PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP KEBERLANJUTAN...

13
PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP KEBERLANJUTAN DAERAH PERLINDUNGAN MANGROVE THE PUBLIC PARTICIPATION AGAINST SUSTAINABILITY MANGROVE PROTECTION AREA Novel Novie Ruata 1 , Yusran Nur Indar 2 , A. Niartiningsih 2 1 Manajemen Kelautan, Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, Universitas Hasanuddin Makassar 2 Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin Makassar Alamat Korespondensi: Novel Novie Ruata Jaga I, Tolombukan Satu Kec. Pasan – Minahasa Tenggara HP: 085298199445 Email: [email protected]

Transcript of PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP KEBERLANJUTAN...

Page 1: PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP KEBERLANJUTAN …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/9ece286049585b51930ea2bab6aa3c0f.pdfpembentukan DPM di Desa ... Data yang dikumpulkan diolah dan dianalisis

PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP KEBERLANJUTAN DAERAH PERLINDUNGAN MANGROVE

THE PUBLIC PARTICIPATION AGAINST SUSTAINABILITY MANGROVE PROTECTION AREA

Novel Novie Ruata1, Yusran Nur Indar2, A. Niartiningsih2

1 Manajemen Kelautan, Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, Universitas Hasanuddin Makassar

2 Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin Makassar

Alamat Korespondensi:

Novel Novie Ruata Jaga I, Tolombukan Satu Kec. Pasan – Minahasa Tenggara HP: 085298199445 Email: [email protected]

Page 2: PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP KEBERLANJUTAN …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/9ece286049585b51930ea2bab6aa3c0f.pdfpembentukan DPM di Desa ... Data yang dikumpulkan diolah dan dianalisis

ABSTRAK

Upaya pelibatan masyarakat pesisir dalam pengelolaan daerah perlindungan mangrove sudah seharusnya dilakukan secara optimal. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui partisipasi masyarakat dalam pembentukan DPM di Desa Tumbak dan Desa Tumbak Madani dan (2) Mengusulkan strategi pengelolaan DPM di Desa Tumbak dan Desa Tumbak Madani pasca proyek pesisir. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, penyebaran kuesioner terhadap informan, FGD serta dokumentasi. Data yang dikumpulkan diolah dan dianalisis menggunakan metode skala lingker untuk mengetahui tingkat pemahaman, pemanfaatan dan partisipasi masyarakat serta analisis SWOT untuk menentukan strategi melalui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada di kawasan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian responden sudah memahami, dan sudah memanfaatkan kawasan hutan mangrove tersebut. Sedangkan pada tahap perencanaan menunjukan partisipasi masyarakat terhadap keberlanjutan DPM dikategorikan sedang, pada tahap implementasi partisipasi masyarakat dikategorikan sedang, sedangkan untuk tahap evaluasi dan monitoring partisipasi masyarakat dikategorikan rendah. Alternatif strategi yang diprioritaskan untuk pengelolaan kawasan di desa Tumbak dan desa Tumbak Madani adalah melakukan sosialisasi peraturan DPM, penyuluhan intensif tentang manfaat dan potensi DPM, peningkatan tugas pengelolaan pokmaswas, meningkatkan SDM baik pengelola maupun masyarakat, penegakan aturan, menciptakan mata pencaharian alternatif, melibatkan masyarakat dalam pengelolaan DPM, pemantapan zonasi DPM, serta sosialisasi penggunaan bahan bakar alternatif. Kepada pemerintah untuk melakukan kegiatan partisipatif dalam menunjang partisipasi masyarakat terhadap pencegahan kerusakan hutan mangrove. Kata Kunci : Partisipasi Masyarakat, Mangrove, SWOT

ABSTRACT

Attempts by the involvement of coastal communities in the management of mangrove protection area is supposed to be performed optimally. This research aims to (1) knowing public participation of establishment of DPM in the village Tumbak and the village Tumbak Madani and (2) proposed a DPM Management strategies in the village and the village of Madani Tumbak Tumbak post coastal projects. Methods used in this research is qualitative descriptive. The technique of data collection done by observation, dissemination of the questionnaire to the informant, FGD and documentation. The collected Data is processed and analyzed using the scale method lingker to know the level of understanding, exploiting and public participation and SWOT analysis of determine strategy through a strengths, weaknesses, opportunities and threats that exist in the area. The results showed that most respondents already understand. While in the planning stages showed public participation in the sustainability of DPM categorized being, whit the phase implementation public participation categorized being, as for phase evaluation and monitoring public participation categorized low. Alternative strategy prioritized for management area in the village tumbak and villages tumbak civil society is Socialize dpm, regulation counseling about potential benefits and intensive dpm, increased theirjobs pokmaswas, management increase of human resources management and community, rules enforcements, create livelihood alternative, involve public in the management dpm, stabilization zoning dpm, and socialization fuel use alternative. To the government to performs activities participatory in supporting community participation the prevention of damages against forest mangrove. Keywords: Public Participation, Mangrove, SWOT

Page 3: PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP KEBERLANJUTAN …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/9ece286049585b51930ea2bab6aa3c0f.pdfpembentukan DPM di Desa ... Data yang dikumpulkan diolah dan dianalisis

PENDAHULUAN

Kawasan pesisir merupakan wilayah yang memiliki kompleksitas yang tinggi baik

secara ekonomi maupun secara ekologi. Satu konsep perlindungan terhadap kawasan pesisir

untuk meningkatkan kualitas habitat secara berkelanjutan adalah konservasi mangrove.

mangrove mampu hidup di air payau dan cukup lama tergenang dalam air (halofit), dimana

keberadaannya tidak tergantung pada iklim tetapi umumnya hutan ini tumbuh dengan baik di

daerah tropik pada daerah-daerah pesisir yang terlindungi (Hadipurnomo, 1995). Pada tahun

2012 keadaan mangrove di Indonesia tinggal 3,6 juta hektar dengan kondisi yang baik,

sisanya dalam keadaan rusak dan sedang (NGI, 2012).

Tahun 1996, USAID memprakarsai Proyek Pengelolaan Sumberdaya Pesisir (Coastal

Resources Management Project—CRMP) atau dikenal sebagai Proyek Pesisir, sebagai bagian

dari program Pengelolaan Sumberdaya Alam (Natural Resources Management Program).

Tujuan Proyek Pesisir adalah mengembangkan pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir yang

baik/efektif lewat pengembangan dan penggunaan metode, strategi, kegiatan perencanaan dan

aturan-aturan lokal yang dapat memperbaiki atau mempertahankan kualitas hidup masyarakat

pesisir dan meningkatkan atau mempertahankan kondisi sumberdaya pesisir dimana banyak

orang menggantungkan kehidupannya (Tulungen et al., 2002).

Proyek Pesisir di Sulawesi Utara ini mulai diterapkan sejak tahun 1997. Fokus proyek

pesisir terletak pada pengembangan praktik-praktik pengelolaan pesisir terpadu berbasis

masyarakat, termasuk pembuatan dan implementasi rencana daerah perlindungan laut (DPL),

daerah perlindungan mangrove (DPM), dan pengelolaan pesisir tingkat desa, serta

pemantauan hasil-hasil proyek dan kondisi wilayah pesisir. Berawal dari proyek pesisir

tersebut sehingga pada kedua desa ini yaitu Desa Tumbak dan Tumbak Madani sebelum

dimekarkan memiliki Daerah Perlindungan Mangrove desa Tumbak tertuang dalam suatu

peraturan desa yaitu Peraturan Desa Tumbak Nomor : 1 Tahun 2002 tentang Daerah

Perlindungan Mangrove, dengan luas kawasan + 70,7 ha (CRCURI, 2003).

Luas ekosistem hutan mangrove yang berada di kecamatan Posumaen tahun + 625.56

ha, sedangan untuk tahun 2012 luas kawasan hutan mangrove tersebut + 598,3 ha

(Sumampouw dkk., 2012). Maka dapat disimpulkan bahwa hutan mangrove yang berada di

kecamatan Posumaen dalam kurun waktu dua tahun sudah mengalami penggurangan seluas +

27,26 ha. Hutan mangrove di Desa Tumbak dan desa Tumbak Madani termasuk di dalam

kawasan hutan mangrove di kecamatan Posumaen yang mengalami dampak tersebut, hal ini

dikarenakan masih adanya aktifitas penebangan kayu mangrove yang dilakukan oleh

masyarakat.

Page 4: PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP KEBERLANJUTAN …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/9ece286049585b51930ea2bab6aa3c0f.pdfpembentukan DPM di Desa ... Data yang dikumpulkan diolah dan dianalisis

Usaha rehabilitasi hutan mangrove oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah

pasca proyek pesisir terus dilakukan , namun hasilnya belum optimal, biaya dan tenaga yang

dikeluarkan relatif tidak sesuai dengan hasil yang diperoleh dari lapangan sehingga dapat

berdampak buruk terhadap pengelolaan hutan mangrove berkelanjutan di kawasan yang

memiliki daerah perlindungan mangrove (DPM) pasca proyek pesisir, Upaya pelibatan

masyarakat pesisir dalam pengelolaan kawasan daerah perlindungan mangrove sudah

seharusnya dilakukan secara optimal sehingga masyarakat benar-benar melaksanakan

partisipasinya pada rangkaian kegiatan pengelolaan perencanaan, implementasi serta

monitoring dan evaluasi.

Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan studi mengenai partisipasi masyarakat

dalam pembentukan daerah perlindungan mangrove pada proyek pesisir (studi kasus: Desa

Tumbak dan Desa Tumbak Madani). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui partisipasi

masyarakat dalam pembentukan DPM di desa Tumbak dan desa Tumbak Madani.

METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus – Desember 2013 yang dilakukan di

desa Tumbak dan desa Tumbak Madani Kabupaten Minahasa Tenggara. Penelitian ini

merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat

yang tinggal di kedua desa tersebut yang terlibat langsung dalam pemanfaatan kawasan hutan

mangrove.

Populasi dan Sampel

Total populasi adalah sebesar 1.178 orang masyarakat berdasarkan jumlah pekerjaan

yang terlibat langsung dalam pemanfaatan kawasan. Dengan menggunakan rumus Taro

Yamane diperoleh 91 responden. Untuk penetapan responden masyarakat yang dijadikan

sampel yaitu dengan menggunakan teknik statified random sampling, berdasarkan jenis

pekerjaan responden, kemudian untuk menentukan sampel tiap strata digunakan rumus

alokasi proporsional dari Sugiyono (1999) dalam (Riduwan,2010).

Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer

dan sekunder. Data Primer yaitu diperoleh melalui observasi, FGD (Forum Grup Discussion)

serta wawancara langsung secara mendalam dengan responden/informan yang berpedoman

pada daftar pertanyaan/koesioner. Data sekunder yaitu diperoleh melalui studi kepustakaan

penelitian-penelitian dan dokumen dari beberapa instansi yang terkait dalam penelitian

Page 5: PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP KEBERLANJUTAN …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/9ece286049585b51930ea2bab6aa3c0f.pdfpembentukan DPM di Desa ... Data yang dikumpulkan diolah dan dianalisis

seperti: BPKH Wilayah VI Manado, BPDAS Tondano, Dinas Kehutanan Kab. Minahasa

Tenggara, Bappeda Kab. Minahasa Tenggara, Kantor dan Kantor Desa Tumbak dan Tumbak

Madani.

Teknik Analisis

Dalam menganalisis data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini menggunakan

analisis Skala Lingkert untuk menganalisis pemahaman masyarakat terhadap keberadaan

hutan mangrove di kawasan desa Tumbak dan Tumbak Madani, pemanfaatan ekosistem

mangrove di kawasan desa Tumbak dan Tumbak Madani, serta tingkat partisipasi masyarakat

dalam pembentukan daerah perlindungan mangrove di desa Tumbak dan desa Tumbak

Madani. Hasil penjumlahan skor setiap jawaban akan dibagi dengan jumlah responden

sehingga diperoleh rata-rata skor jawaban tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

rumus:

=FN

dimana:

P = Persentase Bobot Nilai (%)

F = Frekuensi

N = Jumlah Responden

Untuk menganalisis strategi pengembangan partisipasi pada daerah perlindungan

mangrove di desa Tumbak dan desa Tumbak Madani dilakukan dengan menggunakan analisis

SWOT. Analisis SWOT ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan

(Strength) dan Peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan

kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threats).

HASIL

Partisipasi Masyarakat Dalam Pembentukan Daerah Perlindungan Mangrove (DPM) di

desa Tumbak dan desa Tumbak Madani.

Penelitian ini menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat

pada pemahaman masyarakat terhadap keberadaan hutan mangrove di desa Tumbak dan desa

Tumbak Madani berdasarkan hasil presentasi rata-rata jawaban responden pada koesioner

terhadap enam indikator yaitu 60 % jawaban paham, 25 % jawaban kurang paham, dan 15 %

jawaban tidak paham (Tabel 1). Untuk adanya pemanfaatan ekosistem mangrove di kawasan

desa Tumbak dan desa Tumbak Madani berdasarkan presentasi rata-rata jawaban responden

Page 6: PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP KEBERLANJUTAN …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/9ece286049585b51930ea2bab6aa3c0f.pdfpembentukan DPM di Desa ... Data yang dikumpulkan diolah dan dianalisis

pada kuesioner terhadap empat indikator yaitu 66 % jawaban setuju, 22 % jawaban kurang

setuju, dan 12 % % jawaban tidak setuju (Tabel 2).

Sedangkan untuk pembentukan daerah perlindungan mangrove di desa Tumbak dan

desa Tumbak Madani yaitu untuk partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembentukan

daerah perlindungan mangrove (DPM), hasil presentasi rata-rata jawaban responden pada

koesioner terhadap empat indikator yaitu 74 % jawaban sering, 15 % jawaban jarang, dan 11

% jawaban tidak pernah. Untuk implementasi pembentukan daerah perlindungan mangrove

(DPM) hasil presentasi rata-rata jawaban responden pada koesioner terhadap empat indikator

yaitu 53 % jawaban sering, 25 % jawaban jarang, dan 22,25 % jawaban tidak pernah.

Sedangkan untuk monitoring dan evaluasi dalam pembentukan daerah perlindungan

mangrove (DPM), hasil persentase rata-rata jawaban responden pada koesioner yaitu 29 %

jawaban sering, 24 % jawaban jarang, dan 47 % jawaban tidak pernah (Tabel 3).

Strategi Pemberdayaan Partisipasi Masyarakat Pada Daerah Perlindungan Mangrove

Dari hasil analisi sebelumnya maka dapat diidentifikasi faktor internal dan faktor

eksternal yang berperan dalam pengembangan pemberdayaan partisipasi masyarakat pada

daerah perlindungan mangrove di desa Tumbak dan desa Tumbak Madani. Diperoleh hasil

mantrik kombinasi strategi pemberdayaan partisipasi sebagaimana tersaji pada (Tabel 4) di

lampiran.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden sudah

memahami akan keberadaan hutan mangrove tersebut. Berdasarkan penilaian mereka

terhadap segala bentuk aktifitas oleh masyarakat yang terjadi di kawasan hutan mangrove

tersebut. Sehingga masyarakat menilai adanya perusakan hutan mangrove yang ada di

kawasan desa mereka. Sesuai dengan pernyataan Ritohardoyo et al., (2011) bahwa wujud

partisipasi masyarakat dalam pencegahan kerusakan mangrove, terbatas dalam pemanfaatan

hutan mangrove untuk sumber kayu bakar dan pertukangan, jika pengambilan kayu masih

sedikit, mereka artikan sebagai ikut serta mencegah kerusakan lahan dan vegetasi hutan

mangrove.

Dari jawaban responden terhadap manfaat hutan mangrove tersebut menunjukkan

bahwa manfaat hutan mangrove di kedua desa tersebut dapat dikategorikan sedang.

Responden sudah merasakan adanya manfaat yang didapat dari hutan mangrove yang berada

di wilayah mereka walaupun belum sepenuhnya memberikan pengaruh terhadap tingkat

pendapatan mereka. Pengetahuan masyarakat tentang pemanfaatan hutan mangrove

Page 7: PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP KEBERLANJUTAN …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/9ece286049585b51930ea2bab6aa3c0f.pdfpembentukan DPM di Desa ... Data yang dikumpulkan diolah dan dianalisis

tampaknya masih didominasi pada pemanfaatan pada aspek ekonomi seperti pemanfaatan

fisik yang didapat dari sumber kayu mangrove tersebut. Dalam pemanfaatannya pada

umumnya mangrove dimanfaatkan secara tradisional oleh sebagian besar masyarakat pesisir.

Keberadaan eksploitasi hutan mangrove untuk pemenuhan kebutuhan manusia yang

cenderung berlebihan dan tidak mengindahkan kaidah-kaidah konservasi, jika dilakukan

secara terus menerus oleh masyarakat kedua desa tersebut dapat mengakibatkan ekosistem

mangrove dapat mengalami degradasi sehingga. Seperti halnya yang terjadi pada hutan

mangrove di pantai timur Sumatera Utara, gangguan utama perkembangan mangrove selain

konversi lahan untuk tambak adalah pengambilan pohon mangrove untuk kayu arang (Onrizal

et al., 2008).

Berdasarkan hasil kuesioner responden terhadap partisipasi dalam keterlibatan

perencanaan pembentukan daerah perlindungan mangrove dari tingkat partisipasi masyarakat

tersebut dapat dikategorikan sedang, hal ini sangat dimungkinkan sekali oleh karena

keingintahuan masyarakat tentang manfaat ekosistem mangrove. Menurut Erwiantono (2006)

dalam penelitiannya mengatakan bahwa tingkat partisipasi yang cukup baik tersebut sangat

dimungkinkan sekali karena pengalaman masyarakat yang melihat masa lalu serta

keingintahuan masyarakat tentang manfaat ekosistem mangrove dari beberapa penyuluhan

yang diberikan oleh pihak pemerintah maupun LSM.

Partisipasi masyarakat dalam keterlibatan implementasi pembentukan daerah

perlindungan mangrove berdasarkan hasil persentase rata-rata dapat dikategorikan sedang.

Kesibukan dari anggota masyarakat yang kesehariaanya sebagian besar adalah nelayan

membuat masyarakat tidak bisa aktif untuk terlibat dalam setiap kegiatan. Angell dalam

Firmansyah, 2010 mengatakan partisipasi yang tumbuh dalam masyarakat dipengaruhi oleh

banyak faktor. Hal ini dapat dipisahkan satu sama lain karena pekerjaan seseorang akan

menentukan berapa penghasilan yang akan diperolehnya. Pekerjaan dan penghasilan yang

baik dan mencukupi kebutuhan sehari-hari dapat mendorong seseorang untuk berpartisipasi

dalam kegiatan-kegiatan masyarakat. Pengertiannya bahwa untuk berpartisipasi dalam suatu

kegiatan, harus didukung oleh suasana yang mapan perekonomian (Tenriawaruwaty et al.,

2013) .

Berdasarkan hasil rata-rata jawaban kuesioner, maka partisipasi masyarakat dalam

monitoring dan evaluasi pembentukan daerah perlindungan mangrove dapat dikategorikan

rendah. Dalam melaksanakan pengawasan dan evaluasi, masyarakat perlu terlibat melakukan

pencegahan atas berbagai kemungkinan perilaku pengrusakan sumber daya pesisir dan laut

yang ada disekitarnya. Sebagain besar waktunya akan dipakai setiap hari, tanpa memikirkan

Page 8: PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP KEBERLANJUTAN …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/9ece286049585b51930ea2bab6aa3c0f.pdfpembentukan DPM di Desa ... Data yang dikumpulkan diolah dan dianalisis

melakukan pengendalian lingkungan, dan hanya berfokus pada cara memenuhi kebutuhan

hidupnya, besarnya tingkat penghasilan akan memberi peluang lebih besar bagi masyarakat

untuk berperan serta. Hal ini menurut Angell, 1967; Bakri, 1992 dalam (Abdullah, 2013)

menyatakakan bahwa semakin tinggi penghasilan makin banyak partisipasi yang diberikan,

sebab jika seseorang tak dapat memenuhi kebutuhan dirinya dan keluarganya cenderung

untuk tidak berpartisipasi.

Dari analisis SWOT diperoleh hasil sembilan strategi utama dalam pemberdayaan

partisipasi masyarakat yaitu: 1) melakukan sosialisasi kembali peraturan-peraturan yang

berkaitan dengan DPM. Peraturan-peraturan yang berkaitan dengan status kawasan hutan

mangrove di ke dua desa tersebut, perlu dilakukan sosialisasi kembali kepada masyarakat. 2)

Melakukan penyuluhan secara intensif tentang manfaat DPM dan pengelolaan potensi hutan

mangrove secara berkelanjutan. Penyuluhan-penyuluhaan yang secara intensif ini kepada

masyarakat tentang manfaat hutan mangrove diharapakan memberikan dorongan untuk tetap

menjaga kelestarian maupun kelanjutan dari hutan mangrove tersebut. 3) meningkatkan tugas

pokok pokmaswas melalui bantuan oprasional yang menunjang pengelolaan dan pengawasan

DPM. Bantunan oprasional yang memadai berupa sarana dan prasarana juga dana oprasioal

diharapakan dapat menunjang tugas-tugas dari kelompok pokmaswas untuk mengelolaa

maupun mengawasi secara aktif. 4) Meningkatkan SDM baik pengelolaa maupun masyarakat

yang tinggal di sekitar DPM dalam bentuk pelatihan-pelatihan pengelolaan kawasan pesisir.

Meningkatkan SDM baik masyarakat maupun kelompok pengelola melalui pendidikan

informal seperti pelatihan-pelatihan maupun studi banding pengelolaan. 5) Penegakan tegas

aturan-aturan yang berlaku bagi masyarakat yang melakukan pelanggaran di kawasan DPM.

Memberdayakan pastisipasi masyarakat tentunya dibutuhkan komitmen yang kuat dalam hal

penegakan peraturan-peraturan yang berlaku secara tegas. 6) Menciptakan mata pencaharian

alternatif bagi masyarakat sekitar DPM. Pengelolaan hutan mangrove secara bersama antara

pemerintah dengan masyarakat desa tersebut harus memperhatikan kondisi kesetaraan pada

berbagai kegiatan pengelolaan hutan mangrove. 7) Melibatkan masyarakat dalam setiap

pengelolaan DPM. Pelibatan masyarakat dalam setiap kegiatan-kegiatan pengelolaan kawasan

DPM sangat diperlukan untuk mendukung tercapainya pengelolaan DPM untuk

menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam setiap kegiatan-kegiatan pengelolaan maupun

pengawasan. 8) Pemantapan zonasi DPM. pemasangan tanda-tanda kawasan yang sudah

hilang maupun rusak perlu dilakukan lagi seperti zona inti, zona penyangga dan zona

pemanfaatan terbatas. 9) Sosialiasasi penggunaan bahan bakar alternatif selain kayu

mangrove. Umumnya masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan mangrove sering

Page 9: PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP KEBERLANJUTAN …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/9ece286049585b51930ea2bab6aa3c0f.pdfpembentukan DPM di Desa ... Data yang dikumpulkan diolah dan dianalisis

memanfaatkan kayu mangrove sebagai kayu bakar untuk keperluan rumah tangga maupun

untuk dijual. Untuk itu, sosialisasi penggunaan bahan bakar alternatif selain kayu mangrove

perlu dilakukan seperti penggunaan kayu bakar selain kayu mangrove juga penggunaan LPG

dengan pendampingan dan teknisi yang handal.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, maka kesimpulan yang dapat dikemukakan sebagai

berikut Sebagian responden sudah memahami dan sudah memanfaatkan akan kawasan hutan

mangrove desa Tumbak dan desa Tumbak Madani. Sedangkan partisipasi masyarakat dalam

pembentukan Daerah Perlindungan Mangrove (DPM) pada tahap perencanaan dan tahap

implemantasi tingkat partisipasinya dapat dikategorikan sedang, sehingga kurang efektif,

untuk tahap monitoring dan evaluasi dapat dikategorikan rendah, sehingga dapat

dikategorikan tidak efektif. strategi prioritas Pemberdayaan Partsisipasi Masyarakat Pada

Daerah Perlindungan Mangrove yaitu: 1) melakukan sosialisasi kembali peraturan-peraturan

yang berkaitan dengan DPM, 2) Melakukan penyuluhan secara intensif tentang manfaat DPM

dan pengelolaan potensi hutan mangrove secara berkelanjutan, 3) meningkatkan tugas pokok

pokmaswas melalui bantuan oprasional yang menunjang pengelolaan dan pengawasan DPM,

4) Meningkatkan SDM baik pengelolaa maupun masyarakat yang tinggal di sekitar DPM

dalam bentuk pelatihan-pelaithan pengelolaan kawasan pesisir, 5) Penegakan tegas aturan-

aturan yang berlaku bagi masyarakat yang melakukan pelanggaran di kawasan DPM, 6)

Menciptakan mata pencaharian alternatif bagi masyarakat sekitar DPM, 7) Melibatkan

masyarakat dalam setiap pengelolaan DPM, 8) Pemantapan zonasi DPM, 9) Sosialiasasi

penggunaan bahan bakar alternatif selain kayu mangrove. Diperlukan adanya komitmen dari

pemerintah dan masyarakat untuk lebih protektif terhadap daerah perlindungan mangrove

serta melakukan kegiatan-kegiatan yang lebih partisipatif untuk menunjang pemeliharaan dan

pencegahan kerusakan mangrove dalam upaya pengelolaan dan pemanfaatan daerah

perlindungan mangrove dengan bijaksana. Perlu dilakukan penelitian inventarisasi ekosistem

mangrove untuk mendukung pengelolaan kawasan hutan mangrove tersebut sehingga

keberlanjutan program daerah perlindungan mangrove dapat terjaga.

Page 10: PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP KEBERLANJUTAN …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/9ece286049585b51930ea2bab6aa3c0f.pdfpembentukan DPM di Desa ... Data yang dikumpulkan diolah dan dianalisis

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Fatimah. (2013). Determinan Partisipasi Masyarakat Dalam Pemeliharaan Dan Pencegahan Kerusakan Lingkungan Pesisir (Studi Kasus: Hutan Mangrove di Kelurahan Monro-Monro Kecamatan Binamu Kabupaten Jeneponto. Tesis. Program Pascasarjana Univeristas Hasanuddin. Makassar.

Coastal Resources Center University of Rhode Island. (2003). Fostering Marine Conservation in Indonesia: Developing Capacity to Implement Community-Based Marine Sancturies. Final Report (October 1999 – 2003). Coastal Resources Center University of Rhode Island.

Erwiantono. (2006). Kajian Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Ekosistem Mangrove Di Kawasan Teluk Pangpang-Banyuwangi. Jurnal EEP: Vol. 3, No. 1.2006, 44 – 50.

Hadipurnomo. (1995). Fungsi dan Manfaat Mangrove di Dalam Mintakat Pantai (Coastal Zone). Jurnal Duta Rimba; XXI (177-178): 33-37.

National Geographic Indonesia. (2012). Hutan Mangrove Indonesia Terus Berkurang. Internet Tanggal Kunjungan 20 Maret 2013. National Geographic Indonesia (http://nationalgeographic.co.id/berita/2012/05/hutan-mangrove-indonesia-terus-berkurang)

Onrizal., Cecep Kusmana. (2008). Studi Ekologi Hutan Mangrove di Pantai Timur Sumatera Utara. Jurnal Biodiversitas Volume 9. Nomor 1. Januari 2008. Hal: 25-29

Riduwan. (2010). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Alfabeta, Bandung Ritohardoyo, Su., Galuh Bayu Ardi. (2011). Arahan Kebijakan Pengelolaan Hutan

Mangrove: Kasus Pesisir Kecamatan Teluk Pakedai, Kabupaten Kubu Raya, Propinsi Kalimantan Barat. Jurnal Geografi: Volume 8 No. 2 Juli 2011

Sumampouw, C, Benart Sabintoe, Ronald Kambey, Meidy M.Lumbu. (2012). Potensi Kehutanan Dan Perkebunan Kabupaten Minahasa Tenggara. DISHUTBUN Kab. Minahasa Tenggara,Ratahan

Tenriawaruwaty, Andi., Didi Rukmana, Darmawan Salam. (2013). Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumberdaya Air Secara Berkelanjutan Di Kabupaten Bulukumba. e_jurnal Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin.

Tulungen. J, Bayer. T, Dimpudus. M, Kasmidi. M, Rotinsulu. C, Sukmara. A, et al.,. (2002). Panduan Pembentukan dan Pengelolaan Daerah Perlindungan laut Berbasis Masyarakat. Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta.

.

Page 11: PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP KEBERLANJUTAN …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/9ece286049585b51930ea2bab6aa3c0f.pdfpembentukan DPM di Desa ... Data yang dikumpulkan diolah dan dianalisis

Lampiran Daftar Tabel Tabel 1: Pemahaman Masyarakat Terhadap Keberadaan Hutan mangrove di kawasan

Desa Tumbak dan Tumbak Madani

Indikator Frekuensi

Total Paham 3

Kurang Paham

2

Tidak Paham

1 1). Pemahaman terhadap keadaan kerusakan

hutan mangrove diwilayahnya 31 46 14 91

(34,07%) (50,55%) (15,38%) (100%) 2). Terjadinya pengambilan /penebangan kayu

mangrove 68 12 11 91

(74,73%) (13,19%) (12,09%) (100%) 3). Dihentikannya pengambilan/penebangan

kayu mangrove 25 48 18 91

(27,47%) (52,75%) (19,78%) (100%) 4). Diadakan rehabilitasi hutan mangrove 91 0 0 91

(100%) 0 0 (100%) 5. Mengetahui adanya aturan yang mengatur

kawasan tersebut 91 0 0 91

(100%) 0 0 (100%) 6). jalannya penerapan peraturan pelestarian

mangrove tersebut 22 29 40 91

(24,18%) (31,87%) (43,96%) (100%) Rata-Rata jawaban 55 22 14 91

Total (%) 60 25 15 100 Hasil Analisis, 2014 Tabel 2. Manfaat Ekositem Hutan Mangrove di Kawasan Desa Tumbak dan Tumbak

Madani Indikator Frekuensi

Total Setuju 3

Kurang Setuju

2

Tidak setuju

1 1). lestarinya hutan mangrove dapat

membawa manfaat bagi masyarakat sekitarnya

91 0 0 91

(100%) 0 0 (100%)

2). kawasan hutan mangrove di desa tersebut sudah termanfaatkan dengan baik

35 31 25 91 (38,46%) (34,07%) (27,47%) (100%)

3). Sering memanfaatkan kayu mangrove untuk keperluan rumah tangga maupun keperluan lainnya

63 26 2 91

(69,23%) (28,57%) (2,20%) (100%)

4). Keadaan hutan mangrove berpengaruh terhadap hasil tangkapan ikan, kepiting dan udang

53 23 15 91

(58,24%) (25,27%) (16,48%) (100%)

Rata-rata jawaban 60 20 11 91 Total (%) 66 23 12 100

Hasil Analisis, 2014

Page 12: PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP KEBERLANJUTAN …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/9ece286049585b51930ea2bab6aa3c0f.pdfpembentukan DPM di Desa ... Data yang dikumpulkan diolah dan dianalisis

Tabel 3. Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan, Implementasi, Monitoring dan Evaluasi Pembentukan Daerah Perlindungan Mangrove (DPM)

Variabel Dan Indikator

Frekuensi

Total Sering 3

Jarang 2

Tidak Pernah

1 Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembentukan Daerah Perlindungan Mangrove (DPM)

1). Keterlibatan dalam kegiatan perencanaan daerah perlindungan mangrove yang digerakkan atau difasilitasi pemerintah/LSM

63 17 11 91

(69,23%) (18,68%) (12,09%) (100%) 2). Keterlibatan dalam kegiatan sosialisasi daerah

perlindungan mangrove yang difasilitasi oleh pemerintah/LSM

87 4 0 91

(95,60%) (9,89%) 0 (100%) 3). Keterlibatan dalam kegiatan pemilihan lokasi

DPM yang difasilitasi pemerintah/LSM 62 12 17 91

(68,13%) (13,19%) (18,68%) (100%) 4). Keterlibatan dalam kegiatan penentuan batas

DPM yang difasilitasi pemerintah/LSM 56 22 13 91

(61,54%) (24,18%) (14,29%) (100%) Rata-rata jawaban 67 14 10 91

Total (%) 74 15 11 100 Partisipasi Masyarakat Dalam Implementasi Pembentukan Daerah Perlindungan Mangrove (DPM) 1). Keterlibatan dalam kegiatan pembuatan

peraturaan desa mengenai daerah perlindungan mangrove yang digerakkan atau difasilitasi pemerintah/LSM

53 21 17 91

(58,24%) (23,08%) (18,68%) (100%) 2). Keterlibatan dalam kegiatan pemasangan tanda

daerah perlindungan mangrove yang difasilitasi oleh pemerintah/LSM

49 22 20 91

(53,85%) (24,18%) (21,98%) (100%) 3). Keterlibatan dalam kegiatan

pelatihan/pengelolaan DPM yang difasilitasi pemerintah/LSM

72 15 4 91

(79,12%) (16,48%) (4,40%) (100%) 4). Keterlibatan dalam kegiatan pemeliharaan

DPM yang difasilitasi pemerintah/LSM 18 33 40 91

(19,78%) (36,26%) (43,96%) (100%) Rata-rata jawaban 48 23 20 91

Total (%) 53 25 22 100 Partisipasi Masyarakat Dalam Monitoring dan Evaluasi Pembentukan Daerah Perlindungan Mangrove (DPM 1). Keterlibatan dalam kegiatan pengawasan

daerah perlindungan mangrove yang digerakkan atau difasilitasi pemerintah/LSM

26 22 43 91

(28,57%) (24,18%) (47,25%) (100%) 2). Keterlibatan dalam kegiatan evaluasi daerah

perlindungan mangrove yang difasilitasi oleh pemerintah/LSM

26 22 43 91

(28,57%) (24,18%) (47,25%) (100%) Rata-rata jawaban 26 22 43 91

Total (%) 29 24 47 100 Hasil Analisis, 2014

Page 13: PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP KEBERLANJUTAN …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/9ece286049585b51930ea2bab6aa3c0f.pdfpembentukan DPM di Desa ... Data yang dikumpulkan diolah dan dianalisis

Tabel 4. Analisis keterkaitan faktor-fakto internal dan faktor eksternal (Matriks SWOT)

IFAS

EFAS

KEKUATAN (STRENGHT)

1. Aturan Larangan Pada Kawasan Hutan Mangrove

2. Pemahaman Lingkungan dari sebagian masyarakat

3. Manfaat Daerah Perlindungan Mangrove

4. Adanya POKMASWAS

KELEMAHAN (WEAKNESSES)

1. Lemahnya komitmen mayarakat untuk menjaga kelestarian DPM.

2. Dekatnya DPM dengan pemukiman penduduk

3. Organisasi Pokmaswas yang mengelola dan mengawasi DPM belum sepenuhnya menjalankan tugas pokoknya

PELUANG (OPPORTUNITY)

1. Adanya Komitmen Pemerintah

2. Adanya dukungan dari masyarakat

3. Pengelolaan Wilayah Pesisir Berbasis Masyarakat secara berkelanjutan pasca proyek pesisir

4. Adanya Potensi Sebagai Kawasan Wisata

STRATEGI (SO) 1. Melakukan sosialiasi

kembali peraturan-peraturan yang berkaitan dengan DPM

2. Melakukan Penyuluhan secara intensif tentang manfaat DPM dan pengelolaan potensi hutan mangrove secara berkelanjutan

STRATEGI (WO) 1. Meningkatkan tugas Pokok

pokmaswas melalui bantuan oprasional yang menunjang pengelolaan dan pengawasan DPM

2. Meningkatkan SDM baik Pengelola maupun masyarakat yang tinggal di sekitar DPM dalam bentuk pelatihan-pelatihan pengelolaan kawasan pesisir

ANCAMAN (TREATHS)

1. Rendahnya Pendidikan Masyarakat di sekitar DPM.

2. Adanya aktivitas penjualan kayu mangrove

STRATEGI (ST)

1. Penegakan tegas aturan-aturan yang berlaku bagi masyarakat yang melakukan pelanggaran di kawasan DPM tersebut

2. Menciptakan mata pencaharian alternative bagi masyarakat sekitar DPM

STRATEGI (WT) 1. Melibatkan masyarakat

dalam setiap pengelolaan DPM

2. Pemantapan zonasi DPM 3. Sosialisasi penggunaan

bahan bakar elternatis selain kayu mangrove

Hasil Analisis, 2014