PBAK JUJUR

7
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Korupsi terjadi karena adanya faktor internal (niat) dan faktor eksternal (kesempatan). Niat lebih terkait dengan faktor individu yang meliputi perilaku dan nilai-nilai yang dianut, seperti kebiasaan dan kebutuhan, sedangkan kesempatan terkait dengan sistem yang berlaku. Upaya pencegahan korupsi dapat dimulai dengan menanamkan nilai-nilai antikorupsi pada semua individu. Setidaknya ada sembilan nilai- nilai antikorupsi yang penting untuk ditanamkan pada semua individu, salahsatunya nilai inti antikorupsi tersebut adalah jujur. Jujur didefinisikan tidak berbohong dan tidak curang, tanpa sifat jujur seseorang tidak akan dipercaya dalam kehidupan sosialnya. 1.2 RUMUSAN MASALAH Apakah pengaruh sikap jujur terhadap nilai budaya anti korupsi bagi mahasiswa? 1.3 TUJUAN PENULISAN

description

sar

Transcript of PBAK JUJUR

Page 1: PBAK JUJUR

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Korupsi terjadi karena adanya faktor internal (niat) dan faktor eksternal

(kesempatan). Niat lebih terkait dengan faktor individu yang meliputi

perilaku dan nilai-nilai yang dianut, seperti kebiasaan dan kebutuhan,

sedangkan kesempatan terkait dengan sistem yang berlaku.

Upaya pencegahan korupsi dapat dimulai dengan menanamkan

nilai-nilai antikorupsi pada semua individu. Setidaknya ada sembilan

nilai-nilai antikorupsi yang penting untuk ditanamkan pada semua individu,

salahsatunya nilai inti antikorupsi tersebut adalah jujur.

Jujur didefinisikan tidak berbohong dan tidak curang, tanpa sifat

jujur seseorang tidak akan dipercaya dalam kehidupan sosialnya.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Apakah pengaruh sikap jujur terhadap nilai budaya anti korupsi bagi

mahasiswa?

1.3 TUJUAN PENULISAN

Mengetahui pengaruh sikap jujur terhadap nilai budaya anti korupsi bagi

mahasiswa.

Page 2: PBAK JUJUR

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI

Jujur didefinisikan sebagai lurus hati, tidak berbohong dan tidak

curang. Jujur adalah salah satu sifat yang sangat penting bagi kehidupan

mahasiswa, tanpa sifat jujur mahasiswa tidak akan dipercaya dalam

kehidupan sosialnya (Sugono, 2008).

Kejujuran merupakan nilai dasar yang menjadi landasan utama bagi

penegakan integritas diri seseorang. Tanpa adanya kejujuran mustahil

seseorang bisa menjadi pribadi yang berintegritas. Seseorang dituntut

untuk bisa berkata jujur dan transparan serta tidak berdusta baik

terhadap diri sendiri maupun orang lain. Kejujuran juga akan terbawa dalam

bekerja sehingga akan membentengi diri terhadap godaan untuk berbuat

curang atau berbohong.

2.2 DAMPAK KETIDAK JUJURAN

Prinsip kejujuran harus dapat dipegang teguh oleh setiap mahasiswa

sejak awal untuk memupuk dan membentuk karakter sedini mungkin dalam

setiap pribadi mahasiswa.

Nilai kejujuran juga dapat diwujudkan dalam kegiatan organisasi

kemahasiswaan. Misalnya, membuat laporan keuangan dalam kegiatan

organisasi/kepanitiaan dengan jujur.

Permasalahan yang hingga saat ini masih menjadi fenomena di kalangan

mahasiswa yaitu budaya ketidakjujuran mahasiswa. Akar dari masalah

korupsi, kolusi, dan nepotisme di Indonesia antara lain faktor ketidakjujuran

pada waktu menjadi mahasiswa. Beberapa contoh budaya ketidakjujuran

mahasiswa, misalnya: menyontek, plagiarisme (penjiplakan karya tulis), titip

absen.

Pertama, contoh budaya ketidakjujuran adalah perilaku menyontek,

sehingga menyebabkan teman yang disontek tentunya telah ´terampas´

keadilan dan kemampuannya. Ketika mahasiswa yang disontek belajar siang

Page 3: PBAK JUJUR

malam, tetapi penyontek dengan gampangnya mencuri hasil kerja keras

temannya. Menyontek akan menghilangkan rasa percaya diri mahasiswa.

Apabila kebiasaan tersebut berlanjut maka percaya diri akan

kemampuan 85 nilai dan Prinsip antikorupsi diri menjadi luntur, sehingga

semangat belajar jadi hilang, mahasiswa akan terkungkung oleh pendapatnya

sendiri, yang merasuki alam pikirnya bahwa untuk pintar tidak harus dengan

belajar, tetapi menyontek.

Kedua, contoh perilaku ketidakjujuran adalah plagiarisme

(penjiplakan karya tulis) yang selalu menjadi momok bagi pendidikan di

Indonesia. Terungkapnya kasus plagiarisme di bebarapa perguruan tinggi,

menjadi tolok ukur bagi kualitas pendidikan. Tindakan copy paste

seakan menjadi ritual wajib dalam memenuhi tugas dari dosen. Banyak

mahasiswa bahkan peneliti yang ditengarai melakukan plagiat.

Ketiga, contoh perilaku ketidakjujuran mahasiswa adalah titip

absensi, absensi yang ditandatangani mahasiswa sering disalahgunakan.

Tanda tangan fiktif pun mewarnai absensi, padahal dalam satu

pertemuan ada kalanya jumlah kehadiran mahasiswa tidak sebanding

dengan tanda tangan yang hadir. Mahasiswa yang hadir terlihat tidak

banyak, tetapi tanda tangan di absensi penuh dan mahasiswa hadir semua.

Perilaku menyontek, plagiarisme, dan titip absen merupakan manifestasi

ketidakjujuran, dapat memunculkan perilaku korupsi. Persoalan

ketidakjujuran tersebut merupakan suatu hal yang mengkhawatirkan dan

perlu perhatian serius. Hal ini berbanding terbalik dengan hakikat

pendidikan yang benar, yakni ingin menciptakan manusia yang berilmu dan

bermoral. Apabila budaya ketidakjujuran mahasiswa seperti menyontek,

plagiarisme, titip absen, dan lain-lain tidak segera diberantas, maka

perguruan tinggi akan menjadi bagian dari ´pembibitan´ moral yang

dekstruktif di Indonesia.

Page 4: PBAK JUJUR

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Kejujuran merupakan nilai dasar. Tanpa adanya kejujuran mustahil

seseorang bisa menjadi pribadi yang berintegritas. Kejujuran juga akan

terbawa dalam bekerja sehingga akan membentengi diri terhadap godaan

untuk berbuat curang atau berbohong.

Akar dari masalah korupsi, kolusi, dan nepotisme di Indonesia antara

lain faktor ketidakjujuran pada waktu menjadi mahasiswa. Beberapa

contoh budaya ketidakjujuran mahasiswa, misalnya: menyontek,

plagiarisme (penjiplakan karya tulis), titip absen.

Perilaku tersebut akan menghilangkan rasa percaya diri mahasiswa.

Prinsip antikorupsi diri menjadi luntur, sehingga semangat belajar jadi

hilang, mahasiswa akan terkungkung oleh pendapatnya sendiri, yang

merasuki alam pikirnya bahwa untuk pintar tidak harus dengan belajar.

3.2 SARAN

Mahasiswa sebagai pilar bangsa yang akan mengisi dan

memperjuangkan kejayaan bangsa Indonesia, sudah seharusnya memiliki dan

mengaplikasikan sikap jujur dalam kehidupan sehari-hari. Pengaplikasian

sikap jujur dapat dimulai dari hal-hal kecil dalam lingkungan rumah dan

lingkungan kampus, kemudian berlanjut ke hal-hal yang lebih besar dalam

lingkungan nasional sebagai upaya membudayakan nilai-nilai anti korupsi.

Page 5: PBAK JUJUR

DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes. 2014. Buku Ajar Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi (PBAK). Pusat

Jakarta : Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan