PATOGENESIS.docx

3
PATOGENESIS Infeksi primer HSV terjadi melalui kontak langsung pada orang dengan virus yang menular pada daerah perifer kulit, permukaan mukosa, atau sekret. HSV tidak aktif pada suhu kamar sehingga penyebaran secara aerosol dan fomitik tidak mungkin terjadi. Infeksi terjadi melalui inokulasi ke permukaan mukosa yang rentan terhadap infeksi atau tinggal di kulit. Setelah paparan HSV, virus bereplikasi di sel epitel, menyebabkan lisis pada sel yang terinfeksi, pembentukan vesikel, dan peradangan lokal. Setelah infeksi primer di tempat terjadinya inokulasi, HSV menuju ke saraf-saraf perifer dan masuk ke akar ganglia saraf otonom atau saraf sensoris, dimana latensi terbentuk di sana.7 Pada infeksi HSV orofasial, ganglia trigeminal yang paling sering terkena sedangkan pada infeksi HSV genital, ganglia sacralis (S2- S5) yang paling sering terlibat.3 Transportasi mundur HSV antar saraf dan terjadinya latensi tidak tergantung pada replikasi virus pada kulit atau neuron, neuron dapat terinfeksi tanpa adanya gejala. Latensi dapat terjadi setelah kedua gejala asimptomatik dan simptomatik terjadi pada infeksi primer. Secara berkala, HSV dapat mengaktifkan diri kembali dari fase laten dan virus kemudian menginfeksi saraf sensorik pada kulit dan daerah mukosa yang menyebabkan episode penyakit berulang. Penularan mukokutan berulang dapat terjadi dengan atau tanpa lesi, virus dapat ditularkan ke host baru saat fase penularan terjadi. Kekambuhan biasanya terjadi di sekitar terjadinya infeksi primer,

Transcript of PATOGENESIS.docx

Page 1: PATOGENESIS.docx

PATOGENESIS

Infeksi primer HSV terjadi melalui kontak langsung pada orang dengan virus yang

menular pada daerah perifer kulit, permukaan mukosa, atau sekret. HSV tidak aktif pada suhu

kamar sehingga penyebaran secara aerosol dan fomitik tidak mungkin terjadi. Infeksi terjadi

melalui inokulasi ke permukaan mukosa yang rentan terhadap infeksi atau tinggal di kulit.

Setelah paparan HSV, virus bereplikasi di sel epitel, menyebabkan lisis pada sel yang terinfeksi,

pembentukan vesikel, dan peradangan lokal. Setelah infeksi primer di tempat terjadinya

inokulasi, HSV menuju ke saraf-saraf perifer dan masuk ke akar ganglia saraf otonom atau saraf

sensoris, dimana latensi terbentuk di sana.7 Pada infeksi HSV orofasial, ganglia trigeminal yang

paling sering terkena sedangkan pada infeksi HSV genital, ganglia sacralis (S2-S5) yang paling

sering terlibat.3 Transportasi mundur HSV antar saraf dan terjadinya latensi tidak tergantung

pada replikasi virus pada kulit atau neuron, neuron dapat terinfeksi tanpa adanya gejala. Latensi

dapat terjadi setelah kedua gejala asimptomatik dan simptomatik terjadi pada infeksi primer.

Secara berkala, HSV dapat mengaktifkan diri kembali dari fase laten dan virus kemudian

menginfeksi saraf sensorik pada kulit dan daerah mukosa yang menyebabkan episode penyakit

berulang. Penularan mukokutan berulang dapat terjadi dengan atau tanpa lesi, virus dapat

ditularkan ke host baru saat fase penularan terjadi. Kekambuhan biasanya terjadi di sekitar

terjadinya infeksi primer, mungkin secara klinis bergejala atau tanpa gejala. Pada seseorang

dengan immunokompeten yang dapat sama-sama terinfeksi baik HSV-1 dan HSV-2 baik secara

oral maupun melalui genital. HSV 1 teraktivasi kembali lebih sering pada daerah mulut

disbanding pada daerah genital. Sama halnya dengan HSV-2, HSV-2 teraktivasi kembali 8-10

kali lebih sering pada daerah genitaldaripada daerah orolabial. Reaktivasi menjadi lebih sering

dan lebih berat pada seseorang dengan immunocompromise.3

Kontak dengan HSV-1 dalam air liur pembawa mungkin menjadi cara terpenting dari

penyebaran. HSV- 2 biasanya menular secara seksual. Kedua jenis 1 dan 2 dapat ditularkan ke

berbagai daerah secara oral-genital, kontak oral-anal atau dubur-kelamin. Penularan pada bayi

baru lahir biasanya terjadi melalui jalan lahir yang terinfeksi, tetapi jarang terjadi pada rahim

atau postpartum

Page 2: PATOGENESIS.docx

Gambar 1. Herpes Labialis. A. Dengan infeksi primer HSV, virus berreplikasipada epitel

orofaringeal, dan naik menuju saraf sensori perifer ke dalam ganglia trigeminalis. B. HSV bertahan

pada fase laten dalam ganglia trigeminal. C. Bermacam-macam ransangan memicu reaktivasi virus

laten, yang kemudian turun dari saraf sensori ke bibir dan kulit sekitar mulut, menjadi herpes

labialis berulang.