PATOFISIOLOGI Salep 88

8
Patogenesis DKI Bahan Iritan (toksin) Merusak Membran Lemak Mengaktifkan fosfolipasi Melepaskan AA (Asam Arakidonat) DAG (Diasilgliserol) Prostaglandin Leukotrien Stimulasi IL-1 Mengaktifkan Sel T Penolong Induksi Aktivasi Vasodilatasi Sel Mast Mengeluarkan IL- 2 Pem. Darah Turnover Epidermis Permeabilitas Melepaskan Pemb. Darah histamine Laju mitosis dan jumlah Meningkat Sel germinativum meningkat Merangsang Saraf

description

salep 88

Transcript of PATOFISIOLOGI Salep 88

Page 1: PATOFISIOLOGI   Salep 88

Patogenesis DKI

Bahan Iritan (toksin)

Merusak Membran Lemak

Mengaktifkan fosfolipasi

Melepaskan

AA (Asam Arakidonat) DAG (Diasilgliserol)

Prostaglandin Leukotrien Stimulasi IL-1

Mengaktifkan Sel T Penolong

Induksi Aktivasi

Vasodilatasi Sel Mast Mengeluarkan IL-2

Pem. Darah

Turnover Epidermis

Permeabilitas Melepaskan

Pemb. Darah histamine Laju mitosis dan jumlah

Meningkat Sel germinativum meningkat

Merangsang Saraf

Eritem Perifer Sel diatasnya terdorong ke

Permukaan lebih cepat

Lanjut ke saraf

Sensorik Sel yang belum matur menumpuk di kulit

Page 2: PATOFISIOLOGI   Salep 88

Gatal Pengelupasan kulit lbh cpt

PATOFISIOLOGI GATAL

o Jaras Sensoris Kulit

Pada kulit, terdapat ujung saraf bebas yang merupakan reseptor nyeri (nosiseptor).

Ujung saraf bebasnya bisa mencapai bagian bawah epidermis. Ujung saraf bebas terbagi

menjadi dua jenis serabut saraf. Serabut saraf A bermielin yang merupakan nosiseptor

dan serabut saraf C tidak bermielin. Serabut saraf C terdiri dari 80% mekanosensitif

yang merupakan polimodal nosiseptor dan 20% mekanoinsensitif. Polimodal nosiseptor

merupakan serabut saraf yang merespon terhadap semua jenis stimulus mekanik dan

kimiawi. Sedangkan mekanoinsensitif tidak merespon terhadap stimulus mekanik,

namun memberi respon terhadap stimulus kimiawi. Sekitar 5% dari

mekanoinsensitif ini merupakan pruritoseptor yaitu reseptor yang menimbulkan

rasa gatal, terutama dipengaruhi oleh histamine. Serabut saraf A merupakan

penghantar sinyal saraf yang cepat. Kecepatan hantarannya mencapai 30m/detik.

Sedangkan serabut saraf C merupakan penghantar sinyal saraf yang lambat. Kecepatan

hantarannya hanya 12m/detik, terlebih lagi pada serabut saraf C mekanoinsensitif yang

hanya 0,5m/detik. Hal ini menjelaskan mengapa seseorang dapat merasakan rasa gatal

beberapa saat setelah stimulus terjadi. Bandingkan saat tangan kita terkena benda panas.

Gatal dapat timbul apabila pruritoseptor terangsang dan reseptor lainnya tidak

terangsang. Tidak mungkin pada penghantaran sinyal, terdapat dua reseptor sekalgus

yang terangsang oleh satu stimulus. Saat pruriseptor terangsang, seseorang akan

mulai merasakan sensasi gatal sehingga timbul hasrat untuk menggaruk. Saat

menggaruk, polimodal nosiseptor akan terangsang sehingga pruritoseptor akan

berhenti terangsang. Hal ini memberikan penjelasan mengapa ketika seseorang

menggaruk tubuhnya yang gatal, maka rasa gatal akan menghilang. Setelah garukan

dihentikan, yang artinya polimodal nosiseptor berhenti terangsang, pruritoseptor

sangat mungkin untuk kembali terangsang sehingga gatal akan timbul kembali.

Polimodal nosiseptor juga dapat menimbulkan gatal, misalnya pada baju baru yang

labelnya kasar akan menimbulkan sensasi gatal.Stimulus pada serabu saraf C melalui

ganglion dorsal dan menyilang pada saraf tulang belakang ke sisi kontralateral dan

Page 3: PATOFISIOLOGI   Salep 88

masuk ke jalur spinotalamikus lateral menuju thalamus dan akhirnya mencapai

korteks serebri sensori.

o Mediator Penyebab Gatal pada Kulit

• Histamin

Konsentrasi histamin yang rendah pada lapisan dermo-epidermal menyebabkan sensasi

gatal, namun injeksi yang lebih dalam (deeper intracutaneus) menyebabkan nyeri.

Histamin disintesis di dalam sel mast dan tersimpan pada granula sel mast. Ketika terjadi

reaksi radang, sel mast terdegranulasi dan keluarlah histamin tersebut. Histamin terdiri

dari dua macam, H1 dan H2. Histamin yang menyebabkan gatal adalah H1.

• Serotonin

Amina jenis ini ditemukan pada platelet tapi tidak terdapat pada sel mast manusia.

Serotonin dapat menyebabkan gatal melalui pelepasan histamine dari sel mast dermal.

• Endopeptidase

Endopeptidase seperti tripsin atau papain dapat menyebabkan gatal. Tripsin adalah

komponen penting dari sel mast dermal dan dilepaskan akibat aktivasi sel mast. Sel mast

memperoleh triptase, dari kerja proteinase-activated receptor-2 (PAR-2) pada terminal

saraf C yang berdekatan sehingga membangkitkan neuropeptida pruritogenik dari

terminal yang sama. Hal ini memperlihatkan interaksi sistem imun dan sistem saraf

dalam menyebabkan sensasi gatal. Selain tripsin, reaksi inflamasi juga menghasilkan

interleukin-2 (IL-2) yang ikut berperan dalam timbulnya gatal.

• Neuropeptida

Substansi P yang terdapat pada terminal neuron C dilepaskan sebagai akibat dari kerja

triptase sel mast pada PAR-2 dan menyebabkan gatal dengan baik dengan aksi langsung

maupun memicu pelepasan histamin oleh sel mast melalui reseptor NK-1. Dosis rendah

dari morphin menyebabkan gatal dan efeknya adalah pelepasan prostaglandin dan

degranulasi sel mast. Reseptor agonis opioid adalah pada saraf tulang belakang atau

ganglia dorsal karena dosis rendah dari morphine dapat menyebakan gatal segmental.

• Eicosanoid

Transformasi asam arakidonat (prostaglandin, leukotrin) memliki peran yang kuat dalam

mediator inflamasi tapi tidak secara langsung menyebabkan gatal. Prostaglandin E (PGE)

Page 4: PATOFISIOLOGI   Salep 88

menyebabkan gatal melalui mediator lain. Konsentrasi rendah PGE pada satu area kulit

menurunkan ambang batas timbulnya sensasi gatal akibat kerja histamin pada area

tersebut.

o Patofisiologi Pruritus

Pruritogen menyebabkan ujung serabut saraf C pruritoseptif teraktivasi Serabut saraf C

menghantarkan impuls sepanjang serabut saraf sensoris Terjadi input eksitasi di

Lamina-1 kornu dorsalis susunan saraf tulang belakang Akson refleks mengeluarkan

transmiter yang menghasilkan inflamasi neurogenik (substansi P, CGRP, NKA)

Setelah impuls melalui pemrosesan di korteks serebri, maka akan timbul suatu perasaan

gatal dan tidak enak yang menyebabkan hasrat untuk menggaruk bagian tertentu tubuh

KERATINISASI

Lapisan epidermis dewasa mempunyai 3 sel utama yaitu keratinosit, Sel Langerhans dan

Melanosit.

FUNGSI KERATINISASI

Page 5: PATOFISIOLOGI   Salep 88

Keratinosit dimulai dari sel basale mengadakan pembelahan Sel basal yang lain berpindah ke

atas menjadi sel spinosum Semakin keatas sel menjadi gepeng dan dan bergranula menjadi sel

granulosum Inti menghilang dan keratinosit menjadi sel tanduk yang amorf

Proses ini berlangsung terus menerus seumur hidup selama 14-21 hari

SALEP 88

Komposisi

Acidum salicylicum 60 mg

Acidum benzoicum 65 mg

Sulfur precipitatum 60 mg

Camphora 30 mg

Mentholum 25 mg

Vaselin album ad 1000 mg

Indikasi

Untuk mengobati penyakit kulit karena jamur seperti panu,kadas,kurap,kudis dan kutu air

Aturan Pakai

Oleskan 3x sehari secukupnya pada bagian yang luka dan gatal sebelumnya dibersihkan dan

dikeringkan terlebih dahulu

Kontraindikasi

Penderita yang hipersensitif terhadap komponen obat

Efek Samping

Bila digunakan terus menerus dapat menimbulkan iritasi,dermatitis dan urtikaria

Page 6: PATOFISIOLOGI   Salep 88

Pada kaki pasien terdapat efloresensi fisura (retak-retak) yang diakibatkan oleh pemberian salep

88. Dimana salep tersebut mengandung asam salisilat yang dapat mengakibatkan keratolisis pada

kulit. Kadar asam salisilat pada salep 88 cukup tinggi sehingga dapat menimbulkan gejala

tersebut

DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, edisi kelima. Jakarta: Balai

Penerbit FKUI, 2007; hal: 8

2. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, edisi kelima. Jakarta: Balai

Penerbit FKUI, 2007; hal: 321-323

3. Freddberg IM, Elsen AZ, Wolff K, et al: Fitzpatrick’s Dermatology General Medicine, 6th edition.

New York: McGraw-Hill, 2003.