan
kemampuan tubuh untuk mengetahui dimana anggota tubuh berada pada suatu
titik waktu tertentu, dengan melibatkan latihan yang melibatkan keseimbangan.
Peregangan adalah bagian yang sangat penting dari latihan untuk menjaga otot
agar dikondisikan. Peregangan tungkai bawah dan pergelangan kaki akan sangat
Musculoskeletal 2 17
memberikan kontribusi untuk memperkuat tendon Achilles. Alas kaki untuk
melindungi tendon Achilles, tempat terpenting dalammengenakan sepatu pas tepat
dan baik. Alas kaki yang baik harus memiliki bantalan yang cukup, meminjamkan
stabilitas untuk pergelangan kaki danmemberikan dukungan kepada kaki sambil
berjalan atau berlari.11
Kesimpulan
Rupture tendon Achilles adalah robek atau putusnya hubungan tendon
(jaringan penyambung) yang disebabkan oleh cedera dari perubahan posisi kaki
secara tiba-tiba atau mendadak dalam keadaan dorsifleksi pasif maksimal, yang
disebabkan oleh penyakit tertentu, obat-obatan, cedera dalam olah raga, trauma
benda tajam atau tumpul pada bawah betis, obesitas. Dilakukan pengobatan terapi
fisik, dan operasi.
Daftar Pustaka
1. Slonane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC; 2004. h. 109-112.
2. Best TM, Garret WE. In: Orthopaedic Sports Medicine. DeLee JC, Drez
D, editors. Philadelphia: W.B. Saunders; 1994. Basic science of soft
tissue: muscle and tendon; pp.10.
Musculoskeletal 2 18
3. Bressel E, McNair PJ. Biomechanical behavior of the plantar flexor
muscle tendon unit after an Achilles tendon rupture. Am J Sports Med.
2001;29(3):321–326. [PubMed].
4. Pearce E.C. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: PT
Gramedia; 2004. h. 81-7.
5. Achilles tendon rupture [artikel online] Maret 2013. Diunduh dari:
www.roentgenrayreader.com September 2010.
6. Ellison, dkk,. Athletic Training and Sports Medicine. Illinois: The
Academy of Orthopaedic Surgeon. 1986.
7. Mackay T.W. Diagnosis dan terapi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2004.
h. 293-7.
8. Mofat D. At a glame anatomi. Jakarta: Erlangga; 2004. h. 115-8.
9. Gebauer M, Beil FT, Beckmann J, Sárváry AM, Ueblacker P, Ruecker
AH. et al. Mechanical evaluation of different techniques for Achilles
tendon repair. Arch Orthop Trauma Surg. 2007;127:795–799. [PubMed]
10. Sjamsuhidayat R. Buku ajar ilmu bedah. Jakarta: Buku Kedokteran EGC;
2005. h. 928-930.
11. Brasher V.L. Aplikasi klinis patofisiologi. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC; 2008. h. 280-6.
Musculoskeletal 2 19