PATIN DATANG MASYARAKAT SENANG Nilo dan PT. Musim Mas serta WWF Indonesia Program Riau. Novi, 30...

4
Pada musim hujan, permukaan air di sungai Nilo cukup tinggi, se- hingga Ajirudin, 69 tahun, Ketua Kelompok Perikanan Lubuk Du- lang Desa Kesuma dapat menem- puh kanal buatan dari Dusun I menuju keramba kelompok yang ada di Sungai Nilo. Perjalanan itu ditempuh dengan pompong, se- jenis perahu kayu bermotor, dalam waktu 10 menit. Tapi pada musim kering, air sungai Nilo akan surut, maka kanal buatan akan kering sehingga perjalanan menuju keramba harus melewati Kampung Kuala Napu dan mem- butuhkan waktu 30 sampai 60 menit untuk sampai ke lokasi ker- amba. Ada lima unit keramba yang masing-masing berisi 1000 ekor bibit ikan patin. Saat ditinjau pada bulan Septem- ber lalu, ukuran bibit pada be- berapa keramba sudah mencapai 800 gr/ekor dan siap untuk dijual. Ikan-ikan patin berukuran telapak tangan orang dewasa itu berlonca- tan ketika anggoa kelompok me- lempar pakan ke keramba. Air keramba beriak dan keramba sedikit bergoyang. Ajirudin dan teman-teman terlihat senang. Ker- amba-keramba itu dikelola oleh kelompok Lubuk Dulang di Desa Kesuma Kec. Pangkalan Kuras Kab. Pelalawan. Kelompok yang dibentuk sejak April 2011 lalu dan sudah mendapatkan legalitas dari Kepala Desa. Ajirudin mengata- kan bahwa beberapa masyarakat atas inisiatif sendiri juga sudah melakukan usaha budi daya ikan dalam keramba mengikuti usaha kelompok. Bahkan Pemerintah Daerah melalui DInas Perikanan juga melakukan hal yang sama dengan memberikan bantuan kepada masyarakat di sekitar Kuala Napu. Ajirudin adalah seorang tokoh masyarakat Desa Kesuma, tinggal di Dusun I dan bermata pencahar- ian sebagai nelayan. Setiap hari sejak pukul 5 pagi ia pergi ke sun- gai Nilo dengan perahu motornya untuk memasang bubu, jaring atau memancing. Pada siang hari, Aji- rudin pulang sambil membawa ikan hasil tangkapan. Biasanya penduduk Dusun I akan langsung menjual ikan yang ditangkap ke pengumpul yang sudah menunggu di desa. Tapi delapan bulan tera- khir, Ajirudin dan anggota kelom- pok mempunyai kesibukan lain setelah menangkap ikan yaitu mengunjungi keramba dan mem- beri makan ikan. Ajirudin dan teman-temannya bersemangat di dalam pertemuan sosialisasi yang difasilitasi Atan Sari, pendamping dari Forum Masyarakat Tesso Nilo (salah satu anggota konsorsium YTNTN untuk Program TFCA Sumatera). Ada sekitar 25 orang penduduk yang hadir, dan mereka semua berasal dari Dusun I. Radaimon Ketua Fo- rum Masyarakat Tesso Nilo yang hadir bersama Yuliantony dari Yayasan Taman Nasional Tesso NIlo mensosialisasikan maksud dan tujuan pendampin- gan yang akan dilakukan dan menjelaskan proses yang dilalui sebelum bantuan diterima. Dalam sessi diskusi, Atan Sari mengidentifikasi secara partisi- patif kebutuhan masyarakat un- tuk peningkatan kesejahteraan mereka dan membentuk kelom- pok untuk peningkatan kese- jahteraan masyarakat. Banyak usulan yang muncul pada saat itu terutama berkaitan dengan pe- manfaatan sungai Nilo sebagai sumber pencaharian utama masyarakat. Pada akhir perte- muan masyarakat menyepakati usulan agar mereka diberikan bantuan untuk budidaya ikan dan disepakati itu adalah dalam bentuk keramba dan untuk me- lakukan budi daya itu masyarakat sepakat membentuk kelompok perikanan yang bernama Lubuk Dulang. Setelah usulan diterima, Atan Sari selanjutnya mengadakan pertemuan dan menyepakati beberapa hal termasuk pen- yediaan bahan-bahan untuk ker- amba, membuat keramba, memilih lokasi, memilih bibit yang akan dipelihara, menunjuk penanggung jawab masing- masing keramba dan menyusun jadwal kerja. Kelompok bahu membahu dalam membuat ker- amba. Bahan baku kayu tidak diambil dari taman nasional tetapi dari hutan kecil di sekitar kampung. Bibit yang diusulkan pada awalnya adalah gurami karena gurami dikenal sebagai jenis ikan yang kuat, pakannya mudah dan banyak tersedia di lokasi serta mempunyai harga jual yang baik. Namun dua minggu setelah keramba selesai dan bibit mulai dimasukkan, bibit ini mengalami kematian masal. Ada indikasi bahwa lo- kasi keramba tidak cocok untuk gurami di mana keramba ditem- patkan di pertemuan anak sun- gai Nilo dengan Sungai NIli sehingga mengalami pengadu- kan cukup tinggi yang membuat produksi oksigen di dalam air berkurang. Pendamping ke- mudian berkoordinasi dengan PPL perikanan setempat dan atas saran PPL tersebut, lokasi keramba dipindahkan dan jenis bibit diganti dengan ikan yang pernah dibudidayakan di sungai Nilo, yaitu ikan patin (Pangasius sutchi). Hasilnya, ikan-ikan patin itu dapat tumbuh dan berkem- bang dengan baik. Pendamping juga melakukan kunjungan rutin ke masyarakat setiap bulannya untuk meman- tau perkembangan dari budi daya tersebut. Bersama kelom- pok pendamping mengunjungi lokasi keramba, menimbang berat ikan dan memeriksa ket- ersediaan pakan. Dalam be- berapa kunjungan pendamping juga melakukan pertemuan kelompok untuk menyepakati aturan kelompok terutama ter- kait dengan pembagian hasil ketika ikan sudah dipanen. Ikan-ikan patin itu kini saatnya dipanen. Kelompok masih menunggu pembeli yang menawarkan harga yang cocok. Tetapi itu sudah cukup memun- culkan harapan dan optimisme anggota bahwa usaha yang mereka lakukan menunjukkan hasil yang bagus dan membawa dampak yang baik bagi anggota kelompok dan warga lain. Oleh: Yuliantony Masyarakat menerima benih ikan di PATIN DATANG MASYARAKAT SENANG Diterbitkan atas kerjasama Konsorsium YTNTN dan TFCA Sumatera Oktober 2013 Kegiatan Masyarakat 1 Kegiatan Perempuan 2.1 Patroli Gajah 2.2 Patroli Masyarakat 3.1 Pejuang Konservasi 3.2 Pengetahuan 4.1 Redaksi 4.2 Rubrik : Saat ini ikan- ikan patin di keramba milik kelompok Lubuk Dulang sudah siap untuk di- panen. Hara- pannya program ini dapat mem- bantu masyara- kat meningkat- kan penda- patannya.

Transcript of PATIN DATANG MASYARAKAT SENANG Nilo dan PT. Musim Mas serta WWF Indonesia Program Riau. Novi, 30...

Page 1: PATIN DATANG MASYARAKAT SENANG Nilo dan PT. Musim Mas serta WWF Indonesia Program Riau. Novi, 30 thn, betina, adalah satu dari tiga ekor gajah yang sudah dipelihara oleh Yayasan Taman

Pada musim hujan, permukaan air di sungai Nilo cukup tinggi, se-hingga Ajirudin, 69 tahun, Ketua Kelompok Perikanan Lubuk Du-lang Desa Kesuma dapat menem-puh kanal buatan dari Dusun I menuju keramba kelompok yang ada di Sungai Nilo. Perjalanan itu ditempuh dengan pompong, se-jenis perahu kayu bermotor, dalam waktu 10 menit. Tapi pada musim kering, air sungai Nilo akan surut, maka kanal buatan akan kering sehingga perjalanan menuju keramba harus melewati Kampung Kuala Napu dan mem-butuhkan waktu 30 sampai 60 menit untuk sampai ke lokasi ker-amba. Ada lima unit keramba yang masing-masing berisi 1000 ekor bibit ikan patin. Saat ditinjau pada bulan Septem-ber lalu, ukuran bibit pada be-berapa keramba sudah mencapai 800 gr/ekor dan siap untuk dijual. Ikan-ikan patin berukuran telapak tangan orang dewasa itu berlonca-tan ketika anggoa kelompok me-lempar pakan ke keramba. Air keramba beriak dan keramba sedikit bergoyang. Ajirudin dan teman-teman terlihat senang. Ker-amba-keramba itu dikelola oleh kelompok Lubuk Dulang di Desa Kesuma Kec. Pangkalan Kuras Kab. Pelalawan. Kelompok yang dibentuk sejak April 2011 lalu dan sudah mendapatkan legalitas dari Kepala Desa. Ajirudin mengata-kan bahwa beberapa masyarakat atas inisiatif sendiri juga sudah melakukan usaha budi daya ikan dalam keramba mengikuti usaha kelompok. Bahkan Pemerintah Daerah melalui DInas Perikanan juga melakukan hal yang sama dengan memberikan bantuan kepada masyarakat di sekitar Kuala Napu. Ajirudin adalah seorang tokoh masyarakat Desa Kesuma, tinggal di Dusun I dan bermata pencahar-ian sebagai nelayan. Setiap hari sejak pukul 5 pagi ia pergi ke sun-gai Nilo dengan perahu motornya untuk memasang bubu, jaring atau memancing. Pada siang hari, Aji-rudin pulang sambil membawa ikan hasil tangkapan. Biasanya penduduk Dusun I akan langsung menjual ikan yang ditangkap ke pengumpul yang sudah menunggu di desa. Tapi delapan bulan tera-khir, Ajirudin dan anggota kelom-pok mempunyai kesibukan lain setelah menangkap ikan yaitu

mengunjungi keramba dan mem-beri makan ikan. Ajirudin dan teman-temannya bersemangat di dalam pertemuan sosialisasi yang difasilitasi Atan Sari, pendamping dari Forum Masyarakat Tesso Nilo (salah satu anggota konsorsium YTNTN untuk Program TFCA Sumatera). Ada sekitar 25 orang penduduk yang hadir, dan mereka semua berasal dari Dusun I. Radaimon Ketua Fo-rum Masyarakat Tesso Nilo yang hadir bersama Yuliantony dari Yayasan Taman Nasional Tesso NIlo mensosialisasikan maksud dan tujuan pendampin-gan yang akan dilakukan dan menjelaskan proses yang dilalui sebelum bantuan diterima. Dalam sessi diskusi, Atan Sari mengidentifikasi secara partisi-patif kebutuhan masyarakat un-tuk peningkatan kesejahteraan mereka dan membentuk kelom-pok untuk peningkatan kese-jahteraan masyarakat. Banyak usulan yang muncul pada saat itu terutama berkaitan dengan pe-manfaatan sungai Nilo sebagai sumber pencaharian utama masyarakat. Pada akhir perte-muan masyarakat menyepakati usulan agar mereka diberikan bantuan untuk budidaya ikan dan disepakati itu adalah dalam bentuk keramba dan untuk me-lakukan budi daya itu masyarakat sepakat membentuk kelompok perikanan yang bernama Lubuk Dulang. Setelah usulan diterima, Atan Sari selanjutnya mengadakan pertemuan dan menyepakati beberapa hal termasuk pen-yediaan bahan-bahan untuk ker-amba, membuat keramba, memilih lokasi, memilih bibit yang akan dipelihara, menunjuk

penanggung jawab masing-masing keramba dan menyusun jadwal kerja. Kelompok bahu membahu dalam membuat ker-amba. Bahan baku kayu tidak diambil dari taman nasional tetapi dari hutan kecil di sekitar kampung. Bibit yang diusulkan pada awalnya adalah gurami karena gurami dikenal sebagai jenis ikan yang kuat, pakannya mudah dan banyak tersedia di lokasi serta mempunyai harga jual yang baik. Namun dua minggu setelah keramba selesai dan bibit mulai dimasukkan, bibit ini mengalami kematian masal. Ada indikasi bahwa lo-kasi keramba tidak cocok untuk gurami di mana keramba ditem-patkan di pertemuan anak sun-gai Nilo dengan Sungai NIli sehingga mengalami pengadu-kan cukup tinggi yang membuat produksi oksigen di dalam air berkurang. Pendamping ke-mudian berkoordinasi dengan PPL perikanan setempat dan atas saran PPL tersebut, lokasi keramba dipindahkan dan jenis bibit diganti dengan ikan yang pernah dibudidayakan di sungai Nilo, yaitu ikan patin (Pangasius sutchi). Hasilnya, ikan-ikan patin itu dapat tumbuh dan berkem-bang dengan baik. Pendamping juga melakukan kunjungan rutin ke masyarakat setiap bulannya untuk meman-tau perkembangan dari budi daya tersebut. Bersama kelom-pok pendamping mengunjungi lokasi keramba, menimbang berat ikan dan memeriksa ket-ersediaan pakan. Dalam be-berapa kunjungan pendamping juga melakukan pertemuan kelompok untuk menyepakati aturan kelompok terutama ter-kait dengan pembagian hasil ketika ikan sudah dipanen. Ikan-ikan patin itu kini saatnya dipanen. Kelompok masih menunggu pembeli yang menawarkan harga yang cocok. Tetapi itu sudah cukup memun-culkan harapan dan optimisme anggota bahwa usaha yang mereka lakukan menunjukkan hasil yang bagus dan membawa dampak yang baik bagi anggota kelompok dan warga lain. Oleh: Yuliantony

Masyarakat menerima benih ikan di

PATIN DATANG MASYARAKAT SENANG

Diterbitkan atas kerjasama Konsorsium YTNTN dan TFCA Sumatera

Oktober 2013

Kegiatan Masyarakat 1

Kegiatan Perempuan 2.1

Patroli Gajah 2.2

Patroli Masyarakat 3.1

Pejuang Konservasi 3.2

Pengetahuan 4.1

Redaksi 4.2

Rubrik :

Saat ini ikan-

ikan patin di

keramba milik

kelompok Lubuk

Dulang sudah

siap untuk di-

panen. Hara-

pannya program

ini dapat mem-

bantu masyara-

kat meningkat-

kan penda-

patannya.

Page 2: PATIN DATANG MASYARAKAT SENANG Nilo dan PT. Musim Mas serta WWF Indonesia Program Riau. Novi, 30 thn, betina, adalah satu dari tiga ekor gajah yang sudah dipelihara oleh Yayasan Taman

Remaja Tesso Nilo di Desa Pangkalan

Gondai. Hal yang sama juga terjadi di

Desa Situgal.

Ros, 38 tahun Ketua Kelompok Perem-

puan Raudhatul Muslimah mengatakan

bahwa kegiatan ini merupakan salah satu

kegiatan yang difasilitasi oleh Riau

Women Working Group RWWG ber-

sama TFCA Sumatera untuk meningkat-

kan peran perempuan dalam penge-

lolaan sumber daya alam sekaligus men-

ingkatkan kesejahteraan mereka.

RWWG merupakan salah satu anggota

konsorsium YTNTN dalam program

TFCA Sumatera di Taman Nasional

Tesso Nilo. Konsorsium ini dibentuk

oleh lima lembaga dan kelompok

masyarakat untuk mendorong penge-

lolaan TNTN yang lebih efektif

dan efisien.

Kelompok Perempuan Raudhatul

Muslimah sendiri baru dibentuk

pada awal Agustus 2012 lalu dan

mempunyai anggota 24 orang.

Sedangkan kelompok remaja

Tesso Nilo Juga dibentuk pada

bulan September 2012 dan

mempunyai 20 anggota. Ros

berharap kegiatan ini selain dapat

meningkatkan kesejahteraan per-

empuan juga meningkatkan sila-

turahmi ibu-ibu di desa Gondai

sambil meningkatkan kapasitas

perempuan agar dapat terlibat

dalam proses pengambilan kepu-

tusan di desa.

Peningkatan Ekonomi Rumah Tangga kelompok IRT Ada pemandangan yang tidak biasa di Desa Gondai April

lalu. 30-an orang ibu-ibu dan remaja bekerja bersama pada

suatu lahan kosong milik Bu Ros. Sebagian mencampur

tanah hitam dengan kompos, sebagian lagi memasukkan

tanah campuran ke dalam polly bag. Yang lainnya ada yang

mengukur-ukur lahan dan ada juga yang memotong-motong

kayu untuk membuat tiang. Sebagian lain tampak sibuk

memindahkan bibit ke

dalam polly bag yang

sudah di isi tanah. Ada

bibit gaharu, cempedak

hutan dan medang.

Itulah kegiatan awal

pembibitan yang dila-

kukan kelompok per-

empuan Raudhatul

Muslimah dan Kelom-

pok Konservasi

Ha l 2 Vo lume 1 TAMPUI

Flying Squad : Kedatangan Gajah di Gondai

Jambo saat pertama kali di Gondai

Truk itu harus berhenti tiga

kali, ketika Novi meronta di

dalamnya. Pak Dar, sang sopir

terlihat ketakutan karena gon-

cangan truk yang begitu keras

sehingga dapat mengakibatkan

truk terbalik. Anggota tim eva-

kuasi dengan susah payah beru-

saha menenangkan Novi.

Batang pisang, buah nenas dan

gula merah dilempar ke dalam

truk, Ari-sang mahout harus

terus berada di atas Novi untuk

menenangkannya. Rantai

dikencangkan dan ikatannya

ditambah. Pada akhirnya Novi

dapat tenang kembali dan per-

jalanan evakuasi tiga ekor gajah

ke flying squad Gondai dapat

dilanjutkan.

Evakuasi gajah captive meru-

pakan kegiatan dari peningka-

tan kapasitas flying squad

Gondai yang berada di Desa

Pangkalan Gondai Kec.

Langgam Kab. Pelalawan. Desa

ini berbatasan langsung dengan

Taman Nasional Tesso Nilo.

Sejak beroperasi pada tahun

2008, flying squad ini belum

memiliki gajah captive yang

bisa digunakan untuk mengusir

gajah liar. Flying Squad adalah

sebuah metode mitigasi konflik

gajah dan manusia dengan

menggunakan gajah jinak untuk

mengusir gajah liar kembali ke

habitatnya. Di sekitar TNTN

saat ini ada lima flying squad

yang sudah beroperasi, tiga dian-

taranya sudah mempunyai gajah

captive. Salah satunya dikelola

oleh Yayasan Taman Nasional

Tesso Nilo dan PT. Musim Mas

serta WWF Indonesia Program

Riau.

Novi, 30 thn, betina, adalah satu

dari tiga ekor gajah yang sudah

dipelihara oleh Yayasan Taman

Nasional Tesso Nilo. Dua lain-

nya adalah Dono, 35 tahun,

jantan dan Jambo , 5 thn, jantan.

Ketiga ekor gajah itu dilatih

untuk menjadi gajah flying

squad di flying squad Lubuk

kembang Bunga selama 1,5 ta-

hun. Mereka beradaptasi, men-

gikuti patroli, dan bahkan ikut

membantu mengusir gajah lair

yang masuk ke perkambungan.

Mereka juga dilatih beberapa

kemampuan akrobatik seder-

hana seperti duduk, mengang-

kat satu kaki, mengangkat dua

kaki, dan lainnya. Mereka juga

diangon-digembalakan di

daerah yang banyak makanan,

diberi makanan tambahan,

vitamin dan diobati jika sakit.

Hingga akhirnya ketiga gajah

itu siap untuk dibawa ke

Gondai.

Tepat pukul 19.00 wib, setelah

dua jam, perjalanan di bawah

hujan dan melewati kampung

Bukit Kesuma yang dihuni

banyak perambah, gajah-gajah

itu untuk pertama kalinya

sampai di Desa Pangkalan

Gondai. Setelah menunggu

selama lebih dari lima tahun,

akhirnya camp FS Gondai ke-

datangan gajah. Melalui proses

yang cukup panjang, mulai dari

pertemuan di masyarakat untuk

mensosialisasikan kedatangan

gajah, sampai ke koordinasi

antar stake holder untuk

pemindahan. Kegiatan pemin-

dahan ini dibantu oleh Petugas

BBKSDA Riau, Petugas

BTNTN, kepolisian setempat,

tim WWF, masyarakat dan tim

YTNTN.

Dono saat dimasukkan ke dalam

truk.

Dua truk berisis gajah siap diber-

angkatkan Ke Desa Gondai.

Page 3: PATIN DATANG MASYARAKAT SENANG Nilo dan PT. Musim Mas serta WWF Indonesia Program Riau. Novi, 30 thn, betina, adalah satu dari tiga ekor gajah yang sudah dipelihara oleh Yayasan Taman

Tokoh : Semangat Masyarakat Lokal Melestarikan Lingkungan.

Patroli Masyarakat di TNTN

Ketua FMTN, Bpk. Raidamon.

beranggotakan 29 orang sedangkan di Desa Pangkalan Gondai

hanya 9 orang. Tim patroli dibekali dengan SOP sebelum

mereka melakukan patroli. Pada intinya, tugas utama tim patroli

adalah melakukan pendataan terhadap keadaan hutan yang

mereka kunjungi dan menyusun laporan ke YTNTN. Tim

bergerak ke daerah target yang berada di dalam TNTN dengan

kendaraan roda dua dan ataupun dengan berjalan kaki.

Ada banyak temuan. Kelompok patroli di Situgal misalnya me-

nemukan kegiatan illegal loging, perambahan, maupun kondisi

satwa terutama gajah di TNTN. Temuan ini selanjutnya dila-

porkan ke BTNTN untuk diambil tindakan. Data hasil patroli

menunjukkan TNTN membutuhkan perlindungan dari berba-

gai pihak baik pemerintah, lembaga-lembaga terkait, dan teru-

tama masyarakat lokal itu sendiri untuk terus ikut menjaga

TNTN dari berbagai macam kegiatan yang mengancam ke-

beradaan TNTN. Melihat besarnya peran Patroli Masyarakat

ini, ada baiknya kegiatan ini dikembangkan di daerah-daerah

lain di sekitar TNTN.

Saat ini kawasan Taman Nasional Tesso Nilo mengalami

degradasi lahan dan berkurangnya fungsi ekosistem akibat

maraknya penebangan liar, perambahan, perburuan illegal,

pembangunan pemukiman dan aktifitas lain yang illegal. Untuk

dapat memberikan perlindungan terhadap kawasan perlindu-

ngan alam, maka diperlukan peran serta para pihak terutama

masyarakat. Salah satu wujud peran serta masyarakat dalam

perlindungan hutan adalah dengan melakukan patroli di sekitar

kawasan hutan yang berbatasan dengan wilayah administratif

masyarakat.

Patroli adalah cara yang dilakukan untuk dapat memantau lang-

sung kondisi di TNTN dan sekitarnya. Di TNTN pada bulan

Agustus 2013 lalu YTNTN sudah membentuk masing-masing

satu unit tim patroli masyarakat di Desa Situgal dan Desa

Pangkalan Gondai. Sebelum membentuk tim patroli,

Pendamping lapangan mensosialisasikan kepada masyarakat

keadaan di TNTN, dampaknya terhadap kehidupan mereka,

pentingnya keterlibatan masyarakat dan peran-peran apa saja

yang bisa dilakukan masyarqkat dalam perlindungan hutan.

Setelah masyarakat sepakat membentuk tim patroli, maka

dibentuklah tim patroli itu. Tim Situgal, Patroli masyarakat

memberikan dukungan dalam

perlindungan TNTN. Radai-

mon aktif di FMTN sejak

tahun 2006. Bersama-sama

dengan FMTN, lelaki yang

kocak dan memiliki komitmen

tinggi untuk menjaga Tesso

Nilo ini aktif melakukan advo-

kasi dalam upaya-upaya kon-

servasi hutan Tesso Nilo

Akrab dipanggil dengan sapaan

Pak Ray, lelaki kelahiran

Gunung Sahilan, 27 Juli, 53

tahun yang lalu memiliki nama

lengkap Radaimon adalah

Ketua Forum Masyarakat

Tesso Nilo (FMTN), sebuah

organisasi masyarakat lokal di

sekitar TNTN. Forum Tesso

Nilo dibentuk untuk tujuan

Banyak sudah kegiatan

konservsi yang dilakukannya.

Beliau juga aktif menggalang

dukungan untuk meningkatkan

ekonomi masyarakat lokal.

Sebagai ketua FMTN beliau

juga sering mengikuti berbagai

pelatihan terkait dengan

pengembangan dan pember-

dayaan masyarakat.

Ha l 3 TAMPUI Vo lume 1

Te,muan gajah mati oleh Tim Patroli Partisipatif di TNTN. Dokumentasi Tim Patroli.

Tim Patroli Partisipatif juga mengedukasi masyarakat. Dokumentasi Tim Patroli.

Page 4: PATIN DATANG MASYARAKAT SENANG Nilo dan PT. Musim Mas serta WWF Indonesia Program Riau. Novi, 30 thn, betina, adalah satu dari tiga ekor gajah yang sudah dipelihara oleh Yayasan Taman

Salam lestari.

Ini adalah terbitan perdana dari Koran Selembar yang diterbitkan

atas kerjasama YTNTN, Konsorsium YTNTN dan TFCA

Sumatera. Koran ini bernama TAMPUI dan diterbitkan dengan

tujuan sebagai media komunikasi dan informasi aktifitas-aktifitas

pengelolaan di TNTN. Sasaran utama pembaca penerbitan ini

adalah masyarakat di sekitar TNTN, sehingga materi yang akan

dimuat lebih banyak berisi aktifitas-aktifitas masyarakat dan pe-

mangku kepentingan lain yang terkait dengan pengelolaan TNTN.

YTNTN

Konsorsium Yayasan Taman Nasional Tesso Nilo untuk TFCA Sumatera

(Yayasan Taman Nasional Tesso Nilo, WWF Indonesia Program Riau, Forum

Masyarakat Tesso Nilo, Riau Women Working Group dan Sumatera Sustainability

Fund)

Jl.Cengkeh No.23 A

Kelurahan Tangkerang Labuai, Kecamatan Marpoyan Damai, Pekanbaru, Riau

Kec.amatan Marpoyan Damain, Pekanbaru, Riau, Indonesia

Phone: 0761-7874425

Fax: 0751-7874426

sebanyak 11 (sebelas) individu harimau yang

melintasi TNTN.

Kekayaan jenis satwa dan spesies tumbuhan,

dan keberadaannya yang dekat dengan

masyarakat menjadikan TNTN sebagai taman

nasional yang membutuhkan perlindungan

keanekaragaman hayati dan ekosistem serta

mitigasi untuk mengurangi laju turunnya luasan

tutupan hutan dan konflik gajah dan harimau

dengan manusia.

Sumber : BTNTN

Tesso dan Nilo adalah dua nama dua sungai yang

melintasi Taman Nasional Tesso Nilo. Pertan-

yaannya adalah, apa yang membuat TNTN patut

untuk kita lindungi?

TNTN adalah taman nasional yang ditetapkan

melalui keputusan Kementerian Kehutanan me-

lalui SK.255/Menhut‐II/2004 tanggal 19 Juli 2004

seluas ± 38.576 hektar. Kemudian diperluas ±

44.492 hektar, melalui SK.663/Menhut‐II/2009

sehingga saat ini, total luas kawasan TNTN

menjadi ± 83.068 hektar yang tersebar di Kabu-

paten Pelalawan dan Kabupaten Indragiri Hulu.

Tesso Nilo merupakan hutan dataran rendah yang

memiliki keanekaragaman tumbuhan berpembuluh

tertinggi di dunia (Gillison, 2001). Lebih dari 120

spesies burung, 40 spesies mamalia, 18 diantaranya

dilindungi undang-undang, 16 jenis rawan punah

(IUCN Red List Data Book).

Gajah dan Harimau merupakan dua mamalia ra-

wan punah yang memiliki area jelajah di TNTN.

Terdapat sekitar 150 - 200 individu gajah tersebar

di kawasan TNTN. Selain gajah, juga telah teriden-

tifikasi melalui Camera Trap (2005-2011, WWF)

Taman Nasional Tesso Nilo

Office

Dari Redaksi

Hutan alami di TNTN.

Dokumentasi Survey YTNTN

Gajah Liar di TNTN

Filosofi dari nama media ini menggambarkan visi dan misi YTNTN.

Tampui adalah salah satu tumbuhan hutan yang ada di sekitar

TNTN. Tumbuhan ini sebenarnya cukup banyak berada di Kab.

Pelalawan dan Prov. Riau, namun sekarang jumlahnya sudah sangat

terbatas karena tingginya degradasi hutan. Bentuk buahnya seperti

buah duku dan rasanya manis-manis kelat. Buah ini sangat disukai

oleh binatang hutan khususnya kera dan burung. Bagi masyarakat

buah ini juga dimanfaatkan sebagai sumber makanan. Dahannya

sendiri cukup rimbun sehingga sebagai tempat bernaung bagi hewan

hutan.

Demikian juga YTNTN, bahwa lembaga ini juga berperan sebagai

pemberi informasi hal-hal yang terkait dengan TNTN , bahwa

YTNTN juga didirikan dengan tujuan untuk menaungi dan

melindungi sumber daya alam yang ada di TNTN baik itu berupa

satwa, fauna maupun ekosistemnya dan bahwa YTNTN juga

mengambil peran dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat

sekitar dan meningkatkan kualitas ekosistem kawasan itu.

Kami berharap media ini dapat menjadi sumber informasi dan

sumber pengetahuan dalam pengelolaan ekosistem Tesso Nilo yang

efektif dan efisien serta berperan dalam meningkatkan kesejahteraan

masyarakat di sekitarnya. Selamat membaca.

Salam,

Yuliantony

Peta Kawasan TNTN

Penanggung Jawab

Yuliantony

Editor

Baiturrahmah, T. Fadli

Pendukung

Tim Konsorsium YTNTN

Ha l 4 Vo lume 1 TAMPUI