Partograf

23
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Sejarah Partograf Pada tahun 1954, Friedman melakukan penelitian pada sejumlah besar ibudi Amerika Serikat dan menghasilkan pola pembukaan serviks normal.Friedman membagi persalinan secara fungsional menjadi dua, yaitu fase latenyang berlangsung selama 8-10 jam sampai pembukaan 3 cm, yang dikuti denganfase aktif yang ditandai dengan akselerasi dari pembukaan 3-10 cm dan berakhir dengan fase deselerasi. Tahun 1969 Hendriks mendemonstrasikan bahwa pada fase aktif persalinan normal, kecepatan pembukaan pada primigravida dan multipara hampir tidak berbeda, selain itu tidak ditemukan fase deselerasi pada akhir kalaI persalinan. Sedangkan pada tahun 1972, Philpott meneliti secara ekstensif pasien primigravida yang berada di Afrika Tengah dan Selatan, kemudia nmenciptakan sebuah normogram pembukaan serviks untuk populasi tersebut yang mampu mengidentifikasi

description

Partograf adalah alat pencatatan persalinan, untuk menilai keadaan ibu, janin dan seluruh proses persalinan. Partograf digunakan untuk mendeteksi jika ada penyimpangan / masalah dari persalinan, sehingga menjadi partus abnormal dan memerlukan tindakan bantuan lain untuk menyelesaikan persalinan.Partograf merupakan lembaran form dengan berbagai grafik dan kode yang menggambarkan berbagai parameter untuk menilai kemajuan persalinan. Gambaran partograf dinyatakan dengan garis tiap parameter (vertikal) terhadap garis perjalanan waktu (horisontal).Partograf dirancang untuk dipakai pada berbagai tingkat pelayanan kebidanan dengan berbagai fungsi yang berbeda. Di Puskesmas fungsi utamanya adalah memberikan peringatan awal bahwa persalinan akan berlangsung lama, sehingga harus segera dirujuk ke rumah sakit (fungsi garis waspada). Sedangkan di rumah sakit, bergesernya grafik pembukaan ke sebelahkanan garis waspada mengingatkan penolong untuk meningkatkan kewaspadaan, dan bila melewati garis tindakan harus segera melakukan tindakan.

Transcript of Partograf

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Sejarah Partograf

Pada tahun 1954, Friedman melakukan penelitian pada sejumlah besar ibudi Amerika

Serikat dan menghasilkan pola pembukaan serviks normal.Friedman membagi persalinan

secara fungsional menjadi dua, yaitu fase latenyang berlangsung selama 8-10 jam sampai

pembukaan 3 cm, yang dikuti denganfase aktif yang ditandai dengan akselerasi dari

pembukaan 3-10 cm dan berakhir dengan fase deselerasi.

Tahun 1969 Hendriks mendemonstrasikan bahwa pada fase aktif  persalinan normal,

kecepatan pembukaan pada primigravida dan multipara hampir tidak berbeda, selain itu tidak

ditemukan fase deselerasi pada akhir kalaI persalinan. Sedangkan pada tahun 1972, Philpott

meneliti secara ekstensif  pasien primigravida yang berada di Afrika Tengah dan Selatan,

kemudia nmenciptakan sebuah normogram pembukaan serviks untuk populasi tersebut yang

mampu mengidentifikasi penyimpangan dari keadaan normal yang dapat

dipertanggungjawabkann secara ilmiah untuk melakukan suatu tindakan sebagai usaha

pencegahan persalinan lama dengan segala akibatnya. Sejak saat itu banyak penulis

mengembangkan normogram serupa di berbagai tempat. Akantetapi tidak satu pun

menunjukkan perbedaan yang bermakna.

Pada tahun 1988 World Health Organization (WHO) menerbitkan sebuah buku petunjuk

berjudul The Partograf: A managerial tool for Prevention of  prolonged labour, berisi

tentang partograf model WHO yang telah diuji cobakan pada beberapa negara dan dibuat

secara sederhana berdasarkan penelitian dari semua karya partograf yang telah

dipublikasikan, berdasarkan prinsip-prinsip berikut :

fase aktif persalinan dimulai pada pembukaan > 3 cm

fase laten persalinan harus berlangsung < 8 jam

 pada fase aktif, kecepatan pembukaan tidak boleh lebih lambat dari 1 cm/jam

tidak melakukan pemeriksaan dalam yang terlalu sering (sebaiknya setiap 4 jam)

menggunakan partograf yang sudah ada garis waspada dan garis tindakannya

Partograf yang biasanya digunakan pada negara berkembang tersebut, kemudian mengalami

modifikasi pada tahun 1994 sebagai usaha memperoleh penanganan obstetri yang lebih

optimal. Modifikasi partograf terlihat dengan tidak tercantumnya fase laten pada grafik

pencatatan, melainkan langsung pada pencatatan fase aktif persalinan yang dimulai pada

pembukaan 4 cm. Pencatatan fast laten dilakukan pada lembar data antenatal dan setiap

pencatatan diharapkan menggunakan tinta berwarna hitam.

Gambar. Partograf WHO

Gambar. Partograf WHO modifikasi

2. Definisi Partograf

Partograf adalah alat pencatatan persalinan, untuk menilai keadaan ibu, janin dan

seluruh proses persalinan. Partograf digunakan untuk mendeteksi jika ada penyimpangan /

masalah dari persalinan, sehingga menjadi partus abnormal dan memerlukan tindakan

bantuan lain untuk menyelesaikan persalinan.

Partograf merupakan lembaran form dengan berbagai grafik dan kode yang

menggambarkan berbagai parameter untuk menilai kemajuan persalinan. Gambaran partograf

dinyatakan dengan garis tiap parameter (vertikal) terhadap garis perjalanan waktu

(horisontal).

Partograf dirancang untuk dipakai pada berbagai tingkat pelayanan kebidanan dengan

berbagai fungsi yang berbeda. Di Puskesmas fungsi utamanya adalah memberikan peringatan

awal bahwa persalinan akan berlangsung lama, sehingga harus segera dirujuk ke rumah sakit

(fungsi garis waspada). Sedangkan di rumah sakit, bergesernya grafik pembukaan ke

sebelahkanan garis waspada mengingatkan penolong untuk meningkatkan kewaspadaan, dan

bila melewati garis tindakan harus segera melakukan tindakan.

3. Syarat Pengisian Partograf

Partograf perlu diisi bila

Mereka yang masuk dalam persalinan :

1. Fase laten (pembukaan < 3 cm), his teratur, frekuensi min.2x/10’,lamanya<20".

2. Fase aktif (pembukaan >3cm), his teratur, frekuensi min.1x/10’,lamanya>20".

Masuk dengan ketuban pecah spontan tanpa adanya his :

1. Bila infus oksitosin dimulai

2. Bila persalinan dimulai

Masuk untuk induksi persalinan :

1. Pemecahan ketuban (amniotomi) dengan atau tanpa infus oksitosin

2. Induksi medis (infus oksitosin, balon kateter atau pemberian prostaglandin)

3. Bila persalinan dimulai atau induksi dimulai atau ketuban pecah

Partograf tidak perlu diisi bila

Pada pemakaian partograf WHO terdapat beberapa protokol yang harus diperhatikan.

Partograf tidak dibuat pada partus prematurus (Usia kehamilan kurang dari 34 minggu), saat

masuk rumah sakit dengan pembukaan > 9 cm, akan dilakukan seksio sesar elektif maupun

darurat, dengan ketentuan penatalaksanaan sebagai berikut:

Fase laten

Tidak dilakukan akselerasi, terapi suportif (pemberian semangat), hidrasi adekuat

yang terdiri dari glukosa dan elektrolit, pengosongan kandung

Fase aktif

1. Sebelah kiri garis waspada: akselerasi dan terapi suportif dilakukan bila ada

indikasi, sedangkan amniotomi boleh dilakukanatau tidak.

2. Sebelah kanan garis waspada : akselerasi dan terapi suportif dilakukan atas

indikasi, sedangkan amniotomi haras dilakukan.

3. Sebelah kanan garis bertindak : akselerasi dilakukan bila ada indikasi, terapi

suportif dan amniotomi harus dilakukan.

4. Monitoring Partograf

Pencatatan Lembar Depan

Partograf yang, dianjurkan oleh World Health Organization (WHO) pada dasarnya

merupakan kurva yang menunjukkan hubungan antara pernbukaan serviks terhadap waktu,

yang terdiri dari 3 komponen.

A. Rekaman dan catatan kemajuan persalinan

1. Pembukaan serviks uteri

2. Penurunan kepala

3. His

B. Rekaman dan catatan tentang kondisi janin

1. Denyut jantung janin

2. Selaput ketuban dan air ketuban

3. Molase

C. Rekaman dan catatan tentang kondisi ibu

1. Tanda vital: Nadi, tekanan darah, suhu

2. Urin: volume, protein, dan aseton

3. Obat-obatan dan cairan infus

4. Pemberian oksitosin

Partograf dapat digunakan untuk setiap persalinan tanpa penyulit yang tidak

memerlukan tindakan segera. Di Puskesmas dapat dipakai untuk  persalinan risiko rendah

yang diharapkan akan berakhir dergan persalinan spontan pervaginam, sedangkan pasien

risiko tinggi sebaiknya segera dirujuk ke rumah sakit. Jadi partograf dirancang untuk

memantau penyimpangan dari keadaan normal yang timbul sewaktu persalinan berlangsung.

4.1. Rekaman dan catatan tentang kemajuan persalinan

Merupakan bagian terpenting yang memperlihatkan hubungan antara pembukaan serviks

dengan waktu dan juga hubungan antara turunnya kepala dengan waktu.

1 Pembukaan serviks

Penilaian pembukaan serviks didapatkan dari hasil pemeriksaan dalam. Pencatatan

dilakukan pada grafik di bagian tengah partograf yang sepanjang sisi kirinya

terdapat angka 0-10 pada setiap kotak. Setiap kotaknya menunjukkan pembukaan

1 cm dan sepanjang sisi horisontal terdapat angka 0-24 yang setiap kotaknya

menunjukkan waktu 1 jam.

Pembukaan diukur dalam satuan sentimeter (cm) dan dicatat dengan tanda 'X'.

Periksa dalam pertama dilakukan sewaktu masuk kamar bersalin, yang juga

mencakup pemeriksaan panggul. Periksa dalam selanjutnya dilakukan setiap 4

jam, kecuali bila pembukaan >7 cm atau ada indikasi lain seperti ibu ingin

mengejan atau ketuban pecah dengan kecurigaan adanya tali pusat menumbung.

Pada persalinan yang sudah lanjut pemeriksaan dalam dilakukan lebih sering,

terutama pada multipara dimana pembukaan serviks lebih cepat dibandingkan

dengan primipara. Pada persalinan yang normal, tanda 'X' untuk  pembukaan akan

selalu terdapat pada garis waspada atau sebelah kirinya. Dan kalau ibu masuk

kamar bersalin dalam fase aktif, maka pembukaan sewaktu masuk langsung

dicatat pada garis waspada, sedangkan ibu yang ketika persalinan dalam fase laten

dan beralih ke fase aktif, catatan pembukaan langsung dipindah dari daerah fase

laten ke garis waspada, yang pada partograf WHO dihubungkan oleh garis

terputus-putus. Pada partograf modifikasi WHO, ibu yang masuk saat fase laten

dicatat pada kolom keduagrafik pencatatan waktu pembukaan serviks partograf,

sedangkan ibu yang masuk saat fase aktif, pencatatan dilakukan sesuai dengan

partograf WHO.

Komponen grafik memusatkan perhatian pada pembukaan menurutwaktu yang

terbagi menjadi fase laten dan fase aktif.

a. Fase laten

Fase laten persalinan dimulai sejak awal persalinan sampai

pembukaan rnencapai 3 cm dengan penipisan bertahap dari serviks

dan biasanya berlangsung tidak lebih dari 8 jam. Kalau fase ini

berlangsung lebih lama dari 8 jam dengan his 2 kali dalam 10 menit,

persalinan akan cenderung mengalami kesulitan kalau ibu bersalin

di Puskesmas harus segera dirujuk ke rumah sakit, sedangkan bila

ibu bersalin di rumah sakit pemeriksaan dan tindakan yang diambil

harus dilakukan secermat mungkin.

b. Fase aktif

Fase aktif berlangsung dari 3-10 cm (pembukaan lengkap) dengan

kecepatan 1cm/jam bagi primi dan 2 cm/jam bagi multipara. Garis

waspada digambar dari 3cm sampai 10 cm menggambarkan

kecepatan pembukaan. Pembukaan yang berpindah ke sebelah

kanan garis waspada menunjukkan adanya hambatan

dalam persalinan, dan bila persalinan berlangsung di Puskesmas

harus segera melakukan rujukan ke rumah sakit, sedangkan

persalinan yang berlangsung di rumah sakit memerlukan

pengamatan yang cermat.

Pada fase ini terdapat 2 garis yaitu :

1. Garis waspada (alert line)

Garis lurus dari pembukaan 3 cm sampai dengan 10 cm, sesuai

dengan kecepatan pembukaan pada fase ini. Apabila pembukaan

serviks bergeser kekanan garis waspada berarti proses kemajuan

persalinan melambat, sehingga harus dipikirkan kemungkinan untuk

melakukan tindakan-tindakan yangdiperlukan.

2. Garis bertindak (action line)

Berupa garis lurus yang sejajar dengan garis waspada dan berada 4

jam disebelah kanan garis waspada. Pada persalinan yang berjalan

lancar, pembukaan akan selalu berada di garis atau di sebelah kiri

garis bertindak, dan bila pembukaan melewati garis tindakan ibu

harus diperiksa dengan cermat mengenai penyebab terhambatnya

persalinan, serta merencanakan tindakan tepat untuk mengatasinya.

Dengan mencatat kecepatan pembukaan kita dapat menentukan apakah suatu

persalinan akan berlangsung lama atau segera memerlukan tindakan. Persalinan yang

lama atau tidak maju dapat disebabkan oleh disproporsi kepala panggul, yang

kemudian dapat berlanjut menjadi ruptura uteri dankematian janin. Dengan partograf

suatu persalinan lama atau tidak maju dapat dikenali secara dini, sehingga komplikasi

lain seperti perdarahan dan infeksi dapat dicegah.

2 Penurunan kepala janin

Pada persalinan yang lancar, bertambahnya pembukaan akan disertai dengan

turunnya kepala janin yang membantu menentukan kemajuan persalinan.

Penurunan kepala janin diperiksa dengan pemeriksaan luar perut ibu berdasarkan

perlimaan di atas PAP (pintu atas panggul), dan harus dilakukan sebelum

pemeriksaan dalam.

Cara periksa ini ternyata lebih dapat dipercaya daripada periksa dalam,karena

seringkali sudah terdapat kaput suksedaneum sehingga yang diraba

pada pemeriksaan dalam adalah turunnya kulit kepala janin.

Gambar. Penurunan kepala dari pintu atas panggul (PAP)

Turunnya kepala janin harus selalu diperiksa dengan pemeriksaan perut ibu sesaat

sebelum dilakukan pemeriksaan dalam, dimana lebar jari tangan pemeriksa

menjadi ukuran turun kepala janin ke PAP. Kepala engaged bila kepala janin di

atas PAP hanya dapat dirasakan oleh 2 jari atau kurang.

Gambar. Pemeriksaan penurunan kepala pada pemeriksaan luar

3 His

Pada persalinan normal his semakin lama akan semakin sering , semakin lama,

dan semakin kuat. Pengamatan his dilakukan setiap jam dalarn fase laten dan

setiap setengah jam dalarn fase aktif, dengan mengamati frekuensi (jumlah his/10

menit) dan lamanya (detik) dari permulaan his terasa pada palpasi perut sampai

hilang. His dicatat pada partograf di bawah garis waktu sesuai dengan penulisan

waktu pada partograf, yaitu pada 5 kotak kosong melintang sepanjang partograf

yang sisi kirinya tertulis 'his/10 menit'. Satu kotak menggambarkan satu his, dan

bila ada 2 his dalam 10 menit, maka ada 2 kotak yang diarsir. Berikut cara dan

contoh pencatatan his :

4.2. Rekaman dan catatan mengenai keadaan janin

1 Frekuensi bunyi jantung janin

Mengamati bunyi jantung janin merupakan pemeriksaan klinik yang aman dan dapat

dipercaya untuk mengetahui kesejahteraan janin. Waktu terbaik untuk mendengarkan

bunyi jantung janin adalah segera setelah fase terkuat his lewat, dan didengarkan selama 1

menit. Bunyi jantung janin dicatat pada bagian atas partograf setiap setengah jam dan satu

kotak menggambarkan setengah jam. Garis 120 dan 160 ditebalkan untuk mengingatkan

tentang batas-batas normal bunyi jantung janin. Bunyi jantung janin dikatakan abnormal

bila :

Bunyi >160 kali/menit (takikardi) dan <120 ka1i/menit (bradikardi)

Keadaan ini dapat merupakan indikasi adanya gawat janin. Kalau terdengar  bunyi

jantung janin yung abnormal, dengarkan setiap 15 menit selama 1 menit segera

setelah his selesai. Dan bila bunyi jantung janin tetap abnormal dalam 3 kali

pengamatan, tindakan harus segera diambil kecuali kalau persalinan sudah sangat

dekat. Tindakan tersebut dapat berupa penghentian oksitosin bila sedang dalam

pemberian, tidur miring ke kiri, pemberian oksigen, pemeriksaan dalam untuk

menyingkirkan kemungkinan tali pusat menumbung, serta hidrasi yang adekuat.

Bunyi jantung janin 100 kali/menit atau kurang

menunjukkan adanya gawat janin berat dan harus segera diterminasi

2 Selaput dan air ketuban

Keadaan air ketuban dapat rnembantu menentukan keadaan janin, dengan pengamatan

yang harus dicatat di bagian bawah pencatatan bunyi jantung janin pada partograf berupa:

selaput ketuban utuh, dicatat 'U'

selaput ketuban sudah pecah :

o air ketuban jernih, dicatat `J'

o air ketuban diwarnai mekonium, dicatat `M' atau Hijau ‘H’

o tidak ada air ketuban, dicatat 'A' (absen) atau ‘K’ (kering)

o air ketuban bercampur darah, dicatat `D'

Pengamatan ini dilakukan pada setiap pemeriksaan dalam, dan bila didapatkan

mekonium kental maupun air ketuban yang sudah pecah atau dipecahkan maka pencatatan

bunyi jantung janin harus lebih sering dilakukan karena hal itudapat merupakan tanda gawat

janin.

3 Moulage kepala janin

Moulage kadang-kadang sulit diketahui dengan adanya kaput suksedaneum yang

besar, oleh karena itu moulage yang hebat dengan kepala janin jauh di atas pintu atas panggul

merupakan petunjuk adanya disproporsi kepala panggul padaibu. Pencatatan dibuat di bawah

catatan keadaan air ketuban dengan tanda sebagai berikut:

0: tulang kepala teraba terpisah satu sama lain dan sutura mudah teraba

+: tulang-tulang kepala saling menyentuh satu sama lain

++: tulang-tulang kepala saling tumpang tindih

+++ : tulang-tulang kepala saling tumpang tindih berat.

4.3. Rekaman dan catatan mengenai keadaan ibu

Dicatat pada bagian akhir partograf halaman pertama

1 Nadi, tensi, suhu

nadi - setiap setengah jam di beri tanda (•)

tensi - setiap 4 jam atau lebih sering, tergantung indikasi diberi tandasuhu - setiap 2 jam

atau lebih sering, tergantung indikasi

2 Urin

protein atau aseton dalam urinvolume

ibu dianjurkan kencing setiap 2-4 jam

3 Obat-obatan dan cairan intravena

Dicatat dalam kolom di bawah his

4 Pemberian oksitosin

Di atas kolom pencatatan cairan iv berdasurkan waktu pemberian

Pencataan lembar belakang

Halaman belakang partograf disebut juga catatan persalinan karena merupakan bagian

untuk mencatat hal-hal yang terjadi selama proses persalinan dan tindakan-tindakan yang

dilakukan sejak persalinan kala I hingga kala IV, termasuk keadaan bayi baru lahir.

Pencatatan ini sangat penting dalam membuat keputusan klinik, terutama pada kala IV untuk

rnembantu mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan, selain juga memantau

penatalaksanaan persalinan yang sudah diberikan.

Cara pengisian lembar belakang yang diisi setelah seluruh proses persalinan selesai

sangat berbeda dengan bagian depan yang harus diisi pada setiap akhir pemeriksaan. Lembar

belakang ini terdiri dari :

a) Data dasar

Mulai dari tanggal persalinan berlangsung hingga pendamping padasaat merujuk.

Data diisi pada masing-masing tempat yang telah disediakan ataudengan memberi

tanda di samping jawaban yang sesuai. Untuk pertanyaannomor 5 jawaban yang

sesuai dilingkari, sedangkan pertanyaan nomor 8 bisalebilh dari satu jawaban.

b) Kala I

Berisi pertanyaan-pertanyaan tentang partograf saat melewati gariswas pada, masalah-

masalah yang dihadapi, penatalaksanaan, dan hasil dari penatalaksanaan tersebut.

c) Kala II

Kala II terdiri dari episiotomi, pendamping persalinan, gawat janin, distosia bahu,

masalah penyerta, penatalaksanaan, dan hasilnya. Di samping jawaban yangsesuai

diberi tanda "√”, sedangkan untuk pertanyaan nomor 13 jika jawaban "ya",maka

indikasinya harus ditulis, dan untuk nomor 15 dan 16 jika jawaban "ya", jenis

tindakan yang telah dilakukan harus ditulis. Pertanyaan nomor l4 bisa lebihdari satu

jawaban

d) Kala III

Terdiri dari lama kala III, pemberian oksitosin, penegangan tali pusatterkendali,

pemijatan fundus, plasenta lahir lengkap, plasenta tidak lahir dalamwaktu lebih dari

30 menit, laserasi, atonia uteri, jumlah perdarahan, masalah penyerta,

penatalaksanaan, dan hasilnya. Jawaban diisi sesuai dengan tempatyang telah

disediakan.

e) Bayi baru lahir

Berisi informasi mengenai berat dan panjang lahir, jenis kelamin, penilaiankondisi

bayi, pemberian ASI, masalah penyerta, penatalaksanaan terpilih, danhasilnya.

Jawaban diisi pada tempat yang disediakan dan diberi tanda di samping jawaban yang

sesuai. Untuk pertanyaan nomor 36 dan 37, jawaban yangsesuai dilingkari, sedangkan

jawaban nomor 38 bisa lebih dari 1.

f) Kala IV

Pamantauan kala IV yang terdiri dari tekanan darah, nadi, suhu, tinggifundus,

kontraksi uterus, kandung kemih (kosong/isi), dan perdarahan, sangat penting untuk

menilai terdapatnya risiko terjadinya perdarahan pascapersalinan.Pengisian dilakukan

setiap 15 menit pada 1 jam pertama setelah melahirkan dansetiap 30 menit pada satu

jam berikutnya pada kolom yang tersedia, dengancatatan bagian yang dihitamkan

tidak usah diisi.

Pencatatan kemajuan persalinan abnormal

1 Fase laten lama

Jika seorang ibu hamil masuk kamar bersalin dalam fase laten(pembukaan kurang dari

3 cm) dengan waktu lebih dari 20 jam pada primi dan14 jam pada multi, maka kemajuan

persalinannya dianggap abnormal dan harussegera dirujuk ke rumah sakit untuk tindakan

selanjutnya. Hal ini yangmenyebabkan dibuatnya garis tebal pada jam ke-8 dari fase laten

dini pada partograf.

Kemajuan persalinan, keadaan janin, maupun ibu harus dicatat secaralengkap, dan

bila persalinan belum dimulai, dimana his kurang dari 2 kali dalam10 menit dengan lama

kurang dari 20 detik, maka partograf dibatalkan dan ibu boleh pulang. Pilihan lain adalah

akselerasi persalinan dengan amniotomi dan pemberian oksitosin, serta pemeriksaan dalam

tiap 4 jam sampai 12 jam, biladalam 8 jam (2 kali periksa dalam) belum masuk fase aktif atau

fase aktif dicapai dalarn waktu 8 jam tetapi kemajuan persalinan kurang dari 1 cm/jamatau

adanya gawat janin, disproporsi kepala panggul, ataupun kontraindikasioksitosin,

dipertimbangkan untuk melakukan terminasi dengan cara seksiosesar.

2 Pindah ke sebelah kanan garis waspada

Dalam persalinan fase aktif catatan pembukaan biasanya akan menetapdi garis

waspada atau sedikit bergeser ke sebelah kirinya, dan bila bergeser kesebelah kanan melewati

garis waspada menunjukkan persalinan berlangsung lamadan perlu segera dirujuk ke rumah

sakit, kecuali jika pembukaan hampir lengkap,tetapi bila kepala janin masih tinggi walaupun

his baik dan pembukaanmemuaskan, ibu harus tetap dirujuk ke rumah sakit. Sedangkan di

rumah sakitdengan fasilitas kebidanan dapat dilakukan pemeriksaan ulang persalinan

secaracermat dan keputusan diambil untuk penanganan selanjutnya.

3 Pembukaan mencapai garis bertindak atau di luar garis bertindak

Tindakan aktif diambil setelah menunggu selama 4 jam, oleh karena itugaris tindakan

berada 4 jam di sebelah kanan garis waspada Kalau persalinanmencapai garis tindakan,

keputusan untuk mengakhiri persalinan harusdiambil karena persalinan akan berlangsung

lama dan pada akhirnya akanmemerlukan tindakan juga. Keputusan dan tindakan ini harus

diambil di rumahsakit yang memiliki fasilitas memadai untuk menangani penyulit

persalinan.Evaluasi medis dilakukan secara lengkap, mulai dari his, penurunan kepala, bunyi

jantung janin, keadaan air ketuban, molase kepala, keadaan umum ibu, obat maupun cairan

yang diberikan, yang disertai dengan terapi suportif, pemberiananalgetika/sedativa, dan

pengosongan kandung kemih. Pilihan lain dapat berupa :- Mengakhiri persalinan dengan

seksio sesar bila terdapat tanda gawat janin,disproporsi kepala panggul, ataupun

kontraindikasi pemakaian oksitosin- Penatalaksanaan konservatif dengan terapi suportif dan

analgetika bila keadaanibu maupun his baik, atau akselerasi dengan pemberian oksitosin,

dengan melakukan pemeriksaan dalam setelah 3 jam, 2 jam kemudian, dan 2 jam

setelahnya,selain pemeriksaan bunyi jantung janin setiap 30 menit. Bila tidak

terdapatkemajuan dari salah satu pemeriksaan tersebut, maka persalinan diterminasidengan

seksio sesaria. Sebelum memulai infus oksitosin dilakukan pemecahan ketuban kalau selaput

ketuban masih utuh.

Pada pasien dengan his yang kurang efisien dapat dilakukan hidrasisecukupnya dan

dilanjutkan dengan analgesi, masing-masing dicatat padakolom Pemberian cairan iv maupun

obat-obatan pada partograf. Pemberianinfus oksitosin adalah dengan cara drip yang

ditingkatkan setiap setengah jam sampai tercapai his yang optimal, yaitu terdapatnya 3-4 his

dalam 10menit dengan lama 40-50 detik, atau maksimal 40 tetes/menit pada primidan 60

tetes/menit pada multi. Kemudian tetesan dipertahankan denganmencatat dosis serta

kecepatan pemberian pada partograf. Selain itu dilakukan pemantauan dari kemajuan

persalinan, keadaan janin maupun ibu. Batas waktuuntuk mengakhiri persalinan adalah 6-8

jam setelah dimulainya infusoksitosin, dan bila terjadi hipertonia uterus ataupun tanda gawat

janin makainfus oksitosin harus dikurangi atau dihentikan sama sekali.

Pada persalinan presentasi bokong atau kehamilan ganda, pemberian oksitosin baru

boleh dilakukan saat berada di sebelah kanan garis waspada, sedangkan pada persalinan

bekas seksio sesar, uterotonika tidak boleh diberikan,amniotomi dilakukan pada fase aktif,

dan pemanjangan fase laten (lebih dari 8 jam) maupun pemantauan yang mencapai atau di

luar dari garis bertindak memerlukan tindakan seksio sesar kembali, dengan menyingkirkan

terlebihdahulu indikasi seksio sesar akibat kemungkinan adanya disproporsi kepala panggul

maupun bekas seksio sesar klasik atau dua kali seksio sesar pada persalinan sebelumnya.

Pencatatan partograf pada pasien dengan selaput ketuban yang sudah pecahdimulai

saat pasien mulai masuk persalinan spontan atau saat pemberianoksitosin, dan ketuban yang

sudah pecah lebih dari 6 jam dengan persalinanyang masih lama merupakan indikasi

pemberian antibiotik profilaksis secara intravena.