Pasta Gigi

17
Berdasarkan hasil uji statistic One-way ANOVA, diperoleh nilai p: 0.048 (p<0.05), yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan luas zona daya hambat Streptococcus mutans yang signifikan antara pasta gigi herbal I (Ciptadent ® ), non-herbal I (Ciptadent ® ), herbal II (Pepsodent ® ), dan pasta gigi non-herbal II (Pepsodent ® ). Penelitian ini menggunakan uji parametrik, One-Way ANOVA, karena syarat uji parametrik, yakni distribusi data normal, terpenuhi dalam penelitian ini. Hal ini ditunjukkan dari hasil uji normalitas data, Shapiro-Wilk, yang menunjukkan nilai p<0.05 pada seluruh kelompok data. Dengan demikian, distribusi data dalam penelitian ini merupakan distribusi data normal dan uji paramterik dapat digunakan. Berdasarkan hasil penelitian bahwa pasta gigi Non- herbal II (P) memiliki luas zona hambat terbesar terhadap bakteri Streptococcus mutans yaitu sebesar

description

pasta gigi

Transcript of Pasta Gigi

Page 1: Pasta Gigi

Berdasarkan hasil uji statistic One-way ANOVA, diperoleh nilai p: 0.048

(p<0.05), yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan luas zona daya

hambat Streptococcus mutans yang signifikan antara pasta gigi herbal I

(Ciptadent®), non-herbal I (Ciptadent®), herbal II (Pepsodent®), dan pasta gigi

non-herbal II (Pepsodent®). Penelitian ini menggunakan uji parametrik, One-Way

ANOVA, karena syarat uji parametrik, yakni distribusi data normal, terpenuhi

dalam penelitian ini. Hal ini ditunjukkan dari hasil uji normalitas data, Shapiro-

Wilk, yang menunjukkan nilai p<0.05 pada seluruh kelompok data. Dengan

demikian, distribusi data dalam penelitian ini merupakan distribusi data normal

dan uji paramterik dapat digunakan.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa pasta gigi Non-herbal II (P) memiliki

luas zona hambat terbesar terhadap bakteri Streptococcus mutans yaitu sebesar

28.20mm. Hal ini diduga dikarenakan terdapat kandungan flouride dalam pasta

gigi non-herbal.

Hal ini sejalan dengan pernyataan Strassler (2009), fluoride merupakan

komponen pasta gigi yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri dalam

rongga mulut. Fluorida memiliki antikariogenik dan dapat mencegah inisiasi

perkembangan karies dengan membentuk kompleks. (Nigam, A. G., Jaiswal, J.

N., Murthy, R. C., Pandey, R. K. (2009). ‘Estimation of Fluoride Release

from Various Dental Materials in Different Media an In Vitro Study’,

International Journal of Clinical Pediatric Dentistry, January-April

2009:2(1):1-8)

Page 2: Pasta Gigi

Fluoride juga memiliki efek penghambatan langsung pada aktivitas

metabolik bakteri kariogenik. Glikolisis adalah jalur metabolik pusat dengan cara

membantu mikroorganisme kariogenik berkembang. Penghambatan glikolisis

oleh fluoride merupakan konsep utama yang mendukung efek anti-mikroba

fluoride terhadap pencegahan karies. Penelitian Hamilton (1990) telah

menunjukkan bahwa fluoride yang diberikan dengan tujuan penghambatan

melalui uptake dan degradasi polisakarida dari sel bakteri, dan juga dengan

mengurangi kemampuan sel untuk mempertahankan pH homeostasis fluoride

intraseluler yang bekerja terutama pada dua sistem enzim, yakni sistem enolase

dan transport aktif proton ATP-ase yang penting untuk aktivitas metabolik

mikroorganisme saccharolytic. Fluoride mengganggu pemecahan glukosa

menjadi asam piruvat dengan menghambat enolase, atau enzim perantara. Hal ini

menyebabkan penurunan sintesis piruvat dan ATP. Penurunan sintesis piruvat

tidak hanya menghasilkan pengurangan sintesis asam laktat, tetapi juga

mengganggu transportasi gula melalui system phosphoenolpyruvate

phosphotransferase. Membangun dari senyawa antara dari jalur glikolisis juga

mengganggu impor lanjut glukosa. Proses ini menghasilkan penurunan yang

signifikan dalam aktivitas metabolik mikroorganisme saccharolytic. Interaksi

fluoride dengan transportasi proton aktif ATP-ase menghasilkan akumulasi ion

proton intraseluler serta pengurangan impor glukosa. Sebagai hasil dari

akumulasi ion proton intraseluler dan reduksi substrat intraseluler, aktivitas

metabolik sel menurun secara signifikan. Hamilton IR. Growth, Metabolism and

Acid Production by Streptococcus mutans. In: Molecular Microbiology and

Page 3: Pasta Gigi

Immunobiology of Streptococcus mutans, S. Hamada, SM. 15.Michalek, H.

Kiyono, L. Menaker, and JR. McGhee (Ed’s), Amsterdam: Elsevier Science

Publishers, pp. 145-155, 1986.

Fluor (fluorine) sendiri merupakan golongan halogen VIIA yang

merupakan unsur paling reaktif, oksidator paling kuat serta memiliki

elektronegativitas paling tinggi. Bereaksi keras dengan zat yang paling

mudah teroksidasi pada suhu kamar. Fluor mudah membentuk senyawa

dengan hampir semua unsur lainnya, bahkan dengan gas mulia seperti kripton,

xenon dan radon. Saking reaktifnya, kaca, logam bahkan air serta zat lain akan

terbakar dan menyala terang saat direaksikan dengan gas fluor. Dalam

larutan, fluor biasanya terbentuk sebagai ion fluorida (F-). Fluorida terbentuk

dari interaksi antara ion fluorida dengan unsur lain yang bermuatan positif.

RSCP Publishing. (2013). The Merck Index of Encyclopedia of

Chemicals, Drug and Biological. Fifteenth edition. The Royal Society

of Chemistry, pp 1559

Diduga karena kandungan Fluoride pada pasta gigi non-herbal lebih tinggi

daripada pasta gigi herbal, sehingga menyebabkan zona hambat pada bakteri S.

aureus yang diberikan pasta gigi non-herbal lebih besar daripada zona hambat

pada bakteri yang diberikan pasta gigi herbal.

Page 4: Pasta Gigi

sesuai dengan tabel diatas, pepsoden non-herbal (pasta gigi flouride)

memiliki kadar flouride lebih efektif menghambat pertum mikroba.

Dibandingkan dengan pasta gigi herbal memiliki kandungan flouride yang

rendah bahkan tidak ada.

Page 5: Pasta Gigi

Tingkat Fluoride yang sangat tinggi, mendekati 0,16-0,3 mol / L (3040-5700

ppm) yang diperlukan untuk membunuh bakteri. Streptococcus mutans adalah

mikroorganisme yang sangat sensitif terhadap fluoride karena efek

penghambatan langsung fluoride pada sistem transport proton ATP-ase. Namun,

pada konsentrasi fluoride yang lebih rendah, bakteri ini bermutasi menjadi strain

resisten fluoride. Strain resisten fluoride tersebut telah mengalami penurunan

aktivitas metabolik, dan sebagai hasilnya, menunjukkan penurunan potensi

kariogenik pada bakteri yang signifikan. Dalam studi vitro juga menunjukkan

bahwa Streptococcus mutans yang telah resisten terhadap fluoride menurunkan

potensi kariogenik pada tikus.

Bowden HW. Effects of fluoride on the microbial ecology of dental

plaque. J Dent Res; 69(Spec Iss): 653-659, February, 1990.

Marquis RE. Dimished acid tolerance of plaque bacteria caused by

fluoride. J Dent Res; 69(Spec Iss): 672-675, February, 1990.

March PD, Bradshaw DJ. The effect of fluoride on the stability of oral

bacteria communities in vitro. J Dent Res; 69(Spec Iss): 668-671, February,

1990.

Van Loveren C. The antimicrobial action of fluoride and its role in caries

inhibition. J Dent Res; 69(Spec Iss): 676-681, February, 1990.

Penelitian klinis lain oleh March dan Bradshaw (1990) telah menunjukkan

bahwa konsentrasi fluoride yang rendah bahkan dapat menurunkan potensi

kariogenik mikroorganisme saccharolytic. Telah terbukti bahwa konsentrasi

Page 6: Pasta Gigi

profilaksis fluoride (19 ppm) yang dikombinasikan dengan pH moderat (~ 5)

mempengaruhi kapasitas metabolisme sel-sel bakteri dan mengakibatkan

penurunan yang signifikan dalam produksi asam oleh bakteri kariogenik.

March PD, Bradshaw DJ. The effect of fluoride on the stability of oral

bacteria communities in vitro. J Dent Res; 69(Spec Iss): 668-671, February,

1990.. Arweiler NB, Henning G, Reich E, Netuschil L. Effect of amine-fluoride-

triclosan mouthrinse on plaque regrowth and biofilm vitality. J Clin Periodontol,

29(4):358-63, 2002.

Singkatnya, difusi pasif dari fluoride yang melintasi membran sel dalam

bentuk hidrogen fluorida, interferensi dengan uptake substrat dan pemecahan di

dalam sel, serta efeknya dalam menghambat mekanisme seluler yang terlibat

dalam ekspulsi proton dari zona intraseluler, ketiga hal ini menghasilkan

penurunan yang signifikan dalam aktivitas metabolik dari mikro-organisme

kariogenik. Bakteri yang tidak memiliki kemampuan untuk melawan gangguan

terhadap lingkungannya akan mengalami penurunan aktivitas metabolisme tetapi

dapat bertahan hidup, atau tersingkir dari plak. Efek antibakteri Fluoride diduga

memiliki peran yang signifikan baik dalam mencegah lesi karies awal dan dalam

meningkatkan pemulihan umur panjang. March PD, Bradshaw DJ. The effect of

fluoride on the stability of oral bacteria communities in vitro. J Dent Res; 69

(Spec Iss): 668-671, February, 1990.

Hasil yang saya dapatakan berbeda dengan penelitian yang dilakukan Jamilah

(2010) tentang efek hambat pasta gigi sirih dan fluorida terhadap pertumbuhan

Streptococcus mutans dengan metode disc diffusion, pasta gigi yang

Page 7: Pasta Gigi

mengandung ekstrak daun sirih memiliki efektifitas yang lebih tinggi

dibandingkan dengan pasta gigi yang mengandung fluorida dalam menghambat

pertumbuhan Streptococcus mutans. Hingga saat ini belum diketahui efek

hambat berbagai pasta gigi dengan. kandungan berbeda-beda terhadap

pertumbuhan Streptococcus mutans. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor :

1. Komposisi fluoride pada sample pasta gigi yang digunakan tidak

diketahui secara pasti, harus dilakukan penelitian lebih lanjut utuk

meneliti hal tersebut.

2. Tekhnik penetesan pasta gigi tidak merata pada sumuran medium

replikasi.

Ref : M Jamilah.Perbandingan Efektifitas Pasta Gigi yang

Mengandung Ekstrak Daun Siri dan Fluor Terhadap

Pertumbuhan Streptococcus mutans (in vitro). 2010.

Berdasarkan hasil penlelitian yang dilakukan didapatkan luas zona daya

hambat S.mutans yang paling besar ditemukan pada pasta giginon-herbal II, yakni

mencapai 28.20 mm. Adapun, luas zona daya hambat yang paling kecil ditemukan

pada pasta gigi herbal II, yakni hanya sebesar 22.19 mm. Pasta gigi herbal I

menempati urutan kedua terbesar dengan luas zona daya hambat mencapai 27.40

mm. Adapun, yang terakhir adalah pasta giginon-herbal I dengan luas zona

sebesar 24.30 mm. yang artinya hipotesi tidak diterima (ditolak) disebkan oleh

pemaparan diatas.

Page 8: Pasta Gigi

PEBAHASAN TABEL 2.

Berdasarkan hasil uji statistic One-way ANOVA, diperoleh nilai p:

0.037 (p<0.05), yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan luas zona

daya hambat staphylococcus aureus yang signifikan antara pasta gigi herbal I

(Ciptadent®), non-herbal I (Ciptadent®), herbal II (Pepsodent®), dan pasta gigi

non-herbal II (Pepsodent®). Penelitian ini menggunakan uji parametrik, One-Way

ANOVA, karena syarat uji parametrik, yakni distribusi data normal, terpenuhi

dalam penelitian ini. Hal ini ditunjukkan dari hasil uji normalitas data, Shapiro-

Wilk, yang menunjukkan nilai p<0.05 pada seluruh kelompok data. Dengan

demikian, distribusi data dalam penelitian ini merupakan distribusi data normal

dan uji paramterik dapat digunakan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasta gigi non-herbal I (Ciptadent®)

menghasilkan luas zona daya hambat Staphylococcus aureus yang paling besar

diantara kelompok lainnya, yakni mencapai 25.70 mm. Sebaliknya, luas zona

daya hambat yang paling kecil ditemukan pada pasta gigi herbal II (Pepsodent®),

yakni hanya 21.34 mm. Terlihat pula pada table dan diagram pada urutan kedua

adalah pasta gigi non-herbal II (Pepsodent®) menghasilkan luas zona daya hambat

sebesar 24.20 mm dan pasta gigi herbal I (Ciptadent®) menunjukkan luas zona

daya hambat sebesar 22.31 mm. Berdasarkan hasil uji statistik, Anova one-way,

diperoleh nilai p:0.037 (p<0.05) yang berarti bahwa terdapat perbedaan luas zona

daya hambat bakteri Staphylococcus aureus yang signifikan antara pasta gigi

herbal I (Ciptadent®), herbal II (Pepsodent®), non-herbal I (Ciptadent®) dan non-

herbal II ((Pepsodent®).

Page 9: Pasta Gigi

Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti Pasta gigi herbal yang

mengandung daun sirih, pada bakteri staphylococcus aureus memiliki efek daya

hambat yang yang tidak terlalu besar, pada buji bakteri staphylococcus aureus

pasta gigi herbal berada pada urutak ke tiga dan keempat dilihat dari uji daya

hambat yang dihasilkan oleh pasta gigi tersebut terhadap bakteri staphylococcus

aureus.

Namun hasil yang didapatkan bertolak belakang dengan penelitian yang

dilakukan endah (2004) dengan judul perbandingan efektifitas pasta gigi herbal

dan pasta gigi non herbal dalam menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus,

b-hemoliticu dan candida albicans in vitro, yang menyatakan bahwa pasta gigi herballebih

efektif dari pasta gigi non-herbal dalam menghambat pertumbuhan Staphylococcus

aureus, dan candida albicans. Ref : T, endah.dkk (2004) dengan judul perbandingan

efektifitas pasta gigi herbal dan pasta gigi non herbal dalam menghambat

pertumbuhan Staphylococcus aureus, b-hemoliticu dan candida albicans in vitro.

Fakultas kedokteran universitas Kristen maranatha.

Minyak atsiri daun sirih dan jeruk nipis memiliki aktivitas antibakteri

terhadap streptococcus mutans lebih besar dari fluor. Minyak atsiri mempunyai

fungsi sebagai antibakteri terhadap beberapa bakteri yaitu Staphylococcus. Daya

antibakteri minyak atsiri disebabkan oleh adanya senyawa fenol dan turunannya

yang dapat mendenaturasi protein sel bakteri. (Edward S. Oroh, dkk.

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PASTA GIGI HERBAL DENGAN PASTA

GIGI NON HERBAL TERHADAP PENURUNAN INDEKS PLAK GIGI.

Jurnal e-GiGi (eG), Volume 3, Nomor 2, Juli-Desember 2015. 1Kandidat Skripsi

Page 10: Pasta Gigi

Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran

Namun pada penelitian ini pasta gigi non-herbal lebih efektif

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dibandingkan pasta

gigi herbal yang berada diurutak ketiga dan keempat, yang berarti hipotesis

ditolak. Hal ini mungkin disebakan oleh berbagai factor :

1. Komposisi fluoride pada sample pasta gigi yang digunakan tidak diketahui

secara pasti, harus dilakukan penelitian lebih lanjut utuk meneliti hal

tersebut.

2. Tekhnik penetesan pasta gigi tidak merata pada sumuran medium replikasi.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa pasta gigi Non-herbal I (C) memiliki luas

zona hambat terbesar terhadap bakteri Staphylococcus aureus yaitu sebesar

25.70mm. Hal ini diduga dikarenakan terdapat kandungan flouride dalam pasta

gigi non-herbal.

Hal ini sejalan dengan pernyataan Strassler (2009), fluoride merupakan

komponen pasta gigi yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri dalam

rongga mulut. Fluorida memiliki antikariogenik dan dapat mencegah inisiasi

perkembangan karies dengan membentuk kompleks. (Nigam, A. G., Jaiswal, J.

N., Murthy, R. C., Pandey, R. K. (2009). ‘Estimation of Fluoride Release

from Various Dental Materials in Different Media an In Vitro Study’,

International Journal of Clinical Pediatric Dentistry, January-April

2009:2(1):1-8)

Page 11: Pasta Gigi