Partisipasi Masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan...
Transcript of Partisipasi Masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan...
45
BAB V
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN PROGRAM
NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI
PERKOTAAN ( PNPM MP )
Dalam bab ini akan menggambarkan bentuk pelaksanaan, partisipasi
masyarakat, dan kendala – kendala dalam pelaksanaan Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan ( PNPM MP ) di Desa Pulorejo
kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan.
5.1. Gambaran Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Mandiri Perkotaan ( PNPM MP ) di Desa Pulorejo
Pelaksanaan Program PNPM MP di Desa Pulorejo dilakukan berdasarkan
Standar Operasional Prosedur ( SOP ) program yaitu melalui beberapa tahapan,
dimana tahapan – tahapan tersebut merupakan suatu siklus kegiatan yang berlangsung
dalam serangkaian 3 siklus yang terdiri dari siklus 1, siklus 2 dan siklus 3. Dalam satu
siklus kegiatan tersebut dilaksanakan dalam waktu satu tahun ( 1 tahun ) penuh dari
Januari sampai Desember, kemudian siklus berikutnya merupakan tahapan lanjutan
sampai siklus ke 3. Setelah siklus ke 3 yaitu pada tahun ke 4, siklus akan diulang
kembali pada siklus 1 sampai siklus ke 3 dan seterusnya sampai pola pemberdayaan
kemandirian masyarakat secara mandiri dapat berjalan dengan sendirinya, dan program
ini telah mencapai tujuannya. Dengan kata lain, satu paket siklus ( siklus 1 – 3 )
membutuhkan waktu selama 3 tahun berturut - turut.
Dalam penelitian ini difokuskan pada pelaksanaan PNPM MP pada siklus I,
yaitu siklus dimana wilayah ini untuk pertama kalinya baru menerima PNPM MP.
Keberlangsungan siklus I ini berada pada kurun waktu 2011.
Tahapan – tahapan kegiatan dalam pelaksanaan PNPM MP di Desa Pulorejo
pada siklus I antara lain :
1. Tahap Pemetaan Awal / Sosialisasi Awal
Pada tahapan awal pelaksanaan PNPM MP di Desa Pulorejo ini pada
prinsipnya adalah proses pembelajaran masyarakat agar mereka mampu melakukan
tahapan kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan di wilayahnya atas dasar kesadaran
kritis terhadap substansi mengapa dan untuk apa suatu kegiatan itu harus dilakukan.
Dalam sosialisasi ini pertama – tama dilakukan oleh Fasilitator Kelurahan ( FasKel )
yaitu petugas dari PNPM MP.
46
Sosialisasi awal melalui tahapan pemetaan awal ini dilakukan untuk mengetahui
dengan jelas apa itu PNPM MP yang kemudian akan menggugah kesadaran seluruh
masyarakat desa untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan program PNPM MP.
Disamping itu dengan adanya soialisasi atau pengenalan program ini akan
diperoleh data dinamika gambaran sosial / permasalahan masyarakat sekaligus
penyebarluasan dan informasi tentang adanya program PNPM MP di Desa
Pulorejo.1
Peran masyarakat dalam ikut serta menanggulangi permasalahan termasuk
permasalahan penanggulangan kemiskinan di wilayahnya tidak mudah, sehingga
proses sosialisasi awal ini sudah dimulai cukup lama yaitu sejak Desember 2009
sampai dengan april 2010 meliputi pertemuan – pertemuan warga maupun
lokakarya untuk merumuskan dinamika permasalahan yang ada di Desa Pulorejo.
Dalam pertemuan – pertemuan tersebut didorong agar masyarakat berbicara
dengan bebas mengungkapkan keadaan lingkungan di Desa Pulorejo. Dengan itu
partisipasi seluruh masyarakat untuk berproses bersama – sama belajar ikut serta
memahami dan mempelajari program yang diberikan sangat diperlukan.
Kepala Desa Pulorejo dalam memberikan dukungan penuh terhadap program
PNPM MP yang masuk ke desanya dengan cara memfasilitasi terselenggaranya
pertemuan pengurus RT/RW dan masyarakat dengan Tim Fasilitator. Hal ini
dilakukan sebagai bentuk partisipasi dalam memperlancar seluruh program
pemerintah yang bertujuan menangulangi segala permasalahan dalam masyarakat.2
Namun dalam pengenalan program PNPM MP ini juga ada reaksi negatif dari
warga yang pesimis dan memiliki cara pandang sempit. Walaupun jumlah warga
yang kurang responsif terhadap program ini tidak begitu banyak namun juga sempat
memberikan pengaruh terhadap warga lainnya. Pendapat dan anggapan mereka
terhadap Program PNPM MP ini adalah bagian dari skenario politik dari pemerintah
yang berkuasa untuk memperoleh citra politik dan akan menguntungkan dalam
pilihan – pilihan pada jabatan – jabatan strategis baik di legislatif maupun eksekutif.
Dapat dikatakan dalam bahasa yang tegas bahwa adanya program PNPM MP ini
1 ( Keterangan dalam wawamcara dengan Ibu Nunung Wijayanti Fasilitator kelurahan ( FasKel
Ekonomi ) / sekaligus koordinator perencanaan partisipatif PNPM MP Kelurahan Desa Pulorejo pada
tanggal 17 Februari 2012 ) 2 ( Disarikan dari wawancara dengan Kepala Desa Pulorejo Bapak Sujatmo dan Bapak Fatoni Kepala
BPD Desa Pulorejo pada tanggal 19 dan tanggal 23 Februari 2012 pada kesempatan yang berbeda ) .
47
hanya menguntungkan partai tertentu saja beserta stake holdernya / pemangku
kepentingan3 .
2. Rembug Kesiapan Masyarakat ( RKM )
Pada tahapan Rembug Kesiapan Masyarakat ( RKM ) ini yang dilaksanakan
pada bulan mei 2010 melalui pertemuan RT / RW di Desa Pulorejo dengan
difasilitasi oleh Pemerintah Desa Pulorejo Pada moment ini masyarakat
dipertemukan dan digugah komitmen mereka dalam berpartisipasi untuk program
PNPM MP dengan segala konsekuensinya. Disini upaya untuk mulai membentuk /
menghasilkan relawan sesuai kriteria yang ditetapkan sudah dimulai.
Petugas FasKel Desa Pulorejo juga menjelaskan arti pentingnya relawan dalam
berhasilnya program PNPM MP ini, dimana relawan masyarakat adalah pelopor-
pelopor pengerak dari masyarakat yang mengabdi tanpa pamrih, ikhlas, peduli dan
memiliki komitmen kuat pada kemajuan masyarakat di wilayahnya.PNPM Mandiri
Perkotaan mendorong masyarakat di lokasi sasaran agar membuka kesempatan
seluas mungkin bagi warga yang ikhlas, jujur, adil, peduli dan memiliki komitmen
untuk membantu masyarakat dalam melaksanakan seluruh tahapan kegiatan
program sehingga bermanfaat bagi masyarakat miskin serta seluruh masyarakat di
wilayahnya4
Pada saat RKM telah direkrut sebanyak 87 orang yang bersedia dan peduli
untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan PNPM MP. Para relawan ini terdiri dari
warga mampu, warga berpendidikan, tokoh masyarakat maupun dari warga miskin
yang kesemuanya berasal dari dusun – dusun yang ada dalam wilayah administrastif
Desa Pulorejo.5
Partisipasi kesediaan para relawan yang telah terbentuk bertujuan untuk
memfasilitasi dan mengawal kegiatan PNPM MP dari mulai awal sampai akhir
program selesai6
3 (Keterangan dalam wawamcara dengan Bapak Moh. Fajar Tokoh Masyarakat Desa Desa Pulorejo
pada tanggal 07 Maret 2012 ) 4 (Keterangan dalam wawancara dengan Bapak Abdul Rohman, relawan Program PNPM MP pada
tanggal 12 maret 2012). 5 (Keterangan dalam wawancara dengan Bapak Abdul Rohman, relawan Program PNPM MP pada
tanggal 12 maret 2012). 6 (Keterangan dalam wawancara dengan Ibu Nunung Wijayanti, Koordinator Tim Perencanaan
Partisipasif, pada tanggal 12 maret 2012 ).
48
Selain pembentukan relawan, moment ini juga menghimpun masyarakat peduli
dengan masalah – masalah yang ada di desa yang nantinya akan dilibatkan dalam
kegiatan PNPM MP sesuai sumber daya yang dimikikinya.
3. Refleksi kemiskinan ( RK )
Dalam kegiatan refleksi Kemiskinan ( RK ) yang dilaksanakan pada bulan Juni
2010, mulai diadakan rembugan bersama dari para relawan yang didampingi oleh
petugas FasKel dan difasilitasi oleh pemerintah desa ( Kepala Desa dan Badan
Perwakilan Desa / BPD ). Rembug dimulai dengan membahas dan mencari akar
penyebab kemiskinan dan permasalahan – permasalahan sosial yang menuntut
untuk diselesaikan bersama. Dalam rembugan ini petugas FasKel lebih
mengarahkan agar relawan lebih proaktif dalam kepekaannya mencari penyebab
akar permasalahan di daerahnya, sehingga akan dapat digugah niat bersama untuk
membangun dan menanggulangi kemiskinan bersama secara terorganisir7
Para relawan saling berbagi dan berdiskusi dengan didampingi petugas FasKel
yang memberikan arahan secara teknis. Dalam kesempatan ini para relawan
merefleksikan dan membawa permasalahan – permasalahan yang berkaitan dengan
penyebab kemiskinan di Desa Pulorejo dengan menelaah indikasi – indikasi
maupun identifikasi kemiskinan di tiap – tiap lingkungan RT mereka untuk dicari
solusi atau kemungkinan penyelesaiannya. Di sini juga dilakukan identifikasikan
calon penerima bantuan program.
Rembugan yang dilaksanakan memberikan kesempatan seluas – luasnya
kepada relawan maupun pihak pemerintah desa sebagai fasilitator untuk
mengeluarkan segala “ unek – unek “ serta berbagai usul yang ada. Selanjutnya dari
rembugan tersebut dicapai pemahaman bahwa masalah utama di Desa Pulorejo
adalah masih tingginya angka kemiskinan.
Adapun faktor – faktor yang menyebabkan kemiskinan tersebut dikategorikan
dalam 3 faktor masalah yaitu :
a. Masalah di bidang kesehatan
Masih banyak terdapat balita dan ibu hamil yang gizinya masih rendah,
kemudian prasarana kesehatan POLIDES dan perlengkapan POSYANDU
yang masih kurang memadai.
b. Masalah di bidang Pendidikan
7 ( Keterangan dalam wawancara dengan Bapak Handono Petugas FasKel PNPM MP, pada tanggal
09 april 2012 ).
49
Sarana pendidikan yang ada sekarang sudah banyak yang rusak
c. Masalah di bidang Lingkungan
Masih banyak terdapat sarana dan prasarana lingkungan yang kurang baik
bahkan sampai rusak berat ( jalan, jembatan, saluran air bersih, drainase ),
rumah warga yang kurang layak huni, dan lain – lain. Masyarakat tidak
memiliki sumber dana untuk merehabilitasi sarana dan prasarana tersebut.
d. Masalah di bidang Ekonomi
Masih lemahnya sektor permodalan, rendahnya ketrampilan dan rendahnya
wawasan manajemen usaha kecil menengah ( UKM ). Dari identifikasi
permasalahan yang ada tersebut merupakan penyebab terhambatnya
kemajuan masyarakat Desa Pulorejo, sehingga bermuara pada kondisi
tidak mampu / miskin8
4. Pemetaan swadaya ( PS )
Pada rembugan relawan dan warga dalam tahapan kegiatan pemetaan swadaya
bulan Juli, dilakukan kajian dan analisa masalah yang telah dicapai dalam tahapan
refleksi kemiskinan dan kemudian dicari potensi masyarakat yang dapat
dimanfaatkan untuk membangun kesadaran akan realita dan potensi ( sosial,
ekonomi, lingkungan, nilai – nilai dll) di Kelurahan Desa Pulorejo.
Partisipasi para relawan dalam rembugan ini termasuk juga mendorong
kepada pemerintah desa untuk sekiranya dapat ikut membantu dengan sumber
pendanaan yang dapat memperkuat pelaksanaan program PNPM MP untuk
dipadukan dengan pendanaan dari program. Dalam kesempatan ini juga oleh
fasilitator dilakukan pengukuran dan analisa sejauh mana pendanaan yang
proporsional yang bisa diberikan dari Program PNPM MP. Hasil pemetaan swadaya
ini didapati bahwa sumber daya masyarakat Desa Pulorejo adalah dalam bentuk
pikiran dan tenaga serta ketrampilan, karena sebagian besar masyarakat masih
didominasi oleh pekerjaan petani, tukang bangunan dan buruh. Sedangkan bantuan
dalam bentuk pendanaan dari masyarakat masih belum memungkinkan9
Tenaga dan keahlian bertukang dari masyarakat di Pulorejo ini oleh para
relawan akan dimanfaatkan untuk membangun prasarana – prasarana lingkungan
8 (Keterangan dalam wawancara dengan Bapak Murwoto relawan PNPM MP Desa Pulorejo pada
tanggal 12 april 2012 ) 9 (Keterangan dalam wawancara dengan Bapak Harto, Masyarakat Peduli PNPM MP Desa Pulorejo
pada tanggal 17 Juli 2012).
50
dan kesehatan, sehingga untuk pengerjaannya tidak harus mencari tenaga dari luar
desa. Dalam musyawarah yang dilakukan dalam pemetaan swadaya ini diberikan
kesempatan seluas – luasnya kepada masyarakat untuk memberikan usulan dan
saran yang sekiranya dapat diakomodasikan dalam penanganan segala masalah desa
yang ada. Namun dalam tahapan ini juga berlangsung agak alot yang antara lain
beberapa anggota dari beberapa RT yang pada waktu itu adalah RT 5 meminta agar
pelaksanaan penanganan masalah lingkungan terutama pembangunan sarana
transportasi di prioritaskan dahulu di lingkungannya. Adanya permintaan agar
pembangunan di prioritaskan pada beberapa lingkungan RT tersebut menuai
sanggahan dan penolakan dari beberapa RT terutama RT 6 yang berbatasan wilayah
dengan RT 5 lain yang sama – sama juga meminta agar pelaksanaan penanganan
masalah lingkungan terutama pembangunan sarana transportasi di prioritaskan
dahulu di lingkungannya.
Adanya permintaan agar pembangunan diprioritaskan pada beberapa
lingkungan RT tersebut menuai sanggahan dan penolakan dari beberapa RT yang
lain yang sama – sama juga meminta prioritas untuk dilakukan pembangunan
terdahulu di lingkungan RT mereka. Ada cara berfikir yang terlalu sempit dari
beberapa bagian masyarakat yang terlibat dalam musyawah yaitu terutama bagi di
lingungan RT yang kebetulan berada pada jalur transportasi jalur utama ( arteri )
atau penghubung dengan RT atau dusun lain, mereka merasa jalur lingkungan
mereka yang paling penting untuk diprioritaskan. Bahkan sampai ada yang
bersitegang dari yang lingkungan RT pada jalur utama kalau tidak mendapat
prioritas mereka tidak akan mau ikut dalam pengerjaan prasarana jalan di
lingkungan RT terutama yang lingkungan posisinya menjorok ke dalam / tidak jalur
penghubung dengan daerah lain karena mereka sangat jarang sekali lewat di jalur
tersebut, dan mereka juga tidak terlalu tergantung atau mengharap warga dari RT
yang dari jalur dalam ikut membantu pengerjaan pembangunan di wilayah mereka
karena mereka merasa bias mengerjakannya sendiri tanpa bantuan dari warga RT
lain.
Perdebatan semacam inilah yang terkadang terjadi untuk membahas
penyelesaian masalah desa. Namun dari pihak petugas fasilitator kelurahan maupun
pihak pemerintah desa yang ikut terlibat dalam memfasilitasi kegiatan ini selalu
menengahi dan mencari jalan tengah dan titik temu dari musyawarah tersebut. Dan
pada waktu perdebatan antar RT tersebut diselesaikan dengan disepakati
51
infrastruktur yang diprioritaskan dibangun adalah RT 5 dimana RT tersebut
merupakan jalur jalan yang menghubungkan beberapa RT dan merupakan jalur
penting. Akhirnya warga RT 6 setelah mendapatkan penjelasan dari fasilitator bisa
menyadari kondisi tersebut. Sehingga kegiatan pemetaan swadaya ini berlangsung
beberapa kali dan tidak cukup sekali untuk dapat mencapai kesepakatan bersama.
Namun akhirnya dari beberapa kali pertemuan akhirnya dicapai kesepakatan10
5. Pembentukan LKM
Sesuai dengan prinsip dalam proyek PNPM-MP bahwa proyek yang akan
dilaksanakan tidak langsung diputuskan secara sepihak saja oleh tim pelaksana
kegiatannya ataupun oleh pemerintah desa setempat melainkan dengan melakukan
penggalian gagasan yang mendalam dengan melibatkan partisipasi masyarakat
secara keseluruhan agar semua kebutuhan masyarakat dapat tertampung semua.
Untuk melakukan pengendalian dan manajemen yang baik perlu dibentuk
kelembagaan yang mewadahi aspirasi masyarakat melalui pembentukan Lembaga
Keswadayaan Masyarakat ( LKM ). Pembentukan LKM di Desa Pulorejo yang
dimulai pada bulan Agustus sampai September ini difasilitasi oleh relawan yang
sebelumnya melakukan penyaringan calon anggota LKM dari utusan tiap – tiap RT.
Selanjutnya dalam tingkat dusun kembali di seleksi para utusan RT untuk
disaring pada tingkat rembugan di desa akan ditentukan siapa yang menjadi
pengurus LKM. Dalam rembugan final dihasilkan bentuk LKM di Desa Pulorejo
dengan nama LKM Rejo Mulyo dengan anggota sebanyak 13 orang dengan struktur
terdiri dari jabatan koordinator dan anggota – anggota.
LKM ini perlu dibentuk dengan tujuan menanamkan pemahaman kepada
masyarakat untuk memahami kelembaaan masyarakat yang dapat berperan sebagai
LKM dan menciptakan kesadaran kepada masyarakat akan kebutuhan
kelembagaan yang dipimpin orang – orang yang menerapkan nilai – nilai universal
kemanusiaan11
Pada lembaga LKM ini kekuasaan/kewenangan dan legitimasinya bersumber
dari warga masyarakat setempat, sehingga berkedudukan sebagai lembaga
kepimpinan kolektif dan oleh karenanya juga berperan sebagai representasi warga
yang berhimpun dalam suatu himpunan masyarakat warga setempat yang bersifat
10
( Keterangan dalam wawancara dengan Ibu Nunung Wijayanti Fasilitator Kelurahan / sekaligus
Koordinator Perencanaan Partisipasif Desa Pulorejo pada tanggal 17 Juli 2012 ) 11
(Keterangan dalam wawancara dengan Bapak Maskun koordinator LKM Mulyo Rejo Desa Pulorejo
pada tanggal 17 juli 2012. ).
52
organisasi anggota atau bertumpu pada anggota, artinya keputusan tertinggi ada di
tangan anggota. Dalam kesempatan ini dibentuk juga aturan main ( AD / ART )
LKM yang sesuai dengan ketentuan dalam PNPM MP.
Setelah dibentuk LKM, petugas fasilitator dan para relawan juga
memfasilitasi pembentukan dewan pengawas dan unit – unit pengelola untuk
mendukung fungsi pengawasan dan pelaksanaan kegiatan – kegiatan PNPM MP.
Setelah itu dibentuk kelompok Swadaya Masyarakat ( KSM ) yaitu merupakan
pemanfaat / penerima program PNPM. Namun KSM ini bukan hanya penerima
manfaat program secara pasif, melainkan sekaligus sebagai pelaksana kegiatan
terkait dgn penanggulangan kemiskinan yang diusulkan untuk didanai oleh LKM
melalui berbagai dana yang mampu digalang. Terbentunya KSM berfungsi sebagai
satuan unit sosial yang saling tolong menolong dan mengembangkan diri masing –
masing anggotanya.
Kemudian dalam AD / ART LKM ini ditentukan juga agenda Rapat
Koordinasi Triwulan LKM dengan Masyarakat, dimana anggota-anggota LKM
wajib mengadakan pertemuan koordinasi triwulanan atau sesuai ketentuan AD/ART
dengan mengundang seluruh anggota KSM, dan Forum Relawan (sebagai unsur
masyarakat) untuk menyampaikan perkembangan kegiatan, membahas
permasalahan serta merencanakan kegiatan triwulan berikutnya.
6. Menyusun Program Jangka Menengah / Rencana Strategis Program
Penanganan Kemiskinan ( PJM PRONANGKIS )
Program Jangka Menengah / Rencana Strategis Program Penanganan
Kemiskinan ( PJM PRONANGKIS ) disusun disusun secara partisipatif oleh TIP
(Tim Inti Perencana) yang dibentuk oleh LKM, terdiri dari unsur LKM, relawan dan
warga peduli dan secara interaktif. PJM dapat terdiri dari investasi pembangunan
prasarana yang telah diidentifikasi dari awal survei terutama pada tahapan refleksi
kemiskinan ( RK ) yang pelaksanaannya dapat dilakukan langsung oleh LKM
dengan membentuk panitia pembangunan; atau kegiatan pembangunan prasarana
skala kecil yang dapat diusulkan oleh kelompok masyarakat dan termasuk dalam
sektor prasarana yang memang diprioritaskan12
Dalam PJM ini disusun langkah langkah pelaksanaan penanganan masalah –
masalah yang telah dirumuskan dalam refleksi kemiskinan, yang antara lain masalah
12
( Keterangan dari Bapak Maskun, Koordinator LKM Rejo Mulyo Desa Pulorejo pada tanggal 19 juli
2012 ).
53
lingkungan, kesehatan, ekonomi dan pendidikan. Dalam PJM yang dibuat pada
bulan November 2010 ini dirinci pola pelaksanaan penanganan masalah yang telah
dirumuskan yang meliputi kebutuhan – kebutuhan sumber dana, penerima sasaran,
pelaksana lapangan, pihak – pihak yang dilibatkan dalam pelaksanaan dan ketentuan
– ketentuan teknis lainnya.
7. Pelaksanaan Kegiatan penanganan kemiskinan dan masalah Desa Pulorejo
Pelaksanaan Kegiatan penanganan kemiskinan dan masalah Desa Pulorejo
sebagai tertuang dalam Program Jangka Menengah / Rencana Strategis Program
Penanganan Kemiskinan ( PJM PRONANGKIS ) yaitu :
a. Pelaksanaan kegiatan penanganan masalah lingkungan
Untuk penanganan masalah lingkungan sebagaimana telah dirumuskan dan
ditetapkan pada PJM PRONANGKIS dimulai pada bulan April 2011, ada
beberapa pembangunan yang antara lain :
1. Pembangunan sarana transportasi
Pembangunan sarana transportasi meliputi ; membangun jalan cor beton,
jembatan box, jalan paving blok, jalan setapak beton di beberapa titik di
beberapa lokasi yang telah ditentukan
2. Membangun Prasarana untuk mengurangi kerusakan lingkungan
Untuk mengurangi kerusakan lingkungan dibangun banyak talud pada
pinggir saluran air agar dinding saluran air yang sebagian besar masih
berupa tanah tidak longsor ketika musim hujan datang.
3. Penataan Sanitasi Lingkungan
Untuk pembangunan sanitasi dibangun saluran irigasi yang dapat mengatur
kebutuhan dan arah air agar kebutuhan air khususnya untuk areal
persawahan dapat tercukupi.
4. Antisipasi Bencana
Untuk antisipasi bencana ini belum ada bangunan bentuk fisik, namun di
siasati dengan menyiapkan cadangan sewaktu – waktu agar dapat
digunakan jika bencana datang.
Dalam pengerjaan teknis pembangunan beberapa parsarana ini
kesemuanya tidak dapat terlepas dari pemanfaatan sumberdaya yang
terdapat di Desa Pulorejo. Semua pekerja proyek adalah orang asli desa,
misalnya bagi yang memiliki keahlian sebagai tukang batu, mengerjakan yang
bagian pemasangan batu, dan tetap diberi upah kerja. Dan sebagai partisipasi
54
mereka, maka upah yang mereka minta pun tidak seperti jika mereka bekerja
biasanya.
b. Pelaksanaan kegiatan penanganan masalah kesehatan
Kegiatan penanganan masalah kesehatan dilakukan mulai Juni 2011 dengan
melakukan penyuluhan dan pemberian makanan tambahan untuk BALITA,
kemudian melakukan uji test air sumur. Kegiatan ini dilaksanakan oleh unit
pelaksana LKM dan relawan serta masyarakat peduli.
c. Pelaksanaan kegiatan penanganan masalah pendidikan
Untuk masalah penanganan pendidikan dilakukan dengan membangun 2
unit Taman Kanak – kanak, rehabilitasi bangunan 1 Sekolah Dasar dan
rehabilitasi 1 sekolah Madrasah Ibtidaiah. Pembangunan dan rehabilitasi ini
juga dikerjakan oleh masyarakat Desa Pulorejo dengan diberikan upah.
d. Pelaksanaan kegiatan penanganan masalah ekonomi
Kegiatan masalah ekonomi dilakukan dengan pemberian dana bergulir
yaitu pinjaman modal tanpa agunan bagi keluarga miskin yang telah tergabung
dalam Kelompok Swadaya Masyarakat ( KSM ). Selain itu diberikan
ketrampilan untuk usaha – usaha kecil kecil menengah ( UKM ) seperti
pelatihan pembuatan makanan dan pelatihan pembuatan batik. Kegiatan ini
dikerjakan oleh pihak luar yang memiliki ketrampilan yang didatangkan oleh
petugas fasilitator.
Namun dalam pelaksanaan kegiatan penanganan masalah tersebut
masih ada juga yang tidak berkontribusi ikut dalam kegiatan seperti
pengerjaan prasarana transportasi dan lingkungan. Hal ini dikarenakan ada
yang dilatari oleh upah kerja dalam proyek tersebut tidak sesuai atau ada di
bawah standar upah kerja bangunan pada umumnya, tanpa menyadari bahwa
kegiatan ini lebih dipentingkan untuk kemanfaatan maysarakat banyak.
Namun ada juga masyarakat yang tidak mau ikut serta dalam pengerjaan
kegiatan – kegiatan penanganan masalah di desa karena anggapan bahwa
proyek dan kegiatan – kegiatan itu menghasilkan keuntungan yang besar dan
akan menguntungkan pihak panitia, sementara tenaga mereka hanya dihargai
di bawah standar dari upah pada umumnya. Padahal sebenarnya setiap
tindakan yang dilakukan terutama yang ada hubungannya dengan penggunaan
keuangan program pasti dicatat dan di beritahukan secara transparan kepada
55
masyarakat baik melalui pengumuman media desa maupun dalam rapat rutin
LKM dan dalam laporan pertanggungjawaban13
8. Evaluasi Pelaksanaan Program Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (
PNPM MP )
Untuk evaluasi kegiatan – kegiatan dalam program PNPM MP dilakukan pada
bulan akhir selesainya siklus program yaitu pada bulan Desember. Bentuk evaluasi
tersebut adalah dengan adanya pertanggungjawaban dari LKM dengan membuat
Laporan Pertanggungjawaban dan dibawa dalam sebuah forum tahunan yaitu
Rembug Warga Tahunan ( RWT ) di tingkat Desa Pulorejo.
5.2. Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan di Desa Pulorejo
Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan ( PNPM MP )
merupakan salah satu kebijakan publik / kebijakan pemerintah dalam bentuk / kategori
program, dimana dalam program kebijakan ini terdapat ruang dan lingkup lingkup
kegiatan pemerintah yang disahkan dan relatif khusus,serta jelas batas-batasnya untuk
mencapai tujuan program. Program ini dirancang sebagai gerakan bersama melibatkan
partisipasi seluruh elemen masyarakat yang terpadu dalam penanggulangan
kemiskinan melalui proses pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat
memerlukan keterlibatan berbagai pihak antara lain pemerintah, kelompok ahli, dunia
usaha, dan masyarakat luas. Semua pihak diharapkan dapat menjalankan peran dan
tanggung jawabnya. Hal ini sesuai dengan prinsip – prinsip dan pengertian partisipasi,
dimana partisipasi adalah suatu keikutsertaan / keterlibatan individu dalam suatu
kelompok maupun suatu kelompok dalam suatu lingkungan masyarakat yang luas
dalam kaitannya terhadap pembangunan yang sedang dilaksanakan atau mobilisasi
masyarakat dalam pembangunan ( Soetrisno : 1995 : 221-222).
Namun mengingat sangat luasnya jangkauan dan keterkaitan antara partisipasi
dengan unsur dan elemen – elamen lainnya, maka suatu pelaksanaan partisipasi
masyarakat harus dilihat dari berbagai aspek pandang. Dengan itu, untuk melihat dan
mengetahui secara utuh bagaimana partisipasi masyarakat Desa Pulorejo dalam
Program PNPM MP, penulis melakukan analisis dengan mengidentifikasi beberapa
13
( Keterangan dari Bapak Maskun Koordinator LKM Mulyo Rejo Desa Rejosari pada tanggal 01
Agustus 2012 )
56
elemen – elemen penting dalam teori tentang partisipasi masyarakat yang dipaparkan
sebagai berikut :
5.2.1. Tahapan dalam Partisipasi
Bahwa dalam suatu partisipasi masyarakat dalam pembangunan, masyarakat
terlebih lagi gerakan partisipasi yang dimotori oleh pemerintah biasanya dilakukan
melalui beberapa tahapan mulai dari perencanaan sampai evaluasi (Adi : 2001 :
208 ). Demikian juga dalam pelaksanaan Program PNPM MP Di Desa Pulorejo
scara garis besar ada beberapa tahapan yang dilalui yaitu tahapan tahap assesment (
tahap awal ) dengan melaksanakan kegiatan sosialisasi awal / Pemetaan Awal ( PA
), Refleksi Kemiskinan (RK ), Rembug kesiapan Masyarakat ( RKM ), Pemetaan
Swadaya ( PS ), pembentukan LKM dan pembentukan PJM PRONANGKIS.
Dalam tahapan awal ini merupakan langkah yang dilakukan dengan
mengidentifikasi masalah dan sumberdaya yang dimiliki, sehingga
masyarakat dilibatkan secara aktif melihat permasalahan yang sedang terjadi
berdasarkan pandangan mereka sendiri. Setelah tahapan awal disusul
tahapan pelaksanaan yaitu tahapan realisasi kegiatan yang telah dirumuskan
dalam tahapan awal. Setelah tahapan pelaksanaan selesai, ada tahapan
selanjutnya yaitu tahapan evaluasi dimana dalam PNPM MP di Desa
Pulorejo dilakukan pada akhir tahun yaitu pada Rembugan Warga Tahunan (
RWT ). Dalam evaluasi ini disampaikan Laporan Pertanggungjawaban ( LPj
) oleh LKM Mulyorejo. Dalam berbagai tahapan selalu melibatkan
partisipasi warga masyarakat Desa Pulorejo baik yang berstatus anggota
LKM, relawan maupun masyarakat peduli untuk melakukan penanganan
masalah di desanya melalui program PNPM MP. Sebagaimana tahapan
partisipasi secara teoritis yang meliputi tahap assesment yang dilakukan
dengan mengidentifikasi masalah dan sumberdaya yang dimiliki, kemudian
pelaksanaan dan evaluasi telah dilakukan, namun untuk alternatif program
atau kegiatan yang dilakukan untuk memikirkan alternatif kegiatan sebagai
cadangan apabila salah satu kegiatan tidak berjalan baik tidak dilakukan. Hal
ini dikarenakan dalam program PNPM MP ini telah disusun cukup
komprehensif sehingga sudah mencakup berbagai metode untuk mengatasi
permasalahan yang ada.
5.2.2. Unsur – unsur Partisipasi
57
Dalam kegiatan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan PNPM MP di
Pulorejo juga perlu dilihat unsur – unsur dapat dikatakan bahwa program kebijakan
ini syarat / mutlak membutuhkan adanya partisipasi masyarakat. Hal ini terlihat
dengan telah terpenuhinya 3 unsur partisipasi yang penting yaitu :
1) Adanya keterlibatan mental dan perasaan, lebih dari semata-mata atau hanya
keterlibatan secara jasmaniah.
Keterlibatan mental disini dapat dilihat pada tahap – tahap pelaksanaan
program terutama pada saat tahapan Refleksi Kemiskinan ( RK ), Rembug
kesiapan Masyarakat ( RKM ), Pemetaan Swadaya ( PS ). Disini masyarakat
Desa Pulorejo yang tergabung dalam relawan memberikan apresiasi yang
menelaah permasalahan di desanya. Bahkan terkadang ada gesekan – gesekan
antara warga untuk mendapatkan prioritas penanganan masalah.
2) Unsur kedua adalah kesediaan memberikan sumbangan kepada usaha
mencapai tujuan kelompok.
Adanya kesediaan memberikan sumbangan kepada usaha mencapai tujuan
kelompok dalam PNPM MP di Desa Pulorejo dapat dilihat berdasarkan dari data
pelaksanaan program kebijakan PNPM MP, bahwa mulai dari tahapan awal,
pelaksanaan sampai evaluasi, dimana adanya partisipasi dari masyarakat untuk
ikut serta baik dalam musyawarah, menjadi lembaga bagian dari program sampai
ikut terlibat dalam kegiatan pelaksanaan kegiatan sebagaimana telah dirumuskan
dalam PJM PRONANGKIS. Dapat dikatakan bahwa setiap keputusan yang
diambil dalam melaksanakan semua kegiatan dalam PNPM MP merupakan
keputusan bersama sebagai hasil dari musyawarah masyarakat dalam tiap tahapan
kegiatan.
3) Unsur tanggung jawab
Adanya unsur tanggungjawab juga terlihat dalam pelaksanaan partisipasi
masyarakat dalam program kebijakan PNPM MP di Desa Pulorejo. Hal ini
terlihat dari upaya pengembalian pinjaman bergulir yang diberikan pada
masyarakat penerima program kegiatan penanganan masalah ekonomi yang
terwadahi dalam Kelompok Swadaya Masyarakat ( KSM ), kemudian pembuatan
Laporan pertanggungjawaban LKM setiap tahunnya yang disampaikan dalam
Rapat Warga Tahunan ( RWT ). Bahkan setiap bulannya LKM melaporkan
kepada masyarakat desa agar dilihat masyarakat umum melalui dinding media
warga / media tempel yang ada di 5 titik strategis di Desa Pulorejo agar
58
masyarakat umum dapat mengetahui apa saja yang telah dilakukan dalam
kegiatan PNPM MP secara berkala.
Berdasarkan uraian di atas, maka partisipasi tidak saja identik dengan
keterlibatan secara fisik dalam pekerjaan dan tugas saja akan tetapi menyangkut
keterlibatan diri atau ego, sehingga akan timbul tanggung jawab dan sumbangan
yang besar dan penuh terhadap pembangunan masyarakat.
5.2.3. Bentuk Partisipasi
Ada beberapa jenis partisipasi masyarakat dalam pembangunan masyarakat
( Davis dalam Sastropoetro, : 1988:16) yang antara lain dalam bentuk :
1) Pikiran (Psychological participation).
2) Tenaga (Physical participation).
3) Pikiran dan tenaga (Psychological dan Physical participation).
4) Keahlian (Participation with skill).
5) Barang (Material participation).
6) Uang (Money participation).
Berdasarkan data pelaksanaan PNPM MP di Desa Plorejo, bentuk
partisipasi yang cukup mendominasi adalah berupa pikiran dan tenaga dan
keahlian. Partisipasi berbentuk pikiran ini cukup terlihat pada tahapan awal yaitu
pada saat tahap – tahap pelaksanaan program terutama pada saat tahapan Refleksi
Kemiskinan ( RK ), Rembug kesiapan Masyarakat ( RKM), Pemetaan Swadaya (
PS ). Disini masyarakat berpartisipasi berupa ide, gagasan untul menangani
permasalahan di desanya.
Bentuk partisipasi dalam bentuk tenaga dan keahlian diwujudkan dalam
mendirikan proyek yang sifatnya berdikari atau proyek komuniti yang
sifatnya otonom dengan tindakan aksi massa oleh warga masyarakat
cukup terlihat pada saat pelaksanaan penanganan masalah lingkungan
yaitu dalam pembangunan sarana transportasi seperti membangun jalan
cor beton, talud saluran air, jembatan box, jalan paving blok, jalan
setapak beton, dll. Untuk pengerjaan prasarana tersebut pemanfaatan
tenaga dan sumberdaya keahlian menjadi komponen utama, terlebih lagi
dari kebanyakan penduduk Desa Pulorejo yang memiliki mata
pencaharian cukup banyak sebagai buruh bangunan. Keahlian
masyarakat seperti mereka yang profesinya sebagai tukang batu, tukang
59
besi dan tukang kayu mereka cukup mendukung terselesaikannya
kegiatan berdasarkan keahlian dan tenaga mereka. Sedangkan
partisipasi dalam bentuk uang dan barang masih belum terlihat dalam
pelaksanaan PNPM MP di Desa Pulorejo.
5.2.4. Prasyarat Partisipasi
Dalam suatu tindakan partisipasi masyarakat menurut Hamidjojo dan
Iskandar ( 1999: 57) ada beberapa syarat yang mendasarinya yaitu:
1. Senasib dan sepenanggungan.
2. Keterlibatan terhadap tujuan hidup.
3. Kemahiran untuk menyesuaikan dengan perubahan keadaan.
4. Adanya prakarsawan.
5. Iklim partisipasi.
6. Adanya pembangunan itu sendiri
Untuk prasyarat partisipasi masyarakat Desa Pulorejo dalam PNPM MP
ditemukan adanya prasyarat yang mendasarinya antara lain yang cukup terlihat
adalah adanya unsur senasib dan sepenanggungan, keterlibatan terhadap tujuan
hidup, kemudian adanya prakarsawan serta adanya pembangunan itu sendiri.
Untuk prasyarat adanya iklim partisipasi kurang signifikan dengan pelaksanaan
program kebijakan PNPM MP mengingat ada atau tidak iklim partisipasi,
program kebijakan ini tetap dijalankan oleh pemerintah.
Sedangkan unsur senasib yang cukup dirasakan adalah dalam kegiatan
PNPM MP pada tahapan Refleksi Kemiskinan ( RK ), Rembug kesiapan
Masyarakat ( RKM ), Pemetaan Swadaya ( PS ). Masyarakat Desa Pulorejo
duduk bersama dalam musyawarah untuk merasakan kondisi yang mereka
rasakan dan mencari solusi penyelesaian. Keterlibatan / partisipasi masyarakat
Desa Pulorejo dalam mencari penyelesaian masalah dalam program PNPM MP
juga dapat dikatakan merupakan keterlibatan terhadap tujuan hidup., karena
permasalahan yang dibahas seperti masalah ekonomi, lingkungan, pendidikan
dan kesehatan sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan hidup masyarakat
di Desa Pulorejo dalam lingkup sosial kemasyarakatan.
Dalam keterlibatan / partisipasi masyarakat di sini sebenarnya juga
memerlukan kemahiran dalam beradaptasi dengan perubahan keadaan yaitu
adanya tuntutan pada masyarakat agar mau dan mampu menyesuaikan dengan
60
keinginan bersama dari masyarakat untuk melakukan suatu perubahan menuju
kondisi masyarakat yang lebih baik melalui pelaksanaan program kebijakan
PNMP MP. Kemudian adanya prakarsawan yang mendasari partisipasi juga
cukup penting. Terkait dengan ini prakarsawan dalam program di PNPM MP di
Desa Pulorejo dilakukan oleh petugas PNPM MP dan bersama – sama dengan
pemerintah desa menggugah kesadaran berpartisipasi ikut serta dalam program
PNPM MP, yang akhirnya memunculkan relawan dan masyarakat peduli untuk
menggerakkan program PNPM MP.
5.2.6. Fungsi dan manfaat partisipasi
Partisipasi memiliki fungsi dan manfaat ( Santosa dan Heroepoetri : 2005 :
2) yang antara lain :
1) Partisipasi Masyarakat sebagai suatu Kebijakan
2) Partisipasi Masyarakat sebagai Strategi
3) Partisipasi Masyarakat sebagai Alat Komunikasi
4) Partisipasi Masyarakat sebagai Alat Penyelesaian Sengketa
5) Partisipasi Masyarakat sebagai Terapi
Dalam partisipasi program PNPM MP, semua kriteria fungsi yang ada
sudah terlihat. Selain sebagai suatu kebijakan, alat komunikasi, Alat Penyelesaian
Sengketa, partisipasi masyarakat Desa Pulorejo juga sebagai sebagai Terapi,
dimana program ini merupakan kebijakan untuk merubah cara berfikir /
paradigma masyarakat agar metode – metode yang ada dalam PNPM MP untuk
selanjutnya dipakai terus dalam kehidupan bermasyarakat , terutama untuk
menyelesaikan berbagai permasalahan dalam masyarakat. Sehingga partisipasi
masyarakat dapat menjadi suatu terapi dalam penyelesaian setiap masalah yang
dihadapi bersama masyarakat Desa Pulorejo dalam membangun desanya. Hal
tersebut dapat dilihat masyarakat mengikuti tahapan – tahapan kegiatan mulai
dari sosialisasi awal sampai evaluasi program yang dimana mekanisme teknis
sebelumnya tidak pernah dilakukan oleh masyarakat Desa Pulorejo. Jadi melalui
partisipasi program PNPM MP telah merubah paradigma masyarakat dalam
menyelesaikan permasalahan bersama.
Disamping fungsi partisipasi, manfaat dari partisipasi adalah antara lain
menjadikan masyarakat yang lebih bertanggung jawab, meningkatkan proses
belajar, mengeliminir perasaan terasing, menimbulkan dukungan dan penerimaan
dari rencana pemerintah, menciptakan kesadaran politik, keputusan dari hasil
61
partisipasi mencerminkan kebutuhan dan keinginan masyarakat dan menjadi
sumber dari informasi yang berguna ( Santosa dan Heroepoetri, 2005 : 2).
Dari partisipasi masyarakat Desa Pulorejo mengambarkan bahwa program
PNPM MP merupakan suatu proses belajar bagi masyarakat untuk berfikir maju
dalam menyelesaikan permasalahan desa yang ada. Adanya partisipasi dengan
melibatkan sebagian besar masyarakat dalam PNPM MP ini mengeliminir
perasaan terasing warga dengan membuka forum – forum yang melibatkan
mekanisme musyawarah bagi warga dalam memberikan gagasan dan informasi
penting untuk menyelesaikan segala permasalahan dalam masyarakat sehingga
partisipasi masyarakat ini adalah hasil cerminan kebutuhan dan keinginan
masyarakat. Dari semua rangkaian kegiatan yang merupakan pencerminan
keinginan masyarakat ini membuat masyarakat lebih bersikap bertanggung jawab
dengan apa yang telah dikerjakan. Hal ini dapat terlihat dari adanya laporan
pertanggungjawaban LKM pada akhir siklus dan laporan – laporan KSM pada
tiap 3 bulan sekali, yang kesemuanya akan dibawa dalam Rembug Warga
Tahunan ( RWT ) sebagai forum evaluasi program PNPM MP.
Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa partisipasi masyarakat Desa
Pulorejo dalam program PNPM MP setelah dianalisa menggunakan teori – teori
tentang partisipasi masyarakat dapat dikatakan telah memenuhi berbagai kriteria
dari aspek – aspek partisipasi dalam masyarakat. Dapat diartikan bahwa
masyarakat Desa Pulorejo telah benar – benar melakukan partisipasi yang cukup
dalam orientasi menyelesaikan permasalahan dan pembangunan di desanya.
5.3. Kendala terhadap partisipasi masyarakat dalam Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan di Desa Pulorejo
Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan
Walaupun partisipasi masyarakat Desa Pulorejo dalam program PNPM MP
telah berjalan baik namun masih saja ada kendala yang dihadapi atau ditemukan dalam
pelaksanaan partisipasi tersebut antara lain:
a. Masih adanya sikap dan rasa kecemburuan antara warga satu lingkungan
RT dan lingkungan RT lainnya dalam menentukan lokasi
pembangunanprasarana jalan, dimana mereka sama – sama ingin mendapat
prioritas pengerjaan pembangunan terlebih dulu di lingkungan lokasi paling
dekat dengan mereka. Kecemburuan ini cukup terlihat pada saat tahapan
62
Refleksi Kemiskinan dan Pemetaan Swadaya, sehingga ini sempat membuat
motivasi sebagian dari mayarakat sempat menurun. Dampak dari
kecemburuan ini membuat musyawarah yang dilakukan menjadi
berlangsung lama dalam mencapai titik temu, karena mekanisme dalam
setiap tindakan pemberdayaan penanganan masalah dalam PNPM MP ini di
tentukan melalui mufakat / kesepakatan. Namun pada akhirnya ada jalan
tengah dalam menyelesaikan saling rebut priorotas ini.
b. Ada suatu tendensi atau sikap berfikir yang cukup sempit terhadap program
PNPM MP. Dalam tahapan awal atau sosialisasi awal masih ada warga yang
kurang mendukung dan enggan untuk ikut berpartisipasi dalam PNPM MP,
karena beranggapan atau memiliki praduga bahwa program ini merupakan
alat politik partai tertentu yang nantinya akan dimanfaatkan untuk
menggiring dan menjebak masyarakat untuk masuk dalam lingkaran /
dukungan politik yang bersangkutan. Persepsi yang demikian ini sempat
mempengaruhi sebagian masyarakat walaupun akhirnya dalam pertemuan –
pertemuan selanjutnya, petugas dengan berbagai cara melalukan pendekatan
dan memberikan pemahaman agar maysyarakat tidak kawatir kalau program
kebijakan ini adalah alat politik suatu kelompok politik tertentu. Petugas
menjelaskan bahwa program ini benar – benar murni program pemerintah
yang dijalankan secara profesional untuk mengatasi permasalahan
masyarakat terutama masalah kemiskinan di Desa Pulorejo.
c. Ada beberapa warga yang terlibat dalam program PNPM MP namun masih
punya persepsi sempit bahwa PNPM MP ini merupakan proyek yang dapat
di asumsikan mendapat keuntungan besar yang dikantongi oleh para
petugasnya. Walaupun ada beberapa masyarakat yang memiliki
pemahaman sedemikian itu dan mereka tidak mau ikut terlibat dalam
berpartisipasi pada program PNPM MP namun tidak membuat masyarakat
lain sebagian besar mengikuti sikap mereka, Padahal segala sesuatu yang
dilakukan mulai dari penerimaan dana sampai pengeluaran selalu di
beritahukan secara transparan di dalam pengumuman desa maupun dalam
pembukuan dan pertemuan rutin Kelompok Swadaya Masyarakat ( KSM )
dan Lembaga Keswadayaan Masyarakat ( LKM ), ditambah lagi masih
adanya laporan pertanggungjawaban setiap tahunnya dalam Rembug Warga
Tahunan ( RWT ) oleh LKM. Jadi semestinya masyarakat tidak perlu ada
63
dugaan yang berlebihan. Memang program ini diharapkan akan lebih baik
kalau menghasilkan keuntungan, namun apabila ada keuntungan dari
program, maka itu akan masuk ke kas / pendapatan LKM dan untuk
selanjutnya digunakan untuk kepentingan bersama masyarakat Desa
Pulorejo.