PB_b Diah_edit

3
Kajian Implementasi Keb alah satu strategi dalam upaya menur terjadinya kehamilan. Namun tidak sem pencegahan kehamilan. Alat kontrasepsi yan yang bersifat jangka panjang (Metode Kontr Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia MKJP khususnya IUD cenderung mengalami 6,2 persen (SDKI 2002-2003), dan turun l Kependudukan dan Keluarga Berencana Na jangka panjang. Khusus pada tahun 2011, BK melalui dukungan penyediaan alat kontras Sejauhmana efektivitas implementasi kebijak L Salah satu upaya pemerintah dalam m jumlah penduduk adalah dengan program Keluarga Berencana (KB) bagi Subur (PUS). Selain mengendalikan jum program KB juga bermanfaat untuk mew kesehatan reproduksi bagi semua pad seperti yang tercantum dalam Millenium Goals (MDGs) 2015 indikator 5b. Target RPJMN 2010-2014 antara pencapaian CPR menjadi 65 pers peningkatan pencapaian PA MKJP sebes dan pencapaian PB MKJP sebesar berdasarkan RKP tahun 2012, mak dituntut dapat memberikan pelayan berkualitas. Pemberian pelayanan KB ya diharapkan dapat meningkatkan k khususnya MKJP. Mencermati pemakaian MKJP selama beberapa p menunjukkan kecenderungan menuru tahun 2008-2010 pencapaian MKJP Penurunan MKJP tampaknya ber pemakaian metode IUD yang ter sementara pencapaian MOP, MOW rel pencapaian implant yang mengalami fl periode tersebut. Sumber data lain ya s/d 2007 juga memperlihatkan penuru bermakna. S Pusat Penelitian dan Pengembangan KB-KS - bijakan Penggunaan Kontrasepsi IUD runkan tingkat fertilitas adalah melalui pengguna mua alat dan obat kontrasepsi memberikan tingkat ng memiliki efektivitas yang tinggi dalam mencega rasepsi Jangka Panjang/MKJP) yang terdiri dari IUD (SDKI) selama periode 1991 s/d 2007 menunjukka penurunan, yakni 13,3 persen (SDKI 1991), 10,3 per lagi menjadi 4,9 persen (SDKI 2007). Sehubunga asional (BKKBN) beberapa tahun ini memprioritas KKBN mengembangkan kebijakan dan strategi dala sepsi IUD yang memadai, serta dukungan tenaga kan dan strategi tersebut akan menjadi fokus dalam Latar Belakang mengendalikan melaksanakan i pasangan Usia mlah penduduk wujudkan akses da tahun 2015 m Development lain tentang sen termasuk sar 25,9 persen 12,9 persen ka Pemerintah nan KB yang ang berkualitas kesertaan KB perkembangan periode survei un. Baru pada relatif tetap. rsumber dari rus menurun, latif tetap, dan luktuasi selama aitu SDKI 1991 unan IUD yang Gam Trend Prevalensi IUD Hasil Survei Demografi (SDKI) selama periode penggunaan kontraseps didominasi oleh kontrase jangka pendek. MKJP mengalami penurunan, ya 10,3 persen (SDKI 1997) (SDKI 2002-2003), dan tu (SDKI 2007). Berdasarkan sasaran pro 2012 PA MKJP sekitar 25, sedangkan kenyataannya p dibawah angka tersebut. 2010 pencapaian MKJP b persen. Sementara untuk 4,7 persen. IUD (non hormonal) mer kontrasepsi jangka panja 13.3 10.3 0 2 4 6 8 10 12 14 1991 1994 Pencapaian -- Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional KAJIAN IMPLEMENTAS KEBIJAKAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI IUD Halaman | 1 aan kontrasepsi guna mencegah efektivitas yang tinggi terhadap ah kehamilan adalah kontrasepsi D, implan, MOP, dan MOW. Hasil an pola penggunaan kontrasepsi rsen (SDKI 1997), turun menjadi an dengan hal tersebut, Badan skan peningkatan kesertaan KB am peningkatan penggunaan IUD medis yang dilatih insersi IUD. policy brief ini. mbar 1. D tahun 1991 s/d 2007 dan Kesehatan Indonesia e 1991 s/d 2007 pola si di Indonesia masih epsi hormonal dan bersifat seperti IUD cenderung akni 13,3 persen (SDKI 1991), ), turun menjadi 6,2 persen urun lagi menjadi 4,9 persen ogram KB dalam RKP tahun ,9% dari seluruh peserta KB, pencapaian MKJP masih jauh Menurut hasil Mini Survei baru mencapai sekitar 11,6 k pencapaian prevalensi IUD Seputar IUD rupakan salah satu jenis alat ang yang ideal dalam upaya 8.1 6.2 4.9 1997 2002/3 2007 Tahun Tahun 2011 SI N D POLICY POLICY POLICY POLICY BRIEF BRIEF BRIEF BRIEF 3

Transcript of PB_b Diah_edit

  • Kajian Implementasi Kebijakan Penggunaan Kontrasepsi IUD

    alah satu strategi dalam upaya menurunkan tingkat fertilitas adalah melalui penggunaan kontrasepsi

    terjadinya kehamilan. Namun tidak semua alat dan obat kontrasepsi memberikan tingkat efektivitas yang tinggi terhadap

    pencegahan kehamilan. Alat kontrasepsi yang memiliki efektivitas yang tinggi dalam mencegah kehamilan adalah kontrasepsi

    yang bersifat jangka panjang (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang/MKJP) yang terdiri dari IUD, implan, MOP, dan MOW.

    Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) selama periode 1991 s/d 2007

    MKJP khususnya IUD cenderung mengalami penurunan, yak

    6,2 persen (SDKI 2002-2003), dan turun lagi menjadi 4,9 persen (SDKI 2007).

    Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) beberapa tahun ini mem

    jangka panjang. Khusus pada tahun 2011, BKKBN

    melalui dukungan penyediaan alat kontrasepsi

    Sejauhmana efektivitas implementasi kebijakan dan strategi tersebut

    Latar Belakang

    Salah satu upaya pemerintah dalam mengendalikan

    jumlah penduduk adalah dengan melaksanakan

    program Keluarga Berencana (KB) bagi pasangan Usia

    Subur (PUS). Selain mengendalikan jumlah penduduk

    program KB juga bermanfaat untuk mewujudkan akses

    kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun 2015

    seperti yang tercantum dalam Millenium Development

    Goals (MDGs) 2015 indikator 5b.

    Target RPJMN 2010-2014 antara lain tentang

    pencapaian CPR menjadi 65 persen termasuk

    peningkatan pencapaian PA MKJP sebesar 25,9 persen

    dan pencapaian PB MKJP sebesar 12,9 persen

    berdasarkan RKP tahun 2012, maka Pemerintah

    dituntut dapat memberikan pelayanan KB yang

    berkualitas. Pemberian pelayanan KB yang berkualitas

    diharapkan dapat meningkatkan kesertaan KB

    khususnya MKJP. Mencermati

    pemakaian MKJP selama beberapa periode survei

    menunjukkan kecenderungan menurun. Baru pada

    tahun 2008-2010 pencapaian MKJP relatif tetap.

    Penurunan MKJP tampaknya bersumber dari

    pemakaian metode IUD yang terus menurun,

    sementara pencapaian MOP, MOW relatif tetap, dan

    pencapaian implant yang mengalami fluktuasi selama

    periode tersebut. Sumber data lain yaitu SDKI 1991

    s/d 2007 juga memperlihatkan penurunan IUD yang

    bermakna.

    S

    Pusat Penelitian dan Pengembangan KB-KS --

    Kajian Implementasi Kebijakan Penggunaan Kontrasepsi IUD

    alah satu strategi dalam upaya menurunkan tingkat fertilitas adalah melalui penggunaan kontrasepsi

    . Namun tidak semua alat dan obat kontrasepsi memberikan tingkat efektivitas yang tinggi terhadap

    pencegahan kehamilan. Alat kontrasepsi yang memiliki efektivitas yang tinggi dalam mencegah kehamilan adalah kontrasepsi

    e Kontrasepsi Jangka Panjang/MKJP) yang terdiri dari IUD, implan, MOP, dan MOW.

    Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) selama periode 1991 s/d 2007 menunjukkan

    IUD cenderung mengalami penurunan, yakni 13,3 persen (SDKI 1991), 10,3 persen (SDKI 1997), turun menjadi

    2003), dan turun lagi menjadi 4,9 persen (SDKI 2007). Sehubungan dengan hal tersebut, Badan

    Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) beberapa tahun ini memprioritaskan peningkatan kesertaan KB

    jangka panjang. Khusus pada tahun 2011, BKKBN mengembangkan kebijakan dan strategi dalam peningkatan penggunaan

    alat kontrasepsi IUD yang memadai, serta dukungan tenaga medis yang

    Sejauhmana efektivitas implementasi kebijakan dan strategi tersebut akan menjadi fokus dalam policy brief ini.

    Latar Belakang

    Salah satu upaya pemerintah dalam mengendalikan

    jumlah penduduk adalah dengan melaksanakan

    program Keluarga Berencana (KB) bagi pasangan Usia

    Subur (PUS). Selain mengendalikan jumlah penduduk

    program KB juga bermanfaat untuk mewujudkan akses

    eproduksi bagi semua pada tahun 2015

    Millenium Development

    2014 antara lain tentang

    pencapaian CPR menjadi 65 persen termasuk

    peningkatan pencapaian PA MKJP sebesar 25,9 persen

    dan pencapaian PB MKJP sebesar 12,9 persen

    berdasarkan RKP tahun 2012, maka Pemerintah

    dituntut dapat memberikan pelayanan KB yang

    berkualitas. Pemberian pelayanan KB yang berkualitas

    diharapkan dapat meningkatkan kesertaan KB

    perkembangan

    pemakaian MKJP selama beberapa periode survei

    menunjukkan kecenderungan menurun. Baru pada

    2010 pencapaian MKJP relatif tetap.

    Penurunan MKJP tampaknya bersumber dari

    pemakaian metode IUD yang terus menurun,

    P, MOW relatif tetap, dan

    pencapaian implant yang mengalami fluktuasi selama

    periode tersebut. Sumber data lain yaitu SDKI 1991

    s/d 2007 juga memperlihatkan penurunan IUD yang

    Gambar 1.

    Trend Prevalensi IUD tahun 1991 s/d 2007

    Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

    (SDKI) selama periode 1991 s/d 2007 pola

    penggunaan kontrasepsi di Indonesia masih

    didominasi oleh kontrasepsi hormonal dan bersifat

    jangka pendek. MKJP seperti IUD cenderung

    mengalami penurunan, yakni 13,3 persen (SDKI 1991

    10,3 persen (SDKI 1997), turun menjadi 6,2 persen

    (SDKI 2002-2003), dan turun lagi menjadi 4,9 persen

    (SDKI 2007).

    Berdasarkan sasaran program KB dalam RKP tahun

    2012 PA MKJP sekitar 25,9% dari seluruh peserta KB,

    sedangkan kenyataannya pencapaian MKJ

    dibawah angka tersebut. Menurut hasil Mini Survei

    2010 pencapaian MKJP baru mencapai sekitar 11,6

    persen. Sementara untuk pencapaian prevalensi IUD

    4,7 persen.

    IUD (non hormonal) merupakan salah satu jenis alat

    kontrasepsi jangka panjang yang ideal dalam upaya

    13.3

    10.3

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    12

    14

    1991 1994

    Pe

    nca

    pai

    an

    Trend KB IUD SDKI 1991

    -- Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

    KAJIAN IMPLEMENTASI

    KEBIJAKAN PENGGUNAAN

    KONTRASEPSI IUD

    Halaman | 1

    alah satu strategi dalam upaya menurunkan tingkat fertilitas adalah melalui penggunaan kontrasepsi guna mencegah

    . Namun tidak semua alat dan obat kontrasepsi memberikan tingkat efektivitas yang tinggi terhadap

    pencegahan kehamilan. Alat kontrasepsi yang memiliki efektivitas yang tinggi dalam mencegah kehamilan adalah kontrasepsi

    e Kontrasepsi Jangka Panjang/MKJP) yang terdiri dari IUD, implan, MOP, dan MOW. Hasil

    menunjukkan pola penggunaan kontrasepsi

    ni 13,3 persen (SDKI 1991), 10,3 persen (SDKI 1997), turun menjadi

    Sehubungan dengan hal tersebut, Badan

    prioritaskan peningkatan kesertaan KB

    mengembangkan kebijakan dan strategi dalam peningkatan penggunaan IUD

    IUD yang memadai, serta dukungan tenaga medis yang dilatih insersi IUD.

    menjadi fokus dalam policy brief ini.

    Gambar 1.

    Trend Prevalensi IUD tahun 1991 s/d 2007

    mografi dan Kesehatan Indonesia

    (SDKI) selama periode 1991 s/d 2007 pola

    penggunaan kontrasepsi di Indonesia masih

    didominasi oleh kontrasepsi hormonal dan bersifat

    jangka pendek. MKJP seperti IUD cenderung

    mengalami penurunan, yakni 13,3 persen (SDKI 1991),

    10,3 persen (SDKI 1997), turun menjadi 6,2 persen

    2003), dan turun lagi menjadi 4,9 persen

    Berdasarkan sasaran program KB dalam RKP tahun

    2012 PA MKJP sekitar 25,9% dari seluruh peserta KB,

    sedangkan kenyataannya pencapaian MKJP masih jauh

    dibawah angka tersebut. Menurut hasil Mini Survei

    2010 pencapaian MKJP baru mencapai sekitar 11,6

    persen. Sementara untuk pencapaian prevalensi IUD

    Seputar IUD

    IUD (non hormonal) merupakan salah satu jenis alat

    panjang yang ideal dalam upaya

    8.1

    6.2

    4.9

    1997 2002/3 2007

    Tahun

    Trend KB IUD SDKI 1991-2007

    Tahun 2011

    KAJIAN IMPLEMENTASI

    KEBIJAKAN PENGGUNAAN

    KONTRASEPSI IUD

    POLICY POLICY POLICY POLICY

    BRIEFBRIEFBRIEFBRIEF

    3333

  • Kajian Implementasi Kebijakan Penggunaan Kontrasepsi IUD

    Halaman | 2

    menjarangkan kehamilan. Keuntungan pemakaian IUD

    yakni hanya memerlukan satu kali pemasangan untuk

    jangka waktu yang lama dengan biaya yang reltif

    murah. IUD juga merupakan alkon yang aman, karena

    tidak mempunyai pengaruh sistemik yang beredar ke

    seluruh tubuh, tidak mempenngaruhi produksi ASI dan

    kesuburan cepat kembali setelah IUD lepas.

    Selain memiliki banyak keuntungan, IUD juga memiliki

    efek samping, antara lain perdarahan, rasa nyeri atau

    kejang perut, dan gangguan pada suami ketika

    berhubungan namun sejauh ini masih dapat diatasi.

    Kebijakan Pemerintah terhadap Kontrasepsi IUD

    Upaya untuk meningkatkan kesertaan KB MKJP bagi

    PUS di semua tahapan keluarga (Pra KS, KS I, KS II, KS

    III dan KS III Plus) didukung dengan kebijakan dan

    strategi nasional secara komprehensif dengan

    mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka

    Panjang Nasional (RPJMN) Bidang Kependudukan dan

    KB Tahun 2010-2014 serta dengan program lainnya

    secara terpadu.

    A. Kebijakan

    Kebijakan yang dikembangkan dalam rangka

    pemberian pelayanan KB MKJP mencakup dua aspek

    yaitu aspek pelayanan (supply side) dan aspek

    penggerakan (demand side).

    1. Aspek Pelayanan (supply) di fokuskan pada

    peningkatan kualitas pelayanan melalui;

    a). Penyediaan alat kontrasepsi MKJP

    (AKDR/IUD dan AKBK/Implant) untuk semua

    Klinik KB Pemerintah termasuk milik TNI,

    Polri, Swasta dan LSOM yang telah memiliki

    nomor kode klinik KB atau memiliki

    kerjasama dengan Pengelola Jamkesmas dan

    Pengelola BOK di Kabupaten dan Kota.

    b). Penyediaan sarana pendukung pelayanan KB

    MKJP

    c). Peningkatan kompetensi provider dalam

    pelayanan KB MKJP

    d). Monitoring dan Evaluasi dalam pelaksanaan

    pelayanan KB MKJP

    e). Peningkatan kualitas pencatatan dan

    pelaporan (R/R)

    2. Aspek Penggerakan (demand) di fokuskan pada

    peningkatan penerimaan PUS terhadap KB MKJP

    melalui;

    a) Peningkatan KIE dan Promosi tentang KB

    MKJP.

    b) Peningkatan pencitraan dan promosi tempat

    pelayanan

    c) Advokasi kepada para stakeholders, eksekutif

    dan legislatif

    d) Peningkatan partisipasi masyarakat

    B. Strategi

    Strategi yang dikembangkan dalam rangka

    peningkatan kesertaan PUS di semua tahapan keluarga

    terhadap KB MKJP di fokuskan pada kemudahan

    mendapatkan pilihan dan pelayanan KB metode

    kontrasepsi jangka panjang (MKJP) secara berkualitas

    di semua Klinik KB pemerintah termasuk milik TNI,

    Polri, Swasta dan LSOM.

    Kondisi Saat Ini

    Dalam upaya untuk meningkatkan penggunaan

    kontrasepsi IUD perlu memperhatikan perubahan

    lingkungan strategis baik dari aspek pengguna

    (demand) maupun aspek pemberi layanan (supply).

    Meskipun masyarakat telah mengenal IUD sebagai

    pilihan kontrasepsi yang ideal, berbagai permasalahan

    masih terus muncul. Berbagai upaya pemerintah telah

    dilakukan untuk peningkatan penggunaan konrasepsi

    IUD, diantaranya adalah dengan adanya kebijakan IUD

    gratis untuk seluruh PUS di seluruh provinsi di

    Indonesia (sejak tahun 2004), stok IUD cukup tersedia

    walau hanya IUD Cu T 380 A, pengalaman dalam

    pengelolaan program KB, tersedianya dukungan

    anggaran untuk IUD, tersedianya dana pelatihan medis

    teknis bagi provider, tersedianya dana pelatihan KIP/K

    bagi provider, dan telah dikembangkan resize inserter

    IUD untuk program pemasangan IUD pasca persalinan.

    Hasil monitoring dan evaluasi yang telah dilakukan

    setiap tahun memperlihatkan, masih banyaknya

    dokter dan bidan praktek swasta yang tidak

    mendapatkan IUD yang seharusnya bisa diberikan

    gratis dari pemerintah. Berdasarkan kebijakan yang

    ada, IUD bisa diberikan untuk seluruh masyarakat

    tidak hanya untuk pra KS atau KS I.

    Penyebab Turunnya Pencapaian

    Penggunaan Kontrasepsi IUD

    Menurunnya penggunaan kontrasepsi IUD antara lain

    disebabkan oleh fasilitasi terhadap provider yang

    kurang optimal, belum meratanya promosi dan KIE

    yang menjangkau ke seluruh masyarakat,

    berkurangnya/terbatasnya tenaga KIE di lini lapangan

    belum optimalnya advokasi kepada SKPD-KB dalam

    pengelolaan ketersediaan IUD di Fasyankes, jenis IUD

    yang beredar di masyarakat masih terbatas, dan

    meningkatnya kampanye penggunaan kontrasepsi

    hormonal (pil dan Suntik) oleh swasta (produk

    Andalan), sehingga melemahkan promosi IUD.

    Selain itu berdasarkan hasil monitoring strategis

    tentang Pencapaian IUD yang rendah di Sumatera

    Barat, Kalimantan Barat, dan Nusa Tenggara Timur

    pada tahun 2010 rendahnya pencapaian IUD antara

    lain oleh disebabkan masih dijumpai provider bias,

    pengetahuan klien tentang IUD yang terbatas sehingga

  • Kajian Implementasi Kebijakan Penggunaan Kontrasepsi IUD

    Halaman | 3

    berpengaruh terhadap kemantapan klien dalam

    menerima IUD dan bersedia menjadi akseptor IUD,

    tersedianya pilihan metode kontrasepsi lain yang

    relatif lebih praktis, dan terbatasnya tokoh panutan

    pemakai IUD di masyarakat. Temuan lain yang sangat

    penting adalah dalam mempersiapkan wanita bersedia

    memakai IUD diperlukan KIE yang terus menerus di

    lapangan, namun hal ini terhambat oleh tenaga lini

    lapangan yang terbatas, peran IMP yang semakin

    lemah dalam membantu program di lini lapangan dan

    kurang didukung oleh dana operasional KB, yang

    seharusnya difasilitasi dan disediakan oleh SKPDKB

    kabupaten/kota.

    Peluang Peningkatan Pencapaian IUD

    Peluang yang ada saat ini adalah antara lain dengan

    adanya desentralisasi pelayanan Kesehatan dan KKB,

    dan adanya masyarakat yang membutuhkan pelayanan

    IUD, kerjasama dalam meningkatkan kualitas

    pelayanan (AKBID, HOGSI, IBI, IDI, LSM, dll), jejaring

    kerja (networking) antara pemerintah dan swasta

    dalam mendorong penggunaan alat kontrasepsi,

    beberapa daerah sudah memiliki SK

    Gubernur/Bupati/Walikota untuk intensitifikasi

    pelayanan IUD termasuk dukungan dana operasional,

    PERMENKES No. 1464/2010 pasal 13: Bidan yang

    menjalankan program pemerintah berwenang

    melakukan pelayanan kontrasepsi, adanya tenaga

    terlatih (Bidan), adanya reward system bagi provider

    pemberian layanan untuk IUD. Beban pemerintah yang

    cukup tinggi untuk penyediaan dana alokon jangka

    pendek gratis bagi warga miskin akan mendorong

    pemerintah (pusat dan daerah) mengeluarkan

    kebijakan penggunaan alokon yang efektif dan efisien

    (IUD).

    Sedangkan ancaman yang harus diantisipasi adalah

    antara lain, sebagian PUS dan tokoh agama menolak

    penggunaan IUD karena harus membuka aurat pada

    saat pemasangan, konseling KB belum optimal pada

    setiap pelayanan, belum maksimalnya pelayanan IUD

    di rumah sakit, kehamilan tidak diinginkan dan aborsi

    akibat kegagalan metode jangka pendek, komitmen

    provider terhadap IUD bervariasi dan cenderung

    melemah.

    Rekomendasi

    1. Adanya kemauan dan komitmen yang kuat dari

    para pemangku kebijakan baik Kemenkes maupun

    BKKBN untuk peningkatan pemakaian

    kontrasepsi IUD sebagai Political Will (sebagai

    kebijakan baru). Dalam hal ini perlu dilakukan

    kajian baru mengenai implementasi kebijakanIUD,

    khususnya di lapangan.

    2. Adanya new design KIE; KIE dan konseling IUD

    terus menerus, perbanyak iklan kontrasepsi IUD

    3. Revitalisasi LIBI untuk IUD; memasukkan

    kontrasepsi IUD sebagai program LIBI

    Referensi

    Badan Pusat Statistik (BPS), BKKBN, Departemen

    Kesehatan dan Macro International Inc. (MI).

    2008. Survei Demografi dan Kesehatan

    Indonesia 2007. Columbia, Maryland, USA :

    BPS dan MI.

    Puslitbang KB dan Kesehatan Reproduksi, 2010.

    Pemantauan PUS Melalui Mini Survei di

    Indonesia Tahun 2009.

    Leli Asih, Flourisa Juliaan, 2010. Pola Pemakaian

    Kontrasepsi. Puslitbang KB dan Kesehatan

    Reproduksi 2010.

    Direktorat Bina Kesertaan KB Jalur Pemerintah.

    Pedoman Pelaksanaan Pelayanan KB Metode

    Kontraserpsi Jangka Panjang (MKJP). BKKBN.

    2011

    Policy brief ini ditulis oleh dr. Diah Puspitasari, M.Si. dan Ir. Endah Winarni, MSPH yang dibiayai oleh

    anggaran DIPA Puslitbang KB dan KS tahun 2011. Isi sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.

    Pusat Penelitian dan Pengembangan KB dan Keluarga Sejahtera (PUSNA)

    Jl. Permata No.1 Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur 13650

    Telp.8098019, 8009029-45-53-69-77-85, Fax.8008535