PATOGENESIS.docx
Transcript of PATOGENESIS.docx
PATOGENESIS
Infeksi primer HSV terjadi melalui kontak langsung pada orang dengan virus yang
menular pada daerah perifer kulit, permukaan mukosa, atau sekret. HSV tidak aktif pada suhu
kamar sehingga penyebaran secara aerosol dan fomitik tidak mungkin terjadi. Infeksi terjadi
melalui inokulasi ke permukaan mukosa yang rentan terhadap infeksi atau tinggal di kulit.
Setelah paparan HSV, virus bereplikasi di sel epitel, menyebabkan lisis pada sel yang terinfeksi,
pembentukan vesikel, dan peradangan lokal. Setelah infeksi primer di tempat terjadinya
inokulasi, HSV menuju ke saraf-saraf perifer dan masuk ke akar ganglia saraf otonom atau saraf
sensoris, dimana latensi terbentuk di sana.7 Pada infeksi HSV orofasial, ganglia trigeminal yang
paling sering terkena sedangkan pada infeksi HSV genital, ganglia sacralis (S2-S5) yang paling
sering terlibat.3 Transportasi mundur HSV antar saraf dan terjadinya latensi tidak tergantung
pada replikasi virus pada kulit atau neuron, neuron dapat terinfeksi tanpa adanya gejala. Latensi
dapat terjadi setelah kedua gejala asimptomatik dan simptomatik terjadi pada infeksi primer.
Secara berkala, HSV dapat mengaktifkan diri kembali dari fase laten dan virus kemudian
menginfeksi saraf sensorik pada kulit dan daerah mukosa yang menyebabkan episode penyakit
berulang. Penularan mukokutan berulang dapat terjadi dengan atau tanpa lesi, virus dapat
ditularkan ke host baru saat fase penularan terjadi. Kekambuhan biasanya terjadi di sekitar
terjadinya infeksi primer, mungkin secara klinis bergejala atau tanpa gejala. Pada seseorang
dengan immunokompeten yang dapat sama-sama terinfeksi baik HSV-1 dan HSV-2 baik secara
oral maupun melalui genital. HSV 1 teraktivasi kembali lebih sering pada daerah mulut
disbanding pada daerah genital. Sama halnya dengan HSV-2, HSV-2 teraktivasi kembali 8-10
kali lebih sering pada daerah genitaldaripada daerah orolabial. Reaktivasi menjadi lebih sering
dan lebih berat pada seseorang dengan immunocompromise.3
Kontak dengan HSV-1 dalam air liur pembawa mungkin menjadi cara terpenting dari
penyebaran. HSV- 2 biasanya menular secara seksual. Kedua jenis 1 dan 2 dapat ditularkan ke
berbagai daerah secara oral-genital, kontak oral-anal atau dubur-kelamin. Penularan pada bayi
baru lahir biasanya terjadi melalui jalan lahir yang terinfeksi, tetapi jarang terjadi pada rahim
atau postpartum
Gambar 1. Herpes Labialis. A. Dengan infeksi primer HSV, virus berreplikasipada epitel
orofaringeal, dan naik menuju saraf sensori perifer ke dalam ganglia trigeminalis. B. HSV bertahan
pada fase laten dalam ganglia trigeminal. C. Bermacam-macam ransangan memicu reaktivasi virus
laten, yang kemudian turun dari saraf sensori ke bibir dan kulit sekitar mulut, menjadi herpes
labialis berulang.