PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN...
Transcript of PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN...
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN
KEMISKINAN DI KELURAHAN BUKIT CERMIN
KOTA TANJUNGPINANG
NASKAH PUBLIKASI
Oleh:
DIDI HARDIANTO
NIM : 090565201009
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DANILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2017
1
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN
KEMISKINAN DI KELURAHAN BUKIT CERMIN
KOTA TANJUNGPINANG
DIDI HARDIANTO
Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial Danilmu Politik Universitas
Maritim Raja Ali Haji
A B S T R A K
Program Pengentasan Kemiskinan di Kota Tanjungpinang khususnya di Kelurahan
Bukit Cermin terdiri dari berbagai macam program, antara lain Bantuan Langsung
Tunai (BLT), Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni, Program Keluarga Harapan,
PNPM Mandiri Perkotaan, dan Program Beras Miskin. Kelurahan Bukit Cermin
merupakan salah satu kelurahan yang ada di Kota Tanjungpinang. Namun dari data
yang didapatkan berdasarkan hasil penelitian masih adanya penerima manfaat
ekonomi perguliran program PNPM Mandiri Perkotaan yang bukan termasuk dalam
kategori masyarakat miskin, masih minimnya kontribusi swadaya dari masyarakat
dan masih bersifat ke lokal, serta masih kurang telitinya verifikasi terhadap
pemanfaatan dana perguliran, dan keberlanjutan terhadap kegiatan yang telah
dilaksanakan.
Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui partisipasi masyarakat dalam
Penanggulangan Kemiskinan di Kelurahan Bukit Cermin Kota Tanjungpinang.
Informan dalam penelitian ini adalah 2 orang tokoh masyarakat, 1 orang staff seksi
pembangunan di Kelurahan Bukit Cermin, 1 orang Lurah, 2 orang staff kelurahan
khusus bagian pembangunan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisa data kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa partisipasi masyarakat dalam
Penanggulangan Kemiskinan di Kelurahan Bukit Cermin Kota Tanjungpinang belum
berjalan dengan baik. Menurut masyarakat hal ini belum tepat sasaran dan sosialisasi
yang dilakukan belum menyeluruh, kemudian tidak semua masyarakat mengetahui
bahwa penanggulan kemiskinan ini masih tetap berjalan dan tetap perlu adanya
partisipasi mereka sebagai masyarakat.
Kata Kunci : Kemiskinan, Partisipasi
2
A B S T R A C T
Poverty Alleviation Programs in Tanjungpinang, especially in the Kelurahan Bukit
Cermin consists of a variety of programs, such as cash assistance. Rehabilitation Not
Livable Home, the Family Hope Program, PNPM Urban and Poor Rice Program.
Kelurahan Bukit Cermin is one of the sub district in Tanjungpinang. However, from
the data obtained from the research the recipient of the economic benefits of
revolving PNPM Mandiri Urban were not included in the category of the poor, there
still lack of the contribution of self-help of the community and they are all local
oriented, and still less meticulous verification of the utilization of the funds rolling,
and sustainability the activities that have been implemented.
The purpose of this research to find out the community's participation in Poverty
Reduction in Kelurahan Bukit Cermin Tanjungpinang. Informants in this study are
two community leaders, one person staff construction in the sub district Bukit
Cermin, 1 Lurah, 2 staff development section. Analysis of the data used in this
research is the analysis of qualitative data.
Based on the results of the study it can be shown that the participation of the
community in poverty in the Kelurahan Bukit Cermin Tanjungpinang hasn't been
going well. According to the community it is yet right on target and socializing has
not done thoroughly, then not all of community knows that at still runs and still need
for their participation as a community.
Keywords: Poverty, Participation
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kemiskinan adalah keadaan
dimana terjadi ketidak mampuan
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
dasar seperti makanan, pakaian, tempat
berlindung, pendidikan, dan kesehatan.
Kemiskinan dapat disebabkan oleh
kelangkaan alat pemenuh kebutuhan
dasar, ataupun sulitnya akses terhadap
pendidikan dan pekerjaan, kemiskinan
dapat juga dikatakan sebagai suatu
standar tingkat hidup yang rendah yaitu
adanya tingkat kekurangan materi pada
sejumlah atau golongan orang
dibandingkan dengan standar
kehidupan yang umum berlaku dalam
masyarakat yang bersangkutan. Standar
kehidupan yang rendah ini secara
langsung tampak pengaruhnya terhadap
tingkat keadaan kesehatan kehidupan
moral, dan rasa harga diri dari mereka
yang tergolong sebagai orang miskin.
Permasalahan yang harus
dihadapi dan diselesaikan oleh
pemerintah indonesia saat ini adalah
kemiskinan, disamping masalah-
masalah yang lainnya. Dewasa ini
pemerintah belum mampu menghadapi
atau menyelesaikan permasalahan
kemiskinan. Permasalahan kemiskinan
merupakan permasalahan yang
kompleks dan bersifat
multidimensional. Oleh karena itu,
upaya pengentasan kemiskinan harus
dilakukan secara komprehensif,
mencakup berbagai aspek kehidupan
masyarakat, dan dilaksanakan secara
terpadu. Kemiskinan harus menjadi
sebuah tujuan utama dari penyelesaian
masalah-masalah yang dihadapi oleh
negara Indonesia, karna aspek dasar
yang dapat dijadikan acuan
keberhasilan pembangunan ekonomi
adalah teratasinya masalah kemiskinan.
Berdasarkan data yang
didapatkan dari Badan Pusat Statistik
Pada bulan Maret 2015, jumlah
penduduk miskin (penduduk dengan
pengeluaran per kapita per bulan di
bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia
mencapai 28,59 juta orang (11,22
persen), bertambah sebesar 0,86 juta
orang dibandingkan dengan kondisi
September 2014 yang sebesar 27,73
juta orang (10,96 persen). Badan Pusat
Statistik menunjukkan bahwa jumlah
penduduk miskin di Indonesia ternyata
bertambah banyak di tahun 2015 ini
ketimbang catatan penduduk miskin di
tahun 2014 silam. (Sumber : BPS
Tanjungpinang, 2015)
Jumlah penduduk miskin
(penduduk yang berada di bawah Garis
Kemiskinan) di Provinsi Kepulauan
Riau pada bulan September 2015
sebanyak 114.834 orang (5,78 persen).
Jika dibandingkan dengan jumlah
penduduk miskin pada Maret 2015
yang berjumlah 122.398 orang (6,24
persen), secara absolut mengalami
penurunan sebanyak 7.564 orang atau
turun sebesar 0,46 poin. Selama
periode Maret 2015 - September 2015,
penduduk miskin di daerah perkotaan
turun sangat signifikan yaitu 6.390
orang, sementara di daerah pedesaan
secara absolut mengalami penurunan
sebesar 1.174 orang. (Sumber : BPS
Tanjungpinang, 2015)
Salah satu Kota yang ada di
Provinsi Kepulauan Riau adalah
Tanjungpinang, Tanjungpinang masih
memiliki masyarakat miskin. Namun
kategori orang miskin tidak seperti di
kota-kota besar lainnya yang ada di
Indonesia. Sebab di Tanjungpinang
belum ada orang miskin yang tidak
makan 2 hari sekali atau lebih.
Masyarakat Tanjungpinang dinilai
masih mampu memenuhi kebutuhan
4
makan sehari-hari meski digolongkan
tidak mampu.
Berdasarkan data yang
didapatkan masih ada 9396 Kepala
Keluarga yang ada di Kota
Tanjungpinang masuk dalam daftar
keluarga miskin. Tahun ini, Pemerintah
Kota Tanjungpinang mengalokasikan
anggaran Rp30 miliar untuk masyarakat
tak mampu untuk berbagai kegiatan.
Sumber dana diperoleh dari Rp10
miliar APBD Kota Tanjungpinang dan
Rp20 miliar bantuan APBD Provinsi
Kepulauan Riau.
Penanggulangan kemiskinan
adalah menyempurnakan program
perlindungan sosial. Peningkatan akses
masyarakat miskin terhadap pelayanan
dasar. Penanggulangan kemiskinan
yang komprehensif memerlukan
keterlibatan berbagai pemangku
kepentingan. Pemerintah pusat,
pemerintah daerah, dunia usaha (sektor
swata) dan masyarakat merupakan
pihak-pihak yang memiliki
tanggungjawab sama terhadap
penanggulangan kemiskinan.
Pemerintah telah melaksanakan
penanggulangan kemiskinan melalui
berbagai program dalam upaya
pemenuhan kebutuhan dasar warga
negara secara layak, meningkatkan
kesejahteraan sosial ekonomi
masyarakat miskin, penguatan
kelembagaan sosial ekonomi
masyarakat serta melaksanakan
percepatan pembangunan daerah
tertinggal dalam upaya mencapai
masyarakat Indonesia yang sejahtera,
demokratis dan berkeadilan.
Untuk menunjang
penanggulangan kemiskinan yang
komprehensif dan mewujudkan
percepatan penanggulangan kemiskinan
dirumuskan empat startegi utama.
Strategi-strategi penanggulangan
kemiskinan tersebut diantaranya:
1. Memperbaiki program
perlindungan sosial;
2. Meningkatkan akses
terhadap pelayanan
dasar;
3. Pemberdayaan
kelompok masyarakat
miskin; serta
4. Menciptakan
pembangunan yang
inklusif.
Program Penanggulangan
Kemiskinan yang dilakukan oleh
Pemerintah Republik Indonesia terbagi
atas tiga kelompok klaster yang
dikelola oleh berbagai Kementerian dan
Lembaga Pemerintah yaitu Jaminan
Kesehatan Nasional, Kartu keluarga
sejahtera, Program Indonesia Pintar,
Program Keluarga Harapan, Beras
Untuk Keluarga Miskin, dan Kredit
Usaha Rakyat.
Program Penanggulangan
kemiskinan di Kota Tanjungpinang
khususnya di Kelurahan Bukit Cermin
terdiri dari berbagai macam program,
salah satunya Bantuan Langsung Tunai
(BLT), Rehabilitasi Rumah Tidak
Layak Huni, Program Keluarga
Harapan, PNPM Mandiri Perkotaan,
dan Program Beras Miskin. Pemerintah
saat ini memiliki berbagai program
penanggulangan kemiskinan yang
terintegrasi mulai dari program
penanggulangan kemiskinan berbasis
bantuan sosial, program
penanggulangan kemiskinan yang
berbasis pemberdayaan masyarakat
serta program penanggulangan
kemiskinan yang berbasis
pemberdayaan usaha kecil, yang
dijalankan oleh berbagai elemen
Pemerintah baik pusat maupun daerah.
5
Untuk meningkatkan efektifitas
upaya penanggulangan kemiskinan,
Presiden telah mengeluarkan Perpres
No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan, yang
bertujuan untuk mempercepat
penurunan angka kemiskinan.
Kecamatan Tanjungpinang
Barat memiliki masyarakat miskin
dengan jumlah 2406 Kepala Keluarga,
hal ini dikatakan jauh lebih sedikit
dibandingkan 2 kecamatan lainnya.
Berikut data masyarakat miskin yang
ada di Kecamatan Tanjungpinang Barat
yang dapat di paparkan per kelurahan.
Kelurahan Bukit Cerimin
merupakan salah satu kelurahan yang
ada di Kota Tanjungpinang. Kelurahan
Bukit Cermin yang sebelumnya telah
dinobatkan sebagai Juara 1 sebagai
Kelurahan Terbaik Se Kepulauan Riau
ini, telah mewakili Kepri utuk
mengikuti Lomba Kelurahan Terbaik
Tingkat Nasional di Jakarta. Namun
dari data yang didapatkan berdasarkan
hasil penelitian terdahulu Irwan
Siswandi Rusli (2014) bahwa masih
adanya penerima manfaat ekonomi
perguliran program PNPM Mandiri
Perkotaan yang bukan termasuk dalam
kategori masyarakat miskin, masih
minimnya kontribusi swadaya dari
masyarakat dan masih bersifat ke lokal,
serta masih kurang telitinya verifikasi
terhadap pemanfaatan dana perguliran,
dan keberlanjutan terhadap kegiatan
yang telah dilaksanakan. Kemudian
data masyarakat miskin di Kelurahan
Bukit Cermin adalah Kelurahan 509
Kepala Keluarga, untuk menanggulangi
kemiskinan memang tidak hanya
tanggungjawab pemerintah saja, namun
diharapkan masyarakat juga
berpartisipasi agar setiap program
penanggulangan tersebut bisa berjalan
tepat sasaran.
Kehadiran relawan masyarakat
sangat dibutuhkan sebagai konsekwensi
logis dari penerapan pembangunan
yang berbasis masyarakat yang
membutuhkan penggerak-penggerak
dari masyarakat sendiri yang mengabdi
tanpa pamrih, ikhas, peduli dan
memiliki komitmen kuat pada
kemajuan masyarakat di wilayahnya.
Proses pembangunan yang berbasis
masyarakat tidak akan terlaksana
apabila pelopor-pelopor yang
menggerakkan masyarakat tersebut
merupakan individu-individu yang
bekerja dengan pamrih pribadi. Dengan
kata lain perubahan masyarakat sangat
ditentukan oleh relawan-relawan yang
memiliki moral baik dan mampu
menjadi contoh perubahan.
Peraturan Presiden No. 15 tahun
2010 juga mengamanatkan
pembentukan Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan Daerah
(TKPKD) di tingkat Provinsi dan
Kabupaten Kota. Tim ini merupakan
tim lintas sektor dan lintas pemangku-
pemangku kepentingan di tingkat
Provinsi, Kabupaten dan Kota untuk
melakukan percepatan penanggulangan
kemiskinan di masing-masing tingkat
daerah yang bersangkutan.
Keanggotaan Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan Daerah
(Provinsi, Kabupaten dan Kota) terdiri
dari unsur pemerintah yaitu yang
berkoordinasi dan berperan dalam
penanggulangan kemiskinan, kemudian
dunia usaha yang membantu
pemerintah dalam menjalankan
program pemerintah dalam
penanggulangan kemiskinan dan
masyarakat seperti membuat atau
membentuk kelompok program
penanggulangan kemiskinan berbasis
pemberdayaan masyarakat.
6
Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan Daerah
melakukan beberapa hal yaitu
mendorong proses perencanaan dan
penganggaran sehingga menghasilkan
anggaran yang efektif untuk
penanggulangan kemiskinan.
Melakukan koordinasi dan pemantauan
program penanggulangan kemiskinan di
daerah. Menyampaikan laporan hasil
rapat koordinasi TKPKD, paling sedikit
3 kali setahun (Pasal 25 Permendagri
No. 42 tahun 2010); dan hasil
pelaksanaan penanggulangan
kemiskinan di daerah kepada Wakil
Presiden selaku Ketua TNP2K (Pasal
27 Permendagri No. 42 tahun 2010).
Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan Daerah
(TKPKD) Kota Tanjungpinang optimis
terhadap progres yang dilakukan dapat
menurunkan angka kemiskinan di
Ibukota Provinsi Kepri pada 2016.
Mereka melakukan kolaborasi dengan
Program Peningkatan Kualitas
Kawasan Permukiman (P2KKP)
Perkotaan sebagai pengganti PNPM
untuk penanganan titik-titik kawasan
kumuh yang ada di Kota
Tanjungpinang, diharapkan tetap
terlaksana.
Partisipasi masyarakat yang
ideal dapat dilihat dalam berbagai
pandangan. Pertama, kontribusi nyata
secara sukarela dari komunitas terhadap
suatu program untuk masyarakat,
keterlibatan masyarakat dalam proses
pembuatan keputusan dan dalam
implementasi program serta menikmati
bersama keuntungan-keuntungan dari
program pembangunan. Keterlibatan
masyarakat dalam mengevaluasi
program, suatu proses aktif, dimana
rakyat dari suatu komunitas mengambil
inisiatif dan menyatakan dengan tegas
otonomi mereka. Kedua, meningkatkan
kontrol terhadap sumber daya dan
mengatur lembaga-lembaga dalam
situasi sosial yang ada. Untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat,
maka keterlibatan masyarakat dalam
berbagai program dalam pembangunan
terutama menyangkut pengambilan
keputusan pembangunan dalam tingkat
komunitas sangat penting. (Siregar,
2001:19)
Bertitik tolak pada uraian
diatas, maka penulis tertarik melakukan
penelitian yang berjudul :
“PARTISIPASI MASYARAKAT
DALAM PENANGGULANGAN
KEMISKINAN DI KELURAHAN
BUKIT CERMIN KOTA
TANJUNGPINANG”
Perumusan Masalah
Berdasakan dari latar belakang di
atas maka perlu adanya perbaikan
peningkatan kesadaran masyarakat agar
mau berpartisispasi dalam setiap
pembangunan yang ada. Adapun
perumusan masalah dalam penelitian ini
sebagai berikut : “Bagaimana
Partisipasi Masyarakat Dalam
Penanggulangan Kemiskinan Di
Kelurahan Bukit Cermin Kota
Tanjungpinang?”
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui Partisipasi
Masyarakat Dalam
Penanggulangan Kemiskinan
Di Kelurahan Bukit Cermin
Kota Tanjungpinang.
2. Kegunaan Penelitian
a. Secara Akademis hasil
penelitian ini diharapkan
dapat memberikan
pemahaman yang mendalam
tentang Partisipasi
7
Masyarakat Dalam
Penanggulangan Kemiskinan
Di Kelurahan Bukit Cermin
Kota Tanjungpinang.
b. Secara Praktis hasil
penelitian diharapkan dapat
dijadikan bahan masukan
yang bagi instansi
pemerintah, khususnya Pihak
Kelurahan Bukit Cermin
sebagai instansi yang
berwenang dalam
pembangunan di wilayahnya
Konsep Operasional
1. Kontribusi sukarela dari
masyarakat kepada proyek tanpa
ikut serta dalam pengambilan
keputusan. Hal ini dapat dilihat
dari indikator : Masyarakat
terlibat dalam pengambilan
keputusan.
2. Usaha membuat masyarakat
semakin peka dalam
meningkatkan kemauan
menanggapi proyek-proyek
pembangunan. Hal ini dapat
dilihat dari indikator : Adanya
usaha yang dilakukan
pemerintah seperti sosialisasi
kepada masyarakat terhadap
program yang berjalan
3. Proses yang aktif artinya orang
atau kelompok terkait
pengambilan inisiatif.
Pemantapan dialog antara
masyarakat dan staff dalam
melakukan persiapan,
pelaksanaan proyek yang
sedang dilakukan. Hal ini dapat
dilihat dari indikator :
masyarakat menyumbangkan
idenya dalam pembangunan
wilayah kelurahan Bukit
Cermin.
4. Pemantapan dialog antara
masyarakat dan staff dalam
melakukan persiapan,
pelaksanaan proyek yang
sedang di lakukan. Hal ini dapat
dilihat dari indikator : Adanya
pertemuan masyarakat dengan
pihak terkait seperti pihak
kelurahan dalam menjalankan
program penataan pemukiman
kumuh di Kelurahan Bukit
Cermin
5. Ketertiban sukarela masyarakat
dalam perubahan yang
ditentukannya sendiri. Hal ini
dapat dilihat dari indikator :
Kemauan masyarakat untuk
berpartisipasi tanpa adanya
paksanaan atau tidak di
mobilisasi.
6. Keterlibatan masyarakat dalam
pembangunan diri kehidupan
dan lingkungan mereka. Hal ini
dapat dilihat dari indikator :
Masyarakat mendukung
program di wilayahnya
Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat
penelitian deskriptif, dimana
penulis bersifat menguraikan dan
memaparkan hasil penelitian
dengan jelas dan sistematis tanpa
menghubungkan atau mengkaitkan
unsur-unsur yang lain dalam
penelitian. Sejalan dengan pendapat
Umar (2002 : 38) mengemukakan
“tujuan penelitian deskriptif adalah
memaparkan atau mendeskripsikan
hal-hal yang ditanyakan dalam
riset, seperti : siapa, yang mana,
kapan, di mana, dan mengapa.”
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini di lakukan
Kelurahan Bukit Cermin Kota
8
Tanjungpinang. Hal ini dikarenakan
Kelurahan Bukit Cermin yang
sebelumnya telah dinobatkan
sebagai Juara 1 sebagai Kelurahan
Terbaik Se Kepulauan Riau ini,
namun dari data yang didapatkan
masih kurang tepatnya penerima
manfaat hal ini dapat dilihat dari
yang mendapatkan bantuan bukan
termasuk dalam kategori
masyarakat miskin, masih
minimnya kontribusi swadaya dari
masyarakat dan masih bersifat ke
lokal, serta masih kurang telitinya
verifikasi terhadap pemanfaatan
dana perguliran, dan keberlanjutan
terhadap kegiatan yang telah
dilaksanakan sehingga kemiskinan
masih kerap terjadi.
3. Informan
Dalam penelitian ini, adapun teknik
pengambilan informan yang digunakan
adalah teknik purposive sampling
menurut Arikunto (2006:139) dimana
pengambilan sampel dilakukan dengan
cara mengambil subjek bukan strata
tetapi atas adanya tujuan
tertentu,informan dalam penelitian ini
adalah 2 orang tokoh masyarakat, 3
orang staff Kelurahan khusus bagian
pembangunan.
4. Sumber dan Jenis Data
a. Data Primer
Data primer diperoleh secara
langsung dari responden di
lapangan melalui wawancara yang
bertujuan untuk mendapatkan
jawaban penelitian yang
berhubungan dengan masalah yaitu
Partisipasi Masyarakat Dalam
Penanggulangan Kemiskinan Di
Kelurahan Bukit Cermin Kota
Tanjungpinang
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data
pendukung yang diperoleh dari
buku-buku literatur yang ada
hubungannya dengan masalah,
dan dokumentasi yang meliputi :
data karakteristik pegawai, lokasi
penelitian, struktur organisasi, yang
terdata pada Kantor Kelurahan
Bukit Cermin.
5. Teknik dan Alat Pengumpulan
Data
Adapun alat pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini
adalah
a. Observasi, yakni peneliti
mengadakan pengamatan
langsung ke lokasi
penelitian untuk melihat
secara dekat tentang
pelaksanaan pengawasan
pembayaran pajak bumi dan
bangunan pada Kelurahan
Bukit Cermin. Sesuai
dengan pendapat Umar
(2002 : 90) yaitu teknik ini
menuntut adanya
pengamatan dari si periset
terhadap obyek risetnya.
Alat yang digunakan daftar
checklist dan catatan harian
mengenai Partisipasi
Masyarakat Dalam
Penanggulangan
Kemiskinan Di Kelurahan
Bukit Cermin Kota
Tanjungpinang
b. Wawancara yakni peneliti
akan memberikan
wawancara kepada informan
berupa butir-butir
pertanyaan untuk dijawab
guna mendapatkan informasi
tentang Partisipasi
Masyarakat Dalam
Penanggulangan
9
Kemiskinan Di Kelurahan
Bukit Cermin Kota
Tanjungpinang. Adapun
alat yang dipergunakan
yakni pedoman wawancara.
6. Teknik Analisis Data
Menurut Patilima (2007 : 88)
menyebutkan bahwa pada analisa
data kualitatif, peneliti membangun
kata-kata dari hasil wawancara atau
pengamatan terhadap data yang
dibutuhkan untuk dideskripsikan
dan dirangkum. Data yang
diperoleh dihimpun menurut jenis
dan kelompoknya, maka
selanjutnya dilaksanakan
pengolahan dan analisis data yang
dilakukan dengan cara deskriptif,
yaitu mengemukakan masalah
menurut apa adanya. Moleong
(2011:35) menyatakan analisa dan
kualitatif adalah proses
pengorganisasian, dan penguratan
data kedalam pola dan kategori
serta satu uraian dasar, sehingga
dapat dikemukakan tema yang
seperti disarankan oleh data.
Adapun langkah – langkah analisa
data yang dilakukan adalah :
1. Reduksi Data Dari
lokasi penelitian, data
lapangan dituangkan
dalam uraian laporan
yang lengkap dan
terinci. Data dan
laporan lapangan
kemudian direduksi,
dirangkum, dan
kemudian dipilah-pilah
hal yang pokok,
difokuskan untuk
dipilih yang terpenting
kemudian dicari tema
atau polanya ( melalui
proses penyuntingan,
pemberian kode dan
pentabelan ). Reduksi
data dilakukan terus
menerus selama proses
penelitian berlangsung.
Pada tahapan ini
setelah data dipilah
kemudian
disederhanakan, data
yang tidak diperlukan
disortir agar memberi
kemudahan dalam
penampilan, penyajian,
serta untuk menarik
kesimpulan sementara.
2. Penyajian Data
Penyajian data (
display data )
dimasudkan agar lebih
mempermudah bagi
peneliti untuk dapat
melihat gambaran
secara keseluruhan
atau bagian- bagian
tertentu dari data
penelitian. Hal ini
merupakan
pengorganisasian data
kedalam suatu bentuk
tertentu sehingga
kelihatan jelas
sosoknya lebih utuh.
Data-data tersebut
kemudian dipilah-pilah
dan disisikan untuk
disortir menurut
kelompoknya dan
disusun sesuai dengan
katagori yang sejenis
untuk ditampilkan agar
selaras dengan
permasalahan yang
dihadapi, termasuk
kesimpulan-
kesimpulan sementara
diperoleh pada waktu
data direduksi.
10
3. Penarikan Kesimpulan
/ Verifikasi Pada
penelitian kualitatif,
verifikasi data
dilakukan secara terus
menerus sepanjang
proses penelitian
dilakukan. Sejak
pertama memasuki
lapangan dan selama
proses pengumpulan
data, peneliti berusaha
untuk menganalisis
dan mencari makna
dari data yang
dikumpulkan, yaitu
mencari pola tema,
hubungan persamaan,
hipotetsis dan
selanjutnya dituangkan
dalam bentuk
kesimpulan yang
masih bersifat tentatif.
LANDASAN TEORITIS
1. Partisipasi masyarakat
Perencanaan dengan pendekatan
partisipatif menurut Samsura (2003:13)
dianggap sebagai strategi pembangunan
dan penentuan keputusan publik, sangat
tergantung pada kesadaran masyarakat
untuk mau melibatkan diri dalam
pembangunan. Pengikutsertaan
masyarakat dalam proses perencanaan,
dianggap sebagai salah satu cara yang
efektif untuk menampung dan
mengakomodasi berbagai kepentingan
masyarakat. Dengan kata lain, upaya
pengikutsertaan masyarakat yang
terwujud dalam perencanaan
partisipatif, dapat membawa
keuntungan substantif dimana
keputusan publik yang diambil akan
lebih efektif, disamping akan memberi
sebuah rasa kepuasan dan dukungan
publik yang cukup kuat terhadap suatu
proses pembangunan.
Dengan demikian keterlibatan
masyarakat dalam proses penentuan
kebijakan publik, memberikan nilai
strategis bagi masyarakat itu sendiri dan
menjadi salah satu syarat penting dalam
upaya pembangunan yang
dilaksanakan. Uphoff dalam Endang
(2003:37) mengatakan bahwa
partisipasi pembangunan dapat
dilakukan melalui keikutsertaan
masyarakat dalam memberikan
kontribusi guna menunjang pelaksanaan
pembangunan yang berwujud tenaga,
uang, barang material, ataupun
informasi yang berguna bagi
pelaksanaan pembangunan.
Keterpaduan antara pemerintah dan
masyarakat dalam proses perencanaan
sangat menentukan dalam merumuskan,
melakukan pemilihan dan penilaian
terhadap berbagai alternatif kegiatan
yang ditetapkan. Hal ini berarti bahwa
adanya kerjasama yang baik
memberikan makna dalam perencanaan
suatu pembangunan tidak dilakukan
oleh sepihak, dan atas dasar tersebut
masyarakat mempunyai hak dan
wewenang untuk ikut serta dalam
merencanakan, melaksanakan,
melestarikan dan mengembangkan
pembangunan.
Sztompka (2007:65) menyatakan
bahwa manusia ada setiap saat dari
masa lalu ke masa mendatang.
Masyarakat bukan sebuah kesatuan
fisik (entity), tetapi seperangkat proses
yang saling terkait bertingkat ganda.
Kehadirannya justru melaui fase antara
apa yang telah terjadi dan apa yang
akan terjadi. Dalam masyarakat kini
terkandung pengaruh, bekas, dan
jiplakan masa lalu serta bibit dan
potensi untuk masa depan. Sifat
berprosesnya masyarakat secara tersirat
11
berarti bahwa fase sebelumnya
berhubungan sebab-akibat dengan fase
kini dan fase kini merupakan
persyaratan sebabakibat yang
menentukan fase berikutnya.
Keterlibatan aktif atau partisipasi
masyarakat tersebut dapat berarti
keterlibatan dalam proses penentuan
arah, strategi dan kebijaksanaan
pembangunan yang dilakukan
pemerintah. Hal ini terutama
berlangsung dalam proses politik tetapi
juga dalam proses hubungan sosial
antara kelompok-kelompok
kepentingan dalam masyarakat. Hal ini
dapat berupa sumbangan mobilisasi
sumbersumber pembiayaan
pembangunan kegiatan produktif yang
serasi, pengawasan sosial atas jalannya
pembangunan dan lain-lain. Pada
pokoknya kegiatan masyarakat yang
mendukung peningkatan tabungan dan
investasi, dan dengan demikian
pembentukan modal. Ketiga, adalah
keterlibatan dalam memetik hasil dan
manfaat pembangunan secara
berkeadilan. Bagian-bagian daerah
ataupun golongan-golongan masyarakat
tertentu dapat ditingkatkan
keterlibatannya dalam bentuk kegiatan
produktif mereka melalui perluasan
kesempatankesempatan dan pembinaan
tertentu.
Siregar (2001:19) menyatakan
bahwa partisipasi dapat dilihat dalam
berbagai pandangan. Pertama,
kontribusi nyata secara sukarela dari
komunitas terhadap suatu program
untuk masyarakat, keterlibatan
masyarakat dalam proses pembuatan
keputusan dan dalam implementasi
program serta menikmati bersama
keuntungan-keuntungan dari program
pembangunan. Keterlibatan masyarakat
dalam mengevaluasi program, suatu
proses aktif, dimana rakyat dari suatu
komunitas mengambil inisiatif dan
menyatakan dengan tegas otonomi
mereka. Kedua, meningkatkan kontrol
terhadap sumber daya dan mengatur
lembaga-lembaga dalam situasi sosial
yang ada. Untuk meningkatkan
partisipasi masyarakat, maka
keterlibatan masyarakat dalam berbagai
program dalam pembangunan terutama
menyangkut pengambilan keputusan
pembangunan dalam tingkat komunitas
sangat penting.
Lain halnya dengan Rush dan
Althoff (2002:129) adanya hierarki
mencakup seluruh jajaran partisipasi
politik dan untuk dapat diterapkan pada
semua tipe sistem politik. Adalah
penting juga untuk kita sadari bahwa
partisipasi pada satu tingkatan hierarki
tidak merupakan prasyarat bagi
partisipasi pada suatu tingkatan yang
lebih tinggi, walaupun mungkin hal ini
berlaku bagi tipe-tipe partisipasi
tertentu. Pada puncak hierarki terdapat
orang-orang yang menduduki berbagai
macam jabatan dalam sistem politik,
baik pemegang-pemegang jabatan
politik maupun anggota-anggota
birokrasi pada berbagai tingkatan.
Menurut Kaho (2002:40), partisipasi
masyarakat dapat terjadi pada empat
tahap yaitu :
1. Partisipasi dalam proses
pembuatan keputusan.
2. Partisipasi dalam bentuk
pelaksanaan.
3. Partisipasi dalam pemanfaatan
hasil.
4. Partisipasi dalam mengevaluasi.
Lebih rinci Cohen dan Uphoff
dalam Dwiningrum (2011:61)
membedakan partisipasi menjadi empat
jenis yaitu pertama, partisipasi dalam
pengambilan keputusan. Kedua,
partisipasi dalam pelaksanaan. Ketiga,
partisipasi dalam pengambilan manfaat.
12
Dan keempat, partisipasi dalam
evaluasi. Pertama, partisipasi dalam
pengambilan keputusan. Partisipasi ini
terutama berkaitan dengan penentuan
alternatif dengan masyarakat yang
berkaitan dengan gagasan atau ide yang
menyangkut kepentingan bersama.
Dalam partisipasi ini masyarakat
menuntut untuk ikut menentukan arah
dan orientasi pembangunan. Wujud dari
partisipasi ini antara lain seperti
kehadiran rapat, diskusi, sumbangan
pemikiran, tanggapan atau penolakan
terhadap program yang ditawarkan.
Kedua, partisipasi dalam pelaksanaan
suatu program meliputi: menggerakkan
sumber daya, dana, kegiatan
administrasi, koordinasi dan penjabaran
program. Ketiga, partisipasi dalam
pengambilan manfaat. Partisipasi ini
tidak lepas dari hasil pelaksanaan.
Menurut Mikkelsen (dalam
Soetomo : 2010 : 438 ) ada 6 tafisran
makna tentang partisipasi :
1. Kontribusi sukarela dari
masyarakat kepada proyek tanpa
ikut serta dalam pengambilan
keputusan.
2. Usaha membuat masyarakat
semakin peka dalam
meningkatkan kemauan
menanggapi proyek-proyek
pembangunan
3. Proses yang aktif artinya orang
atau kelompok terkait
pengambilan inisiatif.
Pemantapan dialog antara
masyarakat dan staff dalam
melakukan persiapan,
pelaksanaan proyek yang
sedang dilakukan.
4. Ketertiban sukarela masyarakat
dalam perubahan yang
ditentukannya sendiri.
5. Keterlibatan masyarakat dalam
pembangunan diri kehidupan
dan lingkungan mereka.
2. Kemiskinan
Kemiskinan selalu mendapatkan
tempat yang cukup penting dalam
pembahasan pembangunan.
Kemiskinan adalah ketidakmampuan
individu dalam memenuhi kebutuhan
dasar minimal untuk hidup layak (BPS
dan Depsos, 2002:3). Kemiskinan
merupakan sebuah kondisi yang berada
di bawah garis nilai standar kebutuhan
minimum, baik untuk makanan dan non
makanan, yang disebut garis
kemiskinan (poverty line) atau batas
kemiskinan (poverty threshold).
Kemiskinan adalah suatu kondisi
ketidakmampuan secara ekonomi untuk
memenuhi standar hidup rata-rata
masyarakat di suatu daerah. Kondisi
ketidakmampuan ini ditandai dengan
rendahnya kemampuan pendapatan
untuk memenuhi kebutuhan pokok baik
berupa pangan, sandang, maupun
papan. Kemampuan pendapatan yang
rendah ini juga akan berdampak
berkurangnya kemampuan untuk
memenuhi standar hidup rata-rata
seperti standar kesehatan masyarakat
dan standar pendidikan. Garis
kemiskinan adalah sejumlah rupiah
yang diperlukan oleh setiap individu
untuk dapat membayar kebutuhan
makanan setara 2100 kilo kalori per
orang per hari dan kebutuhan non-
makanan yang terdiri dari perumahan,
pakaian, kesehatan, pendidikan,
transportasi, sertaaneka barang dan jasa
lainnya (BPS dan Depsos,2002:4).
Kemiskinan adalah
permasalahan yang sifatnya
multidimensional. Pendekatan dengan
satu bidang ilmu tertentu tidaklah
mencukupi untuk mengurai makna dan
13
fenomena yang menyertainya. Definisi
secara umum yang lazim dipakai dalam
perhitungan dan kajian-kajian akademik
adalah pengertian kemiskinan yang
diperkenalkan oleh Bank Dunia yaitu
sebagai ketidakmampuan mencapai
standar hidup minimum (World Bank,
2000).
Dari segi faktor penyebabnya,
kemiskinan dapat dibedakan menjadi
kemiskinan kultural, kemiskinan
sumber daya ekonomi, dan kemiskinan
struktural. Kemiskinan sumber daya
ekonomi melihat fenomena kemiskinan
dari sisi ketiadaan atau kelangkaan
sumber daya ekonomi baik faktor-
faktor produksi yang berupa modal,
tanah, sumber daya manusia dalam hal
ini tingkat dan kualitas pendidikan
maupun kondisi geografis yang terkait
dengan tempat tinggal suatu
masyarakat. Kemiskinan struktural
merupakan kemiskinan yang
disebabkan oleh faktor struktur
ekonomi dan politik yang melingkupi si
miskin. Struktur ekonomi dan politik
yang kurang berpihak pada sekelompok
masyarakat tertentu sehingga
menimbulkan hambatan-hambatan
dalam akses sumber daya ekonomi,
lapangan pekerjaan dan partisipasi
dalam pembangunan.
Ukuran lain kemiskinan
dikembangkan oleh Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN), yang menggunakan data
mikro hasil pendaftaran keluarga
prasejahtera dan sejahtera I. Dalam
ukuran ini, sebuah keluarga disebut
miskin jika: (i) tidak bisa melaksanakan
kewajiban rutin dalam agamanya; (ii)
tidak bisa makan dua kali dalam sehari;
(iii) tidak mempunyai pakaian lain
untuk bekerja/bersekolah dan
melakukan aktivitas lainny; (iv) tinggal
di rumah yang sebagian besar
ruangannya berlantai tanah; (v) tidak
bisa membayar biaya fasilitas
kesehatan. Metode penghitungan
penduduk miskin yang dilakukan Badan
Pusat Statistik (BPS) sejak pertama kali
hingga saat ini menggunakan
pendekatan yang sama yaitu pendekatan
kebutuhan dasar (basic needs). Dengan
pendekatan ini, kemiskinan
didefinisikan sebagai ketidakmampuan
dari sisi ekonomi untuk memenuhi
kebutuhan makanan maupun non
makanan yang bersifat mendasar.
Berdasarkan pendekatan tersebut,
indikator yang digunakan adalah Head
Count Index (HCI) yaitu jumlah
presentase penduduk miskin yang
berada di bawah garis kemiskinan
(GK).
Kemiskinan adalah keadaan
dimana terjadi ketidakmampuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar seperti
makanan, pakaian, tempat berlindung,
pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan
dapat disebabkan oleh kelangkaan alat
pemenuh kebutuhan dasar, ataupun
sulitnya akses terhadap pendidikan dan
pekerjaan. Kemiskinan merupakan
masalah global. Sebagian orang
memahami istilah ini secara subyektif
dan komparatif, sementara yang lainnya
melihatnya dari segi moral dan
evaluatif, dan yang lainnya lagi
memahaminya dari sudut ilmiah yang
telah mapan. Kemiskinan dipahami
dalam berbagai cara. Pemahaman
utamanya mencakup Gambaran
kekurangan materi, yang biasanya
mencakup kebutuhan pangan sehari-
hari, sandang, perumahan, dan
pelayanan kesehatan.
GAMBARAN UMUM LOKASI
PENELITIAN
Program pengentasan
kemiskinan di Kota Tanjungpinang
14
khususnya di Kelurahan Bukit Cermin
terdiri dari berbagai macam program,
salah satunya Bantuan Langsung Tunai
(BLT), Rehabilitasi Rumah Tidak
Layak Huni, Program Keluarga
Harapan, PNPM Mandiri Perkotaan,
dan Program Beras Miskin.
1. Bantuan Langsung Tunai :
Bantuan Langsung Tunai (BLT)
merupakan salah satu program
Pemerintahan untuk
meringankan beban hidup
masyarakat miskin dalam
memenuhi kebutuhan dasarnya.
Kebijakan ini merupakan
program subsidi pemerintah
setelah kenaikan harga Bahan
Bakar Minyak tahun lalu.
Kenaikan BMM diambil sebagai
bentuk penyelamatan anggaran
Negara akibat naiknya harga
minyak dunia saat itu. Program
bantuan pemerintah berjenis
pemberian uang tunai atau
beragam bantuan lainnya, baik
bersyarat (conditional cash
transfer) maupun tak bersyarat
(unconditional cash transfer)
untuk masyarakat miskin.
2. Rehabilitas Rumah Tidak Layak
Huni. Rumah memiliki fungsi
yang sangat besar bagi individu
dan keluarga tidak saja
mencakup aspek fisik, tetapi
juga mental dan sosial. Untuk
menunjang fungsi rumah
sebagai tempat tinggal yang
baik maka harus dipenuhi syarat
fisik yaitu aman sebagai tempat
berlindung, secara mental
memenuhi rasa kenyamanan dan
secara sosial dapat menjaga
privasi setiap anggota keluarga,
menjadi media bagi pelaksanaan
bimbingan serta pendidikan
keluarga. Dengan terpenuhinya
salah satu kebutuhan dasar
berupa rumah yang layak huni,
diharapkan tercapai ketahanan
keluarga. Pada kenyataannya,
untuk mewujudkan rumah yang
memenuhi persyaratan tersebut
bukanlah hal yang mudah.
Ketidakberdayaan mereka
memenuhi kebutuhan rumah
yang layak huni berbanding
lurus dengan pendapatan dan
pengetahuan tentang fungsi
rumah itu sendiri.
Pemberdayaan fakir miskin juga
mencakup upaya Rehabilitasi
Sosial Rumah Tidak Layak
Huni (RSTLH). Demikian juga
persoalan sarana prasarana
lingkungan yang kurang
memadai dapat menghambat
tercapainya kesejahteraan suatu
komunitas. Lingkungan yang
kumuh atau sarana prasarana
lingkungan yang minim dapat
menyebabkan masalah sosial
dan kesehatan. Permasalahan
Rumah Tidak Layak Huni yang
dihuni atau dimiliki oleh
kelompok fakir miskin memiliki
multidimensional. Oleh sebab
itu, kepedulian untuk menangani
masalah tersebut diharapkan
terus ditingkatkan dengan
melibatkan seluruh komponen
masyarakat (stakeholder) baik
pemerintah pusat maupun
daerah, dunia usaha,
masyarakat, LSM dan elemen
lainnya. Untuk memperbaiki
RTLH tersebut, Direktorat
Pemberdayaan Fakir Miskin
mengalokasikan kegiatan
Rehabilitasi Sosial Rumah
Tidak Layak Huni (RSTLH)
yang dipadukan dengan
pembuatan Sarana dan
15
Prasarana Lingkungan sesuai
dengan kebutuhan masyarakat
yang dapat diakses secara
umum.
3. Program Keluarga Harapan.
PKH adalah program
perlindungan sosial yang
memberikan bantuan tunai
kepada Rumah Tangga Sangat
Miskin (RTSM) dan bagi
anggota keluarga RTS
diwajibkan melaksanakan
persyaratan dan ketentuan yang
telah ditetapkan.Program ini,
dalam jangka pendek bertujuan
mengurangi beban RTSM dan
dalam jangka panjang
diharapkan dapat memutus mata
rantai kemiskinan antar
generasi, sehingga generasi
berikutnya dapat keluar dari
perangkap
kemiskinan.Pelaksanaan PKH
juga mendukung upaya
pencapaian Tujuan
Pembangunan Millenium. Lima
Komponen Tujuan MDG‟s yang
akan terbantu oleh PKH yaitu:
Pengurangan penduduk miskin
dan kelaparan; Pendidikan
Dasar; Kesetaraan Gender;
Pengurangan angka kematian
bayi dan balita; Pengurangan
kematian ibu melahirkan.
Program Keluarga Harapan
(PKH) adalah program
pemberian uang tunai kepada
Rumah Tangga Sangat Miskin
(RTSM) berdasarkan
persyaratan dan ketentuan yang
telah ditetapkan dengan
melaksanakan kewajibannya.
Program semacam ini secara
internasional dikenal sebagai
program conditional cash
transfers (CCT) atau program
Bantuan Tunai Bersyarat.
Persyaratan tersebut dapat
berupa kehadiran di fasilitas
pendidikan (misalnya bagi anak
usia sekolah), ataupun kehadiran
di fasilitas kesehatan (misalnya
bagi anak balita, atau bagi ibu
hamil).
4. PNPM Mandiri Perkotaan.
Program Penanggulangan
Kemiskinan di Perkotaan
(P2KP) merupakan program
pemerintah yang secara
substansi berupaya dalam
penanggulangan kemiskinan
melalui konsep memberdayakan
masyarakat dan pelaku
pembangunan lokal lainnya,
termasuk Pemerintah Daerah
dan kelompok peduli setempat,
sehingga dapat terbangun
"gerakan kemandirian
penanggulangan kemiskinan dan
pembangunan berkelanjutan",
yang bertumpu pada nilai-nilai
luhur dan prinsip-prinsip
universal. [Dikutip dari : Buku
Pedoman Umum P2KP-3, Edisi
Oktober 2005]. Penguatan
kelembagaan masyarakat yang
dimaksud terutama juga
dititikberatkan pada upaya
penguatan perannya sebagai
motor penggerak dalam
„melembagakan' dan
„membudayakan' kembali nilai-
nilai kemanusiaan serta
kemasyarakatan (nilai-nilai dan
prinsip-prinsip di P2KP),
sebagai nilai-nilai utama yang
melandasi aktivitas
penanggulangan kemiskinan
oleh masyarakat setempat.
Melalui kelembagaan
masyarakat tersebut diharapkan
tidak ada lagi kelompok
16
masyarakat yang masih terjebak
pada lingkaran kemiskinan,
yang pada gilirannya antara lain
diharapkan juga dapat tercipta
lingkungan kota dengan
perumahan yang lebih layak
huni di dalam permukiman yang
lebih responsif, dan dengan
sistem sosial masyarakat yang
lebih mandiri melaksanakan
prinsip-prinsip pembangunan
berkelanjutan. Kepada
kelembagaan masyarakat
tersebut yang dibangun oleh dan
untuk masyarakat, selanjutnya
dipercaya mengelola dana abadi
P2KP secara partisipatif,
transparan, dan akuntabel. Dana
tersebut dimanfaatkan oleh
masyarakat untuk membiayai
kegiatan-kegiatan
penanggulangan kemiskinan,
yang diputuskan oleh
masyarakat sendiri melalui
rembug warga, baik dalam
bentuk pinjaman bergulir
maupun dana waqaf bagi
stimulan atas keswadayaan
masyarakat untuk kegiatan yang
bermanfaat langsung bagi
masyarakat, misalnya perbaikan
prasarana serta sarana dasar
perumahan dan permukiman.
Model tersebut diharapkan
mampu memberikan kontribusi
untuk penyelesaian persoalan
kemiskinan yang bersifat multi
dimensional dan struktural,
khususnya yang terkait dengan
dimensi-dimensi politik, sosial,
dan ekonomi, serta dalam
jangka panjang mampu
menyediakan aset yang lebih
baik bagi masyarakat miskin
dalam meningkatkan
pendapatannya, meningkatkan
kualitas perumahan dan
permukiman meraka maupun
menyuarakan aspirasinya dalam
proses pengambilan keputusan.
Untuk mewujudkan hal-hal
tersebut, maka dilakukan proses
pemberdayaan masyarakat,
yakni dengan kegiatan
pendampingan intensif di tiap
kelurahan sasaran.
5. Beras Miskin. Raskin
merupakan subsidi pangan
dalam bentuk beras yang
diperuntukkan bagi
rumahtangga berpenghasilan
rendah sebagai upayadari
pemerintah untuk meningkatkan
ketahananpangan dan
memberikan perlindungan sosial
padarumah tangga sasaran.
Keberhasilan Program Raskin
diukur berdasarkantingkat
pencapaian indikator 6T, yaitu:
tepat sasaran,tepat jumlah, tepat
harga, tepat waktu, tepat
kualitas,dan tepat
administrasi.Program ini
bertujuan untuk mengurangi
bebanpengeluaran Rumah
Tangga Sasaran (RTS)
melaluipemenuhan sebagian
kebutuhan pangan pokok
dalambentuk beras dan
mencegah penurunan
konsumsienergi dan
protein.Selain itu raskin
bertujuan
untukmeningkatkan/membuka
akses pangan keluargamelalui
penjualan beras kepada keluarga
penerimamanfaat dengan jumlah
yang telah ditentukan. Program
Raskin adalah salah satu
program penanggulangan
kemiskinan dan perlindungan
sosial di bidang pangan yang
17
diselenggarakan oleh
Pemerintah Pusat berupa
bantuan beras bersubsidi kepada
rumah tangga berpendapatan
rendah (rumah tangga miskin
dan rentan miskin). Program
Raskin adalah program nasional
lintas sektoral baik vertikal
(Pemerintah Pusat sampai
dengan Pemerintah Daerah)
maupun horizontal (lintas
Kementerian/Lembaga),
sehingga semua pihak yang
terkait bertanggung jawab
sesuai dengan tugas pokok dan
fungsi masing-masing untuk
kelancaran pelaksanaan dan
pencapaian tujuan Program
Raskin. Program Raskin
bertujuan untuk mengurangi
beban pengeluaran rumah
tangga sasaran dalam memenuhi
kebutuhan pangan pokok dalam
bentuk beras. Lebih jauh,
program raskin bertujuan untuk
membantu kelompok miskindan
rentan miskin mendapat cukup
pangan dan nutrisi karbohidrat
tanpa kendala. Efektivitas
Raskin sebagai perlindungan
sosial dan penanggulangan
kemiskinan sangat bergantung
pada kecupan nilai transfer
pendapatan dan ketepatan
sasaran kepada kelompok
miskin dan rentan. Rumah
tangga yang berhak menerima
beras Raskin, atau juga disebut
Rumah Tangga Sasaran
Penerima Manfaat (RTS-PM)
Program Raskin, adalah rumah
tangga yang terdapat dalam data
yang diterbitkan dari Basis Data
Terpadu hasil PPLS 2011 yang
dikelola oleh Tim Nasional
Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan (TNP2K) dan
disahkan oleh Kemenko Kesra
RI.
PARTISIPASI MASYARAKAT
DALAM PENANGGULANGAN
KEMISKINAN DI KELURAHAN
BUKIT CERMIN KOTA
TANJUNGPINANG
1. Kontribusi sukarela
Berdasarkan hasil wawancara
dengan informan maka dapat dianalisa
bahwa masyarakat yang ada di
Kelurahan Bukit Cermin masyarakat
belum semua mampu untuk
memberikan keputusan dalam
penanggulangan kemiskinan tidak dapat
dipungkiri tidak semua masyarakat
mampu untuk mengambil keputusan,
hanya tokoh masyarakat dan beberapa
orang dari mereka saja, hal ini dapat
dilihat dari ada masyarakat yang tidak
mau memberikan data yang benar
sehingga penanggulangan kemiskinan
di Bukit Cermin ini masih ada,
penanggulangan kemiskinan dan
pelaksanaannya harus berorientasi ke
bawah dan melibatkan masyarakat luas,
melalui pemberian wewenang
perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan di tingkat daerah. Namun
tidak sedikit yang mau berkontribusi
secara sukarela untuk menyumbangkan
tenaganya bersama-sama dalam
pelaksanaan program penanggulangan
kemiskinan ini.
Paradigma pembangunan yang
sekarang menempatkan masyarakat
sebagai pelaku utama pembangunan.
Artinya, pemerintah tidak lagi sebagai
provider dan pelaksana, melainkan
lebih berperan sebagai fasilitator dan
katalisator dari dinamika pembangunan,
sehingga dari mulai perencanaan hingga
pelaksanaan, masyarakat mempunyai
hak untuk terlibat dan memberikan
18
masukan dan mengabil keputusan,
dalam rangka memenuhi hak-hak
dasarnya.
2. Usaha membuat masyarakat
semakin peka
Dari hasil wawancara dengan
seluruh informan dan dari hasil
observasi di lapangan maka dapat
dianalisis bahwa keterlibatan
masyarakat dilakukan baik dari pihak
kelurahan bukit cermin. Namun
menurut masyarakat hal ini belum tepat
sasaran dan sosialisasi yang dilakukan
belum menyeluruh, hal ini dibuktikan
bahwa tidak semua masyarakat
mengetahui bahwa permasalahan
kemiskinan ini masih tetap berjalan.
Salah satu upaya dalam
meningkatkan partisipasi masyarakat
adalah memberikan pengetahuan dan
sosialisasi terhadap program-program
yang ada. Hadir dalam sosialisasi
tersebut adalah perwakilan dari setiap
RT, yang mempublikasikan tentang
standar serta prosedur, kriteria dan
segala syarat yang berhubungan dengan
program penanggulangan kemiskinan,
sosialisasi dilakukan sepanjang tahun
2015, sebanyak 2 kali. Sosialisasi ini
diharapkan dapat mensinergikan
elemen elemen yang terlibat di
penanggulangan kemiskinan dalam
mengimplementasikan program
program yang akan dicapai.
3. Proses yang aktif
Berdasarkan hasil wawancara
dengan informan, maka dapat dianalisa
bahwa Pemerintah Kelurahan untuk
menjalankan perencanaan
pembangunan yang menjunjung tinggi
asas demokrasi dan pasrtisipasi
masyarakat. Jumlah penduduk yang
besar menuntut Pemerintah Kelurahan
Bukit Cermin untuk menyelenggarakan
pembangunan yang berdasarkan
aspirasi dari masyarakat sesungguhnya,
bukan atas kesepakatan kelompok elite
lokal saja. Pembangunan kelurahan
merupakan bagian integral dari sasaran
pembangunan nasional. Pembangunan
nasional pada hakikatnya adalah warga
masyarakat indonesia seluruhnya,
dimana warga masyarakat tersebut
merupakan subjek dan objek
pembangunan nasional, karena
pembangunan tersebut berasal dari
rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.
Dengan kata lain, keberhasilan
pembangunan kelurahan tidak terlepas
dari partisipasi seluruh masyarakat
kelurahan.
4. Pemantapan dialog
Berdasarkan hasil wawancara
dengan informan maka dapat dianalisa
bahwa masyarakat kurang aktif dalam
kegiatan yang ada di Kleurahan Bukit
Cermin dan cenderung harus lebih aktif
jika di mobilisasi. Partisipasi
masyarakat adalah pelibatan
masyarakat bukan hanya kepada proses
pelaksanaan kegiatan saja, tetapi juga
melibatkan masyarakat dalam hal
perencanaan dan pengembangan
termasuk menikmati hasil dari
pelaksanaan tersebut. Lebih lanjut
secara sederhana partisipasi masyarakat
adalah keterlibatan seseorang (individu)
atau sekelompok masyarakat secara
sukarela, dalam suatu kegiatan mulai
dari proses perencanaan, pelaksanaan
kegiatan, sampai kepada proses
pengembangan kegiatan.
Ditinjau dari jenjang
Kesukarelaannya Partisipasi dapat
dibedakan atas : 1).Partisipasi spontan,
yaitu peran serta yang tumbuh karena
motivasi intrinsik berupa pemahaman,
penghayatan, dan keyakinannya sendiri.
2). Partisipasi terinduksi, yaitu peran
serta yang tumbuh karena terinduksi
oleh adanya motivasi ekstrinsik (berupa
bujukan, pengaruh, dorongan) dari luar;
19
meskipun yang bersangkutan tetap
memiliki kebebasan penuh untuk
berpartisipasi. 3). Partisipasi tertekan
oleh kebiasaan, yaitu peran serta yang
tumbuh karena adanya tekanan yang
dirasakan sebagaimana layaknya warga
masyarakat pada umumnya, atau
peranserta yang dilakukan untuk
mematuhi kebiasaan, nilai-nilai, atau
norma yang dianut oleh masyarakat
setempat. Jika tidak berperan serta,
khawatir akan tersisih atau dikucilkan
masyarakatnya. 4). Partisipasi tertekan
oleh alasan sosial-ekonomi, yaitu peran
serta yang dilakukan karena takut akan
kehilangan status sosial atau menderita
kerugian/tidak memperoleh bagian
manfaat dari kegiatan yang
dilaksanakan.5). Partisipasi tertekan
oleh peraturan, yaitu peran serta yang
dilakukan karena takut menerima
hukuman dari peraturan/ketentuan-
ketentuan yang sudah diberlakukan.
5. Keterlibatan masyarakat
Dari hasil wawancara dengan
informan maka dapat dianalisa bahwa
pengawasan yang dilakukan oleh
masyarakat, jika terjadi penyimpangan
maka seharusnya dinas ini sebaiknya
turun langsung. Setiap program yang
dilaksanakan di Kelurahan Bukit
Cermin harus melibatkan secara aktif
semua komponen masyarakat yang
terlibat dan terkena program baik dalam
rangka perencanaan maupun pada
pelaksanaan dan pengawasannya,
sehingga masyarakat merasa ikut
memiliki hasilnya serta menjaga
keberlangsungannya. Oleh karena itu
semua program seperti PNPM harus
dilaksanakan secara partisipatif
berdasarkan inisiatif dari bawah dan
maupun membangkitkan keterlibatan
aktif sebagian besar warga masyarakat.
Tingkat partisipasi masyarakat
dalam melakukan pengawasan dan
evaluasi terhadap pelaksanaan dan hasil
dari kegiatan program penanggulangan
kemiskinan. Dalam hal pengawasan
dan evaluasi, tingkat partisipasi
masyarakat lebih banyak yang terlibat
melakukan pengawasan dan penilaian.
karena masyarakat yang terlibat
berpartisipasi dalam pengawasan dan
penilaian begitu dominan dalam
pengawasan hasil program tersebut. Ini
menunjukkan bahwa kesadaran
masyarakat untuk mengontrol dan
mengawasi jalannya program
penanggulangan kemiskinan telah ada
sehingga hasil pelaksanaan
pembangunan lebih baik dan
manfaatnya dapat dinikmati lebih lama.
Tumbuh dan berkembangnya
partisipasi masyarakat dalam
pembangunan, sangat ditentukan oleh .
Adanya kemauan, kesempatan dan
kemampuan masyarakat untuk
berpartisipasi. Perlu disadari bersama
bahwa sesungguhnya wujud partisipasi
masyarakat sangatlah dibutuhkan ,
dimana partisipasi masyarakat sebagai
salah satu pilar dalam penanggulangan
kemiskinan, merupakan hal yang
penting dalam hal membangun
komunitas. Karena melalui partisipasi
masyarakat ini diharapkan akan tercapai
pengambilan keputusan yang
demokratis Yaitu masyarakat
mengambil keputusan secara
musyawarah untuk mencapai mufakat.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian
maka dapat dianalisa bahwa Partisipasi
Masyarakat Dalam Penanggulangan
Kemiskinan Di Kelurahan Bukit
Cermin Kota Tanjungpinang belum
berjalan dengan baik, masyarakat yang
ada di Kelurahan Bukit Cermin belum
semua mampu berpartisipasi. Hal ini
20
dapat dilihat dari masyarakat kurang
aktif dalam kegiatan yang ada di
Kelurahan Bukit Cermin dan cenderung
lebih aktif jika di mobilisasi.
Kemudian dari hasil penelitian
diketahui bahwa sosialisasi belum tepat
sasaran dan belum menyeluruh, hal ini
dibuktikan bahwa tidak semua
masyarakat mengetahui bahwa tentang
program penanggulangan kemiskinan
masih tetap berjalan. Hadir dalam
sosialisasi tersebut adalah perwakilan
dari setiap RT, yang mempublikasikan
tentang standar serta prosedur, kriteria
dan segala syarat yang berhubungan
dengan program penanggulangan
kemiskinan, di Kelurahan Bukit Cermin
sudah ada dilakukan dialog sebelum
melakukan program penanggulangan
kemiskinan, walaupun secara observasi
ditemukan ketika dilakukan dialog tidak
semua masyarakat ikut serta hanya
beberapa seperti RT/RW, kemudian
tokoh masyarakat. Padahal semua
masyarakat harusnya terlibat karena
penanggulangan kemiskinan melalui
kegiatan pelatihan ketrampilan serta
perbaikan sarana dan prasarana untuk
menciptakan lingkungan pemukiman
yang layak dan sehat.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian
maka dapat diambil kesimpulan bahwa
:
1. Adanya sosialisasi tentang
penanggulangan kemiskinan
kepada masyarakat Bukit
Cermin
2. Adanya pengawasan terhadap
pelaksanaan program
penanggulangan kemiskinan
agar tepat sasaran
3. Adanya kegiatan yang
melibatkan masyarakat agar
masyarakat terbiasa
berpartisipasi
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Isbandi Rukminto, 2001.
Pemberdayaan, Pengembangan
Masyarakat dan Komunitas
(Pengantar Pada Pemikiran dan
Pendekatan Praktis), Jakarta,
Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
BPS/Badan Pusat Statistik dan
Depsos/Departemen Sosial. 2002.
Penduduk Fakir Miskin Indonesia.
Jakarta: BPS.
Djopari, Jrg dan Ratnia Solihah. 2008.
Pengantar Ilmu Pemerintahan.
Jakarta, Universitas Terbuka
Dwiningrum, Siti Irene Astuti. 2011.
Desentralisasi dan Partisipasi
Masyarakat dalam Pendidikan.
Yogyakarta, Pustaka Pelajar
Eko. 2003. Ergonomi Konsep Dasar
Dan Aplikasinya. Surabaya: Guna
Widya.
Juliantara. 2002. Pembaruan Desa:
Bertumpu pada Apa yang
Terbawa. Yogyakarta: Lapera
Pustaka
Kaho, Josep Riwu. 2002. Prospek
Otonomi Daerah di Negara
Republik Indonesia. Jakarta:
Rajawali Pers.
Mikkelsen, Britha. 2001. Metode
Penelitian Partispatoris dan
Upaya-Upaya Pemberdataan.
Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Moleong, 2001, Metode Penelitian
Kualitatif, cetakan keempatbelas,.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Muluk, Khairul, 2007, Menggugat
Partisipasi Publik dalam
21
Pemerintahan Daerah,
Malang,Bayumedia Publishing
Ndraha. 2000. Ilmu Pemerintahan
(kybernology), Rineka Cipta,
Jakarta.
Patilima, Hamid. 2007. Metode
Penelitian Kualitatif. Jakarta:
Alfabeta.
Ramli. 2006. Cyber Law dan HAKI.
Jakarta: Aditama.
Rasyid. 2000. Otonomi daerah Negara
kesatuan. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Rush, Michael dan Althoff, Phillip.
2002. Pengantar Sosiologi Politik.
Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
Samsura, D.A.A. 2003. Participatory
Planning, Good Governance dan
Civil Society.
Siregar, M.B. 2001. Pengaruh
Partisipasi Masyarakat Terhadap
Pembangunan Kebersihan Kota
Medan. Tesis Sekolah
Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Soetomo. 2010. Strategi-strategi
Pembangunan Masyarakat,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Suryawati. 2004. Teori Ekonomi
Mikro. UPP. AMP YKPN.
Yogyakarta
Sztompka, P. 2007. Sosiologi
Perubahan Sosial. Jakarta :
Prenada Media.
Umar. 2000. Metodologi Penelitian.
Gramedia Pustaka Umum. Jakarta
Usman, Husaini dan Akbar, Purnomo
Settiady. 2006. Metodologi
Penelitian Sosial.Jakarta : Bumi
Aksara
Winardi 1990, Kepemimpinan Dalam
Manajemen, Rineka cipta, Jakarta.
Universitas Sumatera Utara.
Penelitian Terdahulu :
Endang. 2003. Pengaruh Implementasi
Program Pembinaan Lumbung
Pangan terhadap Kualitas
Pengelolaan Lumbung Pangan
Masyarakat Desa di Kabupaten
Sumedang. Tesis. Program
Pascasarjana Unpad, Bandung.
Irwan Siswandi Rusli. 2014. Partisipasi
Masyarakat Dalam Pemanfaatan
Dana Pnpm-Mp Terhadap Upaya
Penanggulangan Kemiskinan
(Studi Kasus Pada Masyarakat
Kelurahan Bukit Cermin).
SKRIPSI. Program Studi Ilmu
Pemerintahan Fakultas Ilmu
Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Maritim Raja Ali Haji
(UMRAH) Tanjungpinang